repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/2076/1/RANDI SYAPUTRA... · Sejauh ini di Kota...

69
1

Transcript of repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/2076/1/RANDI SYAPUTRA... · Sejauh ini di Kota...

  • 1

  • 2

  • 3

  • 4

  • 5

  • 6

  • 7

  • 8

  • 9

  • 10

  • 11

  • 12

  • 13

  • 14

  • 15

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Penataan ruang telah menjadi salah satu acuan pembangunan saat ini, upaya

    penataan ruang telah di dukung oleh ketersediaan regulasi mulai dari undang-

    undang hinga peraturan daerah. Elemen kota adalah salah satu unsur penting ruang

    ikut menetukan perkembangan dari sebuah kota, sehingga peletakan dan

    pemanfaatannya harus benar-benar di perhatikan. Adapun unsur utamanya adalah

    solid (bangunan) void (ruang terbuka) dan linkage (jalur/jalan). Hal lain yang juga

    tidak kalah pentingnya standar-standar minimal yang harus dipenuhi dalam

    penyediaan sarana dan prasarana perkotaan, sehingga di harapkan dapat

    memberikan ketersediaan, keamanan bagi masyarakat sebagai pengguna kota.1

    Tata ruang di Indonesia saat ini dalam keadaan krisis. Krisis tata ruang

    terjadi karena pembangunan yang di lakukan suatu wilayah masih sering di lakukan

    tanpa mengikuti Rencana Tata Ruang (RTR), tidak mempertimbangkan

    berkelanjutan dan daya dukung lingkungan, serta tidak memperhatikan kerentanan

    wilayah terhadap terjadinya bencana alam. Keinginan untuk memperoleh

    keuntungan ekonomi jangka pendek seringkali menimbulkan keinginan untuk

    mengakses ploitasi sumber daya alam (SDA) secara berlebihan sehingga

    menurunkan kualitas dan kuantitas (SDA) dan lingkungan hidup, serta

    memperbesar resiko timbulnya korbanakibat bencana alam. Selain itu, sering terjadi

    konflik pemanfaatan ruang antar sektor, contohnya konflik antar kehutanan dan

    1Rinaldi Mirsa Elemen Tata Ruang Kota, (Yogyakarta:Graha Ilmu,2013).hlm 6

  • 2

    pertambangan, antara lain : (a) belum tepatnya kompetensi sumber daya manusia

    (SDM) dalam bidang pengelolaan penataan ruang (PR); (b) rendahnya kualitas dari

    (RTR); belum di acunya peraturan perundang-undangan PR sebagai payung

    kebijakan pemanfaatan ruang bagi semua sektor; dan (d) lemahnya penerapan

    hukum berkenaan dengan pemanfaatan ruang dan penegakan hukum terhadap

    pelanggaran berkenaan dengan pemanfaatan ruang.2

    Tuntututan masyarakat adanya penataan kota yang memenuhi estetika kota

    yang tertib, ramah lingkungan, bersih dan sehat menjadi harapan publik di abad

    millenium saat ini, termasuk penataan perkotaan dan pemukiman wilayah kota

    dengan sebutan “Tanah pilih pusako betuah” julukan bagi daerah Kota Jambi.

    Menurutkepala dinas tata tuang dan perumahan pemerintahan kota Jambi Ir

    Masrizal MM, pemerintah kota Jambi sudah merumuskan peraturan daerah kota

    Jambi no 09 tahun 2013 tentang rencana tata ruang wilayah kota Jambi (RTRW).

    Pemerintah kota Jambi juga sedang menggarap proses penyusunan RDTR (Rancana

    Detail Tata Ruang), setelah itu perlu dibuat lagi penyusunan RTBL (Rencana Tata

    Bangunan dan Lingkungan).3

    Selain menyusun RDTR dan RTLB pemerintah kota Jambi juga sedang

    menyusun zona-zona yang mencakup beberapa bagian wilayah kota (BWK). Dalam

    hal ini pemerintah kota Jambi sedang dalam proses penyusunan 6

    BWK.Berdasarkan Peraturan Daerah tersebut Pemerintah Kota Jambi bertujuan

    2Prof.Dr.A.M. Yunus Wahid, SH., M.Si. Pengantar Hukum Tata Ruang, (Jakarta,

    Kencana Prenada Media Group). Hlm 162 3go-jambi.com/tag/tata-ruang-wilayah-jambi,di akses 15 Februari 2016

  • 3

    mewujudkan penataan ruang wilayah kota Jambi sebagai pusat perdagangan barang

    dan jasa berskala nasional dan religius, berbudaya, tertib, aman, nyaman dan

    berkelanjutan.4

    Tata ruang perkotaan lebih kompleks dari tata ruang pedesaan, sehingga

    perlu lebih di perhatikan dan di rencanakan dengan baik, sebagaimana kawasan

    zona di wilayah perkotaan di bagi dalam beberapa zona sebagai berikut seperti:

    Perumahan, pemukiman, perdagangan, jasa, industri, pendidikan, perkantoran,

    terminal, wisata dan rekreasi, pertanian, perkebunan, tempat pemakaman umum

    serta tempat pembuangan sampah.

    Dampak yang akan timbul apabila tidak tercapainya penempatan zona-zona

    tersebut di rencana tata ruang di wilayah perkotaan akan menimbulkan

    kesemerawutan kawasan sehingga mengakibatkan berkembangnya kawasan kumuh

    yang berdampak kepada gangguan terhadap sistem transportasi, sulitnya mengatasi

    dampak lingkungan yang berimplikasi pada kesehatan, sulitnya mengtasi berbagai

    bencana alam seperi kebaran, banjir dan lain-lain.5

    Sejauh ini di Kota Jambimasih banyak terkait masalah penataan ruang yang

    perlu di tangani, di dalam penataan ruang di antaranya adalah panjangnya langkah

    penyelesaian RTRW dan rencana rincinya, konflik pemanfaat ruang belum

    harmonisnya berbagai peraturan perundangan sektor ruang, serta belum efektifnya

    kelembagaan penataan ruang.

    4Penjelasan Umum Peraturan daerah kota jambi No 09 Tahun 2013 Tentang

    Rencana Tata Ruang wilayah 5Https://id.m.wikipedia.org/wiki/tata_ruang,akses 3 Maret 2016

  • 4

    Tata ruang kota Jambi saat ini masih dalam kondisi semerawut,

    pertumbuhan penduduk yang cepat di tambah lagi dengan penataan kota yang tidak

    sesuai telah membuat kota Jambi ini semakin rumit. Semerawutnya tata Kota Jambi

    merupakan ulah dari pemerintah yang sangat mudah mengeluarkan izin

    pembangunan tanpa memperhitungkan dampak yang timbul dari izin yang di

    berikan kepada pengusaha. Padahal strategi pembangunan ada di tata ruang dan hal

    tersebut harusnya memperhatikan tempat dan lokasi dimana yang di anggap tepat

    keberadaan penggunanya di tambah lagi bukti nyata dari masalah-masalah

    inkonsistensi pemerintah dalam penataan kota adalah urbanisasi yang tidak

    terkontrol oleh pemerintah. Pemerintah terus melakukan pembiaran yang akan

    berakibat anggapan bahwa jika pemerintah diam berarti masyarakat berada di posisi

    yang benar. Selain masalah tersebut adalah masalah transportasi yaitu semakin

    banyaknya masyarakat yang mempunyai kendaraan bermotor pribadi. Masalah-

    masalah tersebut menambah kacaunnya keadaan tata kota yang dari

    infrastrukturnya masih belum baik.6

    Dalam konteks mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana yang

    terlampir dalam UUD 45 dan juga memperhatikan analisis dampak lingkungan

    seharusnya pemerintah harus lebih berhati-hati dalam membangun suatu bangun di

    dalam kota Jambi.Izin yang terlalu mudah di keluarkan kepada pihak pengusaha

    berarti dinas terkait yaitu tata ruang dapat di nilai tidak dapat menganalisa dampak

    lingkungan yang di timbulkan sehingga dapat mengorbankan nasib rakyat Jambi

    6Wawancara Dengan Musri Nauli, Direktur Eksekutif LSM Walhi Jambi,

    1 Februari 2016

  • 5

    dalam jangka panjang. Sebagaimana dapat kita lihat dengan fakta riil pembangunan

    seperti Mall, Ruko, Hotel dan juga alih fungsi lahan di setiap sudut Kota Jambi

    yang sangat tidak beraturan dan tidak sesuai dengan RTRW tersebut.

    Berdasarkan fakta dan problematika tersebut, khusunya bila di kaitkan

    dengan sejauhmana Implementasi dari kebijakan tersebut untuk mewujudkan cita

    cita Pemerintah Kota Jambi dengan menjadikan Kota Jambi sebagai pusat

    perdagangan barang dan jasa berskala Nasional dan religius, berbudaya, tertib,

    aman, nyaman dan berkelanjutan? Atau apakah Pemerintah Kota jambi hanya

    mementingkan kelompok investor yaitu para pengusaha yang tidak memikirkan

    dampak lingkungan yang sangat merugikan masyarakat Jambi dalam waktu yang

    berkepanjangan.

    Penelitian ini penting di lakukan dalam rangka melihat bagaimana

    komitmen Pemerintah Kota Jambi dalam Mewujudkan dan mengimplementasikan

    rencana rata ruang tata wilayah kota Jambi No 09 tahun 2013-2033. Penelitian yang

    mengambil setting penelitian di pemerintahan kota Jambi ini menjadi semakin

    penting karena fokus pada sejauh mana implementasi yang telah di lakukuan

    pemerintah kota Jambi dalam mewujudkan cita cita dari peraturan daerah ini

    sebagaimana terlampir dalam tujuanRencana Tata Ruang Tata Wilayah tersebut.

    B. Rumusan Masalah

  • 6

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, ada beberapa permasalahan

    yang di jadikan rumusan masalah, yaitu:

    1. Bagaimana Perda Mengatur RTRW No 09 Tahun2013dan upaya

    pelaksanaannya?

    2. Bagaimana Implementasi Peraturan Daerah Kota Jambi No 09 Tahun 2013

    tentang Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah di Kota Jambi?

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    Segala sesuatu yang di lakukan sudah sewajarnya memiliki tujuan dan

    kegunaan.

