SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha...

22
i SUKU OSING (BANYUWANGI) MAKALAH Disusun guna memenuhi sebagian tugas Mata kuliah Wawasan Budaya Nusantara (MKK00102) Program Studi Televisi dan Film Jurusan Seni Media Rekam Disusun oleh : ZAIN ARIFIN ROCHMAT NIM 14148108 NAJWA ILHAM KELANA NIM 14148157 FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA 2015

Transcript of SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha...

Page 1: SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha yang ... suku yang masih menjaga tradisi dan ... terus berkembang dan tidak menjadi masalah

i

SUKU OSING (BANYUWANGI)

MAKALAH

Disusun guna memenuhi sebagian tugas

Mata kuliah Wawasan Budaya Nusantara (MKK00102)

Program Studi Televisi dan Film

Jurusan Seni Media Rekam

Disusun oleh :

ZAIN ARIFIN ROCHMAT NIM 14148108

NAJWA ILHAM KELANA NIM 14148157

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT SENI INDONESIA

SURAKARTA

2015

Page 2: SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha yang ... suku yang masih menjaga tradisi dan ... terus berkembang dan tidak menjadi masalah

ii

ii

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

1.1 Suku Osing ..................................................................................................... 1

1.2 Letak suku Osing ............................................................................................ 2

II. WUJUD KEBUDAYAAN SUKU OSING

2.1 Wujud Budaya Idea ........................................................................................ 4

2.1.1 Agama yang dianut “Suku Osing” ........................................................ 4

2.1.2 Kepercayaan Mistis yang diyakini “Suku Osing” ................................ 4

2.2 Wujud Budaya Tindakan ................................................................................ 6

2.2.1 Seni Kuntulan ........................................................................................ 6

2.2.1.1 Pengertian Kesenian Kuntulan Banyuwangi ............................ 6

2.2.1.2 Asal-Usul Seni Kuntulan ......................................................... 7

2.2.1.3 Proses Terbentuknya Seni Kuntulan ........................................ 8

2.2.2 Bahasa Osing ........................................................................................ 12

2.2.2.1 Perkembangan Bahasa Osing ................................................... 12

2.2.2.2 Penggunaan Bahasa Osing ........................................................ 13

2.3 Wujud Budaya Artefak ................................................................................... 14

2.3.1 Produk Kerajinan Tangan Khas Suku Osing ........................................ 14

2.3.2 Adat dan Istiadat Suku Osing ............................................................... 17

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 19

3.2 Saran ....................................................................................................... 19

3.3 Hambatan .................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha yang ... suku yang masih menjaga tradisi dan ... terus berkembang dan tidak menjadi masalah

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Suku Osing

Suku Osing atau sering disebut juga dengan Suku Using merupakan

suku asli yang berasal dari Banyuwangi tepatnya di Jawa Timur. Menurut

Elvin, (2012) :

Secara Etimologis kata Osing dapat diartikan dengan kata 'TIDAK'

dalam Bahasa Indonesia atau ORA dalam Bahasa Jawa. Dalam

konteks kebahasaan Pigeaud (1929) berpendapat bahwa, kata OSING

bermakna ketertutupan penduduk asli Banyuwangi terhadap penduduk

pendatang, atau dapat juga diartikan sebagai penolakan penduduk asli

Banyuwangi dalam menerima dan hidup bersama dengan para

pendatang dari luar Banyuwangi.

Istilah itu telah menjadi nama suku Osing, namun dalam kehidupannya

mereka tidak lagi menolak orang asing masuk dan berdomosili di

Banyuwangi. Saat ini suku Osing berbaur dengan para pendatang dari etnis

lain.

Gambar1. Ritual adat Suku Osing

(Sumber:https://paketwisatabanyuwangi.files.wordpress.com/2014/01/193802_gandr

ung-lanang-salah-satu-kebudayaan-wisata-osing_663_382.jpg)

Tidak hanya Suku Osing saja yang berasal dari Jawa Timur tetapi ada

pula beragam jenis yang berasal dari Jawa Timurdiantaranya adalah suku

Jawa, Madura, Bali, Banjar, Melayu, Mandar dan suku Using yang

Page 4: SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha yang ... suku yang masih menjaga tradisi dan ... terus berkembang dan tidak menjadi masalah

2

mayoritas penghuni kota Banyuwangi. Menurut Siti Lailatul Nur Azizah,

(2014:26) mengatakan bahwa :

Suku Using adalah suku asli dari Banyuwangi. Using secara

terminologis berasal dari kata sing-sering juga di ucapkan oleh suku

Using hing yang berarti “tidak”, kemudian di maknai sebagai orang-

orang yang “tidak” ikut mengungsi ketika terjadi Perang Puputan

Bayu, sehingga tetap menempati wilayah Blambangan yang sekarang

menjadi kota Banyuwangi.

