Summary Chapter 1-6

27
CHAPTER 1 Asal mula ESP Terdapat 3 alasan utama munculnya ESP 1. Tuntutan dunia baru Akhir perang dunia 1945 terjadi perluasan dunia yang di dominasi oleh dua kekuatan yaitu teknologi dan perdagangan yang berlangsung tanpa henti dan menghasilkan permintaan bahasa internasional. Karena berbagai alasan terutama dalam hal ekonomi, bahasa inggris dipilih menjadi bahasa internasional. Bahasa inggris adalah kunci untuk mata uang internasional, teknologi dan perdagangan. Belajar bahasa inggris menjadi tuntutan tersendiri bagi peserta didik agar bisa mengikuti perkembangan di bidang mereka masing- masing. Berbagai program studi termasuk buku pelajaran dan jurnal tersedia dalam bahasa inggris. 2. Sebuah revolusi dalam linguistik Pada saat yang sama karena bertambahnya permintaan untuk kursus bahasa inggris yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus. Ide-ide baru mulai mempengaruhi munculnya pelajaran bahasa. Secara tradisional tujuan linguistik untuk menggambarkan aturan penggunaan bahasa inggris, yaitu tata bahasa. Dalam pelajaran bahasa inggris terdapat perbedaan penting antara bahasa inggris perdagangan dan teknik. 1

Transcript of Summary Chapter 1-6

Page 1: Summary Chapter 1-6

CHAPTER 1

Asal mula ESP

Terdapat 3 alasan utama munculnya ESP

1. Tuntutan dunia baru

Akhir perang dunia 1945 terjadi perluasan dunia yang di dominasi oleh dua

kekuatan yaitu teknologi dan perdagangan yang berlangsung tanpa henti dan

menghasilkan permintaan bahasa internasional. Karena berbagai alasan terutama

dalam hal ekonomi, bahasa inggris dipilih menjadi bahasa internasional.

Bahasa inggris adalah kunci untuk mata uang internasional, teknologi dan

perdagangan. Belajar bahasa inggris menjadi tuntutan tersendiri bagi peserta didik

agar bisa mengikuti perkembangan di bidang mereka masing-masing. Berbagai

program studi termasuk buku pelajaran dan jurnal tersedia dalam bahasa inggris.

2. Sebuah revolusi dalam linguistik

Pada saat yang sama karena bertambahnya permintaan untuk kursus bahasa

inggris yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus. Ide-ide baru mulai mempengaruhi

munculnya pelajaran bahasa. Secara tradisional tujuan linguistik untuk

menggambarkan aturan penggunaan bahasa inggris, yaitu tata bahasa. Dalam

pelajaran bahasa inggris terdapat perbedaan penting antara bahasa inggris

perdagangan dan teknik.

Bahasa inggris yang diperlukan oleh kelompok peserta didik tertentu dapat di

identifikasikan dengan menganalisa karakteristik linguistik khusus mereka yang

bekerja atau belajar.

3. Fokus pada peserta didik

Peserta didik memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda, yang akan

memiliki pengaruh penting pada motivasi mereka untuk belajar dan karena itu pada

efektivitas pembelajaran mereka. Hal ini memberikan dukungan untuk pengembangan

kursus dengan mementingkan kebutuhan peserta didik dan juga kepentingan peserta

didik.

1

Page 2: Summary Chapter 1-6

CHAPTER 2

Perkembangan ESP

Lima langkah untuk memahami ESP

1. Konsep bahasa khusus : Daftar analisis

Bahasa inggris teknik elektro berbeda dengan biologi atau bahasa inggris

umum. tujuan dari analisis yaitu untuk mengidentifikasikan fitur gramatikal dam

leksikal dari register tersebut. Intinya dalam memahami ESP yang lebih penting yaitu

memahami tata bahasanya terlebih dahulu karena dalam sebuah teks ESP konteks

grammar yang digunakan adalah konteks grammar tingkat tinggi.

2. Analisis retorika atau wacana

Setelah memahami tata bahasa kemudian peserta didik harus bisa memahami

makna dalam suatu kalimat di teks ESP. Teks ESP memiliki tingkat kesulitan dalam

memahami makna, terdapat wacana retorika yang membutuhkan pemahaman lebih,

bahasa yang digunakan merupakan bahasa yang spesifik.

