susut air
-
Upload
setyorini-safitri -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
description
Transcript of susut air
Pengentalan dan Pengenceran
Pengentalan merupakan proses meningkatkan konsentrasi suatu larutan akibat adanya
pencampuran bahan terlarut. Sedangkan pengenceran merupakan proses penurunan suatu
larutan akibat adanya pencampuran bahan pelarut. Semakin tinggi konsentrasi maka ikatan
antara partikelnya semakin kuat, sebaliknya semakin rendah konsentrasi maka ikatan antar
partikelnya akan semakin lemah. (Ariani, 2004)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Air
2. Gula pasir
3. Kertas tissue
4. Peralatan proses kontinyu berpengaduk
5. Gelas ukur 100 ml dan 200 ml
6. Stopwatch
7. Refraktometer
8. Timbangan
3.2 Prosedur Percobaan
Prosedur yang dilakukan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Memasang peralatan tangki kontinyu
2. Mempelajari dan menguji terlebih dahulu peralatan sebelum digunankan dengan menggunakan
air sebagai bahan
3. Memasukan gula pasir sebanyak 100 gram ke dalam gelas ukur 1 dengan menambahkan air
sebanyak 650 ml
4. Mengaduk gelas ukur 1 hingga gula benar-benar terlarut
5. Mengisi gelas ukur 2 dengan air sebanyak 690 ml
6. Menghitung kadar gula dan air dengan refraktometer mula-mula pada gelas ukur 1 dan 2
7. Mencatat hasil pengukuran pada prosedur ke-6, dengan kadar gula mula-mula sebagai xt dan xf
juga pada kolom pengenceran sedangkan kadar air sebagai xt pada kolom pengentalan.
8. Memulai percobaan dengan membuka keran penutup pada tangki kontinyu, bersamaan itu
perhitungan waktu dengan stopwatch dimulai juga dan kedua gelas ukur diaduk-aduk . Setelah
3 menit, keran ditutup kembali dan dihitung kadar larutan gula dan air pada masing-masing
gelas ukur. Seelanjutnya mencatat hasil pengukuran, dimana kedua data hasil pengukuran
sebagai xt
9. Mengulangi prosedur ke-8 setiap 3 menit sekali hingga sepuluh kali pengukuran, yaitu samapai
pada menit ke-30.
10. Membuat grafik konsentrasi gula dan konsentrasi air dengan persamaan ln ( xf-xt) terhadap
waktu (t) berdasarkan hasil percoban dan kemudian menentukan model persamaan dari grafik
tersebut , yaitu dalam bentuk y = ax+b
11. Membandingkan anatara proses pemekatan dan proses pengenceran
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
41. Tabel Hasil Percobaan
Waktu Pengenceran (xt) Ln ( xf-xt) Pengentalan (xt) Ln ( xf-xt)
0 12,3 (xf=xt) - 0 2,5090
3 12,2 -2,3025 0,1 2,5014
6 12,1 -1,6094 0,15 2,4973
9 12,1 -1,6094 0,2 2,4932
12 12,1 -1,6094 0,21 2,4923
15 12 -1,2094 0,16 2,4965
18 12,2 -2,3025 0,24 2,4898
21 12,05 -1,3862 0,3 2,4849
24 12,1 -1,6094 0,2 2,4932
27 12,2 -2,3025 0,1 2,5014
30 12,2 -2,3025 0,1 2,5014
Gambar Grafik pengenceran larutan gula
Gambar Grafik pengentalan air
BAB V
PEMBAHASAN
Pengenceran dan pengentalan pada kesetimbangan massa ini pada intinya merupakan
salah satu contoh yang menerapkan prinsip kesetimbangan massa. Hasil percobaan yang
dilakukan selama lebih kurang 30 menit ini ternya sangat menyimpang dari keterangan
literatur. Pada reaksi pengenceran menurut literatur terjadi penurunan kadar zat terlarut.