Jadi secara garis besarnya masyarakat suku Osing tidak hanya ada di

Banyuwangi, tetapi meliputi beberapa daerah di Jawa Timur yang dulu

pernah dikuasai atau ikut wilayah Blambangan. Seperti sebagian Jember,

Bondowoso, Situbondo dan Lumajang disebut masyarakat Using

1.2 Letak suku Osing

Sebagian besar masyarakat suku Osing terdapat di kota Banyuwangi.

Banyuwangi adalah kabupaten yang berada di ujung timur propinsi Jawa

Timur. Menurut Luthviatin Novia (2014:2) :

Kabupaten ini terletak di ujung paling timur Pulau Jawa, berbatasan

dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di timur, Samudra

Hindia di selatan serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso

di barat.

Gambar 2. Peta wilayah kabupaten Banyuwangi

(Sumber:https://www.google.co.id/maps/@-8.1976741,114.0386385,9z?hl=id)

Page 5: SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha yang ... suku yang masih menjaga tradisi dan ... terus berkembang dan tidak menjadi masalah

3

Dilihat dari letak geografis kota Banyuwangi dapat terlihat bahwa

Banyuwani dihimpit oleh gunung serta laut. Menurut Siti Lailatul Nur

Azizah (2014:23) :

Banyuwangi adalah daerah yang menjadi daerah perlintasan menuju

selat Bali, terdapat suku Osing. Suku Osing memiliki kebudayaan

yang merupakan perpaduan antara budaya Jawa, Madura, Arab, Cina,

Melayu dan Bali. Banyuwangi memiliki panorama alam yang

mempesona dan membentang dari wilayah utara sampai selatan, serta

wilayah barat sampai timur. Hamparan gunung, hutan, dan pantai

memberi corak berbeda pada masing- masing wilyah. Selain itu sangat

terkenal akan seni dan budaya lokalnya antara lain kesenian

Gandrung, Kuntulan, Damarwulan, Seblang, Barong, Angklung,

Kendang Kempul, dan Jaranan. Dari budaya itu Banyuwangi banyak

dikenal oleh masyarakat lokal maupun nonlokal, domestik maupun

mancanegara.

Dengan kata lain Banyuwangi memiliki tempat yang strategis. Tidak hanya

itu, letak dari Banyuwangi juga mendukung kekayaan alam yang berlimpah

dari hasil laut, maupun pertanian.

Page 6: SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha yang ... suku yang masih menjaga tradisi dan ... terus berkembang dan tidak menjadi masalah

4

BAB II

WUJUD KEBUDAYAAN SUKU OSING

2.1 Wujud Budaya Idea

2.1.1 Agama yang dianut “Suku Osing”

Jika diperhatikan dari sejarahnya, suku Osing awalnya memeluk

ajaran Hindu-Budha yang diyakini sebagai agama mereka seperti halnya

kerajaan Majapahit. Tetapi Sebagian besar masyarakat Osing beragama

Islam, dan setengahnya lagi beragama Hindhu dan Budha. Mnurut Asep

Ruhimat (2011:288) :

Masyarakat Osing percaya pada para roh leluhur, reinkarnasi, moksa,

dan hukum karma. Mereka juga percaya kepada roh yang dipuja

(danyang) di sebuah tempat disebut Punden yang biasanya ada di

bawah pohon atau batu besar.

Meskupun saat ini agama mayoritas masyarakat Osing adalah Islam, hal

tersebut akibat berkembangnya kerajaan Islam di daerah Pantura (Pantai

Utara). Akan tetapi agama yang lain masih tetap ada di dalam Suku Osing.

2.1.2 Kepercayaan Mistis yang diyakini “Suku Osing”

Masyarakat Suku Osing sendiri memiliki beberapa kepercayaan yang

masih mereka pecayai sampai saat ini. Menurut Ensiklopedia Wujud

Kebudayaan Osing (2014) :

Masyarakat Osing masih memegang teguhnya tradisi dan budaya

yang erat kaitannya dengan hal mistis, ini menimbulkan banyak

persepsi negatif bagi masyarakat yang hanya mengetahui sebagian

saja dari tradisi Osing, terutama karena sebagian besar tradisi

masyarakat Osing yang memang masih sangat dekat dengan budaya

sebelum Islam.

Meskipun kepercayaan tersebut masih dilakukan oleh Suku Osing, tetapi

kepercayaan tersebut beberapa telah berubah dan menyesuaikan sesuai

dengan agama yang dianut oleh Suku Osing.

