Strategi pengembangan dan peningkatan daya saing industri ...

7
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Industri pengolahan merupakan tulang punggung perkembangan ekonomi Indonesia di mana sumbangan industri pengolahan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun tahun 2010 adalah sebesar 22,04% (BPS 2017d) sedangkan pada tahun 2015 adalah sebesar 20,97% (BPS 2017d) atau terjadi penurunan sebesar 1,07%. Namun nilai ekspor industri pengolahan mengalami kenaikan dari tahun 2010 sebesar USD 99,41 miliar menjadi USD 108,6 miliar pada tahun 2015 (naik sebesar 9,24%) (BPS 2016). Sementara itu, penyumbang ekspor terbesar industri pengolahan adalah 5 jenis sektor industri yakni: 1) industri makanan; 2) industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia; 3) industri logam dasar; 4) industri pakaian jadi; 5) industri karet, barang dari karet dan plastik. Industri pakaian jadi merupakan industri prioritas yang dikelompokkan dalam industri andalan yang masuk dalam Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015 2035 (Kemenperin 2015). Industri pakaian jadi di samping menjadi penyumbang devisa melalui ekspor juga merupakan industri padat karya (jaring pengaman sosial) yang menyerap banyak tenaga kerja, baik Industri Besar Sedang (IBS) dan Industri Kecil dan Menengah (IKM), di mana total tenaga kerja di industri ini pada tahun 2015 adalah sebesar 1,68 juta orang (Kemenperin 2016). Namun kalau kita melihat perkembangan nilai ekspor pakaian jadi Indonesia dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2016 cenderung stagnan jika dibandingkan dengan negara-negara pesaing utama seperti Bangladesh, Viet Nam, India dan Turkey seperti terlihat pada Gambar 1. Sumber : Trade Map 2017c Gambar 1 Perkembangan Nilai Ekspor Pakaian Jadi per Negara Pesaing Utama (kecuali China) Perkembangan ekspor negara-negara pesaing utama dalam rentang tahun 2005 sampai 2016. Tahun dasar 2005 diambil disebabkan bahwa mulai per 1 Januari 2005 hambatan perdagangan yang ada dalam Agreement Textile and 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 USD milyar Tahun Bangladesh Viet Nam India Turkey Indonesia Cambodia

Transcript of Strategi pengembangan dan peningkatan daya saing industri ...

Page 1: Strategi pengembangan dan peningkatan daya saing industri ...

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industri pengolahan merupakan tulang punggung perkembangan ekonomi

Indonesia di mana sumbangan industri pengolahan terhadap Produk Domestik

Bruto (PDB) pada tahun tahun 2010 adalah sebesar 22,04% (BPS 2017d)

sedangkan pada tahun 2015 adalah sebesar 20,97% (BPS 2017d) atau terjadi

penurunan sebesar 1,07%. Namun nilai ekspor industri pengolahan mengalami

kenaikan dari tahun 2010 sebesar USD 99,41 miliar menjadi USD 108,6 miliar pada

tahun 2015 (naik sebesar 9,24%) (BPS 2016). Sementara itu, penyumbang ekspor

terbesar industri pengolahan adalah 5 jenis sektor industri yakni: 1) industri

makanan; 2) industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia; 3) industri logam

dasar; 4) industri pakaian jadi; 5) industri karet, barang dari karet dan plastik.

Industri pakaian jadi merupakan industri prioritas yang dikelompokkan dalam

industri andalan yang masuk dalam Rencana Induk Pengembangan Industri

Nasional (RIPIN) tahun 2015 – 2035 (Kemenperin 2015). Industri pakaian jadi di

samping menjadi penyumbang devisa melalui ekspor juga merupakan industri padat

karya (jaring pengaman sosial) yang menyerap banyak tenaga kerja, baik Industri

Besar Sedang (IBS) dan Industri Kecil dan Menengah (IKM), di mana total tenaga

kerja di industri ini pada tahun 2015 adalah sebesar 1,68 juta orang (Kemenperin

2016). Namun kalau kita melihat perkembangan nilai ekspor pakaian jadi Indonesia

dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2016 cenderung stagnan jika dibandingkan

dengan negara-negara pesaing utama seperti Bangladesh, Viet Nam, India dan

Turkey seperti terlihat pada Gambar 1.

