YOGA karya tulis nining
-
Upload
yoga-aditya -
Category
Documents
-
view
161 -
download
11
description
Transcript of YOGA karya tulis nining
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini telah terjadi pergeseran nilai etika dan budaya di berbagai
kalangan, khususnya para remaja. Pergeseran itu antara lain kekerasan dan
kerusuhan hingga berujung pada tindak anarkis. Pergeseran etika dan
budaya inilah yang menggambarkan para remaja seolah kehilangan jati
dirinya. Sering disaksikan pada tayangan televisi bentuk-bentuk tindakan
anarkis mulai dari pemalakan-pemalakan yang dilakukan oleh beberapa
siswa yang merasa berkuasa di sekolah, perkelahian antar pelajar satu
sekolah, tawuran antar pelajar, antar mahasiswa, hingga kekerasan dalam
kelompok (geng) remaja. Hal ini tidak hanya terjadi di ibu kota saja namun
sudah sampai di Pulau Bali contohnya seperti video kekerasan yang
dilakukan oleh beberapa remaja putri kepada teman satu geng mereka.
Permasalahan yang memprihatinkan seperti di atas merupakan sebagian
kecil dari bukti penurunan etika dan karakter remaja di Indonesia. Era
globalisasi ini membuat para remaja kehilangan nalar dan akal sehatnya
serta semakin berpikir praktis tanpa pikir panjang akan akibat dari tidakan
yang mereka lakukan. Mereka menghalalkan berbagai cara, asal apa yang
mereka kehendaki tercapai.
Sungguh disayangkan remaja yang merupakan tulang punggung harapan
bangsa seolah-olah malah meracuni dirinya dengan hal-hal yang negatif.
Masalah-masalah remaja dan kekerasan remaja banyak terjadi pada remaja
bangsa kita dewasa ini. Hal seperti di atas terjadi akibat para remaja kurang
bisa mengendalikan diri dan mengontrol emosi mereka. Tidak dapat
dibayangkan jika hal ini terjadi secara berkelanjutan. Masa depan bangsa
yang ada di tangan remaja sekarang akan diwarnai dengan konflik-konflik
serta perselisihan yang tidak berkesudahan. Salah satu periode dalam
rentang kehidupan individu adalah masa (fase) remaja. Masa ini merupakan
segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan
1
merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja
merupakan masa untuk mencari jati diri (pembentukan identitas) masing-
masing individu. Pada masa remaja kondisi emosional seseorang menjadi
sangat labil. Biasanya lebih mudah terpengaruh pada hal-hal negatif karena
kurang dapat mengendalikan diri dan emosi mereka. Saat remaja kehilangan
pengendalian diri dan emosinya mereka akan lupa akan norma-norma yang
ada, mereka seakan tidak bisa membedakan tindakan mana yang baik dan
mana yang tidak baik maka terjadilah hal-hal seperti di atas.
Kecenderungan perilaku kekerasann atau perilaku negatif pada remaja
merupakan pertanda krisis moral. Gejala krisis moral di kalangan remaja
diduga merupakan dampak globalisasi diperkuat oleh kecanggihan teknologi
informasi dan komunikasi. Seperti tayangan kekerasan di televisi yang
merupakan salah satu contoh kecanggihan teknologi yang dapat membuka
peluang lebar-lebar merembesnya budaya asing yang belum tentu relevan
dengan budaya bangsa kita. Semakin sering orang melihat adegan
kekerasan, akan memperburuk perilaku moralnya sehingga cenderung
menjadi anak yang kurang sabar, agresif dan mudah menyerah (Krahe,
2005), apalagi ditambah dengan kondisi emosional seseorang pada masa
remaja berada dalam kondisi labil. Perilaku remaja sekarang dapat
diinterpretasikan ke dalam konsep Fromm (1973), perilaku masyarakat
kaum nekrofilus yaitu masyarakat yang cinta kekerasan daripada
kelembutan, suka kekacauan daripada kedamaian, suka keburukan daripada
keindahan.
Akhir-akhir ini beberapa usaha yang telah dilakukan untuk memecahkan
masalah krisis moral dan kecerdasan emosional remaja yang merupakan
generasi muda bangsa diantaranya pendidikan budi pekerti, Soft skills dan
pendidikan karakter begitu gencar dan menjadi sorotan di era globalisasi ini.
Namun, dalam praktiknya atau implementasinya belum ada yang berhasil
karena selama ini hanya sebatas teori. Belakangan ini yoga banyak
dibicarakan oleh beberapa kalangan. ScienceDaily (4 April 2012) kelas
Yoga memiliki efek psikologis yang positif bagi siswa sekolah menengah,
menurut sebuah studi pilot dalam Journal April Developmental &
2
Behavioral Pediatrics, jurnal resmi dari Masyarakat untuk Pembangunan
dan Behavioral Pediatrics. Disana juga dikutip bahwa remaja mengambil
kelas yoga memiliki skor lebih baik pada beberapa tes psikologis.
Sedangkan siswa di kelas PE teratur cenderung memiliki skor lebih tinggi
untuk masalah suasana hati dan kecemasan. Dengan berlatih yoga kita
berlatih bagaimana ketika kita menolak sebuah situasi yang dapat memicu
amarah, seimbangkan dengan penerimaan diri untuk menyadari akan
keberadaan emosi tersebut ada dalam diri kita. Kemudian mengatasi emosi
dengan sikap dari panca indera, lalu mencapai penerimaan diri terhadap
situasi yang dihadapi, sehingga memperoleh pencerahan akan pikiran yang
positif dan lebih bijak. Terkait dengan latar belakang di atas maka pada
karya tulis ini akan dikaji mengenai implementasi yoga melalui kultur soft
skills dalam menanggulangi kekerasan pada remaja.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun permasalahan yang akan diteliti
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana potensi yoga dalam mengembangkan soft skills?