Ada beberapa keperccayaan Suku Osing yang sampai saat ini masih

mereka lakukan. Bahkan di zaman yang modern ini masih ada juga

Page 7: SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha yang ... suku yang masih menjaga tradisi dan ... terus berkembang dan tidak menjadi masalah

5

kepercayaan yang berbau mistis yang dilakukan oleh Suku Osing.Menurut

Evan Permana (2009):

Beberapa tradisi masyarakat Osing yang dianggap dekat dengan dunia

mistis antara lain:

1. Adanya kepercayaan bahwa orang yang tentang ilmu pelet/

Jaran Goyang. Ilmu ini digunakan untuk menarik lawan jenis

yang kita sukai. Jika orang terkena ilmu ini maka orang tersebut

tidak akan bisa menolak orang yang menyukainya. Image

bahwa jika seseorang disukai oleh orang yang berasal dari suku

Osing tidak akan bisa menolak lahir dari mitos ini. Padahal

mitos ini hanya berlaku jika orang tersebut sama sama suka.

2. Selametan setiap hari Senin dan Kamis di makam Buyut Cili

yang dilakukan oleh orang yang akan mempunyai hajat ataupun

sehabis melaksanakan suatu acara.

3. Masa menanam padi dan bercocok tanam yang didasarkan

kepada perhitungan dan hari baik dan buruk, serta tanda tanda

alam yang terbaca.

4. Tata cara selamatan yang sering kali dilaksanakan setiap hari

tertentu dan pada saat tanggal tertentu. Frekuensi dari selamatan

ini lebih sering daripada daerah lain.

5. Adanya kepercayaan tentang santet dan ilmu hitam lainnya bila

kita dianggap menyakiti orang yang berasal dari suku Osing.

Walaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha yang

diyakini sebagai agama mereka seperti halnya kerajaan Majapahit dan

masyarakat Osing mayoritas beragama Islam. Menurut Asep Ruhimat

(2011) :

Penduduk suku Osing juga sebagian masih memegang kepercayaan

lain seperti Saptadharma, yaitu kepercayaan yang kiblat

sembahyangnya berada di Timur seperti orang Cina. Sistem

kepercayaan di suku Osing masih mengandung unsur Animisme,

Dinamisme, dan Monotheisme.

Terbukanya suku Osing dalam menerima pengaruh dari luar ini membuat

kepercayaan mistis dan agama masih bercampur. Suku Osing merupakan

suku yang masih menjaga tradisi dan kepercayaan dahulu, dan tetap bisa

menerima agama Islam yang masuk ke wilayahnya saat itu.

Page 8: SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha yang ... suku yang masih menjaga tradisi dan ... terus berkembang dan tidak menjadi masalah

6

2.2 Wujud Budaya Tindakan

2.2.1 Seni Kuntulan

2.2.1.1 Pengertian Kesenian Kuntulan Banyuwangi

Gambar 3. Kesenian Kuntulan

(Sumber:http://i.ytimg.com/vi/ev3TiN1kg0U/hqdefault.jpg )

Banyuwangi merupakan daerah yang kebudayaannya terbentuk dari

keberagaman suku yang pernah singgah di sana, antara lain Jawa, Madura,

Bali, Tionghoa dan lain-lain. Keberagaman suku tersebut membentuk

sebuah suku baru yang diduga menjadi suku asli Banyuwangi. Yaitu suku

Osing. Suku Osing merupakan hasil akulturasi budaya yang ada di

Banyuwangi, memiliki ciri tersendiri seperti: bahasa, adat istiadat, sistem

masyarakat, kesenian, ciri fisik dan pola pikir yang berbeda dengan suku

lainnya. Hingga saat ini budaya dan kesenian yang hidup di Banyuwangi

merupakan kesenian dan budaya asli maupun hasil akulturasi budaya

antaretnis yang sangat digemari antara lain, kesenian kuntulan. Menurut

Endy Barqah(2014:4) :

Kesenian kuntulan merupakan kesenian hasil dari akulturasi budaya

agama Islam dengan budaya asli Banyuwangi. Secara harafiah

kuntulan berasal dari bahasa Arab, tersusun atas dua suku kata, yaitu

kunyang artinya terjadi, dan lail yang artinya malam. Hal ini dapat

diartikan kuntulan dilaksanakan pada malam hari. Kesenian kuntulan

berawal dari kegiatan para santri yang selesai mengaji di malam hari

kemudian mengembangkan kesenianhadrah dengan menambahkan

Page 9: SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha yang ... suku yang masih menjaga tradisi dan ... terus berkembang dan tidak menjadi masalah

7

jidor pantus dan jidor bass pada bagian musiknya, yang berfungsi

sebagai pengatur dan pengendali irama.

Namun penyajian kesenian ini kemudian berkembang dengan

gerakan-gerakan tari sederhana, seperti gerakan sholat, wudhu (bersuci) dan

berdo’a.Menurut Kristina Novi Susanti dalam makalah tentang Kesenian

Kuntulan Banyuwangi.

Seluruh pemain baik pemusik dan penari seluruhnya adalah laki-laki,

menggunakan kemeja putih, celana putih dan menggunakan peci (kopyah

hitam), serta pemakaian dengan nama kuntulan. Asumsi Masyarakat

awam disebut kuntulan karena kostumnya yang menyerupai burung

kuntul.

Hingga sekarang kesenian Kuntulan masih dilestarikan oleh Suku Osing.

Kesenian tersebut juga menjadi ciri khusus suku Osing dengan suku yang

lain dan sebagai warisan budaya mereka.

2.2.1.2 Asal-Usul Seni Kuntulan

Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa kesenian Kuntulan ada

sejak awal datangnya para santri sebagai penyebar Islam. Menurut Kristina

Novi Susanti dalam makalah tentang Kesenian Kuntulan Banyuwangi

Kesenian Kuntulan awalnya dilahirkan dari lingkungan Pondok

Pesantren merupakan suku perguruan Islam tempat mendidik dan

mengembangkan santri (kader umat Islam) guna kelanjutan

perjuangan penyebaran Islam. Selain melakukan kegiatan belajar

agama Islam, para Santri juga melakukan aktivitas berkesenian yaitu

menyanyikan Shalawat Nabi berisi tentang puji-pujian (Barzanji)

kepada Nabi Muhammad SAW.

Dengan demikian penyebaran Islam yang dilakukan oleh para Santri

bertujuan melakukan aktivitasberkesenian dengan menyanyikan Sholawat

Nabi.Selain itu, Masyarakat Using biasanya menyebut kesenian kuntulan

sebagai Kesenian Hadrah Kuntul dan Kundaran, akan tetapi kebanyakan

dari seluruh masyarakat Banyuwangi menyebutnya kesenian Kuntulan,

Page 10: SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha yang ... suku yang masih menjaga tradisi dan ... terus berkembang dan tidak menjadi masalah

8

hanya berbeda penyebutanya saja, tetapi makna yang terkandung

didalamnya sama-sama mengandung unsur Islamnya.

Adapun Seni Kuntulan yang biasanya dilakukan oleh para santri ini

menyajikan Sholawat dengan melakukan tata cara sendiri Penyajian tersebut

menurut Kristina Novi Susanti dalam makalah tentang Kesenian Kuntulan

Banyuwangi adalah:

Penyajian ini berupa vocal puji-pujian oleh seorang rodat (penyannyi

yang menyanyikan lagu Arab) dan diiringi oleh permainan ritmis

terbang (rebana berjumlah 5 buah. Kesenian ini dimanfaatkan oleh

para santri sebgai seni pertunujan pada hari-hari besar Islam, seperti :

Maulid Nabi, Tahun Baru Islam (Muharram, Isra’ Mi’raj dan lain

sebagainya.

Dengan adanya penyajian tersebut kita dapat mempelajari kebudayaan-

kebudayaan yang selama ini belum kita kenal baik masyarakat dari suku

Osing sendiri maupun dari luar Suku Osing.

2.2.1.3 Proses Terbentuknya Seni Kuntulan

Proses Terbentuknya Seni Kuntulan sendiri sebenarnya berasal dari

kesenian Hadrah yang muncul pada awal. Kesenian Hadrah ini dulu

sebenarnya digemari oleh masyarakat suku banyuwangi namun karena ada

perkembangan zaman kesenian hadrah menjadi kuntulan. Menurut Siti

Lailatul Nur Azizah, (2014:42)

Sekitar tahun 1950 kesenian Hadrah muncul. Pada awalnya hadrah

sangat kental dengan nuansa Islam yang sifatnya mutlak, isinya 100%

dakwah Islam, sumbernya dari Kitab Berzanji. Instrumen musik yang

mengiringinya adalah rebana dan kendang. Penarinya laki-laki dengan

bentuk tarian menyerupai tarian Saman dari Aceh. Tembang yang

dilantukan adalah bait-bait burdah dan pelakunya para santri yang ada

di pesantren tersebut. Pada waktu itu Hadrah sangat digemari oleh

masyarakat Banyuwangi, akan tetapi setelah perkembangan zaman

Hadrah mulai memudar dan munculah kesenian Handrah Kuntul atau

kesenian Kuntulan.

Page 11: SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha yang ... suku yang masih menjaga tradisi dan ... terus berkembang dan tidak menjadi masalah

9

Hal tersebut membuat kesenian kuntulan yang berasal dari Banyuwangi

terus berkembang dan tidak menjadi masalah adanya pergantian dari

kesenian Hadrah menjadi kesenian Kuntulan.

Gambar 4.Kesenian Kuntulan

(Sumber : Siti Lailatul Nur 2014)

Dalam perkembangan selanjutnya, penyebab kesenian Hadrah mulai

memudar dan muncul kesenian Kuntulan dikarenakan mengalami berbagai

perubahan baik dalam instrument musik, tarian, busana, maupun

penampilanya. Setelah itu kesenian kuntulan berubah lagi menjadi kesenian

Kuntulan Wadon.Menurut Siti Lailatul Nur Azizah, (2014:45)

Kuntulan Wadon, muncul sekitar tahun 1955. Kesenian ini sudah

menyebar dibeberapa desa di Kecamatan Kabat dan Kecamatan

Rogojampi antara lain: Desa Badean, Tambong, Kawang,

Pengantingan dan Pendarungan. Tahun 1960-an kesenian Kuntulan

mengalami penurunan peminat, sampai akhirnya pada tahun 1979,

sebuah kelompok kesenian bernama Jingga Putih yang berada di

bawah pimpinan Sumitro Hadi melakukan perubahan bentuk

pertunjukan Kuntulan dari penari lanang (laki-laki) menjadi penari

wadon (perempuan). Bersama kelompok lain keseniannya, Sumitro

membuat karya-karya pertunjukan, seperti menciptakan tari jejer jaran

dawuk, rodat siirian, dan termasuk didalamnya Kuntulan Wadon.

Kelompok kesenian Jingga Putih berada di Desa Gladak, kecamatan

Rogojampi. Perubahan yang dilakukan oleh Sumitro Hadi didasari

karena penari perempuan lebih menarik dan tidak membosankan.

Perubahan penari ini juga diikuti dengan perubahan kostum dan tata rias

penari. Kostum yang digunakan tidak lagi kemeja dan celana putih, tetapi

Page 12: SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha yang ... suku yang masih menjaga tradisi dan ... terus berkembang dan tidak menjadi masalah

10

berupa atasan kuning dan warna lain, penutup kepala dihiasi dengan hiasan

bunga, mirip omprok (penutup kepala) pada penari Gandrung atributnya

berupa kaus kaki dankaus tangan, dan tata rias yang digunakan sudah

menggunakan make up seperti warna bibir, pemerah pipi dan pewarna

kelopak mata.

Gambar 5. Kesenian Kuntulan Wadon.

(Sumber : Siti Lailatul Nur 2014)

Kesenian Kuntulan Wadon menjadi popular dikalangan masyarakat

suku banyuwangi pada waktu itu, banyak masyarakar Banyuwangi yang

menyukai dengan gaya dan penampilannya. Akan tetapi setelah adanya

berkembangnya zaman Kuntulan Wadon mengalami perubahan menjadi

kesenian Kundaran. Menurut Siti Lailatul Nur Azizah (2014:47)

Kundaran didirikan pada tanggal 1 Januari 1980 oleh Sahuni, seniman

asli dari Banyuwangi. Bersama kelompok kesenianya Sahuni

menciptakan perubahan baru terhadap pertunjukan kesenian Kuntulan

Banyuwangi. Sahuni memberikan ide pertujukan yang berbeda dengan

kesenian Kuntulan biasa, hampir secara keseluruhan peyajian

Kuntulan diubahnya. Perubahan tersebut meliputi: penambahan

ensambel musik pengiring Damarwulan, yaitu reong, (sepasang

kendang Bali lanang wadon), penambahan ensambel musik pengiring

Gandrung, yaitu: kendang, kethuk, kenong, kluncing (triangle), serta

Page 13: SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha yang ... suku yang masih menjaga tradisi dan ... terus berkembang dan tidak menjadi masalah

11

penambahan pada instrumen pengiring kesenian Jaranan, berupa

slompret. Dengan demikian perubahan ini dinamakan “Kuntulan

Dadaran” karena pada dasarnya semua yang ada pada kesenian

kuntulan terdahulu diubah dengan sedemikian rupa, dan terciptalah

“seni pertunjukan”, (performance art).

Penyajian kesenian Kundaran lebih bersifat instrumental yang lebih banyak

menonjolkan komposisi musik dengan memadukan irama-irama baru ke

dalam irama musik Kuntulan, sehingga Kundaran lebih variatif dan meluas

dari pada kesenian Kuntulan terdahulu. Dengan demikian masyarakat lebih

menyukai kesenian ini karena sifatnya yang lebih bervariasi dan tidak

monoton.

Dalam wawancara bersama Sahuni selaku seniman Kuntulan, yang

ditulis oleh Siti Lailatul Nur Azizah(2014:48) mengenai bagaimana

perubahan kesenian Kuntulan dari waktu ke waktu dikatakan sebagai

berikut:

“Perubahan pada kesenian Kuntulan di karenakan pertemuaannya

dengan kesenian-kesenian khas Banyuwangi seperti Gandrung,

Damarwulan dan tarian lainnya, sehingga merubah bentuk asli

kesenian Kuntulan menjadi kesenian Kundaran atau Kuntulan

Dadaran (seni Kuntulan yang diperlebar). Kenapa bisa dinamakan

Kundaran? Karena pada kesenian ini lebih fleksibel dan melua, dari

musik, tarian juga mengalami perubahan dan penambahan pada alat

musik, tidak hanya itu saja para penari Kuntulan yang tadinya laki-

laki ikut berubah menjadi penari perempuan (Wadon). Sehingga

masyarakat Banyuwangi semakin tertarik, karena kesenian ini tidak

monoton. Sedangkan sifat dari kesenian Kuntulan dan Kundaran

sama-sama berdakwah Islam.”

