TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

53
i

Transcript of TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

Page 1: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

i

Page 2: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

ii

PENGARUH PERBEDAAN VARIASI VOLUME DARAH DALAM

TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

HEMATOKRIT (Hct)

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan menyelesaikan

studi program Diploma III Analis Kesehatan

Muhammad Apriansyah

173.410.010

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BORNEO CENDEKIA MEDIKA

PANGKALAN BUN

2020

Page 3: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

iii

INTISARI

PERBEDAAN VARIASI VOLUME DARAH TABUNG VACUTAINER

K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN HEMATOKRIT

Oleh : Muhammad Apriansyah

Pemeriksaan darah lengkap merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan di

Rumah Sakit maupun laboratorium klinik Dalam pemeriksaan hematologi yang

diperhatikan adalah perbandingan jumlah darah dan antikoagulan. Apabila

perbandingan EDTA atau heparin tidak sesuai, maka akan memberikan hasil yang

tidak akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mngetahui pengaruh perbedaan jumlah

ml darah yang dimasukan ke tabung EDTA terhadap pemeriksaan hematokrit.

Penelitian ini merupakan penelitian True eksperiment denganrancangan penelitian

Pretest postest control group design. Pengolahan data dilakukan dengan editing,

coding, tabulating dan analisa data menggunakan uji One Way Anova.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

perbandingan volume darah yang sesuai dengan standar EDTA yaitu 3 ml

memiliki presentase nilai normal yang lebih tinggi yaitu 80% dibandingkan

dengan volume darah 1 ml dan 5 ml. Uji One Way Anova diperoleh p = 0,674

maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan variasi konsentrasi K3EDTA tidak

berpengaruh pada pemeriksaan hematokrit.

Kata kunci : Variasi Volume Darah, KE3DTA, Hematokrit.

Page 4: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

iv

ABSTRACT

DIFFERENCES VOLUME OF BLOOD VACUTAINER TUBE

K3EDTA TOWARDS HEMATOCRITE EXAMINATION

B y : Muhammad Apriansyah

Complete blood count is an examination that is often done in hospitals and

clinical laboratories. In the hematological examination, the concern is the ratio of

blood count and anticoagulant. If the comparison of EDTA or heparin does not

match, it will give inaccurate results. This study aims to determine the effect of

differences in the number of ml of blood inserted into the EDTA tube on the

hematocrit examination.This research is a true experimental research with a

pretest posttest control group design. Data processed by editing, coding,

tabulating and analyzing data used the One Way Anova test. Based on the

research that has been done it can be conclude that the ratio of blood volume

according to the EDTA standard, which is 3 ml has a higher percentage of normal

values, namely 80% compared to the blood volume of 1 ml and 5 ml.From the

One Way Anova test, it was obtained p = 0.674, it can be concluded that the

difference in the variation in K3EDTA concentration had no effect on the

hematocrit examination.

Keywords :Variation in Blood Volume, K3EDTA, Hematocrit.

Page 5: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

v

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul KTI : Pengaruh Variasi Volume Darah Dalam Tabung

Vacutainer K3EDTA Terhadap Pemeriksaan

Hematokrit (Hct)

Nama Mahasiswa : Muhammad Apriansyah

NIM : 173.41.0010

Program Studi : D3 Analis Kesehatan

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Iqlila Romaidha, S.Si., M.Sc

NIDN : 112039301

Pembimbing Utama

Febri Nur Ngazizah, S.Si., M.Si.

NIDN : 1108029102

Pembimbing Anggota

Page 6: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

vi

LEMBAR PENGESAHAN

Pengaruh Variasi Volume Darah Dalam Tabung Vacutainer K3EDTA Terhadap

Pemeriksaan Hematokrit (Hct)

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar

Ahli Madya Analis Kesehatan

Disusun oleh

Muhammad Apriansyah

Komisi Penguji,

Penguji Utama

Iqlila Romaidha, S.Si., M.Sc

NIDN. 112039301

(………………………)

Penguji Anggota

1. Febri Nur Ngazizah, S.Si., M.Si

NIDN. 1108029102

(………………………)

2. Riky, S.Si., M.Si

NIDN. 1115019004

(………………………)

Pangkalan Bun, 16 November 2020

Mengetahui,

Ketua STIKes BCM

Dr. Ir. Luluk Sulistiyono, M.Si

NIK : 01.04.024

Ketua Program Studi

D3 Analis Kesehatan

Febri Nur Ngazizah, S.Pd., M.Si

NIDN. 1108029102

Page 7: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

vii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muhammad Apriansyah

NIM : 173.41.0010

Program Studi : D III Analis Kesehatan

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul : “Pengaruh

kadar K3EDTA terhadap pemeriksaan Hematokrit (Hct)” adalah bukan Karya

Tulis Ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk

kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan

apabila tidak benar saya bersedia mendapatkan sanksi.

Pangkalan Bun, 19 Agustus 2020

Yang menyatakan

Muhammad Apriansyah

Page 8: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pangkalan Bun pada tanggal 16 April 1999 dari Ayah

Abdullah Husaini dan Ibu Lilis Suhairini. Penulis merupakan putra keempat dari

tiga bersaudara.

Tahun 2012 penulis lulus dari SD Negeri 7 Mendawai, tahun 2013 lulus

dari SMP Negeri 4 Arsel Pangkalan Bun, dan pada tahun 2017 lulus dari SMK

Bhakti Indonesia Medika Pangkalan Bun. Tahun 2017 penulis melanjutkan kuliah

di STIKes Borneo Cendekia Medika Pangkalan Bun melalui jalur PMDK. Dari

empat jurusan yang ada di STIKes Borneo Cendekia Medika Pangkalan Bun,

penulis memilih Program Studi D III Analis Kesehatan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi koordinasi keolahragaan

Himpunan Mahasiswa D3 Analis Kesehatan periode 2017/2018 dan menjadi

koordinator divisi pendidikan di Himpunan Mahasiswa D3 Analis Kesehatan

periode 2018/2019.

Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Pangkalan Bun, 19 Agustus 2020

Muhammad Apriansyah

Page 9: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

ix

MOTTO

“DUNIA SEPERTI AIR YANG 1 TETES, JIKA KAMU DAPAT JANGAN

BANGGA KARENA KAMU HANYA DAPAT 1 TETES, JIKA KAMU TIDAK

DAPAT JANGAN BERSEDIH KARENA HILANG HANYA 1 TETES”

Page 10: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya penulis dapat

menyelesaikan laporan akhir karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengaruh kadar

EDTA terhadap pemeriksaan Hematokrit (Hct)”. Penulisan karya tulis ilmiah ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar

Diploma III Analis Kesehatan di STIKes Borneo Cendekia Medika Pangkalan

Bun.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan dalam menyelesaikan karya tulis

ilmiah ini, yaitu :

1. Dr. Ir. Luluk Sulistiyono, M.Si selaku Ketua STIKes Borneo Cendekia

Medika Pangkalan Bun.

2. Lieni Lestari,S.ST., M.Tr.Keb selaku Ketua I Bidang AkademikSTIKes

Borneo Cendekia Medika Pangkalan Bun.

3. Rahayu Wiludjeng, S.E., M.M selaku Ketua II Bidang Keuangan STIKes

Borneo Cendekia Medika Pangkalan Bun.

4. dr. Churairie Latief, M.Kes selaku Ketua III Bidang Kemahasiswaan STIKes

Borneo Cendekia Medika Pangkalan Bun.

5. Febri Nur Ngazizah, S.Pd., M.Si selaku Ketua Prodi DIII Analis Kesehatan

dan pembimbing anggota yang telah memberikan arahan serta saran dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini.