3. Target situasi analisis

Peserta didik harus memiliki tujuan dalam mempelajari ESP. mengingat

bahwa tujuan dari pelajaran ESP adalah untuk memungkinkan peserta didik untuk

cukup berfungsi di dalam target situasi, yaitu situasi dimana peserta didik akan

menggunakan bahasa yang mereka pelajari.

4. Kemampuan dan strategi

Dalam mempelajari ESP peserta didik harus memiliki kemampuan dan strategi.

Tahap keempat ESP memperlihatkan sebuah usaha untuk mendalami dan

mempertimbangkan bukan hanya bahasa itu sendiri tapi proses berpikir yang mendasari

penggunanaan bahasa. Dalam hal ini peserta didik harus menguasai kemampuan-

kemampuan dalam hal vocabulary, grammar, reading.

Mengambil isyarat dari teori belajar kognitif, pembelajar bahasa diperlakukan

sebagai makhluk berpikir yang dapat diminta untuk mengamati dan verbalisasi proses

penafsiran mereka mempekerjakan dalam penggunaan bahasa.

5. Pendekatan yang berorientasi pada pembelajaran

Terdapat tiga kekuatan yang mendasari asal usul ESP yaitu kebutuhan, ide

baru tentang bahasa, dan ide-ide baru tentang belajar. Pembelajaran bahasa tidak

hanya sekedar membaca buku tetapi harus ada proses pembelajaran.

2

Page 3: Summary Chapter 1-6

CHAPTER 3

ESP adalah sebuah pendekatan bukan produk

ESP dianalogikan sebagai sebuah pohon yang memiliki akar, batang, cabang dan

ranting. Akar ESP yaitu pembelajaran komunikasi (learning communication) dan batangnya

yaitu pengajaran bahasa (language teaching) kemudian di atasnya English Language

Teaching (ELT) yang terbagi 3 cabang yaitu English as a Mother Tongue (EMT), English as

a Foreign Language (EFL), dan English as a Second Language (ESL). English as a foreign

language (EFL) terbagi dua yaitu pertama General English yang terdiri dari Primary,

Secondary, Adult Tertiary. dan kedua yaitu English for Specific Purpose (ESP) yang terbagi

tiga cabang yaitu English for Science and Technology (EST), English for Business and

Economics (EBE) dan English for Social Science (ESS). Dalam EST terbagi dua yaitu bahasa

inggris untuk akademis (English for Academic Purposes) , dan bahasa inggris untuk

pekerjaan (English for Occupational Purposes), bahasa inggris untuk akademis terdiri dari

English for medical studies, dan bahasa inggris untuk pekerjaan terdiri dari English for

Technicians. Sama halnya dengan ESP, EBE juga dibagi menjadi dua, yaitu EAP yang terdiri

dari English for Economics dan EOP yang terdiri dari English for Secretaries. EBE terbagi

dua yaitu EAP yang terdiri dari English for Psychology dan EOP yang terdiri dari English for

Teaching.

a) ESP bukanlah soal 'varietas khusus' pengajaran bahasa Inggris. Kenyataan bahwa

bahasa yang digunakan untuk tujuan tertentu tidak berarti bahwa itu adalah bentuk

khusus dari bahasa, berbeda dalam jenis dari bentuk-bentuk lain.

b) ESP bukan hanya soal kata-kata ilmu pengetahuan dan tata bahasa bagi para ilmuwan.

seperti Chomsky lakukan berkaitan dengan tata bahasa, antara kinerja dan

kompetensi, yaitu antara apa yang orang benar-benar dilakukan dengan bahasa dan

berbagai pengetahuan dan kemampuan yang memungkinkan mereka untuk

melakukannya.

c) ESP tidak berbeda jenisnya dari bentuk lain dari pengajaran bahasa, dalam hal ini

harus didasarkan pada tingkat pertama pada prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif

dan efisien. Meskipun isi pembelajaran dapat bervariasi tidak ada alasan untuk

menganggap bahwa proses pembelajaran harus berbeda untuk pelajar ESP daripada

untuk pelajar bahasa Inggris umum.

3

Page 4: Summary Chapter 1-6

ESP adalah sebuah pendekatan bukan sebagai produk. ESP bukanlah jenis bahasa

tertentu atau metodologi, maupun terdiri dari tipe materi pengajaran tertentu. ESP adalah

pendekatan pengajaran bahasa dimana semua konten dan metode didasarkan pada alasan

peserta didik untuk belajar.

