berikut : Madrasah Ibtidaiyah (1946), Madrasah Tsanawiyah ...
STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR · Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan lulus...
Transcript of STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR · Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan lulus...
STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR
Oleh :
YAYAT RUHIYAT A34201018
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN YAYAT RUHIYAT. Studi Daya Dukung Biofisik Kawasan Rekreasi Kebun
Raya Bogor (Dibawah bimbingan BAMBANG SULISTYANTARA).
Pengetahuan mengenai daya dukung dalam pemanfaatan tempat rekreasi
berdasarkan azas kelestarian sumberdaya merupakan hal yang sangat penting.
Khususnya dalam pengusahaan obyek rekreasi, pengaturan pengunjung, dan
pengelolaan obyek rekreasi agar tempat atau kawasan rekreasi tersebut dapat
tepelihara dan ekosistem alaminya dapat terjaga dengan baik. Pada dasarnya nilai
daya dukung suatu obyek rekreasi besarnya ditentukan oleh tiga faktor yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu keadaan pengunjung, keadaan sumberdaya
alam dan keadaan pengelola yang ikut serta dalam melestarikan ekosistem Kebun
Raya Bogor.
Daya dukung biofisisk adalah kemampuan fisik biologis lingkungan untuk
membatasi penggunaan rekreasi. Berbagai penelitien telah dibuat untuk melihat
dampak penggunaan rekresi terhadap vegetasi dan tanah, terhadap air, dan
terhadap satwa liar. Penelitian ini juga sebagai lanjutan dari penelitian sebelumnya
pada tahun 1993, dengan pertimbangan kemungkinan adanya dampak dari area
terbangun terhadap daya dukung kawasan.
Kerusakan sumberdaya alam, ekosistem dan kawasan rekreasi karena
dilampauinya daya dukung diantaranya disebabkan oleh tekanan dari pengunjung
terhadap sumber daya yang ada di kawasan Kebun Raya. Peningkatan jumlah
pengunjung atau lonjakan pengunjung itu akan berakibat terhadap kerusakan
vegetasi, pemadatan tanah, terganggunya satwa, dan juga berbagai bentuk
pencemaran bagi kawasan tersebut. Kebun Raya Bogor sebagai salah satu
kawasan tempat rekreasi yang banyak diminati oleh masyarakat dan pada saat ini
tidak terlepas dari gangguan oleh pengunjung dan seiring dengan didirikannya
area terbangun dan area yang berganti fungsi dalam waktu yang cukup lama. Oleh
karena itu perlu dilakukan suatu studi mengenai daya dukung. Studi ini bertujuan
untuk mengetahui daya dukung kawasan rekreasi Kebun Raya Bogor berdasarkan
pertimbangan faktor biofisik diantaranya adalah kepekaan vegetasi, kelangkaan
satwa dan kemiringan lereng.
Penelitian ini dilakukan di Kebun Raya Bogor yang terletak di dalam
Wilayah Kotamadya Bogor. Penelitian ini dibatasi hanya pada blok-blok rekreasi
berupa areal koleksi tanaman, areal terbangun dan jalur sirkulasi. Penelitian ini
bersifat deskriptif dan pengumpulan data dilakukan dengan metode survei. yang
dianalisis adalah daya dukung biofisik di kawasan Kebun Raya Bogor.
Ada dua jenis data yang diambil yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer yang dikumpulkan meliputi: 1) Kepekaan vegetasi, 2) Kemiringan lereng,
3) Fasilitas rekreasi utama dan penunjang yang tersedia, 4) Kepadatan pengunjung
(orang/luas areal/hari), dan 5) Akibat-akibat aktivitas pengunjung. Data skunder
mencakup: 1) Kelangkaan satwa, 2) Jumlah pengunjung, 3) Jenis tanah, 4) Peta
Kebun Raya Bogor, 5) Peta topografi Kebun Raya Bogor, dan 6) Panjang dan luas
jalan setapak dan jalan kendaraan. Daya dukung untuk setiap areal dinyatakan
dalam peringkat daya dukung, dan secara kualitatif ditentukan dengan cara
“overlay” peta dari ketiga faktor yang diamati, dimana daya dukung ditentukan
berdasarkan peringkat daya dukung terkendali dari ketiga faktor yang diteliti.
Ditinjau dari kepekaan vegetasi, 65% luasan areal tanaman koleksi Kebun
Raya Bogor berdaya dukung tinggi dan 35% berdaya dukung sedang. Berdasarkan
kelangkaan satwa, 93% luasan areal tanaman koleksi berdaya dukung tinggi dan
7% berdaya dukung sedang. Ditinjau dari kemiringan lereng, terdapat 86% luasan
areal tanaman koleksi berdaya dukung tinggi, 12% berdaya dukung sedang dan
2,1% berdaya dukung rendah. Daya dukung Kebun Raya secara grafis (Overlay
dari ketiga faktor yang diamati) menunjukan bahwa sebagian besar areal tanaman
koleksi di Kebun Raya Bogor memiliki daya dukung tinggi 56,2%, kurang lebih
39,4% luasan areal tanaman koleksi berdaya dukung sedang dan kurang lebih
4,4% berdaya dukung rendah. Dengan demikian, tindakan pencegahan terhadap
vandalisme terutama pada areal yang berdaya dukung sedang dan rendah ini yang
harus diutamakan, karena kemampuan Kebun Raya Bogor untuk menampung
pengunjung harus dibatasi. Kehadiran satwa langka di Kebun Raya Bogor
menyebabkan menurunnya daya dukung yang sekaligus merupakan daya tarik
bagi para pengunjung untuk menyaksikan atraksi dan kehidupan bebas satwa
langka tersebut di alam terbuka.
STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI
KEBUN RAYA BOGOR
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
Yayat Ruhiyat
A34201018
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
LEMBAR PENGESAHAN Judul : Studi Daya dukung Biofisik Kawasan Rekreasi Kebun Raya
Bogor Nama : Yayat Ruhiyat NRP : A34201018
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr.Ir.Bambang Sulistyantara, MAgr. NIP. 131 578 797
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr. NIP. 131 124 019
Tanggal disetujui :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 08 november 1981 di Tasikmalaya,
sebagai anak ke enam, putra dari pasangan Bapak Oong Rosidin dan Ibu Entin
Surtini.
Pada tahun 1989, penulis memasuki Sekolah Dasar setara dengan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan lulus pada tahun 1995 di Madrasah Ibtidaiyah
Sindang Raja Jamanis Tasikmalaya. Selanjutnya penulis memasuki sekolah
menengah pertama di SMP Negri 1 Jamanis pada Tahun 1995 sampai tahun 1998.
pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas
di SMU Pasundan 2 Tasikmalaya dan lulus pada tahun 2001.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama di Institut
Pertanian Bogor pada tahun 2001 melalui program USMI. Pada tahun yang sama
penulis masuk dalam Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat, Karunia dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Skripsi dengan Judul “Studi Daya dukung BioFisik
Kawasan Kebun Raya Bogor” (studi kasus Kebun Raya Bogor, Bogor Jawa
Barat). Ini sebagai salah satu syarat untuk memeperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang
tak terhingga kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penelitian dan
penulisan skripsi ini, yang antara lain adalah :
1. Keluarga tercinta mamah, Bapak, Aa Dede Rustandi, Teh Riska yang
penulis cintai atas kasih sayang, motivasi dan do’anya.
2. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr. selaku Dosen pembimbing
akademik dan pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan
perhatiannya dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Sudjati Budi Susetyo, S.P. sebagai Kepala Bidang Konservasi Ex
situ dan sebagai pembimbing di Kebun Raya Bogor.
4. Ir. Rismita Sari, M.Sc. sebagai Kepala Subbidang Registrasi Koleksi dan
sebagai pembimbing di Kebun Raya Bogor.
5. Dra. Yuzammi, M.Sc. sebagai Kepala Subbidang Koleksi Pembibitan, dan
sebagai pembimbing dari pihak Kebun Raya Bogor.
6. Bapak Iteng pembimbing di Kebun Raya Bogor.
7. Semua teman-teman Arsitektur Lanskap khususnya angkatan 38 (Asril,
Gin-gin, Yuliananto, Sandi) dan angkatan 39 (Yudi, Zenal).
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................i DAFTAR ISI...................................................................................................... ii DAFTAR TABEL..............................................................................................vi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Latar Belakang .......................................................................................... 1 Tujuan ....................................................................................................... 2 Kegunaan .................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 4 Konsep daya dukung................................................................................. 4 Daya dukung biofisik ................................................................................ 5 Areal rekreasi ............................................................................................ 6 Kebun Raya Bogor.................................................................................... 7
METODOLOGI ................................................................................................. 8 Tempat dan Waktu .................................................................................... 8 Desain Penelitian....................................................................................... 8 Jenis dan Cara pengumpulan data ............................................................ 11 Analisis data ............................................................................................. 13 Batasan Istilah .......................................................................................... 14
KONDISIS UMUM LOKASI PENELITIAN .................................................. 15 Sejarah kebun Raya Bogor....................................................................... 15 Keadan Umum Kebun Raya Bogor...........................................................16 Letak Geografis........................................................................................ 18 Aksesibilitas dan Sirkulasi ....................................................................... 18 Koleksi Kebun Raya Bogor.............................................................. ....... 19 Tata Batas Koleksi Tanaman ................................................................... 28 Pemeliharaan Koleksi Tumbuhan............................................................. 30 Satwa........................................................................................................ 30 Topografi.................................................................................................. 31 Iklim..........................................................................................................31 Geologi......................................................................................................32 Tugas dan Fungsi Kebun Raya ................................................................ 33 Peran Kebun Raya Bogor dalam pembangunan....................................... 34
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................... 36 Kunjungan Wisatawan ............................................................................. 36 Data Jumlah dan Ragam Pengunjung .............................................. 36 Penyebaran Pengunjung................................................................... 37 Pengelolaan Pengunjung .................................................................. 41
Sarana dan Prasarana................................................................................ 43 Pengelolaan Sarana dan Prasarana ................................................... 46 Peningkatan Sarana dan Prasarana................................................... 46 Kepekaan Vegetasi................................................................................... 50 Daya dukung Berdasarkan Kepekaan Vegetasi ............................... 50
Kelangkaan Satwa.................................................................................... 56 Daya dukung Berdasarkan Kelangkaan Satwa ................................ 56
Topografi.................................................................................................. 61 Daya dukung Berdasarkan Kemiringan Lereng............................... 61
Daya dukung Kebuhn Raya Bogor .......................................................... 64 Daya dukung dengan cara Overlay .................................................. 64
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................... 66 Kesimpulan. ............................................................................................. 66 Saran......................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 68
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota merupakan pusat aktivitas pembangunan dan perekonomian yang
secara langsung menjadi pusat sarana dan prasarana serta tempat mencari
pengalaman baru (Soegiarto 1989). Aktivitas pembangunan yang tidak diiringi
dengan kesesuaian lahan serta daya dukung lingkungan dapat menyebabkan
kerusakan ekosistem, baik secara sementara maupun kerusakan yang bersipat
permanen. Peningkatan kondisi sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan
pengetahuan masyarakat pada saat ini mengakibatkan makin meningkatnya
permintaan rekreasi. Tempat-tempat rekreasi baik berupa taman maupun tempat
hiburan selalu dipenuhi oleh pengunjung terutama pada hari libur guna memenuhi
kebutuhan sekunder mereka. Peningkatan jumlah pengunjung ini perlu mendapat
perhatian khusus karena hal ini berarti semakin meningkatkan tekanan terhadap
sumber daya tempat rekreasi, terutama tempat-tempat rekreasi alami.
Sebagai contoh dapat dikemukakan tempat rekreasi kawah Papandayan dan
kawah Ciwidey di Jawa Barat (Soemarwoto,1983). Suhu yang rendah, tanah yang
kurang subur dan adanya gas yang beracun antara lain uap belerang, menjadikan
ekosistem tersebut rapuh. Jika terjadi kerusakan pohon dan tumbuhan maka
kerusakan tersebut akan pulih secara perlahan-lahan karena keadaan tersebut.
Jenis tumbuhan yang dapat hidup di daerah seperti itu sangat terbatas. yaitu jenis
tumbuhan yang khas Vaccinium dan jenis paku-pakuan Heliopteris insica dan
Seguea feei. Jumlah wisatawan ke daerah itu harus dibatasi dan diadakan
pengawasan yang ketat. Karena keberadaan sampah anorganik lambat membusuk,
pembuangan sampah juga harus diawasi (Soemarwoto,1983).
Pengetahuan mengenai daya dukung penting agar pengelolaan obyek rekreasi
dapat berkelanjutan. Pada dasarnya nilai daya dukung suatu obyek rekreasi
besarnya ditentukan oleh tiga faktor yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.,
yaitu keadaan pengunjung, keadaan sumber daya dan keadaan pengelola
(Knudson,1983).
Sumber daya baik flora, fauna, dan tipe ekosistem yang khas dan fasilitas
rekreasi merupakan daya tarik utama suatu tempat rekreasi. Salah satu sumber
masalah kerusakan sumber daya alam adalah kerena dilampauinya daya dukung
yaitu tekanan dari pengunjung terhadap sumber daya tersebut. Bentuk kerusakan
sumber daya biofisik yang terlihat akibat tekanan pengunjung misalnya kerusakan
vegetasi, pemadatan tanah, terganggunya satwa, dan berbagai bentuk pencemaran.
Pencegahan kerusakan sumber daya alam oleh para pengunjung, dapat
dilakuka pembatasan pengunjung yang datang ke tempat rekreasi tersebut.
Apabila jumlah pengunjung dibatasi maka akan tercapailah kelestarian,
keserasian, dan keseimbangan antara pegunjung dengan sumber daya yang ada di
kawasan tersebut.
Kebun Raya di tengah-tengah kota Bogor selain merupakan paru-paru kota
juga merupakan tempat rekreasi yang potensial dan sudah ternama di Indonesia
bahkan sampai keluar negeri. Kebun raya ini tidak pernah berhenti dikunjungi
baik pada hari kerja maupun pada hari-hari libur. Kebun raya ini membentang
pada area yang bervariasi ditinjau dari faktor biofisiknya. Pada setiap kawasan
dari Kebun Raya itu sendiri memiliki tingkat kepekaan yang berbeda. Kondisi ini
menunjukkan bahwa Kebun Raya juga tidak terlapas dari adanya tekanan dan
gangguan dari para pengunjung yang dapat menyebabkan kerusakan biofisknya.
Lonjakan jumlah pengunjung Kebun Raya selalu terjadi pada hari-hari libur1).
pengunjung dengan jumlah yang lebih itu merupakan tekanan terhadap sumber
daya alam yang akan mengakibatkan kerusakan fisik dan mengurangi keindahan
visual Kebun Raya tersebut. Kerusakan yang terjadi sekalipun itu relatif kecil,
tetapi bagi pengelola Kebun Raya sangat merugikan. Hal ini mengingat fungsi
Kebun Raya sebagai tempat dan obyek penelitian dan pendidikan tanaman tropis
serta konservasi yang sering dikunjungi oleh ahli botani dari dalam dan luar
negeri.
Tujuan
Studi ini bertujuan untuk mengetahui daya dukung biofisik terhadap
pengunjung pada Kawasan Kebun Raya Bogor dengan identifikasi kepekaan
vegetasi, keberadaan satwa, dan kemiringan lereng.
1) Konsultasi penulis dengan pengelola Kebun Raya Bogor (2 September 2006)
Kegunaan
Dengan diketahuinya daya dukung biofisik kawasan rekreasi Kebun Raya
Bogor ini maka diharapkan hasilnya dapat bermanfaat dan sebagai acuan bagi :
1. Perencanaan Kebun Raya yang berguna sebagai bahan pertimbangan
pengembangan rancangan di kawasan Kebun Raya Bogor.
2. Pengelola Kebun Raya Bogor sebagai pedoman dalam menentukan tingkat
dan cara pengelolaan untuk mencapai pemanfaatan dan hasil yang optimal.
3. Kawasan-kawasan yang sejenis yang berguna sebagai panduan
pengelolaan untuk menjaga kelestarian kawasan.
4. Arsitek Lanskap berguna sebagai pedoman dalam merencanakan suatu
tapak untuk kegiatan rekreasi alam.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Daya dukung
Konsep daya dukung merupakan konsep dalam mengelola sumber daya yang
merupakan pembatasan penggunaaan dari suatu area yang menyimpan beberapa
faktor alam dan lingkungan yang ada (Odum,1971). Hendee, Stankey dan Lucas
(1978) menyatakan bahwa daya dukung adalah konsep dasar dalam pengelolaaan
sumber daya alam yang merupakan batas penggunaan suatu area yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor alami untuk daya tahan terhadap lingkungan,
misalnya makanan, tempat berlindung, atau air. Knudson (1980) menyatakan
bahwa daya dukung merupakan penggunaan secara lestari dan produktif sumber
daya yang dapat diperbaharui.
Batasan daya dukung untuk populasi manusia menurut Soerianegara (1977)
adalah jumlah individu yang dapat didukung oleh satuan luas sumber daya dan
lingkungan dalam keadaan sejahtera. Jadi daya dukung mempunyai dua komponen yaitu besarnya populasi manusia dan luasnya sumber daya dan
lingkungan yang dapat memberikan kesejahteraan kepada populasi manusia.
Lime dan Stankey (1971) menyebutkan bahwa daya dukung rekreasi adalah
sifat pemakaian yang dapat ditopang oleh tingkat perkembangan area tertentu
tanpa menyebabkan kerusakan yang berlebihan baik pada lingkungan fisik
maupun pada pengalaman pengunjung . Sedangkan Basuni dan Soedargo (1988)
mengemukakan bahwa daya dukung rekreasi merupakan sumber daya rekreasi
untuk mempertahankan fungsi dan kualitasnya guna memberikan pengalaman
rekreasi yang diinginkan.
Menurut Chubb dan Ashton dalam Hendee et al (1978) dalam pengelolaaan
rekreasi istilah daya dukung menjadi sederhana. Secara umum, daya dukung
digunakan dalam dua cara yang berbeda. Pertama, daya dukung digunakan untuk
menggambarkan kemampuan fisik bioligis lingkungan untuk menahan
penggunaan rekreasi. Berbagai penelitian telah dibuat dampak penggunaan
rekreasi terhadap vegetasi dan tanah, terhadap air dan satwa liar. Kedua, daya
dukung telah digunakan untuk memperlihatkan jumlah penggunaan yang
konsisten dengan beberapa ukuran secara kualitatif dalam pengalaman
rekreasional (Wagar dalam Hendee et al,1978). Penelitian daya dukung sosial
diarahkan pada suatu dampak akibat peningkatan penggunaan terhadap
pengalaman rekreasional dan dampak konflik antara kelompok pengguna rekreasi.
