Tak Jiwa Merry Santossss

23
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Keperawatan Jiwa Disusun oleh : MARIA SANTOS 89140022 PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

description

jfsadf

Transcript of Tak Jiwa Merry Santossss

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Keperawatan Jiwa

Disusun oleh :

MARIA SANTOS

89140022

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BSI BANDUNG

2015

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

I. Latar belakang

Manusia adalah makhluk social, yang terus menerus membutuhkan adanya orang lain di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk melakukan interaksi dengan sesama manusia. Interaksi ini dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu. Sedingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan individu untuk interaksi dengan orang lain.

Salah satu contoh gangguan interaksi dengan orang lain (gangguan berhubungan social) klien menarik diri, curiga. Alasan untuk memilih menarik diri, curiga dalam terapi aktivitas kelompok, karena banyak klien menarik diri yang ditemui di ruangan dan sesuai dengan kebutuhan ruangan sebagai transisi dimana klien perlu belajar untuk interaksi.

Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan satu dengan yang lain (struart & Laraia 2001). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan menarik (Yalom, 1995 dalam Stuart & Laria 2001).

Terapi kelompok adalah suatu psikotherapi yang dilakukan oleh sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang dipimpin, diarahkan oleh terapis/ petugas kesehatan yang telah dilatih.

Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi dengan sejumlah klien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas kelompok, agar klien dapat belajar kembali bagaimana cara bersosialisasi dengan orang lain, sesuai dengan kebutuhannya memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal yang sederhana dan memberikan respon terhadap pertanyaan yang lain. Sehingga klien dapat berinteraksi dengan orang lain dan dapat merasakan arti berhubungan dengan orang lain.

Pada klien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk melakukan kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan. Dan perilaku kekerasan tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan adaah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. (Keliat, 1996)

Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara cultural ekspresi marah yang tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, marah sering diekspresikan secara tidak langsung.

Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, Hlm 52 tahun 1996 : Marah adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil / tujuan yang harus dicapai terhambat.

Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan tidak konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan fungsi positif marah.

Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan terapi aktivitas kelompok (TAK) klien dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti terapi ini adalah klien yang mampu mengontrol dirinya dari perilaku kekerasan sehingga saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok lain.

II. TujuanKlien dapat mengendalikan perilaku kekerasan dengan tehnik memukul bantal atau kasur.III. Metode

Diskusi dan Tanya Jawab

DemonstrasiIV. Landasan Teori : (Terlampir)

V. Kriteria Klien

1. Karakteristik/Kriteria

a. Klien perilaku kekerasan yang sudah mulai mampu bekerja sama dengan perawat.

b. Klien perilaku kekerasan yang dapat berkomunikasi dengan perawat.

2. Proses Seleksi

a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.

b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.

c. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.

d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK PK, meliputi: menjelaskan tujuan TAK PK pada klien, rencana kegiatan kelompok, dan aturan main dalam kelompok.

VI Pengorganisasian Waktu Pelaksanaan

Hari/Tanggal:Jumat,16 Januari 2015

Waktu: 10:00

Alokasi waktu:Perkenalan dan pengarahan (10 menit) Terapi kelompok 25 menit) Penutup (10 menit)

Tempat: Demonstrasi Room

Jumlah klien: 5(lima)

Tim Terapis

1. Leader: Maria Santos

Uraian tugas:

1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan.

2) Memimpin jalannya terapi kelompok.

3) Memimpin diskusi.

2. Co-leader:

Uraian tugas:

1) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.

2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.

3) Membantu memimpin jalannya kegiatan.

4) Menggantikan leader jika ada berhalangan

3. Observer:

Uraian tugas:

1) Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan dengan waktu, tempat danjalannya acara.

2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok denganevaluasi kelompok.

4. Fasilitator:

Uraian tugas:

1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.

2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.

3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan.

4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi.

5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.

6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah

VII. Strategi Pelaksanaan

Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik

Tujuan1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dilakukan klien.2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan3. Klien dapat mendemontrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan

Setting1. Terapis dan klien duduk bersama membentuk segi empat2. Ruangan nyaman dan tenang. Alat1. Bantal2. Sound musik3. Papan tulis4. Buku catatan dan pulpen5. Jadwal kegiatan klienMetode1. Dinamika kelompok2. Diskusi dan tanya jawab3. PermainanLangkah kegiatan1. Persiapana. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 1b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasia. Salam terapeutika) Salam dari terapis kepada klien.b) Klien dan terapis pakai papan namaEvaluasi validasia) Menanyakan perasaan klien saat inib) Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan serta akibatnya.b. Kontraka) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasanb) Menjelaskan aturan main berikut:

1. Klien Bersedia mengikuti TAK2. Berpakaian rapi dan bersih3. Peserta tidak diperbolehkan makan,minum atau merokok selama pelaksanaan TAK4. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapi5. Lama kegiatan 45 menit6. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir3. Tahap kerjaMelakukan pemilihan peserta yang akan di lakukan tahap kerja

dengan permainan sederhana yaitu diputarkan musik,kemudian klien

memutar bola yang di pegang,bila musik di hentikan dan ada peserta

TAK yang masih memegang bola berarti dia adalah peserta yang

terpilih untuk dilakukan tahap kerja selanjutnya.a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasanya dilakukan oleh klien.1. Tanyakan kegiatan: rumah tangga, harian, dan olah raga yang biasa dilakukan oleh klien.2. Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboardb. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk

menyalurkan kemarahan secara sehat: tarik napas dalam,

menjemur/memukul kasur/bantal, menyikat kamar mandi, main bola,senam, memukul gendang.c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.d. Bersama klien mempraktekan dua kegiatan yang dipilih.e. Terapis mempraktekkan.

f. Klien melakukan redemontrasi.g. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktekan cara penyaluran kemarahan.h. Upayakan semua klien berperan aktif4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1. Terapi menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.2. Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku kekerasan.3. Memberitahukan kemajuan masing masing klien dalam mencapai hasil tiap sesi.

b. Tindak lanjut1. Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika stimulus penyebab perilaku kekerasan.2. Menganjurkan klien malatih secara teratur cara yang telah dipelajari.3. Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.c. Kontrak yang akan datang1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial yang asertif.2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.VIII. Kriteria Hasil Evalusi Struktur

a. Kondisi lingkungsn tenang, dilakukan di tempat tertutup, dan memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.

b. Klien dan terapis duduk bersama membentuk lingkaran.

c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.

d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.

e. Leader, co-leader, fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya

Evalusi Proses

a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir.

b. Leader mampu memimpin acara.

c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.

d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.

e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam antisipasi masalah.

f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.

g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir.

Evalusi Hasil

Diharapkan 80% dari kelompok mampu:

a. Memperkenalkan diri

b. Membicarakan perilaku kekerasan yang sedang dialami.

c. Membicarakan cara-cara menanggulangi perilaku kekerasan yang dialami.

d. Bekerja sama dengan perawat selama berinteraksi.

e. Mengevaluasi kemampuan menanggulangi perilaku kekerasan.

KONSEP DASAR

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A.PENGERTIAN

Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan orang lain, diri sendiri baik secara fisik, emosional dan atau seksualitas (Nanda,2005). Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkawi,1993 dalamDepkes 2000). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan klien sendiri, lingkungan dan termasuk orang lain (Maramis,1998).

B.ETIOLOGI

MenurutBudianaKeliat (2004) faktor presipitasi dan predisposisidari perilaku kekerasan adalah:

1.Faktor predisposisi

a.Psikologi

Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk

b.Perilaku

Reinforcement yang diterima jika melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan, merupakan aspek yang menstimulasi dan mengadopsi perilaku kekerasan.

c.Sosial budaya

Budaya tertutup, kontrol sosial tidak pasti terhadap perilaku kekerasan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.

d.Bioneurologis

Kerusakan sistem limbik, lobus frontal atau temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter.

2.Faktor presipitasi

Yaitu faktor yang bersumber:

a.Klien, misalnya : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri kurang.

b.Lingkungan sekitar klkien, misalnya : padat,ribut, kritikan mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan dan kekerasan

Interaksi dengan orang lain, misalnya: provokatif dan konflik

C. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:

1.Fisik

a. Muka merah dan tegang

b. Mata melotot/ pandangan tajam

c. Tangan mengepal

d. Rahang mengatup

e. Postur tubuh kaku

f. Jalan mondar-mandir

2.Verbal

a. Bicara kasar

b. Suara tinggi, membentak atau berteriak

c. Mengancam secara verbal atau fisik

d. Mengumpat dengan kata-kata kotor

e. Suara keras

f. Ketus

3.Perilaku

a. Melempar atau memukul benda/orang lain

b. Menyerang orang lain

c. Melukai diri sendiri/orang lain

d. Merusak lingkungan

e. Amuk/agresif

4.Emosi

Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.

5.Intelektual

Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.

6.Spiritual

Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.

7.Sosial

Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.

8.Perhatian

Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

D. AKIBAT DARI PERILAKU KEKERASAN

Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan.Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan

E. TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PERILAKU KEKERASAN

Keliat dkk. (2002) mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukan keluarga dalam mengatasi marah klien yaitu:

1. Tindakan Keperawatan

a. Berteriak, menjerit, dan memukul.

Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah rusak seperti bantal, kasur.

b. Cari gara-gara.

Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga, Latihan pernafasan 2X/ hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan nafas.

c. Bantu melalui humor.

Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang yang menjadi sasaran dan diskusi cara umum yang sesuai.

2. Terapi Medis

Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi. 2004. Keperawatan Jiwa (Terapi Aktivitas Kelompok). Jakarta : EGC

Stuart and Sundeen. 1988. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC