Tabloid Bali Mandara Edisi 14 | 16 - 31 Juli 2015

8
BALI MANDARA TABLOID DWI MINGGUAN PEMERINTAH PROVINSI BALI Alamat Sekretariat Redaksi : Jalan Basuki Rahmat Niti Mandala Renon | email : [email protected] | Telp. 0361 224671 ext.503 BALI MANDARA Bersama mewujudkan Bali yang Maju, Aman, Damai dan Sejahtera EDISI 14 | 16 - 31 Juli 2015 DENPASAR. BaliMandara. Dalam upaya mencapai swasembada pertanian, Pemprov Bali mengucurkan bantuan berupa peralatan dan mesin pertanian (alsintan) bagi 105 kelompok tani. Hal tersebut terungkap saat Gubernur Bali Made Mangku Pastika yang diwakili wagub sudikerta melakukan penyerahan bantuan alsintan 2015 tersebut secara simbolis di Balai Benih Timpag Kerambitan, Tabanan, Rabu (1/7). Pada kesempatan itu diserahkan sebanyak 255 unit peralatan mesin pertanian (alsintan) yang terdiri dari mesin panen padi, pemipil jagung, pengering gabah, traktor, pompa air dan mesin penyosohan beras dengan total anggaran senilai Rp17.836.900.000. Acara penyerahan bantuan ini kemudian dilanjutkan dengan pembekalan teknis dan penjelasan pendayagunaan peralatan dan mesin pertanian kepada 105 ketua kelompok tani. Lebih lanjut Wagub Sudikerta menyampaikan harapannya agar bantuan ini dapat memudahkan para petani agar lebih praktis dalam pekerjaanya sehingga bisa mewujudkan sistem pertanian yang moderen melalui mekanisasi alat pertanian. Selain peralatan pertanian, peran penyuluh tidak bisa diabaikan dalam memberikan pedampingan bagi para petani. Untuk itu diperlukan sinergitas antara Dinas Pertanian di kabupaten dengan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali dalam memberikan pelatihan bagi penyuluhan bahkan studi banding ke daerah yang lebih berhasil dalam bidang pertanian. Sudikerta juga berharap para petani yang mendapat bantuan alsintab agar menggunakan bantuan tersebut dengan sebaik- baiknya sehingga dapat bermanfaat untuk memberikan hasil panen yang optimal. Hal senada juga disampaikan oleh Staf Ahli Kementrian Pertanian Bidang Inovasi dan Teknologi DR. Ir. Matsyukur, bahwasannya untuk peningkatan produksi pangan perlu dilakukan lima hal yaitu perbaikan irigasi, benih yang berkualitas, pupuk, alat mesin pertanian dan penyuluhan pendampingan bagi para petani. Sehingga petani akan dapat bekerja optimal. Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana dalam laporannya mengatakan dalam pelaksanaan upaya khusus di bidang pertanian dialokasikan bantuan benih, pupuk, bantuan rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usahatani dan peralatan mesin pertanian di hampir seluruh 1556 subak yang tersebar di seluruh Bali. TATANG Wakil Gubernur Bali I Ketut Sudikerta mencoba peralatan dan mesin pertanian, saat penyerahan bantuan bagi 105 kelompok tani di Balai Benih Timpag Kerambitan, Tabanan ,Rabu (1/7). Dukung Upaya Swasembada Pertanian, Pemprov Serahkan Bantuan Peralatan dan Mesin Pertanian

description

Tabloid Bali Mandara adalah sebuah wahana yang khusus menjadi bahan informasi program pembangunan daerah, khususnya dalam memantapkan implementasi program-program prioritas dalam pengentasan kemiskinan di daerah Bali. Kehadiran tabloid Bali Mandara, dengan karakteristik fisik dan substansi materi yang berbeda dengan media massa cetak yang telah ada di Bali, diharapkan mampu membawa misi penyampaian informasi pembangunan kepada masyarakat di seluruh pelosok Bali.

Transcript of Tabloid Bali Mandara Edisi 14 | 16 - 31 Juli 2015

BALI MANDARATABLOID DWI MINGGUAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

BALI MANDARATABLOID DWI MINGGUAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

EDISI 1416 - 31 Juli 2015

EDISI 1416 - 31 Juli 2015

TABLOID DWI MINGGUAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

Alamat Sekretariat Redaksi : Jalan Basuki Rahmat Niti Mandala Renon | email : [email protected] | Telp. 0361 224671 ext.503

BALI MANDARABersama mewujudkan Bali yang Maju, Aman, Damai dan Sejahtera

EDISI 14 | 16 - 31 Juli 20158

DENPASAR. BaliMandara.Dalam upaya mencapai swasembada pertanian, Pemprov Bali mengucurkan bantuan berupa peralatan dan mesin pertanian (alsintan) bagi 105 kelompok tani. Hal tersebut terungkap saat Gubernur Bali Made Mangku Pastika yang diwakili wagub sudikerta melakukan penyerahan bantuan alsintan 2015 tersebut secara simbolis di Balai Benih Timpag Kerambitan, Tabanan, Rabu (1/7).

Pada kesempatan itu diserahkan sebanyak 255 unit peralatan mesin pertanian (alsintan) yang terdiri dari mesin panen padi, pemipil jagung, pengering gabah, traktor, pompa air dan mesin penyosohan beras dengan total anggaran senilai Rp17.836.900.000.

Acara penyerahan bantuan ini kemudian dilanjutkan dengan pembekalan teknis dan penjelasan pendayagunaan peralatan dan mesin pertanian kepada 105 ketua kelompok tani.

Lebih lanjut Wagub Sudikerta menyampaikan harapannya agar bantuan ini dapat memudahkan para petani agar lebih praktis dalam pekerjaanya sehingga bisa

mewujudkan sistem pertanian yang moderen melalui mekanisasi alat pertanian. Selain peralatan pertanian, peran penyuluh tidak bisa diabaikan dalam memberikan pedampingan bagi para petani.

Untuk itu diperlukan sinergitas antara Dinas Pertanian di kabupaten dengan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali dalam memberikan pelatihan bagi penyuluhan bahkan studi banding

ke daerah yang lebih berhasil dalam bidang pertanian. Sudikerta juga berharap para petani yang mendapat bantuan alsintab agar menggunakan bantuan tersebut dengan sebaik-baiknya sehingga dapat bermanfaat untuk memberikan hasil panen yang optimal.

Hal senada juga disampaikan oleh Staf Ahli Kementrian Pertanian Bidang Inovasi dan Teknologi DR. Ir. Matsyukur, bahwasannya untuk peningkatan produksi pangan perlu dilakukan lima hal yaitu perbaikan irigasi, benih yang berkualitas, pupuk, alat mesin pertanian dan penyuluhan pendampingan bagi para petani. Sehingga petani akan dapat bekerja optimal.

Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana dalam laporannya mengatakan dalam pelaksanaan upaya khusus di bidang pertanian dialokasikan bantuan benih, pupuk, bantuan rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usahatani dan peralatan mesin pertanian di hampir seluruh 1556 subak yang tersebar di seluruh Bali.

TATANG

Wakil Gubernur Bali I Ketut Sudikerta mencoba peralatan dan mesin pertanian, saat penyerahan bantuan bagi 105 kelompok tani di Balai Benih Timpag Kerambitan, Tabanan ,Rabu (1/7).

Dukung Upaya Swasembada Pertanian, Pemprov Serahkan Bantuan Peralatan dan Mesin Pertanian

SEMARAPURA. BaliMandara.Meski hanya bergerak dalam bidang kredit, BUMDes Artha Dana yang mengelola dana dari Program Gerbangsadu Mandara, sejak Oktober 2014 sukses meraup untung hingga ratusan juta rupiah hingga Juni tahun ini.

Menurut Kepala Desa Tohpati, Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung A.A Gde Dalem. SE, kesuksesan tersebut tak lepas dari peran serta masyarakat pengguna dana atau nasabah, terutama dalam hal komitmen mereka dalam melakukan pembayaran angsuran tepat waktu.

“Bisa dibilang perkreditan yang dikelola BUMDes Artha Dana kredit macetnya hanya nol koma

sekian, walaupun ada biasanya perorangan namun itu hanya sebatas kemunduran pembayaran,“ terang Gde Dalem.

Ditambahkan Dalem, sejak digulirkan program Gerbangsadu di desanya, tingkat perekonomian masyarakatnya mulai terjadi perubahan. Bahkan mereka hampir sebagian besar memanfaatkan dana yang dikelola BUMDes. Selain kredit, Gerbangsadu di Desa Tohpati juga membuka kios untuk penjualan keperluan pertanian dan perkebunan.

Senada dengan Gde Dalem, pengurus Gerbang Sadu I Wayan Kaca juga menjelaskan, dalam kuartal pertama sejak programnya digulirkan ke masyarakat, BUMDes Artha Dana

sudah mampu mengembangkan modalnya dari yang semula 790 juta, hingga Juni 2015 sudah mencapai angka 1 miyar 34 juta.

“Itu sudah merupakan dana bersih setelah dipotong untuk biaya operasional seperti gaji pengurus dan lainnya,“ jelas Kaca. Sampai saat ini dana yang dimiliki BUMDes Artha Dana kebanyakan diserap oleh perorangan, namun masih masuk dalam kategori Rumah Tangga Sederhana (RTS). Untuk kelompok baru diserap oleh dua kelompok yang bergerak dalam bidang usaha jahit menjahit, salah satunya kelompok jahit Eka Karsa. Di kelompok yang beranggotakan sepuluh orang ini, peruntukan pinjamannya sebesar 30

juta untuk pembelian alat dan mesin jahit. Menurut Ketut Kariasih selaku ketua kelompok, dengan adanya alat dan mesin yang lengkap dia dan kelompoknya saat ini sudah bisa mengerjakan semuanya di rumah. Mengingat jenis pekerjaan yang digelutinya yakni kain kebaya yang memiliki motif untuk dikerawang.

Dalam hal pesanan kelompok Eka Karsa saat ini bekerjasama dengan beberapa butik yang ada di wilayah Gianyar. “Kedepan kami ada niatan untuk menciptakan motif sendiri dan coba ditawarkan ke butik-butik, dengan demikian keuntungan yang didapat bisa lebih banyak,” tandasnya.

Pihaknya menyampaikan rasa terimakasihnya atas bantuan yang diperolehnya, untuk itu kedepan jika pinjamannya sudah lunas dirinya bertekad untuk meluaskan jaringan terutama dalam hal pemasaran. Selain kelompok dalam perorangan yang banyak memanfaatkan bantuan dari BUMDes Artha Dana yakni paara pengerajin ukiran, seperti yang digeluti oleh Putu Sukaria, seorang pengerajin patung.

Dulunya Sukaria mempunyai kendala dalam hal tempat pengerjaan, “maklum dulu saya masih tinggal di rumah orangtua, karena tempatnya seadanya jadi kalau pas order banyak agak repot juga,“ ucap Sukaria. Dengan kondisi tersebut dirinya memberanikan diri untuk mencari pinjaman di BUMDes yang dipergunakan untuk tambahan biaya pembangunan tempat bekerjanya yang sekaligus sebagai tempat tinggalnya. Mempunyai pengalaman selama 15 tahun dalam hal pengerjaan patung. Perhari sebanyak 10 hingga 15 patung berhasil dikerjakan, dengan pengahasilan rata-rata 75 ribu perhari.

WAN

Satu Semester Untung Ratusan JutaGerbang Sadu “Artha Dana” Desa Tohpati Klungkung

A.A Gde Dalem. SEKepala Desa Tohpati, Kecamatan

Banjarangkan Kabupaten Klungkung

“Sejak digulirkan program Gerbangsadu, tingkat perekonomian

masyarakatnya mulai terjadi perubahan. Bahkan mereka

hampir sebagian besar memanfaatkan dana yang dikelola BUMDes. Selain

kredit, Gerbangsadu di desa Tohpati juga membuka kios untuk penjualan keperluan pertanian dan perkebunan”

Salah satu kelompok yang bergerak bidang usaha jahit menjahit, yang mendapat modal dari Gerbangsadu.

Putu Sukaria, seorang pengerajin patung yang juga memanfaatkan fasilitas kredit modal usaha dari Gerbangsadu melalui BUMDes. Perhari sebanyak 10 hingga 15 patung berhasil dikerjakan, dengan pengahasilan rata-rata 75 ribu perhari.

BALI MANDARATABLOID DWI MINGGUAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

BALI MANDARATABLOID DWI MINGGUAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

EDISI 1416 - 31 Juli 2015

EDISI 1416 - 31 Juli 2015

2 7

Bali MandaraTabloid Dwi Mingguan Pemerintah Provinsi Bali

Penasehat :Sekretaris Daerah Provinsi Bali

Penanggung Jawab :Kepala Biro Humas Setda Provinsi Bali

Ketua :Kepala Bagian Penyaringan dan Pengolahan Informasi,Biro Humas Setda Provinsi Bali

Alamat Redaksi :Jl. Basuki Rahmat, Niti Mandala, Renon, DenpasarE-mail : [email protected] [email protected]

REDAKSI

Sinergi TNI-AD dalam Upaya Khusus Swasembada Pangan

DENPASAR. Bali Mandara.Program Upaya Khusus (Upsus) swasembada pangan khususnya padi, jagung dan kedelai di provinsi Bali menargetkan peningkatan produksi padi 5%, jagung 40% dan kedelai 10% pada tahun 2015. Upaya tersebut memerlukan dukungan pembiayaan yang memadai dan kerja keras semua pihak yang terkait.

Untuk pengawalan program Upsus secara khusus juga mendapat pendampingan dari TNI-AD, mulai dari jajaran Kodam IX Udayana, Korem 163 Wirasatya, Kodim2, Koramil sampai dengan di tingkat Babinsa.

Koordinasi jajaran Dinas Pertanian dengan TNI-AD telah secara intensif telah dilaksanakan. Berbagai dukungan telah diberikan

jajaran TNI-AD, mulai dari pengamanan distribusi sarana produksi, bantuan fisik pengerjaan rehabilitasi jaringan irigasi, mobilisasi perlatan mesin pertanian, bantuan pengendalian hama penyakit sampai dengan pendampingan teknis budidaya pada kelompok-kelompok tani di lapangan.

Guna lebih mengintensifkan koordinasi, pada hari Kamis/ 2 Juli 2015, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan provinsi Bali dengan para pejabatnya mengadakan pertemuan terbatas dengan Danrem 163/ Wirasatya Kolonel Arhanud Nurchahyanto. Disamping dalam rangka membicarakan evaluasi dan keberlanjutan program, pertemuan juga dimaksudkan untuk perkenalan, oleh karena baru saja dilaksanakan

pergantian Danrem 163/ Wirasatya.Dalam waktu dekat direncanakan

akan dilaksanakan pertemuan evaluasi program Upsus provinsi Bali setelah selama enam bulan berjalan,

dengan menghadirkan, Dinas Pertanian, para Dandim, Badan Pusat Statistik, Dinas PU Kabupaten/Kota se Bali.

