Kalender Pintar

62
KALENDER PINTAR: SOLUSI INOVATIF PENGINGAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB Diusulkan oleh: Ketua : Maulia Afidah Cahyani Anggota : Qorinatus Zahroh Wahyu Wulandari

Transcript of Kalender Pintar

Page 1: Kalender Pintar

KALENDER PINTAR:

SOLUSI INOVATIF PENGINGAT KEPATUHAN MINUM OBAT

PADA PENDERITA TB

Diusulkan oleh:

Ketua : Maulia Afidah Cahyani

Anggota : Qorinatus Zahroh

Wahyu Wulandari

UNIVERSITAS JEMBER

JEMBER

2013

Page 2: Kalender Pintar

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Kalender Pintar : Solusi Inovatif Pengingat

Kepatuhan Minum Obat pada Penderita TB

Ketua Tim

a. Nama Lengkap : Maulia Afidah Cahyani

b. NIM : 102110101007

c. Institusi : Fakultas Kesehatan Masyarakat

d. Alamat Rumah : Jl. Kalimantan no.46 Jember, Jawa Timur

e.Telepon/Faximili : 085746628559

f. e-mail : [email protected]

Anggota Tim : 2 orang

Dosen Pembimbing

a. Nama Lengkap dan Gelar : Andrei Ramani, S.KM., M.Kes

b. NIP : 19800825 200604 1 005

c. Alamat Rumah : Jl. Sumatra 128 Jember

d. No Telepon / Hp : 081326240264

Jember, 11 Maret 2013

ii

Dosen Pembimbing

(Andrei Ramani, S.KM., M.Kes)

NIP. 19800825 200604 1 005

Ketua Tim

( Maulia Afidah Cahyani )

NIM. 102110101007

Mengetahui,Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Jember

(Drs. Husni Abdul Gani, M.S.) NIP. 19560810 198303 1 003

Page 3: Kalender Pintar

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan

taufik serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa

yang berjudul “Kalender Pintar : Solusi Inovatif Pengingat Kepatuhan Minum

Obat pada Penderita TB” dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap

tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan

orang-orang yang tegak di atas agama-Nya hingga akhir zaman.

Penulisan karya tulis mahasiswa ini tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Husni Abdul Gani, M.S., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Jember;

2. Andrei Ramani, S.KM, M.Kes., selaku dosen pembimbing dalam penyusunan

karya tulis ini;

3. Orang tua kami, atas segala restu dan dukungannya;

4. Teman-teman, atas segala bentuk bantuannya.

Penulis berharap semoga karya tulis mahasiswa ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak dan bermanfaat dalam mencegah ketidakpatuhan minum obat pada

penderita TB sebagai upaya dalam meningkatkan tingkat kesembuhan penderita

TB di Indonesia.

Jember, 11 Maret 2013

Penulis

iii

Page 4: Kalender Pintar

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................ii

KATA PENGANTAR ...........................................................................................iii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................iv

DAFTAR TABEL ..................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................vi

ABSTRAK .............................................................................................................vii

PENDAHULUAN...................................................................................................1

Latar Belakang..............................................................................................1

Rumusan Masalah.........................................................................................3

Tujuan...........................................................................................................3

Manfaat.........................................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................5

Penyakit Tuberculosis (TB)..........................................................................5

Media Promosi Kesehatan............................................................................14

Kalender........................................................................................................17

METODE PENULISAN .......................................................................................17

PEMBAHASAN......................................................................................................18

Gambaran Permasalahan Pengendalian TB di Indonesia.............................18

Implementasi Kalender Pintar dalam Mencegah Ketidakpatuhan

Meminum Obat pada Penderita TB .............................................................20

PENUTUP...............................................................................................................25

Kesimpulan...................................................................................................25

Saran.............................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenis OAT, Sifat, dan Dosis yang Direkomendasikan.............................14

iv

Page 5: Kalender Pintar

Tabel 2. Strategi Terobosan Implementasi Kalender Pintar untuk Mencegah

Ketidakpatuhan Meminum Obat pada Penderita TB...............................23

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Faktor Risiko Kejadian TB.....................................................................10

Gambar 2. Pihak-pihak yang Akan Mengimplementasikan Program......................24

v

Page 6: Kalender Pintar

KALENDER PINTAR:SOLUSI INOVATIF PENGINGAT KEPATUHAN MINUM OBAT

PADA PENDERITA TB

Maulia Afidah C, Qorinatus Zahroh, Wahyu Wulandari Dosen Pembimbing: Andrei Ramani, S.KM., M.Kes

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember, Jember

Abstrak

Di Indonesia, TB merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah penderita TB pada tahun 2008 mencapai 253 per 100.000 penduduk, dan diperkirakan akan terus meningkat jika tidak dilakukan suatu penanganan khusus. Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Pemerintah dalam upaya mengendalikan jumlah penderita TB di Indonesia mengeluarkan kebijakan pengobatan melalui program DOTS sejak tahun 1995 yang didopsi dari program pengendalian TB oleh WHO. Salah satu program DOTS adalah meminum obat secara intensif selama enam bulan. Pemerintah juga membentuk PMO (Pengawas Minum Obat) sebagai upaya dalam mengawasi dan mengontrol serta memberikan penyuluhan terhadap penderita TB dan keluarganya. Namun, jumlah dan peran PMO khususnya yang berasal dari anggota keluarga tidak masih rendah baik dalam kuantitas dan kualitas. Oleh karena itu, penulis menawarkan sebuah media Kalender Pintar dalam upaya mencegah ketidakpatuhan penderita TB dalam meminum obat dengan mengurangi beban kerja dari PMO dan membantu pengawasan dari dokter. Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode telaah pustaka dengan menganalisi teori dari berbagai literatur sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan dari hasil telaah kritis. Dengan adanya kalender pintar ini diharapakan ketidakpatuhan penderita dapat dihindari sehingga pengobatan TB dapat dilaksanakan dengan baik. keberhasilan pengobatan TB akan meningkatkan tingkatan kesembuhan TB di Indonesia dan mencegahan peningkatan jumlah penderita TB di Indonesia.

Kata Kunci: ketidakpatuhan meminum obat, kalender pintar, penderita TB

AbstracIn Indosesia, TB is one of the major public health problem. The number

of TB cases in 2008 reached 253 per 100,000 population, it will increase if no treatment is done. Indonesia is now ranked fifth in the country with the highest TB burden in the world. Government do some efforts to control the number of TB patients in Indonesia like as DOTS program since 1995 that is adopted from TB control programs by the WHO. One of the DOTS program is taking drugs intensively for six months. The government also set up a PMO (Drugs Drink

vi

Page 7: Kalender Pintar

Supervisory) as an effort to monitor and control as well as provide counseling for TB patients and their families. However, the number and role of the PMO particularly from family members were still low both in quantity and quality. Therefore, the authors offer a Smart Calendar media as an effort to prevent TB patient compliance in taking medication, reduce the workload of the PMO and assist supervision of a physician. Methode of the paper writing use theoretical literature review of the literature to produce a conclusion from the results of a critical study. By using the smart calendar, it is expected to avoid disobedience patient so that the treatment of TB can be successfully implemented. The success of TB treatment will increase the levels of cure TB in Indonesia and prevent the increasing the number of TB patients in Indonesia.

