Sustainable Design
-
Upload
cokorda-widhiyani-pemayun -
Category
Documents
-
view
35 -
download
2
description
Transcript of Sustainable Design
![Page 1: Sustainable Design](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082710/55cf93e9550346f57b9ebfe4/html5/thumbnails/1.jpg)
Dalam efisiensi penggunaan material :
a. Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam pembangunan, sehingga tidak
membuang material, misalnya kayu sisa dapat digunakan untuk bagian lain bangunan.
b. Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang masih bisa
digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama.
c. Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang ditemui dengan sebaik-
baiknya, terutama untuk material seperti kayu.
Dalam penggunaan teknologi dan material baru :
a. Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan air
untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk rumah tangga dan bangunan lain secara
independen.
b. Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global dapat membuka
kesempatan menggunakan material terbarukan yang cepat diproduksi, murah dan terbuka
terhadap inovasi, misalnya bambu.
Material alam
Penggunaan material alam sangat direkomendasikan untuk dipakai karena akan lebih
bersahabat kepada penggunanya. Di sinilah terungkapkan bahwa ada perbedaan yang cukup
besar antara material alam dengan material buatan manusia. Material alam yang merupakan
karya Tuhan tidak meradiasikan panas dan tidak merefleksikan cahaya.
Contoh: daun pada pepohonan. Kita akan merasa sejuk berada di bawahnya. Berbeda dengan
tenda ataupun material buatan manusia lainnya. Kita akan tetap merasa panas dan tidak
nyaman.
Aplikasinya dalam berarsitektur, misalnya penggunaan cobbale stone pada bak kontrol.
Selain dapat menyerap air, cobbale stone ini bisa ditumbuhi rumput. Dan rumput itulah yang
membawa ‘ruh’ pada bak kontrol. Sehingga space berubah menjadi place. Space adalah ruang
yang belum punya makna. Place adalah space yang telah memiliki kehidupan di dalamnya.
Intinya, seorang arsitek sebaiknya mendesain dengan menggunakan prinsip ekologi dan tidak
melulu menggunakan hardscape.
![Page 2: Sustainable Design](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082710/55cf93e9550346f57b9ebfe4/html5/thumbnails/2.jpg)
Material Bangunan Pendukung Arsitektur Berkelanjutan
Bambu Pendukung Ekspresi Arsitektur Berkelanjutan
Membuat bangunan bambu, selain dapat membangun suasana baru, kesan atau citra
alam, bambu juga merupakan bahan pendukung arsitektur berkelanjutan, karena bambu
merupakan salah satu material ramah ekologis, dapat mengefisiensikan energi, dan dapat
menyesuaikan/adaptasi iklim setempat.
Hal tersebut sudah dibuktikan dengan adanya potensi arsitektur nusantara dengan
bangunan vernakular/tradisional yang salah satunya menggunakan material bambu yang
terbukti mampu menghasilkan karya arsitektur yang berkelanjutan. Bambu dapat mendukung
arsitektur yang memerlukan pemikiran baru dan mempunyai inovasi perancangan tinggi,
selain itu menuntut pemahaman nilai-nilai ekologis dan etika arsitektur akan permasalahan
’kontekstual’ seiring dengan perubahan dan tuntutan globalisasi yang tidak hanya
menekankan pada permasalahan Fungsional, Teknologi, dan Estetika yang berlaku secara
global tetapi juga perlu ada pemahaman nilai-nilai ke’lokal’annya.
Proses keberlanjutan arsitektur meliputi keseluruhan siklus masa suatu bangunan,
mulai dari pengadaan material, proses pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan
pembongkaran bangunan. Proses tersebut sudah dapat terakomodasi oleh bambu sebagai
pendukung ekspresi berkelanjutan yang berkaitan dengan aspek lingkungan dan estetika.
![Page 3: Sustainable Design](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082710/55cf93e9550346f57b9ebfe4/html5/thumbnails/3.jpg)
Contoh Penerapan Arsitektur Berkelanjutan
1. Architecture of Falling Water by Frank Lloyd Wright
Salah satu karya Frank Lloyd Wright yang paling terkenal adalah Fallingwater pada
tahun 1935-1939 yang diperuntukan bagi bapak dan ibu Edgar J. Kaufmann sr, di Bear
Run,Pennsylvania. Fallingwater ini dirancang sesuai dengan keinginan wright untuk
menempatkan para tamu disekitar lingkungan,dengan mengalirkan air terjun dibawah
bangunan dan menyesuaikan dengan tempat dan keadaan alam di sekitarnya. Konstruksinya
menggunakan rangkaian balkon didukung balok balok, dengan menggunakan batu kapur
untuk semua permukaan vertikal dan beton untuk permukaan horizontal.
a. Bentuk Fasade
Falling Water memilii karakter bidang horizontal dan vertikal yang sangan kuat.