MULIA

Kafe Remang-Remang dan Toilet Jorok Jadi Sorotan di PB3AS

DENPASAR, BaliMandaraKeberadaan kafe remang-remang menjadi topik hangat pada Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS), Minggu (5/7).

Sorotan terhadap keberadaan kafe yang telah merambah kawasan perdesaan itu juga disampaikan Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Menurut Pastika, kafe remang-remang merupakan salah satu persoalan sosial yang hingga saat ini belum tuntas teratasi. Kafe remang-remang, kata Pastika, menyimpan banyak masalah. Mulai dari penyebaran penyakit menular seksual, peredaran miras hingga keberadaan wanita penghibur yang kerap merusak keharmonisan rumah tangga. “Itu kan sampai ada lagunya ‘song bererong’,” ujarnya. Untuk itu, Pastika mendorong peran serta aktif seluruh komponen masyarakat dalam menertibkan keberadaan kafe remang-remang. Karena pemerintah tak mungkin dapat bekerja maksimal tanpa peran aktif dan dukungan dari masyarakat.

Selain kafe remang-remang, Pastika

juga menyinggung toilet jorok pada fasilitas umum yang sempat disoroti media. Hal tersebut menjadi bahan evaluasi bagi jajarannya agar menjaga kebersihan toilet pada fasilitas umum yang menjadi tanggung jawab Pemprov Bali. “Bagi masyarakat luas, jangan ragu-ragu untuk menyampaikan komplain terkait apa saja di podium ini,” imbaunya. LSM dan organisasi kemasyarakatan juga bisa memanfaatkan podium ini untuk menunjukkan eksistensinya.

Hal senada juga disampaikan Kasatpol PP Provinsi Bali Made Sukadana. Melalui koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota, secara bertahap pihaknya telah melakukan penertiban kafe remang-remang. “Penertiban kafe remang-remang merupakan kewenangan kabupaten/kota. Namun kami dari provinsi tetap melakukan upaya dalam nenyikapi persoalan ini,” imbuhnya. Dalam orasinya, Sukadana juga berbicara mengenai Perda Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Dia menggugah kesadaran dan peran aktif masyarakat

dalam penegakan perda tersebut.Secara umum, pelaksanaan

PB3AS minggu ini cukup menyedot animo masyarakat untuk berbicara. Nyoman Sujantara dari Padang Sambian memanfaatkan PB3AS untuk mengutarakan harapannya pada kemajuan bidang olah raga di Pulau Dewata. Dia minta pemerintah memberikan perhatian lebih serius

bagi peningkatan sarana dan prasarana olah raga. Selanjutnya tampil Ida I Dewa Gede Raka dari Puri Bebalang Bangli yang menyoroti masih belum optimalnya pemanfaatan air permukaan. Kata Dewa Raka, jika air sungai dapat dikelola dengan baik, Bali tak akan mengalami persoalan air bersih. Sementara Abi,

Kadis Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali saat audensi dengan Danrem 163/Wirasatya Kolonel Arhanud Nurchahyanto.

Pastika : kafe remang-remang merupakan salah satu persoalan sosial yang hingga saat ini belum tuntas teratasi.

seorang pembicara dari Karangasem, mengkampanyekan manfaat meditasi bagi kesehatan. Menurutnya, meditasi yang dilakukan sejak usia dini sangat berguna bagi pembentukan karakter.

Putu Budiana yang tampil sebagai orator berikutnya bicara soal pentingnya upaya pencegahan bahaya narkoba dan pengendalian minuman beralkohol. Selain pentingnya pemberian pemahaman pada generasi muda, dia juga berharap penegakan aturan yang tegas. Mantan Rektor

Unud Prof. Ketut Sukardika juga cukup menyita perhatian dengan orasinya tentang konsep pariwisata khusus bagi manula. Sedangkan Lanang Sudira dari LSM Gasos menyoroti pencemaran pada hutan mangrove. Dia berharap, mereka yang mengaku cinta lingkungan peduli terhadap kondisi ini. “Jangan hanya berkoar-koar cinta lingkungan, tapi tak ada aksi dan cenderung melakukan pembiaran,” pungkasnya.

ITA

Kafe Remang-Remang .........(sambungan hal. 2)

arti porno. Mengatasi masalah ini tentu memerlukan pengertian bersama. Jika tetap dipaksakan mengandung kata-kata bermakna porno maka akan ber-tentangan dengan aturan dalam Un-dang-Undang penyiaran, P3 dan SPS. Lagu dengan kata-kata porno tersebut juga tidak dapat disiarkan di lembaga penyiaran. Tentu sangat disayangkan jika lagu pop Bali tidak dapat disiarkan di lembaga penyiaran. Apalagi selama ini penyiaran lagu pop Bali di lembaga penyiaran merupakan ajang promosi untuk mendongkrak penjualan CD.

Perkembangan seni-budaya yang cukup membanggakan di layar kaca adalah seni metembang atau yang leb-ih popular dengan istilah dharmagita. Acara yang menghadirkan lagu-lagu

bernuansa agama dan pesan moral tersebut mendapat apresiasi yang luar biasa dari masyarakat Bali. Apalagi dharmagita tersebut diiringi dengan music geguntangan. Seiring dengan kreativitas, dharmagita kemudian dikolaborasikan dengan visualisasi adegan pendukung yang menyerupai sebuah drama klasik. Hal seperti inilah yang diharapkan, sebuah kreativitas dalam mengolah tayangan panggung menjadi tayangan layar kaca yang berkualitas untuk ditonton.

Cukup banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mampu mengangkat seni-budaya Bali yang cenderung mer-upakan pertunjungan panggung men-jadi sebuah pertunjukan layar kaca. Kreativitas yang tak kenal henti tentu

dibutuhkan untuk mampu menghasil-kan siaran seni-budaya yang berkuali-tas. Kreativitas juga harus didukung dengan pengetahuan tentang makna dan pesan dalam sebuah pertunjukan seni-budaya. Tentunya sebuah siaran seni budaya tidak saja memberikan hiburan semata, tetapi juga mampu memberikan pengetahuan dan infor-masi bagi masyarakat yang menonton.

Dalam upaya mengangkat seni-budaya Bali kedalam tayangan layar kaca maka lembaga penyiaran harus mampu melakukan sensor internal yang ketat. Sensor internal yang selalu berpedoman pada P3 dan SPS. Lem-baga penyiaran harus mampu memilah dan memilih mana adegan, kata dan gerakan yang sesuai dengan P3 dan SPS. Selain melakukan sensor internal secara ketat, lembaga penyiaran juga harus mampu menggolongan acara si-aran seni-budaya sesuai dengan klasifi-kasi program dan jam siar. Mengangkat seni-budaya Bali kedalam tayangan la-yar kaca merupakan kewajiban lembaga penyiaran di Bali. Permasalahanya pada teknik pengolahanya. Jangan sampai demi kepentingan untuk ditampilkan dalam layar kaca akhirnya harus men-gubah tatanan dalam pertunjukan seni budaya. Sebagai bahan pedoman bagi pekerja penyiaran dalam suatu lem-

baga penyiaran, maka sudah saatnya lembaga penyiaran membuat dan me-netapkan standar operasional prose-dur (SOP). SOP tersebut akan menjadi pedoman bagi karyawan dalam men-jalankan tugas, terutama pedoman bagi cameramen dalam memilih sudut pan-dang pengambilan gambar. SOP dapat saja dibuat dengan cara menjabarkan aturan yang ada dalam P3 dan SPS.

Mengangkat seni-budaya kedalam tayangan layar kaca bukan semata-mata demi kepentingan pelestarian dan perlindungan. Terdapat upaya untuk mensosialisasikan nilai-nilai dan etika yang terkandung dalam seni-budaya tersebut kepada masyarakat. Pada sisi lain, langkah ini juga merupakan lang-kah mendokumentkan seni-budaya tersebut. Apalagi dalam pasal 45 di Un-dang-undang penyiaran terdapat ke-tentuan bagi lembaga penyiaran untuk menyimpan bahan siaranya. Dimana nantinya jika siaran tersebut memiliki nilai sejarah, informasi atau memiliki nilai siaran yang tinggi wajib diserah-kan kepada lembaga yang ditunjuk oleh Negara untuk dijaga kelestariannya. Jangan sampai juga seni-budaya Bali ataupun yang ada di nusantara diklaim oleh Negara lain.

I Nengah MuliartaKomisioner KPID Bali

Mengemas Seni-Budaya Bali.....(sambungan hal. 6)

Ayu Pastika Ajak Masyarakat Konsumsi Ikan Sejak Usia Dini

DENPASAR. BaliMandara.Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani dimana ikan mengandung mineral dan juga asam amino terutama Omega 3, yang berdasarkan data penelitian FAO dan WHO selain dapat menyembuhkan penyaki depresi, skizofrenia serta gejala hipertensi pada anak anak juga sangat baik untuk kecerdasan otak, sehingga dengan mengkonsumsi ikan kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan.

Ny Ayu Pastika selaku Ketua Tim Penggerak PKK dan Ketua Forum Peningkatan Konsumsi Ikan Nasional (FORIKAN) Provinsi Bali menjelaskan untuk itu pengenalan dan pengkonsumsian ikan sejak dini perlu disosisalisasikan sehingga dapat tumbuh gaya hidup makan ikan yang akhirnya menjadi budaya makan ikan pada masyarakat.

Ny Ayu Pastika menyampaikan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan merupakan program pemerintah yang sangat penting dan strategis dalam rangka meningkatkan kecerdasan masyarakat dan derajat kesehatan masyarakat sehingga terbentuk masyarakat yang semakin

cerdas dan sehat. Walaupun tingkat konsumsi ikan provinsi Bali masih lebih tinggi dibanding tingkat konsumsi ikan dunia, namun jika dibandingkan dengan tingkat konsumsi ikan nasional masih lebih rendah.

Berdasarkan data tingkat konsumsi ikan provinsi Bali pada tahun 2014 sebesar 31,17 kg/kapita/tahun sedangkan tingkat konsumsi ikan nasional yaitu 33,14 kg/kapita/tahun. Untuk itu berbagai upaya perlu dilakukan guna meningkatkan konsumsi ikan di masyarakat yang salah satunya dengan mengadakan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan melalui Pemberian Makanan Tambahan Bagi Anak Sekolah.

Program ini disamping merupakan upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama anak anak sekolah juga merupakan salah satu mata rantai penyerapan hasil produksi perikanan nyang dihasilkan masyarakat. Disamping itu upaya yang paling efektif adalah dengan memberikan pemahaman secara dini kepada anak anak betapa pentingnya konsumsi ikan. Ny Ayu Pastika juga menghimbau khususnya pada para

siswa agar lebih banyak makan ikan agar menjadi pintar,kuat dan sehat sehingga dapat berpestasi dalam mengejar pendidikan.

Senada dengan hal yang disampaikan Ny Ayu Pastika, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali Ir I Made Gunaja,M.Si dalam laporannya menyampaikan bahwa tujuan dari dilaksanakannya GEMARIKAN selain mengajak seluruh lapisan masyarakat terutama anak anak untuk sejak dini gemar

makan ikan juga mendorong minat masyarakat untuk terus berkreasi menciptakan menu baru sehingga minat masyarakat untuk mengkonsumsi ikan meningkat.

Ia juga menambahkan guna menggugah kemauan masyarakat untuk menyukai ikan dilakukan berbagai upaya diantaranya lomba memasak serba ikan yang diikuti oleh TP PKK Kabupaten/Kota, Kampanye GEMARIKAN melalui PMTAS. ARIANI

Ny Ayu Pastika saat membuka acara GEMARIKAN di Wantilan Kalangan Ayodya Art Centre Denpasar Sabtu (4/7).

Bersambung ke hal. 7

BALI MANDARATABLOID DWI MINGGUAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

BALI MANDARATABLOID DWI MINGGUAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

EDISI 1416 - 31 Juli 2015

EDISI 1416 - 31 Juli 201536

Bersama Warga, Dinas Pertanian Provinsi Kendalikan Hama Gayas

DENPASAR, BaliMandaraMenanggapi permasalahan yang dihadapai petani ubi kayu, di Desa Tianyar Barat Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, yang belakangan mengalami penurunan kwalitas akibat terserang hama Gayas, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali mengambil tindakan cepat. Selasa (7/7) melalui UPT. Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura menggelar kegiatan gerakan pengendalian hama Gayas secara massal, reaksi atas apa yang dihadapi masyarakat

Tianyar Barat, Karangasem.Pada kesempatan ini hadir

pula Kepala UPT. Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Tanaman Pangan Provinsi Bali Ir I Nengah Suela. M. Si, jajaran Kadis Pertanian Kabupaten Karangasem, TNI, Babinsa, serta masyarakat petani setempat. Kepala UPT sendiri menganggap gerakan ini perlu dilakukan, karena Gayas sudah menjadi hama bagi tanaman ubi kayu, untuk itu perlu adanya penanganan langsung yang dilakukan salah satunya dengan cara mengambil

langsung disaat masih dalam bentuk larva. Hal itu dikarenakan masa pertumbuhan larva sangat panjang yakni selama delapan bulan, jika hal itu dibiarkan maka akan menggerogoti ubi kayu tersebut sebagai sumber makanannya.

Selain itu, yang perlu penanganan langsung adalah saat larva sudah menjadi imago, sebisa mungkin setelah mulai terbang kumbang harus dikendalikan, dengan cara memasang lampu perangkap sehingga disaat masa bertelurnya

kumbang sudah tidak ada. Upaya itu selama ini dirasa sangat efektif untuk menanggulangi hama Gayas. “Untuk itu saya harapkan peran serta masyarakat petani untuk turut mengendalikan hama Gayas tersebut,” terang Suela dalam sambutannya. Lebih jauh dijelaskan Suela, hama Gayas tidak hanya menyerang tanaman ubi kayu, untuk mendapatkan air Gayas akan memakan akar apa saja.

Nengah Suela berharap kegiatan ini akan bisa dilakukan

secara berkelanjutan dan berkesinambungan antara pemerintah dan juga masyarakat. Kegiatan ini sekaligus sebagai bentuk perhatian pemerintah Provinsi terhadap masyarakat Tianyar Barat, sebelumnya Gubernur Bali Made Mangku Pastika, sempat berkunjung ke daerah mengambil tindakan, salah satunya gerakan pengendalian hama secara massal. Guna memperkaya pengetahuan petani tentang pengendalian hama Gayas, pada kesempatan ini dinas terkait juga memaparkan beberapa teknik pengendalian, salah satunya dengan cara budidaya tanaman sehat, dengan cara pemupukan yang berimbang, serta sanitasi yang bagus.

