Syok
-
Upload
adrian-kaunang -
Category
Documents
-
view
214 -
download
1
Transcript of Syok
Laporan Tutorial Kasus 1
Oleh Ruang 15 :
Nama : Dion Tulalessy 110111121
Cristian A Sewta 110111123
Adrian Kaunang 110111014
Maria Ticoalu 110111078
Tasya Watania 100111041
Patricia Kalangi 110111173
Septa Ayu Bungasari 110111180
Cindy Motulo 110111294
Dinah Mamonto 110111
Tuti Muflihatun 110111
Siti Nikmawati T 110111
Jenny Betaubun 110111
Dennis Wuisantono 110111
Rocky B 11011198
Eka Saputri 110111
Krisye 110111
LATAR BELAKANG
Syok merupakan salah satu kejadian kegawatdaruratan dengan angka insiden yang tinggi
bahkan sering menyebabkan kematian akibat keterlambatan dan kurangnya pengetahuan
masyarakat dalam menangani kejadian syok ini, yang berakibat pada kesalahan
penanganan.Menyikapi hal tersebut, dewasa ini setiap orang dituntut untuk memiliki
keahlian dalam penanganan kejadian syok. Bahkan di era mendatang keahlian ini akan
menjadi kebutuhan setiap orang sebagai pengetahuan universal.
DEFENISI SYOK
Syok adalah suatu keadaan yang gawat, dimana sistem peredaran darah (sirkulasi) gagal
menyalurkan darah yang mengandung oksigen dan nutrisi ke organ vital (otak, jantung
dan paru-paru).
KLASIFIKASI SYOK
Berdasarkan etiologinya, syok dibagi menjadi :
1. Syok hipovolemik.
Syok hipovolemik adalah syok yang diakibatkan oleh kehilangan volume intravaskuler
secara akut dan massif.Hal ini bisa diakibatkan oleh kehilangan darah, plasma, cairan
tubuh ataupun elektrolit. Keadaan ini biasa terjadi pada luka bakar, perdarahan dalam
ataupun luar, diare berat dan lain-lain.
2. Syok Kardiogenik.
Syok kardiogenik adalah syok yang diakibatkan oleh kelainan pada jantung, misalnya
pada aritmia, infark miokardium, kelainan katup ataupun akibat obat-obat myocardial
depressant.
3. Syok Obstruktif.
Syok obstruktif adalah syok yang diakibatkan oleh gangguan pengisian pada ventrikel
kanan maupun kiri yang dalam keadaan berat bisa menyebabkan penurunan Cardiaac
Output. Hal ini biasa terjadi pada obstruksi vena cava, emboli pulmonal, pneumotoraks,
gangguan pada pericardium (misalnya : tamponade jantung) ataupun berupa atrial
myxoma.
4. Syok Distributif.
Syok distributive adalah syok yang diakibatkan oleh adanya gangguan pada distribusi
volume sirkulasi, baik karena perubahan resistensi pembuluh darah ataupun akibat
perubahan permeabilitasnya.Hal ini biasa terjadi pada keadaan sepsis, anafilaktik ataupun
neurogenik.
DIAGNOSIS SYOK
Berikut ini ada empat tanda syok yang paling penting :
1. Hipotensi terjadi akibat dari berkurangnnya curah jantung. Dikatakan hipotensi jika
tekanan darah systole dibawah 80 mmHg atau tekanan nadi dibawah 20 mmHg.
2. Takikardi terjadi akibat dari refleks simpatis terhadap keadaan hipotensi. Pada
orang dewasa frekuensi nadi 60-100 kali/menit, jadi dikatakan takikardi jika frekuensi
nadi diatas 100 kali/menit. Pada anak-anak dikatakan takikardi jika di atas 120 kali/menit.
3. Tacipneu terjadi akibat usaha tubuh untuk mengkompensasi hipoksia pada keadaan
syok. Pernapasan di katakan tacipneu, jika frekuensinya di atas 24 kali/menit.
