Study REAP-AD, Dr. Nining F

9
Study REAP-AD : Profil Gejala Depresi dengan menggunakan Antidepresant di poli rawat jalan tiga Rumah Sakit di Indonesia Margarita M. Maramis dan Nining Febriyana Departmen Psikiatri RSUD Dr.Soetomo – Universitas Airlangga Surabaya LATAR BELAKANG Depresi merupakan suatu gangguan mental yang sering terjadi dan mengakibatkan penyakit yang membebani secara menyeluruh (global). WHO memperkirakan, bahwa depresi akan menduduki rangking ke dua setelah penyakit jantung pada tahun 2020. WHO juga melaporkan bahwa, lebih dari 350 juta penduduk dunia menderita depresi, akan tetapi kurang dari setengahnya yang menerima pengobatan. Jadi secara global, sumber daya untuk gangguan mental tidak cukup, tidak merata dan tidsak efisien. Rata-rata gangguan mental sangat bervariasi diantara penduduk di suatu daerah tertentu dan pada usia tertentu. Jika depresi tidak ditangani, akan menyebabkan kondisi yang kronis, kesedihan yang mendalam, penurunan kualitas hidup dan meningkatnya resiko bunuh diri.(Karen A. Zurlo1, Hongwei Hu2, & Chien-Chung Huang, 2014) Prevalensi depresi di Amerika Serikat, diperkirakan 4% sampai 17%. Pada pasien rawat jalan kira-kira 5% sampai 10% sedangkan pasien rawat inap 10% sampai 14%.(Caroline Carney Doebbeling, MD, MS, 2010) Secara klinis, terdapat tiga tipe depresi utama dengan kriteria diagnosis yang spesifik. Depresi Mayor, dikenal juga dengan Depresi Unipolar; Depresi minor, sering disebut dengan Distimia, suatu kondisi depresi yang ringan dan sering kronis danb Gangguan Bipolar, mengalami dua siklus dalam satu periode, yaitu depresi dan mania (World Federation for Mental Health, 2010) 1

description

REAP

Transcript of Study REAP-AD, Dr. Nining F

Page 1: Study REAP-AD, Dr. Nining F

Study REAP-AD :

Profil Gejala Depresi dengan menggunakan Antidepresant di poli rawat jalan tiga

Rumah Sakit di Indonesia

Margarita M. Maramis dan Nining Febriyana

Departmen Psikiatri

RSUD Dr.Soetomo – Universitas Airlangga Surabaya

LATAR BELAKANGDepresi merupakan suatu gangguan mental yang sering terjadi dan mengakibatkan penyakit yang membebani secara menyeluruh (global). WHO memperkirakan, bahwa depresi akan menduduki rangking ke dua setelah penyakit jantung pada tahun 2020. WHO juga melaporkan bahwa, lebih dari 350 juta penduduk dunia menderita depresi, akan tetapi kurang dari setengahnya yang menerima pengobatan. Jadi secara global, sumber daya untuk gangguan mental tidak cukup, tidak merata dan tidsak efisien. Rata-rata gangguan mental sangat bervariasi diantara penduduk di suatu daerah tertentu dan pada usia tertentu. Jika depresi tidak ditangani, akan menyebabkan kondisi yang kronis, kesedihan yang mendalam, penurunan kualitas hidup dan meningkatnya resiko bunuh diri.(Karen A. Zurlo1, Hongwei Hu2, & Chien-Chung Huang, 2014)Prevalensi depresi di Amerika Serikat, diperkirakan 4% sampai 17%. Pada pasien rawat jalan kira-kira 5% sampai 10% sedangkan pasien rawat inap 10% sampai 14%.(Caroline Carney Doebbeling, MD, MS, 2010)

Secara klinis, terdapat tiga tipe depresi utama dengan kriteria diagnosis yang spesifik. Depresi Mayor, dikenal juga dengan Depresi Unipolar; Depresi minor, sering disebut dengan Distimia, suatu kondisi depresi yang ringan dan sering kronis danb Gangguan Bipolar, mengalami dua siklus dalam satu periode, yaitu depresi dan mania (World Federation for Mental Health, 2010)