4

Page 5: Summary Chapter 1-6

CHAPTER 4

Gambaran bahasa

Berikut adalah beberapa garis besar tentang berbagai gagasan mengenai bahasa yang

telah mempengaruhi ESP.

1. Tata bahasa klasik atau tradisional

Titik awal bahasa inggris didasarkan pada tata bahasa klasik yaitu yunani dan

latin. Hal ini didasarkan pada analisis setiap kata dalam kalimat, karena bahasa klasik

yang berbasis kasus bahasa dimana fungsi grammatical setiap kata dalam kaliamat

dibuat jelas oleh grammatical infleksi yang tepat. Pengetahuan bahasa klasik dapat

memperdalam pengetahuan peserta didik tentang bagaimana bahasa berkembang.

2. Structural kebahasaan

Dalam deskripsi structural tata bahasa digambarkan dalam jangka truktur

sintagmatik yang membawa proporsi dasar berupa statement, interogativem negative,

imperative dll. Dan gagasan berupa waktu, jumlah, gender dll dengan memvariasikan

kata-kata dalam kerangka kerja structural kalimat dengan arti yang berbeda dapat

dihasilkan. Metode analisis linguistic yang dipelajari dalam pengajaran bahasa inggris

untuk pengembangan table substitusi sebagai sarana khas yang menjelaskan pola

gramatikal.

3. Transformational generative (TG) grammar

Perubahan grammar dari tradisional ke modern.

Chomsky mengkategorikan dua tingkat makna yaitu:

A deep level : level yang lebih dalam yang berkaitan dengan struktur kebahasaan.

A surface level : tahapan dasar mengenai syntax kebahasaan.

Dalam perkembangannya bahasa dianggap dari sudut pandang bentuk, tetapi bahasa

bukan untuk kepentingan diri sendiri. Hal ini ada karena orang melakukan hal-hal

seperti memberikan infromasi mengklarifikasi, mengidentifikasi, melaporkan. Di sisi

lain bahasa juga dapat dilihat dari sudut pandang fungsi yaitu apa yang orang lakukan

dengan bahasa. Berkembangnya juga konsep komunikatif yang mengembangkan

bahan-bahan komunikasi seperti komunikasi verbal (gerakan, postur, kontak mata,

dll) media dan saluran komunikasi, hubungan antara peserta, topic dan tujuan

komunikasi. Konsep kompetensi komunikasi memiliki konsekuensi yang luas untuk

5

Page 6: Summary Chapter 1-6

ESP yang mempertimbangkan variasi bahasa dan daftar analisis bahasa sebagai fungsi

analisis wacana.

4. Variasi bahasa dan daftar analisis

Bahasa bervariasi sesuai dengan konteks penggunaan dan memungkinkan

untuk dibedakan misalnya bentuk formal informal, tulisan lisan tergantung pada

konteks. Konsep variasi bahasa memunculkan jenis ESP yang didasarkan pada daftar

analisis. Jika bahasa berbeda-beda sesuai dengan konteks, maka bahasa terkait harus

diidentifiksikan dengan konteks tertentu, seperti bidang pengetahuan (bahasa inggis

hukum, bahasa inggris social, bahasa inggris medis. Bahasa inggris medis, bahasa

inggria khusus). Hal yang paling penting adalah bahkan dari bentuk tertentu

mendukung daftar tertentu, bukan bentuk khas. Variasi bahasa menyiratkan adanya

varietas mengidentifikasi bahasa terkait dengan memiliki konteks penggunaan

tertentu.

5. Funsional/ notional grammar

Fungsi terkait dengan perilaku social dan penggambaran maksud penulis atau

pembicara contohnya menasehati, memperingatkan, mengancam, menggambarkan dll,

berupa tindakan komunikatif yang dilakukan melalui bahasa. Gagasan adalah kategori

dimana pikiran bahasa menjadi realitas, contohnya waktu, frekuensi, durasi, jenis

kelamin, jumlah, lokasi, kualitas, kuantitas.

