STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ......

119
1 STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN INTEGRITAS PADA PERGURUAN TINGGI UNHALU KENDARI 1 Oleh: H. Barlian 2 ABSTRAK. Data Internation Transparency Tahun 2009, Indonesia berada pada posisi pertama negara terkorup di Asia Tenggara, sedangkan hasil survey yang juga dilansir Internation Transparency tahun 2011 Indonesia masuk 10 besar negara terkorup di dunia, padahal data tahun 2009 Indonesia masih berada pada peringkat 111 dari 180 negara. Kondisi ini menunjukan bahwa betapa negara kita masih sangat rapuh dari aspek pendidikan integritas, minim kejujuran dan tanggungjawab. Mengklasifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam beberapa kasus korupsi, kenyataannya sebagian besar mereka yang memiliki pendidikan tinggi, atau luaran pendidikan tinggi. Tentunya kondisi ini sangat kontraproduktif dengan tujuan pendidikan itu sendiri baik secara filosofis maupun menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional, yang pada garis besarnya ingin melahirkan generasi bangsa yang berakhlak mulia, jujur, cakap, mandiri, kreatif, tanggungjawab, dan demokratis. Prilaku korupsi termasuk bentuk kecurangan yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan karena berdampak pada masyarakat dan bangsa secara luas. Lembaga pendidikan dan lembaga penegak hukum sama-sama memiliki peran penting dalam memberantas praktik korupsi di negeri ini. Akan tetapi, baik lembaga penegak hukum maupun lembaga pendidikan yang diharapkan dapat melakukan upaya-upaya preventif melalui pendidikan integritas dan karakter, penguatan nilai-nilai budaya, dan nilai-nilai agama, pada umumnya belum berjalan dengan baik. Persoalan mendasar 95 persen pelaku korupsi adalah luaran strata satu (S1). Kondisi ini jelas kontra produktif dengan tujuan pendidikan. Hasil penelitian menunjukan internalisasi nilai-nilai integrasi dan karakter dalam pendidikan belum berjalan dengan baik, baik melalui proses pembelajaran maupun dalam sikap dan prilaku akademik mahasiswa dan dosen. Strategi utama yang harus dilakukan adalah gerakan bersama melawan korupsi baik secara struktural (kebijakan) maupun secara kultural. Mengawali dengan hal-hal yang kecil, anti plagiat dan anti mencontek harus dibudayakan dalam tradisi akademik, gerakan kampanye secara reguler, dan konsistensi kebijakan dalam memberikan punishman bagi yang melanggar kode etik dosen dan mahasiswa. Kata Kunci: Korupsi dan Pendidikan Integritas 1 Ringkasan Hasil Penelitian 2 Dosen FKIP Unhalu Kendari PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu aspek tujuan bernegara adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana dalam Pembukaan UUD 1945. Instrumen negara dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa adalah penyelenggaraan pendidikan secara utuh dan menyeluruh. Oleh karenanya, tujuan, proses, dan output pendidikan seharusnya berorientasi pada mencerdaskan kehidupan bangsa, hal ini memiliki makna yang dalam dan fundamental. Secara filosofis, tujuan pendidikan adalah proses pembentukan manusia seutuhnya yaitu mengembalikan hakikat dan fitrah manusia. Menurut Freire pendidikan adalah proses humanisasi, bukan proses dehumanisasi, sehingga keseluruhan unsur dan proses pendidikan berupaya untuk mengembangkan potensi dan daya kritis manusia (Karim, 2000: 23). Pandangan tersebut memiliki makna bahwa pendidikan merupakan upaya untuk membangun kesadaran kritis, bebas, kreatif, dan memiliki pemahaman integritas kemanusiaan sebagai mahluk sosial yang bertanggungjawab.

Transcript of STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ......

Page 1: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

1

STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN

INTEGRITAS PADA PERGURUAN TINGGI UNHALU KENDARI1

Oleh:

H. Barlian2

ABSTRAK. Data Internation Transparency Tahun 2009, Indonesia berada pada posisi pertama

negara terkorup di Asia Tenggara, sedangkan hasil survey yang juga dilansir Internation

Transparency tahun 2011 Indonesia masuk 10 besar negara terkorup di dunia, padahal data

tahun 2009 Indonesia masih berada pada peringkat 111 dari 180 negara. Kondisi ini

menunjukan bahwa betapa negara kita masih sangat rapuh dari aspek pendidikan integritas,

minim kejujuran dan tanggungjawab. Mengklasifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam beberapa

kasus korupsi, kenyataannya sebagian besar mereka yang memiliki pendidikan tinggi, atau

luaran pendidikan tinggi. Tentunya kondisi ini sangat kontraproduktif dengan tujuan pendidikan

itu sendiri baik secara filosofis maupun menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistim

Pendidikan Nasional, yang pada garis besarnya ingin melahirkan generasi bangsa yang

berakhlak mulia, jujur, cakap, mandiri, kreatif, tanggungjawab, dan demokratis. Prilaku korupsi

termasuk bentuk kecurangan yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan karena

berdampak pada masyarakat dan bangsa secara luas.

Lembaga pendidikan dan lembaga penegak hukum sama-sama memiliki peran penting dalam

memberantas praktik korupsi di negeri ini. Akan tetapi, baik lembaga penegak hukum maupun

lembaga pendidikan yang diharapkan dapat melakukan upaya-upaya preventif melalui

pendidikan integritas dan karakter, penguatan nilai-nilai budaya, dan nilai-nilai agama, pada

umumnya belum berjalan dengan baik. Persoalan mendasar 95 persen pelaku korupsi adalah

luaran strata satu (S1). Kondisi ini jelas kontra produktif dengan tujuan pendidikan. Hasil

penelitian menunjukan internalisasi nilai-nilai integrasi dan karakter dalam pendidikan belum

berjalan dengan baik, baik melalui proses pembelajaran maupun dalam sikap dan prilaku

akademik mahasiswa dan dosen. Strategi utama yang harus dilakukan adalah gerakan bersama

melawan korupsi baik secara struktural (kebijakan) maupun secara kultural. Mengawali dengan

hal-hal yang kecil, anti plagiat dan anti mencontek harus dibudayakan dalam tradisi akademik,

gerakan kampanye secara reguler, dan konsistensi kebijakan dalam memberikan punishman bagi

yang melanggar kode etik dosen dan mahasiswa.

Kata Kunci: Korupsi dan Pendidikan Integritas

1 Ringkasan Hasil Penelitian 2 Dosen FKIP Unhalu Kendari

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu aspek tujuan bernegara adalah

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

sebagaimana dalam Pembukaan UUD 1945.

Instrumen negara dalam upaya mencerdaskan

kehidupan bangsa adalah penyelenggaraan

pendidikan secara utuh dan menyeluruh. Oleh

karenanya, tujuan, proses, dan output pendidikan

seharusnya berorientasi pada mencerdaskan

kehidupan bangsa, hal ini memiliki makna yang

dalam dan fundamental.

Secara filosofis, tujuan pendidikan

adalah proses pembentukan manusia seutuhnya

yaitu mengembalikan hakikat dan fitrah manusia.

Menurut Freire pendidikan adalah proses

humanisasi, bukan proses dehumanisasi, sehingga

keseluruhan unsur dan proses pendidikan

berupaya untuk mengembangkan potensi dan

daya kritis manusia (Karim, 2000: 23).

Pandangan tersebut memiliki makna bahwa

pendidikan merupakan upaya untuk membangun

kesadaran kritis, bebas, kreatif, dan memiliki

pemahaman integritas kemanusiaan sebagai

mahluk sosial yang bertanggungjawab.

Page 2: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

2

Begitu dalamnya manfaat pendidikan

bagi pembentukan diri dan karakter seserorang,

sehingga Plato (428-347 SM) pernah

mengutarakan “jika anda bertanya apa manfaat

pendidikan, maka jawabannya sederhana:

pendidikan membuat orang menjadi baik dan

orang baik tentu berprilaku mulia” (Naim, 2008:

th). Pandangan tersebut pendidikan harus

diarahkan pada pembentukan sikap dan karakter

melalui penguatan ranah afektif, kretaif dan

profesional melalui penguatan ranah

psikomotorik, pemahaman dan daya kritis melalui

penguatan ranah kognitif.

Secara formal, penguatan tiga ranah

tersebut sesungguhnya telah dirumuskan secara

konprehensif dan integratif dalam UU No 2

Tahun 1989, kemudian dirumuskan kembali

dalam UU Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN)

No. 20 Tahun 2003, yang memiliki enam

dimensi, yaitu; beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat

jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan

keterampilan, memiliki kepribadian mantap dan

mandiri, demokratis dan bertanggungjawab

terhadap masyarakat dan bangsa (Hasbullah,

2009:11).

Jika ditarik pada pemahaman yang lebih

spesifik tentang hakikat pendidikan di sini

adalah: pertama, untuk membangun spiritual

quotient atau kecerdasan spiritual (SQ); kedua,

intelektual quotient atau kecerdasan intelektual

(IQ); dan ketiga, emosional quotient atau

kecerdasan emosional (EQ); Ketiga aspek

tersebut merupakan bagian yang integral

sehingga pada akhirnya akan membentuk

manusia seutuhnya sebagaimana cita-cita dalam

bernegara.

Kenyataannya, cita-cita itu masih jauh,

atau dalam istilah peribahasa jauh panggang dari

api. Bangsa kita masih diselimuti oleh segudang

krisis multi aspek. Hal yang paling

mencengangkan adalah kasus korupsi. Setiap hari

berbagai pemberitaan media, baik cetak maupun

elektronik tidak pernah luput dari kasus korupsi.

Hal yang paling mengagetkan lagi ketika hasil

survey Indonesian Partnership Tahun 2006,

menempatkan Indonesia sebagai negara terkorup

urutan pertama di Asia. Hal yang sama juga

ditunjukan oleh hasil survey yang dilakukan oleh

PERC, sejak 3 tahun terkahir Indonesia masih

menempati peringkat pertama kasus korupsi di

Asia. Sedangkan Survey International

Transparency Tahun 2009 menempatkan

Indonesia berada pada ranking 111 dari 180

negara dengan skor 2,8 (Tjandra Sridjaja,

2010:17). Sedangkan data terbaru tahun 2011

dari IT bahwa Indonesia telah masuk 10 besar

negara terkorup di dunia.

(http://www.unpad.ac.id/archives/46805). Dalam

konteks Sulawesi Tenggara juga tiap hari kita

disuguhkan dengan pemberitaan kasus korupsi.

Fakta-fakta ini tidak terlepas dari bagian

kegagalan pendidikan, krisis integritas dan

kehilangan roh spritualitas pendidikan.

Kebohongan dan inkonsistensi seringkali

terjadi dan menjadi hal biasa dalam parkatik

kehidupan kita, baik dalam proses pendidikan

maupun dalam kehidupan sehari-hari. Melakukan

pembiaran mencontek atau bahkan membantu

siswa dalam proses pelaksanaan evaluasi dan

ujian pendidikan adalah merupakan bentuk krisis

integritas dan embrio untuk membangun generasi

pembohong dan korup.

Menurut Yudi Latif, aib terbesar bagi

seorang pemimpin adalah pembohong dan korup.

Perilaku korup seseorang selalu dimulai dengan

korup terhadap prinsip dan aturan permainan

(lihat Kompas, 19 Juli 2011). Jika prinsip dan

aturan secara faktual telah dilabrak oleh pelaku

pendidikan sendiri, maka bagaimana lembaga

pendidikan bisa menghasilkan manusia-manusia

yang berbudi luhur, pemimpin yang bertanggung

jawab, dan bawahan ataupun rakyat yang saling

menghargi satu sama lain. Kenyataan ini tentunya

patut direnungkan, karena proses dan output

pendidikan dewasa ini semakin kehilangan

integritas (krisis integritas). Lalu kaitannya

dengan itu pula, di manakah peran perguruan

tinggi (PT) sebagai penghasil sumberdaya

manusia (SDM)? Apa yang bisa dilakukan untuk

memulihkan kembali harapan dan cita-cita

bangsa ini? Dalam kontek ini, mau tidak mau

Unhalu harus ikut andil baik secara struktural

(komitmen kebijakan dan pimpinan) maupun

pendekatan kultural yaitu pendidikan integritas

dan gerakan bersama, sehingga diperlukan

strategi yang lebih baik dan konstruktif.

Page 3: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

3

Rumusan Masalah

Untuk menfokuskan arah dan capaian

penelitian, maka rumusan masalah dari penelitian

ini yaitu:

1. Bagaimana kondisi permasalahan pendidikan

di Unhalu kaitannya dengan pengarusutamaan

isu-isu korupsi dan integritas?

2. Bagaimana kekuatan, kelemahan, peluang dan

tantangan Unhalu dalam mengembangkan

pengarusutamaan Isu-isu korupsi dan

ingetritas?

3. Bagaimana strategi melakukan

pengarusutamaan isu-isu korupsi dan

integritas di Unhalu Kendari?

Tujuan Penelitian

Mengacu pada latar belakang dan

rumusan masalah tersebut, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Melakukan identifikasi kondisi permasalahan

pendidikan di Unhalu kaitannya dengan

pengarusutamaan isu-isu korupsi dan

integritas?

2. Melakukan identifikasi dan rumusan

kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan

Unhalu dalam mengembangkan

pengarusutamaan Isu-isu korupsi dan

ingetritas?

3. Merumuskan strategi pengarusutamaan isu-isu

korupsi dan integritas di Unhalu Kendari?

STUDI PUSTAKA DAN ROADMAP

PENELITIAN

Fenomena Korupsi

Menurut data Transparency International

Corruption Perception tahun 2011 fenomena

korupsi di Indonesia meningkat yaitu berada pada

angka 2,5, hal ini menempatkan Indonesia masuk

sepluh besar negara terkorup di dunia, hal ini

sejajar dengan dengan Nigeria, dan negara-negara

miskin lainnya di Afrika dan Asia

(http://www.unpad.ac.id/archives/46805). Fakata

ini meningkat drastis bila dibandingkan oleh hasil

survey yang juga dilakukan oleh Transparency

International Corruption Perception tahun 2009

yang menempatkan Indonesia pada urutan 111

negara terkorup di dunia. Menurut Tjandra

Sridjaja (2010) fenomena tersebut harus menjadi

perhatian serius oleh bangsa ini, masalah ini tidak

sekedar masalah hukum dan penegak hukumnya

saja, akan tetapi merupakan bagian yang

kompleks karena terkait dengan mental dan sikap

atas seluruh pelaku-pelaku birokrasi.

Hasil penelitian Indonesia Corruption

Watch (ICW) yang diapload dari

http://gorontalonews.wordpress.com/2011/02/24,

Semester II periode 1 Juli sampai 31 Desember

2010 menunjukkan peningkatan jumlah kasus

korupsi mencapai 272 kasus yang sudah masuk

penanganan penegak hukum. Sebelumnya pada

penelitian ICW Semester I sejak Januari sampai

Juni 2010, jumlah kasus korupsi mencapai 176

kasus. Sektor dengan jumlah kasus terbesar

adalah sektor infrasuktur berjumlah 53 kasus.

Sebelumnya sektor keuangan daerah menjadi

catatan ICW sebagai sektor kasus tertinggi di

semester I mencapai 38 kasus. Dengan demikian

terjadi peningkatan jumlah kasus korupsi di

daerah maupun pusat. Menurut Ermansjah

(2009:23) kasus-kasus korupsi yang melibatkan

hampir sebagian besar birokrasi di Indonesia

harus dilakukan dengan pendekatan secara

konfrehensif dan lebih mengedepankan upaya

pencegahan.

Dalam konteks Sulawesi Tenggara, kasus

korupsi masih banyak menghiasi berbagai

pemberitaan berbagai media. Hasil kajian berita

yang dilakukan oleh Lembaga Diskusi dan Kajian

Jurnalis (2011), dari rentang pemberitaan yang

dimuat oleh koran harian Kendari Pos dan Koran

Harian Kendari Ekspres, mulai Januari 2009

sampai Mei 2011, pada rubrik Headline (berita

utama) kasus atau isu korupsi menempati urutan

kedua setelah isu politik. Kondisi ini menunjukan

bahwa pemberitaan masalah korupsi baik skala

propinsi maupun kabupaten/kota hampir

berbanding dengan berita politik.

Hasil penelitian Pusat Studi Hukum dan

Kebijakan (PSHK) Sultra tahun 2010,

menunjukkan bahwa dari beberapa kasus korupsi

baik yang sudah diputus maupun yang sedang

diproses, baik ditingkat kabupaten/kota maupun

ditingkat propinsi Sultra, banyak terjadi akibat

penyelewengan dana APBD.

Terkait dengan berbagai kasus korupsi

tersebut, baik dalam konteks nasional maupun

konteks Sultra, jika ditelusuri lebih dalam

Page 4: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

4

penyebabnya sangat kompleks. Menurut studi

yang dilakukan oleh Muh Yasin dalam

Ermansjah Djaja (2010: 19), beberapa faktor

penting yang menyebabkan korupsi yaitu:

Rendahnya integritas dan

profesionalisme.

Lemahnya komitmen dan konsistensi

penegakan hukum dan peraturan

perundang-undangan.

Adanya peluang dilingkungan kerja

jabatan dan dilingkungan masyarakat

yang mendukung timbulnya korupsi.

Sikap yang tamak, lemahnya keimanan,

kejujuran dan rasa malu.

Sistim penggajian yang tidak

professional.

Lemahnya Pendidikan Integritas

Secara sosiologis, pendidikan merupakan

lembaga yang dapat melakukan transformasi

sikap dan integritas, mebangun nilai-nilai

kejujuran dan tanggung jawab yang tinggi.

Menurut KH Dewantara pendidikan adalah daya

upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran,

serta jasmani anak, agar dapat memajukan

kesempurnaan hidup yaitu hidup dan

menghidupkan anak yang selaras dengan alam

dan masyarakatnya (Hasbullah, 2009: 22).

Pengertian tersebut memiliki unsur-unsur

fundamental dan relevan dengan konsepsi yang

dirumuskan dalam Undang-Undang No 22 Tahun

2003 tentang sistim pendidikan nasional yaitu

Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan darinya,

masyarakat, bangsa, dan negara.

Prilaku korupsi adalah bentuk

penyelewengan dari hakekat dan tujuan

pendidikan itu sendiri, dengan kata lain apa yang

menjadi harapan dan tujuan pendidikan belum

terjewantahkan dalam kehidupannya. Beberapa

fakta menunjukan bahwa sebagian besar pihak

yang melakukan tindakan korupsi adalah mereka

yang berpredikat sarjana. Penelitian ICW tahun

2009 menunjukan tingkat pendidikan tenyata

tidak memiliki korelasi dengan sikap integritas

seseorang termasuk prilaku korupsi. Tingkat

pendidikan pada strata S1 dan S2 paling banyak

yang terkait dengan kasus korupsi, hal ini bila

dibandingkan dengan tamatan SMA maupun

SMP jauh lebih rendah.

Data-data tersebut menjukkan masih

lemahnya konsep dan muatan pendidikan yang

mengarah pada penguatan integritas seorang

anak. Menurut Tillaar (2009:12) faktor

kelemahan pendidikan saat ini adalah lebih

menekankan pada evaluasi yang bersifat kognitif

saja yaitu pendidikan intelektual dan hafalan

anak, sehingga pada tataran sikap dan mental

berupa atitute anak sangat lemah. Kondisi ini

sangat relevan dengan kajian Muh Yasin dalam

Ermansjah Djaja (2010:6) menempatkan

lemahnya integritas dan profesionalisme sebagai

faktor utama yang menyebabkan seseorang

melakukan tindakan korupsi.

Integritas, kejujuran, dan tanggung jawab

lebih tepat dibangun dari lembaga pendidikan

sejak dini. Muh. Padil (2007:65) menekankan

bahwa seharusnya lembaga keluarga harus lebih

banyak menanamkan nilai-nilai pada anak sejak

kecil, akan tetapi pengaruh lingkungan begitu

kuat, maka perlu ada penguatan yang lebih

sistematis melalui pendidikan. Pendidikan

integritas dengan cara terintegrasi dalam materi

pembelajaran, atau berdiri sendiri atau melalui

gerakan simultan dari kalangan pelajar, guru,

mahasiswa dan dosen, melalui hal-hal yang kecil

dan berkelanjutan.

Peranan Dunia Kampus dalam

Pengembangan Pengarusutamaan Isu-Isu

Korupsi dan Integritas

Lembaga pendidikan memiliki peranan

strategis dalam melakukan perubahan

(transformasi) kebudayaan dan perilaku yang

membawa kemaslahatan manusia baik dalam

kontek bermasyarakat maupun bernegara. Muh.

Padil (2007:149) menguraikan fungsi lembaga

pendidikan (sekolah/PT) yaitu; (1) transmisi

kebudayaan masyarakat. Dalam hal ini sekolah

sebagai media pengembangan dan pembudayaan

pengetahuan dan perilaku masyarakat; (2)

menolong individu memilih dan melakukan

peranan sosialnya; (3) menjamin integrasi sosial.

Artinya melalui sekolah dapat menghindarkan

Page 5: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

5

lahirnya perpecahan dan konflik sosial

masyarakat; (4) sebagai sumber inovasi sosial.

Untuk itu, lembaga pendidikan termasuk

PT harus mampu mengembalikan fungsi

pendidikan bagi penataan kehidupan sosial

masyarakat. Korupsi adalah merupakan kejahatan

sosial yang memiki dampak yang kuat bagi

hancurnya tatanan kehidupan sosial. Tidak cukup

pengendalian korupsi hanya dengan pendekatan

struktural misalnya; penegakan hukum atau

memperketat sistem, akan tetapi paling urgen

juga harus pendekatan kultural yaitu pendidikan

anti korupsi sedini mungkin. PT harus dapat

memotori ini, sebagaimana selama ini telah di

mulai oleh Universitas Paramadina.

Sebagai lembaga yang memiliki peran

mencetak Sumberdaya Manusia, PT haruslah

bersifat dinamis, fleksibel dan mampu merespon

segala persoaln-persoalan kebangsaan dan

kemanausiaan. Tantangan globalisasi tidak

sekedar mengejar ketertinggalan akademik

dengan terminologi modernisasi yang kaku.

Muhamad Karim (2009) misalnya mengkritisi

ideologi pendidikan saat ini yang terjebak pada

terminologi korporasi yang hanya fokus pada

keterukuran dan hal-hal yang material, misalnya

membangun kelas baru, fasilitas baru,

memodernkan peralatan sekolah dengan alat-alat

yang canggih, dan sebagainya; tetapi lupa dengan

hakikatnya sebagai lokomotif perubahan karakter,

kepribadian kemanusiaan yang harusnya

terintegrasi dalam proses pendidikan.

Dalam konteks Sulawesi, dengan trend

perkembangan kasus-kasus korupsi yang terus

meningkat, tentunya Unhalu sebagai PT

Terkemuka dan menjadi pusat inovasi

pengembangan pendidikan di sultra harus

berperan aktif dengan segala potensi yang

dimilikinya.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan

pendekatan penelitian deskriptif kualitatif yaitu

mendiskripsikan data yang diperoleh secara

kualitatif sesuai dengan fakta dan informasi yang

diperoleh dari informan. Tipe penelitian kualitatif

yang dilakukan ini mengacu pada Iskandar

(2010:204) penggambungan antara fenomenologi

organisaction dan case studi.

Sasaran dan Penentuan Informan

Sasaran utama dalam penelitian ini lebih

mengarah pada membangun id participation dari

informan dan pakar yang akan ditentukan secara

sengaja dengan teknik snow ball sampling.

Teknik ini mengacu pada Syah (2003:5) yang

menyatakan bahwa strategi dasatr teknik bola

salju (snowball sampling) dimulai dengan

menetapkan satu atau bebarapa orang informan

kunci (key informants) untuk melakukan intevew

dan wancara atau disksusi kepada mereka.

Selanjutnya pada merekalah mendapatkan

petunjuk tentang infoman-infoman selanjutnya

khususnya keterkaitan pengetahuan dan

pengalamn dengan subjek yang diteliti.

Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan

dengan teknik pertama, (1) Inventarisasi dan

kajian Dokumen terkait, yaitu mengumpulkan

domumen-dokumen terkait berupa dokumen

rencana strategis (renstra) Unhalu, renstra FKIP,

Laporan terkahir Rektor Unhalu tahun 2010. (2)

wawancara mendalam, yaitu melakukan

wawancara secara mendalam kepada informan

yang dipilih secara sengaja sesuai dengan

kepakaran dan bidang yang dibutuhkan. Dalam

penelitian ini jumlah informan kunci sebanyak 8

orang. (3) Focus Group Discussion yaitu untuk

mengkroscek dan mendalami berbagai infomasi

yang diperoleh juga terkait dengan membangun

konsensus pemahaman dan partisipasi untuk

melakukan rumusan strategi. Beberapa kelompok

yang terlibat dalam FGD ini yaitu kelompok

dosen muda, Pergerakan Mahasiswa Islam

Indonesia (PMII) cabang Kendari, Himpunan

Mahasiswa Islam Indoensia (HMI) komisariat

FKIP, dan Lingkar Studi Ilmiah Mahasiswa

Unhalu.

HASIL PENELITIAN

Masalah Pendidikan Integritas di Unhalu

Beberapa masalah umum yang

diidentifikasi sebagai indikator dari kelemahaman

pendidikan saat ini, ditemukan baik melalui

wawancara mendalam dengan beberapa pakar

Page 6: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

6

maupun melalui FGD. Pertama, Faktor Input

yang meliputi; (1) Komitmen pemerintah pusat

dan daerah untuk memberikan pelayanan dan

pemerataan akses pendidikan yang layak dalam

berbagai jenjang pendidikan pada seluruh

pelosok melum merata dengan kata lain masih

ada kesenjangan. (2) Arah dan kebijakan, serta

sumberdaya/kapasitas pengelolah pendidikan

dalam mengembangkan pendidikannya belum

relevan dengan kondisi lingkungannya. (3)

Belum ada sinergis antara jalur pendidikan

formal, nonformal, dan informal, sehingga beban

pendidikan karakter dan integritas seolah-seolah

hanya menjadi kewenangan dan tanggung jawab

sekolah formal, padahal peran lingkungan

pendidikan masyarakat dan pendidikan keluarga

tak kalah pentingnya dalam pendidikan anak

tersebut. (4) Budaya Patriarki yang masih kuat:

anak-anak perempuan belum ditempatkan setara

dengan laki-laki terkait hak-haknya memperoleh

pendidikan dan keterampilan memadai dalam

lingkungan masyarakat dan keluarganya. (4)

Komitmen perencanaan keluarga secara umum

belum tertata dengan baik; keluarga besar resiko

tanggungan pendidikan dan kesejahteraan

anggota keluarga. Semakin besar jumlah anggota

keluarga maka mestinya semakin besar pula

persediaan untuk tanggungan pendidikan, tetapi

kenyataannya masih banyak keluarga yang tidak

seimbang, sehingga menyebabkan anak-anak

mereka terlantar. (5) Iklim Sosial Politik

cenderung mempengaruhi eksistensi dan otonomi

penyelenggaraan pendidikan yang kondusif dan

berkelanjutan. Bahkan berdampak sampai peserta

didik termasuk mahasiswa ikut terlibat dalam

permainan kepentingan politik, pada akhirnya

mereka ini tidak memiliki independensi,

integritas dan cenderung memainkan praktik-

praktik politik busuk.

Kedua, Faktor Proses yang meiputi (1)

Kapasitas/kompotensi pendidik yang terbatas:

akibatnya pendidikan masih bersifat konvesional

dan stagnan, kondisi ini bisa dilihat dari metode

dan pedekatan pembelajaran yang dipraktekan di

kelas. Masalah terjadi tidak terlepas dari

kurangnya penguatan-penguatan kapasitas dan

sumberdaya serta kemauan mengembangkan diri

bagi setiap tenaga pendidik. (2) Lemahnya

pendidikan integritas. (3) Sistim evaluasi

pendidikan yang masih dominan pada ranah

kognitif bahkan aspek afektif tidak masuk dalam

bagian penilaian pendidikan anak. (4) Masalah

fundamental yaitu spiritual quotient atau

kecerdasan spiritual (SQ); intelektual quotient

atau kecerdasan intelektual (IQ); dan emosional

quotient atau kecerdasan emosional (EQ) belum

belum berjalan sebagai satu kesatauan yang utuh

dalam pendidikan. (5) Interaksi dan integrasi

sosial (kaitannya dengan pendidikan multi

kultural) belum berjalan dengan baik di kelas. (6)

Pendidikan sebagai transformai dan transmisi

budaya juga belum efektif berjalan. (7)

Pengembangan bahan ajar yang kurang

mengakomodir kearifan lokal. Hal ini selain

karena kurangnya pemahaman akan berbagai

kearifan lokal yang dapat dijadikan sebagai input

bahan ajar juga kaku dalam menerapkan media

pembelajaran.

Kedua, Faktor Output yaitu (1) Alumni

lembaga pendidikan (khususnya pendidikan

formal) menjadi biangkerok kerusakan

pengelolaan berbagai instansi pemerintah. Hal ini

terjadi karena pendidikan formal hanya berpikir

bagaiamana melahirkan generasi pintar tetapi

minus moralitas dan tanggungjawab. (2) Image

dan persepsi publik dan masyarakat bahwa

pekerjaan yang terhormat adalah PNS;

akibatanya generasi enterpreneur dan upaya

alumni membuka lapangan kerja sendiri kurang

berjalan dengan baik, akibat selanjutnya

pengangguran meningkat. (3) Tarikan politik

oportunisme; menjadikan alumni banyak

menghalakan segala cara untuk kepentingan

politik; arus Pilkada, Lesgilatif , bahkan Pilkades.

Padahal prilaku tersebut bertentangan dengan

prinsip-prinsip manusia terdidik, cenderung

mengarahkan menjadi manusia yang korup.

Dalam kontek Unhalu, ternyata masih

menyisihkan berbagai masalah terkait dengan

masih lemahnya gerakan pengarusutamaan isu-

isu korupsi dan pendidikan integritas. Hasil

identifikasi menunjukan yaitu: pertama

Kebijakan yang belum terlaksana dengan baik.

Banyak kebijakan dan goodwill pimpinan yang

belum terinternalisiasi dalam sikap maupun

pembelajaran dalam lingkup unhalu. Salah satu

contohnya yaitu matakuliah Budi pekerti dan

Etika yang diinstruksikan oleh Rektor agar

menjadi salah satu matakuliah institusi yang

masuk dalam kelompok pengembangan

Page 7: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

7

kepribadian (MPK) dapat diterapkan pada

seluruh program studi. Kenyataannya masih ada

beberapa program studi yang belum

menerapkannya. Hasil penulusuran yang

dilakukan misalnya prodi yang belum

menerapkannya yaitu prodi berada dibawah

naungan jurusan pendidikan MIPA, dan beberapa

prodi di FMIPA. Selanjutnya masih ada program

studi yang belum memiliki dan menerapkan

Standar Operasional Prosedure (SOP), serta tim

penegakan Kode Etik yang berjalan dengan baik.

Kedua, Komitmen tenaga pendidik

(dosen) dan tenaga administrasi. Salah satu

kompotensi yang mestinya dimiliki oleh dosen

dan tenaga administrasi adalah kompotensi

profesional dan personal yang harus ditunjukan

dalam setiap kinerjanya. Hasil FGD dengan

mahasiswa menunjukan bahwa masih ada model

pembelajaran yang menekan dan tidak

memberikan contoh yang baik pada mahasiswa.

Disamping itu pula tenaga administrasi masih ada

oknum yang tidak memberikan pelayanan yang

prima jauh dari sikap dan bentuk

profesionalisme. Padahal salah satu kebijakan

pimpinan periode ini adalah memberikan

pelayanan secara profesional dan ikut serta

melawan tindakan korupsi.

Ketiga, Evaluasi pendidikan yang belum

integral (kognitif, afektif dan psikomotorik).

Evaluasi pembelajaran mahasiswa yang

dilakukan selama ini, dari hasil wawancara pada

beberapa dosen menunjukan evaluasi hanya pada

aspek kognitif saja. Hal terjadi karena sampai

saat ini belum ada instrumen yang tepat untuk

melakukan evaluasi dari aspek efektif. Disamping

itu tentunya membutuhkan komitmen dan

kemauan dosen dalam menerapkan aspek-aspek

afektif dan psikomotorik. Penilaian afektif

tentunya membutuhkan rubrik pengamatan dan

membutuhkan kesabaran dan keseriusan bersama.

Keempat, Belum ada konsistensi antara

nilai dengan sikap. Masalah ini tidak saja terjadi

pada mahasiswa, juga terjadi pada dosen dan

tenaga administrasi.

Kelima, Anti korupsi belum menjadi

gerakan bersama. Isu perlawanan terhadap

korupsi atau biasa disebut dengan gerakan anti

korupsi sebenarnya telah menjadi gerakan

nasional dan isu yang sudah tidak asing lagi

dalam dunia akademik seperti Unhalu.

Keenam, Gerakan mahasiswa dan

tarikan oportunisme. Prilaku korupsi yang

melibatkan beberapa oknum pemerintahan,

legislatif dan swasta tidak terlepas dari pengaruh

dan prilaku negatif saat mereka menjadi

mahasiswa, salah satu diantaranaya adalah gaya

hidup hedonis dan tarikan oportunisme.

Ketuju, Proses pembelajaran yang tidak

sehat dan profesional. Salah satu bagian dan

moment yang tepat dalam membentuk karakter

dan integritas mahasiswa adalah dalam proses

pembelajaran. Misalnya disiplin, adil dan

demokratis serta metode pembelajaran yang

partisipatif dan menyenangkan. Melalui metode

yang tepat dan gerakan kecil-kecilan akan

berdampak besar bagi pembinaan dan

pembentukan karakter. Sebaliknya dengan

metode pembelajaran yang tidak tepat misalnya

menakut-nakuti, menegangkan, dosen sebagai

otoritas penentu kebenaran, tidak adil dalam

penilaian, tidak menegakan sistim reward dan

punishman, dan tidak berbabsis budaya dan

lingkungan sisiwa semuanya akan berdampak

pada pembentukan karakter pembangkan dan

penipu, tentunya ini merupakan embrio prilaku

korupsi.

Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan

Tantangan

Kekuatan

Secara internal, hasil identifikasi

kekuatan diperoleh (1) Sumber daya manusia

lumayan besar yaitu ditopang oleh jumlah dosen

sebanyak 961 orang dengan jumlah guru besar

sebanyak 39 orang. (2) Jumlah fakultas dan prodi

semakin banyak dengan fasilitas memadai, saat

ini telah tersedia sebanyak 8 Fakultas dengan 43

program studi Strata-1 (S1) dan 9 program studi

Diploma, 8 Program studi Strata-2 (S2) dan 3

Program Studi Strata 3 (S3). (3) Jumlah

mahasiswa yang banyak tersebar pada berbagai

bidang keilmuan, saat ini baik reguler maupun

nono reguler jumlah mahasiswa sekitar 28.000

orang. (4) Jaringan yang luas, dimana Unhalu

saat ini telah membangun kerjasama yang luas

baik dengan universitas maupun dunia swasta

dalam maupun di luar negeri. (5) Adanya

lembaga kemahasiswaan baik intra mupun ekstra,

sebagai wadah mahasiswa dalam

Page 8: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

8

mengembangkan diri dan melakukan bentuk-

bentuk pemberdayaan dan pembelajaran di luar

perkualiahan, jika dikembangkan dan disuport

tentunya menjadi suatu kekuatan besar, karena

hampir sebagian besar pelaku-pelaku yang

mengatur negara kita (eksekutif, legislatif

maupun yudikatif) ditempa melalui organisasi

tersebut.

Kelemahaman

Hasil identifikasi kelemahan, secara

internal diperoleh beberapa masalah yaitu (1)

Nilai-nilai integritas belum terinternalisasi dalam

sikap maupun proses pembelajaran, misalnya;

sikap seorang dosen, prilaku mencontek, dan

plagiat dalam penulisan karya ilmiah. (2) Materi

anti korupsi belum terintegrasi dalam

pembelajaran, apakah terintegrasi dalam mata

kuliah tertentu atau berdiri sendiri. (3) Beberapa

mata kuliah untuk pembelajaran etika dan

karakter belum merata diterapkan pada semua

program studi. (4) Sistim penilaian hanya spek

kognitif saja, padahal aspek yang paling vital

dalam mengukur sikap da karakter seorang anak

adalah harus melalui penilaian afektifnya. (5)

Belum ada kebijakan khusus dalam bentuk

program untuk gerakan anti korupsi di dalam

kampus, baik terstruktur dalam lembaga resmi

kampus maupun lembaga-lembaga

kemahasiswaan. (6) Gerakan mahasiswa yang

terkontaminasi dengan kepentingan politik dan

oportunisme, akhirnya berdanpak pada praktek-

praktek yang identik dengan prilaku korup

khususnya terjadi saat mereka setelah sarjana.

Peluang

Secara eksternal, beberapa peluang

diidentifikasi dan dirumuskan antara lain (1)

Jaringan dan kerjasama yang sudah mulai

terbangun dengan baik, baik dalam maupun luar

negeri. Beberapa universitas yang sudah

mengembangkan dan dapat dijadikan kerjasama

misalnya Universitas Paramadina, TIRI ataupun

USAID. (2) Unhalu sebagai pencetak SDM di

Sultra, memiliki peran strategis dan memiliki

legitimasi yang kuat dibidang pengembangan

SDM di Sultra. (3) Unhalu sebagai lumbung

pakar dan refrensi bagi pembangunan daerah di

Sultra, peluang ini dapat menjadi satu alasan

peluang untuk menawarkan kerjasama untuk

mengembangkan program pengarusutamaan isu-

isu korupsi. (4) Dukungan pemerintah pusat dan

daerah. Hal ini jelas sebagai lembaga pendidikan

resmi dan terkemuka di Sultra menunjukan

dukungan PEMDA sangat kuat. (5) Legitimasi

dan kepercayaan masyarakat bagi Unhalu masih

kuat indikatornya jumlah peminat semakin

meningkat untuk masuk dan ditempa di

Universitas ini.

Tantangan

Hasil identifikasi dan rumusan aspek

tantangan diperoleh (1) Prilaku dan budaya nakal,

manja dan suka mencontek saat sekolah tingkat

SMA atau SMP, hal ini terbawa-bawa pada

tingkat ketika mereka menjadi mahasiswa. (2)

Tarikan kepentingan politik, hal ini sangat jelas

karena dengan adanya sistim pemilihan langsung

baik kepala daerah maupun legislatif menuntut

mereka meluaskan jaringan dan permintaan

dukungan dari pihak kampus baik dari kalangan

dosen maupun mahasiswa. (3) Gaya hidup

oportunisme dan budaya korup yang menjangkit

dan menular, hal ini melanda hampir sebagian

besar mahasiswa karena ideologi kapitalisme dan

tuntutan gaya hidup, padahl jauh dari nilai-nilai

budaya dan agama. (4) Para koruptor dan politisi

busuk cenderung mencari perlindungan dan

dukungan dari kalangan kampus baik pada dosen

maupun mahasiswa. Tidak jarang mahasiswa

melakukan demonstrasi hanya karena mendukung

kepentingan individu bukan rakyat. (4)

Keprihatinan dan perhatian publik terhadap

masalah korupsi belum besar. (5) Lemahnya

pendidikan luar formal (masyarakat dan

keluarga). Padahal pendidikan sikap anak sangat

besar pengaruhnya dari jalur keluarga dan

lingkngannya.

Strategi Pengarusutamaan Isu-Isu Korupsi

dan Integritas di Unhalu

Langkah strategis dalam rancangan ini

mengacu pada hasil analisis masalah dan SWOT,

dengan demikian merupakan bagian dari

menjawab dan atau solusi bagi permasalahan

yang ada dan berbasis pada kebutuhan

stakeholders yang akan terlibat dalam gerakan

melawan korupsi melalui pendidikan integritas.