Terkait hama Gayas sendiri pemerintah telah berkali –kali melakukan kajian, yang dilakukan sejak tahun1995 hingga tahun 1998. Salah satu petani, I Made Suarjana yang hadir dalam kesempatan tersebut menyampaikan rasa terimakasihnya atas respon yang begitu cepat dari pihak pemerintah. “Mudah-mudahan langkah ini menjadi pemicu bagi kami sehingga para petani nantinya bisa tersenyum disaat mereka panen “ terangnya. Selain itu kedepan apa yang diisarankan Dinas Pertanian terutama dalam hal pengendalian akan segera diterapkan para petani.

WAN

DENPASAR, BaliMandaraBertempat di Desa Yangapi, Kecamatan Temuku-Kabupaten Bangli, Rabu (24/6) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, menggelar pasar murah dengan menggandeng Bulog Provinsi dan retail. Menurut Kadis Perindustrian dan Perdagangan Ni Wayan Kusumawathi, SH.MSi yang juga hadir dalam kesempatan tersebut, kegiatan ini serentak digelar di beberapa titik diantaranya Badung Selatan, Karangasem, Buleleng, dan Denpasar sebagai upaya untuk meringankan beban masyarakat kecil trekait kenaikan harga bahan pangan yang terus merangkak.

“Selain itu, kegiatan seperti ini sekaligus sebagai bentuk ketahanan pangan ditengan kondisi harga yang terus tidak stabil, yang ditenggarai akibat permaianan spekulan, dengan

adanya pasar murah kesempatan untuk penjual ‘nakal’ sedikit dibatasi,“ terang Kumawathi. Pada kesempatan ini sebanyak 1,5 ton beras, 560 kilo gram gula pasir, dan bahan pokok lainnya seperti minyak goreng dan mie instant habis terjual. Menurut petugas Bulog, jumlah tersebut sesuai dengan permintaan Disperindag dimana sebelumnnya sudah dikoordinasikan dengan perangkat desa setempat. Antusias warga tampak sangat tinggi menyambut kesempatan yang sudah lama mereka tunggu.

Pan Darsini salah satu warga yang juga turut dalam antrean mengaku sangat terbantu dengan operasi pasar yang dilakukan di desanya. “ Saya berharap kegiatan seperti ini bisa dilakukan sering-sering, sehingga orang seperti kami ini bisa terbantu,“ terangnya. Tidak hanya bahan pokok yang diserbu masyarakat,

jenis makanan dan minuman yang juga disediakan oleh salah satu retail dengan harga yang lumayan murah, juga menjadi incaran masyarakat. Sementara itu Kepala Desa Yangapi I Made Adnyana berharap kegiatan ini kedepannya bisa dikemas dengan lebih baik, sehingga masyarakat

desanya bisa secara merata meraskan apa yang menjadi program dari pemerintah, dalam hal ini operasi pasar. Mengingat dari enam desa yang ada di kecamatan Temuku Desa Yangapi merupakan desa dengan tingkat keluarga miskin yang paling banyak. WAN

Disperindag Provinsi Gelar Pasar Murah, 1,5 Ton Beras Ludes Dibeli

Mengemas Seni-Budaya Bali Dalam Bingkai Layar Kaca

DENPASAR, BaliMandara Melalui penyiaran sebuah kebu-

dayan dan kesenian disebarluaskan, se-hingga diketahui oleh masyarakat luas. Secara prinsip lembaga penyiaran me-miliki kewajiban untuk melestarikan dan melindungi seni-budaya bangsa. Dalam Undang-Undang no. 32 ta-hun 2002 tentang penyiaran, terutama pada pasal 4 ayat (2) disebutkan bahwa selain memiliki fungsi ekonomi, pe-nyiaran juga memiliki fungsi budaya. Pada pasal 5 poin i disebutkan bahwa penyiaran salah satunya diarahkan un-tuk memajukan kebudayaan nasional. Sedangkan seni-budaya Bali merupa-kan bagian dari kebudayaan nasional, sehingga sudah sewajarnya lembaga penyiaran di Bali memiliki kewajiban untuk turut serta melestarikan dan melindungi kebudayaan Bali.

Kebijakan pelestarian dan perlind-ungan kebudayaan melalui penyiar-an juga dituangkan dalam Pedoman Prilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS). Dalam P3 pasal 4 poin c disebutkan bahwa pedoman prilaku penyiaran member arah dan tujuan agar lembaga penyiaran meng-hormati dan menjunjung tinggi norma dan nilai agama dan budaya bangsa yang multikultur. Penegasan yang sama juga tertuang dalam SPS pasal 4 poin c. Dalam P3 terutama pasal 6,7 dan 8 juga memuat kewajiban bagi lembaga penyi-aran untuk menghormati keberagaman budaya dan tidak mempertentangkan keberagaman budaya yang ada.

Konsep stasiun siaran jaringan (SSJ) seperti yang tertuang dalam Keputu-san Menteri no. 43 tahun 2009 tentang SSJ, juga memberi ruang bagi upaya pelestarian kebudayaan daerah. Sesuai konsep SSJ terdapat kewajiban bagi lembaga penyiaran untuk memuat si-aran muatan lokal mulai dari 10 persen hingga 50 persen. Tentuanya salah satu poin dalam program siaran muatan lo-cal adalah siaran kebudayaan. Dengan terangkatnya budaya daerah dalam ruang siar maka masyarakat dapat lebih memahami dan mencintai bu-daya yang dimiliki. Nilai-nilai budaya tentunya lebih mudah dipahami oleh generasi muda karena disampaikan se-cara menghibur oleh lembaga penyiar-an. Seni budaya daerah tentunya akan mendapat tempat dihati masyarakat karena dikemas secara lebih modern dalam tayangan layar kaca dan ruang dengar.

Upaya melestarikan kebudayaan Bali menjadi semakin realistis dan mu-dah karena seiring dengan perkemban-gan teknologi di industri penyiaran.

Berbagai teknik pengemasan program siaran juga semakin berkembang. Permasalahanya kemudian, mengapa upaya untuk menampilkan seni-bu-daya Bali ke dalam layar kaca terke-san monoton? Bahkan tidak ubahnya hanya memindahkan pagelaran pang-gung kedalam layar kaca. Belum lagi cukup banyak siaran kebudayaan yang kemudian tidak sesuai dengan kaidah P3 dan SPS. Sehingga terkesan bahwa seni-budaya tersebut tidak layak untuk ditampilkan dalam layar kaca dan ru-ang dengar. Jika kemudian seni-budaya tersebut tidak dapat dihadirkan dalam ruang dengar dan layar kaca, bagaima-na cara untuk melestarikan? Tentu menjadi tanggungjawab kita bersama sebagai masyarakat penyiaran untuk mencari solusi bersama?

Contoh tradisi omed-omedan yang rutin digelar tiap tahun sehari sete-lah pelaksanaan Nyepi oleh kelompok warga banjar Kaja, Desa Adat Sesetan, Denpasar Selatan. Tradisi turun temu-run yang memiliki pengertian berang-kulan tersebut selalu menjadi agenda liputan media yang menarik, termasuk oleh lembaga penyiaran. Lembaga pe-nyiaran terutama televisi tentu sangat tertarik karena merupakan kegiatan masal dan melibatkan banyak orang. Tentu tradisi Omed-Omedan menjadi liputan yang unik. Namun lembaga penyiaran sering salah memberitakan dengan menyatakan tradisi ciuman masal. Akibat terjebak dengan persep-si tradisi ciuman masal antar muda-mudi maka pengambilan gambar juga lebih fokus pada adegan ciuman. Kameramen atau kontributor stasiun TV tentu akan berusaha mengabadi-kan gambar ciuman antar muda-mudi sebanyak-banyaknya, terutama saat para peserta yang berpelukan disiram dengan air. Para kemaramen TV juga akan berusaha sedekat-dekatnya atau dengan close up untuk mendapatkan gambar ciuman dimana bibir para pe-serta bertemu. Tentu tidak ada salahnya pengambilan gambar dengan close up saat meliput di lapangan. Namun akan bermasalah saat disiarkan oleh lem-baga penyiaran. Pasal 36 ayat (5) poin c Undang-Undang penyiaran dengan tegas menyebutkan isi siaran dilarang menonjolkan unsur cabul. Dalam atu-ran Standar Program Siaran (SPS) pada pasal 18 poin g juga ditegaskan bahwa program siaran dilarang menampilkan adegan seksual seperti menampilkan adegan ciuman bibir. Apakah ini berarti tradisi Omed-Omedan tidak layak di-tayangkan di televisi.? Tentu jawabanya tidak dan omed-omedan sangat layak

ditayangkan dan wajib dilestarikan. Hal yang menjadi harus diperhatikan adalah teknik pengambilan dan pen-yajian gambar. Guna menghindari ke-san cabul maka kameramen harusnya mengambil gambar dengan teknik long shot. Selain itu, penulis naskah atau ju-rnalis harus mencari pengertian omed-omedan yang sesungguhnya, sehingga tidak memberikan informasi atau persepsi yang salah pada penonton.

Tradisi Bali lainnya yang cukup ser-ing disiarkan di televisi adalah tradisi ngurek atau ngunying. Dalam tradisi ngurek sering dijumpai seseorang yang dalam keadaan tidak sadar menusuk-kan keris ke tubuhnya. Bagi seorang kameramen tentu adegan tersebut merupakan adegan yang sangat me-narik dan penting untuk direkam. Pengambilan gambarnya juga tidak ja-rang secara close up sehingga memper-lihatkan ujung keris yang ditusukkan ke badan, namun tidak menimbulkan luka. Tetapi saat gambar-gambar terse-but kemudian disiarkan melalui siaran televisi, tentu menjadi tidak sesuai den-gan P3 dan SPS. Tayangan yang mem-perlihatkan penggunaan senjata tajam dan digunakan untuk melukai tubuh sudah tentu termasuk dalam tayangan yang menampilkan kekerasan. Dalam Undang-Undang penyiaran pada pasal 36 ayat (5) poin b disebutkan bahwa isi siaran dilarang menonjolkan unsur kekerasan. Begitu juga dalam P3 pasal 17 dikatakan lembaga penyiaran wa-jib tunduk pada ketentuan pelarangan dan/atau pembatasan program siaran bermuatan kekerasan. Pelarangan ade-gan kekerasan dalam siaran televisi juga dinyatakan dengan jelas pada SPS pasal 23. Seperti pada pasal 23 poin a disebut-kan program siaran yang mengandung adegan kekerasan dilarang menampil-kan secara detail peristiwa kekerasan, seperti tawuran, pengeroyokan, pe-nyiksaan, perang, penusukan, penyem-

blihan hingga bunuh diri. Begitu juga pada poin c disebutkan dengan jelas bahwa program siaran yang memuat adegan kekerasan dilarang menampil-kan peristiwa dan tidakan sadis terha-dap manusia. Disinilah peran seorang kameramen dalam mengambil adegan gambar agar tidak melanggar P3 dan SPS. Bukan harus mengubah tradisi yang ada sejak dahulu dan berlang-sung turun temurun. Tentunya teknik pengambilan gambar menjadi penting sehingga tradisi ngurek tetap dapat dis-iarkan, tanpa memperlihatkan adegan kekerasan.

Tarian Joged yang merupakan tar-ian pergaulan di kalangan muda-mudi Bali mungkin menjadi salah satu tarian yang cukup jarang ditampilkan di la-yar kaca. Mungkin kesan porno mem-buat tarian tersebut jarang mendapat-kan kesempatan tampil di layar kaca. Nyatanya tarian joged bukanlah tarian porno, tetapi lebih pada ekspresi per-gaulan di kalangan muda-mudi Bali. Permasalahanya tentu bukan pada tar-ian atau gerakan tari yang harus diubah agar dapat ditayangkan di layar kaca. Permasalahnya adalah teknik pengam-bilan gambar ketika tarian tersebut dipentaskan. Kondisi yang sering ter-jadi yaitu akibat kesan porno, kamera-men fokus mengambil gambar pada gerakan tubuh penari yang mengesan-kan porno. Gerakan tersebut seperti goyangan pinggung, pantat dan gera-kan badan. Padahal kesan porno dapat dihindari dengan mengambil sudut pandang pengambilan gambar yang memenuhi unsur etika penyiaran.

Masalah siaran lainnya yang cukup mendapat perhatian masyarakat ada-lah kata-kata yang mengandung unsur porno pada lagu pop Bali. Memang harus diakui dalam lagu pop Bali, salah satunya sering menggunakan kata-kata bermakna ganda (ngempelin). Dimana beberapa kata ada yang mengandung

Salah seorang petani didampingi petugas menunjukan hama gayas yang menyerang tanaman ubi kayu (kiri). Hama gayas dalam bentuk larva (kanan)

Suasana Pasar Murah yang diselenggarakan Disperindag Provinsi Bali.

BALI MANDARATABLOID DWI MINGGUAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

BALI MANDARATABLOID DWI MINGGUAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

EDISI 1416 - 31 Juli 2015

EDISI 1416 - 31 Juli 2015

4 5

Seniman Lingsir Adalah Pahlawan Seni Budaya Bali

Tanggulangi Rabies, Semua Kalangan Perlu Tingkatkan Kepedulian

DENPASAR, BaliMandaraPerkembangan penyakit rabies di Bali cukup menarik untuk dipelajari. Penyakit yang mematikan ini seperti jinak-jinak merpati. Kelihatannya mudah dikendalikan bahkan dimusnahkan, tetapi kenyataannya tidak demikian.

Penyakit yang disebabkan oleh virus dan ditularkan oleh hewan terutama anjing melalui gigitannya ini, menyerang Bali sejak tahun 2008, dan sampai saat ini pertengahan tahun 2015, penyakit ini masih menjadi masalah besar di Bali. Tidak sedikit manusia menjadi korban meninggal, tercatat ada 154 nyawa orang melayang karena rabies.

Pemerintah dan masyarakat dari berbagai lapisan telah berupaya.memberantas penyakit rabies di Bali. Berbagai cara telah diterapkan untuk membebaskan Bali dari cengkeraman rabies. Sosialisasi/penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman

masyarakat terhadap rabies dan pencegahannya telah diaksanakan di banjar-banjar dan sekolah-sekolah. Vaksinasi rabies pada hewan penular rabies telah dilakukan bahkan secara periodik setiap tahun digelar vaksinasi massal rabies, dan tahun 2015 ini merupakan vaksinasi massal rabies yang ke-6. Semua Dinas yang menangani fungsi peternakan dan kesehatan hewan di seluruh wilayah di Bali membuka pintu setiap hari bagi masyarakat untuk vaksinasi rabies bagi hewannya. Pengurangan populasi anjing liar atau eliminasi telah dilakukan. Tetapi rabies tidak pernah berhenti.

Kasus rabies pernah menurun dan hampir hilang di tahun 2013. Ada 1 orang meninggal, itupun karena kasus gigitan anjing rabies tahun sebelumnya. Semua anggota team pemberantas rabies bergembira dan sangat optimis bahwa Bali akan dapat dibebaskan dari rabies di tahun 2015. Namum tahun 2015

penyakit rabies tiba-tiba merebak lagi. Sampai dengan bulan Juni 2015 ada sebanyak 155 desa ditemukan positif rabies, dan tercatat sudah 11 orang meninggal karena rabies.

