Tabel Bagian Bagian Mikroskop
description
Transcript of Tabel Bagian Bagian Mikroskop
TOPIK I: TEKNIK MIKROSKOPIK
Tabel 1. Bagian bagian mikroskop
Bagian – bagian mikroskop menurut Respati (2008):
No Nama bagian mikroskop Keterangan
1 Lensa Okuler Berfungsi untuk memperbesar
bayangan yang dibentuk oleh lensa
objektif.
2 Lensa Obyektif Berfungsi untuk menghasilkan
bayangan dari benda yang diamati.
3 Lengan Mikroskop Berfungsi sebagai tumpuan pengguna
untuk membawa mikroskop.
4 Revolver Berfungsi untuk mengatur perbesaran
lensa obyektif.
5 Makrometer Berfungsi untuk mengatur fokus
bayangan secara kasar.
6 Mikrometer Berfungsi untuk mengatur fokus
bayangan secara halus.
7 Meja Preparat Sebagai wadah tempat kaca prepaat
yang berisi sampel yang diamati.
8 Penjepit Obyek Sebagai penyangga kaca preparat yang
ada pada meja preparat.
9 Kondensor Sebagai pengatur banyak sedikitnya
cahaya yang masuk.
10 Sekrup Kondensor Sebagai pengatur kondensor.
11 Cermin Sebagai sumber cahaya dan
mengarahkan cahaya ke kondensor.
12 Kaki Mikroskop Sebagai penyangga mikroskop.
Pembahasan
1. Bagian-bagian mikroskop
2. Fungsi bagian-bagian mikroskop
a. Fungsi lensa diafragma
1. Untuk mengatur intensitas sinar yang masuk ke objek pengamatan
yang diperiksa (Ahmad, 2011).
2. Untuk mengontrol diameter cahaya yang masuk ke lensa kondensor
(Sumitro et al., 2014).
3. Menjamin agar sinar yang meninggalkan kondensor memenuhi lensa
obyektif (Alexander et al., 2003.
Lensa okuler
LenganTabung
Revolver
Lensa objektif
Meja Preparat
Kondensor
Tuas
Base
Sumber Cahaya
Makrosekrup
Mikrosekrup
Tuas Pengatur Meja
Pengatur Cahaya
b. Fungsi kondensor
1. Untuk memfokuskan sinar dari sumber cahaya pada gelas objek
(Ahmad, 2011)
2. Untuk memancarkan sinar lampu (Respati, 2008).
3. Untuk mengatur intensitas sinar yang masuk ke dalam mikroskop
(Alexander et al., 2003).
c. Fungsi revolver
1. Untuk memutar lensa obyektif agar posisi penglihatannya baik
(Alexander et al., 2003).
2. Untuk mengumpulkan cahaya yang masuk (Ahmad, 2011).
3. Untuk mengatur perbesaran lensa obyektif (Sumitro et al., 2014).
d. Fungsi makrometer
1. Memfokuskan specimen secara kasar (Alexander et al., 2003).
2. Untuk mendekatkan lensa obyektif ke spesimen (Sumitro et al., 2014).
3. Mengatur tabung lensa secara kasar (Ahmad, 2011).
e. Fungsi micrometer
1. Untuk mendapat image dengan kualitas maksimal (Sumitro et al.,
2014).