2. Bagaimana cara mengimplementasikan yoga melalui kultur soft skills di
sekolah?
3. Kendala apa yang dihadapi dalam mengembangkan yoga di sekolah?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penelitian karya tulis ini terkait dengan rumusan masalah di
atas adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui potensi yoga dalam mengembangkan soft skills.
2. Untuk mengetahui cara mengimplementasikan yoga melalui kultur soft
skills di sekolah.
3. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam mengembangkan
yoga di sekolah.
3
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan melalui hasil penelitian ini dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Bagi remaja tulisan ini diharapkan dapat dijadikan inspirasi kegiatan
yang dapat dilakukan untuk mengisi waktu luang dan gaya hidup sehat.
2. Bagi remaja tulisan ini diharapkan dapat dijadikan gambaran/cerminan
bahwa dalam menjalani hidup ini lebih indah jika kita peduli satu sama
lain, hidup saling menyayangi, damai dan harmonis tanpa adanya
kekerasan.
3. Bagi remaja tulisan ini diharapkan dapat dijadikan cerminan dan
kesadaran kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan hidup di dunia ini saling
membutuhkan satu sama lain dan saling ketergantungan antara baik
diantara manusia/hewan/tumbuhan.
4. Bagi sekolah tulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif
program yang dapat dikembangkan.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Masa Remaja
Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas
lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik
(Hurlock, 1992). Remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, dan
ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh,
psikologi dan aspek fungsional. Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi
remaja awal atau early adolescence (10-13) tahun, remaja menengah atau
middle adolescence (14-16) tahun dan remaja akhir atau late adolescence
(17-20) tahun (Behrman, Kliegman & Jenson, 2004).
Menurut Pardede (2002), masa remaja merupakan suatu fase perkembangan
yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan
periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan
percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial yang
berlangsung pada dekade kedua kehidupan. Menurut Depkes RI (2005),
masa remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang
berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke
dewasa muda. Remaja adalah aset sumber daya manusia yang merupakan
tulang punggung penerus generasi bangsa di masa mendatang. Usia remaja
merupakan masa di mana mereka berusaha menemukan jati diri, sehingga
sering mengalami gejolak emosi yang sulit untuk mengendalikannya. Masa
remaja seperti banyak anggapan merupakan saat-saat yang dipenuhi dengan
berbagai perubahan dan terkadang muncul sebagai masa yang tersulit dalam
kehidupan sebelum ia memasuki dunia kedewasaan. Perubahan-perubahan
yang terjadi pada masa remaja tidak hanya menyangkut aspek fisik
melainkan juga aspek psikis dan psikososial (Papalia, et al., 2000; Turner &
Helms, 1995).
5
Menurut Stanley Hall dalam Santrock (1999), remaja sebagai periode Sturm
und Drang atau storm and stres dimana terjadi transisi pergolakan emosi
yang sulit dikendalikan yang diiringi pertumbuhan fisik yang pesat dan
pertumbuhan psikis yang bervariasi. Pada masa ini remaja mudah
terpengaruh oleh lingkungan dan sebagai akibatnya akan muncul
kekecewaan dan penderitaan, meningkatnya konflik dan pertentangan
(Gunarsa, 1986). Hal ini juga disebabkan karena masa remaja merupakan
masa transisi yaitu peralihan dari usia anak-anak menuju usia dewasa dan
mereka berada di bawah tekanan sosial sebab menghadapi kondisi baru
sedangkan selama masa kanak-kanak mereka kurang mempersiapkan diri
untuk menghadapi keadaan tersebut (Hurlock, 1999). Bahkan pada masa ini,
remaja akan mengalami goncangan emosi yang disebabkan oleh tekanan-
tekanan dan ketegangan dalam mencapai kematangan fisik dan sosial
(Slavin, 2000).
Emosi pada masa remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan
keadaan hormon. Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam
satu waktu mereka akan kelihatan sangat senang sekali tetapi mereka
tiba-tiba langsung bisa menjadi sedih atau marah. Contohnya pada
remaja yang tersinggung perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan
lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis. Saat
melakukan sesuatu mereka hanya menuruti ego dalam diri tanpa
memikirkan resiko yang akan terjadi. Permasalahan emosi pada masa remaja
sangat menarik sebab emosi merupakan suatu fenomena yang dimiliki oleh
setiap manusia (Rosenthal, 1997) dan pengaruhnya sangat besar terhadap
aspek-aspek kehidupan lain seperti sikap, perilaku, penyesuaian pribadi dan
sosial yang dilakukan (Hurlock, 1999). Semakin tidak tercapai keinginan
dan cita-citanya, maka semakin mudah remaja mengalami masalah emosi,
seperti marah, kecewa, dan emosi negatif lainnya (Hurlock, 1999). Hal
inilah yang seringkali menjerumuskan remaja pada hal-hal yang negatif.
Kesadaran akan perasaan yang dialami akan mengembangkan tipe perilaku
adaptif yang dapat memfasilitasi terciptanya interaksi sosial yang positif
6
(Cartledge & Milburn, 1995). Oleh karena itu di masa remaja para remaja
harus pintar-pintar mengendalikan emosinya sehingga tidak terjerumus pada
hal-hal yang negatif seperti konflik atau kekerasan lainnya.
