Endometritis Erlinda

40
ENDOMETRITIS Tugas Kepanitraan Klinik Bagian Ilmu Kandungan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 17 Februari 2014 - 12 April 2014 Pembimbing: Dr. Kartika P,Sp.OG. M.Kes Disusun oleh : Erlinda Nerini Madarina Silon 01.209.5898 1

description

endometritis

Transcript of Endometritis Erlinda

Page 1: Endometritis Erlinda

ENDOMETRITIS

Tugas Kepanitraan KlinikBagian Ilmu Kandungan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 17 Februari 2014 - 12 April 2014

Pembimbing:

Dr. Kartika P,Sp.OG. M.Kes

Disusun oleh :

Erlinda Nerini Madarina Silon

01.209.5898

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2014

1

Page 2: Endometritis Erlinda

LEMBAR PENGESAHAN

Kasus Ilmu Kandungan dan Kebidanan dengan judul :

ENDOMETRITIS

Nama : ERLINDA NMS (01.209.5898)

Telah diterima dan disetujui oleh Dr.Kartika P, Sp.OG. M.Kes

Hari :

Tanggal :

Sebagai salah satu syarat mengikuti dan menyelesaikan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kandungan dan Kebidanan di Rumah Sakit Umum Kodya

Semarang

Semarang, Maret 2014,

..................................................

Dr. Kartika P, Sp.OG. M.Kes

2

Page 3: Endometritis Erlinda

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat

menyelesaikan laporan kasus kepaniteraan klinik ilmu kandungan dan kebidanan yang

berjudul Endometritis.

Adapun penyusunan laporan kasus ini untuk memenuhi tugas yang diberikan pada

kepaniteraan klinik di RSUD Kota Semarang, dan juga untuk membantu penyusun, untuk

memahami lebih lanjut mengenai Endometritis.

Penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Kartika P, Sp.OG. M.Kes

selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dengan sabar hingga akhirnya laporan

kasus ini dapat diselesaikan. Terima kasih juga saya sampaikan kepada orangtua dan teman-

teman yang telah memberikan dukungan selama kami menjalan kepaniteraan klinik di RSU

Kota Semarang.

Penyusun menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini yang

menyebabkan referat ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun kami harapkan dari berbagai pihak. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat

bagi berbagai pihak.

Semarang, Maret 2014

3

Page 4: Endometritis Erlinda

BAB I

PENDAHULUAN

Endometrium adalah lapisan epitel yang melapisi rongga rahim. Permukaanya terdiri

atas selapis sel kolumnar yang bersilia dengan kelenjar sekresi mukosa rahim yang berbentuk

invaginasi ke dalam stroma selular. Kelenjar dan stroma mengalami perubhan yang siklik.

Bergantian antara pengelupasan dan pertumbuhan baru sekitar 28 hari. Ada 2 lapis, yaitu

lapisan fungsional yang letaknya superfisial yang akan terkelupas setiap bulan dan lapisan

basal yang tiadak ikut mengelupas.

Endometritis adalah peradangan lapisan endometrium rahim. Selain untuk

endometrium, peradangan mungkin melibatkan myometrium dan, kadang-kadang

parametrium.

Endometritis dapat dibagi menjadi endometritis terkait kehamilan dan endometritis yang tidak

terkait dengan kehamilan. Ketika kondisi tidak terkait dengan kehamilan, dianggap sebagai

panggul inflammatory penyakit (PID). Endometritis ini sering dikaitkan dengan peradangan

tabung saluran indung telur (salpingitis), indung telur (oophoritis) dan panggul peritoneum

(karena peritonitis panggul). Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC)

2010 dalam pedoman pengobatan penyakit menular seksual mendefinisikan PID sebagai

kombinasi dari endometritis, salpingitis, abses tubo ovarium, dan peritonitis panggul.

Dari perspektif patologis, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai akut versus

kronis. Endometritis akut dicirikan oleh kehadiran neutrofil dalam kelenjar endometrium.

Endometritis kronis dicirikan oleh kehadiran plasma sel dan limfosit dalam stroma

endometrium.

4

Page 5: Endometritis Erlinda

BAB II

LAPORAN KASUS

Nama Mahasiswa : Erlinda Nerini Madarina Silon

Dokter Pembimbing : dr. Kartika P, Sp.OG M.Kes

I. Identitas Pasien:

Nama : Ny. K

Usia : 67 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Pekunden Tembalang, Semarang

Agama : Islam

Suku bangsa : Jawa

Pekerjaan : tidak bekerja

Status Perkawinan : Kawin

Pendidikan : tidak sekolah

Tanggal masuk : 11 Maret 2014

Bangsal : Gynekologi

II. Anamnesa (dilakukan tanggal 11 Maret pukul 14.00)

A. Keluhan Utama

Keluar darah dari jalan lahir.

B. Keluhan Tambahan

(-)

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poliklinik RSUD Kota Semarang dengan keluhan keluar

darah flek dari jalan lahir sejak 2 bulan yang lalu. Jumlah darah tersebut

sekitar 2-3 sendok teh setiap harinya. Warna darah seperti darah menstruasi.

Pasien mengatakan sudah 5 tahun dipasang pesarium dan tidak pernah kontrol

serta terdapat alat kontrasepsi spiral yang sudah 30 tahun tidak dilepas.

D. Riwayat Menstruasi

Menarche : 11 tahun

Lamanya : 6 hari

Siklus : 28 hari

5

Page 6: Endometritis Erlinda

Pasien sudah tidak mendapatkan mens sejak 20 tahun yang lalu (menopause).

