Stroke Perdarahan Sub-arakhnoidrepository.unair.ac.id/40101/1/gdlhub-gdl-grey-2016-bajamalabd... ·...

Pidato

Disampaikan pada Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Bedah Saraf

pada Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga di Surabaya pada Hari Sabtu, Tanggal 16 Januari 2010

Oleh

ABDUL HAFID BAJAMAL

Stroke Perdarahan Sub-arakhnoid Masalah diagnosis, dan Penanganan:

tantangan, dan Pengembangan ilmu bedah Saraf Serebrovaskular di indonesia

uniVerSitaS airLanGGabadan hukuM MiLik neGara

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

PIDATO GURU BESAR

Stroke Perdarahan Sub-arakhnoid... ABDUL HAFID BAJAMAL

Buku ini khusus dicetak dan diperbanyak untuk acaraPengukuhan Guru Besar di Universitas Airlangga

Tanggal 16 Januari 2010

Dicetak: Airlangga University PressIsi di luar tanggung jawab AUP


PIDATO GURU BESAR


iii

Kupersembahkan untuk

Almamater Universitas Airlangga,

Bangsa dan Negara Republik Indonesia.


PIDATO GURU BESAR



PIDATO GURU BESAR


�

"Dan masa kejayaan dan kemunduran itu Kami gilir di antara manusia

agar mereka mendapat pelajaran"

(Qur'an, Surat Ali Imran 140)

"Sesungguhnya Allah swt mencintai hamba-Nya

yang melakukan suatu perkerjaan dengan keahlian"

(Hadits Riwayat Al-Tabrani)

"Barang siapa yang ditanya tentang suatu ilmu kemudian dia merahasiakannya,

maka nanti di hari kiamat dia akan dipasung dengan tali dari api neraka."

(Hadits Riwayat Ibnu Majah)


PIDATO GURU BESAR


�i


PIDATO GURU BESAR


�

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Yang terhormat,

Ketua, Sekretaris, dan Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Airlangga,

Ketua, Sekretaris, Para Ketua Komisi beserta Anggota Senat Akademik Universitas Airlangga,

Rektor dan Wakil Rektor Universitas Airlangga,Para Guru Besar Universitas Airlangga, Para Guru Besar Tamu,Para Direktur di Lingkungan Universitas Airlangga, Para Dekan dan Wakil Dekan di Lingkungan Universitas Airlangga,Para Ketua Lembaga di Lingkungan Universitas Airlangga,Direktur dan Para Wakil Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

Dr. Soetomo, Para Direktur dan Pimpinan Rumah Sakit, Para Ketua Departemen di Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga,Ketua Kolegium dan Para Anggota Kolegium Ilmu Bedah Saraf

Indonesia,Ketua dan Para Sejawat Anggota Perhimpunan Spesialis Bedah

Saraf Indonesia,Para Teman Sejawat dan Segenap Civitas Akademika Universitas

Airlangga,Para Sejawat Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu

Bedah Saraf, Para Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Para Perawat, sertaUndangan yang saya Muliakan,


PIDATO GURU BESAR


�

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Semoga Allah memberikan kesejahteraan, petunjuk dan bimbingan-Nya kepada kita sekalian.

Alhamdulillahirobbil alamin, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wataala, Yang Maha Besar dan Maha Mengetahui atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kita dapat berkumpul pada Rapat Terbuka Senat Akademik Universitas Airlangga dengan acara pengukuhan penerimaan jabatan saya sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

Shalawat dan Salam kepada Rasulullah, Junjungan kita Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassallam, beserta keluarga, sahabat serta para pengikutnya.

Hadirin yang saya hormati,

Pada hari ini saya menyampaikan pidato pengukuhan dengan judul:

Stroke PerDArAHAn SUB-ArAkHnoID Masalah Diagnosis, dan Penanganan:

tantangan, dan Pengembangan Ilmu Bedah Saraf Serebro�askular di Indonesia

yang akan saya bahas menurut urutan:

1. Sejarah dan perkembangan pelayanan Bedah Saraf di dunia, Indonesia, dan Surabaya;

2. Stroke perdarahan sub-arakhnoid, masalah diagnosis, dan penanganannya di Indonesia; dan

3. Pandangan ke depan dan saran untuk kemajuan pelayanan penyakit serebrovaskular di Indonesia dan pengembangan Bedah Saraf Serebrovaskular.


PIDATO GURU BESAR


�

SeJArAH DAn PerkeMBAngAn PeLAyAnAn BeDAH SArAF DI DUnIA, InDoneSIA, DAn SUrABAyA

Dibanding Ilmu Bedah lainnya, Ilmu Bedah Saraf relatif berumur lebih muda dan memiliki kekhususan tersendiri, karena menangani organ tubuh yang sangat spesifik dan penting bagi manusia. Ilmu Bedah Saraf adalah ilmu yang menangani kelainan-kelainan pada sistem saraf pusat dan perifer, yaitu: otak, sumsum tulang belakang, saraf tepi, serta jaringan yang meliputinya.

Ilmu Bedah Saraf telah mengalami perkembangan pesat seiring dengan kemajuan di bidang teknologi dan instrumentasi bedah, teknologi neuroimejing, dan biomolekuler-neurosains beserta aplikasinya. Perjalanan sejarah Bedah Saraf dapat dikelompokkan dalam empat periode yaitu: periode primitif, periode Islam, periode pra-modern dan periode modern.

Periode Primitif

Perjalanan sejarah Bedah Saraf dalam periode primitif diketahui dengan penemuan tengkorak manusia yang berlubang bekas tindakan kraniotomi (operasi membuka tengkorak). Ahli arkeologi menemukan kepala berlubang di Perancis, Peru, Inggris, Afrika dan lokasi lain yang terpisah di penjuru dunia. Tindakan kraniotomi dilakukan dengan menggunakan batu tajam dan biasanya dilakukan untuk tujuan religius-mistis atau terapi gangguan jiwa. Dalam beberapa peninggalan tengkorak didapatkan pertumbuhan tulang di sekeliling lubang yang menandakan orang tersebut hidup setelah dilakukan tindakan 'operasi'.

Tulisan tertua yang ditemukan mengenai Ilmu Bedah Saraf didapatkan pada papyrus dari Edwin Smith yang diperkirakan dibuat pada 2000–3500 SM. di Mesir. Pada tulisan tersebut dipaparkan secara jelas tentang lapisan tengkorak dan isinya: sutura kranialis, meningen, korteks serebri, liquor serebrospinalis dan pulsasi intrakranial. Dalam tulisan tersebut juga dijelaskan tentang


PIDATO GURU BESAR


�

cedera otak dengan komplikasi neurologis yang terjadi. Hippocrates dari Yunani adalah salah satu pelopor tindakan Bedah Saraf di era primitif. Tindakan operasi Bedah Saraf yang dilakukan yaitu kraniotomi terhadap fraktur impresi, epilepsi, kebutaan dan nyeri kepala. Hippocrates juga menulis tentang fraktur tengkorak dan penanganan trauma kepala dengan lengkap.

Di daratan Cina, Hua Tuo melakukan tindakan pembedahan pada kasus-kasus perdarahan epidural dan subdural korban perang di zaman perang tiga negara (Sam Kok). Di India, Jiraka (565– 483 SM), dokter pribadi Sidharta Gautama tercatat melakukan tindakan bedah tumor otak.

Periode Islam

Ditandai dengan munculnya ilmuwan Ibnu Sina. Ibnu Sina (980–1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia. Ia juga seorang penulis yang produktif sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah "Bapak Pengobatan Modern". Karyanya yang sangat terkenal adalah Al-Qanun fi al-Tibb yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad. Dalam buku tersebut, beliau meletakkan dasar diseksi sistem saraf manusia atau neuroanatomi, teknik dasar pembedahan dan terapi pembedahan pada Bedah Saraf seperti hidrosefalus, cedera kepala, dan penyambungan saraf perifer.

Periode Pra-Modern

Dimulai pada abad ke-17, terjadi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Kedokteran yang spektakuler. Salah satu tokoh yang sangat dikenal sampai sekarang karena penemuannya mengenai otak adalah Thomas Willis (1621–1675). Teori dan penemuannya tentang sirkulasi darah otak masih dipakai sampai saat ini dan dikenal dengan sirkulus arteriosus Willisi. Beliau pula


PIDATO GURU BESAR


�

yang memperkenalkan istilah neurologi, yang saat itu ditafsirkan sebagai doktrin dari sel neuron.

Teknik anestesi mulai dikenal tahun 1846, antisepsis tahun 1867, kemudian tindakan pembedahan semakin meningkat dan tentu saja operasi otak semakin dimungkinkan dan lebih aman. Di sisi lain, kemajuan di bidang neurologi semakin pesat, dikenal konsep lokalisasi serebral yang memudahkan ahli bedah menentukan diagnosis dan perencanaan operasi.

Paul Broca (1842–1880), menemukan area bicara pada otak, kemudian Hughling Jackson (1835–1911) salah satu pelopor neurologi modern mengembangkan konsep epilepsi dan area fungsional otak. Pada tahun 1870, Gustav Fritsch dan Eduard Hitzig menemukan aktivitas motorik pada percobaan otak anjing, kemudian Roberts Barthalow menemukan juga area yang sama pada manusia.

Victor Horsley (1857–1916) seorang ahli bedah yang paling menonjol pada masa ini, beliau mengembangkan teknik Bedah Saraf pada era itu. Beliau berhasil melakukan operasi tumor tulang belakang (1887), memotong saraf (neurotomi) retrogasserian pada tic douloureux atau nyeri wajah/trigeminal neuralgia tahun 1890. Sir Rickman Godlee (1859–1925) berhasil mengangkat tumor otak. William MacEwen (1848–1924) dari Skotlandia dikenal dengan keterampilannya melakukan operasi otak dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah. William W. Keen (1837–1924), seorang ahli bedah dari Amerika yang mempopulerkan Kawat Gergaji Gigli yang sampai sekarang masih bermanfaat. Beliau pula yang menjelaskan secara rinci perbedaan antara mikrosefalus dan kraniosinostosis serta teknik operasi pada kraniosinostosis.

Seiring dengan perkembangan Ilmu Bedah Saraf, tercatat beberapa penemuan penting dalam teknik diagnostik. Oppenheim menemukan cara pembuatan foto polos tengkorak khususnya untuk mendiagnosis tumor di daerah sella tursica dan sekitarnya. Sicard melakukan diagnostik mielografi untuk pertama kalinya pada tahun 1922. Walter Dandy pada tahun 1918 menemukan teknik pneumo-


PIDATO GURU BESAR


�

ventrikulografi untuk mendiagnosa hidrosefalus. Pada tahun 1927, Egaz Moniz, spesialis Bedah Saraf dari Portugis mengenalkan angiografi serebral untuk mendiagnosis kelainan di otak. Beliau memperoleh hadiah Nobel tahun 1959. Pada tahun 1929, H. Berger memperkenalkan elektroensefalografi (EEG) untuk memeriksa fungsi otak dan juga diagnosa epilepsi.

Periode Modern

Periode modern dalam sejarah Bedah Saraf tidak lepas dari peran Harvey William Cushing (1869–1939), ahli bedah Amerika murid dari ahli bedah terkenal William Halsted. Mula-mula Cushing menyaksikan bahwa tim dokter Bedah Saraf yang dikirim sebagai dokter lapangan pada perang dunia pertama, menunjukkan hasil yang lebih unggul dibandingkan dengan tim dokter bedah umum, sehingga pada akhirnya ia menyadari bahwa pada dasarnya teknik Bedah Saraf berlainan dengan bedah umum. Kontribusi Cushing pada Bedah Saraf sangat banyak, istilah Cushing phenomenon, Cushing syndrome dan lain-lain masih digunakan sampai sekarang. Buku-buku yang ia tulis tentang tumor hipofise, neurinoma akustikus dan klasifikasi glioma menjadi pegangan bagi Ahli Bedah Saraf pada saat itu. Cushing juga mengembangkan teknik operasi dan penemu alat-alat baru yang menyebabkan hasil operasi memuaskan dan mengurangi morbiditas. Pada tahun terakhir kiprahnya sebagai ahli Bedah Saraf, tercatat angka mortalitas yang dia lakukan adalah 8,7% dari total 635 operasi.

Berkat jasanya, H.W. Cushing dianggap sebagai pelopor Bedah Saraf Modern, banyak murid-muridnya yang kemudian ikut mengembangkan Ilmu Bedah Saraf. Walter Edward Dandy (1886–1946), salah satu murid unggulan Cushing, selain menemukan pneumo-ventrikulografi juga melakukan modernisasi teknik operasi tumor bagian belakang dasar tengkorak (fossa posterior). Teknik operasi lain seperti menjepit (kliping) aneurisma, bedah untuk


PIDATO GURU BESAR


�

epilepsi, bedah untuk kelainan jiwa (psychosurgery) dan teknik bedah mikro.

Kemudian tercatat beberapa nama yang sangat menonjol, di antaranya Gazi M. Yasargil dari Swiss dengan teknik bedah mikro, Albert Rhoton (USA) dengan keahlian mikro anatomi otak untuk pengembangan pendekatan bedah, Madjid Samii (Jerman) dengan pengembangan operasi dasar tengkorak (skull base), juga Kenichiro Sugita dari Jepang dengan Sugita klip dan instrumen lainnya. Era modern Bedah Saraf juga ditandai berkembangnya neuroimejing seperti CT Scan, MRI, DSA, juga modalitas terapi lain seperti terapi Neuroendoskopi, Neuroendovaskular, Gamma Knife Surgery, Bedah Saraf Stereotaktik dan lain-lain. Semuanya adalah dalam upaya membantu ahli Bedah Saraf untuk melakukan operasi tepat, mudah, dan akurat serta memperkecil angka morbiditas.

Ilmu Bedah Saraf di Masa Depan

Saat ini penggunaan mikroskop untuk tindakan bedah mikro adalah suatu standar rutin dalam operasi Bedah Saraf. Pembedahan dengan mikroskop telah membawa Spesialis Bedah Saraf pada batas arus kepiawaian manusia. Pengetahuan mikro-anatomi pembedahan, dikombinasi dengan penggunaan mikroskop operasi, telah memperbaiki teknik standar prosedur Bedah Saraf dan telah membuka dimensi baru yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh Spesialis Bedah Saraf. Pengetahuan mikro-anatomi dalam pembedahan telah memperbaiki hasil operasi dengan memungkinkan pendekatan struktur dan menggambarkan akurasi yang lebih besar. Area yang dalam dapat dicapai dengan jalan lebih aman dengan sedikit retraksi bagian otak atau insisi kortikal yang kecil dan perdarahan lebih mudah dikontrol serta pembuluh darah kecil dapat diselamatkan. Penggunaan alat neuro-endoskopi sebagai pendukung bedah mikro makin menambah kecermatan dan keberhasilan tindakan Bedah Saraf.


PIDATO GURU BESAR


�

Sel punca (stem cell) sudah berkembang pesat, peneliti medis meyakini bahwa penelitian sel punca berpotensi untuk mengubah keadaan penyakit manusia dengan cara digunakan untuk memperbaiki jaringan atau organ tubuh tertentu. Namun demikian, hal ini tampaknya belum dapat diaplikasikan sepenuhnya pada kelainan-kelainan di bidang Bedah Saraf.

Beberapa kelainan pembuluh darah otak juga mulai ditangani dengan teknik endovaskular. Penggunaan alat-alat untuk Bedah Saraf seperti CUSA, neuronavigasi, neuromonitoring, MRI fungsional serta robotic surgery untuk Bedah Saraf terus dikembangkan di masa depan dengan tujuan operasi lebih akurat dan cepat. Spesialis Bedah Saraf adalah bagian dari sistem yang dinamis ini dan secara konstan akan berubah dari waktu ke waktu, dan setiap Spesialis Bedah Saraf mempunyai kesempatan untuk ikut berkontribusi dan mendukung perubahan itu. Ruang lingkup Bedah Saraf saat ini meliputi:1. Kelainan bawaan dan perkembangan (Pediatric Neurosurgery);2. Trauma (Neurotrauma Surgery);3. Kelainan tulang belakang (Neurospine Surgery);4. Tumor susunan saraf (Neuro-oncology Surgery);5. Kelainan pembuluh darah (Neurovascular Surgery);6. Bedah Saraf fungsional dan saraf tepi (Neurofunctional Surgery);7. Kelainan pada dasar tengkorak (Skull Base Surgery);8. Perawatan intensif Bedah Saraf (Neurointensive Care); dan9. Infeksi dan inflamasi.

Bedah Saraf di Indonesia

Akhir perang dunia kedua banyak terjadi perubahan di Indonesia, salah satu yang terpenting adalah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pemerintah Belanda yang tidak mau mengakui Kemerdekaan Indonesia dan masih ingin mengembalikan kolonisasi di Indonesia mengirim personil militer yang kebanyakan adalah pemuda-pemuda wajib militer. Perang yang terjadi membawa


PIDATO GURU BESAR


�

banyak korban, hal ini tentu saja membuat para orang tua menjadi prihatin, ini juga merupakan dalih mengapa pemerintah Belanda mendirikan pusat pelayanan Bedah Saraf di Indonesia. Hal itu disesuaikan dengan keinginan Prof. C.H. Lenshoek, salah satu perintis Bedah Saraf Belanda, kelahiran Semarang, yang sangat mencintai Indonesia. Beliau ingin mengembangkan Bedah Saraf di Indonesia bekerja sama dengan Palang Merah Belanda. Tahun 1948 berdirilah pusat pertolongan Bedah Saraf dengan nama Princes Margriet Hospital, klinik voor Neurochierurgie di jalan Raden Saleh 49 Jakarta. Prof. Lenshoek kemudian meminta bantuan dan dikirimlah Dr. Haenrat dari Wassenaar (Ursula Klieniek) kemudian berturur-turut digantikan oleh Dr. Nordenbos dari Amsterdam, Dr. A.C. de Vet dari Wassenaar, Dr. Wiersma dari Rotterdam, Dr. M.P.A.M de Grood, dan Dr. Pedro Albert Lasierra murid Prof. Verbiest yang berasal dari Spanyol, menetap lebih dari dua tahun sampai tahun 1953. Beliau tahun 2001 mendapat Medal of Honor dari perhimpunan Bedah Saraf Sedunia karena jasanya dalam pelayanan Bedah Saraf dan melakukan sekitar 400 operasi Bedah Saraf per tahun di Indonesia bahkan sebagian dengan lokal anestesi. Berakhirnya pemerintah jajahan Belanda pada akhir tahun 1949 menyebabkan Palang Merah Belanda harus menyerahkan klinik ini kepada Palang Merah Indonesia. Kemudian diserahkan ke Pemerintah Indonesia dan menjadi bagian RSUP di Jl. Diponegoro, dengan Dr. Soewadji Prawirohardjo sebagai Kepala Rumah Sakit. Setelah penyerahan kedaulatan dan dibukanya FK Universitas Indonesia, tahun 1950, co-assisten (mahasiswa FKUI) diberi kesempatan untuk mengikuti operasi di Klinik tersebut, bahkan Dr. Pedro Albert diangkat sebagai staf pengajar FKUI. Para Dokter Bedah Saraf waktu itu bekerja tanpa penunjang ahli dari bidang lain, sehingga pemeriksaan neurologi, radiologi bahkan arteriografi dan pembiusan dikerjakan sendiri dengan bantuan perawat yang di supervisi sendiri. Pada akhir tahun 1952, Dr. Susatyo Kusumo Handoyo kembali dari pendidikan Bedah


PIDATO GURU BESAR


�0

Saraf di Klieniek Ursula Wassenaar, Belanda di bawah bimbingsn Dr. A.C. de Vet, yang kemudian dibantu oleh Dr. Soewadji, setelah tidak menjabat Kepala RSUP. Pada tahun 1955 Dr. Soewadji dikirim ke California University untuk pelatihan Bedah Saraf. Salah seorang dokter muda yang mengabdi di Bedah Saraf waktu itu adalah Dr. Basoeki Wirjowidjojo lulusan FKUI 1952, yang berhubungan dengan Dr. de Grood pada masa kepaniteraan di Klieniek Raden Saleh dan kemudian Beliau dikirim ke Tilburg untuk belajar Bedah Saraf. Prengiriman itu atas bantuan Prof. Soedjono Djoened Pusponegoro dan Prof. Slamet Imam Santoso dengan harapan agar nanti kembali bekerja di FKUI. Tahun 1958 Dr. Basoeki kembali dari Belanda sebagai ahli Bedah Saraf kemudian memutuskan mengembangkan Bedah Saraf di Surabaya atas permintaan Prof. Soejoenoes. Tahun 1962 dokter muda Padmosantjojo diangkat menjadi asisten Ilmu Bedah Saraf FKUI. Tahun 1964 Klieniek Raden Saleh digusur dan dipindahkan ke RS Tjipto Mangoenkoesoemo. Dr. Padmosantjojo setelah menjalani asisten Bedah Saraf di Klinik Raden Saleh, pada tahun 1965 dikirim ke Belanda dan menyelesaikan pendidikan Bedah Saraf tahun 1969 dan kembali ke Indonesia. Dr. Iskarno kembali dari pendidikan ahli Bedah Saraf di Jerman pada akhir tahun 1971 dan membangun Bedah Saraf di Bandung. Sedang Prof. Soewadji memasuki masa pensiun. Tahun 1976 Dr. Padmosantjojo, ke Belanda bekerja sebagai dokter ahli Bedah Saraf di Groningen, Belanda sampai 1978 setelah itu beliau kembali lagi ke Jakarta, membangun dan mengembangkan pendidikan Bedah Saraf di FKUI/RSCM.

Pendidikan asisten di Indonesia dimulai sejak tahun 1964 di RSCM Jakarta. Sampai saat ini ada empat pusat pendidikan Bedah Saraf yaitu di FK Universitas Indonesia, FK Universitas Airlangga, FK Universitas Pedjadjaran dan FK Universitas Sumatra Utara yang baru berdiri. Sudah banyak spesialis Bedah Saraf yang dihasilkan dari pusat-pusat pendidikan tersebut. Jumlah anggota Persatuan Spesialis Bedah Saraf Indonesia (PERSPEBSI) saat ini


PIDATO GURU BESAR


��

179 orang, dengan distribusi sebagian besar di Jakarta dan pulau Jawa, sedangkan sebagian kecil di ibukota propinsi di luar Pulau Jawa. Bila dibandingkan jumlah penduduk dan keadaan geografis di Indonesia yang mempunyai ribuan pulau, maka jumlah dan pemerataan Spesialis Bedah Saraf di Indonesia belum mencukupi dan menjadi masalah kesehatan yang harus dipecahkan. Seharusnya ratio paling minimal 1 orang spesialis Bedah Saraf untuk populasi 1 juta penduduk. Selain pemenuhan ahli Bedah Saraf maka perlu juga ditingkatkan pelayanan Bedah Saraf melalui penyediaan sarana dan prasarana diagnostik neuroimejing, peralatan operasi, fasilitas neuroanestesi dan unit perawatan intensif Bedah Saraf di rumah sakit yang berada di luar Pulau Jawa.

Bedah Saraf di Surabaya


Dr. Basoeki Wirjowidjojo adalah perintis pelayanan Bedah Saraf di Surabaya, beliau melalui periode tiga jaman yakni: dari jaman Belanda, Jepang sampai kemerdekaan dalam profesinya sebagai ahli Bedah Saraf. Selain menjalani profesi sebagai ahli Bedah Saraf beliau juga sempat menjabat Kepala Bagian Ilmu Bedah FK Unair selama 17 tahun, dan beliau juga mempunyai peran yang penting dalam mengembangkan subspesialisasi di bagian bedah. Prof Basoeki mendapatkan banyak kesulitan dalam pengembangan pelayanan Bedah Saraf saat itu karena banyak kendala, alat-alat diagnostik dan instrumentasi sederhana pada kasus-kasus trauma kepala, HNP dan tumor.

Kedatangan Dr. HM. Sajid Darmadipura, Sp.S., Sp.BS. pada tahun 1975 dari Belanda memberikan perubahan yang baru, beliau mulai mengembangkan tata laksana Bedah Saraf yang lebih kompleks dan modern serta hasil operasi (outcome) yang lebih baik. Dr. Sajid selain sebagai seorang Spesialis Bedah Saraf beliau juga seorang Spesialis Saraf, sehingga memberi nilai tambah


PIDATO GURU BESAR


��

untuk pendidikan residensi di Bagian Bedah Saraf. Prof. Sajid adalah seorang yang sangat aktif dan berdedikasi tinggi sehingga beliau mendapat kepercayaan menduduki jabatan-jabatan penting di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dan RSUD Dr. Soetomo.

Pelayanan Bedah Saraf Serebrovaskular di Surabaya maupun di Indonesia, tidak lepas dari peran Dr. Umar Kasan, Sp.BS. (almarhum). Beliaulah perintis teknik bedah mikro di Indonesia, sejak tahun 1980 beliau telah melakukan operasi-operasi mikro: penyambungan saraf perifer, operasi kliping aneurisma, operasi mikro eksisi AVM otak, operasi bypass pembuluh darah otak dan jenis-jenis operasi mikro lainnya. Dengan teknik diagnostik yang masih sederhana dan alat-alat mikro seadanya Dr. Umar Kasan telah melakukan lompatan besar pada perkembangan Bedah Saraf serebrovaskular saat itu.

Bapak, Ibu, Hadirin yang saya hormati,

Setelah tahun 1984 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya memiliki 4 orang tenaga pengajar di bidang Bedah Saraf yang semuanya adalah lulusan dari Negeri Belanda, yaitu Prof. dr. Basoeki Wirjowodjojo, Sp.BS; dr. HM. Sajid Darmadipura, Sp.S., Sp.BS; dr. Umar Kasan, Sp.BS. (alm.); dan saya sendiri. Kami berempat bahu-membahu membangun sistem pelayanan dan pendidikan untuk Bedah Saraf, yang pada saat itu merupakan pusat rujukan terutama untuk wilayah Indonesia Bagian Timur. Sampai saat ini kita sudah meluluskan 48 dokter Spesialis Bedah Saraf yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Seiring dengan tuntutan untuk meningkatkan pelayanan dan profesionalitas, saat ini jumlah staf di bagian Bedah Saraf bertambah menjadi 9 orang dengan pengembangan subspesialisasi masing-masing.


PIDATO GURU BESAR


��

Stroke PerDArAHAn SUB-ArAkHnoID (PSA), MASALAH DIAgnoSIS, DAn PenAngAnAnnyA DI InDoneSIA


Stroke sampai saat ini masih merupakan problem yang cukup besar di bidang kesehatan. Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia, setelah penyakit jantung dan keganasan. Pada survey dunia tahun 1990, tercatat stroke menyebabkan kematian pada 4,4 juta jiwa, dan dua pertiga dari angka kematian ini terjadi di negara-negara berkembang. Stroke juga merupakan penyebab utama kecacatan pada orang dewasa, angka prevalensi kecacatan akibat stroke mencapai lebih dari 0,6% dari jumlah populasi dunia.

Di negara maju seperti Amerika Serikat, stroke masih merupakan masalah besar di bidang kesehatan masyarakat. Stroke merupakan penyebab kematian kedua, penyebab kecacatan permanen nomer empat dan jenis penyakit kelima terbanyak kasus rawat inap di rumah sakit. Stroke memberikan beban finansial yang cukup besar bagi keluarga dan sistem pelayanan kesehatan.

Di Indonesia angka-angka epidemiologi stroke belum akurat, tetapi dari survey ASNA di 28 rumah sakit di Indonesia pada tahun 1995 didapatkan pasien stroke dengan usia 45–64 tahun berjumlah 54,2% dan usia di bawah 45 tahun cukup banyak yaitu 11,8%. Pada stroke dengan perdarahan angka kejadian untuk usia di bawah umur 45 tahun mencapai 13,2%. Sedangkan angka kematian pada stroke mencapai 24,5%.


PIDATO GURU BESAR


��

Jenis Stroke


Stroke merupakan sindrom klinis akibat gangguan pembuluh darah otak yang timbul secara mendadak dengan gejala dan tanda yang timbul sesuai dengan daerah fokal di otak yang terganggu.

Stroke menurut Amarenco 2009 dapat diklasifikasikan sebagai berikut:1. Iskemik;2. Stroke Perdarahan;3. Perdarahan Sub-arakhnoid (PSA);4. Trombosis vena cerebral; dan 5. Stroke Spinal cord.

Pada penanganan kasus stroke maka harus ditentukan sejak awal jenis stroke yang dihadapi baik secara klinis maupun radiologis, karena penanganan dan prognosisnya juga berbeda.

Perdarahan Sub-arakhnoid (PSA)


Pada kesempatan ini, saya hanya mengangkat masalah stroke dengan Perdarahan Sub-arakhnoid (PSA). Ada beberapa hal yang membuat saya harus mengangkat masalah ini kepada hadirin sekalian, baik sebagai pakar, klinisi kedokteran maupun awam. Sebenarnya secara teoritis kami sudah mengetahui PSA beserta etiologi dan patogenesisnya, tetapi diagnosis dan penanganan definitifnya secara komprehensif dan terpadu baru benar-benar kita lakukan dalam kurun waktu 3–5 tahun terakhir ini khususnya di Surabaya. Hal ini sebenarnya ditunjang dengan keberadaan alat diagnostik yang mulai berkembang dan juga peningkatan kemampuan sumber daya manusia khususnya Spesialis Saraf, Spesialis Bedah Saraf yang mendalami bedah


PIDATO GURU BESAR


��

serebrovaskular, Spesialis Anestesi yang mendalami neurovascular dan neurointensivis, Spesialis Neuroradiologi, juga Spesialis Neuroendovascular terapi.

epidemiologi PSA

Dari data-data epidemiologis didapatkan bahwa angka kejadian PSA adalah 5–10% dari seluruh jenis stroke. Khusus di Jepang dan Finlandia angka ini lebih tinggi sampai di atas 10%. Angka insiden PSA adalah 8–12/100.000 penduduk, dan angka relatif konstan sampai 30 tahun terakhir. Dari WHO MONICA Study 2000, didapatkan angka kematian PSA sampai dengan hari ke-28 adalah 41,7%. Dari angka ini 37% meninggal dalam 24 jam setelah onset, 60% meninggal dalam 48 jam dan 75% meninggal dalam 1 minggu. Delapan puluh lima persen kasus PSA dilaporkan disebabkan oleh ruptur aneurisma.

Di Indonesia, data epidemiologis angka pasti kejadian PSA belum ada. Di Surabaya dari tahun 2008 sampai dengan 2009, PSA terdiagnosis sebanyak 37 kasus dan 17 kasus sesuai dengan indikasinya sudah dilakukan tindakan bedah. Angka ini adalah sangat kecil dibanding dengan data dari negara tetangga terdekat seperti Malaysia dan Thailand. Bila disesuaikan dengan angka kejadian menurut kepustakaan berdasarkan penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 230 juta, seharusnya kurang lebih 20 ribu kasus PSA per tahun dalam skala nasional, dan di Surabaya seharusnya lebih dari 300 kasus per tahun.

Sampai saat ini semua kasus aneurisma otak yang kami tangani adalah aneurisma yang sudah pecah atau ruptur, sehingga terapi maupun tindakan operasi kadang lebih sulit dan membutuhkan biaya lebih besar dibandingkan dengan penanganan kasus aneurisma yang belum pecah. Di Negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang hampir 90 persen dilakukan operasi aneurisma sebelum pecah, untuk mencegah komplikasi akibat pecahnya aneurisma yang sering menimbulkan kecacatan dan kematian. Hal ini disebabkan


PIDATO GURU BESAR


��

karena sistem skrining dan sistem pelayanan kesehatan di negara-negara tersebut sudah maju, di samping pengetahuan praktisi medis dan masyarakat tentang aneurisma otak juga sudah baik.

Beberapa permasalahan yang selama ini saya temui di Indonesia, khususnya di Surabaya antara lain:1. Pengetahuan tentang PSA yang kurang di kalangan praktisi

medis; 2. Alat diagnostik yang terbatas dan tidak merata;3. Pembiayaan pelayanan kesehatan; 4. Sumber daya manusia yang belum terlatih; dan5. Pendekatan tim secara terpadu dan kompak belum optimal.

Masalah Diagnosis PSA


Tanda dan gejala PSA bisa berupa gejala pendahuluan yang tidak khas dan sering luput dari diagnosis sampai timbulnya gejala yang khas berupa 'nyeri kepala hebat yang mendadak' atau mendadak tidak sadarkan diri. Anamnesa dan pemeriksaan fisik merupakan komponen yang penting dalam diagnosis dan penentuan derajad keseriusan dari PSA. Tanda dan gejala pendahuluan merupakan salah satu akibat dari: rembesan darah dari kantong aneurisma, efek masa dari ekspansi aneurisma serta gejala emboli.

Rembesan darah dari kantong aneurisma dilaporkan terjadi pada 30–50% pasien dengan PSA. Kebocoran ini sering bermanifestasi sebagai nyeri kepala akut, baik yang bersifat lokal maupun general yang kemudian dapat menjadi berat. Nyeri kepala "peringatan" ini mendahului pecahnya aneurisma sering timbul beberapa jam sampai beberapa minggu sebelumnya. Selain nyeri kepala tersebut sering disertai mual, muntah, photophobia, malaise dan nyeri leher. Gejala-gejala ini sering terlupakan oleh para praktisis medis, sehingga diperlukan kesadaran akan pentingnya mendeferensial diagnosis pasien yang datang ke tempat praktik kita terhadap kecurigaan


PIDATO GURU BESAR


��

tabel �. Daftar pasien yang terdiagnosis PSA di Surabaya yang dilakukan operasi bedah mikro kliping aneurisma tahun 2008–2009, bedasarkan lokasi, tindakan dan kondisi pasien setelah perawatan.

no. Pasien Diagnosis Pembedahan Hasil

1. Lk. 70 th An Acom Pecah Kliping-Wrapp GOS 5

2. Lk. 60 th An IC-Pcom Pecah Kliping GOS 5


4. Pr. 45 th An IC-SupHyp Pecah

Kliping GOS 5

5. Pr. 56 th An Acom Pecah Kliping GOS 5

6. Lk. 49 th An Acom Pecah Kliping GOS 4

7. Pr. 18 th An Percabangan ICA Pecah

Kliping Meninggal

8. Pr. 60 th An IC-Pcom Pecah Kliping Meninggal

9. Pr. 65 th An IC-Pcom Pecah Kliping GOS 5




13. Lk. 14 th An IC-Pcom Pecah & Acom

Kliping GOS 4

14. Pr. 68 th Giant MCA An Pecah

Kliping Meninggal

15. Lk. 51 th An Acom Pecah Kliping Meninggal

16 Pr. 65 th An IC-Pcom Pecah Kliping GOS 5

17. Lk. 51 th An Distal ACA Pecah

Kliping GOS 5

keterangan tabel: GOS = Glasgow Outcome Scale Skala 1 s/d skala 5 (nilai 5 = kondisi terbaik setelah perawatan). An = Aneurisma, IC = Internal Carotis, Acomm = Anterior comunicans, Pcom = Posterior comunicans, MCA = middle cerebral artery, ACA = anterior cerebral artery.


PIDATO GURU BESAR


��

pecahnya aneurisma jika didapatkan tanda dan gejala seperti tersebut di atas.

Tanda dan gejala efek masa dari aneurisma tergantung dari struktur anatomi pembuluh darah yang terkait. Arteri Komunikating Posterior atau Arteri Karotis Interna bersifat lebih fokal berupa nyeri kepala retro-orbital yang progresif dan ptosis karena kelemahan saraf Okulomotor. Arteri Cerebri Media ditandai dengan parese wajah dan tangan kontralateral lesi, aphasia (bila mengenai sisi Otak kiri), hemianopsia kontralateral lesi. Arteri Komunikating Anterior ditandai dengan parese kaki dan Babinski bilateral. Apeks Arteri Basilar ditandai gangguan gerakan bola mata ke vertikal dan koma. Arteri vertebralis atau arteri cerebelli psoterior-inferior ditandai dengan vertigo dan sindrom gangguan fungsi medulla lateral.

Gangguan Transient Ischemic Attacks terjadi akibat dari lepasnya emboli dari thrombus yang terbentuk di intra-aneurismal.

Tanda dan gejala klasik dari pecahnya aneurisma ke ruang sub-arakhnoid terdiri dari salah satu presentasi yang pathognomonic sebagai berikut: • Nyeri kepala hebat, tiba-tiba, yang belum pernah terjadi

sebelumnya; • Mual dan atau muntah; • Gejala iritasi meningeal, meliputi kaku kuduk, nyeri leher, nyeri

punggung dan nyeri kaki bilateral (dijumpai sampai dengan 80% pasien dengan PSA);

• Photophobia; • Penurunan kesadaran mendadak; dan• Kejang pada fase akut PSA terjadi pada 10–25% penderita.


PIDATO GURU BESAR


��

Pada pemeriksaan fisik, pasien PSA mungkin normal atau dengan kelainan berikut: • Defisit neurologis fokal, meliputi hemiparese, afasia, hemineglect,

parese saraf kranial dan hilangnya memori, terjadi pada 25% pasien;

• Defisit motoris pada 10–15% penderita biasanya karena aneurisma arteri cerebri media;

• Pemeriksaan Oftalmologik (Mata) dapat menunjukkan perdarahan retina subhyaloid (20–30%) dan edema papil saraf optik;

• Peningkatan tekanan darah dan nadi didapatkan pada 50% penderita; dan

• Peningkatan suhu tubuh sebagai akibat meningitis karena iritasi produksi darah.

Permasalahan utama diagnosis PSA adalah kurangnya kesadaran praktisi medis akan luasnya rentang gejala dan tanda. Misdiagnosis didefinisikan sebagai kegagalan diagnosis PSA pada saat kontak pertama kali dengan praktisi medis. Dilaporkan bahwa angka kejadian misdiagnosis berkisar 12–51% tergantung kondisi pelayanan kesehatan setempat. Migrain dan tension headache merupakan masalah misdiagnosis yang paling sering dijumpai berkisar 36%. Menurut Kowalski, 2009, kegagalan untuk dilakukan pemeriksaan CT scan merupakan diagnostik error yang paling besar berkisar 73%.

Diagnosis radiologis

Evaluasi awal yang murah dan sensitif adalah CT scan kepala. CT scan merupakan teknik radiologi yang sangat penting untuk menegakkan diagnosis PSA, perdarahan intraserebral dan hidrosefalus. Ketersediaan CT scan hampir di sebagian daerah tingkat dua sangatlah mendesak agar dapat membantu memberikan diagnostik PSA lebih dini dan akurat, sehingga morbiditas dan


PIDATO GURU BESAR


�0

mortalitas karena pecah atau perdarahan ulang aneurisma dapat ditekan.

(A). (B)gambar �. (A) Ilustrasi aneurisma yang sedang pecah dan (B) CT

Scan yang menunjukkan perdarahan sub-arakhnoid (warna keputihan) di bagian dasar otak.

Sensitivitas CT scan menurun sebanding dengan interval onset nyeri kepala dan waktu scanning. False negative terjadi pada kasus dengan perdarahan yang volumenya kecil. Keterbatasan lain ditengarai karena faktor pembaca (variasi dari radiolog dalam membaca CT scan) dan faktor teknik (variasi ketebalan dari slice pada bagian dasar tengkorak, serta artifak gerakan).

CT Angiography (CTA) dengan menggunakan kontras dapat segera dilakukan pada kasus-kasus emergensi dan cukup memberikan informasi untuk melakukan tindakan pembedahan evakuasi hematoma (ICH) dan kliping aneurisma, dengan tingkat sensitivitas dan spesivitas yang tinggi. Jadi saat ini CTA merupakan pemeriksaan diagnosis yang sangat penting dalam tatalaksana PSA secara keseluruhan.

Pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging) pada kepala tanpa menggunakan kontras dapat melihat aneurisma dengan ukuran lebih dari 5 mm.


PIDATO GURU BESAR


��

Angiogram cerebral (four vessel cerebral angiography study) saat ini merupakan pemeriksaan 'gold standard' untuk aneurisma. Angiogram memberikan informasi tentang lokasi, ukuran, arah kubah dan leher aneurisma, hubungannya dengan arteri induk dan perforator. Angiogram pascaoperasi perlu dikerjakan karena berguna untuk mengetahui adanya vasospasme dan hasil pembedahan.

gambar �. Digital Substraction Angiografi (DSA), menunjukkan aneurisma di apek arteri basilaris.

Transcranial Doppler dapat digunakan untuk mengetahui timbulnya vasospasme dan evaluasi hasil terapi vasospasme.

Masalah ketersediaan alat-alat diagnosis untuk kelainan serebrovaskular adalah hal yang perlu kita pikirkan bersama. Untuk melakukan diagnosis dan rencana tindakan yang tepat mutlak harus dilakukan beberapa serial pemeriksaan radiologis dan kadang memerlukan biaya yang tidak sedikit. Ketersediaan alat-alat tersebut sampai saat ini hanya ada di kota-kota besar di Pulau Jawa.


PIDATO GURU BESAR


��

komplikasi

PSA dapat memberikan berbagai komplikasi yang memerlukan perhatian dan penanganan serius. Komplikasi-komplikasi tersebut antara lain:

1. Vasospasme; 5. Kelainan Neuro Kardiogenik;2. Hidrosefalus; 6. Komplikasi Paru; dan

3. Perdarahan Ulang; 7. Komplikasi Psikiatrik.

4. Kejang;

terapi


Tujuan dari terapi medis PSA secara umum adalah mencegah efek sekunder setelah serangan dan mengatasi komplikasi medis yang dapat terjadi akibat perdarahan awal. Antisipasi, terapi profilaksis, dan intervensi yang berkelanjutan merupakan kunci keberhasilan. Tindakan ini memerlukan tim yang terdiri dari Spesialis Saraf, Bedah Saraf, Neuro Intensivist, Neuro Anestesi dan Perawat. Pemahaman tentang beberapa hal medis khusus yang sering kali terjadi dalam perawatan PSA sangat diperlukan bagi praktisi medis yang terlibat dalam penanganan pasien PSA.

Indikasi Pembedahan

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam tatalaksana aneurisma dengan pembedahan yaitu aksesibiltas, konfigurasi, ukuran leher aneurisma, adanya thrombus, hubungan leher aneurisma dengan arteri induk dan perforator, usia serta kondisi medis umum pasien.


PIDATO GURU BESAR


��

gambar �. Skema aneurisma menunjukkan hubungan antara arteri induk, leher dan kubah aneurisma

Waktu Pembedahan untuk Aneurisma yang Pecah

Waktu pembedahan setelah PSA telah menjadi topik perdebatan hampir selama tiga dekade.

Di Rumah Sakit Mayo Clinic di Amerika dan di semua Rumah Sakit di Jepang, pembedahan dilakukan pada semua pasien dengan derajat baik (WFNS derajat 1–2) sesegera mungkin tanpa melihat waktu kejadian PSA dengan harapan mengurangi risiko pecah ulang yang tinggi (30%).

Pada pasien PSA dengan derajat sedang (WFNS derajat 3) waktu pembedahan masih kontrovesial. Tapi data dari penelitian di Jepang, menunjukkan bahwa pembedahan dini memberi hasil yang lebih baik.

tabel �. Skala WFNS (World Federation Neurosurgical Society) untuk pasien dengan PSA

grade � Glasgow Coma Score (GCS) 15, tanpa defisit motorik grade � GCS: 13–14, tanpa defisit motorik grade � GCS: 13–14, dengan defisit motorik grade � GCS: 7–12, tanpa atau dengan defisit motorik grade � GCS: 3–6, tanpa atau dengan defisit motorik


PIDATO GURU BESAR


��

Adapun pada pasien dengan kondisi jelek (WFNS derajat 4–5) ini akan sulit ditentukan apakah tata laksana bedah perlu dan kapan dilakukan karena secara keseluruhan outcome pasien selalu jelek dengan atau tanpa tindakan bedah. Jika kondisi pasien membaik dengan tata laksana konservatif maka tindakan bedah perlu dilakukan pada pasien ini. Jika pasien aneurisma memiliki kelainan Perdarahan Intra Cerebral (ICH) atau Perdarahan Intra Ventrikel (IVH) yang menimbulkan efek massa maka tindakan bedah dekompresi dan drainage ventrikuler perlu dipertimbangkan. Jadi, walaupun secara keseluruhan prognosis pasien aneurisma dengan derajat 4–5 adalah jelek, dalam masa perawatannya tatalaksana bedah kadang diperlukan dalam penyelamatan pasien ini.

Pilihan teknik Pembedahan

Dengan adanya perkembangan di bidang mikroskop operasi, teknik bedah-mikro dan endovaskular maka tatalaksana bedah pada aneurisma cerebral akan semakin baik dan meningkat. Berikut beberapa teknik bedah yang telah dikenal selama ini.

A. kliping. Tindakan bedah trepanasi diikuti kliping leher aneurisma

gambar �. Tindakan kliping aneurisma


PIDATO GURU BESAR


��

B. Ligasi proksimal atau trapping dengan atau tanpa bypassC. Wrapping atau coating. Dilakukan pada kasus dengan

aneurisma tertentu yang tidak dapat dilakukan kliping, misalnya aneurisma dissecting atau fusiform

D. teknik Bedah Saraf endo�askular Teknik ini menggunakan balon atau coil platinum (Guglielmi coil)

yang dapat menginduksi thrombosis dalam kantong aneurisma. Teknik endovasculer efektif untuk tatalaksana aneurisma kecil maupun besar dengan leher yang kecil serta dapat dikerjakan pada semua pasien tanpa memperhatikan waktu kejadian dan derajat klinis pasien. Teknik ini memerlukan biaya yang cukup mahal, sehingga belum bisa dilakukan secara luas di Indonesia.

gambar �. Tindakan bedah endovaskular (coilling) pada aneurisma

PAnDAngAn ke DePAn DAn SArAn UntUk keMAJUAn PeLAyAnAn PenyAkIt SereBrovASkULAr DI InDoneSIA DAn PengeMBAngAn BeDAH SArAF SereBrovASkULAr


Dari uraian saya sebelumnya, jelas bahwa masih banyak kasus PSA yang seharusnya dapat didiagnosis lebih dini dan mendapat


PIDATO GURU BESAR


��

penanganan yang tepat serta dapat dicegah dari komplikasi yang menimbulkan kecacatan atau kematian. Di samping kondisi pelayanan Bedah Saraf serebrovaskular di Indonesia, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan sebagai saran, masukan dan harapan untuk Institusi Fakultas Kedokteran, Rumah Sakit, masyarakat, teman-teman sejawat dan pemerintah Republik Indonesia.

Pada kesempatan yang baik ini saya menghimbau kepada seluruh masyarakat, terutama bagi mereka yang berprofesi sebagai pendidik atau tokoh masyarakat untuk lebih berperan dalam mencegah dan memberikan petunjuk dalam pelayanan optimal bagi masyarakat dalam mencegah dan mendeteksi secara dini stroke khususnya PSA. Gejala nyeri kepala mendadak ataupun kronis jangan diabaikan begitu saja atau dibiasakan memakan obat anti nyeri (analgesik) yang sekarang dikenal luas dengan promosi televisi yang tanpa kontrol dan tidak mendidik di samping kemudahan membeli obat tersebut di warung-warung rokok sekalipun. Apalagi bila nyeri kepala menunjukkan gejala khas "nyeri kepala berat yang tidak pernah dialami sebelumnya selama hidup", atau bila disertai gejala tidak khas lain seperti nyeri leher atau kaku kuduk, mata kabur dan lain-lainnya. Maka segera disarankan berobat ke fasilitas kesehatan terdekat.

Bila ada salah satu keluarga pernah mengalami PSA akibat aneurisma pecah, maka meskipun persentasenya kecil sudah dibuktikan bahwa ada kecenderungan anggota keluarga yang lain dapat menderita penyakit yang sama. Untuk itu, sebaiknya segera dilakukan skrining pembuluh darah otak untuk menyingkirkan adanya penyakit tersebut. Banyak modalitas pemeriksaan radiologis untuk skrining, tetapi yang paling nyaman dan risikonya paling kecil adalah pemeriksaan MRI/MRA tanpa kontras, dan ini sudah tersedia di Surabaya dan kota besar lain.

Kepada Sejawat di daerah atau yang bertugas di UGD hendaknya lebih awas dan teliti bila menjumpai kasus yang diduga PSA, lebih baik melakukan pemeriksaan minimal CT Scan kepala tanpa


PIDATO GURU BESAR


��

kontras bila ragu, karena bila terlewatkan akan mengakibatkan risiko bagi pasien untuk mengalami komplikasi dan morbiditas serta mortalitas akan lebih tinggi.

Kepada Para Sejawat Dokter Spesialis Neurologi, Neuroradiologi, Neuro Intensivist, Neuroanastesi dan para Perawat, saya menghimbau bahwa pendekatan tim selalu akan lebih baik dalam pengelolaan kasus aneurisma serebral baik yang belum maupun sudah pecah, dengan pendekatan tim maka kita dapat menentukan pelayanan yang terbaik dan optimal bagi pasien. Sampai saat ini, saya merasa bahwa kita masih bekerja sendiri-sendiri dan terkotak-kotak, diagnosis dan penanganan kasus PSA sering terlambat dan kurang koordinasi di antara kita. Sehingga demi kepentingan pendidikan, pelayanan dan penelitian sudah saatnya kita melakukan perubahan-perubahan mendasar dan menciptakan koordinasi yang lebih cepat dan kompak untuk pelayanan.

Kepada para pemegang kebijakan baik di tingkat Fakultas, Rumah Sakit, ataupun Pemerintah Daerah, maka penyediaan sumber daya manusia dan fasilitas sangat berperan dalam peningkatan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan stroke yang komprehensif. Alat-alat diagnostik minimal seperti CT scan hanya tersedia di kota besar tertentu, bahkan yang sangat memprihatinkan adalah masih ada ibukota provinsi yang belum memiliki fasilitas CT Scan, sedangkan CTA, MRI/MRA dan Angiografi saat ini hanya tersedia di kota besar di Pulau Jawa. Sangat sulit membayangkan bila ada pasien di Sulawesi, Nusa Tenggara, Kalimantan atau Papua yang menderita Perdarahan Sub-arakhnoid akut, maka tidak ada yang dapat dilakukan kecuali merujuk ke Surabaya, Jakarta atau Bandung.

Untuk masalah sumber daya manusia, saat ini masih belum banyak Spesialis Bedah Saraf yang mempunyai kemampuan untuk melakukan tindakan bedah serebrovaskular khususnya operasi klipping atau bypass otak. Diperlukan peningkatan kemampuan dengan cara training atau fellow ke pusat-pusat pelayanan Bedah


PIDATO GURU BESAR


��

Saraf serebrovaskular, dan ini perlu bantuan dan komitmen dari pimpinan Fakultas atau pusat pendidikan dan pimpinan Rumah Sakit. Kerja sama dengan Shinshu University di Matsumoto, tempat di mana Klip (Sugita Clip) untuk aneurisma diciptakan oleh Professor Kenichiro Sugita, menjadi salah satu fokus kerja sama yang kami jalani. Salah satu staf kami belajar secara khusus kepada penerus Professor Sugita, yaitu Profesor Shigeaki Kobayashi dan Profesor Kazuhiro Hongo. Kerja sama dengan Keio University Tokyo bersama Profesor Takeshi Kawase sebagai salah satu Universitas unggulan di dunia, juga diharapkan mampu untuk mendukung pengembangan neurovaskular di Surabaya khususnya dan Indonesia umumnya. Telemedicine yang sedang dirintis dengan kedua universitas tersebut juga akan mempermudah konsultasi dan transfer of knowledge. Untuk memperkuat tim maka selain Spesialis Bedah Saraf, perlu peningkatan kualitas juga dari Spesialis-Spesialis lain yang terkait misalnya Spesialis Neurologi, Spesialis Anestesi dan Spesialis Neurointensive Care, Spesialis Neuroradiologi, Neurointervensional dan Neurorehabilitasi dan para Perawat terkait. Dengan peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan tersedianya fasilitas diagnostik dan terapi maka penanganan kasus-kasus perdarahan sub-arakhnoid akan semakin optimal baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Kepada pemerintah, dalam hal ini para pimpinan di jajaran Departemen Kesehatan di tingkat pusat ataupun di dinas-dinas kesehatan, perlu tindakan edukasi secara nasional tentang masalah stroke perdarahan sub-arakhnoid ini, agar masyarakat mulai mengerti dan mengenal penyakit ini sehingga dapat ditangani secara dini. Sudah saatnya dipikirkan untuk ketersediaan sumber daya dan fasilitas di setiap ibukota kabupaten, agar pelayanan pada stroke perdarahan sub-arakhnoid dapat dilakukan secara paripurna.


PIDATO GURU BESAR


��


Saya telah menikmati pekerjaan Bedah Saraf selama 30 tahun dan lebih dari 4500 operasi telah saya lakukan sejak saya residen sampai sekarang. Bagi saya, selama waktu tersebut merupakan proses belajar. Dengan bertambahnya umur dan pengalaman, saya menjadi matang di dalam Bedah Saraf dan kehidupan. Saya menggunakan separuh hidup saya memikirkan berbagai masalah Bedah Saraf. Saya sering mengalami malam yang tidak menidurkan dan siang yang melelahkan. Kesuksesan atau kegagalan dalam pekerjaan telah membentuk pikiran saya. Ilmu Bedah Saraf tidaklah mudah. Membutuhkan kemampuan membuat keputusan pada setiap tahapan perawatan dan tindakan bedah. Setiap pasien dan setiap tindakan bedah selalu berbeda dari satu dengan yang lainnya dan selalu memberikan tantangan yang berbeda. Saya semakin sadar bahwa sangat penting bagi seorang Spesialis Bedah Saraf mempunyai pengalaman sebanyak mungkin kasus-kasus sulit. Makin sering seseorang menghadapi kasus sulit maka makin matang dan makin baik dia dalam menangani pasien-pasiennya.

Kepada seluruh peserta didik saya dan Spesialis Bedah Saraf muda di Tanah Air, saya berpesan bahwa kita harus bersyukur, karena kita diberi kesempatan untuk melihat, menyentuh, dan memperbaiki suatu struktur vital dan masih misteri dalam ilmu kedokteran yaitu 'the living brain' Maha Besar Allah. Masih banyak hal yang belum terungkap dari struktur yang dinamakan otak ini. Dari tangan dan jari-jari saudara, saya mengharapkan banyak misteri yang akan terungkap dan banyak 'dying brain' yang dapat anda perbaiki menjadi 'living brain' lagi. Dengan kesabaran dan kesungguhan untuk memperbaiki diri dan belajar dari pengalaman maka semuanya itu akan anda dapatkan. Kemajuan Bedah Saraf di Indonesia ini tergantung dari anda semua 'young neurosurgeon'.


PIDATO GURU BESAR


�0

UCAPAn terIMA kASIH

Hadirin yang saya muliakan,

Pada akhir pidato pengukuhan Jabatan Guru Besar ini, perkenankan saya untuk mengungkapkan rasa syukur saya yang tidak terhingga kehadirat Allah swt, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya mendapat kepercayaan untuk menerima jabatan tertinggi dalam dunia pendidikan. Semoga saya dapat mengemban amanah jabatan ini lebih baik.

Pada kesempatan ini perkenankan saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing, bekerja sama dan mengantarkan saya mencapai jabatan Guru Besar dalam Ilmu Bedah Saraf.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, secara khusus saya mengucapkan banyak terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini melalui Menteri Pendidikan Nasional beserta jajarannya, yang telah mempercayai saya untuk memangku jabatan Guru Besar dalam bidang Ilmu Bedah Saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

Kepada yang terhormat Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat Akademik Universitas Airlangga, saya mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya atas dukungan dan kesediaannya mengusulkan pengangkatan saya sebagai Guru Besar.

Kepada yang terhormat Rektor Universitas Airlangga, Prof. Dr. H. Fasich, Apt., beserta para Wakil Rektor, saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediaannya mengusulkan pengangkatan saya menjadi Guru Besar.

Kepada yang terhormat Mantan Rektor Universitas Airlangga, Prof. Abdul Gani, SH. (Alm.), Prof. Dr. Marsetio Donosepoetro, dr., Sp.PK(K), Prof. R. Soedarso Djojonegoro, dr., AIFM., Prof. H. Bambang Rahino Setokoesoemo, dr., Prof. Soedarto, dr.,


PIDATO GURU BESAR


��

DTM&H., Ph.D., Sp.Par. dan Prof. Dr.Med. Puruhito, dr., Sp.BTKV., yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk bekerja dan mengabdi sebagai dosen dan mengikuti Program Pascasarjana di Universitas Airlangga.

Kepada yang terhormat Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Prof. Dr. Muh. Amin, dr., Sp.P(K), dan para Wakil Dekan serta mantan ketua BPF Prof. H.M. Sajid Darmadipura, dr., Sp.S., Sp.BS. beserta anggotanya yang telah mengusulkan dan menyetujui saya untuk diangkat menjadi Guru Besar, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Kepada yang terhormat mantan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Prof. Asmino, dr., Sp.R (Alm.), Prof. M. Haryono Soedigdomarto, dr., Sp.OG. (Alm.), Prof. Rachmat Santoso, dr., Sp.PA, Prof. Sentot Soeatmadji, dr., Prof. IGN Gde Ranuh, dr., Sp.A(K), Prof. Soemarto, dr., Sp.PD(K) (Alm.), Prof. Dr. H. Askandar Tjokroprawiro, dr., Sp.PD(K), Prof. Dr. H.M.S. Wiyadi, dr., Sp.THT(K) yang telah menerima saya sebagai mahasiswa dan selanjutnya memberi kesempatan bekerja dan mengembangkan diri sebagai dosen pada Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Kepada yang terhormat Direktur RSUD Dr. Soetomo Surabaya Dr. H. Slamet Riyadi Yoewono, dr., DTM&H., MARS. dan para Wakil Direktur serta mantan Direktur Prof. Abdus Syukur, dr., Sp.B., Sp.BD(K), Prof. H.M. Dikman Angsar, dr., Sp.OG(K), Prof. H. Karyadi Wirjoatmodjo, dr., Sp.An., KIC., dr. Sujoto Martoatmodjo (Alm.) saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada saya untuk bekerja dan mengabdikan diri di Rumah Sakit ini.

Kepada yang terhormat Prof. Dr. Benyamin Chandra, dr., Sp.S., mantan Kepala Bagian Ilmu Penyakit Saraf saya menyampaikan terima kasih telah menerima saya menjadi asisten, walaupun ditengah jalan saya terpaksa mengajukan permohonan melanjutkan pendidikan Ilmu Bedah Saraf di bagian Ilmu Bedah. Selama dibagian Ilmu Penyakit Saraf, saya merasakan sentuhan pendidikan


PIDATO GURU BESAR


��

dari Prof. Djunaidi Wijaya, dr., Sp.S.,Ph.D. dan Prof. Gunawan Budiarto, dr., Sp.S., Prof. Budi Santoso, dr., Sp.S., Prof. Frans Ramaja, dr., Sp.S. (Alm.), dan Prof. Troeboes Poerwadi, dr., Sp.S., yang sangat bermanfaat dalam meletakkan dasar Neurologi dalam diri saya. Demikian juga kepada Para Guru Besar dan seluruh jajaran staf Bagian Ilmu Penyakit Saraf yang merupakan teman sejawat yang sangat dekat, saya mengucapkan terima kasih atas kerja samanya.

Kepada yang terhormat Prof. dr. Basoeki Wirjowidjojo, Sp.BS., mantan Kepala Bagian Ilmu Bedah, FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, saya ucapkan terima kasih telah menerima saya pertama kali menjadi staf bagian Ilmu Bedah dan memberi kepercayaan untuk melanjutkan pendidikan Ilmu Bedah Saraf di Universitas Katolik, Nijmegen, Belanda pada tahun 1979. Beliau jugalah yang menjadi Promotor pendidikan S3 sehingga saya dapat menyelesaikan dengan baik. Beliau yang selalu memberi dorongan dan sekaligus menunggu-nunggu agar saya segera menjadi Guru Besar.

Kepada yang terhormat Prof. Widjoseno Gardjito, dr., Sp.B., Sp.U. Almarhum, mantan Kepala Bagian Ilmu Bedah, FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, saya ucapkan terima kasih atas bimbingan dan dukungannya selama saya menjalankan aktivitas saya sebagai Ahli Bedah Saraf.

Kepada yang terhormat Prof. H.M. Sajid Darmadipura, dr., SpS., Sp.BS., saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas segala bimbingan dan dukungan yang diberikan untuk kemajuan karier saya sejak pertama kali kembali dari Belanda. Beliau beserta Ibu Siti Nuraini dan keluarga dengan ikhlas memberi kesempatan untuk berpraktik bersama beliau dan telah banyak mendukung karier saya dalam bidang Ilmu Bedah Saraf.

Kepada yang sangat saya hormati Almarhum Prof. Dr. Umar Kasan, dr., Sp.BS., Mantan Kepala Bagian Bedah Saraf dan sekaligus mantan Co-Promotor pendidikan S3 saya. Saya


PIDATO GURU BESAR


��

menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, beliau selain mendidik, membimbing dan mendukung juga memberikan kepercayaan kepada saya dengan sangat luar biasa dalam membekali Ilmu Bedah Saraf sampai akhir hayat Beliau.

Saya merasa berbahagia dapat bekerja bersama dengan dua orang Spesialis Bedah Saraf yang saya kagumi, yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kemampuan yang luar biasa yaitu Prof. H.M. Sajid Darmadipura, dr., Sp.S., Sp.BS. dan Prof. Dr. Umar Kasan dr., Sp.BS. Mereka memang berbeda dalam banyak hal tetapi keduanya telah memberikan banyak pengaruh dalam cara saya menangani masalah Bedah Saraf.

Kepada yang terhormat, Prof. HAD. Walder, Prof. E. Meijer Ph.D (Alm.), Dr. JAN vd Spek sebagai Pembimbing dan Pelatih saya, terima kasih atas kesempatan dan bimbingan yang tulus yang diberikan selama 4 tahun, di Afdeling Neurochirurgie, Canisius Wilhelmina Ziekenhuis dan St. Radboud Ziekenhuis, en Diren Lab, Katholieke Universiteit, Nijmegen, Nederland. Betapa saya pulang membawa keberanian dan harga diri dan lebih dari itu berapa banyak bangsa saya yang berhasil saya tolong dan betapa banyak Spesialis Bedah Saraf yang telah saya didik, itu adalah bagian dari jasa Bapak-Bapak yang tidak mengenal pamrih.

Kepada yang terhormat Prof. Prem Ramani, M.D., Ph.D., Mumbai, India. Ketua Spine Committee WFNS (World Federation of Neurosurgery Society) yang telah mendukung berbagai kegiatan dan kebutuhan saya, dan memberi banyak kesempatan saya di forum Internasional, saya sampaikan terima kasih.

Kepada yang terhormat Prof. Shigeaki Kobayashi, M.D., Ph.D. dari Stroke and Brain Center Aizawa Hospital dan Prof. Kazuhiro Honggo, M.D., Ph.D. dari Shinshu University, Matsumoto serta Prof. Takeshi Kawase, M.D. dari Keio University, Tokyo, Japan, saya memberikan penghargaan dan terima kasih atas kesediaannya bekerja sama dengan kami selama ini dalam pengembangan Ilmu Bedah Saraf FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.


PIDATO GURU BESAR


��

Kepada yang terhormat, Prof. Tetsuo Kanno, M.D., Ph.D. dan Prof. Yoko Kato, M.D., Ph.D. dari FuJita Health University, Toyoake, Aichi, Jepang yang telah banyak mendukung saya pribadi dan staf, saya sampaikan penghargaan dan terima kasih.

Kepada yang terhormat Prof. I.P. Sukarna, dr., Sp.B., Sp.OT., yang menurut saya contoh dosen yang penuh dedikasi, beliau mantan Co-promotor saya yang tanpa lelah dan penuh semangat mendorong saya menyelesaikan pendidikan S3 dengan baik, saya ucapkan terima kasih.

Kepada yang terhormat Prof. Dr. Soedijono, dr., Sp.THT.(KL), mantan Direktur Program Pascasarjana FK Unair yang tanpa lelah mendorong dan mendukung saya dalam menyelesaikan pendidikan S3 dengan baik, saya ucapkan terima kasih.

Para Guru Besar dan Teman Sejawat di lingkungan Bedah FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, merupakan salah satu tempat saya dibesarkan, banyak kenangan yang indah bersama mereka, saya sampaikan terima kasih.

Para Guru Besar dan Teman Sejawat Para Spesialis Radiologi dan juga sub bagian Radioterapi FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, saya sampaikan terima kasih atas dukungan dan kerja sama selama ini.

Para Guru Besar dan teman sejawat Spesialis Anestesi dan Reanimasi FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, saya sampaikan terima kasih atas kerja sama dan dukungannya baik dalam pendidikan maupun dalam penanganan pasien-pasien Bedah Saraf.

Para Sejawat dan Staf Spesialis Rehabilitasi Medik FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, saya sampaikan terima kasih atas kerja samanya.

Para Guru Besar dan Sejawat Staf Bagian Patologi Anatomi FK Unair/RSUD Dr. Soetomo Saya sampaikan terima kasih atas kerja sama selama ini.

Kepada Prof. Dr. H. Askandar Tjokroprawiro, dr., Sp.PD.(K), sebagai salah seorang Guru Besar yang patut menjadi tauladan,


PIDATO GURU BESAR


��

saya sampaikan terima kasih atas dorongannya yang terus-menerus dalam karier saya.

Para Sejawat Spesialis lain yang bahu membahu membantu merawat pasien dengan baik, terima kasih.

Kepada yang sangat saya hormati mantan pasien-pasien saya yang memberikan kepercayaan penuh kepada saya untuk saya lakukan tindakan operasi maupun perawatan Bedah Saraf, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya semoga Allah swt. memberikan kesembuhan yang sebaik-baiknya.

Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua teman Sejawat di Departemen/SMF Bedah Saraf FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Dr. Agus Turchan, dr., Sp.BS. sebagai KPS; Dr. M. Arifin Parenrengi, dr., Sp.BS. sebagai SPS dan wakil Ketua Departemen/SMF dan dua orang staf yang sedang mengikuti S3 yaitu dr. Joni Wahyuhadi, Sp.BS. dan dr. Eko Agus Subagio, Sp.BS., juga kepada dr. Asra Al Fauzi, S.E., Sp.BS.; dr. Wihasto Suryaningtyas, Sp.BS.; dr Muhammad Ihsan Z. Tala, SpBS.; dr. Rahadian Indarto, Sp.BS., dan tim Sekertariat yang di pimpin oleh Dra. Retno Rifianti; Arief Rosidi; R. Endy Winardi, Lita Andari Willianti, SE, Elok Trisdianita, SKM., Karmiasih, M.Suri, mereka adalah staf yang sangat berpotensi dan bahu membahu bekerja untuk Departemen/SMF Bedah Saraf sehingga dapat membawa nama Almamater Universitas Airlangga dan RSUD Dr. Soetomo ke forum Internasional. Juga Dr. Muhamad Thohar Arifin, Ph.D. PA. serta seluruh peserta PPDS Bedah Saraf atas perannya dalam kegiatan pengukuhan saya dan tidak lupa kepada mantan sekertaris Lilik Andayani, SS., M.Si. dan dr. Gigih Pramono, Sp.BS. atas dukungannya dalam karier saya.

Guru-guru saya mulai tingkat SD Islam, di Donggala, Guru-Guru saya di SMPN II, dan SMAN II Surabaya, serta Dosen saya di FK Unair, di Pascasarjana Unair, yang tidak dapat satu persatu saya sebutkan, terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah swt.


PIDATO GURU BESAR


��

menjadikannya Amal Jariah yang terus berkembang sampai hari Kiamat.

Para perawat saraf, perawat bedah saraf, perawat kamar bedah, kamar bedah, IRD, perawat di semua rumah sakit di Surabaya dan Malang yang pernah bekerja sama tanpa pamrih dan sangat menyenangkan serta meninggalkan kesan yang dalam.

Para tenaga administrasi di Rumah Sakit Dr. Soetomo maupun di Fakultas Kedokteran Unair.

Para alumni Program Pendidikan Ilmu Bedah Saraf FK Unair saya sampaikan terima kasih atas kerja sama dan kerja keras anda dalam pengembangan Bedah Saraf Indonesia.

Teman-teman satu angkatan dalam pendidikan dokter FK Unair yang selama pendidikan banyak berkomunikasi dengan saya, saya sampaikan terima kasih.

Kepada yang tercinta kedua orang tua saya, Almarhum Aba, Husin bin Muhammad Bajamal dan Ibu Mariam Abdurahman Mahrus yang telah memberi kasih sayang, asuhan, pengayom serta pendidikan tentang nilai keimanan, selalu mengajarkan kesederhanaan, menghargai semua orang serta selalu tekun dan bekerja keras. Setiap kerberhasilan dalam jenjang karier saya sampai saat ini, terasa benar betapa besar peran dan sentuhan yang telah Aba dan Ibu berikan sebelumnya, terima kasih Aba dan Ibu, Jazakallohu khoirol Jaza.

Terima kasih yang sebesar-besarnya serta rasa hormat saya sampaikan kepada mertua saya, Abi, Abdullah Thalib dan ummik, Zohrah Thalib atas segala kasih sayang, perhatian, doa dan dukungan yang tiada hentinya kepada saya.

Kepada Istri tercinta Hayah Thalib, yang setia mendampingi saya, bersama putra-putri saya yang tercinta dr. Zaky Bajamal, Lutfi Bajamal, Zulfa Bajamal serta menantu saya dr. Muhammad Faris, Sp.BS., Fadilla Amudi, Haifa Bajamal, yang dengan kasih sayang dan penuh pengertian, dukungan, pengorbanan, kesabaran dan doa yang selalu dipanjatkan dengan ketulusan hati mengantarkan saya


PIDATO GURU BESAR


��

menjadi Guru Besar, Semoga Allah swt. menjadikan kita keluarga sakinah, mawaddah, warrohmah.

Kepada seluruh Panitia Pengukuhan Guru Besar yang diketuai oleh Dr. M. Zaim Chilmi, Sp.OT. dan wakilnya dr. Joni Wahyuhadi, Sp.BS., serta Tim Paduan Suara Universitas Airlangga dan seluruh pihak yang mendukung acara ini saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Akhir kata kepada seluruh hadirin yang saya hormati, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas perhatian dan kesabaran dalam mendengarkan pidato pengukuhan ini, mohon maaf apabila ada hal yang kurang berkenan. Semoga Allah swt. melimpahkan rahmat dan karunia-Nya bagi kita semua. Amin.

Alhamdulillahi rabbil alamin. Wallahu a'lam bissawaab

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


PIDATO GURU BESAR


��

DAFtAr PUStAkA

Amarenco, PJ. Bogousslavsky, LR. Caplan, GA. Donnan MG. 2009. "Classification of Stroke Subtypes." Cerebrovasc Dis, 27, pp. 493–501.

Goodrich, JT. 1994. "Landmarks in the History of Neurosurgery." In: Wilkins RH, Rengachary SS, ed. Principles of Neurosurgery. Singapore: Wolfe.

Hankey, GJ. 2005. Stroke Treatment and Prevention an Evidence-based Approach. New York: Cambridge University Press.

Hegde, T. 2005. Saratchandra P. "Evolution of Neurosurgical Technique." In: Ramamurthi R, Sridhar K, Vasudevan MC. ed. Textbook of Operative Neurosurgery. New Delhi: B.I. Publication Ltd.

Ingall, T. Asplund, K. Mahonen, M. Bonita, R. 2000. A Multinational Comparison of Subarachnoid Hemorrhage Epidemiology in the WHO MONICA Stroke Study. Stroke, 31; pp. 1054–1061.

Kowalski, RG. Claassen, J. Kreiter, KT. Bates, JE. Ostapkovich, ND. Connolly, ES. Mayer, SA. 2004. "Initial misdiagnosis and outcome after subarachnoid hemorrhage." JAMA, 291(7), pp. 866–9.

Listiono, LD. 1998. Ilmu Bedah Saraf Satyanegara 3rd Ed. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.

Misbach, J. 2007. "Pandangan Umum Mengenai Stroke." In: Rasyid A, Soertidewi R, ed. Unit Stroke Manajemen Stroke Secara Komprehensif. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Morreale, VM. Meissner, I. 1998. "Intracranial Aneurysms." In: Yanagihara T, Piepgras DG, Atkinson JLD. ed. Subarachnoid Hemorrhage Medical and Surgical Management. New York: Marcel Dekker Inc.

Padmosantjojo. RM, 2009. Sejarah Bedah Saraf Indonesia. Jakarta:Komunikasi pribadi.


PIDATO GURU BESAR


��

Polevaya, NV. Kalani, YS. Steinberg, GK. Tse, VCK. 2006. "The Transition from Hunterian Ligation to Intracranial Aneurysm Clips: a Historical Perspective." Neurosurg Focus, (6)20, pp. 1–7.

Tahalele, P. Hardjowijoto, S. Bajamal, AH. Kasan, U. Marmowinoto, RM. Gardjito, W. Marzoeki D. Wijayahadi, RY. Ed. 2006. "Basoeki Wirjowidjojo Perjalanan Dokter Bedah Tiga Zaman dokter adalah nurani bukan materi, jabatan atau pamrih." Surabaya: IKABI Cabang Surabaya.

Wilkins, RH. 1996. "History of Neurosurgery." In: Wilkins RH, Rengachary SS. ed. Neurosurgery. 2nd edition. New York:McGraw-Hill.

Wilson, SR. Hirsch, NP. and Appleby, I. 2005. "Management of subarachnoid haemorrhage in a non-neurosurgical centre." Anaesthesia, 60, pp. 470–485.


PIDATO GURU BESAR



PIDATO GURU BESAR


��

rIWAyAt HIDUP

DAtA PrIBADI

Nama Lengkap : Prof. Dr. H. Abdul Hafid Bajamal, dr., Sp.BS

NIP : 19490408 197603 1 001Tempat/Tanggal Lahir : Donggala, 8 April 1949Agama : IslamPekerjaan : Ketua Departemen/SMF Bedah Saraf

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya

Pangkat/Golongan : Pembina (IV/a)Jabatan Fungsional : Guru BesarStatus Perkawinan : KawinNama Istri : Hayah ThalibJumlah Anak : 3 (tiga)Nama Anak : 1. dr. Zaki Bajamal 2. Lutfi Bajamal 3. Zulfa Bajamal

rIWAyAt PenDIDIkAn

Pendidikan Dasar dan Menengah

1961 : Tamat Sekolah Dasar Negeri Bubutan I Surabaya 1964 : Tamat Sekolah Menengah Pertama Negeri II Surabaya1967 : Tamat Sekolah Menengah Atas Negeri II Surabaya


PIDATO GURU BESAR


��

Pendidikan tinggi

1974 : Lulus Dokter di Fakultas Kedokteran Unair1983 : Lulus Spesialis Bedah Saraf di Catholic University

Nijmegen – Netherland2000 : Lulus Doktor Ilmu Kedokteran Program Pascasarjana

Universitas Airlangga Surabaya2004 : Lulus Magister International, Diploma In Neurovascular

Diseases - University Paris XI- Chiangmay – Thailand

Pendidikan tambahan

1977 : Pendidikan Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Unair/RSUD Dr. Soetomo Surabaya

1979 : Pendidikan Bedah Dasar Fakultas Kedokteran Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya

1980–1981 : Training Bedah Mikro, Univ. Katholik Nijmegen, Belanda

1981 : Kursus Bedah Mikro, Amsterdam-Belanda1982 : Kursus Skull Base Surgery, Brussels-Belgia1982–1983 : Kursus Akupuntur, Ikatan Ahli Akupuntur Belanda-

Nederland1982 : Kursus Cerebello Pontine Angle Tumor, Stegliz,

Berlin-Jerman1989 : Kursus Optek Encephalocele, Chulalangkorn Hospital,

Bangkok 1990 : Training/Orientasi Bedah Saraf Anak, Texas Children

Hospital Houston-U.S.A1992 : Kursus Bedah Stereotaksis, Singapore1993 : Kursus Skull Base Tumor Surgery, Singapore1997 : Pelatihan Advanced Trauma Life Support1998 : Training Spinal Surgery, Perth Australia2003 : Training Neurovascular, Fujita Health University,

Toyoake, Jepang


PIDATO GURU BESAR


��

2009 : Kursus Bypass Surgery, Nagoya, Japan2009 : Kursus Endovascular Surgery, Nagoya, Japan

rIWAyAt kePAngkAtAn

1976 : Mulai bekerja pada Fakultas Kedokteran Unair, diangkat sebagai calon Pegawai Negeri

1977 : Diangkat menjadi Pegawai Negeri dengan pangkat Penata Muda/Asisten Ahli Madya (III/a)

1978 : Penata Muda Tk. I (III/b)1986 : Penata (III/c)1990 : Penata Tk. I (III/d)1996 : Pembina (IV/a)2008 : Guru Besar Ilmu Bedah Saraf

rIWAyAt PekerJAAn

1983–1996 : Staf Senior Lab. Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Unair UPF Bedah Saraf RSUD Dr. Soetomo Surabaya

1983–sekarang : Konsultan Bedah Saraf RSUD Dr. Soetomo Surabaya

1990–sekarang : Anggota Biro Pra-sarjana Lab. Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Unair

1990 –1996 : Sekretaris Program Studi Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Unair/RSUD Dr. Soetomo Surabaya

1996–2008 : Ketua Program Studi Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Unair/RSUD Dr. Soetomo Surabaya

2007–sekarang : Ketua Departemen/SMF Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Unair/RSUD Dr. Soetomo Surabaya


PIDATO GURU BESAR


��

orgAnISASI

nasional

– Anggota Ikatan Dokter Indonesia– Anggota IKABI– Anggota PERSPEBSI

Internasional

– Anggota World Federation of Neurosurgical Societies– Anggota Asian Neurosurgical Association– Anggota Asian Surgical Association– Anggota Spine Committee, World Federation Neurosurgery – Anggota AOSpine

PUBLIkASI

A. kontribusi

1. Buku Pedoman Diagnosa dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Unair/RSUD Dr. Soetomo Surabaya

2. Buku Pedoman Penanganan Cedera Kepala dan Tulang Belakang

3. Text Book Ilmu Bedah4. Buku Guide Line Neuro Trauma5. Ketua Redaksi Majalah Bedah Saraf (MBS)6. Tim Penyusun Buku Perjalanan Dokter Bedah Tiga Zaman

B. karya Ilmiah

1. Oligodendroglioma. (Tinjauan Kepustakaan & Laporan Kasus). 2. Khoriokarsinoma Metastase ke Otak (Tinjauan Kepustakaan &

Laporan Kasus). 3. Adenoma Hipofise Suatu Tinjauan Umum (Tinjauan

Kepustakaan & Laporan Kasus).


PIDATO GURU BESAR


��

4. Epilepsi Pasca-trauma. (Tinjauan Kepustakaan & Laporan Kasus).

5. Lesi Saraf Perifer (Tinjauan Kepustakaan & Laporan Kasus). 6. Haematoma Intraserebral Traumatika (Tinjauan Kepustakaan

& Laporan Kasus). 7. Temozolamide Peroral Memperpanjang "Survival Rate" Pasien

Glioma Maligna (Laporan Kasus). MBS Vol. 1 No. 2 Juni 2003. 8. Penanganan Dini Perdarahan Subarachnoid (artikel khusus)

MBS Vol. 1 No. 2 Juni 2003. 9. Kultur Sel Otak (Telaah Pustaka); Khairul Ihsan N, Wihasto

Suryaningtyas, Abdul Hafid. MBS Vol. II No. 3 Oktober 2004. 10. Head Injury in Pregnancy "Review and Case Report" (Laporan

Kasus); Asra Al Fauzi, Abdul Hafid. MBS Vol. IV No. 1 Januari 2006.

11. Terapi Nyeri Kepala pada Pasien Cedera Kepala Ringan (Penelitian) Hera Prasetya, Abdul Hafid. MBS Vol. IV No. 2 September 2006.

C. Pembimbing karya Akhir

1. Anterior Disektomi pada HNP Servikal (M. Taufik, 1993). 2. Liquorrhea Traumatika pada Fraktura Basis Cranii (Farhad

Bal'afif, 1994). 3. Ilmu Bedah Dasar sebagai Dasar dalam Pendidikan Dokter

Spesialis Bedah Saraf (Farhad Bal'afif, 1994). 4. Cushing Ulcer (Joni Wahyuhadi, 1994). 5. Pembedahan Ensefalokel Fronto Ethmoid (M. Arifin, 1995). 6. Tukak Stress pada penderita Bedah Saraf (Joni Wahyuhadi,

1996). 7. Penanganan Cidera Saraf Tepi Akut (Mahmud, 1997). 8. Tinjauan Diagnosis & Operasi HNP Servical (Joni Wahyuhadi,

1997). 9. Pengaruh Hipotensi pada Cedera Kepala Berat (Iwan Kristian,

1998).


PIDATO GURU BESAR


��

10. Peranan Trauma Skor dalam Memperkirakan Kesudahan pada Cidera Kepala (Nasrullah, 1999).

11. Glioma Pons (Eko Agus Subagyo, 1999). 12. Post Shunting Evaluation in Hidrocephalus Patient in Dr.

Soetomo General Hospital 1994–1998 (Mahmud, 2000). 13. Management of Intracranial Tuberculomas (Agus Chairul Anab,

2005). 14. Penatalaksanaan Perdarahan Subdural Akut Tipis pada

Penderita Cedera Otak Berat (Khamim Thohari, 2006). 15. Perbandingan Efek Analgetika antara Paracetamol 650 mg

Suppositoria dengan Ketoprofen 100 Suppositoria terhadap Nyeri Kepala pada Cedera Otak Ringan (Hera Prasetya, 2005).

16. Anatomi Korelatif Arteri Karotis Interna (Made Agus Mahendra I., 2005).

17. Perubahan Status Gizi Pasien Cidera Otak di RSU Dr. Soetomo Surabaya (Perbandingan Sensitivitas dan Spesifikasi Lingkar Lengan Atas, Tebal Lemak Subkutan Trisep, Lingkar Otot Lengan atas dengan Indeks Massa Tubuh sebagai Baku Emas (Achmad Zuhro Ma'ruf, 2006).

18. Can Head CT Scan Help to Predict the Outcome of Severe Traumatic Brain Injury (Mahyudanil, 2005).

19. Is Acute Epidural Hematoma Just a Simple Case? (Mahyudanil, 2004).

20. Management Akut Stroke Perdarahan untuk Dokter Umum (Mahyudanil, 2006).

21. Pituitary Tumors Case Report and Literature Reviews (Erliano S., 2005).

22. Treatment of Intraventricular Hemorrhage by Intraventricular Fibrinolytic Agent: Basic Principles and Technical Note (Erliano S, 2007).

23. Head Injury in Pregnancy review and Case Reports (Asra Al Fauzi, 2005).


PIDATO GURU BESAR


��

24. The Use of Mannitol in the Treatment of Head Injury (Pembimbing Penelitian dr. Asra Al Fauzi, 2004).

25. Perbandingan Prognosis Pembedahan Satu Tahap dan Dua Tahap pada Pasien Cedera Otak Sedang dengan Lesi Bilateral Supratentorial Hematom Epidural (Evacuated Mass) dan Hematom Intra Serebral (No Evacuated Mass) Studi Cohort Retrospektif (Mahyudanil, 2007).

26. Kompetensi Minimal yang Dibutuhkan oleh Spesialis Bedah Saraf Indonesia Menyongsong Peralihan dari Kurikulum Berbasis Waktu Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi (Gigih Pramono, 2006).

27. Post traumatic Frontal Sinus Mucocele with Massive Skull Destruction "Post Traumatic Mucocele" (M. Ihsan Z. Tala, 2007).

28. Head Injury in Pregnancy (Muhammad Faris, 2007). 29. Intracranial Extra Skeletal Myxoid Chondosarkoma

(Muhammad Faris, 2007). 30. Cidera Kepala pada Petinju (Khairul Ihsan, 2004). 31. Cavernoma Supratentorial (Khairul Ihsan N., 2003). 32. Operasi Dekompresi dan Evakuasi Hematom Subdural Akut

Tipis pada Cedera Kepala Berat (Rahmat Andi Hartanto, 2003). 33. Penatalaksanaan Kejang pada Fase Awal Cidera Kepala

(Achmad Fauzi, 1997). 34. Glioma Pons (Eko Agus Subagio, 1999). 35. Hematoma Epidural pada Temporo Basal (Eko Prasetyo, 1989). 36. The Cysto Peritonial Shunt for Syringomyelia (John Hards P.,

1993). 37. Dapatkah Tracheostomi Menggantikan Intubasi Endotracheal

pada Penatalaksanaan Penderita Cedera Otak Berat (Khamim Thohari, 2004).

38. Pembedahan Encephalocele Frontoethmoidal – Penelitian (M. Arifin P., 1995).

39. Anterior Disectomi pada HNP cervical (M. Taufik Ramli, 1993).


PIDATO GURU BESAR


��

40. Peranan Trauma Skor dalam Memperkirakan Kesudahan pada Cedera Kepala (Nasrullah, 1999).

41. Failed Back Surgery Syndrome (Roslan Yusni, 2000). 42. Pemakaian Bahan Trombolitik pada Stroke Iskemik (Ananda

Haris, 2002). 43. Evaluasi Pertumbuhan Tulang Autograft Kranioplasti setelah

Penyimpanan Subgalea (Eko Agus Subagio, 2002). 44. Brain Cell Culture (Asra Al Fauzi, 2003). 45. Neurofibromatosis Type 2 (Rahadian Indarto S, 2003). 46. Gene Therapy in Brain Tumor (Mahyudanil, 2003). D. Pembicara

1. Kongres Nasional Keenam Ikatan Ahli Bedah Indonesia (Ikatan Ahli Bedah Indonesia), 1978.

2. "Biennial Meeting" (Perhimpunan Neurologi-Psikiatri-Neurochirurgi), 1978.

3. A Course on Microsurgery (Airlangga University Surabaya and Brawijaya University Malang), 1985.

4. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) Ke-XI Ilmu Bedah (Ikatan Ahli Bedah Cabang Surabaya Bekerja Sama dengan Lab/UPF Ilmu Bedah FK Unair/RSUD Dr. Soetomo Surabaya), 1989.

5. Pertemuan Ilmiah Tahunan VII Ikatan Ahli Bedah Indonesia Yogyakarta (Ikatan Ahli Bedah Indonesia), 1991.

6. Kongres Nasional-III Ikatan Dokter Spesialis Anestesiologi Indonesia (Ikatan Dokter Anestesiologi Indonesia), 1992.

7. Simposium Trauma Susunan Saraf (Pertemuan Nasional Dwi Warsa III Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia), 1994.

8. Simposium Stroke, Cedera Kepala dan Tulang Punggung (Perhimpunan Kedokteran Gawat Darurat Indonesia Cabang Kalimantan Selatan dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Kalimantan Selatan), 1995.


PIDATO GURU BESAR


��

9. Simposium Pathophysiology of Secondary Neural Injury (Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia), 1996.

10. The 2nd Multitrauma Update (Joint Committee of Indonesian Neurosurgery Society and Indonesian Surgery Society), 2003.

11. National Surgical Update II (Lab/SMF Ilmu Bedah FK Unair - RSUD. Dr. Soetomo Surabaya), 2003.

12. Clinical Aproach and Management in Traumatology (RSPS), 2003.

13. Prevention & Treatment of Sport Injuries (RSPS), 2004. 14. Update on Lumbar Spine Management (RS. Pantai Indah

Kapuk, Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia dan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia), 2004.

15. The 5th Asian Conference of Neurological Surgeons (Indonesian Society of Neurological Surgeon), 2004.

16. 3rd Symposium Life Support and Critical Care Update on Emergency Medicine and Critical Care Medicine (Ikatan Dokter Spesialis Anestesiologi Indonesia), 2005.

17. 2nd Symposium of Indonesian Spine Society (IDI Jawa Timur), 2005.

18. Muktamar Nasional III PERSPEBSI - Yogyakarta - 2005. 19. Update on Neuroemergency-Neurosurgery (Medical Faculty

University Pelita Harapan), 2006. 20. Advance Approaches to Cervical Disorders, Neurosurgical

Symposium (Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia dan RS Pantai Indah Kapuk), 2006.

21. 2nd National Meeting on Indonesian Association of Neurooncology School of Medicine Airlangga University, Surabaya (RSUD Dr. Soetomo), 2007.

22. Seminar sehari Kesehatan TNI AL, Traumatology Update & Hyperbaric Oxygen Therapy in Clinical Application (Dinkes TNI AL), 2007.


PIDATO GURU BESAR


�0

23. Functional & Minimally Invasive NEUROSURGERY SYMPOSIUM (Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia), 2007.

24. PIT PERPEBSI Makassar, 2007. 25. Scientific Seminar "Growing Older with Adi Husada" (Adi

Husada Foundation), 2007. 26. ACNS Meeting, Nagoya, 2007. 27. Stroke and Neuro Imaging Update - Makassar 2007. 28. 434th Shinsu Neurosurgical Seminar (Shinsu University,

Department of Neurosurgery, Japan), 2009. 29. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) MUKISI (Majelis Syuro Upaya

Kesehatan Islam Seluruh Indonesia) 2009. 30. Join Meeting 3rd Congress Association of Southeast Asian

Pain Societies and Neurophatic Pain Special Interest Group (Indonesian Pain Society), 2009.

31. Dutch Foundation for Post Graduate Medical Courses in Indonesia "Vascular Medicine", (RSUD Dr. Soetomo Surabaya) 2008.

32. Indian Spine Society Meeting-Kodaikanal, 2009. 33. Advanced Asean Radiology Meeting. Bali, 2009.


PIDATO GURU BESAR


Stroke Perdarahan Sub-arakhnoidrepository.unair.ac.id/40101/1/gdlhub-gdl-grey-2016-bajamalabd... ·...

Documents

Transcript of Stroke Perdarahan Sub-arakhnoidrepository.unair.ac.id/40101/1/gdlhub-gdl-grey-2016-bajamalabd... ·...