Subjek pajak

26
Subjek pajak adalah istilah dalam peraturan perundang- undangan perpajakan untuk perorangan (pribadi) atau organisasi (kelompok) berdasarkan peraturan perundang- undangan perpajakan yang berlaku. Seseorang atau suatu badan merupakan subjek pajak, tapi bukan berarti orang atau badan itu punya kewajiban pajak. Kalau dalam peraturan perundang- undangan perpajakan tertentu seseorang atau suatu badan dianggap subjek pajak dan mempunyai atau memperoleh objek pajak , maka orang atau badan itu jadi punya kewajiban pajak dan disebut wajib pajak . Undang-undang nomor 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan[sunting | sunting sumber ] Dalam Undang-undang nomor 17 tahun 2000 mengenai perubahan atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, subjek pajak terdiri dari tiga jenis, yaituorang pribadi, badan, dan warisan. Subjek pajak juga digolongkan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. ,,,, Subjek pajak dalam negeri[sunting | sunting sumber ] Yang dimaksud dengan Subjek Pajak dalam negeri adalah salah satu di bawah ini: 1. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia; 2. orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia; 3. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia; 4. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak. [1] Subjek pajak luar negeri[sunting | sunting sumber ] Yang dimaksud dengan Subjek Pajak luar negeri adalah salah satu di bawah ini:

Transcript of Subjek pajak

Page 1: Subjek pajak

Subjek pajak adalah istilah dalam peraturan perundang-undangan perpajakan untuk perorangan (pribadi) atau organisasi (kelompok) berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Seseorang atau suatu badan merupakan subjek pajak, tapi bukan berarti orang atau badan itu punya kewajiban pajak. Kalau dalam peraturan perundang-undangan perpajakan tertentu seseorang atau suatu badan dianggap subjek pajak dan mempunyai atau memperoleh objek pajak, maka orang atau badan itu jadi punya kewajiban pajak dan disebut wajib pajak.

Undang-undang nomor 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan[sunting | sunting sumber]

Dalam Undang-undang nomor 17 tahun 2000 mengenai perubahan atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, subjek pajak terdiri dari tiga jenis, yaituorang pribadi, badan, dan warisan. Subjek pajak juga digolongkan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. ,,,,

Subjek pajak dalam negeri[sunting | sunting sumber]

Yang dimaksud dengan Subjek Pajak dalam negeri adalah salah satu di bawah ini:

1. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia;

2. orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;

3. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia;

4. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.[1]

Subjek pajak luar negeri[sunting | sunting sumber]

Yang dimaksud dengan Subjek Pajak luar negeri adalah salah satu di bawah ini:

1. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;

2. badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;

3. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;

4. badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.[1]

Page 2: Subjek pajak

Subjek Pajak Pribadi[sunting | sunting sumber]

Subjek pajak pribadi yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia

SUBJEK PAJAK

Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi syarat-syarat subjektif, yaitu bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia. Subjek pajak baru menjadi wajib pajak bila telah memenuhi syarat-syarat obyektif.

Subjek pajak tidak identik dengan subjek hukum, oleh karena itu untuk menjadi subjek pajak tidak perlu menjadi subjek hukum. Sehingga firma, perkumpulan, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan dapat menjadi subjek pajak. Demikian juga orang gila, anak yang masih di bawah umur dapat menjadi subjek atau wajib pajak, tetapi untuk mereka perlu ditunjuk orang atau wali yang dapat dipertanggungjawabkan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya.

1.    Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Subyek pajak dalam pajak bumi dan bangunan adalah orang atau badan yang secara nyata:

a)      Mempunyai suatu hak atas bumib)      Memperoleh manfaat atas bumic)      Memiliki, menguasaid)     Dan sepertidisebutkan dalam Undang-Undang:

1)        Memperoleh manfaat atas bangunan ( UU PBB pasal 4 ayat 1 ).2)        Subyek pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat yang dikenakan kewajiban membayar  pajak

menjadi wajib pajak menurut Undang-undang ini ( UU PBB pasal 4 ayat 2).3)        Dalam hal atas suatu obyek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya, Direktur Jenderal

Pajak  dapat menetapkan subyek pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sebagai wajib pajak ( UU PBB pasal 4 ayat 3 ).

