Suprianto Akili Mdc Strok Hemoragik

14
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS STROK HEMORAGIK A. Definisi Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular (Muttaqin, 2008). Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria Artiani, 2009). Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009). Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan. B. Etiologi

description

cxcxcx

Transcript of Suprianto Akili Mdc Strok Hemoragik

Page 1: Suprianto Akili Mdc Strok Hemoragik

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS STROK HEMORAGIK

A. Definisi

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat

akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24

jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain

vaskular (Muttaqin, 2008).

Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah

sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain:

hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat

melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien

umumnya menurun (Ria Artiani, 2009).

Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat

aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian

merusaknya (M. Adib, 2009).

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah satu jenis

stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah tidak dapat

mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir

dengan kelumpuhan.

B. Etiologi

Stroke terjadi akibat sumbatan pada arteri yang disebabkan oleh thrombus dan

emboli. Selain itu juga karena perdarahan yang disebabkan karena hipertensi, ruptur

aneurysm atau arteriovenous malformation (AVM).(Donna, 1999)

Faktor resiko pada stroke adalah

Faktor Resiko yang Dapat dimodifikasi

Faktor Resiko yang Tidak Dapat dimodifikasi

- Tekanan darah tinggi

- Merokok

- Diabetes Mellitus

- Aterosklerosis

- Usia tua

- Jenis kelamin (banyak

terjadi pada laki-laki)

- Herediter/genetik

- Riwayat stroke atau

Page 2: Suprianto Akili Mdc Strok Hemoragik

- Atrial fibrilasi

- Penyakit jantung lain

- Transient ischemic attack

- Anemia bulan sabit

- Kolesterol tinggi

- Obesitas

- Intake alkohol yang tinggi

- Penggunaan obat-obatan

ilegal

serangan jantung

sebelumnya

Page 3: Suprianto Akili Mdc Strok Hemoragik

D. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan perdarahan intracerebral.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular

3. Gangguan Persepsi berhubungan dengan dengan penekanan pada saraf sensori

E. Intervensi Keperawatan

NoDiagnose

KeperawatanTujuan & Kriteria Hasil

Intervensi

KeperawatanRasional

1. Gangguan perfusi

jaringan otak

berhubungan dengan

perdarahan

intracerebral

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan perfusi

jaringan otak dapat

tercapai secara optimal

ditandai dengan:

Klien tidak gelisah

Tidak ada keluhan nyeri

kepala

GCS 456

Tanda-tanda vital

normal(nadi : 60-100

kali permenit, suhu: 36-

36,7 C, pernafasan 16-

20 kali permenit)

a.Tentukan factor-

faktor yang

berhubungan dengan

keadaan/ penyebab

khusus selama

koma/penurunan

perfusi serebral dan

potensial terjadinya

peningkatan TIK.

b.Pantau tanda-tanda

vital dan catat

adanya

hipertemsi/hipotensi,

bandingkan tekanan

darah yang terbaca

pada kedua lengan.

a.  Kerusakan/kemunduran

tanda/gejala neurologis

atau kegagalan

memperbaikinya

setelah fase awal

memerlukan tindakan

pembedahan dan/ atau

pasien harus

dipindahkan ke ruang

perawatan kritis (ICU)

untuk melakukan

pemantauan terhadap

peningkatan TIK.

b. Hipertensi/hipotensi

postural dapat terjadi

karena syok(kolaps

sirkulasi vaskuler).

Peningkatan TIK dapat

terjadi (karena edema,

adanya formasi bekuan

darah). Tersumbatnya

arteri subklavia dapat

Page 4: Suprianto Akili Mdc Strok Hemoragik

c.  Pertahankan

keadaan tirah

baring, ciptakan

lingkungan yang

tenang, batasi

pengunjung/

aktivitas pasien

sesuai indikasi.

Berikan istirahat 

secara periodic

antara aktivitas

perawatan, batasi

lamanya setiap

prosedur.

d.   Berikan O2 sesuai

indikasi.

e.   Berikan obat

antikoagulan

seperti Coumadin,

dinyatakan dengan

adanya perbedaan

tekanan pada kedua

lengan.

c.   Aktivitas/stimulasi

yang kontinu dapat

meningkatkan TIK.

Istirahat total dan

ketenangan mungkin

diperlukan untuk

pencegahan terhadap

perdarahan dalam

kasus stroke

hemoragik/ perdarahan

lainnya.

d.   Menurunkan hipoksia

yang dapat

menyebabkan

vasodilatasi serebral

dan tekanan

meningkat/

terbentuknya edema.

e.   Dapat digunakan untuk

meningkatkan atau

memperbaiki aliran

darah serebral dan

Page 5: Suprianto Akili Mdc Strok Hemoragik

heparin,

antitrombosit,

dipiridamol.

f.    Berikan obat

antifibrolitik

seperti asam

aminokaproid

(Amicar)

selanjutnya dapat

mencegah pembekuan

saat embolus/thrombus

merupakan factor

masalahnya.

Merupakan

kontraindikasi pada

pasien dengan

hipertensi sebagai

akibat dari peningkatan

resiko perdarahan.

f.    Penggunaan dengan

hati-hati dalam

perdarahan untuk

mencegah lisis bekuan

yang terbentuk dan

perdarahan berulang

yang serupa.

2. Gangguan mobilitas

fisik berhubungan

dengan kerusakan

neuromuscular

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan klien mampu

melaksanakan aktivitas

fisik sesuai dengan

kemampuannya ditandai

dengan :

oBertambahnya kekuatan

otot

oKlien menunjukkan

tindakan untuk

a.   Kaji kemampuan

secara

fungsional/luasnya

kerusakan awal

dan dengan cara

yang teratur.

Klasifikasikan

melalui skala 0-4.

a.   Mengidentifikais

kekuatan/kelemahan

dan dapat memberikan

informasi mengenai

pemulihan. Bantu

dalam pemilihan

terhadap intervensi,

sebab teknik yang

berbeda digunakan 

untuk paralisis spastic

dengan flaksid.

Page 6: Suprianto Akili Mdc Strok Hemoragik

meningkatkan mobilitas

o Tidak terjadi kontraktur

sendi

b.   Ubah posisi

minimal setiap 2

jam (telentang,

miring) dan

sebagainya dan

jika

memungkinkan

bisa lebih sering

jika diletakkan

dalam posisi

bagian yang

terganggu.

c.   Observasi pada

daerah yang

terkena termasuk

warna, edema, atau

tanda lain dari

gangguan sirkulasi.

d.   Susun tujuan

dengan

pasien/orang

terdekat untuk

berpartisipasi

dalam aktivitas/

latihan dan

mengubah posisi.

e.   Bantulah dengan

stimulasi elektrik,

seperti TENS

sesuai indikasi.

f.    Berikan obat

b.   Menurunkan resiko

terjadinya

trauma/iskemia

jaringan. Daerah yang

terkena mengalami

perubahan/sirkulasi

yang lebih jelek dan

menurunkan sensasi

dan lebih besar

menimbulkan

kerusakan pada

kulit/dekubitus.

c.   Jaringan yang

mengalami edema

lebih mudah

mengalami trauma dan

penyembuhannya

lambat.

d.   Meningkatkan harapan

terhadap

perkembangan/

peningkatan dan

memberikan perasaan

control/ kemndirian.

e.    Dapat membantu

memulihkan kekuatan

otot dan meningkatkan

control otot volunteer.

f.    Mungkin diperlukan

Page 7: Suprianto Akili Mdc Strok Hemoragik

relaksan otot,

antispasmodic

sesuai indikasi,

seperti baklofen,

dantrolen.

untuk menghilangkan

spatisitas pada

ekstremitas yang

terganggu.

3. Gangguan persepsi

sensori berhubungan

dengan penekanan

pada saraf sensori

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan klien

dapat

meningkatnya

persepsi sensorik ,

perabaan secara

optimal ditandai

dengan :

o Klien dapat

mempertahankan

tingakat kesadaran dan

fungsi persepsi

o Klien mengakui

perubahan dalam

kemampuan untuk

meraba dan merasa

o Klien dapat

menunjukkan perilaku

untuk

mengkompensasi

terhadap perubahan

sensori

a.   Kaji tipe/derajat

disfungsi seperti

pasien tidak

tampak memahami

kata atau

mengalami

kesulitan berbicara

atau membuat

pengertian sendiri.

b.   Mintalah pasien

untuk mengikuti

perintah sederhana

(seperti “buka

mata”)ulangi

dengan

kata/kalimat yang

sederhana.

c.   Tunjukan objek

dan minta pasien

untuk

menyebutkan nama

benda tersebut.

a.   Membantu menentukan

daerah dan derajat

kerusakan serebral

yang terjadi dan

kesulitan pasien dalam

beberapa atau seluruh

tahap proses

komunikasi.

b.     

b.  Melakukan penilaian

terhadap adanya

kerusakan sensorik

(afasia sensorik)

c.   Melakukan penilaian

terhadap adanya

kerusakan motorik

(afasia motorik) seperti

pasien mungkin

mengenalinya tetapi

tidak dapat

menyebutkannya.

Page 8: Suprianto Akili Mdc Strok Hemoragik

d.   Diskusikan

mengenai hal-hal

yang dikenal

pasien

d.   Meningkatkan

percakapan yang

bermakna dan

memberikan

kesempatan

Page 9: Suprianto Akili Mdc Strok Hemoragik

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,

Jakarta, EGC.

Carpenito Linda Juall. 1995, Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Jakarta EGC.

Depkes RI. 1996, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan,

Jakarta, Diknakes.

Doenges, M.E. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Hudak C.M.,Gallo B.M. 1996, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik. Edisi VI, Volume II,

Jakarta, EGC.

Price S.A., Wilson L.M. 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4,

Buku II, Jakarta, EGC.