Syariah di Hulu, Jangan HHaram di Hiliraram di...

1

Transcript of Syariah di Hulu, Jangan HHaram di Hiliraram di...

21Rabu, 24 Februari 2016 A S U R A N S I & P E M B I A Y A A N

Oktaviano D.B. [email protected]

Kegaduhan itu akhirnya reda setelah MUI, BPJS Kesehatan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Dewan Jaminan Sosial Nasional ber-

temu. Seluruh pihak sepaham tidak ada kata ‘haram’ dalam ijtima itu, sedangkan keputusan dan re -komendasi dibahas lebih lanjut untuk penyempurnaan program BPJS Kesehatan.

Kondisi itu juga menjadi preseden bagi OJK untuk merealisasikan ha -dirnya pilihan layanan berbasis syariah pada setiap jasa keuangan. Pa salnya, belum semua layanan jasa keuangan, khususnya di in -

dus tri keuangan non-bank (IKNB) menjalankan prinsip syariah.

Saat ini sudah tersedia layanan jasa perasuransian, pembiayaan, mo dal ventura, penjaminan dan lembaga jasa keuangan khusus de -ngan prinsip Islam, sedangkan pe -nye lenggaraan dana pensiun (dapen) belum mengadopsinya. Namun sa -yangnya, sebagian kalangan menilai instrumen investasi syariah yang dapat menampung dana dapen sya-riah sejauh ini belum mencukupi.

OJK sendiri berharap dapat meres-

mikan layanan jasa dana pensiun dengan prinsip syariah, baik dana pen siun pemberi kerja (DPPK) mau pun dana pensiun lembaga ke-uang an (DPLK) pada paruh pertama tahun ini.

“Jangan sampai seperti polemik pe nyelenggaraan BPJS Kesehatan ta hun lalu. Karena itu, kami ingin se cepatnya mendorong dana pensiun syariah,” kata Deputi Komisioner Pengawas IKNB I OJK Edy Setiadi kepada Bisnis, pekan lalu.

Pembentukan dapen syariah se -benarnya telah tertuang dalam Roadmap IKNB Syariah 2015 – 2019 yang diterbitkan OJK pada tahun lalu. Dalam peta jalan itu terungkap ada nya ruang bagi tumbuhnya pengelolaan manfaat pensiun seusai prinsip syariah dengan hadirnya Ikatan Dana Pensiun Islam Indonesia (IDPII) pada 2010. DPII ini dibentuk oleh beberapa pelaku dapen yang pendirinya berbasis syariah.

OJK menilai keberadaan lembaga pe ngelolaan dana bagi masa pensiun itu telah dinanti masyarakat, baik yang belum memiliki dapen mau -pun telah menjadi peserta dapen konvensional. Data OJK me nun-juk kan sebanyak 74,8% pekerja dan 85,7% pengusaha di Indonesia manaruh minat pada dapen.

Pada 2013, DSN MUI menerbitkan fatwa No. 88/DSN-MUI/XI/2013 ten tang Pedoman Umum Pe nye -leng garaan Program Pensiun Ber da -sar kan Prinsip Syariah. Fatwa yang dalam pembahasannya melibatkan perwakilan asosiasi industri dapen itu memuat aturan umum mengenai iuran, pengelolaan ke kayaan, dan man faat pensiun serta akad yang digunakan dalam penyelenggaraan program pensiun syariah.

“Kami akan mengacu kepa da fatwa DSN MUI, ba gaima na ke lem -bagaannya, penye leng ga ra annya, ba gaimana iuran dan man faat, dan lainnya,” ujar Edy.

Menurutnya, otoritas meyakini realisasi dapen syariah akan menarik minat pengelola DPPK dan DPLK.

Ketua Asosiasi DPLK Nur Hasan Kur niawan menilai industri sangat menanti aturan tersebut. Pasalnya,

ke hadiran dapen syariah dapat meng -hapus keraguan calon peserta akan prinsip pengelolaan dana pensiun.

KETERBATASANSementara itu, Ketua Umum

Aso siasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Mudjiharno M. Sudjono juga mengungkapkan keberadaan da pen syariah memang sudah lama diwacanakan. Pengelolaan dapen dengan prinsip Islam dapat direalisasikan dengan menyesuaikan de finisi iuran dan manfaat pada asu-ransi konvensional.

Namun, Mudjiharno mengatakan ke terbatasan instrumen inves-tasi berbasis syariah di Indonesia men jadi problem bagi keberadaan dapen syariah. Apalagi, bila potensi penyerapan peserta oleh dapen syariah sungguh terjadi.

Menurutnya, lonjakan dana ke lo-laan atau asset under management dapen syariah tentu membutuhkan ter sedianya instrumen investasi berbasis syariah. “Apakah saham dan reksa dana syariah, serta sukuk yang ada sudah mencukupi? Saya kira belum,” katanya.

