Paper PKN Korupsi

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungguh ironi permasalahan di negeri tercinta ini yang notabenya penduduk muslim terbesar di dunia terjadi korupsi, kini sudah menjadi permasalahan serius di negeri ini, budaya korupsi sudah sangat mengakar dari generasi pendahulu sampai sekarang kasus korupsi sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam menangani korupsi dan hukum yang sangat tegas. Dibentuknya pula Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan beberapa Instansi anti korupsi lainnya. Namun faktanya negeri ini masih menduduki rangking atas sebagai Negara terkorup didunia. Karena dari itu, korupsi patut menjadi perhatian serius bagi kita semua. Salah satu mengapa orang berani melakukan tindak pidana korupsi yaitu karena kurangnya kesadaran pribadi tentang bahaya korupsi. Tentu saja kita tidak bisa menyadarkan para koruptor karena mereka sudah terlanjur terbiasa dengan tindakannya tersebut. Jadi, salah satu upaya jangka panjang yang terbaik untuk mengatasi korupsi adalah dengan

description

Pendidikan anti korupsi

Transcript of Paper PKN Korupsi

Page 1: Paper PKN Korupsi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sungguh ironi permasalahan di negeri tercinta ini yang notabenya

penduduk muslim terbesar di dunia terjadi korupsi, kini sudah menjadi

permasalahan serius di negeri ini, budaya korupsi sudah sangat mengakar

dari generasi pendahulu sampai sekarang kasus korupsi sudah tidak

terhitung lagi jumlahnya. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah

dalam menangani korupsi dan hukum yang sangat tegas. Dibentuknya pula

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan beberapa Instansi anti korupsi

lainnya. Namun faktanya negeri ini masih menduduki rangking atas

sebagai Negara terkorup didunia. Karena dari itu, korupsi patut menjadi

perhatian serius bagi kita semua. Salah satu mengapa orang berani

melakukan tindak pidana korupsi yaitu karena kurangnya kesadaran

pribadi tentang bahaya korupsi. Tentu saja kita tidak bisa menyadarkan

para koruptor karena mereka sudah terlanjur terbiasa dengan tindakannya

tersebut.

Jadi, salah satu upaya jangka panjang yang terbaik untuk mengatasi

korupsi adalah dengan memberikan pendidikan anti korupsi dini kepada

kalangan generasi muda sekarang. Karena generasi muda adalah generasi

penerus yang akan menggantikan kedudukan para penjabat terdahulu. Juga

karena generasi muda sangat mudah terpengaruh dengan lingkungan di

sekitarnya. Jadi, kita lebih mudah mendidik dan memengaruhi generasi

muda supaya tidak melakukan tindak pidana korupsi sebelum mereka

lebih dulu dipengaruhi oleh “budaya” korupsi dari generasi pendahulunya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai

berikut :

Page 2: Paper PKN Korupsi

1. Apakah yang dimaksud dengan korupsi?

2. Bagaimana pemberantasan korupsi di Indonesia?

3. Bagimanakah peranan pendidikan anti korupsi dini dikalangan

generasi muda dalam mencegah terjadinya tindak korupsi?

4. Bagaimana strategi yang dilakukan untuk pemberantasan korupsi?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang korupsi.

2. Untuk mengetahui pemberantasan korupsi di Indonesia.

3. Untuk mengetahui peranan pendidikan anti korupsi dini dikalangan

generasi muda dalam mencegah terjadinya tindak korupsi.

4. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan untuk pemberantasan

korupsi.

D. Manfaat

1. Makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman terhadap

pola piker generasi muda agar tidak melakukan tindak korupsi

yang bias merugikan diri sendiri, keluarga ataupun masyarakat

luas.

2. Makala hini diharapkan bias menjadi tolak ukur dan motivasi

terhadap generasi muda agar bias menghindari tindak korupsi.

3. Makalah ini diharapkan dapat membantu memberikan

pembelajaran khususnya terhadap generasi muda untuk membenahi

dan meningkatkan peranan dan dukungan terhadap edukasi anti

korupsi sejak dini.