4)        Subyek pajak yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat memberikan  keterangan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak bahwa ia bukan wajib pajak  terhadap obyek pajak dimaksud ( UU PBB pasal 4 ayat 4 ).

5)        Bila keterangan yang diajukan oleh wajib pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)  disetujui, maka Direktur Jenderal Pajak membatalkan penetapan sebagai wajib pajak  sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dalam jangka waktu satu bulan sejak diterimanya surat keterangan dimaksud ( UU PBB pasal 4 ayat 5 ).

Page 3: Subjek pajak

6)        Bila keterangan yang diajukan itu tidak disetujui, maka Direktur Jenderal Pajak mengeluarkan  surat keputusan penolakan dengan disertai alasan-alasannya ( UU PBB pasal 4 ayat 6 ).

7)        Apabila setelah jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya keterangan sebagaimana  dimaksud dalam ayat (4), Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan keputusan, maka  keterangan yang diajukan itu dianggap disetujui ( UU PBB pasal 4 ayat 7 ).

2.    Subjek Pajak Penghasilan

Menurut Pasal 1 UU No. 7 Tahun 1983, sebagaimana telah dirubah dan disempurnakan terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008- Pajak Penghasilan, ”Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas Penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak”.

           Selanjutnya dalam Pasal 2 ayat (1) nya dijelaskan, bahwa yang menjadi subjek pajak

dalam Pajak Penghasilan adalah :a)      Orang pribadi atau perseorangan;b)      Warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan;c)      Badan;d)     Bentuk usaha tetap (BUT)

Penjelasan selanjutnya Pasal 2 ayat (1) adalah:

a)        Orang pribadi atau perseorangan;Sebagai Subjek Pajak dapat bertempat tinggal di Indonesia, atau pun tidak bertempat tinggal

di Indonesia.

b)        Warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan;Sebagai Subjek Pajak, merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang

berhak dikemudian hari, ini menjadi dasar agar pengenaan pajak dari warisan tersebut tetap terjamin, berhubung misalnya yang punya harta (warisan) semasa hidup tidak menetapkan siapa yang bertanggung jawab dikemudian hari apabila yang bersangkutan meninggal dunia. Contoh : Ahmad semasa hidup memiliki usaha bengkel mobil yang selalu tetap memenuhi kewajiban pajaknya setiap tahun. Suatu saat Ahmad meninggal, harta (warisan berupa bengkel mobil) belum dibagikan kepada ahli waris, maka selama belum dibagikan harta (bengkel mobil) tersebut, berstatus sebagai subjek pajak. Apabila harta (bengkel mobil) dimaksud, telah dibagikan (ditetapkan) pemilik barunya, maka warisan (harta) tersebut berakhir kedudukannya sebagai subjek pajak. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-161/PJ./2001, Tgl 21 Pebruari 2001, Tentang Jangka Waktu Pendaftaran, Pelaporan Kegiatan Usaha, dan Tatacara Penghapusan NPWP, serta Pengukuhan Dan Pencabutan PKP, pada pasal 10 menyebutkan, bahwa dalam hal wajib pajak yang telah memiliki NPWP meninggal dunia, dan meninggalkan warisan yang belum terbagi, maka warisan yang belum terbagi tadi kedudukannya sebagai subjek pajak, menggunakan NPWP dari wajib pajak yang meninggal dunia, dan ahli warisnya wajib mengisi formulir yang ditentukan, dan dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP)nya, tidak diberikan pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), sebagaimana ditegaskan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-10/PJ.41/1996, Tgl 12 Pebruari 1996.

Page 4: Subjek pajak

c)    Badan;Adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan satu kesatuan, baik yang

melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha, yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer (CV), Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara/Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi masa, Orgaisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, Lembaga, Bentuk Usaha Tetap, dan bentuk badan lainnya, termasuk Reksa dana.

