Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

32
Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY Taufik Muhtarom 11712251023 Jurusan Pendidikan Dasar Program Pascasarjana UNY Bismillah.. OPTIMIS!

Transcript of Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Page 1: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI

di Provinsi DIY

Taufik Muhtarom11712251023Jurusan Pendidikan DasarProgram Pascasarjana UNY

Bismillah..OPTIMIS!

Page 2: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY
Page 3: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Daftar Isi

Page 4: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Latar Belakang

• Pemerintah melalui berbagai kebijakannya berusaha untuk memajukan mutu dan kualitas pendidikan Indonesia agar dapat bersaing dengan negara lain. Peningkatan mutu pendidikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses pengembangan sumber daya manusia, harus dilakukan secara terencana, terarah, dan intensif sehingga mampu menyiapkan bangsa Indonesia memasuki era globalisasi yang sarat dengan persaingan (Depdiknas, 2002:1).

• Pemerintah mengembangkan model sekolah-sekolah SDSN• Bagi SDSN yang dipandang mampu dan layak, akan didorong

menjadi SD RSBI untuk menjawab tantangan global.• Ada beberapa persyaratan untuk menuju SBI, salah satunya adalah

“....budaya sekolah yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan karakter, bebas bullying, demokratis, dan partisipatif” (Depdiknas, 2010: 5).

Page 5: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Lanjt ...

• Keberadaannya budaya sekolah merupakan faktor penting dalam sekolah-sekolah unggulan setingkat SSN dan RSBI karena aspek ini adalah aspek yang terlibat langsung dalam keseharian proses pendidikan di sekolah.

• Meskipun telah dijelaskan mengenai pentingnya inovasi dan budaya sekolah dilakukan oleh sekolah-sekolah, namun yang menjadi permasalahan adalah bahwa budaya sekolah hanya diterapkan parsial di luaran saja.

• Dalam tuntutannya menjadi sekolah berstandar internasional, guru dan tenaga kependidikan serta lulusan di SD RSBI dituntut untuk dapat menguasai dan berkomunikasi secara aktif dengan bahasa inggris.

Page 6: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Lanjt ...

• Keberadaannya budaya sekolah merupakan faktor penting dalam sekolah-sekolah unggulan setingkat SSN dan RSBI karena aspek ini adalah aspek yang terlibat langsung dalam keseharian proses pendidikan di sekolah.

• Meskipun telah dijelaskan mengenai pentingnya inovasi dan budaya sekolah dilakukan oleh sekolah-sekolah, namun yang menjadi permasalahan adalah bahwa budaya sekolah hanya diterapkan parsial di luaran saja.

• Dalam tuntutannya menjadi sekolah berstandar internasional, guru dan tenaga kependidikan serta lulusan di SD RSBI dituntut untuk dapat menguasai dan berkomunikasi secara aktif dengan bahasa inggris.

Page 7: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

(Lanj latar belakang...)tuntutan SD RSBI untuk menjadi SBI:

• Beberapa tuntutan dari SD SBI menurut Depdiknas (2007: 27) • “Kemampuan mengkomunikasikan ide dan informasi kepada pihak lain dalam

bahasa Indonesia dan bahasa asing (utamanya Bahasa Inggris)”• “Kualitas yang bertaraf internasional tersebut ditunjukkan oleh isi (content) yang

sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi global”• Pengembangan kurikulum sekolah bertaraf internasional dapat ditempuh melalui

langkah-langkah sebagai berikut: - mengadaptasi dan/atau mengadopsi bagian kurikulum internasional dari sekolah-

sekolah yang ada di Indonesia atau bagian kurikulum yang berlaku negara-negara tertentu

• Pengembangan tenaga pendukung SDBI dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, melalui: (a) peningkatan kompetensi sesuai bidangnya; (b) peningkatan kemampuan salah satu bahasa asing, utamanya bahasa Inggris; (c) pelatihan ICT

• Pengembangan professional guru dan tenaga kependidikan harus mendapat perhatian. Komitmen kerja guru dan tenaga pendukung akan meningkat jika yang bersangkutan merasa dipercaya, mendapat penghargaan dari hasil kerjanya, merasa mendapatkan keadilan di tempat kerja dan mendapatkan tantangan untuk menunjukkan kemampuannya. Oleh karena itu SDBI perlu berupaya menciptakan situasi kerja yang memberikan perasaan tersebut pada setiap guru dan tenaga pendukung.

