STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER...

28
STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN GAMBARAN ULTRASOUND IGA MAHARDI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Transcript of STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER...

Page 1: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul

STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA

BERDASARKAN GAMBARAN ULTRASOUND

IGA MAHARDI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul
Page 3: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Kasus

Endometritis pada Kuda Berdasarkan Gambaran Ultrasound adalah karya Saya

dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada Perguruan Tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari Penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Dengan ini Saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis Saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2015

Iga Mahardi

B04110014

Page 4: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul
Page 5: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul

ABSTRAK

IGA MAHARDI. Studi Kasus Endometritis pada Kuda berdasarkan Gambaran

Ultrasound. Dibimbing oleh AMROZI dan LIGAYA ITA TUMBELAKA.

Endometritis merupakan peradangan yang terjadi pada endometrium dan

menjadi masalah paling umum yang menyebabkan turunnya kesuburan pada kuda

betina. Studi kasus ini dilakukan untuk menentukan prevalensi endometritis pada

kuda berdasarkan gambaran ultrasound. Kajian dilakukan terhadap data sekunder

dari Unit Rehabilitasi Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian

Bogor yang dikumpulkan dari beberapa peternakan kuda di Pulau Jawa dan

Madura pada tahun 2009-2014. Kuda yang menderita endometritis menunjukkan

adanya garis-garis hypoechoic-hyperechoic dan/atau terdapat cairan yang bersifat

hypoechoic-hyperechoic pada lumen uterus. Tahun 2009-2014 tercatat 2510 ekor

kuda yang diperiksa dengan kasus endometritis sebanyak 220 ekor. Prevalensi

rata-rata kuda yang mengalami endometritis adalah 8.76 %.

Kata kunci: endometritis, gambaran ultrasonografi, kuda, prevalensi

ABSTRACT

IGA MAHARDI. Case Study of Endometritis in the Mares by Ultrasound

Imaging. Supervised by AMROZI and LIGAYA ITA TUMBELAKA.

Endometritis is an inflammation of endometrial which known as one of the

major causes for infertility in mares. The objective of this study is to obtain the

prevalence of endometritis in the mare using ultrasonography. This analysis of

this study using the secondary data from Unit of Rehabilitation Reproduction,

Faculty of Veterinary Medicine, Bogor Agricultural University which collected

from several stables on Java and Madura Island during 2009-2014. Based on

ultrasound examination, mare with hipoechoic-hyperechoic line in the uterine

and/or acumulation hypoechoic fluid in uterine cavity, defined as endometritis.

During 2009-2014, 2510 mares were examined with 220 cases of endometritis.

The prevalence of mares affected with endometritis was about 8.76%.

Keywords: endometritis, prevalence rate , mares, ultrasonound imaging

Page 6: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul
Page 7: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA

BERDASARKAN GAMBARAN ULTRASOUND

IGA MAHARDI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 8: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul
Page 9: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul
Page 10: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul
Page 11: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena izin-Nya

skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat beserta salam penulis kirimkan untuk

Nabi Muhammad SAW. Skripsi yang berjudul Studi Kasus Endometritis pada

Kuda Berdasarkan Gambaran Ultrasound merupakan tugas akhir untuk men-

dapatkan gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada Drh Amrozi, PhD dan Dr

Drh Ligaya ITA Tumbelaka, SpMP, MSc sebagai dosen pembimbing yang

sepenuhnya memberikan bimbingan dan dukungan hingga selesainya skripsi ini

dengan sangat baik. Ucapan terima kasih juga Penulis khususkan untuk orang tua

dan semua anggota keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa. Ucapan

terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bidikmisi IPB, Dr Drh Muhammad

Agil, MSc Agr, Drh Aulia Miftahul Rahman, Drh Ade Ocktaviani, Drh Krido,

teman sepenelitian, Kak Faris, Kak Riska, Anna Aesha F, teman-teman Sorcherry

Riding Club dan teman-teman Ganglion.

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk perkembangan

ilmu pengetahuan di Indonesia dan dapat menjadi referensi untuk penelitian

berikutnya.

Bogor, Oktober 2015

Iga Mahardi

NIM B04110014

Page 12: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul
Page 13: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Studi Kasus 2

Manfaat Studi Kasus 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Kuda 2

Endometritis 3

Ultrasonografi 4

METODE 4

Waktu dan Tempat 4

Materi dan Metode Pelaksanaan 5

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

SIMPULAN DAN SARAN 10

Simpulan 10

Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 11

RIWAYAT HIDUP 14

Page 14: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul

DAFTAR GAMBAR

1 Gambaran ultrasound uterus yang mengalami endometritis 6 2 Perkembangan folikel pada ovarium kuda yang mengalami endometritis 7 3 Gambaran uterus yang mengalami endometritis dengan akumulasi

cairan 8 4 Prosedur Caslick 9

DAFTAR TABEL

1 Jumlah dan prevalensi endometritis tahun 2009-2014 7

Page 15: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kuda merupakan salah satu jenis hewan yang saat ini banyak digemari oleh

masyarakat menjadi hewan peliharaan. Peranan kuda sebagai alat transportasi

pada zaman dahulu, berhasil menghubungkan masyarakat pedalaman dengan

masyarakat luar. Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi kuda sebagai alat

transportasi berubah alih sebagai hewan olahraga. Bahkan di Indonesia, cabang

olahraga berkuda seperti pacuan, show jumping, dan dressage berkembang cukup

pesat dan menjadi cabang olahraga yang digemari.