2.2 Profil Yoga
Secara harafiah kata yoga berasal dari bahasa Sansekerta “yug” (Lebang,
2010) yang artinya ‘menggabungkan’. Dalam latihan yoga, kita
menggabungkan dan menyatukan pikiran dan tubuh kedalam satu kesatuan
yang saling melekat dan seimbang. Yoga adalah salah satu sistem perawatan
kesehatan yang menyeluruh tertua yang pernah ada, yang berfokus pada
pikiran dan tubuh (Cynthia, 2007). Secara harfiahnya Yoga mengandung
pengertian penyatuan diri yang membantu dalam proses pengenalan jati diri
seorang individu, dengan segala problematika kehidupan yang dialaminya.
Oleh karena itu Yoga disebut science of life skills. Sementara saat ini Yoga
lebih banyak dikenal dengan gerakan-gerakan fisik yang umumnya dikenal
sebagai senam Yoga.
Yoga adalah aktivitas yang secara nyata mampu menggabungkan unsur
psikologis-fisiologis, sementara aktivitas lainnya mayoritas lebih memiliki
efek pada unsur fisik luar semata, sehingga yoga dapat dipandang sebagai
salah satu filsafat hidup yang dilatar belakangi ilmu pengetahuan yang
universal yakni pengetahuan tentang seni pernapasan, anatomi tubuh
manusia, pengetahuan tentang cara mengatur pernapasan yang disertai
senam atau gerak anggota badan, bagaimana cara melatih konsentrasi,
menyatukan pikiran, dan lain sebagainya (Sani,1999).
Yoga adalah metode pengembangan diri yang menyelaraskan tubuh, pikiran,
dan jiwa. Dengan olah tubuh melalui latihan yoga, kita mengatur dan
merasakan aliran pernapasan dengan gerakan yang menstimulasi kelenjar
tubuh dan fleksibilitas kemampuan fisik, akan mengarahkan pikiran pada
kemampuan konsentrasi yang dalam melalui tercapainya meditasi gerak.
Sehingga mampu mengenal dengan lebih baik dan menghargai tubuh kita
sendiri serta mengerti akan kebutuhan tubuh. Pada akhirnya nanti, akan
mencapai kemampuan pencerahan yang lebih baik bagi individu dalam
7
mengenal pencipta-Nya. Yoga membantu remaja pergi dari dunia sibuk dan
menjelajahi dunia batin mereka. Hal ini memungkinkan mereka untuk
merefleksikan perasaan mereka, mimpi, dan tujuan dan menjadi lebih sadar
akan diri mereka sendiri.
Yoga dapat meningkatkan daya ingat, konsentrasi, menajamkan tingkat
intelektual, menyeimbangkan emosi sehingga membuat hidup lebih kaya
dan bahagia. Yoga menguatkan dan meningkatkan kelenturan tidak hanya
tubuh, tetapi juga pikiran kita. Yoga dilakukan untuk melatih pengendalian
diri melalui meditasi hening untuk melihat jati diri yang sebenarnya. Bila
dilakukan dengan konstan dan benar, yoga akan menghasilkan kekuatan
yang luar biasa terhadap kecerdasan emotional atau EQ (Emotional
Intelligence Quotient). Adapun beberapa manfaat berlatih yoga :
1. Membentuk postur tubuh yang lebih tegap, serta otot yang lebih lentur
dan kuat
2. Meningkatkan sirkulasi darah ke seluruh sel tubuh dan otak
3. Keseimbangan Emosi
4. Memberikan kesempatan untuk merasakan relaksasi yang mendalam
5. Meningkatkan kesadaran pada lingkungan
Dari sisi psikologis yoga meningkatkan konsentrasi, fokus, meningkatkan
ketenangan, dan kesabaran, juga kepuasan dan yang terpenting
mengendalikan pikiran. Pikiran dapat dikendalikan dengan terus-menerus
mempraktekkannya. Pikiran memiliki beberapa tingkatan (Mari Beryoga,
2010), yaitu :
1. Ksipta, saat pikiran tidak tenang dan tidak bisa berkonsentrasi.
2. Mudha, saat pikiran tidak dapat membedakan antara hal yang baik
dan buruk.
3. Viksipta, saat pikiran hanya menerima kebahagiaan diri sendiri dan
tak mendapat kesedihan.
4. Ekagara, saat pikiran menarik diri dari objek-objek luar dan
berkonsentrasi sehingga pikiran mulai tenang dan stabil.
5. Nirodha, saat pikiran sudah stabil dan tidak ragu lagi.
8
Mempelajari yoga adalah seperti mempelajari bahasa baru bagi tubuh dan
pikiran. Oleh karena itu yoga tidak dapat dipelajari hanya semalam saja.
Yoga adalah sebuah bidang ilmu yang harus terus dipraktikkan, dimurnikan,
dan dialami. Yoga juga merupakan alat yang kuat, menyeluruh, dan
membawa perubahan yang dapat menenangkan pikiran dan membuat lebih
terpusat. Selain itu yoga juga mengembangkan kecerdasan bawaan dan alam
sadar. Bersamaan dengan pikiran yang bisa menjadi tenang, tubuh terbuka
untuk melepaskan ketegangan dan emosi yang telah tertahan untuk waktu
yang lama. Dapat menyeimbangkan emosi dan memberikan ketanangan.
Ibarat pohon yang diayun–ayun oleh angin, tetapi selalu kembali seperti
semula.
Yoga bisa juga disebut sebagai sebuah alat terapi. Banyak penyakit dan
gangguan tubuh yang dapat dilepaskan melalui berbagai posisi tubuh
tertentu dan latihan pernapasan dibawah bimbingan pelatih yoga terlatih.
