STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen...

83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI KELAS XI SEMESTER 1 SMA NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh: DEVINTA RIZA NINGTYAS X 3307012 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Transcript of STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen...

Page 1: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA

POKOK BAHASAN LAJU REAKSI KELAS XI

SEMESTER 1 SMA NEGERI 1 MOJOLABAN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh:

DEVINTA RIZA NINGTYAS

X 3307012

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA

POKOK BAHASAN LAJU REAKSI KELAS XI

SEMESTER 1 SMA NEGERI 1 MOJOLABAN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh:

DEVINTA RIZA NINGTYAS

X 3307012

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 3: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I,

Drs. Js. Sukardjo, M.Si.

NIP 19480914 198002 1 001

Pembimbing II,

Budi Hastuti, S.Pd., M.Si.

NIP 19780806 200604 2 001

Page 4: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program

Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan.

Hari :...................................

Tanggal : ..................................

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra.Hj. Bakti Mulyani, M.Si. ....………....

Sekretaris : Endang Susilowati S.Si., M.Si. ……………

Anggota I : Drs. Js. Sukardjo, M.Si. .…………....

Anggota II : Budi Hastuti, S.Pd., M.Si. ……………

Disahkan oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

NIP. 19600727 198702 1 001

Page 5: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERNYATAAN

Dengan ini, saya menyatakan bahwa dalam makalah skripsi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari ada ketidakbenaran dalam

pernyataan saya diatas, maka saya akan bertanggungjawab sepenuhnya.

Surakarta, Pebruari 2012

Penulis

Devinta Riza Ningtyas

X3307012

Page 6: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAK

Devinta Riza Ningtyas. X3307012. STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN

INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN

DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK

BAHASAN LAJU REAKSI KELAS XI SEMESTER 1 SMA NEGERI 1

MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa pembelajaran inkuiri

terbimbing dengan metode eksperimen menghasilkan prestasi belajar yang lebih

tinggi pada pokok bahasan Laju Reaksi dibandingkan dengan metode

demonstrasi.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan

penelitian Randomized Pretest-Posttest Comparison Group Design dimana kelas

eksperimen 1 yang digunakan adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri

terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas

dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode demonstrasi.

Populasi adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Mojolaban Tahun Pelajaran

2011/2012. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik cluster random

sampling. Data utama penelitian ini adalah berupa prestasi belajar siswa yang

diperoleh dari aspek kognitif, aspek afektif dan psikomotor. Teknik analisis data

yang digunakan adalah Uji t pihak kanan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa pada

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen pada pokok bahasan

Laju Reaksi memberikan prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode demonstrasi. Hal ini ditunjukkan

dengan hasil perhitungan menggunakan uji t-pihak kanan dengan taraf signifikan

5%. Dimana hasil uji t-pihak kanan untuk belajar kognitif diperoleh thitung = 3,928

> ttabel = 1,67 dan untuk prestasi belajar psikomotor diperoleh thitung = 1,792 > ttabel

= 1,67. Sedangkan untuk aspek afektif, hasil uji t-pihak kanan adalah thitung =

1.475 < t0.95(74) = 1.67.

Kata Kunci : Inkuiri Terbimbing, Metode Eksperimen, Metode Demonstrasi,

Prestasi Belajar.

Page 7: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRACT

Devinta Riza Ningtyas. X3307012. COMPARATIVE STUDY GUIDED

INQUIRY LEARNING WITH EXPERIMENT AND DEMONSTRATION

METHODS OF STUDENT ACHIEVEMENT IN THE RATE OF REACTION

CLASS XI SEMESTER 1 SMA 1 MOJOLABAN STATE OF LESSONS

2011/2012. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas

Maret University of Surakarta.

This research aimed to know wether using Guided Inquiry Learning by

experimental method can provide the learning achievement higher than

demonstration method on the subject of Reaction Rate.

This research uses experimental methods by design Randomized

Comparison Group Pretest-posttest design which is the first class used Guided

Inquiry learning model with Experimental methods and the second class used

Guided Inquiry learning model by Demonstration methods. The population were

the student of a class XI student SMA Negeri 1 Mojolaban in 2011/2012. The

research used cluster random sampling technique. The main data of this study

are forms of student achievement obtained from the cognitive, affective and

psychomotor. Data analysis techniques used right t-test.

The results of the research shown that achievement of the student in

guided inquiri learning by the experimental method on the subject of Reaction

Rate higher than demonstration method. It was indicated by the results of

calculations using right t-test with 5% significant level. The right t-test resulted

that achievement of cognitive learning obtained t count = 3.928> t table = 1.67 and

for the achievement of psychomotor learning obtained t count = 1.792> t table = 1.67.

As for the affective aspect, right t-test results is t count = 1475 <t 0.95 (74) = 1.67.

Keywords: guided inquiry, experimental methods, Demonstration methods,

learning achievement

Page 8: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

MOTTO

Keberhasilan yang paling besar dan berharga bukanlah karena kita tidak pernah terjatuh dan mengalami kegagalan dalam suatu hal, melainkan kita belum bangkit dan berusaha maksimal untuk mencapai cita-cita tersebut.

“ Ketahuilah bahwa pertolongan Allah bersama kesabaran; kelapangan ada bersama kesempitan; dan kemudahan ada bersama kesulitan”. (HR. Al Hakim & Ahmad)

“Orang yang berjiwa besar memiliki dua hati, satu hati menangis dan yang satu hati bersabar”. (Kahlil Gibran)

“Selalu berusaha untuk menjadi lebih baik”. (Penulis)

Page 9: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini teruntuk :

Allah SWT yang selalu melindungiku

Ayah n Ibu atas kasih sayang dan do’a

selama ini

Kedua adikku,,Tomy & Dani

Spcial one,,,Dias

Fiona, Erni, Okty, Eni, Seli n

Yaya..makasi guysss,,,

Ratri, Seli n Hanif,,,,makasi bantuan d

skull,,,

Temen-temen s’angkatan (2007)

Almamater

SMA N 1 Mojolaban

Page 10: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur pada Allah SWT yang telah melimpahkan

banyak rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

sebagian persyaratan dalam mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki tidak dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa bantuan, saran, dorongan dan

perhatian dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati perkenankan

penulis menghaturkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan izin penyusunan skripsi.

2. Bapak Sukarmin, Ph.D., selaku Ketua Jurusan P. MIPA, yang telah

menyetujui atas permohonan penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku ketua Program Pendidikan Kimia yang

telah memberikan pengarahan dan izin penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Js. Sukardjo, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

5. Ibu Budi Hastuti, S.Pd., M.Si., selaku pembimbing II yang telah pula

memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga

memperlancar penulisan skripsi ini.

6. Ibu Nanik Dwi Nurhayati, S.Si., M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang

membimbing , mengarahkan dan memberi nasehat kepada penulis.

7. Bapak Drs. Narman, M.M., selaku Kepala SMA Negeri 1 Mojolaban yang telah

memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

Page 11: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

8. Bapak Wiyoto, S.Pd., selaku guru Kimia SMA Negeri 1 Mojolaban yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian.

9. Siswa-siswi kelas XI IPA 2 dan XI IPA3. Terima kasih atas bantuan, do’a dan

kerjasamanya.

10. Ayah, Ibu, adikku tersayang yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang,

dukungan serta semangat bagi penulis.

11. Sahabat dan teman-teman semua untuk segala dukungan, persahabatan dan

bantuan serta semangatnya.

12. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih

jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Akhirnya

penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan.

Surakarta, Pebruari 2012

Penulis

Page 12: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN JUDUL ....................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................... iv

PERNYATAAN ............................................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................ vi

ABSTRACT ..................................................................................... vii

MOTTO ............................................................................................ viii

PERSEMBAHAN ............................................................................. ix

KATA PENGANTAR ...................................................................... x

DAFTAR ISI ..................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xiiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xivi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................ 4

C. Pembatasan Masalah ....................................................... 4

D. Perumusan Masalah ........................................................ 5

E. Tujuan Penelitian ............................................................ 5

F. Manfaat Penelitian .......................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI .......................................................... 6

A. Tinjauan Pustaka ............................................................ 6

1. Studi Komparasi ....................................................... 6

2. Belajar dan Pembelajaran ......................................... 6

3. Inkuiri Terbimbing ................................................... 8

4. Metode Eksperimen ................................................. 10

5. Metode Demonstrasi ................................................ 12

Page 13: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

6. Prestasi Belajar ......................................................... 14

7. Materi Pokok Laju Reaksi ....................................... 16

B. Kerangka Berpikir ........................................................... 33

C. Hipotesis ......................................................................... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................ 36

A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................... 36

1. Tempat .................................................................... 36

2. Waktu ..................................................................... 36

B. Metode Penelitian ........................................................... 36

C. Populasi dan Sampel ...................................................... 37

D. Variabel Penelitian .......................................................... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 37

F. Teknik Analisis Data ..................................................... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................... 50

A. Deskripsi Data ................................................................ 50

B. Uji Prasyarat Analisis ..................................................... 56

C. Pengujian Hiotesis ......................................................... 58

D. Pembahasan Hasil Analisis Data .................................... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................... 65

A. Kesimpulan ..................................................................... 65

B. Implikasi ........................................................................ 65

C. Saran ............................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 67

LAMPIRAN ...................................................................................... 69

Page 14: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Hasil Percobaan Penentuan Persamaan Laju Reaksi

Antara Gas NO dan Gas H2 pada Suhu 800oC ...................... 22

Tabel 2 Hasil Percobaan Penentuan Persamaan Laju Reaksi

Antara Ion Amonium dan Ion Nitrit pada Suhu 25oC ........... 24

Tabel 3 Contoh Katalis dalam Industri .............................................. 33

Tabel 4 Desain Penelitian ................................................................... 37

Tabel 5 Ranguman Hasil Uji Validitas Soal Kognitif ...................... 41

Tabel 6 Ranguman Hasil Uji Reliabilitas Soal Kognitif .................... 42

Tabel 7 Ranguman Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Kognitif ....... 43

Tabel 8 Ranguman Hasil Uji Daya Beda Suau Item .......................... 44

Tabel 9 Skor Penilaian Afektif .......................................................... 45

Tabel 10 Ranguman Hasil Uji Validitas Soal Afektif ......................... 46

Tabel 11 Ranguman Hasil Uji Reliabilitas Afektif .............................. 47

Tabel 12 Rangkuman Deskripsi data Penelitian .................................. 50

Tabel 13 Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Kelas

Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 .................................. 51

Tabel 14 Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas

Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 .................................. 53

Tabel 15 Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotor Kelas

Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 .................................. 55

Tabel 16 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai SPU, kognitif,

afektif dan psikomotor ............................................................ 56

Tabel 17 Hasil Uji Homogenitas Nilai SPU, kognitif,afektif

dan psikomotor ...................................................................... 57

Tabel 18 Uji t-pihak kanan prestasi belajar kognitif .............................. 58

Tabel 19 Uji t-pihak kanan prestasi belajar afektif ................................ 59

Tabel 20 Uji t-pihak kanan prestasi belajar psikomotor ........................ 59

Page 15: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Pembakaran Batang Korek Api ..................................... 17

Gambar 2 Grafik Jumlah Molekul Terhadap Waktu ..................... 19

Gambar 3 Grafik Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi ................... 21

Gambar 4 Mekanisme untuk reaksi 2AB→A2 + B2 ...................... 25

Gambar 5 Bola Yang Menggelinding ............................................ 26

Gambar 6 Diagram Energi pada Reaksi Eksoterm dan Endotern ..

....................................................................................... 26

Gambar 7 Grafik Tingkat Energi dengan Katalis .......................... 30

Gambar 8 Histogram Perbandingan Nilai Kognitif Kelas

Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ........................ 52

Gambar 9 Histogram Perbandingan Nilai Afektif Kelas

Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ........................ 54

Gambar 10 Histogram Perbandingan Nilai Psikomotor Kelas

Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ........................ 55

Page 16: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xivi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus .............................................................................. 50

Lampiran 2 RPP ................................................................................... 55

Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Kognitif ........................................... 81

Lampiran 4 Instrumen Soal Kognitif .................................................. 84

Lampiran 5 Kunci Jawaban Instrumen Soal Kognitif ......................... 96

Lampiran 6 Lembar Jawaban ............................................................... 97

Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Afektif .............................................. 98

Lampiran 8 Instrumen Instrumen Afektif ............................................ 99

Lampiran 9 Petunjuk Praktikum Konsentrasi ..................................... 102

Lampiran 10 Petunjuk Praktikum Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Laju Reaksi ............................................. 103

Lampiran 11 Lembar Penilaian Praktikum Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Laju reaksi ............................................... 106

Lampiran 12 Perhitungan Hasil Tryout Kognitif .................................. 111

Lampiran 13 Perhitungan Hasil Tryout Afektif .................................... 117

Lampiran 14 Uji Normalitas Nilai Ulangan SPU ................................. 123

Lampiran 15 UJi Homogenitas Nilai Ulangan SPU ............................. 127

Lampiran 16 Uji t-Matching Nilai SPU ................................................ 128

Lampiran 17 Data Induk Penelitian ...................................................... 129

Lampiran 18 Uji Normalitas Selisih Nilai Kognitif, Afektif

dan Psikomotor ................................................................ 132

Lampiran 19 Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif, NIlai Afektif

Nilai Psikomotor .............................................................. 140

Lampiran 20 Uji t-Pihak Kanan ............................................................ 144

Lampiran 21 Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif, Afektif dan

Psikomotor ........................................................................ 146

Lampiran 22 Dokumentasi Penelitian ................................................... 151

Page 17: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan.

Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas,

damai, terbuka dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus

selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Berbagai

usaha telah dilakukan pemerintah untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional.

Salah satu langkah yang diambil pemerintah adalah pembaruan kurikulum. Saat

ini pemerintah sedang menerapkan kurikulum dengan mengembangkan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada standar

nasional. Dimana tujuan pendidikan nasional ini harus sesuai dengan kekhasan,

kondisi daerah, satuan pendidikan dan siswa.

