STUDI FAKTOR PENYEBAB MENURUNNYA ANIMO...

download STUDI FAKTOR PENYEBAB MENURUNNYA ANIMO …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · (Studi Kasus Di Desa Banyuputih Kecamatan ... dan refleksi. Kajian ini

If you can't read please download the document

Transcript of STUDI FAKTOR PENYEBAB MENURUNNYA ANIMO...

  • STUDI FAKTOR PENYEBAB MENURUNNYA ANIMO

    MENGAJI DAN SOLUSINYA

    BAGI ANAK PASCA SEKOLAH DASAR

    (Studi Kasus Di Desa Banyuputih Kecamatan Banyuputih

    Kabupaten Batang)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat

    guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam

    Ilmu Pendidikan Agama Islam

    Oleh:

    NUR CHOLIS

    NIM: 063111034

    FAKULTAS TARBIYAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

    SEMARANG

    2011

  • PERNYAAN KEASLIAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Nur Cholis

    NIM : 063111034

    Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam

    Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya

    sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

    Semarang, 2 Juni 2011

    Saya yang menyatakan,

    Nur Cholis

    NIM : 063111034

  • ABSTRAK

    Judul : Studi Faktor Penyebab Menurunnya Animo Mengaji dan Solusinya bagi

    Anak Pasca Sekolah Dasar: Studi Kasus di Desa Banyuputih Kecamatan

    Banyuputih Kabupaten Batang

    Penulis : Nur Cholis

    NIM : 063111034

    Skripsi ini membahas faktor penyebab menurunnya animo mengaji dan

    solusinya bagi anak pasca sekolah dasar. Kajiannya dilatar belakangi oleh semakin

    rendahnya kualitas anak dalam membaca al-Quran khususnya mereka yang telah

    menyelesaikan pendidikan tingkat dasar (SD). Studi ini dimaksudkan untuk

    menjawab permasalahan: (1) Faktor-faktor apa yang menyebabkan menurunnya

    animo anak dalam belajar al-Quran pasca Sekolah Dasar? (2) Bagaimanakah cara

    untuk mengatasi menurunnya animo anak dalam belajar al-Quran pasca Sekolah

    Dasar? Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan yang dilaksanakan di

    Desa Banyuputih Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang. Di tempat tersebutlah

    yang dijadikan sebagai sumber data untuk mendapatkan deskripsi mengenai realita

    pendidikan agama di pedesaan. Datanya diperoleh dengan cara wawancara bebas,

    observasi partisipan, dan studi dokumentasi. Semua data dianalisis dengan

    pendekatan fenomenologi dan analisis deskriptif menggunakan logika induksi,

    deduksi, dan refleksi.

    Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Faktor-faktor penyebab menurunnya animo

    mengaji anak dipengaruhi oleh tiga aspek, Pertama aspek dalam diri anak meliputi

    perasaan malas, gengsi, merasa sudah bisa, beban PR sekolah. Kedua Aspek

    lingkungan meliputi pragmatism orang tua, daerah trans desa ke kota, kurangnya

    motivasi, Acara televisi dan Ketiga Aspek proses pembelajaran meliputi tidak ada

    pembagian kelas, tidak adanya target kurikulum, Sarana dan prasarana kurang,

    alokasi waktu singkat, kurangnya tenaga pendidik. (2) Solusi untuk mengatasi

    menurunnya animo mengaji anak pasca Sekolah Dasar antara lain dengan pemberian

    pengertian, pemberian motivasi, memasukkannya pada pondok pesantren. Temuan

    tersebut memberikan acuan bagi sistem pembelajaran al-Quran dalam memperbaiki

    perannya dalam penanaman akhlak pada anak-anak sebagai proses kaderisasi umat

    yang berakhalak mulia.

    Beberapa hal yang telah diuraikan di atas tidak akan ada maknanya, manakala

    tidak didukung oleh semua kapisan masyarakat dengan penuh kesadaran untuk

    menjalankannya.

  • KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim

    Alhamdulillahi rabbil alamin. Segenap puja dan puji syukur peneliti panjatkan

    ke hadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan petunjuk, bimbingan dan kekuatan

    lahir batin kepada peneliti, sehingga penelitian hasil dari usaha pemikiran ilmiah

    yang sederhana ini terselesaikan dengan sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam

    semoga dilimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, cahaya yang membawa

    umat manusia dari masa yang gelap gulita menuju masa yang penuh agung

    peradaban, juga kepada para keluarga, sahabat serta semua pewarisnya yang

    senantiasa menerangi zaman.

    Penelitian yang berjudul STUDI FAKTOR PENYEBAB MENURUNNYA

    ANIMO MENGAJI DAN SOLUSINYA BAGI ANAK PASCA SEKOLAH DASAR

    (STUDI KASUS DI DESA BANYUPUTIH KECAMATAN BANYUPUTIH

    KABUPATEN BATANG) ini pada dasarnya disusun untuk memenuhi persyaratan

    guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah IAIN

    Walisongo Semarang.

    Karya ini merupakan analisis serta respon atas perkembangan pendidikan,

    selain juga sebagai sumber informasi bagi kalangan akademik maupun umum

    tentang realita pendidikan Agama masyarakat pedesaan.

    Pembekalan ilmu-ilmu agama kepada anak-anak sangat penting dilakukan

    semua orang yang menginginkan anaknya kelak menjadi generasi penerus yang

    mampu mengemban amanah Orang Tua, Agama, Bangsa dan Negara. Untuk itu

    pengenalan al-Quran kepada anak sejak dini menjadii sangat dibutuhkan guna

    membentengi psikologi perkembangan anak ke arah yang positif.

    Dalam usaha menyelesaikan skripsi ini, peneliti tidak terlepas dari adanya

    berbagai kendala dan hambatan, akan tetapi atas izin Allah SWT sehingga penulis

    mampu menghadapi dan menyelesaikannya walaupun masih banyak kekurangan.

    Oleh karena itu, izinkan peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-

    besarnya kepada semua pihak yang telah membantu peneliti sehingga karya

    sederhana ini bisa diselesaikan, antara lain kepada:

  • 1. Dr. Sujai, M.Ag., Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

    2. Drs. Nasiruddin, M.Ag. Kepala Jurusan dan Drs. H. Mursyid, M.Ag. selaku

    Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo yang telah

    membantu dalam kelancaran pembuatan skripsi ini.

    3. DR. H. Fatah Syukur, M.Ag. Dosen Pembimbing I dan Drs. Wahyudi, M.Pd.

    selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan

    motivasi kepada penulis sampai skripsi ini selesai.

    4. Prof. Dr. H. M. Erfan Soebahar, M.A selaku dosen wali studi penulis dan seluruh

    civitas akademika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

    5. Bapak-ibuku tercinta (Bpk. Muchali dan Ibu Diwati Serta Bpk. Subiyan dan Ibu

    Muatin (Almh)), jerih payah perjuangan dan doamu yang memotivasi penulis

    dalam menimba ilmu.

    6. AdeQ (Sholechah dan Yusanto) serta kakaQ (Sumiati, Kusmanto dan Diono)

    yang aku sayangi dan banggakan, semoga kita menjadi orang yang sukses.

    7. Peri kecil hatiku yang telah bersedia menemani serta memotivasiku dikala sedih

    dan senang sehingga membuat duniaku menjadi semakin berwarna.

    8. Sahabat-sahabati PMII senasib seperjuangan, mahasiswa IAIN WS, Kawan-

    kawan di Tarbiyah 2006, khususnya PAI paket A 2006 terima kasih atas bantuan

    dan kerja samanya yang amat sangat berharga untuk dilupakan.

    9. Serta berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, hanya

    ucapan terima kasih dan semoga semua amal baik sahabat-sahabat akan dicatat

    sebagai amal kebajikan dan dibalas sesuai amal perbuatan oleh Allah SWT.

    Akhirnya, penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

    banyak kekurangan. Maka, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan

    untuk perbaikan di masa yang akan datang.

    Semarang, 2 Juni 2011

    Peneliti,

    Nur Cholis

    NIM. 063111034

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

    PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ ii

    PENGESAHAN PENGUJI ............................................................................ iii

    NOTA PEMBIMBING .................................................................................. iv

    ABSTRAK .................................................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

    BAB I : PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ....................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .................................................................. 5

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 5

    D. Sistematika Pembahasan ........................................................ 6

    BAB II : LANDASAN TEORI

    A. Kajian Pustaka ....................................................................... 9

    B. Kerangka Teoritik

    1. Minat (Animo) .................................................................. 10

    a. Fungsi minat ................................................................ 11

    b. Unsur-unsur minat ........................................................ 14

    c. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat ...................... 16

    2. Mengaji ................................................................ .............. 18

    a. Pengertian mengaji ...................................................... 19

    b. Tujuan belajar al-Quran .............................................. 20

    c. Adab dan tata cara membaca al-Quran ........................ 21

    d. Tingkatan dalam mempelajari al-Quran ...................... 25

    e. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar .................... 26

    C. Pengaruh Animo Anak terhadap Belajar Mengaji al-Quran .... 28

    BAB III : METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ....................................................................... 30

    B. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................. 30

    C. Sumber Penelitian .................................................................. 31

    D. Fokus Penelitian ..................................................................... 31

    E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 31

    F. Teknik Analisis Data ............................................................... 34

  • BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Desa Banyuputih Kecamatan Banyuputih

    Kabupaten Batang.

    1. Letak Geografis ................................................................ 37

    2. Struktur Organisasi Desa Banyuputih ............................... 38

    3. Jumlah Penduduk ............................................................. 39

    4. Keadaan Sosial Ekonomi .................................................. 41

    5. Sarana Kesehatan ............................................................. 42

    6. Kondisi Keagamaan ......................................................... 43

    7. Tingkat Pendidikan Warga Desa Banyuputih .................... 45

    8. Kondisi Sosial Budaya ..................................................... 47

    9. Karakteristik Masyarakat .................................................. 48

    B. Analisis Terhadap Penyebab Menurunnya Animo Mengaji

    dan Solusinya bagi Anak Pasca Sekolah Dasar.

    1. Faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya animo

    anak dalam belajar al-Quran pasca sekolah dasar ............ 50

    a. Faktor dari anak ........................................................... 52

    b. Faktor lingkungan ........................................................ 53

    c. Faktor pembelajaran .................................................... 54

    2. Solusi untuk Mengatasi Menurunnya Animo Mengaji

    bagi Anak Pasca Sekolah Dasar ........................................ 55

    a. Faktor dari anak ........................................................... 55

    b. Faktor lingkungan ........................................................ 55

    c. Faktor pembelajaran .................................................... 56

    BAB V : PENUTUP

    A. Simpulan ................................................................................ 58

    B. Saran ...................................................................................... 59

    C. Penutup ................................................................................... 60

    DAFTAR PUSTAKA

    DAFTAR TABEL

    DAFTAR GAMBAR

    DAFTAR SINGKATAN

    DAFTAR LAMPIRAN

    RIWAYAT HIDUP

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Islam sebagai agama wahyu terakhir telah memberikan bimbingan dan

    petunjuk kepada manusia untuk menuju jalan yang lurus (sirath al-mustaqim).