Padahal, kalau semua hewan penular rabies divaksin, mestinya sudah tidak ada virus rabies lagi, karena hewan yang divaksin menjadi kebal dan yang kena rabies pasti mati bersama virusnya. Kalau setiap orang yang digigit anjing mau melapor dan melakukan penanganan luka gigitan dengan benar, pasti tidak ada lagi orang yang meninggal karena rabies. Kalau saja masyarakat yang memiliki anjing memelihara anjingnya dengan baik, tidak meliarkannya dan tidak ada yang membuang anak-anak anjing, pasti tidak ada anjing yang berkeliaran yang menggigit orang-orang disekitarnya.

Para korban rabies tertular rabies semuanya dari gigitan anjing. Dan anjing yang menggigit tersebut sebagian besar adalah anjing liar tak bertuan atau yang diliarkan dan tidak ada yang mengakuinya.

Menyimak keadaan ini, nampaknya penanggulangan rabies di Bali tidak hanya melibatkan virus rabies sebagai penyebab, hewan maupun manusia sebagai korban, anjing sebagai penular dan vaksin rabies sebagai pencegah. Tetapi penanggulangan rabies di Bali lebih banyak menuntut perubahan perilaku masyarakat di Bali terutama terhadap hewan kesayangan kita terutama anjing. Perubahan perilaku tersebut diantaranya :

1. Menyayangi nyawa sendiri, nyawa keluarga, nyawa tetangga dan nyawa masyarakat disekitar anda.

Jangan membiarkan nyawa-nyawa tersebut hilang sia-sia karena rabies. Tingkatkan kepedulian terhadap kasus gigitan anjing. Segera laporkan setiap ada orang yang digigit anjing ke petugas kesehatan dan kesehatan hewan terdekat. Lakukan penanganan pertama terhadap luka gigitan tersebut dengan mencucinya dengan sabun selama 5-10 menit lalu bilas dengan air yang mengalir. Kemudian segera antarkan korban ke Puskesmas atau Rumah sakit terdekat.

2. Menyayangi hewan peliharaan terutama anjing. Pelihara anjing dengan baik, jangan meliarkannya supaya tidak menggigit orang. Vaksinasi anjing dengan vaksin rabies secara teratur supaya tidak tertular rabies dan supaya tidak menjadi penular rabies.

3. Jangan dibiasakan membuang anak-anak anjing yang tidak dikehendaki, lebih baik mencegahnya anjing tersebut untuk tidak bunting dengan sterilisasi.

4. Waspada terhadap anjing liar atau yang diliarkan dan segera melaporkannya kepada Dinas yang menangani fungsi peternakan dan kesehatan hewan terdekat.

Masyarakat perlu meningkatkan kepedulian dan rasa cintanya terhadap Bali tempat membangun kehidupannya selama ini. Bali memerlukan masyarakat untuk menjaganya tetap lestari, aman, nyaman dan damai, termasuk menjaganya dari serangan penyakit rabies.

LeestyawatiPenyuluh Pertanian di

Disnakkeswan Prov. Bali).

RABIES DI BALI

DENPASAR. BaliMandara.Keberadaan seni dan budaya Bali yang tetap lestari dan tetap berkembang di tengah derasnya arus globalisasi saat ini tidak lepas dari peran dan pengab-dian para seniman lingsir yang ada di Bali. Pengabdian mereka telah menun-jukkan bahwa mereka telah menjadi penerus nilai – nilai berkesenian yang diwariskan oleh para leluhur.

Eksistensi dan dedikasi pengabdian tersebut membuat mereka pantas un-tuk disebut sebagai “Pahlawan Seni – Budaya Bali”. Demikian disampaikan Gubernur Bali Made Mangku Pastika dalam sambutannya pada acara Peny-erahan Penghargaan Seniman Pengab-di Seni 2015, di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar, Rabu (1/7).

“Semangat ngayah yang menjadi landasan pengabdian ini, diharap-kan mampu menjadi tauladan bagi para generasi penerus saat ini untuk semakin menanamkan rasa cinta ke-pada kesenian daerah,” tegas Pastika. Gubernur Pastika juga menyampaikan rasa bangganya terhadap perkemban-gan seni di Bali saat ini yang semakin berkembang.

“Saya turut berbangga saat ini telah banyak tumbuh dan berkembang ber-bagai sekaa kesenian di seluruh pelosok daerah Bali, hal tersebut mencermin-kan bahwa masyarakat Bali tersebut tidak dapat dilepaskan dari kehidupan berkesenian,” jelas Pastika.

Diakhir sambutan Gubernur Pas-tika mengajak seluruh masyarakat un-tuk selalu senantiasa mempertahankan komitmen yang tinggi dalam pelestar-ian dan pengembangan kebudayaan daerah guna turut mendorong terwu-judnya masyarakat Bali Mandara.

Sementara itu Kepala Dinas Kebu-dayaan Provinsi Bali Dewa Putu Bera-tha menyatakan bahwa penghargaan ini diberikan sebagai wujud apresiasi

Penyerahan Penghargaan Seniman Pengabdi Seni 2015

Pemprov Bali kepada para seniman yang telah berjasa dalam melestarikan seni budaya dan telah menunjukkan dharma bhaktinya kepada pemerin-tah, masyarakat dan seni itu sendiri sehingga mampu untuk menghasilkan sebuah seni dan budaya yang berman-faat bagi seluruh masyarakat.

Lebih lanjut disampaikan Beratha kedepannya diharapkan penghar-gaan tersebut mampu menjadi salah satu faktor pendorong bagi seluruh seniman untuk senantiasa ngayah dalam melestarikan seni dan budaya Bali yang adiluhung.

Penghargaan ini diberikan kepada 9 seniman yaitu I Dewa Putu Tegeg, seniman sastra daerah asal Gian-yar, Made Ranten yang merupakan seniman kerawitan asal Buleleng, I Gusti Ngurah Pemecutan seniman seni lukis asal Kota Denpasar, I Gusti Wayan Dangin asal Karangasem yang merupakan seniman seni tari, Nyoman Subrata asal Bangli yang merupakan seniman drama gong, I

Gusti Ketut Lodri seniman seni tari asal Badung, I Wayan Kadra seni-man sastra daerah asal Jembrana, Gusti Ngurah Ketut Sudiarta seni-man dalang asal Tabanan, dan Ketut Jengki Suparta seniman seni tari asal

Klungkung. Ke sembilan seniman tersebut masing – masing mem-peroleh piagam penghargaan dan uang tunai yang berasal dari APBD Provinsi Bali dan sumbangan BPD Bali. ARIANI

DENPASAR. BaliMandara.Kadis Peternakan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, Putu Sumantra menje-laskan berdasarkan hasil uji Laborato-rium Balai Besar Veteriner Denpasar terhadap otak kucing yang mencakar korban dari Bungbungan beberapa waktu lalu disimpulkan negatif rabies, Jumat (10/7). Diduga anak meninggal bukan dikarenakan cakaran kucing tersebut, dan belum tentu juga karena rabies.

Seperti diberitakan media massa beberapa waktu lalu, Dewa Ayu Okta

Hasil Uji Lab, Kucing yang Mencakar Okta Negatif Rabies

Puspitayanti, 11, bocah SD asal Ban-jar Kaleran, Desa Bungbungan, Ke-camatan Banjarangkan, Klungkung, meninggal setelah mendapat cakaran kucing. Korban sempat mendapat perawatan di Zal A RSUD Klungkung sehari semalam, namun menghem-buskan napas terakhir Rabu (8/7) siang sekitar pukul 12.30 Wita.

Berdasarkan pemeriksaan medis di RSUD Klungkung, korban Okta Puspita menunjukkan gejala klinis suspect rabies. Gejala-gejala tersebut, antara lain, panas tinggi, sakit perut,

sakit leher, sesak napas, takut melihat air, dan terkaget-kaget. “Setelah dicek, ternyata pasien memang pernah pu-nya riwayat dicakar kucing,” ungkap Direktur RSUD Klungkung, dr Made Adi Swapatni, saat dikutip salah satu media waktu itu. Namun Putu Su-mantra menegaskan bahwa kematian itu belum tentu diakibatkan cakaran kucing.

Berdasarkan penuturan pihak ke-luarga, bocah Dewa Ayu Okta Puspita pernah dicakar kucing saat berkun-jung ke rumah neneknya di Banjar

Kerobokan, Desa Sepang, Kecamatan Busungbiu, Buleleng, sekitar 23 Juni 2015 lalu.

Dibagian lain menurut petugas penyuluh lapangan yang juga dokter hewan, drh Ni Wajan Leestyawati, kucing yang positif rabies biasanya akan mati setelah seminggu terjang-kit, sedangkan sampai saat ini kucing masih hidup. Selain itu untuk gigitan di kaki, gejala akan terlihat setelah tiga bulan. Untuk memastikan hewan terkena rabies harus melalui pembe-dahan otak di laboratorium. XNA

Menanggulangi rabies, masyarakat harus lebih peduli untuk tidak meliarkan anjing piaraannya.

BALI MANDARATABLOID DWI MINGGUAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

BALI MANDARATABLOID DWI MINGGUAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

EDISI 1416 - 31 Juli 2015

EDISI 1416 - 31 Juli 2015

4 5

Seniman Lingsir Adalah Pahlawan Seni Budaya Bali

Tanggulangi Rabies, Semua Kalangan Perlu Tingkatkan Kepedulian

DENPASAR, BaliMandaraPerkembangan penyakit rabies di Bali cukup menarik untuk dipelajari. Penyakit yang mematikan ini seperti jinak-jinak merpati. Kelihatannya mudah dikendalikan bahkan dimusnahkan, tetapi kenyataannya tidak demikian.

Penyakit yang disebabkan oleh virus dan ditularkan oleh hewan terutama anjing melalui gigitannya ini, menyerang Bali sejak tahun 2008, dan sampai saat ini pertengahan tahun 2015, penyakit ini masih menjadi masalah besar di Bali. Tidak sedikit manusia menjadi korban meninggal, tercatat ada 154 nyawa orang melayang karena rabies.

Pemerintah dan masyarakat dari berbagai lapisan telah berupaya.memberantas penyakit rabies di Bali. Berbagai cara telah diterapkan untuk membebaskan Bali dari cengkeraman rabies. Sosialisasi/penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman

masyarakat terhadap rabies dan pencegahannya telah diaksanakan di banjar-banjar dan sekolah-sekolah. Vaksinasi rabies pada hewan penular rabies telah dilakukan bahkan secara periodik setiap tahun digelar vaksinasi massal rabies, dan tahun 2015 ini merupakan vaksinasi massal rabies yang ke-6. Semua Dinas yang menangani fungsi peternakan dan kesehatan hewan di seluruh wilayah di Bali membuka pintu setiap hari bagi masyarakat untuk vaksinasi rabies bagi hewannya. Pengurangan populasi anjing liar atau eliminasi telah dilakukan. Tetapi rabies tidak pernah berhenti.

Kasus rabies pernah menurun dan hampir hilang di tahun 2013. Ada 1 orang meninggal, itupun karena kasus gigitan anjing rabies tahun sebelumnya. Semua anggota team pemberantas rabies bergembira dan sangat optimis bahwa Bali akan dapat dibebaskan dari rabies di tahun 2015. Namum tahun 2015

penyakit rabies tiba-tiba merebak lagi. Sampai dengan bulan Juni 2015 ada sebanyak 155 desa ditemukan positif rabies, dan tercatat sudah 11 orang meninggal karena rabies.

Padahal, kalau semua hewan penular rabies divaksin, mestinya sudah tidak ada virus rabies lagi, karena hewan yang divaksin menjadi kebal dan yang kena rabies pasti mati bersama virusnya. Kalau setiap orang yang digigit anjing mau melapor dan melakukan penanganan luka gigitan dengan benar, pasti tidak ada lagi orang yang meninggal karena rabies. Kalau saja masyarakat yang memiliki anjing memelihara anjingnya dengan baik, tidak meliarkannya dan tidak ada yang membuang anak-anak anjing, pasti tidak ada anjing yang berkeliaran yang menggigit orang-orang disekitarnya.

Para korban rabies tertular rabies semuanya dari gigitan anjing. Dan anjing yang menggigit tersebut sebagian besar adalah anjing liar tak bertuan atau yang diliarkan dan tidak ada yang mengakuinya.

Menyimak keadaan ini, nampaknya penanggulangan rabies di Bali tidak hanya melibatkan virus rabies sebagai penyebab, hewan maupun manusia sebagai korban, anjing sebagai penular dan vaksin rabies sebagai pencegah. Tetapi penanggulangan rabies di Bali lebih banyak menuntut perubahan perilaku masyarakat di Bali terutama terhadap hewan kesayangan kita terutama anjing. Perubahan perilaku tersebut diantaranya :

1. Menyayangi nyawa sendiri, nyawa keluarga, nyawa tetangga dan nyawa masyarakat disekitar anda.

Jangan membiarkan nyawa-nyawa tersebut hilang sia-sia karena rabies. Tingkatkan kepedulian terhadap kasus gigitan anjing. Segera laporkan setiap ada orang yang digigit anjing ke petugas kesehatan dan kesehatan hewan terdekat. Lakukan penanganan pertama terhadap luka gigitan tersebut dengan mencucinya dengan sabun selama 5-10 menit lalu bilas dengan air yang mengalir. Kemudian segera antarkan korban ke Puskesmas atau Rumah sakit terdekat.

2. Menyayangi hewan peliharaan terutama anjing. Pelihara anjing dengan baik, jangan meliarkannya supaya tidak menggigit orang. Vaksinasi anjing dengan vaksin rabies secara teratur supaya tidak tertular rabies dan supaya tidak menjadi penular rabies.

3. Jangan dibiasakan membuang anak-anak anjing yang tidak dikehendaki, lebih baik mencegahnya anjing tersebut untuk tidak bunting dengan sterilisasi.

4. Waspada terhadap anjing liar atau yang diliarkan dan segera melaporkannya kepada Dinas yang menangani fungsi peternakan dan kesehatan hewan terdekat.

Masyarakat perlu meningkatkan kepedulian dan rasa cintanya terhadap Bali tempat membangun kehidupannya selama ini. Bali memerlukan masyarakat untuk menjaganya tetap lestari, aman, nyaman dan damai, termasuk menjaganya dari serangan penyakit rabies.

LeestyawatiPenyuluh Pertanian di

Disnakkeswan Prov. Bali).

RABIES DI BALI

DENPASAR. BaliMandara.Keberadaan seni dan budaya Bali yang tetap lestari dan tetap berkembang di tengah derasnya arus globalisasi saat ini tidak lepas dari peran dan pengab-dian para seniman lingsir yang ada di Bali. Pengabdian mereka telah menun-jukkan bahwa mereka telah menjadi penerus nilai – nilai berkesenian yang diwariskan oleh para leluhur.

