Strategi Peta Konsep Untuk Meningkatkan [Revisi]

24
STRATEGI PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PRSTASI AKADEMIK DAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SISNTESIS JURNAL diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisis Hasil Studi Internasional Disusun Oleh: Septian Nugraha 1502418

description

Tugas Kuliah

Transcript of Strategi Peta Konsep Untuk Meningkatkan [Revisi]

Page 1: Strategi Peta Konsep Untuk Meningkatkan [Revisi]

STRATEGI PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN

PRSTASI AKADEMIK DAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA

SISNTESIS JURNAL

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Analisis Hasil Studi Internasional

Disusun Oleh:

Septian Nugraha

1502418

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

Page 2: Strategi Peta Konsep Untuk Meningkatkan [Revisi]

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan dan faktor yang sangat penting dalam

kehidupan manusia karena merupakan salah satu wahana untuk menciptakan

sumber daya manusia yang berkualitas dalam hal pengetahuan dan

keterampilan agar memiliki kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan sikap

terbuka. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia merupakan tujuan atau

sasaran bidang pendidikan dalam menyikapi era globalisasi. Dalam era

globalisasi ini, sumber daya manusia yang berkualitas akan menjadi tumpuan

utama suatu bangsa dalam berkompetensi. Oleh karena itu, sudah seharusnya

pembangunan di sektor pendidikan menjadi prioritas utama yang harus

dilakukan pemerintah agar melahirkan generasi-generasi bangsa yang

berintelektual.

Objek utama pendidikan sains adalah untuk membantu siswa belajar

konsep penuh arti. Belajar konsep dasar selama pendidikan dasar dan

menengah sangat penting. Dikatakan bahwa jika konsep-konsep baru

kompatibel dengan konsep sebelumnya, pembelajaran bermakna akan terjadi.

Oleh karena itu, penting untuk mengetahui apa yang siswa ketahui

sebelumnya akan membantu mereka membangun pengetahuan baru. Untuk

belajar lebih baik dan pemahaman tentang konsep-konsep ilmiah, telah

disarankan oleh beberapa peneliti bahwa konsepsi siswa sebelumnya harus

diperhitungkan pada semua tahap instruksi.

Para peneliti telah menyelidiki beberapa peserta didik yang

memperoleh pemahaman bermakna mendalam mengenai bahan belajar,

sedangkan yang lain hanya memiliki pemahaman yang dangkal terhadap

informasi yang disajikan. Seringkali jenis kedua siswa tersebut memiliki nilai

sekolah tinggi dan nilai tes standar yang tinggi. Yang mendasari perbedaan

kedua kelompok siswa menurut Novak (2010) adalah perbedaan dalam cara

belajar dari materi pelajaran. Novak mengembangkan strategi peta konsep

1

Page 3: Strategi Peta Konsep Untuk Meningkatkan [Revisi]

berdasarkan landasan teoritis yang ditetapkan oleh psikolog pendidikan. Dasar

teori ini adalah bahwa manusia belajar bermakna ketika sadar akan

pengetahuan baru dan bertujuan membangun kerangka kerja yang ada pada

pengetahuan sebelumnya (Novak, 2006).

Hasil pembelajaran bermakna adalah perubahan cara individu

mengalami dunia. Hal ini terlihat bahwa siswa yang belajar dengan hafalan

menurut Novak (2006) mampu mengingat informasi baru, tetapi mereka tidak

dapat menerapkan pengetahuan dalam situasi lain. Untuk memberikan cara

pengorganisasian konten yang berarti, peserta didik memiliki ide sederhana

untuk mengingat peta kognitif, kemudian diikuti oleh ide-ide kompleks secara

terstruktur sehingga pembelajaran yang tepat dapat berlangsung secara

berurutan dan terpadu.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat diambil dari pemaparan makalah ini

yaitu :

1. Apa yang di maksud dari Strategi Peta Konsep?

2. Bagaimana Metodologi Penelitian dalam Jurnal tema Peta Konsep?

3. Bagaimana Prestasi akademik dan kemampuan Literasi Sains Siswa pada

Jurnal Tema Peta Konsep?

4. Bagaimana Hasil Penelitian Jurnal yang Bertema Peta Konsep?

C. Tujuan

1. Mengetahui Peta Konsep Sebagai Strategi

2. Mengetahui Metodologi Penelitian dalam Jurnal tema Peta Konsep

3. Mengetahui Prestasi Akademik dan Kemampuan Literasi Sains Siswa

pada Jurnal Tema Peta Konsep

4. Mengetahui hasil penelitian jurnal yang bertema Peta Konsep

2

Page 4: Strategi Peta Konsep Untuk Meningkatkan [Revisi]

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Strategi Peta Konsep

Strategi peta konsep dalam pembelajaran sains sangat membantu

siswa dalam proses belajarnya. Pemahaman yang memadai dalam menentukan

hubungan atau keterkaitan antar satu konsep dengan konsep lain yang saling

berhubungan melalui strategi peta konsep akan sangat membantu siswa

dalam menyelesaikan masalah dalam pembelajaran sains.

Peta konsep dikembangkan pada tahun 1972 oleh tim peneliti Joseph

Novak, berdasarkan psikologi belajar David Ausubel. Ide utama dari psikologi

kognitif Ausubel adalah bahwa pembelajaran terjadi dengan asimilasi. Peta

konsep adalah alat yang ideal untuk mengukur pertumbuhan interkoneksi

pengetahuan siswa disekolah, karena peta konsep membangun kebutuhan

untuk mewakili ide-ide menggunakan kata-kata sendiri. Setiap

kesalahpahaman atau link yang salah yang muncul, menunjukkan kurangnya

mengerti.

Peta Konsep adalah alat pembelajaran aktif dengan berbagai kegunaan

dalam kelas sains, termasuk perencanaan, pengajaran, revisi dan penilaian

juga digambarkan sebagai alat metakognitif yang paling penting dalam

pendidikan sains. Peta konsep dapat membantu belajar dari teks dan telah

digunakan dalam pelatihan guru untuk meningkatkan kesadaran mereka pada

subjek yang diajarkan dan siswa mencapai pemahaman lebih baik dari

informasi tertentu. Literatur melaporkan banyak menemukan manfaat peta

konsep membantu penilaian pembelajaran, memahami komunikasi kompleks,

pendalaman makna dan kerangka literasi, meningkatkan kejelasan, dan

pemahaman teks.

Peta konsep sebagai strategi dalam pendidikan sejalan pergerakan guru

terhadap pembelajaran terpusat pada peserta didik dengan metode yang

memiliki kekuatan untuk meningkatkan prestasi akademik (Peterson dan

Snyder, 2008). Peta konsep telah banyak direkomendasikan dan digunakan

3

Page 5: Strategi Peta Konsep Untuk Meningkatkan [Revisi]

dalam berbagai cara. Peta Konsep digunakan untuk membantu guru dan siswa

membangun pengetahuan terorganisir berdasarkan disiplin tertentu atau pada

topik tertentu (Blackwell & Pepper, 2008).

Ciri-ciri kunci peta konsep meliputi: domain umum atau pertanyaan

fokus; hubungan dengan keterkaitan kata-kata (proposisi); hirarki; cross-link

dan contoh spesipik. Membangun peta konsep melibatkan: pemilihan fokus

pertanyaan yang mendefinisikan kontek pada peta konsep, mengidentifikasi

konsep-konsep kunci yang berlaku untuk domain dalam membangun sebuah

peta awal, kemudian terhubung dalam berbagai kombinasi domain

menggunakan kata-kata melalui cross-link.

Proposisi menurut Novak (2010) adalah pernyataan yang bermakna

tentang beberapa objek atau peristiwa. Dalam peta konsep, proposisi

terhubung satu sama lain untuk membentuk struktur hirarki dan bercabang

yang inklusif, konsep paling umum di atas petadan lebih spesifik, konsep

yang kurang umum diatur di bawah yang mewakili organisasi pengetahuan

dalam memori jangka panjang.

4

Gambar 1.1 Contoh peta konsep dalam efektifitas pembelajaran.

Page 6: Strategi Peta Konsep Untuk Meningkatkan [Revisi]

Salah satu karakteristik penting dari peta konsep adalah

dimasukkannya "crosslink." Cross-link menunjukkan bagaimana sebuah

konsep dalam satu domain pengetahuan diwakili petaterkait dengan konsep di

domain lain yang ditampilkan pada pemetaan. Dalam menciptakan

pengetahuan baru, cross-link mewakili bagian lompatan kreatif dari

pengetahuan (Novak, 2000). Aspek terakhir dari struktur peta konsep adalah

masuknya contoh spesifik dari peristiwa atau benda. Ini dapat membantu

untuk memperjelas makna dari konsep yang diberikan. Biasanya ini tidak

termasuk dalam oval atau kotak, karena mereka adalah peristiwa tertentu atau

benda dan tidak mewakili konsep.

Ringkasnya, Novak (2004: 154) mengidentifikasi enam prosedur yang

harus diikuti dalam membangun peta konsep yaitu :

1. Identifikasi konsep-konsep kunci dalam paragraf, laporan penelitian, dan

bab; atau hanya berpikir konsep wilayah subyek dan daftar konsep.

Beberapa orang merasa terbantu untuk menulis label konsep pada kartu

yang terpisah atau potongan-potongan kertas kecil, sehingga mereka dapat

dipindahkan disekitarnya.

2. Tingkatan konsep dengan menempatkan gagasan luas dan paling inklusif

di bagian atas peta. Kadang-kadang sulit untuk mengidentifikasi luas,

konsep yang paling inklusif. Hal ini membantu untuk menyadari konteks

konsep kita berhadapan dengan atau memiliki beberapa ide tentang situasi

yang konsep-konsep ini disusun. aku aku aku.

3. Bekerja menurun pada kertas dan menambahkan konsep yang lebih

spesifik.

4. Menghubungkan konsep dengan garis. Baris label dengan tindakan atau

menghubungkan kata-kata. Kata-kata yang dihubungkan harus

mendefinisikan hubungan antara dua konsep sehingga dibaca sebagai

pernyataan yang benar atau proposisi. Sebuah hubungan menciptakan

makna. Ketika Anda bersama-sama pada sejumlah besar ide-ide yang

berkaitan, Anda dapat melihat struktur makna untuk mata pelajaran

tertentu.

5

Page 7: Strategi Peta Konsep Untuk Meningkatkan [Revisi]

5. Contoh spesifik konsep dapat ditambahkan di bawah label konsep.

(misalnya, golden retriever adalah contoh spesifik dari jenis anjing.

6. Mungkin Anda sudah bisa melihat cara bahwa peta konsep bisa dibuat

berbeda.

B. Prestasi Akademik Dan Literasi Sains Siswa

1. Prestasi Akademik

Ide peta konsep menentukan bagaimana belajar bermakna

meningkatkan prestasi siswa. Peta konsep sebagai strategi dalam pendidikan

sejajar dengan gerakan dari guru untuk pelajar dan sebagai hasilnya memiliki

kekuatan untuk meningkatkan prestasi akademik (Peterson & Snyder, 2008).

Pendidik dan peneliti yakin bahwa, kebanyakan siswa belajar dengan baik

melalui pengalaman pribadi dan dengan menghubungkan informasi baru

dengan apa yang sudah mereka percaya atau tahu. Untuk alasan ini siswa

harus secara pribadi membangun pengetahuan mereka sendiri. Sakiyo dan

Jebson (2008) menyarankan metode pengajaran berpusat pada peserta didik

memberikan hasil belajar yang memadai daripada pendekatan yang berpusat

pada guru yang didominasi oleh guru. Sakiyo dan Jebson juga menunjukkan

bahwa, kegiatan siswa lebih baik dari kegiatan guru dalam mempromosikan

siswa otentik belajar di sekolah menengah. Oleh karena itu, rekomendasi dari

peneliti untuk melibatkan siswa dalam pembangunan pengetahuan mereka,

membuka jalan untuk melihat metode pengajaran peta konsep yang berkaitan

dengan pembelajaran bermakna siswa dan prestasi.

Peta konsep meningkatkan ingatan terhadap petunjuk informasi dalam

subjek biologi (Hall, 2002). Kinechin (2000) merekomendasikan penggunaan

peta konsep dalam instruksi dan pembelajaran di pendidikan biologi sekolah

menengah. Hal yang penting adalah bahwa tahap awal menggambar peta

konsep tidak hanya membutuhkan partisipasi aktif dari peserta didik dalam

proses pembelajaran, tetapi juga membuka jalan pada pemahaman mereka

tentang area pembelajaran tertentu. Akibatnya, informasi tersebut mengenai

pemahaman peserta didik memberdayakan fasilitator untuk menentukan

6

Page 8: Strategi Peta Konsep Untuk Meningkatkan [Revisi]

kekurangan kognitif dan memberikan umpan balik korektif peserta didik

(Nowruzi, Khiabani & Nafissi, 2010). Lambiotte dan Dancereau (2001)

menyatakan bahwa siswa yang membuat peta konsep memiliki basis

pengetahuan yang lebih luas dan karena itu lebih mampu memecahkan

masalah dibandingkan dengan para siswa yang belajar dengan menghafal.

Lambiotte dan Dancereau juga menemukan bahwa, siswa dengan pengetahuan

rendah belajar lebih baik dengan peta konsep daripada diajarkan dengan

metode ceramah.

Peta konsep juga telah terbukti meningkatkan kemampuan menulis

peserta didik (Gorjian, Pazhakh, & Parang, 2002). Peningkatan ini telah

dibuktikan dalam hal kuantitas dan kualitas hasil, pengaturan dan kaitan ide-

ide (Pishghadam & Ghanizadeh, 2006). Dalam ilmu pendidikan, peta konsep

telah banyak direkomendasikan dan digunakan dalam berbagai cara. Telah

digunakan untuk membantu guru dan siswa membangun pengetahuan yang

terorganisir berdasarkan disiplin tertentu atau pada topik tertentu (Blackwell

& Pepper, 2008).

Selain itu, siswa diberi kesempatan lebih banyak untuk terlibat dalam

proses pembelajaran melalui penggunaan keterampilan peta konsep yang

membuat mereka melakukan secara signifikan lebih baik daripada rekan-rekan

mereka yang telah belajar dengan menggunakan metode ceramah tradisional

biasa (Nnamdi & Okechukwu, 2006). Hal ini juga menjadi jelas bahwa bagi

siswa yang memiliki pengalaman peta konsep, terdapat korelasi antara

kemampuan peta konsep dan kinerja dalam tes prestasi (Chee & Wong, 1996).

Peta konsep juga telah terbukti menjadi media yang berguna untuk mengisi

kesenjangan yang biasa antara teori-teori dan praktek (Sutherlang & Katz,

2005). Akses representasi pada situasi tertentu dalam belajar juga membantu

melalui peta konsep (Bruillard, 2000). Peta konsep juga telah terbukti sebagai

alat yang berguna dalam desain pelajaran, dan dapat menentukan konsep-

konsep kunci dan hubungan mereka, dan membangun seluruh kurikulum

sebagai alat analisis isi sendiri (Kaszas & Turcsanyi-Szabo, 2003).

7

Page 9: Strategi Peta Konsep Untuk Meningkatkan [Revisi]

2. Literasi Sains Siswa

Secara harfiah literasi berasal dari kata literacy yang berarti “melek

huruf”/ gerakan pemberantasan buta huruf (Echols & Shadily, 1990). Menurut

Program of International Science Assessment (PISA) literasi sains diartikan

sebagai “the capacity to use scientific knowledge , to identify questions and to

draw evidence-based conclusions in order to understand and help make

decisions about the natural world and the changes made to it through human

activity”. Literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan

pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan

berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan

berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui

aktivitas manusia.

National Science Education Standard (NSES) telah mendefinisikan

literasi sains sebagai pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep

ilmiah yang membantu kita untuk membuat keputusan pribadi, berpartisipasi

dalam budaya sipil dan mengambil bagian dalam produktivitas ekonomi.

Holbrook dan Rannikmäe (2009) mendefinisikan literasi sains sebagai

"pengembangan kemampuan, kreatif dalam memanfaatkan pengetahuan yang

tepat berdasarkan bukti ilmiah dan keterampilan, relevan dalam kehidupan

sehari-hari dan karir, membuat tantangan secara mandiri dalam memecahkan

masalah ilmiah yang bermakna, bertanggung jawab dalam keputusan terhadap

masyarakat ilmiah".

Roberts (2007) menganggap literasi sains memiliki dua kategori tipe I

dan tipe II. Tipe I berhubungan dengan prestasi kognitif dalam pengetahuan,

sedangkan tipe II berhubungan dengan kompetensi tentang ilmu pengetahuan

dan keterkaitan dengan konteks sehari-hari, dalam hal pemecahan masalah,

pengambilan keputusan, sikap dan nilai-nilai. Jenis ini sering dicampur seperti

dapat dilihat melalui pernyataan literasi sains siswa yang diharapkan dapat

dilakukan (NSES, 1996):

1. bertanya atau menentukan jawaban atas pertanyaan yang berasal dari rasa

ingin tahu tentang pengalaman sehari-hari;

8

Page 10: Strategi Peta Konsep Untuk Meningkatkan [Revisi]

2. menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi fenomena alam;

3. baca dengan jurnal pemahaman tentang ilmu pengetahuan dalam pers

populer dan untuk terlibat dalam percakapan sosial tentang keabsahan

kesimpulan;

4. mengidentifikasi isu-isu ilmiah yang mendasari keputusan nasional dan

lokal dan posisi ekspres yang ilmiah informasi;

5. mengevaluasi kualitas informasi ilmiah atas dasar sumber dan metode

menggunakan d untuk menghasilkan itu;

6. fmengevaluasi argumen berdasarkan bukti dan menerapkan kesimpulan

dari argumen tersebut tepat.

Di sisi lain, PISA 2015 kerangka hanya menunjukkan seseorang ilmiah

melek mampu berpartisipasi dalam wacana beralasan tentang ilmu

pengetahuan dan teknologi (OECD, 2013), di tipe I aspek (Roberts, 2007):

1. menjelaskan fenomena ilmiah - siswa mengenali dan menawarkan

penjelasan untuk berbagai fenomena alam dan teknologi.

2. mengevaluasi pertanyaan ilmiah - siswa menjelaskan penyelidikan ilmiah

dan mengusulkan cara mengatasi pertanyaan ilmiah.

3. menafsirkan data dan bukti ilmiah - siswa menganalisis dan mengevaluasi

data dan menarik kesimpulan ilmiah yang sesuai.

C. Metode Penelitian

Beberapa judul penelitian mengenai peta konsep yang penulis analisis

diantaranya adalah ini “Concept Mapping Strategy : An Effective Tool for

Improving Students Academic Achievement in Biology”, “Using Concept

Mapping Method for Assessing Students Scientific Literacy”, “Effect of

Concept Mapping and Inquiry Teaching Methods on Secondary School

Students Academic Achievement in Biology”, “Exploring Concept Maps as

Tools in a First Year Engineering Biology Course : A Case Study”, “The

Effects of Web-Supported and Classical Concept Maps on Students Cognitive

Development and Misconception Change : a Case Study on Photosynthesis”

9

Page 11: Strategi Peta Konsep Untuk Meningkatkan [Revisi]

dan “Effect of Concept Mapping Teaching strategy on Academic Achievement

of Senior Secondary School Students in Genetics”

Secara umum jenis penelitian pada jurnal yang penulisi analisis

merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif. Beberapa peneltian

menerapkan desain penelitian yang sama dan ada pula yang menggunakan

desain penelitian berbeda, namun mayoritas jurnal penelitian yang penulis

analisis mengunakan desain penelitian quasi eksperimen pretest postest non-

equivalent control group desain seperti pada jurnal penelitian yang berjudul

“Concept Mapping Strategy : An Effective Tool for Improving Students

Academic Achievement in Biology”, “Effect of Concept Mapping and Inquiry

Teaching Methods on Secondary School Students Academic Achievement in

Biology”, dan “Effect of Concept Mapping Teaching strategy on Academic

Achievement of Senior Secondary School Students in Genetics”. Pada jurnal

penelitian tersebut, peneliti memilih dua kelas yang dijadikan sampel

penelitian secara random. Dan dari dua kelas yang terpilih, peneliti

menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diperi

perlakuan strategi pembelajaran peta konsep sedangkan kelas kontrol diberi

perlakuan pembelajaran ceramah. Hasil uji statistik didapat dari pretest dan

postest yang diberikan peneliti terhadap sampel dengan intrumen yang

ditentukan berupa multiple choice.

Kemudian Pada jurnal penelitian yang berjudul “The Effects of Web-

Supported and Classical Concept Maps on Students Cognitive Development

and Misconception Change : a Case Study on Photosynthesis” memberikan

perlakuan pada kelas eksperimen dengan Web-Supported Concept Maps

(WSCMs), sedangkan kelas kontrol dengan Classcal Concept Maps (CCMs)

dengan 3 variablet terikat yaitu prestasi akademik, pengembangan kognitif,

dan miskonsepsi.

Metodologi pada jurnal penelitian “Exploring Concept Maps as Tools

in a First Year Engineering Biology Course : A Case Study”, peneliti

memberikan perlakuan beberapa peserta yang terlebih dahulu ditentukan

keikutsertaannya dalam proses penelitian. Setelah melakukan perlakuan

10

Page 12: Strategi Peta Konsep Untuk Meningkatkan [Revisi]

terhadap peserta yang setuju untuk melakukan kegiatan pembelajaran, peneliti

menganalisis hasil penelitian secara kualitatif yaitu membandingkan nilai hasil

akhir ulangan yang mengikuti pembelajaran peta konsep dengan kelompok

yang tidak, menggunakan statistik univariat dan multivariat.

Pada jurnal penelitian “Using Concept Mapping Method for Assessing

Students Scientific Literacy”, peneliti melakukan penelitian skala besar

menggunakan data hasil PISA di negara Estonia yaitu dengan melibatkan

1.614 siswa yang mengikuti tes PISA. Pada penelitian ini, peneliti mencari

korelasi antara hasil tes PISA dengan perlakuan peta konsep menggunakan

pendakat penelitian kualitatif dan kuantitatif.

Menurut saya sebagai penulis salah satu metode penelitian terbaik

diantara jurnal penelitian diatas yang berkaitan dengan pemberian perlakuan

adalah pada jurnal penelitian “Concept Mapping Strategy : An Effective Tool

for Improving Students Academic Achievement in Biology”, “Effect of Concept

Mapping and Inquiry Teaching Methods on Secondary School Students

Academic Achievement in Biology”, dan “Effect of Concept Mapping Teaching

strategy on Academic Achievement of Senior Secondary School Students in

Genetics”, ini dikarenakan penelitian cukup simpel yaitu menggunakan kelas

eksperimen dan kelas kontrol sehingga kita dapat dengan mudah melihat

perbedaan hasil perlakuan variabel bebas secara akurat.

Analisis yang digunakan pada hampir semua penelitian di atas dengan

menggunakan analisis kovarians (ANCOVA) dan t-test. Analisis kovarians

(ANCOVA) digunakan untuk memenuhi perbedaan awal antara kelompok-

kelompok. Sebuah t-test digunakan untuk menguji perbedaan antara pre-test

berarti skor karena unggul kualitas dalam mendeteksi perbedaan antara dua

kelompok (Gall, Borg & Gall, 1996).

D. Hasil Penelitian

Pada enam penelitian dalam jurnal penelitian semua hasilnya

penelitiannya menyatakan bahwa Peta Konsep lebih baik dan efektif

digunakan dibanding pembelajaran konvensional. Pada jurnal penelitian yang

11

Page 13: Strategi Peta Konsep Untuk Meningkatkan [Revisi]

berjudul “Concept Mapping Strategy : An Effective Tool for Improving

Students Academic Achievement in Biology”, “Effect of Concept Mapping and

Inquiry Teaching Methods on Secondary School Students Academic

Achievement in Biology”, dan “Effect of Concept Mapping Teaching strategy

on Academic Achievement of Senior Secondary School Students in Genetics”

yang memberikan perlakuan kelas ekperimen, hasilnya lebih baik yaitu siswa

yang diajarkan konsep biologi dengan menggunakan metode peta konsep lebih

baik daripada yang diajarkan dengan metode ceramah. Ini berarti kinerja siswa

secara signifikan berbeda berdasarkan metode pengajaran yang digunakan

dalam penelitian. Penelitian juga menemukan tidak ada perbedaan gender

dalam prestasi siswa dalam biologi. Temuan ini sesuai dengan temuan Sakiyo

(2008) yang melaporkan tidak ada perbedaan gender dalam perolehan

keterampilan proses sains ketika siswa diajarkan menggunakan metode

pengajaran yang berpusat pada siswa.

Pada hasil penelitian jurnal “Exploring Concept Maps as Tools in a

First Year Engineering Biology Course : A Case Study”, Penelitian telah

menemukan bahwa peta konsep memiliki Keterbatasan sebagai alat penelitian

dan menjadi relevan bila dikombinasikan dengan metode lain. Penelitian juga

menunjukkan bahwa peta konsep dapat digunakan sebagai alat penelitian yang

penting dalam belajar siswa.

Pada hasil penelitian “Using Concept Mapping Method for Assessing

Students Scientific Literacy”, peneliti berkesimpulan bahwa bahwa teknik peta

konsep dapat digunakan untuk penilaian, jika peta yang dibuat dalam kondisi

yang sama, siswa yang membuat proposisi dinilai lebih tinggi dalam mencapai

skor juga dalam tes PISA. Peta konsep pun memberikan informasi yang tak

terjangkau dengan jenis lain dari tes (misalnya pilihan ganda, kuis dll).

12

Page 14: Strategi Peta Konsep Untuk Meningkatkan [Revisi]

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peta konsep merupakan strategi dalam pendidikan yang sejalan

pergerakan guru terhadap pembelajaran terpusat pada peserta didik dengan

metode yang memiliki kekuatan untuk meningkatkan prestasi akademik

Peta konsep jga telah banyak direkomendasikan dan digunakan dalam

berbagai cara. Peta Konsep digunakan untuk membantu guru dan siswa

membangun pengetahuan terorganisir berdasarkan disiplin tertentu atau pada

topik tertentu (Blackwell & Pepper, 2008).

Lambiotte dan Dancereau (2001) menyatakan bahwa siswa yang

membuat peta konsep memiliki basis pengetahuan yang lebih luas dan karena

itu lebih mampu memecahkan masalah dibandingkan dengan para siswa yang

belajar dengan menghafal. Siswa dengan pengetahuan rendah belajar lebih

baik dengan peta konsep daripada diajarkan dengan metode ceramah.

Literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan

pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan

berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan

berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui

aktivitas manusia.

13

Page 15: Strategi Peta Konsep Untuk Meningkatkan [Revisi]

REFERENSI JURNAL

Concept Mapping Strategy : An Effective Tool for Improving Students

Academic Achievement in Biology

Using Concept Mapping Method for Assessing Students Scientific Literacy

Effect of Concept Mapping and Inquiry Teaching Methods on Secondary

School Students Academic Achievement in Biology

Exploring Concept Maps as Tools in a First Year Engineering Biology

Course : A Case Study

The Effects of Web-Supported and Classical Concept Maps on Students

Cognitive Development and Misconception Change : a Case Study on

Photosynthesis

Effect of Concept Mapping Teaching strategy on Academic Achievement

of Senior Secondary School Students in Genetics

14