Trafo electro
-
Author
ryan-tua-lubis -
Category
Documents
-
view
123 -
download
23
Embed Size (px)
description
Transcript of Trafo electro

TRANSFORMATOR

PENGERTIAN
Transformator adalah peralatan /mesin Listrik yang dapat memindahkan dan mengubah Energi listrik dari satu atau lebih rangkaian Listrik ke rangkaian listrik yang lain melalui Gandengan magnit dan berdasarkan prinsip Induksi elektromagnetik.

Bagian-bagian Trafo
1.Inti Besi
3.Kumparan Sekunder
2.Kumparan Primer

KEGUNAAN TRANSFORMATOR
1. UNTUK MEMPEROLEH TEGANGAN SESUAI DENGAN PERSYARATAN PERALATAN LISTRIK
Misalnya kita mempunyai peralatan listrik dengan tegangan 110 volt sedangkan tegangan PLN adalah 220 volt, maka kita pergunakan trafo untuk memperoleh tegangan 110 volt.
Trafo Trafo
Peralatan Listrik
110 V 220 V
I II
110 V220 V

2. PADA SISTEM TENAGA LISTRIK
Disebut : TRAFO TENAGA
yaitu yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari tegangan lebih tinggi ke tegangan yang lebih rendah
a. STEP UP TRANSFORMER (TRAFO PENAIK TEGANGAN)
b. STEP DOWN TRANSFORMER (TRAFO PENURUN TEGANGAN)
yaitu yang berfungsi untuk menaikkan tegangan dari tegangan lebih rendah ke tegangan yang lebih tinggi

Pusat Pembangkit(PLTU,PLTA,PLTG,PLTD,PLTP)
Gardu Induk (GI)Gardu
Distribusi
Pelanggan besar/Industri
Saluran UdaraTegangan Rendah
SKTL
Pelanggan Domestik
Saluran UdaraTegangan Tinggi(SUTT)
Saluran UdaraTegangan Menengah
(SUTM)
6 kV
150-500 kV 20 kV
220 V
SISTEM TENAGA LISTRIK
TRAFO STEP DOWN

3. UNTUK MENGADAKAN PENGUKURAN DARI BESARAN LISTRIK
Trafo yang dipergunakan untuk mengadakan pengukuran dari besaran listrik (yaitu tegangan dan arus yang tinggi). Disebut TRAFO INSTRUMEN atau TRAFO PENGUKURAN.
V
Beban Beban
A
TRAFO TEGANGAN TRAFO ARUS

(a) Voltage transformer
(b) Current transformer

PRINSIP KERJA TRAFOPRINSIP KERJA TRAFO
i0
V1 E1
(b)
N1 N2E1 E2
(a)
V1
i0
Apabila pada kumparan primer suatu trafo (lihat gambar a) dihubungkan dengan tegangan V1 yang sinusoida maka akan mengalir arus primer I0 yang juga sinusoida. Dengan menganggap jumlah belitan pada kumparan primer N1 relatip murni, I0 akan tertinggal 900 dari V1 (lihat gambar b).

Arus primer I0 akan menimbulkan fluksi yang sefasa dan juga berbentuk sinusoida : = m sin ωt ; m = fluksi maksimum.
Fluksi yang sinusoida ini akan menghasilkan tegangan induksi e1 yang menurut hukum induksi Faraday besarnya adalah :
t -N dt
dNe mak
cos111
Harga efektifnya:
makmak f N
f NE
11
1 44,42
2
N1 N2E1 E2
(a)
V1
i0

Pada rangkaian sekunder dengan jumlah lilitan N2, fluksi bersama tadi menimbulkan
tNdt
dNe mak
cos 222
f 44,42
f2 2
22 mak
mak NN
E
Sehingga dengan mengabaikan rugi-rugi tahanan dan adanya fluks bocor, maka:
aN
N
V
V
E
E
2
1
2
1
2
1a adalah perbandingan transformasi
N1 N2E1 E2
(a)
V1
i0

Arus Penguat
Arus penguat adalah : arus primer I0 yang mengalir pada kumparan primer ketika kumparan sekunder tidak dibebani (terbuka)
Ic ImRc
Io
XmV1
Arus Io terdiri dari IC dan Im
Arus Im menghasilkan fluksi .
Komponen arus Ic menyatakandaya yang hilang akibat adanyarugi histerisis dan arus eddy.Daya yang hilang dlm Wattadalah Ic x V1
Φ
ImIo
Ic
V1 E1

KEADAAN BERBEBAN
Apabila kumparan sekunder dihubungkan ke beban ZL, I2 mengalir pada kumparan sekunder, dengan
LZ
VI 2
2
Adanya arus beban I2 ini menimbulkan arus I/2 pada
kumparan primer
021 III
N1 N2E1 E2
V1ZL V2
I2I1

RANGKAIAN EKIVALEN
1. Rugi-rugi tembaga (I2R)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rangkaian ekivalen trafo adalah:
4. Fluks bocor
2. Rugi-rugi arus eddy3. Rugi-rugi Histerisis

Sumber Kumpprimer
Inti Besi Kump sekunder
Beban
Rangkaian Ekuivalen Trafo Rangkaian Ekuivalen Trafo BeBerbebanrbeban

Rangkaian Ekuivalen Trafo Tanpa Rangkaian Ekuivalen Trafo Tanpa BebanBeban
V1
Io
Ic Im
R2 – resistansi belitan sekunderX2 – reaktansi belitan sekunder
Io = Ic + Im
V1 = E1 + Io (R1 + j X1)
R1 – resistansi belitan primerX1 – reaktansi belitan primerRc – resistansi pemagnetanXm – reaktansi pemagnetanIc – arus rugi intiIm – arus magnetisasi

Model/Persamaan Matematik
111111 XIRIEV
222222 XIRIVE
atau 21 a EE
aN
N
2
1
2
1 E
E

sehingga 222221 XIRIZIaE L
Karena:
aN
N
I
I 1
1
2
2
2
atau 22 IaI
maka
22
222
22
21 XIaRIaZIaE L
222221 XIRIZIaE L

dan
111122
222
22
21 XIRIXIaRIaZIaV L
111111 XIRIEV
a V2
X1
V1
I1 a2X2
Xm
R1 a2R2
a2ZL
Io
Rangkaian ekivalen trafo dilihat di sisi primer
I2/

Apabila Io diabaikan, maka diperoleh rangkaian ekivalen seperti dibawah ini :
a V2
X1
V1
I1 a2X2
Xm
R1 a2R2
a2ZL
Io
I2/
Rangkaian ekuivalen pendekatan

Rangkaian ekivalen trafo dilihat di sisi sekunder
V2
I2X1/a2
V1/a
aI1 X2
Rc/a2
R1/a2R2
ZLXm/a2
Io
Jika digunakan sisi sekunder sebagai acuan (dilihat dari sisi sekunder), maka didapat rangkaian ekivalen seperti dibawah ini


MENENTUKAN PARAMETER TRAFO
Nilai resistansi dan induktansi trafo dapat ditentukan secara eksperimen, yaitu dengan rangkaian hubung terbuka (open circuit) dan rangkaian hubung singkat (short circuit)

Uji rangkaian terbuka:
X1
V1
I1 a2X2
Xm
R1 a2R2

R1 dan X1 diabaikan:
Xmj
RcYE
11
OC
OCE V
IY
OCOC
OC
IV
P
cos
X1
V1
I1 a2X2
Xm
R1 a2R2
Faktor daya:

Faktor daya pada sebuah trafo selalu lagging, jadi arus selalu tertinggal terhadap tegangan sebesar θ0.
Jadi admitansi YE adalah
OC
OCE V
IY

Uji Hubung Singkat
X1
V1
I1 a2X2
Xm
R1 a2R2

Kumparan sekunder dihubung singkatkan sedangkan kumparanprimer dihubungkan ke tegangan sumber tegangan sangat rendah.
Untuk menghindari kerusakan, tegangan yang diberikan ke kumparan primer dimulai dari nol dan dinaikkan perlahan-lahan dan harus dihentikan ketika arus mencapai nilai kapasitas trafo.
Dengan mengukur tegangan Vsc, arus Isc, dan daya Psc dapat Diketahui parameter:
21
sc
sceq
I
PR
111 eqeqsc
sceq jXR
I
VZ
21
211 eqeqeq RZX

Contoh soal:
Pada pengujian sebuah trafo 20 kVA, 8000/240 Volt, 60 Hz disisi primer didapat data sebagai berikut:
Uji UjiRangkaian Terbuka Hubung Singkat
VOC = 8000 Volt VSC = 489 Volt
IOC = 0,214 Ampere ISC = 2,5 Ampere
POC = 400 Watt PSC = 240 Watt
Dapatkan rangkaian ekivalen yang disederhanakan dilihat disisi primer.

Penyelesaian:
Uji rangkaian terbuka:
234,0
)214,0)(8000(
400cos
OCOC
OC
IV
P tertinggal
000 5,760000268,05,76
8000
214,05,76
OC
OCE V
IY
mCE X
jR
jY11
0000261,00000063,0
kRC 159
0000063,0
1Jadi,
kX m 4,38
0000261,0
1
05,76

Uji Rangkaian Hubung Singkat:
196,0
)5,2)(489(
240cos
SCSC
SC
IV
P
07,78
Impedansi seri adalah
7,786,1957,78
5.2
489
SC
SCSE I
VZ
4,387,78cos6,1951eqR
1927,78sin6,1951eqX

Xeq1Req1
aV2
I2
V1
I1

Contoh
Dapatkan:
b. Rugi-rugi daya pada saluran transmisi (region 2)
a. Tegangan beban
c. Daya yang dikirim oleh generator
T2T1

Eliminasi T2:
201
202 a
022 304000 LL ZaZ
ZL/
T1
1:10j60 Ω20 Ω
02 3040006020 jZ
2060102,3484 j

Z2
T1
1:10
Eliminasi T1:
ZekVG
IG
2060102,34842 jZ 06,30538,4047
00
6,304754,40100
6,30538,4047
ekZ
10
11 a
0
0
6,304754,40
0480
GI
06,308591,11

Daya yang dikirim oleh generator:
00 6,3035,56926,308591,11480 GGG IVS VA
95,4899)6,30cos(35,5692 0 GP Watt
Daya hilang pada saluran Pline
01 6,301859,1 Ginel xIaI
1275,2820 2 lineinel xIP
Tegangan beban Vload:
0
02
6,307181,23
6,301859,120
xxIaI lineload
00 6,307181,233010 loadloadload xIZV 06,0181,237







Regulasi TeganganRegulasi Tegangan
Regulasi Tegangan (Voltage Regulation) adalah perubahan tegangan sekunder antara beban nol dan beban penuh pada faktor daya tertentu dengan tegangan primer konstan.
Dengan mengacu pada gambar 2.14, dimana transformator direprensentasikan sebagai inpedansi seri Zeq dengan kondisi tanpa beban, maka tegangan terminal beban :


Jika beban dihubungkan ke sekunder trafo, maka tegangan terminal trafo
Tegangan terminal beban dapat naik atau turun tergantung pada sifat beban
Perubahan tegangan ini disebabkan oleh penurunan tegangan (IZ) dalam impedansi internal transformator

Untuk mengurangi besarnya perubahan tegangan, transformator harus dirancang dengan impedansi internal Zeq rendah
Regulasi Tegangan dinyatakan sbb :
Besaran tegangan pada persamaan tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rangkaian ekivalen yang disetarakan pada rangkaian primer maupun sekunder

Dengan mengacu pada gambar 2.11b, regulasi tegangan adalah :ah :

Umumnya tegangan beban adalah tegangan nominal, maka
Dari gambar tersebut
Bila beban off , V1 akan dinyatakan sebagai V2
’

Maka Regulasi tegangan dalam persen
Pengaturan tegangan tergantung pada faktor daya beban
Berdasarkan Persamaan. 2.19 dan Gambar. 2.11, diagram fasor digambarkan dalam Gambar. 2.14b
Lokus adalah lingkaran radius

Besarnya V1 akan maksimum jika fasor sefase dengan V2 ‘
Dari persamaan sebelumnya :

Olehkarena nya pengaturan tegangan maksimum terjadi jika sudut faktor daya beban sama dengan sudut impedansi ekivalen transformator dan faktor daya beban tertinggal






Efisiensi
Transformator adalah perangkat statis, tidak ada kerugian rotasi seperti kerugian hambatan angin dan gesekan pada mesin berputar
Dalam sebuah transformator yang dirancang dengan baik efisiensi dapat setinggi 99%

Efisiensi didefinisikan sebagai berikut:
Rugi-rugi trafo terdiri dari rugi inti ( ) dan rugi tembaga cP )( cuP

Maka :
Rugi tembaga dapat dicari bila arus belitan dan resistansinya diketahui :
Tampak bahwa rugi tembaga fungsi Tampak bahwa rugi tembaga fungsi arusarus

Rugi inti tergantung pada fluks puncak di inti, yang pada gilirannya tergantung pada tegangan yang diberikan ke transformator
Pada umumnya transformator terhubung dengan tegangan yang konstan, maka rugi inti secara keseluruhan konstan dan dapat dicari dari pengujian tanpa beban
Maka jika parameter rangkaian ekivalen trafo diketahui, maka efisiensi trafo pada kondisi operasi dapat di tentukan

Umumnya tegangan beban dipertahankan konstan, sehingga efisiensi tergantung pada arus beban ( ) dan faktor daya beban ( )2I 2cos

Efisiensi MaksimumEfisiensi Maksimum
Nilai efisiensi maksimum terjadi bila
Maka : rugi inti = rugi tembaga
Untuk kondisi beban penuh

Misal :
Dari persamaan sebelumnya, diperoleh :
Dengan nilai-nilai tegangan terminal dan arus beban, efisiensi maksimum terjadi ketika
2V
2I

Maka kondisi efisiensi maksimum :
Maka efisiensi maksimum pada trafo terjadi ketika faktor daya beban satu (beban resistif) dan arus beban sedemikian rupa sehingga rugi tembaga = rugi inti

Variasi efisiensi terhadap arus beban dan faktor daya beban ditunjukkan pada gambar 2.15

Efisiensi sepanjang hari (Energi), AD




Tentukan efisiensi trafo sepanjang hari


Autotranformator
Adalah trafo dengan koneksi khusus, dimana tegangan ac variabel dapat diperoleh pada sisi sekunder nya (seperti pada gambar berikut) :

Karena seluruh belitan melingkupi fluksi yang sama dalam inti trafo, maka
Tegangan keluaran sekunder dapat divariasi dengan “slider” dengan rentang
Angka transformasi belitan a dan b
Angka transformasi belitan b dan c
120 VV

Kesetimbangan angka transforsi
Keuntungan koneksi autotransformator adalah reaktansi bocor rendah, rugi-rugi rendah, arus penguatan rendah, menaikkan kapasitas kVA, dan tegangan keluarnya variabel
Kerugiannya sisi primer dan sekunder terhubung langsung



Sebuah trafo satu fasa 100 kVA dua belitan dihubungkan menjadi autotrafo menghasilkan 110 kVA
Tampak bahwa kapasitas lebih tinggi autotrafo dihasilkan dari hubungan konduktif. Tidak semua 1100 kVA ditransformasikan oleh induksi elektromagnetik
Tampak juga bahwa belitan 200 Volt mempunyai isolasi yang cukup untuk menahan tegangan 2200 Volt terhadap ground

Transformator Tiga FasaTransformator Tiga Fasa
Pada sistem tiga fasa yang digunakan untuk pembangkitan dan transmisi yang berdaya besar diperlukan transformator tiga fasa
Transformator tiga fasa dapat dibangun dengan dua cara : tiga buah transformator fasa tunggal yang terhubung paralel atau satu buah transformator tiga fasa

Kerja Paralel TranformatorKerja Paralel Tranformator
Penambahan beban pada suatu saat menghendaki adanya kerja paralel transformator
Tujuan utama kerja paralel adalah agar beban yang ditanggung sebanding dengan kemampuan kVA masing-masing transformator, sehingga tidak terjadi pembebanan lebih

Syarat kerja paralel :• Kumparan primer trafo harus sesuai dengan
tegangan dan frekuensi jala-jala• Polaritas trafo harus sama• Perbandingan tegangan harus sama• Tegangan impedansi pada saat beban penuh
harus sama• Perbandingan reaktansi terhadap resistansi
sebaiknya sama
Ada empat kemungkinan koneksi pada trafo tiga fasa : Υ - ∆, ∆ - Υ, ∆ - ∆ dan Y - Y

Gambar 2.17a dan b hubungan Y - ∆, dimana pada sisi primer dengan ke tiga titik polaritas yang sama dihubungan untuk membentuk netral dari hubungan Y, pada sisi sekunder dihubungkan seri

Pada gambar b tampak bahwa V adalah tegangan antar fasa pada sisi primer dan a (=N1/N2) adalah perbandingan angka transformasi trafo satu fasa
Untuk koneksi-koneksi yang lain ditunjukkan pada gambar c, d, dan e, dimana total kVA ketiga trafo terbagi merata dalam setiap trafo satu fasa nya
Olehkarenanya kemampuan tegangan dan arus masing-masing trafo tergantung pada koneksi nya


Y -∆ : hubungan ini umum digunakan pada step-down. Netral sisi tegangan tinggi dapat ditanahkan
∆-Υ : digunakan pada step up tegangan ∆-∆ : keuntungan dari koneksi ini adalah
salah satu trafo dapat di lepas untuk perbaikan sementara dua trafo yang lain tetap dapat melayani beban tiga fasa dengan kapasitas menurun menjadi 58%. Dikenal sebagai hubungan open delta atau hubungan V
Y-Y : hubungan ini jarang digunakan karena ada masalah pada arus pengutan dan tegangan terinduksi nya

Dengan mengacu pada diagram fasor gambar 2.18 untuk trafo dengan koneksi Y-∆, fasor VAN dan Va segaris, tetapi tegangan primer VAB mendahului tegangan sekunder Vab sebesar 300
Hubungan ∆-Υ juga memberikan pergeseran 300 antara tegangan antar saluran, sebaliknya hubungan ∆-∆ dan Υ-Υ tidak ada pergeseran fasa antara tegangan antar salurannya


Jika tiga trafo satu fasa diparalelkan identik dan sumber serta beban setimbang, kemudian tegangan dan arus pada kedua sisi primer dan sekunder setimbang
Tegangan dan arus nya sefasa, kecuali pergeseran fasa 1200, Olehkarenanya analisis nya cukup satu fasa saja
Beban Y dapat diperoleh dari beban ∆ dengan menggunakan transformasi Y-∆, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.19b


Perbandingan belitan a’ rangkaian ekivalen trafo Y-Y adalah :

Olehkarenanya perbandingan angka transformasi trafo fasa tunggal adalah perbandingan tegangan antar saluran pada sisi primer dan sekunder trafo gabungan
Rangkaian ekivalen fasa tunggal ditunjukkan pada gambar d

Contoh 7




Contoh 8 :





Hubungan V• Tiga buah transformator satu fasa
diparalel yang terhubung ∆-∆, satu trafo dilepas dan sistem masih dapat melayani beban tiga-fasa disebut konfigurasi open delta atau hubungan V
• Kondisi ini digunakan pada saat salah satu trafo harus dilepas untuk perbaikan sementara beban masih harus memerlukan pelayanan

Hubungan tersebut ditunjukkan pada gambar 2.20a yang tergambar titik-titik
Gambar 2.20b menunjukkan diagram fasor tegangan dan arus

VAB, VBC, dan VCA adalah tegangan primer antar saluran
Vab, Vbc, dan Vca adalah tegangan sekunder antar saluran
Van, Vbn, dan Vcn adalah tegangan fasa beban
Untuk beban induktif, arus beban Ia, Ib, Ic akan tertinggal terhadap tegangan Van, Vbn, Vcn dengan sudut fasa beban Φ
Belitan trafo ab dan bc mengirim daya



Transformator Tiga Fasa
Trafo tiga fasa pada prinsipnya sama dengan trafo satu fasa, perbedaan yang paling mendasar adalah pada sistem kelistrikannya satu atau tiga fasa
Trafo tiga fasa bisa dihubungkan bintang, segitiga atau zig zag
Trafo tiga fasa banyak digunakan pada sistem transmisi dan distribusi tenaga listrik karena pertimbangan ekonomis

Trafo tiga fasa banyak sekali mengurangi berat dan lebar kerangka, sehingga harganya lebih murah dibandingkan dengan tiga buah trafo satu fasa dengan kapasitas yang sama
Tetapi trafo tiga fasa juga mempunyai kekurangan, bila salah satu fasa mengalami kerusakan, maka seluruh trafo harus diganti
Secara umum dikenal tiga cara untuk menyambungkan rangkaian elektrik sebuah trafo tiga fasa, yaitu hubungan bintang, segitiga dan hubungan zig zag

Jika trafo dioperasikan pada kerapatan fluksi tinggi, akan memerlukan material magnetik yang kecil. Olehkarenanya untuk tujuan ekonomis trafo direncanakan beroperasi pada daerah saturasi dari inti megnetiknya.
Hal tersebut membuat arus penguatannya tidak sinusoidal yang akan mengandung komponen fundamental dan semua harmonisa ganjil
Harmonisa ke-3 lebih dominan dibandingkan dengan harmonisa ke-5, 7, 9 dan seterusnya, yang dapat diabaikan

Pada tegangan nominal, harmonisa ke-3 arus penguat 5 hingga 10% fundamental nya. Pada 150% tegangan nominal, arus harmonisa ke-3 bisa setinggi 30 hingga 40% fundamentalnya.
Dengan mengacu pada gambar 2.23a, belitan primer terhubung Y dan belitan sekunder terhubung ∆




Karena arus eksitasi tidak sinusoida (gambar b), fluksi dalam inti dan tegangan terinduksi dalam belitan akan nonsinusioda
Belitan sekunder terbuka maka tegangan pada belitannya akan direpresentasikan dengan tegangan terinduksi
Pada kondisi kedua saklar terbuka, pada kondisi ini arus harmonisa ke-3 tidak mengalir pada belitan primer

Olehkarena arus primer sinusoida. Jika arus eksitasi sinusoida, maka fluksi nonsinusioda karena karakteristik B-H yang tidak linier pada inti magnetik dan kandungan komponen harminisa ke-3
Tegangan induksi harmonisa ke-3 pada belitan menyebabkan tegangan fasa tidak sinusoida yang mengandung tegangan fundamental dan harmonisa ke-3


Tegangan pada open delta adalah merupakan penjumlahan tegangan terinduksi harmonisa ke-3 dalam belitan sekunder

Saklar SW1 membuka dan saklar SW2 menutup
Jika saklar-2 ditutup tegangan v∆0 akan mengeliminasi arus harmonisa ke-3 disekitar sekunder delta. Hal ini akan menghilangkan komponen harminisa ke-3 dari arus eksitasi primer. Maka fluksi dan tegangan terinduksi akan sinusioda (gambar c)