Studi Kasus PKn

download Studi Kasus PKn

of 2

description

baca aja barang kali bermanfaat

Transcript of Studi Kasus PKn

Makassar - Jajaran Kepolisian Resort Pangkajenne Kepulauan (Pangkep) mengamankan 29 nelayan pelaku illegal fishing dan 8 perahu jenis jolloro di Pulau Karanrang, Pangkep, Jumat malam kemarin (26/6/2015).

29 nelayan tersebut diduga melakukan illegal fishing dengan menggunakan alat kompresor. Selain melakukan pembiusan ikan, di perairan Pulau Karanrang dan Pulau Jangang-jangang juga sering terjadi aksi bom ikan dan penangkapan dengan pukat harimau.

Kapolres Pangkep AKBP Mohammad Hidayat pada detikcom, sabtu (27/6/2015), menyebutkan bahwa seusai melakukan Program Jumat Keliling dan Safari Ramadan di pulau-pulau kecamatan Tupabiring Utara, pihaknya kemudian melakukan patroli keliling dan mengamankan 29 nelayan bersama perahu dan alat kompresornya.

"Kami selanjutnya melakukan olah TKP di bawah laut dan menemukan kerusakan-kerusakan terumbu karang akibat praktek illegal fishing di sekitar Kepulauan Pangkep, seminggu sebelumnya sudah diamankan 5 perahu, ternyata aksi illegal fishing masih terjadi," tutur Hidayat

Untuk melakukan Olah TKP di bawah laut, Hidayat melakukan penyelaman bersama Yusuf Ronald, anggota tim Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Balai Taman Nasional Takabonerate dan beberapa anggota Polres Pangkep lainnya.

Olah TKP dilakukan dengan mengukur kerusakan terumbu karang dengan menggunakan tali sepanjang 30 meter dengan diameter 60 meter. Dari hasil TKP juga ditemukan kerusakan terumbu karang akibat bom ikan.

AnalisaApa yang dilakukan oleh petugas Kepolisian Resort Pangkajenne Kepulauan (Pangkep) adalah benar. Karena telah melakukan tugas dengan baik berupa mengamankan 29 nelayan yang melakukan illegal fishing dan 8 perahu yang digunakan. Illegal fishing yang dilakukan para nelayan telah melakukan pelanggaran seperti yang disebutkan pada pasal 9 UU no. 31 tahun 2004 tentang perikanan dimana nelayan tersebut menggunakan alat penangkap ikan yang dilarang. Sehingga nelayan tersebut mendapat ancaman pidana sesuai pasal 84 tentang ketentuan pidana dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan denda paling banyak Rp1.200.000.000 (satu miliar dua ratus juta rupiah)