Page 14: SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha yang ... suku yang masih menjaga tradisi dan ... terus berkembang dan tidak menjadi masalah

12

Gambar 6.Kesenian Kundaran (Kuntulan Dadaran)

(Sumber : Siti Lailatul Nur 2014)

Hingga saat ini kesenian Kuntulan menjadi warisan budaya di Banyuwangi

dan tidak bisa ditinggalkan sebagai kebiasaan bagi warga Banyuwangi,

khusunya bagi orang-orang suku Osing.

2.2.2 Bahasa Osing

2.2.2.1 Perkembangan Bahasa Osing

Suku Osing adalah penduduk asli Jawa Timur akibat dari berakhirnya

kerajaan Majapahit, tentu sastra dan bahasa Osing di Blambangan memiliki

persamaan dengan sastra dan bahasa Jawa, Madura dan Bali yaitu berasal

dari bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa kuno. Perkembangan

bahasa Osing sendiri bermula pada masa kerajaan Kediri. Menurut Kristina

Novi Susanti pada makalahnya perkembangan dari Bahasa Osing ini

mengalami puncak perkembangan pada masa pemerintahan kerajaan Kediri

(898-910) yang kemudian disebut dengan bahasa Kawi.

Menurut Thoedore S. Pieggeoud dalam bukunya literatut of Java yang

dikutip oleh Kristina Novi Susantipada arus lalu lintas di Jawa yaitu pada

zaman dahulu Jawa tersebar hanya melalui sungai Brantas dan Sungai Solo,

sehingga daerah yang tidak dilewati kedua sungai tersebut memiliki dialek

tersendiri yang berbeda dengan bahasa Jawa Kuno

Page 15: SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha yang ... suku yang masih menjaga tradisi dan ... terus berkembang dan tidak menjadi masalah

13

Meski begitu, mereka menggunakan dialek yang berbeda dengan bahasa

Jawa pada umumnya. Suku Osing menggunakan bahasa daerahnya sendiri

yang dinamakan bahasa Osing, yang merupakan turunan langsung dari

bahasa Jawa Kuno yang dahulu digunakan pada masa kerajaan Majapahit.

Menurut Koentjaraningrat (1994) Bahasa Jawa Kuno ini dipergunakan

dalam kesusastraan Jawa-Bali yang tulis sejak abad ke-14, dan terus hidup

sampai abad ke-20.

Pada perkembangannya saat ini, bahasa Osing semakin lama semakin

jarang digunakan dan menyusut. Menurut Irwan Abdullah (1999):

Terjadi dimensi perubahan diakibatkan masuknya bahasa Jawa dan

Madura dari masyarakat pendatang. Hal ini mengakibatkan terjadinya

keanekaragaman bahasa dalam masyarakat Banyuwangi, dan muncul

masalah mengenai keanekabahasan dan masalah sosiolinguistik

lainnya. Dimana proses persentuhan bahasa ibu dan bahasa

pendamping menimbulkan ketumpangtindihan (overlapping), alih

kode dan campur kode.

Walau terjadi percampuran bahasa di daerah Banyuwangi, bahasa Osing

masih dapat ditemukan pada beberapa daerah di kecamatan paling timur di

Banyuwangi. Beberapa penduduknya masih menggunakan bahasa Osing

dalam berinteraksi antar warganya. Sedangkan untuk berinteraksi dengan

orang luar daerah atau pendatang, mereka tidak lagi menggunakan bahasa

Osing.

2.2.2.2 Penggunaan Bahasa Osing

Meskipun penggunaan bahasa sangat banyak digunakan dan

mempunyai keanekaragaman bahasa, suku Osing sendiri mempunyai adanya

percampuran bahasa dan keanekaragaman bahasa yang digunakan akibat

tersebut Menurut Irwan Abdullah, dkk(1999):

Akibat dari pencampuran berbagai bahasa, sekarang ini bahasa Osing

memiliki 2 ragam bahasa. Yakni ragam biasa atau bahasa Osing dan

ragam halus atau bahasa Jawa-Osing (orang Osing menyebutnya

“besiki”).

Page 16: SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha yang ... suku yang masih menjaga tradisi dan ... terus berkembang dan tidak menjadi masalah

14

Dalam dialek bahasa Osing, kosakata pada bahasanya terdapat penekanan

pada huruf, kekhususan atau palatalisasi (pergeseran akibat pengaruh

bahasa Madura), dan penambahan atau perubahan kata.

Ada beberapa kecamatan di daerah Banyuwangi yang masih

menggunakan Bahasa Osing, menurut Evan Permana (2009) antara lain :

1. Kabat 9. Sebagian Kota Banyuwangi

2. Rangojampi 10. Gambiran

3. Glagah 11. Singojuruh

4. Kalipuro 12. Sebagian Genteng

5. Srono 13. Licin

6. Songgon

7. Cluring

8. Giri

2.3 Wujud Budaya Artefak

2.3.1 Produk Kerajinan Tangan Khas Suku Osing

Dalam bidang industry, produk kerajinan tangan di Banyuwangi ini

bisa dibilang masih tradisional, mulai dari proses, teknologi hingga hasil

dari pembuatannya. Walaupun begitu, beragam kerajinan tangan dari

masyarakat ini memiliki sebuah ciri kekhasan atau ikon dari daerahnya.

