Studi Kasus Koperasi

16
STUDI KASUS KOPERASI THE PULASKI PIKE MARKET: FROM CHARITY TO SYSTEMIC CHANGE

description

analisis

Transcript of Studi Kasus Koperasi

Page 1: Studi Kasus Koperasi

STUDI KASUS KOPERASI

THE PULASKI PIKE MARKET:

FROM CHARITY TO SYSTEMIC CHANGE

Page 2: Studi Kasus Koperasi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga

kami dapat menyusun makalah ini hingga selesai.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dari segi susunan kalimat, tata

bahasa, dan informasi yang dicantumkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan

saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki

makalah kami ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan

dan pengalaman bagi para pembaca.

Page 3: Studi Kasus Koperasi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...

BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………………….

BAB III PEMBAHASAN…………..……………………………………...……..

3.1 XXXXXXXXX.……………...…...…………..

3.2 Penyebab “Food Desert” Muncul.....….. .....….. .....….. .....….. ...........

3.3 Perbedaan Social Entrepreneur Dan Wirausahawan Biasa…..

……………………………………...……………………

3.4 BAB IV PENUTUP………………………………………………

Kesimpulan………………………………………………….………….

Saran………………………………………………….…………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….……….

Page 4: Studi Kasus Koperasi

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Dalam mata kuliah Koperasi kali ini, kami diberikan dua pilihan antara

membuat laporan lapangan yang berarti kami harus mengunjungi suatu koperasi

atau menganalisa suatu studi kasus mengenai koperasi diluar sana. Kami memilih

untuk menganalisa studi kasus yang berjudul The Pulaski Pike Market: From

Charity to Systemic Change. Dalam kasus tersebut diceritakan bahwa para

anggotanya ialah seorang social entrepreneur. Dewasa ini, jarang sekali kita

melihat ada yang mau menjadi seorang social entrepreneur karena lebih banyak

yang ingin menjadi wirausahawan biasa yang tujuannya adalah memperoleh laba

sebesar-besarnya tanpa memikirkan lingkungan sekitar.

Dalam studi kasus ini, kami akan membahas mengenai model bisnis yang

dijalankan oleh Pulaski Pike Market secara mendalam, apa yang sebenarnya

mereka ingin gapai dibalik status mereka sebagai social entrepreneur dan apa

yang membedakan mereka dengan wirausahawan pada umumnya secara lebih

jelas.

1.2 Tujuan

Tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini adalah untuk menganalisa lebih

dalam mengenai model bisnis apa yang Pulaski Pike Market terapkan dalam

menjalankan usahanya, mengapa kondisi “food desert” muncul dan mengenai

perbedaan social entrepreneur dan wirausahawan biasa.

1.3 Rumusan Masalah

1. Pulaski Pike Market memiliki model bisnis seperti apa? Apakah menurut kami

the Steering Committee telah memilih model yang optimal untuk usahanya?

2. Mengapa kondisi seperti “food deserts” muncul?

3. Apakah perbedaan dari social entrepreneur dan wirausahawan biasa?

Page 5: Studi Kasus Koperasi

BAB II

LANDASAN TEORI

Teori permintaan dan penawaran

Di dalam buku Microeconomics karya Robert S. Pindyck & Daniel L.

Rubinfeld, disebutkan bahwa penawaran adalah hubungan antara kuantitas

barang yang rela produsen jual dengan harga barang tersebut. Hubungan ini

bersifat positif, artinya semakin tinggi harga barang tersebut maka semakin

banyak kuantitias barang yang ditawarkan produsen. Sedangkan, permintaan

adalah hubungan antara kuantitas barang yang konsumen minta dengan harga

barang tersebut. Hubungan ini bersifat negatif, artinya semakin tinggi harga

barang maka semakin berkurang kuantitas barang yang diminta konsumen.

Teori biaya produksi

Disebutkan di dalam buku Microeconomics karya Robert S. Pindyck & Daniel

L. Rubinfeld bahwa biaya total sebuah perusahaan ditentukan oleh biaya tetap

dan biaya variabel. Biaya ini merupakan fungsi dari jumlah barang yang

diproduksi. Jumlah barang yang diproduksi ditentukan oleh tenaga kerja dan

kapital.

Disebutkan juga konsep Economies of Scale yaitu “Situation in which output

can be doubled for less than a doubling of cost.” (Pindyck & Rubinfeld, 2013)

Teori-teori di atas dapat dihubungkan dengan penyebab munculnya “food desert”.

Tujuan Socio-preneurship

Hasil yang ingin dicapai bukan keuntungan materi atau kepuasan pelanggan,

melainkan bagaimana gagasan yang diajukan dapat memberikan dampak baik

bagi masyarakat. (Santoso, 2007)

Mereka (socio-preneurs) seperti seseorang yang sedang menabung dalam jangka

panjang karena usaha mereka memerlukan waktu dan proses yang lama untuk

dapat terlihat hasilnya. (Martin & Osberg, 2007)

Peran Socio-preneurship

Page 6: Studi Kasus Koperasi

Kemampuan Social-entreprenuers untuk memberikan nilai tambah (value-

adedd) baik kepada lingkungan sosial-nilai dan ekonomi di lingkungan

sekitarnya telah membuat kegiatan seperti ini semakin mengambil peran vital

dalam pembangunan nasional secara luas.

Page 7: Studi Kasus Koperasi

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 XX

3.2 Penyebab “Food Desert” Muncul

Food desert dapat didefinisikan sebagai area yang tidak memiliki cukup akses

untuk mendapatkan makanan segar, sehat, dan terjangkau seperti sayur-sayuran dan

buah-buahan karena keterbatasan jumlah penjual makanan sehat dan keterbatasan

transportasi. Area tersebut juga biasanya adalah area miskin dimana tingkat

pendapatannya di bawah pendapatan rata-rata daerah lainnya. Alih-alih terdapat pasar

atau supermarket, area ini sebagian besar tidak memiliki akses ke penjual makanan

sehat dan hanya terdapat restoran cepat saji yang menawarkan sedikit pilihan

makanan sehat dan terjangkau. Kekurangan akses pada makanan sehat ini dapat

berdampak pada asupan nutrisi yang tidak baik dan bisa meningkatkan tingkat

obesitas serta penyakit lainnya yang berasal dari pola makan tidak sehat, seperti

diabetes dan penyakit jantung.

Dari perspektif ekonomi, kemunculan food desert ini dapat dikaitkan dengan

beberapa faktor yaitu faktor permintaan, faktor penawaran, dan faktor mekanisme

pasar.

Permintaan

Penentu paling penting dalam menentukan sebuah permintaan adalah harga dan

pendapatan. Teori ekonomi dasar mengatakan bahwa kuantitas permintaan suatu

barang akan naik jika harga barang tersebut turun dan/atau harga barang substitusinya

naik. Jika diasumsikan bahwa makanan sehat adalah barang normal, kuantitas

permintaan makanan sehat akan naik ketika pendapatan naik. Dilihat dari teori

tersebut, jelas bahwa akan ada lebih banyak penjual makanan sehat di tempat yang

berpendapatan tinggi dibandingkan dengan di tempat yang berpendapatan rendah.

Penawaran

Penentu paling penting dalam menentukan sebuah penawaran adalah biaya faktor

input, dalam hal ini adalah biaya input untuk membuat sebuah ritel penjual makanan.

Biaya ini termasuk biaya gaji tenaga kerja, sewa tanah, modal, dan biaya transportasi.

Penawaran akan turun jika biaya-biaya ini naik.

Page 8: Studi Kasus Koperasi

Namun, jika dilihat dari biaya-biaya tersebut, para pengecer makanan sehat

seharusnya mengeluarkan biaya yang lebih rendah jika membuka outlet di area food

desert, yang biasanya merupakan area miskin, karena: (1) tingkat upah yang rendah,

(2) harga sewa tanah yang rendah.

Terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi keputusan ritel makanan sehat

untuk tidak membuka outlet di area food desert yaitu fixed cost. Fixed cost atau biaya

tetap adalah biaya yang harus tetap dibayarkan berapapun jumlah produksinya. Untuk

perusahaan dengan volume penjualan kecil, efek biaya tetap akan sangat terasa

dibandingkan dengan perusahaan dengan volume penjualan besar.

Isu lainnya yang terkait dengan biaya tetap adalah economies of scales, economies

of scope, dan economies of agglomeration. Economies of scales menjelaskan bahwa

biaya rata-rata untuk memproduksi suatu barang akan turun seiring dengan besarnya

ukuran suatu perusahaan. Economies of scope menjelaskan bahwa biaya produksi

akan turun seiring dengan banyaknya variasi yang ditawarkan. Economies of

agglomeration menjelaskan bahwa biaya produksi akan lebih rendah jika berlokasi di

dekat produsen lain. Faktor-faktor tersebut memperlihatkan mengapa terdapat

beberapa area dengan konsentrasi ketersediaan barang yang tinggi, sedangkan di area

lainnya menghadapi kekurangan ketersediaan barang.