6. Iqlila Romaidha, S.Si., M.Sc selaku pembimbing Utama yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam penyusunan karya tulis ilmiah

ini.

7. Riky, S.Si., M.Si selaku penguji ketiga yang telah menyediakan waktu,

tenaga, dan pikiran dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

8. Kedua Orang tua penulis Abdullah husaini dan Lilis Suhairini yang selalu

senantiasa memberikan dukungan moral maupun material kepada penulis.

9. Rekan seperjuangan Analis Kesehatan angkatan 2017 yang terus mendukung

serta memberikan sumbangsih pikiran serta tenaga dalam penyusunan karya

tulis ilmiah ini.

Page 11: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

xi

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan pada karya tulis

ilmiah ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapakan saran dan kritik yang

dapat menambah kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah

ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan almamater pada

khususnya.

Pangkalan Bun,19 Agustus 2020

Muhammad Apriansyah

Page 12: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN KTI ..................................................................... iv

RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... v

MOTTO HIDUP ............................................................................................. vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

1.4 Manfaat penelitian ..................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Darah ......................................................................................................... 3

2.2 Hematokrit................................................................................................. 4

2.2.1 Definisi Hematokrit ................................................................................ 4

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan hematokrit......... 5

2.2.3 Pemeriksaan Hematokrit ........................................................................ 5

2.2.4 Masalah Klinis ....................................................................................... 6

2.2.5 Faktor yang mempengaruhi ketidaksesuaian nilai hematokrit ............... 6

2.2.6 Interpretasi Hasil .................................................................................... 7

2.3 Antikoagulan ............................................................................................. 7

2.4 Tabung Vacutainerv .................................................................................. 8

BAB III KERANGKA DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep ...................................................................................... 10

3.2 Hipotesis .................................................................................................... 11

BAB IV METODELOGI PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 12

4.2 Jenis Penelitian .......................................................................................... 12

4.3 Populasi, Sampel dan Sampling ................................................................ 12

4.4 Instrumen Penelitian.................................................................................. 13

4.5 Cara Kerja ................................................................................................. 13

4.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ....................................................... 14

4.7 Kerangka Kerja ......................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17

Page 13: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Morfologi Eritrosit ...................................................................... 3

Gambar 2.2 Leukosit ....................................................................................... 4

Gambar 2.3 Morfologi Trombosit ................................................................... 4

Gambar 2.4 Struktur Kimia EDTA ................................................................. 8

Gambar 3.1 Konsep Penelitian ........................................................................ 10

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian .......................................................... 16

Page 14: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Dokumentasi Penelitian ........................................................................... 29

2. Hasil Uji One Way Anova ........................................................................ 34

Page 15: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Presentase Hasil Nilai Hematokrit ................................... ……19

Page 16: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

xvi

Page 17: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentas Penelitian ........................................................... 29

Lampiran 2. Uji One Way Annova ............................................................... 34

Lampiran 3. Lembar Konsultasi ..................................................................... 35

Page 18: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

1

BAB I

PENDAHULUHAN

1.1 Latar Belakang

Hematologi adalah salah satu ilmu kedokteran yang mempelajari

tentang darah dan jaringan pembentukan darah. Pemeriksaan hematologi

yaitu pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan

darah khusus. Pemeriksaan darah lengkap merupakan pemeriksaan yang

sering di lakukan di Rumah Sakit maupun laboratorium klinik yang di kenal

dengan isitilah complete blood count (CBC) yang merupakan pemeriksaan

dasar dari komponen sel darah. Pemeriksaan darah rutin meliputi leukosit

dan laju endap darah.Pemeriksaan darah khusus meliputi gambaran darah

tepi, jumlah eritrosit, indeks eritrosit, jumlah retikulosit, jumlah trombosit

dan hematokrit (Hct) (Firani, 2018).

Dalam pemeriksaan hematologi yang diperhatikan adalah perbandingan

jumlah darah dan antikoagulan. Apabila perbandingan EDTA atau heparin

tidak sesuai, maka akan memberikan hasil yang tidak akurat. Perbandingan

jumlah darah dengan antikoagulan harus tepat. Jika dalam pemakaian

antikoagulan kurang dari yang ditentukan darah dapat membeku, apabila

pemakaian berlebih dari yang ditentukan akan menyebabkan eritrosit

mengkerut sehingga nilai hematokrit akan menurun, sebaliknya jika

konsentrasi antikoagulan yang digunakan lebih kecil dari kosentrasi yang di

tentukan maka dapat menyebabkan eritrosit membesar dan nilai hematokrit

meningkat (Muslim (2015) dalam Rosidah dan Wibowo (2018)).

Sampel darah yang dimasukkan ke dalam tabung vacutainer EDTA

standarnya sebanyak 3 ml. Apabila perbandingan jumlah darah yang

diambil tidak sesuai standar akan berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan.

Hasil pemeriksaan harus terjamin mutunya karena merupakan bagian

integral dari pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk menunjang upaya

peningkatan kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit serta

pemulihan kesehatan. Pengambilan jumlah darah yang dimasuk ke dalam

tabung vacutainer EDTA termasuk tahap pra analitik. Kesalahan pada tahap

Page 19: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

2

pra analitik memberikan kontibusi sekitar 61% dari total kesalahan hasil

pemeriksaan Laboratorium, sedangkan kesalahan analitik 25% dan

kesalahan pasca analitik 14%. Pra analitik kesalahan sebelum spesimen

pasien diperiksa untuk analitik. Analitik kesalahan terjadi selama proses

pengukuran dan disebabkan kesalahan acak dan sistematis. Pasca analitik

kesalahan terjadi setelah pengambilan sampel dan proses pengukuran dan

mencakup kesalahan seperti penulisan (Praptomo, 2018). Kesalahan pada

pra analitik ini presentase yang lebih besar, untuk mengantisipasi kesalahan

tersebut perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan pengaruh jumlah

darah tabung vacutainer EDTA terhadap pemeriksaan Hct

(Gandasoebrata(2007) dalam Wahdaniah (2018)).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh volume darah dalam tabung vacutainer EDTA

yang diisi 1 ml, 3 ml dan 5 ml darah terhadap pemeriksaan Hct ?

1.3 Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh perbedaan jumlah volume darah yang

dimasukan ke tabung EDTA terhadap pemeriksaan Hct

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengaruh perbedaan volume darah yang dimasukan

tabung vacutainer EDTA yang diisi darah 1 ml, 3 ml dan 5 ml

terhadap pemeriksaan Hct.

b. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh kadar EDTA terhadap

pemeriksaan Hct.

Page 20: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

3

1.4 Manfaat Penelitian

Sebagai tambahan wawasan dan informasi kepada tenaga laboratorium

medis mengenai penanganan sampel darah sebelum pemeriksaan Hct

terutama pengaruh jumlah volume yang dimasukan ke tabung darah

vacutainer EDTA terhadap pemeriksaan Hct. Bagi selanjutnya supaya dapat

lebih mengeksplor dalam ekperimen antikoagulan EDTA.

Page 21: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Darah

Menurut Fitriani (2018) darah merupakan komponen tubuh yang

berupa cairan dan sangat penting bagi manusia. Di dalam darah terkandung

berbagai macam komponen. Baik cairan berupa plasma darah, maupun

komponen padat berupa sel-sel darah. Sekitar 55% darah merupakan

komponen cairan atau plasma, sisanya yang 45% adalah komponen sel-sel

darah. Komponen sel-sel darah yang paling banyak adalah sel darah merah

atau eritrosit.