Sumber : Trade Map 2017c

Gambar 1 Perkembangan Nilai Ekspor Pakaian Jadi per Negara Pesaing Utama

(kecuali China)

Perkembangan ekspor negara-negara pesaing utama dalam rentang tahun

2005 sampai 2016. Tahun dasar 2005 diambil disebabkan bahwa mulai per 1

Januari 2005 hambatan perdagangan yang ada dalam Agreement Textile and

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

35,0

40,0

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

US

D m

ilyar

Tahun

Bangladesh

Viet Nam

India

Turkey

Indonesia

Cambodia

Page 2: Strategi pengembangan dan peningkatan daya saing industri ...

2

Clothing di mana ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) ke negara Amerika

Serikat yang semula dikenakan kuota dihapuskan karena bertentangan dengan

General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dan World Trade Organization

(WTO) (Sa’idy 2013). Dengan dihapuskannya sistem kuota maka ekspor pakaian

jadi akan berlaku sama oleh semua negara sehingga negara yang mempunyai daya

saing yang tinggi akan memiliki peluang yang cukup besar untuk merebut pasar.

Perkembangan ekspor pakaian jadi di rentang tahun 2005 sampai dengan tahun

2010 cenderung menurun di semua negara ditengarai dengan krisis global tahun

2008 pada negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat, Jepang dan Negara-negara

di Eropa. Namun seiring membaiknya perekonomian dunia perkembangan ekspor

pakaian jadi dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2016 mengalami perbaikan yang

signifikan dengan kecendrungan ekspor yang terus meningkat oleh Bangladesh,

Viet Nam, India dan Turkey. Namun tidak demikian dengan Indonesia yang pada

tahun 2011 ekspor pakaian jadi mencapai USD 7,7 miliar menurun menjadi USD

7,2 miliar pada tahun 2016.

Peningkatan ekspor yang dialami oleh negara-negara pesaing utama diringi

juga oleh kenaikan index on unit value export. Index on unit value export adalah

indek yang mengukur perubahan harga ekspor ke negara tujuan ekspor dengan kata

lain index on unit value export menggambarkan perkembangan perubahan harga

dari suatu kelompok komoditi ekspor (IMF 2009) (BPS 2017b) yakni komoditi

pakaian jadi ke negara tujuan ekspor sebagaimana yang tersaji pada Gambar 2.

Sumber: Trade Map 2017c

Gambar 2 Index on Unit Value Export Negara Pengekspor Pakaian Jadi (Tahun

Dasar 2005)

Nilai index on unit value export negara pengekspor pakaian jadi, dengan

tahun dasar 2005, menunjukkan bahwa perubahan harga ekspor pakaian jadi pada

negara pesaing utama sangat signifikan dibandingkan dengan Indonesia. Dalam

kurun waktu dari tahun 2001 sampai tahun 2016, index on unit value export

Indonesia hanya meningkat menjadi 165% (pertahun naik sebesar 3,7%) sementara

itu index on unit value export Viet Nam pada tahun 2016 mencapai 921% (pertahun

naik sebesar 16,5%), Bangladesh pada tahun tahun 2016 adalah sebesar 673%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

Per

sen (

%)

Tahun

China

Bangladesh

Viet Nam

India

Indonesia

Cambodia

Turkey

Page 3: Strategi pengembangan dan peningkatan daya saing industri ...

3

(pertahun naik sebesar 14,0%) yang mengindikasikan bahwa kenaikan harga ekspor

tidak serta merta menurunkan ekspor.

Beralih ke dalam negeri, perkembangan impor pakaian jadi indonesia juga

mengalami kenaikan yang signifikan di mana impor pada tahun 2001 adalah sebesar

USD 18 juta dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar USD 411 juta, maka terjadi

kenaikan sebesar 738% seperti terlihat pada Gambar 3.

Sumber : BPS 2017a dan Trade Map 2017d

Gambar 3 Perkembangan Nilai Impor Pakaian Jadi Indonesia

Sementara itu, index on unit value impor pakaian jadi Indonesia menunjukkan

peningkatan yang signifikan, di mana pada tahun 2016 index on unit value impor

pakaian jadi Indonesia adalah sebesar 441% (pertahun naik sebesar 16,9%). Ini

menggambarkan bahwa harga pakaian jadi yang diimpor ke Indonesia mengalami

kenaikan 441% (pertahun naik sebesar 16,9%) jika dibandingkan dengan tahun

2001, seperti yang terlihat pada Gambar 4 namun masih tetap di terima di pasar

dalam negeri.