Eksistensi dan dedikasi pengabdian tersebut membuat mereka pantas un-tuk disebut sebagai “Pahlawan Seni – Budaya Bali”. Demikian disampaikan Gubernur Bali Made Mangku Pastika dalam sambutannya pada acara Peny-erahan Penghargaan Seniman Pengab-di Seni 2015, di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar, Rabu (1/7).

“Semangat ngayah yang menjadi landasan pengabdian ini, diharap-kan mampu menjadi tauladan bagi para generasi penerus saat ini untuk semakin menanamkan rasa cinta ke-pada kesenian daerah,” tegas Pastika. Gubernur Pastika juga menyampaikan rasa bangganya terhadap perkemban-gan seni di Bali saat ini yang semakin berkembang.

“Saya turut berbangga saat ini telah banyak tumbuh dan berkembang ber-bagai sekaa kesenian di seluruh pelosok daerah Bali, hal tersebut mencermin-kan bahwa masyarakat Bali tersebut tidak dapat dilepaskan dari kehidupan berkesenian,” jelas Pastika.

Diakhir sambutan Gubernur Pas-tika mengajak seluruh masyarakat un-tuk selalu senantiasa mempertahankan komitmen yang tinggi dalam pelestar-ian dan pengembangan kebudayaan daerah guna turut mendorong terwu-judnya masyarakat Bali Mandara.

Sementara itu Kepala Dinas Kebu-dayaan Provinsi Bali Dewa Putu Bera-tha menyatakan bahwa penghargaan ini diberikan sebagai wujud apresiasi

Penyerahan Penghargaan Seniman Pengabdi Seni 2015

Pemprov Bali kepada para seniman yang telah berjasa dalam melestarikan seni budaya dan telah menunjukkan dharma bhaktinya kepada pemerin-tah, masyarakat dan seni itu sendiri sehingga mampu untuk menghasilkan sebuah seni dan budaya yang berman-faat bagi seluruh masyarakat.

Lebih lanjut disampaikan Beratha kedepannya diharapkan penghar-gaan tersebut mampu menjadi salah satu faktor pendorong bagi seluruh seniman untuk senantiasa ngayah dalam melestarikan seni dan budaya Bali yang adiluhung.

Penghargaan ini diberikan kepada 9 seniman yaitu I Dewa Putu Tegeg, seniman sastra daerah asal Gian-yar, Made Ranten yang merupakan seniman kerawitan asal Buleleng, I Gusti Ngurah Pemecutan seniman seni lukis asal Kota Denpasar, I Gusti Wayan Dangin asal Karangasem yang merupakan seniman seni tari, Nyoman Subrata asal Bangli yang merupakan seniman drama gong, I

Gusti Ketut Lodri seniman seni tari asal Badung, I Wayan Kadra seni-man sastra daerah asal Jembrana, Gusti Ngurah Ketut Sudiarta seni-man dalang asal Tabanan, dan Ketut Jengki Suparta seniman seni tari asal

Klungkung. Ke sembilan seniman tersebut masing – masing mem-peroleh piagam penghargaan dan uang tunai yang berasal dari APBD Provinsi Bali dan sumbangan BPD Bali. ARIANI

DENPASAR. BaliMandara.Kadis Peternakan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, Putu Sumantra menje-laskan berdasarkan hasil uji Laborato-rium Balai Besar Veteriner Denpasar terhadap otak kucing yang mencakar korban dari Bungbungan beberapa waktu lalu disimpulkan negatif rabies, Jumat (10/7). Diduga anak meninggal bukan dikarenakan cakaran kucing tersebut, dan belum tentu juga karena rabies.

Seperti diberitakan media massa beberapa waktu lalu, Dewa Ayu Okta

Hasil Uji Lab, Kucing yang Mencakar Okta Negatif Rabies

Puspitayanti, 11, bocah SD asal Ban-jar Kaleran, Desa Bungbungan, Ke-camatan Banjarangkan, Klungkung, meninggal setelah mendapat cakaran kucing. Korban sempat mendapat perawatan di Zal A RSUD Klungkung sehari semalam, namun menghem-buskan napas terakhir Rabu (8/7) siang sekitar pukul 12.30 Wita.

Berdasarkan pemeriksaan medis di RSUD Klungkung, korban Okta Puspita menunjukkan gejala klinis suspect rabies. Gejala-gejala tersebut, antara lain, panas tinggi, sakit perut,

sakit leher, sesak napas, takut melihat air, dan terkaget-kaget. “Setelah dicek, ternyata pasien memang pernah pu-nya riwayat dicakar kucing,” ungkap Direktur RSUD Klungkung, dr Made Adi Swapatni, saat dikutip salah satu media waktu itu. Namun Putu Su-mantra menegaskan bahwa kematian itu belum tentu diakibatkan cakaran kucing.

Berdasarkan penuturan pihak ke-luarga, bocah Dewa Ayu Okta Puspita pernah dicakar kucing saat berkun-jung ke rumah neneknya di Banjar

Kerobokan, Desa Sepang, Kecamatan Busungbiu, Buleleng, sekitar 23 Juni 2015 lalu.

Dibagian lain menurut petugas penyuluh lapangan yang juga dokter hewan, drh Ni Wajan Leestyawati, kucing yang positif rabies biasanya akan mati setelah seminggu terjang-kit, sedangkan sampai saat ini kucing masih hidup. Selain itu untuk gigitan di kaki, gejala akan terlihat setelah tiga bulan. Untuk memastikan hewan terkena rabies harus melalui pembe-dahan otak di laboratorium. XNA

Menanggulangi rabies, masyarakat harus lebih peduli untuk tidak meliarkan anjing piaraannya.

BALI MANDARATABLOID DWI MINGGUAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

BALI MANDARATABLOID DWI MINGGUAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

EDISI 1416 - 31 Juli 2015

EDISI 1416 - 31 Juli 201536

Bersama Warga, Dinas Pertanian Provinsi Kendalikan Hama Gayas

DENPASAR, BaliMandaraMenanggapi permasalahan yang dihadapai petani ubi kayu, di Desa Tianyar Barat Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, yang belakangan mengalami penurunan kwalitas akibat terserang hama Gayas, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali mengambil tindakan cepat. Selasa (7/7) melalui UPT. Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura menggelar kegiatan gerakan pengendalian hama Gayas secara massal, reaksi atas apa yang dihadapi masyarakat

Tianyar Barat, Karangasem.Pada kesempatan ini hadir

pula Kepala UPT. Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Tanaman Pangan Provinsi Bali Ir I Nengah Suela. M. Si, jajaran Kadis Pertanian Kabupaten Karangasem, TNI, Babinsa, serta masyarakat petani setempat. Kepala UPT sendiri menganggap gerakan ini perlu dilakukan, karena Gayas sudah menjadi hama bagi tanaman ubi kayu, untuk itu perlu adanya penanganan langsung yang dilakukan salah satunya dengan cara mengambil

langsung disaat masih dalam bentuk larva. Hal itu dikarenakan masa pertumbuhan larva sangat panjang yakni selama delapan bulan, jika hal itu dibiarkan maka akan menggerogoti ubi kayu tersebut sebagai sumber makanannya.

Selain itu, yang perlu penanganan langsung adalah saat larva sudah menjadi imago, sebisa mungkin setelah mulai terbang kumbang harus dikendalikan, dengan cara memasang lampu perangkap sehingga disaat masa bertelurnya

kumbang sudah tidak ada. Upaya itu selama ini dirasa sangat efektif untuk menanggulangi hama Gayas. “Untuk itu saya harapkan peran serta masyarakat petani untuk turut mengendalikan hama Gayas tersebut,” terang Suela dalam sambutannya. Lebih jauh dijelaskan Suela, hama Gayas tidak hanya menyerang tanaman ubi kayu, untuk mendapatkan air Gayas akan memakan akar apa saja.

Nengah Suela berharap kegiatan ini akan bisa dilakukan

secara berkelanjutan dan berkesinambungan antara pemerintah dan juga masyarakat. Kegiatan ini sekaligus sebagai bentuk perhatian pemerintah Provinsi terhadap masyarakat Tianyar Barat, sebelumnya Gubernur Bali Made Mangku Pastika, sempat berkunjung ke daerah mengambil tindakan, salah satunya gerakan pengendalian hama secara massal. Guna memperkaya pengetahuan petani tentang pengendalian hama Gayas, pada kesempatan ini dinas terkait juga memaparkan beberapa teknik pengendalian, salah satunya dengan cara budidaya tanaman sehat, dengan cara pemupukan yang berimbang, serta sanitasi yang bagus.

Terkait hama Gayas sendiri pemerintah telah berkali –kali melakukan kajian, yang dilakukan sejak tahun1995 hingga tahun 1998. Salah satu petani, I Made Suarjana yang hadir dalam kesempatan tersebut menyampaikan rasa terimakasihnya atas respon yang begitu cepat dari pihak pemerintah. “Mudah-mudahan langkah ini menjadi pemicu bagi kami sehingga para petani nantinya bisa tersenyum disaat mereka panen “ terangnya. Selain itu kedepan apa yang diisarankan Dinas Pertanian terutama dalam hal pengendalian akan segera diterapkan para petani.

WAN

DENPASAR, BaliMandaraBertempat di Desa Yangapi, Kecamatan Temuku-Kabupaten Bangli, Rabu (24/6) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, menggelar pasar murah dengan menggandeng Bulog Provinsi dan retail. Menurut Kadis Perindustrian dan Perdagangan Ni Wayan Kusumawathi, SH.MSi yang juga hadir dalam kesempatan tersebut, kegiatan ini serentak digelar di beberapa titik diantaranya Badung Selatan, Karangasem, Buleleng, dan Denpasar sebagai upaya untuk meringankan beban masyarakat kecil trekait kenaikan harga bahan pangan yang terus merangkak.

“Selain itu, kegiatan seperti ini sekaligus sebagai bentuk ketahanan pangan ditengan kondisi harga yang terus tidak stabil, yang ditenggarai akibat permaianan spekulan, dengan

adanya pasar murah kesempatan untuk penjual ‘nakal’ sedikit dibatasi,“ terang Kumawathi. Pada kesempatan ini sebanyak 1,5 ton beras, 560 kilo gram gula pasir, dan bahan pokok lainnya seperti minyak goreng dan mie instant habis terjual. Menurut petugas Bulog, jumlah tersebut sesuai dengan permintaan Disperindag dimana sebelumnnya sudah dikoordinasikan dengan perangkat desa setempat. Antusias warga tampak sangat tinggi menyambut kesempatan yang sudah lama mereka tunggu.

Pan Darsini salah satu warga yang juga turut dalam antrean mengaku sangat terbantu dengan operasi pasar yang dilakukan di desanya. “ Saya berharap kegiatan seperti ini bisa dilakukan sering-sering, sehingga orang seperti kami ini bisa terbantu,“ terangnya. Tidak hanya bahan pokok yang diserbu masyarakat,

jenis makanan dan minuman yang juga disediakan oleh salah satu retail dengan harga yang lumayan murah, juga menjadi incaran masyarakat. Sementara itu Kepala Desa Yangapi I Made Adnyana berharap kegiatan ini kedepannya bisa dikemas dengan lebih baik, sehingga masyarakat

desanya bisa secara merata meraskan apa yang menjadi program dari pemerintah, dalam hal ini operasi pasar. Mengingat dari enam desa yang ada di kecamatan Temuku Desa Yangapi merupakan desa dengan tingkat keluarga miskin yang paling banyak. WAN

Disperindag Provinsi Gelar Pasar Murah, 1,5 Ton Beras Ludes Dibeli

Mengemas Seni-Budaya Bali Dalam Bingkai Layar Kaca

DENPASAR, BaliMandara Melalui penyiaran sebuah kebu-

dayan dan kesenian disebarluaskan, se-hingga diketahui oleh masyarakat luas. Secara prinsip lembaga penyiaran me-miliki kewajiban untuk melestarikan dan melindungi seni-budaya bangsa. Dalam Undang-Undang no. 32 ta-hun 2002 tentang penyiaran, terutama pada pasal 4 ayat (2) disebutkan bahwa selain memiliki fungsi ekonomi, pe-nyiaran juga memiliki fungsi budaya. Pada pasal 5 poin i disebutkan bahwa penyiaran salah satunya diarahkan un-tuk memajukan kebudayaan nasional. Sedangkan seni-budaya Bali merupa-kan bagian dari kebudayaan nasional, sehingga sudah sewajarnya lembaga penyiaran di Bali memiliki kewajiban untuk turut serta melestarikan dan melindungi kebudayaan Bali.

Kebijakan pelestarian dan perlind-ungan kebudayaan melalui penyiar-an juga dituangkan dalam Pedoman Prilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS). Dalam P3 pasal 4 poin c disebutkan bahwa pedoman prilaku penyiaran member arah dan tujuan agar lembaga penyiaran meng-hormati dan menjunjung tinggi norma dan nilai agama dan budaya bangsa yang multikultur. Penegasan yang sama juga tertuang dalam SPS pasal 4 poin c. Dalam P3 terutama pasal 6,7 dan 8 juga memuat kewajiban bagi lembaga penyi-aran untuk menghormati keberagaman budaya dan tidak mempertentangkan keberagaman budaya yang ada.

Konsep stasiun siaran jaringan (SSJ) seperti yang tertuang dalam Keputu-san Menteri no. 43 tahun 2009 tentang SSJ, juga memberi ruang bagi upaya pelestarian kebudayaan daerah. Sesuai konsep SSJ terdapat kewajiban bagi lembaga penyiaran untuk memuat si-aran muatan lokal mulai dari 10 persen hingga 50 persen. Tentuanya salah satu poin dalam program siaran muatan lo-cal adalah siaran kebudayaan. Dengan terangkatnya budaya daerah dalam ruang siar maka masyarakat dapat lebih memahami dan mencintai bu-daya yang dimiliki. Nilai-nilai budaya tentunya lebih mudah dipahami oleh generasi muda karena disampaikan se-cara menghibur oleh lembaga penyiar-an. Seni budaya daerah tentunya akan mendapat tempat dihati masyarakat karena dikemas secara lebih modern dalam tayangan layar kaca dan ruang dengar.

Upaya melestarikan kebudayaan Bali menjadi semakin realistis dan mu-dah karena seiring dengan perkemban-gan teknologi di industri penyiaran.

Berbagai teknik pengemasan program siaran juga semakin berkembang. Permasalahanya kemudian, mengapa upaya untuk menampilkan seni-bu-daya Bali ke dalam layar kaca terke-san monoton? Bahkan tidak ubahnya hanya memindahkan pagelaran pang-gung kedalam layar kaca. Belum lagi cukup banyak siaran kebudayaan yang kemudian tidak sesuai dengan kaidah P3 dan SPS. Sehingga terkesan bahwa seni-budaya tersebut tidak layak untuk ditampilkan dalam layar kaca dan ru-ang dengar. Jika kemudian seni-budaya tersebut tidak dapat dihadirkan dalam ruang dengar dan layar kaca, bagaima-na cara untuk melestarikan? Tentu menjadi tanggungjawab kita bersama sebagai masyarakat penyiaran untuk mencari solusi bersama?

