Kajian Pengaruh Suhu Ambient Trafo Terhadap Susut Umur ...
Transcript of Kajian Pengaruh Suhu Ambient Trafo Terhadap Susut Umur ...
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
PROYEK AKHIR
Kajian Pengaruh Suhu Ambient Trafo Terhadap Susut Umur Trafo Di PLN UP3 Cempaka Putih
DISUSUN OLEH :
Charisma Brian Ardiansyah
NIM : 2017-71-134
PROGRAM DIPLOMA III TEKNOLOGI LISTRIK
FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
INSTITUT TEKNOLOGI – PLN
JAKARTA, 2020
LEMBAR PENGESAHAN
Proyek Akhir dengan Judul
Kajian Pengaruh Suhu Ambient Trafo Terhadap Susut Umur Trafo Di PLN UP3 Cempaka Putih
Disusun Oleh
Charisma Brian Ardiansyah
NIM : 2017-71-134
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
Program Studi Diploma III
FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
Jakarta,
Mengetahui, Disetujui Kepala Program Studi DIII Teknologi
Listrik
(Retno Aita Diantari, ST., MT.)
Pembimbing Pertama Proyek Akhir
(Novi Gusti Pahiyanti, ST., MT.) Pembimbing Kedua Proyek Akhir
(Albert Gifson, ST., MT.)
i
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
Nama : Charisma Brian Ardiansyah
NIM : 2017-71-134
Program Studi : DIII Teknologi Listrik
Judul Proyek Akhir : Kajian Pengaruh Suhu Ambient Trafo Terhadap Susut
Umur Trafo Di PLN UP3 Cempaka Putih
Telah disidangkan dan dinyatakan Lulus Sidang Proyek Akhir pada Program
Diploma III. Fakultas Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Institut Teknologi
PLN pada Tanggal 25 Agustus 2020.
Nama Penguji Jabatan Tanda tangan
Retno aita diantari, S.T ., M.T. Ketua Penguji
Oktaria Handayani, S.T ., M.T. Sekertaris Penguji
Aas Wasri Hasanah, S.SI., M.T. Anggota Penguji
Mengetahui,
Kepala Program Studi DIII Teknologi Listrik
(Retno Aita Diantari, ST., MT.)
ii
iv
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang
sebesar - besarnya kepada yang terhormat :
(Novi Gusti Pahiyanti, ST., MT.)
Selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan petunjuk, saran – saran dan
bimbingannya sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Terima kasih yang sama, saya sampaikan kepada :
1. Pak Kemas Abdul Gaffur selaku Manager bagian Jaringan di PT. PLN
(Persero) UP3 Cempaka Putih
2. Karyawan Bagian Jaringan PT. PLN (Persero) UP3 Cempaka Putih
Yang telah membantu dalam proses kegiatan dan penulisan laporan magang
ini.
.
Jakarta, 20 Juli 2020
Charisma Brian Ardiansyah
NIM : 2017-71-134
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI PROYEK AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Institut Teknologi PLN, saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
Nama : Charisma Brian Ardiansyah
NIM : 2017-71-134
Program Studi : DIII
Jurusan : Teknologi Listrik
Jenis Karya : Proyek Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memeberikan kepada
Institut Teknologi PLN Hak Bebas Royalti Non eksklusif (Nonexclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Kajian Pengaruh Suhu Ambient Trafo Terhadap Susut Umur Trafo Di PLN
UP3 Cempaka Putih.
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Institut Teknologi PLN berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan Proyek Akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal 18 Juli :
Yang menyatakan,
Charisma Brian Ardiansyah
KAJIAN PENGARUH SUHU AMBIENT TRAFO TERHADAP SUSUT UMUR TRAFO DI PLN UP3 CEMPAKA PUTIH
CHARISMA BRIAN ARDIANSYAH 2017-71-134
Dibawah Bimbingan Novi Gusti pahiyanti,ST., MT
ABSTRAK
Transformator atau sering disingkat dengan istilah Trafo adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Maksud dari pengubahan taraf tersebut diantaranya seperti menurunkan Tegangan AC dari 220VAC ke 12 VAC ataupun menaikkan Tegangan dari 110VAC ke 220 VAC. Transformator atau Trafo ini bekerja berdasarkan prinsip Induksi Elektromagnet dan hanya dapat bekerja pada tegangan yang berarus bolak balik (AC).Transformator (Trafo) memegang peranan yang sangat penting dalam pendistribusian tenaga listrik. Transformator menaikan listrik yang berasal dari pembangkit listrik PLN hingga ratusan kilo Volt untuk di distribusikan, dan kemudian Transformator lainnya menurunkan tegangan listrik tersebut ke tegangan yang diperlukan oleh setiap rumah tangga maupun perkantoran yang pada umumnya menggunakan Tegangan AC 220Volt.Suhu Ambient adalah suhu sekitar atau lingkungan yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan dapat berubah-ubah berdasarkan dari cuaca daerah tersebut Susut umur adalah kondisi dimana suatu peralatan atau komponen memiliki nilai umur yang berkurang dari umur yang sudah seharusnya ditentukan karna berbagai macam faktor.
Kata kunci : Trafo , Susut Umur Trafo , Suhu Ambient
vi
vii
ABSTRACT
Transformer or often abbreviated with the term transformer is an electrical device that can change the level of an AC voltage to another level. The purpose of changing these levels include reducing AC Voltage from 220VAC to 12 VAC or increasing Voltage from 110VAC to 220 VAC. Transformer or transformer works based on the principle of Electromagnetic Induction and can only work on alternating voltage (AC). The transformer (transformer) plays a very important role in the distribution of electric power. The transformer raises electricity from the PLN power plant to hundreds of kilo Volts to be distributed, and then the other transformer reduces the voltage to the voltage needed by every household or office that generally uses 220Volt AC Voltage. Environmental temperature is the temperature of the environment or environment which is influenced by several factors and can change based on the weather in the area. Loss of life is a condition in which an equipment or component has an age value that is less than the age that should be determined due to various factors
Keywords: Transformer, Shrinkage Age Of Transformer, Ambient Temperature
viii
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI .......................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PROYEK AKHIR .................................................. iii
UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI PROYEK AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................ vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 13
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 13
1.2 Permasalahan Penelitian ....................................................................... 13
1.2.1. Identifikasi Masalah ..................................................................... 13
1.2.1. Ruang Lingkup Masalah .............................................................. 13
1.3.1. Rumusan Masalah....................................................................... 14
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 14
1.3.1. Tujuan ......................................................................................... 14
1.3.2. Manfaat ....................................................................................... 14
1.4. Sistematika Penulisan .......................................................................... 14
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 16
2.1. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 16
ix
2.2. Teori Pendukung .................................................................................. 16
2.2.1. Transformator .............................................................................. 16
2.2.2. Berdasarkan Fungsi / Pemakaian ................................................ 17
2.2.3. Berdasarkan Lokasi Pemasangan ............................................... 18
2.2.4. Berdasarkan Konstruksi Transformator ....................................... 18
2.2.5. Prinsip Kerja Transformator ......................................................... 19
2.2.6. Uji Kenaikan Suhu Dan Pembebanan Transformator Distribusi ... 20
2.2.7. Sistem Isolasi Transfromator ....................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 23
3.1. Analisa Kebutuhan................................................................................ 23
3.2 Perencanaan Penelitian ......................................................................... 25
3.3. Teknik Analisis ...................................................................................... 26
3.3.1. Umur Transformator Distribusi .................................................... 26
3.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Susut Umur Transformator Distribusi
........................................................................................................ 28
3.3.3. Faktor yang Mempengaruhi Susut Umur Transformator Distribusi
........................................................................................................ 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 34
4.1 Hasil ...................................................................................................... 34
4.1.1. Ambient Temperatur pada Gardu Beton Tanpa Exhaust Fan ...... 34
4.1.2. Ambient Temperature pada Gardu Beton yang Dipasang Exhaust
Fan ................................................................................................. 36
4.1.3. Data Gardu Beton yang dipasang exhaust fan dan yang belum
dipasang Exhaust Fan .................................................................... 37
4.1.4. Analisis Benefit Pengkondisian Ambient Temperature pada
Gardu Beton Dengan Pemasangan Exhaust Fan ........................... 38
4.1.5. Cara Pemasangan Exhaust Fan pada Gardu Beton .................... 43
x
4.2. Pembahasan ........................................................................................ 43
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 45
5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 45
5.2. Saran .................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 46
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Karakteristik Kelas Isolasi ................................................................ 22
Tabel 3.1 Kondisi Transformator ...................................................................... 28
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Nilai Umur Relatif pada Gardu Beton yang Belum
Dipasang Exhaust Fan (wilayah UP3 PLN Cempaka Putih)............................. 36
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Nilai Umur Relatif pada Gardu Beton yang Sudah
Dipasang Exhaust Fan .................................................................................... 40
Tabel 4.3 Gardu yang sudah dipasang Exhaust Fan.........................................40
Tabel 4.4 Gardu yang belum dipasang Exhaust Fan..........................................40
Tabel 4.4 Perbandingan Gardu Beton yang sesudah dan sebelum dipasang
Exhaust Fan .................................................................................................... 41
Tabel 4.5 perbandingan ambient temperatur sebelum dan sesudah pemasangan
Exhaust Fan .................................................................................................... 41
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Trafo satu fase ............................................................................. 16
Gambar 2.2 Trafo tiga fase .............................................................................. 17
Gambar 2.3 Konstruksi transformator .............................................................. 19
Gambar 2.4 prinsip kerja transformator ............................................................ 20
Gambar 3.1 kurva umur transformator distribusi VS Suhu Belitan ................... 27
Gambar 3.2 Figur kerusakan isolasi trafo ........................................................ 28
Gambar 3.3 Proses Oksidasi, Hidrolisis dan Pirolisis ....................................... 28
Gambar 3.4 Diagram Termal Transformator (Standar IEC 354-1972 Loading
Guide for Oil-Immersed Transformer) .............................................................. 33
13
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan target yang dideklarasikan oleh PLN UP3 Cempaka Putih ,
bahwa jumlah gangguan trafo dalam setahun maksimal sebanyak 2 kali untuk
tiap UP3 PLN Cempaka Putih. Hal ini mengacu pada visi dan misi distribusi yang
dicanangkan PLN yaitu Efisien, Andal, Aman, dan Berkualitas. Lamanya waktu
pemulihan gangguan trafo dapat mempengaruhi target yang direncanakan maka
dilakuakn upaya-upaya preventif untuk mencegah terjadinya gangguan tersebut.
