PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

123
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN CTL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA (Studi Kasus Materi Dinamika Partikel di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya Kelas X Tahun Pelajaran 2010/2011) TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Fisika OLEH : PRAMUDYA DWI ARISTYA PUTRA NIM. S831002055 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

Page 1: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING

DAN CTL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK

DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA

(Studi Kasus Materi Dinamika Partikel di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya

Kelas X Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Fisika

OLEH : PRAMUDYA DWI ARISTYA PUTRA

NIM. S831002055

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

Page 2: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING

DAN CTL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK

DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA

(Studi Kasus Materi Dinamika Partikel di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya Kelas

X Tahun Pelajaran 2010/2011)

Tesis Untuk memenuhi Persyaratan Mencapai gelar Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sains

OLEH : PRAMUDYA DWI ARISTYA PUTRA

NIM: S831002055

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing 1

Pembimbing 2

:

:

Prof. Dr. H. Ashadi

NIP. 19510102 197501 1 001

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd

NIP. 19520116 198003 1 001

………………

………………

………….

………….

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sains

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 19520116 198003 1 001

Page 3: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

LEMBAR PENGESAHAN

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN CTL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN MOTIVASI

BERPRESTASI SISWA

(Studi Kasus Materi Dinamika Partikel di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya Kelas X Tahun Pelajaran 2010/2011)

Disusun Oleh:

Pramudya Dwi Aristya Putra

S831002055

Telah disahkan dan disetujui oleh Tim Penguji

Dewan Penguji:

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua : Dra. Suparmi, M.A., Ph.D

NIP. 19520951 197603 2 001

………………

………….

Sekretaris : Drs. Cari, M.Sc., M.A., Ph.D

NIP. 19610306 198503 1 001

………………

………….

Anggota : 1. Prof. Dr. H. Ashadi

NIP. 19510102 197501 1 001

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd

NIP. 19520116 198003 1 001

………………

………………

………….

………….

Mengetahui,

Direktur Program Pascasarjana

Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D NIP. 19570820 198503 1 004

Ketua Program Studi Pendidikan Sains

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd

NIP. 19520116 198003 1 001

Page 4: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Pramudya Dwi Aristya Putra

NIM : S.831002055

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul

“PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING

DAN CTL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN

MOTIVASI BERPRESTASI SISWA” (Studi Kasus Materi Dinamika

Partikel di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya Kelas X Tahun Pelajaran

2010/2011) adalah benar-benar hasil karya sendiri. Hal yang bukan karya saya

dalam tesis ini diberitanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh tersebut.

Surakarta, 21 Juni 2011

Yang membuat pernyataan

Pramudya Dwi Aristya P

Page 5: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat, hidayah dan

perlindungan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan Tesis dengan judul

“PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING

DAN CTL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN

MOTIVASI BERPRESTASI SISWA”. (Studi Kasus Materi Dinamika Partikel

di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya Kelas X Tahun Pelajaran 2010/2011).

Sebagi persyaratan untuk mencapai derajat megister pada Program Studi

Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tesis ini dapat terwujud berkat bimbingan dan arahan dari pembimbing dan

bantuan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D selaku Direktor Program Pasca Sarjana UNS

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Sains selaku pembimbing II penyusunan tesis yang telah memberikan arahan

dan bimbingan yang sangat berharga.

3. Prof. Dr. H Ashadi sealaku pembimbing I penyusunan tesis yang telah

memberikan arahan, bimbingan dan koreksi kepada penulis dalam menyusun

tesis ini.

4. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D dan Drs. Cari, M.A, M.Sc, Ph.D selaku dewan

penguji yang telah memberikan masukan dan koreksi dalam penyusunan tesis

ini.

5. Drs. Agus Subroto, M.Pd.I Selaku kepala SMA Muhammadiyah 4 Surabaya

yang telah memberikan izin penelitian tesis.

6. Para Dosen Pengampu Program Studi Sains, Fakultas Pascasarjana,

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pendalaman

ilmu kepada penulis.

Page 6: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

7. Para karyawan Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana yang

selalu memberi bantuan demi kelancaran penyelesaian proposal ini.

8. Kedua Orang Tuaku Bambang Susetyo dan Suparmi, S.Pd serta kakakku

tercinta Byuti yang senantiasa siang malam selalu mendoakan dan

memotivasi penulis.

9. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas

Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berbagi dalam

banyak hal selama menjalani pendidikan.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu terlaksananya penyusunan proposal ini.

Semoga semua budi baik yang diberikan semua pihak kepada penulis

mendapatkan imbalan dari Tuhan yang Maha Pemurah. Penulis berharap mudah-

mudahan tesis ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan.

Wasalamu’alaikum wr. wb

Surakarta, Juni 2011

Penulis

Page 7: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi

HALAMAN MOTO .......................................................................................... xii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ xiii

ABSTRACK ........................................................................................................ xiv

ABSTRAK ........................................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 8

C. Batasan Masalah ........................................................................... 9

D. Rumusan Masalah ......................................................................... 11

E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 12

F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 13

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Hakikat Belajar Fisika ............................................................. 15

2. Teori Belajar ........................................................................... 18

a. Teori Belajar Bandura ........................................................ 18

b. Teori Belajar Bruner ........................................................... 20

c. Prinsip Belajar Piaget ......................................................... 21

d. Teori Belajar Ausubel ......................................................... 23

Page 8: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

e. Teori Belajar Konstruktif dan Kooperatif .......................... 25

3. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ............................... 25

4. Model Pembelajaran CTL ....................................................... 27

5. Kemampuan Berpikir Abstrak ................................................ 31

6. Motivasi Berprestasi ............................................................... 34

7. Prestasi Belajar ........................................................................ 36

8. Bahan Ajar Dinamika Partikel ............................................... 37

B. Penelitian yang Relevan ................................................................ 46

C. Kerangka Berpikir ......................................................................... 48

D. Hipotesis........................................................................................ 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Penelitian ......................................................................... 55

B. Waktu Penelitian ........................................................................... 55

C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 55

D. Metode Penelitian ......................................................................... 56

E. Rancangan penelitian .................................................................... 56

F. Variabel Penelitian ........................................................................ 56

G. Instrumen Penelitian ..................................................................... 59

H. Teknik Pengambilan data

I. Uji Coba Instrumen ....................................................................... 60

J. Teknik Analisis data...................................................................... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Motivasi Berprestasi ................................................................. 72

2. Kemampuan Berpikir Abstrak .................................................. 74

3. Prestasi Belajar ......................................................................... 77

B. Uji Prasyarat Analisis.................................................................... 81

C. Pengujian Hipotesis....................................................................... 91

D. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 96

E. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian ....................................... 104

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

Page 9: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

A. Simpulan ....................................................................................... 106

B. Implikasi........................................................................................ 108

C. Saran.............................................................................................. 109

Daftar Pustaka .................................................................................................... 110

Lampiran-Lampiran

Page 10: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Tahap pembelajaran inkuiri ................................................. 27

2. Tabel 2.2 Tahap pembelajaran CTL ..................................................... 30

3. Tabel 3.1 Jadwal pelaksanaan penelitian .............................................. 55

4. Tabel 3.2 Rancangan penelitian ........................................................... 56

5. Tabel 3.3 Hasil Validitas angket motivasi berprestasi ......................... 61

6. Tabel 3.4 Hasil Validitas kemampuan berpikir abstrak ....................... 61

7. Tabel 3.5 Hasil Validitas tes prestasi belajar siswa .............................. 61

8. Tabel 3.6 Taraf kesukaran tes prestasi belajar ...................................... 63

9. Tabel 3.7 Daya beda tes prestasi belajar siswa ..................................... 64

10. Tabel 3.8 Rancangan komputasi data statistik ..................................... 68

11. Tabel 4.1 Deskripsi motivasi berprestasi siswa .................................... 72

12. Tabel 4.2 frekuensi nilai motivasi berprestasi kelas inkuiri ................. 73

13. Tabel 4.3 frekuensi nilai motivasi berprestasi kelas CTL .................... 74

14. Tabel 4.4 Deskripsi kemampuan berpikir abstrak siswa ...................... 75

15. Tabel 4.5 Frekuensi nilai kemampuan berpikir abstrak inkuiri ............ 76

16. Tabel 4.6 Frekuensi nilai kemampuan berpikir abstrak CTL ............... 76

17. Tabel 4.7 Deskripsi nilai prestasi belajar siswa ranah kognitif ............ 78

18. Tabel 4.8 frekuensi nilai prestasi belajar kelas inkuiri ......................... 78

19. Tabel 4.9 frekuensi nilai prestasibelajar kelas CTL ............................. 79

20. Tabel 4.10 uji normalitas prestasi belajar berdasarkan model.............. 82

21. Tabel 4.11 Hasil uji homogenitas ......................................................... 90

22. Tabel 4.12 Pemetaan analisis menggunakan anava .............................. 91

23. Tabel 4.13 Hasil analisis anava ............................................................ 91

24. Tabel 4.14 Hasil uji scheff efek hubungan antar faktor ....................... 94

25. Tabel 4.15 Perbandingan antara faktor ................................................. 95

Page 11: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR GRAFIK

1. Grafik 4.1 Grafik nilai motivasi berprestasi kelas inkuiri .................... 73

2. Grafik 4.2 Grafik nilai motivasi berprestasi kelas CTL ....................... 74

3. Grafik 4.3 Grafik nilai kemampuan berpikir abstrak kelas inkuiri ...... 76

4. Grafik 4.4 Grafik nilai kemampuan berpikir abstrak kelas CTL .......... 77

5. Grafik 4.5 Prestasi belajar kognitif siswa kelas inkuiri ........................ 78

6. Grafik 4.6 Prestasi belajar kognitif siswa kelas CTL ........................... 79

7. Grafik 4.7 Perbandingan nilai prestasi psikomotor inkuiri & CTL ...... 89

8. Grafik 4.8 Perbandingan nilai prestasi afektif inkuiri & CTL .............. 81

9. Grafik 4.9 Normalitas kemampuan berpikir abstrak CTL .................... 83

10. Grafik 4.10 Normalitas kemampuan berpikir abstrak inkuiri .............. 83

11. Grafik 4.11 Normalitas motivasi berprestasi kelas CTL ...................... 84

12. Grafik 4.12 Normalitas mottivasi berprestasi kelasinkuiri ................... 84

13. Grafik 4.13 Normalitas siswa dengan kemampuan berpikir abstrak

Tinggi ..................................................................................................... 85

14. Grafik 4.14 Normalitas siswa dengan kemampuan berpikir abstrak

Rendah ................................................................................................... 85

15. Grafik 4.15 Normalitas siswa dengan motivasi berprestasi tinggi ....... 86

16. Grafik 4.16 Normalitas siswa dengan motivasi berprestasi rendah ..... 86

17. Grafik 4.17 Normalitas prestasi kognitif kelas model CTL ................. 87

18. Grafik 4.18 Normalitas prestasi kognitif kelas model inkuiri .............. 87

19. Grafik 4.19 Normalitas prestasi kognitif siswa dengan kemampuan

berpikir abstrak tinggi ........................................................................... 88

20. Grafik 4.20 Normalitas prestasi kognitif siswa dengan kemampuan

berpikir abstrak rendah ........................................................................... 88

21. Grafik 4.21 normalitas prestasi kognitif siswa dengan motivasi

berprestasi tinggi .................................................................................... 89

22. Grafik 4.22 Normalitas prestasi kognitif siswa dengan motivasi

berprestasi rendah .................................................................................. 90

23. Grafik 4.23 Interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan

Page 12: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

Berpikir abstrak siswa ............................................................................ 100

24. Grafik 4.14 Interaksi antara motivasi berprestasi dengan metode yang

Digunakan ............................................................................................. 102

25. Grafik 4.15 Interaksi antara kemampuan berpikir abstrak siswa

Dengan motivasi berprestasi siswa ........................................................ 103

Page 13: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Bentuk-bentuk belajar menurut Ausubel dan Robinson ... 24

2. Gambar 2.2 Gaya yang bekerja pada balok yang menggantung .......... 39

3. Gambar 2.3 Percepatan sebanding dengan F dan arahnya sama .......... 41

4. Gambar 2.4 Gaya gesek arahnya berlawanan dengan arah benda ........ 43

5. Gambar 2.5 F>fs benda bergerak dengan percepatan a dan gaya gesek

Yang bekereja adalah gaya gesek kinetis ............................................. 44

6. Gambar 2.6 Gaya kontak suatu benda jika dikenai gaya ke kanan dan

Bidang sentuh kasar .............................................................................. 45

7. Gambar 2.7 sebuah benda pada bidang miring .................................... 45

Page 14: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

HALAMAN MOTO

“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu berputus asa padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi

derajatnya jika kamu orang-orang yang beriman” (Q.S. Ali ’Imron: 139)

Page 15: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Telah ku goreskan seberkas sejarah dalam hidupku, kukorbankan

semua yang kupunya untuk mencapai cita-cita mulia, karena itu kupersembahkan karyaku ini untuk:

· Kedua Orang tuaku yang senantiasa selalu mendoakan dan mendukungku

dalam kebaikan semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesejahteraan.

· Kakakku Byuti Pradiana Nugraheni yang selalu memberikan arahan dan

dukungan menjalani nikmat yang diberikan Allah SWT.

· Keponakanku Nabila Syahwa Oktaviani Putri yang selalu menceriakan hari-

hariku semoga engkau mampu merasakan apa yang telah aku lakukan dalam

menyelesaikan Tesis ini.

· Istriku tercinta yang selalu bersabar dan bersyukur dalam segala hal keadaan.

· Anak-anakku tercinta semoga kelak engkau dapat mengikuti jejakku dalam

kebaikan.

· Saudara-saudaraku yang telah memberikan Motivasi selama menyelesaikan

Tesis ini.

· Almamaterku tercinta.

Page 16: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

ABSTRACT

Pramudya Dwi Aristya Putra, S831002055, 2011 “Physics Learning using Guided Inquiry and CTL Model overviewed from Abstract Thinking Ability and Achievement Motivation (A case study of Dynamic particle material for grade X in Muhammadiyah 4 Senior High School Surabaya Academic Year 2010/2011). Thesis Advisor: I. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, II. Prof. Dr. H. Ashadi, Science Education Program ,Postgraduate Program Sebelas Maret University Surakarta, 2011.

The purpose of the research were to know: 1) The effect of guided inquiry learning model and CTL toward the student learning achievement. 2) The effect of abstract thinking ability toward student learning achievement. 3) The effect of motivation achievement towards student learning achievement. 4) The interaction between guided inquiry learning model and the CTL with the thinking abstract ability toward student learning achievement. 5) The interaction between guided inquiry learning model and CTL with motivation achievement toward student learning achievement. 6) The interaction between abstract thinking ability and motivation achievement toward student learning achievement. 7) The interaction between guided inquiry learning model and CTL with motivation achievement and the abstract thinking ability toward student learning achievement.

The research used experimental method and was done in June – December 2010. The research population was the student of grade X in Muhammadiyah 4 Surabaya Senior high school. The research sample was taken using cluster random sampling, Class X1 was guided inquiry method and class X2 for CTL method. The data was collected using test for student achievement and abstract thinking ability and questioner for achievement motivation. The hypothesis were tested using ANOVA three ways technique with unequal cell.

The result of data analysis were: 1) there was no effect of guided inquiry learning model and CTL toward the student learning achievement. 2) there was effect of abstract thinking ability toward student learning achievement. 3) there was effect of achievement motivation toward student learning achievement. 4) there was interaction between guided inquiry learning model and the CTL with the ability to abstract thinking ability student toward student learning achievement. 5) there was no interaction between inquiry learning model and CTL with achievement motivation toward student learning achievement. 6) there was no interaction between abstract thinking ability with achievement motivation toward student learning achievement. 7) there was no interaction between guided inquiry learning model and CTL with achievement motivation and the abstract thinking ability toward student learning achievement.

Key word : Guided inquiry, CTL, abstract thinking ability, achievement motivation, learning achievement, dynamics particle.

Page 17: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

ABSTRAK Pramudya Dwi Aristya Putra, S831002055, 2011 “Pembelajaran Fisika dengan Model Inkuiri Terbimbing dan CTL ditinjau dari Aspek Kemampuan Berpikir Abstrak dan Motivasi Berprestasi Siswa (Studi Kasus Materi Dinamika Partikel di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya Kelas X Tahun Pelajaran 2010/2011)” Tesis Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, Pembimbing II: Prof. Dr. H. Ashadi, Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL terhadap prestassi belajar siswa. (2) Pengaruh kemapuan berpikir abstrak terhadap prestai belajar siswa. (3) Pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestai belajar siswa. (4) Interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa. (5) Interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. (6) Interaksi antara kemampuan berpikir abstrak dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. (7) Interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.

Penelitian ini menggunankan metode eksperimen dan dilakukan pada bulan Juni – Desember 2010. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh kelas X SMA Muhammadiyah 4 Surabaya dan penentuan sampel menggunakan teknik Cluster random sampling, sampel terdiri dari 2 kelas. Kelas X1 menggunakan metode inkuiri dan kelas X2 menggunakan metode CTL. Data diambil dari tes untuk prestasi belajar dan kemampuan berpikir abstrak sedangkan untuk motivasi berprestasi data diperoleh dari angket. Analisis yang digunakan adalah anava tiga jalan dengan desain factorial 2 x 2 x 2 dan dilanjutkan dengan uji Analisis of means.

Dari data analisis bisa disimpulkan bahwa: (1) Tidak ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL terhadap prestasi belajar siswa. (2) Terdapat pengaruh kemampuan berpikir abstrak tinggi rendah terhadap prestasi belajar. (3) Terdapat pengaruh motivasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. (4) Terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri dan CTL dengan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar siswa,. (5) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri dan CTL dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. (6) Tidak terdapat interaksi antara kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. (7) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa. Kata Kunci: Inkuiri Terbimbing, CTL, Kemampuan berpikir Abstrak Motivasi berprestasi, Prestasi Belajar Siswa, dinamika partikel.

Page 18: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kemajuan teknologi dewasa ini merupakan satu gejala yang tidak dapat

dicegah. Manusia terus mengembangkan kualitas diri untuk senantiasa

memudahkan dalam mengakses informasi. Dengan adanya kemudahan akses

informasi maka seakan batas antara suatu negara tidak menjadi penghalang.

Apabila hal ini disadari maka sebenarnya timbul suatu tantangan yang harus

dijawab termasuk oleh bangsa Indonesia. Salah satunya adalah masalah lapangan

kerja. Tentu saja semakin berkembang beragam ilmu pengetahuan dan teknologi

maka tidak dipungkiri suatu pemegang modal akan senantiasa mengutamakan

sumber daya manusia yang berkualitas. Tidak heran jika kebanyakan dari warga

negara Indonesia memilih bekerja ke luar negeri dengan iming-iming penghasilan

yang lebih besar jika dibandingkan di negeri sendiri. Walaupun mereka hanya

bekerja sebagai tenaga menengah ke bawah. Kenyataan yang dihadapi justru

banyak masalah yang menimpa pahlawan devisa negara. Dalam harian kompas 15

juni 2009 Siti hadjar mengalami penganiyaan oleh majikan di kajang, selanggor

Malaysia. Ini adalah salah satu bukti bahwa bekerja di luar negeri tidaklah

senyaman yang dibayangkan kebanyakan orang.

Banyaknya masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia terkait

dengan SDM salah satu penyebabnya adalah pendidikan di mana kompetensi

lulusan sekolah ini masih rendah. Di sekolah siswa hanya diajarkan

menyelesaikan masalah-masalah akademik saja sehingga tidak mampu untuk

Page 19: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

mengaplikasikan dalam gejala-gejala kehidupan yang nyata. Guru hanya

memberikan materi atau informasi yang cenderung dengan pola pengajaran

ceramah dan tanya jawab yang lebih dikenal dengan textbook center. Imbas dari

kegiatan belajar seperti inilah yang menyebabkan pengetahuan siswa hanya

sekadar pada sesuatu yang telah diberikan guru saja kemudian akhirnya siswa

akan berperilaku pasif dalam kegiatan belajar, dengan pasifnya kondisi siswa

maka akan berpengaruh pada pola kerja dan wawasan siswa.