Industri ternak kuda di Indonesia sangat berkembang dengan munculnya

kuda persilangan kuda thoroughbred dengan kuda lokal Indonesia yang

digunakan sebagai kuda pacu (Rahman 2012). Pulau Jawa merupakan salah satu

wilayah di Indonesia yang memiliki banyak peternakan kuda (breeding farm).

Umumnya kuda dimanfaatkan sebagai kuda pacu hingga umur 5 tahun. Masa aktif

yang pendek mengakibatkan kuda pacu harus terus diternakkan untuk memenuhi

kebutuhan kuda-kuda pacu dalam kelas pacuan yang berbeda pada tahun-tahun

selanjutnya (Yulianto 2011).

Masalah umum yang dihadapi oleh suatu peternakan adalah masalah yang

berhubungan dengan reproduksi. Fertilitas akan menurun apabila terjadi gangguan

pada saluran reproduksi. Menurut Hamouda et al. (2012), kuda akan menunjukkan

performa reproduksi yang rendah yang disebabkan oleh kelainan anatomi, kondisi

fisiologi, infeksi, dan faktor manajemen. Apabila terdapat gangguan pada sistem

reproduksi akan mengakibatkan turunnya tingkat kebuntingan. Gangguan

reproduksi tersebut diantaranya disfungsi ovari, kista ovari, granulosa theca cell

tumor, endometritis, piometra, abortus, dan kematian embrio dini (Arthur 1969).

Gangguan reproduksi yang paling sering terjadi salah satunya adalah

endometritis. Endometritis adalah peradangan pada lapisan endometrium atau

mukosa uterus. Endometritis merupakan perpanjangan inflamasi yang terjadi

setelah perkawinan atau melahirkan (Christoffersen et al. 2012) dengan faktor

predisposisi adanya akumulasi cairan di dalam uterus (Bucca et al. 2008).

Salah satu teknik yang sering digunakan untuk mengetahui kondisi ovarium

dan uterus kuda saat ini adalah pemeriksaan menggunakan ultrasonografi (USG).

Prinsip-prinsip ultrasonografi didasarkan pada kemampuan dari berbagai jaringan

dan cairan yang mampu mencerminkan atau menyebarkan gelombang suara

frekuensi tinggi. Pengamatan alat-alat reproduksi sangat penting dilakukan

sehingga apabila terdapat kelainan dapat dideteksi lebih dini dan dapat dilakukan

pengobatan yang lebih cepat dan tepat. Teknik ultrasonografi dapat memberikan

gambaran yang jelas mengenai kondisi uterus yang mengalami gangguan

reproduksi. Pemeriksaan ultrasonografi akan memberikan gambaran cairan

abnormal yang terdapat pada uterus. Harapannya akan dapat mendiagnosis dengan

cepat dan tepat sehingga dapat meningkatkan performa reproduksi kuda.

Page 16: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul

2

Tujuan Studi Kasus

Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi endometritis pada

kuda berdasarkan gambaran ultrasound.

Manfaat Studi Kasus

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

kejadian endometritis pada kuda.

TINJAUAN PUSTAKA

Kuda

Kuda (Equus caballus) telah mengalami proses evolusi yang sangat panjang

sehingga terlihat seperti saat ini. Proses evolusi terjadi sejak 60 juta tahun yang

lalu dengan ditemukannya bukti-bukti fosil. Klasifikasi zoologis ternak kuda

adalah kerajaan Animalia (hewan), filum Chordata (bertulang belakang), kelas

Mamalia (menyusui), ordo Perissodactyla (berteracak tidak memamahbiak),

famili Equidae, genus Equus, dan spesies Equus caballus (Ensminger 1962).

Kuda diklasifikasikan menjadi kuda tipe ringan, tipe berat, dan kuda poni

berdasarkan ukuran, bentuk tubuh dan kegunaan (Ensminger 1962). Menurut

Edwards (1994), kuda dibedakan menjadi kuda coldblood, hotblood, dan

warmblood. Kuda hotblood identik dengan kuda tipe ringan yang agresif seperti

kuda arab, sedangkan kuda coldblood indentik dengan kuda tipe berat yang sering

digunakan untuk menarik beban. Kuda hotblood sering digunakan sebagai kuda

pacu karena kecepatan dan ketahanannya. Salah satu yang paling terkenal adalah

kuda arab. Kuda arab dikenal sebagai fountainhead (sumber) semua ras kuda di

dunia disebabkan kemurnian potensial genetiknya untuk dikembangkan. Kuda

arab menjadi standar kuda ringan seperti ras kuda thoroughbred (Bowling dan

Ruvinsky 2000). Kuda coldblood berasal dari daerah-daerah yang beriklim dingin

seperti di Eropa. Kuda ini cirinya berbadan besar, jalan lambat, punya tenaga kuat,

dan cocok sebagai kuda pekerja.

Kuda warmblood merupakan kuda hasil persilangan dari kuda arab

(hotblood) dengan kuda-kuda di Eropa (coldblood). Kuda warmblood dikenal

sebagai kuda tunggang. Kuda ini banyak dipakai untuk equestrian karena sifatnya

yang cenderung tenang, namun memiliki tenaga yang besar serta ketahanan tubuh

yang bagus. Sifat yang tenang sangat cocok untuk dressage atau tunggang serasi.

Tenaga yang besar sangat dibutuhkan untuk kemampuan melompat tinggi pada

show jumping dan ketahanan fisik pada eventing.

Kuda thoroughbreed (THB) merupakan kuda yang sering digunakan

sebagai race horse dan jumping horse. Kuda thoroughbreed berasal dari Inggris

yang memiliki darah keturunan dari kuda arab. Ciri-ciri kuda thoroughbred

menurut Edward (1994) mempunyai tinggi badan 1.57 m, bentuk kepala serta

rahang yang bagus, perpaduan antara kepala dan leher terlihat bagus dan simetris

Page 17: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul

3

dengan pundaknya, mempunyai proporsi badan yang panjang. Kaki belakang yang

panjang dan anggun dengan persendian yang baik memberikan daya dorong yang

maksimum, bagian kaki depan bagus dengan bentuk panjang, berotot dan besar,

serta persendian rata.

Peternakan kuda di Indonesia telah ada sebelum bangsa Eropa masuk ke

Indonesia. Indonesia memiliki 13 jenis kuda lokal yaitu, kuda makassar, kuda

gorontalo dan minahasa, kuda sumba, kuda sumbawa, kuda bima, kuda flores,

kuda savoe, kuda roti, kuda timor, kuda sumatera (terdiri dari 4 jenis yaitu kuda

padang, kuda batak, kuda agam, dan kuda gayo), kuda bali, dan kuda lombok serta

kuda kuningan. Pemuliaan kuda di Indonesia dimulai sejak tahun 1800 dengan

mendatangkan beberapa ekor kuda yaitu kuda arab, kuda australia, dan kuda eropa

(Soehardjono 1990). Kegiatan tersebut bertujuan untuk membentuk kuda pacu

Indonesia yang lebih baik.

Kuda pacu Indonesia merupakan kuda Indonesia hasil grading up dari kuda

betina Indonesia dengan pejantan thoroughbred mulai dari generasi pertama (G1),

G2, G3 dan G4 atau hasil perkawinan diantaranya (inter-semating). Kuda tersebut

harus memiliki sertifikat kuda pacu Indonesia dan terdaftar pada biro registrasi

kuda yang ditetapkan pemerintah atau kuda Indonesia yang mempunyai garis

keturunan induk kuda Indonesia dan garis keturunan pejantan/pemacek

thoroughbred impor yang sudah diregistrasi pada pusat registrasi kuda yang

ditetapkan oleh pemerintah (Pordasi 2000).

Endometritis

Endometrium merupakan lapisan uterus paling dalam. Endometrium

menjadi tempat yang memfasilitasi terjadinya konseptus dan implantasi embrio

(Morel 2003). Endometrium juga dilengkapi dengan sistem pertahan, sehingga

apabila terdapat benda asing maka akan muncul reaksi penolakan yang bisa terjadi

secara akut dan kronis. Inflamasi yang terjadi pada endometrium merupakan

proses peradangan yang biasa terjadi pada setelah proses perkawinan.

Endometritis adalah peradangan yang terjadi pada endometrium atau mukosa

uterus. Endometritis merupakan perpanjangan proses inflamasi yang terjadi pada

uterus. Apabila terjadi kontaminasi bakteri akan menyebabkan endometritis

semakin parah.

Endometritis dapat terjadi secara klinis dan subklinis. Pada kasus parah,

kuda yang endometritis dapat mengalami toksemia dan endotoksemia. Gejala

klinis yang timbul seperti penurunan berat badan, depresi, demam, takikardia,

takipnea, injected mucose membrana, ileus, vulvovaginal discharge dan mening-

katnya digital pulse. Diferensial sel darah putih menunjukkan neutrophillia atau

neutronpenia. Pemeriksaan lengkap harus dilakukan meliputi pemeriksaan visual

dan digital dari perineum, vagina, serviks, uterus, broad ligaments dan ovari

menggunakan kombinasi vaginoskopi, palpasi transrektal, dan ultrasonografi

(Youngquist dan Threlfall 2007).

Endometritis dapat disebabkan oleh sperma atau kontaminasi bakteri.

Bakteri yang dapat menyebabkan endometritis selama periode setelah melahirkan

meliputi Streptococcus equi zooepidemicus, Staphylococcus aureus, Escherichia

coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Crossiella equi

Page 18: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul

4

(Nocardioform actinomycete), Leptospira ssp, Brucella abortus, Salmonella

abortus equi, dan Listeria monocytogenes (Albihn et al. 2003; Youngquist dan

Threlfall 2007; Frontoso et al. 2008).

Kultur bakteri dan sitologi dari biopsi endometrium menunjukkan hasil

terbaik mengenai sensitifitas dan prediksi nilai positif (Nielsen 2005). Diagnosa

yang cepat diperlukan untuk strategi pengobatan yang tepat. Hal pertama yang

harus dilakukan adalah menghilangkan faktor predisposisi (Smith 2015).

Pengobatan untuk endometritis ringan adalah menggunakan terapi antimikroba

sistemik dengan kombinasi oksitosin untuk mendorong terjadinya involusi uteri.

Pada kasus yang lebih parah, kuda diberikan terapi cairan, non steroid anti

inflamatory drugs (NSAIDs), dan antibiotik sistemik (Youngquist dan Threlfall

2007; Moris dan Eden 2008; Bucca et al. 2008; Woodward et al. 2012).

Ultrasonografi

Ultrasonografi merupakan suatu alat yang digunakan untuk mendiagnosa

gambaran organ yang memanfaatkan interaksi antar gelombang suara berfrekuensi

tinggi dengan suatu organ. Ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosa masalah

reproduksi dan memahami aktifitas reproduksi dengan tingkat akurasi yang lebih

tinggi. Frekuensi gelombang suara yang sering digunakan adalah 1-10 Mhz.

Pemilihan frekuensi ini berdasarkan tingkat penetrasi yang diharapkan untuk

menembus jaringan target dan resolusi dari tampilan di layar monitor yang

dibutuhkan. Pada frekuensi rendah akan didapatkan tampilan detail yang kurang

baik tetapi penetrasi jaringan yang lebih baik, sedangkan pada frekuensi yang

tinggi akan didapatkan tampilan detail yang baik tetapi kedalaman penetrasi

jaringan yang kurang baik (Lavin 2007).

Ihnatsenka and Boezaart (2010) menyatakan bahwa berdasarkan

ekogenisitasnya, gambaran ultrasound akan tampil dalam tiga jenis visualisasi

yakni hyperechoic, hypoechoic, dan anechoic. Hyperechoic (echogenic) merupa-

kan citra berwarna putih pada sonogram yang dapat dijumpai pada struktur seperti

tulang, udara, kolagen dan lemak yang disebabkan pemantulan gelombang secara

sempurna dari struktur target. Hypoechoic (echopoor) merupakan citra berwarna

abu-abu pada sonogram yang dapat dijumpai pada struktur seperti jaringan lunak,

disebabkan tingkat echo yang rendah dari struktur target. Anechoic (echolucent

/nonechogenic) merupakan citra berwarna hitam pada sonogram yang dapat

dijumpai pada struktur seperti cairan kantung kemih yang disebabkan tidak terjadi

pemantulan gelombang dari struktur target.

METODE

Tempat dan Waktu

Kajian dilakukan terhadap data yang dikumpulkan dari beberapa peternakan

kuda di Pulau Jawa dan Madura pada tahun 2009-2014. Pengolahan data

Page 19: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul

5

dilakukan di Unit Rehabilitasi Reproduksi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut

Pertanian Bogor pada bulan Maret-Juli 2015.

Materi dan Metode Pelaksanaan

Kuda yang diamati adalah kuda G (generasi) atau KPI (kuda pacu

Indonesia), kuda warmblood, kuda arab dan kuda thoroughbred. Umur kuda

induk bervariasai antara 3˗ 23 tahun, dara atau sudah pernah beranak. Perkawinan

kuda dilakukan secara alami. Kuda berada di peternakan yang ter-sebar di Pulau

Jawa dan Madura. Data yang digunakan merupakan data sekunder hasil

rekapitulasi data pasien kuda Unit Rehabilitasi Reproduksi, Fakultas kedokteran

Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Pemeriksaan organ reproduksi dilakukan dengan ultrasonografi (Sonoscape

Vet A6) yang dilengkapi dengan linear probe 5˗ 8 MHz, dan direkam dengan

printer (SONY, UP-895 MD, Video Graphic Printer, Japan). Kuda ditempatkan

dalam kandang jepit dan alat ultrasonografi pada tempat yang aman dan mudah

dioperasikan oleh operator. Selanjutnya feses dikeluarkan dari rektum kuda.

Permukaan probe dilumuri dengan gel dan ditutup dengan plastik tipis agar

mendapatkan gambaran ultrasonografi yang baik. Kemudian transduser dimasuk-

kan ke rektum kuda dan diarahkan ke kranial menyusuri organ reproduksi kuda.

Analisis Data

Data sekunder dari rekam medik pasien kuda diolah dan dianalisis secara

deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Endometritis merupakan proses inflamasi yang terjadi pada endometrium

atau mukosa uterus. Inflamasi bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa sperma,

seminal plasma, kontaminan, serta zat-zat lain yang dianggap asing oleh uterus.

Endometritis terjadi sebagai suatu hasil dari infeksi bakteri patogen yang

mengontaminasi uterus. Kuda yang rentan terhadap endometritis mengalami

perpanjangan respon inflamasi (Christoffersen et al. 2012) dan mengakibatkan

turunnya conception rate (Causey 2006). Endometritis menjadi salah satu

penyebab paling umum yang menyebabkan turunnya kesuburan pada kuda.

Gambaran ultrasound uterus yang mengalami endometritis adalah terlihat

adanya massa berbentuk garis-garis tipis hypoechoic-hyperechoic pada lumen

uterus (Gambar 1). Pada kuda yang mengalami endometritis juga terdapat

akumulasi cairan pada uterus. Cairan tersebut bersifat abnormal karena terdapatnya

sisa produk inflamasi seperti terdapat massa putih yang melayang dalam cairan,

Page 20: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul

6

sehingga menghasilkan gambaran yang terlihat berwarna hypoechoic-hyperechoic

(abu-abu hingga putih). Hasil gambaran ultrasound kemudian dihubungkan

dengan sejarah reproduksi kuda. Misalnya kuda yang sudah beberapa kali di-

kawinkan tetapi tidak dapat bunting. Apabila gambaran ultrasound menunjuk-kan

uterus yang kotor dan terdapat cairan yang berwarna hypoechoic-hyperechoic

maka kuda tersebut dapat dinyatakan mengalami endometritis.

Gambar 1 Gambaran ultrasonografi uterus yang mengalami endometritis:

a. massa berbentuk garis-garis tipis hypoechoic-hyperechoic pada

lumen uterus ( ) b. akumulasi cairan pada uterus yang bersifat

hypoechoic-hyperechoic seperti terdapat massa putih yang melayang

di dalam cairan ( ) c. uterus normal ( )

Cairan yang terdapat pada uterus kuda yang mengalami endometritis

berbeda dengan cairan yang terdapat ketika estrus (lendir estrus). Lendir estrus

berwarna bening atau tanpa disertai massa putih. Sebaliknya cairan endometritis

bersifat abnormal yaitu berwarna keputihan. Hal ini juga dinyatakan oleh Bucca et

al. (2008) dan Hamouda et al. (2012), yang menyebutkan bahwa berdasarkan

gambaran ultrasound adanya cairan intrauterus (diameter cairan ≥ 2 cm) menjadi

indikator untuk endometritis (Gambar 3). Cairan tersebut berhubungan dengan

meningkatnya jumlah neutrofil akan tetapi tidak selalu berhubungan dengan ada-

nya bakteri (Bucca et al. 2008). Gambaran ultrasound tersebut didukung dengan

pemeriksaan sitologi dan histologi yang menunjukkan adanya endometritis (Liu

dan Troedsson 2008).

Tahun 2009-2014 tercatat 2510 ekor kuda yang diperiksa. Prevalensi

endometritis pada 2009-2014 berturut-turut adalah 17.8 %, 12.44 %, 6.4 %, 5.3 %,

6.7 %, dan 4.9 %. Setiap tahunnya terjadi penurunan kasus endometritis akan

tetapi pada tahun 2013 terjadi kenaikan kasus sebesar 1.4 % dari tahun sebelum-

nya. Pada tahun terakhir kembali mengalami penurunan menjadi 4.9 %. Prevalensi

rata-rata endometritis tahun 2009-2014 adalah 8.76 %.

Kejadian endometritis menyebabkan dampak ekonomi yang besar pada

industri peternakan kuda (Watson 2000). Endometritis dianggap sebagai masalah

penting yang menyebabkan turunnya fertilitas pada kuda betina (Watson 2000;

Liu dan Troedsson 2008; Morel et al. 2013; Rasmussen et al. 2015). Menurut

Card (2005) endometritis dinilai sebagai kondisi gynaecological kuda yang sangat

Page 21: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul

7

penting dan masalah paling umum, dan menyebabkan terjadinya kematian embrio

dini sebelum hari 35 (LeBlanc 2008).

Tabel 1 Jumlah dan prevalensi endometritis tahun 2009-2014

Tahun Populasi Kuda

(ekor)

Jumlah Endometritis

(ekor)

Prevalensi

(%)

2009 371 66 17,8

2010 394 49 12,44

2011 408 26 6,4

2012 506 27 5,3

2013 608 41 6,7

2014 223 11 4,9

Total 2510 220 -

Rata-rata 418 37 8,76

Kuda yang mengalami endometritis masih menunjukkan siklus estrus yaitu

terlihat adanya aktivitas ovari yang menghasilkan folikel (Gambar 2). Folikel

masih dapat berkembang hingga menjadi folikel dominan dan menunjukkan

adanya gejala estrus. Kuda yang mengalami endometritis apabila dikawinkan

masih dapat bunting, akan tetapi memiliki resiko yang besar mengalami kematian

embrio dini (LeBlanc 2008).

Gambar 2 a. gambaran uterus kuda yang mengalami endometritis b. perkembangan

folikel pada ovarium kuda yang mengalami endometritis

Endometritis dapat terjadi pada berbagai jenis kondisi kuda. Endometritis

yang terjadi setelah kawin terjadi karena perpanjangan proses inflamasi sehingga

melewati batas waktu normal. Respon inflamasi tersebut harus berakhir dalam

waktu lima hari sebelum terjadi implantasi embrio pada uterus (Fumoso et al.

2003). Pada kuda dengan sistem reproduksi normal, inflamasi akan berakhir

setelah 48 jam. Liu dan Troedsson (2008) mengatakan bahwa jika kuda tidak bisa

mengeliminasi infeksi secara spontan dalam waktu dua hari, maka akan

mengakibatkan endometritis persisten.

Endometritis sering dikaitkan dengan turunnya kemampuan uterus untuk

mengeliminasi cairan atau debris (sisa produk inflamasi, runtuhan sel epitel,

a b

a b

Page 22: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul

8

kontaminan) setelah kawin atau pun melahirkan. Endometritis terjadi karena

tersisanya produk-produk inflamasi di dalam uterus. Salah satu penyebabnya

adalah lemahnya kontraktilitas atau aktivitas miometrial uterus. Hal tersebut

mengakibatkan adanya akumulasi cairan dan produk inflamasi di dalam uterus,

serta akan memperpanjang proses inflamasi. Akumulasi cairan di dalam lumen

uterus (Gambar 3) mempengaruhi fertilitas dengan menurunkan motilitas dan

viabilitas sperma atau menyebabkan kegagalan implantasi embrio jika

endometritis berlangsung pada hari ke-5 dan ke-6 setelah ovulasi (saat embrio

berpindah dari oviduk ke lumen uterus) (Rohrbach et al. 2007).

Gambar 3 Gambaran uterus yang mengalami endometritis dengan akumulasi

cairan (Bucca et al. 2008)

Faktor predisposisi endometritis diantaranya umur, jumlah kelahiran,

gangguan saat partus, kelainan pada sistem reproduksi, meningkatnya kontaminasi

bakteri, dan lemahnya kontraksi uterus (Youngquist dan Threlfall 2007).

Woodward (2014) menyebutkan walaupun endometritis dapat menyerang semua

kuda, tetapi kuda tua lebih rentan dengan kondisi organ reproduksi seperti

turunnya imunitas, tertundanya pembersihan uterus, lemahnya ligamen uterus, dan

ketidakseimbangan respon pro-inflamasi dan anti-inflamasi (Fumoso et al. 2003,

2007; Katepalli et al. 2008). Selama endometritis subakut dan endometritis akut,

produksi mukus oleh sel epitel endometrium meningkat. Saat inflamasi sudah

menjadi kronis, lapisan epitel dan mukus berkurang dan meningkatkan peluang

untuk penempelan bakteri (Causey et al. 2000; Causey 2007; LeBlanc et al. 2007).