Penyebab utama gangguan trafo adalah kegagalan isolasi trafo yang salah
satunya disebabkan karena proses ageing (penuaan). Ada beberapa mekanisme
proses ageing, salah satu diantaranya yang paling umum terjadi adalah proses
ageing yang disebabkan karena proses thermal (panas). Faktor yang
mempengaruhi terjadinya thermal ageing ini antara lain adalah kenaikan suhu
belitan, kenaikan suhu permukaan minyak dan akibat dari panas trafo yang
disebabkan oleh faktor-faktor tersebut membuat umur yang seharusnya tidak
tercapai atau mengalami susut umur
1.2 Permasalahan Penelitian 1.2.1. Identifikasi Masalah
Pada sebuah trafo mempunyai umur kelayakan pakai, dan sebuah trafo
memiliki ketahanan terhadap suhu lingkungan yang berubah-ubah. Dari berbagai
macam jenis trafo terdapat material yang dipakai sebagai bahan pembuat trafo
dengan berbagai macam kualitas, pada setiap merk trafo ia memiliki suhu panas
maksimal yang apakah akan berpengaruh terhadap minyak trafo didalamnya,
dan susut umur pada trafo tersebut.
1.2.2. Ruang Lingkup Masalah
Pada penulisan proyek akhir ini agar permasalahan tidak meluas, maka
dibatasi pada:
1. Mencari suhu yang baik untuk trafo.
14
2. Pengaruh suhu yang baik terhadap umur trafo.
3. Menghitung rugi-rugi trafo.
1.2.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan di atas , maka dapat
ditentukan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh ambient temperature terhadap susut umur trafo?
2. Bagaimana cara pengkondisian ambient temperature pada gardu beton dan
mencari suhu yang terbaik untuk trafo?
3. Bagaimana cara pemasangan exhaust fan yang benar pada gardu beton?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Dari rumusan masalah di atas maka di dapatkan tujuan penulisan proyek akhir
sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh ambient temperature terhadap susut umur trafo dan
cara pengkondisian ambient temperature pada gardu beton yang diharapkan
dapat diimplementasikan pada gardu-gardu beton lainnya.
2. Membandingkan nilai suhu ambient yang telah dipasang exhaust dan dan
belum dipasang exhaust fan.
3. Cara pemasangan exhaust fan yang benar pada gardu beton.
1.3.2. Manfaat Manfaat yang akan dituju dari penulisan proyek akhir ini ialah :
1. Dapat Mengetahui Suhu yang ideal bagi trafo dan pengaruh pada umur trafo.
2. Dapat Menghitung susut umur trafo.
3. Dapat Memasang Exhaust fan guna menjaga suhu disekitar tersirkulasi
dengan baik.
1.4. Sistematika Penulisan Penulisan proyek akhir ini berdasarkan sistematika penulisan yang terdiri
atas beberapa BAB yang saling berkaitan, dimana BAB I (Pendahuluan)
membahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah,ruang lingkup
masalah, rumusan masalah, tujuan proyek akhir, manfaat proyek akhir dan
15
sistematika penulisan , BAB II (Landasan Teori) membahas mengenai teori teori
yang menjadi dasar dari proyek akhir ini , pembahasan mengenai Transformator
, Uji kenaikan suhu dan pembebanan dan sistem isolasi pada Transformator.
BAB III membahas tentang Analisa kebutuhan, Perancangan Penelitian dan
Teknis Analisis pada Proyek akhir. BAB IV (Hasil dan Pembahasan) menjelaskan
tentang cara mengatasi masalah yang disebutkan dalam rumusan masalah. BAB
V merupakan bagian penutup yang berisikan simpulan akhir yang berhubungan
dengan isi penulisan proyek akhir ini.
16
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka Untuk membantu pembuatan Proyek Akhir ini, dibutuhkan adanya
beberapa referensi yang dapat menjadi acuan penulis dalam melakukan
penelitian.
1. (Widodo, Ridho 2018) melakukan penelitian dengan judul “Analisa
Optimalisasi Ambient Trafo pada jalur Distribusi CHF 3 PT. Bukit Asam
(Persero) tbk” yang memaparkan tentang Penempatan kapasitor bank yang
sesuai dengan menggunakan ETAP.
2.2. Teori Pendukung 2.2.1. Transformator
Transformator merupakan peralatan mesin listrik statis yang bekerja
berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik, yang dapat mentransformasikan
energi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah ataupun sebaliknya,
dimana perbandingan tegangan antara sisi primer dan sisi sekunder berbanding
lurus dengan perbandingan jumlah lilitan dan berbanding terbalik dengan
perbandingan arusnya dengan nilai frekuensi yang sama besar.
Pada sistem distribusi, transformator digunakan untuk menurunkan
tegangan penyaluran 20 kV ke tegangan pelayanan 400/220 V. Pada fungsi
tersebut, transformator dapat berupa transformator satu fase (Gambar 2.1) yang
secara umum memiliki kapasitas ≤ 160 kVA dengan hubungan vektor Yzn5,
sedangkan tiga fase (Gambar 2.2) memiliki kapasitas > 160 KVA memiliki
hubungan vektor Dyn5 (berdasarkan SPLN 50 tahun 1982 dan 1997, serta SPLN
D3.002-1 : 2007).
Gambar 2.1 Trafo satu fase
17
Gambar 2.2 Trafo tiga fase
Pada dasarnya transformator memiliki prinsip kerja yang sama.
Transformator dapat dibagi menjadi beberapa macam, tergantung dari fungsi dan
lokasinya.
2.2.2. Berdasarkan Fungsi / Pemakaian 1. Transformator Daya
Transformator daya digunakan sebagai penyuplai daya. Terdapat dua jenis
fungsi transformator ini berdasarkan sistem penyaluran tenaga listrik, yaitu :
a. Transformator step-up merupakan transformator yang memiliki lilitan
sekunder lebih banyak dari lilitan primer sehingga berfungsi sebagai
penaik tegangan pada saat pengiriman/penyaluran daya.
b. Transformator step-down merupakan transformator yang memiliki lilitan
sekunder lebih sedikit dari lilitan primer sehingga berfungsi sebagai
penurun tegangan pada saat menerima/memerlukan daya.
2. Transformator Distribusi
Transformator distribusi digunakan untuk membagi/ menyalurkan arus atau
energi listrik dengan tegangan distribusi agar jumlah energi yang hilang tidak
terlalu banyak (dari gardu induk ke konsumen). Ciri-ciri trafo distribusi yaitu :
a. Jumlah lilitan primer lebih banyak dari jumlah lilitan sekunder.
b. Tegangan primer lebih besar dari tegangan sekunder.
c. Kuat arus primer lebih kecil dari kuat arus sekunder.
3. Transformator Pengukuran
Transformator ini dugunakan untuk pemasangan alat-alat ukur dan proteksi
pada jaringan tegangan tinggi. transformator pengukuran ini terdiri dari :
18
a. Transformator arus (Current Transformator) berfungsi untuk menurunkan
besarnya arus listrik pada tegangan tinggi menjadi arus listrik yang kecil dan
diperlukan untuk alat ukur dan pengaman.
b. Transformator tegangan (Potensial Transformator) berfungsi untuk
menurunkan besarnya tegangan tinggi menjadi tegangan rendah yang
diperlukan untuk alat ukur dan pengaman/proteksi.
