ANALISIS BIAYA TRANSAKSI PEMASARAN IKAN TUNA ...repository.ub.ac.id/4668/1/Putra, Galih...
Transcript of ANALISIS BIAYA TRANSAKSI PEMASARAN IKAN TUNA ...repository.ub.ac.id/4668/1/Putra, Galih...
ANALISIS BIAYA TRANSAKSI PEMASARAN IKAN TUNA DI PESISIR SENDANGBIRU KABUPATEN MALANG
SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh : GALIH BIMA PUTRA
NIM. 135080407111007
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
ANALISIS BIAYA TRANSAKSI PEMASARAN IKAN TUNA DI PESISIR SENDANGBIRU KABUPATEN MALANG
SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Sebagai Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh :
GALIH BIMA PUTRA NIM. 135080407111007
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
RINGKASAN
GALIH BIMA PUTRA (135080407111997). Analisis Biaya Transaksi Pemasaran Ikan Tuna di Pesisir Sendang Biru Kabupaten Malang. Dibawah bimbingan Dr.Ir. ANTHON EFANI, MP sebagai pembimbing 1 dan Dr.Ir. MIMIT PRIMYASTANTO, MP sebagai pembimbing 2.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan
jumlah pulau yang besar. Panjang garis pantai Indonesia mencapai 104.000 km dengan jumlah pulau sebanyak 17.504. Luas wilayah laut mendominasi total luas territorial Indonesia sebesar 7,7 juta km2. Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagi negara yang dikarunia sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar (SEKJEN KKP, 2016).
Tujuan dari dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa Proses pemasaran ikan tuna di Dusun Sendang Biru., Biaya Transaksi yang muncul pada para pelaku pemasaran, Margin pemasaran para pelaku pemasaran ikan tuna di Dusun Sendang Biru, Kondisi finansial nelayan ikan tuna di Dusun Sendangbiru.
Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2017 di TPI Pondok Dadap Dusun Sendang Biru Kecaatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2017 di TPI Pondok Dadap Dusun Sendang Biru Kecaatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang.
Pada proses pemasaran ikan tuna, TPI Pondok Dadap Sendang Biru Kabupaten Malang, nelayan bertindak sebagai produsen yang memenuhi permintaan ikan tuna dari konsumen dan TPI Pondok Dadap bertindak sebagai fasilitator pada saat proses pelelangan ikan. Pada proses pemasaran ikan tuna di TPI Pondok Dadap dimulai ketika kapal penangkap ikan mulai berlabuh di dermaga dekat TPI. Saat kapal sudah selesai berlabuh para pengurus kapal serta juru angkut mulai menurunkan hasil tangkapan untuk selanjutnya dibawa ke TPI untuk melalui proses penimbangan terlebih dahulu. Setelah proses penimbangan selesai, ikan dimasukkan dalam bak atau basket, setiap bak ikan telah terisi ikan tuna seberat 10kg.
Proses selanjutnya adalah proses pelelangan, dalam proses ini akan terjadi proses jual-beli yang akan dipandu oleh juru lelang. Juru lelang akan memulai pelelangan ikan dengan membuka harga dimulai dari yang paling rendah dan calon pembeli yang menawar dengan harga yang paling tinggi maka berhak untuk mendapatkan ikan tersebut. Proses pelelangan ikan di TPI Pondok Dadap dilakukan setiap pagi hari dan hamper setiap hari selalu ada pelelangan ikan. TPI akan berhenti beroperasi ketika cuaca sedang buruk dan tidak ada kapal yang berangkat melaut.
Dari hasil wawancara yang dilakukan, nelayan ikan tuna di Sendang Biru nelayan tidak perlu mengeluarkan biaya transaksi untuk pemasaran dikarenakan hasil tangkapan nelayan tersebut akan langsung dibeli oleh para pengambek ikan untuk selanjutnya dijual kembali melalui proses pelelangan. Dalam hal ini nelayan tidak terlibat sama sekali dalam proses pemasaran selanjutnya, nelayan hanya berperan untuk menangkap ikan dan dijual kepada pengambek ikan. Dari data diatas diasumsikan bahwa rata-rata pengambek ikan membeli ikan sebanyak 250kg dari nelayan. Biaya transaksi yang harus dikeluarkan pengambek ikan di TPI Pondok Dadap yaitu sebesar Rp. 523.250 yang meliputi biaya retribusi (Rp. 73/kg) sebesar Rp. 18.250, biaya administrasi sebesar Rp. 500.000, biaya monitoring nihil karena pengambek ikan sendiri yang melakukan monitoring ke tempat pelelangan, dan biaya kartu bina mutu sebesar Rp. 5.000. Biaya transaksi paling besar yang harus dikeluarkan pedagang pengumpul yaitu untuk membayar biaya administrasi yaitu sebesar Rp. 500.000.
Dari rincian diatas, total biaya tramsaksi yang harus dikeluarkan oleh pedagang besar sebesar Rp. 8.650.000 yang meliputi biaya kontrak dagang yang menggunakan jasa notaris sebesar Rp. 7.500.000, biaya administrasi sebesar Rp. 1.000.000, biaya pencarian informasi untuk mencari harga terendah dan kualitas terbaik di pengambek ikan dan
pedagang pengecer sebesar Rp. 100.000, biaya untuk berkomunikasi sebesar Rp. 50.000, dan untuk biaya monitoring tidak mengeluarkan biaya apapun karena pedagang besar sendiri lah yang melakukan monitoring terhadap harga dan kualitas ikan. Dari data diatas biaya transaksi paling besar yang harus dikeluarkan oleh pedagang besar yaitu untuk biaya perjanjian kontrak dagang yaitu sebesar Rp. 7.500.000. Dari rincian biaya transaksi diatas, dapat diketahui bahwa jumlah total biaya transaksi yang harus dikeluarkan oleh pedagang pengecer adalah sebesar Rp. 150.000. Dengan rincian untuk biaya pencarian informasi dan biaya monitoring ke pedagang besar sebesar Rp. 0 karena pedagang pengecer sendirilah yang langsung menemui pedagang besar dan bertransaksi, biaya berkomunikasi sebesar Rp. 50.000, dan biaya retribusi di pasar tradisional sebesar Rp. 100.000. Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan tentang Analisis
Biaya Transaksi pada Pemasaran Ikan Tuna di Dusun Sendang Biru kecamatan
Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang yang tepatnya berada di TPI Pondok Dadap
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut, Pada proses pemasaran masih
tergolong sederhana, dan para pelaku pemasaran meliputi pengambek ikan, pedagang
besar, dan pedagang pengecer. Pada biaya transaksi, biaya yang muncul tinggi adalah
pada biaya transaksi di tingkat pedagang besar, pada proses negoisasi dan pembuatan
kontrak dagang. Sedangkan biaya transaksi terendah ada pada tingkat nelayan, karena
dalam proses pemasaran nelayan tidak perlu turun langsung melakukan pemasaan dan
cukup menjual hasil tangkapannya ke pengambek ikan. Pada hasil penelitian yang
dilakukan di TPI Pondok Dadap, harga eceran ikan tuna per kilogram yang ditetapkan
sebesar Rp. 16.000. Akan tetapi konsumen lebih suka membeli dalam jumlah banyak, begitu
pula dengan pedagang besar. Harga yang ditetapkan produsen/nelayan sebesar Rp.
15.000. Sehingga diperoleh nilai margin pemasaran sebesar Rp. 1.000. Pada analisis
finansial dari usaha pemasaran ikan tuna di TPI Pondok Dadap, usaha tersebut
menguntungkan karena pada analisis R/C Ratio diperoleh hasil 1,42 dimana hasil tersebut
>1. Sedangkan pada perhitungan BEP Sales diperoleh hasil sebesar Rp. 2.066.117.786
dimana hasil tersebut lebih kecil dari total penerimaan sehingga dapat dikatakan usaha
pemasaran ikan tuna ini menguntungkan.
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyajikan Laporan Penelitian Skripsi yang berjudul Analisis
Biaya Transaksi Pemasaran Ikan Tuna di Dusun Sendang Biru Kabupaten Malang.
Dalam penelitian ini akan dibahas salah satu alat ukur efisiensi ekonomi yaitu biaya
transaksi. Banyak pelaku pemasaran yang tidak sadar betapa pentingnya biaya transaksi.
Biaya transaksi meliputi biaya untuk pencarian informasi, biaya pengawasan, biaya untuk
memperoleh akses pasar dan sebagainya yang digunakan oleh para pelaku pemasaran.
Dalam hal ini, semakin tinggi biaya transaksi yang dikeluarkan maka tidak efisien usaha
pemasaran tersebut.
Diharapkan dengan tersusunnya Laporan Skripsi ini dapat bermanfaat, terutama bagi
mahasiswa program studi Agrobisnis Perikanan. Karena itu sangat disadari bahwa dengan
kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki penulis, walaupun telah dikerahkan segala
kemampuan untuk lebih teliti, tapi masih dirasakan banyak kekurangtepatan, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang
membutuhkan.
Malang, 1 Juni 2017
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis ingin mengucapkan terima kasih atas terselesaikannya laporan
skripsi dengan judul “Analisis Biaya Transaksi Pemasaran Ikan Tuna di
Dusun Sendang Biru Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten
Malang” ini kepada :
Dr. Ir. Anthon Efani, MP, dan Dr. Ir. Mimit Primyastanto, MP selaku Dosen
Pembimbing atas segala petunjuk, arahan dan bimbingan mulai dari
penyususnan usulan proposal sampai selesainya laporan skripsi.
Bapak Edi dan Bapak Agus selaku pengurus TPI Pondok Dadap yang telah
meluangkan waktu serta memberikan arahan dalam penelitian penulis.
Gatot dan Solani selaku Ayah dan Ibu tercinta atas limpahan kasih saying,
do’a, dukungan serta materi yang telah diberikan dan semua teman-teman
AP 2013 yang telah mendukung dan memberikan do’a dalam penyelesaian
Laporan Skripsi ini.
