STUDI MENGENAI SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN...

download STUDI MENGENAI SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24736/3/UMMU... · pelaksanaan manajemen keuangan Kiayi Pondok Pesantren Al-Kholidin

If you can't read please download the document

Transcript of STUDI MENGENAI SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN...

  • STUDI MENGENAI SISTEM PENGELOLAAN

    KEUANGAN SEKOLAH DI PONDOK PESANTREN

    TERHADAP PENGUATAN MANAJEMEN

    KEUANGAN

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan

    Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Pendididkan

    Oleh

    UMMU SALAMAH

    NIM. 108018200001

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

    JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEPENDIDIKAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

    HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1434.H/2013.M

  • LEMBAR PENGESAHAN

    Skripsi yang berjudul Studi Mengenai Sistem Pengelolaan Keuangan Sekolah

    di Pondok Pesantren Terhadap Penguatan Manajemen Keuangan disusun

    oleh Ummu Salamah dengan nomor induk mahasiswa 108018200001 telah

    diujikan pada tanggal 11 April 2013 dan telah diterima dan disahkan oleh Dewan

    Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

    sarjana pendidikan (S.Pd) pada jurusan Kependidikan Islam Program Studi

    Manajemen Pendidikan.

    Jakarta, April 2013

    Panitia Ujian Munaqasah

    Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Tanggal Tanda Tangan

    Drs. Rusydi Zakaria, M.Ed. M.Phil

    NIP. 19560503 198503 1 002

    Sekertaris (Sekertaris Jurusan)

    Drs. H. Muarif SAM, M.Pd

    NIP. 19650717 199403 1 005

    Penguji I

    Dr. Fathi Ismail

    NIP.19481012 187803 1 003

    Penguji II

    Dr. H. Marzuki Mahmud, M.Ag

    NIP. 19560504 1981031 1 003

  • LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

    STUDI MENGENAI SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH DI

    PONDOK PESANTREN TERHADAP PENGUATAN MANAJEMEN

    KEUANGAN

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

    Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S,Pd)

    Oleh :

    Ummu Salamah

    NIM.108018200001

    Dibawah Bimbingan :

    Yusar Sagara, SE. Ak. M.Si

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

    JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEPENDIDIKAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1434.H./2013.M

  • UJI REFERENSI

    Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul Studi

    Mengenai Sistem Pengelolaan Keuangan Sekolah di Pondok Pesantren

    Terhadap Penguatan Manajemen Keuangan yang disusun oleh Ummu

    Salamah dengan NIM. 108018200001 Jurusan Kependidikan Islam Program Studi

    Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta, telah di uji kebenarannya oleh dosen pembimbing pada

    tanggal 27 Maret 2013

    Jakarta, 27 Maret 2013

    Dosen Pembimbing Skripsi

    Yusar Sagara, SE. Ak. M.Si

  • PERNYATAAN KARYA SENDIRI

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : UMMU SALAMAH

    NIM : 108018200001

    Jurusan : Kependidikan Islam

    Program Studi : Manajemen Pendidikan

    Judul Skripsi : Studi Mengenai Sistem Pengelolaan Keuangan Sekolah di

    Pondok

    Pesantren Terhadap Penguatan Manajemen Keuangan

    Dosen Pembimbing : Yusar Sagara, SE. Ak. M.Si

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya

    sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

    Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

    Jakarta, Februari 2013

    Mahasiswa Ybs,

    Ummu Salamah

    NIM.108018200001

  • ABSTRAK

    Studi Mengenai Sistem Pengelolaan Keuangan Sekolah di Pondok Pesantren

    Al-Kholidin Terhadap Penguatan Manajemen Keuangan

    Kata Kunci : Manajemen Keuangan Pesantren, Perencanaan dan penganggaran,

    pelaksanaan dan pertanggungjawaban, akuntansi dan pelaporan, pengawasan

    keuangan.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan dan penganggaran,

    pelaksanaan dan pertanggungjawaban, sistem akuntansi dan pelaporan, sistem dan

    prosedur pengawasan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin. Penelitian ini

    telah dilaksanakan pada bulan September 2012-Januari 2013 di Pondok Pesantren

    Al-Kholidin. Penelitian ini merupakan penelitian dengan studi kasus yang

    dilakukan dengan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan

    untuk mengetahui secara mendalam pelaksanaan pengelolaan keuangan pesantren.

    Proses perencanaan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin dilakukan

    oleh kepala sekolah masing-masing berikut jajarannya, walaupun pada prosesnya

    diikuti, diawasi dan disahkan oleh Kiayi Pondok Pesantren Al-Kholidin. Dalam

    pelaksanaan manajemen keuangan Kiayi Pondok Pesantren Al-Kholidin

    merupakan otorisator penuh terhadap pengeluaran keuangan. Pelaporan keuangan

    Pondok Pesantren Al-Kholidin dilakukan setiap bulan, semester, dan tahunan.

    Peloporan keuangan ini dilakukan oelh koordinator keuangan setiap unit (SMP,

    SMA, Diniyah) kepada bendahara, dari bendahara dilaporkan lagy kepada Kiayi

    Pondok Pesantren Al-Kholidin yang sudah ditanda tangani oleh kepala sekolah

    masing-masing unit. Dalam pelaksanaan pengawasan keuangan Pondok Pesantren

    Al-Kholidin tidak melalui kepala sekolah SMP/SMA/Diniyah Al-Kholidin karena

    proses keuangan langsung terpusat pada kiayi.

    (UMMU SALAMAH KI-MP)

    i

  • KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahin

    Assalamualaikum Wr.Wb

    Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang menciptakan bumi

    dan seisinya. Serta telah memberikan rahmat dan karunia-NYA serta hidayah-

    NYA kepada kita sehingga kita masih dapat menghirup udara yang menjadi

    sumber kehidupan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada

    junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita

    semua jalan kebenaran. Alhamdulillahirabbil alamin mungkin hanya itu kata

    yang pantas saya ucapkan atas selesainya skripsi ini dengan penuh semangat dan

    tanggung jawab. Walaupun terdapat beberapa kendala yang saya hadapi, tetapi

    tidak menjadikan itu sebagai sebuah masalah besar dalam pembuatan skripsi ini

    dengan kemudahan yang diberikan Allah SWT tentunya. Dengan semangat yang

    besar serta dorongan dari berbagai pihak, akhirnya saya dapat menyelesaikan

    skripsi ini yang berjudul Studi Mengenai Sistem Pengelolaan Keuangan

    Sekolah di Pondok Pesantren Al-Kholidin Terhadap Penguatan Manajemen

    Keuangan.

    Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi persyaratan dalam

    mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Kependidikan Islam Program

    Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

    Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa

    keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri,

    melainkan berkat dukungan, bantuan dorongan, semangat, dan bimbingan yang

    tidak ternilai harganya dari pihak-pihak lain. Oleh karena itu, dengan segala

    kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

    1. Prof. Dr. H. Rifat Syauqi Nawawi, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Pd, Ketua Jurusan Kependidikan Islam. Fakultas Ilmu

    Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    ii

  • 3. Drs. Muarif SAM, M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan.

    Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.

    4. Yusar Sagara, SE. Ak. M.Si Dosen pembimbing penulis yang selalu

    membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dalam

    memberikan arahan-arahan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    5. Seluruh Dosen Jurusan Kependidikan Islam yang telah memberikan ilmunya

    kepada penulis, dari awal perkuliahan hingga akhirnya skripsi ini selesai. Para

    pegawai bidang akademika dan kemahasiswaan, bagian keuangan, bagian

    umum, serta seluruh civitas akademika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

    6. Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

    Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta, yang telah memberikan andil besar dalam menyediakan bahan pustaka

    guna terselesaikannya penulisan skripsi ini.

    7. Kedua orangtuaku tercinta, Abi (KH. Muhammad Zakwan ) dan Umi (Hj.

    Mahmudah Istichori ). Terima kasih untuk cinta, kasih sayang, perhatian dan

    segala yang sudah diberikan baik dari segi moril maupun materil, terima

    kasih sekali dengan kesabaran dan doamu akhirnya skripsi ini dapat

    terselesaikan juga. Doakan selalu anakmu semogaaa kelak bisa membalas

    segala perjuangan dan pengorbanan kalian selama ini. My love for you will

    never run out.

    8. Suamiku tersayang H. Ahmad Habibi yang telah memberikan bantuan, saran,

    dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. You Are My

    Everything.

    9. Adik-adikku tersayang (Amatullah Zakwan, Zubaidah, Abdul Halim, Abdul

    Hamid) akhirnya kakakmu ini jadi sarjana juga. Terima kasih selalu

    memberikan support penulis dalam mengerjakan skripsi ini

    10. Anak Recok (Farah, Ragil, Pipit, Chimoet) ini empat tahun terdahsyat

    bersama kalian. Terima kasih untuk empat tahun terakhir ini untuk selalu

    mensupport penulis

    11. Sahabat-sahabat seperjuangan kelas A KI-MP 2008 yang menjadi partner

    selama proses perkuliahan

    iii

  • Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih jauh dari kata

    sempurna. Oleh karena itu, setiap saran dan kritik konstruktif selalu disambut

    dengan tangan terbuka. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.

    Wassalamualaikum Wr.Wb.

    Jakarta, Januari 2013

    Penulis

    iv

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK

    KATA PENGANTAR.

    DAFTAR ISI....

    DAFTAR TABEL.......

    DAFTAR GAMBAR

    I

    ii

    v

    viii

    ix

    BAB I PENDAHULUAN

    A.

    B.

    C.

    D.

    E.

    F.

    Latar Belakang Masalah.....

    Identifikasi Masalah....

    Pembatasan Masalah..................

    Perumusan Masalah..............................

    Tujuan Penelitian..................................

    Kegunaan Penelitian...

    1

    6

    7

    7

    7

    8

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Sistem

    1. Definisi Sistem.... 9

    2. Karesteristik Sistem. 10

    3. Klarifikasi Sistem 11

    B. Manajemen Keuangan

    1. Aktivitas Pembiayaan.. 14

    2. Aktivitas Investasi.............................. 15

    3. Aktivitas Bisnis.............................. 15

    4. Tanggung Jawab Manajer Keuangan... 16

    5. Pihak-pihak Yang Memerlukan Laporan Keuangan 17

    C. Konsep Manajemen Keuangan Sekolah

    v

  • 1. Pengertian Manajemen Keuangan... 18

    2. Tujuan Manajemen Keuangan Sekolah... 18

    3. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. 19

    D. Manajemen Keuangan Pesantren

    1. Prinsip-prinsip pengelolaan Keuangan Pondok Pesantren... 21

    2. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Pondok Pesantren (RAPBPP) 22

    3. Pertanggungjwaban Keuangan Pondok Pesantren.. 24

    E. Kerangka Berfikir... 32

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A.

