Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

157
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 0 METODE PENELITIAN DAKWAH & KOMUNIKASI

Transcript of Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Page 1: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 0

METODE PENELITIAN

DAKWAH

&

KOMUNIKASI

Page 2: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 1

METODE

PENELITIAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI

Oleh: Syarifudin

Page 3: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 2

Syarifudin METODE PENELITIAN: Dakwah dan Komunikasi @ Edisi Pertama, Cetakan Ke-II Kencana, 2011 009 Hak Penerbitan Pada wad@akomsmart Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dengan cara apapun termasuk dengan cara fotocopy, tanpa izin sah dari penerbit

Cover : Dinograf Percetakan : wadakomsmart offset Lay-out : Khuzainil Perpustakaan Nasional : Katolog dalam tahun terbitan (KDT) Syarifudin, M.Sos.I METODE PENELITIAN:Dakwah dan Komunikasi Ambon: www.hhttp; wadakomsmart Ed. I Cet. I; 148 halaman: 21.5X15.5 cm ISBN: 1973-0617-062-0 Cetakan ke I; 17 Juni 2011 wadakomsmart Ambon-Indonesia

Page 4: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 3

Kata Pengantar

Berkat iradah dan karunia-Nya Allah swt sehingga mendapatkan sebuah

perbendaharaan yang paling indah dalam metode penelitian dakwah dan

komunikasi. Ilmu ini sifatnya ringan dibawa, dan bersinar jikala sepi serta

membantu jika susah, ia adalah ilmu. Buku ini termasuk serpihan dari

jutaan kajian ilmu sehingga memilih salah satu bidang kajian yakni metode

penelitian dakwah dan komunikasi kontemporer sebagai bahan pelengkap

bacaan bagi praktisi dan ilmuan dakwah dan komunikasi.

Penulis harus jujur bahwa karya ini bukan murni pemikiran dari penulis

sendiri tetapi, karya banyak orang. Kerena tidak ada karya seseorang yang

tak lepas dari bantuan pemikiran orang lain. Penulis dibantu oleh berbagai

pandangan dan karya penulis sebelumnya terutama pemikiran Ali Mahfuz}

pendiri ilmu dakwah di Mesir, Muhammad Ali Aziz(ilmuan dakwah,

Sugiono, Sutrisno Hadi, Buku Panduan karya Ilmiah UIN Makassar tahun

2009, Mustarin Singke, Deddy Mulyana, Jalaluddin Rahmat, Stephen

Littlejhon(ahli komunikasi), Bogdan, Denis McQuwail, Lexy Moleong,

Burhan Bungin, Sapian Faisal, Robert K.Yin. Inovasi dan inspirasi dari

berbagai literatur inilah yang penulis kemas menjadi metode penelitian

dakwah dan komunikasi yang selama ini masih langkah dibahas secara

spesifik oleh ilmuan dakwah dan komunikasi.

Metode penelitian dakwah dan komunikasi dalam sarat dengan

perspektif, paradigma, citarasa dan metode penelitian sosial yang dapat

memudahkan mengungkap problematika Dakwah dan Komunikasi dan

kajian sosial lainnya. Buku ini lahir dari kelangkahan buku rujukan metode

penelitian dakwah dan komunikasi.

Buku ini sulit hadir didepan anda tanda bantuan para Dosen yang ahli

dibidangnya sehingga kami minta keikhlasan ilmunya sebagai guru, serta

ucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Firdaus Muhammad, M.A dan Dr. Amar Ahmad, M.A (Dosen

Komunikasi Islam).

Page 5: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 4

2. Dr. Nurhidayat Muh. Said, M.A dan Dr. Suf Kasman, M.A

(Jurnalistik Dakwah).

3. Dr. Arfah Siddiq, M.A dan Dr. Nurhidayat Muh. Said, M.A (Media

Dakwah Kontemporer).

4. Kepada Ibunda tercinta yang selalu mendoakan saya serta Istri dan

anakku Khuzainil Ardiansyah, Abdul Raihan, dan Andi Wahyuni

Ardani yang lucu sebagai inspirator dalam kesulitan moga dibalas

dengan karuniah yang lebih besar lagi.

Dengan demikian, hanya kepada Allah swt kami mengharap bimbingan,

hidayah, intuisi dan penalaran yang tajam sehingga panca indra kami dapat

merekam pesan-pesan Allah yang sifatnya tampak maupun yang tidak

tampak. Akhirnya hidupku, matiku dan seluruh perbuatanku aku pasrahkan

kehadirat Allah swt sebagai penguasa alam semesta, dan hanya Allah yang

Maha mengetahui dan Maha bijaksana melalui contoh dari Sunnah

Rasullullah saw.

Penulis

Syarifudin

Page 6: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 5

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................... iii-iv

Daftar isi ..................................................................................................... v-vi

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latarbelakang ............................................................................ 1

B. Identifikasi Permasalahan .......................................................... 3

BAB 2 LANDASAN FILOSOFIS

A. Ilmu Dakwah dan Komunikasi ................................................. 6

B. Pengertian penelitian ................................................................. 6

C. Landasan Normatif. ................................................................... 6

D. Manusia dan masalahnya ........................................................... 8

E. Kajian Filosofis ........................................................................ 20

1. Ontologi .............................................................................. 24

2. Epistemologi ....................................................................... 28

3. Aksiologi............................................................................. 39

F. Berpikir reflektif ...................................................................... 40

G. Penelitian Natural/Kualitatif ................................................... 47

BAB 3 TEORI DAKWAH DAN KOMUNIKASI

A. Pengertian ................................................................................ 50

B. Ruang lingkup Kajian Teori .................................................. 52

C. Kajian Teori ............................................................................. 54

1. Dakwah ............................................................................... 54

2. Komunikasi ......................................................................... 56

D. Jenis Karya Tulis Ilmiah .......................................................... 59

E. Bahasa Karya Tulis Ilmiah ...................................................... 62

BAB 4 METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................ 65

B. Teknik mengungkap pakta (eksplanasi) .................................. 74

C. Proses Pengambilan Data ....................................................... 78

Page 7: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 6

D. Skala Pengukuran Istrumen. .................................................... 81

E. Teknik Analisa Data. ............................................................... 85

1. Teknik Analisis Data kuantitatif ...................................... 85

2. Teknik Analisis Data kualitatif ........................................ 87

BAB 5 MODEL ANALISIS DAN PENDEKATAN

A. Pengertian ................................................................................ 89

B. Analisis teks dan bahasa .......................................................... 89

1. Konten Analisis (analisis isi) .............................................. 91

2. Analisis Bingkai (Framing analysis) .................................. 92

3. Analisis Semiotik ............................................................... 93

4. Analisis Hermeneutika ....................................................... 96

C. Analisis tema-tema budaya ..................................................... 96

1. Analisis kinerja dan individual ........................................... 97

2. Analisis Focus Group Discussion (FGD) ........................... 98

3. Analisis Studi Kasus ........................................................... 98

4. Analisis teknik biografi .................................................... 100

5. Analisis SWOT ................................................................. 100

6. Analisis dokumenter ........................................................ 103

7. Analisis Digital forensip ................................................... 104

BAB 6 PETA DAKWAH DAN KOMUNIKASI

A. Pengertian .............................................................................. 105

B. Ruang lingkup penelitian ....................................................... 109

C. Peta Dakwah dan Komunikasi ............................................... 111

D. Sinopsis Penelitian Kualitatif ............................................... 113

BAB 7 TEKNIK PENULISAN

A. Teks (Bagian Tubuh Tulisan) ................................................ 128

B. Kutipan dalam Teks ............................................................... 131

C. Pustaka ................................................................................... 151

TEKNIK PENULISAN Artikel Internasional

Page 8: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 7

A. Latar belakang

Spirit penelitian ilmu komunikasi adalah firman Allah swt

menjelaskan dalam Al-Quran surah Al-Imran ayat 190 yang menyuruh

manusia menelah, meneliti, dan menggunakan potensi akal untuk membaca

tanda-tanda pergantian siang dan malam seabgai objek penelitian. Perintah

penelitian ini Allah informasikan dalam QS Al-Imran/3: 190.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya

malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.

Ayat ini memberikan perintah untuk meneliti proses pergantian

siang dan malam sebagai khazanah dan kekayaan fenomena yang perlu

diperhatikan secara cermat dengan menggunakan metodologi yang

sistematis dan akurat sehingga tidak keliru dalam menentukan kebijakan

dan kesimpulan.

Salah satu tanda-tanda kebesaran Allah swt ketika cermat dan

sistematis membaca tanda-tanda perubahan sosial. Hal ini bisa terwujud

ketika para calon peneliti memiliki 3 fasilitas:

1. Calon penelitia cerdas membaca tanda fenomena sosial dan peka

terhadap sebab perubahan sosial.

2. Calon peneliti memiliki kecerdasan memahami tanda sebagai objek

penelitian, mampu memahami kronologis mulai dari awal sampai saat

ini. Analoginya dari sebutir benih menjadi pohon yang besar.

a. Model pertama dalam memahami objek penelitian bisa

menggunakan panca indra baik lahir maupun batin. Caranya baca

sabbhisma rabbikal ‘ala.

BAB 1

PENDAHULUAN

Page 9: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 8

b. Model kedua baca bismillah niatkan dalam hati moga apa yang

dipahami dari kebesaran Allah bisa mendapatkan hikmah yang

besar bagi kemaslahatan umat manusia.

c. shalat sunat minta pentunjuk pada Allah kemudian baru

memahami objek yang akan diteliti.

PERBEDAAN JENIS RISET/PENELITIAN

Penelitian Sehari-Hari Penelitian Ilmiah

1. Intuisi

2. Anggapan Umum(Common

Sence).

3. Tidak ada aturan dalam

memahami, menjelaskan, dan

memberi nilai.

4. Dilakukan setiap saat dan pilih-

pilih (selektif).

5. Kebetulan

6. Lebih fokus pada kebutuhan

pribadi.

1. Menelaah, menjelaskan, dan

memberi nilai objek penelitian

berdasarkan teori.

2. Sistematis, terstruktur, dan bisa

diferifikasi kembali dengan metode

yg diterapkan.

3. Memiliki rencana

4. Objektif, tidak memihak apalagi

menghakimi objek penelitian.

Menggambarkan apa adanya

dengan menawarkan gagasan dan

ide baru yang manfaatnya lebih

besar bagi umat manusia.

5. Fokus pada bidang keilmuan yang

digunakan untuk memahami

realitas.

CIRI DAN KARAKTERISTIK METODE ILMIAH

1. Bersifat Publik a. Tergantung pada informasi/realitas yang

ada.

b. Memberitahukan hasil risetnya pada orang

lain.

c. Sangat terbukan terhadap koreksi dan

ferifikasi untuk mendapatkan ide dan

gagasan yang lebih baik.

2. Objektif a. Di atur dalam metodologi yang telah

disepakati secara ilmiah.

b. Berhubungan dengan fakta-fakta tidak

memihak karena sifatnya pada kemaslahan

umat manusia.

Page 10: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 9

3. Empirikal a. Sifat penelitian dapat diukur dengan

pengetahuan manusia.

b. Menolak penelitian yang sifatnya tidak bisa

dideteksi oleh panca indra.

c. Konsep harus didefinisikan secara jelas

untuk memudahkan orang lain memahami

apa yg dimaksudkan.

4. Sistematis/Kumulatif a. Review literatur; artinya menelaah literatur

yang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan

publik.

b. Ide dan gagasan berpotensi memberikan

regulasi yang lebih banyak manfaatnya.

c. Memiliki konsistensi(istiqamah) yg tinggi

agar tidan menimbulkan tafsiran yang

berganda terhadap istilah yang digunakan

5. Prediktif a. Hasil penelitian dapat dijadikan kebijakan

dan mampu memprediksi kejadian masa

depan yang akan terjadi.

6. Dapat difevikasi kembali Metode yang digunakan terus berkembangan

dan diperbaiki untuk lebih mendalam dan

akurat prediksi penelitian yang dilakukan.

Metode penelitian ini lahir akibat dari kemajuan kemampuan cara

berpikir manusia untuk memperbaiki, memudahkan, dan menyelesaikan

permasalahan kehidupan manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Cara

mengungkap fakta tersebut berdasarkan pengamatan melalui realitas (data-

data) yang didapatkan melalui ketajaman dan kecerdasan indrawi menelaah

realitas sosial.

Ketajaman analisis sebuah masalah dan keluasan kegunaan sebuah

penelitian akan melahirkan perbedaan antara strata kajian S1, S2 dan S3.

Oleh karena itu calon peneliti perlu memilih, memilah, dan menetapkan

masalah yang dianggap dapat dikaji berdasarkan fakta dan referensi yang

dapat mendukung temuan anda. Penelitian yang bermutu tinggi akan tetap

menjadi rujukan calon peneliti dan akan tetap bertahan sepanjang masa.

Hasil penelitian itulah yang akan menjadi amal jariah secara on line,

Page 11: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 10

sebagaimana James Watt menemukan energy listrik sampai sekarang ini

tetap digunakan untuk kemaslahatan umat manusia moderen dewasa ini.

Seni mendapatkan informasi dan memproduksi informasi dalam

penelitian dakwah dan komunikasi termasuk seni dokumentasi data dari

hasil temuan peneliti. Data yang valid adalah data yang diperoleh

bedasarkan kaidah-kaidah ilmiah yakni metode pengumpulan data dan

analisis serta dilandasi oleh motivasi (niat) yang jujur dan objektif untuk

kemaslahatan umat manusia.

Kejujuran peneliti dan objetifitas pengambilan data baik pustaka dan

data lapangan dibutuhkan kredibilitas peneliti sendiri. Karena hal ini

berhubungan dengan keabsahan data yang akan dijadikan sebagai pendapat

atau hujjah dalam melakukan dakwah dan komunikasi. Dengan demikian

kejujuran peneliti yang professional harus dilandasi oleh sifat:

1. Siddiq (dapat dipercaya),

2. Tablig (Memiliki kecerdasan menyampaikan pesan)

3. Amanah (bertanggungjawab)

4. Fat}anah (cerdas berpikir, menyampaikan argumentasi, dan cerdas

prilaku sebagai tada keilmuannya.

Keempat kriteria sifat yang harus dimiliki oleh seorang peneliti. Sifat ini

akan berhubungan dengan validitasi data yang sesuai kriteria ilmiah seperti:

1. Data dapat dipertanggungjawabkan.

2. Memiliki sistematika dan mekanisme yang dapat diikuti oleh orang

lain.

3. Kebenaran data bersifat universal

4. Tidak bertentangan dengan akal/Rasio

5. Dapat diferifikasi

6. Dapat dicernah oleh indra

7. Tidak bertentangan dengan Agama

Page 12: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 11

Metodologi penelitian dakwah dan komunikasi termasuk mekanisme dan

cara menghimpun data sama dengan metode penelitian pada umumnya

yakni mengumpulkan data, menganalisis data dan mengambil kesimpulan.

Kesimpulan yang valid jika didukung oleh data yang lengkap dan memiliki

kualitas data yang kredibel. Kredibilitas data yang valid jika harus didukung

oleh teori ilmu pengetahuan Ontologi (ilmu tentang wujud/yang ada),

Epistemologi (ilmu tentang cara menyusun Ilmu), dan Aksiologi (nilai etika

dan estetika ilmu).

Metode penelitian dakwah dan komunikasi terus mengalami

perkembangan sesuai dengan ledakan jumlah penduduk, dan perkembangan

teknologi canggih sebagai instrumen kemajuan ilmiah. Fummel (1958)

menegaskan bahwa kajian akademik terus mengalami kemajuan cara

menyelesaikan permasalahan berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah.

Kajian akademik khususnya metode penelitian dakwah dan komunikasi

sampai saat ini masih mendapat problematika yang cukup signifikan. Kajian

ilmu tidak terbatas ia berjalan terus sesuai perkembangan manusia dalam

mencari kebenaran baik kebenaran positifistik, kebenaran relatifitas dan

kebenaran Mutlak yaitu Allah swt. Akhir dari ilmu adalah membentuk

prilaku manusia menjadi insan, dan akhlaqul qarimah dalam

menyebarluaskan ilmu untuk mencapai rahmat bagi alam semesta.

B. Identifikasi Permasalahan

Metode dakwah dan komunikasi jika melihat hasil penelitin yang ada

masih jauh dari apa yang diharapkan banyak problematika ilmu dakwah dan

komunikasi yang sampai sekarang ini belum banyak disentuh oleh para

praktisi dan ilmuan dakwah dan komunikasi khususnya penyebaran

informasi kepada lapisan-lapisan masyarakat.

Dengan demikian perlu di indentifikasi problematika tersebut untuk

menelaah, menyelidiki dan memahami bagaimana metode penelitian yang

kredibel berdasarkan pada teori ilmu pengetahuan yaitu ontologi,

Page 13: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 12

epistemologi dan aksiologi sebagai instrument ferfikasi metode penelitian

dakwah dan komunikasi.

Metode penelitian dakwah dan komunikasi sampai saat ini jika belum

maksimal memberikan kontribusi signifikan akibat permasalahan sebagai

berikut:

1. Pemerintah belum menjadi hasil kajian ilmiah sebagai informasi

yang penting dalam membuat kebijakan.

2. Banyak hasil penelitian yang tidak layak menjadi penentu kebijakan.

Peneliti dalam melakukan penelitian kurang mempertimbangkan

azas manfaat, baik manfaat akademik maupun manfaat praktis.

3. Mekanisme pengambilan data cenderung belum maksimal memenuhi

kaidah-kaidah penelitian sehingga peneliti kerap kali mengambil

jalan pintas sehingga hasil penelitiannya kurang kredibel.

4. Peneliti belum menjadi sebuah instrument Pemerintah untuk

membuat kebijakan yang strategis tetapi lebih pada kepentingan

pribadi.

5. Jasa peneliti belum dihargai oleh Pemerintah sesuai profesionalisme

dalam mengungkap probelmatika.

6. Peneliti di bidang akademik cenderung mulai sifat instan, yang

penting cepat selesai sehingga melakukan hal-hal yang kerap kali

bertentangan dengan kaidah metodologi penelitian.

7. Kurangnya panduan peneliti dalam bidang Dakwah dan komunikasi.

Rumpun ilmuan dakwah dan komunikasi khususnya di Kementrian

agama kurang memiliki para ahli sehingga perkembangannya kurang

signifikan.

Dari identifikasi permasalahan tersebut, maka perlu buku panduan

peneliti khusus bagi konsentrasi dakwah dan komunikasi untuk

memudahkan para ilmuan dan praktisi dakwah dan komunikasi dapat

maksimal melakukan penelitian yang dapat memberikan kontribusi serta

Page 14: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 13

solusi berupa rekomendasi dan kebijakan strategis pada kementrian agama

dan instansi lain yang terkait sehingga, terjadi perubahan sosial yang lebih

baik di Indonesia.

Perubahan sosial dapat terjadi jika ada temuan seperti contoh penemuan

media teknologi komunikasi telah terbukti telah melakukan perubahan

sosial yang sangat cepat terhadap masyarakat dunia. Temuan ini, termasuk

penemuan yang spektakuler dari hasil analisis dan pendekatan ilmiah yang

mendalam.

Selain analisis dan pendekatan metode penelitian dakwah dan

komunikasi yang tidak kalah penting menurut Mustarin Singke adalah

tulisan itu harus runtut adalah dan memiliki satu kesatuan yang tak

terpisahkan sebagai contoh:

1. Pemilihan masalah harus jeli melihat hubungan dan batasan masalah

tersebut.

2. Relevansi antara Masalah dengan judul.

3. Relevansi antara judul bab dengan sub masalah.

4. Relevansi antara Bab dengan Bab.

5. Hubungan submasalah dengan tujuan, saran dan rekomendasi.

6. Hubungan kesimpulan dan sub-sub masalah

7. Relevansi antara kesimpulan, masalah dan abstrak.

Inilah yang akan menjadi perhatian serius dalam buku metodologi

penelitian dakwah dan komunikasi.

A. Pengertian penelitian

Metode penelitian dalam bahasa inggris disebut sebagai science research

method metodologi berasal dari kata metodologi maknanya ilmu yang

menyelidiki, menelaah, cara pencarian, penyusunan, pengejaran, atau

BAB 2

LANDASAN FILOSOFIS

Page 15: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 14

penelitian. Research artinya melakukan pencarian. Berarti metodologi

penelitian adalah seperangkat ilmu pengetahuan tentang langkah-langkah,

sistematis logis, tentang mekanisme pencarian data yang berkenan dengan

masalah tertentu untuk diolah, dianalisis kemudian diambil kesimpulan dan

rekomendasi demi kemaslahatan umat manusia.

B. Landasan Normatif.

Penelitian yang baik perlu memiliki landasan kebenaran korenspodensi,

koherensi, pragmatis, khusuli dan khuduri. Sejak awal prinsip ini perlu

dibangun untuk menentukan instrument (alat ukur kebenaran) dalam

melihat problematika berdasarkan Al-Quran dan Sunnah. Bagi kaum

positifisme kebenaran empiris yang menjadi alat ukur, tetapi untuk rumpun

ilmu dakwah dan komunikasi Islam melakukan kolaborasi antara khusuli

dan hudhuri dengan aliran empirisme, positifisme, dan idealisme.

Metode penelitian yang telah dianalisis perlu memperhatikan nilai-nilai

etika dan estetika keilmuan sehingga dapat dikategorikan sebagai ilmu.

Pemberlakuan unsur-unsur tersebut biasanya ditetapkan secara khusus

untuk konteks lingkungan akademik yang tertentu. Walaupun begitu, secara

umum, unsur-unsur di bawah ini dipandang berlaku umum dalam setiap

penulisan karya tulis ilmiah.

1. Memelihara kejujuran, ini berarti tulisan yang disajikan bukan

merupakan milik orang lain. Penulis karya tulis ilmiah harus secara

jujur membedakan antara pendapatnya dan pendapat orang lain yang

dikutip. Pengutipan pernyataan dari orang lain harus diberi kredit,

pengakuan atau penghargaan dengan cara menyebutkan sumbernya.

2. Menunjukkan sikap rendah hati (tawa>d}u‘). Karya tulis ilmiah, misal-

nya, tidak perlu mengobral kata-kata atau istilah-istilah asing dalam

konteks yang tidak tepat dan perlu karena penulis bermaksud mema-

merkan kemampuannya dalam bahasa asing yang bersangkutan.

Biasanya, penulisan kata-kata asing diperlukan jika padanannya

Page 16: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 15

dalam bahasa Indonesia belum ada atau dianggap belum tepat. Begitu

juga pengutipan dan perujukan silang (cross reference), baik dalam

catatan kaki maupun dalam daftar pustaka, sebaiknya tidak memuat

literatur-literatur yang tidak relevan dengan topik karya tulis ilmiah,

sebab yang demikian itu dianggap hanya memamerkan kekayaan

literatur dan kemampuan bahasa (asing) penulisnya saja.

3. Bertanggung jawab atas informasi dan analisis yang diungkapkan,

serta tidak melemparkan kesalahan yang terdapat dalam karya tulis

itu kepada orang lain, atau pihak lain.

4. Bersikap terbuka, dalam arti memberikan kesempatan kepada pihak

lain untuk memeriksa kembali kesahihan data dan fakta yang

dikemukakan dalam karya tulis ilmiah itu.

5. Bersikap cermat dalam mengemukakan data, pernyataan, penulisan

nama orang, nama tempat, ejaan, dan lain-lain. Kesemberonoan dan

kemalasan dalam melakukan pengecekan ulang terhadap data yang

dikemukakan menunjukkan rendahnya etika dan tradisi ilmiah sese-

orang.

6. Bersikap objektif dalam menyajikan uraian. Salah satu faktor yang

menunjang sikap objektif dalam mengemukakan argumentasi dalam

sebuah uraian adalah pemahaman yang memadai tentang aturan-

aturan berpikir yang benar, yang dikenal dengan logika. Pemahaman

terhadap bidang pengetahuan ini memungkinkan seseorang

menghindari prosedur dan cara-cara berpikir yang salah (logical

fallacies).

C. Manusia dan masalahnya

Kesulitan-kesulitan dalam menghadapi masalah disebabkan oleh dua

faktor yaitu pertama; orang kurang tahu caranya memecahkan masalah yang

dihadapi itu. Kedua; orang kurang ilmu atau informasi tentang cara

menyelesaikan permasalahan tersebut. Semakin banyak masalah yang

Page 17: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 16

dihadapi seseorang semakin sedikit ilmunya dalam menyelesaikan

permasalahan tersebut.

Orang yang memiliki banyak cara menyelesaikan permasalahan

hidupnya secara praktis umumnya cerdas keluar dari masalah yang dihadapi,

pengetahuan semacam ini disebut ilmu praktis/terapan. Ilmu adalah

kumpulan pengalaman-pengalaman kebenaran yang telah dirasakan secara

kontinyu oleh manusia dihimpung dalam satu struktur kalimat.

Cara penyelesaikan seseorang membutuhkan standar kebenaran sebagai

panduan penyelesaian masalah sebagai kebenaran yang disepakati yang

tertuang dalam bentuk aturan normatif oleh masing-masing komunitas

sesuai agama, budaya, dan idiologinya. Dalam kajian dakwah dan

komunikasi ukuran ilmiah berangkat dari kebenaran korespondesi,

koherensi, pragmatis, khusuli dan khuduri.

Dalam menyelesaikan permasalah menurut ilmu pengetahuan yang telah

ditemukan oleh para ilmuan yaitu cara berpikir analistik dan cara berpikir

sintetik. Filosofi Penelitian Kualitatif Sanapiah Faisal menganalogikan

metodologi penelitian kualitatif seperti lampu lalulintas (traffic lights) yang

berfungsi sebagai pengatur arus gerak kendaraan bermotor yang melintas di

persimpangan jalan. Jika lampu mera menyala maka kendaraanpun

berhenti.

Pertanyaannya adalah apakah arus gerak kendaraan itu termasuk bersifat

mekanistik? atau bersifat otomatiskah prilaku para pengendara kendaraan

tersebut? atau pengedara kendaraan itu mencerminkan mekanisme kausal?

Jawaban terhadap pertanyaan tersebut ternyata tidak tunggal.

Jawabannya sangat bergantung pada aliran pemikiran atau tradisi

pemikiran atau idiologi kebenaran yang dianut. Jawabannya tergantung

pada pemikiran filsafat yang dianut khususnya tentang mekanisme dalam

proses ontologi, epistemologi dan aksiologi.

Dalam kajian metode dakwah dan Komunikasi Islam ini lahir untuk

memperkaya dan memberi nilai etika dan estetika kepada teori-teori

Page 18: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 17

komunikasi moderen yang berkembang di Eropa dan di Indonesia yang

tampaknya indah dipandang mata tetapi kering dengan nilai-nilai moral

keilmuan. Dampak ini akibat kekeliruan membangun aksiologi keilmuan

dari warisan pemikiran Ibnu Rus, Ibnu Sina yang diadopsi oleh dunia Eropa

kurang memahami proses penerapan ilmu sehingga dapat memicu pola pikir

praktisi ilmuan menilai manusia hanya sekedar materi belaka.

Kekeliruan tersebut berpengaruh terhadap bangunan epistemologi

keilmuan, sehingga melahirkan eksplotasi terhadap alam, pelacuran sumber-

sumber energi tanpa ada program konservasi alam.

Orientasi epistemologi keilmuan melahirkan idiologi kapitalis,

materialisme, positifisme dan pragmatisme yang berdampak pada teori ilmu

komunikasi. Hemat penulis ini telah menyalahi adab/etika keilmuan yang

merubah pola pikir manusia menjadi bijaksana, cinta alam dan berbakti

pada Tuhan sebagai sumber ilmu. Dalam mendapatkan ilmu tradisi eropa

tidak memiliki adab/etika dalam mendapatkan ilmu sehingga ilmu yang

diproduksi cenderung liar dan tidak bisa di jinakkan. Sehingga lahirlah

produk demokrasi sebagai bentuk produk ilmu yang semata-mata mencari

kemenangan tetapi tidak mencari kebenaran inilah fakta dari ilmu yang

kering dengan nilai-nilai etika dan estetika.

Gregori Bateson juga memberikan sanggahan yang sangat tegas oleh

sebagian ilmuan barat yang beridiologi empirisme, materialism, dan

idialisme juga telah menyalahi kaidah-kaidah epistemologi yang

bertentangan dengan nilai-nilai h}ikmah.

Implikasi epistemologi yang keliru tersebut, berkorespondesi terhadap

produk teknologi dan komunikasi moderen yang menyebabkan rusaknya

lapisan-lapisan alam, insektisida, polusi, lapisan ozom rusak, jalur lalu-

lintas pesawat terbang, jarahan radioaktif, lalu-lintas informasi dan

menopoli satelit. Semua ini diakibatkan oleh kekeliruan membangun

epistemologi ilmu pengetahuan karena motivasi kapitalisme yang tidak

Page 19: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 18

terkenali dijadikan idiologi dalam keilmuan yang berdampak pada

penerapan ilmu itu.

Hemat penulis inilah prediksi Ali bin Abi Thalib yang dikutip Amsal

Baktiar bahwa celakalah orang yang tidak mengetahui apa hakikat ilmu

pengetahuan tetapi tidak pernah bersujud pada pemberi ilmu pengetahuan

itu. ilmu ruhani akan hilang meninggalkan materi ilmu. Kelihatan hanya

jazat ilmu yang tampak menarik dipermukaan tetapi kering dengan nilai

kearifan, melainkan ia bringas laksana beringasnya harimau lapar.

Kebringasan itu tampak pada pencitraan negara Timur Tengah dan asia

tenggara dicitrakan lewat propaganda komunikasi lewat teknologi informasi

guna merusak citra masyarakat Timur Tengah sesama ciptaan Tuhan yang

diberi ruang untuk hidup diplanet bumi. Sikap yang sama juga diprediksikan

oleh Bacon mengenai ciri epistemologi keilmuan Barat yang mendewakan

materialisme dan sekularisme yang ingin menguasai alam adalah mustahil.

Bacon menilai bahwa epistemologi ilmu pengetahuan era sekarang hanya

menarik secara bentuk tetapi kurang memiliki jiwa perbaikan akibat proses

epistemologi yang keliru. Produk epistemologi ilmu komunikasi cenderung

memengaruhi, menjajah dalam berbagai macam produk keilmuan seperti,

demokrasi, budaya, teknologi dan eksploitasi sumber daya alam baik laut,

maupun udara karena idiologi yang dibangun adalah idiologi materialisme

yang berlebihan. Dampak negatif dari kekeliruan epitemologi tersebut,

melahirkan gempa dimana-mana serprti Aceh tahun 2003 Jepang tahun

2011, kerusakan alam, polisi udara, darat semua ini tidak terlepas dari

kekeliruan membangun epistemologi ilmu pengetahuan.

Gejolak penjajahan keilmuan barat tersebut sehingga perlu diberikan

nilai aksiologi Islam yang berbasis pada Al-Quran dan Sunnah sehingga

nilai informasi itu memiliki unsur ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qana>ah. ada

titik temu antara ilmu langit dan ilmu alam. Doktrin sumber komunikasi

Islam yang tertuang dalam Al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw merupakan

Page 20: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 19

sumber primer materi pengetahuan yang perlu didesain menjadi ilmu

pengetahuan yang memiliki fungsi kearifan antar sesama manusia.

Wacana komunikasi Islam disusun kemudian direalitaskan dalam bentuk

Aqidah, syariah dan Akhlaq dalam tataran implementatif trilogi ini harus

menyatu dalam membangun disiplin ilmu komunikasi Islam yang permanen.

Al-Quran, Sunnah Rasulullah, Fenonema alam wadah kajian ontologi yang

dapat mengungkap wujud sumber pengetahuan yang tersirat dalam Al-

Quran dan Sunnah perlu dieksplorasi menjadi materi keilmuan bagi

konsentrasi dakwah dan komunikasi.

Disiplin ilmu komunikasi Islam di Fakutas Dakwah dan Komunikasi di

seluruh Indonesia belum menjadi konsumsi permanen tetapi hanya sebatas

wacana pengetahuan semata belum menjadi sebuah disiplin ilmu yang dapat

diferifikasi secara ilmiah. Kajian ini menjadi penting untuk mendapatkan

format komunikasi Islam yang berasal dari perpaduan antara komunikasi

murnih yang bercorak bottom up dan komunikasi Islam yang bercorak top

douwn serta bagaimana model integrasinya dengan disiplin ilmu dakwah

dan komunikasi murnih.

Al-Quran dan Sunnah sebagai wujud pengetahuan tersebut, perlu

didialogkan dengan fakta empiris tentang proses komunikasi sesama umat

manusia yang sesuai nilai-nilai Al-Quran dan Sunnah. Untuk mendialogkan

Al-Quran dan Sunnah tersebut membutuhkan teori ilmu pengetahuan untuk

mendapatkan sumber materi kemudian disusun secara sistematis sesuai

kaidah-kaidah logika matriil filsafat ilmu pengetahuan berdasarkan pada

aspek ontologi, epistemologi dan aksiologi.

Hal ini sangat memungkinkan dengan adanya sumber pengetahuan

dalam Al-Quran dan Sunnah jika melihat objek pengguna komunikasi Islam

yang berjumlah 5 Milyar jiwa, yang berbeda-beda suku etnis, agama,

budaya secara naluri membutuhkan pola komunikasi yang dapat

menyehatkan jiwa, serta meminimalisasi terjadinya konflik maka peran

komuniksi Islam sangat dibutuhkan.

Page 21: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 20

Untuk menjadikan materi pengetahuan yang telah ditemukan dalam ayat

Al-Quran dan Sunnah tersebut, perlu diproses lewat epistemologi sebagai

teori ilmu pengetahuan yang mengkaji dan menyelidiki secara sistematis

wujud materi yang telah didapatkan dari penelusuran ayat Al-Quran,

Sunnah dan fakta empiris yang dapat cernah oleh akal dan panca indra

menjadi sebuah bangunan keilmuan yang mandiri.

Setelah telah disusun materi pengetahuan tersebut di dalam mesin

epistemologi secara sistematis maka proses selanjutnya ilmu tersebut dinilai

manfaat bagi kemaslahatan umat dalam teori ilmu pengetahuan yakni

aksiologi. Teori ilmu ini menyelidiki, mengkaji dan menelaah nilai etika dan

estetika dari materi ilmu tersebut.

Permasalahannya adalah komunikasi Islam masih bersifat parsial belum

berdiri menjadi satu disiplin tersendiri. Pertanyaan adalah bagaimana cara

komunikasi Islam dapat menjadi disiplin ilmu yang mandiri, dan bagaimana

pola integrasinya dengan disiplin ilmu dakwah dan komunikasi. Dalam

makalah ini penulis rumuskan menjadi 3 pokok masalah yaitu:

1. Apa materi Dakwah dan komunikasi Islam dalam kajian ontologi,

epistemologi, dan aksiologi?

2. Bagaimana menyusun teori kebenaran menurut Dakwah dan

komunikasi Islam dalam kajian ontologi, epistemologi, aksiologi?

3. Mengapa harus ada proses integrasi komunikasi Islam dakwah dan

komunikasi?

Untuk menghindari pemahaman yang keliru terhadap judul makalah ini,

maka perlu penulis jelaskan makna leksikal dan gramatikal kalimat dari

judul makalah ini. Hal ini dilatarbelakangi banyaknya pemahaman makna

lain dari kata dan kalimat dalam judul makalah di atas.