Page 9: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

9

Secara struktural, acuan utama dari

strategi ini yaitu visi Unhalu: “Universitas

Haluoleo yang maju, bermartabat, berbudaya

akademik dalam rangka membangun sumber

daya manusia cerdas komprehensif secara

berkelanjutan”. Visi yang sangat ideal dan salah

satu term yang harus dikembangkan disini adalah

bermartabat dan berbudaya akademik melalui

pengembangan SDM yang cerdas konfrehensif,

dalam makna yang lebih luas tentunya cerdas

hanya tidak pada intelektualnya saja akan tetapi

dari aspek emosional dan spritualnya. Inilah yang

menjadi pintu masuk dari strategi

pengarustamaan isu-isu korupsi sangat

mendukung apa yang menjadi visi Unhalu.

Page 10: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

10

Visi Civitas akademik dan alumni Unhalu memiliki nilai-nilai integritas dan

komitmen untuk melawan korupsi dimanapun mereka berada.

Misi Strategis 1. Membangun gerakan anti korupsi dan pendidikan integritas secara

berkelanjutan dan simultan oleh seluruh lembaga kampus dan

kemahasiswa melalui suatu bentuk kerjasama

2. Penguatan kapasitas dan kesadaran melalui suatu kebijakan dan

program terkait dengan pendidikan integritas dan isu-isu anti korupsi.

3. Internalisasi pendidikan integritas dan pendidikan anti korupsi dalam

proses pembelajaran mahasiswa.

Misi Strategis 1:

Tujuan Strategis

Sasaran Startegis

Output Program strategis

1. Mengembangkan

bentuk gerakan

dan program anti

korupsi melalui

suatu bentuk

kerjasama

Adanya suatu

bentuk gerakan dan

program kerjasama

untuk melakukan

gerakan anti

korupsi di dalam

kampus

1. Dalam waktu 2 tahun Unhalu telah melakukan

kerjasama dengan TIRI, Universitas

Paramadina maupun lembaga donor luar

negeri, yang ditandai dengan suatu bentuk

MOU

2. Seminar, workshop, maupun kampanye-

kampnye anti korupsi tiap tahun meningkat

minimal 10 %.

2. Meningkatnya

bentuk gerakan

dari lembaga-

lembaga

kemahaiswaan

baik melalui

bentuk kampanye

maupun diskusi-

diskusi intensif

Terjalinnya

kerjasama antara

lembaga

kemahasiswaan

baik ekstra maupun

intra kampus dalam

melakukan

kegiatan-kegiatan

anti korupsi dan

penguatan

integritas.

1. BEM mapun lembaga ekstra seperti PMII,

HMI, IMM, dan Kelompok Mushola rutin

melakukan gerakan anti korupsi.

2. Dalam programnya melakukan bentuk-bentuk

pertanggungjawaban yang sesuai dengan

nilai-nilai integritas dan transparan.

3. Tidak melakukan kekerasan dalam setiap

gerakannya.

4. Mendukung suasana akademik yang disiplin,

demokratis dan bermutu melalui tindakan

kongkrit terhadap anggotanya.

5. Mengembangkan budaya jujur dalam kegiatan

akademik, tidak mencontek dan memalsukan

tulisan orang lain sebagai karya ilmiahnya.

Misi Strategis 2:

Tujuan Strategis

Sasaran Startegis

Output Program strategis

Meningkatkan

kapasitas dan

kesadaran melalui

suatu kebijakan

dan program

terkait dengan

pendidikan

integritas dan isu-

isu anti korupsi

Adanya

kebijakan yang

kuat dan

meningkatnya

kapasitas dan

kesadaran para

dosen dan tenaga

administrasi

dalam

1. Optimalisasi pelatihan dosen dan tenaga

administrasi terkait pelayanan pendidikan secara

prima dan profesional sesuai nilai-nilai integritas

2. Optimalisasi pelatihan pekerti secara bertingkat

dan berkelanjutan

3. Implementasi kebijakan rektor untuk menciptakan

susana akademik yang sehat dan pelayanan yang

profesional melalui suatu bentuk pengawasan yang

brkelanjutan

Page 11: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

11

mendukung

pengarusutamaa

n isu-isu korupsi

dan integritas

4. Gerakan anti mencontek dan anti palagiat ditandai

dengan suatu bentuk workshop dan langkah-

langkah inforcemen.

5. Kampanye anti korupsi dan anti suap dapat

dilakukan baik dalam bentuk talk show, baleho

yang dapat dipasang pada pusat-pusat pelayanan,

setiap prodi dan melalui suatu disksui reguler.

6. Melakukan evaluasi bersama masing-masing

fakultas dalam bentuk “talk breek” setiap awal

semester untuk mengevaluasi semester

sebelumnya dan merancang perbaikan proses

semester yang akan berjalan, dihadiri oleh seluruh

dosen di masing-masing fakultas.

Misi Strategis 3:

Tujuan Strategis

Sasaran Startegis

Output Program strategis

Internalisasi

pendidikan

integritas dan

pendidikan anti

korupsi dalam

proses

pembelajaran

mahasiswa

Terselenggaranya

proses pendidikan

yang berbasis

pendidikan

integritas dan

pendidikan anti

korupsi.

1. Setiap program studi merancang suatu mata

kuliah yang memuat nilai-nilai anti korupsi

apakah berdiri sendiri dalam satu mata kuliah,

maupun terintegrasi dalam beberapa mata kuliah

tertentu.

2. Dalam waktu minimal 1 tahun semua dosen yang

menyelenggarakan pembelajaran dengan

mengacu pada SAP yang berbasis karakter

sehingga dapat dilengkapi dengan rubrik

penilaian pengamatan afektif.

3. Penilaian dosen harus berbasis pada tiga bentuk

penilaian yaitu penilaian kognitif, afektif dan

psikomotorik, sehingga dalam waktu 1 tahun

telah ada suatu konsesus tentang interumen yang

dipakai bersama dalam mengimpelementasikan

penilaian tersebut.

4. Semua prodi telah mengembangkan dan

menerapkan SOP dalam pelayanan akademik baik

dosen maupun mahasiswanya.

5. Penegakan kode etik secara tegas dan konsisten.

Page 12: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

12

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian dan rancangan

rumusan strategis tersebut maka dapat

disimpulkan (1) Secara umum perkembangan

dan kebijakan pendidikan nasional telah

menunjukan perbaikan dan perkembangan yang

lebih baik namun masih menyisahkan masalah

berupa luaran pendidikan yang minim karakter

dan integritas, hal ini disebabakan beberapa

masalah baik dari segi input proses maupun

output, kondisi ini juga terjadi di lingkup

Unhalu. (2) Sebagai perguruan tinggi negeri

terkemuka di Sultra, Unhalu memiliki kekuatan,

kelemahan, peluang dan tantangan, dapat

dianalisis dalam melahirkan suatu rancangan

strategis kuat dan realistis. (3) Strategi

pengarusutamaan isu-isu korupsi di lingkup

Unhalu mengembangkan bentuk gerakan

bersama civitas akademik, melalui kampanye,

diskusi-diskusi intensif, regulasi kebijakan dan

program terkait dengan pendidikan integritas

dan isu-isu anti korupsi, dan Internalisasi

pendidikan integritas dan pendidikan anti

korupsi dalam proses pembelajaran mahasiswa.

Hal-hal yang dapat disarankan yaitu (1)

Kepada pemerintah untuk segerah melakukan

langkah-langkah antisipatif dan kebijakan

tentang pembangunan karakter dan nilai-nilai

integrasi melalui pendidikan formal. (2) Kepada

pimpinan Universitas Haluoleo untuk segera

merumuskan kebijakan dan langkah-langkah

kongkrit terkait dengan permasalahan minimnya

integritas dosen dan mahasiswa misalnya

perlunya gerakan anti mencontek, anti plagiat,

gerakan anti demonstrasi bayaran, termasuk

mendorong program studi untuk melakukan

internalisasi nilai-nilai integritas dan karakter

dalam mata kuliahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Barlian. 2010. Gerakan Mahasiswa di Kota

Kendari Sulawesi Tenggara. Makassar:

Disertasi UNM.

Djaja, Ermansjah. 2010. Memberantas Korupsi

Bersama KPK. Jakarta: Sinar Grafika.

Freire, Paulo. 2000. Politik Pendidikan,

Kebudayaan, Kekuasaan, dan

Pembebasan. Yogyakarta: Pusataka

Pelajar.

Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

http://www.unpad.ac.id/archives/46805

Indonesia Coruption Watch (ICW), 2011. Data

Korupsi di Indonesia, diapload dari

http://gorontalonews.wordpress.com/2011

/02/24

Karim, Muhamad. 2009. Pendidikan Kritis

Transformatif. Jogyakarta: Ar-Ruzz

Media.

Latif, Yudi. Pesona yang Pudar. Media Haria

Kompas, 19 Juli 2011

Laporan Rektor Unhalu, 18 Agustus 2011.

Lembaga Diskusi dan Kajian Jurnalis (LDKJ),

2011. Pemetaan Rubrik Media Cetak

Kendari Pos dan Kendari Ekspress di

Sultra.

Naim, Ngainun. 2008. Pendidikan Multi

Kultural; Konsep dan Aplikasi. Cv. Ar-

Ruzz Media. Jogyakarya.

Padil, Mohamad. 2007. Sosiologi Pendidikan.

Malang: UIN- Malang Press.

Pusat Studi Hukum dan Kebijakan. 2010.

Orientasi Kebijakan Pengelolaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah di Kabupaten Konawe Selatan

dan Kolaka.

Renstra Unhalu Tahun 2009-2014

Sridjaja, Tjandra. 2010. Sifat Melawan Hukum

dalam Tindak Pidana Korupsi. Jakarta:

Indonesia Lawyers Club.

Tilaar, HAR. 2001. Membanahi Pendidikan

Nasional. Jakarta: PT Rineka Cipta

Tunggal, Amin Widjaja. 2010. Pencegahan dan

Pendeteksian Kecurangan dan Korupsi.

Tanpa Tempat Terbit: Harvarindo.

Page 13: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

13

PROFIL PEMETAAN HASIL UJIAN NASIONAL SMA

DI KABUPATEN BOMBANA1

Oleh:

Jamiludin2

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hasil Ujian Nasional (UN) SMA di

Kabupaten Bombana. Prosedur penelitian terdiri dari: (1) Persiapan, (2) Studi dokumentasi

(dokumen nilai UN), (3) Pengolahan dan analisis data, dan (4) Penyusunan laporan hasil

penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil UN di kabupaten Bombana berada pada

kategori sedang dan berada di atas standar minimal kelulusan yang ditetapkan.

Kata kunci: Pemetaan, Ujian Nasional, kompetensi dasar

1 Ringkasan Hasil Penelitian PPMP tahun 2011 2 Dosen Pend. Sejarah FKIP Unhalu

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu

prasyarat utama dalam meningkatkan martabat dan

kualitas bangsa. Berbagai cara ditempuh agar

mendapatkan hasil yang optimal, mulai dari

penyusunan program sampai evaluasi dan

perbaikan serta pengayaan. Masyarakat atau

pengguna dari hasil pendidikan umumnya hanya

melihat dari satu sisi bahwa keberhasilan

pendidikan ditentukan oleh hasil ujian akhir

nasional.

Ujian Nasional (UN) adalah kegiatan

pengukuran dan penilaian kompetensi siswa

secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah. Ujian ini bertujuan menilai pencapaian

kompetensi lulusan secara nasional pada mata

pelajaran tertentu yaitu ilmu pengetahuan dan

teknologi. Hasil UN digunakan sebagai salah

satu pertimbangan untuk pemetaan mutu

pendidikan, seleksi masuk jenjang pendidikan

berikutnya, serta sebagai penentuan kelulusan

siswa.

Banyak faktor yang menyebabkan

rendahnya nilai UN yang dicapai oleh siswa,

antara lain: Pertama, kurangnya motivasi siswa

didik untuk meraih nilai akademis yang tinggi. Hal

itu disebabkan oleh situasi dan kondisi pendidikan

dalam lingkungan keluarga yang kurang

mendukung. Kedua, merebaknya sikap instan yang

melanda kehidupan kaum remaja. Hal ini

disebabkan oleh kuatnya sikap permisif

masyarakat yang cenderung membiarkan berbagai

perilaku anomali sosial berlangsung di tengah-

tengah panggung kehidupan sosial. Ketiga, guru

dinilai kurang kreatif dalam melakukan inovasi

pembelajaran, baik dalam pemilihan materi ajar,

metode pembelajaran, maupun media

pembelajaran, sehingga siswa didik cenderung

pasif dan bosan dalam menghadapi atmosfer

pembelajaran di kelas.

Berdasarkan data Nilai UN Murni

persentase siswa dengan nilai < 6.00 sebagai

berikut. Untuk jurusan IPA pada tahun

2007/2008, BIND (7.52), BING (5.26), MAT

(20.68), FIS (21.43), KIM (2.26), BIO (4.89).

Tahun 2008/2009, BIND (42.66), BING (5.78),

MAT (0.88), FIS (7.1), KIM (0.00), BIO

(37.33). Sedangkan tahun 2009/2010, BIND

(22.04), BING (24.91), MAT (12.66), FIS

(10.61), KIM (8.57), BIO (58.37).

Untuk jurusan IPS pada tahun

2007/2008, BIND (26.28), BING (36.95), MAT

(47.25), EKO (7.9), SOS (17.35), GEO (44.33).

Tahun 2008/2009, BIND (51.54), BING (6.76),

MAT (11.86), EKO (24.23), SOS (26.41), GEO

(31.00). Sedangkan tahun 2009/2010, Jurusan

IPS: BIND (41.35), BING (31.80), MAT

(14.60), EKO (49.99), SOS (49.01), GEO

(23.89).

Page 14: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

14

Dari data di atas terlihat bahwa untuk

jurusan IPA mata pelajaran Fisika, Bahasa

Indonesia dan Biologi merupakan mata ujian

dengan jumlah siswa yang memiliki nilai < 6.00

adalah yang terbesar. Sementara itu, untuk

jurusan IPS, mata pelajaran dengan persentase

tertinggi dari siswa yang memiliki nilai < 6.00

adalah mata pelajaran Geografi, Matematika,

Sosiologi, Bahasa Indonesia, dan Ekonomi.

Kenyataan ini memberi indikasi bahwa

penguasaan terhadap beberapa kompetensi dasar

yang ada masih relatif rendah.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan

di atas, permasalahan dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut: ”bagaimanakah

gambaran profil hasil UN Jurusan IPA dan IPS

siswa SMA di kabupaten Bombana?”

TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

gambaran profil hasil UN Jurusan IPA dan IPS

siswa SMA di kabupaten Bombana.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten

Bombana tahun 2011. Pengumpulan data

dilakukan melalui metode studi dokumentasi.

Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu

(1) reduksi data, (2) organisasi data, dan (3)

interpretasi data.

TINJAUAN PUSTAKA

Mutu Pendidikan

Dalam dunia pendidikan, mutu adalah

agenda utama dan senantiasa menjadi tugas yang

paling penting. Jerome S. Arcaro, (2007) mutu

adalah sebuah proses struktur untuk memperbaiki

keluaran yang di hasilkan. Umaedi, (1999)

menjelaskan bahwa mutu mengandung makna

derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil

kerja) baik berupa barang maupun jasa; baik

yang tangible maupun yang intangible. Dalam

konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini

mengacu pada proses

pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses

pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input,

seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau

psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai

kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan

administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya

lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.

Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi

mensinkronkan berbagai input tersebut atau

mensinergikan semua komponen dalam interaksi

(proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa

dan sarana pendukung di kelas maupun di luar

kelas; baik konteks kurikuler maupun

ekstrakurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang

akademis maupun yang non-akademis dalam

suasana yang mendukung proses pembelajaran.

Antara proses dan hasil pendidikan yang

bermutu saling berhubungan. Akan tetapi, agar

proses yang baik itu tidak salah arah, maka mutu

dalam artian hasil (ouput) harus dirumuskan lebih

dahulu oleh sekolah, dan harus jelas target yang

akan dicapai untuk setiap tahun atau kurun waktu

lainnya. Berbagai input dan proses harus selalu

mengacu pada mutu-hasil (output) yang ingin

dicapai. Dengan kata lain tanggung jawab sekolah

dalam school based quality improvement bukan

hanya pada proses, tetapi tanggung jawab akhirnya

adalah pada hasil yang dicapai. Untuk mengetahui

hasil/prestasi yang dicapai oleh sekolah terutama

yang menyangkut aspek kemampuan akademik

atau "kognitif" dapat dilakukan

benchmarking (menggunakan titik acuan standar,

misalnya: NEM oleh PKG atau MGMP). Evaluasi

terhadap seluruh hasil pendidikan pada tiap

sekolah, baik yang sudah ada patokannya

(benchmarking) maupun yang lain (kegiatan

ekstrakurikuler) dilakukan oleh individu sekolah

sebagai evaluasi diri dan dimanfaatkan untuk

memperbaiki target mutu dan proses pendidikan

tahun berikutnya. Dalam hal ini RAPBS harus

merupakan penjabaran dari target mutu yang ingin

dicapai dan skenario bagaimana mencapainya.

Sedangkan mutu dalam konteks

pendidikan, pengertiannya meliputi input, proses

dan output pendidikan. Input pendidikan adalah

segala sesuatu yang harus tersedia karena

dibutuhkan untuk berlangsungnya proses.

Misalnya: sumberdaya, perangkat lunak serta

harapan-harapan sebagai pemandu bagi

berlangsungnya proses. Proses pendidikan

merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu

yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap

Page 15: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

15

berlangsungnya proses disebut input, sedangkan

sesuatu dari proses disebut output.

Dalam konteks pendidikan mikro (tingkat

kelembagaan/sekolah) proses dimaksud adalah

pengambilan keputusan, proses pengelolaan

kelembagaan, proses pengelolaan program, proses

belajar mengajar, dan proses monitoring dan

evaluasi. Output pendidikan adalah merupakan

kenerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi

sekolah yang dihasilkan dari proses/prilaku

sekolah. Kinerja sekolah dapat di ukur dari

kualitasnya, efektifitasnya, produktifitasnya,

efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan

kerjanya serta moral kerjanya.

Sedangkan dalam konteks pendidikan

sebagai suatu sistem, maka pencapaian standar

proses untuk meningkatkan mutu pendidikan

dimulai dari menganalisis setiap komponen yang

dapat membentuk dan mempengaruhi proses

pendidikan tersebut. Terdapat banyak faktor

penentu mutu pendidikan yang dikemukakan oleh

Sanjaya (2006) meliputi:

a) Tujuan

Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai

sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan

belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan

proses belajar mengajar berpangkal tolak dari

jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran.

b) Guru

Guru adalah komponen yang sangat

menentukan dalam implementasi suatu strategi

pembelajaran. Keberhasilan implementasi

suatu strategi pembelajaran akan tergantung

pada kepiawaian guru dalam menggunakan

metode, teknik dan strategi pembelajaran.

Aspek yang dapat mempengaruhi kualitas

proses pembelajaran dilihat dari faktor guru

diantaranya: (1) Teacher formative experience,

meliputi jenis kelamin serta semua

pengalaman hidup guru yang menjadi latar

belakang sosial mereka; (2) Teacher training

experience, meliputi pengalaman-pengalaman

yang berhubungan dengan aktivitas dan latar

belakang pendidikan guru misalnya

pengalaman latihan profesional, tingkatan

pendidikan, pengalaman jabatan; dan (3)

Teacher properties, adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru

misalnya sikap guru terhadap siswa,

kemampuan atau intelegensi guru, motivasi

dan kemampuan dalam penguasaan materi.

c) Siswa

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses

pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi

: (1) Latar belakang siswa (pupil formative

experience); dan (2) Sifat yang dimiliki siswa

(pupil properties).

d) Sarana dan prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung

secara langsung terhadap kelancaran proses

pembelajaran. Sedangkan prasarana adalah

segala sesuatu yang secara tidak langsung

dapat mendukung keberhasilan proses

pembelajaran. Kelengkapan sarana dan

prasarana akan membantu guru dalam

menyelenggarakan proses pembelajaran.

e) Kegiatan pembelajaran

Pola umum kegiatan pembelajaran adalah

terjadinya interaksi antara guru dan anak didik

dengan bahan sebagai perantaranya.

f) Lingkungan

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor

yang dapat mempengaruhi proses

pembelajaran yaitu: (1) Faktor organisasi

kelas, yang di dalamnya meliputi jumlah siswa

dalam satu kelas merupakan aspek penting

yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran

dan (2) Faktor iklim sosial–psikologis meliputi

keharmonisan hubungan antara orang yang

terlibat dalam proses pembelajaran.

g) Bahan dan alat evaluasi

Bahan dan alat evaluasi adalah suatu bahan

dan alat yang terdapat di dalam kurikulum

yang sudah dipelajari oleh anak didik guna

kepentingan ulangan.

h) Suasana evaluasi

Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di

dalam kelas. Semua anak didik dibagi menurut

kelas masing-masing dan tingkatan masing-

masing. Besar kecilnya jumlah anak didik yang

dikumpulkan di dalam kelas akan

mempengaruhi suasana kelas sekaligus

mempengaruhi suasana evaluasi yang

dilaksanakan.

Lebih lanjut, komitmen pemerintah dalam

rangka meningkatkan mutu pendidikan telah

dituangkan dalam Permendiknas Nomor 63 tahun

2009 berupa suatu model sistem penjaminan mutu

pendidikan (SPMP). Dalam implementasinya

Page 16: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

16

model ini terdiri dari 3 (tiga) kegiatan inti yang

meliputi: pengkajian mutu, analisis dan pelaporan,

serta peningkatan mutu. Sebagai acuan atau tolok

ukur mutu pendidikan adalah Standar Nasional

Pendidikan meliputi: (1) Standar Isi; (2) Standar

Kompetensi Lulusan; (3) Standar Penilaian; (4)

Standar Proses; (5) Standar Pengelolaan; (6)

Standar Sarana dan Prasarana; (7) Standar

Pendidik dan Tenaga Kependidikan; dan (8)

Standar Pembiayaan. Sehingga diharapkan

dokumen delapan standar nasional pendidikan ini

menjadi dokumen wajib bagi setiap sekolah untuk

dimiliki, dikaji, dianalisis dan diimplementasikan

di sekolah masing-masing.

Sekolah Bermutu

Sekolah bermutu sangat erat kaitannya

dengan adanya keterlibatan masyarakat secara

totalitas di dalamnya. Mutu menuntut adanya

komitmen pada kepuasaan pelanggan yang

memungkinkan adanya perbaikan pada para

karyawan, siswa dalam mengerjakan pekerjaan

dengan sebaik-baiknya.

Berkenaan dengan sekolah bermutu, ada

beberapa model (karakteristik) sekolah bermutu

yang dikemukakan oleh Jerome S. Arcaro, (2007)

diantaranya adalah:

a) Fokus pada kostumer. Dalam meningkatkan

penyelenggaraan mutu pendidikan sekolah

harus melayani kebutuhan kostumer baik

internal maupun eksternal.

b) Keterlibatan total. Semua komponen yang

berkepentingan (warga sekolah dan warga

masyarakat dan pemerintah) harus terlibat

secara langsung dalam pengembangan mutu

pendidikan.

c) Pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan

cara evaluasi, evaluasi ini dijadikan acuan

dalam meningkatkan penyelenggaraan mutu

pendidikan. Salah satu bagian yang sering

dijadikan instrumen pengukuran adalah nilai

prestasi siswa.

d) Komitmen. Hal lain yang menyangkut

pendidikan bermutu adalah adanya komitmen

bersama terhadap budaya mutu utamanya

komite sekolah dan pemerintah.

e) Memandang pendidikan sebagai sistem.

Pandangan seperti ini akan mengeliminasi

pemborosan dari pendidikan dan dapat

memperbaiki mutu setiap proses pendidikan.

f) Perbaikan berkelanjutan. Prinsip dasar mutu

adalah perbaikan secara terus-menerus

(berkelenjutan) langkah ini dilakukan secara

konsisten menemukan cara menangani

masalah dan membuat perbaikan yang

diperlukan.

Kompetensi siswa

Kompetensi adalah kemampuan yang

harus dikuasai seseorang. Becker, (1977) dan

Gordon, (1988) mengemukakan bahwa kompetensi

meliputi pengetahuan, pemahaman, keterampilan,

nilai, sikap dan minat. Dalam dokumen kurikulum

(Boediono, 2000:4) mengemukakan bahwa

kemampuan dasar diartikan sebagai uraian

kemampuan atas bahan dan lingkup ajar secara

maju dan berkelanjutan seiring dengan perjalanan

siswa untuk menjadi mahir dalam bahan dan

lingkup ajar yang bersangkutan. Bahan ajar itu

sendiri dapat berupa : lahan ajar, gugus isi, proses,

dan pengertian konsep”. Kemudian, dokumen

Kurikulum Berbasis Kompetensi yang diterbitkan

bulan Agustus 2001, Balitbang mengganti istilah

kemampuan dasar dengan kompetensi. Kompetensi

dirumuskan sebagai berikut: “kompetensi dasar

merupakan uraian kemampuan yang memadai atas

pengetahuan, keterampilan, dan sikap mengenai

materi pokok. Kemampuan itu harus

dikembangkan secara maju dan berkelanjutan

seiring dengan perkembangan siswa”. Selanjutnya

dikemukakan “dalam kurikulum berbasis

kompetensi, metode, penilaian, sarana dan alokasi

waktu yang digunakan tidak dicantumkan agar

guru dapat mengembangkan kurikulum secara

optimal berdasarkan kompetensi yang harus

diicapai dan disesuaikan dengan kondisi

setempat.” (Balitbang, 2001).

Pengertian kompetensi diartikan sebagai

kemampuan yang harus dikuasai seorang peserta

didik. Dalam pengertian ini berbagai definisi telah

dikemukakan orang. Pengertian di atas dapat

dikatakan sejalan dengan apa yang dikemukakan

oleh Wolf, (1995), Debling, (1995), Kupper dan

Palthe. Wolf, (1995:40) mengatakan bahwa

Debling, (1995:80) mengatakan “competence

pertains to the ability to perform the activities

within a function or an occupational area to the

level of performance expected in employment”.

Page 17: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

17

Sedangkan Kupper dan Palthe mengatakan

“competencies as the ability of a student/worker

enabling him to accomplish tasks adequaletym to

find solutions and to realize them in work

situations.

Selanjutnya, Tucker dan Coding, (1998)

standar dirumuskan sebagai pernyataan mengenai

kualitas yang harus dikuasai dan dapat dilakukan

siswa dalam sustu pelajaran, yang ditentukan sejak

awal, disetujui oleh para akhli pendidikan dan

masyarakat, terukur, dan digunakan untuk

mengembangkan materi, proses belajar serta

evaluasi hasil belajar. Sehubungan dengan

kompetensi seorang siswa, pemerintah telah

menyatakan merumuskan standar kompetensi

lulusan (SKL) yang merupakan kualifikasi

kemampuan lulusan yang mencakup sikap

pengetahuan dan keterampilan (PP Nomor 19 Tahun

2005 Bab I Pasal 1 butir 4). Standar Kompetensi

Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

standar kompetensi lulusan minimal satuan

pendidikan dasar dan menengah standar kompetensi

lulusan minimal kelompok mata pelajaran dan standar

kompetensi lulusan minimal mata pelajaran

(Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006' pasal 1 ayat 2);

Selanjutnya, dinyatakan Standar Kompetensi Lulusan

pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk

meningkatkan kecerdasan pengetahuan

kepribadian akhlak mulia serta keterampilan untuk

hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (PP

Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 26 ayat 2).

Komponen SKL terdiri atas SKL Satuan

Pendidikan, SKL Kelompok Mata Pelajaran' dan

SKL Mata Pelajaran (Permendiknas Nomor 23 Tahun

2006). Sedangkan SKL Ujian merupakan representasi

dari keseluruhan Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran; Standar

Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan

dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman

penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik

(Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006' pasal 1 ayat 1).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Sebaran Sekolah di Kabupaten Bombana

Jumlah SMA di kabupaten Bombana

saat ini sebanyak 16 unit dengan rincian 7 unit

sekolah negeri dan 9 unit sekolah swasta. (BPS

Bombana, 2011).

2. Perkembangan Siswa yang Mengikuti UN di

Kabupaten Bombana

Jumlah siswa yang mengikuti UN di

kabupaten Bombana, untuk jurusan IPA:

tahun 2008 berjumlah 266 siswa tersebar

pada 6 sekolah, tahun 2009 berjumlah 225

siswa tersebar pada 6 sekolah (turun 15.41%),

dan tahun 2010 berjumlah 245 yang tersebar

pada 7 sekolah (naik 8.88%). Untuk jurusan

IPS: tahun 2008 berjumlah 582 siswa yang

tersebar pada 9 sekolah, tahun 2009

berjumlah 784 siswa yang tersebar pada 11

sekolah (naik 34.70%), dan tahun 2010

berjumlah 808 siswa yang tersebar pada 16

sekolah (naik 3.06%).

3. Persentase kelulusan siswa di Kabupaten

Bombana

Peningkatan jumlah siswa peserta ujian

UN dalam kenyataannya belum diikuti dengan

meningkatnya persentase kelulusan siswa jurusan

IPA dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009

persentase kelulusan mencapai 100%, namun

tahun berikutnya turun 14.69%. Hal serupa untuk

jurusan IPS juga naik pada tahun 2009 sebesar

91.45%, namun pada tahun 2010 persentase

kelulusan turun signifikan sebesar 21.41% dari

tahun sebelumnya.

Data ini memperlihatkan dengan jelas

dalam kurun waktu tiga tahun terakhir kelulusan

siswa menurun. Lebih dari itu, penurunan terbesar

terjadi pada tahun 2010. Hal ini juga menunjukkan

bahwa rata-rata angka siswa mengulang lebih dari

1 % per tahun belum memenuhi kriteria standar

pelayanan minimal untuk aspek produk sekolah.

4. Gambaran Pemetaan Kompetensi Siswa

SMA di Kabupaten Bombana

Hasil analisis data meliputi 2 bagian,

yaitu: (a) deskripsi nilai UN murni, dan (b)

distribusi nilai UN murni.

Page 18: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

18

a. Deskripsi Nilai UN Murni di kabupaten Bombana

Tabel 1. Nilai UN Murni Jurusan IPA di Kabupaten Bombana

Nilai UN

Murni

Bahasa

Indo.

Bahas

a

Inggris

Mate-

matika Fisika Kimia Biolog

i

Jumla

h

Nilai

Rerata St.

min.

kelulusan

2008 (5.25), 2009 (5.50), 2010 (5.50)

Rata-Rata

7.13

6.02

6.83

7.31

7.29

6.46

6.80

8.54

7.24

7.09

7.38

7.01

7.71

8.83

7.41

7.02

6.64

5.60

43.06

44.70

40.55

Terendah

4.40

4.00

2.00

4.80

5.00

1.60

0.75

5.00

2.50

4.25

4.00

2.00

5.25

7.00

4.75

5.25

4.00

3.00

37.15

36.95

26.00

Tertinggi

9.20

7.80

9.00

9.00

9.40

8.00

9.00

10.00

9.50

8.50

9.25

9.00

9.50

10.00

9.25

9.25

9.00

8.50

51.00

52.75

49.00

Tabel 2. Nilai UN Murni Jurusan IPS di Kabupaten Bombana

Nilai UN

Murni

Bahasa

Indo.

Bahas

a

Inggris

Mate-

matika

Eko-

nomi

Sosio-

logi

Geo-

grafi

Jumla

h

Nilai

Rerata St.

min.

kelulusan

2008 (5.25), 2009 (5.50), 2010 (5.50)

Rata-Rata

6.55

5.84

6.11

6.51

7.21

6.26

5.74

7.45

7.58

7.33

6.78

5.83

6.98

6.37

5.84

6.01

6.62

6.80

39.12

40.27

38.42

Terendah

2.00

2.60

1.80

2.60

3.80

1.20

1.25

1.00

0.75

3.25

2.50

1.50

2.75

2.50

1.40

2.25

2.75

1.60

24.65

28.35

13.85

Tertinggi

8.60

8.60

9.20

9.20

9.20

8.60

9.25

9.50

9.50

9.25

8.75

8.50

9.00

8.25

8.40

8.50

8.25

9.20

49.85

47.95

46.20

Berdasarkan data di atas, dapat dikatakan bahwa secara kumulatif rerata nilai UN murni baik

jurusan IPA maupun IPS di kabupaten Bombana cenderung menurun pada beberapa mata pelajaran,

seperti tampak pada grafik berikut.

Grafik 1. Nilai UN Murni Jurusan IPA di Kabupaten Bombana

Page 19: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

19

Grafik 2. Nilai UN Murni Jurusan IPS di Kabupaten Bombana

b. Distribusi Nilai UN Murni Tahun di kabupaten Bombana

Selanjutnya, gambaran sebaran nilai UN murni jurusan IPA di kabupaten Bombana tahun

2008 sebagai berikut: rentang nilai < 6.00 bahasa Indonesia (7.52%), bahasa Inggris (5.26%),

matematika (20.68%), fisika (21.43%), kimia (2.26%), biologi (4.89%). Selengkapnya dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 3. Distribusi Nilai UN Murni Jurusan IPA Tahun 2008 Rentang

Nilai Bhs. Indo Bhs. Inggris Matematika Fisika Kimia Biologi Rerata Nilai

Real % Real % Real % Real % Real % Real % Real %

10.00 - - - - - - - - - - - - - -

9.00 - 9.99 3 1.13 3 1.13 2 0.75 - - 31 11.65 1 0.38 - -

8.00 - 8.99 56 21.05 82 30.83 53 19.92 81 30.45 97 36.47 55 20.68 22 8.27

7.00 - 7.99 104 39.10 82 30.83 65 24.44 95 35.71 81 30.45 63 23.68 137 51.50

6.00 - 6.99 83 31.20 85 31.95 91 34.21 33 12.41 51 19.17 134 50.38 107 40.23

5.25 - 5.99 11 4.14 12 4.51 36 13.53 32 12.03 6 2.26 13 4.89 - -

4.25 - 5.24 9 3.38 2 0.75 18 6.77 25 9.40 - - - - - -

3.00- 4.24 - - - - - - - - - - - - - -

2.00 - 2.99 - - - - - - - - - - - - - -

1.00- 1.99 - - - - - - - - - - - - - -

0.01 - 0.99 - - - - 1 0.38 - - - - - - - -

0/TdkLkp - - - - - - - - - - - - - -

Untuk jurusan IPS sebagai berikut: rentang nilai < 6.00 bahasa Indonesia (26.28%), bahasa

Inggris (36.95%), matematika (46.73%), ekonomi (7.90%), sosiologi (17.35%), geografi (44.33%).

Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 20: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

20

Tabel 4. Distribusi Nilai UN Murni Jurusan IPS Tahun 2008 Rentang

Nilai Bhs. Indo Bhs. Inggris Matematika Ekonomi Sosiologi Geografi Rerata Nilai

Real % Real % Real % Real % Real % Real % Real %

10.00 - - - - - - - - - - - - - -

9.00 - 9.99 - - 6 1.03 1 0.17 9 1.55 2 0.34 - - - -

8.00 - 8.99 60 10.31 90 15.46 9 1.55 190 32.65 160 27.49 32 5.50 1 0.17

7.00 - 7.99 196 33.68 137 23.54 84 14.43 192 32.99 148 25.43 153 26.29 117 20.10

6.00 - 6.99 173 29.73 134 23.02 213 36.60 145 24.91 171 29.38 139 23.88 364 62.54

5.25 - 5.99 60 10.31 108 18.56 92 15.81 35 6.01 63 10.82 90 15.46 88 15.12

4.25 - 5.24 67 11.51 89 15.29 140 24.05 9 1.55 31 5.33 120 20.62 11 1.89

3.00 - 4.24 24 4.12 15 2.58 29 4.98 2 0.34 6 1.03 43 7.39 1 0.17

2.00 - 2.99 2 0.34 3 0.52 11 1.89 - - 1 0.17 5 0.86 - -

1.00- 1.99 - - - - 3 0.52 - - - - - - - -

0.01 - 0.99 - - - - - - - - - - - - - -

0/TdkLkp - - - - - - - - - - - - - -

Untuk jurusan IPA sebagai berikut: rentang nilai < 6.00 bahasa Indonesia (42.66%), bahasa

Inggris (5.78%), matematika (0.88%), fisika (7.10%), kimia (0.00%), biologi (37.33%). Selengkapnya

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Distribusi Nilai UN Murni Jurusan IPA Tahun 2009 Rentang

Nilai Bhs. Indo Bhs. Inggris Matematika Fisika Kimia Biologi Rerata Nilai

Real % Real % Real % Real % Real % Real % Real %

10.00 - - - - 19 8.44 - - 8 3.56 - - - -

9.00 - 9.99 - - 2 0.89 71 31.56 12 5.33 108 48.00 4 1.78 - -

8.00 - 8.99 - - 52 23.11 77 34.22 62 27.56 86 38.22 57 25.33 42 18.67

7.00 - 7.99 42 18.67 99 44.00 48 21.33 85 37.78 23 10.22 36 16.00 128 56.89

6.00 - 6.99 87 38.67 59 26.22 8 3.56 50 22.22 - - 44 19.56 55 24.44

5.50 - 5.99 25 11.11 7 3.11 1 0.44 12 5.33 - - 47 20.89 - -

4.25 - 5.49 66 29.33 6 2.67 1 0.44 3 1.33 - - 34 15.11 - -

3.00 - 4.24 5 2.22 - - - - 1 0.44 - - 3 1.33 - -

Page 21: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

21

2.00 - 2.99 - - - - - - - - - - - - - -

1.00- 1.99 - - - - - - - - - - - - - -

0.01 - 0.99 - - - - - - - - - - - - - -

0/TdkLkp - - - - - - - - - - - - - -

Untuk jurusan IPS sebagai berikut: rentang nilai < 6.00 bahasa Indonesia (51.54%), bahasa

Inggris (6.76%), matematika (11.86%), ekonomi (24.23%), sosiologi (26.41%), geografi (31.00%).

Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Distribusi Nilai UN Murni Jurusan IPS Tahun 2009 Rentang

Nilai Bhs. Indo Bhs. Inggris Matematika Ekonomi Sosiologi Geografi Rerata Nilai

Real % Real % Real % Real % Real % Real % Real %

10.00 - - - - - - - - - - - - - -

9.00 - 9.99 - - 10 1.28 54 6.89 - - - - - - - -

8.00 - 8.99 4 0.51 137 17.47 369 47.07 32 4.08 14 1.79 101 12.88 - -

7.00 - 7.99 137 17.47 390 49.74 158 20.15 480 61.22 233 29.72 288 36.73 306 39.03

6.00 - 6.99 239 30.48 194 24.74 110 14.03 82 10.46 330 42.09 152 19.39 347 44.26

5.50 - 5.99 102 13.01 22 2.81 23 2.93 52 6.63 102 13.01 119 15.18 100 12.76

4.25 - 5.49 251 32.02 27 3.44 23 2.93 129 16.45 90 11.48 117 14.92 31 3.95

3.00 - 4.24 50 6.38 4 0.51 18 2.30 8 1.02 14 1.79 4 0.51 - -

2.00 - 2.99 1 0.13 - - 24 3.06 1 0.13 1 0.13 2 0.26 - -

1.00- 1.99 - - - - 5 0.64 - - - - - - - -

0.01 - 0.99 - - - - - - - - - - - - - -

0/TdkLkp - - - - - - - - - - 1 0.13 - -

Untuk jurusan IPA sebagai berikut: rentang nilai < 6.00 bahasa Indonesia (22.04%), bahasa

Inggris (24.91%), matematika (12.66%), fisika (10.61%), kimia (8.57%), biologi (58.37%).

Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 22: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

22

Tabel 7. Distribusi Nilai UN Murni Jurusan IPA Tahun 2010 Renta

ng

Nilai

Bhs. Indo Bhs. Inggris Matematika Fisika Kimia Biologi Rerata Nilai

R

e

al

% Real % Real % Real % Real % Real % Real %

10

.00 - - - - - - - - - - - - - -

9.00 -

9.99 4 1.63 - - 14 5.71 5 2.04 2 0.82 - - - -

8.00 -

8.99

4

1 16.73 2 0.82 64 26.12 53 21.63 78 31.84 10 4.08 4 1.63

7.00-

7.99

8

2 33.47 103 42.04 103 42.04 103 42.04 109 44.49 11 4.49 100 40.82

6.00 -

6.99

6

4 26.12 79 32.24 33 13.47 58 23.67 35 14.29 81 33.06 111 45.31

5.50 -

5.99

2

1 8.57 19 7.76 8 3.27 1 0.41 14 5.71 56 22.86 8 3.27

4.25 -

5.49

2

5 10.20 34 13.88 12 4.90 4 1.63 7 2.86 63 25.71 22 8.98

3.00 -

4.24 6 2.45 7 2.86 10 4.08 16 6.53 - - 24 9.80 - -

2.00 -

2.99 2 0.82 - - 1 0.41 5 2.04 - - - - - -

1.00-

1.99 - - 1 0.41 - - - - - - - - - -

0.01 -

0.99 - - - - - - - - - - - - - -

0/TdkL

kp - - - - - - - - - - - - - -

Untuk jurusan IPS sebagai berikut: rentang nilai < 6.00 bahasa Indonesia (41.35%), bahasa

Inggris (31.80%), matematika (14.60%), ekonomi (49.99%), sosiologi (49.01%), geografi (23.89%).

Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. Distribusi Nilai UN Murni Jurusan IPS Tahun 2010

Rentang

Nilai Bhs. Indo Bhs. Inggris Matematika Ekonomi Sosiologi Geografi Rerata Nilai

Real % Real % Real % Real % Real % Real % Real %

10.00 - - - - - - - - - - - - - -

9.00 - 9.99 3 0.37 - - 169 20.92 - - - - 28 3.47 - -

8.00 - 8.99 59 7.30 11 1.36 308 38.12 11 1.36 51 6.31 153 18.94 - -

7.00- 7.99 218 26.98 334 41.34 147 18.19 110 13.61 187 23.14 228 28.22 211 26.11

6.00 - 6.99 194 24.01 206 25.50 66 8.17 283 35.02 174 21.53 206 25.50 408 50.50

5.50 - 5.99 99 12.25 56 6.93 20 2.48 131 16.21 77 9.53 64 7.92 92 11.39

4.25 - 5.49 121 14.98 145 17.95 57 7.05 251 31.06 201 24.88 98 12.13 77 9.53

3.00 - 4.24 68 8.42 33 4.08 13 1.61 16 1.98 89 11.01 18 2.23 16 1.98

Page 23: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

23

2.00 - 2.99 44 5.45 14 1.73 14 1.73 5 0.62 28 3.47 10 1.24 4 0.50

1.00 - 1.99 2 0.25 9 1.11 11 1.36 1 0.12 1 0.12 2 0.25 - -

0.01 - 0.99 - - - - 2 0.25 - - - - - - - -

0/TdkLkp - - - - 1 0.12 - - - - 1 0.12 - -

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa

di kabupaten Bombana baik jurusan IPA maupun

IPS semua mata pelajaran sudah berada di atas

nilai standarnya meskipun dalam tiga tahun

terakhir sebagian besar mata pelajaran cenderung

menurun dan fluktuatif. Di samping itu, masih

terdapat perbedaan nilai yang signifikan yaitu

ada yang memperoleh nilai hampir sempurna

tetapi di sisi lain ada yang memperoleh nilai yang

sangat rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2011. Kabupaten

Bombana dalam Angka.

DP2M Dikti. 2011. Software PPMP. Jakarta:

Kemdiknas

Jerome S. Arcaro, “Quality in Education: an

Implementation Handbook”

diterjemahkan oleh Yosal Iriantara,

Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-

Prinsip dan Tata Langkah Penerapan

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2007), 38-

44.

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23

Tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi Lulusan Untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran

Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

Jakarta : Kencana

Semiawan, Conny R., dan Soedijarto, 1991.

Mencari Strategi Pengembangan

Pendidikan Nasional Menjelang Abad

XXI, PT. Grasindo, Jakarta.

Tim Teknis Bappenas, 1999. School-Based

Management di Tingkat Pendidikan Dasar,

Naskah kerjasama Bappenas dan Bank Dunia,

Jakarta.

Page 24: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

24

PENERAPAN MEDIA COMPACT DISC (CD ) INTERAKTIF DENGAN KONSEP E- LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA KULIAH STRUKTUR HEWAN PADA

MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA1

Oleh:

H. M. Sirih2

Sal Amansyah3

Abstrak. Masalah dalam penelitian ini adalah apakah dengan menerapkan media Compact Disc

(CD) interkatif dengan konsep E-Learning dapat meningkatkan hasil belajar mata kuliah struktur

hewan pada mahasiswa program studi pendidikan biologi jurusan pendidikan MIPA. Penelitian ini

dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. Jenis penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus, meliputi tahap perencanaan, tindakan, observasi,

dan refleksi. Sumber data dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan dosen pengajar mata kuliah.

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dengan menerapkan media CD interaktif dengan konsep E-Learning dapat

meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa dan aktivitas mengajar dosen pada materi sistem

peredaran darah. Peningkatan ini ditandai dengan meningkatnya nilai persentase aktivitas belajar

mahasiswa dari siklus I, ke siklus II dan siklus III. Begitupula dengan hasil belajar mahasiswa

terlihat bahwa dengan menerapkan media CD interaktif dengan konsep E-Learning dapat

meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada materi sistem peredaran darah dari siklus I ke siklus

berikutnya. Namun peningkatan yang diperoleh belum mencapai ketuntasan yang telah ditetapkan

yaitu baru 70% mahasiswa memperoleh nilai ≥ 76. (KKM yang ditetapkan 75% mahasiswa

memperoleh nilai ≥ 76).

Kata Kunci : Compact Disc (CD), Konsep E-Learning, Hasil Belajar dan Sistem Peredaran Darah

1 Ringkasan Hasil Penelitian 2 Dosen Pendidikan Biologi FKIP Unhalu

3 Dosen Pendidikan Biologi FKIP Unhalu

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan syarat utama dalam

upaya meningkatkan kualitas manusia baik ditinjau

dari aspek sosial, spiritual, dan intelektual karena

manusia sebagai obyek dan subyek utama

pembangunan. Mutu pendidikan akan menentukan

tingkat keberhasilan pembangunan. Peningkatan

mutu pendidikan yang dilaksanakan di perguruan

tinggi, dituntut dosen sebagai pendidik memegang

peranan yang sangat penting dalam upaya

membelajarkan dan mencerdaskan peserta

didiknya. Sejalan dengan peningkatan mutu

pendidikan tersebut, maka dosen dituntut untuk

memiliki kemampuan dan keterampilan dalam

menetapkan berbagai model pembelajaran dan

media pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik materi pokok dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran. Model pembelajaran adalah

suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam

tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat

pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,

film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce

dalam Trianto, 2007: 5).

Berdasarkan hasil observasi dan analisis

hasil belajar mahasiswa yang memprogramkan

mata kuliah Struktur Hewan selama 3 (tiga) tahun

berturut-turut ditemukan bahwa mata kuliah ini

dianggap oleh sebagian mahasiswa Program Studi

Pendidikan Biologi sebagai salah satu mata kuliah

yang sukar dimengerti dan dipahami. Hal ini

tercermin dengan rendahnya nilai rata-rata

ketuntasan hasil belajar dalam 3 (tiga) tahun

terakhir. Porsentase jumlah mahasiswa

yangmencapai nilai ketuntasan belajar pada tahun

akademik 2008/2009 baru mencapai 51,68% dan

pada tahun akademik 2009/2010 hanya mencapai

46,81%. Perolehan rata-rata nilai mahasiswa pada

mata kuliah Struktur Hewan pada tahun akademik

2010/2011 adalah 67.52 atau hanya 13.75%

mahasiswa memperoleh nilai ≥ 76. Hasil-hasil ini

Page 25: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

25

masih berada di bawah nilai Kriteria Ketuntasan

minimal yakni 75% mahasiswa memperoleh nilai ≥

76 (sesuai dengan kriteria evaluasi keberhasilan

studi setiap mata kuliah yang telah ditetapkan oleh

FKIP Unhalu, Pedoman Akademik, 2010).

Rendahnya pencapaian hasil belajar

tersebut diduga disebabkan oleh metode

pembelajaran yang diterapkan selama ini yaitu

metode ceramah bervariasi dan model pembelajaran

langsung yang mengakibatkan kurang efektifnya

proses pembelajaran di kelas. Disamping itu,

mungkin juga disebabkan oleh media yang

digunakan kurang sesuai dengan metode dan materi

yang diajarkan sehingga mempengaruhi pencapaian

hasil belajar yang belum memenuhi syarat tersebut.

Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti

mencoba memilih model pembelajaran kooperatif

tipe STAD (Student Team Achievement Divisions)

dengan menerapkan media CD interaktif yang

dalam pembelajaran ini peserta didik berinteraksi

langsung dengan komputer dan komputer

mempresetasikan materi pembelajaran sekaligus

berinteraksi secara individual dengan peserta didik

lainnya.

Aplikasi teknologi komputer dalam

pembelajaran umumnya dikenal dengan istilah

Computer Asisted Instruction (CIA). CIA adalah

suatu program pembelajaran yang dibuat dalam

sistem komputer pengguna. Materi pelajaran yang

sudah terprogram dapat disajikan secara serentak

antara komponen gambar, tulisan, warna dan suara

sehingga tidak ada interpretasi yang keliru dalam

proses pemahaman.

Berdasarkan latar belakang, maka

permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian

ini adalah Apakah dengan menerapkan media CD

interaktif dengan konsep E-Learning dapat

meningkatkan hasil belajar mahasiswa program

studi pendidikan biologi pada mata kuliah struktur

hewan tahun akademik 2011/2012 ?

KAJIAN TEORITIK DAN KERANGKA

BERFIKIR

Model pembelajaran adalah suatu

perencanaan atau suatu pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam

tutorial. Model pembelajaran mengacu pada

pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,

termasuk di dalam tujuan pengajaran,

material/perangkat pembelajaran (buku-buku, film-

film, tipe-tipe, program-program media komputer,

dan kurikulum), tahap-tahap dalam kegiatan

pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan

pengelolaan kelas (Arends, 1997: 7) dan Trianto,

2007: 2.

Model pembelajaran yang digunakan dalam

penelitian ini adalah model pembelajaran koperatif

tipe STAD dengan menerapkan media Compact

Disc (CD) melalui konsep E-Learning. Pemilihan

model pembelajaran ini dan penerapan media ini

merupakan salah satu wujud solusi aplikasi

teknologi informasi multimedia dalam proses

pembelajaran. Menurut Riedsel, dkk (sudarman,

2001 dalam Erniwati, dkk, 2006) adalah A teaching

proses directly involving a computer in the

presentation of instructional materials in a mode

design to provide active involvement with the

student. Sementara itu Joiner (Sudarman, 2001

dalam Erniwati, dkk. 2006) memberikan definisi

yang lebih lengkap, yaitu a teaching proses directly

involving a computer in the presentation material

in an interactive mode to provide and control the

individualized learning environment for each

individual student.

Berdasarkan definisi di atas, nampak

bahwa dalam pembelajaran ini peserta didik

berinteraksi langsung dengan komputer dan

komputer mempresentasikan materi pembelajaran

sekaligus berinterkasi secara individual dengan

peserta didik lainnya.

Aplikasi teknologi komputer dalam

pembelajaran umumnya dikenal dengan istilah

Computer Asisted Instruction (CIA). Istilah CIA

umumnya merujuk kepada semua software

pendidikan yang diakses melalui komputer dimana

pengguna dapat berinteraksi dengannya. Sistem

komputer dapat menyajikan serangkaian program

pembelajaran kepada peserta didik, baik berupa

informasi konsep maupun latihan soal-soal untuk

mencapai tujuan tertentu, dan pengguna melakukan

aktivitas belajar dengan cara berinteraksi dengan

sistem komputer. Sementara dalam kedudukannya

dapat dikatakan bahwa CIA adalah penggunaan

komputer sebagai bagian integral dari sistem

instruksional, dimana biasanya pengguna terikat

pada interaksi dua arah dengan komputer. Menurut

Kaput dan Thompson (1994) diartikan sebagai

bentuk pembelajaran yang menempatkan komputer

dalam peran guru. (Ariani & Deny, 2010: 31).

CD interaktif sebagai sarana atau media

belajar lebih diarahkan sebagai media pembelajaran

mandiri, sehingga dalam pemanfaatannya peran

guru sangat minimal. Dalam hal ini peserta didik

dituntut untuk lebih aktif dalam mendalami materi-

materi pembelajaran yang mungkin tidak bisa

didapatkan hanya dari pembelajaran konvensional,

sehingga dalam proses pembelajaran yang

Page 26: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

26

memanfaatkan multimedia pembelajaran guna lebih

berperan sebagai fasilitator. Dengan kelebihannya

tersebut maka program pembelajaran berbasis

komputer mempunyai kemampuan untuk mengisi

kekurangan-kekurangan pengajar. Namum tentu

saja tidak ada satupun media yang mampu

menggantikan seluruh peran guru/dosen, karena

masih banyak hal-hal yang bersifat pedagogi dan

humanisme yang tidak bisa digantikan oleh

komputer.

Salah satu alternatif tindakan yang perlu

dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar

tersebut adalah menerapkan media pembelajaran

yang inovatif yaitu Media CD interaktif dengan

konsep E-Learning. Media CD interaktif dengan

konsep E-Learning. diharapkan akan menjadi

bagian dari suatu proses belajar mengajar di

sekolah/kampus, dan juga diharapkan mampu

memberikan dukungan bagi terselenggaranya

proses komunikasi interaktif antara pengajar

(dosen), mahasiswa dan bahan belajar sebagaimana

yang dipersyaratkan dalam suatu kegiatan

pembelajaran. Kondisi yang perlu didukung oleh

pemanfaatan media tersebut terutama berkaitan

dengan model/strategi pembelajaran yang akan

dikembangkan, yang kalau dijabarkan secara

sederhana, bisa diartikan sebagai kegiatan

komunikasi yang dilakukan untuk mengajak

mahasiswa mengerjakan tugas-tugas dan membantu

siswa dalam memperoleh pengetahuan yang

dilakukan dalam rangka mengerjakan tugas-tugas

tersebut.

Penerapan media CD interaktif dengan

konsep E-Learning mempunyai keunggulan atau

kelebihan dibanding dengan penerapan media

lainnya antara lain adalah: 1) bahan yang disajikan

menjadi lebih jelas maknanya, tidak verbalistik dan

memotivasi peserta didik dalam belajar; 2) metode

pembelajaran lebih bervariasi; 3) pembelajaran

lebih menarik; 4) aktivitas belajar meningkat dan 5)

merupakan salah satu wujud solusi aplikasi

teknologi informasi multimedia dalam proses

pembelajaran secara mandiri. Diharapkan dengan

menerapkan media CD interaktif dengan konsep E-

Learning dapat meningkatkan aktivitas mahasiswa

dan dosen dalam proses belajar mengajar yang

berimplikasi terhadap hasil belajar. Secara

sistematis kerangka berpikir dapat dilihat pada

gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir

Materi Sistem Peredaran Darah

Pembelajaran inovatif

Hasil belajar rendah

1. Bahan yang disajikan menjadi lebih jelas maknanya, dan

tidak verbalistik memotivasi peserta didik dalam belajar

2. Metode pembelajaran lebih bervariasi

3. Pembelajaran lebih menarik

4. Aktivitas belajar meningkat

5. Salah satu wujud solusi aplikasi teknologi informasi

multimedia dalam proses pembelajaran secara mandiri

Penerapan media

Compact Disc (CD)

interaktif dengan

konsep E-Learning

Dosen (Fasilitator,

motivator)

Mahasiswa (subyek belajar)

Evaluasi

Peningkatan Hasil Belajar

Page 27: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

27

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil

tahun akademik 2011/2012 pada bulan September

sampai bulan Desember 2011, bertempat di ruang

gedung A3 FKIP Unhalu. Pengambilan data

dilaksanakan tanggal 14, 21 dan 26 Nopember

2011.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah mahasiswa Program

Studi Pendidikan Biologi yang memprogramkan

mata kuliah Struktur Hewan semester III tahun

akademik 2011/2012.

Variabel, Definisi Operasional dan Indikator

Penelitian

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini yaitu : Penerapan

media CD interaktif dengan konsep E-Learning dan

hasil belajar materi sistem peredaran darah.

Definisi operasional penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Penerapan media CD interaktif dengan konsep

E-Learning adalah model pembelajaran yang

didalam CD Interaktif terdapat fitur-fitur materi

sistem peredaran darah yang pengaplikasiannya

berupa simulasi gambar animasi tiga dimensi

dan fitur suara untuk membantu proses

menerangkan materi.

b. Hasil belajar adalah suatu gambaran dari

penguasaan pengetahuan, sikap dan

keterampilan dari peserta didik sebagai hasi

kegiatan proses belajar yang berwujud nilai

maupun suasana yang menyenangkan pada

waktu menjalani proses belajar atau dengan kata

lain hasil belajar adalah indikator tingkat

perubahan tingkah laku yang telah dicapai oleh

individu yang melakukan suatu kegiatan belajar

sehingga memperoleh pengalaman dan

penilaiannya dilakukan dengan menggunakan

tes hasil belajar dan lembar observasi.

1. Indikator Penelitian

Untuk ketuntasan hasil belajar, minimal 75%

mahasiswa telah memperoleh nilai ≥ 76 (sesuai

dengan evaluasi keberhasilan studi setiap mata

kuliah yang telah ditetapkan oleh FKIP Unhalu,

Pedoman Akademik, 2010).

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang

menggunakan proses pengkajian melalui sistem

berdaur (siklus) dari berbagai kegiatan

pembelajaran. Siklus yang dimaksud melalui tahap

perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi diri.

Tahap-tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan

refleksi terdiri dari beberapa siklus dalam satu

simulasi sampai hal yang ingin diperbaiki itu telah

tercapai. Penelitian ini dilaksanakan 3 (siklus)

siklus. Pada setiap siklus terdiri dari satu kali

pertemuan dengan tahapan pada tiap siklus dapat

dilihat pada Gambar 2 berikut ini.

ya

ya

Refleksi awal

Perencanaan Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I Observasi Refleksi

Perencanaan Tindakan II

Pelaksanaan Tindakan II

Observasi Refleksi

Berhasil

Laporan

Berhasil tidak

tidak

ya

ya

Page 28: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

28

Pelaksanaan masing-masing tindakan dalam

penelitian ini mengikuti alur tindakan yang

dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart yaitu (a)

perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) observasi dan (d)

refleksi yang akan membentuk suatu siklus. Siklus

ini akan dilakukan terus-menerus sampai kriteria

yang ditetapkan dalam setiap tindakan tercapai.

Sumber dan Jenis Data

1. Sumber data dalam penelitian ini adalah dari

mahasiswa dan dosen.

2. Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini

adalah data yang diambil dengan

menggunakan lembar observasi yang terdiri

atas lembar observasi aktivitas mahasiswa dan

aktivitas dosen pengajar serta berupa tes hasil

belajar.

Teknik Analisis Data

Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan statistik

deskriptif, yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran peningkatan aktivitas dan hasil belajar

mahasiswa yang diajar dengan menggunakan media CD interaktif dengan konsep E-Learning

Adapun rumus yang digunakan adalah :

1. Menentukan kriteria keterlaksanaan tindakan dosen pengajar dan mahasiswa dalam proses

belajar mengajar :

Persentase Nilai Rata-Rata Skor (RS) = x 100%

Taraf Keberhasilan Tindakan

90% ≤ RS < 100% : Sangat baik

80% ≤ RS < 90% : Baik

70% ≤ RS < 80% : Cukup

60% ≤ RS < 70% : Kurang

0% ≤ RS < 60% : Sangat kurang

2. Menentukan persentase ketuntasan Belajar:

∑TB

N

Keterangan :

∑ TB = Jumlah mahasiswa tuntas belajar

N = Jumlah mahasiswa (Sudjana N, 2008)

% TB = x 100 %

jumlah skor

Skor maksimal

Page 29: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

29

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Tabel 1. Rata-rata akativitas mahasiswa selama proses belajar mengajar pada setiap siklus Tahap Aktivitas mahasiswa Siklus I Siklus II Siklus III

Rata-rata % Kategori Rata-rata

% Kategori Rata-rata % Kategori

Awal

Keterlibatan dalam membangkitkan

pengetahuan awal mahasiswa 2,75 69 Kurang 3,40 85 Baik 3,90 98

Sangat

baik

Keterlibatan dalam membangkitkan

motivasi belajar mahasiswa 2,50 63 Kurang 3,30 83 Baik 3,90 98

Sangat

baik

Memperhatikan tujuan pembelajaran yang

disampaikan 3,00 75 Cukup 3,90 98 Sangat baik 4,00 100

Sangat

baik

Inti

Keterlibatan dalam memahami konsep

yangdiajarkan 2,25 56

Sangat

kurang 3,10 78 Cukup 3,40 85 Baik

Keterlibatan dalam pembentukan

kelompok 3,50 88 Baik 3,90 98 Sangat baik 4,00 100

Sangat

baik

Keterlbatan dalam kerjasama kelompok

3,25 81 Baik 3,50 88 Baik 3,80 95

Sangat

baik

Keterlibatan dalam menyiapkan laporan

hasil kerja kelompok 3,13 78 Cukup 3,50 88 Baik 3,40 85 Baik

Keterlibatan dalam melaporkan hasil

kerja kelompok dan dalam diskusi 2,75 69 Kurang 3,10 78 Cukup 3,20 80 Baik

Akhir

Keterlibatan dalam merespon hasil belajar

dan membuat kesimpulan 3,25 81 Baik 3,30 83 Baik 3,50 88 Baik

Keterlibatan dalam mengikuti evaluasi

3,38 84 Baik 3,80 95 Sangat baik 3,80 95

Baik

sekali

Keterlibatan dalam mengakhiri

pembelajaran 3,13 78 Cukup 3,50 88 Baik 4,00 100

Baik

sekali

Jumla

h

32,88

38,4

40,9

% nilai rata-rata 74,72 87,27 92,95

Katego

ri Cukup Baik

Sanagat

Baik

Page 30: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

30

Tabel 2. Rata-rata akativitas dosen selama proses belajar mengajar

Tahap Aktivitas dosen Siklus

Siklus I Siklus II Siklus III Rata-rata % Kategori

Awal Melakukan Apersepsi 3 4 4 3.67 91.66 Sangat baik

Memotivasi Mahasiswa 3 4 4 3.67 91.66 Sangat baik

Menyampaikan Tujuan Perkuliahan 4 4 4 4.00 100 Sangat baik

Inti Menyajikan materi yang diajarkan 3 4 4 3.67 91.66 Sangat baik

Mengorganisasikan mahasiswa ke dalam

kelompok-kelompok belajar

4 4 4 4.00 100 Sangat baik

Membimbing dan mengarahkan setiap

kelompok dalam Mengerjakan LKM

3 3 4 3.33 83.33 Baik

Meminta kelompok melaporkan hasil

kerjanya dan memberikan penghargaan

kepada kelompok yang terbaik hasil kerjanya

3 3 4 3.33 83.33 Baik

Akhir Merespon kegiatan diskusi dan

menyimpulkan materi

3 4 4 3.67 91.66 Sangat baik

Melakukan evaluasi 4 4 4 4.00 100 Sangat baik

Mengakhiri / menutup perkuliahan 4 4 4 4.00 100 Sangat baik

Rata-rata 3.4 3.8 4 3.73

% nilai rata-rata

85 95 100 93.25 Sangat baik

Kategori

Baik Sangat

baik

Sangat baik

Page 31: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

31

Tabel 3. Rata-rata peningkatan hasil belajar mahasiswa selama proses belajar mengajar

SIKLUS KETUNTASAN JUMLAH MAHASISWA PERSENTASE (%)

I Tuntas

Tidak Tuntas

10

29

26

74

II Tuntas

Tidak Tuntas

27

20

57

43

III Tuntas

Tidak Tuntas

30

13

70

30

PEMBAHASAN

Berdasarkan data hasil penelitian terlihat

bahwa rata-rata aktivitas mahasiswa mengikuti

perkuliahan dari siklus I sampai siklus III

mengalami peningkatan. Pada siklus I dari 11

aspek yang diamati ada 1 aspek kategori sangat

kurang, 3 aspek kategori kurang, 2 aspek cukup

dan 4 aspek kategori baik. Secara rata-rata

aktivitas mahasiswa pada siklus I masih dalam

kategori cukup. Kemudian pada siklus II terlihat

bahwa dari 11 aspek yang diamati mengalami

peningkatan bila dibandingkan dengan siklus I.

Misalnya pada siklus I aspek tentang keterlibatan

mahasiswa dalam memahami konsep yang

diajarkan (kategori sangat kurang), mengalami

peningkatan pada siklus II menjadi cukup.

Begitupula dengan aspek-aspek lainnya pada

siklus I yang termasuk kategori kurang meningkat

menjadi kategori baik pada siklus II. Secara rata-

rata aktivitas mahasiswa pada siklus II termasuk

dalam kategori baik. Begitupula dengan siklus III,

terlihat bahwa dari 11 aspek yang diamati

semuanya sudah masuk kategori baik dan sangat

baik. Ini menunjukkan bahwa selama perkuliahan

mahasiswa memperlihatkan adanya aktivitas,

kreatifitas dan antusias mengikuti perkuliahan.

Berkaitan dengan aktivitas dosen selama

proses perkuliahan, dari data hasil penelitian

menunjukkan bahwa dari siklus I sampai siklus III

mengalami peningkatan. Misalnya pada siklus I,

dari 10 aspek yang diamati ada 6 aspek masik

dalam kategori cukup, dan pada siklus II tinggal 2

aspek masih dalam kategori cukup serta pada

siklus III tinggal 1 aspek masih dalam kategori

cukup. Ini menunjukkan ada peningkatan dan

kemauan dosen untuk memperbaiki proses belajar

mengajar berdasarkan hasil refleksi yang

dilakukan pada setiap siklus.

Perlu diketahui bahwa dari 10 aspek yang

tidak mengalami peningkatan dari siklus I sampai

siklus III adalah membimbing dan mengarahkan

setiap kelompok dalam mengajarkan LKM. Hal ini

terjadi karena posisi tempat duduk mahasiswa

dalam ruang perkuliahan kurang memungkinkan

mahasiswa untuk belajar berkelompok, sehingga

ada kecenderungan mahasiswa untuk bekerja

secara individu, padahal dosen sudah memantau

kerja setiap kelompok dengan berkeliling.

Adanya peningkatan aktivitas belajar

mahasiswa dan aktivtas mengajar dosen dari

siklus I ke siklus III, berimplikasi dari hasil belajar

mahasiswa. Dari hasil penelitian menunjukkan

bahwa hasil belajar mahasiswa dari siklus I

mengalami peningkatan pada siklus II dan siklus

III (yaitu sudah mencapai 70% mahasiswa

memperoleh nilai ≥ 76. Namun peningkatan hasil

belajar yang dicapai selama perkuliahan dengan

menerapkan media CD interaktif pada

pembelajaran kooperatif tipe STAD belum

mencapai ketuntasan yang ditetapkan sebelumnya

yaitu 75% mahasiswa memperoleh nilai ≥ 76.

Belum tercapainya ketuntasan belajar ini

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain; 1)

belum terbiasanya mahasiswa mengikuti model

pembelajaran yang diterapkan. Hal ini tercermin

dari aktivitas mahasiswa pada saat mengikuti

perkuliahan, misalnya dari aspek keterlibatan

dalam melaporkan hasil kerja kelompok dan dalam

diskusi; 2) kemampuan mahasiswa memahami

konsep yang diajarkan dan 3) kondisi ruangan dan

tempat duduk mahasiswa kurang memungkinkan

untuk bergerak secara leluasa mengikuti

perkuliahan secara berkelompok, karena kursinya

diikat satu dengan kursi lainnya. Oleh karena agar

pembelajaran bisa aktif, inovatif, kreatif, efektif

dan menyenangkan, maka perlu kondisi ruangan

perkuliahan perlu ditata dengan baik utamannya

kursi dan penunjang pembelajaran lainnya.

Page 32: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

32

Disamping itu perlunya juga setiap model

pembelajaran diterapkan dalam proses perkuliahan

sehingga mahasiswa sudah terbiasa dengan model

dan media pembelajaran yang diterapkan.

Misalnya penerapan media CD interaktif dengan

konsep E-learning merupakan suatu strategi

pembelajaran berbasis elektronik (Siahaan;

Anonim 2002). Dewasa ini telah banyak lembaga

pendidikan dan pelatihan menjadikan

pembelajaran elektronik sebagai salah satu

alternatif pembelajaran yang dapat dipilih oleh

mahasiswa. Artinya seluruh kegiatan perkuliahan

diikuti oleh mahasiswa melalui pemanfaatan

komputer. Komputer dapat digunakan sebagai alat

bantu mengajar, misalnya dalam

memvisualisasikan materi ajar yang diharapkan

pembelajaran dapat lebih bermakna dan memberi

kesan yang kuat kepada peserta didik (mahasiswa).

PENUTUP

Simpulan

1. Penerapan media CD interaktif dengan

konsep E-Learning dapat meningkatkan

aktivitas belajar mahasiswa dan aktivitas

mengajar dosen pada materi sistem

peredaran darah. Peningkatan ini ditandai

dengan meningkatnya nilai persentase

aktivitas belajar mahasiswa dari siklus I, ke

siklus II dan siklus III.

2. Penerapan media CD interaktif dengan

konsep E-Learning dapat meningkatkan

hasil belajar mahasiswa pada materi sistem

peredaran darah dari siklus I ke siklus

berikutnya. Namun peningkatan yang

diperoleh belum mencapai ketuntasan yang

telah ditetapkan yaitu baru 70% mahasiswa

memperoleh nilai ≥ 76. (KKM yang

ditetapkan 75% mahasiswa memperoleh

nilai ≥ 76).

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

maka saran yang dapat diberikan adalah:

1. Perlu dilakukan tindakan lebih lanjut dengan

memperhatikan kondisi ruang tempat

penelitian dan prasarana lainnya yang bisa

mendukung pelaksanaan penerapan media

CD interaktif dengan konsep E-Learning

dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa.

2. Penerapan media CD interaktif dengan

konsep E-Learning menunjukkan konsisten

perbaikan baik pada aktivitas belajar

mahasiswa, aktivitas mengajar dosen dan

hasil belajar mahasiswa. Oleh karena itu

disarankan agar penggunaan media serupa

dapat diterapkan pada materi-materi biologi

lainnya yang memiliki karakteristik serupa

pada masa-masa mendatang.

3. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik

dengan menggunakan media serupa maka

disarankan kegiatan dan proses penerapannya

dilaksanakan pada laboratorium komputasi

sehingga keterlibatan mahasiswa menjadi

lebih luas dan mendalam.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta.

Balai Pustaka.

Anonim. 2010. Pedoman Akademik 2010

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Unhalu. Kendari. Cetakan I, Nopember

2010. FKIP Unhalu.

Arends, Richardl. 1997. Classroom Intructional

Management. New Yort. The McGraw-

Hill Company.

Ariani, N. dan Haryanto, D. 2010. Pembelajaran

Multimedia di Sekolah. Jakarta Prestasi

Pustaka.

Arifin, 2003. Evaluasi Intruksional. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Arikunto, S., 2005. Dasar-Dasar Evaluasi

Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Azhar, A., 2002. Media Pembelajaran. Jakarta.

PT. Raja Grafindo Persada.

Djamarah, S B. 2000. Psikologi Belajar. Rineka

Cipta. Banjarmasin.

Erniwati, Anas. M. dan Firdaus, 2006. Penerapan

Tutorial Berbantuan Komputer Pada

Matakuliah Fisika Matematika I Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Bagi

Mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP

Unhalu. Kendari. Laporan Penelitian.

Hakim, T., 2007. Belajar secara Efektif. Niaga

Swadaya. Jakarta.

Page 33: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

33

Ibrahim, M., Racmadiarti, F.,dan Ismono. 2000.

Pembelajaran Kooperatif. Surabaya.

Unesa University Press.

Kunandar, 2008. Guru Profesional. Rajawali

Pres. Jagakarsa.

Rusyan, T., Kusdinar, A., Arifin, Z. 1989.

Pendekatan dalam Proses

Pembelajaran. Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Sardiman. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar

Mengajar. PT Raja Grapindo Persada.

Jakarta.

Sirih, M. 2011. Meningkatkan Hasil Belajar

Melalui Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe NHT Pada Mata Kuliah

Perkembangan Hewan Materi

Organogenesis. Mahasiswa Program

Studi Pendidikan Biologi FKIP Unhalu.

Kendari. Laporan Hasil Penelitian.

Smith, 2009. Teori Pembelajaran dan

Pengajaran. Jogjakarta. Mirza Media

Pustaka.

Sri Sudarwati dan Lien A. Sutasurya. 1990.

Dasar-Dasar Struktur dan

Perkembangan Hewan. Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam. Institut Teknologi Bandung.

Bandung

Sudjana, N., 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar

Mengajar. Bandung. Tarsito.

Suherman, E., 2003. Strategi Pembelajaran

Matematika Kontemporer (Edisi revisi).

UPI. Bandung.

Suyatno, 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif.

Surabaya. Masmedia Buana Pustaka.

Suripto, 1990. Struktur Hewan. Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam. Institut Teknologi Bandung.

Bandung

Susilo H dan Nyoman Puniawati. 1993. Struktur

dan Perkembangan Hewan. Fakultas

Biologi. Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu

dalam Teori dan Praktek. Jakarta.

Prestasi Pustaka.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran

Inovatif Berorientasi Kontstruktivistik.

Jakarta. Prestasi Pustaka.

Page 34: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

34

HUBUNGAN ANTARA PERHATIAN ORANG TUA DENGAN

HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IS

SMA NEGERI 1 LANDONO1

Oleh:

RIZAL, S.Pd.M.Hum

2

ABSTRAK : Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan “ Apakah terdapat hubungan

antara perhatian orang tua dengan hasil belajar Akuntansi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1

Landono?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Perhatian Orang

Tua dengan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI SMA 1 Negeri Landono. Penelitian ini

terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (X) Perhatian Orang Tua dan variabel terikat (Y)

Hasil Belajar Akuntansi Siswa.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IS SMA Negeri 1 Landono Tahun Ajaran

2010/2011 Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik analisis regresi dan

korelasi serta teknik pengumpulan data menggunakan angket/kuisioner dan tes. Teknik analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) uji normalitas data yang digunakan untuk

mengetahui apakah data yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak

dan untuk mengetahui linearitas kedua variabel, (2) uji hipotesis dengan menggunakan uji

regresi dan korelasi dengan menggunakan uji product moment yang digunakan untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel perhatian orang tua dengan hasil belajar

akuntansi siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara perhatian orang

tua dengan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Landono. Hal ini dapat dilihat

dari koefisien korelasi (r) yang diperoleh sebesar 0,55, sedangkan nilai koefisien

determinasinya (r2) adalah sebesar 30,25%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 30,25% hasil

belajar akuntansi ditentukan oleh tingkat perhatian orang tua, dan sisanya dipengaruhi oleh

variabel lain yang tidak diteliti.

Kata Kunci : Perhatian Orang Tua, Hasil Belajar Akuntansi Siswa.

1 Hasil Penelitian, Tahun 2011 2 Dosen Pendidikan Ekonomi FKIP Unhalu

PENDAHULUAN

Berbicara mengenai pendidikan di negeri

ini memang tidak akan pernah ada habisnya.

Kualitas pendidikan sebagai salah satu pilar

pengembangan sumber daya manusia sangat

penting bagi pembangunan nasional. Bahkan dapat

dikatakan bahwa masa depan suatu bangsa sangat

tergantung pada keberadaan pendidikan serta

kualitas sumber daya manusia.

Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan manjadi warga Negara

yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pada era reformasi sekarang ini, visi

pembangunan dalam bidang pendidikan adalah

terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai,

demokratis, berdaya saing, maju dan sejahtera

dalam wadah Negara Kesatuan Republik

Indonesia, menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta

berdisiplin dalam rangka meningkatkan kualitas

masyarakat Indonesia, sehingga mampu

mengangkat harkat dan martabat Indonesia.

Page 35: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

35

Perwujudan masyarakat yang berkualitas

tersebut menjadi tanggung jawab lembaga

pendidikan, terutama dalam mempersiapkan

peserta didik menjadi subjek yang semakin

berperan dalam menampilkan keunggulan dirinya

untuk menghadapi era globalisasi yang semakin

kompetitif. Menghadapi persoalan tersebut perlu

dilakukan penataan terhadap sistem pendidikan

secara menyeluruh terutama berkaitan dengan

kualitas pendidikan serta relevansinya dangan

kebutuhan masyarakat dengan dunia kerja. Hal ini

mutlak harus diupayakan, apalagi sejak lahirnya

peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang

standar nasional pendidikan yang memuat delapan

standar yaitu: (1) standar isi, (2) standar proses,

(3) standar kompetensi lulusan, (4) standar

pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar

sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7)

standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian

pendidikan. Sebagai implementasi dari peraturan

pemerintah tersebut, maka upaya peningkatan

kualitas atau mutu pendidikan melalui kegiatan

pembelajaran harus menjadi target oleh seluruh

pelaksana dan pengguna pendidikan secara

keseluruhan (Stakeholder). Semua unsur harus

bekerjasama secara demokratis, bersinergi satu

sama lain artinya pelaksanaan pendidikan tidak

hanya menjadi tanggung jawab guru, kepala

sekolah dan pemerintah, tetapi temasuk masyarakat

dan orang tua.

Meskipun berbagai upaya peningkatan

mutu telah dilakukan oleh pemerintah, namun

kenyataanya kondisi sekarang ini mutu pendidikan

belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Hal

ini disadari bahwa keberhasilan pendidikan bagi

siswa khususnya dan lembaga pendidikan pada

umumnya tidak hanya ditentukan oleh kondisi

gedung yang memadai, sarana atau fasilitas

pembelajaran di sekolah, kualitas guru, tetapi

banyak faktor yang turut menentukan baik faktor

internal siswa itu sendiri maupun faktor eksternal

yang lain.

Melihat fenomena sekarang ini, ternyata

berbagai pihak lebih banyak menyoroti faktor

internal sekolah tak terkecuali SMA Negeri 1

Landono. Sebagai gambaran tentang pencapaian

hasil belajar siswa lebih dibatasi pada faktor-faktor

yang berasal dari lingkungan sekolah, seperti

proses pembelajaran dari guru kepada peserta

didiknya, kelengkapan fasilitas belajar di sekolah,

kepemimpinan kepala sekolah dan sebagainya.

Sebaliknya masih sangat jarang yang memusatkan

pada aspek sosiologis di luar institusi sekolah.

Padahal sekolah merupakan salah satu bagian saja

dari suatu sistem yang lebih luas. Lembaga sekolah

tidaklah berdiri sendiri melainkan dipengaruhi oleh

faktor eksternal yang lain, seperti lingkungan

keluarga, masyarakat dan kalangan pemerhati serta

birokrasi yang lebih atas. Tegasnya mengkaji

mengenai sekolah belumlah lengkap apabila tidak

memusatkan perhatian terhadap lingkungan luar

sekolah itu sendiri yang juga dapat menjadi

penentu keberhasilan penyelenggaraan pendidikan

di sekolah yang bersangkutan.

Memperhatikan berbagai faktor yang

mempengaruhi proses maupun hasil belajar serta

permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk

meneliti salah satu faktor eksternal yaitu perhatian

orang tua. Salah satu variabel yang mempengaruhi

hasil belajar adalah perhatian orang tua terhadap

anaknya. Peranan orang tua sangat tinggi dalam

menentukan hasil belajar siswa, dalam hal ini

orang tua yang memperhatikan pendidikan anaknya

tentu akan selalu memperhatikan kebutuhan belajar

anaknya. Perhatian tersebut dapat berbentuk

penyediaan fasilitas yang cukup, bimbingan belajar

di rumah baik yang dilakukan secara langsung

maupun tidak langsung. Pada tataran mikro dapat

kita lihat bahwa siswa yang mempunyai orang tua

yang memberikan perhatian tinggi terhadap

kebutuhan untuk pendidikan anaknya kuat

kemungkinannya untuk dapat mencapai hasil yang

lebih baik.

