Kalender Pintar
-
Upload
qorinatuszahroh -
Category
Documents
-
view
402 -
download
57
Transcript of Kalender Pintar
KALENDER PINTAR:
SOLUSI INOVATIF PENGINGAT KEPATUHAN MINUM OBAT
PADA PENDERITA TB
Diusulkan oleh:
Ketua : Maulia Afidah Cahyani
Anggota : Qorinatus Zahroh
Wahyu Wulandari
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Kalender Pintar : Solusi Inovatif Pengingat
Kepatuhan Minum Obat pada Penderita TB
Ketua Tim
a. Nama Lengkap : Maulia Afidah Cahyani
b. NIM : 102110101007
c. Institusi : Fakultas Kesehatan Masyarakat
d. Alamat Rumah : Jl. Kalimantan no.46 Jember, Jawa Timur
e.Telepon/Faximili : 085746628559
f. e-mail : [email protected]
Anggota Tim : 2 orang
Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Andrei Ramani, S.KM., M.Kes
b. NIP : 19800825 200604 1 005
c. Alamat Rumah : Jl. Sumatra 128 Jember
d. No Telepon / Hp : 081326240264
Jember, 11 Maret 2013
ii
Dosen Pembimbing
(Andrei Ramani, S.KM., M.Kes)
NIP. 19800825 200604 1 005
Ketua Tim
( Maulia Afidah Cahyani )
NIM. 102110101007
Mengetahui,Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Jember
(Drs. Husni Abdul Gani, M.S.) NIP. 19560810 198303 1 003
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
taufik serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa
yang berjudul “Kalender Pintar : Solusi Inovatif Pengingat Kepatuhan Minum
Obat pada Penderita TB” dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan
orang-orang yang tegak di atas agama-Nya hingga akhir zaman.
Penulisan karya tulis mahasiswa ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Husni Abdul Gani, M.S., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember;
2. Andrei Ramani, S.KM, M.Kes., selaku dosen pembimbing dalam penyusunan
karya tulis ini;
3. Orang tua kami, atas segala restu dan dukungannya;
4. Teman-teman, atas segala bentuk bantuannya.
Penulis berharap semoga karya tulis mahasiswa ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak dan bermanfaat dalam mencegah ketidakpatuhan minum obat pada
penderita TB sebagai upaya dalam meningkatkan tingkat kesembuhan penderita
TB di Indonesia.
Jember, 11 Maret 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................ii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................iii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................vi
ABSTRAK .............................................................................................................vii
PENDAHULUAN...................................................................................................1
Latar Belakang..............................................................................................1
Rumusan Masalah.........................................................................................3
Tujuan...........................................................................................................3
Manfaat.........................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................5
Penyakit Tuberculosis (TB)..........................................................................5
Media Promosi Kesehatan............................................................................14
Kalender........................................................................................................17
METODE PENULISAN .......................................................................................17
PEMBAHASAN......................................................................................................18
Gambaran Permasalahan Pengendalian TB di Indonesia.............................18
Implementasi Kalender Pintar dalam Mencegah Ketidakpatuhan
Meminum Obat pada Penderita TB .............................................................20
PENUTUP...............................................................................................................25
Kesimpulan...................................................................................................25
Saran.............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jenis OAT, Sifat, dan Dosis yang Direkomendasikan.............................14
iv
Tabel 2. Strategi Terobosan Implementasi Kalender Pintar untuk Mencegah
Ketidakpatuhan Meminum Obat pada Penderita TB...............................23
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Faktor Risiko Kejadian TB.....................................................................10
Gambar 2. Pihak-pihak yang Akan Mengimplementasikan Program......................24
v
KALENDER PINTAR:SOLUSI INOVATIF PENGINGAT KEPATUHAN MINUM OBAT
PADA PENDERITA TB
Maulia Afidah C, Qorinatus Zahroh, Wahyu Wulandari Dosen Pembimbing: Andrei Ramani, S.KM., M.Kes
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember, Jember
Abstrak
Di Indonesia, TB merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah penderita TB pada tahun 2008 mencapai 253 per 100.000 penduduk, dan diperkirakan akan terus meningkat jika tidak dilakukan suatu penanganan khusus. Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Pemerintah dalam upaya mengendalikan jumlah penderita TB di Indonesia mengeluarkan kebijakan pengobatan melalui program DOTS sejak tahun 1995 yang didopsi dari program pengendalian TB oleh WHO. Salah satu program DOTS adalah meminum obat secara intensif selama enam bulan. Pemerintah juga membentuk PMO (Pengawas Minum Obat) sebagai upaya dalam mengawasi dan mengontrol serta memberikan penyuluhan terhadap penderita TB dan keluarganya. Namun, jumlah dan peran PMO khususnya yang berasal dari anggota keluarga tidak masih rendah baik dalam kuantitas dan kualitas. Oleh karena itu, penulis menawarkan sebuah media Kalender Pintar dalam upaya mencegah ketidakpatuhan penderita TB dalam meminum obat dengan mengurangi beban kerja dari PMO dan membantu pengawasan dari dokter. Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode telaah pustaka dengan menganalisi teori dari berbagai literatur sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan dari hasil telaah kritis. Dengan adanya kalender pintar ini diharapakan ketidakpatuhan penderita dapat dihindari sehingga pengobatan TB dapat dilaksanakan dengan baik. keberhasilan pengobatan TB akan meningkatkan tingkatan kesembuhan TB di Indonesia dan mencegahan peningkatan jumlah penderita TB di Indonesia.
Kata Kunci: ketidakpatuhan meminum obat, kalender pintar, penderita TB
AbstracIn Indosesia, TB is one of the major public health problem. The number
of TB cases in 2008 reached 253 per 100,000 population, it will increase if no treatment is done. Indonesia is now ranked fifth in the country with the highest TB burden in the world. Government do some efforts to control the number of TB patients in Indonesia like as DOTS program since 1995 that is adopted from TB control programs by the WHO. One of the DOTS program is taking drugs intensively for six months. The government also set up a PMO (Drugs Drink
vi
Supervisory) as an effort to monitor and control as well as provide counseling for TB patients and their families. However, the number and role of the PMO particularly from family members were still low both in quantity and quality. Therefore, the authors offer a Smart Calendar media as an effort to prevent TB patient compliance in taking medication, reduce the workload of the PMO and assist supervision of a physician. Methode of the paper writing use theoretical literature review of the literature to produce a conclusion from the results of a critical study. By using the smart calendar, it is expected to avoid disobedience patient so that the treatment of TB can be successfully implemented. The success of TB treatment will increase the levels of cure TB in Indonesia and prevent the increasing the number of TB patients in Indonesia.
