Studi kasus Tgas HKT

26
TUGAS KELOMPOK STUDI KASUS D I S U S U N OLEH NAMA : RAHMAN NAMA : XX NIM : 1005012185 NIM : XX KELAS : ME - 5H KELAS : ME - 5H POLITEKNIK NEGERI MEDAN 2012/2013

description

Studi kasus Tgas HKT

Transcript of Studi kasus Tgas HKT

Page 1: Studi kasus  Tgas HKT

TUGAS KELOMPOK

STUDI KASUS

D

I

S

U

S

U

N

OLEH

NAMA : RAHMAN NAMA : XX

NIM : 1005012185 NIM : XX

KELAS : ME - 5H KELAS : ME - 5H

POLITEKNIK NEGERI MEDAN

2012/2013

Page 2: Studi kasus  Tgas HKT

SOAL

Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon (UP) dan uang penghargaan masa kerja (UPMK) serta uang penggantian hak (UPH) yang seharusnya diterima. Bagaimana hitung hitungnnya?

Ada 701 karyawan PT Musimas melakukan mogok kerja merika berunjuk rasa, menginap digedung DPRD Riau Jl. Sudirman Pekan Baru. Hari ini merupakan hari ke 41 mereka mogok kerja, mogok itu untuk menuntut rekan mereka robin perpensi satpam perusahaan yang sudah di PHK karena jarang masuk. Jadi awal demon ini bukan masalah normatif, sebab hak formatif mereka sudah dipenuhi perusahaan. Memasuki mogok hari kedua perusahan sudah memanggil mereka masuk kerja, tetapi tidak mereka gubris, selanjutnya kami kirim surat panggilan ke dua tetapi tidak diindahkan. Lantas DEPNAKER juga sudah memerintahkan untuk masuk kerja, semua anjuran itu mereka abaikan. Berilah tanggapan pada kasus diatas cantumkan aturan dasar dasar hukumnya (pasal pasalnya)?

Page 3: Studi kasus  Tgas HKT

Rumus Hitung Uang Pesangon dan Penghargaan Masa Kerja

Menghitung Uang Pesangon dan Uang Penghargaan 

Berapakah uang pesangon dan uang penghargaan seandainya Anda berhenti bekerja dari perusahaan Anda? Misalnya Anda pensiun normal (asumsi umur pensiun adalah 55 tahun), maka Anda akan mendapatkan minimum sejumlah uang seperti telah diatur dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003.

UU No. 13 tahun 2003, Pasal 156, ayat 1 menyebutkan,” Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima.”

Pesangon

Pasal 156, ayat 2 menyebutkan, “Perhitungan pesangon sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit sebagai berikut:

Masa Kerja (MK) – Tahun Uang Pesangon (Bulan Upah)MK < 1 thn 1 kali1 thn <= MK < 2 thn 2 kali2 thn <= MK < 3 thn 3 kali3 thn <= MK < 4 thn 4 kali4 thn <= MK < 5 thn 5 kali5 thn <= MK < 6 thn 6 kali6 thn <= MK < 7 thn 7 kali7 thn <= MK < 8 thn 8 kaliMK => 8 thn 9 kali

Penghargaan

Pasal 156, ayat 3 menyebutkan, “Perhitungan uang penghargaan masa kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan sebagai berikut:

Masa Kerja (MK) – Tahun Penghargaan (Bulan Upah)3 thn <= MK < 6 thn 2 kali6 thn <= MK < 9 thn 3 kali9 thn <= MK < 12 thn 4 kali12 thn <= MK < 15 thn 5 kali15 thn <= MK < 18 thn 6 kali18 thn <= MK < 21 thn 7 kali21 thn <= MK < 24 thn 8 kali

Page 4: Studi kasus  Tgas HKT

MK => 24 thn 10 kali

Selain uang pesangon dan penghargaan, Anda masih berhak untuk uang cuti tahunan yang belum diambil, ongkos pulang ke tempat di mana Anda direkrut, penggantian perumahan dan kesehatan, dan hak-hak lain seperti diatur dalam Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama. Pasal 156, ayat 4 menyebutkan, ” Uang penggantian hak yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :

1. cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;2. biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ke tempat

dimana pekerja/buruh diterima bekerja;3. penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% (lima

belas perseratus) dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat;

4. hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.

Pesangon & Penghargaan Dipotong Pajak

Misalkan pada usia pensiun masa kerja Anda 10 tahun, gaji pokok adalah Rp10.000.000 dan Anda sudah mengambil seluruh cuti Anda, dan tidak ada penggantian hak yang patut diperhitungkan. Selain itu, Anda direkrut dan bekerja di Jakarta, sesuai dengan UU NO. 13 tahun 2003, maka perhitugan uang pesangon dan penghargaan Anda adalah sebagai berikut:

No. Perhitungan1 Pesangon 9 bulan upah2 Penghargaan 4 bulan upah3 Pesangon & Penghargaan Rp149.500.0004 Pajak u/ Rp50 juta pertama (0 %) 05 Pajak u/ Rp50 juta berikutnya(5 %) Rp2.500.0006 Pajak u/ Rp49.5 juta (15 %) Rp7.425.0007 Total Pajak Rp9.525.0008 Penghasilan Bersih (3-7) Rp139.575.000

Mintalah perhitungan pajak dari bagian Sumber Daya Manusia. Mereka akan memberikan bagaimana menghitung pesangon, penghargaan dan hak lainnya setelah dipotong pajak. Bila formula perhitungan pesangon dan penghargaan yang diatur pada Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama lebih baik dari pada yang diatur dalam UU No. 13/2003, gukankanlah formula yang dipakai pada Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Anda.