Mekanisme Pasar

Pada dasarnya, pasar adalah tempat dimana produsen dan konsumen bertemu dan

melakukan pertukaran barang dengan uang. Interaksi tersebut terjadi antara suppliers

(ritel yang menjual makanan sehat) dan demanders (konsumen) dan interaksi ini

menentukan jumlah ketersediaan barang dan harga barang tersebut.

Ketika permintaan terhadap makanan sehat rendah, karena konsumen hanya

memiliki pendapatan yang rendah, akan membuat jumlah ketersediaan makanan sehat

menjadi berkurang. Jika permintaannya terus menurun, akan ada titik dimana biaya

rata-rata jangka panjang akan meningkat seiring dengan penurunan jumlah barang.

Sehingga permintaan dan penawaran tidak saling berpotongan dan tidak terjadi

keseimbangan pasar yang pada akhirnya akan membuat di area tersebut tidak tersedia

makanan sehat.

Page 9: Studi Kasus Koperasi

3.3 Perbedaan Social Entrepreneur Dan Wirausahawan Biasa

Pulaski Pike Market terdiri dari tim yang berisikan social entrepreneurships.

Mereka mempunyai 2 misi, yaitu:

1. The Food Bank North Alabama akan mendistribusi makanan untuk membantu

anak-anak di North Alabama yang sakit dan membutuhkan perhatian yang lebih.

2. Food Bank North Alabama adalah organisasi yang secara proaktif

berkomitmen untuk mencari solusi agar warga yang kelaparan dan kemiskinan

berkurang.

Sebagai social entrepreneurships, mereka harus memiliki jiwa sosial yang

tinggi. Maka dari itu, mereka berbeda dengan wirausahawan biasa lainnya. Perbedaan

pokok keduanya utamanya terletak pada pemanfaatan keuntungan. Kalau seorang

wirausahawan biasa, keuntungan yang diperoleh akan Ia manfaatkan untuk ekspansi

usaha. Kalau seorang social entrepreneur, sebagian atau seluruh dari keuntungan yang

didapat akan diinvestasikan kembali untuk pemberdayaan “masyarakat berisiko”.

Dalam kasus ini, yang disebut “masyarakat berisiko” adalah masyarakat North

Alabama yang kekurangan makanan yang layak dan yang dilanda kemiskinan.

Social entrepreneur tidak mencari keuntungan materi, melainkan bagaimana

gagasan yang diajukan dapat memberikan dampak baik bagi masyarakat. Kekayaan

hanya sarana untuk mencapai tujuan bagi para pengusaha sosial. Tidak seperti

wirausahawan biasanya, social entrepreneur membutuhkan waktu dan proses yang

lama untuk dapat melihat hasil yang baik dari usaha yang dijalankannya.

Seorang social entrepreneur harus memiliki banyak waktu untuk dapat

berkonsentrasi penuh dengan apa yang mereka inginkan yaitu perubahan terbaik yang

terjadi di masyarakat. Kegiatan seperti yang Pulaski Pike Market lakukan sangat

memiliki peran vital dalam pembangunan nasional secara luas. Mereka mempunyai

kemampuan untuk memberi nilai tambah kepada lingkungan sosial dan kondisi

ekonomi di lingkungan sekitarnya.

Hal ini sangat membuat seorang social entrepreneur berbeda dengan

wirausahawan pada umumnya. Perlunya social entrepreneur untuk berkembang

adalah agar kesempatan kerja di masyarakat juga meluas. Selain itu juga

Page 10: Studi Kasus Koperasi

memunculkan berbagai inovasi dan kreasi terhadap jasa kemasyarakatan yang selama

ini mungkin tidak dapat tertangani oleh pemerintah setempat.

Page 11: Studi Kasus Koperasi

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Page 12: Studi Kasus Koperasi

DAFTAR PUSTAKA

Santosa, Setyanto. 2007. ”Peran Social Entrepreneurship dalam Pembangunan”. A.B.

Susanto. 2007. Corporate Social Responsibility. Jakarta : The Jakarta Consulting

Group, hal. 54

Roger.L . Martin & Sally Osberg. Social Entrepreneurship: The Case For Definition.

2007. Stanford Social Innovation Review. Jr,University.page 3-4

Pindyck, Robert S., Daniel L. Rubinfeld (2013) Microeconomics 8th Edition