Keyword: disobedience patient in drugs drinking, smart calendar, patient TB
vii
viii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
TB atau TB merupakan salah satu jenis penyakit infeksi akibat
Mycobacterium TB yang menyerang masyarakat hampir seluruh dunia. TB
menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian dunia.
Jumlah kasus TB dan kematian akibat TB mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium Tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta
penderita TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia.
Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi
pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2006).
Di Indosesia, TB merupakan salah satu masalah utama kesehatan
masyarakat. Jumlah penderita TB pada tahun 2008 mencapai 253 per
100.000 penduduk, dan diperkirakan akan terus meningkat jika tidak
dilakukan suatu penanganan khusus. Indonesia sekarang berada pada ranking
kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2012).
Meskipun memiliki beban penyakit TB yang tinggi, Indonesia
merupakan negara pertama diantara High Burden Country (HBC) di wilayah
WHO South-East Asian yang mampu mencapai target global TB untuk
deteksi kasus dan keberhasilan pengobatan pada tahun 2006. Pada tahun
2009, tercatat sejumlah sejumlah 294.732 kasus TB telah ditemukan dan
diobati (data awal Mei 2010) dan lebih dari 169.213 diantaranya terdeteksi
BTA+. Akan tetapi, penemuan kasus dan tingkat kesembuhan di Indonesia
masih mengalami disparitas di beberapa propinsi di Indonesia. hal ini
terbukti dengan adanya 28 propinsi dengan angka penemuan kasus (CDR)
yang masih dibawah 70% termasuk propinsi Jawa timur (Kementerian
Kesehatan Repulik Indonsia, 2011). Angka kesembuhan TB di Jawa Timur
2
mencapai 84,18%, sedangkan tingkat kesembuhan di Jember mencapai
86,87% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012)
Permasalahan TB semakin serius dengan adanya dampak pandemik
infeksi HIV. Di Indonesia diperkirakan sekitar 3% penderita TB dengan
status HIV positif (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Hasil penelitian
menyebutkan bahwa HIV berpengaruh secara signifikan terhadapat
peningkatan kasus TB di Indonesia. Selain itu, kemiskinan pada berbagai
kelompok masyarakat, kegagalan program TB, serta perubahan demografik
karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur umur
kependudukan merupakan faktor lain yang menyebabkan peningkatan jumlah
kasus TB di Indonesia.
Oleh karena itu, pengendalian terhadap TB harus ditingkatkan dan
dikembangkan. Hal ini mengingat dampak yang dapat ditimbulkan yang
tidak hanya menyangkut kesehatan penderita, tetapi juga keluarga dan risiko
penularan terhadap orang lain. Apabila dikaitkan dengan pengaruh terhadap
keadaan ekonomi, TB akan mempengaruhi ekonomi rumah tangga,
masyarakat dan bangsa, karena TB sebagian besar (75%) menyerang usia
produktif (15-59 tahuan). Seorang penderita penderita diperkirakan akan
mengalami kerugian ekonomi secara langsung untuk berobat dan biaya tidak
langsung untuk transportasi serta kerugian 3 sampai 4 bulan waktu kerja
yang sebanding dengan kehilangan pendapatan rata-rata selama 15 tahun
(WHO, 2003).
Berdasarkan Millenium Development Goal’s (MDG’s), pengendalian
TB merupakan salah satu program kesehatan di negara-negara di dunia
termasuk Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan target 6C MDG’s yaitu
mengedalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru malaria
dan penyakit utama lainnya (TB) hingga tahun 2015 (BAPPENAS, 2010).
Salah satu strategi dan kebijakan yang dicanangkan pemerintah Indonesia
adalah peningkatan cakupan DOTS serta peningkatan kapasitas dan kualitas
penanganan TB. DOTS merupakan kebijakan nasional sejak tahun 1995 yang
diadopsi dari penanganan TB WHO.
3
Salah satu program dalam DOTS adalah pemberian pengobatan
intensif gratis selama enam bulan. Akan tetapi, program ini masih memiliki
beberapa tantangan diantaranya adalah penderita tidak meminum obat lagi
selama masa enam bulan intensif jika mereka merasa sudah baikan. Penderita
terkadang sering berganti-ganti dokter sehingga pengobatan enam bulan
intensif terganggu, pengawasan dan evaluasi tenaga kesehatan masih kurang
terhadap pengobatan insentif enam bulan pada penderita, serta yang paling
banyak terjadi adalah penderita terlambat meminum obat dan melakukan
pemeriksaan rutin selama masa pengobatan enam bulan insentif.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merekomendasikan
sebuah media kesehatan berupa “Kalender Pintar” sebagai suatu upaya untuk
mencegah ketidakpatuhan jadwal minum obat dan cek kesehatan ke dokter
oleh penderita. Selain itu, media ini juga dapat digunakan dokter dan tenaga
kesehatan dalam mengontrol dan mengevaluasi proses pengobatan pada
penderita. Dengan adanya media ini diharapkan tingkat kesembuhan
penderita TB akan meningkat serta dapat menurunkan penderita TB di
Indonesia yang semakin hari semakin meningkat.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan karya tulis ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana gambaran dan permasalahan TB di Indonesia?
2. Bagaimana Implementasi “Kalender Pintar” dalam menghindari risiko
ketidakpatuhan minum obat pada penderita TB sebagai upaya dalam
meningkatkan tingkat kesembuhan penderita TB?
Tujuan
Tujuan umum:
Meningkatkan tingkat kesembuhan penderita TB di Indonesia sebagai
upaya dalam menurunkan jumlah penderita TB di Indonesia serta
memperbaiki kualitas hidup penderita TB.
4
Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran penderita tentang kepatuhan
pengobatan TB serta pencegahan penularan oleh penderita terhadap orang lain
khususnya keluarga
2. Menghindari risiko ketidakpatuhan minum obat dan pemeriksaan kesehatan
penderita sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh tenaga kesehatan.
3. Meningkatkan tingkat kesembuhan penderita TB
4. Menurunkan jumlah kasus TB serta memperbaiki kualitas hidup penderita TB
Manfaat
Media kesehatan ini sangat berguna khususnya bagi penderita TB,
keluarga, tenaga kesehatan, masayarakat sekitar, dan pemerintah.