E. Riwayat Pernikahan

Sudah menikah 3 x,pernikahan pertama tahun 1960 pernikahan terahir (lupa)

F. Riwayat Obstetri

P7A4

- Pasien mengaku melahirkan anak pertama pada tahun 1961

- Empat dari sebelas abortus

- empat diantaranya diberikan pada orang lain.

- Anak terakhir dari Ny. K berumur 30 tahun (lahir tahun 1984)

- Semua anak dilahirkan di dukun bayi.

G. Riwayat KB : IUD / 30 tahun

H. Riwayat Penyakit Dahulu

Hipertensi : disangkal

DM : disangkal

Asma : disangkal

Alergi : disangkal

Peny. Jantung : disangkal

I. Riwayat Penyakit Keluarga

Hipertensi : disangkal

DM : disangkal

Asma : disangkal

Alergi : disangkal

Peny. Jantung : disangkal

J. Riwayat Gynecology

Mioma (-), kista (-)

K. Riwayat Operasi

Operasi apedisitis pada tahun 1967 (47 tahun yang lalu) di RSDK.

III. Pemeriksaan Fisik (dilakukan tanggal 11 Maret 2014 pukul 15.00)

1. Status Generalisata

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Keadaan gizi : Baik

2. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 130/90 mmHg

Nadi : 80x/menit

6

Page 7: Endometritis Erlinda

Pernafasan :18x/menit

Suhu : 36,5C

3. Berat badan : 42 kg

Tinggi badan : 144 cm

BMI : 20 (normal)

4. Kepala : normochepali

Mata

Conjunctiva anemis : -/-

Sclera ikterik :-/-

Pupil : bulat, isokor

Reflex cahaya : +/+

5. Telinga : normotia, secret -/- serumen -/-

6. Hidung : bentuk normal, secret -/-

7. Mulut

Bibir : tidak sianosis

Uvula : di tengah

Faring : tidak hiperemis

Lidah : tidak kotor

8. Leher : trachea di tengah, kelenjar tiroid tidak membesar

9. Axilla : KGB tidak membesar

10. Payudara :

simetris kanan dan kiri, areola mamae tidak retraksi, tampak hiperpigmentasi

pada areola mamae, tidak teraba masa, tanda radang (-), nyeri tekan (-)

11. Thorax

Inspeksi : bentuk simetris saat statis dan dinamis, tidak tampak retraksi

iga

Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama kuat

Perkusi : sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

12. Abdomen

Inspeksi : datar

Auskultasi : Bising usus (+)

Palpasi : NT (-)

13. Genitalia : tampak normal, tanda radang (-), oedem (-) keluar darah dan

discharge keputihan dari vagina

7

Page 8: Endometritis Erlinda

14. Ekstremitas : tidak oedem pada keempat ekstremitas, akral hangat

15. BAB/BAK : +/+

16. Refleks : reflex fisiologis (refleks patella) positif kanan dan kiri, tidak

ada reflex patologis

Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher, pukul 14.00) :

Fluor/Fluxus : +/+

VUV : tidak ada kelainan

Portio : sebesar jempol tangan dewasa

OUE : menutup

CUT : sebesar telur ayam

VUV : tidak ada kelainan

A/P/CD : tidak ada kelainan

IV. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Hematologi

Golongan darah : B

Hemoglobin : 11.3 g/dL

Hematokrit : 35.60 %

Jumlah leukosit : 11,0 uL

Jumlah trombosit : 281 x 103 uL

Masa pendarahan/BT : 2’ 00”

Masa pembekuan/CT : 8’ 00”

Kimia klinik

GDS : 110 mg/dL

Imunologi

HbsAg : Negatif

2. Pemeriksaan Ultrasonografi

Didapatkan gambaran uterus membesar akibat peradangan.

8

Page 9: Endometritis Erlinda

Resume :

Telah diperiksa seorang wanita P7A4U67tahun, keluhan keluar darah dan lendir putih

dari jalan lahir sejak 2 bulan yang lalu. Jumlah darah tersebut sekitar 2-3 sendok

teh setiap harinya. Warna darah seperti darah menstruasi. Pasien mengatakan

sudah 5 tahun dipasang pesarium dan tidak pernah kontrol serta terdapat alat

kontrasepsi spiral yang sudah 30 tahun tidak dilepas. Pada pemeriksaan fisik tidak

didapatkan massa ,nyeri tekan (-). Pada VT didapatkan adanya darah dan lendir.

Pemeriksaan laboratorium jumlah dari leukosit 11.0 /ul. Pada USG didapatkan

uterus membesar akibat peradangan.

V. Diagnosa Kerja

P7A4U67tahun

Endometritis

Leukhorea

9

Page 10: Endometritis Erlinda

VI. Perencanaan

o Rawat inap

o Persiapan operasi : O2 3 lt/mnt, EKG , konsul Interna, persiapan, program

operasi , 18 Maret 2014.

o Edukasi kepada keluarga dan pasien tentang penyakitnya dan rencana operasi

yang akan dilakukan serta kemungkinan-kemungkinan yang terjadi selama

operasi.

o Pemeriksaan patologi anatomi

VII. Pasca Operasi

Telah dilakukan laparotomi pada tanggal 18 maret 2014 pukul 10.00 WIB.