Setelah pembaruan kurikulum langkah selanjutnya adalah peningkatan

kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran harus dilakukan oleh

setiap guru, karena tanpa adanya motivasi untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran, kegiatan belajar-mengajar yang berlangsung di kelas akan sulit

untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran serta tidak bermakna. Kualitas

pembelajaran yang dilakukan sangat penting bagi sekolah yang akan diteliti oleh

penulis. Hal ini karena materi yang disampaikan kepada siswa, tidak

memperhatikan taraf perkembangan mental dan psikologis siswa sehingga

pembelajaran yang dilaksanakan kurang berkualitas dan bermakna. Penulis dapat

mengasumsikan bahwa pembelajaran yang telah berlangsung kurang berkualitas

dan bermakna dikarenakan sebagian besar guru masih melakukan pembelajaran

secara konvensional meskipun telah melaksanakan KTSP.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada siswa di SMA

Negeri 1 Mojolaban, sebagian siswa berpendapat bahwa mereka selalu

mendapatkan pembelajaran dengan metode ceramah. Mereka menginginkan

metode pembelajaran yang bervariasi dan menarik sehingga materi pelajaran yang

disampaikan guru tidak terkesan monoton dan membosankan. Kurangnya

Page 18: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

pembelajaran yang bermakna mengakibatkan prestasi belajar Kimia siswa rendah,

khususnya pada materi pokok Laju Reaksi. Hal ini dapat dilihat dari hasil

perolehan rata-rata nilai ulangan harian yang sebagian besar siswa nilainya di

bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu dibawah 75.

Berdasarkan fakta tersebut, metode yang efektif adalah metode yang

mampu menyampaikan pesan materi ajar dari guru kepada siswa, sehingga siswa

bisa lebih mudah memahami materi pelajaran tersebut. Dalam hal ini, siswa tidak

hanya menghafal dari buku yang dipelajari melainkan siswa mendapatkan suatu

konsep yang benar terhadap materi tersebut. Ketepatan guru dalam memilih

metode mengajar yang sesuai sangat penting terhadap keberhasilan proses

pembelajaran. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah satu

model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk berpikir kritis dan kreatif.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pembelajarn inkuiri terbimbing

menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa, salah

satunya oleh Peggy Brickman, Cara Gormally, Norris Amstrong dan Brittan

Hallar dalam jurnal yang berjudul “Effects of Inquiry-based Learning on

Students’ Science Literacy Skills and Confidence”. Selain itu, penelitian yang

dilakukan oleh An Nuril Maulida Fauziah menunjukkan bahwa pembelajaran

optik geometri menggunakan metode inkuiri dengan eksperimen dan demonstrasi

dapat meningkatkan motivasi berprestasi dan sikap ilmiah siswa. Penelitian yang

dilakukan oleh Nely Andriani, Imron Husaini, dan Lia Nurliyah menyimpulkan

bahwa dari hasil observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru model

pembelajaran inkuiri terbimbing efektif diterapkan dalam mata pelajaran fisika

pokok bahasan cahaya di SMPN 2 Muara Padang. Dalam metode ini, siswa

dibimbing oleh guru untuk menemukan sesuatu sendiri. Demikian halnya dengan

metode eksperimen dan demonstrasi, kedua metode ini dapat diterapkan pada

materi pelajaran yang menuntut keterampilan, kecermatan dan pemahaman

sehingga siswa dapat secara aktif menemukan suatu konsep/ pengetahuan yang

sedang dipelajari.

Materi pokok Laju Reaksi meliputi Sub Materi Pokok yaitu Konsep Laju

Reaksi, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi, Teori Tumbukan dan

Page 19: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Persamaan Laju Reaksi. Pada Sub Materi Pokok Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Laju Reaksi terdapat konsep yang memerlukan pengamatan siswa

sehingga diharapkan siswa dapat mengamati gejala-gejala, menggolong-

golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, dan menarik kesimpulan. Kegiatan-

kegiatan tersebut merupakan proses ilmiah sehingga membutuhkan metode

pembelajaran yang tepat. Materi pokok Laju Reaksi merupakan materi yang berisi

konsep dan hitungan yang membutuhkan kemampuan berpikir yang berkaitan

dengan konsep-konsep yang pernah diajarkan sebelumnya. Materi pokok Laju

Reaksi merupakan materi yang penting karena mendasari materi selanjutnya yaitu

Kesetimbangan Kimia. Oleh karena itu untuk mengajarkan materi Laju Reaksi

kepada siswa diperlukan metode pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa

dalam memperoleh pengetahuan atau konsep sehingga siswa dapat lebih

memahami dan mengendap lebih tahan lama dalam ingatan siswa.

SMA Negeri 1 Mojolaban, Sukoharjo memiliki fasilitas laboratorium

cukup lengkap. Khususnya untuk laboratorium kimia tersedia alat dan bahan

kimia yang dapat dipergunakan dalam proses belajar mengajar kimia. Tetapi

keberadaan laboratorium kimia ini belum dapat dimanfaatkan secara maksimal

untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu untuk materi-materi

kimia yang membutuhkan pengamatan langsung dapat memanfaatkan

laboratorium kimia yang ada. Agar dapat melakukan pengamatan dapat

menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi. Dalam hal ini, siswa yang

biasanya hanya belajar dengan hafalan akan menggunakan metode pembelajaran

yang lebih menarik karena mereka dapat melakukan kegiatan observasi sehingga

pengetahuan yang mereka dapat akan lebih terekam dalam memori ingatan siswa.

Dalam kegiatan laboratorium siswa melakukan pengamatan dan

mempraktekkannya sendiri. Kegiatan laboratorium dapat mengembangkan proses

berpikir siswa dengan timbulnya berbagai pertanyaan dalam diri siswa selama

pelaksanaan kegiatan laboratorium. Dengan demikian kegiatan laboratorium

merupakan kegiatan yang mengembangkan aspek pengetahuan, keterampilan dan

sikap siswa. Sedangkan metode demonstrasi memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengamati secara cermat dan memberikan gambaran secara jelas

Page 20: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

hasil pengamatan tersebut untuk menemukan suatu konsep. Dengan adanya

demonstrasi maka akan mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka

dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah metode mengajar kimia yang efektif sehingga tujuan

pembelajaran Kimia di SMA dapat tercapai?

2. Apakah pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen

dan demonstrasi dapat digunakan dalam pembelajaran kimia pada

materi pokok Laju Reaksi?

3. Apakah pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen

dan demonstrasi dalam proses pembelajaran menunjukkan adanya

perbedaan tingkat prestasi belajar?

4. Apakah prestasi belajar siswa pada pembelajaran inkuiri terbimbing

dengan metode eksperimen lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa

dengan metode demonstrasi pada pada materi pokok Laju Reaksi?

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terfokus maka perlu pembatasan masalah. Adapun

masalah dalam penelitian ini dibatasi pada:

1. Subyek penelitian yaitu siswa kelas XI SMA N 1 Mojolaban Tahun

Pelajaran 2011/2012.

2. Model pembelajaran yang dipakai dalam penelitian ini adalah inkuiri

terbimbing.

3. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode eksperimen dan demonstrasi untuk sub pokok bahasan Faktor-

faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi.

4. Materi pokok yang diajarkan dalam penelitian ini adalah Laju Reaksi.

5. Penilaian meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Page 21: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

“Apakah pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen akan lebih

menghasilkan prestasi belajar yang tinggi dibandingkan dengan metode

demonstrasi pada pokok bahasan Laju Reaksi?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

Mengetahui perbandingan pembelajaran inkuiri terbimbing antara metode

eksperimen dengan metode demonstrasi untuk dapat menghasilkan prestasi belajar

yang tinggi pada pokok bahasan Laju Reaksi.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Mengetahui perbedaan prestasi belajar kimia pokok bahasan Laju Reaksi

antara siswa yang diajar dengan metode eksperimen dan metode demonstrasi.

2. Memberikan masukan kepada pengajar bidang studi kimia dalam pemilihan

metode pembelajaran yang diharapkan lebih memberikan hasil belajar yang

lebih baik.

3. Sebagai bahan pemikiran selanjutnya bagi peneliti yang berminat mengadakan

penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.

4. Memberikan masukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya

dalam proses belajar mengajar kimia.

Page 22: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Studi Komparasi

Studi komparasi menurut Poerwodarminto dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia (1996:708), studi berasal dari bahasa Inggris to study yang berarti

ingin mendapatkan atau mempelajari. Mempelajari berarti ingin mendapatkan

sesuatu yang khusus dengan didorong oleh rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang

belum dipelajari dan dikenal. Sedangkan komparasi berasal dari bahasa Inggris to

compare yang berarti membandingkan, paling tidak ada dua masalah yaitu ada

faktor persamaan serta faktor perbedaan.

Menurut Winarno Surakhmad dalam bukunya Pengantar Pengetahuan

Ilmiah (1986:84) “Komparasi adalah penyelidikan deskriptif yang berusaha

mencari pemecahan melalui analisis tentang hubungan sebab akibat yaitu memilih

faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang

diselidiki dan membandingkan satu faktor dengan faktor lain”. Sedangkan

Aswarni Sudjud dalam Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa “Penelitian

komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-

perbedaan tentang benda-benda, prosedur kerja, ide-ide, kritik terhadap orang,

kelompok terhadap suatu idea atau suatu prosedur kerja”(Suharsimi Arikunto,

1997:247). Berdasarkan pendapat beberapa para ahli tersebut, penulis dapat

menyimpulkan bahwa studi komparasi merupakan suatu keingintahuan untuk

mempelajari dua variabel yang berbeda dengan membandingkan satu dengan yang

lain tetapi kedua variabel tersebut setara.

2. Belajar dan Pembelajaran

a. Belajar

Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, belajar merupakan faktor yang

menentukan hasil sebagaimana telah ditentukan. Mengingat pentingnya belajar,

Page 23: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

para ahli berusaha merumuskan pengertian belajar. Beberapa pakar pendidikan

mendefinisikan belajar sebagai berikut :

1) Gagne

Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang

melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari

proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.

2) Travers

Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.

3) Cronbach

Learning is shown by a changce in behavior as a result of experience. (Belajar

adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).

4) Harold Spears

Learning is to observe, to read, to imitate to try something themselves, to

listen, to follow direction. (Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati,

membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu).

5) Geoch

Learning is change in performance as a result of practice. (Belajar adalah

perubahan performance sebagai hasil latihan).

6) Morgan

Lerning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past

experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen

sebagai hasil dari pengalaman).

Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke

perkembangan pribadi seutuhnya. Menurut Reber, belajar adalah the process of

acquiring knowledge. Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan. Hal yang

sama bahwa konstruktivisme itu beranggapan bahwa pengetahuan kita merupakan

konstruksi dari kita yang mengetahui sesuatu (Sardiman. A. M , 2007:37).

Penulis menyimpulkan dengan dasar konstruktivisme, belajar lebih dari

sekedar mengingat, tetapi benar-benar mengerti dan dapat menerapkan ilmu

pengetahuan dengan memecahkan masalah, menemukan sesuatu dengan ide yang

dimiliki siswa sendiri.

Page 24: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

b. Pembelajaran

Pembelajaran dapat diartikan sebagai pengajaran yang mempunyai arti

proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan. Pembelajaran terdiri atas

beberapa komponen yang saling berkaitan yang bekerja sama secara terpadu

untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Komponen dari

sistem pembelajaran ada 4, yaitu:

1) Tujuan, yaitu pernyataan tentang perubahan tingkah laku yang diinginkan

terjadi pada siswa setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Perubahan

perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor.

2) Materi, yaitu segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang

diperlukan untuk mencapai tujuan.

3) Strategi belajar mengajar adalah kegiatan guru dalam proses belajar mengajar

yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada siswa agar dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

4) Evaluasi, yaitu cara tertentu untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi

dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar.

Dengan uraian tersebut, diketahui bahwa tujuan pembelajaran merupakan

faktor pertama yang mempengaruhi pemilihan strategi yang akan dilaksanakan.

Menurut Bloom, tujuan pembelajaran meliputi tiga kawasan belajar, yaitu

kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam pembelajaran kimia pada pokok

bahasan Laju Reaksi ini, yang bisa dianggap ada urgensinya adalah peran guru

sebagai:

a) Demonstrator

b) Pengelola kelas

c) Mediator dan fasilitator

d) Evaluator

3. Inkuiri Terbimbing

Agus Suprijono (2009:86) mengemukakan bahwa belajar penemuan

menunjuk pada proses dan hasil belajar. Belajar penemuan melibatkan peserta

didik dalam keseluruhan proses metode keilmuan sebagai langkah-langkah

Page 25: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

sistemik menemukan pengetahuan baru atau memferivikasi pengetahuan lama.

Menemukan merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran berbasis pendekatan

kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan

bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan

sendiri. Pengajar harus selalu merancang kegiatan, yang merujuk pada kegiatan

menemukan, apa pun materi yang diajarkannya. Siklus inkuiri adalah observasi,

bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data, dan penyimpulan.

Sund and Trowbridge (1973) dalam E. Mulyasa (2008:109)

mengemukakan Inkuiri Terbimbing (Guide Inquiry) merupakan metode inkuiri

yang diorganisasikan lebih terstruktur, dimana guru mengendalikan keseluruhan

proses interaksi dan menjelaskan prosedur penelitian yang harus dilakukan oleh

siswa.

Langkah-langkah kegiatan menemukan (inkuiri) antara lain:

a. Merumuskan masalah

b. Mengamati atau melakukan observasi

c. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya

(Suwarna, M.Pd., dkk, 2005 : 122)

Bagian utama dari inkuiri terbimbing adalah seorang guru haruslah

menyiapkan seperangkat pertanyaan untuk para siswa. Bahkan guru sudah

mempunyai jawaban atas semua pertanyaan tadi, sehingga dalam hal ini siswa

tidak begitu bebas mengembangkan gagasan dan ide-idenya. “Guru memberikan

persoalan dan siswa disuruh memecahkan persoalan itu dengan prosedur tertentu,

yang sudah diarahkan oleh guru. Siswa dalam menyelesaikan persoalan

menyesuaikan dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh guru” (Paul Suparno,

1997:68).

Melakukan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran inkuiri

berarti membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi yang dihadapi

ketika berhubungan dengan dunia fisik, yaitu dengan menggunakan tehnik

yang digunakan oleh para ahli penelitian (Dettrick, G.W., 2001). Dalam

pembelajaran inkuiri berarti guru merencanakan situasi sedemikian rupa

sehingga siswa didorong untuk menggunakan prosedur yang digunakan para ahli

Page 26: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

penelitian untuk mengenal masalah, mengajukan pertanyaan, mengemukakan

langkah-langkah penelitian, memberikan pemaparan yang ajeg, membuat

ramalan, dan penjelasan yang menunjang pengalaman.

Pengajaran inkuiri dibentuk atas dasar discoveri, sebab seorang siswa

harus menggunakan kemampuannya berdiskoveri dan kemampuan lainnya.

