Transformator/ trafo
-
Author
lukman-nur-candra -
Category
Engineering
-
view
1.491 -
download
12
Embed Size (px)
Transcript of Transformator/ trafo

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Transformator (Trafo)
Transformator atau sering disingkat dengan istilah Trafo adalah suatu alat
listrik yang dapat mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain.
Maksud dari pengubahan taraf tersebut diantaranya seperti menurunkan
Tegangan AC dari 220VAC ke 12 VAC ataupun menaikkan Tegangan dari
110VAC ke 220 VAC. Transformator atau Trafo ini bekerja berdasarkan
prinsip Induksi Elektromagnet dan hanya dapat bekerja pada tegangan yang
berarus bolak balik (AC).Transformator (Trafo) memegang peranan yang
sangat penting dalam pendistribusian tenaga listrik. Transformator menaikan
listrik yang berasal dari pembangkit listrik PLN hingga ratusan kilo Volt
untuk di distribusikan, dan kemudian Transformator lainnya menurunkan
tegangan listrik tersebut ke tegangan yang diperlukan oleh setiap rumah
tangga maupun perkantoran yang pada umumnya menggunakan Tegangan AC
220Volt.
Berikut ini adalah gambar bentuk dan simbol Transformator :
B. Prinsip Kerja Transformator (Trafo)
Sebuah Transformator yang sederhana pada dasarnya terdiri dari 2 lilitan
atau kumparan kawat yang terisolasi yaitu kumparan primer dan kumparan
sekunder. Pada kebanyakan Transformator, kumparan kawat terisolasi ini

dililitkan pada sebuah besi yang dinamakan dengan Inti Besi (Core). Ketika
kumparan primer dialiri arus AC (bolak-balik) maka akan menimbulkan
medan magnet atau fluks magnetik disekitarnya. Kekuatan Medan magnet
(densitas Fluks Magnet) tersebut dipengaruhi oleh besarnya arus listrik yang
dialirinya. Semakin besar arus listriknya semakin besar pula medan
magnetnya. Fluktuasi medan magnet yang terjadi di sekitar kumparan pertama
(primer) akan menginduksi GGL (Gaya Gerak Listrik) dalam kumparan kedua
(sekunder) dan akan terjadi pelimpahan daya dari kumparan primer ke
kumparan sekunder. Dengan demikian, terjadilah pengubahan taraf tegangan
listrik baik dari tegangan rendah menjadi tegangan yang lebih tinggi maupun
dari tegangan tinggi menjadi tegangan yang rendah.
Sedangkan Inti besi pada Transformator atau Trafo pada umumnya adalah
kumpulan lempengan-lempengan besi tipis yang terisolasi dan ditempel
berlapis-lapis dengan kegunaanya untuk mempermudah jalannya Fluks
Magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik kumparan serta untuk mengurangi
suhu panas yang ditimbulkan. Beberapa bentuk lempengan besi yang
membentuk Inti Transformator tersebut diantaranya seperti :
E – I Lamination
E – E Lamination
L – L Lamination
U – I Lamination
Dibawah ini adalah Fluks pada Transformator :

Rasio lilitan pada kumparan sekunder terhadap kumparan primer menentukan
rasio tegangan pada kedua kumparan tersebut. Sebagai contoh, 1 lilitan pada
kumparan primer dan 10 lilitan pada kumparan sekunder akan menghasilkan
tegangan 10 kali lipat dari tegangan input pada kumparan primer. Jenis
Transformator ini biasanya disebut dengan Transformator Step Up.
Sebaliknya, jika terdapat 10 lilitan pada kumparan primer dan 1 lilitan pada
kumparan sekunder, maka tegangan yang dihasilkan oleh Kumparan Sekunder
adalah 1/10 dari tegangan input pada Kumparan Primer. Transformator jenis
ini disebut dengan Transformator Step Down.
C. Cara Kerja Transformator
Cara Kerja Transformator mungkin menjadi sebuah pertanyaan yang
cukup umum bagi orang awam yang kurang menguasai ilmu di bidang
teknologi. Sudah umum untuk diketahui bahwa transformator adalah suatu
perantara atau media untuk menyalurkan tenaga listrik dari tegangan rendah
ke tegangan yang lebih tinggi bisa juga terjadi sebaliknya dan bekerja
berdasarkan prinsip induksi elektromagnet. Transformator diibaratkan sebagai
sebuah jantung dalam transisi tegangan listrik. Penggunaan dari transformator
pun sudah sering kita rasakan dalam berbagai aktivitas sehari-hari yang kita
lakukan. Namun mungkin hanya sebagian diantara kita yang mengerti tentang
cara transformator bekerja. Tidakah kalian tahu bahwa dalam sebuah
transformator terdapat dua hukum yang bekerja yaitu hukum induksi faraday
dan hukum Lorenz dalam menyalurkan daya. Kedua hukum ini bekerja
bersamaan dalam sebuah transformator.