Agung Sony, Helyatul Karommah, Vivi Ulfa, Iffatur Rosyidah, Khoiruli
Ummah, dan Iga Ratna selaku teman-teman yang telah banyak membantu
dalam proses penulisan maupun penelitian skripsi ini
Bayu Aji, Bayu Bimantoro, Dhimas Tegar, Diendra Regga, Eka Dharma,
Farah Aulia, Farizka Dimas, Febri Dwi, Fikri Akbar, Genta Mahendra, Hasti
Parlitasari, dan Wildan Amin selaku sahabat serta keluarga yang telah
memberikan semangat serta motivasi dalam pengerjaan skripsi
Abdul, Bima, Andika, Luthfi, Panji, Ramadhan, Tantowi selaku sahabat yang
telah banyak memberikan dukungan moral dan motivasi dalam penulisan
skripsi ini
Nadila Cindi Wantari yang telah banyak memberikan kebahagiaan serta
semangat untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini
Malang, 1 Juni 2017
Penulis
Daftar Isi
SAMPUL HALAMAN JUDUL……………………………...………………………………………II HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN…………..………………………………..…III RINGKASAN……………………………………………………………………………IV KATA PENGANTAR………………………………...………………………………....V UCAPAN TERIMA KASIH…………………………..………………………………..VI 1.PENDAHULUAN..…………………………………………………………………...12
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….…12 1.2 Rumusan Masalah……………………………………..………………………16 1.3 Tujuan…………………………………………………………………….…..…16 1.4 Kegunaan Penelitian…………………………………………………………..16
2. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………………18 2.1 Penelitian Terdahulu…………………………………………………………...18 2.2 Karakteristik Ikan Tuna………………………………………………………..,18 2.3 Pengertian Biaya Transaksi…………………………………………………...21 2.4 Pengertian Pemasaran………………………………………………………..22 2.5 Strategi Pemasaran……………………………………………………………23 2.6 Bauran Pemasaran…………………………………………………………….25 2.7 Manajemen Pemasaran……………………………………………………….26 2.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemasaran……………………………..26 2.9 Analisa Usaha Jangka Pendek…..…………………………………………...29 2.10 Kerangka Pemikiran………………………………………………………….33
3. METODE PENELITIAN..…………………………………………………………...36 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………………...36 3.2 Jenis Penelitian…………………………………………………………………37 3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Data…………………………..37
3.3.1 Populasi………………………………………………………………….37 3.3.2 Sampel…………………………………………………………………..37 3.3.3 Teknik Pengambilan Data……………………………………………..37
3.4 Jenis data……………………………………………………………………….40 3.4.1 Data Primer…………………………….………………………………..40 3.4.2 Data Sekunder……...……………….………………………………….40
3.5 Teknik Pengambilan Data……………………………………………………..41 3.5.1 Wawancara……………………………………………………………...41 3.5.2 Observasi………………………………………………………………..42 3.5.3 Studi Pustaka atau Dokumentasi……………………………………..42
3.6 Analisa Data…………………………………………………………………….43 3.6.1 Data Kualitatif…………………………………………………………...43 3.6.2 Data Kuantitatif…………..……………………………………………..43
3.7 Analisa Usaha Jangka Pendek……………………………………………….44 4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN………………………………………..50 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Topografis…………………………………...50
4.2 Keadaan Penduduk…………………………………………………………….51 4.2,1 Jumlah Penduduk…………………………………………………………….51 4.2.2 Tingkat Pendidikan Penduduk………………………………………………51 4.2.3 Mata Pencaharian Penduduk……………………………………………….52 5. HASIL DAN PEMBAHASAN……….……………………………….……………..54 5.1 Profil Tempat Pelelangan Ikan Pondok Dadap……………………………...54 5.2 Proses Pemasaran …………………………………………………………….56 5.2.1 Saluran Pemasaran ……………………………………..…………….58 5.2.2 Bauran Pemasaran……………………………………………………60 5.2.3 Strategi Pemasaran Ikan Tuna………..……………………………...62 5.3 Biaya Pemasaran………………………………………………………………63 5.4 Analisis Biaya Transaksi……………………………………………………….63 5.5 Margin Pemasaran…………….……………………………………………….67 5.6 Analisis Usaha Jangka Pendek……………………………………………….68 6. KESIMPULAN DAN SARA.………………………………………………………..75 6.1 Kesimpulan……………..…..…………………………………………………...75 6.2 Saran…………………………………………………………………………….76 DAFTAR PUSTAKA..………………………………………………………………….77
Daftar Tabel
Tabel 1. Jumlah Penduduk………………………………………………………..….51 Tabel 2. Tingkat Pendidikan Penduduk……………………………………………..51 Tabel 3. Data Mata Pencaharian Penduduk………………………………………..52 Tabel 4. Daftar Nama Pengawas TPI Pondok Dadap……………………………..56 Tabel 1. Daftar Nama Karyawan TPI Pondok Dadap……………………………...56 Tabel 6. Jenis Kapal Penangkapan yang Digunakan……………………………...58 Tabel 7. Biaya Pemasaran Ikan Tuna di TPI Pondok Dadap……………………..63 Tabel 8. Biaya Transaksi yang terjadi pada proses pemasaran………………….65
Tabel 9. Modal tetap/investasi……..…………………………………………66 Tabel 10. Modal kerja………………………………..………………………………..66
Daftar Gambar
Gambar 1.Ikan Tuna…………………………………………………………………..21 Gambar 2.Kerangka Pemikiran………………………………………………………36 Gambar 3. Struktur Organisasi TPI Pondok Dadap………………………………..54 Gambar 4. Proses Pemasaran……….………………………………………………56 Gambar 5. Lokasi Kapal Penangkapan Berlabuh………………………………….57 Gambar 6. Proses Menurunkan Ikan Hasil Tangkapan……………………………57 Gambar 7. Proses Menimbang Hasil Tangkapan Ikan…………………………….57 Gambar 8. Proses Pelelangan Ikan………………………………………………….58 Gambar 9. Saluran Pemasaran………………………………………………………59 Gambar 19. Lokasi Pelelangan Ikan…………………………………………………60
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Mutaffifin ayat 1-5 yang
artinya: “Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar timbangan).
(Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta
dicukupkan. Dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain),
mereka mengurangi. Tidakkah mereka itu mengira, bahwa sesungguhnya
mereka akan di bangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) pada hari (ketika)
semua orang bangkit menghadap Tuhan seluruh alam.” (QS. Al-Mutaffifin [83] :
1-6).
Dalam ayat tersebut dijelaskan mengenai ancaman bagi mereka yang
suka menipu orang lain, ancaman bagi orang yang curang dalam timbangan.
Mereka mengurangi, mengambil sedikit dari timbangan sedangkan jika menerima
timbangan mereka minta dicukupkan atau ditambahkan. Mereka orang-orang
yang curang dalam jual beli, mereka tidak beriman pada hari kiamat dan hari
kebangkitan. Kalimat al mutaffifin berasal dari kata thafafa yang artinya
mengurangi atau menambah sedikit. Mereka mengambil sedikit sekali namun
dosanya besar. Kalimat wail yang artinya celakalah menunjukkan bahwa mereka
akan mendapatkan azab yang pedih.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki
luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang garis pantai Indonesia mencapai
104.000 km dengan jumlah pulau sebanyak 17.504. Luas wilayah laut
mendominasi total luas territorial Indonesia sebesar 7,7 juta km2. Potensi
tersebut menempatkan Indonesia sebagi negara yang dikarunia sumber daya
2
kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati
kelautan terbesar (SEKJEN KKP, 2016).
Wilayah dua pertiga Indonesia yang berupa laut dikenal sebagai Negara
yang memiliki sumberdaya ikan yang melimpah. Akan tetapi, sektor perikanan
masih menghadapi masalah, seperti pencurian ikan oleh kapal asing, terjadinya
kelebihan tangkap (overfishing) dan rusaknya ekosistem laut akibat praktik
penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Berbagai alasan tersebut kemudian
mengharuskan Indonesia membangun sebuah strategi pengelolaan sumberdaya
perikanan yang efektif dan berkelanjutan agar dapat memberikan berbagai
manfaat, baik dari segi ekonomi maupun konservasi.
Perikanan merupakan salah satu sektor kekayaan sumber daya alam
yang dimiliki Indonesia yang dapat membantu pemulihan ekonomi nasional
karena sektor ini merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi baru yang
berbasis pada kekayaan sumber daya alam serta jasa-jasa lingkungan. Hal
tersebut terbukti ketika Indonesia mengalami puncak krisis moneter pada tahun
1997-1998 yang ditandai dengan jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dollar serta
terpuruknya sektor yang berbasis pada bahan baku impor, dalam kejadian
tersebut justru sektor perikanan menjadi “sektor penyelamat” yang menjadi satu-
satunya sektor yang tumbuh positif. Hal ini digambarkan bahwa sepanjang tahun
tersebut perikanan mencatat nilai ekspor sekitar Rp 22,5 Triliun rupiah.
Kemampuan sektor perikanan bertahan dalam masa krisis tersebut
memperlihatkan bahwa komoditi perikanan memiliki dasar yang kuat sebagai
salah satu pilar perekonomian Indonesia.
Pengelolaan sumberdaya perikanan tidak bisa dilaksanakan oleh satu
pihak saja, namun harus dilakukan oleh semua pihak yang terkait langsung
maupun tidak langsung dengan sumberdaya perikanan seperti nelayan,
pemerintah, lembaga/institusi non-pemerintah, akademisi, pelaku perikanan
3
lainnya (pedagang, kelompok pengolah ikan) dan lain-lain. Para pihak
(stakeholders) yang terkait harus memiliki kepedulian dan komitmen untuk
melaksanakan pengelolaan sumberdaya perikanan. Pengelolaan sumberdaya
perikanan tidak dapat dilakukan secara efektif dengan hanya mengandalkan
kemampuan pemerintah dalam membuat dan menegakkan peraturan saja.
Berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait dalam pengelolaan
sumberdaya perikanan harus sama-sama menyadari perlunya pengelolaan
sumberdaya perikanan dan kelautan serta dapat melakukan kegiatan
pengelolaan sumberdaya dengan baik.
Undang – undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menegaskan
bahwa tujuan pengelolaan perikanan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat khususnya nelayan, menciptakan kesempatan kerja,
mengoptimalkan serta menjaga kelestarian stok sumberdaya perikanan.
Pengelolaan sumberdaya merupakan upaya penting dalam menjaga
kesinambungan sumberdaya. Hal ini bertujuan agar sumberdaya perikanan tetap
dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang.
Ikan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian
Indonesia memegang peran yang cukup penting, mengingat potensi sumberdaya
ikan tuna tersedia cukup banyak dan belum dimanfaatkan secara optimal.
Komoditas ikan tuna beserta produk-produk turunannya memiliki keunggulan
kompetitif di pasar local maupun internasional, kemampuan perikanan sektor
tuna cukup besar untuk menciptakan usaha bisnis, menyerap tenaga kerja, serta
meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya masyarakat pesisir pantai.
Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh
perusahaan dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup dan
mengembangkan perusahaannya yaitu untuk memperoleh laba dari kegiatan
perusahaannya. Berhasil tidaknya suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan
4
yang diinginkannya bergantung pada kemampuan perusahaan dalam
menjalankan berbagai fungsi pada bidang dalam perusahaan, seperti bidang
pemasaran, keuangan, produksi, dan manajemen maupun bidang-bidang lain
yang dimilikinya, yang sekiranya memiliki pengaruh penting dalam menunjang
keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan tersebut.
Salah satu alat analisis dalam ilmu ekonomi kelembagaan adalah
ekonomi biaya transaksi. Alat analisis ini sering digunakan untuk mengukur
efisien tidaknya desain kelembagaan. Semakin tinggi biaya transaksi yang terjadi
dalam kegiatan ekonomi, berarti tidak efisien kelembagaan yang didesain. Alat
analisis ekonomi biaya transaksi masih mengalami beberapa hambatan,
pertama, secara teoritis masih belum terungkap secara tepat definisi biaya
transaksi itu sendiri. Kedua, setiap kegiatan ekonomi selalu bersifat spesifik
sehingga variabel dari biaya transaksi juga selalu berlaku khusus. Tanpa ada
definisi yang jelas tentang biaya transaksi menyebabkan kesulitan untuk
merumuskan variabel-variabelnya. Ketiga, meskipun definisi dan variabel sudah
dapat dirumuskan dengan baik dan jelas, masalah yang muncul adalah
bagaimana mengukurnya. Pengukuran ini merupakan isu yang sangat strategis
karena berdampak pada akurasi sebuah analisis kelembagaan, terutama untuk
melihat efisiensinya.
1.2 Rumusan Masalah
Biaya Transaksi merupakan suatu konsep yang menjelaskan tentang
biaya yang keluar saat melakukan transaksi diluar biaya produksi. Menurut
Williamson (1981) dalam Yustika (2008), biaya transaksi adalah biaya untuk
melakukan pencarian informasi, biaya negoisasi, biaya pelaksanaan keputusan
dari biaya monitoring dan pemaksaan (enforcement).
5
Dengan kata lain biaya transaksi muncul karena adanya transfer
kepemilikan atau lebih umum hak-hak kepemilikan. Oleh karena itu, yang
dimaksud biaya transaksi adalah biaya perolehan lahan tenaga kerja dan kapital
yang diperlukan yang diperlukan untuk memindahkan input menjadi output.
Dari beberapa uraian diatas rumusan masalah yang dapat diambil dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pemasaran yang dilakukan oleh para nelayan ikan tuna di
Pesisir Sendangbiru?
2. Biaya Transaksi apa saja kah yang muncul pada pelaku pemasaran ikan tuna
di pesisir Sendangbiru
3. Berapakah margin pemasaran pada pelaku pemasaran jkan tuna di pesisir
Sendangbiru?
4. Bagaimanakah kondisi keuangan para nelayan ikan tuna di pesisir
Sendangbiru?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisa :
1. Proses pemasaran ikan tuna di pesisir Sendang Biru.
2. Biaaya Transaksi yang muncul pada para pelaku pemasaran.
3. Margin pemasaran para pelaku pemasaran ikan tuna di pesisir Sendang Biru.
4. Kondisi keuangan nelayan ikan tuna di pesisir Sendangbiru.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna untuk :
6
1. Bagi peneliti diharapkan mampu mengetahui gambaran secara umum
mengenai pelaksanaan kegiatan pemasaran, biaya transaksi, keuntungan,
margin pemasaran, dan kondisi financial pada nelayan ikan tuna di Dusun
Sendang Biru.
2. Bagi nelayan tuna di Dusun Sendangbiru sebagai bahan informasi mengenai
keadaan usahanya dan dalam menentukan keputusan yang berkenaan
dengan prospek usaha tersebut, yaitu keuntungan yang diharapkan serta
resiko dari usaha pemasaran ikan tuna di Dusun Sendang Biru.
3. Bagi kalangan akademisi yaitu sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih
lanjut.
4. Bagi pemerintah, sebagai bahan informasi dalam merumuskan kebijakan,
dalam upaya pembangunan dan pembinaan usaha pemasaran ikan tuna.
37
3. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penilitian dengan judul “Analisa Biaya Transaksi Ikan Tuna di Dusun
Sendang Biru Kecamatan Sumbermanjingwetan Kabupaten Malang” ini
dilaksanakan pada 17 April – 18 Mei 2017 yang berlokasi di Dusun Sendang
Biru, Kecamatan Sumbermanjingwetan, Kabupaten Malang. Pemilihan lokasi di
Dusun Sendangbiru karena termasuk daerah pesisir dimana sebagian
wilayahnya berbatasan langsung dengan pesisir pantai dengan ketersediaan
sumberdaya ikan tuna yang melimpah, serta adanya tempat pelelangan ikan
yang hamper setiap hari melakukan kegiatan pemasaran ikan tuna.
3.2 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif. Metode
deskriptif merupakan suatu metode untuk meneliti status kelompok manusia,
suatu set kondisi, suatu set pemikiran, atau suatu keadaan peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat sebuah deskriptif
tulisan secara sistematis, fluktual, dan akurat tentang fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar kejadian yang sedang diselidiki.
Menurut Marzuki (2005), analisa deskriptif adalah suatu metode penelitian
tentang status manusia, suatu kondisi, dan suatu sistem penelitian pada masa
sekarang. Tujuan dari metode analisa deskriptif ini adalah untuk menggambarkan
secara sistematis dan aktual mengenai fakta serta hubungan antara fenomena
yang diteliti. Fungsi deskriptif sendiri untuk menerangkan, mengkontrol,
memprediksi dan juga regresi.
38
3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari yang nantinya digunakan untuk menarik kesimpulan. Populasi
bukan hanya sekedar orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam lainnya
atau berhubungan dengan data. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada
pada obyek atau subyek yang dipelajari namun juga berhubungan dengan
karakteriktik dan sifat yang dimiliki subyek dan obyek (Sugiyono, 2014). Populasi
dalam penelitian ini adalah jumlah nelayan ikan tuna di Dusun Sendangbiru
Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang yaitu sebanyak 348
orang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu yang tersedia, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi untuk menarik
kesimpulan dari populasi yang diteliti melalui sampel yang diambil. Sampel yang
diambil haruslah benar-benar repsensentatif atau mewakili agar kesimpulan yang
ditarik dapat diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2014).
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Sugiyono (2014), teknik pengambilan sampel yang digunakan
pada penelitian ini adalah probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel
yang memberikan peluang yang sama bagi anggota populasi untuk dijadikan
sampel. Jenis yang digunakan pada teknik probability sampling adalah
proportionate stratified random sampling yakni digunakan bila populasi memiliki
anggota yang tidak homogen dan berstrata secara porposianal. Pengambilan
39
sampel pada penelitian ini menggunakan teknik probability sampling karena
memberikan peluang untuk seluruh nelayan ikan tuna karena dlihat berdasarkan
cara pemasaran ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan ikan tuna di Dusun
Sendangbiru.
Menurut Umar (2003) dalam Rachmadian (2015), penentuan jumlah
sampel ini berdasarkan rumus Slovin, sebagai berikut:
Keterangan:
n = Ukuran sampling
N = Ukuran populasi
e2 = Batasan Ketelitian yang diinginkan = 15% = 0,0225%
Berdasarkan rumus sloving diatas dengan pendugaan kesalahan 15% dan
dengan jumlah penduduk Dusun Sendangbiru Desa Tambakrejo sebanyak
8.284 orang, maka bisa didapat sampel sebanyak:
n = N N.e2+1
n = 348 348 * 0,0225 +1
n = 348 = 39,4 = 39 8,83
n (nelayan) = 250 x 39 = 28 orang 348 n (pengambek ikan) = 35 x 39 = 4 orang 348 n (pedagang besar) = 30 x 39 = 3 orang 348 n (pedagang pengecer) = 33 x 39 = 4 orang 348
40
Pengambilan sampel untuk nelayan ikan tuna di Dusun Sendangbiru
sebanyak 28 orang, 4 pedagang pengambek, 3 pedagang besar, dan 4
pedagang pengecar diambil menggunakan teknik probability sampling karena
memberikan peluang untuk seluruh nelayan ikan tuna karena dlihat berdasarkan
cara pemasaran ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan ikan tuna di Dusun
Sendangbiru.
3.4 Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan berdasarkan sumber data dalam
pelaksanaan penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
3.4.1 Data Primer
Data primer merupakan data pelaksanaan penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber diamati dan dicatat (tidak melalui media
perantara).Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab
pertanyaan penelitian.Data primer dapat berupa opini subyek (orang) secara
individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda fisik, kejadian
atau kegiatan dan hasil-hasil pengujian. Data primer dalam penelitian ini
diperoleh dari kuisioner yang diisi oleh responden, meliputi karekteristik
responden, dan usia responden (Marzuki, 2002).
Sumber data primer didapatkan dari nelayan ikan tuna serta pelaku
pemasaran ikan tuna di Dusun Sendangbiru Kabupaten Malang. Selain itu, data
primer juga didapatkan melalui pengamatan secara langsung. Data primer yang
dikumpulkan melalui penelitian ini meliputi analisis investasi jangka pendek,
proses pemasaran, permodalan, biaya transaksi, dan margin pemasaran.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan tidak melalui narasumber
secara langsung melainkan dari data-data terdahulu maupun kepustakaan. Data
41
sekunder adalah data yang pengumpulan, pencatatn dan penentuan
spesifikasinya bukan dari pemakai namun dari pihak lain data sekunder
dikumpulkan sebgai pendukung penelitian yang dilakukan (Suharto, 2009).
Adapun data sekunder yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu
keadaan umum lokasi penelitian di Dusun Sendangbiru yang meliputi letak
geografis dan topografis, data kependudukan, dan peta Dusun Sendangbiru
Kabupaten Malang.
3.5 Teknik Pengambilan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data melalui wawancara dan
observasi secara mendalam sebagai berikut:
3.5.1 Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
mahasiswa ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang ingin diteliti, atau dijadikan sumber dan juga apabila peneliti
ingin mengetahui hal-hal atau menggali informasi dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Kalimat yang digunakan untuk
wawancara haruslah singkat, jelas, serta mengarah pada hal-hal yang penting
dan tidak bertele-tele (Sugiyono, 2014).
Data yang dikumpulkan melalui wawancara ini diperoleh secara langsung
dari subyek penelitian atau masyarakat Dusun Sendangbiru dengan melakukan
tanya jawab bersama peneliti untuk mendapatkan keterangan dan data sesuai
tujuan peneliti. Data yang dikumpulkan meliputi proses pemasaran, biaya
transaksi, serta keuntungan dari pemasaran hasil tangkapan ikan tuna.
42
3.5.2 Observasi
Menurut Sugiyono (2014), observasi sebagai teknik pengambilan data
yang mempunyai ciri-ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik wawancara
dan kuisioner. Apabila wawancara dan kuisioner selalu berkomunikasi dengan
orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam
yang lain. Melalui observasi dituntut untuk bisa merangkum dan menggambarkan
keseluruhan kejadian dalam kata-kata yang bisa dipahami banyak orang. Dalam
melakukan observasi, hal yang paling penting adalah mendapatkan jawaban
terhadap unsur-unsur suatu kegiatan.
Pengambilan data menggunakan teknik observasi pada penelitian ini
yaitu dengan melakukan observasi atau pengamatan secara langsung kepada
seluruh pihak yang terkait dalam proses pemasaran ikan tuna di Dusun
Sendangbiru.
3.5.3 Studi Pustaka atau Dokumentasi
Studi pustaka ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan
metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat.Sebelum menulis
karya ilmiah hendaknya sebelumnya memilih dan menemukan bahan bacaan
yang membahas masalah tersebut. Sumber bacaan itu dapat berupa buku yang
sudah diterbitkan, naskah yang belum diterbitkan, tabloid, majalah, surat kabar,
atau analogi (Arifin, 2008).
