Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

77
1 STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL YANG LEBIH MERATA DAN LEBIH ADIL Oleh MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH1) Abstrak Makalah Makalah ini berisikan uraian upaya percepatan pengembangan wilayah nasional yang relatif masih tertinggal, yaitu Kawasan Timur Indonesia (KTI), Kawasan perbatasan, kawasan tertinggal dan pulau-pulau kecil untuk mewujudkan pembangunan ekonomi nasional yang lebih seimbang dan lebih adil. Upaya yang dilakukan adalah mendorong percepatan pengembangan kawasan andalan nasional terutama sektor-sektor unggulannya dan kawasan tertinggal lainnya seperti kawasan perbatasan yang saling sinergis untuk penguatan struktur ekonomi dan mendorong pemerataan perkembangan wilayah nasional sehingga tercipta keseimbangan perkembangan wilayah yang proporsional. Pembangunan wilayah melalui pendekatan pengembangan kawasan ini, menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional diperkirakan akan berhasil menggeser kontribusi Kawasan Timur Indonesia (KTI) dari hanya 19% tahun 1998 menjadi 32% tahun 2018, share ekonomi perkotaan tetap diantara 60-70%, peningkatan ekspor KTI meningkat dari 25% menjadi 42%. Untuk mewujudkan kebijakan pengembangan ekonomi nasional yang lebih merata dan adil ini ditempu melalui kebijakan pengembangan wilayah nasional dengan menggunakan instrumen penataan ruang. Strategi yang dibutuhkan mewujudkannya adalah melalui upaya membangun komitmen bersama antar sektor dan antar wilayah

Transcript of Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

Page 1: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

1STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAHDALAM KERANGKA PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONALYANG LEBIH MERATA DAN LEBIH ADILOlehMENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH1)

Abstrak MakalahMakalah ini berisikan uraian upaya percepatan pengembangan wilayah nasional yangrelatif masih tertinggal, yaitu Kawasan Timur Indonesia (KTI), Kawasan perbatasan,kawasan tertinggal dan pulau-pulau kecil untuk mewujudkan pembangunan ekonominasional yang lebih seimbang dan lebih adil. Upaya yang dilakukan adalah mendorongpercepatan pengembangan kawasan andalan nasional terutama sektor-sektor unggulannyadan kawasan tertinggal lainnya seperti kawasan perbatasan yang saling sinergis untukpenguatan struktur ekonomi dan mendorong pemerataan perkembangan wilayah nasionalsehingga tercipta keseimbangan perkembangan wilayah yang proporsional. Pembangunanwilayah melalui pendekatan pengembangan kawasan ini, menurut Rencana Tata RuangWilayah Nasional diperkirakan akan berhasil menggeser kontribusi Kawasan TimurIndonesia (KTI) dari hanya 19% tahun 1998 menjadi 32% tahun 2018, share ekonomiperkotaan tetap diantara 60-70%, peningkatan ekspor KTI meningkat dari 25% menjadi42%. Untuk mewujudkan kebijakan pengembangan ekonomi nasional yang lebih meratadan adil ini ditempu melalui kebijakan pengembangan wilayah nasional denganmenggunakan instrumen penataan ruang. Strategi yang dibutuhkan mewujudkannyaadalah melalui upaya membangun komitmen bersama antar sektor dan antar wilayahterhadap pengembangan kawasan (kawasan andalan dan perbatasan), kota-kota (pusatkegiatan nasional dan wilayah) serta sistem prasarana transportasi (arteri dan kolektorprimer) dan prasarana sumberdaya air (satuan wilayah sungai).1 Makalah ini disampaikan dalam rangka “Konferensi Nasional Ekonomi Indonesia” Putaran ketiga:

Page 2: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

Mengagas Format Garnd Strategy Ekonomi Indonesia, yang diselenggarakan pada tanggal 9-11 Desember2003 di Makasar, Sulawesi Selatan.2I. PENDAHULUAN1. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara dengan luaswilayah hampir 2 juta km2 dan berpenduduk lebih 206 juta jiwa pada tahun2000, memiliki potensi sumberdaya alam baik di laut (marine naturalresources) dan di darat (land natural resources) yang sangat besar. Di laut,Indonesia memiliki ± 18.110 pulau dengan garis pantai sepanjang 108.000 km.Berdasarkan Konvensi Hukum Laut (UNCLOS) 1982, Indonesia memilikikedaulatan atas wilayah perairan seluas 3,2 juta km2 yang terdiri dari perairankepulauan seluas 2,9 juta km2 dan laut teritorial seluas 0,3 juta km2. Selain ituIndonesia juga mempunyai hak eksklusif untuk memanfaatkan sumber dayakelautan dan berbagai kepentingan terkait seluas 2,7 km2 pada perairan ZEE(sampai dengan 200 mil dari garis pangkal). Di darat, memiliki lahankehutanan 113 juta ha, lahan sawah produktif 9,9 juta ha, lahan perkebunanproduktif 15,5 juta, 60 cekungan prospektif sumber mineral dan migas.2. Kenyataan bahwa sumberdaya yang berlimpah tersebut tidak merata beradadi seluruh daerah. Hal yang sama terjadi dengan sebaran sumberdaya manusiayang merupakan “aktor” pembangunan tersebar juga tidak merata. Implikasidari ketidak-merataan keberadaan kedua sumberdaya tersebut adalah belumbaiknya tingkat pelayanan infrastruktur wilayah melayani kebutuhan wilayahdan masyarakat, terutama daerah-daerah terisolir dan tertinggal.3. Untuk mengoptimalkan nilai manfaat sumberdaya yang berlimpah tetapi tidakmerata tersebut bagi pengembangan wilayah nasional secara berkelanjutan danmenjamin kesejahteraan umum secara luas (public interest), diperlukanintervensi kebijakan dan penanganan khusus oleh Pemerintah untuk

Page 3: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

pengelolaan wilayah yang tertinggal. Hal ini seiring dengan agenda KabinetGotong Royong untuk menormalisasi kehidupan ekonomi dan memperkuatdasar bagi kehidupan perekonomian rakyat melalui upaya pembangunan yangdidasarkan atas sumber daya setempat (resource-based development), dimana baiksumberdaya lautan dan daratan saat ini didorong pemanfaatannya, sebagaisalah satu andalan bagi pemulihan perekonomian nasional.II. PENGERTIAN : Pembangunan Ekonomi dan Penataan Ruang4. Secara sederhana, pembangunan ekonomi dapat dipahami sebagai upayamelakukan perubahan yang lebih baik dari sebelumnya yang ditandai oleh3membaiknya faktor-faktor produksi. Faktor-faktor produksi tersebut adalahkesempatan kerja, investasi, dan teknologi yang dipergunakan dalam prosesproduksi. Lebih lanjut, wujud dari membaiknya ekonomi suatu wilayahdiperlihatkan dengan membaiknya tingkat konsumsi masyarakat, investasiswasta, investasi publik, ekspor dan impor yang dihasilkan oleh suatu negara.Secara mudah, perekonomian wilayah yang meningkat dapat diindikasikandengan meningkatnya pergerakan barang dan masyarakat antar wilayah.5. Dalam konteks tersebut, pembangunan ekonomi merupakan pembangunanyang a-spasial, yang berarti bahwa pembangunan ekonomi memandangwilayah nasional tersebut sebagai satu “entity”. Meningkatnya kinerja ekonominasional sering diterjemahkan dengan meningkatnya kinerja ekonomi seluruhwilayah/daerah. Hal ini memberikan pengertian yang “bias”, karena hanyabeberapa wilayah/daerah yang dapat berkembang seperti nasional dan banyakdaerah yang tidak dapat berlaku seperti wilayah nasional. Wilayah Indonesiaterdirid ari 33 propinsi dengan 400an kabupaten/kota yang secara sosial

Page 4: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

ekonomi dan budaya sangat beragam. Keberagaman ini memberikanperbedaan dalam karakteristik faktor-faktor produksi yang dimiliki. Seringkalikebijakan nasional pembangunan ekonomi yang disepakati sulit mencapaitujuan dan sasaran yang diharapkan pada semua daerah-daerah yang memilikikarakteristik sangat berbeda. Contoh, kebijakan nasional untuk industrialisasi,di daerah yang berkarateristik wilayah kepulauan dan laut diantisipasi denganpembangunan industri perikanan, sedangkan daerah yang berkarakteristikdarat dikembangkan melalui pembangunan kawasan industri, serta daerahyang tertinggal merencanakan pembangunan industri tetapi sulitmerealisasikannya akibat rendahnya SDM, SDA, dan infrastruktur yangdibutuhkan oleh pengembangan Industri. Pendekatan ini dikenal denganpembangunan ekonomi wilayah.6. Pembangunan ekonomi wilayah memberikan perhatian yang luas terhadapkeunikan karakteristik wilayah (ruang). Pemahaman terhadap sumberdayaalam, sumberdaya manusia, sumberdaya buatan/infrastruktur dan kondisikegiatan usaha dari masing-masing daerah di Indonesia serta interaksi antardaerah (termasuk diantara faktor-faktor produksi yang dimiliki) merupakanacuan dasar bagi perumusan upaya pembangunan ekonomi nasional ke depan.7. UU 24/1992 tentang Penataan Ruang menyebutkan bahwa ruang dipahamisebagai suatu wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang4udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk hiduplainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsunganhidupnya. Dalam konteks ini, sumberdaya alam, sumberdaya manusia,sumberdaya buatan/infrastruktur wilayah dan kegiatan usaha merupakanunsur pembentuk ruang wilayah dan sekaligus unsur bagi pembangunan

Page 5: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

ekonomi nasional yang lebih merata dan adil.8. Penataan ruang tidak terbatas pada proses perencanaan tata ruang saja, namunlebih dari itu termasuk proses pemanfaatan ruang dan pengendalianpemanfaatan ruang.• proses perencanaan tata ruang wilayah, yang menghasilkan rencana tataruang wilayah. Disamping sebagai “guidance of future actions” rencana tataruang wilayah pada dasarnya merupakan bentuk intervensi yang dilakukanagar interaksi manusia/makhluk hidup dengan lingkungannya dapatberjalan serasi, selaras, seimbang untuk tercapainya kesejahteraanmanusia/makhluk hidup serta kelestarian lingkungan dan keberlanjutanpembangunan (development sustainability)• proses pemanfaatan ruang, yang merupakan wujud operasionaliasirencana tata ruang atau pelaksanaan pembangunan itu sendiri, dan• proses pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas mekanismepengawasan dan penertiban terhadap pelaksanaan pembangunan agartetap sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan tujuanpenataan ruang wilayahnya.Selain merupakan proses untuk mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan,penataan ruang sekaligus juga merupakan instrumen yang memiliki landasanhukum untuk mewujudkan tujuan pengembangan wilayah.9. Sistem perencanaan ruang wilayah secara substansial diselenggarakan secaraberhirarkis yakni dalam bentuk RTRW Nasional, RTRW Propinsi dan RTRWKabupaten/Kota serta rencana-rencana yang sifatnya lebih rinci. RTRWNmerupakan perencanaan makro strategis jangka panjang dengan horizonwaktu hingga 25 – 50 tahun ke depan dengan menggunakan skala ketelitian 1 :1.000.000. RTRW Pulau pada dasarnya merupakan instrumen operasionalisasidari RTRWN. RTRW Propinsi merupakan perencanaan makro strategisjangka menengah dengan horizon waktu 15 tahun pada skala ketelitian 1 :250.000. Sementara, RTRW Kabupaten dan Kota merupakan perencanaan5