Berikut beberapa kerajinan tangan khas Osing menurut Anastasia

Murdyastuti,dkk. (2013):

Page 17: SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha yang ... suku yang masih menjaga tradisi dan ... terus berkembang dan tidak menjadi masalah

15

a. Motif batik Gajah Oling

Gambar 7. Motif Batik Gajah Oling

(Sumber :http://www.banyuwangibagus.com/2014/10/mengenal-batik-

khas-banyuwangi.html)

Motif batik Gajah Oling ini merupakan motif batik khas dari

Banyuwangi. Motif ini berbentuk sulur-sulur tanaman dan kembang di

ujungnya. Motif ini terdapat pada kain batik sebagai baju/busana adat,

seperti busana tari Gandrung, pakaian adat manten, Seblang, dan lain-lain.

Selain sebagai motif pada kain, Gajah Oling juga terdapat pada ornamen

pahatan dan ukir kayu di rumah adat Osing.

b. Tenunan dari serat pisang Abaca

Gambar 8.Tenun dari serat pisang abaca

(Sumber :http://fjb.kaskus.co.id/product/533df2aba4cb17516c8b4a14/tenun-

pelepah-pisang-abaka-dari-pulau-sanger-sulut )

Page 18: SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha yang ... suku yang masih menjaga tradisi dan ... terus berkembang dan tidak menjadi masalah

16

Gambar 9. Serat pisang abaca

(Sumber :http://omahtenunku.blogspot.co.id/2014/06/potensi-

menggiurkan-serat-pisang-abaca.html )

Di desa Kemiren kecamatan Glagah, terdapat sebuah kerajinan

tangan dari tenunan yang dibuat dengan berbahan dasar serat pisang

Abaca. Pisang Abaca merupakan tanaman asli kepulauan Phillipines dan

Mindanao yang memiliki serat tipis tapi sangat kuat. Abaca tidak

menghasilkan buah yang bisa dikonsumsi. Karena tidak mudah putus, serat

Abaca banyak dimanfaatkan untuk bahan baku tali tambang, kerajinan dan

mebel. Di Banyuwangi sendiri, tenunan dari Abaca ini dijadikan sebuah

kerajinan yang menarik, seperti kap lampu, tirai, taplak meja, dan tatakan

makan hingga bantalan kursi

c. Alat musik Angklung

Angklung di Banyuwangi ini selain sebagai alat musik pengiring

dalam pertunjukkan dan upacara adat, juga digunakan dalam mengiringi

gerak ani-anian padi. Angklung sekarang ini berkembang sangat pesat dan

mengalami banyak varian seperti Angklung Paglak, Angklung Tetak,

Angklung Dwi Laras dan Angklung Blambangan. Perbedaan penyebutan

ini berdasarkan kelengkapan perangkat musik dan jenis nada yang

dibawakannya.

Page 19: SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha yang ... suku yang masih menjaga tradisi dan ... terus berkembang dan tidak menjadi masalah

17

Namun semua adalah jenis angklung khas Banyuwangi yang hadir di

tengah masyarakat tani telatah Blambangan ini. Menurut Evan Permana

(2009) :

1. Angklung Paglak: terbuat dari bilah-bilah bambu yang

kemudian diatur dalam pangkan dengan nada slendro (Jawa).

Angklung Paglak dahulu digunakan dalam pesta perayaan

panen, yang kemudian berkembang hingga menjadi cikal bakal

kesenian angklung di Banyuwangi. Paglak adalah gubuk kecil

sederhana yang dibangun di sawah atau di dekat pemukiman.

Paglak dibangun dari bambu dan dibangun sekitar 10 meter di

atas tanah. Fungsi bangunan ini sebagai tempat untuk menjaga

padi dari burung. Petani biasanya menjaga sawah sembari

bermain alat musik angklung dalam paglak tersebut. Karena itu,

seni ini disebut angklung paglak.

2. Angklung Dwi Laras : Merupakan hasil pengembangan dari

angklung tetak, penggabungan komposisi dua nada, yaitu laras

pelog dan laras slendro.

3. Angklung Blambangan : Angklung Blambangan merupakan

improvisasi dari angklung caruk. Terdapat instrumen musik

termasuk gong dan alat musik Gandrung.

2.3.2 Adat dan Istiadat Suku OSing

Di daerah Banyuwangi banyak sekali ditemukan adat dan tradisi yang

hingga sekarang masih dilakukan. Tradisi dan adat inipun tidak terlepas dari

pengaruh kepercayaan mistis yang diyakini dan kesenian yang telah

diwariskan. Beberapa tradisi pertunjukan dan upacara adat suku Osing

selalu dipenuhi dengan iringan alat musik, tari, syair, dan lagu.