Page 3: Paper PKN Korupsi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Korupsi

Secara etimologis, korupsi berasal dari kata “korup” yang berarti

buruk, rusak, dan busuk. “korup” juga dapat berarti dapat disogok (melalui

kekuasaan untuk kepentingan pribadi). Korupsi juga disebutkan berasal

dari bahasa latin corrupere dan corruptio yang berarti penyuapan dan

corrupere yang berarrti merusak. Istilah ini kemudian di pakai dalam

bebagai bahasa asing, seperti Inggris menjadi cooruption dan di Indonesia

menjadi korupsi.

Dalam bahasa arab korupsi disebut riswah yang berarti penyuapan.

Riswah juga dimaknai sebagai uang suap. Korupsi sebagai sebuah

tindakan yang merusak dan berkhianat juga disebut fasad dan gulul.

Ketiga istilah ini memiliki rujukan teologis baik dalam hadis maupun

dalam Al-quran.

Sementara dalam terminologis korupsi diartikan sebagai pemberian

dan penerimaan suap. Defenisi korupsi ini lebih menekankan pada praktik

pemberian suap atau penerimaaan suap. Dengan demikian baik yang

menerima maupun memberi keduanya termasuk koruptor.

David M Chalmers menguraikan pengertian korupsi sebagai

tindakan-tindakan manipulasi dan kepurusan mengenai keuangan yang

membahayakan ekonomi. JJ Senturia dalam Encyclopedia of social sciens

(Vol VI, 1993) mendefinisikan korupsi sebagai penyalahgunaan kekusaan

pemerintahan untuk keuntungan pribadi. Definisi ini dianggap sangat

spesifik dan konvensional karena meletakan persoalan korupsi sebagai

ranah pemerintah semata. Padahal seiring dengan proses swastanisasi

(privatisasi) perusahaan negara dan pengalihan kegiatan yang selama ini

masuk dalam ranah negara ke sektor swasta, maka definisi korupsi

Page 4: Paper PKN Korupsi

mengalami perluasan. Ia tidak hanya terkait dengan penyimpanagan yang

dilakukan oleh pemerintah, tapi juga oleh pihak swasta dan pejabat-pejabat

ranah publik baik politisi, pegawai negeri maupun orang-orang dekat

mereka yang memperkaya diri dengan cara melanggar hukum. Berpijak

pada hal tersebut Transparancy International memasukan tiga unsur

korupsi yaitu penyalahgunaan kekuasaan, kekuasaan yang dipercayakan

dan keuntungan pribadi baik secara pribadi, anggota keluarga, maupun

kerabat dekat lainnya.

Dari beberapa defenisi diatas, baik secara etimologis maupun

terminologis, korupsi dapat dipahami dalam tiga level. Pertama Korupsi

dalam pengertian tindakan pengkhianatan terhadap kepercayaan, kedua

pengertian dalam semua tindakan penyalahgunaan kekuasaan baik pada

tingkat negara maupun lembaga-lembaga struktural lainnya termasuk

lembaga pendidikan. Ketiga korupsi dalam pengertian semua bentuk

tindakan penyalahgunaan kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan

materil.

B. Pemberantasan Korupsi Di Indonesia

Korupsi di Indonesia sudah menjadi fenomena yang sangat

mencemaskan, karena telah semakin meluas dan merambah pada lembaga

Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Kondisi tersebut telah menjadi salah

satu faktor penghambat utama pelaksanaan pembangunan di Indonesia.

Ketidakberhasilan Pemerintah memberantas korupsi juga semakin

melemahkan citra Pemerintah dimata masyarakat dalam pelaksanaan

pemerintah yang tercermin dalam bentuk ketidakpercayaan masyarakat,

ketidakpatuhan masyarakat terhadap hukum, dan bertambahnya jumlah

angka kemiskinan absolut. Apabila tiidak ada perbaikan yang berarti,

maka kondisi tersebut akan sangat membahayakan kesatuan dan persatuan

bangsa.

Pada tataran perekonomian makro, dampak yang ditimbulkan oleh

korupsi ialah: 1) semakin menurunnya kualitas taraf hidup rakyat; 2)

semakin sulitnya upaya masyarakat memperoleh pendapatan ekonomi; 3)

Page 5: Paper PKN Korupsi

semakin meningginya pola pengeluaran masyarakat; 4) semakin buruknya

tingkat kesehatan masyarakat lantaran semakin menurunnya pola

pengeluaran konsumsi untuk kesehatan; dan 5) semakin menurunnya

kinerja sektor-sektor produksi, distribusi dan industri. Sedangkan pada

tataran perekonomian makro, korupsi melahirkan dampak-dampak yang

hebat, yakni: 1) semakin merosotnya pertumbuhan ekonomi nasional; 2)

semakin tingginya tingkat inflasi; 3) semakin rendahnya kinerja investasi

nasional; 4) semakin merosotnya nilai tukar mata uang Rupiah; dan 5)

semakin rendahnya kinerja perbankan nasional.

Namun penanganan dan pemberantasan tindak pidana korupsi yang

dilakukan selama ini tidak didukung oleh:

1. Adanya kehendak Pemerintahan yang sungguh-sungguh dalam

memberantas korupsi. Inpres No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi merupakan perwujudan

kehendak Pemerintah yang sungguh-sungguh dalam memberantas

korupsi.

2. Adanya kesamaan presepsi, kesamaan tujuan, dan kesamaan

rencana tindak (action plan) dalam memberantas korupsi. Rencana

Aksi Nasional Pemberantas Korupsi (RAN-PK) Tahun 2004-2009

merupakan perwujudan adanya kesamaan persepsi, kesamaan

tujuan, dan kesamaan rencana tindak dalam memberantas korupsi.

3. Pemanfaatan Teknologi Informasi (IT) untuk menanggulangi

korupsi. Karena itu, perlu menyiapkan penerapan TI dalam

pencegahan dan penindakan tindak pidana korupsi.

4. Pemanfaatan “single identification number” untuk setiap urusan

masyarakat. Karena itu, perlu menyiapkan penerapan “single

identification number” atau suatu identifikasi yang berlaku untuk

semua keperluan masyarakat (SIM, pajak, bank, dll) yang

diharapkan mampu mengurangi peluang penyalahgunaan oleh

setiap anggota masyarakat.

5. Peraturan perundang-undangan yang saling menunjang dan

memperkuat. Masih banyak peraturan perundang-undangan yang

Page 6: Paper PKN Korupsi

tumpang tindih, duplikasi, dan bertentangan, sementara beberapa

hal yang penting yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi alpa

untuk diatur. Karena itu, perlu untuk berupaya menyempurnakan

peraturan perundang-undangan dalam rangka peningkatan

pengawasan atas pelayanan publik serta melakukan harmonisasi

dan revisi peraturan perundang-undangan dan peraturan

pelaksanaan yang berhubungan dengan pengawasan dan

pemeriksaan internal instansi pemerintah.

Korupsi selain terkait dengan aturan normatif yang lemah, sikap dan

perilaku juga disebabkan karena lemahnya sistem menejemen sumber daya

manusia dari penyelenggara pemerintahan, mulai dari sistem rekrutmen,

karir dan promosi dan penilaian kinerja sampai kepada remunerasinya.

Ketidakpercayaan masyarakat terhadap legitimasi Pemerintah juga

disebabkan karena sistem pendidikan yang kurang menggugah kesadaran

dan tanggung jawab untuk tidak berbuat atau melawan korupsi, serta

kurang menanamkan kepada anak didik tentang hak dan kewajiban warga

negara atas negaranya. Rendahnya pendidikan masyarakat juga dapat

menjadi faktor yang mengkondisikan praktik korupsi di dalam masyarakat.

Dan itu menyebabkan masyarakat seringkali menjadi sasaran empuk

birokrasi negara dalam memanipulasi sejumlah fasilitas dan pelayanan

publik.

Sementara itu, Pasal 2 ayat (2) UU No.31 Tahun 1999 Jo. UU

No.20 Tahun 2001 mengatur perihal faktor pemberatan pidana terkait

tindak pidana korupsi versi Pasal 2 ayat (1). Faktor pemberatan yang

dimaksud ialah: 1) tindak pidana korupsi dilakukan terhadap dana yang

diperuntukkan bagi penanggulangan keadaan bahaya; 2) tindak pidana

korupsi dilakukan terhadap dana yang diperuntukkan bagi penanggulangan

bencana alam nasional; 3) tindak pidana korupsi dilakukan terhadap dana

yang diperuntukkan bagi penanggulangan akibat kerusuhan sosial yang

meluas; 4) tindak pidana korupsi dilakukan terhadapdana yang

diperuntukkan bagi penanggulangan krisis ekonomi dan moneter; 5) tindak

pidana korupsi dilakukan sebagai penangulangan tindak pidana.

Page 7: Paper PKN Korupsi

Langkah-langkah untuk menemukenali hambatan dalam

pemberantasan korupsi telah dilakun dalam Rapat Pengawasan Tingkat

Nasional di Bali pada bulan Desember 2002 yang menyepakati bahwa

penanganan korupsi selama ini menghadapi berbagai hambatan serius

yang dikelompokkan menjadi:

1. Hambatan Struktural

Hambatan Struktural adalah hambatan yang bersumber dari

praktik-praktik penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang

membuat penanganan tindak pidana korupsi tidak berjalan

sebagaimana mestinya.

2. Hambatan Kultural

Hambatan Kultural adalah hambatan yang bersumber dari

kebiasaan negatif yang berkembang di masyarakat.

3. Hambatan Instrumental

Hambatan Instrumental adalah hambatan yang bersumber

dari kurangnya instrumen pendukung dalam bentuk peraturan

perundang-undangan yang membuat penanganan tindak pidana

korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya.

4. Hambatan Manajemen

Hambatan Manajemen adalah hambatan yang bersumber

dari diabaikannya atau tidak diterapkannya prinsip-prinsip

manajemen yang baik (komitmen yang tinggi dilaksanakan secara

adil, transparant dan akuntabel) yang membuat penanganan tindak

pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya.

C. Pendidikan Anti Korupsi

Pendidikan adalah salah satu penuntun generasi muda untuk ke

jalan yang benar. Jadi, sistem pendidikan sangat memengaruhi perilaku

generasi muda ke depannya. Termasuk juga pendidikan anti korupsi dini.

Pendidikan, sebagai awal pencetak pemikir besar, termasuk koruptor

sebenarnya merupakan aspek awal yang dapat merubah seseorang menjadi

koruptor atau tidak. Pedidikan merupakan salah satu tonggak kehidupan

Page 8: Paper PKN Korupsi

masyarakat demokrasi yang madani, sudah sepantasnya mempunyai andil

dalam hal pencegahan korupsi. Salah satu yang bisa menjadi gagasan baik

dalam kasus korupsi ini adalah penerapan anti korupsi dalam pendidikan

karakter bangsa di Indonesia.

Pendidikan anti korupsi sesungguhnya sangat penting guna

mencegah tindak pidana korupsi. Jika KPK dan beberapa instansi anti

korupsi lainnya menangkapi para koruptor, maka pendidikan anti korupsi

juga penting guna mencegah adanya koruptor. Seperti pentingnya

pelajaran akhlak dan moral. Pelajaran akhlak penting guna mencegah

terjadinya kriminalitas. Begitu halnya pendidikan anti korupsi memiliki

nilai penting guna mencegah aksi korupsi. Maka dari itu, sebagai wanita,

pemelihara bangsa dan penelur generasi penerus bangsa, sudah pasti harus

mampu memberikan sumbangsih dalam hal pemberantasan korupsi. Satu

hal yang pasti, korupsi bukanlah selalu terkait dengan korupsi uang.

Namun sisi korupsi dapat merambah dalam segala hal bidang kehidupan.

Misalnya tenaga, jasa, materi, dan sebagainya. Seperti yang dilansir dari

program KPK yang akan datang bahwa pendidikan dan pembudayaan

antikorupsi akan masuk ke kurikulum pendidikan dasar hingga pendidikan

tinggi mulai tahun 2012. Pemerintah akan memulai proyek percontohan

pendidikan antikorupsi di pendidikan tinggi. Jika hal tersebut dapat

terealisasi dengan lancar maka masyarakat Indonesia bisa optimis di masa

depan kasus korupsi bisa diminimalisir.

Salah satu kekeliruan upaya pemberantasan korupsi selama ini

adalah terlalu fokus pada upaya menindak para koruptor. Sedikit sekali

perhatian pada upaya pencegahan korupsi. Salah satunya lewat upaya

pendidikan antikorupsi. Terakhir, era reformasi melahirkan Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK), yang selain diserahi tugas penindakan,

juga tugas pencegahan tindak pidana korupsi, seperti pendidikan

antikorupsi kepada masyarakat.

Page 9: Paper PKN Korupsi

Menyadari hal ini, timbul gagasan memasukkan materi antikorupsi

dalam kurikulum pendidikan tingkat SD hingga SMU, sebagai bentuk

nyata pendidikan antikorupsi. Tujuan pendidikan antikorupsi adalah

menanamkan pemahaman dan perilaku antikorupsi.

