SYOK 2012
-
Upload
nyoman-gde-prayudi -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of SYOK 2012
-
7/29/2019 SYOK 2012
1/37
BAB I
PENDAHULUAN
Syok adalah suatu sindroma klinis dimana terdapat gangguan perfusi dan
oksigenasi sel secara menyeluruh sehingga kebutuhan jaringan tidak terpenuhi.
Akibatnya, terjadi gangguan fungsi sel atau jaringan atau organ, berupa gangguan
kesadaran, fungsi pernapasan, system pencernaan, perkemihan, serta sistem
sirkulasi itu sendiri. Sebagai respons terhadap menurunnya pasokan oksigen,
metabolisme energi sel akan berubah menjadi metabolisme anaerobik. Keadaan
ini hanya dapat ditoleransi tubuh untuk sementara waktu dan jika berlanjut, timbul
kerusakan nirpulih pada jaringan organ vital yang dapat menyebabkan kematian,
Syok bukanlah suatu penyakit dan tidak selalu disertai kegagalan perfusi jaringan.
Syok dapat terjadi setiap waktu pada siapapun. Penanganannya didasarkan pada
diagnosis dini yang tepat.
Kehilangan cairan yang cepat dan banyak menurunkan preload ventrikel
sehingga terjadi penurunan isi sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi
penurunan hantaran oksigen kejaringan tubuh. Pada renjatan karena perdarahan,selain terjadi penurunan cardiac output juga terjadi pengurangan haemoglobin,
sehingga transport dari oksigen ke jaringan makin berkurang.
Diagnosa adanya syok harus didasarkan pada data-data baik klinis maupun
laboratorium yang jelas yang merupakan akibat dari berkurangnya perfusi
jaringan. Syok mempengaruhi kerja organ-organ vital dan penangannya
memerlukan pemahanam tentang patofisiologi syok. Syok bersifat progresif dan
terus memburuk jika tidak segera ditangani.
BAB II
1
-
7/29/2019 SYOK 2012
2/37
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SYOK
2.1.1 Definisi
Syok adalah sindroma klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik
dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat dari organ-organ vital tubuh. Hal ini
muncul akibat kejadian pada hemostasis tubuh yang serius seperti, perdarahan
yang masif, trauma atau luka bakar berat (syok hipovolemik), infark miokard luas
atau emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tidak terkontrol
(syok septic), tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik) atau akibat
respon imun (syok anafilaktik).
2.1.2 Klasifikasi
Secara umum syok terbagi atas empat jenis, yaitu syok hipovolemik,
obstruktif, kardiogenik, dan distributif. Selain keempatnya, saat ini ada jenis syok
baru, yakni syok endokrin, yang disebabkan oleh kelainan hormon yaitu berupa
kelebihan maupun kekurangan hormon.
Menurut nilai curah jantung, syok terbagi menjadi dua yaitu syok
hipodinamik dan syok hiperdinamik. Pada syok hipodinamik, curah jantung
dibawah normal dan tekanan vena sentral melebihi normal. Syok hipovolemik,
kardiogenik, dan obstruktif termasuk dalam jenis syok ini. Di lain pihak, padasyok hiperdinamik, nilai curah jantung melebihi normal dan tekanan vena sentral
kurang dari normal. Syok distributif termasuk dalam jenis syok ini.
1. Syok Hipovolemik
2
-
7/29/2019 SYOK 2012
3/37
Syok hipovolemik merupakan jenis syok yang paling sering ditemukan
dan hampir semua jenis syok memiliki komponen syok hipovolemik didalamnya
akibat menurunnya beban preload. Syok hipovolemik disebabkan oleh tidak
cukupnya volume sirkulasi, seperti akibat pendarahan dan kehilangan cairan tubuh
lain.
Menurut derajat volume sirkulasi yang hilang, syok hipovolemik dibagi
menjadi empat kelas. Namun, perbedaan ini mungkin tidak terlalu jelas pada
penderita syok hemoragik sehingga resusitasi cairan harus diarahkan pada respons
terhadap tindakan awal dan bukan hanya mengandalkan klasifikasi awal saja.
Pengelompokkan ini berguna untuk memastikan tanda dini dan patofisiologikeadaan syok.
Syok hipovolemik dapat digolongkan lebih lanjut ke dalam syok
hemoragik atau non-hemoragik. Pendarahan dapat bersifat terlihat (misalnya
akibat luka atau hematemesis pada tukak lambung) atau tidak terlihat (pendarahan
dari saluran cerna seperti pada tukak duodenum, cedera limpa, kehamilan ektopik,
patah tulang pelvis dan patah tulang besar atau majemuk). Pendarahan dalam
jumlah banyak akan menggangu perfusi jaringan sehingga timbul hipoksia.
Respon jaringan terhadap hal ini bervariasi menurut jenis jarigan. Otot merupakan
jaringan yang lebih tahan terhadap hipoksia dibandingkan dengan otak.
Syok hipovolemik non hemoragik terjadi akibat hilangnya cairan tubuh
total dan keluarnya cairan intravaskuar ke kompartemen ekstravaskular atau
interstitial, seperti pada luka bakar luas, muntah hebat atau diare, obstruksi ileus,
diabetes atau penggunaan diuretik kuat, sepsis berat, pankreatitis akut atauperitonitis purulenta difus.
Ketika terjadi pendarahan derajat I, perfusi jaringan masih tidak terganggu
dan produksi masih mencukupi kebutuhan sehingga kehidupan sel atau jaringan
tidak terganggu. Pada derajat II, sudah terjadi gangguan perfusi sehingga untuk
mempertahankan kehidupan sel atau jaringan yang vital, diperlukan penarikan
aliran kapiler dari jaringan yang kurang vital ke jaringan yang vital untuk
menjamin tercukupinya kebutuhan ATP. Pada pendarahan derajat III dan IV,
3
-
7/29/2019 SYOK 2012
4/37
mulai terjadi gangguan kehidupan sel akibat produksi ATP yang lebih kecil dari
kebutuhan. Kegagalan kompensasi terjadi jika kehilangan cairan intravaskular
hampir mendekati 50%. Jika ketidakseimbangan ini terus berlangsung sampai
pada taraf yang berat, terjadi kematian sel atau jaringan.
2. Syok Obstruktif
Syok obstruktif terjadi akibat obstrukdi mekanis aliran darah di luar
jantung, paling sering akibat tamponade jantung, sehingga perfusi sistemuk
menurun. Akibatnya, terjadi gangguan pengisian ventrikel dan perubahan volume
aliran balik vena akibatkompresi cairan pericardium yang menggangu curah
jantung, jika hal ini berlangsung sama, akan terjadi gangguan perfusi sistemik dan
oksigenasi jaringan sehingga timbul kerusakan sel. Jumalah cairan pericardium
yang dapat mempengaruhi pengisisan diastolic jantung bergantung pada
akumulasi cairan dan daya regang pericardium.
Selain itu, syok obstruktif disebabkan juga oleh tromboemboli paru,
obstruksi mekanis arteri pulmonalis, hipertensi pulmonal, dan tension
pneumathirax, yang menggangu curah jantung.
3. Syok Kardiogenik
Penyebab primer syok krdiogenik adalah kegagalan fungsi jantung sebagai
pompa sehingga curah jantung menurun. 80% syok kardiogenik disebabkan oleh
gangguan fungsi ventrikel kiri akibat infark miokard dengan elevasi ST. Selain
karena disfungsi miokard, penurunan kontaktilitas jantung, obstruksi aliran
ventrikel ke luar jantung, kelainan pengisisan ventrikel, disritmia dan defek
septum turut mengagalkan fungsi jantung. Mortalitas akibat syok kardiogenik
adalah sekitar 50%.
Menurut penelitian terakhir, sindrom peradangansistemik ternyata menjadi
komponen penting dalam timbulnya syok kardiogenik. Kriteria diagnosis syok
kardiogenik adalah 1) tekanan darah sistol 90mmHg atau penurunan tekanan
darah sistol sebesar 30 mmHg secara mendadak; 2) hipoperfusi yang ditandai
4
-
7/29/2019 SYOK 2012
5/37
dengan produksi urin 20 cc/jam, gangguan fungsi saraf pusat dan vasokontriksi
perifer (akral dan keringat dingin)
4. Syok Distributif
Syok distributif adalah jenis syok yang timbul akibat kesalahan distribusi
aliran dan volume darah. Berbagai keadaan yang termasuk dalam kelompok syok
distributif antara lain syok septik, syok anafilaktik dan syok neurogenik.
Syok Septik
Profil hemodinamik pada syok septic dipengaruhi oleh berbagai perubahanfisiologis yang dipisu oleh sepsis. Syok septic disebabkan oleh septisemia yang
biasanya disebabkan oleh kuman gram negative dan menyebabkan kolaps
kardiovaskular. Endotoksin basil gram negative menyebabkan vasodilatasi kapiler
dan terbukanya hubungan pintas atriovena perifer. Selain itu terjadi peningkatan
permeabilitas kapile. Peningkatan kapasitas vascular akibat vasodilatasi perifer
menyebabkan hipovolemia relative, sedangkan permeabilitas kapiler
menyebabkan kehilangan cairan intravascular yang terlihat sebagai odem.
Pada syok septic, gambaran hemodinamik yang klasik adalah peningkatan
curah jantung ( kadang-kadang sampai tiga kali normal) dan percepatan
peredaran darah, tetapi terjadi hipotensi sistemik. Timbul perfusi berlebihan
akibat bertambah banyaknya volume darah yang beredar (karenanya, syok ini
termasuk jenis syok hiperdinamik). Hipoksia sel disini tidak disebabkan oleh
penurunan perfusi jaringan melainkan karena ketidakmampuan sel menggunakan
zat asam karena toksin kuman
Syok Anafilaktik
Jika seseorang hipersensitif terhadap suatu antigen dan kemudian terpajan lagi
pada antigen tersebut, akan timbul reaksi hipersensitivitas umum tipe I. Antigen
yang bersangkutan terikat pada antibody di permukaan sel mast sehingga terjadi
degranulasi, pengeluaran histamine dan zat vasoaktif lainnya. Akibatnya,
permeabilitas meningkat dan seluruh kapiler berdilatasi. Hipovolemia relative
5
-
7/29/2019 SYOK 2012
6/37
akibat vasodilatasi ini menimbulkan syok, sedangkan meningkatnya permeabilitas
kapiler menyebabkan oedem. Pada syok anafilaksis, terjadi bronkospasme yang
menurunkan ventilasi.
Syok anafilaksis sering disebabkan oleh obat, terutama obat intravena
seperti antibiotik atau media kontras. Sengatan lebah juga dapat menimbulkan
syok pada orang yang rentan.
Syok Neurogenik
Syok neurogenik disebut juga sinkope. Pada syok ini, terjadi reaksi vasovagal
berlebihan yang menyebabkan vasodilatasi menyeluruh di regio splanknikus
sehingga pendarahan otak berkurang. Reaksi vasovagal umumnya disebabkan
oleh suhu lingkungan yang panas, terkejut atau nyeri. Syok neurogenik pada
trauma terjadi karena hilangnya tonus simpatis, misalnya pada cedera tulang
belakang atau yang sangat jarang cedera pada batang otak. Hipotensi pada pasin
dengan cedera tulang belakang disertai dengan pasokan oksigen yang cukup
karena curah jantung tinggi meskipun tekanan darahnya rendah.
Penderita merasa pusing dan kemudian biasanya jatuh pingsan. Denyut nadi
lambat tetapi umumnya kuat dan isinya cukup. Setelah penderita dibaringkan,
umumnya keadaan membaik spontan tanpa meninggalkan penyulit, kecuali jika
terjadi cedera karena jatuh.
2.1.3 Patofisiologi
Syok menunjukkan perfusi jaringan yang tidak adekuat. Hasil akhirnyaberupa lemahnya aliran darah yang merupakan petunjuk yang umum, walaupun
ada bermacam-macam penyebab. Syok dihasilkan oleh disfungsi empat sistem
yang terpisah namun saling berkaitan yaitu ; jantung, volume darah, resistensi
arteriol (beban akhir), dan kapasitas vena. Jika salah satu faktor ini kacau dan
faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Awalnya
tekanan darah arteri mungkin normal sebagai kompensasi peningkatan isi
6
-
7/29/2019 SYOK 2012
7/37
sekuncup dan curah jantung. Jika syok berlanjut, curah jantung menurun dan
vasokontriksi perifer meningkat.
Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu :
1. Fase Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa sehingga
timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk menimbulkan gangguan
seluler. Mekanisme kompensasi dilakukan melalui vasokonstriksi untuk
menaikkan aliran darah ke jantung, otak dan otot skelet dan penurunan aliran
darah ke tempat yang kurang vital. Faktor humoral dilepaskan untuk
menimbulkan vasokonstriksi dan menaikkan volume darah dengan konservasi air.
Ventilasi meningkat untuk mengatasi adanya penurunan kadar oksigen di daerah
arteri. Jadi pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan detak dan kontraktilitas
otot jantung untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan respirasi untuk
memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran darah ke ginjal menurun, tetapi
karena ginjal mempunyai cara regulasi sendiri untuk mempertahankan filtrasi
glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah menurun, maka filtrasi glomeruler juga
menurun.
2. Fase Dekompensasi
Pada fase ini mekanisme kompensasi mulai gagal mempertahankan curah
jantung yang adekuat dan system sirkulasi menjadi tidak efisien lagi. Jaringan
dengan perfusi yang buruk tidak lagi mendapat oksigen yang cukup, sehingga
metabolisme berlangsung secara anaerobic yang tidak efisien. Alur anaerobic
menimbulkan penumpukan asam laktat dan asam-asam lainnya yang berakhir
dengan asidosis. Asidosis akan bertambah berat dengan terbentuknya asam
karbonat intra selular akibat ketidak mampuan sirkulasi membuang CO2.
Dinding pembuluh darah menjadi lemah, tak mampu berkonstriksi
sehingga terjadi bendungan vena, vena balik (venous return) menurun. Relaksasi
sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat
7
-
7/29/2019 SYOK 2012
8/37
kembali ke jantung. Peristiwa ini dapat menyebabkan trombosis kecil-kecil
sehingga dapat terjadi koagulopati intravasa yang luas (DIC = Disseminated
Intravascular Coagulation).
Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan pusat
vasomotor dan respirasi di otak. Keadaan ini menambah hipoksia jaringan.
Hipoksia dan anoksia menyebabkan terlepasnya toksin dan bahan lainnya dari
jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut memperjelek syok (vasodilatasi dan
memperlemah fungsi jantung). Iskemia dan anoksia usus menimbulkan penurunan
integritas mukosa usus, pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke sirkulasi.
Invasi bakteri dan penurunan fungsi detoksikasi hepar memperjelek
keadaan. Dapat timbul sepsis, DIC bertambah nyata, integritas sistim
retikuloendotelial rusak, integritas mikro sirkulasi juga rusak. Hipoksia jaringan
juga menyebabkan perubahan metabolisme dari aerobik menjadi anaerobik.
Akibatnya terjadi asidosis metabolik, terjadi peningkatan asam laktat ekstraseluler
dan timbunan asam karbonat di jaringan.
3. Fase Irrevesibel/Refrakter
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi sedemikian luas sehingga tidak
dapat diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya ireversibilitas
syok. Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa darah
yang cukup, paru menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya respirasi menurun,
dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis tergantung pada penyebab syok (kecuali syok
neurogenik) yang meliputi :
1. Sistem pernafasan : nafas cepat dan dangkal
2. Sistem sirkulasi : ekstremitas pucat, dingin, dan berkeringat dingin, nadi
cepat dan lemah, tekanan darah turun bila kehilangan darah mencapai 30%.
8
-
7/29/2019 SYOK 2012
9/37
3. Sistem saraf pusat : keadaan mental atau kesadaran penderita bervariasi
tergantung derajat syok, dimulai dari gelisah, bingung sampai keadaan tidak
sadar.
4. Sistem pencernaan : mual, muntah
5. Sistem ginjal : produksi urin menurun (Normalnya 1/2-1 cc/kgBB/jam)
6. Sistem kulit/otot : turgor menurun, mata cekung, mukosa lidah kering.
7. Individu dengan syok neurogenik akan memperlihatkan kecepatan denyut
jantung yang normal atau melambat, tetapi akan hangat dan kering apabilakulitnya diraba.