Keyword: disobedience patient in drugs drinking, smart calendar, patient TB

vii

Page 8: Kalender Pintar

viii

Page 9: Kalender Pintar

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

TB atau TB merupakan salah satu jenis penyakit infeksi akibat

Mycobacterium TB yang menyerang masyarakat hampir seluruh dunia. TB

menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian dunia.

Jumlah kasus TB dan kematian akibat TB mengalami peningkatan dari tahun

ke tahun. Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh

Mycobacterium Tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta

penderita TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia.

Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi

pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2006).

Di Indosesia, TB merupakan salah satu masalah utama kesehatan

masyarakat. Jumlah penderita TB pada tahun 2008 mencapai 253 per

100.000 penduduk, dan diperkirakan akan terus meningkat jika tidak

dilakukan suatu penanganan khusus. Indonesia sekarang berada pada ranking

kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2012).

Meskipun memiliki beban penyakit TB yang tinggi, Indonesia

merupakan negara pertama diantara High Burden Country (HBC) di wilayah

WHO South-East Asian yang mampu mencapai target global TB untuk

deteksi kasus dan keberhasilan pengobatan pada tahun 2006. Pada tahun

2009, tercatat sejumlah sejumlah 294.732 kasus TB telah ditemukan dan

diobati (data awal Mei 2010) dan lebih dari 169.213 diantaranya terdeteksi

BTA+. Akan tetapi, penemuan kasus dan tingkat kesembuhan di Indonesia

masih mengalami disparitas di beberapa propinsi di Indonesia. hal ini

terbukti dengan adanya 28 propinsi dengan angka penemuan kasus (CDR)

yang masih dibawah 70% termasuk propinsi Jawa timur (Kementerian

Kesehatan Repulik Indonsia, 2011). Angka kesembuhan TB di Jawa Timur

Page 10: Kalender Pintar

2

mencapai 84,18%, sedangkan tingkat kesembuhan di Jember mencapai

86,87% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012)

Permasalahan TB semakin serius dengan adanya dampak pandemik

infeksi HIV. Di Indonesia diperkirakan sekitar 3% penderita TB dengan

status HIV positif (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Hasil penelitian

menyebutkan bahwa HIV berpengaruh secara signifikan terhadapat

peningkatan kasus TB di Indonesia. Selain itu, kemiskinan pada berbagai

kelompok masyarakat, kegagalan program TB, serta perubahan demografik

karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur umur

kependudukan merupakan faktor lain yang menyebabkan peningkatan jumlah

kasus TB di Indonesia.

Oleh karena itu, pengendalian terhadap TB harus ditingkatkan dan

dikembangkan. Hal ini mengingat dampak yang dapat ditimbulkan yang

tidak hanya menyangkut kesehatan penderita, tetapi juga keluarga dan risiko

penularan terhadap orang lain. Apabila dikaitkan dengan pengaruh terhadap

keadaan ekonomi, TB akan mempengaruhi ekonomi rumah tangga,

masyarakat dan bangsa, karena TB sebagian besar (75%) menyerang usia

produktif (15-59 tahuan). Seorang penderita penderita diperkirakan akan

mengalami kerugian ekonomi secara langsung untuk berobat dan biaya tidak

langsung untuk transportasi serta kerugian 3 sampai 4 bulan waktu kerja

yang sebanding dengan kehilangan pendapatan rata-rata selama 15 tahun

(WHO, 2003).

Berdasarkan Millenium Development Goal’s (MDG’s), pengendalian

TB merupakan salah satu program kesehatan di negara-negara di dunia

termasuk Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan target 6C MDG’s yaitu

mengedalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru malaria

dan penyakit utama lainnya (TB) hingga tahun 2015 (BAPPENAS, 2010).

Salah satu strategi dan kebijakan yang dicanangkan pemerintah Indonesia

adalah peningkatan cakupan DOTS serta peningkatan kapasitas dan kualitas

penanganan TB. DOTS merupakan kebijakan nasional sejak tahun 1995 yang

diadopsi dari penanganan TB WHO.

Page 11: Kalender Pintar

3

Salah satu program dalam DOTS adalah pemberian pengobatan

intensif gratis selama enam bulan. Akan tetapi, program ini masih memiliki

beberapa tantangan diantaranya adalah penderita tidak meminum obat lagi

selama masa enam bulan intensif jika mereka merasa sudah baikan. Penderita

terkadang sering berganti-ganti dokter sehingga pengobatan enam bulan

intensif terganggu, pengawasan dan evaluasi tenaga kesehatan masih kurang

terhadap pengobatan insentif enam bulan pada penderita, serta yang paling

banyak terjadi adalah penderita terlambat meminum obat dan melakukan

pemeriksaan rutin selama masa pengobatan enam bulan insentif.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merekomendasikan

sebuah media kesehatan berupa “Kalender Pintar” sebagai suatu upaya untuk

mencegah ketidakpatuhan jadwal minum obat dan cek kesehatan ke dokter

oleh penderita. Selain itu, media ini juga dapat digunakan dokter dan tenaga

kesehatan dalam mengontrol dan mengevaluasi proses pengobatan pada

penderita. Dengan adanya media ini diharapkan tingkat kesembuhan

penderita TB akan meningkat serta dapat menurunkan penderita TB di

Indonesia yang semakin hari semakin meningkat.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan karya tulis ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana gambaran dan permasalahan TB di Indonesia?

2. Bagaimana Implementasi “Kalender Pintar” dalam menghindari risiko

ketidakpatuhan minum obat pada penderita TB sebagai upaya dalam

meningkatkan tingkat kesembuhan penderita TB?

Tujuan

Tujuan umum:

Meningkatkan tingkat kesembuhan penderita TB di Indonesia sebagai

upaya dalam menurunkan jumlah penderita TB di Indonesia serta

memperbaiki kualitas hidup penderita TB.

Page 12: Kalender Pintar

4

Tujuan Khusus

1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran penderita tentang kepatuhan

pengobatan TB serta pencegahan penularan oleh penderita terhadap orang lain

khususnya keluarga

2. Menghindari risiko ketidakpatuhan minum obat dan pemeriksaan kesehatan

penderita sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh tenaga kesehatan.

3. Meningkatkan tingkat kesembuhan penderita TB

4. Menurunkan jumlah kasus TB serta memperbaiki kualitas hidup penderita TB

Manfaat

Media kesehatan ini sangat berguna khususnya bagi penderita TB,

keluarga, tenaga kesehatan, masayarakat sekitar, dan pemerintah.