2.2.3. Berdasarkan Lokasi Pemasangan 1. Pemasangan Dalam (Indoor)
Transformator hanya dapat dipasang di dalam ruangan yang aman dan
terlindung dari kondisi cuaca panas, hujan, dan sebagainya.
2. Pemasangan Luar (Outdoor)
Transformator yang dirancang dapat dipasang di luar ruangan, seperti di
switch yard dan tiang portal, namun jenis outdoor ini dapat juga dipasang
dalam ruangan.
2.2.4. Berdasarkan Konstruksi Transformator Konstruksi transformator distribusi dikelompokkan menjadi beberapa bagian
(Gambar 2.3), yaitu :
1. Bagian utama/aktif, terdiri dari inti besi, kumparan transformator, minyak
transformator, bushing, dan tangki konservator.
2. Bagian pasif, terdiri dari sistem pendingin, tap changer, alat pernapasan
(dehydrating breather), dan alat indikator.
3. Sistem insulasi.
4. Terminal.
5. Proteksi gangguan internal.
6. Peralatan proteksi, terdiri dari rele bucholz, pengaman tekanan lebih
(explosive membrane/bursting plate), rele tekanan lebih (sudden pressure
relay), dan rele pengaman tangki.
7. Peralatan tambahan untuk pengaman transformator, terdiri dari rele
differensial, rele arus lebih, rele hubung tanah, rele thermis, dan arrester.
19
Gambar 2.3 Konstruksi transformator.
Keterangan :
1. Inti Besi 9. Bushing Sekunder
2. Klem Inti Besi 10. Tap Changer
3. Belitan Sekunder 11. Breather
4. Belitan Primer 12. Pembatas Tekanan
5. Penyangga Belitan 13. Gelas Penduga
6. Konservator 14. Roda
7. Fin Radiator 15. Kuping Pengangkat
8. Bushing primer
2.2.5. Prinsip Kerja Transformator Transformator adalah suatu alat listrik yang mentransformasikan energi
listrik dengan memberikan tegangan bolak-balik pada belitan primer untuk
membangkitkan medan magnetik. Garis-garis fluks dari medan magnetik
tersebut akan memotong konduktor belitan sekunder dan menginduksikan
tegangan pada terminalnya. Besar tegangan pada kedua terminal, berbanding
lurus terhadap jumlah lilitan masing-masing belitan. Untuk mendapatkan efisiensi
yang lebih tinggi, garis-garis fluks dialirkan melalui inti besi bereluktansi rendah.
Bagian terbesar garis-garis fluks yang dihasilkan akan mengalir melalui
inti besi, namun beberapa diantaranya mengalir di luar inti besi (bocor)
membentuk impedans bocor (leakage impedance; voltage impedance). Bila
belitan sekunder terhubung dengan beban atau pada terminal belitan sekunder
20
terbentuk suatu sirkit tertutup, arus akan mengalir pada konduktor kedua belitan
dan sirkit keluaran.
Apabila transformator diasumsikan sebagai transformator ideal dimana
tidak terjadi rugi-rugi daya pada transformator, daya pada kumparan primer (Np)
sama dengan daya pada kumparan sekunder (Ns). Besar tegangan dan arus
pada kumparan sekunder diatur menggunakan perbandingan banyaknya lilitan
antara kumparan primer dan kumparan sekunder. Namun kenyataannya pada
saat operasi tidak ada transformator yang ideal. Alasannya, pada penyaluran
tenaga listrik terjadi kerugian energi sebesar I² R (Watt.detik). Kerugian ini akan
banyak berkurang apabila tegangan dinaikkan. Hukum yang digunakan pada
prinsip kerja transformator adalah Hukum Lorentz yang berbunyi, “Arus bolak-
balik yang mengalir di suatu kumparan yang mengelilingi inti besi menyebabkan
inti besi itu berubah menjadi magnet (Gambar 2.5a). Apabila magnet tersebut
dikelilingi oleh suatu belitan, kedua ujung belitan tersebut akan terjadi beda
tegangan sehingga akan timbul gaya gerak listrik (GGL)”
Gambar 2.4 prinsip kerja transformator
2.2.6. Uji Kenaikan Suhu Dan Pembebanan Transformator Distribusi Penentuan Suhu Belitan Suhu belitan pada prinsipnya ditentukan dengan
menggunakan metode resistansi. Suhu belitan (∅ ) pada akhir pengujian harus
dihitung dari resistansi yang diukur ( R ) pada suhu tersebut dan resistansinya
yang diukur ( R ) pada beberapa suhu lainnya (∅ ) dengan menggunakan
persamaan (1), (2) dan (3).
Ø2 = 𝑅𝑅1/𝑅𝑅2(235 + Ø1) 235, untuk tembaga (1)
Ø2 = 𝑅𝑅1/𝑅𝑅2(235 + Ø1) − 235, untuk aluminium (2)
21
Jadi ∆𝑡𝑡 = Ø2− 𝑡𝑡2 (3)
Dimana ∅1 : suhu ruang waktu pengukuran R1 (oC), ∅1 : suhu belitan (oC), R1 :
resistansi dalam keadaan dingin (ohm), R2 : resistansi setelah suplai dibuka
(ohm), ∆t: kenaikan suhu belitan (oC), t2 : suhu ruang pada waktu pengukuran
R2 (oC).
Resistansi (R1) adalah resistansi yang saat diukur dalam keadaan dingin
atau pada saat keadaan awal. Resistansi (R2) diukur bersama setelah suplai
dibuka dengan memperhatikan koreksi atau tanpa membuka suplai dengan
menggunakan metode superposisi, yang terdiri dari arus pengukuran searah
yang kecil dialirkan kedalam belitan, disuperposisikan pada arus beban. Suhu
belitan rata–rata dapat ditentukan dengan menggunakan termokopel yang
ditempatkan pada permukaan belitan luar dan batas kenaikan suhu.
Pengukuran Minyak Bagian Atas Suhu minyak bagian atas harus diukur
dengan mempergunakan termometer yang ditempatkan di dalam suatu kantong
termometer berisi minyak pada pipa keluar kearah pendingin, tetapi untuk
pendingin terpisah harus ditempatkan di pipa keluar dekat transformator.
Pengujian harus kontinu sampai persyaratan–persyaratan salah satu metode
dipenuhi. Kenaikan suhu minyak atas dianggap sudah mencapai tunak (steady
state) bila kenaikan suhunya selama empat jam pembacaan berurutan adalah 1
°C/jam. Pengujian diteruskan untuk waktu yang cukup dengan pendinginan
penuh untuk menghindari kesalahan dalam pengukuran kenaikan suhu minyak
akhir.
2.2.7. Sistem Isolasi Transfromator Kegagalan suatu transformator biasanya diakibatkan oleh keburukan dari
sistem isolasinya yang menyebabkan banyaknya efek panas yang terjadi di
dalam transformator. Oleh sebab itu, perlu diketahui atau dipilih kelas isolasi yang
sesuai dengan standar yang berlaku.
Secara umum isolasi pada transformator dibagi menjadi dua bagian, yaitu
isolasi padat dan cair. Isolasi itu sendiri merupakan suatu sifat bahan yang
mampu untuk memisahkan dua buah penghantar atau lebih yang berdekatan,
baik secara elektrik (mencegah kebocoran arus yang terjadi), maupun sebagai
22
pelindung mekanis (melindungi material, magnetik) dari kerusakan yang
diakibatkan oleh pengkaratan, pengoperasian, pengangkutan ketempat
pemasangan maupun pada saat pengujian.
Ketahanan sistem isolasi dalam peralatan listrik banyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti suhu, kekuatan listrik dan mekanik, getaran, kerugian
akibat tekanan atmosfir dan kimia, serta debu dan radiasi. Suhu dalam sistem
peralatan listrik sering kali mempengaruhi faktor-faktor dalam material isolasi dan
sistem isolasi. Tentunya dasar yang dipakai sepenuhnya untuk kelas dan telah
dikenal oleh dunia. Adapun kelas-kelas isolasi dan suhu yang berlaku menurut
standar IEC 354, serta bahan isolasi yang dipergunakan dapat dilihat pada tabel
2.1.
Tabel 2.1 Karakteristik Kelas Isolasi
NO
KELAS
ISOLASI
TEMPERATUR
MAKSIMUM
BAHAN ISOLASI
1
Y
90°C
Unimpregnated cellulose, katun, sutera.
2
A
105°C
Impregnated cellulose, katun atau sutera; kertas minyak
3 E 120°C
Cellulose triacetate
4 B 130°C
Mika, fiber glass, asbes berlapis organik.