2.1.5 Diagnosis
Diagnosis syok pada stadium dini sangat penting untuk berhasilnya suatu
pengobatan, namun sering kali hal ini tidak mudah. Karena itu sangat penting
adalah kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya syok pada penderita
dengan resiko tinggi. Pada penderita pada resiko tersebut kita lakukan pemantauanyang lebih ketat sehingga dapat dilakukan tindakan yang lebih dini bila terdapat
tanda-tanda syok.
Manifestasi klinis tergantung pada:
- Penyakit primer penyebab syok
- Kecepatan dan jumlah cairan yang hilang
- Lamanya syok serta kerusakan jaringan yang terjadi
- Tipe dan stadium renjatan
A. Syok membakat (Impending shock)
1. Penurunan atau perubahan kesadaran
2. Hipotensi, pada orang dewasa tekanan darah sistolik di bawah 90 mmHg.
Bila terdapat keraguan (pasien hipertensi), amati tanda vital ortostatik.
9
-
7/29/2019 SYOK 2012
10/37
3. Tanda vital ortostatik (terutama pada syok hipovolemik), yaitu perbedaan
tekanan darah dan atau frekuensi nadi pada posisi telentang dengan posisi
duduk atau berdiri sebesar 10 mmHg dan atau di atas 15 kali/menit.
Fenomena ini merupakan indikasi kuat kekurangan volume cairan intra
vaskular ringan sampai sedang.
4. Hipotensi perifer. Kulit teraba dingin, lembab, dan isi nadi lemah.
B. Tingkat syok
1. Syok ringan; kehilangan volume darah dibawah 20% dari volume total.
Hipoperfusi hanya terjadi pada organ non vital seperti kulit, jaringan
lemak, otot rangka, dan tulang. Gambaran klinik perasaan dingin,
hipotensi postural, takikardi, pucat, kulit lembab, kolaps vena-vena leher,
dan urin yang pekat. Kesadaran masih normal, diuresis mungkin
berkurang sedikit dan belum terjadi asidosis metabolik.
2. Syok sedang; kehilangan 20% sampai 40% dari volume darah total.
Hipoperfusi merambat ke organ non vital seperti hati, usus dan ginjal,
kecuali jantung dan otak. Gambaran klinik haus, hipotensi telentang,takikardi, liguria atau anuria, dan asidosis metabolik. Kesadaran relatif
normal.
3. Syok berat; kehilangan lebih dari 40% dari volem darah total. Hipoperfusi
terjadi juga pada janberattung atau otak. Gambaran klinik; penurunan
kesadaran (agitasi atau delirium), hipotensi, takikardia, nafas cepat dan
dalam, oliguria, asidosis metabolik.
10
-
7/29/2019 SYOK 2012
11/37
Gambar. Berbagai jenis umpan balik yang dapat menimbulkan per-
kembangan syok.
2.1.6 Terapi Umum
A. Letakkan pasien pada posisi telentang kaki lebih tinggi agar aliran darah otak
maksimal. Gunakan selimut untuk mengurangi pengeluaran panas tubuh.
B. Periksa adanya gangguan respirasi. Dagu ditarik kebelakang supaya posisi
kepala menengadah dan jalan nafas bebas, beri O2, kalau perlu diberi nafasbuatan.
C. Pasang segera infus cairan kristaloid dengan kanukl yang besar (18, 16)
D. Lakukan pemeriksaan fisik yang lengkap termasuk kepala dan punggung. Bila
tekanan darah dan kesadaran relatif normal pada posis telentang, coba periksa
dengan posisi duduk atau berdiri.
11
-
7/29/2019 SYOK 2012
12/37
E. Keluarkan darah dari kanul intravena untuk pemeriksaan laboratorium : darah
lengkap, penentuan golongan darah, analisis gas darah elektrolit. Sampel darah
sebaiknya diambil sebelum terapi cairan dilakukan.
1. Pada syok hipovolemik, kanulasi dilakukan pada v.safena magna atau
v.basilika dengan kateter nomor 16 perkutaneus atau vena seksi. Dengan
memakai kateter yang panjang untuk kanulasi v.basilika dapat sekaligus
untuk mengukur tekanan vena sentral (TVS).
2. Pada kecurigaan syok kardiogenik, kanulasi vena perkutan pada salah satu
vena ekstrimitas atas atau vena besar leher dilakukan dengan kateter
nomor 18-20.
F. Perubahan nilai PaCO2, PaO2, HCO3, dan PH oada analisis gas darah dapat
dipakai sebagai indikator beratnya gangguan fungsi kardiorespirasi, derajat
asidosis metabolik, dan hipoperfusi jaringan.
G. Beri oksigen sebanyak 5-10 L/menit dengan kanul nasal atau sungkup muka
dan sesuaikan kebutuhan oksigen PaO2. Pertahankan PaO2 tetap di atas 70
mmHg.
H. Beri natrium bikarbonat 1 atau 2 ampul bersama cairan infus elektrolit untuk
mempertahankan nilai Ph tetap di atas 7,1, walaupn koreksi asidosis metabolik
yang terbaik pada syok adalah memulihkan sirkulasi dan perfusi jaringan.
I. Terapi medikamentosa segera
1. Adrenalin dapat diberikan jika terdapat kolaps kardivaskuler berat
(tensi/nadi hampir tidak teraba) dengan dosis 0,5-1 mg larutan 1 : 1000
intra muskuler atau 0,1-0,2 mg larutan 1 : 1000 dalam pengenceran denan
9 ml NaCl 0,9 % intra vena. Adrenalin jangan dicampur dengan natrium
bikarbonat karena adrenalin dapat menyebabkan inaktivasi larutan basa.
2. Infus cepat dengan Ringers laktat (50 ml/menit) terutama pada syok
hipovolemik. Dapat dikombinasi dengan cairan koloid (dextran L).
12
-
7/29/2019 SYOK 2012
13/37
3. Vasopresor diberikan pada syok kardiogenik yang tidak menunjukkan
perbaikan dengan terapi cairan. Dopamin dapat diberikan dengan dosis 2,5
Ug/kg/menit (larutkan dopamin 200 mg dalam 500 ml cairan dekstrosa
5%. Setiap ml larutan mengandung 400 Ug dopamin). Dosis dopamin
secara bertahap dapat ditingkatkan hingga 10-20 Ug/kg/menit. Pemberian
vasopresor pada hipovolemia sedang sampai berat tidak bermanfaat.
J. Pantau irama jantung dan buat rekaman EKG (terutama syok kardiogenik).
Syok adalah salah satu predisposisi aritmia karena sering disertai gangguan
keseimbangan elektrolit, asam dan basa.
K. Pantau diuresis dan pemeriksaan analisis urin.
L. Pemeriksaan foto toraks umumnya bergantung pada penyebab dan tingkat
kegawatan syok.
Semua pasien syok harus dirujuk ke rumah sakit, terutama untuk perawatan
intensif
2.2 SYOK HIPOVOLEMIK
2.2.1 Definisi
Hpovolemik berarti berkurangnya volume intravaskuler. Sehingga syok
hipovolemik berarti syok yang di sebabkan oleh berkurangnya volume
intravaskuler.
2.2.2 Etiologi
a. Perdarahan (syok hemoragik), misalnya taruma.
b. Kehilangan plasma, misalnya luka bakar, peritonitis.
c. Kehilangan air dan elektrolit, misalnya muntah, diare.
2.2..2 Patogenesis dan Patofisiologi
Penyebab syok hipovolemik yang paling umum adalah perdarahan mukosa
saluran cerna dan trauma berat. Penyebab perdarahn terselubung adalah antara
13
-
7/29/2019 SYOK 2012
14/37
lain trauma abdomen dengan ruptur aneurisma aorta, ruptur limpa atau ileus
obstruksi, dan peritonitis.
Secara klinis syok hipovolemik ditandai oleh volume cairan intra vaskularyang berkurang bersama-sama penurunan tekanan vena sentral, hipotensi arterial,
dan peningkatan tahanan vaskular sistemik. Respon jantung yang umum adalah
berupa takikardia, respon ini dapat minimal pada orang tua atau karena pengaruh
obat-obatan. Gejala yang ditimbulkan bergantung pada tingkat kegawatan syok,
mungkin tekanan darah dan diuresis tidak banyak terganggu pada syok
hipovolemik yang ringan.
2.2.3 Diagnosis
Dasar diagnosis kerja adalah gambaran klinik dan gangguan hemodinamik yang
jelas.
