STUDI TEMPAT PELELANGAN IKAN DALAM TRANSAKSI …
Transcript of STUDI TEMPAT PELELANGAN IKAN DALAM TRANSAKSI …
STUDI TEMPAT PELELANGAN IKAN DALAM TRANSAKSI
PEMASARAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN
(Studi Kasus PPI Birea Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten
Bantaeng)
USMAN
L241 08 280
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
SKRIPSI
STUDI TEMPAT PELELANGAN IKAN DALAM TRANSAKSI
PEMASARAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN
(Studi Kasus PPI Birea Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten
Bantaeng)
OLEH :
USMAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
Judul :
Nama :
Stambuk :
Program Studi :
Pembimbing Utama
Prof. Dr. Ir. Sutinah Made, M.SiNIP. 196103231986012002
Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Prof. Dr. Ir. Andi Niartiningsih, MPNIP. 196112011987032002
Tanggal Lulus : 27 Mei 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Studi Tempat Pelelangan Ikan Dalam Transaksi Pemasaran Hasil Tangkapan Nelayan (Studi Kasus PPI Birea Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng
USMAN
L241 08 280
Sosial Ekonomi Perikanan
Skripsi ini telah Diperiksa dan Disetujui oleh :
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Prof. Dr. Ir. Sutinah Made, M.Si Firman, S.Pi,.M.Si NIP. 196103231986012002 NIP. 197909292008121004
Mengetahui, Ketua Program Studi
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Sosial Ekonomi Perikanan
Prof. Dr. Ir. Andi Niartiningsih, MP Dr. Hamzah, S.Pi,.M.Si NIP. 196112011987032002 197101262001121001
27 Mei 2013
Studi Tempat Pelelangan Ikan Dalam Transaksi Pemasaran Hasil Tangkapan Nelayan (Studi Kasus PPI
Bantaeng
Pembimbing Anggota
09292008121004
Sosial Ekonomi Perikanan
ABSTRAK
Usman L24108280. Studi Tempat Pelelangan Ikan Dalam Transaksi Pemasaran Hasil Tangkapan Nelayan ( Studi kasus PPI Birea Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan dan kebutuhan
fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang di PPI Birea Kab. Bantaeng dan mengetahui sistem transaksi pelelangan yang terjadi di PPI Birea Kab. Bantaeng. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dimana data lapangan yang terkumpul, dikelompokkan dan diklasifikasikan. Setelah itu, diseleksi dengan mempertimbangkan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai bulan November 2012 di Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng. Temuan penelitian menunjukkan bahwa Pemanfaatan fasilitas-fasilitas yang ada di PPI Birea seperti fasilitas pokok, fungsional, dan penunjang belum sepenuhnya difungsikan secara maksimal. Berhubung sebagian fasilitas banyak yang sudah tidak berfungsi lagi dan beberapa gedung juga sudah mulai mengalami kerusakan. Sehingga pemerintah harus segera memperbaiki beberapa fasilitas tersebut. Sistem transaksi yang ada di PPI Birea hampir sama dengan sistem pelelangan yang ada di PPI/TPI yang lain yaitu nelayan yang memiliki kesepakatan dengan pelepas uang (parangka) maka hasil tangkapannya akan dijual kepada pelepas uang (parangka) tersebut, sedangkan nelayan yang tidak memiliki kesepakatan maka akan bebas menjual hasil tangkapannya sehingga pelelangan tidak terjadi
Kata kunci : TPI, fasilitas TPI, sistem lelang.
Abstract
Usman L24108280. Study of Fish Auction Marketing Transactions Catch Fishermen
(PPI case study Birea District Pa'jukukang Bantaeng)
This study aims to determine the level of utilization and needs basic facilities,
functional amenities, and supporting facilities in PPI Birea Kab. Bantaeng and know the
system is going on auction transactions PPI Birea Kab. Bantaeng. The analytical
method used was a qualitative approach in which the field data collected, grouped and
classified. After that, selected by considering the relationship between one variable with
another variable.
The research was conducted in October and November 2012 in the District
Pa'jukukang Bantaeng. The findings showed that the utilization of the existing facilities
in the PPI Birea such basic facilities, functional, and support has not fully functioned
optimally. Since most of many facilities that are no longer functioning and some
buildings also began to malfunction. So the government should immediately rectify
some of these facilities. Existing transaction systems in PPI Birea the fishermen who
have a deal with Ponggawa (parangka) then the catch will be sold to Ponggawa
(parangka) that, while the fishermen who do not have an agreement then it will be free
to sell their catch so that the auction did not happen
Keywords: TPI, TPI facility, auction system
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT sebagai pemilik
semesta yang maha segala-segalanya, yang hanya Rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir Skripsi yang berjudul Studi Tempat
Pelelangan Ikan Dalam Transaksi Pemasaran Hasil Tangkapan Nelayan ( Studi
kasus PPI Birea Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng). Dimana skripsi ini
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Sosial
Ekonomi Perikanan Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin. Salawat dan salam senantiasa dihaturkan kepada baginda
Nabi Muhammad SAW yang telah mengeluarkan kita dari alam kebodohan ke dalam
alam kepintaran seperti yang kita rasakan saat ini
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu sejak persiapan, pelaksanaan hingga pembuatan
skripsi setelah penelitian selesai. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih
yang tulus kepada :
1. Ayahanda BASRI dan Ibunda HAWANA yang tercinta atas segala limpahan doa,
kasih sayang, kesabaran, dan pengorbanan yang telah diberikan tanpa henti.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sutinah Made, M.Si selaku pembimbing Utama, dan bapak
Firman, S.Pi,.M.Si selaku pembimbing kedua dalam proses penelitian.