Bidang bidang tersebut terbentuk dari bidang persegi empat yang dikomposisikan sedemikian
rupa oleh Wright sehingga membentuk bentukan masa yang dinamis.
Tidak hanya komposisi vertikal dan horizontal, namun skala dan dimensi bidang yang
berbeda pun menjadi pertimbangan agar bangunan tidak hanya terlihat sebagai rumah kotak
kotak saja. Penerapan konsep menonjol dengan bayangan pun dulakukan Wright sehingga
menjadi nilai tambah.
b. Masa bangunan
Bentukan masa yang lagi lagi terdiri dari komposisi persegi 3 dimensional menjadi
gubahan masa yang sederhana namun indah dengan proporsi bentuk dan dimensi yang tepat.
Sekilas bangunan ini nampak menonjol jika dibanding dengan lingkungan sekitar, namun jika
![Page 4: Sustainable Design](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082710/55cf93e9550346f57b9ebfe4/html5/thumbnails/4.jpg)
diamati dengan benar, maka akan terasa keidealan Wright dalam merancang Falling Water
dengan skala yang seimbang antara bangunan dengan alam sekitar.
Falling water yang berdiri kokoh diatas sebuah
lahan air terjun menginspirasi Wright untuk membuat
sebuah balkon menjorok yang digunakan untuk
bersantai sambil menikmati pemandangan sekitar.
Permainan masa bentuk horizontal dan vertikal ini
cukup menonjol pada bangunan selain karna ingin
mengadopsi bentuk alam yang tidak beraturan, tujuan
utama dari pembentukan masa seperti ini adaah
mengikuti fungsi dari ruang pada bangunan tersebut.
c. Warna dan Material
Warna dan material yang digunakan merupakan
material dan warna yang bernadakan alam. Seperti
penggunaan batu alam dan warna coklat. Selain itu
material fabrikasi seperti kaca dan beton pun turut
mengokohkan rumah ini. Penggunaan kaca dianggap
sebagai salah satu alternatif penyekat yang mampu
memberikan kesan terbuka dan menyatu dengan alam.
d. Layout denah
![Page 5: Sustainable Design](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082710/55cf93e9550346f57b9ebfe4/html5/thumbnails/5.jpg)
Falling water terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama terdiri dari dapur, ruang makan
yang menyatu dengan Social/Main Living Area yang tembus ke teras luar. Kemudian dilantai
dua terdiri dari master suit badroom yang diberi teras besar, ruang pakaian, kamar tamu, dan
km/wc. Dan terakhir Lantai tiga terdiri ruang belajar,km/wc dan galery tanaman.
Konsep dari layout ruangan falling water adalah open living concept. Open living
consep yaitu suatu konsep dimana tidak adanya sekat antar ruang memberikan kesan menyatu
dengan alam, karena Frank Llyod Wright lebih dikenal dengan arsitektur organiknya yaitu
berupaya menyatukan bangunan dengan alam sekitarnya.
Denah menggunakan bentuk asimetri, dengan mengunakan ‘local symmetry’ Repetisi
( komposisi bidang vertikal dan horisontal ). Yaitu organisasi ruang yang di bentuk
berdasarkan fungsi Dan sumbu yang semula berbentuk kubus/kotak kemudian berkembang
mengalir menurut fungsinya. Wrigh selalu mempertimbangkan pendekatan hirarki ruang dan
skala ruang dalam mendesain organisasi ruangan dalam denah. Desain denah menggunakan
prinsip keseimbangan simetri dan keseimbangan asimetri untuk menciptakan organisasi
ruang yang dinamis dan seimbang.
Hampir semua karya Wright menggunakan pola sirkulasi entrance tersamar, begitu
pun dengan Falling water. Rumah ini menggunakan pola sirkulasi entrance tersamar. ini
terlihat dari pintu masuk yang tidak lansung mengarah ke jalan.
Untuk sirkulasi didalam rumah, Wright sengaja memberikan bukaan lebar agar ruang
yang satu dengan yang lainnya terkesan menyatu. Ini dikarenakan seperti yang sebelumnya
sudah dijelaskan, bahwa Wright menerapkan open living konsep.