1. Penderita
Media pengingat penderita terhadap jadwal pengobatan TB dan
pemeriksaan kesehatan
2. Keluarga
a. Media pengontrol keluarga terhadap kepatuhan anggota keluarga yang
penderita TB terhadap kepatuhan pengobatan dan pemerikasaan kesehatan
b. Mencegah penularan diantara anggota keluarga yang mempunyai risiko
tinggi tertular TB oleh penderita
3. Masyarakat
Mencegah rantai penularan khususnya masyarakat dengan jarak
rumah yang ckup dekat serta masyarakat yang sering berinteraksi dengan
penderita
4. Tenaga Kesehatan
a. Media pengawasan dan evaluasi terhadap kepatuhan penderita dalam
pengobatan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan
b. Mengurangi beban tenaga kesehatan dalam hal pendampingan dan
peningkatan tingkat kesembuhan penderita penderita TB
5. Pemerintah
5
a. Media penunjang dalam pelaksanaan program pengendalian TB di
Indonesia
b. Mengurangi beban pemerintah dalam pencegahan dan pengendalian TB di
Indonesia
c. Sebagai landasan kebijakan terkait dengan program pencegahan dan
pengendalian TB di Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit Tuberkulosis (TB)
Definisi TB dan Kondisi TB di Indonesia
Penyakit TB adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat
tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).
Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret
1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil
Koch (suarni, 2009).
Mycobacterium TB adalah aerob obligat yang pertumbuhannya
dibantu oleh tekanan CO2 5-10%, tetapi dihambat oleh Ph dibawah 6,5 dan
asam lemak rantai panjang. Basili tuberkel tumbah hanya pada suhu 35-370
C, yang sesuai dengan kemampuannya menginfeksi organ dalam terutama
paru. Mikroorganisme itu tidak membentuk spora, basilus tidak bergerak,
berukuran sekitar 0,4x0,4µm, yang dinding selnya amat banyak lipid, basilus
tuberkel tumbuh sangat lambat, waktu gandanya adalah 12-20 jam, bila
dibandingkan dengan kebanyakan bakteri pathogen lainnya yang kurang dari
1 jam.
Penyakit TB menyerang masyarakat hampir di seluruh dunia. Tidak
ada negara yang terjamin bebas dari penyakit ini terutama negara-negara
berkembang termasuk Indonesia. Jumlah kasus TB di Indonesia mengalami
peningkatan. Saat ini, Indonesia menduduki peringkat lima di dunia dengan
6
jumlah kasus TB terbanyak (kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2011). Saat ini penderita Tuberkulosis di Indonesia sekitar 299.000 orang
namun jumlah ini menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama, telah
menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan Data Badan Kesehatan
Dunia (WHO) pada tahun 2007 menyatakan jumlah penderita Tuberkulosis
di Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi tiga di dunia setelah India
dan Tiongkok. Laporan WHO pada tahun 2009 mencatat peringkat Indonesia
menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TB sebesar 429 ribu orang.
Determinan dan Faktor Risiko TB
Terdapat beberapa faktor risiko yang saling berkaitan yang
menyebabkan terjadinya TB. Faktor risiko yang berperan dalam kejadian
penyakit TB adalah faktor karakteristik individu dan faktor risiko
lingkungan.
1. Faktor Karakteristik Individu
Beberapa faktor karakteristik individu yang menjadi faktor risiko
terhadap kejadian TB
a. Faktor umur
Berdasarkan hasil penelitian di Singapura tahun 1987 menyatakan
bahwa sebanyak 31,11% penderita TB paru berada pada usis 60 tahun atau
lebih dan 19,17% berada pada usia antara 40-49 tahun. Di Indonesia
diperkirakan 75% penderita TB adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50
tahun
b. Faktor jenis kelamin
Prevalensi TB paru tampaknya meningkat seiring dengan peningkatan
usia. Angka pad apria selalu cukup tinggi pada semua usia tetapi angka pada
wanita senderung menurun tajam sesudah melampaui usia subur. Wanita
sering mendapat TB paru sesudah bersalin
c. Tingkat Pendidikan
7
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap
pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat
kesehatan dan pengetahuan penyakit TB, sehingga dengan pengetahuan yang
cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup
bersih dan sehat. Selain itu, tingkat pendidikan akan mempengaruhi terhadap
jenis pekerjaan.
d. Pekerjaan
Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel
debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada
saluran pernapasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan
morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernapasan dan
umumnya TB.
Jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan
keluarga yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari
diantara minum makanan, pemeliharaan kesehatan. Selain itu juga akan
mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah (konstruksi rumah). Rumah
yang tidak memenuhi syarat rumah sehat akan mudah terserang
mikrooganisme termasuk penyebab TB.
e. Kebiasaan merokok
Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan
risiko untuk mendapatkan kanker paru-paru, pemyakit jantung koroner,
bronchitis kronik dan kanker kandung kemih. Kebiasaan merokok
meningkatkan risiko untuk terkena TB sebanyak 2,2 kali. Dengan adanya
kebiasaan merokok akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB.
f. Status gizi
Status gizi merupakan variabel yang sangat berperan dalam
timbulnya kejadian TB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan
status gizi kurang mempunyai risiko 3,7 kali untuk menderita TB berat
dibandingkan dengan ornag yang status gizinya cukup atau lebih.
8
Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya
tahan tubuh dan respon imunologik terhadap penyakit (Lina dkk, Tanpa
Tahun)
g. Kondisi sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan
sanitasi lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan
pendapatan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam
memenuhi minum makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi.
Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang
menurun sehingga memudahkan terkena infeksi TB
h. Perilaku
Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan.
Pengetahuan penderta TB yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan
cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sebagi orang
sakit dan akhirnya berakibat menjadi sumber penular bagi orang do
sekelilingnya.
2. Faktor Risiko Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang menjadi faktor risiko terhadap
kejadian TB adalah (Ayomi, 2012) :
a. Kepadatan hunian
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan
dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak
sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya minum oksigen juga bila
slah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular
kepada anggoata keluarga yang lain.
b. Pencahayaan
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan
tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan
rumah, terutama cahaya matahari disamping kurang nyaman, juga meruakan
9
medai atau teempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit
penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya di dalam rumah akan
menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusak mata.
c. Ventilasi
Yang dimaksud ventilasi adalah peroses dimana udara bersih ddari
luar ruag sengaja dialirkan ke dalam ruang dan udara yang buruk dari dalam
ruang dikeluarkan.
Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang
ventilasi sebesar 10% dari luas lantai. Untuk luas ventilasi permanan minimal
5% dari luas lantai dan luas ventilasi insidnetil (dapat dibuka tutup) 5% dari
luas lantai.
d. Kondisi rumah
Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor risiko penularan
penayakit TB. Atap, dinding dan lantai dapt menjadi tempat
perkembangbiakan kuman. Lanatai dan dinding yang sulit dibersihkan akan
menyebabkan penumpukan debu, sehingga kan dijadikan sebagai media yang
baik bagi berkembangbakanya kuman Mycobacterium TB.
e. Kelembaban udara
Kelembaban udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan,
dimana kelembaban berkisar 40%-60% dengan suhu udara yang nyaman 180-
300 C. Kuman TB akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung,
tetappi dapat bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembab
f. Suhu
Suhu dalam ruangan harus dapat diciptakan sedemikian rupa
sehingga tubuh tidak terlalu banyak kehilangan panas atau sebaliknya tubuh
sampai kepanasan. Suhu ruangan dalam rumah yang ideal adalaerkisar 18 –
300 C dan suhu tersebut dipengaruhi oleh suhu udara luar, pergerakan udara
dan kelembaban udara dalam ruangan.
10
g. Ketinggian wilayah
Menurut Olander, ketinggian secara umum memperngaruhi
kelembaban dan suhu lingkungan. setiap kenaikan 100 meter selisih suhu
udara denga permukaan air laut sebesar 0,5 0C. Selain itu berkaitan juga
dengan kerapatan oksigen, Mycobakterium TB sangat aerob, sehingga
diperkirakan kerapatan pegunungan a kan mempengaruhi viabilitas kuman
TB.
Gambar 1. Faktor Risiko Kejadian TB
Penularan TB
Penyakit TB biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan
bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TB
batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita
TB dewasa.
Cara penularan
1. Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif.
2. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak.
11
3. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat
bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
4. Daya penularan seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan
dahak, makin menular penderita tersebut.
5. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Patogenesis TB
Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan
berkembangbiak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan
tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TB dapat menginfeksi
hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian
organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru,
maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular
(bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TB ini akan
berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu
oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di
sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TB akan menjadi dormant
(istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai
tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan
tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan
sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami
perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang
banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang
12
nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah
memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan
tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TB.
Gejala Klinis TB
Gejala penyakit TB dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala
khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara
klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
menegakkan diagnosa secara klinik.
1. Gejala Sistemik/Umum
a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2. Gejala Khusus
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi",
suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala
seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan
bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
c. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam
tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada penderita anak yang tidak menimbulkan gejala, TB dapat
terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan penderita TB dewasa. Kira-
13
kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TB dewasa memberikan
hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal
serumah dengan penderita TB dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30%
terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
Upaya Penanggulangan TB
Pada tahun 1995, WHO telah merekomendasikan strategi DOTS
sebagai strategi dalam penanggulangan TB. Bank dunia menyatakan strategi
DOTS sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif. Fokus
utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan penderita, prioritas
diberikan kepada penderita TB tipe menular. Strategi DOTS terdiri dari lima
komponen kunci:
1. Komitmen politis
2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya
3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua TB dengan tatalaksana
kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung
pengobatan
4. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu
5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap
hasil pengobatan penderita dan kinerja program secara keseluruhan
Dalam perkembangannya upaya ekspansi penanggulangan TB,
kemitraan global dalam penanggulangan TB (stop TB partnership)
mengembangkan strategi sebagai berikut:
1. Mencapai, mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS
2. Merespon masalah TB-HIV, MDR-TB dan tantangan lainnya
3. Berkontribusi dalam penguatan system kesehatan
4. Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun
swasta
5. Melaksanakan dan mengembangkan riset
14
Pengobatan TB
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan penderita, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai
berikut:
a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap
(OAT – KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
b. Untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT= Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO). Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap
intensif dan lanjutan.
1. Tahap Awal (Intensif)
a. Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
b. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
c. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.
2. Tahap Lanjutan
a. Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama
b. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan
Tabel 1. Jenis OAT, Sifat, dan Dosis yang Direkomendasikan
Jenis OAT Sifat Dosis yang direkomendasikan (mg/kg)Harian 3x seminggu
Isonazid (H) Bakterisid 5(4-6)
10(8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10 10
15
(8-12) (8-12)Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25
(20-30)35
(30-40)Streptomycin (S) Bakterisid 15
(12-18)15
(12-18)Ethambutol (E) Bakteriostatik 15
(15-20)30
(20-35)
Media Promosi Kesehatan
Media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun
secara luas. AECT (Association for Education and Communicatian
Technology) dalam Harsoyo (2002) memaknai media sebagai segala bentuk
yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi. NEA (National
Education Association) memaknai media sebagai segala benda yang dapat
dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen
yang digunakan untuk kegiatan tersebut (D.J. Maulana, 2009). Media atau
alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk
promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium,
untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi
(Departemen Kesehatan RI, 2004).
Media Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan
keuntungan-keuntungan (Departemen Kesehatan RI, 2008):
1. Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan
contoh yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir
atau salah pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari.
2. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
3. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang
mengesankan.
4. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
5. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.
Jenis-Jenis Media
Media dapat dibagi dalam 4 kelompok besar (Departemen Kesehatan RI, 2008):
16
1. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.
Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal,
mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini
kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu
mengajar.
2. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya.
Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi
kesehatan. Hal ini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan,
misal ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan
dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik
dan lain-lain.
3. Gambar/Media grafis
Media grafis adalah penyajian visual (menekankan persepsi indera
penglihatan) dengan penyajian dua dimensi. Dalam media grafis tidak
termasuk media elektronik. Termasuk dalam media grafis misalnya Poster,
Leaflet, Reklame, billboard, Spanduk, dll
4. Gambar alat optik. seperti photo, slide, film, dll
Pesan dalam Media
Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan
atau kata yang sesuai untuk khalayak sasaran (Dinas Kesehatan Kabupaten
Sleman, 2012). Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif, untuk itu
pesan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut (Departemen Kesehatan RI,
2008):
a. Command attention
Kembangkan suatu idea tau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain
suatu pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan
khayalayak sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut.
b. Clarify the massage
Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang effektif harus
memberikan informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran. Kalau
17
pesan dalam media diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut
gagal.
c. Create trust
Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau. Katakanlah
masyarakat percaya cuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit diare,
dan untuk itu harus dibarengi bahwa harga sabun terjangkau dan mudah
didapat didekat tempat tinggalnya.
d. Communicate a benefit
Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Khalayak sasaran
termotivasi membuat jamban misalnya, karena mereka akan memperoleh
keuntungan dimana anaknya tidak akan terkena penyakit diare misalnya
e. Consistency
Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu pesan utama dimedia
apapaun secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan
tetap sama.
f. Cater to the heart and head
Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi
yang efektif tidak hanya sekedar member alas an teknis semata, tetapi juga
harus menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata.
g. Call to action
Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khlayak sasaran untuk
bertindak sesuatu. “ Ayo, buang air bedsar di jamban agar anak tetap sehat”
adalah contoh ungkapan yang memotivasi kearah suatu tindakan.
Kalender
Sebuah kalender adalah sebuah sistem untuk memberi nama pada sebuah
periode waktu (seperti hari sebagai contohnya). Nama-nama ini dikenal sebagai
tanggal kalender. Tanggal ini bisa didasarkan dari gerakan-gerakan benda
angkasa seperti matahari dan bulan. Kalender juga dapat mengacu kepada alat
yang mengilustrasikan sistem tersebut (sebagai contoh, sebuah kalender
dinding).
18
METODE PENULISAN
Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode telaah pustaka.
Metode telaah pustaka adalah kajian kritis atas pembahasan suatu topik yang
sudah ditulis oleh para peneliti atau ilmuwan di dalam berbagai sumber.
Sumber informasi bisa berupa buku, jurnal, ataupun artikel ilmiah.
Langkah-langkah penulisan yang telah ditempuh pada karya ilmiah
ini adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data dan atau Informasi
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan berbagai sumber data baik dari
buku, jurnal ilmiah, berita, dan google search. Tujuannya yaitu untuk
menambah referensi tentang materi yang berkaitan dengan masalah yang
akan dipecahkan. Sehingga bisa merumuskan pertanyaan pada karya ilmiah
ini.
2. Pengolahan Data dan atau Informasi
Beberapa data dan informasi yang diperoleh pada tahap pengumpulan
data kemudian diolah dengan menggunakan metode analisis deskriptif
berdasarkan data sekunder.
3. Analisis-Sintesis Data
Analisis data dilakukan sebagai suatu proses pengklasifikasian dan
pengelompokan data yang selalu didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai
pada suatu penelitian.
4. Simpulan
Hasil analisis, sintesis, dan alternatif solusi ditarik kesimpulan
mengenai gagasan yanga akan diimplementasikan.
5. Saran dan Rekomendasi
Hasil analisis, sintesis, alternatif solusi, dan kesimpulan
membutuhkan saran dan rekomendasi dengan pihak-pihak yang terkait agar
gagasan dapat diimplementasikan dengan baik.
19
PEMBAHASAN
Gambaran Permasalahan Pengendalian TB di Indonesia
Penanggulangan TB terutama di negara berkembang seperti Indonesia
masih belum memuaskan TB yang sekarang terjadi, terkonsentrasi pada
penderita yang sulit diobati, yaitu penderita di pedesaan tanpa akses untuk ke
pusat kesehatan dan yang tinggal di tempat yang padat penduduk, penderita yang
terlambat minum obat, dan penderita dengan kekebalan tubuh yang rendah
sehingga tidak dapat terhindar dari penyakit ini (Kementerian Kesehatan RI,
2011). Penyebab utama kegagalan dalam pengobatan TB disebabkan oleh
ketidakpatuhan penderita dalam meminum obat. Kurangnya kesadaran dari
penderita tersebut merupakan sebab utama gagalnya pengobatan bagi 5% dari
jumalah penderita (Ayuningtyas, 2008).
Berdasarkan penelitian Jarbose (2002) menunjukkan bahwa penderita TB
yang tidak patuh pada akhirnya akan diikuti dengan berhentinya penderita dalam
meminum obat. Ketidakpatuhan minum obat dapat dilihat terkait dengan dosis,
cara minum obat, waktu minum obat dan periode minum obat yang tidak sesuai
dengan aturan (Lailatushifah, 2012).
Dampak yang disebabkan ketidakpatuhan penderita dalam meminum
obat secara teratur, selain menjadi penghambat dalam proses penyembuhan
dirinya, juga akan mengakibatkan beberapa hal sebagai berikut (Asmirini, 2013):
1. Penyakit tidak akan sembuh bahkan basil TB menjadi lebih kuat,
2. Penderita tetap dapat menularkan penyakitnya pada orang lain,
3. Penyakit menjadi semakin sukar diobati karena ada kemungkinan bakteri TB
menjadi kebal sehingga diperlukan obat yang lebih kuat dan lebih mahal.
4. Perlu waktu lebih lama untuk sembuh,
5. Penderita dapat juga menularkan kuman yang sudah kebal obat pada orang
lain.
20
Solusi yang Pernah Diterapkan dalam Mencegah Ketidakpatuhan Meminum
Obat pada Penderita TB
Pengobatan merupakan suatu hal yang penting dalam upaya pengendalian
penyakit TB. Tujuan dari pengobatan TB ini adalah untuk menyembuhkan
penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, dan menurunkan tingkat
penularan (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Namun dalam proses pengobatan
ini terdapat kendala berupa ketidakpatuhan penderita dalam minum obat secara
teratur. Oleh karena, pemerintah menerapkan strategi DOTS untuk mengatasi
masalah tersebut. Di dalam strategi DOTS terdapat panduan pengobatan panduan
OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan
pengobatan diperlukan seorang Pengawas Menelan Obat (PMO) dan pemberian
panduan OAT didasarkan klasifikasi TB (Kementerian Kesehatan RI). Dalam
upaya memperkuat strategi pengendalian TB, Kementerian Kesehatan RI
mengeluarkan kebijakan Stop TB melalui Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No 565/Menkes/Per/III/2011 tentang Strategi Nasional
Pengendalian Tuberkulosis 2011-2014.
Penanggulangan penyakit TB dengan strategi DOTS ini sudah efektif
dalam meningkatkan angka kesembuhan TB yang tinggi, mencegah putus
berobat, mengatasi efek samping obat jika timbul dan mencegah resistensi ganda
terhadap obat TB yang disebut Multiple Drug Resistance / MDR (Asmarini,
2013). Namun masih perlu adanya suatu pemberdayaan masyarakat dalam hal ini
adalah penderita TB sendiri maupun kelurganya dalam suatu pengawasan minum
obat dan pemberian motivasi untuk selalu menjaga keteraturan minum obat.
Menurut teori Force field Analysis dari Lewis Kepatuhan berobat sangat
dipengaruhi oleh perilaku penderita (Ratnasari, 2012). Ketidakpatuhan penderita
dalam berobat dapat meningkatkan risiko berkembangnya penyakit TB yang
diderita atau memperpanjang atau memperburuk kesakitan yang sedang
dideritanya. Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20% jumlah opname di
rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan penderita terhadap aturan
pengobatan (Asmarini, 2012).
21
Cara terbaik mengubah perilaku tersebut adalah dengan memberikan
informasi serta diskusi dan partisipasi dari penderita. Agar perilaku penderita
lebih patuh, penguatan driving force dibutuhkan dengan menggalakkan persuasi
dan memberi informasi (Hutapea, 2010). Oleh karena diperlukan sebuah inovasi
baru kalender pintar dalam upaya mencegah ketidakpatuhan meminum obat dan
pemeriksaan kesehatan oleh penderita TB. Kalender pintar ini adalah suatu
inovasi pengingat kepatuhan dalam meminum obat dan pemberian motivasi
internal dalam bentuk sebuah kalender dinding yang mudah dilakukan, fleksibel,
dan efektif.
Implementasi Kalender Pintar dalam Mencegah Ketidakpatuhan Meminum
Obat pada Penderita TB
TB adalah salah satu penyakit yang membutuhkan perhatian khusus.
Pengobatannya berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan
(Kartika, 2009). Hal ini seringkali membuat penderita putus berobat atau
menjalankan pengobatan secara tidak teratur sehingga pengobatan tidak berhasil
dan kuman menjadi kebal atau disebut juga sebagai multi drugs resistance
(MRD). Kasus MRD memerlukan biaya yang lebih besar dan pengobatan yang
lebih sulit (Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2008).
Keberhasilan pengobatan TB merupakan salah satu tindakan dalam
upaya pengendalian TB. Keberhasilan pengobatan TB dipengaruhi oleh
banyak faktor, antara lain lamanya waktu pengobatan, kepatuhan serta
keteraturan penderita untuk berobat, daya tahan tubuh, serta faktor sosial
ekonomi penderita (Ayuningtyas, 2008). Salah satu faktor yang cukup sulit
dikendalikan oleh tenaga kesehatan adalah kepatuhan penderita untuk
meminum obat. Hal ini terjadi karena tenaga kesehatan tidak dapat
melakukan pengawasan selama 24 jam pada penderita. Oleh karena itu,
media kesehatan sangat diperlukan dalam meningkatkan kepatuhan penderita
TB untuk meminum obat.
Kalender Pintar adalah suatu media yang dapat digunakan sebagai
pengingat meminum obat untuk penderita TB. Kalender Pintar merupakan media
22
yang unik dan ringkas. Ringkas karena berbentuk seperti kalender sobek yang
didalamnya terdapat 180 lembar sesuai dengan masa pengobatan penderita TB
dalam hitungan hari. Kalender Pintar yang berbentuk seperti kalender sobek ini
bukanlah sebuah penanda hari, tanggal, ataupun bulan. Akan tetapi, media
tersebut merupakan penanda hari seorang penderita TB sudah menjalani masa
pengobatan dengan kata lain media ini dapat memberikan informasi penting
mengenai hari yang sudah terlewati untuk masa pengobatan. Unik karena tiap
lembar yang menandakan hari yang telah terlewati tidak dibuang begitu saja tapi
ditempelkan di alat penancap kertas yang diciptakan sebagai pelengkap media.
Lembaran penanda hari yang sudah terlewat dapat digunakan sebagai bukti bahwa
penderita telah meminum obat tepat waktu ketika penderita datang ke dokter
untuk check up.
Media ini seperti kompas yang menunjukkan bahwa masa pengobatan
masih berlangsung dan selalu menjadi pengingat bagi penderita TB untuk rutin
meminum obat karena dalam media ini juga terdapat kotak Check list yang dapat
diisi setelah penderita TB selesai meminum obat. Ketika penderita datang ke
dokter untuk check up dan melakukan pengobatan selanjutnya dokter dapat
mengetahui apakah selama masa pengobatan penderita TB tersebut rajin
meminum obat. Hal tersebut dapat ditemukan dalam lembaran media yang
terkumpul di alat penancap kertas.
Media ini juga dapat digunakan sebagai alat bagi keluarga untuk secara
teratur mengontrol pengobatan penderita TB. Kedisiplinan penderita dalam
menjalankan pengobatan juga perlu diawasi oleh anggota keluarga terdekat, yang
setiap saat dapat mengingatkan penderita untuk meminum obat. Selain itu media
ini dapat juga dapat memberikan peringatan bagi keluarga bahwa penderita TB
tersebut masih berada dalam masa penularan dan memerlukan perawatan dan
dukungan untuk membantu pengobatannya. media ini juga dilengkapi kata-kata
motivasi yang diharapkan mampu membuat penderita termotivasi untuk sembuh
dan bersemangat menjalani masa pengobatan.
Kalender Pintar ini sangat tepat bila dikolaborasikan dengan strategi
DOTS. Media ini dapat meringankan kinerja PMO. Selain itu, media ini juga
23
dapat memberdayakan keluarga penderita TB untuk berperan aktif memberikan
perawatan dan dukungan dalam rangka upaya penyembuhan penderita TB.
Kekurangan sistem DOTS diharap dapat disempurnakan dengan adanya media ini.
Sehingga Strategi DOTS yang telah gencar dilakukan oleh pemerintah dan
menunjukkan angka kesembuhan penderita TB menjadi 85% (Pare,dkk, 2013)
akan meningkat menjadi > 85% dengan adanya media kesehatan kalender pintar
pengingat kepatuhan bagi penderita TB.
Strategi dalam Implementasi Kalender Pintar
Strategi berdasarkan fakta empiris yang ada dan solusi yang pernah
ditawarkan, maka upaya terobosan untuk mencegah ketidakpatuhan meminum
obat pada penderita TB dalam upaya meningkatkan tingkat kesembuhan penyakit
TB adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Strategi Terobosan Implementasi Kalender Pintar untuk Mencegah
Ketidakpatuhan Meminum Obat pada Penderita TB
Aspek Strategi
Penguatan
Internal
Menjelaskan efektifitas dan efisiensi penggunaan kalender
sobek untuk mengatasi masalah ketidakpatuhan
meminum obat pada penderita TB dalam meminum obat
secara teratur
Dukungan dan persetujuan oleh Puskesmas/Rumah Sakit
dan Kemenkes terhadap gagasan yang disampaikan
Pemerintah menggandeng seluruh Rumah sakit/puskesmas
yang ada di daerah untuk menyelenggarakan Kalender
Pintar
Implementasi kalender sobek
Penerapan kebijakan pemerintah yang menunjang program
internal
Pengembangan
Eksternal
Penguatan Strategi Nasional Pengendalian TB mengenai
solusi untuk mencegah ketidakpatuhan minum obat pada
penderita TB
Puskesmas Rumah Sakit/ Kemenkes
PMOKalender Sobek
Penderita TB
Dukungan Masyarakat
24
Aspek Strategi
Penguatan Undang-undang mengenai peran serta masyrakat
dalam proses penyembuhan penderita TB dan atau
pembuatan undang-undang baru yang mendukung
pembangunan kesehatan nasional dalam hal
perlindungan masyarakat terhadap TB
Strategi ini merupakan solusi yang mampu menjawab permasalahan yang
terjadi. Strategi ini menanggulangi persoalan terobosan untuk mencegah
ketidakpatuhan meminum obat penderita TB dalam berobat. Gagasan ini dapat
terwujud melalui partisipasi aktif pihak-pihak yang digambarkan melalui bagan
di bawah ini sebagai berikut :
Gambar 2. Pihak-pihak yang Akan Mengimplementasikan Program
Keterangan : : pihak yang mendukung langsung pelaksanaan
program
: bekerja sama dalam penyelenggaraan program
: secara tidak langsung mendukung pelaksanaan
program
Gagasan Kalender Pintar sebagai suatu usaha untuk meningkatkan
kepatuhan penderita TB dalam meminum obat dan memeriksakan dirinya ke
25
rumah sakit dapat diimplementaskan dengan baik apabila didukung oleh hal-hal
sebagai berikut :
1. Adanya riset tentang angka kejadian TB di Indonesia oleh Perguruan Tinggi.
2. Rumah Sakit bersama Kemenkes mendukung dan menyetujui program
Kalender Pintar
3. Membentuk PMO pada tiap rumah sakit sebagai pelaksana program
4. Penegasan kembali aturan dalam UU RI No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
565/Menkes/Per/III/2011 tentang Strategi Nasional Pengendalian
Tuberkulosis 2011-2014. Pemerintah membuat kebijakan yang lebih mampu
memberikan dukungan dalam proses kesembuhan bagi penderita TB.
5. Komitmen antara pemerintah dan pihak-pihak yang terkait untuk menurunkan
tingkt kejadian TB.
6. Pelaksanaan program Kalender Pintar untuk mencegah ketidakpatuhan
meminum obat penderita TB
7. Diperlukan riset atau cost and benefit analysis untuk memperjelas tujuan,
biaya, manfaat, dan dampak dari program Kalender sobek bagi penderita TB
di Indonesia agar dapat meyakinkan para stakeholder yang melihat peluang ini
dalam upaya meningkatkan tingkat kesembuhan penderita TB di Indonesia.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan
bahwa:
1. Keadaan terkini pengendalian TB di Indonesia mengalami kendala terkait
ketidakpatuhan penderita TB dalam meminum obat sehingga berakibat pada
kegagalan penderita TB untuk sembuh dari penyakitnya.
2. Gagasan media kesehatan Kalender Pintar dapat digunakan dalam mencegah
ketidakpatuhan meminum obat dengan media pengingat berupa penanda hari
26
selama masa pengobatan, checklist setelah penderita meminum obat, dan kata-
kata motivasi dalam memotivasi penderita selama masa penyembuhan
3. Implementasi Kalender Pintar ini dapat bekerja bersama PMO dalam upaya
pengendalian TB di Indonesia
Saran
Mengingat pentingnya Media Kesehatan Pengingat Penderita TB dalam
Meminum Obat melaui Kalender sobek sebagai salah satu upaya meningkatkan
angka kesembuhan bagi penderita TB, maka perlu adanya sinergisitas dari pihak-
pihak yang terkait yaitu pemerintah baik pemerintah pusat, pemerintah daerah,
lembaga pemerintah seperti Kemenkes, Puskesmas, Rumah Sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan baik negeri maupun swasta serta partisipasi masyarakat
Indonesia. Pemerintah daerah sebagai pemegang kekuasaan hendaknya
memberikan perhatian lebih dalam bentuk kebijakan otonomi daerah. Selain itu,
kebijakan ini perlu adanya dukungan dan partisipasi dari masyarakat dan pihak-
pihak yang berhubungan dengan penderita TB.
DAFTAR PUSTAKA
Asmarini, Siti. 2013. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Ketidakpatuhan Penderita TB Paru Minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajah Mada Kecamatan Tembilahan Kota Kabupaten Indragiri Hilir. [serial online] repository.unri.ac.id [28 Februari 2013]
Ayomi, andreas christian dkk. 2012. Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura Provinsi Papua. Jurnal kesehatan Lingkugan Indonesia. vol 11 (1): hal 1-8
Ayuningtyas, Nurilla. 2008. Pengaruh Konseling terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita TBC Paru pada Terapi Obat di Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. [serial online] www.digilib.ui.ac.id [26 Februari 2013]
Bappenas. 2010. Ringkasan Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium di Indonesia. Jakarta: Bappenas
D. J. Maulana, Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. 2004. Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media Promosi Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan RI. 2008. Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan Komunikasi Perubahan Perilaku, Untuk KIBBLA. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan RI. 2008. Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan, Dalam Pencapaian PHBS. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2008. Pedoman Penanggulangan TB di Tempat Kerja (Workplace). Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. 2012. Media Promosi Kesehatan. [serial online] http://dinkes.slemankab.go.id [27 Februari 2013]
Hutapea, Tahan P. 2010. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis. [serial online] jurnalrespirologi.org [8 Maret 2013]
Kartika. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Default Penderita TB Paru di RSUD Budhi Asih Jakarta Tahun. 2008. [serial online] lontar.ui.ac.id [8 Maret 2013]
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Pengendalian TB di Indonesia mendekati Target MDG. [serial online] depkes.go.id [1 Maret 2013]
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia tahun 2010-2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Data/Informasi Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Lailatushifah, Siti. 2012, Kepatuhan Pasien yang Menderita Penyakit Kronis Dalam Mengkonsumsi Obat Harian. [serial online] fpsi.mercubuana-yogya.ac.id [1 Maret 2013]
Lina, Nur dkk. Tanpa Tahun. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Tuberkulosis pada Anak di Kota Tasikmalaya. Semarang: Universitas Dipenogoro
Pare, Amelda L, dkk. 2013. Hubungan Antara Pekerjaan, PMO, Pelayanan
Kesehatan, Dukungan Keluarga Dan Diskriminasi Dengan Perilaku Berobat
Pasien TB Paru. [serial online] repository.unhas.ac.id [1 Maret 2013]
Ratnasari, Nita Y. 2012. Hubungan Dukungan Sosial Dengan Kualitas Hidup
Pada Penderita Tuberkulosis Paru (TB Paru) Di Balai Pengobatan Penyakit
Paru (BP4) Yogyakarta Unit Minggiran. Jurnal Tuberkulosis Indonesia Vol.