6. Wacana (retoris) analisis

Bahasa dilihat dari segi kalimat, yang lebih menekankan mengenai makna

yang dihasilkan kalimat. Hal ini menunjukan bahwa ada hal yang lebih berarti dari

sekedar kata-kata dalam kalimat. Konteks kalimat juga penting dalam menciptaka

makna. Terdapat dua cara kunci dimana hasil penelitian ke dalam sifat wacana telah

digunakan dalam bahan ESP.

a. Tahapan-tahapan tertentu pada bidang tertentu.

b. Bagaimana arti itu dihasilkan dalam sebuah kalimat dan teks.

6

Page 7: Summary Chapter 1-6

CHAPTER 5

Teori pembelajaran

Titik awal untuk semua pengajaran bahasa harus pemahaman tentang bagaimana

orang belajar. Tetapi terlalu sering terjadi bahwa 'belajar' faktor yang terakhir untuk

dipertimbangkan. Terutama ESP, bersalah dalam hal ini. Seperti dalam bab sebelumnya ESP

lebih memberi penekanan dalam penelitian dan bahan-bahan analisis bahasa.

Belajar bahasa adalah dengan cara mengamati, mengatur dan menyimpan informasi.

Dengan kata lain, kunci sukses belajar dan mengajar bahasa terletak bukan pada analisis sifat

bahasa tetapi dalam memahami struktur dan proses pemikiran. Berikut ini adalah teori-teori

belajar bahasa :

1. Behaviorisme: belajar sebagai pembentukan kebiasaan

Teori koheren pertama belajar adalah teori behaviourist didasarkan pada karya

Pavlov di Uni Soviet dan Skinner di Amerika Serikat. Teori ini sederhana namun

kuat, mengatakan bahwa belajar adalah proses mekanik pembentukan kebiasaan dan

hasil dengan penguatan sering stimulus respon urutan. Secara lebih sederhana biasa

karena terbiasa.

2. Mentalism: berpikir sebagai aturan

Belajar bukan membentuk kebiasaan tetapi memperoleh aturan, sebuah proses

dimana pengalaman individu digunakan oleh pikiran untuk merumuskan hipotesis.

3. Kognitif Kode: peserta didik sebagai makhluk berpikir

Belajar adalah proses berpikir, dimana peserta didik mencoba untuk

memahami data dan pembelajaran terjadi ketika peserta didik telah berhasil

menafsirkan makna atau pola pada data. Teknik dasar pengajaran yang terkait dengan

teori kognitif belajar bahasa adalah pemecahan masalah.

4. Faktor afektif: peserta didik sebagai makhluk emosional

Manusia bukan hanya makhluk berpikir tetapi juga makhluk yang memiliki

perasaan.

Perasaan disini berupa keinginan/motivasi peserta didik dalam mempelajari bahasa.

Menurut Gardner dan Lambert (1972) terdapat dua jenis motivasi: instrumental dan

Integratif.

7

Page 8: Summary Chapter 1-6

a) Instrumental

Berupa motivasi eksternal, keinginan yang berasal dari luar peserta didik,

contohnya keluarga, tuntutan pekerjaan, dsb.

b) Integrative

Berupa motivasi internal, keinginan yang berasal dari peserta didik itu sendiri.

Dalam mempelajari ESP perlunya motivasi intrinsik

5. Belajar dan akuisisi

Belajar adalah proses sadar, sementara akuisisi hasil secara tidak sadar.

6. Model untuk pembelajaran

a. Masing-masing item pengetahuan ke jaringan pengetahuan yang ada.

b. Dalam memperoleh pengetahuan baru, pengetahuan peserta didik yang

membuatnya mungkin untuk mempelajari item baru.

c. Item pengetahuan yang tidak penting sama. Beberapa item lebih sulit untuk

diperoleh.

d. Peserta didik akan membuat kemajuan yang lebih baik dengan mengembangkan

strategi untuk memecahkan masalah belajar yang akan timbul.

e. Jaringan komunikasi adalah system.

f. Pada awalnya peserta didik harus memiliki motivasi untuk belajar bahasa yang

berupa kebutuhan. Jadi dengan belajar, kebutuhan untuk memperoleh pengetahuan

adalah factor yang diperlukan, tetapi sama jika tidak lebih penting adalah perlu

untuk benar-benar menikmati proses akuisisi.