Dan setiap orang dapat melakukan yoga tanpa memandang usia, ukuran,
kelenturan, ataupun kesehatan (Cynthia, 2007).
2.3 Soft skills
Menurut Wicaksana (2010), Soft skills adalah sebuah istilah dalam sosiologi
tentang EQ (Emotional Intelligence Quotient) seseorang, yang dapat
dikategorikan menjadi kehidupan sosial, komunikasi, bertutur bahasa,
kebiasaan, keramahan, optimasi. Soft skills pada dasarnya merupakan
ketrampilan personal yaitu ketrampilan khusus yang bersifat non-teknis,
tidak berwujud, dan kepribadian yang menentukan kekuatan seseorang
sebagai pemimpin, pendengar (yang baik), negosiator, dan mediator konflik.
Sebagaimana menurut Howard (1985) secara garis besar soft skills dapat
digolongkan ke dalam 2 kategori yaitu intrapersonal skills dan interpersonal
skills. Wicaksana (2010) membagi pengetahuan soft skills menjadi
intrapersonal dan interpersional soft sills sebagai berikut :
9
Tabel 2.3
10
Intrapersonal skills Interpersonal skills
Ketrampilan seseorang dalam mengatur dirinya sendiri untuk pengembangan kerja secara optimal
Ketrampilan seseorang dalam hubungan dengan orang lain untuk pengembangan kerja secara optimal.
Manajemen waktu Kemampuan memotivasi
Manajemen stress Kemampuan memimpin
Manajemen perubahan Kemampuan negosiasi
Karakter transformasi Kemampuan presentasi
Berpikir kreatif Kemampuan komunikasi
Memiliki acuan tujuan positif Kemampuan membuat relasi
Teknik belajar cepat, dsb Kemampuan bicara di depan umum
I N D I K A T O R
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode merupakan suatu cara yang digunakan dalam penelitian untuk mencapai
suatu tujuan, jadi metode penelitian adalah suatu metode atau cara yang
digunakan dalam kegiatan mengadakan penelitian dalam berbagai bidang disiplin
ilmu.
3.1 Sumber dan Jenis Data
Data-data yang digunakan dalam karya tulis ini bersumber dari berbagai
referensi yang relevan dengan topik yang dibahas. Jenis data yang diperoleh
berupa data sekunder.
3.2 Pengumpulan Data
Data memegang peranan yang sangat penting dalam suatu penelitian. Dalam
penelitian ini digunakan metode studi pustaka yang memanfaatkan buku
atau literatur sebagai bahan referensi, e-library yang telah teruji
validitasnya, relevan dengan kajian tulisan dan mendukung uraian serta
analisis pembahasan.
3.3 Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya
kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Data yang diperoleh
dikumpulkan untuk kemudian dianalisis, disusun, diperinci secara sistematis
dan selanjutnya diinterpretasikan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
dirumuskan. Data-data yang telah diperoleh tersebut kemudian dianalisis
berdasarkan daya nalar dan pola pikir peneliti dalam menghubungkan fakta-
fakta informasi. Teknik analisis data yang dipilih adalah analisis deskriptif
argumentatif, menggambarkan pemanfaatan Yoga bagi remaja.
11
3.4 Penarikan Simpulan
Selanjutnya data-data tersebut dihubungkan dengan rumusan masalah,
tujuan penulisan serta pembahasan. Berikutnya ditarik suatu simpulan yang
bersifat umum yang menunjukkan hasil akhir dari penelitian ini.
12
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Potensi Yoga dalam Mengembangkan Soft skillss
Yoga adalah keterampilan spritual, karena yang dikaji bukan hanya tubuh
fisik saja, tapi juga jiwa kita. Yoga merupakan solusi alternatif, karena
melalui yoga, tubuh manusia terhubung erat dengan pola gerak, napas, serta
pikiran yang memungkinkan terjadinya keseimbangan, relaksasi, serta
harmoni hidup lewat serangkaian latihan fisik yang cermat dan penuh
konsentrasi, seorang pelaku yoga diajarkan untuk membangunkan seluruh
bagian tubuh maupun jiwa. Oleh karena itu berbagai gerakan yoga berefek
positif bagi peredaran darah, memudahkan penyerapan gizi, serta
membersihkan racun dari berbagai bagian tubuh. Sementara dari sisi
psikologis yoga meningkatkan konsentrasi, fokus, dan meningkatkan
ketenangan, juga kepuasan (kajianpsikologi.guru-indonesia.net). Pikiran
yang tenang, damai, dan rileks dapat mempengaruhi akibat-akibat yang
ditimbulkan karena adanya stres yang negatif. Yoga memberi relaksasi,
ketenangan, kejernihan pikiran, keceriaan, rasa percaya diri dan
berkembang intuisi serta dapat menurunkan stres (Shindu, 2003), hal ini
sangat membantu para remaja dalam mengendalikan emosi.
Penelitian membuktikan bahwa selain untuk meningkatkan kesehatan
fisik, yoga juga sangat efektif untuk meningkatkan kesehatan mental dan
emosi. Yoga pun dapat membangun pikiran positif dan menekan perasaan-
perasaan negatif (misalnya, perasaan khawatir dan agresif). Yoga telah lama
digunakan oleh banyak orang sebagai metode untuk meningkatkan
kesejahteraan fisik dan mental.
Seluruh gerakan tubuh dalam yoga bertujuan untuk meningkatkan dan
merasakan aliran energi di dalam tubuh. Dengan memahami badan sendiri,
seseorang juga dapat memahami atma (roh). Dalam yoga diajarkan
bagaimana cara mengontrol indria dan bagaimana melihat ke dalam diri
bukan ke luar. Semakin seseorang mampu melihat ke dalam, maka ia tidak
13
akan membiarkan faktor-faktor dari luar mengganggu ketenangan batinnya.