    Selain al-Quran berfungsi sebagai pembeda (furqon) antara kebenaran dan

    kebatilan. Al-Quran juga mengajarkan kepada manusia tentang aqidah,

    mengajarkan manusia bagaimana membersihkan diri dari jiwa yang kotor

    melalui pengamalan ibadah.

    Selain itu, tujuan tertinggi pendidikan agama ialah membentuk manusia

    yang sempurna dan menciptakan kebahagiaan di dua kampung (dunia dan

    akhirat), kesempurnaan jiwa bagi individu dan menciptakan kebahagiaan,

    kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat.1

    Setiap orang selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang

    disebut agama, untuk merasakan bahwa dalam jiwanya ada perasaan yang

    meyakini adanya zat Yang Maha Kuasa sebagai tempat untuk berlindung dan

    memohon pertolongan. Sedangkan al-Quran dapat memberikan ketenangan

    jiwa bagi yang membacanya, inilah yang merupakan bahwa al-Quran

    merupakan obat penyakit yang ada di dalam jiwanya. Sebagaimana firman

    Allah dalam surat Yunus 57:

    1 Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Cet.1, (Jakarta:

    Bulan Bintang,1979), hlm.346

  • Artinya: Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (al-

    Quran) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam

    dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman (Qs.

    Yunus/10: 57)2.

    Dari ayat di atas menegaskan bahwa al-Quran adalah obat bagi apa yang

    terdapat dalam dada. penyebutan kata dada diartikan hati. Yang menunjukkan

    bahwa wahyu-wahyu ilahi berfungsi menyembuhkan penyakit-penyakit ruhani,

    seperti ragu, dengki, takabur dan semacamnya. Ayat di atas juga menegaskan

    adanya empat fungsi al-Quran yaitu pengajaran, obat, petunjuk serta rahmat.3

    Al-Quran memberi petunjuk kepada manusia bagaimana berbuat baik

    kepada diri sendiri dan orang lain di dalam masyarakatnya, dan juga kepada

    lingkungannya. Hal ini merupakan tujuan Islam yang termuat dalam al-Quran

    agar manusia bisa bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Al-Quran telah

    menunjukkan kepada manusia jalan terbaik guna merealisasikan dirinya dalam

    mencapai kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat dengan jalan ketakwaan.4

    Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan pertama

    ajaran Islam. Di dalamnya terkumpul wahyu Illahi yang menjadi petunjuk,

    pedoman, dan pelajaran bagi siapa yang mempercayai serta mengamalkannya.

    Di dalam kitab sucinya yakni al-Quran, Islam mengajarkan tentang

    kebebasan dan tanggung jawab memiliki serta memelihara nilai-nilai

    keutamaan. Keutamaan yang diberikan bukanlah karena bangsanya, bukan juga

    karena warna kulit, kecantikan, perawakan, harta, pangkat, derajat, jenis profesi

    dan kasta sosial atau ekonominya. Akan tetapi semata-mata karena iman, takwa,

    akhlak, ketinggian ilmu dan akalnya, juga karena kesediaan untuk menimba

    ilmu pengetahuan yang beragam.

    Al-Quran merupakan landasan ataupun dasar untuk berpijak bagi seluruh

    umat Islam di seluruh dunia, sebab al-Quran adalah sumber hukum tertinggi

    2 Depag RI, Al-Quran Tajwid Warna dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009),

    hlm. 215 3 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; pesan, kesan dan keserasian al-Quran, cet. 9,

    (Jakarta: Lentera Hati, 2008), hlm. 103-104 4 Lihat penjelasan Tengku Muhammad Hasbi Asy-Syidieqy, Tafsir Al-Quranul Majid An-

    Nuur, Jilid I, (Semarang: PT. Rizki Putra, 1995), hlm. 30-39.

  • umat Islam, bukanlah hasil ciptaan manusia, melainkan firman Allah swt. Dan

    dalam al-Quran terdapat banyak konsep dasar pendidikan.

    Membaca al-Quran merupakan amal perbuatan yang sangat mulia dan

    akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda sebab yang dibaca itu adalah

    kitab suci. Al-Quran sebagai kitab suci adalah sebaik-baik bacaan bagi orang

    Mumin, baik di kala senang maupun di kala susah. Malahan, membaca al-

    Quran bukan saja menjadi amal dan ibadah, tetapi juga menjadi obat dan

    penawar bagi orang yang gelisah jiwanya.

    Komitmen masyarakat kita terhadap nilai agama masih cukup tinggi, hal

    ini terlihat dari kesadaran masyarakat atau para orang tua untuk membekali

    putra-putrinya dengan ilmu-ilmu agama agar menjadi anak yang shaleh.

    Akhlak merupakan aspek yang sangat fundamental baik bagi individu

    maupun bagi kelompok. Bagaimanapun pandai, pangkat dan cakapnya

    seseorang, tanpa didasari dengan akhlak yang luhur, segala-galanya akan

    membawa bencana di muka bumi. Sebagaimana yang dikatakan As-Syauqy

    yang dikutip oleh Rozak:

    Artinya: Kekalnya suatu bangsa adalah selama akhlaknya kekal, jika

    akhlaknya sudah lenyap musnah pulalah bangsa itu5.

    Maksud dari kutipan di atas adalah selain persatuan dan kesatuan sebagai

    pondasi pokok suatu bangsa, akhlak juga termasuk inti dari beberapa aspek tadi.

    Karena tanpa adanya akhlak, persatuan dan kesatuan sebuah bangsa tidak akan

    terwujud, sehingga apabila persatuan dan kesatuan dalam sebuah bangsa sudah

    tidak ada maka bangsa tersebut tinggal menunggu waktu akan kehancuran yang

    dapat dipastikan tidak lama akan menghampirinya.

    Oleh karena itu pendidikan akhlak merupakan dasar yang fundamental

    bagi semua pendidikan yang lain. Para ahli pendidikan Islam sepakat bahwa

    maksud dari pendidikan adalah bukanlah hanya untuk memenuhi otak anak

    dengan segala macam ilmu yang belum diketahui, tetapi mendidik akhlak dan

    jiwa mereka, membiasakan dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan

    5 Nasruddin Razak, Dienul Islam, Cet 7, (Bandung: Al-Maarif, 1984), hlm. 38.

  • untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya dengan ikhlas dan jujur, maka

    tujuan pokok utama dari pendidikan Islam adalah mendidik akhlak anak dan

    jiwanya.

    Dengan pendidikan akhlak inilah diharapkan nilai-nilai akhlak yang

    ditanamkan orang tua sejak kecil akan menjadi penuntun dalam berfikir,

    berkeyakinan, dan berkeinginan yang nantinya akan teraktualisasikan dalam

    aktifitas kehidupan sehari-hari sehingga menghantarkan mereka menuju

    kehidupan yang dicita-citakan agama Islam.

    Demikianlah gambaran para orang tua yang menginginkan anaknya kelak

    menjadi anak yang shaleh dan menggunakan al-Quran sebagai pegangan hidup

    agar tidak terjerumus kepada hal yang tidak baik dalam menjalani kehidupan di

    dunia ini. Dari belajar al-Quran inilah diharapkan anak-anak nantinya

    mempunyai akhlak mulia dan taat pada orang tua dan guru-gurunya. Disamping

    juga akan tertanam sifat tidak sombong, berlaku sopan, rendah hati, luwes,

    lemah lembut, dan sikap-sikap lunak lainnya.

    Namun gambaran di atas nampaknya tidak bisa berjalan mulus sesuai

    dengan harapan para orang tua pada umumnya, karena sejalan dengan

    bertambahnya usia anak, mereka menjadi susah atau malas apabila disuruh

    untuk mengaji al-Quran. Kadangkala anak juga tidak melaksanakan apa yang

    kita inginkan, malah sebaliknya anak melakukan apa yang kita larang

    (melakukan pelanggaran). Apabila hal ini dibiarkan begitu saja, maka anak

    tidak akan merasa bersalah dan bahkan mungkin akan mengulangi kesalahan itu

    sebagai suatu kebiasaan.

    Tidak sedikit dari anak-anak zaman sekarang yang cenderung lebih suka

    tongkrongan di pinggir jalan atau di perempatan jalan hanya untuk sebatas

    ngobrol tanpa arah tujuan. Biasanya hal itu dilakukan setelah sholat maghrib

    selesai, yang seharusnya mereka setelah sholat mengaji al-Quran sebagaimana

    perintah dari para orang tua mereka. Lebih parahnya lagi, perilaku yang

    demikian itu juga membuat mereka mengabaikan kewajiban menunaikan sholat

    Isya.

  • Keengganan anak dalam mengaji karena kurang adanya minat lagi dalam

    belajar al-Quran, padahal minat adalah suatu landasan yang paling meyakinkan

    demi keberhasilan suatu proses belajar.6 Jika seorang siswa ingin belajar suatu

    disiplin ilmu, maka ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya. Begitu juga

    dalam belajar al-Quran yang merupakan kitab suci umat muslim, apabila anak

    mempunyai keteguhan yang kuat dalam mempelajari al-Quran maka dalam

    proses belajar mereka akan tetap survive.

    Hal ini memang sangat disayangkan karena apabila dibiarkan berlarut-

    larut maka dapat diprediksikan bagaimana jadinya negeri ini kelak dengan

    generasi bangsa yang tidak punya akhlak yang mulia. Bertolak dari uraian di

    atas itulah penulis berkeinginan untuk meneliti animo anak dalam mengaji al-

    Quran beserta solusinya.

    B. Rumusan Masalah

    1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan menurunnya animo anak dalam belajar

    al-Quran pasca Sekolah Dasar?

    2. Bagaimanakah solusi untuk mengatasi menurunnya animo anak dalam belajar

    al-Quran pasca Sekolah Dasar?

    C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

    1. Untuk mengetahui faktor penyebab menurunnya animo anak dalam belajar al-

    Quran pasca Sekolah Dasar.

    2. Untuk mengetahui solusi dalam mengatasi menurunnya animo anak dalam

    belajar al-Quran pasca Sekolah Dasar?