Menurut Agung (1999),yang dimaksud dengan metode studi pustaka
adalah metode yang dilakukan dengan pengumpulan data melalui literatur di
perpustakaan.Studi pustaka dilakukan dengan membaca literatur dari buku teori,
jurnal, tulisan ilmiah, dan laporan ilmiah untuk membandingkan dengan praktek
yang terjadi di lapang. Pustaka yang diambil pada penelitian ini yaitu tentang
biaya transaksi dan pemasaran ikan tuna.
43
3.6 Analisa Data
3.6.1 Data Kualitatif
Metode penelitian kualitatif sering juga disebut dengan naturalistic inquiry
(inkuiri alamiah). Apapun macam, cara, atau corak analisis data kualitatif suatu
penelitian, hal pertama yang harus dilakukan adalah membaca fenomena. Setiap
data kualitatif memiliki karakteristiknya sendiri. Data kualitatif berada secara
tersirat di dalam sumber datanya. Sumber data kualitatif adalah catatan hasil
observasi, transkrip interview secara mendalam dan dokumen-dokumen terkait
baik berupa tulisan ataupun gambar (Sugiyono,2011).
Dalam penelitian ini, pendekatan metode kualitatif berfungsi untuk
mendapatkan teori-teori baru dengan memanfaatkan landasan teori yang sudah
ada, penelitian kualitatif bersifat subyektif sehingga hasilnya memiliki
kecenderungan berdasarkan kesimpulan atau pendapat peneliti. Analisa kualitatif
yang dilakukan dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis data yang
dikumpulkan dalam proses pemasaran ikan tuna, strategi pemasaran yang
digunakan, jenis alat tangkap yang digunakan, serta struktur organisasi
pengelola pemasaran ikan tuna di Sendang Biru.
3.6.2 Data Kuantitatif
Menurut Sugiyono (2014), data kuantitatif adalah merupakan suatu
karakteristik yang dimiliki oleh suatu variabelyang nilai-nilainya dinyatakan dalam
bentuk angka atau numerical.
Dalam penelitian ini analisa kualitatif berfungsi untuk menguji kebenaran
hasil pengolahan data berdasarkan teori-teori yang sudah ada. Dengan demikian
akan ditemukan kecocokan atau ketidakcocokan antara hasil analisis data
kualitatif dengan landasan teori yang ada. Data yang akan dianalisis adalah
mencakup permodalan, biaya produksi, pendapatan usaha, keuntungan, R/C
Ratio, BEP, rentabilitas, margin pemasaran, serta efisiensi pemasaran pada
44
usaha pemasaran ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan ikan tuna di Dusun
Sendang Biru Kabupaten Malang.
3.7 Analisa Usaha Jangka Pendek
a. Permodalan
Modal usaha dalam pengertian ekonomi adalah barang atau uang yang
bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja bekerja untuk
menghasilkan suatu barang baru. Modal usaha tersebut biasanya berupa modal
tetap/aktiva dan modal kerja (Riyanto , 1995). Sedangkan menurut Primyastanto
(2009), modal tetap itu bukanlah tidak habis terpakai melainkan
menghabiskannya dalam waktu yang lama, sedangkan modal pasif dibedakan
menjadi dua yakni modal sendiri dan modal asing. Analisa permodalan pada
penelitian ini meliputi: modal tetap dan modal kerja.
b. Biaya Produksi
Setiap kegiatan usaha yang dilaksanakan memerlukan biaya-biaya atau
pengeluaran usaha. Menurut prinsip ekonomi, dengan biaya tertentu diharapkan
hasil yang optimal, atau dengan kata lain untuk mendapatkan hasil tertentu
dengan biaya yang serendah mungkin (Primyastanto dan Istikharoh , 2003).
Setiap perusahaan selalu menaruh perhatian besar pada aspek struktur
biaya (tetap dan variabel) dan jenis-jenis biaya yang lain (opportunity cost),
karena biaya merupakan faktor utama yang menentukan harga minimal yang
harus ditetapkan perusahaan agar tidak mengalami kerugian. Menurut Shinta
(2011), Total Cost (TC) didapat dari penjumlahan dari biaya tetap dengan biaya
variabel.
Rumus Total Cost:
TC = FC + VC
45
Dimana:
TC = Total Cost (biaya total)
FC = Fixed Cost (biaya tetap)
VC = Variable Cost (biaya variabel)
c. Penerimaan
Penerimaaan (Total Revenue) merupakan pendapatan kotor usaha yang
didefinisikan sebagai nilai produk total usaha daklam jangka waktu tertentu.
Penerimaan diperoleh dari penjualan produk akhir yang berupa uang
(Primyastanto, 2015). Untuk mengetahui penerimaan secara matematis
dirumuskan sebagai berikut :
TR = Y x Py
Dimana:
TR = Penerimaan Total(Rp)
Y = Jumlah Produksi
Py = Harga (Rp)
d. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)
Analisa Revenue Cost Ratio yaitu perbandingan atau imbangan antara
total penerimaan dengan total biaya (Primyastanto, 2005). Untuk mengetahui
nilai R/C Ratio secara matematis dirumuskan sebagai berikut:
R/C Ratio =
Dimana:
TR = total penerimaan (revenue)
TC = total biaya usaha (cost)
46
Kriterianya adalah :
- Apabila nilai RC > 1, maka usaha menguntungkan
- Apabila nila RC = 1, maka usaha impas
- Apabila nilai RC < 1, maka usaha rugi
e. Keuntungan
Keuntungan usaha atau pendapatan bersih adalah besarnya penerimaan
setelah dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk prosese produksi baik
tetap maupun tidak tetap(Primyastanto 2011). Nilai keuntungan dirumuskan
sebagai berikut :
π = TR - TC
Dimana:
π =Keuntungan (Rp)
TR = Total Revenue/Penerimaan Total (Rp)
TC = Total Cost/Biaya Total (Rp)
- Apabila nilai RC < 1, maka usaha rugi
1. Earning Before Zakat (EBZ)
EBZ = TR - TC
Keterangan :
TR : Total Revenue/Penerimaan Total (Rp)
TC : Total Cost/Total Biaya (Rp)
2. Earning After Zakat (EAZ)
Zakat (Z) = 2,5% X EBZ
EAZ = EBZ - Z
f. Break Even Point (BEP)
Analisa Break Event Point (BEP) merupakan suatu teknik analisis untuk
mempelajari hubungan antara biaya-biaya Variable yang berhubungan, biaya
47
tetap, keuntungan, dan volume kegiatan (Riyanto, 1995 dalam Primyastanto,
2015). Untuk mengetahui nilai BEP secara matematis dirumuskan sebagai
berikut:
BEP Produksi
BEP Produksi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
BEP :Break Event Point
FC :Biaya Tetap Produksi (Rp)
P :Harga (Rp)
AVC :Rata-rata Biaya Variabel (Rp)
BEP Sales
BEP Sales dapat dirumuskan sebagai berikut :
BEP(s) =
Keterangan :
BEP :Break Event Point
FC :Biaya Tetap Produksi
VC :Biaya Variabel Produksi
S : Total Penjualan
Kriteria :
Nilai BEP Sales > Penerimaan yang diterima nelayan maka usaha
tersebut tidak menguntungkan (rugi).
Nilai BEP Sales < Penerimaan yang diterima nelayan maka usaha
tersebut menguntungkan.
48
Rentabilitas = 𝐿
𝑀 x 100%
Nilai BP Sales = Penerimaan yang diterima nelayan maka usaha
tersebut impas.
g. Rentabilitas
Menurut Istiyanti (2010), rentabilitas merupakan kemampuan sebuah
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan modal yang
digunakan dan dinyatakan dalam bentuk persen. Rumus untuk menghitung rasio
rentabilitas adalah sebagai berikut:
Keterangan :
L : Laba Bersih
M : Modal
h. Margin Pemasaran
Margin pemasaran dapat didefinisikan sebagai selisih harga antara yang
dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen. Panjang
pendeknya sebuah saluran pemasaran dapat mempengaruhi marginnya,
semakin panjang saluran pemasaran maka semakin besar pula margin
pemasarannya, sebab lembaga pemasaran yang terlibat semakin banyak.
Besarnya angka marjin pemasaran dapat menyebabkan bagian harga yang
diterima oleh petani produsen semakin kecil dibandingkan dengan harga yang
dibayarkan konsumen langsung petani, sehingga saluran pemasaran yang terjadi
atau semakin panjang dapat dikatakan tidak efisien (Istiyanti, 2010). Untuk
mengetahui nilai margin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
MP = Pr - Pf
49
MP : Margin Pemasaran
Pr : Harga Eceran
Pf : Harga di tingkat nelayan
50
4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis dan Keadaan Topografis
Perairan Sendang Biru sebagai lokasi kegiatan penelitian merupakan
pusat produksi perikanan tangkap yang terletak di bagian selatan Kabupaten
Malang dengan jarak 75 KM dari Kabupaten Malang. Secara administrasi
perairan ini termasuk dalam wilayah Desa Tambakrejo, Kecamatan
Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.
Adapun batas-batas perairan Sendang Biru adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kedung Banteng
Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tambak Sari
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sitiarjo
Sendang Biru merupakan daerah pantai selatan yang tidak terdapat
landasan benua, namun curam dan berkarang, dengan demikian gelombang
yang terjadi adalah mulai dari gelombang sedang sampai gelombang besar serta
terjadi dua kali pasang surutdengan arus pasang yang kuat. Sedangkan dasar
perairan perairan pantai berupa pasir, lumpur dan karang.
Berdasarkan keadaan topografi desa Tambakrejo berada pada ketinggian
15 meter dari permukaan laut. Desa Tambakrejo memiliki luas 2.735.850 km2,
luas tersebut meliputi daratan dan perbukitan ataupun pegunungan. Secara
umum iklim desa Tambakrejo dipengaruhi musim penghujan dan kemarau
dengan curah hujan rata-rata 1.3550 mm per tahun. Desa ini juga memiliki suhu
dengan rata-rata 23-31°C.
51
4.2 Keadaan Penduduk
4.2.1 Jumlah Penduduk
Berdasarkan data adiminstrasi pemerintah desa tahun 2015, wilayah
Desa Tambakrejo memiliki luas 2.735.850 km2 dengan jumlah penduduk seperti
pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah penduduk desa Tambakrejo
NO URAIAN KETERANGAN
1 Jumlah Laki-laki 3.578 Orang
2 Jumlah perempuan 4.706 Orang
3 Jumlah total 8.284 Orang
4 Jumlah kepala keluarga 2.241 KK
5 Kepadatan penduduk 330.25 per km2
Sumber : Data Kependudukan Desa Tambakrejo 2017
Kesimpulan dari tabel diatas adalah penduduk di desa Tambakrejo
sebagian besar perempuan dengan jumlah 4.706 orang.