Pengertian Komunikasi Islam: Ilmu yang menyelidiki dan mempelajari

secara sistematis, analitis, proses pengiriman pesan dan penerimaan

informasi yang dapat merubah prilaku manusia menjadi lebih baik

Page 22: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 21

berdasarkan sifat komunikasi ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. Serta di

wadahi oleh prinsip Aqidah, Syariah dan Akhlaq. Definisi komunikasi Islam

di atas maka proses selanjutnya adalah mendesain materi komunikasi Islam

baik objek formal (materi keilmuan) dan objek informasi (Prilaku

komunikasi manusia). Semua ini diferifikasi dalam mesin teori ilmu yakni

ontologi, epistemologi dan aksiologi.

Komunikasi Islam adalah: disiplin ilmu yang menyelidiki, mempelajari,

dan menelaah secara kritis sistematis, proses komunikasi dengan Allah,

manusia dan alam baik yang bersifat rasional maupun metarasional,

menurut sifat, tujuan fungsi dan metodenya. Metarasional juga adalah

sebuah realitas yang dapat dirasakan serta dapat berpengaruh pada objek

yang matriil (prilaku manusia).

Komunikasi Islam bersumber dari Al-Quran dan Sunnah yang

mengungkap cara berkomunikasi para Nabi dan Rasul Allah, khususnya

sifat komunikasi ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. manusia dan alam

semesta. Adab penyebaran dan penerimaan informasi melalui komunikasi

Islam dalam mengekspresikan informasi lebih menekankan pada perubahan

prilaku yang dapat memacu suasana kebatinan untuk gemar melakukan

komunikasi secara baik (ah}san). Tradisi dan prinsip dasar komunikasi Islam

adalah gemar berkomunikasi yang dapat menyehatkan jiwa menjadi baik.

Menyehatkan jiwa termasuk fungsi komunikasi Islam yakni, didasari

oleh niat baik dalam mengubah sikap, memengaruhi, mendidik,

memperbaiki prilaku komunikasi yang dalam bentuk interpersonal,

antarpersonal, kelompok maupun secara massa. Fungsi komunikasi Islam

mencerahkan, menginformasikan, menghibur, dan memperbaiki masyarakat.

Kegemaran berkomunikasi dengan baik inilah yang perlu

diimplementasikan dalam bentuk empiris.

Mekanisme prilaku empiris dakwah dan komunikasi dapat dilakukan

melalui metode komunikasi Islam dengan berbagai macam cara yaitu

Teknik jurnalis Islam, Hablum minallah, Hablum minannas, kaligrafi,

Page 23: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 22

komputer grafis, desain komunikasi visual Islam, khabar, jadilhum, dan

arsitektur teknologi informasi Islam. Dan analisis sistem informasi Islam.

Dengan demikian komunikasi Islam merupakan suatu sistem dari sumber

Al-Quran dan As-Sunnah, serta perenungan ekperimen rasional dan

metarasional yang memiliki satu kesatuan secara sitematis berdasarkan

kaidah-kaidah normatif yang dapat difahami lewat Al-Quran dan As-

Sunnah. Pemikiran komunikasi Islam menyatu dengan pemikiran teori

komunikasi Islam.

Sejarah komunikasi Islam tidak terlepas dari pergumulan dengan warisan

teologi klasik yang Pergolakan studi pemikiran Islam klasik melahirkan

faham besar yang menguasai pemikiran dunia Islam yakni faham

kejabariahan dan keqadariahan. Perdebatan teologi ini melahirkan cara

pandang dalam memahami komunikasi Islam dan alam realitas. Warisan

peradaban keilmuan klasik sangat menentukan target kemajuan ilmu

pengetahuan pada masa yang akan datang.

Paradigma komunikasi Islam ini tentunya membutuhkan kajian ilmiah,

yang menjadi under line adalah faham kejabariahan dan keqadariahan

tersebut telah menjadi kekayaan khazanah pemikiran komunikasi Islam

dalam pengembangan keilmuan. Hemat penulis faham kejabariahan dan

keqadariahan secara empiris yang menguasai pola pikir keilmuan

komunikasi Islam dewasa ini.

Perkembangan tiga mazhab teologi besar yakni, Mu’tazilah, Asy’ariyah

dan Maturidiyah peletak dasar konstruksi pemikiran komunikasi Islam yang

memiliki wawasan keislaman dan corak komunikasi yang berbeda-beda

secara teologis. Perbedaan ini lahir dari proses komunikasi yang panjang

sehingga menghasilkan wawasan dialektika komunikasi Islam hingga

sekarang. Perdebatan dalan sejarah peradaban Islam klasik ini hemat penulis

satu kekayaan intelektual dalam bidang komunikasi Islam.

Dari proses ontologi para ilmuan baik filosof maupun agamawan sangat

memengaruhi pola pengembangan keilmuan Komunikasi Islam khususnya

Page 24: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 23

dalam membangun idiologi kebenaran. Semua ini akan berdampak pada

pengembangan keilmuan. Hemat penulis dalam bangunan teori dalam

komunikasi Islam harus lahir dari rahim akumulasi Al-Quran, Sunnah, dan

peradaban keilmuan yang ada di dunia barat dan timur. Karena ilmu itu

otoritas Tuhan yang ditempelkan pada diri manusia yang lemah, kemudian

dengan ilmu manusia dapat berbuat kebajikan, kesejahteraan dalam

memenuhi kebutuhan dasarnya dan kemaslahatan seluruh makhluk Tuhan di

permukaan bumi ini.

Untuk menghindari hal tersebut, kajian komunikasi Islam harus lahir dari

rahim Al-Quran dan Sunnah yang didesain berdasarkan kaidah dialektika

logika yang baik, kemudian dikonfirmasikan dengan fakta empiris. Adapun

ciri dari ilmu pengetahuan komunikasi Islam yaitu ada perbedaan ontologi,

epsietemologis dan aksiologis dengan ilmu komunikasi murni. dibangun ada

beberapa kriteria proses ontologi yang perlu menjadi pertimbangan dalam

mendesain ilmu pengetahuan.

Banyak terminologi Al-Quran yang memiliki potensi sumber ilmu

pengetahuan disiplin ilmu komunikasi Islam yang bercorak perumpamaan

(Ams}}al). terlebih dahulu perlu diketahui apa hakikat manusia sebagai

makhluk yang diberi kuasa oleh Allah menjadi khalifah yang diberi amanah

membangun peradaban dunia berdasarakan kekuatan akal sehingga dapat

mengungkap yang abstrak menjadi nyata.

Selain itu unsur yang perlu ada dalam sebuah bangunan ilmu adalah

aspek objeknya, darimana sumber materi pengetahuan tersebut, apa

hakikatnya, bagaimana cara menyusunnya sehingga menjadi satu disiplin

ilmu baru, mungkinkah manusia dapat memahaminya, sampai dimana

batasannya, apa manfaatnya dan mengapa ilmu ini harus lahir.

Manusia sebagai penemu ilmu diciptakan memiliki peran memakmurkan

dunia ini berdasarkan informasi wahyu langsung maupun tidak langsung

serta batas kekuatan, kelemahan, hal yang diketahui, yang tidak dapat

diketahui yang diberikan kepada Allah. Manusia sebagai makhluk

Page 25: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 24

komunikasi Al-Quran menginformasikan dengan menggunakan huruf alif,

nun dan sin semacam insan, ins, nas, atau unas, basyar, bani adam dan

zurriat Adam. Kata basyara di ambil dari kata basyarah yang artinya kulit

yang indah yang berbeda dengan kulit binatang lain. Dalam QS Al-

Kahfi/18: 110 Allah menginformasikan

Terjemahnya:

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang

diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah

Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan

Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan

janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada

Tuhannya".

Ayat ini memberikan isyarat bahwa dari sisi basyar manusia semua

sama secara anatomi diproses berdasarkan sunnahtullah yang sama. Hal ini

membuktikan bahwa yang akan membedakan manusia yang satu dengan

lain adalah kreatifitas mendapatkan ilmu. Semakin berkembang peradaban

keilmuan seseorang semakin canggih budipekerti dan kesejahteraan

hidupnya.

Semakin banyak ilmu kebaikan yang diinput melalui panca indra

semakin arif dalam melakukan tata tertib cara berkomunikasi, semakin

banyak menginput informasi negatif semakin tinggi kecendrungan

berkomunikasi yang tidak Islami.

Potensi manusia dalam menemukan ilmu banyak diinformasikan dalam

Al-Quran seperti: QS At-Tin/95:5, Al-Isra/17: 70, QS Ibrahim/14: 34, QS

Al-Kahfi/18: 54. Potensi untuk mengetahui nama dan fungsi benda alam,

manusia terdiri dari Jazat : ( Unsur: Jiwa, Naps, Akal, Hati, dan fuad). (

Unsur Sifat: Air, Api, Tanah dan Angin (AATA/Hamba) Unsur cosmos

kemudian Allah fasilitasi rahasianya (Ruh), semua kekuatan yang Allah

berikan kepada manusia ini memiliki potensi melakukan rekayasa wujud-

Page 26: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 25

wujud yang ada sesuai kadar yang telah ditentukan Allah swt dalam

menjelajahi alam semesta ini.

Arip Tiro dalam bukunya bagaimana aku berfikir. Ia menjelaskan

pentingnya dialektika berfikir unruk mendapatkan pengetahuan yang

melalui panca idra yang diberikan Tuhan. sesuai kemampuan panca indra

dalam menginterpretasi simbol-silmbol alam semesta ini sebagaimana di

informasikan dalam QS Al-Baqarah/2: 31-33.

Terjemahnya:

31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)

seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu

berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu

mamang benar orang-orang yang benar.

32. mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui

selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya

Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-

nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-

nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan

kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan

bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu

sembunyikan.

TerjemahanQS Al-Baqarah / 2 : 31 yakni memberikan penjelasan proses

pancaindra merekam peristiwa terhadap terhadap tanda/simbol alam yang

dapat ditangkap oleh panca indra. Memperhatikan geonologi benda dan

fenomena yang tampak pada diri manusia dan alam dalam melakukan

komunikasi. Dalam tafsiran lain terjemahan hakim dengan Maha Bijaksana

kurang tepat, karena arti hakim ialah: yang mempunyai hikmah. Hikmah

ialah penciptaan dan penggunaan sesuatu sesuai dengan sifat, guna dan

faedahnya. di sini diartikan dengan Maha Bijaksana karena dianggap arti

tersebut hampir mendekati arti Hakim.

Page 27: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 26

F. Kajian Filosofis

Komunikasi Islam dalam makalah ini akan diwarnai oleh tradisi filsafat

Islam di mana ada 3 mazhab dominan di dalamnya yakni mazhab

peripatetik dengan tokoh Al-Farabi dan Ibnu Sina mudah dengan warna

rasionalistik Aristotelian yang begitu khas, mazhab illuminasionis (isyraqi)

dengan tokoh Suhrawardi Al-Maktul dengan corak sintesis antara

rasionalisme Aristotelian dengan intuisi neo-Platonisme, sehingga mazhab

Isyraq menggabungkan antara pemikiran rasional dengan pemikiran intuitif

yang bersumber dari wujud sang filosof melalui metode riyadhah.

Mazhab yang ketiga adalah al-Hikmah al-Muta’alliyah dengan tokoh

Mulla Shadra, mazhab ini bercorak Isyraqi hanya saja Mulla Shadra

menambahkan dimensi wahyu sebagai sumber sah gagasan filosofis. Dari

uraian ini terlihat bahwa pertentangan antara pengetahuan filsafat dan

pengetahuan mistik hanya terjadi pada mazhab peripatetik sedangkan pada

mazhab isyraqi dan Al-hikmah Al-muta’alliyah, filsafat justru dijadikan

lidah bagi pengungkapan pengetahuan-pengetahuan batin.

1. Sumber pengetahuan: Pengetahuan mistis bersumber dari kedalaman

wujud sang mistikus, ini berdasarkan kaidah ke-aku-an. Pengetahuan

adalah wujud itu sendiri, sepanjang hal-hal ilusif ke-dia-an yang

memakai topeng ke-aku-an tidak ditanggalkan, maka

wujud/pengetahuan akan tetap bercampur dengan

ketiadaan/kebodohan. Ke-dia-an (identitas ilusif aksidental yang

menempel dan terpahami sebagai hakikat-esensial seperti pangkat,

harta, garis darah) mesti dilebur, seperti emas yang dibakar agar logam

selain-emas bisa sirna, kedalam identitas sejati yakni kebergantungan

dan kefakiran itu sendiri terhadap Wujud Wajib, yakni Kekasih Sejati.

2. Alat/medium pengetahuan: Pengetahuan mistis diperoleh melalui hati

atau jiwa yang dibersihkan dari hal-hal yang menempelinya seperti

hasrat dan ketamakan, kebencian dan permusuhan, serta hal-hal yang

tidak adil lainnya (ifrat dan tafrid). Keadaan yang mesti digapai sang

Page 28: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 27

mistikus adalah keadaan washatan atau pertengahan, yang berkonotasi

terhadap keadilan atau menempatkan sesuatu pada tempatnya.

3. Objek pengetahuan:Pengetahuan mistis juga menjadikan wujud sebagai

objek kajiannya, hanya saja dalam perkembangan selanjutnya, para

mistikus menganggap bahwa wujud hakiki hanya milik Tuhan semata,

dan seluruh mahluk hanya memiliki wujud metaforis belaka, seperti

pohon dan bayangannya atau matahari dan sinarnya. Keduanya,

matahari dan pohon, eksis hakiki. Sedangkan bayangan pohon dan

sinar matahari eksis hanya sebagai efek atau subordinasi dari pohon

dan matahari.

4. Cara memperoleh pengetahuan: Sang mistikus melakukan apa yang

disebut olah batin atau riyadhah yang disebut juga aktifitas untuk

menyingkirkan segala `ke-dia-an sehingga yang tinggal hanya aku di

mana aku adalah `engkau itu sendiri, ini berdasarkan hadist dari Nabi

Suci Saw. Bahwa Barang siapa mengenal dirinya maka ia mengenal

Tuhannya. Riyadhah bisa berbentuk zikir, shalat, puasa, atau aktivitas-

aktivitas manapun yang dianggap bisa meleburkan ego-rendah ke

dalam Ego-Ilahiyah. Poin lain yang mesti dicatat dalam cara

pengetahuaan mistik diperoleh adalah penekanan pada otoritas dan

tradisi, sehingga kehadiran pembimbing spiritual (mursyid) adalah

sesuatu yang vital.

Teori kebenaran yang paling kuno adalah teori pengetahuan ontologi,

epiatemologi dan aksiologi yang pertama kali digunakan oleh Thales.

Sumber ilmu pengetahuan komunikasi Islam didapatkan dari berbagai

sumber ilmu yaitu dari Al-Quran dan Sunnah dan fenomena alam yang

saling melengkapi dan tidak bertentangan dengan usaha mencari kebenaran.

Corak dan watak ilmu pengetahuan menurut Basman kerap kali

dipengaruhi oleh aliran subjektivitas dan objektivitas para ilmuan

Page 29: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 28

berdasarkan fakta empiris dan standar kebenaran yang dibangun, sesuai

dengan kekuatan referensi yang ditelaah oleh panca indra.

Masalah Pokok yang dibahas dalam filsafat komunikasi Islam:Ontologi

(Wujud Metafisika): Mengkaji, menyelidiki tentang wujud Teologi,

Kosmologi dan Antropologi komunikasi Islam. Epistemologi: Cara

mengetahui wujud mengkaji, menyelidiki tentang hakikat pengetahuan,

sumber pengetahuan dan metode pengetahuan komunikasi Islam. Aksiologi:

Mengkaji, menyelidiki tentang etika (akhlaq natural dan akhlaq teologis),

dan Estetika (keindahan natural dan keindahan teologis) komunikasi Islam.

Ontologi: berasal dari bahasa Yunany yaitu ontos dan logos. Ontos

artinya: Sesuatu yang ada. Ontologis adalah teori ilmu tentang hakikat yang

ada yang menyelidiki apek teologis, kosmologi dan antropologi. Hal ini juga

diteguhkan oleh Neong Muhajir dalam bukunya filsafat ilmu ontologi

membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh wujud tetapi ia adalah

inti materi yang bersifat universal.

Epistemologi: berasal dari bahasa Yunani yakni episteme dan logos.

episteme artinya pengetahuan atau kebenaran, logos artinya:pikiran kata

atau teori. Cara menyusun secara sistematis sumber pengetahuan yang telah

diproses oleh teori wujud pengetahuan (ontologi) menjadi sebuah bangun

ilmu pengetahuan yang bebas tekanan psikologi.

Aksiologi: berasal dari bahasa Yunani axios berarti nilai dan logos

berarti teori. Cara pengelolaan ilmu dengan menelaah aspek etika dan

estetika dari objek materi ilmu tersebut. Integrasi komunikasi Islam dengan

Dakwah dan Komunikasi murnih adalah penulis menggunakan terminology

Firdaus yaitu penyatuan displin ilmu tetapi tidak merubah jenis materi ilmu

tersebut.

Ketiga teori ilmu pengetahuan ini merupakan hal penting yang harus

dimiliki oleh setiap praktisi ilmuan dalam mendesain disilpin ilmu. Ilmu

yang mandiri memiliki struktur, sistematika yang bersifat universal, dapat

diferifikasi dan dapat dicernah oleh indra manusia. Konsep teori ini yang

Page 30: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 29

berkembang didunia barat dan hampir seluruh lembaga akademik. Tapi

penulis memilih 3 teori kebenaran yaitu kebenaran empiris, kebenaran

relatifis, kebenaran pragmatis, yang bersifat linier dan unlinier (meta

empiris) inilah yang akan menjadi standar kebenaran ilmu komunikasi Islam

dalam kajian makalah ini.

1. Ontologi

Aspek kajian ontologi komunikasi Islam meliputi wujud teologi,

kosmologi dan antropologi. Para filosof pada masa pemerintahan Mu’tazila

selain melakukan proses kontenplasi, juga mengembangkan dan

memaksimalkan fungsi rasionalisme dan empirisme sebagai cara

mendapatkan pengetahuan untuk mengetahui alam realitas dengan

melakukan investasi ilmu dengan menerjemahkan buku-buku filsafat

Yunani kedalam bahasa Persia dan Arab.

Pada prinsipnya sumber pengetahuan komunikasi Islam bersifat top

down maka difahami dalam Al-Quran QS Ar-rahman/55: 1-5 Allah

menginformasikan lewat wahyu-Nya mengajarkan manusia pandai

berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal lewat simbol-simbol

qaulia dan kauniah yang dapat dicernah oleh panca indra oleh manusia.

Al-Quran dan Sunnah banyak menginformasikan wujud komunikasi

Islam lisan dan menggunakan media pena, tinta dan al-Qalam. Wujud

komunikasi Islam dalam Al-Quran dan Sunnah yang akan menjadi sumber

teori dalam komunikasi Islam adalah sebagai berikut:

Komunikasi bi al-Lisan, (Verbal) bi al-Qalam (NonVerbal) dan bi al-

Hal (Bodi Language/Komunikasi Tindakatan nyata).

Komunikasi Islam bentuk ilmu al-Badi (ilmu tentang cara mengatur

keindahan bahasa), ilmu al-Ma’ani (ilmu tentang cara memberikan

pemahaman) dan al-Bayan yakni (ilmu yang memberikan penjelasan).

Page 31: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 30

Komunikasi Islam bentuk. Ams}al Musarrahah, adalah yang

didalamnya dijelaskan dengan lafadz masal atau sesuatu yang

menunjukkan tasybih.

Amtsal Kaminah, yaitu yang didalamnya tidak disebutkan dengan

jelas lafadz tamsil (pemisalan), tetapi ia menunjukkan makna-makna

yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya, dan mempunyai

pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada orang yang serupa

dengannya. Ams}al Mursalah, yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak

menggunakan lafaz} tasybih secara jelas.

Komunikasi Qaulan baligan, Qaulan kariman QS Al-Isra/17: 23,

Qaulan layyinan QS Taha/20:44, Qaulan Ma’rufan QS Al-Baqarah/2:

235, QS An-Nisa/4:5, Al-Ahzab/33: 32. Qaulan maisyura QS Al-

Isra/17: 28 Qaulan Sadidan.

Instrumen Al-Quran di atas sebagai bentuk-bentuk metode komunikasi

Islam dan termasuk materi komunikasi Islam yang membutuhkan

epistemologi yang rapih sehingga memberi manfaat dan kemudahan bagi

praktisi keilmuan dalam bidang komunikasi Islam.

Cara Allah swt memberikan informasi kepada umat manusia yang dpat

dijadikan sebagai sumber pengetahuan (bahan mentah ilmu) yang kelak di

konstruksi menjadi ilmu pengetahuan hemat penulis perlu bantuan ilmuan

tafsir dan ahli komunikasi Islam dalam membangun khazanah komunikasi

Islam yang lebih konprehensip sehingga dapat menjelajahi pesan-pesan

komunikasi Islam dalam memahami Al-Quran dan Sunnah. Berikut ini

penulis kutip ayat dalam QS Arhman/ 55: 1-5 yang ditejermahkan secara

sederhana berikut ini.

Terjemahnya:

1. (tuhan) yang Maha pemurah, 2. yang telah mengajarkan Al Quran. 3.

Dia menciptakan manusia. , 4. mengajarnya pandai berbicara.5. matahari

dan bulan (beredar) menurut perhitungan.

Terjemahnya:

Page 32: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 31

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk. (QS An-Nahl/16:125).

Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan

antara yang hak dengan yang bathil. Sumber pengetahuan komunikasi Islam

secara lisan dalam ayat tersebut memberikan gambaran bahwa banyak

materi pengetahuan (firman Allah swt) yang perlu dikomunikasikan dengan

fakta empiris yang selama ini belum digaraf tuntas oleh para ilmuan

komunikasi murni yang lahir di dunia Eropa.

Sumber pengetahuan komunikasi Islam dalam bentuk verbal dan non

verbal penulis dapatkan dalam Al-Quran dan Sunnah berupa pena, tinta

dalam Al-Quran dan Sunnah berulan menyebutkan keutamaan pena dan

tinta. Salah satu aspek komunikasi Islam yang terdapat dalam QS Al-

Fussilat/41:33

Terjemahnya:

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru

kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:

"Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"

Ayat ini memberikan informasi bahwa manusia itu dikukur pada

lisannya. Sebaik-baik lisannya maka orang tersebut termasuk dalam

manusia yang ahsan(baik). Hal ini sesuai dengan makna (علم) ain, lam, dan

mim. Simbol ‘ain berbentuk mulut bermakna menghimpun ilmu sebanyak-

banyaknya, simbol lam menjulang ke atas bermakna memanjatkan ilmu itu

kepada Allah sehingga ilmu itu berberkah, dan simbol mim bermakna ilmu

harus pragmatis (bermanfaat bagi kemaslahatan umat) serta berbekas

perbaikan setiap melakukan hamblum minannas kepada sesama manusia

dan alam.

Page 33: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 32

Sumber pengetahuan juga dalam Sunnah Rasul saw berulang

menyebutkan keutamaan pena dan tinta yang dikeluarkan oleh Abu Hatim

dari riwayat Abu Khurairah r.a menyebutkan bahwa Rasulullah saw

bersabda: Allah telah menciptakan nun yakni dawat. Dalam hadis yang lain

Rasulullah saw memberikan informasi kepada manusia yang diriwayatkan

oleh Inbu Jarir dari Ibnu Abbas r.a., Rasulullah saw bersabda:

Setelah Allah menciptakan nun, yakni dawat dan telah menciptakan

qalam, Allah bertitah: Tulislah! Ya Rabbi, apa yang hamba tulis, jawab

Allah: Tulislah semua yang ada sampai hari kiamat.

Dua hadis di atas memberikan isyarat bahwa kata nun dalam QS Al-

Qalam/68: 1 tiada lain adalah dawat atau tinta walaupun sebagian ulama

menginterpretasikan pada makna lain. Karena salah satu kehebatan sumber

Al-Quran dan Sunnah para ilmuan diberikan banyak pilihan kebenaran

sesuai kebutuhan dan motivasinya masing-masing dari kajian ilmuan dalam

mendapatkan sumber-sumber ilmu pengetahuan.

2. Epistemologi

Ketergantungan manusia pada pengetahuan komunikasi Islam adalah

sesuatu yang natural. Ini karena manusia adalah mahluk yang

berpengetahuan dalam arti kemanapun dan dimanapun manusia berada,

maka ia senantiasa membawa pengetahuan komunikasi Islam bersama

dirinya, namun lebih dari itu, kebahagiaan manusia bergantung sepenuhnya

pada pengetahuannya; sejauh mana pengetahuannya bersesuaian dengan

realitas, maka sejauh itu pula kebahagiaan yang bisa digapainya, sebab

pengetahuanlah komunikasi Islam yang menjadikan manusia mampu

mengenali realitas dan bertindak sesuai dengan realitas.

Sampai pada poin ini, kesesuaian pengetahuan dengan realitas adalah

lapis luar dalam analisis kita. Lapis pertama, tentu saja, adalah pertanyaan

berikut, apakah pegetahuan itu mungkin? dalam arti sejauh mana

pengetahuan itu layak disebut pengetahuan? Tidakkah ia berpeluang

Page 34: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 33

menipu? Analisis kita, jika kedua pertanyaan ini telah terjawab, akan

berlanjut pada pertanyaan dengan media apa kita mengetahui? serta apa

saja sumber pegetahuan itu?

Demikianlah sekelumit pertanyaan yang akan menyapa siapapun yang

akan menelisik persoalan epistemologi. Epistemologi berasal dari kata

episteme yang berarti pengetahuan, serta logos‘ yang juga berarti

pengetahuan, hanya saja yang disebut belakangan ini memiliki nuansa

struktural, sistematis dan teleologis. Jadi secara etimologis, epistemologi

berarti pengetahuan terstuktur tentang pengetahuan. Untuk lebih gayanya,

kita sebut saja epistemologi sebagai teori pengetahuan.

Secara terminologis, epistemologi bermakna cabang filsafat yang

meneliti pengetahuan dan apa-apa saja yang berkenaan dengannya, semisal

sumber pengetahuan, medium/alat pengetahuan, objek pengetahuan dan

cara memperoleh pengetahuan. Defenisi lain epistemologi blia diajukan,

sebagai bidang ilmu yang membahas pengetahuan manusia, dalam berbagai

jenis dan ukuran kebenarannya. Posisi epistemologi sebagai cabang filsafat

sangat istimewa, khususnya dalam filsafat Islam.

Kecanggihan epistemomologi komunikasi Islam yang dikemas para

ilmuan menjadi titik aksentuasi validitas ilmu pengetahuan. Perbedaan titik

tekan pada epistemologi memiliki pengaruh terhadap hasil teori yang akan

digunakan. proses epistemologi komunikasi Islam Al-Gazali mensintesakan

rasionalisme, empirisme, dan kasyf-nya atau hanya mengadalkan kekuatan

rasio dan indra saja.

Jika dipelajari histografi pergulatan komunikasi Islam yang diwariskan

oleh para teolog klasik memberikan inspirasi wawasan yang sangat kaya

dengan unsur-unsur metode atau cara melakukan komunikasi khususnya

yang berhubungan dengan persoalan eksistensi ketuhanan dan alam kosmos.

Konflik pemikiran dan metode dakwah dan komunikasi Islam para

teolog klasik ini sangat memengaruhi alam pikiran umat Islam dewasa ini.

Tetapi kekeliruan yang dipelihara adalah munculnya pembenaran, klaim

Page 35: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 34

kebenaran terhadap kelompok tertentu dan aliran cenderung alam

pikirannya yang paling benar. Hemat penulis ini adalah kekeliruan yang

kurang mengungtunkan dalam membangun konstruksi epistemologi dakwah

dan komunikasi Islam.

Tetapi harus kritis melihat perdebatan para teolog klasik ini, maka

banyak hikmah, pelajaran dan kekayaan epitemologi komunikasi Islam yang

dapat dipilih untuk membangun arsitektur konstruksi epistemologi

komunikasi Islam permanen yang dapat memberikan kontribusi dan

pelajaran bagi pengembangan komunikasi Islam dewasa ini.

Hemat penulis komunikasi Islam yang bersumber dari Al-Quran dan

Sunnah serta warisan kekayaan intelektual para teolog klasik serta

fenomena alam semesta perlu dikomunikasi dengan fakta empiris dewasa

ini, bagaimana proses komunikasi profetik, komunikasi spiritual,

komunikasi telepati, intrapribadi, antar individu, antar kelompok, massa,

antar budaya sesama bangsa dan antar negara sekalipun.

Karunia Allah swt yang paling besar adalah diberi kekuatan berpikir dan

kepekaan rasa sehingga dapat menangkap pesan atau tanda-tanda kebesaran

Tuhan kemudian melakukan ekperimen-eksperimen teknologi yang dapat

memudahkan manusia dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia.

Hemat penulis unsur-unsur media perakam ilmu pengetahuan manusia

adalah sebagai berikut: unsur-unsur pendeteksi materi pengetahuan dalam

dakwah dan komunikasi Islam.

a. Ruh (rahasia Allah)

b. Akal (Logika)

c. Al-Sama’u

(Pendengaran)

d. Al-Absa>ru

(Penglihatan)

e. An-Naps (Napsu)

f. Al-Fu’a>du (Hati)

Semua fasilitas yang Allah berikan ini, sebagai alat pendeteksi, perekam,

fenomena alam untuk melahirkan kebenaran dan proses penyusunan

pengetahuan menjadi sebuah bangunan ilmu pengetahuan. Unsur-unsur

Page 36: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 35

primer (penyebab pertama) lahirnya komunikasi Islam yang bersumber dari

Allah yang Esa. Manusia diciptakan berasal dari sumber 4 anasir yaitu: Air,

Api, tanah dan Angin kemudian Allah tempelkan

rahasianya(ruh)/integrasikan dengan 4 anasir menjadi 5 unsur tersebut

sehingga membentuk namanya manusia yang fitrah. Kata fitra berasal dari

al-fatar (bayangan pencipta) sehingga sangat memungkinkan menjadi

khalifah di Bumi.

Dalam komuniksi Islam banyak inspirasi metode tomunikasi yang dapat

dijaidkan sebagai pedoman dala melakukan komunikasi untuk menghindari

terjadinya komunikasi yang tidak efektif adalah sebagai berikut:

1. Taqwallah Lugah (Takut berkomunikasi yang salah)

2. Da’wat al-Na>s bi al-Lisa>n (Berkomunikasi secara verbal).

3. H{usn al-Istima> wa al-Ins}a>t (Adab mendengar dan memusatkan

perhatian).

4. Al-Tadabbur (Komunikasi analisis)

5. Al-Muja>dalat bi allati> hiya Ah}san (Komunikasi sharing tingkat

tinggi)

6. Husn al-Qawl (pemilihan kata yang baik).

7. Isti’ma>l al-H{awa>s (memaksimalkan panca indra sebagai respon

terhadap aksi simbol). Bi H{ikmah wa al-Mau’zah al-H{asanah

(Mengungkap hikmah dalam proses komunikasi Islam dalam

Nasehat yang baik).

8. Al-Tadarruj fi> ta’dil al-sulu>k (tahapan Komunikasi Islam).

9. Tauzi> Al-Ta’allum (berproses Komunikasi Islam)

10. Al-Intiba>h (menarik Perhatian), Al-Tikra>r (Pengulangan-

pengulangan)

11. Al-Qudwah Al-H{asanah (Memiliki nilai entertainer), Al-H{iwa>r

(Dialog)

12. Darb al- Ams\al wa al-Tawd}ih} al-Hiss>i li al-Ma’ani> (Membuat

analog-analog yang mudah dicernah panca indra manusia).

Page 37: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 36

13. Al-Targhi>b wa al-Tarhi>b (Motivasi dan Inovasi)

14. Al-Qissi (Realitaskan dalam bentuk cerita/Kisah Cerita)

15. Al-Ibrah wa Maw’iz}at al-H{asanah (Komunikasi Produktif yang

mengadung nilai pelajaran), Al-S|awa>b wa al-‘Iqa>b (Memberikan

komunikasi yang sifatnya dapat menekan psikologi).

16. Al-Mumarasah al-Amaliyyah (Pagelaran/Gebyar Komunikasi)

17. Al-Rihlah al-Ilmiyyah (Komunikasi Ilmiyah).

18. Al-Ta’allum Mada> al-H{ayat (Komunikasi sepanjang masa)

19. Fastabiq Al-Khaira>t (kompetisi komunikasi yang baik)

20. Ijad al-Bi’ah al-Islamiyyah (Menciptakan suasana komunikasi yang

Islami).

Penduduk dunia yang tersebar di planet bumi ini dari sisi basyariah

manusia adalah makhluk komunikasi sebagai dasar naluri manusia secara

universal. Petunjuk Al-Quran dan Sunnah sebagai sumber pokok materi

pengetahuan perlu pengkajian secara sistematis untuk memudahkan proses

desain ilmu pengetahuan bidang komunikasi Islam. Komunikasi Islam yang

lahir Top douwn sedangkan komunikasi murnih lahir secara bottom up. Hal

ini menarik dialogkan kedua disiplin ilmu tersebut sehingga mendapatkan

corak baru dalam pengembangan ilmu pengetahuan baru dari

pengembangan konsentrasi dakwah dan komunikasi.

Secara ontologi banyak term Al-Quran yang dapat dijadikan sumber

pengetahuan yang kelak dijadikan sebagai ilmu pengetahuan dalam

komunikasi Islam seperti yang tersurat dalam QS An-Nisa/4: 63, Qaulan

baligan, Qaulan kariman QS Al-Isra/17: 23, Qaulan layyinan QS

Taha/20:44, Qaulan Ma’rufan QS Al-Baqarah/2: 235, QS An-Nisa/4:5, Al-

Ahzab/33: 32. Qaulan maisyura QS Al-Isra/17: 28 Qaulan Sadidan QS An-

Nisa/4: 9, QS Al-Ahzab/33: 70-71.

Informasi sumber pengetahuan dalam Al-Quran tersebut akan menjadi

komponen utama bagi desain ilmu Komunikasi Islam. Sumber pengetahuan

Page 38: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 37

yang terpelihara secara lisan (hafalan) maupun secara konseptual ini adalah

objek kajian ontologis bagi desain pengembangan ilmu komunikasi Islam.

Untuk mengungkap persoalan metafisik yang ada kaintannya dengan

sumber material ilmu komunikasi Islam dalam Al-Quran hemat penulis

perlu kesucian jiwa, dan motivasi (niat) yang suci dengan semata-mata

mengharap ridha dari Allah sebagai penguasa ilmu dilandasi oleh keahlian

dalam bidang ilmu tafsir dan ilmu komunikasi Islam.

Karena luasnya khazanah nilai dalam Al-Quran dan substansi pelajaran

komunikasi Islam yang tersirat maupun tersurat maka perlu pejelajahan dan

pemetaan sumber ilmu pengetahuan yang relevan dengan struktur ilmu

komunikasi Islam. Hal ini untuk melakukan pemetaan secara tematik

sumber pengetahuan komunikasi Islam dengan melakukan klasifikasi dan

spesialiasi dari ayat yang telah ditakrij secara tematik.