Sebagai contoh di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya dengan pelaksanaan

pembelajaran hanya sebatas textbook center memberikan suatu hasil prestasi

belajar siswa rata-rata belum memadai, hanya berkisar antara 70 saja ditiap bab

pelajaran. Untuk lebih jelas dapat disajikan dalam tabel 1.1

Tabel 1.1 Deskripsi ketuntasan siswa SMA Muhammadiyah 4 Surabaya mata pelajararan Fisika pada materi dinamika partikel

No Tahun KKM Tuntas Tidak Tuntas 2007/2008 65 47 % 53 % 2008/2009 65 48 % 52 % 2009/2010 70 60 % 40 %

Dari tabel 1.1 di atas maka dapat ditarik suatu simpulan bahwa hampir 50% siswa

dikatakatan belum tuntas tiap tahunnya. Padahal menurut kurikulum 2004

pembelajaran dikatakan tuntas apabila 75% nilai kelas telah tuntas.

Menurut KTSP dituliskan bahwa “Ilmu Pengatahuan Alam (IPA)

merupakan ilmu yang berkaiatan dengan cara mencari tahu tentang fenomena

alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan ilmu

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas,2006). Pernyataan ini

Page 20: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

menunjukkan bahwa pembelajaran IPA khususnya fisika merupakan suatu ilmu

yang harus diajarkan dalam suatu proses penemuan. Selain itu kurangnya

ketrampilan guru dalam menganalisis materi pembelajaran yang akan

disampaikan akan mengakibatkan materi yang diajarkan kurang cocok dengan

model pembelajaran. Misalnya materi dinamika partikel hanya diajarkan dengan

metode ceramah. Padahal apabila ditelaah lebih lanjut karakter materi ini akan

lebih baik jika diajarkan dengan metode percobaan atau eksperimen. Kurang

variasinya guru dalam menyampaikan proses pembelajaran tidak menutup

kemungkinan siswa akan cepat jenuh dan mengabaikan materi yang disampaikan

oleh guru.

Apabila diamati lebih lanjut tentunya kondisi siswa juga akan berpengaruh

dalam menentukan perolehan prestasi belajar, misalnya motivasi berprestasi, gaya

belajar, kemampuan awal, IQ , kemampuan berpikir abstrak dan lain sebagainya.

Hal yang demikian kurang sekali diperhatikan oleh pendidik di Indonesia pada

umumnya. Mereka seakan mampu menyamaratakan kemampuan anak yang

sebenarnya berbeda-beda. Apalagi kondisi belajar di sekolah negeri dengan rata-

rata siswa satu kelas antara 30 sampai dengan 40 memberikan efek yang kurang

maksimal jika harus memperhatikan kemampuan internal siswa.

Permasalahan berikutnya adalah materi yang diajarkan pada siswa kelas X

pada khususnya. Sesuai dengan kurikulum Depdiknas dalam KTSP meliputi

pengukuran, vektor, gerak lurus dan melingkar serta dinamika partikel. Jika

ditelaah lebih lanjut materi-materi yang disajikan dalam semester 1 ini akan saling

berkaitan. Konsep dari suatu materi yang akan diajarkan harus berpijak dari

Page 21: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

konsep materi sebelumnya. Sehingga perlunya model pembelajaran yang mampu

untuk mengantarkan dari memori jangka pendek siswa ke dalam memori jangka

panjang siswa. Namun kenyataan yang dihadapi proses pemberian pelajaran fisika

dipandang hanya merupakan suatu rangkaian yang terpisah.

Prasarana yang dihadapi tentunya juga akan memberikan hasil yang lain

terhadap prestasi belajar siswa. Prasarana ini adalah syarat mutlak dalam proses

belajar-mengajar. Prasarana bisa meliputi media pembelajaran yang digunakan

baik itu internet atau sebatas dengan peralatan manual yang ada. Apabila sekolah

memiliki sarana dan prasarana yang lebih banyak atau lengkap maka ketercapaian

prestasi belajar siswa akan cenderung lebih mudah. Prasarana yang lengkap ini

akan digunakan siswa sendiri dalam mengembangkan kecakapan perolehan ilmu

pengetahuan baik secara bimbingan ataupun secara mandiri. Akan tetapi jika

sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah hanya terbatas dan kurang lengkap

sebaiknya guru mampu berkreasi dengan lingkungan sekitar. Dengan interaksi

antara lingkungan dan proses pembelajaran harapan yang diberikan adalah

ketercapaian prestasi belajar akan lebih baik

Berdasarkan hal tersebut, maka pemerintah berusaha meningkatkan kualitas

pendidikan di Indonesia dengan berbagai cara, mulai perubahan kurikulum,

subsidi operasional, stadarisasi Ujian Nasional (UN) dan lain sebagainya. Inovasi

pembelajaran tidak juga ditinggalkan demi terciptanya SDM yang berkualitas.

Pembelajaran mulai diarahkan berpusat kepada siswa (student center) yang

diyakini sebagai salah satu solusi menangani pembelajaran yang pasif. Guru lebih

banyak mengatur strategi belajar daripada hanya sekadar memberikan informasi,

Page 22: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

sehingga tugas guru adalah lebih banyak mengelola kelas sebagai suatu kelompok

belajar yang dapat bekerja sama dan menghasilkan produk baru. Dengan pola

pembelajaran seperti ini maka siswa akan berusaha memanfaatkan media yang

ada baik visual, audio atau bahkan audio visual. Selain itu informasipun dapat

mereka cari dari tempat tinggal mereka.

Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang diduga

mampu untuk mengimplemantasikan dan memecahkan masalah yang ditemui

siswa dalam kehidupan sehari-hari. inkuiri adalah suatu proses ilmiah yang

mengacu pada cara belajar ilmuan dengan mengusulkan penjelasan berdasarkan

bukti dari cara memperoleh hasil mereka. Sehingga proses ini mampu

mengembangkan pengetahuan mereka (Wenning,2007). Dengan bimbingan dari

guru siswa berusaha untuk menjelaskan hubungan yang tekait antara konsep,

fakta-fakta dan prinsip dalam kehidupan sehari-hari. Dengan penerapan

pembelajaran inkuiri siswa diharapkan akan mampu untuk melibatkan secara

maksimal seluruh kemampuannya untuk mencari dan menyelidiki secara

sistematis, kritis, logis dan analisis. Sehingga mereka dapat merumuskan sendiri

penemuannya dengan penuh percaya diri.

Lain daripada itu, pelaksanaan pembelajran inkuiri juga tidak sebatas

dengan pengguanan laboratorium sebagai tempat untuk bereksperimen.

Pengamatan atau obsevasi pada suatu obyek penelitian juga dirasakan penting

untuk menemukan suatu konsep fisika. Pengamatan objek dan gejala alam

dilakukan dengan lima indra yaitu penglihat (mata), alat pembau (hidung), alat

pengecap (lidah), alat peraba (kulit) dan alat pendengar (telinga). Perlu diingat

Page 23: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

bahwa pengamatan harus dilakukan secara menyeluruh meliputi semua obyek

yang diamati. Sebagai contohnya lampu yang sedang menyala, pengamatan perlu

dilakukan sumbernya, nyala lampunya dan juga jenis lampu bahkan sampai

dengan filamen lampu. Pengamatan yang dilakukan juga harus melibatkan

sebanyak mungkin indra dan juga alat ukur.

Untuk itulah penggunaan model pembelajaran CTL merupakan pembanding

ideal pelaksanaan proses pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran CTL adalah

sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat

makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara

menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan

keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi (Johnson, 2007:67).

Pelajaran sering berjalan terbaik bagi diri siswa apabila para siswa mempuyai

peluang untuk menyatakan gagasan dan pendapat mereka sehingga pengalaman

inilah yang akan menjadi pelajaran bagi mereka (Crawford,2009). Dari sini dapat

digambarkan sebuah peristiwa yaitu adanya penemuan makna dari siswa dengan

menghubungkan peristiwa di sekitar siswa dengan akademik yang ada di sekolah.

Ketika siswa dapat menemukan makna maka mereka akan menemukan alasan

untuk belajar. Oleh sebab itu siswa mempunyai motivasi dari dalam diri mereka.

Dalam pendekatan belajar dengan menggunakan CTL terdapat tujuh komponen

antara lain konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,

refleksi dan penilaian yang sebenarnya (Depdiknas, 2007). Pembelajaran CTL

akan menetapkan tujuh kompenen ini dalam tahap-tahap pembelajaran yang

diberikan sehingga akan menjadikan pembalajaran ini sebagai satu kesatuan.

Page 24: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Dalam pelaksanaan pembelajaran tentunya akan sangat membantu siswa

apabila memiliki pola pemikiran abstrak. Karena dalam ilmu fisika selain siswa

dituntut untuk mampu melakukan suatu percobaan atau eksperimen tentunya dari

data-data yang mereka peroleh akan dianalisis menjadi sebuah kesimpulan dari

suatu gajala alam. Kemampuan berpikir abstrak merupakan sekumpulan

ketrampilan yang kompleks yang dapat dilatih sejak usia dini. Berpikir merupakan

proses aktif dinamis yang bersifat ideasional dalam rangka pembentukan

pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan.

Berpijak hal yang demikian dalam melakukan eksperimen tidak akan

meninggalkan suatu motivasi kinerja bagi seorang siswa. Motivasi sendiri adalah

sutau dorongan kepada seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Jika motivasi

ini tinggi maka akan senantiasa melakukan suatu pekerjaan dengan baik dan

sistematis sehingga hasil akhir dari pelaksanaan model pembelajaran ini akan

tercapai yaitu menigkatnya prsestasi belajar siswa sebagai pembelajaran tuntas.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Taasoobshirazi dalam international journal

(2007) menunjukkan bahwa motivasi berprestasi yang dimiliki oleh peserta didik

wanita lebih rendah jika dibandingkan dengan peserta didik pria. Hal ini

dikarenakan wanita memiliki motivasi intrinsiknya lebih rendah, tingkat

kecemasan lebih tinggi dan tidak sesuai dengan karir mereka. Karena itulah dapat

di sarankan dalam pembelajaran fisika memberikan tugas proyek yang

menghubungkan ilmu fisika yang menjadi pokok bahasan di ruang kelas, tujuan

karir dan pengalaman hidup sehari-hari.

Page 25: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Karakteristik materi dinamika partikel dalam kehidupan sehari-hari bisa

langsung diamati oleh siswa, misalnya seorang yang mendorong meja dengan

gaya tertentu sehingga meja dapat berpindah. Sesuai dengan dasar penemuan

konsep dinamika partikel mampu ditemukan oleh para ahli fisika melalui

pengamatan. Kegiatan pengamatanpun bermacam-macam bisa melalui kegiatan

eksperimen, observasi, pembelajaran proyek, investigasi dan lain sebagainya.

Oleh sebab itu akankah lebih baik jika proses pembelajaran di dalam kelas dapat

dikembalikan sebagai mana para ilmuan mampu menemukan konsep ini. Melalui

model pembelajaran inkuiri siswa mampu bereksperimen di laboratorium

sehingga siswa dapat menemukan konsep fisika secara langsung. Selain itu

kegiatan pembelajaran CTL akan mampu menerapkan suatu konsep dinamika

partikel dalam kehidupan sehari-hari, siswa akan menampilkan hasil karya guna

memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang konsep yang telah ditemukan.

Proses eksperimen akan diperlukan kemampuan berpikir abstrak siswa sehingga

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh siswa maka akan ditarik suatu

simpulan konsep dinamika partikel. Kegiatan eksperimen tidak selalu langsung

menemukan suatu konsep dasar. Ada kalanya kegiatan ini akan menemui

kegagalan sehingga perlu adanya motivasi berprestasi untuk terus berusaha dalam

melakukan serangkain kegiatan pembelajaran. Untuk itulah maka dilakukan suatu

Penelitian dengan judul “Pembelajaran Fisika dengan Model Inkuiri Terbimbing

dan CTL ditinjau dari kemampuan berpikir Abstrak dan motivasi Berprestasi”

untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Page 26: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalah yang

timbul antara lain adalah:

1. Rendahnya nilai rata-rata di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya , yaitu berkisar

antara 70 saja di tiap bab pelajaran.

2. Kompetensi lulusan yang cenderung kurang mampu untuk mengaplikasikan

ilmu yang telah dipelajari.

3. Pembelajaran masih cenderung textbook center yang menyebabkan siswa

hanya mendapatkan materi secara teoritis saja. Penggunaan alat-alat

laboratorium jarang digunakan padahal ketersediaan alat-alat laboratorium

cenderung memadai.

4. Proses pembelajaran di sekolah kurang inovatif sehingga siswa cenderung

pasif dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas, padahal model-model

pembelajaran pada masa kini sangat banyak, misalnya pembelajaran langsung,

kooperatif, inkuiri, CTL dan lain sebagainya. Penerapan berbagai model

pembelajaran tersebut akan memberikan suatu inovatif sehingga siswa akan

merasakan pengalaman yang baru dalam proses belajar.

5. Kurang pahamnya guru terhadap karakteristik materi yang diajarkan. Misalnya

pada materi dinamika partikel memiliki karakteristik dengan proses

pembelajaran penemuan konsep. Akan tetapi kenyataannya guru

menyampaiakn proses pembelajaran cukup dengan metode ceramah, mencatat

dan latihan problem solving.

Page 27: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

6. Kurang diperhatikannya kondisi internal siswa. Hal ini terjadi karena

rombongan belajar siswa di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya setiap kelas

adalah 30 sampai dengan 38 siswa. Padahal kondisi internal siswa akan

berpengaruh dalam proses perolehan prestasi belajar. Kondisi ini meliputi

motivasi berprestasi siswa, IQ, Ketrampilan berpikir, kesadaran lingkungan,

proses berpikir abstrak siswa, gaya belajar dan lain sebagainya.

7. Proses pemberian pelajaran fisika di sekolah cenderung dipandang sebagai

suatu rangkaian yang terpisah. Padahal menurut kurikulum Depdiknas dalam

KTSP materi kelas X semester 1 meliputi pengukuran, vektor, garak lurus dan

melingkar serta dinamika partikel. Padahal untuk berpijak kemateri berikutnya

tentunya akan memerlukan konsep dasar materi sebelumnya.

8. Kondisi lingkungan sekitar siswa yaitu guru cenderung mengajarkan hanya

terpaku pada pengetahuan yang ada di buku. Guru tidak mengkaitkan kondisi-

kondisi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Artinya pengalaman-pengalaman

yang dialami oleh siswa kurang dilibatkan dalam penyampaikan materi

sehingga ilmu yang disajiakan terkesan hanya merupakan teori. Penerapan

ilmu dalam kehidupan sehari-hari kurang di sajikan dalam proses belajar.

9. Media yang digunakan dalam proses belajar-mengajar kurang berfariasi.

10. Prasarana seperti komputer dan peralatan digital di sekolah terbatas sehingga

untuk akses internet guna menambah pengetahuan siswa cenderung kurang.

C. BATASAN MASALAH

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah prestasi belajar di SMA

Muhammadiyah 4 Surabaya belum maksimal, penyebab dari permasalahan ini

Page 28: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

telah diuraikan dalam identifikasi masalah di atas. Namun kiranya agar tidak

terjadi pembahasan yang melebar perlu adanya suatu batasan masalah antara lain:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Inkuiri terbimbing yang

merupakan proses belajar penemuan melaui serangkaian praktikum dan CTL

yang meruapakan proses pembelajaran kontekstual berbasis proyek pada

materi dinamika partikel.

2. Faktor internal pertama yang diperhatikan adalah kemampuan berpikir

abstrak merupakan suatu tipe kecerdasan yang menekankan pada kemampuan

pemakaian konsep-konsep dan simbol-simbol secara efektif dalam

mengahadapi situasi-situasi dalam memecahkan masalah yang

dikelompokkan menjadi dua yaitu tinggi dan rendah.

3. Faktor internal kedua yang diperhatikan adalah Motivasi belajar merupakan

dorongan atau semangat individu baik secara intern atau ekstern untuk

memeproleh tujuan pembelajaran yaitu prestasi belajar siswa. Motivasi ini

juga dikelompokkan menjadi dua yaitu tinggi dan rendah.

4. Prestasi belajar adalah hasil nilai akhir siswa setelah diberikan perlakuan

model pembelajaran baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

5. Obyek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas X SMA

Muhammadiyah 4 Surabaya tahun pelajaran 2010/2011.

6. Materi yang disampaikan adalah Dinamika Partikel.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah-masalah peneliti dapat

dirumuskan:

Page 29: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

1. Adakah pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL terhadap

prestassi belajar siswa?

2. Adakah pengaruh kemapuan berpikir abstrak terhadap prestai belajar siswa?

3. Adakah pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestai belajar siswa?

4. Adakah interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL

dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa?

5. Adakah interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL

dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa?

6. Adakah interaksi antara kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah

dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar

siswa?

7. Adakah interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL

dengan motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak terhadap

prestasi belajar siswa?

E. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan

CTL terhadap prestassi belajar siswa.

2. Mengetahui pengaruh antara kemapuan berpikir abstrak tinggi dan rendah

terhadap prestai belajar siswa.

3. Mengetahui pengaruh antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap

prestai belajar siswa.

Page 30: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

4. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL

dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.

5. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL

dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.

6. Menngetahui interaksi antara kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah

dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar

siswa.

7. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL

dengan motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak terhadap

prestasi belajar siswa.

F. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri

dengan CTL yang ditinjau dari aspek kemampuan berpikir abstarak dan

motivasi berprestasi siswa di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya tahun

ajaran 2010/2011.

b. Untuk menanbah ilmu pengetahuan mengenai penerapan model

pembelajaran inkuiri dengan CTL yang ditinjau dari aspek kemampuan

berpikir abstarak dan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar

fisika.

c. Sebagai bahan pertimbangan serta acuan dalam melaksanakan penelitian

selanjutnya terkait dengan model atau materi yang sama.

Page 31: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inovasi dalam proses

belajar-mengajar .

b. Memberikan informasi kepada guru mata pelajaran fisika untuk

mengembangkan model-model pembelajaran khususnya inkuiri dan CTL

serta lebih memperhatikan kondisi internal siswa.

c. Memotivasi siswa agar lebih aktif dan berprestasi dengan mengembangkan

minat, ketrampilan dan kemampuan berpikir melalui proses penyelidikan

dan mencari solusi terhadap masalah-masalah yang nyata.

d. Melalui proses pembelajaran menggunakan model inkuiri dan CTL ini

diharapkan siswa mendapatkan pengalaman baru yang menyenangkan dan

bermakna.

Page 32: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. LANDASAN TEORI

1. Hakikat Pembelajaran Fisika

Menurut Cronbach dalam Suprijono (2007:1) menyebutkan bahwa

“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience” yang

berarti pembelajaran adalah perubahan sikap dari suatu hasil pengalaman.

Sehingga dasar dari suatu pelajaran adalah pengalaman yang diberikan kepada

anak. Pengalaman yang diberikan dapat berbagai macam bentuknya baik secara

disengaja ataupun tidak disengaja. Sebagai contoh adalah siswa yang melakukan

suatu kegiatan praktikum di ruang laboratorium sekolah merupakan proses belajar

yang disengaja. Makna disengaja adalah pengalaman yang sudah di rencanakan

sebelumnya yaitu oleh pendidik atau guru.

Menurut Rebber dalam Nursalim (2007:90) membatasi belajar dengan dua

definisi. Pertama belajar adalah the process of acquiring knowledge (proses

memperoleh pengetahuan). Pengertian ini lebih sering dipakai dalam istilah

psikologi kognitif. Kedua, belajar adalah a relatively permanent response

potentially which occur as a result of reinforced practice ( suatu perubahan

kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat).

Dalam definisi ini terdapat empat macam istilah yang esensial untuk memahami

proses belajar, yaitu: Relatively permanent (yang secara umum menetap) Istilah

ini bermakna bahwa perubahan yang serupa sementara seperti perubahan karena

Page 33: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

mabuk, lelah, jenuh, dan perubahan karena perubahan fisik bukanlah termasuk

belajar. Kedua Response potentially (kemampuan bereaksi) merupakan pengakuan

terhadap perbedaan antara belajar dan penampilan atau kinerja hasil-hasil belajar.

Hal ini merefleksikan keyakinan bahwa belajar itu merupakan peristiwa hipotesis

yang hanya dapat dikenali melalui perubahan kinerja akademik yang dapat diukur.

Ketiga Reinforced (yang diperkuat) merupakan kemajuan yang didapat dari proses

belajar mungkin akan musnah atau sangat lemah apabila tidak diberikan

penguatan. Keempat Practice (praktek atau latihan) menunjukkan bahwa proses

belajar membutuhkan latihan yang berulang-ulang untuk menjamin kelestarian

kinerja akademik yang telah dicapai siswa.

Jika ditelaah tentang pengertian belajar di atas tentunya ada suatu proses

yang harus dilakukan sehingga mengakibatkan adanya perubahan yang tampak.