Eritrosit merupakan komponen darah yang jumlahnya paling banyak

dalam komponen darah manusia. Pada sel darah merah normal selalu

berbentuk bikonkaf, tidak memiliki inti dan mengandung haemoglobin. Umur

eritrosit adalah 120 hari. Salah satu kelainan pada eritrosit yaitu ketika

hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk

menyediakan O2 (oksigen) bagi jaringan tubuh (Tjokroprawiro, 2015).

Gambar 2.1. Morfologi Eritrosit (Fitriani, 2018)

Sel darah leukosit memiliki peranan utama dalam sistem imunitas atau

membunuh benda asing, kuman, dan bibit penyakit yang ikut masuk ke dalam

aliran darah manusia. Leukosit dibagi menjadi lima jenis tipe berdasarkan

bentuk morfologi dan fungsinya yaitu basophil, eosinophil, netrofil, limfosit

dan monosit (Andriyani etal., 2015). Basofil dalam darah hanya sekitar 1%

dari jumlah leukosit fungsinya adalah penyembuhan dan peradangan

(Khasanah et al., 2016). Eosinofil berkisar dari 2% - 4% dari jumlah leukosit

Page 22: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

5

berfungsi untuk mematikan parasit berupa cacing dan jika ada alergi

(Jatmiko, 2015). Neutrofil bersikar 60-70% dari leukosit fungsinya untuk

pertahanan dari mikroorganisme, khusunya bakteri (Putu et al., 2012).

Limfosit berkisar 20-30% dari jumlah leukosit fungsinya kekebalan tubuh

atau imunitas, zat asing, sel kanker dan virus (Levani, 2018). Monosit

berkisar 3%-8% dari jumlah leukosit fungsinya untuk pertahanan tubuh dari

protozoa dan virus (Bonardo et al., 2015).

Gambaran 2.2. Morfologi Leukosit (Andriyani et al.,2015)

Salah satu jenis darah yang terpenting untuk hemostasis adalah

trombosit. Trombosit biasa disebut dengan keping darah. Trombosit

berfungsi dalam hemostatis. Pada sel trombosit tidak memiliki nukleus dan

dihasilkan oleh megakariosit dan sumsum tulang. Pada sel trombosit tidak

memiliki nukleus dan dihasilkan oleh megakariosit dan sumsum tulang.

Tahapan pembentukan atau tromboposisi yaitu dimulai dari megakarioblas,

promegakariosit,dan trombosit. Pada perkembangan megakariosit terjadi

proses endomitosis, yaitu inti sel memperbanyak diri, namun tidak diikuti

dengan pembelahan sel, sehingga sel megakariosit sangat besar dengan inti

sel beberapa lobus (Firani, 2018). Fungsi utama trombosit adalah

pembentukan sumbat mekanik selama respons hemostatis normal terhadap

cedera vaskular, tanpa trombosit dapat terjadi kebocoran darah spontan

melalui pembuluh darah kecil (Bijanti, 2010).

Gambar 2.3. Morfologi Trombosit (Mohapatra and Patra (2010) dalam Fitri (2017))

Page 23: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

6

2.2 Hematokrit

2.2.1 Definisi Hematokrit

Pemeriksaan Hematokrit (Ht) menurut Hidayat (2008)

didefinisikan sebagai volume (dalam milliliter) sel darah merah (SDM)

yang ditemukan dalam 100 ml (1 dl) darah, dihitung dalam presentase

(%). Pemeriksaan nilai hematokrit digunakan sebagai tes skrining

sederhana untuk anemia, sebagai referensi kalibrasi untuk metode

otomatis hitung sel darah dan untuk membimbing keakuratan

pengukuran hemoglobin.Nilai hematokrit dari sampel adalah

perbandingan antara volume eritrosit dengan volume darah secara

keseluruhan.Nilai hematokrit dapat dinyatakan presentase

(konvensional) atau sebagai pecahan desimal (unit SI), liter/liter

(L/L).Waktu pengambilan darah pada pemeriksaan hematokrit

memengaruhi nilai hematokrit dan pada usia responden mempengaruhi

pemeriksaan hematokrit (Utari, 2018).

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan hematokrit

menurut Hidayat (2008) antara lain :

a. Kecepatan Sentrifugasi

Semakin tinggi kecepatan centrifuge semakin cepat

terjadinya pengendapan eritrosit dan begitu pula sebaliknya,

semakin rendah kecepatan centrifuge semakin lambat terjadinya

pengendapan eritrosit.

b. Perbandingan Antikoagulan dengan Darah

Jika antikoagulan berlebihan akan mengakibatkan eritrosit

mengkerut, sehingga nilai hematokrit menjadi rendah.

c. Tempat Penyimpanan

Tempat penyimpanan sebaiknya dilakukan pada suhu 4oC

selama tidak lebih dari 6 jam.

Page 24: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

7

d. Jumlah Eritrosit

Apabila jumlah eritrosit banyak (polisitemia), maka nilai

hematokrit akan meningkat dan jika eritrosit sedikit (dalam

keadaan anemia) maka nilai hematokrit akan menurun.

e. Waktu Sentrifugasi

Lamanya centrifuge berpengaruh terhadap pemisahan darah

pada hasil pemeriksaan hematokrit.

2.2.3 Pemeriksaan Hematokrit

Metode Mikrometode menurut Hidayat (2008).

a. Mengisi tabung mikrohematokrit dengan darah minimal 5cm.

b. Menutup bagian ujung tabung dengan dempul.

c. Meletakkan tabung di alur radial mikrohematokrit untuk di sentrifuge

dengan bagian ujung yang tertutup jauh dari pusat.

d. Mengcentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 10.000 – 12.000 rpm.

e. Membaca hasil hematokrit dengan mengukur tinggi kolom plasma

diskala pembacaan haematokrit

2.2.4 Masalah Klinis

a. Penurunan Nilai Hematokrit

Penurunan pada nilai hematokri menurut Hidayat (2008) yaitu

ketika nilai hematokrit dapat mengalami penurunan akibat kehilangan

darah akut, anemia (aplastik, hemolitik, defisiensi asam folat,

pernisiosa, sideroblastik, selsabit), leukemia (limfositik, mielositik,

monositik), penyakit Hodgkin, limfosarkoma, malignansi organ,

myeloma multiple, sirosis hati, malnutrisi protein, defisiensi vitamin

(tiamin, vitamin C), fistula lambung atau duodenum, ulkus peptikum,

gagal ginjal kronis. Nilai hematokrit yang menurun juga dapat

dipengaruhi oleh obat-obat yang dikonsumsi, seperti obat antineoplastic

dan obat radioaktif.

b. Peningkatan Nilai Hematokrit

Page 25: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

8

Nilai hematokrit dapat meningkat apabila keadaan tubuh sedang

dehidrasi atau hipovolemia, diare berat, polisitemia vera, eritrositosis,

diabetes asidosis, emfisema pulmonary (dalam tahap akhir), iskemia

serebrum sementara, eklapsia, pembedahan dan luka bakar (Hidayat,

2008).

2.2.5 Faktor yang mempengaruhi ketidaksesuaian nilai hematokrit menurut

Hidayat (2008) antara lain:

a. Jika darah diambil dari ekstremitas yang terpasang jalur intra vena, nilai

hematokrit cenderung rendah. Oleh sebab itu, harus menghindari

penggunaan ekstremitas tersebut.

b. Jika darah diambil untuk tujuan pemantauan hematokrit, segera setelah

pengeluaran darah tahap sedang ke berat terjadi dan setelah pemberian

transfusi, hematokrit mungkin berkadar normal.

c. Usia bayi baru lahir memiliki nilai hematokrit yang lebih tinggi karena

terjadi hemokonsentrasi.