2. Mengatur tabung lensa secara halus (Ahmad, 2011).
3. Memfokuskan specimen secara halus (Alexander et al., 2003).
d. Fungsi penjepit pada meja benda
1. Mengurangi pergerakan kaca preparat (Alexander et al., 2003)
3. Perhatikan mikroskop yang digunakan dalam praktikum ini
a. Jumlah lensa okuler 2 mempunyai perbesaran 10x
b. Jumlah lensa obyektif yang ada di revolver 4
c. Sebutkan masing-masing perbesaran lensa obyektif tersebut: 4x, 10x, 40x,
100x
d. Hitung total pembesaran untuk tiap tiap kombinasi okuler/obyektif dari
mikroskop yang digunakan untuk praktikum ini
Perbesaran Okuler X Perbesaran Obyektif = Total perbesaran
10x 4x 40x10x 10x 100x10x 40x 400x10x 100x 1000x
Menggunakan Mikroskop
1. Cara meletakan preparat yang akan diamati dengan mikroskop
Sebelum menempatkan slide preparat pada meja preparat, gunakan
tombol pengatur kasar (makrometer) untuk menurunkan meja preparat
sampai posisi paling bawah. Perhatikan arah putaran. Aturlah cermin pada
bagian bawah sampai ada cahaya yang memantul, melewati diafragma
sehingga terlihat dari lensa okuler. Perhatikan, titik fokus mata setiap orang
berbeda-beda, sehingga setiap orang harus mencari sendiri pencahayaan
sesuai kondisi mata (Ahmad, 2011).
Letakkan slide preparat di atas meja preparat dengan baik. Pastikan
slide pada posisi yang telah disediakan (bagian berbentuk siku) dan tahan
dengan penjepit (Sumitro et al., 2014). Meja preparat diposisikan tetap
horisontal untuk mencegah agar preparat (slide) tidak jatuh (Respati, 2008).
2. Cara mengatur besarnya cahaya yang mengenai preparat
Atur sekrup kondensor ke arah kanan atau kiri sampai mendapatkan
cahaya yang sesuai dan menghasilkan bayangan yang terlihat pada lensa
okuler.
3. Cara mengatur agar preparat berada tepat dibawah lensa obyektif
Memutar tuas mikrometer sampai tepat di bawah lensa objektif.
Putar tuas mikrometer untuk mendapatkan bayangan benda yang lebih
fokus.
4. Cara menempatkan lensa obyektif sesuai dengan perbesaran yang diinginkan
Atur revolver untuk mendapatkan perbesaran lensa obyektif yang
diinginkan. Caranya yaitu putar revolver ke arah lensa obyektif yang
diinginkan.
5. Cara mendapatkan focus bayangan
Cara mendapatkan fokus bayangan yaitu dengan menggerakkan meja
preparat menggunakan tuas penggerak meja. Kemudian putar makrometer
sampai didapatkan jarak yang tepat antara meja preparat dengan lensa
objektif, kemudian gunakan mikrometer untuk menggerakkan meja benda
dengan pergerakan kecil sampai diperoleh fokus yang tepat.
6. Perbedaan antara resolving power dan magnifying power lensa
Resolving power adalah kemampuan dari suatu lensa untuk melihat
sebuah benda sebagai obyek yang terpisah secara jelas. Sifat resolving
power lensa dipengaruhi oleh panjang gelombang sinar dan numerical
aperture (NA) dari lensa (Fardiaz, 1992).
Magnifying power adalah kekuatan perbesaran pada mikroskop, yang
dapat diatur dengan pemilihan lensa objektif dan okuler secara tepat
(Fardiaz, 1992).
7. Mengapa pada saat menyimpan atau membawa mikroskop lensa obyektif
diposisikan pada lensa dengan kekuatan yang paling kecil ?
Tujuan lensa objektif diposisikan dengan kekuatan paling kecil
adalah supaya didapatkan jarak yang cukup jauh dengan meja preparat
sehingga menghindari lensa objektif bergesekan atau berbenturan dengan
meja preparat yang dapat menyebabkan kerusakan pada lensa obyektif
(Fardiaz, 1992).
8. Mengapa minyak imersi diperlukan pada saat menggunakan lensa obyektif
perbesaran 100
Minyak imersi digunakan pada saat menggunakan lensa objektif
dengan perbesaran 100 karena semakin besar kekuatan perbesaran lensa
objektif maka akan semakin kecil daya pisahnya. Semakin kecil daya pisah,
maka akan semakin kuat kemampuan lensa untuk memisahkan dua titik yang
berdekatan, sehingga struktur benda akan terlihat terlalu besar dan
resolusinya akan menjadi kurang baik, untuk itu daya pisah harus diperkuat.