    B.

    C.

    D.

    E.

    Tempat dan Waktu Penelitian.

    Pendekatan dan Metode Penelitian.

    Teknik Pengumpulan Data.

    Instrumen Penelitian...

    Teknik Analisis Data..

    33

    34

    34

    35

    35

    BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran umum Pondok Pesantren Al-Kholidin

    1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Al-Kholidin..... 36

    2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Al-Kholidin.......................... 37

    3. Susunan Pengurus Pondok Pesantren Al-Kholidin... 38

    4. Keadaan Sarana Prasarana Pondok Pesantren Al-Kholidin 41

    5. Keadaan Tenaga Pengajar dan Karyawan Pondok Pesantren Al-Kholidin.. 43

    6. Keadaan Santri Pondok Pesantren Al-Kholidin... 44

    7. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Al-Kholidin.... 45

    vi

  • B. Pembahasan Hasil Temuan

    1. Perencanaan dan Penganggaran Keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin 46

    2. Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin... 51

    3. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin 53

    4. Sistem dan Prosedur Pengawasan Keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin... 54

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A.

    B.

    Kesimpulan.

    Saran....

    57

    58

    DAFTAR PUSTAKA.....

    LAMPIRAN....

    60

    63

    vii

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 : Jadwal Kegiatan Penelitian... 33

    Tabel 4.1 : Rekapitulasi Data Ruang Belajar.................... 41

    Tabel 4.2 : Rekapitulasi Data Ruang Kantor.. 42

    Tabel 4.3 : Rekapitulasi Data Ruang Penunjang 42

    Tabel 4.4 : Rekapitulasi Data Guru dan Pegawai Administrasi.. 43

    Tabel 4.5 : Rekapitulasi Data Siswa... 44

    Tabel 4.6 : Rekapitulasi Pendapatan Pondok Pesantren Al-Kholidin. 50

    Tabel 4.7 : Salah Satu Pelaporan Keuangan Pondok Pesantren Al-

    Kholidin. 52

    viii

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 : Pihak yang memerlukan laporan keuangan 17

    Gambar 2.2 : Kerangka berfikir 32

    Gambar 4.1 : Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Kholidin.. 40

    Gambar 4.2 : Sistem Pelaporan Keuangan Pondok Pesantren Al-

    Kholidin 54

    ix

  • 2

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pesantren adalah suatu bentuk lingkungan masyarakat yang unik dan

    memiliki tata nilai kehidupan yang positif.1 Pada umumnya, Pesantren terpisah

    dari kehidupan sekitarnya. Komplek pesantren minimal terdiri atas rumah

    kediaman pengasuh (Kiayi), masjid atau mushola, dan asrama santri. Tidak ada

    model atau patokan tertentu dalam pembangunan fisik Pesantren. Sehingga,

    penambahan bangunan demi bangunan dalam lingkungan Pesantren hanya

    mengambil bentuk improvisasi sekenanya belaka.

    Pondok Pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan tertua di

    Indonesia. Pendidikan ini pada awalnya merupakan pendidikan agama Islam yang

    dimulai sejak munculnya masyarakat Islam pada abad ke-13. Beberapa abad

    kemudian, muncul tempat pengajian yang merupakan tempat warga atau

    masyarakat yang ingin mengkaji agama Islam. Kemudian, dengan disediakannya

    tempat menginap bagi masyarakat yang ingin mengkaji agama Islam, maka,

    tempat pengajian tersebut disebut sebagai Pesantren.

    1 Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren (Jakarta : Gema Insani Press, 1997) h.65

  • 2

    Meskipun pada waktu itu pesantren masih dalam bentuk sederhana, tetapi

    pesantren merupakan lembaga pendidikan yang begengsi karena pesantren satu-

    satunya lembaga pendidikan yang terstruktur.

    Menurut Manfred Ziemek, kata pondok berasal dari funduq (Arab) yang

    berarti ruang tidur atau wisma sederhana, karena pondok memang merupakan

    tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh dari tempat asalnya.

    Sedangkan kata pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe- dan

    akhiran an yang berarti menunjukan tempat, maka arti nya adalah tempat para

    santri.2 Pesantren merupakan Pendidikan Keagamaan dan merupakan bagian dari

    Sistem Pendidikan Nasional yang tertulis dalam pasal 30 ayat 4: Pendidikan

    keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pahbaja

    samanera, dan bentuk lain yang sejenis.3

    Pesantren adalah model lembaga pendidikan Islam pertama yang

    mendukung kelangsungan sistem pendidikan nasional. Secara historis, pesantren

    tidak saja mengandung makna keislman, tetapi juga keaslian Indonesia. Seperti

    dikatakan A. Malik Fadjar (1998:21), pesantren merupkan lembaga pendidikan

    Islam yang memiliki watak indigenous (pribumi) yang ada sejak kekuasaan

    Hindu-Budha dan menemukan formulasinya yang jelas ketika Islam berusaha

    mengadaptasikan (mengislamkan)-nya.4

    Tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan

    kepribadian Muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan,

    berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmat kepada masyarakat

    dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat tetapi rasul, yaitu menjadi

    pelayan masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad (mengikuti

    sunnah Nabi), mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian,

    menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat di tengah-tengah

    2 Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren (Jakarta : Gema Insani Press, 1997) h.70

    3 Anggota IKAPI, Undang-Undang SISDIKNAS (Fokus Media, 2009) h. 16

    4 Tolkhah, Imam. Dan Barizi, Ahmad. Membuka Jendela Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo,

    2004) h.49

  • 3

    masyarakat (Izz al- Islam wa al-Muslimin) dan mencintai ilmu dalam rangka

    mengembangkan kepribadian manusia.5

    Bentuk pesantren yang tersebar luas di Indonesia dewasa ini mengandung

    unsur-unsur berikut sebagai cirinya: Kiyai sebagai pendiri, pelaksana dan guru,

    pelajar (santri) yang secara pribadi langsung diajar berdasarkan naskah-naskah

    Arab klasik tentang pengajaran, faham dan akidah ke Islaman. Di sini Kiyai dan

    santri tinggal bersama-sama untuk masa yang lama, membentuk suatu komunitas

    pengajar dan belajar, yaitu pesantren bersifat asrama (tempat pendidikan dengan

    pemondokan dan makan).6

    Meskipun setiap pesantren mempunyai ciri-ciri dan penamaan tersendiri,

    hal itu tidaklah berarti bahwa lembaga-lembaga pesantren tersebut benar-benar

    berbeda satu sama lain, sebab antara yang satu dengan yang lain masih saling kait-

    mengait. Sistem yang digunakan pada suatu pesantren juga diterapkan di

    pesantren lain, dan sebaliknya.

    Karena itu, sebenarnya sangat amat sulit untuk menentukan dan

    menggolongkan lembaga-lembaga pesantren ke dalam tipologi tertentu, misalnya :

    pesantren salaf dan khalaf atau pesantren tradisional dan modern. Menurut

    Zamakhsyari Dhofier dalam buku perguruan tinggi pesantren, pesantren salaf

    adalah lembaga pesantren yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab islam

    klasik (salaf) sebagai inti pendidikan.7 Sedangkan pesantren khalaf adalah

    lembaga pesantren yang memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum

    madrasah yang di kembangkan, atau pesantren yang menyelenggarakan tipe

    sekolah-sekolah umum seperti SMP, SMU, dan bahkan perguruan tinggi dalam

    lingkungannya.8

    Memasuki era modern ini, pondok pesantren diharapkan menjadi agen

    perubahan dan pembangunan masyarakat dengan tidak hanya memainkan fungsi-

    5 Prof. Dr. Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

    Industri (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007) h. 4 6 Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial (Jakarta: Perhimpunan Pengembangan

    Pesantren dan Masyarakat (P3M), 1986; reprint, Frankfurt, Jerman Barat: Disertasi Doktors de

    Philosophie pada Johan Wolfgang Goethe Universitat, 1983) h. 100-101 7 Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren (Jakarta : Gema Insani Press, 1997) h.83

    8 Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren (Jakarta : Gema Insani Press, 1997) h.87

  • 4

    fungsi tradisionalnya yakni: pertama, transmissi dan transfer ilmu-ilmu Islam;

    kedua, pemeliharaan tradisi Islam; dan ketiga, reproduksi ulama. Menurut Prof.

    Dr. Azyumardi Azra, selain memainkan ketiga fungsi tradisional tadi, pesantren

    juga dijadikan sebagai pusat penyuluhan kesehatan; pusat pengembangan

    teknologi tepat guna bagi masyarakat pedesaan; pusat usaha-usaha penyelamatan

    dan pelestarian lingkungan hidup; dan lebih penting lagi menjadi pusat

    pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitarnya.

    Dalam penyelenggaraan Pondok Pesantren, ada beberapa faktor yang

    berperan dalam sistem penyelenggaraan Pondok Pesantren yaitu, manajemen

    sebagai faktor upaya, organisasi sebagai faktor Sarana, dan administrasi sebagai

    faktor karsa. Ketiga faktor ini memberi arah dan perpaduan dalam merumuskan,

    mengendalikan penyelenggaraan, mengawasi serta menilai pelaksanaan

    kebijakan-kebijakan dalam usaha menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang

    sesuai dengan tujuan Pondok Pesantren masing-masing.

    Menerapkan sistem manajemen di Pesantren bukanlah hal yang mudah.

    Walaupun sebagian besar orang memandang bahwa Pesantren adalah sebuah

    lembaga yang kuno, namun ketika coba dikelola menjadi sebuah lembaga yang

    profesional, ada tantangan tersendiri untuk mewujudkan pesantren yang

    profesional. Selama ini, banyak pihak yang menengarai bahwa salah satu

    kelemahan lembaga pendidikan Islam, termasuk pesantren adalah bidang

    manajemen. Manajemen pesantren pada umumnya bersifat tertutup, terpusat dan

    kekeluargaan. Lebih-lebih jika menyangkut persoalan keuangan, hanya kiyai dan

    keluarganyalah yang boleh mengetahuinya. Hal ini mengesankan bahwa pesantren

    laksana tembok berlin yang sulit ditembus oleh siapapun.

    Salah satu bagian terpenting dalam manajemen pesantren adalah

    pengelolaan keuangan. Dalam suatu lembaga, termasuk pesantren, pengelolaan

    keuangan sering menimbulkan permasalahan yang serius bila pengelolaannya

    kurang baik. Di pesantren, pengelolaan keuangan sebenarnya tidak begitu rumit,

    sebab pesantren merupakan lembaga swadana yang tidak memerlukan

    pertanggungjawaban keuangan yang terlalu pelik kepada penyandang dananya.