Diagnosis pre operatif : Endometritis,leukhorea,IUD in situ 30 tahun

Diagnosis post operatif : endometritis, translokasi IUD

Macam operasi : Laparotomi / Histrektomi Total

Laporan Operasi :

- Ibu terentang dimeja operasi dengan regional anestesi

- Aseptik dan antiseptis kecuali daerah vulva dan seitarnya

- Pasang duk steril kecuali daerah tindakan

- Insisi linea media sebesar 3cm diatas simpisis menuju umbilikus kurang lebih 10

cm

- Diperdalam LDL setara tajam dan tumpul sehingga abdomen terbuka, evaluasi

uterus

- Eksplorasi tampak uterus sebesar telur bebek, rapuh

- Kedua adnexa tidak didapatkan massa

- Dilakukan diseksi berhasil

- Dilakukan histrektomi total

- Eksplorasi perdarahan perut

- Jahit dinding abdomen LDL

- Luka operasi ditutup

- Operasi selesai

10

Page 11: Endometritis Erlinda

Uterus :

- Ukuran: 12x3x 3 cm

- Rapuh

- Terdapat sekret keputihan dan darah didalamnya

- Terdapau iud didalam uterus (gambar kanan)

Rencana terapi post operasi:

Infus RL 20 tpm

Inj. Cefotaxim 2x1 g

Inj. Asam traneksamat 3x500mg

Inj. Ketorolac 3x1amp

Inj. Kalnex 2x1 amp

Mobilisasi

Boleh makan minum

VIII. Prognosis

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad functionam : dubia ad malam

Ad sanationam : dubia ad bonam

FOLLOW UP

11 maret 2014

Tanda Vital : TD 130/90, HR 84x, RR 18x, Suhu 37,5

Keluhan : keluar flek

St. internus : dbn

St. lokalis : nyeri tekan (+), darah lendir di vulva (+)

Ass/ : P7A4U64tahun

Endometritis leukorea iud in situ 30 th

11

Page 12: Endometritis Erlinda

Terapi : inj ceftriaxone2xigr;inf metronidazole 3x500mg; inj. Gentamisin

3x50mg

12 Maret 2014

Tanda Vital : TD 110/80, HR 76x, RR 18x, Suhu 37,0

Keluhan : keluar flek

St. internus : dbn

St. lokalis : nyeri tekan (+), darah lendir di vulva (+)

Ass/ : P7A4U64tahun

Endometritis leukorea iud in situ 30 th

Terapi : inj ceftriaxone2xigr;inf metronidazole 3x500mg; inj. Gentamisin

3x50mg

13 Maret 2014

Tanda Vital : TD 110/70, HR 76x, RR 18x, Suhu 36,5

Keluhan : keluar flek

St. internus : dbn

St. lokalis : nyeri tekan (+), darah lendir di vulva (+)

Ass/ : P7A4U64tahun

Endometritis leukorea iud in situ 30 th

Terapi : inj ceftriaxone2xigr;inf metronidazole 3x500mg; inj. Gentamisin

3x50mg

14 Maret 2014

Tanda Vital : TD 130/90, HR 84x, RR 18x, Suhu 36,5

Keluhan : keluar flek

St. internus : dbn

St. lokalis : nyeri tekan (+), darah lendir di vulva (+)

Ass/ : P7A4U64tahun

Endometritis leukorea iud in situ 30 th

Terapi : inf. RL

15 Maret 2014

Tanda Vital : TD 100/80, HR 84x, RR 18x, Suhu 36,4

Keluhan : keluar flek , pusing

St. internus : dbn

St. lokalis : nyeri tekan (+), darah lendir di vulva (+)

Ass/ : P7A4U64tahun

12

Page 13: Endometritis Erlinda

Endometritis leukorea iud in situ 30 th

16 Maret 2014

Tanda Vital : TD 110/80, HR 76x, RR 18x, Suhu 36,5

Keluhan : keluar flek

St. internus : dbn

St. lokalis : nyeri tekan (+), darah lendir di vulva (+)

Ass/ : P7A4U64tahun

Endometritis leukorea iud in situ 30 th

Terapi : epidural syringe 2cc ; cefotaxime 2x1

17 Maret 2014

Tanda Vital : TD 120/80, HR 80x, RR 18x, Suhu 36,2

Keluhan : keluar flek

St. internus : dbn

St. lokalis : nyeri tekan (+), darah lendir di vulva (+)

Ass/ : P7A4U64tahun

Endometritis leukorea iud in situ 30 th

Terapi : inj ceftriaxone , pasang dc, puasa

18 Maret 2014

Tanda Vital : TD 120/80, HR 84x, RR 18x, Suhu 37,5

Keluhan : keluar flek

St. internus : dbn

St. lokalis : nyeri tekan (+), darah lendir di vulva (+)

Ass/ : P7A4U64tahun

Endometritis leukorea iud in situ 30 th

Terapi : operasi pukul 10.00

19 Maret 2014

Tanda Vital : TD 130/90, HR 84x, RR 18x, Suhu 37,5

Keluhan : nyeri bekas operasi

St. internus : dbn

St. lokalis : nyeri tekan (+)

Ass/ : P7A4U64tahun

Post histrektomi total H+1

Terapi : Inj cefotaxime 2xi ;Tramadol 3x50; Kalnex 3x500 ; Ranitidine 3x1

13

Page 14: Endometritis Erlinda

20 Maret 2014

Tanda Vital : TD 110/70, HR 84x, RR 18x, Suhu 36,2

Keluhan : nyeri bekas operasi

St. internus : dbn

St. lokalis : nyeri tekan (+)

Ass/ : P7A4U64tahun

Post histrektomi total H+2

21 Maret 2014

Tanda Vital : TD 110760, HR 84x, RR 20x, Suhu 36,5

Keluhan : nyeri bekas operasi, pusing

St. internus : dbn

St. lokalis : nyeri tekan (+)