Daya pisah dapat diperkuat dengan cara memperbesar indeks bias. Cara
memperbesar indeks bias adalah dengan menggunakan minyak imersi
(Ahmad, 2011).
9. Apa fungsi iris diaphragm
Iris diafragma gunanya untuk mengatur intensitas sinar yang masuk
ke objek pengamatan yang diperiksa. Di bawah iris diafragma, terdapat filter
berwarna biru yang gunanya untuk mengurangi kelebihan komponen sinar
tertentu dari sumber cahaya yang digunakan (Ahmad, 2011).
10. Bagaimana meningkatkan resolusi mikroskop anda
Meningkatkan resolusi pada mikroskop dilakukan dengan cara
meningkatkan indeks bias yang diperoleh dengan menambahkan minyak
imersi (Respati, 2008).
11. Di mikrobiologi lensa obyektif dengan kekuatan berapa yang biasa
digunakan? Jelaskan
Pada umumnya, dalam bidang mikrobiologi, kekuatan lensa yang
obyektif yang digunakan adalah perbesaran 10x. Karena dengan perbesaran
tersebut, dapat mencakup seluruh deskripsi objek dengan jelas dan dapat
diamati dengan baik. Apabila digunakan perbesaran 40x, maka hasil yang
terlihat tidak begitu baik karena perbesaran yang tidak cocok dengan objek
yang diteliti (Sumitro, 2014).
12. Di mikrobiologi lensa okuler dengan kekuatan berapa yang biasa digunakan?
Jelaskan
Dalam bidang mikrobiologi, lensa okuler yang digunakan adalah
perbesaran 10x , karena dengan perbesaran tersebut yang dikalikan dengan
kekuatan lensa objektif yang sama yaitu 10x akan diperoleh total perbesaran
100x, sehingga yang dihasilkan akan terlihat jelas dan objek dapat diamati
dan dideskripsikan dengan baik. Ukuran perbesaran ideal untuk mengamati
dan mendeskripsikan suatu objek adalah 10x10 (Sumitro, 2014).
13. Mengapa diperlukan untuk melakukan kalibrasi ocular micrometer
Kalibrasi ini dilakukan dengan menyejajarkan kedua bayangan skala,
yaitu skala mikrometer okuler dan objektif dengan memutar bagian atas
lensa okuler (Saktiyono, 2006: 13-14 dalam Kholifatun, 2012).
Simpulan dan Saran
Kesimpulan dari praktikum teknik mikroskopik adalah:
1. Mikroskop berfungsi sebagai alat bantu pengamatan terhadap
mikroorganisme yang bersifat mikroskopik.
2. Mikroskop terdiri dari beberapa bagian dengan fungsi yang saling
berhubungan.
Saran dari praktikum teknik mikroskop adalah:
1. Saat menggunakan mikroskop, praktikan diharapkan berhati – hati karena
merupakan alat yang cukup mahal.
2. Dalam praktikum, sebaiknya praktikan menaati prosedur yang telah ada
agar praktikum berjalan lancar.
Pustaka
Ahmad, Herwindo. 2011. Tingkat Pengetahuan Siswa Sma Negeri I Medan
Terhadap Penggunaan Mikroskop. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Alexander S.K., Sterete D., Niles M.J. 2003. Laboratory Exercises in Organismal
and Molecular Microbiology. USA: The McGraw−Hill Companies.
Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Harley−Prescott. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology, Fifth Edition, The
McGraw−Hill Companies, 449 p
J. A. Morello, P. A. Granato, H. E. Mizer. 2003. Laboratory Manual and
Workbook in Microbiology. The McGraw−Hill Companies, 285 p.
