Surveillans Perinatal Neww

download Surveillans Perinatal Neww

of 18

Transcript of Surveillans Perinatal Neww

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Setiap tahun diseluruh dunia diperkirakan terjadi 4,3 juta kelahiran mati dan 3,3 juta kematian neonatal. WHO memperkirakan lebih dari 9 juta bayi meninggal sebelum lahir atau pada minggu pertama kehidupannya (periode perinatal) setiap tahun. Hampir semua kematian tersebut terjadi dinegara berkembang. Angka kematian perinatal (perinatal mortality rate) dinegara berkembang (50/1000) adalah lima kali lebih tinggi daripada Negara maju (10/1000).Salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang masih menjadi prioritas untuk ditangani dalah tingginya kematian ibu dan bayi. Angka tersebut menempati urutan tertinggi diantara negara-negara berkembang lainnya. Angka kematian ibu di Indonesia 39 kali lebih besar dari negara Singapura, 6 kali lebih besar dari Malaysia, 8 kali lebih besar dari Thailand dan 4 kali lebih besar dari Philipina. (Sumber: Bulletin of Regional Health Information, 1989-1993). Penurunan kematian perinatal di negara berkembang termasuk Indonesia akan sangat ditentukan oleh penatalaksanaan kesehatan ibu pada saat kehamilan, menjelang persalinan, saat persalinan dan setelah persalinan. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kelangsungan hidup pada masa perinatal juga dipengaruhi oleh sejumlah factor meliputi karakteristik demografi dan social ibu, riwayat kesehatan reproduksi ibu, kondisis kesehatan bayi dan kondisi lingkungan tempat tinggal.Walaupun program Safe Motherhood telah dicanangkan di dunia selama15 tahun dan telah dilaksanakan di Indonesia, namun saat ini setiap bulan masihterdapat 1.500 orang ibu meninggal, setiap hari ada 50 orang ibu yang meninggaldan setiap jam ada 2 orang ibu yang meninggal karena sebab-sebab yangberhubungan dengan kehamilan dan persalinannya.Berbagai program untuk menurunkan kematian ibu dan bayi secara spesifik telah dikembangkan dan dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1988 seperti: Penempatan bidan desa, pelatihan dokter dan bidan di Puskesmas untukmemberikan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED), pelatihan rumah-sakit umum pemerintah untuk dapat memberikan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK), hingga pemberian penghargaan Sertifikat Rumah Sakit Sayang Ibu (RSSI) dan Sertifikat Rumah Sakit Sayang Bayi (RSSB).Terlihat bahwa berbagai program tersebut ditujukan terutama bagi provider pelayanan kesehatan (supply). Padahal kematian ibu dan bayi dapat diidentifikasi dari 3 hal yaitu dari sisi supply, sisi demand dan sisi manajemen. Kelemahan yang dilakukan oleh para aktor kebijakan selama ini selalu hanya menitik beratkan pada aspek supply. Aspek demand mulai digalakkan sejak tahun 1998 yaitu melalui kebijakan " Desa Siaga" (Desa Siap Antar Jaga), Kecamatan Sayang Ibu atau Gerakan Sayang Ibu. Untuk aspek manajemen selama ini sama sekali belum tersentuh.Kebijakan akselerasi penurunan kematian ibu dan bayi dapat berhasil dengan baik jika dilakukan secara komprehensif baik dari sisi supply, demand danmanagement. Pada sisi manajemen nampak bahwa terdapat kelemahan dalam sistim pelacakan kasus kematian ibu dan bayi baru lahir. Departemen Kesehatan belum pernah melakukan pelatihan bagi tenaga yang berada di lapangan untuk melakukan pelacakan kasus secara benar. Surveilans kematian ibu dan bayi baru lahir selama ini hanya dilaksanakan oleh bidan puskesmas dan bidan atau staf program kesehatan ibu dan anak di Dinas Kesehatan kabupaten/kota. Oleh karena itu salah satu strategi adalah membuat pedoman ataupun mempelajari model tentang pelacakan kasus kematian ibu dan bayi baru lahir.

1.2Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah yang ingin dibahas pada surveillans perinatal morbidity adalah untuk mengetahui :1. Untuk dapat mengetahui definisi dan penyebab kematian perinatal.2. Untuk dapat mengetahui tentang surveillans perinatal. 3. Untuk dapat mengetahui kegiatan pengendalian perinatal di Indonesia.4. Untuk dapat mengetahui surveillans dan sumber kematian ibu.

1.3Tujuan PenulisanAdapun tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui defenisi dan penyebab kematiam perinatal, juga mengerti akan surveillans perinatal. Dan hal-hal apa saja harus diperhatikan oleh masyarakat dan juga oleh para tenaga kesehatan didalam mengaplikasikan ilmu kesehatannya sehari-hari di masyarakat agar tidak terjadi kesalahan ataupun meminimalisasi kesalahan-kesalahan prosedur. Untuk selanjutnya di dalam melakukan penyuluhan kesehatan oleh para lulusan Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat agar dapat menjadi acuan yang berguna dikemudian hari.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1Definisi Perinatal Perinatal atau parilahir merupakan periode yang muncul sekitar pada waktu kelahiran (5 bulan sebelumnya dan satu bulan sesudahnya). Perinatal mempunyai periode yang dinamakan periode perinatal. Periode perinatal didefinisikan sebagai masa sejak janin mampu hidup di luar kandungan hingga akhir hari ke-7 setelah kelahiran. Menentukan usia janin sebenarnya merupakan hal sulit karena hal tersebut tergantung pada umur kehamilan dan fasilitas pelayanan khusus yang tersedia. Oleh sebab itu, akan lebih mudah untuk menggunakan berat lahir dalam menentukan usia janin. Di Negara maju, bayi dapat bertahan hidup sejak usia 22 minggu umur kehamilan (berat mencapai 500 gram) sedangkan di Negara berkembang, bayi di harapkan untuk mampu bertahan hidup sejak usia kehamilan 28 minggu (dimana berat telah mencapai 1000 gram) (WHO,2001). Kematian perinatal adalah kematian dalam masa kehamilan 28 minggu sampai bayi lahir dan berusia 7 hari. Kematian perinatal ditentukan dengan menghitung jumlah kematian masa perinatal tersebut di bagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati. Sedangkan angka kematian perinatal adalah (AKP) adalah jumlah kematian perinatal di kalikan 1000dan kemudian dibagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati pada tahun yang sama. AKP = jumlah kematian perinatal x 1000 jumlah lahir mati + jumlah lahir hidup. AKP perlu diketahui karena dapat merefleksikan tingkat kesehatan ibu hamil dan bayinya serta standar pelayanan yang di berikan. Angka ini juga merupakan salah satu indicator terbaik dari status social ekonomi masyarakat, daerah, dan Negara.

Wiknjosastro (2005) menyatakan bahwa untuk dapat memahami kematian perinatal maka ada definisi-definisi yang lazim dipakai seperti kelahiran hidup, kematian janin, kelahiran mati, kematian perinatal dini, dan kematian perinatal.

a) Kelahiran hidup (live birth) adalah keluarnya hasil konsepsi secara sempurna dari ibunya tanpa memandang lamanya kehamilan dan sudah terpisah dari ibunya bernafas atau menunjukan tanda-tanda kehidupan seperti denyutan tali pusat atau pergerakkan otot, tidak peduli apakah tali pusat telah dipotong atau belum. b) Kematian janin (foetal death) adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. Kematian dinilai dengan fakta bahwa sedudah di pisahkan dari ibunya janin tidak bernafas atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyut jantung, kontraksi otot, dll. c) Kelahiran mati (stillbirth) adalah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000 gram). d) Kematian perinatal dini (early neonatal death) adalah kematian bayi dalam 7 hari pertama kehidupannya. Sedangkan kematian perinatal (perinatal mortality) adalah bayi lahir mati dan kematian bayi dalam 7 hari pertama sesudah lahir.

2.2Penyebab Kematian Perinatal Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi merupakan fokus utama pemecahan masalah kesehatan di Indonesia. Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Menurut SDKI (2003) terdata 307 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian perinatal adalah 35 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2005 mencapai 262/100000 kelahiran hidup, tahun 2006 mencapai 255/100000 kelahiran hidup dan tahun 2007 mencapai 248/100000 kelahiran hidup (SDKI 2006/2007). Ini berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator penting untuk menilai tingkat kesejahteraan suatu negara dan status kesehatan masyarakat. Angka kematian bayi sebagian besar adalah kematian neonatal yang berkaitan dengan status kesehatan ibu saat hamil, pengetahuan ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan dan peranan tenaga kesehatan serta ketersediaan fasilitas kesehatan.

2.2.1Kematian Ibu Kematian pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara berkembang sekitar 25 50% kematian terjadi pada wanita usia subur. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama kematian wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Angka kematian ibu merupakan tolok ukur untuk menilai keadaan pelayanan obstetri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti sistim pelayanan obstetri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil, bersalin dan masa nifas (dalam 42 hari) setelah persalinan. Jumlah kematian ibu melahirkan di Indonesia mencapai angka yang spektakuler yaitu 307 per 100.000 kelahiran dari rata rata kelahiran sekitar 3-4 juta setiap tahun. Angka yang dihimpun dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 menunjukkan sekitar 15.000 ibu meninggal karena melahirkan setiap tahun atau 1.279 setiap bulan atau 172 setiap pekan atau 43 orang setiap hari atau hampir 2 orang ibu meninggal setiap jam.Berdasarkan penyebabnya Kematian ibu bisa dibedakan menjadi langsung dan tidak langsung.

1) Penyebab Langsung. a. Perdarahan (42%). b. Keracunan kehamilan/eklamsi (13%). c. Keguguran/abortus (11%). d. Infeksi (10%). e. Partus lama/persalinan macet (9%). f. Penyebab lain (15%). 2) Penyebab tidak langsung a. Pendidikan ibu-ibu terutama yang ada di pedesaan masih rendah. Masih banyaknya ibu yang beranggapan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan sesuatu yang alami yang berarti tidak memerlukan pemeriksaan dan perawatan, serta tanpa mereka sadari bahwa ibu hamil termasuk kelompok risiko tinggi. Ibu hamil memiliki risiko 50 % dapat melahirkan dengan selamat dan 50 % dapat mengakibatkan kematian. b. Sosial ekonomi dan sosial budaya Indonesia yang mengutamakan bapak dibandingkan ibu, sebagai contoh dalam hal makanan, sang bapak didahulukan untuk mendapat makanan yang bergizi sedangkan bagian yang tertinggal diberikan kepada ibu, sehingga angka anemia pada ibu hamil cukup tinggi mencapai 40 %. c. 4 terlalu dalam melahirkan, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak. d. 3 terlambat, yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat untuk dikirim ke tempat pelayanan kesehatan dan terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan. e. Selain itu 60 70% ibu yang melahirkan masih ditolong oleh dukun tradisionil. Tiga terlambat ini juga sangat dipengaruhi oleh dana dari keluarga ibu bersalin, walaupun cepat dirujuk, tetapi oleh karena tidak tersedianya uang maka, niat merujuk dibatalkan sendiri oleh keluarganya. Dana yang diperlukan tidak saja untuk transportasi dan biaya perawatan di puskesmas atau RS, tetapi diperlukan juga untuk keluarga yang mengantar, sehingga jumlah dana yang dibutuhkan cukup besar. Dana sehat yang diperoleh dari masyarakat dan pemerintah masih sangat terbatas (20%), sehingga faktor dana ini masih merupakan kendala yang memerlukan perhatian yang serius.2.2.2Kematian Bayi Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat 1 tahun. Angka Kematian Bayi (AKB) 35 per 1.000 kelahiran hidup. Penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dan angka kematian balita (Akba) pada kurun waktu yang sama cukup tajam, yaitu AKB dari 51 per 1.000 menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup, dan Akba 82,6 per 1.000 menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup pada kurun waktu yang sama. Angka kematian bayi baru lahir (neonatal) penurunannya lambat, yaitu 28,2 per 1.000 menjadi 20 per 1.000 kelahiran hidup. Target nasional 2010 Angka Kematian Bayi adalah 40/1.000 sedangkan target nasional 2010 Angka Kematian Balita adalah 58/1.000. Penyebab Kematian Bayi meliputi asfiksi, infeksi, hipotermi, BBLR, trauma persalinan, penyebab lain pemberian makan secara dini, pengetahuan yang kurang tentang perawatan bayi, tradisi (masyarakat tidak percaya pada tenaga kesehatan), serta sistem rujukan yang kurang efektif.

BAB IIIKAJIAN TEORITIS3.1Surveillans Perinatal3.1.1Kegiatan Pengendalian Perinatal di Indonesia 3.1.1.1Pengendalian Angka Kematian Ibu Pendekatan yang dikembangkan untuk menurunkan angka kematian ibu yang disebut MPS atau Making Pregnancy Safer. Tiga pesan kunci dalam MPS yang perlu diperhatikan adalah : a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih. b. Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat (memadai). c. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Sedangkan strategi dalam menurunkan AKI adalah Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang cost efektif dan didukung oleh: a. Kerjasama lintas program dan lintas sektor terkait, mitra lain, pemerintah dan swasta. b. Pemberdayaan perempuan dan keluarga. c. Pemberdayaan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan dalam menurunkan AKI yaitu : a. Peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan, melalui: 1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain berupa penyediaan tenaga bidan di desa, kesinambungan keberadaan bidan desa, penyediaan fasilitas pertolongan persalinan pada polindes/pustu dan puskesmas, kemitraan bidan dan dukun bayi, serta berbagai pelatihan bagi petugas. 2) Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuai standar, antara lain bidan desa di polindes/pustu, puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar), Rumah sakit PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Kualitas) 24 jam. 3) Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran, antara lain dalam bentuk KIE untuk mencegah terjadinya 4 terlalu, pelayanan KB berkualitas pasca persalinan dan pasca keguguran, pelayanan asuhan pasca keguguran, meningkatkan partisipasi aktif pria. 4) Pemantapan kerjasama lintas program dan sektor, antara lain dengan jalan menjalin kemitraan dengan pemda, organisasi profesi (IDI, POGI, IDAI, IBI, PPNI), Perinasia, PMI, LSM dan berbagai swasta. 5) Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat, antara lain dalam bentuk meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya, pencegahan terlambat 1 dan 2, serta menyediakan buku KIA. Kesiapan keluarga dan masyarakat dalam menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan (dana, transportasi, donor darah), jaga selama hamil, cegah 4 terlalu, penyediaan dan pemanfaatan yankes ibu dan bayi, partisipasi dalam jaga mutu pelayanan. b. Peningkatan kapasitas manajemen pengelola program, melalui peningkatan kemampuan pengelola program agar mampu melaksanakan, merencanakan dan mengevaluasi kegiatan (P1 P2 P3) sesuai kondisi daerah. c. Sosialisasi dan advokasi, melalui penyusunan hasil informasi cakupan program dan data informasi tentang masalah yang dihadapi daerah sebagai substansi untuk sosialisasi dan advokasi. Kepada para penentu kebijakan agar lebih berpihak kepada kepentingan ibu dan anak.

3.1.1.2Pengendalian Angka Kematian Bayi Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kematian bayi yaitu : 1. Peningkatan kegiatan imunisasi pada bayi. 2. Peningkatan ASI eksklusif, status gizi, deteksi dini dan pemantauan tumbuh kembang. 3. Pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi. 4. Program Manajemen Tumbuh kembang Balita sakit dan Manajemen Tumbuh kembang Balita Muda. 5. Pertolongan persalinan dan penatalaksanaan Bayi Baru lahir dengan tepat. 6. Diharapkan keluarga memiliki pengetahuan, pemahaman, dan perawatan pasca persalinan sesuai standar kesehatan. 7. Menerapkan program ASUH (Awal Sehat Untuk Hidup Sehat) yang memfokuskan kegiatan pada keselamatan dan kesehatan bayi baru lahir (1-7 hari). 8. Keberadaan Bidan Desa. 9. Perawatan neonatal dasar meliputi perawatan tali pusat, pencegahan hipotermi dengan metode kanguru, menyusui dini, usaha bernafas spontan, pencegahan infeksi, penanganan neonatal sakit, audit kematian neonatal. 10. Mengintensifkan kegiatan kunjungan rumah 7 hari pertama pasca persalinan berisi pelayanan dan konseling perawatan bayi dan ibu nifas yang bermutu. Partisipasi masyarakat dalam mencegah kematian bayi yaitu dengan : a. Menyebarluaskan pengetahuan tentang pentingnya 7 hari pertama pasca persalinan bagi kehidupan bayi selanjutnya. b. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kunjungan rumah 7 hari pertama pasca persalinan oleh Bidan di Desa.c. Mencatat dan melaporkan adanya ibu hamil, ibu melahirkan, dan bayi meninggal pada bidan di Desa, agar diperoleh masukan untuk merencanakan tindakan/ kunjungan dan memecahkan sekaligus mengantisipasi masalah kematian bayi. d. Mendukung dan mempertahankan keberadaan bidan di desa.3.2 Surveilans dan Sumber Informasi Kematian Ibu Surveilans kematian ibu selain merupakan sebuah komponen sistem informasi kesehatan, juga merupakan suatu proses yang berlangsung terus menerus secara berkesinambungan untuk mengidentifikasi kematian ibu terkait kehamilan, mengkaji faktor-faktor penyebab kematian, mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data, melaporkan temuan dan membuat rekomendasi tindakan berdasarkan informasi yang diperoleh dengan tujuan untuk pengendalian dan mencegah kejadian kasus kematian berulang dimasa mendatang. Dalam pelaksanaannya, surveilans kematian melakukan empat tahapan proses kegiatan, antara lain : (a) identifikasi kasus kematian terkait kehamilan. (b) investigasi terhadap penyebab kematian baik medis dan non medis. (c) analisis data. (d) tindakan (diseminasi rekomendasi, intervensi dan evaluasi). setiap kematian ibu harus diselidiki. Penyelidikan memberikan informasi tentang permasalahan yang memicu kematian dan memberi petunjuk intervensi untuk mencegah kematian semacam itu di masa mendatang. Ketika kematian wanita usia reproduksi ditemukan dan dipastikan berhubungan dengan kehamilan, investigasi kematian ibu harus dilakukan seperti berikut: 1. Penyebab medis kematian, investigasi harus menentukan penyebab medis atau pathophysiologis kematian sespesifik mungkin dan menggolongkannya sebagai kematian obstetric langsung atau tidak langsung. Mekanisme penentuan penyebab medis kematian dipengaruhi apakah wanita itu dirawat di rumah sakit atau tidak.2. Penyebab non-medis kematian, penyebab kematian non-medis lebih penting dalam menentukan apakah seorang wanita hidup atau meninggal daripada kondisi medisnya sendiri. Sehingga, penyelidikan perlu dilakukan untuk mengurangi kematian ibu, seperti keterlambatan penemuan masalah dan pengambilan keputusan, dan akses terhadap pelayanan rujukan dan Logistik.Menurut Berg, dkk (1998) sumber informasi kasus kematian ibu dapat diperoleh dari empat sumber antara lain : 1. Akte kematian adalah catatan vital berfungsi sebagai landasan surveilans epidemiologi kematian ibu. Secara teoritis, temuan kematian ibu seharusnya mudah jika setiap kematian didaftarkan dan memiliki sebab kematian yang akurat tercantum dalam akta kematian.2. Pencatatan RS adalah kematian ibu yang terjadi di RS biasanya lebih mudah diidentifikasi. Umumnya, catatan rumah sakit berisi informasi berharga mengenai faktor-faktor penyebab kematian. Cara rumah sakit menemukan dan melaporkan kematian ibu tergantung pada ukuran pelayanan persalinan, apakah catatan medis pasien dan catatan kematiannya disimpan secara manual atau dalam computer.3. Identifikasi kematian masyarakat adalah Kematian ibu yang terjadi di luar rumah sakit adalah hal yang paling sulit untuk diidentifikasi dan memerlukan pendekatan yang kreatif saat dilakukan surveilans. Namun demikian, penting dilakukan untuk mengidentifikasi kematian itu dan menyelidikinya, khususnya di wilayah dimana persalinan dilakukan di rumah.4. Sistem Surveilans Formal adalah kematian wanita usia reproduksi atau kematian karena kehamilan dan komplikasinya terdapat pada daftar penyakit yang bisa dicatat dalam akte kematian (pencatatan sipil) yang harus dilaporkan kepada sistem surveilans yang dilakukan pemerintah. Jika sistem itu berfungsi sebagaimana yang direncanakan, sistem ini bisa mengatasi kelemahan yang berkaitan dengan metode identifikasi kematian.Data hasil surveilans kematian ibu dapat dianalisa dan dimanfaatkan untuk kepentingan program. Data dalam bentuk jumlah kematian dan informasi dari investigasi, dapat dianalisa baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis secara kuantitatif, dilakukan dengan mengkaji kasus berdasarkan karakteristik dasar kaidah pendekatan epidemiologi, seperti faktor orang, tempat dan faktor waktu. Pada faktor ORANG antara lain meliputi aspek usia, suku, status pendidikan, status sosial ekonomi, faktor TEMPAT seperti aspek tempat tinggal, tempat persalinan, kematian; faktor WAKTU seperti tahun, musim, hari, jam, dan lainnya. Analisa data dilakukan dengan melakukan perbandingan dan mengkaji faktor-faktor yang terkait dengan kematian ibu meliputi: a) menilai kecenderungan kematian ibu sepanjang waktu di wilayah tertentu b) membandingkan resiko kematian ibu diantara wilayah yang berbeda c) membandingkan data diantara kelompok populasi berbeda, yang ditentukan oleh karakteristik seperti usia, suku, tempat tinggal, dan lain-lain. Pada analisis data surveilans kematian ibu, setiap kasus harus dinilai satu per satu untuk menentukan faktor-faktor medis dan non medis yang menyebabkan kematian, khususnya faktor-faktor yang bisa dicegah. kemudian dapat dikelompokkan untuk menemukan pola atau faktor yang sama. Hal ini bisa dilakukakan secara kuantitatif (misal, menentukan apakah kelompok tertentu adalah wanita yang mungkin meninggal) dan secara kualitatif (misal, menentukan skenario mana yang menyebabkan kematian). Selain itu, salah satu tujuan utama surveilans adalah pemanfaatan informasi yang terkumpul untuk merencanakan, menerapkan dan mengevaluasi strategi-strategi intervensi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan mengurangi kematian dan kesakitan ibu. Data surveilans membantu mengidentifikasi dan memprioritaskan permasalahan di semua tingkat sistem pelayanan kesehatan. Informasi ini dapat digunakan untuk mengembangkan intervensi-intervensi dalam meningkatkan kesehatan ibu dan menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu. Dengan pemanfaatan informasi, tenaga kesehatan dapat memprioritaskan faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap kematian ibu dan yang berpotensi dapat dicegah.

Untuk kepentingan pengolahan data diatas, penting untuk memastikan didapatkannya data kematian ibu ini. Data ini antara lain diperoleh dari data Pelaporan Kematian Ibu. Menurut Depkes (1996) sistem pencatatan dan pelaporan kematian ibu menggunakan beberapa instrument berikut : a) Register kohort ibu (RKI).Register ini digunakan untuk mencatat seluruh ibu hamil di wilayah kerja bidan di desa. Data ibu hamil ini kemudian dimasukkan ke dalam RKI, dengan mencantumkan nama ibu dan suaminya, alamat dan umur ibu. Dengan RKI, memungkinkan terpantaunya kejadian komplikasi obstetri yang menjadi penyebab kematian ibu pada masa hamil/ bersalin/ nifas.b) Otopsi verbal kematian ibu (OM). Kuesioner ini digunakan oleh bidan untuk menelusuri penyebab kematian ibu yang terjadi di masyarakat dan faktor-faktor yang melatarbelakangi kematiannya. Bidan di desa yang telah memantau ibu sejak hamil secara kohort sampai melewati masa nifas dengan menggunakan RKI diharapkan akan mengetahui setiap kejadian kematian ibu yang terjadi di wilayahnya. Setiap kematian ibu ini perlu ditelusuri penyebab dan faktor yang melatarbelakanginya, dengan menggunakan kuesioner otopsi verbal kematian ibu.Sedangkan menurut Depkes (2002) bahwa pencatatan dan pelaporan kasus kematian ibu, meliputi tahap pencatatan dan tahap pelaporan:. Pada tahap pencatatan, dilakukan pada tingkat Puskesmas maupun tingkat Rumah Sakit. Pada tingkat Puskesmas, dilakukan dengan menggunakan Form R (Formulir Rujukan Maternal dan Perinatal). Formulir ini dipakai oleh puskesmas, bidan di desa maupun swasta, untuk merujuk kasus ibu maupun perinatal. Juga dengan Form OM (Formulir Otopsi Verbal Maternal) : digunakan untuk otopsi verbal ibu hamil/ bersalin/ nifas yang meninggal. Sedangkan pada tingkat Rumah Sakit, menggunakan Form MP (Formulir Maternal dan Perinatal), untuk mencatat data dasar semua ibu bersalin/ nifas/ dan perinatal yang masuk ke Rumah Sakit. Pengisian dapat dilakukan oleh bidan dan perawat. Juga dengan Form MA (Formulir Medical Audit), untuk menulis hasil/ kesimpulan dari audit maternal maupun audit perinatal, yang diisi oleh dokter yang bertugas di Bagian Kebidanan dan Kandungan (kasus ibu) atau Bagian Anak (kasus perinatal). Pada tahap pelaporan, dilakukan secara berjenjang, yaitu : 1. Laporan dari RS Kabupaten/Kota ke Dinkes (Lap RS). Laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian serta sebab kematian ibu dan bayi baru lahir Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan serta Bagian Anak.2. Laporan dari Puskesmas ke Dinkes Kabupaten/ Kota (Lap Pusk). Laporan bulanan ini berisi informasi yang sama diatas, dan jumlah kasus yang dirujuk ke RS kab./ kota.3. Laporan dari Dinkes Kabupaten/Kota ke Dinkes Propinsi. Laporan triwulan ini berisis informasi mengenai kasus ibu dan perinatal yang ditangani oleh RS Kab/ Kota, Puskesmas, dan unit pelayanan KIA lainya (bila ada), serta tingkat kematian dari tiap jenis komplikasi.

BAB IVPENUTUP

4.1KesimpulanSalah satu masalah kesehatan di Indonesia yang masih menjadi prioritasuntuk ditangani dalah tingginya kematian ibu dan bayi. Angka tersebut menempati urutan tertinggi diantara negara-negara berkembang lainnya. Angka kematian ibu di Indonesia 39 kali lebih besar dari negara Singapura, 6 kali lebih besar dari Malaysia, 8 kali lebih besar dari Thailand dan 4 kali lebih besar dari Philipina(Sumber: Bulletin of Regional Health Information, 1989-1993). Penurunan kematian perinatal di negara berkembang termasuk Indonesia akan sangat ditentukan oleh penatalaksanaan kesehatan ibu pada saat kehamilan, menjelang persalinan, saat persalinan dan setelah persalinan. Kegiatan pengendalian perinatal pun harus dilaksanakan sebaik mungkin demi menekan angka kemaatian ibu serta bayi yang terus menerus meningkat agar terciptanya kesejahteraan kita bersama. Berbagai upaya dalam menegendalikan angka kematian ibu serta bayi pun hendaknya dilakukan pengawasan lebih lanjut agar setiap program yang ada dapet berjalan dengan lancer dan hasil yang didapat dalam menekan angka kematian ib dan bayi pun tercapai, serta penyebarluasan informasi kepada masyarakat pun dapat tercapai dengan tepat sasaran. 4.2SaranDalam pembuatan makalah ini, kami menyadari banyak sekali kekurangan. Untuk itu kami mohon saran dan kritik yang membangun.

DAFTAR PUSTAKA

http://helpingpeopleideas.com/publichealth/index.php/2012/10/investigasi-dan-data-kematian-ibu/ml, di unduh pada tanggal 30 September 2013.http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/html, di unduh pada tanggal 30 September 2013.http://id.wikipedia.org/wiki/Perinatal/html, di unduh pada tanggal 30 September 2013.Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI. Jakarta. Behrman. Kliegman. Arvin. (2000). Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook of Pediatrics). EGC. Jakarta. Depkes. (2007). Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes dan Pengembangan Desa Siaga. Depkes. Jakarta. Depkes RI. (2007) Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Pusat Promosi Kesehatan. Depkes RI, (2006) Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta. Depkes RI. (2006). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta. Depkes RI. (2003). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.

17