Untuk kasus PHK karena alasan lain seperti mengundurkan diri, kesalahan berat, keinginan perusahaan- hal ini juga telah diatur di UU No. 13 tahun 2003.

Page 5: Studi kasus  Tgas HKT

Alasan-alasan PHK

a.Pengunduran diri secara baik-baik atas kemauan sendiri

Bagi pekerja yang mengundurkan diri secara baik-baik tidak berhak mendapat uang pesangon sesuai ketentuan pasal 156 ayat 2. Yang bersangkutan juga tidak berhak mendapatkan uang penghargaan masa kerja sesuai ketenuan pasal 156 ayat 3 tetapi berhak mendapatkan uang penggantian hak mendapatkan 1 kali ketentuan pasal 156 ayat 4. Apabila pekerja tersebut mengundurkan diri secara mendadak tanpa mengikuti prosedur sesuai ketentuan yang berlaku (diajukan 30 hari sebelum tanggal pengunduran diri) maka pekerja tersebut hanya mendapatkan uang penggantian hak. Tetapi kalau mengikuti prosedur maka pekerja tersebut mendapatkan uang pisah yang besar nilainya berdasarkan kesepakatan antara pengusaha dan pekerja yang tertuang dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) atau peraturan perusahaan.

b.Pengunduran diri secara tertulis atas kemauan sendiri karena berakhirnya hubungan kerja

Ini sesuai perjanjian kerja waktu tertentu untuk pertama kali sesuai ketentuan pasal 154 ayat (b).

Bagi pekerja tersebut tidak mendapatkan uang pesangon sesuai ketentuan pasal 154 ayat 2 dan uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan pasal 156 ayat 3 juga uang pisah tetapi berhak atas penggantian hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat 4.

c.Pengunduran diri karena mencapai usia pensiun.

Mengenai batasan usia pensiun perlu disepakati antara pengusaha dan pekerja dan dituangkan dalam perjanjian kerja bersama atau peraturan perusahaan. Batasan usia pensiun yang dimaksud adalah penentuan usia berdasarkan usia kelahiran dan berdasarkan jumlah tahun masa kerja.Contoh :

Seseorang pekerja dikatakan pensiun apabila sudah mencapai usia 55 tahun atau sudah mencapai masa kerja 25 tahun berturut-turut. Artinya kalau seorang pekerja sudah mencapai usia 55 tahun maka secara otomatis dikategorikan pensiun walaupun masa kerjanya belum mencapai 25 tahun. Tetapi sebaliknya walaupun usianya belum mencapai 55 tahun tetapi lama masa kerja sudah mencapai 25 tahun berturut-turut di perusahaan yang sama maka pekerja tersebut dikategorikan pensiun. Apa pun kategori pensiunnya, pekerja tersebut berhak mendapat uang pesangon 2 kali ketentuan pasal 156 ayat 2 dan uang penghargaan masa kerja 1 kali ketentuan pasal 156 ayat 4 tetapi tidak berhak mendapat uang pisah.

d.Pekerja meninggal dunia

Bagi pekerja yang meninggal dunia maka ahli warisnya mendapatkan uang pesangon 2 kali ketentuan pasal 156 uang penggantian hak 1 kali ketentuan pasal 156 ayat 4 tetapi tidak berhak mendapatkan uang pisah.

Page 6: Studi kasus  Tgas HKT

e.Kesalahan berat

Bagi pekerja yang melakukan kesalahan berat maka pekerja tersebut tidak berhak mendapatkan uang pesangon sesuai ketentuan pasal 156 ayat 2 dan uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan pasal 156 ayat 3 tetapi berhak mendapat uang pisah. Jenis-jenis pelanggaran berat sudah diatur dalam UUKK No. 13 tahun 2003 pasal 158 dan beberapa ketentuan lain yang sudah disepakati antara pekerja dan pengusaha yang tertuang dalam perjanjian kerja bersama atau peraturan perusahaan. Ketentuan-ketentuan kategori pelanggaran berat yang perlu disepakati adalah bergantung pada situasi dan kondisi perusahaan yaitu tingkat resiko terjadinya kebakaran ataupun kecelakaan.Contoh :

Merokok di tempat kerja dalam pasal 158 tidak dikategorikan pelanggaran, tetapi di perusahaan tertentu seperti perusahaan minyak dan kimia atau perusahaan yang tingkat resiko menimbulkan kebakaran sangat tinggi bisa dikategorikan pelanggaran berat.

f.Kesalahan ringan

Bagi pekerja yang melakukan kesalahan ringan dan setelah diproses ada penetapan dari pengadilan hubungan industrial (PHI) untuk diakhiri hubungan kerjanya, maka bagi pekerja tersebut mendapatkan uang penghargaan masa kerja 1 kali ketentuan pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat4 tetapi tidak berhak atas uang pisah.