Dalam UU ini, Bentuk Usaha Tetap ditentukan sebagai subjek pajak tersendiri sebagai Subjek Pajak Luar Negeri, sekalipun tatacara pengenaannya serta ketentuan administrasi perpajakannya sama dengan wajib pajak dalam negeri

Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, merupakan Subjek Pajak,tanpa memperhatikan nama dan bentuknya, sehingga setiap unit dari badan pemerintah, misalnya lembaga, badan, dan sebagainya yang dimiliki oleh pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan merupakan subjek pajak. Sebagai subjek pajak perusahaan Reksadana, baik yang berbentuk perseroan terbatas, maupun bentuk lainnya, termasuk dalam pengertian badan. Sedangkan pengertian perkumpulan termasuk pula assosiasi, persatuan, perhimpunan, atau ikatan dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang sama.

d)   Bentuk Usaha Tetap (BUT)Selanjutnya dalam Pasal 2 ayat (5), UU No. 36 tahun 2008-PPh, dijelaskan bahwa yang

dimaksud denganBentuk Usaha Tetap, adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, atau yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa:

1)        Tempat kedudukan manajemen ;2)         Cabang Perusahaan ;3)        Kantor Perwakilan;4)        Gedung Kantor ;5)        Pabrik ;6)        Bengkel ;7)        Gudang ;8)        Ruang untuk promosi dan penjualan;9)        Pertambangan dan penggalian sumber alam ;10)    Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;11)    Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;12)    Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain,sepanjangdilakukan lebih

dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12(dua belas) bln;13)    Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas ;14)    Agen atau pegawai perusahaan  asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di

Indonesia yang dapat menerima premi asuransi atau menanggung resiko di Indonesia ;

Page 5: Subjek pajak

15)    Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan usaha melalui internet.

Selanjutnya dalam penjelasan pasal 2 ayat (1) huruf b, UU No. 36 tahun 2008unit usaha tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria berikut, tidak termasuk sebagai subjek pajak yaitu :

a)    Dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.b)   Dibiayai dengan dana yang bersumber dari APBN atau APBD.c)    Penerimaan lembaga tersebut dimasukan dalam anggaran pemerintah pusat atau pemerintah

daerah.d)   Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.

Apabila suatu badan/lembaga memenuhi syarat–syarat tersebut diatas, maka ia tidak termasuk subjek pajak penghasilan. Sebalikya apabila syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi, maka badan/lembaga tersebut adalah subjek pajak pada pajak penghasilan.

 Subjek PPh terdiri dari subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri :

a)      Subyek Pajak dalam negeriSubyek Pajak dalam negeri meliputi:

1)      Orang yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu dua belas bulan atau orang yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;

2)       Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia;

3)      Bentuk usaha tetap yaitu bentuk usaha, yang dipergunakan untuk menjalankan kegiatan usaha secara teratur di Indonesia, oleh badan atau perusahaan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat berupa tempat kedudukan manajemen, kantor cabang, kantor perwakilan, agen, gedung kantor, pabrik, bengkel, proyek konstruksi, pertambangan dan penggalian sumber alam, perikanan, tenaga ahli, pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain, orang atau badan yang kedudukannya tidak bebas yang bertindak atas nama badan atau perusahaan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia dan perusahaan asuransi yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia ( UU PPH pasal 2 ayat 3 ).

4)      Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak

b)      Subjek pajak luar negriSubyek Pajak luar negeri adalah:

1)        Subyek Pajak yang tidak bertempat tinggal, tidak didirikan, atau tidak berkedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia(UU PPH pasal 2 ayat 4).

2)      Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 13 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.

Page 6: Subjek pajak

3)      Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan

Perbedaan yang penting antara Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib Pajak Luar Negeri terletak dalam pemenuhan kewajiban pajaknya, antara lain:

a)    Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak atas penghasilan baik yang diterima atau diperoleh dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia

b)   Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan neto dengan tarif umum, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan bruto dengan tarif pajak sepadan

c)    Wajib Pajak dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebagai sarana untuk menetapkan pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak, sedangkan Wajib Pajak luar negeri tidak wajib memberitahukan Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan karena kewajiban pajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat final.