    Namun demikian, karena banyak juga dana yang bersumber dari masyarakat

  • 5

    untuk mendanai pesantren, walaupun jumlahnya relatif kecil hal itu perlu ada

    laporan atau penjelasan sederhana sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan

    keuangan publik kepada masyarakat agar kredibilitas pesantren dimata

    masyarakat cukup tinggi, disinilah perlunya pengelolaan keuangan dengan baik

    dan transparan dibudayakan di lingkungan pesantren.

    Pengelolaan keuangan pesantren yang baik ini sebenarnya juga merupakan

    bagian dari upaya melindungi personil pengelola pesantren (kiai, ustadz/ustadzah,

    atau pengelola lainnya) terhadap pandangan yang kurang baik dari luar pesantren.

    Selama ini banyak pesantren yang tidak memisahkan antara harta kekayaan

    pesantren dengan individu, walaupun disadari bahwa pembiayaan pesantren justru

    lebih banyak bersumber dari kekayaan individu sebab sumber-sumber lain

    penopang pesantren kurang memadai.9 Namun, dalam rangka pengelolaan

    manajemen yang baik seharusnya ada pemilihan antara harta kekayaan pesantren

    dengan individu, agar dapat diketahui secara transparan oleh pihak-pihak lain,

    termasuk orang tua sendiri.

    Kita menyadari bahwa banyak di Pesantren masalah keuangan selalu

    menjadi kendala dalam melakukan aktivitas Pesantren, baik yang berkaitan

    dengan angaran, akutansi, penataan administrasi, alokasi serta kebutuhan

    pengembangan Pesantren maupun dalam proses aktivitas keseharian Pesantren.

    Tidak sedikit Pesantren yang memiliki sumberdaya baik manusia maupun

    alamnya tidak tertata dengan rapi, dan tidak sedikit pula proses pendidikan

    Pesantren berjalan lambat karena kesalahan dalam penataan menejemen

    keuangannya.

    Dalam lingkungan pendidikan, terutama lembaga pendidikan swasta

    masalah keuangan dan pembiayaan menjadi lebih banyak di atur oleh lembaga

    pendidikan itu sendiri, tidak terkecuali Pesantren. Walaupun sebenarnya Pesantren

    dari dahulu sejak awal berdirinya memang adalah lembaga yang mandiri dalam

    penataan manajemenya. Namun alangkah lebih baik jika Pesantren bisa

    mengadopsi penataan manajemen yang bisa membawa kemaslahatan umat.

    9 Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan

    Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) Hal. 145-146

  • 6

    Salah satu lembaga pendidikan pondok pesantren yang akan penulis

    jadikan objek penelitian pada skripsi ini adalah pondok pesantren Al-Kholidin.

    Penulis pun mencoba meneliti dan menjadikan objek sebagai studi dalam

    perencanaan dan evaluasi manajemen keuangan pesantren. Pendidikan akan dapat

    terlaksana dengan baik apabila tersedia dana. Mulai dari perencanaan,

    pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan hingga penilaian, pendidikan

    membutuhkan biaya. Demikian pula berbagai komponen yang dibutuhkan untuk

    pelaksanaan kegiatan pondok pesantren Al-Kholidin membutuhkan biaya. Untuk

    membangun gedung lengkap dengan isinya, gaji guru dan karyawan, pengadaan

    bahan bacaan, dan lain sebagainya membutuhkan dana.

    Berdasarkan latar belakang di atas yang menjelasakan bahwa Pondok

    Pesantren harus melakukan perubahan dalam pelaksanaan perencanaan keuangan,

    akuntasi, pelaporan dan pertanggung jawaban, serta pengawasan dalam keuangan

    pesantren. Oleh karena itu, penelitian yang berjudul : Studi Mengenai Sistem

    Pengelolaan Keuangan Sekolah di Pondok Pesantren Al-Kholidin Terhadap

    Penguatan Manajemen Keuangan diharapkan mampu menjadi informasi yang

    berguna bagi seluruh lapisan masyarakat khususnya dalam bidang manajemen

    keuangan pesantren.

    B. Masalah Penelitian

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi

    masalahnya sebagai berikut:

    1. Belum terorganisir dan terkomunikasikan dengan baik perencanaan dan

    penganggaran keuangan di Pondok Pesantren.

    2. Belum terdapat prosedur pelaksanaan dan pertanggungjawaban keuangan di

    Pondok Pesantren.

    3. Belum adanya sistem akuntansi dan pelaporan keuangan di Pondok

    Pesantren.

    4. Belum terbentuk mekanisme pengawasan keuangan di Pondok Pesantren.

  • 7

    C. Pembatasan Masalah

    Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,

    maka dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti

    sebagai berikut:

    1. Perencanaan keuangan Pondok Pesantren difokuskan pada penyusunan

    RAPBPP di pondok Pesantren.

    2. Pelaksanaan keuangan Pondok Pesantren difokuskan terhadap pelaksanaan

    dan mekanisme pertanggungjawaban kegiatan yang terdapat di dalam

    RAPBPP.

    3. Akuntansi dan pelaporan keuangan Pondok Pesantren difokuskan kepada

    sistem informasi keuangan Pondok Pesantren yang bertujuan untuk

    menghasilkan dan melaporkan informasi yang relevan bagi berbagi pihak

    yang berkepentingan.

    4. Pengawasan keuangan Pondok Pesantren difokuskan kepada prosedir yang

    terstruktur dan terorganisir dalam mengevaluasi pelaksanaan RAPBPP.

    D. Perumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah yang sudah dikemukakan di atas, maka

    perumusan masalah yang akan difokuskan yaitu:

    1. Bagaimana perencanaan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin ?

    2. Bagaimana pelaksanaan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin ?

    3. Bagaimana sistem akuntansi dan pelaporan keuangan di Pondok Pesantren

    Al-Kholidin ?

    4. Bagaimana sistem dan prosedur pengawasan keuangan di Pondok Pesantren

    Al-Kholidin ?

    E. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka

    penelitian ini bertujuan untuk:

    1. Mengetahui perencanaan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin

  • 8

    2. Mengetahui pelaksanaan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin

    3. Mengetahui sistem akuntansi dan pelaporan keuangan di Pondok Pesantren

    Al-Kholidin

    4. Mengetahui sistem dan prosedur pengawasan keuangan di Pondok Pesantren

    Al-Kholidin

    F. Kegunaan Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-

    pihak, antara lain :

    1. Peneliti :

    Sebagai bahan masukan dalam menambah informasi pengetahuan mengenai

    perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban, sistem

    akuntansi dan pelaporan, sistem dan prosedur pengawasan keuangan di

    Pondok Pesantren Al-Kholidin.

    2. Pimpinan Pondok Pesantren :

    Agar dapat dijadikan sebagai bahan masukan guna membantu penyusunan

    kebijakan terkait dengan perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan

    pertanggungjawaban, sistem akuntansi dan pelaporan, sistem dan prosedur

    pengawasan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin.

    3. Warga Pondok Pesantren

    Sebagai alat evaluasi dan peningkatan kinerja di bidang perencanaan dan

    penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban, sistem akuntansi dan

    pelaporan, sistem dan prosedur pengawasan keuangan di Pondok Pesantren

    Al-Kholidin.

    4. Masyarakat

    Sebagai alat pertanggungjawaban dan akuntabilitas pelaksanaan manajemen

    keuangan yang meliputi perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan

    pertanggungjawaban, sistem akuntansi dan pelaporan, sistem dan prosedur

    pengawasan keuangan di Pondok Pesantren Al-Kholidin.

  • 9

    9

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Sistem

    1. Definisi Sistem

    Apabila kita menelusuri literatur tentang teori sistem dan pendekatan

    sistemik, dapat kita menemukan puluhan definisi tentang pengertian sistem.

    Walaupun mereka menunjukan adanya perubahan tetap terlihat adanya perbedaan,

    etap terlihat adanya persamaan dalam wujud inti yang dimaksud dengan istilah

    sistem.

    1

    Sistem adalah suatu konglomerasi elemen-elemen atau bagian-bagian yang

    saling mempengaruhi (terkadang positive, terkadang secara negative) dengan

    tujuan mencapai atau menciptakan sasaran tertentu yang dikehendaki oleh sistem

    yang bersangkutan.2 Berikut beberapa pendapat para ahli tentang pengertian

    sistem3 :

    L. Ackof :

    Berpendapat bahwa. Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau

    fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama

    lainnya.

    1 J. Winardi, Pemikiran Sistemik Dalam Bidang Organisasi dan Manajemen, (Jakarta : Rajawali

    Press.2005) hal.131 2 J. Winardi, Pemikiran Sistemik Dalam Bidang Organisasi dan Manajemen,,,h.135

    3 J. Winardi, Pemikiran Sistemik Dalam Bidang Organisasi dan Manajemen,,,h.132-133

  • 10

    Ludwig Von Bartalanfy :

    Berpendapat bahwa. Sistem merupakan seperangkat unsur yang saling

    terikat dalam suatu antar relasi di antara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan.

    Anatol Raporot :

    Berpendapat bahwa. Sistem adalah kumpulan kesatuan dan perangkat

    hubungan satu sama lain.

    2. Karakteristik Sistem

    Berikut ini beberapa karakteristik atau sifat dari sistem

    a. Ada Komponen

    Komponen mutlak diperlukan karena merupakan bagian dari sistem.

    b. Ada Batasan Sistem

    Sistem yang dibangun perlu ada batasan yang jelas supaya tujuan dari

    sistem dapat tercapai. Bila batasan sistem tidak jelas maka tujuan yang

    akan dicapai tidak jelas dan tidak sesuai dengan target yang diinginkan.

    c. Ada Lingkungan Di Luar dan Di Dalam Sistem

    Lingkungan sistem sangat dibutuhkan untuk kelangsungan kinerja sistem

    yang dibangun, bila tidak dijaga bisa mempengaruhi sistem.

    d. Ada Antar Muka

    Antar muka diperlukan untuk menghubungkan sistem dengan sub sistem

    pembentuknya.

    e. Ada Input

    Data mentah yang sudah didapat perlu diinputkan kedalam penyimpanan

    data yang sudah disiapkan. Input data diperlukan karena bisa saja data

    mentah yang diperoleh masih berupa data cetakan atau tulisan tangan,

    sehingga perlu diinputkan melalui komputer.

    f. Ada Output

    Suatu sistem tidak bisa dikatakan selesai dibuat bila tidak ada hasil baik

    berupa file atau cetakan yang diharapkan.

  • 11

    g. Ada Proses

    Suatu sistem bisa dikatakan telah melakukan aktifitasnya bila terjadi

    proses yang mengubah input menjadi output yang diharapkan.

    h. Ada Tujuan

    Sistem tanpa tujuan yang pasti akan menjadi sia-sia.

    3. Klasifikasi Sistem

    Untuk memahami konsep dasar sistem lebih jauh lagi, bahwa sistem apat

    diklasifikasikan menjadi beberapa jenis menurut parameter pengklasifikasiannya.