Kesalahan ringan yang dimaksud adalah apabila pekerja yang melanggar apa yang sudah disepakati dalam perjanjian kerja bersama dan itu pun sudah melaui prosedur seperti sudah diberi peringatan sesuai tingkat kesalahan/pelanggarannya. Bagi pengusaha , ketentuan ini merupakan masalah krusial karena pekerja yang sudah jelas-jelas melakukan kesalahan dan pelanggaran tetap berhak mendapatkan uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja sementara pekerja yang mengundurkan diri secara baik-baik (tidak melakukan kesalahan dan pelanggaran) justru tidak mendapatkan uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja. Faktanya, pekerja selalu bermain dengan ketentuan ini untuk mendapatkan uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja daripada mengundurkan diri secara baik-baik dengan hanya mendapatkan uang pisah.

g.Perusahaan tutup, karena rugi terus menerus/force majeure

Bagi pekerja yang mengakhiri hubungan kerjanya karena perusahaan rugi terus menerus maka berhak atas uang pesangon 1 kali ketentuan pasal 156 ayat 2 dan uang penghargaan masa kerja 1 kali ketentuan pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai pasal 156 ayat 4 tidak berhak mendapatkan uang pisah.

h.PHK karena Efisiensi

Bagi pekerja yang mengakhiri hubungan kerjanya karena efisiensi maka pekerja tersebut berhak atas uang pesangon 2 kali ketentuan pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat 3 dan uang penghargaan masa kerja 1 kali ketentuan pasal 156 ayat 4 tetapi tidak berhak mendapatkan uang pisah.

Page 7: Studi kasus  Tgas HKT

i.Mangkir selama 5 hari berturut-turut (dikualifikasi sebagai pengunduran diri)

Bagi Pekerja yang diputus Hubungan Kerjanya dengan alasan mangkir selama 5 hari berturut-turut tidak berhak atas uang pesangon sesuai ketentuan pasal 156 ayat 2 dan uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan pasal 156 ayat 3 tetapi berhak atas uang penggantian hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat 4 dan berhak mendapat uang pisah.

Pasal 168 ayat 1 mengatakan mangkir selama 5 hari berturut-turt tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil 2 kali secara patut dan tertulis dapat diputus hubungan kerjanya. Ayat 2 mengatakan keterangan tertulis dengan bukti yang yang sah harus diserahkan paling lambat pada hari pertama masuk bekerja, Pertanyaannya adalah apakah pemanggilan 2 kali secara patut dan telah tertulis dalam rentang waktu 5 hari atau secara berturut-turut tidak masuk kerja ? UUKK No. 13 tahun 2003 tidak mengatur secara rinci hal ini.

j.Perubahan status, penggabungan, pelemburan atau perubahan kepemilikanBagi pekerja yang diakhiri hubungan kerjanya karena alasan tersebut di atas maka :

1. Pekerja yang tidak bersedia melanjutkan hubungan kerjanya, pekerja tersebut berhak atas uang pesangon 1 kali sesuai ketentuan pasal 156 ayat 2 dan uang penghargaan masa kerja 1 kali sesuai pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat 4 dan tidak berhak mendapatkan uang pisah.

2. Perusahaan tidak bersedia menerima pekerja di perusahaannya maka bagi pekerja tersebut berhak atas uang pesangon 2 kali ketentuan pasal 156 ayat 2 dan uang penghargaan masa kerja pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat 4 dan tidak berhak mendapat uang pisah.

k.Pekerja ditahan oleh pihak yang berwajib

Bagi pekerja yang diputus dengan alasan tersebut diatas maka pekerja tersebut tidak berhak atas uang pesangon sesuai ketentuan pasal 156 ayat 2 tetapi berhak atas uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak.

l.Perusahaan pailit

Bagi pekerja yang diputus hubungan kerjanya dengan alasan perusahaan pailit maka pekerja tersebut berhak atas uang pesangon 1 kali ketentuan pasal 156 ayat 2 dan uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat 4. Untuk menentukan suatu perusahaan pailit atau tidak harus memenuhi ketentuan yang berlaku seperti prosedurnya harus diaudit oleh akuntan publik dan kalau ternyata salama 2 tahun rugi terus-menerus maka baru ditetapkan bahwa perusahaan dalam keadaan pailit dan kompensasi mengenai besarnya uang pesangon dan lain-lain harus memenuhi ketentuan berlaku.

m.Sakit berkepanjangan dan cacat akibat kecelakaan kerja

Bagi pekerja yang diakhiri hubungan kerjanya karena alasan tersebut maka pekerja bersangkutan berhak atas uang pesangon sebesar 2 kali ketentuan pasal 156 ayat 2 dan uang

Page 8: Studi kasus  Tgas HKT

penghargaan masa kerja 2 kali sesuai ketentuan pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai pasal 156 ayat 4 dan tidak berhak mendapatkan uang pisah.

Apabila antara pengusaha dan pekerja tidak menetapkan besarnya nilai uang pisah yang diatur dalam perjanjian kerja bersama atau peraturan perusahaan, maka yang dipakai adalah ketentuan pasal 156 ayat 3 yaitu uang penghargaan masa kerja.