Berdasarkan hasil hasil observasi dan

wawancara dengan guru akuntansi bahwa secara

umum hasil belajar akuntansi yang dicapai oleh

siswanya masih belum optimal, salah satu data

konkrit yang diperoleh penulis tentang rata-rata

ketuntasan hasil belajar siswa kelas XI pada

ulangan per kompetensi tahun ajaran 2010/2011

adalah 6,50. Hal ini menunjukkan bahwa nilai

tersebut masih tergolong rendah karena belum

memenuhi standar ketuntasan belajar yang

ditetapkan yaitu 7,0. Oleh karena itu, masih perlu

penanganan yang serius, terutama bagi mereka

yang turut terlibat dalam pengelolaan pendidikan

agar mengintrospeksi diri serta berupaya mencari

Page 36: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

36

alternatif yang lebih baik, guna meningkatkan hasil

belajar siswa khususnya dalam pelajaran akuntansi.

Dari uraian tersebut di atas, maka penulis

termotivasi untuk melakukan penelitian dengan

judul: “Hubungan antara Perhatian Orang Tua

dengan Hasil Belajar Akuntansi siswa kelas XI IS

SMA Negeri 1 Landono”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

apakah ada hubungan antara perhatian orang tua

dengan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI IS di

SMA Negeri 1 Landono?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang

diuraikan pada latar belakang dan rumusan

masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui hubungan antara

perhatian orang tua dengan hasil belajar akuntansi

siswa kelas XI IS di SMA Negeri 1 Landono.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA

Negeri 1 Landono tahun ajaran 2010/2011 yang

dimulai pada tanggal 1 Maret sampai dengan 1

April 2011.

Variabel dan Desain Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan dua

macam variabel yaitu variabel perhatian orang tua

sebagai variabel bebas yang diberi simbol X dan

variabel hasil belajar akuntansi yang diberi

simbolY.

Untuk memberikan gambaran hubungan antara dua

variabel dalam penelitian ini, maka dapat dilihat

dalam desain penelitian sebagai berikut:

Dimana:

: Hubungan

X :Perhatian Orang Tua

Y : Hasil belajar Akuntansi

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei

dengan menggunakan teknik analisis regresi dan

korelasi. Penelitian ini dirancang untuk mengetahui

apakah ada hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat.

Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas XI IS SMA Negeri 1 Landono yang

berjumlah 165 orang, yang terdiri dari kelas XI IS1

berjumlah 40 orang, kelas XI IS2 berjumlah 42

orang, kelas XI IS3 berjumlah 40 orang, kelas XI

IS4 berjumlah 43 orang.

Sampel

Penentuan besarnya sampel dalam penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan rumus Taro

Yamane (dalam Riduwan, 2007: 26) yaitu:

n =

Dimana:

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

d2 = Presisi yang ditetapkan

Berdasarkan perhitungan tersebut maka

besarnya sampel adalah sebanyak 62 siswa.

Penentuan besarnya sampel pada setiap kelas

dilakukan secara proporsional, sedangkan tekhnik

penarikan sampel pada setiap kelas dilakukan

secara random sampling.

n1 = .n

Sugiyono dalam Riduwan (2007:66)

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Angket/kuisioner yang digunakan untuk

mengukur variabel perhatian orang tua.

Angket ini dikembangkan sendiri oleh peneliti

dengan mengacu pada teori-teori yang

dibangun. Angket ini untuk mengukur

variabel perhatian orang tua yang terdiri dari

30 butir yang diturunkan dari 7 indikator.

(Y) (X)

Page 37: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

37

Angket tersebut menggunakan skala Likert

yang telah dimodifikasi.

2. Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar

akuntansi, tes ini disusun oleh peneliti, tes

disusun dengan mengacu pada Kompetensi

Dasar, pokok bahasan/sub pokok bahasan dan

uraian materi.

Analisis Data Penelitian

Uji Normalis Data

Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang diteliti berasal dari populasi

yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan Uji Chi Kuadrat dengan rumus:

X2 =

Dimana: fe = Frekuensi harapan

fo = Frekuensi observasi (Nurgiantoro, 2004: 111)

Kriteria pengujian yaitu jika X2

hitung ≤ X2tabel maka distribusi data normal pada taraf nyata α

= 0.05. Dan jika X2hitung ≥ X

2tabel maka diistribusi data tidak normal pada taraf nyata α = 0.05.

Uji Hipotesis Penelitian

Uji hipotesis penelitian digunakan uji regresi dan uji korelasi. Untuk uji regresi menggunakan

persamaan regresi sebagai berikut:

Ŷ= a + bX

Untuk menghitung nilai a dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

a =

Untuk menghitung nilai b dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

b =

Selanjutnya dilakukan uji linearitas dengan rumus sebagai berikut:

Fhitung = (Sudjana, 2002: 332)

Selanjutnya untuk menguji ada tidaknya hubungan antara variabel perhatian orang tua

dengan variabel hasil belajar dilakukan uji korelasi product moment dengan rumus:

rxy =

(Riduwan, 2007: 138)

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi

∑X = Jumlah skor dalam sebaran X

∑Y = Jumlah skor dalam sebaran Y

∑XY = Jumlah skor hasil belajar X skor perhatian orang tua Y

∑X2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X

∑Y2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y

n = Jumlah sampel

Sudijono, 2003: 180

Page 38: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

38

DESKRIPSI DATA HASIL PENELITIAN

Perhatian Orang Tua

Data variabel perhatian orang tua diukur

dengan menggunakan angket yang terdiri dari 30

pernyataan dengan menggunakan skala 1 sampai 5.

Sehingga skor tertinggi setiap pernyataan adalah 5

dan skor terendah adalah 1. Sedangkan secara

teoritik skor tertinggi adalah 150 (5 x 30) dan skor

terendah adalah 30 (1 x 30).

Data dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa dari 62 responden (siswa) yang diteliti

dalam penelitian ini, menunjukkan skor perhatian

orang tua yang dimiliki oleh siswa SMA Negeri 1

Landono berdistribusi dari skor terendah 86

sampai skor tertinggi 127, skor rata-rata 107,56,

standar deviasi 8,86, median 108,38, modus 114

dan distribusi frekuensi seperti tampak pada tabel

10 berikut ini:

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Perhatian

Orang Tua (X)

No Kelas

interval F

F

Kumu

latif

Nilai

Tengah

(X)

1. 86 – 91 3 3 88,5

2. 92 – 97 6 9 94,5

3. 98 -103 9 18 100,5

4. 104 -109 16 34 106,5

5. 110 – 115 19 53 112,5

6. 116 – 121 5 58 118,5

7. 122 – 127 4 62 124,5

Sumber: Data hasil penelitian

Gambar 1.Histogram variabel Perhatian Orang Tua

3

6

9

16

19

54

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

85.5 91.5 97.5 103.5 109.5 115.5 121.5 127.5

Berdasarkan distribusi frekuensi skor

perhatian orang tua seperti disajikan dalam tabel

10 serta histogram gambar 1 dapat diketahui

bahwa ada 19 orang atau 30,64 % responden

berada pada kelompok rata-rata, 34 orang atau

54,83 % responden berada pada kelompok di

bawah rata-rata, dan 9 orang atau 14,51 responden

lainnya berada di atas kelompok rata-rata.

Hasil Belajar Siswa

Data variabel hasil belajar akuntansi siswa

diukur dengan menggunakan tes hasil belajar siswa

yang terdiri dari 20 butir pertanyaan, dengan

menggunakan skala 0 dan 1, sehingga skor untuk

jawaban yang benar adalah 1 dan untuk jawaban

yang salah diberi skor 0, dengan demikian maka

secara teoritik skor tertinggi dari tes hasil belajar

adalah 100 dan skor terendah adalah 0.

Data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dari

62 responden (siswa) yang diteliti dari penelitian

ini, skor hasil belajar akuntansi yang dicapai siswa

di SMA Negeri 1 Landono adalah berdistribusi

dari skor terendah 50 sampai dengan skor tertinggi

91, skor rata-rata74,18, standar deviasi 8,37,

median 75,17, modus 76,93, distribusi frekuensi

seperti tampak pada tabel 11 berikut ini:

Page 39: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

39

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Akuntansi Siswa (Y)

No Kelas Interval F F Kumulatif Nilai Tengah (X)

1 50 – 55 2 2 52,5

2 56 – 61 3 5 58,5

3 62 – 67 7 12 64,5

4 68 – 73 14 26 70,5

5 74 – 79 18 44 76,5

6 80 – 85 15 59 82,5

7 86 – 91 3 62 88,5

Sumber: Data hasil penelitian

Gambar 2. Histogram Variabel Hasil Belajar

23

7

14

18

15

3

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

49.5 55.5 61.5 67.5 73.5 79.5 85.5 91.5

Berdasarkan distribusi frekuensi skor data

hasil belajar seperti yang disajikan dalam tabel 11

serta histogram gambar 2 dapat diketahui bahwa

ada 18 orang atau 29,03 % responden berada pada

kelompok rata-rata, 26 orang atau 41,93 %

responden berada pada kelompok di bawah rata-

rata, dan 18 orang atau 29,03 % responden lainnya

berada pada kelompok di atas rata-rata.

Pengujian Hipotesis Penelitian

Uji Normalitas Data

Sebelum dilakukan pengujian hubungan

perhatian orang tua dengan hasil belajar akuntansi

siswa kelas XI SMA Negeri 1 Landono terlebih

dahulu dilakukan Uji Normalitas dengan

menggunakan Uji-Chi Kuadrat (Uji X2). Hasil uji

normalitas terhadap data perhatian orang tua

sebagaimana lampiran 6A menunjukkan bahwa

X2hitung = 4,776 lebih kecil X

2tabel = 12,92 dengan

db = k-1 α = 0,05 maka data berdistribusi normal.

Adapaun uji normalitas untuk hasil belajar siswa

sebagaimana pada lampiran 6B, menunjukkan

bahwa X2

hitung = 5,18 < X2tabel = 12,592 dengan db

= k-1 α = 0,05 dengan demikian maka data hasil

belajar siswa berdistribusi normal.

Hasil Uji Hipotesis

Hubungan antara perhatian orang tua (X)

dengan hasil belajar (Y) dapat digambarkan

melalui persamaan regresi Ŷ = 16,04 + 0,54X.

Untuk mengetahui apakah persamaan regresi

dalam penelitian ini linear atau tidak, maka

dilakukan uji linearitas regresi yang

perhitungannya ada pada lampiran 11d. Hasilnya

menunjukkan bahwa nilai Fhitung 1,12< Ftabel 1,82.

Dengan demikian maka persamaan untuk variabel

X dan variabel Y dalam penelitian ini adalah

linear.

Berdasarkan hasil pengujian signifikansi

dan linearitas pada tabel 12 dapat diketahui bahwa

Regresi Ŷ = 16,04 + 0,54X signifikan dan linear,

model regresi tersebut mengandung arti bahwa

apabila perhatian orang tua ditingkatkan satu skor

maka hasil belajar meningkat sebesar 0,54 skor

pada konstanta 16,04.

Kekuatan hubungan antara perhatian orang

tua (X) dengan hasil belajar (Y) ditunjukkan oleh

koefisien korelasi sebesar rxy = 0,55 dengan

koefisien determinasi (r2) sebesar 0,3025 atau

30,25 %, yang berarti bahwa variasi skor hasil

belajar siswa ditentukan oleh perhatian orang tua

sebesar 30,25%. selanjutnya Uji signifikan

koefisien korelasi dengan uji-t diperoleh thitung

sebesar 5,13 lebih besar dari ttabel 2,660 sehingga

dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi antara

perhatian orang tua (X) dengan hasil belajar (Y)

sebesar 0,55 adalah signifikan. Untuk lebih

Page 40: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

40

jelasnya kekuatan hubungan (X) dan (Y) dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. uji Signifikansi Koefisien Korelasi antara Perhatian Orang Tua dengan Hasil Belajar

Korelasi antara Koefisien

Korelasi (rxy) thitung

ttabel

α = 0.05 α = 0.01

X dan Y 0,55 5,13 2,000 2,660

Sumber: Data hasil penelitian

Koefisien korelasi X dan Y signifikan

(thitung = 5,13 > ttabel = 2,660) pada α = 0.01 dengan

dk n-2 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang

positifdan signifikan antara perhatian orang tua

dengan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI

SMA Negeri 1 Landono. Oleh karena itu, maka

hipotesis penelitian (H1) yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan positif dan signifikan antara

perhatian orang tua (X) dengan hasil belajar

akuntansi siswa (Y) adalah diterima (teruji)

dengan signifikan.

Hubungan positif antara perhatian orang

tua dengan (X) dengan hasil belajar akuntansi

siswa (Y) ini didukung oleh koefisien korelasi (r)

sebesar 0,55, dengan koefisien determinasi (r2)

sebesar 0,3025 atau 30,25 % yang berarti bahwa

variasi yang terjadi pada hasil belajar siswa (Y)

dapat dijelaskan oleh perhatian orang tua (X) yaitu

sebesar 30,25 %, melalui persamaan regresi Ŷ =

16,04 + 0,54X.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan ini termasuk

dalam studi korelasional yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara perhatian orang tua

dengan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI

SMA Negeri 1 Landono.

Perhatian orang tua merupakan salah satu faktor

eksternal yang berpengaruh terhadap hasil belajar

siswa. Orang tua yang selalu memberikan

perhatian terhadap pelajaran anaknya akan

memberikan motivasi kepada anak tersebut untuk

lebih giat belajar. Perhatian orang tua adalah suatu

proses aktivitas yang dilakukan oleh orang tua

dalam mendidik dan memotivasi / mendorong

untuk mempelajari sesuatu. Sehubungan dengan

pelajaran akuntansi, maka dengan perhatian orang

tua akan mendorong seorang anak untuk

mempelajari dan berusaha untuk lebih memahami

pelajaran akuntansi itu sendiri.

Untuk mengetahui besarnya hubungan

perhatian orang tua dengan hasil belajar siswa

akuntansi siswa kelas XI IS SMA Negeri 1

Landono dalam penelitian ini digunakan angket

dan tes. Jawaban responden terhadap angket yang

diajukan memberi data tentang perhatian orang tua

sebagaimana dalam lampiran 3 dan 4. Sementara

itu data hasil belajar diperoleh dari nilai siswa

terhadap tes objektif yang telah diberikan.

Hubungan perhatian orang tua dengan hasil belajar

siswa berdasarkan hasil skor perhatian orang tua

dan hasil belajar siswa kelas XI IS SMA Negeri 1

Landono dapat dilihat pada tabel sebgai berikut:

Tabel 14. Hubungan Perhatian Orang Tua dengan

Hasil Belajar

No. Kelas Interval

Perhatian

Orang Tua

F Rata-

rata hasil

Belajar

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

86 – 91

92 – 97

98 – 103

104 – 109

110 – 115

116 – 121

122 – 127

3

6

9

16

19

5

4

58

65

72,78

75,31

76,32

76,40

81,25

Sumber: Data hasil penelitian

Dari tabel 14 di atas menunjukkan bahwa

nilai rata-rata hasil belajar 58 adalah siswa yang

memiliki perhatian orang tua antara 86 – 91, nilai

rata-rata hasil belajar 65 adalah siswa yang

memiliki perhatian orang tua antara 92 – 97, nilai

rata – rata hasil belajar 72,78 adalah siswa yang

memiliki perhatian orang tua antara 98 – 103, nilai

rata – rata hasil belajar 75,31 adalah siswa yang

memiliki perhatian orang tua antara 104 – 109,

Page 41: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

41

nilai rata-rata hasil belajar 76,32 adalah siswa yang

memilki perhatian orang tua antara 110 – 115 nilai

rata – rata hasil belajar 76,40 adalah siswa yang

memiliki perhatian orang tua antara 116 – 121, dan

nilai rata-rata hasil belajar 81,25 adalah siswa yang

memiliki perhatian orang tua antara 122 – 127.

Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan,

hubungan antara perhatian orang tua dengan hasil

belajar dapat dibuat dalam bentuk grafik, seperti di

bawah ini:

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan

hubungan yang berbanding lurus antara perhatian

orang tua dengan hasil belajar, dimana semakin

tinggi skor perhatian orang tua maka semakin

tinggi pula nilai hasil belajar yang diperoleh siswa.

Berdasarkan hasil analisis korelasi besarnya antara

hubungan perhatian orang tua dengan hasil belajar

akuntansi siswa XI SMANegeri 1 Landono yaitu

rxy = 0,55 sedangkan dari pengujian hipotesis

dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung = 5,13

dan ttabel = 2,660. Dari hasil tersebut menunjukkan

bahwa thitung> ttabel pada taraf signifikan α = 0.01

dari db = 60.

Hubungan antara perhatian orang tua

dengan hasil belajar akuntansi siswa dinyatakan

dalam bentuk persamaan regresi Ŷ = 16,04 +

0,54X yang berarti bahwa setiap kenaikan atau

penurunan skor perhatian orang tua (X) akan

diikuti oleh kenaikan atau penurunan nilai hasil

belajar siswa (Y) sebesar 0,54 pada konstanta

16,04. Dari hasil analisis diperoleh rxy sebesar 0,55

dengan koefisien determinasi 30,25% ini berarti

bahwa 30,25% variansi yang terjadi pada hasil

belajar siswa dapat dijelaskan oleh variabel

perhatian orang tua siswa, sedangkan sisanya

sebesar 69,75% dijelaskan oleh variabel lain yang

tidak diteliti dalam penelitian ini. Sehingga salah

satu variabel yang harus diperhitungkan dalam

meningkatkan hasil belajar siswa adalah perhatian

orang tua. Dengan demikian hipotesis penelitian

(H1) diterima yang berarti bahwa terdapat

hubungan yang positif dan signifikan antara

perhatian orang tua dengan hasil belajar akuntansi

siswa di SMA Negeri 1 Landono.

Apabila seorang siswa memperoleh

perhatian orang tua yang tinggi maka akan

memperoleh hasil belajar yang tinggi pula,

begitupun sebaliknya. Seperti yang dikemukakan

oleh Siahaan (1991: 86) mengemukakan bahwa

bila semakin tinggi perhatian orang tua terhadap

belajar anak-anaknya maka semakin tinggi pula

hasil belajar yang akan dicapai anak-anak itu dan

sebaliknya akan terjadi semakin berkurang

perhatian orang tua terhadap belajar anak-anaknya,

maka semakin rendah pulalah hasil belajar anak di

sekolah. Sebab perhatian orang tua merupakan

kekuatan untuk mendorong anak untuk lebih giat

dan tekun dalam belajar. Anak yang mendapatkan

perhatian lebih dari orang tuanya akan tampak

terdorong terus untuk tekun dan giat belajar

sehingga hasil belajar yang dicapai akan

meningkat, sebaliknya anak yang tidak

mendapatkan perhatian dari orang tuanya tentu

hasil yang dicapainya akan rendah.

PENUTUP

Berdasarkan hasil pengolahan dan

pengujian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara perhatian

orang tua dengan hasil belajar akuntansi siswa

kelas IX SMA Negeri 1 Landono dengan koefisien

determinasi (r2) sebesar 0,3025, artinya 30,25%

hasil belajar siswa ditentukan oleh perhatian orang

tua. Kemudian uji keberartian korelasi diperoleh

thitungsebesar 5,13 >ttabel = 2,660 pada α = 0.01,

maka hipotesis penelitian (H0) ditolak. Hal ini

berarti bahwa semakin tinggi perhatian orang tua

(X) maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa

(Y) tersebut. Jadi salah satu variabel yang perlu

dipertimbangkan dalam meningkatkan hasil

belajar siswa adalah perhatian orang tua.

Grafik Hubungan Perhatian Orang Tua dengan

Hasil Belajar Siswa

5865

72.78 75.31 76.32 76.4081.25

0102030405060708090

86 - 91

92 - 97

98 - 103

104 - 109

110 - 115

116 - 121

122 - 127

Perhatian Orang Tua (X)

Hasil B

ela

jar

Aku

nta

nsi (Y

)

Page 42: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

42

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Husni. 2002. Pengertian Belajar dari

Berbagai Sumber. Online,

tersedia:http://husniabdillah.multiply.com/jou

rnal/item/9.

Anonim. 2004. Pedoman Ksusus Mata Pelajaran

Ekonomi Kurikulum SMA. Ditjen, Depdiknas.

Depdiknas. 2004. Pedoman PPL Unnes.

Semarang: Departemen Pendidikan Nasional.

Dimyati. 1998. Proses Belajar Mengajar.

Bandung: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Basri. Drs. 2002. Psikologi

Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2003. Prosedur Belajar

Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset untuk

Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Bandung : PT Remaja Rasdakarya.

Munandar, Utami. 1992. Mengembangkan Bakat

dan Kreativitas Anak Sekolah.Jakarta:

Gramedia Widiasarana.

Nana, Sudjana. 1989. CBSA dan Proses Belajar

Mengajar. Jakarta: Sinar Baru

Nana, Sudjana. 2002. Dasar- dasar Proses Belajar

Mengajar. Bandung: PT Sinar Baru

Algesindo.

Nursisto. 1999. Kiat Menggali Kreatifitas.

Yogyakarta: Mitra Gama Widya.

Poerwodarminto. 1991. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Pusat Bahasa Depdiknas. 2003. Kamus Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Purwanto, Ngalim. 1998. Psikologi Komunikasi.

Jakarta: Erlangga.

Riduwan. 2007. Belajar Dasar- dasar Statistik.

Bandung. Alfabeta.

Riyanto, T. 2002. Pembelajaran sebagai Proses

Bimbingan Pribadi. Jakarta: Grasindo.

Siahaan. N.H. 1991. Peranan Ibu Bapak Mendidik

Anak. Angkasa: Bandung.

Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudijono, Anas. 2003. Pengantar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Soedijarto. 1993. Upaya Mengoptimalisasikan

Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Soemarso, SR. 1992. Akuntansi Suatu Pengantar

Edisi Ke 4. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Admininstrasi.

Bandung: Alfabeta.

Suparno, Suhaenah. 2000. Membangun Kompetisi

Belajar. Jakarta: Pustaka Pelajar

Suryabrata, Sumadi. 2000. Psikologi Pendidikan.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Syah, Muhibin. 2004. Psikologi Belajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Walgito, Bimo. 1995. Bimbingan dan Konseling di

Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Fakultas

Psikologi UGM.

Winkel, W.S. 1991. Psikologi dan Evaluasi

Belajar. Jakarta: Gramedia.

Widana, Gusti Kade. 2007. Hubungan antara

Kepercayaan Diri dan Perhatian Orang Tua

dengan Hasil Belajar Pengetahuan Sosial

Ekonomi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2

Moramo. Unhalu: Kendari.

Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan

Anak dan Remaja. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Yuyusriwati. 2004. Hubungan Perhatian Orang

Tua dan Minat Belajar dengan Hasil Belajar

Mate-matika Siswa SMA Negeri 7 Kendari.

Unhalu: Kendari.

Page 43: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

43

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA MATERI GAYA

DI KELAS IV SDN 1 WAKEAKEA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD1

Oleh:

La Ode. Nursalam2

Muh. Yamin3

Abstrak: Proses pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 1 Wakeakea Kecamatan Gu

Kabupaten Buton masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini berdampak

pada rendahnya hasil belajar IPA siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilaksanakan

penelitian kolaboratif dengan guru IPA SD Negeri 1 Wakeakea melalui penelitian tindakan

kelas (PTK). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada materi

pokok gaya yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di

kelas IV SD Negeri 1 Wakeakea. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Wakeakea

Kecamatan Gu Kabupaten Buton. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subyek

penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 15 orang. Instrumen yang digunakan yaitu

tes hasil belajar dan lembar observasi. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini dilihat dari segi

proses dan hasil belajar. Dari segi hasil belajar indikator keberhasilan dalam penelitian ini tercapai

bila minimal 75% siswa yang menjadi subyek penelitian telah mencapai nilai minimal sebesar

65 (KKM dari sekolah).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 1

Wakeakea dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD. Hal ini ditunjukkan dengan persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I sebesar

66,6% dan pada siklus II meninkat menjadi sebesar 86,6%.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1

Wakeakea dalam pembelajaran IPA dapat ditingkatkan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar guru

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai salah satu alternatif

mengatasi kesulitan siswa dalam memahami IPA.

Kata Kunci: hasil belajar IPA, model pembelajaran kooperatif tipe STAD

1 Hasil Penelitian, Tahun 2011

2 Dosen Pendidikan Fisika FKIP Unhalu

3 Guru SD Negeri 1 Wakeakea Kabupaten Buton

PENDAHULUAN

Salah satu permasalahan besar dalam

proses pembelajaran IPA saat ini adalah

kurangnya usaha pengembangan kemampuan

berpikir yang menuntun siswa untuk

memecahkan suatu permasalahan. Proses

pembelajaran IPA saat ini lebih banyak

mendorong siswa untuk sekedar menghafal

konsep sebanyak mungkin agar dapat menjawab

semua soal ujian yang diberikan, tanpa berusaha

memahami dan menemukan serta

mengimplementasikan pengetahuan yang

diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari.

Sekolah dasar merupakan jenjang

pendidikan utama karena menjadi fondasi bagi

jenjang pendidikan formal selanjutnya. Sebagai

pendidikan dasar, Sekolah Dasar selayaknya

mendapat perhatian dan prioritas dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Banyak fakta saat ini menunjukkan bahwa

kualitas pembelajaran di SD memprihatinkan.

Kondisi ini juga terjadi di SDN 1 Wakeakea

Kecamatan Gu Kabupaten Buton khususnya pada

mata pelajaran IPA. Pada mata pelajaran IPA

Page 44: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

44

misalnya, banyak siswa yang beranggapan bahwa

IPA itu sulit, identik dengan hitung-menghitung,

abstrak, dan jauh dari kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu perlu perbaikan dan peningkatan

kualitas pembelajaran IPA di kelas.

Dalam kelas-kelas tradisional,

pembelajaran berbagai muatan mata pelajaran

IPA relatif lebih berpusat pada guru (teacher

centered). Disini, guru aktif dengan memerankan

diri sebagai sumber, penyaji, dan pengatur

penyampaian pengetahuan / informasi, sedangkan

murid berperan sebagai penerima pasif baik

secara emosional dan sosial. Selain komunikasi

dialogis dan proses konstruksi pengetahuan tidak

terjadi, hal ini menyebabkan pembelajaran

menjadi tidak bermakna, tidak menyenangkan,

dan membosankan, sehingga pembelajaran

menjadi tidak tuntas dan kadang kala, timbul

sikap negatif terhadap pembelajaran. Terlebih

lagi jika muatan materi ajar bersifat abstrak dan

jauh dari pengalaman sehari-hari. Semakin

abstrak suatu muatan materi ajar dan makin jauh

muatan materi ajar itu dari dunia pengalaman

sehari-hari, maka makin sukar muatan materi ajar

itu dipelajari.

Hal seperti yang dikemukakan di atas,

juga dapat ditemukan pada pembelajaran

berbagai muatan materi ajar pelajaran IPA di SD

Negeri 1 Wakeakea Kabupaten Buton. Hal inilah

yang diduga sebagai salah satu faktor penyebab

rendahnya hasil belajar IPA khususnya pada

siswa kelas IV.

Salah satu materi pokok yang dianggap

relatif sulit dipahami siswa kelas IV SDN 1

Wakeakea Kabupaten Buton adalah materi gaya.

Hal ini ditunjukkan dengan ketuntasan belajar

siswa pada semester genap tahun ajaran

2009/2010 pada mata pelajaran IPA materi pokok

gaya hanya sebesar 60%. Ketuntasan belajar

siswa tersebut belum memenuhi kriteria

ketuntasan belajar minimal (KKM) pada mata

pelajaran IPA yaitu 75%. Hal inilah yang

mendasari penulis dengan berkolaborasi dengan

guru kelas IV SDN 1 Wakeakea untuk melakukan

perbaikan pembelajaran IPA materi pokok gaya.

Untuk memecahkan masalah tersebut,

maka perlu adanya model pembelajaran yang

diterapkan di kelas yang melibatkan peran siswa

secara aktif dan kreatif sehingga hasil belajar IPA

siswa meningkat. Upaya tersebut dapat

diwujudkan dengan langkah-langkah sebagai

berikut: (1) mengoptimalkan keikutsertaan unsur-

unsur proses pembelajaran, dan (2)

mengoptimalkan keikutsertaan seluruh peserta

didik. Salah satu kemungkinannya adalah dengan

memberi kesempatan kepada siswa untuk

menemukan atau mengkonstruksi sendiri

pengetahuan yang akan dikuasainya.

Agar siswa bisa belajar lebih aktif, guru

harus memunculkan strategi yang tepat dalam

memotivasi siswa. Guru harus memfasilitasi

siswa agar siswa mendapat informasi yang

bermakna, supaya memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan

ide mereka sendiri (Anitah, 2009).

Salah satu model pembelajaran dapat

digunakan guru dalam membelajarkan siswa

mengenai konsep gaya adalah dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD. Pengajaran menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD

memungkinkan siswa SD untuk menguatkan,

memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan

keterampilan akademik mereka di dalam dan di

luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-

masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang

disimulasikan (University of Washington dalam

Nur, 2001: 1).

Selain itu, model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dapat membantu guru

dalam membimbing siswa mencapai tingkat

pemahaman konsep yang lebih tinggi dengan

mengupayakan siswa aktif mencapai pemahaman

konsep tersebut. Tujuan pembelajaran pada

pembelajaran ini disepakati bersama oleh guru

dan siswa.

Berdasarkan latar belakang yang

dikemukakan di atas, peneliti melakukan

perbaikan pembelajaran dalam bentuk penelitian

tindakan kelas pada pembelajaran IPA yang

difokuskan pada penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam

pembelajaran IPA di kelas.

Page 45: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

45

KERANGKA TEORETIK

Konsep Pembelajaran

Proses pembelajaran pada hakekatnya

merupakan proses komunikasi transaksional yang

bersifat timbal balik, baik antara guru dan siswa

maupun antara siswa dengan siswa untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Komunikasi transaksional adalah bentuk

komunikasi yang dapat diterima, dipahami dan

disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam

proses pembelajaran (Slameto, 2001).

Dalam hal ini berarti pembelajaran yang

dikembangkan di sekolah, pada dasarnya

merupakan intraksi dinamis antara siswa dengan

guru dalam rangka mencapai tujuan yang telah

ditentukan, sehingga dapat membekas, sirna

dalam kehidupan di kelas, keluarga dan

masyarakat.

Proses pembelajaran merupakan inti dari

keseluruhan proses pendidikan, dengan guru

sebagai pemegang peranan utama. Proses

pembelajaran adalah suatu proses yang

mengandung serangkaian perbuatan guru dan

siswa atas dasar hubungan timbal balik.

Hubungan timbal balik guru dan siswa itu

merupakan syarat utama bagi berlangsungnya

proses pembelajaran. Interaksi dari proses

pembelajaran mempunyai arti luas, tidak sekedar

hubungan antara guru dan siswa, tetapi interaksi

edukatif. Dalam hal ini bukan hanya

menyampaikan pesan berupa materi pelajaran

melainkan juga nilai-nilai dan sikap pada diri

siswa yang sedang belajar. Pengertian proses

dalam tulisan ini merupakan interaksi semua

komponen atau unsur-unsur yang satu sama lain

saling berhubungan dalam kaitan mencapai

tujuan (Nur, 2000).

Konsep Pembelajaran Kooperatif

Menurut Lie (2002) bahwa

pembelajaran kooperatif atau gotong royong

adalah sistem pengajaran yang memberikan

kesempatan kepada anak didik untuk bekerja

sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas

terstruktur. Dalam sistem ini guru bertindak

sebagai fasilitator dalam kegiatan proses

pembelajaran artinya meskipun siswa

mengerjakan tugas berstruktur secara bersama-

sama dan bekerja sama dengan sesama siswa,

tetapi guru tidak meningggalkan peranannya.

Pandangan senada dikemukakan oleh Slavin

(1995) bahwa sistem pembelajaran kooperatif

didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar

yang berstruktur termasuk dalam struktur ini

adalah lima unsur pokok yaitu saling

ketergantungan positif, tangung jawab individual,

interaksi personal, keahlian bekerja sama dan

proses kelompok.

Lebih lanujut Slavin (1995) mengatakan

bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu

model pembelajaran yang membentuk kerja sama

siswa dan saling ketergantungan dalam struktur

tugas, tujuan dan hadiah. Ada 4 tipe pendekatan

dalam model pembelajaran kooperatif yaitu: (1)

tipe STAD; (2) tipe Jigsaw; (3) tipe kelompok

penyelidikan; dan (4) tipe pendekatan terstruktur.

Penggunaan model kooperatif

merupakan suatu pendekatan dalam proses

pembelajaran yang membutuhkan partisipasi dan

kerjasama dalam kelompok. model kooperatif

menyangkut teknik pengelompokkan yang

didalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan

belajar bersama dalam kelompok kecil yang

umumnya terdiri dari 4-5 orang (Ibrahim dkk,

2000).

Pada dasarnya model kooperatif

mengandung pengertian bahwa sikap siswa atau

perilaku bersama kadang-kadang harus

diperhatikan oleh guru dalam membantu di antara

sesama. Model kooperatif itu juga dapat diartikan

sebagai struktur tugas bersama dalam suasana

kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.

Tujuan penting dari pembelajaran

kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada

siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di

dalam masyarakat di mana banyak kerja orang

dewasa sebagian besar dilakukan dalam

organisasi yang saling bergantung satu sama lain

dan di mana masyarakat secara budaya semakin

beragam. Sementara itu, banyak anak muda dan

orang dewasa masih kurang dalam keterampilan

sosial. Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering

pertikaian kecil antara individu dapat

mengakibatkan tindak kekerasan atau betapa

sering orang menyatakan ketidakpuasan pada saat

diminta untuk bekerja dalam situasi kooperatif.

Page 46: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

46

Slavin (1995) membatasi model

pembelajaran kooperatif sebagai lingkungan

belajar dimana siswa bekerjasama dalam suatu

kelompok kecil yang kemampuannya berbeda-

beda untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Tipe ini dikembangkan oleh Slavin

(1995) dan merupakan salah satu tipe kooperatif

yang menekankan pada adanya aktivitas dan

interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi

dan saling membantu dalam menguasai materi

pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

Pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif

tipe STAD melalui enam tahapan sebagai berikut:

1. Guru mengorganisasikan siswa dalam

kelompok-kelompok belajar yang heterogen

beranggotakan 4-5 orang.

2. Tahap penyajian materi. Pada tahap ini guru

menyajikan materi pembelajaran secara

singkat

3. Tahap kerja kelompok, pada tahap ini setiap

kelompok diberi lembar tugas sebagai bahan

yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok

siswa saling berbagi tugas, saling membantu

memberikan penyelesaian agar semua anggota

kelompok dapat memahami materi yang

dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai

hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru

berperan sebagai fasilitator dan motivator

kegiatan tiap kelompok.

4. Tahap tes individu/kuis. Pada tahap ini guru

memberikan kuis pada setiap siswa untuk

mengetahui sejauhmana keberhasilan belajar

yang telah dicapai mengenai materi yang telah

dibahas.

5. Tahap penghitungan skor perkembangan

individu, dihitung berdasarkan skor awal yang

diperoleh dari hasil tes awal.

6. Pemberian penghargaan diberikan

berdasarkan perolehan skor rata-rata yang

dikategorikan menjadi kelompok baik,

kelompok hebat dan kelompok super.

Hasil Belajar IPA

Hasil belajar menunjukkan tingkat

keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah

melakukan kegiatan belajar dalam waktu tertentu.

Menurut Winkel (1991) hasil belajar

memperhatikan perubahan-perubahan dalam

bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Dengan demikian, hasil belajar merupakan

indikator yang digunakan untuk mengetahui

tingkat keberhasilan yang telah dicapai seseorang

yang telah melakukan usaha tertentu dan dalam

hubungannya dengan usaha belajar yang

dilakukan siswa, maka hasil belajar menunjukkan

tingkat keberhasilan siswa setelah melakukan

kegiatan belajar. Seorang siswa yang telah

mengikuti proses pembelajaran IPA, dapat diukur

prestasinya setelah melakukan kegiatan belajar

tersebut pada kurun waktu tertentu, dengan

menggunakan suatu alat evaluasi. Jadi hasil

belajar IPA merupakan hasil belajar yang dicapai

oleh siswa setelah mempelajari IPA dalam kurun

waktu tertentu dan dapat diukur dengan

menggunakan alat evaluasi (tes) yang lazimnya

berwujud nilai.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV

SD Negeri 1 Wakeakea Kecamatan Gu

Kabupaten Buton, dengan jumlah siswa sebanyak

15 orang yang terdiri dari 8 orang siswa pria dan

7 orang siswa wanita pada semester genap tahun

pelajaran 2010/2011. Penelitian ini dilaksanakan

dalam dua siklus tindakan. Tiap siklus

dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang

dicapai, seperti apa yang telah didesain dalam

faktor yang diselidiki. Pada setiap siklus

dilaksanakan: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan

tindakan; (3) observasi; (4) evaluasi; dan (5)

refleksi.

Faktor yang diselidiki dalam penelitian

ini adalah: (1) faktor siswa, yaitu tingkat

penguasaan siswa pada materi pokok gaya; dan

(2) faktor guru, yaitu persiapan materi dan

kesesuaian model pembelajaran yang digunakan

dalam pembelajaran di kelas.

Sebelum dilaksanakan pembelajaran

sesuai model pembelajaran kooperatif tipe

STAD, terlebih dahulu dilakukan tes awal untuk

mengetahui kemampuan awal siswa. Hasil tes

awal dijadikan rujukan untuk menentukan

pembagian kelompok siswa selama pembelajaran

dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Page 47: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

47

STAD. Siswa kemudian dibagi dalam empat

kelompok dengan kemampuan yang heterogen.

Pada tahap awal pelaksanaan penelitian

setelah tes awal, observasi, dan wawancara

adalah tahap perencanaan dengan kegiatan:

1. Membuat skenario pelaksanaan tindakan

berupa rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) sesuai langkah-langkah pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatiof tipe STAD.

2. Menyiapkan media pembelajaran termasuk

Lembar Kerja Siswa (LKS).

3. Menyiapkan lembar observasi, lembar

pengamatan aktifitas siswa dan guru dan

mendesain alat evaluasi hasil belajar siswa.

4. Tahap perencanaan untuk siklus selanjutnya

dilakukan dengan merumuskan keunggulan

dan kelemahan pelaksanaan tindakan pada

siklus sebelumnya serta merevisinya sehngga

dapat dijadikan rujukan pada tahap

selanjutnya.

Perencanaan di atas itu kemudian

dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Selama pelaksanaan tindakan ini juga dilakukan

obsevasi untuk mengamati aktivitas guru dan

siswa di kelas. Observasi dilakukan oleh anggota

peneliti lain untuk mengamati guru yang sedang

melaksanakan pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Pada akhir setiap siklus dilaksanakan

evaluasi untuk mengetahui ada atau tidak adanya

peningkatan hasil belajar IPA siswa pada materi

pokok yang diajarkan. Alat evaluasi yang

digunakan adalah tes hasil belajar yang disusun

peneliti. Bilamana secara klasikal minimal 75%

siswa telah mencapai nilai paling rendah 65,

maka tindakan telah berhasil dilaksanakan.

Hasil yang diperoleh pada tahap

observasi dan evaluasi dianalisis. Kelemahan-

kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang

terjadi pada setiap siklus akan diperbaiki pada

siklus berikutnya.

HASIL PENELITIAN

Data yang diperoleh pada setiap siklus

berupa data hasil belajar IPA siswa, pencapaian

ketuntasan belajar, aktivitas siswa dan guru

dianalisis secara deskriptif. Rincian hasil analisis

terhadap data setiap siklus tindakan dijelaskan

sebagai berikut.

1. Pengamatan Aktivitas Siswa

Selama pembelajaran pada siklus I tampak

bahwa siswa belum berupaya menjawab

pertanyaan yang diberikan guru serta belum

melakukan diskusi atau bertanya kepada teman

terhadap hal-hal yang belum atau kurang

dipahami ataupun untuk mengemukakan ide atas

jawaban terhadap permasalahan yang diberikan.