    Parameter tersebut adalah antara lain : bentuk, penciptaan oleh manusia, kepastian

    dan hubungan sistem dengan lingkungan luar sebagai top-sistem.4

    a. Sistem Nyata dan Sistem Abstrak

    Sistem Nyata bisa juga disebut sistem fisik, yaitu sistem yang terlihat

    wujudnya dan nyata. Contoh : sistem komputer, sistem jual beli, sistem akuntasi,

    sistem administrasi akademik.

    Sistem Abstrak, yaitu sistem yang terdiri dari ide-ide dan pemikiran yang

    tidak terlihat wujudnya. Contoh sistem filsafat.

    b. Sistem Deterministik dan Probabilistik

    Sistem deterministik yaitu suatu sistem yang tingkah lakunya bisa

    diprediksi. Contoh sistem komputer.

    Sistem probabilistik yaitu suatu sistem yang nantinya tidak bisa diprediksi

    karena hanya berupa kemungkinan.

    c. Sistem Alamiah dan Kecerdasan Buatan

    Sistem Alamiah ialah suatu system yang terjadi karena sudah diatur oleh

    Allah SWT. Semua peristiwa siang dan malam, perputaran bumi, terjadinya hujan

    dan pergantian musim, semua karena campur tangan Allah SWT.

    Tentang campur tangan Allah dalam fenomena bumi terdapat dalam QS.

    Al-Baqarah: 29 dan 164, QS. Al-Araaf:54.

    4 Putra, Syopiansyah Jaya dan Subiyakto, Aaang. Pengantar Sistem Informasi. (Jakarta: UIN

    Jakarta Press,2006) h.31

  • 12

    Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia

    berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha

    mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah :29)

    Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan

    siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia,

    dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia

    hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala

    jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan

    bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum

    yang memikirkan. ( QS. Al-Baqarah : 164)

    Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi

    dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam

    kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula)

  • 13

    matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-

    Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci

    Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Al-Araaf:54)

    Sistem Kecerdasan Manusia adalah sistem melibatkan unsur manusia dan

    mesin. Sekarang banyak sekali diproduksi robot-robot yang menggantikan tugas-

    tugas yang tidak mungkin dikerjakan manusia, seperti : pengayakan uranium,

    reakor nuklir dan sebagainya. Pengetahuan manusia sangat terbatas sekali, hanya

    Allah yang Maha Tahu.

    d. Sistem Terbuka dan Sistem Tertutup

    Sistem tertutup adalah suatu sistem dimana aktivitasnya tidak terpengaruh

    oleh lingkungan luarnya. Contoh : reaksi kimia yang terisolasi di dalam tabung.

    Sedangkan sistem terbuka adalah suatu sistem yang aktifitasnya

    terpengaruh oleh lingkungan luar sistem ini menerima masukan dan keluaran dari

    sistem lain. Contoh : model sistem jaringan komputer.

    B. Manajemen Keuangan

    Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang manajemen fungsional

    dalam suatu perusahaan ataupun lembaga pendidikan, yang mempelajari tentang

    penggunaan dana, memperoleh dana dan pembagian hasil operasi perusahaan.

    Pengertian manajemen keuangan mengalami perkembangan mulai dari pengertian

    manajemen yang hanya mengutamakan aktivitas memperoleh dana saja sampai

    yang mengutamakan dana serta pengelolaan terhadap aktiva.5

    Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab

    manajer keuangan. Meskipun tugas dan tanggung jawabnya berlainan di setiap

    perusahaan, tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi : keputusan

    tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian dividen suatu

    perusahaan (Weston dan Copeland, 1992: 2).6

    5 Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di

    sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) h. 1 6 http://lilissolehat.files.wordpress.com/2011/02/manajemen-keuangan.pdf (online)

    diakses pada selasa, 7 February 2012 pada pukul 6.20 AM

    http://lilissolehat.files.wordpress.com/2011/02/manajemen-keuangan.pdf

  • 14

    Menurut R. Agus Sartono, manajemen keuangan dapat diartikan

    sebagai manajemen dat, baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam

    berbagai bentuk investasi secara efektif dan efesien maupun usaha pengumpulan

    dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efesien.7

    Sedangkan menurut C. Van Home dan M John Machowicz,

    manajemen keuangan adalah segala aktivitas berhubungan dengan perolehan,

    pendanaan, dan pengelolaan, aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh.8

    1. Aktivitas Pembiayaan

    Aktivitas pembiayaan ialah kegiatan pemilik dan manajemen perusahaan

    untuk mencari sumber modal (sumber eksternal dan internal) untuk membiayai

    kegiatan bisnis. Aktivitas pembiayaan meliputi dua sumber, yaitu sumber

    eksternal dan internal.9

    a. Sumber eksternal

    1. Modal pemilik atau modal sendiri (owner capital atau owner equity)

    atau modal saham (capital stock) yang terdiri dari saham istimewa

    (preferred stock) dan saham biasa (common stock)

    2. Hutang (debt): hutang jangka pendek (short-term debt) dan hutang

    jangka panjang (long-term debt); dan

    3. Lain-lain, misalnya hibah.

    b. Sumber Internal

    1. Laba ditahan (retained earning)

    2. Penyusutan, amortisasi, dan deplesi (depreciation, amortingzation,

    and depletion); dan

    3. Lain-lain, misalnya penjualan harta tetap yang tidak produktif.

    7 Agus Sartono, Manajemen kuangan Teori dan Aplikasi,(Yogyakarta : FE UGM, 2001),

    cet ke-1, h.6 8 C. Van Home dan John M Machowicz, Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, (1997),

    edisi e-9 h.2 9 Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di

    sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) hal.3

  • 15

    Berdasarkan undang-undang Dasar 1945 dan undang-undang No. 20 tahun

    2003 tentang Sisdiknas, dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya

    pendidikan kedinasan mendapat alokasi minimal 20% dari Anggaran Pendapatan

    dan Belanja Negara dan Daerah (APBN dan APBD). Pembiayaan pendidikan

    sebesar 20% itu memang seharusnya dipenuhi dari anggaran belanja dan bukan

    dari anggaran pendapatan.10

    2. Aktivitas Investasi

    Aktivitas investasi adalah kegiatan penggunaan dana berdasarkan hasil

    yang sebesar-besarnya dan resiko yang sekecil-kecilnya11

    , aktivitas itu meliputi :

    a. Modal kerja (working capital) atau harta lancar (current assets)

    b. Harta keuangan (financial assets) yang terdiri dari investasi pada saham

    (stock) dan obligasi (bond)

    c. Harta tetap (real assets) yang terdiri dari tanah, gedung, dan peralatan

    d. Harta tidak berwujud (intangible assets) terdiri dari hak paten, hak

    pengelolaan hutan, hak pengelolaan tambang dan goodwill.

    3. Aktivitas Bisnis

    Aktivitas bisnis adalah kegiatan untuk mencari laba melalui efektifitas

    penjualan barang atau jasa efisiensi dari biaya yang akan menghasilkan laba.12

    Aktivitas itu dapat dilihat dari laporan laba-rugi yang terdiri dari unsur :

    a. Pendapatan

    b. Beban

    c. Laba-rugi

    10

    Bastian, Indra. Akuntansi Pendidikan. (Jakarta: Erlangga, 2006) hal. 162 11

    Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di

    sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) hal.3 12

    Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di

    sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) hal.4

  • 16

    4. Tanggung Jawab Manager keuangan

    Aktivitas perusahaan ditinjau dari sudut manajemen keuangan menjadi

    tugas manajer keuangan. Tugasnya antara lain sebagai berikut :

    a. Perolehan dana dengan biaya murah

    b. Penggunaan dana efektif dan efesien

    c. Analisis laporan keuangan; dan

    d. Analisis lingkungan internal dan eksternal yang berhubungan dengan

    keputusan rutin dan khusus

    Manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang

    layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan sumber-sumber dana

    untuk membelanjai aktiva-aktiva tersebut. Untuk membelanjai kebutuhan dana

    tersebut manajer keuangan dapat memenuhinya dari sumber yang berasal dari luar

    perusahaan dan dapat juga yang berasal dari dalam perusahaan.13

    Sumber dari luar

    perusahaan berasal dari pasar modal, yaitu pertemuan antara pihak membutuhkan

    dana dan pihak yang dapat menyediakan dana. Dana yang berasal dari pasar

    modal ini dapat berbentuk hutang (obligasi) atau modal sendiri (saham). Sumber

    dari dalam perusahaan berasal dari penyisihan laba perusahaan (laba ditahan),

    cadangan, maupun depresiasi. Setelah dana diperoleh, dana tersebut harus

    digunakan untuk membelanjai operasi perussahaan.

    Penggunaan dana untuk operasi perusahaan dapat digunakan untuk

    keperluan yang bermacam-macam. Apabila dipandang dari dimensi waktunya,

    mak dana tersebut dapat digunakan untuk modal kerja (jangka pendek) dan

    investasi modal (jangka panjang). Setelah dana tersebut dipergunakan, maka

    diharapkan perusahaan dapat memperoleh keuntungan dari penggunaan dana

    tersebut. Apabila perusahaan memperoleh keuntungan maka harus diputuskan

    apakah keuntungan ini akan dibagikan kepada pemilik modal ataukah

    diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan. Berdasarkan tugas tersebut,

    manajemen keuangan memiliki tujuan, yaitu:

    a. Memaksimalkan nilai perusahaan; dan

    13

    Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di

    sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) hal.4-5

  • 17

    b. Membina relasi dengan pasar modal dan pasar uang.

    5. Pihak-pihak yang memerlukan laporan keuangan

    Dalam dunia bisnis, ada beberapa pihak yang memerlukan laporan

    keuangan, yaitu pihak internal perusahaan dan pihak eksternal perusahaan. Pihak

    internal perusahaan adalah para manajer pada semua tingkat. Laporan keuangan

    itu dijadikan alat untuk mengambil keputusan rutin dan keputusan khusus.

    Keputusan rutin meliputi keputusan-keputusan yang berhubungan dengan

    kegiatan operasi dan keputusan khusus meliputi keputusan-keputusan yang

    berhubungan dengan investasi jangka panjang. Misalnya mendirikan pabrik baru,

    memproduksi pabrik baru, mendirikan anak perusahaan, riset pemasaran, dan

    sebagainya.

    Pihak eksternal yang membutuhkan laporan keuangan antara lain

    pemegang saham, kantor pajak, pasar modal, lembaga keuangan, serikat buruh,

    dan sebagainya. Mereka mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dalam

    menggunakan informasi laporan keuangan. Pemegang saham untuk menilai

    investasi, kantor pajak untuk menentukan besarnya pajak penghasilan, pasar

    modal untuk memperkirakan harga saham, serikat buruh untuk memperkirakan

    bonus yang akan diterimanya. Pihak-pihak yang memerlukan laporan keuangan

    disajikan dalam gambar berikut ini.

    Gambar 2.1 pihak yang memerlukan laporan keuangan

    Laporan keuangan :

    1Neraca

    2Laba-rugi

    3Arus kas

    Pihak luar :

    1Pemegang saham

    2Direktorat pajak

    3Lembaga keuangan

    4Serikat buruh

    Pihak dalam :

    1Laba jangk pendek

    2Investasi jangka panjang

    3Kebijakan harga

    4Bauran produk

  • 18

    C. Konsep Manajemen Keuangan Sekolah

    1. Pengertian Manajemen keuangan

    Setiap kegiatan perlu diatur agar kegiatan berjalan tertib, lancar, efektif

    dan efesien. Kegiatan di sekolah yang sangat kompleks membutuhkan pengaturan

    yang baik. Keuangan di sekolah perlu di atur sebaik-baiknya, karena setiap

    kegiatan yang ada di sekolah membutuhkan uang. Untuk itu perlu manajemen

    keuangan yang baik. Sebagaimana yang terjadi di substansi manajemen

    pendidikan pada umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui

    proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian,

    pengawasan, atau pengendalian. Beberapa kegiatan manajemen keuangan yaitu

    memperoleh dan menetapkan sumber-sumber pendanaan, pemanfaatan dana

    (Lipham, 1985; keith, 1991), pelaporan, pemeriksaan dan pertanggungjawaban.

    Manajemen keuangan sekolah mempuanyai rangkaian aktivitas yang terdiri dari

    perencanaan program sekolah, perkiraan anggaran, dan pendapatan yang

    diperlukan dalam pelaksanaan program, pengesahan, dan penggunaan anggaran

    sekolah.

    Pengertian manajemen keuangan menurut peraturan yang dikeluarkan oleh

    pemerintah dalam Depdiknas Ditjen Dikdasmen (2000) adalah tindakan

    pengurusan atau ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan,

    pelaksanaan pertanggungjawaban, dan pelaporan. Dengan demikian, manajemen

    keuangan sekolah merupakan rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah

    mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan

    pertanggungjawaban keuangan sekolah.

    2. Tujuan Manajemen Keuangan Sekolah

    Dengan adanya kegiatan manajemen keuangan sekolah, maka kebutuhan

    pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanaakan, diupayakan pengadaannya,

    dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan

    program sekolah secara efektif dan efesien.

    Tujuan manajemen keuangan adalah :

  • 19

    1. Meningkatkan efektifitas dan efesiensi penggunaan keuangan sekolah

    2. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah; dan

    3. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.

    Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas kepala

    sekoalah dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan

    yang menguasai dalam pembukuan dan pertanggungjawaban keuangan serta

    memanfaatkannya secara benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

    3. Prinsip-prinsip manajemen keuangan

    Manajemen keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah prinsip.

    Undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan

    dana pendidikan berdasarkan prinsip keadilan, efesiensi, transparansi, dan

    akuntabilitas publik. Di samping itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat

    penekanan. Berikut ini dibahas masing-masing prinsip tersebut, yaitu transparansi,

    akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi.

    a. Transparasi

    Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan dalam bidang

    manajemen berarti adanya keterbukaan dalam mengelola semua kegiatan. Di

    lembaga pendidikan, bidang manajemen keuangan yang transparan berarti adanya

    keterbukaan dalam manajemen keuangan lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan

    sumber keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan pertanggungjawabnnya

    harus jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk

    mengetahuinya. Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam rangka

    meningkatkan dukungan orangtua, masyarakat dan pemerintah dalam

    penyelenggaraan seluruh program pendidikan di sekolah. Di samping itu

    tranparansi dapat menciptakan kepercayaan timbale balik antara pemerintah,

    masyarakat, orang tua siswa, dan warga sekolah melalui penyediaan informasi dan

    menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.

    Beberapa informan keuangan yang bebas diketahui oleh semua warga

    sekolah dan orang tua siswa misalnya rencana anggaran pendapatan dan belanja

  • 20

    sekolah (RAPBS) yang bisa ditempel di papan pengumuman di ruang guru atau di

    depan ruang tata usaha sehingga bagi siapa saja yang membutuhkan informasi itu

    dapat dengan mudah mendapatkannya.

    Orangtua siswa bisa mengetahui berapa jumlah uang yang diterima

    sekolah dari orangtua siswa dan digunakan untuk apa saja uang itu. Perolehan

    informasi ini menambah kepercayaan orangtua siswa terhadap sekolah.

    b. Akuntabilitas

    Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena

    kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang

    menjadi tanggung jawabnya. Akuntabilitas di dalam manajemen keuangan berarti

    penggunaan uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan

    perencanaan yang telah ditetapkan. Berdasarkan perencanaan yang telah

    ditetapkan dan peraturan yang berlaku maka pihak sekolah akan membelanjakan

    uang secara bertanggung jawab. Pertanggungjawaban dapat dilakukan kepada

    orangtua, masyarakat, dan pemerintah. Tiga pilar utama yang menjadi prasyarat

    terbangunnya akuntabilitas, yaitu : (1) adanya transparasi para penyelenggara

    sekolah dengan menerima masukan dan mengikutsertakan berbagai komponen

    dalam mengelola sekolah; (2) adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat

    diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenangnya; dan (3) adanya

    partisipasi untuk saling menciptakan suasana kondusif dalam menciptakan

    pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya yang murah dan

    pelayanan yang cepat.

    c. Efektivitas

    Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah

    ditetapkan. Garner (2004) mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi, karena

    sebenarnya efektivitas tidak berhenti sampai tujuan tercapai tetapi sampai pada

    kualitatif hasil yang dikaitkan dengan pencapaian visi lembaga. Masih menurut

    Garner (2004), Effectiveness is characterized by qualitative outcomes

    (efektivitas lebih menekankan pada outcomes kualitaitf).

    Manajemen keuangan dikatakan memenuhi prinsip efektivitas kalau

    kegiatan yang dilakukan dapat mengatur keuangan untuk membiayai aktivitas

  • 21

    dalam rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitatif

    outcome-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

    d. Efisiensi

    Efesiensi berkaitan dengan kualitas hasil suatu kegiatan. Pakar ekonomi

    Garner (2004) berpendapat, Effeciency characterized by quantitative outputs.

    Efesiensi adalah perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan keluaran

    (output) atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga, pikiran,

    waktu, dan biaya.

    Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua hal, yakni :

    1. Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga dan biaya.

    Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau penggunaan waktu, tenaga dan biaya

    yang sekecil-kecilnya dapat mencapai hasil yang ditetapkan.

    2. Dilihat dari segi hasil

    Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau dengan penggunaan waktu, tenaga dan

    biaya tertentu memberikan hasil sebanyak-banyaknya baik kuantitas maupun

    kualitasnya. Tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi memungkinkan

    terselenggaranya pelayanan terhadap masyarakat secara memuaskan dengan

    menggunakan sumber daya yang tersecia secara optimal dan bertanggung

    jawab.

    D. Manajemen Keuangan Pesantren

    1. Prinsip-prinsip pengelolaan Keuangan Pendidikan Pondok

    Pesantren

    Penggunaan anggaran dan kuangan, dari sumber manaun, apakah itu dari

    pemerintah ataupun dari masyarakat perlu didasarkan prinsip-prinsip umum

    pengelolaan keuangan sebagai berikut :

    1. Hemat, tidak mewah, efesien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang

    disyaratkan

    2. Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana atau program kegiatan.

  • 22

    3. Terbuka dan transparan, dalam pengertian dari dan untuk apa keuangan

    lembaga tersebut perlu dicatat dan dipertanggungjawabkan serta disertai

    bukti penggunaannya.

    2. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Pondok Pesantren

    (RAPBPP)

    Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang

    terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah

    Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka

    dihimpunkan. (QS. Al-Anam :38)

    Implementasi prinsip-prinsip keuangan pada pendidikan, khususnya di

    lingkungan pondok pesantren, dan keserasian antara pendidikan dalam keluarga,

    sekolah, dan masyarakat, maka untuk sumber dana sekolah dan pesantren itu tidak

    hanya diperoleh dari anggaran dan fasilitas dari pemerintah atau penyandang dana

    tetap saja, melainkan dari sumber dana dari ketiga komponen diatas.

    Oleh karena itu, di pesantren sebenarnya juga perlu dibentuk organisai

    orang tua santri yang implementasinya dilakukan dengan membentuk komite atau

    majelis pesantren. Komite atau majlis tersebut beranggotakan wakil wali santri,

    tokoh masyarakat, pengelola, wakil pemerintah dan wakil ilmuan/ ulama diluar

    pesantren dan dapat juga memasukkan kalangan dunia usaha dan industry.

    Selanjutnya pihak pesantren bersama komite atau majelis pesantren pada setiap

    awal tahun anggaran perlu bersama-sama merumuskan RAPBPP sebagai acuan

    bagi pengelola pesantren dalam melaksanakan manajemen keuangan yang baik.

  • 23

    a. Pengertian RAPBPP

    Anggaran adalah rencana yang diformulasikan dalam bentuk rupiah dalam

    jangka waktu atau periode tertentu serta alokasi sumber-sumber kepada setiap

    bagian kegiatan. Anggaran memiliki peran penting dalam perencanaan,

    pengendalian, dan evaluasi kegiatan yang dilakukan pondok pesantren. Maka,

    mencatat anggaran serta melaporkan realisasinya sehingga dapat dibandingkan

    selisih antara anggaran dengan pelaksanaan serta melakukan tindak lanjut untuk

    perbaikan.