Komunikasi Islam adalah disiplin ilmu yang membawahi beberapa ilmu-

ilmu pengembangan yang erat kaintannya dengan kebutuhan dasar manusia

dalam melakukan interkasi khususnya cara berkomunikasi yang bewawasan

Islam antara lain seperti:

1. Komunikasi Spiritual: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari

komunikasi Islam yang dilakukan seara ritual seperti: shalat, haji,

puasa, zakat dan tasawuf.

2. Komunikasi Islam Human Realtion dan Public Relation

mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari komunikasi Islam cara

membagun jaringan (Hablum minallah, Hablun Minannas dan

Alam).

3. Komunikasi Profetik: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari

komunikasi Islam yang dilakukan oleh para Nabi dan Rasul dalam

menyampaikan pesan agama dan kehidupan sosial sesuai

zamannya masing-masing.

4. Komunikasi Ulil Albab: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari

komunikasi Islam yang dilakukan secara intrapersonal melalui

Page 39: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 38

penjelajahan berfikir yang mendalam baik yang dilakukan secara

qiaman, waqu’udan, dan wajunubihim.

5. Teknologi Komunikasi Islam : Media cetak dan Elektromik (TV,

Radio,Hp, Internet baik yang sifatnya global maupun bersifat

LANI (Lokal Areal Network Islam).

6. Desain Komunikasi Visual Islam: mengkaji, menyelidiki cara dan

efek dari komunikasi Islam yang dilakukan secara visualisasi

tanda dan simbol-simbol Islam (semiotika Islam) seperti

kaligrafi, gambar mekah/kabbah yang bergerak maupun yang

tidak bergerak.

7. Komunikasi Global Islam: mengkaji, menyelidiki cara dan efek

dari komunikasi Islam yang dilakukan sistem telekomunikasi

(komunikasi jarak jauh) antara provinsi, antar negara, antar

bangsa seperti OKI dan sejenisnya.

8. Komunikasi Telepati: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari

komunikasi Islam seperti ilmu magic, hipnotis dan sejenisnya.

9. Komunikasi Penyiaran Islam; mengkaji, menyelidiki cara dan

efek dari komunikasi Islam yang berhubungan dengan konsep dan

pola penyebaran informasi yang dilakukan dengan cara bi al-

Lisan, bi al-Qalam, bi al-Hal dengan menggunakan media

teknologi informasi.

10. Analogi Komunikasi dalam Al-Quran: mengkaji, menyelidiki cara

dan efek dari komunikasi Islam yang berhubungan dengan konsep

dan pola penyebaran informasi dengan menggunakan

perumpamaan. Biasanya dalam kajian ini hal persoalan abstrak

yang direalitaskan.

11. Manajemen Sistem Informasi Islam: mengkaji, menyelidiki cara

dan efek dari komunikasi Islam yang berhubungan dengan konsep

pembelajaran kepemimpinan diri dan industri masyarakat,

manajemen pengembangan sumber daya masyarakat Islam

Page 40: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 39

berdasarkan disiplin ilmu dan keterampilan yang dimiliki sesuai

kebutuhan jaman.

12. Psikologi Komunikasi Islam: mengkaji, menyelidiki cara dan

efek dari komunikasi Islam yang berhubungan dengan konsep

tentang prilaku komunikasi Islam baik sesama suku, bahasa,

agama, bangsa dan budaya.

13. Sejarah, dan Filsafat Ilmu Komunikasi Islam serta metode

pengembangan dan proses integrasi dengan displin ilmu lain.

14. Komputer grafis Islam: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari

komunikasi Islam dari program komputerisasi bidang desain dan

arsitektur seperti merancang masjid yang ASRI (Aman, Senang/

Sejahterah, Ramah dan Indah) dan mendesain pola pencitraan

Islam baik bidang cetak maupun bidang animasi, grafika (Dunia

Percetakan) dengan menggunakan software 3 D Max, Adop

Premier, Corel Draw, Adobe Photosoft dan pelajaran tentang

bidang digital printing yang profesional .

15. Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat Islam: mengkaji,

menyelidiki cara dan efek dari komunikasi Islam yang dapat

merubah masyarakat dari prilaku yang kurang baik menjadi

prilaku yang gemar berbuat baik.

Adanya motivasi yang kuat dalam diri manusia untuk mencapai

kebenaran sehingga manusia berlomba-lomba mencari kebenaran tersebut.

Berbagai macam pola kebenaran yang lahir dari manusia seperti kebenaran

wahyu, kebenaran akal dan kebenaran perasaan. Selain itu ada kebenaran

ontologis (kebenaran hakikat), epistemologi (kebenaran berdasarkan

pengetahuan manusia yang difahami melalui wahyu dan pengalaman

empiris), kebenaran aksiologi (kebenaran berdasarkan etika dan Akhlaq).

Banyaknya pemahaman kebenaran inilah sehingga para filosof (ahli hikmah)

Page 41: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 40

mendorong lahirnya epistemologi untuk mendeteksi mana yang mendekati

kebenaran hakiki.

Motivasi awal proses berpikir manusia adalah untuk mencapai kebenaran

yang sedapat mungkin pasti. Tetapi realitas dari hasil pikiran yang

dihasilkan belum tentu pasti kebenarannya. Dengan demikian perlu ada

ukuran kebenaran untuk menguji proposisi, pendapat berupa pengetahuan

yang diproses oleh cara panca indra merespon tanda dari fenomena yang

dicernah oleh panca indra manusia. Untuk mengindari konflik pemikiran

kebenaran maka perlu standar kebenaran untuk menguji kebenaran yang

dihasilkan dari proses ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dalam kajian

komunikasi Islam ada 3 teori yang perlu diketahui yaitu:

1. Teori kebenaran bercorak top douwn (kebenaran wahyu) memiliki

model komunikasi komunikasi ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah.

Serta di wadahi oleh prinsip Aqidah, Syariah dan Akhlaq.

2. Teori kebenaran bercorak bottom up (kebenaran empiris) yang

sesuai dengan akal (logis), rasional untuk menguji kebenaran suatu

pemikiran. Karakter kebenaran ini sifatnya kebenaran yang hanya

dapat dicernah oleh panca indra dan cenderung propaganda.

3. Kriteria kebenaran ilmiah yang dianggap benar bagi para ilmuan

Eropa dan sebagian perguruan tinggi Islam di Indonesia, yang

berlaku secara umum di dunia akademik diseluruh dunia yang

menjadi ukuran dalam mendesain kajian penelitian:

a. Sistematis, objektif , Dapat dipertanggungjawabkan

b. Bersifat universal, Dapat diferifikasi, Tidak bertentangan

dengan akal,

c. Memiliki objek formal, Mempunyai metodologi

4. Kriteria kebenaran ilmiah menurut komunikasi Islam:

a. Mempunyai metodologi, Sistematis, objektif, Dapat

dipertanggungjawabkan

Page 42: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 41

b. Bersifat universal, Dapat diferifikasi, Tidak bertentangan

dengan akal

c. Memiliki objek formal dan Infomal, dengan nilai materi

informasi bersifat ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. Serta di

wadahi oleh prinsip Aqidah, Syari’ah dan Akhlaq.

3. Aksiologi

Istilah aksiologi sebenarnya berasal dari kata axios dan logos. Axios

artinya nilai atau sesuatu yang berharga, logos artinya akal, teori. Aksiologi

artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria, dan status

metafisik dari nilai.1 Dalam pemikiran Yunani studi mengenai nilai

pemikiran Plato tentang idea tantang kebaikan, atau yang lebih dikenal

dengan summon bonum (kebaikan

tertinggi).http://mbasong.blogspot.com/2008/04/aksiologi-ushul-fiqh.html

- _ftn2 Diakui, bahwa dengan adanya ilmu pengetahuan, manusia banyak

mendapatkan manfaatnya, seperti kemajuan teknologi, kemudahan

komunikasi, kelancaran produksi, dan lainya. Pendek kata, ilmu mengabdi

kepada masyarakat sehingga menjadi sarana kemajuan guna menemukan

harta-harta ciptaan Tuhan. Berdasarkan perspektif filsafat, dapat dikatakan

bahwa fungsi dan kegunaan (aksiologi) suatu ilmu adalah untuk

memecahkan persoalan yang dihadapi

manusia.http://mbasong.blogspot.com/2008/04/aksiologi-ushul-fiqh.html -

_ftn3

Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya "Filsafat Ilmu", mendefinisikan

aksiologi dalam dua tahap. Tahap pertama, ilmu yang otonom terbebas dari

segenap nilai yang bersifat dogmatic (bebas nilai) maka dengan leluasa ilmu

dapat mengembangkan dirinya (fungsi internal). Tahap kedua, ilmu juga

bertujuan memanipulasi faktor-faktor yang terkait dalam gejala tersebut

1Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan Persoalan Eksistensi dan Hakikat Ilmu

Pengetahuan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 95.

Page 43: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 42

untuk mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi. Berbekal konsep

mengenai kaitan antara hutan gundul dan banjir, umpamanya ilmu

mengembangkan teknologi untuk mencegah banjir.

Pamor Aksiologi sebagai salah satu bidang kajian filsafat ternyata belum

mendapat tempat yang layak bagi para ilmuan dan filsuf ilmu, khususnya

dalam kajian filsafat Ilmu. Selama ini, yang sering mendapat perhatian

adalah aspek Ontologis dan Epistemologis ilmu.

D. Berpikir reflektif

Kasih sayang Allah kepada umatnya diberi karunia berupa kemampuan

berpikir, melihat, mendengar, merasa, dan memperhatikan tanda-tanda

kebesaran Tuhan yang dibentangkan di alam semesta ini. Prinsip ilmu

pengetahuan dialetika (seni berpikir) untuk mendapatkan materi

pengetahuan yang ada dilangit dan alam semesta. Substansi dari kreatifitas

berpikir adalah menjadi orang bijaksana dalam menelaah permasalahan yang

ada.

Berpikir adalah proses mengenal sesuatu sehingga menghasilkan

‚pengetahuan‛ yang bakal menjadi ilmu pengetahuan inilah proses ontologi

yang digunakan oleh praktisi ilmuan mulai dari Thales, aristoteles, Plato

Al-Farabi, Thomas Aquinus dan tokoh-tokoh ilmuan lainnya sampai pada

aliran rasionalis yang melahirkan aliran moderen sebagai warisan seni

berpikir oleh para ilmu di masa moderen yang akrab dikenal dengan aliran

strukturalime dan pragmatisme.

Dari gambaran aliran strukturalime dan pragmatisme para tokoh filosof

ini, dapat dipahami bahwa berpikir adalah seni mengolah pesan dari proses

komunikasi intrapersonal melalui pengalaman hidup yang direspon oleh

panca indra kemudian dikemas secara sistematik sehingga menghasilkan

ilmu pengetahuan yang berguna bagi orang lain. Dalam seni berpikir ada

beberapa kategori cara berfikir, hal ini menunjukkan tidak semua kerja

Page 44: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 43

berpikir ini dapat menjadi pengetahuan, tetapi ada kaidah-kaidah yang

ditemukan oleh para ilmuan.

Pandangan seni berpikir ini terbagi menjadi dua yaitu seni berpikir yang

dilakukan oleh para filosof dan seni berpikir yang dilakukan oleh ilmua

agama. Dalam pembahasan ini penulis mengkaji ilmuan secara umum dan

ilmuan agama dalam menangkap pesan-pesan atau tanda-tanda fenomena

alam dibentangkan Tuhan lewat fenomena alam semesta ini. sebagai

berikut: Cara Berpikir reflektif menurut para filosof:

a. John Dewey mendefinisikan berpikir reflektif adalah: proses

interpretasi simbol yang direkam oleh mata dan dikonsultasikan oleh

otak kemudian lahirlah pengetahuan. Seperti contoh jika melihat

seekor burung terbang kemudian secara reflektif burung itu dilihat

dengan panca indra mata manusia maka rekaman proses tersebut

disebut proses berfikir reflektif.

b. Berfikir Kreatif: Proses olah otak dalam menangkap gejala kemudian

memberikan pengertian terhadap simbol yang dilihat kemudian

dicernah oleh otak. Dari cara berpikir inilah melahirkan teknologi

untuk memudahkan manusia memberika makna setiap perubahan

yang ada disekitarnya maupun diluar pikirannya. Seperti manusia

menciptakan alat recorder cahaya, (kamera), recorder audio (suara),

recorder inframera dan teknologi komputer yang sekarang ini

digunakan manusia.

c. Berfikir tepat: proses berpikir seperti ini disebut dengan pemikiran

logis artinya semua yang ditangkap oleh panca indra harus sesuai

dengan cara kerja akal yang penulis istilakan berfikir linier. Logika

ini dijadikan sebagai rumusan berpikir kebenaran. Menurut aliran

filosof barat yang berkembang pada abad ke 18-20 didominasi oleh 2

aliran besar yaitu Idialisme yang berkembang di Jerman, dan aliran

empirisme berkembanga di Inggris. Tokoh aliran idialisme di jerman

adalah Ficte (1762-1814), Hegel (1770-1831), Scheling (1775-1854).

Page 45: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 44

Tokoh aliran empirisme di Inggris John Lucke (1632-1704), David

Hume (1711-1776), Herbert Spencer(1820-1903). Kedua aliran

memiliki takaran kebenaran masing-masing dalam kajian ilmiah.

Kebenaran menurut aliran idealisme mengatakan bahwa kebenaran

itu harus sesuai dengan takaran logika, sedangkan menurut aliran

empirisme kebenaran itu harus sesuai dengan pengalaman yang

dialami oleh panca indra manusia. Dan kebenaran relativisme yang

ditemukan oleh Albert Enstein yang berpendapat bahwa semua

kebenaran itu bersifat relatif dalam kajian ilmiah. Dan masih banyak

lagi definisi kebenaran para ilmuan barat tetapi setidaknya penulis

pilih 3 aliran ini karena aliran inilah yang menguasai idiologi

kebenaran para ilmuan barat dalam melakukan kajian ilmiah.

Cara berfikir reflektif ini dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu cara

berfikir rasional dan gabungan rasional-metarasional. Metode berpikir ini

dapat lihat pada pihak agamawan khususnya umat Islam mendapatkan

kebenaran bersifat top douwn (melalui wahyu) pesan yang di bersumber

pada Proses respon dari perjalan spiritual yang difahami lewat wahyu dan

warisan teologi klasik para ilmu muslim sehingga mendapatkan kebenaran.

Aliran-aliran dalam kaidah berpikir reflektif ini adalah: Mu’tazila,

Khawarij, Murjiah, Jabariah, Qadariah, Maturidiyah Syi’ah, dan ahlu

Sunnah waljamaah. Semua aliran ini memengaruhi dalam mendesain

kebenaran bagi ilmuan bercorak agama khususnya di dunia Islam.

a. Berfikir tepat: Semua fenomena alam adalah kebenaran mutlak dari

Tuhan, baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Panca indra

manusia menangkap pesan berupa tanda dan simbol-simbol yang

dibentangkan oleh alam langsung direkam oleh otak kemudian

dikonfirmasi oleh wahyu. karena Allah yang membuka mata hati,

mata fisik, dan pendengaran. Tokohnya adalah Ibnu Rusy, Ibnu Sina,

Al-Faraby, Al-Kindi.

Page 46: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 45

b. Berfikir Kreatif: Cara berpikir dengan cara melakukan penapsiran

terhadap wahyu komunikasi dikomunikasikan atau didialogkan

dengan fakta empirik yang dikontrol oleh akal, kemudian

disistematiskan oleh logika sebagai metode dialiektika dalam

mendesain sebuah pengetahuan.

c. Berpikir reflektif: bentuk berpikir seperti ini lebih banyak didapatkan

lewat faham-faham jabariah. Menurut faham ini bahwa semua

fenomena alam yang tampak ini tidak terlepas dari remout control

Tuhan. Sementara aliran qadariah berpendapat bahwa rafleksi

berpikir adalah merupakan sunnatullah yang telah di instal pada diri

manusia tinggal memaksimalkan saja. Semua aliran Islam di atas

menggunakan takaran kebenaran yang difahami lewat wahyu.

Proses integrasi komunikasi Islam dakwah dan komunikasi.

Setelah melewati pertarungan dialogis dari institusi satu ke institusi

yang lain mulai dari abad 19-20 dengan berbagai macam stereotype,

prejudice antara science dan agama mulai nampak pertemuan dalam

berbagai aspek baik aspek metodologis maupun pembuktian secara ilmiah.

Kecendrungan informasi-informasi agama mulai didialogkan dengan

temuan-temuan ilmiah. Misalnya ahli fisika, ahli biologi dan ahli tasawuf

bertemu pada titik kekaguman Allah atas semua ciptaannya. Walaupun

cara bersyukur dan berkontemplasi berbeda tetapi betemu pada pentauhidan

Allah swt.

Benturan antara ilmu agama dan ilmu terapan dewasa ini tidak lagi

menjadi wacana yang produktif, mulai saling menungjang dan

mengokohkan antara satu dengan yang lain. Hal ini tampak pada ilmu hadis

misalnya menggunakan ilmu sosiologi dan antropologi sebagai ilmu bantu

dalam mengungkap peristiwa sosial dan prilaku manusia pada hadis

dibukukan. Hal ini menunjukkan perkembangan ilmu komunikasi Islam

kedepan memiliki masa depan yang cerah karena komunikasi Islam bersifat

Page 47: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 46

universal karena setiap orang dalam melakukan interaksi senang

berkomunikasi dengan cara yang sopan, santun dan dapat dipercaya. Sifat

komunikasi Islam itu memiliki unsur ama>nah, fat}a>nah, siddiq, dan qanaah.

Serta di wadahi oleh prinsip Aqidah, Syariah dan Akhlaq.

Komunikasi Islam salah satu bentuk ilmu baru yang berusaha

mengkomunikasi cara-cara komunikasi kenabian (profetik) mulai

didialogkan dengan cara komunikasi manusia. Hal ini menunjukkan kajian

komunikasi Islam akan menjadi kajian yang menarik dari ssisi

pengembangan ilmu pengetahuan karena banyak sekali ilmu langit yang

perlu dikomunikasi dengan kondisi di bumi inilah signifikansinya kajian

komunikasi Islam.

Pertemuan ilmu yang berbeda yang disebut integrasi keilmuan adalah

juga termasuk sunattulah dari pengembangan keilmuan. Intergrasi yang

dimaksudkan dalam kajian komunikasi Islam ini bersatu tetapi tetap

berbeda laksana suami istri perbedaan yang diikat oleh satu akad nikah

(ikatan kuat) sehingga hidup menjadi lebih kokok. Begitupula ilmu

komunikasi Islam dengan ilmu dakwah dan komunikasi murni. Karena harus

diakui pengembangan ilmu bumi telah sampai pada puncaknya dengan

ditemukannya teori relativisme. Cara mengukur kebenaran teori ini dalam

kajian ilmu empiris bahwa ilmu yang ada di planet bumi ini dicernah panca

indra bersifat relatif kebenarannya.

Dalam artian semua kebenaran berdasarkan fakta yang dilihat pada saat

itu, jika 100 tahun kemudiam lebih berkembang lagi berarti terjadi

perubahan cara menentukan kebenaran lagi inilah corak cara kerja teori

relatifisme. Sampai sekarang ini belum ada teori yang dapat menggugurkan

teori realtifisme tersebut.

Jika dianalogikan dengan warisan teologi klasik Jabariah lebih

mengandalkan kekuatan Tuhan semata sedangkan Qadariayah

mengandalkan sunnah Allah yang telah diciptakan untuk dipergunakan

semaksimalkan akal dan perlakuan ekperimen dan kajian-kajian untuk

Page 48: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 47

mengetahui sunnatullah yang dihamparkan di planet bumi ini. Atau dapat

diartikan lain bahwa jabariah lebih banyak mengkaji ketahuidan tetapi

Jabarian lebih banyak mengkaji ciptaan Tuhan.

Begitupula komunikasi Islam dengan komunikasi murni saling

melengkapi antara satu dengan yang lain. Karena memang lahir dari rahim

tradisi ontologi dan epistemologi yang berbeda tetapi menuju pada satu

titik yakni berusaha melakukan komunikasi yang efektif dan antar sama

umat manusia yang berbeda-beda agama, ras, budaya dan bahasa.

Prinsipnya Komunikasi Islam dalam penyebaran informasi memiliki

indikator informasi seperti ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. Serta di

wadahi oleh prinsip Aqidah, Syari’ah dan Akhlaq. Jika keluar dari kriteria

ini maka proses komunikasi tersebut tidak masuk pada wilayah komunikasi

Islam. Wallhu wa’lam

1. Sumber ilmu berasal dari satu sumber yaitu Dari Allah Panca indra

adalah wadah mendapatkan ilmu. Bentuk komunikasi Islam dalam

kajian ontologi, epistemologi, dan aksiologi menggali ide ilmu dari

Al-Quran dan Sunnah dengan memaksimalkan panca Indra dan

intuisi yang suci untuk mendaptakan ilmu yang suci pula. Semakin

suci suasana kebatinan seseorang semakin berkompeten menelaah

ayat Qauliah dan Qauniah.

2. Teori kebenaran menurut komunikasi Islam dalam kajian ontologi,

epistemologi, aksiologi, Khusuli dan khuduri. inilah kebenaran yang

dianut oleh sistem komunikasi Islan memiliki indikator informasi

seperti ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. Serta di wadahi oleh

prinsip Aqidah (Keyakinan kokoh pada pencipta Ilmu), Syari’ah

(tata tertib kuat dalam berpikir), dan Akhlaq (Kecerdasan

budipekerti yang luhur). Inilah kriteria atau indikator komunikasi

Islam.

3. Proses integrasi komunikasi Islam, dakwah, dan komunikasi.

Setiap ilmu berwatak saling mendukung dan mengkokohkan

Page 49: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 48

sehingga dalam tahap implementatif ilmu komunikasi Islam, ilmu

dakwah dan ilmu komunikasi memiliki keterpaduan metodologis

sehingga melahirkan banyak premis, paradigma dan citarasa dalam

mengungkap, menelaah, memetakan, setiap probelamatika yang

dihadapi oleh manusia.

E. Penelitian Natural/Kualitatif

Mendeskripkan tradisi penelitian kualitatif dalam ilmu sosial dapat

diambil analogi ‚arus gerak kendaraan dijalan raya yang dikendalikan oleh

lampu merah, hijau dan kuning. Pertanyaannya adalah:

a. Adakah teraturan pola arus gerak lalulintas kendaraan paa setiap

persimpangan?

b. Adakah regularitas arus gerak kendaraan bersifat menistik(seperti

mesin)?

c. Bersifat otomatikah arus kendaraan tersebut?

d. Apakah arus gerak kendaraan pada persimpangan jalan itu bersifat

kausalitas?

Jawaban atas pertanyaan ini ternyata tidak tunggal berdasarkan

mekanisme ilmiah masing sesuai aliran idiologi kebenaran, paradigma,

pemikiran yang dianut oleh sang peneliti. Jawabannya tergantung pada cara

merekonstruksi data, menyusun data, pendekatan, idiologi kebenaran,

dalam mengungkap objek yang diteliti sesuai tingkat kejujuran, kridibilitas,

dan kekuatan panca indra menangkap setiap fenomena yang dilihat

dilapangan.

Dalam kajian ilmiah disepakati beberapa aliran berpikir yang dibagi

menjadi beberapa aliran:

1. Inggris dan Perancis: paham kebenarannya harus bersifat: empiris,

behaviorisme, naturalism, dan saintisme, positifisme. Pemikiran ini

dipengaruhi oleh ilmu-ilmu kealaman atau dikenal dengan istilah

Page 50: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 49

pengaruh Aristotelian. Ia berpandangan bahwa hakikat itu bersifat

materi atau kealaman.

2. Jerman dan Amerika: Tradisi pemikiran kebenaran dari Jerman

bersifat: Humanistik, relatifitas menganggap manusia adalah

segalanya. Pemikiran ini dipengaruhi oleh filsafat rasional (idealisme)

Platonis. Pemuka aliran ini seperti: Imanuel Kan, Hegel, David Hum

Albert Eistein sehingga mereka terkenal dengan gelaran

fenomenologisme.

3. Timur Tengah/Asia Tenggara: Aqidah (idiologi kebenaran mutlak,

Syariah (empiris, rasional, humanis, idealisme, behaviorisme,

naturalism) dan Akhlaq (khuduri dan ushuli). Ketiga ini menjadi

parameter dalam menetapkan kebenaran sehingga dapat

menghasilkan ilmu yang memberikan rahmat bagi seluruh alam.

Aliran-aliran inilah yang mewarnai mekanisme dalam membingkai

standar kebenaran, realitas, dalam memetakan permasalahan sekaligus

jawaban.

Penelitian natural inilah yang membedakan dengan penelitian kuantitatif

yang sifatnya serba kepastian pada kebenaran empiris. Sementara kualitatif

lebih pada metode berpikir induktif. Penelitian kualitatif tidak

menggunakan rumus statistik dalam menyimpulkan kebenaran tetapi

menggunakan berbagai macam analisis kontens, interasionis simbolik,

fenomenologi, analisis komparatif, analisis interaktif (simultan bolak balik

sampai mendapatkan kebenaran hakikat). dan pendekatan dalam

menetapkan kesimpulan.

Desain penelitian natural/kualitatif atau format penelitian kualitatif

pada umunya sama tergantung target pencapaian dalam mengungkap hal-

hal yang abstrak terhadap ketimpangan yang ada pada masyarakat menjadi

kenyataan lewat penelitian ilmiah yang dilakukan dalam rangka

memberikan solusi dari permasalahan yang krusial sehingga pola kehidupan

Page 51: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 50

ini lebih berkualitas dan memiliki dampak perbaikan hidup lebih bermakna

demi kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.

Penelitian kuantitatif menurut Burhan Bungin (penelitan kualitatif:

2009: 74) lebih menonjolkan hubungan dan pengaruh antar variabel serta

jenis pengukuran yang akan dilakukan serta judulnya bersifat pasti.

Penelitian kualitatif lebih mengekspos femonena yang berhubungan

dengan variabel yang akan di diteliti serta mengungkap semua faktor yang

dapat memengaruhi variabel yang akan diteliti. Judul penelitian kualitatif

tidak bersifat final. Merancang konsep penelitian kualitatif bersifat kognitif

sosiologis dengan menimbah semua data yang berhubungan dengan tema

penelitian kita yang didapatkan di lapangan.

Penulisan karya ilmian tidak bisa terlepas dari kajian teori karena

teorilah yang digunakan sebagai pemandu dalam menelaah permasalahan

yang dihadapi dalam penelitian. Pentingnya kajian teori sehingga perlu

penulis deskripsikan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian

dakwah dan komunikasi. Urgensi teori kajain ilmiah memiliki peran

strategis.

A. Pengertian Teori

Sebelum mengkaji kegunaan teori dalam penelitian dan dakwah dan

komunikasi perlu diberi apa itu teori. Teori berasal dari bahasa Yunani,

theoria, teori, diartikan sebagai suatu hipotesa yang digunakan untuk

menggambarkan fakta tentang keteraturan alam. Contoh teori yang telah

dihasilkan oleh para ilmuan seperti:

1. Teori Dakwah Ali Mahfuz} tentang pencitraan bahwa kredibilitas

adalah wajib dimiliki oleh setiap informan.

BAB 3

TEORI DAKWAH DAN

KOMUNIKASI

Page 52: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 51

2. Teori Gravitasi Bumi: Setiap benda yang dilemparkan keatas maka

pasti jatuh kebumi kembali.

3. Teori Relatifisme: semua yang ada didunia ini serba realitf.

4. Teori Respon balas: setiap simbol yang dilihat manusia pasti

direspon oleh panca indra.

5. Teori Media McLuhan adalah: Media merupakan perpanjangan

panca indra manusia.

Terminologi teori menurut Istilah:

1. Teori kamus Istilah (2006: 270) karya ilmiah popular Yooke

Tjuparma adalah: sebagai kumpulan dalil-dalil atau hipotesa

sebagai landasan berpikir.

2. Wilbur Schramm (1982: 10) teori adalah: Suatu perangkat

pernyataan yang saling berkaitan pada abstransi dengan kadar

yang tinggi dan proposisi yang telah teruji secara ilmiah.

3. Stephen W. Littlejohn Teori adalah: Kumpulan eksperimen

manusia yang telah teruji kebenarannya.

4. Richard Laningan (1987 : 390) Teori adalah: Studi tentang alam

realitas. Atau kumpulan pemikiran untuk mengetahui hubungan

antara manusia dengan manusia dan alam.

5. Joseph A. DeVito teori adalah: Hasil pemikiran kebenaran yang

didapatkan berdasarkan kajian empiris yang telah diuji

objetifitasnya.

6. Jujun Sumantri (2005: 63) teori adalah proposisi tentang cara

mengetahui keberadaan zat, pikiran, dan peran manusia di bumi.

7. Deddy Mulayana Teori adalah: Pengalaman eksperimen yang telah

dilakukan oleh orang yang ahli dibidannya dan terbukti secara

faktual kebenarannya secara terus menerus

Page 53: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 52

8. Jalaluddin Rahmat teori adalah: Proposisi yang telah teruji

manfaatnya kepada manusia.

9. Syarifudin teori adalah kumpulan pengalaman ilmiah yang telah

diuji kebenarannya dipanggung akademik.

B. Ruang lingkup Kajian Teori

Setiap teori memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga perlu

kecerdasan calon peneliti memilih teori yang paling relevan dengan objek

yang dikaji. Ruanglingkup kajiannya penting diberikan batasan untuk

memudahkan calon peneliti menyelesaikan permasalahan sesuai waktu,

biaya dan kemampuan yang dimiliki.

Menyusun karya tulis ilmiah merupakan rangkaian kegiatan

menuangkan hasil pemikiran, pendapat dalam bentuk tulisan dengan

memenuhi kriteria, etika dan kaidah ilmiah. Seorang penulis

mengeksplorasi hasil pemikirannya dalam bentuk tulisan, terlebih dahulu

harus mengetahui kriteria dan etika penyusunan karya tulis ilmiah

berdasarkan teori-teori dakwah dan komunikasi yang telah diuji

kebenarannya sesuai kajian ilmiah dakwah dan komunikasi.

Kajian Ilmu Dakwah:dimulai pada tahun tahun 1912 di Mesir oleh Ali

Mahfuz} telah banyak memberikan kontribusi pencerahan umat dewasa ini.

Hal itu tampak pada perkembangan umat Islam sekarang ini tersebar

keseluruh penjuruh dunia yang berjumlah kurang lebih 1,7 milyar.

Perkembangan jumlah ini terus meningkat sehingga peranan pengembangan

keilmuan dakwah perlu diperluas. Dewasa ini rumpun ilmu dakwah telah

berkembang menjadi beberapa bidang ilmu seperti:

Ilmu Dakwah, Managemen Dakwah

Psikologi Dakwah, Bimbingan Penyuluhan

Pemberdayaan masyarakat Islam

Komunikasi Penyiaran Islam

Teknologi Informasi Dakwah (Media Kontemporer)

Page 54: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 53

Studi Naskah Dakwah

Sosiologi Dakwah

Antropologi Dakwah.

Sistem Informasi Dakwah.

Semiotika Dakwah

Jurnalistik Dakwah

Inilah rumpun ilmu dakwah yang menjadi kajian ilmiah dipanggung

akademik konsentrasi dakwah dan komunikasi khususnya Universitas, IAIN

dan STAIN dibawa naungan kementrian agama.

Selain Ilmu Dakwah di Universitas, IAIN dan STAIN dibawa naungan

kementrian agama di Ilmu Komunikasi juga menjadi konsentrasi bidang

kajian ilmiah yang diintegrasikan dengan ilmu Dakwah. Ilmu komunikasi

yang bercorak profetik yang lahir dari para ahli dakwah sehingga

melahirkan satu ilmu baru yakni komunikasi Islam.

Sebagai calon peneliti perlu mengetahui perkembangan teori komunikasi

yang sangat pesat. Hal ini dipercepat dengan ditemukannya teknologi

informasi. Histografi perkembangan komunikasi tidak terlepas dari jasa-jasa

ilmuan eropa yang dipelopori oleh perintis komunikasi masa awal yaitu:

Harol Lasswel

Kurt Lewin

Paul Lazarsfeld

Carl Hovland

Wilbur Schramm

Perkembangan jumlah ini terus meningkat sehingga peranan

pengembangan keilmuan dakwah perlu diperluas. Dewasa ini rumpun ilmu

komunikasi telah berkembang menjadi beberapa bidang ilmu seperti:

Komunikasi pembangunan

Komunikasi Massa

Psikologi Komunikasi

Ilmu Komunikasi

Page 55: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 54

Komunikasi Islam ( komunikasi yang dilakukan dengan

menggunakan unsur Amanah, siddiq, fat}anah, dan qanaah.

Komunikasi Kesehatan(ilmu yang mempelajari tentang cara

melakukan komunikasi yang dapat menyehatkan suasana spiritual

dan jasat manusia).

Komunikologi (Berkomunikasi dengan alam)

Komunikasi Data (Jenis komunikasi jarak jauh dengan menggunakan

jasa elektronik pengantar data pada mad’u yang di tuju).

Dari ruanglingkup kajian dan rumpun ilmu dakwah dan komunikasi di

atas, perlu penulis deskripsikan kajian teori dakwah dan komunikasi

sehingga dapat memudahkan calon peneliti memilih teori, sesuai

permasalahan yang dihadapi di lokasi penelitian baik penelitian pustaka

maupun penelitian lapangan.

C. Kajian Teori

1. Teori Dakwah

Pada hakikat dakwah Islam adalah merupakan aktualisasi iman yang

dimanisvestasikan dalam satu ekosistem kegiatan manusia beriman, dalam

bidang kemasyarakatan. Sehingga perlu teori sebagai panduan dalam

melakukan dakwah yang efektif dan efisien:

Teori Siqaah (Krediblitas Informan)

Teori Medan dakwah

Teori Proses dakwah

Teori Tahapan dakwah

Teori Badi (keindahan tata bahasa)

Teori Bayan (Kecerdasan menjelaskan)

Taori Mani (keindahan artikulasi bahasa)

Teori Qaula>n Layyinan (Lelembutan Berdakwah)

Teori Sadidan:

Teori Qaula>n Bali>g>a (Informasi yang berbekas pada hati seseorang):

Cara kerjanya teori ini memilih kalimat-kalimat yang mudah

Page 56: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 55

diterima dan sangat pantas bagi audiens diperdengarkan informasi

itu.

Teori Qaula>n Maisyura(berasal dari kata Yasara artinya mudah):

Cara kerjanya teori ini memilih kalimat-kalimat yang mudah

diterima dan sangat pantas bagi audiens diperdengarkan informasi

itu.

Teori Ma’rufa: Cara kerjanya teori ini memilih kalimat-kalimat yang

baik sesuai takaran budaya masyarakat setempat yang diajak

berbicara.

Teori Qaula>n Kari>ma>n: Cara kerjanya teori ini memilih kalimat-

kalimat yang muliya dan penuh kebajikan sesuai takaran budaya

masyarakat setempat yang diajak berbicara.

Teori Qaula>n Sadi>da> : Cara kerja teori ini: informan perlu

meneguhkan nilai-nilai ketaqwaan dengan perkataan yang

berdasarkan pada wahyu yang dipahami dlam Al-Quran dan Sunnah.

Teori Uswatun Hasanah: Cara kerjanya seorang informan menjadi

garda terdepan mentradisikan melakukan komunikasi yang santun

kepada orang lain.