![Page 6: Sustainable Design](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082710/55cf93e9550346f57b9ebfe4/html5/thumbnails/6.jpg)
2. Green School Bali, Arsitektur Berkelanjutan di Indonesia
Indonesia lagi-lagi menyimpan kebanggaan dengan karya arsitektur lokal mereka.
Kali ini, Bali mengukir prestasi kelas internasional dalam karya arsitektur lokalnya. Kali ini,
kita akan berkenalan dengan bangunan menarik di Bali yang disebut Green School, Bali.
Green School Bali ini berada di Desa Sibang Kaja yang berlokasi 30 Km dari Kota Denpasar.
“Learning For A Sustainable Future”, jargon ini merupakan satu nilai utama yang mengusung
keberhasilan karya arsitektur dengan fungsi Green School ini.
![Page 7: Sustainable Design](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082710/55cf93e9550346f57b9ebfe4/html5/thumbnails/7.jpg)
Sebuah karya bangunan yang mengangkat sekolah ini menjadi inovator dalam
memperkenalkan “sustainability within education”. Isu tentang pemanasan global dan segala
dampak pengrusakan bumi, rupanya menjadi perhatian utama yang mendunia dan
mengundang aneka upaya memperbaiki cara hidup. Banyak kaum pemerhati kelas dunia yang
mulai menghimbau agar kesadaran menyelamatkan bumi mampu menjadi gaya hidup era
puluhan tahun ke depan.
Sustainability adalah satu konten yang memiliki arti adanya “keberlanjutan”. Artinya,
sebisa mungkin apa yang kita perbuat dan produksi di atas muka bumi ini, dapat menjadi
kontinuitas yang baik untuk diturunkan kepada generasi penerus kita di masa depan. Secara
tipologi (bentuk tipe bangunan), sekolah ini melakukan inovasi dengan melepaskan fisik
mereka dari bentuk-bentuk sebuah sekolah yang banyak dipakai. Image yang biasa kita
temukan pada bangunan sekolah, tidak akan kita temukan pada bangunan sekolah unik yang
satu ini. Green school ini memiliki material hanya ada bambu, alang-alang, rumput gajah, dan
tanah liat di atasnya. Bisa dipastikan, semua material konstruksi nya merupakan material
alam dengan nilai lokal dan dapat didaurulang. Ini merupakan bentukan penting sebagai
konsekuensi dari tema Sustainability terkait penyelamatan bumi tersebut.
CONNECTED WITH NATURE, itulah konsep utama dalam perancangan arsitektur
dari Green School Bali ini. Konsep utama yang ingin “lebih dekat”ke alam ini juga menjadi
tolak utama pemilihan lokasi / lahan yang berada di dekat sungai Ayung, Bali. Adapun
implementasi arsitektural yang ada demi mengusung sustainability dan green architecture
pada Green School Bali ini adalah : Pembentukan ruang kelas tanpa dinding pembatas.
![Page 8: Sustainable Design](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082710/55cf93e9550346f57b9ebfe4/html5/thumbnails/8.jpg)
Dengan cara ini, diharapkan secara sosial dan interaksi, para murid dan guru dapat lebih peka
dan intim dalam menjalin hubungan edukasi dan sosial yang konduktif dan berkualitas baik.
Banyaknya elemen distraksi / pengalih perhatian pada lingkungan kelas dan sekolah.
Distraksi yang diperoleh dari keelokan alam dan detail arsitektural ini diharapkan
menjadikan murid-murid terbiasa dengan distraksi tersebut dan mampu tetap berkonsentrasi
dalam pembelajaran. Bangunan tidak diberi penghawaan dengan Air Conditioner (AC)
melainkan dengan kincir angin yang berada di terowongan bawah tanah, hal ini
memungkinkan karena kondisi fisik lahan yang berkontur dan dekat dengan sungai dan
hutan. Tenaga listrik berasal dari biogas yang memanfaatkan kotoran hewan untuk nyala
kompor dan sebagainya. Tenaga listrik lainnya juga dengan menggunakan panel surya,
sehingga tidak banyak boros dalam membutuhkan seumber energi elektrikal.
Adanya tambak udang dan peternakan sapi, mendukung adanya sumber energi alami
dan bahan bakar (biogas) yang bisa digunakan tanpa polusi terlalu besar. Secara umum,
selain sebagai inovasi dalam sustainability architecture, Green School Bali ini juga
merupakan bangunan yang mengadopsi bentuk dan material kebudayaan lokal Bali sebagai
inspirasi desain arsitekturalnya.