3. Kepada Bapak Dr. Andi Adri Arief, S.Pi, M.Si, Bapak Ir. H. Muh. Yunus
Tamamma, M.Si, dan Bapak Dr. Hamzah, S.Pi., M.Si selaku tim Penguji Terima
kasih atas saran-saran dan masukan yang diberikan selama penelitian
4. Ibu Prof. Dr. Ir. Hj Andi Niartiningsih, MP Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan Universitas Hasanuddin.
5. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musbir, M.Sc selaku Ketua Jurusan Perikanan Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.
6. Bapak Dr. Hamzah, S.Pi., M.Si. selaku Ketua Program Studi Sosial Ekonomi
Perikanan Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Hasanuddin.
7. Seluruh Staf Dosen Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin terima kasih atas ilmu yang diberikan.
8. Saudara(i)Ku, Naslia, Hasni, Andriani, Hasrika, dan Muhajirin Serta seluruh
keluarga khususnya Om Hamka dan Keluarga yang telah membantu baik secara
moril maupun materi serta untuk Nurmala A.md,AK yang selama ini memberikan
semangat untuk penulis
9. Kepada seluruh teman-temanku #8 Adam Salewo, Rofinus Mbusa, Eka Kusuma
Dewi, Andryani, Rani, Nunung, Tahir, Rafiul, Suaib, Musdar, Isnen, Widya,
Wanti dan yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala
dukungan yang diberikan dan kebersamaannya selama ini.
10. Untuk teman-teman komunitas K121, dan teman-teman Arun the Kost yang tak
bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas semangat yang diberikan.
Penulis telah berusaha menyajikan skripsi ini sebaik mungkin dengan
bantuan, saran, bimbingan, nasihat dari Bapak-bapak, Ibu-ibu, teman-teman, dan
seluruh pihak terkait. Namun penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam
laporan ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan. Akhirnya kepada Allah SWT jualah ucapan syukur ini kita panjatkan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amien......
Makassar, Juni 2013
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 27 Februari 1989 Lumi
Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan.
Penulias merupakan anak kelima dari enam bersaudara dari
pasangan Basri dan Hawana. Penulis pernah sekolah di SDN
481 Lumi Kecamatan Ponrang, SMP Neg 2 Bua Ponrang,
dan pada tahun 2008 tamat di SMA Neg 1 Bua Ponrang.
Pada tahun 2008 diterima di Program Studi Sosial Ekonomi
Perikanan Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan Universitas Hasanuddin melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Selama
kuliah penulis pernah menjadi asisten mata kuliah. Penulis juga aktif dalam kegiatan
kemahasiswaan antara lain AROWANA dan Coastal Marine Expedition (CME) oleh
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) KEMAP dan Diklat Profesi Himpunan Mahasiswa
Sosial Ekonomi Perikanan (HIMASEI-UH), Penulis juga pernah menjabat dalam
organisasi kampus antara lain sekretaris Badan Pengurus Harian impunan Mahasiswa
Sosial Ekonomi Perikanan (BPH HIMASEI-UH) periode 2010-2011, anggota Komisi
Pemilihan Umum (KPU) KEMAPI FIKP Unhas tahun 2009, Ketua Komisi Pemilihan
Umum (KPU) KEMAPI FIKP Unhas tahun 2010, penulis pernah ikut dalam beberapa
pelatihan antara lain Pendidikan dan Pelatihan Penyusunan Rencana Bisnis Angk. I
tahun 2010 dan Pelatihan Asisten Dosen Prodi Sosial Ekonomi Perikanan FIKP-UH
tahun 2011. Selain itu penulis juga pernah menjadi panitia dan mengikuti beberapa
seminar antara lain seminar internasional Indonesian Fisheries Development:
“Enhancing Fish Production and Competitiveness in International Market” (IMFISERN
2010).
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD. i
HALAMAN JUDUL DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD.. ii
HALAMAN PENGESAHAN DDDDDDDDDDDDDDDDDDD.. iii
ABSTRAK DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD iv
ABSTRACT DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD.. v
KATA PENGANTAR DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD.. vi
RIWAYAT HIDUP DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD viii
DAFTAR ISI DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD. ix
DAFTAR TABEL DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD. xi
DAFTAR GAMBAR DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD. xii
I. PENDAHULUAN 1 A Latar Belakang DDDDDDDDDDDDDDDDDDDD... 1 B. Perumusan Masalah DDDDDDDDDDDDDDDDDD. 3 C. Tujuan Penelitian DDDDDDDDDDDDDDDDDDD... 3 D. Kegunaan Penelitian DDDDDDDDDDDDDD................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 4 A. Tempat Pelelangan Ikan DDDDDDDDDDDDDDDD... 4 B. Pelabuhan Perikanan DDDDDDDDDDDDDDDDDD 4 C. Masyarkat Nelayan DDDDDDDDDDDDDDDDDDD 8 D. Definisi Pasar dan Pemasaran DDDDDDDDDDDDDD 9 E. Lembaga dan Saluran Pemasaran DDDDDDDDDDDD. 13 F. Sistem Pelelangan DDDDDDDDDDDDDDDDDDD. 16 G. Kerangka Pikir DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD 18
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat DDDDDDDDDDDDDDDDDDD 20 B. Metode Pengambilan Sampel DDDDDDDDDDDDDD. 20 C. Teknik Pengambilan Data DDDDDDDDDDDDDDDD 20 D. Sumber Data DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD.. 21 E Analisis Data DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD.. 21 F Konsep Operasional DDDDDDDDDDDDDDDDDD.. 21
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 23 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian DDDDDDDDDDD... 23 B. Struktur Organisasi DDDDDDDDDDDDDDDDDDD 25 C. Fasilitas Sarana dan Prasarana DDDDDDDDDDDDD.. 27 D. Kegiatan Usaha Nelayan DDDDDDDDDDDDDDDD.. 28
E. Identitas Responden DDDDDDDDDDDDDDDDDD. 30 V HASIL DAN PEMBAHASAN 34 A. Bentuk dan Pemanfaatan Fasilitias PPI Birea DDDDDDD.. 34 B. Sistem Transaksi Pelelangan PPI Birea DDDDDDDDDD 54
VI PENUTUP 64 A. Kesimpulan DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD. 64 B. Saran DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD.. 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Teks Hal.