Proses ini merupakan suatu aktivitas selama memahami sesuatu untuk

memperoleh pengalaman baru. Prinsip seseorang yang telah melakukan proses

pembelajaran adalah adanya perubahan prilaku. Perubahan perilaku ini tentunya

merupakan perubahan yang disadari dan berjalan secara kontinu. Selain hal itu

perlu ditekankan bahwa perubahan perilaku yang terjadi adalah perubahan yang

positif. Prinsip berikutnya belajar dapat juga dilakukan dalam situasi keadaan

nyata atau kehidupan sehari-hari. Belajar sendiri merupakan interaksi antara

individu dengan lingkungan sekitarnya sehingga terciptalah pengalam yang nyata.

IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam dalam

kehidupan sehari-hari secara sistematis. Sehingga pembelajaran IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

Page 34: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

prinsip-prinsip saja melainkan juga merupakan suatu proses penemuan. Proses

pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana untuk mempelajari diri

sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan

pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kemampuan agar

seseorang mampu memahai gejala-gejala yang ada di alam ini. Pembelajaran IPA

diarahkan untuk membuktikan suatu fenomena dan bereksperimen sehingga dapat

membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam

tentang alam sekitar. Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari

perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam

(Diknas,2004). Sebagai contoh Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi

dan komunikasi dewasa ini dipicu oleh temuan di bidang fisika melalui penemuan

piranti mikroelektronika yang mampu memuat banyak informasi dengan ukuran

sangat kecil. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika juga

memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan

hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta pengurangan

dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa adanya

pemahaman yang baik tentang fisika.

Oleh karena itu pengembangan pembelajaran fisika ditujukan untuk

mengembangkan kemampuan observasi dan eksperimen siswa agar mampu

berpikir secara logis dan sistematis. Hal demikian didasari dengan tujuan

pembelajaran fisika yakni mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan

masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan

Page 35: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

merakit instrument percobaan, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data

serta mengkomunikasikan hasil percobaan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut

maka kemampuan observasi dan eksperimentasi ini lebih ditekankan dalam suatu

proses pembelajaran fisika. Selanjutnya dengan kemampaun matematis siswa

dilatih untuk mengembangkan kemampuan berpikir taat asas. Kemampuan ini

dilatihkan dalam proses pengelolaan data yang kebenarannya tidak diragukan lagi

untuk selanjutnya siswa akan berlatih dalam menghubungkan antara

pengetahuannya dalam bentuk suatu konsep, prinsip, hukum, teori dan postulat.

2. Teori Belajar

a. Teori Belajar Bandura

Menurut Bandura dalam Nursalim dkk (2007:57) “ Bandura membedakan

perolehan pengetahuan (belajar) dan kinerja yang teramati berdasarkan

pengetahuan (perilaku) tersebut.” Dengan kata lain bahwa apa yang kita ketahui

dapat lebih banyak dari apa yang dapat kita perhatikan. Sehingga untuk

menanamkan suatu sikap atau pengetahuan kepada seorang anak perlu kiranya

melakukan suatu kegiatan dengan maksud untuk mengarahkan pengetahuan

tersebut ke dalam memori jangka penjang anak. Oleh karena itu seseorang yang

ingin mendapatkan pengetahuan bukan berarti hanya dikendalikan oleh

lingkungannya saja akan tetapi manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah

lakunya sendiri.

Pembelajaran sosial yang ditekankan dalam bandura adalah “reciprocal

determinism yaitu model yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk

Page 36: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

interaksi timbal balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral,

dan lingkungan” (Suprijono, 2007:20). Ada faktor yang saling berinteraksi antara

faktor internal dan eksternal dalam teori kognitif sosial Bandura. Seseorang

menentukan atau mempengaruhi tingkah lakunya dengan mengontrol kekuatan

lingkungan, tetapi orang juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu.

Suatu faktor yang terabaikan oleh teori perilaku tradisional adalah fakta

adanya pengaruh yang amat kuat dari pemodelan dan pengintimidasian pada

proses belajar.

1) Belajar dengan mengamati orang lain

Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan. Pertama pembelajaran

melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang diamati orang lain

(vicarious conditing). Ini terjadi apabila seseorang siswa melihat siswa lain dipuji

atau ditegur karena melakukan perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain

melihat hal itu memodifikasi perilakunya seolah-olah ia sendiri yang telah

menerima pujian atau teguran itu. Kedua jenis pembelajaran yang melaui

pengamatan meniru perilaku sesuatu model meskipun model itu tidak

mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamatan itu sedang

memperhatikan. Model tidak harus diperankan secara langsung tetapi dapat

menggunakan seorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model.

2) Elemen pembelajaran melalui pengamatan

Menurut bandura dalam Nursalim dkk (2007:58) ada empat elemen penting

yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran melalui pengamatan, yaitu Atensi,

seseorang harus menaruh perhatian (atensi) kepada orang yang menarik atau

Page 37: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

model yang dikagumi supaya dapat belajar melaui pengamatan. Retansi, agar

dapat meniru perilaku model harus dapat mengingat perilaku itu. Pada fase retensi

latihan pengamatan sangat membantu siswa untuk mengingat elemen-elemen

perilaku yang dikehendaki sebagi misal urutan langkah-langkah suatu pekerjaan.

Produksi, suatu proses pembelajaran dengan memberikan latihan-latihan agar

membantu siswa lancar dan ahli dalam menguasai materi pelajaran. Pada fase ini

dapat mempengaruhi terhadap motivasi siswa dalam menunjukkan kinerja.

Motivasi, suatu cara agar dapat mendorong kinerja dan mempertahankan tetap

dilakukannya ketrampilan yang baru diperoleh dengan memberikan penguatan

(bisa berupa nilai dan penghargaan atau insentif). Teori belajarn Bandura dalam

penelitian ini berkaitan dengan cara siswa untuk memperoleh informasi keilmuan.

Siswa akan melakukan suatu observasi dan percobaan-percoabaan baik sederhana

atau komplek untuk menadapatkan konsep fisika.

b. Teori Belajar Bruner

Model pembelajaran Jerome Bruner dikenal dengan belajar penemuan

(discovery learning).

“ Bruner menggangap bahwa belajar pengetahuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendirian untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetauahuan yang benar-benar bermakna.” (Trianto, 2007:26)

Di dalam proses belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap

siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Dari uraian di

atas maka dapat disarankan bahwa proses pembelajaran hendaknya melalui

Page 38: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

partisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar siswa mampu

memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen.

Menurut Rosser dalam Nursalim dkk (2007:61) model Bruner terhadap

belajar di dasarkan pada dua asumsi. Pertama bahwa perolehan pengetahuan

merupakan suatu proses yang interaktif. Bruner yakin bahwa orang yang belajar

berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, maka perubahan tidak hanya terjadi

di lingkungan tetapi juga pada orang itu sendiri. Asumsi kedua orang yang

mengkontruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk

dengan informasi yang disimpan yang telah diperoleh sebelumnya. Kaitan dengan

penelitian ini adalah siswa akan berinteraksi dengan lingkungan tempat

melakukan suatu percobaan atau eksperimen baik di laboratorium atau di

lingkungan sekitar sekolah.

c. Prinsip belajar Piaget

Piaget dalam Suprijono (2007:24) menjelaskan bahwa “perkembangan

kognitif merupakan proses genetik.” Artinya perkembangan kognitif adalah

proses yang didasarkan oleh perkembangan mekanisme biologis. Dalam proses

perkembangan biologis ini tentunya sebagian besar akan dipengaruhi oleh

manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungannya. Pengetahuan yang

diperoleh akan datang dari suatu tindakan. Dalam Trianto (2007: 14) “Piaget

yakin bahwa pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting dari terjadinya

perubahan perkembangan.” Oleh karena itu interaksi sosial dengan teman

sebayanya juga akan membentuk proses perkembangan kognitif anak. Khususnya

mereka akan saling berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas

Page 39: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis. Piaget

menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen yang pasif

dalam perkembangan genetik. Perubahan genetik bukan peristiwa yang menuju

kelangsungan hidup suatu organisme melainkan adanya adaptasi terhadap

lingkungannya dan adanya interaksi antara organisme dan lingkungannya. Dalam

responnya organisme mengubah kondisi lingkungan, membangun struktur biologi

tertentu yang ia perlukan untuk tetap bisa mempertahankan hidupnya.

Perkembangan kognitif yang dikembangkan Piaget banyak dipengaruhi oleh

pendidikan awal Piaget dalam bidang biologi. Dari hasil penelitiannya dalam

bidang biologi. Ia sampai pada suatu keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan

lahir dengan dua kecenderunngan yang fundamental, yaitu kecenderunag untuk

beradaptasi dan organisasi ( tindakan penataan ), untuk memahami proses-proses

penataan dan adaptasi terdapat empat konsep dasar, yaitu sebagai berikut: (1)

Skema istilah skema atau skemata yang diberikan oleh Piaget untuk dapat

menjelaskan mengapa seseorang memberikan respon terhadap suatu stimulus dan

untuk menjelaskan banyak hal yang berhubungan dengan ingatan. Skema adalah

struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap

lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual.(2) Asimilasi merupakan

suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang mengintegrasikan bahan-bahan

persepsi atau stimulus ke dalam skema yan ada atau tingkah laku yang ada.

Asimilasi berlangsung setiap saat. Seseorang tidak hanya memperoses satu

stimulis saja, melainkan memproses banyak stimulus. Secara teoritis, asimilasi

tidak menghasilkan perubahan skemata, tetapi asimilasi mempengaruhi

Page 40: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

pertumbuhan skemata. Dengan demikian asimilasi adalah bagian dari proses

kognitif, dengan proses itu individu secara kognitif megadaptsi diri terhadap

lingkungan dan menata lingkungan itu. (3) Akomodasi dapat diartikan sebagai

penciptaan skemata baru atau pengubahan skemata lama. Asimilasi dan

akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada setiap individu yang

menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses ini perlu untuk pertumbuhan

dan perkembangann kognitif. Antara asimilasi dan akomodasi harus ada

keserasian dan disebut oleh Piaget adalah keseimbangan. Berdasarkan teori

belajar yang dikemukakan oleh Piaget, dalam penelitian ini siswa akan

melakukan suatu interaksi antara kemampuan kognitif dengan pengalaman yang

telah didapatkan sehingga mampu untuk menarik suatu simpulan materi

pembelajaran.

d. Teori Belajar Ausubel

Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis (1989:110-111):

“Belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisassi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.”

Jadi disini belajar ada dua cara yang dilakukan menurut Ausubel yaitu siswa

mancari informasi dengan cara penemuan dan selanjutnya dari informasi yang

telah ditemukan oleh siswa tersebut dikaitkan menjadi satu agar terbentuk suatu

fakta-fakta, konsep-konsep atau menjadi suatu generalisasi gejala alam. Konsep

yang ditemukan secara pribadi berdasarkan pengalaman nyata yang dirasakan

Page 41: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

oleh siswa akan memberikan imbas kepada memori siswa. Karena siswa tahu

betul suatu keadaan yang telah dilakukannya maka akan menuju kepada memori

jangka panjang siswa.

Pada gambar 2.1 Belajar bermakna adalah suatu proses informasi baru

dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki oleh seseorang yang

sedang belajar. Apabila siswa telah melakukan hal yang demikian maka disebut

dengan asimilasi materi pelajaran. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan dua

cara yaitu secara penemuan dan penerimaan. Secara penerimaan merupakan cara

belajar dengan bentuk materi disajikan dalam bentuk final oleh seorang guru

kemudian siswa menghafal materi tersebut. Dalam hal ini tidak ada struktur

kognitif yang diproses oleh siswa. Hal yang demikian dinamkan pelajaran secara

menghafal. Sedangkan cara penemuan siswa menemukan materi yang diajarkan

Siswa dapat mengasimilasi materi pelajaran

Secara penerimaan 4. Siswa menghafal

materi yang disajikan

1. Materi disajikan

dalam bentuk final

Secara Penemuan

2. Materi ditemukan oleh siswa

3. Siswa menghafal materi

2. Kegiatan pembelajaran dapat diterapkan dalam pengalaman

1. Siswa menemukan materi

3. Siswa memasukkan materi ke dalam struktur kognitif

Belajar Bermakna

Belajar Hafalan

Gambar 2.1 Bentuk-bentuk belajar menurut Ausubel & robinson, 1969

Page 42: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

dari guru melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Dengan demikian terjadi proses

siswa memasukkan materi ke dalam struktur kognitif. Proses pembelajaran yang

demikian merupan proses pembelajaran bermakna.

Keterkaitan teori belajar Ausubel dengan penelitian ini adalah belajar

berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disampaikan

kepada siswa serta cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada

struktiur kognitif yang telah ada. Cara belajar ini sesuai dengan model

pembelajaran penemuan dimana siswa berinteraksi dengan objek melalui

pengamatan/observasi.

3. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Menurut Sumadi (1993:193) menyatakan bahwa inkuiri merupakan bagian

dari discovery atau penemuan yang berarti pertanyaan, pemeriksaan atau

penyelidikan. Sehingga inkuiri ini adalah suatu bentuk dari penyelidikan,

penggalian informasi yang dilakukan oleh manusia. Trianto (2007:135)

menyatakan bahwa strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang

melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis, logis analitis sehingga mereka dapat

merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Dalam pembelajaran inkuiri diperlukan suatu keterlibatan siswa secara

maksimal dalam proses belajar mengajar sehingga siswa akan terarah pada

kegiatan-kegiatan pembelajaran yang logis dan sistematis pada tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan. Pada akhir kegiatan pembelajaran ini akan

Page 43: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

mampu mengarahkan siswa pada proses pembagunan rasa percaya diri tentang

informasi yang telah ditemukan. Menurut Trianto (2007:135) kondisi umum

timbulnya inkuiri bagi siswa adalah aspek sosial di kelas dan suasana terbuka

yang mengundang siswa berdiskusi, inkuiri berfokus pada hipotesis dan

penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi fakta). Pembalajaran inkuiri

dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah dalam

waktu yang relatif singkat. Dalam kegiatan inkuiri akan mampu meningkatkan

pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil

dalam memperoleh dan menganalisis informasi.

Di dalam proses inkuiri tidak hanya menekankan kemampuan intelektual

tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan

ketrampilan inkuiri merupakan proses yang bermula dari merumuskan masalah,

merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, dan membuat simpulan.

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari

tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen and Kauchak (1996)

dalam Trianto (2007:109) adapun fase pembelajaran inkuiri ditampilkan dalam

tabel 2.1.

4. Model Pemebelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Model CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Page 44: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Dengan model semacam ini diharapkan siswa mampu memahami apa yang telah

dipelajari karena berkaitan erat dengan kehidupan nyata dan pengalaman pribadi

siswa. Menurut Johnson dalam bukunya CTL diartikan sebagai berikut:

CTL merupakan sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. (Johnson,2007: 67)

Tabel 2.1 Tahap pembelajaran Inkuiri

No. Fase Perilaku Guru

1. Menyajikan pertanyaan

atau masalah

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan

masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa

dalam kelompok.

2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah

pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru

membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang

relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan

hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

3. Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk

menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan

hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa

mengurutkan langkah-langkah percobaan.

4. Melakukan percobaan

untuk memperoleh

informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui

percobaan.

5. Mengumpulkan dan

menganalisis data

Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk

menyampaikan hasil pengelolaan data yang terkumpul.

6. Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

Dari uraian Johnson disebutkan suatu konteks yang dapat diartikan menjalin

bersama, keseluruhan situasi, latar belakang atau lingkungan yang berhubungan

dengan diri yang terjalin bersamanya (Webster’s New World Dictionary, 1968

Page 45: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

dalam Johnson 2007:86). Maksudnya adalah keadaan yang muncul bisa berasal

dari lingkungan pribadi siswa dan budayanya. Depdiknas

(www.Depdiknas/artikel/ pembelajaran kontekstual.htm) mengartikan bahwa

Model kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Artinya guru

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna

bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan

siswa. Mereka dapat bekerja dan mengalami suatu kegiatan yang bermakna,

bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Menurut Depdiknas (www.Depdiknas/artikel/ pembelajaran kontekstual.htm)

dalam penerapan pembelajaran dengan model CTL harus ada tujuh komponen

utama, antara lain: pertama kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL,

yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat

pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar di mana siswa

sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh

struktur pengetahuan yang dimilikinya. Kedua inkuiri (menemukan) merupakan

bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual karena pengetahuan

dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat

seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Ketiga Questioning

(Bertanya) Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya.

Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan

Page 46: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

bertanya berguna untuk menggali informasi, menggali pemahaman siswa,

membangkitkan respon kepada siswa, mengetahui sejauh mana keingintahuan

siswa, mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, memfokuskan perhatian

pada sesuatu yang dikehendaki guru, membangkitkan lebih banyak lagi

pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. Keempat

Learning Community (Masyarakat Belajar) Konsep masyarakat belajar

menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang

lain. Hasil belajar diperolah dari sharing antar teman atau antar kelompok.

Masyarakat belajar terjadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau

lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran. Kelima Modelling

(Pemodelan), Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan,

mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan

melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam

pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang

dengan melibatkan siswa atau mendatangkan dari luar. Keenam Reflection

(Refleksi) merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari

atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.

Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa

melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh

hari itu. Paling akhir merupakan Authentic Asessmen (Penilaian Sebenarnya)

adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai

perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran

perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa

Page 47: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada

penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan

terhadap proses maupun hasil. Dalam model-model pembelajaran selalu memiliki

langkah-langkah supaya pembelajaran yang diberikan dapat berjalan dengan baik.

Tahapan/sintaks CTL disajikan dalam tabel 2.2

Tabel. 2.2 Tahapan/sintaks model pembelajaran CTL

No. Langkah-langkah Kegiatan Kegiatan siswa

1. Merumuskan masalah Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran, mennjelaskan apa

yang perlu dipersiapkan, memotivasi

siswa agar siswa terlibat secara

langsung dalam pembelajaran

Mengidentifikasi

masalah,

menyiapkan

peralatan, merakit

alat

2. Mengamati atau

melakukan observasi

Guru membantu siswa dalam

mengumpulkan data sebanyak-

banyaknya dari sumber atau obyek

yang diamati, (mencari gambar di

koran, internet, majalah) dan kerja

di laboratorium

Melakukan

pengamatan,

mencatat data.

3 Menganalisis dan

menyajikan hasil

dalam tulisan, gambar,

laporan, bagan, tabel

dan karya lainnya

Guru membimbing siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan

karya yang layak (membuat laporan,

menggolongkan)

Menganalisis data,

menabelkan,

membuat laporan

4 Mengkomunikasikan

atau menyajikan hasil

karya pada pembaca,

teman sekelaas, guru

atau audience lainnya.

Guru membantu siswa untuk

menyampaikan karya siswa pada

pembaca, teman sekelas dengan

menempelkan karya mereka pada

dinding kelas.

Mempresentasikan

di depan kelas

5. Kemampuan Berpikir Abstrak

Penalaran abstrak adalah tipe kecerdasan yang menekankan pada kemampuan

pemakaian konsep-konsep dan simbol-simbol secara efektif dalam menghadapi

Page 48: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

situasi-situasi, terutama dalam memecahkan masalah dengan menggunakan

fasilitas verbal, dan lambang-lambang bilangan. Hal ini merupakan konsep-

konsep dasar kecerdasan yang menekankan pada kemampuan abstraksi. Dalam

konsep Binet (menurut Suryabrata dalam www.andrablog.com) unsur abstraksi

dalam kecerdasan terwujud dalam kemampuan memutuskan secara tepat, berpikir

secara rasional, dan mempunyai otokritik. Sifat abstrak adalah kemampuan

mengoperasikan simbol-simbol, lambang-lambang, rumus-rumus, terutama dalam

tingkatan analisis dan interpretasi.

Piaget mengemukakan bahwa perkembangan kemampuan berpikir atau

perekembangan kognitif merupakan proses genetik. Artinya perkembangan

kognitif didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem sayaraf.

Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, individu akan mengalami

adaptasi intelektual yang menyebabkan perubahan-perubahan kualitatif di dalam

struktur kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi

4 yaitu:

a. Sensory motor (Umur 0 – 2 tahun)

Merupakan tahap paling awal perkembangan pada waktu bayi lahir sampai

sekitar anak berumur 2 tahun. Pada tahap ini, intelegensi anak lebih di dasarkan

pada tindakan indrawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba,

menjamah, mendengar, membau dan lain-lain. Pada tahap ini gagasan anak pada

suatu benda berkembang dari periode belum mempunyai gagasan menjadi sudah

mempunyai gagasan. Gagasan menganai benda yang sangat berkaitan ruang dan

waktu belum terkoordinasi dengan baik.