Secara sederhana cara kerja transformator adalah seperti perputaran
tegangan arus bolak balik (AC). Lebih detailnya tentang cara kerja ini
adalah ketika lilitan primer dihubungkan dengan tegangan arus bolak balik
maka menimbulkan perubahan arus listrik pada lilitan primer yang
mempengaruhi medan magnet. Medan magnet yang telah berubah ini
semakin diperkuat dengan adanya inti besi dan inti besi tersebut
menghantarkannya ke lilitan sekunder. Hal ini akan mengakibatkan
timbulnya ggl induksi pada masing-masing ujung lilitan sekunder. Efek
dari peristiwa ini dinamakan induktansi timbal balik (mutual inductance).
Prinsip kerja ini sama dengan induksi elektromagnetik dimana kesamaan
ini adalah terdapat penghubung magnetik diantara sisi primer dan sisi
sekunder.
Seperti yang telah diungkapkan pada paragraf pertama bahwa
terdapat dua prinsip hukum dalam sebuah cara kerja transformator yaitu
hukum induksi faraday dan hukum Lorenz. Dalam hukum induksi faraday
menjelaskan bahwa gaya listrik melalui garis lengkung yang tertutup
berbanding lurus dengan perubahan persatuan waktu dimana arus induksi
dilingkari oleh lengkungan itu. Sedangkan hukum Lorentz menjelaskan
bahwasanya arus bolak balik yang beredar mengelilingi inti besi berakibat
pada berubahnya inti besi tersebut menjadi magnet. Kemudian apabila
magnet tersebut dikelilingi oleh suatu lilitan, maka lilitan tersebut akan
mempunyai perbedaan tegangan pada kedua ujung lilitannya. Dari kedua
hukum ini dapat disimpulkan bahwa baik hukum induksi faraday maupun
hukum Lorenz diterapkan dalam bagaimana transformator bekerja.
D. Jenis dan Fungsi Trafo ( Transformator )
Berkaitan dengan topic yang dikaji yakni kegunaan transformator adalah
alat untuk mengubah tegangan arus bolak balik menjadi lebih tinggi atau
rendah. Transformator terdiri dari pasangan kumparan primer dan sekunder
yang diisolasi (terpisah) secara listrik dan dililitkan pada inti besi lunak. Inti
besi lunak dibuat dari pelat yang berlapis-lapis untuk mengurangi daya yang

hilang karena arus pusar. Kumparan primer dan sekunder dililitkan pada kaki
inti besi yang terpisah. Bagian fluks magnetic bocor tampak bahwa pada
pasangan kumparan terdapat fluks magnetic bocor disisi primer dan sekunder.
Hasil diatas untuk mengurangi fluks magnet bocor pada pasangan
kumparan digunakan pasangan kumparan seperti gambar diatas.
Kumparan sekunder dililitkan pada kaki inti besi yang sama (kaki yang
tengah), dengan lilitan kumparan sekunder terletak diatas lilitan kumparan
primer, ditunjukkan pada fluks magnet bocornya, maka dapat dicermati
pada gambar dibawah ini.
Rumus untuk fluks magnet yang ditimbulkan lilitan primer adalah:
δΦ = Є x δt
Dan untuk rumus GGL induksi yang terjadi dililitan sekunder adalah

Є = N δΦ/δt
Karena kedua kumparan dihubungkan dengan fluks yang sama, maka
δΦ/δt = Vp/Np = Vs/Ns (3)
Dimana dengan menyusun ulang persamaan akan didapat
Vp/Np = Vs/Ns (4)
Sedemikian sehingga
Vp.Ip = Vs.Is (5)
Dengan kata lain, hubungan antara tegangan primer dengan
tegangan sekunder ditentukan oleh perbandingan jumlah lilitan primer
dengan lilitan sekunder.
E. Jenis Transformator
1. Trafo step Up
Transformator Step Up untuk sebagian orang yang mendalami
bidang elektro bukanlah hal baru. Transformator atau biasa disebut dengan
trafo merupakan salah satu komponen penyusun perangkat elektronik yang
membutuhkan listrik sebagai tenaganya. Fungsi digunakannya trafo pada
peralatan tertentu bertujuan sebagai pengendali tegangan untuk mencapai
taraf tertentu. Sebenarnya, trafo ini terdiri dari banyak jenisnya, tidak
hanya terbatas pada trafo jenis step up dan step down. Terdapat pula trafo
jenis lainnya seperti trafo autotransformator, trafo pulsa, trafo tiga fase dan
jenis-jenis lainnya. Tapi, dua trafo yang sangat populer di masyarakat kini
adalah jenis step up dan step down. Dimana keduanya memiliki fungsi
yang berbeda. Pada trasformator jenis step up berfungsi untuk menaikkan
tegangan dari tegangan rendah menuju tegangan tinggi, sedangkan trafo
step down berfungsi untuk menurunkan tegangan dari tinggi menuju
rendah.

Dalam penyusunan dari transformator ini selalu memiliki tiga komponen
utama dengan sifat semikonduktornya. Yakni terdiri dari sejumah lilitan
sekunder dan primer yang melilit sebuat inti yang biasanya terbuat dari besi.
Biasanya, dalam inti besi teesbut terdapat cairan yang mampu mendinginkan
suhu. Pada transformator step up memiliki jumlah kumparan primer lebih
sedikit dibandingkan jumlah kumparan sekundernya. Karena tujuan dari trafo
jenis step up adalah untuk menaikkan tegangan, maka jumlah lilitan sekunder
menjadi lebih banyak agar tegangan yang dihasilkan menjadi lebih tinggi.
Dengan menggunakan jumlah lilitan primer yang lebih sedikit, arus yang
masuk menuju lilitan primer akan diputarkan menuju lilitan sekunder. Dengan
jumlah yang lebih banyak pada sisi sekundernya, arus listrik ini akan keluar
dari lilitan sekunder dengan tegangan yang lebih tinggi. Contoh dari
penggunaan dari trafo step up ini bisa anda temui dalam penggunaan lampu
jenset ketika lampu rumah padam dari pusat PLN. Penggunaan jenset pada
saat padam ini akan menaikkan tegangan yang ada agar tercipta cahaya yang
cukup untuk penerangan.
Selain pada mesin seperti jenset, penggunaan trafo step up juga telah
digunakan dalam berbagai rangkaian elektronika. Dengan mengatahui
bagaimana cara kerja dari transfo jenis step up ini bekerja, tentu akan lebih
memudahkan anda dalam menggunakannya. Tapi, mengetahui fungsi dan ciri-
ciri dari trafo jenis step up yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari juga

tidak salah. Karena dengan memahami cara kerja transformator step up, anda
bisa lebih mengatahui bagaimana suatu perangkat elektronik dapat bekerja dan
berguna untuk manusia.
2. Trafo Step Down
Transformator (Trafo) Step Down dirancang untuk mengurangi
tegangan listrik. Tegangan Primer adalah lebih besar dari tegangan
sekunder. Misalnya untuk menggunakan peralatan 110V di negara
dengan pasokan listrik 220v.
Tranformator Step Down mengubah tegangan listrik dari satu tingkat atau
konfigurasi fasenya biasanya turun ke tingkat yang lebih rendah. Aplikasi
untuk isolasi listrik, distribusi tenaga listrik, dan kontrol dan instrumentasi
aplikasi. Transformator (Trafo) Step Down biasanya bergantung pada
prinsip induksi magnetik antara kumparan untuk mengkonversi tegangan
dan / atau level arus.
Transformator (Trafo) Step Down dibuat dari dua atau lebih kumparan
kawat terisolasi di sekitar inti besi. Ketika tegangan masuk dan diberikan
ke satu kumparan (sering disebut primer atau input) memagnetizes inti
besi, yang menginduksi tegangan dalam kumparan lain (yaitu sekunder
atau output). Ternyata rasio dari dua set gulungan menentukan jumlah
transformasi tegangan.