Kelainan konformasi perineal juga disebut sebagai faktor predisposisi

terjadinya endometritis. Hemberg et al. (2005) mengatakan konformasi internal

dan eksternal saluran reproduksi sangat berhubungan dengan kerentanan

endometritis menjadi endometritis persisten. Hal ini menyebabkan masuknya

udara, kotoran ataupun bakteri dari luar. Kelainan konformasi dapat disebabkan

oleh beberapa hal, diantaranya kuda yang aktif berolahraga, kecelakaan saat

kawin, dan kerobekan saat melahirkan. Kuda yang aktif akan kehilangan lemak

yang terdapat di sekitar perineal sehingga dapat merubah konformasi saluran

reproduksi. Anus akan tertarik ke anterior sehingga kemiringan rektum dan vulva

akan berubah. Keadaan tersebut akan mempermudah aspirasi udara ke dalam

vagina dan masuknya kotoran yang berasal dari rektum. Kondisi tersebut akan

menyebabkan terjadinya pneumovagina yang bisa mempermudah terjadinya

endometritis (Hurtgen 2006).

Kuda yang mengalami laserasi pada vulva (komisura dorsalis), baik karena

kecelakaan pada saat kawin alami ataupun akibat distokia sangat rentan

Page 23: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul

9

mengalami endometritis. Resiko tersebut dipengaruhi oleh kondisi serviks,

vulvovaginalis dan vulva yang relaksasi, sehingga mudahnya terjadi kontaminasi

dari kotoran. Kotoran akan mudah masuk ke dalam vagina dan mendukung

pertumbuhan bakteri. Salah satu hal yang disarankan untuk dilakukan sebelum

pemberian pengobatan adalah melakukan prosedur vulvoplasty atau Caslick

procedur (Gambar 4) yang dikenalkan oleh Caslick (1937). Hal pertama yang

harus dilakukan adalah menghilangkan faktor predisposisi (Smith 2015). Sebelum

memilih strategi pengobatan, sangat diperlukan untuk melakukan perbaikan pada

gangguan atau kelainan konformasi saluran reproduksi.

Gambar 4 Prosedur Caslick : a. Kerobekan pada komisura dorsalis, b. pembalutan

pada ekor dan pembersihan daerah perineal, c. Pemberian anastesi lokal,

d. Pembuatan perlukaan pada bagian yang akan dijahit kembali,

e. Penjahitan bagian vulva yang sobek, f. Pemberian salep luka pada

bagian yang dijahit.

Bakteri yang dapat menyebabkan endometritis meliputi Streptococcus equi

zooepidemicus, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,

Pseudomonas aeruginosa, Crossiella abortus (Nocardioform actinomycete),

Leptospira ssp, Brucella abortus, Salmonella abortus equi, dan Listeria

monocytogenes (Albihn et al. 2003; Youngquist dan Threlfall 2007; Frontoso et al.

2008). Bakteri yang memiliki prevalensi tinggi pada kejadian endometritis adalah

β-hemolytic, Streptococci dan E. coli (Riddle et al. 2007; Frontoso et al. 2008).

Menurut Hamouda (2012) bakteri yang umum menginfeksi uterus adalah

Streptococcus zooepidemicus, diikuti oleh Eschericia coli. Infeksi bakteri pada

uterus berkisar antara 25 %-60 % (Riddle et al. 2007; Frontoso et al. 2008;

Nielsen et al. 2010).

a b c

d e f

Page 24: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul

10

Bagian paling kritis untuk pencegahan endometritis adalah bagaimana

caranya agar pembersihan uterus terjadi secara cepat setelah kawin dan

melahirkan (LeBlanc 2010). Semua hal tersebut akan terganggu ketika turunnya

kontraksi uterus. Pemilihan pengobatan selalu didasarkan pada bagaimana caranya

untuk mendukung pembersihan uterus. Terapi yang diberikan adalah pemberian

antibiotik intrauterin yaitu gentamisin (Genta-ject®

) 10 % dengan dosis 2×103mg

/2×102 ml salin atau penisillin-streptomisin (pen-duo-sterp

®) dengan dosis 2×10

5

IU/25 kg BB dan 2.5×105IU/25 kg BB, dengan oksitosin (Rheintocin®) dengan

dosis 10mg/ml dan diencerkan dengan 15 ml NaCl 0.9% yang diberikan secara

berkala. Pemberian antibiotik bertujuan untuk menghilangkan bakteri gram positif

dan negatif. Pemberian oksitosin bertujuan untuk meningkatkan kontraksi uterus

sehingga dapat mengeluarkan cairan yang ada di dalam uterus.

Rahman (2012) menyatakan terapi yang diberikan adalah dengan antibiotik

kombinasi gentamisin dan flumequin, hormon PGF2α atau oksitosin, dan multivi-

tamin yang memberikan tingkat keberhasilan 20 dari 42 ekor dapat bunting

kembali. Pemberian PGF2α atau oksitosin berguna untuk membantu meningkat-

kan tonus uterus sehingga discharge yang tertimbun dapat dikeluarkan (Hurtgen

2006). Pencegahan terjadinya endometritis setelah kawin dapat dilakukan dengan

pemberian oksitosin 10-25 IU secara intravena atau intramuskular setelah kawin

(Knutti et al. 2000).

Terapi lain yang dilakukan adalah dengan pemberian mucolytic agents

(LeBlanc 2010). Pemberian mucolytic agents berfungsi untuk menurunkan visko-

sitas cairan sehingga lebih mudah dikeluarkan dari uterus. Respon inflamasi yang

berlebihan dapat dihambat dengan pemberian kortikosteroid seperti prednisolon

asetat (Moris dan Eden 2008) atau deksametason (Bucca et al. 2008). Pemberian

deksametason dosis tunggal (50 mg, intravena) dapat mengurangi kekentalan

cairan uterus dan mengurangi udema uterus. Pemberian deksametason tidak mem-

berikan hasil yang signifikan pada tingkat kebuntingan (Bucca et al. 2008).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Gambaran ultrasound kuda yang mengalami endometritis adalah

terdapatnya garis-garis hypoechoic-hyperechoic dan/atau terdapat cairan yang

bersifat hypoechoic-hyperechoic pada lumen uterus. Prevalensi rata-rata kuda

yang mengalami endometritis di Pulau Jawa dan Madura pada tahun 2009-2014

adalah sebesar 8.76 %.

Saran

Pemeriksaan endometritis dengan metode lain seperti pemeriksaan sitologi,

histologi, dan kultur bakteri perlu dilakukan untuk menentukan penyebab dan

pengobatan yang tepat sehingga dapat digunakan sebagai bahan acuan dan

literatur.

Page 25: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul

11

DAFTAR PUSTAKA

Albihn A, Baverud V, Magnusson U. 2003. Uterine microbiology and

antimicrobial susceptibility in isolated bacteria from mares with fertility

problems. Acta Vet Scand. 44(3-4):121-129.

Arthur GH. 1969. The ovary of the mare in health and disease. Equine Vet J.

1(4):153–156. doi: 10.1111/j.2042-3306.1969.tb03361.x

Bowling AT, Ruvinsky A. 2000. The Genetics of the Horse. Inggris (GB): CABI.

Bucca S, Carli A, Buckley T, Dolci G, Fogarty U. 2008. The use of

dexamethasone administred to mares at breeding time in the modulation of

persistent mating induce endometritis. Theriogenology. 70(7):1093-1100.

doi: 10.1016/j.theriogenology.2008.06.029.

Card C. 2005. Post-breeding inflammation and endometrial cytology in mares.

Theriogenology. 64(3):580-588.

Caslick EA. 1937. The vulvo-vaginal orifice and its relation to genital health in

the TB mare. Cornell Vet. 27:87-178.

Causey RC, Ginn P, Katz B, Hall B, Anderson KJ, LeBlanc MM. 2000. Mucus

production by endometrium of reproductively healthy mares and mares with

delayed uterine clearance. J Reprod Fertil Suppl. 5:333–339.

Causey RC. 2006. Making sense of equine uterine infections: the many faces of

physical clearence. Vet J. 172(3):21-405. doi:10.1016/j.tvjl.2005.08.005.

Causey RC. 2007: Mucus and the mare: how little we know. Theriogenology.

68(3):386–394. doi: 10.1016/j.theriogenology.2007.04.011.

Christoffersen M, Woodward E, Bojesen AM, Jacobsen S, Petersen MR,

Troedsson MHT, Lehn-Jensen H. 2012. Inflammatory responses to induced

infectious endometritis in mares resistant or susceptible to persistent

endometritis. BMC Vet Res. 8:41. doi:10.1186/1746-6148-8-41.

Edwards EH. 1994. The Encyclopedia of Horse. Inggris (GB): CABI.

Ensminger ME. 1962. Animal Science Animal Agriculture Series. 5th Ed. Illinois

(US): Danville Printers & Publisher, Inc.

Frontoso R, De Carlo E, Pasolini MP, Meulen KVD, Pagnini U, Iovane G. 2008.

Retrospective study of bacterial isolates and their antimicrobial

susceptibilities in equine uteri during fertility problems. Res Vet Sci.

84(1):1-6. doi:10.1016/j.rvsc.2007.02.008.

Fumuso E, Giguere S, Wade J, Rogan D, Videla-Dorna I, Bowden RA. 2003.

Endometrial IL-1beta, IL-6 and TNF-alpha, mRNA expression in mares

resistant or susceptible to post-breeding endometritis. Effects of estrous

cycle, artificial insemination and immunomodulation. Vet Immunol

Immunop. 96(1-2):31-41.

Fumuso E, Aguilar J, Giguere S, Rivulgo M, Wade J, Rogan D. 2007. Immune

parameters in mares resistant and susceptible to persistent post-breeding

endometritis: effects of immunomodulation. Vet Immunol Immunop. 118(1-

2):30-39.

Page 26: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul

12

Hamouda MA, Al-Hizab FA, Ghoneim IM, Al-Dughaym AM , Al-Hashim HJ.

2012. Asssessment of endometritis in arabian mare. Anim Prod. 14(2):99-

103.

Hemberg E, Lundeheim N, Einarsson S. 2005. Retrospective study on vulvar

conformation in relation to endometrial cytology and fertility in

thoroughbred mares. Vet Med A Physiol Pathol Clin Med. 52(9):474-477.

Hurtgen JP. 2006. Pathogenesis and treatment of endometritis in the mare: a

review. Theriogenology. 66(3):560–566.

Ihnatsenka B dan Boezaart AP. 2010. Ultrasound: basic understanding and

learning the language. International Shoulder Journal 4(3): 55-62. doi:

10.4103/0973-6042.76960.

Katepalli MP, Adams AA, Lear TL, Horohov DW. 2008. The effect of age and

telomere length on immune function in the horse. Develop Comp Immunol.

32(12):1409-1415. doi:10.1016/j.dci.2008.06.007.

Knutti B, Pycock JF, van der Weijden GC, Kupper U. 2000. The influence of

early postbreeding uterine lavage on pregnancy rate in mares with

intrauterine fluid accumulations after breeding. Equine Vet Educ. 5:346–349.