Page 49: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

b. Pre-operation (Umur 2 - 7 tahun)

Tahap pemikiran pra operasi dicirikan dengan adanya fungsi semiotik yaitu

penggunaan simbol atau tanda untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek

yang saat itu tidak berada bersama subjek. Secara jelas, cara berpikir simbolik ini

diungkapkan dengan pengguanaan bahasa. Adanya pengguanaan simbol, anak

dapat mengungkapkan dan membicarakan macam-macam benda dalam waktu

yang bersamaan. Dengan bahasa, anak dapat mengungkapkan hal yang tidak

sedang dilihat. Anak dapat membicarakan sesuatu hal tanpa terikat dalam ruang

dan waktu dimana hal tersebut terjadi.

c. Concrete operation (Umur 7 – 11 tahun)

Tahap operasi kongkrit dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran

yang didasarkan pada aturan-atauran tertentu yang logis. Anak sudah

memperkembangkan operasi-operasi logis. Operasi ini bersifat reversible, artinya

dapat dimengerti dalam dua arah yaitu suatu pemikiran yang dapat dikembalikan

pada awalnya. Misal, bila A + B = C, maka dapat dikembalikan C – B = A.

Operasi ini selalu mengandung sifat kekekalan (konservasi) dan berkaitan dengan

sistem operasi yang lebih menyeluruh. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa

ciri utama pemikiran operasi konkrit adalah adanya transformasi reversible dan

sistem kekekalan. Dengan operasi itu anak tidak mempunyai kesulitan untuk

menyelesaikan persoalan-persoalan konservasi. Pemikiran anak lebih decentering

daripada tahap sebelumnya, yaitu anak dapat menganalisis masalah dari berbagai

segi.

d. Formal operation (Umur 11 tahun ke atas)

Page 50: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Pada tahap ini merupakan tahap akhir dalam perkembangan kognitif di mana

seorang remaja sudah dapat berpikir secara logis, berpikir dengan pemikiran yang

teoritis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis dan dapat mengambil

kesimpulan lepas dari apa yang telah diamati saat itu. Pada tahap ini logika remaja

berkembang dan digunakan. Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti. Ia

mulai suka membuat teori tentang segala sesuatu yang sedang dihadapi. Pikiranya

sudah dapat melampaui waktu dan tempat. Tidak hanya terikat dengan hal-hal

yang telah dialami tetapi juga dapat berpikir mengenai sesuatu yang akan datang

karena dapat berpikir secara hipotesis.

Pada perkembangan ini otak juga berpengaruh dalam sistem

perkembangan kognitif anak. Karena otak manusia terdiri dari dua belahan yaitu

belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Belahan otak kiri berfungsi menerapkan

bentuk-bentuk belajar logis yang memiliki langkah-langkah dengan urutan-urutan

tertentu seperti dalam mempelajari ruang di bidang ilmu pengetahuan geometri.

Skenario belajarnya berbentuk linier dan sequential, mengarah ke dalam sebuah

pola. Cara belajar seperti ini sangat efektif dan efisien dalam memproses dan

menyediakan informasi verbal yang dapat membangun pola berpikir tersebut.

Perkembangan otak kiri adalah pengembangan kemampuan mensintesis data

menjadi terpadu berdasarkan hubungan ruang dan waktu.

Cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistic.

Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengatahui yang bersifat

nonverbal, seperti perasaan dan emosi kesadaran yang berkaitan dengan perasaan,

Page 51: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

spasial, pengenalan, bentuk dan pola musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan

visualisasi.

6. Motivasi Berprestasi

Motivasi adalah suatu dorongan pada diri seseorang sehingga mampu

melakukan sesuatu untuk kepentingannya diri sendiri. Menurut Frederick J Mc.

Donald dalam H. Nashr (2004:39) “Motivasi belajar adalah suatu perubahan

tenaga di dalam diri seseorang (pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan

dan reaksi untuk mencapai tujuan.” Sehingga motivasi ini penting bagi seseorang

karena merupakan kondisi psikologis untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Dalam kegiatan belajar tentunya motivasi merupakan daya penggerak di dalam

diri siswa yang akan menimbulkan semangat belajar serta melakukan suatu proses

pembelajaran dengan baik.

Menurut Sobry Sutikno (www. Google/ motivasi belajar.html) disebutkan

bahwa motivasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu motivasi intristik yaitu jenis

motivasi yang timbul dari diri seseorang tanpa adanya suatu paksaan dari pihak

lain akan tetapi merupakan kemauan diri sendiri dan motivasi Ekstrinsik yaitu

jenis motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar individu bisa merupakan

ajakan, hadiah ataupun paksaan dari pihak yang lainnya. Siswa yang setiap kali

proses pembelajaran berlangsung selalu memperhatikan guru bisa jadi mereka

memiliki motivasi intristik. Siswa ini dengan kesadaran dirinya memperhatikan

materi yang diajarakan tanpa adanya suatu paksaan atau memang merasa butuh

dengan kaitan materi yang diajarkan. Adanya gangguan dari luar seperti suara

Page 52: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

gaduh ataupun lalu lalang kendaran bukan merupakan hambatan berarti bagi siswa

seperti ini. Lain halnya dengan siswa yang tidak memiliki motivasi Ekstrinsik,

kondisi siswa seperti ini mutlak memerlukan berbagai dorongan untuk mampu

mengikuti materi pelajaran yang diberikan oleh pendidik.

Satu jenis motivasi paling penting dalam psikologi adalah motivasi berprestasi

atau achievement motivation (Muhammad,2007:27). “Kecenderungan berupaya

sampai berhasil dan memilih kegiatan yang mengarah pada tujuan dan mengarah

pada keberhasilan/kegagalan”. Dengan adanya motivasi berprestasi ini seorang

siswa akan cenderung berupaya memperoleh suatu tujuan dengan hasil yang

maksimal. Tentunya setiap siswa akan berbeda menyikapi hal ini. Siswa yang

memiliki motivasi berprestasi tinggi akan bertahan lebih lama dalam proses

pembelajaran sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang memuaskan menurut

dia. Siswa dengan motivasi berprestasi kurang akan cenderung menghubungkan

kegagalannya dengan kurangnya upaya (faktor internal). Singkatnya seorang

siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi apabila mengalami kegagalan

maka akan melipatgandakan upaya mereka sampai mereka benar-benar berhasil.

7. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Merujuk pemikiran Gagne, prestasi belajar

berupa: (1) Informasi verbal yaitu kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan

dalam bahasa, baik lisan maupun tertulis. (2) Ketrampilan intelektual yaitu

kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Ketrampilan intelektual

Page 53: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkrit dan terdefinisi serta prinsip hasil.

(3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi pengguanaan konsep dan kaidah

dalam memecahkan masalah.(4) Ketrampilan motorik yaitu kemampuan

melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga

terwujud otomatisme gerak jasmani.(5) Sikap adalah kemampuan menerima atau

menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.

Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),

comprehensive (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), Application

(menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan, menentukan hubungan),

synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan

evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima),

responding (memberikan respon), Valuing (nilai), organization (organisasi),

characterization (karakterisasi). Domaian psikomotorik meliputi initiatory, pre-

routine, dan routinezed. Di samping itu psikomotor mencakup ketrampilan

produktif, teknik, fisik, sosial, managerial dan intelektual. Sementara, menurut

lindgreen hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.

Hasil belajar sendiri adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan

hanya salah satu aspek saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikatagorisasi oleh

para pakar pendidikan sebagiamana tersebut di atas tidak dilihat secara

fragmentaris, melainkan komprehensif. Oleh karena itu, guru hendaknya dalam

Page 54: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

penilaian memperhatikan seluruh perubahan perilaku itu. Penilaian harus

mencakup aspek kognitif, asfektif dan psikomotor.

8. Bahan Ajar Dinamika partikel

Dalam kurikulum KTSP disajikan materi dinamika partikel sebagai

kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik. Pada hakikatnya materi

ini sebagai lanjutan dari konsep gerak suatu benda. Benda dikatakan bergerak

apabila timbul perubahan kedudukan, tentu dalam proses benda bergerak akan

timbul suatu percepatan atau kecepatan benda. Perlu digaris bawahi bahwa yang

menyebabkan benda bergerak adalah suatu gaya yang diberikan oleh benda

tersebut sehingga ketika benda masih memilki percepatan maka gaya akan tetap

ada dalam benda itu. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan lepas dari

suatu gerakan. Partikel-partikel di jagad raya ini juga bergerak relative terhadap

titik acuan tertentu. Pada tingkat SMA dinamika partikel dipandang penting untuk

diajarkan. Selain dipandang sebagai bekal ilmu pengetahuan tentang hukum gerak

Newton juga sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang

berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya

terkait dengan suatu dinamika partikel.

Dinamika partikel di awali oleh penemuan seorang ilmuan Fisika

berkebangsaan Inggris (1687). Newton mengembangkan teori yang

dikembangkan oleh Galileo. Galileo merupakan penemu pertama hukum yang

melukiskan gerak sesuatu obyek apabila tidak dipengaruhi oleh kekuatan luar.

Tentu saja pada dasarnya semua obyek dipengaruhi oleh kekuatan luar dan

Page 55: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

persoalan yang paling penting dalam ihwal mekanik adalah bagaimana obyek

bergerak dalam keadaan itu. Masalah ini dipecahkan oleh Newton dalam hukum

geraknya yang kedua dan dapat dianggap sebagai hukum fisika klasik yang paling

utama. Hukum kedua (secara matcmatik dijabarkan dcngan persamaan F = m.a)

menetapkan bahwa akselerasi obyek adalah sama dengan gaya netto dibagi massa

benda. Terhadap kedua hukum itu Newton menambah hukum ketiganya tentang

gerak (menegaskan bahwa pada tiap aksi, misalnya kekuatan fisik, terdapat reaksi

yang besarnya sama dan berlawanan arah gayanya) serta yang paling terkenal

penemuannya tentang kaidah ilmiah hukum gaya berat universal.

Suatu benda yang bergerak selalu dapat dinyatakan dalam besaran-besaran

vektor r, v dan a. apabila suatu gerak ini dinyatakan tanpa mengetahui penyebab

benda dapat bergerak maka pembahasan suatu dinamika gerak hanya bersifat

geometris saja. Oleh sebab itu dalam pembahasan berikutnya akan di uraikan

penyebab suatu benda dapat bergerak yang termasuk dalam suatu bagian

mekanika disebut dengan dinamika. Dalam bagian dinamika desebut dengan

istilah gaya dan massa. Dalam Haliday Resnick (1992:107) “ Gaya dinyatakan

sebagai pengaruh lingkungan dan massa sebagai keengganan suatu benda untuk

dipercepat bila dikenai suatu gaya, sifat ini sering disebut dengan inersia

(kelembaman).” Untuk meninjau suatu konsep gaya gerak suatu benda maka

dibagi dalam bentuk hukum-hukum Newton sebagai berikut ini:

a. Hukum Newton Pertama

Newton mengungkapkan hukum pertamanya dengan kata-kata “setiap

benda yang tetap dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan kecuali jika ia

Page 56: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

dipaksa untuk mengubah keadaan itu oleh gaya-gaya yang berpengaruh padanya.”

(Haliday Resnick,1992:109). Jadi jika suatu benda dalam keadaan diam atau

bergerak dengan suatu kecepatan tetap maka resultan dari gaya-gaya yang bekerja

adalah sama dengan nol atau secara matematis dapat disimbulkan dengan

persamaan 2.1.

0=SF ………………………………(2.1)

Pada persamaan (2.1) bisa disebut dengan kesetimbangan gaya. Misalnya

seperti pada lampu yang digantung seperti pada gambar 2.2 Pada kasus semacam

ini perlu sebuah diagram yang baik sehingga semua gaya yang dikerjakan pada

benda dapat dinyatakan dengan anak panah yang mewakili besarnya suatu gaya.

Sebuah lampu dengan berat 50 N (gambar 2.2 a) menggantung pada suatu

platform maka akan terjadi gaya tegangan tali sebesar T. Berdasarkan syarat

komponen diagram titik maka lampu berada pada komponen sumbu Y (gambar

2.2 b). Sehingga dari pusat lampu akan terjadi gaya tegangan tali yang arahnya ke

atas. Besarnya nilai tegangan tali T ini akan diibangi dengan gaya berat sebesar W

yang arahnya menuju pusat bumi, maka resultan dari komponen Y itu harus sama

50 N

Gambar 2.2 Gaya-gaya yang bekerja pada balok yang menggantung

T

W= 50 N

(a) (b)

Page 57: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

dengan nol, sehingga gaya yang dikerjakan oleh tali pada lampu itu (T) secara

matematis dapat dituliskan sebagai berikut ini:

NWT

WT

WTF

F

Y

y

50

0

0

==-=-=S

=S

Contoh lain dalam kehidupan sehari-hari adalah apabila ada seorang anak

yang duduk dalam mobil diam maka anak itu juga akan ikut diam, namun mobil

tiba-tiba bergerak maju badan anak akan terdorong ke belakang. Begitu pula

apabila sedang duduk di mobil yang bergerak kemudian direm dengan tiba-tiba

badan anak akan terdorong ke depan. Pada peristiwa pertama ini anak tersebut

cenderung mempertahankan keadaannya untuk diam sedangkan pada peristiwa

kedua anak tersebut cenderung untuk mempertahankan gerakannya. Sifat inilah

yang dinamakan inersia atau kelembaman.

b. Hukum Kedua Newton

Pada bagian kedua ini suatu percepatan benda akan berpengaruh terhadap

gaya yang diberikan pada benda. Atau suatu massa yang berbeda apabila

diberikan sautu gaya yang sama bisa jadi menimbulkan percepatan yang berbeda.

Untuk lebih memahami amatilah gambar 2.3

Pada gambar 2.3 dijelaskan bahwa (a) sebuah benda bermassa m kg dari

keadaan diam dikenai gaya sebesar F = 4N yang besarnya diukur dengan neraca

pegas ternyata benda itu bergerak dengan kecepanan v yang besarnya berubah-

ubah tiap waktu. Sehingga timbul besarnya percepatan yang arahnya mengikuti

gaya sebesar tv

aDD

= . Pada suatu waktu tertentu nilai percepatan sesaat yang

Page 58: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

dialami benda adalah dtdv

tv

at

=DD

=®0

lim menuju ke kanan, jika gaya yang diberikan

konstan sebesar F maka kecepatan akan bertambah secara konstan. Agar nilai

gaya yang diberikan tetap konstan apabila massa yang diberikan dua kali massa

semula maka percepatan benda akan menjadi setengah kali semula. Jika massa

benda setengah kali massa semula maka percepatan benda menjadi dua kali

semula hal ini berjalan seterusnya dengan suatu perbandingan bahwa besarnya

nilai massa berbanding terbalik dengan percepatan benda atau secara matematika

dapat diurakan m

a1

¥ .

Dalam gambar (2.3 b) kecepatan benda juga tetap menuju ke arah kanan,

tetapi arah gaya ke kiri. Dalam kondisi ini benda akan berjalan lebih lambat (jika

gaya tersebut terus bekerja pada akhirnya arah gerak benda akan diam dan jika

gaya terus bekerja maka kecepatan benda akan berbalik arah ke kiri). Percepatan

sekarang mengarah ke kiri sama dengan arah gaya F. Berdasarkan uraian di atas

maka dapat disimpulkan bahwa besar percepatan berbanding lurus dengan gaya

Gambar 2.3 Percepatan dtdva /= sebanding dengan gaya F dan arahnya

sama dengan arah gaya

F v a

(b)

m

4 N

a

m

(a)

F v 4 N

Page 59: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

dan juga arah percepatan benda. Atau dengan kata lain bahwa perbandingan gaya

dengan perubahan percepatan akan menunjukkan suatu nilai konstanta dengan

persamaan 2.2

aF

dtdvF

m ==/

atau

amdtdv

mF == ………………………………….(2.2)

Pada persamaan (2.2) di atas lebih dikenal dengan persamaan hukum kedua

Newton yang telah ditentukan dengan suatu eksperimen.

c. Hukum ketiga Newton

Dalam sifat gaya yang ketiga ini Newton dalam Haliday (1992:114)

mengatakan bahwa “Untuk setiap aksi selalu terdapat reaksi yang sama besar dan

berlawanan arah, atau aksi timbal balik satu terhadap yang lain antara dua benda

akan sama besar, dan berarah ke bagian yang berlawanan.” Dalam perkataan lain

jika benda A melakukan gaya pada benda B, maka benda B akan melakukan gaya

pula pada benda A dengan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah. Perlu

diingat bahwa gaya aksi dan reaksi selalu terjadi berpasangan dan bekerja pada

benda yang berbeda. Sebagai contoh dapat ditampilkan pada gambar 2.4.

Pada gambar 2.5 sebuah layar monitor diletakkan di atas bidang datar maka

akan terjadi suatu gaya normal sebesar n yang arahnya tegak lurus ke atas dari

titik pusat meja segai rekasinya bekerja gaya monitor terhadap table (meja) Fmt.

Sedangkan reaksi dari gaya gravitasi atau sama dengan gaya earth (bumi)

terhadap monitor (Fg=FEm) adalah gaya dari pusat bumi menuju monitor (FmE).

Page 60: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Secara matematis hokum ketiga Newton dapat dijabarkan sebagai berikut ini

21 FF =

Dengan memperhatikan devinisi dari hokum kedua newton, maka

1

2

2

1

2211

22

11

)(

a

a

m

m

amam

dt

dvm

dt

dvm

-=

-=

÷øö

çèæ-=

d. Gaya Gesekan

Gesekan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Gesekan memiliki

banyak keguanaan, di samping juga merugikan. Manusia dapat berjalan dan

berlari karena juga adanya gaya gesekan antara kaki dan bidang. Gaya gesekan ini

juga disebut dengan gaya kontak. Arah Gaya gesek selalu berlawanan dengan arah

tarikan dan sejajar dengan bidang kontak. Gaya gesek ini selalau menghambat

gerakanan suatu benda. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 2.5.

Gambar 2.4 hukum III Newton bekerja pada sebuah layar monitor Sumber: Serway, 2009:121

Page 61: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Perhatikan pada gambar 2.5 di atas pada balok yang diam dengan berat W

bekerja gaya normal sebesar N diberikan gaya mendatar F yang bernilai kecil.

Dengan gaya yang diberikan tadi ternyata benda belum bergerak, sehingga dapat

dipastikan ada gaya lain yang menghambat sehingga balok tidak bergerak. Gaya

hambat tersebut besarnya pasti sama dengan gaya F yang bekerja, tetapi arahnya

berlawanan. Gaya hambat tidak mungkin lebih besar dari gaya F. Gaya hambat

yang melawan gaya F dinamakan gaya gesek statis fs. besarnya nilai gaya gesek

statis ini dipengaruhi oleh besarnya koefisien kontak permukaan benda ( sm ) dan

berat benda atau dengan matematis besarnya gaya gesek statis adalah:

Nf ss m= ……………………(2.4)

Pada gambar 2.6 gaya F terus diperbesar, gaya gesek statis fs juga

semakin besar dan melawan gaya F, sampai suatu saat gaya gesek statis mencapai

nilai maksimum. Jika F terus diperbesar, gaya gesek statis berada pada nilai

terbesar dan tidak mampu melawan gaya F sehingga balok mulai bergerak dengan

percepatan a searah F. Gaya gesek yang bekerja pada suatu benda dipengaruhi

oleh koefisien suatu bidang sentuh perhatikan Gambar 2.6. Koefisien gesek diberi

lambang m , dan karena ada dua jenis gesekan, koefisien gesek juga ada dua, yaitu

F = gaya tarik fS = gaya gesek

Gambar 2.5 Gaya gesek berlawanan dengan arah gerak benda

N

W

Page 62: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

koefisisen gesek statis ( sm ) dan koefisien gesek kinetis ( km ). Dimana sm > km .

Hubungan antara gaya gesek dan koefisien gesek adalah.

Nf kk .m= ………………………………….(2.3)

Besarnya perbandingan antara gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis

ditampilkan pada gambar 2.7.