8

Page 9: Summary Chapter 1-6

CHAPTER 6

Analisis kebutuhan

Alasan peserta didik mempelajari bahasa inggris yakni berdasarkan kebutuhan yang

beragam. Bahasa inggris umum dan ESP berbeda, pelajar sekolah dikatakan membutuhkan

bahasa inggris umum, hal ini tidak spesifik, asumsi ini merupakan penetapan kelembagaan

pendidikan. Pelajar sekolah hanya sekedar belajar bahasa inggris untuk lulus ujian tidak

berdasarkan kebutuhan yang lebih khusus, sedangkan ESP bukan hanya adanya kebutuhan

melainkan kesadaran dari kebutuhan. Jika peserta didik dan guru tahu mengapa perlu belajar

bahasa inggris, kesadaran itu akan memiliki pengaruh pada apa yang akan diterima sebagai

konten dalam pembelajaran bahasa dan apa potensi yang bisa dimanfaatkan.

Kebutuhan target yaitu apa yang pelajar perlu lakukan dalam target situasi. Kebutuhan

belajar yaitu apa pelajar perlu lakukan dalam belajar.

a. Kebutuhan

Setiap peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda untuk mencapai target.

b. Kekurangan

Tidak hanya mengidentifikasi kebutuhan tetapi juga harus mengidentifikasikan

kekurangan peserta didik yang perlu dianalisa dengan kemampuan peserta didik.

c. Keinginan

Keinginan peserta didik berupa motivasi berperan penting dalam belajar bahasa. Akan

sulit jika peserta didik tidak memiliki motivasi belajar bahasa.

Analisis kebutuhan sasaran situasi pada dasarnya merupakan masalah mengajukan

pertanyaan tentang situasi target dan sikap terhadap situasi dari berbagai peserta dalam proses

pembelajaran.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam menganalisa kebutuhan yaitu dengan

pembuatan angket, wawancara, pengamatan dan pengumpulan data. Dalam menganalisa

kebutuhan belajar perlu sebuah kerangka yang kemudian di analisis. Kerangka tersebut

berupa pertanyaan seperti apa alasan peserta didik memilih bidang tersebut? Bagaimana

peserta didik belajar? Sumber pelajaran apa yang tersedia? Siapa peserta didik itu sendiri?

Dimana tempat pembelajaran ESP? dan kapan belajar ESP?

9

Page 10: Summary Chapter 1-6

CHAPTER 7

Pendekatan desain pelajaran

Model pembelajaran adalah proses dimana data mentah mengenai kebutuhan belajar

ditafsirkan untuk menghasilkan serangkaian pengalaman belajar-mengajar yang terpadu,

tujuan utamanya adalah untuk meneliti keadaan pengetahuan tertentu. Hal ini memerlukan

penggunaan informasi teoritis dan empiris yang tersedia untuk menghasilkan silabus, untuk

memilih, menyesuaikan atau menulis materi sesuai dengan silabus, untuk mengembangkan

materi-materi metode pengajaran dan untuk menetapkan prosedur evaluasi yang mana

kemajuan terhadap target yang ditetapkan akan diukur.

Terdapat tiga jenis pendekatan

1. Bahasa berpusat pada desain

Bahasa berpusat pada model/desain peserta didik bertujuan untuk menarik hubungan

langsung antara sasaran situasi analisis.

Beberapa kelemahan model ini diantaranya :

a. Dalam model ini kebutuhan peserta didik tidak diperhitungkan sama sekal, oleh

karena itu bukan berpusat pada peserta didik tetapi membatasi peserta didik.

b. Proses berpusat pada bahasa juga dapat dikritik karena prosedur statis dan tidak

flexible yang dapat memperhitungkan sedikit konflik dan kontradiksi yang

melekat dalam setiap usaha manusia. Prosedur apapun harus memiliki fleksibilitas

saluran umpan balik dalam membangun toleransi kesalahan sehingga dapat

merespon pengaruh terduga atau berkembang.

c. Menghindari kesalahan yang dibuat oleh pendekatan audiolingual tentang

keyakinan bahwa bahasa memiliki system yang akan mendorong pembelajaran

yang sistematis.

d. Jika materi didasarkan pada model berpusat pada bahasa, maka faktor lain yang

digunakan tidak diakui dalam model. Ini adalah yang begiru sering tampak

menjadi kasus, faktor-faktor pembelajaran tidak dianggap menjadi penting.

e. Analisis bahasa berpusat data dalam situasi target hanya pada tingkat pemula.