Ide memasukkan materi antikorupsi dalam kurikulum mendapat

respons positif masyarakat. Hasil jajak pendapat harian Seputar Indonesia

terhadap 400 responden (27/5), sebanyak 87% menyatakan perlunya

memasukkan pendidikan antikorupsi dalam kurikulum. Keyakinan

masyarakat juga relatif besar. Hampir 200 responden menyatakan

keyakinannya bahwa pendidikan antikorupsi bisa berjalan efektif

membendung perilaku korupsi di Indonesia.

Jajak pendapat itu menjaring pula pendapat masyarakat seputar

pentingnya pendidikan antikorupsi. Masyarakat berharap pendidikan

antikorupsi memberikan pengetahuan seputar korupsi dan bahayanya,

mencetak daya manusia yang berkesadaran tinggi terhadap hukum, serta

memutus mata rantai korupsi.

Lebih dari itu, masyarakat berkeinginan agar upaya pendidikan

antikorupsi berjalan paralel dengan upaya lainnya, yakni maksimalisasi

penegakan hukum, fungsi pengawasan yang ketat, sosialiasi dan kampanye

gerakan antikorupsi secara berkala dan berkesinambungan, dan

menghilangkan praktik korupsi dalam birokrasi.

Pendidikan Anti-Korupsi melalui jalur pendidikan lebih efektif,

karena pendidikan merupakan proses perubahan sikap mental yang terjadi

pada diri seseorang, dan  melalui jalur ini lebih tersistem serta mudah

terukur, yaitu perubahan perilaku anti korupsi. Perubahan dari sikap

membiarkan dan memaafkan para koruptor ke sikap menolak secara tegas

tindakan korupsi, tidak pernah terjadi jika kita tidak secara sadar membina

kemampuan generasi mendatang untuk memperbaharui sistem nilai yang

diwarisi (korupsi) sesuai dengan tuntutan yang muncul dalam setiap tahap

perjalanan bangsa.

Page 10: Paper PKN Korupsi

Sistem nilai adalah keseluruhan norma-norma etika yang dijadikan

pedoman oleh bangsa untuk mengatur perilaku dari semula sikap

membiar-kan, memahami, dan memaafkan korupsi ke sikap menolak

secara tegas dan ini hanya akan terjadi setelah lahir generasi yang mampu

mengidentifikasi berbagai kelemahan dalam sistem yang mereka warisi

dan mampu memperbaharui sistem nilai warisan itu berdasarkan situasi

baru (Buchori, Muchtar, 2007 dikutif dari Kompas, 21 Februari 2007).

Pada dasarnya sistem nilai yang lebih baik, datang dari berbagai

pengalaman nyata dari perjalanan suatu bangsa yang bersifat dramatis

yang lahir dari kontemplasi  mendalam mengenai makna aneka peristiwa

kehidupan yang dijumpai selama suatu kurun waktu. Dalam konteks

pendidikan, ” mencabut korupsi sampai se akar-akarnya” berarti

melakukan serangkaian usaha untuk melahirkan generasi yang tidak

bersedia menerima dan memaafkan suatu perbuatan korupsi. Oleh karena

itu harus dilakukan usaha-usaha untuk melahirkan perubahan radikal

dalam sikap bangsa terhadap korupsi.

Berdasarkan uraian tersebut, Pendidikan Anti Korupsi

menfokuskan pada penanaman nilai-nilai  pada generasi muda, sehingga

akan muncul sistem nilai baru yang terinternalisasi pada diri generasi

muda sebagai pedoman hidup (tidak melakukan korupsi) dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai Anti-Korupsi yang

perlu ditanamkan kepada generasi mudah melalui jalur pendidikan yang

direkomendasikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi yaitu tanggung

jawab, disiplin, jujur, sederhana, kerja keras, mandiri, adil, berani, dan

peduli (sembilan nilai).

Franz Magnis Suseno (dalam Djabar, 2008) mengemukakan,

terdapat tiga sikap moral fundamental yang akan membikin orang menjadi

kebal terhadap godaan korupsi: kejujuran, rasa keadilan, dan rasa tanggung

jawab. Jujur berarti berani menyatakan keyakinan pribadi. Menunjukkan

siapa dirinya. Kejujuran adalah modal dasar dalam kehidupan bersama.