Gambar 2.6 F > fs benda akan bergerak dengan percepatan a dan

gaya gesek yang bekerja adalah gaya gesek kinetis (fk)

a

fk

Gambar 2.7 grafik perbandingan antara gaya gesek static dan gaya gesek kinetic Sumber: Serway, 2009;131

Page 63: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Pada gambar 2.7 merupakan grafik hubunngan antara besarnya gaya gesek (f) dan

gaya yang diberikan terhadap suatu benda F. Jika suatu benda yang diam

diberikan gaya yang kecil sebesar F maka benda akan cenderung mempertahankan

posisi diamnya sebagaimana hukum I Newton. Gaya F ini akan ditahan oleh gaya

gesek statis yang nilainya selalu sama besar. Pada gambar 2.7 ditunjukkan

dengan terbentuknya grafik linier pada daerah static region. Jika gaya F terus

diperbesar sampai benda tepat akan bergerak maka nilai fs telah mencapai nilai

maksimal dan yang bekerja adalah gaya gesek kinetik. Pada gambar 2.7 ditandai

dengan mulai turunya grafik dari keadaan puncak dan mulai stabil dapat dilihat

pada daerah kinetic region.

e. Arah Gaya kontak

Dalam kehidupan sehari-hari yang dialamai oleh manusia ternyata letak

suatu benda tidak selalu dalam bidang yang horizontal ada juga letak benda yang

terdapat pada bidang miring, contohnya adalah ketika sebuah mobil melewati

jalan yang miring ke atas atau ke bawah. Selain itu juga ada letak benda yang

menempel pada bidang vertikal misalnya adalah papan tulis yang dipasang di

dinding kelas.

Penguraian gaya kontak yang terjadi apabila benda terdapat pada bidang

datar adalah digambarkan dalam Gambar 2.5 Jika suatu benda diletakkan pada

bidang miring maka penguraian gaya-gaya yang bekerja adalah sebagaimana pada

gambar 2.8

Page 64: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Pada gambar 2.7 terjadi penguraian gaya-gaya terhadap subu x dan sumbu

y. karena letak benda miring maka sumbu x mengikuti bidang suatu benda dan

sumbu y mengikuti gaya normal yang diberikan oleh benda.

Ketika gaya ditarik ke atas sebesar f, maka gaya yang berpenagruh pada benda

tersebut adalah f dan mg sinq benda mempunyai kemungkinan untuk dapat

bergerak ke atas dengan kecepatan v. Gaya normal (N) akan selalu tegak lurus

terhadap bidang kontak besarnya sama dengan nilai mg cosq , arah gaya gesek

sebesar f akan searah dengan bidang kontak dan berlawanan arah dengan f.

B. PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian yang relevan berkenanaan dengan judul yang diambil adalah sebagai

berikut ini:

1. Arni Astuti (2009) Tesis dengan judul “Pembelajaran Kimia dengan Model

CTL melalui Metode Proyek dan Eksperimen ditinjau dari Sikap Ilmiah dan

v

f

Gambar 2.7 sebuah benda pada bidang miring dan diberi gaya yang arahnya ke atas sejajar dengan bidang miring

Page 65: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Kemampuan Berkomunikasi”. Kesimpulan yang dapat diambil adalah dalam

pembelajaran dengan menggunakan metode proyek memberikan prestasi

belajar yang lebih baik jika dibandingkan dengan pembelajaran dengan

metode eksperimen. Dari penelitian ini perbedaannya adalah model diterapkan

dalam bidang kajian fisika karena pada kajian fisika lebih banyak konsep-

konsep yang langsung bersinggungan dengan gejala alam yang ada sehingga

perlu kiranya pembelajaran dilakukan dengan model CTL.

2. Dwi Retna Asminah (2010) Tesis dengan judul “Pembelajaran Fisika dengn

Metode Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Training ditinjau dari Kemampuan

Awal dan Aktivitas Siswa”. Kesimpulannya yang dapat diambil adalah

pembelajaran fisika dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing

menghasilkan prestasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan inkuiri

training. Perbedaan adalah pembelajaran inkuiri ini akan di bandingkan

dengan pembelajaran CTL sehingga siswa tidak terbatas menemukan konsep

saja akan tetapi mampu mengaplikasikan juga.

3. Siswoyo (2009) Tesis dengan judul “Pembelajaran CTL melalui Metode

Inkuiri dengan POE dalam Belajar Fisika dengan Memperhatikan

Kemampuan Berpikir Abstrak dan Aktivitas Siswa”. Kesimpulan yang bisa

diambil adalah metode inkuiri terbimbing memberikan prestasi belajar yang

lebih baik jika dibandingkan dengan POE. Selain itu, Siswa yang memiliki

kemampuan berpikir abstrak tinggi memiliki prestasi yang lebih baik jika

dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak

rendah. Perbedaan dari penelitian ini adalah kegiatan kemampuan berpikir

Page 66: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

abstrak siswa terhadap kegiatan pembelajaran CTL karena dalam kegiatan

CTL siswa akan menghubungkan materi yang ada dengan kehidupan yang

nyata bagi siswa sehingga perlu kemampuan berpikir abstrak tinggi.

4. Tuniyah (2010) Tesis dengan judul “Pengguanaan Metode Inkuiri Terbimbing

dan Inkuiri Bebas Termodifikasi ditinjau dari Sikap Ilmiah Siswa dan

Motivasi Berprestasi”. Kesimpulan yang dapat diambil adalah siswa yang

diberikan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing memiliki prestasi

belajar yang lebih baik daripada siswa yang diberikan pembelajaran dengan

metode inkuiri bebas. Selain itu siswa yang memiliki motivasi berprestasi

tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik jika dibandingkan dengan

siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Perbedaan dari penelitian ini

variable moderator yang digunakan adalah motivasi berprestasi dan

kemampuan berpikir abstrak siswa. Motivasi ini perlu ditinjau dalam inkuiri

dan CTL karena kedua model ini memerlukan eksperimen sehingga perlu

kinerja yang tinggi bagi siswa.

5. Taasoobshirazi (2007) Journal Physics Teach Education dengan judul Gender

difference in physics a focus on motivation. Simpulan yang di dapatkan adalah

wanita memiliki motivasi yang lebih rendah daripada laki-laki, lemah

keyakinan diri, memiliki kecemasan yang lebih tinggi dan beranggapan

keterkaitan yang rendah antara ilmu fisika dengan tujuan pribadi mereka.

Perbedaan dari penelitian ini adalah motivasi yang dimiliki oleh siswa yaitu

tidak membedakan antara wanita dan laki-laki. Hal demikian dilakukan karena

memandang bahwa siswa laki-laki dan perempuan melakukan pembelajaran

Page 67: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

yang sama sehingga dalam penelitian tidak dibedakan motivasi yang dimiliki

oleh siswa.

Dari penelitian yang telah dilakukan di atas tentunya memiliki perbedaan

dari penelitian yang akan dilakukan antara lain, (1) Peneltian dilakukan di

Muhammadiyah 4 Surabaya di kelas X tahun ajaran 2010/2011; (2)

Membandingkan model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran CTL; (3)

Karena yang diteliti model pembelajaran inkuiri dan CTL sehingga hasil prestasi

yang diukur tidak hanya mencakup aspek kognitif saja, melainkan meliputi

kognitif, afektif dan psikomotorik; (4) Materi yang diambil adalah dinamika

partikel karena karakter materi ini cocok diajarkan dengan kedua model di atas.

C. KERANGKA BERPIKIR

Keadaan pembelajaran fisika di SMA Muhammadiyah 4 surabaya terkesan

monoton, pengajar yang seharusnya memberikan warna yang lebih inovatif dalam

proses pembelajaran hanya memberikan pelajaran fisika dengan metode ceramah

saja sesuai dengan buku paket fisika yang digunakan. Kemampuan anak dalam

bereksplorasi tak kunjung dikembangkan. Media-media yang ada di sekolah

seperti laboratorium, charta dan poster juga kurang dimanfaatkan dengan baik.

Ketika proses belajar berlangsung motivasi anak dalam pembelajaran fisika tidak

begitu baik, mereka beranggapan pembelajaran fisika merupakan proses

pembelajaran secara biasa-biasa saja seperti proses pembelajaran mata pelajaran

lainnya.

Page 68: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

1. Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL terhadap

prestasi belajar siswa

Pembelajaran fisika merupakan pembelajaran dengan suatu proses untuk

mengembangkan kemampuan observasi dan eksperimen. Dua ketrampilan

tersebut merupakan titik dasar dalam pencapian suatu substansi materi dalam

fisika seperti halnya dinamika partikel. Karakterisitik dari materi ini adalah suatu

proses penemuan konsep melalui berbagai observasi dan eksperimen. Sebut saja

hukum Newton II, di mana perbandingan suatu gaya yang diberikan kepada benda

dengan percepatan benda akan menimbulkan suatu konstanta yang tetap. Semakin

besar penambahan nilai suatu gaya yang diberikan maka akan semakin besar pula

nilai percepatan suatu benda. Perolehan suatu konsep hubungan antara gaya dan

percepatan ini dapat dilakukan langsung oleh siswa baik di laboratorium atau

pengalaman pribadi siswa sendiri. Hal yang demikian memberikan kekhasan

bahwa sifat dari materi ini adalah riil. Pernyataan tersebut timbul akibat konsep-

konsep yang akan dikuasai oleh siswa berdasarkan suatu proses eksperimen

ataupun observasi dari suatu peristiwa. Oleh sebab itu, proses pembelajaran yang

diberikan tidak cukup hanya berorientasi pada materi saja, akan tetapi lebih

cenderung berorientasi pada suatu proses penemuan konsep.

Pembelajaran inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang

melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk penyelidiki sesuatu.

Proses ini akan membawa siswa terjun secara langsung dalam proses ilmiah

karena siswa akan dituntut untuk mengajukan masalah, merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data, menganalisis data serta membuat kesimpulan mengenai

Page 69: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

suatu konsep. Proses yang berjalan secara sistematis, kritis dan logis analitis inilah

yang mampu mengantarkan siswa untuk mampu merumuskan sendiri

penemuannya dengan penuh percaya diri. Dengan menemukan suatu konsep fisika

melalui pengalaman pribadi siswa maka akan mengarahkan konsep tersebut ke

dalam ingatan jangka panjang siswa. Penerapan model pembelajaran CTL

menekankan pada pengalaman yang nyata untuk dibawa pada situasi

pembelajaran. Proses pembelajaran ini didasarkan atas teori belajar Bruner.

Bruner menyatakan bahwa proses belajar mementingkan partisipasi aktif dari tiap

siswa, sehingga siswa akan berinteraksi dengan lingkungannya dalam menemukan

suatu konsep. Berdasarkan hal inilah maka dapat diduga bahwa ada pengaruh

pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL terhadap prestasi yang diperoleh siswa.

Tentunya dari proses pembelajaran yang disajikan sebelumnya maka

pembelajaran CTL lebih baik daripada pembelajaran inkuiri terbimbing.

2. Pengearuh Kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa

Selain didasarkan atas model pembelajaran tentunya faktor internal siswa juga

harus diperhatikan. Pemilihan materi dinamikan partikel tidak terlepas dari suatu

proses beberapa fakta yang terkait kemudian dihubungkan satu dengan yang

lainnya sehingga terjadilah suatu simpulan. Simpulan yang diperoleh inilah yang

kemudian disepakati sebagai konsep materi. Dalam pengambilan kesimpulan ini

perlu adanya kejelian dalam mengamati setiap fenomena yang berlaku. Seorang

siswa SMA kelas X dengan rata-rata umur antara 15 tahun menurut Piaget telah

memasuki tahap pemikiran operasi formal. Pada tahap ini logika remaja akan

berkembang dan digunakan. Proses ini dinamakan kemampuan berpikir abstarak

Page 70: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

siswa. Kemampuan berpikir abstrak ini tidak akan sama proses perkembangannya

antara siswa satu dengan yang lainnya. Siswa dengan kemampuan berpikir abstark

tinggi akan mampu untuk meramalkan sesuatu yang akan datang karena dapat

berpikir secara hipotesis dengan baik. Hal yang demikian diduga akan

memberikan suatu sumbangsih yang besar terhadap prestasi belajar siswa.

Sehingga ada pengaruh kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestassi

belajar siswa.

3. Pengaruh Motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa

kegiatan eksperimen tentunya akan menuntut siswa untuk terus melakukan

suatu pengamatan menurut Bandura terdapat empat elemen penting dalam proses

penagamatan yaitu atensi, retensi, produksi dan motivasi. Motivasi ini akan

memberikan suatu dorongan kepada siswa dalam memperoleh tujuannya. Tujuan

siswa di sini tidak lain adalah prestasi belajar. Siswa dengan motivasi tinggi akan

cenderung berupaya untuk mengarahkan segala kegiatannya untuk menuju

keberhasilan. Materi yang diberikan akan senantiasa menuntut siswa mencoba

suatu perlakuan eksperimen. Siswa dengan motivasi tinggi akan terus berupaya

menguji kebenaran hipotesis yang telah mereka ambil. Siswa dengan motivasi

belajar rendah akan mengikuti suatu alur proses pembelajaran sehingga akan

melakukan suatu eksperimen terlepas berhasil atau gagalnya suatu percobaan.

Dengan demikian terdapat pengaruh terhadap motivasi berprestasi siswa baik

yang tinggi atau rendah terhadap prestasi belajar siswa.

4. Interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL

dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar.

Page 71: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Berdasarkan berbagai variabel di atas akan terjadi suatu interaksi antara

penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan kemampuan

berpikir abstrak siswa, hal ini terjadi karena dengan model pembelajaran yang

menitik beratkan dengan eksperimen maka akan menuntut seorang siswa untuk

menggunakan pola berpikir abstraknya. Siswa dengan kemampuan berpikir

abstrak tinggi akan cenderung dapat mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan

sehari-hari. Sehingga dengan karakteristik materi yang banyak menggunnakan

eksperimen maka siswa dengan kemampuan berpikir abtrak tinggi akan

mendapatkan nilai yang lebih jika diajarkan dengan model pembelajaran CTL.

Sehingga ada interaksi model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan

kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.

5. Interaksi antara model pembelajaran inkuri terbimbing dan CTL dengan

motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar siswa.

Dari moderator kedua ini yaitu motivasi berprestasi akan terjadi suatu proses

interaksi antara model yang digunakan. Karena pada masing-masing moderator

dikategorikan menjadi dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Pada suatu kondisi

siswa yang memiliki motivasi tinggi akan melakukan kegiatan eksperimen secara

terus-menerus hingga berhasil. Hal yang demikian apabila siswa diajarkan

dengan model pembelajaran CTL maka siswa akan terpacu terus untuk

mengembangkan motivasi berprestasinya. Sehingga pada suatu evaluasi

psikomotor siswa dengan kondisi ini akan menghasilkan nilai yang lebih baik jika

dibandingkan dengan model pembelajaran inkuiri. Sehingga ada interaksi antara

Page 72: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan motivasi berprestasi

terhadap prestasi belajar siswa.

6. Interaksi antara kemampuan berpikir abstrak dengan motivasi

berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.

Menurut teori konstruktifis seorang guru hanya memberikan media

sehingga siswa mampu menemukan dan menerapkan sendiri ide-ide dan akan

menggunakan strategi-strategi mereka sendiri, karena penggunaan strategi inilah

maka motivasi berprestasi tinggi dan rendah serta kemampuan berpikir abstrak

tinggi dan rendah akan senantiasa berinteraksi untuk menentukan pressatasi

belajar yang diperoleh oleh siswa. Tentunya siswa dengan kemampuan berpikir

abstrak tinnggi dan motivasi berprestasi tinggi akan mendapatkan nilai yang baik

jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan bepikir abstrak tinggi

dan motivasi rendah.

7. Interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL

dengan motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak

terhadap prestasi belajar siswa.

Dengan diterapkan pembelajaran dinamika partikel yang di dasari oleh

kegiatan eksperimen di laboratorium, maka akan menimbulkan suatu kegiatan

yang di dasari motivasi berprestasi siswa. Hasil yang diperoleh akan di

abstraksikan sebagai suatu konsep dasar dalam pembelajaran yang pada akhirnya

akan terdapat suatu interaksi dari model yang digunakan dengan motivasi

berprestasi siswa serta kemampuan berpikir abstrak siswa. Siswa yang memiliki

kemampuan berpikir abstrak tinggi dan motivasi berprestasi tinggi akan

Page 73: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

mendapatkan prestasi belajar yang lebih tinggi pula apabila di kelas dilakukan

kegiatan pembelajaran dengan model CTL. Sehingga ada interaksi antara model

pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan motivasi berprestasi siswa dan

kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar.

D. HIPOTESIS

1. Terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL terhadap

prestassi belajar siswa.

2. Terdapat pengaruh kemapuan berpikir abstrak tinggi dan rendah terhadap

prestai belajar siswa.

3. Terdapat pengaruh motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestai

belajar siswa.

4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL

dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.

5. Terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL

dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.

6. Terdapat interaksi antara kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah

dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.

7. Terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL

dengan motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak terhadap

prestasi belajar siswa.

Page 74: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

BAB III

METODE PENELITIAN

A. TEMPAT PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di SMA Muhmmadiyah 4 Surabaya.

B. WAKTU PENELITIAN

Penelitian akan dilaksanakan pada pekan ke-4 oktober sampai pada pekan ke-

3 Nopember tahun 2010. Adapun tahap-tahap atau jadwal pelaksanaan penelitian

disajikan pada tebel 3.1

Tabel 3.1 Tahap-tahap / jadwal pelaksanaan penelitian

No Tahap penelitian bulan

6 7 8 9 10 11 12 1

1. Pengajuan judul tesis X

2. Penyusunan proposal X X

3. Seminar proposal X

4. Pengumpulan data X X

5. Menganalisis data X

6. Membahas hasil penelitian X

7. Menulis laporan hasil

penelitian X

C. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Poulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X

SMA Muhmmadiyah 4 Surabaya yang terdiri dari 5 kelas dengan jumlah total

adalah 134 siswa.

Page 75: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

2. Sample

Proses pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan sistem

random sampling, yaitu dengan menguji seluruh siswa kelas X dengan soal

pre-test kemudian berdasarkan uji prasyarat di pilih 2 kelas. Kelas pertama

dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dan kelas kedua

menggunakan model pembelajaran CTL.

D. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen

yaitu suatu jenis metode penelitian eksperimen yang tidak sebenarnya.

E. RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan penelitian yang digunakan adalah

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian

(B1) (B2) (C1) (C2) (C1) (C2)

(A1) A1B1C1 A1B1C2 A1B2C1 A1B2C2

(A2) A2B1C1 A2B1C2 A2B2C1 A2B2C2

Dalam penelitian ini dibandingkan antara model pembelajaran inkuiri terbimbing

(A1) dan model pembelajaran CTL (A2) yang ditinjau dari aspek kemampuan

berpikir abstrak tinggi (B1) dan kemampuan berpikir abstrak rendah (B2) serta

motivasi berprestasi tinggi (C1) dan motivasi berprestasi rendah (C2). Pada

kolom kedua baris ke tiga menganalisis interaksi antara model pembelajaran

Page 76: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

inkuiri terbimbing, kemampuan berpikir abstrak tinggi dan motivasi berprestasi

tinggi. Pada kolom ke dua baris ke empat menganalisis interaksi antara model

CTL, kemampuan berpikir abstrak tinggi dan motivasi berprestasi tinggi, pun

berlaku juga pada kolom-kolom berikutnya.

F. VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel bebas pertama:

a. Model Pembelajaran Inkuiri:

Suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh

kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis

analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh

percaya diri.

b. Model Pembelajaran CTL:

Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

2. Variabel bebas kedua:

a. Motivasi berprestasi:

Upaya kecenderungan yang dilakukan siswa sampai berhasil untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang maksimal.

b. Kemampuan berpikir Abstrak:

Page 77: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Suatu tipe kecerdasan yang menekankan pada kemampuan pemakaian konsep-

konsep dan simbol-simbol secara efektif dalam mengahadapi situasi-situasi,

terutama dalam memecahkan masalah dengan menggunakan fasilitas verbal, dan

lambang-lambang bilangan.

3. Variabel terikat

Prestasi belajar siswa:

Merupakan hasil belajar siswa setelah diberikan suatu tindakan pembelajaran yang

mencakup aspek kognitif, psikomotor dan afektif yang diukur melalui intrumen

post test.

G. INSTRUMEN PENELITIAN

1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran atau Perlakuan

a. Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata

pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi ,kompetensi dasar,

materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian,

alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran

standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi

pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pembelajaran ini berisi rancangan kegiatan pembelajaran model

Inkuiri dan CTL.

Page 78: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

c. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja ini berisi tentang arahan kegiatan yang dilakukan siswa untuk

menunjang proses penemuan konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari.