4.2.2 Tingkat Pendidikan Penduduk
Berdasarkan tingkat pendidikan Sumberdaya Manusia Desa Tambakrejo
ini masih banyak terdapat penduduk yang bertamatan SD dimana jumlahnya
sebanyak 1.636 orang laki - laki dan 1.542 orang perempuan. Hal ini
menyebabkan kurangnya ilmu pengetahuan dan menimbulkan lemahnya
Sumberdaya Manusia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Tambakrejo
NO TINGKATAN PENDIDIKAN LAKI – LAKI PEREMPUAN
1 Usia 3-6 Tahun yang belum masuk Tk
35 25
2 Usia 3-6 Tahun yan sedang TK / Playgroup
119 125
3 Usia 7-18 Tahun yang tidak pernah sekolah
80 55
4 Usia 7-18 Tahun yang sedang sekolah
96
5 Usia 18-56 Tahun yang tidak pernah sekolah
34 26
6 Usia 18-56 tahun pernah SD tetapi tidak Tamat
42 38
7 Tamat SD sederajat 1.636 1.542
8 Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTP 25 15
52
Lanjutan
NO TINGKAT PENDIDIKAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
9 Jumlah usia 18-56 tahun yang tidak tamat SLTA
15 16
10 Tamat SMP /Sederajat 226 212
11 Tamat SMA / sederajat 98 72
12 Tamat D1 - -
13 Tamat D2 - 5
14 Tamat D3 - -
15 Tamat S1 8 7
16 Tamat S2 - -
17 Tamat S3 - -
Jumlah 2.084 1.933
Jumlah total 4.017 Orang
Sumber : Data Kependudukan Desa Tambakrejo 2017
Dari table tingkat pendidikan penduduk Desa Tambakrejo diatas dapat
disimpulkan bahwa tingkat pendidikan penduduk masih cukup rendah. Mayoritas
penduduk hanya menyelesaikan pendidikannya sampai jenjang SD dengan
jumlah 1.636 penduduk diikuti jumlah penduduk yang menyelesaikan jenjang
pendidikan di tingkat SMP dengan jumlah 226 penduduk.
4.2.3 Mata Pencaharian Penduduk
Berdasarkan data kependudukan desa Tambakrejo tahun 2015, dapat
dilihat ragam mata pencaharian penduduk desa Tambakrejo. Mayoritas mata
pencaharian di desa Tambakrejo dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Data Mata Pencaharian Penduduk Tambakrejo
NO JENIS PEKERJAAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
1 Petani 716 394
2 Buruh Tani 205 56
3 Buruh migrant perempuan 83 -
4 Buruh migrant laki-laki - 104
5 Pegawai negri sipil 9 5
6 Pedagang keliling 8 3
7 Peternak 50 38
8 Nelayan 2.169 -
9 Montir 10 -
10 TNI 3 -
11 POLRI 3 -
12 Pensiunan TNI/POLRI/PNS 25 15
13 Pengusaha kecil dan menengah 50 67
14 Dukun kampung terlatih 5 7
15 Pengusaha besar 10 8
16 Karyawan perusahaan swasta 25 16
53
Lanjutan
NO JENIS PEKERJAAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
17 Karyawan perusahaan pemerintah 22 27
18 Sopir 58 -
19 Tukang ojek 201 -
20 Tukang cukur 3 -
21 Tukang batu/kayu 22 -
Jumlah jenis mata pencaharian 3.667 740
Jumlah total jenis mata pencaharian 4.417 Orang
Sumber : Data Kependudukan Desa Tambakrejo 2017
Disini terlihat bahwa masyarakat Desa Tambakrejo dominan bermata
pencaharian sebagai nelayan. Dari situ sudah sesuai adanya TPI Dadaprejo
sebagai TPI yang baru yang ada di kecamatan Sumbermanjing Wetan karena
TPI Dadaprejo ini mengutamakan pembangunan di sektor perikanan.
54
5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Profil Tempat Pelelangan Ikan Pondok Dadap
Daerah Sendang Biru yang berada di sebelah selatan Kabupaten Malang
dikenal sebagai salah satu penghasil perikanan tangkap terbesar di Jawa Timur,
salah satu komoditi terbesar Sendang Biru adalah ikan tuna. Daerah Sendang
Biru memiliki 2 fasilitas pelelangan ikan yang cukup besar, salah satunya adalah
tempat pelelangan ikan (TPI) Pondok Dadap yang menjadi lokasi dari penelitian
ini. Memiliki lokasi yang strategis dan cukup luas menjadi salah satu kunci dari
TPI ini untuk bias berkembang menjadi salah satu TPI terbesar di Jawa Timur.
Untuk melakukan kegiatan pelelangan atau pemasaran, TPI Pondok Dadap
memiliki pengurus yaitu ketua, sekretaris, serta bendahara yang dalam proses
kerjanya akan dibantu oleh tim pengawas dan para karyawan. Berikut adalah
struktur organisasi di TPI Pondok Dadap :
Gambar 3. Struktur Organisasi TPI Pondok Dadap
55
Tabel 4. Daftar Nama Pengawas TPI Pondok Dadap
No. Nama Jabatan
1 Wikanto, SE Koordinator
2 Nityoadi Anggota
3 Krisdian Adi C Anggota
Sumber : TPI Pondok Dadap, 2017 Tabel 1. Daftar Nama Karyawan TPI Pondok Dadap
No. Nama Jabatan
1 Hari Agus Setiawan Manajer
2 Fajar SS Kabid
Unit TPI
1 Agus Harianto Juru Lelang
2 Bedu Abdullah Juru Timbang
3 Sihwiyoto Adi Juru Lelang
4 Hendro,S Juru Nota
5 Misdram Juru Buku
6 Indra A Yudianto Juru Buku
7 Ariska Eko P. Juru Nota
8 Yuli Arianti Kasir TPI
9 Siti Rokayah Juru Nota
10 Widiati Kasir TPI
11 KhalimaTusana Juru Nota
12 Sumardi Kebersihan
UNIT PAM
13 Subandi Tehnisi
14 Winarmo Kran TPI
15 Semin MCK TPI
16 Adi Susilo Tehnisi
UNIT SPDN
17 Ilona Amelia Juru Buku
18 Adi Luarso Operator
19 Kurniadi SW Operator
KANTOR
20 Eddy Kristanto Akuntansi
21 Siti Fatimah Kasir
22 Astuti Wardhani Ass Kasir
23 Ririn Dwi Yuli A Adiminstrasi
24 Irene Administrasi
25 Dwi Yuli S PPOB
26 Gatot Sumardji PPOB
UNIT ES
27 Rudi Limbang Unit Es
SATPAM
28 Suratin Satpam
29 Edi Suhendro Satpam
Sumber : TPI Pondok Dadap, 2017
56
5.2 Proses Pemasaran Ikan Tuna
Manajemen pemasaran merupakan proses kegiatan aktivitas
menyalurkan produk dari produsen ke konsumen. Pemasaran merupakan ujung
tombak kegiatan ekonomi dalam agribisnis peternakan. Peternak atau
pengusaha yang menghasilkan produk peternakan pasti menginginkan
produknya sampai dan di-terima oleh konsumen yang harus melalui beberapa
kegiatan pemasaran (Rahadi dan Hartono, 2003).
Gambar 4. Proses Pemasaran Ikan Tuna di TPI Pondok Dadap
Pada proses pemasaran ikan tuna, TPI Pondok Dadap Sendang Biru
Kabupaten Malang, nelayan bertindak sebagai produsen yang memenuhi
permintaan ikan tuna dari konsumen dan TPI Pondok Dadap bertindak sebagai
fasilitator pada saat proses pelelangan ikan. Pada proses pemasaran ikan tuna
di TPI Pondok Dadap dimulai ketika kapal penangkap ikan mulai berlabuh di
dermaga dekat TPI. Saat kapal sudah selesai berlabuh para pengurus kapal
serta juru angkut mulai menurunkan hasil tangkapan untuk selanjutnya dibawa
ke TPI untuk melalui proses penimbangan terlebih dahulu. Setelah proses
penimbangan selesai, ikan dimasukkan dalam bak atau basket, setiap bak ikan
telah terisi ikan tuna seberat 10kg.
Proses selanjutnya adalah proses pelelangan, dalam proses ini akan
terjadi proses jual-beli yang akan dipandu oleh juru lelang. Juru lelang akan
memulai pelelangan ikan dengan membuka harga dimulai dari yang paling
rendah dan calon pembeli yang menawar dengan harga yang paling tinggi maka
Pedagang Besar
membeli ikan
melalui proses
pelelangan
Ikan hasil
tangkapan
nelayan
Pengurus Kapal /
Pengambek Ikan
membeli semua hasil
tangkapan nelayan Pedagang
Pengecer membeli
ikan melalui
proses pelelangan
Konsumen
57
berhak untuk mendapatkan ikan tersebut. Proses pelelangan ikan di TPI Pondok
Dadap dilakukan setiap pagi hari dan hamper setiap hari selalu ada pelelangan
ikan. TPI akan berhenti beroperasi ketika cuaca sedang buruk dan tidak ada
kapal yang berangkat melaut.
Gambar 5. Lokasi Kapal Penangkapan Berlabuh
Gambar 6. Proses menurunkan ikan hasil tangkapan
Gambar 7. Proses menimbang hasil tangkapan
Teknologi penangkapan Ikan Tuna di TPI Pondok Dadap dapat dikatakan
masih menggunakan cara yang tradisional. Hal tersebut membuat proses
penangkapan ikan di wilayah Sendang Biru sangat tertinggal bila dibandingkan
58
dengan negara penghasil ikan tuna yang lain, seperti Jepang, Korea, dan
Taiwan. Kapal yang digunakan pun masih semi modern yang dimana jarak
tempuh dan daya angkut tangkapan ikan tuna sangat terbatas. Berikut beberapa
kapal penangkapan ikan tuna yang umum dipakai nelayan di TPI Pondok Dadap:
Tabel 5. Jenis Kapal Penangkapan yang Digunakan
No Uraian Jumlah Armada
1 Purse Seine 52
2 Sekoci 450
3 Jukung 157
4 Kunting 75
Sumber : Data Diolah, 2017
Gambar 8. Proses pelelangan ikan di TPI
5.2.1 Saluran Pemasaran
Pada umumnya pemasaran dipandang sebagai tugas untuk menciptakan,
memperkenalkan, dan menyerahkan barang kepada konsumen baik konsumen
perorangan maupun berkelompok. Definisi pemasaran itu sendiri adalah proses
sosial dan manajerial di mana pribadi atau organisasi memperoleh memperoleh
apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai
dengan yang lain (Kotler dan Armstrong, 2008:6).
Dalam usaha pemasaran ikan tuna di TPI Pondok Dadap ini, pada
umumnya menggunakan 3 saluran pemasaran, yaitu nelayan melalui
pengambek dibeli oleh pedagang besar, nelayan melalui pengambek dibeli oleh
pedagang pengecer, dan dari nelayan langsung melalui pedagang besar. Berikut
adalah gambar dari saluran pemasaran di TPI Pondok Dadap :
59
Gambar 9. Saluran Pemasaran Ikan Tuna di TPI Pondok Dadap
Pada saluran pemasaran pertama, nelayan menjual ikan ke pengambek
ikan yang membeli semua hasil tangkapan nelayan. Dari pengambek ikan
kemudian dijual kepada pedagang besar melalui system pelelangan ikan dimana
sebagian besar pedagang besar datang langsung ke pengambek ikan yang ada
di TPI untuk membeli ikan yang baru saja di lelang. Selanjutnya dari pedagang
besar, Ikan tersebut disalurkan kepada pedagang pengecer yang berada di
pasar-pasar yang menjual ikan tuna.