Dalam inkuiri, sesorang bertindak sebagai seorang ilmuwan (scientist),

melakukan eksperimen, dan mampu melakukan proses mental berinkuiri,

adalah sebagai berikut:

a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alami.

b. Merumuskan masalah-masalah.

c. Merumuskan hipotesis-hipotesis

d. Merancang pendekatan investigatif yang meliputi eksperimen.

e. Melaksanakan eksperimen.

f. Mensistensikan pengetahuan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, penulis dapat

menyimpulkan bahwa inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang

mampu menggali kemampuan siswa untuk menemukan suatu konsep terhadap

pengetahuan yang sedang dipelajari, dalam hal ini guru berperan sebagai

fasilitator dalam membimbing dan mengarahkan siswa.

4. Metode Eksperimen

a. Pengertian

Sebagai cabang dari IPA yang konsep-konsepnya dikembangkan dari

pengamatan terhadap gejala alam, konsep-konsep kimia kebanyakan berasal dari

percobaan–percobaan yang dilakukan di laboratorium. Metode Eksperimen atau

kegiatan laboratorium diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan

peserta didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil

percobaan itu (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001: 136).

b. Penggunaan

Penggunaan metode eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar kimia

mempunyai tujuan agar peserta didik mampu mencari dan menemukan sendiri

Page 27: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan

percobaan sendiri. Selain itu siswa dapat berlatih dalam cara berpikir yang ilmiah

(scientific thinking). Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari

teori sesuatu yang sedang dipelajarinya (Roestiyah N.K, 2008: 80).

Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001:136) eksperimen

dilaksanakan untuk memberi kesempatan kepada siswa agar dapat mengalami

sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu proyek,

menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu obyek,

keadaan atau proses sesuatu serta menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah.

Menurut Tobin (1990) yang dikutip dalam Avi Hofstein dan Rachel

Mamlok-Naaman (2007) mengemukakan bahwa kegiatan laboratorium sebagai

jalan untuk belajar dengan pemahaman dan pada saat yang sama menghubungkan

proses membangun pengetahuan dengan melakukan kegiatan ilmiah “ Laboratory

activities appeal as a way to learn with understanding and at the same time,

engange in a process of constructing knowledge by doing science”.

(Avi Hofstein, Rachel Mamlok, 2007)

c. Kelebihan dan Kekurangan

Penggunaan metode eksperimen memiliki kelebihan dan kekurangan.

1) Kelebihan

Keunggulan metode eksperimen ialah:

a) Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam

menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada

sesuatu yang belum pasti kebenarannya dan tidak mudah percaya pula

pada kata orang, sebelum ia membuktikan kebenarannya.

b) Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat yang sangat dikehendaki oleh

kegiatan mengajar belajar yang modern, dimana siswa lebih aktif

belajar sendiri dengan bimbingan guru.

c) Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen disamping memperoleh

ilmu pengetahuan juga menemukan pengalaman praktis serta

keterampilan dalam menggunakan alat-alat percobaan.

Page 28: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

d) Dengan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran teori

sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul.

(Roestiyah N.K. , 2008: 82)

2) Kekurangan

Metode eksperimen memiliki beberapa kekurangan, antara lain:

a) Memerlukan peralatan percobaan yang komplit.

b) Dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang

memerlukan waktu yang lama.

c) Menimbulkan kesulitan bagi guru dan peserta didik apabila kurang

berpengalaman dalam penelitian.

d) Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada

kesalahan dalam menyimpulkan.

(Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001:137)

5. Metode Demonstrasi

a. Karakteristik

Metode lain yang hampir sejenis dengan eksperimen ialah demonstrasi.

Menurut Robinson Situmorang, dkk (2005:6.19) demonstrasi merupakan metode

pembelajaran yang mencontohkan pelaksanaan suatu keterampilan atau proses

kegiatan yang sebenarnya. Penggunaan metode ini mempersyaratkan keahlian

guru dalam mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan

tertentu seperti kegiatan sesungguhnya. Sedangkan menurut Mulyani Sumantri

dan Johar Permana (2001:132-133) menyatakan bahwa demonstrasi digunakan

guru untuk memperagakan atau menunjukkan suatu prosedur yang harus

dilakukan peserta didik yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata saja.

Metode demonstrasi diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan

memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi

atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun

dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang

memahami atau ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan.

Page 29: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Metode pembelajaran demonstrasi adalah metode mengajar dengan

cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu

kegiatan, baik secara langsung ataupun melalui penggunaan media pengajaran

yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan

(Muhibbin Syah, 2000). Ada juga yang mengatakan bahwa pengertian dari

metode pembelajaran demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk

memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan

dengan bahan pelajaran (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).

Metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau

prosedur yang harus dilakukan misalnya proses mengatur sesuatu, proses

mengerjakan sesuatu, mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. Metode

demonstrasi dalam penelitian ini dengan cara demonstrasi kelompok. Demonstrasi

kelompok yang dimaksud adalah ada seorang demonstrator dalam satu kelompok.

Jadi, seorang demonstrator harus mendemonstrasikan kepada semua anggota

dalam kelompoknya. Dalam hal ini sesuai dengan model pembelajaran yang

diterapkan, siswa harus mampu menemukan konsep terhadap materi yang sedang

dipelajari. Dengan demikian, kegiatan demonstrasi yang dilakukan tidak hanya

sebatas mengamati saja melainkan siswa ikut berperan dalam mengkonstruksi

suatu pengetahuan.

b. Penggunaan

Metode demonstrasi digunakan dengan alasan bahwa tidak semua topik

dapat terang melalui penjelasan atau diskusi, sifat pelajaran yang menuntut

diperagakan, tipe belajar peserta didik yang berbeda ada yang kuat visual, tetapi

lemah dalam auditif dan motorik maupun sebaliknya serta memudahkan

mengajarkan suatu cara kerja atau prosedur. Menurut Marina Milner, dkk (2007)

demonstrasi membantu instruktur untuk mengubah langkah dalam pengajaran dan

mencegah siswa kehilangan konsentrasi mereka “the demonstrations also help the

instructor to change the pace of the lecture and prevent student from losing their

concentration”.

(Marina Milner, 2007)

Page 30: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

c. Kelebihan dan Kekurangan

Metode demonstrasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun

kelebihan dan kekurangan tersebut oleh dijabarkan sebagai berikut:

1) Kelebihan

Kelebihan metode demonstrasi, antara lain:

a) Membuat pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih kongkrit serta

menghindari verbalisme.

b) Memudahkan peserta didik memahami bahan pelajaran.

c) Proses pengajaran akan lebih menarik.

d) Merangsang peserta didik untuk lebih aktif mengamati dan dapat

mencoba sendiri.

e) Dapat disajikan bahan pelajaran yang tidak dapat dilakukan dengan

menggunakan metode lain.

2) Kekurangan

Adapun kekurangan dari metode demonstrasi, antara lain:

a) Memerlukan keterampilan guru secara khusus.

b) Keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran, situasi yang harus

dikondisikan dan waktu untuk mendemonstrasikan sesuatu.

c) Memerlukan waktu yang banyak.

d) Memerlukan kematangan dalam perancangan atau persiapan.

(Mulyani Sumantri dan Johar Permana , 2001:134)

6. Prestasi Belajar

Istilah prestasi belajar berasal dari kata “prestasi” dan “belajar”. Menurut

Zainal Arifin ( 1990: 2) kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.

Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha.

Dalam proses belajar mengajar, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari

suatu usaha dalam mengikuti pendidikan atau latihan tertentu yang hasilnya dapat

ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pendidikan. Prestasi adalah hasil

yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan). Menurut Winkel W. S

(1991:52) bahwa prestasi adalah bukti keberhasilan yang dicapai. Prestasi belajar

Page 31: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

mempunyai mempunyai fungsi yang penting selain sebagai indikator keberhasilan

belajar dalam mata pelajaran tertentu juga dapat berguna sebagai evaluasi dalam

pelaksanaan proses belajar mengajar. Menurut Zainal Arifin (1990:3) prestasi

belajar mempunyai beberapa fungsi utama:

a. Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai

peserta didik.

b. Sebagai bahan informasi dalam motivasi pendidikan.

c. Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan

d. Dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) anak didik.

e. Hasil belajar yang dicapai siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan

tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya.

Rumusan tujuan yang direncanakan guru dipengaruhi oleh kemampuan

guru sebagai perancang (designer) belajar-mengajar. Untuk itu guru dituntut

untuk menguasai taksonomi hasil belajar. Menurut Bloom taksonomi hasil belajar

terbagi menjadi 3 domain yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotor.

a. Domain Kognitif

Domain/ kawasan kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengenalan dan

pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan berpikir. Jenjang

taksonomi pendidikan dalam kawasan kognitif yaitu aspek pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

b. Domain Afektif

Domain/ kawasan afektif berkenaan dengan minat, sikap, dan nilai serta

pengembangan penghargaan dan penyesuaian diri. Kawasan afektif terbagi

menjadi 5 jenjang yaitu penerimaan (receiving), Pemberian respon

(responding), pemberian nilai atau penghargaan (valuing), pengorganisasian

(organizing) dan karakterisasi (characterization).

c. Domain Psikomotor

Domain/ kawasan psikomotor berkenaan dengan otot, keterampilan

motorik, atau gerak yang membutuhkan koordinasi otot (neomuscular

coordination). Kawasan psikomotor meliputi peniruan, penggunaan, ketepatan,

perangkaian dan naturalisasi.

Page 32: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Prestasi belajar dapat diketahui dengan adanya evaluasi belajar atau

penilaian hasil belajar. Dari hasil penilaian hasil belajar tersebut dapat

diperoleh informasi sehingga guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian

tujuan, penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan,

ketepatan atau keefektifan metode mengajar, mengetahui kedudukan siswa di

kelas atau kelompoknya. Jadi prestasi belajar memiliki peranan penting,

prestasi belajar dapat dijadikan umpan balik (feed back) terhadap proses belajar

mengajar selanjutnya. Dengan demikinan proses akan terus menerus

ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal. Tingkat keberhasilan siswa

dalam pencapaian prestasi belajar yang baik dipengaruhi oleh banyak faktor,

baik faktor dalam maupun faktor dari luar diri siswa. Faktor dari dalam siswa

misalnya intelegensi, sikap bakat, motivasi, dan lain-lain. Sedangkan faktor

dari luar diri siswa misalnya metode pembelajaran, materi pelajaran, fasilitas

yang ada, kondisi lingkungan dan lain-lain (Robinson Situmorang , 2005:2.17.)

Dari uraian yang telah dikemukan dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah hasil usaha yang berupa perubahan tingkah laku yang diperoleh

dari proses belajar mengajar yang dapat diketahui dengan mengadakan

penilaian belajar.

7. Materi Pokok Laju Reaksi

Laju reaksi adalah salah satu materi pokok bidang studi kimia, dimana

berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberikan pada

siswa SMA kelas XI Semester I.

Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dari materi pokok laju

reaksi sebagai berikut:

Standar Kompetensi: Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia,

dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari. Kompetensi Dasar:

a. Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan

tentang faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

Page 33: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

b. Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor

penentu laju, orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Materi pokok Laju Reaksi terbagi dalam beberapa sub materi pokok, yaitu:

konsep laju reaksi, faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, persamaan laju

dan orde (tingkat reaksi), teori tumbukan dan penerapan konsep laju reaksi.

a. Konsep Laju Reaksi

Pengalaman menunjukkan bahwa serpihan kayu terbakar lebih cepat

daripada balok kayu; besi lebih cepat berkarat dalam udara kering; makanan

lebih cepat membusuk bila tidak didinginkan; kulit bule lebih cepat menjadi

gelap dalam musim panas daripada dalam musim dingin (Keenan, Wood &

Kleinfelter, 1992:512). Hal ini berarti bahwa reaksi yang sama dapat

berlangsung dengan kelajuan yang berbeda, ada reaksi yang berlangsung

seketika, dan ada reaksi yang berlangsung sangat lambat. Contoh reaksi yang

berlangsung seketika atau cepat yaitu bom atau petasan meledak, batang korek

api terbakar dan sebagainya. Sedangkan contoh reaksi yang berlangsung

lambat yaitu perkaratan besi dan “pencoklatan” apel, dan fosilisasi sisa

organisme.

Gambar 1. Pembakaran batang korek api (a) lebih cepat daripada

“pencoklatan” apel (b).

(Unggul Sudarmo , 2007:76)

(b)

(a)

Page 34: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk.

Oleh karena itu, pada waktu reaksi berlangsung jumlah zat pereaksi akan

semakin berkurang, sedangkan jumlah produk akan bertambah. Laju reaksi

menyatakan besarnya pengurangan konsentrasi pereaksi (reaktan) per satuan

waktu, atau besarnya penambahan konsentrasi produk per satuan waktu.

Satuan konsentrasi yang digunakan adalah molaritas (M) atau mol per liter

(mol. L-1

). Satuan waktu yang digunakan biasanya detik (dt). Sehingga laju

reaksi mempunyai satuan mol per liter per detik (mol.L-1

.dt-1

atau M.dt-1

).

Secara umum laju reaksi untuk reaksi R P, dinyatakan sebagai berikut:

vR = Δt

Δ[R] atau vp =

Δt

Δ[P]

Keterangan:

v R = laju reaksi reaktan (M.det-1

)

v P = laju reaksi produk (M.det-1

)

Δt

Δ[R] = laju pengurangan konsentrasi molar salah satu pereaksi dalam tiap

satu satuan waktu

Δt

Δ[P] = laju pertambahan konsentrasi molar salah satu produk dalam tiap

satu satuan waktu

Misalnya reaksi perubahan molekul A menjadi molekul B yang

dinyatakan dengan persamaan reaksi:

A B

Berkurangnya jumlah molekul A dan bertambahnya molekul B diikuti dengan

selang waktu 10 menit. Penurunan jumlah molekul A dan pertambahan

molekul B pada selang waktu 10 menit digambarkan dalam grafik jumlah

molekul terhadap waktu.

Page 35: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Gambar 2. Grafik jumlah molekul terhadap waktu.

(Unggul Sudarmo , 2007:77)

Pada laju reaksi A B menunjukkan penurunan jumlah molekul A

terhadap waktu dan kenaikan jumlah molekul B terhadap waktu

Secara umum untuk reaksi yang dinyatakan dengan persamaan reaksi:

aA + bB cC + dD

berlaku,

Laju reaksi = a

1

Δt

Δ[A] =

b

1

Δt

Δ[B]=

c

1

Δt

Δ[C] =

d

1

Δt

Δ[D]

Sebagai contoh untuk reaksi,

2N2O5 (g) 4NO2 (g) + O2 (g)

Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai besarnya pengurangan

konsentrasi molar N2O5 atau besarnya pertambahan konsentrasi molar NO2

atau besarnya pertambahan konsentrasi molar O2.

v N2O5 = Δt

]O[N52 M det

-1

v NO2 =

Δt

]Δ[NO2 M det

-1

Page 36: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

V O2 =

Δt

][O2 M.det

-1

Dalam hal ini berlaku bahwa perbandingan laju reaksi dari masing-

masing zat terlibat dalam reaksi sama dengan perbandingan koefisien reaksi

dari masing-masing zat tersebut. Untuk reaksi diatas dapat dinyatakan laju

pembentukan O2 adalah setengah dari laju penguraian N2O5 atau seperempat

dari laju pembentukan NO2. Oleh karena itu hubungan reaksi dengan koefisien

tersebut dapat dinyatakan sebagai :

t

]ON[

2

1 52 = t

]NO[

4

12 =

t

]O[2

b. Persamaan Laju Reaksi

Makin besar konsentrasi pereaksi, makin besar pula laju reaksinya.

Hubungan konsentrasi pereaksi dengan laju reaksi dinyatakan dengan

persamaan laju reaksi (v).

Secara umum, untuk reaksi:

mA + nB zat hasil

v = k [A]x[B]

y

Keterangan:

x = orde reaksi/ tingkat reaksi zat A

y = orde reaksi/ tingkat reaksi terhadap B

x + y = orde/ tingkat reaksi total

k = tetapan jenis reaksi, satuannya bergantung orde reaksi. Tetapan

jenis ini khas untuk setiap reaksi hanya dipengaruhi suhu dan

katalis.

[A] = konsentrasi awal A (mol dm-3

)

[B] = konsentrasi awal B (mol dm-3

)

v = laju reaksI (mol dm-3

s-1

)

Pangkat x dan y ditentukan dari data eksperimen, biasanya kecil dan

tidak selalu sama dengan koefisien m dan n. Semakin besar harga k reaksi

akan berlangsung lebih cepat. Kenaikan suhu dan penggunaan katalis

umumnya memperbesar harga k. Secara formal hukum laju adalah persamaan

Page 37: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

yang menyatakan laju reaksi v sebagai fungsi dari konsentrasi semua

komponen spesies semua komponen spesies laju reaksi.

c. Makna Orde Reaksi

Orde reaksi atau tingkat reaksi terhadap suatu komponen merupakan

pangkat dari konsentrasi komponen tersebut dalam hukum laju. Sebagai

contoh, v = k [A]x[B]

y, bila x = 1, kita katakan bahwa reaksi tersebut adalah

orde pertama terhadap A. Jika y = 3, reaksi tersebut orde ketiga terhadap B.

Orde total adalah jumlah orde semua komponen dalam persamaan laju. Orde

total = x + y + …..

Beberapa macam orde reaksi diuraikan sebagai berikut:

1) Orde Nol

Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya apabila

perubahan konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi.

Artinya, asalkan terdapat dalam jumlah tertentu, perubahan konsentrasi

pereaksi tidak mempengaruhi laju reaksi.

2) Orde Satu

Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya

jika laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu.

3) Orde Dua

Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika

laju reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu.

(a) (b) (c)

Gambar 3. Grafik konsentrasi terhadap laju reaksi

(Unggul Sudarmo, 2007)

Page 38: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

d. Menentukan Persamaan Laju Reaksi

Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi secara kuantitatif hanya dapat

diketahui dari hasil percobaan. Dari penentuan laju reaksi menunjukkan

bahwa laju reaksi akan menurun dengan bertambahnya waktu. Hal itu berarti

ada hubungan antara konsentrasi zat yang tersisa saat itu dengan laju reaksi.

Dari percobaan-percobaan diketahui bahwa umumnya laju reaksi tergantung

pada konsentrasi awal dari zat-zat pereaksi, pernyataan ini dikenal sebagai

hukum laju reaksi atau persamaan laju reaksi. Persamaan laju reaksi tidak

dapat diduga dari persamaan stoikiometri reaksi tetapi diturunkan dari

eksperimen. Salah satu cara menentukan persamaan laju adalah metode laju

awal. Menurut cara ini, laju diukur pada awal reaksi dengan konsentrasi yang

berbeda-beda. Berikut ini contoh menentukan persamaan laju reaksi

berdasarkan hasil percobaan.

Contoh soal 1:

Tabel 1 menunjukkan hasil percobaan penentuan laju reaksi antara gas

hidrogen dengan nitrogen monoksida yang dilakukan pada suhu 8000C, sesuai

dengan persamaan reaksi:

2H2 (g) + 2NO (g) 2 H2O (g) + N2 (g)

Tabel 1. Hasil percobaan penentuan persamaan laju reaksi antara gas NO dan

gas H2 pada suhu 8000 C

Percobaan ke- [NO] awal

(M)

[H2] awal

(M)

Laju awal

(M.det-1

)

1 0,006 0,001 0,0030

2 0,006 0,002 0,0060

3 0,006 0,003 0,0090

4 0,001 0,006 0,0005

5 0,002 0,006 0,0020

6 0,003 0,006 0,0045

Berdasarkan persamaan laju reaksi v = k [A]x[B]

y secara matematika

dapat ditentukan orde reaksi x dan y dengan membandingkan laju reaksi pada

konsentrasi awal yang berbeda.

Page 39: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Pada percobaan 1, 2, 3, konsentrasi NO dibuat tetap (sebagai variabel

kontrol) untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gas H2 terhadap laju reaksi

(sebagai variabel bebas), dan sebaliknya pada percobaan 4, 5, 6 yang dijadikan

variabel kontrol adalah konsentrasi gas H2 dan sebagai variabel bebas adalah

konsentrasi gas NO.

Dengan membandingkan percobaan 4 dan 5 terlihat bahwa jika

konsentrasi NO diduakalikan maka laju reaksi menjadi 4 kali lebih cepat, dan

dari percobaan 4 dan 6 jika konsentrasi NO ditigakalikan maka laju reaksinya

menjadi 9 kali lebih cepat. Dapat ditentukan orde reaksinya sebagai berikut:

Orde reaksi terhadap NO

5

4

v

v =

y

2

x

y

2

x

]H[]NO[

]H[]NO[

k

k

0,0020

0,0005 =

yx

yx

]006,0[]002,0[

]006,0[]001,0[

k

k

4

1 =

x

2

1

x = 2

maka orde reaksi terhadap NO adalah 2

Dari percobaan 1 dan 2 dapat diketahui bahwa bila konsentrasi gas H2

diduakalikan maka laju reaksinya menjadi dua kali lebih cepat, dan jika

konsentrasi gas H2 ditigakalikan maka laju reaksinya menjadi 3 kali dari laju

semula.

Orde reaksi terhadap H2

2

1

v

v =

y

2

x

y

2

x

]H[]NO[

]H[]NO[

k

k

0,006

0,003 =

yx

yx

]002,0[]006,0[

]001,0[]006,0[

k

k

2

1 =

x

2

1

x = 1

Page 40: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

maka orde reaksi terhadap H2 adalah 1

Dengan demikian persamaan laju reaksinya sebagai berikut:

v = k [NO]2 [H2]

Contoh soal no.2

Persamaan reaksi:

NH4+ (aq) + NO2

- (aq) N2

(g) + 2H2O (l)

Tabel 2. Hasil Percobaan Penentuan Persamaan laju Reaksi antara Ion

Amonium dan Ion Nitrit pada Suhu 250C

Percobaan

ke-

Konsentrasi awal

ion NO2- M)

Konsentrasi awal

ion NH4+

(M)

Laju awal

(M det-)

1 0,0100 0,200 5,4 10-7

2 0,0200 0,200 10,8 10-7

3 0,0400 0,200 21,5 10-7

4 0,200 0,0202 10,8 10-7

5 0,200 0,0404 21,6 10-7

6 0,200 0,0606 32,4 10-7

Dari persamaan reaksi

NH4+ (aq) + NO2

- (aq) N2

(g) + 2H2O (l)

Persamaan laju reaksi dapat ditulis: k [NH4+]

x[NO2

-]

y

Orde reaksi terhadap NH4+ yaitu x dapat ditentukan dengan membandingkan

percobaan 5 dengan percobaan 4, atau percobaan 6 dengan percobaan 4:

4

5

v

v =

y

2

x

4

y

2

x

4

][NO][NH

][NO][NH

k

k

7-

-7

1010,8

10 21,6 =

yx

yx

[0,200][0,0202]

[0,200][0,0404]

k

k

2x = 2

x = 1

Orde reaksi terhadap NO2-, yaitu y, dapat ditentukan dengan membandingkan

percobaan 2 dan percobaan 1, atau percobaan 3 dengan percobaan 1:

1

2

v

v =

y

2

x

4

y

2

x

4

][NO][NH

][NO][NH

k

k

Page 41: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

7-

-7

10 5,4

10 10,8 =

yx

yx

[0,0100][0,200]

[0,0200][0,200]

k

k

2y = 2

y = 1

jadi, persamaan laju reaksi adalah v = k [NH4+]

[NO2

-]

e. Teori Tumbukan

Suatu zat dapat bereaksi dengan zat lain apabila partikel-partikelnya

saling bertumbukan. Tumbukan yang terjadi tersebut akan menghasilkan

energi untuk memulai terjadinya reaksi. Terjadinya tumbukan antara partikel

disebabkan partikel-partikel (molekul-molekul) zat selalu bergerak dengan

arah yang tidak teratur. Tumbukan antarapartikel yang bereaksi tidak selalu

menimbulkan reaksi, hanya tumbukan yang menghasilkan energi yang cukup

yang dapat menghasilkan reaksi.

Gambar 4. Mekanisme untuk reaksi 2AB A2 + B2

(Keenan, Wood & Kleinfelter, 1992: 514)

Seperti ditunjukkan pada gambar 4 diatas, tidak semua tumbukan antara

dua molekul pereaksi AB akan mengakibatkan suatu reaksi kimia, meskipun

molekul itu memiliki perlengkapan tertentu agar reaksi ini terjadi, antara lain

energi tinggi dan suatu kecenderungan alamiah agar bereaksi. Dari gambar (a)

Page 42: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

terlihat tumbukan antara molekul AB tidak membuahkan hasil, bilamana

molekul itu salah sikap pada saat bertumbukan, karena bagian B bertemu

dengan bagian A. Dalam gambar (b) meskipun molekul-molekul itu telah

betul sikapnya, mereka tidak cukup berenergi untuk bertumbukan agar terjadi

reaksi. Dalam gambar (c), molekul-molekul yang bertumbukan bersikap betul

dan memiliki cukup energi agar reaksi terjadi. Kondisi molekul-molekul yang

bertumbukan ini yang diperlukan agar reaksi terjadi, disebut keadaan transisi

atau kompleks teraktifkan.

(Keenan, Wood & Kleinfelter, 1992: 513)

Model tumbukan antara partikel dapat digambarkan sebagai bola yang

akan menggelinding mencapai puncak lekukan suatu bukit ke lereng bukit.

Energi diperlukan supaya bola menggelinding mencapai puncak lekukan

(keadaan transisi). Setelah mencapai keadaan transisi pun masih diperlukan

energi agar bisa terlepas dari puncak lekukan tersebut agar dapat

menggelinding ke lereng gunung. Jika energi tidak cukup maka bola tersebut

akan menggelinding kembali ke lekukan itu.

Gambar 5. Bola akan menggelinding kembali ke lembah bila tidak cukup

energi untuk mendorong sampai di puncak

Gambar 6. Diagram energi pada reaksi eksoterm dan endoterm

Page 43: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Energi yang diperlukan agar bola sampai ke puncak bukit dan

menggelinding dianalogikan sebagai energi pengaktifan. Dalam reaksi kimia

energi pengaktifan (energi aktivasi) merupakan energi minimum agar suatu

reaksi dapat berlangsung. Tumbukan yang menghasilkan reaksi disebut

tumbukan efektif. Dengan menggunakan teori tumbukan ini dapat dijelaskan

bagaimana faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi.

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

1) Konsentrasi

Secara umum konsentrasi pereaksi akan mempengaruhi laju reaksi.

Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi adalah khas untuk setiap reaksi.

Pada reaksi orde 0 (nol) perubahan konsentrasi pereaksi tidak berpengaruh

terhadap laju reaksi.

Reaksi orde 1 (satu) setiap kenaikan konsentrasi dua kali akan

mempercepat laju reaksi menjadi dua kali lebih cepat, sedangkan untuk

reaksi orde 2 bila konsentrasi dinaikkan menjadi dua kali laju reaksi

menjadi empat kali lebih cepat.

Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi ini dapat dijelaskan

dengan model teori tumbukan. Semakin tinggi konsentrasi berarti semakin

banyak molekul-molekul dalam setiap satuan luas ruangan, dengan

demikian tumbukan antara partikel semakin sering terjadi. Semakin

banyak tumbukan yang terjadi berarti kemungkinan untuk menghasilkan

tumbukan efektif semakin besar, sehingga reaksi berlangsung lebih cepat.

2) Luas Permukaan Sentuhan

Untuk reaksi heterogen (wujud tidak sama), misalnya logam zink

dengan larutan asam klorida, laju reaksi selain dipengaruhi oleh

konsentrasi asam klorida juga dipengaruhi oleh kondisi logam zink. Dalam

jumlah (massa) yang sama butiran logam zink akan bereaksi lebih lambat

daripada serbuk zink.

Reaksi terjadi antara molekul-molekul asam klorida dalam larutan

dengan atom-atom zink yang bersentuhan langsung dengan asam klorida.

Pada butiran zink, atom-atom zink yang bersentuhan langsung dengan

Page 44: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

asam klorida lebih sedikit daripada serbuk zink, sebab atom-atom zink

yang bersentuhan hanya atom zink yang ada di permukaan butiran. Akan

tetapi, bila butiran zink tersebut dipecah menjadi butiran-butiran yang

lebih kecil, atau menjadi serbuk, maka atom-atom zink yang semula di

dalam akan berada di permukaan dan terdapat lebih banyak atom zink

yang secara bersamaan bereaksi dengan larutan asam klorida. Dengan

menggunakan teori tumbukan dapat dijelaskan bahwa semakin luas

permukaan zat padat semakin banyak tempat terjadinya tumbukan

antarpartikel yang bereaksi.

3) Suhu

Harga tetapan laju reaksi (k) akan berubah. Bagi kebanyakan reaksi

kimia, kenaikan sekitar 100 C akan menyebabkan harga tetapan laju reaksi

menjadi dua kali semula. Dengan naiknya harga tetapan laju reaksi (k),

maka reaksi akan menjadi lebih cepat. Jadi, kenaikan suhu akan

mengakibatkan reaksi berlangsung semakin cepat.

Hal tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan teori

tumbukan, yaitu bila terjadi kenaikan suhu maka molekul-molekul yang

bereaksi akan bergerak lebih cepat, sehingga energi kinetiknya tinggi.

Oleh karena energi kinetiknya tinggi, maka energi yang dihasilkan pada

tumbukan antarmolekul akan menghasilkan energi yang besar dan cukup

untuk melangsungkan reaksi. Dengan demikian, semakin tinggi suhu

berarti kemungkinan akan terjadi tumbukan yang menghasilkan energi

yang cukup untuk reaksi juga semakin banyak, dan berakibat reaksi

berlangsung lebih cepat. Bila pada setiap kenaikan CT0 suatu reaksi

berlangsung n kali lebih cepat, maka laju reaksi pada T2 (v2) bila

dibandingkan laju reaksi pada T1(v1) dapat dirumuskan:

2v =

T

TT

nv

12

1

Contoh soal:

Page 45: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Laju suatu reaksi menjadi dua kali lebih cepat pada setiap kenaikan suhu

100 C. Bila pada suhu 20

0 C reaksi berlangsung dengan laju reaksi 2

mol103 L

-1 s

-1 berapa laju reaksi yang terjadi pada suhu 50

0C ?

Jawab: 50v = 10

2050

202v

50v = 2 10

-3 (2)

3

= 1,6 10

-2 mol L

-1 s

-1

4) Katalis

Beberapa reaksi kimia yang berlangsung lambat dapat dipercepat

dengan menambahkan suatu zat kedalamnya, tetapi zat tersebut setelah

reaksi selesai ternyata tidak berubah. Misalnya, pada penguraian kalium

klorat untuk menghasilkan gas oksigen.

2KClO3 (s) 2KCl (s) + 3O2 (s)

Reaksi berlangsung pada suhu tinggi dan berjalan lambat, tetapi

dengan penambahan kristal MnO2 kedalamnya ternyata reaksi akan dapat

berlangsung dengan lebih cepat pada suhu yang lebih rendah. Setelah

semua KClO3 terurai, ternyata MnO2 masih tetap ada (tidak berubah).

Dalam reaksi tersebut MnO2 disebut sebagai katalis.

Katalis adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tanpa

dirinya mengalami perubahan yang kekal. Suatu katalis mungkin dapat

terlibat dalam proses reaksi atau mengalami perubahan selama reaksi

berlangsung, tetapi setelah reaksi itu selesai maka katalis akan diperoleh

kembali dalam jumlah sama.

Page 46: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Tanpa Katalis

A + B [A---B]≠

A-B (lambat)

Ea1

Dengan Katalis

A + K [A---K]≠

A-K (Cepat)

Ea2

A-K + B [B--A--K]≠ A-B + K (Cepat)

Ea3

Katalis mempercepat reaksi dengan cara mengubah jalannya

reaksi. Jalur reaksi yang ditempuh tersebut mempunyai energi aktivasi

yang lebih rendah daripada jalur reaksi yang ditempuh tanpa katalis. Jadi,

dapat dikatakan bahwa katalis berperan menurunkan energi aktivasi. Pada

Gambar 7 ditunjukkan apabila reaksi berlangsung tanpa katalis reaksi

antara A dan B akan menempuh jalur dengan membentuk kompleks

teraktivasi [A---B]≠

yang memerlukan energi aktivasi sebesar Ea1. Pada

penambahan katalis reaksi menempuh jalur dengan membentuk kompleks

Keadaan transisi

Keadaan transisi

Keadaan transisi

Page 47: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

teraktivasi dengan katalis yaitu [A--K]≠

kemudian terbentuk zat antara

A-K, A-K bereaksi dengan B melalui komplek teraktivasi [B--A--K]≠

sehingga terbentuk A-B. Pembentukan [A--K]≠

dan [B--A--K]≠

masing-

masing memerlukan energi aktivasi sebesar Ea2 dan Ea3 yang relatif lebih

rendah daripada Ea1.

Diduga ada dua cara yang dilakukan katalis dalam mempercepat

reaksi, yaitu dengan membentuk senyawa antara dan yang kedua dengan

cara adsorpsi.

a) Pembentukan Senyawa Antara

Umumnya reaksi berjalan lambat bila energi aktivasi suatu reaksi

terlalu tinggi. Agar reaksi dapat berlangsung lebih cepat, maka dapat

dilakukan dengan cara menurunkan energi aktivasi. Untuk

menurunkan energi aktivasi dapat dilakukan dengan mencari senyawa

antara lain yang berenergi lebih rendah. Fungsi katalis dalam hal ini

mengubah jalannya reaksi sehingga diperoleh senyawa yang energinya

relatif rendah. Katalis homogen (katalis yang mempunyai fase yang

sama dengan zat pereaksi yang dikatalis) bekerja dengan cara ini.

Misalnya,

P + Q PQ, berlangsung melalui dua tahapan:

Tahap I : P + Q PQ* (PQ

* senyawa antara)

Tahap II : PQ*

PQ

Apabila ke dalam reaksi tersebut ditambahkan katalis (R) maka,

tahapan reaksi berlangsung sebagai berikut,

Tahap I : P + R PR* ( PR

* senyawa antara yang terbentuk oleh

katalis)

Tahap II : PR* + Q PQ + R

Contoh pembentukan senyawa antara pada penambahan katalis

yaitu reaksi fase gas antara belerang dioksida, SO2 dan oksigen untuk

menghasilkan belerang trioksida, SO3.

2SO2 + O2 SO3 (lambat)

Page 48: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Oksidasi ini diketahui sangat perlahan-lahan, reaksi ini mempunyai

energi pengaktifan yang tinggi. Namun laju reaksi ditingkatkan secara

nyata oleh panambahan Nitrogen Oksida, NO yang berfungsi sebagai

katalis. Reaksi hadirnya Nitrogen Dioksida adalah:

(1) 2 NO + O2 2NO2 (cepat)

(2) NO2 + SO2 SO3 + NO (cepat)

Nitrogen Oksida yang terbentuk dalam reaksi pertama merupakan

senyawa antara, Nitrogen Oksida dihasilkan kembali pada reaksi kedua

(Keenan, Wood, & Kleinfelter, 1992: 522-523).

b) Adsorpsi

Proses katalisasi dengan cara adsorpsi umumnya dilakukan

oleh katalis heterogen, yaitu katalis yang fasenya tidak sama dengan

fase zat yang dikatalis (khususnya reaksi gas dengan katalis padat).

Pada proses adsorpsi, molekul-molekul pereaksi akan teradsorpsi pada

permukaan katalis, dengan terserapnya pereaksi di permukaan katalis

mengakibatkan zat-zat pereaksi terkonsentrasi di permukaan katalis

dan akan mempercepat reaksi. Kemungkinan yang lain, karena

pereaksi-pereaksi teradsorpsi di permukaan katalis akan dapat

menimbulkan gaya tarik antar molekul yang bereaksi, dan ini

menyebabkan molekul-molekul tersebut menjadi reaktif.

Agar katalis tersebut berlangsung efektif, katalis tidak boleh

mengadsorpsi zat hasil reaksi, dan dengan demikian permukaan logam

akan segera ditempati oleh molekul baru. Bila zat pereaksi atau

pengotor teradsorpsi dengan kuat oleh katalis menyebabkan

permukaan katalis menjadi tidak aktif. Dalam keadaan demikian,

katalis dikatakan telah teracuni, dan ini akan menghambat reaksi.

Contoh katalis adsorpsi adalah nikel pada pembuatan margarin, untuk

mengkatalisis reaksi antara gas hidrogen dengan lemak atau minyak

menjadi margarin. Pada industri asam sulfat diaktakan katalis V2O5

untuk mempercepat reaksi antara gas SO2 dan O2 menjadi SO3

(Unggul Sudarmo, 2007: 90-91).

Page 49: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Banyaknya proses industri yang menggunakan katalis,sehingga

prosesnya dapat lebih cepat dan biaya produksi dapat dikurangi. Beberapa

diantaranya diberikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Contoh Katalis yang Digunakan dalam Industri

Katalisator Penggunaan

Besi

V2O5

Nikel

Platina

Sintesis amonia dari nitrogen dan nitrogen (Proses

Haber)

N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH3(g) dengan katalis Al2O3 dan

K2O

Industri asam sulfat (Proses Kontak)

Reaksi meliputi 3 tahap:

1. Pembakaran : S(s) + O2(g) → SO2(g)

2. Oksidasi SO2 menjadi SO3 :

2SO2(g) + O2(g) ↔ 2SO3(g) ∆H = -196 KJ

3. Mereaksikan SO3 dengan air

SO3(g) + H2O(l) → H2SO4(l)

Pembuatan margarin dari minyak kelapa

Industri asam nitrat (proses Ostwald), pengubah

katalitik pada knalpot kendaraan bermotor.

(Unggul Sudarmo, 2007: 127)

B. Kerangka Berpikir

Prestasi merupakan suatu petunjuk mengenai taraf kemampuan individu

dalam melakukan proses belajar. Dimana prestasi belajar merupakan penguasaan

pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, yang

lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai angka yang diberikan guru. Lebih

lanjut dikatakan prestasi belajar adalah hasil pelajaran yang diperoleh dari

kegiatan belajar di sekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui

pengukuran atau penilaian.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berjalan saat ini,

mengelompokkan hasil belajar dalam tiga ranah, yaitu kognitif, psikomotor dan

Page 50: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

afektif. Bloom (1979) mengemukakan bahwa ranah psikomotor berhubungan

dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui ketrampilan manipulasi yang

melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang

berhubungan aktivitas fisik. Ranah kognitif berhubungan erat dengan kemampuan

berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,

menganalisis, mensintesis dan kemampuan mengevaluasi. Sedangkan ranah

afektif mencakup watak perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan

norma.

Materi pokok Laju Reaksi merupakan salah satu materi pembelajaran yang

diajarkan di SMA. Materi Laju Reaksi mencakup Molaritas, Konsep Laju Reaksi,

Teori Tumbukan, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi dan Orde reaksi.

Materi laju reaksi sebaiknya diajarkan dengan melakukan eksperimen sebab

dengan metode eksperimen siswa dapat mengamati secara langsung.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dilakukan dengan kegiatan

eksperimen. Dalam hal ini menuntut siswa melakukan kegiatan sendiri sehingga

siswa akan menemukan konsep materi yang diberikan dengan bimbingan guru.

Siswa dapat melakukan eksperimentasi secara langsung tentang materi sehingga

siswa akan aktif dalam proses pembelajaran dan menjadikan siswa lebih tertarik

pada suatu eksperimen. Demikian juga dengan metode demonstrasi. Hanya saja,

dalam metode ini nantinya siswa tidak melaksanakan praktikum sendiri, tetapi

proses inkuiri dapat diwujudkan melalui proses menganalisa dari hasil

pengamatan sehingga siswa dapat menemukan konsep tentang materi tersebut.

Dalam hal ini siswa tidak sepenuhnya aktif dalam melakukan aktivitas.

Berdasarkan dari uraian tersebut di atas kemungkinan pembelajaran inkuiri

terbimbing yang dilakukan dengan metode eksperimen lebih efektif dibanding

dengan metode demonstrasi.

Siswa dibandingkan

Prestasi Metode

Eksperimen Pembelajaran

Inkuiri

Terbimbing

Prestasi

Metode

Demonstrasi

Page 51: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

C. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut : prestasi belajar siswa pada pembelajaran

Inkuiri Terbimbing dengan Metode Eksperimen lebih tinggi dibanding dengan

Metode Demonstrasi pada Pokok Bahasan Laju Reaksi.

Page 52: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Mojolaban, Sukoharjo, pada

kelas XI IPA Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

Tahap persiapan meliputi pengajuan judul skripsi, penyusunan

proposal penelitian, permohonan ijin penelitian, penyusunan instrumen

penelitian. Waktu pelaksanaan pada bulan Pebruari 2011 sampai Mei 2011.

b. Tahap penelitian

Tahap penelitian meliputi semua kegiatan pengambilan data di tempat

penelitian. Waktu pelaksanaan pada bulan September 2011 sampai November

2011.

c. Tahap penyelesaian

Tahap penyelesaian meliputi pengolahan data dan penyusunan laporan.

Waktu pelaksanaan pada bulan November 2011 sampai Januari 2012.

B. Metode Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen.

Eksperimen yang dimaksud adalah pembelajaran dengan inkuiri terbimbing

dengan menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi. Hal ini bertujuan

untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar kimia antara pembelajaran inkuiri

dengan metode eksperimen dan pembelajaran inkuiri dengan metode demonstrasi

pada materi pokok Laju Reaksi.

Desain penelitiannya adalah Randomized Pretest – Posttest Comparison

Group Design yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 53: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Tabel 4. Desain Penelitian Randomized Pretest – Posttest Comparison

Group Design

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen 1 T1 X1 T2

Eksperimen 2 T1 X2 T2

Keterangan :

X1 = Pembelajaran inkuiri dengan eksperimen

X2 = Pembelajaran inkuiri dengan demonstrasi

T1 = Test awal

T2 = Test akhir

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMA Negeri 1

Mojolaban Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Sampel

Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan secara Clusster

Random Sampling dan diambil 2 kelas yang memiliki tingkat kesamaan prestasi

belajarnya sebagai kelas eksperimen.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan metode

pembelajaran, yaitu metode eksperimen dan metode demonstrasi.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada

pokok bahasan Laju Reaksi.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Page 54: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Pada penelitian ini, data adalah prestasi belajar siswa pada materi pokok

Laju Reaksi. Aspek penilaian yang diambil meliputi aspek kognitif, afektif dan

psikomotor. Penilaian aspek kognitif diperoleh langsung dari siswa dengan

menggunakan tes bentuk obyektif yang diberikan sebelum dan sesudah proses

pembelajaran Laju Reaksi. Penilaian aspek afektif dilakukan dengan

menggunakan angket yang diisi langsung oleh siswa. Sedangkan penilaian aspek

psikomotor dilakukan dari hasil siswa melaksanakan eksperimen.

2. Metode Pengumpulan Data

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data yang diambil adalah data

prestasi belajar siswa materi pokok Laju Reaksi yang meliputi dua aspek penilaian

yaitu kognitif dan afektif. Penilaian aspek kognitif diperoleh langsung dari siswa

dengan menggunakan tes bentuk obyektif. Penilaian aspek afektif dilakukan

menggunakan angket yang diisi langsung oleh siswa.

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Metode Tes

Tes adalah alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan individu

yang dalam penelitian ini untuk mengungkap sejauh mana penguasaan siswa

terhadap konsep-konsep pada pokok bahasan Laju Reaksi untuk mendapatkan

nilai prestasi belajar. Tes yang digunakan berupa tes obyektif berbentuk pilihan

ganda. Perangkat tes yaitu tes obyektif dengan 5 alternatif jawaban. Jawaban yang

benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Dalam hal ini tes

digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan kognitif siswa. Tes pada

penelitian ini dilakukan dua kali yaitu:

1) Pretest

Merupakan uji awal sebelum dilakukan eksperimen pada sampel

penelitian.

2) Posttest

Merupakan uji akhir eksperimen, yaitu setelah dilaksanakannya

eksperimen. Postes dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan nilai akhir

dari kedua kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan berupa pembelajaran

Page 55: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Inkuiri Terbimbing dengan Eksperimen untuk kelas eksperimen I dan

pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Demonstrasi untuk kelas eksperimen II.

b. Metode Angket

Metode angket merupakan metode pengumpulan data yang dilaksanakan

dengan cara mengajukan sejumlah daftar pernyataan yang harus dijawab oleh

responden, seperti yang tertera dalam Pedoman Pengembangan Instrumen dan

Penilaian Ranah Afektif (Depdiknas, 2009: 14-20). Angket yang penulis gunakan

dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung tertutup karena responden

menjawab tentang dirinya dan jawabannya sudah disediakan sehingga responden

tinggal memilih jawaban yang ada. Dalam hal ini angket digunakan untuk

memperoleh data tentang kemampuan afektif siswa.

c. Metode Dokumentasi

Sugiyono (2010: 329) menjelaskan bahwa dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau

karya-karya monumental dari seseorang. Teknik dokumentasi lebih mudah

digunakan dibanding teknik lain karena apabila ada kekeliruan sumber datanya

belum berubah. Pada metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tapi

benda mati.

d. Metode Observasi

Budiyono (2009: 53) menyatakan bahwa observasi atau pengamatan

adalah cara pengumpulan data dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap

subjek penelitian demikian hingga subjek tidak tahu bahwa dia sedang diamati.

Agar teknik ini dapat menghasilkan data secara efektif dan terarah, perlu

diperhatikan hal-hal berikut:

1) Observasi harus direncanakan secara sistematis dan mempunyai tujuan

yang jelas.

2) Menggunakan alat yang cocok misalnya lembar observasi yang berupa

daftar cek atau skala urutan (rating skala).

3) Sedapat mungkin pihak yang diobservasi tidak tahu kalau ia

diobservasi.

4) Hasil observasi diolah dan disimpulkan secara tepat.

Page 56: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Dalam penelitian ini teknik observasi digunakan untuk memperoleh

data nilai psikomotor siswa.

3. Uji Coba Instrumen

a. Instrumen Penelitian Kognitif

Instrumen yang digunakan dalam penilaian aspek kognitif berupa soal-soal

obyektif materi Laju Reaksi. Perangkat tes yaitu tes obyektif dengan 5 alternatif

jawaban. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0.

Untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal, dan daya pembeda

maka instrumen yang akan dipakai dalam penelitian ini perlu diujicobakan

terlebih dahulu kepada sekelompok siswa yang telah menerima materi pokok Laju

Reaksi.

1) Uji Validitas

Menurut Budiyono (2009:58), suatu instrumen valid menurut validitas isi

apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari

keseluruhan isi hal yang akan diukur. Pada kasus ini, validitas tidak dapat

ditentukan dengan mengkolerasikannya dengan suatu kriteria, sebab tes itu sendiri

adalah kriteria dari suatu tenaga kerja.

Budiyono menyarankan suatu langkah-langkah yang dapat dilakukan

pembuat soal untuk mempertinggi validitas isi, yaitu:

a) Mengidentifikasikan bahan-bahan yang telah diberikan beserta tujuan

instruktusionalnya.

b) Membuat kisi-kisi dari soal tes yang akan ditulis.

c) Menyusun soal tes beserta kuncinya.

d) Menelaah soal tes sebelum dicetak.

Untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas isi yang tinggi

atau tidak, biasanya dilakukan melalui experts judgement (penelitian yang

dilakukan oleh para pakar). Budiyono (2009:65) mengemukakan bahwa sebuah

instrumen tentu terdiri dari sejumlah butir-butir instrumen. Kesemua butir-butir

itu harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama

pula. Ini berarti harus ada korelasi positif antara skor masing-masing butir

Page 57: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

tersebut. Korelasi internal masing-masing butir dilihat dari korelasi antara skor-

skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Rumus yang dipakai adalah

korelasi produk momen dari Karl Pearson, sebagai berikut:

Dengan :

xyr

= koefisien korelasi antara variable X dan Y

X = skor item

Y = skor total

n = cacah subyek

Keputusan uji : xyr

> kritikr

item soal tersebut valid

xyr

≤ kritikr

item soal tersebut tidak valid

(Budiyono,2009:69)

Berdasarkan hasil tryout uji validitas butir soal dapat dilihat pada table 5.

Berikut hasil uji validitas instrument kognitif.

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Validitas Butir Soal

Variabel Jumlah

Soal

Kriteria

Valid Tidak Valid

Soal-soal materi

pokok Laju

Reaksi

30 soal 22 8

2) Uji Reliabilitas

Budiyono (2009:65), menyatakan bahwa “Suatu instrumen dikatakan

reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika

pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan

atau pada orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada

waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan.

2222YYnXXn

YXXYnrxy

Page 58: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

2

2

111

t

iit

s

qps

n

nr

Untuk mengetahui apakah suatu instrumen yang digunakan reliabel atau

tidak diperlukan adanya uji reliabilitas. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas tes

prestasi belajar berbentuk obyektif digunakan rumus Kuder Richardson (KR-20).

Rumus Kuder-Richardson (KR-20) berbentuk sebagai berikut:

Dengan :

11

r : indeks reliabilitas instrumen

n : banyaknya butir instrumen

i

p : proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada

butir ke-i

i

q : 1- i

p

2

ts : variansi total

Suatu instrumen dikatakan reliabel jika indeks reliabelnya > 0.7

Kriteria reliabilitas:

0,91 – 1,00 : Sangat Tinggi

0,71 – 0,90 : Tinggi

0,41 – 0,70 : Cukup

0,21 – 0,40 : Rendah

≤ 0,20 : Sangat Rendah

(Sugiyono,2010:186)

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Jumlah

Soal

Reliabilitas Kriteria

Soal-soal materi

pokok Laju Reaksi

30 soal 0.814 Tinggi

Page 59: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

3) Uji Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal

pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks.

Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada

prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang

bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal itu.

Keterangan :

TK : Tingkat Kesukaran

(Depdiknas, 2009 : 9)

Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut :

0,00 – 0,30 : Sukar (Sk)

0,31 – 0,70 : Sedang (Sd)

0,71 – 1,00 : Mudah (Md)

(Depdiknas, 2009 : 9)

Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal

Variabel Jumlah Soal Kriteria

Sk Sd Md

Soal-soal materi pokok Laju

Reaksi

30 soal 4 9 13

4) Uji Daya Beda Suatu Item

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat

membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan

siswa yang belum menguasai materi yang ditanyakan. Indeks daya pembeda setiap

butir soal biasanya juga dinyatakan dalam bentuk proposi. Semakin tinggi indeks

daya pembeda soal berarti semakin mampu soal yang bersangkutan membedakan

siswa yang telah memahami materi dengan peserta didik yang belum memahami

materi.

Page 60: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Daya pembeda soal adalah kemampuan sebuah soal untuk membedakan

antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Untuk

menentukan daya beda pembeda butir, digunakan formula point biserial. Formula

korelasi point biserial adalah:

rxy =

Dimana:

rxy = koefisien korelasi

Mp = rerata skor total dari sejumlah subyek yang menjawab

benar pada item yang ditentukan validitasnya

Mt = rerata skor total seluruh peserta pada seluruh soal

St = standar deviasi dari skor total

p = proporsi peserta yang menjawab benar

q = proporsi peserta yang menjawab salah (q = 1-p)

Kriteria daya pembeda butir:

0,0 - 0,2 : jelek (J)

0,21 - 0,4 : cukup (C)

0,41 - 0,7 : baik (B)

0,71 - 1,0 : baik sekali (BS)

(Depdiknas, 2009:10)

Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Taraf Pembeda Suatu Item

b. Instrumen Penilaian Afektif

Instrumen penilaian afektif yang digunakan dalam penelitian ini berupa

angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus

Variabel Jumlah

Soal

Kriteria

BS B C J

Soal-soal materi

pokok Laju

Reaksi

30 soal 0 14 12 4

Page 61: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

menyediakan alternatif jawaban. Siswa memberikan jawaban yaitu dengan

memilih salah satu jawaban yang telah disediakan. Penyusunan item-item angket

berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab

pertanyaan, siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban

yang telah disediakan. Adapun acuan penilaian yang digunakan dapat dilihat pada

tabel 9.

Tabel 9. Skor Penilaian Afektif

Skor untuk aspek

yang dinilai

Nilai untuk item mengarah

jawaban positif

Nilai untuk item mengarah

jawaban negative

Sangat Setuju (SS)

Setuju (S)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju

(STS)

4

3

2

1

1

2

3

4

Keterangan:

Jumlah nilai ≥72 sangat baik (A)

Jumlah nilai 54 – 71 baik (B)

Jumlah nilai 36 – 53 cukup (C)

Jumlah nilai < 35 kurang (D)

(Kurikulum 2004 SMA, 2003: 91)

Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrument tersebut

diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket.

1) Uji Validitas

Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas butir soal adalah

menggunakan teknik korelasi rumus Product-Moment dari Pearson dengan rumus

sebagai berikut :

}}{{2222

xyr

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi suatu butir soal (koefisien validitas)

Page 62: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

X : skor butir item nomor tertentu

Y : skor total

N : Jumlah subjek

Kriteria pengujian:

Kriteria item dinyatakan valid jika, rxy > rtabel

Kriteria item dinyatakan tidak valid jika, rxy rtabel.

(Sugiyono,2010: 255 )

Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Validitas Butir Soal Afektif

Variabel Jumlah

Soal

Kriteria

Valid Tidak Valid

Angket Afektif 40 soal 31 9

2) Uji Reliabilitas

Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat

memberikan hasil yang tidak berbeda bila dilakukan kembali kepada subyek yang

sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus alpha (digunakan

untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0, yaitu sebagai berikut :

α =

Keterangan:

r11 : koefisien reliabilitas

k : banyaknya belahan tes

Sj2 : varians belahan j; j = 1, 2, …k

Sx2 : varians skor total

Kriteria realibilitas adalah sebagai berikut:

0,80 – 1,00 : Sangat Tinggi (ST)

0,60 – 0,79 : Tinggi (T)

0,40 – 0,59 : Cukup (C)

0,20 – 0,39 : Rendah (R)

Page 63: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

0,00 – 0,19 : Sangat Rendah (SR)

(Sugiyono,2010: 257)

Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Afektif

Variabel Jumlah

Soal

Reliabilitas Kriteria

Angket Afektif 40 soal 0.922 Sangat

Tinggi

c. Instrumen Penilaian Psikomotor

Insrumen penilaian psikomotor menggunakan lembar penilaian yang diisi

oleh guru. Dalam lembar penilaian, seorang guru harus teliti untuk menilai aspek

keterampilan yang muncul dari siswa. Dengan demikian lembar penilaian harus

dilakukan secermat mungkin sehingga bisa menggambarkan kemampuan siswa

yang sebenarnya. Validasi instrument psikomotor yang berupa lembar penilaian

dilakukan oleh guru kimia di SMA N 1 Mojolaban.

F. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini

dari populasi yang normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas yang

digunakan adalah metode Liliefors. Prosedur uji normalitas dengan menggunakan

metode Liliefors adalah sebagai berikut :

1). Hipotesis

Ho : sampel berasal dari populasi normal

H1 : sampel tidak berasal dari populasi normal

2). Statistik Uji

L = maxii

ZSZF

3). Taraf Siginifikansi ( ) = 0,05

4). Daerah Kritik (DK)

Page 64: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

DK = { L L > Lα:n atau L < -Lα:n} dengan n adalah ukuran sampel.

5). Keputusan Uji

Ho ditolak Jika Lhitung DK.

6). Kesimpulan

a) Sampel berasal dari populasi normal jika H0 diterima.

b) Sampel tidak berasal dari populasi normal jika H0 ditolak.

(Budiyono, 2009: 169-170)

b. Uji Homogenitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian

mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini

digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat.

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu sampel berasal

dari populasi yang homogen atau tidak. Untuk mengetahui homogenitas varians

digunakan uji Bartlett. Rumus uji Bartlett adalah sebagai berikut:

χ2

2

jjslogf -RKG log f

C

2,303

dengan :

χ2 ~ χ

2 (k – 1)

k = banyaknya populasi = banyaknya sampel

f = N – k =

k

j

jf

1 = derajat kebebasan untuk RKG = N – k

fj = derajat kebebasan untuk Sj2 = ni – 1

j = 1, 2, …, k

N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)

nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j

f

1

f

1

1) -3(k

1 1 C

j dan j

j

f

SS RKG

serta

2

jj

j

2

j

j2

js1n

n

XXSS

Page 65: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

dimana 1n

SSs

j

j

j2

(Budiyono, 2009 : 176 – 177)

kriteria : χ2 < χ

2tabel, maka sampel berasal dari populasi yang homogen

χ2

≥ χ2

tabel, maka sampel berasal dari populasi yang tidak homogen.

(Budiyono, 2009:175-177)

2. Pengujian Hipotesis

Teknik analisa data untuk uji hipotesis digunakan “Uji t” yaitu uji t pihak

kanan. Dengan kriteria :

H0 : µ1 ≤ µ2

H1 : µ1 > µ2

Dimana :

H0 : Prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Laju Reaksi

menggunakan pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Metode

Eksperimen lebih rendah atau sama dengan prestasi belajar siswa dengan

pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Metode Demonstrasi .

H1 : Prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Laju Reaksi dengan

menggunakan pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan metode

Eksperimen lebih baik dari pada prestasi belajar siswa menggunakan

pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Metode Demonstrasi.

Keterangan :

µ1 = rata-rata selisih nilai pretes postes kelas eksperimen I

µ2 = rata-rata selisih nilai pretes postes kelas eksperimen II

Rumus yang digunakan adalah :

t =

Page 66: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

S2 =

Keterangan :

= nilai rata-rata kelas eksperimen I

= nilai rata-rata kelas eksperimen II

n1 = jumlah sampel pada kelas eksperimen I

n2 = jumlah sampel pada kelas eksperimen II

S2

= simpangan baku gabungan

S12 = varian kelas eksperimen I

S22 = varian kelas eksperimen II

Kriteria pengujian

a. Jika thitung < ttabel maka hipotesis nol diterima

b. Jika thitung > ttabel maka hipotesis nol ditolak.

(Sugiyono, 2010: 181)

Page 67: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada

materi pokok Laju Reaksi, yaitu meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Data tersebut berupa nilai pretest dan posttest dari aspek kognitif yang diambil

dari kelas eksperimen I (Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Eksperimen)

dan kelas eksperimen II (Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Demonstrasi),

sedangkan berupa nilai posttest dari aspek afektif dan psikomotor. Prestasi belajar

yang dimaksud di sini adalah selisih nilai pretest-posttest kognitif siswa,

sedangkan untuk aspek afektif dan psikomotor prestasi belajar dari nilai posttest

karena merupakan data interval. Jumlah siswa yang dilibatkan pada penelitian ini

adalah 38 siswa dari kelas XI.A2 dan 38 siswa dari kelas XI.A3 SMA Negeri 1

Mojolaban tahun pelajaran 2011/ 2012. Untuk lebih jelasnya di bawah ini

disajikan deskripsi data penelitian dari masing-masing variabel.

1. Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Laju Reaksi

Data prestasi belajar siswa pada materi pokok Laju Reaksi yang meliputi

aspek kognitif, afektif dan psikomotor kelas eksperimen I (Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing dengan Eksperimen) sebanyak 38 siswa dan kelas eksperimen II

(Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Demonstrasi) sebanyak 38 siswa dapat

dilihat pada Lampiran 17. Deskripsi data penelitian mengenai prestasi belajar

secara ringkas disajikan pada Tabel 6.

Tabel 12. Rangkuman Deskripsi Data Penelitian

Jenis Penilaian Nilai Rata-Rata

Eksperimen I Eksperimen II

Pretest Kognitif 42,895 52,632

Posttest Kognitif 80,921 77,895

Selisih Nilai Kognitif 38,026 25,263

Posttest Afektif 77,171 74,696

Posttest Psikomotor 87,422 84,119

Page 68: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

2. Data Selisih Nilai Kognitif pada Materi Pokok Laju Reaksi

Data penelitian dipaparkan dalam distribusi frekuensi. Hal ini dilakukan

untuk mempermudah dalam pengamatan hasil penelitian. Pada kelas eksperimen I,

selisih nilai kognitif terendah adalah 0 dan selisih nilai kognitif tertinggi adalah

70. Pada kelas eksperimen II, selisih nilai kognitif terendah adalah 5 dan selisih

nilai kognitif tertinggi adalah 50.

Perbandingan distribusi frekuensi selisih nilai kognitif kelas eksperimen

I dan kelas eksperimen II pada materi pokok Laju Reaksi disajikan dalam Tabel

13, perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 21.

Tabel 13. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Kelas

Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Laju Reaksi

No Interval

Nilai

Tengah

Kelas Eksperimen I Kelas Eksprimen II

Frekuensi

%

Frekuensi

Frekuensi

%

Frekuensi

1 0 - 10.00 5 3 7.9 6 15.8

2 10.01 - 20.01 15.01 3 7.9 12 31.6

3 20.02 - 30.02 25.02 13 34.2 12 31.6

4 30.03 - 40.03 35.03 5 13.2 6 15.8

5 40.04 - 50.04 45.04 10 26.3 2 5.3

6 50.05 - 60.05 55.05 4 10.5 0 0

7 60.06 - 70.06 65.06 0 0 0 0

Jumlah 38 100 38 100

Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data

dalam Tabel 13 dapat dilihat pada Gambar 8.

Page 69: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Gambar 8. Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen I

dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Laju Reaksi

Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan oleh guru dengan

hasil uji t-pihak kanan bahwa siswa pada kelas eksperimen 1 memiliki prestasi

belajar yang lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen 2. Pada histogram di atas

(Gambar.8), terlihat bahwa nilai kognitif kelas eksperimen 1 memiliki sebaran

penuh pada tiap nilai tengah. Semakin ke kanan, akan mewakili nilai kognitif

yang tinggi. Dari hasil tersebut, kelas eksperimen 1 dapat dikatakan memiliki

prestasi belajar kognitif yang tinggi. Dalam proses pembelajaran, kelas

eksperimen 1 mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode

eksperimen. Sedangkan kelas eksperimen 2 dilakukan pembelajaran inkuiri

terbimbing dengan metode demonstrasi. Metode eksperimen dan demonstrasi

hanya dilakukan pada sub pokok bahasan Faktor-faktor yang mempengaruhi Laju

Reaksi, sedangkan untuk materi secara total digunakan pembelajaran inkuiri

terbimbing.

3. Data Nilai Afektif pada Materi Pokok Laju Reaksi

Data penelitian mengenai nilai afektif kelas eksperimen I dapat dilihat

pada Lampiran 17. Pada kelas ini nilai afektif terendah adalah 63,75 dan nilai

Page 70: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

afektif tertinggi adalah 95. Pada kelas eksperimen II nilai terendah adalah 61,25

dan nilai tertinggi adalah 90.

Perbandingan distribusi frekuensi nilai afektif kelas eksperimen I dan

kelas eksperimen II pada materi pokok Laju Reaksi disajikan dalam Tabel 14,

perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 21. Sedangkan

untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data pada Tabel 14 dapat

dilihat pada Gambar 9.

Tabel 14. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan

Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Laju Reaksi

No Interval

Nilai

Tengah

Kelas Eksperimen I Kelas Eksprimen II

Frekuensi

%

Frekuensi

Frekuensi

%

Frekuensi

1 61.25 - 66.25 63.74 2 5.3 3 7.9

2 66.26 - 71.26 68.76 10 26.3 9 23.7

3 71.27 - 76.27 73.77 7 18.4 14 36.8

4 76.28 - 81.28 78.78 9 23.7 4 10.5

5 81.29 - 86.29 83.79 3 7.9 7 18.4

6 86.30 - 91.30 88.80 5 13.2 1 2.6

7 91.31 - 96.31 93.81 2 5.3 0 0

Jumlah 38 100 38 100

Page 71: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Gambar 9. Histogram Perbandingan Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan Kelas

Eksperimen II pada Materi Pokok Laju Reaksi

Dari histogram pada gambar 9, terlihat bahwa sebaran nilai afektif kelas

eksperimen 1 merata sampai ke kanan, sedangakan kelas eksperimen 2 tidak

merata. Meskipun demikian, grafik tertinggi terlihat pada grafik kelas eksperimen

2. Hal ini dikarenakan frekuensi nilai pada grafik kelas eksperimen 2 lebih tinggi

dibandingkan frekuensi nilai pada grafik kelas eksperimen 1. Kelas eksperimen 1

merupakan kelas yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan

eksperimen, sedangkan kelas eksperimen 2 adalah kelas yang menggunakan

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan demonstrasi. Untuk nilai afektif ini

menggunakan instrument berupa angket. Adanya ketidakcocokan antara hipotesis

dengan hasil uji t-pihak kanan dapat disebabkan oleh angket yang kurang spesifik.

Selain itu kejujuran siswa juga berpengaruh terhadap hasil penilaian.

4. Data Nilai Psikomotor pada Materi Pokok Laju Reaksi

Data penelitian mengenai nilai psikomotor kelas eksperimen I dapat

dilihat pada Lampiran 17. Pada kelas ini nilai psikomotor terendah adalah 70,37

dan nilai psikomotor tertinggi adalah 96,29. Pada kelas eksperimen II nilai

psikomotor terendah adalah 63,33 dan nilai tertinggi adalah 96,66.

Page 72: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Perbandingan distribusi frekuensi nilai psikomotor kelas eksperimen I

dan kelas eksperimen II pada materi pokok Laju Reaksi disajikan dalam Tabel 15,

perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 21. Sedangkan

untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data pada Tabel 15 dapat

dilihat pada Gambar 10.

Tabel 15. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotor Kelas Eksperimen I

dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Laju Reaksi

No Interval

Nilai

Tengah

Kelas Eksperimen I Kelas Eksprimen II

Frekuensi

%

Frekuensi

Frekuensi

%

Frekuensi

1 63.33 - 68.09 65.71 0 0 4 10.5

2 68.10 - 72.86 70.48 2 5.3 0 0

3 72.87 - 77.63 75.25 1 2.6 5 13.2

4 77.64 - 82.4 80.02 6 15.8 0 0

5 82.41 - 87.17 84.79 7 18.4 16 42.1

6 87.18 - 91.94 89.56 7 18.4 5 13.2

7 91.95 - 96.71 94.33 15 39.5 8 21.1

Jumlah 38 100 38 100

Gambar 10. Histogram Perbandingan Nilai Psikomotor Kelas Eksperimen I dan

Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Laju Reaksi

Page 73: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Histogram pada gambar 10 menunjukkan bahwa kelas eksperimen 1

memiliki sebaran nilai yang lebih luas dibandingkan kelas eksperimen 2. Dalam

histogram tersebut, semakin ke kanan menunjukkan bahwa grafik memiliki nilai

yang tinggi. Sedangkan pada kelas eksperimen 2, terlihat bahwa sebaran nilainya

tidak merata dan memiliki frekuensi nilai yang kecil. Hasil histogram tersebut

sesuai dengan hasil uji t-pihak kanan bahwa nilai psikomotor kelas eksperimen 1

memiliki prestasi belajar psikomotor yang tinggi dibandingkan dengan kelas

eksperimrn 2. Kelas eksperimen 1 menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing

dengan metode eksperimen sedangkan kelas eksperimen 2 menggunakan

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan demonstrasi.

B. Uji Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas ini adalah untuk menyelidiki apakah sampel

penelitian berasal dari populasi normal atau tidak. Salah satu syarat yang harus

dipenuhi untuk melakukan uji t- dua arah adalah distribusi sampelnya harus

normal. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Liliefors (Budiyono,

2009: 170-172). Uji normalitas nilai ulangan Sistem Periodik Unsur tercantum

pada Lampiran 14, sedangkan nilai kognitif, afektif dan psikomotor siswa

tercantum dalam Lampiran 18 . Hasil uji normalitas terangkum dalam Tabel 16.

Tabel 16. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Ulangan Sistem Periodik Unsur,

Kognitif, Afektif dan Psikomotor

Kelas Parameter Harga L Kesimpulan

Hitung Tabel

Eksperimen I Nilai ulangan SPU 0,115 0,144 Normal

Pretest 0,098 0,144 Normal

Posttest 0,073 0,144 Normal

Selisih Nilai Kognitif 0,078 0,144 Normal

Nilai Afektif 0,108 0,144 Normal

Nilai Psikomotor 0,108 0,144 Normal

Nilai Ulangan SPU 0,103 0,144 Normal

Page 74: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Eksperimen

II

Pretest 0,099 0,144 Normal

Posttest 0,083 0,144 Normal

Selisih Nilai Kognitif 0,138 0,144 Normal

Nilai Afektif 0,104 0,144 Normal

Nilai Psikomotor 0,086 0,144 Normal

Tampak dari Tabel 16 bahwa harga Lhitung < Ltabel, dengan demikian

dapat dikatakan bahwa sampel-sampel pada penelitian ini berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Untuk menguji homogenitas pada penelitian ini digunakan metode

Bartlett pada taraf signifikansi 5% dengan statistik uji Chi kuadrat (Sudjana, 2005:

263). Hasil uji homogenitas nilai kognitif, afektif dan psikomotor tercantum pada

Lampiran 19, sedangkan nilai ulangan SPU tercantum dalam Lampiran 15.

Ringkasan hasil uji homogenitas nilai kognitif dan afektif siswa terangkum pada

Tabel 17.

Tabel 17. Hasil Uji Homogenitas Nilai Kognitif, Afektif, Psikomotor dan Ulangan

SPU

No Parameter 2hitung

2 tabel Kesimpulan

1 Selisih Nilai Kognitif 2,81 3,841 Homogen

2 Nilai Afektif 1,74 3,841 Homogen

3 Nilai Psikomotor 2,22 3,841 Homogen

4 Nilai Ulangan SPU 1,7976 3,841 Homogen

Dari Tabel 17 di atas dapat dilihat bahwa harga 2

hitung kurang dari

2tabel atau berada di luar daerah kritik, sehingga dapat disimpulkan kedua sampel

(kelas kelas eksperimen I dan eksperimen II) homogen.

3. Uji Keseimbangan (Uji t Matching)

Uji keseimbangan ini diambil dari nilai ulangan siswa pada materi

sebelumnya yaitu materi Sistem Periodik Unsur (SPU). Untuk kelas XI.A.2

(Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan Eksperimen) dengan jumlah siswa 38

diperoleh rerata 68,842 dan variansi 48,569 sedangkan untuk kelas XI.A.3

Page 75: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

(Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan Demonstrasi) dengan jumlah siswa 38

diperoleh rerata 71,368 dan variansi 75.698.

Hasil perhitungan uji keseimbangan dengan menggunakan uji t- dua arah

dapat dilihat pada Lampiran 16. Pada nilai ulangan SPU tersebut, hasil uji ini

diperoleh thitung = 1,433 dengan t(0,975;74) = 1,67 atau -t(0,975;74) = - 1,67. Daerah

penolakan H0 adalah jika thitung < -t(0,975;74) (-1,67) atau thitung > t(0,975;74) (1,67).

Dari perhitungan nilai ulangan SPU diperoleh hasil -t(0,975;74) (-1,67) < thitung

(1,433) < t(0,975;74) (1,67), maka H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa kelas

eksperimen I dan kelas eksperimen II mempunyai rerata kemampuan awal yang

sama atau kedua kelas tersebut dalam keadaan seimbang.

C. Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan penggunaan dua media yang

berbeda pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II, maka dilakukan uji

perbandingan rata-rata selisih nilai pretest-posttest aspek kognitif, nilai aspek

afektif dan nilai aspek psikomotor. Statistik yang digunakan adalah uji t- pihak

kanan pada taraf signifikansi 5% .

1. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif.

Hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi kognitif siswa materi pokok Laju

Reaksi pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) terangkum pada Tabel 18.

Perhitungan Uji t-pihak kanan dapat dilihat pada Lampiran 20.

Tabel 18. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif.

Kelompok Sampel Rerata Variansi t hitung

Kelas Eksperimen I 38,026 268,297 3,928

Kelas Eksperimen II 25,263 153,983

Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 3,928 dan setelah dikonsultasikan dengan

tabel distribusi t pada taraf signifikasi 0,05 untuk t(0,975;74) adalah 1,67. Daerah

Kritik dengan α = 0.05 , H0 jika thitung ≤ t (1-α; n1+n2-2). Dengan demikian harga

thitung = 3.928 > t0.95(74) = 1.67 atau berada didalam daerah kritik, maka H0 ditolak.

Page 76: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Maka rata-rata selisih nilai kognitif siswa kelas Eksperimen I lebih tinggi daripada

siswa kelas Eksperimen II.

2. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif.

Hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi afektif siswa materi pokok Laju

Reaksi pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) terangkum pada Tabel 19.

Perhitungan Uji t-pihak kanan dapat dilihat pada Lampiran 20.

Tabel 19. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif.

Kelompok Sampel Rerata Variansi t hitung

Kelas Eksperimen I 77,171 68,386 1,475

Kelas Eksperimen II 74,696 44,219

Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 1,475 dan setelah dikonsultasikan dengan

tabel distribusi t pada taraf signifikasi 0,05 untuk t(0,975;74) adalah 1,67. Daerah

Kritik dengan α = 0.05 , H0 jika thitung ≤ t (1-α; n1+n2-2). Dengan demikian harga

thitung = 1.475 < t0.95(74) = 1.67 atau berada diluar daerah kritik, maka H0 diterima.

Maka rata-rata nilai afektif siswa kelas Eksperimen II lebih tinggi daripada siswa

kelas Eksperimen I.

3. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Psikomotor.

Hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi psikomotor siswa materi pokok

Laju Reaksi pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) terangkum pada Tabel 20.

Perhitungan Uji t-pihak kanan dapat dilihat pada Lampiran 20.

Tabel 20. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Psikomotor.

Kelompok Sampel Rerata Variansi t hitung

Kelas Eksperimen I 87,422 51,554 1,792

Kelas Eksperimen II 84,119 84,347

Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 1,792 dan setelah dikonsultasikan dengan

tabel distribusi t pada taraf signifikasi 0,05 untuk t(0,975;74) adalah 1,67. Daerah

Kritik dengan α = 0.05 , H0 jika thitung ≤ t (1-α; n1+n2-2). Dengan demikian harga

Page 77: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

thitung = 1,792 > t0.95(74) = 1.67 atau berada didalam daerah kritik, maka H0 ditolak.

Maka rata-rata nilai psikomotor siswa kelas Eksperimen I lebih tinggi daripada

siswa kelas Eksperimen II.

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

Pada penelitian ini dilakukan komparasi dua metode pembelajaran yaitu

Eksperimen dan Demonstrasi. Kedua metode pembelajaran mencakup kedalaman

materi Laju Reaksi yang sama. Akan tetapi kedua metode pembelajaran ini

memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kedua metode tersebut

menitikberatkan pada pembelajaran inkuiri terbimbing, yang mana pada

pembelajaran ini siswa harus mampu menemukan suatu konsep dari materi yang

dipelajari baik dari hasil pemikiran sendiri maupun hasil diskusi dengan teman

dalam satu kelas. Secara observasi, cara penemuan konsep antara kedua metode

tersebut berbeda. Dengan perbedaan ini, dapat diketahui metode mana yang

meningkatkan prestasi belajar siswa. Pada kegiatan pembelajaran, model

pembelajaran inkuiri terbimbing sangat tepat diterapkan baik pada kelas

eksperimen 1 maupun kelas eksperimen 2. Sebagai contoh, ketika siswa

dihadapkan pada suatu materi, guru membimbing siswa untuk melakukan

observasi. Observasi dalam hal ini tidak hanya kegiatan laboratorium, melainkan

mencari sumber mengenai materi yang akan dibahas dari buku atau dari internet.

Dengan pedoman ini, selanjutnya siswa dihadapkan pada suatu permasalahan.

Permasalahan tersebut berfungsi untuk mengkonstruksi kemampuan dan

pengetahuan siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Jika terdapat perbedaan

antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, pada tahap ini guru memegang

peranan penting untuk meluruskan dan memperbaiki konsep dari siswa yang

belum tepat sehingga menjadi suatu konsep yang benar.

Sebelum dilakukan pembelajaran materi pokok Laju Reaksi terlebih

dahulu dilakukan pretest. Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal

siswa, seberapa jauh siswa telah memiliki pengetahuan mengenai pelajaran yang

akan mereka ikuti. Kemudian pada akhir pembelajaran materi pokok Laju Reaksi

dilakukan posttest untuk mengetahui prestasi belajar siswa.

Page 78: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Hasil analisis menggunakan uji t-matching terhadap nilai ulangan SPU

menunjukkan bahwa kedua kelas sampel setara. Dari data induk penelitian pada

Lampiran 16 dapat dilihat bahwa rata- rata nilai pretest siswa kelas eksperimen I

pada aspek kognitif adalah 42,895 dan kelas eksperimen II adalah 52,632.

Selanjutnya kedua kelas sampel masing-masing dikenai perlakuan. Pada kelas

eksperimen I, yaitu pembelajaran inkuiri terbimbing dengan Eksperimen, langkah

pembelajarannya yaitu meliputi tahapan-tahapan seperti observasi, bertanya,

mengajukan dugaan, pengumpulan data, dan penyimpulan. Untuk kelas

eksperimen I, kegiatan observasi yang dilakukan menggunakan metode

Eksperimen. Disini siswa melakukan eksperimen secara berkelompok di

laboratorium. Untuk kelas eksperimen II, sintaks pembelajaran yang diberikan

sama, hanya saja pada kelas ini pada saat kegiatan observasi metode pembelajaran

yang digunakan adalah Demonstrasi. Setelah kedua kelas sampel tersebut diberi

perlakuan selama 12 x 45 menit dalam 11 kali tatap muka, selanjutnya diberikan

posttest untuk mengetahui seberapa besar siswa mampu menguasai materi Laju

Reaksi yang telah dipelajarinya. Berdasarkan hasil posttest kognitif seperti yang

ditunjukkan pada Tabel 12 dan Lampiran 16 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai

posttest kelas eksperimen I adalah 80,921 dan kelas eksperimen II adalah 77,895.

Berdasarkan rata- rata nilai pretest-posttest tersebut maka dapat dilihat rata- rata

selisih nilainya, yaitu pada kelas eksperimen I mengalami peningkatan sebesar

38,026 sedangkan pada kelas eksperimen II adalah 25,263.

Secara umum pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing berlangsung

dengan baik. Dalam proses belajar, para siswa yang diberi pembelajaran dengan

inkuiri terbimbing, siswa dihadapkan pada permasalahan. Kemudian mereka

merumuskan hipotesis, setelah itu merancang percobaan, melakukan analisis

terhadap percobaan yang telah dilakukan dan menyimpulkan hasilnya. Pada

proses pembelajaran, siswa yang sepenuhnya mengkonstruksi suatu pengetahuan.

Dalam hal ini pengetahuan mengenai suatu materi dapat diperoleh dari buku-buku

pelajaran, internet, dll. Guru dalam proses pembelajaran tidak menerangkan

materi terlebih dahulu. Sebagai contoh, dapat dilihat ketika siswa satu dengan

yang lain dalam memecahkan suatu permasalahan pada suatu pokok bahasan, jika

Page 79: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

terdapat perbedaan hasil antara siswa tersebut, maka ditahap ini seorang guru

memegang peranan penting dalam penyimpulan suatu materi. Jadi, guru berperan

sebagai fasilitator dalam proses prmbelajaran. Hal ini sesuai dengan langkah-

langkah inkuiri yang pernah di ungkapkan oleh Suwarna, 2005.

Pembelajaran dengan eksperimen merupakan pembelajaran yang

memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan sikap ilmiah dan

keterampilan berpikir siswa dalam rangka memperoleh pemahaman ilmu dengan

penyelidikan dan mencari pemecahan dari suatu permasalahan. Dengan metode

eksperimen siswa dapat belajar menemukan konsep-konsep dengan berpikir

sistematis. Sedangkan pembelajaran dengan demonstrasi merupakan pembelajaran

yang mewajibkan siswa untuk memahami inti dari suatu percobaan yang

dilakukan karena sebagai demonstrator yang baik hendaknya menguasai apa yang

akan diberikan kepada peserta demonstrasi. Demonstrasi dalam penelitian ini

menekankan pada model pembelajaran yang digunakan, dimana siswa yang harus

menemukan konsep terhadap materi yang sedang dipelajari. Kegiatan demonstrasi

ini, siswa melakukan eksperimen dengan cara kelompok. Dalam kelompok

tersebut, siswa yang terpilih sebagai demonstrator akan mendemonstrasikan

percobaan kepada teman-teannya dalam satu kelompok tersebut.

Dari perbedaan selisih nilai kognitif yang terdapat pada kedua kelas

sampel menunjukkan bahwa kelas eksperimen I memiliki selisih nilai rata-rata

kognitif lebih tinggi dari pada kelas eksperimen II. Untuk membuktikan secara

statistik apakah perbedaan tersebut signifikan dilakukan uji t- pihak kanan. Dari

hasil uji t- pihak kanan terhadap prestasi belajar kognitif diperoleh harga thitung =

3.928 > t0.95(74) = 1.67 atau berada didalam daerah kritik, maka H0 ditolak. Dengan

demikian rata-rata selisih nilai kognitif siswa kelas Eksperimen I lebih tinggi

daripada siswa kelas Eksperimen II (Pada Tabel 18 dan Lampiran 20).

Perbedaan prestasi belajar tidak hanya terjadi pada aspek kognitif saja.

Pada Tabel 12, aspek afektif rata- rata nilai yang diperoleh kelas eksperimen I

adalah 77,171 dan untuk kelas eksperimen II sebesar 74,696. Untuk hasil uji t-

pihak kanan terhadap prestasi belajar afektif pada Tabel 19 dan Lampiran 20,

diperoleh thitung = 1.475 < t0.95(74) = 1.67 atau berada diluar daerah kritik, maka H0

Page 80: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

diterima. Maka rata-rata nilai afektif siswa kelas Eksperimen II lebih tinggi

daripada siswa kelas Eksperimen I. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis ternyata

kelas eksperimen II memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibanding dengan

kelas eksperimen I. Dari hasil analisis kemungkinan perbedaan ini bisa

disebabkan karena pengisian angket afektif yang seenaknya sendiri, selain itu juga

faktor kejujuran individu berpengaruh terhadap pengisian angket afektif. Aspek

afektif dalam penelitian ini mencakup sikap, minat, nilai, konsep diri, dan moral

dari siswa. Seorang siswa akan sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara

optimal apabila siswa tersebut tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu,

khususnya pada pelajaran kimia. Dalam hal ini, kadang siswa malas mengisi

angket sehingga hanya mencontek pekerjaan teman yang mengakibatkan nilai dari

tiap siswa hampir sama.

Pada aspek psikomotor terdapat perbedaan prestasi belajar yaitu rata-rata

nilai yang diperoleh siswa kelas eksperimen I adalah 87,422 dan untuk kelas

eksperimen II adalah 84,119 yang dapat dilihat pada Tabel 12. Untuk hasil uji t-

pihak kanan terhadap prestasi belajar psikomotor berdasarkan Tabel 20 dan

Lampiran 20, diperoleh thitung = 1,792 > t0.95(74) = 1.67 atau berada didalam daerah

kritik, maka H0 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai psikomotor

siswa kelas Eksperimen I lebih tinggi daripada siswa kelas Eksperimen II.

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji t- pihak kanan terhadap

ketiga aspek di atas diperoleh hasil sesuai dengan hipotesis. Sesuai harapan

peneliti, bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dengan Eksperimen pada prestasi

belajar aspek kognitif dan psikomotor siswa telah terbukti. Sedangkan untuk

aspek afekif kurang sesuai dengan harapan penulis. Berdasarkan rata-rata selisih

nilai kognitif hasil uji t- pihak kanan tersebut menunjukkan bahwa thitung = 3.928 >

t0.95(74) = 1.67 , sedangkan nilai psikomotor hasil uji t-pihak kanan menunjukkan

bahwa thitung = 1,792 > ttabel = 1,67. Hal ini saling mendukung, di mana terlihat

bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dengan Eksperimen memiliki rata- rata

selisih nilai lebih tinggi daripada pembelajaran inkuiri terbimbing dengan

Demonstrasi baik dari aspek kognitif maupun psikomotor. Nilai aspek afektif

hasil uji t-pihak kanan adalah thitung = 1.475 < t0.95(74) = 1.67. Meskipun dalam hal

Page 81: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

ini aspek afektif tidak sesuai yang diperkirakan penulis, dengan adanya tingkat

persamaan prestasi belajar dari segi aspek kognitif dan psikomotor tersebut sudah

mewakili bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode Eksperimen

memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi daripada pembelajaran inkuiri

terbimbing dengan Demonstrasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Peggy Brickman, Cara Gormally, Norris Amstrong dan Brittan

Hallar bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kegiatan eksperimen

memberikan perbedaan yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa.

Page 82: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta

mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada pembelajaran Inkuiri

Terbimbing dengan Eksperimen pada materi pokok Laju Reaksi lebih tinggi

dibandingkan dengan Demonstrasi. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan

menggunakan uji t-pihak kanan dengan taraf signifikan 5%. Dimana hasil uji t-

pihak kanan untuk prestasi belajar kognitif diperoleh thitung = 3,928 > ttabel = 1,67

dan untuk prestasi belajar psikomotor diperoleh thitung = 1,792 > ttabel = 1,67.

Sedangkan untuk aspek afektif, hasil uji t-pihak kanan diperoleh thitung = 1.475 <

t0.95(74) = 1.67.

B. Implikasi

Berdasar hasil penelitian menimbulkan suatu pemikiran agar dalam proses

belajar mengajar, guru memiliki suatu metode untuk mengembangkan potensi

yang dimiliki siswa dalam usaha untuk menemukan dan memahami konsep suatu

materi pembelajaran kimia khususnya materi pokok Laju Reaksi sehingga

kompetensi dan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Untuk itu

diperlukan metode pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa yaitu antara

lain pembelajaran dengan model Inkuiri Terbimbing. Pembelajaran inkuiri

terbimbing sangat baik diterapkan karena dalam proses pembelajaran

mengkondisikan siswa lebih aktif dan mampu mengungkapkan apa yang ada di

dalam pikiran anak tersebut.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis

mengajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing, sebaiknya

guru senantiasa membimbing dan mengarahkan kelas untuk memberi

Page 83: STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING …/Studi... · terbimbing dengan metode eksperimen dan kelas eksperimen 2 adalah kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

motivasi kepada siswa agar siswa lebih aktif dalam proses

pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Guru harus cermat dalam mengamati setiap apa yang dilakukan siswa

dalam proses pembelajaran, untuk itu sebaiknya guru bisa

berkolaborasi dengan tim mengajar.

3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan model

pembelajaran inkuiri terbimbing baik dengan metode eksperimen atau

demonstrasi pada pembelajaran kimia materi pokok yang lain.