Teori Dakwah Syekh Mursyid: sistem dakwah amar ma’ruf

nahimunkar.

Teori Dakwah Ali Mahfuz: Teori Pencitraan.

2. Teori Komunikasi

Para tokoh ini cukup memberikan warna dalam bidang kajian ilmiah

ilmu komunikasi dewasa ini. Dengan karya mereka sehingga para ilmuan

kontemporer dapat mengembangkan teori yang telah ditancapkan oleh

pendahulu mereka. Kajian teori komunikasi melahirkan teori sebagai

berikut:

a) Teori masa awal pda tahun (1984):

Page 57: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 56

- Laswel Model: who says what in which channel to whom with what

effect (Siapa mengatakan apa, melalui saluran apa kepada siapa,

dengan efek apa.

- S-O-R Teori: Stimulus Organisation Respon

- S-M-C-R Model: Source, Message, Channel, Receiver.

- The Matematical theory of communication oleh Claude Shannon dan

Weaver unsur-unsur teorinya: (Source, Message, Signal, Receiver,

Destination).

- The Osgood and Schramm Circular Model

- Dances’s Helical Model: sistem komunikasi mulai dari kecil sehingga

membesar.

- New Comb ABX Model

- The Teory of Cognitive Disonance

- Inoculation Theory

- The bullet Theori of Communication: teori peluruh atau teori ini

ibarat jarum hipordemik pesan laksana obat yang disuntikkan

kemudia obat bekerja dalam tubuh manusia.

b) Teori masa awal pada tahun (1950-an)

- Four Theories of the press

- Individual Differences Theory

- Social Categoris Theory

- Social Relatioship Theory

- Cultural Norms Theory

- Social Norms Theory

- Social Learning Theory

- Diffusion of Innovation Model

- Agenda Setting Model

- Uses and Gratification Model

- Clozentropy Theori

c) Teori masa awal pada tahun (1980-an)

Page 58: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 57

- Theory difusi inovasi oleh Rogers, 1983 teori ini dalam penyebaran

informasi dengan berbagai kemasan informasi dalam memengaruhi

masyarakat.

- Teori Kulvitasi oleh Gerbner, Morgan pandangan teori ini bahwa

masyarakat adalah pecandu televisi sehingga tercipta realitas.

- Teory gatekeepers oleh Hiebert, dikembangkan dari teori Kurt Lewin

(palang pintu): setiap informasi yang didengar setiap hari akal

sebagai penentu (palang pintu) akhir diteri atau tidak

- Teory penyusunan agenda oleh: Agee, emery (1988) kemampuan

media memengaruhi masyarakat dengan cara mengarahkan perhatian

dengan mengkostruksi berita tertentu.

- Teori Motivasi

- Teori Defisiensi Motivasi

- Teori Heirarki

- Teori ERG

- Teori Kesehatan /Motivator

- Teori Harapan dan Motivasi

- Teori ESQ, SQ, IQ: Teori komunikasi yang pesannya lebih pada

penekanan pada emosional spirit seseorang.

- Teori Dissonansi Kognitif: dikembangkan oleh Leo Festinger. Cara

kerja teori ini bersifat kognitif, informasi yang dikeluarkan oleh

informan dianalisa oleh komunikan pesan itu dilakukan atau tidak.

- Teori Pertukaran Sosial

- Teori kredibilitas: Informasi itu dapat dipercaya jika informan

bersifat siddiq (dapat dipercaya atau telah ketahu jarang berbohong).

Dikembangan oleh Ali Mafuz} adalah Mesir.

- Teori Inokulasi: Cara kerja teori ini informasi disuntikan kepada

audiens kemudian dan informasi itu akan bekejra pada diri audiens

sehingga dapat merubah prilaku audiens. Dikembangkan oleh

McGuire (1964)

Page 59: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 58

- Teori behaviorisme

- Teori Interaksi Simbolik

- Teory Nonverbal Expectancy Vilation

- Teory Interpersonal Deception

- Teory Penetrasi Sosial

d) Teori Komunikasi kontemporer

- Teori propaganda moderen

- Teori Pembentukan opini

- Teory Efek

- Teory Fenomenistik Joseph Klapper

- Teory Media Sebagai Perpanjangan Panca Indra

- Teori Informasi: Mc.Luhan, bahwa Media: Perpanjangan panca

indra manusia.

- Teori J.D. Vito Tentang Presepsi dan Ekspresi: Seseorang

tergantung pada intensitas Informasi yang didengar.

- Teori Prejudice (Prasangka/Penafsiran).

- Teori perbedaan penafsiran interkasionis simbolik: teori komunikasi

verbal dan non verbal.

- Teori Stereotype: Teori strategi pemecahan masalah sistematis

Krames. Teori Strategi Solso, Teori Strategi Wankat dan Oreovoc.

- Teori Penafsiran masyarakat multikultural, Teori strategi

pemecahan masalah sistematis Krames. Teori Raymond Willayam

dikuti Lari May tentang sistem Interaksi dan Penafsiran

masyarakat Multikultural.

Dari definisi teori di atas jelas bahwa teori adalah hasil telaah metode

ilmiah yang memiliki prinsip objektif, sistematis, faktual, dapat diferifikasi,

pragmatis, bersifat universal dan dapat dipertanggungjawabkan yang

disusun oleh seseorang.

Page 60: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 59

D. Jenis Karya Tulis Ilmiah.

Karya tulis ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh seseorang

berdasarkan ketajaman panca indra mendapatkan data berupa hasil-hasil

penelitian ilmiah yang telah dilakukannya, antara lain, dalam bentuk

makalah, skripsi, tesis, dan disertasi.

1. Makalah adalah karya tulis ilmiah yang membahas suatu pokok

persoalan, sebagai hasil penelitian atau sebagai hasil kajian yang disam-

paikan dalam suatu pertemuan ilmiah (seminar) atau yang berkenaan

dengan tugas-tugas perkuliahan yang diberikan oleh dosen yang harus

diselesaikan secara tertulis oleh mahasiswa. Tebalnya minimal 10

halaman. Dengan sistematika sebagai berikut:

a. Latarbelakang masalah

Gambaran umum objek permasalahan

Identifiasi masalah

Rumusan masalah

b. Pembahasan

Pengertian

Ruanglinkup masalah

Landasan Normatif (Al-Quran dan Sunnah, Ijma, Qiyas,

Pandangan Para ulama, dan teori pendukung).

Analisis

c. Kesimpulan

d. Pustaka

2. Skripsi: adalah karya ilmiah versi UIN Alauddin Makassar yang ditulis

berdasarkan hasil penelitian lapangan atau penelitian kepustakaan dan

dipertahankan di depan sidang ujian (munaqasyah) dalam rangka

penyelesaian studi tingkat Strata Satu (S1) untuk memperoleh gelar

Sarjana. Tebal skripsi minimal 60 (enam puluh) halaman jika ditulis

dalam bahasa Indonesia, dan minimal 40 (empat puluh) halaman jika

Page 61: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 60

ditulis dalam bahasa asing (Arab atau Inggris). Komposisinya sebagai

berikut:

a. Halaman Sampul

b. Halaman Judul

c. Abstrak

d. Halaman Persetujuan Pembimbing

e. Halaman Pernyataan Penulis

f. Halaman Pengesahan

g. Halaman Pengantar

h. Daftar Isi

i. Daftar Tabel (kalau ada)

j. Daftar Ilustrasi (kalau ada)

k. Daftar tranliterasi

3. Tesis adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi

pada tingkat program Strata Dua (S2), yang diajukan untuk diuji/ dinilai

oleh tim penguji guna memperoleh gelar Magister. Pembahasan dalam

tesis mencoba mengungkapkan persoalan ilmiah tertentu dan meme-

cahkannya secara analitis kritis. Tebal tesis minimal 100 (seratus)

halaman. Contoh komposisinya sebagai berikut:

a. Latar Belakang Masalah

b. Rumusan dan Batasan Masalah

c. Hipotesis (bila diperlukan)

d. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Pembahasan

e. Metodologi penelitian

f. Kajian pustaka

g. Kerangka teoretis (bagi S2 dan S3)

h. Tujuan dan kegunaan,

i. Garis besar Isi

Page 62: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 61

4. Disertasi adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyele-saian

studi pada tingkat Strata Tiga (S3), yang dipertahankan di depan sidang

ujian promosi untuk memperoleh gelar Doktor (Dr.). Pembahasan dalam

disertasi harus analitis kritis, dan merupakan upaya pendalaman dan

pengembangan ilmu pengetahuan yang ditekuni oleh mahasiswa yang

bersangkutan. Untuk itu, pembahasannya harus menggunakan

pendekatan multidisipliner yang dapat memberikan suatu kesimpulan

yang berimpli-kasi filosofis dan mencakup beberapa bidang ilmiah.

Tebalnya minimal 200 (dua ratus) halaman.

a. Latar Belakang Masalah

b. Rumusan dan Batasan Masalah

c. Hipotesis (bila diperlukan)

d. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Pembahasan

e. Metodologi Penelitian

f. Kajian Pustaka

g. Kerangka Pikir dan Kerangka Teoretis lebih tajam dibanding kajian

S3.

h. Tujuan dan Kegunaan,

i. Garis Besar Isi

Keempat karya tulis makalah, skripsi, tesis, dan disertasi, disebut

sebagai ‚karya tulis ilmiah‛. Argumentasi dikatan karya ilmiah karena

melewati proses ferifikasi didepan para mahasiswa dan dosen tentang data

yang olah lewat referensi pustaka dan lapangan yang

dipertanggungjawabkan secara ilmiah oleh mahasiswa atau calon

promovendus.

E. Bahasa Karya Tulis Ilmiah

Pemilihan kata dan kalimat dalam karya ilmiah menggunakan bahasa

Indonesia yang baku (kata dan kalimat yang ada dalam kamus) yang

Page 63: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 62

digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah bahasa ilmiah. Corak terpenting

bahasa ilmiah adalah objektif, jelas, cermat, dan konsisten.

Selain itu, kalimat yang digunakan harus efisien dan lengkap. Kalimat

dianggap efisien jika mampu mengomunikasikan pikiran penulisnya secara

tepat, singkat, dan padat. Kalimat dipandang lengkap jika mengandung

minimal subjek, predikat dan objeknya. Sebaiknya dihindari penyusunan

kalimat yang terlalu panjang. Panjang lima baris ketukan biasanya sudah

merupakan ukuran maksimal sebuah kalimat. Harus diperhatikan secara

cermat dan tepat penggunaan huruf besar, huruf kecil, tanda koma, tanda

titik, tanda hubung, dan tanda-tanda baca lainnya. Transliterasi yang

digunakan harus konsisten dan sesuai dengan pedoman yang berlaku. Kata-

kata asing yang belum menjadi kosa kata bahasa Indonesia hendaknya

ditulis dengan benar dan dengan huruf miring (italics).

Selain itu, pergantian alinea harus sesuai dengan ketentuan. Definisi-

definisi yang dikemukakan harus tersusun dalam kalimat yang ja>mi‘ (serba

mencakup) dan ma>ni‘ (spesifik). Pernyataan-pernyataan yang dikemukakan

harus jelas, cermat, tidak rancu dan tumpang tindih antara pendapat penulis

dan pernyataan yang berasal dari pihak lain, dan tidak terjadi pelompatan

kesimpulan (jumping conclusion). Hubungan antara satu kalimat dengan

kalimat berikutnya harus runtut, logis, dan sistematis.

Karya tulis ilmiah dalam lingkungan akademik, pada dasarnya, ditulis

dalam bahasa Indonesia, kecuali skripsi mahasiswa jurusan/program studi

Bahasa dan Sastra Arab ditulis dalam bahasa Arab. Demikian juga, skripsi

mahasiswa jurusan/program studi bahasa Inggris ditulis dalam bahasa

Inggris.

Pada dasarnya, seseorang yang telah berhasil menyusun karya tulis

ilmiah adalah orang yang telah menempuh sebuah ‚penjelajahan ilmu‛ yang

cukup panjang sehubungan kegiatan-kegiatan tema yang akan dikaji seperti:

(1) Penentuan masalah dan tema kajian,

(2) Pengumpulan referensi,

Page 64: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 63

(3) Klasifikasi bahan bacaan,

(4) Aktivitas berpikir,

(5) Aktivitas menerapkan pengetahuan metodologis,

(6) Aktivitas penuangan hasil pemikiran ke dalam bentuk tulisan yang,

antara lain, mencakup pemilihan kalimat, suku kata, tanda baca,

aturan pengu-tipan, dan seterusnya, serta

(7) Aktivitas pemeriksaan ulang. Dengan demikian, karya tulis ilmiah

tidak lahir tanpa proses dan tanpa norma dan kajian teoretis.

Tugas membuat karya tulis ilmiah di lingkungan akademik memiliki

beberapa tujuan yakni melatih mahasiswa mengungkapkan kepekaan rasa,

pikiran dan kecerdasan merangkai kata dalam bentuk tulisan. Hasil

penelitian mereka dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan

metodologis sesuai kesepakatan pada Universitas tertentu.

Menumbuhkan etos ilmiah dan tradisi akademik di kalangan maha-siswa

sehingga mereka mampu menghasilkan karya di bidang ilmu pengetahuan

dalam bentuk tulisan, terutama setelah penyelesaian studi mereka. Menjadi

wahana transmisi pengetahuan ke kalangan yang membutuhkan, termasuk

ke masyarakat luas.

Merupakan salah satu bentuk pembuktian potensi, kemampuan, dan

wawasan akademik mahasiswa yang bersangkutan, yang diperoleh melalui

pendidikan dan pengajaran di jurusan masing-masing, ter-utama dalam

menyelesaikan masalah dengan menulis karya ilmiah.

A. Jenis Penelitian

BAB 4

METODE PENELITIAN

Page 65: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 64

Jenis penelitian berdasarkan bidang studi masing-masing seperti bidang

studi, seperti penelitian sejarah, ekonomi, Dakwah dan Komunikasi, ilmu

tapsir, Biologi, Psikologi, sosiologi, dan Antropologi.

Semua bidang keilmuan ini memiliki rumpun teori tersendiri dan

pendekatan dalam menoropong setiap permasalahan. Dari segi tujuannya

penelitian terbagi menjadi 4 yakni: Pengembangan Teori, Mengkritisi teori,

meneguhkan teori, membanta teori dan membuat teori baru. Dalam istilah

lain tujuan penelitian itu bersifat ekplorasi, development, dan verifikasi.

Khusus pada metode penelitian dakwah dan komunikasi dalam tradisi

akademik mahsiswa (S1, S2, dan S3) dan penelitian professional untuk

mengambil kebijakan. Penelitian para professional secara khusus dilakukan

oleh para Dosen, Perguruan Tinggi, Peneliti di LIPI, LITBANG, Lembaga

Pemerintah dan Swatsa seperti LSI (Lembaga Survei Indonesia).

Jenis penelitian dapat dikategorisasikan menurut tujuan, pendekatan,

tingkap eksplanasi(level of eksplanation) analisis dan jenis data. Jenis

penelitian tersebut maka peneliti pada bidang Dakwah dan Komunikasi

diharapkan dapat memilih metode yang paling efektif dan efisien dalam

mengungkap dan mendapatkan informasi yang digunakan dalam

pengembagan keilmuan dakwah dan komunikasi.

Page 66: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 65

Dari skema gambar di atas tentang penelitian menurut tujuan, metode,

dan tingkat ekplanasi, dan jenis data dapat dijelaskan secara rinci jenis-jenis

penelitian itu berdasarkan tujuan, metode, tingkat eksplanasi, Jenis data dan

analisis.

Penelitian menurut tujuan dapat dikelompokkan menjadi penelitian

murni dan penelitian terapan. Penelitian murnih adalah jenis penelitian

untuk mendapatkan sebuah bangun teori atau kerangka teori yang belum

tentu diterapkan, tetapi ia adalah pengembangan kajian ilmiah. Sedangkan

penelitian terapan adalah jenis penelitian yang setelah selesai penelitian

dilakukan langsung diterapkan. Menurut Gay Sulit dipisahkan antara

penelitian murnih dan penelitian terapan karena sulit memedakannya karena

berada dalam satu kontinum. Penelitian dasar pada umumnya dilakukan

pada laboratorium yang kondisi terkontrol dengan ketat.

Penelitian terapan dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji, dan

mengevaluasi dan memecahkan masalah. Dapat dilihat menurut tujuan

memiliki kegunaan praktis dan kegunaan ilmiah. Jujun Sumantri (1985)

menyatakan bahwa penelitian murnih dan penelitian terapan menemukan

pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui, sedankan

penelitinan terapan bertujuan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan

praktis.

Memecahkan masalah dalam kehidupan ada beberapa metode penelitin

yang dapat dipilih sesuai karakter masasalah dan data yang ada dipangan.

Menurut Sugiono metode, dapat dikelompokkan menjadi metode:

Page 67: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 66

Penelitian survey, Ex post facto, Ekperimen, Kualitatif(naturalistic), Polise

research (penelitian kebijakan), Evaluasi dan Sejarah.

1. Penelitian survey: Kerlinger (1973) mengemukakan bahwa

penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan dengan populasi

yang besar dan kecil, tetapi data yang dipelajari menggunakan data

sampel: seperti contoh: Populasi 100 orang sampael yang diambil

50 orang jika masyarakatnya heterogen (masyarakat multikultural)

tetapi jika masyarakatnya homogen (satu kulturl) cukup 5-10 orang

sampelnya. Informasi yang didapatkan dalam penelitian survei ini

adalah padangan umum masyarakat sehingga cenderung hasil tidak

terlalu mendalam. Seperti contoh ingin mengetahui kecendrungan

masyarakat dalam memilih pemimpin nasional dapat diketahui

lewat metode survei.

2. Ex post facto: Metode penelitian ini, dilakukan untuk meneliti

peristiwa yang telah dilewati atau telah terjadi. Penelitian ini

merunut kebelakang fakto-faktor timbulnya kejadian tersebut.

Sebagai contoh; meneliti sebab kebakaran sebuah gedung, sebab

terjadinya kerusuhan dan sejenisnya.

3. Ekperimen: metode penelitian ini untuk mencari pengaruh variabel

tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol secara

ketat. Metode penelitian ini lebih banyak berekperimen pada

laboratorium. Contoh: meneliti metode dakwah dan komunikasi

yang lebih efektif dan efisien.

4. Kualitatif(naturalistic): Metode penelitian ini kebalikan dari

metode eksperimen, yakni penelitian yang dilakukan secara

alamiah. Peneliti menjadi instrument kunci teknik pengumpulan

data dilakukan dengan cara triangulasi (penggabungan data

lapangan dan data pustaka atau sering dikenal dengan konfirmasi).

Dengan menggunakan metode berpikir induktif. Tujuan penelitian

ini lebih menekankan pada makna bukan generalisasi. Contoh

Page 68: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 67

penelitian untuk mengungkap makna dari upacara ritual bambo gila

dari Ambon misalnya. Atau penelitian untuk mengungkap makna

dibalik ritual maudu lompoa di Takalar Provinsi Sulawesi Selatan.

5. Polise research (penelitian kebijakan): Metode penelitian ini dapat

dilakukan oleh seorang peneliti karena adanya masalah, dan

masalah ini dilakukan oleh pada administrator/manager atau para

pengambil keputusan dalam sebuah orgnisasi. Majchrzak (1984

dikutip Sugiono). Metode ini dilakukan untuk menganalisis

terhadap problematika yang mendasar sehingga temuannya dapat

direkomendasikan untuk membuat keputusan. Seperti penelitian

tentang efektifitas Undang-Undang Pornografi terhadap komunitas

masyarakat Indonesia. Atau Peraturan pemerintah yang kurang

berpihak pada masyarakat marginal.

6. Action Research (Penelitian Tindakan): Metode penelitian ini

kebalikan dari policy research. Metode penelitian ini secara spesifik

mengungkap cara kerja yang lebih efisien sehingga biaya produksi

dapat ditingkatkan pada sebuah lembaga. Penelitian ini melibatkan

semua karyawan dan peneliti, untuk sama-sama melihat cela

kelemahan yang selama ini dilakukan dalam sebuah lembaga

dakwah dalam menagemen dakwah. Contoh: Kelemahan

managemen dakwah sehingga banyak masyarakat masuk aliran

sesat. Dari penelitian ini dapat ditingkatkan menjadi penelitian

evaluasi dengan melakukan penelitian avaluasi pada produk dan

jasa yang selama ini telah dilakukan. Contoh: Penelitian tentang

Efektifitas tentang pencapaian program.

7. Sejarah: Metode penelitian ini berdasarkan fakta-fakta, artefak,

naskah kuno, arkeolog untuk mengukap peristiwa yang terjadi pada

yang telah lalu dengan berusaha mendapatkan data primer(pelaku

sejarah) yang berhubungan dengan peristiwa sejarah yang dikaji.

Tujuan penelitian sejarah menurut Isaac (1981) untuk

Page 69: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 68

merekonstruksi peristiwa masa lalu secara rasional, sistematis,

objektif, melalui kekuatan data yang didapatkan sehingga dapat

membuat kesimpulan.

Menurut Sugiono metode di atas, seperti penelitian survey, Ex post

facto, Ekperimen, Kualitatif/naturalistic, Polise research (penelitian

kebijakan), Evaluasi dan Sejarah. Hemat penulis cendrung perbedaan pada

jenis dan bentuk data penelitian dan tujuan penelitian itu sesuai motivasi

dan idiologi kebenaran ilmiah.

Penelitian kuantitatif berdasarkan pada kebenaran positifisme dalam

artian semua data harus dapat dipastikan kebenarannya berdasarkan rumus-

rumus yang didesain pada program statistik. Jujun Sumantri (1987) menurut

sifat, jenis, struktur, bentuk, dan warna. Semuan ini dapat dijelaskan sesuai

pilihan masalah yang diambil. Malasah itu penyimpangan dari apa yang

seharusnya.

Petunjuk untuk memetakan permasalahan dengan memilih teori dari

referensi yang relevan dengan problematika yang dibahas. Selanjutnya

supaya masalah dapat dijawab maka perlu dirumuskan secara spesifik atau

dibingkai batasan masalah tersebut sehingga menggambarkan kepada

pembaca objek bidikan masalah yang dikaji.

Sebelum mengkaji lebih detail, untuk tradisi penelitian penelitian

kuantitatif hipotesis(dugaan) sebelum diuji secara empiris berdasarkan data-

data yang diperoleh lewat angket, wawacara dari populasi dan sampel yang

telah ditetapkan sesuai target pencapain yang telah ditentukan peneliti.

Pengujian hipotesis tersebut peneliti perlu memilih metode, strategi,

pendekatan, desain penelitian dan dapat memilih metode penelitian seperti:

Metode Survei, Ex Post Facto (penelitian yang bertujuan untuk pengetahui

penyebab peristiwa yang telah terjadi), Experimen, Evaluasi, Action

Research (Penelitian Tindakan), Policy Reseacrh (penelitian kebijakan).

Penelitian kuantitatif tidak menggunakan metode Naturalistik dan sejarah.

Page 70: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 69

Setelah data telah terkumpul melalui angket dan wawacara penelitian

kuantitatif menguji hipotesis yang telah diajukan sebelumnya dengan

program statistik apakah ditolak atau diterima. Penelitian ini hanya

mendeskripsikan dua bentuk informasi benar atau salah bedasarkan

angka/presentasi sehingga melahirkan kesimpulan positif atau negatif.

Pengertian dan Ruanglingkup Penelitian

Pengertian dan ruanglingkup penelitian harus diberi batasan sesuai

permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian. Selain memberi definisi

setiap variabel indevenden variabel defenden dan variabel moderator yang

akan menjadi titik fokus penelitian sehingga tiak terjadi tapsiran yang

berbeda dengan pembaca.

Mendefinisikan variabel indevpenden (yang memengaruhi) dan variabel

dependen (yang dipengaruhi), pada judul penelitian untuk mengindari

penapsiran yang keliru terhadap pengunaan istilah dalam penelitian.

Kriteria penelitin yang baik memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

No Komposisi Unsur Pembahasan 1. Judul dan

masalah harus sinkron

Judul dan permasalahan perlu dirumuskan dengan teliti, sehingga tidak menimbulkan penapsiran bagi pembaca batasan masalah dan benar dapat diselesain masalah yang diteliti tersebut.

2. Prosedur penelitian

Prosedur penelitian harus dijabarkan secara rinci, sehingga orang lain dapat memahami, untuk menghindari konsultasi yang berulang-ulang.

3. Instrumen penelitian

Prosdedur instrument penelitian harus dibuat dengan teliti sehingga dapat mengungkap dan mendapatkan data yang valid.

4. Laporan Peneliti harus membuat laporan yang lengkap, sistematis mengikuti prosedur sesuai rancangan, teknik pemecahan masalah.

5. Teori/ Analisis yang digunakan harus tepat dan

Page 71: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 70

analisis harus memberikan argumentasi kenapa memilih model analisis tersebut.

6. Kesimpulan

Setiap kesimpulan dan saran harus didukung oleh data yang valid. Kesimpulan yang dibuat berdasarkan data yang diperoleh dilapangan

7. Kredibel Data hasil penelitian dapat dipercaya, sehingga penelitian anda mendapat reputasi.

B. Teknik mengungkap pakta (eksplanasi)

Eksplanasi atau bayan (kemampuan menjelaskan). Menurut David Kline

level of explanation adalah: tingkat penjelasan. Metode atau teknik peneliti

mengungkap dan menjelaskan variabel yang diteliti dengan variabel lain

dalam proposal penelitian berdasarkan mapping data, teori yang akurat,

credible, amanah, fatanah, qanaah dan siddiq.

Tingkat ekplanasi (merealitaskan yang abstrak) dalam sebuah penelitian

seperti penelitian:

1. Deskriptif: Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

menggambarkan, menjelaskan serta mengungkap nilai variabel

mandiri, baik satu variabel, dua variabel dan tiga variabel tanpa

membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.

Contoh: Bagaimana Profil Presiden RI di Indonesia, Bagaimana

kualitas Dakwah para Dai di Indonesia dalam membina umat kejalan

yang benar.

2. Komparatif: penelitian yang menggambarkan, menjelaskan serta

mengungkap serta membandingkan antara nilai variabel mandiri,

dengan variabel, dua variabel dan tiga variabel Contoh: Bagaimana

peran kepemimpinan Presiden RI di Indonesia dengan produktifitas

pendapatan BUMN. Adakah perbedaan cara efektifitas Undang-

Undang lama dengan Undang-Undang baru.

3. Asosiatif (hubungan): penelitian yang menjelaskan, meramalkan,

mengontrol suatu gejala. Hubungan itu dapat dilihat dari segi

Page 72: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 71

hubungan simetris, kausal, dan interaktif. serta mengungkap

hubungan nilai antara variabel satu variabel, dan dua variabel

bahkan tiga variabel dan menghubungkan dengan variabel lain.

Contoh: Adakah hubungan kupu-kupu yang masuk dirumah dengan

tamu yang akan datang. Adakah hubungan antara Kecerdasan

dengan kreatifitas Seseorang.

Ketiga model cara menjelaskan fakta di atas adalah teori Davi Kline

yang dikutip oleh Sugiono yaitu deskriptif, komparatif, dan asosiatif.

Pilihan teknik mengungkap fakta ini memiliki kelebihan dan kekurangan

masing-masing, semua itu tergantung motivasi calon peneliti memilih jalur

mana yang akan dipilih untuk mengungkap sebuah kasus yang ada disekitar

kita.

Mengungkap sebuah kasus dalam penelitian dakwah dan komunikasi

dapat dilihat juga dari sisi jenis data yang akan digunakan untuk

menjelaskan kepada pembaca sehingga pembaca dapat memahami hasil

penelitian yang telah diproses melalui jalur-jalur yang telah disepakati

secara ilmiah.

Penelitian menurut Jenis data: Pada prinsipnya adalah penelitian itu seni

mendapatkan data berdasarkan prinsip-prinsip dan mekanisme kejujuran

sesuai kaidah-kaidah ilmiah. Kriteria kaidah ilmiah adalah data yang

didapatkan bersifat valid, reliable, dan objektif terhadadap fenomena

tertentu. Jenis data dan analisisnya dapat menggunakan tiga jenis data

yakni 1). Data kuantitatif, 2). Data kualitatif dan 3). Gambungan antara

keduanya.

Data kualitatif adalah data yang berbentuk narasi/naskah, kata, kalimat,

gambar, dan skema. Data kualitatif yang dikonversi kepada data kuantitatif

Contoh: 4 (setuju) 3 (Kurang Setuju) 2 (tidak setuju) 1.

Sedangkan data Kuantitatif terdiri dari angka (15000), presentasi

(100%), scoring (100). Dalam tradisi penelitian naturalistic(kualitatif) pada

Page 73: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 72

cenderung menggunakan data narasi/naskah, kata, kalimat, gambar, dan

skema. Jika mendapat data berupa angka(100) maka angka seratus tersebut

dijelaskan dalam bentuk narasi.

Dalam lapangan penelitian seringkali bentuk dan macam data penelitian

baik dalam bentuk data kualitatif (narasi/ naskah, kata, kalimat, gambar,

audio, visual, simbol, dan skema, peta) dan data Kuantitatif berupa angka

20, 30, dan 20%. Tapi prinsipnya adalah data itu harus dapat dipertanggung

jawabkan, valid, reliable dan objektif.

Keterangan gambar:

Data Kuantitatif:

1. Data Diskrit/Nominal: data yang dapat digolongkan secara terpisah,

secara diskrit kategori yang diperoleh dengan cara mengitung hal

ini dapat dijumpai pada program SPSS. Misalnya dalam satu kelas

setelah dihitung terdapat 25 Siswa kemudian dikategorisasi menjadi

15 wanita dan 10 pria.

2. Data Kontinum: data yang diperoleh melalui hasil peringkat,

tingkatan sehingga melahirkan data Rasio, data interval. Data

ordinal adalah data yang berbentuk ranking, atau peringkat

misalnya juara I, II dan III. Data ini dinyatakan dalam skala maka

Macam

Data

Kualitatif

Kuantitatif

Diskrit

Kontinum

Ordinal

Interval

Ratio

(narasi/ naskah, kata, kalimat, gambar,

audio, visual, simbol, dan skema, peta).

Semua Realitas

Page 74: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 73

jarak data satu dengan data lain tidak sama. Hal ini dapat dilihat

pada gambar berikut ini;

Skema: data orninal (jarak tidak sama)

Data interval adalah data yang jarak sama tapi tidak memiliki nilai nol 0

absolut/multak. contoh: pada thermometer walaupun ada nilai 00C, tetapi

tetap ada nilainya. dan data interval dan data Ordinal. Data dibawa tersebut

termasuk data ordinal seperti tampak pada gambar berikut ini.

Skema: data Interval, walaupun minus tetap ada nilainya.

Data rasio adalah data yang jaraknya sama, dan mempunyai nilai nol (0)

mutlak. Misalnya data berat dan data panjang seperti 2 meter, 5 kg dan data

rasio adalah data yang paling teliti.

Skema data Rasio

C. Proses Pengambilan Data.

Pada teknik pengambilan data ada proses yang perlu menjadi perhatian

calon peneliti karena ini sangat rentan tingkat kejujuran yang akan

berdampak pada tingkat validitas data yang akan dipresentasikan di depan

I

98

II

93

III

76

IV

70

V

50

VI

40

-2

1

-I

2

0

3

I

4

2

5

3

6

4

7

5

8

6

9

7

10

1 3 2 4 5 6 7 8 9 10

Page 75: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 74

public akademik yang akan menilai data dan melakukan konfirmasi serta

ferifikasi data yang diproses melalui mesin filsafat yaitu

1. Proses ontologi( cara mengambil data)

2. Proses Epistemologi (Cara menyusun dan merangkai data)

3. Proses Aksiologi cara (menilai data melalui tahap etik dan emik).

Proses pengambilan data kuantitatif dan data kualitatif secara umum

sama. Perbedaannya pada teknik analisis data. Metode penelitian natural

atau sering diistilakan dengan penelitian kualitatif tidak menggunakan

analisis statistik tetapi memiliki banyak perspektif perspektif dala

mengungkap lapisan-lapisan yang abstrak menjadi tampak yang berangkat

dari kajian fenomenologi.

Kajian atau penelitian yang menggunakan data kuantitatif atau sering

juga diistilakan dengan penelitian kuantitatif lebih cenderung menggunakan

ilmu pasti yang dikenal dengan aliran pemikiran positifisme. Standar

analisisnya cuma menggunakan analisis statistic yang berhubungan dengan

simbol angka. Karakter simbol angka ini memang cenderung pasti dan tidal

boleh meset karena rumus yang digunakan adalah rumus matematika.

Rumpun ilmu matematika berasal dari ilmu eksat sehingga pola dan

karakternya semua serba pasti. Contoh dalam analisis statistik 2 + 7 = 9

hasilnya tidak mungkin 90 atau 100.

Landasan penelitian kuantitatif berdasarkan pada positifisme (angka

kepastian menurut indra) contoh: 1+3= 4 yang didapatkan pada data

empiris (Jujun Suryasumantri: 1987). Jenis penelitian kuantitatif ini

memfokuskan pada penelitian managemen akuntansi, bisnis, lembaga

keuangan, perpajakan, dan lembaga-lembaga keuangan pada managemen

dakwah dan komunikasi.

Dalam mendesain latarbelakang penelitian kuantitatif lebih banyak

menggunakan angka-angka sebagai pijakan rasio signifikansinya atau

layaknya suatu permasalahan diteliti. Dalam konteks ini, makadiperlukan

hipotesis sebagai dugaan sementara objek permasalahan yang akan dikaji.

Page 76: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 75

Setelah itu dilakukan penelitian selanjutnya sebagai pembuktian ilmiah

dengan memilih skala pengukuran tertentu yang dianggap relevan dengan

permasalahan yang akan diteliti.

Dalam penelitian kuantitatif metode penelitian yang dapat digunakan

adalah: Survei, Ex Post de facto, Ekperimen, Evaluasi, action research,

policy research. Hemat Sugiono tidak menggunakan metode penelitian

naturalistik dan metode sejarah.

Setelah pemilihan metode penelitian, maka langkah selanjutnya

menyusun instrument penelitian. Instrument ini sebagai media pengumpul

data. Media ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu:

angket/kuesioner, pedoman wawancara atau observasi. Sebelum semua ini

dilakukan perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Contoh:

1. Pengujian angket: Membuat Pertnyaan terhadap prblematika yang di

teliti.

2. Pengujian wawancara, wawancara terstruktur, wawancara lepas

3. Pengujian Instrumen penelitian: seperti contoh berikut ini.

Contoh: Instrumen Penelitian Kuantitatif

Tema Pengaruh sistem Politik:

Nama Responden : ……………………………………….

Alamat : ……………………………………….

Status : ……………………………………….

Pekerjaan : ……………………………………….

Etnis : ……………………………………….

BERIKAN TANDA SILANG ()TERHADAP JAWABAN YANG

ANDA ANGGAP PALING BENAR

1. Bagaimana orang Bugis Makassar melihat pelaksanaan politik sekarang?

A B C D

Baik

sekali

Baik Cukup Baik Kurang

Baik

Page 77: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 76

2. Apakah sistem politik sekarang tidak berpengaruh pada budaya siri di

Kota Makassar?

A B C D

Baik

sekali

Baik Cukup Baik Kurang

Baik

3. Bagaimana model pemilihan pemimpin diKota Makassar apakah sudah

sesuai dengan etika dan budaya siri?

A B C D

Baik

sekali

Baik Cukup Baik Kurang

Baik

4. Jika ada pemilihan Pilkada kerap kali kandidat mengeluarkan bahasa

negatif kepada lawan politiknya apakah ini sesuai dengan budaya siri di

kota makassar ?

A B C D

Baik

sekali

Baik Cukup Baik Kurang

Baik

D. Skala Pengukuran Istrumen.

Penelitian kuantitatif peneliti akan menggunakan instrument untuk

mengumpulkan data. Sedangkan dalam penelitian natural(kualitatif)

peneliti lebih banyak menjadi instrument(Instrumen kunci). Penelitian

kuantitatif memiliki macam-macam skala pengukuran sesuai kesepakatan

yang dianggap benar. Skala pengukuran ini penting diketahui sehingga

memudahkan peneliti mengungkap permasalahan dalam variabel penelitian.

Macam dan jenis skala pengukuran dalam Penelitian kuantitatif ini

terdiri dari:

4. Likert

Page 78: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 77

Skala pengukuran likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

presepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Pada

skala pengukuran ini peneliti dituntut membuat indikator variabel sebagai

standar dalam menyusun item instrument berupa pernyataan dan

pertanyaan. Seperti Contoh: a) Sangat setuju, b). Setuju, c). Ragu-ragu, d).

Tidak Setuju, e). Sangat setuju.

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban diberi scoring

misalnya seperti berikut ini.

Sangat setuju, : 5

setuju : 4

Ragu-ragu, : 3

tidak setuju : 2

Sangat setuju. : 1

Contoh analisis data skala likert

Jika ingin mengukur pendapat masyarakat, presepsi pada sebuah

komunitas pada sebuah Desa tritiro tentang peraturan PEMDA tentang

larangan MIRAS di Desa Tritiro dengan memilih 100 Sampel responden.

Setelah itu membuat instrument pertanyaan 5 jenis Pertanyaan yang

dianggap dapat memberikan jawab terhadap apa yang diingin dari pendapat

masyarakat tersebut. Membuat cek lis.

Contoh cek lis:

Berilah jawaban pertanyaan berikut ini sesuai pendapat anda tentang

Peraturan larangan MIRAS di Desa Tritiro dengan cara member tanda cek

lis.

Nama :

Alamat :

Jenis Kelamin :

N

o

Pertanyaan Jawaban

SS ST Rg TS STS

1 Miras sangat mengganggu ketertiban masyrakat di Desa

Page 79: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 78

Tritiro 2 Miras merupakan mata

pencaharian masyarakat di Desa Tritiro sehingga tidak perlu di hapus

3 Dampak perkelahian remaja disebabkan oleh adanya Miras

4 Karena sulitnya mencari kerja sehingga miras adalah satu-satunya perkejaraan

5 Peraturan Daerah tentang miras sangat efektif meminimalisasi miras di Tritiro.

Skor nilai:

Sangat Setuju (SS) : 5

Setuju (ST) : 4

Ragu-ragu (Rg) : 3

Tidak Setuju (TS) : 2

Sangat Setuju. (ST) : 1

Berdasarkan data yang telah terkumpul 75 Responden (50+25) atau 75%

masyarakat member jawaban Setuju(S) dan Sangat Setuju(SS). Jadi

kesimpulan adalah PERDA larangan Miras sangat efektif di Desa Tritiro.

Jadi dapat dipresentasi sebagai berikut: Instrumen Pertanyaan 5 X 100

orang = 500 seandainya semua menjawab SS maka jumlah skor yang

diperoleh dari penelitian ini 450. Dapat dirinci sebagai berikut:

Jumlah skor untuk 25 orang yang menjawab SS = 25 X 5 = 125

Jumlah skor untuk 50 orang yang menjawab SS = 50 X 4 = 170

Jumlah skor untuk 5 orang yang menjawab Rg = 5 X 3 = 15

Jumlah skor untuk 20 orang yang menjawab TS = 20 X 2 = 20

Jumlah skor untuk 10 orang yang menjawab STS = 10 X 1 = 10

Jumlah jawaban secara total = 450

Page 80: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 79

Jadi berdasarkand ata itu (450: 500 X 100% =75 %)

5. Skala Gutman:

Skala pengukuran tipe ini hanya memberikan 2 pilihan pada responden

yakni ya atau tidak atau positif atau negative. Model ini jawaban yang

diingin dari responden adalah sebuah ketegasan dari permasalahan yang ada

dari pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

Contoh:

Bagaimana Tanggapan anda tentang PERDA MIRAS di Desa Tritiro?

a). Setuju b). Tidak Setuju.

6. Rating Scale

Data kualitatif yang dikuantitatifkan seperti Contoh: Sangat Baik

(Narasi) dikuantitatifkan menjadi 97 (Skor). Atau sebaliknya data

kuantitatif di terjemahnya menjadi data kualitatif.

Contoh:

Seberapa baik ruang kerja di perisahaan ini? Beri jawaban angka

seperti:

Sangat Baik (97)

Bik (80)

Cukup baik (70)

Kurang Baik (50)

Sangat tidak baik (20)

7. Semantic Deferensial

Skala pengukuran yang berbentuk semantic deferensial yang

dikembangkan oleh Osgood. Sakala ini digunakan untuk mengukur sikap

dengan bentuk pilihan ganda.

Page 81: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 80

E. Teknik Analisa Data.

1. Teknik analisis data kuantitatif

Teknik analisis data kuantitatif dengan kualitatif perbedaan

signifikansinya pada isntrumen analisis atau media analisis yang digunakan.

Jika menggunakan analisis statistik maka corak penelitian itu ke kuantitiaf.

Jika menggunakan non statistik maka penelitian itu cenderung kualitatif.

Sebagai contoh berikut ini analisis data kuantitatif dengan menggunakan

software statistik.

Setelah data dari seluruh responden dikumpulkan maka tibalah saatnya

melakukan analisis data. Data yang didapatkan dimasukkan dalam tabulasi

data berdasarkan variabel dan jenis responden kemudian melakukan

pengujian hipotesis.

Penelitian kuantitatif menurut Sugiono mengenal tradisi analisis

statistik deskripitf dan analisis inferensial. Statistik deskriptif adalah

menganalisis data dengan cara menggambarkan data yang telah terkumpul.

Statistik inferensial(statistik induktif/statistik probabilitas). Data yang

didatpatkan ini dapat diuji probabilitasnya pada program SPSS sebagai alat

bantu menganalisis data, cara tinggal memasukkan data pada tabel SPSS

secara otomatis data keluar berdasarkan kesimpulan probabilitasnya.

Penggunaan model statistik parametris tersebut hanya dapat mengolah

data yang bersifat interval dan rasio sedangkan data statistik non parametris

dapat mengolah data nominal dan ordinal. Rumus pengujian hopotesis

1. Untuk menguji hopitesis deskriptif satu sampel jika datanya

berbentuk nominal, maka digunakan teknik statistik: Binomial, dan

Chikuadrat satu sampel.

Page 82: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 81

2. Untuk menguji hopitesis deskriptif satu sampel bila datanya

berbentuk ordinal, maka digunakan teknik statistik Ran tes.

3. Untuk menguji hopitesis deskriptif satu sampel satu variabel bila

datanya berbentuk interval dan rasio maka digunakan: teknik

statistik: T-Tes Sampel

4. Untuk menguji hopitesis komparatif dua sampel berpasangan bila

datanya berbentuk nominal digunakan teknik statistik McNear

5. Untuk menguji hopitesis komparatif dua sampel yang berpasangan

bila datanya berbentuk ordinal digunakan teknik statistik: Sign Test

dan Wilcoxon matchet pairs.

6. Untuk menguji hopitesis komparatif dua sampel yang berpasangan,

bila datanya berbentuk interval atau rasio maka digunakan teknik

statistik: Test dua Sampel.

7. Untuk menguji hopitesis komparatif dua sampel independen, bila

datanya berbentuk nominal maka digunakan teknik statistik: Fisher

Exact probability dan Chi Kuadrat dua Sampel.

8. Untuk menguji hopitesis komparatif dua sampel Independen, bila

datanya berbentuk ordinal maka teknik statistiknya: Media Test,

Man-Whitney U Test, Kolmogorof Smirnof dan Wald-Wolfoeitz.

9. Untuk menguji hopitesis komparatif K sampel yang berpasangan,

bila datanya berbentuk ordinal maka digunakan teknik statistik:

Chocram Q.

Untuk lebih lengkapnya silangkan baca khususus penelitian kuantitatif

pada buku metode penelitian, disini hanya menggambarkan secara umum

karena lebih pada kajian penelitian kualitatif dakwah dan komunikasi.

2. Teknik analisis data kualitatif

Teori analisis data kualitatif terbagi menjadi dua payung besar yakni

metode berfikir deduktif dan metode berpikir induktif. Metode berpikir

Page 83: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 82

deduktif juga bentuk analisis secara umum tetapi perlu ada disipilin

paradigm ilmu tertentu sehingga hasil analisis dan pedekatan yang

digunakan dalam menelaah sebuah objek tertentu bisa maksimal sesuai

karakter ilmu yang digunakan untuk menelaah tersebut.

Untuk memaksimalkan sebuah pendekatan analisis seorang peneliti perlu

memiliki komptetensi sebagai berikut:

1. Think, critically, systematically: Calon peneliti harus memiliki

wawasan, mempunyai kemampuan kritis serta dapat berpikir

sistematis.

2. Able to create, innovate: Calon peneliti harus memiliki kemapuan

kreatifitas menciptakan model baru dari yang sudah ada.

3. Communicate affekctify: Calon peneliti harus mampu

berkomunikasi dengan baik untuk memengaruhi audiens.

4. Able to identify and formulate problem clearly: Mampu mengenal

dan merumuskan masalah dengan jelas.

5. View o problem in winder context: Calon peneliti mampu melihat

masalah secara global yang biasanya masalah tidak pernah berdiri

sendiri.

Jika seorang peneliti telah memenuhi kriteris seperti dijelaskan di atas

maka penelitian yang akan dikaji dapat memberikan kontirbusi kepada diri

sendiri dan orang lain, bahkan kepada kemaslahatan semua umat manusia.

Teknik analisis data kualitatif perbedaan signifikansinya pada isntrumen

analisis atau media analisis yang digunakan. tradisi penelitian kualitatif

‚tidak menggunakan analisis statistik‛ teknik analisis pada kajian kualitatif

lebih menggunakan metode analisis deduktif dan induktif.

Metode analisis deduktif dan induktif ini adalah pola umum yang perlu

di break down (merincikan sesuai pendekatan ilmu yang digunakan). Kaidah

analisis kualitatif induktif Perancis Bacon yang dikutip oleh Bungin dalam

skema analisis berikut:

Contoh:

Page 84: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 83

Cara berpikir analisitis

Cara berpikir analisitis Sintetis

Pengetahuan Khusus

Dianalisis Berteori

Kesimpulan Pengetahuan Umum

Pengetahuan Umum

Dianalisis Berteori

Kesimpulan

Page 85: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 84

A. Pengertian

Dalam kamus karya ilmiah popular Komaruddin (2006: 182) Analisis

berasal dari bahasa Yunani, analusis, analisa adalah: Suatu pemeriksaan

mengenai hakikat atau makna sesuatu, misalnya data riset yang didapatkan

lewat observasi, wawancara, lewat angket dan data lainnya yang sifatnya

belum memberikan keterangan yang realistis. Analisis juga dapat pahami

sebagai kegiatan berpikir pada saat mengkaji pada bagian-bagian,

komponen-komponen, atau elemen-elemen dari satu totalitas dari objek.

Hal inilah yang digunakan dalam metode penelitian dakwah dan komunikasi

dalam menelaah obejk tertentu.

B. Pendekatan

Selain teknik analisis dalam metode penelitian dakwah dan komunikasi

dikenal juga kata pendekatan. Pendekatan dalam bahasa inggris dikenal

scientific approach. Suatu metode yang digunakan untuk mengidetifikasi,

menganalisis, dan memecahkan masalah dengan mengikuti kaidah-kaidah

logika seara sistematis. Pendekatan juga dapat dipahami sebagai perangkat

ilmu tertentu yang digunakan untuk menelaah sebuah objek dilokasi

penelitian. Dalam metode penelitian dikenal beberapa pendekata yakni:

1. Pendekatan Disipliner: yakni penedkatan berdasarkan objek

penegnal dan objek formal ilmu bersangkutan.

BAB 6

MODEL ANALISIS DAN PENDEKATAN

Page 86: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 85

2. Pendekatan Fungsional: adalah pendekatan yang dilakukan dari

berbagai masalah yang sama.

3. Pendekatan multidispliner: Penekatan yang menggunakan beberapa

rumpun ilmu untuk menelaah suatu objek.

4. Kelompok Metode analisis Teks dan Bahasa

Analisis dan pendekatan dalam metodologi penelitian dakwah dan

komunikasi berdasarkan dari penjelasan bungin mengelompokkan kedalam

beberapa sub kajian yang dapat digunakan untuk melakukan analis dan

pendekatan sesuai rumpun ilmu masing-masing:

1. Kelompok metode analisis teks dan bahasa:

a. Content Analysis(analisis isi)

b. Analisis bingkai (framing analisis)

c. Analisis Semiotika

d. Analisis Konstruksi sosial Media

e. Analisis Hermeneutika

f. Analisis Wacana Kritis

g. Analisis Agenda Setting

2. Kelompok metode analisis tema-tema budaya

a. Analisis struktural

b. Domaian analisis

c. Taxonomi analisis

d. Discoveri Cultural Themes Analysis

e. Constant Comparatif analisis

f. Grounded Analysis

g. Etnometodologi

3. Kelompok metode analisis kinerja dan pengalaman individu, institusi,

kajian tokoh.

1. Analisis Focus Group Discusion (FDG)

2. Analisis Forensif Digital

Page 87: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 86

3. Analisis Studi Kasus

4. Teknik Biografi

5. Analisis SWOT

6. Analisis Penggunaan Bahan Dokumenter

C. Teknik analisis data

1. Content analysis (analisis isi):

Teknik analisis isi dengan memperhatikan konten (isi pesan) yang

berhubungan dengan dakwak dan komunikasi. Logika dasarnya adalah

setiap prilaku manusia memiliki pesan baik nerupa pesan verbal maupun

pesan non verbal. Yang konsentrasi dalam metode ini adalah Bernard

Berelson (1959). prinsip yang harus diperhartikan jika memilih metode ini

dalam menganalis isi konten adalah:

Analisis isi pragmatis: dampak dari akibat proses dakwah dan

komunikasi yang dilakukan. Misalnya berapa kali diucapkan kata

tertentu yang dapat memberikan respon/stimulan bagi pendengar

sehingga tertarik.

Analisis isi semantik: melakukan identifikasi tanda-tanda baca/gaya

dakwah dan komunikasi seperti: referensi rujukan berapa kali

diucapkan atau ditulis, Pensifatan data pembicaraan yang tidak

memiliki referensi yang jelas. Pernyataan menelaah berapa kali sering

melakukan pernyataan. Dianalisis secara tematik kata-kata tertentu.

Analisis Sarana Tanda: melakukan pengorganisasian tanda, simbol,

sifat psikologi, seua tanda berupa pernyataan, referensi yang disebut

cara menjelaskan ide-idenya diklasifikasi dengan membuat tabel

penilaian seperti contoh berikut ini:

Referensi bacaan

Cara menyampaikan

Penggunaan simbol/ tanda/gaya komunikasi

Jumlah ayat dan hadis disebut

Ketajaman menjelaskan

Penekanan(aksentuasi) pada kalimat tertentu yang

Page 88: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 87

selama berdakwah

bacaan berupa Al-Quran dan Al-Hadis serta padangan para ahli

dianggap penting oleh komunikan/Muballigh

Kitab yang diruju baik buku komunikasi maupun buku dakwah

Pemahaman mengunkap isi kandungan hasil bacaan

Kecerdasan melakukan perumpamaan (analogi) yang dapat memudahkan orang memahami pembicaraannya

10 kali 30 kali 50 kali Dari angka kuantitas ini dapat simpulkan bahwa volume proses dakwah komunikasi baik verbal maupun non verbal Si A dikategorikan sebagai baik, atau cukup baik tergantung pada standar penilaian yang ditentukan.

2. Analisis bingkai (Framing analysis):

Suatu teknik analisis dengan menemukan frame terhadap pemilihan kata

/kalimat tertentu kemudian kata tersebut dibingkai seperti kalimat:

reformasi, terorisme, korupsi, cantik, dan indah. Dalam teknik analisis ini

setiap kalimat yang dibingkai oleh media tertentu dilakukan diagnosis

terhadap pilihan kata tersebut apa motivasi, apa kepentingan, dan

bagaimana caranya media mencitrakan isu yang dibinkai tersebut.

Teknik analysis framing dapat dilihat pada tabel berikut ini:

STRUKTUR PERANGKAT PRAMING

UNSUR YANG DIAMATI

Sintaksis: Cara Wartawan menyusun fakta yang dipresepsi dilapangan

1. Skema berita 1. Headline, Lead, 2. Latarbelakang informasi. 3. Kutipan, Sumber 4. Penutup

Skrip: Cara wartawan mengisahkan fakta

Kelengkapan berita

Perhatian 5 W 1 H

Tematik: Cara wartawan menulis fakta

1. Detail(gambar, pemilihan huruf).

Paragraf dan Proposisi

Page 89: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 88

2. Maksud Kalimat serta hubungannya

3. Koherensi 4. Bentuk Kalimat 5. Kata ganti.

Restoris: 1. Leksikon 2. Grafis 3. Metafora 4. Pengandaian

Kata, Idiom, Gambar/ foto, grafik

3. Analisis Semiotik

Fokus analisis semiotika dalam metode penelitian dakwah dan

komunikasi seorang peneliti yang menjadi kunci instrument melihat,

mengamati, dan menyelidiki simbol dan tanda yang ada pada materi objek

yang akan diteliti.

Simbol atau tanda yang menjadi konsentrasi dari penelitian adalah:

a. Qualisigns: menelaah dan menyelidiki simbol atau tanda yang

berhubungan dengan sifat objek. Seperti sifat warna kuning, merah

dan hijau.

b. Sinsigns: menelaah dan menyelidiki simbol atau tanda objek materi

yang berhubungan dengan bentuk: seperti jika ada gertakan berarti

ekpresi maknanya ia sementara mara.

c. Lesigns: menelaah dan menyelidiki simbol atau tanda yang berlaku

umum tentang objek tersebut seperti kode lalu-lintas.

Langkah-langkah penelitian semiotik

a. Mencari topil yang menarik perhatian anda

b. Buat pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana.

c. Tentukan alasan dari penelitian anda

d. Rumuskan topik penelitian anda dengan pertimbangan tiga pokok

topik, tujuan dan rational.

e. Tentukan metode pengolahan data

f. Kalsifikasi data:

Page 90: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 89

- Identifikasi teks

- Berikan alasan mengapa teks dipilih dan perlu diidentifikasi.

- Tentukan pola semiotika yang umum dengan mempertimbangkan

hierarki dan pragmatismnya bagi kemaslahatan umat.

- Tentukan khas penelitian anda berdasarkan perspektif semiotika.

Objek yang dianalisis:

- Idiologi, Interpretan, frame work budaya

- Pragmatis, aspek sosial komunikatif

- Lapisn dari makna, intekstualitas, kaitan dengan tanda lain, hokum

yang mengaturnya.

- Kamus Ensiklopedi.

Kesimpulan

4. Analisis Konstruksi Sosial Media

Kajian penelitian dakwah dan komunikasi juga mengenal adanya analisis

konstruksi sosial media sebagai sebuah pendekatan yang dipopulerkan pada

tahun 1966 oleh Peter L. Berger dan Luckman menjelaskan analisis

konstruksi sosial melalui ‚the social construction of reality, A treatise in

the sociological of knowledge‛. Teori ini dapat dideteksi melalui tiga proses

sosial, yaitu eksternalisasi, abjektivasi, dan internalisasi.

Ada beberapa hal penting dalam penyiapan materi konstruksi sosial

media massa yaitu:

1. Keberpihakan media massa kepada kapitalis

2. Keberpihakan semu kepada masyarakat

3. Keberpihakan kepada kepentingan umum

Page 91: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 90

Proses cara kerja teori konstruksi sosial ini dapat dilihat dalam skema

berikut ini:

5. Hermeneutika:metode penapsiran hermeneutika (alat interpretasi/media

penapsir) ini mencakup semua aspek kemanusiaan tetapi dalam metode

penelitian dakwah dan komunikasi ada pilihan-pilihan yang perlu

diperhatikan dalam menapsirakan sebuah teks dengan prinsip kajian

hermenetika adlah kajian ilmu yang dapat memberikan pemahaman

tentang hal-hal yang abtrak dibalik sebuah teks dalam konteks

Eksternalisasi

Objektivasi

Internalisasi

M E

D I

A

Massa

Objektif Subjekti

Iner Subjektif

Realitas Konstruksi:

- Lebih Cepat

- Lebih Luas

- Sebaran merata

- Membentuk opini massa

- Opni massa cenderung

apriori

- Opni massa cenderung

sinis

-

Source Message Channel Effects Receiver

Page 92: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 91

tradisional. Pandangan Sumaryono ini dalam memahami hermenetika

Haberman dalam konteks kajian penelitian dakwah dan komunikasi.

6. Analisis Wacana dan penapsiran teks: Kontowijoyo dalam menapsirkan

sebuah teks tidak dapat dipisahkan antara struktur sosial, gaya hidup,

sosialisasi, agama, mobilitas sosial, organisasi kenegaraan, dan seluruh

prilaku sosial.

1. Kelompok analisis Tema-tema budaya

a. Analisis Struktural Fungsional: tokoh analisis struktural adalah Levi-

Strauss, yang juga terilhami dari Ferdinand de Saussure. Dengan

demikian analisis struktural ini lebih banyak bersentuhan dengan

ilmu semiotika. Langkah-langkah analisis struktural:

Pertama: membaca keseluruhan naskah terlebih dahulu.

Kedua: Jika cerita panjang dapat dibagi menjadi beberapa

bagian.

Ketiga: Perhatian pada kunci-kunci yang ada dalam satu faragraf

yang dialami yang melakoni cerita tersebut misalnya seperti

seorang tokoh terkenal dalam cerita tersebut.

Keempat: memerhatikan adanya relasi antar kalimat satu dengan

yang lain.

Kelima: Makna-makna dalam teks disusun berdasarkan sumbu

singtagmatis, paradigmatic dengan elemen-elemen lain.

Keenam: mencoba menarik hubungan relasi antara elemen-

elemen tersebut menjadi satu bangunan makna.

Ketujuh: menarik kesimpulan akhir dan mencoba memaknakan

cerita internal di atas berdasarkan kesimpulan referensi

kontekstual.

b. Domain analisis: bentuk analisis dengan melakukan pendekatan

masalah secara langsung. Teknik analisis ini lebih popular jika

melakukan penelitian eksploratif. Seperti menggambarkan secara

Page 93: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 92

totalitas sebuah institusi pesanteren tertentu maka dapat dilihat dari:

Kiai, santri, guru, juru masak, petugas kebersihan, dan sebagainya.

Semua elemen ini dieksplorasi dengan baik sehingga pembaca dapat

memahami institusi tersebut. Sparadley menyarankan hubungan

semantik bersifat universal dalam analisis domain sebagai berikut:

Jenis (Strict Inclusion)

Ruang (Spacial)

Sebab akibat (Cause effect)

Rasional (Rational)

Lokasi Kegiatan (Location for action)

Cara ke tujuan(means-and)

Fungsi (Funtion)

Urutan (Sequence)

Atribut (Atribution)

c. Taxonomi Analysis:

d. Componential Analysis

e. Discovering Cultur Themes Analysis

f. Constant Comparatif analisis

g. Graunded Analisis

h. Etnologi analysis

2. Kelompok analisis kinerja dan pengalaman individual serta prilaku

instritusi

a. Analisis Focus Group Discussion (FGD)

sebuah teknik pengumpulan data yang pada umunya dilakukan pada

penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah menurut

pemahaman sebuah kelompok. Langkah-langkah penelitian FDG adalah

sebagai berikut:

1. Melakukan coding

2. Menentukan persamaan sikap dan pendapat terhadap istilah yang

sama.

Page 94: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 93

3. Menentkan persamaan istilah yang digunakan, termasuk perbedaan

pendapat terhadap istilah.

4. Melakukan klasifikasi dan kategorisasi terhadap sikap dan pendapat

perserta FDG berdasarkan alur diskusi.

5. Mencari hubungan dan kategorisasi yang ada untuk menentukan

bangunan hasil diskusi.

6. Menyiapkan draf laporan FDG untuk didiskusikan pada kelompok

atau forum yang lebih besar.

b. Analisis Studi Kasus

Strategi analisis studi kasus adalah bentuk metode data kualitatif yang

menekankan pada kasus-kasus khusus yang terjadi pada objek analisis. Pada

umumnya studi kasus juga digunakan untuk menganalisis data kuantitatif,

lebih ditekankan pada metode penelitian menggunanakan data kualitatif.

Menelitian natural(kualitatif) menurut William F. Whyte dapat

dilakukan pada objek atau domain yang terkecil seperti: Membedah dunia

korupsi, membedah dunia gelandangan, satu TR, satu Desa, satu kabupaten,

satu Negara dan bahkan satu benua.

Beberapa time penelitian studi kasus juga dijelaskan oleh Bogdan dan

Biklen (1982) Serta Yin sebagai berikut:

1. Studi kasus kesejarahan sebuah organisasi: konsentrasi kajiannya

pada perjalanan dan perkembangan sejarah

2. Studi kasus observasi: menjaring informasi pada komunitas

masyarakat tertentu yang dilakukan secara empiris, detail, dan

aktual.

3. Studi kasus life histori: studi yang mengungkap dengan lengkap dan

rinci tentang kisah hidup seseorang dengan berbagai macam liku-

likunya baik yang sifatnya unik dan dokumen-dokumen pribadi yang

dianggap penting bagi peneliti untuk diinformasikan kepada

khalayak.

Page 95: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 94

4. Studi kasus komunitas sosial atau kemasyarakatan: ketajaman

peneliti menelaah yang ada dalam sebuah lingkungan. Menyelidiki

sturktur dan fungsi-fungsi dalam sebuah masyarakat dalam

berekspresi dan berinteraksi satu dengan yang lain. Seorang peneliti

mengungkap sisi unik dalam melakukan dakwah dan komunikasi.

5. Studi kasus analisis situasional: Menelaah sisi-sisi perubahan

masyarakat akibat dari dampak letusan-letusan situasi seperti

Contonya: pencemaran yang diakibatkan oleh lapindo di kecamatan

porong sidoarjo.

6. Studi kasus mikroetnografi: Studi kasus ini dilakukan sebuah unit

sosial terkecil dengan melihat sisi pada diri seseorang yang menarik

untuk dikonsumsi oleh publik.

c. Analisis teknik biografi

Teknik analisis biografi terhadap diri seseorang yang dianggap dapat

memberikan khazanah keilmuan maka perlu diperhatikan unsur-unsur

seperti berikut ini:

1. Pengalaman Hidup.

2. Geonologi Keilmuan(Pendidikan)

3. Teman-temannya yang dianggap member pengaruh terhadap poa

pikirnya.

4. Bahan bacaan yang di konsumsi selama hidupnya.

5. Kondisi Geografis tempat tinggalnya serta perubahan-perubahan

iklim yang terjadi didideskripsikan.

6. Karya pada masa remaja, Dewasa dan masa Tua gambarkan

perubahan-perubahan pola pikirannya.

7. Autobiografi secara geonologi sislsilah keturunan: Keluarga,

reputasi, Idiologi dan agama, ajran-ajaran moral yang

diperjuangkan, harapannya kepada masyarakat yang akan datang.

Page 96: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 95

d. Analisis SWOT:

Analisis SWOT (Stenghs Waeknesses Opportunities dan Threats) ini

adalah teknik analisis yang sering digunakan pada kasus-kasus militer.

Kemudian digunakan untuk menganalisis kasus bisnis, perencanaan dan

penelitian dakwah dan komunikasi.

Secara harfiah SWOT (Stenghs Waeknesses Opportunities dan Threats)

analisis ini dapat membedah serta mengungkap kinerja sebuah lembaga,

istitusi tentang target pengembangan yang akan dilakukan untuk baik dari

segi internal maupun eksternal. Faktor eksternal Peluang(opportunities),

ancaman (threats), faktir internal: kekuatan(strenghs) dan

kelemahan(weaknesses).

Analisis SWOT dapat digunakan untuk menawarkan sebuah alternative

yang dapat dilakukan dan diimplementasikan dalam sebuah perusahaan,

lembaga dakwah dan komunikasi, institusi pemerintahan dan swasta. Hal

yang dapat diteliti sangat tergantung pada motivasi peneliti seperti

efektifitas kebijakan, efektifitas pembuatan perencanaan dan sistem

publikasi dakwah yang relevan bagi masyarakat multikutlral. Implementasi

analisis SWOT:

Kekuatan:

1. Memiliki SDM(Dai dan Muballigh) yang cukup terampil.

2. Memiliki kemampuan memberikan ceramah cukup memadai.

3. Memiliki kemampuan mendesain publikasi dakwah sesuai kebutuhan

umat untuk menciptakan masyarakat yang taat hukum.

4. Memiliki fasilitas penelitian, pengujian, dan pengembangan kemasan

dakwah yang menarik dan menyenangkan.

5. Memiliki tingak realibilitas yang cukup baik

6. Memiliki tingkat likuiditas yang sangat baik.

Page 97: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 96

7. Memiliki pembiayaan yang cukup bagi kelansungan ekosistem

dakwah dan komunikasi.

8. Memiliki networking yang mapan sehingga perencanaan yang dibuat

dapat memberikan kontribusi yang cukup baik.

9. Memiliki kekauatan cadangan pendanaan yang memadai

Kelemahan

1. Jumlah Dai dan Muballigh yang berlimpah tetapi memiliki kualitas

yang kurang memadai.

2. Belum mantampnya pola perencanaan dan peta dakwah yang baik

dan terukur.

3. Menggunakan media dakwah yang kurang relevan dengan kondisi

jamaah

4. Dalam kondisi tertentu kerap kali tidak mampu memenuhi

permintaan jamaah.

5. Kondisi media yang digunakan kurang baik

Peluang

1. Sangat stabil kondisi politik di dalam negeri

2. Masih tingginya masyararakat untuk mempunyai tempat tinggal.

3. Dai dan Muballigh memiliki ciri (brand) yang unik

4. Daya serap jamaah yang cukup tinggi

5. Makin tinggi kepercayaan masyarakat terhadap Dai dan

Muballigh.

6. Adanya teknologi baru yang dapat melayani jamaah lewat media

dakwah on line.

7. Dampak deregulasi memberikan iklim dakwah yang cukup baik

8. Kebijakan pemeliharaan sumber daya dai dan muballigh yang

maksinal.

9. Semakin banyak alternatif sumber dana.

10. Semakin baik citra Dai dan Muballigh

Page 98: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 97

11. Tersedianya tenaga Dai dan Muballigh yang potensial.

Ancaman

1. Stabilitas politik internasional yang kurang menetu

2. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang Al-Quran dan Sunnah

sehingga banyak jamaah yang dicuci otaknya untuk mengikuti alisan

yang sesat.

3. Komungkinan berdirinya aliran-aliran yang dapat membingunkan

umat.

4. Banyaknya aliran-aliran agama dari luar yang memberikan

pemahaman yang tidak sesuai dengan kebutuhan umat.

e. Analisis dokumenter(analisis sistem informasi dakwah).

Teknik analisis ini dapat digunakan pada kajian teks atau studi naskah

yang dipublikasikan oleh lembaga tertentu atau dokumen pribadi yang

ditulis seseorang yang cukup memberikan pengaruh pada jamaah.

Kajian analisis sistem informasi dakwah khususnya naskah ini dakwah

dapat menggunakan mekanisme model periwayatan hadis ketiga menelusuri

bahan dokumentasi dari mulai dari masa bukhari sampai saat ini.

f. Penggunaan bahan visual(Analisis Digital forensip).

Teknik analisis ini menelaah hasil visualisasi seperti animasi, film, foto

komputer grafis, televisi, dan bahan visual lainnya. Teknik penelitian ini,

untuk menelaah, menyelidiki keabsahan suatu hasil audio visual sebagai

pelengkap dalam kijian penelitian kualitiatif.

Kajian ini menarik dalam era teknologi informasi, karena banyaknya

cyber crime (kejahatan dunia maya) di dunia maya yang dilakukan, seperti

pencemaran nama baik, dan pembobolan perbankan.

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian bahan visual ini

adalah:

Page 99: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 98

1. Mengambil data visual yang telah didesain oleh orang tertentu yang

diduga memiliki rekayasa digital.

2. Membawa ke laboratorium ahli forensif digital

3. Meneliti software desain grafis yang digunakan dalam mendesain

audio visual

4. Menelaah frame to frame adegan visual yang dikemas oleh oknum

tertentu.

5. Menelaah permainan gradasi warna, audio, gambar dan visual

motion yang digunakan.

6. Menelaah semua kekuatan software audio visual sehingga peneliti

mendapatkan bahwa adegan ini diproduksi lewat kamera merek

tertentu serta diperoduksi oleh komputer grafis tertentu.

7. Motif dibalik pembuatan visual, lokasi pembuatan, serta tipe cam

corder yang digunakan.

8. Membuat klasfikasi jawaban

9. Membuat kesimpulan dan rekomendasi.

A. Pengertian

Peta dakwah dan komunikasi yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah

gambaran lapisan-lapisan objek penelitian dakwah dan komunikasi

berdasarkan paham agama, idiologi, suku etnis bahasa dan budaya.

Struktur masyarakat yang akan menjadi objek kajian penelitian dakwah

perlu diketahui lebih awal dan melakukan pengorganisasi, digram venn, dan

indentifikasi masalah dari sub struktur masing-masing masyarakat. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui prilaku masalah dalam penelitian sehingga

seorang peneliti harus dapat memahami secara detail permasalahan

tersebut.

BAB 5

PETA DAKWAH DAN KOMUNIKASI

Page 100: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 99

Kecerdasan peneliti dalam melakukan identifikasi masalah akan

memberikan gambaran yang tepat dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Hal ini sering juga disebut sebagai maping permasalahan.

Kekayaan ilmu seseorang tampak pada kecerdasan dalam melakukan

identifikasi permasalahan dan mencari solusi dari permasalahan tersebut.

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian yang baik berangkat dari

permasalahan. Emoy (1985) yang dikutip Sugiono penelitian murni atau

terapan harus berangkat dari permasalahan.

Penelitian harus dimulai dari permasalahan, hal ini sesuai pandangan

Tucman (1988: 25), jika masalah sudah diketahui ruang lingkupnya maka

50% penelitian telah selesai.

Dalam kajian penelitian dakwah dan komunikasi unsur-unsur yang

dapat menjadi sorotan dalam mencari permasalahan dapat dilihat pada:

Pengertian ilmu dakwah dan komunikasi

Wilayah penelitian ilmu dakwah dan komunikasi

Muballigh/Informan dakwah dan komunikasi

Materi dakwah dan komunikasi

Metode dakwah dan komunikasi

Media dakwah dan komunikasi

Objek dakwah dan komunikasi

Sejarah dakwah dan komunikasi

Efek dakwah dan komunikasi

Tujuan dakwah dan komunikasi

Gambaran wilayah dakwah dan komunikasi

Semua unsur-unsur ini calon peneliti harus memilih dan mencari

permasalahan dari setiap unsur dakwah tersebut. Pandangan Stonner (1998:

257) tentang sumber masalah adalah penyimpangan antara pengalaman dan

kenyataan. Atau kesenjangan antara teori dan kenyataan. Menurut

Syarifudin masalah adalah prilaku hidup manusia yang bertentangan dengan

Page 101: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 100

Al-Quran dan Sunnah sehingga dapat merusak ekosistem kehidupan sesama

manusia, alam dan Tuhan.

Bentuk-bentuk masalah penelitian menurut Sugiono dikembangkan

berdasarkan penelitian menurut tingkat ekplanasinya(daya ungkap)

sehingga muncul permasalahan deskriptif, permasalahan komparatif dan

permasalahan asosiatif (hubungan). Untuk lebih jelasnya dapat diberikan

contoh sebagai berikut:

1. Permasalahan Deskriptif: Suatu permasalahan yang berkenan dengan

pertanyaan terhadap keberadaan variabel dan independen depeden

dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan perbandingan. Peneliti

hanya mendeskripsikan variabel utama yang diteiti. Contoh dalam

merumuskan masalah:

Bagaimana sikap masyarakat terhadap metode dakwah dewasa

ini di Indoensia.

Seberapa baik kinerja cabinet Indonesia Bersatu Jilid II.

Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap model

dakwah Zainuddin MZ.

2. Permasalahan komparatif: Membandingkan antara keberadaan

variabel yang satu dengan variabel yang lain.

Adakah perbedaan produktifitas kerja antara Pegawai Negeri

Sipil dengan TNI-POLRI.

Adakah perbedaan antara kinerja cabinet Indonesia Bersatu

Jilid I dengan julid II.

Adakah Perbedaan antara model dakwah Abdullah Gimnastiar

dengan model dakwah Zainuddin MZ.

3. Permasalahan Hubungan(kausal): Jenis penelitian yang mengakaji,

menyelidiki sebab akibat. Jadi dalam judul itu variabel indevenden

memengaruhi variabel dependen.

Adakah pengaruh sistem penggajian dan prestasi kerja.

Page 102: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 101

Apa hubungannya antara tinggi badan dengan prestasi kerja

bidang dakwah

Apa pengaruh antara media TV dengan tingkat kejahatan.

Variabel penelitian merupakan instumen yang ada pada judul menurut

Sugiono dalam setiap judul ada variabel indevenden, (yang memengaruhi),

variabel dependen (yang dipengaruhi) dan variabel moderator.

Seni penyelesain masalah dalam tradisi penelitian penelitian kuantitatif

sangat tergantung pada volume data primer yang didapatkan serta

metodologi yang sistematis. Dalam penelitian variabel adalah atribut yang

menjadi instrument penelitian. Kerlinger (1973) menyatakan bahwa

variabel adalah (construts), atau sifa yang akan dipelajari atai diteliti.

Dengan demikian dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa variabel adalah:

Suatu atribut atau sifat dari orang, objek, kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

1. Jenis-jenis Variabel

Variabel Independen: variabel ini sering disebut sebagai variabel

stimulus (pedikator) atau variabel bebas(yang memengaruhi).

Variabel ini yang menjadi sebab perubahan terhadap variabel

defenden (variabel terikat/ yang dipengaruhi). Atau sering

disebut sebagai variabel kuat.

Variabel Dependen: Sering disebut sebagai variabel yang

dipengaruhi dari variabel independen. Atau dapat diartikan

sebagai variabel lemah.

Variabel Moderator: adalah jenis variabel yang akan menjadi

konsep kemudian disuntikkan kepada variabel independen

sehingga variabel independen tersebut menjadi kuat sehingga

dapat merubah variabel dependen menjadi kuat.

Page 103: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 102

B. Ruang lingkup penelitian

Pada prinsipnya sampai sekarang ini wilayah kajian dakwah dan

komunikasi sangat luas serta belum banyak para ahlinya. Salah satu faktor

kurang ilmuan dakwah karena input ilmu dakwah diseluruh Indonesia

kurang diminati. Sementara pekerjaan orang dakwah dan komunikasi sangat

luas lapangan penelitiannya.

Secara filosofis dakwah dan komunikasi versi akademik telah memiliki

proses kajian ontologi, epistemologi dan aksiologi. Objek formal imu

dakwah dan komunikasi adalah prilaku umat manusia dalam memahami

agama dan dampak dari pemahaman tersebut. Sedangkan objek matrillnya

adalah Al-Quran dan Sunnah sebagai sumber utama. Semakin canggih

panca indra memahami Al-Quran dan Sunnah Semakin canggih pula hasil

karya yang didapatkan untuk keselamatan di dunia dan di akhirat.

Dalam buku ini sebagian yang penulis deskripsikan tentang wilayah

yang dijadikan sebagai fokus kajian imu dakwah dan komunikasi adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana membuat Pengertian ilmu dakwah dan komunikasi masa

lalu, sekarang dan yang akan datang

2. Bagaimana wilayah penelitian ilmu dakwah dan komunikasi, masa

lalu, sekarang dan yang akan datang

3. Bagaimana Muablligh/Informan dakwah dan komunikasi

4. Bagaimana Materi dakwah dan komunikasi masa lalu, sekarang dan

yang akan datang.

5. Bagaimana Metode dakwah dan komunikasi masa lalu, sekarang dan

yang akan datang

6. Bagaimana Media dakwah dan komunikasi masa lalu, sekarang dan

yang akan datang

7. Bagaimana Objek dakwah dan komunikasi masa lalu, sekarang dan

yang akan datang

Page 104: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 103

8. Bagimana Sejarah dakwah dan komunikasi masa lalu, sekarang dan

yang akan datang

9. Bagaimana Efek dakwah dan komunikasi masa lalu, sekarang dan

yang akan datang

10. Bagaimana Tujuan dakwah dan komunikasi masa lalu, sekarang dan

yang akan datang

11. Bagaimana Gambaran wilayah dakwah dan komunikasi masa lalu,

sekarang dan yang akan datang.

12. Konstruksi Realitas iklan Rokok

13. Mengkaji kebijakan Publik.

14. Mengkaji respon masyarakat tentang peraturan daerah.

15. Sistem informasi birokrasi pemerintah dan swasta.

Bentuk-bentuk permasalahan dalam unsur-unsur dakwah dan komunikasi

ini membutuhkan penelitian melaui intuisi, pikiran-pikiran dan kajian

filosofis untuk mengungkap problematika yang dihadapi umat khususnya

yang berorientasi pada rahmatalli’alamin baik bagi dirinya, orang lain dan

alam. Semua ini perlu kajian akademik sehingga mendapatkan informasi

yang objektif, sistematis dan memiliki dampak pragmatis terhadap umat

manusia.

Ilmuan dan praktisi dakwan dan komunikasi tentu harus mehamami

lapisan-lapisan masyarakat baik perkotaan dan perdesaan sebelum menanam

atau menancapkan pesan-pesan dakwanya. Dalam konteks seperti ini

Dakwah dan komunikasi perlu ilmu bantu seperti Filsafat, ekonomi,

antropologi, sosiologi dan psikologi sebagai instrument penungjang dalam

mendekati setiap permaslahan umat baik diperkotaan maupun diperdesaan.

Hal ini sangat penting diketahui sehingga dapat mengetahui informasi

apa yang paling dibutuhkan oleh lapisan-lapisan masyarakat yang akan

dijadikan objek dakwah berikut ini peta keragaman masyarakat.

Page 105: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 104

C. Peta Dakwah dan Komunikasi

Dalam kajian metode penelitian dakwah dan komunikasi perlu

memperhatikan unsur-unsur lapisan masyarakat yang ada diperkotaan

maupun yang ada diperdesaan. Hal ini penting diketahui lebih awal

sehingga dapat diketahui yang berperan penting dalam mendominasi

regulasi sosial kemasyarakatan.

Masyarakat Perkotaan:

1. Penguasa Pemerintahan, Penguasa Ekonomi

2. Penguasa Ketertiban, Penguasa Perhubungan

3. Penguasa Perbankan, Penguasa Pendidikan

4. Pengausan Kesehatan, Penguasan Telekomunikasi (Teknologi

Informasi)

5. Penguasa Minyak, Komunitas Pedagang, Komunitas Pengusaha,

Komunitas Partai, Komunitas Teknologi Informasi, Komunitas

PSK

6. Komunitas Panti Asuhan, Komunitas Perusahaan

7. Komunitas TNI/POLRI, Komunitas Perhotelan

8. Komunitas Supermarket dan Minimarket, Komunitas Industri

Percetakan, Komunitas Perhubungan, Komunitas olaragawan.

Masyarakat Perdesaan:

1. Penguasa Pemerintahan, Penguasa Ekonomi

2. Penguasa Ketertiban, Penguasa Perhubungan

3. Penguasa Perbankan, Penguasa Pendidikan

4. Pengausan Kesehatan, Penguasan Telekomunikasi

5. Penguasa Minyak.

Keragaman Pemahaman Agama

a. Islam Fundamental, Islam Radikal, Islam Aktual

b. Islam Reformis, Islam Modernis, Islam Kultural, Islam Transformatif,

Islam Leberal, Islam Eksklusif, Islam Ingklusif.

Page 106: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 105

Keragaman dalam Pemahaman Agama

1. Islam Fundamental, Islam Radikal, Islam Aktual

2. Islam Reformis, Islam Modernis, Islam Kultural

3. Islam Transformatif, Islam Leberal, Islam Eksklusif

4. Islam Ingklusif.

Keragaman dalam Pendidikan dan kebudayaan

1. Perbedaan Pendidikan, Perbedaan Budaya, bahasa,

2. Perbedaan trasformasi ilmu pengetahuan agama dan non

agama.

3. Perbedaan pendidikan luar negeri dan dalam negeri

4. Perbedaan alumni pusat dan daerah.

Semua lapisan-lapisan masyrakat tersebut sebagai peneliti dakwah dan

komunikasi perlu memiliki mata jelita dalam menoropong permasalahan

yang dihadapi masyarakat sesuai etika(nilai) dan emik(pemahaman peneliti

terhadap realitas) serta klasternya masing-masing sehingga dalam memilih

teori atau pendekatan bisa efektif dan efisien.

Beriku ini contoh penelitian natural (kualitatif) pada masyarakat

multicultural. Tetapi sebelumnya dalam penelitian ada tiga variabel yang

ahrus peneliti perhatikan yaitu:

8. Variabel Independen (yang memengaruhi): variabel ini yang akan

memengaruhi varibel dependen. Variabel independen ini harus

diperhatikan oleh peneliti karena variabel inilah yang akan menjadi

stimulant untuk melakukan perubahan dari kearah yang lebih baik.

Dalam kajian ini dibutuhkan kerangka teori dan alur pikir yang jitu

dalam memengaruhi varibel dependen.

9. Variabel Dependen (yang dipengaruhi): variabel ini biasanya yang

termasuk variabel lemah (permasalahan) yang dihadapi oleh

masyarakat sehingga perlu diketahui persis masasalah tersebut.

Page 107: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 106

10. Variabel Moderator: variabel ini adalah regulator atau nilai. Nilai

disini bisa berbentuk agama, budaya, yang akan diberikan kepada

variabel independen sehingga member corak pada penelitian tersebut

dalam menyelesaikan permasalahan secara efektif

Contoh penelitian dakwah dan komunikasi seabagai bahan perbandingan

jika anda ingin terjun menjadi peneliti dakwah dan komunikasi, berikut:

Sinopsis Penelitian Kualitatif

Nama : Syarifudin

NIM : 80100310029

Konsentrasi : Dakwah dan Komunikasi

Judul : SISTEM INFORMASI DAKWAH (Studi Analisis strategi Dakwah Muhammadiyah di Kota Ambon).

A. Latar Belakang Masalah

1. Gambaran umum permasalahan yang akan dikaji mulai dari strutktur

masyarakatnya, dan permasalahan internal dan eksternal, serta

bagaimana keterlibatan pemuka agama, pemerintah dan prilaku

masyarakat tersebut dalam mempertahankan hidup.

2. Apakah tidak bertentangan dengan nilai moral, agama yang dapat

mengakibatkan konflik pada kehidupan sosial kemasyarakatan.

3. Mendeskripsikan kondisi faktual permasalahan yang akan dikaji pada

lokasi penelitian.

4. Mendeskripsikan signifikansi penelitian berdasarkan data-data yang

diambil sesuai durasi waktu yang telah ditentukan.

5. Melakukan indentifikasi masalah serta memilih permasalahan yang

dianggap dapat diselesaikan dalam waktu tertentu.

6. Merumuskannya seperti contoh berikut ini.

CONTOH LANGKAH-LANGKAH

PENELITIAN

Page 108: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 107

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk sereotype Agama yang berpotensi negatif

terhadap agama Islam dan Kristen di Kota Ambon?

2. Bagaimana menyusun strategi teknologi informasi dakwah terhadap

stereotype Agama Islam dan Kristen di Kota Ambon?

3. Bagaimana penerapan teknologi informasi dakwah bagi komunitas

yang rentang stereotype Agama di Kota Ambon?

C. Definisi Operasional dan Ruang lingkup penelitian

Untuk menghindari pemahaman yang berganda terhadap judul proposal

perlu menjelaskan makna etimologi dan terminologi terhadap kata pada

judul di atas:

Informasi adalah: Data, atau referensi (hasil bacaan) yang telah diproses

secara sistematis dan siap untuk dikonsumsi oleh khalayak, dan siap untuk

dijadikan sebagai keterangan atau hujjah.

Dakwah adalah: Sistem yang berfungsi menjelaskan kebenaran,

kebajikan dan petunjuk (agama) sekaligus menguak kebatilan informasi

yang dapat merusak umat dengan memanfaatkan media teknologi

informasi. Stereotype Agama adalah: Gambaran yang digeneralisasi atas

dasar prasangka berdasarkan pada tradisi pengalaman dan pemahaman

agama sebagai alat ukur kebenaran yang dimiliki seseorang dalam

memandang faham agama orang lain yang lebih cenderung pada persoalan

negatif.

Makna Terminologi: Makna terminologi dalam proposal ini yang

berjudul SISTEM INFORMASI DAKWAH (Studi Analisis strategi

Dakwah Muhammadiyah di Kota Ambon). adalah: Metode ilmiah untuk

mencapai tujuan praktis dalam organisasi untuk menganalisis masalah dan

merancang, melaksanakan, mengembangkan, menggunakan, mengelolah

untuk kebutuhan dakwah berdasarkan pada referensi primer yang dikemas

Page 109: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 108

untuk kebutuhan masyarakat yang rentang dengan stereotype agama, yang

berfungsi sebagai motor perawatan kerukunan umat beragama.

Batasan Penelitian: Batasan penelitian ini meliputi: a). Bentuk

penafsiran dan pemahaman agama dan isi materi dakwah. b). Bentuk

materi perbedaan penafsiran, dan pemahaman agama yang cenderung

memiliki potensi kekerasan atas nama agama. c). Metode penerapan strategi

informasi dakwah terhadap perbedaan penafsiran pemahaman agama pada

masyarakat multikultural.

D. Kajian Pustaka

Mendeskripsikan data-data tentang hasil penelitian sebelumnya tentang

objek yang akan diteliti. Kemudian menjelaskan perbedaan penelitian adan

dan signifikansinya kepada pembaca bahwa ada kaitannya tapi endingnya

berbeda dengan permasalahan yang diteliti seperti contoh berikut ini:

1. Pada Tahun 1995: Rupert Brown, Menangani Prasangka dari Perspektif

Perbedaan Penafsiran Sosial. Inti kajiannya: cara memahami

perbedaan pendapat masyarakat.

2. Pada Syarifudin: Stretagi Sistem Informasi Dunia Islam Dalam

menghadapi Era Globalisasi diteliti tahun 2002.

3. Pada Tahun 2004: Florentina Yuni Arini, Sistem Informasi dan Upaya

Peningkatan Produktifitas Sumber Daya Manusia. Inti kajiannya

adalah pentingnya SDM dalam mencapai efektifitas sebuah organisasi.

4. Pada Tahun 2005: Katon Wijana, Pembangunan sistem Informasi

untuk peningkatan kualitas manajerial. Inti kajiannya: memaksimalkan

kualitas informasi yang mudah, murah dan cepat dalam pengambilan

keputusan sesuai rencana yang telah ditetapkan.

5. Pada Tahun 2006: Buku kumpulan riset Sistem Informasi dalam

berbagai perspektif: Manusia, teknologi, Organisasi, Pendidikan,

Agama. Intinya kajiannya 132 jumlah Karya ilmiah. Inti kajiannya

Page 110: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 109

belum ada yang mengkaji Strategi Informasi Dakwah terhadap

Perbedaan Penafsiran Agama.

6. Pada Tahun 2006: Muhammad Ibnu Khaldun, Sistem Informasi dan

Kekuasaan Masyarakat Multikultural. Inti kajian ini bahwa organisasi

dapat mengolah atau menggunakan informasi dengan baik, jika

organisasi tersebut berkuasa dan memenangkan persaingan.

7. Pada Tahun 2007: Deddy Mulyana, Strategi Komunikasi Masyarakat

Multi Kultural. Intinya kajiannya bersifat umum pada rumpun ilmu

komunikasi.

8. Pada tahun 2008: Nurhidayat Muhammad Said dengan judul: Dakwah

dan problematika umat Islam: Studi kasus Respon Dakwah IMMIM

Makassar dalam menghadapi Imbar Globalisasi Informasi. inti

pembahasannya adalah dakwah IMMIM memberikan respon pada

perubahan yang terjadi di masyarakat kota Makassar juga tidak

meneliti sistem informasi dakwah.

9. Pada Tahun 2009: Abd. Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme

Agama: Membangun Toleransi Berbasis Al-Qur’an. Inti kajiannya

banyak pilihan keilmuan dalam Al-Qur’an tentang pluralisme dalam

membangun toleransi.

10. Pada Tahun 2009: Andre Utha Ujang, Multikulturalsme: Belajar hidup

bersama dalam perbedaan. Inti kajiannya Perlunya kesadaran dan

kepekaan sosial terhadap perbedaan budaya sebagai titik pijak

membangun kerukunan berbudaya.

11. Pada Tahun 2009 Berbagai Makalah Strategi Sistem Informasi hasil

Konperensi Nasional Sistem Informasi 2009. 67 judul.

12. Pada Tahun 2009 Abdul Aziz, Makalah di Jurnal: Pemberdayaan

Masyarakat Multikultural di Lampung. Inti kajiannya pemberdayaan

komunikasi efektif.

Page 111: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 110

13. Pada Tahun 2009 Abidin Wakano, Model pendidikan basudara yang

mengkaji tentang model pembelajaran di masyarakat multikultural.

Intinya model Pendidikan Pela Gandong.

14. Pada Tahun 2010: Wokshop pendidikan Multikultural yang dilakukan

oleh Balai Penelitian agama dan Keagamaan Makassar kerjasama

dengan Kanwil Agama Provinsi Maluku pada tahun 2010.

15. Pada Tahun 2010: Syarifudin, Sistem Informasi Dakwah (Studi Kasus

Pada PT. Telkom Divre VII Makassar. Inti kajiannya dampak positif

informasi dakwah terhadap alur sistem dakwah yang profesional.

Hemat penulis, dari sejumlah riset ilmiah di atas, jika diakumulasi secara

cermat, belum ada satupun penulisan tentang SISTEM INFORMASI

DAKWAH (Studi Analisis strategi Dakwah Muhammadiyah di Kota

Ambon pada Masyarakat Multikultural). Itulah sebabnya, bidang kajian ini

demikian ‚baru‛ dan belum pernah diteliti, sehingga studi tentangnya

dianggap sebagai sumbangan besar terhadap pengembangan ilmu

pengetahuan dalam menjaga keharmonisan umat beragama.

E. Kerangka Teori

1. Landasan Teologis-Normatif: Al-Qur’an, Hadis, Doktrin Ijma,

Undang Undang 1945 RI. Hemat penulis landasan ini dijadikan

pijakan kebenaran dalam mengukur ketimpangan/kesenjangan realitas

pada lokasi penelitian.

2. Teori adalah: Guidens dan Instrumen ilmiah yang penulis gunakan

dalam memetakan masalah serta menyelesaikan permasalahan yang

dikaji.

Teori Dakwah: Teori Dakwah Syekh Mursyid: sistem dakwah

amar ma’ruf nahimunkar. Teori Dakwah Ali Mahfuz: Teori

Pencitraan. Teori Adlabi tentang siqah (kredibilitas Infroman).

Page 112: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 111

Teori Informasi: McLuhan, bahwa Media: Perpanjangan panca

indra manusia. Teori J.D. Vito Tentang Presepsi dan Ekspresi:

Seseorang tergantung pada intensitas Informasi yang didengar.

Teori Prejudice (Prasangka/Penafsiran). Teori perbedaan

penafsiran interkasionis simbolik: teori komunikasi verbal dan non

verbal.

Teori Stereotype: Teori strategi pemecahan masalah sistematis

Krames. Teori Strategi Solso, Teori Strategi Wankat dan

Oreovoc.

F. Desain Kerangka Pikir

Dari kerangka teori di atas maka langkah selanjutnya penulis/calon

peneliti bagi kalangan S2 dan S3 perlu membuat kerangka pikir dan

menjelaskan kepada pembaca alur dan cara kerja dalam mengungkap

permasalahan dalam penelitian anda. Untuk lebih jelasnya dapat

digambarkan dalam skema berikut ini.

Page 113: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 112

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis penelitian ini bersifat eksplanatif yakni ingin mengungkap

strategi informasi dakwah terhadap perbedaan penafsiran,

pemahaman agama pada masyarakat multikultural di kota Ambon.

Corak penelitian ini adalah penelitian lapangan. Untuk kerangka

teoritis menggunakan data pustaka. Metode yang digunakan adalah

kualitatif.

2. Pendekatan: Penelitian ini menggunakan pendekatan dakwah dan

komunikasi. Dalam penelitian ini menggunakan ilmu bantu

antropologi dan sosiologi untuk mengungkap prilaku dan cara

berinteraksi masyarakat multikultural pada lokasi penelitian di kota

Ambon.

3. Pengumpulan data: Observasi, Wawancara dan Dokumentasi. Selain

itu, jenis data yang digunakan (kuantitatif atau kualitatif), sumber

data, yakni data primer maupun sekunder; yang penulis dapatkan di

kepustakaan (library research) maupun lapangan (field research).

Penelitian memilih lokasi penelitian di desa Batu Merah Ambon.

4. Alasan memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian karena di tempat

inilah awal mula terjadinya konflik 19 Januari 1999 yang dikenal

dengan idul fitri berdarah. Sampai sekarang lokasi ini rentan dengan

konflik. Sumber informan: Raja Batu Merah, Ketua Lembaga Antar

Iman, Kepolisian, Hakim, Organiasai Kemasyaratan, hasil

kesepakatan malino, dan MUI.

5. Tujuan mengambil data 3 tahun terakhir karena ingin mengungkap

kondisi faktual tentang materi dan sistem informasi dakwah yang

digunakan dalam penyebaran informasi kepada masyarakat

multikultural di kota Ambon yang membentuk karakter pola

penafsiran dan pemahaman keagamaan masyarakat multikultural.

6. Pengolahan/analisis data: Teknik analisis dan interpretasi yang

digunakan adalah menggunakan teori Haberman dan Miles. Teknik

Page 114: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 113

pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan dua teknik untuk

memudahkan penulis dalam memferifikasi data. Kedua teori tersebut

dinamakan teori manajemen dan teori interaktif. Teknik manajemen

mulai input, processing dan output (teori manajemen). Teknik

pengolahan data ‚interaktif‛ menggunakan teori Haberman dan

Milles dikuip oleh Bungin. Hal tersebut dapat digambarkan pada

skema berikut ini:

Teknik ini dikenal dengan

istilah teknik pengolahan

data interaktif yang dimulai

dari penyajian data,

pengorganisasi data, koleksi

data, identifikasi data,

meringkaskan data, reduksi

data, kesimpulan data.

A. Tujuan dan Kegunaan

Menjelaskan kepada pembaca tujuan yang hendak dicapai dalam

penelitian ini untuk mengungkap solusi terhadap perbedaan penafsiran

agama untuk meminimalisasi kekerasan atas nama agama. Penelitian ini

menggunakan parameter teori dakwah dan komunikasi problem solving

sebagai panduan dalam pemecahan masalah.

Motif ilmiah dari penelitian ini termasuk pengembangan teori dakwah

dan komunikasi. Kegunaan penelitian mencakup dua hal pokok sebagai ciri

khas penelitian Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yakni

kegunaan ilmiah dan kegunaan praktis:

1. Kegunaan ilmiah:

Page 115: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 114

a. Perkembangan teori ilmu pengetahuan khususnya rumpun ilmu

sosial bidang ilmu dakwah dan komunikasi yang selama ini belum

memiliki banyak kemajuan dalam bidang science.

b. Untuk mengungkap permasalahan bentuk-bentuk stereotype agama

terhadap masyarakat multikultural berdasarkan kaidah-kaidah ilmu

dakwah dan komunikasi.

c. Untuk pengembangan teori strategi informasi dakwah terhadap

perbedaan penafsiran, pemahaman terhadap komunitas masyarakat

multikultural.

d. Mendapatkan model pengembangan teori baru dalam bidang ilmu

dakwah khususnya dalam penerapan Teknologi Informasi dakwah

bagi stereotype agama.

2. Kegunaan praktis:

a. Untuk mengungkap gambaran munculnya perbedaan stereotype

Agama Islam dan Kristen di Kota Ambon dan perbedaan penafsiran

dan pemahaman agama terhadap masyarakat multikultural di kota

Ambon yang cenderung dapat memberi ruang terjadinya konflik

antar etnis, agama, dan budaya yang berdampak sistemik terhadap

disintegrasi bangsa dan negara.

b. Untuk mendapatkan pola atau silabi strategi informasi dakwah

terhadap bentuk sereotype Agama yang berpotensi negatif

terhadap agama Islam dan Kristen di Kota Ambon. Untuk

mendapatkan informasi tentang mekanisme sistem informasi

dakwah dan metode penyebaran informasi yang lebih efektif dalam

mengkonstruksi ekspresi masyarakat multikultural di kota Ambon

dengan cara yang lebih efektif.

c. Untuk mengetahui nilai, menyusun strategi teknologi informasi

dakwah terhadap stereotype Agama Islam dan Kristen di Kota

Ambon. Adanya upaya merawat keharmonisan umat beragama serta

membangun karakter persaudaraan sesama ciptaan Tuhan yang

Page 116: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 115

cinta damai serta berjiwa amar ma’ruf nahimungkar yang

berorientasi pada rahmatallil’alamin.

d. Untuk mengetahui penerapan teknologi informasi dakwah bagi

komunitas yang rentang stereotype Agama di Kota Ambon

G. Kerangka Isi

Bab I Berisi latarbelakang penelitian dengan mendeskripsikan fakta

empiris dan fakta teoritis sebagai bentuk kesenjangan sosial seperti

terjadinya insiden pembunuhan, perkelahian yang dapat memicu konflik

vertikal dan horisontal. Selain itu menggambarkan problematika

signifikansi penelitian ini sehingga layak menjadi satu penelitian ilmiah

karena masalah yang dikaji termasuk permasalahan yang berdampak

sistemik terhadap keharmonisan hidup bermasyarakat dan berbangsa. Inilah

sebabnya sehingga penulis bermotivasi menelitinya.

Bab II Landasan Teori: Intisari dari pada bab II ini adalah konstruksi

teori yang akan dijadikan sebagai pisau analisis pada Bab IV dengan

menggambarkan bangunan teori yang penulis gunakan dalam membedah

permasalahan. Teori strategi, teori informasi, teori dakwah, dan teori

perbedaan penafsiran dan teori masyarakat multikultural. Pemilihan teori

yang relevan dengan materi kajian ini adalah sebagai berikut: Teori

McLuhan, bahwa Sistem Informasi : Perpanjangan panca indra manusia.

Teori J.D. Vito Tentang Ekspresi : Seseorang tergantung pada konstruksi

informasi yang didengar. Teori Interkasionis Simbolik. Teori Problem

solvin, Teori Sistem sosial masyarakat multikultural Parson, Teori Media

Sannon, Teori Dakwah Syekh Ali Mursyid: Sistem Dakwah Amar Ma’ruf

Nahimunkar. Secara garis besar teori inilah yang penulis gunakan dalam

mengungkap permasalahan yang sifatnya abstrak menjadi faktual.

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini secara sistematis dan

menjelaskan solusinya penelitian ini.

Page 117: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 116

Bab III Metode Penlitian: Pada bab ini penulis mendeskripsikan

metode pengumpulan, data primer dan data sekunder, metode pengolahan

data dan analisis data. Semua data pustaka dan data lapangan ini yang di

olah berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah yang telah diterapkan oleh para

ahli tentang mekanisme pengolahan data penelitian kualitatif. Adapun

teknik pendekatan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan

dakwah dan komunikasi.

Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian: Kajian pada bab IV ini khusus

mengekplorasi profil masyarakat multikultural di kota Ambon, Bentuk

strategi Informasi yang efektif terhadap perbedaan penafsiran agama pada

masyarakat multikultural di kota Ambon untuk merawat keharmonisan dan

kehidupan masyarakat Multikultural di kota Ambon. Temuan teori?

Bab V Penutup: Kajian pada bab lima ini khusus hasil dari proses

penelitian dari hasil pengembangan teori sehingga mendapatkan

kesimpulan, rekomendasi, bahwa perlunya revisi untuk pengembangan

strategi informasi dakwah bagi masyarakat multikultural. Selain itu juga

mendeskripsikan bahan bacaan yang digunakan dalam meramu desertasi ini

yang penulis lampirkan pada daftar Pustaka

H. Contoh Daftar Pustaka

Kajian S2 dan S3 idealnya mahasiswa berusaha secara maksimal

mencari referensi yang memiliki tingkat validitas data yang tinggi tidak

boleh mengutip data yang telah dikutip di atas kutip karena sangat miskin

informasi yang didapatkan jika menggunakan metode seperti itu. Berikut

ini contoh penulisan dafar pustaka sebagai berikut:

Assefa, Hizkiaz. The Meaning of Reconciliation. Dalam ECCP and IFOR, People Building Peace. ECCP and IFOR, Amsterdam, 1999.

Agger, Ben. Critical Social Theories: An Introduction diterjemahkan oleh: Nurhadi dengan judul: Teori Sosial Kritik, Penerapan, dan implikasinya. Cet. II; Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005.

Page 118: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 117 ‘Ali Mahfuż, Syekh. Hidayah Al-Mursyidin Ila Turuq al-Wa’zhwa al-

Khitobah (Beirut Lebanon: Dar Al-Ma’rifah), h.93 Bandingkan dalam Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Cet. II; Jakarta: Prenada Group, 2009.

Abdullah, Syamsuddin. Agama dan Masyarakat: Pendekatan Sosiologi Agama Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Brown, Rupert. Prejudice Its Social Psycology diterjemahkan oleh: Helly P. Soetjipto dan Sri Mulyantini Sutjipto dengan Judul: Menangani Prasangka dari Perspektif Sosial . Cet. I; Jakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Brannen, Julia. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Burhan Bungin Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.

Brewer, M. B.. Reducing prejudice through crosscategorization: Effects of multiple social identities. 2000.

Bungin, Burhan. Analisis Data Kualitatif: Pemahaman Filisofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi Cet. III; Jakarta: Rajawali Press, 2009.

Bornow, V. Culture and Personality Cet; I; Chicago: Dorse Press, 1985.

Everett, Rogers, M at.all. Communication of Innovations, A Cross Cultural Approach. New York: The Free Press,1991.

Cohen, K. Albert. ‚The Delinquent Subculture‛, dalam Marvin E. Wolfgang dalam bukunya The Sociology of Crime and Delinquency. John Willwy and Sons Inc : New York. 1970.

Coser, Lewis. A. The Functions of Social Conflict. Penerjemah: Soerjono Soekanto dan Ratih Lestarini, 1998.

Page 119: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 118

Bab ini akan membahas cara-cara penulisan unsur-unsur karya tulis

ilmiah yang mencakup pengetikan teks atau bagian tubuh tulisan, catatan

kutipan, dan daftar pustaka. Catatan kutipan bisa berbentuk catatan kaki

(footnote), catatan akhir (endnote), dan catatan dalam kurung (parenthe-

tical note atau in-text citation). Yang diuraikan dalam bab ini hanya

ketentuan umum tentang penulisan catatan kutipan dan daftar pustaka.

Contoh penulisan yang lebih lengkap dan mendetail untuk berbagai jenis

referensi dalam catatan kutipan dan daftar pustaka akan diuraikan pada bab

berikutnya.

A. Teks (Bagian Tubuh Tulisan)

1. Pengaturan Margin

a. Margin kiri dan atas untuk penulisan huruf Latin, serta margin kanan

dan atas untuk penulisan huruf Arab, masing-masing selebar 4

(empat) cm dari ujung kertas.

b. Margin kanan dan bawah untuk penulisan huruf Latin, serta margin

kiri dan bawah untuk penulisan huruf Arab, masing-masing selebar 3

(tiga) cm dari ujung kertas.

c. Baris pertama setiap alinea dimulai setelah 1,25 cm (First Line 1,25

cm) dari margin kiri untuk penulisan huruf Latin dan margin kanan

untuk penulisan huruf Arab.

d. Setiap ketikan kembali ke margin, kecuali enumerasi (penomoran)

dan alinea baru.

e. Setiap lembar kertas hanya digunakan untuk pengetikan satu halaman

(tidak timbal balik).

2. Pengaturan Posisi Judul Halaman-halaman Judul:

BAB 7

TEKNIK PENULISAN

Page 120: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 119

a. Judul dari Halaman Judul, Halaman Pernyataan Keaslian karya tulis

ilmiah, Halaman Pengesahan, Daftar Isi, dan Abstrak, ditempatkan

secara simetris di tengah halaman bagian atas, 4 (empat) cm dari

ujung atas kertas (sama dengan alinea pertama teks pada setiap

halaman).

b. Kata Pengantar, Daftar Tabel, Daftar Ilustrasi, Bab, Daftar Pustaka,

dan Glossary ditempatkan secara simetris di tengah halaman bagian

atas, 6 cm dari ujung atas kertas (2 cm di bawah posisi alinea pertama

teks pada setiap halaman (lihat lampiran).

c. Semua judul pada ‚halaman berjudul‛ diketik dengan huruf kapital

(all caps) dan ditebalkan (bold).

3. Jarak Spasi Antarbaris dan Jarak Ketukan Antarkata:

a. Jarak antara nomor bab dengan judul bab dan antara baris pertama

judul bab dengan baris berikutnya (jika lebih dari satu baris) adalah 2

(dua) spasi atau dalam aturan word processor sama dengan exactly 24

pt.

b. Jarak judul bab dengan subbab (jika langsung diikuti subbab) adalah 4

(empat) spasi (caranya, mengeset kolom spacing subbab menjadi

before 12), dan jarak antara judul subbab dengan baris pertama teks

adalah 2 (dua) spasi (caranya, mengeset kolom spacing subbab

menjadi after 6).

c. Teks diketik dengan jarak exactly 24 pt (line spacing exactly 24 pt).

Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kerapian teks yang menggunakan

cam-puran font Latin dan font Arab serta memakai tanda-tanda

transliterasi.

d. Kutipan langsung sepanjang tiga baris atau lebih diketik dengan jarak

exactly 12 pt dan dalam format terpisah dari teks biasa. Untuk

kutipan teks Arab, baik yang ditulis dengan tangan maupun yang

diketik dengan word processor (komputer), tetap memperhatikan

Page 121: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 120

ketentuan ini, tetapi dapat menyesuaikan dengan keadaan huruf atau

font-nya.

e. Terjemahan ayat Al-Qur’an, Hadis atau terjemahan dari sumber

bahasa asing, diketik dengan jarak exactly 12 pt dalam satu alinea

tersendiri.

f. Jarak baris catatan kaki:

1) Jika dalam catatan kaki keterangan mencapai 2 (dua) baris atau lebih,

maka jarak antara setiap baris adalah exactly 12 pt dengan ukuran

font (font size) 10 pt.

2) Jarak antara baris terakhir suatu catatan kaki dengan baris pertama

catatan kaki berikutnya dalam halaman yang sama adalah spacing

before 6 pt.

3) Baris pertama setiap nomor catatan kaki dimulai setelah 1,25 cm dari

margin kiri untuk penulisan huruf Latin, dan margin kanan untuk

penulisan huruf Arab. Baris kedua dan seterusnya tetap kembali ke

margin kiri/kanan.

4) Nomor untuk catatan kaki ditulis setengah spasi di atas baris pertama

setiap catatan kaki atau superscript dalam bahasa word processor.

a. Abstrak, riwayat hidup, dan keterangan-keterangan lain yang

dilampir-kan, diketik dengan jarak exactly 18 pt.

b. Daftar Pustaka diketik dengan jarak exactly 12 pt dan diakhiri

dengan titik. Jarak antara satu item pustaka dengan item

berikutnya dalam daftar adalah spacing before 6 pt.

c. Antara setiap kata dengan kata berikutnya berjarak 1 (satu)

ketukan, kecuali karena proses outomatic justification dalam

word processor.

B. Kutipan dalam Teks

Page 122: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 121

1. Kutipan langsung sepanjang dua baris atau kurang dimasukkan ke

dalam teks dengan menggunakan tanda kutip (‚...‛).

2. Kutipan langsung yang terdiri dari tiga baris atau lebih ditulis ter-

pisah dari teks dengan jarak exactly 12 pt dan spacing before 6 pt

serta spacing after 6 pt, tanpa tanda kutip dan diketik dengan jarak 1

(satu) cm dari margin kiri. Bila dalam kutipan terdapat alinea baru,

maka first lane-nya diketik dengan jarak 1,5 cm dari margin kiri.

3. Kutipan langsung seperti tercantum dalam butir (1) dan (2) di atas

sedapat mungkin tidak lebih dari setengah halaman, kecuali bila

karya tulis ilmiah adalah studi teks yang harus mengutip teks asli

secara lengkap dan membutuhkan tempat kutipan yang lebih banyak.

4. Untuk menunjukkan adanya bagian tertentu dari teks yang dilangkahi

atau dibuang dalam kutipan (misalnya karena tidak relevan dengan

uraian), maka digunakan tanda elipsis, yaitu tiga titik yang diantarai

oleh spasi ( … ). Jika bagian dari teks yang dihilangkan/dilangkahi

berada pada bagian akhir kutipan, maka tanda elipsis diakhiri dengan

titik, jadi seluruhnya menjadi 4 (empat) titik ( …. ). (Pada program

word processor, misalnya MS-Word, elipsis ini dibuat dengan

menekan tombol [Ctrl] dan [Alt] secara bersamaan, lalu menekan

tombol titik [Ctrl+Alt+.].

5. Kalau teks yang dilangkahi itu 1 (satu) alinea atau lebih, maka

digunakan elipsis sepanjang 1 (satu) baris penuh. Jika sebelum alinea

yang dilangkahi itu masih ada bagian alinea sebelumnya yang ikut

dilangkahi, maka bagian yang dilangkahi itu ditandai dengan 1 (satu)

elipsis. Contohnya:

Page 123: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 122

6. Jika sebelum kalimat yang dilangkahi itu terdapat tanda baca, maka

tanda baca itu diletakkan persis sesudah huruf terakhir sebelum kalimat

yang dilangkahi. Demikian juga bila bila terdapat tanda baca sesudah

kalimat yang dilangkahi, maka tanda baca itu diletakkan sesudah tanda

elipsis. Misalnya: (;…) dan (…;).

7. Kutipan tidak langsung atau saduran diketik dengan jarak exactly 24 pt

dan marginnya sama dengan margin teks biasa. Di akhir setiap kalimat

atau alinea saduran, diberi nomor catatan kaki. Contohnya dapat dilihat

pada halaman berikut:

Para pejabat pemerintahan kita sekarang ini bisa disama-kan kedudukannya dengan para manager di Amerika Serikat. Mereka harus bisa mengejar target dengan tidak memper-dulikan pengembangan kelembagaan yang dewasa ini belum berkembang sebagai organisasi modern …

………………………………..…………………………….…

Erat kaitannya dengan proses pelembagaan ini terutama yang berkaitan dengan pelembagaan nilai, maka harus dicip-takan kondisi objektif yang mendorong terwujudnya kesa-tuan antara nilai, sikap, dan perbuatan.

1

Page 124: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 123

Saduran ini berasal dari teks buku Nurcholish Madjid, Islam Agama

Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam Indonesia (Jakarta:

Yayasan Wakaf Paramadina, 1995), h. 23. Kalau alinea ini dikutip secara

langsung, maka bentuknya sebagai berikut:

Nurcholish Madjid mengakui bahwa cukup sulit untuk

memberikan gambaran tentang pemikiran Islam Indonesia dalam

kaitannya dengan Islam secara menyeluruh. Hal itu disebabkan

karena kurangnya data yang dapat mewakili semua aspek yang

akan digambarkan. Karena itulah, dia menyatakan bahwa apa yang

dia kemukakan itu hanya terbatas pada aspek-aspek yang

disepakati sebagai gambaran. Ini berarti bahwa kita harus mencari

kenyataan pemikiran Islam yang dapat dikatakan mewakili Islam,

tetapi pada waktu yang sama juga mempunyai kaitan yang nyata

dengan pemikiran Islam secara global.1

Membahas potret pemikiran Islam Indonesia dalam kon-teks Islam universal memang menyulitkan, karena diper-lukan perangkat yang cukup lengkap dan yang mampu mewakili semua segi obyek pemotretan itu. Dalam keadaan metodologis yang sulit itu, konstribusi ini terpaksa mem-batasi diri pada segi-segi yang akan secara sempit dapat disebut sebagai ‚potret‛, yaitu melihat wujud-wujud nyata dunia pemikiran Islam yang sedapat mungkin ‚khas‛ Indo-nesia, tapi yang sekaligus dengan jelas menunjukkan kon-teksnya dengan dunia Islam pada umumnya, atau dengan pemikiran Islam yang telah mendunia (universal).

1

Page 125: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 124

Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya

pada tanggal 17 Agustus 1954 [sic].

8. Sumber yang masih menggunakan ejaan lama, dikutip sesuai aslinya

pada kutipan langsung.

9. Kalau ada kesalahan pada teks asli yang dikutip, maka kesalahan itu

harus ditunjukkan dengan menyisipkan kata sic yang ditulis dalam

kurung siku [sic], yang memberi petunjuk kepada pembaca bahwa

demikianlah yang tertulis pada teks aslinya walaupun mungkin itu

tidak benar. Akan tetapi, dapat juga diberikan perbaikannya di antara

kurung siku […] yang diletakkan persis sesudah teks yang dianggap

tidak benar. Contohnya:

Atau:

10. Kutipan dari bahasa asing, sebaiknya diterjemahkan kemudian diulas

dan, jika perlu, dikomentari.

11. Pengutipan ayat Al-Qur’an menggunakan rasm Usmany dengan cara

menuliskan sumbernya dalam teks (dimulai dengan singkatan Q.S.

yang diikuti secara berurutan dengan nama surah, garis miring, nomor

Bangsa Indonesia memproklamasikan

kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1954 [1945].

Page 126: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 125

surah, titik dua, dan nomor ayat, lalu titik) mendahului ayat yang

dikutip. Contohnya:

Kutipan ayat Al-Qur’an, baik kurang dari satu baris atau lebih ditulis

terpisah dari teks tanpa menggunakan tanda kutip. Di akhir ayat yang

dikutip, ditulis nomor ayatnya dalam huruf Arab yang ditempatkan dalam

kurung. Contohnya:

Terjemahan ayat Al-Qur’an, walaupun hanya terdiri dari satu baris saja,

ditulis terpisah dari teks dalam satu alinea tersendiri, dengan jarak baris

exactly 12 pt dan spacing before 6 pt serta spacing after 6 pt, diketik

dengan jarak 1 (satu) cm dari margin kiri. Terjemahan ayat yang dikutip

diberi nomor catatan kaki dan dianjurkan mengutip dari terjemahan resmi

Departemen Agama R.I., Al-Qur’an dan Terjemahannya (dalam berbagai

edisi), kecuali karena tujuan lain sesuai konteks penelitian, bisa mengutip

dari karya terjemahan lainnya.

Aturan penulisan kutipan teks Arab dari kitab-kitab hadis mengi-kuti

aturan penulisan ayat Al-Qur’an kecuali bahwa sumber hadis terkait, dalam

hal ini mukharrij-nya, dituliskan sesudah teks hadis, kemudian diberi nomor

catatan kaki. Sama halnya dengan terje-mahan Al-Qur’an, terjemahan hadis

dituliskan secara terpisah dalam satu alinea tersendiri dengan aturan jarak

seperti terjemahan ayat Al-Qur’an di atas. Jika terjemahan merupakan suatu

kutipan, ia harus diberi nomor catatan kaki, di mana nama penerjemah serta

data sumber rujukannya disebutkan.

Contohnya:

(104) … ل و ل م لو و ل ك ل و ك م ة م ل ك ل و ل و ك ل

… Allah berfirman dalam Q.S. Ali Imran/3: 104.

Page 127: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 126

1. Jika dari ayat Al-Qur’an atau hadis yang telah dikutip diberi penje-

lasan sehingga perlu penulisan ulang dalam format teks biasa, maka

kata, frasa, ataupun klausa yang diperlukan dapat ditulis ulang, tanpa

menulis ulang sumbernya.

2. Ayat-ayat yang dipergunakan tanpa teks asli atau diketik dengan

transliterasi harus dihimpun dalam sebuah daftar lampiran.

3. Kutipan yang terdiri dari satu baris atau kurang dari sumber naskah

non-Latin yang penulisannya dari kiri ke kanan (seperti buku-buku

yang menggunakan huruf Bugis/Makassar), diketik ke dalam teks

dengan menggunakan tanda kutip (‚…‛), diberi nomor catatan kaki

dan terjemahan. Jika bagian yang dikutip lebih dari satu baris maka

kutipan tersebut diketik terpisah dari teks, dengan jarak exactly 12 pt

dan spacing before 6 pt serta spacing after 6 pt, diketik dengan jarak 1

(satu) cm dari margin kiri dan diberi nomor catatan kaki.

Terjemahannya juga dipisahkan dari teks, dengan jarak baris exactly 12

pt dan spacing before 6 pt serta spacing after 6 pt, diketik dengan jarak

1 (satu) cm dari margin kiri dan diberi catatan kaki.

C. Catatan Referensi (Footnote, Endnote, dan In-text Citation): Ketentuan Umum

1. Footnote (Catatan Kaki)

a. Catatan kaki, atau dikenal dengan istilah footnote, adalah

keterangan tambahan yang terletak di kaki/dasar halaman dan

dipisahkan dari teks oleh sebuah garis (separator) sepanjang 20

هللا يقـول وسـلم عـليه هللا صلى هللا رسـول قال ، قال عنه هللا رضي يرة هر ابى عن

ذكـر نفسـه فى نى ذكر ن فـإ نى، ذكر ذا إ معـه أنا و بى عـبدى ظـن عـند أنا: تعالى

الىى تقـرب وان مـنهم، جـير مـأل فى ته ذكر مـأل فى نى ذكر ن فـإ نـفسى، فـى ته

يمشى نى آتا وان باعا اليه تقـربت راعا ذ الىى تقـرب وان راعا، ذ اليه تقربت شبـرا

1 .........(رواه )هـرولة آتيتـه

Page 128: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 127

(dua puluh) karakter atau 5 (lima) cm menurut default Microsoft

Word.

Catatan kaki memiliki empat tujuan utama:

1) Menjelaskan referensi bagi pernyataan dalam teks (biasa disebut

catatan kaki sumber atau reference footnote). Yang dikutip bisa

mencakup fakta-fakta khusus, pendapat, atau ungkapan langsung dari

otoritas yang karya-karyanya menjadi rujukan dalam karya tulis ilmiah.

2) Menjadi ruang bagi penulis untuk memberikan komentar-komentar

insidental yang dipandang penting tentang, atau menegaskan dan

menilai, pernyataan-pernyataan yang dibicarakan dalam teks. Ring-

kasnya, catatan kaki menjadi tempat di mana penulis menjelaskan hal-

hal yang dipandang layak dimasukkan, tetapi mungkin dapat

mengganggu alur pemikiran jika disebutkan, dalam teks.

3) Menunjukkan referensi silang (cross-references) atau sumber lain yang

membicarakan hal yang sama (biasa disebut catatan kaki isi atau

content footnote). Jenis catatan kaki ini biasanya menggunakan kata-

kata: ‚Lihat …,‛ ‚Bandingkan …,‛ dan ‚Uraian lebih lanjut dapat

dilihat dalam …,‛ dan sebagainya. Diperlukan konsistensi dan

ketepatan dalam penggunaan ungkapan-ungkatan tersebut. Dianjur-kan

penggunaan catatan kaki untuk tujuan ini tidak berlebihan agar tidak

menimbulkan kesan pamer literatur.

4) Menyatakan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak tertentu yang

terkait dengan sebuah penyataan atau kutipan dalam teks. Misalnya,

mereka yang membantu penulis memahami sebuah konsep, menda-

patkan literatur yang sedang dikutip, menerjemahkan sebuah teks, dan

sebagainya. Penggunaan catatan untuk tujuan ini hendaknya juga

diupayakan seminimal mungkin.

a. Setiap catatan kaki harus bermula pada halaman yang sama, yang ia

tempati merujuk. Akan tetapi, jika terlalu panjang, maka separuh

bagian catatan kaki mungkin akan melompat ke dasar halaman

Page 129: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 128

berikutnya. Walaupun begitu, jika menggunakan word processor di

komputer, peralihan ini biasanya diatur secara otomatis. Catatan

kaki sebaiknya tidak melebihi sepertiga halaman.

b. Untuk menghemat waktu dan tempat serta menjaga kerapian

penulisan teks, sebaiknya meminimalkan pencatuman nomor

kutipan dalam teks. Misalnya, dalam satu alinea yang terdiri atas

beberapa kutipan (dengan referensi berbeda), satu nomor rujukan

yang mengikuti akhir kalimat atau alinea kutipan terakhir sudah

memungkinkan semuanya untuk dicakup dalam satu catatan.

c. Cara penulisan catatan kaki adalah sebagai berikut:

1) Antara baris terakhir teks dalam sebuah halaman dengan nomor

catatan kaki diberi garis pembatas (separator) sepanjang 20 (dua

puluh) karakter atau 5 (lima) cm menurut default Microsoft

Word.

2) Catatan kaki ditempatkan berdasarkan urutan numerik dengan

diberi nomor sesuai dengan nomor pernyataan terkait dalam

teks. Urutan penomoran bermula pada setiap awal bab (bukan

kelanjutan nomor catatan kaki terakhir di bab sebelumnya).

Nomor catatan kaki diketik dengan posisi font lebih tinggi dari

huruf catatan kaki (superscript) dengan jarak 1,25 cm dari

margin kiri yang langsung diikuti oleh catatan kaki. Contohnya:

3) Jarak baris kedua dan baris-baris selanjutnya dari tiap catatan kaki

sejajar dengan atau kembali ke awal margin kiri. Contohnya:

1Fazur Rahman, Islam (New York: Anchor Books,

1968), h. 21.

2Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas:

Studi atas Pemikiran Hukum Fazlur Rahman (Bandung: Mizan,

1989), h. 155.

Page 130: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 129

4) Jarak baris terakhir sebuah catatan kaki dengan baris pertama catatan

kaki berikutnya adalah spacing before 6 pt. Jika pengetikan menggu-

nakan word processor seperti MS-Word, sistem penulisan garis pem-

batas, penomoran, spasi dan jarak margin, dan spasi antar catatan kaki

ini sudah diatur secara otomatis.

5) Nama pengarang dalam catatan kaki tetap seperti tercantum dalam

karyanya. Tidak ada ‚pembalikan‛ nama seperti dalam Daftar Pustaka.

6) Pada catatan kaki harus disebutkan halaman buku yang dikutip dengan

menggunakan singkatan h., baik untuk satu halaman maupun lebih.

Contohnya: h. 55-67; bukan hh. 55-67.

7) Istilah Ibid. (singkatan dari ibidem) dengan tulisan miring atau italic

(atau garis bawah dalam pengetikan manual) digunakan untuk merujuk

kepada sumber yang sama dengan yang telah disebutkan sebelumnya

tanpa ada sumber kutipan lain yang mengantarainya (baik halaman

kutipan sama dengan sebelumnya atau tidak). Jika halaman yang dikutip

sama, maka nomor halaman tidak dicantumkan lagi. Kalau kata ibid.

terletak di awal catatan kaki, huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital

(Ibid.), sedang bila terletak di tengah kalimat, misalnya sesudah kata-

kata ‚Disadur dari,‛ maka huruf pertamanya ditulis dengan huruf kecil

(ibid). Dalam bahasa Arab ibid diartikan menjadi المـرجع نفـس .

9) Istilah op. cit. (singkatan dari opera citato) (dalam bahasa Arab, جع المـر

yang juga ditulis miring dan diberi spasi (op. cit., bukan op.cit.) (السابق

merujuk kepada sumber yang sama yang telah disebut terdahulu, tetapi

diantarai oleh sumber lain yang tidak sama halamannya. Istilah ini (op.

cit.) digunakan sesudah menyebutkan nama pengarang. Jika halaman

yang dikutip sama, maka digunakan istilah loc. cit. (sing-katan dari loco

citato) (dalam bahasa Arab ( ن المـكا نفـس ). Contoh:

Page 131: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 130

10) Kalau ada dua karya atau lebih dari seorang penulis dipergunakan

dalam sebuah bab, maka singkatan op. cit. atau loc. cit tidak dapat

digunakan. Penggantinya adalah mencantumkan potongan singkat

judul karya yang dikutip yang menjadi sandi untuk masing-masing

karya tersebut. Contoh (lanjutan dari contoh di atas):

14Muh}ammad ‘Ali> al-S{a>bu>ni>, al-T{ibya>n fi> ‘Ulu>m al-

Qur’a>n (Cet. I; Beirut: ‘Alam al-Kutub, 1985), h. 22.

15Ronny Ngatijo Sumitro, Metodologi Penelitian Hukum

(Cet. I; Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), h. 35.

16Ibid., h. 40.

17Muh}ammad ‘Ali> al-S{a>bu>ni>, op. cit., h. 30.

18Ronny Ngatijo Sumitro, loc. cit.

19Muh}ammad ‘Ali> al-S{a>bu>ni>, Rawa>i‘u al-Baya>n fi> Tafsi>r

al-Ah}ka>m min al-Qur’a>n, Jilid I (t.t.: Da>r al-Fikr, t.th.), h. 57.

20Muh}ammad ‘Ali> al-S{a>bu>ni>, al-T{ibya>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n

(Cet. I; Beirut: ‘Alam al-Kutub, 1985), h. 22.

21Ronny Ngatijo Sumitro, loc. cit.

22Muh}ammad ‘Ali> al-S{a>bu>ni>, Rawa>i‘u, h. 54.

23 Ronny Ngatijo Sumitro, op. cit., h. 22.

24‘Ali> al-S{a>bu>ni>, al-T{ibya>n, h. 23.

Page 132: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 131

Dalam catatan kaki no. 22 di atas, kata Rawa>>i‘u adalah sandi untuk

membedakan referensi dari buku al-S{a>bu>ni> lainnya yang juga dikutip

sebagaimana disebutkan dalam catatan kaki no. 14, 20, dan 24, yaitu al-

T{ibya>n.

11) Jika pengarang yang sama muncul secara berurutan, baik dalam

nomor catatan kaki yang berbeda atau dalam catatan kaki yang sama, tetapi

dengan judul referensi yang berbeda, maka nama pengarang untuk karya

berikutnya tidak perlu disebut lagi, tetapi diganti dengan kata idem (ditulis

miring, yang berarti ‚yang sama‛). Contohnya:

a. Setelah judul referensi yang dikutip, unsur lain yang harus disebut-kan

adalah data penerbitannya yang mencakup tempat penerbitan (biasanya

nama kota), nama penerbit, dan tahun penerbitan. Ketiga unsur yang

disebut terakhir ini ditempatkan di dalam kurung. Keterangan tempat

terbit dengan nama penerbit diantarai oleh tanda titik dua (:), sementara

antara nama penerbit dengan tahun pener-bitan diantarai oleh tanda

koma (,).

b. Jika satu atau seluruh data penerbitan tidak disebutkan atau tidak

diketahui, maka digunakan singkatan-singkatan berikut:

[t.d.] jika sama sekali tidak ada data yang tercantum;

25Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual: Refleksi Sosial

Seorang Cende-kiawan Muslim (Cet. XI; Bandung: Mizan, 1999),

h. 45-54.

26Idem, Islam Alternatif: Ceramah-ceramah di Kampus

(Cet. I; Bandung: Mizan, 1986), h. 11. Tentang pentingnya

mendahulukan penegakan akhlak mulia ketimbang menonjolkan

perbedaan karena alasan fikih, lihat, idem, Dahulukan Akhlak di

atas Fikih (Cet. III; Bandung: Muthahhari Press, 2003), khususnya

bab II.

Page 133: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 132

[t.t.] jika tempat penerbitan tidak ada;

[t.p.] jika nama penerbit tidak ada;

[t.th.] jika tahun penerbitan tidak ada.

Dalam rujukan berbahasa Inggris, singkatan yang digunakan adalah

sebagai berikut:

[n.p.] yang berarti no place of publication atau no publisher (tidak

ada data tempat terbit dan nama penerbit);

[n.d.] yang berarti no date of publication (tidak ada data tahun

terbit).

Endnote (Catatan Akhir)

Endnote atau catatan akhir adalah catatan referensi yang diletakkan di

akhir suatu karya tulis ilmiah, sebelum Daftar Pustaka. Pada dasarnya,

teknik penulisan endnote persis sama dengan footnote. Demikian pula,

ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk footnote, juga berlaku untuk

endnote, termasuk ketentuan untuk penulisan Daftar Pustaka.

Perbedaannya, endnote diletakkkan di bagian akhir suatu karya tulis ilmiah.

Dalam pengetikan menggu-nakan word processor di komputer, konversi

catatan kaki (footnote) menjadi catatan akhir (endnote) secara otomatis

mudah dilakukan. (Contoh-contoh teknik pencatatan untuk berbagai jenis

referensi, baik footnote maupun endnote, secara rinci diuraikan pada BAB

V).

Parenthetical Reference atau In-text Citation

a. Parenthetical Reference, atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut

‚catatan dalam kurung‛, berfungsi untuk menunjukkan referensi dari

sebuah pernyataan yang disebutkan dalam teks, baik itu merupakan

saduran atau kutipan langsung. Parenthetical reference diletakkan di

dalam teks dan diapit oleh tanda kurung. Secara umum, informasi

yang perlu disebutkan adalah nama akhir pengarang, tahun terbit

Page 134: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 133

karangannya, dan nomor halaman. Antara tahun penerbitan karangan

dan halaman yang dikutip dibubuhi tanda koma (,). Contohnya:

l. Jika, misalnya, ada dua buku atau lebih karya dari penulis yang sama

(misalnya, Nurcholish Madjid dalam contoh di atas) yang dikutip dan

kebetulan diterbitkan pada tahun yang sama, maka penulisan tahun

diberi kode dengan huruf kecil, misalnya (a), (b), dan seterusnya.

Contoh:

c. Bila karya tulis yang dikutip itu terdiri dari beberapa jilid, volume

atau juz, maka nomor jilid, volume atau juz dari buku yang dikutip

ditulis setelah tahun, diikuti oleh titik dua, lalu nomor halaman.

Contohnya:

… kita harus mencari kenyataan pemikiran Islam

yang dapat dikatakan mewakili Indonesia, namun

pada waktu yang sama juga mempunyai kaitan yang

nyata dengan pemikiran Islam secara umum (Madjid

1995, 23).

… (Madjid 1995a, 27).

… (Madjid 1995b, 23).

… (al-Zuh}aili> 1991, 11: 98).

Page 135: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 134

d. Sementara itu, dalam hal pengutipan artikel atau entri ensiklopedi,

maka nomor jilid ditulis setelah tahun terbit, diikuti oleh titik dua (;),

kemudian seluruh halaman yang membahas artikel atau entri tersebut,

meskipun yang dikutip itu hanya satu halaman. Contohnya:

Jika rujukan bersumber dari buku suntingan atau risalah

(proceeding), maka yang ditulis adalah nama

penulis asli bukan nama penyuntingnya, jika rujukan diambil dari

dokumen-dokumen resmi seperti Undang-undang, Peraturan

Pemerintah, Garis-garis Besar Haluan Negara, Peraturan Daerah,

Surat Keputusan dan koran, maka nama sumber ditulis sebagai

pengganti nama penulis. Misalnya:

Untuk daftar pustaka bagi karya tulis ilmiah yang menggunakan

Paren-thetical Reference (yang biasa disebut, Reference List atau

daftar refe-rensi), berlaku ketentuan khusus dengan memperhatikan

hal-hal yang berkaitan dengan jumlah buku yang dikutip dari

seorang pengarang, demikian juga dengan referensi yang berjilid

sebagaimana yang dise-butkan di atas. (Contoh-contoh teknik

Pemberian obat meningkatkan….. (Darise dan Kadir, 1973).

Hal ini telah diteliti sebelumnya (Saad, dkk, 2003).

Perkawinan adalah …(Pemerintah Republik Indonesia, 1974).

Inflasi ternyata naik mendekati angka dua digit (Kompas, 2 September

2004).

… (Edgel 1979, 3: 796-800).

Page 136: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 135

penulisan catatan untuk berbagai jenis referensi dalam bentuk

Reference List diuraikan pada BAB V).

D. Daftar Pustaka

Jumlah kepustakaan skripsi minimal 20 (dua puluh) buah dan paling

sedikit tiga literatur berbahasa asing yang merupakan sumber utama

penulisan skripsi. Untuk tesis, minimal 50 (lima puluh) dan disertasi 70

(tujuh puluh).

Daftar Pustaka disusun berdasarkan urutan abjad dari awal nama terakhir

pengarang setiap karya rujukan. Nama pengarang yang dimaksud mencakup

nama orang, badan, lembaga, organisasi, panitia, dan sebagainya yang

menyusun karangan itu. Contohnya:

1. Data pustaka diketik dari margin kiri dan jika lebih dari satu baris,

maka baris kedua diatur menjorok ke dalam (indent) sepanjang 1,25

cm.

2. Seperti halnya dalam catatan kaki, catatan akhir dan catatan dalam

kurung, pangkat dan gelar akademik tidak perlu dicantumkan dalam

daftar pustaka.

Amal, Taufik Adnan. Rekonstruksi Sejarah Al-Quran. Yogyakarta: FKBA, 2001.

Bagir, Haidar. Buku Saku Filsafat Islam. Bandung: Arasy, 2005.

Capra, Fritjof. The Turning Point: Science, Society, and the Rising Culture. Toronto: Bantam Books, 1983.

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES, 1982.

H{asan, Ibra>him H}asan. Ta>ri>kh al-Isla>m. Juz 1, Kairo: Maktabah al-Nahd}ah al-Mis}riyyah, 1964.

Page 137: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 136

3. Nama penulis yang lebih dari satu kata, ditulis nama akhirnya diikuti

dengan tanda koma, kemudian nama depan yang diikuti dengan nama

tengah dan seterusnya, contohnya:

4. Taufik Adnan Amal, ditulis: Amal, Taufik Adnan

5. Budi Munawar-Rachman, ditulis: Rachman, Budi Munawar

6. W. Montgomery Watt, ditulis: Watt, W. Montgomery

7. Huruf ‚al-‛ pada nama akhir penulis yang menggunakan alif lam

ma‘rifah tidak dihitung sebagai huruf (A) menurut urutan abjad dalam

daftar pustaka. Yang dihitung adalah huruf sesudahnya, contohnya:

8. Muh}ammad ibn Idri>s al-Sya>fi‘i> diletakkan dalam kelompok huruf S dan

ditulis: al-Sya>fi‘i>, Muh}ammad ibn Idri>s.

9. Nama penulis yang menggunakan singkatan, ditulis nama akhir yang

diikuti tanda koma, kemudian diikuti dengan nama depan lalu nama

berikutnya, contohnya:

10. William D. Ross Jr, ditulis: Ross, William D. Jr. (Jr = Junior/Muda)

11. Pada dasarnya, unsur-unsur yang harus dimuat dalam kepustakaan

sama dengan unsur-unsur dalam catatan kaki dan catatan akhir, kecuali

berbeda untuk beberapa hal berikut:

a. Nama penulis yang disesuaikan dengan sistem penulisan katalog

dalam perpustakaan, yaitu menyebutkan nama akhir penulis lebih

dahulu (jika ada dua atau lebih) seperti disebutkan pada poin (2) di

atas.

b. Nama pengarang dalam kepustakaan ditulis mulai dari awal

margin kiri, sedang baris berikutnya dimulai setelah 1,25 cm dari

margin kiri. Jarak baris dalam kepustakaan adalah exactly 12 pt.

c. Antara baris terakhir suatu kepustakaan dengan nama pengarang

berikutnya berjarak spacing before 6 pt.

d. Nomor halaman dari referensi yang dikutip tidak lagi disebutkan

dalam daftar pustaka.

Page 138: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 137

e. Tanda koma (,) yang mengantarai nama pengarang dan judul

karangan-nya dalam catatan kaki/akhir, diganti menjadi tanda

titik dalam daftar pustaka.

f. Tanda kurung yang mengapit keterangan tentang nomor cetakan,

tempat terbit, nama penerbit dan tahun penerbitan dalam catatan

kaki/akhir, diganti menjadi tanda titik (.) dalam daftar pustaka.

9. Secara umum, daftar referensi (Reference List) untuk catatan dalam

kurung (Parenthetical Reference) mencantumkan unsur-unsur berikut:

nama pengarang, tahun terbit, judul buku referensi (huruf italic),

volume, juz atau jilid, tempat penerbit, dan nama penerbit.

Contohnya:

Perbedaan mendasar Daftar Referensi (reference note) dengan Daftar

Pustaka (bibliography) adalah karena pada yang disebut pertama, tahun

penerbitan diletakkan persis setelah nama pengarang.

9. Jika ada dua atau lebih karya tulis dari pengarang yang sama, maka

karya dengan tahun penerbitan paling awal ditempatkan lebih awal

dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Dalam penulisan karya

berikutnya dari penulis yang

al-Zuh}ai>li>, Wahbah. 1991. Al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Syari>‘ah wa al-Manh}aj, juz. 11. Beirut: Da>r al-Fikr al-Mu‘a>s}ir.

Edgel, Beatrice. 1979. ‚Conception.‛ Dalam James Hastings, ed. Encyclopedia of Religion and Ethics, vol. 3. New York: Charles Shcribner’s Son.

Page 139: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 138

Pustaka

Ahmad, Asep Hidayat. Filsafat Bahasa: Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna dan Tanda Cet. I; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.

Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah Cet. II; Jakarta: Logos Ilmu, 1999.

Bungin, Burhan. Analisis Data Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke arah penguasaan model aplikasi. Cet. I; Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2003.

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Cet. III; Jakarta: Prenada Media Group, 2009.

Basman, Filsafat Ilmu Cet. I; Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksra, 2009.

Bertens, K. Filsafat Barat dalam Abad XX Cet. III; Jakarta: PT. Gramedia 1971.

Baktiar, Amsal. Filsafat Agama Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

C. Verhak, Filsafat Ilmu Pengetahuan; Tealaah atas cara kerja ilmu-ilmu Cet. II; Jakrata: Gramedia, 1997.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research: Jilid I Cet. IX; Yogyakarta: Andi, 2000.

al-Zuh}ai>li>, Wahbah. Al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Syari>‘ah wa al-Manh}aj, juz. 11. Beirut: Da>r al-Fikr al-Mu‘a>s}ir, 1991.

Nasution, Harun. Falsafah dan Mistisisme dalam Islam. Cet. 2; Jakarta: Bulan Bintang, 1978.

_______. Teologi Islam: Aliran-aliran, Sejarah, dan Analisa Perbandingan. Cet. 5; Jakarta: UI Press, 1986.

_______. Falsafat Agama. Cet. 8; Jakarta: Bulan Bintang, 1991.

Page 140: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 139 Hadi, Sutrisno. Metodologi Research: Jilid II Cet. IX; Yogyakarta: Andi,

2002.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research: Jilid III Cet. IX; Yogyakarta: Andi, 2002.

Kenneth T. Gallagher, The Fhilosofi of Knouledge diterjemahkan oleh P. Hardono Hadi dengan Judul: Epitemologi: Filsafat Pengetahuan (Cet. VII; Bandung: Kanisius, 2001.

Kerlinger, Fred N. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Cet. IX; Yogyakarta: Gajahmada University Press, 2003.

Mufid, Muhammad. Etika dan Filsafat Komunikasi Cet. I; Jakarta: Prenada Group, 2009.

Muhajir, Noeng. Filsafat Ilmu, Positivisme dan Postmodernisme Cet. I; Yogyakarta: Rekesaring et. All., 2001.

Mulyana, Deddy. Metode Penelitian Komunikasi Cet. XII; Bandung: PT. Remaja Rosdakarta, 2008.

Rahmat, Jalaluddin. Metode penelitian Komunikasi: dilengkapi Contoh Analisa Statistik Cet. XII; Bandung: PT. Remaja Rosdakarta, 2007.

Syarifudin Ambon, Metode Penelitian Versi Digital Skripsi, Tesis dan disertasi Cet. I; Ambon: Wadacomsamart, 2008.

Surajiyo, Ilmu Filsafat, Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara, 2009

Singke, Mustari. Cara Singkat Mendalami Metodologi Penelitian Praktik Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Cet. I; Makassar: Berkah Utami, 2008.

Salam, H. Burhanuddin. Logika Materil Fisafat Ilmu Pengetahuan (Cet. I; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), h. 70

Sugiono, Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan Metode R&D. Cet. XVII; Bandung: Alvabeta, 2009.

Universitas Alauddin Makassar, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Cet. II; Makassar, 2009.

Uchjana, Onong Efendi. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi Cet. I; Jakarta: Anggota IKAPI 1993.