2. Model pembelajaran berpusat pada keterampilan

Sejumlah proyek ESP telah dibentuk dengan tujuan khusus mengembangkan

kemampuan siswa untuk membaca teks bahasa inggris. Keterampilan berpusat

didasarkan pada dua prinsip yaitu bersifat teoritis dan pragmatis.

10

Page 11: Summary Chapter 1-6

a. Hipotesis teoritis dasar adalah hal yang mendasari perilaku bahasa yaitu

keterampilan tertentu dan strategi, yang pelajar gunakan untuk menghasilkan atau

memahami wacana. Pendekatan yang berpusat pada keterampilan bertujuan untuk

menjauh dari data kinerja pemula dan memperhatikan kompetensi yang mendasari

kinerja. Pembelajaran yang berpusat pada keterampilan, kemudian akan

menyajikan tujuan pembelajarannya (meskipun mungkin tidak secara tegas) baik

dari segi kinerja dan kompetensi.

b. Dasar pragmatis untuk pendekatan keterampilan yang berpusat berasal dari

perbedaan yang dibuat oleh Widdowson (1981) antara berorientasi pada tujuan

kursus dan proses-berorientasi saja.

Peran analisis kebutuhan dalam pendekatan yang berpusat pada keterampilan

ada dua. Pertama, ia menyediakan dasar untuk menemukan kompetensi dasar yang

memungkinkan orang untuk tampil di sasaran situasi. Kedua, memungkinkan

perencana untuk menemukan potensi pengetahuan dan kemampuan pelajar ke kelas

ESP.

Pendekatan berpusat pada keterampilan kemudian menyatakan untuk peserta

didik lebih diperhitungkan dibandingkan dengan pendekatan bahasa yang berpusat

pada:

a) Memandang bahasa dalam hal bagaimana proses pemikiran peserta didik

daripada kesatuan itu sendiri.

b) Mencoba untuk membangun faktor-faktor positif peserta didik dalam pelajaran,

bukan hanya pada gagasan negatif 'kekurangan'.

c) Menyusun tujuannya dalam istilah terbuka, sehingga memungkinkan peserta didik

untuk mencapai sesuatu.

3. Pembelajaran yang berpusat pada pendekatan

Belajar dipandang sebagai suatu proses di mana peserta didik menggunakan

pengetahuan atau keterampilan yang mereka miliki untuk memahami informasi baru.

Pembelajaran adalah suatu proses internal, yang krusial tergantung pada pengetahuan

peserta didik sudah ada dan kemampuan mereka dan motivasi untuk

menggunakannya.

11

Page 12: Summary Chapter 1-6

CHAPTER 8

Silabus

Silabus adalah dokumen yang berisi apa yang akan/harus dipelajari oleh peserta didik.

a. Silabus evaluasi

Silabus ini lebih menekankan untuk mengevaluasi keberhasilan dan kegagalan

pembelajaran.

b. Organisasi silabus

Silabus ini berisi urutan yang harus dipelajari.

c. Bahan-bahan silabus

Silabus berisi bahan-bahan berupa asumsi-asumsi mengenai sifat bahasa, penggunaan

pembelajaran bahasa. Penulis silabus juga mencantumkan jumlah dan jenis latihan

yang akan dibahas yang termasuk dalam aspek bahasa. Semua ini memiliki efek

terhadap peserta didik.

d. Silabus guru

Guru sebagai penulis silabus dapat mempengaruhi kejelasan, intensitas dan frekuensi

item apapun, dan dengan demikian mempengaruhi penerimaan pembelajaran peserta

didik.

e. Silabus kelas

Kondisi kelas bisa mempengaruhi rencana pelajaran. Kondisi dari luar kelas maupun

kondisi peserta didik itu sendiri, maka dari itu pembuatan silabus harus disesuaikan

dengan kondisi kelas.

f. Silabus pelajar

Sebuah silabus internal. Ini adalah jaringan pengetahuan yang berkembang di dalam

otak peserta didik dan memungkinkan peserta didik memahami dan menyimpan

pengetahuan.

Silabus harus digunakan secara bijaksana agar dapat memberikan dukungan

dan bimbingan untuk menumbuhkan kreativitas. Silabus bukanlah sebuah tulisan

biasa, melainkan dokumen yang harus digunakan untuk memaksimalkan tujuan dan

proses belajar.

12

Page 13: Summary Chapter 1-6

CHAPTER 9

Bahan-bahan evaluasi

Evaluasi adalah masalah menilai sesuatu untuk tujuan tertentu. Keputusan akhir yang

dibuat kemungkinan menjadi lebih baik untuk hal yang berbasis pada pemeriksaan sistematis

dari semua variabel penting.

Evaluasi pada dasarnya adalah sebuah proses pencocokan: pencocokan kebutuhan

untuk solusi yang tersedia. Jika pencocokan ini harus dilakukan seobjektif mungkin, yang

terbaik adalah melihat kebutuhan dan solusi secara terpisah. Dalam analisis akhir, pilihan

apapun akan dilakukan atas dasar subjektif.

Terdapat empat langkah proses evaluasi diantaranya :

1. Mendefinisikan kriteria.

2. Analisis subjektif.

3. Tujuan analisis.

4. Mencocokan.

13

Page 14: Summary Chapter 1-6

CHAPTER 10

Bahan-bahan desain

Menulis bahan adalah salah satu fitur karakteristik ESP dalam hal praktek yang berbeda

dengan pengajaran bahasa inggris umum.

a. Seorang guru atau lembaga mungkin ingin memberikan bahan ajar yang sesuai

berdasarkan subjek didik tertentu, namun bahan tersebut tidak tersedia secara

komersial.

b. Ketika bahan yang dibutuhkan tersedia guru atau lembaga kesulitan untuk membeli

karena biaya impor yang mahal.

c. Bahan ESP juga dapat ditulis untuk non-alasan pendidikan

Karena keterbatasan bahan, guru ESP memproduksi bahannya sendiri yang kemudian

didistribusikan ke lembaga lain atau bahkan di terbitkan tetapi pada umumnya bahan

ESP dibuat oleh guru dari lembaga pendidikan tertentu untuk mahasiswa di institusi

tersebut.

Guru telah mendapatkan pelatihan keterampilan dan teknik penulisan bahan

untuk membantu guru lebih sadar dengan apa yang dilibatkan oleh guru dalam

belajar.

14

Page 15: Summary Chapter 1-6

CHAPTER 11

Metodologi

Beberapa prinsip dasar pembelajaran bahasa yang akan mendukung metodologi

pembelajaran yang berpusat.

1. Pembelajaran bahasa kedua adalah proses pembangunan.

Pada hal ini peserta didik menggunakan pengetahuan yang ada untuk

memahami informasi baru agar pembelajaran bisa berlangsung dengan baik.

2. Pembelajaran bahasa adalah proses aktif

Tidak hanya memiliki pengetahuan tetapi peserta didik juga harus

menggunakan pengetahuan itu secara aktif.

a. Aktivitas psikomotor yaitu pengamatan gerakan dari organ berbicara atau anggota

badan sesuai dengan perintah otak.

b. Aktivitas pengolahan bahasa yaitu kegiatan yang bersifat internal dan tidak bisa

diamati.

Hal-hal di atas adalah factor penting kegiatan pengolahan bahasa. Aktivitas

tidak harus dinilai dalam seberapa seringkah peserta didik berbicara dan menulis,

tetapi seharusnya seberapa seringkah peserta didik berpikir untuk menggunakan

kapasitas kognitif mereka dan pengetahuan untuk memahami informasi baru.

3. Pembelajaran bahasa adalah proses pengambilan keputusan.

Peserta didik harus mengambil keputusan mengenai berbagai hal yang akan

muncul saat pembelajaran berlangsung.

4. Pembelajaran bahasa bukan hanya soal pengetahuan linguitik.

Ketidakcocokan antara konseptual/ kapasitas kognitif dan tingkat bahasa

peserta didik menjadi masalah paling mendasar dari pembelajaran bahasa kedua.

5. Pembelajaran bahasa bukanlah pengalaman pertama pembelajar dengan bahasa.

Setiap mempelajari bahasa kedua peserta didik sudah mampu berkomunikasi

dalam satu bahasa. Peserta didik tidak mengetahui konsep bahasa tetapi mereka

mengetahui komunikasi bagaimana yang digunakan. Pengetahuan komunikasi peserta

didik harus secara aktif di eksploitasi dalam pembelajaran bahasa kedua.

15

Page 16: Summary Chapter 1-6

6. Belajar adalah pengalaman emosional

Pada hal ini guru harus mengembangkan emosi positif saat pembelajaran

berlangsung.