    1. Untuk mengetahui kendala dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota

    Jambi No 09 Tahun 2013

    2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi Pemerintah Kota Jambi dalam

    menegakkan Peraturan Daerah Kota Jambi No 09 tahun 2013

    Selain itu, penelitian ini sepenuhnya di arahkan untuk memenuhi dua

    kegunaan sekaligus, yaitu: Pertama: Kegunaan teoritis. Dalam penelitian ini bisa di

    harapkan menjadi sangat berguna dalam rangka memperkaya khazanah pemikiran

    tentang implementasi dari sebuah kebijakan publik. Tujuan keguan teoritis ini

    semoga dapat menjadi salah satu bahan acuan dan solusi bagi pemerintah daerah

    terutama pemerintah Kota Jambi dalam menegakkan Peraturan daerah No 09 tahun

    2013 yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah tersebut. Kedua, kegunaan

    praktis, yaitu membantu memecahkan dan mengantisipasi masalah yang ada pada

    objek yang di teliti.

    D.Kerangka Teori

  • 7

    1. Kebijakan Publik

    Setiap sistem politik membuat kebijakan publik, bahkan dapat di katakan

    bahwa produk utama dari sistem dan proses politik adalah kebijakan publik.

    Kebijakan publik adalah keputusan dari suatu sistem politik untuk mengelola suatu

    masalah atau memenuhi suatu kepentingan, di mana pelaksanaan keputusan

    tersebut membutuhkan di kerahkannya sumberdaya milik semua warga sistem

    politik tersebut. Jenis kebijakan public di Indonesia bermacam ragam, mulai dai

    UUD, Peraturan, Tindakan-tindakan pemerintah, Program pemerintah, yang

    dimana setiap kebijakan publik itu dilaksanakan dengan mengerahkan sumberdaya

    publik.7 Kebijakan publik adalah suatu proses ketata pemerintahan dan administrasi

    yang menghasilkan keputusan pemerintah, di mana instansi terkait mempunyai

    wewenang dalam mengarahkan masyarakat dan tanggung jawab melayani

    kepentingan umum.8

    a. Analasis Dalam Pembuatan Kebijakan

    Analisis kebijakan adalah aktivitas menciptakan pengetahuan tentang

    proses pembuatan kebijakan. Dalam menciptakan pengetahuan tentang proses

    pembuatan kebijakan analisis kebijakan meniliti sebab, akibat dan kinerja kebijakan

    dan program public. Pengetahuan tersebut tidan akan lengkap kecuali jika hal

    tersebut di sediakan kepada pengambil kebijakan dan public terhadap siapa para

    analisis yang berkewajiban melayaninya.

    7Samodra Wibawa, Politik Perumusan Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011,

    Hlm.1 8Ibid hlm. 2

  • 8

    Apabila jika pengetahuan tentang kebijakan di kaitkan dengan pengetahuan

    dalam proses kebijakan, anggota-anggota badan eksekutif, legislative dan yudikatif

    bersama dengan warga negara yang memiliki peranan dalam keputusan-keputusan

    publik dapat menggunakan hasil-hasil analisis dalam pembuatan kebijakan dan

    kinerja. Karena efetivitas pembuatan kebijakan tergantung pada akses terhadap

    stock pengetahuan yang tersedia, komunikasi dan penguunaan analisis menjadi

    penting dalam praktik dan teori pembuatan kebijakn publik.9

    b. Proses Pembuatan Kebijakan Publik

    Proses analis kebijak adalah serangkain aktivitas intelektual yang di lakukan

    di dalam proses kegiatan yang ada dasarnya bersifat politis. Aktivitas politis

    tersebut di jelaskan sebagai proses pembuatan kebijakan dan di visualisasikan

    sebagai serangkaian tahap proses pembuatan kebijakan. Analisis kebijakan dapat

    menghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan pada satu, beberapa atau

    seluruh dari proses pembuatan kebijakan , tergantung pada tipe masalah yang

    dihadapi.10

    Proses pembuatan tersebut meliputi beberapa bagian yaitu:

    1) Perumusan Masalah

    2) Peramalan

    3)Rekomendasi

    4) Pemantauan

    9 William N.Dun, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Gadjah Mada

    Universitas Press,2000), hlm. 1 10Ibid, hlm. 22

  • 9

    5) Evaluasi

    c. Memantau Hasil-hasil Kebijakan

    Konsekwensi dari tindakan kebijakan tidak pernah di ketahui secara penuh

    dan oleh karenanya itu, memantau tindakan kebijakan merupakan suatu

    keharusan.Pada dasarnya, rekomendasi kebijakan dapat di pandang sebagai

    hipotesis tentang hubungan antara tindakan dan hasil kebijakan.

    Pemantauan (monitoring) merupakan prosedur analisis kebijakan yang di

    gunakan untuk memberikan informasi tentang sebab dan akibat dari kebijakan

    public.Karena memungkinkan analisis mendeskripsikan hubungan antara operasi

    program kebijakan dan hasilnya, maka pemantauan merupakan symbol informasi

    utama tentang implementasi. Untuk sebagian, pemantauan hanyalah istilah lain bagi

    usaha mendeskripsikan dan menjelaskan kebijakan public. Jadi, pemantauan

    merupakan cara untuk membuat pernyataan yang sifatnya penjelasan tentang

    tindakan kebijakan di waktu lalu maupun sekarang. Dengan demikia pemantauan

    terutama bermaksud untuk menciptakan fremis factual tentang kebijakan public.11

    2. Implementasi Kebijakan Publik

    Implementasi dalam Kambus Besar Bahasa Indonesia di artikan sebagai

    pelaksanaan atau penerepan.Artinya yang di laksanakan atau di terapkan adalah

    kurikulum yang telah di rancang/di desain untuk kemudian dijalankan

    sepenuhnya.12Menurut Varn Horn sebagaimana di kutip oleh Guntur Setiawan,

    Bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu,

    11Ibid, hlm.32 12Kamus Besar Bahasa Indonesia, Anonim (Jakarta: 1989, Hlm, 279.

  • 10

    atau kelompok pemerintah atau suaswasta yang di arahkan pada tercapainya tujuan-

    tujuan yang telah di gariskan dalam keputusan kebijakan.13

    Menurut para ahli, Patton dan Sawicki, sebagaimana di kutip oleh Hessel

    Nogi.S.Tangkilisan, bahwa implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang

    di arahkan untuk merelisasikan program, di mana posisi ini eksekutif mengatur cara

    untuk mengorganisir, menginterprestasikan dan menerapkan kebijakan yang telah

    di seleksi. Sehingga dengan mengorganisir, seorang eksekutif mampu mengatur

    secara efektif dan efisien sumber daya, Unit-unit dan teknik yang dapat mendukung

    pelaksanaan program, dan petunjuk yang dapat di ikuti dengan mudah baggi

    realisasi program yang dilaksanakan.

    Jadi tahapan implementasi merupakan peristiwa yang behubungan dengan

    apa yang terjadi setelah suatu perundang undangan di tetapkan dengan memberikan

    otoritas pada suatu kebijakan dengan membentuk output yang jelas dan dapat di

    ukur.Hal-hal yang berhubungan dengan implementasi kebijakan adalah

    keberhasilan dalam mengevaluasi masalah dan kemudian menerjemahkan kedalam

    keputusan-kepusan yang bersifat khusus.Dengan demikian tugas implementasi

    kebijakan sebagai suatu penghubung yang memungkinkan tujuan-tujuan kebijakan

    mencapai hasi melalui aktivitas atau kegiatan program pemerintah.14

    Berdasarkan beberapa definisi tersebut di simpulkan bahwa implementasi

    merupakan suatu kegiatan atau usaha yang di lakukan oleh pelaksana kebijakan

    13Guntur Setiawan, Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan, (Yogyakarta: Remaja

    Rosdakarya Offset, 2014, hlm 39. 14Hessel Nogi.S.Tangkilisan, Implementasi Kebijakan Publuk, (Jakarta: Lukman Offest

    ,2003) ,hlm. 27

  • 11

    dengan harapan akan memperoleh suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau

    sasaran dari suatu kebijakan itu sendiri.

    3. Rencana Tata Ruang Wilayah

    Yang dimaksud dengan ruang adalah wujud fisik wilayah dalam dimensi

    geografis dan geometris yang merupakan wadah bagi manusia dalam melaksanakan

    kegiatan kehidupannya dalam suatu kualitas hidup yang layak.15Menurut Undang-

    Undang nomor 26 Tahun 2007 bahwa ruang itu adalah yang meliputi ruang darat,

    ruang laut, dan ruang udara. Termasuk ruang di dalam bumisebagai satu kesatuan

    wilayah, tempat manusia dan mahkluk lain hidup melakukan kegiatan dan

    memelihara kelangsungan hidupnya.16

    Sedangkanpengertian tata ruang menurut undang-undang nomor 26 tahun

    2007 adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.Struktur ruang adalah suasana

    pusat-pusat pemukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi

    sebagai pendukung kegiatan social ekonomi masyarakat yang secara hirarkis

    memiliki hubungan fungsional.17Sedangkan penataan ruang adalah suatu sistem

    proses perencanaan tata ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.18 Jadi, tata

    ruang (RTRW) merupakan hasil dari penataan ruang.

    Rencana tata ruang wilayah merupakan perangkat penataan ruang wilayah

    yang disusun berdasarkan pendekatan wilayah administrative yang secara hirarki

    15 D.A. Tisnaadmindjaja dan Asef Warlan Yusuf, Pranata Pembangunan, (Bandung,

    Univesitas Parahyangan, 1997), hlm. 6 16 Pasal 1 angka 1 Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataaan Ruang 17Ibid Pasal 1 angka 2 dan 3 18Ibid Pasal 5 angka 1

  • 12

    terdiri atas RTRW nasional, RTRW provinsi, dan RTRW kabupaten/kota.Rencana

    tata ruang wilayah kota adalah penjabaran RTRW provinsi ke dalam kebijakan dan

    strategi pengembangan wilayah kota yang sesuai dengan fungsi dan peranannya di

    dalam rencana pengembangan wilayah provinsi secara keseluruhan, strategi

    pengembangan ini selanjutnya di tuangkan kedalam rencana srtuktur dan rencana

    pola ruang operasional.19

    Rencana tata ruang wilayah kota adalah rencana tata ruang yang bersifat

    umum dari wilayah kota, yang merupakan penjabaran dari RTRW provinsi, dan

    yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kota, rencana struktur

    ruang wilayah kota, rencana pola ruang wilayah kota, penetapan kawasan strategis

    kota, arahan pemanfaatan ruang wilayah kota, dan ketentuan pengendalian

    pemanfaatan ruang wilayah kota.20

    E. Tinjaun Pustaka

    Sejauh menyangkut kajian mengenai imlementasi RTRW, telah ditemui

    sejumlah penelitian yang meliput dari berbagai sisi implementasi RTRW.Pertama

    Skripsi yang ditulis Ahcmad Syafrudin mahasiswa fakultas teknik Universitas

    Padjajaran yang berjudul “Implementasi rencana tata ruang wilayah kota tangerang

    selatan dan tantangan masa depan”.Penelitian ini bersifat deskriftif, yaitu

    memaparkan dengan jelas tentang hasil penelitian yang di dapatkan di lapangan.