4. Penurunan kesadaran terjadi akibat aliran darah ke saraf pusat tidak memadai.
Penurunan kesadaran ini bisa berupa kebingungan, letargia, agitasi dan koma.
Berikut ini beberapa gejala-gejala syok, baik yang bersifat subyektif ataupun objektif :
Gejala Obyektif
1. Pernapasan cepat & dangkal
2. Nadi capat dan lemah
3. Akral pucat, dingin & lembab
4. Sianosis : bibir, kuku, lidah & cuping hidung
5. Pandangan hampa & pupil melebar
Gejala Subyektif
1. Mual dan mungkin muntah
2. Rasa haus
3. Badan lemah
4. Kepala terasa pusing
Gejala khusus syok sesuai penyebabnya, antara lain :
1. Syok Hipovolemik : pasien menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, tanda dan gejala
perdarahan internal ataupun eksternal.
2. Syok Kardiogenik : biasanya ada keluhan nyeri dada, tanda-tanda edema paru
ataupun kematian mendadak.
3. Syok Obstruktif : gejalanya sulit dibedakan dengan syok kardiogenik, namun dari
riwayat penyakit pasien, syok ini bisa didiagnosa.
4. Syok distributive : pada awalnya pasien ada demam, riwayat penyakit infeksi
sebelumnya, riwayat alergi makanan, obat-obatan, dll. Bisa juga didapatkan urtikaria dan
angioedema serta bronkospasme (terutama pada syok anafilaktik).
.
Syok septik
Syok Septik adalah penurunan tekanan darah yang berpotensi mematikan karena adanya
bakteri dalam darah.Syok septik mungkin adalah konsekuensi daribakteremia, atau
bakteri dalam aliran darah.Racun bakteri, dan respon sistem kekebalan tubuh terhadap
mereka, menyebabkan penurunan dramatis tekanan darah yang mencegah pengiriman
darah ke organ-organ.Syok septik dapat menyebabkan kegagalan organ multipel
termasuk kegagalan pernapasan, dan dapat menyebabkan kematian cepat. Sindrom syok
toksik adalah salah satu jenis syok septik.
http://kamuskesehatan.com/arti/syok-septik/
Sepsis dan Syok Septik
Definisi
Systemic inflammatory response syndrome adalah pasien yang memiliki dua atau lebih
dari kriteria berikut:
Suhu > 38°C atau < 36°C
Denyut jantung >90 denyut/menit
Respirasi >20/menit atau PaCO2 < 32 mmHg
Hitung leukosit > 12.000/mm3 atau >10% sel imatur
Sepsis adalah SIRS ditambah tempat infeksi yang diketahui. Meskipun SIRS, sepsis dan
syok sepsis biasanya berhubungan dengan infeksi bakteri, tidak harus terdapat
bakteriemia.
Sepsis berat adalah sepsis yang berkaitan dengan disfungsi organ, kelainan hipoperfusi,
atau hipotensi. Kelainan hipoperfusi meliputi:
Asidosis laktat
Oliguria
Atau perubahan akut pada status mental
Terdapat beberapa kriteria diagnostik baru untuk sepsis, diantaranya memasukkan
pertanda biomolekuler yaitu procalcitonin (PCT) dan C-reactive protein, sebagai langkah
awal dalam diagnosis sepsis.
(Hermawan, 2007).
Syok merupakan keadaan dimana terjadi gangguan sirkulasi yang menyebabkan perfusi
jaringan menjadi tidak adekuat sehingga mengganggu metabolisme sel/jaringan. Syok
septik merupakan keadaan dimana terjadi penurunan tekanan darah (sistolik < 90mmHg
atau penurunan tekanan darah sistolik > 40mmHg) disertai tanda kegagalan sirkulasi,
meski telah dilakukan resusitasi secara adekuat atau perlu vasopressor untuk
mempertahankan tekanan darah dan perfusi organ (Chen dan Pohan, 2007).
Diagnosis “Syok Sepsis”
Riwayat
Menentukan apakah infeksi berasal dari komunitas atau nosokomial, dan apakah pasien
immunocompromise. Beberapa tanda terjadinya sepsis meliputi:
Demam atau tanda yang tidak terjelaskan disertai keganasan atau instrumentasi
Hipotensi, oliguria, atau anuria
Takipnea atau hiperpnea, hipotermia tanpa penyebab yang jelas
Perdarahan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik diperlukan untuk mencari lokasi dan penyebab infeksi dan inflamasi
yang terjadi, misalnya pada dugaan infeksi pelvis, dilakukan pemeriksaan rektum, pelvis,
dan genital.
Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium)
Hitung darah lengkap
dengan hitung diferensial
urinalisis
gambaran koagulasi
urea darah
nitrogen
kreatinin
elektrolit
uji fungsi hati
kadar asam laktat
gas darah arteri
elektrokardiogram
rontgen dada
Biakan darah, sputum, urin, dan tempat lain yang terinfeksi harus dilakukan.
Temuan awal lain: Leukositosis dengan shift kiri, trombositopenia, hiperbilirubinemia,
dan proteinuria. Dapat terjadi leukopenia.Adanya hiperventilasi menimbulkan alkalosis
respiratorik.Penderita diabetes dapat mengalami hiperglikemia.Lipida serum meningkat.
Selanjutnya, trombositopenia memburuk disertai perpanjangan waktu trombin, penurunan
fibrinogen, dan keberadaan D-dimer yang menunjukkan DIC.Azotemia dan
hiperbilirubinemia lebih dominan.Aminotransferase meningkat.Bila otot pernapasan
lelah, terjadi akumulasi laktat serum.Asidosis metabolik terjadi setelah alkalosis
respiratorik.Hiperglikemia diabetik dapat menimbulkan ketoasidosis yang memperburuk
hipotensi.
Etiologi
Penyebab terbesar adalah bakteri gram negatif.Produk yang berperan penting terhadap
sepsis adalah lipopolisakarida (LPS), yang merupakan komponen terluar dari bakteri
gram negatif.LPS merupakan penyebab sepsis terbanyak, dapat langsung mengaktifkan
sistem imun seluler dan humoral, yang dapat menimbulkan gejala septikemia.LPS tidak
toksik, namun merangsang pengeluaran mediator inflamasi yang bertanggung jawab
terhadap sepsis.Bakteri gram positif, jamur, dan virus, dapat juga menyebabkan sepsis
dengan prosentase yang lebih sedikit.Peptidoglikan yang merupakan komponen dinding
sel dair semua kuman, dapat menyebabkan agregasi trombosit.Eksotoksin dapat merusak
integritas membran sel imun secara langsung.
Patogenesis
Sepsis melibatkan berbagai mediator inflamasi termasuk berbagai sitokin.Sitokin
proinflamasi dan antiinflamasi terlibat dalam patogenesis sepsis.Termasuk sitokin
proinflamasi adalah TNF, IL-1, interferon (IFN-γ) yang membantu sel menghancurkan
mikroorganisme yang menginfeksi.Termasuk sitokin antiinflamasi adalah interleukin 1
reseptor antagonis (IL-1ra), IL-4, IL-10, yang bertugas untuk memodulasi, koordinasi
atau represi terhadap respon yang berlebihan.Apabila terjadi ketidakseimbangan kerja
sitokin proinflamasi dengan antiinflamasi, maka menimbulkan kerugian bagi tubuh.
Endotoksin dapat secara langsung dengan LPS dan bersama-sama membentuk LPSab
(Lipo Poli Sakarida antibodi). LPSab dalam serum penderita kemudian dengan perantara
reseptor CD14+ akan bereaksi dengan makrofag, dan kemudian makrofag
mengekspresikan imunomodulator. Hal ini terjadi apabila mikroba yang menginfeksi
adalah bakteri gram negatif yang mempunyai LPS pada dindingnya.
Eksotoksin, virus dan parasit yang merupakan superantigen setelah difagosit oleh
monosit atau makrofag yang berperan sebagai Antigen Presenting Cell (APC), kemudian
ditampilkan dalam APC.Antigen ini membawa muatan polipeptida spesifik yang berasal
dari Major Histocompatibility Complex (MHC). Antigen yang bermuatan pada peptida
MHC kelas II akan berikatan dengan CD4+ (limfosit Th1 dan Th2) dengan perantaraan
TCR (T cell receptor).
Limfosit T kemudian akan mengeluarkan substansi dari Th1 yang berfungsi sebagai
immunomodulator yaitu: IFN-γ, IL-2 dan M-CSF (Macrophage Colony stimulating
factor). Limfosit Th2 akan mengekspresikan IL-4, IL-5, IL-6, dan IL-10. IFN-γ
merangsang makrofag mengeluarkan IL-1β dan TNF-α. IFN-γ, IL-1β dan TNF-α
merupakan sitokin proinflamasi, pada sepsis terdapat peningkatan kadar IL-1β dan TNF-
α dalam serum penderita. Sitokin IL-2 dan TNF-α selain merupakan reaksi sepsis, dapat
merusakkan endotel pembuluh darah, yang mekanismenya sampai saat ini belum jelas.IL-
1β sebagai imunoregulator utama juga mempunyai efek pada sel endotel, termasuk
pembentukan prostaglandin E2 (PG-E2) dan merangsang ekspresiintercellular adhesion
molecule-1 (ICAM-1). Dengan adanya ICAM-1 menyebabkan neutrofil yang telah
tersensitisasi oleh granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF) akan
mudah mengadakan adhesi. Interaksi neutrofil dengan endotel terdiri dari 3 langkah,
yaitu:
Bergulirnya neutrofil P dan E selektin yang dikeluarkan oleh endotel dan L-selektin
neutrofil dala mengikat ligan respektif
Merupakan langkah yang sangat penting, adhesi dan aktivasi neutrofil yang mengikat
intergretin CD-11 atau CD-18, yang melekatkan neutrofil pada endotel dengan molekul
adhesi (ICAM) yang dihasilkan oleh endotel
Transmigrasi neutrofil menembus dinding endotel.
Neutrofil yang beradhesi dengan endotel akan mengeluarkan lisozyme yang melisiskan
dinding endotel, akibatnya endotel terbuka. Neutrofil juga termasuk radikal bebas yang
mempengaruhi oksigenasi pada mitokondria dan siklus GMPs, sehingga akibatnya
endotel menjadi nekrosis, dan rusak.Kerusakan endotel tersebut menyebabkan vascular
leak, sehingga menyebabkan kerusakan organ multipel. Pendapat lain yang memperkuat
pendapat tersebut bahwa kelainan organ multipel disebabkan karena trombosis dan
koagulasi dalam pembuluh darah kecil sehingga terjadi syok septik yang berakhir dengan
kematian.
Untuk mencegah terjadinya sepsis yang berkelanjutan, Th2 mengekspresikan IL-10
sebagai sitokin antiinflamasi yang akan menghambat ekspresi IFN-γ, TNF-α dan fungsi
APC. IL-10 juga memperbaiki jaringan yang rusak akibat peradangan.Apabila IL-10
meningkat lebih tinggi, maka kemungkinan kejadian syok septik pada sepsis dapat
dicegah.
Patofisiologi
Endotoksin yang dilepaskan oleh mikroba akan menyebabkan proses inflamasi yang
melibatkan berbagai mediator inflamasi, yaitu sitokin, neutrofil, komplemen, NO, dan
berbagai mediator lain. Proses inflamasi pada sepsis merupakan proses homeostasis
dimana terjadi keseimbangan antara inflamasi dan antiinflamasi. Bila proses inflamasi
melebihi kemampuan homeostasis, maka terjadi proses inflamasi yang maladaptif,
sehingga terjadi berbagai proses inflamasi yang destruktif, kemudian menimbulkan
gangguan pada tingkat sesluler pada berbagai organ.
Terjadi disfungsi endotel, vasodilatasi akibat pengaruh NO yang menyebabkan
maldistribusi volume darah sehingga terjadi hipoperfusi jaringan dan syok.Pengaruh
mediator juga menyebabkan disfungsi miokard sehingga terjadi penurunan curah jantung.
Lanjutan proses inflamasi menyebabkan gangguan fungsi berbagai organ yang dikenal
sebagai disfungsi/gagal organ multipel (MODS/MOF). Proses MOF merupakan
kerusakan pada tingkat seluler (termasuk difungsi endotel), gangguan perfusi jaringan,
iskemia reperfusi, dan mikrotrombus. Berbagai faktor lain yang diperkirakan turut
berperan adalah terdapatnya faktor humoral dalam sirkulasi (myocardial depressant
substance), malnutrisi kalori protein, translokasi toksin bakteri, gangguan pada eritrosit,
dan efek samping dari terapi yang diberikan (Chen dan Pohan, 2007).
Gejala Klinis
Tidak spesifik, biasanya didahului demam, menggigil, dan gejala konsitutif seperti lemah,
malaise, gelisah atau kebingungan. Tempat infeksi yang paling sering: paru, tractus
digestivus, tractus urinarius, kulit, jaringan lunak, dan saraf pusat. Gejala sepsis akan
menjadi lebih berat pada penderita usia lanjut, penderita diabetes, kanker, gagal organ
utama, dan pasien dengan granulositopenia.
Sedangkanindividudengansyokneurogenikakanmemperlihatkankecepatandenyutjantung
yang normal ataumelambattetapiakanhangatdankeringapabilakulitnyadiraba.
Gejalakhas sepsis Dikatakan sepsis jikamengalamiduaataulebihgejala di bawahini:
Suhubadan> 380 C atau<360 C
Heart Rate >9O;/menit
RR >20 x/menitatau PaCO2 < 32 mmHg
WBC > 12.000/mm3 atau< 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature
Tanda-tanda MODS dengan terjadinya komplikasi:
Sindrom distress pernapasan pada dewasa
Koagulasi intravaskular
Gagal ginjal akut
Perdarahan usus
Gagal hati
Disfungsi sistem saraf pusat
Gagal jantung
Kematian
Gambaran Hasil laboratorium :
WBC > 12.000/mm3 atau< 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature
Hiperglikemia> 120 mg/dl
Peningkatan Plasma C-reaktif protein
Peningkatan plasma procalcitonin.
Serum laktat> 1 mMol/L
Creatinin> 0,5 mg/dl
INR > 1,5
APTT > 60
Trombosit< 100.000/mm3
Total bilirubin > 4 mg/dl
Biakandarah, urine, sputum hasilpositif.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipotensi dan syok septik merupakan tindakan resusitasi yang perlu
dilakukan sesegera mungkin. Resusitasi dilakukan secara intensif dalam 6 jam pertama,
dimulai sejak pasien tiba di unit gawat darurat. Tindakan mencakup airway: a) breathing;
b) circulation; c) oksigenasi, terapi cairan, vasopresor/inotropik, dan transfusi bila
diperlukan. Pemantauan dengan kateter vena sentral sebaiknya dilakukan untuk mencapai
tekanan vena sentral (CVP) 8-12 mmHg, tekanan arteri rata-rata (MAP)>65 mmHg dan
produksi urin >0,5 ml/kgBB/jam.
Oksigenasi
Hipoksemia dan hipoksia pada sepsis dapat terjadi sebagai akibat disfungsi atau
kegagalan sistem respirasi karena gangguan ventilasi maupun perfusi.Transpor oksigen
ke jaringan juga dapat terganggu akibat keadaan hipovolemik dan disfungsi miokard
menyebabkan penurunan curah jantung.Kadar hemoglobin yang rendah akibat
perdarahan menyebabkan daya angkut oleh eritrosit menurun.Transpor oksigen ke
jaringan dipengaruhi juga oleh gangguan perfusi akibat disfungsi vaskuler, mikrotrombus
dan gangguan penggunaan oksigen oleh jaringan yang mengalami iskemia.
Oksigenasi bertujuan mengatasi hipoksia dengan upaya meningkatkan saturasi oksigen di
darah, meningkatkan transpor oksigen dan memperbaiki utilisasi oksigen di jaringan.
Terapi cairan
Hipovolemia pada sepsis perlu segera diatasi dengan pemberian cairan baik kristaloid
maupun koloid.Volume cairan yang diberikan perlu dimonitor kecukupannya agar tidak
kurang ataupun berlebih.Secara klinis respon terhadap pemberian cairan dapat terlihat
dari peningkatan tekanan darah, penurunan ferkuensi jantung, kecukupan isi nadi,
perabaan kulit dan ekstremitas, produksi urin, dan membaiknya penurunan kesadaran.
Perlu diperhatikan tanda kelebihan cairan berupa peningkatan tekanan vena jugular,
ronki, gallop S3, dan penurunan saturasi oksigen.
Pada keadaan serum albumin yang rendah (< 2 g/dl) disertai tekanan hidrostatik melebihi
tekanan onkotik plasma, koreksi albumin perlu diberikan. Transfusi eritrosit (PRC) perlu
diberikan pada keadaan perdarahan aktif, atau bila kadar Hb rendah pada keadaan tertentu
misalnya iskemia miokardial dan renjatan septik. Kadar Hb yang akan dicapai pada
sepsis dipertahankan pada 8-10 g/dl.
Vasopresor dan inotropik
Vasopresor sebaiknya diberikan setelah keadaan hipovolemik teratasi dengan pemberian
cairan secara adekuat, tetapi pasien masih mengalami hipotensi.Terapi vasopresor
diberikan mulai dosis rendah secara titrasi untuk mencapai MAP 60 mmHg, atau tekanan
sistolik 90 mmHg. Untuk vasopresor dapat digunakan dopamin dengan dosis >8
mcg/kg/menit, norepinefrin 0,03-1,5 mcg/kg/menit, fenileferin 0,5-8 mcg/kg/menit atau
epinefrin 0,1-0,5 mcg/kg/menit. Inotropik yang dapat digunakan adalah dobutamin dosis
2-28 mcg/kg/menit, dopamin 3-8 mc/kg/menit, epinefrin 0,1-0,5 mcg/kg/menit atau
inhibitor fosfodiesterase (amrinon dan milrinon).
Bikarbonat
Secara empirik, bikarbonat dapat diberikan bila pH <7,2 atau serum bikarbonat <9 meq/l,
dengan disertai upaya untuk memperbaiki keadaan hemodinamik.
Disfungsi renal
Sebagai terapi pengganti gagal ginjal akut dapat dilakukan hemodialisis maupun
hemofiltrasi kontinu (continuous hemofiltration).Pada hemodialisis digunakan gradien
tekanan osmotik dalam filtrasi substansi plasma, sedangkan pada hemofiltrasi digunakan
gradien tekanan hidrostatik.Hemofiltrasi dilakukan kontinu selama perawatan, sedangkan
bila kondisi telah stabil dapat dilakukan hemodialisis.
Nutrisi
Pada sepsis kecukupan nutrisi berupa kalori, protein, asam lemak, cairan, vitamin dan
mineral perlu diberikan sedini mungkin, diutamakan pemberian secara enteral dan bila
tidak memungkinkan beru diberikan secara parenteral.
Kortikosteroid
Saat ini terapi kortikosteroid diberikan hanya pada indikasi insufisiensi adrenal, dan
diberikan secara empirik bila terdapat dugaan keadaan tersebut.Hidrokortison dengan
dosis 50mg bolus intravena 4 kali selama 7 hari pada pasien renjatan septik menunjukkan
penurunan mortalitas dibanding kontrol.
(Chen dan Pohan, 2007).
