Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

68
BAB I LAPORAN KASUS I. IDENTIFIKASI Nama : By Ita BT Kamil Umur : 8 hari Jenis Kelamin: Perempuan Alamat : Palembang Kebangsaan : Indonesia Agama : Islam MRS : 12 Mei 2013 II. ANAMNESIS (alloanamnesis dengan ibu penderita, tanggal 20 Mei 2013) Keluhan Utama Lahir tidak langsung menangis Keluhan Tambahan Berat badan lahir sangat rendah

description

kkkl

Transcript of Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Page 1: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTIFIKASI

Nama : By Ita BT Kamil

Umur : 8 hari

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Palembang

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

MRS : 12 Mei 2013

II. ANAMNESIS

(alloanamnesis dengan ibu penderita, tanggal 20 Mei 2013)

Keluhan Utama

Lahir tidak langsung menangis

Keluhan Tambahan

Berat badan lahir sangat rendah

Riwayat Perjalanan Penyakit

Bayi lahir di OK emergensi secara sectio secaria atas indikasi eklamsia antepartum

dari ibu G1P0A0 hamil 30-31 minggu dengan eklampsia antepartum, lahir tidak

langsung menangis, Apgar score 2/3, berat badan lahir 1500 gram, panjang bayi lahir

39 cm, injeksi vitamin k (+).

Riwayat ibu demam tidak ada. Riwayat ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)

tidak ada. Riwayat ketuban kental (-) hijau (-) bau (-).

Sejak lahir tangis merintih kemudian bayi dibawa ke ruang NICU RSMH.

Page 2: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama disangkal.

Riwayat Penyakit dalam Keluarga

Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah anak pertama dari pasangan Tn. A usia 38 tahun dengan pendidikan

terakhir SMA dan bekerja sebagai wiraswasta dengan Ny. I usia 30 tahun dengan

pendidikan terakhir SMP tidak bekerja.

Kesan: status ekonomi cukup

Riwayat Kehamilan

GPA : G1P0A0

HPHT : 20 September 2012

Periksa hamil : 2 kali, tidak teratur, di bidan

Kebiasaan Ibu sebelum/selama kehamilan

Minum alkohol : Tidak pernah

Merokok : Tidak pernah (perokok pasif)

Makan obat-obatan tertentu : Tidak pernah

Penyakit atau komplikasi kehamilan ini : Hipertensi dalam kehamilan (160/110

mmHg) dan ada riwayat kista endometrium sebelum hamil (kista diangkat saat

dilakukan SC)

Riwayat Persalinan

Presentasi : -

Cara persalinan : Sectio Sesaria

Obat yang diberikan pada ibu : tidak tahu

Lama persalinan : tidak tahu

Page 3: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Suhu ibu dalam persalinan : 37,00C

Tanda-tanda fetal distress : tidak tahu

Cairan ketuban hijau, busuk : (-)

Tali pusat : Panjang 50 cm, lilitan/menumbung (-)

Plasenta : Berat 500 gram, uk.17-18 cm, kelainan (-)

Tempat lahir : Palembang, tanggal 12 Mei 2013

Ditolong oleh : dokter (residen obgyn)

Resusitasi

Dilakukan oleh dokter (residen anak)

Keadaan bayi saat lahir

Jenis Kelamin : perempuan

Kelahiran : tunggal

Kondisi saat lahir : hidup

III. PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 20 Mei 2013)

Pemeriksaan Umum

Berat badan : 1350 gram Panjang badan: 39 cm

Kesadaran : sadar

Denyut jantung : 146x/menit

Pernapasan : 52x/menit

Temperatur : 37,00C

Aktivitas : sedang

Tonus otot : normal

Anemis : tidak ada

Sianosis : tidak ada

Reflek isap : sedang

Reflek tangis : sedang

Page 4: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Posisi : normal

Gangguan gerak : tidak ada

Pemeriksaan Khusus

Kepala: Lingkar kepala : 29 cm

UUB : rata

Mata : nistagmus tidak ada; pupil normal, isokor, diameter 3 mm /

3 mm, reflek cahaya +/+

Hidung : NCH tidak ada

Trauma lahir : caput succadenum tidak ada

cephal hematom tidak ada

perdarahan subaponeurotik tidak ada

parese N.f ascialis tidak ada

Leher : JVP tidak meningkat, pembesaran KGB tidak ada

Thoraks

Paru-paru

Inspeksi : Bentuk simetris, pergerakan simetris

Retraksi tidak ada

Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronki basah halus nyaring (-), wheezing (-)

Jantung

Inspeksi : pulsasi (-), iktus (-), voussur cardiaque (-)

Palpasi : iktus (-), thrill (-)

Auskultasi : HR 146x/menit, irama regular, murmur tidak ada, gallop tidak ada

Abdomen : datar, lemas, hepar-lien tidak teraba, bising usus (+) normal

Lipat paha dan genitalia: tidak ada pembesaran KGB

Anus (+) perempuan

Extremitas : fraktur tidak ada, dislokasi tidak ada, akral hangat (+), sianosis (-)

CRT < 2 detik.

Page 5: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Refleks primitif : oral : (+)

Moro : (+)

Tonic neck : (+)

Withdrawal : (+)

Plantar grasp : (+)

Palmar grasp : (+)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah rutin

LED

CRP

Rontgen Thorax

V. RESUME

Seorang bayi laki-laki lahir di bidan dengan tindakan sectio secaria, dari ibu

G1P0A0, hamil 30-31 minggu dengan eklampsia, lahir tidak langsung menangis.

Apgar score 2/3. Berat badan 1500 gram, panjang bayi lahir 39 cm. Riwayat ibu

demam selama hamil tidak ada, KPSW tidak ada, ketuban kental, hijau dan bau tidak

ada. Pada pemeriksaan umum didapatkan kesadaran sadar, denyut jantung

146x/menit, frekuensi pernapasan 52x/menit, temperatur 37,00C, aktivitas sedang,

reflek isap sedang dan reflek sedang. Dari pemeriksaan spesifik tidak ditemukan

adanya napas cuping hidung, retraksi interkostal dan subkostal.

VI. DIAGNOSIS

HMD grade I-II + BBLSR Preterm SMK + Asfiksia perinatal

VII. PENATALAKSANAAN

O2 nasal 1 L/menit

IVFD D7,5% + NaCl 15% kecepatan 4 cc/ jam mikro

Page 6: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Aminofusin 2,2 cc/jam

Ampisilin 3x40mg

Lacedim 3x80 mg

Aminofilin 3x2 mg

ASI/PASI 8x10cc (via NGT)

VIII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia

FOLLOW UP

Tanggal 12 Mei 2013 (NICU)

Page 7: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Berat badan : 1500 gram

S : lahir tidak langsung menangis, berat badan lahir sangat rendah

O : sensorium : compos mentis, aktivitas : hipoaktif, reflek isap: lemah,

refleks tangis : lemah, dyspnoe (-), Sianosis (-)

Anemis (-) Ikterik (-)

HR : 142x/menit RR : 46x/menit T : 370C

Kepala : NCH (+),sklera ikterik (-), konjungtiva anemis(-)

Thorax : simetris, retraksi (+) interkostal, subkostal, dan epigastrium.

Pulmo : vesikular (+)/(), ronkhi (-), wheezing (-)

Cor : HR 142x/menit, BJ 1&2 normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : datar, lemas, hepar-lien tidak teraba, BU (+) N.

Ekstremitas : akral hangat (+), sianosis (-), CRT < 2 detik

Skor Ballard 15 taksiran 30 minggu

Maturitas Fisik Maturitas Neuromuskular

Kulit 1 Sikap 1

Lanugo 1 Sudut perg tangan 1

Lipatan Plantar 1 Membalik lengan 1

Payudara 0 Sudut poplitea 2

Daun Telinga 1 Tanda selempang 2

Kelamin 1 Tumit ke telinga 2

Total 6 Total 9

Darah rutin (12 Mei 2013)

Hb : 15,9 g/dl

Ht : 49 vol%

Leukosit : 34600/mm3

LED : 2 mm/jam

Trombosit : 175.000/mm3

Page 8: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Dif. count : 0/0/0/71/29/0

Eritrosit : 4150000/mm3

BSS : 44 mg/dl

CRP kualitatif : negatif

CRP kuantitatif : <5

Rontgen thorax: Radiologis tak tampak kelainan thorax

A : Asfiksia perinatal+BBLSR Preterm SMK

P :

IVFD D7,5%+Ca Glukonas 30cc gtt 5cc mikro

Ampisilin 2x40 mg

Gentamisin 3 x 4 mg

CPAD PEEP 7 FiO2 40%

Tanggal 13 Mei 2013 (NICU)

Berat badan : 1500 gram

S : tangis merintih (-)

O : sensorium : compos mentis, aktivitas : hipoaktif, reflek isap: lemah,

refleks tangis : lemah, dyspnoe (-), Sianosis (-)

Anemis (-) Ikterik (-)

HR : 138x/menit RR : 58x/menit T : 37,00C

Kepala : NCH (-), sklera ikterik (-), konjungtiva anemis(-)

Thorax : simetris, retraksi (+) interkostal, subkostal dan epigastrium.

Pulmo : vesikular (+) N, ronkhi (-), wheezing (-)

Cor : HR 138x/menit, BJ 1&2 normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : datar, lemas, hepar-lien tidak teraba, BU (+) N.

Ekstremitas : akral hangat (+), sianosis (-), CRT < 2 detik

A : Asfiksia perinatal + BBLSR Preterm SMK

P :

Page 9: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

IVFD D7,5%+Ca Glukonas kecepatan 6cc gtt/jam mikro

Aminofusin kecepatan 1cc/jam

Ampisilin 2x40 mg (1)

Gentamisin 2 x 4 mg (1)

Lacedim 2x80 mg(1)

Aminofilin 2x3 mg (1)

Bcpap peep 7 FiO2 30% SpO2 90%

NPO

Tanggal 14 Mei 2013 (NICU)

Berat badan : 1500 gram

S : tangis merintih (+)

O : sensorium : compos mentis, aktivitas : hipoaktif, reflek isap: lemah,

refleks tangis : lemah, dyspnoe (+), Sianosis (-)

Anemis (-) Ikterik (-)

HR : 128x/menit RR : 68x/menit T : 37,00C

Kepala : NCH (-), sklera ikterik (-), konjungtiva anemis(-)

Thorax : simetris, retraksi (+) interkostal dan subkostal dan epigastrium.

Pulmo : vesikular (+) /, ronkhi (-), wheezing (-)

Cor : HR 128x/menit, BJ 1&2 normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : datar, lemas, hepar-lien tidak teraba, BU (+) N.

Ekstremitas : akral hangat (+), sianosis (-), CRT < 2 detik

A : BBLSR Preterm SMK + Asfiksia perinatal + Suspect HMD

P :

IVFD D7,5%+Ca Glukonas kecepatan 6cc gtt/jam mikro

Aminofusin kecepatan 1,5cc/jam

Ampisilin 2x40 mg (2)

Lacedim 2x80 mg (2)

Page 10: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Aminofilin 2x3 mg (2)

Bcpap peep 7 FiO2 30% SpO2 92%

NPO

Tanggal 15 Mei 2013 (NICU)

Berat badan : 1500 gram

S : tangis merintih (-)

O : sensorium : compos mentis, aktivitas : hipoaktif, reflek isap: lemah,

refleks tangis : kuat, dyspnoe (-), sianosis (-)

anemis (-), ikterik (-)

HR : 122x/menit RR : 58x/menit T : 37,00C

Kepala : NCH (-), sklera ikterik (-), konjungtiva anemis(-)

Thorax : simetris, retraksi (-).

Pulmo : vesikular (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)

Cor : HR 122x/menit, BJ 1&2 normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : datar, lemas, hepar-lien tidak teraba, BU (+) normal.

Ekstremitas : akral hangat (+), sianosis (-), CRT < 2 detik

A : BBLSR Preterm SMK + Asfiksia perinatal + Suspect HMD

P :

IVFD D7,5%+1/5 NS kecepatan 6cc gtt/jam mikro

Aminofusin kecepatan 1,2cc/jam

Ampisilin 2x40 mg (3)

Lacedim 2x80 mg (3)

Aminofilin 2x3 mg (3)

O2 HB 5liter/menit SpO2 92%

NPO

Tanggal 16 Mei 2013 (NICU)

Page 11: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Berat badan : 1500 gram

S : tangis merintih (-)

O : sensorium : compos mentis, aktivitas sedang, reflek isap: lemah,

refleks tangis : sedang, dyspnoe (-), sianosis (-)

anemis (-), ikterik (-)

HR : 132x/menit RR : 58x/menit T : 37,00C

Kepala : NCH (-), sklera ikterik (-), konjungtiva anemis(-)

Thorax : simetris, retraksi (-).

Pulmo : vesikular (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)

Cor : HR 132x/menit, BJ 1&2 normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : datar, lemas, hepar-lien tidak teraba, BU (+) normal.

Ekstremitas : akral hangat (+), sianosis (-), CRT < 2 detik

A : HMD grade I-II + BBLSR Preterm SMK + Asfiksia perinatal

P :

IVFD D7,5%+1/5 NS kecepatan 6cc gtt/jam mikro

Aminofusin kecepatan 1,2cc/jam

Ampisilin 2x40 mg (4)

Lacedim 2x80 mg (4)

Aminofilin 2x3 mg (4)

Asi / Pasi 8x5cc

Tanggal 17 Mei 2013 (NICU)

Berat badan : 1350 gram

S : tangis merintih (-)

O : sensorium : compos mentis, aktivitas sedang, reflek isap: lemah,

refleks tangis : sedang, dyspnoe (-), sianosis (-)

Page 12: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

anemis (-), ikterik (-)

HR : 138x/menit RR : 58x/menit T : 37,00C

Kepala : NCH (-), sklera ikterik (-), konjungtiva anemis(-)

Thorax : simetris, retraksi (-).

Pulmo : vesikular (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)

Cor : HR 138x/menit, BJ 1&2 normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : datar, lemas, hepar-lien tidak teraba, BU (+) normal.

Ekstremitas : akral hangat (+), sianosis (-), CRT < 2 detik

A : HMD grade I-II + BBLSR Preterm SMK + Asfiksia perinatal

P :

IVFD D7,5%+1/5 NS kecepatan 6cc gtt/jam mikro

Aminofusin kecepatan 1,2cc/jam

Ampisilin 2x40 mg (5)

Lacedim 2x80 mg (5)

Aminofilin 2x3 mg (5)

Asi / Pasi 8x5cc

Tanggal 18 Mei 2013 (NICU)

Berat badan : 1350 gram

S : tangis merintih (-)

O : sensorium : compos mentis, aktivitas sedang, reflek isap: kuat,

refleks tangis : sedang, dyspnoe (-), sianosis (-)

anemis (-), ikterik (-)

HR : 128x/menit RR : 50x/menit T : 37,00C

Kepala : NCH (-), sklera ikterik (-), konjungtiva anemis(-)

Thorax : simetris, retraksi (-).

Pulmo : vesikular (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)

Cor : HR 128x/menit, BJ 1&2 normal, murmur (-), gallop (-)

Page 13: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Abdomen : datar, lemas, hepar-lien tidak teraba, BU (+) normal.

Ekstremitas : akral hangat (+), sianosis (-), CRT < 2 detik

A : HMD grade I-II + BBLSR Preterm SMK + Asfiksia perinatal

P :

IVFD D7,5%+1/5 NS kecepatan 6cc gtt/jam mikro

Aminofusin kecepatan 2cc/jam

Ampisilin 2x40 mg (6)

Lacedim 2x80 mg (6)

Asi / Pasi 8x5cc cek residu urine

O2 Nasal 1L/menit SpO2 90%

Tanggal 19 Mei 2013 (NICU Neonatus)

Berat badan : 1350 gram

S : tangis merintih (-)

O : sensorium : compos mentis, aktivitas sedang, reflek isap: sedang,

refleks tangis : sedang, dyspnoe (-), sianosis (-)

anemis (-), ikterik (-)

HR : 130x/menit RR : 48x/menit T : 37,00C

Kepala : NCH (-), sklera ikterik (-), konjungtiva anemis(-)

Thorax : simetris, retraksi (-).

Pulmo : vesikular (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)

Cor : HR 130x/menit, BJ 1&2 normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : datar, lemas, hepar-lien tidak teraba, BU (+) normal.

Ekstremitas : akral hangat (+), sianosis (-), CRT < 2 detik

A : HMD grade I-II + BBLSR Preterm SMK + Asfiksia perinatal

P :

IVFD D7,5%+1/5 NS kecepatan 6cc gtt/jam mikro

Page 14: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Aminofusin kecepatan 2cc/jam

Ampisilin 2x40 mg (7)

Lacedim 2x80 mg (7)

Asi / Pasi 8x10cc cek residu urine

O2 Nasal 1L/menit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASFIKSIA NEONATORUM

Definisi

Beberapa sumber mendefinisikan asfiksia neonatorum dengan berbeda :

Ikatan Dokter Anak Indonesia

Page 15: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada

saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia,

hiperkarbia dan asidosis

WHO

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan danteratur

segera setelah lahir

ACOG dan AAP

Seorang neonates disebut mengalami asfiksia bila memenuhi kondisi sebagai

berikut :

Nilai apgar menit kelima 0-3

Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat

Gangguan neurologis (misalnya: kejang, hipotonia)

Adanya gangguan multiorgan

Asfiksia neonatorum dapat juga didefinisikan sebagai kegagalan bernafas

spontan dan teratur saat bayi lahir dan sesaat setelah lahir ditandai dengan

hipoksemia, hiperkapnia dengan asidosis metabolik. Hal ini disebabkan oleh hipoksia

janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul

dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia

akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna.

Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan

hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro,

1999)

Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami

asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan

kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi

kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal,

2007).

Etiologi Dan Faktor Resiko

Page 16: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Hipoksia janin yang menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum karena

gangguan pertukaran gas serta transpor O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat

gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat

berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan,

atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita dalam persalinan.

Secara umum etiologi terjadinya asfiksia neonatorum dapat dikelompokkan

menjadi :

Faktor ibu

Preeklampsia dan eklampsia

Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

Partus lama atau partus macet

Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

Faktor persalinan

Ibu dengan persalinan tindakan, korioamnionitis, kelainan letak, partus

lama, ketuban pecah dini, inersia uteri, air ketuban bercampur mekoneum,

penggunaan anestesi umum, penggunaan narkotik ≤ 4 jam sebelum persalinan

Faktor janin

Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,

ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)

Kelainan bawaan (kongenital)

Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Lilitan tali pusat

Tali pusat pendek

Simpul tali pusat

Faktor Resiko Asfiksia Neonatorum

Page 17: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Faktor Risiko

Antepartum

Faktor Risiko Intrapartum Faktor Risiko Janin

Primipara

Penyakit pada ibu

Demam saat

kehamilan

Hipertensi dalam

kehamilan

Anemia

Diabetes mellitus

Penyakit hati dan

ginjal

Penyakit

kolagen dan

pembuluh darah

Perdarahan

antepartum

Riwayat kematian

neonates sebelumnya

Penggunaan sedasi,

anelgesi atau

anestesi.

Malpresentasi

Partus lama

Persalinan yang sulit

dan traumatik

Mekoneum dalam

ketuban

Ketuban Pecah Dini

Induksi Oksitosin

Prolaps tali pusat

Prematuritas

BBLR

Pertumbuhan

janin terhambat

Kelainan kongenital

Patogenesis

Asfiksia terjadi ketika bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan 1

menit setelah lahir. Bayi dengan apnue primer akan tampak biru dengan akselerasi

denyut jantung. Bayi ini biasanya akan membaik secara spontan namun harus

Page 18: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

diakselerasi dengan stimulasi fisik dan kimiawi. Keadaan ini kadang disebut asfiksia

livida.

Bayi dengan sekunder apnue (terminal apnue) tidak akan membaik tanpa

resusitasi. Bayi ini putih atau sianosis, tanpa respon, flaksid, denyut jantung <100 dan

perfusi yang jelek. Kondisi ini kadang disebut asfiksia pallida.

Namun pada kamar bersalin kita tidak dapat membedakan primer dan

sekunder apnue maka resusitasi harus dilakukan pada semua bayi apnue dan

menganggapnya sebagai apnue sekunder.

Setelah resusitasi dilakukan barulah kita dapat menentukan apnue primer

ataukah apnue sekunder. Bayi dengan apnue pimer mengalami peningkatan denyut

jantung dan akan bernapas spontan sebelum berwarna merah muda serta sering terjadi

gasping atau menangis sebelum menjadi apnue. Sedangkan bayi dengan apnue

sekunder akan berwarna merah muda sebelum mengalami respirasi spontan.

Perubahan pertukaran gas dan transpor oksigen selama kehamilan dan

persalinan akan mempengaruhi oksigenisasi sel-sel tubuh yang selanjutnya dapat

mengakibatkan gangguan fungsi sel. Gangguan fungsi ini dapat ringan serta

sementara atau menetap, tergantung dari perubahan homeostasis yang terdapat pada

janin. Perubahan homeostasis ini berhubungan erat dengan beratnya dan lamanya

anoksia atau hipoksia yang diderita.

Pada tingkat permulaan gangguan pertukaran gas transport oksigen mungkin

hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Bila gangguan berlanjut, dalam tubuh

terjadi metabolisme anaerob. Proses ini berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga

sumber-sumber glikogen tubuh terutama dalam jantung dan hati berkurang. Asam-

asam organik yang dihasilkan akibat metabolisme ini akan menyebabkan terjadinya

asidosis metabolik. Pada tingkat lebih lanjut terjadi gangguan kardiovaskuler yang

disebabkan oleh:

a. Kerja jantung yang terganggu akibat dipakainya simpanan glikogen dalam

jaringan jantung.

b. Asidosis yang mengganggu fungsi sel-sel jantung.

Page 19: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

c. Gangguan peredaran darah ke paru-paru karena tetap tingginya resistensi

pembuluh darah pulmonal.

Asidosis dan gangguan kardiovaskuler ini mempunyai akibat buruk terhadap sel-

sel otak dan dapat menyebabkan kematian anak atau timbulnya gejala-gejala lanjut

pada anak yang hidup. Dalam garis-garis besar perubahan-perubahan yang terjadi

pada asfiksia adalah:

a. Menurunnya tekanan O2 arterial.

b. Meningkatnya tekanan CO2.

c. Turunnya pH darah.

d. Dipakainya simpanan glikogen tubuh untuk metabolisme anaerob

e. Terjadinya perubahan fungsi kardiovaskuler.

Perubahan Patofiologis Dan Gambaran Klinis

Kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan

penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak

dan bayi selanjutnya

Bradikardi dan penurunan TD.

Gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh

bayi asidosis respioratorik metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis

glikogen tubuh glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan

berkurang perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa

keadaan diantaranya :

1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi

jantung.

2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot

jantung.

3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap

tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru

Page 20: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam,

1998).

Gejala Dan Tanda-Tanda Asfiksia

1. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap

2. Warna kulit kebiruan

3. Kejang

4. Penurunan kesadaran.

5. Tachypnea (> 60/min)

6. Retraksi dinding dada

7. Cyanosis.

8. Decreased air entry

9. Grunting

Page 21: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Skema Patogenesis Asfiksia Neonatorum

Page 22: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Diagnosis

a. Anamnesis

Anamnesis diarahkan untuk mencari factor resiko terhadap terjadinya asfiksia

neonatorum

b. Pemeriksaan fisik

1. Bayi tidak bernafas atau menangis

2. Denyut jantung kurang dari 100x/menit

3. Tonus otot menurun

4. Bias didapatkan cairan ketuban ibu tercampur mekonium, atau sisa

mekonium pada tubuh bayi

5. BBLR

c. Kriteria Diagnosis

Nilai APGAR, merupakan suatu skoring yang berhubungan erat dengan

beratnya asfiksia dan biasanya dinilai satu menit dan lima menit setalah bayi lahir.

Angka ini penting artinya karena dapat dipergunakan sebagai pedoman untuk

menentukan cara resusitasi yang akan dikerjakan.

0 1 2

Appereance (warna kulit) Pucat Badan merah,

ekstremitas biru

Seluruh tubuh

kemerahan

Pulse Rate (frekuensi nadi) Tidak ada <100 >100

Grimace (reaksi rangsangan) Tidak ada Sedikit gerakan

mimik

Batuk/bersin

Activity (tonus otot) Tidak ada Ekstremitas

seikit fleksi

Gerakan aktif

Respiration effort (usaha

bernafas)

Tidak ada Lemah/tdak

teratur

Baik/menangis

Page 23: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Berdasarkan nilai APGAR 1 menit dapat diklasifikasikan:

a. 8-10 tidak asfiksia.

b. 5-7 asfiksia ringan.

c. 3-4 asfiksia sedang

d.0-2 asfiksia berat.

d. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium ; hasil analisis gas darah menunjukkan hasil asidosis pada

daerah tali pusat:

1. PaO2 < 50 mmH2O

2. PaCO2> 55 mmH2O

3. Ph < 7,30

Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi aktif, pemeriksaan

penunjang diarahkan pada kecurigaan atas komplikasi, berupa:

1. Pemeriksaan darah tepi

2. Analisi gas darah sesudah lahir

3. Pemeriksaan gula darah sewaktu

4. Pemeriksaan ginjal

5. Pemeriksaan elektrolit

6. Pemeriksaan radiologi/ rontgen dada

7. Pemeriksaan ct scan kepala

Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi

yang baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu

mengindikasikan akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat

peningkatan skor pada tes menit kelima.

Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit),

maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakan syaraf jangka

panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan akan kerusakan otak. Namun demikian,

Page 24: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan dengan cepat apakah bayi yang baru lahir

tersebut membutuhkan penanganan medis segera; dan tidak didisain untuk

memberikan prediksi jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut.

Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau

membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan

menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera

ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan

positif (VTP).

Klasifikasi Keparahan Asfiksia

Pada kasus asfiksia ringan bayi dapat terkejut atau sangat waspada dengan

peningkatan tonus otot, makan dengan buruk, dan frekuensi pernafasan normal

atau cepat. Temuan ini biasanya berlangsung selama 24-48 jam sebelum sembuh

secara spontan.

Pada kasus asfiksia sedang bayi dapat letargi dan mengalami kesulitan pemberian

makan. Bayi dapat mengalami episode apnia kadang-kadang dan atau konvulsi

selama beberapa hari. Masalah ini biasanya sembuh dalam satu minggu, tetapi

masalah perkembangan saraf mungkin ada. Pada kasus asfiksia berat bayi dapat

terkulai atau tidak sadar dan tidak makan. Konvulsi dapat terjadi selama

beberapa hari dan episode apnia yang berat dan sering umumnya terjadi. Bayi

dapat membaik selama beberapa minggu atau tidak dapat membaik sama sekali.

Jika bayi ini dapat bertahan hidup mereka biasanya menderita kerusakan otak

permanen.

Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal

sebagai ABC resusitasi, yaitu :

1. Memastikan saluran terbuka

Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm

Page 25: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.

Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan

saluran pernafasan terbuka.

2. Memulai pernafasan

Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasa

Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon

atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).

3. Mempertahankan sirkulasi

Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara

Kompresi dada.

Pengobatan

Jika asfiksia ringan

Jika bayi tidak mendapat oksigen ijinkan bayi mulai menyusui. Jika bayi

mendapat oksigen atau sebaliknya, tidak dapat menyusui berikan perasan ASI dengan

metode pemberian makan alternatif

Jika asfiksia sedang atau berat

1. Pasang selang IV dan berikan hanya cairan IV selama 12 jam pertama.

2. batasi volume cairan sampai 60 ml/kg BB selama hari pertama dan pantau

haluaran urin.

3. Jika bayi berkemih kurang dari 6 kali/hari atau tidak menghasilkan urin

jangan meningkatkan volume cairan pada hari berikutnya, ketika jumlah

urin mulai meningkat tingkatkan volume cairan IV harian sesuai dengan

kemajuan volume cairan. Tanpa memperhatikan usia bayi yaitu untuk bayi

yang berusia 4 hari, lanjutkan dari 60 ml/kg sampai 80 ml/kg sampai 100

ml/kg jangan langsung 120 ml/kg pada hari pertama. Ketika konvulsi

terkendali dan bayi menunjukan tanda-tanda peningkatan respon. Ijinkan

bayi mulai menyusui. Jika bayi tidak dapat menyusui berikan perasan ASI

Page 26: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

dengan menggunakan metode pemberian makan alternatif. Berikan

perawatan berkelanjutan.

Langkah awal resusitasi: (sesuai dengan algoritme)

Letakkan bayi di meja dengan alat pemancar panas, keringkan, letakkan pada

posisi yang benar, lakukan penghisapan bila perlu, rangsangan taktil dan segera nilai:

pernafasan, frekuensi jantung dan warna kulit.

Ventilasi tekanan positif

Ventilasi tekanan positif dapat diberikan dengan balon resusitasi dan intubasi

endotrakeal (ETT)

Indikasi: bila bayi apnu/megap-megap atau bernafas tetapi frekuensi jantung

<100 permenit atau sianosis sentral menetap meskipun diberikan oksigen arus

bebas 100%.

Ventilasi

Lakukan ventilasi dengan frekuensi 40-60 kali permenit selama 30 detik

dengan oksigen 100%, lalu nilai kembali pernafasan, frekuensi jantung dan

warna kulit.

Evaluasi

Terdapat 3 tanda perbaikan pada bayi yang dilakukan ventilasi yaitu frekuensi

jantung meningkat >100 permenit, perbaikan warna kulit dan bernafas

spontan. Bila gagal lanjutkan ventilasi sambil memeriksa apakah letak

sungkup sudah benar, posisi kepala baik dan aliran oksigen 100% dan

mulailah penekanan dada, bila frekuensi jantung di bawah 60 kali permenit.

Page 27: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)
Page 28: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Kompresi dada

Indikasi: frekuensi jantung < 60 kali permenit setelah 30 detik mendapat VTP

dengan oksigen 100%.

Frekuensi

Sternum ditekan sedalam 1/3 diameter anteroposterior rongga dada dengan 3

kali penekanan dan 1 kali ventilasi dalam 2 detik (45 kali kompresi dada dan

15 kali ventilasi selama 30 detik).

Eveluasi

Setelah 30 detik melakukan tindakan kompresi dada dan ventilasi, periksa

frekuensi jantung tau nadi. Bila frekuensi jantung:

< 60 kali permenit: lanjutkan tindakan kompresi dada dan ventilasi dan

pemberian epinefrin.

Hentikan tindakan penekanan dada tetapi lanjutkan ventilasi dengan

oksigen 100%.

Intubasi endotrakeal

Ventilasi tekanan positif dapat diberikan dengan balon resusitasi dan sungkup

atau dengan balon resusitasi dan intubasi endotrakeal (ETT) bila VTP dengan balon

dan sungkup kurang efektif.

Indikasi

- Bila terdapat mekonem dan bayi mengalami depresi nafas, tonus otot atau

denyut jantung maka intubasi dilakukan pada kesempatan pertama (perlu

melakukan penghisapan mnelalui trakea untuk mengeluarkan mekoneum)

sebelum memulai tindakan resusitasi yang lain.

- Bila VTP dengan balon dan sungkup tidk efektif (tidak mengembangkan

dada) atau membutuhkan pemberian VTP agak lama, dicurigai ada hernia

diafragmatika, pemberian surfaktan dan bayi berat badan sangat rendah.

- Bila perlu kompresi dada, intubasi memudahkan koordinasi kompresi dan

ventilasi dan memaksimalkan efisiensi VTP.

Page 29: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Obat obat yang Digunakan pada Resusitasi Neonatus

Obat Kadar Persiapan Dosis/cara Kecepatan/

perhatian

Epinefrin 1:10.000 1 ml 0,1-0,3 ml/kg

iv atau ET

Berikan cepat

Dapat diencerkan

dengan larutan

garam fisiologis

sampai 1-2 mL bila

diberian secara ET

Volume

Expanders

Darah lengkap

Albumin salin

Garam

fisiologis

Ringer laktat

40 mL 10 mL/kg

iv

Berikan selama 5-10

menit

Berikan melalui pipa

semprit atau tetesan

intravena

Natrium

bikarbonat

0,5 mEq/mL

(cairan 4,2%)

20 mL/2

buah

semprit

10 mL yang

telah diisi

2 meq/kg (4

mL/kg)

Berikan pelan pelan

dalam waktu paling

sedikit 2

menit.berikan hanya

bila bayi sudah

dalam ventilasi

efektif

Nalokson

Hidroklorit

0,4 mg/mL

1 mL

0,1 mg/kg

(0,25

mL/kg)

Iv,et,im,sq Berikan cepat

Iv, ET diutamakan.

IM, SQ dapat pula

digunakan.1 mg/mL 1 mL 0,1 mg/kg

(0,1 mL/kg

Page 30: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Tindakan-Tindakan Lain Dalam Resusitasi

Pengisapan cairan lambung hanya dilakukan pada bayi-bayi tertentu untuk

menghindarkan kemungkinan timbulnya regurgitasi dan aspirasi, terutama pada bayi

yang sebelumnya menderita gawat janin, yang dilahirkan dari ibu yang mendapat

obat-obat analgesia/anestesia dalam persalinannya, pada bayi prematur, dan

sebagainya.

Tentang penggunaan obat-obat analeptik sepeti lobelin, Koramin, Vandid, dan

lain-lain dewasa ini tidak diberikan lagi dan asfiksia berat bahkan merupakan

kontraindikasi untuk penggunaannya. Nalorphin merupakan obat satu-satunya yang

dapat diberikan pada bayi apabila asfiksia yang terjadi disebabkan oleh penekanan

pernafasan akibat morphin atau pethidin dan obat-obat berasal dari golongan itu yang

diberikan pada ibu selama persalinan.

Komplikasi

Asfiksia neonatorum dapat menyebabkan komplikasi yang terjadi langsung (dini)

seperti asidosis metabolik, sindroma gawat nafas (SM dan TTN), gagal jantung, gagal

ginjal akut, ensefalopati hipoksik iskemik, juga dapat menimbulkan komplikasi

lanjutan seperti terjadinya epilepsi, mikrosefali, serebral palsi, retardasi mental,

gangguan belajar, dan gangguan tingkah laku beserta emosi.

Prognosis

Prognosis dari asfiksia neonatorum bergantung pada berapa lama neonatus

tersebut tidak dapat bernafas. Sebagai contoh, penelitian klinis menunjukkan bayi

dengan nilai Apgar yang rendah pada 5 menit pertama lebih menunjukkan hasil yang

secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan yang 10 menit. Asfiksia yang

berkepanjangan (prolonged) dapat menyebabkan kematian apabila asfiksia terjadi

lewat dari 10 menit.

Page 31: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

B. SINDROM GAWAT NAFAS PADA NEONATUS

Definisi

Kumpulan dari 2 atau lebih gejala: gangguan ventilasi paru yang menetap

setelah 4 jam pertama sesudah lahir, ditandai dengan frekuensi napas >60 kali/menit;

merintih pada waktu ekspirasi; retraksi otot-otot bantu pernapasan pada waktu

inspirasi/rektraksi interkostal, subkostal, supra-sternal, epigastrium; pernapasan

cuping hidung dan sianosis.

Etiologi

Gangguan traktus respiratorius: Hyaline Membrane Disease (HMD),

Transient Tachypnoe of the Newborn (TTN), infeksi (Pneumonia), Sindrom

Aspirasi, Hipoplasia Paru, Hipertensi Pulmonal, Kelainan Kongenital

(Choanal Atresia, Hernia Diafragmatika, Pierre Robin Syndrome), Pleural

Effusion, Kelumpuhan syaraf frenikus, dll

Gangguan luar traktus respiratorius: Kelainan

Patogenesis

Hipoksia dan hiperkarbia dapat meyebabkan asidosis respiratorik dan juga terjadi

asidosis metabolik sehingga dapat mengganggu fungsi organ dengan segala

akibatnya.

Gejala Klinis

Tergantung penyebab. Tersering HMD (pada BBLR)

Diagnosis

Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Mengidentifikasi gejala dasar seperti ditulis dalam batasan.

Kemudian cari faktor penyebab.

Page 32: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Tetapkan gangguan keseimbangan asam basa, derajat hipoksia dan komplikasi

lain.

Gejala dasar dapat ditetapkan dengan pemeriksaan rutin.

Langkah mencari faktor penyebab:

Cari faktor predisposisi (misalnya HMD, BBLR); lakukan foto thoraks

Cari gejala spesifik untuk berbagai faktor penyebab (misal: hernia

diafragmatika: perut kosong/bising usus pada thoraks).

Lakukan pemeriksaan spesifik berdasarkan dugaan faktor penyebab.

Diagnosis Banding

Takipnue sementara pada neonates

Penyakit membrane hialin

Pneumonia

Sepsis

Pemeriksaan Penunjang

Darah : Hb, lekosit, Diff.count, trombosit, mikro LED, dan kultur

Foto toraks

Tatalaksana

Pengobatan suportif pada SGN pada umumnya sama:

Pemberian oksigen intranasal sampai nasofaring atau dengan head box

IVFD dektrose 7½ atau 10% + NaCl 15% 6 cc

Antibiotika:

Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis

Gentamisin 2½ mg/kgBB/18 jam bila BB >2.000 gram

Gentamisin 2½ mg/kgBB/24 jam bila BB <2.000 gram

Mencari penyebab SGN dengan melakukan foto thoraks cito

Pemberian makanan peroral ditunda sampai frekuensi pernapasan <60 x/menit

Page 33: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Terapi khusus diberikan sesuai dengan penyebab SGN

Tindak lanjut:

Pengamatan rutin:

Tanda-tanda vital dan bentuk pernapasan.

Awasi tanda-tanda kegagalan pernapasan, infeksi, asidosis, gagal ginjal

akut.

Pemeriksaan laboratorium rutin: Hb, Leuko, Diff 1 kali 3 hari. Analisa

gas darah, pada tahap awal tiap 2 jam, kemudian jika keadaan membaik,

pengamatan dijarangkan. Urin diukur. Elektrolit diperiksa sekali sehari.

Diamati kemampuan minum dan pertumbuhan berat badan.

Pemeriksaan khusus: sesuai bentuk klinik dan perkiraan munculnya

komplikasi

Indikasi Pulang:

Tidak sesak dengan frekuensi nafas 40-60 kali per menit, minum baik, tidak ada tanda

infeksi dan penyakit penyebab telah terkendali.

Edukasi : penjelasan mengenai factor risiko dan penatalaksanaan serta komplikasi

Komplikasi

Bisa terjadi sepsis neonatorum

Prognosis

Baik bila tidak ada komplikasi

C. BAYI BERAT LAHIR RENDAH

Definisi

Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500

gram tanpa memandang massa gestasi. Berat badan lahir adalah berat bayi yang

ditimbang dalam 1 jam setelah lahir.

Page 34: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Klasifikasi BBLR

Berdasarkan berat lahir :

Berat lahir kurang dari 1000 gr : bayi berat lahir amat sangat rendah

Berat lahir kurang dari 1500 gr : bayi berat lahir sangat rendah

Berat lahir kurang dari 2500 gr : bayi berat lahir rendah

Berdasarkan usia gestasi BBLR dibedakan:

Prematur : usia gestasi kurang dari 37 minggu.

Aterm : 37 minggu atau lebih.

Berdasarkan berat lahir dan usia gestasi maka BBLR dapat diklasifikasikan

menjadi SMK (sesuai masa kehamilan), KMK (kecil masa kehamilan), atau BMK

(besar masa kehamilan).

Penyebab

Berat lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai factor melalui suatu proses

yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Factor factor yang dapat

mempengaruhi berat bayi lahir adalah factor lingkungan internal mempengaruhi berat

bayi lahir antara lain sebagai berikut :

1. Umur ibu hamil

Berdasarkan hasil penelitian umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir,

kehamilan dibawah umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali

lebih tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada

umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi

fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang,

sehingga pada saat kehamilan ibi tersebut belumdapat menanggapi kehamilan secara

sempurna dan sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil,

maka anak yang dilahirkan akan semakin ringan. Meski kehamilan dibawah umur

Page 35: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

sangat berisiko tetapii kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat

berbahaya. Mengingat pada usia tersebut sering muncul penyakit seperti hipertensi,

tumor jinak peranakan, atau penyakit degenerative pada persendian tulang panggul.

Kesulitan lain kehamilan diatas 35tahun ini yakni bila ibu ternyata mengidap penyakit

seperti diatas sitakutkan bayi lahir dengan membawa kelainan. Dalam proses

persalinan sendiri, kehamilan diatas 35 tahun akan menghadapi kesulitan pada proses

persalinan karena lemahnya kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada tulang

panggul tengah. Mengingat factor umur memegang peranan penting terhadaap derajat

kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil dan bayi. Maka sebaiknya merencanakan

kehamilan pada usia antara 20-35 tahun.

2. Jarak kehamilan/kelahiran

Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga berencana

(BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih. Karena jarak

kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk

memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Ini merupakan salah

satu factor penyebab kelemahan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan.

Menurut Depkes RI menyatakan kehamilan yang perlu diwaspadai adalah jarak

persalina terakhir dengan awal kehamilan sekurang kurang dari 2 tahun. Bila jarak

terlalu dekat, maka rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Pada keadaan

ini perlu diwaspadai kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama

atau perdarahan.

3. Paritas

Paritas secara luas mencakup gravid/jumlah kehamialn. Premature/jumlah

kelahiran, dan abortus/jumlah keguguran. Sedan dlam aryi khusus yaitu jumlah atau

banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu melahirkan

anak ke empata atau lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak

danterjadi kehamilan lagi keadaan kesehatanyya akan mulai menurun, sering

mengalami kurang darah(anemi), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan letak bayi

sungsang ataupun meliintang.

Page 36: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

4. Kadar hemoglobin

Kadar hemoglobin ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang

dilahirkan. Seorang ibu hamil dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya

dibawah 11gr%. Hal ini jelas menimbulkan gangguan pertumbuhan hasil konsepsi,

sering terjadi immaturitas, prematuritas, cacat bawaan, atau janin lahir dengan berat

badan yang rendah.

5. Status gizi ibu hamil

Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi

pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Selain itu gizi ibu hamil menentukan

berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah

pentingdilakukan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status

gizi ibuhamil antara lain memantau pertambhan berat badan selama hamil, mengukur

lingkar lengan atas dan mengukur kadar hemoglobin. Pertambahan berat badan

selama hamil sekitar 10-12kg, dimana trimester 1 pertambhan kurang dari 1 kg,

trimester II sekitar 3kg, dan trimester III 6 kg. pertambahan berat badan ini juga

sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin. Pengukuran LILA dimaksudkan

untuk mengetahui apakah seseorang menderita kurang energy kronis (KEK),

sedangkan pengukuran kadar hemoglobin untuk mengetahui kondisi ibu apakah

mengalami anemia defisiensi besi.

6. Penyakit selama kehamilan

Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir

diantaranya adalah Diabetes Melitus Gestational (DMG), cacar air, dan penyakit

infeksi TORCH.

Berdasarkan SPTL 2012 etiologi bayi berat lahir renadah sebagai berikut :

1. Faktor Ibu. Hipertensi (esensial, renal, kehamilan), kelainan kardiovaskuler

(diabetes mellitus, kelainan jantung, kelainan ginjal), perokok dan

alkoholisme, kecanduan obat, malnutrisi, kelainan uterus inkompetensi

cerviks, infeksi saluran kemih, ketuban pecah dini.

Page 37: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

2. Faktor Plasenta. Kelainan plasenta (insersi plasenta yang abnormal, fibrosis,

infark), abrupsio plasenta, plasenta previa.

3. Faktor Janin. Infeksi (rubella, toksoplasma, cytomegalovirus), kelainan

kromosom (trisomi 13, 18 dan 21, sindrom Turner), cacat bawaan, arteri

umbilikalis tunggal, polihidranmion, kehamilan kembar

Patogenesis

Gangguan sirkulasi utero plasenta akan mengganggu asupan nutrisi ke janin, sehingga

dapat menyebabkan BBLR

Cara penegakkan diagnosa

Anamnesis:

Keadaan ibu selama hamil (sesuai dengan faktor etiologi), masa gestasi.

Pemeriksaan fisik:

Pemeriksaan fisis lengkap bayi baru lahir. Pemeriksaan skor Balard untuk menilai

usia gestasi, dan diplot pada kurva Lubchenco untuk menilai kesesuaian berat lahir

dengan usia gestasi.

Kriteria Diagnosis:

Berdasarkan berat lahir dan usia gestasi diklasifikasikan sesuai dengan klasifikasi di

atas.

Diagnosis:

Timbang berat bayi

Tentukan masa gestasi (hari pertama haid terakhir, Skor Ballard)

Tentukan bayi sesuai masa kehamilan atau kecil masa kehamilan dengan

menggunakan kurve pertumbuhan dan perkembangan intra uterin dari

Battalgia dan Lubchenco

Page 38: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Masa gestasi <37 minggu prematuritas murni

Masa gestasi ≥36 minggu dismatur

Masa gestasi <37 minggu dan berat lahir kurang untuk masa gestasi

tersebut gabungan keduanya

Cari faktor penyebab/risiko yang mendasari

Pemeriksaan Penunjang:

Glukosa darah, hemoglobin, leukosit, diff. count, serta pemeriksaan lain atas indikasi

(foto thoraks, ECG,USG).

Tatalaksana:

Indikasi rawat:

Semua bayi berat lahir kurang dari 1.500 gram

Masa gestasi ≤35 minggu

Bayi dengan komplikasi

Perawatan:

Dirawat dalam inkubator, jaga jangan sampai hipotermi, suhu bayi 36,5-

37,5oC

Bayi dengan RDS pengobatan sesuai dengan penanganan RDS.

Tentukan masa gestasi

Bayi BB >1.500 gram tanpa asfiksia dan tak ada tanda-tanda RDS dirawat

gabung

Bila bayi <1.500 gram, pindah rawat bagian IKA dan beri ASI/LLM

Bayi-bayi KMK (Kecil Masa Kehamilan) diberi minum lebih dini (2 jam

setelah lahir)

Periksa gula darah dengan dekstrostik bila ada tanda-tanda hipoglikemia

Umur (hari) Kebutuhan cairan (cc/kg/hari)

Page 39: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

1 60

2 80

3 100

4 120

5 130

6 140

7 150

8 160

9 165

10 170

11 175

12 180

13 190

14 200

>14 200

Jenis Cairan IVFD:

BB >2.000 gram : dekstrose 10% 500 cc + Ca glukonas 10%

BB <2.000 gram : dekstrose 7½% 500 cc + Ca glukonas 10%

Kebutuhan Ca glukonas/hari:

- Mulai hari ke-3 baru ditambahkan NaCl 15% 6 cc/kolf dan KCl sesuai

kebutuhan.

- Hari kedua diberi protein 1 gram/kgBB/hari, dinaikkan perlahan-lahan 1½

gram, 2 gram, 2½ gram, 3 gram/kgBB/hari.

- Pada bayi tanpa RDS (RR <60 x/menit) dapat langsung diberi minum per oral

dengan menghisap sendiri atau dengan nasogastrik drip. Bila bayi tidak

BB x 45 cc 9

Page 40: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

mentolerir semua kebutuhan peroral, maka diberikan sebanyak yang dapat

ditoleransi lambungnya dan sisanya diberikan sebanyak dengan IVFD.

- Pemberian minum tiap 2-3 jam pada bayi dengan BB <1.500 gram secara sonde

lambung, kemudian dilanjutkan dengan menghisap langsung ASI dari ibu,

secara bertahap 1 x/hari dilanjutkan 2-3 x/hari dan seterusnya akhirnya sampai

penuh sampai bayi dipulangkan.

- Bayi dengan masa gestasi <32 minggu diberikan:

Theophilin per oral dosis awal 6 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis sampai masa

gestasi 34 minggu.

Theophilin juga diberikan pada bayi dengan masa gestasi 33-34 minggu bila

bayi tersebut apnu yang disertai bradikardia dan sianosis.

Bila bayi belum bisa makan per oral dapat juga diberikan aminophylin IV

dosis awal 7-8 mg/kgBB dilanjutkan dosis 2 mg/kgBB tiap 8 jam.

Tindak lanjut:

a. Observasi ketat tanda-tanda vital dan kemampuan minum serta pertambahan

berat badan.

b. Awasi komplikasi yang mungkin timbul: hipotermia, hipoglikemia,

hipokalsemia, polisitemia, hiperbilirubinemia, perdarahan peri-intra ventrikuler,

perdarahan paru dan enterokolitis nekrotikan dan infeksi.

c. Pastikan komplikasi yang dicurigai dengan pemeriksaan penunjang

USG transfontanela (perdarahan peri-intra ventrikuler)

Dekstro stick (hipoglikemia)

Hematokrit (polisitemia)

Kadar bilirubin

Darah rutin dan CRP (infeksi)

Indikasi Pulang:

Page 41: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Bayi sudah dapat minum secara adekuat sesuai dengan kebutuhan dan tidak ada

komplikasi.

Edukasi:

Penjelasan mengenai komplikasi jangka panjang dan jangka pendek dari

BBLR

Komplikasi

Hipotermia

Hipoglikemia

Infeksi

PPIV

NEC

Prognosis

Pada BBLR murni (BBLR karena prematuritas) prognosis semakin buruk bila

usia gestasi semakin muda.

Menentukan Usia Kehamilan dari kondisi neonatus.

a) Penilaian ukuran antropometri

a. BB lahir

b. “Crown heel length”, Lingkar kepala, Diameter Oksipito-frontal,

Diameter biparietal dan panjang badan

Rumus :

Y : masa gestasi

X : lingkar kepala

Pada kasus ini : Y = 11,03 + 7, 75 ( 30 ) = 243 hari = 34 minggu = ±8

bulan.

b) Pemeriksaan radiologis dengan meneliti pusat epifisis

Y = 11,03 + 7,75X

Page 42: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

c) “Motor conduction velocity” dengan mengukur “motor conduction

velocity” dari nervus ulnaris

d) Pemeriksaan elektroensefalogram (EEG)

e) Penilaian karakteristik fisik.

Kriteria eksternal : bentuk puting susu, ukuran mammae, ‘plantar, kepala,

transparansi kulit, membran pupil, genitalia eksterna, kuku dan tulang

rawan telinga.

Hubungan Antara Masa Gestasi Dan Beberapa Kriteria Eksterna

Bayi Baru Lahir

Kriteria Masa kehamilan

Sampai

36 minggu

37-38 minggu 39 minggu

Plantar crease

Diameter nodul

Hanya di bagian

anterior: hanya

ada transverse

crease

2/3 anterior

4 mm

Seluruh telapak

kaki

Page 43: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

mammae

Rambut kepala

Daun telinga

Testis dan skrotum

2mm

Halus

Lentur, tak

bertulang rawan

Testis di kanal

bawah

Skrotum kecil

Ruga sedikit

Halus

Sedikit tulang

rawan

Intermedia

7 mm

Kasar

Kaku, tulang rawan

tebal

Testis pendulum

Skrotum penuh

Ruga ekstensif

f ) Penilaian kriteria neurologis

Menurut Finnstrom (1972) cara yang paling mendekati kebenaran adalah

kombinasi dua dari tiga cara yaitu karakteristik eksternal, kriteria

neurologis, dan lingkar kepala.

Page 44: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

g ) Penilaian menurut Dubowitz

Gabungan hasil penilaian fisik eksternal dan neurologis.

Tabel 3. kriteria fisik luar

Tabel 4. kriteria neurologis

h ) Pemeriksaan ciri morfologik dan neurologik (Monintja dkk,1980)

Tabel 5. Ciri Morfologi dan Neurologi

i ) Ballard’s score

Tabel 6. Maturitas neuromuscular dan fisik

j ) Lubchenco chart: untuk menilai ukuran sesuai usia gestasi

Page 45: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Tabel 3. Kriteria Fisik Luar

Tabel 4. kriteria neurologis

Page 46: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Tabel 5. Ciri Morfologi dan Neurologi

Page 47: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Tabel 6. Maturitas neuromuscular dan fisik

Page 48: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Lubchenco chart: untuk menilai ukuran sesuai usia gestasi

Page 49: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

Kurva 1. Persentile BB, PB, dan lingkar kepala

Page 50: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

BAB III

ANALISIS KASUS

Page 51: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pencegahan dan

Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta, hal. 29

2. Dharmasetiawani N. Asfiksia dan Resusitasi Bayi Baru Lahir. Dalam: Kosim

MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku ajar

neonatologi. Edisi 1. Jakarta: IDAI. 2008.h.71-88

3. Suradi R. Pemeriksaan Fisis pada Bayi Baru Lahir. Dalam: Kosim MS,

Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku ajar neonatologi.

Edisi 1. Jakarta: IDAI. 2008.h.103-125

4. Surasmi,Asrining,dkk.2009.Perawatan Bayi Resiko Tinggi.Jakarta: EGC

5. MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M, Avery’s Neonatology.

Pathophysiology & Managementof the Newborn. Edisi 6, Lippincott William

& Walkins, 2005.

6. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku Ajar

Neonatologi. Edisi 1, Badan Penerbit IDAI, 2008.

7. Gomella TL, Cunningham MD,Eyal FG, Zenk KE, Neonatology. Edisi 5,

Lange McGraw Hill, 2003.

8. Cloherty JP, Eichenwald EC, Stark AR, Manual of Neonatal care. Edisi 6,

Lippincott William & Walkins, 2008

9. Guglani L, Ryan RM. Transient Tachypnea of Newborn. Pediatrics in

Review. Pediatr. Rev. 2008;29;e59-e65

10. Gomella TL, Eyal FG, Zenk KE. NEONATOLOGY: MANAGEMENT,

PROCEDURES, ON-CALL PROBLEMS, DISEASES, AND DRUGS. 5th

Edition. (2008). Lange Medical Books/McGraw-Hill Medical Publishing

Division

Page 52: Case Asfiksia Perinatal Dr.herman (Rani-hafiz-benny)

11. Anonym. http/www.pediatric/asphixia neonatorum. 2009.Available on 22 Mei

2013

12. Anonym/ http/emedicine/perinatal asphxia.2010. available on 22 Mei 2013

13. Fanaroff and Martin’s Neonatal-Perinatal Medicine. Edisi 8, Mosby Elsevier,

2006.

14. Chair I, Marnoto BW, Rifaii RF, Buku Panduan Resusitasi Neonatus Edisi 5,

AAP, 2006.

15. Levene MI, Tudehope Di, Sinha S, Essential Neonatal Mediceine, Edisi 4,

BalckwellPublishing, 2008.