    Hasil penelitian mengenai Studi Faktor Penyebab Menurunnya Animo

    Mengaji dan Solusinya bagi Anak Pasca Sekolah Dasar (Studi Kasus di Desa

    Banyuputih Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang) ini diharapkan bisa

    6 Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, terj. Bergman Sitorus, (Bandung:

    Remadja Karya, 1987), hlm. 78

  • memberikan kontribusi yang signifikan, baik secara teoritis maupun secara

    praktis:

    Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran secara

    jelas terhadap konsep mengaji bagi anak-anak pasca sekolah dasar. Yang mana

    arah dan prospeknya akan memberikan kontribusi bagi bertambahnya animo

    anak dalam mengaji sehingga mampu mencetak generasi yang berakhlakul

    karimah.

    Secara praktis, hasil penelitian ini layak untuk direkomendasikan kepada

    para ustadz, khususnya yang mengampu dalam pembelajaran al-Quran. Hasil

    ini penelitian akan menjadi motivasi, evaluasi sekaligus sebagai acuan bagi para

    ustadz dan orang tua yang hendak membekali putra-putrinya dengan ilmu-ilmu

    agama.

    Tidak ketinggalan pula penelitian ini juga mampu meningkatkan kualitas

    asatidz serta memperbaiki manajemen sehingga menjadi profesional, sehingga

    orangtua muslim tidak ragu-ragu lagi untuk memilih tempat mengaji sebagai

    tempat menuntut ilmu agama bagi anak-anaknya.

    D. Sistematika Pembahasan

    Untuk memudahkan pembaca dalam memahami maksud skripsi ini, maka

    diusahakan untuk memberikan gambaran mengenai isi skripsi ini dengan

    mengelompokkan menjadi tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi dan bagian

    akhir yang susunannya sebagai berikut:

    Pada bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman pernyataan keaslian,

    halaman pengesahan, halaman nota pembimbing, halaman abstrak, halaman

    transliterasi, halaman kata pengantar, dan halaman daftar isi.

    Pada bagian isi tersusun ke dalam lima bab, dari bab-bab yang ada dibagi

    dalam sub-sub bab. Pembagian ini dimaksudkan untuk memudahkan

    pembahasan dan pemahamannya. Gambaran kelima bab itu adalah sebagai

    berikut:

  • Bab I: Pendahuluan

    Dalam bab ini diterangkan tentang latar belakang masalah, rumusan

    masalah, tujuan dan signifikansi penelitian dan sistematika pembahasan.

    Bab II: Landasan teori, yang berisi antara lain:

    Bab kedua ini memaparkan tentang kajian pustaka, kerangka teoritik dan

    Pengaruh animo anak terhadap belajar mengaji al-Quran. yang mana di

    dalam kerangka teoritik menjelaskan 2 hal. Yakni yang pertama: Minat

    meliputi pengertian animo, fungsi animo, unsur-unsur animo dan faktor-

    faktor yang mempengaruhi animo. Kedua: Mengaji al-Quran meliputi

    pengertian belajar mengaji al-Quran, tujuan mengaji al-Quran, adab dan

    tata cara membaca al-Quran, tingkatan dalam mempelajari al-Quran

    dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.

    Bab III: Metode penelitian, dengan komposisi sebagai berikut:

    Bab ketiga ini dibagi menjadi 6 sub bab. Yaitu: jenis penelitian, tempat

    dan waktu penelitian, sumber penelitian, fokus penelitian, teknik

    pengumpulan data dan teknik analisis data.

    Bab IV: Hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis data tentang faktor

    yang mempengaruhi animo anak dalam belajar mengaji al-Quran.

    Dengan alur pembahasan yang pertama: Keadaan/gambaran umum Desa

    Banyuputih meliputi tinjauan historis, letak geografis, struktur

    pemerintahan, jumlah penduduk, keadaan sosial ekonomi, sarana

    kesehatan, kondisi keagamaan, tingkat pendidikan warga desa

    Banyuputih, kondisi sosial budaya, karakteristik masyarakat desa

    Banyuputih. Kedua: Analisis data terhadap penyebab menurunnya animo

    mengaji serta solusinya pasca sekolah dasar di Desa Banyuputih

    Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang.

    Bab V: Penutup, terdiri dari simpulan, saran-saran dan penutup.

    Bagian akhir memuat daftar pustaka, daftar tabel, daftar gambar, daftar

    singkatan, lampiran-lampiran, dan riwayat hidup penulis.

  • BAB II

    ANIMO MENGAJI DAN SOLUSINYA BAGI ANAK

    PASCA SEKOLAH DASAR

    A. Kajian Pustaka

    Kajian pustaka digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap penelitian

    atau karya ilmiah yang ada, baik mengenai kekurangan atau kelebihan yang ada

    sebelumnya. Selain itu kajian pustaka juga mempunyai andil besar dalam rangka

    mendapatkan suatu informasi yang ada sebelumnya tentang teori yang berkaitan

    dengan judul yang digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah.

    Untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil atau temuan yang

    membahas permasalahan yang sama dari seseorang, baik dalam bentuk buku atau

    kitab dan dalam bentuk tulisan lainnya. Maka penulis akan memaparkan

    beberapa buku yang sudah ada sebagai bandingan dalam mengupas permasalahan

    tersebut, sehingga diharapkan akan muncul penemuan baru. Beberapa buku dan

    karya ilmiah tersebut adalah sebagai berikut:

    Skripsi Siti Faidah (2003) Penelitian yang secara garis besar memfokuskan

    pada keefektifan penghafalan al-Quran bagi anak-anak di pondok pesantren dan

    menampilkan faktor-faktor pendukung dan penghambatnya serta hasil yang

    dicapai santri dalam penghafalan al-Quran secara efektif 30 juz.7

    Skripsi saudari Yuliadatul Khoiriyah (2006) yang berjudul, Pengaruh

    Motivasi Belajar Terhadap Kedisiplinan Santri di Pesantren Putri Al-Amien

    Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Dengan kesimpulan bahwa ada

    pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar tehadap kedisiplinan para santri

    di pesantren Al-Amien Mrangen.8

    7 Siti Faidah, Efektifitas penghafalan al-Quran serta factor pendukung dan penghambatnya

    bagi anak-anak, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan

    Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2003), hlm. 52 8 Yuliadatul Khoiriyah, Pengaruh Belajar Tehadap Kedisiplinan Santri di Pesantren Putri

    Al-Amien Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

    Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2006), hlm. 52

  • Skripsi saudara Kuseni (2009) yang berjudul, Upaya Meningkatkan

    Motivasi Anak dalam Membaca al-Quran di TPQ Al-Azhar Ngaliyan Semarang,

    dengan analisis yang dapat disimpulkan bahwa pemberian motivasi terhadap

    anak dalam belajar al-Quran sangat penting, beberapa upaya yang dapat

    dilakukan antara lain: dengan metode ceramah atau cerita, metode pujian, metode

    saingan, metode ulangan, metode angka atau nilai, dan metode wisata religi.9

    Dari beberapa paparan hasil penelitian tersebut, sangat jelas bisa dilihat

    bahwa penelitian ini tetap memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian di

    atas, karena penelitian ini lebih memfokuskan pada faktor yang mempengaruhi

    animo anak beserta solusinya dalam belajar al-Quran.

    B. Kerangka Teoritik

    1. Minat (Animo)

    Ada beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli tentang

    minat, yaitu:

    Menurut W. S. Winkel, minat adalah kecenderungan yang akan

    menetap dalam subjek merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan

    merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.10

    Namun menurut Whitherington, minat adalah kesadaran seseorang,

    bahwa suatu obyek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung

    sangkut-paut dengan dirinya.11

    Satu definisi lagi yang perlu dikemukakan disini yaitu yang

    dikemukakan oleh Andi Mappiare, minat adalah suatu perangkat mental yang

    terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa

    takut, atau kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan individu

    kepada suatu pilihan tertentu.12

    9 Kuseni, Upaya Meningkatkan Motivasi Anak dalam Membaca Al-Quran di TPQ Al-Azhar

    Ngaliyan Semarang, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan

    Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009), hlm. 52 10 W. S. Winkel S.J, Psikologi Pengajaran, Cet. 2, (Jakarta: Gramedia, 1989), hlm. 30 11 Carl Whitherington, Psikologi Pendidikan, terj. M. Buchori, (Jakarta: Aksara Baru, 1983),

    hlm. 135. 12 Andi Mappiare, Psikologi Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional, tt), hlm. 62

  • Minat yaitu kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, perhatian,

    atau kesukaan. Sedangkan Animo adalah Hasrat dan keinginan yang kuat

    (untuk membeli, mengambil, memiliki, dsb)13. Dari beberapa definisi tersebut

    terdapat sebuah kesamaan menurut hemat penulis yaitu adanya ketertarikan

    atau keinginan yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan atau motif.

    a. Fungsi Minat

    Minat adalah suatu landasan yang paling meyakinkan demi

    keberhasilan suatu proses belajar.14 Jika seorang anak memiliki rasa ingin

    belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya.

    Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha

    yang dilakukan orang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang

    gigih, serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan.

    Minat berkaitan erat dengan motivasi. Motivasi dapat dikatakan

    serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga

    seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka,

    maka ia akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan

    tidak suka itu.

    Begitu juga minat dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi

    apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang

    dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya

    sendiri, sehingga dapat diketahui bahwa minat adalah sumber motivasi

    yang pokok.

    Dengan demikian fungsi minat tidak berbeda dengan fungsi

    motivasi yaitu adanya keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak lainnya

    yang berasal dari dalam dirinya untuk melaksanakan sesuatu dan juga

    memberi tujuan dan arah kepada tingkah laku sehari-hari.15

    Sardiman A.M. mengemukakan bahwa ada 3 fungsi motivasi atau

    minat yaitu:

    13 Depdiknas, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), Hlm. 957 14 Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar Disekolah, terj. Bergman Sitorus, (Bandung:

    Remaja Karya, 1987), hlm. 78 15 W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, Cet. 9, (Bandung: Eresco, 1986), hlm. 141

  • 1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

    yang melepaskan energi.

    2) Menentuakan arah perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan

    apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

    menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

    tersebut.16

    Nuckols dan Banducci dikutip oleh Elizabeth B. Hurlock menulis

    tentang fungsi minat bagi kehidupan anak sebagai berikut:

    1) Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita.

    2) Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat.

    3) Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas minat seseorang.

    4) Minat yang terbentuk sejak masa kanak-kanak sering terbawa seumur

    hidup karena minat membawa kepuasan.17

    Minat dapat menunjukkan kemampuan untuk memberi stimuli yang

    mendorong kita untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau

    kegiatan, atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap

    pengalaman yang telah di stimuli oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata

    lain minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan hasil dari turut

    sertanya dalam kegiatan itu. Tujuan berfikir kita dipengaruhi oleh minat

    kita sendiri yang mempunyai hubungan pula dengan situasi dimana kita

    berada.18

    Minat yang timbul dari kebutuhan anak-anak merupakan faktor

    pendorong bagi anak dalam melaksanakan usahanya. Jadi dapat dilihat

    bahwa minat adalah sangat penting dalam pendidikan, sebab merupakan

    16 Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo

    Persada, 2000), hlm. 83 17 M. Chabib Thoha, dkk, PBM-PAI di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1998),

    hlm. 109-110 18 Lester D. Crow and Alice Crow, Psikologi Pendidikan, terj. Z. Kasijan, (Surabaya: Bina

    Ilmu, 1984), hlm. 351

  • sumber dari usaha. Anak-anak tidak perlu mendapat dorongan dari luar,

    apabila pekerjaan yang dilakukannya cukup menarik minatnya.19

    Setelah mengetahui tentang fungsi minat maka guru dapat:

    1) Meningkatkan minat anak-anak

    2) Memelihara minat yang baru timbul

    3) Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik

    4) Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak tentang

    lanjutan study atau pekerjaan yang cocok baginya.20

    b. Unsur-Unsur Minat

    Bertitik tolak dari pengertian minat sebagaimana diuraikan diatas,

    maka dapat diketahui bahwa minat memiliki beberapa unsur, yang

    meliputi:

    1) Perasaan senang

    Perasaan senang merupakan aktivitas psikis yang didalamnya

    subyek menghayati nilai-nilai dari suatu obyek.21

    Perasaan senang ini merupakan faktor psikis yang

    nonintelektual, yang khusus berpengaruh terhadap semangat belajar.

    Dengan semangat, perasaan anak dalam mengikuti pembelajaranpun

    akan terfokus dengan sendirinya.

    Orang yang mempunyai perasaan senang terhadap mengaji al-

    Quran tentu segala usaha akan dilakukan untuk mendapatkan hasil

    yang baik dan juga bersemangat dalam mengikuti proses

    pembelajaran.

    2) Perhatian.

    Menurut Agus Suyanto, perhatian adalah konsentrasi atau

    aktivitas jiwa kita, terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya

    dengan mengenyampingkan yang lain dari pada itu.22

    19 Wayan Nurkancana, dkk, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), hlm.

    230 20 Wayan Nurkancana, dkk, Evaluasi Pendidikan, hlm. 230 231 21 W. S. Winkel S.J, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, hlm. 30 22 Agus sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Aksara Baru, 1985), hlm. 89

  • Sedangkan menurut Wasti Sumanto, perhatian adalah pemusatan

    tenaga atau kekuatan jiwa tertuju kepada sesuatu obyek dan

    pendayagunaan kesadaran untuk mengerti sesuatu aktivitas.23

    Perhatian bersifat lebih sementara dan ada hubungannya dengan

    minat. Perbedaannya ialah minat sifatnya menetap sedangkan

    perhatian sifatnya sementara, adakalanya timbul dan adakalanya

    menghilang.24 Misalnya seorang anak sedang belajar di ruang depan,

    tiba-tiba adiknya menangis dan ia segera mendekatinya, sehingga

    hilanglah perhatian anak itu terhadap belajar. Sesudah adiknya diam,

    ia mulai lagi memusatkan perhatiannya terhadap belajar. Bila tidak

    ada perhatian, ia tidak mungkin dapat belajar. Jadi perhatian itu

    sebentar hilang, sebentar timbul kembali, sedangkan minat selalu atau

    tetap ada.

    Perhatian dan minat kaitannya dengan belajar mengaji al-Quran

    mempunyai hubungan yang erat sekali. Anak yang menaruh minat

    terhadap bidang studi tersebut, maka biasanya cenderung lebih

    memperhatikan semua materi yang diajarkan kepadanya dengan

    tujuan agar tercapai apa yang dicita-citakan yaitu mendapatkan hasil

    yang baik dan optimal.

    3) Motif.

    Kata motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong

    seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai

    daya penggerak dari dalam subyek untuk melakukan aktivitas

    aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.25

    Menurut Sumadi Suryabrata, motif adalah keadaan dalam

    pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas

    aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.26

    23 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 32 24 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990),

    hlm. 23 25 Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, hlm. 71 26 Sumandi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm.

    70

  • Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam

    diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan

    didahului dengan tanggap terhadap adanya tujuan. Dengan demikian

    motivasi mempunyai tiga elemen penting yaitu:

    a) Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada setiap

    individu manusia.

    b) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling afeksi

    seseorang.

    c) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi

    dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni

    tujuan.27

    Beberapa hal dapat diusahakan untuk membangkitkan motif

    belajar pada anak yaitu pemilihan bahan pengajaran yang berarti bagi

    anak, menciptakan kegiatan belajar yang dapat membangkitkan

    dorongan untuk menemukan, menerjemahkan apa yang akan diajarkan

    dalam bentuk pikiran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

    Sesuatu bahan pengajaran yang berarti bagi anak yang disajikan

    dalam bentuk yang sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir anak

    dan disampaikan dalam bentuk anak lebih aktif, anak banyak terlibat

    dalam proses belajar dapat membangkitkan motif belajar yang lebih

    berjangka panjang.28

    c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat

    Sudah dijelaskan pada halaman yang lalu bahwa minat erat

    hubungannya dengan motivasi. Sebab muncul karena adanya kebutuhan

    begitu juga minat, sehingga dapat diketahui bahwa minat adalah alat

    motivasi yang pokok.

    Berkaitan dengan pengaruh tersebut, minat individu terhadap

    sesuatu tidak terlepas dari faktor intern dan ekstern. Faktor intern di

    dalam diri pribadi manusia itu yakni selektivitasnya sendiri, daya pilihnya

    27 Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, hlm. 72 28 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:

    Remaja Rosda Karya, 1997), hlm. 146

  • sendiri, atau minat perhatiannya dan mengolah pengaruh-pengaruh yang

    datang dari luar dirinya.

    Sedangkan faktor ekstern diluar dirinya yang pertama pada

    kelompok pegangan hidupnya dimana ia merasa adanya hubungan batin

    karena norma-norma dan nilai-nilai kehidupan. Faktor ekstern diluar

    dirinya yang kedua adalah lingkungan sosial kultural.29

    Anak adalah mahluk sosial, yang mana dalam kesehariannya selalu

    berinteraksi dengan sosial kelompoknya maupun diluar kelompoknya.

    Yang dimaksud berinteraksi diluar kelompok adalah interaksi

    dengan hasil sebuah kebudayaan manusia yang sampai kepadanya melalui

    alat-alat komunikasi, seperti surat kabar, majalah, buku-buku komik,

    buletin, brosur, radio, TV, dan sebagainya. Di dalam interaksi sesama

    teman atau sosial masyarakat individu sering terkena sugesti atau

    pengaruh bahkan kadang-kadang juga individu atau anak mempengaruhi

    lainnya. Hal semacam ini merupakan kebiasaan pada diri manusia.

    Berkaitan dengan pengaruh dari luar diri menurut Ginzberg and

    Afsociateds yang dikutip oleh Andi Mappiare dalam buku Psikologi

    Remaja, mengemukakan bahwa perkembangan pemilihan jabatan

    melewati tahap-tahap pemilihan dan sub tahap pemilihan jabatan. Tahap

    ini dibagi dalam sub tahap penjajakan, kemudian tahap pemusatan,

    kemudian penentuan pekerjaan yang dipilih.

    Beberapa tahap serupa juga dikemukakan oleh Ginzberg dan

    kawan-kawan yang dapat dikatakan terjadi dalam pemilihan lapangan

    pendidikan, jenis sekolah yang dipilih, dan bahkan jurusan yang

    dipilihnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat anak dalam

    memantapkan pilihan maupun dalam study adalah sebagai berikut:

    1) Citra diri.

    2) Lingkungan keluarga atau orang tua.

    3) Lingkungan sosial kultural.30

    29 W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, hlm. 155 157 30 Andi Mappiare, Psikologi Remaja, hlm. 87 88

  • Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mata pelajaran, jenis

    sekolah, jenis pekerjaan/jabatan yang dipilih seseorang anak dipengaruhi

    oleh minat, aspirasinya sendiri, minat dan aspirasi orang tuanya, kesan-

    kesan (menyangkut gengsi) dari teman-teman yang bersangkutan.

    Memang benar apa yang dikatakan para pakar psikologi tersebut

    diatas bahwa minat individu atau pilihan individu terhadap pendidikan

    tertentu atau pekerjaan tertentu pada anak ditentukan oleh self concept,

    lingkungan keluarga dan juga sosial kultur. Hal ini sesuai dengan teori

    psikologi sosial bahwa pembentukan dan perubahan attitude atau sikap

    dipengaruhi oleh dua faktor intern dan faktor ekstern. Begitu pula halnya,

    bahwa minat juga bisa dibentuk dan dirubah kalau terkena pengaruh dari

    luar.

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa minat individu dapat

    dipengaruhi faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor intern

    merupakan faktor dari dalam individu termasuk didalamnya adalah self

    concept, cita-cita, selektivitas daya pilih, perhatian untuk menerima dan

    mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar dirinya. Sedangkan

    faktor ekstern merupakan faktor dari luar individu termasuk didalamnya

    bisa berupa lingkungan sosial, baik fisik maupun nonfisik, baik primer

    maupun sekunder dan media massa.

    Jadi minat tak sepenuhnya faktor yang mendominasi pengaruh dari

    dalam individu melainkan dari faktor luar individu ikut membentuk di

    dalamnya.

    Mengaji

    Rasulullah memanggil orang-orang yang beriman untuk mempelajari

    dan mengajarkan al-Quran sebagaimana sabda beliau:

    31( ) . .

    Dari Utsman, Rasulullah bersabda, sebaik-baik kalian adalah orang

    yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya.(HR. al-Bukhari).32

    31 Maktabah Shamila, Shahih Bukhori, Fadhoilu al-Quran, 4639/439/15

  • Hadits di atas memberikan sebuah pelajaran bagi umat Islam untuk

    mempelajari dan memahami al-Quran secara mendalam kemudian

    mengajarkannya kepada umat muslim lainnya.

    Terkait dengan pembahasan ini, kerangka teoritik mengenai konsep

    mengaji perlu diuraikan secara singkat agar lebih jelas arah dan maksudnya.

    a. Pengertian Mengaji

    Dalam kamus besar bahasa Indonesia dipaparkan bahwa kata

    mengaji memiliki beberapa arti, yaitu: 1) Mendaras (membaca) al-

    Quran, 2) belajar membaca tulisan arab, 3) belajar mempelajari.33

    Sedangkan yang dimaksud mengaji disini adalah proses belajar membaca

    al-Quran oleh anak-anak dengan dibimbing oleh ustadz dalam sebuah

    majlis talim.