Page 6: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

mikro operasional jangka menengah (5-10 tahun) dengan skala ketelitian 1 :20.000 hingga 100.000, yang kemudian diikuti dengan rencana-rencana rinciyang bersifat mikro-operasional jangka pendek dengan skala ketelitiandibawah 1 : 5.000.III. TANTANGAN PEMBANGUNAN INDONESIA KE DEPAN10. Tantangan pembangunan Indonesia ke depan sangat berat dan berbeda denganyang sebelumnya. Paling tidak ada 4 (empat) tantangan yang dihadapiIndonesia, yaitu: (i) otonomi daerah, (ii) pergeseran orientasi pembangunansebagai negara maritim, (iii) ancaman dan sekaligus peluang globalisasi, serta(iv) kondisi objektif akibat krisis ekonomi.11. Pertama, Undang-undang No. 22 tahun 1999 secara tegas meletakkan otonomidaerah di daerah kabupaten/kota. Hal ini berarti telah terjadi penguatan yangnyata dan legal terhadap kabupaten/kota dalam menetapkan arah dan targetpembangunannya sendiri. Di satu sisi, penguatan ini sangat penting karenasecara langsung permasalahaan yang dirasakan masyarakat di kabupaten/kotalangsung diupayakan diselesaikan melalui mekanisme yang ada dikabupaten/kota tersebut. Tetapi, di sisi lain, otonomi ini justru menciptakanego daerah yang lebih besar dan bahkan telah menciptakan konflik antardaerah yang bertetangga dan ancaman terhadap kerangka Negara KesatuanRepublik Indonesia.12. Kedua, reorientasi pembangunan Indonesia ke depan adalah keunggulansebagai negara maritim. Wilayah kelautan dan pesisir beserta sumberdayaalamnya memiliki makna strategis bagi pembangunan ekonomi Indonesia,karena dapat diandalkan sebagai salah satu pilar ekonomi nasional.13. Ketiga, ancaman dan peluang dari globalisasi ekonomi terhadap Indonesia yangterutama diindikasikan dengan hilangnya batas-batas negara dalam suatuproses ekonomi global. Proses ekonomi global cenderung melibatkan banyak

Page 7: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

negara sesuai dengan keunggulan kompetitifnya seperti sumberdaya manusia,sumberdaya buatan/infrastruktur, penguasaan teknologi, inovasi prosesproduksi dan produk, kebijakan pemerintah, keamanan, ketersediaan modal,jaringan bisnis global, kemampuan dalam pemasaran dan distribusi global.Ada empat manfaat yang dirasakan dari globalisasi ekonomi, yaitu (i) spesialisasiproduk yang didasarkan pada keunggulan absolut atau komparatif, (ii) potensipasar yang besar bagi produk masal, (iii) kerjasama pemasaran bagi hasil bumidan tambang untuk memperkuat posisi tawar, dan (iv) adanya pasar bersama6untuk produk-produk ekspor yang sama ke pasar Asia Pasifik yang memiliki70% pasar dunia. Di sisi lain, globalisasi juga memberikan ancaman terhadapekonomi nasional dan daerah berupa membanjirnya produk-produk asingyang menyerbu pasar-pasar domestik akibat tidak kompetitifnya harga produklokal.14. Terakhir, kondisi objektif akibat krisis ekonomi (jatuhnya kinerja makroekonomi menjadi –13% dan kurs rupiah yang terkontraksi sebesar 5-6 kali lipat)dan multi dimensi yang dialami Indonesia telah menyebabkan tingginya angkapenduduk miskin menjadi 49,5 juta atau 24,2% dari total penduduk Indonesiapada tahun 1997/1998 dan mulai membaik pada tahun 1999 menjadi 23,4%atau 47,97 juta jiwa. Di sisi lain, krisis ekonomi ini menjadi pemacu krisismultidimensi, seperti krisis sosial, dan krisis kepercayaan terhadap pemerintah.IV. ISUE PENGEMBANGAN WILAYAH DI INDONESIA15. Hal yang sering terlupakan dari kebijakan Pembangunan ekonomi nasionalsejak mulai tahun 1969 sampai sekarang adalah semakin melebarnya jurang

Page 8: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

kesenjangan antar wilayah secara nasional, yaitu antara perkembanganKawasan Timur Indonesia (KTI) yang meliputi Pulau Kalimantan, Sulawesi,Maluku, Papua, Bali dan kepulauan Nusa Tenggara, relatif jauh tertinggaldibandingkan dengan perkembangan Kawasan Barat Indonesia (KBI). Faktafaktayang mendasari diperlihatkan sebagai berikut:• Kesenjangan sumberdaya manusia antara KTI dengan KBI yang secarakuantitatif adalah 20% dengan 80% tahun 2002, dan secara kualitatifditandai oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 62,9 di KTI dan 65,7 diKBI• Kesenjangan ekonomi antara KTI dengan KBI adalah 19% dengan 81%tahun 2002 yang dirinci dalam kinerja sektor-sektor utama, yaitu (i)kontribusi sektor pertanian di KTI dan KBI (22% dan 78%), (ii) sektorindustri di KTI dan KBI (10% dan 90%), (iii) investasi asing (PMA) 13,5%dan 86,5%, investasi dalam negeri (PMDN) 19,5% dan 80,5%, dan (iv)ekspor-impor 20% dan 80%.• Kondisi sumberdaya alam di KTI umumnya melimpah dengan sumberdayalahan (kehutanan dan perkebunan) di Kalimantan, Papua, dan Sulawesi;kelautan di hampir seluruh wilayah KTI dan mineral di Kalimantan, Papua7dan Sulawesi serta Nusa Tenggara dan Maluku. Sedangkan di KBI relatifsudah dieksploitasi dengan kegiatan ekonomi perkebunan seperti diSumatera, kehutanan di Sumatera, industri dan jasa di Jawa dan sebagianSumatera.• Kondisi sumberdaya buatan/infrastruktur di KTI umumnya masih sangatterbatas dan terkonsentrasi hanya pada wilayah-wilayah tertentu, danbelum berwujud sistem jaringan (networking), dibandingkan dengan di KBIyang sudah berwujud sistem jaringan jalan, rel, listrik, telekomunikasi,sumberdaya air/irigasi, dan sistem kota-kota.16. Selain kesenjangan KTI dengan KBI, untuk lingkup yang lebih kecil, terjadikesenjangan perkembangan antar bagian wilayah pulau besar seperti Pantai

Page 9: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

Utara dengan Pantai Selatan Pulau Jawa dan Pulau Bali (yaitu 89% berbanding11% terhadap total PDRB propinsi-propinsi di Jawa dan Bali), Pantai Timurdengan pantai Barat Pulau Sumatera (80% berbanding 20% terhadap totalPDRB propinsi-propinsi di Sumatera), Bagian Utara dan Selatan dengan BagianTengah dan Tenggara Pulau Sulawesi (masing-masing 78% berbanding 22%terhadap total PDRB propinsi-propinsi di Sulawesi), Bagian pesisir denganbagian pedalaman Pulau Kalimantan (90% berbanding 10% terhadap totalPDRB propinsi-propinsi di Kalimantan). Gambaran kesenjangan ini jugaditandai dengan keberadaan sumberdaya manusia, sumberdaya alam,sumberdaya buatan dan kegiatan usaha yang dalam proporsi yang hampirsama seperti kesenjangan KTI dengan KBI. Kesenjangan antar wilayah jugadiindikasikan terjadi antar perkembangan wilayah perkotaan dengan wilayahperdesaan (yaitu: 61,5% berbanding 38,5% terhadap PDB) dan cenderung terusmenguntungkan daerah perkotaan dan menguras sumberdaya wilayahperdesaan. Kondisi-kondisi ini menyebabkan terjadinya efek pengeringan diperdesaan yang berakibat rendahnya produktivitas perdesaan danmeningkatkan angka jumlah penduduk miskin. Di sisi lain, melimpahnyasumberdaya di perkotaan tetapi tidak dapat dikelola telah menyebabkanmunculnya angka pengangguran yang tinggi dan pekerja di sektor informalyang terus meningkat di perkotaan. Akhirnya menyebabkan rendahnyaproduktivitas perkotaan.17. Fakta lain adalah wilayah perbatasan yang umumnya masih sangat rendahperkembangannya, akibat kebijakan masa lalu yang cenderung memarjinalkanwilayah perbatasan dengan hanya berfungsi sebagai jalur pertahanan dan8keamanan (Security Belt). Secara umum, kontribusi ekonomi wilayahperbatasan sangat rendah, yaitu kurang dari 0,1% (satu per mil) dari ekonomi

Page 10: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

nasional. Hal ini memang menggambarkan belum berkembangnyaperekonomian wilayah ini yang secara saling mempengaruhi disebabkan olehrendahnya tingkat pelayanan transportasi. Padahal wilayah perbatasan inimemiliki potensi yang besar sebagai pintu gerbang negara ke pasarinternasional yang besar dan sangat menjanjikan secara ekonomi. Keadaanyang sangat kontras di bagian wilayah negara tetangga yang sangat maju danberkembang dengan sektor unggulannya sama dengan sektor unggulanwilayah perbatasan Indonesia yang memanfaatkan produk-produk Indonesiaseperti kayu dan hasil hutan lainnya, untuk kemudian diekspor lebih lanjutdengan nilai tambah yang jauh lebih besar.18. Lemahnya interaksi ekonomi antar daerah terutama di KTI. Berdasarkan datasurvai Asal – Tujuan angkutan barang total ternyata orientasi aliran barangdaerah-daerah di KTI yang mencapai lebih dari 90% (sekitar 50 milyar tonasebarang dalam setahun) adalah menuju dan berasal dari KBI, terutama kotaJakarta dan Surabaya (dari/ke seluruh daerah-daerah di KTI) dan Semarang(khususnya dari Kalimantan). Dalam konteks ini keterkaitan pengembanganKTI sangat tergantung dengan perkembangan kota-kota di Jawa tersebut.Mayoritas hasil produksi dari seluruh daerah di KTI dibawa menuju ketigakota yang memiliki industri-industri pengolahan, kemudian diekspor dan ataudiantar-pulaukan ke daerah-daerah di KTI berupa barang atau produkkonsumsi dan produk jadi.19. Sistem perdagangan ekspor-impor masih berpihak kepada KBI, terutama padapelabuhan-pelabuhan di laut kepulauan seperti di Jawa (Tanjung Priok,Tanjung Perak dan Tanjung Emas). Berdasarkan Data Ekspor-Impor antarPelabuhan di Indonesia pada tahun 2001 sebanyak hampir 40% dari totalvolume ekspor-impor Indonesia atau US$ 42,5 billion (65,2% dari toal nilai)

Page 11: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

dilakukan dari ketiga pelabuhan. Padahal bila dilihat dari komoditi yangdiekspor umumnya bahan bakunya berasal daerah KTI dan Sumatera. Hal inidisebabkan belum tersedianya fasilitas ekspor-impor di pelabuhan-pelabuhandi KTI yang secara geografis sangat strategis kareana di jalur perdaganganinternasional dan akses langsung ke pasar internasional seperti Asia Pasifik,Australia, Timur Tengah dan Afrika serta Eropa. Dalam konteks ini,pengembangan pelabuhan di KTI perlu didorong dengan kualifikasi pelabuhan9petikemas sehingga dapat menarik investor untuk mendirikan industri danbisnis lain dengan dukungan hinterlandnya.20. Globalisasi ekonomi Untuk itu upaya perlindungan terhadap ancaman yangdilakukan adalah melakukan kerjasama ekonomi yang mendorongkebersamaan negara-negara bertetangga untuk melindungi produk-produklokal, yaitu melalui kerjasama ASEAN Free Trade (AFTA) yang bahkan akandidorong menjadi integrasi ekonomi ASEAN pada Sidang ASEAN-BIS di Bali,dan kerjasama Asia Pasific Free Trade (APEC). Untuk lebih operasionalkerjasama ekonomi multilateral tersebut dijabarkan secara regional. Kerjasamaekonomi sub regional yang terkait dengan Indonesia ada 4, yaitu IndonesiaMalaysia Singapura Growth Triangle (IMS-GT), Indonesia Malaysia ThailandGrowth Triangle (IMT-GT), Brunei Indonesia Malaysia Philipina EconomicGrowth (BIMP-EGA), dan Australia Indonesia Development Area (AIDA).21. Pemanfaatan jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang merupakanjalur pelayaran damai yang menghubungkan dua samudera, yaitu SamuderaHindia dan Samudera Pasifik. Keberadaan ALKI yang telah disepakati secarainternasional dan kondisi geografis kelautannya sangat mendukung untuk jugadimanfaatkan oleh kepentingan ekonomi. Berdasarkan Unclos tahun 1982,

Page 12: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

Indonesia memiliki 3 jalur ALKI, yaitu ALKI I melintasi Laut China Selatan,Natuna, Selat Karimata hingga Selat Sunda, ALKI II Selat Makasar, Laut Flores,hingga Selat Lombok, ALKI III Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, SelatOmbai, hingga Laut Timor. Pemanfaatan ALKI ini diharapkan daerah-daerahyang dilalui mempunyai akses ke pasar internasonal, terutama Asia Pasifik.22. Tingginya penduduk miskin yang mencapai 47,97 juta jiwa atau 23,4% totalpenduduk Indonesia membutuhkan arah kebijakan pembangunan nasionalyang lebih memandang pembangunan kualitas pembangunan manusia yangkompetitif sejalan dengan pembangunan ekonomi. Propenas tahun 1999-2004mengamanatkan perkembangan ekonomi di masa transisi ini adalah tahapanpembangunan untuk pemulihan ekonomi hingga 2004. Pada tahap pemulihanini, ekonomi nasional akan didorong oleh sektor-sektor yang berperan dalampemenuhan konsumsi masyarakat, dan sektor yang memiliki nilai tambah lokalyang tinggi dan berorientsi ekspor, serta industri padat karya.23. Potensi sumberdaya alam Indonesia yang sangat berlimpah sebagai modal bagipembangunan ekonomi yang lebih merata dan adil, terutama potensi diwilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Potensi tersebut antara lain adalah:10• Secara sosial, wilayah pesisir da pulau-pulau kecil dihuni tidak kurang dari140 juta jiwa atau 60% dari penduduk Indonesia yang bertempat tinggaldalam radius 50 km dari garis pantai.2 Dapat dikatakan bahwa wilayah inimerupakan cikal bakal perkembangan urbanisasi Indonesia pada masa yangakan datang. Secara administratif kurang lebih 42 Kota dan 181 Kabupatenberada di pesisir dan pulau-pulau kecil.