2.2.4 Penatalaksanaan
A. Letakkan pasien pada posisi telentang
B. Beri oksigen sebanyak 5 10 L/menit dengan kanula nasal atau sungkup muka
C. Lakukan kanulasi vena tepi dengan kateter no.16 atau 14 perkutaneus atau vena
seksi. Kalau perlu jumlah kanulasi vena 2 3 tergantung pada tingkat
kegawatan syok. Kanulasi dapat dilakukan pada :
1. Vena safena magna
2. Vena basilika. Gunakan kateter panjang untuk mancapai dan mengukur
TVS
3. Vena femoralis
Kanulasi vena sentral perkutaneus pada syok hipovolemik berat harus
dicegah karena mungkin vena-vena besar kolaps dan mudah terjadi
komplikasi pneumotoraks dan atau hematotoraks. Kedua komplikasi dapat
memperberat kondisi pasien bahkan kematian.
14
-
7/29/2019 SYOK 2012
15/37
D. Beri infus dengan cairan kritalid atau koloid. Tujuan utama terapi adalah untuk
memulihkan curah jantung dan perfusi jaringan secepat mungkin. Jenis cairan
kristaloid antara lain garam fisiologi (garam normal), NaCl hipertonik atau
larutan garam berimbang seperti ringers laktat, ringers asetat. Jenis cairan
koloid antara lain darah, plasma, dan komponen darah (plasma beku segar,
albumin, plasmanat) atau pengganti plasma (plasma substitutes) seperti
dekstran 40 dan 70.
1. Pilihan cairan resusitasi
A. Syok ringan sampai sedang
Kedua jenis cairan dapat digunakan. Faktor yang menentukan pilihan terutama
adalah biaya.
B. Syok sedang sampai berat
Pada keadaan ini pemebrian cairan parenteral harus berhati-hati, karena sering
terdapat kebocoran endotel kapiler pada lokasi trauma maupun organ lain.
Cairan infus hendaknya dipilih berdasarkan pada prinsip Starling serta jenis
cairan yang hilang/kurang (darah atau plasma)
a. Syok hemoragik
sebagai terapi awal atau resusitasi banyak digunakan cairan garam berimbang
karena hanrganya murah, mudah diperoleh, cukup efektif untuk segera
memulihkan volume intra vaskular serta menimbulkan hemodilusi sementara
yang bermanfaat untuk mikrosirkulasi sebelum transfusi dilakukan. Pada orang
dewasa cairan garam berimbang dapat diberikan sebanyak 2-3 L selama 20-30
menit untuk memulihkan tekanan darah, tekanan vena sentral, dan diuresis.
b. Syok persisten
Pada syok yang tidak membaik dengan pemberian cairan ringer laktat 2-3 L
atau syok berulang, segera lakukan pemeriksaan golongan darah. Kegagalan
resusuitasi dengan cairan kristaloid hampir selalu disebabkan karena
15
-
7/29/2019 SYOK 2012
16/37
perdarahan massif. Karena itu harus dipikirkan untuk segera mengambil
tindakan hemostasis dengan pembedahan.
c. Syok hipovolemik non hemoragik
dehidrasi, peritonitis, ileus obstruktif umumnya hanya memerlukan cairan
garam berimbang untuk keperluan resusitasi. Pemberian garam berimbang
sebanyak 2-3 liter dalam waktu 30-60 menit umumnya cukup efektif untuk
segera memenuhi sirkulasi.
2. Jenis cairan
A. Larutan kristaloid
Dari semua jenis kristaloid, ringers laktat paling banyak digunakan. Laktat
dirubah menjadi bikarbonat yang dapat membantu memperbaiki asidosis
metabolik yang sering menyertai syok.
B. Larutan koloid
a. Darah
Transfusi sebaiknya menggunakan darah yang sesuai meskipun harus diperoleh
dalam waktu yang cukup lama (45 menit atau lebih). Pada keadaan yang
mendesak, transfusi dapat menggunakan darah golongan O (donor universal)
walaupun secara teoritis dapat menyebabkan kesulitan penentuan karena terjadi
isoimunisasi.
b. Plasma atau larutan albumin
Kedua jenis larutan efektif sebagai volume ekspander tetapi pada syok berat
atau berlanjut (prolonged shock), mungkin kedua cairan dapat memperberat
udema interstitial karena keluar dari ruang intra vaskular akibat kebocoran
endotel kapiler. Karena itu, banyak yang menganjurkan untuk menunda
pemberian plasma atau albumin sampai 24 jam setelah syok dapat diatasi. Perlu
juga dipertimbangkan kemungkinan kontaminasi virus hepatitis pada
pemberian plasma.
16
-
7/29/2019 SYOK 2012
17/37
c. Penggantian plasma
Pengganti plasma pernah digunakan pada awal syok hipovolemik, walaupun
banyak yang tidak menganjurkan. Dekstran 40 dan 70 mungkin menyebabkan
gangguan fungsi retikuloendotelial. Dekstran 70 dapat menyulitkan penentuan
golongan darah karena bersifat menyelubungi eritrosit (coated). Dekstran 40
dapat menyebabkan diatesis hemoragik karena bersifat menyelubungi
trombosit, hal ini juga terjadi dengan Hetastarch (Hespan).
E. Monitor Resusitasi
1. Penentuan resusitasi
Pemberian cairan parenteral pada resusitasi syok hipovolemik sebaiknya dituntun
oleh parameter fisiologik penting dan bukan oleh suatu formula. Petunjuk bahwa
resusitasi berhasil antara lain TVS mendekati nilai normal (3-8 cm H2O), diuresis
di atas 0,5 ml/kgBB/jam, kesadaran membaik, perfusi perifer membaik dan curah
jantung meningkat (curah jantung normal = 3,5 L/menit, tensi mendekati normal,
nadi teraba baik).
a. TVS
Pengukuran TVS pada syok hipovolemik mutlak dilakukan untuk menuntun
dan mengetahui keberhasilan resusitasi. Pada individu sehat, TVS dapat
dipakai sebagai ukuran tekanan atrium kiri tidak langsung, kecuali terdapat
penyakit kardiorespirasi seperti gagal jantung kongestif atau penyakit paru
obstruktif menahun. Pada syok ringan sampai sedang, nilai TVS sampai 15 cm
H2O umumnya dapat ditoleransi oleh pasien. Tetapi pada syok berat yang telah
disertai dengan kebocoran endotel kapiler, TVS harus dipertahankan pada batas
3-8 cm H2O karena kelebihan cairan intra vaskular dapat memperberat udem
intertitial terutama pada jaringan paru.
b. Diuresis
17
-
7/29/2019 SYOK 2012
18/37
Merupakan indeks aliran darah viseral yang baik terutama aliran darah ginjal.
Diuresis harus dipertahankan minimal 0,5 ml.kg/jam.
c. Lain-lain
Keberhasilan resusitasi juga dapat ditunjukkan dengan perbaikan tingkat
kesadaran dan perfusi perifer. Untuk itu umumnya digunakan indikator klinis
termasuk AGD, pengukuran curah jantung, dan konsumsi oksigen yang hanya
dapat dilakukan di rumah sakit besar.
2. Tanda-tanda kegagalan resusitasi
a. TVS dan diuresis yang meningkat di atas normal. Hal ini menunjukkan
kelebihan cairan intra vaskular dan harus segera dikurangi.
b. TVS dan diuresis masih di bawah normal. Hal ini menunjukkan
kekurangan cairan intra vaskular dan perlu ditambah.
c. TVS meningkat, diuresis menurun. Perlu mengukur TBKP dan curah
jantung untuk penentuan terapi lebih lanjut.
3. Evaluasi terapi
Evaluasi yang penting adalah kontinuitas pengamatan parameter fisiologik
sebagaimana yang telah dianjurkan terdahulu.
Tambahan evaluasi antara lain :
a. Pengukuran tekanan darah, frekuensi nadi, dan pernapasan tiap 15-30
menit.
b. Pengukuran keseimbangan pemasukan dan pengeluaran cairan. Ingat
bahwa syok berat atau berlanjut sering disertai nekrosis tubular akut dan
kegagalan ginjal.
c. Pengukuran hematokrit periodik jika perdarahan diduga masih
berlangsung. Perlu diketahui bahwa penurunan hematokrit pada syok
18
-
7/29/2019 SYOK 2012
19/37
hemoragik tanpa terapi tidak terjadi segera malainkan bertahap selama 24-
48 jam. Hal ini disebabkan karena terdapat hemodilusi.
d. AGD perlu dilakukan berulang-ulang karena pemeriksaan ini dapatmenunjukkan adanya perbaikan atau perburukan fungsi kardiorespirasi
dalam keadaan gawat darurat.