2.2.6 Interpretasi Hasil

Menurut Hidayat (2008) nilai hematokrit yang dinyatakan persen (%)

memiliki nilai yang bervariasi. Nilai hematokrit normal untuk pria adalah 40

- 48% dan pada wanita yaitu 37 - 43%.

2.3 Antikoagulan

Menurut Sumardjo (2009) antikoagulan merupakan zat yang dapat

menghambat penggumpalan darah dengan cara mengikat kalsium atau dengan

menghambat pembentukan thrombin yang digunakan untuk merubah

fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan. Pada pemeriksaan

hematologi yang membutuhkan spesimen berupa whole blood atau plasma

maka sampel darah harus dikumpulkan dalam sebuah tabung yang berisi

antikoagulan sehingga dengan pemberian antikoagulan yang baik tidak

merusak komponen-komponen yang terkandung di dalam darah.

Antikoagulan banyak digunakan untuk pemeriksaan darah rutin adalah

Page 26: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

9

K3EDTA yang dijual dalam bentuk tabung vakum dengan kadar 1-1,5 mg/ml

darah. Stabilitas darah dengan K3EDTA lebih baik dari jenis EDTA yang

lain, karena pH dengan antikoagulan K3EDTA mendekati pH darah.

Menurut Suyanta (2019) EDTA adalah garam natrium yang merupakan

garam-garam yang mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk yang

buka ion. EDTA tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuknya eritrosit

dan tidak juga terhadap bentuk leoukosit. Selain itu EDTA mencegah

trombosit begumpal, karena itu EDTA sangat baik dipakai sebagai

antikoagulan pada hitung trombosit.Tiap 1 mg EDTA menghindarkan

membekunya 1 ml darah. Pengunaan EDTA dalam jumlah lebih dari 2 mg

per ml darah maka nilai hematokrit menjadi lebih rendah dari sebenarnya.

EDTA yang sering dipakai yaitu didalam bentuk larutan 10% atau 0,01 ml

dalam 1 ml darah juga EDTA kering 1 mg untuk 1 ml darah.

Mekanisme kerja EDTA adalah dengan menghambat kerja aktivator

pada pembekuan darah. Pada proses pembekuan darah diperlukan Ca2+untuk

mengaktivasi kerja protrombin menjadi trombin. Ca2+ diperlukan kembali

pada proses aktivasi fibrin lunak menjadi fibrin dengan mengumpalan keras.

EDTA berfungsi sebagai chelating agent yang dapat mengikat ion Ca2+ yang

bebas dalam darah sehingga tidak dapat berperan aktif dalam proses

selanjutnya (Suyanta, 2019). Chealting agent adalah zat untuk mengikat dan

mengendalikan ion logam karena bias menghilangkan kesadahan air (Paper,

2012).

Pada Gambar 2.4 dapat dijelaskan bagaimana struktur kimia dari

EDTA. EDTA atau asam etilenadiaminatetraaseta atau asam tetraasetat

(etilenadinitrilo) (Underwood & Day, 2002).

Gambar 2.4. Struktur kimia EDTA (Underwood & Day, 2002)

Page 27: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

10

2.4 Tabung Vacutainer

Vacutainer adalah tabung yang digunakan sebagai pemeriksaan analisa

hematologi. Kemudian, tabung vacutainer ini juga digunakan pada intitusi

pendidikan kesehatan formal (Handayani, 2008).

Warna tutup tabung vacutainer digunakan untuk membedakan jenis

antikoagulan dengan kegunaanya dalam pemeriksaan laboratorium.

1. Tabung tutup merah

Tanpa penambahan zat adiktif, darah akan menjadi beku dan serum

dipisah dengan centrifuge. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan

kimia darah, imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test).

2. Tabung tutup kuning

Berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang memiliki fungsi

untuk memisahkan serum dan sel darah. Umunya digunakan untuk

pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi.

3. Tabung tutup hijau terang

Berisi gel separator (plasma separator tube/PST) dengan antikoagulan

lithium heparin.Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.

4. Tabung tutup ungu atau lavender

Berisi EDTA. Umunya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan

bank darah (crossmatch).

5. Tabung tutup biru

Berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan koagulasi

(misalnya PPT, APTT).

6. Tabung tutup hijau

Berisi natrium dan lithium heparin.Umumnya digunakan untuk

pemeriksaan fragilitas osmotic eritrosit.

7. Tabung tutup biru gelap

Berisi EDTA yang bebas logam. Umumnya digunakan untuk

pemeriksaan trace element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.

8. Tabung tutup abu-abu terang

Berisi natrium fluoride dan kalium oksalat. Umumnya digunakan untuk

pemeriksaan glukosa.

Page 28: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

11

9. Tabung tutup hitam

Berisi buffer sodium sitrat. Umunya digunakan untuk pemeriksaan LED

(ESR).

10. Tabung tutup pink

Berisi potassium EDTA. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan

imunohematologi.

11. Tabung tutup putih

Berisi potassium EDTA.Umumnya digunakan untuk pemeriksaan

molekuler/PCR dan bDNA.

12. Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas Berisi media

biakan. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi – aerob,

anaerob dan jamur (Fitria, 2014).

2.5. Analisa Data

Analisa data menggunakan One Way ANOVA. Prinsip uji ANOVA

adalah melakukan telaah variabilitas data menjadi dua sumber variasi yaitu

variasi dalam kelompok (within) dan variasi antar kelompok (between). Bila

variasi within dan between sama (nilai perbandingan kedua varian sama

dengan 1) maka mean-mean yang dibandingkan tidak ada perbedaan,

sebaliknya bila hasil perbandingan tersebut menghasilkan lebih dari 1, maka

mean yang dibandingkan menunjuk ada perbedaan (Hastono, 2006).

Page 29: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

12

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep menjelaskan tentang alur dari pemeriksaan darah lengkap

otomatis sampai pemeriksaan hematokrit.

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Hipotesis

Adanya pengaruh perbedaan variasi volume darah yang berada di

dalam tabung K3EDTA terhadap hasil pemeriksaan Hematokrit.

Pemeriksaan Darah

Lengkap Otomatis

Pra Analitik

Volume Sampel

Darah Tidak Tepat

Tabung

Vacutainer 3 ml

(µl K3EDTA 10%)

1 ml

Uji Hematokrit

3 ml 5 ml

Analisa Data menggunakan uji one way anova

Page 30: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

13

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1. Waktu dan Tempat Penetilian

Penelitian ini dilaksanakan dimulai dari pembuatan proposal penelitian

hingga ujian akhir 17 Oktober sampai 18 Desember 2019 bertempat di

Laboratorium analis kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo

Cendekia Medika Pangkalan Bun.

4.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah True Eksperiment atau eksperimen yang

sebenarnya karena dalam jenis peneitian ini mengontrol semua variabel luar

yang mempengaruhi eksperimen (Setia, 2014). Teknik pengambilan sampel

pada penelitian ini adalah Simple Random Sampling yaitu setiap anggota

populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel

(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk peneliti mengetahui

adanya pengaruh pemeriksaan pada beberapa responden kemudian hasil

perlakuan tersebut dapat dibandingkan dengan normal. Maksud penelitian ini

membandingkan antara sampel satu ke sampel yang lain

4.3. Populasi, Sampel dan Sampling

Populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan

sampel yang terdiri atas obyek/subyek yang memiliki kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. Sampel

adalah sebagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut Tarjo

(2019). Populasi penelitian ini adalah darah. Sampel penelitian adalah

volume darah vena yang ada di dalam tabung vacutainer K3EDTA 10% 3 ml

sebanyak 1 ml, 3 ml dan 5 ml. Penelitan ini menggunakan 3 kali perlakuan

pada 10 responden yang berbeda.

Page 31: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

14

4.4. Instrumen Penelitian (Tentatif : Penelitian eksperiment)

Instrumen penelitian merupakan fasilitas yang digunakan oleh peneliti

untuk penelitiannya lebih mudah dan hasilnya lengkap cermat dan systematis

sehingga mudah diolah (Sariono (2011) dalam Rizkiani (2017)).

4.4.1 Alat

Alat yang digunakanadalah tabung mikrokapiler, dempul, tourniquet,

spuit 5 cc, centrifuged dan skala hematokrit.

4.4.2 Bahan

Bahan digunakan adalah darah vena, tissue, kapas, wadah kapas dan

EDTA.

4.5. Cara Kerja

1. Pengambilan Darah vena

a. Membersihkan bagian yang akan diambil darah dengan alkohol 70%.

b. Memasang Torniquet di lengan atas dan responden di pastikan untuk

mengepal dan membuka telapak tangannya beberapa kali agar vena

terlihat dengan sangat jelas.

c. Menusuk kulit dengan spuit sampai ujung spuit kedalam pembuluh

vena.

d. Melepaskan Torniquet dan perlahan menarik spuit sampai jumlah

darah yang dibutuhkan.

e. Meletakkan kapas di atas jarum saat mencabut dari pembuluh vena

2. Pemeriksaan Hematokrit

a. Darah yang telah didapatkan dari responden dimasukkan kedalam

tabung vacutainner dengan ukuran volume darah yang berbeda

b. Tabung pertama akan diisi sebanyak 1 ml darah ke dalam tabung

vacutainer EDTA

c. Tabung ketigadimasukkan darah sebanyak 3 ml ke dalam tabung

vacutainer EDTA

d. Tabung kelimadimasukkan darah sebanyak 5 ml ke dalam tabung

vacutainer EDTA

Page 32: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

15

e. Masukkan darah yang berada di dalam tabung vacutainer EDTA ke

dalam tabung microhematocrit

f. Kemudian centrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 10.000 –

12.000 rpm.

g. Baca hasil menggunakan skala hematokrit.

4.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

4.6.1. Pengumpulan Data menurut (Fajrin, 2016)

a. Editing Data

Data diperoleh dari hasil pengukuran hematokrit selanjutnya

dilakukan cek kebenarannya di berikan kode di setiap responden dan

tabel agar data yang didapatkan sistematis sehinggan mudah dilakukan

pembacaan dan analisa data.

b. Coding

Data di peroleh dari hasil pengumpulan data responden

1) Responden 1 = Tn. R

2) Responden 2 = Ny. R

3) Responden 3 = Tn. W

4) Responden 4 = Tn. F

5) Responden 5 = Ny. A

6) Responden 6 = Ny. V

7) Responden 7 = Tn. A

8) Responden 8 = Ny. S

9) Responden 9 = Ny. N

10) Responden 10 = Tn. A.A

4.6.2. Tabulasi Data

Hasil dari proses editing data yang terdapat dalam bentuk tabel yang

terdiri dari perlakuan proses konsentrasi volume darah (1ml, 3ml, 5ml)

pada tabung vacutainer EDTA dengan 10 responden yang berbeda.

Page 33: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

16

4.6.3. Analisa Data

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh kadar volume

darah dalam tabung vacutainer K3EDTA terhadap pemeriksaan

Hematokrit menggunakan uji one way anova untuk menganalisa

pengaruh perbedaan variasi volume darah dalam tabung K3EDTA

terhadap pemeriksaan Hematokrit. Salah satu tipe dari analisis ragam

ANOVA adalah analisis varians satu jalur atau juga dikenal dengan

istilah one-way ANOVA. Analisis varians satu jalur adalah proses

menganalisis data yang diperoleh dari percobaan dengan berbagai

tingkat faktor, biasanya lebih dari dua tingkat faktor. Tujuan dari

analisis ini adalah untuk mengindentifikasi variabel bebas yang penting

dan bagaimana variabel tersebut dapat mempengaruhi (Fajrin, 2016).

4.7 Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu variabel bebas dan

terikat :

1. Variabel Bebas : Volume Darah

2. Variabel Terikat : Nilai Hematokrit (Hct).

Page 34: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

17

4.8. Kerangka Kerja

Kerangka Kerja mengambarkan tahapan yang dilakukan pada

penelitian. Kerangka kerja penelitan ini sebagai berikut :

Gambar 4.1. Kerangka Kerja Penelitian Tentang Pengaruh Perbedaann Variasi Volume

Darah Dalam Tabung Vacutainer K3EDTA terhadap pemeriksaan

Hematokrit.

Pengumpulan data

Sampel Sebanyak 10 Orang Responden

Pengolahan Data

Editing, Tabulasi

Sampling

Simpel Random Sampling

Analisa Data

One way Anova

Penyusunan Laporan Akhir

Pencarian Permasalahan danPenetuan Masalah Yang Ditelliti

Membuat dan Menyusun Proposal

Page 35: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

18

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium medis program studi D-

III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Cendekia

Medika Pangkalan Bun.Laboratorium medis merupakan salah satu

fasilitas yang dimiliki oleh D-III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Borneo Cendekia Medika Pangkalan Bun yang berfungsi

sebagai fasilitas penunjang pembelajaran dalam praktikum di

laboratorium hematologi terutama sampel darah.

5.1.2 Data penelitian

a. Grafik Nilai Hematokrit

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil pada

Gambar 5.3 Hasil nilai hematokrit pada masing-masing responden yang

tersaji pada gambar 5.1. 2. 1

Gambar 5.3 Hasil Nilai Hematokrit

Keterangan : Nilai Normal Hematokrit :

Pria : 40% - 54 %

Wanita : 36% - 46 %

43,2539

58,8

41,6

62,2

58,5

47,4

56 55,2

51,850,4

55,451,2

54,4

71,2

63,4

50,6

68,263

44,8

48,4

56,854,6

29,8

64,6

45,2

37,8

49,6 49,845,8

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Nil

ai

Hem

ato

kri

t (p

erse

n)

Responden

1 ml

3 ml

5 ml

Page 36: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

19

b. Presentase Nilai Hematokrit

Penelitian yang telah dialakukan didapatkan hasil pada Tabel 2.

Presentase nilai hematokrit tersaji pada tabel 5.1.2.1:

Tabel 1. Prensentase Nilai Hematokrit

Volume

Darah

Nilai Hematokrit

Normal Abnormal

1 ml 50 % 50 %

3 ml 80 % 20 %

5 ml 40 % 60 %

Berdasarkan Tabel 1 didapatkan nilai hematokrit pada volume darah 1 ml

normal sebesar 50 % dengan jumlah 5 orang dan abnormal sebesar 50 %

dengan jumlah orang 50 %. Pada volume darah 3 ml normal sebesar 80 %

dengan jumlah orang 8 orang dan abnormal 20 % sebesar 2 orang. 5 ml

normal sebesar 40 % sebesar 4 orang dan abnormal 60 % sebesar 6 orang.

5.2 Pembahasan

Pada penelitian “ Perbedaan variasi volume darah dalam tabung vacutainer

K3EDTA terhadap pemeriksaan Hematokrit (Hct) “ sebelum dilakukan

pengambilan darah terlebih dahulu bagian yang diinjeksi dibersihkan

menggunakan alkohol 70%. Pengunaan alkohol bertujuan untuk

mempercepat membunuh bakteri supaya lebih steril (Subhan, 2019), sehingga

sampel darah yang digunakan terbebas dari zat-zat yang mempengaruhi hasil

pemeriksaan. Setelah dibersihkan mengguakan alcohol pada area yang mau

ditusuk kemudian memasang tourniquet agar pada saat penusukan

mempermudah melihat vena cubiti setelah di pasang tusuk kulit jarum sampai

masuk kedalam pembuluh darah vena dan kemudian lepaskan tourniquet

sesaat darah masuk kedalam spuit, lalu ditarik darah yang diperlukan kedalam

spuit dan lepaskan jarum spuit jika telah selesai pengambilan darah dengan

mendapatkan sampel darah yang diperlukan (Armal, 2019).