Page 13: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

• Secara ekonomi, hasil sumberdaya kelautan telah memberikan kontribusiterhadap pembentukan PDB nasional sebesar 24 % pada tahun 1989. Selainitu, pada wilayah ini juga terdapat berbagai sumber daya masa depan(future resources) dengan memperhatikan berbagai potensinya yang padasaat ini belum dikembangkan secara optimal, yakni (i) potensi perikananyang saat ini baru sekitar 58,5% dari potensi lestarinya yang termanfaatkan(ii) Besaran nilai investasi baik PMA dan PMDN yang masuk, pada bidangkelautan dan perikanan selama 30 tahun tidak lebih dari 2% dari totalinvestasi di Indonesia.• Selanjutnya, wilayah kelautan juga kaya akan beberapa sumber daya pesisirdan lautan yang potensial dikembangkan lebih lanjut meliputi (a)pertambangan dengan diketahuinya 60 cekungan minyak, (b) perikanandengan potensi 6,7 juta ton/tahun yang tersebar pada 9 dari 17 titikpenangkapan ikan dunia; (c) pariwisata bahari yang diakui dunia dengankeberadaan 21 spot potensial, dan (d) keanekaragaman hayati yang sangattinggi (natural biodiversity) sebagai daya tarik bagi pengembangan kegiatan“ecotourism”• Secara biofisik, wilayah maritim di Indonesia merupakan pusat biodiversitylaut tropis dunia karena hampir 30 % hutan bakau dan terumbu karangdunia terdapat di Indonesia,• Secara politik dan hankam, wilayah maritim merupakan kawasanperbatasan antar-negara maupun antar-daerah yang sensitif dan memilikiimplikasi terhadap pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan RepublikIndonesia (NKRI).24. Potensi konflik kepentingan (conflict of interest) dan tumpang tindih antarsektor dan stakeholders lainnya dalam pengelolaan dan pemanfaatan2 Kantor Kementrian Negara Lingkungan Hidup (1998)11sumberdaya wilayah. Kondisi ini muncul sebagai konsekuensi beragamnya

Page 14: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

sumberdaya yang ada serta karakteristik wilayah yang “open acces” sehinggawilayah tersebut telah menjadi salah satu lokasi utama bagi kegiatan-kegiatanbeberapa sektor pembangunan (multi-use). Dalam hal ini, konflik kepentingantidak hanya terjadi antar “users” , yakni sektoral dalam pemerintahan dan jugamasyarakat setempat dan pihak swasta, namun juga antar penggunaan antaralain (i) kegiatan budidaya dengan pengelolaan lingkungan contoh konflik 150lokasi pertambangan di kawasan hutan lindung atau kegiatan konservasi lautdan pesisir seperti mangrove, terumbu karang dan biota laut lainnya., (ii) antarkegiatan budidaya seperti pariwisata bahari dan pantai dengan industrimaritime seperti perkapalan atau pertambangan dengan 60 cekunganprospektif, seperti minyak, gas, timah dan galian lainnya atau denganperhubungan laut dan alur pelayaran, alih fungsi hutan 77, 1 juta ha menjadiperkebunan, HTI dan HPH, konversi lahan beririgasi teknis 15.000-30.000 haper tahun menjadi permukiman, dan industri.25. Potensi konflik kewenangan (jurisdictional conflict) dalam pengelolaan danpemanfaatan sumberdaya wilayah. Kondisi ini muncul sebagai konsekuensitidak berhimpitnya pembagian kewenangan yang terbagi menurut administrasipemerintah provinsi dan kabupaten/kota dengan kepentingan wilayahtersebut yang seringkali lintas wilayah otonom. Di satu sisi, kejelasanpembagian kewenangan ini diharapkan dapat meningkatkan keberlanjutandari pemanfaatan sumberdaya wilayah, seiring dengan semakin pendeknya”span of control” dan semakin jelasnya akuntabilitas dalam pengelolaanya. Disisi lain, justru hal ini berpotensi menimbulkan persoalan konflik antarwilayah dan potensi disintegrasi ketika kualitas pengelolaan sumberdaya didaerah otonom tersebut sangat dipengaruhi oleh kegiatan yang berada diwilayah kabupaten/kota otonom lainnya yang berada pada bagian atasdaratan, hulu atau yang bersebelahan

Page 15: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

26. Lemahnya kerangka hukum pengendalian pemanfaatan ruang dalam halpengaturan sumber daya wilayah serta perangkat hukum untuk penegakannyamenyebabkan masih banyaknya pemanfaatan sumberdaya wilayah yang tidakterkendali. Juga tidak adanya kekuatan hukum dan pengakuan terhadapsistem-sistem tradisional dalam pengelolaan sumber daya wilayah. Dalamkonteks ini, RTRW dalam berbagai tingkatan yang telah memiliki aspek legal12berikut aturan-aturan pelaksanaanya seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai“guidance” dalam pengelolaan sumberdaya wilayah.27. Walaupun telah menjadi common interests, proses pelibatan masyarakatsebagai subyek utama dalam pengelolaan wilayah pesisir masih belummenemukan bentuk terbaiknya. Persepsi yang berbeda mengenai hak dankewajiban dari masyarakat seringkali menghadirkan konflik antar kepentinganyang sulit dicarikan solusinya, tingginya transaction cost, dan cenderungmerugikan kepentingan publik. Hal lainnya adalah menyangkut tatacarapenyampaian aspirasi agar berbagai kepentingan seluruh stakeholders dapatterakomodasi secara adil, efektif, dan seimbang. Pelibatan masyarakat perludikembangkan berdasarkan konsensus yang disepakati bersama sertadilakukan dengan memperhatikan karakteristik sosial-budaya setempat (localuniques).V. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH NASIONAL28. Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), 1999-2004, mengamanatkan agarpembangunan wilayah Indonesia dapat dilaksanakan secara seimbang danserasi antara dimensi pertumbuhan dengan dimensi pemerataan, antarapengembangan Kawasan Barat dengan Kawasan Timur Indonesia, serta antarakawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan. Hal ini dimaksudkan agar

Page 16: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

kesenjangan pembangunan antar wilayah dapat segera teratasi melaluipembangunan yang terencana dengan matang, sistematis, dan bertahap.Dalam kaitan ini, maka pengembangan wilayah merupakan sebuahpendekatan yang digunakan agar tujuan pembangunan nasional sesuai denganamanat GBHN diatas benar-benar dapat terwujud.29. Selain itu, pengembangan wilayah menekankan pula keserasian dankeseimbangan antara pembangunan pada kawasan timur Indonesia Timurdengan kawasan Barat Indonesia. wilayah hulu dengan wilayah hilir, antarawilayah daratan (main-land) dengan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil(perairan), serta antara kawasan lindung dan kawasan budidaya. Dengan katalain, pengembangan wilayah menekankan adanya keserasian dankeseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dengan kelestarian lingkungan,13demi terselenggaranya pembangunan yang berkelanjutan untuk generasimendatang (sustainable development).30. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional yang terpadu, terarah danholistik, maka pendekatan pengembangan wilayah untuk pembangunannasional ditempuh dengan instrumen penataan ruang, yang terdiri dariperencanaan, pembangunan (pemanfaatan ruang) dan pengendalianpemanfaatan ruang. Rencana Tata Ruang merupakan landasan ataupun acuankebijakan dan strategi pembangunan bagi sektor-sektor maupun wilayahwilayahyang berkepentingan agar terjadi kesatuan penanganan yang sinergis –sekaligus mengurangi potensi konflik lintas wilayah dan lintas sektoral.31. Dalam upaya memberikan respons terhadap beratnya tantangan yang akandihadapi pada masa mendatang, serta mendorong percepatan otonomi daerah,maka pada tingkat nasional ditempuh kebijakan pokok revitalisasi penataanruang yang bertujuan untuk mengfungsikan kembali penataan ruang sejalan

Page 17: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

dengan paradigma baru, yakni keterbukaan, akuntabilitas sehingga mampumenjawab berbagai persoalan dan masalah aktual yang ada sekaligus meletakanlandasan pembangunan ke depan yang lebih baik.32. Selain itu, kebijakan penting lainnya yang dikembangkan adalah : (a)penyiapan Norma, Standar, Prosedur dan Manual (NSPM) untuk percepatandesentralisasi bidang pengembangan wilayah melalui penataan ruang kedaerah; (b) peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia sertapemantapan format dan mekanisme kelembagaan pengembangan wilayahdengan penataan ruang, (c) sosialisasi produk-produk penataan ruang kepadamasyarakat melalui public campaign dan (d) penyiapan dukungan sisteminformasi pengembangan wilayah melalui penataan ruang.33. Sebagai “penjaga” kepentingan nasional, pemerintah pusat juga mengeluarkankerangka perencanaan makro dalam wujud RTRWN dan RTR Pulau sebagaioperasionalisasinya. Pada tingkatan rencana makro tersebut, yang merupakanfokus penataan adalah bagaimana mewujudkan struktur perwilayahannasional melalui upaya mensinergikan antar kawasan yang antara lain dicapaidengan pengaturan hirarki fungsional yaitu: sistem kota-kota, sistem jaringanprasarana wilayah, serta fasilitasi kerjasama lintas propinsi, kabupaten, dankota.1434. Strategi pengembangan wilayah nasional diarahkan untuk dapatmenyeimbangkan perkembangan Kawasan Timur dengan Kawasan BaratIndonesia dan daerah-daerah tertinggal lainnya, melalui percepatanpembangunan di daerah-daerah tersebut seperti yang diatur dalam RencanaTata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)35. RTRWN, yang telah ditetapkan melalui PP No.47/1997 merupakan merupakanacuan spasial perencanaan pembangunan nasional yang bersifat makro dan

Page 18: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

dimaksudkan agar pemanfaatan sumber daya alam dalam pembangunannasional dapat dilakukan secara optimal dan berkelanjutan. RTRWN memuatarahan struktur dan pola pemanfaatan ruang. Struktur ruang wilayah nasionalmemuat arahan sistem permukiman nasional (perkotaan dan perdesaan) danprasarana wilayah, sementara itu, pola pemanfaatan ruang nasional memuatarahan pengelolaan kawasan lindung, pengembangan kawasan budidayaprioritas, dan kriteria pengelolaannya.36. Strategi pengembangan wilayah nasional untuk pembangunan ekonomi yanglebih merata dan adil, antara lain:• Mengembangkan ekonomi daerah dan nasional melalui pengembangansektor-sektor unggulan pada 112 kawasan andalan yang merupakan”prime-mover” pengembangan wilayah nasional. Pengembangan kawasandilakukan pada 57 kawasan andalan dan 23 kawasan andalan laut di KTIdan 55 kawasan andalan dan 14 kawasan andalan laut di KBI. Denganpengembangan kawasan andalan, paling tidak diperkirakan akan terjadipergeseran ekonomi nasional secara berarti untuk menjadi lebih merata danadil, yaitu dari kontribusi ekonomi KTI terhadap nasional 19% tahun 1998menjadi 35% tahun 2018 dengan laju pertumbuhan rata-rata per tahunsebesar 7,78%, bandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi nasionalyang hanya 5,8%.• Mengembangkan kawasan perbatasan sebagai ”beranda depan” negara danpintu gerbang internasional yang menganut keserasian prinsip-prinsipekonomi (Prosperity) serta pertahanan dan keamanan (Security). RTRWNmenetapkan 9 kawasan perbatasan negara dengan melibatkan 11 propinsidan 10 negara tetangga. Diharapkan dengan dibukanya akses ke pasarinternasional, dan potensi ekonomi daerah terutama potensi sumberdayaalam yang sangat besar seperti ilegal perikanan dan kehutanan yang hilang

Page 19: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

15setiap tahun akibat kegiatan ilegal, yaitu US$ 2 milyar per tahun (kelautan)dan US$ 600 juta per tahun dapat dimanfaatkan dengan pengembanganindustri pengolahan perikanan dan kehutanan serta pusat perniagaanterpadu di Perbatasan yang didukung oleh keberadaan fasilitasKeimigrasian, Kepabeanan, Karantina, dan Keamanan.• Mengembangkan simpul-simpul ekonomi daerah dna nasional melaluipengembangan sistem kota-kota yang telah ditetapkan ada 36 kota PusatKegiatan Nasional (PKN), 63 kota Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan 249kota Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di KTI serta 18 kota PKN, 80 kota PKW,236 kota PKL di KBI, termasuk 19 kota perbatasan dan 47 kota pantai.Kota-kota ini mempunyai peran dan fungsi sebagai pusat kegiatan ekonomiindustri dan jasa nasional dan daerah, yang melayani pasar internasionaldan pasar nasional yang diwujudkan dengan keterkaitan antar daerah.Diperkirakan ekonomi perkotaan nasional akan dapat dipertahankan pada60-70% total ekonomi nasional pada tahun 2018, bandingkan dengan sharetahun 1998 sebesar 61%.• Mengembangkan keterkaitan ekonomi antar daerah melalui pengembanagnsistem jaringan transportasi yang mencakup sistem jaringan jalan, rel,pelabuhan laut, dan bandar udara yang melayani pengembangan ekonomikawasan andalan dan kota-kota, sehingga terwujud struktur ruang wilayahnasional yang utuh dan kuat dalam kerangka negara NKRI. Dukung sistemjaringan transportasi diarahkan untuk ”breakthrough” ketergantungan KTIke pulau Jawa dan sekaligus membentuk keterkaitan antar daerah yangkuat terutama dengan kota dan outlet berupa pelabuhan laut dan bandarudara. Total ekspor impor KTI yang didukung oleh sistem transportasi inidiperkirakan pada tahun 2018 adalah sebesar 42% dibandingkan tahun 2001hanya 25%.

Page 20: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

• Mengembangkan dukungan sumberdaya air yang mencakup pengelolaanSatuan wilayah Sungai (SWS) dan atau Daerah Pengaliran Sungai (DPS)yang kritis dan strategis (sejumlah 59 SWS) terutama untuk pelayananterhadap simpul-simpul ekonomi dan kawasan andalan sebagai ”primemover”ekonomi nasional dan daerah.37. Selanjutnya, untuk dapat mengelola pembangunan ekonomi wilayah secaraefisien dan efektif, diperlukan strategi pendayagunaan penataan ruang yang16senada dengan semangat otonomi daerah yang disusun denganmemperhatikan faktor-faktor berikut :• Keterpaduan yang bersifat lintas sektoral dan lintas wilayah dalam kontekspengembangan kawasan pesisir sehingga tercipta konsistensi pengelolaanpembangunan sektor dan wilayah terhadap rencana tata ruang kawasanpesisir.• Pendekatan bottom-up atau mengedepankan peran masyarakat(participatory planning process) dalam pelaksanaan pembangunan kawasanpesisir yang transparan dan accountable agar lebih akomodatif terhadapberbagai masukan dan aspirasi seluruh stakeholders dalam pelaksanaanpembangunan.• Kerjasama antar wilayah (antar propinsi, kabupaten maupun kota-kotapantai, antara kawasan perkotaan dengan perdesaan, serta antara kawasanhulu dan hilir) sehingga tercipta sinergi pembangunan kawasan pesisirdengan memperhatikan inisiatif, potensi dan keunggulan lokal, sekaligusreduksi potensi konflik lintas wilayah• Penegakan hukum yang konsisten dan konsekuen – baik PP, Keppres,maupun Perda - untuk menghindari kepentingan sepihak dan untukterlaksananya role sharing yang ‘seimbang’ antar unsur-unsur stakeholders.Dalam hal ini instrument pengaturan bagi wilayah pesisir perludirumuskan sebagai turunan dan bagian yang tidak terpisahkan dari UU24/1992 tentang Penataan Ruang.

Page 21: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

38. Sedangkan pada tataran mikro, RTRW Kabupaten, Kota maupun Kawasanmerupakan instrument strategi dan landasan implementasi terpadu dalampengembangan wilayah mulai dari hulu (upstream) hingga hilir (downstream).VI. PENUTUP: Strategi Pengembangan Infrastruktur dalam mewujudkanPengembangan Wilayah39. Upaya pembangunan ekonomi wilayah yang mendorong pemerataan dan rasakeadilan memang tidak mudah, tetapi paling tidak dengan adanya strategipengembangan wilayah ini, arah kebijakan pembangunan ekonomi ke depanakan lebih menjanjikan aspek pemerataan dan keadilan.1740. Strategi pengembangan wilayah ini tidak akan dapat efektif dan efisien bilatidak diselenggarakan secara terpadu oleh seluruh sektor (lintas sektor) danseluruh daerah (lintas wilayah) sebagai bagian komitmen pengembanganwilayah nasional. Kerangka keterpaduan pengembangan wilayah tersebutdapat diselenggarakan dengan memanfaatkan instrument penataan ruang,baik pada tingkat Nasional, Pulau, Propinsi, Kabupaten maupun Kota.41. Salah satu wujud keterpaduan antar sektor untuk mendukung pembangunanekonomi yang lebih merata dan adil adalah keterpaduan pembangunanprasarana wilayah, antara lain:_ Pemantapan kehandalan prasarana jalan untuk mendukung kawasanandalan (laut dan darat), termasuk sentra-sentra produksi di wilayahpesisir, melalui: (a) harmonisasi sistim jaringan jalan terhadap tata ruang,(b) pemantapan kinerja pelayanan prasarana jalan terbangun melaluipemeliharaan, rahabilitasi serta pemantapan teknologi terapan, (c)penyelesaian pembangunan ruas jalan untuk memfungsikan sistemjaringan._ Pemantapan pelayanan sumber daya air, terkait dengan pembangunanwilayah pesisir melalui: (a) Pengelolaan dan konservasi sungai, danau,waduk dan sumber air lainnya untuk menjamin ketersediaan air danpengamanan pantai untuk melindungi kawasan sentra ekonomi (termasuk

Page 22: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

kelautan), pemukiman (perkotaan dan perdesaan) pada wilayah pesisir. (b)Pengembangan pengelolaan sumber daya air yang terkoordinasi secaralintas sektoral dan multi-stakeholders pada tingkat nasional, daerah danwilayah sungai._ Pengembangan prasarana dan sarana permukiman, khususnya untuk kotakotapesisir, melalui: (a) peningkatan prasarana dan sarana perkotaan untukmewujudkan fungsi kota sebagai Pusat Kegiatan Nasional, Wilayah danLokal; (b) pengembangan desa pusat pertumbuhan dan prasarana dansarana antara desa-kota untuk mendukung pengembangan agribisnis danagropolitan (termasuk sentra-sentra produksi kelautan); (c)mempertahankan tingkat pelayanan dan kualitas jalan kota (arteri dankolektor primer) bagi kota-kota metro, besar, dan ibukota propinsi.18_ Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman, yang layak danterjangkau dengan menitikberatkan pada masyarakat miskin danberpendapat rendah (seperti pada permukiman nelayan), diantaranyamelalui pengembangan sistem pembiayaan dan pemberdayaan ekonomimasyarakat lokal.42. Dukungan penyiapan NSPM untuk penguatan peran pemerintah daerah dansistem informasi dan sistem peta-peta sebagai instrumen pengendalianpemanfaatan ruang adalah sangat penting. Terlebih bila dikaitkan dengandinamika otonomi daerah, dimana daerah-daerah diharapkan dapatmenyiapkan sejak dini serta dapat merumuskan kebijakan pembangunanwilayah dan nasional secara tepat.19DAFTAR PUSTAKA1. BKTRN, Peraturan Pemerintah NO. 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata RuangWilayah Nasional, 19972. BKTRN, Draf RPP Amandemen PP No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata RuangWilayah Nasional, 20033. Undang-undang RI No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional(Propenas) Tahun 2000-2004

Page 23: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

4. BPS, Statistik Indonesia Tahun 20015. BPS, Batas Miskin, Prosentase dan Jumlah Penduduk Miskin tahun 1976-19996. Tambunan, Tulus, “ASEAN-BIS, Adakah Manfaatnya bagi Dunia Usaha”, artikelMedia Indonesia tanggal 6 Oktober 20037. BPS, Data Ekspor-Impor Pelabuhan di Indonesia tahun 1996-2001, 20018. Undang-undang No. 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PerserikatanBangsa-bangsa tentang Hukum Laut9. Artikel di Asia Times: Illegal Logging Costing Indonesia Dearly, july 200310. Artikel di Detik: Akibat Penangkapan Ikan Liar, Negara dirugikan US$ 1,924 milyar,16 Januari 200211. Kumpulan Profil KSER IMT-GT, IMS-GT, AIDA dan BIMP-EAGA12. BKTRN, Draf Rancangan Keppres Rencana Tata Ruang Kawasan PerbatasanKalimantan-Sabah-Sarawak (KASABA), 2003

13. Departemen Perhubungan, Tabel Survai Asal-Tujuan Barang Total tahun 1996

Sejarah perekonomian IndonesiaOnline BukuKnowledge for a Better Life

Home About Contact Us Banner

Flash…

Page 24: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

Recent Postso Leonardo da vinci o Fidel Castro o Kesuksesan Tanadi Santoso o TOP 10 Issu Lingkungan Saat ini o Ekologi Industri Pada Pengolahan Air Laut o Ki Hajar Dewantara o Sistem Ekologi Indusri Sebagai Upaya Pelaksanaan Kawasan Industri

Bersih o Ekologi Industri Pengembangan Kelapa Sawit o Mohandas Karamchand Gandhi o Mengapa Prestasi Bulutangkis Semakin Menurun? o Team Basket Ball o Ekologi Industri di Indonesia o Kawasan Ekologi Industri Berbasis Industri Pengolahan Tebu o Happy New Year! 2010 o Indonesia Berduka – Selamat Jalan Gus Dur

Recent Comments

Page 25: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

o Boy Macklin on Jokosusilongologyo wawan on Jokosusilongologyo wahyu on Pengolahan Limbah Plastik Dengan Metode Daur Ulang

(Recycle)o sumartono on Membuat Real “Green City”o sumartono on Membuat Real “Green City”o tarkan on Telo (Ubi Jalar) Indonesia diminati Jepang dan Korea Harganya

20 SGD/bungkuso Boy Macklin on Selamat Tahun Baru Hijrah 1431Ho sumartono on Selamat Tahun Baru Hijrah 1431Ho Danara Tasama Diazt on Limbah Tahu Cair Menjadi Biogaso buyung suseno on Limbah Tahu Cair Menjadi Biogaso Boy Macklin on Daur Ulang Sampah Plastik Bisnis yang Menjanjikan dan

Ramah Lingkungano rinaldi on Pemanfaatan Limbah dari Tanaman Pisango dimas on Daur Ulang Sampah Plastik Bisnis yang Menjanjikan dan