Sumber : Trade Map 2017d

Gambar 4 Index on Unit Value Import Pakaian Jadi Indonesia

18 28 15 2853 69

107

233214

289

332

379

476444

402 411

-100

0

100

200

300

400

500

600

2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018

US

D juta

Tahun

100

158

278

578

316

406

304

384 369

452

602569

503

572605

441

0

100

200

300

400

500

600

700

2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018

Per

senta

si (

%)

Tahun

Page 4: Strategi pengembangan dan peningkatan daya saing industri ...

4

Industri pakaian jadi Indonesia mengalami kontraksi, di mana jumlah

perusahaan yang meningkat diiringi dengan peningkatan nilai investasi dan

kapasitas terpasang, namun penyerapan tenaga kerja, nilai produksi dan utilisasi

mengalami penurunan seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Perkembangan industri pakaian jadi tahun 2011-2015 No Uraian Satuan 2011 2012 2013 2014 2015

1. Jumlah

Perusahaan

Unit 2.711 2.739 2.873 2.823 2.830

2. Nilai Investasi Rp

(miliar)

39.608 40.908 48,835 50.503 51.054

3. Kapasitas

Terpasang

Ribu ton 875,4 903,5 1.078,5 1.115,4 1.127,5

4. Jumlah Tenaga

Kerja

Ribu

orang

752,9 780,8 759,0 741,8 718,4

5. Penyerapan

TK

Orang 33.979 27.761 -21.746 -17.221 -23.358

6. Volume

Produksi

Ribu

Ton

668,1 667,9 783,4 752,5 663,6

7. Nilai Produksi USD

(miliar)

5,96 6,25 6,45 5,81 5,41

8. Penjualan

Domestik

Ribu

Ton

259,01 265,51 379,15 351,48 255,11

9. Utilisasi % 76,32 73,92 72.64 67,47 58,85

Sumber : Kemenperin 2016

Kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong

peningkatan daya saing industri pakaian jadi Indoensia adalah sebagai berikut :

1. Pembatasan Impor melalui Permendag No. 57 tahun 2010 Ketentuan Impor

Produk Tertentu yang kemudian direvisi beberapa kali terakhir dengan

Permendag No. 87 tahun 2015 tentang Impor Produk Tertentu dengan

membatasi pelabuhan yang masuk.

2. Pembatasan Impor bahan baku (kain dan benang) melalui Keputusan Menteri

Prindustrian dan Perdagangan No. 732 tahun 2002 kemudian di revisi beberapa

kali terakhir dengan Permendag No. 64 tahun 2017 tentang Impor Tekstil dan

Produk Tekstil dengan izin impor yang dikeluarkan hanya untuk produsen.

3. Insentif restrukturisasi mesin/peralatan industri Tekstil dan Produk Tekstil

(TPT) serta kulit dan alas kaki tahun 2007 – 2015 .

4. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 124/ PMK 011/2013 tentang

Pemberian Pengurangan Besarnya PPh Pasal 35 dan Penundaan PPh Pasal 29

Tahun 2013 Bagi Wajib Pajak Industri Tertentu sebagai akibat kenaikan Upah

Minimun Provinsi yang rata-rata di atas 30%.

5. Kerjasama perdagangan yang sudah jalan

a. ASEAN Free Trade Area (AFTA) di mana tarif bea masuk untuk pakaian

jadi adalah 0%.

b. ASEAN - China Free Trade Area (AC-FTA) di mana tarif bea masuk untuk pakaian jadi adalah 0%.

Page 5: Strategi pengembangan dan peningkatan daya saing industri ...

5

c. Indonesia – Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA).

d. ASEAN – Korea Free Trade Area (AK-FTA).

Namun hal tersebut masih belum dirasa cukup disebabkan stagnasi ekspor dan

peningkatan impor pakaian jadi Indonesia.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan

analisis posisi daya saing pakaian jadi Indonesia, analisis kinerja industri pakaian

jadi Indonesia dan faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan pakaian

jadi Indonesia serta rekomendasi kebijakan untuk pengembangan dan peningkatan

daya saing industi pakaian jadi Indonesia.