Tabel 1 Fasilitas sarana dan prasarana yang terdapat di PPI Birea 27
Tabel 2 Keadaan armada perikanan tangkap yang berdomisili
dipangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Birea
29
Tabel 3 Jumlah armada yang mendaratkan kapalnya di PPI Birea 29
Tabel 4 Jenis alat tangkap dan ikan yang ditangkap 30
Tabel 5 Tingkat pendidikan nelayan PPI Birea 31
Tabel 6 Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan
keluarga
32
Tabel 7 Keadaan fasilitas-fasilitas pokok di PPI Birea 37
Tabel 8 Kebutuhan bahan bakar minyak di PPI Birea 42
Tabel 9 Kebutuhan logistik es di PPI Birea tahun 2012 47
Tabel 10 Keadaan atau kondisi fasilitas fungsional yang ada di PPI
Birea
48
Tabel 11 Keadaan atau kondisi fasilitas penunjang di PPI Birea 52
Tabel 12 Realisasi penerimaan retribusi jasa pelelangan Ikan UPTD PPI
Birea 6 bulan terakhir
60
Tabel 13 Harga ikan yang terdapat di PPI Birea Kab. Bantaeng 62
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
Gambar 1 Skema Kerangka Pikir Penelitian 19
Gambar 2 Bagan Struktur organisasi UPTD PPI Birea type D 26
Gambar 3 Diagram tingkat pendidikan nelayan 32
Gambar 4 Diagram tanggungan nelayan 33
Gambar 5 Gedung tempat pelelangan ikan PPI Birea Bantaeng 39
Gambar 6 Gedung Kantor PPI Birea 41
Gambar 7 Instalasi Bahan Bakar Minyak PPI Birea 42
Gambar 8 Tangki tempat penampungan air bersih 44
Gambar 9 Perbengkelan nelayan 45
Gambar 10 Pabrik es PPI Birea 47
Gambar 11 Sarana MCK di PPI Birea 49
Gambar 12 Kantin di PPI Birea 50
Gambar 13 Pos Jaga di PPI Birea 51
Gambar 14 Skema transaksi penjualan pada nelayan palanra 56
Gambar 15 Skema transaksi penjualan pada nelayan parengge 57
Gambar 16 Skema transaksi oleh pedagang pengumpul 58
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan
jumlah pulau 17.508 pulau, dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. luas laut
Indonesia sekitar 3,1 juta km2 yang terdiri atas 0,8 juta km2 perairan teritorial, dan 2,3
juta km2 perairan Nusantara. selain itu, sejak tahun 1982, Indonesia diberi
kewenangan oleh UNCLOS (United Nation Convention on law of the sea) untuk
memanfaatkan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 2,7 juta km2 dalam hal
eksplorasi, eksploitasi, dan pengelolaan sumberdaya hayati serta non hayati (Tuwo,
2011).
Propinsi Sulawesi Selatan memiliki luas wilayah 62.483 km2 dengan panjang
garis pantai 2.500 km memiliki penduduk 8.213.864 jiwa dimana kurang lebih 475.902
jiwa bekerja sebagai nelayan dan petani tambak serta menurut laporan Dinas
Perikanan dan Kelautan data produksi perikanan dan kelautan di tahun 2010 mencapai
1.865,098,5 ton atau meningkat 30,6 persen dibandingkan dari tahun 2008 yang
sebesar 1.093.367,3 ton. Hasil pembangunan kelautan dan perikanan Sulawesi
Selatan tiga tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Salah satu kebutuhan yang mutlak diperlukan untuk memajukan kegiatan industri
perikanan dan merealisasikan program peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir
adalah dengan menyediakan prasarana pelabuhan perikanan yang memadai.
Prasarana pelabuhan perikanan yang telah ada dan akan dibangun akan merupakan
basis kegiatan pengadaan produksi perikanan di pantai dan menjadi pusat komunikasi
antara kegiatan di wilayah lautan dan daratan (Sulistyani, 2005).