    Dalam hal ini kota Tangerang selatan di pilih sebagai lokasi penelitian tersebut.

    19 Daud silalahi, Hukum lingkungan, dalam sistem penegakan hukum lingkungan di

    Indonesia,(PT Alumni Bandung, 2001), hlm. 82 20http://www.penataanruang.com/istilah-dan-definisi1.html

  • 13

    Pada dasarnya penelitian tersebut masih kental bersifat teoritis dan normative

    secara empiric belum di arahkan melihat kasus kasus tertentu.KeduaSkripsi yang di

    tulis Gerlish sirait mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan politik Universitas Sumatera

    Utara yang berjudul “Implementasi peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 tentang

    rencana tata ruang wilayah kota medan” metode penilitian yang di gunakan penulis

    deskriftif dengan metode analisis kualitatif, dengan maksud untuk memusatkan

    perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian

    di lakukan.

    Sementara penelitian ini secara khusus di arahkan pada kinerja pemerintah

    kota Jambi dalam terwujudnya implentasi yang sesuai dengan RTRW yang telah di

    rancang. Memang ada beberapa tulisan yang serupa dan juga sangat banyak.Namun

    tentu saja tulisan-tulisan tersebut memiliki akar historis yang serupa segingga

    kontribusinya sunguh tidak ternilai.

  • 14

    Metode Penelitian

    A. Pendekatan Penelitian

    Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif

    dengan tehnik analsis deskriftif. Penelitian deskriftif merupakan metode penelitian

    yang berusaha menggambarkan objek dan subjek yang di teliti sesuai dengan apa

    adanya.21Dalam hal ini peneliti bermaksud memahami situasi social masyarakat

    dan pemerintah kota Jambi secara mendalam, guna mendapatkan data yang

    mendalam sesuai yang di harapkan peneliti. Sumber untuk memperoleh data

    melalui observasi maupunn wawancara, peneliti berpusat pada pemerintahan dan

    dinas terkait di kota Jambi dengan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

    implementasi tentang rencana tata ruang wilayah kota Jambi nomor 09 tahun 2013.

    B. Jenis Sumber Data

    Ada 2 (dua) jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini, yaitu data

    primer dan data skunder. Data primer adalah data yang di peroleh langsung dari

    sumbernya, di amati dan di catat pertamakali oleh peneliti yang bersangkutan. Data

    primer ini disebut juga data asli atau data baru.22

    Yang menjadi data primer dalam penelitian ini yaitu pemerintah kota jambi

    beserta satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan mengenai tata ruang

    wilayah dan masyarakat yang merespon penelitian ini. Agar peneliti dapat

    21Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 163 22Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,

    2011), hlm. 7

    BAB II

  • 15

    mengetahui tentang Implementasi dan kendala yang di hadapai dalam penerapan

    perda tersebut.

    Data skunder merupakan yang tidak langsung memberi data kepada

    pengumpul data , missal melaui orang atau dokumen.23 Misalnya dokumentasi atau

    arsip yang ada di media baik buku, Koran, literature, artikel, internet, televise, radio

    dan lain-lainnya.

    C. Instrumen Pengumpulan Data

    1. Observasi

    Instrumen pengumpulan data dengan observasi ini biasa di gunakan apabila,

    penelitian berkenan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala

    alam. 24 Metode ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dalam bentuk

    pengamatan, pencatatan, secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang

    sedang di teliti.

    2. Wawancara

    Metode ini di gunakan untuk mendapatkan data dengan cara bertatap muka

    langsung dengan responden, yang nerupakan sebuah dialog antara pewawancara

    untuk memeperoleh infomasi dari terwawancara. Melalui wawancara ini di

    harapkan adanya respon dan opini subyek penelitian yang berkaitan dengan proses

    penerapan RTRW kota Jambi.

    23Ibid, hlm. 11 24Ibid, hlm. 137

  • 16

    3. Dokumentasi

    Dalam penelitian ini dokumentasi penelitian di dapat dai arsip-arsip di kota

    Jambi yang berkaitan dengan penelitian ini. Fungsinya sebagai pendukung dan

    pelengkap bagi data primer yang di peroleh melalui observasi dan wawancara

    mendalam.

    D. Teknik Analsis Data

    Mengingat bahwa tulisan ini akan membahas tentang Implentasi Peraturan

    Daerah yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah kota Jambi, analsis implementasi

    kebijakan public tersebut akan ditelisik secara mendalam. Berdasarkan kenyataan

    tersebut maka data-data documenter yang dalam penelitian ini nantinya akan di

    analsis melalui beberapa tehknik analsis.

    Pengumpulan data dan analisis data bukanlah suatu kegiatan yang

    terpisahkan, melainkan berproses secara simultan serta benbentuk siklus . Menurut

    Huberman dan miles sebagaimana yang di kutip oleh Sayuti Una, bahwa sifat-sifat

    interaksi koleksi atau pengumpulan dari analsisnya tentang data merupakan hal

    yang berkaitan dalam sebuah proses penelitian, kemudian hasil dari pengumpulan

    data tersebut, perlu di reduksi (data reduction) atau pengolahan data, yaitu mulai

    dari editing sampai tabulasi data. Setelah hasil dari seperangkat reduksi, maka data

    tersebut di biarkan sebebas-besasnya, sedalam-dalamnya, semurni-murninya atau

    lebih tepat dikatan display data, sehingga dengan demikian akan jelas bagaimana

    karakteristik data tersebut secara utuh dan menyeluruh. Dengan demikian akan

  • 17

    mempermudah dalam proses menarik suatu kesimpulan yang tepat (conclution

    drawing and verification).25

    E. Sitematika Penulisan

    Untuk lebih memudahkan penulisan dan penyusunan serta pemahaman

    tentang skripsi ini dapat berjalan dengan pengaturan yang telah penulis tentukan

    seblumnya, maka terlbih dahulu di tentukan susunan dan sistematika sebagai

    berikut :

    Bab I Pendahuluan yang terdiri dari: Latar belakang, rumusan masalah, batasan

    masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta kerangka teori.

    Bab II Penlitian yang terdiri dari: Pendekatan penelitian, jenis dan sumber data,

    metode pengumpulan data, analisis data, tinjaun pusataka, sitematika

    penulisan dan jadwal penelitian.

    Bab IIIDeskripsi wilayah Penelitian dan DeskripsiPeraturan Daerah No 09 tahun

    2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

    Bab IVPembahasan hasil penelitian yang terdiri dari impelemntasi perda RTRW

    tersebut dan kendala pelaksanaan.

    Bab V Penutup yang teridi dari saran-saran dan penutup.

    25Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Syari’ah perss), hlm. 165

  • 18

    F. JADWAL PENELITIAN

    Tahun 2017

    N

    O

    Januari Februari Maret Mei Juni Juli

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1 Pengajuan Judul

    2 Pembuata

    n

    Proposal

    3 Perbaikan

    Proposal

    &

    Seminar

    4 Surat Izin

    Riset

    5 Pengump

    ulan

    Data

    6 Pengolah

    an

    Dan

    Analisis

    Data

    7 Pembuata

    n

    Laporan

    8 Bimbinga

    n

    Dan

    perbaikan

    9 Agenda

    Dan

    Ujian

    Skripsi

    10 Perbaikan

    Danpenjil

    idan

  • 19

    BAB III

    DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Wilayah Kota Jambi

    1. Sejarah, Letak Georafis dan Kondisi Fisik Wilayah

    Silsilah Raja-raja jambi tulisan Ngebih Suto Dilago Priayi Rajo Sari

    pembesar dari 12 Kerajaan Jambi yang berbangsa menulis Putri selaras pinang

    masak anak rajo turun dari paguruyung di rajakan di jambi pada abad 1460-1480.

    Dari sebutan Pinang dalam bahasa Jawa (Sunda) di lapas sebagai Jambe sehingga

    di tenggarai banayak orang sebagai asal kota Jambi. Raden Syarif yang kemudian

    di ungkapkan datuk sulaiman Hasan dari riwayat tanjung jabung negeri lamo

    mencatat bahwa puteri slaras pinang masak mengilir dari mangun jayo ke Tanjung

    jabung di pandu oleh sepasang itik besar (Angso Duo) yang mupur di tanah pilih

    pada tanggal 28 Mei 1401. Setelah orang kayo Hitam (Anak puteri selaras Pinang

    Masak) dirajakan,pusat kerajaan di pindahkan dari ujung jabung ke Tanah pilih

    sekitar abad ke 16. Jambi sebagai pusat pemukiman dan tempay kedudukan raja

    terus berlangsung. Istana yang di bangun di bukit tanah pilih di sebut sebagai istana

    tanah pilih yang terakhir sebagai tempat Sultah Thaha Saifuddin dilahirkan dan di

    lantik sebgai sulthan 1855. Istana tanah pilih ini kemudian di bumi hanguskan oleh

    sultan pada tahun 1858 menyusul serangan balik tentara Belanda karena sulthan

    dan Panlima Raden Mattaher menyerang dan berhasil menenggelamkan Kapal

    Belanda Van Hauten di perairan Sungai Kumpeh. Dari puin puin istana tanah pilih

    oleh Belanda dikuasi dan di jadikan tempat markas serdadu belanda. Praktis setelah

    Sulthan Tahaha gugur 24 April 1904 Belanda secara utuh menempatkan kerajaan

  • 20

    jambi sebagai bagian wilayah kolonoal Hindia Belanda. Jambi kemudian berstatus

    Ander Afdeling di bawah Afdeling Palembang. Pada tahun 1906 Under Afdeling

    Jambi di tingkatkan sebagai Afdeling Jambi kemudian di tahun 1908 Afdeling

    Jambi menjadi keresdenan Jambi dengan Residennya O.L Helfrich berkedudukan

    di jambi. Sampai masa kemerdekaan pejabat residennan berkedudukan di jambi.