    Ada dua bagian pokok anggaran yang harus diperhatikan dalam

    penyusunan RAPBB, yaitu :

    a. Rencana sumber atau target penerimaan/pendapatan dalam satu tahun,

    termasuk didalamnya keuangan, bersumber dari : a) kontribusi santri, b)

    sumbangan dari individu atau organisasi, c) sumbangan dari pemerintah,

    dan d) dari hasil usaha

    b. Rencana penggunaan keuangan dalam satu tahun yang bersangkutan,

    semua penggunaan keuangan pesantren dalam satu tahun anggaran perlu

    direncanakan dengan baik agar kehidupan pesantren dapat berjalan dengan

    baik.

    b. Langkah-langkah penyusunan RAPBPP

    Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RAPBPP adalah

    harus menerapkan prinsip anggaran berimbang, artinya rencana pendapatan dan

    pengeluaran harus berimbang, diupayakan tidak terjadi anggaran pendapatan

    minus. Dengan anggaran berimbang tersebut, maka kehidupan pesantren akan

    menjadi solid dan kokoh dalam hal keuangan. Oleh karena itu, sentralisasi

    pengelolaan keuangan perlu difokuskan pada bendaharawan pesantren, dalam

    rangka untuk mempertanggungjawabkan keuangan. Penyusunan RAPBPP

    hendaknya mengikuti langkah sebagai berikut.14

    a. Mengintervetarisasi rencana yang akan dilaksanakan

    14

    Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di

    sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) hal.148

  • 24

    b. Menyusun rencana berdasarkan skala prioritas pelaksanaannya.

    c. Menentukan program kerja dan rincian program

    d. Menetapkan kebutuhan untuk pelaksanaan rincian program

    e. Menghitung dana yang dibutuhkan

    f. Menentukan sumber dana untuk membiayai rencana.

    c. Realisasi RAPBPP

    Dalam pelaksanaan kegiatan, jumlah yang direalisasikan bisa terjadi tidak

    sama dengan rencana anggarannya, bisa kurang atau lebih dari jumlah yang telah

    dianggarkan. Menurut Rahmini Hadi dalam bukunya yang berjudul Manajemen

    keuangan hal ini dapat terjadi karena beberapa sebab, yakni :15

    a. Adanya efesiensi atau inefisiensi pengeluaran

    b. Terjadinya penghematan atau pemborosan

    c. Pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan yang telah diprogramkan

    d. Adanya perubahan harga yang tidak terantisipasi ; dan

    e. Penyusunan anggaran yang kurang tepat.

    3. Pertanggungjawaban Keuangan Pondok Pesantren

    Katakanlah: Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, Padahal Dia adalah

    Tuhan bagi segala sesuatu. dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan

    kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa

    tidak akan memikul dosa orang lain. kemudian kepada Tuhanmulah kamu

    kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan.

    (QS.Al-Anam;164)

    15

    Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di

    sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) hal.149-15

  • 25

    Semua pengeluaran keuangan pondok pesantren dari sumber manapun

    harus dipertanggung jawabkan. Hal tersebut merupakan bentuk transparansi dalam

    pengelolaan keuangan. Namun demikian, prinsip transparansi dan kejujuran

    dalam pertanggung jawaban tersebut harus tetap dijunjung tinggi. Dalamkaitan

    dengan pengelolaan keuangan tersebut, yang perlu diperhatikan oleh

    bendaharawan adalah bahwa pada setiap akhir tahun anggaran, bendahara harus

    membuat laporan keuangan kepada komite atau majlis pesantren untuk dicocokan

    dengan RAPBPP. Laporan keuangan tersebut harus dilampiri bukti-bukti

    pengeluaran yang ada (kuintasi atau bukti-bukti pembelian atau bukti penerimaan)

    serta neraca keuangan. Selain buku neraca keuangan yang erat hubungannya

    dengan pengelolaan keuangan, ada juga beberapa buku lain yang penting bagi

    bendaharawan pondok pesantren, yaitu16

    :

    1. Buku kas umum

    2. Buku persekit uang muka

    3. Daftar potongan-potongan

    4. Daftar gaji/honorium

    5. Buku tabungan

    6. Buku iuran/kontribusi santri (SPP/infaq); dan

    7. Buku catatan lain-lain yang tidak termasuk diatas, seperti catatan pengeluaran

    insidentil.

    Buku-buku tersebut perlu diadakan, agar manajemen keuangan pondok

    pesantren dapat berjalan dengan baik, transparan, memudahkan dilakukan

    pengawasan terhadap penggunaan anggaran yang ditetapkan, serta tidak

    menimbulkan kecurigaan atau fitnah.

    Menurut Imam SyafiI dalam artikelnya tentang manajemen keuangan

    pendidikan pondok pesantren dalam penyelenggaraan pondok pesantren,

    pembentukan pendidikan pesantren yang ideal meliputi17

    :

    16

    Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di

    sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) hal.150 17

    Imam SyafiI, Manajemen Keuangan Pendidikan Pesantren, 2012,

    (http://tarbiyahku.wordpress.com/manajemen-keuangan-pesantren/)

  • 26

    a. Prosedur anggaran

    Prosedur Anggaran merupakan suatu langkah perencanaan yang

    fundamental, Jadi Anggaran atau budget adalah sebagai suatu rencana operasi dari

    suatu kegiatan atau proyek yang mengandung perincian pengeluaran biaya untuk

    periode tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Adapun fungsi pengangaran

    adalah proyeksi kegiatan finansial yang diperlukan guna mencapai tujuan yang

    akan dilaksanakan oleh suatu organisasi (perusahaan, yayasan, atau pondok

    Pesantren, dll).

    Kegiatan di atas meliputi empat fase kegiatan pokok prosedur

    penganggaran keuangan, sebagai berikut:

    1. Perencanaan angaran, merupakan kegiatan mengidentifikasi tujuan,

    menentukan prioritas, menjabarkan tujuan kedalam operasional yang terukur,

    serta adanya analisis yang terarah dalam pencapaian tujuan, serta membuat

    rekomendasi alternativ untuk mencapai sasaran

    2. Persiapan anggaran, yaitu adanya kesesuaian anggaran yang telah ada

    dengan segala bentuk kegiatan Pesantren, baik pendistribusian, progam

    pengajaran yang akan dicanangkan serta adanya inventarisasi kelengkapan

    peralatan dan bahan-bahan yang tersedia

    3. pengelolaan pelaksana anggaran, prosedur yang harus di terapkan dalam

    pelaksana anggaran adalah, adanya pembukuan yang jelas dan teratur,

    pembelanjaan dan transaksi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang

    telah ada. Perhitungan yang jelas dan terencana, pengawasan prosedur kerja

    sesuai dengan ketentuan yang berlaku, melakukan serta membuat laporan

    keuangan sebagai bentuk pertangungjawaban keuangan terhadap lembaga.

    4. Menilai pelaksanaan anggaran, dari semua anggaran yang telah dibuat dan

    diaplikasikan ke taraf pendidikan praktis, perlu adanya evaluasi sebagai

    rekomendasi untuk perbaikan manajemen dan anggaran yang akan datang.18

    Pesantren sebagai lembaga pendidikan berbasis masyarakat tentu bisa saja

    menerima sumber dana dari berbagai sumber, hal ini sejalan dengan UU

    18

    Mulyana , menjadi kepala sekolah professional. (Bandung : Remaja rosda karya,

    2003)` hal: 199

  • 27

    Sisdiknan Pasal 55 ayat (3) yang berbunyi, Dana penyelenggaraan pendidikan

    berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara, masyarakat,

    Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sumber lain yang tidak bertentangan

    dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengangaran keuangan adalah

    menerapkan prinsip anggaran berimbang, artinya antara pendapatan dan dan

    pengeluaran harus berimbang dan diupayakan tidak terjadi aggaran pendapatan

    minus.19

    b. Prosedur Akuntansi keuangan

    Kata akuntansi berasal dari kata bahasa inggris to account yang berarti

    memperhitungkan atau mempertanggungjawabkan. Akuntansi sangat erat

    kaitannya dengan informasi keuangan.20

    Menurut Indra Bastian dalam bukunya akuntansi pendidikan tahun 2006

    definisi akuntansi dapat dirumuskan dari dua sudut pandang, yaitu definisi dari

    sudut pandang pemakai jasa akuntansi dan dari proses kegiatannya. Definisi dari

    sudut pandang pemakainya adalah suatu disiplin ilmu yang menyediakan

    informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efesien dan

    mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Definisi dari sudut pandang

    proses kegiatan adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaoporan,

    dan penganalisisan data keuangan suatu organisasi.

    Sebuah organisasi tentunya membutuhkan pengelola keuangan untuk

    memastikan tertopangnya kegiatan operasional dari aspek pendanaan, Tidak

    terkecuali Pesantren. Di setiap Pesantren memerlukan dana yang cukup untuk

    menjalankan sejumlah program kegiatan dalam periode tertentu. Seperti halnya

    organisasi-organisasi umum lainnya, dana yang dimiliki Pesantren harus diatur

    dan dicatat sedemikian rupa agar jelas arus masuk dan keluarnya, termasuk

    ketepatan penggunaannya. Pencatatan dan pengelolaan dana yang baik menjadi

    kegiatan yang penting sebagai wujud pertanggungjawaban Pesantren. Pada

    19

    Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di

    sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) hal.155 20

    Bastian, Indra. Akuntansi Pendidikan. (Jakarta: Erlangga, 2006) hal. 53

  • 28

    dasarnya pelaksanaan akuntannsi keuangan hanya meliputi penerimaan atau

    pemasukan dan pengeluaran

    Dalam melakukan akutansi keuangan, Pesantren perlu menegakan prinsip-

    prinsip keadilan, efisiensi, transparasi, dan akuntabilitas publik. Hal ini sesuai

    dengan UU Sisdiknas pasal 48. selanjutnya pembahasan mengenai akutansi

    keuangan ini meliputi:21

    1. Penerimaan atau pemasukan

    Pemasukan keuangan Pesantren dari berbagai sumber perlu dilakukan

    pembukuan berdasarkan prosedur yang disepakati, baik konsep teoritis maupun

    peraturan pemerintah. Sumbangan dana yang masuk ke Pesantren bisa kita

    klasifikasi sebagai dana langsung dan dana tidak langsung.

    Dana tidak langsung adalah dana berupa perbandingan waktu guru dan

    peserta dididk dalam mengunakan setiap waktunya di sekolah atau Pesantren,

    seperti penyesuaian waktu belajar mengajar ketika di bandingkan dengan ketika

    guru atau peserta didik mengunakanya untuk bekerja, dan juga perhitunganya

    dengan transportasi, dan biaya hidup. dana ini memang sulit sekali dihitung

    karena tidak ada catatan resminya. Namun dalam perencanaan biaya ini turut

    dihitung. Dana langsung, adalah dana yang di peroleh dari beberapa sumber yang

    sah.

    2. Pengeluaran

    Alokasi dari dana pendapatan Pesantren harus pula diatur secermat

    mungkin. Ada beberapa klasifikasi dalam pengeluaran dana yang di pakai secara

    umum di lembaga-lembaga pendidikan kita, yaitu :

    a. Dana pembangunan, pengeluaran dana ini diatur dan digunakan untuk

    pembangunan dan pembenahan sarana fisik lembaga, dana ini di sesuaikan

    dengan kebutuhan dan jumlah guru serta peserta didik yang ada di

    lembaga pendidikan tersebut.22

    21

    Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di

    sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) hal.155 22

    Nanang fatah, ekonomi dan pembiayaan pendidikan. Bandung 2000. remaja rosda

    karya, hal: 26

  • 29

    b. Dana rutin, dana rutin adalah dana yang digunakan untuk biaya

    operasional satu tahun anggaran. Dana rutin pengunaanya meliputi

    pelaksanaan progam belajar mengajar, pembayaran gaji guru maupun

    personil, serta pemeliharaan dan perawatan sarana prasarana lembaga

    pendidikan.