Dengan mempraktekkan yoga secara teratur seseorang berlatih untuk
melepaskan emosinya secara positif dan tidak terlalu drmatis dalam
menghadapi berbagai permasalahan yang tidak dapat dihindari dalam
kehidupan sehari-hari.
Sebuah sesi yoga yang khas terdiri dari beberapa gerakan lambat dan latihan
pernapasan. Salah satu hal paling menarik tentang yoga adalah bahwa hal itu
menggabungkan kekuatan dan fleksibilitas dengan teknik meditasi dan
relaksasi. Ada tiga latihan utama yang terkandung dalam yoga yaitu asana
(gerakan yoga yang berhubungan dengan posisi tubuh serta gabungan antara
gerakan kelenturan, gerakan memutar dan keseimbangan), pranayama ( jenis
latihan yoga yang berkaitan dengan fungsi pernapasan) dan meditasi
(blog.persify.com).
Konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan efek psikologis
positif yoga tidak hanya untuk remaja tetapi untuk anak-anak dan orang
dewasa juga. Penulis utama, Dr Jessica Noggle, panggilan untuk penelitian
yang lebih besar untuk mengidentifikasi beberapa manfaat kesehatan lainnya
yoga yang meliputi pencegahan penyakit mental
(http://www.NaturalTherapyForAll.com).
Asana yang berarti duduk, bahwa saat seseorang duduk pada suatu posisi
dalam keadaan tenang dan stabil itulah yang dimaksud asana. Nama-nama /
macam-macam asana diambil dari alam semesta dan makhluk lain dengan
tujuan manusia dan semua makhluk hidup di alam hidup saling
ketergantungan satu dengan yang lain hal ini akan menumbuhkan sikap
saling menyayangi dan peduli terhadap sesama. Pranayama berarti latihan
pernapasan dengan teratur, jika ditinjau dari asal kata “prana” yang berarti
napas, energi dan “ayam” yang berarti panjang atau memanjang. Saat
melakukan pranayama perlahan-lahan pikiran manusia akan lebih tenang.
Tujuan pranayama adalah membersihkan badan dari dalam kemudian
membersihkan pikiran. Pada saat melakukan pose yoga, pernapasan yang
dalam dan teratur dapat memberikan perasaan yang ringan dan bersih, serta
kejernihan dalam berpikir. Meditasi adalah memfokuskan diri kepada
14
Tuhan. Saat seseorang berhasil dalam meditasi saat itu akan muncul
kebijaksanaan dalam diri. Ketiga konsep ini bila diuraikan dalam gerakan-
gerakan dan latihan yoga dapat mengembangkan kemampuan seseorang
untuk me-manage dirinya yang lumrah disebut Soft skills. Menurut Howard
(1985) secara garis besar Soft skills sendiri dapat dapat digolongkan menjadi
dua kategori : intrapersonal skills dan interpersonal skills. Dalam konteks ini
yoga dapat dikatakan mengembangkan kemampuan intrapersonal skills
seseorang. Menurut Wicaksana (2010) intrapersonal skill seseorang meliputi
: manajemen waktu, manajemen stres, manajemen perubahan, karakter
transformasi, berpikir kreatif, memiliki acuan tujuan positif , teknik belajar
cepat dan sebagainya. Melalui konsep yoga (asana, pranayama, meditasi)
yang dapat dikembangkan lagi menjadi gerakan-gerakan yoga lainnya serta
bagian dari soft skills di atas dapat dijabarkan keterkaitan yoga dalam
mengembangkan potensi soft skills adalah sebagai berikut.
1. Manajemen waktu
Berlatih yoga memerlukan manajemen waktu sehingga tidak dapat
sembarangan dalam melakukan atau berlatih yoga
2. Manajemen stres
Stres disebabkan oleh aliran darah yang tidak lancar. Beberapa
gerakan yoga dapat memperlancar aliran darah sehingga terhindar
dari stres.
3. Manajemen perubahan
Dengan berlatih yoga sama artinya dengan belajar atau berlatih untuk
berubah dalam artian berubah menjadi lebih baik. Yoga mengajarkan
untuk menjadi seorang yang lebih tenang, bijaksana dan mampu
mengendalikan emosi dalam keadaan apapun.
4. Karakter transformasi
Dengan mempraktekan yoga seseorang berlatih untuk melepaskan
emosinya secara positif. Dalam belajar yoga terdapat dua konsep
yaitu salah satunya adalah peace within yang berarti kedamaian
dalam diri manusia. Kedamaian hanya dapat diperoleh dengan
menggunakan pikiran untuk mengontrol indria. Dari sini karakter
15
atau sifat-sifat yang buruk akan ditransformasi perlahan-lahan
menjadi seseorang yang memiliki karakter atau sifat yang lebih baik.
5. Berpikir kreatif
Ada teknik pranayama dalam yoga yang sangat bermanfaat untuk
menenangkan pikiran pada saat ada masalah mendadak. Dengan
pikiran yang tenang seseorang dapat berpikir kreatif dalam
menyelesaikan atau mencari jalan keluar dari masalah yang .
6. Memiliki acuan tujuan positif
Yoga juga bermanfaat untuk membangkitkan rasa percaya diri.
Seseorang yang telah memiliki rasa percaya diri secara tidak
langsung akan memiliki acuan tujuan positif baik apa yang sedang ia
kerjakan maupun apa yang diimpikan.
7. Teknik belajar cepat
Dalam gerakan yoga/asana ada beberapa teknik yang sangat bagus
untuk belajar berkonsentrasi dan mengendalikan pikiran. Seseorang
yang mampu fokus/berkonsentrasi akan dengan cepat dapat
menangkap dan memahami pelajaran-pelajaran yang diterima.
Untuk mengimplementasikan tujuh intrapersonal skill yang telah diuraikan
di atas melalui yoga tentu ada beberapa teknik, gerakan/pose yoga yang
perlu dilakukan/dipraktekkan. Berikut adalah contoh-contoh teknik,
pose/gerakan dalam yoga (dalam buku Mari Beryoga oleh Dr. Somvir,
2010) yang dapat merealisasikan soft skills:
Teknik Pranayama
1. Abhyantar Pranayama
Posisi dan Teknik
Sikap duduk bersimpuh (vajrasana) dengan kedua tangan di atas
paha. Tarik napas melalui kedua hidung sambil angkat kepala ke
atas, kemudian kepala menunduk, tahan napas di rongga dada
beberapa waktu kemudian hembuskan.
Manfaat
Membangkitkan kepercayaan diri.
16
Soft skills yang dibangun
Memiliki acuan tujuan positif
2. Surya Bhedi Pranayama
Posisi dan Teknik
Duduk bersimpuh (vajrasana), kedua tangan di atas paha. Menutup
hidung kanan dengan ibu jari tangan kanan lalu tarik napas melalui
hidung kiri, tahan napas kemudian hembuskan melalui hidung kanan
dengan menutup hidung kiri. Seterusnya secara bergantian kiri dan
kanan.
Manfaat
Menyeimbangkan energi dalam tubuh.
Soft skills yang dibangun
Manajemen stres, manajemen perubahan, karakter transformasi,
berpikir kreatif, memiliki acuan tujuan positif.
3. Anulom Vilom Pranayama
Posisi dan Teknik
Hampir sama dengan Surya Bhedi Pranayama, namun setelah
menarik napas langsung hembuskan napas tanpa menahan napas.
Manfaat
Menyeimbangkan tekanan darah, memperlancar aliran darah.
Soft skills yang dibangun
Manajemen stres, manajemen perubahan, karakter transformasi,
berpikir kreatif.
4. Bhastrika Pranayama (So-Ham)
Posisi dan Teknik
Duduk bersimpuh (vajrasana). Kedua tangan mengepal diletakkan
sejajar bahu, kemudian luruskan ke atas dan tarik kembali ke bawah
dengan mengucapkan So-ham. Saat mengucapkan So tangan ke atas
dan Ham tangan ke bwah sejajar bahu.
17
Manfaat
Menghilangkan stres, marah, tidak punya tenaga, tidak bisa
mengambil keputusan, tidak konsentrasi, pikiran kacau, menjelek-
jelekkan dan mengkritik orang lain.
Soft skills yang dibangun
Manajemen stres, manajemen perubahan, karakter transformasi,
berpikir kreatif, memiliki acuan tujuan positif, manajemen waktu,
teknik belajar cepat.
5. Bhramari Pranayama
Posisi dan Teknik
Duduk bersimpuh (vajrasana). Menutup kedua telinga dengan kedua
ibu jari, tarik napas dalam-dalam melalui hidung, hembuskan napas
dengan lembut sambil mengeluarkan suara mendengung seperti
seekor lebah. Pada saat berhenti bersuara tetap tutup telinga,
dengarkan suara yang ada dalam badan.
Manfaat
Menenangkan pikiran saat ada masalah mendadak, pikiran menjadi
kuat.
Soft skills yang dibangun
Teknik belajar cepat, berpikir kreatif, manajemen waktu, manajemen
stres.
Teknik Asana
1. Tadasana
Teknik
Mengambil posisi berdiri, tumit diangkat/jinjit. Kedua tangan
direntangkan ke atas lalu cakupkan. Tahan napas lalu diam beberapa
saat kemudian hembuskan sambil menurunkan tumit.
Manfaat
Membentuk keseimbangan fisik dan mental. Sangat bagus untuk
menyembuhkan sakit kepala.
Soft skills yang dibangun
Manajemen stres.
18
2. Vimanasana
Teknik
Dalam sikap berdiri, kedua tangan direntangkan ke samping
membentuk garis lurus (horizontal). Sambil menarik napas kaki
kiri/kanan diangkat ke belakang (posisi kapal terbang) atau
membentuk huruf T.
Manfaat
Bagus untuk yang tidak bisa berkonsentrasi. Bagus untuk menjaga
keseimbangan fisik dan mental.
Soft skills yang dibangun
Manajemen stres, manajemen perubahan.
3. Vrksasana/Dhruvasana
Teknik
Posisi berdiri dengan kaki telapak kiri/kanan ditaruh/tempelkan di
paha (samping). Tarik napas sambil membawa tangan ke atas dan
cakupkan. Tahan napas dan fokuskan pandangan pada satu titik.
Hembuskan napas kembali dalam posisi berdiri normal.
Manfaat
Membangun keseimbangan, konsentrasi, kestabilan dan
menenangkan.
Soft skills yang dibangun
Manajemen stres, karakter tansformasi.
4. Natarajasan
Teknik
Berdiri tegak. Kaki kiri diangkat ke belakang lalu dipegang, sambil
menarik napas dan seimbangkan badan. Julurkan tangan kanan ke
depan lurus dengan mata. Tahan napas kemudian hembuskan sambil
kembali ke posisi awal.
Manfaat
Menyeimbangkan jaringan syaraf, membantu dalam pengendalian
jasmani dan konsentrasi mental.