Lavin LM. 2007. Radiography in Veterinary Technology. 4th ed. (US): Saunders

Elsevier.

LeBlanc MM, Magsig J, Stromberg AJ. 2007: Use of a low volume uterine flush

for diagnosing endometritis in chronically infertile mares. Theriogenology.

68(3):403–412. doi:10.1016/j.theriogenology.2007.04.038.

LeBlanc MM. 2008. The chronically infertile mare. In: 54th Annual Convention

of the American Association of Equine Practitoners 391-407.

LeBlanc MM. 2010. Advances in the diagnosis and treatment of chronic

infectious and post–mating-induced endometritis in the mare. Reprod Dom

Anim. 45(2):21–27. doi: 10.1111/j.1439-0531.2010.01634.x.

Liu IKM dan Troedsson MHT. 2008. The diagnosis and treatment of endometritis

in the mare: Yesterday and today. Theriogenology. 70:415–420. doi:

10.1016/j.theriogenology.2008.05.040.

McKinnon AO dan Voss JV. 1993. Equine Reproduction. Philadelphia (US): Lea

& Fibiger.

Morel MCGD. 2003. Equine Reproductive Physiology, Breeding and Stud

Management. 2nd ed. Amerika (US): CABI Publishing.

Morel MCGD, Lawlor O, Nash DM. 2013. Equine endometrial cytology and

bacteriology: Effectiveness for predicting live foaling rates. The Vet

J.198(1):206–211. doi: 10.1016/j.tvjl.2013.08.002.

Moris L, Eden C. 2008. The Use corticosteroid at the Time of Mating to Prevent

Post Breeding Endometritis. Austral. College Vet. Scient. 88-89.

Nielsen JM. 2005. Endometritis in the mare: A diagnostic study comparing

cultures from swab and biopsy. Theriogenology. 64(3): 510–518.

Nielsen JM, Troedsson MH, Petersen MR, Bojesen AM, Lehn- Jensen H, Zent

WW. 2010. Diagnosis of endometritis in the mare based on bacteriological

and cytological examinations of the endometrium: comparison of results

obtained by swabs and biopsies. J Equine Vet Sci. 30(1):27–30.

doi:10.1016/j.jevs.2009.11.006.

PORDASI. 2000. Peraturan Pacuan & Petunjuk Pelaksanaan Kejuaraan Nasional.

Page 27: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul

13

Rahman AM. 2012. Performa reproduksi kuda pacu Indonesia [skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Rasmussen CD, Petersen MR, Bojesen AM. 2015. Equine infectious endometritis

clinical and subclinical cases. J Equine Vet Sci. 35(2): 95–104.

doi:10.1016/j.jevs.2014.12.002.

Riddle WT, LeBlanc MM, Stromberg AJ. 2007. Relationships between uterine

culture, cytology and pregnancy rates in a thoroughbred practice.

Theriogenology. 68(3): 395–402.

Rohrbach BW, Sheerin PC, Cantrell CK, Matthews PM, Steiner JV, Dodds LE.

2007. Effect of adjunctive treatment with intravenously administered

propionibacterium acnes on reproductive performance in mares with

persistent endometritis. J Am Vet Med Assoc. 231(1):107-113.

Smith BP. 2015. Large Animal internal Medicine. 4th ed. Amerika(US): Elsevier

Saunders.

Soehardjono O. 1990. Kuda. Yayasan Pamulang, Jakarta.

Watson ED. 2000. Post-breeding endometritis in the mare. Anim Reprod Sci. 60–

61: 221–232. doi:10.1016/S0378-4320(00)00110-X.

Woodward EM, Christoffersen M, Compos J, Squires EL, Troedsson MHT. 2012.

Susceptibility to persistent breeding-induce endometritis in the mare:

relationship to endometrial biopsy score and age, and variation between

season. Theriogenology. 78(3):495-501. doi: 10.1016/j.

Theriogenology.2012.02.028.

Woodward EM and Troedsson MHT. 2014. Endometritis in old mares.

Pferdeheilkunde 30:53-56.

Youngquist RS And Threlfall WR. 2007. Current Therapy In Large Animal 2nd

ed. Amerika(US): Elsevier Saunders.

Yulianto MDE. 2011. Dinamika ovarium pada kuda hasil persilangan pejantan

Thoroughbred dengan induk lokal Indonesia [tesis]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Page 28: STUDI KASUS ENDOMETRITIS PADA KUDA BERDASARKAN …PERNYATAAN MENGENAI SKRIP. SI DAN. SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA. Dengan ini . S. aya menyatakan bahwa skripsi . berjudul

14

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Iga Mahardi yang dilahirkan di Pasir Pangaraian pada

tanggal 26 Januari 1993, anak dari Ibu Dasmaharni dan Bapak Edi M Zein.

Penulis anak kedua dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di

SDN 01 Muaro Paiti tahun 2002, SMPN 1 Kapur IX tahun 2008 dan SMAN 1

Kapur IX tahun 2011 dan masuk Institut Pertanian Bogor pada tahun 20011

melalui jalur USMI, serta mendapatkan beasiswa Bidikmisi.

Selama kuliah Penulis aktif pada organisasi mahasiswa daerah IKMP dan

IPMM, UKM Equestrian Club IPB, ketua cluster herbivora Himpunan Minat dan

Profesi Satwa Liar tahun 2013-2014, ketua divisi danus dan konsumsi seminar

nasional Himpunan Minat dan Profesi Satwa Liar 2013-2014 Fakultas Kedokteran

Hewan, Institut pertanian Bogor, serta kepanitiaan lain pada acara-acara kampus.