2. Intrumen untuk Pengambilan Data

a. Angket Motivasi Berprestasi:

Motivasi berprestasi ini merupakan sikap siswa dalam mengikuti kegiatan

belajar mengajar sehingga dapat digunakan skala Likert. Variabel ini akan

dijabarkan dalam indikator-indikator variabel kemudian dijadikan titik tolak untuk

menyusun item-item soal. Jawaban setiap instrument ini mempunyai gradasi dari

sangat positif sampai sangat negatif.

b. Soal tes kemampuan berpikir Abstrak:

c. Soal tes prestasi belajar:

Tes yang digunakan dalam penelitian adalah berupa tes evaluasi

H. TEKNIK PENGAMBILAN DATA

1. Tahap persiapan

a. Survei dengan maksud untuk mengetahui informasi yang diperlukan agar

masalahnya menjadi lebih jelas.

b. Menyusun Proposal tesis

c. Menyusun Perangkat Pembelajaran (Rencana pelaksanaan pembelajaran,

LKS, instrumen penelitian, soal tes dan angket)

d. Validasi perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian meliputi validasi isi

untuk semua perangkat dan validasi untuk soal tes.

Page 79: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

2. Tahap pelaksanaan

a. Pengambilan data dilakukan di lokasi penelitian sesuai dengan RPP yang telah

dibuat.

b. Analisis data yang telah diperoleh selama pengambilan data.

c. Menarik kesimpulan

d. Penyusunan draft tesis

I. UJI COBA INSTRUMEN

Tahap uji coba instrumen tes

1. Tahap analisis instrumen tes kemampuan berpikir abstrak dan prestasi belajar

a. Validitas butir tes

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu

instrumen. Untuk itu peneliti mencobakan instrumen tes pada sasaran penelitian

dengan teknik menggunakan persamaan korelasi product moment menurut

Suharsimi (2006:170)

( )( )( ){ } ( ){ }2222 ååååå åå

--

-=

YYNXXN

YXXYNrxy …………(3.1)

rxy merupakan tingkat kevalidan soal dengan intersepsi soal dikatakan valid

apabila rxy > rtabel. Nilai X adalah skor yang diperoleh per soal benar dikalikan

jumlah sluruh siswa dan niali Y adalah jumlah siswa yang benar untuk setiap item

soal. Sedangkan N menyatakan jumlah peserta yang mengikuti tes.

Page 80: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Tabel 3.4 Hasil Validitas butir soal tes kemampuan berpikir abstrak siswa

Validitas Butir Soal Jumlah

Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,

17,18,19,20

19

Tidak Valid 17 1

Dalam pelaksanaan pengambilan data dari 20 soal ini dipakai semua karena

menyangkut dengan kisi-kisi yang diberikan. Sehingga untuk menggatasi 17 soal

yang tidak valid maka soal tersebut direvisi kembali dan dikonsultasikan dengan

ahli ketika sudah dirasakan valid menurut kriteria kevalitan maka soal tersebut

digunakan untuk mengambil data.

Tabel 3.5 Hasil Validitas butir soal tes prestasi belajar siswa

Validitas Butir Soal Jumlah

Valid 3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,14,16,17,19,20

23,25,28,30,32,33,34,35,36,37,38

26

Tidak Valid 1,2,13,15,18,21,22,24,26,27,29,31,39,40 14

Dari hasil validitas soal tes berprestasi maka diambil 30 soal yang sesuai dengan

tujuan pembelajaran. Pada item soal 13, 26, 2 dan 15 tetap digunakan karena pada

soal tersebut menunjang tujuan pembelajaran yang akan disampaikan. Keempat

butir soal yang tetap dipakai dilakukan revisi dengan konsultasi kepada ahli

sehingga ketika sudah dianggap valid menurut kriteria kevalidan maka ketiga

puluh butir soal digunakan untuk mengambil data.

b. Reliabilitas soal angket motivasi berprestasi

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen

tersebut sudah baik. dari soal-soal yang valid maka dicari reliabelitasnya dengan

menggunakan rumus Spearman-Brown sebagai berikut ini:

Page 81: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

÷÷ø

öççè

æ+

=

2

1

2

1

2

1

2

1

11

1

.2

r

r

r ………………………………………….….(3.2)

(Suharsimi, 2006:180)

Nilai r11 merupakan tingkat reliabilitas instrument sedangkan r½½ merupakan

indeks korelasi antara dua belahan instrument. Kriteria nilai reliabel adalah jika rh

> r tabel item dikatakan reliable. Berdasarkan uji coba soal baik taraf soal tes

prestasi, soal tes kemampuan berpikir abstrak dan soal motivasi berprestasi

dikatakan memiliki reliabilitas tinggi (lampiran)

c. Tingkat Kesukaran

Merupakan peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat

kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Menurut

Munaf (2001:20) taraf kesukaran dapat didapatkan dengan persamaan:

N

XX å= …………………………………………………(3.3)

Nilai X menyatakan skor rata-rata peserta didik pada suatu nomor butir soal

tertentu dan nilai ∑X merupakan jumlah skor peserta didik pada suatu nomor

soal. Nilai N menunjukkan jumlah peserta didik yang mengikuti tes. Penentuan

kriteria taraf kesukaran adalah sebagai berikut ini:

Dengan kriteria sebagai berikut ini:

0,00 – 0,30 adalah sukar

0,31 – 0,70 adalah sedang

0,71 – 1,00 adalah mudah

Setelah dilakukan uji taraf kesukaran maka dapat diperoleh hasil pada tebel 3.6.

Page 82: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Tabel 3.6 Taraf Kesukaran Tes Prestasi belajar siswa

Taraf Kesukaran Butir Soal Jumlah

Sukar 18,19,21,22,24,26,28,29,37,39 10

Sedang 2,4,6,8,9,10,12,13,14,16,20,

23,25,27,30,31,36,38,40

19

Mudah 1,3,5,7,11,15,17,32,33,34,35, 11

d. Daya Pembeda

Merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang

pandai (menguasai materi yang ditanyakan) dengan peserta didik yang kurang

pandai (belum menguasai materi yang ditanyakan). Menurut Munaf (2001: 63)

Indeks daya beda dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut ini:

t

rt

N

NND

-= ………………………………………………(3.4)

Dengan nilai D merupakan nilai daya pembeda, Ntjumlah siswa pada kelompok

tinggi dan Nr jumlah siswa pada kelompok rendah. Kriteria penentuan menurut

Munaf (2001: 64) daya beda sebagai berikut ini:

D < 0,20 tergolong jelek (poor)

D = 0,20 sampai dengan 0,40 tergolong cukup (satisfactory)

D = 0,41 sampai dengan 0,41 tergolong baik ( good)

D > 0,70 tergolong baik sekali (excellent)

Tabel 3.7 Daya Beda Tes Prestasi belajar siswa

Daya Beda Butir Soal Jumlah Jelek 1,2,5,7,13,15,16,18,19,20,

21,22,24,25,26,27,28,29,30, 31,34,37,39,40

24

Cukup 6,8,9,11,12,14,17,23,32,33,35,36 12 Baik 4,10,38 3

Baik Sekali 3 1

Page 83: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

J. TEKNIK ANALISIS DATA

1. Uji prasyarat analisis

a. Uji Normalitas

Dalam penelitian ini uji yang digunakan adalah uji Chi kuadrat. Berdasarkan

sampel yang telah diambil maka hipotesis yang diambil bahwa sampel

berdistribusi normal melawan tandingan bahwa distribusi tidak normal. Dengan

persamaan chi kuadrat;

( )å=

-=

k

i i

ii

E

EOx

1

22 ………………………….(3.5)

Nilai X2 merupakan distribusi chi kuadrat dengan O merupakan frekuensi

pengamatan dan E frekuensi toritik. Nilai K merupakan banyaknya kelas interval.

Penggunaan nilai α = 0,05 sebagai resiko yang diambil dan daerah kritik (k-1)

maka dapat diambil suatu keputusan bahwa terima H0 jika X2 ≤ X2(1-α)(k-1) dan

tolak H0 jika X2 ≥ X2(1-α)(k-1)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan unutk mengetahui dua varians antara kelas inkuiri

dan kelas CTL. Uji homogenitas dilakukan pada nilai post test yang dimuskan

sebagai berikut :

kecilVariansTerbesarVariansTer

F = ............................(3.6)

(Sudjana, 1996: 250)

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut :

1) Menyusun hipotesis

Page 84: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Ho = varians kelas CTL = kelas inkuiri

H1 = varians kelas CTL ≠ kelas inkuiri

2) Menentukan taraf signifikan α = 0,05

3) Kriteria pengujian :

Terima Ho jika Fhitung ≤ Ftabel

Tolak Ho jika Fhitung ≥ Ftabel

2. Uji Hipotesis

a. Uji Anava

Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan uji Anava 3 jalan, yaitu salah

satu teknik statistik inferensial yang digunakan untuk menguji hipotesis

komparatif yang jumlahnya lebih dari dua sampel secara seremapak dengan setiap

sampel terdiri atas dua faktor atau lebih. Oleh karena itu, adanya empat faktor

pada setiap sampel yang digunakan pada penelitian maka pada uji ini akan di

dapatkan tujuh hipotesis. Pemetaan uji anava seperti terdapat pada tabel 3.2 dan

dilanjutkan dengan program SPSS 16.

b. Uji Lanjut Anava

Sebagai tindak lanjut dari analisis varians tiga jalan adalah dengan

menggunakan metode Scheffe untuk menguji mana yang lebih baik dari metode

inkuiri dan CTL, kemampuan berpikir abstrak tinggi dengan rendah dan motivasi

berprestasi tinggi dan rendah serta antara ketiga variabel. Uji analisis ini

dilakukan apabila terdapat hipotesis nol ditolak untuk memilih salah satu variabel

mana yang signifikan. Rumus metode Scheffe adalah sebagai berikut ini:

Page 85: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

( )

÷÷ø

öççè

æ+

-=-

ji

jiji

nnRKG

XXF

11

2

Fi-j merupakan nilai Fobs pada perbandingan perlakuakn faktor i dan perlakuakn

faktor j. Besarnya nilai Fobs merupakan perbandingan rataan faktor-faktor dengan

rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi. Daerah

kritik yang diambil dk = { }1,1;)1( ---> NkFkFF a dengan N = jumlah sampel dan

k=jumlah perlakuan (Budiono, 2004:201-227)

Page 86: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI DATA

Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri atas Motivasi Belajar,

Kemampuan Berpikir Abstrak Siswa dan nilai kemampuan kognitif pada materi

pokok dinamika partikel.

1. Motivasi Berprestasi

Pada penelitian ini data motivasi berprestasi belajar diperoleh dari pemberian

angket kepada sampel. Penentuan kriteria nilai motivasi tinggi dan rendah di

dasarkan pada rata-rata yang diperoleh dari seluruh sample. Motivasi berprestasi

dikatagorikan tinggi apabila skor yang diperoleh siswa³ mean dan motivasi

berprestasi dikatagorikan rendah apabila skor yang diperoleh siswa £ mean.

Deskripsi data motivasi berprestasi siswa disajikan dalam tabel 4.1

Tabel 4.1. Deskripsi Motivasi Berprestasi Siswa

Kelas Jumlah Data

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Rata-rata SD

Inkuiri 35 75 40 60,34 8,23 CTL 35 81 40 65,80 10,73

Berdasarkan deskripsi data motivasi berperstasi siswa sebelum diberikan

perlakukan pada tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa kelas rata-rata kelas CTL

memilki motivasi berprestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas inkuiri.

Pada kelas inkuiri terbimbimbing didapatkan nilai stadar deviasi sebesar 8,23

Page 87: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

artinya bahwa kesalahan relative dari data yang disajikan adalah sebesar 13,69 %.

Data penyebaran frekuensi dari motivasiberpikir abstrak siswa disajikan dalam

tebel 4.2

Tabel 4.2 Penyebaran frekuensi nilai motivasi berprestasi siswa kelas inkuiri

Nilai Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Komulatif

75-81 78 1 1

68-74 71 7 8

61-67 64 9 17

54-60 57 12 29

47-53 50 5 34

40-46 43 1 35

Dari tabel 4.2 di atas maka dapat digambarkan grafik hubungan antara frekuensi

dengan nilai yang diperoleh oleh siswa pada grafik 4.1

Grafik 4.1 Grafik nilai motivasi berprestasi kelas inkuiri

Berdasarkan grafik 4.1 maka dapat diperoleh gambaran bahwa kisaran nilai antara

54-60 memiliki frekuensi yang paling banyak yaitu 12 siswa, sedangkan pada

Page 88: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

kisaran nilai tertinggi (75 – 81) dan nilai terendah (40 – 46) memilki frekuensi

paling sedikit yaitu 1 siswa. Nilai tertinggi pada kelas inkuiri tampak pada kisaran

nilai 75-81. Tampak bahwa pada kelas inkuiri penyebaran nilai siswa terditribusi

normal.

Tabel 4.3 Penyebaran frekuensi nilai motivasi berprestasi siswa kelas CTL

Nilai Nilai Tengah frekuensi Frekuensi komulatif

80-87 83.5 3 3

72-79 75.5 9 12

64-71 67.5 11 23

56-63 59.5 4 27

47-55 51.5 7 34

40-47 43.5 1 35

Dari tabel 4.3 di atas maka dapat digambarkan grafik hubungan antara frekuensi

dengan nilai yang diperoleh oleh siswa pada grafik 4.2

Grafik 4.2 Grafik nilai motivasi berprestasi kelas CTL

Page 89: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Berdasarkan grafik 4.2 maka dapat diperoleh gambaran bahwa kisaran nilai antara

64 - 71 memiliki frekuensi yang paling banyak yaitu 11 siswa, sedangkan pada

kisaran nilai 40-47 memilki frekuensi paling sedikit yaitu 1 siswa. Jika diamati

pada grafik 4.1 dan 4.2 maka terjadi perbedaan pada kisaran nilainya pada grafik

4.2 nilai tertinggi berjalan sampai dengan kisaran antara 80-87 sedangkan pada

grafik 4.1 nilai tertinggi berjalan hanya sampai pada kisaran antara 75-81.

2. Data Kemampuan Berpikir Abstrak

Data kemampuan berpikir abstrak siswa diperoleh melalui pemberian tes

kepada sampel sebelum mendapatkan perlakuan pembelajaran. Pembagian

dikatagorikan tinggi dan rendah didasarkan oleh nilai rata-rata kelas. Kemampuan

berpikir abstrak dikatagorikan tinggi apabila skor yang diperoleh sampel ³ mean

dan Kemampuan berpikir abstrak dikatagorikan rendah apabila skor yang

diperoleh sampel £ mean. Deskripsi data Kemampuan berpikir abstrak siswa

disajikan dalam tabel 4.4

Tabel 4.4 Deskripsi Kemampuan Berpikir Abstrak Siswa

Kelas Jumlah Data

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Rata-rata SD

Inkuiri 35 78 36 58,43 10,67 CTL 35 81 40 60,91 12,89

Berdasarkan pada tabel 4.4 sebelum ada perlakuan dapat dideskripsikan bahwa

rata-rata kelas CTL lebih tinggi daripada kelas inkuiri. Pada kelas inkuiri

terbimbing diperoleh nilai standar deviasi sebesar 10,67. Hal ini menandakan

bahwa kesalahan relative dari kelas inkuiri terbimbing adalah sebesar 18,26%.

Page 90: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Dengan cara yang sama pada kelas CTL memiliki kesalahan relative sebesar

21,16 %. Sebaran frekuensi pada masing-masing kelas disajikan dalam tabel 4.5

dan tabel 4.6

Tabel 4.5 Penyebaran frekuensi nilai kemampuan berpikir abstrak siswa kelas inkuiri

Nilai Nilai Tengah frekuensi Frekuensi komulatif

76-83 79.5 2 2

68-75 71.5 3 5

60-67 63.5 14 19

52-59 55.5 10 29

44-51 47.5 5 34

36-43 39.5 1 35

Dari tabel 4.5 di atas maka dapat digambarkan grafik hubungan antara frekuensi

dengan nilai yang diperoleh oleh siswa pada grafik 4.3

Grafik 4.3 Grafik nilai kemampuan berpikir abstrak siswa kelas inkuiri

Page 91: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Berdasarkan grafik 4.3 maka dapat diperoleh gambaran bahwa kisaran nilai antara

60-67 memiliki frekuensi yang paling banyak yaitu 14 siswa, sedangkan pada

kisaran nilai 36 – 43 memilki frekuensi paling sedikit yaitu 1 siswa.

Tabel 4.6 Penyebaran frekuensi nilai kemampuan berpikir abstrak siswa

kelas CTL

Nilai Nilai Tengah frekuensi Frekuensi komulatif

80-87 79.5 6 6

72-79 71.5 10 16

64-71 63.5 4 20

56-63 55.5 2 22

48-55 47.5 10 32

40-47 39.5 3 35

Dari tabel 4.6 di atas maka dapat digambarkan grafik hubungan antara frekuensi

dengan nilai yang diperoleh oleh siswa pada grafik 4.4

Grafik 4.4 Grafik nilai kemampuan berpikir abstrak siswa kelas CTL

Page 92: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Berdasarkan grafik 4.4 maka dapat diperoleh gambaran bahwa kisaran nilai antara

56 – 63 memiliki frekuensi yang paling sedikit yaitu 2 siswa, sedangkan pada

kisaran nilai 72-79 dan 48-55 memilki frekuensi yang sama yaitu 10 siswa. Jika

diamati pada grafik 4.3 dan 4.4 maka terjadi perbedaan pada kisaran nilainya,

pada grafik 4.4 nilai tertinggi berjalan sampai dengan kisaran antara 80-87

sedangkan pada grafik 4.3 nilai tertinggi berjalan hanya sampai pada kisaran

antara 76-83. Nilai 84-87 frekuensi yang diperoleh 0.

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar pada terdiri atas prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor.

a. Prestasi Belajar Kognitif

Data prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil pos tes yang diberikan

kepada sampel setelah diberikan perlakuan model pembelajaran inkuiri

terbimbing dan CTL pada pokok bahasan dinamika partikel. Deskripsi data

prestasi belajar dapat disajikan dalam tabel 4.7

Tabel 4.7 Deskripsi Nilai Prestasi Belajar Siswa ranah kognitif

Kelas Jumlah Data

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Rata-rata SD

Inkuiri 35 85 30 59,60 13,03 CTL 35 98 38 65,09 15,11

Berdasarkan pada tabel 4.7 Setelah dilakukan proses belajar-mengajar dengan

model yang telah ditentukan maka dapat diperoleh rata-rata prestassi belajar siswa

kelas CTL lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata kelas inkuiri. Pada

kelas inkuiri terbimbing nilai standar deviasi diperoleh sebesar 13,03 artinya

kesalahan relative yang diperoleh pada kelas ini sebesar 21,68 %. Sedangkan

Page 93: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

pada kelas CTL sebesar 23,21 %. Berikut ini disajikan tabel beserta grafik

penyebararan frekensi pada masing-masing kelas.

Tabel 4.8 Penyebaran frekuensi nilai prestasi belajar siswa kelas inkuiri

Nilai Nilai Tengah frekuensi Frekuensi komulatif

80-89 84.5 2 2

70-79 74.5 7 9

60-69 64.5 11 20

50-59 54.5 8 28

40-49 44.5 5 33

30-39 34.5 2 35

Dari tabel 4.8 di atas maka dapat digambarkan grafik hubungan antara frekuensi

dengan nilai yang diperoleh oleh siswa pada grafik 4.5.

Grafik 4.5 Prestasi belajar kognitif siswa kelas inkuiri

Berdasarkan grafik 4.5 maka dapat diperoleh gambaran bahwa kisaran nilai antara

60 – 69 memiliki frekuensi yang paling banyak yaitu 11 siswa, sedangkan pada

kisaran nilai 50 – 59 dan 80-89 memilki frekuensi paling sedikit yaitu 2 siswa.

Page 94: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Tabel 4.9 Penyebaran frekuensi nilai prestasi belajar siswa kelas inkuiri

Nilai Nilai Tengah frekuensi Frekuensi komulatif

93-103 98 1 1

82-92 87 1 2

71-81 76 4 6

60-70 65 15 21

49-59 54 8 29

38-48 43 5 34

Dari tabel 4.9 di atas maka dapat digambarkan grafik hubungan antara frekuensi

dengan nilai yang diperoleh oleh pada grafik 4.6.

Grafik 4.6 Prestasi belajar kognitif siswa kelas CTL

Berdasarkan grafik 4.6 maka dapat diperoleh gambaran bahwa kisaran nilai antara

60 – 70 memiliki frekuensi yang paling banyak yaitu 15 siswa, sedangkan pada

kisaran nilai 82 – 92 dan 93-103 memilki frekuensi paling sedikit yaitu 1 siswa.

Jika diamati pada grafik 4.5 dan 4.6 maka terjadi perbedaan pada kisaran nilainya,

Page 95: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

pada grafik 4.5 nilai tertinggi berjalan sampai dengan kisaran antara 80-89 dan

nilai terendah dimulai dari kisaran antara nilai 30-39. Sedangkan pada grafik 4.6

nilai tertinggi berjalan sampai pada kisaran antara 93-103 dan mulai berjalan dari

kisaran nilai 38-48.

b. Prestasi belajar Psikomotor

Selain segi kognitif prestasi belajar yang didapatkan dari penelitian ini juga

mencakup psikomotor siswa. Dalam proses belajar siswa juga dituntut untuk

melakukan suatu kegiatan baik di laboratorium atau di kehidupan nyata. Hasil dari

prestasi belajar psikomotor siswa disajikan dalam bentuk grafik 4.7.

Grafik 4.7 grafik perbandingan nilai prestasi psikomotor kelas inkuiri dan CTL

Berdasarkan grafik 4.7 didapatkan bahwa aktivitas yang terjadi pada siswa banyak

dilakukan oleh kelas CTL. Pada kelas inkuri diperoleh nilai rata-rata adalah 67

dan kelas CTL nilai rata-rata adalah 69 (lampiran 14). Hal yang demikian terjadi

Page 96: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

berdasarkan penilaian dari observer bahwa kegiatan CTL lebih banyak daripada

kegiatan dengan pembelajaran Inkuiri terbimbing.

c. Prestasi Belajar Afektif

Karena model pembelajaran yang digunakan menuntut adanya penyajian hasil

karya dan hasil praktikum maka prestasi yang didapatkan oleh siswa juga

mencakup segi afektif siswa. Hasil prestasi afektif siswa disajikan dalam Grafik

4.8.

Grafik 4.8 Grafik hasil belajar afektif siswa kelas CTL dan inkuiri

Berdasarkan grafik 4.8 maka diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada

ranah afektif adalah sama di tiap-tiap kelas yaitu 78 (lampiran 14). Artinya tidak

ada perbedaan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa kelas inkuiri dan CTL. Pada

dasarnya siswa mempresentasikan hasil yang diperoleh dengan baik.

Page 97: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

B. UJI PRASYARAT ANALISIS

Untuk melakukan analisis pengujian hipotesis maka perlu dilakukan uji

prasyarat hipoteisis. Uji prasyarat ini digunakan untuk mengetahui bahwa sampel

yang telah diberi perlakuan terdistribusi normal dan homogen. Dalam pengolahan

data ini digunakan program SPSS 16. Dengan menggunakan α = 0,05 maka H0

(sampel terdistribusi normal) akan diterima apabila sig > daripada 0,05.

Sebaliknya H0 akan ditolak (sampel tidak terdistribusi normal) apabila sig < 0,05.

Untuk mengetahui lebih lanjut hasil dari uji normalitas maka dapat dideskripsikan

pada tabel 4.10

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas No Uji Normalitas Jumlah Sig P – value Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Abstrak kelas CTL Abstrak kelas inkuiri Motivasi kelas CTL Motivasi kelas inkuiri Motivasi tinggi Motivasi rendah Abtrak tinggi Abstrak rendah Prestasi *CTL Prestasi*inkuiri Prestasi*motivasi tinggi Prestasi*motivasi rendah Prestasi*abstrak tinggi Prestasi*abstrak rendah

35 35 35 35 37 33 36 34 35 35 37 33 36 34

0.398 0.395 0.089 0.468 0.054 0.089 0.412 0.663 0.266 0.403 0.055 0.068 0.066 0.066

0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05

Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal

Dari tabel 4.10 di atas telah dilakukan 14 kali uji normalitas dan dapat

diinterprestasikan bahwa menurut Shapiro-wilk nilai sig > 0,05 sehingga semua

data yang diperoleh telah terdistribusi normal. Jumlah sampel terdiri dari 70 siswa

yang dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan model yaitu inkuiri dan CTL.

Page 98: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Setiap model diikuti oleh 35 siswa. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi

tinggi terdiri dari 37 siswa dan motivasi berprestasi rendah 33 siswa. Siswa yang

memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi 36 siswa dan siswa yang memiliki

kemampuan berpikir abstrak rendah 34 siswa.

Berdasrakan data tabel 4.10 dapat dibuat plot normalisasi jika dalam grafik

yang digambarkan membentuk garis linier antara satu titik dengan titik yang lain

maka data yang diperoleh merupakan data yang terdistribusi normal. Dibawah ini

akan disajikan grafik plot normalitas sehingga akan terlihat sebaran data untuk

masing-masing uji normalitas yang telah dilakukan.

Grafik 4.9 Grafik normalitas kemampuan berpikir abstrak kelas CTL

Pada grafik 4.9 menunjukkan grafik antara nilai observasi dan nilai harapan

normal. Dalam grafik ditunjukkan bahwa nilai terendah yang didapatkan antara

nilai 30-40 dan tertinggi nilai 80. Gradient yang diperoleh dalam grafik yang

diperoleh membentuk suatu garis linier antara nilai sumbu Y -2 sampai 2. Hal ini

Page 99: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

menunjukkan bahwa data yang diperoleh di lapangan terdistribusi normal.

Sebagian data yang telah dibuat grafik normalitasnya bisa dilihat dilampiran 15.

Setelah melakukan uji normalitas maka langkah berikutnya melakukan uji

homogenitas. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui sampel yang digunakan

homogen atau tidak. Hipotesis yang diberikan adalah sampel yang digunakan

adalah homogen. Jika hasil uji homogenitas menggunakan program SPSS 16 sig >

0,05 maka hipotesis diterima yaitu sampel homogen, sebaliknya apabila hasil

yang diberikan adalah < 0,05 maka hipotesis ditolak sehingga sampel tidak

homogen. Hasil data yang diperoleh dapat dideskripsikan dalam tabel 4.11

Tabel 4.11 Hasil uji homogenitas

Uji Homogenitas Jumlah data Sig P value

Prestasi kognitif

Motivasi

Abstrak

70

70

70

0.189

0.168

0.983

0.05

0.05

0.05

Dari tabel 4.13 diperoleh bahwa nilai sig > 0,05 dari hasil seperti ini maka dapat

disimpulkan bahwa intersepsi dari prestasi belajar, motivasi berprestasi dan

kemampuan berpikir abstrak adalah homogen.

C. PENGUJIAN HIPOTESIS

Dengan dipenuhinya dua syarat sebagaimana pada point B yaitu sampel

terdistribusi normal dan homogen maka dapat dilakukan uji hipotesis. Uji

hipotesis yang digunakan adalah anava 3 jalan. Pemetaan katagori analisis dengan

menggunakan anava 3 jalan adalah sebagai mana ditampilkan dalam tabel 4.12.

Pemetaan ini kemudian dianalisis menggunakan program SPSS 16. Kriteria

Page 100: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

penerimaan hipotesis adalah jika nilai sig .< 0,05 maka H0 diterima dan sebaliknya

jika nilai sig > 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil dari uji anava

disajikan dalam tabel 4.13

Tabel 4.12 Pemetaan analisis menggunakan anava

Kemampuan Berpikir Abstrak tinggi Kemampuan Berpikir Abstrak rendah

Motivasi berprestasi tinggi

Motivasi berprestasi rendah

Motivasi berprestasi

tinggi

Motivasi berprestasi

rendah Inkuiri 10 Siswa 6 siswa 4 siswa 15 siswa

CTL 18 siswa 2 siswa 5 siswa 10 siswa

Tabel 4.13 Hasil uji Anava

Source

Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Model 14.884 1 14.884 .143 .706

Abtrak 789.022 1 789.022 7.595 .008

Motivasi 1402.822 1 1402.822 13.503 .000

model * abtrak 1253.013 1 1253.013 12.061 .001

model * motivasi 99.614 1 99.614 .959 .331

abtrak * motivasi 131.607 1 131.607 1.267 .265

model * abtrak * motivasi .108 1 .108 .001 .974

Corrected Total 14067.771 69

Berdasarkan dari tabel 4.13 di atas maka dapat diperhatikan kolom source dan

signifikan. Hipotesis pertama menyatakan bahwa H01 = tidak ada pengaruh model

pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL terhadap prestasi belajar siswa. H11 =

ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL terhadap prestasi

belajar siswa. Nilai signifikan yang diperoleh dari hasil analisis terkait dengan

Page 101: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

model adalah 0,706. Nilai ini lebi besar daripada 0,05 artinya H01 diterima dan H11

ditolak sehingga tidak ada pengaruh model pembejaran yang digunakan dalam

penelitian ini. Hipotesis kedua menyatakan H02 = tidak ada pengaruh kemampuan

berpikir abstrak tinggi rendah terhadap prestasi belajar. H12 = terdapat pengaruh

kemampuan berpikir astrak tinggi dan rendah. Nilai signifikan yang diperoleh

adalah 0,008. Nilai ini lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai 0,05. Artinya

H02 ditolak dan H12 diterima. Jadi terdapat pengaruh nilai kemampuan berpikir

abstrak tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar dalam penelitian ini. Hipotesis

ketiga menyatakan H03 = tidak ada pengaruh motivasi tinggi dan rendah terhadap

prestasi belajar siswa. H13 = terdapat pengaruh motivasi tinggi dan rendah

terhadap prestasi belajar siswa. Nilai signifikan yang diperoleh adalah 0,000. Nilai

ini lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai 0,05. Artinya H03 ditolak dan H13

diterima. Jadi terdapat pengaruh motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap

prestasi belajar siswa dalam penelitian ini.

Hipotesis keempat menyatakan H04 = tidak terdapat interaksi antara model

pembelajaran inkuiri dan CTL dengan kemampuan berpikir abstrak siswa

terhadap prestasi belajar siswa. H14 = terdapat interaksi antara model

pembelajaran inkuiri dan CTL terhadap kemapuan berpikir abstrak siswa terhadap

prsetasi belajar siswa. Nilai signifikan yang diperoleh adalah 0,001 artinya H04

ditolak dan H14 diterima. Jadi ada interaksi antara model yang digunakan dalam

penelitian dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.

Hipotesis kelima menyatan H05 = tidak terdapat interaksi antara model

pembelajaran inkuiri dan CTL dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi

Page 102: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

belajar siswa. H15 = terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri dan CTL

dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa. Nilai signifikan yang

didapatkan adalah 0,331. Nilai ini lebih besar daripada 0,05 artinya H05 diterima

dan H15 ditolak. Jadi tidak ada interaksi antara model yang digunakan

dalampenelitian dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.

Hipotesis keenam H06 = tidak terdapat interaksi antara kemampuan berpikir

abstrak tinggi dan rendah dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap

prestasi belajar siswa. H16 = terdapat interaksi antara kemampuan berpikir abstrak

tinggi dan rendah dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi

belajar siswa. Nilai signifikan yang didapatkan adalah 0,265. Nilai yang

didapatkan lebih besar daripada 0,05 artinya dalam penelitian ini H06 diterima dan

H16 ditolak. Jadi tidak ada intraksi antara kemampuan berpikir abstrak tinggi dan

rendah dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar

siswa. Hipotesis terakhir adalah H07 = tidak terdapat interaksi antara model

pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan motivasi berprestasi siswa dan

kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa. H17 = terdapat

interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan motivasi

berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.

Nilai signifikan yang didapatkan adalah 0,974. Nilai yang didapat lebih besar jika

dibandingkan dengan 0,05 artinya H07 diterima dan H17 ditolak. Jadi tidak ada

interaksi antara model yang digunakan dengan kemampuan berpikir abstrak dan

motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.

Page 103: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Setelah melakukan uji hipotesis perlu kiranya dilakukan uji lanjut anava.

Uji lanjut anava yang dilakukan adalah dengan menggunakan uji Schaffe, uji ini

hanya dilakukan pada hipotesis 2, 3 dan 4 karena H0 pada hipoteisis ini ditolak.

Uji Scheffe yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan aplikasi program

SPSS 16 yang secara terperinci dideskripsikan pada tabel 4.14

Pada tabel 4.14 Nilai α yang digunakan adalah 0,05 dengan dua hipotesis

yaitu H0 = ada perbedaan signifikan antara factor dan H1 = tidak ada perbedaan

yang signifikan antara factor. Terima H0 jika nilai sig < 0,05. Berdasarkan tabel

4.16 maka dapat diartikan 1) tidak ada perbedaan prestasi yang diperoleh siswa

kelas CTL dan inkuiri (P value = 0,810). 2) ada perbedaan prestasi yang dipeoleh

siswa berdasarkan faktor kemampuan berpikir abstrak dan motivasi berprestasi.

Untuk lebih jelasnya hubungan antara faktor dapat dideskripsikan pada tabel 4.15

Tabel 4.14 Hasil uji Scheffe efek hubungan antara faktor

No Source df Mean Square F Sig.

1 Corrected Model 7 999.946 8.771 .000

2 Intercept 1 162420.833 1.425E3 .000

3 Model 1 6.660 .058 .810

4 Faktor 3 1522.382 13.354 .000

5 model * faktor 3 426.869 3.744 .015

6 Error 62 114.002

7 Total 70

8 Corrected Total 69

Pada tabel 4.14 pada baris ke 5 kolom ke dua (faktor) nilai sig yang diperoleh

adalah 0,000 jika dibandingkan dengan nilai α atau resiko kesalahan yang diambil

sebesar 0,05. Tentunya nilai sig yang diperoleh < p value. Kejadian ini

Page 104: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

memberikan arti bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar yang dipeoleh oleh

masing-masing siswa. Sedangkan pada baris ke empat kolom kedua (model) nilai

sig yang diperoleh adalah 0,810 jika dibandingkan dengan nilai α atau resiko

kesalahan yang diambil maka nialai sig > α maka tidak ada perbedaan hasil

prestasi belajar anatara siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan

model inkuiri dan CTL.

Tebel 4.15 Perbandingan antara faktor

No (I) faktor (J) faktor Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

1 abstrak tinggi & motivasi tinggi

abstrak rendah & motivasi tinggi

13.0498* 4.07407 .023

2 abstrak tinggi & motivasi rendah

18.8276* 4.26397 .001

3 abstrak rendah & motivasi rendah 19.4109* 2.94639 .000

4 abstrak rendah & motivasi tinggi

abstrak tinggi & Motivasi tinggi

-13.0498* 4.07407 .023

5 abstrak tinggi & motivasi rendah

5.7778 5.18818 .744

6 abstrak rendah & motivasi rendah

6.3611 4.17337 .513

7 abstrak tinggi & motivasi rendah

abstrak tinggi & Motivasi tinggi

-18.8276* 4.26397 .001

8 abstrak rendah & motivasi tinggi

-5.7778 5.18818 .744

9 abstrak rendah & motivasi rendah

.5833 4.35894 .999

Merujuk pada tabel 4.15 hasil uji Scheffe dengan faktor i dan j maka dapat

diinterprestasikan sebagai berikut ini pada baris pertama faktor i yaitu anak yang

memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi dan motivasi berprestasi tinggi jika

dibandingkan dengan faktor j yaitu anak yang memiliki kemampuan abstrak

rendah dan motivasi tinggi memiliki nilai sig 0,023. Nilai ini menunjukkan ada

perbedaan hasil prestasi yang diperoleh dari kedua faktor ini. Pada baris kedua

Page 105: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

nilai sig yang diperoleh adalah 0,001 hal ini menunjukkan ada perbedaan hasil

yang diperoleh antara siswa yang memiliki kemampuan bastrak tinggi dan

motivasi tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan abstrak tinggi dan

motivasi rendah. Pada baris ketiga nilai sig 0,000 hal ini menunjukkan ada

perbedaan hasil yang diperoleh siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak

tinggi dan motivasi tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir

abstrak rendah dan motivasi rendah. Pada baris kelima nilai sig 0,744 hal ini

menunjukkan tidak ada perbedaan hasil prestasi belajar yang diperoleh siswa

dengan kemampuan berpikir abstrak rendah dan motivasi tinggi dengan

kemampuan abstrak tinggi dan motivasi rendah. Pada baris keenam nilai sig 0,513

hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan hasil prestasi belajar yang diperoleh

siswa dengan kemampuan berpikir abstrak rendah dan motivasi tinggi dengan

siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah dan motivasi rendah.

D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Hipotesis pertama

“Tidak ada pengaruh antara model pembelajara inkuiri dengan CTL terhadap

prestasi belajar siswa.”

Model pembelajaran inkuri menekankan pada suatu pola pembelajaran yang

mengorientasikan pada proses penyelidikan, penggalian informasi yang dilakukan

oleh siswa sedangkan model pembelajaran CTL merupakan konsep belajar yang

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata yang pernah

Page 106: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

ditemui atau dilakukan oleh siswa. Secara dasar tujuan dari penerapan kedua

model pembelajaran ini adalah sama yaitu untuk membentuk perilaku sains siswa.

Dalam Depdiknas 2007 pembelajaran kontekstual harus mencakup 7 komponen

utama yaitu kontruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,

refleksi dan penilaian sebenarnya. Pelaksanaan di lapangan sendiri kegiatan

pembelajaran CTL menekankan pada penganalisisan fenomena alam dalam

kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa akan mulai untuk merumuskan hipotesis,

merancang percobaan, mengumpulkan data dan pada akhirnya akan mengambil

suatu simpulan dari peristiwa yang dialami. Ada beberapa komponen yang tidak

bisa dilaksanakan dengan baik contohnya adalah refleksi dan penilaian

sebenarnya. Hambatan ini didasarkan pada waktu yang sangat mendesak untuk

menyelesaikan ketujuh komponen setiap subab harus selesai dalam waktu 90

menit. Padahal idealnya waktu untuk pembelajaran dengan menggunakan CTL

lebih lama lagi, sehingga yang lebih ditekankan dalam proses pembelajaran ini

adalah kuntruktivisme dan inkuiri. Sedangkan inkuiri sendiri meruapakan bagian

dari pembelajaran CTL sehingga langkah-langkah yang hamper sama terjadi

dikedua model pembelajaran ini.

Berdasarkan pada tabel 4.7 didapatakan nilai rata-rata prestasi belajar kelas

inkuiri dan CTL adalah 59,60 dan 65,09 dengan standar deviasi 13,03 dan 15,11.

Sehingga batas nilai CTL sendiri antara 49,98 sampai dengan 80,2. Nilai rata-rata

kelas inkuiri terbimbing masuk dalam batas CTL sehingga tidak ada perbedaan

yang signifikan kedua model ini. Jika meninjau pada LKS dan RPP (lampiran 2)

maka untuk RPP CTL belum susuai dengan konteks pembelajaran CTL karena

Page 107: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

belum terperinci dengan jelas antara ketujuh komponen yang telah disebutkan di

atas. Sedangakan LKS sendiri lebih cenderung ke penggalian informasi mengenai

suatu fenomena sederhana. Siswa kurang bereksplorasi dari percobaan yang

dilakukan. Siswa cenderung menganalisis dengan sederhana kegiatan-kegiatan

yang telah dilakukan.

2. Hipotesis kedua

“ Terdapat pengaruh nilai kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah terhadap

prestasi belajar dalam penelitian ini.”

Kemampuan berpikir ini merupakan sekumpulan dari suatu ketrampilan yang

kompleks. Berpikir adalah proses yang aktif dan dinamis yang dilakukan oleh

siswa dalam rangka membentuk suatu ide-ide, pengertian, pemahaman dan

menarik suatu kesimpulan. Menurut Piaget dalam Trianto (2007:64) pada tahap

operasi formal merupakan tahap akhir dalam perkembangan kognitif di mana

seorang remaja sudah dapat berpikir secara logis, berpikir dengan pemikiran yang

teoritis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis dan dapat mengambil

kesimpulan lepas dari apa yang telah diamati saat itu. Hasil ini sesuai dengan teori

perkembangan kognitif Piaget karena untuk menyelesaikan masalah yang bersifat

abstrak akan mudah dilakukan oleh orang yang memilki kemampuan berpikir

abstrak tinggi. Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk selalu

melakukan sekumpulan kegiatan eksperimen.

Berdasarkan data-data yang sudah diperoleh (lampiran 2) siswa sudah mampu

untuk menganalisis suatu masalah dengan runtut dari data ini maka akan ditarik

Page 108: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

suatu simpulan. Hal ini kiranya dapat dilakukan oleh siswa yang memiliki

kemampuan berpikr abstrak tinggi. Dari hasil tes siswa yang memiliki

kemampuan berpikir abstrak tinggi terdapat 31 siswa sedangkan siswa yang

memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah terdapat 39 siswa. Dari hasil tabel

4.4 kemampuan berpikir abstrak tinggi rata-rata kelas CTL lebih tinggi jika

dibandingkan dengan kelas inkuri. Hal ini menyatakan bahwa siswa yang

memiliki kemampuan berikir abstrak tinggi akan senantiasa mendapatkan prestasi

belajar yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena dalam proses pembelajaran ini

siswa ditekankan untuk senantiasa mengamati fenomena, menyusun suatu

pertanyaan dan hipotesis, melakukan suatu percobaan, mengumpulkan data, dan

pada akhirnya akan melatih siswa untuk menarik kesimpulan.