Yang tidak termasuk dalam subyek Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah :

a)    pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, konsulat dan pejabat-pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia, dan di Indonesia tidak melakukan pekerjaan lain atau kegiatan usaha, serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

b)   pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan;

c)    Perusahaan Jawatan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan. ( UU PPH pasal 3 ayat 1 )

d)   Badan perwakilan Negara asing.

B.     OBJEK PAJAK

Objekpajakyaitusesuatu yangdikenakanpajakataudapatdiartikansebagaisasaranpengenaanpajak.Mengenai apa yang dapat dijadikan objek pajak banyak sekali macamnya. Pada prinsipnya segala sesuatu yang ada dalam masyarakat dapat dijadikan sasaran atau objek pajak, baik keadaan, perbuatan, maupun peristiwa.

1.    Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Yang menjadi objek pajak bumi dan bangunan adalah bumi dan bangunan atau bangunan.a)    Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya; permukaan bumi meliputi

tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia.b)   Bangunan adalah konstruksi tekhnik yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah dan

atau perairan.

Selain itu yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah :

1)   Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik dan emplesemennya dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut.

Page 7: Subjek pajak

2)   Jalan tol3)   Kolam renang4)   Pagar mewah5)   Tempat olahraga6)   Galangan kapal, dermaga7)   Taman mewah8)   Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak9)   Fasilitas lain yang memberikan manfaat.

Klasifikasi obyek pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Menteri Keuangan ( UU PBB Pasal 2 ayat 2 ).Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurutnilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan penghitungan pajak yangterhutang.

Dalam menentukan klasifikasi bumi/tanah diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :a)      Letak;b)      Peruntukan;c)      Pemanfaatand)     Kondisi lingkungan dan lain-lain.

Dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :a)      Bahan yang digunakan;b)      Rekayasa;c)      Letak;d)     Kondisi lingkungan dan lain-lain.

Obyek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah objek pajak yang seperti:

a)      Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.

b)      Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu;c)      Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah

penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani  suatu hak;d)     Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik.e)      Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh 

MenteriKeuangan ( UU PBB Pasal 3 ayat 1 ).

2.    Objek Pajak PenghasilanYang menjadi Obyek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis

yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk di dalamnya :

a)      Gaji, upah, komisi, bonus atau gratifikasi, uang pensiun atau imbalan lainnya untuk pekerjaan yang dilakukan;

Page 8: Subjek pajak

b)       Honorarium, hadiah undian dan penghargaan;

c)      Laba bruto usaha;

d)     Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta, termasuk keuntungan yang diperoleh oleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, anggota, serta karena likuidasi;

e)      Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah diperhitungkan sebagai biaya;

f)       Bunga;

g)      Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, yang dibayarkan oleh perseroan, pembayaran dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, pembagian Sisa Hasil Usaha koperasi pengurus dan pengembalian Sisa Hasil Usaha koperasi kepada anggota

h)      Royalti;

i)        Sewa dari harta;

j)        Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

k)      Keuntungan karena pembebasan utang. ( UU PPH pasal 4 ayat 1 )

Yang tidak termasuk sebagai Obyek Pajak antara lain :

a)    Harta hibahan atau bantuan yang tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan dari pihak yang bersangkutan;

b)   Warisan;

c)    Pembayaran dari perusahaan asuransi karena kecelakaan, sakit atau karena meninggalnya orang yang tertanggung, dan pembayaran asuransi bea siswa;

d)   Penggantian berkenaan dengan pekerjaan atau jasa, yang dinikmati dalam bentuk natura, dengan ketentuan, bahwa yang memberikan penggantian adalah Pemerintah atau Wajib Pajak menurut Undang-undang ini dan Wajib Pajak yang memberikan penggantian tersebut, sesuai ketentuan dalam Pasal 9 ayat 1huruf d tidak Mengurangkan penggantian itu sebagai biaya;

e)    Keuntungan karena pengalihan harta orang pribadi, harta anggota firma, perseroan komanditer atau kongsi tersebut kepada perseroan terbatas di dalam negeri sebagai pengganti sahamnya, dengan syarat :