Page 141: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 140

KOMPOSISI PENULISAN ARTIKEL ILMIAH

INTERNASIONAL

‚Cara Menulis Artikel Ilmiah‛

1) Judul: Peran Pemikiran Dakwah Imam Rijali di Maluku.

2) Nama: Syarifudin, IAIN Imam Rijali Ambon, Dosen pada Fakultas

Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon, Jl. Dr. H. Tarmizi Taher Kebun

Cengkeh Batu Merah Atas-Ambon 97128 Telp. 0911344816, Fax.

(0911) 344315 [email protected]. 3) Abstrak dan Key Word: menjelaskan judul penelitian, masalah yang

diteliti, metode penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, dan hasil

penelitian dan kebaruan ide dan gagasan yang didapatkan dalam hasil

penelitian.

4) Abbrevation and Nomenclatur (Daftar Singkatan dan tetapan)

5) Introduction (Pendahuluan) Kemukakan realitas masalah: Masalah

penelitian yang diangkat awalnya mengumpulkan referensi pustaka,

setelah itu lihat fenomena di lapangan sampai dimana tingkat

pemahaman public sebagai pengguna teori menjalankan regulasi yang

sudah diberikan oleh ilmuan ini perlu riset awal untuk mengetahui gab

antara teori dan realitas yang terjadi. Setelah itu buat pernyataan

bahwa ketika penelitian ini jadi maka dapat memberikan solusi,

kemudahan, dan peningkatan kemudahan bagi public dari ide baru yang

kita dapatkan lewat data penelitian yang di analisis berdasarkan

metode yang sistematis.

6) Methodologi: Sebutkan dan gambarkan cara anda mendapatkan data

kemudian menjadikannya sebuah ide, gagasan sehingga menjadi results

(Hasil) ikiran baru. Metode yang digunakan dalam penelitian perlu

dipastikan bahwa metode yang digunakan ketika dilakukan oleh orang

lain dengan menggunakan prosedur metode yang dimiliki maka

dipastikan kesimpulannya sama dengan hasil penelitian kita.

7) Discussion (Pembahasan): Meliputi tiga unsur yakni; Data objek

Penelitian pustaka dan lapangan, Metode penelitian yang digunakan,

dan hasil penelitian yang di dapatkan perlu baru dan bisa dijalankan

oleh orang lain.

8) Conclution (Kesimpulan)

9) Acknowledgement (Ucapan terima kasih)

10) References (Daftar Pustaka): Sumber buku yang digunakan memiliki

tingkat kebaruan dan berasal dari buku yang memiliki kualitas yang

Page 142: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 141

tinggi. Menulis seperti memasak nasi dan sayuran, ketika kita

memasak sayuran yang segar, dan bakar ikan yang segar maka rasa,

aroma yang ditimbulkan juga menyegarkan dan menyehatkan manusia

begitupula sebaliknya ketika peneliti selalu mengkonsumsi buku-buku

yang sudah melek (offkir) dan apalagi ditulis oleh orang yang bukan

ahlinya maka dipastikan ide anda tidak memberikan kontribusi besar

terhadap kemaslahatan umat manusia. Jika menulis artikel internasional disarankan menggunakan buku yang diterbitkan oleh

lembaga indeksasi journal yang kredibel seperti; ISI Tomson, Ebsco-

USA, Index Copernicus-Poland, CABIUK, Scopus-Netherlands.

Lembaga ini setiap tahun mengevaluasi jurnal yang terbit.

11) Appendices (Lampiran).

METODE PENELITIAN KOMUNIKASI

Oleh: Syarifudin

A. Penelitian Dakwah dan Komunikasi

Spirit penelitian ilmu komunikasi adalah firman Allah swt

menjelaskan dalam Al-Quran surah Al-Imran ayat 190 yang menyuruh

manusia menelah, meneliti, dan menggunakan potensi akal untuk membaca

tanda-tanda pergantian siang dan malam seabgai objek penelitian. Perintah

penelitian ini Allah informasikan dalam QS Al-Imran/3: 190.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya

malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.

Ayat ini memberikan perintah untuk meneliti proses pergantian

siang dan malam sebagai khazanah dan kekayaan fenomena yang perlu

diperhatikan secara cermat dengan menggunakan metodologi yang

sistematis dan akurat sehingga tidak keliru dalam menentukan kebijakan

dan kesimpulan.

Page 143: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 142

Salah satu tanda-tanda kebesaran Allah swt ketika cermat dan

sistematis membaca tanda-tanda perubahan sosial. Hal ini bisa terwujud

ketika para calon peneliti memiliki 3 fasilitas:

1. Calon penelitia cerdas membaca tanda fenomena sosial dan peka

terhadap sebab perubahan sosial.

2. Calon peneliti memiliki kecerdasan memahami tanda sebagai objek

penelitian, mampu memahami kronologis mulai dari awal sampai saat

ini. Analoginya dari sebutir benih menjadi pohon yang besar.

a. Model pertama dalam memahami objek penelitian bisa

menggunakan panca indra baik lahir maupun batin. Caranya baca

sabbhisma rabbikal ‘ala.

b. Model kedua baca bismillah niatkan dalam hati moga apa yang

dipahami dari kebesaran Allah bisa mendapatkan hikmah yang

besar bagi kemaslahatan umat manusia.

c. shalat sunat minta pentunjuk pada Allah kemudian baru

memahami objek yang akan diteliti.

PERBEDAAN JENIS RISET/PENELITIAN

Penelitian Sehari-Hari Penelitian Ilmiah

1. Intuisi

2. Anggapan Umum(Common

Sence).

3. Tidak ada aturan dalam

memahami, menjelaskan, dan

memberi nilai.

4. Dilakukan setiap saat dan pilih-

pilih (selektif).

5. Kebetulan

6. Lebih fokus pada kebutuhan

pribadi.

1. Menelaah, menjelaskan, dan

memberi nilai objek penelitian

berdasarkan teori.

2. Sistematis, terstruktur, dan bisa

diferifikasi kembali dengan

metode yg diterapkan.

3. Memiliki rencana

4. Objektif, tidak memihak

apalagi menghakimi objek

penelitian. Menggambarkan apa

adanya dengan menawarkan

gagasan dan ide baru yang

manfaatnya lebih besar bagi

umat manusia.

5. Fokus pada bidang keilmuan

yang digunakan untuk

Page 144: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 143

memahami realitas.

CIRI DAN KARAKTERISTIK METODE ILMIAH

1. Bersifat Publik Tergantung pada informasi/realitas yang

ada.

Memberitahukan hasil risetnya pada

orang lain.

Sangat terbukan terhadap koreksi dan

ferifikasi untuk mendapatkan ide dan

gagasan yang lebih baik.

2. Objektif Di atur dalam metodologi yang telah

disepakati secara ilmiah.

Berhubungan dengan fakta-fakta tidak

memihak karena sifatnya pada

kemaslahan umat manusia.

3. Empirikal Sifat penelitian dapat diukur dengan

pengetahuan manusia.

Menolak penelitian yang sifatnya tidak

bisa dideteksi oleh panca indra.

Konsep harus didefinisikan secara jelas

untuk memudahkan orang lain

memahami apa yg dimaksudkan.

4. Sistematis/Kumulatif Review literatur; artinya menelaah

literatur yang tidak sesuai lagi dengan

kebutuhan publik.

Ide dan gagasan berpotensi memberikan

regulasi yang lebih banyak manfaatnya.

Memiliki konsistensi(istiqamah) yg

tinggi agar tidan menimbulkan tafsiran

yang berganda terhadap istilah yang

digunakan

5. Prediktif Hasil penelitian dapat dijadikan

kebijakan dan mampu memprediksi

kejadian masa depan yang akan terjadi.

6. Dapat difevikasi

kembali

Metode yang digunakan terus

berkembangan dan diperbaiki untuk lebih

mendalam dan akurat prediksi penelitian

Page 145: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 144

yang dilakukan.

Ketika membaca hasil penelitian mahasiswa jujur, secara umum

metode penelitian mereka masih jauh dari karya yang nyaman untuk dibaca

dan memiliki kebaruan ide. Untuk mendapatkan karya akademik yang

standar dibaca di kalangan akademik ketika karya itu memiliki ide-ide baru

dan gagasan baru yang dikembangkan dari ide sebelumnya. Perlu temukan

gab antara ‚teori‛ dan ‚realitas‛ sebagai argumentasi dasar dalam

mengemas ide dan gagasan yang ada dalam bentuk artikel, skripsi, tesis, dan

disertasi. Selain itu saya setuju dengan Pak Romi Wahono yang

mengungkapkan bahwa kecewa dengan pertanyaan mahasiswa tingkat akhir

yang masuk lewat email, inbox FB dan group FB Intelligent Systems yang

saya kelola.

Bukan kecewa dengan kuantitas pertanyaan yang sangat tidak

akademis, tapi kecewa dengan kualitas pertanyaan yang seharusnya tidak

pantas diajukan mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi, tesis, dan

disertasi. Pertanyaan yang sering muncul adalah judul yang didahulukan

bukan referensi yang ditonjolkan tetapi langsung judul seakan-akan

penelitian itu sudah selesai sehingga mereka langsung buat judul.

Hal ini juga diungkapkan oleh Romi Wahono Satrio Membuktikan

bahwa banyak mahasiswa yang:

a) tidak memahami langkah-langkah mengerjakan penelitian,

b) tidak memahami bahwa penelitian itu seharusnya dimulai dengan

studi literatur,

c) tidak berhasil memformulasikan pertanyaan penelitian, (4) dan secara

umum tidak memahami dengan baik metode penelitian.

Dari permasalahan ini saya mencoba memberikan gambaran panduan

ringkas dan praktis bagaimana tahapan melakukan penelitian. Tulisan saya

buat khusus untuk mahasiswa di jurusan Jurnalistik, tapi secara umum juga

bisa digunakan untuk mahasiswa jurusan lain.

Page 146: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 145 1. Tentukan Bidang Garapan Kita (research field)

Banyak mahasiswa yang sampai detik-detik terakhir mau skripsi,

tesis, dan disertasi masih belum mengerti akan menggeluti bidang (field)

apa di disiplin ilmu pendidikan dan komunikasi. Ini agak mengherankan,

karena ini berarti mahasiswa tidak memahami isi mata kuliah yang 3-4

tahun yang ia ikuti selama ini, sehingga akhirnya tidak mengerti minat dan

ketertarikannya pada disiplin ilmu yang ia akan dalami.

Ketika saya dulu mengikuti program undergraduate (S1) di Saitama

University, Jepang, semester 4-5 pun saya sudah bisa menentukan minat

dan ketertarikan saya kira-kira di bidang mana. Pada semester 5, saya juga

sudah harus menentukan akan masuk ke lab penelitian apa (yang disusun

berdasarkan bidang garapan (research field).

Sebenarnya kalau kurikulum di kampus kita sudah benar, satu mata

kuliah itu menunjukkan satu cabang dari disiplin ilmu komunikasi, dan

otomatis menunjukkan bidang penelitian yang bisa kita garap. Cara lain

untuk melihat bidang garapan adalah dengan melihat journal ilmiah

(transaction) yang ada di asosiasi bidang teknologi informasi, contohnya

adalah list transaction di ACM, dan IEEE Computer Society.

Beberapa bidang garapan di disiplin ilmu teknologi informasi,

misalnya adalah: Software Engineering, Data Mining (Knowledge

Discovery in Database), Image Processing, Information Retrieval,

Networking, Human Computer Interaction, Soft Teknologi informasi,

Computational Intelligence, dsb. Ungkapan Romi Wahono ini yang penting

adalah segera tentukan mana bidang garapan atau keahlian yang akan anda

geluti.

Sebagai contoh, saya memutuskan bahwa ketertarikan saya adalah

pada bidang Teknologi Informasi Dakwah. Saya lanjutkan gerakan saya ke

tahap kedua, menentukan topik penelitian saya.

2. Tentukan Topik Penelitian Kita (research topic)

Setelah bidang garapan ditentukan, sekarang tentukan topik

penelitian kita. Cara termudah menentukan topik atau tema penelitian kita

adalah dengan membaca buku, paper, artikel yang berjudul ‚research trends

Page 147: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 146 on‛ dengan diikuti nama bidang yang kita pilih. Contohnya gunakan

keyword: ‚research trends on software engineering‛, kombinasi keyword

pencarian selain itu adalah ‚research challenge on‛, ‚research topics on‛,

dsb.

Dari beberapa paper yang kita baca, kita akan ngerti tren penelitian di

bidang yang kita garap apa saja. Kita juga bisa menganalisa tren penelitian

yang muncul di bidang garapan kita dengan melihat issue (paling tidak

sekitar 3 tahun terakhir) dari journal/transaction yang berhubungan.

Beberapa contoh paper tentang research trend di suatu bidang ada di bawah:

Sebagai contoh, dari membaca series IEEE Transaction on Software

Engineering, dan saya perkuat dengan tulisan Shafay Shamail dan

Kitchenham di atas, saya memutuskan akan mengambil topik penelitian

tentang Software Defect/Fault Prediction. Saya lanjutkan gerakan saya ke

tahap berikutnya yaitu, menentukan masalah penelitian dari topik penelitian

yang saya pilih.

3. Tentukan Masalah (Research Problems)

Setelah ketemu topik atau tema penelitian, kita maju lagi lebih

dalam, kita harus berhasil menemukan masalah penelitian yang ingin kita

angkat dari topik penelitian tersebut. Ini tahapan yang paling sulit dalam

penelitian, dan paling memakan banyak waktu, tapi kalau masalah

penelitian sudah ketemu, jalan penelitian akan mulai terlihat. Bagaimana

cara menentukan masalah penelitian? Cara tercepat adalah membaca paper

dari journal ilmiah, dan mulai dari paper yg sifatnya review baru kemudian

Daftar Pusataka

Liao at al., Data Mining Techniques and Applications: a Decade Review from 2000 to 2011, Expert Systems with Applications 39 (2012)

Shafay Shamail and Malik Jahan Khan, Research Trends in Software Engineering, 2008

Kitchenham et al., Systematic Literature Reviews in Software Engineering, Information and Software Technology 51 (2009)

Page 148: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 147 paper yg sifatnya technical. Note that, paper di journal ada dua jenis. Jenis

yang pertama adalah ‚review paper‛, yang membahas review atau survey

suatu topik penelitian. Jenis yang kedua adalah ‚technical paper‛, yang

membahas aspek teknis dari perbaikan metode/algoritma (method

improvement) beserta hasil eksperimen dan evaluasi yang telah dilakukan.

Mulailah dengan membaca paper berjenis ‚review paper‛, karena akan

sangat membantu kita dalam memahami topik penelitian kita secara

mendalam dan komprehensif.

Metode yang digunakan untuk mereview penelitian dan

merangkumkannya dalam ‚review paper‛ sudah mulai distandardkan oleh

para peneliti. Di bidang ilmu software engineering, banyak peneliti yang

merujuk ke metode Kitchenham dalam membuat ‚review paper‛, dan judul

menggunakan terminologi yang sama yaitu ‚Systematic Literature Review‛

atau disingkat SLR. Jadi kalau kita ingin menemukan ‚review paper‛ yang

bagus, coba searching dengan keyword: ‚systematic literature review‛,

disamping tentunya tetap harus dicoba dengan menggunakan keyword

‛review on‛ atau ‚survey on‛, atau lebih dalam ke masalah penelitian

dengan ‚research problem on‛ atau ‚research challenge on‛. Contoh

‚review paper‛ yang baik adalah seperti di bawah. Ketika saya mengambil

topik penelitian tentang software defect/fault prediction, maka paper

pertama dari Hall et al. 2012 adalah paper yang wajib saya baca pertama

kali.

Hall et al., A Systematic Literature Review on Fault Prediction Performance in Software Engineering, IEEE Transaction on Software Engineering, Vol. 38 No 6 (2012)

Wen et al., Systematic Literature Review of Machine Learning based Software Development Effort Estimation Models, Information and Software Technology 54 (2012)

Yang & Wu, 10 Challenging Problems in Data Mining Research, International Journal of Information Technology & Decision Making, Vol. 5, No. 4 (2006)

Liao et al., Intrusion Detection System: A Comprehensive Review, Journal of Network and Computer Applications 36 (2013)

Breivold et al., A systematic review of software architecture evolution research, Information and Software Technology 54 (2012) 16

Page 149: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 148

Jangan berhenti, kejar semua ‚technical paper‛ yang ada di daftar

referensi ‚review paper‛ di atas. Usahakan konsentrasi ke paper yang

diterbitkan dalam journal yang diindex oleh ISI (thomson) atau SCOPUS

(elsevier), supaya kita tidak pusing dengan paper conference yang kadang

dibuat asal-asalan. Masalah penelitian juga kadang bisa kita temukan di

bagian future work/research yang biasanya diletakkan sebelum conclusion

dari suatu paper. Masalah penelitian bisa merupakan masalah baru, yang

orang belum pernah mencoba memecahkannya (originality di masalah

penelitian), bisa juga masalah yang sudah dicoba dipecahkan orang dengan

cara dia, dan kita ingin memecahkan masalah tersebut dengan cara kita

(originality di metode untuk memecahkan masalah) (Dawson, 2009).

Misalnya, bidang garapan saya adalah software engineering, di mana

topik penelitian saya adalah tentang prediksi cacat software (software

defect prediction). Dari hasil studi literatur (baik review paper maupun

technical paper), masalah penelitian yang saya angkat ada dua, yaitu adanya

masalah ‛noisy attributes‛ dan ‚class imbalance‛ pada data set, yang

akhirnya menyebabkan akurasi dan konsistensi (kehandalan) yang rendah

pada prediksi cacat software. Saya kemudian susun landasan referensi yang

memperkuat masalah penelitian yang saya angkat. Rangkuman masalah

penelitian (Research Problems (RP)) dan literatur yang mendukung

(literature supports) adalah seperti di bawah. Dari rangkuman di bawah,

terlihat bahwa masalah penelitian (research problem) yang saya angkat ada

dua, saya rangkumkan dalam RP1 (Research Problem 1) dan RP2 (Research

Problem 2). Researchproblems

4. Rangkumkan Metode-Metode Yang Ada (state-of-the-art methods).

Lakukan studi literatur lagi, pelajari semua penelitian yang tujuannya

memecahkan masalah yang sama dengan yang kita lakukan. Pahami

metode/algoritma terkini yang mereka gunakan untuk memecahkan masalah

penelitian mereka (yang juga menjadi masalah penelitian kita). Ini yang

saya sebut dengan existing methods (metode-metode yang ada) atau state-

Page 150: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 149 of-the-art methods, pada artikel sebelumnya tentang kiat menyusun latar

belakang masalah penelitian.

Dalam bidang teknologi informasi, metode biasanya berupa algoritma

yang secara sistematis, logis dan matematis menyelesaikan masalah. Setiap

bidang penelitian (field) di teknologi informasi memiliki metode/algoritma

yang khas untuk menyelesaikan masalah di bidangnya, meskipun beberapa

kadang bias digunakan secara bersama. Contohnya pada bidang image

processing, algoritma neural network digunakan untuk melakukan

pengenalan (recognition) wajah, sidik jari. dsb. Note that identification

process di image processing menganut trilogi detection-segmentation-

recognition. Pada bidang data mining, algoritma neural network biasanya

dipakai untuk proses estimasi dan juga prediksi rentet waktu. Bidang data

mining biasanya membagi algoritma ke dalam 5 peran: estimasi,

prediksi/forecasting, klasifikasi, klastering dan asosiasi. Contoh lain tentang

metode, ada di artikel: kiat menyusun latar belakang masalah penelitian.

5. Tentukan metode yang kita usulkan (proposed method)

Inilah kekuatan dari penelitian kita. Kita harus bisa menentukan,

membangun dan mengusulkan suatu metode/model (proposed

method/model), yg kita harapkan bisa lebih baik bila dibandingkan dengan

metode-metode yang ada saat ini. Dan keunggulan metode yg kita usulkan

tersebut harus dilandasi (reference), dibuktikan secara matematis, dan

secara empiris lewat hasil eksperimen dan perbandingan dengan metode

yang adas saat ini. Metode atau model yang kita usulkan itu tidak harus

benar-benar baru, dalam artian, bisa saja dari state-of-the-art methods yang

ada dan terakhir muncul (secara publikasi adalah yang paling baru), kita

kemudian ‚menambahkan‛ sesuatu (algoritma, koefisien, formula, dsb),

yang akhirnya ketika kita bandingkan dengan metode original, metode kita

lebih baik (lebih cepat, lebih akurat, lebih konsisten, dsb). ‚Penambahan‛

yang kita lakukan dan akhirnya membuat pemecahan masalah menjadi lebih

baik itulah yang disebut dengan kontribusi penelitian (contribution).

Setelah kita yakin dengan metode yang kita usulkan (tentu harus

dilandasi oleh referensi yang handal dari tulisan sebelumnya secara kokoh

Page 151: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 150 oleh literatur terkini), maka kita susun Research Questions (RQ) dan

Research Objective (RO) dari penelitian kita. Penelitian yang baik dan

terencana harus tersusun sejak awal desain korelasi antara RP – RQ – RO.

Contohnya, dari RP di tahap 3, saya membuat desain penelitian saya

(korelasi RP-RQ-RO) seperti gambar di bawah. Untuk masalah ‚noisy

attributes‛ saya mencoba menjawab dengan mencari ‚metode (algoritma)

attribute weighting apa yang paling baik untuk prediksi cacat software?‛,

ini akan menjadi RQ1 saya.

Setelah saya berhasil membandingkan secara empiris berbagai

metode attribute weighting yang ada. Maka saya akan mengambil satu

algoritma (metode) yang terbaik/terkini/state-of-the-art tersebut, dan

kemudian mengusulkan improvement (perbaikan) dari algoritma tersebut.

Sehingga untuk RQ2 saya, saya desain menjadi ‚bagaimana pengaruh

metode attribute weighting yang saya usulkan (perbaiki) pada tingkat

akurasi pada prediksi cacat software?‛. Sedangkan RO-nya sendiri akan

menyesuaikan dari RQ yang ada. Untuk RP2 juga secara umum mirip,

hanya bukan masalah akurasi yang saya selesaikan, tapi konsisten dan

reliability (kehandalan) dari classifier.

Jadi dapat disimpulkan bahwa desain penelitian saya terdiri dari dua

masalah penelitian (RP1 dan RP2), empat pertanyaan penelitian (RQ1-RQ4)

dan empat tujuan penelitian (RO1-RO4). Desain penelitian ini akan

menjaga konsistensi dan kesinkronan penelitian kita, sehingga kita tidak

bingung ketika merangkumkan penelitian kita dalam bentuk

skripsi/tesis/disertasi. Dimulai dari dua masalah penelitian di RP1-RP2, ada

4 eksperimen yang kita lakukan untuk menjawab RQ1-RQ4, dan ada 4

kesimpulan yang akan kita tarik dari hasil penelitian yang kita lakukan.

korelasi RP - RQ - RO penelitian

Dilihat dari 5 tahapan memulai penelitian di atas, kita harus banyak

baca paper. Di mana sumber literatur yang baik? Pertama coba ke google

dan google scholar dulu. Untuk bidang komputer, berlangganan ACM plus

dengan digital library yang berisi jutaan paper hanya 18USD/tahun. Silakan

klik di link ini untuk jadi member. Terus, kira-kira berapa paper yang harus

kita baca untuk menghasilkan penelitian yang baik? Patokan umum dan

Page 152: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 151 best practice untuk melakukan penelitian yang benar, lurus dan berkualitas,

untuk level s1 kita paling tidak harus baca 20-70 paper, untuk level s2 kita

sebaiknya membaca 70-200 paper, dan untuk level s3 diperlukan literatur

sekitar 200-600 paper. Ini juga sekaligus menjawab pertanyaan mahasiswa

yang sering ngeluh, banyak baca paper kok malah tambah pusing? Silakan

ikuti best practice ini, maka kepala akan nyaman. Kepala jadi pusing

ternyata bukan karena kita banyak membaca, tapi karena yang kita baca

memang ‛belum banyak

LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN KOMUNIKASI

Ketika membaca hasil penelitian mahasiswa jujur, secara umum

metode penelitian mereka masih jauh dari karya yang nyaman untuk dibaca.

Untuk mendapatkan karya akademik yang nyaman dibaca ketika karya itu

memiliki ide-ide baru dan gagasan baru dalam melakukan dan mengemas

kemabli ide dan gagasan yang ada. Selain itu saya setuju dengan Pak Romi

Wahono yang mengungkapkan bahwa kecewa dengan pertanyaan

mahasiswa tingkat akhir yang masuk lewat email, inbox FB dan group FB

Intelligent Systems yang saya kelola.

Bukan kecewa dengan kuantitas pertanyaan yang sangat tidak

akademis, tapi kecewa dengan kualitas pertanyaan yang seharusnya tidak

pantas diajukan mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi, tesis, dan

disertasi. Pertanyaan yang sering muncul adalah judul yang didahulukan

bukan referensi yang ditonjolkan tetapi langsung judul seakan-akan

penelitian itu sudah selesai sehingga mereka langsung buat judul.

Dalam mengatasi penelitian anda bisa melakukan langkah-langkah

sebagai berikut jika anda ingin melahirkan karya yang monumental,

Syarifudin Tawarkan satu metode penelitian dengan mengikuti 7 langkah

sebagai berikut:

1. Menentukan Topik dan Tema/Isu yang dianggap paling banyak

manfaatnya bagi kemanusiaan.

Page 153: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 152

2. Melakukan identifikasi Masalah kemudian Tentukan Masalah

(Research Problems) yang dianggap mampu diselesaikan sesuai

alokasi waktu dan dana yang ada serta kontribusi pemikiran yang

akan didapatkan akan merubah dan meminimalisasi masalah yang

dihadapi masyarakat.

3. Gambarkan secara cermat sejarah perkembangan masalah dan

batasan masalah tersebut, komukakan kondisi masalah yang akan

diteliti yang selama ini meresahkan masyarakat.

4. Menelaah dan menjelaskan kelemahan metode yang ada sehingga ia

menjadi gep terhadap masalahan yang ada. Semua referensi terkini

dari journal dan buku dijelaskan kelemahan metodologinya masing-

masing minimal tiga tahun terakhir sehingga sering terjadi masalah.

Patokan umum dan best practice untuk melakukan penelitian yang

benar, lurus dan berkualitas:

a. Penelitian S1 kita paling tidak harus baca 20-70 paper dan

journal yang berkaitan denegan masalah yang kita teliti.

b. Level S2 sebaiknya referensi yang perlu dibaca 70-200 paper

dan journal,

c. Penelitian level S3 diperlukan literatur sekitar 200-600 paper

dan journal terbaru.

5. Ini juga sekaligus menjawab pertanyaan mahasiswa yang sering

ngeluh, banyak baca paper kok malah tambah pusing? Silakan ikuti

best practice ini, maka kepala akan nyaman. Kepala jadi pusing

ternyata bukan karena kita banyak membaca, tapi karena yang kita

baca memang ‛belum banyak

6. Menentukan dan mendeskripsikan metode baru yang akan

ditawarkan yang berbeda dengan kajian sebelumnya sebagai

kontribusi anda dalam penelitian yang akan didapatkan.

7. Buat Proposal: Ciri proposal yang baik menggambarkan apa

masalah yang akan diteliti.

Page 154: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 153 ISI Proposal Penelitian;

1) Mendeskripsikan masalah dan efeknya pada manusia, alam, dan

aqidah.

2) Ceritakan kronologis masalah dan konsep yang sudah ada tapi

tidak bisa menyelesaikan masalah yang anda angkat.

3) Kemukakan tawaran atau kontribusi pemikiran anda sebagai

karya anda sebagai pembeda dengan karya sebelumnya, dan

tegaskan bahwa karya anda memiliki kontribusi lebih besar

dibanding dengan karya yang ada.

4) Referensi yang digunakan harus baru minimal 3 tahun terakhir.

Diajurkan untuk S2 dan S3 dari buku yang terindeks SCOPUS

dan ISI.

5) Prinsipnya penelitian itu ada 3 (tiga): a). Masalah, b). Karya

orang yang sudah ada, c). Kontribusi anda dengan perspektif

baru, dan metodologi.

Jangan lupa niatkan bahwa ketika anda meneliti dan menelaah masalah

adalah ibadah dan amal jariah. ketika anda mampu memberikan cahaya

kebenaran melalui kesimpulan penelitian yang dapat mencerahkan orang

dari problematika sosial, alam, dan Aqidah PERTANDA Bahwa anda

termasuk warasatul Ambiyah.

Page 155: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 154

LATIHAN MERANCANG PROYEK PENELITIAN

Nama : Syarifudin

NIM : 80100310029

Konsentrasi : Dakwah dan Komunikasi

Judul : TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI DAKWAH

(ANALISIS PROBLEMATIKA PROMOSI KESEHATAN

PADA MASYARAKAT PESISIR DI PULAU AMBON)

No Bagian U r a i a n

1 Judul TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI DAKWAH

(Analisis Problematika Promosi Kesehatan di Masyarakat Pesisir Di Pulau Ambon)

2 Rumusan

Masalah

1. Bagaimana Bentuk Problematika Promosi Kesehatan Masyarakat Pesisir di P.

Ambon.

2. Bagaimana Sistem Promosi Kesehatan Masyarakat Pesisir di P. Ambon.

3. Bagaimana Penerapan Teknologi Sistem Informasi Dakwah Terhadap

Problematika Promosi Kesehatan Masyarakat Pesisir di P. Ambon.

3 Tujuan

Penelitian

1. Untuk mengungkap bentuk Bentuk Problematika Promosi Kesehatan khususnya

pelaksanaan Desa Siaga pada Masyarakat Pesisir di P. Ambon 3 tahun terakhir

.

2. Untuk mendapatkan informasi pentingnya rencana strategis integrasi sistem

informasi dawkah dan dan sistem promosi kesehatan. Sehingga mendapatkan

bangunan sistem informasi dakwah dan sistem promosi kesehatan yang lebih

efektif bagi masyarakat pesisir di Pulau Ambon.

3. Untuk memberikan nilai-nilai Sistem informasi dakwah profetik yang bersifat

integral antara Sub sistem informasi dakwah dan dan Sub sistem promosi

kesehatan yang selama ini masih bersifat parsial akibat tidak ada pola

ekosistem informasi dakwah dalam menopang promosi kesehatan yang efektif

terhadap masyarakat pesisir di Pulau Ambon untuk mencapai kesehatan lahir

batin.

4 Teori 1. Teori McLuhan, bahwa Sistem Informasi : Perpanjangan panca indra manusia.

Teori J.D. Vito Tentang Ekspresi : Seseorang tergantung pada konstruk opini

yang didengar.

2. Teori Behaviorime Healt J.B. Watson: Aspek stimulus lingkungan dapat

membentuk ekpresi personality kesehatan seseorang.

3. Teori Dakwah Syekh Mursyid: Sistem Dakwah Memperbaiki masyarakat untuk

mencapai kondisi Amar Ma’ruf Nahimunkar.

5 Metode 1. Corak penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan antropologi dan

sosiologi untuk mengungkap prilaku dan cara berinteraksi dalam menggunakan

fasilitas Sistem informasi dakwah dan kesehatan masyarakat pesisir di Pulau

Page 156: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 155

Ambon, serta dianalis dengan paradigma dakwah.

2. Lokasi penelitian terdiri dari 3 Desa pesisir ini yakni: Hila, Tulehu, dan Mamala.

Alasan penulis memilih lokasi ini karena terdapat komunitas desa siaga yang

telah mendapatkan pembinaan dari Dinas Kesehatan namun samapi sekarang

belum mendapatkan satu bentuk promosi kesehatan yang efektif berdaarkan

standar Desa Siaga yang ditetapkan pada UU Kesehatan RI No. 23 tahun 2003.

Selain itu di bidang dakwah desa ini memiliki artefak sejarah yakni adanya

masjid tua, gereja tua dan bentuk Sistem dakwah klasik kapata (nyanyian-

nyanyian dakwah) yang akan penulis dikolaborasi dengan Sistem dakwah

moderen untuk mendapatkan model integrasi publikasi dawkah yang berbasisi

pada kesehatan secara lahir batin.

3. Teknik mendapatkan data lewat wawancara mendalam, dokumentasi dengan

mengambil data 1 tahun terakhir. Tujuan mengambil data 1 tahun terakhir

karena ingin mengungkap kondisi faktual tentang materi dan sistem Sistem

informasi dakwah dan sistem promosi kesehatan yang digunakan dalam

penyebaran informasi kepada masyarakat pesisir di Pulau Ambon.

6 Penelitian

Terdahulu

Abdul Aziz, Pemberdayaan Masyarakat Pesisir di Lampung, Yuniarti: pengelolaan

wilayah pesisir di indonesia (studi kasus : pengelolaan terumbu karang berbasis

masyarakat di kepulauan riau) Abidin Wakano, sistem pendidikan basudara yang

mengkaji tentang model pembelajaran dimasyarakat pesisir. Sulaeman meneliti

bentuk komunikasi masyarakat pesisir di Hila, Syarifudin Ambon meneliti pola

penyebaran informasi bagi masyarakat pesisir di Hitu lama. Worshop Koordinasi

Promosi Kesehatan Desa Siaga di Kabupaten Maluku Tengah. Strategi pembinaan

desa Siaga Oleh kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku. Semua peneliti ini belum

mengakaji Sistem dakwah secara utuh sehingga penelitian relatif baru dan sangat

signifikan untuk dilakukan penelitian, untuk mendapatkan model Sistem informasi

dakwah dan promosi kesehatan yang khas bagi masyarakat pesisir.

7 Outline BAB I PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

B. Rumusan Masalah

C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian

D. Kajian Pustaka

E. Kerangka Teoritis

F. Metodologi Penelitian

G. Tujuan dan Kegunaan

H. Daftar Pustaka

I. Kerangka Isi (outline)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Sistem Informasi Dakwah

1. Definisi Teori yang digunakan

2. Pemilihan Sistem teori

Page 157: Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 156

3. Ruanglingkup

4. Unsur-Unsur Sistem Dakwah

5. Strategi Teknologi Informasi Dakwah Masyarakat Pesisir

B. Teori Promosi Kesehatan

1. Definisi

2. Pemilihan Teori

3. Ruanglingkup

4. Unsur-Unsur Promosi Kesehatan

5. Strategi Promosi Masyarakat Pesisir

C. Masyarakat Pesisir

1. Sejarah Masyarakat Pesisir

2. Unsur-Unsur Masyarakat Pesisir

a. Struktur Sosial dan Organisasi

b. Tradisi Sistem Informasi Masyarakat Pesisir

3. Pola Kehidupan Masyarakat Pesisir

4. Bentuk-Bentuk Interaksi Masyarakat Pesisir

BAB III METODE PENLITIAN

A. Jenis Penelitian

B. Instrumen Penelitian

C. Teknik Pengumpulan data: Observasi, Wawancara, Dokumentasi

D. Teknik Pengolahan dan Analisis dat

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Bagaimana Bentuk Problematika Promosi Kesehatan

Masyarakat Pesisir di P. Ambon.

B. Bagaimana Sistem Promosi Kesehatan Masyarakat Pesisir di

P. Ambon.

C. Bagaimana Penerapan Teknologi Sistem Informasi Dakwah

Terhadap Problematika Promosi Kesehatan Masyarakat Pesisir

di P. Ambon.

D. Temuan teori/Ide Dan Gagasan Baru

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Rekomendasi

C. Pustaka