Kholifatun, candra. 2012. Penyusunan E-Module Pembelajaran Ipa Terpadu
Tema “Mikroskop Cahaya Sebagai Alat Untuk Mempelajari
Organisasi Kehidupan” Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk
Peserta Didik Smp Kelas Vii. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Respati, S.M.B. 2008. Macam-Macam Mikroskop Dan Cara Penggunaan.
Semarang: Momentum, Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 : 42 – 44
Sitorus, sulastri. 2010. Karakterisasi, Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Daun Dari Dua Varietas Sirih (Piper Betle L.)
Terhadap Streptococcus Mutans Penyebab Karies Gigi. Medan:
Universitas Sumatera Utara
Sumitro, Sutiman B. 2014. Petunjuk Praktikum Biologi Umum. Malang:
Universitas Brawijaya
Nilai Akhir:...............................................................................
Nama & Paraf Asisten: ............................................................
TOPIK II: PENGECATAN GRAM
Hasil
Bakteri simbion sedimen mangrove
Pembahasan
1. Bagaimana sifat gram bakteri simbion sedimen mangrove ? Jelaskan
Golongan bakteri Simbion yaitu golongan bakteri yang saling
menguntungkan terhadap manusia. Contohnya kuman yang terdapat dalam
saluran pencernaan yaitu usus besar (Suparmin, 2015).
2. Apa perbedaan antara pengecatan sederhana dengan pengecatan diferencial
Pengecatan sederhana merupakan pemberian warna pada bakteri atau
mikroorganisme dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada
lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi. Sedangkan, pengecatan
diferensial merupakan teknik pewarnaan yang menampilkan perbedaan di
antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba. Berbeda dengan
pengecatan sederhana, teknik pengecatan diferencial menggunakan beberapa
warna (Mahfudhi et al., 2012).
3. Sebutkan nama reagent dan tujuan penggunaan masing-masing pada
pengecatan gram
a. Mordant
Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang berfungsi memfiksasi
pewarna primer yang diserap mikroorganisme target atau
mengintensifkan warna utama (Campbell et al., 2003).
b. Cat utama
Cat utama dalam pengecatan gram adalah crystal violet yang
berwarna ungu. Cat utama ini akan memberi warna pada
mikroorganisme yang akan diuji (Campbell et al., 2003).
c. Decolorizer
Decolorizer adalah proses pencucian menggunakan isopropanol-
acetone atau alkohol yang bertujuan untuk melunturkan cat-cat
yang mewarnai bagian luar dinding sel bakteri (Campbell et al.,
2003).
d. Counterstain
Counterstain adalah cat penutup. Cat yang digunakan adalah
safranin yang berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah
kehilangan cat utama setelah perlakuan dengan alkohol (Campbell
et al., 2003).
4. Tahapan mana yang paling penting atau yang paling menjadi penyebab hasil
pengecatan gram yang buruk? Jelaskan
Tahap yang paling penting dalam pengecatan gram tahap counterstain
dimana tahap ini merupakan tahap penentu apakah bakteri yang menjadi
objek pengecatan merupakan gram positif atau negatif. Oleh karena itu, pada
tahap ini diperlukan ketelitian dalam pengerjaan dan dalam pengamatan agar
hasil yang diperoleh akurat (Dwidjoseputro, 2005).
5. Mengapa kultur muda yang dipakai dalam pengecatan gram ?
Umur kultur mempengaruhi dalam tahap pengecatan gram. Karena
pada umumnya, umur kultur yang lebih muda akan lebih mudah menyerap
larutan yang dijadikan perlakuan pada saat tahapan pengecataran gram ini
(Dwidjoseputro, 2005).
6. Apa yang dimaksud dengan gram variabel
Gram variabel adalah bakteri yang pada usia tertentu yang berubah
dari gram positif menjadi gram negatif (Dwidjoseputro, 2005).