Namun data hsil percobaan fluktuatif dan yang sangat menyimpang adanya data pengukuran
yang kadarnya naik dibandingkan dengan kadar yang dihasilkan pada pengukuran
sebelumnya. Begitu pula pada data percobaan pengentalan, seperti halnya pada pengenceran,
reaksi pengentalan juga menyimpang dari literatur . Menurut keterangan literatur bahwa
pengentalan terjadi apabila adanya peningkatan zat terlarut, namun demikian data hasil
percoban adanya data yng mengalami penurunan dan peningkatan kadar gula yang diukur
dibandingkan dengan data pengukuran sebelumnya.
Pada mulanya kadar gula pada gelas ukur ke-1 adalah 12,3 brix atau 12,3% yang
dinyatakan sebgai xf dan juga xt. Kemudian dilakukan percobaan sesuai dengan prosedur
praktikum, ternyata setelah waktu berjalan 3 menit berdasarkan pengukuran didapatkan data
xt, yaitu sebesar 12,2 brix, lebih kecil 0,1 brix dari pada kadar gula pada keadaan mula-mula.
Pada waktu 3 menit ini , hasil percobaan sesuai dengan literatur, yaitu kadar gula yang
terkandung mengalami penurunan dibandingkan dengan data awal. Untuk percobaan menit
ke enam sampai dengan menit dua belas kadar gula pada proses pengenceran ini mengalami
konstan, yaitu kadar gula tetap sebesar 12,1 brix. Hal ini menunjukan seakan-akan system
telah mengalami kesetimbangan massa dengan tidak adanya perubahan kadar gula pada
larutan tersebut. Namun demikian, waktu percobaan baru mencapai 12 menit, belum
mencapai setengah waktu normal dari yang direncanakan, yaitu sekitar 30 menit. Sehingga
kemungkinan besar data yang didapatkan mengalami penyimpangan yang dapat diakibatkan
oleh berbagai factor yang mempengaruhinya. Pada percobaan menit ke-15 setelah kadar gula
konstan pada menit ke-6 hingga ke-12, pada waktu ini kadar gula yng diukur mengalami
penurunan sebesar 0,1 dibandingkan kadar gula menit ke-12. Setelah mengalami penurunan
kadar gula yang diukur pada menit ke-18 kembali mengalami kenaikan sebesar 0,2 dari pada
kadar gula menit ke-15. Pada menit ke-21 kadar gula mengalami penurunan sebesar 0,15 dari
kadar gula menit ke-18. Setelah itu kadar gula pada menit ke-24 mengalami kenaikan
kembali menjadi 12,1 brix dan pada menit ke27 dan ke-30 kadar gula konstan pada 12,2 brix.
Berdasarkan hasil pengukuran pada percobaan pengenceran ini terjadi penyimpangan data
yang seharusnya mengalami penurunan dari kadar gula mula-mula. Namun data yang
didapatkan malah terjadi fluktuatif, yang terkadang naik atau mengalami penurunan sehingga
tidak dapat ditentukan pada menit berapa kadar gula mengalami kesetimbangan. Berdasarkan
R2 pada grafik pengentalan ketelitian atau keakuratan data hasil praktikum hanya 5,4 %
sangat jauh dari yang semestinya.
Kesalahan data yang diperoleh dapat diakibatkan oleh berbagai factor yang
mempengaruhinya, diantaranya akibat kesalahan pembacaan praktikan, alat yang digunakan
atau pun prosedur yang salah sehingga didapatkan data yang mengalami penyimpangan jika
dibandingkan dengan literatur. Kesalahan dari alat yang digunakan diantaranya skala
pembacaan pada refraktometer terlalu kecil akurasinya, ketelitiannya hanya satu angka
dibelakang koma, yang dapat menyulitkan praktikan dalam memperkirakan besarnya kadar
gula apabila tidak tepat pada angka skala pada refraktometer. Untuk menghindari kesalahan
ini, dapat digunakan alat pengukuran kadar gula yang digital atau pun ketelitian alatnya
ditambah sehingga mempermudah praktikan untuk meperkirakan kadar gula larutan.
Kesalahan lain yang diakibatkan dari kesalahan prosedur percobaan yang mengakibatkan data
yang diperoleh tidak akurat, diantaranya adalah saat pengambilan sampel pengukuran. Pada
pengambilan sampel pengukuran pertama dan kedua serta selanjutnya menggunakan pipet
yang tidak dicuci kembali setelah pengambilan sampel sehingga kemungkinan pengambilan
sampel pada pengukuran keduadan ketiga serta pengukuran selanjutnya kemungkinan besar
terdapat kadar gula yang terakumulasi di dalam pipet yang mengakibatkan kesalahan pada
hasil pengukuran. Seharusnya pipet yang akan digunakan pada pengukuran selanjutnya
terlebih dahulu dibersihkan dahulu agar kadar gula yang diukur pada fraktometer benar-benar
kadar gula dari sampel tanpa adanya penambahan dari sisa-sisa pengukuran sebelumnya.
Selain itu penyimpangan data praktikum yang diakibatkan yang diakibatkan oleh kesalahan
prosedur adalah pada proses pengadukan yang tidak sama atara gelas ukur yang satu dengan
yang kedua mengakibatkan aliran massa dari keduanya tidak berjalan dengan baik. Hal itulah
yang mengakibatkan data pengukuran fluktuatif.
Seperti halnya pengenceran, pengentalan juga pada prinsip percobannya sama.
Namun pada pengentalan kadar gula akan naik seiring dengan bertambahnya waktu. Hasil
percobaan mulai dari waktu nol hingga menit ke-12 kadar gula yang diukur pada gelas ukur 2
ini mengalami kenaikan. Pada mulanya kadar gula 0, kemudian pada menit ke-3 kadar gua
mengalami kenaikan , yaitu menjadi 0,1 brix, selanjutnya pada menit ke-6, ke-9 dan ke-12
masing-masing mengalami kenaikan sebesar 0,05; 0,05 dan 0,01. MNeskipun kenaikannya
berbeda-beda besarnya, tetapi hal tersebut telah menunjukan kenaikan pada kadar gula dalam
air sesuai dengan prinsip pengentalan. Berbeda dengan data sebelumnya, mulai dari menit ke-
15 sampai dengan menit ke-30 data pengukuran kadar gula terjadi kenaikan dan penurunan
bahkan konstan. Data pengukuran pada menit ke-15 kadar gula mengalami penurunan
menjadi 0,16 brix, hal ini sangat tidak mungkin terjadi pada percobaan pengentalan, tetapi
dalam praktikum terjadi. Pada menit ke-18 dan ke-21 masing-masing sebesar 0,18 dan 0,06.
Kemudian pada menit ke-24 kadar gula yng diukur kembali turun menjadi 0,2 dan pada menit
ke-27 dan ke-30 kadar gula konstan pada kadar 0,1 brix. Ketidak sesuaian data hasil
praktikum dengan literature yang menyatakan bahwa pengentalan itu pada prinsipnya
mengalami kenaikan kadar zat terlarut. Namun data praktikum sangat fluktuatif yang
dikarenakan oleh faktor-faktor yang sama dengan factor kesalahan pada proses pengenceran.
Berdasarkan R2 pada grafik pengentalan ketelitian atau keakuratan data hasil praktikum
hanya 9,7 % sangat jauh dari yang semestinya. Namun demikian ketelitian data percobaan
pengentalan lebiih baik dari pada data pada pengenceran.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum kesatimbangan massa ini adalah sebagai berikut :
1. Pada prinsipnya pengentalan merupakan penambahan kadar zat terlarut dan pengenceran
merupakan penurunan kadar zat terlarut
2. Kesetimbangan massa akan diperoleh ketika pada proses pengenceran dan pengentalan sama-
sma knstan
3. Kesalahan pada percobaan dapat diakibatkan oleh keakuratan alat yang digunakan, dan
kesalahan praktikan yang akan mempengaruhi hasil praktikum.
6.2 Saran
Adapun saran dari praktikan dalam praktikum kesetimbangan massa ini adalah sebagai
berikut :
1. Proses pengadukan pada kedua larutan harus sama
2. Alat yang digunakan harus dengan ketelitian yang tinggi agar mempermudahkan praktikan
dalam membaca kadar gula pada larutan