Ass/ : P7A4U64tahun

Post histrektomi total H+3

Terapi : Tramadol 3x50; Kalnex 3x500; Ranitidine 3x1; Mobilisasi ; GB

22 Maret 2014

Tanda Vital : TD 130/90, HR 84x, RR 18x, Suhu 36,5

Keluhan : nyeri bekas operasi

St. internus : dbn

St. lokalis : nyeri tekan (+), darah lendir di vulva (+)

Ass/ : P7A4U64tahun

Post histrektomi total H+4

Terapi : Tramadol 3x50; Kalnex 3x500; Ranitidine 3x1; Mobilisasi ; GB

28 Maret 2014 (Poli Obsgyn)

Tanda Vital : TD 120/80, HR 78x, RR 22x, Suhu 36,4

Keluhan : Kontrol post laparotomy histrektomi total H+10

St. internus : dbn

St. lokalis : luka masih basah, masih ada bagian yang belum rapat, pus(+),ganti

balut (+)

Hasil PA :

14

Page 15: Endometritis Erlinda

Makroskopis :

- Diterima jaringan uterus servik ukuran 2x2x3cm tanpa adnek, corpus ukuran

2x4x5 cm, waktu dibelah ditemukan massa putih batas tegas diameter 1 cm, dari

cervik diambil 1 cup A, dari masa putih diambil 1 cup B, dari dinding corpus 1 cup

C.

Mikroskopik :

A. Bekuan darah dan jaringan nikrosis dengan sarang tumor epithelial cukup

solid, , sel tumor atipi polimorf, sitoplasma cukup, inti gelap, kromatin inti inti

kasar, dengan banyak sel raksasa.

B. Mioma dengan nailinisasi

C. Miometrium tanpa tumor dengan infiltrat radang kronis merata

Kesimpulan :

Uterus :

o Mioma uteri

o Adenocarcinoma deferensiasi buruk.

DD. Chorio Carcinoma

DD. bagaimana permeriksaan HCG penderita

15

Page 16: Endometritis Erlinda

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

ENDOMETRITIS

A. Pengertian

Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan

oleh infeksi bakteri pada jaringan. (Taber, B., 1994). Endometritis adalah infeksi pada

endometrium (lapisan dalam dari rahim). (Manuaba, I. B. G., 1998).

Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan komplikasi

pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah melahirkan

B. Etiologi

Endometritis merupakan suatu infeksi yang bersifat polimikrobial karena pada

umumnya disebabkan oleh berbagai bakteri yang merupakan flora normal dari

genitalia interna wanita atau bakteri yang berasal dari luar. Berbagai bakteri dapat

merupakan penyebab dari timbulnya endometritis, antara lain:

Clamydia trachomatis

Clamydia trachomatis merupakan bakteri yang masih termasuk golongan Clamydia.

Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif yang juga merupakan bakteri interselular

obligat yang patogen. Bakteri ini juga merupakan bakteri yang paling banyak

menyebabkan penyakit akibat hubungan sexual. Bakteri ini biasanya menyebabkan

berbagai penyakit pada bagian mata, organ kelamin, dan rektum. Bakteri ini dapat

diatasi dengan penggunaan antibiotik jenis makrolit atau tetrasiklin.

Neisseria gonorrheae

Merupakan bakteri diplokokus gram negatif yang biasa menyebabkan penyakit

menular seksual. Bakteri ini memiliki permukaan protein yang disebut Protein Opa

yang dapat mencegah respon imun pada hospesnya. Hal ini menyebabkan seseorang

dapat berkali-kali terserang penyakit akibat bakteri ini. Bakteri ini juga dapat

melakukan konjugasi DNA sehingga dapat merubah bentuknnya dan hal ini dapat

menyebabkan timbulnya resistensi pada penggunaan antibiotik. Bakteri inn biasa

dibiakkan pada agar Theyer-Martin dan apabila telah mengalami resistensi pada

penggunaan antibiotik Penicillin, maka, dapat digunakan antibiotik golongan

seftriakson.

Streptococcus grup B

Merupakan bakteri yang berbentuk kokus (seperti rantai) gram positif yang biasanya

menyebabkan infeksi postpartum pada wanita dan penyebab terbesar sepsis pada

16

Page 17: Endometritis Erlinda

neonatus. Bakteri ini secara normal berada pada saluran pencernaan dan genitalia pada

wanita sehat dengan kadar kira-kira 15-45%. Pada umumnya, 50% bayi yang lahir

pervaginam, pasti mendapatkan infeksi bakteri ini dari ibunya, namun hanya 1-2 %

yang mengalami perburukan keadaan. Bakteri ini masih sensitif dengan penggunaan

antibiotik penisilin, juga dapat digunakan golongan cefazolin, eritromicin dan

klindamisin.

Escerechia coli

Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang yang biasanya terdapat

di dalam gastrointestinal bagian bawah pada makhluk berdarah panas. Pada umumnya,

bakteri ini merupakan flora normal yang tinggal dalam saluran cerna makhluk hidup

yang juga dapat menghasilkan vitamin K2 untuk mencegah perkembangan bakteri

patogen dalam usus, namun, beberapa jenis dari bakteri ini dapat menimbulkan

beberapa penyakit.

Bakteri lainnya

Bakteri lain yang dapat menyebabkan infeksi endometriris adalah G. vaginalis,

Enterococcus, Aerobic streptococcus, Bacteroides spp, dll.

C. Epidemiologi

Endometritis merupakan suatu infeksi yang umumnya menyerang pada wanita usia

reproduktif yang mengalami masalah pada saat partus. Pada umumnya, infeksi ini

terjadi pada wanita setelah melahirkan pervaginam (1-3%) atau setelah menjalani

operasi caesar (13-90%) terutama setelah menjalankan operasi caesar untuk tujuan

abortus atau durasi operasi yang terlalu lama. Endometritis yang tidak berhubungan

dengan postpartum , umumnya lebih mengacu pada Pelvic Inflamatory Disease (PID).

D. Faktor resiko

Faktor risiko utama untuk endometritis obstetrik meliputi:

1. persalinan sesar (sc) (terutama jika sebelum usia kehamilan 28 minggu)

2. pecah ketuban

3. seringnya pemeriksaan dalam (hysteroscopy ,pemasangan IUD),

4. laserasi pada vagina dan serviks,

5. usia terlalu tua

6. Rendah status sosial ekonomi

17

Page 18: Endometritis Erlinda

Faktor risiko minor meliputi:

1. Operasi yang lama

2. Anestesi umum

3. Postpartum anemia

Faktor-faktor berikut meningkatkan risiko endometritis pada umumnya:

1. alat kontrasepsi dalam rahim: bagian vagina perangkat dapat berfungsi sebagai

jalur untuk organisme untuk naik ke dalam rahim

2. Adanya cairan menstruasi dalam rahim

3. Associated sekunder untuk cervicitis gonore atau infeksi Chlamydia

4. Associated bakteri vaginosis

5. Sering douching

6. Unprotected aktivitas seksual

7. Beberapa mitra seksual

8. Serviks ektopi

E. Gambaran Klinik

a. Riwayat

Diagnosis biasanya didasarkan pada temuan klinis, sebagai berikut:

- Demam

- Sakit perut bagian bawah

- Lochia berbau busuk

- Pendarahan abnormal vagina

- Dyspareunia (mungkin ada pada pasien dengan penyakit inflammatory panggul

PID)

- Dysuria (mungkin ada pada pasien dengan PID)

- Malaise

b. Dalam kasus setelah bersalin, pasien merasa demam, menggigil, sakit perut bagian

bawah, dan lochia berbau busuk. Pasien dengan PID hadir dengan Sakit perut

bagian bawah, dyspareunia, dysuria, demam, dan tanda-tanda sistemik lain.

Namun, PID disebabkan oleh Chlamydia cenderung menjadi lamban, dengan

gejala konstitusional tidak signifikan.

c. Temuan-temuan pemeriksaan fisik meliputi:

- Demam, biasanya terjadi dalam waktu 36 jam,

18

Page 19: Endometritis Erlinda

- Sakit perut bagian bawah

- Uterine tenderness

- Adnexal tenderness jika terkait salpingitis

- Lochia berbau busuk

- Takikardi

d. Uterine tenderness adalah ciri khas dari penyakit.

e. Suhu oral 38 °c atau lebih tinggi dalam 10 hari pertama setelah bersalin atau 38,7

°C dalam 24 jam pertama setelah bersalin diperlukan untuk memastikan diagnosis

endometritis setelah bersalin. Untuk PID, kriteria diagnostik minimum tenderness

bagian bawah perut, tenderness leher rahim, atau tenderness adnexal. Dalam

kasus-kasus yang parah, pasien mungkin muncul septik.

F. Klasifikasi

1. Endometritis terkait kehamilan

2. Endometritis yang tidak terkait dengan kehamilan

Kondisi endometritis yang tidak terkait dengan kehamilan disebut sebagai

pelvic inflammatory disease (PID). Endometritis ini sering dikaitkan dengan

peradangan saluran indung telur (salpingitis), indung telur (oophoritis) dan

peritonitis pelvis. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) 2010

pedoman pengobatan penyakit menular seksual mendefinisikan PID sebagai

kombinasi dari endometritis, salpingitis, abses tuba ovarium, dan karena

peritonitis pelvis (panggul).

Jenis-jenis Endometritis

1. Endometritis Akut

Terutama terjadi pada postpartum atau postabortum.  Pada

endometritis postpartum, regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9,

sehingga endometritis postpartum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9. 

Endometritis postabortum terutama terjadi pada abortus provocatus. 

Pada endometritis akut endometrium mengalami edema dan hiperemi,

dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema, dan infiltrasi

leukosit berinti polimoni yang banyak (PMN), serta perdarahan-perdarahan

interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorrhea dan infeksi

pada abortus dan partus.

19

Page 20: Endometritis Erlinda

Infeksi gonorrhea mulai sebagai servisitis akuta, dan radang menjalar

ke atas dan menyebabkan endometritis akuta. Infeksi post abortum dan post

partum sering terdapat oleh karena luka-luka pada serviks uteri, luka pada

dinding uterus bekas tempat plasenta, yang merupakan porte d’entree bagi

kuman-kuman patogen. Selain itu mikroorganisme dapat masuk ke uterus

melalui alat-alat pada saat persalinan yang tidak suci hama.

Pada abortus septic dan sepsis puerperalis infeksi lebih cepat meluas

ke miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah serta limfe, infeksi

dapat menjalar ke parametrium, tuba, ovarium serta ke peritoneum di

sekitarnya.  Gejala-gejala endometritis akuta umumnya penderita panas

tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah, dan uterus serta

daerah di sekitarnya nyeri pada perabaan.

Sebab lain endometritis akuta ialah tindakan yang dilakukan dalam

uterus di luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukkan radium ke

dalam uterus, memasukkan IUD (intra-uterine device) ke dalam uterus, dan

sebagainya. 

Endometritis akuta yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak

terlalu pathogen umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri,

dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu

haid.  Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting ialah

berusaha mencegah agar infeksi tidak menjalar.