1)      Pihak yang mengalihkan atau pihak-pihak yang mengalihkan secara bersama-sama memiliki paling sedikit 90% (sembilan puluh persen) dari jumlah modal yang disetor;

2)      Pengalihan tersebut diberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak;

3)      Pengenaan pajak dikemudian hari atas keuntungan tersebut dijamin

f)    Harta yang diterima oleh perseroan, persekutuan atau badan lainnya sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

g)   Deviden yang diterima oleh perseroan dalam negeri, selain Bank atau lembaga Keuangan lainnya, dari Perseroan lain di Indonesia dengan syarat, bahwa perseroan yang menerima dividen tersebut paling sedikit memiliki 25% (dua puluh lima persen) dari nilai saham yang disetor dari badan yang membayar dividen dan kedua badan tsb mempunyai hubungan ekonomis dalam jalur usahanya;

Page 9: Subjek pajak

h)   Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang disetujui Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun oleh karyawan, dan penghasilan dana pensiun serupa dari modal yang ditanamkan dalam bidang-bidang tertentu berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan;

i)     Penghasilan Yayasan dari usaha yang semata-mata ditujukan untuk kepentingan umum;

j)     Penghasilan Yayasan dari modal sepanjang penghasilan itu semata-mata digunakan untuk kepentingan umum;

k)      Pembagian keuntungan dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, firma, kongsi, dan persekutuan kepada para anggotanya, kecuali apabila ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan, karena terdapat penyalahgunaan; ( UU PPH pasal 4 ayat 3 )

Yang menjadi Obyek Pajak Bentuk Usaha Tetap (BUT)antara lain:

a)    Penghasilan dari kegiatan usaha bentuk usaha tetap tersebut dan dari harta yang dikuasai atau dimilikinya;

b)   Penghasilan induk perusahaan dan badan lain yang bukan Wajib Pajak dalam negeri yang mempunyai hubungan istimewa dengan induk perusahaan tersebut, dari kegiatan usaha atau penjualan barang-barang dan/atau pemberian jasa di Indonesia, yang sejenis dengan kegiatan usaha atau penjualan barang-barang dan/atau pemberian jasa yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap di Indonesia, kecuali penghasilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2). ( UU PPH pasal 5 ayat 1 )

Yang Tidak Termasuk Subjek Pajak penghasilan Badan antara lain terdiri dari : Kantor perwakilan negara asing.

Sesuai dengan kelaziman internasional, kantor perwakilan negara asing beserta pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, konsulat dan pejabat-pejabat lainnya, dikecualikan sebagai subjek pajak di tempat mereka mewakili negaranya.

Organisasi-organisasi internasional dengan syarat : 

1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut. 

2. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota. 

Unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi Kriteria : 

1. pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

3. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

4. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.

Page 10: Subjek pajak

Contoh Unit tertentu dari badan pemerintah yang tidak termasuk subjek pajak penghasilan badanadalah :

1. Bendahara Pemerintah Pusat

2. Bendahara Pemerintah Daerah

Bendahara bukan subjek pajak badan tetapi hanya sebagai wajib pajak pemungut dan pemotong pajak.

  Artikel Yang Perlu Diketahui :  Artikel Tentang PPh Badan

Referensi :

1. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang PPh (Pajak Penghasilan).

2. Peraturan Menteri Keuangan No.215/PMK.03/2008 Tanggal 16 Desember 2008 yang

telah diubah dengan PMK no.142/PMk.03/2010 tanggal 20 Agustus 2010 tentang Penetapan

Organisasi Internasional dan Pejabat Perwakilan Organisasi internasional yang tidak termasuk

subjek pajak penghasilan

Bukan Subjek PajakSesuai dengan kelaziman “diplomasi” antar negara bahwa ada organisasi Internasional dan pejabat organisasi tersebut yang ditetapkan sebagai bukan subjek Pajak. Bahkan khusus kantor perwakilan negara seperti kantor kedutaan besar dianggap sebagai negara lain. Misalkan Kantor Kedutaan Besar Malaysia di Jalan Rasuna Said Jakarta dianggap sebagai “wilayah hukum Malaysia” sehingga berlaku peraturan perundang-undangan Malaysia, bukan peraturan Indonesia. Karena itu sangat wajar jika para pejabat Kedutaan Besar tersebut bukan subjek pajak Indonesia tapi subjek pajak Malaysia. 