Pada siklus II hal-hal tersebut mulai berkurang,

karena siswa sudah berusaha menjawab dengan

baik pertanyaan yang diberikan. Namun

demikian, masih banyak siswa yang kurang

memperhatikan penjelasan guru, sehingga agak

bingung dalam menjawab permasalahan yang

diberikan. Selain itu aktivitas yang dilakukan

siswa sudah mengarah pada hal-hal yang lebih

baik. Siswa telah mampu menjawab dengan baik

setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru,

selain itu kemampuan siswa dalam mengemukan

ide atau pendapat untuk menanggapi jawaban

temannya dalam berdiskusi di kelas sudah

nampak. Jika ada hal-hal yang kurang dipahami,

siswa juga hanya bertanya atau berdiskusi dengan

teman.

Aktivitas siswa pada setiap siklus

selengkapnya disajikan pada gambar 1 berikut:

2.3

3.1

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

Sko

r R

ata

-Rata

Siklus I Siklus II

Gambar 1. Profil Aktivitas Belajar Siswa Pada

Setiap Siklus

2. Pengamatan Aktivitas Guru

Selama pembelajaran pada siklus I dan

siklus II tampak bahwa secara umum guru telah

sangat baik dalam melaksanakan proses

pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Namun

Page 48: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

48

demikian, masih ada beberapa aktivitas yang

perlu ditingkatkan kualitasnya, seperti guru

belum maksimal menyampaikan tujuan

pembelajaran dan kaitannya dengan materi

sebelumnya, kurang melakukan evaluasi selama

proses pembelajaran, kurang mampu memimpin

diskusi dan memberikan penguatan, serta

kesimpulan masih agak dipaksakan karena guru

belum mengarahkan agar siswa membuat

kesimpulan sendiri, serta waktu yang

direncanakan masih belum digunakan secara

efisien sesuai dengan rencana pembelajaran yang

sudah disusun.

3. Hasil Evaluasi

Rata-rata hasil belajar IPA siswa pada

siklus I dengan materi gaya sebesar 62,9 dengan

sebaran nilai mulai dari 32 sampai 76. Dari sisi

ketuntasan belajar, siswa yang memperoleh nilai

65 ke atas atau yang telah mengalami ketuntasan

belajar sebanyak 10 orang (66,6%) dari 15 orang

siswa kelas IV SDN 1 Wakeakea. Setelah

dilaksanakan refleksi dan perbaikan pelaksanaan

pembelajaran pada siklus II, rata-rata hasil belajar

siswa pada materi gaya meningkat menjadi 69,3

dengan sebaran nilai mulai dari 48 sampai 80.

Dari sisi ketuntasan belajar, siswa yang tuntas

belajarnya meningkat menjadi 13 orang (86,6%)

dari 15 orang siswa kelas IV SDN 1 Wakeakea.

Dengan demikian, pada siklus II, indikator

keberhasilan penelitian ini sudah tercapai.

Artinya, model pembelajaran kooperatif tipe

STAD yang digunakan guru dalam mengajarkan

materi pokok gaya telah dapat meningkatkan

hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 1

Wakeakea.

Secara lengkap ketuntasan belajar siswa

kelas IV SDN 1 Wakeakea dalam pembelajaran

IPA disajikan pada gambar 2 berikut:

66.6

86.6

33.3

13.3

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Pe

rse

nta

se

Ke

tun

tas

an

Tuntas Belum Tuntas

Siklus I

Siklus II

Gambar 2. Profil Ketuntasan Belajar Siswa

PadaSetiap Siklus

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil-hasil temuan di atas

terlihat bahwa dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, hasil belajar

IPA siswa kelas IV SDN 1 Wakeakea pada materi

pokok gaya dapat ditingkatkan. Di samping itu,

juga diperoleh manfaat-manfaat pengiring seperti

meningkatnya aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran, semakin baiknya guru dalam

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD sehingga suasana proses pembelajaran

dapat berlangsung secara kondusif.

Semakin aktifnya siswa dalam setiap

proses pembelajaran pada setiap siklus kegiatan

tidak muncul dengan sendirinya. Peran guru yang

selalu merefleksi diri setelah melaksanakan suatu

proses pembelajaran berdasarkan hasil diskusi

dari hasil pengamatan yang dilakukan teman

sejawat telah berhasil memaksimalkan kelebihan

guru dan menurunkan berbagai kelemahan atau

kekurangan guru dalam melaksanakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini

terlihat dari aktivitas yang dilakukan siswa

selama proses pembelajaran khususnya dalam

menjawab pertanyaan guru dan mengemukakan

ide serta diskusi baik dalam kelompok maupun

dalam kelas. Sebagai hasil dari aktivitas tersebut,

hasil belajar IPA siswa pada dua materi yang

diteliti telah meningkat dengan cukup baik jika

dibandingkan dengan nilai tes awal siswa

sebelum pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Rata-rata hasil belajar IPA siswa pada

siklus I dengan materi gaya sebesar 62,9 dengan

sebaran nilai mulai dari 32 sampai 76. Dari sisi

ketuntasan belajar, siswa yang memperoleh nilai

65 ke atas atau yang telah mengalami ketuntasan

belajar sebanyak 10 orang (66,6%) dari 15 orang

siswa kelas IV SDN 1 Wakeakea. Setelah

dilaksanakan refleksi dan perbaikan pelaksanaan

pembelajaran pada siklus II, rata-rata hasil belajar

siswa pada materi gaya meningkat menjadi 69,3

dengan sebaran nilai mulai dari 48 sampai 80.

Dari sisi ketuntasan belajar, siswa yang tuntas

belajarnya meningkat menjadi 13 orang (86,6%)

dari 15 orang siswa kelas IV SDN 1 Wakeakea.

Page 49: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

49

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas

disimpulkan bahwa hasil belajar IPA siswa pada

materi pokok gaya di kelas IV SD Negeri 1

Wakeakea Kecamatan Gu Kabupaten Buton

dapat ditingkatkan melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka

disarankan agar:

1. penelitian ini dapat dilanjutkan untuk

mengkaji lebih jauh rancangan skenario yang

digunakan selama pembelajaran; di samping

materi dan media pembelajaran yang

digunakan dalam pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Perlu dilakukan penerapan yang lebih luas

dalam pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD agar

diketahui efektivitasnya dalam skala yang

lebih besar, terutama pada materi pokok yang

memiliki karakteristik sama dan sesuai

dengan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, S. (2009). Strategi Pembelajaran di SD.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Dirjen Dikdasmen. (2003). Pembelajaran

Kontekstual. Jakarta: Depdiknas.

Djamarah, S.B. (2000). Psikologi Belajar.

Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, O. (1983). Metode Belajar dan

Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung:

Tarsito.

Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif.

Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Indrawati. (1999). Model-Model Pembelajaran

IPA. Bandung: Depdikbud.

Lie, A. (2002). Cooperative Learning:

Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Nur, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif.

Surabaya : University Press UNESA.

Slameto. (2001). Belajar dan Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina

Aksara.

Slavin, R. E. (1995) Cooperative Learning.

Boston: Allyn and Bacon

Suryabrata. (1998). Belajar dan Faktor-Faktor

yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina

Aksara.

Wihardit, K. (2010). Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Winkel. (1987). Psikologi Pengajaran dan

Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.

Page 50: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

50

IDENTIFIKASI KOMPETENSI DASAR DAN FAKTOR PENYEBAB

RENDAHNYA NILAI UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN KIMIA

SISWA SMA DI KABUPATEN BOMBANA TAHUN 20101

(Penelitian Pemetaan Dan Pengembangan Mutu Pendidikan Tahun 2011)

Oleh:

La Rudi, S.Pd., M.Si2

Muh. Alimmarhadi, S.Pd., M.Pd3

Abstrak. Telah dilakukan penelitian dengan judul identifikasi kompetensi dasar dan faktor

penyebab rendahnya nilai ujian nasional mata pelajaran kimia dibeberapa sekolah menengah di

kabupaten Bombana. Sasaran dari penelitian ini adalah untuk mengetahui topik-topik dan standar

kompetensi yang belum tercapai atau yang sulit dicapai oleh siswa tahun ajaran 2009- 2010 serta

identifikasi faktor penyebabnya untuk tiap-tiap sekolah.

Metode penelitian digunakan adalah metode kuantitatif deskriptif. Data dikumpulkan dengan

metode dokumentasi dan wawancara. Pemilihan sekolah sampel didasarkan distribusi sekolah yang

merupakan keterwakilan dari tiap-tiap rayon yang ada di kabupaten Bombana dan juga antara

sekolah negeri dan sekolah swasta.

Hasil penelitian didapatkan bahwa matei-materi yang sulit dipahami oleh siswa dan susah diajarkan

oleh guru kimia adalah Sifat koligatif larutan, menghitung pH larutan, termokimia dan materi-

materi yang ada hubunganya dengan grafik atau gambar. Adapun faktor penyebabnya ada dua yaitu

faktor siswa dan faktor guru. Yang termasuk faktor siswa adalah tingkat pemahaman siswa

terhadap materi-materi dasar kimia sangat rendah, minat siswa terhadap pelajaran kimia kurang

akibat siswa menganggapnya materi kimia merupkan materi yang susah. Sedangkan faktor guru

diantaranya, guru tidak memperhatikan karaktristik materi dengan model atau pendekatana

pembelajaran yang tepat, tidak ada motifasi yang kuat terhadap siswa untuk bias memahami materi

kimia, guru tidak memperhatikan ketuntasan belajar siswa terhadap kompetensi yang harus dicapai

serta tidak adanya evalusi dan remedial setiap selesai standar kompetensi atau kompetensi dasar.

Kata Kunci : UN Kimia Bombana, Komptensi dasar kimia

1 Ringkasan Hasil Penelitian PPMP tahun 2011 2 Dosen Pend. Kimia FKIP Unhalu 3 Dosen Pend. Kimia FKIP Unhalu

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya.

Dalam proses pembelajaran, penilaian dilakukan

untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta

didik sebagai hasil belajar yang telah ditetapkan

dalam kurikulum. Oleh karena itu, guru wajib

melakukan penilaian selama dan setelah proses

pembelajaran berdasarkan pada suatu kompetensi

dasar atau Standar kompetensi.

Ujian Akhir Sekolah yang disingkat UAS

dengan Ujian Akhir Nasional yang disingkat

UAN, selalu dilaksanakan setiap akhir tahun

pelajaran oleh semua sekolah mulai dari SD

sampai SMA dan SMK. Tujuan utama Ujian

Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional adalah

untuk (a) mengukur pencapaian hasil belajar

peserta didik, (b) mengukur mutu pendidikan, (c)

mempertanggung jawabkan penyelenggaraan

pendidikan secara nasional, propinsi,

kabupaten/kota, dan sekolah kepada masyarakat.

Hasil UN digunakan sebagai salah satu

pertimbangan untuk pemetaan mutu pendidikan,

seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, serta

sebagai penentuan kelulusan siswa. Adapun mata

pelajaran utama yang diujikan, khususnya pada

jenjang SMA adalah: Matematika, Bahasa

Indonesia, Bahasa Inggris, Sosiologi, Ekonomi,

Geografi, Fisika, Kimia dan Biologi.

Mata pelajaran kimia merupakan salah

satu mata pelajaran yang sebagian besar siswa

menganggap sebagai matapelajaran yang susah

Page 51: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

51

dan sulit dipelajari, hal ini dikarenakan

materinya selalu ada keterkaitan dengan materi-

materi sebelumnya sehingga jika materi dasar

tidak tuntas dipahami, maka materi selanjutnya

sudah pasti tidak akan tuntas juga. Masalah ini

mengakibatkan hasil ujian nasional (UN)

disulawesi tenggara banyak yang tidak mencapai

KKM secara nasional. Dari data-data yang

diperoleh pada beberapa sekolah menengah atas

(SMA) yang ada di Kabupaten Bombana, dari 40

soal yang diujikan paling banyak 60% siswa

menjacapai nilai KKM nasional sebesar 60.

Melihat nilai rata-rata UAN Kimia di Kabupaten

Bombana tahun pelajaran 2007/2008 siswa yang

memperoleh nilai < 6 sebanyak 2,26 % dan tahun

ajaran 2009/2010 mengalami peningkatan,

dimana siswa yang memperoleh nilai < 6

sebanyak 8,56 %, ini berarti siswa-siswi SMA di

Kabupaten Bombana belum mampu mencapai

ketuntasan ideal untuk mata pelajaran kimia. Hal

ini menunjukkan bahwa masih banyak peserta

didik di Kabupaten Bombana yang mengalami

kesulitan dalam menguasai materi kimia dengan

baik.

Banyak faktor yang menyebabkan

rendahnya nilai UN yang dicapai oleh siswa,

antara lain: Pertama, kurangnya motivasi siswa

didik untuk meraih nilai akademis yang tinggi.

Hal itu disebabkan oleh situasi dan kondisi

pendidikan dalam lingkungan keluarga yang

kurang mendukung. Kedua, merebaknya sikap

instan yang melanda kehidupan kaum remaja.

Hal ini disebabkan oleh kuatnya sikap permisif

masyarakat yang cenderung membiarkan

berbagai perilaku anomali sosial berlangsung di

tengah-tengah panggung kehidupan sosial.

Ketiga, guru dinilai kurang kreatif dalam

melakukan inovasi pembelajaran, baik dalam

pemilihan materi ajar, metode pembelajaran,

maupun media pembelajaran, sehingga siswa

didik cenderung pasif dan bosan dalam

menghadapi atmosfer pembelajaran di kelas.

Dari uraian tersebut diatas, maka

dilakukan penelitian yang berjudul “Identifikasi

Kompetensi Dasar dan Faktor Penyebab

Rendahnya Nilai Ujian Nasional Mata Pelajaran

Kimia Siswa SMA di Kabupaten Bombana

Tahun 2010” Dalam Lingkup Penelitian

Pemetaan Dan Pengembangan Mutu Pendidikan

PPMP Tahun 2011.

Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran pemetaan

kompetensi dasar mata pelajaran Kimia

dalam UN siswa SMA di kabupaten

Bombana tahun 2011?

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi

rendahnya penguasaan kompetensi dasar

pada pokok bahasan tertentu pada mata

pelajaran Kimia dalam UN di Kabupaten

Bombana tahun 2011?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk

menghasilkan komponen-komponen:

1. Gambaran pemetaan kompetensi dasar mata

pelajaran Kimia UN siswa SMA di

kabupaten Bombana tahun 2011.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi

rendahnya penguasaan kompetensi dasar

pada pokok bahasan tertentu mata pelajaran

Kimia dalam UN di Kabupaten Bombana

tahun 2011.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk :

1. Menghasilkan suatu dokumen yang

menggambarkan pemetaan kompetensi mata

pelajaran Kimia dalam UN Bombana tahun

2011 yang dapat digunakan oleh pihak

Pendidikan Nasional untuk upaya

perencanaan peningkatan mutu pendidikan

di wilayah tersebut.

2. Memberikan gambaran mengenai kondisi

riil penguasaan materi dan daya serap siswa

yang telah mengikuti kegiatan ujian nasional

di wilayah kabupaten Bombana.

STUDI PUSTAKA

Mutu Pendidikan

Semakin tinggi mutu kegiatan belajar

siswa, diharapkan semakin baik hasil belajarnya

dan semakin banyak masalah belajar yang

dialami siswa memungkinkan semakin rendah

perolehan hasil belajarnya Dimiyati & Mudjiono

1999:32-37) menyatakan bahwa untuk mencapai

taraf penguasaan belajar yang baik, perlu

dipelihara keterlibatan siswa dalam belajar

dengan menciptakan suasana belajar yang

Page 52: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

52

menyenangkan, bertindak sebagai pendidik, dan

penyesuaian model pembelajaran dengan kondisi

siswa. Hal ini dilakukan untuk peningkatan mutu

belajar. Sedangkan taraf penguasaan belajar ideal

dari siswa adalah yang mencapai kompetensi

dasar 90% atau taraf penguasaan kompetensi

minimal 75%-89%. (Depdiknas 2004:36). Taraf

kompetensi demikian sukar dicapai, menurut

Prayitno (2005) karena proses pembelajaran yang

di alami siswa pada jenjang SLTA bermutu

kurang mengembirakan. Akibatnya daya serap

siswa rendah karena mutu kegiatan belajarnya

tidak optimal.

Prayitno (1997) yang dikutip dari http:// www.

konselingindonesia.com mengemukakan lima

kondisi utama yang ada pada diri siswa yang

secara langsung mempengaruhi mutu belajarnya,

yang tercakup dalam unsur :

a. Prasyarat penguasaan materi pelajaran.

Prasyarat penguasaaan materi pelajaran

khususnya matapelajaran kimia adalah

komponen pertama keberlanjutan pemahaman

materi selanjutnya. Menurut Herman, dkk.

(2004:129) rendahnya penguasaan materi

pelajaran siswa bukan disebabkan karena

kemampuan dasar atau kecerdasan siswa,

mungkin disebabkan oleh penguasaan materi

yang menjadi prasyarat untuk menguasai materi

selanjutnya. Dimiyati & Mudjiono 1999:32)

mengemukakan jika bahan pelajaran tergolong

sukar, maka guru perlu membuat mudah dengan

menunjuk bahan prasyarat. Sama dengan

Dikdasmen (2004:37) untuk siswa yang

mencapai taraf penguasaan materi kurang atau

sama dengan 60% harus diberikan pengajaran

remedial agar memiliki penguasaan materi

pelajaran sampai pencapaian 75%, sekaligus

dengan melakukan pembinaan agar mencapai

kompetensi minimal yang diharapkan.

Kesimpulan yang dapat diambil bahwa

pencapaian target minimal penguasaan materi

pelajaran merupakan modal utama peningkatan

mutu kegiatan belajar siswa.

b. Keterampilan belajar

Keterampilan belajar yang diharapkan

mengacu kepada bagimana siswa belajar dan

bukan lagi pada apa yang dipelajari. Dikdasmen

(2004:9) menyatakan bahwa pengembangan

keterampilan-keterampilan memproses perolehan

peserta didik akan mampu menemukan dan

mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta

menumbuhkembangkan sikap dan nilai yang

dituju.

Menurut Ron Fry (dalam Herman., dkk

2004:132) yang dikutip dari http:// www.

konselingindonesia.com, mengemukakan tujuh

keterampilan yaitu (a) mengatur pelajaran, (b)

membaca dan mengingat, (c) mengatur waktu

belajar, (d) mengikuti pelajaran di kelas, (e)

menggunakan kepustakaan, (f) menulis karya

tulis dengan baik, dan (g) mempersiapkan diri

untuk ujian. Sama dengan Prayitno (2002) bahwa

keterampilan belajar yang harus dikuasai siswa

meliputi (a) perencanaan masa studi, (b)

kemampuan menjalani proses pembelajaran, (c)

peningkatan kemampuan membaca, (d)

kemampuan mengingat, konsentrasi, dan

ketahahanan dalam belajar, (e) penyelesaian

tugas dan penulisan karya ilmiah, (f) belajar dari

dan bersama orang lain, dan (g) ketetampilan

mengikuti ujian.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan

bahwa penguasaan katerampilan belajar oleh

siswa akan mampu meningkatkan mutu kegiatan

belajarnya sesuai dengan target kompetensi

belajar yang diharapkan.

c. Sarana belajar

Kegiatan pembelajaran akan lebih

bermakna jika disertai dengan penyediaan sarana

pembelajaran yang mendukung.

Puskurbalitbangdik (2002:17) menyatakan bahwa

sarana belajar berfungsi memudahkan terjadinya

proses pembelajaran karena dengan sarana

belajar mudah menarik perhatian siswa,

mencegah verbalisme, merangsang tumbuhnya

pengertian, dan berguna multifungsi. Agar

terselenggara proses pembelajaran yang berhasil

baik diperlukan sarana pembelajaran berupa

buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fsilitas

laboratorium, serta berbagai media pembelajaran.

Depdiknas (2004:10) menyatakan bahwa sarana

pembelajaran harus dikelola dengan sistem

manajemen yang meliputi tata ruang belajar,

kapasitas ruang, jadual pemakaian ruang, tata

letak ruang kelas, kebersihan dan keindahan

kelas agar proses pembelajaran menjadi nyaman

dan menyenangkan. Kesimpulan yang dapat

ditarik adalah bahwa penyediaan sarana belajar

dapat memudahkan siswa mentransfer materi

pembelajaran menuju penguasaan materi belajar

oleh siswa.

Sedangkan dalam konteks pendidikan

sebagai suatu sistem, maka pencapaian standar

proses untuk meningkatkan mutu pendidikan

Page 53: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

53

dimulai dari menganalisis setiap komponen yang

dapat membentuk dan mempengaruhi proses

pendidikan tersebut. Terdapat banyak faktor

penentu mutu pendidikan yang dikemukakan

oleh Sanjaya (2006) meliputi:

a) Tujuan

Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai

sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan

belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan

proses belajar mengajar berpangkal tolak

dari jelas tidaknya perumusan tujuan

pengajaran.

b) Guru

Guru adalah komponen yang sangat

menentukan dalam implementasi suatu

strategi pembelajaran. Keberhasilan

implementasi suatu strategi pembelajaran

akan tergantung pada kepiawaian guru dalam

menggunakan metode, teknik dan strategi

pembelajaran. Lebih Lanjut Dunkin (1974)

mengemukakan beberapa aspek yang dapat

mempengaruhi kualitas proses pembelajaran

dilihat dari faktor guru diantaranya: (1)

Teacher formative experience, meliputi jenis

kelamin serta semua pengalaman hidup guru

yang menjadi latar belakang sosial mereka;

(2) Teacher training experience, meliputi

pengalaman-pengalaman yang berhubungan

dengan aktivitas dan latar belakang

pendidikan guru misalnya pengalaman

latihan profesional, tingkatan pendidikan,

pengalaman jabatan; dan (3) Teacher

properties, adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru

misalnya sikap guru terhadap siswa,

kemampuan atau intelegensi guru, motivasi

dan kemampuan dalam penguasaan materi.

c) Anak Didik (siswa)

Menurut Dunkin (1974), faktor-faktor yang

mempengaruhi proses pembelajaran dilihat

dari aspek siswa meliputi : (1) Latar

belakang siswa (pupil formative experience);

dan (2) Sifat yang dimiliki siswa (pupil

properties).

d) Sarana dan prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang

mendukung secara langsung terhadap

kelancaran proses pembelajaran. Sedangkan

prasarana adalah segala sesuatu yang secara

tidak langsung dapat mendukung

keberhasilan proses pembelajaran.

Kelengkapan sarana dan prasarana akan

membantu guru dalam menyelenggarakan

proses pembelajaran.

e) Kegiatan pembelajaran

Pola umum kegiatan pembelajaran adalah

terjadinya interaksi antara guru dan anak

didik dengan bahan sebagai perantaranya.

f) Lingkungan

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua

faktor yang dapat mempengaruhi proses

pembelajaran yaitu: (1) Faktor organisasi

kelas, yang di dalamnya meliputi jumlah

siswa dalam satu kelas merupakan aspek

penting yang bisa mempengaruhi proses

pembelajaran dan (2) Faktor iklim sosial–

psikologis meliputi keharmonisan hubungan

antara orang yang terlibat dalam proses

pembelajaran.

g) Bahan dan alat evaluasi

Bahan dan alat evaluasi adalah suatu bahan

dan alat yang terdapat di dalam kurikulum

yang sudah dipelajari oleh anak didik guna

kepentingan ulangan.

h) Suasana evaluasi

Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan

di dalam kelas. Semua anak didik dibagi

menurut kelas masing-masing dan tingkatan

masing-masing. Besar kecilnya jumlah anak

didik yang dikumpulkan di dalam kelas akan

mempengaruhi suasana kelas sekaligus

mempengaruhi suasana evaluasi yang

dilaksanakan.

Hasil Belajar

Dalam proses belajar mengajar, hasil

belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa

penting diketahui oleh guru agar dapat

merencanakan kegiatan belajar mengajar secara

tepat. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu

interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari

sini guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses

evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan berakhirnya penggal dan

puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk

sebagian orang adalah berkat tindak guru, suatu

pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain,

merupakan peningkatan kemampuan mental

siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 3). Hasil

belajar mencerminkan tujuan pada tingkat

tertentu yang dicapai oleh peserta didik yang

dinyatakan dengan angka atau huruf. Hasil

belajar adalah hasil akhir dari proses belajar

mengajar sebagai upaya yang telah dicapai

selama proses ini berlangsung. Hasil belajar

Page 54: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

54

mempunyai fungsi utama yaitu: (a) Sebagai

indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan

yang telah dikuasai anak didik; (b) Sebagai

lambang hasrat ingin tahu; (c) Sebagai bahan

informasi dalam inovasi pendidikan; (d) Sebagai

indikator dari suatu instasi pendidikan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil

Belajar

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi

hasil belajar siswa diantaranya adalah faktor

siswa itu sendiri, faktor lingkungan, dan faktor

proses belajar mengajar. Menurut Hamalik

(2003) dalam Murniati (2004: 15), faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar siswa

disebabkan oleh:

a. Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam

diri peserta didik sebagai faktor penentu

berhasilnya proses belajar mengajar di

kelas, misalnya minat siswa akan belajar,

konsentrasi, bakat yang dimiliki siswa dan

kematangan dan kesiapan dalam menerima

pelajaran, bahkan perhatian dan motivasi

siswa sebagai peserta didik dapat mencapai

hasil belajar yang memungkinkan

berlangsungnya proses belajar dengan baik,

dimana proses belajar dapat berlangsung

dengan baik apabila segala kebutuhan dasar

peserta didik telah terpenuhi.

b. Faktor eksternal peserta didik yaitu faktor

yang bersal dari luar diri pribadi peserta

didik yang secara langsung berpengaruh

terhadap setiap kegiatan belajar misalnya

faktor guru, sarana prasarana dan

lingkungan

METODE PENELITIAN

Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan

observasi eksploratif dengan menggunakan

desain deskriptif analitis. Proses penelitian

menggunakan tahap (1) pra lapangan yang

bertujuan untuk mendapatkan peta kompetensi

siswa tiap pokok bahasan. Beberapa kegiatan

yang dilaksanakan pada tahap ini adalah (a) studi

dokumentasi (input): dokumen nilai UN), (b)

pengolahan dan analisis data UN, (c) Penjajakan

lapangan (pemilihan sekolah Kabupaten

Bombana berdasarkan Rayon), (d) Pemilihan dan

interaksi dengan subjek dan informan, dan (e)

Penyiapan piranti pembantu untuk kegiatan

lapangan, tahap (2) pekerjaan lapangan untuk

melakukan identifikasi faktor penyebab dari

masalah rendahnya pencapaian standar

kompetensi mata pelajaran Kimia dalam UN,

melalui kegiatan focus group discussion (FGD),

Indepth interview, observasi kelas, wawancara

dan observasi kompetensi guru, analisis dokumen

pendukung, dan kegiatan lain yang mendukung

tercapainya tujuan penelitian, dan tahap (3) pasca

lapangan dengan kegiatan penentuan prioritas

masalah dan pembuatan peta kompetensi siswa

tiap pokok bahasan mata pelajaran Kimia dalam

UN.

Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama 1

bulan yaitu Oktober 2011. Tempat penelitian

mencakup wilayah kerja Dinas Pendidikan

Kabupaten Bombana.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini terdiri

dari :

1. Data sekunder, yaitu hasil UN tahun 2008,

2009, dan 2010 pada sekolah rayon di

Kabupaten Bombana. Data pendukung

lainnya adalah data mengenai kondisi riil

yang berkaitan dengan tujuan penelitian ini

yang terdapat di Dinas Pendidikan

Kabupaten Bombana, di sekolah yang

dijadikan sampel, dan sumber lain yang

dapat dipertanggungjawabkan.

2. Data primer, yaitu hasil kegiatan lapangan

yang diperoleh melalui FGD, angket,

indepth interview, observasi kelas, dan

seluruh hasil pengamatan dari peneliti

selama melaksanakan penelitian.

Sampel Penelitian

Untuk keperluan ke lapangan, maka

peneliti menggunakan sampel sekolah dan

sampel guru. Penentuan sampel sekolah dan guru

menggunakan teknik purposive sampling dengan

asumsi bahwa semua sekolah adalah jenjang

yang sama yaitu jenjang SMA dengan

menggunakan kurikulum KTSP dan berdasarkan

pertimbangan bahwa guru-guru yang mengajar

memiliki kompetensi yang sama dan dapat

mewakili bidang-bidang studi dalam UN untuk

dilakukan FGD atau Indepth interview.

Setelah dilakukan sampling berdasrakan

pertimbangan wilayah rayon dan status sekolah,

Page 55: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

55

maka jumlah sekolah yang mewakili sebanyak 4

sekolah, dimana sekolah Negeri senanyak 3

sekolah dan sekolah swasta satu sekolah.

Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen

Penelitian

Teknik pengumpulan data menggunakan

metode observasi kelas, studi dokumentasi, FGD,

indept interview, dan kuisioner.

Analisis data

Untuk meningkatkan derajat kepercayaan

data perolehan, dilakukan dengan teknik: (1)

ketekunan pengamatan, (2) triangulasi, (3)

pemeriksaan sejawat, (4) kecukupan referensial,

(5) kajian kasus negatif, dan (6) pengecekan

anggota. Dengan mengamati secara tekun,

diharapkan dapat menemukan ciri-ciri atau

unsur-unsur dalam suatu situasi yang sangat

relevan dengan rendahnya kompetensi siswa

pada setiap bidang UN yang diujikan.

Triangulasi dilakukan untuk melihat

gejala dari berbagai sudut dan melakukan

pengujian temuan dengan menggunakan berbagai

sumber informasi dan berbagai teknik.

Pemeriksaan sejawat dilakukan dengan cara

mengetengahkan (to expose) hasil penelitian,

baik yang bersifat sementara maupun hasil akhir,

dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan

sejawat. Dengan cara ini peneliti berusaha

mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran,

dan mencari peluang untuk menjajaki dan

menguji hipotesis yang muncul dari peneliti

(pemikiran peneliti). Sebelum menetapkan

temuan sebagai kecenderungan pokok, peneliti

melakukan pengecekan anggota. Ini dilakukan

dengan mengajukan pertanyaan berapa proporsi

kasus yang mendukung temuan, dan berapa yang

bertentangan dengan temuan. Bila ada

penyimpangan dalam kasus-kasus tertentu,

peneliti menelaahnya secara lebih cermat. Telaah

lebih cermat terhadap kasus-kasus yang

menyimpang sering disebut sebagai analisis

kasus negatif. Teknik ini dilakukan untuk

menelaah kasus-kasus yang saling bertentangan

dengan maksud menghaluskan simpulan sampai

diperoleh kepastian bahwa simpulan itu benar

untuk semua kasus atau setidak-tidaknya sesuatu

yang semula tampak bertentangan, akhirnya

dapat diliput aspek-aspek yang tidak

berkesesuaian tidak lagi termuat. Dengan kata-

kata lain dapat dijelaskan "duduk persoalannya".

Selain itu, peneliti juga menguji

kecukupan acuan dalam menarik simpulan.

Kecukupan acuan dalam penelitian ini dilakukan

dengan mengajukan kritik internal terhadap

temuan penelitian. Berbagai bahan digunakan

untuk meneropong temuan penelitian. Kepastian

penelitian ini diupayakan dengan memperhatikan

topangan catatan data lapangan dan koherensi

internal laporan penelitian. Hal ini dilakukan

dengan cara meminta berbagai pihak untuk

melakukan audit kesesuaian antara temuan

dengan data perolehan dan metode penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kompetensi Dasar Materi Kimia yang Belum

Tercapai dalam Ujian Nasional di Kabupaten

Bombana.

Mata pelajaran kimia merupakan salahsatu

matapelajaran yang kebanyakan siswa

menganggapnya sulit untuk dipelajari.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa,

sulitnya materi kimia karena rata-rata materinya

berhubungan dengan perhitungan-perhitungan

yang berkaitan dengan reaksi-reaksi kimia. Jika

dilihat dengan ketercapaian rata-rata nilai ujian

untuk matapelajaran kimia untuk kabupaten

Bombana, rata-rata nilai UN termasuk kategori

baik dibandingkan dengan matapelajaran IPA

lainnya, namun ada beberapa kompetensi dasar

yang samasekali tidak bias dijawab oleh semua

peserta dalam satu kelas baik dalam soal paket A

maupun soal paket B.

Berikut disajikan kompetensi dasar siswa

yang belum tercapai pada mata pelajaran kimia

di kabupaten bombana pada UN tahun 2008-

2010 yang dibreakdown dari program PPMP

(Balitbang, 2009).

Page 56: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

56

Tabel 1. Kompetensi dasar yang belum tercapai pada UN Tahun 2008

No Kompetensi yang diujikan Rayon

1 Menentukan nama proses pembuatan/pengolahan unsur/senyawa dr suatu wacana 24.44

2 Memilih kegunaan protein dr beberapa manfaat/kegunaan makanan dlm tubuh 28.57

3 Menentukan isomer fungsi/posisi dr senyawa alkanol 39.09

4 Menentukan tekanan uap yg paling besar/kecil dr bagan beberapa larutan 44.36

5 Dari tbl hasil pembakaran, tentukan bhn bakar yg bil oktannya besar/kecil 46.62

6 Menentukan kelarutan senyawa dr data ksp suatu senyawa dlm ion senama 48.50

7 Menentukan contoh penerapan sifat koloid tertentu 48.87

8 Dari tbl data pengamatan uji lakmus memilih garam yg mengalami hidrolisis 50.75

9 Mnentukan masa zat hasil reaksi kimia yg mnghasilkn gas pd kondisi tertutup 52.63

10 Menentukan pernyataan yg benar/salah tentang karbohidrat, protein & lemak 53.01

Sumber: data penelitian diolah

Tabel 2. Kompetensi dasar yang belum tercapai pada UN Tahun 2009

No Kemampuan Yang Diuji Rayon

1 Menghitung laju reaksi pd konsentrasi dari data eksperimen & persamaan reaksinya

2 Menghitung pH garam yg trhidrolisis dr vol asam/basa pembentuk garam & parameter

3 Memprediksi letak satu unsur dlm tabel periodik berdasarkan diagram orbital 28.52

4 Menentukan gbr partikel zat terlarut pd larutan yg sukar menguap memiliki sifat koligatif 30.00

5 Menganalisis grafik PT sesuai sifat koligatif larutan dg tepat 31.25

6 Menentukan gbr yg termasuk reaksi dr gbr yg berhubungan dgn reaksi ekso/endoterm 33.10

7 Menentukan nama proses pengolahan untuk memperoleh unsur tertentu 37.80

8 Memperkirakan harga pH air limbah dr tabel hasil uji beberapa air limbah dg beberapa

indicator 42.26

9 Memprediksi letak satu unsur dlm tabel periodik berdasarkan diagram orbital 48.89

11 Memilih gbr yg laju reaksinya dipengaruhi oleh faktor tertentu dr beberapa gbr proses

pelarutan 50.23

12 Memilih gbr hasil pergeseran kesetimbangan sesaat jk kondisinya diket berikut gbr partikel

pereaksi mula2 55.11

Sumber: data penelitian diolah

Tabel 3. Kompetensi dasar yang belum tercapai pada UN Tahun 2010

No Kemampuan Yang Diuji Rayon

1 Menentukan gbr yg termasuk reaksi dr gbr yg berhubungan dgn reaksi ekso/endoterm 12.18

2 Menentukan kegunaan suatu makromolekul berdasarkan informasi yg diberikan 16.52

3 Menganalisis grafik PT sesuai sifat koligatif larutan dg tepat 18.26

4 Menentukan sepasang data yg berhub scr tepat dr tabel batuan&unsur yg dikandung 21.74

5 Menentukan gbr partikel zat terlarut pd larutan yg sukar menguap memiliki sifat

koligatif 43.48

6 Menentukan nama proses pengolahan untuk memperoleh unsur tertentu 46.09

7 Menghitung ?H reaksi jika parameternya diketahui dlm proses pelarutan/pembakaran 46.96

8 Menentukan gbr hasil pergeseran kesetimbangan sesaat jika kondisinya diketahui 57.39

Sumber: data penelitian diolah

Page 57: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

57

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi tidak

Tercapainya KKM

Pada bagian ini akan disajikan faktor-

faktor yang mempengaruhi pencapaian

kompetensi dasar mata pelajaran UN di

kabupaten Bombana. Faktor-faktor yang

dimaksud berdasarkan delapan standar

pendidikan yaitu standar isi, standar proses,

standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan

tenaga kependidikan, standar sarana prasarana,

standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan

standar penilaian. Faktor-faktor yang dirumuskan

dalam laporan ini adalah faktor yang

mempengaruhi secara keseluruhan sehingga

standar komptensi yang diajarkan belum dicapai

oleh siswa, sehingga kompetensi yang ingin

dicapai tidak mencapai KKM sekolah maupun

KKM Nasional. Dari data-data hasil penelitian

yang telah dilakukan diperoleh bahwa faktor

penyebab rendahnya penguasan kompetensi dasar

dari materi Kimia disebabkan oleh tiga faktor

yaitu faktor siswa, faktor guru dan faktor sarana

prasarana.

1. Faktor siswa.

Berdasarkan wawancara secara langsung

dengan Guru yang mengajar dan terhadap

beberapa siswa yang sempat diwawancarai,

didapatkan kesimpulan bahwa yang menjadi

faktor dari siswa adalah :

a) Minat siswa untuk belajar kimia sangat

rendah karena tingkat pemahaman siswa

terhadap dasar-dasar kimia kurang.

b) Selama proses belajar mengajar, siswa

kebanyakan pasif. Materi-materi yang

telah diajarkan pada pertemuan

terdahulu, jika ditanyakan ulang

kebanyakan siswa dalam satu kelas sudah

melupakan materi yang telah diajarkan.

c) Siswa kesulitan dengan rumus-rumus

matematis dan soal-soal hitungan.

2. Faktor guru

Dari delapan standar pendidikan, faktor guru

banyak menentukan ketercapaian

kompetensi dasar dari materi yang diajarkan.

Ada beberapa standar yang menjadi

perhatian dalam wawancara dengan guru

dalam pengambilan data dalam penelitian

ini, yaitu standar isi, standar proses dan

standar penilaian. (1) standar isi. Guru

dalam mengajar, kebanyakan tidak

menembangkan KTSP, KTSP yang

diajarkan hanya copy paste dari sumber lain.

Dalam mengajar, guru tidak memperhatikan

ketuntasan kompetensi yang ingin dicapai.

Hal ini disebabkan dalam mengajar, guru

tidak mempersiapkan RPP terlebih dahulu.

Dalam proses belajar mengajar, guru hanya

membaa buku paket yang menjadi pegangan

guru itu sendiri. (2) standar Proses. Selama

proses belajar mengajar, guru tidak

melakukan remedial baik setelah selesai

standar kompetensi maupun kompetensi

dasar dari mater yang akan dicapai.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa

siswa dan guru yang mengajar dikelas XII,

ditemukan bahwa faktor penyebab tidak

tercapainya KKM soal ujian nasional matapelajar

Kimia adalah:

a) Proses Belajar Mengajar masih berpusat

pada guru, hal tersebut dapat terlihat dari

sikap siswa yang hanya menunggu informasi

pengetahuan dari guru dan guru yang lebih

banyak aktif dalam proses pembelajaran,

sehingga siswa tidak diberi kesempatan

untuk untuk menemukan sendiri konsep

kimia yang dipelajarinya.

b) Siswa kurang dilatih untuk

membangun/mengkontruksi sendiri

pengetahuan, sehingga pengetahuannya

kurang bermakna bagi kehidupan sehari-

harinya

Untuk mengatasi masalah rendahnya

hasil belajar dan supaya pengetahuan dapat

bermakna bagi kehidupan siswa, diperlukan suatu

proses pembelajaran yang melibatkan peran aktif

dan pengalaman nyata siswa. Salah satu

pendekatan seperti ini adalah pendekatan

Page 58: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

58

kooperatif. Pendekatan kooperatif menyatakan

bahwa pengetahuan baru yang diterima siswa

bukan karena pentransferan ilmu dari guru

kepada siswa melainkan pengetahuan itu

dibangun oleh benak siswa itu sendiri. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Bruner (dalam Dahar,

1989 :103) mengatakan bahwa metode

pembelajaran inkuiri (penemuan) merupakan

pembelajaran yang sesuai dengan hakikat

manusia untuk selalu mencari pengetahuan secara

aktif. Dengan pembelajaran ini, meteri pelajaran

yang didapatkan siswa akan lebih tahan lama,

mudah diingat, dapat mengembangkan

kemampuan memecahkan masalah berdasarkan

pengetahuan atau konsep yang telah dibangun

oleh siswa , dapat memunculkan motivasi belajar

serta dapat mengembangkan keterampilan proses

yang dimiliki siswa.