Gejala-gejala:

a. Demam

b. Lochia berbau, pada endometritis postabortum kadang-kadang keluar fluor

yang purulent.

c. Lochia lama berdarah, malahan terjadi metrorrhagi.

d. Jika radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak ada nyeri.

e. Nyeri pada palpasi abdomen (uterus) dan sekitarnya.

2. Endometritis Kronik

Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan

limfosit.  Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga

ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium.

20

Page 21: Endometritis Erlinda

Gejala klinis pada endometritis kronis adalah leukorea dan menoragia.

Pengobatannya tergantung dari penyebabnya. Endometritis knonik biasanya

ditemukan pada:

a. Tuberkulosis;

b. Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus;

c. Jika terdapat korpus alienum di kavum uteri;

d. Pada polip uterus dengan infeksi;

e. Pada tumor ganas uterus;

f. Pada salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvik.

g. Fluor albus yang keluar dari ostium

h. Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi

Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus

tuberkulosis genital.  Pada pemeriksaan mikrskopik ditemukan tuberkel di

tengah-tengah endometrium yang beradang menahun.

Endometritis tuberkulosa umumnya timbul sekunder pada penderita

dengan salpingitis tuberkulosa.  Pada penderita dengan tuberculosis pelvic

yang asimptomatik, endometritis tuberkulosa ditemukan bila pada seorang

wanita datang dengan keluhan infertilitasdan pada saat dilakukan biopsy

endometrial kemudian ditemukan tuberkel dalam sediaan.  Terapi yang kausal

terhadap tuberculosis biasanya dapat menyebabkan timbulnya haid lagi.

Pada abortus inkompletus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus

terdapat desidua dan villi korialis di tengah-tengah radang menahun

endometrium. Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus,

terdapat peradangan dan organisasi dari jaringan plasenta tersebut disertai

gumpalan darah, dan terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta.

G. PATOFISIOLOGI GEJALA KLINIS

Gejala klinik yang ditunjukkan apabila seorang wanita menderita infeksi ini adalah:

Demam dan Gejala seperti Flu

Demam merupakan keadaan dimana suhu tubuh pasien lebih tinggi dari suhu

tubuh normal. Suhu tubuh normal pada umumnya adalah 36,70C, sehingga,

seseorang dianggap demam apabila suhu tubuhnya mencapai 37,20C atau lebih.

Demam merupakan suatu respon tubuh terhadap adanya faktor pirogen dan

eksogen yang dapat memicu terjadinya proses inflamasi.

Demam yang terjadi pada penderita endometritis merupakan demam yang biasa

terjadi akibat adanya proses inflamasi. Masuknya bakteri tertentu pada dinding

21

Page 22: Endometritis Erlinda

endometrium uterus merupakan salah satu faktor pirogen eksogen sehingga dapat

menstimulus makrofag untuk mengeluarkan pyrogen cytokine (IL-1, IL-6, TNF,

IFN), yang kemudian akan merangsang hipotalamus untuk menghasilkan

prostalglandin (PGE2) yang akan merangsang sel glia untuk menghasilkan siklik

AMP. Siklik AMP ini akan meningkatkan termoregulator set poin sehingga akan

meningkatkan suhu tubuh. (Harrison edisi 17)

Pada endometritis, suhu tubuh ditemukan demam sampai sekitar 38-390C.

Nyeri Perut Bawah

Nyeri pada perut bawah disebabkan karena adanya faktor inflamasi pada dinding

uterus. Secara anatomis, posisi uterus terletak pada daerah pelvis dan

hipogastrium, sehingga, apabila terjadi proses inflamasi yang menyebabkan nyeri

pada dinding uterus, maka, nyeri yang dirasakan oleh pasien adalah pada bagian

perut bawah.

Rasa nyeri yang dirasakan dihasilkan dari adanya stimulus pada saraf nosiseptor

aferen primer. saraf ini akan bekerja apabila terjadi trauma atau inflamasi, iritasi

kimiawi dengan melepas zat peptida bradikinin dan eikosanoid sebagai

prostaglandin. Apabila terdapat infalamasi pada suatu jaringan tertentu, dalam hal

ini, pada dinding endometrium, maka akan menyebabkan dikeluarkannya

mediator inflamasi yang menyebabkan ambang aktivasi nyeri pada saraf

nosiseptor aferen primer menurun, hal ini disebut dengan sensitisasi. Sensitisasi

ini penting untuk merasakan adanya nyeri pada jaringan yang dalam. Adanya

sensitisasi ini menyebabkan terbawanya axon nyeri dari saraf nosiseptor aferen

primer menuju ke spinal cord melalui serabut dorsalis dan berakhir pada

substansia grisea di spinal cord. Perjalanan axon ini melalui traktus

22

Page 23: Endometritis Erlinda

spinotalamikus yang berjalan secara kontralateral menuju talamus. Traktus

spinotalamikus ini terdapat pada anterolateral substansia alba spinal cord, ujung

lateral medulla, bagian lateral pons dan otak tengah. Dari talamus, axon akan

bergerak menuju korteks somatosensoris dan akan mengekspresikan rasa nyeri.

Talamus juga menyalurkan axon menuju regio kortikal sehingga dapat

memunculkan nyeri yang berhubungan dengan emosi seseorang.

Perdarahan pada Vagina

Pada umumnya, perdarahan pada vagina terjadi pada endometritis kronik. Pada

saat itu, eritrosit dari dinding uterus dapat memasuki sekresi normal pada vagina

wanita. Hal ini akhirnya menyebabkan terjadi perdarahan pada vagina sekalipun

pasien tidak sedang dalam siklus mestruasi.

