STUDI ANALISIS PEMIKIRAN JALALUDIN RAHMAT TENTANG...
Transcript of STUDI ANALISIS PEMIKIRAN JALALUDIN RAHMAT TENTANG...
STUDI ANALISIS PEMIKIRAN JALALUDIN RAHMATTENTANG SOCIAL ENGINEERING DAN RELEVANSINYA
DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (SI) Ilmu Tarbiyah
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Oleh
Tajus SyarofiNIM. 3105 381
FAKULTAS TARBIYAHINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG2010
KEMENTERIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAHAlamat: Prof. Dr. Hamka Kampus II Telp. 7601295 Fak. 7615387 Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Semarang, 6 Desember 2010Lamp : 4 (Empat) EksemplarHal : Naskah Skripsi Kepada Yth.
An. Sdr. Tajus Syarofi Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu alaikum Wr. Wb
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama inisaya kirim naskah skripsi saudara:
Nama : Tajus SyarofiNIM : 3105381Judul : STUDI ANALISIS PEMIKIRAN JALALUDIN
RAHMAT TENTANG SOCIAL ENGINEERINGDAN RELEVANSINYA DENGAN TUJUANPENDIDIKAN ISLAM
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapatdimunaqosahkan.
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Wahyudi, M.Pd. Syamsul Ma’arif, M.Ag.NIP. 196803141995031001 NIP. 197410302002121002
KEMENTERIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS TARBIYAHJl. Prof. Dr. Hamka KM 1 Ngaliyan Telp. (024)7601291 Semarang 50185
PENGESAHAN
Nama : Tajus SyarofiNIM : 3105381Judul : STUDI ANALISIS PEMIKIRAN JALALUDIN RAHMAT
TENTANG SOCIAL ENGINEERING DANRELEVANSINYA DENGAN TUJUAN PENDIDIKANISLAM
Telah Dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut AgamaIslam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan LULUS pada tanggal:
20 Desember 2010
Dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikanstudi Program Sarjana Strata I (S.1) tahun akademik 2010/2011 guna memperolehgelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
Semarang, 20 Desember 2010Dewan Penguji
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Ikhrom, M.Ag. Hj. Tuti Qurrotul Aini, M.Si.NIP. 196503291994031002 NIP. 197210161997032001
Penguji I, Penguji II,
Ridwan, M.Ag. Dra. Ani Hidayati, M.Pd.NIP. 196301061994031001 NIP. 196112051993032001
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Wahyudi, M.Pd. Syamsul Ma’arif, M.Ag.NIP. 196803141995031001 NIP. 197410302002121002
MOTTO
Ÿwuršcq‘Ò» ptrB4’n? tãÏQ$ yè sÛÈûüÅ3ó¡ÏJ ø9 $#ÇÊÑÈšcqè=à2 ù's? ury #uŽ—I9 $#Wxò2 r&$tJ ©9ÇÊÒÈšcq™7 ÏtéBur
tA$ yJ ø9$#$ {7 ãm$ tJ y_ÇËÉÈHxx.#sŒÎ)ÏM©.ߊÙßö‘ F{ $#% y.yŠ% y.yŠÇËÊÈuä!% y ury7•/u‘à7n=yJ ø9 $#ur$ yÿ|¹$ yÿ|¹
Dan kamu tidak saling mengajak memberi Makan orang miskin, dan kamumemakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yangbathil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.Jangan (berbuat demikian). apabila bumi digoncangkan berturut-turut, dan
datanglah Tuhanmu; sedang Malaikat berbaris-baris.(QS. Al-Fajr: 18-22)
PERSEMBAHAN
Karya ini Kupersembahkan untuk:
v Ayahanda dan Ibunda tercinta, do’amu selalu kuharapkan dalam setiap
langkahku
v Adik-adiku tercinta ‘Ufiani, Hilda Rahmawati, Sunny, Muhammad Ais
Ananta Said yang memberikan inspirasi besar dalam sejarah hidupku
v Saudara-saudara ku yang ikhlas menemaniku
v Rekan-rekan keluarga besar HMI yang selalu menjaga missi
perjuangannya
v Keluarga besar alumni (KAHMI) yang senantiasa tak henti
mengabdikan dirinya untuk negeri
PERNYATAAN
Dengan senantiasa mengharap ridha Allah SWT, penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis orang lain atau diterbitkan
kecuali sebagai referensi utuh. Demikian juga skripsi tidak berisi satupun
pemikiran-pemikiran orang lain kecuali informasi yang terdapat dari objek
penelitian.
Semarang, 05 Desember 2010
Deklarator
Tajus SyarofiNIM. 3105 381
ABSTRAKSI
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan daninformasi berdasarkan kerangka fakta dan data yang benar serta dapat dipercayatentang pokok-pokok pemikiran social engineering menurut Jalaluddin Rahmatdan relevansinya dengan tujuan pendidikan Islam serta mengetahui implikasipemikiran Jalaluddin Rahmat terhadap pendidikan Islam di Indonesia, denganharapan memberikan sumbangan bagi perkembangan khazanah ilmu pengetahuan,terutama bagi kemajuan sosiologi-pendidikan.
Dalam Penelitian penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan tekstual,suatu upaya memahami bagaimana pemikiran Jalaluddin Rahmat. Pendekatanhistoris faktual yang berkaitan dengan pemikiran tokoh. Yaitu denganmenggunakan jenis penelitian kepustakaan (research library). Dalam melakukanpengolahan data yang berkaitan dengan fokus pemikiran Jalaluddin Rahamattentang social engineering, penyusun menggunakan tahapan-tahapan sebagaiberikut : Deskripsi ,Interpretasi, Analisis.
Penelitian ini bertujuan untuk penenlusuran: 1) Pemikiran SocialEngineering Jalaluddin Rahmat, 2) Relevansi antara pemikiran Jalaluddin Rahmattentang Social Engineering dan relevansinya dengan tujuan pendidikan islam.
Penelitian ini menggunakan metode penenlusuran kepustakaan “reseachlibrary”, baik melalui buku-buku pokok maupun pendukung.
Adapun data yang terkumpul di dianalisis menggunakan metode analisisdeskriptif, deduktif –induktif, serta “intellectual biography”. Pendekatan yangdigunakan adalah dengan metode pendekatan histories –phenomenologis.Penelitian ini menunjukan bahwa:1. Pemikiran Jalaluddin Rahmat sedikit banyak dipengaruhi oleh tokoh sosiologi
klasik yaitu Max Weber dan tokoh pendidikan progresif John Dewey. Yangmengatakan bahwa untuk melakukan suatu perubahan sosial harus dimulaidari perubahan paradigma berfikir
2. Pendidikan merupakan salah satu saluran terpenting dalam melakukanPerubahan sosial.
3. Gerakan pemikiran Jalaluddin Rahmat banyak berperan dalam konteksdialektika sosial melalui social engineering sebagai social movement yangterencana secara matang, melalui lembaga social salah satunya adalahlembaga pendidikan.
Berdasarkan dari hasil penelitian inilah diharapkan akan menjadi bahaninformasi yang utuh serta masukan bagi semua pihak terutama pemerhati danpemegang kebijakan dalam pendidikan secara umum, baik praktisi maupun kepalasekolah dan staff pengajar pendidikan Islam.
Diharapkan kepada pemegang kebijakan pendidikan agar senantiasamengejewantahkan nilai dasar pancasila dan UUD 45 untuk melakukan perlakuanyang sama terhadap masyarakat yang mempunyai hak mendapatkan pendidikanyang sama. Sehingga dengan deikian hakikat pendidikan sebagai ikhtiarmemanusiakan manusia akan tercapai.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt, yang selalu
melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya kepada penulis. Ikhtiyar penulis
dalam melakukan penyusunan skripsi ini adalah bentuk atas hamparan ilmu Mu
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada sang pembaharu
Muhammad SAW, yang senantiasa kita nantikan syafaatnya. Segenap keluarga,
para sahabat, cendikiawan, serta seluruh pengikutnya yang rela mengorbankan
jiwa raganya untuk melanjutkan visi keislaman.
Dengan kesadaran yang sangat mendalam, penulisan skripsi ini tidak akan
terselesaikan tanpa bimbingan, kontribusi apapun bentuknya dari semua pihak.
Dalam kesempatan yang yang berbahagia ini izinkanlah penulis menyampaikan
ungkapan rasa terimakasih yang sedalam-dalamntya kepada:
1. Yth. Dr. Suja’i selaku dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo semarang
serta segenap stafnya
2. Yth. Drs. Wahyudi, M. Pd., Syamsul Ma’arif, M. Ag., selaku pembimbing
yang tulus dalam membimbing penulis di awal sampai akhir
3. Yth. Nur Chasanah, M.Pd, M.Kes, selaku wali studi
4. Yth. Bapak/ Ibu dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang
selalu memberikan pengetahuan maupun bimbingan selama di bangku kuliah
5. Keluarga besar penulis yang selalu memberikan do’a dan restu dengan
motivasi, dukungan baik spiritual maupun material dalam menyelesaikan
studi.
6. Keluarga besar Kakek Saknan (alm), Marzuki dan Nenek Muji’ah, Tasi’ah
serta keluarga besar Mansur Utsman ”wa cacuh”
7. keluarga bkeluarga besar Mbah Idris, KH. Abdul Gafur, KH. Abdul Halim,
KH. Abdul Karim (alm), yang telah banyak memberikan nasihat dan konsisten
terhadap paradigma salafy
8. Keluarga besar KH. Asy’ari Sadjid (alm) senantiasa memberikan pencerahan
melalui pengajian kitab kuning
9. Keluarga besar Bapak Radiman Wonosobo yang senantiasa memberikan
warna dalam hidupku.
10. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Tarbiyah,
Korkom, Cabang Semarang yang tak mungkin saya sebut satu persatu jangan
pernah gentar dengan tantangan apapun dalam melanjutkan missi organisasi.
Yakusa
Semarang, 05 Desember 2010
Tajus SyarofiNIM. 3105 381
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ..........................................................iii
MOTTO .................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN............................................................................................... v
DEKLARASI ....................................................................................................vi
ABSTRAKSI....................................................................................................vii
KATA PENGANTAR .....................................................................................viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Batasan Istilah .............................................................................5
C. Rumusan Masalah........................................................................7
D. Tujuan Penulisan Skripsi .............................................................8
E. Kajian Pustaka .............................................................................8
F. Metode Penelitian ...................................................................... 10
BAB II SOCIAL ENGINEERING
A. Makna Social Engineering .................................................... 13
B. Social Problems dan Teori Perubahan ....................................... 16
1. Problem Sosial ...................................................................16
2. Teori Perubahan Sosial......................................................... 19
3. Paradigma Perubahan Sosial ................................................ 25
C. Strategi Perubahan Sosial........................................................... 30
1. People Power....................................................................... 31
2. Persuasive Strategy.............................................................. 31
3. Normative Reeducative ........................................................ 32
D. Aktor Perubahan atau Teori Manusia Besar ............................... 38
1. Ordinary People .................................................................. 38
2. Expectional Actor................................................................. 39
3. Holder Of Expectional Positions .......................................... 39
E. Proses Perubahan Sosial............................................................. 39
1. Penyesuaian Masyarakat terhadap Perubahan....................... 39
2. Saluran-Saluran Perubahan .................................................. 40
3. Disorganisasi dan Reorganisasi ............................................ 42
F. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Perubahan Sosial.....42
1. Faktor Pendukung Perubahan Sosial..................................... 42
2. Faktor Penghambat Perubahan Sosial ................................... 44
G.Tujuan Pendidikan Islam ............................................................. 44
H.Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam .................................................47
BAB III PENDIDIKAN SEBAGAI SOCIAL MOVEMENT PERSPEKTIF
JALALUDDIN RAHMAT
A. Latar Belakang Jalaludin Rahmat............................................... 51
B. Gagasan Perubahan Jalaludin Rahmat ........................................54
C. Karya Jalaludin Rahmat .............................................................57
D. Pemikiran Jalaludin Rahmat Tentang Pendidikan Islam sebagai
Social Movement ...................................................................... 68
BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN JALALUDDIN RAHMAT TENTANG
SOCIAL ENGINEERING DAN RELEVANSINYA DENGAN
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
A. Pendidikan Islam Sebagai Upaya Social Engineering................. 73
B. Pemikiran Social Engineering Jalaludin Rahmat dan Tujuan
Pendidikan Islam ....................................................................... 78
C. Pendidikan Islam Sebagai Agen perubahan sosial ...................... 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................ 86
B. Saran-saran ................................................................................ 90
C. Penutup...................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Tajus Syarofi
Tempat Tanggal Lahir: Bribes, 25 September 1986
Alamat Asal : Jl. Jenderal Soedirman Losari Brebes
Alamat Semarang : Jl. Dewi Sartita no.78 sampangan semarang
Pendidikan Formal:
1. MI Al-Ikhlas Loempeor Losari Brebes
2. MTs Al-Ikhlas Losari Brebes
3. MA Walisongo Jepara
4. IAIN Walisongo Semarang
Pendidikan Non Formal:
1. Perguruan Pesantren Yanbu’ul Ulum Loempoer Losari Brebes
2. Perguruan Pesantren Nurul Hijrah Pecangaan Jepara
3. Perguruan pesntren Raudlatutthalibin Tugu Rejo Semarang
Basic Organisasi Intra Kampus:
1. Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Bidang Advokasi
Masyarakat 2006
2. Dewan Mahasiswa Institut Advokasi Masyarakat 2008
3. Sekretaris Umum SKM AMANAT 2008
Basic Organisasi Ekstra Kampus:
1. Ketua Umum HMI Komisariat Tarbiyah 2006-2007
2. Ketua Umum HMI Korkom Walisongo Semarang 2007-2008
3. Ketua HMI Cabang Semarang 2008-2009
4. Pimpinan Umum Bulletin INSANI
5. Pimpinan Umum Tabloid Suara TIDAR
Jenjang Training yang di ikuti:
1. Workshop Jurnalistik SKM AMANAT 2006
2. Basic Training HMI Cabang Semarang 2005
3. Intermediate Training HMI Cabang Serang Banten
4. Senior Course HMI Cabang Sukoharjo
5. Training Kewirausahaan HMI Cabang Semarang
6. Training Advokasi HMI Kom. Syari’ah 2006
Karya Ilmyah
1. Mempertanyakan Eksistensi KNPI Brebes (pantura news)
2. Century & Kepentingan Elit (pantura news)
3. Melawan Hegemoni Politik (Majalah AMANAT)
4. Melawan Determinisme Kekuasaan (Tabloid TIDAR)
Billahittaufiq Walhidayah
Semarang, 05 Desember 2010
Peneliti,
Tajus SyarofiNIM. 3105381
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara-negara berkembang atau Negara-negara dari dunia ketiga pada
saat ini mengalami persoalan-persoalan mendasar, tidak terkecuali bangsa
Indonesia. Menurut Rustam Lalkaka, Director UN Fund for Science and
Technology, ada beberapa persoalan mendasar yang kita hadapi sebagai
masyarakat Indonesia diantaranya adalah hutang internasional, pertambahan
penduduk, urbanisasi yang sangat cepat, degradasi lingkungan, dan
pengangguran besar-besaran.1
Persoalan-persoalan tersebut merupakan situasi sosial yang harus
diselesaikan kalau kita ingin mempertahankan eksistensi kita sebagai bangsa
yang berdaulat. Di dalam teori sosial, di kenal apa yang disebut dengan teori
“ciltur lag” yaitu apabila bermacam-macam bagian kebudayaan berkembang
secara tidak seimbang, tidak sesuai dengan ilmu dan teknologi maka akan
terjadi proses kelambanan budaya.
Kondisi semacam inilah yang memunculkan disorganisasi sosial
atau disintegrasi sosial sehingga kondisi masyarakat tidak lagi mempunyai
sistem sosial yang teratur dan berfungsi secara harmonis dan muncul keadaan
tidak pasti, tidak aman, ambisi pribadi tidak dapat dipenuhi secara realistis,
sampai pada gejolak intrinsik bahwa hidup benar-benar tidak punya arti dan
tujuan. Hal ini terindikasi banyaknya masalah pengangguran, kemiskinan,
rendahnya sumberdaya manusia yang menghambat produktivitas.2
Pada dasarnya manusia mempunyai konsep dasar, yaitu keinginan
untuk bersatu dan beraktualisasi dengan manusia lainnya, keyakinan dan
kompetisi, serta dalam suatu keadaan manusia mempunyai dorongan konflik
baik positif maupun negatif. Sehingga dengan demikian realitas kehidupan
1 Mochtar Buchori, Transformasi Pendidikan, (Jakarta, PT. Pustaka Sinar Harapan, 2001),hlm. 21
2 Kartini Kartono, Patologi Sosial, ( Jakaerta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 ), hlm. 4-5
sosial perlu bimbingan melalui hukum dan moral sehingga realitas tersebut
berdampak pada sistem sosial yang beretika serta berestetika.
Selain itu, tidak adanya keseimbangan antara das sollen (konsep ideal)
dengan das sein (realita yang terjadi) di dalam kehidupan sosial maka itu
merupakan masalah sosial yang serius. Social Engineering (Rekayasa sosial)
adalah suatu upaya secara terukur, terencana menuju perubahan sosial secara
positif “transformasi” atau biasa di sebut dengan “social planning .3 Konsep
ini mempunyai karakter yang lebih akademis karena di dalamnya terkandung
internalisasi nilai-nilai ilmu pengetahuan atau sumber daya manusia serta
nilai-nilai integritas sosial yang tinggi, maka jika kita percaya dengan konsep
perubahan sosial maka ikhtiar yang paling utama adalah membangun
paradigma berfikir yang terbangun dari konstruksi ilmu pengetahuan yang
luas. Dalam hal ini lembaga pendidikan mempunyai posisi yang strategis
untuk berpartisipasi aktif.
Diakui atau tidak, bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu hal yang
sangat penting dalam kehidupan sosial yang berperadaban, maka menurut
Abdul Munir Mulkhan mengatakan pendidikan seharusnya menjadi wahana
manusia untuk belajar menyelesaikan problem kehidupan yang sedang dan
akan dihadapi. Sayangnya, pendidikan lebih sebagai sebuah paket peniruan
gaya hidup versi penguasa, birokrat pendidikan, dan “orang dewasa” karena
itulah pendidikan sering terperangkap sebagai praktek kekunoan dari gaya
hidup generasi terdahulu yang ketinggalan zaman. Bahkan pendidikan juga
mudah terperangkap sebagai praktek sebuah sistem penindasan dan
ketidakadilan.4
Pendidikan merupakan satu grand issue yang sejak dulu sampai
sekarang masih menjadi perhatian sebagian besar masyarakat internasional
tidak lain di Indonesia. Dengan demikian bukan suatu hal yang aneh jika
asumsi masyarakat mengatakan bahwa pendidikan adalah suatu institusi sosial
yang mampu memberikan suatu harapan perubahan peserta didik menuju
3 Jalaludin Rahmat, Rekayasa Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999 ), hlm. iv.4 Lihat: Abdul Munir Mulkhan, Nalar Spiritual Pendidikan: Solusi Problem Filosofis
Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), hlm. 163-164.
manusia yang lebih baik, bahkan dianggap merupakan sesuatu yang mampu
menyelesaikan masalah-masalah sosial termasuk pengentasan kemiskinan.5
Studi yang telah dilakukan oleh IEA Study of Reading Literacy dalam
meneliti kualitas membaca dan menulis di lembaga pendidikan Indonesia
masih rendah dibanding dengan 31 negara. Itu artinya dalam satu sisi kualitas
pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-30,6 hal ini tidak lain karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah kurangnya keteladanan
membaca mulai dari guru maupun lingkungan masyarakat. Fenomena ini akan
berimplikasi pada kualitas sumberdaya manusia (human development)
Indonesia yang sangat rendah terus menerus yang berdampak pada munculnya
berbagai masalah sosial baru.
Disamping itu kurangnya keseriusan pemerintah-meskipun saat ini
mendapat kurang lebih 20 % dari APBN- dalam mengawal proses humanisasi
tersebut. Asumsi bahwa pendidikan sebagai komoditas yang bisa dengan
mudah dibarter yang berdampak pada masuknya berbagai kepentingan
kapitalisasi, sehingga nilai-nilai pendidikan mudah terpolarisasi oleh pangsa
pasar mulai dari formasi kurikulum sampai karakter lingkungan yang hanya
berorientasi pada keuntungan dan kepentingan golongan.7
Pendidikan sebagai proses humanisasi yang berupaya mengembangkan
potensi manusia, ternyata jauh dari hakikat pendidikan itu sendiri. Tujuan
pendidikan yang suci ternyata telah ternodai oleh kepentingan kaum tertentu,
sehingga pendidikan dianggap komoditas yang bias diperjual belikan yang
melibatkan pemodal, yang terjadi adalah orientasi kapitalisasi pendidikan.
Di dalam perspektif Islam, tujuan pendidikan selain proses
pembentukan karakter individu melalui konstruksi kerangka intelektual,
menciptakan individu unggul, Islam juga mempunyai konsep mendasar
5 Eko Prasetyo, Islam Kiri Melawan Kapitalisme Modal, dari Wacana Menuju Gerakan,(Yogyakarta: Insist Press, 2002), hlm. 263.
6 Suroso, Penelitian Tindakan Kelas, Peningkatan Menulis Melalui Classroom ActionResearch, (Yogyakarta: Pararaton, 2007), hlm. v.
7 Ibid., hlm. 261.6 Abdul Khaliq, Pemikiran Pendidikan Islam: Tokoh-Tokoh Kajian dan Kontemporer,
(Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah, Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 38.
tentang tujuan pendidikan, yaitu konsep keseimbangan antara kehidupan
jasmani dan rohani dalam rangka menjadi muslim yang berwawasan luas serta
pencapaian nilai ontologis penciptaan kemanusiaan menuju insan kamil
sebagai khalifah fil ardh.8 Hakikat manusia dalam bukunya Yudhi Haryono
dikatakan bahwa Allah telah menetapkan sejumlah kewajiban yang menyertai
Syahadat Tauhid. Ia dimaknai dengan keyakinan dan iman, islam, yang
melatih manusia untuk tunduk dan taat kepada Allah.9
Dunia dewasa ini mengalami perubahan yang sangat dahsyat,
perubahan tersebut hampir memasuki semua lini kehidupan di tanah air baik
perubahan kearah positif maupun negatif. Pengaruh teknologi globalisasi telah
membawa masyarakat ke era modernisasi yang dianggap lebih cerah dan
menjanjikan sehingga terkadang melampaui batas-batas kemanusiaan atau
bahkan ketuhanan.
Dalam era tersebut manusia tidak lagi memikirkakn hakikat
kemanusiaan akan tetapi lebih berorientasi pada kekuatan untuk mendapatkan
kepuasanya, sehingga yang terjadi adalah hedonisme, penindasan seperti
hidup dalam hutan yang tak beraturan. Yang kaya semakin kaya, yang miskin
semakin miskin seperti hukum Darwin.10 Persaingan global itulah yang
disebut dengan liberalisme. Maka dalam konteks ke Indonesiaan, pendidikan
sangat penting untuk tetap menjaga fitrah manusia yang hanif sehingga tidak
terpengaruh oleh perubahan-perubahan negatif. Perubahan harus direncanakan
secara matang.
Jalaludin Rahmat,11 adalah salah satu tokoh bangsa dalam bukunya
“Rekayasa Sosial” mengatakan bahwa mustahil ada perubahan ke arah yang
benar jika kita masih terjebak dalam kesalahan berfikir atau intellectual cul-
de-sucs. Maka rekayasa sosial memulai perubahan dengan merubah cara
berfikir seseorang. Pemaknaanya adalah bahwa melakukan suatu perubahan
8 Ibid, hlm. 39 Yudhi Haryono, Insan Kamil: Metode Islam Memanusiakan Manusia, (Jakarta: kalam
nusantara, 2005), hlm 1910 H.A.R. Tilaar, Manifesto Pendidikan Nasional: Tinjauan dari Perspektif Postmodern
dan Studi Kultural, (Jakarta: Kompas, 2005), hlm. 30
sosial dibutuhkan komitmen tinggi upaya peningkatan Sumber Daya Manusia
(SDM), karena ide mampu merubah paradigma dan perilaku manusia dalam
berinteraksi serta meningkatkan produktifitas dan itu akan terjadi salah
satunya melalui lembaga pendidikan sebagai gerakan sosial intelektual.
Sehingga dalam penulisan skripsi ini penulis mengkaji berbagai pemikirannya
tentang konsep “social engineering” tidak lain untuk membantu upaya
pengembangan pendidikan Islam serta mampu menginternalisasi nilai-nilai
ontologis tujuan pendidikan.
B. Batasan Istilah
Dalam rangka mempermudah pemahaman variabel yang diteliti, maka
perlu adanya pembatasan istilah sebagai berikut:
1. Studi
Study dari bahasa Inggris yang mempunyai arti pendidikan, di
dalam konteks ini kata studi mempunyai makna yang luas, bahwa studi
merupakan usaha pendidikan, pelajaran serta penyelidikan sesuatu secara
ilmiah dengan menggunakan analisis kritis
2. Analisis
Di dalam kamus ilmiah kata Analisis mengandung arti sifat uraian,
penguraian, kupasan.12 Dalam perspektif ilmiah, kata ini mengandung
makna bahwa usaha peneliti mengupas serta menganalisa baik
menggunakan teori-teori ilmu bersangkutan maupun kejadian-kejadian
dalam rangka menguraikan hasil analisis itu menjadi satu hipotesa baru.
3. Pemikiran
Kata “pemikiran” berawal dari kata “pikir” yang merupakan kata
benda mendapat awalan pe- dan akhiran -an yang mempunyai arti proses,
cara, perbuatan memikir.13
7 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya: Arkola,1994), hlm. 29.
13 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta:2001), Cet. I, hlm. 873.
4. Jalaludin Rahmat
Kang Jalal panggilan popular Jalaludin Rahmat ia dilahirkan pada
29 Agustus 1949 di kota Bandung oleh ibunya -seorang aktifis Islam dan
ayahnya adalah seorang kiai dan sekaligus lurah desa. Kang Jalal dikenal
sebagai salah satu tokoh cendekiawan dan mubaligh Islam terkemuka di
Indonesia. Bersama para pengembara intelektual seperti Gus Dur (KH
Abdurahman Wahid) dan Cak Nur almarhum (Prof. Dr. Nurcholis Madjid)
ia tak kenal lelah dalam melakukan pencerahan terhadap umat, bangsa,
dan negara.
Kegiatan ekstrakurikulernya dihabiskan dalam berdakwah dan
berkhidmat kepada kaum mustadháfin. Ia membina jamaah di masjid-
masjid dan tempat-tempat kumuh gelandangan. Ia terkenal sangat vokal
mengkritik kezaliman, baik yang dilakukan oleh elit politik maupun elit
agama.
Di tengah aktifitasnya, ia tetap menjalankan tugas sebagai Kepala
SMU “Plus Muthahhari” Bandung, sekolah yang didirikannya dan kini
menjadi sekolah model (Depdiknas) untuk pembinaan akhlak. Sebagai
ilmuwan ia menjadi anggota berbagai organisasi profesional, nasional dan
internasional, serta aktif sebagai narasumber dalam berbagai seminar dan
konferensi. Sebagai mubaligh, ia sibuk mengisi berbagai pengajian.
Penulisan biografi Kang Jalal akan penulis kupas dalam BAB II,
yaitu mulai dari perspektif latar belakang, pemikiran, kondisi kultur,
sampai pada karya-karya Jalaludin Rahmat
5. Social Engineering
Pada dasarnya kata “engineering” merupakan bahasa Inggris yang
mempunyai arti “keahlian teknik”, atau “pabrik mesin”. Akan tetapi dalam
perjalanannya -postmodern- kata ini mengalami makna yang luas, dalam
pembacaannya penulis memahami istilah Social Engineering yang
dicetuskan oleh Jalaludin Rahmat adalah suatu upaya perubahan sosial
yang direncanakan.. Secara substansi istilah ini mempunyai kesamaan
dengan istilah rekayasa sosial, social planing, atau social management.
Akan tetapi social engineering mempunyai arti yang lebih luas dan
pragmatis, suatu rekayasa pasti mempunyai perencanaan yang matang.
Objek rekayasa sosial sudah pasti yaitu perubahan sosial menuju suatu
tatanan dan sistem baru sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh sang
perekayasa atau kita sebut dengan the social engineer.
6. Relevansi
Di dalam kamus ilmiah kata relevansi mempunyai arti hubungan
atau keterkaitan.14 Sedangkan secara istilah relevansi adalah sesuatu yang
mempunyai hubungan kesamaan antara variabel satu dengan variabel yang
lainnya, hubungan ini mempunyai satu kesatuan.
7. Pendidikan Islam
Menurut Ahmad D. Barimba Pendidikan Islam adalah bimbingan
jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.15
Menurut Syah Muhammad A. Naquib Al-Atas pendidikan Islam
adalah usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik untuk pengenalan dan
pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu di dalam tatanan
penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan
akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.16
Hasil seminar Pendidikan Islam se-Indonesia pada tanggal 07-
11Mei 1960 di Cipayung Bogor menyatakan bahwa, pendidikan Islam
adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut
ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih,
mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemikiran Jalaludin Rahmat Tentang Social Engineering?
2. Bagaimana pemikiran Jalaludin rahmat tentang Social Engineering dan
relevansinya dengan tujuan pendidikan Islam?
14 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, op.cit., hlm. 666.15 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 916 Nur Uhbiyati, ibid, hlm. 10
D. Tujuan Penulisan Skripsi
1. Untuk mengetahui pemikiran Jalaludin Rahmat Tentang Social
Engineering.
2. Untuk mengetahui relevansi pemikiran Jalaludin Rahmat tentang Social
Engineering dengan tujuan pendidikan Islam.
3. Memperkaya khazanah intelektual khususnya wacana baru tentang
perubahan sosial
4. Sebagai hipotesa pemikiran untuk selalu dikaji dan dikembangkan secara
terus menerus
E. Kajian Pustaka
Tokoh pemikiran pendidikan Islam di negeri ini sangat tidak terhitung,
akan tetapi tidak banyak kalangan yang mengkaji tentang sosiologi pendidikan
Islam. Kalau kita sedikit melakukan refleksi bahwa latar belakang pentingnya
ilmu sosiologi dalam lembaga pendidikan adalah berawal dari banyaknya
kritik yang ditujukan kepada para cendikia dan pemikir terutama sarjana
pendidikan, sosial, dan kebudayaan.17
Integritas sosial dalam kepribadian peserta didik merupakan sesuatu
yang sangat penting, hal ini guna memiliki wawasan komprehensif dan
pendekatan integral di dalam menyikapi permasalahan kehidupan baik sosial,
ekonomi, politik, budaya, maupun pertahanan-keamanan.
Jalaludin Rahmat adalah salah satu dari sekian banyak tokoh pemikir
Islam di Indonesia, melalui konsepnya tentang rekayasa sosial atau dalam
bukunya yang berjudul “social engineering beliau menawarkan berbagai
konsep tentang perubahan sosial. Perubahan sosial akan terjadi apabila
didahului dengan perubahan paradigma berfikir, artinya bahwa sumber daya
manusia sangat penting peranannya dalam melakukan satu perubahan
kedepan.
17 M. Munandar Soelaiman, Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial, (Bandung:Refika Aditama, 2001), hlm. 3.
Maka pendidikan sebagai lembaga humanisasi harus mampu
merekayasa-dalam arti kata positif- paradigma berfikir peserta didik yang
lebih terbuka, demokratis, dengan berbagai macam disiplin ilmu. Sehingga
dengan demikian pendidikan tidak lagi menjadi sesuatu yang ”elite” yang
hanya mencetak tangan-tangan baru para “elite” bagi masyarakat.
Penulis mempunyai argumentasi bahwa, Kang Jalal panggilan akrab
Jalaludin Rahmat mempunyai keberanian untuk mendobrak serta mengkritisi
kondisi sosial yang pada saat itu-orde baru- sangat terkungkung dalam satu
kekuasaan rezim, upaya diskusi dalam rangka rekonstruksi paradigma kritis
terus dia lakukan sebagai bentuk perlawanan menuju perubahan yang
terencana.
Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu dikritisi dalam pemikiran
beliau, bahwa formulasi konsep rekayasa sosial beliau kurang memposisikan
diri dalam realitas masyarakat di era reformasi. Hal ini tentunya karena
pemikiran beliau terilhami oleh gejolak penguasa pada masa orde baru.
Nur Laily Mazkiyatul. F dalam skripsinya yang berjudul “Pemikiran
Pendidikan Islam Syekh Ahmad Syurkati dan Transformasi Sosial” mengulas
sedemikian rapi dalam menyinggung realitas sosial mulai dari kemiskinan,
serta penindasan yang semuanya merupakan masalah serius yang harus segera
diselesaikan. hal ini tentunya membutuhkan ikhtiar bersama dalam satu
gerakan sosial atau biasa kita sebut dengan social movement, salah satunya
adalah lembaga pendidikan yang mempunyai fungsi membantu
keberlangsungan kebudayaan masyarakat dan perubahan.18
Akan tetapi ada satu hal yang kurang dijelaskan secara implisit dalam
karya tersebut, yaitu strategi perubahan sosial dalam kerangka struktur sosial
sehingga proses analisis terbatasi oleh wilayah kajian yang khusus.
Muchtar Buchori dalam bukunya yang berjudul “Transformasi
Pendidikan” menjelaskan secara gamblang yaitu berawal dari analisis dan
realitas sosial modern yang di dalamnya perubahan sangat cepat maka ada
beberapa kajian yang sangat penting, yaitu gambaran realitas sosial yang akan
18 Sanapiah Faisal, Sosiologi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, t.th.), hlm. 90.
muncul dimasa mendatang, deskripsi karakter basis masyarakat yang harus
dimiliki, serta bagaimana strategi lembaga pendidikan dalam menyongsong
masa depan yang lebih terukur.
F. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat library research (penelitian kepustakaan), yaitu
pengumpulan data dengan cara menelusuri buku-buku atau tulisan-tulisan
yang sesuai dengan tema kajian, dengan metode sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang membahas
tentang pemikiran tokoh atau intelektual biografi yang kemudian di
analisis untuk membahas permasalahan dalam latar belakang masalah.
2. Metode Pengumpulan Data
Penulis dalam hal ini mengambil data dari berbagai sumber seperti
buku-buku, majalah-majalah, artikel, surat kabar, makalah-makalah
maupun karya tulis lainnya yang mendukung dan sangat relevan dengan
pokok permasalahan yang penulis kaji.
Sumber data itu sendiri terbagi menjadi dua sumber, yaitu: sumber
data primer atau pokok, berupa buku atau literatur-literatur yang
membahas secara langsung tentang pemikiran Jalaludin Rahmat tentang
social engineering dan relevansinya dengan tujuan pendidikan Islam.
Adapun data primer dalam penulisan skripsi ini adalah tulisan-tulisan atau
karya baik berupa buku, maupun artikel. Di antaranya adalah Social
Engineering (Rekayasa Sosial) (1998) yang berisi tentang rekonstruksi
paradigma berfikir dalam upaya perubahan sosial. Selanjutnya “Islam
Alternatif”(1998) yang secara substantif mengulas tentang konsep Islam
dalam menghadapi era modern.
Sumber kedua adalah sumber sekunder atau sumber tambahan,
berupa buku-buku atau sumber lain baik artikel, buku, hasil wawancara,
opini, makalah, maupun hasil observasi lainnya yang sudah diterbitkan
maupun yang belum diterbitkan yang berkaitan dengan kajian masalah. Di
antaranya adalah buku dengan judul “Wawasan Pendidikan” karangan
Suparlan Suhartono, Ph. D, “Kapita Selekta Pendidikan Islam” karangan
Hasbullah, dan ”Teori Sosiologi Klasik dan Modern” karangan Doyle Paul
Johnson diindonesiakan oleh Robert M. Z. Lawang, H. A. R. Tilaar
Tentang “Manifesto Pendidikan Nasional , dan lain-lain.
3. Metode Analisis Data
Dalam analisis data ini penulis akan mencari dan menata secara
sistematis catatan-catatan hasil observasi, wawancara, dan lain sebagainya
untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang permasalahan yang akan
diteliti dan akan menyajikan sebagian temuan bagi orang lain. Dalam
penulisan skripsi ini akan menggunakan metode analisis sebagai berikut:
a. Deskriptif
Metode analisis ini merupakan usaha yang akan
menggambarkan dan menginterpretasikan apa yang ada, baik
mengenai kondisi atau variable yang ada, pendekatan yang sedang
tumbuh, maupun proses yang sedang berlangsung dan berkembang.19
Sehingga dengan metode ini akan dipaparkan yang kemudian
diuji hubungan antara variabel yaitu relevansi pemikiran Jalaluddin
Rahmat dengan tujuan pendidikan Islam.
b. Deduktif-induktif
Di dalam metode deduktif ini akan diawali dengan penentuan
konsep yang abstrak dalam teori yang masih umum sifatnya
selanjutnya akan menyimpulkan bukti-bukti atau kenyataan khusus
dalam rangka pembuktian. Metode induktif merupakan metode yang
berangkat dari kenyataan yang khusus kemudian diabstraksikan dalam
bentuk kesimpulan yang sifatnya umum.20
19 Sanapiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, t.th.),hlm. 119.
20 Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), hlm. 34.
Karena pola pikir yang akan digunakan sifatnya tidak satu arah,
maka peneliti akan menggunakan metode deduktif-induktif yang
keduanya merupakan kerangka proses berfikir.
4. Pendekatan
a. Pendekatan Historis-kritis
Di dalam pendekatan ini penulis akan menjelaskan latar
belakang munculnya ide pemikiran yang muncul dari seorang tokoh
Jalaludin Rahmat melalui sejarah kritis. Dalam pendekatan ini juga
penulis akan menguraikan secara gamblang pemikiran Jalaludin
Rahmat tentang social engineering dan relevansinya dengan tujuan
pendidikan Islam. Karena pendekatan ini merupakan usaha untuk
menelusuri, mempelajari, serta menggali fakta-fakta yang kemudian
akan disimpulkan.21 Pendekatan ini diharapkan akan mampu
menemukan hasil yang komprehensif dan obyektif dalam hasil
analisis.
b. Pendekatan Fenomenologis
Di dalam pendekatan ini akan dijelaskan bukan hanya pada
wilayah empirik, melainkan mencakup wilayah phenomena yang tidak
lain dari persepsi, pemikiran, kemauan dan keyakinan subyek.22
21 Nana Sujana, Penelitian dan Penilaian, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1989),Cetakan II, hlm. 81.
22 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1989),hlm. 12.
BAB II
SOCIAL ENGINEERINGDAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
A. MAKNA ”SOCIAL ENGINEERING”
Manusia merupakan makhluk yang diciptakan selain sebagai
makhluk individual, bersosialisasi merupakan suatu kecenderungan
alamiah yang berada dalam jiwanya, hal itulah yang kemudian menjadi
sifat khas manusia. Secara individu manusia sebagai makhluk pembeda
antara manusia satu dengan yang lainnya, akan tetapi menjadi satu
kesatuan ketika manusia mengalami proses sosialisasi dengan masyarakat
luas.23
Kecenderungan yang berada dalam manusia untuk hidup
bermasyarakat merupakan suatu kecenderungan yang bersifat fitri,
sehingga Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya dalam Al-Qur’an
surat Al-Hujarat ayat 13
$ pkš‰r'» tƒ â¨$ ¨Z9 $# $ ¯R Î) / ä3» oYø)n=yz ÏiB 9• x.sŒ 4Ós\R é&ur öNä3» oYù=yè y_ ur $ \/qãè ä© Ÿ@ ͬ !$t7 s%ur (#þqèù u‘$ yè tG Ï9 4 ¨bÎ) ö/ ä3tBt• ò2 r&
y‰YÏã «! $# öNä39 s)ø? r& 4 ¨b Î) ©! $# îLìÎ=tã ׎•Î7 yz ÇÊÌÈ
Artinya:Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari priadan wanita, dan membuat kamu suku-suku dan kabilah-kabilah,agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling muliadiantara kamu adalah yang paling takwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah itu yang maha mengetahui, yang mahawaspada. (QS. Al-Hujarat: 13)24
Seperti kita ketahui, bahwa paradigma sosial sesungguhnya
memusatkan pada wilayah aksi dan interaksi antara individu satu dengan
individu yang lainnya, perilaku sosial dalam hal ini akan selalu menjadi
pusat standardisasi sejauh mana tingkat perilaku manusia dalam
23 Hasil Wawancara dengan Jalaluddin Rahmat24 Al-Qur’an, diterjemahkan dan di terbitkan oleh yayasan penyelenggara penterjemah
Al-Qur’an, Jakarta, 1974, hlm. 847
berinteraksi. Ketika sebuah perilaku individu tidak sesuai dengan norma-
norma sosial maka interaksi sosial terhambat sehingga muncul apa yang di
sebut dengan problem sosial.
Dalam pengertiannya istilah sosial berasal dari kata bahasa Inggris
social berarti ”kemasyarakatan”, sedangkan secara istilah social 1: of
certain species of insect and animal species, including humankind. Living
together in organized colonies or group. 2. pertaining. 3. concerned with
responsible for the mutual relation and welfare of individuals. For
example social worker.25
Manusia sebagai makhluk sosial sering kali dihadapkan kepada
masalah-masalah tersebut diatas. Menurut Philip Kotler problem sosial
adalah kondisi tertentu di dalam tatanan masyarakat yang dianggap tidak
sesuai dengan norma dan mengganggu anggota masyarakat baik individu
maupun golongan dan dapat dikurangi atau dihilangkan melalui upaya
bersama (kolektif).
Seperti yang sudah disinggung sedikit di bab sebelumnya bahwa
kata “engineering” sesungguhnya berasal dari bahasa inggris yang
mempunyai arti “keahlian teknik”, atau “pabrik mesin”. Akan tetapi
mengalami arti yang lebih luas ketika masuk dalam wilayah sosial,
keahlian teknik atau pabrik mesin mengalami perluasan makna menjadi
suatu upaya merekayasa suatu objek -sosial- dengan segala perencanaan
yang matang untuk mewujudkan transformasi soaial sesuai dengan target
perekayasa atau engineer .26
Berangkat dari uraian diatas, maka rekayasa sosial (social
engineering) adalah suatu upaya dalam rangka transformasi sosial secara
terencana “social planning”, istilah ini mempunyai makna yang luas dan
pragmatis. Obyeknya adalah masyarakat menuju suatu tatanan dan sistem
yang lebih baik sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh sang perekayasa
25HarperCollins Dictionary of Sociology, (New York: HarpernesCollins Publisher,1991), hlm. 444.
26 Jalaludin Rahmat, Rekayasa Sosial: Reformasi, Revolusi, atau Manusia Besar?,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. vi.
atau the social engineer. Maka upaya rekayasa ini muncul berawal dari
problem sosial, yaitu ketidak seimbangan antara das sollen dengan das
sein, atau apa di kita cita-citakan dimasyarakat tidak sesuai dengan apa
yang terjadi.
Less dan Presley tokoh sosiolog mengartikan social engineering
adalah upaya yang mengandung unsur perencanaan, yang
diimplementasikan hingga diaktualisasikan di dalam kehidupan nyata.27
Menurut tinjauan sejarah, munculnya istilah social engineering
adalah ketika rezim orde baru berada pada posisi puncak tiraninya sekitar
tahun 1986. Rekayasa sosial merupakan perencanaan sosial yang
muaranya pada transformasi sosial, didukung dengan internalisasi nilai-
nilai humanisasi yang tinggi. Seringkali kita memaknai rekayasa adalah
suatu upaya negatif, hal ini dikarenakan kita terjebak dalam satu situasi
kekuasaan atau kegiatan-kegiatan praktis rekayasa dilakukan oleh elite-
elite politik yang mempunyai tujuan untuk kepentingan pribadi atau
golongan tertentu.
Akan tetapi Jalaludin Rahmat membawa nuansa baru tentang
pemaknaan istilah tersebut menuju ke dalam perubahan positif
(transformasi) yang pada akhirnya mengatasi berbagai masalah sosial yang
muncul. Dan ada satu hal yang menarik bahwa suatu perubahan tidak akan
muncul ketika kita masih terjebak dalam kesalahan berfikir. Artinya
bahwa sumber daya manusia merupakan salah satu kekuatan inti untuk
perubahan, karena perubahan sosial terjadi secara alamiah atau bisa jadi ke
arah yang tidak diinginkan, Transformasi sosial lebih menekankan pada
perubahan menuju kualitas hidup yang lebih baik atau perubahan menuju
masyarakat adil, demokratis, dan egaliter.28
27 Ibid., hlm. vi.28 Muh. Hanif Dhakiri, Paulo Freire, Islam dan Pembebasan, (Jakarta: Djambatan, 2000),
hlm. 105.
Sehingga dengan demikian Agus Salim memaparkan dan
mengidentifikasi terjadinya perubahan sosial yaitu proses reproduksi dan
proses transformasi.29
Everest Hegen menguraikan kondisi masyarakat modern dengan
analisa kepribadian manusia. Ada dua kepribadian manusia yang sangat
mempengaruhi kondisi sosial, yaitu otoriter dan innovative. Implikasinya
adalah jika karakter masyarakat otoriter maka yang terjadi adalah
keterbelakangan dan muncul berbagai masalah, sehingga yang perlu kita
lakukan adalah membangun kepribadian-kepribadian inovatif secara
bertahap melalui ideas atau paradigma berfikir.30
Berangkat dari berbagai penjelasan dan gambaran argumentasi
beberapa tokoh tersebut diatas ada titik temu yang saling berhubungan
yaitu dimana problematika sosial disebabkan oleh fungsi masyarakat dan
struktur sosial yaitu struktur ekonomi (kaya-miskin) dan struktur politik
(penindasan). Dalam hal ini pendidikan sebagai institusi sosial dituntut
mampu menjawab dan menyelesaikan masalah tersebut diatas.
Peneliti mencoba untuk menarik beberapa sub materi yang
dianggap mempunyai relevansi dengan konsep social engineering atau
rekayasa sosial, mulai dari social problems, rekonstruksi ”idea” sebagai
tahapan awal transformasi sosial, proses dan strategi perubahan, teori
manusia besar sebagai elemen perubahan, sampai pada bentuk perubahan.
B. SOCIAL PROBLEMS DAN TEORI PERUBAHAN
1. Problem Sosial
Berbicara tentang problem sosial, maka kita akan berbicara tentang
kelas sosial yang merupakan salah satu dari kontradiksi paling mendalam
yang melekat di dalam kehidupan sosial. Peranan penting yang dimainkan
oleh kelas sosial adalah mengenai hubungan ekonomi, struktur sosial.
29 Agus Salim, Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Di Indonesia, (Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya, 2002), hlm. 20.
30 Jalaludin Rahmat, op.cit., hlm. 110.
Sehingga dalam wilayah ini sarat akan perebutan kepentingan antar kelas
yang muaranya pada penindasan dan ketidakadilan terhadap kelas bawah.
Perspektif tentang “problem sosial” menuai banyak definisi hal ini
tergantung pada masalah dan kelompok. Akan tetapi ada beberapa
problem sosial sebagai sumber perubahan sosial yang menjadi
pembahasan secara focus dalam bahasan ini yaitu Poverty (kemiskinan),
Crimes (kejahatan), Conflict (konflik).
Masalah sosial merupakan situasi yang didalamnya terdapat
hambatan-hambatan dalam upaya pencapaian sesuatu yang diinginkan oleh
kelompok masyarakat. Nisbet (1961) membedakan masalah sosial dengan
masalah lainnya adalah bahwa masalah sosial pasti dekat dan ada
kaitannya dengan nilai-nilai norma, moral, serta pranata sosial yaitu
hubungan manusia itu wujud atau dalam teori struktural konflik
disebutkan bahwa jika masyarakat tidak setara maka manusia tidak hanya
dihambat oleh norma-norma dan nialai yang dipelajari melalui
sosialisasi.31 Sehingga dalam hal ini Leslie mendefinisikan bahwa
masalah sosial adalah suatu kondisi yang mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan sebagian masyarakat sebagai sesuatu yang tidak diinginkan dan
tidak disukai, maka perlu adanya perubahan ke arah perbaikan atau sering
kita sebut dengan “transformasi”.
Akan tetapi Cohen (1964) mengatakan bahwa masalah sosial
adalah terbatas pada masalah-masalah keluarga, kelompok, atau tingkah
laku individual yang menuntut adanya campur tangan masyarakat yang
teratur agar masyarakat dapat meneruskan fungsinya. Jadi masalah sosial
adalah cara bertingkah laku yang dipandang menentang suatu norma yang
telah disepakati oleh warga masyarakat.32
31 PIP Jones, Pengantar Teori-teori Sosial: Dari Teori Fungsionalisme Hingá Post-modernisme, Alih Bahasa Ahmad Fedyani Saifuddin, (Yakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009),hlm. 15
32 Munandar Soelaiman, Teori Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial, (Bandung:PT. Rafika Aditama, 2001), hlm. 6-7.
Di dalam perspektif Islam ketika berbicara tentang masalah sosial,
maka kita akan menganalisa tentang hubungan antara individu dan
masyarakat yang dimana kemerdekaan dan pembatas kemerdekaan saling
bergantungan. Perubahan sosial tergantung pada usaha manusia secara
kolektif. Sehingga ketika berbicara kemerdekaan tak terbatas maka sudah
barang tentu masing-masing individu akan berusaha memenuhi kebutuhan
dengan cara bebas yang akibatnya terjadi kekacauan atau benturan yang
luar biasa, problem, atau narchi33. Di sinilah posisi Islam dalam
mengajarkan umat manusia melalui Qs Al-Lail ayat 8-10
$ ¨Br&ur . tB Ÿ@ σr2 4Óo_øó tG ó™ $#ur ÇÑÈ z>¤‹x.ur 4Óo_ ó¡çtø:$$ Î/ ÇÒÈ ¼çnçŽÅc£u•ãY|¡sù 3“uŽô£ãè ù=Ï9 ÇÊÉÈ
Artinya: Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinyacukup, serta mendustakan pahala yang baik, maka kelak kamiakan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. (QS. Al-Lail: 8-10)
Karena sesungguhnya manusia muslim, apapun madzhabnya
mereka meyakini wahyu yang di turunkan untuk Muhammad dan umat
manusia adalah bukan hanya teks mati. Akan tetapi didalamnya juga
terdapat pegangan untuk umatnya sebagai solusi dalam menyelesaikan
problem sosial kemasyarakatan.34
Menurut Jalaluddin Rahmat bahwa untuk menyelesaikan sproblem
sosial harus dianalisis trlebih dahulu, apakah itu memang benar –benar
masalah sosial apakah maslah individual. Karena tidak mungkin maslah
social diselesaikan dengan cara penyelesaian maslah individual.
Kemiskinan dalam konteks Indonesia merupakan sebagian masalah sosial,
bagaimana tidak pesan UUD 45 yang mengatakan bahwa semua warga
negara mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan dan kehidupan
yang layak ternyata dikaburkan dengan sistem social politik yang keliru.
33 Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI, (Jakarta: PB HMI PRESS, 2009), hlm. 51.34 Nurchlolis Majrid, Dkk, Islam Universal (Yogyakarta: Pustaka Relajar, 2007), hlm. 44
Sehingga sumberdaya manusia Indonesia tidak produktif akhirnya tidak
mempunyai pendapatan yang layak atau disebut miskin.35
Secara otomatis bukti bahwa Indonesia sangat jauh dari konsep
civil society kurangnya kesadaran sosial masyarakat. Konsep ini sangat
gencar menjadi bahan diskursus para akademisi untuk melawan rezim
Orde Baru waktu itu ketika penguasa mempunyai strategi sendiri,
kepentingan sendiri, para pejabat jauh dari rakyat, sehingga sistem politik
menggerus fungsi negara untuk mensejahterakan warganya36
2. Teori Perubahan Sosial
Realitas sosial adalah hasil dari berbagai interaksi sosial,
hubungan-hubungan sosial, hal ini tergantung pada sejauh mana
keterlibatannya dalam hubungan-hubungan sosial dalam rangka
melestarikan hidupnya.
Suatu masyarakat yang hidup dalam sistem sosial tentunya
mengharapkan satu cita-cita sosial yang ideal sesuai yang diharapkan. Di
dalam teorinya sistem mempunyai tujuan diantaranya adalah bahwa sistem
bersifat terbuka, boleh dikatakan dalam kenyataannya tidak ada sistem
yang benar-benar tertutup karena suatu sistem berinteraksi dengan
lingkungannya atau tidak mengisolasikan dari pengaruh apapun dari
lingkungannya.37
Sehingga dengan demikian untuk menghasilkan produk sistem
sosial yang berkualitas yang masyarakat cita-citakan, maka masyarakat
membutuhkan suatu sistem yang terbuka. Di dalam segala hal tentunya
kita sebagai masyarakat mencita-citakan suatu fakta dan realitas sosial
yang ideal atau biasa kita sebut dengan civil society .38
35 Hasil wawancara dengan Jalaluddin Rahmat, Bandung, Ahad 07 Oktober 201036 Yudhi Haryono, Memaafkan Islam, (Jakarta: Kalam Nusantara, 2006), hlm. 14737 Tatang M. Amirin, Pokok-Pokok Teori System, (Jakarta: Rajawali Pers, 1996), hlm. 22.38 Civil Society adalah suatu kondisi masyarakat yang ideal yang mampu hidup dalam
kemandirian, innovative, kreatif, dan responsif sesuai dengan tujuan masyarakat itu sendiri (lihat:Membangun Masyarakat Madani).
Dalam pandangan Islam, kapasitas kemanusiaan sebagai makhluk
sosial mempunyai posisi penting dalam rangka mengolah sumber dayanya
untuk melakukan sebuah perubahan. Hal ini sesuai dengan kondisi realitas
masyarakat jahiliyah yang penuh dengan kelas sosial, ketidakadilan, dan
penindasan. Hingga lahirlah seorang Muhammad dengan misi Islam untuk
melakukan sebuah perubahan sosial menuju masyarakat yang adil dan
bermartabat.
Perubahan sosial merupakan perhatian yang utama bagi banyak
ahli teori sosial. Banyak ahli ilmu sosial modern menaruh perhatian ini
dari pelbagai perubahan sosial atau bahkan memprediksi proyeksi
perubahan sosial yang akan datang. Weber, Marx, dan Durkheim adalah
tokoh pelopor teori-teori sosial klasik sekitar abad ke-19 dan
mengeluarkan teori perubahan sosial ”evolusioner” atau ”unilear”, yang
kemudian dikembangkan sesuai dengan perkembangan dan realitas sosial
yang ada.39
Teori ini muncul ketika kondisi sosial masyarakat Eropa
mengalami Revolusi Prancis, hingga sampai pada proses transisi dari
masyarakat industri ke masyarakat post-industri yaitu apabila lebih dari
lima puluh persen tenaga kerja terlibat dalam pekerjaan yang bukan
produksi atau sejenisnya, melainkan dalam pelayanan jasa.40 Auguste
Comte memberikan pandangan bahwa perkembangan sosial sangat
dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk secara alamiah, sehingga jumlah
penduduk merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi faktor-faktor
lain.
Karl Marx,41 dalam teorinya menguraikan kehidupan individu dan
sosial di dasarkan pada azas ekonomi. Sehingga kondisi sosial yang ideal
adalah kondisi masyarakat yang adil, makmur dan damai, Sehingga dari
39 Lihat : Nur Laily Mazkiyatyul F, Pemikiran Pendidikan Islam Syaikh Ahmad Syukartidan Transformasi Soaial, (Semarang: t.p., 2004), hlm. 20.
40 Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Penerjemah: Robet M. Z.Lawang, (Jakarta: PT Gramedia, 1988), Jilid I, hlm. 20.
41 Doyle Paul Johnson, ibid, hlm. 120
konsep cita-cita sosial yang diinginkan Marx tentang perubahan
merupakan gagasan untuk membebaskan manusia dari belenggu kelas
yang kemudian dimaknai sebagai gerakan revolusi, meskipun pada
awalnya pemikiran Marx banyak dipengaruhi oleh pemikiran Kant yang
menyatakan manusia berawal dari kesempurnaan (the holy spirit of god)
kemudian memasuki dunia yang penuh dengan keterbatasan kotor serta
tidak begitu suci. Lalu manusia berusaha mewujudkan kembali
kesempatan tersebut dengan mewujudkan surga atau kenikmatan di bumi,
hal demikian juga sama dengan apa yang disebutkan oleh tokoh
berpengaruh yaitu Qurais Syihab tentang cita-cita sosial.
Karl Max juga mengatakan bahwa di dalam masyarakat feodal,
penguasa adalah pemilik tanah dan mempunyai wilayah dominan untuk
lahan produksi, sehingga perbedaan kelas sangat menonjol. Dan
munculnya perubahan inilah muncul akibat kesadaran gerakan kelas
sebagai motor perubahan.42
Berbeda dengan Max Weber yang dalam teorinya mengatakan
bahwa perubahan sosial dipengaruhi dari bentuk atau aliran rasionalisme
dengan gaya pemikiran rasional mampu mewarnai pandangan hidup dalam
pencapaian tujuan. Menurut Weber, penyebab utama perubahan adalah
ideas, dalam The Sociology of Religion dan The Protestant Ethic and The
Spirit of Capitalism, Weber banyak menekankan tentang betapa besar
pengaruh ide terhadap suatu masyarakat. Hingga beberapa tesis peneliti
Max Weber ”Weberianisme” adalah pengakuan terhadap peran besar
ideologi sebagai variabel independen bagi perkembangan masyarakat
karena perubahan muncul karena ide analisis dan tindakan manusia.43
Di dalam konsep perubahan ini, Emile Durkheim menggunakan
pendekatan sistem. Living Organism merupakan analogi sistem
masyarakat yang bisa dianalisis melalui fungsi sistem dalam kehidupan
masyarakat.
42 PIP Jones, Pengantarb Teori-teori Sosial: Dari Teori Fungsionalis Hingga Post-Modern,Alih Bahasa, Achmad Fedyani Saiefuddin, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009), hlm. 92
43 PIP Jones, ibid, hlm. 114
Jalaludin Rahmat menegaskan bahwa perubahan sosial harus
dimulai dengan rekayasa sosial yang menekankan pada paradigma atau
pola fikir. Karena beliau menganggap bahwa perubahan adalah sesuatu
yang mustahil, jika kita masih terjebak dalam kesalahan berfikir. Hal ini
berangkat dari kondisi masyarakat yang saat itu terjadi pengacauan
intelektual yang intensif dibawah kekuasaan rezim Orde Baru. Sehingga
munculnya konsep perubahan tidak lain berawal dari problematika sosial.
Hal ini sesuai dengan kondisi masyarakat ketika Al-Qur an datang
ditengah masyarakat Jahiliyah, ia mengubah dan memperkaya idiom-
idiom yang sebelumnya memang sudah ada, kata taqwa adalah sebuah
idiom yang ada sejak masa Jahiliyah akan tetapi pengertiannya hanya tidak
lebih dari ”takut”. Akan tetapi setelah Al-Qur an datang kata ini
mengalami perluasan makna, hal ini membuktikan bahwa Al-Qur an
melakukan perubahan sosial melalui pembaharuan idea.
Nurcholis Madjid dalam perspektif Nilai-Nilai Dasar Perjuangan
(NDP) Himpunan Mahasiswa Islam mengatakan bahwa kesadaran
kemanusiaan yang tinggi sebagai bentuk manifestasi dari pengabdian serta
kecintaan kita kepada Allah SWT maka manusia dituntut guna
menegakkan nilai keadilan sosial dan ekonomi dalam tataran praktis
diperlukan kecakapan yang cukup, karena sesungguhnya manusia diutus
oleh Allah SWT untuk mengemban tugas dan peran masing-masing
berdasarkan kapasitas-kapasitas yang diberikan dalam menjaga, mengurus,
mengembangkan, mengelola, mendistribusikan dan melakukan upaya-
upaya perubahan jika terdapat problem sosial. Karena itu berdasarkan
fitrah/ ruh seorang manusia (individu) diciptakan dan ditugaskan sebagai
khalifah/ nabi/ rasul (wakil/ utusan Tuhan) oleh Allah di muka bumi untuk
memakmurkan bumi dan membangun masyarakatnya untuk mewujudkan
sistem sosial yang ideal,44 sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-
Baqoroh:30
44 Lihat NDP Hasil-hasil Kongres, Himpunan Mahasiswa Islam, BAB VI Individu danMasyarakat serta VII Keadilan Sosial dan Ekonomi , (Palembang, 2008), hlm.
øŒ Î)ur tA$ s% š••/u‘ Ïps3Í´ ¯» n=yJ ù=Ï9 ’ ÎoTÎ) ×@ Ïã% y ’ Îû ÇÚ ö‘ F{$# Zpxÿ‹ Î=yz ( (#þqä9$ s% ã@ yè øgrBr& $ pkŽ Ïù tB ߉šøÿãƒ
$ pkŽ Ïù à7Ïÿó¡o„ ur uä!$ tBÏe$!$# ß øtwU ur ßxÎm7 |¡çR x8ωôJ pt¿2 â Ïd‰s)çR ur y7s9 ( tA$ s% þ’ ÎoTÎ) ãNn=ôã r& $ tB Ÿw tbqßJ n=÷è s?
Artinya: Dan tatkala Tuhanmu berfirman kepada malaikat Aku akanmenempatkan seorang yang memerintah di muka bumi. (QS. Al-Baqarah: 30)
Kata Khalifah berasal dari khalafa, artinya ia datang kemudian atau
menggantikan yang sudah wafat atau penjadi makhluk perubahan, atau
orang yang datang untuk berbuat keadilan atau mengadili.45
Sehingga konsep fitrah adalah bahwa manusia mempunyai sifat
dasar memperoleh keinginan-keinginan yang ia cita-citakan maka muncul
di dalam kerangka psikologi untuk melakukan sebuah perubahan. Di
dalam prinsip-orientasi, Islam mempunyai kerangka universal dalam
upaya melakukan sebuah perubahan sosial. Bermula dari perubahan
individu yang kemudian masuk dalam polarisasi menuju perubahan sosial
maupun institusional. Firman Allah SWT dalam Qs. Ar-Ra’d ayat 11:
¼ çms9 ×M» t7 Ée)yè ãB . ÏiB Èû÷üt/ Ïm÷ƒy‰ tƒ ô ÏBur ¾ÏmÏÿù=yz ¼ çmtRqÝàxÿøts† ô ÏB Ì• øBr& «! $# 3 žcÎ) ©! $# Ÿw çŽÉi•tó ム$ tB
BQöqs)Î/ 4Ó®L ym (#rçŽÉi•tó ム$ tB öNÍkŦàÿR r'Î/ 3 !#sŒ Î) ur yŠ#u‘ r& ª! $# 5Qöqs)Î/ #[äþqß™ Ÿxsù ¨Št• tB ¼ çms9 4 $ tBur Oßgs9 ÏiB
¾ÏmÏRrߊ ÏB @A#ur ÇÊÊÈ
Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang sudah mengikutinyabergiliran, dimuka dan di belakangnya atas perintah Allah.Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehinggamereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.Dan apabila Allah menghendaki keburukan suatu kaum, makatidak ada pelindung bagi mereka. (Qs Ar-Ra’d: 11)
Sehingga perubahan sosial itu terwujud ketika individu-individu
mempunyai komitmen bersama. Kingsley David menguraikan perubahan
sosial adalah merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
masyarakat seperti munculnya organisasi buruh dalam abad ke 19 M
45 Maulana Muhammad Ali, Qur an Suci Teks Arab, Terjemah dan Tafsir BahasaIndonesia , Penerjemah HM. Bachrun, (Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah, 1979), hlm. 21.
ketika terjadi transisi dari masyarakat pra- industri menuju masyarakat
industri.
Selo Soemardjan pakar sosiologi Indonesia memberikan tradisi
intelektual dalam rangka memahami arah perubahan sosial. Menurutnya
perubahan sosial adalah seluruh perubahan yang berada pada lembaga-
lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk
didalamnya terdapat nilai-nilai norma dan moral dalam interaksi nyata.
Hal ini lebih sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Abdulsyani
menekankan pada perubahan fungsi kebudayaan dan perilaku manusia
dalam masyarakat dari keadaan tertentu kepada keadaan yang lain.46
Dari uraian diatas maka dapat kita skemakan melalui kerangka
konsep tentang rekayasa dan perubahan sosial sebagai berikut:
Dari kerangka tersebut diatas tentu membutuhkan suatu identifikasi
sebagai pedoman awal dalam memandang sebuah permasalahan. Maka,
kita membutuhkan paradigma yang merupakan pisau analisa dan
46 Abdulsyani, Sociology: Skematika, Teori, dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994),Cet. 1, hlm 163.
PendidikanIslam
Rekayasa Sosial
Tujuan
Gerakan Intelektual Sosial
Aksi danPerubahan
Sosial
PROBLEM SOSIAL
membawa kerangka dari teori-teori menuju kepada fakta dan pandangan
berfikir seseorang.
3. Paradigma Perubahan Sosial
Dalam rangka memahami realitas sosial di dalam kehidupan
masyarakat tergantung pada sejauh mana paradigma mampu melakukan
afiliasi ilmiah seperti penelitian, penerbitan, dan implementasi kurikulum
oleh masyarakat intelektual yang mendukungnya. Sehingga untuk
menganalisa perkembangan maka kita akan dihadapkan pada paradigma
yang melandasi teori-teori tersebut47
Kata paradigma muncul dan populer ketika seorang sosiolog
Tomas Kuhn dalam karyanya yang berjudul the structure of scientific
revolution bahwa paradigma adalah cara pandang atau paradigma adalah
suatu kerangka pandang yang berdiri di atas prinsip dasar keyakinan dan
pijakan teori.48
Patton (1975) memberikan pengertian tentang paradigma. Ia
mengatakan bahwa paradigma adalah a world view, a general perspective,
a way of breaking down the complexity of the real world atau dengan
bahasa sederhananya paradigma adalah merupakan konstelasi teori,
pendekatan pertanyaan, serta prosedur yang digunakan untuk menganalisa
suatu nilai kerangka objek pemikiran. Paradigma juga mampu
menunjukkan mengidentifikasi sesuatu baik yang adil maupun yang tidak,
atau yang baik dan yang buruk.49
Dalam bagian ini kita melihat bahwa paradigma sesungguhnya
memperlihatkan tingkatan-tingkatan sosial yang bersifat alternatif,
memilih paradigma berarti memusatkan perhatian terhadap tingkatan
sosial tertentu. Salah satu pikiran pokok yang mendasari paradigma yang
47 Mansour Fakih, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Cet. II, (Yogyakarta:Insist Press, 2002), hlm. 16.
48 Nur Laly Mazkiyatul F, Pemikiran Pendiidkan Islam Syekh Ahmad Surkati DanTransformasi Social, (Semarang: Fakultas Tarbiyah, 2004), hlm. 25
49 Ibid., hlm. 17.
dipergunakan dalam hal ini adalah bahwa ada beberapa tingkatan
kenyataan sosial yang berbeda secara analitis, dimana kita dapat
memusatkan perhatiannya
Sehingga dengan demikian ada beberapa cara untuk
mengklasifikasi berbagai tingkatan kenyataan sosial yang dapat kita
analisa. Dalam pembahasan ini ada empat tingkatan sebagai berikut:
a. Tingkat individual
Manusia adalah satu keseluruhan yang tidak dapat dibagi-bagi,
hal ini tentu merupakan arti pertama manusia sebagai makhluk
individu. Aristoteles seakan-akan berpendapat bahwa manusia itu
berawal dari penjumlahan beberapa kemampuan yang masing-masing
bekerja sendiri, seperti kemampuan vegetatif, sensitif dan intelektif
Wilhelm Wundt dan terutama ahli-ahli psikologi modern yang
menegaskan bahwa jiwa manusia merupakan suatu kesatuan jiwa raga
yang berkegiatan sebagai keseluruhan. Jika manusia melihat sesuatu
maka ia tidak hanya melihat, akan tetapi dia ingin memiliki dan
merasakan sesuai dengan minat dan kebutuhan waktu itu.50
Oleh karena itu, individu satu dengan yang lain akan
mengalami perkembangan yang khas dalam kehidupannya. Sehingga
perilaku-perilaku masing-masing individu akan berbeda pula.
Berangkat dari itu tingkat pendekatan ini dapat dibagi ke berbagai sub-
tingkatan. Yaitu tingkatan perilaku “behavioral sehingga dalam
pendekatan ini individu menjadi pusat perhatian untuk analisa yang
paling utama bukan pada satuan-satuan perilaku atau interaksi sosial
b. Tingkat Antar Pribadi
Selain makhluk individu manusia juga merupakan makhluk
sosial yang dimana setiap aktifitasnya pasti terlibat dalam interaksi
sosial. Sehingga perlu diperhatikan bahwa manusia pada fitrahnya dari
lahir membutuhkan apa yang disebut dengan pergaulan dalam rangka
50 W.A. Garungan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT. Rafika Aditama, 2004), hlm. 24.
memenuhi kebutuhan-kebutuhan baik secara biologis maupun secara
struktur sosial.
Maka, kenyataan dalam tingkat paradigma ini melibatkan
interaksi antar individu dengan semua arti yang berhubungan dengan
komunikasi simbolis, penyesuaian timbal balik, negosiasi, dan pola-
pola adaptasi terhadap lingkungan yang lebih luas. Dalam pendekatan
ini pembacaannya adalah wilayah psikologi sosial.
Menurut Freud, pribadi manusia sudah mulai dibentuk ketika
berumur 5-6 tahun yaitu super-ego, aspek inilah yang kemudian
manusia mengenal dengan aturan main dalam pergaulan, norma, cita-
cita yang membentuk perkembangan individu dalam berinteraksi.51
Pendekatan ini lebih berpusat pada psikologi sosial, dimana
tingkat interaksi antar pribadi sangat berbeda-beda tergantung
bagaimana tingkat super-ego masing-masing individu. Dalam hal ini
terdapat perspektif teoritis yang menekankan tingkatan tersebut yaitu
teori interaksionisme simbol dan teori pertukaran meskipun keduanya
mendialogkan persoalan-persoalan individu.
c. Tingkat struktur sosial
Dalam kenyataan sosial, pendekatan ini memusatkan
perhatiannya pada pola-pola tindakan dan jaringan-jaringan dari
pengamatan terhadap keteraturan dan keseragaman yang terdapat
dalam realitas sosial. Hal yang penting dari paradigma ini adalah dapat
dilihat dari posisi-posisi sosial kemudian didefinisikan menurut
hubungannya yang kurang lebih stabil dengan posisi-posisi lainnya.
Gejala ini dapat dilihat dari bentuk-bentuk sosial baik yang kecil
maupun yang besar seperti persahabatan, asosiasi-asosiasi, institusi-
institusi sosial, dan masyarakat keseluruhannya.52
Sehingga penganut paradigma ini lebih kepada prinsip sudut
pandang objektivisme. Selain itu analisanya bermuara pada gejala
51 Op.cit. hlm. 26.52 Doyle Paul Johnson, op.cit., hlm. 61.
struktur sosial dan menekankan pada konflik struktur sosial. Sehingga,
penganut paradigma ini tidak mementingkan suatu kesadaran
melainkan justru bagaimana pola-pola hubungan antarindividu dalam
struktur sosial yang nyata.
d. Tingkat Budaya
Dalam tingkat pendekatan ini memusatkan pada situasi sosial
dalam suatu masyarakat, dimana kelompok sosial tempat orang-orang
berinteraksi yang itu merupakan satu keseluruhan tertentu, misalnya
perkumpulan dan institusi sosial yang sesungguhnya meliputi arti,
simbol, norma, dan pandangan hidup pada umumnya yang dimiliki
oleh anggota masyarakat.
Istilah kebudayaan terdiri dari produk-produk tindakan dan
interaksi sosial baik sesuatu yang bersifat materi maupun nonmateri.
Beberapa komponen utama dari kebudayaan materi telah dicatat oleh
Tylor seorang antropolog. Dalam definisinya ia mengatakan bahwa
“kebudayaan merupakan keseluruhan kompleks yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan seni, moral, hukum, kebiasaan dan
kemampuan dan tata cara lainnya yang didapatkan manusia sebagai
anggota masyarakat
Sehingga diskursus dalam tingkat ini adalah lepas dari struktur
sosial atau hubungan antarpribadi yang tercakup dalam ciptaan atau
penyebarannya. Akan tetapi lebih kepada tingkat perkembangan
teknologi, transportasi, dan lain sebagainya yang cakupannya lebih
luas.
Dari pembahasan tersebut diatas, Burne dan Morgan dalam
pergulatan sosiologi dunia, dengan jelas melakukan suatu mapping
terhadap perubahan sosial yang memusatkan pada empat paradigma besar.
Antara lain:
a. Paradigma Interpretatif
Paradigma ini mempunyai kerangka khas dalam menganalisa
kenyataan sosial, yaitu dengan bersandar pada sosiologi keteraturan,
akan tetapi paradigma ini lebih akrab dengan pendekatan
subyektivisme. Berangkat dari mengidentifikasi sifat yang paling asas
dan kesadaran seseorang yang terlibat “subyek”, bukan berdasarkan
orang lain.
Sehingga dalam paradigma ini mempunyai kecenderungan
dalam wilayah nominalis, ideografis, serta antipositifis. Perumus
paradigma ini adalah para penganut mazhab filsafat fenomenologis,
antara lain Diltty, Hurserl, Schutz, yang sesungguhnya telah
dipengaruhi oleh Immanuel Kant seorang tokoh sosial yang idealis dari
Jerman.53
b. Paradigma Humanis Radikal
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa dalam melakukan suatu
perubahan tentu kita juga harus memahami kondisi sosial seperti yang
kita bahas di atas. Memetakan mulai dari tingkat individu, interaksi
antarpribadi, dan seterusnya. Dalam paradigma ini akan memusatkan
pengembangan sosiologi perubahan mendasar dari nilai subyektifitas
kesadaran manusia.
Menurut mazhab ini kesadaran manusia dikuasai oleh kerangka
suprastruktur ideologis yang memisahkan antara manusia dengan
kesadaran manusia secara manusia itu sendiri (alienasi) atau false
consciousness”, kesadaran palsu yang sesungguhnya menghambat
manusia itu sendiri dalam pembentukan dan pencapaian manusia sejati.
Memahami manusia dalam membebaskan dirinya dari berbagai
bentuk tatanan sosial yang menghambat perkembangannya merupakan
agenda utama paradigma ini. Sehingga penganut ini mengecam
kemapanan secara radikal, pola-pola kemapanan dianggap tidak
manusiawi.
c. Paradigma Strukturalis Radikal
Menurut Marx kehidupan individu dan masyarakat didasarkan
pada asas ekonomi. Antara lain institusi politik, pendidikan, dan lain
53 Ibid., hlm. 37.
sebagainya itu bergantung pada keberadaan ekonomi untuk
kelangsungan hidupnya. Sehingga kesadaran dianggap tidak penting
oleh paradigma ini karena hubungan-hubungan struktural yang
terdapat dalam kenyataan sosial yang nyata adalah suatu kenyataan.
Penganut mazhab ini terpecah menjadi dua perhatian, yang
pertama adalah mereka lebih tertarik menjelaskan ekonomi sebagai
kekuatan sosial serta perubahan sosial. Kedua, perhatian terhadap
pertentangan kelas sosial, miskin, kaya, buruh dan lain sebagainya.
d. Paradigma Fungsionalis
Kemungkinan pendekatan dalam menganalisa sosial adalah
berhubungan dengan dinamika yang ada dalam suatu komunitas.
Sehingga dalam pendekatan ini berorientasi pada wilayah pragmatis,
artinya bahwa melakukan suatu pemecahan masalah, melahirkan
pengetahuan dengan langkah-langkah praktis dan dalam rangka
memecahkan masalah dengan praktis pula.
Selain itu, paradigma pendekatan ini berakar pada sosiologi
keteraturan dengan pendekatan terhadap permasalahan-permasalahan
yang berakar pada kaum objectivism. Kemapanan, keterlibatan sosial,
stabilitas sosial, pemuasan kebutuhan yang nyata merupakan kerangka
pendekatan paradigma fungsionalis.
Penganut ini juga sesungguhnya akrab dengan paradigma
filsafat rekayasa sosial (engineering) sebagai wahana perubahan sosial
yang lebih dipengaruhi oleh pemikiran interpretatif-subyektif.54
C. STRATEGI PERUBAHAN SOSIAL
Dalam sejarah, kita mengetahui bahwa begitu banyaknya teori-teori
mengenai sebab-sebab terjadinya suatu perubahan sosial. Menurut Jalaluddin
Rahmat, ada beberapa strategi dalam melakukan suatu perubahan.
54 Ibid
1. People Power
Kita ketahui bahwa dari pengalaman kita dan dari pengalaman
historis bangsa-bangsa lain, bahwa berbagai cara perubahan dalam suatu
negara. Hal ini tentunya berawal dari sebuah kondisi masyarakat, bangsa
telah dilanda berbagai macam masalah mulai dari kemiskinan, multikrisis,
tirani, dan sebagainya yang tentunya seluruh element masyarakat
menghendaki untuk melakukan suatu perubahan secara cepat.
Strategi ini merupakan strategi secara cepat dan radikal dan total
atau biasa kita sebut dengan “revolusi”. Meskipun kata “revolusi”
mempunyai ambiguitas dalam pemaknaannya. Ada yang memandang
bahwa revolusi merupakan suatu pelita harapan masyarakat yang
membimbing kita dari kegelapan status quo menuju cahaya gemilang,
dalam perspektif lain revolusi dimaknai sebagai suatu proses atau momok
yang sangat mengerikan yang memerlukan besarnya pengorbanan
tumpahan darah akibat kekerasan.55
2. Persuasive Strategy
Istilah ini bisa kita maknai dengan strategi persuasif. strategi ini
biasanya digunakan oleh negara-negara demokratis dimana media atau
pers sebagai pilar demokratisasi sangat penting. J.A.C Brown mengatakan
dalam rangka melakukan suatu perubahan strategi persuasif yang
berangkat dari propaganda atau membangun public opinion melalui media
masa sangat penting.
Di indonesia misalnya media massa baik elektronik maupun
lainnya mempunyai pengaruh besar terhadap pembangunan opini publik
masyarakat. Dengan media maka masyarakat mengetahui kondisi bangsa
yang sesungguhnya, penyakit dan borok sosial semakin gamblang, bahkan
situasi politik nasionalpun bisa kita konsumsi, mulai dari koruptor,
penegak hukum yang melanggar hukum, penyuapan, dan lain sebagainya.
Sehingga terjadi perubahan pandangan masyarakat dan muncul gerakan-
gerakan pembaharuan.
55 Jalaludin Rahmat, op.cit., hlm. 187.
3. Normative Reeducative
Paulo Freire tokoh besar dalam strategi ini, dimana ia telah
melakukan sebuah perubahan melalui upaya pendidikan dengan
membangun kesadaran orang-orang yang tertindas untuk melakukan
tuntutan hak-hak yang telah dirampas.
Normative adalah kata sifat dari “norm” atau norma yang berarti
aturan –aturan yang berlaku dan telah disepakati oleh masyarakat tertentu.
Sehingga norma adalah salah satu kunci perubahan menurut strategi ini.
Strategi ini bersifat gradual yaitu dengan cara masuk dalam norma
masyarakat melalui pendidikan. Reeducation yang merupakan pendidikan
ulang yaitu dalam rangka membangun paradigma berfikir baru yang lama-
yang sudah teracuni oleh sesuatu yang irasional, pembodohan- menuju
paradigma berbasis pencerahan.
Dengan latar belakang norma inilah tidaklah mengherankan apabila
pendidikan menjadi tema yang sangat didiskusikan oleh belahan dunia.
Sehingga pendidikan harus menjadi fungsi lembaga sosial yang
mencerdaskan bukan pendidikan untuk kekacauan intelektual intellectual
cul-de-sac , mengentaskan dari lingkaran kemiskinan, dan bukan
pendidikan yang dikotomi yang membedakan kaya dan miskin.
Contoh lain seperti Imam Al-Khumaini yang memimpin revolusi
Islam di Iran. Dimana gerakannya dimulai dari perubahan paradigma
Islam dari Islam yang tradisional menuju Islam rasional modern.
Hal ini ada persamaan yang mendasar dengan beberapa tokoh yang
mengatakan bahwa masyarakat mengalami berbagai perubahan itu berawal
dari idea , pandangan hidup, pandangan dunia, dan nilai-nilai. Penganut
pendapat ini antara lain adalah Max Weber, ia mengatakan penyebab
utama perubahan adalah dipengaruhi oleh “idea”, sehingga berbagai
peneliti Weber juga mengatakan bahwa tesis utama dari Weberianisme
adalah pengakuan terhadap peranan besar ideologi sebagai variabel
perkembangan masyarakat.
Sehingga dalam hal ini, sudah barang tentu bahwa strategi
perubahan tidak lepas dari sebab-musabab perubahan sosial, dan
perubahan sosial akan tercapai apabila proses pembangunan ideologi telah
tercapai.
Hal ini sesuai dengan proses transisi dari masyarakat pra-industri
menuju masyarakat industri, dimana pengaruh “idea dalam masyarakat
mempunyai pengaruh besar-terlepas dari perubahan yang transformatif
maupun tidak- bahwa ideologi masyarakat industri membawa perubahan
yang berdampak pada penekanan sektarianisme dan kepercayaan atau
(agama).56
a. Evolusi dan Revolusi
Seperti yang dijelaskan sedikit diatas bahwa cara pandang
revolusi untuk melakukan suatu perubahan dengan cara radikal dan
sangat memperhatikan unsur universal. Pada intinya upaya perubahan
sosial memerlukan waktu yang cukup panjang, yaitu berawal dari
problem-problem yang kecil atau rentetan perubahan evolusi.
Dalam proses evolusi, perubahan akan terjadi dengan
sendirinya tanpa ada rekayasa atau perencanaan matang dari kehendak
pelaku tertentu. Perubahan ini berawal dari kaitan unsur-unsur sistem
masyarakat, budaya, dan kondisi yang sejalan dengan pertumbuhan
masyarakat. Tetapi dalam perubahan ini tidak harus sejalan dengan
kondisi yang ada dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan.57
Berangkat dari ada beberapa teori perubahan “evolusi” yang
dapat digolongkan menjadi beberapa identifikasi sebagai berikut:
1) Universal theories of evolution
Dalam teori ini perkembangan masyarakat tidaklah melalui
tahapan-tahapan tertentu. Hal ini dikarenakan bahwa kultur
manusia telah mengikuti satu garis evolusi tertentu. Herbert
Spencer menguraikan prinsip-prinsip teori ini, ia mengatakan
56 Betty. R Scharf, Sosiologi Agama, Jilid II, (Jakarta: Prenada Kencana, 2004) , hlm. 251.57 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2000), Cet. 30, hlm. 337.
bahwa masyarakat adalah hasil dari perkembangan dari kelompok
masyarakat yang majemuk atau homogen.
Hal ini sesuai dengan mazhab fungsionalisme dalam
antropologi. Perubahan sosial juga bisa dilihat dari kebudayaan
masyarakat tertentu, Branislaw Malinowski (192) mengatakan
bahwa manusia sesungguhnya mempunyai kebutuhan bersama baik
biologis maupun psikologis. Fungsi kebudayaan adalah untuk
memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Jika manusia
membutuhkan wilayah instrumental seperti hukum, pendidikan,
maka manusia akan berupaya melakukan langkah-langkah budaya
melalui perubahan, begitu terus menerus. Inilah yang kita sebut
dengan evolusi universal
2) Uniliniear theories of evolution
Teori ini berpendapat bahwa, manusia atau masyarakat
mengalami perubahan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu,
mulai bentuk yang paling sederhana sampai pada kompleksitas.
Auguste Comte merupakan salah satu tokoh teori ini, ia
mengatakan bahwa proses evolusi harus dibantu oleh usaha
manusia nyata sesuai dengan tahapannya. Walaupun begitu Comte
juga perkembangan positivisme juga sangat mempengaruhi
perkembangan dan perubahan sosial secara terus menerus.
Karena teori ini menggunakan logika linear maka
perkembangan masyarakat akan terus menerus mengalami
perkembangannya secara bertahap menuju tahap akhir. Seperti
kemajuan teknologi, dan lain sebagainya. Variasi dari teori ini
adalah cyclical theory yang dipelopori oleh Vilvedro Pareto.58
Teori-teori di atas merupakan teori tokoh sosiolog klasik, sehingga
untuk masa sekarang teori ini lebih banyak ditinggalkan oleh para
ilmuwan. Karena hal ini dianggap sulit untuk menentukan tahapan-
tahapan perubahan sosial.
58 Simandjuntak, Perubahan dan Perencanaan Sosial, (Bandung: Tarsito, t.th.), hlm. 27.
Selanjutnya, adalah perubahan dengan skala cepat. Telah
disinggung diatas bahwa perubahan dengan cara ini harus mencakup
sendi-sendi kehidupan masyarakat baik pendidikan, struktur
pemerintahan, lembaga-lembaga sosial. Dalam perubahan ini juga
bersifat relatif bisa direncanakan maupun tidak direncanakan. Hal ini
sesuai dengan revolusi Prancis yang membutuhkan waktu yang cukup
lama, seperti proses transisi masyarakat industri inggris.59
Perubahan cepat tersebut hanya dapat dilakukan di situasi
masyarakat modern, sedangkan perubahan lambat terjadi di lingkungan
masyarakat tradisional. Karena sesungguhnya masyarakat modern
mempunyai paradigma berfikir yang mampu mencapai wilayah
kritisisme humanis, sehingga dengan demikian akan berdampak pada
nilai-nilai ontologis kemanusiaan yang sesungguhnya manusia
mempunyai keunggulan dalam interaksi sosial secara nyata.60
Berangkat dari beberapa penjelasan tersebut di atas, maka
proses perubahan secara cepat dan radikal “revolusi” biasanya diawali
dengan pemberontakan. Di Indonesia misalnya ketika terjadi
pemberontakan para buruh tani Banten yang terjadi pada tahun 1888.
Dalam sejarah bangsa-bangsa, kita akan menemukan gejolak
revolusi yang berbeda-beda sesuai dengan masalahnya, antara lain:
Pertama coup d etat atau kudeta atau sering disebut dengan revolusi
istana. Disini perubahan terjadi dengan cara cepat dan tiba-tiba. Kata
kudeta bisa dimaknai dengan pergantian pejabat atau pemerintah yang
berkuasa di institusi politik secara tidak konstitusional.
Sehingga dalam kekuasaannya tidak ada perubahan yang
signifikan baik secara politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Kedua,
pemberontakan bisa kita lihat dari berbagai aktivisme kekerasan yang
diarahkan kepada pemerintah dari dalam atau menaklukkan pemerintah
dari kekuatan massa yang dahsyat yang itu menghasilkan perubahan
59 Soejono Soekanto, op.cit., hlm. 347.60 Bryan Turner, Teori Sosiologi Modernitas dan Posmodernitas, Penerjemah Imam
Baehaki dan Ahmad Baidlowi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hlm. 105.
parsial. Seperti reformasi di Indonesia tahun 1998. Ketiga, perlawanan
kaum proletar (mutiny) atau penolakan untuk patuh terhadap penguasa
tanpa visi yang jelas. Keempat, putsch atau pengambilalihan kekuasaan
oleh tentara yang memegang komando. Kelima, perang saudara atau
konflik di antara kelompok-kelompok masyarakat yang biasanya
dilatarbelakangi oleh permusuhan agama atau etnis. Keenam, perang
kemerdekaan, yaitu perjuangan melawan tindak penjajahan dari pihak
eksternal kepada penduduk negeri asli.
Sehingga bisa kita garis bawahi makna revolusi adalah muatan
ideologis yang sangat mempengaruhi tindakan masyarakat. Maka
Sztompka menjelaskan bahwa ada beberapa ciri revolusi yang
membedakan dengan strategi perubahan yang lain:61
a) Revolusi menimbulkan perubahan pada skala yang lebih luas,
menyentuh semua tahap dan dimensi masyarakat. Misalnya
ekonomi, politik, budaya, institusi sosial, kehidupan sehari-hari,
kepribadian manusia, dan lain sebagainya
b) Perubahan-perubahan ini bersifat radikal, fundamental, mencakup
inti dan konstitusi dan fungsi masyarakat.
c) Perubahan berlangsung secara cepat seperti ledakan dinamika yang
terbersit dari arus lamban proses sejarah.
d) Menunjukkan perubahan yang sangat kentara, karena hal itu sangat
membekas
e) Menimbulkan reaksi emosional dan intelektual yang istimewa pada
para tokoh dan saksi revolusi. Semangat yang membara, ledakan
mobilisasi massa, optimisme, perkasa, aspirasi kedepan.
Menurut perspektif sosiologis, revolusi terjadi jika di awali dari
berbagai cara, pemberontakan, kudeta dan lain sebagainya. Sehingga
perlu adanya target dan sasaran yang jelas serta syarat-syarat. Sebagai
berikut.
61 Ibid.
a) Ada tokoh intelektual yang dianggap mampu memimpin kekuatan
massa/ masyarakat tersebut
b) Ada harapan dan keinginan dalam melakukan perubahan tersebut
c) Pemimpin harus mempunyai target yang jelas
d) Pemimpin harus menjelaskan tujuan dan program yang sifatnya
konkrit dan dapat dipahami oleh semua masyarakat. Dan tujuan
ideology
e) Harus ada momentum yang tepat, yaitu saat di mana kondisi dan
faktor sudah tepat dan mendukung untuk melakukan suatu
gerakan.62
Maka sesungguhnya dalam proses revolusi kita membutuhkan
tokoh intelektual yang mampu memimpin kekuatan massa. Tokoh
tersebut bisa kita sebut dengan “great individuals atau manusia
besar.63
b. Planed Change dan Unplanned Change
Perubahan yang dikehendaki atau perubahan yang
direncanakan atau rekayasa sosial (social engineering), adalah suatu
upaya perubahan yang telah direncanakan oleh sang perekayasa
“engineer” dalam kondisi masyarakat tertentu. Orang tersebut tentu
orang yang mempunyai jiwa besar dan mampu memimpin serta
mendapat kepercayaan dari masyarakat.
Dalam perubahan ini tentunya sudah barang tentu harus
mempunyai keahlian manajemen sosial serta perencanaan yang
matang, karena perubahan ini terjadi apabila masyarakat sudah mulai
hidup dalam ketidakwajaran. Sehingga perencanaan yang matang,
teratur serta gerakan yang dibutuhkan adalah gerakan dalam wilayah
nyata bukan berhenti pada wilayah ideologi.
62 Sojono Soekanto, op.cit., hlm. 348.63 Teori manusia besar atau great individuals adalah manusia yang mampu merubah
sejarah Lihat Tomas Carlyle dalam Heroes And Hero Worshipers. Sejarah adalah biografi orang-orang besar.
D. AKTOR PERUBAHAN ATAU TEORI MANUSIA BESAR
Seperti yang telah singgung sedikit di atas, bahwa sebuah perubahan
kita memerlukan pemimpin ideologis, pemimpin itulah yang kita sebut dengan
aktor perubahan. Carlyle dalam suatu kesempatan mengatakan bahwa Nabi
Muhammad adalah the hero as the prophet pahlawan sebagai nabi. Dengan
puisinya :
“Bagi bangsa arab
Kelahiran Muhammad adalah kelahiran dari kegelapan kepada cahaya
Arabia untuk pertama kalinya hidup karena kehadirannya
Bangsa-bangsa gembala yang miskin
Yang terasing di sahara sejak terciptanya dunia
Seorang nabi pahlawan dikirimkan kepada mereka................
Sehingga manusia besar atau great individual adalah bagaikan
halilintar yang membelah langit. Lebih lanjut, dalam konsep ini mengatakan
bahwa sejarah universal merupakan adalah sejarah yang telah di capai oleh
umat manusia di dunia dan pada dasarnya adalah sejarah manusia besar yang
sudah memberikan kontribusi besar kepada dunia.
Ada tiga teori manusia besar dalam sejarah dunia perubahan, antara
lain sebagai berikut:64
1. Ordinary People
Ordinary People adalah manusia-manusia bisa. seperti yang kita
ketahui bahwa konsep masyarakat adalah dimana didalamnya terdiri dari
individu-individu yang melakukan interaksi sosial dalam rangka
mempertahankan kehidupannya masing-masing sesuai dengan norma dan
aturan yang ada dalam masyarakat tersebut. Selain itu dalam kehidupan
masyarakat terdapat struktur sosial, institusi sosial, yang tujuannya adalah
untuk memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, dan kebutuhan
instrumental manusia.
Berangkat dari itu, sesungguhnya masyarakat terdiri dari sekian
banyak Ordinary People yang dengan kemampuannya sebagai manusia
64 Jalaludin Rahmat, op.cit., hlm. 169.
biasa yang mempunyai peluang dapat melakukan sebuah perubahan
melalui jaringan-jaringan sosial, struktur sosial, akan tetapi mereka tidak
bisa kita sebut dengan manusia besar yang mengubah sejarah seperti Nabi
Muhammad dan Kristus
2. Expectional Actor
Expectional Actor adalah tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh
besar terhadap perubahan sosial. Selain berpengaruh dia juga memiliki
kemampuan intelektual yang luar biasa. Dia juga mampu berinteraksi
dengan siapapun dengan cara-cara dan norma-norma atau local genius
yang ada dimasyarakat tertentu sehingga masyarakat sangat membutuhkan
kehadiran mereka.
3. Holder Of Expectional Positions
Dalam teori ini mengatakan bahwa tipe ini berada di antara kedua
tipe di atas dan tidak mempunyai kemampuan pengetahuan dan kebijakan
seperti kemampuan yang dimiliki oleh Expectional Actor akan tetapi
menduduki posisi penting di masyarakat.
Meskipun dia tidak mempunyai pengetahuan lebih, dai mempunyai
kelebihan kepribadian seperti memiliki kearifan, kesederhanaan, atau bisa
kita gambarkan orang yang pendiam, santun, tiba-tiba menjadi presiden
misalnya. Sehingga secara langsung dia ikut menentukan arah perubahan
sosial.
E. PROSES PERUBAHAN SOSIAL
Kita mengetahui bahwa proses perubahan sosial dalam materialisme
sejarah atau historical materialism Marxisme, ada asumsi bahwa perubahan
sosial adalah teknologi, struktur ekonomi, atau penggunaan alat-alat produksi.
Sehingga Marx membagi struktur masyarakat menjadi dua bagian:
suprastruktur “ideologi” kebudayaan dan infrastruktur “wujud kebudayaan”
Dari penjelasan diatas, Marx beranggapan bahwa perubahan sosial
akan ditentukan oleh infrastruktur seperti struktur masyarakat dan ekonomi.
Atau suprastruktur ditentukan oleh infrastruktur, hal in bertentangan dengan
apa yang di ungkapkan oleh Max Weber yang mengatakan bahwa ideologilah
yang akan merubah struktur ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik.
Akan tetapi secara umum, ada beberapa tahapan yang harus dilalui
dalam proses perubahan sosial. Menurut Roy Basykar mengatakan bahwa
suatu proses perubahan sosial terjadi meliputi reproduksi dan transformasi.
Reproduksi adalah proses mengulang-ulang sehingga menghasilkan kembali
segala hal yang diterima sebagai warisan budaya yang kita miliki.
Proses inilah yang merupakan proses penciptaan sesuatu yang baru
yang menghasilkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, tentu yang berubah
adalah aspek budaya material sedangkan nilai dan norma cenderung
dipertahankan.65
1. Penyesuaian Masyarakat terhadap Perubahan
Keserasian merupakan fenomena yang selalu di idam-idamkan oleh
masyarakat seluruhnya, sehingga apabila ada gejolak yang menimbulkan
ketidakserasian maka masyarakat akan melakukan suatu upaya perubahan
yaitu melalui perubahan susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan agar
dalam rangka social equilibrium”, namun jika masyarakat tidak suka
dengan perubahan itu maka masyarakat akan menilai.
Sehingga adakalanya unsur baru diterima, dan adakalanya
menimbulkan gejolak disintegrasi atau kegoncangan. Maka yang terjadi
adalah kegoncangan yang mempengaruhi norma-norma dan nilai-nilai
masyarakat.
Fenomena diatas merupakan fenomena ketidakserasian
“maladjustment” dan dapat dipilihkan melalui penyesuaian yang cukup
lama atau proses adjustment . Di dalam proses ini dapat terjadi mulai
dari interaksi individu dalam masyarakat, sampai pada lembaga-lembaga
masyarakat yang telah diubah atau diganti.66
2. Saluran-Saluran Perubahan
65 Agus Salim, op.cit., hlm. 36.66 Soejono Soekanto, op.cit., hlm. 367-368.
Suatu masyarakat akan berubah apabila sistem sosialnya juga
mengalami perubahan, sehingga dalam perkembangan masyarakat
tersebut, individu tidak mempunyai peran apapun. Mereka hanyalah pion-
pion kecil yang digerakkan oleh sistem sosial, politik, ekonomi. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian sosiolog klasik yang mengatakan bahwa
perubahan sosial dimulai dari institusi sosial, akan tetapi Weber
mengatakan bahwa perubahan sosial akan mengalami perubahan diawali
dari tingkah laku individu atau “human action.”
Terlepas dari penjelasan diatas, tentunya suatu perubahan sosial
memerlukan saluran-saluran yang akan dilalui. Seperti, lembaga-lembaga
masyarakat, ekonomi, politik, norma, pendidikan, bahkan kepercayaan
atau agama, dan lain sebagainya,67 saluran inilah yang menyatukan antara
pertentangan argumentasi di atas.
Secara sederhana corak tersebut diatas dapat kita skemakan sebagai
berikut.
Institusi masyarakat yang pada suatu waktu mendapatkan apa yang
disebut dengan penilaian tertinggi, maka akan menjadi kecenderungan
untuk dijadikan saluran yang utama perubahan sosial. Sehingga institusi
masyarakat lain sudah barang tentu akan berubah pula, karena
67 Ibid., hlm. 369.
Institusi Politik
Institusi Keagamaan Institusi Ekonomi
Institusi Hukum
Institusi Pendidikan
sesungguhnya lembaga-lembaga masyarakat tersebut merupakan
subsistem yang terintegrasi.68
3. Disorganisasi dan Reorganisasi
Asumsi-asumsi saluran ini mencakup gambaran fundamental
tentang situasi sosial yang dimana pokok permasalahannya adalah
pertentangan antar kelas yang memunculkan disintegrasi. Kalau kita
memahami makna masyarakat bahwa logika masyarakat sama dengan
logika anggota tubuh manusia. Dimana tiap-tiap organ saling memberikan
fungsinya. Jika satu organ tubuh mengalami disfungsi maka yang terjadi
adalah gangguan anggota tubuh atau disorganisasi.
Jika kondisi suatu masyarakat mengalami disorganisasi seperti
yang disebut diatas maka yang dilakukan adalah reorganisasi atau
reintegrasi. Yaitu suatu proses pembentukan kembali norma-norma dan
nilai-nilai tentunya yang sesuai dengan fungsi masing-masing organ. Hal
ini akan terjadi apabila masyarakat melakukan suatu efektifitas
kelembagaan dengan mengukur kekuatan masyarakat yang cenderung
menentang, sehingga semakin besar tenaga dan alat organisasi untuk
mengantisipasi hal tersebut dalam rangka menanamkan budaya baru yang
akan dicapai.
F. FAKTOR PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGHAMBAT
PERUBAHAN SOSIAL
Dalam mempelajari perubahan sosial maka kita akan menemukan
dialog tentang faktor-faktor perubahan sosial. Agen perubahan sosial
sesungguhnya sudah menjadi isu lama dalam masyarakat. Saat ini diakui atau
tidak masyarakat kita sedang mengalami perubahan sosial. Sebelum
reformasipun sesungguhnya sudah ada upaya perubahan.
Pada dasarnya, perubahan sosial membutuhkan waktu yang berangsur-
angsur. Sehingga dalam proses perubahan tersebut kita akan menemukan
beberapa faktor baik pendukung maupun penghambat.
68 Ibid.
Dalam pembahasan kali ini kita akan membahas dua faktor perubahan
sosial yaitu faktor pendukung dan penghambat sebagai berikut.
1. Faktor Pendukung Perubahan Sosial
Secara garis besar, yang mendukung proses perubahan sosial
adalah menyangkut dalam wilayah “difusi” yaitu dimana proses
penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu lain
dan dari masyarakat ke masyarakat lain.
Selain itu, pendidikan sebagai institusi sosial mempunyai pengaruh
yang sangat fundamental dalam proses perubahan. Karena dalam
pendidikan terdapat penanaman nilai-nilai universal yang akan merubah
paradigma manusia sehingga manusia mampu berfikir kritis objektif. Dan
Out-put pendidikan diharapkan mampu menjadi agen perubahan yang kita
maksud diatas. Sehingga dalam hal ini perubahan sosial akan terjadi
tergantung pada pendidikan
Secara ringkas dapat kita klasifikasi faktor-faktor sebagai berikut:69
a. Sistem pendidikan yang maju dan modern
b. Kontak dengan kebudayaan lain
c. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan
untuk maju
d. Toleransi, sikap yang menghargai terhadap perbuatan-perbuatan yang
menyimpang tapi bukan upaya delik
e. Sistem lapisan masyarakat yang terbuka (open stratification)
f. Penduduk yang heterogen
g. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
yang akan menimbulkan evolusi
h. Orientasi jauh ke masa depan
i. Nilai-nilai yang berlaku, yaitu manusia senantiasa berikhtiar dan terus
memperbaiki kehidupan
69 Ibid., hlm. 361-365.
2. Faktor Penghambat Perubahan Sosial
Selain faktor pendukung, tentu ada faktor penghambat dalam
melakukan perubahan sosial. Sebagai berikut:
a. Kurangnya interaksi dengan masyarakat lain
b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat
c. Sikap masyarakat yang tradisional
d. Adanya kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat atau
vested interests
e. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada wilayah kebudayaan
f. Prasangka terhadap budaya-budaya lain atau asing
g. Adat atau kebiasaan
h. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis
i. Nilai yang berlaku, bahwa hidup ini buruk dan tidak mungkin
diperbaiki.
G. TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Pendidian islam, khsusnya di Indonesia mengalami dinamika yang
luar biasa. Dewasa ini pendidikan Islam di hadapkan pada problematika
filosofis-epistimologis yang tak kunjung usai. Berbagai penelitian ilmiyah
dari pakar pendidikan islam, pemikiran para cendikiawan muslim
dimaksudkan sebagai tawaran sekaligus solusi terbaik bagi cakrawala
pendidikan islam dengan tetap menjaga kerangka epistimologi pendidikan
Dalam sejarahnya Islam mempunyai tradisi intelektual-diartikan
sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan secara umum- yang sangat
dominan. Hal ini di dasari oleh wahyu pertama yang diterima oleh
Rasulallah.70 Sehingga dalam perjalanan sejarah islam, intelektualisme
berhasil memicu lahirnya gerakan pembaharu yang kemudian berkembang
membentuk lembaga-lembaga pendidikan sehingga terbentuklah ilmuwan-
70 Lihat Q.S. Al-‘Alaq: 1-5. Wahyu pertama tersebut di atas memuat tiga istilah yangberkaitan secara langsung dengan proses intelektual, yakni membaca, mengjar dan pena.
ilmuwan muslim yng pada zaman pramodern tidak ada masyarakat yang
mempunyai etos keilmuwan yang tinggi sebagaimana masyarakat muslim.71
Di dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa tujuan tuhan menciptakan
jin dan manusia adalah hanya untuk beribadah menyembah kepadnya. Itulah
yang kemudian menjadikan tujuan akhir hakikat penciptaan, sehingga
manusia selain merupkan makhluk sosial yang hidup dalam berbagai dimensi
perubahan, manusia mempunyai tujuan fokus.
Dalam hal ini pendidikan, dalam khazanah pemikirannya pada
umumnya para ulama berendapat bahwa tujuan akhir pendidikan untuk
beribadah kepada Allah semata. Misalnya:72
1. Dr. Muhammad munir mursyi mengatakan bahwa pendidikan islam itu
diarahkan kepada peningkatan sumberdaya kmanusia dan peningkatan
menyembah kepada Allah Swt
2. Dr. Ali Asyraf berpendapat bahwa tujuan akhir pendidikan islam adalah
terletak pada perwujudan penyadaran diri atau keyundukan yang mutlak
pada Allah pada tingkat individu dan masyayrakat dan kemanusiaan pada
umumnya.
3. Dr. Abdul Fatah Jalal berpendapat bahwa tujuan pen-didikan islam adalh
mempersiapkan mnusia untuk beribduah yaitu manusia yang memiliki
sifat ibadurrahman atau hamba Allah yang mendapat kemuliaan.
Manusia, dalam perjalananya mempunyai tugas yang sangat berat.
Mengemban amanah atau tugas-tugas kewajiban dan tanggungjawab yang
dibebankan oleh Allah kepada manusia agar dipenuhi, dijaga dan dipelihara
dengan sebaik-baiknya.
Untuk menunjang tugas kekhalifahanya manusia membutuhkan
pengetahuan atau bisa kita sebut dengan pendidikan. Sejarah menunjukan
bahwa pendidikan merupakan pokok program dari gerakan pembaharuan
dalam islam. Pendidikan bukan hanya sekedar pemberantasan buta aksara tapi
harus mampu melakukan perubahan disegala bidang. Ibnu khaldun
71 Nurcholish Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam (Jakarta: Paramadina, 1997), Cet. I,hlm. 11
72 Muhaimin. M.A et. Al, 0pcit hlm. 48
mengatakan bahwa manusia pada dasarnya tidak tahu jahil ia menjadi tahu
alim dengan belajar. Artinya manusia adalah sama seperti hewan hanya saja
manusia diberikan kelebihan akal fikir sehingga memungkinkan bertindak
secara teratur dan terencana.
Tujuan adalah sasaran yang akan di capai oleh seseorang atau
kelompok orang yang melakukan suatu kegiatan, karena itu, tujuan ilmu
pendidikan islam, yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau
kelompok orang yang melaksanakan pendidikan islam.
Menurut Drs Ahmad D. Marimba, fungsi tujuan itu ada 4 macam, yaitu:
a. mengakhiri usaha
b. mengarahkan usaha
c. merupakan trik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, baik tu8juan-
tujuan baru maupun tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan pertama.
d. Memberi nilai (sifat) pada usaha-usaha itu
Maka denga itu maka tujuan mempunyai arti yang penting bagi
keberhasilan sasaran yang di inginkan, arah atau pedoman yang harus di
tempuh, serta sifat dan mutu kegiatan yang dilakukan, karena itu kegiatan
yang tanpa tujuan, menyebabbkan sasarannya akan kabur, akibatnya program
dan kegiatan tersebut menjadi acak-acakan.
. Menurut Imam Al-Ghazali, tujuan pendidikan yaitu pembentukan
insane paripurna, baik di dunia maupun di akhirat. “manusia dapat mencapai
kesempurnaan apabila berusaha mencari ilmu dan selanjutnya mengamalkan
fadilah melalui ilmu pengetahuan yang dipelajarinya.
Berangkat dari pemjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
tujuan pendidikan ini adalah membina insan paripurna yang takarrub kepada
Allah, bahagia di dunia dan akhirat. Tidak dapat dilupakan pula orang yang
raji9n mengikuti pendidikan akan memperoleh kelezatan ilmu yang
dipelajarinya dan kelezatan ini pula dapat mengantarkan pada pembentukan
insan Kamil.
H. PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM
Ide mengenai prinsip-prinsip dasar pendidikan banyak tertuang dalam
ayat-ayat al Qur’an dan hadits nabi. Dalam hal ini akan dikemukakan ayat-
ayat atau hadits hadits yang dapat mewakili dan mengandung ide tentang
prinsip prinsip dasar tersebut, dengan asumsi dasar, seperti dikatakan an
Nahlawi bahwa pendidikan sejati atau maha pendidikan itu adalah Allah
yang telah menciptakan fitrah manusia dengan segala potensi dan
kelebihan serta menetapkan hukum hukum pertumbuhan, perkembangan,
dan interaksinya, sekaligus jalan yang harus ditempuh untuk mencapai
tujuannya. Prinsip prinsip tersebut adalah sebagai berikut.73
Pertama, Prinsip Integrasi. Suatu prinsip yang seharusnya dianut
adalah bahwa dunia ini merupakan jembatan menuju kampung akhirat.
Karena itu, mempersiapkan diri secara utuh merupakan hal yang tidak
dapat dielakkan agar masa kehidupan di dunia ini benar benar bermanfaat
untuk bekal yang akan dibawa ke akhirat. Perilaku yang terdidik dan
nikmat Tuhan apapun yang didapat dalam kehidupan harus diabdikan
untuk mencapai kelayakan kelayakan itu terutama dengan mematuhi
keinginan Tuhan. Allah Swt Berfirman, “Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) kampung akhirat, dan
janganlah kanu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi...”
(QS. Al Qoshosh: 77). Ayat ini menunjukkan kepada prinsip integritas di
mana diri dan segala yang ada padanya dikembangkan pada satu arah,
yakni kebajikan dalam rangka pengabdian kepada Tuhan.
73 Munzir Hitami, Menggagas Kembali Pendidikan Islam, (Yogyakarta: InfinitePress, 2004), hal. 25-30
Kedua, Prinsip Keseimbangan. Karena ada prinsip integrasi, prinsip
keseimbangan merupakan kemestian, sehingga dalam pengembangan dan
pembinaan manusia tidak ada kepincangan dan kesenjangan.
Keseimbangan antara material dan spiritual, unsur jasmani dan rohani.
Pada banyak ayat al-Qur’an Allah menyebutkan iman dan amal secara
bersamaan. Tidak kurang dari enam puluh tujuh ayat yang menyebutkan
iman dan amal secara besamaan, secara implisit menggambarkan kesatuan
yang tidak terpisahkan. Diantaranya adalah QS. Al ‘Ashr: 1-3, “Demi
masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian kecuali mereka yang
beriman dan beramal sholeh.” .
Ketiga, Prinsip Persamaan. Prinsip ini berakar dari konsep dasar
tentang manusia yang mempunyai kesatuan asal yang tidak membedakan
derajat, baik antara jenis kelamin, kedudukan sosial, bangsa, maupun suku,
ras, atau warna kulit. Sehingga budak sekalipun mendapatkan hak yang
sama dalam pendidikan. Nabi Muhammad Saw bersabda yang artinya
Siapapun di antara seorang laki laki yang mempunyai seorang budak
perempuan, lalu diajar dan didiknya dengan ilmu dan pendidikan yang
baik kemudian dimerdekakannya lalu dikawininya, maka (laki laki) itu
mendapat dua pahala (HR. Bukhori)
Keempat, Prinsip Pendidikan Seumur Hidup. Sesungguhnya prinsip ini
bersumber dari pandangan mengenai kebutuhan dasar manusia dalam
kaitan keterbatasan manusia di mana manusia dalam sepanjang hidupnya
dihadapkan pada berbagai tantangan dan godaan yang dapat
menjerumuskandirinya sendiri ke jurang kehinaan. Dalam hal ini dituntut
kedewasaan manusia berupa kemampuan untuk mengakui dan menyesali
kesalahan dan kejahatan yang dilakukan, disamping selalu memperbaiki
kualitas dirinya. Sebagaimana firman Allah, “Maka siapa yang bertaubat
sesuadah kedzaliman dan memperbaiki (dirinya) maka Allah menerima
taubatnya....” (QS. Al Maidah: 39).
Kelima, Prinsip Keutamaan. Dengan prinsip ini ditegaskan bahwa
pendidikan bukanlah hanya proses mekanik melainkan merupakan proses
yang mempunyai ruh dimana segala kegiatannya diwarnai dan ditujukan
kepada keutamaan-keutamaan. Keutamaan-keutamaan tersebut terdiri dari
nilai nilai moral. Nilai moral yang paling tinggi adalah tauhid. Sedangkan
nilai moral yang paling buruk dan rendah adalah syirik. Dengan prinsip
keutamaan ini, pendidik bukan hanya bertugas menyediakan kondisi
belajar bagi subjek didik, tetapi lebih dari itu turut membentuk
kepribadiannya dengan perlakuan dan keteladanan yang ditunjukkan oleh
pendidik tersebut. Nabi Saw bersabda, “Hargailah anak anakmu dan
baikkanlah budi pekerti mereka,” (HR. Nasa’i).
Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, individu-individu
muslim yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan
kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi-institusi
pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi
tersebut masih belum memproduksi individu-individu yang beradab.
Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya
manusia yang beradab, terabaikan dalam tujuan institusi pendidikan.
Penekanan kepada pentingnya anak didik supaya hidup dengan nilai-nilai
kebaikan, spiritual dan moralitas seperti terabaikan. Bahkan kondisi
sebaliknya yang terjadi.
Sebenarnya, agama Islam memiliki tujuan yang lebih komprehensif
dan integratif dibanding dengan sistem pendidikan sekular yang semata-
mata menghasilkan para anak didik yang memiliki paradigma yang
pragmatis.
Tujuan utama pendidikan dalam Islam adalah mencari ridha Allah
swt. Dengan pendidikan, diharapkan akan lahir individu-indidivu yang
baik, bermoral, berkualitas, sehingga bermanfaat kepada dirinya,
keluarganya, masyarakatnya, negaranya dan ummat manusia secara
keseluruhan. Disebabkan manusia merupakan fokus utama pendidikan,
maka seyogianyalah institusi-institusi pendidikan memfokuskan kepada
substansi kemanusiaan, membuat sistem yang mendukung kepada
terbentuknya manusia yang baik, yang menjadi tujuan utama dalam
pendidikan.
Menurut perspektif islam, manusia bukan saja terdiri dari
komponen fisik dan materi, namun terdiri juga dari spiritual dan jiwa.
Oleh sebab itu, sebuah institusi pendidikan bukan saja memproduksi anak
didik yang akan memiliki kemakmuran materi, namun juga yang lebih
penting adalah melahirkan individu-individu yang memiliki diri yang baik
sehingga mereka akan menjadi manusia yang serta bermanfaat bagi ummat
dan mereka mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Institusi
pendidikan perlu mengarahkan anak didik supaya mendisiplinkan akal dan
jiwanya, memiliki akal yang pintar dan sifat-sifat dan jiwa yang baik,
melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik dan benar, memiliki
pengetahuan yang luas, yang akan menjaganya dari kesalahan-kesalahan,
serta memiliki hikmah dan keadilan.
BAB III
PENDIDIKAN SEBAGAI SOCIAL MOVEMENT PERSPEKTIF
JALALUDDIN RAHMAT
A. LATAR BELAKANG JALALUDIN RAHMAT
Kang Jalal74 merupakan sosok cendikiawan sekaligus mubalig
terkemuka baik di Indonesia maupun di beberapa negara lainya, ia lahir di
Bandung pada tanggal 29 Agustus 1949. Beliau dilahirkan atas perkawinan
seorang Kiai yang diyakini aktif dalam organisasi islam Nahdlatul ‘Ulama
(NU)75 dengan seorang ibu yang mempunyai integritas keberagamaan
sekaligus seorang aktivis di desanya .
Beliau berasal dari keluarga terdidik terutama dalam bidang agama
Islam. Dalam suatu wawancara sederhana beliau mengatakan bahwa “Saya
dilahirkan dalam keluarga Nahdiyyin (orang-orang NU). Kakek saya punya
pesantren di Puncak Bukit Cicalengka. Ayah saya pernah ikut serta dalam
perjuangan gerakan keagamaan untuk menegakkan syariat Islam. Begitu
bersemangatnya, beliau sampai meninggalkan saya pada waktu kecil untuk
bergabung bersama para pecinta syariat. Saya lalu berangkat ke kota
Bandung untuk belajar di SMP.” 76
Ketika berumur (dua) 2 tahun, ayahnya pergi meninggalkanya
karena kemelut politik yang sangat luar biasa. Akan tetapi ibunya dengan
segera mengirimnya ke salah satu Madrasah sore hari, membimbingnya
membaca kitab kuning malam hari, setelah mengantarkannya ke sekolah
dasar pagi hari. Ia mendapatkan pendidikan agama hanya sampai akhir
sekolah dasar. Perpustakan negeri peningglaan Belanda merupakan salah
satu tempat untuk menghabiskan waktunya membaca karya-karya para
74 Kang Jalal merupakan panggilan populer Prof. Dr. Jalaluddin Rahmat. Kata “kang ”adalah panggilan akrab untuk seseorang yang lebih tua, panggilan ini biasanya popoulerdikalangan masyarakat Sunda dan Jawa.
75 NU merupakan organisasi islam terbesar di Indonesia, organisasi ini didirikan olehKH. Hasyim Asy’ari
76 http//jalal-centre.com/ di akses pada hari Rabu, 1 September 2010, pukul 23.00
ilmuwan, sehingga Ia tenggelam dalam karya-karya filsafat, yang kemudian
memaksanya belajar bahasa Belanda. Di situ ia berkenalan dengan para
filosof, dan terutama sekali sangat terpengaruh oleh Spinoza dan Nietzsche.
Ayahnya juga meninggalkan lemari buku yang dipenuhi oleh kitab-kitab
berbahasa Arab. Dari buku-buku (kitab) peninggalan ayahnya itulah, beliau
bertemu dengan Ihya Ulum al-Din- nya Al-Ghazali. Ia begitu terguncang
sehingga seperti (dan mungkin memang) gila. Ia meninggalkan SMA-nya
dan berkelana menjelajah ke beberapa pesantren di Jawa Barat. Pada masa
SMA itu pula ia bergabung dengan kelompok Persatuan Islam (Persis) dan
aktif masuk dalam kelompok diskusi yang menyebut dirinya Rijalul Ghad
atau pemimpin masa depan.
Di saat yang sama, kang Jalal juga bergabung dengan
Muhammadiyah, dan dididik di Darul Arqam Muhammadiyah dan pusat
pengkaderan Muhammadiyah. Dari latar belakang itu ia sempat kembali ke
kampung untuk memberantas bidáh, khurafat dan takhayul. Tapi yang ia
berantas adalah perbedaan fiqih antara Muhammadiyah dan fiqih NU orang
kampungnya. Misi hidupnya waktu itu adalah rumuskan singkat:
menegakkan misi Muhammadiyah dengan Memuhammadiyahkan orang
lain. Bahkan suatu ketika membuang beduk dari mesjid di kampungnya,
karena itu dianggap bidáh.77 Tapi apa yang kemudian terjadi? Kang Jalal
bertengkar dengan Uwa (paman)nya yang membina pesantren dan dengan
penduduk kampung. Sebab ketika semua orang berdiri untuk untuk shalat
qabliyah Jumát, dia duduk secara demonstratif. Hampir-hampir dipukuli
karena membawa fiqih yang baru itu.
Dalam posisinya sebagai dosen, ia memperoleh beasiswa Fulbright
dan masuk Iowa State University.78 Ia mengambil kuliah Komunikasi dan
Psikologi. Tetapi ia lebih banyak memperoleh pengetahuan dari
perpustakaan universitasnya. Berkat kecerdasannya Ia lulus dengan predikat
77 http//jalal-centre.com/ di akses pada hari Kamis, 23 September 2010, pukul 20.0078 Jalaludin Rahmat, et. al, Prof. Nurkhalis Madjid: Jejak Pemikiran Dari Paembaharu
Sampai Guru Bangsa, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2001), hlm. 405
magna cum laude. Karena memperoleh 4.0 grade point average , ia terpilih
menjadi anggota Phi Kappa Phi dan Sigma Delta Chi.
Pada tahun 1981, ia kembali ke Indonesia dan menulis buku
Psikologi Komunikasi. Ia merancang kurikulum di fakultasnya, memberikan
kuliah dalam berbagai disiplin, termasuk Sistem Politik Indonesia. Kuliah-
kuliahnya terkenal menarik perhatian para mahasiswa yang diajarnya. Ia
pun aktif membina para mahasiswa di berbagai kampus di Bandung. Ia juga
memberikan kuliah Etika dan Agama Islam di ITB dan IAIN Bandung,
serta mencoba menggabungkan sains dan agama.
Kegiatan ekstrakurikulernya dihabiskan dalam berdakwah dan
berkhidmat kepada kaum mustadháfin. Ia membina jamaah di masjid-
masjid dan tempat-tempat kumuh gelandangan. Ia terkenal sangat vokal
mengkritik kezaliman, baik yang dilakukan oleh elit politik maupun elit
agama. Akibatnya ia sering harus berurusan dengan aparat militer, dan
akhirnya dipecat sebagai pegawai negeri.79
Ia meninggalkan kampusnya dan melanjutkan pengembaraan
intelektualnya ke kota Qum, Iran, untuk belajar Irfan dan filsafat Islam dari
para Mullah tradisional, lalu ke Australia untuk mengambil studi tentang
perubahan politik dan hubungan internasional dari para akademisi moderen
di ANU. Dari ANU inilah ia meraih gelar Doktornya.
Sekarang, lénfant terrible ini kembali lagi ke kampusnya, Fakultas
ilmu Komunikasi, UNPAD. Ia juga mengajar di beberapa perguruan tinggi
lainnya dalam Ilmu Komunikasi, Filsafat Ilmu, Metode Penelitian, dll.
Secara khusus ia pun membina kuliah Mysticism (Irfan/Tasawuf) di Islamic
College for Advanced Studies (ICAS)- Paramadina University, yang ia
dirikan bersama almarhum Prof.Dr. Nurcholis Madjid, Dr. Haidar Bagir,
dan Dr. Muwahidi sejak tahun 2002.
Di tengah kesibukannya mengajar dan berdakwah di berbagai kota
di Indonesia, ia tetap menjalankan tugas sebagai Kepala SMU Plus
Muthahhari Bandung, sekolah yang yang didirikannya dan kini menjadi
79 http//jalal-centre.com/ di akses pada hari Kamis, 23 September 2010, pukul 20.00
sekolah model (Depdiknas) untuk membangun paradigma kritis generasi
bangsa serta membina akhlak. Sebagai ilmuwan ia juga menjadi anggota
aktif berbagai organisasi professional, nasional dan internasional, serta aktif
sebagai nara sumber dalam berbagai seminar dan konferensi. Sebagai
mubaligh, ia juga sibuk mengisi berbagai pengajian. Jamaah yang
bergabung dengannya menyebut diri mereka sebagai “laron-laron kecil
menuju misykat pelita cahaya Ilahi”. Misykat juga menjadi pusat kajian
tasawuf dan sekaligus nama jamaáhnya.
Sebagai aktifis ia membidani dan menjadi Ketua Dewan Syura
Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) yang kini sudah mempunyai
hampir 100 Pengurus Daerah (tingkat kota) di seluruh Indonesia dengan
jumlah anggota sekitar 2,5 juta orang. Ia juga menjadi pendiri Islamic
Cultural Center (ICC) Jakarta bersama Dr. Haidar Bagir dan Umar
Shahab,MA.80
B. GAGASAN PERUBAHAN JALALUDIN RAHMAT
Dengan latar belakang keluarga, pemndidikan, sekaligus sosial
budaya yang terurai seperti di atas secara umum pemikiran Jalaluddin
Rahmat dapat dikategorikan dalam beberapa aspek. Mulai dari aspek bidang
pendidikan, fikih, komunikasi, sosial, sampai pada tasawuf seperti karya-
karya beliau yang mencakup beberapa aspek.
Sesungguhnya Jalaluddin Rahmat bukan hanya dikenal sebagai
cendikiawan muslim sekaligus pakar ilmu komunikasi, tetapi juga beliau
sebagai tokoh reformasi paradigma yang pemikiran peikiranya
mencerahkan wawasan, menawarkan alternatif-alternatif dengan
pendekatan yang khas, dan mudah dipahami seperti apa yang dikatakan oleh
cendikiawan-cendikiawan lainya seperti Nurchalis Madjid81 dan Said Aqil
80 http// www.Jalal-center.com/ di akses pada hari Senin, 1 November 2010 pukul 14.0081 Nurchlios Madjid atau dengan nama akrab Cak Nur adalah tokoh cendekiawan muslim
Indonesia, pendiri Universitas Paramadina. dalam subtema islam keindonesiaan majalah Tempotertulis bahwa beliau, ketokohannya oleh Tempo disandingkan dengan sosok tokoh K.H Hasyim
Siradj bahwa ”Jalaluddin Rahmat adalah cendikiawan yang komplit dan
menuangkan pemikiran yang memberikan jawaban”.82
Gerakan pemikiranya di awali dengan pluralisme, sehingga pada
suatu saat ia bersama sejumlah tokoh populer, antara lain KH Abdurahman
Wahid, Prof.Dr. Quraisy Shihab, hingga Dawam Raharjo memperoleh
atribut sesat lewat sebuah buku berjudul Aliran-aliran Sesat. Cap sesat acap
dilekatkan padanya hal ini karena kedekatannya dengan komunitas agama
lain seperti Katolik, Protestan, Hindu, dan Budha. Ia tidak saja begitu
toleran kepada Ahmadiyah yang dianggap sesat oleh sebagian besar muslim
indonesia bahkan MUI, tapi juga melampaui batas keyakinan. Cendikiawan
yang belakangan dipanggil kiai ini sering juga diminta berbicara diGereja
dan forum-forum umat Kristiani.
Tuhan menciptakan berbagai agama itu dimaksudkan untuk menguji
kita semua seberapa banyak kita memberikan konstribusi kebaikan kepada
umat manusia. Kepada Tuhanlah semua agama itu kembali, maka kita tidak
boleh mengambil ali kewenangan Tuhan untuk menyelesaikan perbedaan
agama dengan cara apapun, termasuk dengan fatwa.83
Dari perjalanan hidupnya itu mengilhami Kang Jalal untuk
membangun jembatan ukhuwah sesama Muslim dan lintas agama dengan
membangun paradigma yang lebih terbuka dan dan dialogis sehingga
kehidupan dalam konteks pluralitas keberagamaan dan kebangsaan berjalan
penuh ketentraman.84
Selaian itu beliau juga mengembangkan pemikiran-pemikiranya
tentang beberapa disiplin ilmu, mulai dari ilmu tasawuf, sosiologi, dan
fiqih, dan pendidikan.
Di antara pemikiran-pemikiran beliau adalah sebagai berikut:
Asy’ari, (1871-1947; pendiri NU), K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923; pendiri Muhammadiyah), H.Malik Karim Amrullah, Hamka (1908-1981; ulama pengarang lebih dari 118 buah buku)
82 Kompas, 31 Oktober 199783 Hasil wawancara dengan Jalaluddin Rahmat, Ahad, 07 November 2010 pukul 21.1484 Hasil wawancara dengan Jalaluddin Ramat. Ahad, 07 November 2010 pukul 21.14
1. Mendasarkan pemikiran kepada Al-Qur’an dan As- Sunnah
2. Memperjuangakan hak-hak asasi manusia
3. Memperjuangkan kebebasan dan kemerdekaan manusia
4. Membela kaum dhu afa dari kezaliman penguasa
5. Menekankan pengembagan pemikiran kritis pada anak-anak didik bukan
dengan hafalan, hal tersebut juga di terapkan dalam SMA Plus yayasan
beliau ”Al-Mutthari”85 di Kiara Condong Bandung.
6. Dan lain sebagainya
Dan ide pembaharuan ini muncul ketika beliau telah banyak
menemukan fenomena-fenomena disekitarnya. Sehingga kemudian ide-ide
itu di kembangkan dalam dalalm kerangka akademis, yaitu dengan
membentuk dan aktif dalam lembaga-lembaga modern seperti Yayasan
Paramadina Jakarta, Pusat Kajian Tasawuf dengan nama Yayasan Tazkiya
Sejati. Lalu pada 2004 Kang Jalal juga mendirikan dan memimpin satu
forum lagi yang khusus bergerak di bidang kajian tasawuf, yaitu Kajian
Kang Jalal (KKJ) yang pernah bermarkas di Gedung Bidakara, dan kini
KKJ tiap bulannya dilaksanakan di Universitas Paramadina, Jln. Gatot
Subroto, Kav.96-97, Mampang, Jakarta.
Berikutnya, tahun 2003 mendirikan ICAS-Paramadina dan
mendirikan Islamic Cultural Center (ICC),86 sejak tahun 2004 ia membina
LSM OASE dan Bayt Aqila dan aktif membina Badan Perjuangan
Kebebasan Beragama dan Berkepercayaan (BPKBB), sebuah forum dialog.
silaturahmi dan kerjasama atak tokoh-tokoh pemimpin agama-agama dan
aliran kepercayaan di Indonesia. Terakhir sejak Agustus 2006 Ia membina
The Jalal-Center for Enlightenment (JCE) di Jakarta.
85 SMA Plus Muthahhari merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk dari perubahanpesantren mahasiswa. Pesantren tersebut didirikan pada tahun 1991 dan berubah menjadi SMApada tahun 1992 dengan status terdaftar. SK/Izin pendirian sekolah dari Kanwil Depdiknas denganNo. 857/I02/Kep/E/1994 tanggal 11 Januari 1994. Tahun 1996 mendapat status disamakan dariDirjen Dikdasmen Depdikbud dengan nomor SK: 37/C/Kep/MN/1996 tanggal 26 Maret 1996.tahun 1998 diangkat sebagai sekolah model oleh World Bank, Depdiknas dan Depag.
86 ICAS- Paramadina dan ICC didirikan bersama Cak Nur, Dr. Muwahidi dan Dr HaidarBagir dan Umar Shahab
Selain aktif berdakwah, Kang Jalal juga mengisi seminar keagamaan
di berbagai tempat, mengajar di Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, ICAS-Paramadina & ICC Jakarta dan UNPAD Bandung. Dan yang
tetap ia lakukan di tengah kesibukannya ialah menyisihkan waktu untuk
mengisi pengajian rutin (Kuliah Ahad Pagi) di Masjid al-Munawarah,
masjid di dekat rumah yang jama’ahnya sudah dibina sejak tahun 1980-an.
Juga, tahun 2001-2003 setiap pagi ia sering mengisi pengajian rutin yang
disiarkan langsung oleh radio Ramako Group di Jakarta.87
.
C. KARYA JALALUDIN RAHMAT
Kang Jalal merupakan muballig yang ilmuwan, tokoh pembaharu
islam, pendidik dan tokoh pembaharu. Selain itu beliau juga seorang penulis
yang produktif. Beliau mampu menulis beberapa cabang ilmu, diantaranya
adalah tashawuf, kandungan Al-Qur’an dan Hadits, sosial, komunikasi,
fiqih, dan laian sebagainya. Sebagaian karya-karyanya dibuat dalam rangka
menjawab tantangan dan paham paradigma yang beliau anggap keliru.
Di antara karya Jalaluddin Rahmat, baik yang sudah diterbitkan
maupun yang disampaiakn kepada para mahasiswa dan masyarakat adalah
sebagai berikut :88
a. Psikologi Komunikasi (1985)
Inilah buku pertama yang ditulisnya sepulang dari kuliah
Magister di IOWA State University. Inilah buku psikologi komunikasi
pertama di Indonesia yang sangat berbobot ilmiah namun gaya
penuturannya sederhana dan mudah dicerna. Sampai kini buku ini telah
dicetak ulang … kali. Buku ini termasuk best seler untuk bidang ilmu
komunikasi, dan menjadi rujukan utama di fakultas-fakultas ilmu
komunikasi di Indonesia. Dalam buku ini Kang Jalal mengatakan bahwa
kualitas hidup kita, hubungan kita dengan sesama manusia, dapat
ditingkatkan dengan memahami dan memperbaiki komunikasi yang kita
87 http// www.Jalal-center.com/88 http// www.Jalal-center.com/
lakukan. Kita dapat mempelajarinya dengan berbagai tinjauan tentang
komunikasi dan psikologi seperti yang diuraikan.
b. Islam Alternatif (1986).
Buku ini merupakan kumpulan dari ceramah-ceramah penulis di
ITB, yang kemudian diedit dan disarikan kembali oleh Haidar Baqir.
Sampai saat ini buku tersebut sudah 8 kali cetak ulang. Buku ini berisi 5
bagian yang masing-masing bagian terdiri dari beberapa pokok bahasan.
Bagian pertama, berbicara Islam sebagai rahmat bagi alam. Bagian
kedua, Islam pembebas mustadl afîn. Bagian ketiga, Islam dan
pembinaan masyarakat. Bagian keempat Islam dan ilmu pengetahuan,
dan bagian kelima, Islam Madzhab Syiah.
c. Islam Aktual (1991),
Buku ini merupakan kumpulan dari artikel yang telah dimuat
oleh beberapa media massa, mulai dari Tempo, Gala, Kompas, Pikiran
Rakyat, Panji Masyarakat, Jawa Pos dan Berita Buana. Menurut
pengakuan penulis dalam pengantar buku ini, buku ini memang tidak
utuh, karena merupakan percikan-percikan pemikiran penulis yang
dimaksudkan untuk konsumsi media massa. Sesuai sifatnya media
massa itu informatif. Oleh karenanya, kajiannya tidak tuntas dan
mendalam dari setiap topik-topik yang disajikan.
d. Renungan-Renungan Sufistik (1991).
Meskipun menggunakan judul seperti itu, menurut Kang Jalal,
pembaca tidak akan memperoleh penjelasan yang mendalam layaknya
buku Suhrawardi Awârif Al-Ma`rifah, dan I hyâ Ulum al-Dîn, karya
sufi besar al-Ghazali. Buku Kang Jalal yang satu ini mengajak kepada
pembaca untuk menyesuaikan diri kita dengan perintah Allah
(muwâfaqah), bagaimana mencintai rasul dan para imam suci, dan
saling menyayangi di antara hamba Allah (munâsabah), bagaimana
melawan keinginan hawa nafsu (mukhâlafah), serta bagaimana
memerangi setan (mu hârabah).
e. Retorika Moderen (1992)
Buku ini berupaya memberikan petunjuk-petunjuk praktis dalam
retorika: Persiapan, penyusunan, dan penyampaian pidato; lengkap
dengan bahasan khusus mengenai pidato informatif, persuasif dan
rekreatif. Petunjuk-petunjuk itu dilandasi teori-teori ilmiah.Kita ingin
memasyarakatkan retorika yang berbobot yang melahirkan tuan dan
puan, apa pun pekerjaan anda.
Banyak orang keliru menganalisis seolah-olah kemajuan dunia
Barat bertopang primer pada matematika, fisika atau kimia. Namun, bila
kita mau dalam lagi menyelam, maka kita akan melihat bahwa,
kemampuan luar biasa dunia Barat dalam hal ilmu alam mengandaikan
dahulu dan berpijak pada kultur berabad-abad pendidikan bahasa. Yang
berakar pada filsafat yunani yang bertumpu pada retorika.Pengertian
retorika biasanya kita anggap negatif, seolah-olah retorika hanya seni
propaganda saja, dengan kata-kata yang bagus bunyinya tetapi
disangsikan kebenaran isinya. Padahal arti asli dari retorika jauh lebih
mendalam, yakni pemekaran bakat-bakat tertinggi manusia, yakni rasio
dan cita rasa lewat bahasa selaku kemampuan untuk berkomunikasi
dalam medan pikiran. To be victorius lords in the batlle of minds. Maka
retorika menjadi mata ajaran poros demi emansipasi manusia menjadi
tuan dan puan.Y.B. Mangunwijaya
f. Catatan Kang Jalal (1997).
Buku ini merupakan kumpulan dari tulisan-tulisan Kang Jalal
yang telah dimuat di berbagai media massa. Isinya berupa ceramah-
ceramah spontan, makalah santai dan serius, obrolan ringan dan berat,
yang berlangsung dari 1990-an, kemudian disarikan kembali oleh
Miftah Fauzi Rakhmat. Ada beberapa visi yang ingin dilontarkan
penulis dalam buku ini. Yakni visi media, visi politik, visi pendidikan,
visi tranformasi sosial, visi feminisme dan visi ukhuwah yang perlu
dibangun.
g. Reformasi Sufistik (1998).
Seperti buku Jalal yang lain, buku ini pun merupakan respon
penulis atas berbagai persoalan yang sedang terjadi di tengah
masyarakat, mulai dari politik, kepemimpinan nasional, kekerasan
sosial, demokrasi, keadilan, figur pemimpin Nabi, dijelaskan dalam
salah satu tulisanya bahwa Nabi Muhammad mempunyai sifat kebaratan
hal demikian di buktikan buktikan keterlibatan beliau dalam berbagai
bidang termasuk politik. Karena estela Muhammad jira pada tahun 622
langkah pertama adalah langkah menuju kekuasaan politik,89 sampai
persoalan sufistik. Digunakannya nama reformasi pada judul buku ini
tentunya tidak luput dari situasi sosial yang berkembang saat itu, sisi
lain mungkin karena pertimbangan bisnis agar lebih aktual dan menarik.
h. Jalaluddin Rakhmat Menjawab Soal-Soal Islam Kontemporer (1998).
Buku ini seperti yang sampaikan oleh Hernowo (editor),
merupakan kumpulan dialog pengajian yang diasuh Kang Jalal sejak
1980-an sampai 1998, baik yang berlangsung di Masjid Salman maupun
di Masjid Jami Al-Munawarah. Buku ini dibagi menjadi 4 bagian.
Bagian. Pertama, berisi bahasan seputar ibadah mahdah, bagian. Kedua,
membahas masalah mu amalah, bagian. Ketiga, membahas ahl al-bait,
dan bagian. Keempat, menyajikan tafsir hadis, dan masalah-masalah
kontemporer.
Mernurut Hernowo salah satu buku ini adalah dapat berperan
sebagai panggung, dimana kang jalal jadi peran utamanya, panggung
yang di tata sederhana ini, secara luar biasa menunjukan betawa
89 Jalaluddin Rahmat, Reformasi Sufistuik: Halaman Akhir Fikri Yathir, (Bandung: PustakaPelajar, 1998), hlm. 17-15
kepiawaian ang Jalala berakting memanfaatkan pelbagai macam
“serangan” si penanya. Dalam jawaban-jawaban yang diberikan –yang
membutuhkan peraan Kang Jalal sebagai ahli tafsir, fiqih, filsafat,
tasawuf, psikologi, dan masih banyak lagi- Kang Jalal secara terampil
mampu menjawab hamper segala pertanyaan dengan satu senjata yaitu
kekuatan logika.90
i. Meraih Cinta Ilahi: Pencerahan Sufistik (1999).
Seperti pada buku-buku Kang Jalal sebelumnya, isi pesan dalam
buku ini juga hampir sama dengan buku-buku terdahulu. Hanya sedikit
saja perbedaannya. Kalau dibandingkan dengan buku Reformasi
Sufistik, buku ini lebih banyak mengangkat persoalan sufistik. Lewat
buku ini penulis mengajak para pembaca bagaimana berusaha untuk
menjadi kekasih Allah, seperti uraian pada Bab I. Caranya melalui
ibadah ritual dan ibadah sosial seperti penjelasan dalam Bab II dan III.
Penulis juga mengajak kita untuk melihat kembali sejarah masa lalu
umat Islam (Bab IV), sedangkan pada Bab V disajikan tafsir surat-surat
pendek.
j. Tafsir Sufi Al-Fâtihah (1999).
Menurut Kang Jalal dalam pengantar buku ini, sampai sekarang
tafsir sufi (isyâri) atau disebut juga tafsir simbolis, keberadaannya
masih diperdebatkan. Karena seperti ditulis oleh al-Zarqani, tafsir ini
adalah ta’wil al-Qur an tanpa mengambil makna lahirnya untuk
menyingkapkan petunjuk tersembunyi yang tampak pada para pelaku
suluk dan ahli tasawuf. Namun demikian Jalal nampaknya ingin
meyakinkan kepada para pihak yang keberatan dengan tafsir sufi ini,
dengan membeberkan apa itu tafsir dan apa itu ta’wil. Secara garis besar
buku ini membahas apakah tafsir sufi itu diperlukan atau menyesatkan.
90 Lihat Jalaluddin Rahmat, Menjawab Soal-Soal Islam Kontemporer, (Bandung: Mizan,1997), hlm. xxviii
k. Rekayasa Sosial: Reformasi Atau Revolusi? (1999).
Gelombang Reformasi pasca Orde Baru memunculkan isu-isu
utama tentang perubahan sosial. Persoalan buku ini adalah: Apakah
perubahan sosial itu sesuatu yang ada dalam jangkauan ikhtiari, atau
sesuatu yang determinan? Kalau bersifat ikhtiari, maka setiap waktu
perubahan itu bisa dilakukan melalui upaya-upaya yang berjalan secara
alamiah atau normal.
Tetapi kalau perubahan itu bersifat tergantung, maka harus ada
upaya secara radikal yang disusun, guna membedah penyumbatan dalam
sistem tatanan sosial yang ada. Inilah yang sering disebut dengan istilah
revolusi. Kalau itu yang terjadi, maka biaya (cost) yang akan dibayar
terlalu mahal. Menurut Kang Jalal, untuk melakukan perubahan pada
masyarakat, maka yang perlu dilakukan pertama kali adalah mengubah
cara berpikir masyarakat, tanpa melalui proses ini maka sulit perubahan
akan terjadi.
l. Rindu Rasul (2001).
Melalui buku ini kang Jalal ingin menceriterakan kepada
pembaca bagaimana dahulu ia tidak suka shalawat yang macam-macam,
membaca barjanji, minta syafaat kepada Nabi. “Paham modernis yang
merasuki pikiran serta kepongahan intelektual yang palsu telah
menjauhkan saya dari cinta kepada Nabi saw,” demikian pengakuan
Kang Jalal dalam pengantar buku ini. Maka lewat buku ini ia ingin
menumpahkan kerinduannya kepada Rasul kesayangannya yang untuk
sementara waktu kurang diindahkan. Secara khusus buku ini ingin
mengajak kepada pembaca untuk lebih dekat, mengenal, memahami dan
mencintai Rasulullah manusia pilihan, nabi teladan dan pemberi
syafa at di hari kemudian.
m. Dahulukan Akhlak Di Atas Fikih (2002).
Buku ini berisi pesan agar umat Islam tidak terpecah-belah oleh
karena perbedaan fikih yang diyakini. Kang Jalal memaparkan berbagai
peristiwa yang kurang harmonis sebagai akibat dari perbedaan fikih di
antara masyarakat Islam. Bahkan karena pemahaman fikih yang ia
yakini banyak masyarakat Muslim yang kesulitan menjalankan
agamanya. Seperti seorang mahasiswa yang urung mendapat gelar
doktor di salah satu universitas di Jepang, oleh karena ia tidak bisa
makan masakan orang kafir.
Menurut Kang Jalal, kesetiaan yang berlebihan pada fikih akan
mengukur kesalehan seseorang dengan ukuran fikih. Baik tidaknya
seseorang akan dinilai sejauhmana ia menjalankan fikih yang diyakini.
Padahal fikih sendiri sesungguhnya adalah pemahaman para ulama
tentang syariah yang kemungkinan kebenarannya juga tidak mutlak.
Kang Jalal juga berpendapat bahwa demi persaudaraan, maka seseorang
boleh meninggalkan fikih yang diyakini.
n. Psikologi Agama (2003)
Agama adalah kenyataan terdekat dan sekaligus misteri terjauh.
Begitu dekat: Ia senantiasa hadir dalam kehidupan kita sehari-hari–di
rumah, kantor, media, pasar, di mana saja. Begitu misterius: Ia
menampakkan wajah-wajah yang sering tampak berlawanan–
memotivasi kekerasan tanpa belas atau pengabdian tanpa batas;
mengilhami pencarian ilmu tertinggi atau menyuburkan takhayul dan
superstisi; menciptakan gerakan massa paling kolosal atau menyingkap
misteri ruhani paling personal; memekikkan perang paling keji atau
menebarkan kedamaian paling hakiki.
Buku ini mencoba menyingkap misteri terjauh dan kenyataan
terdekat itu dalam proses-proses kejiwan manusia.Bagaimana kita dapat
memahami agama yang begitu kompleks? Agama tentu saja dapat
dipelajari dari berbagai pendekatan–Anda boleh memilihnya. Tetapi,
dibandingkan dengan pendekatan lain (terutama teologi), pendekatan
psikologi adalah yang paling menarik dan manusiawi. Mengapa?
Psikologi memperlakukan agama bukan sebagai fenomena langit
yang serba sakral dan transenden–biarlah itu menjadi lahan teologi. Ia
ingin membaca keberagamaan sebagai fenomena yang sepenuhnya
manusiawi. Ia menukik ke dalam proses-proses kejiwaan yang
mempengaruhi perilaku kita dalam beragama, membuka “topeng-
topeng” kita, dan menjawab pertanyaan “mengapa”. Psikologi, karena
itu, memandang agama sebagai perilaku manusiawi yang melibatkan
siapa saja dan di mana saja.
Dengan studi kepustakaan yang ekstensif dan analisis yang
tajam atas berbagai fenomena keagamaan yang berkembang, buku ini
mengawali senarai studi Psikologi Agama yang ditulis oleh Jalaluddin
Rakhmat. Cendekiawan terkemuka ini mengajak pembaca memahami
berbagai fenomena keberagamaan itu dengan perspektif yang kaya,
ilmiah, dan juga manusiawi.
Di tangan sang ahli komunikasi, tema yang kompleks tetapi tak
pernah kehilangan relevansi dan pesona ini, dapat dikemas dengan
bahasa yang mudah dimengerti, segar, dan cerdas.
o. Meraih Kebahagiaan (2004),
Apakah Anda bahagia? Anda mungkin akan menjawab, tidak
selalu, bergantung pada situasi dan kondisi kita. Ketika kita sedang
mendapat musibah, bagaimana mungkin kita merasa bahagia? Yang ada
adalah derita? Ketika musibah datang, apalagi beruntun, kita menambah
penderitaan itu dengan menyalahkan siapa saja yang bisa kita temukan.
Kalau tidak bisa, kita menyalahkan diri kita. Kalau tidak beragama, kita
menyalahkan Tuhan? Musibah memang dinisbahkan kepada siapa saja,
tetapi derita hanya dinisbahkan kepada kita. Keberuntungan datang dari
mana saja, tetapi kebahagiaan hanya datang dari kita.
Buku karya Jalaluddin Rakhmat ini memberikan penjelasan
bahwa bahagia adalah pilihan. Anda mungkin akan bertanya, apakah
kita menderita karena pilihan? Apakah kita sengaja memilih menderita?
Penerbit: Simbiosa Rekatama Media.
Melalui buku ini, Jalaluddin Rakhmat ingin membuktikan bahwa
baik penderitaan maupun kebahagiaan, kedua-duanya adalah pilihan
kita. Melalui kajian agama, filsafat dan ilmu pengetahuan, serta makna
yang hakiki tentang kebahagiaan, Anda dapat memilih cara untuk
meraih kebahagiaan yang Anda inginkan. Buku ini juga menerangi
perjalanan Anda menuju kebahagiaan dengan menunjukkan jebakan-
jebakan kebahagiaan: sukses, kekayaan, dan kesenangan. Kapan saja
Anda ditimpa penderitaan, teguhkanlah dalam diri Anda untuk memilih
dan meraih kebahagiaan.
p. Belajar Cerdas Berbasiskan Otak (2005).
Mungkin selama bertahun-tahun kita belajar tanpa
mempedulikan bagaimana organ paling penting untuk belajar–otak–
bekerja. Kesulitan, atau bahkan kegagalan, belajar kadang kita coba cari
dengan tidak merujuk ke cara bekerjanya otak kita. Buku Belajar
Cerdas ingin menawarkan paradigma-baru belajar yang didasarkan pada
cara bekerjanya otak.
Lewat bahasa yang mengalir dan simpel, Jalaluddin Rakhmat
menyajikan hal-hal penting berkaitan dengan otak dalam rangka
membuat proses belajar dapat dijadikan secara menyenangkan dan
efektif. Buku ini dibuka dengan uraian yang cerdas tentang otak kita
yang menakjubkan. Bab berikutnya menjelaskan pentingnya
memberikan makanan bergizi kepada otak dan kaitan otak dengan
gerakan. Bab terakhir membahas sifat otak kita yang sukatantangan dan
bagaimana pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan otak. Empat bab
yang mengisi buku ini akan membuat perubahan-perubahan mendasar
terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Belajar berbasiskan otak akan “menghidupkan”
sekolah.Jalaluddin Rakhmat adalah pakar komunikasi yang menekuni
dunia psikologi dan neurologi. Karya mutakhirnya, Psikologi Agama
dan Meraih Kebahagiaan, membuktikan hal itu. Penguasaan atas ilmu-
ilmu yang kini dimilikinya tersebut dibuktikan secara kuat lewat banyak
buku yang telah ditulisnya. Tulisan-tulisannya selain mengalir dan
menggerakkan pikiran, juga menggugah— ada saja hal baru yang
senantiasaditawarkan.
Belajar Berbasiskan Otak terdiri dari:
Bab 1: Otak Anda yang Menakjubkan
Bab 2: Cerdas dengan Makanan
Bab 3 Cerdas dan Gerakan
Bab 4 Cerdas dengan Pengayaan.
q. Memaknai Kematian (2006)
Dalam buku ini Kang Jalal mengajak para pembaca untuk
merenungkan dan memahami dan memaknai kematian. Kajian
eskatologis tentang kematian, hidup sesudah mati, akhirat, pertemuan
dengan Tuhan Allah, dll. Dipaparkanya berdasarkan kajian al-Qur;an
dan hadits-hadits. Dengan berusaha memaknai kematian, Kang
Jalal sekaligus juga mengajak pembaca untuk memaknai kehidupan.
Artinya setelah paham apa arti dan tujuan kehidupan dan kematian,
maka kita akan dapat mengarahkan kehidupan kita pada tujuan
penciptaan yang sejati.
Kematian dalam buku ini dimaknai sebagai sebuah bentuk kasih
sayang Tuhan kepada hamba-hamba, Sebagai sebuah cara pembersihan
ruhani. Ibarat anak-anak kecil yang kembali pulang ke rumah dalam
keadaan kotor di sore hari Sang Ibu perlu memandikannya terlebih dulu,
sebelum aktifitas lainnya di rumah itu.
Buku ini terbagi dalam dua bagian utama. Bagian Pertama:
Menghayati Kematian berbicara tentang Makna dan Misteri Kematian,
Kematian dalam Perspektif Sufi. Penjelmaan Amal, Reuni Keluarga di
Surga; Bagian kedua membahas Hidup dalam Pengahayatan
Kematian: Berjumpa dengan Allah, Menghindari Su ul Khatimah, Arti
penting Ziarah Kubur, Syafaat: Buah Cinta kepada Ahlul Bait, dan
Percik-percik Makana Kematian.
q. Islam dan Pluralisme, Akhlak Al-Quran dalam Menyikapi Perbedaan
(2006).
Inilah buku Kang Jalal yang paling baru. Buku ini membahas
Apakah hanya Islam agama yang diterima Allah? Dengan kata lain,
apakah orang yang beragama selain Islam, seperti Kristen, Hindu,
Buddha, akan memperoleh keselamatan di sisi Allah? Apakah
nonmuslim juga menerima pahala amal salehnya? Lantas, kenapa Tuhan
menciptakan agama yang bermacam-macam? Kenapa Allah tidak
menjadikan semua agama itu satu saja? Apa tujuan penciptaan berbagai
agama itu? Bagaimana seharusnya kita menyikapi perbedaan ini?
Pertanyaan ini meletupkan kontroversi.
Buku ini mencoba mencari jawabannya dalam Al-Quran. Lewat
analisis bahasa dan telaah yang tajam atas ragam tafsir yang ada, Kang
Jalal mendedah makna Islam dan agama ( dîn ), mengungkap spirit
firman-Allah dalam memandang agama-agama lain dan menyikapi
perbedaan itu, serta merumuskan bagaimana kita beriman secara
autentik di tengah pluralitas kebenaran itu.
Dengan gaya-ungkap yang menawan, segar, dan cerdas,
cendekiawan muslim yang pakar komunikasi ini juga mengajak kita
menelaah berbagai wacana keislaman dan fenomena keberagamaan
kontemporer: dari cara mengenal Tuhan hingga menjadi manusia, dari
fundamentalisme hingga ateisme, dan dari penegakan syariat hingga
transparansi sosial.
D. PEMIKIRAN JALALUDIN RAHMAT TENTANG PENDIDIKAN
SEBAGAI SOCIAL MOVMENT
Pada masanya, Jalaluddin Rahmat secara langsung melakukan
gerakan-gerakan pemikiran intelektual melalui berbagai macam media.
Gerakan itu berbasis pada gerakan pencerahan bagi masyarakat di masa
orde baru. Baik dengan media karya-karya dalam bukunya, ceramah-
ceramah keagamaan, maupun melakukan rekayasa sosial terhadap
mahasiswa dikampus maupun di masjid-masjid. Selain itu beliu juga
sangat kritis terhadap kondisi bangsa waktu itu, mengkriitik rezim dan
membela kaum mustad afin.
Di dalam buku ”Islam Alternatif” ia mengatakan bahwa dakwah
itu tidak hanya selesai di masjid atau setelah melarang yang munkar dan
menyeru yang baik. Pada hal di saat yang sama masyarakat kita masih
banyak yang tinggal di gubuk-gubuk reot, gelandangan yang merintih,
tak sedikit pula wanita-wanita yang mengorbankan kehormatanya demi
selembar nyawa yang dimilikinya. Dalam keranga ini misi
sesungguhnya adalah membela kaum mustad afin.91 Hal ini sesuai
dengan ajaran islam sebagai agama pembebas kaum mustad afin.
Firman Allah dalam (Qs. 7: 157)
tûïÏ%©!$# šcqãè Î7 F tƒ tAqß™ §•9$# ¢ÓÉ<Z9 $# ¥_ ÍhGW{ $# “Ï%©!$# ¼ çmtRr߉Ågs† $ ¹/qçG õ3tB öNèd y‰YÏã ’ Îû Ïp1u‘ öqG9 $#
È@‹ ÅgUM}$#ur Nèd ã• ãBù'tƒ Å$rã• ÷è yJ ø9 $$ Î/ öNßg8 pk÷] tƒ ur Ç tã Ì• x6YßJ ø9 $# ‘@ Ïtä†ur ÞOßgs9 ÏM» t6Íh‹ ©Ü9 $# ãP Ìh• ptä†ur
ÞOÎgøŠn=tæ y] Í´ ¯» t6y‚ ø9 $# ßì ŸÒtƒur öNßg÷Ztã öNèd uŽñÀÎ) Ÿ@» n=øñ F{ $#ur ÓÉL ©9 $# ôMtR% x. óOÎgøŠn=tæ 4 šúïÏ%©!$$ sù
(#qãZtB#uä ¾ÏmÎ/ çnrâ‘ ¨“ tã ur çnrã• |ÁtR ur (#qãè t7 ¨? $#ur u‘q‘Z9 $# ü“Ï%©!$# tA Ì“R é& ÿ¼ çmyè tB y7Í´ ¯» s9 'ré& ãN èd
šcqßs Î=øÿßJ ø9 $# ÇÊÎÐÈ
Artinya : ”oarang-orang yang mengikuti rasul , nabi yang ummi yangmereka dapatkan namanya tercantum disisi mereka dalam Tauratdan Injil, yang memerintajkan yang ma’ruf , melarang hal yang
91 Lihat Jalaluddin Ramat, Islam Alternatif: Ceramah-Ceramah di Kampus, (Bandung:Mizan, 1998) Cet, ix, hlm. 64-65
mubngkar, menghalalkan at-tayyibat menghalalkan al-habisatmelepaskan dari mereka beban –beban dan belenggu-belenggudari mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya , yangmendukungnya yang menolongnya, dan orang yang mengikuticahaya yang diturunkan besertanya; orang-orang itulah yangberbahagia.”
Sehingga dengan demikian sesuai dengan sifat dasar pendidikan
yang tuntas dan terintegritas, pendidikan minimal meliputi lima aspek
utama. Pertama, hakikat pendidikan. Kedua, memperoleh pendiidkan
dan hak untuk mendidik. Keiga, proses pendiidkan. Keempat, ruang
pendidikan. Kelima, pedagogik libertarian.
1. Hakikat Pendidikan Ø Humanisasi
Ø Hakikat pendidikan
2. Hak Memperoleh
Pendidikan
Ø Hak & kewajiban orang tua,
masyarakat sosial, dan Negara
3. Proses pendidikan Ø Pendidik yang profesiaonal
Ø Kurikulum yang sesuai dengan
perkembangan zaman
Ø Evaluasi secara bertahap
4. Ruang Pendidikan
Ø Kebudayaan
Ø HAM
Ø Lingkungan
Agama, moral, dan
kewarganegaraan
4. Pedaogik Libertarian Ø Pendidikan ekonomi dan politik
Ø Pendidikan progresif
Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan sebagai lembaga
sosial maka pendidikan diperlukan penghayatan secara konprehensif
hakikat tujuan pendidikan.92
Pemikiran pendidikan Jalaluddin Rahmat sampai sekarang
mewarnai perkembangan pemikiran pendidikan di indonesia. Terutama
perkembangan yayasan pendidikan Al-Muttahari dan SMA Al-
Muttahari Plus sebagai lembaga pendidikan modern di tanah air.
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa pendidikan
merupakan suatu berkah dari sang pencipta dan manusia adalah satu-
satunya makhluk yang ditakdirkan untuk memperoleh pendidikan dan
mendidik demi membebaskan dirinya dari belenggu kebodohan.
Pendidikan isalam atau ta dib merupakan proses humanisasi yang
didalamnya terjadi proses-proses transfer ilmu pengetahuan dan
pembentukan karakter yang berlandaskan moralitas kemanusiaan.
Selain itu proses itu di sebut dengan habitus kemanusiaan yang
melibatkan alam sekitarnya, keanggotaan di dalam keluarga yang
melahirkany, dimasyarakat sekeliling yang memberikan buadaya, dan
lain sebagainya. Sehingga pendidikan mempunyai makna pembebasan
manusia dan mengembangkan kemampuan untuk memlilih dan berdiri
sendiri.
Undang-undang dasar 45 NKRI telah menetapkan tujuan
pendidikan yang patut kita hormati, pendidikan bukanlah merupakan
dogma dan alat penguasa, melainkan patokan sosial masyarakat untuk
menuju manusia-manusia unggul yang mampu hidup mandiri,
bermartabat, dan sejahtera. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
surat Al-Hadid ayat 23
ŸxøŠs3Ïj9 (#öqy™ ù's? 4’ n? tã $ tB öNä3s?$ sù Ÿwur (#qãm t• øÿs? !$ yJ Î/ öNà69 s?#uä 3 ª! $#ur Ÿw •=Ïtä† ¨@ ä. 5A$ tF øƒèC
A‘qã‚ sù ÇËÌÈ
92 Hasil wawancara dengan Jalaluddin Ramat
Artinya: Agar kamu tidak putus asa atas kemalangan yang menimpamu,dan tidak pula bersuka ria dengan kemujuran yang datangkepadamu. (Qs. Al-Hadid ayat 23).
Selain itu, pendidikan merupakan tanggungjawab masyarakat
secara kolektif bukan hanya lembaga pendidikan. Manusia yang
dilahirkan di dalam lingkungan keluarga yang merupakan habitat
pertama dimana manusia berdialektika mengenal dunia, baik dunia
manusia maupun dunia sekitarnya. Kendati pun manusia mempunyai
kemerdekanan namun tahap –tahap awal ia membutuhkan pendidikan
yang diberikan oleh orang tua dan keluarganya.
Disisi lain manusia juga dilahirkan di dalam suatu habitus
kebudayaan dalam masyarakat lokalnya yang di dalamnya mempunyai
tradisi untuk mendidik secara baik anggotanya. Berawal dari pendidikan
lokal itulah manusia membentuk kepribadian dan memperluas horizon
kehidupanya. Maka negara yang merupakan lembaga sosial yang tinggi
mempunyai kewajiban untuk mendidik anggotanya dan tidak membeda-
bedakan antara warganya.
Manusia sebagai khalifah di dalam Mengahadapi perubahan
global diperlukan paradigma pedagogik untuk dapat memilih kehidupan
yang radsional dan bermoral dalam konteks tatanan budayanya,
masyarakat lokalnya, nasional dan kemanusiaan global atau bisa disebut
dengan “pedagogik libertarian”93
Dengan demikian pedagogik transformatif tidak hanya berhenti
pada proses belajar mengajar, melainkan lembaga sekolah merupakan
lembaga sosial yang paling konservatif di dunia karena paradigmanya
dilandasi dengan perubahan individu manusia dan menciptakan kondisi
yang kondusif untuk brkembangnya kemampuan diri.
93 Pedagogik Lebertarian adalah pedagogik “transformatif” yang melihat bahwa pendidikanbukan hanya dipandang sebagai proses yang status yang membawa peserta didik menyesuaikandiri dengan berbagai peraturan yang ada baik berupa tradisi maupun ikatan-ikatan sosial lainyayang disepakati oleh manusia seperti lermbaga-lembaga social yang ada, negaram, sertaorganisasi dubnia.
Politik94 yang merupakan keniscayaan di dalam lembaga negara
tentu mempunyai pengaruh terhadap lembaga pendidikan. Dalam hal ini
sering kali dimaknai dengan logika terbalik, sehingga lembaga
pendidikan di desain sedemikian rupa hanya untuk kepentingan politik
saja. Pedagogik lebertarian menggunakan logika bahwa lembaga
pendidikan yang seharunya sebagai alat social engineering menyiapkan
peserta didik dengan menyadarkan akan hak-hak politik seseorang ialah
hak untuk menentukan dirinya sendiri, hak untuk memilih, dipilih, dan
mengejewantahkan nilai-nilai kemanausiaanya.
Jalaluddin Rahmat memaknai bahwa sesungghnya manusia
mempunyai tugas yang diemban dalam rangka menciptakan masyarakat,
negara, dan dunia internasional yang kondusif. Untuk menjalankan
tugas-tugas tersebut di atas manusia diberikan seperangkat yang
diperlukan berupa potensi tauhid, selanjutnya potensi lainnya yang
diberikan adalah akal “nalar”, yang juga secara simbolis dikemukakan
dalam proses penciptaan Adam As. Potensi-potensi trsebut
sesungguhnya merupakan rakhmat yang diberikan oleh Allah SWT.
Pendidikan dalam hal ini mempunyai posisi yang strategis untuk
mengembangkan potensi-potensi teresbut di atas. Dalam kontes bangsa
indonesia manusia mempunyai tugas membangun civil society sehingga
secara geneologis pendidikan mempunyai ikatan dengan proses civil
society. Sehingga pendidikan sebagai salah satu social movement
mempunyai tanggung jawab untuk membentuk manusia unggul dalam
rangka menciptakan masyarakat yang adil, sejahtera dan bermartabat
sesuai dengan cita-cita masyarakat.95
94 Politik secara sederhana di artikan sebagai alat untuk menghimpun kekuatan untukmempengaruhi orang lain demi untuk suatu tujuan yang ingin di capai.
95 Hasil wawancara dengan Jalaluddin Rahmat
BAB IV
ANALISIS PEMIKIRAN JALALUDDIN RAHMAT TENTANG SOCIAL
ENGINEERING DAN RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN
PENDIDIKAN ISLAM
A. PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI UPAYA SOCIAL ENGINEERING
Dari berbagai teori perubahan sosial yang merupakan konsep dasar
paradigma analisis, ada beberapa strategi perubahan sosial yang tentunya
mempunyai relevansi dengan proses pendidikan islam. Strategi tersebut
diatas bisa menjadi teori sebagai pisau analisa pemikiran sebagai hipotesa
baru dalam rangka melakukan suatu perubahan.
Pendidikan memiliki keterkaitan dengan konsep dasar tentang
khalifah yang memiliki signifikansi dalam rangka menata kembali
kerusakan tata nilai kehidupan secara umum, sehingga tantangan berat
dalam pendiidkan adalah tataran implementasi nilai-nilai kemanusiaan
untuk mewujudkan konsep khalifah tersebut secara integral.96
Negara-negara Islam pada saat ini lebih tertarik pada sistem
pendidikam ala Barat, suatu sistem pendidikan yang “alergi” terhadap nilai
spiritual dan lebih mengedepankan pendekatan materialistik yang praktis,
sehingga sistem tersebut secara tidak langsung membantah konsep Kholifah
dan konsep perennialisme.97 Ada satu ungkapan yang sangat menarik bahwa
dunia modern saat ini tidak mempunyai cakrawala spiritual, ini bukan
karena cakrawala itu tidak ada tapi karena manusia modern hidup dipinggir
lingkaran eksistensinya itu atau tidak pada pusat spiritualitas dirinya
sehingga yang terjadi adalah dekadensi dalam berbagai hal.98
Hal inilah yang kemudian sampai saat ini sistem pendiidkan islam
masih perlu adanya penanaman ide, nilai, norma, serta epistimologi hidup.
96 Abdullah Idi, Revitalisasi Pendiidkan Islam, (Yogyakarta, Tiara Wacana, 2006), hlm.110
97 Perennialisme adalah salah satu aliran filsafat yang membahas tentang aspek spiritualmanusia
98 Aldous Huxley, Filsfat Perennial, Penerjemah, Ali Noer Zaman, (Yogyakarta: Qolam,2001), hlm v
Menurut Jalaluddin Rahmat produk-produk pendidikan di
indonesia hanyalah melahirkan manusia kaset atau kaset-kaset manusia.
yang merekam manusia sebelumnya sehingga tidak ada pengembangan
karakter99
Terlepas dari itu, issu globalisasi sangat gencar dimana zaman
semakin terbuka dan selalu melibatkan berbagai negara, karena globalisasi
adalah anak kandung modernisme pembangunan yang bersumber dari
pengembangan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Sehingga
dalam hal ini mencerdaskan umat untuk meneruskan visi kekhalifahan
dimuka bumi menjadi kebutuhan yang sangat mendasar. Dengan kata lain
pendidikan islam sebagai salah satu lembaga sosial dituntut mampu
mengembangkan potensi kekhalifahan menjadi kebutuhan yang tak bisa
ditawar lagi.
Globalisasi merupakan keniscayaan sejarah yang tak terelakan, ia
adalah bagian dari dinamika peradaban manusia. Dalam posisi ini, islam
sebagai agama yang mengajarkan kewajiban menuntut ilmu dituntut untuk
bagaimana pemeluknya mampu mempraktekan syari’at agamanya dengan
perilaku ‘akhlaq’ yang dipengaruhi oleh pengetahuanya.
Syari’at atau hukum Allah tidak hanya memiliki peran sentral di
dalam lingkup agama, tetapi bahkan membentuk keseluruhan islam itu
sendiri sebagai agama yang universal. Baik dari aspek ritus, sistem
perundang-undangan, etika, hukum, dan aspek-aspek sosial termasuk upaya
perubahan sosial ke arah yang lebih baik. Sehingga muslim harus
mengimani bahwa syari’at adalah wujud konkret kehendak Allah untuk
kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat.100
Di dalam sistem pendidikan islam tentu kita membutuhkan
penanaman dan pengembangan ide, nilai, serta norma seperti yang sudah
dijelaskan dalam bab terdahulu. Hal ini penting karena baik buruknya
akhlak atau perilaku masyarakat, baik buruknya kondisi ekonomi, bahkan
99 Majalah jum’at, Nopember 1995100 Sayyed Husen Nasr, Islam, Agama, Sejarah, dan Peradaban, (Surabaya, Rislaah Gusti ,
2003), hlm. 89
politik itu kemungkinan besar dipengaruhi oleh sistem pendidikan yang ada.
Sehingga hipotesa-hipotesa baru tentang dunia pendidikan harus terus
menerus diadakan perbaikan secara sistemik dan kolektif sesuai dengan
perkembangan masyarakat.
Pendidikan yang dianggap mampu menyelesaikan problem,
ternyata masih menyimpan banya masalah. Pertanyaanya adalah bahwa
pendidikan yang bagaimanakah yang mampu menjadi agen perubahan sosial
sebagaimana visi kekhalifahan manusi. Terlebih banyak pakar yang
menawarkan berbagai konsep tentang pendidikan. Sebut saja Paulo Friere
dengan pendidikan kritis dan kebebasan, H.A.R Tilaar dengan model
pendiidkan transformatifnya, Azumardi Azra dengan pendiidkan dan
wawasan peradaban dunia, dan masih banyak tokoh lainya.
Di dalam konteks peradaban manusia islam merupakan agama
universal yang dalam perjalananya bukan hanya mengatur tentang ritual
formal, melainkan agama yang mengatur interaksi sosial yang mangandung
kekuatan pembebas manusia liberating force dengan nilai-nilai yang
dikembangkan.101 Sehingga demikian pendidikan yang integreted secara
umum seharusnya mampu berperan kritis dalam menjawab tantangan dan
problem sosial. Karena subyek pendidikan adalah manusia, maka untuk
mewujudkan pendidikan islam yang sesuai kebutuhan alangkah baiknya kita
bahas hakikat manusia menurut islam sebagai berikut :
1. Manusia adakah makhluk ciptaan yang tidak mempunyai fitrah asal yang
terlepas dari rencana enciptaanya.
2. Manusia merupakan makhluk yang mempunyai arah dan berevolusi.
3. Manusia merupakan makhluk yang bermoral.
4. Manusia merupakan yang utama, untuk mengisi kekuatan-kekuatan
disekelilingnya
5. Manusia adalah makhluk yang menyembah
6. Manusia adalah makhluk sosial
101 Hanif Dhakiri, Paulo Friere, Islam dan Pembebasan, (Jakarta: Djambatan, 2000 ), hlm.90-92
7. Manusia harus baik agar perjuanganya untuk menjalankan kebajikan
dalam kehidupan bisa membentuk tuntunan hakiki dari hakikat dirinya.
8. Manusia mempunyai kenerdekaan kehendak.102
Selain itu, menurut Al-Syaibany ada 8 (delapan) prinsip filosofis
tentang mannusia.103
1. Manusia adalah makhluk yang paling mulia di alam ini, Allah telah
membekalinya dengan keistimewaan yang membuat ia berhak
mengungguli makhluk lain.
2. Kemuliaan manusia atas makhluk lain adalah karena manusia di angkat
sebagai khlaifah (wakil) Allah yang bertugas untuk memakmurkan
bumi atas dasar ketakwaan
3. Manusia adalah makhluk berfikir yang menggunakan bahasa sebagai
media
4. Manusia adalah makhluk tiga dimensi – laksana segi tiga sama kaki –
yang terdiri dari tubuh, akal, adan ruh.
5. Pertumbuhan dan perkembangan manusia di pengaruhi oleh faktor
keturunan dan lingkungan
6. Mnausia mempunyai motivasi dan kebutuhan
7. Setiap manusia secara individual memliki perbedaan karena faktor
keturunan dan lingkungan
8. Manusia memiliki sifat luwes dan selalu berubah melalui proses
pendidikan
Dalam filsafat manusia, terdapat pemahaman bahwa manusia
selalu dilingkupi ukuran dan nilai serta budaya yang melampaui deskripsi
dan demonstrasinya. Jika di gambarkan manusia menurut konsep “Taurat”
maka manusia adalah makhluk dalam gambaran Allah, sedangkan dalam Al-
Qur’an manusia sebagai khalifah fil ardhi, lalu jika bertemu dengan Karl
102 ibid103 Ummar Mohammad At-Toumy Al-Syainany, Falsafah Pendidikan Islam, Alih Bahasa
Hasan Langgulung, (Cet. 1; Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 103-161
Max manusia sebagai wujud materialis, sedangkan menurut Aldous Huxley
manusia adalah wujud eksistensi yang alami.104
Dari uraian di atas, maka pendidikan tidak akan sempurna tanpa
terlebih dahulu menentukan filosofi hakikat manusia itu sendiri.105 Sehingga
demikian sistem pendidikan islam harus mempunyai formulasi sesuaiu
dengan tujuan manusia sebagai khalifah. Hal ini tentunya di mulai dari
penegasan ideologi pendidikan, tujuan pendidikan, kurikulum, proses, dan
lain sebagainya sebagai keutuhan formulasi sistem sehingga berjalan
berbarengan demi membentengi issu modernisme sehingga semua ke arah
kapitalisasi pendidikan, dehumanisasi, dan ketidakadilan masyarakat dalam
mendapatkan hak pendidikan.
Pendidikan islam yang kritis dan non-dikotomik yang diterapkan
dalam kesatuan sistem pendidikan dituntut menjadi pelopor perubahan.
Dalam bukunya Muhammad Jawwad Ridla mengatakan bahwa pendidikan
dengan pengertian demikian adalah pendidikan yang bernuansa social
engineering inilah kiranya yang secara riil telah diupayakan oleh islam
melalui orientasi pembentukan masyarakat baru sebagai kebalikan dri
masyarakat Jahiliyah.106
Model pendidikan pembebasan sudah gencar di dunia pendidikan
indonesia, salah satu tokohnya adalah Jalaludin Rahmat meskipun dia bukan
tokoh pendidikan murni. Menurutnya, pendidikan yang membebaskan
adalah pertama, memposisikan peserta didik sebgai manusia sesuai dengan
harkat martabatnya, untuk itu paradigma berfikirnya harus disiapkan jangan
sampai terpolarisasi oleh mitos-mitos yang tidak terbukti kebenaranya serta
harus diselamatkan dari doktrin-doktrin yang sebenarnya mengkacaukan
paradigmanya.
104 Sarbini, Islam Di tepian Revolusi, Cet. I, (Yogyakarta: Pilar Media, 2005), hlm. 29105 Hasan Langgulung, Asas-asas Pendiidkan Islam, Cet. II,. (Jakarta: Pustaka Al- Husna,
1988), hlm. 27106Muhammad Jawwad Ridla, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam: perspektif
sosiologis-filosofis, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002), hlm. 7
Kedua, pendidikan seyogyanya lebih mendorong dan
mengembangkan daya kritis dengan memberikan peluang kebebasan
berpendapat, berfikir, dan menyampaikan ide tanpa dibatasi dari mazhab
mana ia berpedapat, sehingga mereka mampu beraktualisasi diri.
Ketiga, pendidikan bukan hanya menekankan aspek transfer of
knowladge yang berorientasi hanya prposes serah terima informasi dari
pendidik ke peserta didik, akan tetapi harus ada penghayatan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dengan penelitian sehingga informasi-
informasi yang diterima benar absah kebenaranya. Selain itu harus ada
control yang berorientasi pengamalan ilmu pengetahuan tersebut.
Dengan demikian pendiidkan mempunyai banyak peran,
diantaranya adalah membebaskan peserta didik dari belenggu kebodohan,
kemiskinan, keterbelakangan. Selain itu pendidikan juga membebaskan
kejumudan berfikir dan determinisme sejarah. Sehingga pada akhirnya
fungsi pendidikan sebagai agen perubahan sosial melalui pengembangan
diri, ekonomi, dan peradaban terwujud.107
Pendidikan isalam yang semacam inilah yang seharusnya perlu
dipertimbangkan dalam kerangka social engineering dalam mencetak
individu-individu unggul untuk mewujudkan perubahan sosial yang lebih
baik.
B. PEMIKIRAN SOCIAL ENGINEERING JALALUDIN RAHMAT
Pemikiran Jalaluddin Rahmat tentang social engineering yang
banyak dipengaruhi oleh berbagai mazhab sosiologi terutama “Weberian”
dengan kekuatan paradigma berfikir akan mampu melakukan proses
perubahan sosial kemudian mewarnai khazanah serta dengan mengemas
islam aktual berbasis pencerahan mampu menginternalisasi nilai-nilai
islam dalam melakukan perubahan tersebut. Selain itu, pemikiran
Jalaluddin Rahmat juga diwarnai oleh kredo pendidikan progresif John
Dewey. Kredo yang dikeluarkan melalui manifesto pada tahun 1897
107 Hasil wawancara dengan Jalaluddin Rahmat, Ahad, 07 Oktober 2010
dengan judul My Pedagogic Creed mampu melahirkan bangsa yang besar
bukan saja di dalam bidanng ekonomi, politik, bahkan dewasa ini
merupakan satu-satunya superpower di dunia.
Orde Baru (ORBA) adalah dimana era manusia mengalami
degradasi filisofi kemanusiaanya, determinisme serta hegemon politik
penguasa telah meracuni sendi-sendi kehidupan. Kekacauan intelektual
lewat kurikulum sistem pendidikan, serta pembungkaman kritisisme
manusia indonesia sebagai maklhuk yang merdeka.
Jalaluddin Rahmat adalah salah satu tokoh dari sekian banyak
tokoh pembaharu di Indonesia termasuk Nurcholis Madjid, Abdurrahman
Wachid, Said Aqil Siradj menolak determinisme tersebut. Fenomena itu
merupakan fenomena yang bertentangan dengan fitrah manusia sebagai
khalifah di muka bumi, manusia sebagai makhluk merdeka, mempunyai
fitrah evolusi telah dan kesetaraan telah dihegemoni.
Berkenaan dengan itu Jalaluddin Rahmat menawarkan ada
beberapa unsur akasi sosial dalam membentengi fenomena tersebut, sebagai
berikut.108
1. Sebab “couse” upaya atau tujuan sosial – yang dipercayai oleh pelaku
perubahan – dapat memberikan jawaban pada problem sosial
2. Sang pelaku perunbahan (change agency) organisasi yang misi
utamanya memajukan sebab perubahan sosial
3. Sasaran perubahan “change target”. Individu, individu, kelompok,
atau lemmbaga yang titunjuksebagai sasaran
4. Channel atau saluran media untuk menyampaiakan pengaruh dan
respon dari setiap pelakuperubahan dan sasaranya
5. Strategi perubahan. Teknik utama mempengaruhi yang diterapkan
oleh pelaku untuk menimbulkan dampak terhadap sasaran perubahan
Berangkat dari itu, salah satu strategi perubahan sosial yang
ditawarkan oleh Jalaluddin Rahmat adalah dengan menggunakan
108 Hasil Wawancara dengan Jalaluddin Rahmat, Bandung, 06 Oktober 2010.
pendekatan normative reeducative dan persuasif-evolusi salah satunya
adalah melalui lembaga sosial yaitu pendidikan. Melalui pendekatan
pendidikan baik lewat kurikulum, metode yang diterapkan. Pendekatan yang
digunakan mmenunjukan bahwa adanya relevansi anatara pemikiran
Jalaluddin Rahmat tentang social engineering yang berorientasi pada
perubahan sosial dengan tujuan pendidikan islam.
Jalaluddin Rahmat dengan konsepnya mencoba membawa angin
segar dalam proses perubahan sosial melalui ajaran pembebasan dan
pengembangan paradigma berfikir sesuai dengan fitrah kekhalifahan
manusia sebagai khalifah fil ardl. Orientasi dasarnya adalah menjunjung
tinggi nilai-nilai eksistensi kemanusiaan sebagai makhluk individu dan
sosial sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan sunnah.
C. PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI AGEN PERUBAHAN SOSIAL
Dalam perkembangan sejarah peradaban manusia, pendidikan
merupakan prasyarat bagi terjadinya perubahan sosial karena di dalamnya
terdapat program pokok dan gerakan pembaruan peradaban. Dalam hal ini
pendidikan bukan hanya memuat program pemberantasan buta aksara,
melainkan melalui lembaga pendidikan mampu membentuk watak
masyarakat madani serta diharapkan mampu mewujudkan perubahan-
perubahan di segala aspek. Dengan posisi strategis inilah pendidikan
merupakan target yang paling utama bagi para pelaku peubahan. Sehingga
keberhasilan pendidikan akan mempengaruhi perubahan-perubahan di
sekelilingnya.
Seperti yang telah dibahas dalam bab II, Jalaluddin Rahmat
memilih untuk menawarkan pendekatan sosiologis sebagai sarana
perubahan. Hal itu dilakuakan karena pendekatan ini lebih menghargai
eksistensi kemanusiaan yang hidup dalam tatanan sosial yang kompleks,
sesuai dengan nilai ajaran islam yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-
Isra ayat 36
Artinya: “dan jangan engkau mengikuti sesuatau yang engkau tidakmempunyai pengetahuan akan dia. Sebab sesungguhnya pendengaran,penglihatan dan hati nurani bitu semuanya bertanggung jawabkan hal itu”
Jalaluddin Rahmat dengan konsepnya social engineering sebagai
salah satu upaya untuk melakukan upaya perubahan sosial adalah tepat.
Kerangka praktis dari konsep ini adalah menyebarkan ajaran-ajaran
kemerdekaan manusia berbasis pencerahan dan ilmu pengetahuan. Bahwa
manusia adalah makhluk yang mempunyai kecenderungan untuk
mempertahankan hidupnya, selain itu manusia juga mempunyai fitrah
untuk selalu berubah sesuai dengan perkembangan. Sehingga fenomena
pembodohan, pembelengguhan terhadap eksistensi manusia adalah sesuatu
yang perlu di bantah.
Pendidikan adalah suatu nilai yang selalu berubah, sehingga
menurut Weber perubahan sosial akan terwujud apabila sistem nilai di
ubah dan itu tergantung pada manifestasi dari nilai itu sendiri. perubaha
sistem nilai ini dilakukan dengan cara pembangunan karakter dan
pemahaman eksistensi bukan dengan pertentangan dan konfllik.
Di dalam khazanah pemikiran pendidikan islam, terutama karya-
karya berbahasa arab, terdapat berbagai istilah yang dipergunkan oleh
ulama dalam memberikan pengertian “pendidikan islam” dan sekaligus
diterapkan dalam konteks yang berbeda. Pendidikan setidaknya tercakup
dalam delapan pengertian, yaitu at-tarbiyah at-ta lim, al-din (pendidikan
keagamaan), ta lim al-din (pengajaran agama), at-ta lim al-diny
(pengajaran keagamaan), at-ta lim al-islamy (pengajaran keislaman),
tarbiyah al-muslimin (pendidikan orang-orang islam), al-tarbiyah fi al-
islam (pendidikan dalam islam), al-tarbiyah inda al-muslimin (pendidikan
di kalangan orang-orang islam), dan at-tarbiyah al-islamiyah (pendidikan
islamy)109
109 Muhaimin, M. A. et. al, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya MengefektifkanPendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 36
Berbeda halnya dengan Jalaluddin Rahmat yang dari kajianya
menghasilkan kesimpulan bahwa istilah ta lim lebih luas jangkauanya dan
lebih umum sifatnya dibandingkan tarbiyah. Di indonesia pendidikan
lebih di artikan sebagai pembinaan watak, moral, sikap atau kepribadian,
atau lebih mengarah pada aspek afektif, sementara pengajaran lebih
kepada transfer of knowladge yang menonjolkan kognitif psikomotorik.
Sehingga dengan demikian antara dua perbedaan itu Jalaluddin Rahmat
lebih memakai istilah ta dib sebagaimana yang dikemukakan oleh Syed
Naquib Al- Attas, bahwa istilah ta dib lebih tepat di gunakan untuk
pendidikan islam dan kurang setuju terhadap penggunaan istilah tarbiyah
atau ta lim.110
Seperti yang telah di bahas dalam bab sebelumnya, bahwa
Jalaluddin Rahmat lebih menghendaki pendidikan adalah suatu proses
sadar dalam rangka melakukan proses soscial engineering. Hal itu
dilakukan karena ajaran islam mengajarkan kita untuk melakukan suatu
perubahan terus menerus kearah yang lebih baik. Muhammad sang
reformis sejati telah mampu melakukan perubahan dari zaman jahiliyah
menuju zaman yang terang madaniyahyang lepas dari kekacauan
sekitarnya smapai kelompok kafilah lainya bergabung untuk meneruskan
missi keagamaanya. Kadang-kadang umat islam harus berperang, kadang-
kadang mereka harus hidup dalam kedamaian, tetapi mereka telah
memulai satu proyek untuk menyelamatkan sejarah dan juga individu,
untuk menciptakan apa yang seharusnya menjadi realitas yang hidup di
dunia ini.111
Dalam masyarakat Indonesia, para individu yang membawa misi
perubahan sangatlah penting. Kesadaran kolektifnya sangat dipengaruhi
oleh peran elite atau tokoh yang berada di dalamnaya, Hal ini sesuai
dengan apa yang di sampaiakan oleh Anis Baswesan, bahwa pendidikan
membutuhkan peran dari pendidik yang mampu membimbing serta
110 Hasil wawanca dengan Jalaluddin Rahmat111 Jalaluddin Rahmat, Reformasi Sufistik, ibid,. hlm. 20
memberikan kebebasan pengembangan intelektual peserta didik dalam
rangka mengembangkan watak dan daya kritis.112
Dengan kesdaran seperti ini, pendidikan sangatlah penting dalam
rangka menceiptakan aktor-aktor perubahan secara kolektif atau dengan
kata lain “pendidikan adalah agen perubahan sosial”.113
Untuk menganalisis lebih lanjut tentang pemikiran Jalaluddin
Rahmat pada bermacam-macam aspek dalam hubunganya dengan tujuan
pendidikan islam adalah sebagai berikut :
1. Konsep pendidikan
Perubahan sosial sangatlah mungkin dipengaruhi oleh peran
ideologi. Revolusi prancis misalnya, paradigma berfikir masyarakat sangat
mendorong terjadinya cara berinteraksi yang sangat modern. Hal ini sama
dengan apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika mengembangkan
ideologi ajaran islam kepada kaum jahiliyah sampai terwujudnya
perubahan sosisla menjadi masyarakat madaniyah.
Pemikiran Jalaluddin Rakhmat tentang pendidikan Islam
mengisyartkan bahwa: pendidikan harus memperhatikan perpaduan antara
tubuh dengan jiwa., manusia memiliki kemampuan hampir tidak ada
batasnya, dimensi spiritual (mistikal), mampu memberikan pengetahuan
baik substansi maupun proses. harus menanamkan sifat inklusif (terbuka)
dan kritis serta melatih peserta didik untuk menerima, mengolah, dan
menyampaikan informasi.
Pendidikan Islam juga mampu menyiapkan peserta didik yang
unggul dalam aspek ekonomi, penddikan Islam harus mampu memberikan
internalisasi nilai-nilai spiritual yaitu pencerahan yang mengantarkan pada
keakraban, cinta, keberanian, nilai eskatis dan kemabukan dalam diri sang
Khaliq (Allah) disamping itu juga pendidikan Islam menurutnya harus
112 Disampaiakan oleh Anis Baswesan (Rektor Paramadina Jakarta) dalam dialog terbukadi Kongres Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ke XXVII, Depok, 09 November 2010
113 Hasil wawancara dengan Jalaluddin Rahmat
mampu bersaing dengan pendidikan yang lain pendidikan yang mampu
memberikan jawaban akan tantangan turbulensi globalisasi.
Melalui pendidikan dan pengajaran agama, Jalaluddin Rahmat
telah memberikan kontribusi untuk mengembangkan khazanah ilmu
pengetahuan islam. SMA Al-Muttahari Plus merupakan yayasan beliau
yang didalamnya terdapat kebebasan berfikir, membangun kurikulum
kritis, dan tidak ada dikotomi di dalamnya. Selaian ilmu pasti matematika,
fisika, kimia, kajian berbagai mazhab juga kerap dilaksankan. Hal ini
terbukti bahwa membangun paradigma kritis sangatlah penting untuk
melakukan perubahan sosial yang lebih baik.114
2. Lembaga pendidikan
Sistem pendidikan islam sangatlah diharapkan mampu menjawab
tantangan zaman. Lembaga pendidikan adalah salah satu lembaga sosial
yang didalam penyelenggaraanya melibatkan berbagai elemen termasuk
masyarakat. Sehingga lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab
dalam melakukan social movment guna mencapai tujuan kehidupan
bermasyarakat. Adanya sistem kelembagaan pendidikan akan berpengaruh
terhadap paradigma pemikiran dan perilaku individu dan sosial, sehingga
sumberdaya pendidik harus mampu menyesuaikan perkembangan zaman
sesuai dengan kebutuhan individu-individu yang bersosial dalam suatu
lembaga pendidikan yang di tuntut untuk melakukan aksi soial demi
terwujudnya perubahan sosial.
3. Metode pendekatan
Seringkali ditemukan peserta didik tidak dapat optimal dalam
menerima materi-materi yang diberikan seorang guru. Ironisnya apabila
guru tidak mempunyai daya profesionalitas yang memadai, sehingga guru
dituntut untuk memenuhi standar profesional sehingga ia mempunyai skill
114 Hsil wawancara dengan Jalaluddin Ramat, Ahad, 07 Oktober 2010
dan pendekatan yang efektif, efisien dan mudah diterima oleh peserta
didik.
Jalaluddin Rahmat yang secara langsung menerapkan metode dan
pendekatan dalam proses Belajar Mengajar di SMA Al-Muttahari Plus
dengan menggunakan metode diskusi dengan memberikan kebebasan
menunjukan potensi yang ada untuk dilakuan pengembangan –
pengembangan sesuai dengan bakat dan kemampuan. Dialog lintas
mazhab yang melampaui golongan NU dan Muhammadiyah itulah ajaran
Jalaluddin Rahmat terhadap para murid-muridnya karena hakikat
pendidikan adalah sebuah upaya pembebasan manusia,115 islamisasi sains
dan teknologi, serta peserta didik dilatih peka terhadap kondisi sosial
sekitatrnya.
4. Media pendidikan
Di dalam menggunkan media pendidikan adalah harus juga
memperhatikan aspek-aspek yang menuju perubahan, karena media
pendidikan sangat mempengaruhi out-put pendidikan.
Karena sesungguhnya pendidikan adalah sbagai agen perubahan
sosial, sehingga apabila ingin di capai maka integrasi antara seluruh aspek
pendidikan didalamnya berjalan sesuai dengan fungsi masing-masing,
saling bekerjasma untuk mencapai tujuan bersama.
Sehingga dengan demikian, pendidikan islam yang mempunyai
fungsi sebagai penyebar dan dinamisasi nilai-nilai yang dapat
menyadarkan ummat manusia tentang hakikat eksistensi manusia dan
harus dikembangkan dalam masyarakat diharapkan menjadi agen
perubahan.116
115 Muslih Usa et. al., Pendidikan Islam di Indonesia Antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya, 1991), Cet. I, hlm. 27
116 Ibid, hlm. 129
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah penulis menyajikan berbagai uraian dalam bab-bab terdahulu
tentang kerangka pemikiran Jalaluddin Rahmat tentang social engineering dan
pendidikan islam, maka penulis memberikan hipotesa sederhana sesuai dengan
kapasitas kemampuan dan pemahaman penulis dalam melakukan telaah serta
analisis dari berbagai permasalahan. Adapun kesimpulan itu adalah sebagai
berikut.
1. Social Engineering merupakan ikhtiyar manusia dalam rangka melakukan
perencanaan dan menejeman perubahan sosial. Istilah ini biasa kita sebut
dengan perubahan sosial atau tranformasi sosial, istilah ini sangat populer
dalam konteks perjalanan kehidupan masyarat di Indonesia. Orde Baru
yang merupakan era dimana para elit politik melakukan aktifitas praktis
dalam rangka mempersempit ruang gerak masyarakat baik peran aktif
dalam bidang ekonomi, politik, serta pendidikan.
Paradigma demokrasi yang tertutup oleh kepentingan para elit
mewujudkan pencekaman masyarakat dalam menjalankan hidup sesuai
dengan cita-cita yaitu suau perubahan sosial yang lebih baik. Hal ini
terbukti dan masih kita raskan produk masyarakat Orde Baru. Kemiskinan
dan pemiskinan, pembodohan dan pembodohan, dan masih banyak
problem sosial lainya. Fenomena tersebut terjadi karena fungsi masyarakat
sebagai eksistensi individu telah di tutup oleh sistem yang menindas.
Bahkan istilah soscial engineering mempunyai makna
pembantahan terhadap ide determinisme sejarah, baik dialektika historis
Marx maupun Hagel, tak hanya itu istilah ini juga membantah issu dan
determinisme teologi dengan kedok pembenaran terhadap kepercayaan.
Akan tetapi istilah ini mengandung kerangka epistimologi sosial yang
menerima suatu eksistensi masyarakat sebagai entitas kumpulan individu-
individu yang mempunyai paradigma perubahan baik struktur sosial,
sistem sosial, maupun kultur sosial menuju arah yang lebih baik.
Hal ini akan teraktualisasi apabila kerangka dasar paradigma
masyarakat tidak lagi di dominasi oleh doktrin determinisme. Penciptaan
hal yang baru dari hasil telaah dan ilmu pengetahuan untuk perkembangan
masyarakat sangat penting. Hal ini sangat mungkin terjadi apabila sistem
dan fungsi sosial berfungsi sesuai dengan fungsinya. Lembaga sosial yang
melahirkan lembaga pendidikan merupakan strategi perubahan yang
sangat mungkin meskipun strategi ini membutuhkan waktu yang relatif
cukup lama. Selain strategi diatas atau evolusi, ada beberapa strategi lain
menuju perubahan sosial yaitu strategi reformasi, revolusi meskipun
strategi ini relatif lebih cepat, ekstrim dan kemungkinan besar terjadinya
proses kekerasan dan banyak korban berjatuhan.
2. Di samping konsep dasar tentang soscial engineering, pemikiran
pendidikan Jalaluddin Rahmat yang banyak terilhami oleh konsep nilai
pendidikan humanisme dan sedikit dipengaruhi oleh tokoh pembaharu
seperti Muhammad As-Sayyid Sultan Dan Muhammad Quthb yang
mengatakan bahwa islam adalah suatu kekuatan educatife (Quwwah
Tarbawiyah) sehingga islam memiliki peranan edukatif yang bertanggung
jawab membentuk masyarakat secara universal agar mempunyai nilai-nilai
moral dan sosial.
Selain itu konsep pendidikan Jalaluddin Rahmat merupakan
manifestasi sekaligus kritik terhadap sistem pendidikan di indonesia yang
selama ini pemahaman kebanyakan masyarakat terhadap pendiidkan hanya
bersifat teknis dan pragmatis, hal inilah yang sesungguhnya mereduksi
makna dan nilai pendidikan itu sendiri. Metodelogi, kurikulum, dan lain
sebagainya merupakan teknis dalam pendidikan, selama teknis tersebut
sesuai dengan strategi perubahan sosial maka masih wajar diperdebatkan,
akan tetapi jangan sampai menggeser makna yang sesungguhnya.
Pendidikan yang merupakan proses ta dib bukan hanya tarbiyah, dimana
masyarakat dibentuk menjadi individu unggul atas dasar penalaran kritis,
pengetahuan luas, inovasi, serta menjadi individu yang beriman dan
menghargai sesama.
Beliau juga menyinggung bahwa pendidikan adalah lembaga sosial
untuk mengembangkan nalar kritis dan bertanggung jawab, sehingga di
dalam proses pendidikan pendidik harus berwawasan luas, terbuka, serta
harus mempunyai kecerdasan sosial yang tinggi. Dalam proses pendidikan
di Yayasan beliau “SMA Muttahari Plus” beliau memberlakukan proses
pendidikan yang relatif terbuka untuk siapapun dengan metode diskusi
aktif dengan cara membagi kelompok sesuai dengan kebutuhan dan
diberikan tema perdebatan dengan dasar wawasan pluralisme.
3. Jalaluddin Rahmat dengan pemikiranya tentang socisal engineering-nya
merupakan diskursus gaya baru perubahan sosial. Perubahan sosial yang
merupakan proses ikhtiyar secara sadar dan terencana membutuhkan
paradigma dasar dan sumberdaya manusia yang tinggi. Untuk melakukan
perubahan sosial tentu membutuhkan strategi-strategi sesuai dengan
kondisi sosial, dalam ilmu sosial kita mengenal apa yang disebuut dengan
sistem sosial dan lembaga sosisal yang keduanya sangat penting untuk
mencapai tujuan masyarakat.
Pendiidkan sebagai salah satu lembaga sosisal sangat strategis,
dalam pendidikan terdapat proses transfer of knowladge, tidak hanya itu
pendidikan juga dituntut untuk membentuk karakter peserta didik dengan
berbagai ide-ide ilmiyah termasuk ide pembaharuan dan perubahan.
Dengan adanya pendidikan sangat besar kemungkinanya terjadi perubahan
sosial yang di awali dari perubahan individu-individu, bukan pendidikan
yang sudah terintervensi olek kepentingan elit sehingga menimbulan
kekacauan dan kejumudan berfikir.
Adapun sistem yang ditawarkan oleh Jalaluddin Rahmat di
antaranya adalah diperlukan kajian-kajian kritis yang dinamis dalam
semua bidang ilmu serta membangun kecerdasan sosial yang tinggi,
dengan demikian tujuan pendidikan sebagai solusi penyelesaian masalah
akan terwujud melalui polarisasi individu unggul yang diharapkan sebagai
agen perubahan sosial.
B. SARAN-SARAN
Dengan segala kerendahan hati, penulis skripsi ini yakin bahwa di
dalam penulisanya masih banyak kesalahan dan kekurangan baik data maupun
sistematika yang masih butuh evaluasi. Hal ini tidak lain karena keterbatasan
kapasitas peneliti. Dengan demikian kepada semua pihak, peneliti sangat
mengharapkan evaluasi dan kritik untuk kesempurnaan karya ini. Hipotesis
dari penelitian semacam ini sangat di perlukan tentunya dengan data yang
lebih lengkap dan valid untuk keberlangsungan perkembangan pengetahuan
baru yang bermanfaat bukan hanya menjadi coretan-coretan naskah yang tidak
berguna bagi masyarakat secara umum.\
C. PENUTUP
Alhamdulillah, Segala puja dan puji syukur senantiasa kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan bimbingan dengan segala
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat berihktiyar
menyelesaikan penelitian ini meski masih banyak kekurangan yang perlu di
koreksi. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada beliau Nabi
dan Rasulullah SAW sang pembaharu sejati pembawa risalah ilahiyyah,
beserta para sahabat dan keluarga-Nya.
Ucapan terimakasih senantiasa penulis sampaikan kepada seluruh
pihak yang telah memberikan motivasi dan support selama penulis melakukan
penelitian, terutama dosen pembimbing skripsi yang selalu menyempatkan
waktunya untuk memberikan masukan dan bimbingan kepada peneliti.
Harapan yang sangat besar adalah peneliti mengharap semoga skripsi
ini bermanfaat dan menambah khazanah ilmu pengetahuan minimal bagi diri
peneliti dan bagi pembaca pada umumnya. Dan semoga apa yang teah
dikerjakan peneliti mendapat bimbingan dan ridha Allah SWT. Amin
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani, Sociology: Skematika, Teori, dan Terapan, Jakarta: Bumi Aksara,1994, Cet. 1.
Ali, Maulana Muhammad, Qur an Suci Teks Arab, Terjemah dan Tafsir BahasaIndonesia , Penerjemah HM. Bachrun, Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah,1979.
Al-Qur’an, diterjemahkan dan diterbitkan oleh Yayasan PenyelenggaraPenterjemah Al-Qur’an, Jakarta, 1974.
Al-Syainany, Ummar Mohammad At-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, AlihBahasa Hasan Langgulung, Cet. 1; Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Amirin, Tatang M., Pokok-Pokok Teori System, Jakarta: Rajawali Pers, 1996.
Buchori, Mochtar, Transformasi Pendidikan, Jakarta: PT. Pustaka Sinar Harapan,2001.
Dhakiri, Hanif, Paulo Freire, Islam dan Pembebasan, Jakarta: Djambatan, 2000.
Faisal, Sanapiah, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional,t.th.
_______, Sosiologi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, t.th.
Fakih, Mansour, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Cet. II,Yogyakarta: Insist Press, 2002.
Garungan, W.A., Psikologi Sosial, Bandung: PT. Rafika Aditama, 2004.
Hajar, Ibnu, Dasar-Dasar Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1996.
Haryono, Yudhi, Insan Kamil: Metode Islam Memanusiakan Manusia, Jakarta:Kalam Nusantara, 2005.
_______, Memaafkan Islam, Jakarta: Kalam Nusantara, 2006.
http//jalal-centre.com/
Huxley, Aldous, Filsfat Perennial, Penerjemah, Ali Noer Zaman, Yogyakarta:Qolam, 2001.
Idi, Abdullah, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta, Tiara Wacana, 2006.
Johnson, Doyle Paul, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Penerjemah: Robet M.Z. Lawang, Jakarta: PT Gramedia, 1988, Jilid I.
Jones, PIP, Pengantar Teori-teori Sosial: Dari Teori Fungsionalisme HinggaPost-modernisme, Alih Bahasa Ahmad Fedyani Saifuddin, Yakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2009.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Jakarta: 2001, Cet. I.
Kartono, Kartini, Patologi Sosial, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Khaliq, Abdul, Pemikiran Pendidikan Islam: Tokoh-Tokoh Kajian danKontemporer, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Pustaka Pelajar, 1999.
Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Cet. II,. Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1988.
Munzir, Hitami, Menggagas Kembali Pendidikan Islam, Yogyakarta: Infinite Press,2004.
Majrid, Nurchlolis, Dkk, Islam Universal Yogyakarta: Pustaka Relajar, 2007.
Mazkiyatyul F, Nur Laily, Pemikiran Pendidikan Islam Syaikh Ahmad Syukartidan Transformasi Sosial, Semarang: t.p., 2004.
Muhaimin, M. A. et. al, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya MengefektifkanPendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2004.
Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin,1989.
Mulkhan, Abdul Munir, Nalar Spiritual Pendidikan: Solusi Problem FilosofisPendidikan Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002.
Nasr, Sayyed Husen, Islam, Agama, Sejarah, dan Peradaban, Surabaya, RisalahGusti, 2003.
NDP Hasil-Hasil Kongres, Himpunan Mahasiswa Islam, BAB VI Individu danMasyarakat serta VII Keadilan Sosial dan Ekonomi , Palembang,2008.
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI, Jakarta: PB HMI PRESS, 2009.
Nurcholish, Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam, Jakarta: Paramadina, 1997.
Partanto, Pius A., dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Popular, Surabaya:Arkola, 1994
Prasetyo, Eko, Islam Kiri Melawan Kapitalisme Modal, dari Wacana MenujuGerakan, Yogyakarta: Insist Press, 2002), hlm. 263.
Rahmat, Jalaluddin, Menjawab Soal-Soal Islam Kontemporer, Bandung: Mizan,1997.
_______, Reformasi Sufistuik: Halaman Akhir Fikri Yathir, Bandung: PustakaPelajar, 1998.
_______, et. al, Prof. Nurkholis Madjid: Jejak Pemikiran Dari PembaharuSampai Guru Bangsa, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2001.
_______, Rekayasa Sosial: Reformasi, Revolusi, atau Manusia Besar?, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 1999.
_______, Islam Alternatif: Ceramah-Ceramah di Kampus, Bandung: Mizan, 1998Cet, ix.
Ridla, Muhammad Jawwad, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam:Perspektif Sosiologis-Filosofis, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002.
Salim, Agus, Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus di Indonesia,Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002.
Sarbini, Islam Di tepian Revolusi, Cet. I, Yogyakarta: Pilar Media, 2005.
Scharf, Betty R, Sosiologi Agama, Jilid II, Jakarta: Prenada Kencana, 2004.
Simandjuntak, Perubahan dan Perencanaan Sosial, Bandung: Tarsito, t.th.
Soekanto, Soejono, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000, Cet. 30.
Soelaiman, M. Munandar, Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial,Bandung: Refika Aditama, 2001.
_______, Teori Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial, Bandung: PT.Rafika Aditama, 2001.
Sujana, Nana, Penelitian dan Penilaian, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1989,Cetakan II.
Suroso, Penelitian Tindakan Kelas, Peningkatan Menulis Melalui ClassroomAction Research, Yogyakarta: Pararaton, 2007.
Tilaar, H.A.R., Manifesto Pendidikan Nasional: Tinjauan dari PerspektifPostmodern dan Studi Kultural, Jakarta: Kompas, 2005.
Turner, Bryan, Teori Sosiologi Modernitas dan Posmodernitas, Penerjemah ImamBaehaki dan Ahmad Baidlowi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Usa, Muslih, et. al., Pendidikan Islam di Indonesia Antara Cita dan Fakta,Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1991, Cet. I.
HASIL WAWANCARA
DENGAN PROF. DR. JALALUDDIN RAHMAT
1. Secara historis, apa yang menjadi konsep dasar “social engineering”
sebagai manifesto bapak waktu orde baru?
Jawaban
Kita tahu bahwa rezim orde baru berada pada posisi puncak tiraninya
sekitar tahun 1986. Rekayasa sosial merupakan perencanaan sosial yang
muaranya pada transformasi sosial, didukung dengan internalisasi nilai-
nilai humanisasi yang tinggi. Kekacauan intelektual dan pembungkaman
daya kritis sangat kental waktu itu. Sehingga kami waktu itu mempunyai
inisiatif untuk melakukan rekayasa sosial melalui berbagai hal termasuk
memotivasi kaum-kaum lemah, miskin, dengan membangkitkan
semangatnya.
2. Apa sesungguhnya makna “social engineering” dan orientasi gerakannya ?
Jawaban
Social engineering pada dasarnya mempunyai kesamaan substansi dengan
konsep perencanaan sosial, sama juga dengan manajemen perubahan.
Namun ada satu hal yang berbeda, di bandingkan dengan istilah-istilah
tersebut di atas social engineering atau rekayasa sosial lebih memiliki
jangkauan yang lebih luas dan lebih pragmatis. Suatu rekayasa pasti
mengandung perencanaan dan manajemen akan tetapi sebaliknya suatu
perencanaan tidak selamanya teraktualisasikan sehingga objek rekayasa
sosial yaitu masyarakat menuju suatu tatanan dan system baru sesuai
dengan apa yang di kehendaki perekayasa.
3. Menurut bapak bagaimana konsep dasar manusia sebagai makhluk sosial?
Jawaban
Manusia merupakan makhluk yang diciptakan selain sebagai makhluk
individual, bersosialisasi merupakan suatu kecenderungan alamiah yang
berada dalam jiwanya, hal itulah yang kemudian menjadi sifat khas
manusia. Secara individu manusia sebagai makhluk pembeda antara
manusia satu dengan yang lainnya, akan tetapi menjadi satu kesatuan
ketika manusia mengalami proses sosialisasi dengan masyarakat luas.
Kecenderungan yang berada dalam manusia untuk hidup bermasyarakat
merupakan suatu kecenderungan yang bersifat fitri, sehingga
kecenderungan itulah yang menjadi motivasi dasar perubahan.
4. Dalam teori perubahan sosial ada beberapa paradigma perubahan.
Paradigma apa yang bapak gunakan dalam mengejawantahkan konsep
“social engineering” ?
Jawaban
Paradigma humanis radikal yaitu memanusiakan manusia yang
mempunyai kemerdekaan dan cenderung kepada kebenaran seperti yang
saya sebutkan di atas.
5. Secara umum bagaimana proses perubahan yang bapak maksud ?
Jawaban
Perubahan social dalam konteks desain proses maka kita berbicara
kerangka strategis dan taktis. Secara strategis target perubahan social
adalah perubahan menuju yang lebih baik. Secara taktis semua upaya yang
kita lakukan. Akan tetapi dalam konsep social engineering proses
perubahan social ditentukan oleh ideas yang menafikan determinisme
sejarah. Sehingga manusia besarlah yang menentukan sejarah.
6. Ada konsep menarik yang ditulis dalam karya bapak tentang “manusia
besar”. Bagaimana pengertiannya?
Jawaban
Teori manusia besar atau great individuals yang mampu merubah sejarah
anti determinisme. Seperti Nabi Muhammad yang saat itu merubah
peradaban jahiliyah menuju peradaban yang islam. Perubahan sosial
membutuhkan manusia-manusia besar seperti Nabi Muhammad. Karena
sesungguhnya secara konsep individu, terbagi atas 3 bagian. Pertama,
adalah ordinary people yaitu manusia-manusia biasa yang senantiasa
membentuk jaringan sosial. Kedua, exceptional actors yaitu manusia-
manusia yang mempunyai kemampuan intelektual dan mempunyai
kearifan yang sangat dalam, seperti para nabi, tokoh, cendekiawan, dan
lain sebagainya. Ketiga, holder of exceptional position yaitu orang-orang
yang mempunyai kearifan rendah akan tetapi secara tiba-tiba dia menjadi
seorang pemimpin atau presiden. Sehingga dengan demikian untuk
melakukan suatu perubahan kita harus merencanakan dan menciptakan
manusia-manusia besar.
7. Bagaimana konsep pendidikan islam menurut bapak ?
Jawaban
Pendidikan islam merupakan usaha sadar untuk melakukan perubahan
secara utuh terhadap manusia, baik dari segi jasmani maupun ruhani.
Pendidikan yang kritis dan non-dikotomik yang diterapkan dalam kesatuan
sistem pendidikan dituntut menjadi pelopor social engineering, yaitu
pendidikan yang bernuansa perubahan yang lebih baik sesuai dengan Al-
Qur’an dan Hadits Nabi dengan metode pembebasan berfikir
memerdekakan dari kebodohan, kemiskinan dan cengkraman kezaliman.
Pendidikan yang membebaskan adalah pertama, memposisikan
peserta didik sebagai manusia sesuai dengan harkat martabatnya, untuk itu
paradigma berfikirnya harus disiapkan jangan sampai terpolarisasi oleh
mitos-mitos yang tidak terbukti kebenarannya serta harus diselamatkan dari
doktrin-doktrin yang sebenarnya mengacaukan paradigmanya.
Kedua, pendidikan seyogyanya lebih mendorong dan
mengembangkan daya kritis dengan memberikan peluang kebebasan
berpendapat, berfikir, dan menyampaikan ide tanpa dibatasi dari mazhab
mana ia berpendapat, sehingga mereka mampu beraktualisasi diri.
Ketiga, pendidikan bukan hanya menekankan aspek transfer of
knowledge yang berorientasi hanya proses serah terima informasi dari
pendidik ke peserta didik, akan tetapi harus ada penghayatan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dengan penelitian sehingga informasi-
informasi yang diterima benar absah kebenarannya. Selain itu harus ada
control yang berorientasi pengamalan ilmu pengetahuan tersebut.
Dengan demikian pendidikan mempunyai banyak peran,
diantaranya adalah membebaskan peserta didik dari belenggu
kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan. Selain itu pendidikan juga
membebaskan kejumudan berfikir dan determinisme sejarah. Sehingga
pada akhirnya fungsi pendidikan sebagai agen perubahan sosial melalui
pengembangan diri, ekonomi, dan peradaban terwujud. Sehingga
dengan demikian sesuai dengan sifat dasar pendidikan yang tuntas dan
terintegritas, pendidikan minimal meliputi lima aspek utama. Pertama,
hakikat pendidikan. Kedua, memperoleh pendidikan dan hak untuk
mendidik. Ketiga, proses pendidikan. Keempat, ruang pendidikan.
Kelima, pedagogik libertarian.
8. Bagaimana cara menimbulkan masyarakat sehingga dia memahami betul
fungsi pendidikan sebagai “social movement” ?
Jawaban
Social movement dalam konteks pendidikan adalah gerakan intelektual.
Tentu kita membutuhkan komitmen yang tinggi Gerakan saya dan teman-
teman waktu itu berbasis pada gerakan pencerahan bagi masyarakat di
masa orde baru dulu. Baik dengan media karya-karya, ceramah-ceramah
keagamaan, maupun melakukan rekayasa sosial terhadap mahasiswa di
kampus maupun di masjid-masjid. Karena tidak mungkin perubahan sosial
terwujud kalau kita tidak melakukan gerakan paradigma kritis.
9. Kemiskinan merupakan fenomena nyata di negeri ini. Bagaimana
kerangka problemnya?
Jawaban
Kita harus membedakan antara problem sosial dengan individual.
Sehingga tidak mungkin problem sosial diselesaikan dengan cara
individual, begitu juga sebaliknya. Di Indonesia kemiskinan merupakan
problem sosial, negara tidak berfungsi secara maksimal sesuai dengan
amanat UUD 45. Sehingga rekayasa itu perlu melalui pendidikan yang
membebaskan seperti yang disebutkan di atas. Semakin bagus pendidikan
semakin tinggi sumberdaya manusia, semakin tinggi SDM semakin tinggi
daya produktifitas seseorang dan secara otomatis kemiskinan akan jauh.
10. Secara umum bagaimana relevansi social engineering dengan tujuan
pendidikan Islam?
Jawaban
Memanusiakan manusia. Di dalam konteks peradaban manusia islam
merupakan agama universal yang dalam perjalanannya bukan hanya
mengatur tentang ritual formal, melainkan agama yang mengatur interaksi
sosial yang mengandung kekuatan pembebas manusia liberating force
dengan nilai-nilai yang dikembangkan. Sehingga demikian pendidikan
islam yang integrated secara umum seharusnya mampu berperan kritis
dalam menjawab tantangan dan problem sosial.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Tajus Syarofi
Tempat Tanggal Lahir: Bribes, 25 September 1986
Alamat Asal : Jl. Jenderal Soedirman Losari Brebes
Alamat Semarang : Jl. Dewi Sartita no.78 Sampangan Semarang
Pendidikan Formal:
5. MI Al-Ikhlas Loempeor Losari Brebes
6. MTs Al-Ikhlas Losari Brebes
7. MA Walisongo Jepara
8. IAIN Walisongo Semarang
Pendidikan Non Formal:
4. Perguruan Pesantren Yanbu’ul Ulum Loempoer Losari Brebes
5. Perguruan Pesantren Nurul Hijrah Pecangaan Jepara
6. Perguruan pesantren Raudlatutthalibin Tugu Rejo Semarang
Basic Organisasi Intra Kampus:
4. Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Bidang Advokasi
Masyarakat 2006
5. Dewan Mahasiswa Institut Advokasi Masyarakat 2008
6. Sekretaris Umum SKM AMANAT 2008
Basic Organisasi Ekstra Kampus:
6. Ketua Umum HMI Komisariat Tarbiyah 2006-2007
7. Ketua Umum HMI Korkom Walisongo Semarang 2007-2008
8. Ketua HMI Cabang Semarang 2008-2009
9. Pimpinan Umum Bulletin INSANI
10. Pimpinan Umum Tabloid Suara TIDAR
Jenjang Training yang di ikuti:
7. Workshop Jurnalistik SKM AMANAT 2006
8. Basic Training HMI Cabang Semarang 2005
9. Intermediate Training HMI Cabang Serang Banten
10. Senior Course HMI Cabang Sukoharjo
11. Training Kewirausahaan HMI Cabang Semarang
12. Training Advokasi HMI Kom. Syari’ah 2006
Karya Ilmiah
5. Mempertanyakan Eksistensi KNPI Brebes (pantura news)
6. Century & Kepentingan Elit (pantura news)
7. Melawan Hegemoni Politik (Majalah AMANAT)
8. Melawan Determinisme Kekuasaan (Tabloid TIDAR)
Billahittaufiq Walhidayah
Semarang, 05 Desember 2010
Peneliti,
Tajus SyarofiNIM. 3105 381