Sustainable Design

11
Dalam efisiensi penggunaan material : a. Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam pembangunan, sehingga tidak membuang material, misalnya kayu sisa dapat digunakan untuk bagian lain bangunan. b. Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang masih bisa digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama. c. Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang ditemui dengan sebaik-baiknya, terutama untuk material seperti kayu. Dalam penggunaan teknologi dan material baru : a. Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan air untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk rumah tangga dan bangunan lain secara independen. b. Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global dapat membuka kesempatan menggunakan material terbarukan yang cepat diproduksi, murah dan terbuka terhadap inovasi, misalnya bambu. Material alam Penggunaan material alam sangat direkomendasikan untuk dipakai karena akan lebih bersahabat kepada penggunanya. Di sinilah terungkapkan bahwa ada perbedaan yang cukup besar antara material alam dengan material buatan manusia. Material alam

description

design berkelanjutan

Transcript of Sustainable Design

Page 1: Sustainable Design

Dalam efisiensi penggunaan material :

a. Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam pembangunan, sehingga tidak

membuang material, misalnya kayu sisa dapat digunakan untuk bagian lain bangunan.

b. Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang masih bisa

digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama.

c. Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang ditemui dengan sebaik-

baiknya, terutama untuk material seperti kayu.

Dalam penggunaan teknologi dan material baru :

a. Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan air

untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk rumah tangga dan bangunan lain secara

independen.

b. Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global dapat membuka

kesempatan menggunakan material terbarukan yang cepat diproduksi, murah dan terbuka

terhadap inovasi, misalnya bambu.

Material alam

Penggunaan material alam sangat direkomendasikan untuk dipakai karena akan lebih

bersahabat kepada penggunanya. Di sinilah terungkapkan bahwa ada perbedaan yang cukup

besar antara material alam dengan material buatan manusia. Material alam yang merupakan

karya Tuhan tidak meradiasikan panas dan tidak merefleksikan cahaya.

Contoh: daun pada pepohonan. Kita akan merasa sejuk berada di bawahnya. Berbeda dengan

tenda ataupun material buatan manusia lainnya. Kita akan tetap merasa panas dan tidak

nyaman.

Aplikasinya dalam berarsitektur, misalnya penggunaan cobbale stone pada bak kontrol.

Selain dapat menyerap air, cobbale stone ini bisa ditumbuhi rumput. Dan rumput itulah yang

membawa ‘ruh’ pada bak kontrol. Sehingga space berubah menjadi place. Space adalah ruang

yang belum punya makna. Place adalah space yang telah memiliki kehidupan di dalamnya.

Intinya, seorang arsitek sebaiknya mendesain dengan menggunakan prinsip ekologi dan tidak

melulu menggunakan hardscape.

Page 2: Sustainable Design

Material Bangunan Pendukung Arsitektur Berkelanjutan

Bambu Pendukung Ekspresi Arsitektur Berkelanjutan

Membuat bangunan bambu, selain dapat membangun suasana baru, kesan atau citra

alam, bambu juga merupakan bahan pendukung arsitektur berkelanjutan, karena bambu

merupakan salah satu material ramah ekologis, dapat mengefisiensikan energi, dan dapat

menyesuaikan/adaptasi iklim setempat.

Hal tersebut sudah dibuktikan dengan adanya potensi arsitektur nusantara dengan

bangunan vernakular/tradisional yang salah satunya menggunakan material bambu yang

terbukti mampu menghasilkan karya arsitektur yang berkelanjutan. Bambu dapat mendukung

arsitektur yang memerlukan pemikiran baru dan mempunyai inovasi perancangan tinggi,

selain itu menuntut pemahaman nilai-nilai ekologis dan etika arsitektur akan permasalahan

’kontekstual’ seiring dengan perubahan dan tuntutan globalisasi yang tidak hanya

menekankan pada permasalahan Fungsional, Teknologi, dan Estetika yang berlaku secara

global tetapi juga perlu ada pemahaman nilai-nilai ke’lokal’annya.

Proses keberlanjutan arsitektur meliputi keseluruhan siklus masa suatu bangunan,

mulai dari pengadaan material, proses pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan

pembongkaran bangunan. Proses tersebut sudah dapat terakomodasi oleh bambu sebagai

pendukung ekspresi berkelanjutan yang berkaitan dengan aspek lingkungan dan estetika.