Pergerakan Usus yang tidak Nyaman

Lokia yang berbau tidak enak

Lokia merupakan suatu pelepasan yang dilakukan vagina pasca wanita

melahirkan. Pelepasan ini terdiri dari darah, peleasan jaringan dari dinding uterus,

dan beberapa bakteri. Pada umumnya, timbulnya lokia merupakan hal yang

normal bagi wanita dalam masa nifas, karena hal ini bertujuan untuk

membersihkan diri dari sisa-sisa janin dan plasenta. Pada umumnya, lokia akan

keluar dengan cara menyerupai proses menstruasi.

Apabila terjadi endometritis pasca melahirkan, maka akan ditemui lokia yang

berbau tidak enak.

23

Page 24: Endometritis Erlinda

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Endometritis merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya infeksi bakteri pada

dinding endometrium pada uterus, maka, pemeriksaan yang dilakukan pada umumnya

merupakan pemeriksaan untuk menentukan bakteri yang menjadi penyebab infeksi

pada pasien:

Pemeriksaan Darah Lengkap

Pemeriksaan darah lengkap digunakan untuk memeriksa adanya faktor infeksi pada

pasien. Pemeriksaan ini meliputi:

- Eritrosit normal : 3,8 – 5,1 juta

- Hemoglobin normal : 11,5-16,5 g/dl hamil: 11-15 g/dl

- Leukosit normal : 5.000-10.000/mm3

- Trombosit normal : 150.000-450.000/µl

- LED normal : < 15 mm/jam

- Hitung jenis leukosit normal: basofil / eosinofil / batang / segmen/ limfosit /

monosit = 0-1 / 1-3 / 1-6 / 40-60 / 20-40 / 1-8%

- Karakter eritrosit : MCV = 82-92 fl MCH = 27-31 pg MCHC =

32-36 g/dl

Pada pemeriksaan darah biasanya ditemukan adanya peningkatan leukosit yang

biasanya ditemukan 15.000 – 30.000 sel/µl. Pada umumnya, pemeriksaan ini juga

bukan merupakan pemeriksaan yang spesifik untuk infeksi endometritis.

24

Page 25: Endometritis Erlinda

Kultur

Pemeriksaan ini digunakan untuk memeriksa bakteri yang menginfeksi dinding

endometrius. Pada umumnya, kultur yang diambil dari spesimen transvaginal uterin

akan sulit untuk diinterpretasi karena sudah terdapat kontaminan pada bahan

pemeriksaan.

Pemeriksaan kultur pada umumnya diambil dari kultur darah, namun hanya sekitar 10-

20% yang dapat diinterpretasi.

Pewarnaan Gram

Pemeriksaan ini digunakan untuk memeriksa spesies bakteri yang ada, sehingga

pemeriksa dapat memberikan antibiotik yang cocok bagi pasien.

Pemeriksaan Imaging

Pemeriksaan ini hanya dilakukan apabila pada pemberian antibiotik, tidak ada

perbaikan setelah 48-72 jam. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan USG

untuk melihat adanya kelainan abdominal lain, atau adanya intrauterin hematoma.

Penggunaan CT-scan dapat dipikirkan untuk memikirkan adanya massa pada ligamen,

trombosis vena ovarika, phelgmon.

Pemeriksaan Histologi

Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa berbagai sel-sel infeksi yang muncul pada

dinding endometrium akibat adanya suatu proses inflamasi.

I. DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan dengan melihat dari berbagai aspek dari pasien, seperti:

Anamnesis

Pada umumnya pasien merupakan seorang wanita yang memiliki keluhan nyeri perut

bagian bawah, disertai demam. Gejala ini memiliki banyak kemungkinan diagnosis

penyakit, namun, apabila setelah dilakukan anamnesis lebih lanjut bahwa pasien

memiliki riwayat penyakit dahulu pernah menjalani operasi caesar yang prosesnya

memakan waktu lama, partus pervaginam dengan komplikasi, atau setelah

pemasangan alat kontrasepsei invasif, maka kemungkinan besar pasien tersebut

sedang menderita infeksi pada bagian uterus.

Apabila demam yang terjadi datang setelah < 12 jam pasien mengalami partus,

maka, kemungkinan besar pasien mengalami endometritis akut, pada umumnya,

gejala klinis yang terjadi tampak jelas. Apabila pasien mengaku pernah melahirkan

secara caesar atau dengan faktor resiko tersebut diatas, namun telah lewat beberapa

25

Page 26: Endometritis Erlinda

hari, kemungkinan adanya endometritis masih harus dipikirkan, sebab, bisa saja,

endometritis yang terjadi merupakan suatu endometritis kronis.

Pasien juga akan mengeluh adanya perdarahan vagina yang dapat berupa suatu lokia

atau perdarahan akibat gejala endometritis.

Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik umumnya akan ditemukan tanda-tanda infeksi pada

umumnya. Pada status generalis, akan ditemukan adanya peningkatan suhu tubuh 38-

390C. Pada pemeriksaan lokalis, maka akan ditemukan nyeri tekan pada abdominal

bagian bawah baik dengan pemeriksaan abdomen, maupun pemeriksaan bimanual

akan dijumpai nyeri parametrium.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjuang pada umumnya tidak memberikan hasil yang berarti. Pada

pemeriksaan darah lengkap akan didapatkan gejala-gejala infeksi bakteri pada

umumnya. Pemeriksaan histologi mungkin dapat membantu penegakan diagnosis

dengan ditemukannya neutrodil pada kelenjar endometrial pada endometritis akut,

atau ditemukan sel plasma dan limfosit pada stroma endometrial pada endometritis

kronik. Pemerikasaan kultur bakteri dan pewarnaan gram hanya sedikit membantu

untuk memastikan etiologi dari penyakit dan menentukan jenis antibiotik yang cocok

untuk pasien.

J. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding yang dapat dipikirkan pada pasien yang memiliki keluhan penyakit

ini adalah:

Apendisitis

Apendisitis merupakan suatu peradangan pada apendiks yang juga terjadi akibat invasi

bakteri. Diagnosis apendisitis dipikirkan karena pada pasien memiliki gejala utama

nyeri perut bawah dan adanya demam febris. Apendiks yang secara anatomis terletak

pada regio iliaca dextra menyebabkan apabila terjadi infeksi akan didapatkan nyeri

pada perut bawah juga, dan pada appendisitis juga terdapat demam febris apabila

belum terjadi perforasi. Diagnosis ini dapat disingkirkan apabila pasien tersebut

memiliki riwayat postpartum baru-baru ini secara caesar atau pervaginam dengan

komplikasi dan dengan pemeriksaan fisik apnedisitis.

Pelvic Inflammatory Disease (PID)

PID merupakan infeksi yang menyerang organ genitalia dalam wanita bagian atas

termasuk uterus, tuba falopii, dan struktur pelvis. Diagnosis ini diambil juga karena

26

Page 27: Endometritis Erlinda

pada umumnya gejala yang ditampilkan hampir sama, yaitu adanya nyeri pada perut

bawah dan demam. Diagnosis ini dapat disingkirkan dengan melihat pada pemeriksaan

imaging bahwa kondisi struktur pelvis yang lain baik dan hanya endometrium pasien

saja yang mengalami infeksi.

Infeksi Saluran Kencing

Infeksi ini merupakan suatu infeksi yang menyerang sistem saluran kencing seseorang.

Semua bagian pada saluran kencing dapat terkena infeksi ini, namun, yang paling

banyak terjadi adalah pada vesika urinaria dan uretra.Diagnosis ini perlu dipikirkan

karena penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita. Hal ini karena wanita memiliki

uretra yang pendek, sehingga dapat memudahkan masuknya bakteri dalam saluran

kencing wanita. Penyakit ini pada wanita juga ditandai adanya nyeri perut bawah

terutama pada pelvis.

Diagnosis ini dapat disingkirkan apabila pasien tidak mengeluhkan gejala kencing

yang lain, seperti keinginan kencing yang berlebih, terdapat burning sensation saat

berkemih, volume air seni sedikit, dll.

K. Penatalaksanaan

Rawat inap disarankan untuk hampir semua penderita, termasuk yang sehabis

menjalani SC, karena risiko bakteriemia. Jika kasus ringan, bisa rawat jalan.

stabilkan dulu kondisi ibu dengan pemberian cairan jika kondisi tidak terlalu parah

beri minum lewat mulut, kemudian lakukan pemasangan infus sebelum di rujuk ke

rumah sakit.

- Cairan melalui vena (dengan IV) / infuse RL

- istirahat

- berikan antibiotika kombinasi sampai ibu bebas demam selama 48 jam

Setelah menentukan diagnosis endometritis dapat diberikan antibiotik spektrum luas

dalam 48-72 jam. Pada endometritis kronis, dapat diberikan doksisiklin 100 mg per

oral 2x sehari selama 10 hari. Pada umumnya, 80-90% pasien sembuh dengan

27

Page 28: Endometritis Erlinda

penatalaksanaan ini. Pemberian spektrum luas karena endometritis merupakan

infeksi yang disebabkan oleh bakteri polimikrobial.

Penggunaan klindamisin dengan gentamisin merupakan terapi standard pada

umumnya. Dengan Klindamisin 900 mg + gentamisin 1,5 mg/kg setiap 8 jam secara

intravena.

ATAU

:: ampisilin 2g IV setiap 6 jam kerja di dinding sel bakteri, cara kerja bakterisida

Ditambah gentamisin 5mg/kgBB IV tiap 24 jam efektif utk gram - aerob,

aminoglikosid, dosis tergantung creatinin clearance.

Ditambah metronidazol 500mg IV tiap 8 jam anaerob dan protozoa, meng-inhibit

protein sintesis.

Jika demam masih ada 72 jam setelah terapi, cek ulang diagnosa.

L. Komplikasi

Komplikasi pada kasus ini adalah adanya pelvic Inflammation Disease

(PID). PID merupakan infeksi yang menyerang beberapa bagian dari genitalia interna

wanita. Infeksi pada dinding endometrium dapat dengan mudah menyerang bagian-

bagian yang dekat dengan uterus, seperti tuba falopii, dll, lewat aliran darah atau

limfe, maka penyebaran infeksi bakterial dapat dengan mudah terjadi.

- Infeksi pada luka operasi

- Infeksi pada adneksa

- Sepsis tromboflebitis pelvis

- Infertility

- Pelvic peritonitis (generalized pelvic infection)

- pelvic or uterine abses formation

- pelvic hematoma

- parametrial phlegmon

- PID

- Septicemia

- Septic shock

28

Page 29: Endometritis Erlinda

M. Prognosis

Selama tidak ada komplikasi ke organ lain, prognosis dengan pengobatan

antibiotic bonam. besar kasus endometritis hilang dengan antibiotik. Endometritis

tidak diobati dapat menyebabkan infeksi yang lebih serius dan komplikasi dengan

organ panggul, reproduksi, dan kesehatan umum. Hampir 90% wanita diobati dengan

perbaikan catatan rejimen disetujui dalam 48-72 jam. Keterlambatan memulai terapi

antibiotik dapat mengakibatkan toksisitas sistemik. Endometritis berhubungan

dengan kematian ibu meningkat karena syok septik.

29