Adapun prosentase yang mempengaruhi

pencapaian kompetensi dasar berdasarkan

sekolah sampel adalah sebagaimana disajikan

dalam tabel berikut:

Sekolah

Sampel Isi Pros Penilaian

SMAN A 37.50 55.56 30.77

SMAN B 25.00 55.56 46.15

SMAN C 25.00 66.67 53.85

SMAS D 50.00 66.67 30.77

Rata-rata 34,37 61,11 40,38

Sumber: Data yang diolah dari hasil penelitian.

Dari data tersebut terlihat bahwa

mayoritas faktor yang mempengaruhi pencapaian

kompetensi disebabkan oleh standar proses

(61,11%), standar penilaian (40,38%) dan standar

isi (37.50%).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari uraian hasil dan pembahasan yang

telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut.

1. Materi-materi kimia yang sulit dipahami oleh

siswa dalam soal-soal ujian nasional adalah

materi-materi yang berhubungan dengan

hitungan-hitungan diantaranya, Materi Sifat

Koligatif larutan, termokimia, asam basa

(perhitungan pH) dan soal-soal yang

berhubungan dengan gambar atau grafik.

2. Faktor penyebab tidak terpaianya kompetensi

dasar materi Kimia pada sekolah yang

menjadi sampel disebabkan oleh dua faktor

utama yaitu faktor siswa dan faktor guru.

Faktor siswa berhubungan dengan minat

siswa, tingkat pemahman siswa terhadap

hitungan-hitungan dasar dalam Kimia.

Sedangkan faktor guru diantaranya guru tidak

memperhatikan ketuntasan belajar siswa

terhadap kompetensi yang ingin dicapai

dalam proses belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Balitbang. 2009. Persentase Penguasaan Materi

Soal Ujian Nasional SMA/MA Tahun

Ajaran 2008/2009. Pusat Penilaian

Pendidikan. Badan Penelitian dan

Pengembangan Badan Nasional Standar

Pendidikan Ditjen Dikti.

DEPDIKNAS. Kegiatan Belajar Mengajar yang

Efektif: Pelayanan Profesional

Kurikulum 2004. Jakarta, 2003.

Dikdasmen. 2004. Kurikulum Pendidikan Dasar

dan Menengah, Jakarta.

Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran.

Rineka Cipta: Jakarta.

Hamalik. 2006. Manajemen Pengembangan

Kurikulum. Bandung:

http://www.konselingindonesia.com. Masalah

Belajar. diapload tanggal 12 januari

2012.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran

Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

Jakarta : Kencana

Page 59: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

59

KAJIAN EFEK-EFEK TERMO-MEKANIK TERHADAP PERUBAHAN PANJANG

RELATIF PADA MAIN-CHAIN LIQUID CRYSTAL ELASTOMER (MC-LCE)1

Oleh:

Vivi Hastuti Rufa Mongkito2

La Harudu3

Abstrak. Telah dilakukan penelitian sifat-sifat termo-mekanik pada main-chain liquid

crystal elastomer (MC-LCE), dengan perbedaan konsentrasi cross-linker 2.5 %, 6 % dan 12

%, sebagai fungsi suhu akibat proses pemanasan (heating) dan pendinginan (cooling). Bila

suhu meningkat, panjang MC-LCE secara monoton menyusut sejajar terhadap arah direktor,

n, sementara MC-LCE mengembang tegak lurus terhadap arah n dengan berkurang secara

cepat di sekitar suhu transisi nematik-isotropik, Tni, selama proses pemanasan. Setelah

pendinginan, semua sampel kembali ke bentuk semula. Kontraksi maksimum meningkat

dengan meningkatnya konsentrasi cross-linking. Kontraksi maksimum dari MC-LCE

dengan konsentrasi cross-linker 12 % adalah sekitar 120 %. Histeresis dari perubahan

panjang relatif dari MC-LCE dikaji sebagai fungsi suhu. Perubahan panjang relatif dari

MC-LCE menunjukkan histeresis yang signifikan pada transisi nematik-isotropik selama

proses pemanasan dan pendinginan.

Kata kunci: Main-chain liquid crystal elastomer (MC-LCE), efek-efek termo-mekanik.

1 Hasil Penelitian, Tahun 2011

2 Dosen Pendidikan Fisika FKIP Unhalu

3 Dosen Pendidikan Fisika FKIP Unhalu

PENDAHULUAN

Perkembangan dalam ilmu pengetahuan

dan teknologi senantiasa menghasilkan temuan-

temuan baru yang tentunya sangat memudahkan

dan membantu kebutuhan manusia.

Perkembangan yang pesat juga terjadi pada

bidang sensor-sensor, actuator material dan otot-

otot buatan (artificial muscle). Sebuah aktuator

fungsionil dan sebuah otot buatan yang terbuat

dari bahan-bahan lunak (soft materials) adalah

piranti-piranti yang diperlukan untuk teknologi

masa depan berbasis human engineering dan

keselarasan antara mesin dan manusia. Sejauh ini

aktuator pada robot-robot sebagian besar berbasis

pada motor listrik, tetapi hal tersebut mempunyai

beberapa kerugian, seperti misalnya karena

keterbatasan ukuran dan bentuk, transmisi yang

kompleks, terbuat dari hard materials (sehingga

berat dan noisy), dan tidak begitu terkontrol

secara akurat (Yusuf, 2006).

Suatu pertumbuhan yang menarik dalam

pengembangan otot-otot buatan seperti aktuator-

aktuator yang baik untuk realisasi gerakan

biomimetic juga diharapkan dapat berperan

sebagai sebuah aktuator baru yang menggantikan

motor-motor listrik pada robot. Aktuator-aktuator

ini dapat merubah bentuk dan dimensinya ketika

dikenai sebuah potensial. Oleh karena itu, maka

kemudian beberapa kandidat aktuator yang

terbuat dari bahan-bahan lunak seperti ionic gels,

polymer networks dan liquid crystal elastomer

(LCE) diusulkan. Aktuator-aktuator polimer

tersebut memberikan banyak keuntungan seperti

fleksibilitas, ringan, biayanya murah dan

pemenuhan operasi yang aman (Yu dan Ikeda,

2006). Salah satu yang paling mungkin adalah

LCE.

Gagasan menggunakan LCE sebagai

otot-otot buatan pertama kali diusulkan pada

tahun 1997 oleh de Gennes dkk (Spillman dkk,

2006). Khususnya, tandan (stem) nematik LCE

yang unik yang mana mereka menunjukkan sifat

Page 60: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

60

macroscopic reversible dan kontraksi anisotropik

ketika material LCE dipanaskan dan didinginkan

melalui fase transisi suhu nematik ke isotropik.

Dalam monodomain liquid single crystal

elastomer nematik, perubahan bentuk yang

signifikan terjadi pada suhu transisi nematik-

isotropik (gambar 1) . Monodomain liquid single

crystal elastomer (LSCE) secara optik transparan

sebab sumbu birefringence atau orientasi

direktor, n, unit mesogen teratur dalam keadaan

liquid crystal. Finkelmann dan Kundler setelah

itu melaporkan bahwa film nematic LCE

(NLCE) memperlihatkan kontraksi secara

spontan ketika dipanaskan menuju suhu nematik-

isotropik (Thomsen dkk, 2001).

Gambar 1. Proses termal menyebabkan kontraksi

spontan dalam LCE. N = nematik; I = isotropik

LCE menjadi menarik karena

mengkombinasikan dua sifat-sifat fisika, yaitu

sifat anisotropik dari liquid crystal (mesogen)

dan sifat elastik dari jaringan-jaringan polimer

(polymer networks). Sebagai konsekuensi kedua

sifat diatas LCE menunjukkan sejumlah efek-efek

mekanik dan optik bila diberi berbagai

rangsangan (stimuli) eksternal seperti suhu,

medan listrik, medan magnet dan cahaya. Sifat

mekanik material LCE dapat dikontrol dan

dioptimasi dengan memilih secara efektif pada

fase liquid cristal, kerapatan cross-linking,

fleksibilitas polymer backbone, penggabungan

antara backbone dan grup liquid crystal, dan

pengaruh (stimuli) eksternal, dimana laju

kontraksi muncul ketika fase transisi terjadi.

Perubahan bentuk (deformation) termo-

mekanik ini merupakan perhatian yang sangat

menarik sebagai kandidat otot-otot buatan lunak

(soft artificial muscle) (Yusuf, 2005; Li dan

Keller, 2006; Yu dan Ikeda, 2006). Ketika

dipanaskan molekul-molekulnya mengalami

perubahan panjang yang spontan dan histerisis

pada daerah disekitar suhu transisi nematik-

isotropik. Fenomena ini karena perpaduan antara

anisotropi rantai polimer dan orde parameter

nematik, S(T). Fenomena-fenomena yang timbul

diprediksi akan berpotensi untuk berkelakuan

sebagai artificial muscle (Hogan dkk, 2008).

Penelitian secara intensif terhadap efek

termo-mekanik dari side-chain liquid crystal

elastomer (SC-LCE) sudah banyak dilakukan

dalam beberapa tahun terakhir (Yusuf dkk, 2005,

2006), namun respon dari efek mekanik masih

relatif kecil sehingga perlu ditingkatkan. Pada

penelitian sebelumnya oleh Yusuf dkk digunakan

cross-linker bifunctional (polydimethylsiloxane

dengan terminal grup vinyl) dan trifungtional (1,

3, 5 trisundec-10-enoxy-benzene) pada SC-LCE

(Yusuf dkk, 2005). Hasil yang diperoleh

memperlihatkan nilai perubahan bentuk

anisotropi, Δλ, yang masih relatif kecil dari yang

diharapkan sehingga masih perlu ditingkatkan.

Berlatar belakang pada permasalahan di atas,

penelitian ini akan difokuskan untuk mencari

sebuah bahan di dalam LCE yang memiliki

respon cepat dan sensitif terhadap suhu dan

medan listrik sebagai sebuah otot buatan.

Oleh karena itu pada penelitian ini akan

digunakan tipe main-chain liquid crystal

elastomers (MC-LCE) dengan pemilihan agen

cross-linker dan unit mesogen yang tepat.

Donnio, Wermter, dan Finkelmann pertama kali

mensintesa MC-LCE dengan cross-linking rantai

polimer liquid crystal dan sebuah siloxane yang

fleksibel berbasis cross-linker. Sistem main-

chain ini menunjukkan nematic mesophase dan

sifat anisotropik mereka yang mempunyai analisa

termal dan mekanik sebagai fungsi kerapatan

cross-linking. Dalam MC-LCE prilaku fase

utamanya ditentukan oleh komposisi kimia dari

mesogen, karena itu orde nematik dari mesogen

dan sifat-sifat mekaniknya adalah sangat

dipengaruhi oleh bentuk geometri dan kosentrasi

cross-linker. Struktur dasar dan struktur kimia

pembentuk MC-LCE adalah 2-ethyl-1,4-phenylen

bis [4-[4-(vinyloxi)buboxy] benzoate] (C34H38O6)

yang mempunyai Δε positif ~ 50, Cross-linker

agent adalah pentamethylcyclopentasiloxane

(C5H20O5Si5) yang diketahui mempunyai

fleksibelitas yang dan anisotropi yang lebih tinggi

dari tipe SC-LCE, yang artinya akan

menghasilkan efek-efek mekanik yang lebih besar

dan rantai pemanjang (chain extender) 1,1,3,3,-

tetramethyldisiloxane. Respon anisotropik dalam

Page 61: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

61

MC-LCE adalah lebih besar daripada dalam SC-

LCE karena perpautan langsung unit mesogen

dalam polymer backbone. Penelitian ini akan

dikonsentrasikan untuk mengamati efek-efek

mekanik (perubahan panjang relatif, λ dan

kontraksi maksimum dari MC-LCE terhadap

variasi suhu. Dalam penelitian ini menggunakan

material MC-LCE dengan kosentrasi cross-linker

2.5 %, 6 % dan 12 %. Bahan-bahan LCE yang

digunakan dalam penelitian ini dibuat oleh grup

Finkelmann di Makromolekulare Chemie,

Freiburg University. Networks pada LCE

diperoleh dari hasil sintesa yang dilakukan dalam

dua tahap, tahap pertama adalah dengan

menambahkan bifunctional cross-linking agents

pada rantai polimer, sedangkan tahap kedua

adalah dengan memberikan regangan mekanik

(mechanical strain) saat proses cross-linking agar

diperoleh orientasi direktor, n, yang seragam dari

grup mesogen (Li dan Keller, 2006).

Liquid crystal elastomer (LCE) terdiri

dari dua sub-struktur, cross-linked siloxane

polimer networks dan side-chain/main-chain

grup mesogen yang terbuat dari molekul-molekul

liquid crystals (Finkelmann dkk, 1981). Beberapa

efek fisika yang luar biasa yang ditemukan dalam

LCE adalah perubahan bentuk yang reversibel

secara spontan pada pemanasan ataupun

pendinginan, sifat elastisitas (deformasi mekanik)

tanpa adanya atau tekanan yang kecil,

ketidakstabilan mekanik dan ketidakkontinuan

hubungan stress-strain pada perubahan orde

nematik oleh medan mekanik, perubahan elektrik

dari sifat optik dengan menyertai tekanan

mekanik, fase padat nematohydrodynamic dan

dinamika kelunakan (Tajbakhsh dan Terentjev,

2001). Prilaku unik LCE ini diturunkan dari

perpautan antara sifat elastis jaringan-jaringan

polimer dan orientasi arah mesogenic mereka.

Kombinasi dua sifat material ini cukup menarik

perhatian para peneliti untuk mengkaji lebih

dalam lagi.

Keller dkk melakukan penelitian yang

memberikan kontribusi penting pada perubahan

bentuk microsized sebagai respon pillar yang

didasarkan pada material LCE dengan

menggunakan teknik soft lithography yang

disebut replica molding. Respon side-chain (SC)

yang berukuran mikro yang didasarkan pada

material LCE, ketika dipanaskan dari fase

nematik ke fase isotropik, SC-LCE yang

ditanamkan dalan minyak silikon mangalami

kontraksi pada orde 30-40% (gambar 2) (Yu dan

Ikeda, 2006). Kontraksi SC-LCE ini akan kembali

seperti semula (bentuk asal mereka) setelah

didinginkan dari fase isotropik ke fase nematik.

Penelitian secara intensif terhadap efek-

efek termo-mekanik dari side-chain liquid crystal

elastomers (SC-LCE) juga telah diamati (Yusuf

dkk, 2004, 2005, 2007). Efek termo-mekanik dari

bifunctionally cross-linked SC-LCE (dengan 8%

bifunctional cross-linker) ini sudah dikaji secara

mendalam, dimana sebuah perubahan panjang

yang spontan pada suhu transisi nematik-

isotropik terjadi seperti terlihat pada gambar 3.

Perubahan bentuk pada SC-LCE sebagai respon

terhadap suhu adalah menyusut jika sejajar n

( n ) dan mengembang jika tegak lurus n ( n ).

Dalam keadaan nematik, SC-LCE mempunyai

bentuk gyration rerata ellipsoid dari jaringan

polimer searah dengan direktor, n, yang mana

jari-jari R|| (searah n) lebih besar dari R┴ (tegak

lurus n). Di atas suhu transisi (~ 80oC) orde

nematik menjadi lenyap dan kemudian jaringan

polimer berubah bentuk menjadi spherical

isotropik.

Gambar 3. Perubahan bentuk dari SC-LCE

sebagai fungsi suhu. Dimensi SC-LCE yang

searah dengan n meyusut, yang tegak lurus n

mengembang (Yusuf, 2004).

Perubahan suhu mempengaruhi orde

parameter nematik suatu nematic elastomers dan

perubahan bentuk makroskopi, yang secara

permanen molekul-molekulnya bersejajaran

dalam keadaan monodomain. Parameter

Page 62: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

62

perubahan panjang relatif chain anisotropy, λ,

adalah perbandingan panjang

ekspansi/penyusutan, Li, terhadap panjang

isotropik, Lo. Garfik pemanasan dan pendinginan

yang menunjukkan perubahan panjang relatif dari

SC-LCE (gambar 4).

Gambar 4. Proses pemanasan dan pendinginan

pada SC-LCE menunjukkan peristiwa histersis

(Yusuf, 2004).

Dari tinjauan pustaka di atas terlihat

bahwa kajian efek-efek termo-mekanik dari

beberapa tipe LCE sedang dilakukan secara

komprehensif. Kajian terhadap bahan main-chain

liquid crystal elastomer (MC-LCE) untuk efek-

efek mekanik serta mekanisme fisisnya masih

pada tahap penelitian. Hal inilah yang mendorong

dilakukannya penelitian ini.

METODE PENELITIAN

Alat yang digunakan

Peralatan dalam penelitian ini adalah

ultrasonic cleaner yang berfungsi untuk

membersihkan substrat kaca yang akan

digunakan sebagai wadah/tempat sampel, pisau

bedah yang berfungsi untuk memotong sampel

(MC-LCE), pinset yang berfungsi untuk

memegang dan mangambil sampel, bola lampu

50 Watt berfungsi sebagai penerang saat

memotong sampel, multimeter untuk mengukur

perubahan hambatan Ro yang diakibatkan oleh

perubahan suhu yang direspon oleh sampel,

power supply berfungsi sebagai sumber

pembangkit tegangan, heater control unit (Digital

Controlled CHINO DB500) berfungsi sebagai

pengontrol dan pengatur suhu, hot stage dan

tembaga berongga (elemen pemanas) yang

terbungkus Teflon sebagai stimuli suhu eksternal

pada sampel, mikroskop (Nikon, OPtiphot-pol)

berfungsi untuk mengamati sampel yang diukur,

kamera (Panasonic, WV-BD400) berfungsi untuk

memfoto hasil pengamatan pada sampel, satu set

PC berfungsi untuk menyimpan hasil pengamatan

sebelum dianalisa dengan program CorelDraw

dan KGraph.

Bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah monodomain MC-LCE,

silicon oil berfungsi sebagai pelican, yaitu untuk

menghindari gesekan lansung antara MC-LCE

dengan glass saat MC-LCE mengalami kontraksi,

substrat kaca (glass) berfungsi sebagai

wadah/tempat sampel, etanol 95 %, aseton,

deterjen, osilasi teflon berfungsi untuk

merekatkan substrat kaca yang telah ditempati

sampel agar tidak bergeser sehingga pada saat

pengamatan diperoleh gambar yang simetri, tabel

hambatan Ro, Pt 100.

Rancangan Penelitian

Terdapat beberapa metode yang

digunakan untuk pengukuran efek termo-mekanik

pada liquid crystal elastomer. Keller dkk

meciptakan perangsang pillar LCE microsized,

dengan menggunakan teknik a soft lithography

disebut replica molding. Pada penelitian ini

digunakan hot stage dan tembaga berongga untuk

elemen panas yang terbungkus teflon sebagai

stimuli suhu eksternal. Untuk pengamatan

fenomena efek termo-mekanik dengan metode ini

telah terbukti pada sampel side-chain liquid

crystal elastomer (SC-LCE) (Yusuf dkk, 2004).

Merancang set-up ekperimen seperti yang terlihat

pada gambar 5.

Gambar 5. Set-up eksperimen thermo-

mechanical properties.

Keseluruhan pengukuran diamati pada

sebuah polarizing microscope (Nikon, Optiphot-

Page 63: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

63

pol) yang terhubung langsung dengan charge

coupled device (CCD) camera (Panasonic, WV-

BD400). Suhu dari sampel cell diatur dengan

menggunakan pengatur suhu (Digital Controlled

CHINO DB500). Perubahan hambatan Ro oleh

respon sampel (MC-LCE) terhadap suhu dapat

diamati dengan menggunakan mulitimeter.

Persiapan Sel Sampel

Sebelum sampel ditanamkan pada

substrat kaca (glass) terlebih dahulu dilakukan

pada glass adalah dibersihkan dengan

menggunakan ultrasonic cleaner. Tekniknya

selama 1 jam dicuci dengan larutan aceton,

selanjutnya 1 jam dengan detergen, kemudian 1

jam lagi dengan aceton kembali, terakhir 1 jam

dengan etanol 95%.

Gambar 6. Sel sampel untuk pengukuran termo-

mekanik.

Persiapan Sampel

Material MC-LCE yang digunakan pada

penelitian ini terdapat tiga konsetrasi cross-linker

yaitu 2.5 %, 6 %, dan 12 %. Sebelum melakukan

pengamatan dan pengukuran pada sampel terlebih

dahulu sampel dipotong dengan menggunakan

pisau bedah. Tipe empat persegi panjang sampel

MC-LCE dengan perbedaan orientasi direktor

terhadap arah n. Salah satunya diperoleh dengan

memotong sejajar arah n (planar sample) dan

lainnya diperoleh dengan memotong tegak lurus

arah n (homeotropic sample).

Gambar 7. Persiapan sampel untuk pengukuran

termo-mekanik. Dua tipe potongan MC-LCE.

Keduanya disiapkan untuk mengukur

perubahan bentuknya. Namun, dalam penelitian

untuk pengukuran termo-mekanik ini hanya

difokuskan pada planar sample. Tebal sampel

adalah ~ 300 μm. Setelah MC-LCE dipotong

ditaruh diatas glass yang sudah dilapisi silicon

oil. Silicon oil adalah bahan yang tidak

berinteraksi kimia secara langsung dengan MC-

LCE yang berfungsi sebagai pelicin, yaitu untuk

menghindari gesekan langsung antara MC-LCE

dengan glass saat MC-LCE mengalami kontraksi.

Pengukuran dan Kontrol Suhu Sampel

Kontrol suhu diperoleh dengan

menggunakan a hot stage dan logam berlubang

yang terbungkus teflon sebagai elemen panas

(heater) yang dikontrol oleh sebuah sistem

kontrol listrik (digital controlled CHINO

DB500). Hot stage dibangun dari tembaga yang

berbentuk pelat dan pada pusat pelat berlubang.

Sel hot stage berbentuk silinder berongga yang

pada permukaannya berlubang dengan diameter

pusat 14 mm sebagai jalan pencahayaan pada

sampel.

Gambar 8. Sel a hot stage dan heater pada

eksperimen termo-mekanik.

Pada dinding pelat hot stage dibuat celah

untuk dua Catridge heater, satu diatur sebagai

pengontrol suhu sedangkan yang lainnya

diakomodasi untuk satelit sensor sebagai

pengontrol suhu sampel. Salah satu dari celah

juga terakomodasi sebagai pengatur Pt 100 ke

multimeter. Semua permukaan diisolasi dengan

jaket plastik, agar sampel terisolasi dari aliran

udara sekitar ruang hot stage. Sampel itu sendiri

diletakan dalam sel sampel kemudian diletakan

diatas hot stage. Pengukuran dilakukan dalam

dua proses yaitu proses pemanasan dan

pendinginan. Selama proses pemanasan ataupun

pendinginan jangkauan suhu antara 30oC – 90

oC

untuk cross-linker 2.5 % dan 6 %, sedangkan

untuk cross-linker jangkauan suhunya antara

30oC – 100

oC. Dalam pengukuran ini

menggunakan multimeter terkalibrasi untuk

membaca besar hambatan Ro yang dibangkitkan

Page 64: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

64

tiap suhu pada masing-masing monodomain MC-

LCE dengan perbedaan cross-linker. Gambar tiap

suhu dengan interval 1oC difoto selama proses

pemanasan dan pendinginan.

Pengamatan Fenomena Efek Termo-Mekanik

Sampel yang terukur secara langsung

dapat diamati melalui mikroskop (Nikon,

Optiphot-pol). Tiap suhu, gambar yang teramati

difoto dan setiap gambar tersimpan langsung

dalam memori. Fenomena yang teramati selama

proses pemanasan dan pendinginan adalah

menyusut dan mengembang. Pada proses

pemanasan sampel menyusut terhadap sumbu-x

dan mengembang terhadap sumbu-y. Sebaliknya

pada proses pendinginan sampel mengembang

terhadap sumbu-x dan menyusut terhadap sumbu-

y. Pengukuran dilakukan berulang untuk masing-

masing sampel monodomain MC-LCE dengan

perbedaan cross-linker.

Pengukuran dan Analisa Data

Terdapat beberapa metode yang

digunakan untuk pengukuran dan analisa data

(gambar) dari hasil foto sampel. Dalam penelitian

ini program yang digunakan adalah CorelDRAW

dan KGraph. CorelDRAW digunakan untuk

mengukur besar kontraksi sampel, dimana diukur

pada sumbu-x dan sumbu-y. Dengan mengukur

perubahan panjang dari ujung satu ke ujung

lainnya pada pertengahan gambar sampel. Cara

pengukuran ini dilakukan sama untuk kedua

sumbu. Data yang diperoleh dari hasil

pengukuran akan dianalisa dengan menggunakan

Kgraph untuk memperoleh grafik hubungan

perubahan panjang relatif, λ, terhadap suhu T(oC).

Grafik dari hasil plot λ versus T, dapat ditentukan

titik transformasi fase nematik-isotropik, Tni.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini telah dilakukan

pengamatan dan pengukuran efek-efek termo-

mekanik terhadap monodomain main-chain

liquid crystal elastomer (MC-LCE) dengan

perbedaan konsentrasi yaitu 2.5 %, 6 %, dan 12

%. Fenomena dari efek-efek mekanik tersebut

dapat teramati ketika pada sampel diberi stimuli

eksternal berupa suhu melalui proses pemanasan

dan pemanasan. Perubahan bentuk monodomain

nematik yang spontan drastis terjadi pada suhu

transisi nematik-isotropik. Hal in terjadi karena

penggabungan antara sifat anisotropi chain

polimer liquid crystal dan orde parameter

nematik. Seperti yang ditunjukkan dalam plot

perubahan panjang relatif pada direktor, n,

nematik dan variasi orde parameter terhadap suhu

(gambar 5.1). Perubahan bentuk yang

makroskopik pada jaringan rantai yang elastis

akan berkurang dibawah pengaruh polimer

penyangga (Hogan dkk, 2008)

Set up alat pengamatan dan pengukuran efek-efek

termo-mekanik ditunjukan pada gambar 9.

Gambar 9. Foto set up alat pengamatan

Thermo-mechanical effects yang dikembangkan

dalam penelitian ini ( Laboratorium Fisika Zat

Padat FMIPA UGM).

Perubahan Panjang Relatif pada Main-Chain

Liquid Crystal Elastomer (MCLCE)

Fenomena mekanik diamati dengan

menggunakan polarizing microscope (Nikon,

Optiphot-pol) yang terhubung langsung dengan

charge coupled device (CCD) camera

(Panasonic, WV-BD400). Perubahan bentuk pada

sampel terekam secara langsung dalam memori

PC oleh snapshot camera yang terhubung

langsung dengan polarizing microscope. Suhu

dari sampel dikontrol menggunakan pengatur

suhu (Digital Controlled CHINO DB500).

Efek-efek termo-mekanik pada cross-

linking MC-LCE yang diselidiki dalam

eksperimen ini, dimana perubahan bentuk yang

spontan ditemukan di sekitar suhu transisi fase

nematik-isotropik, Tni. Perubahan bentuk ini tidak

hanya terjadi pada transisi, tetapi selanjutnya ke

fase isotropik. Fenomena mekanik pada MC-LCE

dengan perbedaan konsentrasi 2.5 %, 6 % dan 12

% sebagai respon terhadap suhu selama proses

Page 65: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

65

pemanasan dan pendinginan adalah ditunjukkan

dalam gambar 10. Ketika suhu meningkat

(pemanasan) pada sampel planar menyusut yang

sejajar terhadap )ˆ(ˆ xn dan mengembang yang

tegak lurus terhadap )ˆ(ˆ yn . Setelah suhu

diturunkan (pendinginan), semua sampel akan

kembali ke bentuk semula yaitu mengalami

penyusutan yang tegak lurus )ˆ(ˆ yn dan

mengembang yang sejajar )ˆ(ˆ xn .

Gambar 10. Efek termo-mekanik dari sampel-

sampel MC-LCE (2.5%, 6 % dan 12 %) pada

proses pemanasan dan pendinginan.

Grup mesogenic main-chain dalam

jaringan polimer adalah saling berikatan secara

langsung. Ketika pemanasan, pada molekul MC-

LCE secara perlahan-lahan mengalami fluktuasi

termal menyebabkan perubuhan orientasi pada

main-chain mesogenic, yang mana orde nematik

mereka berkurang, dan perubahan bentuk pada

jaringan cross-linked rantai polimer berkurang

dan menghasilkan perubahan bentuk mekanik

sampel MC-LCE, disebut penyusutan yang

sejajar n̂ dan ekspansi dalam arah tegak lurus n̂ .

Perubahan panjang relatif sampel planar

sebagai fungsi temperatur, λi(T), sebagai rasio

perubahan panjang ekspansi dan penyusutan

terhadap panjang awal (initial) dalam fase

isotropik (To = 90oC untuk monodomain MC-

LCE 2.5 % dan 6 %, dan To = 100o untuk 12 %).

Pengukuran panjang adalah membuat garis

pertengahan pada tepi yang satu ke tepi lainnya

dalam satuan pixel.

(a)

(b)

Gambar 11. Ketergantungan suhu terhadap

perubahan panjang relatif, λi(T), λx: perubahan

panjang relatif pada sumbu-x dan λy: perubahan

panjang relatif pada sumbu-y. (a) untuk sampel

MC-LCE 2.5%, MC-LCE 6% dan (b) MC-LCE

12% selama proses pemanasan (♦) dan

pendinginan (◊).

Peristiwa histeresis termal yang

signifikan dapat ditemukan pada proses

pemanasan maupun pendinginan khususnya pada

sampel MC-LCE 2.5 % dan 12 % ditunjukkan

dalam gambar 5.4. Terdapat catatan bahwa secara

relatif kehilangan panjang yang signifikan terjadi

pada sumbu-y setelah pendinginan terhadap suhu

ruang. Perubahan panjang relatif pada sampel

yang sejajar terhadap )ˆ(ˆ xn dan tegak lurus

Page 66: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

66

terhadap )ˆ(ˆ yn sebagai fungsi suhu ditunjukkan

dalam gambar 5.4. Suhu meningkat, semua

sampel secara monoton menyusut sejajar

terhadap )ˆ(ˆ xn (gambar 5.4) dengan secara cepat

penyusutannya berkurang disekitar suhu transisi

TniMCLCE-2.5

~58oC, Tni

MCLCE-6 ~50

oC dan Tni

MCLCE-

12 ~72

oC untuk sampel MC-LCE 2.5%, MC-LCE

6% dan MC-LCE 12% secara berturut-turut.

Sampel MC-LCE mencapai kontraksi maksimum

84% untuk MC-LCE 2.5 %, 32% untuk MC-LCE

6% dan 120% untuk MC-LCE 12%. Sampel MC-

LCE secara monoton mengembang dalam arah

tegak lurus terhadap )ˆ(ˆ yn pada pemanasan dan

mencapai kontraksi maksimum 32% untuk MC-

LCE 2.5%, 10% untuk MC-LCE 6% dan 33 %

untuk MC-LCE 12 %.

Gambar 12. Ketergantungan perubahan panjang

maksimum terhadap konsentrasi cross-

linking MC-LCE pada pemanasan.

Semakin besar konsentrasi cross-linking

maka semakin besar pula kontraksi maksimum

yang terjadi pada sampel (gambar 5.5).

Meningkatnya konsentrasi cross-linking juga

akan menyokong keadaan isotropik pada sistem

dan meningkatkan transisi suhu fase nematik-

isotropik, Tni, seperti yang ditemukan dalam

sampel MC-LCE. Namun dalam penelitian ini

plot kontraksi maksimum versus konsetrasi cross-

linking ditemukan fenomena yang tidak biasanya

(no typically) pada konsentrasi 6 % (gambar 11).

Hal ini disebabkan karena MC-LCE memiliki

suhu transisi, Tni, yang tinggi dan sifat sistem

cenderung ke fase kristal dimana polimer siap

akan merubah fase. Selanjutnya homopolimer

unit mesogen yang tersusun teratur sepanjang

penyangga cenderung menunjukkan smetic atau

mesofase dengan keteraturan molekulnya yang

lebih tinggi, sehingga membuat sulit untuk dikaji.

Disamping itu, karena konsentrasi 6 % mendekati

konsentrasi kritis MC-LCE yang diduga ~ 6.5 %.

Secara relatif perubahan panjang yang signifikan

lebih besar terjadi pada arah-x (λx) yang sejajar

terhadap n daripada arah-y (λy) yang tegak lurus

terhadap n (gambar 12).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pengamatan

dan pengukuran efek-efek termo-mekanik pada

monodomain main-chain liquid crystal elastomer

(MC-LCE) melalui proses pemanasan dan

pendinginan, dapat diambil beberapa kesimpulan

yang terangkum sebagai berikut :

1. Perubahan bentuk sampel monodomain MC-

LCE dengan perbedaan konsentrasi cross-

linking sebagai respon suhu adalah mengalami

penyusutan ║n dan ekspansi n pada proses

pemanasan, sebaliknya kembali ke bentuk

semula pada proses pendinginan.

2. Kontraksi maksimum sampel monodomain

MC-LCE ditemukan meningkat dengan

meningkatnya konsentrasi cross-linking. Hal

ini, disimpulkan bahwa kerapatan cross-liking

MC-LCE mengurangi fluktuasi termal

molekul mesogen main chain liquid crystal

dalam jaringan polimer. Kerapatan cross-

lingking meningkatkan elastisitas dan

memperbesar panjang kontraksi.

Saran

Dengan memperhatikan hasil-hasil yang

diperoleh dari penelitian ini, pengakajian efek-

efek termo-mekanik masih harus dilakukan untuk

sampel-sampel MC-LCE dengan nilai konsentrasi

cross-linker yang lain. Disamping itu perlu juga

dilakukan kajian efek-efek termo-optik dari MC-

LCE sebagai fungsi suhu.

Page 67: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

67

DAFTAR PUSTAKA

Cho, D.-U., Yusuf, Y., Cladis, P. E., Brand, H.

R., Finkelmann, H., and Kai, S., 2005,

“Thermo-mechanical Properties of Try-

functionally Cross-linked Liquid Single

Crystal Elastomers”, Chemical Physics

Letters, 418, 217-222.

De Gennes, P.-G., Hebert, M., and Kant, R., 1997,

“Artificial Muscles Based on Nematic

Gels”, Macromol. Symp., 113, 39-49.

Hogan P.M., Tajbakhsh A.R., and Terentjev E.M.,

2008, “UV-Manipulation of Order and

Macroscopic Shape in Nematic

Elastomers”, Lab. Cavendish, University

of Cambridge, Cambridge, CB3 0HE,

U.K.

Khoo I.-C., 1995, “Liquid Crystal: Physical

Properties and Nonlinear Optical

Phenomena”, John Wiley & Sons, Inc.,

New York.

Krause S., Zander F., Bergmann G., Brandt H.,

Wertmer H., and Finkelmann H., 2008,

“Nematic Main Chain Elastomersz:

Coupling and Orientational Behavior”,

C.R. Chemie, 12, 85-104.

Kupfer, J. and Finkelmann, H., 1991, “Nematic

Liquid Single Crystal Elastomers”,

Makromol. Chem., Rapid Commun., 12,

717-726.

Kupfer, J. and Finkelmann, H., 1994, “Liquid

Crystal Elastomers: Influence of the

Orientational Distribution of the

Crosslinks on the Phase Behaviour and

Reorientation Processes”, Makromol.

Chem. Phys., 195, 1353-1367.

Li M.-H. and Keller P., 2006, “Artificial Muscles

Based on Liquid Crystal Elastomers”,

Phil. Trans. R. Soc. A, 364, 2763-2777.

Mayer S., and Zentel R., 2002, “ Liquid Crystal

Polymers and Elastomers”, Current

Opinion in Solid State and Material

Science, 6, 545-551.

Ren W., 2007, “Structure-Property Relations in

Siloxane-Based Main-Chain Liquid

Crystalline Elastomers and Related Linear

Polymers”, Disertation, Georgia Institute

of Technology.

Spillmann C.M., Naciri J., Martin B.D., Farahat

W., Herr H., and Ratna B.R., 2006,

“Stacking Nematik Elastomer for

Artificial Muscle Applications”, Sensors

and Actuator A Physical, 133, 500-505.

Tajbakhsh A.R and Terentjev E.M., 2001,

“Spontaneous Thermal Expansion of

Nematic Elastomers”, Eur. Phys. J. E 6,

181-188.

Thomsen, D.-L., Keller, P., Naciri, J., Pink, R.,

Jeon, H., Shenoy, D., and Ratna, B.,

2001, “Liquid Crystal Elastomers with

Mechanical Properties of a Muscle

Macromolecules”, 34, 5868-5875.

Warner M. and Terentjev E.M., 2003, “Liquid

Crystal Elastomers”, Clarendon Press,

Oxford, New York.

Xie P. and Zhang R., 2005, “Liquid Crystal

Elastomers, Networks and Gels:

Advanced Smart”, Journal of Material

Chemistry, 15, 2529-2550.

Yu Y., and Ikeda T., 2006, “Soft Actuator Based

on Liquid Crystal Elastomers”, Angew.

Chem. Int. Ed, 45, 5416-5418.

Yusuf Y., Cladis, P. E., Brand, H. R.,

Finkelmann, H., and Kai, S., 2004,

“Hystereses of Volume Changes in Liquid

Single Crystal Elastomers Swollen in Low

Molecular Weight Liquid Crystal”,

Chemical Physics Letters, 389, 443-448.

Yusuf, Y., Huh, J.-H., Cladis, P. E., Brand, H. R.,

Finkelmann, H., and Kai, S., 2005, “Low-

Voltage-Driven Electromechanical Effects

of Swollen Liquid-Crystal Elastomers”,

Physical Review E, 71, 061702, 1-8.

Yusuf Y., 2006, “Liquid Crystal Elastomer

Sebagai Otot Buatan”, INOVASI

Vol.6/XVIII.

Page 68: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

68

THE PRONUNCIATION OF ENGLISH LONG VOWELS AND LABIODENTALS

PHONEMES BY FIVE MEDIATAMA ENGLISH COURSE PARTICIPANTS AT

KENDARI1

Oleh:

Meilan Nirmala Shinta2

Abstract: this study focused to analyze on the pronunciation of English long vowels

and labiodental with the scope of discussion: (1) describing how do the participants

pronounce it phonemes, and (2) predicting participants’ error pronunciation. Design

of the research is descriptive where the data analyzed qualitatively: The participant

was selected randomly to be five participants; the data then collected by using tape

recorder and transcript table phonemes instruments; the data analyzed under CAH

(contrastive analyses hypothesis) procedures theories of Whitman (1970) and

Stocwell (1965). The qualitative analyses procedure: organizing, categorizing,

analyzing, predicting, and reporting.

The research showed three significant results: (1) long vowel phonemes /i:/, /u:/, /a:/

and labiodentals /f/ indicated were quite easy to be pronounced by the participants;

and (2) long vowels /د:/, /З:/ and labiodental /v/ were difficult to be pronounced; (3)

long vowel /د:/, /З:/ were marked different with their first language.

Keywords: pronunciation, phonemes, long vowels, labiodental.

1 Hasil Penelitian, Tahun 2011

2 Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Haluoleo

INTRODUCTION

The first way to practice a new language is

begun with how the sound of alphabets is

pronounced by the native speaker. Substantially

pronunciation related with the accuracy in order to

get the understanding in communication (Syafei,

1981).

For Indonesian curriculum, English course

recognized since junior high school commonly. In

fact, pronounce different language for students or

learners practically such as English is quite

difficult because of different phonemes system

with their first language (L1) (Sunendar and

Iskandarwassid, 2009).

In term of sociolinguistic study, Krashen

and Terrel (1984) argue the first language is often

referred the second language which is called as an

„interference‟ that is meant negative transfer.

However, the positive transfer will be realized by a

set of habit in learning (Skinner in Norish, 1983).

