Kasus korupsi pkn

19
Kasus Korupsi Yang Terjadi Di Indonesia *Alvian Yusuf 01 *Refita Syaiskha 14 *Rizky Kurnia W 16 *Ronny Eka R 19

Transcript of Kasus korupsi pkn

Page 1: Kasus korupsi  pkn

Kasus Korupsi Yang Terjadi Di Indonesia

*Alvian Yusuf 01 *Refita Syaiskha 14 *Rizky Kurnia W 16

*Ronny Eka R 19

Page 2: Kasus korupsi  pkn

1. Kasus Korupsi Al Amin Nasution

Page 3: Kasus korupsi  pkn

Mantan anggota Komisi Kehutanan Dewan Perwakilan Rakyat, Al Amin Nur Nasution divonis delapan tahun penjara. Majelis menilai, Al Amin hanya terbukti dalam dua dari tiga kasus korupsi yang disangkakan jaksa.

"Terdakwa bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana dalam dakwaan pertama subsider dan dakwaan kedua," kata Ketua Majelis Hakim, Edward Pattinasarani, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta (5/1).  

Menurut hakim, dakwaan pertama tidak terbukti karena Amin sebagai anggota Komisi Kehutanan tidak mempunyai kewenangan untuk memutuskan soal peralihan fungsi hutan di Kabupaten Bintan.  

Al Amin juga mendapat hukuman membayar denda sebanyak Rp 250 juta subsider enam bulan penjara. Hukuman ini lebih ringan dari tuntutan jaksa sebelumnya. Jaksa juga meminta hakim menjatuhi hukuman denda sebesar Rp 500 juta subsider 6 bulan penjara. Jaksa juga menuntut Amien mengembalikan uang yang dinikmati terdakwa sebesar Rp 2,957 miliar.

Al Amin Terbukti Dua Kasus Korupsi"Terdakwa bersalah sebagaimana dalam dakwaan pertama subsider dan dakwaan kedua."

Page 4: Kasus korupsi  pkn

Hal yang memberatkan menurut hakim, Al Amin seharusnya mencegah menerima uang selaku anggota Dewan. Juga tidak seharusnya mencampuri urusan legislatif. "Terdakwa pun seharusnya tidak berbuat keji menceredai amanat amanat rakyat dengan meminta rakyat," kata Hakim Slamet. Hal yang meringankan, terdakwa menyesali perbuatannya. "terdakwa masih muda dan masih memperbaiki dan memberikan kontribusi kepada negara," kata Hakim. 

Majelis menilai Amin telah menerima uang atas jabatan untuk proses alih fungsi kawasan hutan lindung Tanjung Pantai Air Telang. Rencananya hutan lindung itu akan dibangun kawasan pelabuhan Tanjung Api-api, Sumatera Selatan. Amien bertemu calon investor Chandra Antonio Tan. Dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh Azwar Chesputera dan Sarjan Taher, Chandra menyerahkan uang dalam bentuk travel cheque. "Al Amin menerima tiga lembar travel cheque senilai total Rp 75 juta," kata Hakim Hendra Yospin.

Al Amin tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi pada 9 April 2008 di Pub Hotel Ritz Carlton Jakarta bersama Sekertaris Daerah Kabupaten Bintan Azirwan. KPK menyita uang senilai Rp 4 juta saat penangkapan dan Rp 67 juta di mobil Al Amin. Penyidik juga menemukan uang SGD $30 ribu dari Azirwan. Selain uang, ditemukan fotokopi hasil rapat Komisi Kehutanan DPR perihal persetujuan alih fungsi di Bintan. Azirwan sendiri sedang menjalani sidang. Dia divonis hukuman selama 2,5 tahun oleh majelis hakim.

Al Amin meminta agar PT Almega Geosystem dimenangkan dalam proyek pengadaan tersebut dengan tujuan keuntungan berupa komisi sebesar 20 persen dari total pembayaran untuk terdakwa dan Sekertaris Badan Planologi Departemen Kehutanan, M Ali Arsyad. "Ia mengancam akan mempersulit kelancaran proyek," kata Hakim Martini.

Page 5: Kasus korupsi  pkn

Menurut dia, Amin mengungkapkan hal ini dalam pertemuan di Rumah Makan Bebek Bali Senayan. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Ketua Panitia Pengadaan Eko Widjajanto dan perwakilan dari PT Almega Geosystem selaku distributor tunggal produk LEICA.  

Proyek pengadaan tersebut memutuskan PT Data Script sebagai pemenang lelang. Atas hal ini, Amin kemudian meminta Eko agar PT Data Script memberikan komisi 5,5 persen dari nilai pembayaran dan PT Almega Geosystem memberikan komisi sebesar 20 persen dari nilai pembayaran.  

Desember 2007, kata Hakim, Al Amin menerima penyerahan uang dari PT Data Script melalui Bambang Dwi Hartono senilai Rp 186 juta atau sama dengan tiga persen dari pembayaran yang diterima PT Data Script. Atas hal ini, lanjut dia, Amin merasa uang yang diterimanya tidak sesuai dengan permintaannya sebesar 5,5 persen. Terdakwa, kata Martini, meminta kekurangannya serta mengancam akan membatalkan kontrak dan akan mempermasalahkan pengadaan tersebut di DPR. 

PT Data Script kemudian memberikan tambahan uang sebesar Rp 100 juta kepada Amin. Januari 2008, lanjut Kadek, Amin menerima uang dari PT Almega Geosystem sebanyak dua kali. Masing-masing sebesar Rp 1,2 miliar.

Page 6: Kasus korupsi  pkn

2. Kasus Korupsi Eks Wali Kota Samarinda

Page 7: Kasus korupsi  pkn

Eks Wali Kota Samarinda Diperiksa dalam Kasus Dugaan Korupsi  

Mantan Wali Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Achmad Amins, hadiri pemeriksaan jaksa soal dugaan korupsi pengadaan lahan matang untuk Korpri Samarinda, Jumat (11/2). Kehadiran Amins merupakan panggilan kedua untuk diperiksa sebagai saksi dugaan penyelewengan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun 2007.

Amins diperiksa Kepala Seksi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Samarinda, Bambang Dwi Murcolono, di ruangannya. Mengenakan batik corak Kalimantan Timur dipadu celana abu-abu, ia diperiksa sejak pukul 08.00 Wita.

Usai diperiksa Amins yang ditunggu wartawan enggan memberikan komentar perihal pemeriksaannya. "Nanti saja setelah salat Jumat saya balik (diperiksa) lagi," kata Amins kepada wartawan, Jumat (11/2).

Page 8: Kasus korupsi  pkn

Pengadaan lahan kapling tanah itu untuk anggota Korpri Samarinda di Kelurahan Sambutan dengan luas lahan 400 hektare. Pembebasan lahan menghabiskan Rp 27,6 miliar dari sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun anggaran 2007.

Amins meninggalkan kantor Kejaksaan Negeri sekitar pukul 10.30 Wita. Ia dijemput dengan mobil Honda Freed warna merah hati dengan nomor polisi B 1537 KFM.

Pengungkapan perkara ini bermula dari temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Kejaksaan dalam proses penyidikan, telah memeriksa David Effendi dari PT Davido Jaya Mandiri dan Fauzi A Bahtar dari PT Tunas Satria Muda. Kedua perusahaan ini merupakan penjual tanah sekaligus pengembang perumahan untuk pegawai itu. Tapi hingga akhir pemeriksaan BPK, kedua perusahaan itu tidak dapat menunjukkan bukti kepemilikan tanah seluas 400 hektare itu. 

Page 9: Kasus korupsi  pkn

3. Korupsi Reklamasi Pantai Bawean

Page 10: Kasus korupsi  pkn

Sempat ngendon setahun di Mahkamah Agung (MA), akhirnya perkara korupsi reklamasi pantai Bawean yang menimpa Suhabuddin (53), diterima Pengadilan Negeri Gresik. Dalam putusannya, majelis MA yang dipimpin Joko Sarwoko mengganjar pria asal Bawean dengan vonis 1 tahun penjara.

Dalam amar putusannya, majelis yang juga beranggotakan Qomariyah E Sapardjaja dan Ahmadi Usman Sirathan mengabulkan kasasi JPU atau pemohon. Ini artinya, MA membatalkan putusan PN Gresik Nomor 169/Pid.B/PN yang membebaskan segala dakwaan dari perkara korupsi senilai Rp1,1 miliar.

Dalam amar putusan yang ditetapkan 27 Oktober 2009 itu, majelis MA juga membebani denda warga Jalan Tanah Massa Perum Gresik Kota Baru tersebut sebesar Rp50 juta subsider 2 bulan penjara.

Turunnya putusan kasasi yang diajukan JPU Wido Utomo itu terbilang lama. Pasalnya, majelis MA sudah memutuskan 27 Oktober 2009, nyatanya baru diterima Pengadilan Negeri Gresik pada 24 Januari 2011.

Menanggapi hal ini, Humas Pengadilan Negeri (PN) Gresik H. Fathul Mujib menegaskan, bila hal itu menjadi urusan dari MA. "Atas surat pengantarnya, amar putusan dikirim dari MA pada 4 Januari 2011 dan baru kami terima pada 24 Januari 2011,” ujarnya.

Page 11: Kasus korupsi  pkn

H. Fajtul Mujib juga menegaskan, bila sudah memberikan surat pemberitahuan atas salinan amar putusan MA tersebut. Bahkan, semua pihak-pihak sudah dikirimi surat tersebut, termasuk diantaranya dengan Kejari Gresik.  

Perkara korupsi reklamasi pantai Bawean senilai Rp 1,1 miliar, terdapat lima terdakwa. Selain, keempat terdakwa di atas, ada tambahan Zainal Arifin, mantan Kesubdin Kelistrikan dan Pertambangan BLH Gresik. Hanya untuk Zainal Arifin, saat sidang di Pengadilan Negeri (PN) Gresik Pebruari 2009 lalu diputus 1,5 tahun penjara. Saat banding dikurangi 1 tahun. Dan, sekarang pria yang tinggal di Jalan Kalimatan Perum GKB itu sudah bebas.

Sementara, untuk empat rekannya JPU Wido Utomo mengajukan kasasi, setelah pada 10 Pebruari 2009, majelis yang dipimpin Eddy Kir Biantoro memutus bebas. Kendati keempat terdakwa dalam satu berkas, namun baru putusan Buang Idang Guntur dan Sihabuddin yang turun. Sedangkan, untuk Soemarsono dan Siti Kuntjarni belum juga turun.

Sementara itu, Plt Kasie Pidsus Kejari Gresik Adung Sutranggono menegaskan, pihaknya masih belum bisa melakukan eksekusi. Karena, sampai saat ini pihaknya belum menerima salinan amar putusan tersebut

Page 12: Kasus korupsi  pkn

4. Kasus Dugaan Korupsi Soeharto

Page 13: Kasus korupsi  pkn

Kasus dugaan korupsi Soeharto menyangkut penggunaan uang negara oleh 7 buah yayasan yang diketuainya, yaitu Yayasan Dana Sejahtera Mandiri, Yayasan Supersemar, Yayasan Dharma Bhakti Sosial (Dharmais), Yayasan Dana Abadi Karya Bhakti (Dakab), Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan, Yayasan Trikora. Pada 1995, Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun 1995. Keppres ini menghimbau para pengusaha untuk menyumbang 2 persen dari keuntungannya untuk Yayasan Dana Mandiri.

Hasil penyidikan kasus tujuh yayasan Soeharto menghasilkan berkas setebal 2.000-an halaman. Berkas ini berisi hasil pemeriksaan 134 saksi fakta dan 9 saksi ahli, berikut ratusan dokumen otentik hasil penyitaan dua tim yang pernah dibentuk Kejaksaan Agung, sejak tahun 1999

Uang negara 400 miliar mengalir ke Yayasan Dana Mandiri antara tahun 1996 dan 1998. Asalnya dari pos Dana Reboisasi Departemen Kehutanan dan pos bantuan presiden. Dalam berkas kasus Soeharto, terungkap bahwa Haryono Suyono, yang saat itu Menteri Negara Kependudukan dan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, mengalihkan dana itu untuk yayasan. Ketika itu, dia masih menjadi wakil ketua di Dana Mandiri. Bambang Trihatmodjo, yang menjadi bendahara yayasan ini, bersama Haryono, ternyata mengalirkan lagi dana Rp 400 miliar yang telah masuk ke yayasan itu ke dua bank miliknya, Bank Alfa dan Bank Andromeda, pada 1996-1997, dalam bentuk deposito.

Page 14: Kasus korupsi  pkn

Dari data dalam berkas Soeharto, Bob Hasan paling besar merugikan keuangan negara, diduga mencapai Rp 3,3 triliun. Hal ini juga terungkap dari pengakuan Ali Affandi, Sekretaris Yayasan Supersemar, ketika diperiksa sebagai saksi kasus Soeharto. Dia membeberkan, Yayasan Supersemar, Dakab, dan Dharmais memiliki saham di 27 perusahaan Grup Nusamba milik Bob Hasan. Sebagian saham itu masih atas nama Bob Hasan pribadi, bukan yayasan.

Hutomo Mandala Putra, putra bungsu Soeharto bersama bersama Tinton Suprapto, pernah memanfaatkan nama Yayasan Supersemar untuk mendapatkan lahan 144 hektare di Citeureup, Bogor, guna pembangunan Sirkuit Sentul. Sebelumnya, Tommy dan Tinton berusaha menguasai tanah itu lewat Pemerintah Provinsi Jawa Barat, tapi gagal.

Page 15: Kasus korupsi  pkn

5. Kasus Suap Pemilihan DGS BI

Page 16: Kasus korupsi  pkn

Beberapa kasus korupsi yang menyeret nama Nurdin, kembali menjadi sorotan, diantaranya kasus cek perjalanan terkait pemenangan Miranda Swaray Goeltom sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada 2004 lalu. Nama Nurdin Halid disebut-sebut ikut menerima aliran dana cek perjalanan senilai Rp 500 juta.

Hal itu terungkap dalam persidangan terpidana kasus yang sama, Hamka Yandhu pada 27 April 2010 silam. Namun, Nurdin tidak masuk dalam daftar 25 tersangka baru yang telah ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Nurdin ternyata juga pernah menjalani pemeriksaan di KPK pada 12 Oktober 2009, sebelum kasus Hamka Yandhu disidangkan. Kala itu, Nurdin dimintai keterangan sebagai saksi untuk Hamka Yandhu. Adanya pemeriksaan tersebut, semakin menguatkan indikasi keterlibatan Nurdin, meski dirinya membantah telah menerima aliran dana dari Hamka.

Page 17: Kasus korupsi  pkn

Di bagian lain, Indonesia Corruption Watch (ICW) kembali mendesak KPK untuk segera menindaklanjuti dugaan keterlibatan Nurdin, terkait pengakuan Hamka Yandhu. "Dalam persidangan kasus cek perjalanan di Pengadilan Tipikor, terdakwa Hamka Yandhu sempat mengatakan pernah menyetor uang cash Rp 500 juta ke Nurdin Halid. Tapi sekarang hilang begitu, saja. Nurdin juga tidak masuk dalam list para tersangka baru kasus tersebut. Pengakuan Hamka Yandhu harus ditindaklanjuti," papar Wakil Koordinator ICW Emerson Yuntho.

Page 18: Kasus korupsi  pkn

Menurut keterangan Hamka, ketiga pihak tersebut meminta jatah mereka dibayar dengan uang tunai, bukan dalam bentuk cek perjalanan

seperti yang diberikan Hamka kepada 11 anggota komisi IX fraksi Partai Golkar lainnya.

Sebelumnya, ketiga nama tersebut tidak disebut dalam dakwaan Hamka. Hal itu terungkap ketika

Jaksa Penunut Umum (JPU) Siswanto menanyakan kepada Hamka, apakah dirinya memberikan jatah cek perjalanan sebanyak

masing-masing sepuluh lembar kepada Abdullah Zaini dan Nurdin Halid.

Page 19: Kasus korupsi  pkn

Uang yang dibagikan Hamka kepada tiga pihak tersebut, berasal dari bagian milik Hamka sebesar Rp 2,25 miliar, yakni sebanyak 45 lembar cek perjalanan (satu cek bernilai Rp 50 juta). Hamka menerima duit panas tersebut dari mantan staf Nunun Nurbaeti, Arie Malangjudo. Terkait keterangan Hamka tersebut, Nurdin pernah menyatakan bantahannya. "Tidak, itu tidak pernah, bantahnya saat itu.

Selain Hamka, Pengadilan Tipikor telah memvonis tiga terpidana lainnya, yakni Dudhie Makmun Murod, Endin Soefihara dan Udju Djuhaeri. Dalam pengembangan kasus tersebut, KPK telah menetapkan 26 tersangka baru para mantan anggota komisi IX DPR RI periode 1999-2004, yang juga menerima aliran dana cek perjalanan. KPK juga telah melakukan penahanan atas 24 tersangka.

Dua tersangka yang tersisa, Jeffrey Tongas Lumbanbatu telah meninggal dunia, sementara Anthony Zeidra Abidin telah menjadi terpidana kasus korupsi dan mendekam di Lapas Cipinang.

Terlepas dari dugaan keterlibatan pada kasus cek perjalanan, Nurdin juga diincar dalam dugaan suap yang melibatkan General Manager Persisam Samarinda Aidil Fitri. Seperti yang diketahui, Pengadilan Negeri Samarinda telah memvonis Aidil dengan hukuman satu tahun penjara.

Dia dinyatakan berslan lantaran telah menyalahgunakan penggunaan dana klub yang berasal dari APBD. Dalam persidangan tersebut, PN Samarinda juga menyatakan Nurdin Halid dan Ketua Badan Liga Sepakbola Indonesia Andi Darussalam Tabusalla menerima uang dari hasil korupsi APBD Kota Samarinda yang dilakukan Aidil.