5
F
155°C
Sama dengan kelas E dengan lapisan yang cukup
6
H
180°C
Sama dengan kelas E dengan lapisan silicon
7 200 200°C Sama dengan kelas H
8
220
220°C
Mika, porselen, glas-kwarsa dan sejenis material inorganik.
23
9 250 250°C Sama dengan kelas 220
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Analisa Kebutuhan Permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah tingginya
temperatur sekitar (ambient) pada gardu beton yang melebihi standar ambient
desain trafo. Tingginya temperatur ambient ini akan menyebabkan terjadinya
kenaikan hot spot temperature pada trafo, dimana hal ini akan menyebabkan
isolasi trafo mengalami proses thermal ageing. Hal ini dimungkinkan, karena
temperatur sekitar yang tinggi menyebabkan proses sirkulasi panas menjadi
tidak lancar dan akhirnya proses pelepasan panas dari trafo menjadi terhambat.
Akar permasalahan ini disebabkan karena tidak lancarnya sirkulasi antara udara
di dalam dan di luar gardu, sehingga panas di dalam gardu cenderung tetap
bertahan di dalam gardu dan menyebabkan suhu di dalam gardu meningkat.
Dalam bab ini akan dibahas mengenai formulasi dan data pendukung
perhitungan umur ekonomis trafo antara gardu beton yang dipasang exhaust fan
dengan gardu yang tidak dipasang exhaust fan)
1. Wawancara
Metode wawancara ini dilakukan sebagai teknik pengumpulan data awal
yang dilakukan kepada beberapa ahli dalam bidang kelistrikan yang berkaitan
dengan objek penelitian. Dimana proses ini dilakukan mengenai permasalahan
tentang Suhu Ambient Trafo Terhadap Susut Umur Trafo Di PLN UP3 Cempaka
Putih.
2. Observasi Lapangan
Metode ini dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung ke lapangan
tempat melakukan penelitian yang dilakukan di GI Pulo Gadung dan GI
Rawamangun.
3. Pengolahan Data
24
Pada tahap ini menggunakan metode dengan melakukan studi literatur
seputar susut daya dan jatuh tegangan. Kemudian peneliti melakukan
perhitungan dan melakukan analisa terhadap data – data yang telah didapatkan.
25
3.2 Perencanaan Penelitian
Pada tahap ini melakukan proses pengumpulan data untuk melakukan
pengamatan dan analisa terhadap objek penelitian dan juga mengumpulkan
informasi baik teori, rumus-rumus, maupun data teknik dari perpustakaan,
perusahaan, internet, jurnal ilmiah, buku-buku, dan laporan penelitian,, sehingga
mendapatkan data serta informasi yang dibutuhkan. Tahapan ini juga mengambil
data – data yang berkaitan di GI Ciledug dan GI Petukangan. Untuk membantu
dalam penyusunan penelitian ini maka perlu adanya diagram alir (flowchart)
untuk menjelaskan tahapan – tahapan dalam penelitian, berikut adalah diagram
alir nya :
Gambar 3. 1 Diagram Alur Penelitian
Mulai
Pengumpulan Data
Perhitungan dan Analisa
Pemasangan Exhaust Fan
Ambient Temperature ruang Trafo sesuai dengan standard ?
Selesai
26
3.3. Teknik Analisis 3.3.1. Umur Transformator Distribusi
Belitan transformator diinsulasi oleh kertas (craft paper) dan minyak
mineral. Kertas berasal dari wood pulp dengan kandungan selulose sekitar 90%.
Selulose akan mengalami penuaan (agieng), terdegradasi dalam fungsi waktu
dengan tingkat laju penuaan yang ditentukan oleh suhu, konsentrasi air dan
konsentrasi oksigen. Faktor-faktor ini secara simultan akan memutus ikatan
panjang cincin glucose, mereduksi kekuatan mekanikal kertas. Degradasi ini
bersifat permanen, sehingga umur kertas insulasi diidentikan dengan umur
transformator.
Umur transformator merupakan fungsi dari umur sistem insulasinya. Umur
insulasi didefinisikan berakhir bila kekuatan mekanikalnya telah menurun hingga
50% kekuatan awal. Pada batas ini transformator masih dapat beroperasi namun
rentan terhadap berbagai gangguan, meskipun beberapa transformator dengan
sisa kuat tarik lebih rendah dari 50% masih tetap dapat beroperasi. pada 180.000
jam (20,55 tahun) bila transformator dioperasikan pada kapasitas beban penuh
secara berkelanjutan. Sistem insulasi didesain untuk beroperasi pada suhu
belitan rata - rata 65°C dan suhu belitan hottest-spot 80 oC di atas suhu ambien
rata - rata 30°C. Dengan kondisi ini, suhu operasi transformator adalah :
• -65 oC kenaikan suhu rata - rata + 30 oC suhu ambien = 95 oC suhu rata - rata belitan
• 80 oC kenaikan hottest-spot + 30 oC suhu ambien = 110 oC suhu hottest-
spot
Sistem insulasi di atas menggunakan material thermal upgraded paper
yang merupakan hasil improvement dari material generasi sebelumnya yang
mempunyai suhu operasi lebih rendah, yaitu :
• 55 oC kenaikan suhu rata - rata + 30 oC suhu ambien = 85 oC suhu rata -
rata belitan
• 65 oC kenaikan hottest-spot + 30 oC suhu ambien = 95 oC suhu hottest-
spot
Secara operasional, umur transformator akan ditentukan oleh suhu pada
konduktor belitannya yang disebabkan oleh pembebanan pada trafo tersebut.
27
Suhu yang melebihi batas kemampuannya akan mempercepat umur
transformator dan sebaliknya. Kurva umur operasi vs suhu belitan dapat dilihat
pada gambar 3.1 berikut.
Gambar 3.1 kurva umur transformator distribusi VS Suhu Belitan
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa untuk variasi suhu 7 oC dari batas suhu
operasi akan terjadi faktor kelipatan dua. Pada suhu 117 oC, umur transformator
akan berkurang setengahnya akibat penuaan progresif oleh suhu tinggi terhadap
sistem insulasi, sedangkan pada suhu belitan 107 oC umur akan lebih panjang
dua kalinya. Pembebanan yang berlebihan pada transformator (overload), akan
mengakibatkan panas berlebih yang mana akan mempercepat proses oksidasi
pada minyak. Hasil oksidasi inilah sebagai pemicu pengikisan unsur logam
hingga pada akhirnya penurunan kemampuan isolasi yang berujung pada
kerusakan trafo. Selain itu pula, dengan adanya thermal stress yang sangat tinggi
tersebut akan merusak kertas isolasi pada transformator itu sendiri. Gambar 3.2
berikut ini merupakan contoh figur kerusakan isolasi trafo (craft paper) pada suhu
150 oC yang terendam dalam minyak trafo sehingga menimbulkan penurunan
kualitas yang sangat signifikan, yaitu dalam waktu kurang dari 6 bulan, dengan
variasi waktu pada figur penuaan kertas isolasi trafo sebagai berikut :
28
Gambar 3.2 Figur kerusakan isolasi trafo
3.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Susut Umur Transformator Distribusi Selain pembebanan dan suhu tinggi, penuaan pada sistem insulasi dapat
dipercepat oleh kelembaban dan oksidasi. Suhu tinggi, air dan oksigen, secara
simultan akan membentuk siklus berantai melalui tiga proses, oksidasi (pada
minyak dan material selulose), hidrolisis dan pirolisis yang akan mempercepat
kerusakan sistem insulasi. Pada tingkat suhu beban normal, oksidasi dan lembab
cenderung lebih berperan dalam merusak sistem insulasi. Hasil dari siklus ini
adalah peningkatan kadar keasaman (acidity) pada minyak. Berikut merupakan
proses oksidasi, hidrolisis, dan pirolisis (Gambar. 3.3)
. Gambar 3.3 Proses Oksidasi, Hidrolisis dan Pirolisis
Kadar keasaman mempunyai korelasi terhadap pembentukan sludge,
yang keberadaannya akan merusak kemampuan heat transfer minyak. Asam
29
akan membentuk sludge yang menetap pada belitan transformator,
menghasilkan berkurangnya kemampuan minyak dalam mendisipasi panas.
Suhu operasi belitan yang menjadi lebih panas akan membentuk lebih banyak
sludge dan menimbulkan lebih panas lagi. Kadar asam yang semakin tinggi dan
peningkatan suhu operasi belitan akan mempercepat pemburukan kualitas
insulasi minyak.
Penelitian telah membuktikan bahwa kertas yang mengandung kadar air
2% akan mengalami penuaan tiga kali lebih cepat daripada yang berkadar air 1%
dan pada kadar air 3% kecepatan penuaan akan mencapai 30 kali lebih cepat.