Contoh tradisi omed-omedan yang rutin digelar tiap tahun sehari sete-lah pelaksanaan Nyepi oleh kelompok warga banjar Kaja, Desa Adat Sesetan, Denpasar Selatan. Tradisi turun temu-run yang memiliki pengertian berang-kulan tersebut selalu menjadi agenda liputan media yang menarik, termasuk oleh lembaga penyiaran. Lembaga pe-nyiaran terutama televisi tentu sangat tertarik karena merupakan kegiatan masal dan melibatkan banyak orang. Tentu tradisi Omed-Omedan menjadi liputan yang unik. Namun lembaga penyiaran sering salah memberitakan dengan menyatakan tradisi ciuman masal. Akibat terjebak dengan persep-si tradisi ciuman masal antar muda-mudi maka pengambilan gambar juga lebih fokus pada adegan ciuman. Kameramen atau kontributor stasiun TV tentu akan berusaha mengabadi-kan gambar ciuman antar muda-mudi sebanyak-banyaknya, terutama saat para peserta yang berpelukan disiram dengan air. Para kemaramen TV juga akan berusaha sedekat-dekatnya atau dengan close up untuk mendapatkan gambar ciuman dimana bibir para pe-serta bertemu. Tentu tidak ada salahnya pengambilan gambar dengan close up saat meliput di lapangan. Namun akan bermasalah saat disiarkan oleh lem-baga penyiaran. Pasal 36 ayat (5) poin c Undang-Undang penyiaran dengan tegas menyebutkan isi siaran dilarang menonjolkan unsur cabul. Dalam atu-ran Standar Program Siaran (SPS) pada pasal 18 poin g juga ditegaskan bahwa program siaran dilarang menampilkan adegan seksual seperti menampilkan adegan ciuman bibir. Apakah ini berarti tradisi Omed-Omedan tidak layak di-tayangkan di televisi.? Tentu jawabanya tidak dan omed-omedan sangat layak

ditayangkan dan wajib dilestarikan. Hal yang menjadi harus diperhatikan adalah teknik pengambilan dan pen-yajian gambar. Guna menghindari ke-san cabul maka kameramen harusnya mengambil gambar dengan teknik long shot. Selain itu, penulis naskah atau ju-rnalis harus mencari pengertian omed-omedan yang sesungguhnya, sehingga tidak memberikan informasi atau persepsi yang salah pada penonton.

Tradisi Bali lainnya yang cukup ser-ing disiarkan di televisi adalah tradisi ngurek atau ngunying. Dalam tradisi ngurek sering dijumpai seseorang yang dalam keadaan tidak sadar menusuk-kan keris ke tubuhnya. Bagi seorang kameramen tentu adegan tersebut merupakan adegan yang sangat me-narik dan penting untuk direkam. Pengambilan gambarnya juga tidak ja-rang secara close up sehingga memper-lihatkan ujung keris yang ditusukkan ke badan, namun tidak menimbulkan luka. Tetapi saat gambar-gambar terse-but kemudian disiarkan melalui siaran televisi, tentu menjadi tidak sesuai den-gan P3 dan SPS. Tayangan yang mem-perlihatkan penggunaan senjata tajam dan digunakan untuk melukai tubuh sudah tentu termasuk dalam tayangan yang menampilkan kekerasan. Dalam Undang-Undang penyiaran pada pasal 36 ayat (5) poin b disebutkan bahwa isi siaran dilarang menonjolkan unsur kekerasan. Begitu juga dalam P3 pasal 17 dikatakan lembaga penyiaran wa-jib tunduk pada ketentuan pelarangan dan/atau pembatasan program siaran bermuatan kekerasan. Pelarangan ade-gan kekerasan dalam siaran televisi juga dinyatakan dengan jelas pada SPS pasal 23. Seperti pada pasal 23 poin a disebut-kan program siaran yang mengandung adegan kekerasan dilarang menampil-kan secara detail peristiwa kekerasan, seperti tawuran, pengeroyokan, pe-nyiksaan, perang, penusukan, penyem-

blihan hingga bunuh diri. Begitu juga pada poin c disebutkan dengan jelas bahwa program siaran yang memuat adegan kekerasan dilarang menampil-kan peristiwa dan tidakan sadis terha-dap manusia. Disinilah peran seorang kameramen dalam mengambil adegan gambar agar tidak melanggar P3 dan SPS. Bukan harus mengubah tradisi yang ada sejak dahulu dan berlang-sung turun temurun. Tentunya teknik pengambilan gambar menjadi penting sehingga tradisi ngurek tetap dapat dis-iarkan, tanpa memperlihatkan adegan kekerasan.

Tarian Joged yang merupakan tar-ian pergaulan di kalangan muda-mudi Bali mungkin menjadi salah satu tarian yang cukup jarang ditampilkan di la-yar kaca. Mungkin kesan porno mem-buat tarian tersebut jarang mendapat-kan kesempatan tampil di layar kaca. Nyatanya tarian joged bukanlah tarian porno, tetapi lebih pada ekspresi per-gaulan di kalangan muda-mudi Bali. Permasalahanya tentu bukan pada tar-ian atau gerakan tari yang harus diubah agar dapat ditayangkan di layar kaca. Permasalahnya adalah teknik pengam-bilan gambar ketika tarian tersebut dipentaskan. Kondisi yang sering ter-jadi yaitu akibat kesan porno, kamera-men fokus mengambil gambar pada gerakan tubuh penari yang mengesan-kan porno. Gerakan tersebut seperti goyangan pinggung, pantat dan gera-kan badan. Padahal kesan porno dapat dihindari dengan mengambil sudut pandang pengambilan gambar yang memenuhi unsur etika penyiaran.

Masalah siaran lainnya yang cukup mendapat perhatian masyarakat ada-lah kata-kata yang mengandung unsur porno pada lagu pop Bali. Memang harus diakui dalam lagu pop Bali, salah satunya sering menggunakan kata-kata bermakna ganda (ngempelin). Dimana beberapa kata ada yang mengandung

Salah seorang petani didampingi petugas menunjukan hama gayas yang menyerang tanaman ubi kayu (kiri). Hama gayas dalam bentuk larva (kanan)

Suasana Pasar Murah yang diselenggarakan Disperindag Provinsi Bali.

BALI MANDARATABLOID DWI MINGGUAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

BALI MANDARATABLOID DWI MINGGUAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

EDISI 1416 - 31 Juli 2015

EDISI 1416 - 31 Juli 201536

Bersama Warga, Dinas Pertanian Provinsi Kendalikan Hama Gayas

DENPASAR, BaliMandaraMenanggapi permasalahan yang dihadapai petani ubi kayu, di Desa Tianyar Barat Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, yang belakangan mengalami penurunan kwalitas akibat terserang hama Gayas, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali mengambil tindakan cepat. Selasa (7/7) melalui UPT. Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura menggelar kegiatan gerakan pengendalian hama Gayas secara massal, reaksi atas apa yang dihadapi masyarakat

Tianyar Barat, Karangasem.Pada kesempatan ini hadir

pula Kepala UPT. Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Tanaman Pangan Provinsi Bali Ir I Nengah Suela. M. Si, jajaran Kadis Pertanian Kabupaten Karangasem, TNI, Babinsa, serta masyarakat petani setempat. Kepala UPT sendiri menganggap gerakan ini perlu dilakukan, karena Gayas sudah menjadi hama bagi tanaman ubi kayu, untuk itu perlu adanya penanganan langsung yang dilakukan salah satunya dengan cara mengambil

langsung disaat masih dalam bentuk larva. Hal itu dikarenakan masa pertumbuhan larva sangat panjang yakni selama delapan bulan, jika hal itu dibiarkan maka akan menggerogoti ubi kayu tersebut sebagai sumber makanannya.

Selain itu, yang perlu penanganan langsung adalah saat larva sudah menjadi imago, sebisa mungkin setelah mulai terbang kumbang harus dikendalikan, dengan cara memasang lampu perangkap sehingga disaat masa bertelurnya

kumbang sudah tidak ada. Upaya itu selama ini dirasa sangat efektif untuk menanggulangi hama Gayas. “Untuk itu saya harapkan peran serta masyarakat petani untuk turut mengendalikan hama Gayas tersebut,” terang Suela dalam sambutannya. Lebih jauh dijelaskan Suela, hama Gayas tidak hanya menyerang tanaman ubi kayu, untuk mendapatkan air Gayas akan memakan akar apa saja.

Nengah Suela berharap kegiatan ini akan bisa dilakukan

secara berkelanjutan dan berkesinambungan antara pemerintah dan juga masyarakat. Kegiatan ini sekaligus sebagai bentuk perhatian pemerintah Provinsi terhadap masyarakat Tianyar Barat, sebelumnya Gubernur Bali Made Mangku Pastika, sempat berkunjung ke daerah mengambil tindakan, salah satunya gerakan pengendalian hama secara massal. Guna memperkaya pengetahuan petani tentang pengendalian hama Gayas, pada kesempatan ini dinas terkait juga memaparkan beberapa teknik pengendalian, salah satunya dengan cara budidaya tanaman sehat, dengan cara pemupukan yang berimbang, serta sanitasi yang bagus.

Terkait hama Gayas sendiri pemerintah telah berkali –kali melakukan kajian, yang dilakukan sejak tahun1995 hingga tahun 1998. Salah satu petani, I Made Suarjana yang hadir dalam kesempatan tersebut menyampaikan rasa terimakasihnya atas respon yang begitu cepat dari pihak pemerintah. “Mudah-mudahan langkah ini menjadi pemicu bagi kami sehingga para petani nantinya bisa tersenyum disaat mereka panen “ terangnya. Selain itu kedepan apa yang diisarankan Dinas Pertanian terutama dalam hal pengendalian akan segera diterapkan para petani.

WAN

DENPASAR, BaliMandaraBertempat di Desa Yangapi, Kecamatan Temuku-Kabupaten Bangli, Rabu (24/6) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, menggelar pasar murah dengan menggandeng Bulog Provinsi dan retail. Menurut Kadis Perindustrian dan Perdagangan Ni Wayan Kusumawathi, SH.MSi yang juga hadir dalam kesempatan tersebut, kegiatan ini serentak digelar di beberapa titik diantaranya Badung Selatan, Karangasem, Buleleng, dan Denpasar sebagai upaya untuk meringankan beban masyarakat kecil trekait kenaikan harga bahan pangan yang terus merangkak.

“Selain itu, kegiatan seperti ini sekaligus sebagai bentuk ketahanan pangan ditengan kondisi harga yang terus tidak stabil, yang ditenggarai akibat permaianan spekulan, dengan

adanya pasar murah kesempatan untuk penjual ‘nakal’ sedikit dibatasi,“ terang Kumawathi. Pada kesempatan ini sebanyak 1,5 ton beras, 560 kilo gram gula pasir, dan bahan pokok lainnya seperti minyak goreng dan mie instant habis terjual. Menurut petugas Bulog, jumlah tersebut sesuai dengan permintaan Disperindag dimana sebelumnnya sudah dikoordinasikan dengan perangkat desa setempat. Antusias warga tampak sangat tinggi menyambut kesempatan yang sudah lama mereka tunggu.

Pan Darsini salah satu warga yang juga turut dalam antrean mengaku sangat terbantu dengan operasi pasar yang dilakukan di desanya. “ Saya berharap kegiatan seperti ini bisa dilakukan sering-sering, sehingga orang seperti kami ini bisa terbantu,“ terangnya. Tidak hanya bahan pokok yang diserbu masyarakat,

jenis makanan dan minuman yang juga disediakan oleh salah satu retail dengan harga yang lumayan murah, juga menjadi incaran masyarakat. Sementara itu Kepala Desa Yangapi I Made Adnyana berharap kegiatan ini kedepannya bisa dikemas dengan lebih baik, sehingga masyarakat

desanya bisa secara merata meraskan apa yang menjadi program dari pemerintah, dalam hal ini operasi pasar. Mengingat dari enam desa yang ada di kecamatan Temuku Desa Yangapi merupakan desa dengan tingkat keluarga miskin yang paling banyak. WAN

Disperindag Provinsi Gelar Pasar Murah, 1,5 Ton Beras Ludes Dibeli

Mengemas Seni-Budaya Bali Dalam Bingkai Layar Kaca

DENPASAR, BaliMandara Melalui penyiaran sebuah kebu-

dayan dan kesenian disebarluaskan, se-hingga diketahui oleh masyarakat luas. Secara prinsip lembaga penyiaran me-miliki kewajiban untuk melestarikan dan melindungi seni-budaya bangsa. Dalam Undang-Undang no. 32 ta-hun 2002 tentang penyiaran, terutama pada pasal 4 ayat (2) disebutkan bahwa selain memiliki fungsi ekonomi, pe-nyiaran juga memiliki fungsi budaya. Pada pasal 5 poin i disebutkan bahwa penyiaran salah satunya diarahkan un-tuk memajukan kebudayaan nasional. Sedangkan seni-budaya Bali merupa-kan bagian dari kebudayaan nasional, sehingga sudah sewajarnya lembaga penyiaran di Bali memiliki kewajiban untuk turut serta melestarikan dan melindungi kebudayaan Bali.

Kebijakan pelestarian dan perlind-ungan kebudayaan melalui penyiar-an juga dituangkan dalam Pedoman Prilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS). Dalam P3 pasal 4 poin c disebutkan bahwa pedoman prilaku penyiaran member arah dan tujuan agar lembaga penyiaran meng-hormati dan menjunjung tinggi norma dan nilai agama dan budaya bangsa yang multikultur. Penegasan yang sama juga tertuang dalam SPS pasal 4 poin c. Dalam P3 terutama pasal 6,7 dan 8 juga memuat kewajiban bagi lembaga penyi-aran untuk menghormati keberagaman budaya dan tidak mempertentangkan keberagaman budaya yang ada.

Konsep stasiun siaran jaringan (SSJ) seperti yang tertuang dalam Keputu-san Menteri no. 43 tahun 2009 tentang SSJ, juga memberi ruang bagi upaya pelestarian kebudayaan daerah. Sesuai konsep SSJ terdapat kewajiban bagi lembaga penyiaran untuk memuat si-aran muatan lokal mulai dari 10 persen hingga 50 persen. Tentuanya salah satu poin dalam program siaran muatan lo-cal adalah siaran kebudayaan. Dengan terangkatnya budaya daerah dalam ruang siar maka masyarakat dapat lebih memahami dan mencintai bu-daya yang dimiliki. Nilai-nilai budaya tentunya lebih mudah dipahami oleh generasi muda karena disampaikan se-cara menghibur oleh lembaga penyiar-an. Seni budaya daerah tentunya akan mendapat tempat dihati masyarakat karena dikemas secara lebih modern dalam tayangan layar kaca dan ruang dengar.