Secara ringkas alasan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan kompensasi nilai uang UUKK No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan adalah sbb:

Page 9: Studi kasus  Tgas HKT

Dari tabel di atas dapat diklarifikasikan sbb :

1. Pekerja yang berhak mendapatkan uang pesangon 2 (dua) kali ketentuan pasal 156 ayat 2 adalah :

o Pekerja yang mencapai usia pensiuno Pekerja yang meninggal duniao Perusahaan tutup karena efisiensio Perubahan status, penggabungan, peleburan, perubahan kepemilikan dan

apabila perusahaahn tidak bersedia menerima pekerja bekerja di perusahaan tersebut.

o Pekerja sakit berkepanjangan dan cacat akibat kecelakaan kerja (selain 2 kal pesangon juga ditambah 2 kali penghargaan masa kerja).

2. Pekerja yang berhak mendapatkan pesangon 1 (satu) kali ketentuan pasal 156 ayat 2 adalah :

o Pekerja melakukan kesalahan ringano Perusahaan tutup karena rugi terus meneruso Perubahan status, penggabungan, peleburan, perubahan kepemilikan dan

apabila pekerja tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja.o Perusahaan pailit.

3. Pekerja yang tidak mendapatkan uang pesangon adalah : o Pekerja yang mengundurkan dirio Berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu untuk pertama kalio Mangkir selama 5 hari berturut-turut (tetapi mendapatkan uang pisah)o Pekerja ditahan pihak yang berwajib (mendapatkan uang penghargaan masa

kerja 1 (satu) kali ketentuan).

5. Contoh-contoh Kasus

Contoh 1 :

Chievy Siswanto adalah karyawan PT. Jaya Niaga yang bergerak dalam bidang peralatan kesehatan dengan masa kerja 14 tahun. Dua tahun terakhir order terus menurun sehingga perusahaan melakukan perampingan berupa pengurangan beberapa karyawannya termasuk sdr. Chievy S. Gaji terakhir Chievy adalah Rp. 4.300.000,- dengan perincian sbb :

Gaji pokok: Rp. 2.400.000,-Tunjangan tidak tetap:Tunjangan masa kerja: Rp. 400.000,-Tunjangan jabatan: Rp. 400.000,-Tunjangan tidak tetap:Tunjangan makan: Rp. 550.000,-Tunjangan hadir: Rp. 550.000,-

Pertanyaannya :Termasuk kriteria apakah alasan PHK Chievy Siswanto? Dan berapa total uang pesangonnya?

Jawab :

Page 10: Studi kasus  Tgas HKT

Kriteria PHK Sdr. Chievy adalah alasan karena efisiensi maka sesuai ketentuan, bagi pekerja yang diakhiri hubungan kerjanya karena efisiensi, pekerja tersebut berhak atas uang pesangon 2 kali ketentuan pasal 156 ayat 2 dan uang penghargaan masa kerja 1 kali ketentuan pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat 4 tetapi tidak berhak mendapatkan uang pisah.

Total uang pesangon yang diterima sdr. Chievy Siswanto untuk masa kerja 14 tahun adalah sbb :a.Uang pesangon : 2 x pasal 156 ayat 2 = 2 x 9 bulan = 18 bulanb.Uang penghargaan masa kerja : 1 x pasal 156 ayat 3 = 1 x 5 bulan 5 bulanc.Uang penggantian hak : 15% (a+b) + sisa cuti 7 hari belum diambil.

Sesuai ketentuan, untuk menghitung pesangon adalah upah pokok ditambah tunjangan: Rp. 2.400.000,- + (Rp. 400.000,- + Rp. 400.000,-) = Rp. 3.200.000,-

Jadi :Uang pesangon 18 bulan =18 x Rp. 3.200.000,- = Rp.57.600.000,-Uang penghargaan masa kerja 5 bulan =5 x Rp. 3.200.000,- Rp. 16.000.000,-Uang penggantian hak =15% (18+5) =15% x 23 x Rp. 3.200.000,- = Rp. 11.040.000,-Sisa cuti 7 hati yang belum diambil =Rp. 3.200.000,- : 30 hari x 7 hari = Rp. 746.000,-Maka total uang yang diterima oleh sdr. Chievy Susanto adalah sebesar :a + b + c + sisa cuti =Rp. 57.600.000,- + Rp.16.000.000,- + Rp.11.040.000,- + Rp. 746.600,- =Rp. 85.386.600,-

Contoh 2 :

Dwi Agung adalah karyawan PT. Manggar Kencana yang telah bekerja selama 7 (tujuh) tahun. Total gaji terakhir yang diterimanya sebesar Rp. 3.500,000,- denganperincian sbb :Gaji pokok + Tunjangan tetap (all in) = Rp 2.950.000,-Tunjangan tetap :Tunjangan transport= Rp250.000,-Tunjangan makan= Rp300.000,-

Sdr. Dwi Agung Kelana berniat mengundurkan diri karena mau beralih profesi menjadi pengacara sesuai latar belakang pendidikannya yaitu sarjana hukum. Sesuai prosedur 30 hari sebelum berhenti Dwi Agung Kelana membuat surat pengunduran diri. Di PT. Manggar Kencana tidak menetapkan uang pisah.