Saluran kedua kurang lebih hampir sama dengan saluran yang pertama,
yaitu nelayan masih menjual hasil tangkapannya kepada pengambek ikan. Akan
tetapi yang membedakan saluran kedua ini adalah pengambek ikan langsung
mendistribusikan ikannya kepada pedagang pengecer yang ada di pasar-pasar
hal ini dikarenakan untuk menekan biaya transportasi bagi pengambek ikan
karena pedagang pengecer yang datang menghampiri pengambek ikan untuk
membeli ikannya walaupun skala pembelian yang dilakukan oleh pedagang
pengecer lebih sedikit dibandingkan pedagang besar tetapi biasanya pengambek
ikan sudah memiliki pelanggan-pelanggan (pedagang pengecer) yang sering
membeli ikan darinya.
Nelayan Pengurus
Kapal
(pengambek)
Pedagang
Pengecer
Pedagang
Besar
Konsume
n
Pedagang
Besar
Nelayan
Pengurus
Kapal
(pengambek)
Nelayan
60
Pada saluran ketiga nelayan tidak menjual hasil tangkapannya dengan
melalui sistem lelang dikarenakan nelayan sendiri sudah memiliki kebiasaan
menjual hasil tangkapannya langsung kepada pedagang besar karena antara
nelayan dan pedagang besar terkadang memiliki hubungan kerabat atau saudara
sendiri karena dengan kondisi tersebut nelayan tidak disulitkan lagi dengan
masalah harga yang tidak pasti karena pedagang besar biasanya membeli
berdasarkan harga yang sedang umum atau berlaku pada saat itu juga.
Terkadang ada juga nelayan yang menjual hasil tangkapannya langsung kepada
pedagang besar tanpa melalui proses pelelangan dan bukan juga merupakan
kerabat hal ini dikarenakan jumlah hasil tangkapan mereka yang relatif sedikit
atau dibawah rata-rata pada umumnya.
Gambar 10. Lokasi Tempat Pelelangan Ikan
5.2.2 Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran merupakan variabel-variabel yang dipakai oleh
perusahaan dalam kegiatan pemasarannya, seperti yang diungkapkan oleh
Kotler dan Amstrong (2001:18) “Bauran pemasaran adalah seperangkat alat
taktis dan terkontrol yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan
respon yang diinginkan pasar sasaran” bauran pemasaran terdiri dari atas segala
sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan
produknya. Kemungkinanan itu dapat dikelompokan menjadi empat kelompok
variabel yaitu produk, harga, promosi dan distribusi.
61
Dari hasil penelitian tentang analisis biaya transaksi pada pemasaran ikan
tuna di Dusun Sendang Biru khususnya di TPI Pondok Dadap, hasil bauran
pemasaran yang didapatkan sebagai berikut:
1. Produk
Usaha pemasaran ikan tuna di TPI Pondok Dadap selalu berupaya untuk
menghasilkan ikan tuna dengan kualitas yang unggul dari segi ukuran maupun
kesegarannya. Demi menghasilkan ikan tuna dengan ukuran yang bagus,
nelayan ikan tuna selalu menggunakan alat tangkap dengan ukuran pukat yang
tidak terlalu kecil serta menjaga kesegaran ikan tuna dengan langsung
melakukan pelelangan begitu kapal bersandar dengan melalui proses
penimbangan dahulu.
2. Harga
Harga merupakan penentu keberhasilan pasar. Harga yang ditawarkan
harus sesuai dengan dengan harga pasar dengan mempertimbangkan kualitas
dari produk. Penentuan harga pada usaha pemasaran ikan tuna di TPI Pondok
Dadap merupakan hasil dari proses lelang, dimana juru lelang akan membuka
harga mulai dari yang paling rendah. Konsumen yang menawar ikan dengan
harga yang paling tinggi akan mendapatkan ikan yang dilelang. Selain itu cuaca
serta musim ikan juga sangat berpengaruh terhadap penentuan harga.
3. Promosi
Promosi yang komunikatif dapat meningkatkan jumlah permintaan akan
sebuah produk, pada usaha pemasaran ikan tuna di TPI Pondok Dadap tidak
memiliki sistem promosi besar-besaran, namun cukup dengan menggunakan
papan nama dikarenakan daerah Sendang Biru sudah cukup lama dikenal
masyarakat luas sebagai daerah penghasil ikan tuna sehingga tidak diperlukan
promosi yang berlebih.
4. Distribusi
62
Distribusi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam usaha
pemasaran, dimana dalam kegiatan ini distributor bertugas menyalurkan produk
dari produsen ke tangan konsumen. Dalam kegiatan distribusi ikan tuna di TPI
Pondok Dadap, nelayan berperan sebagai produsen yang akan menyalurkan
ikan hasil tangkapanya melalui pedagang pengumpul, pedagang besar,
pedagang pengecer yang akan menyalurkan ikan ke tangan konsumen.
5.2.3 Strategi Pemasaran
Manajemen strategi menurut Rahmady dan Andi (2007:1), adalah suatu
tindakan manajerial yang mencoba untuk mengembangkan potensi perusahaan
di dalam mengeksploitasi peluang bisnis yang muncul guna mencapai tujuan
perusahaan yang telah ditetapkan.
Pada usaha pemasaran ikan tuna di TPI Pondok Dadap strategi
pemasaran yang dilakukan tidak begitu agresif, hal tersebut dikarenakan semua
hasil tangkapan ikan tuna akan dijual melalui system pelelangan ikan setelah
melalui proses penimbangan terlebih dahulu. Para peserta pelelangan ikan di
TPI kebanyakan para pedagang pengumpul atau yang biasa disebut pengambek
ikan. Para pedagang pengumpul biasanya membeli ikan dalam jumlah cukup
besar untuk kemudian dijual lagi kepada pedagang besar atau pedagang
pengecer.
Untuk strategi memasarkan ikan tuna di TPI pondok Dadap sendiri tidak
memiliki strategi khusus. Hal tersebut disebabkan karena nelayan di Sendang
Biru sudah dikenal secara luas sebagai salah satu nelayan penghasil ikan tuna
terbesar di Jawa timur, sehingga tanpa melakukan strategi pemasaran secara
khusus pun konsumen akan dating dengan sendirinya ke daerah Sendang Biru.
Nelayan di Sendang Biru hanya perlu mempertahankan konsumen mereka
dengan tetap menjaga kualitas serta pelayanan mereka agar konsumen tetap
membeli ikan tuna di daerah Sendang Biru.
63
5.3 Biaya Pemasaran
Pada umumnya pemasaran dipandang sebagai tugas untuk menciptakan,
memperkenalkan, dan menyerahkan barang kepada konsumen baik konsumen
perorangan maupun berkelompok. Definisi pemasaran itu sendiri adalah proses
sosial dan manajerial di mana pribadi atau organisasi memperoleh memperoleh
apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai
dengan yang lain (Kotler dan Armstrong, 2008:6).
Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh nelayan ikan tuna antara lain modal
tetap dan biaya variabel. Sedangkan biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh
nelayan dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 6. Biaya Pemasaran Ikan Tuna di TPI Pondok Dadap
No Rincian Total Biaya (dalam 1 tahun)
1 Es balok Rp. 4.800.000
2 Kuli panggul/angkutan Rp. 12.000.000
3 Konsumsi Rp. 2.000.000
4 Biaya Komunikasi Rp. 600.000
Jumlah Rp. 19.400.000
Sumber: Data diolah, 2017
5.4 Analisis Biaya Transaksi
Salah satu alat analisis dalam ilmu ekonomi kelembagaan adalah
ekonomi biaya transaksi. Alat analisis ini sering digunakan untuk mengukur
efisien tidaknya desain kelembagaan. Semakin tinggi biaya transaksi yang terjadi
dalam kegiatan ekonomi, berarti tidak efisien kelembagaan yang didesain. Alat
analisis ekonomi biaya transaksi masih mengalami beberapa hambatan,
pertama, secara teoritis masih belum terungkap secara tepat definisi biaya
transaksi itu sendiri. Kedua, setiap kegiatan ekonomi selalu bersifat spesifik
sehingga variabel dari biaya transaksi juga selalu berlaku khusus. Tanpa ada
definisi yang jelas tentang biaya transaksi menyebabkan kesulitan untuk
merumuskan variabel-variabelnya. Ketiga, meskipun definisi dan variabel sudah
64
dapat dirumuskan dengan baik dan jelas, masalah yang muncul adalah
bagaimana mengukurnya. Pengukuran ini merupakan isu yang sangat strategis
karena berdampak pada akurasi sebuah analisis kelembagaan, terutama untuk
melihat efisiensinya (Yustika 2006).
A. Biaya Transaksi di Tingkat Nelayan
Dalam proses pemasaran ikan tuna, ternyata tidak hanya menghitung
berapa biaya yang dikeluarkan untuk melakukan penangkapan ikan namun juga
harus menghitung berapa biaya yang dikeluarkan untuk melakukan transaksi
yang terjadi. Dalam usaha pemasaran ikan tuna di TPI Pondok Dadap biaya
transaksi yang terjadi dapat dikatakan sangat sedikit atau hampir tidak ada.
Dari hasil wawancara yang dilakukan, nelayan ikan tuna di Sendang Biru
nelayan tidak perlu mengeluarkan biaya transaksi untuk pemasaran dikarenakan
hasil tangkapan nelayan tersebut akan langsung dibeli oleh para pengambek
ikan untuk selanjutnya dijual kembali melalui proses pelelangan. Dalam hal ini
nelayan tidak terlibat sama sekali dalam proses pemasaran selanjutnya, nelayan
hanya berperan untuk menangkap ikan dan dijual kepada pengambek ikan.
B. Biaya Transaksi di Tingkat Pengambek Ikan
Dalam proses pemasaran ikan tuna di TPI Pondok Dadap, pengurus
kapal atau yang biasa disebut pengambek ikan berperan sebagai pembeli
pertama hasil tangkapan nelayan saat nelayan selesai berlayar. Biaya transaksi
yang dikeluarkan oleh pengambek ikan meliputi biaya retribusi, biaya
administrasi yang harus dibayarkan ke pengelola TPI, biaya monitoring atau
pengawasan terhadap harga pasaran dan kualitas ikan, dan biaya untuk
memperoleh kartu bina mutu. Berikut adalah rincian biaya transaksi yang harus
dikeluarkan oleh pengambek ikan :
65
Tabel 7. Biaya Transaksi Pengambek Ikan
No Rincian Biaya Jumlah
1 Biaya Retribusi tiap transaksi Rp. 18.250
2 Biaya Administrasi tiap transaksi Rp. 500.000
3 Biaya Monitoring Rp. 0
4 Biaya Kartu Bina Mutu tiap transaksi Rp. 5.000
Total Rp. 523.250
Sumber : Data Diolah, 2017
Dari data diatas diasumsikan bahwa rata-rata pengambek ikan membeli
ikan sebanyak 250kg dari nelayan. Biaya transaksi yang harus dikeluarkan
pengambek ikan di TPI Pondok Dadap yaitu sebesar Rp. 523.250 yang meliputi
biaya retribusi (Rp. 73/kg) sebesar Rp. 18.250, biaya administrasi sebesar Rp.