Upaya melestarikan kebudayaan Bali menjadi semakin realistis dan mu-dah karena seiring dengan perkemban-gan teknologi di industri penyiaran.

Berbagai teknik pengemasan program siaran juga semakin berkembang. Permasalahanya kemudian, mengapa upaya untuk menampilkan seni-bu-daya Bali ke dalam layar kaca terke-san monoton? Bahkan tidak ubahnya hanya memindahkan pagelaran pang-gung kedalam layar kaca. Belum lagi cukup banyak siaran kebudayaan yang kemudian tidak sesuai dengan kaidah P3 dan SPS. Sehingga terkesan bahwa seni-budaya tersebut tidak layak untuk ditampilkan dalam layar kaca dan ru-ang dengar. Jika kemudian seni-budaya tersebut tidak dapat dihadirkan dalam ruang dengar dan layar kaca, bagaima-na cara untuk melestarikan? Tentu menjadi tanggungjawab kita bersama sebagai masyarakat penyiaran untuk mencari solusi bersama?

Contoh tradisi omed-omedan yang rutin digelar tiap tahun sehari sete-lah pelaksanaan Nyepi oleh kelompok warga banjar Kaja, Desa Adat Sesetan, Denpasar Selatan. Tradisi turun temu-run yang memiliki pengertian berang-kulan tersebut selalu menjadi agenda liputan media yang menarik, termasuk oleh lembaga penyiaran. Lembaga pe-nyiaran terutama televisi tentu sangat tertarik karena merupakan kegiatan masal dan melibatkan banyak orang. Tentu tradisi Omed-Omedan menjadi liputan yang unik. Namun lembaga penyiaran sering salah memberitakan dengan menyatakan tradisi ciuman masal. Akibat terjebak dengan persep-si tradisi ciuman masal antar muda-mudi maka pengambilan gambar juga lebih fokus pada adegan ciuman. Kameramen atau kontributor stasiun TV tentu akan berusaha mengabadi-kan gambar ciuman antar muda-mudi sebanyak-banyaknya, terutama saat para peserta yang berpelukan disiram dengan air. Para kemaramen TV juga akan berusaha sedekat-dekatnya atau dengan close up untuk mendapatkan gambar ciuman dimana bibir para pe-serta bertemu. Tentu tidak ada salahnya pengambilan gambar dengan close up saat meliput di lapangan. Namun akan bermasalah saat disiarkan oleh lem-baga penyiaran. Pasal 36 ayat (5) poin c Undang-Undang penyiaran dengan tegas menyebutkan isi siaran dilarang menonjolkan unsur cabul. Dalam atu-ran Standar Program Siaran (SPS) pada pasal 18 poin g juga ditegaskan bahwa program siaran dilarang menampilkan adegan seksual seperti menampilkan adegan ciuman bibir. Apakah ini berarti tradisi Omed-Omedan tidak layak di-tayangkan di televisi.? Tentu jawabanya tidak dan omed-omedan sangat layak

ditayangkan dan wajib dilestarikan. Hal yang menjadi harus diperhatikan adalah teknik pengambilan dan pen-yajian gambar. Guna menghindari ke-san cabul maka kameramen harusnya mengambil gambar dengan teknik long shot. Selain itu, penulis naskah atau ju-rnalis harus mencari pengertian omed-omedan yang sesungguhnya, sehingga tidak memberikan informasi atau persepsi yang salah pada penonton.

Tradisi Bali lainnya yang cukup ser-ing disiarkan di televisi adalah tradisi ngurek atau ngunying. Dalam tradisi ngurek sering dijumpai seseorang yang dalam keadaan tidak sadar menusuk-kan keris ke tubuhnya. Bagi seorang kameramen tentu adegan tersebut merupakan adegan yang sangat me-narik dan penting untuk direkam. Pengambilan gambarnya juga tidak ja-rang secara close up sehingga memper-lihatkan ujung keris yang ditusukkan ke badan, namun tidak menimbulkan luka. Tetapi saat gambar-gambar terse-but kemudian disiarkan melalui siaran televisi, tentu menjadi tidak sesuai den-gan P3 dan SPS. Tayangan yang mem-perlihatkan penggunaan senjata tajam dan digunakan untuk melukai tubuh sudah tentu termasuk dalam tayangan yang menampilkan kekerasan. Dalam Undang-Undang penyiaran pada pasal 36 ayat (5) poin b disebutkan bahwa isi siaran dilarang menonjolkan unsur kekerasan. Begitu juga dalam P3 pasal 17 dikatakan lembaga penyiaran wa-jib tunduk pada ketentuan pelarangan dan/atau pembatasan program siaran bermuatan kekerasan. Pelarangan ade-gan kekerasan dalam siaran televisi juga dinyatakan dengan jelas pada SPS pasal 23. Seperti pada pasal 23 poin a disebut-kan program siaran yang mengandung adegan kekerasan dilarang menampil-kan secara detail peristiwa kekerasan, seperti tawuran, pengeroyokan, pe-nyiksaan, perang, penusukan, penyem-

blihan hingga bunuh diri. Begitu juga pada poin c disebutkan dengan jelas bahwa program siaran yang memuat adegan kekerasan dilarang menampil-kan peristiwa dan tidakan sadis terha-dap manusia. Disinilah peran seorang kameramen dalam mengambil adegan gambar agar tidak melanggar P3 dan SPS. Bukan harus mengubah tradisi yang ada sejak dahulu dan berlang-sung turun temurun. Tentunya teknik pengambilan gambar menjadi penting sehingga tradisi ngurek tetap dapat dis-iarkan, tanpa memperlihatkan adegan kekerasan.

Tarian Joged yang merupakan tar-ian pergaulan di kalangan muda-mudi Bali mungkin menjadi salah satu tarian yang cukup jarang ditampilkan di la-yar kaca. Mungkin kesan porno mem-buat tarian tersebut jarang mendapat-kan kesempatan tampil di layar kaca. Nyatanya tarian joged bukanlah tarian porno, tetapi lebih pada ekspresi per-gaulan di kalangan muda-mudi Bali. Permasalahanya tentu bukan pada tar-ian atau gerakan tari yang harus diubah agar dapat ditayangkan di layar kaca. Permasalahnya adalah teknik pengam-bilan gambar ketika tarian tersebut dipentaskan. Kondisi yang sering ter-jadi yaitu akibat kesan porno, kamera-men fokus mengambil gambar pada gerakan tubuh penari yang mengesan-kan porno. Gerakan tersebut seperti goyangan pinggung, pantat dan gera-kan badan. Padahal kesan porno dapat dihindari dengan mengambil sudut pandang pengambilan gambar yang memenuhi unsur etika penyiaran.

Masalah siaran lainnya yang cukup mendapat perhatian masyarakat ada-lah kata-kata yang mengandung unsur porno pada lagu pop Bali. Memang harus diakui dalam lagu pop Bali, salah satunya sering menggunakan kata-kata bermakna ganda (ngempelin). Dimana beberapa kata ada yang mengandung

Salah seorang petani didampingi petugas menunjukan hama gayas yang menyerang tanaman ubi kayu (kiri). Hama gayas dalam bentuk larva (kanan)

Suasana Pasar Murah yang diselenggarakan Disperindag Provinsi Bali.

BALI MANDARATABLOID DWI MINGGUAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

BALI MANDARATABLOID DWI MINGGUAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

EDISI 1416 - 31 Juli 2015

EDISI 1416 - 31 Juli 2015

2 7

Bali MandaraTabloid Dwi Mingguan Pemerintah Provinsi Bali

Penasehat :Sekretaris Daerah Provinsi Bali

Penanggung Jawab :Kepala Biro Humas Setda Provinsi Bali

Ketua :Kepala Bagian Penyaringan dan Pengolahan Informasi,Biro Humas Setda Provinsi Bali

Alamat Redaksi :Jl. Basuki Rahmat, Niti Mandala, Renon, DenpasarE-mail : [email protected] [email protected]

REDAKSI

Sinergi TNI-AD dalam Upaya Khusus Swasembada Pangan

DENPASAR. Bali Mandara.Program Upaya Khusus (Upsus) swasembada pangan khususnya padi, jagung dan kedelai di provinsi Bali menargetkan peningkatan produksi padi 5%, jagung 40% dan kedelai 10% pada tahun 2015. Upaya tersebut memerlukan dukungan pembiayaan yang memadai dan kerja keras semua pihak yang terkait.

Untuk pengawalan program Upsus secara khusus juga mendapat pendampingan dari TNI-AD, mulai dari jajaran Kodam IX Udayana, Korem 163 Wirasatya, Kodim2, Koramil sampai dengan di tingkat Babinsa.

Koordinasi jajaran Dinas Pertanian dengan TNI-AD telah secara intensif telah dilaksanakan. Berbagai dukungan telah diberikan

jajaran TNI-AD, mulai dari pengamanan distribusi sarana produksi, bantuan fisik pengerjaan rehabilitasi jaringan irigasi, mobilisasi perlatan mesin pertanian, bantuan pengendalian hama penyakit sampai dengan pendampingan teknis budidaya pada kelompok-kelompok tani di lapangan.

Guna lebih mengintensifkan koordinasi, pada hari Kamis/ 2 Juli 2015, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan provinsi Bali dengan para pejabatnya mengadakan pertemuan terbatas dengan Danrem 163/ Wirasatya Kolonel Arhanud Nurchahyanto. Disamping dalam rangka membicarakan evaluasi dan keberlanjutan program, pertemuan juga dimaksudkan untuk perkenalan, oleh karena baru saja dilaksanakan

pergantian Danrem 163/ Wirasatya.Dalam waktu dekat direncanakan

akan dilaksanakan pertemuan evaluasi program Upsus provinsi Bali setelah selama enam bulan berjalan,

dengan menghadirkan, Dinas Pertanian, para Dandim, Badan Pusat Statistik, Dinas PU Kabupaten/Kota se Bali.

MULIA

Kafe Remang-Remang dan Toilet Jorok Jadi Sorotan di PB3AS

DENPASAR, BaliMandaraKeberadaan kafe remang-remang menjadi topik hangat pada Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS), Minggu (5/7).

Sorotan terhadap keberadaan kafe yang telah merambah kawasan perdesaan itu juga disampaikan Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Menurut Pastika, kafe remang-remang merupakan salah satu persoalan sosial yang hingga saat ini belum tuntas teratasi. Kafe remang-remang, kata Pastika, menyimpan banyak masalah. Mulai dari penyebaran penyakit menular seksual, peredaran miras hingga keberadaan wanita penghibur yang kerap merusak keharmonisan rumah tangga. “Itu kan sampai ada lagunya ‘song bererong’,” ujarnya. Untuk itu, Pastika mendorong peran serta aktif seluruh komponen masyarakat dalam menertibkan keberadaan kafe remang-remang. Karena pemerintah tak mungkin dapat bekerja maksimal tanpa peran aktif dan dukungan dari masyarakat.

Selain kafe remang-remang, Pastika

juga menyinggung toilet jorok pada fasilitas umum yang sempat disoroti media. Hal tersebut menjadi bahan evaluasi bagi jajarannya agar menjaga kebersihan toilet pada fasilitas umum yang menjadi tanggung jawab Pemprov Bali. “Bagi masyarakat luas, jangan ragu-ragu untuk menyampaikan komplain terkait apa saja di podium ini,” imbaunya. LSM dan organisasi kemasyarakatan juga bisa memanfaatkan podium ini untuk menunjukkan eksistensinya.

Hal senada juga disampaikan Kasatpol PP Provinsi Bali Made Sukadana. Melalui koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota, secara bertahap pihaknya telah melakukan penertiban kafe remang-remang. “Penertiban kafe remang-remang merupakan kewenangan kabupaten/kota. Namun kami dari provinsi tetap melakukan upaya dalam nenyikapi persoalan ini,” imbuhnya. Dalam orasinya, Sukadana juga berbicara mengenai Perda Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Dia menggugah kesadaran dan peran aktif masyarakat

dalam penegakan perda tersebut.Secara umum, pelaksanaan

PB3AS minggu ini cukup menyedot animo masyarakat untuk berbicara. Nyoman Sujantara dari Padang Sambian memanfaatkan PB3AS untuk mengutarakan harapannya pada kemajuan bidang olah raga di Pulau Dewata. Dia minta pemerintah memberikan perhatian lebih serius

bagi peningkatan sarana dan prasarana olah raga. Selanjutnya tampil Ida I Dewa Gede Raka dari Puri Bebalang Bangli yang menyoroti masih belum optimalnya pemanfaatan air permukaan. Kata Dewa Raka, jika air sungai dapat dikelola dengan baik, Bali tak akan mengalami persoalan air bersih. Sementara Abi,

Kadis Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali saat audensi dengan Danrem 163/Wirasatya Kolonel Arhanud Nurchahyanto.

Pastika : kafe remang-remang merupakan salah satu persoalan sosial yang hingga saat ini belum tuntas teratasi.

seorang pembicara dari Karangasem, mengkampanyekan manfaat meditasi bagi kesehatan. Menurutnya, meditasi yang dilakukan sejak usia dini sangat berguna bagi pembentukan karakter.

Putu Budiana yang tampil sebagai orator berikutnya bicara soal pentingnya upaya pencegahan bahaya narkoba dan pengendalian minuman beralkohol. Selain pentingnya pemberian pemahaman pada generasi muda, dia juga berharap penegakan aturan yang tegas. Mantan Rektor

Unud Prof. Ketut Sukardika juga cukup menyita perhatian dengan orasinya tentang konsep pariwisata khusus bagi manula. Sedangkan Lanang Sudira dari LSM Gasos menyoroti pencemaran pada hutan mangrove. Dia berharap, mereka yang mengaku cinta lingkungan peduli terhadap kondisi ini. “Jangan hanya berkoar-koar cinta lingkungan, tapi tak ada aksi dan cenderung melakukan pembiaran,” pungkasnya.

ITA

Kafe Remang-Remang .........(sambungan hal. 2)

arti porno. Mengatasi masalah ini tentu memerlukan pengertian bersama. Jika tetap dipaksakan mengandung kata-kata bermakna porno maka akan ber-tentangan dengan aturan dalam Un-dang-Undang penyiaran, P3 dan SPS. Lagu dengan kata-kata porno tersebut juga tidak dapat disiarkan di lembaga penyiaran. Tentu sangat disayangkan jika lagu pop Bali tidak dapat disiarkan di lembaga penyiaran. Apalagi selama ini penyiaran lagu pop Bali di lembaga penyiaran merupakan ajang promosi untuk mendongkrak penjualan CD.

Perkembangan seni-budaya yang cukup membanggakan di layar kaca adalah seni metembang atau yang leb-ih popular dengan istilah dharmagita. Acara yang menghadirkan lagu-lagu

bernuansa agama dan pesan moral tersebut mendapat apresiasi yang luar biasa dari masyarakat Bali. Apalagi dharmagita tersebut diiringi dengan music geguntangan. Seiring dengan kreativitas, dharmagita kemudian dikolaborasikan dengan visualisasi adegan pendukung yang menyerupai sebuah drama klasik. Hal seperti inilah yang diharapkan, sebuah kreativitas dalam mengolah tayangan panggung menjadi tayangan layar kaca yang berkualitas untuk ditonton.