Tiga prioritas utama dalam penatalaksanaan sepsis:
Stabilisasi pasien langsung
Pasien dengan sepsis berat harus dimasukkan dalam ICU.Tanda vital pasien harus
dipantau.Pertahankan curah jantung dan ventilasi yang memadai dengan
obat.Pertimbangkan dialisis untuk membantu fungsi ginjal.Pertahankan tekanan darah
arteri pada pasien hipotensif dengan obat vasoaktif, misal dopamin, dobutamin, dan
norepinefrin.
Darah harus cepat dibersihkan dari mikroorganisme
Perlu segera perawatan empirik dengan antimikrobial, yang jika diberikan secara dini
dapat menurunkan perkembangan syok dan angka mortalitas.Setelah sampel didapatkan
dari pasien, diperlukan regimen antimikrobial dengan spektrum aktivitas luas.Bila telah
ditemukan penyebab pasti, maka antimikrobial diganti sesuai dengan agen penyebab
sepsis tersebut (Hermawan, 2007).
Sebelum ada hasil kultur darah, diberikan kombinasi antibiotik yang kuat, misalnya
antara golongan penisilin/penicillinase—resistant penicillin dengan gentamisin.
Golongan penicillin
- Procain penicillin 50.000 IU/kgBB/hari im, dibagi dua dosis
- Ampicillin 4-6 x 1 gram/hari iv selama 7-10 hari
Golongan penicillinase—resistant penicillin
- Kloksasilin (Cloxacillin Orbenin) 4×1 gram/hari iv selama 7-10 hari sering
dikombinasikan dengan ampisilin), dalam hal ini masing-masing dosis obat diturunkan
setengahnya, atau menggunakan preparat kombinasi yang sudah ada (Ampiclox 4 x 1
gram/hari iv).
- Metisilin 4-6 x 1 gram/hari iv selama 7-14 hari.
Gentamycin
Garamycin, 5 mg/kgBB/hari dibagi tiga dosis im selama 7 hari, hati-hati terhadap efek
nefrotoksiknya.
Bila hasil kultur dan resistensi darah telah ada, pengobatan disesuaikan. Beberapa bakteri gram negatif
yang sering menyebabkan sepsis dan antibiotik yang dianjurkan:
Bakteri Antibiotik Dosis
Escherichia coli Ampisilin/sefalotin - Sefalotin: 1-2 gram tiap 4-6 jam,
biasanya dilarutkan dalam 50-100 ml
cairan, diberikan per drip dalam 20-30
menit untuk menghindari flebitis.
- Kloramfenikol: 6 x 0,5 g/hari iv
- Klindamisin: 4 x 0,5 g/hari iv
Klebsiella,
Enterobacter
Gentamisin
Proteus mirabilis Ampisilin/sefalotin
Pr. rettgeri, Pr.
morgagni, Pr.
Vulgaris
Gentamisin
Mima-Herellea Gentamisin
Pseudomonas Gentamisin
Bacteroides Kloramfenikol/klindamisin
(Purwadianto dan Sampurna, 2000).
Fokus infeksi awal harus diobati
Hilangkan benda asing.Salurkan eksudat purulen, khususnya untuk infeksi
anaerobik.Angkat organ yang terinfeksi, hilangkan atau potong jaringan yang gangren
(Hermawan, 2007).
Komplikasi
Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia jaringan yang
berkepanjangan
Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus kapiler
karena hipoksia.
ARDS
Koagulasi intravascular diseminata
Acute Renal Failure (Chronic Kidney Disease)
Perdarahan usus
Gagal hati
Disfungsi system saraf pusat
Gagal jantung
Kematian
Daftar Pustaka
Chen K dan Pohan H.T. 2007.Penatalaksanaan Syok Septik dalam Sudoyo, Aru W.
Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. Pp: 187-9
Hermawan A.G. 2007.Sepsis daalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus.
Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Pp: 1840-3
Purwadianto A dan Sampurna B. 2000. Kedaruratan Medik Edisi Revisi. Jakarta: Bina
Aksara. Pp: 55-6 , http://kamuskesehatan.com/arti/syok-septik/