Berkaitan dengan organisasi Internasional, maka tidak semua organisasi tersebut otomatis dikecualikan sebagai subjek pajak PPh. Organisasi internasional mana yang dikecualikan, ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Penetapan Menteri Keuangan terbaru dikeluarkan pada bulan Desember 2008 kemarin dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 215/PMK. 03/2008. 

Berikut ini adalah dasar hukum pengecualian subjek pajak dan lampiran Peraturan Menteri Keuangan No. 215/PMK. 03/2008 :

Pasal 3 ayat (1) UU PPh 1984Yang tidak termasuk subjek pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah: a. kantor perwakilan negara asing; 

b. pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak

Page 11: Subjek pajak

menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik; 

c. organisasi-organisasi internasional dengan syarat: 1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan 2. tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota; 

d. pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud pada huruf c, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

Penjelasan Pasal 3 ayat (1) UU PPh 1984Sesuai dengan kelaziman internasional, kantor perwakilan negara asing beserta pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, konsulat dan pejabat-pejabat lainnya, dikecualikan sebagai subjek pajak di tempat mereka mewakili negaranya. Pengecualian sebagai subjek pajak bagi pejabat-pejabat tersebut tidak berlaku apabila mereka memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya atau mereka adalah Warga Negara Indonesia. Dengan demikian apabila pejabat perwakilan suatu negara asing memperoleh penghasilan lain di Indonesia di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, maka ia termasuk subjek pajak yang dapat dikenai pajak atas penghasilan lain tersebut.

Pasal 3 ayat (2) UU PPh 1984Organisasi internasional yang tidak termasuk subjek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Lampiran Peraturan Menteri Keuangan No. 215/PMK. 03/2008 tentang Penetapan Organisasi-organisasi Internasional dan Pejabat-pejabat Perwakilan Organisasi Internasional Yang Tidak Termasuk Subjek Pajak Penghasilan :

I. Badan-badan Internasional Dari Perserikatan Bangsa-Bangsa 1. ADB (Asian Development Bank)2. IBRD (International Bank for Reconstruction and Development)3. IFC (International Finance Corporation)4. IMF (International Monetary Fund)5. UNDP (United Nations Development Programme), meliputi:a. IAEA (International Atomic Energy Agency)b. ICAO (International Civil Aviation Organization)c. ITU (International Telecommunication Union)d. UNIDO (United Nations Industrial Development Organizations)e. UPU (Universal Postal Union)f. WMO (World Meteorological Organization)g. UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development) 

Page 12: Subjek pajak

h. UNEP (United Nations Environment Programme)i. UNCHS (United Nations Centre for Human Sett lement)j. ESCAP (Economic and Social Commission for Asia and The Pacific)k. UNFPA (United Nations Funds for Population Activities)l. WFP (World Food Programme)m. IMO (International Maritime Organization)n. WIPO (World Intellectual Property Organization)o. IFAD (International Fund for Agricultural Development)p. WTO (World Trade Organization)q. WTO (World Tourism Organization)6. FAO (Food and Agricultural Organization)7. ILO (International Labour Organization)8. UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees)9. UNIC (United Nations Information Centre)10. UNICEF (United Nations Children's Fund)11. UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization)12. WHO (World Health Organization)13. World Bank

II. Kerjasama Teknik: 1. Kerjasama Teknik Australia - Republik Indonesia (Australia-Indonesia Partnership)2. Kerjasama Teknik Canada - Republik Indonesia3. Kerjasama Teknik India - Republik Indonesia4. Kerjasama Teknik Inggris - Republik Indonesia5. Kerjasama Teknik Jepang - Republik Indonesia6. Kerjasama Teknik New Zealand - Repubiik Indonesia7. Kerjasama Teknik Negeri Belanda - Republik Indonesia8. Kerjasama Teknik Rusia - Republik Indonesia9. Kerjasama Teknik Jerman - Republik Indonesia10. Kerjasama Teknik Perancis - Kepublik Indonesia11. Kerjasama Teknik Negeri Polandia - Republik Indonesia12. Kerjasama Teknik Amerika Serikat - Republik Indonesia (USAID: United States Agency for International Development)13. Kerjasama Teknik Swiss - Republik Indonesia14. Kerjasama Teknik Italia - Republik Indonesia15. Kerjasama Teknik Belgia - Republik Indonesia16. Kerjasama Teknik Denmark - Republik Indonesia17. Kerjasama Teknik Korea - Republik Indonesia18. Kerjasama Teknik Finlandia - Republik Indonesia19. Kerjasama Ekonomi dan Teknik Malaysia - Republik Indonesia20. Kerjasama Ekonomi dan Teknik Singapura - Republik Indonesia21. Kerjasama Ekonomi, Perdagangan dan Teknik RRC - Republik Indonesia22. Kerjasama Ekonomi, Ilmu Pengetahuan dan Teknik Vietnam - Republik Indonesia23. Kerjasama Ekonomi dan Teknik Thailand - Republik Indonesia24. Kerjasama Ilmu Pengetahuan dan Teknik Meksiko - Republik Indonesia25. Kerjasama Teknik Kerajaan Arab Saudi - Republik Indonesia

Page 13: Subjek pajak

26. Kerjasama Teknik Iran - Republik Indonesia27. Kerjasama Teknik Pakistan - Republik Indonesia28. Kerjasama Teknik Philippina - Republik Indonesia

III. Kerjasama Kebudayaan 1. Kerjasama Kebudayaan Belanda - Republik Indonesia2. Kerjasama Kebudayaan Jepang - Republik Indonesia3. Kerjasama Kebudayaan Mesir/RPA - Republik Indonesia4. Kerjasama Kebudayaan Austria - Republik Indonesia

IV. Organisasi-Organisasi Internasional Lainnya:1. Asean Secretariat2. SEAMEO (South East Asian Minister of Education Organization)3. ACE (The ASEAN Centre for Energy)4. NORAD (The Norwegian Agency for International Development)5. FPP Int. (Foster Parents Plan Int.)6. PCI (Project Concern International)7. IDRC (The International Development Research Centre)8. Kerjasama Teknik Di bidang Perkoperasian antara DMTCI/CLUSA-Republik Indonesia9. NLRA (The Netherlands Leprosy Relief Association)10. The Commission of The European Communities11. OISCA INT. (The Organization for Industrial, Spiritual and Cultural Advancement International)12. World Relief Cooperation13. APCU (The Asean Heads of Population Coordination Unit)14. SIL (The Summer Institute of Linguistics, Inc.)15. IPC (The International Pepper Community)16. APCC (Asian Pacific Coconut Community)17. INTELSAT (International Telecommunication Satellite Organization)18. People Hope of Japan (PHJ) dan Project Hope19. CIP (The International Potato Centre)20. ICRC (The International Committee of Red Cross)21. Terre Des Homines Netherlands22. Wetlands International23. HKI (Helen Keller International, inc.)24. Taipei Economic and Trade Office25. Vredeseilanden Country Office (VECO) Belgia26. KAS(Konrad Adenauer Srifrung)27. Program for Appropriate Technology in Health, USA-PATH28. Save the Children-US dan Save the Children-UK29. CIFOR (The Center for International Forestry Research)30. Islamic Development Bank31. Kyoto University- Jepang32. ICRAF (the International Centre for Research in Agroforestry)33. Swisscontact - Swiss Foundation for Technical Cooperation34. Winrock International

Page 14: Subjek pajak

35. Stichting Tropenbos36. The Moslem World League (Rabithah)37. NEDO (The New Energy and Industrial Technology Development Organization)38. HSF (Hans Seidel Foundation)39. DAAD (Deutscher Achademischer Austauschdienst)40. WCS (The Wildlife Conservation Society)41. BORDA (The Bremen Overseas Research and Development Association)42. ASEAN Foundation43. SOCSEA (Sub Regional Office of CIRDAP in Southeast Asia)44. IMC (International Medical Corps)45. KNCV (Koninklijke Nederlands Centrale Vereniging lot Bestrijding der Tuberculosis)46. Asia Foundation47. The British Council48. CARE (Cooperative for American Relief Everywhere Incorporation)49. CCF (Christian Children's Fund)50. CRS (Catholic Relief Service)51. CWS (Church World Service)52. The Ford Foundation53. FES(FriedrichEbertStiftung)54. FNS (Friedrich Neumann Stiftung)55. IRRI (International Rice Research Institute)56. Leprosy Mission57. OXFAM (Oxford Committee for Famine Relief)58. WE (World Education, Incorporated, USA)59. JICA (Japan International Cooperations Agency)60. JBIC (Japan Bank for International Cooperation)61. KOICA (Korea International Cooperation Agency)62. ERIA (Economic Research Institute for ASEAN and East Asia)

Apa yang bukan termasuk obyek pajak ?

1.  Bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yg dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan para penerima zakat yang berhak, sepanjang tidak dalam rangka hubungan kerja, usaha, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan; 

2.  Harta hibahan yang diterima oleh: 

-  keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus atau satu derajat; 

-  badan keagamaan, pendidikan, sosial, pengusaha kecil, termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Kepmenkeu sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan pihak-pihak yang bersangkutan; 

-  Warisan; 

Page 15: Subjek pajak

-  Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham/sebagai pengganti penyertaan modal; 

3.  Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan/jasa yang diterima/diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari WP/pemerintah; 

4.  Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan : asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, asuransi beasiswa 

Dividen/bagian laba yang diterima/diperoleh perseroan terbatas sebagai WP dalam negeri, koperasi, yayasan/organisasi yang sejenis, BUMN/BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yg didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia syarat: 

-  kepemilikan saham 25% atau lebih dari jumlah modal disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham; dan 

-  dividen tersebut berasal dari cadangan laba di tahan (Jika penerima dividen tersebut koperasi, syaratnya hanya dividen yang berasal dari cadangan laba yang ditahan); 

5.  Iuran yang diterima/diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai; 

6.  Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang penanaman modal tertentu yang ditetapkan Menkeu; 

7.  Bagian laba yang diterima/diperoleh anggota perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi; 

8.  Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian/pemberian ijin usaha; 

9.  Penghasilan yang diterima perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari pasangan usaha yg didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat: merupakan perusahaan kecil, menengah, atau menjalankan kegiatah sektor usaha yang ditetapkan Menteri Keuangan dan sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia. 

Obyek Pajak PenghasilanSebelum berbicara mengenai apa saja yang menjadi obyek PPh, terlebih dahulu mari kita lihat definisi Penghasilan menurut Undang-undang PPh. Menurut Pasal 4 ayat (1) UU. Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU. Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk :1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau

diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang

Page 16: Subjek pajak

pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;

3. Laba usaha;

4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;

6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;

7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;

13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;

14. Premi asuransi;

Page 17: Subjek pajak

15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;

17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;

18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan

19. Surplus Bank Indonesia.Bukan Merupakan Obyek PajakSedang penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 ayat (3) UU. PPh adalah sebagai berikut :1. (a). Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan(b). Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;

2. Warisan;

3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 (UU. PPh);

5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat; (1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan (2) bagi perseroan

Page 18: Subjek pajak

terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;

7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

10. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha (terhitung mulai 1 Januari 2009 ketentuan ini dihapus);

11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut; (2) merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan (2) sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;

12. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

13. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan,

14. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Pada tulisan saya berikutnya akan dibahas mengenai; siapa saja sebenarnya yang harus membayar Pajak Penghasilan? Dan bagaimana mekanisme pembayaran pajaknya?- See more at: http://pajakita.blogspot.com/2009/04/pajak-penghasilan-objek-pajak-dan-bukan.html#sthash.lJwx4dvz.dpuf