Ketidakjujuran jelas akan menghancurkan komunitas bersama. Peserta

Page 11: Paper PKN Korupsi

didik perlu belajar bahwa berlaku tidak jujur adalah sesuatu yang amat

buruk. Adil berarti memenuhi hak orang lain dan mematuhi segala

kewajiban yang mengikat diri sendiri. Magnis mengatakan, bersikap baik

tetapi melanggar keadilan, tidak pernah baik. Keadilan adalah tiket menuju

kebaikan. Tanggung jawab berarti teguh dan tekun melaksanakan

tugas/kewajiban hingga tuntas. Misalnya, peserta didik diberi tanggung

jawab mengelola dana kegiatan olahraga di sekolahnya. Rasa tanggung

jawab peserta didik terlihat ketika dana dipakai seoptimal mungkin

menyukseskan kegiatan olahraga. Menurut Magnis, pengembangan rasa

tanggung jawab adalah bagian terpenting dalam pendidikan anak menuju

kedewasaan. Menjadi orang yang bermutu sebagai manusia (Faisal Djabar,

2008).

Selanjutnya, dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 dinyatakan secara

eksplisit bahwa:   “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.”  Dengan demikian, pembinaan

pendidikan anti-korupsi pada jalur pendidikan di seluruh satuan

pendidikan (sekolah) merupakan wahana untuk mendukung dan

mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut.

Untuk mewujudkan Pendidikan Anti-Korupsi,  pendidikan di

sekolah harus diorientasikan pada tataran moral action, agar peserta didik

tidak hanya berhenti pada kompetensi (competence) saja, tetapi sampai

memiliki kemauan (will), dan kebiasaan (habit) dalam mewujudkan nilai-

nilai dalam kehidupan sehari-hari. Lickona (1991), menyatakan bahwa

untuk mendidik moral anak sampai pada tataran moral action diperlukan

tiga proses pembinaan yang berkelanjutan mulai dari proses moral

Page 12: Paper PKN Korupsi

knowing, moral feeling, hingga sampai pada moral action.  Ketiganya

harus dikembangkan secara terpadu dan seimbang.   Dengan demikian

diharapkan potensi peserta didik dapat berkembang secara optimal, baik

pada aspek kecerdasan intelektual, yaitu memiliki kecerdasan, kemampuan

membedakan yang baik dan buruk, benar dan salah, serta menentukan

mana yang bermanfaat.  Kecerdasan emosional, berupa kemampuan

mengendalikan emosi, menghargai dan mengerti perasaan orang lain, dan

mampu bekerja dengan orang lain.  Kecerdasan sosial,  yaitu memiliki

kemampuan berkomunikasi, senang menolong, berteman, senang bekerja

sama, senang berbuat untuk menyenangkan orang lain. Kecerdasan

spritual, yaitu memiliki kemampuan iman yang anggun, merasa selalu

diawasi oleh Allah, gemar berbuat baik karena lillahi ta’alah, disiplin

beribadah, sabar, ikhtiar, jujur, pandai bersyukur dan berterima kasih.

Sedangkan kecerdasan kinestetik,  adalah menciptakan keperdulian

terhadap dirinya dengan menjaga kesehatan jasmani, tumbuh dari rizki

yang hahal, dan sebagainya.  Maka sosok manusia yang mengembangkan

berbagai kecerdasan tersebut,  diharapkan siap menghadapi dan

memberantas perbuatan korupsi atau bersikap anti korupsi.

Karena proses pembinaan yang berkelanjutan dimulai dari proses

moral knowing, moral feeling, hingga sampai pada moral action, maka

implementasi pembinaannya perlu ditindaklanjuti dengan membangun

”kantin kejujuran” di sekolah  sebagai praktik moral action yang harus

dirancang sesuai dengan muatan sifat edukasi. Hasil yang diharapkan dari

intervensi di jalur pendidikan adalah: Kaum muda khususnya pelajar dapat

lebih memahami tindak pidana korupsi, dan mulai berani berkata “TIDAK'

untuk korupsi, dan pada gilirannya dapat mewarnai, mendorong

masyarakat dan lingkungan sekitarnya untuk bersama-sama bangkit

melawan korupsi. Dengan kondisi demikian diharapkan dapat membawa

negeri ini keluar dari perangkap korupsi serta mengembalikan kewibawaan

serta harga diri bangsa.

