Studi Kasus Koperasi
description
Transcript of Studi Kasus Koperasi
STUDI KASUS KOPERASI
THE PULASKI PIKE MARKET:
FROM CHARITY TO SYSTEMIC CHANGE
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
kami dapat menyusun makalah ini hingga selesai.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dari segi susunan kalimat, tata
bahasa, dan informasi yang dicantumkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah kami ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...
BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………………….
BAB III PEMBAHASAN…………..……………………………………...……..
3.1 XXXXXXXXX.……………...…...…………..
3.2 Penyebab “Food Desert” Muncul.....….. .....….. .....….. .....….. ...........
3.3 Perbedaan Social Entrepreneur Dan Wirausahawan Biasa…..
……………………………………...……………………
3.4 BAB IV PENUTUP………………………………………………
Kesimpulan………………………………………………….………….
Saran………………………………………………….…………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….……….
BAB I
PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Dalam mata kuliah Koperasi kali ini, kami diberikan dua pilihan antara
membuat laporan lapangan yang berarti kami harus mengunjungi suatu koperasi
atau menganalisa suatu studi kasus mengenai koperasi diluar sana. Kami memilih
untuk menganalisa studi kasus yang berjudul The Pulaski Pike Market: From
Charity to Systemic Change. Dalam kasus tersebut diceritakan bahwa para
anggotanya ialah seorang social entrepreneur. Dewasa ini, jarang sekali kita
melihat ada yang mau menjadi seorang social entrepreneur karena lebih banyak
yang ingin menjadi wirausahawan biasa yang tujuannya adalah memperoleh laba
sebesar-besarnya tanpa memikirkan lingkungan sekitar.
Dalam studi kasus ini, kami akan membahas mengenai model bisnis yang
dijalankan oleh Pulaski Pike Market secara mendalam, apa yang sebenarnya
mereka ingin gapai dibalik status mereka sebagai social entrepreneur dan apa
yang membedakan mereka dengan wirausahawan pada umumnya secara lebih
jelas.
1.2 Tujuan
Tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini adalah untuk menganalisa lebih
dalam mengenai model bisnis apa yang Pulaski Pike Market terapkan dalam
menjalankan usahanya, mengapa kondisi “food desert” muncul dan mengenai
perbedaan social entrepreneur dan wirausahawan biasa.
1.3 Rumusan Masalah
1. Pulaski Pike Market memiliki model bisnis seperti apa? Apakah menurut kami
the Steering Committee telah memilih model yang optimal untuk usahanya?
2. Mengapa kondisi seperti “food deserts” muncul?
3. Apakah perbedaan dari social entrepreneur dan wirausahawan biasa?
BAB II
LANDASAN TEORI
Teori permintaan dan penawaran
Di dalam buku Microeconomics karya Robert S. Pindyck & Daniel L.
Rubinfeld, disebutkan bahwa penawaran adalah hubungan antara kuantitas
barang yang rela produsen jual dengan harga barang tersebut. Hubungan ini
bersifat positif, artinya semakin tinggi harga barang tersebut maka semakin
banyak kuantitias barang yang ditawarkan produsen. Sedangkan, permintaan
adalah hubungan antara kuantitas barang yang konsumen minta dengan harga
barang tersebut. Hubungan ini bersifat negatif, artinya semakin tinggi harga
barang maka semakin berkurang kuantitas barang yang diminta konsumen.
Teori biaya produksi
Disebutkan di dalam buku Microeconomics karya Robert S. Pindyck & Daniel
L. Rubinfeld bahwa biaya total sebuah perusahaan ditentukan oleh biaya tetap
dan biaya variabel. Biaya ini merupakan fungsi dari jumlah barang yang
diproduksi. Jumlah barang yang diproduksi ditentukan oleh tenaga kerja dan
kapital.
Disebutkan juga konsep Economies of Scale yaitu “Situation in which output
can be doubled for less than a doubling of cost.” (Pindyck & Rubinfeld, 2013)
Teori-teori di atas dapat dihubungkan dengan penyebab munculnya “food desert”.
Tujuan Socio-preneurship
Hasil yang ingin dicapai bukan keuntungan materi atau kepuasan pelanggan,
melainkan bagaimana gagasan yang diajukan dapat memberikan dampak baik
bagi masyarakat. (Santoso, 2007)
Mereka (socio-preneurs) seperti seseorang yang sedang menabung dalam jangka
panjang karena usaha mereka memerlukan waktu dan proses yang lama untuk
dapat terlihat hasilnya. (Martin & Osberg, 2007)
Peran Socio-preneurship
Kemampuan Social-entreprenuers untuk memberikan nilai tambah (value-
adedd) baik kepada lingkungan sosial-nilai dan ekonomi di lingkungan
sekitarnya telah membuat kegiatan seperti ini semakin mengambil peran vital
dalam pembangunan nasional secara luas.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 XX
3.2 Penyebab “Food Desert” Muncul
Food desert dapat didefinisikan sebagai area yang tidak memiliki cukup akses
untuk mendapatkan makanan segar, sehat, dan terjangkau seperti sayur-sayuran dan
buah-buahan karena keterbatasan jumlah penjual makanan sehat dan keterbatasan
transportasi. Area tersebut juga biasanya adalah area miskin dimana tingkat
pendapatannya di bawah pendapatan rata-rata daerah lainnya. Alih-alih terdapat pasar
atau supermarket, area ini sebagian besar tidak memiliki akses ke penjual makanan
sehat dan hanya terdapat restoran cepat saji yang menawarkan sedikit pilihan
makanan sehat dan terjangkau. Kekurangan akses pada makanan sehat ini dapat
berdampak pada asupan nutrisi yang tidak baik dan bisa meningkatkan tingkat
obesitas serta penyakit lainnya yang berasal dari pola makan tidak sehat, seperti
diabetes dan penyakit jantung.
Dari perspektif ekonomi, kemunculan food desert ini dapat dikaitkan dengan
beberapa faktor yaitu faktor permintaan, faktor penawaran, dan faktor mekanisme
pasar.
Permintaan
Penentu paling penting dalam menentukan sebuah permintaan adalah harga dan
pendapatan. Teori ekonomi dasar mengatakan bahwa kuantitas permintaan suatu
barang akan naik jika harga barang tersebut turun dan/atau harga barang substitusinya
naik. Jika diasumsikan bahwa makanan sehat adalah barang normal, kuantitas
permintaan makanan sehat akan naik ketika pendapatan naik. Dilihat dari teori
tersebut, jelas bahwa akan ada lebih banyak penjual makanan sehat di tempat yang
berpendapatan tinggi dibandingkan dengan di tempat yang berpendapatan rendah.
Penawaran
Penentu paling penting dalam menentukan sebuah penawaran adalah biaya faktor
input, dalam hal ini adalah biaya input untuk membuat sebuah ritel penjual makanan.
Biaya ini termasuk biaya gaji tenaga kerja, sewa tanah, modal, dan biaya transportasi.
Penawaran akan turun jika biaya-biaya ini naik.
Namun, jika dilihat dari biaya-biaya tersebut, para pengecer makanan sehat
seharusnya mengeluarkan biaya yang lebih rendah jika membuka outlet di area food
desert, yang biasanya merupakan area miskin, karena: (1) tingkat upah yang rendah,
(2) harga sewa tanah yang rendah.
Terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi keputusan ritel makanan sehat
untuk tidak membuka outlet di area food desert yaitu fixed cost. Fixed cost atau biaya
tetap adalah biaya yang harus tetap dibayarkan berapapun jumlah produksinya. Untuk
perusahaan dengan volume penjualan kecil, efek biaya tetap akan sangat terasa
dibandingkan dengan perusahaan dengan volume penjualan besar.
Isu lainnya yang terkait dengan biaya tetap adalah economies of scales, economies
of scope, dan economies of agglomeration. Economies of scales menjelaskan bahwa
biaya rata-rata untuk memproduksi suatu barang akan turun seiring dengan besarnya
ukuran suatu perusahaan. Economies of scope menjelaskan bahwa biaya produksi
akan turun seiring dengan banyaknya variasi yang ditawarkan. Economies of
agglomeration menjelaskan bahwa biaya produksi akan lebih rendah jika berlokasi di
dekat produsen lain. Faktor-faktor tersebut memperlihatkan mengapa terdapat
beberapa area dengan konsentrasi ketersediaan barang yang tinggi, sedangkan di area
lainnya menghadapi kekurangan ketersediaan barang.