Page 8: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Lanj latar belakang...

• Berbagai tuntutan dan tantangan di atas menjadi sebuah permasalahan tersendiri bagi SD RSBI, dimana hal ini tentu saja berbeda dengan SDSN.

• Maka maksud dari penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan budaya sekolah di SDSN dengan SD RSBI

Page 9: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

• Dirintisnya sekolah bertaraf internasional dengan persyaratan-persyaratan tertentu yang mengharuskan pendidikan dan tenaga kependidikan menggunakan bahasa asing dalam proses pembelajaran sementara tenaga kependidikan dan guru di lapangan belum sepenuhnya memenuhi persyaratan.

• Digunakannya kurikulum dan buku-buku teks asing dalam proses pembelajaran di SD RSBI yang tidak sesuai dengan latar belakang, setting, dan budaya nasional.

• Perbedaan budaya dan setting kurikulum buku-buku teks asing yang digunakan oleh SD RSBI dengan buku-buku nasional di SDSN.

• Respon pemikiran, sikap dan perilaku siswa SD RSBI terhadap kurikulum, materi ajar, dan metodologi dalam kegiatan belajar mengajar di SD RSBI.

• Budaya mengiisolasi diri dalam privasi sekolah sekolah pada umumnya membuktikan bahwa inovasi budaya tidak benar-benar dilaksanakan.

• Adanya perbedaan tuntutan kualifikasi pada jenis sekolah SDSN dengan SD RSBI.

Page 10: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Pembatasan Masalah

• Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, untuk menemukan hasil penelitian yang baik, maka penelitian ini dibatasi pada perbedaan budaya sekolah di SDSN dengan SD RSBI di Provinsi DIY.

Page 11: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Rumusan Masalah

• Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “adakah perbedaan budaya sekolah antara SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY?”

Page 12: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Tujuan Penelitian

• Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan budaya sekolah di SDSN dan SD RSBI Provinsi DIY.

Page 13: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Manfaat Penelitian• Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat untuk: a) memperoleh konsep/ teori/ prinsip yang terkait dengan budaya sekolah beserta karakteristiknya dan keterlaksanaannya, b) memperoleh pengetahuan mengenai budaya sekolah di SDSN dan SD RSBI di wilayah Provinsi DIY.

Praktis:• Bagi Peneliti:• Melalui penelitian ini mahasiswa dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu dari

bangku perkuliahan agar bermanfaat langsung bagi kemajuan pendidikan.• Bagi Sekolah SDSN dan SD RSBI• Dengan penelitian ini, (1) sekolah dapat digunakan sebagai refleksi dan

evaluasi serta mengetahui bagaimana budaya sekolah dilaksanakan. (2) mengevaluasi beberapa budaya sekolah yang masih perlu harus diperbaiki, dipertahankan atau dikembangkan lagi.

• Bagi Pemerintah: • Hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi kepada pemerintah

sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan dan evaluasi terhadap jalannya sekolah-sekolah SDSN dan SD RSBI di wilayah Provinsi DIY.

Page 14: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Kajian Teori

• Kajian teori dalam penulisan tesis ini diawali dari sebuah teori besar yang diungkapkan oleh Bandura dalam Hergenhahn (2008: 383) yaitu teori kognitif sosial. Teori kognitif sosial menyatakan bahwa manusia merupakan organisme yang dinamis dalam memproses informasi dan sebagai organisme sosial.

• Posisi manusia sebagai organisme sosial tersebut maka kemudian berdampak pada kemampuan manusia untuk membuat simbol yang membuat mereka bisa merepresentasikan kejadian, menganalisis pengalaman sadarnya, berkomunikasi dengan orang lain, merencanakan, menciptakan, membayangkan dan melakukan tindakan yang penuh pertimbangan. Simbolisasi atas perilaku dan aturan-aturan manusia tersebut yang kemudian akan membentuk budaya.

• Santrock (2004: 170) mengatakan bahwa budaya merupakan pola perilaku, keyakinan dan semua produk dari kelompok orang tertentu yang diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya.