2.3 SYOK KARDIOGENIK
2.3.1 Definisi
syok kardiogenik adalah gangguan yang disebabkan oleh penurunan curah
jantung sistemik pada keadaan volume intravaskular yang cukup, dan dapat
mengakibatkan hipoksia jaringan.
2.3.2 Etiologi
a. Disfungsi miokardium (gagal pompa), terutama karena komplikasi infark
miokardium akut. Kekerapan syo kardiogenik karena infark miokard
diperkirakan 5%.
b. Pengisian diastolik ventrikel yang tidak adekuat, antara lain takiaritmia,
tamponade jantung, tension pneumotoraks, embolus paru, dan infark
ventrikel kanan.
c. Curah jantung yang tidak adekuat, antara lain bradiaritmia, regurgitasi
mitral atau ruptur septum interventrikel.
2.3.3 Patofisiologi
Patofisiologi yang mendasari syok kardiogenik adalah depresi
kontraktilitas miokard yang mengakibatkan lingkaran setan penurunan curah
jantung, tekanan darah rendah, insufisiensi koroner, dan selanjutnya terjadi
penurunan kontraktilitas dan curah jantung.
Syok kardiogenik ditandai dengan gangguan fungsi ventrikel kiri, yang
mengakibatkan gangguan berat pada pefusi jaringan dan penghantaran oksigen ke
jaringan. Yang khas pada syok kardiogenik yang disebabkan oleh infark
19
-
7/29/2019 SYOK 2012
20/37
miokardium akut adalah hilangnya 40% atau lebih jaringan otot pada ventrikel
kiri. Selain dari kehilangan masif jaringan otot pada ventrikel kiri. Selain dari
kehilangan masif jaringan otot ventrikel kiri juga ditemukan daerah-daerah
nekrosis fokal di seluruh ventrikel. Nekrosis fokal disuga merupakan akibat dari
ketidak seimbangan yang terus-menerus antara kebutuhan dan suplai oksigen
miokardium. Pembuluh koroner yang terserang juga tidak mampu meningkatkan
alira darah secara memadai sebagai respon terhadap peningkatan beban kerja dan
kebutuhan oksigen jantung oleh aktivitas respon kompensatorik seperti
perangsangan simpatik.
Sebagai akibat dari proses infark, kontraktilitas ventrikel kiri dan
kinerjanya menjadi sangat terganggu. Ventrikel kiri gagal bekerja sebagai pompa
dan tidak mampu menyediakan curah jantung yang memadai untuk
mempertahankan perfusi jaringan. Maka dimulailah siklus berulang. Siklus
dimulai dengan terjadinya infark yang berlanjut dengan gangguan fungsi
miokardium. Gangguan fungsi miokardium yang berat akan menyebabkan
menurunnya curah jantung dan hipotensi arteria. Akibatnya terjadinya asidosis
metabolik dan menurunnya perfusi koroner, yang lebih lanjut mengganggu fungsi
ventrikel dan menyebabkan terjadinya aritmia.
2.3.4 Diagnosis
Kriteria diagnosis syok kardiogenik telah ditetapkan oleh Myocardial
Infarctiion research Units of the National Heart, Lung, and blood institude.
1. Tekanan arteria sistolik 90 mmHg atau sampai 30 sampai 60 mmHg dibawah
batas sebelumnya.
2. Adanya penurunan aliran darah ke sistem organ-organ utama:
a. Keluhan kemih
-
7/29/2019 SYOK 2012
21/37
4. Bukti gagal jantung kiri dengan LVEDP/tekanan baji kapiler paru-paru
(PCWP) 18 sampai 21 mmHg.
Tanda karakteristik syok kardiogenik adalah penurunan curah jantung
dengan kenaikan tekanan vena sentral yang nyata dan takikardia. Tahanan
vaskular sistemik umumnya juga meningkat. Bila perangsangan vagus meningkat
misalnya pada infark miokard inferior, dapat terjadi bradikardia.
Diagnosis gagal pompa (pump failure) :
Gambaran klinik gagal pompa miokardium adalah sesuai dengan penyakit
jantung seperti nfark miokard. Sering dijumpai tanda disfungsi ventrikel kiri yang
hebat, yaitu distensi vena leher, refleks hepatojugular (+), dan tanda-tanda udem
paru (dispnu, batuk, dan ronki).
2.3.5 Terapi
Secepat mungkin pasien dikirim ke unit terapi intensif karena pasien
membutuhkan berbagai penatalaksanaan yang invasif, antara lain kateterisasi
arteri pulmonalis, arteri perifer, dan pemasangan pompa balon intra aorta.
Tindakan pertolongan di unit gawat darurat:
a. Letakkan pasien pada posisi telentang, kecuali bila terdapat udem paru
berat.
b. Beri oksigen sebanyak 5 10 L/menit dengan kanula nasal atau sungkup
muka dan ambil darah arteri untuk AGD. Intubasi trakea perlu
dipertimbangkan bila terdapat asidosis pernafasan dan hipoksia berat.
c. Lakukan kanulasi tepi vena dengan kateter No.20 dan berikan infus
dekstrosa 5% perlahan-lahan.
d. Keluarkan darah vena untuk pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, ureum,
kreatinin, dan enzim-enzim jantung seperti CPK
e. Buat rekam EKG dan monitor irama jantung.
f. Beri natrium bikarbonat 1-2 ampul (44 mEq/ampul) I.V perlahan-lahan
untuk mengoreksi asidosis metabolik (lebih 5 menit) dan mempertahankan
Ph darah di atas 7,2. Periksa kembali AGD.
21
-
7/29/2019 SYOK 2012
22/37
g. Bila klinis maupun radiologis tidak menunjukkan udem paru, beri cairan
garam fisiologik 100 ml perlahan-lahan untuk mengoreksi hipovolemia
(lebih 5 menit). Bila terdapat tanda-tanda perbaikan fungsi miokardium,
teruskan infus hingga syok dapat diatasi. Untuk mencegah kelebihan
cairan dan udem paru perlu dilakukan monitoring TVS atau TBKP.
h. Bila terapi cairan tidak memberi respon yang sesuai, beri dopamin dengan
dosis seperti yang telah diuraikan terdahulu.
i. Bila terjadi udem paru, beri furosemid dengan dosis 20 mg I.V dan bila
tidak menunjukkan perbaikan sesudah 30 menit, tingkatkan dosis menjadi
40 mg. Pertimbangkan juga untuk segera memberi salep nitrogliserin 0,5
1% sebagai venodilator sentral yang bermanfaat untuk menurunkan beban
awal jantung (preload).
2.3.6 Prognosis
Secara keseluruhan prognosis syok kardiogenik buruk.
2.4 SYOK SEPTIK
Pada umumnya penyebab syok septik adalah infeksi kuman gram negatif
yang berada dalam darah (endotoksin). Jamur dan jenis bakteri lain juag dapat
menjadi penyebab septisemia.
Syok septik sering diikuti dengan hipovolemia dan hipotensi. Hal ini dapat
disebabkan karena penimbunan cairan di sirkulasi mikro, pembentukan pintasan
arteriovenus dan penurunan tahapan vaskuler sistemik, kebocoran kapiler
menyeluruh, depresi fungsi miokardium.
Beberapa faktor predisposisi syok septik adalah trauma, diabetes,
leukimia, granulositopenia berat, penyakit saluran kemih, terapi kortikosteroid
jangka panjang, imunosupresan atau radiasi.
Syok septik sering terjadi pada:
- bayi baru lahir,
22
-
7/29/2019 SYOK 2012
23/37
- usia di atas 50 tahun, dan
- penderita gangguan sistem kekebalan.
2.4.1 Etiologi
Syok septik terjadi akibat racun yang dihasilkan oleh bakteri tertentu dan
akibat sitokinesis (zat yang dibuat oleh sistem kekebalan untuk melawan suatu
infeksi). Racun yang dilepaskan oleh bakteri bisa menyebabkan kerusakan
jaringan dan gangguan peredaran darah.