    Untuk menghitung dana rutin lembaga pendidikan harus menghitung total

    costatau nilai unit cost yang dibutuhkan setiap siswa atau santri. Nilai unit cost

    merupakan nilai satuan biaya yang dikeluarkan untuk memberikan pelayanan

    terhadap seorang peserta didik setiap tahun dalam satu jenjang pendidikan.

    Berdasarkan akutansi keuangan di Pesantren, ada beberapa hal yang harus

    di perhatikan oleh bendaharawan Pesantren:

    a. membuat laporan keuangan kepada Pesantren dan komite Pesantren untuk

    di cocokan dengan rancangan anggaran Pesantren

    b. menyertakan bukti-bukti laporan keuangan, termasuk bukti pembayaran

    pajak bila ada

    c. kwitansi atau bukti-bukti pembelian dan dan penerimaan berupa tanda

    tangan penerima atau bukti pengeluaran yang lain

    d. menunjukan neraca keuangan untuk di periksa oleh tim

    penangungjawaban keuangan dari yang bersangkutan.

    Hal-hal yang perlu di persiapkan oleh bendaharawan Pesantren meliputi :

    a. buku kas umum

    b. buku persekot atau uang muka

    c. daftar potongan-potongan

    d. daftar honoranium

    e. buku tabungan

    f. buku iuran atau kontrbusi santri

    g. buku catatan untuk pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga23

    23

    Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di

    sekolah dan Pondok Pesantren. (Purwokerto: STAIN Press, 2011) hal.157

  • 30

    c. Pembelanjaan

    Pembelanjaan dalam arti luas, yaitu Keseluruhan aktivitas yang

    bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan

    atau mengalokasikan dana tersebut.24

    Sedangkan prinsip dari manajemen adalah

    dalam memperoleh maupun dalam menggunakannya atau mengalokasikan dana

    harus didasarkan pada pertimbanggan efesiensi dan efektivitas. Dalam manajemen

    terkandung fungsi-fungsi perencanaan, pengarahan dan pengendalian.

    Ditarik dari kesimpulan diatas, pembelanjaan mempunyai fungsi. sebagai

    Fungsi penggunaan dana atau pengalokasian dana. Maksudnya bahwa setiap

    rupiah dana yang tertanam harus dapat digunakan seefisien mungkin untuk dapat

    menghasilkan tingkat keuntungan investasi. Fungsi penggunaan dana meliputi

    perencanaan dan pengendalian penggunaan aktiva baik dalam aktiva lancar

    maupun aktiva tetap.

    Aktiva tetap adalah aktiva yang berubah menjadi kas memerlukan waktu

    lebih dari satu tahun dan merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva relative

    permanen. Aktiva tetap ini disebut juga aktiva berwujud (tangible assets) karena

    ada secara fisik. Aktiva ini dimiliki dan digunakan oleh organisasi serta tidak

    untuk dijual karena sebagai bagian dari operasional normal. Sedangkan Aktiva

    lancar adalah aktiva yang secara normal berubah menjadi kas dalam waktu satu

    tahun atau kurang seperti dana pemasukan yang ada baik donatur atau usaha

    pondok Pesantren, dan manajer keuangan harus mengambil keputusan investasi

    (investment decision), Fungsi pemenuhan kebutuhan dana, atau fungsi pendanaan

    (financing; obtaining of funds).

    d. Prosedur Investasi

    Dana yang diperoleh Pesantren, baik dari pemerintah (jika ada),

    pemerintah daerah dan masyarakat, sebagaimana dalam UU Sisdiknas, Pasal

    46 no. 1 tahun 2003. perlu di kelola dengan baik, salah satu bentuk

    pengelolaan yang paling efisien adalah dengan menginvestasikan.

    24

    Bambang Riyanto. Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan. Jakarta 2006, Bumi

    aksara hal: 4

  • 31

    Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga

    produksi) dari kapital/modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi

    digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Contoh termasuk

    membangunrel kereta api, atau suatu pabrik, pembukaan lahan, atau kopontren.

    Investasi memiliki dua jenis yaitu:

    1. Permanen, artinya permodalan itu sifatnya harus tetap ada dalam

    organisasi yang terkait untuk menjalankan fungsinya. Dalam hal ini

    Pesantren mendapatkan modal permanen dari pengasuh atau pengelola

    Pesantren saja.

    2. Variabel, artinya permodalan yang jumlah pendapatannya tidak menetap

    karena harus disesuaikan dengan perubahan pendapatan dan keadaan

    penyokong dana. Dalam hal ini Pesantren mendapatkan modal variable

    dari para donatur kemasyarakatan ataupun dari donator alumnus

    Pesantren dan para wali santri dan lain-lain.

    e. Prosedur Pemeriksaan atau Pengawasan

    Menurut Murdick prosedur Pengawasan atau pemeriksaan merupakan

    proses dasar yang secara esensial tetap diperlukan meskipun bagaimanapun rumit

    dan luasnya cakupan dalam suatu organisasi25

    sedangkan metode yang di

    gunakan adalah:

    1. Penentuan standar

    Yang dimaksudakan adalah batasan-batasan mengenai keberhasilan dan

    kegagalan suatu kegiatan. Misalnya suatu kegiatan direncanakan

    terlaksana 90% dari keseluruhannya maka apabila sama atau lebih dari

    90% maka dikatakan sesuai dengan standar. Sebaliknya, apabila kurang

    dari 90% maka dianggap tidak sesuai dengan standar.

    2. Mengadakan pengukuran

    Dalam hal ini pemimpin tidak boleh percaya bergitu saja kepada

    bawahannya karena dikuatirkan laporan yang ada tidak sesuai dengan yang

    realita. dua cara dalam pengukuran. Pertama, Teknik tes, yang

    25

    Nanang fatah, landasan manajemen penddikan. Bandung 2000. remaja rosda karya hal 101

    http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Modal_%28ekonomi%29&action=edithttp://id.wikipedia.org/wiki/Barang_produksihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_apihttp://id.wikipedia.org/wiki/Pabrik

  • 32

    dilakukan untuk mengetahui aspek yang nyata terjadi. Misalkan : Ditanya

    tentang kejadian yang riil terjadi dilapangan. Kedua, Teknik non tes yang

    digunakan untuk mengetahui keseluruhan aspek yang tidak dapat

    dijangkau oleh teknis tes. Seperti, bagaimana kinerja para anggotanya

    kemudian disesuaikan dengan evaluasi dari para anggota. Selanjutnya

    yang dilakukan adalah menyesuaikanya dengan ketentuan yang telah

    berlaku. Dan hasilnya digunakan untuk umpan balik (feedback) berupa

    revisi, atau modifikasi.

    E. Kerangka Berfikir

    Gambar 2.2 Kerangka Berfikir

    Pengelolaan Keuangan Pesantren

    Perencanaan

    Misi, Tujuan Jangka Panjang dan Pendek,

    program, layanan, aktivitas, target, anggaran

    Pelaksanaan Akuntansi dan Pelaporan

    Pemasukan dan Pengeluaran

    Pengawasan

    Intern, eksteren, berkala, insidental

  • 33

    33

    BAB III

    METEDOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini berlokasi di Pondok Pesantren Al-Kholidin yang beralamat

    di Jl. Iskandarsyah Raya/ Wijaya I Blok.O Melawai Kebayoran Baru Jakarta

    Selatan 12160. Adapun waktu pelaksanaannya mulai dari tahap penyusunan

    proposal samapai selesai/bab V. Jadwal penelitian sebagai berikut:

    Tabel 3.1

    Jadwal Kegiatan Penelitian

    No Kegiatan 2012/2013

    Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des Jan

    1 Pengajuan Judul

    2 Konsultasi

    3 Pendekatan ke pesantren

    4 Izin Penelitian

    5 Pengumpulan Data

    6 Analisis Data

    7 Laporan Penelitian

    B. Pendekatan dan Metode Penelitian

  • 34

    Penelitian ini merupakan penelitian dengan studi kasus yang dilakukan

    dengan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk

    mengetahui secara mendalam pelaksanaan pengelolaan keuangan pesantren

    Penelitian studi kasus menurut Harahap, S.S, (2001) dimaksudkan bahwa

    dalam penelitian si peneliti dapat menetapkan unit analisis yang menjadi fokus

    penelitiannya secara mendalam dengan persoalan yang meliputinya. Lebih lanjut

    Ferra dan Merchant (dalam Harahap, 2001) menjelaskan bahwa studi kasus, si

    peneliti memiliki keikutsertaan secara langsung, mendalam dengan organisasi

    yang teliti, khususnya dalam mewawancarai dan mengamati langsung kegiatan

    organisasi sehingga didapat data primer dari lapangan. Sedangkan menurut Irawan

    (1999) bahwa penelitian studi kasus tergolong pada penelitian kualitatif

    dimaksudkan agar mengkaji fenomena secara mendalam.

    Metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang

    menitikberatkan pada observasi pengamatan langsung di lapangan. Metode ini

    pada dasarnya adalah metode teori, bukan menguji teori. Penelitian ini dilakukan

    dengan cara mengumpulkan informasi aktual secara terperinci yang melukiskan

    gejala yang ada, mengidewntifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan

    praktek-pratek yang berlaku dan menentkan apa yang harus dilakukan dalam

    menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman untuk menetapkan

    rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang (Adi Nugroho & Dwi Sunar

    Prasetyo, 1996, h. 36)

    C. Teknik Pengumpulan Data

    Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan dua metode, yaitu:

    1. Studi lapangan

    Penelitian ini dilakukan langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data-

    data yang diperlukan dengan observasi. Ridwan (2007) mengungkapkan

    bahwa observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek

    penelitian untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan. Observasi

    dilakukan peneliti terhadap pengelolaan keuangan Pondok Pesantren Al-

    Khlodin

  • 35

    2. Studi Pustaka

    Studi Pustaka, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan landasan

    teori dan analisis pembahasan dengan cara pengumpulan dan mempelajari

    berbagai referensi atau literatur yang ada berupa buku, buku pedoman,

    catatan-catatan tulis yang terdapat diperpustakaan atau multimedia, yang

    berkaitan dengan masalah yang diteliti.

    D. Instrumen Penelitian

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh dokumen

    yang terkait dengan pengelolaan keuangan Pondok Pesantren Al-Kholidin yaitu :

    1. Dokumen yang tekait dengan Perencanaan dan Penganggaran keuangan

    pesantren Al-Kholidin yaitu dokumen Renstra Pesantren Al-kholidn, dokumen

    Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB) Pesantren Al-Kholidin.

    2. Dokumen yang terkait dengan Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban

    keuangan Pesanren Al-Kholidin yaitu laporan realisasi penggunaan anggaran

    Pesantren, surat pertanggungjawaban belanja (SPJ), proposal pengajuan dana

    per kegiataan.