Page 15: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Budaya Sekolah

• Peterson & Deal (2002: 1) mengatakan bahwa “school culture is the sets of norms, values, and beliefs, ritual and ceremonies, symbols and stories that make up the ‘persona’ of the school”, dijelaskan lebih rinci bahwa budaya sekolah merupakan rangkaian tatanan norma, nilai dan kepercayaan, ritual dan upacara, simbol dan sejarah yang mempengaruhi pribadi seseorang di lingkungan sekolah.

• Prinsip pengembangan Budaya Sekolah:

1. Berfokus pada Visi, Misi dan Tujuan Sekolah.

2. Penciptaan Komunikasi Formal dan Informal.

3. Inovatif dan Bersedia Mengambil Resiko.

4. Memiliki Strategi yang Jelas.

5. Berorientasi Kinerja.

6. Sistem Evaluasi yang Jelas.

7. Memiliki Komitmen yang Kuat.

8. Keputusan Berdasarkan Konsensus.

9. Sistem Imbalan yang Jelas

10. Evaluasi Diri.

Page 16: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Unsur Budaya Sekolah

Page 17: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Pengukuran Budaya Sekolah

• Menurut Wagner (2006: 42) mengatakan bahwa sangat penting untuk memeriksa sebuah alat ukur budaya sekolah. Budaya sekolah dapat diukur dengan “triage survey” untuk mengukur derajat perilaku budaya yang ada di sekolah. Triage survey yang dimaksud adalah:

Page 18: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

SDSN• Sekolah Dasar Standar Nasional adalah sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah

yang memenuhi standar nasional pendidikan meliputi standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian (Depdiknas, 2007: 2).

• Selain menetapkan pentingnya komunitas belajar pada SDSN, Depdiknas juga mengatur tentang standar input (isi) dari SDSN yang salah satunya adalah aspek kultur sekolah. Disebutkan oleh Depdiknas (2007: 33) bahwa SDSN harus dapat menumbuhkan dan mengembangkan budaya/ kultur yang kondusif bagi peningkatan efektivitas sekolah pada umumnya dan efektivitas pembelajaran pada khususnya, yang dibuktikan oleh: berpusat pada pengembangan peserta didik lingkungan belajar yang kondusif, penekanan pada pembelajaran, profesionalisme, harapan tinggi, keunggulan, respek terhadap setiap individu warga sekolah; keadilan, kepastian, budaya korporasi atau kebiasaan bekerja secara kolaboratif/ kolektif, kebiasaan menjadi masyarakat belajar, wawasan masa depan (visi) yang sama, perencanaan bersama, kolegialitas, dan tenaga kependidikan sebagai pebelajar.

Page 19: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

SD RSBI

• UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 50 ayat 3 yang berbunyi, “Pemerintah dan atau pemerintah daerah sekurang-kurangnya menyelenggarakan satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional”, maka dalam hal ini kemudian memberikan lampu hijau dan sekaligus perintah kepada masing masing pemerintah daerah untuk menyelenggarakan sekolah berstandar internasional.

• Menurut Depdiknas (2007: 2) Sekolah Dasar Bertaraf Internasional adalah sekolah dasar nasional yang dalam proses penyelenggaraan dan pengelolaan melakukan pengembangan, perluasan, dan pendalaman dari standar nasional pendidikan (SNP) Indonesia sehingga lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional.

• Tuntutan-tuntutan yang harus dipenuhi di antaranya adalah terakreditasi A dan sebelumnya telah terdaftar sebagai sekolah berstandar nasional, kepala sekolah berpendidikan minimal S2 serta mampu berkomunikasi bahasa inggris aktif, sarana-prasarana berbasis TI, budaya sekolah yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan karakter, bebas bullying, demokratis, dan partisipatif (Depdiknas, 2010: 5).

Page 20: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Penelitian yang Relevan• Kythreotis, Andreas; Pashiardis, Petros (2010: 218-240) melakukan penelitian pada

sejumlah sekolah dasar di Siprus. Dengan desain/metodologi/pendekatan studi longitudinal yang dilakukan di 22 sekolah, 55 kelas dan 1.224 siswa Siprus SD yang berpartisipasi. Hasil penelitiannya mengungkapkan beberapa dukungan empiris untuk model efek langsung dari kepemimpinan kepala sekolah terhadap prestasi akademik siswa. Selain itu, diperoleh pula bahwa pencapaian keuntungan yang ditemukan berhubungan dengan lima faktor di tingkat sekolah: sumber daya manusia para pelaku 'gaya kepemimpinan dan empat dimensi budaya organisasi. Pada tingkat kelas, tiga dimensi budaya belajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa dalam setiap mata pelajaran.

• Susilo Wardoyo (2000: 140-141), melakukan penelitian tentang budaya sekolah yang dilaksanakan di salah satu SD favorit di kota Yogyakarta. Ia meneliti di SD Muhammadiyah Sapen dengan hasil sebagai berikut: (a) Budaya sekolah yang diterapkan pada SD Muhammadiyah Sapen adalah menanamkan disiplin terhadap guru dan siswa, kerja keras guru dan siswa dalam tugas belajar dan persaingan dalam mencapai prestasi belajar; (b) budaya sekolah yang diterapkan dapat menunjang keberhasilan lulusan SD Muhammadiyah Sapen adalah 61 siswa diterima di SMP bertipe A, 17 diterima di SMP bertipe B dan 4 siswa diterima di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta.

Page 21: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Kerangka Berpikir• Budaya sekolah dibentuk dari norma, nilai dan kepercayaan serta asumsi dasar anggota

sekolah. Untuk mengetahui budaya sekolah tidaklah mudah karena merupakan sesuatu yang tidak semuanya konkrit bisa dilihat dengan mata kepala. Meskipun terkadang tidak terlihat kasat mata akan tetapi kultur sekolah sangat berperan penting bagi kemajuan sebuah sekolah, utamanya sekolah dasar yang menjadi objek penelitian ini. Kultur sekolah yang baik memberikan peluang sekolah dan warganya bekerja, berfungsi secara optimal, bekerja dengan efisien, energik, penuh vitalitas, memiliki semangat tinggi dan akan mampu terus berkembang. Budaya kerjakeras, kerjasama, keyakinan, nilai dan artefak yang terdapat dalam sebuah sekolah itulah yang akan menunjang keberhasilan dan keunggulan sekolah tersebut.

• SD bertaraf internasional dan SD berlabel SSN adalah sekolah yang unggul dalam berbagai bidang. Dari kedua SD tersebut prestasi dalam bidang akademik maupun non akademik senantiasa dipacu untuk ditingkatkan. Berbagai keunggulan yang dicapai oleh SD RSBI dan SDSN tentu tak lepas dari kebiasaan atau budaya sekolah yang positif. Namun meski begitu ada keraguan dari beberapa pihak akan keberadaan SD RSBI dari berbagai aspek yang dapat ditinjau. Salah satu aspek yang ditinjau dan sering menjadi objek bidik para pengkritik SD berlabel RSBI adalah mengenai integrasi kurikulum asing dan teks-teks buku asing yang digunakan di SD RSBI yang belum tentu sejalan dengan kurikulum nasional. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi pola pikir, rasa nasionalisme output dan budaya sekolah yang berkembang di SD RSBI.

• Berangkat dari permasalahan di atas, maka penelitian ini ingin mengetahui bagaimana budaya sekolah di SD rintisan bertaraf internasional dan SD standar nasional dijalankan dan dikembangkan, serta ingin mengetahui adakah perbedaan yang signifikan antara budaya sekolah di SDSN dengan SD RSBI.

Page 22: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Lanjt kerangka pikir

Page 23: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Hipotesis Penelitian

• Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti mengemukakan hipotesis dalam penelitian ini yaitu sbb: terdapat perbedaan signifikan pada budaya sekolah SDSN dengan SD RSBI dimana budaya sekolah SDSN lebih tinggi dari budaya sekolah SD RSBI.

Page 24: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Jenis Penelitian

• menggunakan pendekatan kuantitatif. Sementara jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian komparasi.

Page 25: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Tempat dan Waktu

• Penelitian ini dilaksanakan di SD RSBI dan SDSN di wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun sampel SDSN dalam penelitian ini diambil dari 6 SDSN yaitu: SD Babarsari, SD Kalasan I, SD SD N 3 Bantul, SD N Jejeran, SD N Percobaan I dan SD Ungaran I.

• Sedangkan untuk sampel SD RSBI diambil 3 sampel yaitu bertempat di SD N 1 Bantul Manunggal, SD N 1 Sleman, SD N Lempuyangwangi.

• Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 sampai dengan bulan November 2012

Page 26: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Populasi dan Sampel

• Populasi: Seluruh Staf SDSN dan SD RSBI di Provinsi Yogyakarta.

• Sampel:• Untuk mendapatkan sampel yang representatif maka

penelitian ini menggunakan teknik purposive random sampling (sampel bertujuan).

• Dimana dalam penelitian ini karena wilayah provinsi DIY memiliki 5 wilayah kabupaten/ kota maka peneliti juga mengunakan cluster sampling yaitu pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan yaitu 2 SDSN dan 1 SD RSBI di kota Yogyakarta, kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman.

Page 27: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Variabel Penelitian

• Dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah budaya sekolah.

• Budaya sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah sistem tatanan nilai, kepercayaan yang tercermin dalam simbol-simbol, tradisi, kebiasaan serta cara pandang kepala sekolah, guru dan staf sekolah dan pemecahan masalah yang terbentuk dari rangkaian sejarah sekolah untuk mencapai tujuan sekolah dengan efektif dan efisien.

Page 28: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Teknik dan Instrumen

• Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kuesioner atau angket.

• Kemudian pada masing-masing pernyataan diberikan kolom skala sikap jenis skala Likert.

• Jawaban dari setiap pernyataan sikap menggunakan gradasi sangat positif sampai sangat negatif. Gradasi jawaban yaitu: selalu/hampir selalu, sering, kadang, jarang, tidak pernah.

Page 29: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Kisi-kisi instrumen

No

.

Indikator Jumlah

item

Nomer item

1. Professional

Collaboration

5 1, 2, 3, 4, 5

2. Afiliative Collegiality 6 6, 7, 8, 9, 10, 11

3. Self Determination 6 12, 13, 14, 15, 16, 17

4. Visi Misi 2 18, 19

5. Inovatif dan take a risk 3 20, 21, 22

6. Komitmen 3 23, 24, 25

7. Konsensus 2 26, 27

8. Hormat 2 28, 29

10. Disiplin 3 30, 31, 32

11. Empati 2 33, 34

11. Bebas Bullying 2 35, 36

12. Artefak Fisik 4 37, 38, 39, 40

Jumlah item 40

Page 30: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

• Untuk mencapai kredibilitas dalam penelitian ini maka dilakukan analisis validitas construct terhadap instrumen yang mengukur aspek sikap warga sekolah terhadap budaya sekolah. Sementara untuk mengukur validitas konstrak dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment expert). Setelah memperoleh hasil pertimbangan ahli (jugdment experts), peneliti melakukan uji coba empiris dengan menggunakan 30 responden guru untuk SDSN dan 30 responden guru untuk SD RSBI. Data yang diperoleh dari ujicoba empiris untuk menguji reliabilitas tiap butir item.

• Setelah uji validitas instrumen, perlu pula dilakukan uji reliabilitas instrumen. Melalui uji reliablitas instrumen akan diperoleh tingkat keterpercayaan atau konsistensi instrumen untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data.

• Dalam penelitian ini, uji reliablitas instrumen dilakukan dengan menggunakan metode Alpha-Cronbach. Pemilihan metode ini disesuaikan dengan instrumen pengumpulan data yang berupa instrumen non tes, yaitu angket dengan alternatif jawaban 1- 5.

• Perhitungan dilakukan dengan bantuan SPSS 17.0. Reliabilitas diukur dengan skala alpha 0-1. Instrumen penelitian dapat dikatakan memiliki tingkat reliabilitas yang memadai jika koefisien Alpha-Cronbach lebih besar atau sama dengan 0,70.

Page 31: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Teknik Analisis Data

• Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis komparasional.

• Untuk menguji perbedaan antarvariabel yang diteliti digunakan teknik analisis komparasional bivariat, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis perbedaan antardua variabel. Dalam hal ini teknik analisis komparasional bivariat digunakan untuk menguji apakah terdapat perbedaan budaya sekolah di SDSN dan guru SD RSBI.

• Selanjutnya, untuk menganalisis adanya perbedaan antardua variabel, digunakan tes “t” (“t” test).

Page 32: Studi Komparasi Budaya Sekolah SDSN dan SD RSBI di Provinsi DIY

Sekian dan terimakasih atas perhatiannya,

Mohon masukan, saran dan kritiknya