    Adapun yang dipelajari dalam mengaji yaitu al-Quran, yang

    merupakan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

    SAW melalui malaikat Jibril agar dijadikan pedoman hidup oleh seluruh

    umat manusia yang ada di dunia.

    Karena al-Quran adalah kitab suci yang menjadi pedoman hidup

    setiap muslim dalam meraih kemenangan dan kebahagiaan dunia sampai

    akhirat, maka belajar al-Quran merupakan suatu keharusan bagi umat

    muslim yang menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat, hal ini

    berdasarkan wahyu yang turun pertama kali yaitu perintah membaca.

    b. Tujuan Belajar al-Quran

    Setiap kegiatan yang dilaksanakan dan diusahakan selalu tertumpu

    pada suatu tujuan, karena tujuan telah tercakup dalam pengertian usaha.

    Dalam belajar al-Quran, tujuan dapat diartikan sebagai usaha untuk

    memberikan rumusan hasil yang diharapkan dari anak didik atau subyek

    belajar setelah mengalami proses belajar. Adapun tujuan belajar al-Quran

    menurut Mahmud Yunus adalah sebagai berikut:

    32 Gus Arifin, Membuka Pintu Rahmat dengan Membaca al-Quran, (Jakarta: Zikrul Hakim,

    2009), hlm. 17 33 Depdiknas, Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 2005), hlm. 491

  • 1) Memelihara kitab suci dan membacanya serta memperhatikan isinya,

    untuk menjadi petunjuk dan pengajaran bagi kita dalam kehidupan di

    dunia.

    2) Mengharapkan keridlaan Allah dengan menganut itikad yang sah dan

    mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

    3) Mengingat hukum agama yang termaktub dalam al-Quran serta

    menguatkan keimanan dan mendorong berbuat kebaikan dan

    menjauhi larangan.

    4) Menanamkan akhlak yang mulia dengan mengambil ibarah dan

    pengajaran serta suri tauladan yang baik dari riwayat-riwayat yang

    termaktub dalam al-Quran.

    5) Menanamkan perasaan keagamaan dalam hati dan menumbuhkannya,

    sehingga bertambah tetap keimanan dan bertambah dekat hati dengan

    Allah.34

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mengaji Quran

    termasuk dalam pendidikan yang dilaksanakan guna mendidik mental

    generasi bangsa supaya kelak mereka siap menjalankan kehidupan di

    dunia dan siap menghadapi perkembangan zaman yakni transformasi

    budaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama.

    c. Adab dan Tata Cara Membaca al-Qur'an

    Al-Quran adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi

    Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa dan

    membacanya merupakan suatu ibadah. Membaca al-Quran dapat

    dikatakan sebagai ibadah apabila membacanya tidak dilakukan dengan

    sembarangan. Ada beberapa adab dan tata cara yang harus diperhatikan,

    dipegang dan dijaga sebelum dan disaat membaca al-Quran agar bacaan

    al-Quran bermanfaat, dapat menghasilkan buahnya berupa tadabbur,

    kesan dan istiqomah, dan membaca sebagaimana Rasulullah SAW dan

    para sahabatnya.

    34 Prof. Dr. Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: Hilda Karya,

    1983), hlm. 61

  • 1) Adab membaca al-Qur'an:

    a) Memilih waktu yang sesuai untuk membaca al-Qur'an. Waktu

    sepertiga terakhir dari malam, malam hari, waktu fajar, waktu

    pagi, waktu senggang di siang hari.

    b) Memilih tempat yang sesuai seperti masjid atau di sudut rumah

    yang dikosongkan dari berbagai gangguan serta jauh dari tempat

    kegaduhan.

    c) Memilih cara duduk yang sesuai, kondisi yang sesuai dan sikap

    badan yang pantas karena sedang menerima pesan dari Allah.

    d) Suci secara fisik, harus suci dari jinabat dan bila perempuan, ia

    harus suci dari jinabat, haidh dan nifas.35

    e) Membaca al-Qur'an sesudah berwudhu, karena termasuk

    dzikrullah yang paling utama.

    f) Membaca di tempat yang suci dan bersih. Agar menjaga

    keagungan al-Qur'an.

    g) Membacanya dengan khusyu, tenang dan penuh hikmat. Allah

    berfirman:

    Artinya: Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil

    menangis dan mereka bertambah khusyu'. (QS. al-

    Isra: 109).36

    Ayat di atas menjelaskan bahwasannya menyungkur serta

    menangis ketika Quran dibaca serta memahami nasehat-nasehat

    atau pelajaran-pelajaran dalam al-Quran akan menambah

    ketundukan mereka kepada Allah SWT. Begitu juga halnya

    dengan taat kepada-Nya, memenuhi pujian, serta tangis karena

    Allah.

    35 Shalah Abdul Fattah Al-Khalidi, Kunci Berinteraksi dengan Al-Qur'an, Penerjemah: M.

    Misbah, (Jakarta: Robbani Press, 2005), hlm. 64-65. 36 Depag RI, Al-Quran Tajwid Warna dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009),

    hlm. 440.

  • Dijelaskan pula oleh Rasul bahwa mata yang tidak disentuh

    oleh api neraka yaitu mata yang menangis karena takut kepada

    Allah Taala dan mata yang tidak tidur karena berjaga-jaga di

    jalan Allah Taala.37

    h) Bersiwak (membersihkan mulut) sebelum mulai membaca.

    i) Membaca taawudz sebelum membaca ayat al-Qur'an. Allah

    berfirman:

    Artinya:Apabila kamu membaca al-Quran hendaklah kamu

    meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang

    terkutuk. (QS. an-Nahl: 98)38

    Ayat tersebut merupakan ayat yang memerintahkan untuk

    memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang

    terkutuk supaya dia tidak mengacaukan bacaanmu, tidak pula

    menghalang-halangi dari memikirkan dan merenungkan-Nya. Hal

    ini dikarenakan syaitan tidak mampu menguasai orang-orang yang

    percaya akan bertemu dengan Allah.39

    j) Membaca basmalah pada setiap permulaan surah, kecuali

    permulaan surah at-Taubah.

    k) Membaca dengan tartil. Tartil adalah membaca dengan tenang,

    pelan-pelan dan memperhatikan tajwidnya.40

    Allah berfirman:

    Artinya: Dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan.

    (QS. al-Muzamil: 4).41

    37 Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maraghi, Juz 15, (Semarang: Toha Putra, 1993), hlm.

    214-215 38 Depag RI, Al-Quran Tajwid Warna dan Terjemahnya, hlm. 417. 39 Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maraghi, Juz 14, hlm. 254. 40 Ahsin Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur'an, (Jakarta: Bumi Aksara,1994),

    Cet. I, hlm. 32-33. 41 Depag RI, Al-Quran Tajwid Warna dan Terjemahnya, hlm. 988.

  • Ayat ini menganjurkan untuk perlahan dalam membaca

    Quran sebab, dengan perlahan orang yang membaca dapat lebih

    mudah untuk memahaminya. Dikatakan dalam Fathu l-Bayan,

    bahwa tartil adalah menghadirkan hati ketika membaca. Adapun

    hukmah tartil yaitu memungkinkan perenungan hakikat ayat

    dengan detail, sebaliknya kecepatan dalam membaca

    menunjukkan ketidak pahaman akan makna-maknanya.42

    l) Tadabbur/memikir terhadap ayat-ayat yang dibacanya. Allah

    berfirman:

    Artinya: Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu

    penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan

    ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-

    orang yang mempunyai fikiran. (QS. Shaad: 29).43

    Dalam ayat ini kata Tadabur bukanlah sekedar membaca

    dengan suara yang merdu belaka, tetapi juga dengan

    mengamalkan isi dan mengikuti perintah-perintah dan larangan-

    laranganNya.44

    m) Membacanya dengan jahr, karena membacanya dengan jahr

    (suara keras) lebih utama.

    n) Membaguskan bacaannya dengan lagu yang merdu.45

    2) Tata cara membaca al-Qur'an menurut Al-Suyuthi, ada 3 cara, yaitu:

    a) Al-Tahqiq, yakni membaca al-Qur'an secara detail sesuai dengan

    hak-hak huruf, seperti memanjangkan bacaan mad (isybagh

    almad), memperjelas bacaan hamzah (tahqiq al-hamzah),

    menyempurnakan harakat (baris), menyesuaikan dengan hokum

    bacaan dan tasydid-nya, memperjelas bacaan setiap huruf dengan

    saktah (berhenti sebentar), tartil (jelas dan pelan-pelan),

    42 Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maraghi, Juz 29, hlm. 182. 43 Depag RI, Al-Quran Tajwid Warna dan Terjemahnya, hlm. 736. 44 Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maraghi, Juz 23, hlm. 214. 45 Ahsin Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur'an, hlm. 34.

  • memperhatikan ketentuan-ketentuan waqaf (berhenti) yang benar,

    dan tidak memendekkan bacaan panjang dan menyamarkan huruf

    (ikhtilas), atau tidak men-sukun-kan harakat dan meng-

    idghamkannya. Cara membaca seperti ini sangat berguna untuk

    melatih lidah dan meluruskan pembacaan setiap kata dalam al-

    Qur'an.46

    b) Al-Hadr, yaitu membaca al-Qur'an dengan mempercepat

    bacaannya, meringankannya (takhfif) dengan memendekkan yang

    pantas dipendekkan (qashar) dan mematikan apa yang selayaknya

    dimatikan (taskin), menyamarkannya (ikhtilas), mengganti

    (badal), memperbesar dengungan (idgham), meringankan bacaan

    hamzah, dan sebagainya.

    c) Al-Tadwir, yaitu cara membaca yang bersifat pertengahan, antara

    tahqiq dan hard. Yaitu, memanjangkan bacaan mad munfashil

    (terpisah), sekalipun tidak secara sempurna (isybagh).47

    d. Tingkatan dalam mempelajari al-Quran

    Adapun cara mempelajari al-Qur'an dapat dibagi kepada empat

    tingkat, yaitu:

    1) Tingkat Pertama

    Yaitu tingkat mengenal huruf dengan baik dan membacanya

    dengan tepat. Bentuk huruf al-Qur'an di awal kata, bentuk di tengah-

    tengah kata, dan terletak di akhir kata.

    2) Tingkat Kedua

    Yaitu membaikkan (membaguskan) bacaannya. Dalam hal ini

    ada ilmu tersendiri baginya, yaitu apa yang disebut dengan ilmu

    tajwid (ilmu membaguskan bacaan al-Qur'an).

    46 Muhammad ibn Alawi Al-Maliki Al-Hasani, Samudra Ilmu-Ilmu al-Qur'an, Ringkasan

    Kitab Al-Itqan Fi Ulum al-Qur'an Karya Al-Imam Jalal Al-Din Al-Suyuthi, Penerjemah: Tarmana

    Abdul Qosim, (Bandung: Mizan, 2003), hlm. 51. 47 Muhammad ibn Alawi Al-Maliki Al-Hasani, Samudra Ilmu-Ilmu al-Qur'an, Ringkasan

    Kitab Al-Itqan Fi Ulum al-Qur'an Karya Al-Imam Jalal Al-Din Al-Suyuthi, hlm. 52.

  • 3) Tingkat Ketiga

    Yaitu mempelajari maknanya (arti kata-katanya). Karena al-

    Qur'an diturunkan Allah dalam bahasa Arab. Allah berfirman:

    Artinya:Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Quran

    dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. (QS.

    Yusuf: 2).48

    Ayat diatas memiliki intisari tentang hal-hal yang diterangkan

    dan yang belum diketahui yaitu hukum-hukum agama, berita-berita

    para rasul Allah, hikmah urusan kemayarakatan, prinsip-prinsip

    kemajuan dan tata kesopanan berpolitik supaya, memahami ajaran

    yang diajarkannya. Karena pensucian jiwa dan berlaku baik adalah hal

    yang akan membawa kepada kabahagiaan di dunia dan akhirat.49

    4) Tingkat Keempat

    Yaitu mempelajari tafsirnya. Al-Quran sebagai dasar pokok

    ajaran Islam, ia hanya mengemukakan hal-hal yang amat pokok saja.

    Tetapi isinya sangat luas dan dalam serta dengan sastra yang amat

    tinggi. Oleh sebab itu, untuk dapat difahami dan dilaksanakan ia

    menghendaki penafsiran.50

    Dalam membaca Al-Qur'an diperlukan ilmu tajwid. Adapun hukum

    belajar ilmu tajwid adalah fardhu kifayah. Tetapi mengamalkan ilmu

    tajwid dalam membaca Al-Qur'an adalah fardhu ain bagi orang Islam,

    baik laki-laki maupun perempuan.51

    e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

    Belajar sebagai proses atau aktivitas dipengaruhi oleh banyak sekali

    hal-hal atau faktor-faktor. Diantaranya adalah:

    48 Depag RI, Al-Quran Tajwid Warna dan Terjemahnya, hlm. 348. 49 Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maraghi, Juz 12, hlm. 220 50 Syahminan Zaini, Kewajiban Orang Beriman terhadap Al-Qur'an, (Surabaya: Al-Ikhlas,

    1982), hlm. 150-155. 51 Achmad Sunarto, Tajwid Lengkap dan Praktis, (Jakarta: Bintang Terang, t.th.), hlm. 6

  • 1) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, yang digolongkan

    menjadi dua, yaitu:

    a) Faktor-Faktor non sosial

    Faktor-faktor non sosial misalnya: keadaan udara, suhu

    udara, cuaca, waktu (pagi, atau siang, atau malam), tempat

    (letaknya, pergadungan), alat-alat yang dipakai untuk belajar

    (seperti alat tulis-menulis, buku-buku, alat-alat peraga, dan

    sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat pelajaran).

    b) Faktor-faktor sosial

    Faktor sosial dalam belajar adalah faktor manusia (sesama

    manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu

    dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran orang

    atau orang-orang lain pada waktu seseorang sedang belajar,

    banyak sekali mengganggu belajar. Karena bisa mengganggu

    konsentrasi, sehingga perhatian tidak dapat ditujukan kepada hal

    yang dipelajari atau aktifitas belajar.

    2) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, juga digolongkan

    menjadi dua, yaitu:

    a) Faktor-faktor Fisiologis

    Faktor-faktor fisiologis dapat dibedakan menjadi dua

    macam, yaitu: keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan

    fungsi-fungsi fisiologis tertentu.

    (1) Keadaan jasmani pada umumnya

    Keadaan jasmani pada umumnya dapat melatar

    belakangi aktifitas belajar. Dimana keadaan jasmani yang

    segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang

    kurang segar. Seperti asupan nutrisi yang cukup agar tidak

    lesu, lekas mengantuk, lelah dan sebagainya. Serta beberapa

    penyakit yang kronis sangat mengganggu aktifitas belajar.

    Seperti penyakit influenza, sakit gigi, batuk dan sebagainya.

  • (2) Keadaan fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi panca

    indera.

    Panca indera merupakan hal yang paling penting dalam

    aktifitas belajar karena bisa dikatakan sebagai pintu gerbang

    masuknya pengaruh ke dalam individu.

    b) Faktor-faktor Psikologis

    Faktor-faktor psikologis dalam belajar menurut Arden N.

    Frandsen, yang dikutip oleh Sumardi Suryabrata dalam buku

    Psikologi Pendidikan, antara lain:

    (1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang

    lebih luas.

    (2) Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan

    untuk selalu maju.

    (3) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu

    dengan usaha yang baru.

    (4) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua,

    guru, dan teman-teman.

    (5) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila

    menguasai pelajaran.

    (6) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada

    belajar.52

    C. Pengaruh Animo Anak terhadap Belajar Mengaji al-Quran.

    Membaca merupakan faktor utama bagi keberhasilan manusia dalam

    menguasai ilmu yang telah diajarkan oleh Allah kepada manusia. Untuk itu

    sebagai seorang muslim sangat dianjurkan mempelajari al-Quran baik dari segi

    membaca, menghafal, dan bahkan sampai bisa memahami maknanya, karena al-

    Quran selain sebagai penuntun dan pedoman jalan kebenaran bagi umat Islam,

    juga dengan membacanya termasuk ibadah.

    52 Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1995), hlm.

    249-253.

  • Namun perlu diketahui pula bahwa salah satu faktor penunjang

    keberhasilan proses belajar adalah minat. Disamping itu, minat timbul dari

    kebutuhan anak yang merupakan faktor penting bagi anak dalam melaksanakan

    kegiatan-kegiatan atau usahanya. Oleh karena itu minat pada anak-anak terutama

    minat belajar harus diperhatikan dengan seksama, hal ini untuk memudahkan

    membimbing dan mengarahkan anak belajar, sehingga anak tidak perlu repot

    mendapat dorongan dari luar apabila pekerjaan yang dilakukan cukup menarik

    minatnya.

    Seorang anak tidak mungkin mencapai sukses dalam segala aktivitasnya

    tanpa adanya minat. Minat ini timbul karena sesuatu hal yang membuat anak

    tertarik perhatiannya. Kadangkala perhatian ini timbul dari dalam diri si anak

    sendiri, dan kadangkala pula timbul dari luar.

    Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa minat sangat penting dalam

    mencapai prestasi belajar yang baik. Dengan kata lain belajar akan dapat

    mencapai prestasi yang baik apabila belajar itu disertai dengan minat dan atau

    sebaliknya dia akan gagal bila dalam belajar dia tidak memiliki minat terhadap

    apa yang ia pelajari dalam bidang studi yang ia tekuni tersebut.

    Perlu diperhatikan pula bahwa, dalam proses balajar yang memegang

    peran utama adalah seorang pendidik atau dalam hal ini adalah ustadz, maka di

    dalam mengajar ustadz harus memperhatikan dan sekaligus dapat

    membangkitkan minat peserta didiknya. Sehingga diharapkan, hal itu akan dapat

    mencapai hasil yang sesuai dengan harapan, baik murid maupun pengajar dan

    atau orang tua murid.

    Dengan demikian animo atau minat mempunyai peranan yang sangat

    penting dalam proses mengaji Quran. Mengaji yang disertai dengan animo serta

    motivasi dari orang tua akan mampu menghasilkan kesuksesan (prestasi yang

    memuaskan).

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    Penelitian adalah suatu proses pengumpulan yang sistematis dan analisa yang

    logis terhadap informasi (data) untuk tujuan tertentu. Sedangkan, metode penelitian

    (seringkali disebut metodologi) adalah cara atau strategi menyeluruh untuk

    menemukan atau memperoleh data yang diperlukan.53 Menurut Noeng Muhadjir,

    metodologi penelitian merupakan konsep teoritik sebagai metode, kelebihan dan

    kelemahannya, dan biasanya dilanjutkan dengan pemilihan metode yang

    dipergunakan.54

    Jadi, metode penelitian ini akan diuraikan dengan jenis penelitian, tempat dan

    waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, teknik

    analisis data dan metode penelitian.

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif lapangan (field

    research) yaitu suatu telaah yang bermaksud membuat penginderaan secara

    sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi atau

    daerah tertentu. Atau penelitian yang langsung dilakukan di lapangan atau

    responden.

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Penelitian lapangan ini dilaksanakan di Desa Banyuputih Kecamatan

    Banyuputih Kabupaten Batang.

    53 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1995), Cet.

    I, hlm. 9 54 Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rake Sarasih, 2002), Cet. 2,

    hlm. 3

  • 2. Waktu Penelitian

    Aktivitas penelitian ini secara keseluruhan dilaksanakan pada tanggal

    28 Maret 2011 sampai 30 April 2011.

    C. Sumber Penelitian

    Sumber penelitian ini terdiri dari dua sumber, yaitu sumber primer dan

    sumber skunder.

    1. Sumber Primer

    Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

    masyarakat (responden) atau informasi yang dikumpulkan terutama untuk

    tujuan investigasi yang sedang dilakukan. Data sumber primer dalam

    penelitian ini diperoleh dari anak-anak sebagai obyek penelitian dan juga

    para orang tua.

    2. Sumber Skunder

    Sumber data Skunder adalah data yang diperoleh langsung melalui

    penelusuran kepustakaan atau dokumentasi. Sedangkan data skunder ini

    didapat dari beberapa sumber yang terkait informasi tentang penelitian ini,

    misalnya buku-buku atau orang lain yang mengetahui data-data yang

    dibutuhkan seperti lembaga yang juga fokus terhadap masalah yang diteliti

    ini.

    D. Fokus Penelitian

    Dalam penelitian skripsi ini, penulis memfokuskan tentang faktor-faktor

    yang menyebabkan menurunnya animo anak dan solusinya dalam belajar al-

    Quran pasca sekolah dasar.

    E. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat peneliti

    adalah peneliti itu sendiri. Atau bisa disebut sebagai human instrument. Adapun

    teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian

    merupakan suatu cara untuk mendapatkan data yang dibutuhkan berdasarkan

  • kajian yang diteliti oleh seorang peneliti. Dalam pengumpulan data ini peneliti

    menggunakan dua kajian studi, yaitu :

    1. Studi Lapangan.

    Dalam studi lapangan, penulis terjun secara langsung terhadap obyek

    penelitian.55 Sehingga data yang didapat merupakan data fakta yang

    diperoleh dari sumbernya langsung, Adapun metode yang digunakan antara

    lain:

    a. Metode Observasi

    Metode Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan

    sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti.56 Dalam bukunya

    Sugiyono dipaparkan beberapa macam observasi, yaitu: observasi

    pertisipatif, observasi terus terang atau tersamar, dan observasi tak

    terstruktur.57

    Metode ini merupakan salah satu cara pengumpulan data yang

    utama dalam mengkaji situasi sosial, hal ini digunakan untuk

    mengamati, memahami peristiwa secara cermat, mendalam dan

    terfokus terhadap subyek penelitian melalui pimpinan lembaga,

    karyawan, teman sejawatnya, bawahan dan yang berhubungan dengan

    subyek penelitian.

    Metode ini peneliti gunakan sebagaimana yang di dijelaskan oleh

    Spradley dalam bukunya sugiyono bahwa dalam penelitian kualitatif

    obyek yang diteliti dinamakan situasi social, yang terdiri dari tiga

    komponen yaitu Place (Tempat), Actor (Pelaku) dan Activity

    (Kegiatan).58 Dalam hal ini peneliti terapkan teori tersebut untuk

    mengamati dan memantau responden dalam kehidupan social mereka,

    Place (Tempat) nya itu di Desa banyuputih, Actor (Pelaku) nya adalah

    anak-anak dan orang tua sedangkan Activity (Kegiatan) nya yaitu

    55 Masri Singarimbun dkk, Metodelogi Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1995) Cet 2, hlm.

    5 56 Sutrisno Hadi, Metodelogi Research Jilid 1, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1983),

    hlm. 136 57 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet. 9, hlm. 65 58 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 68-69

  • kegiatan yang dilakukan orang-orang di tempat penelitian yang sedang

    dilakukan.

    Dalam melakukan observasi ada beberapa langkah yang

    dilakukan yaitu:

    1) Tahap Deskripsi yaitu penjelajahan umum dan menyeluruh

    terhadap semua yang dilihat, didengar dan dirasakan.

    2) Tahap Reduksi yaitu memilih diantara yang telah dideskripsikan

    3) Tahap Seleksi yaitu mengurai fokus menjadi komponen yang lebih

    rinci.

    b. Metode Interview (Wawancara)

    Metode wawancara merupakan metode pengumpulan data

    dengan jalan Tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis

    dan berdasarkan pada tujuan penyelidikan.59

    Dalam penelitian

    kualitatif, sering menggabungkan antara teknik observasi dengan

    teknik wawancara mendalam, karena selama melakukan observasi

    peneliti juga melakukan interview kepada orang-orang yang ada di

    dalamnya.

    Di sini metode wawancara digunakan untuk mencari data-data

    tentang keadaan masyarakat khususnya anak-anak yang akan dijadikan

    objek penelitian. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara

    bebas terpimpin, artinya pewawancara berjalan dengan bebas namun

    masih terarah pada persoalan-persoalan penelitian. Dalam hal ini

    mengambil informan guru mengaji atau para ustadz, tokoh agama

    setempat serta Badan Koordinator TPQ karena juga mempunyai

    kepedulian tentang pembelajaran al-Quran.

    c. Dokumentasi

    Adalah metode untuk mencari data otentik yang bersifat

    dokumenter, baik data itu berupa catatan harian memori dan catatan

    penting. Dokumen yang dimaksudkan adalah semua data yang

    59 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : UGM,1989), hlm. 193

  • tertulis.60 Namun dokumen juga dapat bermakna setiap bahan tertulis

    ataupun film yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan

    seorang penyidik.61

    Adapun data yang tergolong sumber data dokumentasi adalah

    data yang peneliti peroleh dari pemerintahan setempat, yaitu di

    Kelurahan Banyuputih.

    2. Studi Kepustakaan

    Dalam studi kepustakaan digunakan untuk mendapatkan landasan

    teori yang diperlukan berdasarkan buku-buku atau literatur yang berkaitan

    dengan penelitian ini. Dengan memanfaatkan perpustakaan berarti, sama

    halnya dengan melakukan penelusuran kepustakaan dan menelaahnya.62

    F. Teknik Analisis Data

    Analisis data kualitatif adalah analisis yang bersifat induktif, yaitu suatu

    analisis berdasarkan data yang diperoleh.63 Yakni sebelum memasuki lapangan,

    selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Namun dalam penelitian

    kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan

    dengan pengumpulan data.

    Disamping itu juga menggunakan pola berfikir deduktif, yaitu berangkat

    dari faktor yang sifatnya umum dan bertitik tolak pada pengetahuan yang umum

    yang kita kehendaki untuk menilai kejadian yang khusus.64

    Setelah semua data terkumpul, baik melalui observasi, wawancara, dan

    dokumentasi maka akan dianalisis secara kualitatif dengan ciri khasnya

    memperlakukan obyek penelitian yang bertumpu latar belakang alamiah

    (paradigma naturalistik) dan berfikir induktif, yaitu berangkat dari fakta khusus

    60 Koenjtoroningrat, Metode-metode Penelitian masyarakat, (Gramedia, 1978), hlm. 63. 61 Lexy J, Moleong, Metode Penelitiaan Kualitatif, Cet 4, (Bandung: PT Rosdakarya, 2004),

    hlm. 141 62 Masri Singarimbun, Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: PT Pustaka LP3ES,

    1995), hlm. 70 63 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2008), hlm 89.

    64 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, hlm. 42

  • konkrit, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus konkrit

    tersebut digeneralisasikan menjadi yang bersifat umum.

    Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti

    adalah analisis data kualitatif, sesuai dengan konsep yang diberikan Miles and

    Huberman dan spradley dalam bukunya sugiyono. Miles and Huberman

    mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

    interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian

    sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktifitas dalam analisis

    datanya sebagai berikut: data reduction, data display, dan conclution

    drawing/verification.65

    Gambar. 3.1 Komponen dalam analisis data (interactive model)

    Sebagaimana yang tergambar dalam sambar di atas, pada saat melakukan

    peneltian seorang peneliti pasti akan mendapatkan banyak data yang masih

    bersifat acak, dan jumlahnya yang banyak. Dan karena semakin banyak peneliti

    di lapangan maka data yang diperolehpun akan bertambah banyak. Namun

    dengan data yang banyak tersebut tugas seorang peneliti adalah untuk

    mengumpulkannya.

    Setelah data yang diperoleh dilapangan terkumpulkan maka perlu adanya

    pengklasifikasian yang dilakukan oleh peneliti, langkah ini lah yang juga

    disebut sebagai mereduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

    memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polannya. Dengan

    demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

    65 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm 207-208.

    Data

    Collection Data

    Display

    Data

    Reduction Conclusion:

    Drawing/verifying

  • jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

    selanjutnya.

    Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

    data atau menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa

    menggunakan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan

    lannya. Akan tetapi yang peling sering digunakan adalah dengan teks yang

    bersifat naratif.

    Langkah selanjutnya adalah pengambilan kesimpulan (conclusion).

    Kesimpulannya dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan

    masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena

    masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat

    sementara dan akan berkembang setelah peneliti bearada di lapangan.

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Sebelum penulis sajikan hasil penelitian, terlebih dahulu akan dikemukakan

    sumber dan prosedur penelitiannya. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan

    metode observasi, wawancara, dan dokumentasi, sedangkan sebagai sumber

    informasi dan responden adalah kepala desa dan perangkatnya, tokoh masyarakat

    serta warga yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak yang sudah lulus sekolah

    dasar yang dijadikan sampel.

    Sekilas adalah sejarah singkat mengenai awal mula munculnya Desa

    Banyuputih. Pada zaman dahulu dimana semua wilayah masih dikelilingi hutan

    belantara, ada seorang musafir yang dipercaya sebagai seorang waliyullah singgah

    disuatu tempat yang pada waktu itu tempat tersebut belum mempunyai nama, karena

    ditempat tersebut ada kali (sungai) yang airnya berwarna putih, maka oleh seorang

    wali tersebut tempat itu diberi nama Banyuputih (air yang berwarna putih).

    Sampai sekarang sungai yang melintasi kawasan Banyuputih, airnya berwarna

    putih, padahal kalau dicermati dari hulu airnya jernih dan sampai hilirpun jernih

    hanya dikawasan Banyuputih saja yang airnya berwarna putih mulai dari sungai yang

    mengalir didaerah sawah buntu sampai ke sungai gambas. Adapun kapan tepatnya

    musyafir tersebut datang ke Banyuputih dan kapan meninggalkan Banyuputih tidak

    ada data yang menunjukkannya secara pasti karena cerita tersebut hanya menjadi

    dongeng dari generasi ke generasi berikutnya, namun yang pasti kejadian tersebut

    sudah terjadi ratusan tahun silam.66

    A. Gambaran umum Desa Banyuputih Kecamatan Banyuputih Kabupaten

    Batang.

    1. Letak Geografis

    Desa Banyuputih Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang terletak

    berbatasan dengan desa-desa disekitarnya, yaitu:

    66 Dokumentasi Desa Banyuputih

  • a. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kalibalik

    b. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tenggulang Harjo (Kecamatan

    Subah)

    c. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kedawung

    d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Luwung

    Jarak Desa Banyuputih dari kota (kabupaten) 35 Km. dan 0 Km. dari

    kecamatan.

    Desa Banyuputih terbagi atas 4 RW dan 26 RT, dengan rincian sebagai

    berikut:

    Tabel 4.1

    PEMBAGIAN (RT) DALAM TIAP (RW)

    Nama Dukuh RW RT

    Banyuputih I 6

    Lukojoyo II 10

    Petamanan III 7

    Pekiringan IV 2

    * Dokumen Desa

    Adapun luas wilayahnya adalah: 555.816 Ha. Dengan luas sawah 5.095

    Ha., tanah kering 125 Ha., tanah perkebunan 5.505 Ha., dan lain-lain (tanah

    fasilitas umum) 14,185 Ha.

    Sedangkan Iklim desa banyuputih dengan suhu rata-rata 370

    C., dan

    tinggi tempat 258 Mdl.67

    2. Struktur Organisasi Desa Banyuputih Kecamatan Banyuputih

    Sejak didirikannya desa Banyuputih sampai sekarang telah mengalami

    enam kali pergantian Kepala Desa. Adapun urut-urutannya adalah sebagai

    berikut:

    a. Bapak Saijan (... -1951)

    b. Bapak Ratip Karto Wikromo (1951-1963)

    c. Bapak Cahyono (1964-1989)

    67 Wawancara dengan Bapak Sodikin, Kepala Desa Banyuputih, di Rumah, tanggal 16 April

    2011

  • d. Bapak Tenojo (1990-1999)

    e. Bapak Wur adiaksa (1999-2007)

    f. Bapak Sodikin (2007-sekarang)

    Berikut adalah struktur organisasi kepemerintahan Desa Banyuputih

    yang terbentuk setelah diadakannya Pemilihan Kepala Desa pada tahun 2007,

    dengan masa bakti 2007 sampai 2013.68

    Gambar 4.1

    BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DESA BANYUPUTIH

    KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

    * Dokumentasi Desa Banyuputih

    3. Jumlah Penduduk

    Dengan luas wilayahnya, Desa Banyuputih memiliki penduduk yang

    bisa dibilang padat. Menurut data yang diperoleh, pada bulan April tahun

    2011 jumlah penduduk Desa Banyuputih kecamatan Banyuputih Kabupaten

    Batang adalah sebagai berikut:

    68 Wawancara dengan Bapak Sodikin, Kepala Desa Banyuputih, di Rumah, tanggal 16 April

    2011

    KEPALA DESA

    SODIKIN BPD

    SEKRETARIS DESA

    SUJONO

    TRANTIB

    HARSONO

    P. TANI

    MUSIRAN

    KASI KEU. & UMUM

    SITI SALBIYAH

    KASI PEMERINTAHAN

    DAHULI HARSONO KASI KESRA

    A. ZAENI

    KASI PEMBANGUNAN

    DWI PURBO L.

    KADUS I

    SUBHAN

    KADUS II

    CARMO

    KADUS III

    SUJANA

    KADUS IV

    KARPUI

  • Tabel 4.2

    JUMLAH PENDUDUK DESA BANYUPUTIH

    Kategori RW

    Jumlah I II III IV

    Jumlah KK 475 484 497 151 1607

    Jumlah penduduk 1.921 1.945 1.997 327 6190

    Laki laki 951 935 974 149 3009

    Perempuan 970 1010 1023 178 3181

    * Dokumentasi Desa Banyuputih

    Dari data tersebut menunjukkan bahwa dalam tiap rumah rata-rata

    dihuni oleh 3 sampai 5 orangyang artinya dalam tiap rumah juga terdapat

    anak-anak, baik yang sudah dewasa maupun yang masih balita. Berikut

    adalah daftar table warga Desa Banyuputih berdasarkan usia.

    Tabel 4.3

    JUMLAH PENDUDUK MENURUT GOLONGAN UMUR

    Umur RW

    Jumlah I II III IV

    0 - < 1 tahun 29 38 32 9 108

    1 - < 5 tahun 62 102 96 17 277

    5 - < 14 tahun 317 470 388 34 1209

    14 - < 20 tahun 288 365 377 29 1059

    20 - < 30 tahun 312 488 510 68 1378

    30 - < 45 tahun 564 606 675 117 1962

    45 - < 60 tahun 23 39 35 16 113

    > 60 tahun 18 27 32 7 84

    * Dokumentasi Desa Banyuputih

    Sebagaimana data yang ditunjukkan oleh tabel di atas, memperlihatkan

    bahwa kurang lebih sebagian dari warga desanya masih berada pada tataran

    usia masa pendidikan baik pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi.

    Dimana pada usia tersebut merupakan fase yang sangat sensitif terhadap hal-

  • hal baru, apa lagi bila hal baru tersebut merupakan sebuah tren. Akan

    berimbas baik jika tren terebut baik, namun akan disayangkan apabila tren

    yang mempengaruhi kepribadian anak adalah tren yang tidak baik menurut

    kacamata orang dunia timur seperti Indonesia. Maka perlu adanya

    pengawasan dan pengarahan yang ekstra oleh orang tua terhadap dunia

    pergaulan mereka, supaya tidak berpindah haluan dengan melakukan hal-hal

    yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku.

    4. Keadaan Sosial Ekonomi

    Masyarakat Desa Banyuputih Kecamatan Banyuputih Kabupaten

    Batang masih tergolong masyarakat desa yang masih memelihara kebudayaan

    dan kebiasaan yang suka tolong menolong serta membantu sesamanya,

    seperti gotong royong pembuatan rumah, jalan, tempat-tempat ibadah dan

    lain sebagainya.

    Dalam bidang ekonomi, walau masyarakat Desa Banyuputih termasuk

    golongan ekonomi menengah ke bawah namun bila dilihat dari infra struktur

    pembangunannya, desa Banyuputih dapat dikatakan sebagai desa yang maju

    apabila dibandingkan dengan desa-desa disekitarnya. Sebagian besar

    penduduknya bermata pencaharian sebagai Petani namun tidak sedikit pula

    yang bermata pencaharian sebagai PNS dan pedagang. Berikut data tentang

    jenis mata pencaharian masyarakat Desa Banyuputih yang diperoleh dari

    daftar isian potensi desa dan kelurahan tahun 2011, yaitu:

    Mata Pencaharian Pokok:

    - Petani : 490 Orang

    - Buruh tani : 571 Orang

    - Buruh swasta : 50 Orang

    - PNS : 106 Orang

    - Pengrajin : 5 Orang

    - Pedagang : 40 Orang

    - Peternak : 49 Orang

    - Nelayan : - Orang

    - Montir : 37 Orang

  • - Dokter : 3 Orang

    - Para medis : 3 Orang

    Sebagai regulasi perekonomiannya masyarakat desa Banyuputih

    ditunjang dengan adanya:

    - Pasar desa : 1 Buah

    - Penggilingan padi : 1 Buah

    - Pengusaha emping : 4 Buah

    - Kerajinan Tas plastic : 5 Buah

    - Warung / kios : 195 Buah

    - Terminal bus : 1 Buah

    - Terminal Truk : 1 Buah

    * Dokumentasi Desa Banyuputih

    Dari rincian mata pencaharian warga Desa di atas, PNS termasuk dalam

    urutan mata pencaharian terbanyak kedua setelah petani. Ini artinya bahwa

    tingkat perekonomian di Desa Banyuputih juga terdorong oleh warganya

    yang tidak mengabaikan akan arti pentingnya pendidikan bagi kehidupan.

    Paling tidak program pemerintah wajar DikDas telah terlaksanakan dengan

    baik oleh masyarakat Banyuputih.

    5. Sarana Kesehatan

    Di Desa Banyuputih telah tersedia Pos Kesehatan Desa (PKD) yang

    mana telah dimanfaatkan dengan baik dari berbagai kegiatan antara lain:

    Pelayanan KB, Ibu Hamil, Imunisasi, dan juga pelayanan bagi ibu yang

    melahirkan.

    Adapun Posyandu juga melaksanakan kegiatan penimbangan balita,

    Imunisasi Balita, Pemberian Vitamin, Pemberian makanan tambahan dan

    lain-lain. Dalam rangka mengurangi pencemaran air sungai, juga telah

    diprogramkan agar setiap rumah dapat memiliki WC/jamban keluarga

    tersendiri.

    Selain yang telah disebutkan di atas, ada pula beberapa sarana

    penunjang kesehatan yang sangat berguna bagi masyarakat. Antara lain

    sebagai berikut:

  • Tabel 4.4

    SARANA PENUNJANG KESEHATAN MASYARAKAT

    Sarana RW

    Total I II III IV

    Rumah Sakit - - - - -

    Puskesmas 1 - - - 1

    Rumah Bersalin - - - - -

    Balai Pengobatan 1 1 - - 2

    Dokter 2 1 - - 3

    Bidan 2 - 1 - 3

    Perawat - - 1 - 1

    Apotik 1 - - - 1

    * Dokumentasi Desa Banyuputih

    6. Kondisi Keagamaan

    Sebagai salah satu dari sekian banyak jumlah Desa di Seantero bumi

    pertiwi ini, Desa Banyuputih juga termasuk salah satu desa yang religius, hal

    ini dapat dilihat dari adanya beberapa agama yang dianut oleh warga desa.

    Walaupun terdapat ke-bhinneika-an, Namun dalam menjaga keamanan

    dan ketertiban, seluruh masyarakat berupaya untuk selalu mengedepankan tali

    silaturahmi guna menjaga dan meningkatkan toleransi antar warga sehingga

    akan tercipta lingkungan yang kondusif aman dan damai.

    Berikut adalah beberapa ajaran agama yang berkembang dan dianut

    oleh masyarakat Desa Banyuputih beserta jumlah penganutnya:

  • Tabel 4.5

    JUMLAH PENDUDUK MENURUT AGAMA

    Wilayah RW

    Total I II III IV

    Islam 1891 1901 1960 327 6079

    Kristen 15 16 9 - 40

    Katolik 27 19 23 - 69

    Hindu 1 - 1 - 2

    Budha - - - - -

    * Dokumentasi Desa Banyuputih

    Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, Desa Banyuputih termasuk

    desa yang religius terbukti dengan seluruh warganya yang telah menganut

    agama tertentu sebagaimana yang juga berkembang di Nusantara ini.

    Walaupun prosentase jumlah penganut di tiap agama berbeda-beda, ada

    yang mayoritas dan ada pula yang minoritas namun karena toleransi

    keberagamaannya yang tinggi sehingga kerukunan antar umat beragama di

    Desa Banyuputih pun masih tetap terpupuk dengan subur.

    Berikut adalah daftar tabel tempat peribadatan yang terdapat di Desa

    Banyuputih.

    Tabel 4.6

    JUMLAH SARANA IBADAH

    Wilayah RW

    Total I II III IV

    Masjid 2 1 1 1 5

    Mushola 7 6 7 3 20

    Gereja - - - - -

    Lain-lain - - - - -

    * Dokumentasi Desa Banyuputih

    Dari tabel di atas dapat diketahui pula bahwa dalam tiap RW terdapat

    tempat peribadatan yang digunakan sebagai sarana ibadah umat Islam yang

    jumlahnya bahkan lebih dari tiga buah.

  • Hal ini menandakan agama Islam berkembang lebih dominan

    dibandingkan dengan agama lain yang juga terdapat di Desa Banyuputih yang

    bahkan tidak memiliki tempat peribadatan.

    7. Tingkat Pendidikan Warga Desa Banyuputih

    Pendidikan di desa Banyupuyih sudah lumayan maju, sarana dan

    prasarananya sudah tersedia baik yang formal maupun nonformal. Yang

    formal dari mulai TK sampai dengan Perguruan tinggi, sedangkan yang

    nonformal yaitu TPQ, Madin, dan Pondok pesantren.

    Keberadaan Pondok Pesantren di RT 01 RW I Desa Banyuputih yang

    mampu mengimbangi citra Desa pun kurang begitu diminati oleh anak-anak

    yang berasal dari Desa Banyuputih sendiri, malah kebanyakan nyang nyantri

    disana anak-anak yang berasal dari luar desa. Kekurang minatan anak-anak

    Banyuputih untuk nyantri disana dikarenakan beberapa hal, seperti jarak

    pondok yang terlalu dekat, gengsi dengan stigma bahwa santri pondok itu

    kuper, dekil, dan jorok, selain itu juga kerena mereka tidak