    Setelah Republik Indonesia Merdaka 17 Agustus 1945, Berdasarkan berita RI

    Tahun II No. 07 hal 18 tercatat untuk sementara waktu daerah Negara di Bagi 8

    provinsi yang masing-masing di kepalai oleh seorang Gubernur di antaranya

    Provinsi Sumatera. Provinsi sumatera ini keudian pada tahun 1946 di bagi dalam 3

    sub yaitu Provinsi Utara, tengan dan Selatan dan jambi masuk dalam Provinsi

    Sumatra tengah. Residen Jambi yang pertama di masa Republik adalah Dr. Asyagap

    tertanggal 03 oktober 1945 No.1-X. Pada tahun 1945 tersebut UU nomor 1 tahun

    1945 Wilayah Indonesia terdiri dari Provinsi keresdenan, Kewedanan dan Kota.

    Dengan demikian kota Jambi sebagai tempat kedudukan Residen Jambi belum

    berstatus dan meliki pemerintah sendiri. Kota Jambi baru di akui berbentuk

    pemerintahan di tetapkan dengan ketepan Gubernur Sumatera No. 103 Tahun 1946

    tertanggal 17 Mei 1946 dengan sebutan Kota besar dengan Walikota Pertamanya

    adalah Makalam. Mengacu pada UU No. 10 tahun 1948 Kota besar menjadi kota

    Praja kemudia berdasarkan UU No. 18 1965 Menjadi Kota Madya dan berdasarkan

    UU No. 22 tahun 1999 Kota Madya berubah Menjadi Pemerintah Kota Jambi

    Sampai Sekarang adapun Nama-nama Walikota Jambi dari masa ke masa sampai

    sekarang adalah:

    1. Makalam 1946-1948

  • 21

    2. Muhammad Kamil 1948-1950

    3. R. Soedarsono 1950-1966

    4. Drs. Hasan Basri Durin 1966-1968

    5. Drs. H.Z Muchtar Daeng Maguna 1968-1972

    6. H. Zaini Haviz, BA 1972-1983

    7. Drs. H. Muhammad Subki 1993-1998

    8. Drs. H. Arifien Manaf, MM 1998- 2008

    9. Dr. H. R, Bambang Priyatno 2008-2013

    10. Dr. H. Syarif Fasha, ME 2013-201826

    Kota Jambi merupakan ibu kota Provinsi Jambi dan berada pada 010 30’

    2.99’’ – 010 40’1,70’’ Lintas Selatan dan 103 40’ 1,67’’ – 103 40’ 0,22’’ Lintang

    Timur, serta berada pada ketinggian rata-rata 10 sampai 60 meter di atas permukaan

    laut. Suhu rata-rata di Kota Jambi pada tahun 2012 berkisar antara 26,4 0C sampai

    27,5 0C, dengan suhu maksimum 32,7 0C yang terjadi pada bulan September dan

    Oktober serta suhu minimum 22,9 0C yang terjadipada bulan Maret dan Agustus.

    Curah hujan di Kota Jambi selama tahun 2016 berkisar antara 53 mm (bulan

    Juni dan September) sampai 277 mm (bulan Oktober), dengan jumlah hari hujan

    paling sedikit pada bulan Juni dan September (7 hari hujan) dan paling banyak pada

    bulan November, yaitu 27 hari hujan. Kecepatan angin di tiap bulan hampir merata

    antara 11 knots (pada bulan Desember) hingga 22 knots (pada bulan November).

    Sedangkan rata-rata kelembaban udara berkisar antara 77 sampai 85 persen.27

    26Dokumen BPS Kota Jambi Tahun 2016 27Buku Statistik Daerah Kota Jambi, Kota Jambi Dalam Angka, (BPS Kota Jambi

    2016).Hlm 4

  • 22

    2. Batas Administrasi

    Secara geografis dan administrasi, Kota Jambi terletak di sebelah

    Utara,Barat, Selatan dan Timur berbatasan dengan Kabupaten Muaro Jambi,

    dengan kata lain Kota Jambi ini wilayahnya dikelilingi oleh Kabupaten Muaro

    Jambi.Kota Jambi memiliki luas wilayah 205,38 Km2, yang terdiri dari 11

    Kecamatan, 62 Kelurahan dan 1577 RT.28 Rincian luas wilayah perkecamatan dan

    jumlah kelurahan serta RT di kota Jambi tahun 2017 pada Tabel 1 di bawah ini.

    Tabel 2

    Luas Kecamatan dan Kelurahan Serta RT Kota Jambi

    Tahun 2017

    Kecamatan Luas

    Wilayah

    Persentase Kelurahan RT

    1. Kota Baru 36.11 17.56 5 171

    2. Alam Barajo 41.67 20.27 5 191

    3. Jambi Selatan 11.41 5.55 5 149

    4. Paal Merah 27.13 13.20 5 217

    5. Jelutung 7.92 3.85 7 233

    6. Pasar Jambi 4.02 1.96 4 58

    7. Telanaipura 22.51 10.95 6 126

    8. Danau Sipin 7.88 3.83 5 150

    9. Danau Teluk 15.70 7.64 5 44

    28Buku Statistik Daerah Kota Jambi, Kota Jambi Dalam Angka (BPS Kota Jambi.2017).

    Hlm.5

  • 23

    10. Pelayangan 15.29 7.44 6 46

    11. Jambi Timur 15.94 7.75 9 192

    Total 205.38 100 62 1577

    Sumber BPS Kota Jambi (Diolah Kembali)

    3. Kependudukan

    Penduduk merupakan faktor yang sangat dominan karena penduduk bukan

    saja menjadi pelaksana, tetapi juga menjadi sasaran pembangunan. Menurut data

    statistik yang diambil dari Kota Jambi dalam Angka 2017 yang di mana merupakan

    hasil proyeksi 2016 yaitu jumlah penduduk Kota Jambi 583.487 Jiwa, yang dimana

    kelompok penduduk umur 0-4 Tahun Sebanyak 50.359 sedangkan jumlah

    penduduk untuk kelompok umur 5-9 Tahun sebanyak 49.319 jiwa.29Rincian Jumlah

    penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin di Kota Jambi tahun 2016

    pada Tabel 2

    Tabel 3

    29Ibid.Hlm. 52

  • 24

    Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Kota

    Jambi Tahun 2016

    Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

    1. 0-4

    2. 5-9

    3. 10-14

    4. 15-19

    5. 20-24

    6. 25-29

    7. 30-34

    8. 35-39

    9. 40-44

    10. 45-49

    11. 50-54

    12. 55-59

    13. 60-64

    14. 65-69

    15. 70-74

    16. 75+

    25 800

    24 114

    24 304

    26 862

    28 097

    25 958

    25 126

    24 518

    22 656

    19 216

    15 289

    11 777

    8 143

    5 070

    2 910

    2 377

    24 559

    24 205

    24 320

    27 567

    27 946

    25 386

    25 550

    25 200

    22 337

    18 345

    14 609

    11 458

    7 319

    5 007

    3 099

    3363

    50 359

    49 319

    48 624

    54 429

    56 043

    51 344

    50 676

    49 718

    44 993

    37 561

    29 898

    23 235

    15 462

    10 077

    6 009

    5 740

    Jumlah 293 217 290 270 583487

    Sumber: BPS Kota Jambi

    4. Pertumbuhan Ekonomi

  • 25

    Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Jambi dalam

    tiga tahun terakhir (2014-2016) di dominasi tiga sektor, yaitu sektor perdagangan,

    pengangkutan dan komunikasi, dan industri pengolahan. Ditinjau menurut lapangan

    usaha atas dasar harga berlaku pada tahun 2016. Distribusi terbanyak

    disumbangkan oleh sektor perdagangan (27,35 %), kemudian diikuti oleh sektor

    pengangkutan dan komunikasi (18,45 %) dan sektor industri pengolahan (15,64

    %).30 Rincian Distribusi Persentase PDRB Kota Jambi Atas Dasar Berlaku Tahun

    2010-2012 dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini :

    Tabel 4

    Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kota Jambi Atas

    Dasar Berlaku Tahun 2014-2016

    Lapangan Usaha 2014 2015 2016

    1 Pertanian 1,36 1,30 1,24

    2 Pertambangan 7,35 6,69 6,06

    3 Industri Pengolahan 15,48 15,54 15,64

    4 Listrik dan Air Bersih 2,84 2,88 2,91

    5 Bangunan 6,59 6,67 7,07

    6 Perdangangan 26,04 26,80 27,35

    30Ibid. Hlm.285

  • 26

    7 Pengangkutan dan Komunikasi 18,05 18,13 18,45

    8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan9,78 9,98 9,83

    9 Jasa-Jasa 12,51 12,01 11,44

    Jumlah 100,00100,00 100,00

    Sumber: BPS Kota Jambi 2016

    B. Gambaran Umum Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota

    Jambi

    1.Tugas Pokok

    Sesuai dengan Peraturan Walikota Jambi Nomor 39 Tahun 2016 tentang

    Kedudukan, Susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja Dinas Pekerjaan

    Umum dan Penataan Ruang Kota Jambi pada BAB III Pasal 3 ayat 2 menyebutkan

    bahwa Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mempunyai tugas pokok

    membantu walikota dalam melaksanakan urusan pemerintahan dibidang pekerjaan

    umum dan penataan ruang.

  • 27

    2. Fungsi

    Untuk menyelenggarakan Tugas Pokok sebagaimana maksud diatas maka Dinas

    pekerjaan umum dan penataan ruang mempunyai fungsi :

    a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pekerjaan umum dan penataan ruang;

    b. Penyelengaraan urusan pekerjaan umum dan penataan ruang dibidang bina

    marga, cipta karya, sumber daya air, angkutan dan alat berat dan bina program dan

    penataan ruang;

    c. Perencanaan program dibidang pekerjaan umum dan penataan ruang;

    d. Pembina, pengendalian dan pengawasan dibidang pekerjaan umum dan penataan

    ruang;

    e. Pengkoordinasian hubungan kerjasama dengan instansi pemerintahan maupun

    swasta untuk kepentingan pelaksanaan tugas;

    f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan

    fungsinya.31

    3. Struktur Organisasi DPUPR Kota Jambi

    Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Kota Jambi sebagaimana

    diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun

    31Buku Laporan Penetapan kinerja (TAPKIN) Dinas PUPR Kota Jambi 2017 hlm 3

  • 28

    2008 tentang Pemerintah Daerah dan dengan Persetujuan Dewan Perwakilan

    Rakyat Daerah Kota Jambi Nomor 01 Tahun 2001 melalui Peraturan Daerah Kota

    Jambi Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan susunan perangkat daerah

    - dinas Daerah Kota Jambi tentang Susunan Organisasi Susunan Organisasi Dinas

    Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Kota Jambi adalah sebagai berikut:

    a. Kepala Dinas

    b. Bidang Sekretariat

    1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

    2) Sub Bagian Keuangan;

    c. Bidang Bina Marga

    1)seksi pembangunan jalan;

    2)seksi pembangunan jembatan;

    3)seksi pemeliharaan jalan dan jembatan.

    d. Bidang Cipta Karya

    1)seksi penyehatan lingkungan perumahan/permukiman;

    2)seksi penataan bangunan dan lingkungan;

    3)seksi air bersih.