Mekanisme Pasar
Pada dasarnya, pasar adalah tempat dimana produsen dan konsumen bertemu dan
melakukan pertukaran barang dengan uang. Interaksi tersebut terjadi antara suppliers
(ritel yang menjual makanan sehat) dan demanders (konsumen) dan interaksi ini
menentukan jumlah ketersediaan barang dan harga barang tersebut.
Ketika permintaan terhadap makanan sehat rendah, karena konsumen hanya
memiliki pendapatan yang rendah, akan membuat jumlah ketersediaan makanan sehat
menjadi berkurang. Jika permintaannya terus menurun, akan ada titik dimana biaya
rata-rata jangka panjang akan meningkat seiring dengan penurunan jumlah barang.
Sehingga permintaan dan penawaran tidak saling berpotongan dan tidak terjadi
keseimbangan pasar yang pada akhirnya akan membuat di area tersebut tidak tersedia
makanan sehat.
3.3 Perbedaan Social Entrepreneur Dan Wirausahawan Biasa
Pulaski Pike Market terdiri dari tim yang berisikan social entrepreneurships.
Mereka mempunyai 2 misi, yaitu:
1. The Food Bank North Alabama akan mendistribusi makanan untuk membantu
anak-anak di North Alabama yang sakit dan membutuhkan perhatian yang lebih.
2. Food Bank North Alabama adalah organisasi yang secara proaktif
berkomitmen untuk mencari solusi agar warga yang kelaparan dan kemiskinan
berkurang.
Sebagai social entrepreneurships, mereka harus memiliki jiwa sosial yang
tinggi. Maka dari itu, mereka berbeda dengan wirausahawan biasa lainnya. Perbedaan
pokok keduanya utamanya terletak pada pemanfaatan keuntungan. Kalau seorang
wirausahawan biasa, keuntungan yang diperoleh akan Ia manfaatkan untuk ekspansi
usaha. Kalau seorang social entrepreneur, sebagian atau seluruh dari keuntungan yang
didapat akan diinvestasikan kembali untuk pemberdayaan “masyarakat berisiko”.
Dalam kasus ini, yang disebut “masyarakat berisiko” adalah masyarakat North
Alabama yang kekurangan makanan yang layak dan yang dilanda kemiskinan.
Social entrepreneur tidak mencari keuntungan materi, melainkan bagaimana
gagasan yang diajukan dapat memberikan dampak baik bagi masyarakat. Kekayaan
hanya sarana untuk mencapai tujuan bagi para pengusaha sosial. Tidak seperti
wirausahawan biasanya, social entrepreneur membutuhkan waktu dan proses yang
lama untuk dapat melihat hasil yang baik dari usaha yang dijalankannya.
Seorang social entrepreneur harus memiliki banyak waktu untuk dapat
berkonsentrasi penuh dengan apa yang mereka inginkan yaitu perubahan terbaik yang
terjadi di masyarakat. Kegiatan seperti yang Pulaski Pike Market lakukan sangat
memiliki peran vital dalam pembangunan nasional secara luas. Mereka mempunyai
kemampuan untuk memberi nilai tambah kepada lingkungan sosial dan kondisi
ekonomi di lingkungan sekitarnya.
Hal ini sangat membuat seorang social entrepreneur berbeda dengan
wirausahawan pada umumnya. Perlunya social entrepreneur untuk berkembang
adalah agar kesempatan kerja di masyarakat juga meluas. Selain itu juga
memunculkan berbagai inovasi dan kreasi terhadap jasa kemasyarakatan yang selama
ini mungkin tidak dapat tertangani oleh pemerintah setempat.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Santosa, Setyanto. 2007. ”Peran Social Entrepreneurship dalam Pembangunan”. A.B.
Susanto. 2007. Corporate Social Responsibility. Jakarta : The Jakarta Consulting
Group, hal. 54
Roger.L . Martin & Sally Osberg. Social Entrepreneurship: The Case For Definition.
2007. Stanford Social Innovation Review. Jr,University.page 3-4
Pindyck, Robert S., Daniel L. Rubinfeld (2013) Microeconomics 8th Edition