Data OJK mengenai statistik sa -ham syariah per November 2015 me nunjukkan terdapat 335 saham

syariah yang berada dalam daftar efek syariah (DES). Nilai kapitalisasi Ja karta Islamic Index tercatat sebesar Rp1.678,63 triliun, sedangkan, ka -pitalisasi Index Saham Syariah In -donesia mencapai Rp2.556,26 tri liun.

Market capitalization Jakarta Isla-mic Index dan Index Saham Syariah In donesia masing-masing menurun nilai dibandingkan dengan realisasi akhir 2014 (year-to-date), yaitu 13,67% dari Rp1.944,53 triliun dan 13,26% dari Rp2.946,89 triliun.

Pada periode yang sama OJK men catat hanya ada 86 reksa dana syariah senilai Rp10, 77 triliun. Nilai itu masih berkisar 4,11% jumlah total reksa dana senilai Rp261,92 triliun per akhir November 2015. Hing ga November tahun lalu sudah ada 84 emisi sukuk dengan nilai total Rp15,98 triliun. Namun, hingga saat itu hanya sisa 44 sukuk dengan out-standing senilai Rp9,70 triliun.

Padahal, hingga akhir 2015 OJK juga mencatat total aset dapen kon vensional mencapai Rp206,59 triliun. Nilai itu tumbuh 10,17% di -bandingkan dengan realisasi akhir 2014, sebesar Rp187,52 triliun.

Sementara itu, total investasi industri dapen konvensional tercatat

se besar Rp199,06 triliun. Dari jum-lah itu, 29,94% diinvestasikan pada deposito berjangka. Selain itu, ma -yoritas dana investasi dapen di simpan dalam instrumen obligasi kor porasi (21,56%), surat berharga negara (17,88%), dan saham (13,65%).

Dengan gambaran portofolio in -vestasi tersebut, wajar jika muncul ke khawatiran akan kurangnya in-strumen untuk pengelolaan dana da pen syariah. Mudjiharno me -nilai pe ngelolaan aset dapen di te -ngah ter batasnya pilihan investasi sangat berpotensi menyebabkan ki nerja yang tidak optimal dan me -mengaruhi imbal hasil.

Jika kondisinya masih seperti itu, ka tanya, dapen konvensional tetap men jadi pilihan yang jauh lebih me narik baik bagi pemberik kerja mau pun peserta DPLK. Dia mene -gas kan problem kelangkaan itu mesti diselesaikan terlebih dahulu, sebelum mendorong kehadiran dapen berbasis syariah.

“Produk investasi syariah harus siap dulu, jangan sampai tidak siap menampung aset dapen sya riah. Kalau begitu, kan tidak mung kin diinvestasikan ke produk kon-vensional, tidak sesuai syariah, ha ram.”

Keterbatasan instrumen investasi berbasis syariah di Indonesia menjadi problem untuk membentuk dapen syariah.

Polemik haram atau tidaknya penyelenggaraan BPJS Kesehatan sempat mengemuka tahun lalu. Pemicunya,

hasil ijtima ulama Majelis Ulama Indonesia di Tegal yang menyatakan sebagian ketentuan dari BPJS tidak

sesuai dengan prinsip syariah.

BISNIS/TUTUN PURNAMA

Portofolio Investasi Dapen per Desember 2015

Sumber: OJK, diolah

(Miliar Rp)

Des-15 DPPK PPM PDPPK PPIP DPLK Total

Investasi (Nilai Wajar) 130.016 21.685 47.359 199.060 Surat Berharga Pemerintah 25.007 1.945 8.649 35.601 Tabungan 112 39 0 151 Deposito On Call 1.099 177 278 1.554 Deposito Berjangka 25.117 6.009 28.470 59.596 Sertifikat Deposito 0 23 10 33 Sertifikat Bank Indonesia 0 0 0 0 Saham 20.847 4.220 2.103 27.171 Obligasi 31.400 6.018 5.503 42.921 Sukuk 931 60 787 1.778 Unit Penyertaan Reksadana 9.846 1.712 1.457 13.014 Efek Beragun Aset dari KIK EBA 98 22 83 202 Unit Penyertaan Dana Investasi 147 3 0 151 Real Estat berbentuk KIK Kontrak Opsi Saham 0 0 0 0 Penempatan Langsung pada Saham 5.759 889 0 6.648 Tanah 3.284 50 0 3.335 Bangunan 1.133 413 0 1.547 Tanah dan Bangunan 5.235 105 18 5.358

DANA PENSIUN SYARIAH

Syariah di Hulu, Jangan Haram di HilirHaram di Hilir

Bisnis/Abdullah Azzam

pusdok
Typewritten Text
pusdok
Typewritten Text
pusdok
Typewritten Text
pusdok
Typewritten Text
pusdok
Typewritten Text
Bisnis Indonesia: 24 Februari 2016