Pelabuhan selain berfungsi sebagai simpul dalam jaringan transportasi laut dan
pintu gerbang kegiatan perekonomian nasional dan internasional, juga merupakan
tempat untuk menyelenggarakan pelayanan jasa pelabuhan, pelaksanaan kegiatan
pemerintahan dan kegiatan ekonomi lainnya, ditata secara terpadu guna mampu
mewujudkan penyediaan jasa pelabuhan sesuai dengan tingkat kebutuhan
(Suprabowo, 2000).
Untuk menunjang kegiatan menangkap ikan di tengah laut supaya hasilnya tetap
memuaskan tanpa mengabaikan segi keselamatan, maka diperlukan prasarana di
darat berupa pangkalan pendaratan ikan (PPI). Pada tahap dini PPI tersebut hanya
berupa dermaga, kemudian ada yang berkembang perlengkapannya dengan tempat
untuk menjual dan mengolah ikan, dan sejak awal Pelita II pemerintah memberikan
anggaran pembangunannya guna lebih melengkapi fasilitas-fasilitas berbagai PPI
antara lain barupa : pemecah gelombang, gedung pelelangan, kantor, jalan, kompleks,
air, pembangkit listrik, dan lain-lain (Suprabowo, 2000).
Kabupaten Bantaeng adalah salah satu wilayah yang memiliki pangkalan
pendaratan ikan yang selama ini difungsikan sebagai pelabuhan bongkar muat barang-
barang atau hasil-hasil perikanan. Pangkalan pendaratan ikan ini terletak di wilayah
Birea Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan selain
berfungsi sebagai tempat bongkar muat barang-barang atau hasil-hasil perikanan
juga merupakan tempat nelayan untuk menjual ikan dan masyarakat khususnya yang
ada di Kecamatan Pa’jukukang dapat memperoleh ikan segar.
Peranan penting PPI Birea dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap
produk perikanan bermutu tinggi, juga peningkatan taraf hidup masyarakat nelayan
dan peningkatan pendapatan daerah, sehingga dianggap perlu melakukan penelitian
tentang “Studi Tempat Pelelangan Ikan dalam Transaksi Pemasaran Hasil
Tangkapan Nelayan ( Studi Kasus PPI Birea Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten
Bantaeng )”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka yang menjadi permasalahan adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk pemanfaatan dan kebutuhan fasilitas pokok, fasilitas fungsional,
dan fasilitas penunjang di PPI Birea Kabupaten Bantaeng
2. Bagaimana sistem transaksi pelelangan yang terjadi di PPI Birea Kabupaten
Bantaeng
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan dan kebutuhan fasilitas pokok, fasilitas
fungsional, dan fasilitas penunjang di PPI Birea Kabupaten Bantaeng
2. Untuk mengetahui sistem transaksi pelelangan yang terjadi di PPI Birea
Kabupaten Bantaeng
D. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak – pihak yang
membutuhkan sebagai:
1. Bahan informasi bagi pemerintah setempat dalam menetapkan kebijakan –
kebijakan terkait usaha pengembangan tempat pelelangan ikan.
2. Bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti lain yang berkeinginan untuk
melakukan penelitian yang berkait untuk selanjutnya
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tempat Pelelangan Ikan
Tempat pelelangan ikan (TPI) adalah pasar yang biasanya terletak di dalam
pelabuhan /pangkalan pendaratan ikan, dan di tempat tersebut terjadi transaksi
penjualan ikan/hasil laut baik secara lelang maupun tidak.
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) adalah salah satu fasilitas fungsional pelabuhan
perikanan yang berupa tempat untuk kegiatan transaksi jual beli ikan dengan cara
lelang penawraran meningkat antara penjual (nelayan atau pemilik kapal) dengan
pembeli (pedagang atau agen-agen pembeli).
Tempat Pelelangan ikan tersebut mempunyai komponen antara lain :
• Tempat tetap (tidak berpindah-pindah)
• Bangunan tempat transaksi lelang/penjualan ikan
• Izin dari instansi yang berwenang (Dinas Perikanan/Pemerintah Daerah).
• Pergelolaan dan Penyelenggara Pelelangan
B. Pelabuhan Perikanan
Pelabuhan perikanan dapat diartikan sebagai suatu paduan dari wilayah
perairan, wilayah daratan dan sarana-sarana yang ada dibasis penangkapan baik
alamiah maupun buatan, dan merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan
baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun pemasarannya (Hamim, 1983).
Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung dari gelombang yang
dilengkapi dengan fasilitas terminal laut yang meliputi dermaga tempat kapal dapat
bertambat untuk melakukan bongkar muat barang dan sebagai tempat penyimpanan
untuk menunggu keberangkatan berikutnya (Bambang Triatmono, 2002).
Pelabuhan perikanan adalah suatu kawasan perikanan yang berfungsi sebagai
tempat labuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan, tempat pemasaran, tempat
pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan, tempat pengumpulan data tangkapan,
tempat pelaksanaan penyuluhan serta pengembangan masyarakat nelayan dan
tempat untuk memperlancar operasional kapal perikanan (Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap, 2005).
Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.16/Men/2006
tentang Pelabuhan Perikanan, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari
daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat
kegiatan pemerintah dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai
tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan/atau bongkar-muat ikan yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan
serta sebagai tempat perpindahan intra- dan antarmoda transportasi.
Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1994) pelabuhan perikanan merupakan
prasarana yang mendukung peningkatan pendapatan petani nelayan sekaligus
mendorong investasi dalam bidang perikanan. Fungsi pelabuhan perikanan dalam arti
luas adalah sebagai pusat pengembangan ekonomi perikanan dalam bidang produksi,
pengolahan dan pemasaran.
1) Klasifikasi Pelabuhan Perikanan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
16/MEN/2006 klasifikasi besar/kecilnya skala usaha pelabuhan perikanan
dibedakan menjadi empat tipe pelabuhan, sebagai berikut:
• Tipe A, Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS): diperuntukkan bagi kapal
perikanan yang dioperasikan di perairan samudera yang lazim digolongkan
ke dalam armada perikanan jarak jauh sampai ke perairan laut teritorial,
ZEEI, dan laut lepas.
• Tipe B, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN): diperuntukkan bagi kapal
perikanan yang beroperasi di perairan Nusantara yang lazim digolongkan
ke dalam armada perikanan jarak sedang sampai ke perairan ZEEI dan laut
teritorial.
• Tipe C, Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP): diperuntukkan bagi kapal
perikanan yang beroperasi di perairan pantai/pedalaman, perairan
kepulauan dan laut teritorial.
• Tipe D, Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI): diperuntukkan bagi kapal
perikanan yang beroperasi di perairan pedalaman dan perairan.
2) Karakteristik Pelabuhan Perikanan
Pelabuhan perikanan ideal harus mempunyai sifat dan fasilitas-fasilitas
sehingga pelabuhan tersebut dapat berfungsi dengan baik. Beberapa sifat alami
harus dimiliki agar pembangunan pelabuhan dapat dilakukan dengan biaya yang
relatif kecil. Menurut Bjurke (dalam Ayodhyoa, 1975), pelabuhan perikanan yang
ideal memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) jarak tidak terlalu jauh dari fishing ground
b) lokasi berhubungan dengan daerah pemasaran ikan
c) memiliki daerah yang luas untuk pendaratan ikan dan industri penunjang
lainnya
d) tempatnya menarik untuk tempat tinggal nelayan, penjual ikan dan
pengusaha ikan
e) aman dalam segala cuaca
f) aman secara alami dan buatan bagi kapal yang berlabuh dari segala cuaca
waktu
g) biaya masuk akal untuk mendapatkan kedalaman air yang memadai pada
alur pelabuhan dan pangkalan pelabuhan
h) biaya untuk pengerukan pelabuhan murah
i) daerah cocok untuk membangun pemecah gelombang, pangkalan
pelabuhan, dan sarana di pantai menjadi satu unit yang disesuaikan dengan
perencanaan terpadu
3) Fungsi dan Peranan Pelabuhan Perikanan
Fungsi dan peranan pelabuhan perikanan mengacu pada Keputusan
Menteri Perikanan dan perundangan yang berlaku. Selain harus mengacu pada
peraturan yang berlaku fungsi pelabuhan perikanan juga harus disesuaikan
dengan keadaan pelabuhan serta potensi yang ada.
Menurut Lubis (2000) fungsi pelabuhan perikanan dapat
dikelompokkan berdasarkan pendekatan kepentingan, sebagai berikut: 1)
fungsi maritim (tempat kontak nelayan dengan pemilik kapal), 2) fungsi
komersial (menjadi tempat awal untuk mempersiapkan distribusi produksi
perikanan melalui transaksi pelelangan ikan), dan 3) fungsi jasa (jasa
pendaratan ikan, jasa kapal penangkap ikan, jasa penanganan mutu ikan).
Pelabuhan Perikanan berperan sebagai terminal yang menghubungkan
kegiatan usaha di luat dan di darat ke dalam suatu sistem usaha dan berdaya
guna tinggi (Murdiyanto, 2004). Sedangkan menurut pendapat Lubis (2000)
peranan pelabuhan perikanan meliputi beberapa aktivitas, antara lain: 1) pusat
aktivitas produksi, 2) pusat aktivitas distribusi, dan 3) pusat kegiatan
masyarakat nelayan.
4) Fasilitas Pelabuhan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16/MEN/2006
menyatakan bahwa pelabuhan harus dapat berfungsi dengan baik, dapat
melindungi kapal yang berlabuh dan beraktivitas di dalam areal pelabuhan.
Agar dapat memenuhi fungsinya maka pelabuhan perlu dilengkapi dengan
berbagai fasilitas. Fasilitas pada pelabuhan perikanan dapat kita kelompokkan
menjadi sebagai berikut:
• Fasilitas pokok:
Terdiri atas fasilitas perlindungan, antara lain breakwater (pemecah
gelombang), reventment, dan groin, dalam hal secara teknis diperlukan,
fasilitas tambat seperti dermaga dan jetty, dan fasilitas perairan pelabuhan
yaitu kolam dan alur pelayaran, penghubung yaitu jalan, drainase, gorong-
gorong, dan jembatan, serta lahan pelabuhan perikanan.
• Fasilitas fungsional:
Terdiri atas berbagai fasilitas pelayanan kebutuhan lain di areal
pelabuhan seperti bantuan navigasi, layanan transportasi, persediaan
kebutuhan bahan bakar, penanganan dan pengolahan ikan, perbaikan
jaring, bengkel, komunikasi, dan sejenisnya.
• Fasilitas penunjang:
Terdiri atas penunjang kegiatan antara lain mess operator, pos
jaga, pos pelayanan terpadu, peribadatan, MCK, kos, dan fungsi
pemerintahan.