Transformator (Trafo) Step Down dapat dianggap tidak lebih dari
perangkat "rasio tegangan".
Dengan langkah transformasi menurunkan rasio tegangan antara primer
dan sekunder akan mencerminkan "membelokan rasio" (kecuali untuk satu
fase yang lebih kecil dari 1 kva yang telah dikompensasi bagian sekunder).
Sebuah contoh aplikasi praktis rasio 2-1 dimana rasio akan men-step 480v-
240v tegangan turun. Perhatikan bahwa jika input tegangan sebesar 440
volt maka output akan 220 volt, Sedangkan rasio antara input dan
tegangan output akan tetap konstan.
Perlu diketahui bahwa ransformers tidak boleh dioperasikan pada
tegangan yang lebih tinggi dari nilai yang tertera pada transormator
tersebut, namun hanya bisa dioperasikan pada tegangan mendekati atau
lebih rendah dari dinilai tersebut. Sehubungan dengan kemungkinan akan

digunakan untuk penggunaan peralatan Non Standard pada transformer
standard. Transformator (Trafo) Step Down Fase tunggal 1 kva atau lebih
besar dapat dibalik ke step-down atau step-up. (Catatan: step fase tunggal
atau Transformator (Trafo) Step Down nya harus berukuran kurang dari 1
KVA tetapi tidak untuk sebaliknya karena gulungan sekunder saat reverse
memerlukan tegangan tambahan untuk mengatasi penurunan tegangan saat
beban diterapkan Jika digunakan sebaliknya, karena tegangan output akan
berkurang dari yang diinginkan.
Transformator Step Down non standard :
a. Prinsip Kerja Trafo :
1) GGL Induksi Primer :
Sebagai contoh kumpatan primer kita hubungkan dengan sumber
tegangan arus bolak balik (AC), maka arus I1 akan mengalir pada
kumparan primer, dan menimbulkan flux magnet yang berubah- ubah

sesuai frekuensi arus I1 pada kernel trafo, dan menimbulkan GGL
induksi e pada kumparan primer. Cara menghitung besar GGL induksi
primer “e” adalah :
e = N.d / dt volt
dengan : e = GGL Induksi primer
N = Jumlah lilitan primer
d = Jumlah GGM, dalam weber
dt = Perubahan waktu, dalam detik
2) GGL Induksi Sekunder :
Perubahan flux magnetik yang menginduksi GGL “ep” adalah flux
bersama (mutual flux), sehingga GGL induksi muncul pada kumparen
sekunder sebagai es yang besarnya adalah :
es = Ns (d / dt) volt dengan Ns = jumlah lilitan kumparan sekunder
dari (1) dan (2),
3) Rasio perbandingan lilitan (primer dan sekunder) :
Perbandingan lilitan dapat didapat dari perbandingan lilitan sebagai
berikut : a = ep / es = Np / Ns
dengan a = rasio perbandingan lilitan (turn ratio) transformator
F. Konfigurasi Hubungan Belitan Transformator 3 fasa
Transformator 3 fasa pada dasarnya merupakan Transformator 1 fase yang
disusun menjadi 3 buah dan mempunyai 2 belitan, yaitu belitan primer dan
belitan sekunder. Ada dua metode utama untuk menghubungkan belitan
primer yaitu hubungan segitiga dan bintang (delta dan wye). Sedangkan pada
belitan sekundernya dapat dihubungkan secara segitiga, bintang dan zig-zag
(Delta, Wye dan Zig-zag). Ada juga hubungan dalam bentuk khusus yaitu
hubungan open-delta (VV connection)

1. Konfigurasi Transformator 3 Fasa Transformator hubungan segitiga –
segitiga(delta-delta).
Hubungan delta-delta (segitiga-segitiga).
Pada gambar 1 baik belitan primer dan sekunder dihubungkan secara delta.
Belitan primer terminal 1U, 1V dan 1W dihubungkan dengan suplai
tegangan 3 fasa. Sedangkan belitan sekunder terminal 2U, 2V dan 2W
disambungkan dengan sisi beban. Pada hubungan Delta (segitiga) tidak
ada titik netral, yang diperoleh ketiganya merupakan tegangan line ke line,
yaitu L1, L2 dan L3. Dalam hubungan delta-delta (lihat gambar 1),
tegangan pada sisi primer (sisi masukan) dan sisi sekunder (sisi keluaran)
adalah dalam satu fasa. Dan pada aplikasinya (lihat gambar 2), jika beban
imbang dihubungkan ke saluran 1-2-3, maka hasil arus keluaran adalah
sama besarnya. Hal ini menghasilkan arus line imbang dalam saluran
masukan A-B-C. Seperti dalam beberapa hubungan delta, bahwa arus line
adalah 1,73 kali lebih besar dari masing-masing arus Ip (arus primer) dan
Is (arus sekunder) yang mengalir dalam lilitan primer dan sekunder. Power
rating untuk transformator 3 fasa adalah 3 kali rating transformator
tunggal.