Episode Depresi bisa dipicu oleh peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan, seperti kehilangan orang yang dicintai atau menderita penyakit kronis.Terdapat variasi gejala depresi meliputi : kesedihan dan kecemasan yang menetap atau mood yang hambar; putus asa, pesimis; perasaan bersalah, harga diri rendah, tidak berdaya; kehilangan minat/ hobby/ kegiatan yang menyenangkan; penurunan energi, mudah lelah, perasaan lemah; sulit konsentrasi, sulit mengingat dan membuat keputusan; perubahan pola tidur, misalnya sulit tidur atau tidur berlebihan; nafsu makan berkurang dan perubahan berat badan; berpikir tentang kematian atau bunuh diri, percobaan bunuh diri; gelisah, iritabilitas; keluhan fisik yang menetap yang tidak berespon dengan pengobatan, misalnya pusing, gangguan pada pencernaan atau nyeri kronis.Tidak ada seorangpun yang depresi mengalami semua gejala, beberapa mungkin hanya mengalami kesedihan saja atau tidak bisa menikmati aktifitas sehari-hari saja. Mereka mungkin kesulitan tidur, akan tetapi tidak terganggu makannya.(World Federation for Mental Health , 2010)Hal ini penting dibicarakan dengan pelayanan kesehatan. Para klinisi hendaknya memberikan perhatian khusus untuk masalah ini dalam pemahaman dan penanganan pasien tersebut.

1

Page 2: Study REAP-AD, Dr. Nining F

Dikatakan bahwa gejala depresi juga berbeda-beda dipengaruhi oleh kultur masing-masing daerah/ negara. Di Asia, misalnya Jepang, Taiwan dan China, kondisi depresi banyak dalam bentuk keluhan somatik, sedangkan di negara barat ( Amerika Serikat), pasien depresi lebih banyak dalam bentuk emosi/ marah (Laurence J. Kirmayer, M.D., 2001)

Penelitian tentang Research on Asian Psychotropic Prescription Patterns for Antidepressants (REAP-AD study), yaitu suatu study kolaburasi 10 negara, yang terdiri dari Republik Rakyat China, India, Indonesia, Jepang, Republik Korea, Malaysia, Singapura, Taiwan dan Thailand dengan sampel sebesar 2321 pasien. Ini merupakan study yang pertama kali di Indonesia, yang melaporkan profil gejala depresi dengan menggunakan antidepresan dari tiga RS pasien rawat jalan di Indonesia sebagai bagian dari study the REAP-AD.

RUMUSAN MASALAH 1. Profil gejala depresi (dengan menggunakan antidepresan) apa saja yang tampak di

tiga Rumah Sakit di Indonesia?2. Apakah terdapat perbedaan profil gejala depresi (dengan menggunakan antidepresan)

antara laki dan perempuan di tiga Rumah Sakit di Indonesia?

TUJUAN UMUMMenganalisis profil gejala depresi yang menggunakan antidepresan di tiga Rumah Sakit di Indonesia

TUJUAN KHUSUS1. Menganalisis profil gejala depresi yang menggunakan antidepresan di tiga Rumah

Sakit di Indonesia2. Menganalisis perbedaan profil gejala depresi yang menggunakan antidepresan antara

laki dan perempuan di tiga Rumah Sakit di Indonesia

2

Page 3: Study REAP-AD, Dr. Nining F

KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN

-Genetik -Biologi -Pengalaman hidup yang tidak menyenangkan:

1. Kehilangan orang tua sejak masa kanak gejala depresi

2. Kehilangan orang yang berarti3. Kehilangan pekerjaan 4. Penyakit kronis 5. Riwayat depresi masa lalu 6. Riwayat keluarga menderita depresi7. Perceraian menggunakan

Antidepresan8. Orang tua singgle

jenis kelamin

gejala depresi yang tampak :

1. Kesedihan yang menetap2. Kehilangan minat/ aktifitas yang

menyenangkan3. Menurunnya energi/ mudah lelah4. Gangguan tidur5. Konsentrasi terganggu6. Harga diri rendah7. Nafsu makan menurun/ berlebih8. Pikiran bunuh diri/ percobaan

bunuh diri9. Agitasi / gerak lambat10. Rasa bersalah 11. Lain-lain : gejala somatik, berdebar,

takut kematian, cemas, bingung,

HIPOTESIS PENELITIANTerdapat perbedaan profil gejala depresi yang menggunakan antidepresan pada jenis kelamin laki dan perempuan

METODE PENELITIAN1. Jenis penelitian : deskriptif cross sectional2. Tempat penelitian : RSUD Dr. Soetomo Surabaya, RSJ Soeharto Heerdjan dan RSJ

Islamik Klender Jakarta

3

Page 4: Study REAP-AD, Dr. Nining F

3. Waktu penelitian : dilaksanakan pada satu hari yang sama pada tahun 2013, di tiga RS di atas

4. Populasi dan sampel penelitian :Populasi penelitian adalah semua pasien depresi yang menerima pengobatan antidepresan di tiga RS di atas

5. Sampel penelitian : semua populasi penelitian sesuai kriteria inklusi dan eksklusi6. Kriteria inklusi :

Semua pasien depresi yang menerima pengobatan antidepresan pada satu hari yang sama di poli rawat jalan di tiga RS di atas

7. Kriteria eksklusi : data tidak lengkap

8. Alur penelitian : Berdasarkan data yang sudah tersedia ( data Rekam Medik pasien rawat jalan) :Pasien depresi yang menggunakan Antidepresant di tiga RS di Indonesia

Melihat karakteristik gejala depresi

Pengolahan data

Laporan

HASIL PENELITIANProfil gejala depresi yang menggunakan Antidepresant di tiga RS di indonesia

Tabel 1.

TEMPAT Profil gejala depresi yang menggunakan Antidepresant di tiga RS besar di IndonesiaKesedihan yang menetap

Kehilangan minat/ kesenangan

Mudah lelah/ menurunnya energi

Gangguan tidur

Konsentrasi terganggu/ ragu-ragu

Harga diri rendah

Nafsu makan menurun/ berlebih

Pikiran bunuh diri/ percobaan bunuh diri

Agitasi/ pergerakan yang lambat

Rasa bersalah

Lain-lain

RSUD Dr. Soetomo

38 14 20 44 11 7 4 2 37 14 9RSJ Soeharto Heerdjan

11 9 6 24 8 11 11 16 47 4 26

RSJ Islamik Klender

23 13 15 34 15 14 7 6 26 9 27Total 72 36 41 102 34 32 22 24 110 27 62

Tabel 2.

Perbedaan profil gejala depresi yang menggunakan antidepresan antara laki dan perempuan di tiga RS di Indonesia

Jenis kelamin

Profil gejala depresi yang menggunakan Antidepresant di tiga RS besar di IndonesiaKesedihan

Kehilangan minat/

Mudah lelah/

Gangguan

Konsentrasi

Harga diri

Nafsu makan

Pikiran bunuh

Agitasi/

Rasa bers

Lain-lain

Total

4

Page 5: Study REAP-AD, Dr. Nining F

yang menetap

kesenangan

menurunnya energi

tidur terganggu/ ragu-ragu

rendah menurun/ berlebih

diri/ percobaan bunuh diri

pergerakan yang lambat

alah

Laki-laki

28 15 15 38 19 17 7 12 49 15 24 239

Perempuan

44 19 27 64 15 14 13 12 51 12 38 309

Total 72 36 41 102 34 32 22 24 110 27 62

Hasil penelitian, ternyata didapatkan gejala agitasi/ pergerakan yang lambat yang terbanyak yaitu 110 pasien (19,5%), kemudian disusul dengan gejala gangguan tidur sebanyak 102 pasien (18,15%), selanjutnya kesedihan yang menetap sebesar 72 pasien (12,8%) dan lebih lanjut lain-lain sebanyak 62 pasien (11%). Selebihnya hampir sama, bisa dilihat pada tabel 1

Untuk perbedaan jenis kelamin, secara keseluruhan pasien perempuan lebih banyak menunjukkan gejala depresi dibanding pasien laki-laki, yaitu pasien perempuan sebesar 309, sedangkan pasien laki-laki 239. Untuk masing-masing gejala depresi, pada pasien perempuan, paling banyak gejala gangguan tidur sebanyak 64 pasien ( 20,7%), urutan nomor dua gejala agitasi/ gerak lambat sebesar 51 pasien (16,5%), berikutnya kesedihan yang menetap sebesar 44 pasien ( 14,24%), selanjutnya lain-lain sebanyak 38 pasien (12,3%). Selebihnya rata-rata hampir sama (lihat tabel 2). Untuk pasien laki-laki, terbanyak gejala agitasi/ gerak lambat sebesar 49 pasien (20,5%), berikutnya gangguan tidur sebanyak 38 pasien (15,9%), setelah itu gejala kesedihan yang menetap, sebesar 28 pasien (11,7%), selanjutnya gejala lain-lain sebesar 24 pasien (10,04%), selebihnya hampir sama (lihat tabel 2)

PEMBAHASANDari hasil yang didapat, profil gejala depresi di 3 Rumah Sakit di Indonesia tidak terlalu menonjol mana yang bermakna, hal ini kemungkinan karena kurang homogennya karakteristik dari pasien. Misalnya, berapa lama menggunakan Antidepresan saat diperiksa, diagnosis dan usia saat diperiksa juga bervariasi, sehingga sangat mempengaruhi hasilnya. Akan tetapi bisa dilihat, bahwa profil gejala depresi berupa agitasi/ gerak lambat, gangguan tidur dan kesedihan yang menetap serta lain-lain (bisa berupa keluhan somatik, berdebar-debar, takut kematian dan cemas atau bingung), merupakan gejala yang terbanyak. Maka jika ke empat gejala tersebut ditemukan, dapat menggambarkan suatu kondisi yang nantinya bisa menjadi ke arah suatu diagnostik gangguan jiwa yang akan menjadi kronis bila tidak segera ditangani. Oleh sebab itu bisa dipakai sebagai deteksi dini jika menemukan gejala depresi seperti di atas.

Untuk perbedaan laki dan perempuan, profil gejala depresi yang terbanyak tetap sama berkisar pada agitasi/gerak lambat, gangguan tidur, kesedihan yang menetap dan lain-lain. Hanya pada pasien perempuan, gangguan tidur merupakan gejala yang terbanyak, sedangkan pada pasien laki-laki agitasi yang terbanyak. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa perempuan lebih menarik diri jika mengalami kondisi depresi, sedangkan laki-laki lebih agresif atau lebih banyak mengungkapkan dengan cara meningkatkan psikomotornya (misalnya marah-marah, memukul dan lain-lain). Pada pasien perempuan, menunjukkan gejala depresi lebih banyak dibanding laki-laki. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa perempuan empat kali lebih banyak dibanding laki-laki jika mengalami depresi. Hanya pada penelitian ini, perbedaannya tidak terlalu bermakna, yaitu sekitar 7 pasien saja. Sekali lagi, hal ini disebabkan oleh ketidak homogennya sampel, sehingga kemungkinan bisa terjadi bias.

5

Page 6: Study REAP-AD, Dr. Nining F

KESIMPULANProfil gejala depresi di tiga Rumah Sakit besar di Indonesia, didapatkan empat gejala terbanyak, yaitu berupa agitasi/ gerak lambat, gangguan tidur, kesedihan yang menetap dan lain-lain ( keluhan somatik, berdebar-debar, takut kematian, cemas dan bingung ). Perbedaan pada pasien laki dan perempuan, tidak terlalu bermakna, yaitu berkisar pada ke empat gejala di atas. Sehingga bila menemui pasien dengan gejala tersebut, maka bisa dianggap sebagai deteksi dini untuk segera ditangani secara serius, supaya bisa terhindar dari kondisi kronis.

SARANDilakukan penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih homogen dan tersebar di beberapa pulau di Indonesia, mengingat Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa yang berbeda-beda kulturnya, sehingga bisa mendapatkan hasil yang optimal yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKACaroline Carney Doebbeling, MD, MS, 2010 Epidemiology, Risk Factors, and Prevention “Depression superimposes itself over a particular being with a particular family history, gene pool, temperament, and set of values.” www.acponline.org

Karen A. Zurlo1, Hongwei Hu2, & Chien-Chung Huang3, 2014, The Effects of Family, Community, and Public Policy on DepressiveSymptoms among Elderly ChineseJournal of Sociology and Social Work, Vol. 2, No. 2, pp. 01–23

Laurence J. Kirmayer, M.D. Cultural Variations in the Clinical Presentation of Depression and Anxiety:Implications for Diagnosis and Treatment J Clin Psychiatry, 2001;62[suppl 13]:22–28

World Federation for Mental Health (2010) International Perspectives on Depression forPeople Living with Depression and Their Families An International Awareness Packet from the World Federation For Mental Health . www.wfmh.org

6