Pertanyaannya :Apakah Sdr. Dwi Agung Kelana berhak ,mendapat Uang Pesangon ?

Jawab :

Page 11: Studi kasus  Tgas HKT

Kriteria PHK yang dialami sdr. Dwi Agung Kelana adalah PHK dengan alasan pengunduran diri. Sesuai ketentuan bagi pekerja tersebut tidak berhak mendapat uang pesangon sesuai ketentuan pasal 156 ayat 2 dan juga tidak berhak mendapat uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan pasal 156 ayat 3. Tetapi berhak mendapat uang penggantian hak 1 kali ketentuan pasal 156 ayat 4. Karena Dwi Agung Kelana mengikuti prosedur yang berlaku yaitu diajukan 30 hari sebelum tanggal pengunduran diri maka ia mendapatkan uang pisah yang besar nilainya berdasarkan kesepakatan antara pengusaha dan pekerja yang tertuang dalam perjanjian kerja bersama (PKB) atau peraturan perusahaan.

Berhubung PT. Manggar Kencana tidak menetapkan uang pisah maka yang berlaku adalah uang penghargaan masa kerja.

Perhitungannya adalah sbb :a.Uang pesangon: 0 x psl 156 ay: 2 = 0x 0 bulsn = 0 bulanb.Uang penghargaan masa kerja: 1 x pasal 156 ayat 3 = 1 x 3 bulan = 3 bulanc.Uang penggantian hak: 15% (a+b) + sisa cuit 4 hari yang belum diambil.Uang pesangon = Rp 0,-Uang penghargaan masa kerja = 3 x Rp. 2.950.000,- = Rp.8.850.000,-Sisa cuti 4 (empat) hari yang belum diambil adalah :Rp 2.850.000.-—————— X 4 hari = Rp 393.300.-30 hari

Maka total uang yang diterima sdr. Dwi Agung Kelana atas pengunduran dirinya adalah Rp.8.850.000,- + Rp. 393.300,- = Rp. 9.243.300,-

Contoh 3 :

Sdr. Susanto bekerja di PT. Terang Bulan selama 11 tahun dengan gaji terakhir sebesar Rp. 4.250.000,-

PT. Terang Bulan adalah perusahaan kimia yang mempunyai tingkat resiko tinggi, sehingga diberlakukan larangan merok didalam pabrik. Bagi yang melanggar dan setelah diberikan peringatan tetapi tetap melanggar maka pekerja tersebut dipecat.

Kesepakatan ini dituangkan dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Karena Sdr. Susanto melanggar aturan ini maka pihak perusahaan mengeluarkan SK. Pemecatan terhadap Sdr. Susanto.Pertanyaannya :1.Termasuk kriteria apakah alasan PHK Sdr. Susanto?2.Apakah Sdr. Susanto berhak mendapat pesangon?

Jawab :

1.Kriteria PHK Sdr. Susanto adalah karena melakukan pelanggaran ringan dimana sesuai ketentuan : Bagi pekerja yang melakukan kesalahan ringan dan setelah diproses ada penetapan dari pengadilan hubungan industrial (PHI) untuk diakhiri hubungan kerjanya, maka bagi pekerja tersebut berhak mendapatkan uang pesangon 1 kali sesuai ketentuan pasal 156 ayat 2 dan uang penghargaan masa kerja 1 kali ketentuan pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat 4 tetapi tidak berhak atas uang pisah.

Page 12: Studi kasus  Tgas HKT

Kesalahan ringan yang dimaksud adalah apabila perkerja yang melanggar apa yang sudah disepakati dalam perjanjian kerja bersama dan itu pun sudah melalui prosedur seperti sudah duberi peringatan sesuai tingkat kesalahan/pelanggarannya. Pemecatan terhadap Sdr. Susanto tidak perlu mendapatkan Penetapan dari PHI karena Sdr. Susanto sendiri menerimanya, perusahaan hanya mendaftar ke PHI untuk mendapatkan nomor Akta nya.2.Sdr. Susanto berhak mendapatkan pesangon, dengan perhitungan sbb :Untuk masa kerja 11 tahun maka :a.Uang Pesangon: 1 x psl 156 ay: 2 = 1 x 9 bulan = 9 bulanb.Uang Penghargaan Masa Kerja: 1 x pasal 156 ayat 3 = 1x 4 bulan = 4 bulanc.Uang Pengantian Hak: 15% (a+b) semua cuti sudah diambil.Perincian Gaji Sdr. Susanto adalah sbb :Gaji pokok + Tunjangan tetap= Rp. 3.400.000,-Tunjangan tidak tetap= Rp. 850.000,-

Sesuai ketentuan untuk menghitung pesangon Sdr. Susanto adalah upah pokok ditambah tunjangan tetap : Rp. 3.400.000,-

Dengan demikian kompensasi yang diterima Sdr. Susanto adalah sbb :a.Uang Pesangon 9 bulan =9 x Rp 3.400.00,- = Rp. 30.600.000,-b.UMPK 4 bulan = 4 x Rp 3.400.000,- = Rp. 13.600.000,-c.Uang Penggantian Hak = 15 % (9+4) =15% x 13 x Rp. 3.400.000,- = Rp. 6.630.000,-

Maka total uang pesangon yang diterima oleh Sdr. Susanto adalah sebesar: a+b+c = Rp. 30.600.000,- + Rp. 13.600.000,- + Rp. 6.630.000,- = Rp. 50.830.000,-

Page 13: Studi kasus  Tgas HKT

Menghitung Uang Pesangon dan Uang Penghargaan

Berapakah uang pesangon dan uang penghargaan seandainya Anda berhenti bekerja dari perusahaan Anda?

Misalnya Anda pensiun normal (asumsi umur pensiun adalah 55 tahun), maka Anda akan mendapatkan minimum sejumlah uang seperti telah diatur dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003.

UU No. 13 tahun 2003, Pasal 156, ayat 1 menyebutkan," Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima."

Masa Kerja dan Pesangon

Pada UU No.13/2003 telah diatur berapa pesangon dan penghargaan Anda bila Anda mengalami PHK (pemutusan hubungan kerja).

Pasal 156, ayat 2 menyebutkan, "Perhitungan pesangon sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit sebagai berikut:

Masa Kerja (MK) - Tahun Uang Pesangon (Bulan Upah)

MK < 1 thn 1 kali

1 thn <= MK < 2 thn 2 kali

2 thn <= MK < 3 thn 3 kali

3 thn <= MK < 4 thn 4 kali

4 thn <= MK < 5 thn 5 kali

5 thn <= MK < 6 thn 6 kali

6 thn <= MK < 7 thn 7 kali

7 thn <= MK < 8 thn 8 kali

MK => 8 thn 9 kali

Masa Kerja dan Penghargaan

Pasal 156, ayat 3 menyebutkan, "Perhitungan uang penghargaan masa kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan sebagai berikut:

Masa Kerja (MK) - Tahun Penghargaan (Bulan Upah)

3 thn <= MK < 6 thn 2 kali

6 thn <= MK < 9 thn 3 kali

9 thn <= MK < 12 thn 4 kali

Page 14: Studi kasus  Tgas HKT

12 thn <= MK < 15 thn 5 kali

15 thn <= MK < 18 thn 6 kali

18 thn <= MK < 21 thn 7 kali

21 thn <= MK < 24 thn 8 kali

MK => 24 thn 10 kali

Tabel Pesangon & Penghargaan

Masa Kerja PESANGON MASA KERJA PENGHARGAAN

MK< 1 thn 1X 3 thn <= MK < 6 thn 2X

1 thn <=MK < 2 thn 2X 6 thn <= MK <9 thn 3X

2 thn <=MK < 3 thn 3X 9 thn <= MK < 12 thn 4X

3 thn <=MK < 4 thn 4X 12 thn <= MK < 15 thn 5X

4 thn <=MK < 5 thn 5X 15 thn <= MK < 18 thn 6X

5 thn <=MK < 6 thn 6X 18 thn <= MK < 21 thn 7X

6 thn <=MK < 7 thn 7X 21 thn <= MK < 24 thn 8X

7 thn <=MK < 8 thn 8X MK => 24 thn 10X

MK > 8 thn 9X

Itu adalah tabel secara umum. Untuk kasus PHK yang

lebih rinci, berikut adalah besar uang pesangon

dan/atau penghargaan yang akan diterima.

Tabel Pesangon dan Penghargaan untuk Berbagai Jenis PHK

Jenis PHK Pesangon Penghargaan Peng. Hak Pisah

Kesalahan Berat 1X 1X

Mel. Tindakan Pidana 1X 1X

Setelah Diberikan SP 1X 1X 1X

Mengundurkan Diri 1X 1X

Perubahan Status & Pekerja Tidak Bersedia 1X 1X 1X

Perubahan Status & Pengusaha Tdk Bersedia 2X 1X 1X

Perusahaan Tutup 1X 1X 1X

Page 15: Studi kasus  Tgas HKT

Efisiensi 2X 1X 1X

Pailit 1X 1X 1X

Meninggal 2X 1X 1X

Pensiun Normal 2X 1X 1X

Mangkir 1X 1X

Permohonan ke LPPHI 2X 1X 1X

Sakit Berkepanjangan 2X 1X 1X

Tabel Pesangon & Penghargaan (Pensiun Normal, Di-PHK Perusahaan, Meninggal, Sakit

Berkepanjangan, Permohonan ke LPPHI)

Bila digabung, uang pesangon dan penghargaan yang Anda terima (PHK Pensiun Normal, PHK Inisiatif Perusahaan, PHK Meninggal, PHK sakit Berkepanjangan, PHK Permohona ke LPPHI) adalah seperti pada tabel di bawah ini.