8
Suarni, Helda. 2009. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Penderita Penyakit TB Paru BTA Positif di Kecamatan Pancoran Mas Kota
Depok Bulan Oktober tahun 2008- April 2009. Jakarta: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia
KALENDER PINTAR
1Day
Awali Langkah Anda, Bebaskan Diri Dari Penyakit
TBC
Saya Sudah Minum Obat
Lampiran Gambar Kalender Pintar
Sketsa dari Kalender Pintar
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Ketua Kelompok
Nama : Maulia Afidah Cahyani
NIM : 102210101007
Jurusan / Fakultas : Ilmu Kesehatan Masyarakat/Kesehatan Masyarakat
Tempat, tanggal lahir : Lumajang, 29 November 1992
Universitas : Universitas Jember
HP : 085746628559
Alamat : Jl. Kalimantan no.46 Jember, Jawa Timur
Email : [email protected]
Riwayat pendidikan :
No. Sekolah Tempat tahun
1 SD Islam Tompokersan Lumajang 2005
2 SMPN 1 Lumajang Lumajang 2008
3SMA 2 Lumajang Lumajang 2010
Karya ilmiah yang pernah dibuat :
NoJudul Kategori Tahun
1Pemanfaatan ekstrak daun kemangi
sebagai Hand Sanitizer Alami PKM GT 2011
2Nudget BONJAY (Boneka Jamur
Ayam) sebagai jajanan bergizi bagi Anak
PMW 2012
Anggota
Anggota Kelompok I
Nama : Qorinatus Zahroh
NIM : 102210101170
Jurusan / Fakultas : Ilmu Kesehatan Masyarakat/Kesehatan Masyarakat
Tempat, tanggal lahir : Pamekasan, 29 Maret 1992
Universitas : Universitas Jember
HP : 085731767535
Alamat : Jl. Kalimantan no.50 Jember, Jawa Timur
Email : [email protected]
Riwayat pendidikan :
No. Sekolah Tempat tahun
1 SDN Dempok Timur I Pamekasan 2004
2SMPN 1 Waru Pamekasan 2007
3SMA 1 Pamekasan Pamekasan 2010
Karya ilmiah yang pernah dibuat :
NoJudul Kategori Tahun
1
K Upaya Peningkatan Kualitas Udara
dengan Penanaman Casuarina
Equisetifolia untuk Kawasan Wisata
Pantai yang Sehat.
PKM Penunjang
Kemaritiman bidang
Sosbud
2011
2
CSC-HIV/AIDS Sebagai Upaya Pengendalian HIV/AIDS Di Wilayah Wisata Pantai Untuk Menciptakan Indonesia Bebas HIV/AIDS Menuju MDG’S 2015
Kesehatan 2012
Prestasi yang diraih :
No. Judul Kategori Tahun Penyelenggara Tingkat
1 KTI Upaya
Peningkatan
Kualitas Udara
dengan Penanaman
Casuarina
Equisetifolia untuk
Kawasan Wisata
Pantai yang Sehat.
PKM
Penun
jang
Kema
ritima
n
bidan
g
2011 UNHAS Nasional
No. Judul Kategori Tahun Penyelenggara Tingkat
Sosbu
d
2
CSC-HIV/AIDS Sebagai Upaya Pengendalian HIV/AIDS Di Wilayah Wisata Pantai Untuk Menciptakan Indonesia Bebas HIV/AIDS Menuju MDG’S 2015
Kesehatan 2012 UI Nasional
Anggota kelompok II
Nama : Wahyu Wulandari
NIM : 102110101172
Jurusan / Fakultas : Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Kesehatan Masyarakat
Tempat, tanggal lahir : Jombang, 1 Desember 1990
Universitas : Universitas Jember
HP : 085655929129
Alamat : Jl Kalimantan 4 no 57 Blok C Jember
Email : andara . hyunca@ gmail .com
Riwayat pendidikan :
No. Sekolah Tempat tahun
1 SDN Tampingmojo 1 Jombang 2003
2 SMPN 1 Tembelang Jombang 2006
3 SMAN 2 Jombang Jombang 2009
Karya ilmiah yang pernah dibuat :
NoJudul Kategori Tahun
1
Advocacy The Corner Of
Reproductive Health And HIV/AIDS
Programs” Sebagai Upaya
Meningkatkan Pengetahuan
KTI 2012
NoJudul Kategori Tahun
Kesehatan Reproduksi Dan
HIV/AIDS Pada Anak Jalanan
2
“Self-Defence For Children”
Implementasi Bela Diri Dalam
Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan
Sebagai Suatu Upaya Mencegah
Pelecehan Seksual Terhadap Anak
KTI 2012
3
The Big Five Magical Of Kelud Sebagai
Suatu Upaya Peningkatan Devisa
Negara
PKM-GT 2011
4
SRIKANDI (Sushi Tradisional Makanan Indonesia) Sebagai Wujud Pelestarian Kuliner Nusantara yang Dikemas Modern dan Trendi
PKMK 2013
Prestasi yang diraih :
NJudul Kategori Tahun Penyelenggara Tingkat
1
“Self-Defence For
Children”
Implementasi Bela
Diri Dalam Pendidikan
Jasmani Dan
Kesehatan Sebagai
Suatu Upaya
Mencegah Pelecehan
Seksual Terhadap
Anak
KTI 2012Universitas
Jambi
Nasiona
l
2
The Big Five Magical Of
Kelud Sebagai Suatu
Upaya Peningkatan
Devisa Negara
PKM-
GT2011 Dikti
Nasiona
l
3 SRIKANDI (Sushi PKMK 2013 Dikti Nasiona
NJudul Kategori Tahun Penyelenggara Tingkat
Tradisional Makanan Indonesia) Sebagai Wujud Pelestarian Kuliner Nusantara yang Dikemas Modern dan Trendi
l