Page 13: Paper PKN Korupsi

Menurut Dharma (2003) secara umum tujuan pendidikan anti

korupsi adalah:

1. Pembentukan pengetahuan dan pemahaman mengenai

bentuk korupsi dan aspek-aspeknya.

2. Pengubahan persepsi dan sikap terhadap korupsi.

3. Pembentukan keterampilan dan kecakapan baru yang

dituduhkan untuk melawan korupsi.

D. Strategi Pemberantasan Korupsi

Rencana Strategis (Renstra) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

tahun 2004-2007, strategi-strategi yang digunakan untuk memberantas

korupsi di Indonesia.

1. Strategi Pembangunan Kelembagaan

Tujuan yang ingin dicapai oleh strategi pembangunan

kelembagaan ini adalah terbentuknya suatu lembaga Komisi

Pemberantasan Korupsi yang efektif.

2. Strategi Penindakan

Tujuan yang ingin dicapai oleh strategi penindakan ini

adalah meningkatkan penyelesaian perkara tindak pidana korupsi.

3. Strategi Pencegahan

Tujuan yang ingin dicapai oleh strategi pencegahan ini

adalah terbentuknya suatu sistem pencegahan tindak pidana korupsi

yang handal.

4. Strategi Penggalangan Keikutsertaan Masyarakat

Tujuan yang ingin dicapai oleh strategi penggalangan

keikutsertaan masyarakat ini adalah terbentuknya suatu

keikutsertaan dan partisipasi aktif dari segenap komponen bangsa

dalam memberantas korupsi.

Pada intinya sebuah tindakan bisa dikatakan tindakan korupsi meliputi

perbuatan/tindakan sebagai berikut:

1. Melawan hukum, yakni tidak taat kepada aturan dan tata laksana

hukum yang ada di Indonesia.

Page 14: Paper PKN Korupsi

2. Memperkaya diri sendiri atau orang lain dengan merugikan orang

banyak dengan cara yang tidak sesuai aturan.

3. Merugikan keuangan negara dengan berdalih apapun.

Untuk dasar-dasar hukum ada 5 dasar hukum, yakni:

1. Undang Undang Republik Indonesia nomor 30 tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Korupsi.

2. Undang Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2001 tentang

Perubahan atas Undang Undang nomor 31 tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

3. Undang Undang Republik Indonesia nomor31 tahun 1999 tentang

Pemberantasan Korupsi.

4. Undang Undang Republik Indonesia nomor 28 tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi,

kolusi, dan nepotisme.

5. Peraturan pemerintah Republik Indonesia no 71 tahun 2000

tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran serta masyarakat dan

Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi.

Ada 30 hal yang bisa dikategorikan masuk dalam tindak pidana

korupsi. Tapi dapat kita sederhanakan menjadi 7 dan satu jenis tindak

pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi, yakni:

1. Kerugian Keuangan Negara

2. Suap-menyuap

3. Penggelapan dalam jabatan

4. Pemerasan

5. Perbuatan Curang

6. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan Barang

7. Gratifikasi

Jenis tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi

terdiri atas beberapa tindakan, yakni:

1. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi

Page 15: Paper PKN Korupsi

2. Tidak memberikan keterangan atau memberi keterangan yang tidak

benar

3. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka

4. Saksi/Ahli yang tidak memberikan keterangan atau memberikan

keterangan palsu

5. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan

keterangan atau memberikan keterangan palsu

6. Saksi yang membuka identitas pelapor

Analisa mendalam tentang korupsi tidak hanya menyangkut pelaku

namun juga faktor penyebab dan motivasi pelaku melakukan tindakan

koruptif. Pemahaman mengenai hal ini menjadi penting bagi para aktivis

muda dalam gerakan anti korupsi agar upaya pemberantasan korupsi bisa

sampai pada akar masalahnya.

Berdasarkan hasil identifikasi korupsi, maka dapat disimpulkan

beberapa wilayah yang rentan korupsi, yakni:

1. Eksekutif

2. Legislatif

3. Yudikatif

4. Perusahaan swasta (nasional, internasional)

5. LSM

6. Partai politik

7. Institusi pendidikan

8. Ormas

9. Perorangan

Ada empat macam tanda (efek) korupsi yang terjadi di Indonesia yang

dapat diindikasi, yaitu:

1. Perkembangan Pola

2. Kultur Korupsi

3. Politik dan Korupsi

4. Gerakan Anti Korupsi

Terdapat kesenjangan umum dalam program penanganan

anti korupsi yaitu:

Page 16: Paper PKN Korupsi

1. Kepemimpinan: Para penjabat di tingkat atas lembaga-lembaga

pemerintah jarang yang bersatu pada, setidaknya hingga

seluruh level satu hingga level tiga.

2. Jangkauan ke publik: Mekanisme transparansi dan pengawasan

internal seringkali terlalu banyak keterbatasan sehingga sukar

diakses dan memadai sebagai alat kontrol penegakan hukum

dan publik.

3. Keberlanjutan program: Proses refleksi atas program sangat

lemah sehingga banyak program berhenti begitu saja atau tidak

efektif. Banyak program yang mengandalkan individu pejabat

publik yang dianggap progresif, atau agak progresif. Beberapa

kasus semacam ini terjadi pada pemerintah di daerah, yang

disebabkan kurangnya dukungan sistem pada tingkat nasional.

Korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi

maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal

memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan

menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.

Korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan

pribadi.

Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya

pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun

tidak ada sama sekali.

Page 17: Paper PKN Korupsi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil riset menunjukkan bahwa masyarakat siswa tahu banyak

tentang korupsi di Indonesia. Mereka mengetahui bentuk-bentuk korupsi

yag dilakukan oleh pelaku baik dari lembaga pemerintah maupun lembaga

swasta. Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk memahamkan kepada

pelajar bahwa setiap perbuatan yang dapat merugikan Negara atau

lembaga pemerintah adalah perbuatan yang melanggar HAM, dan salah

satunya adalah perbuatan korupsi.

Salah satu upaya untuk memberikan pemahaman terhadap pelajar

adalah dengan memberikan pendidikan anti korupsi yang dapat dilakukan

di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Dengan tujuan pertama,

menanamkan semangat anti korupsi pada setiap anak bangsa. Kedua,

menyadarkan masyarakat bahwa pemberantasan korupsi bukan hanya

tanggung jawab lembaga penegak hukum seperti KPK, Kepolisian da

Kejaksaan agung, melainkan menjadi tanggung jawab setiap anak bangsa.

Dampak dari korupsi sangat kompleks terutama adalah

menyebabkan penderitaan masyarakat dan dapat mengakibatkan

kepercayaan masyarakat terhadap pelaksanaan sistem pemerintahan

menurun. Oleh karena itu tanggung jawab semua pihak sangat diperlukan

untuk menciptakan tatanan masyarakat yang nyaman, sehat dan mendapat

dukungan dari seluruh komponen bangsa untuk menuju bangsa yang

sejahtera.

Implementasi

1. Pendidikan anti korupsi dini sebagai langkah awal terhadap

penanganan kasus korupsi yang bermula dari diri sendiri dan

Page 18: Paper PKN Korupsi

diharapkan beimplikasi terhadap kehidupan keluarga, masyarakat,

bangsa dan negara.

2. Dalam jangka panjang, pendidikan anti korupsi dini diharapkan

mampu mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas dari

KKN serta mampu melaksanakan Undang-Undang Dasar ’45 demi

terwujudnya good goverment.

3. Pendidikan anti korupsi dini diharapkan mampu memberikan pola

pikir baru terhadap generasi muda dalam mewujudkan negara yang

bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme).

Rekomendasi

1. Perlu peningkatan peran keluarga dalam penerapan pendidikan anti

korupsi dini sebagai figur dalam pembentukan karakter.

2. Pemerintah dalam halnya melalui Dinas Pendidikan

memformulasikan pendidikan anti korupsi dalam mata pelajaran

pada jenjang pendidikan formal.

3. Adanya kerjasama masyarakat, pemerintah serta instansi terkait

secara sinergis untuk dapat mengimplementasikan dan menerapkan

pendidikan anti korupsi dini di segala aspek kehidupan.

B. Saran

Dengan menulis makalah ini, penulis mengharapkan kepada

pembaca agar dapat memilih manfaat yang tersirat didalamnya dan dapat

dijadikan sebagai kegiatan motivasi agar kita tidak terjerumus oleh hal-hal

korupsi dan dapat menambah wawasan dan pemikiran yang intelektual

khususnya dalam mata kuliah “anti korupsi”.

Page 19: Paper PKN Korupsi

DAFTAR PUSTAKA