3. Hipotesis ketiga

“Terdapat pengaruh motivasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.”

Motivasi merupakan suatu dorongan kepada diri sendiri untuk melakukan

sesuatu. Dari hasil uji hipotesis menyatakan bahwa motivasi tinggi dan rendah

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Menurut Muhammad (2007:27)

motivasi berprestasi yang dimiliki oleh siswa akan cenderung untuk berupaya

melakukan sampai berhasil dan memilih kegiatan yang mengarah pada tujuan dan

mengarah pada keberhasilan/kegagalan”. Dengan adanya motivasi berprestasi ini

seorang siswa akan cenderung berupaya memperoleh suatu tujuan dengan hasil

yang maksimal. Dengan melakukan kegiatan eksperimen siswa dituntut untuk

memiliki motivasi tinggi dalam proses belajar-mengajar. Berdasarkan tabel 4.1

Page 109: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

diperoleh informasi bahwa motivasi berprestasi kelas CTL lebih besar jika

dibandingkan dengan kelas inkuiri. Hal ini serupa dengan tabel 4.7 yang

menunjukkan prestasi belajar kognitif kelas CTL juga lebih tinggi daripada

prestasi belajar kognitif kelas inkuri. Tidak hanya prestasi kognitif saja yang

menunjukkan nilai presatasi siswa tetapi juga didukung oleh prestasi psikomotor

dan afektif. Nilai psikomotor antara kedua kelas sama yitu 78 karena memang

lembar observasi yang digunakan antara kelas CTL dan inkuiri terbimbing sama.

Dengan dasar kegiatan psikomotor inilah dapat dibuktikan bahwa siswa

melakukan suatu kegiatan baik praktikum atau obeservasi dengan baik. Namun

nilai pada prestasi afektif kelas CTL lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas

inkuiri karena pada kelas CTL siswa menyajikan suatu hasil karya untuk

dipresentasikan. Dengan kegiatan presentasi ini siswa pada kelas CTL lebih

antusias jika dibandingkan dengan kelas inkuiri terbimbing.

Maksud dari pernyataan ini adalah siswa yang memiliki motivasi tinggi

cenderung akan melakukan sesuatu dengan baik dan pada akhirnya

mengupayakan hasil prestasi belajar kognitifnya tinggi. Sebaliknya siswa yang

memiliki motivasi belajar rendah akan mendapatkan hasil belajar yang rendah

pula.

4. Hipotesis keempat

“Terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri dan CTL dengan

kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar siswa.”

Page 110: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Menurut Piaget untuk mengembangkan pola berpikir abstrak seorang anak

setidaknya sudah mencapai pada kisaran umur 11 tahun (operasi formal). Akan

tetapi seorang anak tidak semuanya berkembang menurut proses perkembangan

ini. Ada beberapa anak yang memiliki pola pengembanagan abstrak siswanya

melemah. Hasil intaraksi antara model pembelajaran inkuiri dan CTL dengan

kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap presatsi belajar dapat disajikan dalam

grafik 4.23

Berdasarkan grafik 4.23 merupakan grafik hubungan antara kemampuan

berpikir abstrak dan prestasi belajar siswa berdasarkan model inkuiri dan CTL.

Pada kedua grafik ini terdapat perpotongan gradient pada suatu absis ( 57,5;58,7)

sehingga ada suatu interaksi antara kemampuan berpikir abstrak tinggi siswa dan

kemampuan berpikir abstrak siswa.

Siswa yang semula memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah apabila

mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran inkuiri siswa ini akan cenderung

memperoleh nilai prestasi kognitif yang lebih baik karena dalam model ini siswa

tidak dituntu untuk lebih melogika dalam kehidupan sehari-hari atau dalam kata

lain tidak perlu untuk membuat suatu karya hanya sebatas suatu simpulan gejala

alam. Menurut Ibrahim dan Nur (2000:5) model pembelajaran pada rumpun

pembentukan perilaku siswa baik inkuiri atau CTL merupakan model efektif

untuk pembelajaran tingkat tinggi

Page 111: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Grafik 4.23 grafik interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan berpikir abstrak

siswa

Sesuai dengan hasil penelitian siswoyo (2009) menunjukkan bahwa siswa yang

memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi akan mampu mennghasilkan prestasi

belajar yang lebih baik jika diajarkan dengan model pembelajaran proyek.

Kegiatan pembelajaran CTL cenderung melakukan suatu eksplorasi untuk

membuat karya. Dengan tingginya kemampuan berpikir abstrak siswa maka

seorang siswa akan mampu melihat makna akademik yang diperoleh baik dalam

proses pengajaran atau eksperimen dengan cara menghubungkan subjek-subjek

akademiks dalam konteks kehidupan. Kegiata inkuiri terbimbing akan membantu

siswa untuk menghubungkan suatu peristiwa-peristiwa yang runtut menuju suatu

konsep fisika kegiatan ini akan membantu siswa yang memiliki kemampuan

berpikir abstrak rendah untuk menemukan suatu konsep fisika. sehingga siswa

yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi ketika diberikan suatu proses

pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri atau CTL akan tetap memiliki

(57,5;58,7)

Page 112: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

prestasi belajar yang tinggi. Sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan berpikir

abstrak rendah akan memiliki presatasi tinggi jika diajarkan dengan model inkuiri

terbimbing.

5. Hipotesis kelima

“Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri dan CTL dengan

motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.”

Motivasi berprestasi terdiri dari dua katagori yaitu motivasi interinsik dan

motivasi ektrinsik. Motivasi ini dimiliki oleh seorang anak dalam mengikuti

kegiatan belajar mengajar. Salah satu tujuan dari model pembelajaran digunakan

di dalam kelas adalah untuk dapat meningkatkan motivasi belajar anak dalam

kegitan belajar mengajar. Akan tetapi dari penelitian yang dilakukan tidak ada

interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dengan motivasi berprestasi

siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dideskripsikan pada grafik 4.24.

Grafik 4.24 Grafik interaksi antara motivasi berprestasi dengan model yang digunakan

Page 113: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Berdasarkan grafik 4.15 ditunjukkan bahwa motivasi terendah dan tertinggi

berada pada kelas inkuri. Pada siswa ini menunjukkan bahwa hasil prestasi yang

didapatkan cenderung rendah untuk motivasi rendah dan tinggi untuk motivasi

tinggi. Kedua garis dalam grafik tidak berpotongan pada satu titik atau saling

lepas maka dapat diperoleh simpulan bahwa tidak ada intaraksi antara model yang

digunakan dengan motivasi berprestasi siswa. Siswa yang memiliki motivasi

berprestasi tinggi akan senantiasa berusaha semaksimal mungkin melakukan

kegiatan belajar sehingga menghasilkan prestasi belajar yang tinggi. Siswa dengan

motivasi rendah dalam kegiatan eksperimen atau percobaan cenderung

menggantungkan dengan siswa lain dalam satu kelompoknya. Selain itu penilaian

psikomotor sengaja dibuat penilaian tiap kelompok sehingga tidak nampak adanya

perbedaan prestasi siswa yang memiliki motivasi rendah dan tinggi. Karena itu

guru sulit untuk memberikan tindakan untuk anak-anak yang memiliki motivasi

rendah. Ada beberapa yang kiranya tidak diperhatikan dalam kegiatan belajar

disini yaitu bahwa motivasi dibedakan menajadi dua yaitu motivasi interisik dan

motivasi ektrisnsik (Santrok,204). Siswa yang cenderung rendah motivasi

intrinsiknya perlu kiranya diberikan suatu motivasi lain dari luar (ekstrinsik).

Semestinya guru memberikan suatu penghargaan atau sanksi yang menyebabkan

siswa untuk melakukan suatu kegiatan lebih baik lagi.

6. Hipotesis keenam

“Tidak terdapat interaksi antara kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah

dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.”

Page 114: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Berdasarkan grafik 4.25 menunjukkan grafik hubungan antara motivasi

berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak siswa. Garis gradient yang

dibentuk antara kedua model yang digunakan adalah saling lepas maka dapat

diperoleh suatu simpulan bahwa tidak ada interaksi antara kemampuan berpikir

abstrak siswa dengan motivasi berprestasi siswa. Siswa yang memiliki

kemampuan berpikir abstrak tinggi maka motivasinya juga tinggi dan siswa yang

memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah maka motivasinya juga rendah.

Grafik 4.25 Grafik intraksi antara kemampuan berpikir abstrak siswa dengan motivai

berprestasi siswa Interaksi ini lebih menunjukkan jika seorang anak memiliki motivasi yang rendah

dan kemampuan berpikir abstrak rendah maka akan kesulitan ketika mereka

mengikuti kegiatan belajar CTL ataupun inkuiri. Mereka cenderung untuk

melakukan suatu kegiatan eksperimen terutama jika hasil data yang diperoleh

tidak begitu baik. Seseorang yang memiliki motivasi rendah maka akan cenderung

menghubungkan bahwa faktor-faktor internalnya juga rendah (Muhmmad,2007).

Kurang cakapnya guru dalam menangani anak-anak yang memiliki motivasi

Page 115: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

rendah menyebabkan data yang diperoleh tidak terjadi interaksi antara motivasi

dan kemampuan berpikir abstrak. Seharusnya hal yang demikian sebagai

pegangan guru untuk membarikan perhatian yang lebih terutama untuk siswa yang

memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah dan motivasi rendah untuk

melakukan kegiatan pembelajaran lebih optimal.

7. Hipotesis ketujuh

“Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL

dengan motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak terhadap

prestasi belajar siswa.”

Dikalangan guru khususnya model-model pembelajaran mulai diterapkan guna

menjadikan suatu proses pembelajaran penuh dengan makna, mulai yang

berorientasi pada hasil akhir sampai dengan berorientasi pada suatu proses

penemuan. Pembelajaran yang dilakukan tidak memberikan interaksi yang baik

antara motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak siswa. Hasil

yang diporelah daripenelitian ini adalah siswa yang diajarkan dengan model CTL

memiliki hasil prestasi belajar yang tinggi jika dibandingkan dengan model

inkuiri. Pada masing-masing kelas diperoleh bahwa siswa yang memiliki

kamampuan berpikir abstrak tinggi dan motivasi berprestasi tinggi memperoleh

prestasi belajar yang tinggi dan kondisi siswa yang memilki kemampuan berpikir

abstrak rendah dan motivasi berprestassi rendah akan memiliki prestasi belajar

yang rendah.

Page 116: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Keadaan dilapangan menunjukkan bahwa siswa dengan kegiatan pembelajaran

CTL mereka lebih cenderung untuk memberikan suatu karya yang terbaik baik

untuk kelompoknya karena menyangkut kreativitas yang diberikan oleh siswa

untuk melakukan hal yang terbaik. Pada pembelajaran inkuiri hanya cenderung

menyelesaikan masalah-masalah klasik yang berkaitan dengan konsep. Siswa

dengan motivasi tinggi dan kemampuan berpikir abstrak tinggi akan lebih nyaman

apabila mengikuti kegiatan belajar dengan model CTL karena mereka akan

mampu mengeksplorasi segala hal yang ada dalam pikirannya mereka akan lebih

antusias untuk memberikan argumen-argumen logis mengenai konsep fisika.

Sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah dan motivasi

rendah akan merasa tertekan apabila mereka mengikuti kegiatan pembelajaran

CTL. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Tashoobbshirazi,2007)

menunjukkan siswa dengan motivasi rendah akan memiliki kecemasan yang

tinggi dan lemah keyakinan diri. Hal inilah yang mempengaruhi seorang siswa

dalam memperoleh prestasi belajar.

E. KELEMAHAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini telah diusahakan seminimal mungkin terjadi kesalahan,

akan tetapi kelemahan dan keterbatasan dari penelitian tidak dapat dihindari

secara penuh. Dalam penelitian ini kelemahan dan keterbatasan yang ada antara

lain:

Page 117: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

1. Instrument yang digunakan hanya diuji cobakan satu kali pada sekolah

pembanding, padahal sebaiknya instrument yang diuji cobakan dilakukan

berkali-kali di sekolah pembanding yang setara.

2. Prestasi belajar yang diamati peningkatanya hanya disatu pokok bahasan

seharusnya prestasi belajar yang diamati adalah disemua pokok bahasan.

3. Untuk mengobservasi kegiatan laboratorium seharusnya tidak hanya dilakukan

oleh satu guru akan tetapi diperlukan beberapa guru.

4. Guru kurang memberikan umpan ba lik kepada siswa terutama kepada siswa

yang memiliki motivasi rendah dan kemampuan berpikr abstrak rendah.

Page 118: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. SIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh suatu simpulan sebagai

berikut ini:

1. Pembelajaran CTL dan Pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan hasil

nilai rata-rata 65,80 dan 60,34. Pelaksanaan kedua model pembelajaran ini

bertujuan untuk membentuk pola pikir sains siswa. Siswa akan mampu untuk

menaganalisis gejala alam yang ada sebelum menarik suatu simpulan.

2. Kemampuan berpikir abstrak siswa memberikan pengaruh yang besar dalam

pelaksanaan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dan CTL. Siswa

yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi mampu memberikan

sumbangsih yang besar terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Siswa

yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi akan mudah menganalisis

gejala-gejala alam yang ada untuk menarik suatu simpulan.

3. Motivasi berprestasi siswa mempengaruhi prestasi siswa dalam pencapaian

prestasi belajar. Motivasi berprestasi siswa yang tinggi akan senatiasa

melakukan percobaan ataupun eksperimen secara baik karena pada kedua

model ini siswa akan cenderung melakukan percobaan atau eksperimen baik

di laboratorium atau di lingkungan sekitar untuk membuktikan gejala alam

yang ada sebagai suatu konsep dasar fisika.

Page 119: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

4. Dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dan CTL terjadi

suatu interaksi dengan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi

belajar siswa. Siswa dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi ketika

mengikuti pembelajaran dengan model CTL mampu menghasilkan prestasi

belajar yang tinggi. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir

abstrak yang rendah juga mampu menghasilkan prestasi belajar yang tinggi

pula ketika mengikuti pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing.

5. Dalam proses pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dan CTL

tidak terjadi interaksi dengan motivasi berprestasi siswa. Hal yang demikian

menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan

mendapatkan prestasi belajar yang tinggi pula baik diajarkan dengan

menggunakan model inkuiri terbimbing atau CTL.

6. Ketika pembelajaran berlangsung tidak terjadi interaksi antara kemampuan

berpikir abstrak siswa dengan motivasi berprestasi siswa. Siswa yang

memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dan kemampuan berpikir abstrak

tinggi cenderung memiliki prestasi belajar yang tinggi pula sebaliknya siswa

yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah dan motivasi berprestasi

berprestasi rendah akan memiliki prestasi belajar yang rendah pula.

7. Pelaksanaan pembelajaran CTL dan inkuri terbimbing tidak memberikan

interaksi antara kemampuan berpikir abstrak siswa dan motivasi berprestasi

siswa terhadap kemampuan prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki

kemampuan berpikir abstrak tinggi dan motivasi belajar tinggi akan

mengahsilkan prestasi belajar yang tinggi apabila ikut dalam proses belajar

Page 120: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

CTL atau inkuiri terbimbing sedangkan siswa yang memiliki kemampuan

berpikir abstrak rendah dan kemampuan berpikir abstrak rendah akan

cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah baik di kelas CTL atau inkuri

terbimbing.

B. IMPLIKASI

1. Implikasi Teoritis

Prestasi belajar fisika dipengaruhi oleh model pembelajaran yang dibawakan

oleh seorang guru. Model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran CTL

memberikan hasil belajar yang sama. Karena tujuan dari model pembelajaran ini

adalah sama yaitu membentuk perilaku sains terhadap siswa. Siswa dituntut untuk

mengamati setiap gejala alam yang ada dengan memulai mengajukan hipotesis,

merancang kegiatan, mengumpulkan data dan pada akhirnya menyimpulkan suatu

gejala alam yang ada. Proses belajar ini tentunya tidak lepas dari motivasi

berprestasi siswa baik internal atau ekternal, dengan adanya motivasi berprestasi

yang dimiliki oleh siswa tentunya akan mempengaruhi hasil belajar yang ada.

Siswa dengan motivasi berprestasi berpresatasi yang tinggi akan senantiasa

mencapi tujuan dengan keberhasilan yang tinggi pula begitupun sebaliknya.

Untuk memperoleh hasil akhir yang mampu diterima siswa maka fakta-fakta yang

diperoleh oleh siswa perlu dihubung-hubungkan sehingga menjadi kesatuan yang

kompleks. Hal yang demikian tidak lepas dari peranan kemampuan berpikir

abstrak siswa. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi akan lebih

mudah untuk menarik suatu fakta mejadi simpulan dan siswa yang memiliki

Page 121: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

kemampuan berpikir abstrak rendah tentunya perlu bantuan dari seorang guru

untuk mencapai suatu simpulan yang dapat diterima oleh siswa.

2. Implikasi Praktis

Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL ditinjau dari aspek

kemampuan berpikir abtrak siswa dan motivasi berprestasi siswa pada materi

dinamika partikel sangat perlu diterapkan dalam rangka membentuk pola pikir

sains siswa. Karena dalam pembelajaran ini menuntut seorang siswa untuk selalu

aktif dalam memperoleh informasi dari observasi, membuat pertanyaan,

melakukan eksperimen, mengumpulkan data dan membuat simpulan. Hendaknya

guru benar-benar memperhatikan model yang akan digunakan sehingga dalam

proses pembelajaran akan mendapatkan tujuan apa yang telah ditentukan terlebih

dahulu. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah motivasi berprestasi siswa

karena dalam proses pembelajaran CTL dan inkuiri terbimbing motivasi

memegang peranan yang penting. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi

akan melakukan kegiatan pembelajaran yang baik, siswa ini akan terus mencoba

untuk membuktikan suatu fenomena alam. Hal kedua yang perlu diperhatikan

adalah kemampuan berpikir abstrak siswa. Kemampuan berpikir abstrak akan

mengarahkan seorang anak untuk mengaitkan berbagai fakta di lingkungan

menjadi suatu konsep dasar fisika.

Page 122: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

C. SARAN

1. Saran untuk Guru

Berdasarkan simpulan dan implikasi yang di atas maka dapat dikemukakan

saran untuk guru adalah sebelum memulai pelajaran hendaknya seorang guru

menentukan tujuan atau ketrampilan yang akan diberikan oleh siswa. Model

pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL sangat baik digunakan untuk

membentuk pola pikir sains kepada siswa terutama pada materi dinamika partikel.

Untuk menghasilkan prestasi belajar yang maksimal hendaknya guru

memperhatikan kondisi internal siswa. Proses belajar yang mengarah pada

kegiatan praktikum atau eksperimen mengutamakan kemampuan berpikir abstrak

siswa. Kemampuan ini perlu dilakukan pengukuran oleh guru sebelum melakukan

proses belajar mengajar. Selain itu motivasi berprestasi siswa juga perlu diketahui

dulu oleh guru sebelum melakukan proses pembelajaran karena mengingat

kegiatan belajar akan banyak terpusat pada siswa.

2. Saran untuk peneliti berikutnya

Rumpun kegiatan pembelajaran untuk melatih pola pikir sains siswa selain

CTL dan Inkuiri terbimbing masih terdapat model pembelajaran lain. Tentunya

model pembelajaran ini akan memberikan sumbangan penelitian yang lain pula.

Dalam penelitian ini tentunya harus memperhatikan kondisi siswa. Pelatihan pola

pikir sains akan lebih efektif diberikan kepada siswa dengan tingkat kecerdasan

menegah ke atas. Hal yang demikian menjadi acuan karena dalam kegiatan

Page 123: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

pembelajaran ini menuntut siswa untuk mandiri dan aktif terhadap instruksi-

instruksi pembelajaran yang diberikan oleh guru.

Kondisi internal siswa selain motivasi berprestasi dan kemampuan berpikir

abstrak sangat mutlak diperlukan juga, gaya belajar dan cara berpikir anak

merupakan hal yang akan memberikan hasil lain dalam penelitian. Gaya belajar

anak akan dibagi-bagi baik audio, visual atau audiovisual tentunya akan

memberikan sumbangan yang lain guna melengkapi penelitian ini.