  • 29

    e. Bidang Sumber Daya Air

    1)seksi drainase dan irigasi;

    2)seksi sungai, danau dan rawa;

    3)seksi operasi dan pemeliharaan.

    f. Bidang Angkutan dan Alat Berat

    1)seksi angkutan;

    2)seksi alat berat dan perbekalan;

    3)seksi operasi dan pemeliharaan.

    g. Sub Bidang Bina Program dan Penataan Ruang

    1)seksi perencanaan dan penyusunan program;

    2)seksi penataan ruang;

    3)seksi pendataan monitoring, evaluasi dan pelaporan.

    h. Unit Pelaksana Teknis Dinas

    i. Kelompok Jabatan Fungsional 32

    3. Tujuan

    Adapun tujuan dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota

    32Ibid hlm 4

  • 30

    Jambi Kota Jambi adalah sebagai berikut :

    a. Terwujudnya tertib administrasi dan kualitas sumber daya manusia (SDM)

    aparatur Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Jambi.

    b. Tersedianya Kebutuhan Sarana dan Prasarana peralatan serta

    perlengkapan kerja Aparatur

    c. Meningkatkan jaringan jalan dan jembatan yang efisien dan efektif, aman,

    nyaman dan tertib, serta meningkatkan kuantitas dan kualitas jalan dan

    jembatan.

    d. Meningkatkan dan mewujudkan pembangunan infrastruktur perkotaan yang

    berkualitas.

    e. Mewujudkan perkotaan yang sehat, nyaman dan berkelanjutan

    4. Sasaran

    Adapun sasaran dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota

    Jambi Kota Jambi adalah sebagai berikut :

    a. Terwujudnya tertib administrasi perkantoran.

    b. Terwujudnya sarana prasarana aparatur untuk meningkatkan kinerja.

    c. Terencana,Terbangunnya dan terpeliharanya secara merata infrastruktur jalan,

    jembatan, drainase, sarana dan prasarana dasar lingkungan.

  • 31

    d. Terbangunnya jaringan air bersih sampai tingkat kelurahan secara merata

    dan berkualitas.

    5. Program

    Program merupakan kegiatan yang nyata secara sistematis dan terpadu

    yang dilaksanakan oleh salah satu atau beberapa Bidang/Sekretariat di lingkungan

    Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Jambi Kota Jambi dalam rangka

    kerja sama dengan masyarakat guna mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan.

    Penetapan Program dalam Perencanaan Strategis Dinas Pekerjaan Umum

    dan Penataan Ruang Kota Jambi Kota Jambi merupakan program pokok yang

    ditetapkan secara selektif dalam subtansi strategis pencapaian tujuan sasaran untuk

    Tahun 2017. Adapun Program Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota

    Jambi Kota Jambi untuk Tahun 2017 adalah sebagai berikut:

    a. Bidang Sekretariat

    1). Program pelayanan administrasi perkantoran

    2). Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur

    3). Program peningkatan disiplin aparatur

    4). Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur

    b. Bidang Bina Program dan Penataan Ruang

    1). Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja

    dan Keuangan

    2). Program Perencanaan SKPD

    3). Program Pengembangan Data/ Informasi

    4). Program Peningkata Kualitas Lingkungan Permukiman Berbasis Kawasan

  • 32

    5). Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang

    6). Program Perencanaan Tata Ruang

    c. Bidang Bina Marga

    1). Program Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan.

    d. Bidang Cipta Karya

    1). Program Pembangunan, Pemeliharaan dan Perluasan Utilitas Perkotaan

    d. Bidang Sumber Daya Air

    1). Program Pembangunan Pemeliharaan Saluran Drainase/Gorong-gorong

    5. Kegiatan

    Untuk melaksanakan Program Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan

    Ruang Kota Jambi Kota Jambi secara sistematis dan terpadu maka disusun rencana

    kegiatan yang dilaksanakan oleh bidang - bidang dilingkungan Dinas Pekerjaan

    Umum dan Penataan Ruang Kota Jambi Kota Jambi.33

    33Ibid hlm 24-29

  • 33

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Mekaisme Pelaksanaan KebijakanRencana Tata Ruang Wilayah Kota

    Jambi

    Penataan ruang adalah menyangkut seluruh aspek kehidupan sehingga

    masyarakat perlu mendapat akses dalam proses perencaaan penataan ruang.

    Sehubungan dengan itu untuk memberikan kepastian hukum dan pedoman yang

    pasti dalam pelaksanaan rencana tata ruang wilayah kota Jambi perlu menetapkan

    peraturan daerah di kota jambi tentang pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah.

    1. Tujuan Kebijakan Penetaan Ruang Wilayah Kota Dalam Bab II, Pasal 2, Pasal

    3

    Pasal 2

    Tujuan penataan ruang di kota Jambi di arahkan untuk mewujudkan kota Jambi

    sebagai pusat perdagangan barang dan jasa berkala nasioanal yang religius,

    berbudaya, tertib, aman, nyaman dan berkelanjutan.

    Pasal 3

    a. Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang kota sebagaimana di maksud

    dalam Pasal 2 di tetapkan kebijakan wilayah Kota

    b. Kebijakan penataan ruang wilayah kota sebagaimana di maksud pada psal

    3 ayat (1), terdiri atas;

  • 34

    1) Perwujudan Pusat pusat kegiatan yang memperkuat kegiatan perdagangan

    dan jasa utama dengan skala pelayanan nasional dengan prinsip

    berkelanjutan

    2) Peningkatan aksebilitas perkotaan dan keterkaitan antar pusat kegiatan

    3) Peningkatan kualitas dan jangkauan pelyanan dan sarana prasarana dan

    prasaranan perkotaan yang dapat mendorong pengembangan kegiatan

    danperbaikan lingkungan secara konfherensif

    4) Peningkatan pengelolaan kawasan yang berfungsi lindung

    5) Peningkatan dan penyediaan ruang terbuka hijau yang profesional di seluruh

    wilayah kota

    6) Pengaturan pengembangan wilayah budidaya sesuai dengan daya dukung

    dan daya tampung

    7) Pengembangan ruang kota yang terintegrasi dan efisien

    8) Pengembangan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi

    9) Pengembangan kawasan strategis cagar budaya

    10) Mempertahankan dan mengembangkan kawasan pertahanan dan keamanan

    sesuai kebutuhan34

    Dari keterngan diatas dalam bab II pasal 2 dan Pasal 3, tujuan kebijakan

    penataan ruang kota Jambi, dapat disimpulkan bahwasanya dalam penataan ruang

    34Perda Kota Jambi Nomor 09 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

    Jambi, Tujuan Penataan Ruang. BAB II Pasal 2-3, hlm 10-11

  • 35

    wilayah kota jambi agar terselnggaranya penaatn ruang yang aman, nyaman,

    produktif dan berkelanjutan berdasarkan wawasan nusantara dan ketahanan

    nasional.

    Dalam melaksanakan program kerja penataan ruang kota jambi dinas

    Pekerjaan umum dan penaan ruang kota jambi membentuk sebuah program kerja

    sebagai berikut;

    1. Menyiapkan perumusan kebijakan teknis

    Perumusan kebijakan teknis di lakukan oleh dinas pekerjaan umum dan

    penataan ruang kota jambi untuk melakukan penjabaran tugas secara teknis

    operasional di lapangan

    2. Pembinaan, supervisi dan evaluasi dan konsultasi pelaksanaan tata ruang;

    Pembinaan supervisi dan evaluasi di lakukan oleh dinas pekerjaan umum

    penataan ruang kota jambi dalam pelaksanaan program kerja tentang

    pemberdayaan, pelestarian dan pengembangan itu rutin di lakukan satu bulan

    sekali, mengingat dalam upaya pelaksanaan program kerja pembinaan, suvervisi

    dan evaluasi adalah langkah langkah yang tepat agar program kerja tepat sasaran.

    3. Pembinaan dan pelatihan dan pengembangan sumberdaya

    Pembinaan dan pelatihan serta pengembangan sumber daya adalah skala

    prioritas dinas pekerjaan umum dan penataan ruang kota jambi karna untuk

    membangun sumberdaya manusiamya dan kesamaan hak dan kewajiban dalam

    masyarakat dan ini di lakukan satu bulan sekali

    4. Rapat Kerja Tahunan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota

    Jambi

  • 36

    Rapat kerja tahunan adalah evaluasi yang di lakukan oleh perangkat dinas

    pekerjaan umum dan penataan ruang kot jambi dalam rangka melihat kembali sejau

    mana upaya yang di lakukan dalam pelaksanaan program kebijakan penataan ruang.

    Pertemuan tersebut juga membahas beberapa agenda antara lain, membahas tentang

    evaluasi program kerja yang terlaksana dan tidak, serta membahas kendala-kendala

    dan juga membahas tentang program program selanjutnya.

    5. Rapat Koordinasi Sekreretariat Pemerintah Kota Jambi

    Rapat koordinasi ini rutin dilakukan dalam dua bulan sekali tujuan rapat

    tersebut untuk melihat sejauh mana perkembangan pelayanan, kegiatan

    pelaksanaan tata ruang

    6. Penyiapan bahan koordinasi penyelenggaraan tata ruang

    7. Penyiapan bahan pemantau dan evaluasi pelayana tata ruang

    8. Penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia di

    bidang tata ruang

    9. Penyiapan bahan pengawasan atas pelayanan tata ruang

    10. Pengolahan dan penyajian data tata ruang.35

    35Wawancara dengan Ir. Sonya Mudy anna.T (Sekretaris Dinas PUPR Kota Jambi) , Pada

    tanggal 6 Oktober 2017

  • 37

    B. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 09 Tahun 2013 Tentang Rencana

    Tata Ruang Wilayah Kota Jambi

    Pada dasarnya setiap akrivitas atau kegiatan selalu mempunyai tujuan yang

    ingin di capai. Tujuan merupakan hal terjadinya proses manajemen dan aktivitas

    kerja, tujuan beraneka macam, tetapi harus di tetapkan secara jelas, realistis, dan

    cukup menantang berdasarkan analisis data, informasi dan pemilihan dari alternatif-

    alternatif yang ada. Kecakapan menejer dalam menetapkan tujuan dan

    kemampuannya memanfaatkan peluang, mencerminkan tingkat hasil yang dapat di

    capainya. Apalagi berkaitan dengan msyarakat luas, dan ini butuh kecakapan seoran

    peminpin dan angotanya dalam menjalankan tugasnya di dalam pengabdian pada

    masyarakat.