Ramah Lingkungano toko buku online on Teori Komunikasi Organisasi #5o husyaini on Daur Ulang Sampah Plastik Bisnis yang Menjanjikan dan

Ramah Lingkungan

Categories

o Agro TechnoPark (9) o agrobisnis (2) o Amdal (4) o Analisis Rekayasa Sistem (2) o Anda BerOpini & Komentar (1) o Bisnis (36) o Bisnis Internet (16) o Blogging (14) o Budaya (5) o Creativity (27) o Ekologi Industri (34) o Ekologi Pekarangan (3) o Ekonomi (30) o Goggle (4) o I Luv U Bandung (1) o Islam (11) o Kelayakan Bisnis (8) o Kompos (3) o Komputer dan Internet (19) o Kuliner (4) o Lingkungan (51) o Manajemen (16) o Marketing (4)

Page 26: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

o Menulis (13) o Moneter (2) o Motivasi (6) o Nasi Goreng (5) o OnlineBuku Observation (2) o Organisasi SDM (26) o Penelitian (3) o Perencanaan Bisnis (7) o Perkuliahan (7) o Pertanian (6) o Psikologi Industri (81) o safety and health (1) o Sistem Bisnis Internasional (9) o Supply Chain Management (24) o Tek. Pengelolaan Limbah (76) o Teknik Industri (12) o Tokoh (7) o Umum (52)

Archives

o February 2010 o January 2010 o December 2009 o November 2009 o October 2009 o September 2009 o August 2009 o July 2009 o June 2009 o May 2009 o April 2009 o March 2009 o February 2009 o January 2009 o December 2008 o November 2008 o October 2008 o September 2008 o August 2008 o July 2008

Pages

o About About OnlineBuku.Com

Page 27: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

o Banner o Contact Us

AdsFav…

Metao Log in o Entries RSS o Comments RSS o WordPress.org

Web Stats

From http://macklin.onbuk.com Creation date; 10:20:00, 12/July/2008. Domain move at www.onlinebuku.com;Creation date: 10:02:32, 1/January/2009. Click this buttom from Histats.com. Google Analytics Creation date; 13:48:00, 22/January/2009

Page 28: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

Live Traffic Feed   Bandung, Jawa Barat arrived from google.co.id on "Sejarah Perekonomian

Indonesia : Online Buku"   Jakarta, Jakarta Raya arrived from google.co.id on "Pemanfaatan Limbah

Nilam : Online Buku"   Semarang, Jawa Tengah arrived from google.co.id on "Mengolah Limbah

Sawit menjadi bioetanol dan kompos : Online Buku"   Magelang, Jawa Tengah left "Limbah Tahu Cair Menjadi Biogas : Online

Buku" via nurullita.wordpress.com   Magelang, Jawa Tengah arrived from google.co.id on "Limbah Tahu Cair

Menjadi Biogas : Online Buku"   Medan, Sumatera Utara arrived from google.co.id on "Pengolahan Limbah

Plastik Dengan Metode Daur Ulang (Recycle) : Online Buku"   Semarang, Jawa Tengah arrived from google.co.id on "Pengolahan Limbah

Plastik Dengan Metode Daur Ulang (Recycle) : Online Buku"   Tangerang, Jawa Barat arrived from google.co.id on "Pengolahan Limbah

Plastik Dengan Metode Daur Ulang (Recycle) : Online Buku"   Jakarta, Jakarta Raya arrived from google.co.id on "Pemahaman Perilaku

Kelompok dalam sebuah Kajian Teoritis #3 : Online Buku"   Jakarta, Jakarta Raya arrived from google.co.id on "Pengolahan Limbah

Plastik Dengan Metode Daur Ulang (Recycle) : Online Buku" Watch in Real-Time

Options>> 

Feedjit Live Blog Stats

Page 29: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

MiniAds…

Mar

6

Sejarah Perekonomian IndonesiaFiled Under Ekonomi 

Indonesia terletak di posisi geografis antara benua Asia dan Eropa serta

samudra Pasifik dan Hindia, sebuah posisi yang strategis dalam jalur pelayaran niaga

antar benua. Salah satu jalan sutra, yaitu jalur sutra laut, ialah dari Tiongkok dan

Indonesia, melalui selat Malaka ke India. Dari sini ada yang ke teluk Persia, melalui

Suriah ke laut Tengah, ada yang ke laut Merah melalui Mesir dan sampai juga ke laut

Page 30: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

Tengah (Van Leur). Perdagangan laut antara India, Tiongkok, dan Indonesia dimulai

pada abad pertama sesudah masehi, demikian juga hubungan Indonesia dengan daerah-

daerah di Barat (kekaisaran Romawi). Perdagangan di masa kerajaan-kerajaan tradisional

disebut oleh Van Leur mempunyai sifat kapitalisme politik, dimana pengaruh raja-raja

dalam perdagangan itu sangat besar. Misalnya di masa Sriwijaya, saat perdagangan

internasional dari Asia Timur ke Asia Barat dan Eropa, mencapai zaman keemasannya.

Raja-raja dan para bangsawan mendapatkan kekayaannya dari berbagai upeti dan pajak.

Tak ada proteksi terhadap jenis produk tertentu, karena mereka justru diuntungkan oleh

banyaknya kapal yang “mampir”.

Penggunaan uang yang berupa koin emas dan koin perak sudah dikenal di masa itu,

namun pemakaian uang baru mulai dikenal di masa kerajaan-kerajaan Islam, misalnya

picis yang terbuat dari timah di Cirebon. Namun penggunaan uang masih terbatas, karena

perdagangan barter banyak berlangsung dalam sistem perdagangan Internasional.

Karenanya, tidak terjadi surplus atau defisit yang harus diimbangi dengan ekspor atau

impor logam mulia.

Kejayaan suatu negeri dinilai dari luasnya wilayah, penghasilan per tahun, dan ramainya

pelabuhan.Hal itu disebabkan, kekuasaan dan kekayaan kerajaan-kerajaan di Sumatera

bersumber dari perniagaan, sedangkan di Jawa, kedua hal itu bersumber dari pertanian

dan perniagaan. Di masa pra kolonial, pelayaran niaga lah yang cenderung lebih

dominan. Namun dapat dikatakan bahwa di Indonesia secara keseluruhan, pertanian dan

perniagaan sangat berpengaruh dalam perkembangan perekonomian Indonesia, bahkan

hingga saat ini.

Seusai masa kerajaan-kerajaan Islam, pembabakan perjalanan perekonomian Indonesia

dapat dibagi dalam empat masa, yaitu masa sebelum kemerdekaan, orde lama, orde baru,

dan masa reformasi.

SEBELUM KEMERDEKAAN

Sebelum merdeka, Indonesia mengalami masa penjajahan yang terbagi dalam beberapa

periode. Ada empat negara yang pernah menduduki Indonesia, yaitu Portugis,

Belanda,Inggris, dan Jepang. Portugis tidak meninggalkan jejak yang mendalam di

Indonesia karena keburu diusir oleh Belanda, tapi Belanda yang kemudian berkuasa

Page 31: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

selama sekitar 350 tahun, sudah menerapkan berbagai sistem yang masih tersisa hingga

kini. Untuk menganalisa sejarah perekonomian Indonesia, rasanya perlu membagi masa

pendudukan Belanda menjadi beberapa periode, berdasarkan perubahan-perubahan

kebijakan yang mereka berlakukan di Hindia Belanda (sebutan untuk Indonesia saat itu).

Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC)

Belanda yang saat itu menganut paham Merkantilis benar-benar menancapkan kukunya

di Hindia Belanda. Belanda melimpahkan wewenang untuk mengatur Hindia Belanda

kepada VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie), sebuah perusahaan yang didirikan

dengan tujuan untuk menghindari persaingan antar sesama pedagang Belanda, sekaligus

untuk menyaingi perusahaan imperialis lain seperti EIC (Inggris).

Untuk mempermudah aksinya di Hindia Belanda, VOC diberi hak Octrooi, yang antara

lain meliputi :

1. a.Hak mencetak uang

2. b.Hak mengangkat dan memberhentikan pegawai

3. c.Hak menyatakan perang dan damai

4. d.Hak untuk membuat angkatan bersenjata sendiri

5. e.Hak untuk membuat perjanjian dengan raja-raja

Hak-hak itu seakan melegalkan keberadaan VOC sebagai “penguasa” Hindia Belanda.

Namun walau demikian, tidak berarti bahwa seluruh ekonomi Nusantara telah dikuasai

VOC.

Kenyataannya, sejak tahun 1620, VOC hanya menguasai komoditi-komoditi ekspor

sesuai permintaan pasar di Eropa, yaitu rempah-rempah. Kota-kota dagang dan jalur-jalur

pelayaran yang dikuasainya adalah untuk menjamin monopoli atas komoditi itu. VOC

juga belum membangun sistem pasokan kebutuhan-kebutuhan hidup penduduk pribumi.

Peraturan-peraturan yang ditetapkan VOC seperti verplichte leverentie (kewajiban

meyerahkan hasil bumi pada VOC ) dan contingenten (pajak hasil bumi) dirancang untuk

mendukung monopoli itu. Disamping itu, VOC juga menjaga agar harga rempah-rempah

tetap tinggi, antara lain dengan diadakannya pembatasan jumlah tanaman rempah-rempah

yang boleh ditanam penduduk, pelayaran Hongi dan hak extirpatie (pemusnahan tanaman

yang jumlahnya melebihi peraturan). Semua aturan itu pada umumnya hanya diterapkan

Page 32: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

di Maluku yang memang sudah diisolasi oleh VOC dari pola pelayaran niaga samudera

Hindia.

Dengan memonopoli rempah-rempah, diharapkan VOC akan menambah isi kas negri

Belanda, dan dengan begitu akan meningkatkan pamor dan kekayaan Belanda.

Disamping itu juga diterapkan Preangerstelstel, yaitu kewajiban menanam tanaman kopi

bagi penduduk Priangan. Bahkan ekspor kopi di masa itu mencapai 85.300 metrik ton,

melebihi ekspor cengkeh yang Cuma 1.050 metrik ton.

Namun, berlawanan dengan kebijakan merkantilisme Perancis yang melarang ekspor

logam mulia, Belanda justru mengekspor perak ke Hindia Belanda untuk ditukar dengan

hasil bumi. Karena selama belum ada hasil produksi Eropa yang dapat ditawarkan

sebagai komoditi imbangan,ekspor perak itu tetap perlu dilakukan. Perak tetap digunakan

dalam jumlah besar sebagai alat perimbangan dalam neraca pembayaran sampai tahun

1870-an.

Pada tahun 1795, VOC bubar karena dianggap gagal dalam mengeksplorasi kekayaan

Hindia Belanda. Kegagalan itu nampak pada defisitnya kas VOC, yang antara lain

disebabkan oleh :

a.Peperangan yang terus-menerus dilakukan oleh VOC dan memakan biaya besar,

terutama perang Diponegoro.

b.Penggunaan tentara sewaan membutuhkan biaya besar.

c.Korupsi yang dilakukan pegawai VOC sendiri.

d.Pembagian dividen kepada para pemegang saham, walaupun kas defisit.

Maka, VOC diambil-alih (digantikan) oleh republik Bataaf (Bataafsche Republiek).

Republik Bataaf dihadapkan pada suatu sistem keuangan yang kacau balau. Selain karena

peperangan sedang berkecamuk di Eropa (Continental stelstel oleh Napoleon),

kebobrokan bidang moneter sudah mencapai puncaknya sebagai akibat ketergantungan

akan impor perak dari Belanda di masa VOC yang kini terhambat oleh blokade Inggris di

Eropa.

Sebelum republik Bataaf mulai berbenah, Inggris mengambil alih pemerintahan di Hindia

Belanda.