1. Penderita

Media pengingat penderita terhadap jadwal pengobatan TB dan

pemeriksaan kesehatan

2. Keluarga

a. Media pengontrol keluarga terhadap kepatuhan anggota keluarga yang

penderita TB terhadap kepatuhan pengobatan dan pemerikasaan kesehatan

b. Mencegah penularan diantara anggota keluarga yang mempunyai risiko

tinggi tertular TB oleh penderita

3. Masyarakat

Mencegah rantai penularan khususnya masyarakat dengan jarak

rumah yang ckup dekat serta masyarakat yang sering berinteraksi dengan

penderita

4. Tenaga Kesehatan

a. Media pengawasan dan evaluasi terhadap kepatuhan penderita dalam

pengobatan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan

b. Mengurangi beban tenaga kesehatan dalam hal pendampingan dan

peningkatan tingkat kesembuhan penderita penderita TB

5. Pemerintah

Page 13: Kalender Pintar

5

a. Media penunjang dalam pelaksanaan program pengendalian TB di

Indonesia

b. Mengurangi beban pemerintah dalam pencegahan dan pengendalian TB di

Indonesia

c. Sebagai landasan kebijakan terkait dengan program pencegahan dan

pengendalian TB di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Tuberkulosis (TB)

Definisi TB dan Kondisi TB di Indonesia

Penyakit TB adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).

Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret

1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil

Koch (suarni, 2009).

Mycobacterium TB adalah aerob obligat yang pertumbuhannya

dibantu oleh tekanan CO2 5-10%, tetapi dihambat oleh Ph dibawah 6,5 dan

asam lemak rantai panjang. Basili tuberkel tumbah hanya pada suhu 35-370

C, yang sesuai dengan kemampuannya menginfeksi organ dalam terutama

paru. Mikroorganisme itu tidak membentuk spora, basilus tidak bergerak,

berukuran sekitar 0,4x0,4µm, yang dinding selnya amat banyak lipid, basilus

tuberkel tumbuh sangat lambat, waktu gandanya adalah 12-20 jam, bila

dibandingkan dengan kebanyakan bakteri pathogen lainnya yang kurang dari

1 jam.

Penyakit TB menyerang masyarakat hampir di seluruh dunia. Tidak

ada negara yang terjamin bebas dari penyakit ini terutama negara-negara

berkembang termasuk Indonesia. Jumlah kasus TB di Indonesia mengalami

peningkatan. Saat ini, Indonesia menduduki peringkat lima di dunia dengan

Page 14: Kalender Pintar

6

jumlah kasus TB terbanyak (kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2011). Saat ini penderita Tuberkulosis di Indonesia sekitar 299.000 orang

namun jumlah ini menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan Kementerian Kesehatan,  Tjandra Yoga Aditama,  telah

menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan Data Badan Kesehatan

Dunia (WHO)  pada tahun 2007 menyatakan jumlah penderita Tuberkulosis

di Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi tiga di dunia setelah India

dan Tiongkok. Laporan WHO pada tahun 2009 mencatat peringkat Indonesia

menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TB sebesar 429 ribu orang.

Determinan dan Faktor Risiko TB

Terdapat beberapa faktor risiko yang saling berkaitan yang

menyebabkan terjadinya TB. Faktor risiko yang berperan dalam kejadian

penyakit TB adalah faktor karakteristik individu dan faktor risiko

lingkungan.

1. Faktor Karakteristik Individu

Beberapa faktor karakteristik individu yang menjadi faktor risiko

terhadap kejadian TB

a. Faktor umur

Berdasarkan hasil penelitian di Singapura tahun 1987 menyatakan

bahwa sebanyak 31,11% penderita TB paru berada pada usis 60 tahun atau

lebih dan 19,17% berada pada usia antara 40-49 tahun. Di Indonesia

diperkirakan 75% penderita TB adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50

tahun

b. Faktor jenis kelamin

Prevalensi TB paru tampaknya meningkat seiring dengan peningkatan

usia. Angka pad apria selalu cukup tinggi pada semua usia tetapi angka pada

wanita senderung menurun tajam sesudah melampaui usia subur. Wanita

sering mendapat TB paru sesudah bersalin

c. Tingkat Pendidikan

Page 15: Kalender Pintar

7

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap

pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat

kesehatan dan pengetahuan penyakit TB, sehingga dengan pengetahuan yang

cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup

bersih dan sehat. Selain itu, tingkat pendidikan akan mempengaruhi terhadap

jenis pekerjaan.

d. Pekerjaan

Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel

debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada

saluran pernapasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan

morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernapasan dan

umumnya TB.

Jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan

keluarga yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari

diantara minum makanan, pemeliharaan kesehatan. Selain itu juga akan

mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah (konstruksi rumah). Rumah

yang tidak memenuhi syarat rumah sehat akan mudah terserang

mikrooganisme termasuk penyebab TB.

e. Kebiasaan merokok

Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan

risiko untuk mendapatkan kanker paru-paru, pemyakit jantung koroner,

bronchitis kronik dan kanker kandung kemih. Kebiasaan merokok

meningkatkan risiko untuk terkena TB sebanyak 2,2 kali. Dengan adanya

kebiasaan merokok akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB.

f. Status gizi

Status gizi merupakan variabel yang sangat berperan dalam

timbulnya kejadian TB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan

status gizi kurang mempunyai risiko 3,7 kali untuk menderita TB berat

dibandingkan dengan ornag yang status gizinya cukup atau lebih.

Page 16: Kalender Pintar

8

Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya

tahan tubuh dan respon imunologik terhadap penyakit (Lina dkk, Tanpa

Tahun)

g. Kondisi sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan

sanitasi lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan

pendapatan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam

memenuhi minum makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi.

Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang

menurun sehingga memudahkan terkena infeksi TB

h. Perilaku

Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan.

Pengetahuan penderta TB yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan

cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sebagi orang

sakit dan akhirnya berakibat menjadi sumber penular bagi orang do

sekelilingnya.

2. Faktor Risiko Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan yang menjadi faktor risiko terhadap

kejadian TB adalah (Ayomi, 2012) :

a. Kepadatan hunian

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di

dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan

dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak

sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya minum oksigen juga bila

slah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular

kepada anggoata keluarga yang lain.

b. Pencahayaan

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan

tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan

rumah, terutama cahaya matahari disamping kurang nyaman, juga meruakan

Page 17: Kalender Pintar

9

medai atau teempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit

penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya di dalam rumah akan

menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusak mata.

c. Ventilasi

Yang dimaksud ventilasi adalah peroses dimana udara bersih ddari

luar ruag sengaja dialirkan ke dalam ruang dan udara yang buruk dari dalam

ruang dikeluarkan.

Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang

ventilasi sebesar 10% dari luas lantai. Untuk luas ventilasi permanan minimal

5% dari luas lantai dan luas ventilasi insidnetil (dapat dibuka tutup) 5% dari

luas lantai.

d. Kondisi rumah

Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor risiko penularan

penayakit TB. Atap, dinding dan lantai dapt menjadi tempat

perkembangbiakan kuman. Lanatai dan dinding yang sulit dibersihkan akan

menyebabkan penumpukan debu, sehingga kan dijadikan sebagai media yang

baik bagi berkembangbakanya kuman Mycobacterium TB.

e. Kelembaban udara

Kelembaban udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan,

dimana kelembaban berkisar 40%-60% dengan suhu udara yang nyaman 180-

300 C. Kuman TB akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung,

tetappi dapat bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang gelap dan

lembab

f. Suhu

Suhu dalam ruangan harus dapat diciptakan sedemikian rupa

sehingga tubuh tidak terlalu banyak kehilangan panas atau sebaliknya tubuh

sampai kepanasan. Suhu ruangan dalam rumah yang ideal adalaerkisar 18 –

300 C dan suhu tersebut dipengaruhi oleh suhu udara luar, pergerakan udara

dan kelembaban udara dalam ruangan.

Page 18: Kalender Pintar

10

g. Ketinggian wilayah

Menurut Olander, ketinggian secara umum memperngaruhi

kelembaban dan suhu lingkungan. setiap kenaikan 100 meter selisih suhu

udara denga permukaan air laut sebesar 0,5 0C. Selain itu berkaitan juga

dengan kerapatan oksigen, Mycobakterium TB sangat aerob, sehingga

diperkirakan kerapatan pegunungan a kan mempengaruhi viabilitas kuman

TB.

Gambar 1. Faktor Risiko Kejadian TB

Penularan TB

Penyakit TB biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan

bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TB

batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita

TB dewasa.

Cara penularan

1. Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif.

2. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam

bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan

sekitar 3000 percikan dahak.

Page 19: Kalender Pintar

11

3. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada

dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,

sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat

bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.

4. Daya penularan seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang

dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan

dahak, makin menular penderita tersebut.

5. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh

konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

Patogenesis TB

Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan

berkembangbiak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan

tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau

kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TB dapat menginfeksi

hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran

pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian

organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru,

maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular

(bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TB ini akan

berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu

oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di

sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TB akan menjadi dormant

(istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai

tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.

Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan

tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan

sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami

perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang

banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang

Page 20: Kalender Pintar

12

nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah

memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan

tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TB.

Gejala Klinis TB

Gejala penyakit TB dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala

khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara

klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk

menegakkan diagnosa secara klinik.

1. Gejala Sistemik/Umum

a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan

malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam

seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.

c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2. Gejala Khusus

a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan

sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan

kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi",

suara nafas melemah yang disertai sesak.

b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai

dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala

seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan

bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

c. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan

disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam

tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Pada penderita anak yang tidak menimbulkan gejala, TB dapat

terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan penderita TB dewasa. Kira-

Page 21: Kalender Pintar

13

kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TB dewasa memberikan

hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal

serumah dengan penderita TB dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30%

terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

Upaya Penanggulangan TB

Pada tahun 1995, WHO telah merekomendasikan strategi DOTS

sebagai strategi dalam penanggulangan TB. Bank dunia menyatakan strategi

DOTS sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif. Fokus

utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan penderita, prioritas

diberikan kepada penderita TB tipe menular. Strategi DOTS terdiri dari lima

komponen kunci:

1. Komitmen politis

2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya

3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua TB dengan tatalaksana

kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung

pengobatan

4. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu

5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap

hasil pengobatan penderita dan kinerja program secara keseluruhan

Dalam perkembangannya upaya ekspansi penanggulangan TB,

kemitraan global dalam penanggulangan TB (stop TB partnership)

mengembangkan strategi sebagai berikut:

1. Mencapai, mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS

2. Merespon masalah TB-HIV, MDR-TB dan tantangan lainnya

3. Berkontribusi dalam penguatan system kesehatan

4. Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun

swasta

5. Melaksanakan dan mengembangkan riset

Page 22: Kalender Pintar

14

Pengobatan TB

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan penderita, mencegah

kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan

mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai

berikut:

a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam

jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan

gunakan OAT tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap

(OAT – KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

b. Untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat, dilakukan pengawasan

langsung (DOT= Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas

Menelan Obat (PMO). Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap

intensif dan lanjutan.

1. Tahap Awal (Intensif)

a. Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan perlu

diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

b. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya

penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.

c. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)

dalam 2 bulan.

2. Tahap Lanjutan

a. Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun

dalam jangka waktu yang lebih lama

b. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga

mencegah terjadinya kekambuhan

Tabel 1. Jenis OAT, Sifat, dan Dosis yang Direkomendasikan

Jenis OAT Sifat Dosis yang direkomendasikan (mg/kg)Harian 3x seminggu

Isonazid (H) Bakterisid 5(4-6)

10(8-12)

Rifampicin (R) Bakterisid 10 10

Page 23: Kalender Pintar

15

(8-12) (8-12)Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25

(20-30)35

(30-40)Streptomycin (S) Bakterisid 15

(12-18)15

(12-18)Ethambutol (E) Bakteriostatik 15

(15-20)30

(20-35)

Media Promosi Kesehatan

Media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun

secara luas. AECT (Association for Education and Communicatian

Technology) dalam Harsoyo (2002) memaknai media sebagai segala bentuk

yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi. NEA (National

Education Association) memaknai media sebagai segala benda yang dapat

dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen

yang digunakan untuk kegiatan tersebut (D.J. Maulana, 2009). Media atau

alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk

promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium,

untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi

(Departemen Kesehatan RI, 2004).

Media Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan

keuntungan-keuntungan (Departemen Kesehatan RI, 2008):

1. Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan

contoh yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir

atau salah pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari.

2. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.

3. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang

mengesankan.

4. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.

5. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.

Jenis-Jenis Media

Media dapat dibagi dalam 4 kelompok besar (Departemen Kesehatan RI, 2008):

Page 24: Kalender Pintar

16

1. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.

Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal,

mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini

kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu

mengajar.

2. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya.

Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi

kesehatan. Hal ini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan,

misal ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan

dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik

dan lain-lain.

3. Gambar/Media grafis

Media grafis adalah penyajian visual (menekankan persepsi indera

penglihatan) dengan penyajian dua dimensi. Dalam media grafis tidak

termasuk media elektronik. Termasuk dalam media grafis misalnya Poster,

Leaflet, Reklame, billboard, Spanduk, dll

4. Gambar alat optik. seperti photo, slide, film, dll

Pesan dalam Media

Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan

atau kata yang sesuai untuk khalayak sasaran (Dinas Kesehatan Kabupaten

Sleman, 2012). Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif, untuk itu

pesan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut (Departemen Kesehatan RI,

2008):

a. Command attention

Kembangkan suatu idea tau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain

suatu pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan

khayalayak sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut.

b. Clarify the massage

Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang effektif harus

memberikan informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran. Kalau

Page 25: Kalender Pintar

17

pesan dalam media diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut

gagal.

c. Create trust

Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau. Katakanlah

masyarakat percaya cuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit diare,

dan untuk itu harus dibarengi bahwa harga sabun terjangkau dan mudah

didapat didekat tempat tinggalnya.

d. Communicate a benefit

Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Khalayak sasaran

termotivasi membuat jamban misalnya, karena mereka akan memperoleh

keuntungan dimana anaknya tidak akan terkena penyakit diare misalnya

e. Consistency

Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu pesan utama dimedia

apapaun secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan

tetap sama.

f. Cater to the heart and head

Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi

yang efektif tidak hanya sekedar member alas an teknis semata, tetapi juga

harus menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata.

g. Call to action

Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khlayak sasaran untuk

bertindak sesuatu. “ Ayo, buang air bedsar di jamban agar anak tetap sehat”

adalah contoh ungkapan yang memotivasi kearah suatu tindakan.

Kalender

Sebuah kalender adalah sebuah sistem untuk memberi nama pada sebuah

periode waktu (seperti hari sebagai contohnya). Nama-nama ini dikenal sebagai

tanggal kalender. Tanggal ini bisa didasarkan dari gerakan-gerakan benda

angkasa seperti matahari dan bulan. Kalender juga dapat mengacu kepada alat

yang mengilustrasikan sistem tersebut (sebagai contoh, sebuah kalender

dinding).

Page 26: Kalender Pintar

18

METODE PENULISAN

Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode telaah pustaka.

Metode telaah pustaka adalah kajian kritis atas pembahasan suatu topik yang

sudah ditulis oleh para peneliti atau ilmuwan di dalam berbagai sumber.

Sumber informasi bisa berupa buku, jurnal, ataupun artikel ilmiah.

Langkah-langkah penulisan yang telah ditempuh pada karya ilmiah

ini adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data dan atau Informasi

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan berbagai sumber data baik dari

buku, jurnal ilmiah, berita, dan google search. Tujuannya yaitu untuk

menambah referensi tentang materi yang berkaitan dengan masalah yang

akan dipecahkan. Sehingga bisa merumuskan pertanyaan pada karya ilmiah

ini.

2. Pengolahan Data dan atau Informasi

Beberapa data dan informasi yang diperoleh pada tahap pengumpulan

data kemudian diolah dengan menggunakan metode analisis deskriptif

berdasarkan data sekunder.

3. Analisis-Sintesis Data

Analisis data dilakukan sebagai suatu proses pengklasifikasian dan

pengelompokan data yang selalu didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai

pada suatu penelitian.

4. Simpulan

Hasil analisis, sintesis, dan alternatif solusi ditarik kesimpulan

mengenai gagasan yanga akan diimplementasikan.

5. Saran dan Rekomendasi

Hasil analisis, sintesis, alternatif solusi, dan kesimpulan

membutuhkan saran dan rekomendasi dengan pihak-pihak yang terkait agar

gagasan dapat diimplementasikan dengan baik.

Page 27: Kalender Pintar

19

PEMBAHASAN

Gambaran Permasalahan Pengendalian TB di Indonesia

Penanggulangan TB terutama di negara berkembang seperti Indonesia

masih belum memuaskan TB yang sekarang terjadi, terkonsentrasi pada

penderita yang sulit diobati, yaitu penderita di pedesaan tanpa akses untuk ke

pusat kesehatan dan yang tinggal di tempat yang padat penduduk, penderita yang

terlambat minum obat, dan penderita dengan kekebalan tubuh yang rendah

sehingga tidak dapat terhindar dari penyakit ini (Kementerian Kesehatan RI,

2011). Penyebab utama kegagalan dalam pengobatan TB disebabkan oleh

ketidakpatuhan penderita dalam meminum obat. Kurangnya kesadaran dari

penderita tersebut merupakan sebab utama gagalnya pengobatan bagi 5% dari

jumalah penderita (Ayuningtyas, 2008).

Berdasarkan penelitian Jarbose (2002) menunjukkan bahwa penderita TB

yang tidak patuh pada akhirnya akan diikuti dengan berhentinya penderita dalam

meminum obat. Ketidakpatuhan minum obat dapat dilihat terkait dengan dosis,

cara minum obat, waktu minum obat dan periode minum obat yang tidak sesuai

dengan aturan (Lailatushifah, 2012).

Dampak yang disebabkan ketidakpatuhan penderita dalam meminum

obat secara teratur, selain menjadi penghambat dalam proses penyembuhan

dirinya, juga akan mengakibatkan beberapa hal sebagai berikut (Asmirini, 2013):

1. Penyakit tidak akan sembuh bahkan basil TB menjadi lebih kuat,

2. Penderita tetap dapat menularkan penyakitnya pada orang lain,

3. Penyakit menjadi semakin sukar diobati karena ada kemungkinan bakteri TB

menjadi kebal sehingga diperlukan obat yang lebih kuat dan lebih mahal.

4. Perlu waktu lebih lama untuk sembuh,

5. Penderita dapat juga menularkan kuman yang sudah kebal obat pada orang

lain.

Page 28: Kalender Pintar

20

Solusi yang Pernah Diterapkan dalam Mencegah Ketidakpatuhan Meminum

Obat pada Penderita TB

Pengobatan merupakan suatu hal yang penting dalam upaya pengendalian

penyakit TB. Tujuan dari pengobatan TB ini adalah untuk menyembuhkan

penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, dan menurunkan tingkat

penularan (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Namun dalam proses pengobatan

ini terdapat kendala berupa ketidakpatuhan penderita dalam minum obat secara

teratur. Oleh karena, pemerintah menerapkan strategi DOTS untuk mengatasi

masalah tersebut. Di dalam strategi DOTS terdapat panduan pengobatan panduan

OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan

pengobatan diperlukan seorang Pengawas Menelan Obat (PMO) dan pemberian

panduan OAT didasarkan klasifikasi TB (Kementerian Kesehatan RI). Dalam

upaya memperkuat strategi pengendalian TB, Kementerian Kesehatan RI

mengeluarkan kebijakan Stop TB melalui Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No 565/Menkes/Per/III/2011 tentang Strategi Nasional

Pengendalian Tuberkulosis 2011-2014.

Penanggulangan penyakit TB dengan strategi DOTS ini sudah efektif

dalam meningkatkan angka kesembuhan TB yang tinggi, mencegah putus

berobat, mengatasi efek samping obat jika timbul dan mencegah resistensi ganda

terhadap obat TB yang disebut Multiple Drug Resistance / MDR (Asmarini,

2013). Namun masih perlu adanya suatu pemberdayaan masyarakat dalam hal ini

adalah penderita TB sendiri maupun kelurganya dalam suatu pengawasan minum

obat dan pemberian motivasi untuk selalu menjaga keteraturan minum obat.

Menurut teori Force field Analysis dari Lewis Kepatuhan berobat sangat

dipengaruhi oleh perilaku penderita (Ratnasari, 2012). Ketidakpatuhan penderita

dalam berobat dapat meningkatkan risiko berkembangnya penyakit TB yang

diderita atau memperpanjang atau memperburuk kesakitan yang sedang

dideritanya. Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20% jumlah opname di

rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan penderita terhadap aturan

pengobatan (Asmarini, 2012).

Page 29: Kalender Pintar

21

Cara terbaik mengubah perilaku tersebut adalah dengan memberikan

informasi serta diskusi dan partisipasi dari penderita. Agar perilaku penderita

lebih patuh, penguatan driving force dibutuhkan dengan menggalakkan persuasi

dan memberi informasi (Hutapea, 2010). Oleh karena diperlukan sebuah inovasi

baru kalender pintar dalam upaya mencegah ketidakpatuhan meminum obat dan

pemeriksaan kesehatan oleh penderita TB. Kalender pintar ini adalah suatu

inovasi pengingat kepatuhan dalam meminum obat dan pemberian motivasi

internal dalam bentuk sebuah kalender dinding yang mudah dilakukan, fleksibel,

dan efektif.

Implementasi Kalender Pintar dalam Mencegah Ketidakpatuhan Meminum

Obat pada Penderita TB

TB adalah salah satu penyakit yang membutuhkan perhatian khusus.

Pengobatannya berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan

(Kartika, 2009). Hal ini seringkali membuat penderita putus berobat atau

menjalankan pengobatan secara tidak teratur sehingga pengobatan tidak berhasil

dan kuman menjadi kebal atau disebut juga sebagai multi drugs resistance

(MRD). Kasus MRD memerlukan biaya yang lebih besar dan pengobatan yang

lebih sulit (Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2008).

Keberhasilan pengobatan TB merupakan salah satu tindakan dalam

upaya pengendalian TB. Keberhasilan pengobatan TB dipengaruhi oleh

banyak faktor, antara lain lamanya waktu pengobatan, kepatuhan serta

keteraturan penderita untuk berobat, daya tahan tubuh, serta faktor sosial

ekonomi penderita (Ayuningtyas, 2008). Salah satu faktor yang cukup sulit

dikendalikan oleh tenaga kesehatan adalah kepatuhan penderita untuk

meminum obat. Hal ini terjadi karena tenaga kesehatan tidak dapat

melakukan pengawasan selama 24 jam pada penderita. Oleh karena itu,

media kesehatan sangat diperlukan dalam meningkatkan kepatuhan penderita

TB untuk meminum obat.

Kalender Pintar adalah suatu media yang dapat digunakan sebagai

pengingat meminum obat untuk penderita TB. Kalender Pintar merupakan media

Page 30: Kalender Pintar

22

yang unik dan ringkas. Ringkas karena berbentuk seperti kalender sobek yang

didalamnya terdapat 180 lembar sesuai dengan masa pengobatan penderita TB

dalam hitungan hari. Kalender Pintar yang berbentuk seperti kalender sobek ini

bukanlah sebuah penanda hari, tanggal, ataupun bulan. Akan tetapi, media

tersebut merupakan penanda hari seorang penderita TB sudah menjalani masa

pengobatan dengan kata lain media ini dapat memberikan informasi penting

mengenai hari yang sudah terlewati untuk masa pengobatan. Unik karena tiap

lembar yang menandakan hari yang telah terlewati tidak dibuang begitu saja tapi

ditempelkan di alat penancap kertas yang diciptakan sebagai pelengkap media.

Lembaran penanda hari yang sudah terlewat dapat digunakan sebagai bukti bahwa

penderita telah meminum obat tepat waktu ketika penderita datang ke dokter

untuk check up.

Media ini seperti kompas yang menunjukkan bahwa masa pengobatan

masih berlangsung dan selalu menjadi pengingat bagi penderita TB untuk rutin

meminum obat karena dalam media ini juga terdapat kotak Check list yang dapat

diisi setelah penderita TB selesai meminum obat. Ketika penderita datang ke

dokter untuk check up dan melakukan pengobatan selanjutnya dokter dapat

mengetahui apakah selama masa pengobatan penderita TB tersebut rajin

meminum obat. Hal tersebut dapat ditemukan dalam lembaran media yang

terkumpul di alat penancap kertas.

Media ini juga dapat digunakan sebagai alat bagi keluarga untuk secara

teratur mengontrol pengobatan penderita TB. Kedisiplinan penderita dalam

menjalankan pengobatan juga perlu diawasi oleh anggota keluarga terdekat, yang

setiap saat dapat mengingatkan penderita untuk meminum obat. Selain itu media

ini dapat juga dapat memberikan peringatan bagi keluarga bahwa penderita TB

tersebut masih berada dalam masa penularan dan memerlukan perawatan dan

dukungan untuk membantu pengobatannya. media ini juga dilengkapi kata-kata

motivasi yang diharapkan mampu membuat penderita termotivasi untuk sembuh

dan bersemangat menjalani masa pengobatan.

Kalender Pintar ini sangat tepat bila dikolaborasikan dengan strategi

DOTS. Media ini dapat meringankan kinerja PMO. Selain itu, media ini juga

Page 31: Kalender Pintar

23

dapat memberdayakan keluarga penderita TB untuk berperan aktif memberikan

perawatan dan dukungan dalam rangka upaya penyembuhan penderita TB.

Kekurangan sistem DOTS diharap dapat disempurnakan dengan adanya media ini.

Sehingga Strategi DOTS yang telah gencar dilakukan oleh pemerintah dan

menunjukkan angka kesembuhan penderita TB menjadi 85% (Pare,dkk, 2013)

akan meningkat menjadi > 85% dengan adanya media kesehatan kalender pintar

pengingat kepatuhan bagi penderita TB.

Strategi dalam Implementasi Kalender Pintar

Strategi berdasarkan fakta empiris yang ada dan solusi yang pernah

ditawarkan, maka upaya terobosan untuk mencegah ketidakpatuhan meminum

obat pada penderita TB dalam upaya meningkatkan tingkat kesembuhan penyakit

TB adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Strategi Terobosan Implementasi Kalender Pintar untuk Mencegah

Ketidakpatuhan Meminum Obat pada Penderita TB

Aspek Strategi

Penguatan

Internal

Menjelaskan efektifitas dan efisiensi penggunaan kalender

sobek untuk mengatasi masalah ketidakpatuhan

meminum obat pada penderita TB dalam meminum obat

secara teratur

Dukungan dan persetujuan oleh Puskesmas/Rumah Sakit

dan Kemenkes terhadap gagasan yang disampaikan

Pemerintah menggandeng seluruh Rumah sakit/puskesmas

yang ada di daerah untuk menyelenggarakan Kalender

Pintar

Implementasi kalender sobek

Penerapan kebijakan pemerintah yang menunjang program

internal

Pengembangan

Eksternal

Penguatan Strategi Nasional Pengendalian TB mengenai

solusi untuk mencegah ketidakpatuhan minum obat pada

penderita TB

Page 32: Kalender Pintar

Puskesmas Rumah Sakit/ Kemenkes

PMOKalender Sobek

Penderita TB

Dukungan Masyarakat

24

Aspek Strategi

Penguatan Undang-undang mengenai peran serta masyrakat

dalam proses penyembuhan penderita TB dan atau

pembuatan undang-undang baru yang mendukung

pembangunan kesehatan nasional dalam hal

perlindungan masyarakat terhadap TB

Strategi ini merupakan solusi yang mampu menjawab permasalahan yang

terjadi. Strategi ini menanggulangi persoalan terobosan untuk mencegah

ketidakpatuhan meminum obat penderita TB dalam berobat. Gagasan ini dapat

terwujud melalui partisipasi aktif pihak-pihak yang digambarkan melalui bagan

di bawah ini sebagai berikut :

Gambar 2. Pihak-pihak yang Akan Mengimplementasikan Program

Keterangan : : pihak yang mendukung langsung pelaksanaan

program

: bekerja sama dalam penyelenggaraan program

: secara tidak langsung mendukung pelaksanaan

program

Gagasan Kalender Pintar sebagai suatu usaha untuk meningkatkan

kepatuhan penderita TB dalam meminum obat dan memeriksakan dirinya ke

Page 33: Kalender Pintar

25

rumah sakit dapat diimplementaskan dengan baik apabila didukung oleh hal-hal

sebagai berikut :

1. Adanya riset tentang angka kejadian TB di Indonesia oleh Perguruan Tinggi.

2. Rumah Sakit bersama Kemenkes mendukung dan menyetujui program

Kalender Pintar

3. Membentuk PMO pada tiap rumah sakit sebagai pelaksana program

4. Penegasan kembali aturan dalam UU RI No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan

dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No

565/Menkes/Per/III/2011 tentang Strategi Nasional Pengendalian

Tuberkulosis 2011-2014. Pemerintah membuat kebijakan yang lebih mampu

memberikan dukungan dalam proses kesembuhan bagi penderita TB.

5. Komitmen antara pemerintah dan pihak-pihak yang terkait untuk menurunkan

tingkt kejadian TB.

6. Pelaksanaan program Kalender Pintar untuk mencegah ketidakpatuhan

meminum obat penderita TB

7. Diperlukan riset atau cost and benefit analysis untuk memperjelas tujuan,

biaya, manfaat, dan dampak dari program Kalender sobek bagi penderita TB

di Indonesia agar dapat meyakinkan para stakeholder yang melihat peluang ini

dalam upaya meningkatkan tingkat kesembuhan penderita TB di Indonesia.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan

bahwa:

1. Keadaan terkini pengendalian TB di Indonesia mengalami kendala terkait

ketidakpatuhan penderita TB dalam meminum obat sehingga berakibat pada

kegagalan penderita TB untuk sembuh dari penyakitnya.

2. Gagasan media kesehatan Kalender Pintar dapat digunakan dalam mencegah

ketidakpatuhan meminum obat dengan media pengingat berupa penanda hari

Page 34: Kalender Pintar

26

selama masa pengobatan, checklist setelah penderita meminum obat, dan kata-

kata motivasi dalam memotivasi penderita selama masa penyembuhan

3. Implementasi Kalender Pintar ini dapat bekerja bersama PMO dalam upaya

pengendalian TB di Indonesia

Saran

Mengingat pentingnya Media Kesehatan Pengingat Penderita TB dalam

Meminum Obat melaui Kalender sobek sebagai salah satu upaya meningkatkan

angka kesembuhan bagi penderita TB, maka perlu adanya sinergisitas dari pihak-

pihak yang terkait yaitu pemerintah baik pemerintah pusat, pemerintah daerah,

lembaga pemerintah seperti Kemenkes, Puskesmas, Rumah Sakit dan fasilitas

pelayanan kesehatan baik negeri maupun swasta serta partisipasi masyarakat

Indonesia. Pemerintah daerah sebagai pemegang kekuasaan hendaknya

memberikan perhatian lebih dalam bentuk kebijakan otonomi daerah. Selain itu,

kebijakan ini perlu adanya dukungan dan partisipasi dari masyarakat dan pihak-

pihak yang berhubungan dengan penderita TB.

Page 35: Kalender Pintar

DAFTAR PUSTAKA

Asmarini, Siti. 2013. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Ketidakpatuhan Penderita TB Paru Minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajah Mada Kecamatan Tembilahan Kota Kabupaten Indragiri Hilir. [serial online] repository.unri.ac.id [28 Februari 2013]

Ayomi, andreas christian dkk. 2012. Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura Provinsi Papua. Jurnal kesehatan Lingkugan Indonesia. vol 11 (1): hal 1-8

Ayuningtyas, Nurilla. 2008. Pengaruh Konseling terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita TBC Paru pada Terapi Obat di Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. [serial online] www.digilib.ui.ac.id [26 Februari 2013]

Bappenas. 2010. Ringkasan Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium di Indonesia. Jakarta: Bappenas

D. J. Maulana, Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan RI. 2004. Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media Promosi Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Departemen Kesehatan RI. 2008. Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan Komunikasi Perubahan Perilaku, Untuk KIBBLA. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Departemen Kesehatan RI. 2008. Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan, Dalam Pencapaian PHBS. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2008. Pedoman Penanggulangan TB di Tempat Kerja (Workplace). Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. 2012. Media Promosi Kesehatan. [serial online] http://dinkes.slemankab.go.id [27 Februari 2013]

Hutapea, Tahan P. 2010. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis. [serial online] jurnalrespirologi.org [8 Maret 2013]

Kartika. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Default Penderita TB Paru di RSUD Budhi Asih Jakarta Tahun. 2008. [serial online] lontar.ui.ac.id [8 Maret 2013]

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Pengendalian TB di Indonesia mendekati Target MDG. [serial online] depkes.go.id [1 Maret 2013]

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia tahun 2010-2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Page 36: Kalender Pintar

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Data/Informasi Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Lailatushifah, Siti. 2012, Kepatuhan Pasien yang Menderita Penyakit Kronis Dalam Mengkonsumsi Obat Harian. [serial online] fpsi.mercubuana-yogya.ac.id [1 Maret 2013]

Lina, Nur dkk. Tanpa Tahun. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Tuberkulosis pada Anak di Kota Tasikmalaya. Semarang: Universitas Dipenogoro

Pare, Amelda L, dkk. 2013. Hubungan Antara Pekerjaan, PMO, Pelayanan

Kesehatan, Dukungan Keluarga Dan Diskriminasi Dengan Perilaku Berobat

Pasien TB Paru. [serial online] repository.unhas.ac.id [1 Maret 2013]

Ratnasari, Nita Y. 2012. Hubungan Dukungan Sosial Dengan Kualitas Hidup

Pada Penderita Tuberkulosis Paru (TB Paru) Di Balai Pengobatan Penyakit

Paru (BP4) Yogyakarta Unit Minggiran. Jurnal Tuberkulosis Indonesia Vol.

8

Suarni, Helda. 2009. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian

Penderita Penyakit TB Paru BTA Positif di Kecamatan Pancoran Mas Kota

Depok Bulan Oktober tahun 2008- April 2009. Jakarta: Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia

Page 37: Kalender Pintar

KALENDER PINTAR

1Day

Awali Langkah Anda, Bebaskan Diri Dari Penyakit

TBC

Saya Sudah Minum Obat

Lampiran Gambar Kalender Pintar

Sketsa dari Kalender Pintar

Page 38: Kalender Pintar

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Ketua Kelompok

Nama : Maulia Afidah Cahyani

NIM : 102210101007

Jurusan / Fakultas : Ilmu Kesehatan Masyarakat/Kesehatan Masyarakat

Tempat, tanggal lahir : Lumajang, 29 November 1992

Universitas : Universitas Jember

HP : 085746628559

Alamat : Jl. Kalimantan no.46 Jember, Jawa Timur

Email : [email protected]

Riwayat pendidikan :

No. Sekolah Tempat tahun

1 SD Islam Tompokersan Lumajang 2005

2 SMPN 1 Lumajang Lumajang 2008

3SMA 2 Lumajang Lumajang 2010

Karya ilmiah yang pernah dibuat :

NoJudul Kategori Tahun

1Pemanfaatan ekstrak daun kemangi

sebagai Hand Sanitizer Alami PKM GT 2011

2Nudget BONJAY (Boneka Jamur

Ayam) sebagai jajanan bergizi bagi Anak

PMW 2012

Anggota

Anggota Kelompok I

Nama : Qorinatus Zahroh

NIM : 102210101170

Jurusan / Fakultas : Ilmu Kesehatan Masyarakat/Kesehatan Masyarakat

Tempat, tanggal lahir : Pamekasan, 29 Maret 1992

Page 39: Kalender Pintar

Universitas : Universitas Jember

HP : 085731767535

Alamat : Jl. Kalimantan no.50 Jember, Jawa Timur

Email : [email protected]

Riwayat pendidikan :

No. Sekolah Tempat tahun

1 SDN Dempok Timur I Pamekasan 2004

2SMPN 1 Waru Pamekasan 2007

3SMA 1 Pamekasan Pamekasan 2010

Karya ilmiah yang pernah dibuat :

NoJudul Kategori Tahun

1

K Upaya Peningkatan Kualitas Udara

dengan Penanaman Casuarina

Equisetifolia untuk Kawasan Wisata

Pantai yang Sehat.

PKM Penunjang

Kemaritiman bidang

Sosbud

2011

2

CSC-HIV/AIDS Sebagai Upaya Pengendalian HIV/AIDS Di Wilayah Wisata Pantai Untuk Menciptakan Indonesia Bebas HIV/AIDS Menuju MDG’S 2015

Kesehatan 2012

Prestasi yang diraih :

No. Judul Kategori Tahun Penyelenggara Tingkat

1 KTI Upaya

Peningkatan

Kualitas Udara

dengan Penanaman

Casuarina

Equisetifolia untuk

Kawasan Wisata

Pantai yang Sehat.

PKM

Penun

jang

Kema

ritima

n

bidan

g

2011 UNHAS Nasional

Page 40: Kalender Pintar

No. Judul Kategori Tahun Penyelenggara Tingkat

Sosbu

d

2

CSC-HIV/AIDS Sebagai Upaya Pengendalian HIV/AIDS Di Wilayah Wisata Pantai Untuk Menciptakan Indonesia Bebas HIV/AIDS Menuju MDG’S 2015

Kesehatan 2012 UI Nasional

Anggota kelompok II

Nama : Wahyu Wulandari

NIM : 102110101172

Jurusan / Fakultas : Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Kesehatan Masyarakat

Tempat, tanggal lahir : Jombang, 1 Desember 1990

Universitas : Universitas Jember

HP : 085655929129

Alamat : Jl Kalimantan 4 no 57 Blok C Jember

Email : andara . hyunca@ gmail .com

Riwayat pendidikan :

No. Sekolah Tempat tahun

1 SDN Tampingmojo 1 Jombang 2003

2 SMPN 1 Tembelang Jombang 2006

3 SMAN 2 Jombang Jombang 2009

Karya ilmiah yang pernah dibuat :

NoJudul Kategori Tahun

1

Advocacy The Corner Of

Reproductive Health And HIV/AIDS

Programs” Sebagai Upaya

Meningkatkan Pengetahuan

KTI 2012

Page 41: Kalender Pintar

NoJudul Kategori Tahun

Kesehatan Reproduksi Dan

HIV/AIDS Pada Anak Jalanan

2

“Self-Defence For Children”

Implementasi Bela Diri Dalam

Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan

Sebagai Suatu Upaya Mencegah

Pelecehan Seksual Terhadap Anak

KTI 2012

3

The Big Five Magical Of Kelud Sebagai

Suatu Upaya Peningkatan Devisa

Negara

PKM-GT 2011

4

SRIKANDI (Sushi Tradisional Makanan Indonesia) Sebagai Wujud Pelestarian Kuliner Nusantara yang Dikemas Modern dan Trendi

PKMK 2013

Prestasi yang diraih :

NJudul Kategori Tahun Penyelenggara Tingkat

1

“Self-Defence For

Children”

Implementasi Bela

Diri Dalam Pendidikan

Jasmani Dan

Kesehatan Sebagai

Suatu Upaya

Mencegah Pelecehan

Seksual Terhadap

Anak

KTI 2012Universitas

Jambi

Nasiona

l

2

The Big Five Magical Of

Kelud Sebagai Suatu

Upaya Peningkatan

Devisa Negara

PKM-

GT2011 Dikti

Nasiona

l

3 SRIKANDI (Sushi PKMK 2013 Dikti Nasiona

Page 42: Kalender Pintar

NJudul Kategori Tahun Penyelenggara Tingkat

Tradisional Makanan Indonesia) Sebagai Wujud Pelestarian Kuliner Nusantara yang Dikemas Modern dan Trendi

l