Page 3: Sustainable Design

Contoh Penerapan Arsitektur Berkelanjutan

1. Architecture of Falling Water by Frank Lloyd Wright

Salah satu karya Frank Lloyd Wright yang paling terkenal adalah Fallingwater pada

tahun 1935-1939 yang diperuntukan bagi bapak dan ibu Edgar J. Kaufmann sr, di Bear

Run,Pennsylvania. Fallingwater ini dirancang sesuai dengan keinginan wright untuk

menempatkan para tamu disekitar lingkungan,dengan mengalirkan air terjun dibawah

bangunan dan menyesuaikan dengan tempat dan keadaan alam di sekitarnya. Konstruksinya

menggunakan rangkaian balkon didukung balok balok, dengan menggunakan batu kapur

untuk semua permukaan vertikal dan beton untuk permukaan horizontal.

a.       Bentuk Fasade

Falling Water memilii karakter bidang horizontal dan vertikal yang sangan kuat.

Bidang bidang tersebut terbentuk dari bidang persegi empat yang dikomposisikan sedemikian

rupa oleh Wright sehingga membentuk bentukan masa yang dinamis.

Tidak hanya komposisi vertikal dan horizontal, namun skala dan dimensi bidang yang

berbeda pun menjadi pertimbangan agar bangunan tidak hanya terlihat sebagai rumah kotak

kotak saja. Penerapan konsep menonjol dengan bayangan pun dulakukan Wright sehingga

menjadi nilai tambah.

b.      Masa bangunan

Bentukan masa yang lagi lagi terdiri dari komposisi persegi 3 dimensional menjadi

gubahan masa yang sederhana namun indah dengan proporsi bentuk dan dimensi yang tepat.

Sekilas bangunan ini nampak menonjol jika dibanding dengan lingkungan sekitar, namun jika

Page 4: Sustainable Design

diamati dengan benar, maka akan terasa keidealan Wright dalam merancang Falling Water

dengan skala yang seimbang antara bangunan dengan alam sekitar.

Falling water yang berdiri kokoh diatas sebuah

lahan air terjun menginspirasi Wright untuk membuat

sebuah balkon menjorok yang digunakan untuk

bersantai sambil menikmati pemandangan sekitar.

Permainan masa bentuk horizontal dan vertikal ini

cukup menonjol pada bangunan selain karna ingin

mengadopsi bentuk alam yang tidak beraturan, tujuan

utama dari pembentukan masa seperti ini adaah

mengikuti fungsi dari ruang pada bangunan tersebut.

c.       Warna dan Material

Warna dan material yang digunakan merupakan

material dan warna yang bernadakan alam. Seperti

penggunaan batu alam dan warna coklat. Selain itu

material fabrikasi seperti kaca dan beton pun turut

mengokohkan rumah ini. Penggunaan kaca dianggap

sebagai salah satu alternatif penyekat yang mampu

memberikan kesan terbuka dan menyatu dengan alam.

d.      Layout denah

Page 5: Sustainable Design

Falling water terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama terdiri dari dapur, ruang makan

yang menyatu dengan Social/Main Living Area yang tembus ke teras luar. Kemudian dilantai

dua terdiri dari master suit badroom yang diberi teras besar, ruang pakaian, kamar tamu, dan

km/wc. Dan terakhir Lantai tiga terdiri ruang belajar,km/wc dan galery tanaman.

Konsep dari layout ruangan falling water adalah open living concept. Open living

consep yaitu suatu konsep dimana tidak adanya sekat antar ruang memberikan kesan menyatu

dengan alam, karena Frank Llyod Wright lebih dikenal dengan arsitektur organiknya yaitu

berupaya menyatukan bangunan dengan alam sekitarnya.

Denah menggunakan bentuk asimetri, dengan mengunakan ‘local symmetry’ Repetisi

( komposisi bidang vertikal dan horisontal ). Yaitu organisasi ruang yang di bentuk

berdasarkan fungsi Dan sumbu yang semula berbentuk kubus/kotak kemudian berkembang

mengalir menurut fungsinya. Wrigh selalu mempertimbangkan pendekatan hirarki ruang dan

skala ruang dalam mendesain organisasi ruangan dalam denah. Desain denah menggunakan

prinsip keseimbangan simetri dan keseimbangan asimetri untuk menciptakan organisasi

ruang yang dinamis dan seimbang.

Hampir semua karya Wright menggunakan pola sirkulasi entrance tersamar, begitu

pun dengan Falling water. Rumah ini menggunakan pola sirkulasi entrance tersamar. ini

terlihat dari pintu masuk yang tidak lansung mengarah ke jalan.