7. Bagian sel apakah yang paling terlibat dalam pengecatan gram ? mengapa?
Bagian yang paling terlibat adalah dinding sel, karena dinding sel lah
yang akan mengikat warna dari cat tertentu yang kemudian menentukan jenis
bakteri tersebut. Pada bakteri gram positif, selapis dinding sel berupa
peptidoglikan yang tebal akan mengikat warna ungu, sedangkan pada bakteri
gram negatif, lapisan terluar dari 3 lapis dinding sel akan mengikat warna
merah dari safranin (Fitri dan Yekki, 2011).
8. Jelaskan bagaimana mekanisme respon bakteri gram positif dan bakteri gram
negatif terhadap tiap tahapan dalam prosedur pengecatan gram !
Pada bakteri gram positif, saat ditetesi crystal violet, akan mengikat
warna ungu dari cat tersebut. Ketika ditetesi lugol, warna ungu akan
semakin melekat, lalu selanjutnya ketika ditetesi alkohol, warna ungu
tidak akan runtuh. Ketika diberi safranin, warna merah dari safranin tidak
akan diserap oleh bakteri tersebut (Dwidjoseputro, 2005).
Pada bakteri gram negatif, ketika diberi perlakuan crystal violet dan lugol
akan memberikan respon yang sama seperti bakteri gram positif, tetapi
pada saat ditetesi alkohol, warna ungu akan runtuh. Selanjutnya, ketika
diberi perlakuan dengan safranin, bakteri gram negatif akan mengikat
warna merah (Dwidjoseputro, 2005).
Simpulan dan Saran
Kesimpulan pada praktikum pengecatan gram adalah:
1. Ada dua jenis pengecatan, yaitu pengecatan sederhana dan pengecatan
diferensial.
2. Pada pengecatan gram, bakteri gram negatif akan menyerap warna merah,
sedangkan bakteri gram positif akan menyerap warna ungu.
3. Pada pengecatan gram, larutan yang digunakan adalah crystal violet, lugol,
safranin, dan alkohol.
Saran pada praktikum pengecatan gram adalah:
1. Pada saat melakukan pengecatan gram harus dilakukan sebaik mungkin
karena akan mempengaruhi hasil akhir yang terjadi pada warna bakteri.
Pustaka
Campbell, N. dan B. Jane. 2003. Biologi Edisi Kelima- Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta, Djambatan.
Fitri, L. dan Y. Yasmin. 2011. Isolasi dan Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri
Kitinolitik. J. Ilmiah Pendidikan Biologi 3 (2):20-25.
Mahfudhi, S., B. Sulistiyanto dan C. S. Utama. 2012. Kualitas Chip Berbahan
Dasar Onggok dan Ekstrak Limbah Sayur Fermentasi Dilihat dari
Bakteri Asam Laktat dan Bakteri Gram. Anim. Agric. Journal 1 (2):
141-150.
Suparmin, Ahmad. 2015. Analisis Keragaman Bakteri Simbion Pada Saluran
Pencernaan Rayap Dengan Metode Trflp. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Nilai Akhir:...............................................................................
Nama & Paraf Asisten: ............................................................
TOPIK III: PEMBUATAN MEDIA
Pembahasan
1. Jelaskan fungsi media pada penelitian mikrobiologi
Media pertumbuhan mikroba adalah bahan yang terdiri dari nutrisi
yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya (Nugraheni, 2007).
Pertumbuhan mikrobia bergantung dari jumlah energi yang tersedia pada
medium untuk mikrobia tersebut, serta suplai makanan, kelembaban, suhu,
lingkungan fisik dan kimia juga mempengaruhi pertumbuhan mikroba
(Prastiwi et al., 2006). Masalah yang sering terjadi pada penggunaan medium
yaitu sering terjadi kegagalan dalam penghitungan jumlah koloni-koloni
akibat tumbuhnya koloni yang menyebar sehingga menghambat atau
menutupi koloni-koloni yang lain (Indriati et al., 2010).
2. Jelaskan ada berapa jenis media berdasarkan konsistensinya
Medium dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan konsistensinya yaitu
medium cair, semipadat, dan padat (Sitorus, 2010).
1. Media cair (liquid medium) adalah medium berbentuk cair yang dapat
digunakan untuk tujuan menumbuhkan atau membiakan mikroba,
penelaah fermentasi, uji-uji lain. Contohnya : Nutrient Broth (NB),
Lactose Broth (LB) dan kaldu sapi (Rakhmawati, 2012)
2. Media semi padat (semi solid medium), biasanya digunakan untuk uji
mortalitas (pergerakan) mikroorganisme dan kemampuan
fermentasi. Contohnya : Agar dengan konsentrasi rendah 0,5%
(Rakhmawati, 2012)
3. Media padat (solid medium) adalah medium yang berbentuk padat
yang dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroba dipermukaan
sehingga membentuk koloni yang dapat dilihat, dihitung dan
diisolasi. Contohnya: Nutrient Agar (NA), Plate Count Agar
(PCA), Potato Dextrose Agar (PDA), gelatin, silika gel dan beberapa
limbah pertanian berbentuk padat (Ardiyansyah, 2004).
3. Apa fungsi pemanasan pada saat membuat media agar
Media yang akan di inokulasi dengan mikroba tentu sebelum
memadat harus didinginkan terlebih dahulu disuhu ruangan sampai 47-50O C.
Jika media terlalu panas, mikroba yang akan ditumbuhkan akan mati (Yanny,
2004).
4. Kenapa pada saat membuat media agar dilakukan pengadukan secara
menerus ?
Pengadukan secara terus-menerus pada saat pembuatan media
bertujuan agar bahan penyusun media homogen dan tercampur merata,
supaya pada saat media berubah menjadi agar bahan merata di semua bagian
(Yanny, 2004)
5. Kenapa media pada penelitian mikrobiologi perlu dilakukan sterilisasi ?
Sumber kontaminasi dapat berasal dari eksplan tumbuhan, organisme
kecil yang masuk ke dalam media, alat yang tidak steril dan lingkungan kerja
yang kotor. Sehingga harus dilakukan: sterilisasi lingkungan kerja, alat-alat,
media dan bahan tanaman (Gunawan, 1988 dalam Susilowati dan Listyawati,
2001).
6. Ada berapa macam sterilisasi media yang anda ketahui ? jelaskan jawaban
anda !
Sterilisasi Kering
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk menghilangkan atau
menginaktivasi mikroorganisme hidup, oleh karena itu kita harus
mengusahakan semua alat-alat yang berhubungan dengan medium dan
pekerjaan inokulasi benar-benar steril yang berfungsi untuk menghindari
kontaminasi yaitu masuknya mikroorganisme yang tidak kita inginkan
(Darwis, 2006). Sterilisasi kering tidak menggunakan air atau uap air,
melainkan menggunakan udara panas dengan menggunakan oven dengan
suhu 160 oC selama dua jam atau dengan suhu 170 oC selama satu jam
(Yuliarti, 2010).
Sterilisasi Basah
Sterilisasi basah menggunakan autoklaf pada suhu 121 oC dan dengan
tekanan 2 atm (Wulandari dan Nasution, 2014). Autoklaf adalah alat untuk
memanaskan bahan pada kondisi tekanan udara jenuh air yang biasanya
bertujuan untuk sterilisasi (Dwidjoseputro, 2005).
Ada 5 metode umum seterilisasi menurut Yanny (2004), yaitu:
1. Sterilisasi uap (panas lembab)
2. Sterilisasi panas kering
3. Sterilisasi dengan penyaringan
4. Sterilisasi dengan gas
5. Sterilisasi dengan radiasi
7. Kenapa pada saat sterilisasi menggunakan autoklaf perlu dilakukan
pengeluaran udara dalam autoklaf
Pengeluaran udara dalam autoklaf diperlukan untuk menciptakan
keadaan vakum dalam autoklaf. Ketika keadaan vakum berlangsung, uap
dimasukkan ke dalam autoklaf, kemudian uap berhubungan dengan seluruh
permukaan benda, terjadi peningkatan suhu dari nol hingga 121oC, dan
proses sterilisasi berlangsung (Chairlan dan Lestari, 2004).
8. Apa fungsi katup pengaman pada autoklaf ?
Untuk mengelurkan kelebihan uap bila tekanan terlalu tinggi sehingga
dapat mencegah terjadinya ledakan (Chairlan dan Lestari, 2004).
Simpulan dan saran :
Kesimpulan dari praktikum teknik pembuatan media dan sterilisasi adalah:
1. Sterilisasi media bertujuan agar media tidak terkontaminasi dengan bahan
atau mikroorganisme lain yang terdapat di lingkungan sekitarnya dan
menghilangkan mikroorganisme atau kotoran yang menempel pada
media.
2. Media diperlukan dalam mikrobiologi untuk tempat tumbuhnya mikroba,
tempat hidup mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah mikroba dan lain-
lain.
Saran untuk praktikan pada saat praktikum teknik pembuatan media dan sterilisasi
adalah:
1. Pada saat pembuatan media pastikan dalam keadaan sudah steril agar tidak
terjadi kontaminasi.
2. Pada pembuatan media agar pengadukan harus terus dilakukan agar hasil
tidak menggumpal dan panasnya merata.
Pustaka
Ardiansyah. 2004. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pangan. Bogor: Universitas
Djuanda.
Chairlan dan Lestari, Estu. 2004. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium
Kesehatan. Jakarta; EGC.
Darwis, D. 2006. Sterilisasi Produk Kesehatan (Health Care Products) dengan
Radiasi Berkas Elektron. BATAN. Jakarta. (Prosiding Pertemuan dan
Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator dan Aplikasinya: 78-86).
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta, Djambatan.
Harley−Prescott. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology, Fifth Edition. The
McGraw−Hill Companies, 449 p
Indriati, N., P. Nandang dan T. Radestya. 2010. Penggunaan Dichloran Rose
Bengal Chloramphenicol Agar (DRBC) Sebagai Media Tumbuh
Kapang Pada Produk Perikanan. J. Pascapanen dan Bioteknologi
Kelautan dan Perikanan 5 (2): 117-122.
Nugraheni, R. 2010. Analisis Mikrobiologis Abon Ikan Tuna dan Kecap. Solo:
Program D-III Universitas Negeri Sebelas Maret. (Skripsi Ahli Madya
Pertanian).
Petunjuk Praktikum Mikrobiologi, UNSOED
Prastiwi, W.D., J. Achmadi dan Nurwantoro. 2006. Populasi Mikrobia Sisa Susu
Peralatan Unit Pendingin Susu Akibat Lama Penyimpanan Dan
Aras Penambahan Dedak Padi. J.Indon.Trop. Anim.Agric 31 (1):
47-54.
Rakhmawati, anna. 2012. Penyiapan Media Mikroorganisme. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta
Susilowati, ari. Listyawati, shanti. 2001. Keanekaragaman Jenis Mikroorganisme
Sumber Kontaminasi Kultur In vitro di Sub-Lab. Biologi Laboratorium
MIPA Pusat UNS. Surakarta: B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-
033X Volume 2, Nomor 1 Januari 2001 Halaman: 110-114.
Yanny Priantieni, E. 2004. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Bogor : SMAKBO.
Yuliarti, N. 2010. Kultur Jaringan Tamanan Skala Rumah Tangga. Lily
Publisher, Yogyakarta.
Nilai Akhir:...............................................................................
Nama & Paraf Asisten: ............................................................