500.000, biaya monitoring nihil karena pengambek ikan sendiri yang melakukan
monitoring ke tempat pelelangan, dan biaya kartu bina mutu sebesar Rp. 5.000.
Biaya transaksi paling besar yang harus dikeluarkan pedagang pengumpul yaitu
untuk membayar biaya administrasi yaitu sebesar Rp. 500.000.
C. Biaya Transaksi di Tingkat Pedagang Besar
Dalam proses pemasaran ikan tuna di TPI Pondok Dadap, pedagang
besar berperan sebagai pembeli dari pengurus kapal atau pengambek ikan
melalui system pelelangan ataupun membeli langsung dari nelayan. Biaya
transaksi yang dikeluarkan oleh pedagang besar meliputi biaya kontrak dagang,
biaya administrasi, biaya pencarian informasi pengambek ikan dan pedagang
pengecer, biaya untuk berkomunikasi, dan biaya monitoring. Berikut adalah
rincian biaya transaksi yang harus dikeluarkan oleh pedagang besar :
Tabel 8. Biaya Transaksi di Tingkat Pedagang Besar
No Rincian Biaya Jumlah
1 Biaya administrasi tiap transaksi Rp. 1.000.000
2 Biaya Pencarian Informasi tiap transaksi
Rp. 100.000
3 Biaya Komunikasi tiap transaksi Rp. 50.000
4 Biaya monitoring Rp. 0
Total Rp. 1.150.000
Sumber : Data Diolah, 2017
66
Dari rincian diatas, total biaya tramsaksi yang harus dikeluarkan oleh
pedagang besar sebesar Rp. 1.150.000 yang meliputi biaya administrasi sebesar
Rp. 1.000.000, biaya pencarian informasi untuk mencari harga terendah dan
kualitas terbaik di pengambek ikan dan pedagang pengecer sebesar Rp.
100.000, biaya untuk berkomunikasi sebesar Rp. 50.000, dan untuk biaya
monitoring tidak mengeluarkan biaya apapun karena pedagang besar sendiri lah
yang melakukan monitoring terhadap harga dan kualitas ikan. Dari data diatas
biaya transaksi paling besar yang harus dikeluarkan oleh pedagang besar yaitu
untuk biaya perjanjian kontrak dagang yaitu sebesar Rp. 7.500.000 dan
dikeluarkan pada saat awal usaha pemasaran dibentuk.
D. Biaya Transaksi di Tingkat Pedagang Pengecer
Dalam proses pemasaran ikan tuna di TPI Pondok Dadap, pedagang
pengecer berperan sebagai pembeli dari pedagang besar untuk kemudian dijual
langsung kepada konsumen akhir. Biaya transaksi yang harus dikeluarkan
pedagang pengecer untuk menjual ikan tuna diantaranya biaya pencarian
informasi pedagang besar yang menjual ikan tuna dengan harga terendah dan
kualitas baik, biaya monitoring untuk mengecek kualitas ikan tuna yang dibeli
dari pedagang besar, biaya untuk berkomunikasi, dan biaya retribusi pedagang
pengecer di pasar-pasar tradisional. Berikut adalah rincian biaya transaksi yang
harus dikeluarkan oleh pedagang pengecer :
Tabel 8. Biaya Transaksi di Tingkat Pedagang Pengecer
No Rincian Biaya Jumlah
1 Biaya Pencarian Informasi Rp. 0
2 Biaya Monitoring Rp. 0
3 Biaya Berkomunikasi tiap transaksi Rp. 50.000
4 Biaya Retribusi Pasar Tradisional tiap bulan
Rp. 100.000
Total Rp. 150.000
Sumber : Data Diolah, 2017
67
Dari rincian biaya transaksi diatas, dapat diketahui bahwa jumlah total
biaya transaksi yang harus dikeluarkan oleh pedagang pengecer adalah sebesar
Rp. 150.000. Dengan rincian untuk biaya pencarian informasi dan biaya
monitoring ke pedagang besar sebesar Rp. 0 karena pedagang pengecer
sendirilah yang langsung menemui pedagang besar dan bertransaksi, biaya
berkomunikasi sebesar Rp. 50.000, dan biaya retribusi di pasar tradisional
sebesar Rp. 100.000.
5.5. Margin Pemasaran
Margin pemasaran dapat didefinisikan sebagai selisih harga antara yang
dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen. Panjang
pendeknya sebuah saluran pemasaran dapat mempengaruhi marginnya,
semakin panjang saluran pemasaran maka semakin besar pula margin
pemasarannya, sebab lembaga pemasaran yang terlibat semakin banyak.
Besarnya angka marjin pemasaran dapat menyebabkan bagian harga yang
diterima oleh petani produsen semakin kecil dibandingkan dengan harga yang
dibayarkan konsumen langsung petani, sehingga saluran pemasaran yang terjadi
atau semakin panjang dapat dikatakan tidak efisien (Istiyanti, 2010).
Pada hasil penelitian yang dilakukan di TPI Pondok Dadap, harga eceran
ikan tuna per kilogram yang ditetapkan sebesar Rp. 16.000. Akan tetapi
konsumen lebih suka membeli dalam jumlah banyak, begitu pula dengan
pedagang besar. Harga yang ditetapkan produsen/nelayan sebesar Rp. 15.000.
Sehingga diperoleh nilai margin pemasaran sebesar Rp. 1.000. Uraian tentang
perhitungan margin pemasaran dapat dilihat sebagai berikut :.
MP (Saluran 1) = Pr – Pf
68
= Harga ditingkat tempat pelelangan ikan – harga
ditingkat produsen
= Rp. 16.000 – Rp. 15.000
= Rp. 1.000
MP (Saluran 2) = Harga ditingkst pasar tradisional – harga ditingkat
produsen
= Rp. 17.000 – Rp. 15.000
= Rp. 2.000
MP (Saluran 3) = Harga ditingkat pedagang besar – harga ditingkat
produsen
= Rp. 15.500 – Rp. 15.000
= Rp. 500
5.6 Analisis Usaha Jangka Pendek
a. Permodalan
Biaya untuk pencarian informasi sangat kecil, karena usaha pemasaran
ikan tuna di TPI Pondok Dadap ini tidak memasang iklan untuk usahanya, dan
nelayan juga tidak melakukan promosi dalam bentuk apapun, jadi konsumen
mengetahui usaha ini dari mulut ke mulut sehingga dapat dikatakan biaya yang
dikeluarkan untuk pencarian informasi sangat kecil atau bahkan dapat dikatakan
tidak ada. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa besar modal tetap/investasi
nelayan TPI Pondok Dadap adalah sebesar Rp. 655.135.850, sedangkan
pada modal kerja diperoleh nilai sebesar Rp. 9.702.176.069 dengan
uraian sebagai berikut:
Tabel 9. Modal tetap/investasi No Nama sarana Harga Usia
(Tahun) Nilai Penyusutan
per Tahun
69
1 Bangunan Rp. 105.855.200 20 tahun Rp. 5.292.760 2 Bangunan MCK Rp. 13.237.000 20 tahun Rp. 661.850 3 Bangunan Gudang es Rp. 49.942.000 20 tahun Rp. 2.497.100 4 Mobil L-300/Pick up Rp. 134.588.000 4 tahun Rp. 33.647.000 5 Bak Truk Mj. 01 Rp. 25.856.650 4 tahun Rp. 6.464.163 6 Toyota Innova Rp. 268.000.000 4 tahun Rp. 16.750.000 7 Supra Fit/ mokas Rp. 5.000.000 8 tahun Rp. 625.000
8 Laptop Rp. 4.000.000 4 tahun Rp. 1.000.000
9 Printer Rp. 2.050.000 4 tahun Rp. 512.500
10 Mesin Fotocopy Rp. 24.000.000 4 tahun Rp. 3.000.000
11 Kursi Putar Rp. 1.650.000 8 tahun Rp. 206.250
12 Kursi Lipat Rp. 2.437.000 8 tahun Rp. 304.625
13 Meja Kayu Rp. 840.000 8 tahun Rp. 105.000
14 Etalase Kaca Rp. 680.000 4 tahun Rp. 170.000
15 Tangki Solar Rp. 17.000.000 8 tahun Rp. 2.125.000
Total Rp. 655.135.850 Rp. 73.361.248
Sumber: TPI Pondok Dadap, 2017 Tabel 10. Modal kerja
Sumber: TPI Pondok Dadap, 2017
b. Biaya Produksi
Setiap perusahaan selalu menaruh perhatian besar pada aspek struktur
biaya (tetap dan variabel) dan jenis-jenis biaya yang lain (opportunity cost),
karena biaya merupakan faktor utama yang menentukan harga minimal yang
harus ditetapkan perusahaan agar tidak mengalami kerugian. Menurut Shinta
(2011), Total Cost (TC) didapat dari penjumlahan dari biaya tetap dengan biaya
variabel.
Biaya produksi dalam usaha pemasaran ikan tuna di TPI Pondok Dadap
terbagi menjadi 2 yaitu Biaya Tetap (Fixed Cost) dan Biaya Variable (Variable
No. Bentuk Modal Lancar Nilai (Harga satuan x pengeluaran
perbulan)
Jumlah (Tahun)
1 Es Balok 12.000 x 3.600 Rp. 43.200.000
2 Solar 5.500 x 145.454.545 Rp. 9.600.000.000
3 PAM Rp. 346.666.667 Rp. 4.160.000
4 Angkutan Rp. 2.587.000 Rp. 31.044.000
5 Bahan Makanan Rp. 337.500 Rp. 4.050.000
6 Listrik Rp. 629.672.417 Rp. 7.556.069
8 Perawatan Rp. 1.013.833 Rp. 12.166.000
Jumlah Rp. 9.702.176.069
70
Cost). Penjumlahan dari biaya tetap (fixed cost) dengan biaya variable (variable
cost) akan menghasilkan Biaya Total (Total Cost).
1. Biaya Tetap (Fixed cost)
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan untuk mengetahui
besarnya biaya tetap yang dikeluarkan oleh usaha pemasaran ikan tuna di TPI
Pondok Dadap. Didapatkan hasil sebesar Rp. 619.835.336 yang dikeluarkan
setiap tahunnya. Rincian biaya tetap tersebut dapat dilihat pada lampiran 3.
2. Biaya Variabel (Variable cost)
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan untuk mengetahui
besarnya biaya variabel yang dikeluarkan oleh usaha pemasaran ikan tuna di
TPI Pondok Dadap. Didapatkan hasil sebesar Rp. 9.702.176.069 yang
dikeluarkan setiap tahunnya. Rincian biaya tetap tersebut dapat dilihat pada
lampiran 3.