Tabel 3.1 Kondisi Transformator
3.3.3. Faktor yang Mempengaruhi Susut Umur Transformator Distribusi Kondisi ambient temperature (suhu dalam gardu) pada gardu beton di
wilayah UP3 Cempaka Putih yang melebihi temperatur maksimal desain trafo
(40°C), hal ini tidak lepas dari kenaikan suhu rata-rata tahunan yang disebabkan
karena efek pemanasan global. Tingginya suhu di dalam gardu ini akan
menyebabkan efek thermal ageing pada trafo berlangsung lebih cepat yang akan
berdampak pada umur ekonomis trafo, dimana setiap kenaikan 6°C pada hot spot
Kondisi 1 Kondisi baik.
Bila salah satu gas nilainya melebihi batasan level harus diinvestigasi
dengan cepat.
Kondisi 2 Komposisi gas sudah melebihi batas normal.
Bila salah satu gas nilainya melebihi batasan level harus
diinvestigasi dengan cepat. Lakukan tindakan untuk
mendapatkan trend. Gangguan mungkin hadir. Kondisi 3 Pemburukan tingkat tinggi.
Bila salah satu gas nilainya melebihi batasan level harus
diinvestigasi dengan cepat. Lakukan tindakan untuk
mendapatkan trend. Gangguan kemungkinan besar hadir. Kondisi 4 Pemburukan yang sangat tinggi.
Melanjutkan operasi transformator dapat mengarah pada kerusakan
transformator.
30
temperature akan menyebabkan umur trafo berkurang menjadi setengahnya
(IEC Publication 354-1972). Kenaikan suhu operasi yang diakibatkan kenaikan
ambient temperature ini yang menyebabkan umur ekonomis trafo tidak sesuai
dengan life expectancy, yaitu sekitar 40 tahun. Ini terlihat pada kondisi di
lapangan dimana trafo harus mengalami revisi ataupun penggantian dengan
trafo yang baru sebelum berumur 30 tahun, yang disebabkan karena kerusakan
isolasi trafo.
3.3.3.1. Thermal Agieng Kekuatan isolasi dan umur ekonomis dari transformator pada dasarnya
dipengaruhi oleh kekuatan mekanis dari isolasi pada proses normal ageing. Pada
keadaan pembebanan yang normal, secara teoritis umur dari isolasi trafo
terhadap tekanan mekanis dapat mencapai 100 tahun. Akan tetapi pada
kenyataannya umur trafo dilapangan hanya sekitar 30-50 tahun, bahkan banyak
trafo yang mengalami kerusakan sebelum umur 30 tahun, hal ini disebabkan
karena proses degradasi pada aksesoris trafo yang antara lain terjadi pada tanki,
bushing, dan katup. Proses degradasi ini disebabkan karena proses thermal
ageing, dimana suhu yang terlampau tinggi dapat menyebabkan isolasi kertas
pada trafo mengalami proses degradasi termal, sehingga pada saat terjadi
gangguan (through fault) isolasi kertas akan kehilangan kekuatan menahan
tekanan mekanis yang menyebabkan belitan mengalami pergeseran. Hal inilah
yang menyebabkan kekuatan dielektris mengalami laju penurunan dengan cepat.
Beberapa pernyataan mengenai proses thermal ageing diantaranya adalah:
1. Pada temperatur hot spot antara (80-140) °C, maka setiap kenaikan 6°C, umur
trafo akan berkurang setengahnya (IEC Publication 354 1972- Loading Guide for Oil-Immersed Transformer, CIGRE Transformer Working Group-1961).
2. Proses ageing pada selulosa merupakan proses kimia, dimana panas, air, dan
oksigen adalah katalis (zat yang mempercepat reaksi).
3. Selain menyebabkan efek thermal ageing, suhu yang tinggi juga dapat
menyebabkan tekanan yang tinggi pada internal tank, sehingga dapat
memacu pecahnya tank/kendornya baut pada bodi trafo sehingga
menyebabkan kebocoran minyak trafo.
31
4. Temperatur yang tinggi pada hot spot dapat menyebabkan timbulnya
gelembung-gelembung bebas yang menyebabkan turunnya kekuatan
dielektrik minyak trafo.
3.3.3.2. Hot Spot Temperature
Hot Spot Temperature merupakan titik pada kumparan transformator yang
memiliki suhu terpanas yang mana titik terpanas ini selalu mendapatkan
perhatian yang paling besar dibandingkan bagian lainnya, karena pada titik ini
merupakan tempat terjadinya degradasi termal. Peristiwa ini dipengaruhi oleh
beberapa hal diantaranya adalah:
1. Kenaikan suhu minyak(Δθ b) berdasarkan SPLN D3 002-1 2007 bahwa kenaikan suhu maksimal minyak
adalah 50°C
2. Kenaikan suhu belitan(Δθ c)
berdasarkan SPLN D3 002-1 2007 bahwa kenaikan suhu maksimal belitan
adalah 55°C
3. Suhu minyak rata-rata (θbr) Suhu minyak rata-rata** = (0,8 x kenaikan maksimal suhu minyak)
**(IEC Standard 60076-2 1993) 4. Suhu temperatur sekitar/ambient (θa)
secara desain transformator dirancang pada suhu operasi sekitar 30°C, dan
temperatur sekitar(ambient) tidak boleh melebihi 40°C (SPLN D3 002-1 2007). 5. Hot spot temperature menurut SPLN D3-002 1 2007 dan IEC Publication 76-
1967 (Loading Guide for Oil-Immersed Transformer) ditetapkan bahwa
suhu titik panas adalah sebesar 98°C.
Dimana berlaku persamaan :
θc = θa + Δθb + Δθc................................................... . (3.1)
Keterangan :
𝛥𝛥𝜃𝜃𝑐𝑐 = Hot Spot Temperature
𝛥𝛥𝜃𝜃𝑎𝑎 = Ambient Temperature
𝛥𝛥𝜃𝜃𝑏𝑏 = Kenaikan Suhu Maksimal Minyak Trafo
𝛥𝛥𝜃𝜃𝑤𝑤0 = Selisih Suhu Maksimal Belitan dan Suhu Rata-rata Minyak
32
3.3.3.3. Asumsi Diagram Thermal Kenaikan temperatur dapat diasumsikan dengan diagram thermal
sederhana seperti ditunjukkan gambar 3.2. Kenaikkan temperatur top oil yang
diukur selama pengujian kenaikkan temperatur berbeda dengan minyak yang
meninggalkan kumparan. Minyak pada top oil adalah campuran sebagian dari
minyak yang bersirkukasi pada sepanjang kumparan. Tetapi perbedaan ini tidak
dipertimbangkan dengan cukup signifikan untuk memvalidasi metode. Metode ini
disederhanakan sebagai asumsi yang telah dibuat sebagai berikut:
1. Temperatur minyak bertambah secara linear sesuai kumparan
2. Kenaikkan temperatur rata-rata minyak adalah sama untuk semua kumparan
dari kolom yang sama.
3. Perbedaan temperatur antara minyak pada puncak kumparan (asumsinya
sepadan dengan yang di puncak) dan minyak yang berada di dasar kumparan
(asumsinya sepadan dengan yang di pendingin) adalah sama untuk semua
bagian kumparan.
4. Kenaikkan temperatur rata-rata dari tembaga pada setiap posisi diatas
kumparan meningkat secara linear sejalan kenaikkan temperature minyak
yang mempunyai selisih konstan wo antara dua garis lurus (Δwo adalah selisih antara kenaikkan temperatur rata-rata tahanan dan kenaikkan temperatur
rata-rata minyak).
5. Kenaikkan temperatur rata-rata puncak kumparan adalah kenaikkan
temperatur rata-rata minyak ditambah Δwo.
6. Kenaikkan temperatur hot spot adalah lebih tinggi dibanding kenaikkan
temperatur rata-rata puncak kumparan. Untuk menghitung perbedaan antara
33
kedua kenaikkan temperatur ini, nilai Δwo diasumsikan 0,1 untuk sirkulasi
minyak secara alami. Sehingga kenaikkan temperatur hot spot adalah
sepadan dengan kenaikkan temperatur top oil ditambah 1,1 Δwo
.
Gambar 3.4 Diagram Termal Transformator (Standar IEC 354-1972 Loading
Guide for Oil-Immersed Transformer)
3.3.3.4. Nilai Relatif dari Umur Pemakaian Hubungan Montsinger sekarang telah dapat digunakan untuk menentukan
nilai relative dari umur pemakaian pada temperatur hot spot (θc) dibandingkan
umur pemakaian pada temperatur hot spot normal (θcr). Berdasarkan
hubungan Montsinger yang dijadikan sebagai standar publikasi IEC 354-1972
dan CIGRE Transformer Working Group, bahwa setiap kenaikan 6°C, maka umur
ekonomis trafo berkurang menjadi setengahnya (berlaku untuk hot spot
temperature 80°C-140°C). Hubungan Montsinger dapat dirumuskan sebagai
berikut:
𝑉𝑉 = Laju thermal ageing pada temperatur θcLaju thermal ageing pada temperatur θcr
…………………………………………….(3.2)
𝑉𝑉 = 2(θc−θcr)/6 = 𝑒𝑒0,693(θc−θcr) ...................................................................(3.3)
Dengan memasukkan nilai 𝜃𝜃𝑐𝑐𝑐𝑐 sebesar 98°C kedalam persamaan 3.2, maka
diperoleh persamaan laju pemakain relatif dalam bentuk logaritmis yaitu: 𝑉𝑉 = 10(θc−98)/19,93
.................................................................................(3.4)
Keterangan: 𝜃𝜃𝑐𝑐 : temperatur hot spot riil (sesuai kondisi pemakaian di lapangan).
𝜃𝜃𝑐𝑐𝑐𝑐 : temperatur hot spot standar, yaitu sebesar 98°C (mengacu pada standar IEC Publication 76-1967 dan SPLN D3 002-1 2007).
34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 4.1.1. Ambient Temperatur pada Gardu Beton Tanpa Exhaust Fan
Pada Studi mengenai analisis pengkondisian ambient Temperature pada
gardu beton terhadap susut umur trafo Khususnya pada gardu beton untuk
mengetahui tingkat perbedaan suhu antara gardu beton yang dipasang exhaust
fan dengan gardu yang tidak dipasang exhaust fan pengukuran suhu didalam
gardu beton ini dilakukan dengan pengukuran suhu dengan menggunakan gardu
beton saat di inspeksi. Dari data ambient temperatur yang diperoleh bisa
didapatkan besarnya suhu hot-spot didalam trafo dan nilai relatif umur trafo
dengan persamaan 3.1 dan 3.4.
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Laju Umur Relatif pada Gardu Beton yang Belum
Dipasang Exhaust Fan (wilayah UP3 PLN Cempaka Putih)
Pada gardu RM 180 yang dioperasikan dalam 1 hari (24 jam) dengan asumsi
ambient temperature (𝜃𝜃𝑎𝑎) konstan sebesar 41 0C adalah sebagai berikut :
𝜃𝜃𝑐𝑐 = 𝜃𝜃𝑎𝑎 + 𝜃𝜃𝑏𝑏 + 𝜃𝜃𝑤𝑤𝑤𝑤
𝜃𝜃𝑐𝑐 = 41 + 50 + (55 − 40)𝑥𝑥1,1
𝜃𝜃𝑐𝑐 = 107,5 0𝐶𝐶
Setelah diperoleh nilai hot spot temperature, dapat diperhitungkan nilai relatif
umur trafo dengan menggunakan persamaan 3.4, sebagaimana perhitungan
dibawah untuk gardu RM 180 yang dioperasikan 1 hari (24 jam) :
𝑉𝑉 = 10(θc−98)/19,93
𝑉𝑉 = 10(107,5−98)/19,93
𝑉𝑉 = 3 𝑝𝑝.𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟
No Nama Gardu
Ambient Temperature
(0C)
Hot Spot Temperature
(0C)
Nilai Umur Relatif
(p.u/hari) 1 RM 180 41 107,5 3
35
Maka besarnya nilai umur relatif trafo dalam 1 hari (24 jam) sebesar :
𝑉𝑉 = 3 𝑝𝑝.𝑢𝑢
ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟𝑥𝑥 24 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗
= 72 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟
Nilai Relatif Umur trafo sebesar 3 𝑝𝑝.𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟 artinya dalam 1 hari atau 24 jam
operasi sama dengan trafo beroperasi selama 72 jam operasi sebagaimana hasil
perhitungan pada 4.1 di atas pada gardu RM 180 saat belum di pasang exhaust
fan.
Pengukuran dilakukan sebelum di pasang exhaust fan dengan konidisi
temperatur udara luar 330C. Dari Tabel diatas ambient temperatur pada gardu
RM 180 menunjukan suhu yang sangat tinggi dan melebihi toleransi yang telah
diatur SPLN D3 002-1 2007 bahwa trafo 3 fasa beroperasi pada 30°C dengan
toleransi ambient temperature tidak boleh melebihi 40°C.
Selain itu dari tabel diatas menunjukan nilai yang diatas ambang wajar
standar hotspot temperatur yakni diatur SPLN D3 002-1 2007 Dengan panas
hotspot 90°C. Hal ini terlihat pada contoh gardu RM 180 yang memiliki ambient
temperatur 41°C dan nilai hotspot 107,5 °C dengan nilai umur relatif 3 𝑝𝑝.𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟.
Secara praktis Trafo memiliki umur 30-50 tahun dan merujuk pada SPLN D3
002- 1 2007 umur ekonomis trafo pada kondisi normal yakni ambient dan hotspot
sebesar 30°C dan 98°C. Adalah 40 tahun. Pada kenyataannya ,karena trafo
beroperasi dengan suhu yang terus diatas rata- rata terjadi penurunan nilai umur
relatif (susut umur). Umur Ekonomis Trafo (N0) yang digunakan sesuai dengan
SPLN D3 002-1 2007 yaitu 40 tahun operasi, dalam artian trafo beroperasi dalam
1 hari murni selama 24 jam atau V1 = 1 p.u/hari. Perhitungan kondisi gardu RM
180 pada tabel 4.1 untuk gardu dengan ambient temperature (𝜃𝜃𝜃𝜃a) sebesar 41°C
maka diperoleh nilai umur relatif (V2) sebesar 3 𝑝𝑝. 𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟, untuk perhitungan
umur ekonomis trafo yang berada pada kondisi gardu seperti dimaksud dimana
diketahui :
(𝜃𝜃𝑎𝑎) = 360C
𝑉𝑉2 = 2 p.u/hari = 48 jam/hari = 17520 jam/tahun
36
𝑉𝑉1 = 1 p.u/hari = 24 jam/hari = 8760 jam/tahun
𝑁𝑁1 = 40 tahun
4.1.2. Ambient Temperature pada Gardu Beton yang Dipasang Exhaust Fan Pada gardu gardu di wailayah PLN UP3 Cempaka Putih sudah banyak juga
Gardu beton yang memakai exhaust fan untuk meminimalisir panas pada bagian
dalam gardu dan membuang udara panas keluar( membuat sirkulasi yang lebih
baik) dengan contoh gardu RM 7 dengan asumsi ambient temperatur sebesar
340C. Yang dioperasikan selama 24 jam dengan asumsi ambient temperature
(θa) konstan sebesar 34 0C adalah sebagai berikut :
𝜃𝜃𝑐𝑐 = 𝜃𝜃𝑎𝑎 + 𝜃𝜃𝑏𝑏 + 𝜃𝜃𝑤𝑤𝑤𝑤
𝜃𝜃𝑐𝑐 = 34 + 50 + (55 − 40) 𝑥𝑥 1,1
𝜃𝜃𝑐𝑐 = 100.5 𝑤𝑤𝐶𝐶
Setelah diperoleh nilai hot spot temperature, dapat diperhitungkan nilai
relatif umur trafo dengan 3.4 Sebagaimana Perhitungan dibawah untuk gardu
PG 278 dioperasikan 24 jam.
𝑉𝑉 = 10(θc−98)/19,93
𝑉𝑉 = 10(105,5−98)/19,93
𝑉𝑉 = 1,33 𝑝𝑝.𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟
Maka besarnya nilai umur relatif trafo dalam 1 hari (24 jam) s
𝑉𝑉 = 1.33 𝑝𝑝.𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟 𝑥𝑥 24 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗 = 32 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟
37
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Laju Umur Relatif pada Gardu Beton yang
Sudah Dipasang Exhaust Fan
No Nama Gardu Ambient
Temperature (0C)
Hot Spot Temperature
(0C)
Nilai Umur Relatif
(p.u/hari)
1 RM 7 34 100,5 1,33
Dengan membandingkan Tabel 4.1 dan 4.2 diatas terlihat bahwa pada gardu
beton yang telah dipasang exhaust fan mempunyai ambient temperature dan
nilai susut umur yang lebih rendah dibandingkan gardu yang belum dipasangkan
exhaust fan dan dapat dipastikan umur trafo yang sudah dipasang exhaust
memiliki umur yang lebih panjang dengan range 36 tahun.