Page 20: SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha yang ... suku yang masih menjaga tradisi dan ... terus berkembang dan tidak menjadi masalah

18

Berikut beberapa tradisi pertunjukan dan upacara adat suku Osing di

Banyuwangi menurut Evan Permana (2009):

1. Tari Gandrung : Pertujukan tari sebagai ucapan syukur atas

hasil panen

2. Kebo-Keboan : Upacara adat untuk meminta kesuburan hasil

panen

3. Perang Bangkat : Upacara adat saat prosesi perkawinan

4. Geredhoan : Tradisi mencari jodoh oleh pemuda-pemudi suku

Osing

5. Barong Idher Bumi : Perayaan iring-iringan Barong untuk

menolak balak

6. Tari Seblang : Pertunjukan tari untuk menolak balak

7. Petik Laut/Larung Sesaji : Upacara adat sedekah laut oleh

nelayan dan penduduk di pesisi

Page 21: SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha yang ... suku yang masih menjaga tradisi dan ... terus berkembang dan tidak menjadi masalah

19

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Suku Osing adalah salah satu dari sekian banyak suku di Jawa

terutama di Jawa Timur di Banyuwangi yang masih menjaga, melestarikan

dan melaksanakan kebudayaannya maupun adat dan tradisi. Dimana banyak

adat dan tradisinya dipengaruhi oleh kepercayaan mistis yang hingga kini

masih diyakini penduduknya. Kekhasan dan keunikan suku Osing ini

terdapat pada keberagaman kebudayaannya, berupa pencampuran antara

budaya Jawa dan budaya Bali. Beragam kebudayaan suku Osing ini yang

kemudian dibagi kedalam 3 wujud kebudayaan yang saling bergantung.

Dimana wujud budaya idea sebagai ideology dan gagasan yang mengatur

terbentuknya wujud budaya tindakan, dan wujud budaya artefak sebagai alat

wujud budaya tindakan.

3.2 Saran

Makalah ini ditujukan untuk semua orang dan para pembaca. Agar

mengerti perkembangan dan sejarah seni terutama dalam hal wawasan

budaya nusantara di Banyuwangi Suku Osing. Selain itu lebih banyak

mengabdi kepada orang yang awam tidak hanya seniman agar mengetahui

betul tentang dampak-dampak positif dan negatifnya dari Seni, agar semua

bisa membedakan baik dan buruknya suatu seni maupun melestarikan Seni

di Banyuwangi.

3.3 Hambatan

Hambatan dalam pembuatan makalah ini adalah masalah waktu yang

kami rasa begitu singkat serta bahan referensi yang kami rasa juga kurang

begitu banyak.

Page 22: SUKU OSING (BANYUWANGI) - · PDF fileWalaupun suku Osing awalnya memeluk ajaran Hindu-Budha yang ... suku yang masih menjaga tradisi dan ... terus berkembang dan tidak menjadi masalah

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Anastasia Murdyastuti,dkk. 2013. Kebijakan Akselerasi Pengembangan Kawasan

Wisata Using Berbasis Democratic Governance. Penelitian Unggulan

Universitas Jember.

Asep Ruhimat, dkk.2011.Ensiklopedia:Kearifan Lokal Jawa.

Azizah, Siti Lailatul Nur. 2014. Kesenian Kuntulan Dalam Suku Using Di

Banyuwangi Tahun (1950-1980): Studi Akulturasi Antara Unsur Islam

Dengan Kesenian Kuntulan. PhD Thesis. UIN Sunan Ampel Surabaya.

Endy Barqah. 2014. Aplikasi Pola Ritme Kuntulan Pada Drumset. Tugas Akhir

Jurusan Musik Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia

Yogyakarta.

Evan Permana. 2009. Perancangan Film Dokumenter:Tribute to East Java

Heritage.Skripsi Universitas ITS.

Irwan Abdullah, dkk. 1999. Bahasa Nusantara:Posisi dan Penggunaanya

Menjelang Abad ke-21.

Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa (Jakarta:Balai Pustaka)

Novia, Luthviatin. 2014. IbM Kelompok Masyarakat Osing Dalam Pemanfaatan

Tumbuhan Obat Tradisional Suku Osing Banyuwangi. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Jember halaman 2.

Susanti, Kristina Novi. Kesenian Kuntulan Banyuwangi: Pengamatan Kelompok

Musik Kuntulan Mangun Kerto.

Internet :

http://www.kompasiana.com/elvinhendrata/bahasa-

osing_55195b83a33311a817b6593f diakses pada tanggal 25 September

2015 pada jam 15:33 .

http://ensiklopedia.stikombanyuwangi.ac.id/utama/detail_content/38diakses pada

tanggal 26 September 2015 pada jam 07:04 WIB.