English phonetic symbol standard is IPA

with classified into:

a. Vowel phonetic symbol

Vowel theories are discussed by

Ladefoged (1997) classified vowels into three

place of articulation: front, middle, and back;

Grady et.al (1996) divided vowels into two types:

monopthongs (I, e, a:, etc) and dipthongs (ea, eI,

etc); Verhaar (1978) divided speech articulation

into long vowels and short vowels.

The transcription of vowel in IPA

(International English Alphabet) (Syafei in Anas,

1988: 11)

Page 69: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

69

Figure 1 vowel transcription

front central back

i: u: high

I U

e ә mid

З

æ Λ a: low

b. Consonant phonetic symbol

The transcription of consonant in IPA

(Ladefoged, 1975: 33):

Procedure of CAH analysis by Withman (1970)

classified procedure into four steps: (1). Taking the

two languages, L1 and L2, and writing formal

description; (2). Picking form from the description

for contrast; (3). Making the contrast of the form

chosen; and, (4) making prediction of the difficulty

through the contrast. To describe the prediction

stage, Stockwell et.al (1965) propose a hierarchy

of difficulties based on the notion of the transfer

namely: + (for positive transfer), - (interference or

negative transfer), 0 (there is no relation of two

languages).

Research problem

1. How do the five participants pronounce

English long vowel ad labiodentals

phonemes?

2. What factors might influence

mispronunciation?

METHODOLOGY

The design of this research is descriptive

qualitative, which is meant the data is described

and analyzed based on the objective of real facts

(Moleong, 2006). In addition, this research is a

case study that is meant the researcher explore the

problem explicitly and elaborate some sources in

order to appear the evidences. The subject of this

research is the five participants which selected

through random purposively.

The data of this research is primary data

where the data get from the participants‟ recorded

pronunciation in form of transcript table phoneme

and tape recorder itself. The data then analyzed

through the procedure of case study approach in

qualitative design (Gay et.al, 2006): organizing,

coding, categorizing, elaborating, interpreting, and

reporting orderly.

In order to maintenance the credibility of

the research, the researcher used peer debriefing

technique by asking the judgment of participants‟

pronunciation that helped by Mrs. Margareth Neate

who is an Australian native speaker.

Page 70: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

70

FINDING AND DISCUSSION

Table 4 transcript of mispronunciation evidences

Phonetic symbol Evidence Total of

mispronunciation

CAH analyses

Long vowels / /

(10 words)

Long vowel / /

(10 words)

Long vowel / /

(9 words)

Long vowel / /

(9 words)

Long vowel /u:/

(8 words)

Labiodentals / f /

(9 words)

Labiodentals / v /

(11 words)

/ I /

/ e /

/ e /

/ /

/ ә /

/ I /

/Ie /

/ e /

/ /

/ /

/ /

/ i: /

/ ea /

/ e /

/ /

/ /

/ ә /

/ /

/ /

/ ә /

-

/ f /

13

10

8

14

1

9

4

7

3

6

2

3

3

3

12

4

2

15

7

1

-

11

-

0

0

-

0

-

0

-

0

0

0

0

-

0

-

-

0

-

-

0

-

Page 71: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

71

The analyses and category of difficulties as

follows:

1. Negative transfer „interference‟ occurred

in:

a. Long vowel / i: / changed to be / I /

b. Long vowel / a: / changed to be / Λ /

c. Long vowel / / changed to be / /

d. Long vowel / u: / changed to be / U /

e. Labiodentals / v / changed to be / f /

2. Error pronunciation occurred in :

a. Long vowel / a: / changed to be / e /

b. Long vowel / З: / changed to be / Λ /, /

U /, and / /

3. Hierarchal of difficulties:

a. Labiodental / f / is easier to be

pronounced by the participants

b. Long vowel / i: /, /a: /, and / u: / are

quite easy to be pronounced

c. Long vowel / З: / and / / are more

difficult to be pronounced

d. Labiodentals / v / totally pronounced

to be / f / phoneme.

Negative transfer of the participants

caused by some factors: (1). Short vowels

phonemes tend to be easier pronounced because of

the influence of alphabetic system of English; (2)

long vowels system of English is not found in their

L1; (3) the teachers did not have adequate

knowledge about phonology, in fact the participant

difficult to pronounce correctly because they have

not prior knowledge about it.

Error pronunciation of the participants

caused by some factors: (1). Phoneme / a: /

changed to be / e / might influence by the

alphabetic system of sound; (2). Long vowel / З: /

changed to be various phonemes were caused by

different phoneme system from their L1.

CONCLUSION

In conclusion, the result of this study

shows in long vowel phonemes /i:/, /u:/, /a:/ and

labiodentals /f/ were easier to be pronounced by

the participants. On the contrary, long vowels /د:/,

/З:/ and labiodental /v/ were difficult to be

pronounced; (3) long vowel /د:/, /З:/ were marked

different with their first language phonemes.

Stressing to recognize and teach different

phonemes of different languages in learning

process is important, because phonemes

interrelated with language meaning. By using

native cassette the participants would be familiar

with pronounce and distinguish each phoneme. In

addition mastery of phonology field for the teacher

is needed in order to decrease the mistakes or

errors pronunciation..

REFERENCES

Gay. RL, Mills Geofferey E, and Airisian Peter.

2006. Educational Research Competencies

Analyses and Application. (eight edition).

New Jersey: Merit Prentice Hall.

Grady, O.William, Michael dobrovolsky, and

Michael Katamba. 1996. Contemporary

Linguistic and Introduction. Third edition.

United Kingdom.

Iskandarwassid and Dadang Suhendar. 2009.

Strategi Pembelajaran Bahasa. Remaja

Rosdakarya:Bandung.

Krashen, D,Stephen and Tracy D Terrel. 1984. The

Natural Approach Language Acquisition in

the Classroom. Pergamon: San Fransisco.

Ladefoged, Peter. 1975. A course in Phonetics.

Harcourth Brace Jovanovich: Los Angeles.

Moleong, J.Lexy. 2006. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Stockwell.R. J. D. Bowell and J. W. Martin. 1965.

The Grammatical Structure of English and

Spanish. University of Chichago Press:

Chicago.

Syafei, Anas. 1988. English Pronunciation. Allin

Bacon.

Verhaar, MWJ. 1978. Pengantar Linguistik.

Gadjah Mada University Press:

Yogyakarta.

Whitman. R. 1970. “Contrastive Analyses:

Problem and Procedure”. Language

Learning. Vol.20.

Page 72: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

72

STUDI TENTANG PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING

DI SD NEGERI SE-KOTA KENDARI1

Oleh:

Sitti Rahmaniar Abubakar2

Abstrak: Kenyataan yang sering terjadi adalah bahwa di samping adanya siswa yang berhasil

dalam belajarnya, masih terdapat siswa yang memperoleh prestasi belajar yang kurang,

bahkan ada di antaranya yang tiidak berhasil dalam ujian. Ketidakberhasilan siswa juga tidak

semua disebabkan karena kurangnya kecerdasan, melainkan juga disebabkan karena

ketidakmampuannya mewujudkan kemapuan dan bakat yang dimiliki yang bersumber dari

adanya hambatan-hambatan atau masalah yang mereka hadapi. Siswa yang demikian tidak

dapat dibiarkan begitu saja, melainkan haruslah mendapat layanan bantuan agar dapat

menyelesaikan masalah yang dihadapinya, sehingga prestasi belajar yang maksimal dapat

diraih. Sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami maslah-

maslah belajar, pribadi-sosial, dan karier. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah

dengan memberikan pelayanan bimbingan dan konseling.

Kata Kunci: bimbingan, konseling, bimbingan dan konseling,

1 Hasil Penelitian, Tahun 2011

2 Dosen Ilmu Pendidikan FKIP Unhalu

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan usaha yang paling

efektif dalam mencetak dan mengembangkan

sumber daya manusia sebagai subyek dan sekaligus

obyek pembangunan. Dalam upaya menghadapi

dampak arus globalisasi, melalui pendidikan,

peserta didik dibina untuk menjadi insane yang

tangguh, menjadi dirinya sendiri yaitu diri yang

mempunyai potensi yang luar biasa. Melalui

kurikulum yang inovatif, peserta didik diarahkan

untuk menjadi manusia yang berkualitas, yang

mampu menghadapi tantangan dan perubahan

jaman.

Sekolah sebagai lingkungan pendidikan

formal memiliki tugas pokok untuk menyiapkan

peserta didik agar dapat mencapai

perkembangannya secara optimal. Seorang siswa

dikatakan telah mencapai perkembangan optimal

apabila telah mencapai prestasi belajar yang sesuai

dengan bakat, minat dan kemampuan yang

dimilikinya.

Kedudukan Bimbingan Konseling di Sekolah

Dasar

Darwis (2005: 24) mengemukakan bahwa

kegiatan pendidikan di sekolah meliputi tiga

bidang yakni:

a. Bidang instruksional dan kurikuler, yang

bertanggung jawab dalam kegiatan pengajaran

yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan,

keterampilan dan sikap. Pada umumnya bidang

ini merupakan pusat kegiatan pendidikan yang

menjadi tugas dan tanggung jawab utama guru.

b. Bidang administratif dan kepemimpinan,

mencakup kegiatan perencanaan, organisasi,

pembiayaan, pembagian tugas staf personalia,

perlengkapan (material), dan pengawasan

(supervisi). Pada umumnya merupakan tugass

dan tanggung jawab kepala sekolah dan petugas

administratif lainnya.

c. Bidang pembinaan siswa, dengan tanggung

jawab untuk memberikan pelayanan agar siswa

memperoleh kesejahteraan llahir bathin dalam

proses pendidikan yang ditempuhnya. Bidang

ini akan terasa penting sekali, sebab proses

Page 73: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

73

belajar hanya akan berhasil apabila siswa

berada dalam suasana yang sejahtera, sehat, dan

dalam tahap perkembangan yang optimal.

Suatu kegiatan pendidikan yang baik dan

ideal hendaknya mencakup ketiga bidang kegiatan

tersebut. Pendidikan yang hanya menjalankan

program kegiatan pengajaran dan administratif saja

tanpa memperhatikan pembinaan siswa mungkin

hanya akan menghasilkan individu yang cakap dan

bercita-cita tinggi, tetapi kurang mampu dalam

memahami kemampuan atau potensi dirinya.

Disinilah terasa perlunya program bimbingan dan

konseling yang akan memusatkan diri dalam

membantu siswa secara pribadi agar mereka dapat

berhasil dalam proses pendidikannya.

Keberadaan program layanan bimbingan

dan konseling di SD terkait erat dengan sistem

pendidikan dasar 9 tahun, di mana Sekolah Dasar

merupakan penggalan dari system pendidikan

dasar 9 tahun, yang membawa konsekuensi kepada

wajib belajar sampai dengan usia sekolah lanjutan

tingkat pertama. Dan untuk SD mempunyai

kewajiban menyiapkan para lulusannya untuk

memasuki pendidikan tingkat lanjutan yaitu SMP.

Untuk pelaksanaan program bimbingan

dan konseling di Sekolah Dasar pada saat ini,

dengan memperhatikan karakteristik dan

kebutuhan siswa serta sistem penyelenggaraan

pendidikan di SD yang ditangani oleh guru kelas,

maka layanan bimbingan dan konseling di SD

dalam banyak hal masih akan lebih efektif

dilaksanakan secara terpadu dengan proses

pembelajaran dan ditangani oleh guru kelas

(Kartadinata, 1999).

Tugas guru dalam penyelenggaraan

pendidikan di SD tidak hanya mengantar siswanya

untuk tamat belajar, melainkan harus membantu

mengembangkan kesiapan baik dalam segi

akademik, sosial maupun pribadi untuk memasuki

proses pendidikan selanjutnya. Dengan demikian,

di dalam tugas guru sebagai pengajar, melekat pula

tugas untuk membantu siswa mengembangkan

kesiapan dan penyesuaian diri terhadap program

sekolah. Ini berarti guru SD memegang peran

kunci di dalam pelaksanaan bimbingan dan

konseling.

Prinsip-prinsip Pelaksanaan Bimbingan

Konseling di SD

Natawidjaya (1992) mengemukakan bahwa

pelayanan bimbingan konseling di SD hendaknya

dilaksanakan menurut prinsi-prinsip tertentu.

Pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar

bimbingan konseling sangat penting dalam

kaitannya dengan penerapan di lapangan.

(1) Prinsip-prinsip Umum Bimbingan Konseling

a. Karena bimbingan itu berhubungan dengan

sikap dan perilaku individu, perlu diingat

bahwa sikap dan perilaku individu itu

terbentuk dari segala aspek kepribadian

yang unik.

b. Perlu dikenal dan dipahami perbedaan-

perbedaan individual dari individu yang

dibimbing agar dapat memberikan

bimbingan yang tepat.

c. Bimbingan harus terpusat pada individu

yang dibimbing.

d. Bimbingan diarahkan supaya individu

yang bersangkutan mampu menolong

dirinya sendiri dalam menghadapi

kesulitan-kesulitannya.

e. Masalah-masalah yang tidak dapat

diselesaikan di sekolah harus dialihkan

kepada individu atau lembaga yang mampu

dan berwenang melakukannya.

f. Bimbingan harus dimulai dengan

mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan

individu yang dibimbing.

g. Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan

kebutuhan individu dan masyarakat.

h. Program bimbingan harus sesuai dengan

program pendidikan sekolah yang

bersangkutan.

i. Pelaksanaan program harus dipimpin oleh

seorang petugas yang memiliki keahlian

dalam bidang bimbingan dan konseling,

dan sanggup bekerja sama dengan

anggotanya dan staf sekolah lainnya, serta

bersedia mempergunakan sumber-sumber

yang berguna di luar sekolah.

j. Program bimbingan harus mengadakan

penilaian secara berkala untuk mengetahui

tingkat kemajuan individu yang dibimbing,

serta penyesuaian antara pelaksanaan

dengan rencana yang telah dirumuskan

terdahulu.

Page 74: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

74

(2) Prinsip-prinsip Khusus Bimbingan Konseling

a. Bimbingan adalah untuk semua siswa.

Untuk itu perlu adanya kriteria untuk

mengatur prioritas pelayanan bimbingan

konseling kepada seluruh siswa.

b. Bimbingan dan konseling melayani siswa

dari semua jenjang pendidikan mulai dari

Taman Kanak-kanak sampai perguruan

tinggi.

c. Bimbingan konseling harus mencakup

semua bidang pertumbuhan dan

perkembangan jasmaniah, mental, sosial

dan emosional.

d. Keterlibatan yang berkesinambungan

memungkinkan siswa dapat meningkatkan

pemahaman tentang dirinya, dan pada

gilirannya dapat diterapkan dalam

pengembangan kemampuan dan bakat

yang dimilikinya.

e. Pelaksanaan bimbingan konseling

menghendaki adanya kerja sama dari

siswa, orang tua, kepala sekolah dan

konselor.

f. Bimbingan harus menjadi bagian yang

terpadu dalam keseluruhan program

pendidikan di sekolah.

g. Bimbingan konseling harus dapat

dipertanggung jawabkan kepada individu

yang dibimbing dan kepada masyarakat.

(3) Prinsip-prinsip yang Berhubungan dengan

Individu yang dibimbing

a. Pelayanan bimbingan harus diberikan

kepada semua siswa

b. Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas

layanan bimbingan.

c. Program bimbingan harus berpusat pada

siswa.

d. Pelayanan bimbingan harus dapat

memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu

secara beragam dan luas.

e. Keputusan terakhir dalam proses

bimbingan ditentukan oleh individu yang

dibimbing.

f. Individu yang telah mendapat bimbingan

harus secara bertahap dapat membimbing

dirinya sendiri.

(4) Prinsip-prinsip yang Berhubungan dengan

Organisasi dan Administrasi Bimbingan

Konseling di Sekolah

a. Bimbingan konseling harus dilaksanakan

secara terus menerus.

b. Harus tersedia kartu pribadi bagi setiap

individu yang dibimbing.

c. Harus disusun sesuai dengan kebutuhan

sekolah yang bersangkutan.

d. Dilaksanakan dalam situasi individual dan

dalam situasi kelompok, sesuai dengan

masalah dan metode yang dipergunakan

dalam pemecahan masalah itu.

e. Sekolah harus bekerja sama dengan

lembaga-lembaga lain yang

menyelenggarakan pelayanan bimbingan

dan konseling pada umumnya.

f. Kepala sekolah memegang tanggung jawab

tertinggi dalam pelaksanaan dan

perencanaan program bimbingan konseling

di sekolah.

Peranan Guru dalam Layanan Bimbingan

Konseling di SD

Peranan guru dalam layanan bimbingan di

sekolah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tugas

dalam layanan bimbingan di dalam kelas dan tugas

dalam layanan bimbingan di luar kelas.

Perilaku guru dapat mempengaruhi

keberhasilan belajar, misalnya guru yang bersifat

otoriter akan menimbulkan suasana tegang,

hubungan guru dengan siswa menjadi kaku,

keterbukaan siswa untuk mengemukakan kesulitan-

kesulitannya menjadi terbatas.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh

guru dalam proses belajar mengajar sehubungan

dengan fungsi sebagai pembimbing di dalam kelas,

antara lain:

a. Menyediakan kondisi-kondisi yang

memungkinkan setiap siswa merasa aman,

mendapat perhatian dan penghargaan.

b. Mengusahakan agar siswa dapat

memahami dirinya, kecakapan-kecakapan,

sikap, minat dan pembawaannya.

c. Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi

tingkah laku sosial yang baik.

d. Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi

siswa berupa fasilitas waktu, alat atau

tempat bagi siswa untuk mengembangkan

kemampuannya.

Page 75: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

75

e. Membantu memilih jabatan yang cocok

sesuai dengan bakat, kemampuan dan

minatnya.

Di samping tugas-tugas tersebut, guru juga

dapat melakukan tugas-tugas bimbingan dalam

proses pembelajaran, sebagai berikut:

a. Melaksanakan kegiatan diagnostik, dengan

cara: menandai siswa yang diperkirakan

mengalami masalah dengan jalan melihat

prestasi belajar yang paling rendah atau

berada di bawah nilai rata-rata kelasnya;

mengidentifikasikan mata pelajaran di

mana siswa mendapat nilai rendah;

menelusuri bidang/bagian mana sebagai

sumber penyebab kesulitan belajar; serta

melaksanakan tindak lanjut.

b. Guru dapat memberikan bantuan sesuai

dengan kemampuan dan kewenangannya

kepada siswa dalam memecahkan masalah

pribadi. Masalah yang belum terpecahkan

dan berada di luar batas kewenangan guru

dapat dialihtangankan kepada konselor

atau ahli lain yang berkompeten.

Adapun tugas bimbingan yang

dilaksanakan oleh guru di luar kelas,

adalah:

a. Memberikan pengajaran perbaikan

(remedial teaching)

b. Memberikan pengayaan (enrichment

teaching)

c. Melakukan kunjungan rumah (home visit)

d. Menyelenggarakan kelompok belajar.

Tahap-Tahap Penyusunan Program Bimbingan

dan Konseling

Daruma (2005: 10) menuliskan tahap-

tahap penyusunan program bimbingan dan

konseling terbagi atas empat tahap, yaitu

perencanaan program (planning), penyusunan

program (designing), pelaksanaan program

(implementing), dan penilaian program

(evaluating). Ke empat langkah tersebut saling

terkait satu sama lainnya dalam hubungan yang

hirarkis.

1. Tahap Perencanaan Program (planning)

Pada tahap ini, kegiatan yang perlu dikerjakan oleh

pengembang program adalah:

a. Meneliti kebutuhan-kebutuhan murid

b. Mengklasifikasi tujuan-tujuan yang ingin

dicapai

c. Membuat batasan jenis program yang akan

dibuat

d. Meneliti jenis-jenis program yang sudah

ada

e. Mengupayakan dukungan dan kerjasama

dari staf sekolah, orang tua murid, dan

masyarakat

f. Menentukan prioritas program.

2. Tahap Penyusunan Program (designing)

Pada tahap ini kegiatan yang perlu dilakukan

adalah:

a. Merumuskan tujuan-tujuan program secara

operasional dalam bentuk kegiatan-

kegiatan yang dapat diukur hasilnya

b. Memilih strategi pelaksanaan program

yang sesuai dengan kondisi dan situasi

sekolah

c. Menjabarkan komponen-komponen

program

d. Menganalisis kemampuan staf sekolah

e. Mengadakan peningkatan kemampuan dan

pengembangan staf pelaksana program.

3. Tahap Pelaksanaan (implementing)

Pada tahap ini, kegiatan yang perlu dilakukan

adalah:

a. Mengidentifikasi sumber-sumber yang

meliputi manusia, sarana, prasarana dan

waktu

b. Membuat instrument pengukuran

keberhasilan pelaksanaan program

c. Melakksanakan program dan

menyesuaikan program dengan

pelaksanaan program sekolah-sekolah yang

lain

d. Mengadakan perubahan atau perbaikan

program berdasarkan hasil penilaian yang

dilakukan.

4. Tahap Penilaian Program (evaluating)

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Menentukan komponen-komponen

program yang akan dinilai

Page 76: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

76

b. Memilih model penilaian program yang

akan dinilai

c. Memilih instrument penilaian

d. Menentukan prosedur pengumpulan data

e. Menciptakan system monitoring

pelaksanaan program

f. Menyajikan data, analisis dan laporan hasil

penilaian.

Kriteria Keberhasilan Layanan Bimbingan dan

Konseling

Erman Amti dan Marjohan (1993)

mengemukakan bahwa untuk mengetahui sejauh

mana tujuan-tujuan program layanan telah tercapai,

perlu ditetapkan kriteria yang menjadi tolak ukur

keberhasilan program layanan bimbingan

konseling di sekolah, antara lain:

1. Semakin banyak siswa yang berhasil

dengan baik dalam belajar

2. Sebagian besar siswa dapat menyesuaikan

diri secara baik dengan tuntutan-tuntutan

sekolah, dengan teman-temannya, dan

dengan lingkungannya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

September 2011 di Kota Kendari, dengan populasi

seluruh SD Negeri yang ada di Kota Kendari.

Adapun teknik penarikan sampel dilakukan dengan

cara purposive sampling, yaitu dengan memilih

sekolah yang terjangkau oleh peneliti dan dianggap

dapat mewakili populasi yang ada.

Adapun sekolah yang menjadi sampel adalah

sebagai berikut:

1. SD Negeri 2 Baruga, alamat Jl. MT.

Haryono, Wua-wua

2. SD Negeri 3 Baruga, alamat Jl. MT.

Haryono, Wua-wua

3. SD Negeri 13 Baruga, alamat Jl. Sao-Sao

4. SD Negeri 8 Mandonga, Kecamatan

Mandonga

5. SD Negeri 8 Kendari Barat

Data dikumpulkan dengan cara observasi

dan dokumentasi. Observasi dilakukan untuk

memperoleh data tentang keadaan sarana dan

prasarana serta kelengkapan administrasi lainnya

yang menjadi penunjang kegiatan layanan

bimbingan konseling di SD Negeri yang menjadi

sampel penelitian. Dokumentasi dilakukan untuk

memperoleh beberapa dokumen yang menjadi

program dan sasaran serta hasil pencapaian

layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Data

yang telah diperoleh dianalisis dengan teknik

content analisis, selanjutnya ditarik kesimpulan

penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Adapun hasil penelitian adalah bahwa

pada umumnya kegiatan pelayanan bimbingan

konseling di SD Negeri di Kota kendari, ditinjau

dari aspek persyaratan pokok program bimbingan

dan konseling, belum memenuhi beberapa

persyaratan, di antaranya:

a. Personil

Dalam pelaksanaan program bimbingan,

belum adanya personil atau tenaga pelaksana yang

meliputi tenaga konselor, semi professional, yaitu

guru pembimbing, dan tenaga non professional

yaitu tenaga administrasi bimbingan. Tenaga yang

memenuhi kualifikasi tersebut belum ada di

sekolah.

b. Fasilitas Fisik

Fasilitas fisik adalah perlengkapan yang

diperlukan untuk melaksanakan program

bimbingan dan konseling di sekolah, yang meliputi

ruang bimbingan dan konseling. Hal ini belum

tersedia di sekolah, dengan demikian perlengkapan

ruangan berupa meja, kursi, tempat penyimpanan

data, dan papan pengumuman juga belum tersedia

secara memadai.

c. Fasilitas Teknis

Fasilitas teknis adalah alat-alat untuk

menunjang terlaksananya program bimbingan dan

konseling yang meliputi alat pengumpul data

seperti: tes, angket, pedoman observasi, pedoman

wawancara, daftar cek masalah murid, dan data

murid, misalnya daftar pribadi, dan sebagainya.

Adapun fasilitas teknis yang tersedia di SD Negeri

yang dijadikan sampel penelitian adalah berupa

data murid yang didokumentasikan dalam data

pribadi siswa dalam sebuah dokumen, sedangkan

fasilitas teknis lainnya belum memadai.

Page 77: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

77

d. Anggaran Biaya

Anggaran pos-pos pembiayaan personil,

pengadaan dan pengembangan alat-alat teknis,

biaya operasional pelayanan, misalnya untuk

kunjungan rumah, tes psikologis dan biaya

penelitian untuk pengembangan program, pada

umumnya belum diporsikan secara khusus di

sekolah. Biasanya sekolah menetapkan pos

anggaran untuk bimbingan konseling terpadu

dengan penetapan biaya operasional sekolah, tetapi

secara khusus untuk biaya kunjungan rumah, tes

psikologi dan penelitian belum ada.

e. Kebijaksanaan yang Menunjang

Pada umumnya sekolah yang dijadikan

sampel penelitian sudah mulai memperhatikan

usaha untuk menciptakan iklim yang

menguntungkan bagi terlaksananya program

bimbingan dan konseling. Hal ini dapat dibuktikan

dengan adanya kebijaksanaan atau system yang

menunjang program bimbingan dan konseling di

sekolah masing-masing.

PEMBAHASAN

Keberadaan bidang layanan bimbingan dan

konseling di sekolah, khususnya di SD negeri di

Kota Kendari sangat diperlukan, mengingat di SD

mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya

dalam usaha mendewasakan individu dan

menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang

berguna.

Natawidjaja (1992) menghimpun sejumlah

persoalan pokok yang berkenaan dengan

keterbatasan guru dalam melaksanakan bimbingan

di sekolah, sebagai berikut:

1. Guru mempunyai waktu yang terbatas untuk

melaksanakan bimbingan. Sehari-hari guru

mempunyai banyak tugas rutin yang harus

dilakukan. Dengan menerima tugas

bimbingan, guru seolah-olah mendapat

pekerjaan yang berlipat dua, apabila upaya

bimbingan itu dilakukan terpisah dengan

kegiatan pembelajaran.

2. Guru kurang mendapat latihan dan

pengalaman untuk melakukan bimbingan.

Akan tetapi sebenarnya guru tidak diberi

beban untuk member bimbingan dalam arti

lengkap seperti yang dilakukan oleh konselor.

3. Guru kurang memiliki kepribadian yang cocok

untuk melakukan pekerjaan bimbingan.

Sesungguhnya pernyataan ini menyesatkan,

karena apabila guru tidak memiliki

kepribadian yang dibutuhkan untuk

melakukan tugas bimbingan secara efektif,

maka guru demikian juga tidak akan dapat

mengajar secara efektif.

4. Guru kurang luwes untuk mengatur jadwal

kegiatan untuk melaksanakan tugas bimbingan

yang terpisah dari bagian pengajaran di kelas.

Di pihak lain, apabila penanganan masalah

yang terjadi di kelas ditangguhkan, maka

sangat mungkin siswa akan ketinggalan dalam

pengentasan masalahnya.

5. Dalam melaksanakan tugas pengajaran, guru

seringkali dihadapkan pada situasi yang

menurutnya untuk memberikan layanan

bimbingan. Dalam hal ini, dikarenakan adanya

perbedaan yang mendasar antara proses

pembelajaran dengan pelayanan bimbingan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat

disimpulkan bahwa kegiatan layanan bimbingan

konseling di SD Negeri di Kota Kendari belum

memenuhi persyaratan pokok pelaksanaan kegiatan

layanan yang berupa personil, fasilitas fisik,

fasilitas teknis, anggaran biaya, dan kebijaksanaan

yang menunjang. Meskipun demikian, sudah ada

usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak sekolah

untuk menuju kea rah perbaikan dan penciptaan

iklim yang memungkinkan bagi pelaksanaan

layanan bimbingan dan konseling yang lebih

efektif dan efisien.

Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan

adalah sebagai berikut:

1) Kepada Dinas Pendidikan Nasional Kota

kendari, hendaknya senantiasa

memberikan pembinaan kepada sekolah,

khususnya pihak SD Negeri di Kota

Kendari agar dapat memberikan porsi yang

memadai untuk kegiatan bimbingan dan

Page 78: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

78

konseling dalam penyusunan program

sekolah.

2) Kepada pihak sekolah agar dapat

melakukan perencanaan, penyusunan

program, pelaksanaan, dan penilaian

secara berkala dalam kegiatan layanan

bimbingan dan konseling demi

peningkatan kualitas pendidikan.

3) Kepada seluruh praktisi dan pemerhati

pendidikan agar menyadari peran penting

kegiatan bimbingan konseling di sekolah

untuk menunjang prestasi belajar peserta

didik, sehingga dapat tercapai tujuan

institusional/kelembagaan yang selaras

dengan tujuan pendidikan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Daruma, Abdul razak. 2005. Program Organisasi

dan Administasi Bimbingan dan

konseling. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional. Pusat Teknologi

Komunikasi dan Informasi

Pendidikan

Darwis, Abu. 2005. Konsep Dasar Bimbingan dan

Konseling. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional. Pusat Teknologi

Komunikasi dan Informasi Pendidikan.

Erman, Amti dan Marjohan. 1992. Bimbingan dan

Konseling. Jakarta: Depdikbud. Dirjen

Dikti. Proyek Pembinaan Tenaga

Kependidikan.

Kartadinata, S. 1999. Bimbingan di Sekolah Dasar.

Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti.

Natawidjaya, Rochman dan Moh Surya. 1992.

Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan.

Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti.

Page 79: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

79

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN ORIENTASI

TUJUAN BELAJAR DENGAN PERILAKU MENYONTEK1

Oleh :

Waode Suarni2

Abstrak. Menyontek di kalangan siswa telah menjadi isu penting selama ini. Namun demikian,

baru sedikit penelitian tentang hal ini dilakukan di Indonesia, khususnya menyontek pada

mahasiswa. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji hubungan antara motvasi berprestasi,

orientasi tujuan belajar, dan perilakukan menyontek pada mahasiswa. Dengan menggunakan

sampel 67 mahasiswa fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, temuan utama penelitian ini

adalah: 1) motivasi berprestasi tidak berhubungan dengan perilaku menyontek; 2) orientasi

performance goals berhubungan dengan perilaku menyontek; dan 3) orientasi mastery goals

berhubungan secara negatif dengan perilaku menyontek. Hasil kedua sejalan dengan penelitian-

penelitian sebelumnya, namun hasil pertama dan ketiga tidak konsisten dengan penelitian-

penelitian yang pernah dilakukan. Keterbatasan utama penelitian ini adalah kecilnya jumlah

sampel sehingga penelitian selanjutnya perlu memperhatikan kelemahan ini dan juga

keterbatasan dari pengukuran menggunakan teknik persepsi laporan-diri yang digunakan dalam

penelitian ini.

Kata kunci: motivasi berprestasi, orientasi performance goals, orientasi mastery goals

orientation, perilaku menyontek

1 Ringkasan Hasil Penelitian, Tahun 2011

2 Dosen Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Unhalu

LATAR BELAKANG

Menyontek di dalam dunia pendidikan telah

merupakan salah satu masalah yang mendapatkan

perhatian sejak dahulu. Sejumlah penelitian

(Bracey, 2005; Genereux & McLeod, 1995;

Klausmeier,1985; Newstead, 1996; Sadili, 1993)

telah dilakukan untuk mencoba memahami sebab,

predisposisi, dan korelat-korelatnya. Namun,

hingga saat ini fenomena ini masih terus

berlangsung. Bahkan, kemajuan teknologi

informasi telah menciptakan pula sejumlah moda

baru tindakan menyontek dan bentuk ketidak-

jujuran akademik lainnya, seperti menyontek lewat

pesan singkat (SMS) di telepon genggam dan copy

and paste tanpa mencatumkam sumber yang

dirujuk yang dilakukan dalam penulisan tugas.

Perilaku menyontek tidak saja merugikan

siswa pelakunya sebab secara perlahan mereka

mengalami pengikisan moral, namun juga sangat

merugikan sistem pendidikan pada umumnya.

Tujuan evaluasi belajar menjadi tidak dapat

diandalkan sebab didasarkan pada informasi yang

tidak sahih. Kondisi seperti ini memerlukan upaya

penelitian lebih lanjut untuk dapat membangun

pemahaman yang lebih baik agar penanganan

masalah ini dapat lebih efektif.

Penelitian Schab (dalam Woolfolk, 2009)

mengungkap tiga sebab siswa menyontek, yaitu

karena terlalu malas belajar, takut gagal, dan

adanya tekanan dari orang tua untuk mendapatkan

nilai yang baik. Newstead, dkk (1996) juga

menemukan bahwa takut gagal membuat

mahasiswa menyontek. Dari kedua penelitian itu

dapat disimpulkan bahwa takut gagal merupakan

sebab menyontek. Menurut Woolfolk (2009), siswa

yang kurang mempunyai rasa takut gagal memiliki

motivasi berprestasi yang tinggi. Bowers, dan juga

Hainess, dkk (dalam Newstead, 1996) juga

menemukan bahwa indeks prestasi berkorelasi

Page 80: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

80

negatif dengan jumlah insiden menyontek.

Perolehan nilai yang baik tersebut dianggap

berhubungan dengan motivasi sehingga dapat

dikatakan bahwa siswa yang mempunyai motivasi

berprestasi yang tinggi cenderung tidak melakukan

tindakan menyontek. Akan tetapi, ada bukti-bukti

yang menunjukkan simpulan berbeda. Bracey

(2005) menemukan bahwa siswa yang mempunyai

motivasi berprestasi yang tinggi akan lebih

mungkin menyontek dari pada mereka yang

motivasi berprestasinya rendah. Hal ini sejalan

dengan pembagian perilaku manusia ke dalam dua

tipe, yaitu tipe A dan tipe B. Menurut Friedman &

Rosenman (dalam Morgan, 1990), orang tipe A

menyukai kompetisi dan dalam melakukan suatu

pekerjaan mereka cenderung berusaha keras

melakukan yang terbaik sesuai dengan kemampuan

mereka. Mereka juga memiliki dorongan yang kuat

untuk mencapai prestasi maksimal sehingga dapat

dikatakan bahwa mereka mempunyai motivasi

berprestasi yang tinggi.

Perbedaan pandangan tentang pengaruh

motivasi berprestasi terhadap tindakan menyontek

ini memerlukan adanya upaya penelitian lebih

lanjut tentang hubungan keduanya. Motivasi

berprestasi terkait erat dengan orientasi tujuan

belajar (Gage & Berliner, 1992), yakni keinginan

untuk mencapai sesuatu, untuk mencapai standar

keunggulan, dan berusaha untuk tampil unggul

(Santrock, 1996). Siswa yang mempunyai

motivasi berprestasi yang tinggi biasanya memiliki

learning goals, yakni menekankan pentingnya

mendapatkan pengetahuan dan pengembangan diri.

Sedang siswa yang yang mempunyai motivasi

berprestasi rendah cenderung memiliki

performance goals, yakni lebih menekankan pada

pemerolehan pengakuan dari orang lain dan

mendapatkan nilai yang baik (Slavin, 1994). Siswa

yang memiliki orientasi learning goals menurut

Newstead, dkk (1996) lebih kurang

kemungkinannya untuk melakukan perilaku

menyontek karena mereka cenderung bertahan

lama dalam tugas-tugas yang menantang dan

berusaha untuk menyelesaikannya. Berdasarkan

pemahaman ini diduga bahwa perilaku menyontek

terkait dengan orientasi performance goals.

Penelitian ini bertujuan mengkaji hubungan antara

perilaku menyontek dengan motivasi berprestasi,

khususnya dengan orientasi tujuan belajar dengan

rumusan masalah: 1) apakah ada hubungan antara

motivasi berprestasi dengan perilaku menyontek

mahasiswa? 2) apakah ada hubungan antara

mastery (learning) goals dengan perilaku

menyontek mahasiswa? dan 3) apakah ada

hubungan antara performance goals dengan

perilaku menyontek mahasiswa?

METODE

Subyek

Penelitian ini melibatkan 67 subyek

mahasiswa dari 4 program studi di FKIP

Universitas Haluoleo yang diambil secara acak.

Instrumen Penelitian

Semua data penelitian diperoleh melalui

teknik pelaporan-diri dengan menggunakan 3

kuesioner, yakni kuesioner motivasi berprestasi,

kuesioner orientasi achievement goals, dan

kuesioner perilaku menyontek. Kuesioner motivasi

berprestasi adalah hasil adaptasi dari skala Sukadji

(1992) yang terdiri dari 19 butir dengan 5 pilihan

yaitu Sangat Setuju (skor 5) sampai Sangat Tidak

Setuju (skor 1). Kuesioner orientasi achievement

goals adalah skala yang dikembangkan oleh Ames

dan Archer (1984) yang terdiri dari 34 butir, 19

butir berkenaan dengan mastery goals dan 15 butir

bekenaan dengan performance goals. Sementara

kuesioner perilaku menyontek adalah hasil adaptasi

dari Sadili (1993) dengan menambahkan 3 butir

baru sehingga menjadi 22 butir pernyataan. Hasil

uji instrumen ini menunjukkan α=0,88.

HASIL PENELITIAN

Lebih separuh (51%) dari subyek

menunjukkan motivasi berprestasi sedang dan 16%

bermotivasi tinggi, sementara sisanya tergolong

rendah. Dalam hal orientasi tujuan belajar, 66%

subyek menunjukkan performance goals dan

sisanya mastery goals. Sementara terkait dengan

perilaku menyontek, 42% mengaku jarang

menyontek - tapi pernah melakukannya - 24%

menyatakan cukup sering menyontek, dan sisanya

34% mengaku tidak pernah menyontek.

Hasil uji normalitas data motivasi

berprestasi, orientasi tujuan belajar, dan perilaku

menyontek dengan chi-square menunjukkan

adanya distribusi normal (berturut-turut X2

hitung

Page 81: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

81

11,42; 14,58; 9,81 yang semuanya lebih kecil dari

X2tabel 0,05 = 43,773).

Uji korelasi antara motivasi berprestasi

dengan perilaku menyontek menghasilkan nilai r

=0,093 (rendah) yang tidak signifikan (α=0,05;

N=67; r=0,235). Ini menunjukkan bahwa motivasi

berprestasi tidak berhubungan secara signifikan

dengan perilaku menyontek subyek penelitian ini.

Namun, hasil uji korelasi antara orientasi tujuan

belajar performance goals dengan perilaku

menyontek menunjukkan nilai r = 0,463 (korelasi

sedang). Korelasi ini signifikan (α = 0,05; N= 67 r

= 0,235). Ini menunjukkan adanya hubungan antara

orientasi tujuan belajar yang performance goals

dengan perilaku menyontek. Sementara itu,

korelasi antara orientasi mastery goals dengan

perilaku menyontek menunjukkan koefisien r = -

0,147 (korelasi negatif rendah). Korelasi ini juga

signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan negatif antara orientasi mastery goals

dengan perilaku menyontek. Semakin tinggi skor

orientasi mastery goals semakin rendah skor

perilaku menyontek.

PEMBAHASAN

Dalam penelitian korelasional dengan

subyek mahasiswa ini ditemukan bahwa motivasi

berprestasi tidak berhubungan dengan perilaku

menyontek. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian

Hainess dkk (dalam Newstead, 1996) bahwa

indeks prestasi berkorelasi negatif dengan jumlah

insiden menyontek dengan anggapan bahwa indeks

prestasi berhubungan dengan motivas berprestasi.