Perumusan Masalah

Industri pakaian jadi merupakan industri padat karya di mana penyerapan

tenaga kerja yang sangat besar disektor ini (IBS dan IKM) mencapai 1,68 juta orang

dengan total ekspor nomor 4 (USD 7,17 miliar tahun 2016) setelah industri

makanan, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia, dan logam dasar

dengan utilitas pada tahun 2015 adalah sebesar 58,9%. Dilain pihak kontribusi

terhadap PDB yang terus menurun yang pada tahun 2010 sebesar 1,38% sedangkan

pada tahun 2015 hanya mencapai 1,21%. Dilain pihak negara pesaing utama seperti

China, India, Turkey Viet Nam, Bangladesh peningkatan ekspornya jauh melebihi

peningkatan ekspor Indonesia sehingga Indonesia terus tertinggal.

Upaya peningkatan daya saing yang digagas pemerintah tidak secara

signifikan mendorong meningkatnya daya saing Indonesia. Untuk itu perlu analisis

perkembangan dan peningkatan daya saing industri pakaian jadi. Pertanyaan yang

timbul adalah:

1. Bagaimana posisi daya saing industri pakaian jadi Indonesia ke negara tujuan

ekspor utama?

2. Bagaimana hubungan antara sturktur industri, perilaku dan kinerja pelaku

industri itu sendiri untuk dapat meningkatkan daya saingnya?

3. Apa sajakah faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan pakaian jadi

Indonesia ke negara tujuan ekspor utama?

4. Saran kebijakan apa saja yang dapat direkomendasikan untuk pengembangan

dan peningkatan daya saing industri pakaian jadi Nasional?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat kita susun tujuan

penelitan sebagai berikut:

1. Menganalisis daya saing industri pakaian jadi Indonesia ke negara tujuan

ekspor utama.

2. Menganalisis hubungan antara struktur, perilaku dan kinerja industri pakaian

jadi di Indonesia dalam peningkatan daya saing.

3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan pakaian jadi

Indonesia ke negara tujuan ekspor utama.

4. Rekomendasi strategi pengembangan dan peningkatan daya saing industri

pakaian jadi Indonesia

Page 6: Strategi pengembangan dan peningkatan daya saing industri ...

6

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak dan

diharapkan:

1. Menjadi bahan pertimbangan bagi pelaku di industri pakaian jadi dalam

merancang strategi pengembangan dan peningkatan daya saing industri

pakaian jadi kedepannya.

2. Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya terkait dengan pengembangan

industri pakaian jadi Nasional.

3. Bagi penulis, membuka wawasan dan pembelajaran lebih lanjut tentang

strategi pengembangan dan peningkatan daya saing industri pakaian jadi.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan dalam lingkup industri pakaian jadi yang tergolong dalam

industri besar dan sedang pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha dengan kode

14 dalam rentang waktu 2001 sampai dengan tahun 2016.

2. Kelompok barang dengan nomor Harmonize System (No. HS) 61 (detail uraian

barang dapa dilihat di Lampiran 1) dan 62 (detail uraian barang dapa dilihat di

Lampiran 2) dalam rentang waktu 2001 sampai dengan tahun 2016.

3. Penelitian dilakukan terhadap 20 negara tujuan ekspor utama pakaian jadi

Indonesia yang diurutkan berdasarakan nilai ekspor 2016.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Industri Pakaian Jadi

Tekstil berasal dari bahasa latin yaitu textiles yang berarti tenunan atau

menenun (Djafri 2003). Akan tetapi, secara prosesnya tekstil dapat diartikan

sebagai barang atau benda yang bahan bakunya berasal dari serat, baik serat yang

berasal dari alam maupun serat buatan, yang dilakukan pemintalan menjadi benang

lalu dilakukan penganyaman atau perajutan menjadi kain, kemudian kain dilakukan

pencelupan dan penyempurnaan menjadi kain jadi. Kain jadi tersebut sebagai bahan

baku untuk proses selanjutnya yakni pada pembuatan pakaian jadi dan produk

tekstil lainnya seperti tekstil rumah tangga dan tekstil untuk kebutuhan industri.

Rangkaian proses dari awal tersebut di Indonesia terkenal dengan nama industri

tekstil dan produk tekstil.

Industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia terbagi dalam tiga sektor

industri yang terintegrasi dari hulu hingga hilir (Djafri 2003), yaitu:

1. Sektor industri hulu (upstream), yaitu sektor industri yang memproduksi

serat/fiber (natural fiber dan synthetic fiber) dan proses pemintalan (spinning) menjadi produk benang. Sifat dari sektor industri ini padat modal, berskala

besar, dan jumlah tenaga kerjanya relatif sedikit, tetapi output per tenaga

kerjanya besar.

Page 7: Strategi pengembangan dan peningkatan daya saing industri ...

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan SB-IPB