Masa Kerja (MK) - Tahun Pesangon + Penghargaan (x Bulan Upah)

MK < 1 thn 2 kali

1 thn <= MK < 2 thn 4 kali

2 thn <= MK < 3 thn 6 kali

3 thn <= MK < 4 thn 10 kali

4 thn <= MK < 5 thn 12 kali

5 thn <= MK < 6 thn 14 kali

6 thn <= MK < 7 thn 17 kali

7 thn <= MK < 8 thn 19 kali

8 thn <= MK < 9 thn 21 kali

9 thn <= MK < 10 thn 22 kali

10 thn <= MK < 11 thn 22 kali

11 thn <= MK < 12 thn 22 kali

12 thn <= MK < 13 thn 23 kali

13 thn <= MK < 14 thn 23 kali

14 thn <= MK < 15 thn 23 kali

15 thn <= MK < 16 thn 24 kali

16 thn <= MK < 17 thn 24 kali

17 thn <= MK < 18 thn 24 kali

Page 16: Studi kasus  Tgas HKT

18 thn <= MK < 19 thn 25 kali

19 thn <= MK < 20 thn 25 kali

20 thn <= MK < 21 thn 25 kali

21 thn <= MK < 22 thn 26 kali

22 thn <= MK < 23 thn 26 kali

23 thn <= MK < 24 thn 26 kali

MK => 24 thn 28 kali

Selain uang pesangon dan penghargaan, Anda masih berhak untuk uang cuti tahunan yang belum diambil, ongkos pulang ke tempat di mana Anda direkrut, penggantian perumahan dan kesehatan, dan hak-hak lain seperti diatur dalam Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama.

Pasal 156, ayat 4 menyebutkan, " Uang penggantian hak yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :

1. cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;2. biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ke tempat dimana

pekerja/buruh diterima bekerja;3. penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% (lima belas

perseratus) dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat;

4. hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.

Pesangon & Penghargaan Dipotong Pajak

Misalkan pada usia pensiun masa kerja Anda 10 tahun, gaji pokok adalah Rp10.000.000 dan Anda sudah mengambil seluruh cuti Anda, tidak ada penggantian hak yang patut diperhitungkan dan tidak ikut program pensiun. Selain itu, Anda direkrut dan bekerja di Jakarta, sesuai dengan UU NO. 13 tahun 2003, Pasal 167 ayat 5, maka perhitungan uang pesangon dan penghargaan Anda adalah sebagai berikut:

No. Perhitungan Hasil

1 Pesangon 22 bulan upah

2 Penghargaan 4 bulan upah

3 Pesangon & Penghargaan Rp253.000.000

4 Pajak u/ Rp50 juta pertama (0 %) 0

5 Pajak u/ Rp50 juta berikutnya(5 %) Rp2.500.000

6 Pajak u/ Rp153. juta (15 %) Rp22.950.000

7 Total Pajak Rp25.450.000

8 Penghasilan Bersih (3-7) Rp227.550.000

Page 17: Studi kasus  Tgas HKT

Mintalah perhitungan pajak dari bagian Sumber Daya Manusia. Mereka akan memberikan bagaimana menghitung pesangon, penghargaan dan hak lainnya setelah dipotong pajak. Bila formula perhitungan pesangon dan penghargaan yang diatur pada Peraturan Perusahaan atau perjanjian Kerja Bersama lebih baik dari pada yang diatur dalam UU No. 13/2003, gunakanlah formula yang dipakai pada Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Anda.

Untuk kasus PHK karena alasan lain seperti mengundurkan diri, kesalahan berat, keinginan perusahaan- hal ini juga telah diatur di UU No. 13 tahun 2003. Periksalah kembali bagaimana hal itu diatur pada Peraturan Perusahaan dan Perjanjian Kerja Bersama Anda.

Page 18: Studi kasus  Tgas HKT

Ketentuan dan Aturan Mogok Kerja Perindustrian di Indonesia semakin berkembang pesat, pemerintah pun harus dapat mengontrol setiap kegiatan industri yang ada. Untuk itu, ditetapkanlah Undang-Undang No.13 tentang Ketenagakerjaan. Nah, dalam UU No.13 diatur juga mengenai proses penyelesaian perselisihan hubungan industrial, salah satunya adalah melalui proses perundingan. Namun ketika proses perundingan tersebut gagal dan tidak mencapai kesepakatan, pekerja dapat menggunakan haknya untuk melakukan mogok kerja. Mari kita bahas mengenai hak mogok kerja!

Apa yang dimaksud mogok kerja menurut Undang-Undang No. 13 tentang Ketenagakerjaan?

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, memberikan definisi yang dimuat dalam pasal 1 angka 23 sebagai berikut : “Mogok kerja adalah tindakan pekerja yang direncanakan dan dilaksanakan secara bersama-sama dan/atau oleh serikat pekerja untuk menghentikan atau memperlambat pekerjaan”

Arti definisi diatas adalah :

Sebuah tindakan dapat disebut sebagai mogok kerja apabila dilakukan oleh pekerja. Mogok kerja tidak bisa dilakukan oleh ibu rumah tangga atau mahasiswa, hanya bisa dilakukan oleh pekerja. Mogok kerja harus direncanakan dan dilaksanakan secara bersama-sama, dilakukan oleh lebih dari 1 pekerja. Tujuan mogok kerja adalah untuk memaksa perusahaan/majikan mendengarkan dan  menerima tuntutan pekerja dan/atau serikat pekerja, caranya adalah dengan  membuat perusahaan merasakan akibat dari proses produksi yang terhenti atau melambat.

Adakah peraturan dari Pemerintah yang mengatur tentang mogok kerja?