    Berdasarkan observasi/wawanca penulis dilapangan dapat di ketahui

    sebagai berikut :

    Menurut Fatri suandri Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

    Kota Jambi mengatakan bahwa :

    “Sejauh ini peran dinas pekerjaan umum penataan ruang di Kota Jambi

    dalam melaksanakan pelayanan tata ruang di Kota Jambi sudah lumayan

    lebih baik misalnya dalam pembangunan infrastuktur jalan, drainase,

    fasilitas umum dan sosial dan pengembangan kawasan hijau dan daerah

    wisata serta pemetakan daerah wilayah kota dan kawasan industri masalah

    perizinan pembangunan serta masih berupaya menangani konflik

    penyelesaian izin dan penggunaan lahan, sejauh itu kami juga membutuhkan

    peran serta masyarakat terhadap pelanggaran tata ruang terjadi di kota

    Jambi“.36

    36Wawancara dengan H. Fatri Suandri.ST.MM. (Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan

    Penataan Ruang Kota Jambi) , Pada tanggal 20 Oktober 2017

  • 38

    Menyikapi penyataan Bapak Fatri Suandri, memang sejauh ini peran

    Pemerintah Kota Jambi khsusnya dinas pekerjaan umum dan penataan ruang sangat

    banyak mengembang inovasi dan kreasi di kota jambi dalam melakukan pelayanan

    tata ruang sesuai dengan misi walikota Jambi : membuat tata ruang dan

    pembangunan kota jambi yang jelas terpadu dan berkesinambungan, meratakan

    pembangunan di semua kelurahan, membenahi infrastruktur jalan, drainase fasilitas

    umum dan sosial, memperbaiki sungai sungai kecil yg berada di kota jambi,

    meningkatkan pembangunan jaringan sampai ke pelosok kelurahan, meingkatkan

    pelayanan air bersih yang murah dan berkualitas.

    Menurut bapak syahril KA Subbag Umum dinas PUPR Kota Jambi

    mengatakan bahwa :

    “Proses pelaksanaan program seperti sosialisasi ke masyarakat yaitu melalui

    camat, kades dan talk show di media dan mengadakan seminar dan ke

    kampus kampus dan pelatihan-pelatihan “.37

    Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, tinggal lagi proses

    pelaksanaan/implementasinya seandai itu tidak terlaksana maka kemungkinan

    besar sama apa yang di katakan Prof, Dr.A.M. Yunus Wahid, S.H., M.Si sebagai

    berikut :

    Tatanan atau tata ruang organis ( buatan atau tata ruang yang di rencanakan)

    ,yakni tatanan yang terjadi sebagai akibat atau hasil budi daya manusia yanng secara

    administratif mencakup RTRWN, RTRW Provinsi, dan RTRW kabupaten/Kota

    dengan segenap vasriasinya, timbul dalam upaya manusia memanfaatakan SDA

    37Wawancara dengan Bapak Syahril. ( KA Subbag Umum dinas PUPR Kota Jambi ) 20

    Oktober 2017

  • 39

    dan lingkungnnya secara terncana untuk menunjang dan memenuhi kebutuhan

    hidup sosial , kultur dan politis. Terbentuknya lingkungan hidup tidak terjadi secara

    lurus dan mulus atau secara evolusioner terus, akan tetapi acap kali terjadi

    perubahan secara mendadak (tak terduga) dan besar besaran seperti meletusnya

    gunung api, banjir , tanah longsor dan gempa bumi. Dengan adanya pengaruh dari

    unsur unsur alam itu lah sebabnya muka bentuk wajah dan sifat karakter dari

    lingkungan hidup alami hakikatnya terus berubah, dan perubahan itu lebih banyak

    terjadi setelah manusia ikut serta mengolah lingkungan alami menjadi lingkungan

    hidup buatan.38

    Menurut Junaedi Singarimbun, Ketua Komisi III Angota DPRD Kota Jambi

    mengatakan bahwa :

    “ Kegiatan pelaksanaan pelayan tata ruang di Kota jambi sejauh ini memang

    tergantung anggaran Kota jambi karena dana alokasi khusus (DAK) tidak

    boleh di gunakan lagi untuk jalan dan lingkungan, tetapi hanya boleh untuk

    pembagunan jalan yang berstatus jalan kota sesuai kebijakan pemerintah

    pusat. Mengenai mengenai tata ruang masih banyak tumpang tindih lahan

    yang menyebabkan terjadi pelanggran, dan perizinan pendirian bangunan

    semoga bisa berjalan dengan ketentuan yang berlaku “.39

    Dari keterangan di atas ada beberapa permasalahan yang bisa dilihat oleh

    penulis pertama adalah Anggaran Kedua terkait pengunaan lahan, sudah bukan

    rahasia lagi bahwa pada sektor penggunaan lahan adalah sektor paling banyak di

    indonesia. Pada zaman sekarang lahan tidak hanya berfungsi sebagai pemukiman

    dan pertanian akan tetapi pemanfaatannya lebih berfariasi dan tidak terbatas untuk

    38Prof. Dr. A.M. Yunus Wahid, S.H, M.Si. Pengantar hukum tata ruang ( Penerbit Kencana

    Pranada Media Grup .Jakarta 2014), hlm. 30-31 39Wawancara dengan Juanedi Singarimbun ,Ketua Komisi III Anggota DPRD Kota Jambi

    Pada tanggal 24 Oktober 2017

  • 40

    berbagai kepentingan seperti industri, perternakan, perikanan, perkebunan,

    perkotaan, bangunan pariwisara dan perdaganganan. Sejalan dengan meningkatnya

    aktivitas pembangunan dan meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan akan

    lahan juga meningkat dengan pesat sedangkan ketersediaan dan luas lahan pada

    dasarnya relatif tetap, walaupun kriteria lahan yang di perlukan untuk setiap sektor

    berbeda akan tetapi pada kenyataan masih sering terjadi benturan kepentingan dan

    alih fungsi lahan.40

    Menurut Direktur LSM Wahana Lingkungan Hudip Indonesia Jambi

    (Walhi) Musri Nauli mengatakan bahwa :

    “ Faktor rendahnya pengawasanterhadap alih fungsi lahan tata ruang di

    Kota jambi membuat terjadinya alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan

    tata ruang dan tidak berintegrasi dengan perkembangan Kota Jambi. Pihak

    pemerintah jarang memerhatikan analisis dampak lingkungan yang terjadi.

    Pihak Pemerintah hanya mementingkan kawasan budidaya dan mengurangi

    kawasan lindung sehingga banyak menyebabkan bencana alam yang

    berdampak pada kerugian dan keamanan masyarakat Jambi “.41

    Dari keterangan di atas ada beberapa permasalahn yang bisa di lihat oleh

    penulis yaitu kurangnya pengawasan pemerintah terhadap alih fungsi lahan,

    Pemerintah Kota Jambi seoalah lepas kendali soal pemberian izin alih fungsi lahan,

    contoh nya fungsi rumah toko (ruko) yang kini banyak berubah menjadi hotel di

    sepanjang sudut jalan di kota Jambi.

    Disini terjadi kekurangan keterikatan antara satu stakeholder dengan yang

    lain sehingga menimbulkan putus komunikasi yang akan berdampak

    40Prof. Dr, Ir. Sumabnagan Baja, Perencanaan Tata Guna Lahandalam pengembangan

    wilayah, (PT Gramedia Pustaka Utama), hlm.10 41Wawanacar dengan Direktur LSM Walhi, Musri nauli, pada tanggal 29 Oktober 2017

  • 41

    keberlangsungan eksistensinya. Maju atau mundurnya sebuah lembaga itu

    tergantung semua pihak yang terkait, tanpa dukungan dari berbagai pihak itu seper

    “ada tetapi seperti tiada”. Karna sejatinya sebuah lembaga yang bersatu dengan

    rakyat itu harus memiliki keterikatan bersama.

    Menurut As’ad Isma Tokoh Masyarakat Jambi mengatakan bahwa :

    “ Kegiatan penataan ruang di kota Jambi ada beberapa masalah yang kami

    lihat sejauh ini Pertama kurangnya ke ikut sertaan masyarakat dalam proses

    pelaksanaan tata ruang di Jambi. Kedua bebasnya mafia mafia lahandalam

    pelaksanaan tata ruang di Kota Jambi sehingga membuat ketidak

    singkronisasi dalam pelaksanaan rencana tata ruang wilayah “.42

    Menyikapi pernyataan As’ad Isma penulis bisa melihat ada beberapa

    masalah pertama bila masyarakat tidak di libatkan dalam proses perencanaan dan

    pembangunan lingkungannya, tidak di berikan kesempatan secara aktif

    memberikan “cap” pribadi atau kelompok pada lingkungannya, tidak memperoleh

    peluang untuk membantu, menambah, menambah, merubah, menyempurnakan

    lingkungannya, maka akan kita dapatkan masyarakat yang apatis, acuh tak acuh dan

    mungkin agresif.43

    Kedua yaitu perihal mafia-mafia lahan, kemiskinan di kota besar seperti

    Jambi membuat masyarakat sulit untuk memebayar pajak bumi dan bangunan,

    terdesaknya masyarakat miskin dengan harga pajak yang tinggi kondisi ini

    membuat banyak pengembang memanfaatkan kesulitan itu untuk membeli aset

    penduduk miskin demi membangun proyeknya. Masalah ini makin menegaskan

    42Wawancara dengan As’ad Isma . (Tokoh Masyarakat Jambi). Pada tanggal 2 November

    2017 43Eko budiharjo, Kota yang berkelanjutan (sustainable city) , UI Press, Jakarta 1998 hal 7

  • 42

    bahwa pemerintah belum mementingkan masalah tata ruang melainkan ‘tata uang’

    sampai hari ini belum ada perlindungan terhadap rakyat miskin kota terkait hal itu.

    Dalam konteks peradaban moderenisasi dan globalisasi dan di topang

    pengaruh dinamika internal dan pengarus eksternal baik itu politik, ekonomi,

    keamanan, kesenjangan sosial dan agama, perjalanan sebuah kebudayaan tentu

    tidak lepas dari pasang surut pengaruh keadaan kondisi lingkungan. Persatuan dan

    kesatuan badan yang mempunyai power ( pemerintah ) harus snegritas dala

    menghadapi gelombang-gelombang peradaban yang merusak identitas kebudaayn

    bangsa. Hanya dengan kesatuan dan persatuan elemen di semua ini sebuah bingkai

    kemajuan suatu bangsa yang berperadaban dan berkebudyaan itu ada nilai-nilai.

    Mengutip pernyataan Puji Siswanto Tokoh Masyarakat Kota Jambi

    mengatakan sebagai beriku :

    “ Campur tangan pemerintah dalam urusan masyarakat tersebut

    sesungguhnya merupakan peran sentral, tetapi bukan berarti masyarakat

    berpangku tangan tanpa peran dan partisipasi sama sekali, dan juga

    pemerintah yang mempunyai otoritas kebijakan publik harus memainkan

    peran penting untuk memotivasi seluruh kegitan agar masyarakat mau

    berpartisipasi“.44

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 68 tahun 2010 tentang bentuk

    dan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang menyatakan bahwa

    masyarakat adalah perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum

    adat, korporasi dan/atau pemangku kepentingan pemerintah lain dalam penataan

    ruang. Peran partisipasi aktiv masyarakat dalam perencanaan tata ruang,

    44 Wawancara dengan Puji Siswanto tokoh masyarakat kota Jambi pada tanggal, 25

    November 2017

  • 43

    pemenfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Bentuk peran serta

    masyarakat adalah kegiatan yang menyangkut hal tersebut dan tata cara di atur

    dalam peraturan perundang-undangan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten

    kota.