Page 33: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

Pendudukan Inggris (1811-1816)

Inggris berusaha merubah pola pajak hasil bumi yang telah hampir dua abad diterapkan

oleh Belanda, dengan menerapkan Landrent (pajak tanah). Sistem ini sudah berhasil di

India, dan Thomas Stamford Raffles mengira sistem ini akan berhasil juga di Hindia

Belanda. Selain itu, dengan landrent, maka penduduk pribumi akan memiliki uang untuk

membeli barang produk Inggris atau yang diimpor dari India. Inilah imperialisme modern

yang menjadikan tanah jajahan tidak sekedar untuk dieksplorasi kekayaan alamnya, tapi

juga menjadi daerah pemasaran produk dari negara penjajah. Sesuai dengan teori-teori

mazhab klasik yang saat itu sedang berkembang di Eropa, antara lain :

a.Pendapat Adam Smith bahwa tenaga kerja produktif adalah tenaga kerja yang

menghasilkan benda konkrit dan dapat dinilai pasar, sedang tenaga kerja tidak produktif

menghasilkan jasa dimana tidak menunjang pencapaian pertumbuhan ekonomi. Dalam

hal ini, Inggris menginginkan tanah jajahannya juga meningkat kemakmurannya, agar

bisa membeli produk-produk yang di Inggris dan India sudah surplus (melebihi

permintaan).

b.Pendapat Adam Smith bahwa salah satu peranan ekspor adalah memperluas pasar bagi

produk yang dihasilkan (oleh Inggris) dan peranan penduduk dalam menyerap hasil

produksi.

c.The quantity theory of money bahwa kenaikan maupun penurunan tingkat harga

dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar.

Akan tetapi, perubahan yang cukup mendasar dalam perekonomian ini sulit dilakukan,

dan bahkan mengalami kegagalan di akhir kekuasaan Inggris yang Cuma seumur jagung

di Hindia Belanda. Sebab-sebabnya antara lain :

a.Masyarakat Hindia Belanda pada umumnya buta huruf dan kurang mengenal uang,

apalagi untuk menghitung luas tanah yang kena pajak.

b.Pegawai pengukur tanah dari Inggris sendiri jumlahnya terlalu sedikit.

c.Kebijakan ini kurang didukung raja-raja dan para bangsawan, karena Inggris tak mau

mengakui suksesi jabatan secara turun-temurun.

Cultuurstelstel

Cultuurstelstel (sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas inisiatif

Page 34: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

Van Den Bosch. Tujuannya adalah untuk memproduksi berbagai komoditi yang ada

permintaannya di pasaran dunia. Sejak saat itu, diperintahkan pembudidayaan produk-

produk selain kopi dan rempah-rempah, yaitu gula, nila, tembakau, teh, kina, karet,

kelapa sawit, dll. Sistem ini jelas menekan penduduk pribumi, tapi amat menguntungkan

bagi Belanda, apalagi dipadukan dengan sistem konsinyasi (monopoli ekspor). Setelah

penerapan kedua sistem ini, seluruh kerugian akibat perang dengan Napoleon di Belanda

langsung tergantikan berkali lipat.

Sistem ini merupakan pengganti sistem landrent dalam rangka memperkenalkan

penggunaan uang pada masyarakat pribumi. Masyarakat diwajibkan menanam tanaman

komoditas ekspor dan menjual hasilnya ke gudang-gudang pemerintah untuk kemudian

dibayar dengan harga yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Cultuurstelstel melibatkan

para bangsawan dalam pengumpulannya, antara lain dengan memanfaatkan tatanan

politik Mataram–yaitu kewajiban rakyat untuk melakukan berbagai tugas dengan tidak

mendapat imbalan–dan memotivasi para pejabat Belanda dengan cultuurprocenten

(imbalan yang akan diterima sesuai dengan hasil produksi yang masuk gudang).

Bagi masyarakat pribumi, sudah tentu cultuurstelstel amat memeras keringat dan darah

mereka, apalagi aturan kerja rodi juga masih diberlakukan. Namun segi positifnya adalah,

mereka mulai mengenal tata cara menanam tanaman komoditas ekspor yang pada

umumnya bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya ekonomi uang di pedesaan yang

memicu meningkatnya taraf hidup mereka. Bagi pemerintah Belanda, ini berarti bahwa

masyarakat sudah bisa menyerap barang-barang impor yang mereka datangkan ke Hindia

Belanda. Dan ini juga merubah cara hidup masyarakat pedesaan menjadi lebih komersial,

tercermin dari meningkatnya jumlah penduduk yang melakukan kegiatan ekonomi

nonagraris.

Jelasnya, dengan menerapkan cultuurstelstel, pemerintah Belanda membuktikan teori

sewa tanah dari mazhab klasik, yaitu bahwa sewa tanah timbul dari keterbatasan

kesuburan tanah. Namun disini, pemerintah Belanda hanya menerima sewanya saja,

tanpa perlu mengeluarkan biaya untuk menggarap tanah yang kian lama kian besar. Biaya

yang kian besar itu meningkatkan penderitaan rakyat, sesuai teori nilai lebih (Karl Marx),

bahwa nilai leih ini meningkatkan kesejahteraan Belanda sebagai kapitalis.

Page 35: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

Sistem Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal)

Adanya desakan dari kaum Humanis Belanda yang menginginkan perubahan nasib warga

pribumi ke arah yang lebih baik, mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk mengubah

kebijakan ekonominya. Dibuatlah peraturan-peraturan agraria yang baru, yang antara lain

mengatur tentang penyewaan tanah pada pihak swasta untuk jangka 75 tahun, dan aturan

tentang tanah yang boleh disewakan dan yang tidak boleh. Hal ini nampaknya juga masih

tak lepas dari teori-teori mazhab klasik, antara lain terlihat pada :

a.Keberadaan pemerintah Hindia Belanda sebagai tuan tanah, pihak swasta yang

mengelola perkebunan swasta sebagai golongan kapitalis, dan masyarakat pribumi

sebagai buruh penggarap tanah.

b.Prinsip keuntungan absolut : Bila di suatu tempat harga barang berada diatas ongkos

tenaga kerja yang dibutuhkan, maka pengusaha memperoleh laba yang besar dan

mendorong mengalirnya faktor produksi ke tempat tersebut.

c.Laissez faire laissez passer, perekonomian diserahkan pada pihak swasta, walau jelas,

pemerintah Belanda masih memegang peran yang besar sebagai penjajah yang

sesungguhnya.

Pada akhirnya, sistem ini bukannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pribumi,

tapi malah menambah penderitaan, terutama bagi para kuli kontrak yang pada umumnya

tidak diperlakukan layak.

Pendudukan Jepang (1942-1945)ÿ

Pemerintah militer Jepang menerapkan suatu kebijakan pengerahan sumber daya

ekonomi mendukung gerak maju pasukan Jepang dalam perang Pasifik. Sebagai

akibatnya, terjadi perombakan besar-besaran dalam struktur ekonomi masyarakat.

Kesejahteraan rakyat merosot tajam dan terjadi bencana kekurangan pangan, karena

produksi bahan makanan untuk memasok pasukan militer dan produksi minyak jarak

untuk pelumas pesawat tempur menempati prioritas utama. Impor dan ekspor macet,

sehingga terjadi kelangkaan tekstil yang sebelumnya didapat dengan jalan impor.

Seperti ini lah sistem sosialis ala bala tentara Dai Nippon. Segala hal diatur oleh pusat

guna mencapai kesejahteraan bersama yang diharapkan akan tercapai seusai

memenangkan perang Pasifik.

Page 36: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

ORDE LAMA

Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)

Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk, antara lain

disebabkan oleh :

Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang secara

tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga

mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang

pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Kemudian pada tanggal

6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukan

sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu.

Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI

(Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori moneter,

banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga.

Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu

perdagangan luar negri RI.

Kas negara kosong.

Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan.

Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi, antara lain :

Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir.Ø Surachman dengan

persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada bulan Juli 1946.

Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India, mangadakanØ kontak

dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di Sumatera dengan

tujuan ke Singapura dan Malaysia.

Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperolehØ kesepakatan yang

bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu : masalah

produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, serta status dan administrasi

perkebunan-perkebunan.

Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947Ø

Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948Ø >>mengalihkan tenaga

bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.

Page 37: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan denganØ beberapa

petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada pangan, diharapkan

perekonomian akan membaik (Mazhab Fisiokrat : sektor pertanian merupakan sumber

kekayaan).

Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)

Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya

menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai teori-

teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez passer. Padahal pengusaha

pribumi masih lemah dan belum bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama

pengusaha Cina. Pada akhirnya sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian

Indonesia yang baru merdeka.

Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain :

a)Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk

mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.

b)Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menunbuhkan wiraswastawan pribumi

dan mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing

dengan membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya pada

importir pribumi serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar

nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini

gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing

dengan pengusaha non-pribumi.

c)Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951

lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.

d)Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak

Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan pengusaha

pribumi. Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan pada pengusaha

pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta

nasional. Program ini tidak berjalan dengan baik, karena pengusaha pribumi kurang

berpengalaman, sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari

pemerintah.

Page 38: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

e)Pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni Indonesia-

Belanda.

Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya sedangkan

pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih perusahaan-perusahaan

tersebut.

Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)

Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem

demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme

(segala-galanya diatur oleh pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan akan membawa

pada kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial, politik,dan ekonomi (Mazhab

Sosialisme). Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa

ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia, antara lain :

a)Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang sebagai

berikut :Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000

menjadi Rp 100, dan semua simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.

b)Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis

Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi

bagi perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga barang-baranga naik 400%.

c)Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000

menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah

lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi. Maka

tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah meningkatkan angka inflasi.

Kegagalan-kegagalan dalam berbagai tindakan moneter itu diperparah karena pemerintah

tidak menghemat pengeluaran-pengeluarannya. Pada masa ini banyak proyek-proyek

mercusuar yang dilaksanakan pemerintah, dan juga sebagai akibat politik konfrontasi

dengan Malaysia dan negara-negara Barat. Sekali lagi, ini juga salahsatu konsekuensi

dari pilihan menggunakan sistem demokrasi terpimpin yang bisa diartikan bahwa

Indonesia berkiblat ke Timur (sosialis) baik dalam politik, eonomi, maupun bidang-

bidang lain.

Page 39: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

ORDE BARU

Pada awal orde baru, stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik menjadi prioritas utama.

Program pemerintah berorientasi pada usaha pengendalian inflasi, penyelamatan

keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pengendalian inflasi mutlak

dibutuhkan, karena pada awal 1966 tingkat inflasi kurang lebih 650 % per tahun.

Setelah melihat pengalaman masa lalu, dimana dalam sistem ekonomi liberal ternyata

pengusaha pribumi kalah bersaing dengan pengusaha nonpribumi dan sistem etatisme

tidak memperbaiki keadaan, maka dipilihlah sistem ekonomi campuran dalam kerangka

sistem ekonomi demokrasi pancasila. Ini merupakan praktek dari salahsatu teori Keynes

tentang campur tangan pemerintah dalam perekonomian secara terbatas. Jadi, dalam

kondisi-kondisi dan masalah-masalah tertentu, pasar tidak dibiarkan menentukan sendiri.

Misalnya dalam penentuan UMR dan perluasan kesempatan kerja. Ini adalah awal era

Keynes di Indonesia. Kebijakan-kebijakan pemerintah mulai berkiblat pada teori-teori

Keynesian.

Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin dalam

8 jalur pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan,

kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi muda,

penyebaran pembangunan, dan peradilan. Semua itu dilakukan dengan pelaksanaan pola

umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) secara periodik lima tahunan yang

disebut Pelita (Pembangunan lima tahun).

Hasilnya, pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras, penurunan angka

kemiskinan, perbaikan indikator kesejahteraan rakyat seperti angka partisipasi pendidikan

dan penurunan angka kematian bayi, dan industrialisasi yang meningkat pesat.

Pemerintah juga berhasil menggalakkan preventive checks untuk menekan jumlah

kelahiran lewat KB dan pengaturan usia minimum orang yang akan menikah.

Namun dampak negatifnya adalah kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan

sumber-sumber daya alam, perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan

dan antar kelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam, serta penumpukan utang

luar negeri. Disamping itu, pembangunan menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang

sarat korupsi, kolusi dan nepotisme. Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan

Page 40: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang adil. Sehingga

meskipun berhasil meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, tapi secara fundamental pembangunan nasional sangat rapuh.

Akibatnya, ketika terjadi krisis yang merupakan imbas dari ekonomi global, Indonesia

merasakan dampak yang paling buruk. Harga-harga meningkat secara drastis, nilai tukar

rupiah melemah dengan cepat, dan menimbulkan berbagai kekacauan di segala bidang,

terutama ekonomi.

ORDE REFORMASI

Pemerintahan presiden BJ.Habibie yang mengawali masa reformasi belum melakukan

manuver-manuver yang cukup tajam dalam bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakannya

diutamakan untuk mengendalikan stabilitas politik. Pada masa kepemimpinan presiden

Abdurrahman Wahid pun, belum ada tindakan yang cukup berarti untuk menyelamatkan

negara dari keterpurukan. Padahal, ada berbagai persoalan ekonomi yang diwariskan orde

baru harus dihadapi, antara lain masalah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme),

pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, pengendalian inflasi, dan mempertahankan kurs

rupiah. Malah presiden terlibat skandal Bruneigate yang menjatuhkan kredibilitasnya di

mata masyarakat. Akibatnya, kedudukannya digantikan oleh presiden Megawati.

Masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri

Masalah-masalah yang mendesak untuk dipecahkan adalah pemulihan ekonomi dan

penegakan hukum. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi persoalan-

persoalan ekonomi antara lain :

a)Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan Paris

Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.

b)Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di dalam

periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-

kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan

pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu banyak

kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.

Page 41: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

Di masa ini juga direalisasikan berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), tetapi

belum ada gebrakan konkrit dalam pemberantasan korupsi. Padahal keberadaan korupsi

membuat banyak investor berpikir dua kali untuk menanamkan modal di Indonesia, dan

mengganggu jalannya pembangunan nasional.

Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono

Kebijakan kontroversial pertama presiden Yudhoyono adalah mengurangi subsidi BBM,

atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh

naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor

pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni

Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai

ke tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.

Kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah

mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi.

Salah satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan

November 2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah.

Menurut Keynes, investasi merupakan faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja.

Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi

kemudahan bagi investor, terutama investor asing, yang salahsatunya adalah revisi

undang-undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di Indonesia,

diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.

Pada pertengahan bulan Oktober 2006 , Indonesia melunasi seluruh sisa utang pada IMF

sebesar 3,2 miliar dolar AS. Dengan ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti

agenda-agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negri. Namun wacana untuk

berhutang lagi pada luar negri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa

kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk

miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada

bulan Maret 2006. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena pengucuran

Page 42: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

kredit perbankan ke sector riil masih sangat kurang (perbankan lebih suka menyimpan

dana di SBI), sehingga kinerja sector riil kurang dan berimbas pada turunnya investasi.

Selain itu, birokrasi pemerintahan terlalu kental, sehingga menyebabkan kecilnya

realisasi belanja Negara dan daya serap, karena inefisiensi pengelolaan anggaran. Jadi, di

satu sisi pemerintah berupaya mengundang investor dari luar negri, tapi di lain pihak,

kondisi dalam negeri masih kurang kondusif.

SUMBER :

-Buku Perekonomian Indonesia

-Buku Sejarah Perekonomian Indonesia

——————————————– ***** ——————————————–

Comments12 Responses to “Sejarah Perekonomian Indonesia”

1. Umar Puja Kesuma, S.Pd. on March 6th, 2009 20:36

Oh.. my God! lengkap sekali Mas Boy!

Maaf ya, gak bisa komen panjang nih.

Langsung saya save saja untuk dibaca offline.

Saya tunggu artikel luar biasa berikutnya, Mas!

2. sumartono on March 6th, 2009 20:52

Ingat waktu masih kuliah nih, tapi saya akui walau posting-postingnya berat tapi sarat edukatif. Maklum dosen ya mas?

Page 43: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

Btw, saya suka baca onbuknya… tapi belum order.

3. Boy Macklin on March 6th, 2009 22:15

@mas umar..Boleh mas gpp…

@mas sumartonoGpp… baca dulu juga boleh koq mas…

4. fahmi on July 27th, 2009 23:12

thx… brguna bwt adik gw… he…

5. Nicky Carter on August 26th, 2009 08:47

boleh ga ditampilkan tapi hanya yang masa sebelum kemerdekaan???

6. del on November 1st, 2009 20:05

assalamualaikum wr.wbmakasih banyak ya bang,,,,coz dah bantuan ana untuk mata kul sej perekonomian nie dosennya g”da ngasih tw pa buku yang harus kita baca….oy bang boleh g” nanti bagi2 informasi tentang sejarah perekonomian indonesia…..kasih tw juga ya bang judul bukunya pa….

wasallam…….~_~v

7. Boy Macklin on November 1st, 2009 21:30

Okey bang… siap… saya kasi referensi yang top… untuk di baca… Buku terbaru: Lanskap Perekonomian Indonesia Penulis Faisal Basri dan satu lagi Analisis Perekonomian Nasional dan Internasional penulis Dr. Marsuki, DEA.

Itu judul yang Top yang bisa dijadikan cerminan ekonomi Indonesia saat ini. Dari Jaman Walanda (Netherland) sebenernya ekonomi Indonesia tidak berubah banyak… Hanya penguasanya saja yang berubah.Semoga Jaman SBY sekarang banyak perubahan total dengan pemikir seperti Boediono. Kalao masalah KPK VS POLRI salah ambil keputusan, kepercayaan publik menurun terhadap pemerintah. Pejabat tinggi bisa di obok2 sama pulisi apalagi rakyat kecil. Kaitannya, kalau urusan yang besar seperti ini tidak selesai, investor semakin ragu saja mau nanam modal di Indonesia.Akhirnya eksploitasi ekonomi lagi…trims bang Del sudah berkunjung di OnlineBuku.com

8. Ade Mukhlis on November 4th, 2009 23:36

Page 44: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

Makasih banyak ya bang……dah dapat bahan kuliah buat perekonomian indonesia, thakns berat…di tunggu ilmu ilmu selanjutnya…

9. Boy Macklin on November 5th, 2009 11:01

sama mas Ade… semoga ada manfaat….

10. joule_aceh on November 14th, 2009 16:13

wah, mantap bget mas. saya uda nyari yang beginian tuk tugas kuliah tapi gak dapat2, untung da artikel mas, mantap sangat. jangan lupa mas, salam dari kami untuk mas ,,, salam fr aceh. semoga mas jaya selalu, tqyu ya mas, jasa mas slu saya ingat, jasa mas sungguh tiada tara.

11. tina & okem on December 10th, 2009 18:20

isinya top abiezz dah,pas bgd ada tugas makalah…isinya lengkap nih.. thx yahh

12. DICKY on December 14th, 2009 15:53

KURANG DOWOOO . .BAGUS, TINGKATKAN !

Leave a Reply

Name (required)

Email Address(required)

Website

CAPTCHA Code

Page 46: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

00 Transfer Uang

o Transfer Uang

Balad Onbuk - Online Buku

o Alie o Alumni BPI 1 – 92 o Arief Maulana o Blog Bisnis Muklis o Blog Nasi Goreng Opang o Blogger Pendukung SBY o Buddy Nugraha o Bugiakso o cLuTz – David Panjaitan o Dhani Esperanza o Didit DR o Emmy – Breast Cancer and Treatment o Fadly Muin o Ferry’s Blog o Handoko Tantra o Isdaryanto o Joko Purnomo o Joko Susilo o Kang Dadang Firdaos o Koleksi Lagu Alone At Last o Kualatungkal Boy o Lehmann o Madhysta o Mommy Adit o Nita Fitria o Rakhmat Junaidi o Rizky Ramadhan o Rully Nugraha o Stop Dreaming Start Action o Sugiana, SP. o Sumartono o Suwandi o Takupol Movie o Umar Puja Kesuma o Yanuar

Embryo - 1st Gen

o Bataxview o Bookstore

Page 47: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

o Clothes o Gulaku Manis o House of Risoles o Ikan Guppy o Jangkrik Kita o Kerajinan Rajapolah o Kompor Batu Bara o Kopi Sidikalang o Life Style Bandung o Talawang o Tanah Deli o Turismo de Timor-Leste

Internet Banking

o BNI Internet Banking o Klik BCA o Mandiri Internet Banking

Link Download

o Geografi Australia o Perencanaan Tata Letak Fasilitas

Link Situs

o AFI o Agen Promo o Aura CMS o Bandung o Blog Action o Desain Rumah Tinggal o Ebook Bisnis Ebook o Karikatur o Mizan Amanah o Nasi Goreng Opang o Top Seratus: 100 Blog Indonesia Terbaik o Wisata Bandung o WP Indonesia

NEWS

o Detik News o Google News

Science & Knowledge

o Biasa Saja

Page 48: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

o Pojok Serba-serbi Indonesia

Submit URL

o Google o MSN o Yahoo

Universitas

o Institut Teknologi Bandung o Universitas Padjadjaran o Universitas Pasundan o Universitas Pendidikan Indonesia o Universitas Widyatama

Categories

o Agro TechnoPark (9) o agrobisnis (2) o Amdal (4) o Analisis Rekayasa Sistem (2) o Anda BerOpini & Komentar (1) o Bisnis (36) o Bisnis Internet (16) o Blogging (14) o Budaya (5) o Creativity (27) o Ekologi Industri (34) o Ekologi Pekarangan (3) o Ekonomi (30) o Goggle (4) o I Luv U Bandung (1) o Islam (11) o Kelayakan Bisnis (8) o Kompos (3) o Komputer dan Internet (19) o Kuliner (4) o Lingkungan (51) o Manajemen (16) o Marketing (4) o Menulis (13) o Moneter (2) o Motivasi (6) o Nasi Goreng (5) o OnlineBuku Observation (2) o Organisasi SDM (26)

Page 49: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

o Penelitian (3) o Perencanaan Bisnis (7) o Perkuliahan (7) o Pertanian (6) o Psikologi Industri (81) o safety and health (1) o Sistem Bisnis Internasional (9) o Supply Chain Management (24) o Tek. Pengelolaan Limbah (76) o Teknik Industri (12) o Tokoh (7) o Umum (52)

Recent Posts

o Leonardo da vinci o Fidel Castro o Kesuksesan Tanadi Santoso o TOP 10 Issu Lingkungan Saat ini o Ekologi Industri Pada Pengolahan Air Laut o Ki Hajar Dewantara o Sistem Ekologi Indusri Sebagai Upaya Pelaksanaan Kawasan Industri

Bersih o Ekologi Industri Pengembangan Kelapa Sawit o Mohandas Karamchand Gandhi o Mengapa Prestasi Bulutangkis Semakin Menurun? o Team Basket Ball o Ekologi Industri di Indonesia o Kawasan Ekologi Industri Berbasis Industri Pengolahan Tebu o Happy New Year! 2010 o Indonesia Berduka – Selamat Jalan Gus Dur

AdsInsert…

Page 50: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

Search and browse article sources updated continuously.

Copyright © 2008 Online Buku • Powered by WordPress • Using Blue Zinfandel theme by Brian GardnerCopyright © 2008 OnlineBuku.Com • Content Management oleh Boy Macklin • Sindikasi Sistem TransferUang.Com dan SegaGoreng.Com

A Beautiful Mind It is only an unjustified opinion of mind, a simple notion of consciousness

Tuesday, July 21, 2009

Strategi Pembangunan Indonesia

Hingar bingar pemilu presiden (pilpres) telah berangsur senyap. Tanggal 8 Juli 2009 seakan menjadi muara dari perjalanan panjang para calon presiden (capres). Jika tidak ada kejadian yang luar biasa kemungkinan besar kita akan mendapati SBY untuk kembali menjabat menjadi presiden RI. Dalam pilpres kali ini, banyak cerita yang telah bertempat tetapi hanya satu yang pasti terekam benar dalam benak publik yaitu janji-janji kampanye. Dalam setiap kampanyenya, para capres selalu menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu jualan utamanya. Pertumbuhan ekonomi pun ditarget mulai dari yang sulit hingga berat ditakar nalar. Terlepas dari irasionalitas dalam penentuan target pertumbuhan ekonomi, konsensus para capres untuk menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan utama merupakan sebuah perilaku yang obsolit. Para capres seakan kikir dalam berfikir sehingga khilaf dalam menentukan tujuan dan sarana. Oleh karenanya, menarik untuk dikaji apakah pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan atau

Page 51: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

sarana demi menggapai sesuatu yang sifatnya lebih fundamental.

Tujuan dan Sarana Pembangunan Amartya sen, dalam bukunya yang fenomenal berjudul Development as Freedom, dari jauh hari telah mengingatkan para penguasa bahwa pertumbuhan ekonomi tidak bisa semata-mata ditujukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Lebih lanjut, Sen memberi saran untuk menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah jalan bagi pemerintah dalam meningkatkan fungsi pelayanan sosial kepada masyarakat. Subsidi pendidikan, kesehatan, dan jaring pengaman sosial sudah semestinya mendapat porsi utama dalam rencana jangka panjang pemerintah sebab dengan fungsi-fungsi inilah pembangunan ekonomi yang sehat dan berkelanjutan dapat dicapai. Dalam hal fungsi pelayanan sosial, khususnya pemenuhan kebutuhan pendidikan dasar, Jepang merupakan sebuah negara yang dapat dijadikan rujukan utama. Sejak zaman restorasi Meiji, rerata melek huruf di Negara ini telah melebihi bangsa-bangsa di Eropa meskipun pada zaman tersebut, Jepang masih tertinggal jauh dari Eropa dalam proses industralisasi. Berbekal pendidikan yang memadai, Jepang dalam waktu yang tidak begitu lama telah mampu mengejar ketertinggalannya dari Eropa. Kualiatas sumber daya manusia ditenggarai sebagai sumber utama yang pada gilirannya mengakselerasi pembangunan ekonomi Jepang. Dalam konteks ini, social opportunities merupakan kunci dari sustainabilitas pertumbuhan ekonomi. Visi jangka panjang dari pembangunan ekonomi Indonesia sudah semestinya berfokus pada perluasan akses dan kesempatan masyarakat terhadap pelbagai fasilitas ekonomi.

Konsensus WashingtonTujuan-tujuan ini sebenarnya telah terangkum dalam Konsensus Washington melalui beberapa poinnya. Poin pertama adalah melalui disiplin fiskal dimana hal ini merupakan syarat utama dari sustainabilitas Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN). Sudah merupakan rahasia umum bahwa APBN merupakan alat diskresi pemerintah yang paling ampuh, oleh karenanya dengan sistem money follow function, APBN dapat menopang laju pertumbuhan ekonomi. Celakanya, semangat dari masing-masing departemen adalah menaikkan rencana anggaran pada setiap tahun fiskal, hal ini pada gilirannya membuat APBN tidak prudent dan rentan terhadap shock eksternal. Asumsi disiplin fiskal juga merupakan fondasi demi menjalankan poin kedua dalam Konsensus Washington yaitu memfokuskan belanja pemerintah terhadap sektor-sektor yang dapat meratakan distribusi pendapatan masyarakat seperti penyediaan infrastruktur publik, subsidi kesehatan dan pendidikan. Pemenuhan akses publik ini tentunya dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat secara umum. Poin berikutnya yang tak kalah penting adalah reformasi sistem perpajakan. Undang-undang Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) yang baru tampaknya sudah mengakomodir poin ini, dimana satu hal yang paling fenomenal adalah mengenai perluasan basis pajak. Keberhasilan reformasi pajak tentu akan berkontribusi terhadap penerimaan Negara dimana seperti yang sudah kita ketahui bersama, peranan pajak hampir menyentuh 80 persen dari total penerimaan Negara. Hal ini pada gilirannya dapat diredistribusikan kepada sektor-sektor yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti yang telah dijabarkan sebelumnya. Beberapa poin penting lainnya adalah mengenai liberalisasi dan privatisasi. Liberalisasi yang dimaksud mencakup perdagangan, suku bunga dan investasi asing. Dalam formulasi

Page 52: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

pertumbuhan ekonomi, perdagangan memegang peranan utama. Ekspor dalam hal ini merupakan mesin dari pertumbuhan ekonomi. Ekspor yang berkesinambungan lajunya ternyata tak lepas pula dari sokongan investasi asing. Investasi yang dilakukan oleh perusahaan multinasional merupakan salah satu faktor penggerak ekspor Indonesia (Urata, 2009). Lebih lanjut, kepemilikan asing melalui jalan privatisasi telah mengenyahkan ketidakefisienan kerja dalam perusahaan bentukan pemerintah. Maraknya kepemilikan asing dewasa ini merupakan sebuah hal yang tidak perlu ditakutkan, karena kepemilikan asing bukan berarti asing memiliki seratus persen dari badan-badan usaha milik pemerintah, mayoritas kepemilikan tetap berada di tangan pemerintah. Berkaitan dengan hal ini, UU no 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU PM) telah menjadi payung hukum yang memadai. Tujuan penanaman modal, seperti yang disebutkan dalam Pasal 3 ayat 2 UU PM, adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing. Dalam hal mencapai tujuan-tujuan tersebut, UU PM didukung beberapa pasal seperti pada pasal 10 ayat 1 yang mewajibkan para perusahaan penanam modal untuk mengutamakan tenaga kerja yang merupakan warga negara Indonesia atau pada pasal 13 ayat 1 dan 2 mengenai pengembangan penanam modal bagi usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi yang merupakan penyokong utama bagi penciptaan kesejahteraan rakyat serta penopang pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Hal yang setali tiga uang dapat kita lihat pada pasal 18 ayat 3 mengenai fasilitas penanaman modal. Pasal ini mensyaratkan bahwa penanaman modal yang diberikan fasilitas harus memenuhi beberapa kriteria dimana salah satunya adalah banyak menyerap tenaga kerja.

Beberapa syarat dan tantanganBeberapa poin dalam Konsensus Washington tentu tidak akan berjalan tanpa adanya beberapa syarat pendukung yang didaulat Dani Rodrik semisal tata kelola pemerintahan yang baik, kebijakan anti korupsi yang ajeg, bank sentral yang independen, sistem jaring pengaman sosial yang memadai, dan target pengurangan angka kemiskinan yang konkrit. Meskipun demikian, masyarakat tampaknya masih phobia terhadap Konsensus Washington. Stigma buruk sudah terlanjur melekat didalam memori. Para penggiat konsensus Washington seringkali di cap neoliberal dan menjadi target cemoohan masyarakat. Sebuah doktrin keliru telah terjadi, dan celakanya doktrin ini semakin kuat berhembus hingga akhirnya dijadikan para politikus demi menjatuhkan para lawannya. Jika boleh, mari kita berharap pemerintahan mendatang akan berpikir rasional dan jauh dari sikap kerdil.

Posted by fithra faisal hastiadi at 8:53 AM Labels: Political Economics

1 comments:

Forlan said...

Page 53: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

bukan rahasia lagi kalau departemen menggenjot anggaran khan di sono banyak oknum-oknum calo

July 24, 2009 9:58 AM

Post a Comment

Links to this post

Create a Link

Newer Post Older Post Home Subscribe to: Post Comments (Atom)

About Me

Fithra FaisalAn ordinary man who believes the sky is attainable

View my complete profile

Recent Comments

Forlan commented:bukan rahasia lagi kalau departemen menggenjot anggaran khan...

fithra faisal hastiadi commented:Semua itu relatif, tergantung bagaimana cara kita memandang....

fithra faisal hastiadi commented:Ba-Q, gaya banget lo. Makasih ya atas kunjunganya

Forlan commented:memang krisis akan menghantam indonesia. tetapi ada segi pos...

Akhmad commented:Tulisan Anda sangat dalam. Berisi analisa yg sangat tajam. S...

Page 54: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

Widget sponsored by:

Labels

Economic Development (3) inflation (3) International (5) International Economics (2) Monetary economics (9) National Budget (3) Perekonomian Indonesia (23) Poets (6) Policy Package (2) Political Economics (4) Public Policy (3) Trade (1)

Blog Archive

▼   2009 (4) o ►   September (1)

The Indonesian Economic Development Strategy o ►   August (1)

Pilihan Kebijakan Ditengah Krisis o ▼   July (1)

Strategi Pembangunan Indonesia o ►   March (1)

MENGUAK TABIR KEBIJAKAN OBLIGASI GLOBAL

►   2008 (39) o ►   December (2)

Media Published Article Media Published Article

o ►   October (1) DAMPAK KRISIS YANG KINI TERUNGKAP

o ►   July (1) Thesis Submitted

o ►   June (2) Media Published Article

Page 55: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

East Asian Integration o ►   May (4)

Optimizing The Trickle Down Effect Policy (2) Optimizing The Trickle Down Effect Policy (1) In Memoriam: Reform's Activists Trade Institutionalization

o ►   April (6) Aisha Rihana Hastiadi Voters Optimalization; A Game Theoritic Approach Please Welcome: Mr Boediono Bewildering Projection Media Published Article Do Not Cut The BI Rate!

o ►   March (23) No country for old men Governing The Market's Expectation The anomaly Maafkan Ana Ukhti Waktu Merindu The Shout out Paket Minim Makna Oil Price, Green House Gas and Economic Growth The Need for Debt Cancellation; the Fact of Resour... Telaah RAPBN 2008 Menuju Krisis Ekonomi Jilid II Membenahi Anggaran Pendidikan Tak Sepatutnya Kita Berbangga Pentingnya Menjaga Ekspektasi Pasar Pemerintahan Yang Malas Paradoks Kebijakan Pemerintah SBY, Presiden Republik Mimpi Penghargaan Untuk Menyelamatkan RUU PM: Menyatukan Yang Terserak Kebijakan Yang Aneh Itu Pertumbuhan Ekonomi Untuk Siapa? SBYNOMICS

Abraham Lincoln Quote of the Day

Blogroll

Page 56: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

A Journey Exegesis From the Fingertips Indonesian Economics Rajawalimuda Youth Economist

Inspiring Links

cafesalemba Dani Rodrik diskusi ekonomi kafe depok Mankiw

My Affiliations

Faculty of Economics University of Indonesia Keio Indonesian Student Society Keio Initiative Forum for Better Indonesia Keio Shonan Fujisawa Campuss Waseda, Graduate School of Asia-Pacific Studies

Visitors

Live Traffic Feed   Bandung, Jawa Barat arrived from google.co.id on "A Beautiful Mind: Strategi

Pembangunan Indonesia"   Jakarta, Jakarta Raya arrived from facebook.com on "A Beautiful Mind"   Jakarta, Jakarta Raya arrived from facebook.com on "A Beautiful Mind"   Bandung, Jawa Barat arrived from google.co.id on "A Beautiful Mind: The

Indonesian Economic Development Strategy"   Jakarta, Jakarta Raya arrived from facebook.com on "A Beautiful Mind"   Japan arrived on "A Beautiful Mind"   Jakarta, Jakarta Raya arrived from google.co.id on "A Beautiful Mind"   Chiba arrived from facebook.com on "A Beautiful Mind"   Bangkalan, Jawa Timur arrived from google.co.id on "A Beautiful Mind:

SBYNOMICS"

Page 57: Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi

  Jakarta, Jakarta Raya arrived from hastiadi.blogspot.com on "A Beautiful Mind: The Indonesian Economic Development Strategy"

Watch in Real-Time Options>> 

Feedjit Live Blog Stats

Indonesian Economic News

indonesia economyFitch Raises Indonesia Rating as Economy Improves Wall Street Journal- Jan 25, 2010- 2 minutes agoFitch said that Indonesia's relatively shallow capital markets remain vulnerable to capital outflows. But it pointed out that the economy is better placed ...Related Articles   » clipped from Google - 1/2002Indonesia ETF: BRIC Material? ETF Trends (blog)- Jan 31, 2010- 2 minutes agoIndonesia's economy and related exchange traded fund (ETF) have come a long way, baby. The country's economic resilience during the financial downturn may ...clipped from Google - 1/2002Widjojo Nitisastro and changes to development paradigmsJakarta Post- Jan 30, 2010- 2 minutes agoCoupled with the war against the US, the UK and neighboring countries (Malaysia and Singapore), Indonesia's economic situation in the early 1960s was ...clipped from Google - 1/2002Focus on the Little Guy Could Boost Islamic Banking in Indonesia Voice of America- Jan 31, 2010- 2 minutes agoIndonesia's central bank has recently embraced new regulations for Islamic banking, which it sees as key to building on last year's strong economic growth. ...clipped from Google - 1/2002powered by

This Day in History