Diagram Hubungan Delta-Delta Transformator 3 Fasa Dihubungkan
Pembangkit Listrik dan Beban (Load)
Transformator hubungan bintang-bintang (wye–wye)
Hubungan Belitan Bintang-bintang. Ketika transformator dihubungkan
secara bintang-bintang, yang perlu diperhatikan adalah mencegah
penyimpangan dari tegangan line ke netral (fase ke netral). Cara untuk
mencegah menyimpangan adalah menghubungkan netral untuk primer ke
netral sumber yang biasanya dengan cara ditanahkan (ground), seperti
ditunjukkan pada Gambar. Cara lain adalah dengan menyediakan setiap
transformator dengan lilitan ke tiga, yang disebut lilitan ” tertiary”. Lilitan
tertiary untuk tiga transformator dihubungkan secara delta seperti
ditunjukkan pada Gambar 5, yang sering menyediakan cabang yang
melalui tegangan dimana transformator dipasang. Tidak ada beda fasa
antara tegangan line transmisi masukan dan keluaran (primer & sekunder)
untuk transformator yang dihubungkan bintang-bintang.

Gambar Hubungan bintang-bintang.
Gambar Hubungan Bintang-bintang dengan belitan tertier.
2. Transformator hubungan segitiga-bintang (delta-wye)
Pada hubungan segitiga-bintang (delta-wye), tegangan yang
melalui setiap lilitan primer adalah sama dengan tegangan line masukan.
Tegangan saluran keluaran adalah sama dengan 1,73 kali tegangan
sekunder yang melalui setiap transformator. Arus line pada phasa A, B dan
C adalah 1,73 kali arus pada lilitan sekunder. Arus line pada fasa 1, 2 dan
3 adalah sama dengan arus pada lilitan sekunder.

GambarHubungan Segitiga-Bintang (Delta-wye)
Hubungan delta-bintang menghasilkan beda fasa 30° antara tegangan
saluran masukan dan saluran transmisi keluaran. Maka dari itu, tegangan
line keluaran E12 adalah 30° mendahului tegangan line masukan EAB,
seperti dapat dilihat dari diagram phasor. Jika saluran keluaran memasuki
kelompok beban terisolasi, beda fasanya tidak masalah. Tetapi jika saluran
dihubungkan paralel dengan saluran masukan dengan sumber lain, beda
phasa 30° mungkin akan membuat hubungan paralel tidak memungkinkan,
sekalipun jika saluran tegangannya sebaliknya identik. Keuntungan
penting dari hubungan bintang adalah bahwa akan menghasilkan banyak
isolasi/penyekatan yang dihasilkan di dalam transformator. Lilitan HV
(high Voltage/tegangan tinggi) telah diisolasi/dipisahkan hanya 1/1,73 atau
58% dari tegangan saluran.

Gambar Skema Diagram Hubungan Delta-Bintang dan Diagram Phasor
3. Transformator hubungan segitiga terbuka (open-delta)
Hubungan open-delta ini untuk merubah tegangan sistem 3 fasa dengan
menggunakan hanya 2 transformator yang dihubungkan secara open–delta.
Rangkaian open–delta adalah identik dengan rangkaian delta–delta,
kecuali bahwa satu transformer tidak ada. Bagaimanapun, hubungan open-
delta jarang digunakan sebab hanya mampu dibebani sebesar 86.6%
(0,577 x 3 x rating trafo) dari kapasitas transformator yang terpasang.
Gambar Hubungan Open Delta.
Sebagai contoh, jika 2 transformator 50 kVA dihubungkan secara open–
delta, kapasitas transformator bank yang terpasang adalah jelas 2x50 =
100kVA. karen terhubung open-delta, maka transformator hanya dapat
dibebani 86.6 kVA sebelum transformator mulai menjadi overheat (panas
berlebih). Hubungan open–delta utamanya digunakan dalam situasi
darurat. Maka, jika 3 transformator dihubungkan secara delta–delta dan
salah satunya rusak dan harus diperbaiki/dipindahkan, maka hal ini
memungkinkan