Asumsi ini boleh jadi tidak menggambarkan

keadaan sesungguhnya sebab terdapat sejumlah

determinan kuat lain dari prestasi akademik, selain

faktor motivasi. Hasil penelitian ini juga berbeda

dengan temuan Bracey (2005) bahwa siswa dengan

motivasi berprestasi yang tinggi lebih mungkin

menyontek. Sedikitnya ada dua eksplanasi terkait

dengan perbedaan hasil penelitian ini dengan

penelitian-penelitian sebelumnya. Pertama terkait

dengan metodologi yakni karakteristik sampel

yang berbeda – siswa sekolah menengah dan

mahasiswa - dan jumlah subyek yang lebih sedikit.

Kedua, konstruk motivasi berprestasi dan perilaku

menyontek yang digunakan berbeda sehingga alat

ukur yang digunakanpun berbeda. Namun,

keberbedaan hasil penelitian ini memerlukan lagi

penelitian lebih lanjut.

Orientasi tujuan belajar subyek umumnya

adalah untuk performance. Mereka cenderung

memaknai kesuksesan sebagai mandapatkan nilai

yang tinggi secara normatif, alih-alih pada

perbaikan atau pengembangan diri. Yang dianggap

bernilai oleh mereka bukan proses belajar

melainkan kemampuan untuk berprestasi.

Penekanan mereka cenderung pada hasil yang lebih

baik, bukan pada proses, sebagaimana yang

ditekankan oleh mereka yang dengan orientasi

mastery goals. Hasil penelitian ini menunjukkan

adanya hubungan antara orientasi performance

goals dengan perilaku menyontek. Ini

menunjukkan bahwa subyek yang menekankan

pada perolehan nilai yang tinggi atau prestasi lebih

mungkin untuk melakukan tindakan menyontek.

Hal ini sejalan dengan sejumlah hasil penelitian

sebelumnya (Anderman dkk, 1998; Newstead dkk,

1996) yang menunjukkan adanya korelasi yang

positif antara tujuan yang bersifat performance dan

motivasi ekstrinsik dengan jumlah insiden perilaku

menyontek di kalangan siswa sekolah menengah

pertama. Jordan (2001) juga menemukan bahwa

siswa-siswa yang menyontek selain karakteristik

motivasionalnya cenderung ekstrinsik, orientasi

belajar mereka juga umumnya bersifat

performance. Dorongan untuk berhasil, takut

gagal, dtekanan dari lingkungan, dan sistem

pendidikan yang menekankan pada hasil boleh jadi

merupakan faktor-faktor preseden yang perlu

diteliti lebih lanjut.

Dalam penelitian ini juga terungkap bahwa

orientasi mastery goals berkorelasi negatif dengan

perilaku menyontek. Ini mengindikasikan bahwa

semakin orientasi tujuan belajar mahasiswa

bersifat mastery goals maka perilaku perilaku

menyontek di kalangan mereka semakin kurang.

Dengan kata lain, orientasi belajar yang mastery

berkorelasi dengan perilaku tidak menyontek. Hasil

ini konsisten dengan temuan Anderman dkk (1998)

dan Jordan (2001) yang menunjukkan bahwa siswa

yang orientasi tujuan belajarnya lebih pada

mastery mempunyai kecenderungan menyontek

yang lebih rendah. Mereka lebih mengutamakan

proses belajar, alih-alih pada perolehan hasil. Hasil

ini juga sejalan dengan temuan Newstead, dkk

(1966) yang menunjukkan bahwa siswa yang

orientasi tujuan belajarnya tergolong learning atau

Page 82: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

82

mastery lebih kurang kemungkinannya untuk

melakukan perilaku menyontek karena mereka

cenderung bertahan lama dalam tugas-tugas yang

menantang dan berusaha untuk menyelesaikannya.

Namun demikian, hasil ini bertentangan dangan

hasil penelitian Elliot dan Dweck (1988) yang

menunjukkan bahwa orang dengan performance

goals akan berusaha untuk mempertahankan

penilaian positif mengenai kemampuan mereka dan

menghindari penilaian negatif dengan mencoba

untuk mensahkan atau membuktikan kebenaran

akan kemampuannya dan tidak mencemarkannya

(Elliot & Dweck, 1988). Elliot dan Dweck

berasumsi bahwa termasuk dalam usaha

mempertahankan penilaian positif dan tidak

mencemarkan kebenaran kemampuan ini adalah

dengan tidak melakukan perbuatan menyontek.

Akan tetapi, asumsi ini tidak terbukti dalam

penelitian ini. Meskipun mahasiswa ingin

mempertahankan citra dirinya secara normatif,

tetapi ketakutan akan kegagalan yang

mencemaskan diduga memicu perbuatan

menyontek. Alasan di baliknya mungkin adalah

dorongan untuk mendapatkan hasil yang tinggi dan

untuk mempertahankan citra, dan alasan-alasan

lainnya seperti memenangkan persaingan yang

ketat, atau “karena semua orang melakukannya”.

Dari penelitian ini juga terungkap adanya

propensitas berperilaku menyontek yang cukup

mengkhawatirkan di kalangan mahasiswa. 34%

subyek menyatakan tidak pernah menyontek. Itu

berarti 66% sisanya pernah menyontek. Prevalensi

yang mungkin merupakan fenomena gunung es ini

membenarkan hasil-hasil penelitian dan survei

lainnya yang telah dilakukan oleh para ahli di

sejumlah negara selama 3 dekade terakhir ini,

seperti Jordan (2001), Murdock dan Anderman

(2006) yang menunjukkan tingginya insiden

menyontek baik di kalangan siswa maupun

mahasiswa. Bahkan Bracey (2005) menganggap

perilaku menyontek ini sebagai masalah nasional

di Amerika Serikat.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Tiga temuan utama penelitian ini adalah: 1)

motivasi berprestasi tidak berhubungan dengan

perilaku menyontek; 2) orientasi performance

goals berhubungan dengan perilaku menyontek;

dan 3) orientasi mastery goals berhubungan secara

negatif dengan perilaku menyontek.

Kesimpulan penelitian ini mempunyai

implikasi praktis bagi pendidik maupun pengelola

pendidikan. Pertama, mahasiswa yang mempunyai

orientasi performance lebih mungkin untuk

menyontek. Oleh sebab itu, untuk mengurangi

perilaku menyontek maka dipandang perlu

menyeimbangkan orientasi tujuan yang

performance dan yang mastery, tidak terlalu

menekankan pada performance sebagaimana yang

menjadi orientasi utama saat ini. Praktek penilaian

hendaknya tidak menekankan semata pada hasil

namun perlu pula menggunakan sumber-sumber

penilaian lainnya, seperti tugas-tugas individual.

Kedua, mahasiswa dengan orientasi mastery goals

cenderung tidak menyontek. Hal ini menuntut

pendidik untuk menerapkan pedagogi yang

menunjukkan pentingnya belajar demi belajar itu

sendiri, bukan semata demi nilai, dan juga

menggunakan sumber penilaian lain selain ujian.

Namun, tetap penting untuk mendorong mahasiswa

untuk menunjukkan performance yang baik.

Penelitian ini mempunyai kelemahan yang

perlu diatasi dalam penelitian selanjutnya.

Pertama, data penelitian diperoleh dari sampel

dalam jumlah terbatas sehingga generalisasi hasil

perlu dipertimbangkan. Penelitian lebih lanjut

perlu menggunakan sampel yang lebih besar dan

dari berbagai jenjang atau program studi untuk

meningkatkan daya generalisasi hasil. Kedua,

pengukuran motivasi beprestasi, orientasi tujuan

belajar, maupun perilaku menyontek menggunakan

persepsi dalam bentuk laporan-diri mahasiswa.

Oleh sebab itu, masalah-masalah terkait dengan

persepsi lewat laporan diri perlu pula

dipertimbangkan.

Penelitian ini terbatas hanya mengkaji

hubungan antara perilaku menyontek dengan

motivasi berprestasi dan orientasi tujuan belajar.

Dari literatur diketahui berbagai sebab, korelat,

komorbid, dan preseden dari perilaku menyontek

sehingga penelitian lebih lanjut perlu mengkaji

faktor-faktor personal (perkembangan moral,

sikap), faktor-faktor situasional (teman sebaya,

banyaknya insiden menyontek, sanksi), dan praktek

pedagogi guru di kelas yang diduga terkait erat

dengan perilaku menyontek.

Hasil penelitian ini penting sebab

mencerminkan situasi terkini di dalam dunia

Page 83: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

83

pendidikan. Seperti di banyak negara lainnya,

masalah ketidakjujuran akademik di dunia

pendidikan tinggi tampaknya cukup parah.

Keprihatinan ini perlu ditindaklanjuti mengingat

mahasiswa adalah tenaga kerja utama dalam

masyarakat di masa yang akan datang. Perilaku

tidak etis mereka di kampus saat ini dapat menjadi

masalah di dunia kerja mereka kelak. Hal ini

sebagaimana yang diungkapkan oleh Swift (dalam

Nonis & Swift, 2001) bahwa “mahasiswa yang

terlibat dalam perilaku tidak jujur di tempat

kuliahnya berpeluang lebih besar untuk terlibat

dalam perilaku tidak jujur di dalam pekerjaannya”.

DAFTAR PUSTAKA

Ames, C. & Archer, J. (1988). Achievement goals

in the classroom: student learning

strategies and motivation process. Journal

of Educational Psychology, 80: 260-267.

Anderman, E. M., Griesinger, T., & Westerfield,

G. (1998). Motivation and cheating during

early adolescence. Journal of Educational

Psychology, 90, 84–93.

Bracey, C.W. (2005). A nation of cheats. Phi Delta

Kappan: 412-413.

Elliot, E. S. & Dweck, C. S. (1988). Goals: An

approach to motivation and achievement.

Journal of Personality and Social

Psychology, 54 (1): 5-12.

Gage, N. L. & Berliner, D. C. (1992). Educatonal

Psychology. 5th

Ed. Boston: Houghton

Mifflin.

Genereux, R. L. & McLeod, B. A. (1995).

Circumstances surrounding cheating: A

questionnaire study of college students.

Research in Higher Education, 36: 687-

704.

Jordan, A. E. (2001). College student cheating:

The role of motivation, perceived norms,

attitudes, and knowledge of institutional

policy. Ethics & Behavior, 11(3), 233–247.

Klausmeier, H. J. (1985). Educational Psychology.

5th Ed. New York: Harper & Row.

Morgan, C. T, King, R. A. & Robinson, N. M.

(1990). Introduction to Psychology. 7th Ed.

New York: McGraw-Hill.

Murdock, T. B. dan Anderman, E. M. (2006).

Motivational perspectives on student

cheating: Toward an integrated model of

academic dishonesty. Educational

Psychologist, 41(3), 129–145.

Newstead, S. E. dkk. 1996. Individual differences

in student cheating. Journal of

Educational Psychology, 88 (2): 229-241.

Nonis, S., & Swift, C. O. (2001). An examination

of the relationship between academic

dishonesty and workplace dishonesty: A

multicampus investigation. Journal of

Education for Business,77(2), 69–77.

Sadili, L. (1993). Studi tentang pola

penanggulangan kasus menyontek yang

terjadi pada murid-murid SMA Propinsi

Jawa Barat. Jakarta: PDII-LIPI.

Santrock, J. W. (1996). Adolescence: An

Introduction. 6th Ed. London: Brown &

Bench Mark.

Slavin, R. E. (1994). Educational Psychology:

Theory and Practice. 4th Ed. New Jersey:

Allyn & Bacon.

Sukadji, S. (1990). Psikologi Pendidikan dan

Psikologi Sekolah. Depok: Fakultas

Psikologi Universitas Indonesia.

Woolfolk, A. E. (2009). Educational Psychology.

5th Ed. New Jersey: Allyn & Bacon.

Page 84: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

84

STUDI PEMANFAATAN DAUN JATI (Tectona grandis L.F) ASAL KABUPATEN MUNA

PROVINSI SULAWESI TENGGARA SEBAGAI ANTIDIABETES1

Oleh :

Nasrudin2

Ardiansyah3

Abstrak. Studi pemanfaatan daun jati (Tectona grandis L.F) asal Kabupaten Muna

Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai antidiabetes telah dilakukan melalui uji

antidiabetes dari ekstrak metanol daun jati terhadap mencit (Mus musculus) jantan

dengan metode tes toleransi glukosa oral pada variasi dosis 5,6 mg/kg bb, 8,4 mg/kg

bb, dan 12,6 mg/kg bb. Hasil uji antidiabetes menunjukkan ekstrak metanol dengan

dosis 8,4 mg/kg bb memberi penurunan kadar glukosa darah yang lebih bermakna

mulai jam pertama hingga jam ke 3 yakni 28,5%. Ekstrak daun jati dosis 5,4 mg/kg bb

dan dosis 12,6 mg/kg bb juga menunjukkan aktivitas hipoglikemik yang signifikan

dibandingkan kontrol normal yaitu berturut-turut 22,5% dan 23,3%.

Kata Kunci : Daun jati (Tectona grandis L.F); antidiabetes.

1 Ringkasan Hasil Penelitian 2 Dosen Pend. Kimia FKIP Unhalu 3 Dosen Jurusan Biologi F.MIPA Unhalu

PENDAHULUAN

Jati (Tectona grandis L.F) asal Kabupaten

Muna merupakan tanaman berkayu yang

mempunyai nilai ekonomi tinggi karena

mempunyai empat keunggulan yaitu kekuatan,

kerapatan, kekerasan dan fisik kimia (Khaeruddin,

1994). Namun, pemanfaatan jati khususnya jati

asal Muna selama ini hanya pada kayunya yang

banyak digunakan dalam industri meubel

(perkakas), furniture, bahan bangunan, alat musik,

tiang listrik, patung, popor senjata, dan papan

kapal (Pika, 2000). Sementara untuk memanen

kayu jati membutuhkan waktu yang cukup lama

yakni kurang lebih dua puluh tahun keatas. Untuk

menanam pohon jati membutuhkan lahan yang

cukup luas. Selain itu, lahan yang sudah ditanami

pohon jati setelah usia tanam satu tahun keatas,

lahan tersebut sudah tidak produktif lagi.

Akibatnya, petani jati tidak dapat mengambil

manfaat apapun terhadap pohon jati yang

ditanamnya setelah usia tanam satu tahun hingga

dua pulu tahun keatas. Pada saat yang sama dengan

bertambahnya jumlah penduduk akan

meningkatkan kebutuhan kayu jati dan semakin

sempitnya areal pertanian.

Bagian lain dari pohon jati yang dapat

dimanfaatkan selain kayunya adalah daun. Secara

tradisional, daun jati biasa dimanfaatkan sebagai

pembungkus makanan (tempe kedelai) dan bahan

pewarna tikar (Astuti, 2009). Hasil penelitian yang

dilaporkan Swandari dkk., (2004) bahwa ekstrak

etanol daun jati yang tumbuh di Jawa sangat

berpotensi sebagai antidiabetes. Hasil fitokimia

ekstrak tersebut mengandung metabolit sekunder

golongan senyawa flavonoid, saponin, tanin galat,

tanin katekat, kuinon dan steroid/triterpenoid, serta

senyawa asam fenolat (Hartati dkk, 2005).

Sedangkan hasil fitokimia daun jati asal Muna usia

tanam satu tahun dan dua puluh tahun

menunjukkan komposisi kimia yang sama

khususnya daun tua yang dilaporkan Sahumena

(2011), mengandung alkaloid, flavonoid, steroid,

saponin triterpen, polifenol dan tanin. Secara

fitokimia menunjukkan bahwa daun jati Muna dan

jati Jawa mempunyai banyak kesamaan, sehingga

bioaktifitas senyawa pada daun jati Muna pun

diduga berpotensi antidiabetes, karena menurut

Manitto (1981), bahwa aktivitas fisiologis sebagai

Page 85: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

85

obat disebabkan oleh adanya metabolit sekunder

yang terdapat di dalamnya.

Studi pemanfaatan daun jati asal Muna

sebagai antidiabetes perlu dilakukan bukan hanya

karena potensi kimiawi jati Muna, tetapi juga

kerena penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan

penyakit yang sampai sekarang belum ditemukan

obat penyembuhannya, yang ada hanyalah obat

menurunkan kadar gulanya saja (Lisa, 2011).

Penyakit diabetes dapat menyerang siapa saja, tua-

muda, kaya-miskin, atau kurus-gemuk. Penyakit

diabetes tidak dapat disembuhkan, namun dapat

dicegah (Wahdah, 2011).

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan

bertujuan untuk membuktikan bahwa daun jati asal

Kabupaten Muna berpotensi sebagai obat

antidiabetes. Dengan demikian manfaat yang

diharapkan petani jati tidak hanya menunggu

kayunya hingga dua puluh tahun keatas, tetapi ada

bagian lain dari pohon jati yakni daun yang dapat

dimanfaatkan setelah usia tanam satu tahun atau

ketika lahan jati tidak produktif lagi.

METODE PENELITIAN

Bahan Yang Digunakan

Bahan tumbuhan yang digunakan adalah

daun tua jati Muna (Tectona grandis L.F) yang

diambil dari desa Motewe, Kec. Lasalepa

Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara.

Bahan kimia yang digunakan untuk uji antidiabetes

yaitu metanol 90%, air suling, Betadine, glukosa,

Na-CMC, dan tablet glibenclamid. Ada pun hewan

uji yang digunakan sebagai bioindikator dalam uji

antidiabetes dengan metode tes toleransi glukosa

oral adalah mencit (Mus musculus) jantan

sebanyak 15 ekor.

Ekstraksi

Sebanyak 80 gram serbuk daun tua jati

(Tectona grandis L.F) asal Muna dimaserasi

dengan metanol selama 24 jam sebanyak tiga kali

sampai filtrat metanol tidak berwarna. Filtrat

metanol yang diperoleh digabungkan kemudian

dipekatkan sehingga diperoleh ekstrak metanol.

Uji Antidiabetes

Uji antidiabetes terhadap ekstrak metanol

daun jati (Tectona grandis L.F) asal Muna

dilakukan dalam beberapa tahap yaitu penyiapan

bahan, perlakuan terhadap hewan uji dan

penentuan kadar glukosa. Tahap penyiapan bahan

meliputi pembuatan larutan koloidal Na-CMC 1%

b/v, pembuatan bahan pembanding suspensi

glibenclamid 0,002% b/v, Pembuatan larutan

glukosa 5% b/v, pemilihan dan penyiapan hewan

uji yang dibagi dalam 5 kelompok masing-masing

terdiri 3 ekor mencit serta pembuatan ekstrak daun

jati dengan dosis 5,6 mg/kg bb mencit, 8,4 mg/kg

bb mencit, dan 12,6 mg/kg bb mencit. Tahap

perlakuan hewan uji dilakukan setelah semua

kelompok mencit dipuasakan selama 8 jam

kemudian menimbang berat badannya, lalu

diberikan glukosa 5% secara oral dengan 1 ml/30

gram berat badan selama 60 menit, lalu darah

mencit diambil melalui ekor untuk menentukan

kadar glukosa darah mencit sebagai kadar glukosa

awal. Selanjutnya pada mencit kelompok I diberi

larutan koloidal Na-CMC 1% b/v sebagai kontrol

normal (kontrol pelarut), kelompok II diberi

suspensi glibenclamid 0,002% b/v sebagai kontrol

positif, kelompok III diberi ekstrak daun jati

dengan dosis 5,6 mg/kg bb mencit, kelompok IV

diberi ekstrak daun jati dengan dosis 8,4 mg/kg bb

mencit, dan kelompok V diberi ekstrak daun jati

dengan dosis 12,6 mg/kg bb mencit. Tahap

penentuan kadar glukosa darah mencit dilakukan

selama 5 jam dengan interval waktu 1 jam pada

semua hwan uji menggunakan alat glukometer.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran

glukosa darah mencitdianalisis secara statistik

dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok

(RAK) dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata

Terkecil (BNT) dengan rumus :

BNT( =

Ket: = tingkat kepercayaan

v = derajat bebas galat (dbt)

r = banyaknya pengulangan

RKG = Kuandrat Galat

Page 86: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

86

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekatraksi

Ekstrak metanol yang diperoleh dari 80

gram serbuk daun jati (Tectona grandis L.F) asal

Muna yang dimaserasi dengan metanol sampai

filtrat metanol yang dihasilkan tidak berwarna

adalah sebanyak 22,2 gram. Filtrat metanol yang

tidak berwarna tersebut menunjukkan bahwa

semua senyawa metabolit sekunder yang

terkandung dalam daun jati telah terekstraksi atau

terlarut dalam metanol. Penggunaan metanol

sebagai pengekstrak senyawa metabolit sekunder

dimaksudkan agar semua senyawa metabolit

sekunder dapat terekstraksi. Hal ini disebabkan

karena sifat kimia metanol yang mampu menarik

senyawa organik baik yang bersifat polar maupun

yang bersifat nonpolar (Solomons, 1994).

Uji Antidiabetes

Sebelum dilakukan pengukuran kadar

glukosa darah mencit, terlebih dahulu mencit

diberi larutan glukosa 5% b/v. Pemberian larutan

glukosa ini pada mencit dilakukan 1 jam sebelum

perlakuan yang bertujuan untuk menaikkan kadar

glukosa darah yang merupakan kadar glukosa

darah awal, sehingga kemampuan menurunkan

kadar glukosa darah sediaan uji dapat diamati.

Hasil pengukuran kadar glukosa darah

mencit yang diberi Larutan Na-CMC 1% b/v dapat

dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1 Data Kadar Glukosa Darah Mencit yang diberi Larutan Na-CMC 1% b/v

Mencit

Kadar Glukosa Darah (mg/dl)

Puasa Glukosa Setelah Jam ke-

1 2 3 4 5

I 126 147 141 135 134 132 127

II 42 71 68 68 61 58 63

III 45 53 50 48 48 46 51

Jumlah 213 271 259 251 243 236 241

Rata-rata 71 90,33 86,33 83,67 81 78,67 80,33

Berdasarkan Tabel 1 terlihat kadar glukosa

darah mencit yang diberi larutan Na-CMC 1% b/v

mengalami penurunan hingga jam ke 4. Dari yang

awalnya setelah diberi larutan glukosa adalah

90,33 mg/dl setelah jam ke 4 menurun menjadi

78,67. Namun setelah jam ke 4 kadar glukosa

darah mencit naik kembali hingga 80,33 mg/dl

pada jam ke 5.

Hasil pengukuran kadar glukosa darah mencit yang diberi suspensi glibenclamid dapat dilihat

pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Data kadar glukosa darah mencit yang diberi suspensi glibenclamid 0,002% b/v

Mencit

Kadar Glukosa Darah (mg/dl)

Puasa Glukosa Setelah Jam ke-

1 2 3 4 5

I 102 122 98 80 73 65 61

II 64 101 64 47 45 43 41

III 97 102 84 72 68 59 52

Jumlah 263 335 246 199 186 167 154

Rata-rata 87,67 108,33 82 66,33 62 55,67 51,33

Page 87: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

87

Tabel 2 menunjukkan penurunan kadar

glukosa darah mencit yang diberi larutan

glibenclamid 0,002% b/v mulai dari jam pertama

hingga jam ke 5. Setelah diberi larutan

glibenclamid 0,002% b/v, kadar glukosa darah

mencit yang awalnya 108,33 mg/dl menurun

menjadi 51,33 mg/dl pada jam ke 5.

Hasil pengukuran kadar glukosa darah

mencit yang diberi ekstrak daun jati dosis 5,6

mg/kg bb mencit dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Data kadar glukosa darah mencit yang diberi ekstrak daun jati 5,6 mg/kg bb mencit

Mencit

Kadar Glukosa Darah (mg/dl)

Puasa Glukosa Setelah Jam ke-

1 2 3 4 5

I 48 71 69 57 49 60 70

II 72 93 87 72 71 68 73

III 52 69 64 53 35 33 42

Jumlah 172 233 220 182 155 161 185

Rata-rata 57,3 77,67 73,33 60,67 51,67 53,67 61,67

Berdasarkan Tabel 3 terlihat kadar glukosa

darah mencit yang diberi larutan ekstrak dosis 5,6

mg/kg bb mencit mengalami penurunan hingga jam

ke 5. Dari yang awalnya setelah diberi larutan

glukosa adalah 77,67 mg/dl setelah jam ke 3

menurun menjadi 51,67 mg/dl. Namun setelah jam

ke 3 kadar glukosa darah mencit mulai naik

kembali hingga 61,67 mg/dl pada jam ke 5.

Hasil pengukuran kadar glukosa darah

mencit yang diberi ekstrak daun jati dosis 8,4

mg/kg bb mencit dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Data kadar glukosa darah mencit yang diberi ekstrak daun jati dosis 8,4 mg/kg bb mencit

Mencit

Kadar Glukosa Darah (mg/dl)

Puasa Glukosa Setelah Jam ke-

1 2 3 4 5

I 78 85 84 75 51 53 52

II 72 81 88 79 52 49 47

III 49 75 58 52 35 37 49

Jumlah 199 241 230 206 138 139 148

Rata-rata 66,3 80,33 76,67 68,67 46 46,33 49,33

Tabel 4 menunjukkan penurunan kadar glukosa darah mencit yang diberi larutan ekstrak dosis 8,4

mg/kg bb mencit mulai dari jam pertama hingga jam ke 3. Setelah diberi larutan ekstrak dosis 8,4 mg/kg

bb, kadar glukosa darah mencit yang awalnya 80,33 mg/dl menurun menjadi 46 mg/dl pada jam ke 3.

Setelah itu mulai menunjukkan peningkatan kembali hingga 49,33 mg/dl pada jam ke 5.

Page 88: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

88

Hasil pengukuran kadar glukosa darah mencit yang diberi ekstrak daun jati dosis 12,6 mg/kg bb

mencit dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Data kadar glukosa darah mencit yang diberi ekstrak daun jati dosis 12,6 mg/kg bb

Mencit

Kadar Glukosa Darah (mg/dl)

Puasa Glukosa Setelah Jam ke-

1 2 3 4 5

I 66 94 64 59 51 56 62

II 62 82 68 65 54 74 77

III 51 60 60 59 55 49 52

Jumlah 179 236 192 183 160 179 191

Rata-rata 59,67 78,67 64 61 53,33 59,67 63,67

Tabel di atas menunjukkan penurunan kadar

glukosa darah mencit yang diberi larutan ekstrak

dosis 12,6 mg/kg bb mencit mulai dari jam pertama

hingga jam ke 3. Setelah diberi larutan ekstrak

dosis 12,6 mg/kg bb, kadar glukosa darah mencit

yang awalnya 78,67 mg/dl menurun menjadi 53,33

mg/dl pada jam ke 3. Setelah itu mulai

menunjukkan peningkatan kembali hingga 63,67

mg/dl pada jam ke 5.

Selanjutnya penurunan kadar glukosa

darah rata-rata pada mencit sebagai efek dari

pemberian larutan kontrol, ekstrak metanol dosis

5,6 mg/kg bb, 8,4 mg/kg bb, 12,6 mg/kg bb, dan

suspensi glibenclamid dapat dilihat pada tabel 6

berikut.

Tabel 6 Efek Larutan Kontrol, Ekstrak Metanol Dosis 5,6 mg/kg bb, 8,4 mg/kg bb, 12,6 mg/kg bb, dan

Suspensi Glibenclamid terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit Jantan

No Pelakuan Jumlah

mencit

Takaran/

30 g bb

mencit

(ml)

Kadar glukosa

rata-rata Penurunan Kadar

Glukosa darah

(mg/dl)

Penurunan

Kadar Glukosa

Darah (%) Awal Akhir

1

Larutan kontrol

(Na-CMC 1%

b/v)

3 1 90,33 82 8,33 9,2

2 Larutan obat 3 1 108,3 63,46 44,86 41,4

3

Ekstrak

metanol dosis

5,6 mg/kg bb

3 1 77,67 60,2 17,47 22,5

4

Ekstrak

metanol dosis

8,4 mg/kg bb

3 1 80,33 57,4 22,93 28,5

5

Ekstrak

metanol dosis

12,6 mg/kg bb

3 1 78,67 60,33 18,34 23,3

Tabel 6 menunjukkan bahwa setelah 1

jam pemberian glukosa secara oral kadar glukosa

darah kelompok mencit yang diberi larutan Na-

CMC, suspensi glibenclamid, dan larutan ekstrak

metanol dosis 5,6 mg/kg bb, 8,4 mg/kg bb, 12,6

mg/kg bb mengalami peningkatan kadar glukosa

darah berturut-turut 90,33 mg/dl, 108,33 mg/dl,

77,67 mg/dl, 80,33 mg/dl, dan 78,67 mg/dl (kadar

glukosa awal). Kemudian setelah pemberian

larutan pada tiap perlakuan dan dilakukan

pengukuran selama 5 jam dengan interval

Page 89: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

89

pengukuran setiap 1 jam, terlihat adanya

penurunan kadar glukosa darah. Rata-rata

penurunan kadar glukosa darah selama 5 jam

secara berturut-turut adalah 82 mg/dl, 63,467

mg/dl, 60,2 mg/dl, 57,4 mg/dl, dan 60,33 mg/dl.

Hal ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak

metanol daun jati (Tectona grandis L.F) asal Muna

dapat menyebabkan terjadinya penurunan gula

darah mencit sebesar 22,5% pada dosis 5,6 mg/kg

bb dan 28,5% dosis 8,4 mg/kg bb serta 23,3%

dosis 12,6 mg/kg bb mencit.

Grafik rata-rata kadar glukosa darah

relatif dari masing-masing kelompok uji hingga

jam ke 5 dapat dilihat pada Grafik 1 di bawah ini.

Grafik 4.1: Efek Larutan Kontrol, Suspensi Glibenclamid, Ekstrak Metanol Daun Jati dosis 5,6

mg/kg; 8,4 mg/kg; dan 12,6 mg/kg terhadap penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit Jantan

Berdasarkan hasil pengamatan yang

disajikan dalam grafik 4.1 menunjukkan pada

perlakuan yang diberi Na-CMC terjadi penurunan

kadar glukosa darah dari pertama hingga jam

keempat. Pemberian ekstrak daun jati dosis 55,6

mg/kg bb, 8,4 mg/kg bb dan 12,6 mg/kg bb mencit

memperlihatkan aktivitas hipoglikemik (penurunan

kadar glukosa darah) yang hampir sama yaitu

mulai dari jam pertama hingga jam ke 3.

Sedangkan setelah jam ke 3 hingga jam ke 5

memperlihatkan, kadar glukosa darah mencit mulai

naik kembali. Hal ini terjadi karena zat berkhasiat

yang mampu menurukan kadar glukosa darah

mencit mulai berkurang efeknya pada jam tersebut,

dimana jumlah insulin yang dibutuhkan untuk

metabolisme glukosa tidak mencukupi akibatnya

kadar glukosa darah mengalami kenaikan. Pada

pemberian suspensi glibenclamid yang merupakan

kontrol positif terjadi penurunan kadar glukosa

darah dari jam pertama hingga jam kelima.

Hasil analisis statistik dengan

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

pada perlakuan mencit selama 5 jam dengan

interval waktu 1 jam, memperlihatkan pengaruh

yang berbeda nyata. Hal ini dapat dilihat pada

Tabel ANAVA dimana nilai Fh (8,10) > Ft(0,05)

(2,67) pada taraf 5% dan Fh (8,10) > Ft(0,01) (4,43)

pada taraf 1%. Artinya bahwa ekstrak daun jati

memberi pengaruh penurunan kadar glukosa darah

mencit (berpengaruh nyata) sebagaimana halnya

pemberian larutan obat (glibenclamid) yang

merupakan kontrol positif. Karena terdapat

perbedan yang nyata antar perlakuan, maka

dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil

(BNT).

Berdasarkan hasil uji Beda Nyata

Terkecil (BNT) antar perlakuan yang

menyebabkan penurunan kadar glukosa darah

mencit mulai dari pemberian larutan Glukosa

Hingga Jam Ke 5 menunjukkan terdapat perbedaan

yang signifikan antara kelompok yang diberi Na-

CMC sebagai kontrol normal dengan larutan

ekstrak dan larutan obat. Artinya bahwa larutan

Na-CMC tidak memberikan efek hipoglikemik

yang nyata (tidak bermakna) pada glukosa darah

mencit. Sedangkan antara kelompok yang diberi

ekstrak metanol daun jati dosis 5,6 mg/kg bb, 8,4

mg/kg bb, dan 12,6 mg/kg bb dengan larutan obat

yang merupakan kontrol positif tidak memberikan

perbedaan yang signifikan, khususnya dari jam

pertama hingga jam ke 3. Artinya bahwa antara

kelompok yang diberi larutan ekstrak memberikan

Page 90: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

90

efek penurunan kadar glukosa darah yang hampir

sama dengan kelompok yang diberi larutan obat.

KESIMPULAN

Ekstrak metanol daun jati (Tectona

grandis L.F) asal Muna berpotensi sebagai obat

antidiabetes yang dibuktikan dengan pemberian

variasi dosis ekstrak metanol daun jati terhadap

mencit jantan menunjukkan bahwa pada dosis 8,4

mg/kg bb memberikan efek hipoglikemik terkuat

(28,5%), diikuti oleh dosis 12,6 mg/kg bb (23,3%)

dan dosis 5,6 mg/kg bb (22,5%) dengan taraf nyata

0,05 serta 0,01.

SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan dosis minimum dari ekstrak daun

jati (Tectona grandis L.F) asal Muna yang

memberi efek hipoglikemik pada penderita

diabetes.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

mengidentifikasi dan mengisolasi senyawa

aktif yang terdapat dalam daun jati (Tectona

grandis L.F) asal Muna yang berperan dalam

menurunkan kadar glukosa darah.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Nurita P., 2009. Sifat Organoleptik Tempe

Kedelai yang Dibungkus Plastik, Daun

Pisang, dan Daun Jati. Universitas

Muhammadiyah. Surakarta.

Hartati, Asep G., dan Komar, 2005. Telaah

Flavonoid dan Asam Fenolat Daun Jati

(Tectona grandis L. f.). Farmasi ITB.

Bandung [http://bahan-alam.fa.itb.ac.id]

Khaeruddin, 1994. Pembibitan Tanaman HTI.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Lisa, KA., 2011. Awas, Diaskol (Diabetes, Asam

Urat, Kolesterol). Syura Media Utama.

Jawa Tengah

Manitto, Paolo, 1981. Biosintesis Produk Alami.

Terjemahan: Koensoenmardiyah. IKIP

Semarang Press. Semarang

Pika, 2000. Mengenal Sifat-sifat Kayu dan

Penggunaannya. Kanisius.

Yogyakarta.

Sahumena, M.H., 2011. Penapisan Fitokimia Daun

Jati (Tectona grandis L.F) Usia tanam

1 Tahun dan 20 Tahun di Desa

Motewe Kecamatan Lasalepa

Kabupaten Muna. Skripsi FKIP

Unhalu Kendari.

Solomons, Graham, T.W. 1994. Fundamentals of

Organic Chemistry. Fourth Edition. John

Wiley and Sons. Inc.

Swandari S., Asep G., dan Elin Y., 2004. Uji

Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol

Daun Jati (Tectona grandis L.F.).

Farmasi ITB. Bandung [http://bahan-

alam.fa.itb.ac.id]

Wahdah, N., 2011. Menaklukan Hipertensi dan

Diabetes (Mendeteksi, Mencegah, dan Mengobati dengan Cara Medis dan Herbal). CV. Multi Solusindo. Yogyakarta.

.

Page 91: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

91

Motor Learning :

PENDEKATAN DALAM MEMPELAJARI PERILAKU MOTORIK DAN KONSEP-

KONSEP DASAR KAJIAN PERILAKU MOTORIK1

Oleh:

Sahrun2

1 Ringkasan Makalah 2 Dosen Penjaskes-Rek FKIP Unhalu

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada saat sekarang ini prestasi olahraga

masih terus diciptakan dan ditingkatkan. Seiring

dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

maka diperlukan adanya pendekatan ilmiah untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam

pembinaan.Telah disadari bahwa untuk

meningkatkan prestasi diperlukan konsep-konsep

dan teori-teori dalam belajar motorik sebagai

pedoman dengan menentukan metode melatih

dalam usaha meningkatkan prestasi. Bower dan

Hilgard (1981: 11) mengatakan bahwa belajar

sebagai perobahan perilaku yang potensial

terhadap situasi tertentu yang diperoleh dari

pengalaman yang dilakukan berulang kali.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah

dilakukan tentang keterampilan motorik, Oxendine

(1984: 20) mendefenisikan penekanan utama pada

efisiensi. Schimidt (1988: 17) menyatakan bahwa

keterampilan merupakan gerakan-gerakan yang

tergantung kepada latihan dan pengalaman karena

pelaksanaannya itu tidak ditentukan oleh

keturunan. Singer (1980: 59) mendefenisikan

keterampilan motorik sebagai gerakan tubuh untuk

mensukseskan pelaksanaan aktiffitas yang

diinginkan selanjutnya, Cecco dan Crawford

(1974: 252) menjelaskan keterampilan motorik

adalah suatu respons motorik berangkai yang

melibatkan koordinasi gerakan untuk menjadi pola

respons yang lebih kompleks.

Proses belajar gerak berbentuk kegiatan

mengamati gerakan dan kemudian mencoba

menirukan berulang-ulang, dan menerapkan pola-

pola gerak tertentu pada situasi tertentu yang

dihadapi, dan juga dalam bentuk menciptakan

pola-pola gerak baru untuk tujuan-tujuan tertentu.

Dalam belajar gerak, karena atlet harus memahami

gerakan untuk mampu melakukannya, maka selain

unsur fisik disitu juga terlibat unsur fikir. Unsur

emosi dan perasaan juga terlibat dalam belajar

gerak, karena emosi dan perasaan merupakan unsur

psikis yang merupakan daya penggerak dalam

berprilaku. Seseorang akan melakukan gerakan

tertentu apabila mempunyai kemauan untuk

bergerak dan merasa perlu untuk melakukan

gerakan. Dalam melakukan suatu gerakan apabila

ia tahu atau mengerti gerak apa yang harus

dilakukan, dan gerakan tertentu itu akan terwujud

apabila ia memiliki cukup kemampuan untuk

bergerak.

Dalam belajar gerak, dapat kita temui

rana gerak yang merupakan terjemahan dari kata

“domain” yang diartikan baagian atau unsure

gerak. Gerak tubuh merupakan salah satu

kemampuan manusia untuk melaksanakan

hidupnya. Gerak tubuh manusia dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa macam. Anita J.

Harrow (dalam Sugianto, 1993: 3) membedakan

gerak tubuh menjadi 6 klasisifikasi yang

merupakan satu kesatuan yang membentuk gerak

tubuh manusia, mulai dari yang bersifat bawaan

sejak lahir sampai tarafnya yang paling tinggi.

Permasalahan

Yang menjadi permasalahan dalam makalah ini

adalah penulis lebih menekankan pada masalah

diantaranya :

1. Bagaimana pendekatan dalam mempelajari

perilaku motorik ?

2. Apakah yang menjadi konsep – konsep dasar

bidang kajian perilaku motorik ?

Page 92: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

92

Tujuan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pendekatan dalam

mempelajari perilku motorik.

2. Untuk mengetahui konsep – konsep dasar bidang

kajian perilaku motorik.

Manfaat

Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan

makalah ini adalah agar para pelatih, guru dan

pelaku olahraga dapat memahami dan menerapkan

pendekatan dalam mempelajari perilaku motorik

dan konsep – konsep dasar kajian perilaku motorik

sebagai salah satu faktor dalam upaya untuk

meningkatkan salah satu belajar gerak maupun

untuk meningkatkan keterampilan untuk mencapai

suatu prestasi.

PEMBAHASAN

PENDEKATAN DALAM MEMPELAJARI

PERILAKU MOTORIK

a. Perkembangan Penelitian Perilaku Motorik

Beberapa kegiatan penelitian tentang

kegiatan keterampilan motorik dilakukan sekitar

tahun 1820 oleh astronom Bessel (dikutip oleh

Welford, 1968) dalam upaya untuk memahami

perbedaan antara keterampilan para koleganya

dalam mencatat perubahan waktu dari gerakan

bintang-bintang. Bessel tertarik mempelajari gejala

di balik keterampilan yang kompleks, termasuk

masalah.

Perkembangan selanjutnya, studi dilakukan

untuk mempelajari kontribusi penginderaan mata

terhadap gerakan tangan dalam target yang

dilokalisasi. Bowditch & