Stratigrafi Regional Kulon Progoooo

27
Stratigrafi Regional Pegunungan Kulon Progo Berdasarkan stratigrafi regional rangkaian Pegunungan Kulon Progo, dimulai dari yang paling tua sampai yang paling muda. Menurut Van Bemmelen adalah sebagai berikut : 1. Formasi Nanggulan Formasi Nanggulan menempati daerah dengan morfologi perbukitan bergelombang rendah hingga menengah dengan tersebar merata di daerah Nanggulan (bagian timur Pegunungan Kulon Progo). Secara setempat formasi ini juga dijumpai di daerah Sermo, Gandul, dan Kokap yang berupa lensa-lensa atau blok xenolit dalam batuan beku andesit. Formasi Nanggulan mempunyai tipe lokasi di daerah Kalisongo, Nanggulan. Van Bemmelen menjelaskan bahwa formasi ini merupakan batuan tertua di Pegunungan Kulon Progo dengan lingkungan pengendapannya adalah litoral pada fase genang laut. Litologi penyusunnya terdiri- dari batupasir dengan sisipan lignit, napal pasiran, batulempung dengan konkresi limonit, sisipan napal dan batugamping, batupasir, tuf kaya akan foraminifera dan moluska, diperkirakan ketebalannya 350 m. Wilayah tipe formasi ini tersusun oleh endapan laut dangkal, batupasir, serpih, dan perselingan napal dan lignit. Berdasarkan atas studi Foraminifera planktonik, maka Formasi Nanggulan ini mempunyai kisaran umur antara Eosen Tengah sampai Oligosen.

description

nb,vhhcgbcn

Transcript of Stratigrafi Regional Kulon Progoooo

Page 1: Stratigrafi Regional Kulon Progoooo

Stratigrafi Regional Pegunungan Kulon Progo 

Berdasarkan stratigrafi regional rangkaian Pegunungan Kulon Progo, dimulai

dari yang paling tua sampai yang paling muda. Menurut Van Bemmelen

adalah sebagai berikut :

1.    Formasi Nanggulan

Formasi Nanggulan menempati daerah dengan morfologi perbukitan

bergelombang rendah hingga menengah dengan tersebar merata di daerah

Nanggulan (bagian timur Pegunungan Kulon Progo). Secara setempat formasi

ini juga dijumpai di daerah Sermo, Gandul, dan Kokap yang berupa lensa-

lensa atau blok xenolit dalam batuan beku andesit.

Formasi Nanggulan mempunyai tipe lokasi di daerah Kalisongo, Nanggulan.

Van Bemmelen menjelaskan bahwa formasi ini merupakan batuan tertua

di Pegunungan Kulon Progo dengan lingkungan pengendapannya adalah

litoral pada fase genang laut. Litologi penyusunnya terdiri-dari batupasir

dengan sisipan lignit, napal pasiran, batulempung dengan konkresi limonit,

sisipan napal dan batugamping, batupasir, tuf kaya akan foraminifera dan

moluska, diperkirakan ketebalannya 350 m. Wilayah tipe formasi ini

tersusun oleh endapan laut dangkal, batupasir, serpih, dan perselingan napal

dan lignit. Berdasarkan atas studi Foraminifera planktonik, maka Formasi

Nanggulan ini mempunyai kisaran umur antara Eosen Tengah sampai

Oligosen.

Formasi ini tersingkap di bagian timur Kulon Progo, di daerah Sungai Progo

dan Sungai Puru. Formasi ini terbagi menjadi 3, yaitu :

a.    Axinea Beds

Axinea beds, yaitu formasi yang terletak paling bawah dengan ketebalan 40

meter, merupakan tipe endapan laut dangkal yang terdiri-dari batupasir,

serpih dengan perselingan napal dan lignit yang semuanya berfasies

litoral. Axinea beds ini banyak mengandung fosil Pelecypoda.

b.    Yogyakarta Beds

Page 2: Stratigrafi Regional Kulon Progoooo

Yogyakarta beds, yaitu formasi yang terendapkan secara selaras di

atas Axinea beds dengan ketebalan 60 meter. Formasi ini terdiri-dari napal

pasiran berselang-seling dengan batupasir dan batulempung yang

mengandung Nummulites djogjakartae.

c.    Discocyclina Beds

Discocyclina Beds, yaitu formasi yang diendapkan secara selaras di

atas Yogyakarta beds dengan ketebalan 200 meter. Formasi ini terdiri-dari

napal dan batugamping berselingan dengan batupasir dan serpih. Semakin ke

atas bagian ini berkembang kandungan Foraminifera planktonik yang

melimpah (Suryanto dan Roskamil, 1975)

2.    Formasi Andesit Tua

Formasi ini diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Nanggulan.

Litologinya berupa breksi volkanik dengan fragmen andesit, lapilli tuf, tuf,

lapili breksi, sisipan aliran lava andesit, aglomerat, serta batupasir volkanik

yang tersingkap di daerah Kulon Progo.

Formasi ini tersingkap baik di bagian tengah, utara, dan barat daya daerah

Kulon Progo yang membentuk morfologi pegunungan bergelombang sedang

hingga terjal. Ketebalan formasi ini kira-kira mencapai 600 m. Berdasarkan

fosil Foraminifera planktonik yang dijumpai dalam napal dapat ditentukan

umur Formasi Andesit Tua yaitu Oligosen Atas.

3.    Formasi Jonggrangan

Di atas Formasi Andesit Tua diendapkan Formasi Jonggrangan secara

tidak selaras. Formasi ini secara umum, bagian bawah terdiri-dari

konglomerat, napal tufan, dan batupasir gampingan dengan kandungan

moluska serta batulempung dengan sisipan lignit. Di bagian atas,

komposisi formasi ini berupa batugamping berlapis dan batugamping

koral. Morfologi yang terbentuk dari batuan penyusun formasi ini

berupa pegunungan dan perbukitan kerucut dan tersebar di bagian

utara Pegunungan Kulon Progo. Ketebalan batuan penyusun formasi ini

250 -400 meter dan berumur Miosen Bawah – Miosen Tengah.

Page 3: Stratigrafi Regional Kulon Progoooo

Formasi ini dianggap berumur Miosen Bawah dan di bagian bawah

berjemari-jemari dengan bagian bawah Formasi Sentolo (Pringgo

Praworo, 1968:7).

4.    Formasi Sentolo

Di atas Formasi Andesit Tua, selain Formasi Jonggrangan, diendapkan juga

secara tidak selaras Formasi Sentolo. Hubungan Formasi Sentolo dengan

Formasi Jonggrangan adalah menjari. Foramasi Sentolo terdiri-dari

batugamping dan batupasir napalan. Bagian bawah terdiri-dari konglomerat

yang ditumpuki oleh napal tufan dengan sisipan tuf kaca. Batuan ini ke arah

atas berangsur-angsur berubah menjadi batugamping berlapis bagus yang

kaya akan Foraminifera. Ketebalan formasi ini sekitar 950 m.

5.    Endapan Aluvial dan Gugus Pasir

Endapan Aluvial ini terdiri-dari kerakal, pasir, lanau, dan lempung sepanjang

sungai yang besar dan dataran pantai. Aluvial sungai berdampingan dengan

aluvial rombakan batuan vuokanik. Gugus Pasir sepanjang pantai telah

dipelajari sebagai sumber besi.

Geomorfologi Regional Pegunungan Kulon Progo

Menurut Van Bemmelen (1949, hlm. 596), Pegunungan Kulon Progo

dilukiskan sebagai dome besar dengan bagian puncak datar dan sayap-sayap

curam, dikenal sebagai “Oblong Dome”. Dome ini mempunyai arah utara

timur laut – selatan barat daya dan diameter pendek 15 – 20 km dengan arah

barat laut – timur tenggara.

 

Gambar 1.

Page 4: Stratigrafi Regional Kulon Progoooo

Sketsa Fisografi Jawa (Van Bemmmelen, 1949) dan Citraan Landsat (SRTM

NASA, 2004).

Di bagian utara dan timur, komplek pegunungan ini dibatasi oleh Lembah

Progo, di bagian selatan dan barat dibatasi oleh dataran pantai Jawa Tengah.

Sedangkan di bagian barat laut pegunungan ini berhubungan dengan deretan

Pegunungan Serayu.

Inti dari dome ini terdiri-dari 3 gunung api andesit tua yang sekarang telah

tererosi cukup dalam, sehingga di beberapa bagian bekas dapur magmanya

telah tersingkap. Gunung Gajah yang terletak di bagian tengah dome tersebut,

merupakan gunungapi tertua yang menghasilkan andesit hiperstein augit

basaltik. Gunungapi yang kemudian terbentuk yaitu Gunungapi Ijo yang

terletak di bagian selatan. Kegiatan Gunungapi Ijo ini menghasilkan andesit

piroksen basaltik, kemudian andesit augit hornblende, sedang pada tahap

terakhir adalah intrusi dasit pada bagian inti. Setelah kegiatan Gunung Gajah

berhenti dan mengalami denudasi, di bagian utara mulai terbentuk Gunung

Menoreh, yang merupakan gunung terakhir pada komplek Pegunungan

Kulon Progo. Kegiatan Gunung Menoreh mula-mula menghasilkan andesit

augit hornblende, kemudian menghasilkan dasit dan yang terakhir yaitu

andesit.

Dome Kulon Progo ini mempunyai puncak yang datar. Bagian puncak yang

datar ini dikenal sebagai “Jonggrangan Platoe“ yang tertutup oleh

batugamping koral dan napal dengan memberikan kenampakan topografi

karst. Topografi ini dijumpai di sekitar Desa Jonggrangan, sehingga litologi di

daerah tersebut dikenal sebagai Formasi Jonggrangan.

Pannekoek (1939), vide (Van Bammelen, 1949, hlm. 601) mengatakan bahwa

sisi utara dari Pegunungan Kulon Progo tersebut telah terpotong oleh gawir-

gawir sehingga di bagian ini banyak yang hancur, yang akhirnya tertimbun di

bawah aluvial Magelang.

 

Page 5: Stratigrafi Regional Kulon Progoooo

Struktur Geologi Regional Kulon Progo

Seperti yang sudah dibahas pada geomorfologi regional, Pegunungan Kulon

Progo oleh Van Bemmelen (1949, hlm. 596) dilukiskan sebagai kubah besar

memanjang ke arah barat daya – timur laut sepanjang 32 km, dan melebar ke

arah tenggara – barat laut selebar 15 – 20 km. Pada kaki-kaki pegunungan di

sekeliling kubah tersebut banyak dijumpai sesar-sesar yang membentuk pola

radial.

 

Gambar 2.

Skema blok diagram dome Pegunungan Kulon Progo yang digambarkan Van

Bemmelen (1945, hlm. 596).

Pada kaki selatan Gunung Menoreh dijumpai adanya sinklinal dan sebuah

sesar dengan arah barat – timur yang memisahkan Gunung Menoreh dengan

Gunung Ijo serta pada sekitar zona sesar.

http://wachidgeologist.wordpress.com/

geologi regional kulon progo

GEOLOGI REGIONAL

II.1. Geomorfologi Regional

Page 6: Stratigrafi Regional Kulon Progoooo

        Menurut penelitian Van Bemmelen (1948), secara fisiografis Jawa

Tengah dibagi menjadi 3 zona, yaitu        :

1.      Zona Jawa Tengah bagian utara yang merupakan Zona Lipatan

2.      Zona Jawa Tengah bagian tengah yang merupakan Zona Depresi

3.      Zona Jawa Tengah bagian selatan yang merupakan Zona Plato

        Berdasarkan letaknya, Kulon Progo merupakan bagian dari zona Jawa

Tengah bagian selatan maka daerah Kulon Progo merupakan salah satu plato

yang sangat luas yang terkenal dengan nama Plato Jonggrangan (Van

Bemellen, 1948). Daerah ini merupakan daerah upliftyang

memebentuk dome yang luas. Dome tersebut relatif berbentuk persegi

panjang dengan panjang sekitar 32 km yang melintang dari arah

utara - selatan, sedangkan lebarnya sekitar 20 km pada arah barat - timur.

Oleh Van Bemellen Dome tersebut diberi nama Oblong Dome.

        Berdasarkan relief dan genesanya, wilayah kabupaten Kulon Progo

dibagi menjadi beberapa satuan geomorfologi antara lain, yaitu           :

A.                Satuan Pegunungan Kulon Progo

Satuan pegunungan Kulon Progo mempunyai ketinggian berkisar antara

100 – 1200 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan lereng sebesar

150 – 160. Satuan Pegunungan Kulon Progo penyebarannya memanjang dari

utara ke selatan dan menempati bagian barat wilayah Daerah Istimewa

Yogyakarta, meliputi kecamatan Kokap, Girimulyo dan Samigaluh. Daerah

pegunungan Kulon Progo ini sebagian besar digunakan sebagai kebun

campuran, permukiman, sawah dan tegalan.

B.                 Satuan Perbukitan Sentolo

Satuan perbukitan Sentolo ini mempunyai penyebaran yang

sempit dan terpotong oleh kali Progo yang memisahkan wilayah Kabupaten

Kulon Progo dan Kabupaten Bantul. Ketinggiannya berkisar antara 50 – 150

meter diatas permukaan air laut dengan besar kelerengan rata – rata 15  0. Di

wilayah ini, satuan perbukitan Sentolo meliputi daerah Kecamatan Pengasih

dan Sentolo.

C.                 Satuan Teras Progo

Page 7: Stratigrafi Regional Kulon Progoooo

Satuan teras Progo terletak disebelah utara satuan perbukitan Sentolo

dan disebelah timur satuan Pegunungan Kulon Progo, meliputi kecamatan

Nanggulan dan Kali Bawang, terutama di wilayah tepi Kulon Progo

D.                Satuan Dataran Alluvial

Satuan dataran alluvial penyebarannya memanjang dari barat ke timur,

daerahnya meliputi kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur dan sebagian

Lendah. Daerahnya relatif landai sehingga sebagian besar diperuntukkan

untuk pemukiman dan lahan persawahan.

E.                 Satuan Dataran Pantai

a.                   Subsatuan Gumuk Pasir

Subsatuan gumuk pasir ini memiliki penyebaran di sepanjang pantai

selatan Yogyakarta, yaitu pantai Glagah dan Congot. Sungai yang bermuara di

pantai selatan ini adalah kali Serang dan kali Progo yang membawa material

berukuran besar dari hulu. Akibat dari proses pengangkutan dan pengikisan,

batuan tersebut menjadi batuan berukuran pasir. Akibat dari gelombang laut

dan aktivitas angin, material tersebut diendapkan di dataran pantai

dan membentuk gumuk – gumuk pasir.

b.                  Subsatuan Dataran Alluvial Pantai

Subsatuan dataran alluvial pantai terletak di sebelah utara subsatuan

gumuk pasir yang tersusun oleh material berukuran pasir halus yang berasal

dari subsatuan gumuk pasir oleh kegiatan angin. Pada subsatuan ini tidak

dijumpai gumuk - gumuk pasir sehingga digunakan untuk persawahan dan

pemukiman penduduk.

II.2. Stratigrafi Regional

Menurut Sujanto dan Ruskamil (1975) daerah Kulon Progo merupakan

tinggian yang dibatasi oleh tinggian dan rendahan Kebumen di bagian barat

dan Yogyakarta di bagian timur, yang didasarkan pada

pembagian tektofisiografi wilayah Jawa Tengah bagian selatan. Yang

mencirikan tinggian Kulon Progo yaitu banyaknya gunung api purba yang

Page 8: Stratigrafi Regional Kulon Progoooo

timbul dan tumbuh di atas batuan paleogen, dan ditutupi oleh batuan

karbonat dan napal yang berumur neogen.

Dalam stratigrafi regional mengenai daerah fieldtrip, dibahas umur batuan

berdasarkan batuan penyusunnya, untuk itu perlu diketahui sistem umur

batuan penyusun tersebut. Sistem tersebut antara lain    :

1.      Sistem eosen

Batuan yang menyusun sistem ini adalah batu pasir, lempung, napal,

napal pasiran, batu gamping, serta banyak kandungan fosil foraminifera

maupun moluska. Sistem eosen ini disebut “Nanggulan group”. Tipe dari

sistem ini misalnya di desa Kalisongo, Nanggulan Kulon Progo, yang secara

keseluruhannya tebalnya mencapai 300 m. Tipe ini dibagi lagi menjadi empat

yaitu “Yogyakarta beds”, “Discoclyina”, “Axiena Beds” dan Napal Globirena,

yang masing - masing sistem ini tersusun oleh batu pasir, napal, napal

pasiran, lignit dan lempung. Di sebelah timur ”Nanggulan group” ini

berkembang facies gamping yang kemudian dikenal sebagai gamping eosen

yang mengandung fosil foraminifera, colenterata, dan moluska

2.      Sistem oligosen – miosen

Sistem oligosen – miosen terjadi ketika kegiatan vulkanisme yang

memuncak dari Gunung Menoreh, Gunung Gadjah, dan Gunung Ijo yang

berupa letusan dan dikeluarkannya material – material piroklastik dari kecil

sampai balok yang berdiameter lebih dari 2 meter. Kemudian material ini

disebut formasi andesit tua, karena material vulkanik tersebut bersifat

andesitik, dan terbentuk sebagai lava andesit dan tuff andesit. Sedang pada

sistem eosen, diendapkan pada lingkungan laut dekat pantai yang kemudian

mengalami pengangkatan dan perlipatan yang dilanjutkan dengan

penyusutan air laut. Bila dari hal tersebut, maka sistem oligosen –

miosen dengan formasi andesit tuanya tidak selaras dengan

sistem eosen yang ada dibawahnya. Diperkirakan ketebalan istem ini 600 m.

Formasi andesit tua ini membentuk daerah perbukitan dengan puncak –

puncak miring.

3.      Sistem miosen

Page 9: Stratigrafi Regional Kulon Progoooo

Setelah pengendapan formasi andesit tua daerah ini mengalami

penggenangan air laut, sehingga formasi ini ditutupi oleh formasi yang lebih

muda secara tidak selaras. Fase pengendapan ini berkembang dengan batuan

penyusunnya terdiri dari batu gamping reef, napal, tuff breksi, batu pasir,

batu gamping globirena dan lignit yang kemudian disebut formasi

jonggrangan, selain itu juga berkembang formasi sentolo yang formasinya

terdiri dari batu gamping, napal dan batu gamping konglomeratan. Formasi

Sentolo sering dijumpai kedudukannya diatas formasi Jonggrangan. Formasi

Jonggrangan dan formasi Sentolo sama – sama banyak mengandung fosil

foraminifera yang beumur burdigalian – miosen. Formasi – formasi tersebut

memilik ipersebaran yang luas dan pada umumnya membentuk daerah

perbukitan dengan puncak yang relative bulat. Diakhir kala pleistosen daerah

ini mengalami pengangkatan dan pada kuarter terbentuk endapan fluviatil

dan vulkanik dimana pembentukan tersebut berlangsung terus – menerus

hingga sekarang yang letaknya tidak selaras diatas formasi yang terbentuk

sebelumnya.

                        

Berdasarkan system umur yang ditentukan oleh penyusun batuan stratigrafi

regional menurut Wartono Rahardjo dkk(1977), Wirahadikusumah (1989),

dan Mac Donald dan partners (1984), daerah penelitian dapat dibagi menjadi

4 formasi, yaitu :

a.       Formasi Nanggulan

Formasi Nanggulan mempunyai penyusun yang terdiri dari batu pasir,

sisipan lignit, napal pasiran dan batu lempungan dengan konkresi limonit,

batu gamping dan tuff, kaya akan fosil foraminifera dan moluska dengan

ketebalan 300 m. berdasarkan penelitian tentang umur batuannya didapat

umur formasi nanggulan sekitar eosen tengah sampai oligosen atas. Formasi

ini tersingkap di daerah Kali Puru dan Kali Sogo di bagian timur Kali Progo.

Formasin Nanggulan dibagi menjadi 3, yait

1.      Axinea Beds

Page 10: Stratigrafi Regional Kulon Progoooo

Formasi paling bawah dengan ketebalan lapisan sekitar 40 m, terdiri dari

abut pasir, dan batu lempung dengan sisipan lignit yang semuanya berfasies

litoral, axiena bed ini memiliki banyak fosil pelecypoda.

2.      Yogyakarta beds

Formasi yang berada di atas axiena beds ini diendapkan secara selaras

denagn ketebalan sekitar 60 m. terdiri dari batu lempung ynag mengkonkresi

nodule, napal, batu lempung, dan batu pasir. Yogyakarta beds mengandung

banyak fosil poraminifera besar dan gastropoda.

3.      Discocyclina beds

Formasi paling atas ini juga diendapkan secara selaras diatas Yogyakarta

beds denagn ketebalan sekitar 200m. Terdiri dari  batu napal yang

terinteklasi dengan batu gamping dan tuff vulakanik, kemudian terinterklasi

lagi dnegan batuan arkose. Fosil yang terdapat pada discocyclina beds adalah

discocyclina.

b.      Formasi Andesit Tua

Formasi ini mempunyai batuan penyusun berupa breksi andesit, lapili

tuff, tuff, breksi lapisi , Aglomerat, dan aliran lava serta batu pasir vulkanik

yang tersingkap di daerah kulon progo. Formasi ini diendapkan  secara tidak

selaras dengan formasi nanggulan dengan ketebalan 660 m.

Diperkirakan  formasi ini formasi ini berumur oligosen – miosen.

c.       Formasi Jonggrangan

Formasi ini mempunyai batuan penyusun yang berupa tufa,

napal, breksi, batu lempung dengan sisipan lignit didalamnya,

sedangkan pada bagian atasnya terdiri dari batu gamping kelabu

bioherm diselingi dengan napal dan batu gamping berlapis. Ketebalan

formasi ini 2540 meter. Letak formasi ini tidak selaras dengan formasi

andesit tua. Formasi jonggrangan ini diperkirakan berumur miosen.

Fosil yang terdapat pada formasi ini ialah poraminifera, pelecypoda dan

gastropoda.

d.      Formasi Sentolo

Formasi Sentolo ini mempunyai batuan penyusun berupa batu pasir

napalan dan batu gamping, dan pada bagian bawahnya terdiri dari napal

Page 11: Stratigrafi Regional Kulon Progoooo

tuffan. Ketebalan formasi ini sekitar 950 m. Letak formasi initak selaras

dengan formasi jonggrangan. Formasi Sentolo ini berumur sekitar miosen

bawah sampai pleistosen.

Sedang menurut Van Bemellen Pegunungan Kulon Progo

dikelompokkan menjadi beberapa formasi berdasarkan batuan penyusunnya.

Formasi tersebut dimulai dari yang paling tua yaitu sebagai berikut       :

a.       Formasi Nanggulan

Formasi Nanggulan mempunyai penyusun yang terdiri dari batu pasir,

sisipan lignit, napal pasiran dan batu lempungan dengan konkresi limonit,

batu gamping dan tuff, kaya akan fosil foraminifera dan moluska dengan

ketebalan 300 m. berdasarkan penelitian tentang umur batuannya didapat

umur formasi nanggulan sekitar eosen tengah sampai oligosen atas. Formasi

ini tersingkap di daerah Kali Puru dan Kali Sogo di bagian timur Kali Progo.

Formasin Nanggulan dibagi menjadi 3, yaitu

a.       Axinea Beds

Formasi paling bawah dengan ketebalan lapisan sekitar 40 m, terdiri dari

abut pasir, dan batu lempung dengan sisipan lignit yang semuanya berfasies

litoral, axiena bed ini memiliki banyak fosil pelecypoda.

b.      Yogyakarta beds

Formasi yang berada di atas axiena beds ini diendapkan secara selaras

denagn ketebalan sekitar 60 m. terdiri dari batu lempung ynag mengkonkresi

nodule, napal, batu lempung, dan batu pasir. Yogyakarta beds mengandung

banyak fosil poraminifera besar dan gastropoda.

c.       Discocyclina beds

Formasi paling atas ini juga diendapkan secara selaras diatas Yogyakarta

beds denagn ketebalan sekitar 200m. Terdiri dari  batu napal yang

terinteklasi dengan batu gamping dan tuff vulakanik, kemudian terinterklasi

lagi dnegan batuan arkose. Fosil yang terdapat pada discocyclina beds adalah

discocyclina.

b.      Formasi Andesit Tua

Page 12: Stratigrafi Regional Kulon Progoooo

Formasi ini mempunyai batuan penyusun berupa breksi andesit, lapili

tuff, tuff, breksi lapisi , Aglomerat, dan aliran lava serta batu pasir vulkanik

yang tersingkap di daerah kulon progo. Formasi ini diendapkan  secara tidak

selaras dengan formasi nanggulan dengan ketebalan 660 m.

Diperkirakan  formasi ini formasi ini berumur oligosen – miosen.

c.       Formasi Jonggrangan

Formasi ini mempunyai batuan penyusun yang berupa tufa,

napal, breksi, batu lempung dengan sisipan lignit didalamnya,

sedangkan pada bagian atasnya terdiri dari batu gamping kelabu

bioherm diselingi dengan napal dan batu gamping berlapis. Ketebalan

formasi ini 2540 meter. Letak formasi ini tidak selaras dengan formasi

andesit tua. Formasi jonggrangan ini diperkirakan berumur miosen.

Fosil yang terdapat pada formasi ini ialah poraminifera, pelecypoda dan

gastropoda.

d.      Formasi Sentolo

Formasi Sentolo ini mempunyai batuan penyusun berupa batu pasir

napalan dan batu gamping, dan pada bagian bawahnya terdiri dari napal

tuffan. Ketebalan formasi ini sekitar 950 m. Letak formasi initak selaras

dengan formasi jonggrangan. Formasi Sentolo ini berumur sekitar miosen

bawah sampai pleistosen

e.       Forasi Alluvial dan gumuk pasir

Formasi ini iendapan secara tidak selaras terhadap lapisan batuan

yang umurnya lebih tua. Litologi formasi ini adalah batu apsr vulkanik

merapi yang juga disebut formasi Yogyakarta. Endapan gumuk pasir terdiri

dari pasir – pasir baik yang halus maupun yang kasar, sedangkan endapan

alluvialnya terdiri dari batuan sediment yang berukuran pasir, kerikir, lanau

dan lempung secara berselang – seling.

      Dari seluruh daerah Kulon Progo, pegunungan Kulon Progo sendiri

termasuk dalam formasi Andesit tua. Formasi ini mempunyai litologi yang

penyusunnya berupa breksi andesit, aglomerat, lapili, tuff, dan sisipan aliran

lava andesit. Dari penelitian yang dilakukan Purmaningsih (1974) didapat

beberapa fosil plankton seperti Globogerina Caperoensis bolii, Globigeria

Page 13: Stratigrafi Regional Kulon Progoooo

Yeguaensis” weinzeierl dan applin dan Globigerina Bulloides blow. Fosil

tersebut menunjukka batuan berumur Oligosen atas. Karena berdasarkan

hasil penelitian menunjukkan pada bagian terbawah gunung berumur eosin

bawah, maka oleh Van bemellen andesit tua diperkirakan berumur oligosen

atas sampai miosen bawah dengan ketebalan 660 m.

II.3. Struktur Geologi Regional

Struktur ini dapat dikenali dengan adanya kenampakan pegunungan

yang dikelilingi oleh dataran alluvial. Secara umum struktur geologi yang

bekerja adalah sebagai berikut :

1.      Struktur Dome

Menurut Van Bemellen (1948), pegunungan Kulon Progo secara

keseluruhan merupakan kubah lonjong yang mempunyai diameter 32 km

mengarah NE – SW dan 20 km mengarah SE – NW. Puncak kubah lonjong ini

berupa satu dataran yang luas disebut jonggrangan plateu. Kubah ini

memanjang dari utara ke selatan dan terpotong dibagian utaranya oleh sesar

yang berarah tenggara – barat laut dan tertimbun oleh dataran magelang,

sehingga sering disebut oblong dome. Pemotongan ini menandai karakter

tektonik dari zona selatan jawa menuju zona tengah jawa. Bentuk kubah

tersebut adalah akibat selama pleistosen, di daerah mempunyai puncak  yang

relative datar dan sayap – sayap yang miring dan terjal. Dalam  kompleks

pegunungan Kulon Progo khususnya pada lower burdigalian terjadai

penurunan cekungan sampai di bawah permukaan laut yang menyebabkan

terbentuknya sinklin pada kaki selatan pegunungan Menoreh dan sesar

dengan arah  timur – barat yang memisahkan  gunung Menoreh denagn

vulkan gunung Gadjah. Pada akhir miosen daerah Kulon Progo merupakan

dataran rendah dan pada puncak Menoreh membentang pegunungan sisa

dengan ketinggian sekitar 400 m. secara keseluruhan kompleks pegunungan

Kulon Progo terkubahkan selama pleistosen yang menyebabkan

terbentuknya sesar radial yang memotong breksi gunung ijo dan Formasi

Sentolo, serta sesar yang memotong batu gamping Jonggrangan. Pada bagian

tenggara kubah terbentuk graben rendah.

2.      Unconformity

Page 14: Stratigrafi Regional Kulon Progoooo

Di daerah Kulon Progo terdapat kenampakan

ketidakselarasan (disconformity) antar formasi penyusun Kulon Progo.

Kenampakan telah dijelaskan dalam stratigrafi regional berupa formasi

andesit tua yang diendapkan tidak selaras di atas formasi Nanggulan, formasi

Jonggrangan diendapkan secara tidak selaras diatas formasi Andesit Tua, dan

formasi Sentolo yang diendapkan secara tidak selaras diatas formasi

Jonggrangan.

 sumber 

Van Bemmelen, R.W..1970. The Geology of Indonesia, volume 1. A.Haque.

Netherlands.

http://geologitfugm.blogspot.com/2012/11/geologi-regional-kulon-

progo_13.html

GEOLOGI REGIONAL KULON PROGO

Daerah pemetaan kami, yaitu daerah Wates-Pengasih, secara regional daerah

kami masuk kedalam wilayah kabupaten Kulon Progo , kecamatan pengasih

dan kecamatan wates Daerah Istimewa Yogyakarta.

Secara geologi regional daerah kami termasuk kedalam Kulon Progo, yang

merupakan sebuah plato besar Jongglarangan. Kulon Progo merupakan

bagian dari zona Jawa Tengah bagian selatan, yaitu zona plato. Bagian utara

dan timur Kulon Progo ini dibatasi oleh dataran pantai Samudera Indonesia

dan bagian barat laut berhubungan dengan Pegunungan Serayu Selatan.

Kulon Progo berasal dari daerah up lafi yang luas dan kemudian membentuk

Dome yang luas. Dome tersebut berbentuk relief persegi panjang dengan

diameter berarah utara-selatan mencapai 30km, sedangkan pada arah barat-

timur diperkirakan mencapai 15-20km. Puncak dari dome tersebut berupa

dataran yang sangat luas, disebut plato.

Berdasarkan relief dan genesanya, wilayah kabupaten Kulon Progo dibagi

menjadi beberapa satuan morfologi, yaitu :

Page 15: Stratigrafi Regional Kulon Progoooo

Satuan Pegunungan Kulon Progo

Satuan pegunungan ini penyebarannya memanjang dari selatan ke utara dan

menempati bagian Daerah Istimewa Yogyakarta, yang meliputi kecamatan

Kokap, Girimulyo dan Samigaluh. Kelerengannya berkisar antara 15o-600

daerah yang ditempati pegunungan Kulon Progo ini sebagian besar

digunakan sebagai kebun, sawah dan pemukiman.

Satuan Perbukitan Sentolo

Satuan Perbukitan ini mempunyai penyebaran yang sempit, karena

terpotong oleh Sungai Progo yang memisahkan wilayah kabupaten Bantul

dan Kabupaten Kulon Progo. Di wilayah Kabupaten Kulon Progo , satuan

pegunungan Sentolo ini meliputi daerah kecamatan Pengasih dan Sentolo.

Ketinggiannya berkisar antara 50-150 m di atas permukaan air laut, dengan

kelerengan 150. Daereh inilah yang menjadi daerah pemetaan kami.

Satuan teras Progo

Satuan Teras Progo terletak di sebelah utara satuan Perbukitan Sentolo dan

di sebelah timur pegunungan Kulon Progo yang meliputi kecamatan

Nanggulan, Kalibawang, terutama di wilayah tepi Kulon Progo.

Satuan Dataran Aluvial

Penyebaran satuan dataran aluvial ini memanjang dari barat-timur yang

meliputi kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Glur, dan sebagian besar

diperuntukan sebagai lahan persawahan dan pemukiman.

Satuan Dataran Pantai

a) Sub satuan Gumuk Pasir

Subsatuan Gumuk Pasir mempunyai penyebaran di sepanjang pantai selatan

Yogyakarta, yaitu pantai Glagah dan Congot. Sungai yang bermuara di pantai

selatan ini adalah kali Serang dan kali Progo yang membawa material –

Page 16: Stratigrafi Regional Kulon Progoooo

material berukuran pasir dari hulu ke muara. Oleh sebab itu aktivitas angin

material tersebut terendapkan di sepanjang pantai dan kemudian

membentuk gumuk – gumuk pasir.

b) Subsatuan Dataran Aluvial Pantai

Subsatuan dataran aluvial pantai terletak di sebelah utara subsatuan Gumuk

Pasir yang tersusun oleh material berukuran pasir yang berasal dari

subsatuan Gumuk Pasir oleh kegiatan angin. Pada satuan ini tidak dijumpai

gumuk –gumuk pasir dan sebagian berupa persawahan dan pemukiman.

Formasi ini merupakan batuan tertua di pegunungan Kulon Progo dengan

lingkungan pengendapanya adalah litorial pada fase genang laut (van

Bammelen). Litologi penyusunya terdiri dari batu pasir dengan sisipan lignit,

napal pasiran , batu lempung dengan konkresi limonit, sisipan napal dan batu

gamping, batu pasir dan tuff kaya akan foriminifera dan moolusca,

diperkirakan ketebalannya 350 m. Wilayah tipe formasi ini tersusun oleh

endapan laut dangkal, batu pasir, serpih dan perselingan napal dan lignit.

Berdasarkan atas studi Foraminifera plankton maka formasi Nanggulan ini

mempunyai kisaran umur antara Eosen Tengah hingga Oligosen. Formasi ini

tersingkap di bagian timur Kulon Progo, di daerah Sungai Progo dan Sungai

Puru, terbagi menjadi 3, yaitu :

a. Axinea Beds yaitu formasi yang terletak paling bawah dengan ketebalan

40 meter, merupakan tipe endapan laut dangkal yang terdiri dari batupasir,

batuserpih dengan perselingan napal dan lignit yang semuanya berfasies

litoral. Axinea Beds ini banyak mengandung fosil Pelecypoda.

b. Yogyakarta Beds yaitu formasi yang terendapkan secara selaras di atas

Axinea Beds dengan ketebalan 60 meter. Terdiri dari napal pasiran berselang

– seling dengan batupasir dan batulempung yang mengandung Nummulities

Djogjakartae.

c. Discocyclina Beds yaitu formasi yang diendapkan secara selaras di atas

Yogyakarta Beds dengan ketebalan 200 meter. Terdiri dari napal dan

Page 17: Stratigrafi Regional Kulon Progoooo

batugamping berselingan dengan batupasir dan serpih. Semakin ke atas

bagian ini berkembang, kandungan foraminifera planktonik yang melimpah.

2. Formasi Andesit Tua

Formasi Andesit Tua mempunyai litologi berupa breksi andesit, tuff,

aglomerat dan sisipan aliran lava andesit. Kepingan tuff napalan yang

merupakan hasil rombakan dari lapisan yang lebih tua dijumpai di kaki

gunung mudjil, di dekat bagian bawah formasi ini. Ketebalan sekitar 660 m.

3. Formasi Jonggrangan

Litologinya bagian bawah terdiri dari konglomerat, napal tufan, dan

batupasir gampingan dengan kandungan Moluska serta batulempung

dan sisipan lignit. Di bagian atas komposisi Formasi ini berupa batu

gamping berlapis dan batugamping koral. Morfologi yang terbentuk

dari batuan penyusun formasi ini berupa pegunungan dan perbukitan

kerucut dan tersebar di bagian utara pegunungan Kulonprogo. tebal

lapisan ini 250-400 meter, umurnya miosen bawah- tengah.

4. Formasi Sentolo

Diendapkan secara tidak selaras. Litologinya batugamping dan batupasir

napalan. Bagian bawahnya terdiri dari konglomerat yang ditumpangi oleh

napal tufaan dengan sisipan tuff. Bagian atas batugamping yang kaya

foraminifera. ketebalannya 950 meter.

5. Endapan Aluvial dan Gugus Pasir

Endapan Aluvial ini terdiri dari kerakal, pasir, lanau, dan lempung

sepanjang sungai yang besar dan dataran pantai. Aluvial sungai

berdampingan Aluvial rombakan bahan vulkanik. Gugus pasir sepanjang

pantai telah dipelajari sebagai sumber besi.

6. Vulkanik Merapi Tua

Page 18: Stratigrafi Regional Kulon Progoooo

Vulkanik Marapi Tua berumur Pleistosen atas. Vulkanik Marapi Tua

tersusun atas breksi anglomerat dan lelehan lava, termasuk andesit dan

basalt yang mengandung olivin. Vulkanik Merapi Tua berdasarkan metode C-

14 berumur antara 43590 sampai 2870 sebelum tahun 1950.

7. Vulkanik Merapi Muda

Vulkanik Merapi Muda berumur Pleistoen Atas, vulkanik ini tersusun oleh

material hasil rombakan endapan merapi Tua berupa endapan tufa, pasir

dan breksi yang terkonsolidasi lemah. Berdasarkan metode C-14 berumur

sekitar 1700 sampai 340 sebelum tahun 1950

8. Formasi Sleman

Merupakan kenampakan bagian bawah dari unit vulkanik klastik hasil

vulkanik merapi termuda (Mac Donald & Partners, 1984). Batuan penyusun

berupa pasir dan kerikil diselingi bongkah-bongkah. Formasi ini dari utara

ke selatan semakin tebal. Formasi Sleman materialnya berasal dari rombakan

hasil erupsi Merapi.

9. Formasi Yogyakarta-Wates

Formasi Yogyakarta mempunyai penyebaran di bagian timur pegunungan

Kulon Progo dengan kenampakan morfologi berupa daratan. Komonen

penyusun formasi ini berupa material lepas produk Gunung Merapi Tua dan

Merapi Muda

Secara struktur, Pegunungan Kulon Progo merupakan dataran tinggi yang

dicirikan oleh adanya kompleks gunung api purba yang berada di atas batuan

berumur Paleosen dan ditutup oleh batuan karbonat yang berumur Neosen.

Secara garis besar struktur geologi daerah Kabupaten Kulon Progo dapat

dibagi menjadi dua yaitu Struktur Dome dan Struktur Unconfirmity.

1. Struktur Dome

Page 19: Stratigrafi Regional Kulon Progoooo

Kabupaten Kulon Progo termasuk ke dalam daerah dome yang

puncaknya berupa daratan yang luas, biasa disebut Plato Jonggrangan.

Proses geologi yang banyak terjadi yakni orogenesis.

2. Struktur Unconfirmity

Pada perbatasan antara Eosen atas dari Formasi Nanggulan dengan

Formasi Andesit Tua yang berumur Oligosen terdapat ketidakselarasan

berupa disconfirmity, karena lapisan lebih muda dengan lapisan lebih tua

terpaut umur yang sangat jauh walaupun lapisannya sejajar. Kenampakan

telah dijelaskan dalam stratigrafi regional berupa formasi andesit tua yang

diendapkan tidak selaras di atas formasi Nanggulan, formasi Jonggrangan

diendapkan secara tidak selaras diatas formasi Andesit Tua, dan formasi

Sentolo yang diendapkan secara tidak selaras diatas formasi Jonggrangan.

DAFTAR PUSTAKA

Bemmelen, Van., 1948, The Geologi of Indonesia, Batavia.

http://younggeolog.blogspot.com/2013/01/geologi-regional-kulon-

progo_24.html