    3. Dokumen yang terkait dengan Akuntansi dan Pelaporan keuangan yaitu

    laporan keuangan per kegiatan, laporan keuangan bulanan dan laporan

    keuangan tahunan.

    4. Dokumen yang terkait dengan Pengawasan yaitu laporan dewan pengawas

    yang ddisertai dengan evaluasi dan monitoring serta tindak lanjut temuan,

    catatan-catatan rekomendasi.

    E. Teknik Analisis Data

    Setelah proses pengumpulan data, maka tahap selanjutnya adalah

    pengolahan data. Data yang ada dikelompokkan, diseleksi dan selajutnya

    dianalisis dengan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan jalan

    membandingkan hasil penelitian kepustakaan dengan penelitian lapangan.

  • 36

    36

    BAB IV

    PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Kholidin

    1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Al-Kholidin

    Pondok Pesantren Al-Kholidin didirikan oleh almarhum KH. Abdul

    Hamid Abdul Halim (dikenal dengan julukan ABI HAMID) beserta istri

    (Hj. Zakiyah Zaini) pada tanggal 11 oktober 1988. Berlokasi di

    Jl.Iskandarsyah Raya Blok.O Kebayoran Baru Jakarta Selatan Propinsi DKI

    jakarta, jarak dari terminal blok m 1 km,ke arah Timur.dari kantor kecamatan

    Jakarta selatan 500 m,ke arah barat. Dan telah mencatatkan diri sebagai

    Yayasan dengan nama Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Kholodin

    pada tahun 1991 02/B/YAK - 9 /XI/91.

    Awalnya hanya sebuah musholla yang di namakan Fuqoro Wal

    Amwat sebab proses pembangunan Musholla tersebut di lakukan oleh orang

    orang Fuqoro pada zaman tersebut, yakni dengan bahan-bahan serba apa

    adanya, kemudian berapa tahun kemudian datang KH.Abdul Hamid Abdul

    Halim Ad-Daary untuk mengembangkan Musholla tersebut sehingga

    menjadi sebuah Masjid yang kemudian di namakan Masjid

    Syarifhidayatullah.

  • 37

    Melihat kondisi yang ada, dimana sulitnya untuk menemukan sarana

    belajar agama bagi anak-anak di lingkungan sekitar Masjid serta atas saran

    dari guru beliau yaitu, Syeikh Muhammad Yasin Isa Al-Fadani maka

    dibangunlah Pondok Pesantren Al-Kholidin.

    Pada Tahun 1991 dibuatlah lembaga pendidikan SMP Islam Al-

    Kholidin. Tiga tahun kemudian barulah berdiri SMA Islam Al-Kholidin.

    Selama 12 tahun SMP/SMA Islam Al-Kholidin mengabungkan antara

    kurikulum DIKNAS dan Diniyah. Pada tahun 2002 barulah di pisahkan

    antara kurikulum DIKNAS dengan Diniyah. Sejak berdiri sampai saat ini

    Alm. KH Abdul Hamid Abdul Halim mempercayakan kepemimpinan pondok

    pesantren kepada anak beliau yaitu KH. Muhammad Zakwan Abdul

    Hamid.

    Kebahagian dunia dan akhirat adalah cita-cita setiap muslim. Namun

    demikian, srana dan prasarana kearah cita-cita itu masih terasa belum banyak.

    Sedangkan faktor penghambat tercapainya cita-cita itu semakin berkembang.

    Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Kholidin menyadari bahwa cita-

    cita tersebut dapat diwujudkan melalui pendidikan, yaitu pendidikan yang

    memberikan kepada anak didik ilmu yang dapat membentuk kepribadian

    muslim, pribadi yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa.

    2. Visi dan Misi

    Visi Pondok Pesantren Al-Kholidin sebagai lembaga pendidikan yang

    menciptakan manusia yang berkualitas dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan

    Teknologi (IPTEK) dan Iman dan Taqwa (IMTAQ), mempunyai Visi :

    Mempersiapkan santri yang berakhlakul karima, bertauhid, dan hidup

    dengan Qurani

    Adapun misi dari Pondok Pesantren Al-Kholidin tersebut adalah

    sebagai berikut :

  • 38

    1. Menanamkan dan meningkatkan disiplin santri untuk melaksanakan

    ajaran Islam dalam kehidupan sehar-hari.

    2. Menanamkan jiwa keikhlasan, kesederhanaan, ukhuwah diniyah,

    kemandirian dan kebebasan dalam kehidupan sehari - hari.

    3. Menyelenggarakan pendidikan formal dengan Kurikulum Pesantren yang

    disesuaikan dengan Pendidikan Nasional.

    4. Mendidik dan mengantarkan santri untuk mampu mengenal jati diri dan

    lingkungannya serta mempunyai motivasi dan kemampuan untuk

    mengembangkan diri sesuai dengan pilihan hidupnya.

    5. Mendidik dan mempersiapkan santri untuk menjadi manusia mandiri dan

    berkhidmad kepada masyarakat, agama, nusa dan bangsa.

    3. Susunan Pengurus Pondok Pesantren Al-Kholidin

    Pendiri

    Ketua : KH. Abdul Hamid Abdul Halim

    Anggota : Drs. H. Muhammad Syah Manaf

    H. Abdul Majid Toyib

    KH. Muhammad Zakwan Abdul Hamid

    H. Abdul Karim Abdul Hamid

    H. Muhammad Yamin Abdul Hamid

    H. Muhammad Nur Sasi

    H. Abdul Hadi Abdul Hamid

    Hj. Zakiyah Zaini

    Dra. Hj. Maimunah Abdul Hamid

    Dra. Hj. Romlah Abdul Hamid

  • 39

    Badan Pengurus

    Ketua Umum : KH. Muhammad Zakwan Abdul Hamid

    Ketua : H. Abdul Karim Abdul Hamid

    Sekretaris Umum : H. Abdul Hadi Abdul Hamid

    Sekretaris : Dra. Hj. Maimunah Abdul Hamid

    Bendahara I : H. Muhammad Yamin Abdul Hamid

    Bendahara II : H. Muhammad Nur Sasi

    Anggota : Hj. Zakiyah Zaini

    Dra. Hj. Romlah Abdul Hamid

    DR. KH. Abdul Muhith Abdul Fatah

    H. Dimyati

    Penasehat : KH. Abdul Hamid Abdul Halim

    Drs. H. Muhammad Syah Manaf

    H. Abdul Majid Toyib

    KH. Numan Istichory

    Bidang-bidang

    Pendidikan dan

    Pengajaran

    : H. Abdul Karim Abdul Hamid

    DR. KH. Abdul Muhith Abdul Fatah

    Pembangunan : H. M. Iskandar

    H. Dimyati

    H. Abdul Hadi Abdul Hamid

    Keuangan : H. Muhammad Yamin Abdul Hamid

    H. Chairuddin Sani

    Perpus dan Laborat : H. Rahmatullah BA

    Dra. Hj. Maimunah Abdul Hamid

    Humas : H. Hanafi Mamun

    H. A. Mukri

    H. Zainuddin Abdul Hamid

    Pemeliharaan dan

    perawatan

    : H. Muhammad Nur Sasi

    Dra. Hj. Romlah

  • 40

    Pengawasan : H. Marzuqi Arman

    H. Ahmad Musyaffa Umar

    Mataman

    STRUKTUR ORGANISASI YAYASAN AL KHOLIDIN

    Gambar 4.1

    Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Kholidin

    Badan Pendiri Ketua

    Badan

    Penasehat

    Ketua Umum

    Ketua.I

    Bidang

    Pendidikan

    dan

    Pengajaran

    Pengawas

    Sekretaris Umum

    Sekretaris I

    Bendahara Umum

    Bend. I Bend. II

    Bidang

    Pembangunan

    Bidang

    Keuangan

    Bidang Perpus

    dan Laborat

    Bidang

    Pemeliharaan

    dan

    Perawatan

    Bidang Humas

  • 41

    4. Keadaan Sarana Prasarana Pondok Pesantren Al-Kholidin

    Secara sederhana, manajemen sarana prasarana sekolah dapat

    didefinisikan sebagai proses kerja pendayagunaan semua perlengkapan

    pendidikan secara efektif dan efisien. Perlengkapan sekolah, atau juga sering

    disebut dengan fasilitas sekolah, dapat dapat di kelompokan menjadi sarana

    pendidikan dan prasarana pendidikan.

    Satu hal yang perlu di pertegas dalam definisi tersebut adalah bahwa

    manajemen sarana prasarana sekolah merupakan suatu proses pendayagunaan

    yang sasarannya adalah perlengkapan pendidikan, seperti perlengkapan

    sekolah, perlengkapan perpustakaan, media pengajaran, dan perlengkapan

    lainnya.

    Sarana prasarana penunjang terlaksananya proses belajar mengajar

    yang dimiliki pondok pesantren Al-kholidin :

    Ruang Belajar

    Tabel 4.1

    Rekapitulasi Data Ruang Belajar

    No Jenis Ruang Jumlah

    Ruang Ukuran Kondisi

    1 Ruang kelas 12 68.00 M2 Baik

    2 Perpustakaan 1 32.00 M2 Baik

    3 Laboratorium IPA 1 32.00 M2 Baik

    4 Laboratorium computer 1 68.00 M2 Baik

    5 Multimedia 1 16.00 M2 Baik

  • 42

    Ruang kantor

    Tabel 4.2

    Rekapitulasi Data Ruang Kantor

    No Jenis Ruang Jumlah

    Ruang Ukuran Kondisi

    1 Kepala Sekolah 3 16.00 M2 Baik

    2 Wakil kepala Sekolah 3 12.00 M2 Baik

    3 Guru 3 36.00 M2 Baik

    4 Tata Usaha 3 24.00 M2 Baik

    5 Tamu 2 16.00 M2 Baik

    6 BK 1 12.00 M2 Baik

    Ruang Penunjang

    Tabel 4.3

    Rekapitulasi Data Ruang Penunjang

    No Jenis Ruangan Jumlah Ruang Kondisi

    1 Masjid 1 Baik

    2 Dapur Umum 1 Baik

    3 KM/WC Guru 4 Baik

    4 KM/WC Santri 20 Baik

    5 Kantin 2 Baik

    6 Asrama 15 Baik

    7 Kamar Ustad 3 Baik

    8 Aula 2 Baik

    9. Gudang 1 Baik

    10 Seketariat PMB 1 Baik

  • 43

    5. Keadaan Tenaga Pengajar dan Karyawan Pondok

    Pesantren Al-Kholidin

    Ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagai

    tenaga kependidikan. Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki

    kepribadian ideal. Pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan

    yang dapat digugu dan ditiru oleh siswa. Sebagai seorang model, guru harus

    memiliki kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan

    kepribadiannya (personal competencies).

    Kompetens