2.4.2 Gejala
Pertanda awal dari syok septik sering berupa penurunan kesiagaan mental
dan kebingungan, yang timbul dalam waktu 24 jam atau lebih sebelum tekanan
darah turun. Gejala ini terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak. Curahan
darah dari jantung memang meningkat, tetapi pembuluh darah melebar sehingga
tekanan darah turun. Pernafasan menjadi cepat, sehingga paru-paru mengeluarkan
karbondioksida yang berlebihan dan kadarnya di dalam darah menurun.
Gejala awal berupa menggigil hebat, suhu tubuh yang naik sangat cepat,
kulit hangat dan kemerahan, denyut nadi yang lemah dan tekanan darah yang
turun-naik.
Produksi air kemih berkurang meskipun curahan darah dari jantung meningkat.
Pada stadium lanjut, suhu tubuh sering turun sampai dibawah normal. Bila
syok memburuk, beberapa organ mengalami kegagalan:
- ginjal : produksi air kemih berkurang
- paru-paru : gangguan pernafasan dan penurunan kadar oksigen dalam darah
- jantung : penimbunan cairan dan pembengkakan.
2.4.3 Diagnosis
Syok septik ditandai dengan gambaran syok dan infeksi. Setiap syok yang
tidak diketahui penyebabnya harus dicurigai adanya kemungkinan septisemia.
23
-
7/29/2019 SYOK 2012
24/37
a. Tanda-tanda sistemik; febris dan kekauan, hipotermia, petekie, lekopenia,
lekositosis.
b. Tanda-tanda lokal; kekauan dinding abdomen, abses perirektal. Lokasispesifik yang sering menjadi tempat infeksi terselubung adalah saluran
empedu, pelvis, retroperitonium, dan perirektal.
c. Lain-lain; hiperventilasi dengan hipokapnia
Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah putih yang banyak atau
sedikit, dan jumlah faktor pembekuan yang menurun. Jika terjadi gagal ginjal,
kadar hasil buangan metabolik (seperti urea nitrogen) dalam darah akan
meningkat. Analisa gas darah menunjukkan adanya asidosis dan rendahnya
konsentrasi oksigen. Pemeriksaan EKG jantung menunjukkan ketidakteraturan
irama jantung, menunjukkan suplai darah yang tidak memadai ke otot jantung.
Biakan darah dibuat untuk menentukan bakteri penyebab infeksi.
II.4.4 Pengobatan
A. Tindakan medis
I. Terapi cairan :
Pada saat gejala syok septik timbul, penderita segera dimasukkan
ke ruang perawatan intesif untuk menjalani pengobatan. Cairan parenteral
yang sering digunakan pada awal terapi syok septik adalah larutan garam
berimbang. Penggunaan cairan koloid pada syok septik yang telah disertai
kebocoran endotel kapiler dapat memperberat udem interstitial. Jumlah
awal cairan kristaloid pada resusitasi syok septik untuk memperbaiki
curah jantung orang dewasa dapat mencapai 1-2 L yang diberikan selama
30-60 menit. Selanjutnya terapi cairan yang bergantung pada hasil
pengukuran hemodinamik (tensi, nadi, TVS, diuresis) dan keadaan umum.
II. Obat-obat inotropik :
24
-
7/29/2019 SYOK 2012
25/37
Dopamin harus segera diberi apabila resusitasi cairan tidak
memperoleh perbaikan, untuk menciutkan pembuluh darah sehingga
tekanan darah naik dan aliran darah ke otak dan jantung meningkat.
III. Terapi antibiotik :
Sebaiknya terapi antibiotik di sesuaikan dengan hasil kultur dan
resistensi. Ha ini mungkin tidak dapat dilakukan pada keadaan darurat
karena pemeriksaan tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama.
Sebagai patokan terapi antibiotik empiris dapat dilihat tabel.
Keadaan klinis Rutin Alergi penisilin
Infeksi organisme Penisilin G (1) +
amoniglikosisd (2)
Klindamisin (3) +
aminoglikosid (2)
Dugaan infeksi stafilokokus Nafsilin (4) +
aminoglikosid (2) +
penisilin G (pilihan)
Klindamisin (3) +
aminoglikosid (2)
Dugaan infeksi anaerob Penisilin G (1) +
klindamisin (3) +
aminoglikosid (2)
Klindamisin (3) +
aminoglikosid (2)
Bersamaan terapi
kortikosteroid/imunosupresa
atau luka bakar derajat 3
yang luas
Karbenisilin (5) +
amniglikosid (2)
Klindamisin (3) +
aminoglikosid (2)
Meningitis atau dugaan
tifoid
Kloramfenikol, 1 gram
tiap 6 jam intra vena
(1) : 20 juta unit/ hari (3-4 juta unit tiap 4 jam iv)
(2) : gentamisin atau tobramisin, 2 mg/kkBB tiap 8 jam IV. Bila ada infeksi
nosokomial dapat ditambahkan kanamisin 8 mg/kgBB tiap 12 jam IV.
Aminoglikosida juga dapat ditambah dengan sefalosporin generasi ketiga
seperti moksalaktam 2 gram tiap 8 jam IV.
25
-
7/29/2019 SYOK 2012
26/37
(3) : 600 mg tiap 6 jam IV. Bila klindamisin (-) atau pasien alergi, dapat
diganti dengan eritromisin, 1 gram tiap 6 jam IV.
(4) 1-2 gram tiap 4 jam IV, dapat ditambah metisilin atau oksasilin, 1-2 gramtiap 4 jam IV
(5) 4-5 gram tiap 4 jam IV. Dapat diambahkan tikarsilin, 3 gram tiap 4 jam
IV. Dosis obat-obat hanya berlaku untuk pasien dewasa.
B. Tindakan bedah
Jaringan nekrotik, abses harus segera dieksisi, dievakuasi dan dipasang
drainase. Terapi cairan dan antibiotik tidak banyak menolong bila sumber
infeksi belum disingkirkan. Hal ini sangat penting pada abses intra abdomen,
sumbatan empedu dengan kolangitis yang segera membutuhkan pembedahan
akut.
C. Tindakan lain
I. Terapi kortikosteroid:
Manfaat kortikosteroid pada syok septik masih kontoversi dan
nampaknya terapi kortikosteroid hanya merupakan ajuvan terhadap terapi
suportif dan antibiotik. Ada pendapat yang menyatakan bahwa sebaiknya
terapi kortikosteroid pada syok septik ditinggalkan.
II. Terapi heparin:
Pada syok septik dengan komplikasi koagulasi intravaskular
tersebar (DIC) dan perdarahan yang bermakna, terapi heparin harus segera
dimulai. Dosis awal heparin adalah 100 unit/kg dan dilanjutkan IV tiap
jam 1000-3000 unit. Respon terapi berupa pemanjangan waktu perdarahan
dan kenaikan kadar faktor pembekuan V, VIII dan fibrinogen dalam waktu
12 jam.
26
-
7/29/2019 SYOK 2012
27/37
Kenaikan jumlah trombosit mungkin terjadi lebih lambat. Terapi
heparin dapat dihentikan apabila penyebab koagulasi intravaskular telah
terkoreksi dan faktor-faktor koagulasi telah normal kembali.
III. Terapi nalokson:
Baik pada percobaan binatang maupun uji klinik menunjukkan
bahwa antagonis narkotik (nalokson/narcan ) dapat memulihkan hipotensi
pada syok septik, belum ada yang melaporkan efek samping akibat terapi
nalokson.
Jika terjadi gagal paru-paru, mungkin diperlukan ventilator mekanik.
2.5 SYOK NEUROGENIK
2.5.1 Definisi
Syok neurogenik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok
distributif. Syok neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena
hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh.sehingga
terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitancevessels). Hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah sistemik ini diakibatkan
oleh cidera pada sistem saraf (seperti: trauma kepala, cidera spinal, atau anestesi
umum yang dalam).
Syok neurogenik juga disebut sinkop. Syok neurogenik terjadi karena
reaksi vasovagal berlebihan yang mengakibatkan terjadinya vasodilatasi
menyeluruh di daerah splangnikus sehingga aliran darah ke otak berkurang.
Reaksi vasovagal umumnya disebabkan oleh suhu lingkungan yang panas,
terkejut, takut, atau nyeri hebat. Pasien merasa pusing dan biasanya jatuh pingsan.
Setelah pasien dibaringkan, umumnya keadaan berubah menjadi baik kembali
secara spontan. Trauma kepala yang terisolasi tidak akan menyebabkan syok.