Page 37: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

20

Ikatan pembendung vena dalam proses flebotomi yang terlalu lama dapat

meyebabkan terjadinya hemokonsentrasi sehingga dapat mempengaruhi hasil

pemeriksaan laboratorium. Keadaan Hemokonsentrasi akan menyebabkan

perembesan plasma (komponen darah non seluler) ke luar dari pembuluh

darah sehingga cairan darah atau plasma yang berfungsi sebagai pelarut darah

menjadi rendah dan terjadi peningkatan viskositas (kekentalan) darah.

Pengaruh pembendungan pengambilan darah terhadap pemeriksaan

hemoglobin dan hematokrit didapatkan hasil bahwa dengan pembendungan

lebih dari 3 menit kadar hemoglobin dan hematokrit lebih tinggi dari pada

pembendungan kurang dari 2 menit. Mengenai lama pemasangan torniquet

selama flebotomi dan pengaruhnya pada pemeriksaan kimia klinik didapatkan

hasil paling baik yaitu pada pembedungan darah vena kurang dari 1 menit.

(Nai’mah, 2018). Tempat pengambilan sampel darah pada bagian vena

mediana cubiti karena struktur dinding tipis, banyak katup kemudian lebih

besar dibandingkan dari pembuluh darah yang lain dan lebih jauh dari syaraf

arteri.

Sampel darah yang didapatkan selanjutnya dimasukan kedalam tabung

K3EDTA vacutainer.Tabung K3EDTA vacutainer mengandung EDTA yang

sudah sesuai standar pemeriksaan. Selain itu pada peneltian sebelumnya

dengan judul “Perbedaan nilai hematokrit dengan antikoagulan EDTA

Konvensional dan EDTA Vacutainer”. Menurut Dewi (2017), dengan

responden yang berumur 18-20 tahun berjumlah 10 resonden memiliki hasil

nilai hematokrit yang abnormal dengan presentase 71,5 % sedangkan

pemeriksaan hematokrit yang menggunakan antikoagulan EDTA vacutainer

sebagian besar responden yang berumur 18-20 tahun yang berjumlah 9

responden memiliki hasil nilai hematokrit yang abnormal dengan presentase

35,1 %. Hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa EDTA vacutainer

memiliki kelebihan yang lebih akurat dari pada EDTA konvensional. Selain

itu penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2017) pengunaan tabung

vacutainer EDTA dibandingkan antikoagulan yang lain yaitu sifat zat

aditifnya yang tidak merubah morfologi sel dan menghambat agregasi

trombosit dengan lebih baik dari antikoagulan lainnya.

Page 38: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

21

Pada EDTA vacutainer berisi 30 µl, sesuai literatur darah yang

dimasukan sejumlah 3 ml. Pada saat tahap pra analitik memasukan darah

kedalam tabung vacutainer EDTA dilakukan secara manual dan tergantung

pada skill yang dimiliki, maka dari itu tahap pra analitik ini menyumbang

lebih besar kesalahan dibandingkan tahap analitik dan pasca analitik. Pada

penelitian ini diigunakan variasi voume darah pada tabung EDTA vacutainer

yang berbedda-beda untuk mengetahui adanya pengaruh atau tidak terhaddap

nilai hematocrit. Volume darah yang digunakan yaitu 1 ml, 3 ml dan 5 ml.

Pemilihan volume darah ini didasarkan pada sampel darah mewakili tujuan

penelitian. Ketika volume darah kurang dari literatur (sebesar 3 ml) dan

volume darah lebih dari literatur yang digunakan, peneliti mampu

membandingkan hasil hematokrit yang akan dikaji selanjutnya.

Uji Hematokrit (Ht atau Hct) atau dalam bahasa inggris disebut packed

cell volume (PCV) adalah pemeriksaan untuk menentukan perbandingan

eritrosit terhadap volume darah atau volume eritrosit di dalam 100 ml darah,

yang ditetapkan dalam satuan %. Pemeriksaan ini menggambarkan komposisi

eritrosit dan plasma di dalam tubuh. Nilai normal bayi baru lahir : 44 – 46 %,

Usia 1 sampai 3 tahun : 29 – 40 %, Usia 4 sampai 10 tahun : 31-43 %, Pria

dewasa : 40 – 54 %, Wanita dewasa : 36 – 46 % Nugraha (2017).

Berdasarkan hasil uji hematokrit yang tersaji pada gambar 5.3

diketahui bahwa pada volume darah 1 ml dengan kadar hematokrit normal

berjumlah 5 orang, sedangkan dengan kadar hematokrit tinggi sebesar 5

orang. Pada volume darah 3 ml didapatkan hasil kadar hematokrit normal

sebesar 8 orang dan kadar hematokrit tinggi sebesar 2 orang. Pada

penggunaan volume darah 5 ml didapatkan hasil kadar hematokrit normal

sebesar 4 orang dan kadar hematokrit tinggi sebesar 5 orang dan kadar

hematokrit rendah sebesar 1 orang.

Presentase nilai hematokrit hasil penelitian pada volume darah 1 ml:

Normal 50 % dan Abnormal 50 % dan pada penggunaan volume 3 ml

didapatkan hasil normal 80 % dan abnormal20 %, lalu pada penggunaan

volume darah 5 ml didapatkan normal 40 % dan abnormal 60 %.

Page 39: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

22

Hasil uji hematokrit menunjukan bahwa perbandingan volume darah

yang sesuai dengan standar EDTA yaitu 3 ml memiliki presentase nilai

normal yang lebih tinggi yaitu 80% dibandingkan dengan volume darah 1 ml

dan 5 ml. Hal ini disebabkan oleh perbandingkan darah dan antikoagulan

harus tepat karena mempengaruhi hasil pemeriksaan. Penurunan nilai Hct

merupakan indikator anemia (karena berbagai sebab),leukemia,reaksi

hemolitik, hipertiroid dan sebagainya. Penurunan Hct sebesar 30%

menunjukkan pasien mengalami anemia sedang hingga parah.Peningkatan

nilai Hct dapat terjadi pada kondisi dehidrasi, kerusakan paru-paru kronik,

eritrositosis polisitemia dan syok (Kemenkes RI, 2011).

Pada responden Ny. A, Ny. S dan Ny N disaat pengambilan darah

lebih susah dan responden dalam kondisi dehidrasi. Menurut Kemenkes RI

(2011) peningkatan nilai Hct dapat dikarenakan karena kondisi tertentu

seperti adanya dehidrasi. Dehidrasi merupakan salah satu faktor yang krusial

pada pemeriksaan darah. Selain itu, pada pemeriksaan hematokrit meningkat

disebabkan oleh pembentukan sel darah merah yang terlalu banyak atau

eritrositosis. Eritrositosis terdiri atas eritrositosis absolut dan eritrositosis

relatif. Eritrositosis absolut disebabkan oleh banyak hal, seperti merokok,

diabetes mellitus tipe 2, hipertensi, yang mana juga merupakan faktor risiko

untuk terjadinya stroke iskemik. Faktor- faktor tersebut saling berinteraksi

dan membuat kadar hematokrit tinggi (Hitajulu et al., 2015).