19
Soft skills yang dibangun
Manajemen stres, karakter tansformasi, berpikir kreatif.
Dengan banyaknya keterkaitan yoga dengan soft skills, maka sudah dapat
dibuktikan bahwa yoga berpotensi dalam mengembangkan soft skills pada
kalangan remaja khususnya siswa.
4.2 Implementasi Yoga Melalui Kultur Soft skills di sekolah
Dalam rangka mengimplementasikan yoga di sekolah melalui kultur soft
skills yang sangat dibutuhkan para remaja dewasa ini, dibutuhkan adanya
ekstrakulikuler yoga di sekolah. Menurut Rusli Lutan (1986:72) program
ekstrakurikuler merupakan bagian internal dari proses belajar yang
menekankan pada pemenuhan kebutuhan anak didik. Ekstrakurikuler adalah
kegiatan yang dilakukan siswa sekolah atau universitas, di luar jam
belajar kurikulum standar. Pada hakekatnya tujuan kegiatan ekstrakurikuler
yang ingin dicapai adalah untuk kepentingan siswa. Dengan kata lain,
kegiatan ektrakurikuler memiliki nilai-nilai pendidikan bagi siswa dalam
upaya pembinaan manusia seutuhnya.
Dalam kegiatan ekstrakulikuler seperti biasa ada di dalamnya yang menjadi
ketua ekstra merupakan perwakilan dari siswa yang mengikuti ekstra yoga
nantinya serta peserta atau anggota ekstrakulikuler yoga. Dalam perekrutan
anggota ekskul (ekstrakulikuler) ini sebaiknya ekskul yoga menjadi salah
satu ekskul yang diwajibkan di sekolah mengingat pentingnya yoga bagi
remaja seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Selain itu perlu juga
dilakukan sosialisasi yang utamanya menyasar kepada siswa. Namun dalam
pelaksanaan kegiatan ekskul yoga para guru di sekolah juga ada baiknya jika
ikut dalam berlatih yoga, hal ini dapat membina rasa kekeluargaan warga
sekolah karena yoga juga melatih seseorang untuk menjadi seorang yang
penuh cinta kasih. Di dalam sosialisasi paparkan apa itu yoga, siapa saja
dapat melakukan yoga, manfaat yoga bagi remaja dan siswa.
Dalam penerapannya waktu yang paling baik dalam meaksanakan yoga
adalah pagi hari saat matahari baru terbit yaitu pukul 05.30 sampai pukul
06.30. Kegiatan ekstrakulikuler yoga ini, dapat dilakukan seminggu sekali
20
pada hari Minggu, mengingat padatnya materi pelajaran yang diajarkan
sekolah masing-masing setiap harinya. Maka selain bermanfaat untuk
mengembangkan Soft skills secara tidak langsung untuk melepaskan beban
dan penat aktivitas pembelajaran di sekolah. Jelaskan kepada siswa atau
anggota ekskul yoga hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan
dalam melakukan yoga. Dalam buku Mari Beryoga oleh Dr. Somvir
dipaparkan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dalam melakukan yoga antara
lain :
1. Yoga dilakukan saat perut kosong, lingkungan bersih dan udaranya
yang segar.
2. Jangan makan minimal 3 jam sebelum melakukan yoga dan setengah
jam setelah latihan yoga.
3. Menarik dan mengeluarkan napas saat melakukan yoga selalu
melalui hidung. Latihan dilakukan di atas tikar atau karpet.
4. Urutan dalam berlatih yoga adalah pranayama, asana dan meditasi
bagi pemula. Apabila sudah maju maka meditasi adalah yang
pertama, diikuti pranayama lalu asana.
5. Tidak berbicara saat melakukan latihan yoga.
6. Doa-doa yang diucapkan pada saat bermeditasi disesuaikan dengan
agama dan kepercayaan masing-masing.
7. Bagi yang memiliki penyakit tertentu atau pernah operasi,
beritahukan kepada guru yoga.
8. Apabila pose-pose saat melakukan yoga terlalu sulit jangan
dipaksakan.
9. Jangan tertawa saat melakukan asana dan pranayama.
Untuk melancarkan kegiatan ekstrakulikuler yoga dibutuhkan juga
perencanaan yang baik. Berikut adalah salah satu contoh rancangan kegiatan
ekstrakulikuler yoga di sekolah.
1. Suryanamaskar, penghormatan kepada matahari sebagai sumber
energi kehidupan. Suryanamaskar merupakan dua belas rangkaian
gerakan yang dipadukan terdiri dari beberapa asana. Biasanya
dilakukan di awal memulai latihan yoga, namun Suryanamaskar
21
lebih banyak digunakan dalam/untuk yoga sehari-hari. Dua belas
rangkaian gerakan ini membuat seseorang aktif. Energi matahari
masuk ke dalam tubuh, sangat bagus dilakukan saat matahari terbit.
2. Pranayama, merupakan urutan pertama dalam berlatih yoga. Napas
menjembatani jaringan saraf. Melalui latihan pranayama atau teknik
pernapasan, napas dapat digunakan sebagai alat bantu menguasai
situasi jiwa. Ada beberapa teknik pranayama sangat cocok bagi
remaja/siswa.
3. Asana, manusia dan makhluk hidup lain saling mambantu dan
ketergantungan, selalu hidup berdampingan. Hal itu merupakan
tujuan asana ditinjau dari nama-nama asana yang diambil dari alam
semesta ini. Beberapa gerakan/pose asana sangat cocok bagi
remaja/siswa karena selain menyehatkan fisik juga membangkan soft
skills sendiri.