Adanya syok pada trauma kepala harus dicari penyebab yang lain. Trauma pada
medula spinalis akan menyebabkan hipotensi akibat hilangnya tonus simpatis.
Gambaran klasik dari syok neurogenik adalah hipotensi tanpa takikardi atau
vasokonstriksi perifer.
27
-
7/29/2019 SYOK 2012
28/37
2.5.2 Etiologi
1. Trauma medula spinalis dengan quadriplegia atau paraplegia (syok spinal).
2. Rangsangan hebat yang kurang menyenangkan seperti rasa nyeri hebat pada
fraktur tulang.
3. Rangsangan pada medula spinalis seperti penggunaan obat anestesi
spinal/lumbal.
4. Trauma kepala (terdapat gangguan pada pusat otonom).
5. Suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut.
2.5.3 Manifestasi Klinis
Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik
terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan dapat
lebih lambat (bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit neurologis berupa
quadriplegia atau paraplegia. Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah pasienmenjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat. Karena terjadinya
pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler dan vena, maka kulit terasa agak
hangat dan cepat berwarna kemerahan.
2.5.4 Penatalaksanaan
Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian vasoaktif
seperti fenilefrin dan efedrin, untuk mengurangi daerah vaskuler dengan
penyempitan sfingter prekapiler dan vena kapasitan untuk mendorong keluar
darah yang berkumpul ditempat tersebut.
1. Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki (posisi
Trendelenburg).
2. Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya dengan
menggunakan masker. Pada pasien dengan distress respirasi dan hipotensi yang
28
-
7/29/2019 SYOK 2012
29/37
berat, penggunaan endotracheal tube dan ventilator mekanik sangat dianjurkan.
Langkah ini untuk menghindari pemasangan endotracheal yang darurat jika
terjadi distres respirasi yang berulang. Ventilator mekanik juga dapat menolong
menstabilkan hemodinamik dengan menurunkan penggunaan oksigen dari otot-
otot respirasi.
3. Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan resusitasi
cairan. Cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer Laktat sebaiknya
diberikan per infus secara cepat 250-500 cc bolus dengan pengawasan yang
cermat terhadap tekanan darah, akral, turgor kulit, dan urin output untuk
menilai respon terhadap terapi.
4. Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-obat
vasoaktif (adrenergik; agonis alfa yang indikasi kontra bila ada perdarahan
seperti ruptur lien) :
* Dopamin
Merupakan obat pilihan pertama. Pada dosis > 10 mcg/kg/menit, berefekserupa dengan norepinefrin. Jarang terjadi takikardi.
* Norepinefrin
Efektif jika dopamin tidak adekuat dalam menaikkan tekanan darah.
Monitor terjadinya hipovolemi atau cardiac output yang rendah jika
norepinefrin gagal dalam menaikkan tekanan darah secara adekuat. Pada
pemberian subkutan, diserap tidak sempurna jadi sebaiknya diberikan per
infus. Obat ini merupakan obat yang terbaik karena pengaruh vasokonstriksi
perifernya lebih besar dari pengaruh terhadap jantung (palpitasi). Pemberian
obat ini dihentikan bila tekanan darah sudah normal kembali. Awasi pemberian
obat ini pada wanita hamil, karena dapat menimbulkan kontraksi otot-otot
uterus.
* Epinefrin
29
-
7/29/2019 SYOK 2012
30/37
Pada pemberian subkutan atau im, diserap dengan sempurna dan
dimetabolisme cepat dalam badan. Efek vasokonstriksi perifer sama kuat
dengan pengaruhnya terhadap jantung Sebelum pemberian obat ini harus
diperhatikan dulu bahwa pasien tidak mengalami syok hipovolemik. Perlu
diingat obat yang dapat menyebabkan vasodilatasi perifer tidak boleh diberikan
pada pasien syok neurogenik
* Dobutamin
Berguna jika tekanan darah rendah yang diakibatkan oleh menurunnya
cardiac output. Dobutamin dapat menurunkan tekanan darah melalui
vasodilatasi perifer.
Pasien-pasien yang diketahui/diduga mengalami syok neurogenik harus
diterapi sebagai hipovolemia. Pemasangan kateter untuk mengukur tekanan
vena sentral akan sangat membantu pada kasus-kasus syok yang meragukan.
2.6 SYOK ANAFILAKTIK
2.6.1 Definisi
Anaphylaxis (Yunani, Ana = jauh dari dan phylaxis = perlindungan).
Anafilaksis berarti Menghilangkan perlindungan. Anafilaksis adalah reaksi alergi
umum dengan efek pada beberapa sistem organ terutama kardiovaskular, respirasi,
kutan dan gastro intestinal yang merupakan reaksi imunologis yang didahului
dengan terpaparnya alergen yang sebelumnya sudah tersensitisasi. Syok
anafilaktik(= shock anafilactic ) adalah reaksi anafilaksis yang disertai hipotensi
dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Reaksi Anafilaktoid adalah suatu reaksi
anafilaksis yang terjadi tanpa melibatkan antigen-antibodi kompleks. Karena
kemiripan gejala dan tanda biasanya diterapi sebagai anafilaksis.
2.6.2 Patofisiologi
30
-
7/29/2019 SYOK 2012
31/37
Oleh Coomb dan Gell (1963), anafilaksis dikelompokkan dalam
hipersensitivitas tipe 1 atau reaksi tipesegera (Immediate type reaction).
Mekanisme anafilaksis melalui beberapa fase :
Fase Sensitisasi Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan Ig E
sampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil.
Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran makan di
tangkap oleh Makrofag. Makrofag segera mempresen-tasikan antigen tersebut
kepada Limfosit T, dimana ia akan mensekresikan sitokin (IL-4, IL-13) yang
menginduksi Limfosit B berproliferasi menjadi sel Plasma (Plasmosit). Sel plasma
memproduksi Immunoglobulin E (Ig E) spesifik untuk antigen tersebut. Ig E ini
kemudian terikat pada receptor permukaan sel Mast (Mastosit) dan basofil.
Fase Aktivasi Yaitu waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan
antigen yang sama. Mastosit dan Basofil melepaskan isinya yang berupa granula
yang menimbulkan reaksi pada paparan ulang . Pada kesempatan lain masuk
alergen yang sama ke dalam tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh Ig E
spesifik dan memicu terjadinya reaksi segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif
antara lain histamin, serotonin, bradikinin dan beberapa bahan vasoaktif lain dari
granula yang di sebut dengan istilah Preformed mediators.Ikatan antigen-antibodi
merangsang degradasi asam arakidonat dari membran sel yang akan menghasilkan
Leukotrien (LT) dan Prostaglandin (PG) yang terjadi beberapa waktu setelah
degranulasi yang disebut Newly formed mediators. Fase Efektor Adalah waktu
terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator yang dilepas
mastosit atau basofil dengan aktivitas farmakologik pada organ organ tertentu.Histamin memberikan efek bronkokonstriksi, meningkatkan permeabilitas kapiler
yang nantinya menyebabkan edema, sekresi mukus dan vasodilatasi. Serotonin
meningkatkan permeabilitas vaskuler dan Bradikinin menyebabkan kontraksi otot
polos. Platelet activating factor (PAF) berefek bronchospasme dan meningkatkan
permeabilitas vaskuler, agregasi dan aktivasi trombosit. Beberapa faktor
kemotaktik menarik eosinofil dan neutrofil. Prostaglandin yang dihasilkan
menyebabkan bronchokonstriksi, demikian juga dengan Leukotrien.
31
-
7/29/2019 SYOK 2012
32/37
2.6.3 Alergen
Terr menyebutkan beberapa golongan alergen yang dapat menimbulkan
reaksi anafilaksis, yaitu makanan, obat-obatan, bisa atau racun serangga dan
alergen lain yang tidak bisa di golongkan.
A lergen penyebab Anafilaksis Makanan
Krustasea: Lobster, udang dan kepiting
Moluska : kerang Ikan Kacang-kacangan dan biji-bijian Buah beri Putih
telur Susu
Obat Hormon : Insulin, PTH, ACTH, Vaso-presin, Relaxin
Enzim : Tripsin,Chymotripsin, Penicillinase, As-paraginase Vaksin dan
Darah
Toxoid : ATS, ADS, SABU Ekstrak alergen untuk uji kulit Dextran
Antibiotika: Penicillin, Streptomisin, Cephalosporin, Tetrasiklin,
Ciprofloxacin, Amphotericin B, Nitrofurantoin.