Cukup banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mampu mengangkat seni-budaya Bali yang cenderung mer-upakan pertunjungan panggung men-jadi sebuah pertunjukan layar kaca. Kreativitas yang tak kenal henti tentu

dibutuhkan untuk mampu menghasil-kan siaran seni-budaya yang berkuali-tas. Kreativitas juga harus didukung dengan pengetahuan tentang makna dan pesan dalam sebuah pertunjukan seni-budaya. Tentunya sebuah siaran seni budaya tidak saja memberikan hiburan semata, tetapi juga mampu memberikan pengetahuan dan infor-masi bagi masyarakat yang menonton.

Dalam upaya mengangkat seni-budaya Bali kedalam tayangan layar kaca maka lembaga penyiaran harus mampu melakukan sensor internal yang ketat. Sensor internal yang selalu berpedoman pada P3 dan SPS. Lem-baga penyiaran harus mampu memilah dan memilih mana adegan, kata dan gerakan yang sesuai dengan P3 dan SPS. Selain melakukan sensor internal secara ketat, lembaga penyiaran juga harus mampu menggolongan acara si-aran seni-budaya sesuai dengan klasifi-kasi program dan jam siar. Mengangkat seni-budaya Bali kedalam tayangan la-yar kaca merupakan kewajiban lembaga penyiaran di Bali. Permasalahanya pada teknik pengolahanya. Jangan sampai demi kepentingan untuk ditampilkan dalam layar kaca akhirnya harus men-gubah tatanan dalam pertunjukan seni budaya. Sebagai bahan pedoman bagi pekerja penyiaran dalam suatu lem-

baga penyiaran, maka sudah saatnya lembaga penyiaran membuat dan me-netapkan standar operasional prose-dur (SOP). SOP tersebut akan menjadi pedoman bagi karyawan dalam men-jalankan tugas, terutama pedoman bagi cameramen dalam memilih sudut pan-dang pengambilan gambar. SOP dapat saja dibuat dengan cara menjabarkan aturan yang ada dalam P3 dan SPS.

Mengangkat seni-budaya kedalam tayangan layar kaca bukan semata-mata demi kepentingan pelestarian dan perlindungan. Terdapat upaya untuk mensosialisasikan nilai-nilai dan etika yang terkandung dalam seni-budaya tersebut kepada masyarakat. Pada sisi lain, langkah ini juga merupakan lang-kah mendokumentkan seni-budaya tersebut. Apalagi dalam pasal 45 di Un-dang-undang penyiaran terdapat ke-tentuan bagi lembaga penyiaran untuk menyimpan bahan siaranya. Dimana nantinya jika siaran tersebut memiliki nilai sejarah, informasi atau memiliki nilai siaran yang tinggi wajib diserah-kan kepada lembaga yang ditunjuk oleh Negara untuk dijaga kelestariannya. Jangan sampai juga seni-budaya Bali ataupun yang ada di nusantara diklaim oleh Negara lain.

I Nengah MuliartaKomisioner KPID Bali

Mengemas Seni-Budaya Bali.....(sambungan hal. 6)

Ayu Pastika Ajak Masyarakat Konsumsi Ikan Sejak Usia Dini

DENPASAR. BaliMandara.Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani dimana ikan mengandung mineral dan juga asam amino terutama Omega 3, yang berdasarkan data penelitian FAO dan WHO selain dapat menyembuhkan penyaki depresi, skizofrenia serta gejala hipertensi pada anak anak juga sangat baik untuk kecerdasan otak, sehingga dengan mengkonsumsi ikan kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan.

Ny Ayu Pastika selaku Ketua Tim Penggerak PKK dan Ketua Forum Peningkatan Konsumsi Ikan Nasional (FORIKAN) Provinsi Bali menjelaskan untuk itu pengenalan dan pengkonsumsian ikan sejak dini perlu disosisalisasikan sehingga dapat tumbuh gaya hidup makan ikan yang akhirnya menjadi budaya makan ikan pada masyarakat.

Ny Ayu Pastika menyampaikan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan merupakan program pemerintah yang sangat penting dan strategis dalam rangka meningkatkan kecerdasan masyarakat dan derajat kesehatan masyarakat sehingga terbentuk masyarakat yang semakin

cerdas dan sehat. Walaupun tingkat konsumsi ikan provinsi Bali masih lebih tinggi dibanding tingkat konsumsi ikan dunia, namun jika dibandingkan dengan tingkat konsumsi ikan nasional masih lebih rendah.

Berdasarkan data tingkat konsumsi ikan provinsi Bali pada tahun 2014 sebesar 31,17 kg/kapita/tahun sedangkan tingkat konsumsi ikan nasional yaitu 33,14 kg/kapita/tahun. Untuk itu berbagai upaya perlu dilakukan guna meningkatkan konsumsi ikan di masyarakat yang salah satunya dengan mengadakan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan melalui Pemberian Makanan Tambahan Bagi Anak Sekolah.

Program ini disamping merupakan upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama anak anak sekolah juga merupakan salah satu mata rantai penyerapan hasil produksi perikanan nyang dihasilkan masyarakat. Disamping itu upaya yang paling efektif adalah dengan memberikan pemahaman secara dini kepada anak anak betapa pentingnya konsumsi ikan. Ny Ayu Pastika juga menghimbau khususnya pada para

siswa agar lebih banyak makan ikan agar menjadi pintar,kuat dan sehat sehingga dapat berpestasi dalam mengejar pendidikan.

Senada dengan hal yang disampaikan Ny Ayu Pastika, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali Ir I Made Gunaja,M.Si dalam laporannya menyampaikan bahwa tujuan dari dilaksanakannya GEMARIKAN selain mengajak seluruh lapisan masyarakat terutama anak anak untuk sejak dini gemar

makan ikan juga mendorong minat masyarakat untuk terus berkreasi menciptakan menu baru sehingga minat masyarakat untuk mengkonsumsi ikan meningkat.

Ia juga menambahkan guna menggugah kemauan masyarakat untuk menyukai ikan dilakukan berbagai upaya diantaranya lomba memasak serba ikan yang diikuti oleh TP PKK Kabupaten/Kota, Kampanye GEMARIKAN melalui PMTAS. ARIANI

Ny Ayu Pastika saat membuka acara GEMARIKAN di Wantilan Kalangan Ayodya Art Centre Denpasar Sabtu (4/7).

Bersambung ke hal. 7

BALI MANDARATABLOID DWI MINGGUAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

BALI MANDARATABLOID DWI MINGGUAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

EDISI 1416 - 31 Juli 2015

EDISI 1416 - 31 Juli 2015

TABLOID DWI MINGGUAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

Alamat Sekretariat Redaksi : Jalan Basuki Rahmat Niti Mandala Renon | email : [email protected] | Telp. 0361 224671 ext.503

BALI MANDARABersama mewujudkan Bali yang Maju, Aman, Damai dan Sejahtera

EDISI 14 | 16 - 31 Juli 20158

DENPASAR. BaliMandara.Dalam upaya mencapai swasembada pertanian, Pemprov Bali mengucurkan bantuan berupa peralatan dan mesin pertanian (alsintan) bagi 105 kelompok tani. Hal tersebut terungkap saat Gubernur Bali Made Mangku Pastika yang diwakili wagub sudikerta melakukan penyerahan bantuan alsintan 2015 tersebut secara simbolis di Balai Benih Timpag Kerambitan, Tabanan, Rabu (1/7).

Pada kesempatan itu diserahkan sebanyak 255 unit peralatan mesin pertanian (alsintan) yang terdiri dari mesin panen padi, pemipil jagung, pengering gabah, traktor, pompa air dan mesin penyosohan beras dengan total anggaran senilai Rp17.836.900.000.

Acara penyerahan bantuan ini kemudian dilanjutkan dengan pembekalan teknis dan penjelasan pendayagunaan peralatan dan mesin pertanian kepada 105 ketua kelompok tani.

Lebih lanjut Wagub Sudikerta menyampaikan harapannya agar bantuan ini dapat memudahkan para petani agar lebih praktis dalam pekerjaanya sehingga bisa

mewujudkan sistem pertanian yang moderen melalui mekanisasi alat pertanian. Selain peralatan pertanian, peran penyuluh tidak bisa diabaikan dalam memberikan pedampingan bagi para petani.

Untuk itu diperlukan sinergitas antara Dinas Pertanian di kabupaten dengan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali dalam memberikan pelatihan bagi penyuluhan bahkan studi banding

ke daerah yang lebih berhasil dalam bidang pertanian. Sudikerta juga berharap para petani yang mendapat bantuan alsintab agar menggunakan bantuan tersebut dengan sebaik-baiknya sehingga dapat bermanfaat untuk memberikan hasil panen yang optimal.

Hal senada juga disampaikan oleh Staf Ahli Kementrian Pertanian Bidang Inovasi dan Teknologi DR. Ir. Matsyukur, bahwasannya untuk peningkatan produksi pangan perlu dilakukan lima hal yaitu perbaikan irigasi, benih yang berkualitas, pupuk, alat mesin pertanian dan penyuluhan pendampingan bagi para petani. Sehingga petani akan dapat bekerja optimal.

Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana dalam laporannya mengatakan dalam pelaksanaan upaya khusus di bidang pertanian dialokasikan bantuan benih, pupuk, bantuan rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usahatani dan peralatan mesin pertanian di hampir seluruh 1556 subak yang tersebar di seluruh Bali.

TATANG

Wakil Gubernur Bali I Ketut Sudikerta mencoba peralatan dan mesin pertanian, saat penyerahan bantuan bagi 105 kelompok tani di Balai Benih Timpag Kerambitan, Tabanan ,Rabu (1/7).

Dukung Upaya Swasembada Pertanian, Pemprov Serahkan Bantuan Peralatan dan Mesin Pertanian

SEMARAPURA. BaliMandara.Meski hanya bergerak dalam bidang kredit, BUMDes Artha Dana yang mengelola dana dari Program Gerbangsadu Mandara, sejak Oktober 2014 sukses meraup untung hingga ratusan juta rupiah hingga Juni tahun ini.

Menurut Kepala Desa Tohpati, Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung A.A Gde Dalem. SE, kesuksesan tersebut tak lepas dari peran serta masyarakat pengguna dana atau nasabah, terutama dalam hal komitmen mereka dalam melakukan pembayaran angsuran tepat waktu.

“Bisa dibilang perkreditan yang dikelola BUMDes Artha Dana kredit macetnya hanya nol koma

sekian, walaupun ada biasanya perorangan namun itu hanya sebatas kemunduran pembayaran,“ terang Gde Dalem.

Ditambahkan Dalem, sejak digulirkan program Gerbangsadu di desanya, tingkat perekonomian masyarakatnya mulai terjadi perubahan. Bahkan mereka hampir sebagian besar memanfaatkan dana yang dikelola BUMDes. Selain kredit, Gerbangsadu di Desa Tohpati juga membuka kios untuk penjualan keperluan pertanian dan perkebunan.

Senada dengan Gde Dalem, pengurus Gerbang Sadu I Wayan Kaca juga menjelaskan, dalam kuartal pertama sejak programnya digulirkan ke masyarakat, BUMDes Artha Dana

sudah mampu mengembangkan modalnya dari yang semula 790 juta, hingga Juni 2015 sudah mencapai angka 1 miyar 34 juta.

“Itu sudah merupakan dana bersih setelah dipotong untuk biaya operasional seperti gaji pengurus dan lainnya,“ jelas Kaca. Sampai saat ini dana yang dimiliki BUMDes Artha Dana kebanyakan diserap oleh perorangan, namun masih masuk dalam kategori Rumah Tangga Sederhana (RTS). Untuk kelompok baru diserap oleh dua kelompok yang bergerak dalam bidang usaha jahit menjahit, salah satunya kelompok jahit Eka Karsa. Di kelompok yang beranggotakan sepuluh orang ini, peruntukan pinjamannya sebesar 30

juta untuk pembelian alat dan mesin jahit. Menurut Ketut Kariasih selaku ketua kelompok, dengan adanya alat dan mesin yang lengkap dia dan kelompoknya saat ini sudah bisa mengerjakan semuanya di rumah. Mengingat jenis pekerjaan yang digelutinya yakni kain kebaya yang memiliki motif untuk dikerawang.

Dalam hal pesanan kelompok Eka Karsa saat ini bekerjasama dengan beberapa butik yang ada di wilayah Gianyar. “Kedepan kami ada niatan untuk menciptakan motif sendiri dan coba ditawarkan ke butik-butik, dengan demikian keuntungan yang didapat bisa lebih banyak,” tandasnya.

Pihaknya menyampaikan rasa terimakasihnya atas bantuan yang diperolehnya, untuk itu kedepan jika pinjamannya sudah lunas dirinya bertekad untuk meluaskan jaringan terutama dalam hal pemasaran. Selain kelompok dalam perorangan yang banyak memanfaatkan bantuan dari BUMDes Artha Dana yakni paara pengerajin ukiran, seperti yang digeluti oleh Putu Sukaria, seorang pengerajin patung.

Dulunya Sukaria mempunyai kendala dalam hal tempat pengerjaan, “maklum dulu saya masih tinggal di rumah orangtua, karena tempatnya seadanya jadi kalau pas order banyak agak repot juga,“ ucap Sukaria. Dengan kondisi tersebut dirinya memberanikan diri untuk mencari pinjaman di BUMDes yang dipergunakan untuk tambahan biaya pembangunan tempat bekerjanya yang sekaligus sebagai tempat tinggalnya. Mempunyai pengalaman selama 15 tahun dalam hal pengerjaan patung. Perhari sebanyak 10 hingga 15 patung berhasil dikerjakan, dengan pengahasilan rata-rata 75 ribu perhari.

WAN

Satu Semester Untung Ratusan JutaGerbang Sadu “Artha Dana” Desa Tohpati Klungkung

A.A Gde Dalem. SEKepala Desa Tohpati, Kecamatan

Banjarangkan Kabupaten Klungkung

“Sejak digulirkan program Gerbangsadu, tingkat perekonomian

masyarakatnya mulai terjadi perubahan. Bahkan mereka

hampir sebagian besar memanfaatkan dana yang dikelola BUMDes. Selain

kredit, Gerbangsadu di desa Tohpati juga membuka kios untuk penjualan keperluan pertanian dan perkebunan”

Salah satu kelompok yang bergerak bidang usaha jahit menjahit, yang mendapat modal dari Gerbangsadu.

Putu Sukaria, seorang pengerajin patung yang juga memanfaatkan fasilitas kredit modal usaha dari Gerbangsadu melalui BUMDes. Perhari sebanyak 10 hingga 15 patung berhasil dikerjakan, dengan pengahasilan rata-rata 75 ribu perhari.