4. Relaksasi, merupakan bagian dari asana. Relaksasi ini dilakukan
setelah selesai melakukan asana-asana yang lain. Relaksasi ini
disebut Savasana dengan posisi tidur di atas lantai, kaki dibuka
selebar bahu, kedua tangan lurus diantara badan dengan telapak
tangan menghadap ke atas. Memejamkan mata dan semua otot di
bagian tubuh dikendurkan hingga benar-benar rileks. Savasana
digolongkan sebagai meditasi yang biasanya juga dapat dilakukan
sebelum tidur. Bermanfaat untuk mengendurkan seluruh bagian
tubuh baik fisik maupun psikologis.
5. Meditasi, biasanya dilakukan setelah melakukan asana dan
pranayama bagi pemula. Meditasi dapat dilakukan dalam posisi
duduk/padmasana dan posisi tidur terlentang/savasana.
Dalam melaksanakan/mengikuti latihan yoga pakaian yang dikenakan
diusahakan pakaian yang longgar, nyaman dan terbuat dari bahan yang
menyerap keringat dan ketahui batas kemampuan tubuh. Pada akhir dari
setiap kegiatan ekskul yoga di sekolah adakan sharing pendapat (semacam
mengeluarkan unek-unek) dan wejangan/petuah-petuah sekali-sekali yang
22
dapat memperkuat jiwa remaja/siswa sehingga tidak terpengaruh pada hal-
hal yang negatif yang rentan terjadi di kalangan remaja.
4.3 Kendala yang Dihadapi dalam Mengembangkan Yoga di Sekolah
Upaya pengembangan yoga sebagai solusi permasalah remaja yang rentan
terjadi dewasa ini, tidak luput dari beberapa kendala. Kendala-kendala
tersebut harus segera ditanggulangi demi keberlangsungan
realisasi/implementasi yoga. Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam
implementasi yoga sebagai upaya strategis dalam mengembangkan soft
skills dan menanggulangi masalah-masalah serta hal-hal negatif yang terjadi
di kalangan remaja saat ini, adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya tenaga ahli
Dalam rangka terimplementasi/terealisasikannya yoga di sekolah tidak
lepas dari peran sumber daya manusia (SDM) yang memiliki
kemampuan dalam bidang yoga. Ironisnya, kendala yang muncul adalah
kurangnya sumber daya manusia yang handal pada bidang tersebut.
Untuk itulah perlu diadakan pelatihan yoga.
2. Keraguan bahwa yoga bersifat universal
Banyak orang yang memiliki persepsi bahwa yoga hanya khusus untuk
salah satu agama yaitu Hindu. Persepsi ini timbul dikarenakan seseorang
belum mengenal dengan pasti apa sebenarnya yoga itu. Sampai sekarang
para sarjana India ataupun Barat hanya bisa mengatakan bahwa yoga
sudah ada semenjak 5000 tahun SM. Dimana Patanjali sebagai pendiri
filsafat yoga. Dalam patanjali yoga, latihan yoga disusun secara
sistematis dengan tahapan-tahapan sebagai YAMA dan NYAMA (etika
moral yang bersifat universal). Adapun bagian-bagian yama, yaitu : (1)
tanpa kekerasan, (2) kebenaran, (3) tidak mencuri, (4) mengendalikan
nafsu dan indria, (5) hidup sederhana (tidak mengumpulkan sesuatu
lebih dari keperluan). Adapun bagian dari nyama (aturan moralitas),
yaitu : (1) kebersihan luar dan dalam, (2) selalu sabar, (3) suka bekerja
keras, (4) membaca buku yang bermanfaat, (5) selalu merenungkan
kebesaran Tuhan sesuai dengan kepercayaan (Dr. Somvir, 2010 ).
23
Jadi disini sangat jelas bahwa Patanjali memperkenalkan yoga dengan
mempertimbangkan yoga agar dapat diaplikasikan dimanapun dan
kepada siapapun.
3. Minat akan yoga masih langka
Walaupun telah diusahakan agar yoga dijadikan sebagai ekstrakulikuler
wajib di sekolah, namun tetap saja hasilnya nihil bila minat dari
remaja/siswa sendiri tidak ada. Dalam melaksanakan/berlatih yoga
diperlukan kesungguhan dan keyakinan hati baik dalam melakukan
gerakan-gerakannya ataupun tekniknya. Dalam hal ini untuk menggali
dan mengembangkan minat remaja/siswa terhadap yoga masih sulit.
24
BAB VPENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Potensi yoga dalam mengembangkan soft skills dapat dibuktikan dengan
banyaknya keterkaitan antara yoga dengan indikator soft skills yang
sudah dijelaskan pada pembahasan.
2. Implementasi yoga melalui kultur soft skills di sekolah yakni melalui
kegiatan ekstrakulikuler yoga.
3. Kendala yang dihadapi dalam mengembangkan yoga di sekolah adalah
kurangnya tenaga ahli dan keraguan bahwa yoga bersifat universal.
5.2 Saran
1. Kepada para remaja sebagai objek dan subjek implementasi yoga agar
memiliki kesadaran bahwa hidup lebih indah tanpa kekerasan.
2. Kepada pihak masyarakat yang selaku orang tua diharapkan untuk
menanamkan dan memberikan himbauan kepada siswa bahwa yoga itu
akan menumbuhkan rasa percaya diri dan menjaga kestabilan tubuh.
3. Kepada pihak pemerintah dan sekolah diharapkan untuk mencoba
memanfaatkan dan mengembangkan yoga dalam mengembangkan soft
skills.
4. Kepada pihak pemerintah dan sekolah diharapkan dapat menyediakan
sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan ekstrakulikuler yoga di
sekolah.
25