Agent diagnostik-kontras: Vitamin B1, Asam folat Agent
anestesi: Lidocain, Procain,
Lain-lain: Barbiturat, Diazepam, Phenitoin, Protamine, Aminopyrine,
Acetil cystein , Codein, Morfin, Asam salisilat dan HCT Bisa serangga
Lebah Madu, Jaket kuning, Semut api Tawon (Wasp). Lain-lain Lateks,
Karet, Glikoprotein seminal fluid
2.6.4 Gejala klinis
1. Reaksi lokal: biasanya hanya urtikaria dan edema stempat, tidak fatal.
2. Reaksi sistemik: biasanya mengenai saluran napas bagian atas, sistem
kardiovaskular, gastrointestinal, dan kulit. Teaksi tersebut timbul segera atau
30 menit setelah terpapar antigen.
a. Ringan: mata bengkak, hidung tersumbat, gatal-gatal dikulit dan
mukosa, bersin-bersin, biasanya timbul 2 jam setelah terpapar alergen.
32
-
7/29/2019 SYOK 2012
33/37
b. Sedang : gejalanya lebih berat selain gejala di atas didapatkan
bronkospasme, edema laring, mual, muntah, biasanya erjadi dalam 2
jam setelah terpapar antigen.
c. Berat: terjadi langsung setelah terpapar dengan alergen, gejala seperti
reaksi tersebut diatas hanya lebih berat yaitu bronkospasme, edema
laring, stridor, napas sesak, sianosis, henti jantung, disfagia, nyeri
perut, diare, muntah-muntah, kejang, hipotensi, aritmia jantung, syok
dan koma. Kematian disebabkan oleh edema laring dan aritmia
jantung.
2.6.5 Diagnosis
Anamnesis Mendapatkan zat penyebab anafilaksis (injeksi, minum obat,
disengat hewan, makan sesuatu atau setelah test kulit ) Timbul biduran mendadak,
gatal dikulit, suara parau sesak ,sekarnafas, lemas, pusing, mual,muntah sakit
perut setelah terpapar sesuatu. Fisik diagnostik Keadaan umum : baik sampai
buruk Kesadaran Composmentis sampai Koma, tensi : hipotensi, Nadi: takikardi,
Nafas : Kepala dan leher : cyanosis, dispneu, conjunctivitis, lacrimasi, edema
periorbita, perioral, rhinitis Thorax aritmia sampai arrest Pulmo Bronkospasme,
stridor, rhonki dan wheezing, Abdomen : Nyeri tekan, BU meningkat
Ekstremitas : Urticaria, Edema ekstremitas Pemeriksaan Tambahan Hematologi :
Hitung sel meningkat Hemokonsentrasi, trombositopenia eosinophilia naik/
normal / turun. X foto : Hiperinflasi dengan atau tanpa atelektasis karena mukus
plug, EKG : Gangguan konduksi, atrial dan ventrikular disritmia, Kimia
meningkat, sereum triptaase meningkat
2.6.6 Penatalaksanaan
1. Hentikan obat/identifikasi obat yang diduga menyebabkan reaksi anafilaksis
2. Torniquet, pasang torniquet di bagian proksimal daerah masuknya obat atau
sengatan hewan. longgarkan torniquet 1-2 menit tiap 10 menit.
3. Posisi, tidurkan dengan posisi kaki dinaikkan 30-40o. Bila pasien tidak sadar
lakukan manuver tripel.
4. Pemasangan jalur IV
33
-
7/29/2019 SYOK 2012
34/37
5. Henti nafas/jantung lakukan RJP
6. Pemasangan pipa endotrakea/trakeostomi/krikotiotomi
7. Persiapan defibrilator
8. Adrenalin (epinefrin) atau noradrenalin (norepinefrin) dosis:
a. Intravena : adrenalin 3-5ml larutan 1:10.000 (0,3-0,5 mg) IV. Noradrenalin
0,1 ml/kgBB larutab 1:10.000 IV.
b. Intramuskular/subkutan : adrenalin 0,3-0,5 ml larutan 1:10.000 (0,3-0,5
mg) im/sk. Noradrenalin 0,01 ml/kgBB larutan 1:1000 im/sk.Dosis ulangan
sesuai keperluan, setiap 5-10 menit.
9. Aminofilin
Untuk bronkospasme yang tidak dapat diatasi oleh adrenalin. Dosis awal 5
mg/kgBB diberikan selama 15-20 menit (diencerkan dalam 20 ml dekstrosa
5%). Dosis pemerilaharaan 0,6 mg/kgBB/jam.
10. Adrenalin intrakardial, bila jelas bendungan vena
11. Pertimbangkan kompresi jantung terbuka sebagai upaya terakhir.
Terapi suportif
1. Terapi cairan untuk meninggikan tekanan arterial dan curah jantung
2. Koreksi elektrolit
3. Teruskan pemberian O2, terutama bila pasien sianotik.
4. Kortikosteroid: 100-200mg hidrokortisin IV.
5. Antihistamin: prometazin 0,2 mg/kgBB IV.
6. Hindari pemberian sedativa, narkoika, tranquilizer dan obat hipotensif lainnya.
7. Observasi pasien minimal 4 jam sesudah anafilaksis.
8. Selama 24 jam berikutnya, hindari vasodilator seperti alkohol, mandi air
hangat, dsb.
2.6.7 Prevensi
- Mencegah reaksi ulang
- Anamnesa penyakit alergi px sebelum terapi diberikan (obat,makanan,atopik)
34
-
7/29/2019 SYOK 2012
35/37
- Lakukan skin test bila perlu
- Encerkan obat bila pemberian dengan SC/ID/IM/IV dan observasi selama
pemberian
- Catat obat pasien pada status yang menyebabkan alergi
- Hindari obat-obat yang sering menyebabkan syok anafilaktik.
- Desensitisasi alergen spesifik
- Edukasi pasien supaya menghindari makanan atau obat yang menyebabkan
alergi
- Bersiaga selalu bila melakukan injeksi dengan emergency kit Prognosis Bila
penanganan cepat, klinis masih ringan dapat membaik dan tertolong
35
-
7/29/2019 SYOK 2012
36/37
BAB III
PENUTUP
1. Syok adalah sindroma klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik
dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat dari organ-organ vital tubuh.
2. Secara umum syok terbagi atas empat jenis, yaitu syok hipovolemik,obstruktif, kardiogenik, dan distributif.
3. Syok dihasilkan oleh disfungsi empat sistem yang terpisah namun saling
berkaitan yaitu ; jantung, volume darah, resistensi arteriol (beban akhir), dan
kapasitas vena.
4. Manifestasi klinis syok tergantung pada penyakit primer penyebab syok,
kecepatan dan jumlah cairan yang hilang, lamanya syok serta kerusakan
jaringan yang terjadi dan tipe stadium renjatan
5. Diagnosis syok pada stadium dini sangat penting untuk berhasilnya suatu
pengobatan, namun sering kali hal ini tidak mudah. Karena itu sangat penting
adalah kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya syok pada penderita
dengan resiko tinggi.
36
-
7/29/2019 SYOK 2012
37/37
DAFTAR PUSTAKA
1. Muhiman, Muhardi, dkk. Anestesiologi. 2004. Jakarta: Bagian
anestesiologi dan terapi intensif FKUI.
2. Anderson SP, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-prose
penyakijlid 1, ed 4.1995.Jakarta: EGC.
3. Sudoyo, Aru W., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1, Ed 4.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2007.
4. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, jilid 1, ed 3. 2001.
Jakarta: Media Aesculapius.
5. http://irma1985.wordpress.com/2009/11/08/syok-neurogenik/
6. http://idmgarut.wordpress.com/2009/01/29/syok-anafilaktik/
7. http://ifulsyarif.blogspot.com/2009/05/syok.html
http://irma1985.wordpress.com/2009/11/08/syok-neurogenik/http://idmgarut.wordpress.com/2009/01/29/syok-anafilaktik/http://ifulsyarif.blogspot.com/2009/05/syok.htmlhttp://irma1985.wordpress.com/2009/11/08/syok-neurogenik/http://idmgarut.wordpress.com/2009/01/29/syok-anafilaktik/http://ifulsyarif.blogspot.com/2009/05/syok.html