SURVEI PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP …lib.unnes.ac.id/2101/1/5154.pdf · 1.1 Latar...
Transcript of SURVEI PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP …lib.unnes.ac.id/2101/1/5154.pdf · 1.1 Latar...
SURVEI PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP
KINERJA GURU PENJASORKES DI SMP NEGERI SE
KECAMATAN GUBUG KABUPATEN GROBOGAN
Skripsi
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jasmani
Oleh
Miftakudin Nur 6101405087
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2009
ii
SARI
Miftakudin Nur. 2009. Survei Persepsi Guru Non Penjasorkes terhadap Kinerja Guru Penjasorkes di SMP Negeri se Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. Skripsi. Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Pembimbing I. Drs. Sulaiman, M.Pd. Pembimbing II. Tommy Soenyoto, S.Pd., M.Pd. Kata Kunci. Persepsi, Kinerja Guru. Penjasorkes
Adanya asumsi negatif yang selama ini membebani profesi guru Penjasorkes yaitu tentang kinerja guru Penjasorkes yang dinilai rendah oleh rekan- rekan guru bidang studi non Penjasorkes memotivasi penulis untuk melakukan penelitian secara empiris tentang bagaimana persepsi guru-guru non Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMP Negeri se Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. Permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini adalah bagaimana persepsi guru non Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes di sekolah?.
Subjek yang diteliti adalah 95 orang guru non Penjasorkes untuk diminta mengisi kuesioner yang telah diberikan dan di jelaskan oleh peneliti guna mendapatkan informasi tentang bagaimana persepsi mereka terhadap kinerja guru Penjasorkes di sekolahnya. Data yang diperoleh dari kuesioner tentang persepsi kinerja guru meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional dan sosial. Data yang diperoleh dianalisis sebagai hasil penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru Penjasorkes di SMP Negeri se Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan menurut persepsi guru non Penjasorkes tergolong tinggi, terbukti dari tingginya kompetensi kepribadian mencapai 98,04%, kompetensi pedagogik sebesar 88,55%, kompetensi profesional sebesar 93,08%, dan kompetensi sosial sebesar 89,06%. Persepsi guru non Penjasorkes SMP Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan terhadap kinerja guru Penjasorkes telah masuk dalam kategori baik.
Persepsi guru non Penjasorkes terhadap aspek memiliki kepribadian guru Penjasorkes sebagai pendidik menunjukkan hasil yang baik, memiliki kompetensi pedagogik yang baik, memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik yang baik dan memiliki kompetensi sosial sebagai pendidik yang baik pula.Guru penjasorkes hendaknya tetap mempertahankan keempat kompetensi yang telah dianggap baik oleh guru non Penjasorkes yaitu, kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi sosial sebagai pendidik agar persepsi guru non Penjasorkes terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan tetap baik dan mampu memotivasi guru lain untuk dapat melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan pada masa-masa yang akan datang.
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
“Janganlah kalian menganggap suci diri kalian sendiri, Allah lebih mengetahui
siapa yang paling bertaqwa” (Q.S An. Najm : 182)
PERSEMBAHAN :
1. Bapak dan Ibuku (Bp Purji dan Ibu Masruroh)
terhormat
2. Kakakku (Ali Mustofa) tersayang
3. Adikku (Laila Fadlilatul K.) tersayang
4. Semua keluarga besarku yang selalu
mendukungku
5. Hagya Ayu Utariningtyas Santosa
6. My best friend Gondes Cost
7. Teman – teman PJKR B. 05
v
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul ”Survey persepsi guru non penjasorkes terhadap kinerja
guru penjasorkes di SMP Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten
Grobogan” dengan lancar. Dalam menyelesaikan Skripsi ini penulis banyak
mendapatkan bantuan baik secara moral maupun secara material yang tidak
mungkin penulis sebutkan satu persatu. Untuk itu sebagai ungkapan rasa terima
kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada yang terhormat
Bapak/Ibu :
1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas negari semarang.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi.
3. Bapak Drs. Sulaiman, M.Pd sebagai pembimbing I yang telah banyak
membantu dan membimbing penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Bapak Tommy Soenyoto, S.Pd., M. Pd. sebagai pembimbing II yang
telah banyak membantu dan membimbing penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Bapak dan Ibuku yang saya hormati, adik dan kakak tersayang serta
keluarga besarku yang telah mendukung, mendoakan, dan memberiku
semangat serta kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik,
Terima kasih untuk semuanya.
vi
6. Hagya Ayu Utarining Tyas Santosa, terima kasih selama ini telah menjadi
bagian dalam kehidupanku, yang dapat memberi aku motifasi agar selalu
menjadi yang lebih baik.
7. Bapak Abdul Rochman, SH. sebagai kepala Kantor KESBANGPOL dan
LINMAS Kabupaten Grobogan.
8. Bapak Kepala Sekolah SMP Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten
Grobogan.
9. Bapak dan Ibu Guru SMP Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten
Grobogan.
10. Teman – Teman dari jurusan PJKR B angkatan 2005 yang telah banyak
membantu penelitian ini dengan sukarela sehingga dapat berhasil dengan
baik.
11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang sudah
membantu sehingga dapat berhasil dengan baik.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati, bahwa Skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan dan sudah tentu masih terdapat banyak kekurangan dan
kelemahan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan penulis dan
keterbatasan waktu. Untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan Skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, terutama para pemerhati di bidang kebijakan dan
pengembangan pendidikan.
Semarang, Juli 2009
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
SARI ................................................................................................................ ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAF TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ ...... 9
1.5 Penegasan Istilah ........................................................................ 10
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori ....................................................................... ..... 14
2.1.1 Persepsi .................................................................................... 14
2.1.2 Kinerja ...... ................................................................................ 18
2.1.3 Guru Penjasorkes .................................... ................................. 22
2.1.4 Kompetensj Guru .................... ................................................. 26
2.1.5 Pejasorkes ................................................................................. 30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian ........................... ..... 37
3.1.1 Populasi ................................................................ .................... 37
3.1.2 Sampel .................................... .................................................. 38
3.1.3 Variable penelitian .................................................................. 38
3.1.4 Instrumen Penelitian ................................................ ................ 38
viii
3.1.5 Metode pengumpulan data ................................................ 45
3.1.6 Persiapan Penelitian ............................................ ................ 46
3.1.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ............................... ............... 47
3.1.8 Metode Analisis data ......................................................... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ...................................................................... ..... 54
4.1.1 Memiliki Kepribadian sebagai pendidik ................................ 56
4.1.2 Kompetensi Pedagogik .......................................................... 60
4.1.3 Kompetensi Profesional sebagai Pendidik .............................. 64
4.1.4 Kompetensi Sosial sebagai Pendidik ...................................... 67
4.2 Pembahasan ............................................................................ 71
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 78
5.2 Saran .......................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pendapat Kinerja Guru Penjasorkes di Sekolah ............................ 7
Tabel 2. Pendapat Guru Non Penjasorkes Mengenai Penting Tidaknya Mata
Pelajaran Penjasorkes di Sekolah .................................................. 7
Tabel 3. Pendapat Guru Non Penjasorkes Terhadap Profesionalisme Guru
Penjasorkes di Sekolah .................................................................. 7
Tabel 4. Jumlah Guru di SMP Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten
Grobogan ....................................................................................... 37
Tabel 5. Jumlah Guru Non Penjasorkes di SMP Negeri Se-Kecamatan
Gubug Kabupaten Grobogan.......................................................... 38
Tabel 6. Kisi – kisi Kompetensi, Indikator dan pertanyaan ......................... 39
Tabel 7. Kriteria Deskriptif Prosentase ........................................................ 50
Tabel 8 Deskriptif Persepsi Guru Non Penjasorkes Di Smp Negeri Se-
Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Terhadap Kinerja
Guru Penjasorkes ............................................................................ 51
Tabel 9. Deskriptif Persepsi Guru Non Penjasorkes pada Aspek Memiliki
Kepribadian sebagai Pendidik ....................................................... 53
Tabel 10 Deskriptif Persepsi Guru Non Penjasorkes pada Tiap Indikator
Aspek Memiliki Kepribadian sebagai Pendidik............................ 54
Tabel 11 Deskriptif Persepsi Guru pada Aspek Memiliki Kompetensi
Pedagogik Dari Kinerja Guru Penjasorkes ................................... 56
Tabel 12 Deskriptif Persepsi Guru pada Tiap Indikator Aspek Memiliki
kompetensi Pedagogik ................................................................. 57
Tabel 13 Deskriptif Persepsi Guru pada Aspek Memilki Kompetensi
Profesional Sebagai Pendidik ...................................................... 59
Tabel 14 Deskriptif Perepsi Guru pada Tiap Indikator Aspek Memiliki
Kompetensi Profesional sebagai Pendidik ................................... 60
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Distribusi Persepsi Guru Non Penjasorkes Di Smp Negeri Se-
Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Terhadap Kinerja Guru
Penjasorkes .................................................................................... 52
Gambar 2. Distribusi Persepsi Guru Non Penjasorkes Pada Aspek Memiliki
Kepribadian Sebagai Pendidik Dari Kinerja Guru Penjasorkes ..... 53
Gambar 3. Distribusi Persepsi Guru Pada Aspek Memiliki Kepribadian Sebagai
Pendidik Tiap Indikator Dari Kinerja Guru Penjasorkes ................ 55
Gambar 4. Distribusi Persepsi Guru Pada Aspek Memiliki Kompetensi
Pedagogik Dari Kinerja Guru Penjasorkes...................................... 56
Gambar 5. Distribusi Persepsi Guru Pada Aspek Memiliki Kompetensi
Pedagogik Tiap Indikator Dari Kinerja Guru Penjasorkes.............. 58
Gambar 6. Distribusi Persepsi Guru Pada Aspek Guru Penjasorkes Memiliki
Kompetensi Profesional Sebagai Pendidik...................................... 59
Gambar 7. Distribusi Persepsi Guru Pada Aspek Memiliki Kompetensi
Profesional Sebagai Pendidik........................................................... 61
Gambar 8. Distribusi Persepsi Guru Pada Aspek Memiliki Kompetensi Sosial
Sebagai Pendidik Pada Kinerja Guru Penjasorkes............................ 62
Gambar 9. Distribusi Persepsi Guru Non Penjasorkes Pada Aspek Memiliki
Kompetensi Sosial Sebagai Pendidik Tiap Indikator Dari Kinerja
Guru Penjasorkes.............................................................................. 64
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ................................................................. 73
Lampiran 2. Analisis Validitas dan Reliabilitas Angket Penelitian .............. 78
Lampiran 3. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Angket Penelitian ........ 84
Lampiran 5. Usulan Penetapan Pembimbing ................................................ 88
Lampiran 6. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi ........ 89
Lampiran 7. Surat Permohonan Ijin Penelitian ............................................. 90
Lampiran 8. Surat Rekomendasi Ijin Penelitian dari BAPPEDA
Kabupaten Grobogan ............................................................... 91
Lampiran 9. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari SMP
Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan ............... 92
Lampiran 10. Daftar Nama Guru dan Karyawan SMP Negeri
Se-Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan ........................... 95
Lampiran 11. Foto Dokumentasi Penelitian di SMP Negeri
Se-Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan .......................... 99
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan manusia indonesia dalam
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945, yang memungkinkan warganya mengembangkan diri sebagai manusia
indonesia seuutuhnya.
Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam
proses pembangunan nasional. Sumber daya manusia yang berkualitas tidak
mungkin tumbuh sendiri secara tiba–tiba, tetapi memerlukan pembinaan dan
pengembangan melalui jalur pendidikan sebagai mana tertuang dalam kebijakan
nasional yakni pemerataan kesempatan belajar, peningkatan relevansi pendidikan
dengan tuntutan pembangunan dan peningkatan mutu pendidikan.
Pendidikan memiliki peranan yang penting untuk membina manusia yang
demikian, karena hanya melalui pemenuhan pendidikanlah didapat manusia-
manusia baru yang berorientasi dalam pembangunan. Garis–Garis Besar Haluan
Negara tahun 1999 mengamanatkan bahwa kita perlu meningkatkan kualitas
lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat maupun
pemerintah untuk mendapatkan sistem pendidikan yang efektif dan efesien dalam
menghadapi perkembangan kualitas sumber daya manusia sendiri secara terarah,
terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh
2
komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai
dengan hak dukungan dan perlindungan sesuai dengan potensinya.
Dalam pembangunan nasional, semua warga Negara Indonesia dituntut
aktif ikut serta dalam pembangunan nasional. Pembangunan nasional pada
hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
masyarakat Indonesia seluruhnya dengan pancasila sebagai dasar, tujuan dan
pedoman. Pembinaan dan upaya peningkatan manusia yang ditinjau pada
peningkatan kesehatan jasmani dan rohani seluruh masyarakat.
Pendidikan adalah salah satu tolak ukur yang bisa dijadikan pedoman
dalam mengukur tinggi rendahnya sumber daya manusia. Pendidikan
dimaksudkan untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh setiap
individu, potensi-potensi tersebut apabila tidak dikembangkan hanya akan
menjadi sumber daya yang terpendam tanpa akan dapat kita lihat dan rasakan
hasilnya, untuk itu individu perlu diberi berbagai kemajuan dalam pengembangan.
Berbagai hal tersebut antara lain; konsep, prinsip, kreatifitas, tanggung jawab dan
keterampilan. Dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan agama.
Keberadaan lembaga pendidikan, kebijaksanaan dan program-programnya
telah dapat kita lihat dan rasakan di mana–mana, dan selalu berubah-ubah dalam
3
setiap waktu. Perubahan tersebut karena adanya perbedaan dan pertentangan
antara pengalaman yang lampau dan harapan dimasa mendatang . perbedaan dan
pertentangan tersebut selalu berpusat disekitar kurikulum, proses pengajaran, dan
sumber daya manusianya. Sehingga guru pendidikan jasmani selalu menghadapi
permasalahan yang sama, mereka harus menghadapi dan memecahkan
permasalahan yang selalu tak terpecahkan.
Dewasa ini banyak dikalangan masyarakat mengeluh tentang kualitas
pendidikan formal yang sedang berjalan. Dan banyak pula pendidik profesional
yang telah memberi tanggapan balik, dan dengan kepekaan pertimbangannya,
mereka mencoba mengadakan modifikasi program, melalui program
eksperimental, memperbaharui kurikulum, dan memasukkan beberapa pelajaran
baru, serta beberapa pengalaman baru yang akan dicobakan pada setiap jenjang
pendidikan, dalam rangka meningkatkan proses pendidikan di Indonesia.
Kalau diperhatikan dengan seksama, maka setiap permasalahan pendidikan
jasmani, selalu merupakan permasalahan yang unik, karena proses pembelajaran
Penjasorkes terjadi di lapangan dan dengan mudah akan selalu mendapat persepsi
dari setiap orang yang ada di sekitarnya, tetapi yang terpenting adalah bahwa
pandangan dan pendapat tentang pendidikan jasmani selalu ditemukan di dalam
sistem pendidikan pada umumnya.
Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian integral dari pandidikan
secara menyeluruh yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktifitas
jasmani guna mendorong kebiasaan hidup sehat menuju pertumbuhan dan
4
perkembangan jasmani, mental, sosial, dan ekonomi yang serasi, selaras dan
seimbang (Depdikbud, 2002:1067).
Pelaksanan Penjasorkes di sekolah tidak dapat lepas dari sosok seorang
guru. Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar
mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia
yang potensial di bidang pembangunan (Sardiman, 2003:125). Guru memiliki
kedudukan yang sangat penting dan tanggung jawab yang sangat besar dalam
menangani berhasil atau tidaknya program pendidikan. Menurut Sutomo
(2007:12), tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar
berarti mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih
berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Guru yang seperti
itu yang bisa dijadikan teladan bagi semuanya.
Setiap guru mempunyai tingkat kecakapan yang berbeda–beda, namun
demikian pada dasarnya guru selalu mengutamakan siswanya dalam setiap materi
pelajaran. Sebagai contoh guru penjasorkes yang tidak hanya menekankan
perkembangan siswa dari aspek psikomotor saja, tetapi juga aspek lain, yaitu
aspek kognitif dan afektif. Selain itu guru penjas juga sebagai pembimbing yang
memberikan pengarahan serta menuntun siswa belajar, tidak semata-mata sebagai
pengajar yang transfer of knowledge tetapi juga sebagai pendidik yang transfer of
values. Bukan suatu hal yang mengejutkan apabila kebanyakan guru penjasorkes
dikagumi dan menjadi idola di setiap sekolah. Kekaguman itu muncul disebabkan
karena beberapa faktor, salah satu faktor tersebut adalah kinerjanya sebagai guru
5
penjasorkes di sekolah. Kinerja yang baik akan memunculkan tanggapan yang
positif terhadap guru penjasorkes.
Tanggapan–tanggapan itu akan muncul dari semua orang yang ada
disekitar guru penjasorkes itu sendiri. Karena setiap aktivitas maupun kinerjanya
akan dapat dilihat dengan jelas. Tidak lain adalah sesama guru yang mengajar di
sekolah setempat. Pasti banyak pandangan yang akan timbul dari masing–masing
guru non penjas tersebut. Yang nantinya pandangan–pandangan tersebut dapat
kita ambil dari sisi positifnya. Salah satunya yaitu sebagai motifasi bagi guru
penjas untuk meningkatkan kinerjanya.
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses pencapaian kinerja
guru secara optimal diantaranya adalah motivasi, persepsi, dan fasilitas. Motivasi
merupakan suatu bentuk dorongan yang membuat seseorang untuk melakukan
sesuatu dalam mencapai tujuan yang dikehendaki atau untuk mendapat kepuasan
dirinya. Selain motivasi, faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru Penjaskes
yaitu persepsi, persepsi dimulai dari pengamatan dan penangkapan mengenal
obyek-obyek dan fakta-fakta melalui pengamatan panca indera, selanjutnya
dengan adanya persepsi yang baik dari guru lain terhadap kinerja guru pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan, diharapkan guru dapat meningkatkan kinerjanya
dalam pembelajaran. Selain dua faktor di atas, fasilitas juga sangat berperan dalam
tujuan proses pembelajaran, dengan adanya fasilitas yang memadai maka seorang
guru lebih mudah dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten terluas kedua di Jawa Tengah
setelah Kabupaten Cilacap, dan berbatasan langsung dengan 9 kabupaten lain.
6
Sebelah barat kabupaten Grobogan berbatasan dengan kabupaten Semarang dan
Demak, sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Kudus, Pati, dan blora,
disebelah timur berbatasan dengan kabupaten Blora, sedangkan disebelah selatan
berbatasan dengan kabupaten Sragen, Boyolali, Semarang, dan Ngawi ( Jatim ).
Mata pencaharian penduduknya petani, pedagang, buruh, guru, karyawan dan
pegawai negeri sipil. Kabupaten Grobogan juga mempunyai potensi penghasil
kayu jati, karena di Kabupaten Grobogan masih banyak hutan jati. Dibidang olah
raga Kabupaten Grobogan mempunyai tim sepak bola Persipur yang sekarang
masih mengikuti Liga Indonesia. Selain itu Pemerintah Kabupaten Grobogan juga
memperhatikan dunia pendidikan dengan ikut mensukseskan program wajib
belajar 9 tahun.
Kecamatan Gubug merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di
kabupaten Grobogan yang sebagian mata pencaharian penduduknya adalah petani,
pedagang dan pegawai negeri sipil. Di kecamatan Gubug terdapat tiga Sekolah
Menengah Pertama Negeri yaitu SMP Negeri 1 Gubug, SMP Negeri 2 Gubug,
SMP Negeri 3 Gubug. Menurut pandangan masyarakat, ketiga sekolah tersebut
memiliki prestasi akademik yang baik dan menjadi sekolah favorit yang mampu
menghasilkan lulusan-lulusan terbaik yang mampu bersaing dengan lulusan-
lulusan dari sekolah lain.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada tanggal 13 sampai
dengan 15 Januari 2009 di Sekolah Menengah Pertama Negeri Se Kecamatan
Gubug yaitu SMP Negeri 1 Gubug, SMP Negeri 2 Gubug, dan SMP Negeri 3
7
Gubug, 27 guru non Penjas dan menggunakan metode penyebaran angket atau
kuisioner, diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1 Pendapat guru non penjasorkes tentang kinerja guru penjasorkes di sekolah :
No Kategori Frekuensi prosentase 1. Baik 22 81,48 % 2. Sedang 5 18,52 % 3. Kurang Baik 0 0 %
Jumlah 27 100 %
Berdasarkan data tabel diatas pendapat guru non penjasorkes terhadap
kinerja guru penjasorkes disekolah yang menyatakan baik sebesar 81,48 %, yang
menyatakan sedang sebesar 18,52 %, dan 0 % yang menyatakan kurang baik.
Tabel 2 Pendapat guru non penjasorkes mengenai penting tidaknya mata pelajaran
penjasorkes diajarkan di sekolah : No Kategori Frekuensi prosentase 1. Penting 27 100 % 2. Tidak Penting 0 0 %
Jumlah 27 100 %
Berdasarkan data table diatas pendapat guru non penjasorkes terhadap
penting tidaknya mata pelajaran penjasorkes diajarkan di sekolah yang
menyatakan penting sebesar 100 %, dan 0 % yang menyatakan tidak penting.
Tabel 3 Pendapat guru non penjasorkes terhadap profesionalisme guru penjasorkes di
sekolah : No Kategori Frekuensi prosentase 1. Sudah Profesional 19 70,37 % 2. Belum Profesional 8 29,63 %
Jumlah 27 100 %
8
Berdasarkan data tabel di atas pendapat guru non penjasorkes terhadap
profesionalisame guru penjasorkes di sekolah yang menyatakan sudah
professional sebesar 70,73 %, sedangkan yang menyatakan belum profesional
sebesar 29,63 %.
Berdasarkan dari data ketiga tabel diatas dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar guru non penjasorkes berpendapat bahwa kinerja guru penjasorkes
di sekolah baik dan ada beberapa guru yang menyatakan sedang terhadap kinerja
guru penjas di sekolah. Untuk penting tidaknya mata pelajaran penjasorkes
diajarkan di sekolah seluruh responden menyatakan mata pelajaran penjasorkes
penting diajarkan di sekolah. Sedangkan untuk kategori keprofesionalitasan
sebagian besar responden menyatakan sudah professional. Dari uraian
kesimpulan diatas, maka munculah suatu pertanyaan bagaimanakah kinerja guru
penjas di sekolah ?
Atas dasar pemikiran tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan
suatu penelitian tentang kinerja yang dilakukan oleh guru Penjasorkes di sekolah
sehingga diangkat judul : "Survei Persepsi Guru Non Penjasorkes Terhadap
Kinerja Guru Penjasorkes di SMP Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten
Grobogan”.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana
Persepsi Guru Non Penjasorkes Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes di SMP
Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan?
9
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi guru non
Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMP Negeri Se-Kecamatan
Gubug Kabupaten Grobogan.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1.4.1 Bagi pihak sekolah, informasi ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dalam mengambil langkah-langkah melaksanakan kinerja
pembelajaran guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.
1.4.2 Data dari penelitian ini dapat juga digunakan sebagai pedoman khususnya
bagi guru penjas.
1.4.3 Memberi informasi kepada guru dalam peningkatan pengetahuan dan
profesionalitas untuk meningkatkan mutu pendidikan.
1.4.4 Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut yang menggunakan
metode survei.
1.4.5 Dan sebagai syarat bagi penulis untuk meraih gelar sarjana kependidikan.
1.5 Penegasan Istilah
Penegasan istilah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi
ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti untuk memperjelas batas-batasan
istilah dan untuk menghindari kesalahan penafsiran judul skripsi, serta untuk
10
memudahkan dalam mengungkap isi dan makna serta sebagai pedoman dalam
pelaksanaan penelitian. Beberapa istilah yang perlu ditegaskan antara lain:
1.5.1 Survei
Survei adalah suatu pengambilan data dengan cara mengecek hal atau
sesuatu di lapangan (Arikunto, 1998:152). Jadi dapat disimpulkan bahwa survei
dalam penelitian ini adalah cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengambil
data di lapangan dengan angket.
1.5.2 Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan,
yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera
atau disebut juga dengan sensoris, namun proses ini tidak berhenti begitu saja,
melainkan stimilus diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.
Karena itu proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses
penginderaan merupakan proses pendahulu dari proses persepsi (Bimo walgito,
2003:88).
1.5.3 Kinerja
Kinerja adalah suatu hasil atau taraf kesuksesan yang dicapai oleh pekerja
dalam bidang pekerjaannya, menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu
pekerjaan tertentu dan di evaluasi oleh orang-orang tertentu.
Dalam hal ini kinerja yang mengacu pada tugas-tugas yang harus
diselesaikan oleh seorang guru. Kinerja yang berkaitan dengan tugas-tugas guru
itu menuju pada kompetensi guru yang harus dilaksanakan oleh guru tersebut
dalam rangka untuk mencapai tujuan belajar yang dikehendaki. Tujuan belajar
11
mengubah tingkah laku siswanya, dari tidak berpengetahuan menjadi
berpengetahuan, dari tidak mempunyai ketrampilan menjadi terampil (dalam hal
memecahkan masalah). Dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah merupakan hasil
kerja tersebut memiliki ukuran atau prasyarat tertentu dan mencakup dimensi
yang cukup luas dalam arti bahwa penilaian tetap mempertimbangkan berbagai
situasi dan kondisi yang mempengaruhi hasil kerja tersebut.
1.5.4 Guru Penjasorkes
Menurut UU No. 20 th 2003 tentang system pendidikan nasional pasal 39
ayat 2 menyebutkan bahawa guru adalah tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai pembelajaran.
Seorang guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan harus
mempunyai karakteristik untuk dikatakan mampu mengajar pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan yaitu: memiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan
karakteristik anak didik, mampu membangkitkan dan memberikan kesempatan
kepada anak untuk berkreasi dan aktif dalam proses pembelajaran pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan, serta mampu menumbuhkan potensi kemampuan
dan keterampilan motorik anak, mampu memberikan bimbingan dan
pengembangan anak dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, mampu merencanakan,
melaksanakan, mengendalikan, dan menilai serta mengkoreksi dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, memiliki pemahaman
dan penguasaan keterampilan gerak, memiliki pemahaman tentang unsur-unsur
kondisi fisik, memiliki kemampuan untuk menciptakan, mengembangkan, dan
12
memanfaatkan faktor-faktor lingkungan yang ada dalam upaya mencapai tujuan
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasikan potensi peserta didik dalam dunia olahraga dan memiliki
kemampuan untuk menyalurkan hobinya dalam olahraga.
Penulis menyimpulkan bahwa kemampuan kerja guru pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan merupakan suatu potensi untuk melakukan sesuatu hal
dalam pekerjaan, atau dengan kata lain adalah karakteristik individu seperti
intelegensi, manual skill, traits yang merupakan kekuatan potensial seseorang
untuk berbuat yang sifatnya stabil. Dalam penelitian ini peneliti tegaskan bahwa
kemampuan kerja guru pendididikan jasmani, olahraga dan kesehatan dapat
diguguskan dalam empat kemampuan dasar yaitu; kemampuan menguasai materi,
kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan
atau mengelola proses mengajar, kemampuan menilai kemajuan proses belajar
mengajar.
1.5.5 Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Olahraga
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah proses pendidikan
melalui aktivitas jasmani dan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan
jasmani (Adang Suherman, 2000: 23).
Menurut kurikulum SMA 2003 (Depdiknas, 2003:2) adalah ”proses
pendidikan yang memanfaatkan aktifitas jasmani yang direncanakan secara
sistematik yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu
secara organik, neuromuskuler, perceptual, kognitif, dan emosional, dalam
kerangka sistem pendidikan nasional”.
13
Seperti kegiatan pendidikan lainnya, penjasorkes direncanakan sedemikian
rupa untuk mencapai perkembangan total dari peserta didik yang mencakup bukan
saja perkembangan fisik, intelegensi, emosi, dan sosial, akan tetapi menyangkut
juga aspek moral dan spiritual, karena didalam pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan sangat memperhatikan landasan-landasan kesehatan dan kematangan.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan mengenai konsep-
konsep pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dapat disimpulkan bahwa
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dalam pelaksanaannya memiliki
tujuan dan fungsi menumbuhkembangkan siswa dari aspek organik,
neoromuskular, kognitif, emosional, perseptual, fisik dan merupakan suatu proses
gerak manusia yang menuju pada pengembangan pola-pola perilaku manusia.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Persepsi
2.1.1.1 Tinjauan persepsi
Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung
berhubungan dengan dunia luar. Individu secara langsung menerima stimulus atau
rangsang dari luar di samping dari dirinya sendiri. Individu mengenali dunia
dengan menggunakan alat inderanya. Melaui stimulus yang diterimanya, individu
akan mengalami persepsi. Persepsi merupakan suatu proses yang di dahului oleh
penginderaan, yaitu merupakan proses berujud diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat responnya. Stimulus yang diteruskan kepusat susunan syaraf yaitu
otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu mengalami persepsi. Ada
beberapa syarat terjadinya persepsi yaitu, adanya objek persepsi, alat indera atau
reseptor yang merupakan alat untuk menerima stimulus,dan adanya perhatian.
2.1.1.2 Pengertian persepsi
Pengertian persepsi menurut Bimo Walgito (2002:88) adalah
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh
organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan
aktivitas integrated dalam diri individu.
Dari pengertian diatas dapat di simpulkan persepsi adalah kecakapan untuk
melihat, memahami kemudian menafsirkan suatu stimulus sehingga merupakan
15
sesuatu yang berarti dan menghasilkan penafsiran. Selain itu persepsi merupakan
pengalaman terdahulu yang sering muncul dan menjadi suatu kebiasaan. Hal
tersebut di barengi adanya pernyataan populer bahwa “Manusia adalah korban
kebiasaan” karena 90 % dari pengalaman sensoris merupakan hal yang sehari-hari
dipersepsi dengan kebiasaan yang didasarkan pada pengalaman terdahulu yang
diulang-ulang. Sehingga mempersepsi situasi sekarang tidak lepas dari adanya
stimulus terdahulu.
Batasan persepsi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses aktivitas kejiwaan seseorang
dalam upaya mengenali dan memahami suatu obyek tertentu berdasarkan stimulus
yang ditangkap panca inderanya, seseorang turut menentukan bentuk, sifat dan
intensitas perannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga ada kecenderungan
perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang dalam menanggapi rangsangan banyak
diwarnai oleh persepsinya atas rangsangan tersebut. Dengan demikian
berdasarkan uraian diatas timbulnya suatu persepsi seseorang dengan yang lain
akan berbeda-beda tentang kinerja guru pendidikan jasmani.
2.1.1.3 Prisip - prinsip terjadinya persepsi
Prinsip-prinsip dalam persepsi adalah sebagai berikut :
1) Persepsi itu relatif
Individu bukanlah instrumen ilmiah yang mampu menyerap segala sesuatu
persis seperti keadaan sebenarnya. Dalam hubungannya dengan kerelatifan
persepsi ini, dampak pertama dari suatu perubahan rangsangan dirasakan lebih
besar daripada rangsangan yang datang kemudian.
16
2) Persepsi itu selektif
Individu hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak
rangsangan yang ada disekitarnya pada saat-saat tertentu. Ini berarti bahwa
rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah dipelajari, apa
yang pada suatu saat menarik perhatiannya, dan kearah mana persepsi itu
mempunyai kecenderungan. Ini berarti juga bahwa ada keterbatasan dalam
kemampuan seseorang untuk menerima rangsangan.
3) Persepsi itu mempunyai tatanan
Individu menerima rangsangan tidak dengan cara senbarangan, ia akan
menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-kelompok. Jika
rangsangan yang akan dating tidak lengkap, ia akan melengkapinya sendiri
sehingga hubungan itu menjadi jelas.
4) Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan
Harapan dan kesiapan penerima rangsangan akan menentukan rangsangan
mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana rangsangan yang
dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana rangsangan itu akan
diinterpretasikan.
5) Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang
atau kelompok lain sekaligus situasinya sama.
Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaaan
individual, perbedaan kepribadian, perbedaan dalam sikap atau motivasi.
17
2.1.1.4 Faktor - faktor yang mempengaruhi persepsi
Timbulnya persepsi dimulai dari tahap penerimaan rangsangan dari luar
maupun dari dalam individu. Menurut Bimo Walgito (2003:89), terdapat beberapa
faktor yang berperan dalam persepsi, yaitu:
1) Objek yang di persepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.
Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat
datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf
penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang
dari luar individu.
2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.
Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan
stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat
kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
3) Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam
rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi
dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan
objek.
18
2.1.2 Kinerja
2.1.2.1 Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan salah satu yang patut diperhatikan dalam rangka
peningkatan produktivitas kerja suatu organisasi atau perusahaan dalam upaya
peningkatan produknya agar mampu bertahan maupun dapat meningkatkan
keunggulan ditengah pasar-pasar persaingan yang sangat kuat. Pengertian kinerja
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “prestasi yang diperlihatkan
kemampuan kerja, sesuatu yang diharapkan.
Kinerja yang berkaitan dengan tugas-tugas guru itu menuju kepada
kompetensi guru yang harus dilaksanakan oleh guru tersebut dalam rangka untuk
mencapai tujuan belajar yang dikehendaki. Tujuan belajar mengubah tingkah laku
siswanya, dari tidak berpengetahuan menjadi berpengetahuan, dari tidak
mempunyai keterampilan menjadi terampil (dalam hal memecahkan masalah).
Kinerja hampir sama dengan prestasi kerja yaitu perbandingan antara hasil
kerja yang secara nyata dengan standart kerja yang ditetapkan. Dalam hal ini
kinerja lebih memfokuskan pada hasil kerjanya. Selain itu, istilah kinerja
diterjemahkan dari kata “performance” yang juga berarti prestasi kerja,
pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, atau hasil kerja/unjuk kerja/penampilan
kerja.
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah
merupakan hasil kerja tersebut memiliki ukuran atau prasyarat tertentu dan
mencakup dimensi yang cukup luas dalam arti bahwa penilaian tetap
mempertimbangkan berbagai situasi dan kondisi yang mempengaruhi hasil kerja
19
tersebut. Kinerja guru adalah unjuk kerja. Unjuk kerja yang terkait dengan tugas
yang diemban dan merupakan tanggung jawab profesionalnya.
2.1.2.2 Kinerja Guru
Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan
tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran,
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Kinerja guru
yang dicapai harus berdasarkan standar kemampuan profesional selama
melaksanakan kewajiban sebagai guru di sekolah.
Guru menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswa. Guru
sangat berperan dalam meningkatkan proses belajar mengajar, maka dari itu
seorang Guru dituntut untuk memiliki berbagai kompetensi dasar dalam proses
belajar mengajar.
Dalam kaitannya dengan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar, maka dapat dikemukakan Tugas Keprofesionalan Guru menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20, tentang
Guru dan Dosen adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
Kinerja Guru yang baik tentunya tergambar pada penampilan mereka baik
dari penampilan kemampuan akademik maupun kemampuan profesi menjadi guru
artinya mampu mengelola pengajaran di dalam kelas dan mendidik siswa di luar
kelas dengan sebaik-baiknya.
Pada umumnya unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam proses
penilaian kinerja guru adalah sebagai berikut:
20
1) Kesetiaan
Kesetiaan yang dimaksud adalah tekad dan kesanggupan untuk menaati,
melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesabaran
dan tanggung jawab.
2) Prestasi Kerja
Prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya.
3) Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang tenaga kerja dalam
menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-
baiknya dan tepat waktu serta berani membuat risiko atas keputusan yang
diambilnya.
Untuk mengukur adanya tanggung jawab dapat dilihat dari:
− Kesanggupan dalam melaksanakan perintah dan kesanggupan kerja.
− Kemampuan menyelesaikan tugas dengan tepat dan benar.
− Melaksanakan tugas dan perintah yang diberikan sebaik-baiknya.
4) Ketaatan
Ketaatan adalah kesanggupan seorang tenaga kerja untuk menaati segala
ketetapan, peraturan yang berlaku dan menaati perintah kedinasan yang diberikan
atasan yang berwenang.
21
5) Kejujuran
Kejujuran adalah ketulusan hati seorang tenaga kerja dalam melaksanakan
tugas dan pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalah gunakan wewenang
yang telah diberikan kepadanya.
6) Kerja Sama
Kerja sama adalah kemampuan tenaga kerja untuk bekerja bersama-sama
dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah
ditetapkan sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.
Keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi tergantung pada orang yang
terlibat dalam organisasi tersebut. Untuk itu penting adanya kerjasama yang baik
diantara semua pihak dalam organisasi baik dengan teman sejawat, atasan maupun
bawahannya dalam organisasi sehingga semua kegiatan dapat berjalan dengan
baik dan tujuan organisasi dapat dicapai.
Kriteria adanya kerjasama dalam organisasi adalah:
− Kesadaran karyawan untuk bekerja dengan teman sejawat, atasan maupun
bawahan.
− Adanya kemauan untuk membantu teman yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugas.
− Adanya kemauan untuk memberi dan menerima kritik dan saran.
− Bagaimana tindakan seseorang apabila mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya.
22
7) Prakarsa
Prakarsa adalah kemampuan seseorang tenaga kerja untuk mengambil
keputusan langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan
dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari
atasan.
8) Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk meyakinkan orang
lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas
pokok. Kepemimpinan yang dimaksud disini adalah kemampuan guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar menyangkut kegiatan merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai
dan mengevaluasi hasil pembelajaran mengarah pada tercapainya kompetensi
dasar yang harus dikuasai siswa terkait dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap serta nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang
idealnya diselesaikan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
2.1.3 Guru Penjasorkes
Menurut UU No.20 th 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 29
ayat 2 menyebutkan bahwa guru adalah tenaga professional yang bertugas
merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai pembelajaran.
Tugas yang diemban seorang guru bukanlah hal yang ringan karena
sebagian dari masa depan generasi muda terletak ditangan guru. Bagaimana cara
guru pendidikan mengajar saat ini akan menentukan kualitas generasi.
23
Guru merupakan profesi atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus
dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang kependidikan,
walaupun dalam kenyataannya masih ada orang diluar kependidikan yang
melakukannya, sehingga pengakuan terhadap profesi guru semakin berkurang
karena masih saja ada orang memaksa diri menjadi guru walaupun sebenarnya
yang bersangkutan tidak dipersiapkan untuk itu.
2.1.4 Guru
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus
sebagai guru. Pekerjaan tersebut tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak
mempunyai keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru.
Guru mempunyai dua fungsi istimewa yang sekaligus membedakannya dari
pegawai atau pekerja lainnya dalam masyarakat, yakni mengadakan suatu
jembatan antara sekolah dengan luar sekolah, serat mengadakan hubungan antara
dunia muda dengan dunia dewasa dalam konteks pembelajaran.
Profesi sebagai pengajar menjadikan tugas guru secara langsung
menyentuh manusia menyangkut kepetingan dan kebutuhannya untuk tumbuh dan
berkembang ke arah kedewasaan dan kamandirian melalui proses pembelajaran.
Pengajaran yang dilakukan oleh guru itu dilaksanakan dalam interaksi edukatif
antara guru dan murid yaitu antara keadaan internal dan proses kognitif siswa.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbale balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Ini berarti
24
bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada
bagaimana proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Belajar merupakan hal yang penting dan utama dalam proses belajar mengajar.
Hal ini disebabkan pemahaman guru tentang belajar akan mempengaruhi cara
guru itu mengajar. Mengajar bukan sekedar penyampaian ilmu pengetahuan,
melainkan terjadinya interaksi manusiawi dengan berbagai aspeknya yang cukup
kompleks. Kedudukan guru yang strategis ini kemudian diperlukan
perwujudannya melalui kinerja guru. Kinerja guru dalam roses belajar mengajar
pada hakekatnya peranan guru sesuai dengan tanggung jawab dan tugasnya.
Peters mengemukakan tugas dan tanggung jawab guru, yaitu :
1) Guru sebagai pengajar.
2) Guru sebagai pembimbing.
3) Guru sebagai administrasi kelas.
Sedangkan Amstrong membagi tugas dan tanggung jawab dalam lima
kategori, yakni :
1) Tanggung jawab dalam pengajaran
2) Tanggung jawab dalam memberikan bimbingan
3) Tanggung jawab memberikan kurikulum
4) Tanggung jawab dalam mengembangkan prestasi
5) Tanggung jawab dalam membina masyarakat.
(Sudjana, 2004:15)
Menurut Uzer Usman (2005) peran guru dalam proses belajar mengajar
meliputi :
25
1) Guru sebagai demonstrator
Guru dalam peranannya sebagai demonstrator, lecture, atau pengajar,
senantiasa harus menguasai bahan atau meteri pelajaran yang akan diajarkan serta
senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam
hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang
dicapai oleh siswa. Seorang guru hendaknya mampu terampil dalam merumuskan
TIK, memahami kurikulum, dan dia sendiri sebagai sumber belajar terampil dan
memberikan informasi kepada kelas. Akhirnya seorang guru akan dapat
memainkan peranannya sebagai pengajar yang baik apabila ia menguasai dan
mampu melaksanakan ketrampilan-ketrampilan tugasnya.
2) Guru sebagai pengelola kelas
Guru dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), harus
mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar erta merupakan aspek
lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Kualitas dan kantitas belajar siswa
tergantung banyak factor, antara lain guru, hubungan pribadi antar siswa, serta
kondisi umum dan suasana. Dan guru sebagai manajer hendaknya mampu
memimpin kegiatan belajar yang efektif serta efisien dengan hasil yang optimal.
Sebagai manajer lingkungan belajar guru hendaknya mampu menggunakan
pengetahuan tentang teori-teori belajar mengajar dan teori perkembangan
sehingga kemungkinan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang
menimbulkan kegiatan belajar pada siswa akan mudah dilaksanakan dan sekaligus
memudahkan pencapaian tujuan yang diharapkan.
26
3) Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator, guru harusnya memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat
komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Sedangkan
sebagai fasilitator, guru harus mampu mengusahakan sumber belajar yang
berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar,
baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah maupun surat kabar.
4) Guru sebagai evaluator
Dalam proses belajar mengajar guru harus dapat menjadi seorang evaluator
yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakh tujuan yang telah
dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang disjarkan sudah
cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan
evaluasi atau penilaian. Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan
pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketetapan atau
keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian diantaranya ialah untuk
mengetahui kedudukan siswa atau kelompoknya. Dengan penilaian, gurur dapat
mengklarifikasikan apakah seorang siswa kelompok siswa yang pandai, sedang,
kurang atau cukup baik jika dibandingkan dengan teman-temannya.
2.1.5 Kompetensi Guru
Profesi guru adalah sebuah pernyataan bahwa seseorang melakukan
tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Oleh karena itu guru sebagai profesi
mempunyai tanggung jawab yang multidimensional. Atas dasar tanggung jawab
27
itu maka tingkat komitmen dan kepedulian terhadap tugas pokok harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, tanggung jawab dalam mengajar,
membimbing, dan melatih serta mendidik mereka yang dipertanggungjawabkan.
Dalam melaksanakan tugas sehari-hari di sekoalah, antara guru pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan dan guru bidang studi yang lain membutuhkan
kompetensi (kemampuan) dasar yang hampir sama. Seorang guru yang
melaksanakan tugasnya disekolah harus memiliki kemampuan dasar yang dikenai
dengan istilah sepuluh kompetensi dasar, dan oleh Sunaryo (1989:xiii) “sepuluh
kompetensi tersebut adalah 1) menguasai bahan pelajaran sekolah, 2) menguasai
proses belajar mengajar, 3) menguasai pengelolaan kelas, 4) menguasai
penggunaan media dan sumber, 5) menguasai dasar-dasar kependidikan, 6) dapat
mengelola interaksi kelas, 7) dapat mengevaluasi hasil belajar siswa, 8)
memahami fungsi bimbingan dan penyuluhan, 9) memahami dan menguasai
administrasi sekolah, 10) memahami prinsip-prinsip dan dapat menafsirkan hasil
penelitian kependidikan”.
Peraturan Menteri pendidikan Nasional No 16 tahun 2007 Tanggal 4 mei
Tahun 2007, mengenai Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
mencakup empat Kompetensi utama yakni Kompetensi Kepribadian, Pedagogik,
Profesional, dan Sosial:
1) Kompetensi kepribadian
− Bertindak sesuai dengan norma agama, hokum, social, dan kebudayaan
Nasional Indonesia.
28
− Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlaq mulia, dan teladan
bagi peserta didika dan masyarakat.
− Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa.
− Menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa peracaya diri.
− Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
2) Kompetensi pedagogik
− Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual.
− Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
− Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan
yang diampu.
− Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
− Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
− Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.
− Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
− Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
− Memanfaatkan hasil penilaian dan efaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
− Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
29
3) Kompetensi Profesional
− Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola piker keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
− Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu.
− Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
− Mengembangkan keprofwesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif.
− Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi
dan mengembangkan diri.
4) Kompetensi Sosial
− Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga, dan status social ekonomi.
− Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
− Beradaptasi di tempat bertugas diseluruh Wilayah Republik Indonesia yang
memiliki keragaman sosial budaya.
− Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara
lisan dan tulisan atau bentuk lain.
30
2.1.6 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
2.1.6.1 Pengertian Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan adalah mata pelajaran yang
merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam proses
pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat
menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani, mental, sosial dan
emosional yang selaras, serasi dan seimbang.
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan menurut Soepartono (2000:1)
merupakan pendidikan yang menggunakan aktifitas fisik sebagai media utama
untuk mencapai tujuan. Bentuk-bentuk aktifitas yang digunakan oleh anak sekolah
adalah bentuk gerak olahraga sehingga kurikulum pendidikan jasmani di sekolah
diajarkan menurut cabang-cabang olahraga.
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah mata pelajaran yang
merupakan bagian pendidikan keseluruhan yang dalam proses pembelajarannya
mengutamakan aktifitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat menuju pada
pertumbuhan dan pengembangan jasmani, mental sosial dan emosional yang
selaras, serasi dan seimbang.
Pendidikan olahraga dan kesehatan adalah upaya pendidikan yang diluar
sekolah (masyarakat, klinik atau lingkungan). Dengan kata lain pendidikan
kesehatan adalah segala bentuk upaya sengaja dan berencana yang mencakup
kombinasi metode untuk memfasilitaskan perilaku untuk beradaptasi yang
kondusif bagi kesehatan.
31
Seperti kegiatan pendidikan lainnya, pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan direncanakan sedemikian rupa untuk mencapai perkembangan total dari
peserta didik yang mencakup bukan saja perkembangan fisik, intelegensi, emosi,
dan sosial, akan tetapi menyangkut juga aspek moral dan spiritual, karena didalam
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan sangat memperhatikan landasan-
landasan kesehatan dan kematangan.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan mengenai konsep-
konsep pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dapat disimpulkan bahwa
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dalam pelaksanaannya memiliki
tujuan dan fungsi menumbuhkembangkan siswa dari aspek organik,
neoromuskular, kognitif, emosional, perseptual, fisik dan merupakan suatu proses
gerak manusia yang menuju pada pengembangan pola-pola perilaku manusia.
a) Tujuan Pendidikan Jasmani, olahraga dan kesehatan
Menurut Depdiknas (2003:2) menyatakan tujuan pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan sebagai berikut:
1) Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui nilai dalam pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan
2) Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap
sosial dan toleransi dalam kontek kemajemukan budaya etnis dan agama.
3) Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas-tugas
pembelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
4) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja
sama, percaya diri dan demokratis melalui aktivitas jasmani.
32
5) Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta
strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam,
aktivitas ritmik, akuatik, dan pendidikan luar kelas.
6) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya
pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat
melalui berbagai aktivitas jasmani.
7) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan
orang lain.
8) Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi
untuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat.
9) Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat
rekreatif.
b) Fungsi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Fungsi pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan menurut Depdiknas
(2003:4-6) meliputi berbagai aspek, yaitu: aspek organik, aspek neuromuskuler,
aspek perseptual, aspek kognitif, aspek sosial, dan aspek emosional.
1) Aspek organik meliputi:
a. Menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga
individual dapat memahami tuntutan lingkunganya secara memadai
serta memiliki landasan untuk pengembangan keterampilan.
b. Meningkatkan daya tahan yaitu kemampuan otot atau kelompok otot
untuk menahan kerja dalam waktu yang lama.
33
c. Meningkatkan kekuatan yaitu jumlah tenaga maksimal yang
dikeluarkan oleh otot atau kelompok otot.
d. Meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas individual untuk
melakukan aktivitas yang berat secara terus menerus dalam waktu
relatif lama.
e. Meningkatkan fleksibilitas, yaitu rentang gerak dalam persendian
yang diperlukan untuk menghasilkan gerakan yang efisien dan
mengurangi cidera.
2) Aspek neuromuskuler meliputi:
a. Meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot.
b. Mengembangkan keterampilan lokomotor, seperi; berjalan, berlari,
meloncat, melompat, meluncur, melangkah, mendorong, menderap,
bergulir, dan menarik.
c. Mengembangkan ketrampilan non-lokomotor, seperti; mengayun,
melengkung, meliuk, bergoyang, meregang, menekuk, menggantung,
membongkok.
d. Mengembangkan faktor-faktor gerak, seperti; ketepatan, irama, rasa
gerak, power, waktu reaksi, kelincahan.
e. Mengembangkan keterampilan dasar manipulatif, seperti; memukul,
menendang, menagkap, berhenti, melempar, mengubah arah,
memantulkan, bergulir,memvoli.
34
f. Mengembangkan keterampilan olahraga, seperti; sepak bola, softball,
bola voli, bola basket, baseball, atletik, tenis, beladiri, dan lain
sebagainya.
g. Mengembangkan keterampilan rekreasi, seperti; menjelajah, mendaki,
berkemah, berenang.
3) Aspek perseptual meliputi:
a. Mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat.
b. Mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat
atau ruang, yaitu kemampuan mengenali obyek yang ada didepan,
belakang, bawah, sebelah kanan, sebelah kiri.
c. Mengembangkan koordinasi gerak visual, yaitu; kemampuan
mengkoordinasikan pandangan dengan keterampilan gerakan yang
melibatkan tangan, tubuh dan kaki.
d. Mengembangkan keseimbangan tubuh yaitu; kemampuan
memepertahankan keseimbangan statis dan dinamis.
e. Mengembangkan dominasi yaitu konsistensi dalam menggunakan
tangan atau kaki kanan atau kaki kiri dalam melempar dan
menendang.
f. Mengembangkan lateralis, yaitu; kemampuan membedakan antara sisi
kanan, atau sisi kiri tubuh diantara bagian dalam kanan atau kiri
tubuhnya sendiri.
g. Mengembankan image tubuh, yaitu; kesadaran bagian tubuhatau
seluruh tubuh dan hubunganya tempat atau ruang.
35
4) Aspek kognitif meliputi:
a. Mengembangkan kemampuan menggali, menemukan sesuatu,
memahami, memperoleh pengetahuan dan membuat keputusan.
b. Meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan dan
etika.
c. Mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang
terlibat dalam aktivitas yang terorganisasi.
d. Meningkatkan pengetahuan bagaimana fungsi tubuh dan hubunganya
dengan aktivitas jasmani.
e. Menghargai kinerja tubuh; penggunaan pertimbangan yang
berhubungan dengan jarak, waktu, tempat, bentuk, kecepatan, dan
arah yang digunakan dalam mengimplementasikan aktivitas dan
dirinya.
f. Meningkatkan pemahaman tentang memecahkan memecahkan
problem-problem perkembangan melalui gerak.
5) Aspek sosial meliputi:
a. Menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan dimana berada.
b. Mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan
dalam situasi kelompok.
c. Belajar komunikasi dengan orang lain.
d. Mengembangkan kemampuan bertukar pikiran dan mengevaluasi ide
dalam kelompok.
36
e. Mengembangkan kepribadian, sikap dan nilai agar dapat berfungsi
sebagai anggota masyarakat.
f. Mengembangkan rasa memiliki dan rasa diterima dimasyarakat.
g. Mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positif.
h. Belajar menggunakan waktu luang yang konstruktif.
i. Mengembangkan sikap yang mencerninkan karakter moral yang baik.
6) Aspek emosional meliputi:
a. Mengembangkan reaksi yang positif sebagai penonton.
b. Mengembangkan respon yang sehat terhadap aktivitas jasmani.
c. Melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat.
d. Memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas.
e. Menghargai pengalaman estetika dari berbagai aktivitas yang relevan.
7) Strategi Pembelajaran
Menurut Tim pengajar Microteching (2005:8) mengatakan strategi
pembelajaran mencakup tata muka dan pengetahuan belajar. ”Strategi
pembelajaran yang berupa tatap muka terkait dengan pemilihan pendekatan,
metode, teknik, dan media pembelajaran.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian
Metode penelitian adalahilmu pengetahuan yang membicarakan mengenai
cara-cara melaksanakan penelitian yang berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala
secara ilmiah. Penggunaan metode harus disesuaikan dengan permasalahan yang
dikaji agar diperoleh hasil dan simpulan yang tepat.
3.1.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Suharsimi Arikunto,
2006: 130).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah guru non Penjasorkes
di SMP Negeri se-Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan tahun 2008 / 2009,
yang berjumlah 3 sekolahan dengan jumlah guru non Penjasorkes 95 guru.
Tabel 4 Jumlah Guru di SMP Negeri Se- Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan
No Nama Sekolah Jumlah Guru Non Penjas Jumlah Guru Penjas
1 SMP Negeri 1 Gubug 36 3
2 SMP Negeri 2 Gubug 40 2
3 SMP Negeri 3 Gubug 19 1
Jumlah Total 95 6
38
3.1.2 Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006:
131). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling. Dari
keseluruhan jumlah Guru Non Penjasorkes yang ada di SMP Negeri se-
Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan tahun 2008 / 2009.
Tabel 5 Jumlah Guru Non Penjasorkes di SMP Negeri Se- Kecamatan Gubug Kabupaten
Grobogan No Nama Sekolah Jumlah Guru Non Penjas
1 SMP Negeri 1 Gubug 36
2 SMP Negeri 2 Gubug 40
3 SMP Negeri 3 Gubug 19
Jumlah Total 95
3.1.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu
penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah ”Persepsi guru non Penjasorkes
terhadap kinerja guru Penjasorkes”.
3.1.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya akan lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah.
(Suharsimi Arikunto, 2006:151).
39
Keberhasilan suatu penelitian ditentukan oleh instrumen yang dipakai,
sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji
hipotesisis diperoleh melalui instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-
betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga data empiris dapat diperoleh
sebagaimana adanya.
Apabila sudah ada instrumen yang terstandar, maka peneliti boleh
meminjam dan menggunakan untuk mengumpulkan data. Dan bagi instrumen
yang belum ada persediaan di Lembaga Pengukuran dan Penilaian, maka peneliti
harus menyusun sendiri, mulai dari merencanakan, menyusun, mengadakan uji
coba dan merevisi (Suharsimi Arikunto, 2006: 166).
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: kuesioner
yang dibagikan kepada guru non bidang studi pendidikan jasmani olahraga
kesehatan yang mengajar di SMP Negeri se-Kecamatan Gubug Kabupaten
Grobogan yang meliputi beberapa kompetensi pertanyaan antara lain dengan kisi-
kisi:
Tabel 6 Kisi – kisi Kompetensi, Indikator dan Pertanyaan
Kompetensi Indikator Pertanyaan
A.Memiliki kepribadian sebagai pendidik
1. Memiliki kepribadian mantap dan stabil
2. Memiliki kepribadian dewasa
3. Memiliki kepribadian arif
4. Memiliki kepribadian berwibawa
5. Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan
1. Apa beliau guru yang disiplin?
2. Apakah beliau seorang yang senantiasa bertindak sesuai dengan norma, tata tertib dan komitmen yang telah disepakati?
3. Apakah selama berada di lingkungan sekolah beliau sopan dalam bertutur?
4. Apakah selama berada di lingkungan sekolah beliau
40
berperilaku sopan? 5. Apakah selama menjalankan
perannya sebagai guru, guru penjasorkes di sekolah Ibu/Bapak berpenampilan tepat sesuai situasi dan kondisi?
6. Apakah beliau disegani oleh peserta didik?
7. Apakah beliau memiliki wibawa sebagai seorang pendidik?
8. Apakah beliau menunjukkan komitmen sebagai umat beragama?
B. Memiliki kompetensi pedagogik
1. Memahami peserta didik
2. Merancang pembelajaran
3. Melaksanakan pembelajaran
4. Evaluasi hasil belajar
5. Mengembangkan peserta didik
1. Apakah peserta didik di sekolah Ibu/Bapak tampak bersemangat saat mengikuti proses pembelajaran penjasorkes?
2. Apakah beliau pernah memberikan hukuman fisik pada peserta didik?
3. Apakah pembelajaran penjasorkes yang beliau selenggarakan diminati oleh peserta didik?
4. Apakah beliau melaksanakan kewajiban dalam menyusun dan mengembangkan silabus dan RPP?
5. Sejauh yang Ibu/Bapak ketahui, apakah beliau memiliki inisiatif untuk merancang dan mengembangkan media?sarana belajar sederhana untuk kepentingan proses belajar mengajar?
6. Apakah beliau tapat waktu dalam menyelenggarakan dan menyerahkan hasil evaluasi belajar?
7. Apakah beliau membuka diri
41
untuk menjalin keakraban dengan peserta didik?
8. Apakah beliau mampu bertindak bijaksana dan mendidik dalam mengatasi kenakalan peserta didik?
C. Memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik
1. Menguasai bidang studi secara luas dan mendalam
1. Apakah beliau tampak terampil dalam memberi contoh gerak dalam proses pembelajaran penjasorkes?
2. Apakah Ibu/Bapak pernah menyaksikan beliau, memainkan salah satu cabang olahraga?
3. Sejauh yang pernah Ibu/Bapak saksikan, apakah beliau mengajarkan lebih dari 2 jenis cabang olahraga?
4. Apakah beliau membina salah satu cabang olahraga, melalui ekstrakurikuler atau klub atau kegiatan pengembangan diri?
5. Apakah sekolah Ibu/Bapak rutin menyelenggarakan pertandingan atau perlombaan olahraga antar kelas?
6. Apakah beliau terlibat aktif dalam penyelenggaraan pertandingan/perlombaan olahraga di sekolah?
7. Apakah sekolah Ibu/Bapak pernah mengikuti pertandingan atau perlombaan olahraga antar sekolah?
8. Sejauh yang Ibu/Bapak ketahui, apakah beliau mampu mengoperasikan komputer?
9. Sejauh yang Ibi/Bapak ketahui, apakah beliau mengenal internet?
10. Sejauh yang Ibu/Bapak
42
ketahui, apakah beliau aktif dalam kegiatan MGMP penjasorkes?
11. Sejauh yang Ibu/Bapak ketahui, apakah di luar jam kerja beliau masih aktif berolahraga?
D. Memiliki kompetensi sosial sebagai pendidik
1. Berkomunikasi secara aktif
2. Bergaul secara aktif
1. Apakah beliau dapat bersosialisasi dengan baik di lingkungan sekolah?
2. Apakah beliau dapat bekerjasama dengan baik dengan teman sejawat?
3. Apakah beliau dapat mengkomunikasikan ide?buah pikirannya dengan kalimat yang jelas?
4. Sejauh yang Ibu/Bapak ketahui apakah beliau pernah memiliki permasalahan dengan orangtua peserta didik, terkait dengan kedudukannya sebagai guru?
5. Sejauh yang Ibu/Bapak ketahui, apakah beliau pernah memiliki permasalahan dengan masyarakat sekitar sekolah, terkait dengan kedudukannya sebagai guru?
6. Apakah guru Penjasorkes di Sekolah Ibu/Bapak terlibat aktif dalam kegiatan sosial di sekolah?
3.1.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.1.5.1 Metode Kuesioner atau Angket
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh data atau informasi dari responden dalam arti laporan tentang
43
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2006: 225).
Kuesioner atau angket digunakan untuk mencari data tentang persepsi guru non
penjas terhadap kompetensi guru penjas di sekolah.
3.1.5.2 Metode Observasi
Metode Observasi adalah metode pengamatan langsung (Suharsimi
Arikunto, 2006: 229). Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah
dengan melakukan observasi awal dengan menyebarkan kuesioner kepada guru
non penjas dan mengawasi saat pengisiannya.
3.1.5.3 Metode Dokumentasi
Menurut Arikunto (2006, 231) metode dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.
Studi dokumentasi pada penelitian ini diperoleh dari catatan mengenai
kompetensi guru penjas. Selain itu, sebagai bukti peneliti mengambil gambar
kegiatan pengisian kuesioner/angket oleh guru non penjas dalam bentuk foto.
3.1.6 Persiapan Penelitian
3.1.6.1 Perijinan Penelitian
Penelitian ini diawali dengan mengurus perijinan di instansi, dalam hal ini
diperlukan surat ijin dari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang sebagai pengantar untuk mengadakan penelitian dan surat ijin
penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
Kabupaten Grobogan yang kemudian membuat surat terusan kepada Badan
44
Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Grobogan dan selanjutnya
dibuatkan surat tembusan ke sekolah-sekolah yang dituju yaitu SMP Negeri se-
Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan dan juga dibuatkan surat tembusan
kepada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Grobogan.
3.1.6.2 Persiapan Angket Penelitian
Langkah awal dalam penyusunan angket yaitu membuat kisi-kisi angket
yang nantinya dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan, sebelum diuji cobakan
angket dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Karena penelitian ini adalah
program pemayungan dari jurusan PJKR FIK maka kisi-kisi angket dan angket
penelitian sudah disediakan oleh jurusan PJKR FIK.
3.1.6.3 Uji Coba Angket
Angket merupakan alat ukur sebelum dipergunakan untuk penelitian yang
sesungguhnya, terlebih dahulu diujicobakan sebagai syarat supaya diperoleh alat
ukur yang valid dan reliabilitas sehingga hasil pengukuran tersebut dapat
dipercaya. Dalam penelitian ini tidak ada uji coba angket karena angket telah diuji
cobakan oleh pihak jurusan PJKR FIK.
3.1.7 Uji Validitas dan Reliabilitas
3.1.7.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2006: 168). Suatu instrumen
dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data
45
yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang
dimaksud. Untuk mengukur validitas digunakan rumus korelasi Product moment
yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:
Keterangan:
rxy = koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X = nilai faktor tertentu
Y = nilai faktor total
N = jumlah responden
Suatu butir angket dinyatakan valid apabila memiliki harga pada taraf
signifikansi 5%, apabila butir soal memiliki koefisien r xy > r tabel, maka butir
soal tersebut dinyatakan valid.
3.1.7.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 2006: 178). Dalam penelitian ini untuk
mencari realibilitas, alat ukur digunakan teknik dengan menggunakan rumus
alpha.
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡−⎥⎦
⎤⎢⎣⎡
−= ∑
2
2
11 11
t
b
kkr
σσ
Keterangan :
r11 : reliabilitas instrumen
46
k : banyaknya butur pertanyaan
∑σb
2 : jumlah varian butir
σt2 : varians skor total
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡−⎥⎦
⎤⎢⎣⎡
−= ∑
2
2
11 11
t
b
kkr
σσ
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan
∑σb² = jumlah varian butir
σt2 = varian skor total
Apabila > maka angket tersebut reliable
1. Untuk mencari varians total:
Keterangan :
Σ = varians tiap butir
X = jumlah skor butir
N = jumlah responden
Perhitungan Varians total:
47
= 141.406
2.
= 0.210 + 0.062 + 0.090 + + 0.462
= 15.528
3. Koefisien realibilitas
Karena = 0,918 > 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa angka tersebut
reliabel
48
Kriteria valid yang digunakan yaitu dengan mengkorelasikan antara skor
tiap item soal dengan skor total. Untuk mengukur validitas digunakan rumus
korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut :
∑ ∑∑ ∑∑
−−
−=
)](][)([
))((2222 YYNXXN
XYXYXYNrxy
Keterangan :
rxy : koefesien korelasi antara variabel x dan veriabel y
x : nilai faktor tertentu
y : nilai faktor total
N : jumlah responden
Suatu butir angket dinyatakan valid apabila memiliki harga pada
taraf signifikasi 5%.
Berdasarkan analisis validitas hasil uji coba instrumen angket
diketahui dari 33 soal dinyatakan valid semua. Kriteria valid yang
digunakan rxy>rtabel pada taraf signifikan 5% dengan N = 30 yaitu
0,361 (Suharsimi Arikunto, 2006:359). Apabila butir soal memiliki
koefisien rxy>rtabel, maka butir soal tersebut dikatakan valid.
3.1.8 Metode Analisis Data
Langkah – langkah menganalisis data adalah sebagai berikut :
49
3.1.8.1 Dari data angket yang didapat berupa data kuantitatif
Agar data tersebut dapat dianalisis maka haruslah diubah menjadi data
kuantitatif ( Suharsimi Arikunto,2002 : 96 ). Menguantitatifkan jawaban tiap
pertanyaan dengan memberikan skor untuk masing-masing jawaban sebagai
berikut :
Jawaban “YA” diberi skor 3
Jawaban “ TIDAK” diberi skor 2
Jawaban “TIDAK TAHU” diberi skor 1
3.1.8.2 Menghitung frekuensi untuk tiap-tiap kategori jawaban yang ada
pada masing-masing variabel/subvariabel.
3.1.8.3 Dari hasil perhitungan dalam rumus akan dihasilkan angka dalam
bentuk presentase.
Adapun rumus untuk analisis deskriptif prosentase adalah :
%100xNnDP =
Keterangan :
DP : deskriptif prosentase
n : skor empirik (skor yang diperoleh)
N : skor ideal / jumlah nilai responden
(Mohamad Ali, 1987: 184)
Untuk menentukan kategori atau jenis deskriptif persentase yang diperoleh
masing-masing indikator dalam variabel, dari perhitungan deskriptif persentase
kemudian ditafsirkan ke dalam kalimat.
50
1. Cara menetukan tingkat kriteria adalah sebagai berikut:
1.1 Menentukan angka persentse tertinggi
1.2 Menentukan angka persentase terendah
1.3 Rentang persentase: 100% - 33,33% = 66,66%
1.4 Interval kelas persentase: 66,66%: 3 =22,22%
Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor yang
diperoleh (dalam %) dengan analisis deskriptif pesentase dikonsultasikan dengan
tabel kriteria.
Untuk menentukan kategori atau jenis deskriptif prosentase yang diperoleh
masing-masing indikator dalam variabel, dari perhitungan deskriptif prosentase
kemudian ditafsirkan dalam kalimat.
Tabel 7 Kriteria deskriptif prosentase
No Prosentase Kriteria
1 77,78 % – 100,00 % Baik
2 55,56 % – 77,77 % Sedang
3 33,33 % – 55,55 % Kurang
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Gambaran Persepsi Guru Non Penjasorkes Di SMP Negeri Se-Kecamatan
Gubug Kabupaten Grobogan terhadap kinerja guru Penjasorkes berdasarkan data
penelitian diperoleh jumlah skor sebesar 8709 dengan persentase skor 92,6 % dan
termasuk kategori baik. Ditinjau dari pernyataan masing-masing guru diperoleh
hasil seperti disajikan pada table berikut :
Tabel 8 Deskriptif Persepsi Guru Non Penjasorkes Di SMP Negeri Se-Kecamatan Gubug
Kabupaten Grobogan terhadap Kinerja Guru Penjasorkes
No Interval Persentase Kategori Distribusi %
1 77,78 – 100,00 Baik 91 95,79%
2 55,56 – 77,77 Sedang 4 4,21%
3 33,33 – 55,55 Kurang 0 0%
Jumlah 95 100 %
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel tersebut di atas diketahui bahwa
sebagian besar guru 95,79 % telah memiliki persepsi yang baik terhadap kinerja
guru Penjasorkes, sedangkan persepsi sebagian guru yaitu 4,21 % guru memiliki
persepsi yang sedang, dan 0% guru yang mempunyai persepsi kurang terhadap
kinerja guru Penjasorkes. Dengan demikian menunjukkan bahwa persepsi guru
non Penjasorkes Di SMP Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan
terhadap kinerja guru Penjasorkes secara umum adalah baik. Lebih jelasnya
distribusi persepsi guru non Penjasorkes Di SMP Negeri Se-Kecamatan Gubug
52
Kabupaten Grobogan terhadap kinerja guru Penjasorkes tersebut dapat disajikan
grafis pada diagram berikut ini :
Gambar 1
Distribusi Persepsi Guru Non Penjasorkes Di Smp Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes
Gambaran persepsi guru non Penjasorkes Di SMP Negeri Se-Kecamatan
Gubug Kabupaten Grobogan terhadap kinerja guru Penjasorkes dari masing-
masing aspek dapat disajikan sebagai berikut :
4.1.1 Memiliki kepribadian sebagai pendidik
Aspek ini terdiri dari: Memiliki kepribadian mantap dan stabil, Memiliki
kepribadian dewasa, Memiliki kepribadian arif, Memiliki kerpibadian yang
berwibawa, dan Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan. Aspek ini
memperoleh jumlah skor 2019 dengan persentase 100% yang masuk dalam
ketegori baik. Ditinjau dari pernyataan masing-masing guru pada aspek memiliki
kepribadian sebagai pendidik diperoleh hasil seperti disajikan pada tabel berikut:
53
Tabel 9 Deskriptif Persepsi Guru Non Penjasorkes pada Aspek Memiliki Kepribadian
Sebagai Pendidik
No Interval Persentase Kategori Distribusi %
1 77,78 – 100,00 Baik 95 100% 2 55,56 – 77,77 Sedang 0 0% 3 33,33 – 55,55 Kurang 0 0,00
Jumlah 95 100,00
Lebih jelasnya distribusi persepsi guru Non Penjasorkes pada aspek
memiliki kepribadian sebagai pendidik dari kinerja guru Penjasorkes tersebut
dapat disajikan secara grafis pada diagram berikut ini :
Gambar 2 Distribusi Persepsi Guru Non Penjasorkes pada Aspek Memiliki Kepribadian
Sebagai Pendidik Dari Kinerja Guru Penjasorkes
Gambar di atas menunjukkan bahwa seluruh guru non Penjasorkes di SMP
Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan yaitu 100% telah memiliki
persepsi bahwa guru Penjasorkes memiliki kepribadian sebagai pendidik yang
100 %
0 % 0%0%
20%
40%
60%
80%
100%
Distribusi
Baik S edang Kurang
K riteria
54
baik, sedangkan 0% guru memiliki persepsi bahwa guru Penjasorkes memiliki
kepribadian sebagai pendidik sedang, dan juga 0% guru yang memiliki persepsi
bahwa guru Penjasorkes memiliki kepribadian sebagai pendidik kurang.
4.2.1 Analisis Deskriptif Tiap Indikator Aspek Memiliki Kepribadian Sebagai
Pendidik.
Ditinjau dari persepsi guru tiap indikator aspek Memiliki kepribadian
sebagai pendidik yang terdiri dari memiliki kepribadian mantap dan stabil,
memiliki kepribadian dewasa, memiliki kepribadian arif, memiliki kepribadian
yang berwibawa, dan memiliki ahlak mulia dan dapat menjadi teladan diperoleh
hasil seperti tersaji pada tabel berikut :
Tabel 10 Deskriptif Persepsi Guru Non Penjasorkes pada Tiap Indikator Aspek Memiliki
Kepribadian Sebagai Pendidik
No Indikator Skor (%) Kriteria
1 2. 3. 4. 5.
Memiliki kepribadian mantap dan stabil Memiliki kepribadian dawasa Memiliki kepribadian arif Memiliki kepribadian yang berwibawa Memiliki ahlak mulia dan dapat menjadi teladan
564 846 279 285 275
98,95 98,95 97,90 100
96,49
Baik Baik Baik Baik Baik
Sumber : Data hasil penelitian 2009 Lebih jelasnya hasil tersebut dapat disajikan secara grafis pada diagram
batang berikut :
55
Gambar 3
Distribusi Persepsi Guru Pada Aspek Memiliki Kepribadian Sebagai Pendidik Tiap Indikator dari Kinerja Guru Penjas
Keterangan :
1. Memiliki kepribadian mantap dan stabil
2. Memiliki kepribadian dewasa
3. Memiliki kepribadian arif
4. Memiliki kepribadian yang berwibawa
5. Memiliki ahlak mulia dan dapat menjadi teladan
Gambar di atas menunjukkan bahwa persepsi guru pada indikator aspek
memiliki kepribadian sebagai pendidik yang dilaksanakan guru Penjas secara
umum telah baik.
4.1.2 Memiliki Kompetensi Pedagogik
Aspek ini terdiri dari: Memahami peserta didik, Merancang pembelajaran,
Melaksanakan pembelajaran, Evaluasi hasil belajar, dan Mengembangkan peserta
didik. Aspek ini memperoleh jumlah skor 2019 dengan persentase 88,55% yang
masuk kategori baik. Ditinjau dari pernyataan masing-masing guru pada aspek
56
memiliki kompetensi pedagogik diperoleh hasil seperti disajikan pada tabel
berikut :
Tabel 11 Deskriptif Persepsi Guru pada Aspek Memiliki Kompetensi Pedagogik dari
Kinerja Guru Penjas
No Interval Persentase Kategori Distribusi % 1. 77,78− 100,00 Baik 89 93,68 2. 55,56 – 77,77 Sedang 5 5,26 3. 33,33 – 55,55 Kurang 1 1,05
Jumlah 95 100,00
Lebih jelasnya hasil tersebut dapat disajikan secara grafis pada diagram
batang berikut ini :
Gambar 4
Distribusi Persepsi Guru pada Aspek Memiliki Kompetensi Pedagogik dari Kinerja Guru Penjasorkes
Gambar 5 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar guru Non
Penjasorkes di SMP Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan yaitu
93,68% telah memiliki persepsi bahwa guru Penjasorkes memiliki kompetensi
Pedagogik yang baik, Selebihnya masuk kategori sedang yaitu 5,26% guru
memiliki persepsi guru Penjasorkes memiliki kompetensi Pedagogik, dan hanya
57
1,05% guru yang memiliki persepsi bahwa guru Penjasorkes memiliki kompetensi
Pedagogik kurang.
4.3.1 Analisis Deskriptif Tiap Indikator Aspek Memiliki Kompetensi Pedagogik
Ditinjau dari persepsi guru pada tiap indikator aspek memiliki kompetensi
pedagogik yang terdiri dari: Memahami peserta didik, Merancang Pembelajaran,
Melaksanakan pembelajaran, Evaluasi hasil belajar, dan Mengembangkan peserta
didik diperoleh hasil seperti tersaji pada tabel berikut:
Tabel 12 Deskriptif Persepsi Guru pada Tiap Indikator Aspek Memiliki Kompetensi
Pedagogik
No Indikator Skor Persentase (%) Kriteria
1. 2. 3. 4. 5.
Memahami peserta didik Merancang pembelajaran Melaksanakan pembelajaran Evaluasi hasil belajar Mengembangkan peserta didik
719 236 232 274 558
84,09 82,81 81,40 96,14 97,90
Baik Baik Baik Baik Baik
Sumber: Data hasil penelitian 2009 Lebih jelasnya hasil tersebut dapat disajikan secara grafis pada
diagram batang berikut:
58
Gambar 5 Distribusi Persepsi Guru Pada Aspek Memiliki Kompetensi Pedagogik Tiap
Indikator dari Kinerja Guru Penjas
Keterangan:
1. Memahami peserta didik
2. Merancang pembelajaran
3. Melaksanakan pembelajaran
4. Evaluasi hasil belajar
5. Mengembangkan peserta didik
Gambar di atas menunjukkan bahwa persepsi guru pada indikator aspek
memiliki kompetensi pedagogik yang dilaksanakan guru Penjas secara umum
telah baik.
4.1.3 Memiliki Kompetensi Profesional Sebagai Pendidik
Ditinjau dari aspek apakah guru Penjas memiliki kompetensi professional
sebagai pendidik yang mengkaji tentang apakah guru Penjas menguasai bidang
studi secara luas dan mendalam diperoleh jumlah skor 2918 dengan persentase
93,08% yang masuk kategori baik. Ditinjau dari pernyataan masing-maing guru
pada aspek memiliki kompetensi professional sebagai pendidik diperoleh hasil
seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 13 Deskriptif Persepsi Guru pada Aspek Memiliki Kompetensi Profesional Sebagai
Pendidik No Interval Persentase Kategori Distribusi % 1. 2. 3.
77,77 – 100,00 55,55 – 77,77 33,33 – 55,55
Baik Sedang Kurang
88 3 4
92,63 3,16 4,21
Jumlah 95 100,00 Sumber : Data Penelitian 2009
59
Lebih Jelasnya hasil tersebut dapat disajikan secara grafis pada diagram
batang berikut ini:
92,63%
3,16% 4,21%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100Distribusi (%)
Baik S edang KurangK riteria
Gambar 6 Distribusi Persepsi Guru pada Aspek Guru Penjasorkes Memiliki Kompetensi
Profesional Sebagai Pendidik Gambar 7 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar guru Non Penjas
SMP Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan yaitu 92,63% telah
memiliki persepsi bahwa guru Penjas pada umumnya dan khususnya di
Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan telah memiliki kompetensi profesional
sebagai pendidik yang baik, Selebihnya masuk dalam kategori sedang yaitu
3,16% guru yang memiliki persepsi bahwa guru penjas memiliki kompetensi
profesional sebagai pendidik, dan 4,21% guru yang memiliki persepsi bahwa guru
penjas memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik kurang.
4.4.1 Analisis Deskriptif Tiap Indikator Aspek Memiliki Kompetensi
Profesional Sebagai Pendidik
60
Ditinjau dari persepsi guru pada tiap indikator aspek memiliki professional
sebagai pendidik yang berupa penguasaan dalam hal Menguasai bidang studi
secara luas dan mendalam diperoleh hasil seperti tabel berikut :
Tabel 14 Deskriptif Persepsi Guru pada Tiap Indikator Aspek Memiliki kompetensi
profesional sebagai pendidik
No Indikator Skor Persentase (%) Kriteria
1 Menguasai bidang studi secara luas dan mendalam
2918 93,08 Baik
Sumber : Data hasil penelitian 2009
Lebih jelasnya hasil tersebut dapat disajikan secara grafis pada diagram
batang berikut ini :
Gambar 7 Distribusi Persepsi guru pada Aspek Memiliki kompetensi profesional sebagai
pendidik
Gambar di atas menujukkan bahwa persepsi guru pada indikator aspek
memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik yang dilaksanakan guru Penjas
61
dalam hal ini mampu menguasai bidang studi secara luas dan mendalam telah
baik.
4.1.4 Memiliki Kompetensi Sosial Sebagai Pendidik
Aspek ini terdiri dari: Berkomunikasi secara efektif dan bergaul secara
efektif diperoleh jumlah skor 1523 dengan persentase 89,06% yang masuk
kategori baik. Ditinjau dari pernyataan masing-masing guru pada aspek memiliki
kompetensi sosial sebagai pendidik diperoleh hasil seperti disajikan pada tabel
berikut :
Tabel 15 Deskriptif Persepsi Guru pada Aspek Memiliki kompetensi sosial sebagai
pendidik pada Kinerja Guru Penjas No Interval Persentase Kategori Distribusi % 1 77,77 – 100,00 Baik 94 98,95 2 55,55 – 77,77 Sedang 1 1,05 3 33,33 – 55.55 Kurang 0 0
Jumlah 95 100,00 Sumber : Data Penelitian 2009
Lebih jelasnya distribusi persepsi guru pada aspek memiliki kompetensi
sosial sebagai pendidik terhadap kinerja guru Penjas tersebut dapat disajikan
secara grafis pada diagram batang berikut ini :
62
98,95%
1,05%0%0
20
40
60
80
100
Distribusi (%)
Baik Sedang Kurang
Kriteria
Gambar 8
Distribusi Persepsi Guru pada Aspek Memiliki kompetensi sosial sebagai pendidik pada Kinerja Guru Penjas
Gambar 9 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar guru Non Penjas di
SMP Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan yaitu 98,95% telah
memiiliki persepsi bahwa guru Penjas pada umumnya dan khususnya di
Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan telah memiliki kompetensi sosisal
sebagai pendidik yang baik, Selebihnya yaitu 1,04% guru yang memiliki persepsi
bahwa guru penjas memiliki kompetensi sosial sebagai pendidik masuk kategori
sedang, dan hanya 0% guru yang memiliki persepsi bahwa guru penjas memiliki
kompetensi sosial sebagai pendidik dan ini masuk kategori kurang.
63
4.5.1 Analisis Deskriptif Tiap Indikator pada Aspek Kompetensi Sosial Sebagai
Pendidik
Ditinjau dari persepsi guru pada tiap indikator aspek perhatian yang terdiri
dari berkomunikasi secara efektif dan bergaul secara efektif diperoleh hasil seperti
tersaji pada tabel berikut ini :
Tabel 16 Deskriptif Persepsi Guru pada tiap Indikator Aspek Memiliki kompetensi sosial
sebagai pendidik
No Indikator Skor Persentase % Kriteria
1. 2.
Berkomunikai sedara efektif Bergaul secara efektif
854 669
99,88 78,25
Baik Baik
Sumber : Data hasil penelitian 2009 Lebih jelasnya hasil tersebut dapat disajikan secara grafis pada diagram
batang berikut ini :
99,88% 78,25%
0
20
40
60
80
100
Distribusi (%
)
1 2
K riteria
Gambar 9 Distribusi Persepsi Guru Non Penjasorkes pada Aspek Memiliki Kompetensi
Sosial Sebagai Pendidik Tiap Indikator Dari Kinerja Guru Penjasorkes
Keterangan:
1. Berkomunikasi secara efektif
2. Bergaul secara efektif
64
Gambar di atas menunjukkan bahwa persepsi guru pada indikator aspek
memiliki kompetensi sosial sebagai pendidik yang dimiliki guru Penjas yang
terdiri dari berkomunikasi secara efektif dan bergaul secara efektif diperoleh hasil
yaitu 99,88% dari aspek berkomunikasi secara efektif, sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa persepsi guru Non Penjas pada aspek berkomunikasi secara
efektif baik, sedangkan 78,25% guru memiliki persepsi terhadap aspek memiliki
kompetensi sosial sebagai pendidik dalam hal ini pada aspek bergaul secara
efektif dan ini masuk kategori baik.
4.2 Pembahasan
Persepsi adalah suatu tanggapan terhadap suatu keyakinan yang ditangkap
melalui penglihatan dan pendengaran tentang isu-isu atau kabar yang
berkembang, yang kemudian akan membentuk suatu konsep diri dalam
menyatakan keinginan yang kemudian akan terefleksi melalui sikap dan perilaku
terhadap sesuatu obyek tersebut.
Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang
lebih banyak mengutamakan aktivitas jasmaniah. Mata pelajaran pendidikan
jasmaniah disisi lain berguna untuk menjaga kesehatan tubuh yang dilakukan
dengan berolahraga.
Keberhasilan dari pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan salah satunya ditentukan oleh kinerja dari guru pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan itu sendiri dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai seorang guru.
65
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa persepsi
guru non penjasorkes terhadap kinerja guru penjasorkes di SMP Negeri Se-
Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan telah masuk dalam kategori baik. Hal ini
ditunjukkan, pertama dari persepsi guru non penjasorkes pada kriteria memiliki
kepribadian sebagai pendidik, dalam kriteria ini telah masuk dalam kategori baik.
Kedua, persepsi guru non penjasorkes pada kriteria memiliki kompetensi
pedagogik telah masuk dalam kategori baik. Ketiga, persepsi guru non
penjasorkes pada kriteria memiliki kompetensi professional sebagai pendidik telah
masuk dalam kategori baik dan keempat, persepsi guru non penjasorkes pada
kriteria memiliki kompetensi sosial sebagai pendidik juga telah masuk kategori
baik jadi dengan ini kinerja guru penjasorkes di SMP Negeri Se-Kecamatan
Gubug Kabupaten Grobogan termasuk ke dalam kategori baik.
Hasil dari penelitian mengenai persepsi guru Non Penjasorkes terhadap
kinerja guru Penjasorkes di Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan yang telah
memperlihatkan hasil yang baik menunjukkan bahwa guru-guru Penjasorkes di
SMP Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan tersebut telah mampu
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara baik sebagai pendidik. Berikut
ini adalah rincian yang meliputi aspek obyek, reseptor dan perhatian.
1) Memiliki kompetensi kepribadian sebagai pendidik
Persepsi setiap individu terhadap suatu obyek tertentu pada dasarnya
berbeda-beda. Perbedaan itu timbul karena cara pandang individu tersebut juga
tidak sama terhadap suatu obyek walaupun obyek yang diamati adalah sama.
66
Hasil penelitian tentang Persepsi Guru Non Penjasorkes Terhadap Kinerja
Guru di Penjasorkes di SMP Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan
menunjukkan bahwa persepsi guru non penjasorkes terhadap aspek memiliki
kepribadian sebagai pendidik dapat dikategorikan baik. Hal ini dapat dilihat
bahwa sebanyak 100% responden atau sebagian besar guru non penjasorkes di
SMP Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan telah berpersepsi baik
terhadap kinerja guru penjasorkes. Sedangkan 0% guru memiliki persepsi
terhadap kinerja guru penjasorkes dengan kategori sedang dan 0,00% juga guru
yang memiliki persepsi terhadap kinerja guru penjasorkes dengan kategori kurang.
Ditinjau dari persepsi guru non penjas tiap indikator pada aspek memiliki
kepribadian sebagai pendidik dapat dijelaskan dengan persentase sebagai berikut:
Indikator pertama adalah memiliki kepribadian mantap dan stabil 98,95%,
indikator kedua adalah memiliki kepribadian kedewasaan 98,95%, indikator
ketiga adalah memiliki kepribadian arif 97,90%, indikator keempat adalah
memiliki kepribadian yang berwibawa 100%, indikator kelima adalah memiliki
ahlak mulia dan dapat menjadi teladan 96,49%.
Melihat hasil penelitian tiap indikator aspek memiliki kepribadian sebagai
pendidik, persentase tertinggi adalah pada indikator memiliki kepribadian yang
berwibawa. Hal ini berarti kewibawaan seorang guru khususnya guru penjasorkes
sangat berperan penting dalam proses belajar mengajar. Sedangkan persentase
terendah adalah pada indikator memiliki ahlak mulia dan dapat menjadi teladan.
Seorang guru dapat dikatakan berkepribadian berahlak mulia dan dapat menjadi
teladan jika dia mempunyai ahlak yang baik dan dapat menjadi teladan siswa dan
67
juga masyarakat di sekitar. Tidak semua guru mempunya ahlak mulia dan dapat
menjadi teladan karena untuk mencapainya tidaklah mudah. Intinya, seorang guru
terutama dalam hal ini guru penjasorkes harus bisa menjadi teladan terhadap siswa
maupun sesama guru, khususnya di sekolah yang dia tempati.
Pada dasarnya, persepsi guru non penjasorkes terhadap kinerja guru
penjasorkes yang telah baik tidak luput dari kemampuan guru penjasorkes tersebut
dalam melakukan kegiatan pembelajaran disekolah. Kemampuan tersebut tidak
hanya dilihat dari praktik saja tetapi juga dapat menguasai materi dengan baik.
Adanya persepsi yang kurang terhadap kinerja guru penjasorkes juga tidak
bisa dianggap remeh walaupun persentasenya sangat kecil. Hal ini seharusnya bisa
di jadikan sebagai suatu motivasi dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru
penjasorkes agar dapat menjalankan tugasnya lebih baik lagi dan profesional.
2) Memiliki kompetensi pedagogic sebagai pendidik
Penguasaan bidang studi secara luas dan mendalam merupakan salah satu
hal pokok yang harus dimilki oleh seorang tenaga pengajar (dalam hal ini guru
penjasorkes). Seorang guru yang profesional harus dapat menjalankan tugasnya
sesuai dengan keahlian yang dimiliki dan tanggung jawab yang diberikan.
Persepsi guru non penjasorkes terhadap kinerja guru penjasorkes di SMP
Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan juga dapat ditimbulkan dari
hasil kerja yang dapat diberikan guru dalam pelaksanaan pembelajaran secara
umum baik dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan pembelajaran penjasorkes
68
maupun dalam menunjang keberhasilan pembelajaran pada pembelajaran yang
lain.
Hasil penelitian tentang persepsi guru non penjasorkes terhadap kinerja
guru penjasorkes di SMP Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan
menunjukkan bahwa ditinjau dari aspek memiliki kompetensi pedagogik yang
terdiri dari: memahami peserta didik yang masuk dalam kategori baik dengan
persentase 84,09%, merancang pembelajaran juga masuk dalam kategori baik
dengan persentase 82,81%, melaksanakan pembelajaran masuk dalam kategori
baik dengan persentase 81,40%, evaluasi hasil belajar masuk dalam kategori baik
dengan persentase 96,14% dan mengembangkan peserta didik masuk dalam
kategori baik dengan persentase 97,90%. Disini dapat dilihat bahwa setiap
indikator guru penjasorkes memilki kompetensi pedagogik semuanya telah masuk
dalam kategori baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik guru
penjasorkes di SMP Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan adalah
baik.
Sebagian besar responden dalam aspek memiliki kompetensi pedagogik
berpersepsi baik terhadap kinerja guru penjasorkes. Hal ini dibuktikan dengan
persentase 93,68% responden yang berpersepsi baik terhadap kinerja guru
penjasorkes, 5,26% berpersepsi sedang dan 1,05% responden yang berpersepsi
kurang.
Ditinjau dari hasil yang menunjukkan persentase 5,26% yang masuk dalam
kategori sedang bukan berarti kinerja guru penjasorkes tidak perlu dioptimalkan
lagi atau diperbaiki lebih baik lagi. Hal ini justru perlu membangun persepsi yang
69
lebih kuat akan kinerja guru penjasorkes menjadi lebih baik lagi dan lebih
profesional.
3) Memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik
Persepsi guru non penjasorkes terhadap kinerja guru penjasorkes pada
aspek Memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik telah masuk dalam
kategori baik dengan persentase 92,63%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar guru non penjasorkes di SMP Negeri Se-Kecamatan Gubug
Kabupaten Grobogan berpersepsi baik.
Ditinjau dari persepsi guru non penjasorkes pada tiap indikator aspek
memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik yaitu menguasai bidang studi
secara luas dan mendalam di dapat persentase 93,08% dan masuk dalam kategori
baik.
4) Memiliki kompetensi sosial sebagai pendidik
Persepsi guru non penjasorkes terhadap aspek memiliki kompetensi sosial
sebagai pendidik di dapat persentase 98,95% yang masuk dalam kategori baik.
Hasil di atas menunjukkan bahwa sebagian guru non penjasorkes di SMP Negeri
Se-Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan berpersepsi baik terhadap aspek
memiliki kompetensi sosial sebagai pendidik bagi guru penjasorkes.
Persentase tiap indikator yaitu berkomunikasi secara efektif dengan
persentase 99,88% masuk dalam kategori baik dan bergaul secara efektif dengan
persentase 78,25% masuk dalam kategori baik.
70
Adanya persepsi guru non penjasorkes terhadap kinerja guru penjasorkes
di SMP Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan yang telah baik yang
ditunjukkan dari persepsi guru pada aspek memiliki kepribadian sebagai pendidik,
memiliki kompetensi pedagogik, memiliki kompetensi profesional sebagai
pendidik, memiliki kompetensi sosial sebagai pendidik, tentunya akan berdampak
terhadap peningkatan mutu pembelajaran dan peningkatan kepercayaan guru-guru
mata pelajaran lain di SMP Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan
pada kemampuan guru penjasorkes dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai
guru pengampu mata pelajaran penjasorkes.
Ini juga akan dapat dijadikan acuan bagi kita calon guru Penjasorkes agar
dapat mempertahankan kompetensi-kompetensi yang telah diuraikan di atas.
Maka dari sekarang kita lebih bersungguh-sungguh dalam memperkaya
pengetahuan kita tentang Penjasorkes. Sehingga nantinya Penjasorkes menjadi
salah satu pendidikan yang diminati oleh siswa maupun kalangan guru yang lain.
71
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Persepsi guru non Penjasorkes SMP Negeri Se-Kecamatan Gubug
Kabupaten Grobogan terhadap kinerja guru Penjasorkes telah masuk dalam
kategori baik. Hasil tersebut dapat dilihat dari persepsi guru non Penjasorkes
terhadap aspek memiliki kepribadian guru Penjasorkes sebagai pendidik
menunjukkan hasil yang baik, memiliki kompetensi pedagogik yang baik,
memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik yang baik dan memiliki
kompetensi sosial sebagai pendidik yang baik pula.
5.2 Saran
5.2.1 Guru penjasorkes hendaknya tetap meningkatkan dan mempertahankan
keempat kompetensi yang telah dianggap baik oleh guru non Penjasorkes
yaitu, kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional dan kompetensi sosial dalam mengajar agar persepsi guru non
Penjasorkes terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan tetap baik
dan mampu memotivasi guru lain untuk dapat melakukan hal yang sama
seperti yang dilakukan pada masa-masa yang akan datang.
5.2.2 Guru penjasorkes hendaknya meningkatkan dan mempertahankan
kinerjanya yang telah baik sehingga dapat bermanfaat bagi siswa maupun
bagi sekolah karena dengan kinerjanya yang baik tersebut tidak hanya
dapat membantu siswa mencapai hasil belajar yang optimal tetapi juga
72
akan dapat membantu kelancaran kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan sekolah secara umum.
5.2.3 Guru penjasorkes harus lebih termotivasi untuk membuat modifikasi
materi pembelajaran agar tidak terkesan monoton dan membosankan bagi
siswa, dengan memanfaatkan komputer dan internet sebagai sumber
informasi dan media pembelajaran bagi siswa.
5.2.4 Guru penjasorkes harus lebih aktif dalam menggiatkan kegiatan olahraga
di sekolah, baik itu kegiatan belajar mengajar, kegiatan ekstrakurikuler,
maupun menyelenggarakan pertandingan – pertandingan berskala kecil
sampai dengan berskala besar.
Guru Penjasorkes hendaknya lebih menguasai dan memahami setiap
materi yang akan diajarkan kepada siswanya secara luas dan lebih mendalam.
73
DAFTAR PUSTAKA
Adang Suherman, 2000, Dasar-dasar Pendidika Jasmani dan Kesehatan. Jakarta:
Depdiknas.
Bimo Walgito, 2002. Pengantar psikologi umum, Yogyakarta : Andi Offset.
,2003. Psikologi Sosial. Ogyakarta : Andi Offset
Departemen pendidikan dan kebudayaan, (1998). Alat Penelitian Kemampuan
Guru (APKG). Jakarta: Dirjen Dikti
Depdiknas. (2003). Ketentuan Umum. Jakarta: Depsiknas.
Dessler. 1992. Psikologi Kependidikan. Jakarta : PT. Gramedia
Mar’at, 1982. Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukuran. Graha Indonesia:
Bandung
Moh. User Usman. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
_______________ , 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Mungin Eddy W. Et al. 1997. Panduan Penulisan Karya Ilmiah. UNNES
Sardiman, 2006. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Soepartono, 2000. Sarana dan Prasarana Olahraga. Jakarta: Depdikbud.
Sudjana, 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Suharsimi Arikunto. (1998). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
________________, 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : rineka cipta
74
Kisi – kisi Kompetensi, Indikator dan Pertanyaan
Kompetensi Indikator Pertanyaan
A.Memiliki kepribadian sebagai pendidik
1. Memiliki kepribadian mantap dan stabil
6. Memiliki kepribadian dewasa
7. Memiliki kepribadian arif
8. Memiliki kepribadian berwibawa
9. Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan
9. Apa beliau guru yang disiplin?
10. Apakah beliau seorang yang senantiasa bertindak sesuai dengan norma, tata tertib dan komitmen yang telah disepakati?
11. Apakah selama berada di lingkungan sekolah beliau sopan dalam bertutur?
12. Apakah selama berada di lingkungan sekolah beliau berperilaku sopan?
13. Apakah selama menjalankan perannya sebagai guru, guru penjasorkes di sekolah Ibu/Bapak berpenampilan tepat sesuai situasi dan kondisi?
14. Apakah beliau disegani oleh peserta didik?
15. Apakah beliau memiliki wibawa sebagai seorang pendidik?
16. Apakah beliau menunjukkan komitmen sebagai umat beragama?
C. Memiliki kompetensi pedagogik
6. Memahami peserta didik
7. Merancang pembelajaran
8. Melaksanakan pembelajaran
9. Evaluasi hasil belajar
10. Mengembangkan peserta didik
9. Apakah peserta didik di sekolah Ibu/Bapak tampak bersemangat saat mengikuti proses pembelajaran penjasorkes?
10. Apakah beliau pernah memberikan hukuman fisik pada peserta didik?
11. Apakah pembelajaran penjasorkes yang beliau selenggarakan diminati oleh peserta didik?
12. Apakah beliau melaksanakan kewajiban dalam menyusun dan
75
mengembangkan silabus dan RPP?
13. Sejauh yang Ibu/Bapak ketahui, apakah beliau memiliki inisiatif untuk merancang dan mengembangkan media?sarana belajar sederhana untuk kepentingan proses belajar mengajar?
14. Apakah beliau tapat waktu dalam menyelenggarakan dan menyerahkan hasil evaluasi belajar?
15. Apakah beliau membuka diri untuk menjalin keakraban dengan peserta didik?
16. Apakah beliau mampu bertindak bijaksana dan mendidik dalam mengatasi kenakalan peserta didik?
D. Memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik
2. Menguasai bidang studi secara luas dan mendalam
12. Apakah beliau tampak terampil dalam memberi contoh gerak dalam proses pembelajaran penjasorkes?
13. Apakah Ibu/Bapak pernah menyaksikan beliau, memainkan salah satu cabang olahraga?
14. Sejauh yang pernah Ibu/Bapak saksikan, apakah beliau mengajarkan lebih dari 2 jenis cabang olahraga?
15. Apakah beliau membina salah satu cabang olahraga, melalui ekstrakurikuler atau klub atau kegiatan pengembangan diri?
16. Apakah sekolah Ibu/Bapak rutin menyelenggarakan pertandingan atau perlombaan olahraga antar kelas?
17. Apakah beliau terlibat aktif
76
dalam penyelenggaraan pertandingan/perlombaan olahraga di sekolah?
18. Apakah sekolah Ibu/Bapak pernah mengikuti pertandingan atau perlombaan olahraga antar sekolah?
19. Sejauh yang Ibu/Bapak ketahui, apakah beliau mampu mengoperasikan komputer?
20. Sejauh yang Ibi/Bapak ketahui, apakah beliau mengenal internet?
21. Sejauh yang Ibu/Bapak ketahui, apakah beliau aktif dalam kegiatan MGMP penjasorkes?
22. Sejauh yang Ibu/Bapak ketahui, apakah di luar jam kerja beliau masih aktif berolahraga?
E. Memiliki kompetensi sosial sebagai pendidik
3. Berkomunikasi secara aktif
4. Bergaul secara aktif
7. Apakah beliau dapat bersosialisasi dengan baik di lingkungan sekolah?
8. Apakah beliau dapat bekerjasama dengan baik dengan teman sejawat?
9. Apakah beliau dapat mengkomunikasikan ide?buah pikirannya dengan kalimat yang jelas?
10. Sejauh yang Ibu/Bapak ketahui apakah beliau pernah memiliki permasalahan dengan orangtua peserta didik, terkait dengan kedudukannya sebagai guru?
11. Sejauh yang Ibu/Bapak ketahui, apakah beliau pernah memiliki permasalahan dengan masyarakat sekitar sekolah, terkait dengan
77
kedudukannya sebagai guru? 12. Apakah guru Penjasorkes di
Sekolah Ibu/Bapak terlibat aktif dalam kegiatan sosial di sekolah?
78
Data Hasil Penelitian Tentang Persepsi Guru Non Penjas Terhadap Kinerja Guru Pemjas di SMP Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan
No Pertanya
an
Memiliki kepribadian sebagai pendidik Memiliki kompetensi pedagogik Memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik Memiliki kompetensi sosial sebagai pendidik
∑ I-1 I-2 I-3 I-4 I-5
∑ I-6 I-7 I-
8 I-9 I-10 ∑
I-11 ∑
I-12 I-13 ∑ Kode
Res 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 1
3 14 15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
R-01 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 2 1 3 3 3 19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 92
R-02 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 1 1 3 3 3 20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 93
R-03 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 1 1 3 3 3 18 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 31 3 3 3 1 1 3 14 87
R-04 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 1 1 3 3 3 20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 2 3 1 1 3 13 90
R-05 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 96
R-06 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 96
R-07 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 1 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 1 1 3 14 92
R-08 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 2 3 3 3 3 21 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 30 3 3 3 1 1 3 14 89
R-09 1 3 3 3 3 3 3 3 22 3 3 3 3 1 3 3 3 22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 3 3 3 18 95
R-10 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 3 3 3 18 99
R-11 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 1 1 2 3 1 15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 1 1 3 14 86
R-12 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 96
R-13 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 2 2 2 3 3 21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 94
R-14 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 1 3 3 21 3 3 1 3 1 3 3 3 3 1 3 27 3 3 3 2 2 3 16 88
R-15 3 3 3 3 1 3 3 1 20 3 1 1 3 3 2 3 3 19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 31 3 3 3 2 2 3 16 86
R-16 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 96
R-17 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 3 3 3 3 3 22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 95
R-18 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2 1 3 2 2 3 3 3 19 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 31 3 3 3 2 2 3 16 90
R-19 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 2 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 31 3 3 3 2 2 3 16 92
R-20 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 2 1 3 3 3 19 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 30 3 3 3 2 2 3 16 89
R-21 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2 1 3 3 2 3 3 3 20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 31 3 3 3 2 2 3 16 91
R-22 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 1 3 3 3 22 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3 3 29 3 3 3 2 2 3 16 90
R-23 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 3 3 3 3 3 22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 95
79
R-24 3 3 3 3 3 1 3 3 22 3 1 1 3 2 3 3 3 19 2 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 29 3 3 3 2 2 3 16 86
R-25 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 31 3 3 3 2 2 3 16 94
R-26 3 3 3 3 3 3 3 1 22 3 2 3 1 1 3 3 3 19 1 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 17 3 3 3 2 2 3 16 74
R-27 3 3 3 3 3 3 3 1 22 3 2 3 1 1 3 3 3 19 1 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 17 3 3 3 2 2 3 16 74
R-28 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 3 3 3 3 3 22 3 3 3 3 2 3 3 3 1 3 1 28 3 3 3 2 2 3 16 90
R-29 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 1 3 3 1 3 3 18 3 3 3 3 1 3 3 3 1 1 3 27 3 3 3 3 2 3 17 86
R-30 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 3 3 3 1 3 20 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3 3 29 3 3 3 2 2 3 16 89
R-31 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 3 3 3 3 3 22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 95
R-32 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 96
R-33 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 96
R-34 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 96
R-35 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 96
R-36 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 96
R-37 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 1 1 3 3 3 20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 29 3 3 3 3 2 2 16 89
R-38 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 2 3 3 3 3 21 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 30 3 3 3 3 3 3 18 93
R-39 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 96
R-40 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 3 2 3 3 3 21 3 3 1 3 2 3 3 1 1 1 1 22 3 3 3 3 3 3 18 85
R-41 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 31 3 3 3 2 2 3 16 94
R-42 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 96
R-43 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 1 3 3 3 22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 31 3 3 3 1 3 3 16 93
R-44 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 3 3 3 3 3 22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 1 1 3 14 93
R-45 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 1 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 94
R-46 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 31 3 3 3 1 3 3 16 95
R-47 3 3 1 3 3 3 3 3 22 3 3 3 1 1 3 3 3 20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 31 3 3 3 2 2 3 16 89
R-48 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 1 3 3 3 3 21 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 32 3 3 3 3 3 3 18 95
R-49 3 3 3 3 3 1 3 3 22 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 32 3 3 3 2 2 3 16 94
R-50 3 3 1 3 1 3 3 3 20 1 3 1 1 1 3 3 3 16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 31 3 3 3 2 2 3 16 83
R-51 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 1 3 3 16 97
R-52 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 1 3 3 16 97
80
R-53 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 3 3 3 3 3 22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 1 1 3 14 93
R-54 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 96
R-55 3 3 3 3 2 3 3 3 23 3 2 3 3 2 3 3 3 22 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 32 3 3 3 2 2 3 16 93
R-56 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 3 3 3 1 3 20 3 3 3 1 3 3 3 3 2 3 3 30 3 3 3 1 3 3 16 90
R-57 3 1 3 3 3 3 3 3 22 1 3 1 1 1 1 1 1 10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 29 3 3 3 3 3 3 18 79
R-58 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 2 3 3 3 22 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 31 3 3 3 2 2 3 16 93
R-59 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 96
R-60 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 3 1 3 3 3 20 3 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 25 3 3 3 3 2 3 17 86
R-61 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 96
R-62 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 96
R-63 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 96
R-64 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 96
R-65 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 31 3 3 3 1 3 3 16 95
R-66 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 1 1 3 3 3 3 20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 29 3 3 3 3 2 3 17 90
R-67 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 2 3 3 3 3 21 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 30 3 3 3 3 3 3 18 93
R-68 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 96
R-69 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 3 2 3 3 3 21 3 3 1 3 2 3 3 1 1 1 1 22 3 3 3 3 3 3 18 85
R-70 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 31 3 3 3 2 2 3 16 94
R-71 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 96
R-72 3 3 3 3 3 3 3 3 24 1 3 3 3 1 3 3 3 20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 31 3 3 3 3 1 3 16 91
R-73 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 1 1 3 14 95
R-74 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 1 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 94
R-75 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 1 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 94
R-76 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 1 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 94
R-77 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 96
R-78 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 3 3 3 3 3 22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 95
R-79 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2 1 3 2 2 3 3 3 19 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 31 3 3 3 2 2 3 16 90
R-80 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 2 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 31 3 3 3 2 2 3 16 92
R-81 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 2 1 3 3 3 19 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 30 3 3 3 2 2 3 16 89
81
R-82 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2 1 3 3 2 3 3 3 20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 31 3 3 3 2 2 3 16 91
R-83 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 1 3 3 3 22 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3 3 29 3 3 3 2 2 3 16 90
R-84 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 3 3 3 3 3 22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 95
R-85 3 3 3 3 3 1 3 3 22 3 1 1 3 2 3 3 3 19 2 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 29 3 3 3 2 2 3 16 86
R-86 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 31 3 3 3 2 2 3 16 94
R-87 3 3 3 3 3 3 3 1 22 3 2 3 1 1 3 3 3 19 1 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 17 3 3 3 2 2 3 16 74
R-88 3 3 3 3 3 3 3 1 22 3 2 3 1 1 3 3 3 19 1 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 17 3 3 3 2 2 3 16 74
R-89 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 3 3 3 3 3 22 3 3 3 3 2 3 3 3 1 3 1 28 3 3 3 2 2 3 16 90
R-90 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 1 3 3 1 3 3 18 3 3 3 3 1 3 3 3 1 1 3 27 3 3 3 3 2 3 17 86
R-91 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 3 3 3 1 3 20 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3 3 29 3 3 3 2 2 3 16 89
R-92 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 3 3 3 3 3 22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 95
R-93 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 96
R-94 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 96 R-95 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 96
Jumlah 564 846 279
285
275
2249 719 23
6
232
274 558 20
19 2918 2918 854 669 1523 87
09
% 98.95
98.94737
97.89
100
96.49
98.64 84.09357
82.81
81.4
96.14
97.89 88.55 93.07814992
93.078
99.8830409
78.24561404
89.064327
92.6
Kriteria B B B B B B B B B B B B B B B B B B