    Kebijakan penaatan ruang (PR) di maksudkan adalah langkah yang di ambil

    atau di tetapkan oleh pemerintah untuk dilaksanakan atau di wujudkan dalam

    penyelenggaraan PR di indonesia pada kurun waktu tertentu seuai dengan undang-

    undang yang berlaku.

    ” Penataan ruang wilayah di selenggarakan dengan memerhatikan potensi

    dan peluang peluang ke unggulan sumber daya darat dan laut di setiap

    wilayah, serta memerhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan daya

    dukung lingkungan hidup. Dalam rangka pembangunan berkeadilan,

    pembangunan kesejahteraan sosial juga di lakukan dengan memberi

    perhatian yang lebuh besar pada kelompok masyarakat yang kurang

    beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di

    wilayah terpencil, tertinggal dan wilayah bencana“.45

    Kesadaran pemrintah lah, yang membuat penaatan ruang yang seharusnya berpihak

    pada masyarakat miskin kota, karna tanpa di dominasi dukungan yang kuat maka

    tinggal hanya sebagai harapan semu bagi masyarakat untuk menikmati penataan

    ruang wilayah yang baik dan memihak pada raktat miskin. Intropeksi diri dalam

    masing-masing individu sangan di butuhkan dalam mengayomi masyarakat itu

    harus menjadi prioritas guna keberlangsungan sebuah bangsa yang berperadaban

    dan makmur. Karna jika masing-masing individu kalau sudah menyadari hal itu,

    tentu sesuatu yang menjadi cita-cita bersama itu tidak akan menjadi suatu yang

    45Eko budiharjo, Kota yang berkelanjutan (sustainable city) , UI Press, Jakarta 1998 , hlm

    32

  • 44

    mustahil dan mudah untuk kita laksanakan untuk mencapai apa yang dinamaan

    masyarakat madani.

    Dan proses dalam pelaksanaan tata ruang itu harus betul-betul di elaborasi

    karna senada dengan apa yang di katakan pakar hukum lingkungan hidup

    Prof.Dr.Hardjasoemantri :

    “Tata ruang sebagai salah satu instrumen hukum yang di amanatkan dalam

    undang-undang di bidang lingkungan hidup, dan implementasinya di atur

    secara khusus dalam satu UU tersendiri, intinya atau garis besarnya ialah

    memberi batas yang tegas dan jelas tentang bagian mana suatu wilayah yang

    di budi dayakan, dan bagian mana yang harus di pertahankan atau di jadikan

    kawasan lindung atau konservasi”.46

    Dalam konteks penataan ruang sendiri, tata ruang atau lengkapnya rencana

    tata ruang wilayah berfungsi sebagai sarana pengendali bagi pemanfaatan ruang

    serta sumber daya yang terdapat di dalamnya dengan peruntukannya. Kesemuanya

    ini di maksudkan untuk mewujudkan wilayah yang aman, nyaman, produktif, dan

    berkelanjutan, tentu dengan salah satu syarat terjaminnya dan terakomodasinya

    semua kepentingan yang terkait dengan pemanfaatan ruang, baik ruang sebagai

    sumber daya maupun wadah tempat melakukan kegiatan dan memelihara dan

    mempertahankan kehidupan manusia.

    Dalam kenyataanya penataan ruang perkotaan bayak di pengaruhi ekonomi,

    sosial budaya masyarakat. Kelompok ekonomi lemah sulit mengikuti rencana

    pembangunan kota. Meskipun sebenarnya, secara formal undang-undang yang

    46Prof.Dr.Hardjasoemantri, S.H, M.Si. Hukum Tata Lingkungan ( Penerbit Gadjahmada

    University Press, 2009) hlm 8

  • 45

    mengatur tentang penataan ruang memberikan perlindungan hukum bagi

    masyarakat ekonomi lemah, kenyataan tersebut tetap berlangsung mengikuti

    dinamika kehidupan masyarakat. Dengan demikian salah satu tantangan yang di

    hadapi dalam penataan ruang ialah adanya fenomena tata ruang yang tidak di

    rencanakan yang secara institusional sebenarnya tidak di kehendaki bahkan

    mungkin tidak di sadarai oleh banyak pihak. Fenomena ini tumbuh dan berlansung

    secara alami mengikuti dinamika kehidupan masyarakat. Adanya pasar, terminal

    dan pemukiman liar, merupaka sebagian kecil dari contoh tata ruang yang tidak di

    rencanakan. Akibat pernyataan tersebut, pola ruang perkotaan bersifat dualistis

    seperti yang di katakanProf. Dr. A.M. Yunus Wahid :

    “Sebagian penataan ruang terkendali secara formal sesuai dengan RTRW kota, dan

    yang lainnya terbentuk melalui proses informal mengikuti dinamika kehidupan

    masyarakat secara nyata. Pola yang informal ini juga memasuki wilayah-wilayah

    berencana dalam berbagai bentuk seperti kegiatan kaki lima, terminal-terminal

    bayangan, dan pasar-pasar dadakan di berbagai tempat. Disisi lain pembangunan

    wilayah kota secara berencana dalam satu pola tata ruang, pada umumnya selalu

    menyebabkan pembebasan lahan dari para petani kecil di pinggiran kota dan/atau

    ekonomi lemah di kawasan pemukiman kumuh. Dengan kata lain penataan ruang

    selalu di sertai atau menimbulkan penggusuran di kelompok penduduk tertentu.”47

    “Disini berkaitan dengan penataan ruang wilaya kota, UUPR menetapkan

    persyaratan khusus sebagai tambahan dari persyaratan umum penerapan

    RTRW Kota, yakni secara khusus mengamanatkan perlunya penyediaan an

    pemanfaatan dan ruang terbuka hijau, yang proporsinya luasnya di tetapkan

    peling sedikit 30% dari luas wilayah kota, yang diisi oleh tanaman, baik

    tumbuh secara alami maupun di tanam.”48

    Sebagai tambahan dapat di kemukakan, bahwa ruang dalam wilayah NKRI

    yang di bagi atas ruas wilayah nasioanl, wilayah provinsi, kabupaten dan kota dalam

    UUPR tersebut, sudah merupakan kelaziman dalam setiap peraturan perundang-

    47Prof. Dr. A.M. Yunus Wahid, S.H, M.Si. Pengantar hukum tata ruang ( Penerbit

    Kencana Pranada Media Grup .Jakarta 2014), hlm. 35 48UUPR pasal 1 butir 33 tentang , ruang terbuka hijau

  • 46

    undangan yang membicarakan kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah. Hal

    ini dapat di pahami, setidaknya di lihat dari sudut pandang Negara dan dengan

    demikian juga pemerintah dalam arti formal yang menempatkan negara dan

    pemerintah sebagai penguasa, dan yang dengan sendirinya juga menguasai seluruh

    wilayah negara.

    Sebagai gambaran mengenai hal tersebut, ada baiknya di kemukana

    pandangan J.L.M Elders dan F.J.F.M Duynstee dalam Isjwara yang mengemukan

    bahwa :

    “Negara dalam arti formal di maksud negara di tenjau dari aspek kekuasaan

    , negara sebagai organisasi kekuasaan dengan satu pemerintah pusat.

    Pemerintah menjelmakan aspek formal negara. Selanjutnya di kemukakan

    bahwa karakteristik dari negara formal adalah wewenang pemerintah untuk

    menjalankan paksaan fisik secara legal. Negara dalam arti formal adalah

    negara sebagai pemerinth (staat-overheid). Adapun negara dalam arti

    materiel adalah neagara sebagai masyarakat (staat-gamenschap) atau

    negara sebagai persekutuan hidup. Negara dalam arti materiel ini adalah satu

    di antara sekian banyak bentuk perkolompakan sosial, mungkin dapat

    dipikirkan terlepas dari kekuasaannya, dan dari pemerinthahannya ”.49

    Dalam kaitan tersebut menurut Sumbodo tikok mengemukakan bahwa :

    “Negara adalah suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa

    kelompok menusia yang bersama mendiami suatu wilayah tertentu yang

    mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan

    keselamatan sekelopok atau beberapa kelompok manusia. Orgasnisasi lain

    seperti organisasi keagamaan, dan perdagangan. Di antara oraganisasi ini

    negara merupakan suatu organiasasi yang terpenting di dalam wilayah

    karena berpemerintahan yang berwenang dan mampu untuk dalam banyak

    hal campur tangan dalam bidang organisasi organisasi lain.50

    Menyikapi bermacam pengertian dan penjelasan tentang negara tersebut,

    Prof. Dr. A.M. Yunus Wahid mengatakan bahwa :

    49F. Isjawara , Pengantar ilmu politik, (Binacipta, Bandung 1980 ) hlm, 95 50Sumbodo tikok, Hukum tata negara, ( PT. Eresco bandung 1988) hlm 26

  • 47

    “disinilah letak makna wilayah nasional dalam kontek penyelenggaraan

    penataan ruang (PR) dalam menetapkan rencana tata ruang wilayah yakni

    mengatur, mengawasi, dan mengendalikan penyelenggaraan penataan ruang

    di seluruh wilayah negara, yang meskipun pada kenyataan nya telah terbagi

    habis dalam wilayah kabupaten dan kota. Dalam hal ini negara/pemerintah

    menetapkan strategi dan kebijakan penataan ruang wilayah nasional, yang

    menjadi pedoman bagi penataan ruang yang berlaku untuk seluruh wilayah

    Republik Indonesia secara hierarikis.”51

    Lemahnya kekuatan hukum yang mendukung pentaan ruang dan

    pengelolaan wilayah sangat berpengaruh pada imlementasi produk pengendalian

    tata ruang, karena adanya tekanan dari pejabat penguasa kalangan atas, di indonesia

    legalisasi produk pengendalian tata ruang kota di nilai agak lamban, hal ini

    menjukkan bahwa produk pengendalian tersebut belum memiliki kedudukan yang

    berarti dlam proses pembangunan.