4. Transformator hubungan Zig-zag
Transformator dengan hubungan Zig-zag memiliki ciri khusus, yaitu
belitan primer memiliki tiga belitan, belitan sekunder memiliki enam
belitan dan biasa digunakan untuk beban yang tidak seimbang (asimetris) -
artinya beban antar fasa tidak sama, ada yang lebih besar atau lebih kecil-
Gambar 9. Hubungan Bintang-zigzag (Yzn5)
Gambar 9 menunjukkan belitan primer 20 KV terhubung dalam bintang
L1, L2 dan L3 tanpa netral N dan belitan sekunder 400 V merupakan
hubungan Zig-zag dimana hubungan dari enam belitan sekunder saling
menyilang satu dengan lainnya. Saat beban terhubung dgn phasa U dan N
arus sekunder I2 mengalir melalui belitan phasa phasa U dan phasa S.
Bentuk vektor tegangan Zig-zag garis tegangan bukan garis lurus,tetapi
bergeser dengan sudut 60°.
G. HUBUNGAN ANTARA DAYA, TEGANGAN DAN ARUS
Transformator menaikkan , menurunkan tegangan atau menyamakan
tegangan antar kumparan primer dan sekunder tanpa rugi daya yang besar.

Output daya transformator = Input daya transformator. Pada transformator
ideal tidak ada keuntungan atau kerugian energi. Pada transformator ideal,
output daya harus sama dengan input daya. Rata-rata efisiensi transformator
tidak lebih 90%. Kerugian efisiensi merupakan akibat dari tahanan (kerugian
tembaga) dari kumparan. Kerugian inti disebabkan oleh induksi arus eddy
pada bahan inti. Kerugian histerisis atau gesekan molekuler disebabkan oleh
perubahan dalam polaritas oleh arus yang diberikan. Daya transformator
dirancang dengan ukuran kerja volt ampere (VA) dan bukan dengan ukuran
watt. Daya transformator adalah daya buta. Transformator tidak merubah daya
menjadi panas, melainkan mentransfer daya dari sumber ke beban. Daya buta
(VA) adalah daya total yang digunakan pada rangkaian AC. Daya total yang
disuplai ke rangkaian dari sumber, termasuk daya nyata (watt) dan daya
reaktif (VAR). Perbandingan jumlah lilitan pada primer dengan jumlah pada
sekunder adalah perbandingan lilitan dari transformator.
Perbandingan lilitan =Dimana Np = Jumlah lilitan pada primer
Ns = Jumlah lilitan pada sekunder
Perbandingan tegangan transformator sama dengan perbandingan lilitannya.
Dapat ditulis perbandingan lilitan sama dengan perbandingan tegangan:
dimana Np = Jumlah lilitan pada primer
Ns = Jumlah lilitan pada sekunder
Vp = Tegangan primer
Vs = Tegangan sekunder
Tegangan yang dinaikkan atau diturunkan pada transformator sebanding
dengan perbandingan rasio. Transformator dikelompokkan sebagai penaik
(step-up) dan penurun (step down) sehubungan dengan pengaruhnya pada
tegangan. Transformator step-up adalah transformator yang output kumparan
sekunder lebih besar dibandingkan tegangan input kumparan primer.
Perbandingan lilitan primer dengan lilitan sekunder menentukan
perbandingan tegangan input dengan output transformator. Transformator

step-down adalah transformator pada tegangan output kumparan sekunder
yang lebih rendah dibanding dengan tegangan input kumparan primer.
Transformator ini mempunyai lilitan sekunder lebih sedikit dibandingkan
dengan lilitan pada kumparan primer. Transformator mengatur secara
otomatis arus inputnya untuk mendapatkan arus output atau beban yang.Arus
penguat adalah jumlah arus yang sangat rendah untuk mempertahankan
rangkaian magnetis. Pengaturan transformator tergantung pada gaya
elektromotif lawan (cemf) yang dibangkitkan pada kumparan primernya oleh
magnetismenya sendiri dan magnetisme berlawanan yang dihasilkan oleh
arus yang ditarik oleh beban pada kumparan sekunder.Dengan hokum Ohm,
jumlah arus sekunder sama dengan tegangan sekunder dibagi dengan tahanan
pada rangkaian sekunder (tahanan kumparan diabaikan. Apabila
transformator menaikkan tegangan, arus kumparan sekunder dan arus
kumparan primer turun, sehingga daya akan sama pada kedua kumparan.
Rasio arus primer dengan sekunder adalah berbanding terbalik dengan rasio
tegangan atau lilitan. Transformator isolasi digunakan untuk membatasi
hubungan listrik langsung antara arus primer dan sekunder tanpa merubah
rating tegangan dan arus. Dengan menggunakan transformator isolasi, beban
diisolasi dari sumber tegangan sehingga tidak ada kesempatan yang secara
kebetulan memungkinkan chasis menjadi beraliran karena penempatan steker
yang tidak benar.