Untuk sirkulasi didalam rumah, Wright sengaja memberikan bukaan lebar agar ruang

yang satu dengan yang lainnya terkesan menyatu. Ini dikarenakan seperti yang sebelumnya

sudah dijelaskan, bahwa Wright menerapkan open living konsep.

Page 6: Sustainable Design

2. Green School Bali, Arsitektur Berkelanjutan di Indonesia

Indonesia lagi-lagi menyimpan kebanggaan dengan karya arsitektur lokal mereka.

Kali ini, Bali mengukir prestasi kelas internasional dalam karya arsitektur lokalnya. Kali ini,

kita akan berkenalan dengan bangunan menarik di Bali yang disebut Green School, Bali.

Green School Bali ini berada di Desa Sibang Kaja yang berlokasi 30 Km dari Kota Denpasar.

“Learning For A Sustainable Future”, jargon ini merupakan satu nilai utama yang mengusung

keberhasilan karya arsitektur dengan fungsi Green School ini.

Page 7: Sustainable Design

Sebuah karya bangunan yang mengangkat sekolah ini menjadi inovator dalam

memperkenalkan “sustainability within education”. Isu tentang pemanasan global dan segala

dampak pengrusakan bumi, rupanya menjadi perhatian utama yang mendunia dan

mengundang aneka upaya memperbaiki cara hidup. Banyak kaum pemerhati kelas dunia yang

mulai menghimbau agar kesadaran menyelamatkan bumi mampu menjadi gaya hidup era

puluhan tahun ke depan.

Sustainability adalah satu konten yang memiliki arti adanya “keberlanjutan”. Artinya,

sebisa mungkin apa yang kita perbuat dan produksi di atas muka bumi ini, dapat menjadi

kontinuitas yang baik untuk diturunkan kepada generasi penerus kita di masa depan. Secara

tipologi (bentuk tipe bangunan), sekolah ini melakukan inovasi dengan melepaskan fisik

mereka dari bentuk-bentuk sebuah sekolah yang banyak dipakai. Image yang biasa kita

temukan pada bangunan sekolah, tidak akan kita temukan pada bangunan sekolah unik yang

satu ini. Green school ini memiliki material hanya ada bambu, alang-alang, rumput gajah, dan

tanah liat di atasnya. Bisa dipastikan, semua material konstruksi nya merupakan material

alam dengan nilai lokal dan dapat didaurulang. Ini merupakan bentukan penting sebagai

konsekuensi dari tema Sustainability terkait penyelamatan bumi tersebut.

CONNECTED WITH NATURE, itulah konsep utama dalam perancangan arsitektur

dari Green School Bali ini. Konsep utama yang ingin “lebih dekat”ke alam ini juga menjadi

tolak utama pemilihan lokasi / lahan yang berada di dekat sungai Ayung, Bali. Adapun

implementasi arsitektural yang ada demi mengusung sustainability dan green architecture

pada Green School Bali ini adalah : Pembentukan ruang kelas tanpa dinding pembatas.

Page 8: Sustainable Design

Dengan cara ini, diharapkan secara sosial dan interaksi, para murid dan guru dapat lebih peka

dan intim dalam menjalin hubungan edukasi dan sosial yang konduktif dan berkualitas baik.

Banyaknya elemen distraksi / pengalih perhatian pada lingkungan kelas dan sekolah.

Distraksi yang diperoleh dari keelokan alam dan detail arsitektural ini diharapkan

menjadikan murid-murid terbiasa dengan distraksi tersebut dan mampu tetap berkonsentrasi

dalam pembelajaran. Bangunan tidak diberi penghawaan dengan Air Conditioner (AC)

melainkan dengan kincir angin yang berada di terowongan bawah tanah, hal ini

memungkinkan karena kondisi fisik lahan yang berkontur dan dekat dengan sungai dan

hutan. Tenaga listrik berasal dari biogas yang memanfaatkan kotoran hewan untuk nyala

kompor dan sebagainya. Tenaga listrik lainnya juga dengan menggunakan panel surya,

sehingga tidak banyak boros dalam membutuhkan seumber energi elektrikal.

Adanya tambak udang dan peternakan sapi, mendukung adanya sumber energi alami

dan bahan bakar (biogas) yang bisa digunakan tanpa polusi terlalu besar. Secara umum,

selain sebagai inovasi dalam sustainability architecture, Green School Bali ini juga

merupakan bangunan yang mengadopsi bentuk dan material kebudayaan lokal Bali sebagai

inspirasi desain arsitekturalnya.