    Respon terhadap kebijakan yang di lancarkan pemerintah yang di pandang

    tidak sejalan dengan aspirasi masyarakat adalah munculnya perasaan kecewa. Ini

    merupakan kondisi yang rentan terhadap onflik kerusuhan sosial, kondisi yang

    rentan itu dapat di ibaratkan “rumput kering” yang siap terbakar. Karena itu, ketika

    kondisi yang rentan itu bergeser dengan masalah-masalah sosial yang bersumber

    dari perbedaan etnis dan agama, maka segera ia akan meletus menjadi kerusuhan.

    Hal ini karena etnisitas dan agama merupaka faktor sensitif dalam kehidupan

    keaneka ragaman di Indonesia.

    Dari berbagai hal tentang implementasi peraturan daerah nomo 09 tahun

    2013 tentang “ rencana tata ruang wilaya kota jambi” penulis dapat memberikan

    51Prof. Dr. A.M. Yunus Wahid, S.H, M.Si. Pengantar hukum tata ruang ( Penerbit

    Kencana Pranada Media Grup .Jakarta 2014), hlm. 130

  • 48

    gambaran kondisi pelaksanaan kegiatan dinas pekerjaan umum dan penataan ruang

    pemerintah kota jambi sebagai berikut;

    1. Pelaksanaan Penataan ruang yang di lakukan pemerintah kota jambi telah di

    upayakan lewat penetapan perda nomor 09 tahun 2013 tentang, rencana tata

    ruang wilaya kota jambi.

    2. Pelaksanaan dan sosialisasi perda telah di lakukan pemerintah kota jambi yaitu

    mulai dari menjalankan program kerja yang telah di tetapkan, seperti sosialisasi

    kepada masyarakat, mengadakan seminar di ampus-kampus, talk show di media

    elektronik, dan kepada camat beserta lurah sekota jambi.

    3. Pengembangan yang telah di lakukan oleh pemerintah kota jambi yaitu mulai

    dari pembuatan program kerja dan melakukan evaluasi program kerja dan

    berkoordinasi terus menerus antar lembaga di pemrinthan kota jambi

    4. Dari upaya pelaksanaan penataan ruan di kota jambi yang di lakukan oleh dinas

    pekerjaan umum dan penataan ruang kendala yang di hadapi yaitu mulai dari

    kekurangan anggaran, masih kurangnya koordinasi antar instansi, masih

    perlunya intensitas sosialisasi kepada masyarakat yang lebih luas lagi tentang

    rencana tata ruang wilayah kota jambi, kurangnya kesadaran masyarakat akan

    pentingnya tata ruang wilayah kota jambi demi kelancara pembangunan.

  • 49

    BAB V

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan uraian di atas penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

    berikut :

    1. Mekanisme peraturan daerah kota Jambi nomor 09 tahun 2013 mengarahkan

    kebijakan pelaksanaan tata ruang kota jambi yaitu sebagaimana di atur dalam

    Perda tersebut dalam bab II pasal 2 : Tujuan penataan ruang kota Jambi di

    arahkan untuk mewujudkan Kota Jambi sebagai pusat perdagangan barang dan

    jasa berskala Nasional yang religious, berbudaya, tertib, aman, nyaman dan

    bekelanjutan. Pemerintah Kota Jambi berupaya melaksanakan tujuan tersebut

    dengan dengan merencanakan arahan kebijakan sebagai mana di atur dalam bab

    II pasal 3 ayat 1 :

    a. Perwujudan Pusat pusat kegiatan yang memperkuat kegiatan perdagangan

    dan jasa utama dengan skala pelayanan nasional dengan prinsip

    berkelanjutan

  • 50

    b. Peningkatan aksebilitas perkotaan dan keterkaitan antar pusat kegiatan

    c. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelyanan dan sarana prasarana dan

    prasaranan perkotaan yang dapat mendorong pengembangan kegiatan

    danperbaikan lingkungan secara konfherensif

    d. Peningkatan pengelolaan kawasan yang berfungsi lindung

    e. Peningkatan dan penyediaan ruang terbuka hijau yang profesional

    diseluruh wilayah kota

    f. Pengaturan pengembangan wilayah budidaya sesuai dengan daya dukung

    dan daya tampung

    g. Pengembangan ruang kota yang terintegrasi dan efisien

    h. Pengembangan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi

    i. Pengembangan kawasan strategis cagar budaya

    j. Mempertahankan dan mengembangkan kawasan pertahanan dan keamanan

    sesuai kebutuhan

    2. Implementasi rencana tata ruang wilayah kota jambi belum di laksanakan

    sebagai mestinya, seperti pembangunan dan alih fungsi lahan yang tidak sesuai

    RTRW masih banyak terjadi, seperti Mall ,hotel, ruko yang berserakan di kota

    jambi, serta pemanfaatan ruang di kota jambi belum memperhatikan Analisis

    dampak lingkungan (AMDAL).

    B. Saran

    Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis menyarankan beberapa hal

    yakni :

  • 51

    1. Perlu ada kerja sama terpadu antar berbagai pihak (pemerintah, masyarakat,

    instansi,/departemen terkait) dalam pemanfaatan fungsi tata ruang demi

    keserasian, keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

    2. Perlu ada kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga dan mengawasa

    pemanfaatan tata ruang demi kelestarian lingkunga hidup, dan perlu ada

    ketegasan dari pemerintah dalam pelannggaran tata ruang yg di lakaukan

    masyarakat.

    DAFTAR PUSTAKA

    A. Literatur

    Daud Silalahi, Hukum lingkungan dalam sistem penegakan hokum lingkungan di

    Indonesia, Bandung :PT Alumni ,2001.

    D.A. Tisnaadmindjaja dan Asef Warlan Yusuf, Pranata Pembangunan, Bandung:

    Univesitas Parahyangan, 1997.

    Eko Budiharjo, Kota Yang Berkelanjutan, UI Press, Jakarta 1998

    F.Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, Binacipta, Bandung 1980

    Guntur Setiawan, Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan, Yogyakarta:

    Remaja Rosdakarya Offset, 2014

    .

    Hessel Nogi.S.Tangkilisan, Implementasi Kebijakan Publuk, Jakarta: Lukman

    Offest ,2003.

    Kamus Besar Bahasa Indonesia, Anonim , Jakarta: 1989.

    Prof.Dr.A.M Yunus Wahid,SH.M.Si, Pengantar Hukum Tata Ruang, Kencana

    Pradana Media Grup. Jakarta .2014

    Prof.Dr.Hardjasoemantri.SH.M.Si, Hukum Tata Lingkungan

    Gadjahmada University Press, 2009

    Rinaldi Mirsa, Elemen Tata Ruang Kota, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.

  • 52

    Samodra Wibawa, PolitikPerumusan Kebijakan Publik, Yogyakarta: Graha Ilmu,

    2011.

    Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, Jambi: Syari’ah perss.

    Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif Pendidikan, Bandung:

    Alfabeta, 2011.

    Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan, Yogyakarta: Bumi Aksara, 2003.

    Sumbodo dan Tikok, Hukum Tata Negara, PT Eesco Bandung 1988

    William N.Dun, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Gadjah Mada

    Universitas Press,2000

  • 53

    C. Peraturan perundang-undangan

    Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataaan Ruang

    UUPR pasal 1 butir 33 tentang Runag Terbuka Hijau

    Peraturan Daerah Kota Jambi No 09 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata ruang

    wilayah Kota jambi

    D. Lain-lain

    Go-jambi.Com,15Februari2016

    Okezone.Com, 22 Februari 2016

    Penataanruang.com/ 2 Maret 2016

    Wawancara informal Dengan Musri Nauli, Direktur Eksekutif LSM Walhi Jambi,

    1 Februari 2016

    Wawancara dengan Ir. Sonya Mudy anna.T (Sekretaris Dinas PUPR Kota Jambi) ,

    Pada tanggal 6 Oktober 2017

    Wawancara dengan H. Fatri Suandri.ST.MM. (Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan

    Penataan Ruang Kota Jambi) , Pada tanggal 20 Oktober 2017

    Wawancara dengan Bapak Syahril. ( KA Subbag Umum dinas PUPR Kota Jambi )

    20 Oktober 2017

    Wawancara dengan Juanedi Singarimbun ,Ketua Komisi III Anggota DPRD Kota

    Jambi Pada tanggal 24 Oktober 2017

    Wawancara dengan As’ad Isma . (Tokoh Masyarakat Jambi). Pada tanggal 2

    November 2017

    Wawancara dengan Puji Siswanto tokoh masyarakat kota Jambi pada tanggal, 25

    November 2017

    Wikipedia.org, 3 Maret 2016

  • 54

    CURICULUM VITAE

    A. Identitas Diri

    Nama : Randi Syaputra

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Tempat, Tanggal Lahir : Teluk Majelis, 01 Oktober 1994

    Alamat Asal : Desa Teluk Majelis, Kec Kuala Jambi,Kab

    Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi.

    Alamat Sekarang : Perumahan Mendalo Asri, Jln. Lintas MA Bulian,

    Km. 15, Kec. Jambi Luar Kota, Kab. Muaro

    Jambi.

    No. Telp/HP : 085367853151

    Nama Ayah : As’ari

    Nama Ibu : Syari’ah

    B. Riwayat Pendidikan

    SD/MI, Tahun Lulus : SD NO 58/X Teluk Majelis, 2006

    SMP/MTs, Tahun Lulus : SMP 7 Kuala Jambi, 2009

    SMA/MA, Tahun Lulus : MAS Aliyah Nurul Huda Teluk Majelis , 2012

    C. Pengalaman Organisasi

    1. Ketua Rayon Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Fakultas

    Syari’ah 2014-2015.

    2. Sekretaris Jendral Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IAIN Sulthan

    Thaha Saifuddin Jambi 2015-2016.

    3. Ketua Forum Diskusi Kader & Anggota Pergerakan (FORDIKAP)

    Pengurus Cabang PMII Kota Jambi,2017-2018.

    COVERPERSETUJUAN PEMBIMBINGPENGESAHANPERNYATAAN KEASLIANMOTTOPERSEMBAHANKATA PENGANTARABSTRAKDAFTAR ISIDAFTAR SINGKATANDAFTAR TABELBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahB. Rumusan MasalahC. Tujuan dan Kegunaan PenelitianD.Kerangka TeoriE. Tinjaun Pustaka

    BAB II METODE PENELITIANA. Pendekatan PenelitianB. Jenis Sumber DataC. Instrumen Pengumpulan DataD. Teknik Analsis DataE. Sitematika PenulisanF. JADWAL PENELITIAN

    BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIANA. Gambaran Umum Wilayah Kota JambiB. Gambaran Umum Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Jambi

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Mekaisme Pelaksanaan KebijakanRencana Tata Ruang Wilayah Kota JambiB. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 09 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Jambi

    BAB V PENUTUPA. KesimpulanB. Saran

    DAFTAR PUSTAKACURICULUM VITAE