Ada. Permasalahan mogok kerja memang sangat kompleks, untuk masalah mogok kerja ini diatur khusus pada pasal 137 sampai pasal 145 dalam Undang-Undang no. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Lebih lanjut mengenai peraturan pelaksanaan mogok kerja diatur oleh Kepmenakertrans No. 232/MEN/2003 tentang Akibat Hukum Mogok Kerja Yang Tidak Sah.

Apa saja yang menjadi syarat sah mogok kerja?

Dalam pasal 137 UU No. 13/2003 disebutkan bahwa “mogok kerja harus dilakukan secara sah, tertib dan damai sebagai akibat dari gagalnya perundingan”.

“Sah” disini artinya adalah mengikuti procedural yang diatur oleh Undang-Undang. “Tertib dan damai“ disini artinya adalah tidak mengganggu keamanan dan ketertiban umum dan tidak mengancam keselamatan jiwa dan harta benda milik perusahaan, pengusaha atau milik masyarakat.

“Akibat gagal perundingan” disini artinya adalah : Upaya perundingan yang dilakukan menemui jalan buntu dan gagal mencapai kesepakatan atau Perusahaan menolak untuk

Page 19: Studi kasus  Tgas HKT

melakukan perundingan walaupun serikat pekerja atau pekerja telah meminta secara tertulis kepada pengusaha 2 kali dalam tenggang waktu 14 hari.

Syarat administratif yang harus dipenuhi agar mogok kerja dikatakan sah adalah :

1. Pekerja atau Serikat Pekerja wajib memberitahukan secara tertulis kepada perusahaan/pengusaha dan Disnaker, 7 hari kerja sebelum mogok kerja dijalankan.

2. Dalam surat pemberitahuan tersebut, harus memuat :

Waktu (hari, tanggal dan jam) dimulai dan diakhiri mogok kerja Tempat mogok kerja Alasan dan sebab mengapa harus melakukan mogok kerja Tanda tangan ketua dan sekretaris serikat pekerja sebagai penanggung jawab mogok

kerja. Apabila mogok kerja akan dilakukan oleh pekerja yang tidak menjadi anggota serikat pekerja, maka pemberitahuan ditandatangani oleh perwakilan pekerja yang ditunjuk sebagai koordinator dan/atau penanggung jawab mogok kerja

Bagi pelaksanaan mogok kerja yang berlaku di perusahaan yang melayani kepentingan umum atau perusahaan yang jenis kegiatannya berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia, pelaksanaan mogok kerja harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kepentingan umum dan membahayakan keselamatan masyarakat. Instansi pemerintahan dan pihak perusahaan yang menerima surat pemberitahuan mogok kerja wajib memberikan tanda terima Sebelum dan selama mogok kerja berlangsung, instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan  wajib menyelesaikan masalah yang menyebabkan timbulnya pemogokan dengan mempertemukan dan merundingkanya dengan para pihak yang berselisih Jika perundingan tersebut menghasilkan kesepakatan, maka harus dibuatkan perjanjian bersama yang ditanda-tangani oleh para pihak dan pegawai yang bertanggung jawab dibidang ketenaga kerjaan sebagai saksi. Dan jika dalam perundingan tersebut tidak menghasilkan kesepakatan, maka pegawai dan instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenaga kerjaan harus menyerahkan masalah yang menyebabkan terjadinya mogok kerja kepada lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang berwenang. Apa akibatnya apabila mogok kerja tidak memenuhi kualifikasi persyaratan yang disebutkan diatas?

Menurut pasal 142, UU No.13/2003, dinyatakan bahwa apabila mogok kerja yang tidak memenuhi persyaratan mogok kerja seperti yang diuraikan diatas, maka mogok kerja tersebut tidak sah. Pada pasal 6 dan 7 Kepmenakertrans No.232/MEN/2003 tentang akibat mogok kerja yang tidak sah, disebutkan bahwa mogok kerja yang dilakukan secara tidak sah dikualifikasikan sebagai mangkir. Pemanggilan untuk kembali bekerja bagi pelaku mogok tidak sah dilakukan oleh pengusaha 2 kali berturut-turut dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari dalam bentuk pemanggilan secara patut dan tertulis. Pekerja yang tidak memenuhi panggilan perusahaan untuk kembali bekerja dianggap mengundurkan diri.

Apabila mogok kerja dilakukan secara tidak sah pada perusahan yang melayani kepentingan umum atau perusahaan yang jenis kegiatannya berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia dan mengakibatkan hilangnya nyawa manusia yang berhubungan dengan pekerjaannya dikualifikasikan sebagai kesalahan berat.

Page 20: Studi kasus  Tgas HKT

Bagaimana kewajiban perusahaan terhadap pembayaran upah bagi pekerja yang melakukan mogok kerja?

Pekerja yang melakukan mogok secara sah tetap berhak mendapat upah. Lain halnya dengan pekerja yang melakukan mogok secara tidak sah, mereka tidak berhak mendapat upah.

Sumber :

Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja Indonesia. Kepmenakertrans No. 232/MEN/2003 tentang Akibat Hukum Mogok

Kerja Yang Tidak Sah Indonesia. Marmin Hartono. KPM – Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia