STUDI ANALISA KETAHANAN MASYARAKAT PESISIR … · Berdasarkan Katalog Gempa (1629 - 2002) di...

12
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki aktivitas kegempaan yang cukup tinggi, dimana di beberapa wilayahnya memiliki potensi untuk terjadi bencana tsunami. Wilayah pesisir Kabupaten Cilacap, yang langsung berbatasan dengan Samudera Hindia sangat rentan terhadap bahaya tsunami. Faktor penyebab utama banyaknya korban jiwa serta kerugian harta benda akibat tsunami adalah kurangnya pemahaman mengenai bencana serta kesiapsiagaan dalam mengantisipasi bencana tsunami. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu studi mengenai ketahanan masyarakat pesisir Cilacap terhadap bencana tsunami. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kesiapan masyarakat pesisir Cilacap dalam menghadapi bencana tsunami, serta memberikan rekomendasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketahanan masyarakat pesisir Cilacap terhadap bencana tsunami. Penelitian dilakukan dengan metode yang diadaptasi dari Coastal Community Resilience Guide (Panduan Ketahanan Masyarakat Pesisir) dari NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) dan Coastal Resilence Index (Panduan index Ketahanan) dari FEMA (Federal Emergency Management Agency) data yang langsung didapatkan di lapangan. Data tersebut didapatkan dari masyarakat lokal di pesisir Kecamatan Cilacap Selatan dan Kecamatan Binangun melalui kuisioner dan wawancara, berdasarkan elemen-elemen ketahanan yang telah ditetapkan sebelumnya. Diketahui bahwa terdapat beberapa elemen ketahanan yang masih berada di bawah standar (3,00) dan membutuhkan perhatian khusus. Elemen tersebut adalah risk knowledge (pengetahuan tentang risiko), warning and evacuation (sistem peringatan dan evakuasi), serta emergency response (respon terhadap bahaya), dengan nilai 2,57; 2,63; dan 2,52. Kata KunciKetahanan, masyarakat, pesisir, Tsunami, resiko, respon. I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki aktivitas kegempaan yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan letak geografis Indonesia yang merupakan tempat pertemuan antara tiga lempeng tektonik bumi, yaitu lempeng samudera Indo- Australia, lempeng benua Eurasia, lempeng dan samudera Pasifik. Berdasarkan Katalog Gempa (1629 - 2002) di Indonesia pernah terjadi tsunami sebanyak 108 kali , yakni 1 kali akibat longsoran (landslide), 9 kali akibat gunung berapi dan 98 kali akibat gempabumi tektonik (BMKG, 2007). Cilacap merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang rawan untuk terjadi bencana tsunami. Karena daerahnya dekat dengan pertemuan lempeng Indo-Australia dan lempeng Asia yang memanjang dari Aceh hingga Timor Timur. Kabupaten Cilacap memiliki luas wilayah 225.360,840 Ha terletak di bagian selatan Jawa Tengah, berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, dimana 6,6% dari seluruh wilayah pesisir di jawa tengah, kabupaten Cilacap memiliki luasan pesisir terbesar dibandingkan daerah dan kabupaten lain di wilayah propinsi jawa tengah. (Sumber: http:www.cilacapkab.go.id) Gambar 1. Peta Lokasi Kabupaten Cilacap. STUDI ANALISA KETAHANAN MASYARAKAT PESISIR CILACAP TERHADAP BENCANA TSUNAMI Wismu Alga Mahendra 1) , Haryo Dwito Armono 2) & Kriyo Sambodho 3) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan, 2,3) Dosen Jurusan Teknik Kelautan, FTK-ITS FTK-ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: [email protected]

Transcript of STUDI ANALISA KETAHANAN MASYARAKAT PESISIR … · Berdasarkan Katalog Gempa (1629 - 2002) di...

Page 1: STUDI ANALISA KETAHANAN MASYARAKAT PESISIR … · Berdasarkan Katalog Gempa (1629 - 2002) di Indonesia pernah terjadi tsunami sebanyak 108 kali , yakni 1 kali akibat longsoran (landslide),

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

1

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki aktivitas

kegempaan yang cukup tinggi, dimana di beberapa wilayahnya

memiliki potensi untuk terjadi bencana tsunami. Wilayah

pesisir Kabupaten Cilacap, yang langsung berbatasan dengan

Samudera Hindia sangat rentan terhadap bahaya tsunami.

Faktor penyebab utama banyaknya korban jiwa serta kerugian

harta benda akibat tsunami adalah kurangnya pemahaman

mengenai bencana serta kesiapsiagaan dalam mengantisipasi

bencana tsunami. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu studi

mengenai ketahanan masyarakat pesisir Cilacap terhadap

bencana tsunami. Penelitian dilakukan untuk mengetahui

kesiapan masyarakat pesisir Cilacap dalam menghadapi

bencana tsunami, serta memberikan rekomendasi yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan ketahanan masyarakat pesisir

Cilacap terhadap bencana tsunami. Penelitian dilakukan

dengan metode yang diadaptasi dari Coastal Community

Resilience Guide (Panduan Ketahanan Masyarakat Pesisir)

dari NOAA (National Oceanic and Atmospheric

Administration) dan Coastal Resilence Index (Panduan index

Ketahanan) dari FEMA (Federal Emergency Management

Agency) data yang langsung didapatkan di lapangan. Data

tersebut didapatkan dari masyarakat lokal di pesisir Kecamatan

Cilacap Selatan dan Kecamatan Binangun melalui kuisioner

dan wawancara, berdasarkan elemen-elemen ketahanan yang

telah ditetapkan sebelumnya. Diketahui bahwa terdapat

beberapa elemen ketahanan yang masih berada di bawah

standar (3,00) dan membutuhkan perhatian khusus. Elemen

tersebut adalah risk knowledge (pengetahuan tentang risiko),

warning and evacuation (sistem peringatan dan evakuasi),

serta emergency response (respon terhadap bahaya), dengan

nilai 2,57; 2,63; dan 2,52.

Kata Kunci— Ketahanan, masyarakat, pesisir, Tsunami,

resiko, respon.

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki aktivitas

kegempaan yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan letak

geografis Indonesia yang merupakan tempat pertemuan antara

tiga lempeng tektonik bumi, yaitu lempeng samudera Indo-

Australia, lempeng benua Eurasia, lempeng dan samudera

Pasifik. Berdasarkan Katalog Gempa (1629 - 2002) di

Indonesia pernah terjadi tsunami sebanyak 108 kali , yakni 1

kali akibat longsoran (landslide), 9 kali akibat gunung berapi

dan 98 kali akibat gempabumi tektonik (BMKG, 2007).

Cilacap merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa

Tengah yang rawan untuk terjadi bencana tsunami. Karena

daerahnya dekat dengan pertemuan lempeng Indo-Australia

dan lempeng Asia yang memanjang dari Aceh hingga Timor

Timur. Kabupaten Cilacap memiliki luas wilayah 225.360,840

Ha terletak di bagian selatan Jawa Tengah, berbatasan

langsung dengan Samudera Indonesia, dimana 6,6% dari

seluruh wilayah pesisir di jawa tengah, kabupaten Cilacap

memiliki luasan pesisir terbesar dibandingkan daerah dan

kabupaten lain di wilayah propinsi jawa tengah.

(Sumber: http:www.cilacapkab.go.id)

Gambar 1. Peta Lokasi Kabupaten Cilacap.

STUDI ANALISA KETAHANAN MASYARAKAT PESISIR CILACAP TERHADAP BENCANA

TSUNAMI Wismu Alga Mahendra1), Haryo Dwito Armono2) & Kriyo Sambodho3)

1) Mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan, 2,3) Dosen Jurusan Teknik Kelautan, FTK-ITS

FTK-ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail: [email protected]

Page 2: STUDI ANALISA KETAHANAN MASYARAKAT PESISIR … · Berdasarkan Katalog Gempa (1629 - 2002) di Indonesia pernah terjadi tsunami sebanyak 108 kali , yakni 1 kali akibat longsoran (landslide),

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

2

yang membentang sepanjang 70,709 km, dan juga membentuk

teluk di salah satu wilayah pantainya. Keadaan alam ini

menyebabkan Cilacap rawan terjadi tsunami.

Wahdiny (2008) menyebutkan Laju pertumbuhan penduduk

yang tinggi dengan berbagai latar belakang etnis yang

penyebarannya tidak merata, tidak tertibnya pengaturan

tataguna lahan serta kompleksitas kegiatan sosial, industri dan

ekonomi yang tidak dibarengi dengan kearifan penanganannya

merupakan faktor-faktor yang memicu peningkatan

kerentanan, yang dapat mengurangi ketahanan terhadap

bencana dan menimbulkan kerugian yang lebih besar pada saat

terjadinya bencana tsunami.

Wahdiny (2008) dalam penelitiannya juga menyebutkan

Beberapa faktor penyebab banyaknya korban jiwa serta

kerugian harta benda terutama adalah kurangnya pemahaman

mengenai bencana serta kesiapsiagaan dalam mengantisipasi

bencana. Oleh karena ituperlu dilakukan studi mengenai

ketahananmasyarakat pesisir Cilacap terhadap bencana

tsunami, serta memberikan rekomendasi program yang dapat

meningkatkanmasyarakat pesisir Cilacap terhadap bencana

Tsunami.

Dalam menentukan langkah-langkah dan rekomendasi program

untuk meningkatkan ketahanan masyarakat pesisir Cilacap

terhadap bencana tsunami, digunakan 2 metode yang

diantaranya : metode studi masyarakat pesisir dari Coastal

Community Resilience (CCR) Guide (US-IOTWS, 2007) yang

merupakan sebuah program dari National Oceanic and

Atmospheric Administration (NOAA) untuk mempelajari dan

meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap pesisir, yang

dalam penelitian ini disebut sebagai metode penilaian CCR

dengan meninjau tiap elemen ketahanan dan pihak-phak yang

terlibat didalamnya.

Dan yang kedua menggunakan metode Coastal Resilence

Index (CRI) yang merupakan sebuah program dari Federal

Emergency Management Agency (FEMA) untuk

meningkatkan masyarakat wilayah pesisir agar lebih

meningkatkan ketahanan terhadap bencana Tsunami baik

sebelum maupun proses Recovery, yang dalam penelitian ini

disebut sebagai metode Penilaian CRI dengan meninjau

beberapa elemen dan pihak-pihak yang terlibat didalamnya.

2. Tsunami

Istilah “tsunami” berasal dari kosa kata Jepang “tsu” yang

berarti gelombang dan “nami” yang berarti pelabuhan,

sehingga secara bebas, tsunami diartikan sebagai gelombang

laut yang melanda pelabuhan. Tsunami adalah perpindahan

badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut

secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut

tersebut dapat disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di

bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah

laut, atau hantaman meteor di laut.

(Sumber: http://botolajaib.wordpress.com/2010/04/)

Gambar 2. Proses terbentuknya Tsunami.

3. Coastal Community Resilience

3.1. Coastal Community Resilience Guide Coastal Community Resilience Guide (US-IOTWS, 2007)

atau Panduan Ketahanan Masyarakat Pesisir merupakan

sebuah inisiatif dari program United States - Indian Ocean

Tsunami Warning System (US-IOTWS) yang diadakan oleh

National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA)

dan disponsori oleh United States Agency International

Development (USAID). NOAA merupakan sebuah badan

federal milik Amerika Serikat yang lingkup kerjanya

difokuskan pada monitoring dan penanganan terhadap kondisi

kelautan dan keadaan dalam atmosfer bumi, dalam penelitian

ini, kaitannya dengan bencana tsunami adalah usaha-usaha

untuk mengidentifikasi, mempersiapkan, dan pemulihan

terhadap bencana dan dampak yang ditimbulkan oleh Tsunami.

Page 3: STUDI ANALISA KETAHANAN MASYARAKAT PESISIR … · Berdasarkan Katalog Gempa (1629 - 2002) di Indonesia pernah terjadi tsunami sebanyak 108 kali , yakni 1 kali akibat longsoran (landslide),

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

3

(Sumber: US-IOTWS, 2007)

Gambar 3. Tingkat ketahanan masyarakat dalam menghadapi bencana.

Pengkajian CCR merupakan sebuah pendekatan yang

dilakukan sebagai suatu usaha kolaboratif dan partisipatif

dengan masyarakat pesisir, instansi pemerintah nasional dan

lokal, LSM, sektor swasta, dan stakeholder kunci lainnya

untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, dan kesempatan

untuk meningkatkan ketahanan terhadap bencana, baik

ditingkat lokal maupun nasional. Pendekatan secara integral ini

dapat digunakan secara sistematis untuk menentukan program

yang tepat untuk meningkatkan ketahanan masyarakat pesisir

disuatu daerah. Konsep ketahanan masyarakat pesisir

diaplikasikan untuk mengurangi risiko dari bahaya pesisir

dengan tujuan menghindari bencana dan mempercepat

pemulihan jika terjadi bencana. Dengan ketahanan tersebut,

masyarakat pesisir dapat dengan mudah beradaptasi dengan

perubahan melalui pengalaman dan pelajaran dari bencana

sebelumnya.

(Sumber: US-IOTWS, 2007)

Gambar 4. Ketahanan sebagai kesatuan kerja yang integral. 3.2. Elemen Ketahanan Masyarakat Pesisir Dari elemen ketahanan masyarakat pesisir tersebut, dapat dijelaskan tentang kriteria-kriteria yang membentuk ketahanan masyarakat di suatu wilayah pesisir, antara lain sebagai berikut :

(Sumber: US-IOTWS, 2007)

Gambar 5. Diagram elemen ketahanan masyarakat pesisir.

1. Governance

Pemerintah memfasilitasi dan memberikan kondisi yang

memungkinkan bagi masyarakat pesisir untuk menahan dan

menghindari bencana dan bangkit kembali dari bencana,

dan mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.

Pemerintah menyediakan pengarahan dan fasilitas sehingga

ketahanan masyarakat pesisir dapat dikembangkan dan

ditingkatkan dari waktu ke waktu melalui berbagai

intervensi pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta

dalam bidang pembangunan masyarakat, pengelolaan

pesisir dan manajemen Bencana.

2. Society and Economy

Kehidupan sosial dan ekonomi menjadi unsur penting dari

ketahanan karena terdapat hubungan langsung antara

kegiatan ekonomi (pasar dan perdagangan) dan kehidupan

sosial (budaya, keluarga, rekreasi). Perubahan dalam

perekonomian lokal dan regional seperti industri dan

lapangan kerja baru, atau teknologi manufaktur memiliki

dampak positif dan negatif pada individu dan masyarakat

terhadap aspek harapan hidup, pekerjaan, kesejahteraan,

dan kualitas hidup. Demikian pula budaya masyarakat,

struktur keluarga, dan peran gender mempengaruhi

kegiatan ekonomi.Aspek sosial, budaya, dan kondisi

ekonomi memberikan lingkungan yang kondusif bagi

kemandirian sebuah komunitas.

3. Coastal Resource Management

Wilayah pesisir memberikan berbagai macam sumber

daya yang berharga dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Sumber daya tersebut antara lain sumber makanan yang

terpercaya, pembangunan ekonomi melalui pemanfaatan

sumber daya yang terbarukan, transportasi,

perlindungan dari bahaya pesisir (badai, banjir,

Page 4: STUDI ANALISA KETAHANAN MASYARAKAT PESISIR … · Berdasarkan Katalog Gempa (1629 - 2002) di Indonesia pernah terjadi tsunami sebanyak 108 kali , yakni 1 kali akibat longsoran (landslide),

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

4

tsunami, erosi, polusi, dll.), serta konservasi

keanekaragaman hayati (pariwisata berbasis alam dan

obat-obatan baru yang potensial). CRM menjadi sumber

ketahanan masyarakat dalam hal makanan, sumber daya

ekonomi, dan lingkungan yang penting bagi kehidupan

dan perlindungan dari bencana alam.

4. Land Use and Structural Design

Manajemen penggunaan lahan dan desain struktur

adalah elemen penting dari CCR karena jika diterapkan

secara efektif, aspek-aspek tersebut memungkinkan

masyarakat bertahan dari bencana tsunami dan bencana

pesisir lainnya. Dengan pengelolaan lahan yang jauh

dari daerah yang rentan dan mengembangkan wilayah

yang tidak terlalu rawan bahaya bencana pesisir,

masyarakat dapat mengurangi risiko dari dampak

bencana terhadap individu dan mata pencaharian

mereka.

5. Risk Knowledge

Pengetahuan tentang risiko adalah landasan untuk

membangun sebuah komunitas yang tangguh dalam

menghadapi bencana. Masyarakat tidak dapat

mengelola dan meningkatkan ketahanan jika tidak

mengetahui risiko apa yang akan dihadapi. Pengetahuan

yang komprehensif tentang risiko terhadap bahaya yang

dihadapi memungkinkan masyarakat untuk beradaptasi

dalam mengurangi dampak dari bencana, serta dapat

dengan mudah menahan guncangan bahaya yang terjadi

dan lebih cepat untuk bangkit setelah terjadi bencana.

6. Warning and Evacuation

Sistem peringatan dan prosedur evakuasi dapat

memberikan kesempatan pada masyarakat untuk secara

signifikan mengurangi risiko dengan mengambil

tindakan yang cepat dan tepat untuk mengurangi

dampak bencana. Sebuah respon yang efektif terhadap

suatu bahaya yang akan datang akan dapat mengurangi

dampak bencana dengan memindahkan penduduk dari

daerah yang berbahaya. Sistem peringatan dan evakuasi

terdiri dari tiga bagian penting, yaitu sistem peringatan

dini, rencana evakuasi, dan pemberian informasi kepada

masyarakat secara efektif.

7. Emergency Responce

Respons darurat yang efektif memungkinkan pesisir

menjadi lebih tangguh untuk menahan dampak

bencana.Mekanisme dan perencanaan respons darurat

juga dapat memberikan dasar bagi masyarakat untuk

bangkit kembali dengan cepat dari dampak

bencana.Saat terjadi bencana, prosedur respons darurat

yang efektif dapat mengurangi korban jiwa dan

membantu mengurangi waktu dan investasi yang

diperlukan untuk pemulihan masyarakat pasca bencana.

8. Disaster Recovery

Pemulihan bencana merupakan elemen penting dari

CCR karena memberi peluang bagi masyarakat untuk

belajar dari pengalaman akibat bencana dan dapat

mengambil tindakan untuk mengurangi risiko. Pada

periode tepat setelah bencana terjadi menyediakan

banyak kesempatan untuk menerapkan strategi untuk

mengurangi dampak bencana yang potensial.Agar

proses pemulihan bencana berhasil dalam membangun

ketahanan masyarakat, harus dilakukan pendekatan-

pendekatan yang mencakup unsur-unsur penting lainnya

dari CCR dan sepenuhnya mengintegrasikannya dalam

manajemen bencana, pengembangan masyarakat, dan

pengelolaan sumber daya pesisir. Jika upaya yang

dilakukan terfokus pada kegiatan pemulihan yang tidak

terkoordinasi dengan tiga aspek tersebut, proses

pemulihan bencana dapat menghasilkan sebuah

komunitas yang lebih rentan dan kurang tangguh dari

sebelumnya.

3.3. Metode Penilaian CCR Metode penilaian ketahanan masyarakat pesisir pada penelitan

ini menggunakan kuisioner dan wawancara dengan metode

sampling berupa stratified dan purposive sampling. Menurut

Prijana (2005), stratified sampling lebih presisi dalam

penentuan respondennya, karena tiap strata dianggap memiliki

populasi sendiri dan analisis tiap stratanya dapat dilakukan

tanpa harus survey ulang. Dari elemen ketahanan yang ada,

akan diadaptasi menjadi beberapa seri pertanyaan yang dapat

digunakan sebagai instrumen survey untuk memantaukapasitas

ketahanan.

Sistem rating (nilai) berfungsi sebagai pembanding kondisi

saat ini yang digambarkan oleh hasil penilaian CCR dengan

kondisi yang diinginkan untuk tiap elemen ketahanan.

Pendekatan scoring (penilaian numerik) dengan skor dari 0

sampai 5 dilakukan untuk mengevaluasi secara kuantatif dari

masing-masing pertanyaandalam kusioner yang diberikan.

Dilakukan proses kusioner dan wawancara karena penilaian

CCR membutuhkan informasi dan data untuk membandingkan,

baik secara kualitatif maupun kuantatif, status ketahanan

Page 5: STUDI ANALISA KETAHANAN MASYARAKAT PESISIR … · Berdasarkan Katalog Gempa (1629 - 2002) di Indonesia pernah terjadi tsunami sebanyak 108 kali , yakni 1 kali akibat longsoran (landslide),

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

5

masyarakat dengan kondisi yang diinginkan dalam masing-

masing elemen ketahanan.

(Sumber: US-IOTWS, 2007)

Gambar 6. Sistem rating dan skala pada CCR. Dari hasil perhitungan stratified sampling untuk strata

keprofesian pada kedua wilayah kecamatan yaitu, Kecamatan

Cilacap Selatan dan Kecamatan Binangun di Kabupaten

Cilacap dengan jumlah populasi sebesar 79.855 jiwa dan

sampling error 10%, didapatkan jumlah yang akan disurvey

adalah sebanyak 100 orang, dengan perbandingan berdasarkan

strata yang telah ditentukan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah sampel untuk tiap strata

Strata Jumlah Sampel

Pemerintah 6

Swasta 40

Pelajar 44

Nelayan 10

3.4. Metode Penilaian CRI Dari data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan

menggunakan metode penilaian CRI ini untuk menganalisis

data pada hasil survei tersebut bisa dikalkulasikan karena pada

metode ini perhitungan dapat dilakukan dengan mudah dengan

cara peneliti dapat mengasumsi sendiri seberapa tingkat

ketahanan masyarakat terhadap bencana Tsunami terjadi baik

sebelum maupun sesudah terjadi Tsunami dengan dilakukan

berupa skenario berdasarkan metode penilaian CRI ini.

4. Hasil survey masyarakat pesisir

Dari hasil penilaian dengan kuisioner, didapatkan hasil berupa

resilience index untuk masing-masing ketahanan masyarakat

pesisir, sebagai berikut:

Tabel 2. Nilai Resilience Index untuk tiap elemen ketahanan

Indikator Resilience Element Resilience

Index

A Governance 3,17

B Society and Economy 3,28

C Coastal Resource

Management 3,28

Indikator Resilience Element Resilience

Index

D Land Use and

Structural Design 3,23

E Risk Knowledge 2,57

F Warning and

Evacuation 2,63

G Emergency Response 2,52

H Disaster Recovery 3,28

Dari nilai Resilience index yang ada, didapatkan resilience

diagram yang nantinya akan dianalisis, pada elemen apa saja

yang dinilai masih dibawah standar, yang selanjutnya

diberikan rekomendasi untuk meningkatkan ketahanan pada

elemen tersebut.

Gambar 7. Resilience Diagram untuk masyarakat pesisir

Cilacap.

Untuk validitas, data penelitian dapat dikatakan valid jika r

hitung dari pertanyaan setiap elemen lebih besar dari nilai r

tabel. Dengan toleransi (α) sebesar 5% dan responden

sebanyak 100, maka diperoleh nilai r tabel 0,256. Berdasarkan

hasil uji dengan SPSS diketahui bahwa nilai r hitung dari

pertanyaan setiap elemen lebih besar dari nilai r tabel (0,256).

Maka, dapat disimpulkan bahwa masing-masing pertanyaan

untuk tiap elemen dalam kuisioner yang digunakan adalah

valid.

Untuk uji reliabilitas, data penelitian dapat dikatakan reliabel

jika nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,60. Berdasarkan

hasil uji dengan SPSS dapat diketahui bahwa nilai cronbach’s

alpha untuk masing-masing elemen ketahanan lebih besar dari

0,60. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua indikator dalam

penelitian adalah reliabel.

Mengacau pada hasil pengujian validitas dan reliabilitas yang

telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa kuisioner

yang telah digunakan dan data yang diperoleh dalam penelitian

ini layak digunakan, karena telah memenuhi validitas dan

reliabelitas yang dipersyaratkan.

Page 6: STUDI ANALISA KETAHANAN MASYARAKAT PESISIR … · Berdasarkan Katalog Gempa (1629 - 2002) di Indonesia pernah terjadi tsunami sebanyak 108 kali , yakni 1 kali akibat longsoran (landslide),

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

6

5. Analisis dan Rekomendasi Dari data Resilience Index dan Resilience Diagram

Yang telah didapatkan, diketahui bahwa elemen ketahanan

yang nilainya masih dibawah standard dan harus ditinjau

kembali adalah elemen risk knowledge (pengetahuan tentang

resiko) dengan nilai 2,57, elemen warning and evacuation

(sistem peringatan dini dan jalur evakuasi) dengan nilai 2,63

dan yang terakhir elemen emergency response (respon

keadaan darurat) dengan nilai 2,52.

5.1. Risk Knowledge Penyebab terjadinya hal ini adalah informasi mengenai

bencana tsunami beserta kesiapan dalam menghadapinya

belum tersampaikan kepada seluruh lapisan masyarakat.

Menurut beberapa responden dari strata pemerintah, sosialisasi

belum sampai ke masyarakat, namun masih dalam lingkup

instansi-instansi pemerintahan. Hal ini didukung oleh

tanggapan dari responden nelayan dan swasta, terutama yang

berada di wilayah pantai Teluk Penyu dan pantai Widara

Payung, mayoritas merasa bahwa sosialisasi tentang tanggap

bencana khususnya tsunami belum mencapai masyarakat

umum.

Faktanya, telah dilakukan beberapa kali sosialiasi dan simulasi

kepada masyarakat mengenai bencana tsunami. Tercatat

sebanyak 2 kali dalam setahun sosialisasi dilakukan, baik di

masyarakat langsung melalui satuan pemerintahan lokal

(desa/kelurahan) dan sekolah, dan juga telah dilakukan sekali

simulasi di wilayah Pantai Teluk Penyu dan pada pusat kota

yaitu di kecamatan Cilacap Selatan. Sosialisasi yang dilakukan

terutama mengarah kepada informasi dan sistem evakuasi.

Di sekolah-sekolah di Kabupaten Cilacap, sejak dini telah

dikenalkan pengetahuan umum mengenai tsunami dalam

beberapa mata pelajaran seperti geografi dan adanya kegiatan

pada ekstrakulikuler palang merah remaja (PMR) yaitu berupa

Pendidikan mitigasi bencana alam salah satunya bencana

tsunami serta upaya penanggulangan dan evakuasinya juga

telah diberikan dalam pelatihan-pelatihan pada siswa, serta

dilakukan seminar pembekalan pada pegawai-pegawai dalam

menghadapi tsunami baik saat paska maupun sesudah untuk

perusahaan lokal maupun nasional.

(Sumber: BPBD Kab Cilacap)

Gambar 8. Sosialisasi mitigasi bencana tsunami.

Kurangnya ketahanan pada elemen ini diakibatkan beberapa

faktor, antara lain media penyampaian informasi yang kurang

menarik dan dapat mencakup seluruh lapisan masyarakat.

Terdapat anggapan dari sebagian besar masyarakat pesisir

bahwa wilayah yang mereka tempati masih cukup tinggi, jauh,

dan aman dari tsunami, sehingga mereka merasa tidak perlu

mengikuti sosialisasi dan simulasi yang diadakan, karena

dianggap mengganggu waktu mereka beraktivitas.

(Sumber: BPBD Kab Cilacap)

Gambar 9. Simulasi pertolongan kepada warga yang terkena

bencana tsunami.

Oleh karena itu, sangat direkomendasikan untuk dilakukan

sosialisasi dan simulasi yang menjangkau seluruh lapisan

masyarakat secara kontinu, baik dari pemerintah maupun

instansi pendidikan tinggi, dengan pengemasan acara yang

lebih menarik. Guru juga sangat berperan penting dalam

mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari siswa pada upaya-

upaya penanggulangan bencana tsunami secara langsung,

seperti pengenalan daerah rawan bencana dan kesiapan

masyarakat terhadap bencana tsunami, serta rute evakuasi bila

terjadi bencana. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Page 7: STUDI ANALISA KETAHANAN MASYARAKAT PESISIR … · Berdasarkan Katalog Gempa (1629 - 2002) di Indonesia pernah terjadi tsunami sebanyak 108 kali , yakni 1 kali akibat longsoran (landslide),

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

7

5.2. Warning and Evacuation

Pada elemen ini, mayoritas responden menilai bahwa fasilitas

penanggulangan bencana tsunami kurang tersedia secara

maksimal, contohnya seperti sirine peringatan yang kurang

begitu terdengar. Zona bahaya, rute evakuasi, tempat

penampungan, serta daerah aman memang telah ditandai

dengan jelas dengan tanda-tanda dan/atau peta tertentu, namun

belum semuanya diketahui dan tersampaikan secara

menyeluruh kepada masyarakat. Beberapa fasilitas seperti

penanda pesisir rawan tsunami dan sirine tower pada

kecamatan Binangun yang diletakkan di kawasan pantai wisata

widara payung dan untuk kecamatan Cilacap Selatan

menggunakan 6 mesjid sebagai sirine evakuasi yaitu :

Mesjid Al-Barokah letaknya di Perumahan Tegal Sari.

Mesjid Al-Adzikru letaknya di kawasan Tambak Reja.

Mesjid Al-Muhajirin letaknya di Perumahan GSP.

Mesjid Al-Bahriyah letaknya di Dusun Rawajarit atau Menganti.

Mesjid Baitul Amin letaknya di Jalan Nakula Timur.

Mesjid Agung Darussalam letaknya di Alun-alun Kota Cilacap.

(Sumber: BPBD Kab Cilacap)

Gambar 10. Sirine Tower di Kawasan pantai Widara Payung. Namun untuk perencanaan sistem dan satuan-satuan kerja

dalam elemen peringatan dan evakuasi telah terbentuk dengan

baik. Polisi sebagai pengayom masyarakat bersama jajaran

Pemda Cilacap dibantu aparat keamanan lain bekerjasama

melaksanakan antisipasi terhadap bencana tsunami. Bantuan

untuk penanganan evakuasi dilaksanakan oleh Komando Resor

Yogyakarta, Komando Distrik Militer Purwokerto dan

Kepolisian Resor Cilacap, dibantu oleh TAGANA (Taruna

Tanggap Bencana) dan PMI (Palang Merah Indonesia). Sistem

peta Evakuasi juga telah diberlakukan, sebagai jalur evakuasi

ketempat yang aman, dan juga telah disiapkan tanda-tanda

pada peta tersebut simbol berwarna yang menandakan zona

daerah-daerah dengan tanda sesuai dengan tinggi

gelombangnya, antara lain sebagai berikut.

Zona bahaya Tsunami I (merah), untuk perkiraan Tinggi

Gelombang Tsunami < 3 Meter, warga di zona 1 Evakuasi

ke Zona Kuning atau Abu-abu.

Zona bahaya Tsunami II (kuning), untuk perkiraan tinggi

gelombang Tsunami > 3 Meter warga di Zona I dan Zona

II Evakuasi ke tempat aman di zona abu-abu atau evakuasi

ke gedung bertingkat yang aman di zona kuning.

(Sumber: BPBD Kab Cilacap)

Gambar 11. Peta Evakuasi kelurahan Cilacap.

Rekomendasi untuk meningkatkan ketahanan pada elemen ini

adalah memperbaiki dan melengkapi fasilitas sistem

peringatan dan evakuasi, seperti fasilitas penanda daerah

bahaya dan sistem komunikasi antara instansi yang terkait

dengan informasi tsunami. Menurut BPBD, Cilacap

membutuhkan Tower untuk monitoring seperti pada

Kecamatan Cilacap Selatan pada daerah bibir pantai Teluk

Penyu dan alert system tsunami pada zona yang berbatasan

dengan laut terutama disekitar pantai.

namun alat peringatan dini yang ada di sepanjang garis pantai

Kabupaten Cilacap, terhitung sangat minim. saat ini hanya ada

enam unit perangkat peringatan dini tsunami. Dengan panjang

garis pantai Cilacap yang mencapai 103 kilometer, ternyata

hanya enam perangkat peringatan dini tsunami yang sudah

terpasang. Seharusnya, paling tidak ada 18 unit perangkat

peringatan dini yang terpasang di garis pantai sepanjang itu,

di sepanjang garis pantai tersebut, memang tidak seluruhnya

menjadi wilayah pemukiman penduduk. Namun dari luas garis

pantai sepanjang itu, ada sekitar 50 kilometer yang merupakan

Page 8: STUDI ANALISA KETAHANAN MASYARAKAT PESISIR … · Berdasarkan Katalog Gempa (1629 - 2002) di Indonesia pernah terjadi tsunami sebanyak 108 kali , yakni 1 kali akibat longsoran (landslide),

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

8

kawasan pemukiman dengan jumlah penduduk yang cukup

banyak. Mestinya, di seluruh lokasi-lokasi kawasan penduduk

tersebut terpasang alat peringatan dini tsunami.

Saat ini, keenam unit perangkat peringatan dini yang ada, baru

terpasang di lokasi-lokasi wilayah yang memang sudah sangat

padat penduduk. Lima unit diantaranya terpasang di kawasan

yang masuk wilayah Kota Cilacap dan satu unit di wilayah

obyek wisata Widara Payung Kecamatan Binangun.

(Sumber: republikaonline.com)

Gambar 12. Contoh ilustrasi alat peringatan dini tsunami.

Upaya lainnya untuk meningkatkan kesiapan dalam sistem

peringatan dan evakuasi adalah memaksimalkan persiapan pra-

bencana tsunami, antara lain dengan sosialisasi rutin mengenai

penyelamatan serta persiapan fasilitas untuk tanda bahaya

seperti sirine, peluit, kentongan, dan tanda peringatan lainnya.

Persiapan penempatan alat berat seperti ekskavator secara

strategis juga perlu dilakukan untuk antisipasi dalam

membantu evakuasi.

5.3. Emergency Response

Kurangnya ketahanan pada elemen emergency response

menurut responden dan hasil peninjauan lapangan antara lain

adalah akses bantuan dan logistik menuju wilayah pesisir

Cilacap yang cukup sulit, karena didaerah pusat kota Cilacap

akses jalan banyak yang rusak dikarenakan Cilacap adalah

jalur lintas antar propinsi serta Cilacap adalah pusat sektor

Industri baik di Industri Minyak dan Gas, industri Perikanan,

industri semen, industri gula, industri tepung dan PLTU, jadi

banyak kendaraan dengan skala besar yang menggunakan

akses jalan tersebut sehingga perlu adanya continued adanya

perbaikan jalan agar tidak menggangu jika sewaktu-waktu

bencana alam terjadi.

(Sumber: news.kompas.com)

Gambar 13. Akses jalan menuju Cilacap terbatas dan rawan

kerusakan akibat truck kelebihan muatan.

Peralatan dan alokasi dana untuk penanggulangan bencana

tsunami juga dirasa masih kurang memadai, salah satunya

tidak adanya ketersediaan kantong jenazah jika ada warga

yang meninggal Hal ini ditunjukkan pada tabel persediaan

peralatan evakuasi yang dimiliki Cilacap berikut.

Tabel 3. Persediaan peralatan evakuasi yang dimiliki

Kabupaten Cilacap.

NO RINCIAN JUMLAH

1 Tenda Regu 5 x 6 m 6

2 Tenda Pleton 14 x 6 m 16

3 Tenda Posko 1

4 Tenda Keluarga 20

5 Velbed 100

6 Dapur Umum 6

7 Perahu Evakuasi “Dolpin”

3

8 Mesin Tempel “Yamaha” 2

9 Mesin Tempel “Suzuki” 3

10 Mesin Tempel “Tohatsu” 3

11 Dayung 16

12 Pelampung / Lifebouy 16

13 Rompi Pelampung 25

14 Mobil Truck MCK “Izuzu”

1

15 Mobil Ambulance “Izuzu”

1

16 Mobil Tanki Pengolah Air 1

17 Perahu Karet “Navy” 5

Page 9: STUDI ANALISA KETAHANAN MASYARAKAT PESISIR … · Berdasarkan Katalog Gempa (1629 - 2002) di Indonesia pernah terjadi tsunami sebanyak 108 kali , yakni 1 kali akibat longsoran (landslide),

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

9

18 Pesawat HT 24

19 Pesawat Rig 4

NO RINCIAN JUMLAH

20 Mobil Double Cabin 1

21 Mobil Truck Damkar 4

22 Mobil Box “Toyota Hilux”

1

23 Motor Trail Rescue 7

24 Bak Truk Rescue 1

25 Mobil Rescue Comando 1

26 Mobil Dapur Lapangan 1

27 Water Treatment Portable 1

29 Genset 4

30 Chainsaw / gergaji mesin 4

31 Pompa Air 2

32 Sepeda Motor Roda 3 3

(Sumber: BPBD Kab Cilacap)

Untuk pelayanan umum seperti Perusahaan Listrik Negara

(PLN) telah memiliki perencanaan dan langkah cepat dalam

mengantisipasi terjadinya bencana, yaitu dengan melakukan

pemadaman listrik secara serentak dan simultan, dan

melakukan recovery secepat mungkin jika dirasa keadaan

cukup aman.

Tim SAR yang ada terbentuk secara alami dan simultan oleh

pihak kepolisian dan militer, merupakan 1 tim reaksi cepat

yang terdiri Kodim, Polisi, PMI dan juga LSM yang terkait

dan berpartisipasi secara sukarela dalam menghadapi bencana

tsunami. Juga telah dibentuk posko-posko taktis yang

disesuaikan dengan wilayah dan tugas masing-masing, antara

posko taktis (terletak di wilayah bencana untuk gerak cepat

personel), posko induk (pos penyebaran obat-obatan dan

makanan), serta posko bencana (tempat evakuasi yang jauh

dari area tsunami).

Rekomendasi untuk meningkatkan ketahanan pada elemen ini

adalah dengan mengadakan dan melengkapi peralatan dan

perlengkapan evakuasi, serta membuat perencanaan yang

strategis untuk mengatasi sulitnya akses bantuan dan logistik.

Hal ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan bantuan dan

transportasi dari wilayah terdekat yang masih aman dari

tsunami, seperti dari kecamatan-kecamatan lain yang berada

di sebelah barat Kecamatan Cilacap Selatan dan Binangun.

(Sumber:dompetdhuafa.com)

Gambar 14. Bantuan logistik pada kecamatan Dayeuhlehur di

Kabupaten Cilacap.

Apabila jalur transportasi dan logistik melalui darat sangat

terbatas, dapat dimaksimalkan dengan transportasi jalur udara

seperti yang dilakukan pada saat bencana tsunami di Aceh,

yang dapat dibantu melalui bandara terdekat, seperti Bandar

Udara Tunggul Wulung di Cilacap dan Bandar Udara Adi

Sutjipto di Yogyakarta. Dalam perkembangan berikutnya.

pada Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah

disebutkan bahwa akan dilaksanakan pengembangan dengan

memperbesar area bandara umum lokal domestic sehingga

pesawat yang memiliki skala besar bisa memasuki bandara

tersebut seperti pesawat tipe boeng dan fokker, yang mampu

memaksimalkan transportasi jalur udara dari dan ke wilayah

kabupaten Cilacap.

6. Analisis dan Rekomendasi Index nilai Ketahanan

Penilaian Coastal Resilience Index dicetuskan oleh Federal

Emergency Management Agency (FEMA) ini Tujuannya

adalah untuk setiap komunitas menjadi sangat tangguh.

Penilaian dapat mengidentifikasi masalah komunitas Anda

harus selamat sebelum bencana berikutnya dan di mana

sumber daya harus dialokasikan, pada bagian ini akan dibahas

mengenai analisis ketahanan masyarakat pesisir Cilacap

terhadap bencana tsunami untuk masing-masing elemen

ketahanan yang diteliti.

6.1. Membangun skenario

Gunakan definisi buruk dan Masa Depan Badai di bawah ini

untuk melengkapi tabel. Putuskan sebagai kelompok dengan

tolok ukur terbaik akan didasarkan pada pengalaman masa lalu

dimana tempat penilitan yaitu dengan, catatan sejarah, dan

pengetahuan sebelumnya. kemudian akan mengacu pada

patokan badai untuk menyelesaikan sisa index.

Page 10: STUDI ANALISA KETAHANAN MASYARAKAT PESISIR … · Berdasarkan Katalog Gempa (1629 - 2002) di Indonesia pernah terjadi tsunami sebanyak 108 kali , yakni 1 kali akibat longsoran (landslide),

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

10

6.2. Langkah-langkah Mitigasi

Tabel 4. Langkah-langkah Mitigasi

Mitigation measures in place Y

e

N

oContoh: relokasi bangunan dan infrastruktur

Peningkatan perumahan, bangunan non perumahan, dan infrastruktur standar Program Asuransi Banjir Nasional untuk komunitas Anda *

Relokasi bangunan dan infrastruktur dari daerah rawan banjir

pemeriksaan banjir dari struktur non perumahan

Program pendidikan tentang pilihan mitigasi untuk komunitas Anda

Akuisisi struktur bangunan kerugian berulang, infrastruktur, atau properti

Mitigation measures in place Y N

Langkah-langkah mitigasi insentif berbasis

mengadopsi Gedung Internasional dengan kode terbaru

Mempekerjakan inspektur bangunan yang bersertifikat

Telah menyelesaikan atau merencanakan proyek restorasi pantai untuk daerah kritis yang terkena erosi

Perlu perlindungan dan pemeliharaan habitat pada pesisir pantai yang sensitif, ekosistem, dan fitur alami (bukit pasir, pulau penghalang, rawa garam, mangrove)

Sudahkah lahan publik yang belum berkembang, seperti taman-taman, hutan-hutan atau mempertahankan di pantai tersebut pada wilayah yang memiliki bahaya tinggi (V-zone di peta FIRM)

Total number of Yes answers and

No answers:

4

Berdasarkan tabel diatas mengenai langkah-langkah mitigasi

menurut penilaian peneliti cenderung kurang kriteria

infrastruktur tidak mengadopsi infrastruktur international dan

rata-rata pekerja bangunan tidak memiliki sertifikat saat

membangun perumahan seperti contoh rumah warga sehingga

tingkat perlindungan jika terkena bencana tsunami sangat

rentan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari proses pengerjaan dan hasil penelitian Tugas Akhir di

atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Cilacap merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa

Tengah yang rawan untuk terjadi bencana tsunami. dimana

6,6% dari seluruh wilayah pesisir di jawa tengah,

kabupaten Cilacap memiliki luasan pesisir terbesar

dibandingkan daerah dan kabupaten lain di wilayah

propinsi jawa tengah. yang membentang sepanjang 70,709

km, dan juga membentuk teluk di salah satu wilayah

pantainya. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu studi

mengenai ketahanan masyarakat pesisir untuk

meminimalisir dampak bencana tsunami.

2. Dari hasil pengolahan data hasil survey, diketahui bahwa

elemen yang memiliki nilai resilience index kurang dari

standar dan perlu ditinjau lebih dalam adalah elemen risk

knowledge (pengetahuan tentang risiko) dengan nilai 2,57,

elemen warning and evacuation (sistem peringatan dan

evakuasi) dengan nilai 2,63, serta elemen emergency

response (respon keadaan darurat) dengan nilai 2,52.

3. Rekomendasi untuk meningkatkan ketahanan pada elemen-

elemen ketahanan tersebut adalah:

Sosialisasi dan simulasi mengenai bencana tsunami yang

menjangkau seluruh lapisan masyarakat secara kontinu,

baik dari pemerintah maupun instansi pendidikan

tinggi, dengan pengemasan acara yang lebih menarik.

Memperbaiki, melengkapi, dan melakukan sosialisasi

mengenai fasilitas sistem peringatan dan evakuasi,

seperti fasilitas penanda daerah bahaya dan sistem

komunikasi antara instansi yang terkait dengan

informasi tsunami, serta penempatan peralatan dan

perlengkapan secara strategis untuk antisipasi dalam

membantu evakuasi.

Mengadakan dan melengkapi peralatan dan perlengkapan

evakuasi, serta membuat perencanaan yang strategis

untuk memperbaiki akses dan logistik.

4. Perbandingan antara metode penilaian Coastal Community

Resilence (CCR) dan Coastal Resilence Index (CRI),

terletak pada :

Metode CCR

Lebih banyak ulasan tentang pemahaman mitigasi

sesuai kriteria dengan 8 elemen agar ketahanan

masyarakat terhadap bencana Tsunami lebih kuat

(terperinci).

Page 11: STUDI ANALISA KETAHANAN MASYARAKAT PESISIR … · Berdasarkan Katalog Gempa (1629 - 2002) di Indonesia pernah terjadi tsunami sebanyak 108 kali , yakni 1 kali akibat longsoran (landslide),

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

11

Penilaian diberikan kepada stakeholder baik dari

kalangan pemerintah dan masyarakat.

Penilaian pada CCR bersifat realita tidak berdasarkan

asumsi (dilihat pada kejadian sesungguhnya)

Pertanyaan yang diajukan sedikit lebih sulit apalagi

diberikan kepada stakeholder yang memiliki tingkat

pendidikan lebih rendah sehingga peneliti harus

menerjemahkan pertanyaan tersebut agar lebih mudah

dimengerti.

Metode CRI

Lebih ringkas dalam pengulasan tentang pemahaman

mitigasi yang ada pada metode CRI

Penilaian diberikan kepada peniliti

Penilaian pada CRI bersifat asumsi pada saat skenario

kejadian bencana

Pertanyaan yang diajukan lebih mudah dan sistem

perhitungan tidak sulit untuk mendapatkan hasil

akhirnya.

7.2. Saran Untuk memperbaiki kekurangan dari penelitian Tugas Akhir

yang telah dilakukan dan memaksimalkan penelitian

selanjutnya, dapat diberikan saran-saran sebagai berikut.

1. Memperluas daerah cakupan penelitian, sehingga hasil yang

didapatkan lebih representatif dalam mewakili ketahanan

suatu daerah.

2. Memperdalam analisis untuk tiap elemen ketahanan yang

ada.

3. Meninjau kembali model kuisioner serta menggunakan

metode statistik yang berbeda, sehingga dapat memberikan

hasil yang variatif dan dapat dibandingkan validitas dan

reliabilitasnya.

4. Menggunakan strata lain pada stratified sampling untuk

mendapatkan hasil survey yang lebih representatif terhadap

daerah penelitian, contohnya strata pendidikan.

Pemerintah kabupaten tersebut seharusnya bisa mempermudah birokrasi dan diperijinkan merekam saat mewawancarai pada penelitian yang akan berguna nantinya untuk kelangsungan hidup masyarakat di kawasan rawan bencana.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Haryo

Dwito Armono, dan Bapak Kriyo Sambodho selaku dosen

Pembimbing yang telah banyak membimbing dan membantu

dalam pengerjaan riset ini. Serta kepada Januar selaku Kepala

Desa Kecamatan Cilacap Selatan, PMI Kabupaten Cilacap dan

BPBD Kabupaten Cilacap yang telah memberikan ijin untuk

melakukan survey di Kabupaten Cilacap tentang mitigasi

Bencana Tsunami.

DAFTAR PUSTAKA

Bantuan alat berat dikabupaten Cilacap. http://www.antarafoto.com. 25 juni 2013.

Bencana tsunami. http//www.isikaasikdotcom.wordpress.com.

16 september 2012. Bhattacharya, G.K. dan Johnson, R.A., Statistical Concept

and Methods, John Wiley & Sons Inc.,1977.

BPBD.Profil BPBD Kabupaten Cilacap. Badan Penanggulangan Bencana Daerah, 2012.

BPS,Kecamatan Cilacap Selatan Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2011.

BPS,Kecamatan Binangun Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2011.

Cochran, W.G., Sampling Techniques, John Wiley & Sons, 1977.

Cronbach, Coefficient Alpha and the Internal Structure of Tests, Psychometrika Vol. 16 No. 3,1951.

Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S.P., Sitepu, M.J.,Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Cetakan Keempat, Pradnya Paramita, Jakarta, 2008.

Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S.P., Sitepu, M.J.,Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Cetakan Keempat, Pradnya Paramita, Jakarta, 2008.

Dajan, Anto, Pengantar Metode Statistik, Jilid 1, Penerbit LP3ES, Jakarta, 1992.

Page 12: STUDI ANALISA KETAHANAN MASYARAKAT PESISIR … · Berdasarkan Katalog Gempa (1629 - 2002) di Indonesia pernah terjadi tsunami sebanyak 108 kali , yakni 1 kali akibat longsoran (landslide),

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

12

Evakuasi korban sar dan militer. http://www.news.viva.com. 25 juni 2013.

Fakta tentang tsunami. http//www.botolajaib.wordpress.com. 1

maret 2013.

Folke, Carl, Resilience: The Emergence of a Perspective for Social–Ecological Systems Analyses, Global Environmental Change, 16, 253-267, 2006.

Informasi seputar Cilacap. http//www.diantarasatudunia.blogspot.com. juni 2012.

Kabupaten Cilacap online. http://www.cilacapkab.go.id. juli

2012. Kebudayaan kabupaten Cilacap.

http://www.radarbanyumas.com. 25 juni 2013.

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Jakarta, 2007.

Latama, G., Wantasen, A.,Utiah, A., Desniarti, Dinarwan, Indra, Rimper, J., Sinjal, H., Umar, N.A., Darwisito, S., Arifin, T., Paonganan, Y., Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat di Indonesia, Makalah Falsafah Sains (PPs 702), Program Pasca Sarjana, IPB, 2002.

Pelatihan keterampilan membatik di kabupaten Cilacap.

http://www.yesfmcilacap.com. 25 juni 2013. Penanaman kembali mangrove dikabupaten cilacap.

http://www.kompas.com. 25 juni 2013. Pertamina Memprogramkan menanam lebih dari 200 ribu

mangrove. http://www.antaranews.com. 25 juni 2013.

Prijana, Metode Sampling Terapan - untuk Penelitian Sosial, Humaniora, Bandung, 2005.

Sekaran, U., Research Method for Business: Skill Building Approach, Edisi Keempat, John Wiley & Sons Inc.,New York, 2003.

Setyawan, D.A., Susilowati, A., Wiryanto, Habitat Reliks Vegetasi Mangrove di Pantai Selatan Jawa, Jurnal Biodiversitas Vol. 3 No. 2, Jurusan Biologi FMIPA UNS, Surakarta, 2002.

Sonak, S., Pangam, P., Giriyan, A., Green Reconstruction of The Tsunami-Affected Areas in India Using The Integrated Coastal Zone Management Concept,

Journal of Environmental Management, 89, 14-23, 2008.

Tuwo, Ambo, Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut – Pendekatan Ekologi, Sosial-Ekonomi, Kelembagaan, dan Sarana Wilayah, Brilian Internasional, Surabaya, 2011.