Kemampuan lingkungan Sumber daya alam, selain itu tingkah laku
pengunjung atau pengguna rekreasi juga menentukan besar kecilnya daya dukung
dari suatu area rekreasi wisata alam. Menurut Christiansen (1977) area rekreasi
harus dicegah dari berbagai bentuk pencemaran yang ditimbulkan terutama oleh
para pengunjung itu sendiri. Hal itu akan berpengaruh terhadap kenyamanan
pengunjung, serta memelihara sumber daya alam, seperti satwa liar dan vegetasi
serta berbagai bentuk sampah sisa makanan, minuman, dan lain sebagainya.
Tiga hal yang dapat mempengaruhi daya dukung kawasan rekreasi
menurut Knudson (1980) dan Douglas (1975) adalah: (1) karakteristik sumber
daya (geologis dan tanah, topografi, vegetasi, iklim, air dan hewan), (2)
karakteristik pengelolaan (kebijaksanaan dan metode pengelolaaan), (3)
karakteristik pemakai (psikologi, perlengkapan dan pemakaian).
Knudson (1980) menyatakan bahwa perubahan rancangan fasilitas pada
tapak, tipe penggunaan, atau teknik pengelolaan dapat meningkatkan daya
dukung.
Daya dukung Biofisik
Soemarwoto (1983) mengemukakan bahwa daya dukung lingkungan
dinyatakan dalam jumlah pengunjung persatuan luas per satuan waktu. Lebih
lanjut dikemukakan bahwa baik luas maupun waktu tidak dapat dirata-ratakan,
karena penyebaran pengunjung dalam ruang dan waktu tidak merata. Karena itu
daya dukung lingkungan daerah rekreasi tidak dapat dihitung berdasarkan rata-
rata luas daerah dan rata-rata setiap bulan atau tahun, tetapi harus memperhatikan
setiap lokasi dan waktu yang penting. Daya dukung lingkungan pariwisata
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu tujuan wisatawan dan faktor lingkungan biofisik
lokasi pariwisata.
Faktor biofisik, baik yang alami maupun buatan manusia mempengaruhi
kuat atau rapuhnya suatu ekosistem yang akan menentukan besar kecilnya daya
dukung suatu kawasan atau tempat wisata lainnya. Ekosistem yang kuat
mempunyai daya dukung yang tinggi, yaitu dapat menerima wisatawan atau
pengunjung yang datang dalam jumlah yang besar, karena tidak mudah rusak
dengan cepat dan pulih dari kerusakan (Soemarwoto, 1983).
La Page dalam Lime dan Stankey (1971) menunjukan akibat penggunan
tempat rekreasi pada tanah, vegetasi dan komponen fisik yang lain dari sumber
daya yang ada. Kerusakan pada penutup tanah terjadi bukan hanya diakibatkan
penginjakan vegetasi, tetapi juga karena pemadatan tanah akibat injakan oleh
pengunjung, pertumbuhan akan rusak dan stabillitas pohon terganggu. Vegetasi
yang rentan harus diganti dengan spesies yang lebih tahan.
Rekreasi yang didasarkan pada pengamatan hewan juga harus melihat
daya dukung kawasannya. Wisatawan yang berlebihan akan mengganggu hewan,
merusak habitat hewan dan dapat mengurangi persediaan air untuk hewan.
Menurut Lyle dalam Hasan (1989) ada lima hal yang perlu diperhatikan untuk
menciptakan lingkungan yang aman bagi binatang, yaitu : (1) kebutuhan
kehidupan liar, (2) kebutuhan akan makanan, (3) kebutuhan tempat berlindung,
(4) kebutuhan air dan (5) kebutuhan lingkungan teritorial.
Area rekreasi
Area rekreasi adalah suatu tempat dilakukannya aktivitas rekreasi. Basuni
dan Soedargo (1988) menyatakan bahwa dilihat dari sudut tempat dimana
kegiatan rekreasi dilakukan, maka ada rekreasi yang dilakukan di dalam ruangan
dan di luar ruangan yang disebut juga rekreasi alam. Gold (1980) mendefinisikan
area rekreasi alam sebagai suatu area yang potensial untuk aktivitas rekreasi yang
berhubungan dengan sumber daya alam seperti pantai, gurun, badan-badan air,
gunung atau area untuk berburu.
Menurut Knudson (1980) dan Gold (1980) suatu tempat yang
menyediakan kesempatan tempat rekreasi termasuk sumber daya atau suplai
rekreasi. Tapak rekreasi adalah suatu luasan spesifik lahan atau air dalam suatu
Area rekreasi yang terutama digunakan untuk tempat rekreasi.
Kebun Raya Bogor
Berdasarkan SK Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia No.
1151/M/2001 Kebun Raya Bogor ditetapkan sebagai Pusat Konservasi Tumbuhan
(PKT), berstatus Eselon II, di bawah Kadeputian Ilmu Pengetahuan Hayati – LIPI.
Sedangkan Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi dan Kebun Raya Bali
masing–masing berstatus sebagai UPT Balai Konservasi Tumbuhan (Eselon III)
di bawah koordinasi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Ruang
lingkup tugas dan fungsi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor – LIPI
diuraikan dengan jelas dalam Keputusan Presiden RI No 103 Tahun 2001.
Kebun raya adalah tempat sumber daya gen yang sangat kaya. Karena itu
kerusakan kawasan sangat penting dan perlu diperhatikan seperti erosi Sumber
daya gen. Kerusakan lingkungan mengancam kepunahan banyak jenis tanaman
langka yang dikonservasi di Kebun Raya. Menurut Soemarwoto (1983)
kepunahan jenis merupakan erosi gen, kepunahan jenis mengurangi kekayaan
sumber daya.
Menurut Soemarwoto (1983) Kebun Raya merupakan koleksi hidup
tumbuhan. Fungsi utama Kebun Raya adalah untuk menyimpan jenis dalam
keadaan hidup. Koleksi hidup itu sewaktu-waktu dapat digunakan. Lebih lanjut
Soemarwoto membagi kebun raya menjadi dua nilai yang masing-masing
mempunyai tujuan yaitu satu tidak mempunyai nilai ekonomi yang bertujuan
untuk kepentingan ilmiah dan dua mempunyai nilai ekonomi. Kebun Raya Bogor
ditetapkan sebagai kawasan koleksi tanaman yang mempunyai nilai non ekonomi.
Pusat Konservasi Tunbuhan Kebun Raya Bogor meningkatkan jumlah
koleksi tanaman, pada tahun 2006 pihak setempat melakukan kegiatan eksplorasi
flora ke kawasan hutan konservasi di Sumatra Barat dan Sumatra Selatan sesuai
dengan kerangka kegiatan yang direncanakan tahun 2003. Hasil analisis
menunjukan bahwa kegiatan tersebut berjalan dengan baik. Meskipun demikian
masukan dari berbagai pihak yang menekankan perlunya perencanaan dan
prioritas jenis tumbuhan yang akan dikoleksi melalui studi pustaka dan spesimen
herbarium yang lebih mendalam harus diperhatikan dengan baik dan benar.
METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kebun Raya Bogor yang memiliki luas 87 ha
yang terletak di dalam Wilayah Kotamadya Bogor (lihat Gambar 1). Penelitian ini
dibatasi hanya pada blok-blok rekreasi. Pelaksanaan penelitian di lapang
dilakukan pada bulan Januari 2006 dan berakhir pada bulan Juli 2007.
Disain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dan pengumpulan data dilakukan dengan
metode survei. Data yang akan dianalisis meliputi daya dukung biofisik di area
rekreasi Kebun Raya Bogor. Unit penelitian meliputi area koleksi tanamam yang
ada di Kebun Raya.
Faktor-faktor biofisik yang diamati dan diduga mempengaruhi daya
dukung suatu area rekreasi adalah (1) kepekaan vegetasi, (2) kemiringan lereng,
dan (3) kelangkaan satwa (Knudson, 1980 dan Douglas, 1975).
Keterangan dari keempat hal tersebut diatas adalah sebagai berikut :
1. Kepekaan vegetasi merupakan ukuran kualitatif ketahanan vegetasi
terhadap gangguan pengunjung, dinyatakan dengan klasifikasi tidak peka,
agak peka, cukup peka, peka, dan sangat peka.
2. Kemiringan lereng adalah ukuran kecuraman lereng pada suatu area,
dinyatakan dengan klasifikasi kelas lereng A, B, C, D, E dan F.
3. Kelangkaan satwa adalah status kelangkaan satwa, dinyatakan dengan
klasifikasi kategori 1, 2, 3, 4 dan 5.
Faktor-faktor biofisik yang mempengaruhi daya dukung Kebun Raya
ditelusuri sebagai berikut:
1. Kepekaan vegetasi.
Kepekaan vegetasi merupakan ukuran kualitatif ketahanan vegetasi
terhadap gangguan, dan diklasifikasikan seperti pada table 1.
Gambar 1. Peta Lokasi Kebun Raya Bogor
Tanpa Skala Sumber : Bapeda Kota Bogor Keterangan : = Kebun Raya Bogor
Tabel 1. Klasifikasi Kepekaan Vegetasi2)
Tidak Peka *
Agak Peka
**
Cukup Peka
**
Peka ***
Sangat Peka
*** Vegetasi tidak langka
Vegetasi tidak langka
Vegetasi agak langka
Vegetasi Langka Vegetasi sangat langka
Perakaran dalam (Tunggang)
Perakaran tidak dalam (Serabut)
Perakaran tidak dalam (Serabut)
Perakaran tidak kokoh
Pertumbuhan vegetatif dan reproduktif sangat sulit
Batang berduri, beracun dan kokoh
Batang mudah bertunas
Batang semu Batang sukulen Sangat menarik
Toleransi tanaman tinggi terhadap ganguan
Tidak beracun dan tidak berduri
Toleransi tanaman terhadap gangguan kurang tinggi
Toleransi tanaman rendah terhadap gangguan
Pertumbuhan vegetatif cepat
Toleransi tanaman tinggi terhadap gangguan
Pertumbuhan vegetatif lambat
Pertumbuhan vegetatif lambat
Penampilan tidak menarik
Pertumbuhan vegetatif dan reproduktif cepat
Ada faktor pembatas pertumbuhan reproduktif
Masa reproduktif sangat sulit
Beraroma tidak disukai3)
Penampilan tidak menarik
Beraroma tidak disukai3)
Beraroma disukai3)
Dapat berupa semak, Perdu dan pohon
Beraroma tidak disukai3)
Dapat berupa semak, Perdu dan Pohon
Dapat berupa semak, Perdu dan Pohon
Dapat berupa semak, Perdu dan pohon
Sumber : * Daya Dukung Tinggi ** Daya Dukung Sedang *** Daya Dukung Rendah 2) Konsultasi penulis dengan Bapak Iteng, ahli tanaman/pengelola
Kebun Raya Bogor. 3) Tanaman tertentu tidak ditentukan oleh aromanya, seperti keunikan
bunga bangkai yang aromanya tidak disukai tetapi belum tentu tidak peka.
2. Kemiringan Lereng
Nilai kemiringan lereng diperoleh dari perhitungan kelas lereng
dari peta topografi. Kriteria kelas lereng yang digunakan adalah
klasifikasi kelas lereng menurut USDA (Abdullah, 1998) yaitu:
kelas A (datar, 0-3%), kelas B (sedikit miring, 3-8%), kelas C
(miring, 8-16% ), kelas D (moderat curam, 16-30%), kelas E
(curam 30-65% ), dan kelas F (sangat curam 65%). Berdasarkan
direktorat Tata Guna Lahan (1983) kelas lereng dapat dihitung
dengan rumus berikut:
L.S100 x CI d =
dimana d = jarak antara garis “contour” (mm)
CI = “contour interval” (in)
L = lereng (%)
S = ska1a
3. Klasifikasi Kelangkaan Satwa
Klasifikasi kelangkaan satwa dibagi dalam lima katagori, yaitu
katagori (1) satwa yang telah mendekati kepunahan (endangered),
katagori (2) satwa yang populasinya jarang atau terbatas dan
mempunyai resiko untuk punah (restricked/rare), katagori (3) satwa
yang mengalami penurunan pesat di alam (depleted/vulnerable),
katagori (4) satwa yang belum dapat ditetapkan tingkat
kelangkaannya karena karena kekurangan data (undeterminate)
(Dephut, 1978) dan katagori 5) satwa tidak langka.
Daya dukung biofisik secara kualitatif ditentukan dengan cara “overlay”
peta kepekaan vegetasi, kemiringan lereng, dan kelangkaan satwa. Setelah daya
dukung untuk setiap area diketahui maka daya dukung kebun raya dapat
dinyatakan dalam bentuk peringkat daya dukung (Tabel 2).
Tabel 2. Peringkat Daya dukung Biofisik pada Studi Daya dukung Biofisik di Area Rekreasi Kebun Raya Bogor
Faktor Biofisik
Vegetasi Kemiringan Lereng Kelangkaan Satwa
Peringkat Daya dukung
Biofisik Tidak Peka Cukup Peka Agak Peka Peka Sangat Peka
Kelas A+B Terbesar Kelas C+D Terbesar Kelas E+F Terbesar
Katagori 5 Katagori 4 Katagori 1,2,3
Tinggi Sedang Rendah
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Ada dua jenis data yang diambil yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer yang dikumpulkan meliputi: (1) kepekaan vegetasi, yaitu: diperoleh
dengan cara survei ke area koleksi tanaman yang disesuaikan dengan klasifikasi
kepekaan vegetasi setelah itu dikonversikan kedalam peringkat daya dukung. (2)
kemiringan lereng, diperoleh dengan survei lapang yang diteliti adalah nilai
kemiringan pada tapak atau kawasan yang dikategorikan kedalam lereng kelas A-
F selanjutnya dikonversikan kedalam peringkat daya dukung. (3) fasilitas rekreasi
utama dan penunjang yang tersedia, diperoleh dengan survei lapang yang
ditunjang dengan data sekunder dari Kebun Raya Bogor. (4) jumlah penyebaran
pengunjung per-area, diperoleh dengan survei lapang dan penghitungan
pengunjung dilakukan pada waktu yang telah ditentukan yaitu pada saat
pengunjung ramai pada pukul 12.00. (5) akibat-akibat aktivitas pengunjung, yaitu
diperioleh dengan melihat kondisi tapak atau kondisi area koleksi tanaman yang
dapat mengakibatkan kerusakan vegetasi dan terganggunya satwa sehingga dapat
mempengaruhi daya dukung pada kawasan rekreasi.
Jenis data sekunder yang diperoleh mencakup: (1) kelangkaan satwa, yang
diperoleh studi pustaka atau laporan tahunan yang diterbitkan setiap akhir tahun
oleh pihak Kebun Raya Bogor dan juga diperoleh dari kantor Zoologi. (2) jumlah
pengunjung, diperoleh dari hasil penjualan karcis masuk Kebun Raya Bogor dan
ditunjang dengan laporan dari subbidang konservasi dari buku tahunan yang
diterbitkan. (3) jenis tanah, di Kebun Raya Bogor diperoleh dari Pusat Penelitian
Tanah di Bogor. (4) peta Kebun Raya Bogor, diperoleh dari kantor konservasi
Kebun Raya Bogor. (5) peta topografi Kebun Raya Bogor, yaitu diperoleh dari
kantor Konservasi Kebun Raya Bogor dan terdapat pada Master Plan Kebun Raya
Bogor. dan (6) panjang dan luas jalan setapak dan jalan kendaraan, yaitu diperoleh
dari Kantor Konservasi Kebun Raya Bogor yang terdapat juga dalam laporan
tahunan yang diterbitkan pihak Kebun Raya Bogor..
Data kriteria kepekaan vegetasi diperoleh dengan cara wawancara kepada
responden yaitu, satu orang dari jurusan Biologi (FMIPA), dan dua orang dari
pusat konservasi Kebun Raya Bogor yang ahli dalam bidang koleksi tanaman.
Data fasilitas rekreasi diperoleh melalui survei lapang dan penghitungan tempat
sampah, W.C (fasilitas utama), bangku/meja, gazebo, kantin, musholla (fasilitas
penunjang) per unit area koleksi tanaman. Kemiringan lereng diperoleh dengan
suvei tapak pada kawasan dan perhitungan kelas lereng A-F dan dari peta
topografi (skala 1:1500). Penyebaran pengunjung dan akibat-akibat kelebihan
pengunjung diperoleh melalui pengamatan langsung yaitu dapat dilihat dari akibat
yang ditimbulkan oleh prilaku pengunjung yang melakukan Vandalisme dan
pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya dan juga ditunjang dari data
sekunder dari kantor konservasi Kebun Raya Bogor.
Data sekunder diperoleh dan studi pustaka dan sumber data tersebut yaitu
Kantor Kebun Raya Bogor (fasilitas utama yaitu panjang dan luas jalan setapak
dan jalan kendaraan, peta kawasan Kebun Raya dan peta topografi Kebun Raya
Bogor), Kantor Zoologi (jenis satwa yang terdapat di Kebun Raya Bogor), dan
Pusat Penelitian Tanah di Bogor (jenis tanah Kebun Raya Bogor) serta Jurusan
Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
(status kelangkaan satwa Kebun Raya Bogor).
Analisis Data
Analisis data yaitu pengolahan terhadap data yang berhasil dikumpulkan,
yang digunakan untuk menentukan daya dukung biofisik pada kawasan Kebun
Raya Bogor. Daya dukung biofisik Kebun Raya ditentukan dengan cara deskriptif
melalui “overlay” peta kepekaan vegetasi, peta kemiringan lereng, dan peta
kelangkaan satwa. Dalam analisis ketiga faktor tersebut, daya dukung ditentukan
oleh peringkat daya dukung terkendali dari ketiga faktor tersebut
Penentuan kepekaan vegetasi merupakan penilaian tiga orang responden
yang memahami masalah tersebut. Responden dipilih secara “purposive” yaitu
metode penentuan sampel secara tertuju berdasarkan keahlian. Satu orang
responden berasal dari Jurusan Biologi (Khoerudin, Sp), FMIPA-IPB yang
bertugas dalam menentukan kriteria kepekaan vegetasi dan dua orang responden
merupakan staf ahli dari Kebun Raya Bogor yang telah terbiasa menangani
masalah tanaman koleksi (Dr. Iteng Sudrajat) dan bertugas dalam membimbing
dalam menentukan kriteria kepekaan vegetasi, kemiringan lereng, dan kelangkaan
satwa. Data diolah dengan menggunakan median karena bersifat kualitatif atas
kriteria-kriteria kepekaan yang telah ditentukan, sehingga tiap unit pengamatan
merupakan suatu penilaian yang dianggap homogen.
Analisis dampak kelebihan pengunjung diamati dengan melihat
kerusakan yang terjadi pada area koleksi. Bentuk kerusakannya yaitu kerusakan
pada vegetasi dan sarana fisik serta berserakannya sarnpah. Penyebaran
pengunjung Kebun Raya diketahui dengan cara melakukan penghitungan jumlah
pengunjung pada setiap area koleksi pada pukul 12.00 WIB yang diketahui
merupakan waktu puncak ledakan pengunjung. Dengan demikian maka kepadatan
pengunjung per luasan area dapat diketahui, sedangkan jumlah pengunjung
diperoleh dari kantor pengelola karcis masuk Kebun Raya Bogor dan juga
ditunjang dari kantor konservasi Kebun Raya Bogor dan dpat dilihat dari laporan
tahunan yang diterbitkan oleh pihak Kebun Raya Bogor.
Batasan Istilah
1. Daya dukung biofisik adalah kemampuan fisik biologis lingkungan untuk
menahan penggunaan rekreasi. Faktor-biofisik di Kebun Raya yang
menentukan daya dukung biofisiknya adalah kepekaan vegetasi, kemiringan
lereng, dan kelangkaan satwa.
2. Area rekreasi di Kebun Raya adalah tempat-tempat kegiatan rekreasi
dilakukan, yang meliputi area koleksi tanaman. Area seperti perkantoran,
kebun bibit, perumahan pegawai, dan museum tidak dianggap sebagai area
rekreasi.
3. Akibat-akibat kelebihan pengunjung adalah perusakan (vandalisme) yang
dilakukan pengunjung yang berpengaruh secara fisik maupun visual. Jenis
perusakan yaitu membuang sampah sembarangan, memetik bunga,
mencorat-coret, mematahkan ranting, mengambil tanaman, memindahkan
papan nama, tanda larangan dan menempelkan poster.
KONDISI UMUM Sejarah Kebun Raya Bogor
Sejarah berdirinya Kebun Raya Bogor (KRB) bermula dari inisiatif Prof. Dr. C.
G. Reinwardt pada tanggal 18 Mei Tahun 1817 dengan nama S’Lands
Plantetuin Buitenzorg dan Hortus Botanicus Bogoriensis, botanis Jerman yang
berada di Indonesia pada awal abad ke-19. Kemudian menulis surat yang
disampaikan kepada G. A. G. P Baron van der cappellen, Gubernur Jendral
Hindia Belanda di Batavia, memohon sebidang tanah untuk penelitian guna
memanfaatkan berbagai tumbuhan serta lokasi koleksi tanaman bernilai
ekonomi, yang berasal dari kawasan Indonesia dan mancanegara.
Pada perkembangannya, ketika masa pimpinan J. E. Teyjsman (1981) Kebun
Raya Bogor mulai dikembangkan menjadi pusat penelitian botani yang penting
di Asia Tenggara. Kedudukan Kebun Raya sekarang adalah unit pelaksana
teknis (UPT) Balai Pengembangan Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu
Penelitian Indonesia (LIPI). Kebun Raya Bogor atau nama lengkapnya Pusat
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor LIPI berada di bawah Ilmu
Pengetahuan Hayati LIPI. Kebun Raya Bogor merupakan pusat Kebun Raya
yang mempunyai tiga cabang yaitu Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya
Purwodadi, dan Kebun Raya Eka Karya Bedegul Bali. Kebun Raya Bogor juga
berisi kelompok tumbuhan yang membentuk komunitas dan mempunyai daya
tarik tersendiri dan merupakan sumber yang sangat berharga untuk kegitan
konservasi, penelitian, pendidikan dan rekreasi.
Selama pertumbuhan dan perkembangannya Kebun Raya Bogor mengalami
pergantian pimpinan, dan kelembagaanya mengalami perpindahan dari
departemen satu ke departemen lainnya. Hasil kerja yang dihasilkan selama
perkembangannya antar lain, (1) pendeskripsian tumbuhan dan mendatangkan
tumbuhan dari luar negri pada masa pimpinan C. G. C. Reinwardt; (2)
pemberian label pada semua tanaman serta penerbitan katalog tanaman yang
pertama pada masa pimpinan Dr. Blume; (3) pengelompokan tanaman
berdasarkan klasifikasi tumbuhan yaitu menurut famili pada masa pimpinan J.
E. teysmann; (4) mengorientasikan Kebun Raya Bogor tidak hanya pada
penelitian botani murni namun berangsur-angsur mengarah kepada penelitian
botani terapan atau pertanian dibawah pimpinan Dr. R. H. C. C. Scheffer; (5)
mengembangkan Kebun Raya Bogor yang semula berorientasi pada penelitian
botani saja menjadi lembaga besar yang kegiatan penelitiannya mencakup
bidang botani, pertanian, hortikultura dan zoology, bahkan juga biologi
perikanan dan Ilmu Kelautan dibawah pimpinan Dr. Melchior Treub. Pada saat
itu Kebun Raya Bogor menjadi pusat studi ilmu pengetahuan alam menjadi
kenyataan. Maka berdirilah sejarah yang merupakan lambang pusat studi
botani, studi biologi dan pertanian di Asia Tenggara.
Setelah Indonesia merdeka maka Kebun Raya Bogor menjadi hak milik
Negara Indonesia dan pada tahun 1949-1959. Pimpinan Kebun Raya Bogor
beralih ketangan putera bangsa pertama yaitu Prof. Ir. Setyodiwiryo dengan
nama ‘s Lands Plantetiun te Buitenzorg berganti nama menjadi LPPA
(Lembaga Pusat Penyelidikan Alam). Karena tidak adanya staf-staf ahli yang
tetap, maka beliau mendirikan Akademi Biologi pada tahun 1955 yang
membawahi tiga anak lembaga yaitu Museum Zoologi Bogor (MZB),
Herbarium Bogor (HB), dan Pusat Penelitian Botani (PPB).
Fungsi penting sebuah Kebun Raya Bogor juga bergema hingga keberbagai
penjuru Tanah Air, terbukti dengan semakin banyaknya minat dari beberapa
daerah untuk mendirikan Kebun Raya. Pembangunan Kebun Raya di setiap
propinsi bertujuan untuk melestarikan kekayaan jenis tumbuhan di kawasannya
sekaligus menunjang pembangunan dibidang pendidikan dan pariwisata. Proses
pembangunan Kebun Raya yang melibatkan berbagai pihak yang terkait ikut
mewarnai aktivitas Kebun Raya Bogor.
Keadaan Umum Kebun Raya Bogor
Area Kebun Raya Bogor terdiri dari area koleksi tanaman, jalur sirkulasi,
lapangan parkir, museum, kebun pembibitan, rumah kaca, perkantoran dan rumah
pegawai (Gambar 2). Area-area tersebut dibuka untuk umum, kecuali perkantoran
dan rumah pegawai. Areal koleksi tanaman yang dapat dikunjungi oleh
pengunjung berjumlah 202 Area atau sekitar 53 hektar (60,92%), sedangkan
Luas
= 8
70 0
00 m
LEG
END
A
DEP
AR
TEM
EN A
RSI
TEK
TUR
LA
NSK
AP
FAK
ULT
AS
PER
TAN
IAN
INST
ITU
T PE
RTA
NIA
N B
OG
OR
2008
STU
DI D
AY
A D
UKU
NG
KA
WA
SA
N R
EK
RE
AS
I KE
BU
N R
AYA
BO
GO
R
JUD
UL
STU
DI
PETA
INSE
RT
PET
A L
OKA
SI P
ENE
LITI
AN
JUD
UL
GA
MB
AR
Yay
at R
uhiy
atA
3420
1018
DIR
AN
CA
NG
DIS
ETU
JUI
Dr.
Ir. B
amba
ng S
ulis
tiyan
tara
, MAg
r.13
1 57
8 79
7
TAN
GG
AL
- Jan
uari
2008
SKA
LA
NO
. 1
DIG
AM
BA
RY
ayat
Ruh
iyat
A34
2010
18
OR
IEN
TASI
2S
atua
n D
alam
Met
erLo
kasi
Pen
eliti
an
1. P
intu
Uta
ma
2. G
edun
g K
onse
rvas
i3.
Pus
litba
ng B
iolo
gi4.
Her
bariu
m5.
Kan
tor K
ebun
Ray
a6.
Pus
at P
enel
itian
Tan
ah7.
Ged
ung
Pene
rima
tam
u8.
Per
pust
akaa
n Pe
rtani
an9.
Per
sem
aian
10. I
stan
a
320
1632
64m
11. R
umah
Peg
awai
12. R
umah
Ang
grek
13. P
erin
gata
n La
dy R
affle
s14
. Per
inga
tan
Teys
man
Blo
k V
eget
asi
Blo
k Su
ngai
dan
Kol
am
Blo
k B
angu
nan
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
pembibitan dan rumah kaca hanya digunakan untuk yang mempunyai
kepentingan khusus seperti penelitian, membeli bibit dan sebagainya.
Letak Geografis
Secara Administrasi Kebun Raya Bogor termasuk dalam wilayah
Kecamatan Bogor Tengah. Batas-batas Kebun Raya Bogor meliputi :
Sebelah Utara dibatasi oleh Jalan Jalak Harupat.
Sebelah Selatan dibatasi oleh Jalan Otto Iskandardinata.
Sebelah Timur dibatasi oleh Jalan Pajajaran.
Sebelah Barat dibatasi oleh Jalan Ir. H Djuanda.
Luas Kebun Raya Bogor adalah sebesar 87 hektar. Terletak antara 1060
47’ 40’’-1060 48’ 10’’ Bujur Timur dan 60 25’40’’-60 36’ 20’’ Lintang Selatan.
Terdapat diketinggian 215-250 meter di atas permukaan laut (mdpl). Serta
mempunyai ketinggian rata-rata 190 m, maksimal 350 m dan jarak dari Jakarta
kurang lebih 60 kilometer.
Aksesibiitas dan Sirkulasi
Jalan yang mengelilingi Kebun Raya Bogor terbagi dalam dua Jurusan
yaitu ke arah Jakarta melalui tol Jagorawi dan Cibinong, ke arah Bandung melalui
tol Ciawi dan Puncak. Kondisi jalan sangat baik sehingga dapat dilalui oleh semua
jenis kendaraan.
Untuk dapat mencapai Kebun Raya Bogor dengan kendaraan umum sangat
mudah. Lokasinya 300 m dari terminal bis dan 1 km dari Stasiun. Akses untuk
mencapai kawasan sangat mudah karena tersedia angkutan umum yang dapat
mengantarkan pengunjung sampai ke pintu masuk utama sebelah timur.
Pada mulanya Kebun Raya Bogor memiliki tiga pintu gerbang yang bisa
dimasuki seiring dengan perkembangan kawasan, dibuat kembali satu pintu di
sebalah utara dan semua pintu gerbang ini di pergunakan atau dibuka hanya untuk
hari libur saja sadangkan untuk hari biasa atau hari kerja hanya satu pintu yang
dibuka yaitu pintu gerbang utama di sebelah timur kawasan yang berhadapan
dengan pasar Bogor.
Koleksi Kebun Raya Bogor
Koleksi Kebun Raya Bogor memiliki koleksi 223 famili, 1.259 marga,
3.423 jenis, dan 13.563 spesimen berdasarkan registrasi tanaman periode tahun
2006. Beberapa jenis koleksi merupakan koleksi unik, spesifik, dan langka seperti
tanaman tua yang berumur lebih dari 100 tahun, tanaman eksotik, atraktif seperti
pohon raja, teratai raksasa, bunga bangkai raksasa, koleksi anggrek, koleksi
palem, dan koleksi polong-polongan.
Tanaman koleksi selanjutnya diklasifikasi berdasarkan kelompok famili,
marga, jenis, dan spesimen yang terdiri atas petak atau lebih dikenal dengan vak.
Berdasarkan pengelolaaannya Kebun Raya Bogor dibagi menjadi dua wilayah
yaitu wilayah kebun 1 dan wilayah kebun 2. Setiap wilayah pada dasarnya
dikelola oleh satu orang pengawas, 6 orang pengamat, dan 1 orang petugas khusus
yang membantu pengawas dan teknisi lapangan. Wilayah kebun tersebut antara
lain adalah:
A. Wilayah Kebun 1
Wilayah kebun 1 terbagi menjadi 6 lingkungan yaitu:
1. lingkungan I
Koleksi tanaman pada lingkungan wilayah kebun 1 pada dasarnya
didominasi oleh tanaman palem (famili Arecaceae) (Gambar 3) dan terdapat
tanaman bambu (famili Gramineae) yang merupakan kelompok dari pinang-
pinangan dan kelompok rumput-rumputan. Plot-plot dari famili arecaceae
terdapat pada vak-vak (blok-blok) sebagai berikut: vak XIII A, vak XIII C, vak
XII E, vak XII C, vak XII D, dan vak X D. Plot tanaman famili Gramineae
terdapat pada vak-vak sebagai berikut: vak XIV B, vak XIV C, dan Vak XIII M.
Gambar 3. Areca Hutckinsoniana Area XIII A (16 Juli 2006)
2. Lingkungan II
Lingkungan ini sering disebut dengan istilah bostin karena pada kebun
wilayah ini terdapat beberapa jenis koleksi tanaman. Jenis di kebun wilayah ini
merupakan kumpulan dari seluruh tanaman koleksi yang terdapat di Kebun Raya
Bogor dan pada setiap famili ditanam satu jenis tanaman. Kebun ini didominasi
oleh tanaman famili Zingiberaceae yang merupakan kelompok tanaman yang
berasal dari jamu-jamuan. Beberapa tanaman dari kelompok jamu-jamuan yaitu:
jahe, kapulaga, kunyit, temulawak, kecombrang, dan gandasuli. Plot tanaman ini
terdapat pada vak XI B dan XII B.
3. Lingkungan III
Pada lingkungan kebun ini terdapat beberapa jenis koleksi tanaman dari
kelompok famili:
Famili Elaocarpaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XII N.
Famili Verbenaceae, merupakan kelompok tanaman jati-jatian
beberapa jenis tanamannya adalah: rami, lantana, sunkai dan legundi.
Koleksi tanaman ini terdapat pada vak XI G,dan XI H.
Famili Gramineae, merupakan tanaman jenis rumput-rumputan berupa
bambu, rumput dan alang-alang. Tanaman koleksi ini terdapat pada
vak XIII K.
Famili Myristticaceae, merupakan tanaman kelompok pala-palaan.
Salah satu jenis tanamannya adalah pala. Tanaman ini terdapat pada
vak XI A.
Famili Araliaceae, merupakan kelompok tanaman mangkokan. Salah
satu jenis tanamannya adalah kedongdong laut. Tanaman ini terdapat
pada vak XIII J.
4. Lingkungan IV
Pada kebun koleksi IV terdapat beberapa koleksi tanaman dari kelompok
suku:
Famili Sapindaceae, merupakan tanaman kelompok rambutan. Beberapa
jenis tanamannya adalah: leci, rambutan, klengkeng, matoa, kapulasan,
dan lerak. Koleksi tanaman ini terdapat pada vak III I dan III J.
Famili Agavaceae, merupakan kelompok tanaman hanjuang-hanjungan.
Beberapa jenis tanamannya adalah: timbak raja, dan sisal. Koleksi
tanaman ini terdapat pada vak II A (Gambar 4).
Famili Fabaceae, merupakan kelompok tanaman polong-polongan.
Beberapa jenis tanamannya adalah: kempas, kaliandra, angsana, dan
sengon. Koleksi tanaman ini terdapat pada vak I A sampai dengan vak I K.
Gambar 4. Family Agavaceae (Area II A) (16 juli 2006)
Famili Meliaceae, merupakan kelompok tanaman duku-dukuan. Beberapa
jenis tanamannya adalah: kenari, duku, pacar culan, dan langsat. Koleksi
tanaman ini terdapat pada vak III A, III C, dan III E.
Famili Pandanaceae, merupakan kelompok tanaman Pandan. Beberapa
jenis tanamannya adalah: pandan duri, dan pandan laut. Koleksi tanaman
ini terdapat pada vak II D.
Famili Flacourtiaceae, Koleksi tanaman ini terdapat pada vak IV F.
Famili Magnoliaceae, merupakan kelompok tanaman cempaka-
cempakaan. Beberapa jenisnya adalah: cempaka. Koleksi ini terdapat pada
vak IV F.
Famili Ebenaceae, Beberapa jenis tanamannya adalah: eboni, dan bisbul.
Koleksi ini terdapat pada vak IV D.
Famili Annonaceae, merupakan kelompok tanaman nangka. Jenisnya
adalah: srikaya, sirsak, kenanga, dan kiburahol. Koleksi ini terdapat pada
vak IV G dan vak H.
Famili Dilleniaceae, merupakan kelompok tanaman sempur-sempuran.
Berapa jenisnya adalah: sempur, dan kiasahan. Koleksi ini terdapat pada
vak IV G.
Famili Sapotaceae, merupakan kelompok tanaman sawo-sawoan. Jenisnya
adalah sawo. Koleksi ini terdapat pada vak IV B, dan vak IV C.
Famili Podocarpaceae, Koleksi tanaman ini terdapat pada vak V F.
Famili Penaceae, merupakan tanaman yang memiliki daun seperti jarum.
Jenisnya adalah pinus. koleksi ini terdapat pada vak V F.
Famili Apocynaceae, merupakan kelompok tanaman kamboja. Jenisnya
adalah: alamanda, pulai, bintaro, jelutung dan kayu rapet. Koleksi ini
terdapat pada vak IV A.
Famili Icacinaceae, Koleksi tanaman ini terdapat pada vak III G.
Famili Rubiaceae, merupakan kelompok tanaman kopi- kopian. Jenisnya
adalah: kaca piring, kopi, kina, mengkudu, soka dan gambir. Koleksi ini
terdapat pada vak IV E, V D, V E, dan V L.
Famili Rutaceae, merupakan tanaman jeruk-jerukan. Jenisnya kemuning,
inggu, jeruk keprok, dan jeruk sukade. Koleksi ini terdapat pada vak III C.
Famili Liliaceae, merupakan kelompok tanaman bawang-bawangan.
Jenisnya adalah: lilia, hanjuang, dan sedap malem. Koleksi ini terdapat
pada vak II C.
5. Lingkungan V
Pada kebun koleksi lingkungan V terdapat taman Mexico yang ditanami
dengan jenis Kaktus (famili Euphorbiaceae). Pada lingkungan ini terdapat lima
koleksi kolam air dan kolam tersebut terdapat beberapa jenis tanaman air salah
satunya yaitu teratai.
6. Lingkungan VI
Pada kebun koleksi lingkungan VI terdapat beberapa tanaman koleksi dari
suku:
Famili Gramineae, merupakan tanaman dari kelompok rumput-rumputan.
Jenisnya adalah bambu. Koleksi ini terdapat pada vak V M.
Famili Arecaceae, merupakan tanaman kelompok pinang-pinangan.
Jenisnya adalah palem. Koleksi ini terdapat pada vak II F, vak V H, vak V
K, vak V J, vak V M, dan vak V G.
Famili cycadaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada Vak II E.
Famili Bromimeliaaceae, merupakan kelompok tanaman nenas-nenasan.
Koleksi ini terdapat pada vak V H.
B. Lingkungan Kebun Wilayah II
Wilayah II terdapat 6 lingkungan yaitu:
1. Lingkungan VII
Pada Kebun koleksi lingkungan VII terdapat beberapa kelompok jenis
tanaman dari kelompok:
Famili Bombacaceae, merupakan kelompok tanaman duri-durian. Jenisnya
adalah: durian, kayu balsa, randu, dan kapuk. Koleksi ini terdapat pada vak
XVI H.
Famili Asclepiadaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XVI A.
Famili Loganiaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XVI B.
Famili Malvaceae, merupakan kelompok kapas-kapasan. jenisnya bunga
raya, kembang sepatu, waru kapas. Koleksi terdapat pada vak XVI G.
Famili Bignoniaceae, merupakan kelompok tanaman tui-tuian. Jenisnya
adalah: jaka randa, bunga terompet, dan buah lilin. Koleksi ini terdapat
pada vak XV G
Famili Convulvulaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XV H.
Famili Acanthaceae, merupakan kelompok tanaman jeruju-jerujuan.
Jenisnya adalah: asistasia remek daging, landep, dan keji beling. Koleksi
ini terdapat pada vak XV F.
Famili Verbenaceae, merupakan kelompok tanaman jati-jatian. Jenisnya
adalah: jati, sungkai dan legundi. Koleksi ini terdapat pada vak XV E, dan
vak XV F.
Famili Euphorbiaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XV B, dan
vak XV C.
Famili Pipereaceae, merupakan kelompok tanaman sirih-sirihan. Jenisnya
adalah: lada, sirih, dan cabe jawa. Koleksi ini terdapat pada vak XV D.
Famili Moraceae, merupakan kelompok tanaman beringin-beringinan.
Jenisnya adalah: ara, rami, sukun, nangka, dan tabat barito. Koleksi ini
terdapat pada vak XV B.
Famili Dioscoraceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XV B.
Famili Gentianaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XV A.
Famili Flacourtiaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XV A.
Famili Liliaceae, merupakan kelompok tanaman bawang-bawangan.
Jenisnya adalah: lilia, dan hanjuang. Koleksi ini terdapat pada vak XV A.
Famili Pandanaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi pandan-
pandanan. Jenisnya adalah: pandan duri, dan pandan laut. Koleksi ini
terdapat pada vak XIX Z.
Famili Gramineae, merupakan kelompok tanaman koleksi rumput-
rumputan. Jenisnya adalah: bambu, dan rumput. Koleksi ini terdapat pada
vak XIX Z.
2. Lingkungan VIII.
Pada lingkungan kebun wilayah VIII terdapat beberapa jenis koleksi
tanaman dari famili:
Famili Annonaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi nangka-
nagkaan. Jenisnya adalah: burahol. Koleksi ini terdapat pada vak XX D.
Famili Myristicaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi pala-palaan.
Jenisnya adalah: pala. Koleksi ini terdapat pada vak XX C.
Famili Lauraceae, merupakan kelompok tanaman koleksi medang-
medangan. Jenisnya adalah: kayu manis, dan kayu ulin. Koleksi ini
terdapat pada vak XX A, dan XX B.
Famili Polypodiaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XX i, dan
vak XIX C.
3. Lingkungan IX.
Pada lingkungan kebun ini terdapat beberapa jenis koleksi tanaman dari
famili:
Famili Myrtaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi jambu-jambuan.
Jenisnya adalah: jambu air, cengkeh, pienta, eucalyptus. Koleksi ini
terdapat pada vak V A, vak V B, dan vak V C.
Famili Lechtidaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi putat-putatan.
Jenisnya adalah: keben, putat, benon, dan besole. Koleksi ini terdapat pada
vak IV H.
Famili Annonaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi nangka-
nangkaan. Jenisnya adalah: Kiburahol. Koleksi ini terdapat pada vak IV H.
Famili Myristaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi pala-palaan.
Jenisnya adalah: pala. Koleksi ini terdapat pada vak IV H.
Famili Bombacaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi duri-durian.
Jenisnya adalah: durian, kayu balsa, randu, dan kapuk. Koleksi ini terdapat
pada vak IV I.
Famili Guttiferae, merupakan kelompok tanaman koleksi manggis-
manggisan. Jenisnya adalah: manggis, geronggongan, dan nagasari.
Koleksi ini terdapat pada vak V A, dan vak VI C.
Famili Elaeocarpaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak VI C.
Famili Anacardiaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak VI C, vak
VII A, dan vak VII E.
Famili Burceraceae, merupakan kelompok tanaman koleksi kenari-
kenarian. Jenisnya adalah: kedondong, garuga, dan kenari. Koleksi ini
terdapat pada vak VI B, dan vak VI E (Gambar 5).
Gambar 5. Canarium kipella Area VI E (Juli 2006)
Famili lithraceae, merupakan kelompok tanaman koleksi bungur-
bunguran. Jenisnya adalah: bungur, bungur jepang, pacar jawa dan
sidowayah. Koleksi ini terdapat pada vak VII D.
Famili Moraceae, merupakan kelompok tanaman koleksi beringin-
beringinan. Jenisnya adalah: ara, rami, sukun, dan nangka. Koleksi ini
terdapat pada vak VII G, vak VII F, vak VIII B, dan vak VIII C.
Famili Dipterocapaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi meranti-
merantian. Jenisnya adalah: meranti, keruing, tengkawang dan kayu kuku.
Koleksi ini terdapat pada vak VII B, vak C, dan vak D.
Famili Fagaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi pasang-
pasangan. Jenisnya tanamannya adalah: pasang dan majakere. Koleksi ini
terdapat pada vak VIII B.
Famili Casuarinaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak VIII G.
Fanili Lauraceae, merupakan kelompok tanaman koleksi medang-
medangan. Jenisnya adalah: kayu manis dan kayu ulin. Koleksi ini
terdapat pada vak IX D, dan vak IX E.
Famili Euphorbiaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak VIII E, vak
VIII F, vak IX A, dan vak IX C.
4. Lingkungan X.
Pada lingkungan ini terdapat beberapa jenis koleksi tanaman dari
kelompok famili:
Famili Asclepiadaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XVI C.
Famili Apocynaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi kamboja-
kambojaan. Jenisnya adalah: pulai, bintaro, jelutung, dan kayu rapat.
Koleksi ini terdapat pada vak XVI A, dan vak XVI C.
Famili Dilleniaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi sempur-
sempuran. Jenisnya adalah: sempur. Koleksi ini terdapat pada vak XVI E.
Famili Schisandraceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XVI E.
Famili Annonaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi nangka-
nangkaan. Jenisnya adalah: burahol. Koleksi ini terdapat pada vak XVI D.
Famili Connaraceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XVII F.
Famili Vitaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XVII F.
Famili Menispermaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XVII i.
Famili Olacaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XVII H.
Famili Celatraceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XVII G.
Famili Fabaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi polong-
polongan. Jenisnya adalah: kaliandra, angsana, dan sengon. Koleksi ini
terdapat pada vak XVII D, vak XVII E, dan vak XVIII D.
Famili Oleaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XVII B.
Famili Rubiaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi kopi-kopian.
Jenisnya adalah: kaca piring, kopi, kina, soka dan gambir. Koleksi ini
terdapat pada vak XVII C.
Famili Combretaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi ketapang-
ketapangan. Jenisnya adalah: ketapang, combretum, kalumpit, dan wudani.
Koleksi ini terdapat pada vak XVIII D.
5. Lingkungan XI
Pada lingkungan ini terdapat beberapa jenis koleksi tanaman dari famili:
Famili Musaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi pisang-pisangan.
Jenisnya adalah: pisang-pisang serat. Koleksi ini terdapat pada vak XXIII.
Famili Strelitziaceae, beberapa jenis tanaman ini adalah: pisang hias, dan
helikonia. Koleksi terdapat pada vak XXIII.
Famili Annonaceae, merupakan kelompok nangka-nangkaan. Beberapa
jenis tanaman ini adalah: burahol. Koleksi ini terdapat pada vak XX D.
Famili Apocynaceae, merupakan kelompok kamboja-kambojaan. Beberapa
jenis tanaman ini adalah: bintaro, jelutung, dan kayu rapat. Koleksi ini
terdapat pada vak XX D.
6. Lingkungan XII.
Pada lingkungan ini terdapat beberapa jenis koleksi tanaman dari famili:
Famili Gramineae, kelompok rumput-rumputan. Jenis tanaman ini adalah:
rumput, dan bambu. Koleksi terdapat pada vak XXIV A (Gambar 6), dan
vak XXIV C.
Famili Dipterocarpaceae, merupakan kelompok meranti-merantian.
Beberapa jenis tanaman ini adalah: meranti, keruing, dan tengkawang.
Koleksi terdapat pada vak XXV A.
Famili Rutaceae, merupakan kelompok jeruk-jerukan. Beberapa jenis
tanaman ini adalah: kemuning, jeruk keprok, dan jeruk sukade. Koleksi
terdapat pada vak XXIV A.
Gambar 6. Dendrocalamus asper Area XXIV A (Juli 2006)
Tata Batas Kawasan Koleksi tanaman.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas pengawas kawasan, Kebun
Raya Bogor dibagi menjadi 2 wilayah. Wilayah kebun tersebut dibatasi oleh
sungai ciliwung yang melintasi kawasan. Selain dibatasi oleh sungai, kedua
wilayah tersebut juga dibatasi oleh jalan aspal yang menuju gerbang istana Bogor.
Area Kebun Raya Bogor dengan area luar dibatasi oleh pagar besi dengan tinggi
+ 3 meter. Dalam pengelolaan tanaman koleksi, pada setiap wilayah kebun terbagi
menjadi 6 lingkungan kebun koleksi tanaman, sehingga dengan 2 wilayah di Area
Kebun Raya Bogor berarti terdapat 12 lingkungan kebun koleksi tanaman. Setiap
lingkungan, dibatasi oleh vak-vak (blok-blok) yang berfungsi untuk
mempermudah dalam pengelolaan kebun. Vak-vak tersebut ditata berdasarkan
nomor angka romawi yang dimulai dari vak I sampai dengan vak XXV.
Sedangkan untuk memudahkan lokasi tanaman koleksi, vak tersebut ditata
kembali berdasarkan Abjad.
Vak-vak (blok-blok) pembatas yang ada di Kebun Raya Bogor, terbuat
dari semen yang berukuran yaitu: panjang 20 cm, lebar 16 cm, dan tinggi 55 cm.
Vak tersebut berwarna hijau dan warna merah dan vak tersebut diletakkan secara
vertikal di atas permukaan tanah. Batas-batas setiap lingkungan kebun koleksi
disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Batas-batas Lingkungan Kebun Koleksi No Lingkungan kebun koleksi (LKK) Vak-Vak pembatas
1. Lingkungan kebun koleksi I dengan batas II Vak XII A, vak XVII A, vak XII C, vak XII D, vak X D(LK I).berbatasan dengan vak X F, vak X G, vak XII B (LK II).
2. Lingkungan kebun koleksi I dengan II. Vak XIV A, vak XIII M, vak XIII L, vak XIII A, vak XII A, dan vak XII E(LK I). Berbatasan dengan vak XIII K, vak XI A (LK III).
3. Lingkungan kebun koleksi II dengan III. Vak XI B, vak XI C, (LK II). Berbatasan dengan vak XI H, vak XI G, vak XI D (LK III)
4. Lingkungan kebun koleksi III dengan IV. Vak XI D, vak III A, vak XIII E, vak XIII F (LK III). Berbatasan dengan vak III B, vak III K, vak III I, vak IV A, vak IV B, dan vak IV D (LK IV)
5. Lingkungan kebun koleksi IV dengan V. Vak II D, vak II C, vak II O (LK IV). Berbatasan dengan vak II P, vak II O, vak II i, dan vak VIII (LK V)
6. Lingkungan kebun koleksi IV dengan VI. Vak V E, vak V F, vak III L, vak III G, vak I H, vak I K, vak II D (LK IV).berbatasan dengan vak II E, vak II H, vak II K, vak II M, vak V H, dan vak V K (LK VI)
7. Lingkungan kebun koleksi V dengan VI. Vak II Q koleksi kolam air LK V). Berbatasan dengan vak II E, vak II F, vak V H, vak V G (LK VI).
8. Lingkungan kebun koleksi VII dengan VIII. Vak XV A, vak XIX Z, vak XV E, vak XV H, vak XVI H, vak XVI G (LK VII). Berbatasan dengan vak XIX A, vak XIX C, vak XIX M, vak XIX N, vak XIX P, vak XX G, vak XX E (LK VIII).
9. Lingkungan kebun koleksi VII dengan X. Vak XVI G, XVI H, vak XVI A (LK VII).berbatasan dengan vak XVI C, vak XVI E, XVI F (LK X).
10. Lingkungan kebun koleksi VIII dengan XI. Vak XX D, vak XX G (LK VIII).
Berbatasan dengan vak XXII, dan vak XX D LK XI).
11. Lingkungan kebun koleksi IX dengan VI. Vak V B, vak V C (LK IX).berbatasan dengan vak vak V K, vak V J, vak V L (LK VI).
12. Lingkungan kebun koleksi IX dengan XI. Vak VI D, vak VI B, vak VI E, vak VII G, vak VIII A, vak VIII B, vak VIII G, vak IX D (LK IX). Berbatasan dengan vak XVI F, XVI D, vak XVII I, vak XVII C, vak XIII A, vak XIII D (LK XI).
13. Lingkungan kebun koleksi X dengan XI. Vak XVI C, vak XVII A, XVII B, XVII C, vak XVIII B, vak XVIII C, vak XVIII D (LK X). Berbatasan dengan vak XXII, dan vak XXIII (LK XI)
14. Lingkungan kebun koleksi XI dengan XII. Vak XXI A (LK XI). Berbatasan dengan vak XXIV A, XXIV B (LK XII).
Pemeliharaan Koleksi Tumbuhan
Dalam meningkatkan mutu konservasi terdapat beberapa pokok kegiatan
diantaranya, berupaya meningkatkan pemeliharaan tumbuhan koleksi selalu dalam
kondisi prima maka memerlukan suatu pemeliharaan yang intensif dengan
mengembangkan dan menerapkan teknologi budidaya tanaman yang sesuai.
Subbidang pemeliharaan koleksi dalam memasuki tahun 2006 mencanangkan
bahwa tahun 2006 merupakan tahun ”pemeliharaan koleksi per individu” sehingga
dengan demikian peningkatan kualitas pertumbuhan setiap individu tumbuhan
koleksi baik yang berada di dalam kebun (outdoor) maupun di rumah kaca
(indoor) akan mendapat perhatian yang lebih serius, disamping itu pemeliharaan
kerapihan, kebersihan, serta keindahan kebun, taman dan rumah kaca serta
peningkatan kualitas dan kuantitas kompos harus selalu dipertahankan bahkan
ditingkatkan. Pada tahun 2006 di sektor kebersihan dan kerapihan kebun belum
bisa mencapai 100%, hal ini berhubungan dengan semakin berkurangnya SDM
yang ada karena sebagian menjalani pensiun sementara penggantinya belum ada.
Satwa
Satwa liar yang hidup di Kebun Raya Bogor terdiri dari mamalia, aves,
reptile, dan ampibi. Jenis mamalia yang banyak menjadi perhatian para
pengunjung adalah kalong (Pteropus vampirus L) yang hidup bergelantungan,
jenis burung yang dapat dilihat seperti burung kowak maling (Nycticorax
nyticorax), gagak kampong (Corvus enca), kepodang (Oriolus chinensis),
meniting (Alcedo meniting), dan kutilang (Pycnonotus aurigaster) (Van Balen,
1984 dalam A Kurnia dan Widya, 2003).
Topografi
Kemiringan lahan Kebun Raya Bogor mengarah ke sungai ciliwung yang
membelah kebun Raya. Keadaan topografi Kebun Raya Bogor secara umum
termasuk datar dengan kemiringan (3 -15) % dan sebagian kecil (16-31)% dekat
pinggiran sungai. Kawasan Kebun Raya ini dilalui oleh sungai Ciliwung dengan
anak sungai Cibatok. Dengan kemiringan tersebut, tapak Kebun Raya Bogor
memiliki aliran drainase alami dan berakhir di sungai ciliwung.
Iklim
Suhu udara rata-rata harian minimum 250 C pada pagi hari dan maksimum
270 C pada siang hari pada keadaan cuaca cerah. Kelembaban udara tinggi dan
hanya tejadi sedikit perubahan suhu musiman. Lama penyinaran tertinggi terjadi
pasa bulan Agustus dan terendah terjadi pada bulan Januari.
Curah Hujan rata-rata 3191 mm pertahun dengan Hari Hujan rata-rata 221
pertahun dengan 12 bulan basah. Curah hujan tertinggi >600 mm/bulan yang
terjadi pada bulan Januari, dengan hari hujan rata-rata lebih kecil dari 10 hari
perbulan. Menurut Schmidt dan Ferguson (1951), Bogor termasuk tipe curah
hujan A.
Tabel 4. Klimatologi Bogor dari Bulan Januari sampai Desember 2007 (1 tahun) Bulan Curah Hujan(mm) Hari Hujan (Hari)
Januari
640 28
Feruari
434 28
Maret
138 24
April
164 26
Mei
324 16
Juni
173 12
Juli
131 9
Agustus
191 9
September
126 8
Oktober
152 10
November
355 25
Desember
363 26
Rata-rata
3191 221
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II Stasiun Klimatologi Klas I, Bogor (2007)
Geologi
Jenis tanah yang ada di Kebun Raya Bogor terdiri dari latosol coklat
kemerahan yang meliputi seluruh kawasan kecuali di bantaran sungai ciliwung
dan anak sungainya yang berjenis tanah aluvial kelabu. Sifat umum latosol coklat
kemerahan memiliki solum tanah sedang sampai dalam, warna coklat sampai
merah kekuningan, termasuk horizon B yang kaya dengan sesquioksida berwarna
tercerah, tekstur halus, struktur remah sampai gumpal lemah, konsisitensi gembur
sampai agak teguh, tata air dan tata udara sangat baik, permeabilitas dan drainase
sedang sampai agak cepat, tanah bereaksi agak masam, kadar zat organik dan zat
hara tanaman rendah sampai agak tinggi, cadangan mineral rendah sampai sangat
rendah, kadar fraksi liat agak tinggi sampai tinggi.
Soepardi (1983) menyebutkan bahwa tanah latosol mempunyai
produktivitas yang baik dan relatif lebih subur daripada jenis tanah lainya di
Indonesia. Selain itu granular yang terbentuk dapat merangsang drainase dalam
dengan baik, sehingga memudahkan tanah tersebut meyerap air. Dikatakan juga
bahwa hambatan produksi pada latosol relatif sedikit, sehingga usaha pertanian di
tanah ini dapat dikatakan cukup berhasil.
Aluvial kelabu merupakan tanah tanpa perkembangan profil atau dengan
perkembangan lemah. Endapan-endapan sungai waktu banjir menimbun
permukaan aluvial kelabu tersebut. Bahan induk terdiri dari endapan sungai
berupa campuran pasir dan liat yang diangkut dari bagian hulu sungai. Di
beberapa tempat terdapat batu-batu besar di permukaan tanah. Sifat aluvial kelabu
tersebut adalah berwarna kelabu sampai coklat, batas antara lapisan-lapisan tidak
tampak jelas, teksturnya halus kadang–kadang berkerikil dan berbeda-beda pada
tempat-tempat tertentu, strukturnya remah sampai gumpal di lapisan atas
sedangkan lapisan bawah pejal, konsistensinya agak lekat (basah) gembur sampai
agak teguh (lembab), agak masam, kadar zat organik dan hara tanaman sedang
sampai rendah, dan cadangan mineralnya rendah.
Bahan induk tanah latosol coklat kemerahan adalah Tuf Volkan
Intermedier dan iklim sebagai faktor pembentuknya, bercurah hujan 2000-7000
mm/tahun dan proses pembentukannya melalui proses laterisasi (Ferralisasi).
(Soepraptohardjo,1976).
Tugas dan Fungsi Kebun Raya Bogor
Ruang lingkup tugas dan fungsi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya
Bogor –LIPI diuraikan dengan jelas dalam keputusan Presiden Republik
Indonesia nomor 103 Tahun 2001, serta keputusan Ketua Lembaga LIPI nomor
1151/M/2001 (Bab IV. Pasal 157-169) (Laporan pengelolaan Kebun Raya
Bogor, 2003 dalam A Kurnia, tahun 2003)
Tugas
Tugas pokok Kebun Raya adalah melakukan inventarisasi dan konservasi
tumbuhan tropika yang mempunyai nilai pengetahuan dan nilai ekonomi untuk
dikoleksi dalam bentuk kebun botani. Selain itu Kebun Raya Bogor juga
mengkaji, menggali dan meneliti potensi untuk pemanfaatan yang
berkelanjutan.
Fungsi
Sebagai pusat konservasi tumbuhan, Kebun Raya Bogor mempunyai
fungsi diantaranya sebagai berikut :
1. Konservasi ex-situ ; yaitu melakukan eksplorasi tumbuhan di kawasan
hutan, mendata atau registrasi, mengkoleksi dan melestarikannya.
2. Penelitian, meliputi bidang :
- Taksonomi, yaitu memberi kepastian nama tanaman atau
sertifikasi, inventarisasi dan evaluasi.
- Biosistematik, yaitu mempelajari hubungan kekerabatan antara
tumbuhan.
- Botani terapan, yaitu penelitian mengenai manfaat tanaman.
- Hortikultura, meliputi penelitian adaptasi tanaman, cara
budidayanya dan pengembangan ilmu pertamanan.
3. Pendidikan ; terutama di bidang ilmu botani, pertamanan dan lingkungan
hidup.
4. Pariwisata ; Kebun Raya Bogor merupakan salah satu tempat kunjungan
wisatawan yang sangat potensial.
5. Penemuan serta pengumpulan jenis-jenis tanaman langka yang hampir
punah di Indonesia.
Kebun Raya Bogor dikembangkan untuk kepentingan ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan memilih atau menyeleksi jenis-jenis, khususnya flora
langka untuk dikembangkan. Dengan penataan lanskap yang yang baik, serta
kelengkapan koleksinya, banyak masyarakat di sekitarnya maupun
mancanegara memanfaatkan Kebun Raya Bogor sebagai tempat rekreasi.
Akhirnya kawasan tersebut berkembang sebagai obyek wisata yang
mempunyai daya tarik tersendiri.
Peran Kebun Raya Bogor dalam Pembangunan
Peranan Kebun Raya Bogor dalam masa pembangunan ini dapat ditinjau
dari berbagai sudut. Pertama dari segi preservasi (pengawetan) sumber genetik
tumbuh-tumbuhan dengan intensifikasi penebangan pohon-pohon hutan untuk
memperoleh devisa dalam jangka pendek, maka banyak sekali jenis tumbuh-
tumbuhan yang belum dikembangkan menjadi tanaman ekonomi seperti rotan,
pohon sumber getah/resin, buah-buahan hutan, anggrek liar dan lain
sebagainya. yang sudah dipergunakan oleh masyarakat setempat untuk sumber
kehidupan akan musnah tanpa ada kesempatan untuk melaksanakan kegiatan
konservasi.
Jenis tumbuhan lain yang sama sekali belum diketahui oleh kita tentang
kegunaannya yang dapat hilang tanpa pernah disentuh oleh tangan manusia.
Oleh karena itu, pihak Kebun Raya Bogor melakukan pengawetan secara
selektif terhadap sumber ini untuk dipergunakan dalam perkembangan dan
pembangunan jangka panjang. Ditinjau dari segi kegiatan penelitian, pihak
Kebun Raya turut menggali informasi-informasi yang masih tersembunyi
tentang daya guna sumber nabati kita, yang tentunya disediakan dalam rangka
pembangunan dan perkembangan bangsa untuk masa kini dan untuk masa yang
akan datang.
Sebagai objek pariwisata baik langsung maupun tidak langsung, pihak
kebun raya mempunyai andil dalam usaha meningkatkan devisa negara. Hal ini
dibuktikan dengan bertambahnya wisatawan asing yang berkunjung ke Kebun
Raya Bogor. Dalam masa otonomi daerah, Kebun Raya Bogor juga tiap tahun
memberikan kontribusinya untuk Kodya Bogor yaitu dari pendapatan karcis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kunjungan Wisatawan
Kebun Raya Bogor merupakan tempat rekreasi yang banyak dikunjungi
wisatawan sepanjang tahun, baik oleh wisatawan asing maupun wisatawan
domestik. Pengunjung yang datang ke Kebun Raya Bogor pada hari minggu
atau hari libur biasanya lebih banyak dibandingkan dengan hari biasa. Ragam
pengunjung yang masuk baik dengan rombongan maupun perorangan
mempunyai keperluan yang berbeda, diantaranya : kuliah lapang, penelitian,
rekreasi umum, rekreasi tamu dinas/tamu negara, karya wisata, pembuatan film
dan lain-lain.
Data Jumlah dan Ragam Pengunjung Kebun Raya Bogor
Jumlah pengunjung yang datang ke Kebun Raya bogor diketahui dari
rekapitulasi jumlah penjualan karcis masuk. Diketahui jumlah pengunjung
yang masuk Kebun Raya Bogor pada hari libur yaitu 133.776 orang, dan
jumlah pengunjung yang masuk pada hari kerja yaitu 132.275 orang (periode
Januari- Juli 2007). Setiap hari kerja senin sampai dengan sabtu kendaraan roda
empat diperkenankan masuk sedangkan untuk kendaraan roda dua hanya bisa
parkir di depan pintu gerbang utama Kebun Raya. Jumlah pengunjung yang
menggunakan kendaraan roda empat yang masuk ke Kebun Raya selama tahun
2007 yaitu 16.475 mobil, dan dari tempat parkir roda dua yaitu 5863 motor
(Tabel 5)
Tabel 5. Rekapitulasi Jumlah penjualan karcis Masuk Kebun Raya Bogor Tahun 2007
No Bulan Hari Libur Hari kerja Mobil Motor Kolektif (X 10)
1. Januari 27.325 22.164 2.614 1.029 775
2. Februari 15.031 16.752 1.974 827 704
3. Maret 15.836 18.690 2.381 905 1.232
4. April 33.593 25.679 3.531 1.010 2.004
5. Mei 30.177 26.455 3.288 1.226 1.350
6. Juni 7.529 17.000 2.042 701 1.379
7. Juli 4.285 5.535 645 165 480
JUMLAH 133.776 132.275 16.475 5.863 79.240 Keterangan:
Untuk bulan juli terhitung mulai dari tanggal 30 Juni – 3 Juli 2007 Dihitung menurut pengadministrasian karcis Oleh Suciyasno dengan NIP. 320005910
Sumber : Kantor Seksi Jasa Ilmiah Kebun Raya Bogor
Ragam keperluan pengunjung Kebun Raya Bogor pada tahun 2005-2006
bervariasi mulai dengan keperluan pendidikan di lapang sampai keperluan
hiburan atau rekreasi. Jumlah pengunjung Kebun Raya Bogor dengan berbagai
keperluan selama tahun 2007 menurun bila dibandingkan dengan jumlah
pengunjung pada tahun 2006. Jumlah pengunjung pada tahun 2006 yaitu
957.479 orang, sedangkan jumlah pengunjung pada tahun 2007 yaitu 909.313
orang (Tabel 6)
Tabel 6. Ragam keperluan Pengunjung Kebun Raya Bogor Tahun 2006 dan 2007 No Tujuan pengunjung
2006 2007
1. Rekreasi 892.974 855.180
2. Karya Wisata 54.715 42.073
3. Kuliah lapang 5.891 3.338
4. Kunjungan tamu Negara/Dinas 1.434 182
5. Penelitian 15 166
6. Film 1.250 7.250
7. Lain-lain 1.200 1.124
Jumlah 957.479 909.313
Sumber : Laporan Tahunan Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
Tahun Anggaran 2006
Penyebaran Pengunjung
Hasil survey dan perhitungan jumlah pengunjung di setiap area tarnyata
ada sejumlah area tanaman koleksi Kebun Raya Bogor yang tidak dikunjungi.
Area-area ini diantaranya meliputi vak II, IX, X, XIII, XIV, XV, XVII, XVII, dan
XIX. Area yang tidak pernah dikunjungi ini dengan sendirinya tidak mempunyai
data kepadatan pengunjung per hektar. Data rangking kepadatan pengunjung ini
diperoleh dari pembagian luasan vak atau area yang dituju dengan rata-rata jumlah
pengunjung yang terdapat pada area tersebut, dengan demikian rangking
kepadatan pengunjung Kebun Raya dapat dikategorikan mulai dari rangking 1
sampai dengan 173.
Area–area tersebut dapat digolongkan ke dalam sepuluh rangking tertinggi
dan sepuluh terendah (table 7). Sedangkan peta penyebaran pengunjung pada
setiap area dapat dilihat pada gambar 3. Area yang menduduki kepadatan tertinggi
terdapat pada area III H dengan kepadatan pengunjung 717.94 orang berarti,
dalam 1 hektar atau 1 orang dalam 14 meter persegi. Sedangkan kepadatan
terendah terdapat pada area XXIII A dengan kepadatan pengunjung 6.48 orang
berarti, dalam 1 hektar atau 1 orang dalam 1 543 meter persegi.
Tabel 7. Kepadatan Pengunjung Di Area Koleksi Tanaman Kebun Raya Bogor sepuluh tertinggi dan sepuluh terendah (Dalam 1 Hari). No Area Rata-rata
jumlah pengunjung
Luas (m2)
Kepadatan (Orang/Ha)
Rangking
Kepadatan
1. IIIH 42 590 717.94 1
2. XIIIE 48.2 855 563.74 2
3. XIIIJ 199.2 4 116 483.96 3
4. XIIIF 107.25 2250 476.66 4
5. VIII E 10.2 225 453.33 5
6. XID 37.6 832.5 451.65 6
7. XVE 50.2 1 125 446.22 7
8. VJ 15.2 316 375.30 8
9. IH 4 112.5 355.55 9
10. Z 79.75 2 506.5 318.17 10
11. IB 4 3 303 12.11 164
12. IXD1 9.8 8 167.5 11.99 165
13. XIXA 2 1 732.5 11.54 166
14. IV1 4 3 487.5 11.46 167
15. IIN 2 1 786. 5 11.19 168
16. VIIN 2 2 236 9.38 169
17. XIX J 3.4 4 061.25 8.37 170
18. VIIIB 4.8 6 592.5 7.28 171
19. IXC 3.2 4 725 6.77 172
20. XXIIIA 4 6 165 6. 48 173
Area-area yang banyak dikunjungi oleh users dalam jumlah besar (diatas
100 orang) yaitu area XX D1, XX D2, XX G,XXI A, dan XXII. Letak area-area
ini saling berdekatan satu sama lain di sisi sebelah timur Kebun Raya Bogor. Area
XX D1, XX D2, XXI A, dan XXII berada di kiri kanan jalan Astrid (Astrid
Avenue), sedangkan area XX G berupa taman Astrid (Gambar 7). Lapangan
rumput tampak mendominasi area-area ini, sedang pohon adalah sebagai batas
pinggirnya. Pengunjung area-area ini sebagian besar adalah anak-anak dengan
aktivitas bermain-main yang datang berekreasi secara berkelompok atau bersama
keluarga. Di Area XXII terdapat masjid yang selalu dipenuhi oleh pengunjung,
terutama pada waktu-waktu sembahyang dilakukan.meskipun pengunjung banyak
mendatangi area ini, kepadatanya rendah yang disebabkan luasan area ini yang
sangat besar dibandingkan area lainnya.
Area III H, XIII E dan XIII F yang memiliki kepadatan tertinggi terletak di
sekitar kolam gunting, ke arah pulau di tengah kolam gunting, dan ke arah Istana
Bogor. Selain itu, pengunjung dapat menikmati sajian atraktif dari satwa-satwa
yang terdapat di pulau tengah Kolam gunting dan hewan air yang sering kali
muncul ke permukaan kolam. Area-area ini juga merupakan tempat yang sejuk
karena berada di sekitar kolam, teduh sepanjang hari yang membuat pengunjung
betah berekreasi. Aktivitas rekreasi yang banyak dilakukan para pengunjung yaitu
duduk-duduk di bangku dan di atas rumput sambil menikmati pemandangan dan
bermain-main di pinggir kolam. Tempat sampah yang ada selalu penuh dalam
beberapa jam sebagai akibat dari jumlah pengunjung yang terdapat pada area
tersebut.
Pengunjung yang ingin melakukan aktivitas rekreasi yang berupa
permainan bersama kelompoknya biasanya memilih area XIII J yang berada di
samping kiri jalan kenari I. Area ini berdekatan dengan kolam gunting dan cukup
luas untuk melakukan aktvitas rekreasi dengan leluasa meskipun dengan beberapa
kelompok, semua aktiivitas dapat dilakukan pengunjung yang terdiri dari anak-
anak sampai orang dewasa.
Gambar 7. Taman Astrid (Area XX G) (16 Juli 2006)
Salah satu contoh area yang tidak pernah dikunjungi adalah area II H.
Seluruh area luasan ini dipenuhi oleh tanaman koleksi sehingga para pegunjung
tidak bisa memasuki ke dalam area tersebut. Area IX D2 dan IX E1 yang juga
tidak dikunjungi disebabkan karena letaknya jauh di tepi perbatasan area Kebun
Raya dekat halaman Istana Bogor, sepi, secara visual kurang menarik dan terkesan
kotor oleh sampah kebun.
Area yang berupa taman yang telah tertata dengan baik ternyata kurang
diminati oleh pengunjung. Contoh taman yang kurang diminati oleh para
pengunjung adalah taman Teisjman, taman Meksiko/ kaktus dan taman Pancasila.
Hal ini disebabkan karena letak area tersebut terdapat di tepi jalan raya (polusi,
bising), suasana panas dan kurang alami.
Setiap melakukan penghitungan jumlah pengunjung, terhitung di dalam
area koleksi tanaman sekitar 44%-47% dari total pengunjung pada hari itu.
Penyebaran pengunjung Kebun Raya tidak merata di setiap area. Area yang
banyak dikunjungi adalah area yang luas hamparan rumputnya, cukup teduh dan
memiliki kualitas visual yang menarik dan alami. Pengunjung Kebun Raya pada
umumnya datang secara berkelompok dan kebanyakan berusia masih muda dan
dikonversikan ke dalam peta Zonasi penyebaran pengunjung. (Gambar 8).
Pengelolaan Pengunjung
Sumber dana Kebun Raya Bogor didapat antara lain dari APBN, proyek
penelitian dan pengembangan, karcis masuk, shooting film, dan dari lokasi
pemotretan. Sumber dari penjualan karcis adalah sumber dana paling besar
sehingga sumber dana ini yang digunakan bagi pengembangan pelayanan
pengunjung.
Dalam memberikan pelayanan bagi pengunjung, pihak Kebun Raya
memberikan pelayanan pemandu bagi pengunjung khusus yang dianggap tamu,
sedangkan bagi pengunjung biasa yang ingin memakai jasa pemanduan tersedia
juga pemandu (guide) wisata. Pada umumnya jasa pemandu lebih banyak
digunakan oleh wisatawan mancanegara, hal ini disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan tentang Kebun Raya Bogor dan keterbatasan waktu kunjungan.
Luas
= 8
70 0
00 m
LEG
END
A
PRO
GR
AM
STU
DI A
RSI
TEK
TUR
LA
NSK
APFA
KU
LTA
S PE
RTA
NIAN
INST
ITU
T PE
RTA
NIA
N BO
GO
R20
08
STU
DI D
AY
A D
UK
UN
GK
AW
ASA
N R
EKR
EA
SI K
EBU
N R
AYA
B
OG
OR
JUD
UL
STU
DI
PETA
INSE
RT
PE
TA Z
ON
ASI
BE
RD
AS
AR
KAN
FA
SIL
ITAS
JUD
UL
GA
MB
AR Yay
at R
uhiy
atA
3420
1018
DIR
AN
CA
NG
DIS
ETU
JUI
Dr.
Ir. B
amba
ng S
ulis
tiyan
tara
, MAg
r.13
1 57
8 79
7
TAN
GG
AL
11 J
anua
ri 20
08
SKA
LA
NO
.
3
DIG
AM
BA
RY
ayat
Ruh
iyat
A34
2010
18
OR
IEN
TASI
450
22,5
4590
m
2S
atua
n D
alam
Met
erLo
kasi
Pen
eliti
an
10. I
stan
a11
. Rum
ah P
egaw
ai12
. Rum
ah A
nggr
ek13
. Per
inga
tan
Lady
Raf
fles
14. P
erin
gata
n Te
ysm
an
Ters
edia
fasi
litas
uta
ma
dan
penu
njan
g
Han
ya te
rsed
ia fa
silit
asut
ama
atau
pen
unja
ng
Tanp
a fa
silit
as
Ban
guna
n
1. P
intu
Uta
ma
2. G
edun
g Ko
nser
vasi
3. P
uslit
bang
Bio
logi
4. H
erba
rium
5. K
anto
r Keb
un R
aya
6. P
usat
Pen
eliti
an T
anah
7. G
edun
g P
ener
ima
tam
u
8. P
erpu
stak
aan
Per
tani
an9.
Per
sem
aian
Gambar 8. Peta Zonasi Kepadatan Pengunjung di Area Kebun Raya Bogor
Sarana dan Prasarana
Kebun Raya adalah koleksi tumbuhan yang penampilannya terpadu
dengan arsitektur lanskap, sehingga dapat menyajikan panorama alam yang indah
dan sarat dengan nuansa keilmuan. Selain itu setiap tumbuhan koleksi Kebun
Raya Bogor selalu dilengkapi dengan data-data baku mengikuti sistem standar
perkebun-rayaan sekala iInternasional. Sejak tahun 1996, Kebun Raya Bogor
menggunakan sistem pendataan Botanical Garden Recorder (BG recorder) untuk
melengkapi sistem pendataan konvensional peninggalan Belanda. Oprasional
sistem ini perlu didukung dengan peralatan komputer yang memadai.
Kebun Raya Bogor sering dikunjungi oleh wisatawan domestik dan
mancanegara dengan tujuan rekreasi, studi, penelitian dan lain-lain. Untuk
melayani kebutuhan para pengunjung pihak Kebun Raya Bogor menyiapkan
sarana dan prasarana perlengkapan standar tempat wisata. Kondisi sarana
prasarana ini masih harus ditingkatkan kualitasnya.
Dari tahun ketahun Kebun Raya Bogor melakukan koleksi tumbuhan ke
berbagai wilayah nusantara. Sebagian dari hasil koleksi itu sejak tahun 2004
ditanam di Ecopark dalam kompleks kawasan Cibinong Science Centre-LIPI,
Cibinong. Ecopark yang arti harfiahnya kebun ekologi adalah suatu kebun yang
penataannya menerapkan konsep ekologi dan diharapkan dapat menjadi sarana
peningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan suatu
ekosistem secara lestari. Sebagai pendukung kegiatan ecopark yang memiliki luas
area 26 ha tersebut Kebun Raya Bogor membangun sarana dan prasarana, antara
lain gedung pusat informasi, rute-rute untuk pejalan kaki, danau beserta dengan
biota airnya, 400 bibit tumbuhan Kebun Raya Bogor hasil eksplorasi, serta sarana
dan prasarana pemeliharaan, seperti pembibitan, rumah tinggal pengelola, dan
sarana tranportasi.
Untuk menunjang fungsi Kebun Raya Bogor di bidang pendidikan,
penelitian dan rekreasi, maka terdapat fasilitas umum dan fasilitas rekreasi serta
fasilitas khusus (tabel 8).
Tabel 8. Fasilitas dan Utilitas Kebun Raya Bogor No
Sarana dan Prasarana
Jumlah
Ukuran
Keterangan
1. Jalan Utama Panjang 7 428 m Lebar 3 m - 5 m
Diaspal
2. Jalan Madya Panjang 1 468 m Lebar 2 m - 3 m
Diaspal
3. Jalan setapak Panjang 15 688 m Lebar 0,5 m – 5 m
Konstruksi bebatuan yang tertata dengan Rapi
4. Shelter/pondok teduh
38 3,5 m x 3,5 m Bentuk bervariasi, disesuaikan dengan tata lingkungan
5. Jembatan
23 Bentuk dan ukuran bervariasi
6. Tempat duduk beton
154 2 m x 0,5 m Bentuk dan ukuran sama
7. Loket karcis 3 3 m x 3 m Terletak di sebelah timur, utara dan selatan kawasan
8. Pondok Wisata 1 12 m x 14 m Bentuk disesuaikan dengan tata lingkungan
9. Pintu gerbang 4 Terletak di sebelah utara, timur,barat dan selatan kawasan
10. Bengkel dan Gudang
1 960 m2 Bentuk disesuaikan dengan tata lingkungan
11. Lapangan Tenis
1 520 m2
12. Kantor Kebun Raya
1 1300 m2 Terbagi atas kantor Kepala,Tata Usaha, Kantor satpam,dan ruang seminar
13. WC/Toilet 12 4 mx 5 m Tersebar,terletak pada pusat kegiatan
14. Tempat Sampah 180 0,5 m3 Tersebar,terletak pada pusat kegiatan
15. Perpustakaan
1 150 m2
16. Rumah Pegawai
13 150 m2
17. Pusat Informasi 1 5 mx 5 m Terletak berdampingan dengan pintu utama di sebelah selatan
18. Monumen/tugu
9 Letak tersebar
19. Laboratorium Botani
1 500 m2
20. Rumah Anggrek 1 3 128 m2 Terdiri dari rumah kaca,laboratorium penelitian dan persemaian anggrek
21. Kolam buatan 5 Bentuk dan ukuran bervariasi,letak tersebar.guna konservasi tumbuhan air dan keindahan
22. Taman 4 Ukuran bervariasi,tersebar di selatan,timur,utara dan barat kawasan
23. Mushala 3 10 m x 10 m Bentuk disesuaikan dengan tata lingkungan
24. Masjid
1
25. Kantor Satpam 1 3 m x 3 m Berdampingan dengan kantor Kebun Raya
Sumber : Widagdo, 2006
Peta ketersediaan fasilitas rekreasi di Kebun Raya dibedakan atas kriteria
ketersediaan fasilitas utama dan penunjang (Gambar 5). Fasilitas utama meliputi
jalur sirkulasi, tempat sampah dan W.C. Fasilitas-fasilitas rekreasi penunjang
meliputi bangku, meja, gazebo, kantin masjid dan mushalla.
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun di lapangan diperoleh gambaran
faktor ketersediaan fasilitas seperti berikut ini. Sebanyak 37 area (18%) atau
seluas 12.42 hektar (23.43%) memiliki baik fasilitas rekreasi utama maupun
penunjang, 58 area (29%) atau seluas 17.16 hektar (32.38%) memiliki fasilitas
rekreasi utama saja atau fasilitas rekreasi penunjang saja, dan 107 area (53%) atau
seluas 23.46 hektar (44.26 %) tidak memiliki fasilitas apapun dan dapat dilihat
pada gambar 9.
Jalan aspal terdapat di jalur sirkulasi utama, sedangkan jalan setapak yang
diperkeras dengan batu maupun jalan tanah terdapat diantara area-area koleksi
tanaman. Jalur sirkulasi di dalam area koleksi terdapat hanya pada taman-taman,
yaitu pada taman Teisjman, taman Pancasila, dan taman Meksiko/kaktus, serta
terdapat di area koleksi tanaman terna dan berfungsi sebagai pembatas antar
bedeng koleksi tanaman. Lapangan parkir di dalam Kebun Raya terdapat di depan
gedung anggrek, di depan kantor Zoologi, dan di depan museum Zoologi.
Fasilitas-fasilitas rekreasi yang terdapat di dalam area koleksi tanaman adalah
tempat sampah, bangku, meja, gazebo, WC, kantin masjid dan mushalla.
Fasilitas terdapat lengkap (tempat sampah dan atau Wc serta fasilitas
lainnya) pada 37 area saja. Fasilitas penunjang yang ada berupa bangku dan atau
meja, gazebo sebagai tempat istirahat dan atau kantin, dan tempat beribadah.
Dilihat dari segi lokasi area di Kebun Raya, area yang memiliki fasilitas
lengkap ini adalah area yang terletak di tepi atau di dekat jalur sirkulasi utama
(jalan aspal). Sebanyak 58 area yang memiliki fasilitas utama saja atau fasilitas
penunjang saja. Tidak tersedianya fasilitas rekreasi pada 107 Area menunjukan
masih sedikitnya fasilitas rekreasi yang tersedia di Kebun Raya Bogor.
Sebagian area-area ini letaknya berdekatan dengan area lain yang memiliki
fasilitas lengkap atau hanya memiliki fasilitas penunjang saja, sehingga tidak
tersedianya fasilitas rekreasi pada area tersebut masih bisa diantisipasi. Akan
tetapi terdapat juga pengelompokan area-area yang tidak memilikia fasilitas.
Contoh area ini adalah di bagian utara berdekatan dengan komplek Istana Bogor
dan area di bagian sudut tenggara. Jumlah pengunjung yang sedikit pada area
yang memiliki kualitas visual kurang menarik tersebut merupakan alasan tidak
disediakannya tempat sampah. Hal ini sesuai dengan kenyataan di lapang, jalur-
jalur sirkulasi utama sangat padat pengunjung sehingga pada hari libur
pengunjung tidak diperkenankan membawa masuk mobilnya (gambar 10). Dari
segi kualitas visualnya area di tepi jalur sirkulasi utama ini lebih menarik.
Pengelolaan Sarana dan Prasarana
Pengelolaan sarana dan prasarana Kebun Raya Bogor ditangani langsung
oleh petugas pengawas kawasan. Petugas pengawas melakukan koordinasi dengan
para pengamat lapangan untuk melakukan pemeriksaan sarana dan prasarana yang
terdapat pada setiap taman dan kebun koleksi. Kegiatan pengeloaannya
mencakup:
1. Kegiatan pemeriksaan sarana dan prasarana
2. Kegiatan perbaikan sarana dan prasarana
3. Kegiatan penambahan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
Kegiatan perbaikan sarana dan prasarana, petugas pengawas langsung
melakukan koordinasi kepada sub bagian umum, yang selanjutnya sub bagian
umum langsung menghubungi unit bengkel. Fungsi unit bengkel adalah untuk
memperbaiki sarana dan prasarana yang ada di Kebun Raya Bogor. Untuk
kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana pihak Kebun Raya Bogor langsung
ditangani oleh petugas lapangan dengan membersihkan fasilitas yang ada.
Peningkatan Sarana dan Prasarana
Peningkatan sarana dan prasarana Kebun Raya Bogor pada tahun 2006
dilakukan sesuai dengan kebutuhan untuk pencapaian sasaran yang telah
ditentukan. Dalam pengadaan sarana dan prasarana tersebut terdapat faktor
penentu yang berkaitan dengan kesiapan dana, terutama bila pendanaanya
bersumber dari PNBP. Hasil PNBP Kebun Raya dalam jumlah besar terutama
diperoleh pada masa liburan nasional, misalnya pada hari raya Lebaran.
Pencapaian kinerja pengadaan sarana dan prasarana yang sumber pendanaanya
dari DIPA PKT Kebun Raya Bogor dapat mencapai 100%. Renovasi kantor yang
merupakan hibah Departemen PU mulai direalisasikan tahun 2006 dan
dijadwalkan selesai pada akhir tahun 2007.
Luas
= 8
70 0
00 m
LEG
END
A
PRO
GR
AM
STU
DI A
RSI
TEK
TUR
LA
NSK
AP
FAK
ULT
AS
PER
TAN
IAN
INST
ITU
T PE
RTA
NIA
N B
OG
OR
2008
STU
DI D
AY
A D
UKU
NG
KAW
ASAN
REK
RE
ASI K
EBU
N R
AYA
BO
GO
R
JUD
UL
STU
DI
PETA
INSE
RT
PET
A ZO
NA
SI B
ERD
ASA
RK
AN F
ASIL
ITAS
JUD
UL
GA
MB
AR Yay
at R
uhiy
atA
3420
1018
DIR
AN
CA
NG
DIS
ETU
JUI
Dr.
Ir. B
amba
ng S
ulis
tiyan
tara
, MAg
r.13
1 57
8 79
7
TAN
GG
AL
11 J
anua
ri 20
08
SKA
LA
NO
.3
DIG
AM
BA
RY
ayat
Ruh
iyat
A34
2010
18
OR
IEN
TASI
450
22,5
4590
m
2S
atua
n D
alam
Met
erLo
kasi
Pen
eliti
an
10. I
stan
a11
. Rum
ah P
egaw
ai12
. Rum
ah A
nggr
ek13
. Per
inga
tan
Lady
Raf
fles
14. P
erin
gata
n Te
ysm
an
Ters
edia
fasi
litas
uta
ma
dan
penu
njan
g
Han
ya te
rsed
ia fa
silit
asut
ama
atau
pen
unja
ng
Tanp
a fa
silit
as
Ban
guna
n
1. P
intu
Uta
ma
2. G
edun
g Ko
nser
vasi
3. P
uslit
bang
Bio
logi
4. H
erba
rium
5. K
anto
r Keb
un R
aya
6. P
usat
Pen
eliti
an T
anah
7. G
edun
g P
ener
ima
tam
u8.
Per
pust
akaa
n P
erta
nian
9. P
erse
mai
an
Gambar 9. Peta Zonasi Ketersediaan Fasilitas Rekreasi Kebun Raya Bogor
Gambar 10. Pengunjung dengan Kendaraan di Pintu utama (16 Juli 2006)
Tempat sampah sebagai fasilitas utama memang sangat dibutuhkan di
Kebun Raya. Banyak pengunjung yang datang untuk berekreasi perlu diantisipasi
dengan menyediakan tempat sampah yang memadai. Tempat sampah yang ada
umumnya di letakan di tepi-tepi jalur sirkulasi, di dekat bangku dan gazebo, serta
tempat lain yang biasanya merupakan tempat berkumpulnya pengunjung. Bentuk
tempat sampah yang ada terdiri dari empat bentuk yaitu tong, kotak dari semen,
tabung fiber glass dan bentuk batang pohon yang berlubang di tengahnya yang
diisi dengan tong.
Pada hari kerja kegiatan pengangkutan sampah dilakukan pada pagi hari
setelah dilakukan penyapuan area. Sedangkan pada hari libur kegitan
pengangkutan sampah dilakukan secara terus menerus. Dalam setiap kali
pengangkutan bagian kebersihan mengerahkan kendaraan bak terbuka yang
mengelilingi area untuk mengangkut sampah yang telah dikumpulkan oleh para
petugas penyapu. Apabila hal ini tidak di lakukan maka sampah akan banyak
bertebaran di area yang akan meninmbulkan gangguan yang tidak diinginkan.
Pengunjung tampak ramai pada area XX G (taman Astrid) yang sebagian
besar adalah anak-anak dengan aktivitas bermain-main yang datang berekreasi
secara berkelompok. Fasilitas yang ada di area ini berupa bangku dan tempat
sampah yang selalu penuh dalam beberapa jam saja sehingga petugas kebersihan
selalu siap di tempat. Selain itu pada area ini juga terdapat kafetaria yang cukup
banyak dikunjungi oleh para pengunjung. Berdasarkan wawancara dengan kepala
kebersihan di Kebun Raya Bogor diketahui bahwa pada area taman Astrid ini
sampahnya selalu paling banyak.
Area dengan fasilitas yang banyak dibutuhkan oleh para pengunjung di
area XXII. Pada area ini terdapat masjid yang selalu dipenuhi oleh para
pengunjung, terutama pada waktu-waktu sembahyang dilakukan. Tersedianya
W.C. di kebun raya juga sangat dibutuhkan oleh para pengunjung Kebun Raya
yang sangat banyak sehingga para pengunjung tidak perlu melepaskan hajad di
semak-semak atau di balik pohon-pohon. Pada area-area yang biasanya banyak
dikunjungi hendaknya disediakan W.C. fungsi gazebo sebagai tempat bertaduh
sangat dibutuhkan pada saat hari hujan atau saat terik panas matahari yang sangat
menyengat. Berdasarkan pengamatan, banyak pengunjung Kebun Raya yang
basah kuyup dan kesulitan mencari tempat berteduh karena kurangnya fasilitas
seperti gazebo, akhirnya para pengunjung memilih berteduh di bawah pohon-
pohon yang banyak terdapat di Kebun Raya.
Ditinjau dari ketersediaan fasilitas rekreasi, sebagian besar area koleksi
Kebun Raya Bogor tidak memiliki fasilitas. Fasilitas rekreasi utama yang
dibutuhkan di Kebun Raya Bogor adalah tempat sampah. Dengan demikian maka
pihak Kebun Raya Bogor perlu menyediakan fasilitas dan melakukan penambahan
jumlah tempat sampah dan petugas kebersihan untuk menghindari berserakannya
sampah di dalam area rekreasi Kebun Raya Bogor.
Kepekaan Vegetasi
Daya dukung Berdasarkan Kepekaan vegetasi
Tanaman koleksi Kebun Raya Bogor Terdiri dari penutup tanah, semak,
perdu, dan pohon dari berbagai famili dan berbagai bentuk morfologi. Famili dan
morfologi tanaman koleksi yang berbeda ini memiliki tingkat kepekaan terhadap
gangguan pengunjung yang berbeda pula. Oleh karena itu, penilaian kepekaan
vegetasi, yang dilakukan dengan mengelompokan area-area koleksi tanaman
berdasarkan vegetasi-vegetasi dominan yang tidak peka, agak peka, cukup peka,
peka dan sangat peka pada setiap unit area tanaman koleksi yang dianggap
homogen.
Penilaian kepekaan vegetsi Kebun Raya Bogor terhadap gangguan
pengunjung oleh responden yang dipilih secara purposive menunjukan bahwa
vegetasi di Kebun Raya terdiri atas kriteria tidak peka, agak peka, dan cukup
peka. Dari survei klasifikasi ini Kebun Raya tidak memiliki vegetasi yang
tergolong peka dan sangat peka (Tabel 9).
Area-area dengan daya dukung ini tersebar pada seluruh luasan Kebun
Raya Bogor. Area di sebelah barat aliran sungai ciliwung umumnya mempunyai
daya dukung tinggi sampai sedang yang tersebar di seluruh area Kebun Raya.
Tabel 9. Daya dukung Kebun Raya Bogor Berdasarkan Kepekaan Vegetasi.
Luas Daya dukung Jumlah Blok Ha %
Tinggi
164 34,5 65
Sedang
38 18,54 35
Rendah
0 0 0
Total
202 53.04 100.00
Hasil perhitungan peta Kebun Raya Bogor yang didasarkan atas kepekaan
vegetasi (Gambar 11) lebih banyak kawasan dengan daya dukung tinggi. Area
yang mempunyai daya dukung tinggi disebabkan karena vegetasi pada area tidak
langka, perakaranya dalam, batangnya kokoh, berduri dan atau beracun, toleransi
terhadap gangguan pengunjung tinggi, pertumbuhan vegetatif cepat, penampilan
menarik, dan sebagian besar adalah pohon.
Luas
= 8
70 0
00 m
LEG
END
A
PRO
GR
AM
STU
DI A
RSI
TEK
TUR
LA
NSK
AP
FAK
ULT
AS
PER
TAN
IAN
INST
ITU
T PE
RTA
NIA
N B
OG
OR
2008
STU
DI D
AYA
DU
KUN
GKA
WA
SAN
RE
KR
EAS
I KEB
UN
RAY
A B
OG
OR
JUD
UL
STU
DI
PETA
INSE
RT
PET
A Z
ON
AS
I BE
RD
ASAR
KAN
SAT
WA
JUD
UL
GA
MB
AR Yay
at R
uhiy
atA
3420
1018
DIR
AN
CA
NG
DIS
ETU
JUI
Dr.
Ir. B
amba
ng S
ulis
tiyan
tara
, MAg
r.13
1 57
8 79
7
TAN
GG
AL
11 J
anua
ri 20
08
SKA
LA1:
45
m
NO
.5
DIG
AM
BA
RY
ayat
Ruh
iyat
A34
2010
18
OR
IEN
TASI
450
22,5
4590
m
2S
atua
n D
alam
Met
erLo
kasi
Pen
elitia
n
10. I
stan
a11
. Rum
ah P
egaw
ai12
. Rum
ah A
nggr
ek13
. Per
inga
tan
Lady
Raf
fles
14. P
erin
gata
n Te
ysm
an
1. P
intu
Uta
ma
2. G
edun
g Ko
nser
vasi
3. P
uslit
bang
Bio
logi
4. H
erba
rium
5. K
anto
r Keb
un R
aya
6. P
usat
Pen
eliti
an T
anah
7. G
edun
g P
ener
ima
tam
u8.
Per
pust
akaa
n Pe
rtani
an9.
Per
sem
aian
Day
a du
kung
ting
gi
Day
a du
kung
sed
ang
Day
a du
kung
rend
ah
Ban
guna
n
Gambar 11. Peta Zonasi Daya Dukung Berdasarkan Kepekaan Vegetasi
Berdasarkan pengamatan di lapang, vegetasi yang termasuk area dengan
daya dukung tinggi ini antara lain merupakan famili Dipterocarpaceae,
Meliaceae, Leguminosaceae, Podocarpaceae, Moracaceae, Lauraceae,
binoniaceae, Bombacaceae, Malvaceae, pinaceae, dan Palmaceae. Tanaman-
tanaman dari famili diatas umumnya berupa pohon yang tinggi dan besar yang
memiliki batang yang kokoh dan sudah berumur tua, sehingga pada jenis tanah
latosol coklat kemerahan cukup baik untuk pertumbuhan tanaman dan sudah stabil
pada tempat tumbuhnya.
Pengunjung dapat melakukan berbagai aktivitas rekreasi pada area tersebut
tanpa menyebabkan kerusakan yang berlebihan pada lingkungan fisik dan tanpa
mengganggu stabilitas pohon, dengan demikian maka area-area tersebut dapat
menampung pengunjung yang lebih banyak dibandingkan dengan area yang lain.
karena area ini tidak mudah rusak dan cepat pulih kembali dari kerusakan akibat
gangguan pengujung tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Soemarwoto (1983)
yang menyatakan bahwa ekosistem yang kuat otomatis akan mempunyai daya
dukung tinggi, yaitu dapat menerima wisatawan dalam jumlah yang besar.
Pada area dengan daya dukung tinggi terdapat beberapa tanaman koleksi
yang tergolong peka yaitu Amorphophalus tiatanium yang merupakan tanaman
berbunga menarik karena mirip bunga bangkai yang berukuran besar (Gambar
12). Tanaman peka ini seharusnya ada pada area dengan daya dukung rendah,
tetapi karena adanya tindakan preventif dengan pemagaran maka menambah
toleransi gangguan pengunjung dan digolongkan pada area yang yang mempunyai
daya dukung tinggi. Selain itu, daya tarik tanaman ini (saat berbunga) hanya dapat
dinikmati pada waktu tertentu saja dan pihak Kebun Raya menjadikan tanaman
ini untuk promosi dan untuk menarik pengunjung atau wisatawan yang
berkunjung. Oleh karena Itu sebaiknya tanaman ini dipindahkan pada area yang
mempunyai daya dukung sedang misalnya area XI B (tidak ada area dengan daya
dukung rendah), dengan membuat pemagaran agar bisa menjamin tanaman ini
bebas dari Vandalisme. Selain itu, pemindahan ini akan memudahkan bagi
pengelola Kebun Raya untuk melakukan pengelolaan dan pengawasan karena
pada area yang baru tersebut vegetasi-vegetasinya memiliki tingkat kepekaan
yang hampir sama dengan Amorphophalus titanium.
Gambar 12. Amorphopalus titanium di Area XI D (juli 2006)
Area dengan peringkat daya dukung sedang terdapat hampir di setiap
wilayah Kebun Raya yaitu pada bagian barat, selatan, tengah dan timur karena
vegetasi yang hampir merata. Area dengan daya dukung sedang disebabkan
karena vegetasi area tersebut penampilanya menarik, tidak langka dan mudah
dibudidayakan, perakaran tidak dalam, toleransi terhadap gangguan pengunjung
kurang tinggi, tidak bracun dan tidak berduri, pertumbuhan vegetatif cepat, dan
sebagian besar area yang mempunyai daya dukung sedang berupa semak. Oleh
Karen itu, pada area ini tingkat kerusakan akibat gangguan pengunjung akan
semakin besar. Contoh tanaman pada area yang mempunyai daya dukung sedang
ini misalnya Zingiberaceae, Marantaceae, Apocynaceae, Convolvulaceae,
Araceae, Euphorbiaceae (Agak Peka) dan Nymphaceae, Pteridophytaceae,
Cycadaceae, Agavaceae, Cactaceae, Selaginelaceae, Cyatheaceae, Zamiaceae
(Cukup Peka).
Hasil pengamatan di lapang pada area dengan daya dukung sedang,
bentuk-bentuk gangguan area ini seperti penorehan batang, pemetikan daun,
bunga, dan penginjakan oleh pengunjung (vandalisme). Pada Area II O yang
merupakan area dengan koleksi tanaman kaktus, di area ini terdapat banyak
batang-batang kaktus ditoreh tulisan-tulisan sehingga merusak fisik tanaman dan
merusak keindahanya (Gambar 13). Tanaman koleksi dari famili Zingiberaceae,
Bromeliaceae, Musaceae, Strelitceae dan tanaman air yang sering dipetik
bunganya, sedangkan tanaman yang berjenis paku-pakuan dan maranta dirusak
daunnya. Tanaman dari famili Zamiaceae yaitu Encephalartos laurantianus yang
merupakan koleksi unik karena mempunyai batang yang mirip dengan ular
raksasa yang menjalar dengan panjang batang sekitar 4,5 meter dan lingkar batang
sekitar 2 meter dan daunnya mirip dengan daun palem maka oleh pengunjung
sering dimanfaatkan sebagai tempat duduk dan dinaiki. Tanaman koleksi ini sudah
berusia sangat tua (100 tahun) dan merupakan salah satu koleksi kebanggaan
Kebun Raya Bogor. Semua bentuk-bentuk gangguan pada area tanaman koleksi di
Kebun Raya Bogor akan sangat merugikan karena merupakan laboratorium dan
sekaligus museum hidup bagi berbagai jenis tanaman tropis dan tanman langka
dari berbagai penjuru dunia.
Kepekaan vegetasi jika dihubungkan dengan penyebaran pengunjung,
maka area-area yang ramai atau dipenuhi oleh para pengunjung adalah area
dengan daya dukung tinggi. Kenyataan ini tentu tidak mengkhawatirkan, karena
area yang mempunyai daya dukung tingggi mampu menampung pengunjung
dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan area yang memiliki daya
dukung sedang.
Gambar 13. Vandalisme pada batang kaktus di Area II O (Juli 2006)
Area dengan daya dukung sedang mempunyai jumlah pengunjung yang
relatif rendah bahkan ada area yang tanpa pengunjung. Namun area ini umumnya
terdapat di tepi jalur sirkulasi utama (Jalan aspal) (lihat Gambar 3). pada jalur
sirkulasi utama dilalaui oleh para pengunjung yang datang dengan jumlah yang
cukup padat terutama pada hari-hari libur. Karena itu, kemungkinan adanya
gangguan dari para pengunjung yang terabaikan sangat besar. Maka pihak Kebun
Raya perlu melakukan tindakan preventif untuk menjaga kelestarian tanaman
koleksi dengan melakukan pengawasan terutama terhadap tanaman yang langka,
meningkatkan kesadaran pengunjung dengan leaflet, signboard atau dengan
peringatan disaat pengunjung memasuki Kebun Raya, serta memberikan sangsi
yang tegas terhadap setiap pengunjung yang melakukan vandalisme.
Daya dukung yang tinggi berdasarkan kepekaan vegetasi sebagian besar
berada di seluruh kawasan atau area dan tanaman koleksi yang ada di Kebun Raya
Bogor sehingga memiliki kemampuan kawasan untuk menampung pengunjung
dengan jumlah cukup banyak tanpa mengalami tingkat kerusakan yang tinggi,
sehingga pihak Kebun Raya sendiri tidak akan mengalami kerugian.
Kelangkaan Satwa Daya dukung Berdasarkan Kelangkaan Satwa
Adanya satwa di Kebun Raya terutama di Kebun Raya Bogor tidak dapat
dielakan karena adanya saling ketergantungan antara tumbuhan dengan satwa,
misalnya dalam penyerbukan, penyediaan makanan, perlindungan dan lain-lain.
Di Kebun Raya Bogor dapat dijumpai hampir semua golongan satwa, mulai dari
jasad renik, sampai satwa menyusui, namun satwa dari jenis monyet telah
ditiadakan oleh pihak Kebun Raya Bogor karena dianggap sangat mengganggu
para pengunjung bahkan bisa membahayakan dan mengancam keselamatan.
Berdasarkan wawancara dengan ahli-ahli satwa di kantor Zoologi Bogor
maka satwa-satwa penting yang diperkirakan mempengaruhi daya dukung Kebun
Raya terdiri dari mamalia, aves, amphibi, insekta dan reptil. Satwa-satwa ini
memiliki status kelangkaan yang berbeda-beda sehingga perlu dilakukan
pengklasifikasian status kelangkaan satwa-satwa berdasarkan habitatnya dalam
menentukan daya dukung Kebun Raya Bogor.
Satwa yang ada di Kebun Raya Bogor mempunyai ruang gerak meliputi
seluruh area atau kawasan, sehingga untuk menggolongkan area tanaman koleksi
yang didasarkan atas kelangkaan satwa sangat sulit dilakukan. untuk satwa yang
memiliki habitat tertentu seperti amphibi dan reptil yang habitatnya dekat dengan
daerah sekitar air dan semak-semak, serta aves mempunyai area tertentu (seperti
dipulau kolam gunting) sebagai habitat dan relung (niche) atau tempat bertelur
dan tidur. Maka daya dukung Kebun Raya yang didasarkan atas kelangkaan satwa
diplotkan pada area dimana habitat dan tempat khusus itu berada.
Penilaian kelangkaan satwa yang dilakukan dengan cara membedakan
satwa-satwa tersebut yang dibagi ke dalam 4 kategori satwa langka (dephut, 2006)
dan satu kategori yang termasuk satwa tidak langka, ini menunjukan bahwa
satwa-satwa yang ada di Kebun raya Bogor sebagian besar adalah memeliki status
satwa tidak langka. Dengan demikian sebagian besar area atau kawasan Kebun
Raya memiliki daya dukung tinggi (Tabel 10). Peta zonasi daya dukung
berdasarkan kelangkaan satwa dapat dilihat pada Gambar 14.
Tabel 10. Daya dukung Kebun Raya Berdasarkan Kelangkaan Satwa. Luas Daya dukung Jumlah Blok
Ha % Tinggi
195 49,1 93
Sedang
7 3,9 7
Rendah
0 0 0
Total
202 53.04 100.00
Kebun Raya Bogor memiliki kekayaan satwa yang termasuk kelas status
tidak langka cukup tinggi. Misalnya, pada kolam gunting (di halaman belakang
istana Bogor) terdapat pulau kecil yang merupakan habitat beraneka jenis burung.
selain itu, di area lain terdapat satwa yang cukup atraktif dan enak ditonton,
seperti kalong (pteropus vampyrus), Bajing dan sebagainya. Kalong bergantungan
di cabang-cabang sebuah pohon yang tidak berdaun, sehingga pohon tersebut
nampak hidup “berdaun Kalong”. Jika masa pindah, kalong-kalong tersebut
formasi yang atrakltif (Area V F). Satwa-satwa yang ada di Kebun Raya masih
tergolong dalam kategori 4 yaitu langka tetapi belum dapat ditetapkan
kelangkaannya. Satwa-satwa ini sebagian besar adalah satwa dari kelas aves dan
amphibi. Satwa dari kelas aves meliputi burung raja udang (Alcedo miniting),
burug kipasan (Ripidura javanica), burung sesap madu (Anthreptes malacencis),
burung klaces (Arachnothera longirostis, Arachnotera affinisi) (Gambar 15) dan
burung sesap madu (Nectarinia jugularis).
Luas
= 8
70 0
00 m
LEG
END
A
PRO
GR
AM
STU
DI A
RSI
TEK
TUR
LA
NSK
AP
FAK
ULT
AS
PER
TAN
IAN
INST
ITU
T PE
RTA
NIA
N B
OG
OR
2008
STU
DI D
AY
A D
UK
UN
GK
AWAS
AN
REK
RE
AS
I KE
BUN
RAY
A B
OG
OR
JUD
UL
STU
DI
PETA
INSE
RT
PE
TA Z
ON
ASI
BER
DA
SA
RK
AN S
ATW
AJU
DU
L G
AM
BA
R Yay
at R
uhiy
atA
3420
1018
DIR
AN
CA
NG
DIS
ETU
JUI
Dr.
Ir. B
amba
ng S
ulis
tiyan
tara
, MAg
r.13
1 57
8 79
7
TAN
GG
AL
11 J
anua
ri 20
08
SKA
LA1:
45
m
NO
.5
DIG
AM
BA
RY
ayat
Ruh
iyat
A34
2010
18
OR
IEN
TASI
450
22,5
4590
m
2S
atua
n D
alam
Met
erLo
kasi
Pen
eliti
an
10. I
stan
a11
. Rum
ah P
egaw
ai12
. Rum
ah A
nggr
ek13
. Per
inga
tan
Lady
Raf
fles
14. P
erin
gata
n Te
ysm
an
1. P
intu
Uta
ma
2. G
edun
g K
onse
rvas
i3.
Pus
litba
ng B
iolo
gi4.
Her
bariu
m5.
Kan
tor K
ebun
Ray
a6.
Pus
at P
enel
itian
Tan
ah7.
Ged
ung
Pen
erim
a ta
mu
8. P
erpu
stak
aan
Per
tani
an9.
Per
sem
aian
Day
a du
kung
ting
gi
Day
a du
kung
sed
ang
Day
a du
kung
rend
ah
Ban
guna
n
Gambar 14. Peta Zonasi Daya Dukung Kebun Raya Berdasarkan Kelangkaan Satwa
Gambar 15. Burung Klaces (Arachnothera longirostis) di Area XI D/XIII E
Berdasarkan hasil pengamatan dari kelas amphibi terdapat hanya satu jenis
yaitu katak gembong (Rana macrodon). Satwa ini dikategorikan berdasarkan
status kelangkaan satwa yang diplotkan kedalam habitat dimana satwa itu berada
dan termasuk dalam peringkat daya dukung sedang.
Gangguan yang dilakukan pengunjung dapat berupa gangguan langsung
seperti pelemparan terhadap satwa atau gangguan yang bersifat tidak langsung
seperti suara-suara bising yang berasal dari peralatan elektronik atau bising dari
suara kendaraan, tape dan radio karena satwa langka juga merupakan status satwa
yang peka terhadap perubahan habitatnya. Perubahan atau gangguan yang kecil
saja dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan atau bahkan bisa menyebabkan
kematian, sehingga satwa itu punah4). Tanpa disadari, kehadiran pengunjung ke
Kebun Raya Bogor secara tidak langsung menyebabkan perubahan habitat-habitat
satwa langka yang ada di Kebun Raya tersebut, misalnya dengan merusak
vegetasi, tanah, dan mencemari air yang dapat menyebabkan satwa-satwa tersebut
migrasi ketempat lain yang lebih aman atau bias juga menyebabkan kematian.
Hasil pengamatan menunjukan bahwa kebanyakan pengunjung Kebun
Raya Bogor melakukan berbagai bentuk gangguan terhadap satwa yang ada di
kawasan baik secara langsung maupun tidak langsung diantaranya dapat berupa
pelemparan batu pada bajing, kalong, burung-burung yang sedang bertengger di
tajuk-tajuk pohon, di pulau kolam gunting, dengan tujuan memperoleh objek
pemotretan ataupun dapat menikmati kalong atau burung-burung yang sedang
berterbangan. Bentuk gangguan yang lain yaitu menggilas satwa yang sedang
menyebrangi jalan. Ganguan tidak langsung yang dilakukan pada satwa adalah
membunyikan radio/tape, atau berbagai alat musik dan teriakan teriakan
kegembiraaan yang keras pada saat melakukan permainan. Bentuk-bentuk
ganguan ini tentu saja mengganggu keberadaan habitat satwa yang ada di Kebun
Raya, dan dapat menyebabkan satwa stress (terutama satwa peka), dapat
menyebabkan pecahnya telur-telur dan matinya anak-anak burung dan akhirnya
akan mengakibatkan satwa bermigrasi ketempat lain yang lebih aman atau
kemungkinan bisa mengakibatkan kematian4).
Tindakan menjadikan Kebun Raya sebagai tempat rekreasi harus diikuti
dan dilakukan dengan tindakan pengawasan dan pengelolaan yang cermat.
Sebaiknya pengunjung yang membawa masuk kendaraan, membawa segala
bentuk bunyi-bunyian (radio, tape, dan alat musik) dan berteriak teriak di dalam
kawasan Kebun Raya menempati area khusus yang sudah diplot oleh pihak Kebun
Raya sebagai area yang tidak mengganggu kehidupan satwa langka. Selain itu
pengunjung yang ada dikawasan atau sebelum masuk kawasan sangat diharapkan
agar tidak membawa dan melakukan segala bentuk gangguan terhadap semua
satwa yang ada di Kebun Raya. Oleh karena itu pengelola Kebun Raya harus
memberikan informasi (melalui leaflet atau signboard dan sebagainya) tentang
adanya atraksi satwa (kapan dan dimana) bagi siapa saja dan kepada pengunjung
yang ingin menyaksikannya.
Perkembangan kota yang semakin meningkat akan diikuti semakin
sempitnya habitat dan ruang gerak satwa, maka Kebun Raya merupakan salah satu
habitat bagi satwa-satwa yang semakin terdesak dan kehilangan tempat berpijak.
Kebun Raya juga mempunyai peranan tersembunyi sebagai laboratorim zoology
terbuka. Tersedianya habitat yang aman bagi satwa di kawasan Kebun Raya yaitu
dengan adanya peraturan yang berlaku dan akan menjamin kelangsungan hidup
satwa. Karena itu Kebun Raya dapat menjadi suatu tempat rekreasi bagi manusia
untuk menikmati suasana alam dari kicauan burung-burung dan kemilaunya warna
warni kupu-kupu dan tanaman bunga yang ada di kawasan koleksi Kebun Raya
Bogor.
Kebun Raya Bogor selanjutnya akan menjadi habitat bagi satwa langka
dan tidak langka, dimana habitat satwa langka meliputi area sekitar aliran air,
pada pulau di tengah kolam gunting, area XI dan juga area XII B. Kehadiran
4) Konsultasi penulis dengan Ahli Zoologi di Kantor Zoologi Bogor, tanggal 16 juli 2006
satwa di Kebun Raya Bogor selain dapat menyebabkan menurunnya daya dukung
kawasan juga dapat menjadikan daya tarik bagi para pengunjung untuk
menyaksikan atraksi dan kehidupan satwa bebas dan langka di alam terbuka.
Topografi Daya dukung Berdasarkan Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng dinilai dan didapat dari perhitungan kelas lereng dari
peta topografi dan diklasifikasikan menjadi kelas lereng A sampai F. berdasarkan
klasifikasi kemiringan lereng di kebun raya diperoleh hasil bahwa semua kelas
lereng (A-F) terdapat disana. klasifikasi kelas lereng yang dikonversikan kedalam
persentase peringkat daya dukung berdasarkan kemiringan lereng (Tabel 11).
Area atau kawasan yang mempunyai daya dukung tinggi umumnya
terletak di bagian barat dan selatan serta tengah. Pada bagian utara yang
berbatasan dengan istana Bogor (area VII D dan VIII D) dan pada area di tepi
sungai ciliwung (area VI D) dan anak sungainya (area XIX N) serta area V L
merupakan area dengan daya dukung rendah dan dengan kemiringan lereng yang
curam, dan dapat dilihat pada peta zonasi Kebun Raya bogor berdasarkan
kemiringan lereng (Gambar 16).
Tabel 11. Daya dukung Kebun Raya Bogor Berdasrkan Kemiringan Lereng. Luas
Daya dukung
Jumlah Blok Ha % Tinggi
153 45,3 86
Sedang
43 6,6 12
Rendah
6 1,1 2,1
Total
202 53,04 100
Berdasarkan pengamatan di lapang yang dilakukan terhadap penyebaran
pengunjung diketahui bahwa area dengan kepadatan pengunjung yang tinggi
ternyata menempati atau terdapat pada area dengan daya dukung sedang ditinjau
dari kemiringan lereng. Area ini yaitu Area III H dan Area V J. Kemiringan lereng
pada area tersebut tidak membahayakan terhadap kelestarian tapak walaupun
dalam jumlah pengunjung yang banyak.
Area atau kawasan daya dukung rendah hasil pengamatan dan perhitungan
berdasarkan kemiringan lereng bahwa kepadatan pengunjung juga tergolong
sedang, sedangkan area yang tidak dapat dijangkau oleh para pengunjung dalam
jumlah banyak yaitu Area XIX N. Aktivitas rekreasi yang berlebihan atau jumlah
pengunjung yang banyak pada daerah ini akan membahayakan kelestarian tapak
dan para pengunjung cenderung akan terancam keselamatanya.
Berdasarkan hasil pengamatan dilapang bahwa area-area dengan daya
dukung yang bervariasi ini oleh pihak pengelola Kebun Raya telah dubuatkan
jalan setapak, dengan adanya jalan ini maka akan semakin mempermudah akses
para pengunjung untuk mendatangi area yang akan memberikan kualitas visual
dan pengalaman rekreasional yang sangat menarik.
Pada area dengan daya dukung yang rendah arus pengunjung yang masuk
dalam jumlah banyak harus dicegah baik melalui desain lanskap seperti menanami
area tersebut dengan tanaman-tanaman penutup tanah atau tanaman barier yang
akan berfungsi sebagai pencegah erosi, meniadakan fasilitas utama sehingga
pengunjung tidak tertarik, ataupun dengan tidak memberi akses terhadap para
pengunjung untuk mendekati apalagi sampai datang ke tempat tersebut. Hal yang
sebaliknya yang dapat dilakukan terhadap area-area yang memiliki daya dukung
tinggi.
Fasilitas rekreasi dapat dibuat dan diletakan pada area yang mempunyai
daya dukung tinggi dengan tujuan untuk menarik perhatian para pengunjung yang
datang. Pengunjung bebas untuk melakukan berbagai aktivitas rekreasi yang
disukai pada tenpat tersebut. Dengan demikian berdasarkan kemiringan lereng
sebagian besar Kebun Raya Bogor memiliki daya dukung yang tinggi dan aman
bagi para pengunjung. Pada area yang curam (daya dukung rendah) hendaknya
dijaga agar seluruh permukaan lereng tetap tertutup dengan vegetasi tanah dan
dapat berfungsi sebagai pencegah erosi juga tidak dapat dijangkau oleh
pengunjung karna akan membahayakan bahkan bisa mengancam keselamatan.
Gambar 16. Peta Zonasi Daya dukung Kebun Raya Bogor Berdasarkan Kemiringan Lereng
Luas
= 8
70 0
00 m
LEG
END
A
PRO
GR
AM
STU
DI A
RSI
TEK
TUR
LA
NSK
AP
FAK
ULT
AS
PER
TAN
IAN
INST
ITU
T PE
RTA
NIA
N B
OG
OR
2008
STU
DI D
AY
A D
UKU
NG
KAW
ASAN
REK
RE
AS
I KE
BUN
RAY
A B
OG
OR
JUD
UL
STU
DI
PETA
INSE
RT
PET
A ZO
NA
SI B
ERD
ASA
RK
AN L
ER
ENG
JUD
UL
GA
MB
AR Y
ayat
Ruh
iyat
A34
2010
18
DIR
AN
CA
NG
DIS
ETU
JUI
Dr.
Ir. B
amba
ng S
ulis
tiyan
tara
, MA
gr.
131
578
797
TAN
GG
AL
11 J
anua
ri 20
08
SKA
LA
NO
.
6
DIG
AM
BA
RY
ayat
Ruh
iyat
A34
2010
18
OR
IEN
TASI
450
22,5
4590
m
2S
atua
n D
alam
Met
erLo
kasi
Pen
eliti
an
10. I
stan
a
11. R
umah
Peg
awai
12. R
umah
Ang
grek
13. P
erin
gata
n La
dy R
affle
s
14. P
erin
gata
n Te
ysm
an
1. P
intu
Uta
ma
2. G
edun
g Ko
nser
vasi
3. P
uslit
bang
Bio
logi
4. H
erba
rium
5. K
anto
r Keb
un R
aya
6. P
usat
Pen
eliti
an T
anah
7. G
edun
g P
ener
ima
tam
u
8. P
erpu
stak
aan
Per
tani
an
9. P
erse
mai
an
Day
a du
kung
ting
gi
Day
a du
kung
sed
ang
Day
a du
kung
rend
ah
Ban
guna
n
Daya dukung Kebun Raya Bogor
Daya dukung Kebun Raya Bogor dengan Cara Overlay
Daya dukung Kebun Raya secara grafis dapat ditentukan dengan metode
overlay. Hasil pengamatan dan perhitungan menunjukan bahwa sebagian besar
area tanaman koleksi di Kebun Raya Bogor memiliki daya dukung yang sangat
tinggi (table 12). Dengan demikian Kebun Raya Bogor sebagai tempat rekreasi
memiliki potensi untuk menampung jumlah pengunjung yang cukup besar. Hasil
pengamatan bahwa daya dukung biofisik kawasan Kebun Raya Bogor yang
ditentukan dengan cara “overlay” dari peta kepekaan vegetasi, kemiringan lereng,
dan kelangkaan satwa mempunyai daya dukung yang tinggi (Gambar 17).
Tabel 12. Daya dukung Kebun Raya Bogor dengan cara Overlay. Luas
Daya dukung
Jumlah blok Ha % Tinggi
125 29,8 56,2
Sedang
68 20,9 39,4
Rendah
9 2,7 4,4
Total
202 53.04 100.00
Dapat dilihat dari gambar 13, menunjukan bahwa area-area yang memiliki
daya dukung yang seragam berkoloni. Kenyataan ini sangat menguntungkan pihak
Kebun Raya karena akan membantu dalam mengarahkan para pengunjung.
Kelompok area yang mempunyai daya dukung tinggi itu dapat diplot sebagai area
tujuan utama pengunjung dimana pada area tersebut aktivitas rekreasi dapat
dilakukan dengan lebih leluasa. Dengan demikian maka gangguan yang
diakibatkan oleh pengunjung terhadap vegetasi, satwa dan lereng pada area
dengan daya dukung rendah dapat dikurangi.
Hasil pengamatan dan perhitungan dianalisis secara kualitatif dari bagian
Penyebaran pengunjung terhadap kepekaan vegetasi, kelangkaan satwa dan
kemiringan lereng, bahwa Kebun Raya Bogor secara keseluruhan juga para
pengunjung yang datang ternyata berada pada kawasan yang mempunyai daya
dukung tinggi.
Gambar 17. Peta Zonasi Daya dukung Kebun Raya dengan Overlay
Luas
= 8
70 0
00 m
LEG
END
A
PRO
GR
AM
STU
DI A
RSI
TEK
TUR
LA
NSK
AP
FAK
ULT
AS
PER
TAN
IAN
INST
ITU
T PE
RTA
NIA
N B
OG
OR
2008
STU
DI D
AYA
DU
KUN
GK
AWAS
AN R
EKR
EAS
I KE
BUN
RAY
A B
OG
OR
JUD
UL
STU
DI
PETA
INSE
RT
PET
A ZO
NA
SI B
ERD
ASA
RKA
N O
VER
LAY
JUD
UL
GA
MB
AR Y
ayat
Ruh
iyat
A34
2010
18
DIR
AN
CA
NG
DIS
ETU
JUI
Dr.
Ir. B
amba
ng S
ulis
tiyan
tara
, MAg
r.13
1 57
8 79
7
TAN
GG
AL
11 J
anua
ri 20
08
SKA
LA
NO
.7
DIG
AM
BA
RY
ayat
Ruh
iyat
A34
2010
18
OR
IEN
TASI
450
22,5
4590
m
2S
atua
n D
alam
Met
erLo
kasi
Pen
eliti
an
10. I
stan
a
11. R
umah
Peg
awai
12. R
umah
Ang
grek
13. P
erin
gata
n La
dy R
affle
s
14. P
erin
gata
n Te
ysm
an
1. P
intu
Uta
ma
2. G
edun
g Ko
nser
vasi
3. P
uslit
bang
Bio
logi
4. H
erba
rium
5. K
anto
r Keb
un R
aya
6. P
usat
Pen
elitia
n Ta
nah
7. G
edun
g P
ener
ima
tam
u
8. P
erpu
stak
aan
Perta
nian
9. P
erse
mai
an
Day
a du
kung
ting
gi
Day
a du
kung
sed
ang
Day
a du
kung
rend
ah
Ban
guna
n
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kebun Raya Bogor ditinjau dari kepekaan vegetasi, 65% luasan area
tanaman koleksi mempunyai daya dukung tinggi. Berdasarkan kelangkaan satwa,
luasan area tanaman koleksi mempunyai daya dukung tinggi yaitu sebesar 93%
dan berdasarkan kemiringan lereng terdapat 86% luasan kawasan berdaya dukung
tinggi.
Daya dukung Kebun Raya secara grafis menunjukan bahwa 56,2% area
tanaman koleksi di Kebun Raya Bogor memiliki daya dukung yang tinggi.
Terdapat 39,4% luasan area tanaman koleksi berdaya dukung sedang dan 4,4.%
berdaya dukung rendah. Areal-areal yang berdaya dukung sedang dan rendah ini
perlu diperhatikan supaya areal-areal tersebut tidak rusak dan kelestariannya tetap
terajaga dan berkelanjutan. Dengan demikian, tindakan pencegahan terhadap
vandalisme terutama pada area yang berdaya dukung sedang dan rendah ini harus
diutamakan, karena kemampuan kawasan Kebun Raya Bogor untuk menampung
pengunjung terbatas.
Kehadiran satwa langka di Kebun Raya selain menyebabkan menurunnya
daya dukung adalah merupakan daya tarik tersendiri bagi para pengunjung untuk
menyaksikan atraksi dan kehidupan bebas satwa langka di alam terbuka.
Area-area yang paling banyak dikunjungi oleh para pengunjung dalam
jumlah yang besar (>100 Orang) terletak di sisi timur Kebun Raya Bogor yaitu
terdapat pada area XX D1, XX D2, XX G, XXI A, dan area XXII.
Saran
Pada area-area yang mempunyai daya dukung rendah sebaiknya tidak
disediakan fasilitas-fasilitas untuk kepentingan dan kenyamanan pengunjung
sehingga arus pengunjung memasuki area tersebut dapat secara tidak langsung
dicegah, sebaiknya penambahan fasilitas-fasilitas atau area-area terbangun yang
akan menyebabkan menurunnya daya dukung kawasan Kebun Raya Bogor
dikurangi.
Tanaman dengan status vegetasi peka yang merupakan faktor utama
penyebab daya dukung Kebun Raya rendah dianjurkan dipindahkan pada area
yang mempunyai daya dukung tinggi.
Pihak Kebun Raya perlu melakukan tindakan preventif untuk menjaga
kelestarian ekosistem kawasan dengan melakukan pengawasan terutama terhadap
tanaman yang langka, meningkatkan kesadaran kepada para pengunjung melalui
leaflet, signboard, dan peringatan disaat para pengunjung memasuki Kebun Raya,
serta memberikan sanksi yang tegas terhadap setiap pengunjung yang melakukan
vandalisme.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,T.S.1988.Survey Tanah. Pustaka Buana. Bandung.261p.
Arifin, H. S. 1992. Beberapa Pemikiran Pengembangan Agrowisata pada Kawasan Cagar Budaya Betawi di Condet, Jakarta Timur. Makalah Seminar Wisata Agro. IPB. Bogor.
Bahar, H. 1989. Peranan Pendidikan Pariwisata dalam Pengembangan Agrowisata
di Indonesia Basuni, S. dan Soedargo. 1988. Beberapa pengertian dan terminologi dalam
rekreasi. Media Konservasi, No. 2 (1): 4-6. Christiansen, M.L. 1977. Park Planning Hand Book, Fundamentals of physical
Planning for Park dan recreation Areas. Jhon Wiley & Sons. New York. 413p. Departemen Kehutanan.1978. Pedoman Pengelolaaan Satwa langka. Direktorat
Jendral Kehutanan. Direktorat Kehutanan dan pengawetan Alam, Bogor. 205p.
Direktorat Tata Guna Tanah. 1983. Pemetaan Kemampuan Tanah. Tata cara kerja,
Buku 1. Edisi keempat. Direktorat Tata Guna Tanah, Direktorat Jendral agraria, Departemen Dalam Negri, Jakarta. 15p.
Douglas, R.W. 1975. Forest recreation. Pergamon Press.New York. 362p.
Gold, S.M. 1980. Recreation Planning and Design. Mc. Graw Hill Book Co. New York. 322p.
Hardjowigeno, dan J. Dai. 1994. Evaluasi lahan untuk pariwisata. Laporan teknis
No. 9. Centre for Soil and Agroclimate Research. Bogor. Hasan,C.1989. Persepsi pengunjung terhadap taman safari Indonesia, Cisarua-
Bogor. Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. (tidak dipublikasi).
Hendee J,C, G.H. Stankey and R.C. Lucas. 1978. Wilderness management. Forest
service USDA. Washington. D.C. 381p. Knudson, D.M. 1980. Outdoor recreation. MacMillan publ. Co. New York. 655p.
Laurie, M. 1986. Pengantar kepada Arsitektur Pertamanan (edisi Indonesia). Penerbit Intermatra. Bandung. 133 hal.
Lime, D.W. and George H. Stankey. 1971. Carriying Capacity: Maintaining
Outdoor recreation quality. In recreation: Symposium Proceedings.Syracuse.N.Y., p: 174-184.
Nurisjah, S dan Q. Pramukanto. 1996. Penuntun praktikum Perencanaan Lanskap. Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. Third edition. W.B. Saunders
company. Philadelphia. 374p. Priyatna, T. T. 1992. Perencanaan Lansekap daerah penerima utama kampus
Institut Pertanian Bogor-Darmaga. Skripsi tidak dipublikasikan. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Simonds, J. O. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill Pub. Co. New York. 31p.
Siswantinah, W. 1987. Persepsi pengunjung tentang lingkungan rekreasi dan
beberapa faktor yang mempengaruhinya. Studi Taman Mini Indonesia Indah dan Kebun Raya Cibodas. Thesis dalam Ilmu Pengolahan Sumber daya Alam dan Lingkungan. Fakultas Pasca Sarjana. IPB. Bogor. 115 hal.
Soemarwoto, O. 1983. Ekologi lingkungan hidup dan pembangunan. Penerbit
Djambatan. Jakarta. 355p.
Soemarwoto, O. 1991. Ekologi lingkungan hidup dan pembangunan. Penerbit Djembatan. Jakarta.
Spillane, J. J. 1994. Ekonomi pariwisata, sejarah & prospeknya. Penerbit kanisius.
Yogyakarta. UPT Balai Pengembangan Kebun Raya. 1990. Laporan tahunan periode Januari-
Desember 2005. Bogor. 125p. UU No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan.
Filename: yayat ruhiyat_A34201018.doc Directory: E:\1\Data#2\SKRIPSI_S1\YAYAT RUHIYAT\final Template: D:\Documents and Settings\Bambang S\Application
Data\Microsoft\Templates\Normal.dot Title: STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN
REKREASI Subject: Author: Bambang S Keywords: Comments: Creation Date: 1/30/2008 4:14 PM Change Number: 2 Last Saved On: 1/30/2008 4:26 PM Last Saved By: Bambang S Total Editing Time: 8 Minutes Last Printed On: 1/30/2008 4:27 PM As of Last Complete Printing Number of Pages: 78 Number of Words: 16.904 (approx.) Number of Characters: 96.358 (approx.)