3. Biaya Total (Total cost)
Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan jumlah pengeluaran
untuk biaya tetap (fixed cost) sebesar Rp. 619.835.336 dan biaya variable
(variable cost) sebesar Rp. 9.702.176.069 sehingga diperoleh biaya total (total
cost) sebesar Rp. 10.322.011.405. Rincian biaya total tersebut dapat dilihat pada
perhotungan dibawah :
TC = FC + VC
= Rp. 619.835.336 + Rp. 9.702.176.069
= Rp. 10.322.011.405
c. Penerimaan
Penerimaaan (Total Revenue) merupakan pendapatan kotor usaha yang
didefinisikan sebagai nilai produk total usaha daklam jangka waktu tertentu.
Penerimaan diperoleh dari penjualan produk akhir yang berupa uang
(Primyastanto, 2015).
71
Pada saat penelitian, data penerimaan setiap bulan berbeda-beda. Hal
tersebut disebabkan karena jumlah total ikan tuna yang ditangkap setiap
bulannya juga berbeda-beda, tergantung kondisi perairan dan musim ikan. Data
yang diperoleh pada saat penelitian yaitu total berat ikan tuna yang ditangkap
dalam 1 tahun yaitu sebesar 918.710 kg dengan harga per kg sebesar Rp.
15.000. Sehingga didapatkan total penerimaan sebesar Rp. 13.780.650.000.
Uraian tentang perhitungan total penerimaan dapat dilihat sebagai berikut :
TR = Total Penangkapan (kg) x Harga (Rp)
= 918.710 kg x Rp 15.000
= Rp. 13.780.650.000
d. R/C Ratio
Menurut Primyastanto (2005), analisa Revenue Cost Ratio yaitu
perbandingan atau imbangan antara total penerimaan dengan total biaya.
Revenue Cost Rasio digunakan dalam suatu usaha untuk mengetahui
perbandingan antara penerimaan dengan total biaya sehingga dapat diketahui
apakah usaha tersebut menguntungkan dan efisien atau tidak. Sesuai dengan
ketentuan yang ada dimana apabila setelah dilakukan perhitungan Revenue Cost
Ratio diperoleh hasil lebih dari 1 (>1) maka usaha tersebut dikatakan
menguntungkan R/C Ratio yang didapat dari usaha pemasaran ikan tuna di TPI
Pondok Dadap sebesar 1,42 yang artinya usaha tersebut menguntungkan.
Secara terperinci perhitungan Revenue Cost Ratio dapat dilihat sebagai berikut :
R/C Ratio =
=
= 1,42
e. Keuntungan
72
Keuntungan usaha atau pendapatan bersih adalah besarnya penerimaan
setelah dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk prosese produksi baik
tetap maupun tidak tetap (Primyastanto, 2011). Keuntungan adalah tujuan utama
seorang pengusaha dalam menjalankan usahanya. Pada usaha pemasaran ikan
tuna di TPI Pondok Dadap ini memiliki total penerimaan sebesar Rp.
13.780.650.000 dan total biaya operasional sebesar Rp. 9.702.176.069 dimana
total biaya operasional ini merupakan total biaya yang digunakan dalam proses
penangkapan ikan sampai siap untuk dipasarkan, sehingga keuntungan atau
laba kotor yang diperoleh per tahun sebesar Rp. 4.078.473.931. Rincian
perhitungan keuntungan dapat dilihat sebagai berikut :
Laba = TR – VC
= Rp. 13.780.650.000 - Rp. 9.702.176.069
= Rp. 4.078.473.931
f. Break Even Point (BEP)
Analisa Break Event Point (BEP) merupakan suatu teknik analisis untuk
mempelajari hubungan antara biaya-biaya Variable yang berhubungan, biaya
tetap, keuntungan, dan volume kegiatan (Riyanto, 1995 dalam Primyastanto,
2015). Pada usaha pemasaran ikan tuna di TPI Pondok Dadap ini dikatakan
layak untuk dijalankan hal tersebut dikarenakan usaha pemasaran ikan tuna ini
telah mendapatkan keuntungan/laba karena jumlah BEP atas dasar sales masih
dibawah penerimaan. Dengan penerimaan sebesar 13.780.650.000 diketahui
jumlah BEP per unit sebesar 139.602 kg, sedangkan BEP per sales diperoleh
hasil sebesar Rp. 2.066.117.786. Untuk rincian perhitungan BEP dapat dilihat
sebagai berikut :
Harga per kg = Rp 15.000
Biaya variabel per kg = biaya variabel per tahun : total jumlah ikan tuna
= Rp. 9.702.176.069 : 918.710
73
= Rp. 10.560
BEP per Unit =
=
= 139.602 kg
BEP per Sales =
=
=
= Rp. 2.066.117.786
g. Rentabilitas
Menurut Istiyanti (2010), rentabilitas merupakan kemampuan sebuah
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan modal yang
digunakan dan dinyatakan dalam bentuk persen. Pada usaha pemasaran ikan
tuna di TPI Pondok Dadap diperoleh hasil rentabilitas sebesar 34,1%, dimana
hasil tersebut didapatkan dari jumlah keuntungan bersih yang diterima dibagi
jumlah biaya operasional yang dikeluarkan. Rincian perhitungan rentabilitas
dapat dilihat pada perhitungan di bawah :
Rentabilitas =
x 100%
=
x 100%
= 34,1%
j. Kegiatan Sosial Masyarakat (Zakat)
Perintah Allah SWT untuk berzakat terdapat pada Al-Quran surat At-
Taubah ayat 103 yang berbunyi : “Ambilah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoakan
74
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi
mereka dan Allah Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui.
Berdasarkan penggalan ayat diatas, dimana mayoritas pegawai TPI
Pondok Dadap yang bergagama Islam maka wajib hukumnya untuk
melaksanakan zakat. Jumlah zakat yang diperoleh akan disalurkan untuk
pembangunan masjid di sekitar TPI dan memberikannya kepada kaum yang
membutuhkan. Berikut ini adalah rincian perhitungan zakat sebagai berikut :
Zakat = 2,5% x Rp. 3.458.438.595
= Rp. 86.460.964
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan
tentang Analisis Biaya Transaksi pada Pemasaran Ikan Tuna di Dusun Sendang
Biru kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang yang tepatnya berada
di TPI Pondok Dadap dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada proses pemasaran masih tergolong sederhana, dan para pelaku
pemasaran meliputi pengambek ikan, pedagang besar, dan pedagang
pengecer.
2. Pada biaya transaksi, biaya yang muncul tinggi adalah pada biaya transaksi di
tingkat pedagang besar, pada proses negoisasi dan pembuatan kontrak
dagang. Sedangkan biaya transaksi terendah ada pada tingkat nelayan,
karena dalam proses pemasaran nelayan tidak perlu turun langsung
melakukan pemasaan dan cukup menjual hasil tangkapannya ke pengambek
ikan.
3. Pada hasil penelitian yang dilakukan di TPI Pondok Dadap, harga eceran ikan
tuna per kilogram yang ditetapkan sebesar Rp. 16.000. Akan tetapi konsumen
lebih suka membeli dalam jumlah banyak, begitu pula dengan pedagang
besar. Harga yang ditetapkan produsen/nelayan sebesar Rp. 15.000.
Sehingga diperoleh nilai margin pemasaran sebesar Rp. 1.000.
4. Pada analisis finansial dari usaha pemasaran ikan tuna di TPI Pondok
Dadap, usaha tersebut menguntungkan karena pada analisis R/C Ratio
diperoleh hasil 1,42 dimana hasil tersebut >1. Sedangkan pada
perhitungan BEP Sales diperoleh hasil sebesar Rp. 2.066.117.786
dimana hasil tersebut lebih kecil dari total penerimaan sehingga dapat
dikatakan usaha pemasaran ikan tuna ini menguntungkan.
6.2 Saran
Dari hasil penelitian yang telah diilakukan, dapat diberikan beberapa
saran yang bersifat membangun dan untuk pengembangan usaha pemasaran
ikan tuna di Dusun Sendang Biru tepatnya di TPI Pondok Dadap sebagai berikut:
1. Untuk pemerintah agar memberikan perhatian khusus kepada TPI Pondok
Dadap dan diharapkan mampu memberikan bantuan agar TPI ini semakin
berkembang
2. Untuk pengelola diharapkan lebih memperhatikan kebersihan karena masih
banyak dijumpai sampah yang berserakan dan demi untuk meningkatkan
kenyamanan pengunjung
3. Untuk perguruan tinggi agar lebih banyak mengirimkan mahasiswa untuk
penelitian di Sendang Biru untuk membantu menganalisis dan pengembangan
berbagai usaha di Sendang Biru
77
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2008. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Cendika.
Bondar AI. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Tuna Segar Indonesia [skripsi]. Bogor : Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
David, Fred R. 2001. Manajemen Strategis. Prenhallindo. Jakarta.
Downey W. David dan Steven P. Erickson. 1989. Manajemen Agribisnis.Edisi Kedua. Erlangga, Jakarta.
Istiyanti, Eni. 2010. Efisiensi Pemasaran Cabai Merah Keriting Di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman. Mapeta, 12(2): 116-124
Kotler, Philip. dan Armstrong, Gary. 2008. Prinsip-prinsip pemasaran. Jilid 1. Edisi Keduabelas. Jakarta: Erlangga.
Marzuki. 2005. Metodologi Riset Cetakan Kelima. Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Maulana, Agus. 2009. Manajemen Pemasaran. Erlangga, Jakarta
Primyastanto, M. 2011. Feasibility Study Usaha Perikanan. Universitas Brawijaya Press. Malang.
Primyastanto, M.,dkk. 2005.Perencanaan Usaha(Bussines Plan) Sebagai Aplikasi EkonoPerikanan. Bahtera Press. Malang.
Primyastanto M, et al: 2016 Analysis of Marketing Mix at “Wisata Bahari Lamongan” Lamongan, East Java
Rahardi, F dan Hartono, R. 2012. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya, Jakarta
Rachmadian. 2015. Analisis Konsumsi Ikan Segar dan Ikan Olahan Disekitar Kelurahan Pandan Wangi Malang Jawa Timur. Skripsi Mahasiswa FPIK UB. Malang
Rahmady Radiany dan Andi Sularso. 2007. Konsentrasi Pemasaran. Surabaya: Badan Penerbit Mahardhika.
78
Riyanto, B. 1995. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. BPFE. Yogyakarta.
Sekretariat Jenderal Kementerian Kelautan dan perikanan. 2011. Data Pokok Kelautan dan Perikanan Periode s.d Oktober 2016. http:statistik.kkp.go.id/index.php/arsip/file/35/buku-data-pokok-s.d.-oktober-2016.pdf/. Diakses pada tanggal 23 Maret 2017
Sudarsono, 2007, Penetapan Harga Jual, http://ilmumanajemen.wordpress.com, diakses tanggal 6 Maret 2013.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Swastha DH, dkk. 1994. Manajemen Pemasaran Modern. Liberty, Yogyakarta.
Yustika, Erani. 2008. The Transaction Cost Of Sugarcane Farmers: An
Explorative Study. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 23: 283-301