C. Masyarakat Nelayan
Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan
ikan. Dalam perstatistikan perikanan perairan umum, nelayan adalah orang yang
secara aktif melakukan operasi penangkapan ikan di perairan umum. Orang yang
melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat penangkapan ikan
ke dalam perahu/kapal motor, mengangkut ikan dari perahu/kapal motor, tidak
dikategorikan sebagai nelayan
Secara geografis masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh
dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat
dan laut (Kusnadi, 2009:27). Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang
kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan
penangkapan ataupun budi daya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai,
sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya (Imron, dalam
Subri, 2005:7).
Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan
juragan dan nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan
alat tangkap milik orang lain. Sebaliknya nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki
alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Sedangkan nelayan perorangan
adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri, dan dalam pengoperasiannya
tidak melibatkan orang lain (Subri, 2005:7)
Istri, anak dan orang tua nelayan yang tidak aktif dalam operasi penangkapan
ikan tidak dikategorikan sebagai nelayan. Ahli mesin dan ahli listrik yang bekerja di
atas kapal penangkap dikategorikan sebagai nelayan, walaupun mereka tidak secara
langsung melakukan penangkapan ikan.
D. Definisi Pasar dan Pemasaran
Pengertian pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk
melakukan jual beli barang dan jasa. Tetapi ada kemajuan dalam bidang
pengetahuaan dan teknologi maka dapat dilakukan tidak hanya di pasar melainkan
dapat terjadi di jalan, dikantor, dirumah, dan lain Lain.
Pasar adalah tempat bertemunya penjual yang mempunyai kemampuan untuk
menjual barang/jasa dan pembeli yang melakukan uang untuk membli barang dengan
harga tertentu.
1. Jenis-Jenis Pasar
a) Jenis pasar menurut bentuk kegiatannya. Menurut dari bentuk kegiatannya
pasar dibagi menjadi 2 yaitu pasar nyata ataupun pasar tidak nyata
(abstrak).
• Pasar Nyata.
Pasar nyata adalah pasar dimana barang-barang yang akan
diperjualbelikan dan dapat dibeli oleh pembeli. Contoh pasar tradisional
dan pasar swalayan.
• Pasar Abstrak.
Pasar abstrak adalah pasar dimana para pedagangnya tidak
menawar barang-barang yang akan dijual dan tidak membeli secara
langsung tetapi hanya dengan menggunakan surat dagangannya saja.
Contoh pasar online, pasar saham, pasar modal dan pasar valuta asing
b) Jenis pasar menurut cara transaksinya. Menurut cara transaksinya, jenis
pasar dibedakan menjadi pasar tradisional dan pasar modern.
• Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang bersifat tradisional dimana
para penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secara
langsung. Barang-barang yang diperjual belikan adalah barang yang
berupa barang kebutuhan pokok.
• Pasar Modern
Pasar modern adalah pasar yang bersifat modern dimana
barang-barang diperjual belikan dengan harga pas dan dengan layanan
sendiri. Tempat berlangsungnya pasar ini adalah di mal, plaza, dan
tempat-tempat modern lainnya.
c) Jenis – Jenis Pasar menurut jenis barangnya. Beberapa pasar hanya
menjual satu jenis barang tertentu , misalnya pasar hewan, pasar sayur,
pasar buah, pasar ikan dan daging serta pasar loak.
d) Jenis – Jenis Pasar menurut keleluasaan distribusi. Menurut keluasaan
distribusinya barang yang dijual pasar dapat dibedakan menjadi:
• Pasar Lokal
• Pasar Daerah
• Pasar Nasional dan
• Pasar Internasional
Pengertian Pemasaran ( Inggris : Marketing ) adalah proses penyusunan
komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang
atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.
Ada beberapa definisi mengenai pemasaran diantaranya adalah :
a. Philip Kotler (Marketing) pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.
b. Menurut Philip Kotler dan Amstrong pemasaran adalah sebagai suatu proses
sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa
yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal
balik produk dan nilai dengan orang lain
c. Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk
merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang-
barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta
tujuan perusahaan.
d. Menurut W Stanton pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha
yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli
maupun pembeli potensial.
Konsep Pemasaran
Konsep-konsep inti pemasaran meluputi: kebutuhan, keinginan, permintaan,
produksi, utilitas, nilai dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan hubungan pasar,
pemasaran dan pasar. Kita dapat membedakan antara kebutuhan, keinginan dan
permintaan. Kebutuhan adalah suatu keadaan dirasakannya ketiadaan kepuasan
dasar tertentu. Keinginan adalah kehendak yang kuat akan pemuas yang spesifik
terhadap kebutuhan-kebutuhan yang lebih mendalam. Sedangkan Permintaan adalah
keinginan akan produk yang spesifik yang didukung dengan kemampuan dan
kesediaan untuk membelinya.
Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan
pemasaran. Menurut Kotler dan Armstrong pemasaran adalah analisis, perencanaan,
implementasi, dan pengendalian dari program-program yang dirancang untuk
menciptakan, membangun, dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan
pembeli sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan. Sedangakan manajemen adalah
proses perencanaan (Planning), pengorganisasian (organizing) penggerakan
(Actuating) dan pengawasan.
Jadi dapat diartikan bahwa Manajemen Pemasaran adalah sebagai analisis,
perencanaan, penerapan, dan pengendalian program yang dirancang untuk
menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan
dengan pasar sasaran dengan maksud untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi.
Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran adalah empat komponen dalam pemasaran yang terdiri
dari 4P yakni :
• Product (produk)
• Price (harga)
• Place (tempat, termasuk juga distribusi)
• Promotion (promosi)
Karena pemasaran bukanlah ilmu pasti seperti keuangan, teori bauran
pemasaran juga terus berkembang. Dalam perkembangannya, dikenal juga istilah 7P
dimana 3P yang selanjutnya adalah People (Orang), Physical Evidence (Bukti Fisik),
Process (Proses). Penulis buku Seth Godin, misalnya, juga menawarkan teori P baru
yaitu Purple Cow. Pemasaran lebih dipandang sebagai seni daripada ilmu, maka
seorang ahli pemasaran tergantung pada lebih banyak pada ketrampilan pertimbangan
dalam membuat kebijakan daripada berorientasi pada ilmu tertentu.
Pandangan ahli ekonomi terhadap pemasaran adalah dalam menciptakan
waktu, tempat dimana produk diperlukan atau diinginkan lalu menyerahkan produk
tersebut untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen (konsep pemasaran).
Metode pemasaran klasik seperti 4P di atas berlaku juga untuk pemasaran
internet, meskipun di internet pemasaran dilakukan dengan banyak metode lain yang
sangat sulit diimplementasikan diluar dunia internet.
E. Lembaga dan Saluran Pemasaran
Menurut Kotler (1997) lembaga pemasaran timbal karena adanya keinginan
konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai waktu, tempat, dan bentuk yang
diinginkan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi-fungsi
pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen
memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa marjin pemasaran.
Lembaga pemasaran ini dapat digolongkan menurut penguasaannya terhadap
komoditi yang dipasarkan dan bentuk usahanya. Sedangkan Sudiyono (2001)
menjelaskan lembaga pemasaran sebagai badan usaha atau individu yang
menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada
konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lain.
a) Jenis-Jenis Lembaga Pemasaran
Swastha berpendapat bahwa secara luas terdapat dua golongan besar
lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran distribusi yaitu perantara
pedagang dan perantara agen.
• Perantara Pedagang
Perantara ini mempunyai hubungan yang erat dalam kepemilikan barang.
Mereka berhak memiliki barang-barang yang dipasarkan, meskipun
memilikinya tidak secara fisik. Pedagang dapat digolongkan menjadi tiga
macam, yaitu:
- Produsen, yang membuat sekaligus menyalurkan barang ke pasar
- Pedagang besar, yang menyalurkan barang ke pengusaha lain
- Pengecer, yang menjual barang kepada konsumen akhir
• Perantara Agen
Agen disini didefinisikan sebagai lembaga yang membeli atau menjual
barang-barang kepada pihak lain. Dalam kenyataannya, agen dapat
beroperasi pada semua tingkat dalam satu saluran pemasaran. Secara
garis besar agen dibagi kedalam dua kelompok, yaitu agen penunjang dan
agen pelengkap.
• Agen Penunjang (Facilitating Agent)
Agen penunjang merupakan agen yang mengkhususkan kegiatannya
dalam beberapa aspek pemindahan barang dan jasa. Kegiatan agen
penunjang adalah membantu untuk memindahkan barang-barang
sedemikian rupa sehingga mengadakan hubungan langsung dengan
pembeli dan penjual. Agen penunjang dibagi dalam beberapa golongan,
yaitu: agen pengangkutan borongan, agen penyimpanan, agen
pengangkutan khusus, serta agen pembelian dan penjualan.
• Agen Pelengkap (Supplemental Agent)
Agen pelengkap berfungsi melaksanakan jasa-jasa tambahan dalam
penyaluran barang dengan tujuan memperbaiki adanya kekurangan-
kekurangan. Apabila pedagang atau lembaga lain tidak dapat melakukan
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyaluran barang, maka
agen pelengkap ini dapat menggantikannya. Jasa-jasa yang dilakukannya
antara lain berupa: jasa konsultasi, jasa finansial, jasa informasi dan jasa
khusus lainnya.
Sementara Sudiyono (2001) mengungkapkan bahwa menurut penguasaannya
terhadap komoditi yanng diperjualbelikan, lembaga pemasaran dapat dibedakan
menjadi 3, yaitu:
1. Lembaga yang tidak memiliki tapi menguasai komoditi, yaitu agen perantara,
makelar (broker, selling broker dan buying broker)
2. Lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi pertanian yang
diperjualbelikan, seperti pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir, dan
importir
3. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak menguasai komoditi
pertanian yang diperjualbelikan, seperti perusahaan-perusahaan penyedia
fasilitas transportasi, asuransi, surveyor dan lain sebagainya.
Lebih lanjut Sudiyono (2001) menyatakan bahwa pada kenyataannya suatu
lembaga pemasaran dapat menjalankan lebih dari satu fungsi pemasaran. Oleh sebab
itu, perlu diketahui mengenai bentuk usaha dari lembaga pemasaran tersebut.
Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran komoditi
pertanian sangat beragam. Ada komoditi yang melibatkan banyak lembaga pemasaran
dan ada pula yang hanya melibatkan sedikit lembaga pemasaran.
Anindita (2004) menjelaskan bahwa kelembagaan dalam tataniaga meliputi
berbagai organisasi usaha yang dibangun untuk menjalankan pemasaran. Pedagang
perantara adalah individu-individu atau pengusaha yang melaksanakan berbagai
fungsi pemasaran yang terlibat dalam pembelian dan penjualan barang karena mereka
ikut memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Mereka melaksanakan
kegiatan sebagai propietor (pemilik), partnership (mitra) atau perusahaan
koperasi/nonkoperasi.
F. Sistem Pelelangan
Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran
harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk
mencapai harga tertinggi yang didahului dengan pengumuman lelang.
Berdasarkan peraturan yang berlaku, lelang barang tidak bergerak dan barang
bergerak meliputi :
1. Lelang Noneksekusi Sukarela adalah lelang untuk melaksanakan penjualan
barang milik perorangan, kelompok masyarakat atau Badan Swasta yang
dilelang secara sukarela oleh pemiliknya. Yang termasuk lelang Noneksekusi
Sukarela adalah :
a) Lelang yang dilakukan atas kehendak pemiliknya sendiri (perorangan, swasta)
b) Lelang Aset BUMN/BUMD berbentuk Persero
c) Lelang Aset milik Bank Dalam Likuidasi berdasarkan PP Nomor 25 Tahun
1999 tentang pencabutan izin usaha, pembubaran dan likuidasi Bank.
Harga limit dapat bersifat terbuka / tidak rahasia atau dapat bersifat tertutup/
rahasia sesuai keinginan Penjual/ Pemilik Barang
2. Lelang Eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan / penetapan
pengadilan atau dokumen-dokumen lain yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dipersamakan dengan itu, dalam rangka
membantu penegakan hukum, antara lain : lelang eksekusi fiducia dan lelang
eksekusi pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT No.4 Tahun 1996).
Pasal 6 UUHT No. 4 tahun 1996, yaitu apabila debitur cidera janji, Pemegang
Hak Tanggungan tingkat Pertama mempunyai hak untuk menjual obyek Hak
Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil
pelunasannya dari hasil tersebut. Harga limit bersifat terbuka/tidak rahasia dan harus
dicantumkan dalam pengumuman lelang
3. Lelang Non Eksekusi Wajib adalah lelang untuk melaksanakan penjualan barang
milik negara/daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara atau barang milik Badan Usaha
Milik Negara/Daerah (BUMN/D) yang oleh peraturan perundang-undangan
diwajibkan untuk dijual secara lelang, termasuk kayu dan hasil hutan lainnya dari
tangan pertama.
Metode pelaksanaan lelang untuk barang bergerak maupun barang tidak
bergerak akan digunakan lelang lisan/terbuka, yaitu:
1. Dilaksanakan dengan mengundang khalayak ramai dan menghadirkan calon
pembeli untuk penawaran obyek lelang.
2. Harga minimum (limit) langsung ditawarkan kepada pengunjung lelang dengan
sistem lelang naik-naik.
3. Penawaran harga dipandu oleh pemandu lelang (asflager).
4. Pemandu Lelang (Afslager) adalah orang yang membantu Pejabat Lelang untuk
menawarkan dan menjelaskan barang dalam suatu pelaksanaan lelang.
5. Penawaran lelang dapat dilakukan langsung dan/atau tidak langsung dengan
cara : lisan, semakin meningkat atau menurun; tertulis; atau tertulis dilanjutkan
dengan lisan, dalam hal penawaran tertinggi belum mencapai harga limit.
6. Calon pembeli yang setuju akan mengangkat panel bid NIPL (Nomor Induk
Peserta Lelang), pembeli pada harga yang tertinggi dinyatakan sebagai
pemenang lelang.
G. Kerangka Pikir
Pelabuhan perikanan memegang peran penting yang strategis dalam
pengembangan usaha perikanan maupun pengembangan masyarakat nelayan. Hal ini
dimungkinkan karena pelabuhan perikanan merupakan pusat aktivitas masyarakat
perikanan seperti nelayan, pedagang, pengelola, maupun unsur masyarakat tertentu.
Selain itu juga mempunyai fungsi yang bersifat umum dan khusus. Fungsi umum
merupakan fungsi yang terdapat pula pada berbagai pelabuhan umum/niaga,
sedangkan fungsi khusus adalah fungsi-fungsi yang berhubungan dengan masalah
perikanan yang memerlukan pelayanan khusus pula, misalnya fasilitas tempat
pelelangan ikan, fasilitas untuk penanganan serta pengolahan ikan, serta berbagai
kebutuhan lainnya.
Tempat pelelangan ikan berperan penting dalam sistem pemasaran untuk
meningkatkan pendapatan dilihat dari seberapa besar dukungan infrastruktur dan
regulasi dalam aktivitas pemasaran ikan. Setiap hari ditempat pendaratan ikan
didaratkan ikan hasil tangkapan nelayan sebelum dipasarkan atau didistribusikan ke
konsumen. Kelangsungan pemasaran ikan sangat bergantung pada jumlah tangkapan
yang diperoleh di tempat pelelangan ikan dan semua itu tidak lepas dari mekanisme
pelelangan yang dilakukan ditempat pelelangan.
Selain tempat berlabuh atau bertambatnya kapal/perahu perikanan untuk
mendaratkan hasil tangkapannya, pelelangan ikan tersebut juga memuat perbekalan
kapal dan awak perikanan serta sebagai basis kegiatan produksi, pemasaran, dan
pengolahan hasil laut serta tempat pembinaan masyarakat nelayan agar mendapatkan
keuntungan dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.