4.1.3. Data Gardu Beton yang dipasang exhaust fan dan yang belum dipasang exhaust fan
Tabel 4.3 gardu yang sudah dipasang exhaust fan
1. Trafo merek Trafindo dengan kapasitas 630 KVA.
2. Trafo Memiliki Beban puncak bulan februari 65%.
3. Luas Gardu 7 x 4 m2.
4. Dengan masa Pemakaian 10 tahun.
5. Jumlah Exhaust Fan adalah 0 unit.
6. Jumlah Ventilasi adalah 4 lubang.
Tabel 4.4 gardu yang belum di pasang Exhaust Fan
1. Trafo merek Trafindo dengan kapasitas 630 KVA.
2. Trafo Memiliki Beban puncak bulan februari 60%.
3. Luas Gardu 7 x 4 m2.
4. Dengan masa Pemakaian 12 tahun.
5. Jumlah Exhaust Fan adalah 1 unit.
6. Jumlah Ventilasi adalah 4 lubang.
38
Tabel 4.5 Perbandingan Gardu Beton yang sudah dipasang Exhaust Fan dan
belum dipasang Exhaust Fan
No Aspek Dengan
Exhaust Fan
Tanpa
Exhaust Fan
Persen
Deviasi (%) 1 Ambeient Temperatur rata-rata
(0C) 34 40 18,34
2 Hot Spot Temperatur rata-rata
(0C) 100,5 106,5 6,5
3 Nilai Umur Relatif rata-rata 1,31 2,67 103,8
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat diperoleh beberapa informasi tentang benefit
pemasangan exhaust fan pada gardu beton, keuntungan yang paling jelas
terlihat pada pemasangan exhaust fan adalah suhu rata-rata di dalam gardu yang
lebih rendah sehingga nilai umur relatifnya juga lebih kecil, dengan perbedaan
sebesar 103.8% dibanding gardu beton tanpa exhaust fan.
4.1.4. Analisis Benefit Pengkondisian Ambient Temperature pada Gardu Beton Dengan Pemasangan Exhaust Fan
Pada analisis benefit pengkondisian ambient temperatura dengan
pemasangan exhaust fan ini digunakan studi kasus perbandingan kondisi
temperatur didalam gardu RM 7 sebelum dan sesudah exhaust fan, dengan
perbandingan kondisi sebagai berikut:
Tabel 4.6 perbandingan ambient temperatur sebelum dan sesudah
pemasangan exhaust fan.
Nama
Gardu
Jam
Operasi
Durasi
Operasi
Temperatur ambient ( 0C )
Sebelum
Pemasangan
Exhaust fan
Sesudah
pemasangan
xhaust Fan
39
RM7 10.00-20.00 10 Jam 40 33.5
20.00-10.00 14 Jam 34 30
Selanjutnya akan dihitung besarnya selisih umur ekonomis trafo 2
kondisi tersebut, yaitu sebelum dan sesudah pemasangan exhaust fan
sebagai berikut :
1. Sebelum Pemasangan Exhaust Fan.
Temperatur hot spot pada masing-masing waktu dapat dihitung dengan
persamaan 3.1 (dengan nilai kenaikan suhu belitan, kenaikan suhu atas minyak
masing-masing adalah: 550C dan 500C).
a. 10.00-20.00 (10 Jam Operasi) dengan ambient temperature 400C
𝜃𝜃𝑐𝑐 = 𝜃𝜃𝑎𝑎 + 𝜃𝜃𝑏𝑏 + 𝜃𝜃𝑤𝑤𝑤𝑤
𝜃𝜃𝑐𝑐 = 40 + 50 + (55 − 40) 𝑥𝑥 1,1
𝜃𝜃𝑐𝑐 = 106.5 𝑤𝑤𝐶𝐶
maka nilai relatif umur trafo yang dioperasikan per jam :
𝑉𝑉1 = 10(θc−98)/19,93
𝑉𝑉1 = 10(106,5−98)/19,93
𝑉𝑉1 = 2,67 𝑝𝑝.𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟
𝑉𝑉1 = 2,67 𝑝𝑝. 𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟 ∶ 24 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟
𝑉𝑉1 = 0,11 𝑝𝑝.𝑢𝑢/𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗
b. 20.00-10.00 (14 Jam Operasi) dengan ambient temperature 340C
𝜃𝜃𝑐𝑐 = 𝜃𝜃𝑎𝑎 + 𝜃𝜃𝑏𝑏 + 𝜃𝜃𝑤𝑤𝑤𝑤
40
𝜃𝜃𝑐𝑐 = 34 + 50 + (55 − 40) 𝑥𝑥 1,1
𝜃𝜃𝑐𝑐 = 96.5 𝑤𝑤𝐶𝐶
Maka nilai relatif umur trafo yang dioperasikan per jam :
𝑉𝑉2 = 10(θc−98)/19,93
𝑉𝑉2 = 10(106,5−98)/19,93
𝑉𝑉2 = 0,84 𝑝𝑝.𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟 ∶ 24 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟
𝑉𝑉2 = 0,035 𝑝𝑝. 𝑢𝑢/𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗
Sehingga besarnya nilai umur relatif trafo dalam 1 hari (24 jam) sebesar :
𝑉𝑉 = ( 𝑉𝑉1 𝑥𝑥 10 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗) + (𝑉𝑉2 𝑥𝑥 14 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗
𝑉𝑉 = ((0.11𝑝𝑝. 𝑢𝑢/𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗 𝑥𝑥 10 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗) + (0.06 𝑝𝑝. 𝑢𝑢/𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗 𝑥𝑥 14 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗)) 𝑝𝑝.𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟
𝑉𝑉 = (1.1 + 0.84) 𝑝𝑝.𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟
𝑉𝑉 = 1,94 𝑝𝑝.𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟
𝑉𝑉 = 1,94 𝑝𝑝.𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟 𝑥𝑥 24 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗 = 46,56 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟
Sama dengan 16994,4 jam/tahun (estimasi 1 tahun = 365 hari) , Selanjutnya
Dengan merujuk pada Standar PLN D3 002-1 2007 yaitu 40 tahun operasi (trafo
beroperasi dalam 1 hari murni selama 24 jam atau 𝑉𝑉 = 1 𝑝𝑝.𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟) umur
ekonomis trafo dapat dihitung sebagai berikut :
𝑁𝑁2 =(𝑉𝑉1 −𝑁𝑁1)
𝑉𝑉2
𝑁𝑁2 =�8760 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗
𝑡𝑡𝑎𝑎ℎ𝑢𝑢𝑢𝑢 − 40 𝑡𝑡𝑎𝑎ℎ𝑢𝑢𝑢𝑢�
16994,4 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗/𝑡𝑡𝑎𝑎ℎ𝑢𝑢𝑢𝑢
𝑁𝑁2 = 20,6 𝑡𝑡𝑎𝑎ℎ𝑢𝑢𝑢𝑢
41
Dengan menggunakan hubungan Montsinger didapatkan bahwa umur
ekonomis trafo pada kondisi belum dipasang exhaust fan adalah 20,6 tahun
dengan susut umur ekonomis sebesar 19,4 tahun jika dibandingkan dengan
Standar PLN D3 002-1 2007 yaitu 40 tahun operasi (trafo beroperasi dalam 1
hari murni selama 24 jam atau 𝑉𝑉 = 1 𝑝𝑝. 𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟).
2. Sesudah Pemasangan Exhaust Fan.
Temperatur hot spot pada masing-masing waktu dapat dihitung dengan
persamaan 3.1 (dengan nilai kenaikan suhu belitan, kenaikan suhu atas minyak
masing-masing adalah: 550C dan 500C).
a. 10.00-20.00 (10 Jam Operasi) dengan ambient temperature 400C
𝜃𝜃𝑐𝑐 = 𝜃𝜃𝑎𝑎 + 𝜃𝜃𝑏𝑏 + 𝜃𝜃𝑤𝑤𝑤𝑤
𝜃𝜃𝑐𝑐 = 34 + 50 + (55 − 40) 𝑥𝑥 1,1
𝜃𝜃𝑐𝑐 = 100.5 𝑤𝑤𝐶𝐶
maka nilai relatif umur trafo yang dioperasikan per jam :
𝑉𝑉1 = 10(θc−98)/19,93
𝑉𝑉1 = 10(106,5−98)/19,93
𝑉𝑉1 = 1,33 𝑝𝑝.𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟
𝑉𝑉1 = 1,33 𝑝𝑝. 𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟 ∶ 24 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟
𝑉𝑉1 = 0,06 𝑝𝑝.𝑢𝑢/𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗
b. 20.00-10.00 (14 Jam Operasi) dengan ambient temperature 340C
𝜃𝜃𝑐𝑐 = 𝜃𝜃𝑎𝑎 + 𝜃𝜃𝑏𝑏 + 𝜃𝜃𝑤𝑤𝑤𝑤
𝜃𝜃𝑐𝑐 = 30 + 50 + (55 − 40) 𝑥𝑥 1,1
42
𝜃𝜃𝑐𝑐 = 96,5 𝑤𝑤𝐶𝐶
Maka nilai relatif umur trafo yang dioperasikan per jam :
𝑉𝑉2 = 10(θc−98)/19,93
𝑉𝑉2 = 10(106,5−98)/19,93
𝑉𝑉2 = 0,84 𝑝𝑝.𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟 ∶ 24 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟
𝑉𝑉2 = 0,035 𝑝𝑝. 𝑢𝑢/𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗
Sehingga besarnya nilai umur relatif trafo dalam 1 hari (24 jam) sebesar :
𝑉𝑉 = ( 𝑉𝑉1 𝑥𝑥 10 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗) + (𝑉𝑉2 𝑥𝑥 14 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗
𝑉𝑉 = ((0,06𝑝𝑝. 𝑢𝑢/𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗 𝑥𝑥 10 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗) + (0,035 𝑝𝑝.𝑢𝑢/𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗 𝑥𝑥 14 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗)) 𝑝𝑝.𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟
𝑉𝑉 = (0,6 + 0,49) 𝑝𝑝.𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟
𝑉𝑉 = 1,09 𝑝𝑝.𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟
𝑉𝑉 = 1,09 𝑝𝑝.𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟 𝑥𝑥 24 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗 = 26,16 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟
Sama dengan 16994,4 jam/tahun (estimasi 1 tahun = 365 hari) , Selanjutnya
Dengan merujuk pada Standar PLN D3 002-1 2007 yaitu 40 tahun operasi (trafo
beroperasi dalam 1 hari murni selama 24 jam atau 𝑉𝑉 = 1 𝑝𝑝.𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟) umur
ekonomis trafo dapat dihitung sebagai berikut :
𝑁𝑁2 =(𝑉𝑉1 −𝑁𝑁1)
𝑉𝑉2
𝑁𝑁2 =�8760 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗
𝑡𝑡𝑎𝑎ℎ𝑢𝑢𝑢𝑢 − 40 𝑡𝑡𝑎𝑎ℎ𝑢𝑢𝑢𝑢�
9548,4 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗/𝑡𝑡𝑎𝑎ℎ𝑢𝑢𝑢𝑢
𝑁𝑁2 = 36,6 𝑡𝑡𝑎𝑎ℎ𝑢𝑢𝑢𝑢
43
Dengan menggunakan hubungan Montsinger didapatkan bahwa umur
ekonomis trafo pada kondisi belum dipasang exhaust fan adalah 20,6 tahun
dengan susut umur ekonomis sebesar 19,4 tahun jika dibandingkan dengan
Standar PLN D3 002-1 2007 yaitu 40 tahun operasi (trafo beroperasi dalam 1
hari murni selama 24 jam atau 𝑉𝑉 = 1 𝑝𝑝. 𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟).
Dengan demikian apabila dibandingkan selisih umur ekonomis trafo antara
gardu beton yang dipasang exhaust fan dengan gardu yang tidak dipasang
exhaust fan adalah 15 tahun atau dengan kata lain terjadi deviasi sebesar 40,98
%.
4.1.5. Cara Pemasangan Exhaust Fan pada Gardu Beton
1. Di dalam pemasangan exhaust fan kita perlu memperhatikan beberapa hal,
yaitu: Exhaust fan dipasang pada level yang tinggi pada gardu (bagian atas).
2. Intake Grill ventilasi dibuat pada level yang rendah pada gardu yang
berseberangan dengan posisi Exhaust Fan.
3. Pastikan aliran udara melintasi trafo yang akan didinginkan.
4. Pasang pengahalang seperti kawat strimin pada bagian luar exhaust fan dan
intake grill ventilasi dengan tujuan agar terhindar dari binatang yang masuk ke
dalam gardu (contoh: tikus, burung, ular).
4.2. Pembahasan Diketahui Gardu beton (RM 180) yang belum dipasang Exhaust Fan memiliki
suhu ambient 410C didapat nilai susut umurnya yakni 1,33 𝑝𝑝.𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟, yang berarti
suatu trafo dipaksa bekerja seperti 72 jam /hari. Dan didapat pada gardu beton
(RM7) yang sudah dipasangkan Exhaust Fan memiliki suhu ambient 340C
1,33 𝑝𝑝. 𝑢𝑢/ℎ𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟 atau bisa dianggap bahwa trafo bekerja dengan normal. Dapat
terlihat dari Tabel 4.3 dimana pengaruh Exhaust Fan dari gardu yang dipasang
dan tidak dipasang dapat mereduksi suhu panas didalam gardu sekitar 60C. Dan
memungkinkan apabila jumlah Exhaust Fan yang dipasang lebih banyak akan
dapat lebih mereduksi suhu lebih baik. Dengan demikian idealnya suatu gardu
beton untuk mencapai suatu suhu ambient yang ideal memerlukan sirkulasi
44
udara yang baik dengan cara memasang Exhaust Fan dan juga ventilasi udara.
45
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan Berdasarkan dengan pembahasan diatas dengan judul mengenai
Pengaruh suhu ambient temperature terhadap susut umur trafo dipln UP3
Cempaka putih. Dapat ditarik beberapa hal yaitu :
1. Setiap Kenaikan 6°C ambient temperature pada bagian dalam gardu dapat
menurunkan umur trafo sebesar 50% dari umur standarnya.
2. Pengkondisian ambient temperature trafo pada ruang trafo di temperature
40°C dapat mengoptimalisasi umur trafo hingga 40 tahun operasi.
3. Pengkondisian ambient temperature ruang trafo dapat dilakukan dengan
pemasangan exhaust fan.
4. Pemasangan exhaust fan diletakan dibagian atas ruang trafo dan bagian
intake grill ditaruh bersebrangan dengan exhaust fan agar terciptanya
sirkulasi didalam gardu yang lebih optimal.
5.2. Saran Setelah dilakukan analisa dapat diusulkan beberapa saran untuk mengatasi
dan mempermudah penyelesaian masalah, sebagai berikut :
1. Pengkondisian exhaust fan sebagai alat pembantu untuk mendinginkan
udara bagian dalam gardu yang ternyata sangat penting untuk nilai umur
trafo.diharapkan seluruh gardu beton memiliki exhaust fan dan intake grill.
2. Trafo–trafo yang melebihi batas usianya lebih baik di ganti karna
berbahaya dan menghindari ledakan akibat kegagalan isolasi pada trafo
46
DAFTAR PUSTAKA
1. Kadir, Abdul, Transformator, Jakarta : Pradnya Paramita, 1979.
2. IEC, Loading Guide For Oil Immersed Transformer, IEC 354 Publication,
1991.
3. Standar PLN No : D3.002-1. 2007 tentang Spesifikasi Transformator
Distribusi.Jakarta : PT. PLN (Persero) Kantor Pusat.
4. Zuhal ,Dasar Teknik tenaga listrik dan Elektronika Daya,
Jakarta.PT.Gramedia pustaka Utama, 1995.
47
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Personal NIM : 2017-71-134 Nama : Charisma Brian Ardiansyah Tempat / TanggalLahir : Bekasi, 11 Februari 1999 JenisKelamin : Laki-Laki Status Perkawinan : Belum Kawin Program Studi : DIII Teknologi Listrik Alamat Rumah : Taman Kebalen Indah Blok K2 No.8,Babelan,Bekasi
Utara, Jawa Barat. KodePos : 17610 Telp / Hp : 088213861376
Email : [email protected]
Pendidikan Jenjang Nama Lembaga Jurusan Tahun Lulus
SD SDN Harapan Baru III - 2011
SMP SMPN 3 Kota Bekasi - 2014
SMA SMAN 1 Babelan IPA 2017
Demikianlah daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Jakarta, 15 Maret 2020
Charisma Brian Ardiansyah
48
INSTITUT TEKNOLOGI – PLN LEMBAR BIMBINGAN PROYEK AKHIR
Nama Mahasiswa : Charisma Brian Ardiansyah NIM : 2017-71-134 Program Studi : D-III Teknologi Listrik Jenjang : Diploma Pembimbing Pertama : Novi Gusti Pahiyanti, S.T., M.T.
Judul Proyek Akhir : Kajian Pengaruh Suhu Ambient Trafo Terhadap Susut Umur
Trafo Di PLN UP3 Cempaka Putih.
Tanggal Materi Bimbingan Paraf Bimbingan 20/02/2020 Konsultasi mengenai judul proyek akhir
28/03/2020 Konsultasi mengenai BAB 1
02/04/2020 Konsultasi BAB 2 mengenai tinjauan pustaka
13/04/2020 Konsultasi teori yang terkait
20/04/2020 Konsultasi teori sistem proteksi
02/05/2020 Konsultasi teori relai CCP
08/05/2020 Konsultasi BAB III mengenai perancangan penelitian
20/05/2020 Konsultasi flowchart
23/05/2020 Konsultasi mengenai tata cara penulisan
09/06/2020 Konsultasi mengenai BAB 4 mengenai perhitungan data
18/07/2020 Konsultasi mengenai BAB 5
04/07/2020 Konsultasi mengenai tata cara penulisan referensi daftar pustaka