Pada volume darah 1 ml mengalami kelebihan garam EDTA, sehingga

EDTA bersifat hipertonik terhadap darah. Hipertonik yang tinggi akan

menyebabkan cairan yang terdapat dalam sel akan keluar untuk

mempertahankan tekanan osmotik. Akibat cairan yang keluar dari sel

menyebabkan sel darah mengalami pengerutan (krenasi), terjadinya

hemodilusi mengakibatkan konsentrasi cairan plasma lebih tinggi

dibandingkan konsentrasi sel darah yang menyebabkan eritrosit mengkerut

dan dapat menyebabkan hitung jumlah eritrosit menurun (Novel et al., 2012).

Hal ini sejalan dengan pendapat Griyan (2012) Apabila digunakan darah

yang lebih sedikit dan antikoagulannya berlebihan, maka akan menyebabkan

eritrosit mengkerut sehingga nilai hematokrit menurun. penambahan zat

Page 40: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

23

untuk mencegah koagulasi darah yang dikenal sebagai antikoagulan. Jenis

antikoagulan yang sering digunakan adalah ethylene diamine tetra acetic acid

(EDTA) dan Heparin. EDTA mengikat kalsium yang dibutuhkan untuk

proses koagulasi, sedangkan Heparin mengikat antitrombin dan menghambat

aktivasi trombin (Keohane et al (2015) dalam Fitria et al (2016)). Pernyataan

(Griyan, 2012) dan (Novel et al., 2012) tersebut tidak sebanding dengan hasil

uji hematokrit. Hasi uji hematokrit mempunyai nilai yang tinggi, hal ini

disebabkan beberapa fakor dari tahap pra analitik.

Tahap pra analitik ini dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari total

kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan

pasca analitik sebesar 14 %. Tahapan pra analitik mencakup persiapan

responden/pasien, pemberian identitas specimen, pengambilan specimen,

pengolahan specimen, penyimpanan specimen dan pengiriman specimen pada

laboratorium (Yaqin dan Dian, 2015).

Pengambilan spesimen seperti pemasangan tourniquet merupakan salah

satu indikator terpenting dalam tahapan pra analitik hematologi.Lamanya

waktu pemasangan tourniquet dapat menyebabkan terjadinyaa perubahan

hasil dapat mengalami kenaikan secara signifikan. Menurut Bastian (2018)

penggunaan tourniquet selama 1 menit dan 3 menit dapat menyebabkan

perubahan signifikan kadar kalium serum. Penanganan sampel darah

menentukan hasil pemeriksaan hematologis, antara lain medium, pH, suhu,

tonisitas, perlakuan mekanik, dan lain-lain. Hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam pengujian hematologis terutama adalah antikoagulan, jeda waktu

setelah sampel diperoleh hingga dilakukan pemeriksaan (Fitria et al., 2016).

Tourniquet merupakan bahan mekanis yang fleksibel yang biasanya

dibuat dari karet sintetis yang bisa meregang. Tujuan digunakan alat

membentuk seperti “ bendungan” ini adalah untuk fiksasi, pengukuhan vena

yang akan diambil darahnya, juga untuk menambah tekanan vena yang akan

diambil sehingga akan mempermudah proses penyedotan darah ke dalam

spuit. Pembendungan pembuluh darah vena akan menyebabkan perubahan

pada beberapa komponen dalam darah jika tourniquet dibiarkan lebih dari

satu menit, maka pemasangan tourniquet harus sedemikian rupa agar mudah

Page 41: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

24

dilepaskan dengan satu tangan pada saat jarum sudah memasuki dinding

vena. Keadaan hemokonsentrasi dapat mempengaruhi hasil akhir yang

didapatkan.Penggunaan tourniquet yang kurang tepat juga dapat

menyebabkan hemokonsentrasi dari sampel yang digunakan (Kiswari (2014)

dalam Bastian et al (2018)).

Selain kesalahan pada tahap pra analitik, hasil hematokrit juga

dipengaruhi jumlah eritrosit dan ukuran eritrosit.Apabila jumlah eritrosit

dalam keadaan banyak (polisitemia), maka nilai hematokrit akan meningkat

dan jika eritrosit sedikit (dalam keadaan anemia), maka nilai hematokrit akan

menurun (Gandasoebrata, 2013). Faktor terpenting pengukuran hematokrit

adalah sel darah merah terutama dari ukuran sel darah merah tersebut dimana

dapat mempengaruhi viskositas darah.

Viskositas yang tinggi mengakibatkan nilai hematokrit juga akan

tinggi. Semakin besar persentase sel dalam darah, semakin besar hematokrit

semakin banyak gesekan yang terjadi antara berbagai lapisan darah, dan

gesekan ini menentukan viskositas.Karena itu, viskositas darah meningkat

hebat dengan meningkatnya hematokrit.viskositas darah lengkap pada

hematokrit normal adalah sekitar 3, ini berarti bahwa diperlukan tekanan 3

kali lebih besar untuk mendorong darah seperti mendorong air melalui tabung

yang sama. Pada hematokrit normal 40-45%, relatif viskositas darah 4-5

mPa.s. Bila hematokrit meningkat sampai 60 atau 70, yang sering terjadi

pada polisitemia, kapasitas transport oksigen lebih besar, viskositas darah 10

kali lebih besar dari pada air, dapat berkembang menjadi thrombosis dan

emboli. Karena ini akan meningkatkan resistensi terhadap aliran darah

sehingga meningkatkan kerja jantung dan dapat mengganggu perfusi organ

(Irawati, 2010).

Pada volume darah 5 ml presentase volume darah lebih tinggi

dibandingkan volume EDTA.EDTA bersifat hypotonic terhadap darah.

Menurut Griyan (2012) Apabila darah yang dipakai lebih banyak dari yang

seharusnya, maka darah akan menggumpal dan didapatkan mikotrombin di

dalam penampung yang menyebabkan hitung trombosit menurun dan dapat

menyumbat alat pemeriksaan. Patelli (2009) menyatakan bahwa volume

Page 42: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

25

darah berlebih dibandingkan dengan jumlah antikoagulan dalam tabung dapat

memyebabkan darah mengalami koagulasi (membeku) karena darah tidak

seluruhnya dihambat dari faktor pembekuan. Adzaki (2018) menjelaskan

bahwa volume darah yang lebih tinggi dibandingan EDTA dapat

menyebabkan pembentukan rouleux dan pengendapan sel lebih cepat

sehingga mengakibatkan jumlah trombosit menurun dan endapan sel darah

meningkat. Ketiga pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa volume 5

ml seharusnya didapatkan nilai hematocrit yang tinggi karena sel darah

mengalami pembengkakan, akan tetapi hasil penelitian mendapatkan nilai

normal 4 orang tinggi 5 orang rendah 1 orang. Hal ini disebabkan oleh factor-

faktor penggunaan tourniquet dan tahapan praanalitik yang tidak kurang tepat

sehingga berpengaruh pada tahapan selanjutnya.

Dari uji One Way Anova diperoleh p = 0,674. Syarat uji One Way

Anova adalah p < 0,005 maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan variasi

konsentrasi K3EDTA tidak berpengaruh pada pemeriksaan hematokrit.

Page 43: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

26

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil adanya pengaruh volume

darah dalam tabung K3EDTA. Presentase nilai normal terbanyak ada di 3 ml

maka dari itu di simpulkan ada nya pengaruh kada K3EDTA terhadap volume

darah.

6.2 Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya

Dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk

penelitian selanjutnya dengan variasi konsentrasi yang berbeda.

2. Bagi institusi

Dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan literatur untuk

meminimalisir kesalahan dalam pemberian konsentrasi K3EDTA pada praktikum

pemeriksaan hematokrit.