7. Pembelajaran bahasa adalah sebuah kebetulan.

Bahasa dapat dipelajari secara kebetulan.

8. Pembelajaran bahasa tidak sistematis.

Pembelajaran bahasa secara sistematis tidak akan menjamin belajar.

16

Page 17: Summary Chapter 1-6

CHAPTER 12

Evaluasi

Tekanan-tekanan yang sama telah menghasilkan kebutuhan yang sama kuat untuk

pendekatan yang lebih terbuka dan koheren untuk evaluasi. Setiap kursus pengajaran bahasa

memiliki persyaratan evaluasi tertentu, tetapi dalam ESP persyaratan ini dibawa ke dalam

fokus tajam oleh fakta bahwa pelajaran ESP biasanya memiliki tujuan tertentu.

Dua tingkat evaluasi

1. Penilaian peserta didik

Penilain di ESP memiliki kepentingan yang lebih besar karena berkaitan dengan

kemampuan untuk melakukan tugas-tugas komunikatif tertentu.

2. Evaluasi pelajaran

Evaluasi ESP itu sendiri, evaluasi yang membantu untuk menilai apakah tujuan ESP

terpenuhi dengan kata lain adalah melakukan apa yang dirancang untuk dilakukan.

Evaluasi peserta didik adalah tidak untuk menunjukan dengan tepat dimana kesalahan

terletak, tetapi hanya menunjukan adanya kesalahan.

Evaluasi dapat memenuhi dua fungsi penilaian dan umpan balik. penilaian adalah

masalah mengukur apa yang sudah diketahui. namun penilaian apapun juga harus

memberikan umpan balik positif untuk menginformasikan guru dan siswa tentang apa yang

masih belum diketahui, sehingga memberikan masukan penting pada isi dan metode

pekerjaan di masa depan.

17

Page 18: Summary Chapter 1-6

CHAPTER 13

Orientasi

1. Kurangnya suatu ortodoks

ESP telah mengalami sejumlah perubahan besar dalam orientasi. Ini telah

terjadi karena ESP telah dikembangkan pada saat revisi mendasar pandangan kita

tentang bahasa dan pembelajaran telah berlangsung. Guru ESP harus mempersenjatai

diri dengan pengetahuan tentang perkembangan teoris dan praktis agar mampu

membuat berbagai keputusan yang diminta.

2. Bidang pengetahuan baru

Dalam hal ini guru ESP harus menguasai materi bahasa dan pelajarang di luar

batas pengalaman mereka sebelumnya, selain itu guru ESP harus memahami materi

pelajaran ESP.

Dengan kata lain, guru ESP tidak harus menjadi seorang guru dari

materi pelajaran, melainkan seorang mahasiswa yang tertarik pada materi

pelajaran.

Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah bahwa, seperti dengan

kebutuhan peserta didik, pengetahuan guru bukanlah komoditas statis.

Banyak guru ESP terkejut melihat berapa banyak pengetahuan materi

pelajaran mereka yang diambil dengan mengajarkan materi atau

berbicara kepada siswa.

3. Perubahan status pengajaran bahasa inggris

Hal yang paling penting dari semua adalah bahwa kerjasama

antara guru ESP dengan spesialis harus merupakan proses dua arah:

subjek khusus dapat membantu guru ESP untuk belajar lebih banyak

tentang subjek khusus dan dapat membantu guru ESP untuk belajar lebih

banyak tentang situasi target pelajar.

Guru ESP harus siap menerima kondisi yang tak terelakkan,

berusaha untuk berimprovisasi dan juga sabar. Cara yang paling penting

di mana guru ESP menjadi negosiator adalah berkaitan dengan peserta

didik itu sendiri. Berbeda dengan guru bahasa Inggris Umum, guru ESP

dihadapkan oleh sekelompok peserta didik dengan harapan tertentu

mengenai isi, sifat dan prestasi saja. Kita bisa melihat efek ini paling jelas

jika kita mempertimbangkan masalah memiliki peserta didik dari

beberapa subjek khusus yang berbeda di kelas yang sama di ESP.

Tampaknya sesuatu kontradiksi untuk mencoba dan mengajarkan ESP

18

Page 19: Summary Chapter 1-6

pada seorang Ahli biologi, insinyur, mahasiswa Kedokteran dan Arsitek di

kelas yang sama.

19