Page 44: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

27

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani R, Ani T, Widya J. 2015. Biologi Reproduksi dan Perkembangan.

Deepublish.Yogyakarta.

Bijanti R, M Gandul A Y, Retno S W dan R Budi U 2010. Patologi Klinik

Veteriner.Airlangga university press. Surabaya.

Fajrin, Jauhar., Pathurahman dan L.G. Pratama. 2016. Aplikasi Metode Analysis

of Variance (ANOVA) Untuk Mengkaji Pengaruh Penambahan Silica

Fume Terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Mortar. Jurnal Rekayasa Sipil.

(1)12.

Firani N, K. 2018. Mengenali Sel-Sel Darah dan Kelainan Darah.Universitas

Brawijaya Press. Malang.

Fitria D. 2014. Perbedaan Variasi Volume Darah Dalam Tabung Vacutainer

K3EDTA. Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana. 1(2):1.

Fitria, Laksmindra., L.L. llliy dan I.R. Dewi. 2016. Pengaruh Antikoagulan dan

Waktu Penyimpanan Terhadap Profil Hematologis Tikus (Rattus

norvegicus Berkenhout, 1769) Galur Wistar. Biosfera. (1)33: 22-25.

Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik Edisi 13. Dian Rakyat.

Jakarta.

Handayani W dan Andi S H 2008.Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan

Gangguan Sistem Gangguan Sistem Hematologi. Penerbit Edward

Tanujaya. Jakarta.

Hastono, Sutanto. P. 2006. Analisa Data Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Hidayat .A . 2008. Keperawatan Anak. Penerbit Kedokteran EGC. Jakarta.

Hutajulu, N.I.,A.A. Taujidi dan Fridayenti. 2015. Gambaran Hematokrit Pada

Pasien Stroke Iskemik di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Ahmad

Provinsi Riau. JOM FK. (1)2: 1-5.

Jatmiko S W. 2015. Eosinophil Sebagai Sel Penyaji Antigen. Penerbit UNIMUS.

Surakarta.

Khasanah N M, Agus H dan Ika C. 2016. Klasifikasi Sel Darah Putih Berdasarkan

Ciri Warna dan Bentuk Dengan Metode K-Nearest Neighbor (K-NN).

Jurnal Ilmu Computer dan Elektronika.(2):1.

Page 45: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

28

Levani Y. 2018. Perkembangan Sel Limfosit B dan Penandanya Untuk

Flowcytomety. Jurnal UNIMUS. (1)5:1-2.

Muslim, Azhari. 2015. Pengaruh WaktuSimpan Darah K2EDTA dan Na2EDTA

Pada Suhu Kamar Terhadap Kadar Hemoglobin. Jurnal Analis

Kesehatan. (4) : 2.

Na’imah Isnaini 2018. Pengambilan lama pemasangan sfigmomanometer pada

pengambilan darah vena terhadap hasil pemeriksaan laju endap darah.

Jurnal Unimus

Notoatmodjo. 2010. Sistem Metode Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka.

Jakarta

Pratomo A J, 2018. Pengendalian Mutu Laboratorium Medis. Penerbit CV Budi

Utama. Yogyakarta

Putu, P. P, Nugraha, Hedison P, dan Herlina I S W. 2012. Jumlah Neutrofi Pada

Petani Terpapar Pestisida Di Kelurahan Rurukan Kecamatan Tomohon

Timur. Manado.

Paper, S. 2012. Chelating Agents Advances In Research And Application. Georgia

University Press. USA.

Rusyda, Hastr Afini., S. Wahyuni dan D.T. Mutiarawati. 2016. Perbandingan

Kadar Glukosa Darah Antara Sampel NaF dan Plasma EDTA. Jurnal

Analis Kesehatan Sains. (1):5.

Sanatang dan S. Saltia. 2018. Perbandingan Jumlah Trombosit Terhadap Variasi

Volume Darah Dengan Antikoagulan K3EDTA Metode Impendansi

Elektrikdi RS Hati Mulia. Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari.

(1):2.

Setia, Restu Asti. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Kemampuan Berfikir

Kritis Peserta Didik Pada Kearsipan. Univeritas Pendidikan Indonesia

Press. Jakarta.

Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia. Penerbit EGC. Jakarta.

Suyanta, 2019. Buku Ajar Kimia Unsur.Gadjah Mada University

Press.Yogyakarta.

Tjikroprawiro A, Poernomo B. S, Djoko S dan Lita D. R. 2015.Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam.Airlangga University Press. Surabaya.

Page 46: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

29

Underwood A. L dan R.A Day, JR. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif.Penerbit

Erlangga. Jakarta.

Utari P F, Efrida dan Husnil K.2018.Perbandingan Nilai Hematokrit dan Jumlah

Trombosit Antara Infeksi Dengue Primer dan Dengue Sekunder Pada

Anak diRSUP. Dr. M. Djamil. Jurnal Kesehatan Andalas. (1):121.

Yaqin, Moh. A. dan D. Arista. 2015. Analisis Tahap Pemeriksaan Analitik

Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Hasil Laboratorium Di RS Muji

Rahayu Surabaya. Jurnal Sains. (10):5.

Wahdaniah, Sri T , 2018. Perbedaan Penggunaan Antikoagulan K2EDTA dan

K3EDTA Terhadap Hasil Pemeriksaan Indeks Eritrosit.Jurnal

Laboratoium Khatulistiwa. (2):114-115.

Page 47: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

30

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian

No Alat Penelitian Keterangan

1 Tabung vacutainer sebagai

penampung darah dan

EDTA darah

2 Torniquet untuk

pembendung pada saat

pengambilan darah vena

3 Spuit untuk pengambilan

darah vena

4 Tabung microhematokrit

untuk penampung darah

pada saat pemeriksaan

hematocrit

5 Kapas keriing untuk

membersihkan darah

Page 48: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

31

6 Centrifuge micro untuk

memisahkan darah pada

tabung micro hematocrit

7 Kapas alcohol untuk

menyeterilkan daerah yang

mau di suntik

8 Skala microhematokrit

untuk menghitung nilai

hematocrit

9 Pada saat pengambilan

darah vena

10 Pada saat pengambilan

darah vena

Page 49: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

32

11 Pada saat pengambilan

darah vena

12 Pada saat pengambilan

darah vena

13 Pada saat pengambilan

darah vena

14 Pada saat pengambilan

darah vena

15 Pada saat pengambilan

darah vena

Page 50: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

33

16 Pada saat pengambilan

darah vena

17 Proses memasukan darah

di tabung EDTA

18 Pada saat pengambilan

darah vena

19 Darah 1 ml, darah 3, dan

darah 5 ml pada tanbung

EDTA

Page 51: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

34

20

Proses memasukan darah

ke dalam tabung micro

hematocrit

21 Penutupan ujung tabung

hematocrit

22 Hasil dari centrifuge

23

Perhitungan hematokrit

Page 52: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

35

Lampiran 2 Uji One Way Anova

Tests of Normality

kosentra

si

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statisti

c

df Sig. Statisti

c

df Sig.

hemator

it

1 ml .158 10 .200* .971 10 .896

3 ml .257 10 .061 .778 10 .008

5 ml .189 10 .200* .952 10 .696

Test of Homogeneity of Variances

Hematocrit

Levene

Statistic

df1 df2 Sig.

1.770 2 27 .190

ANOVA

Hematocrit

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Between

Groups 47.445 2 23.723 .401 .674

Within

Groups 1599.070 27 59.225

Total 1646.516 29

Page 53: TABUNG VACUTAINER K3EDTA TERHADAP PEMERIKSAAN

36

Lampiran 3. Lembar Konsultasi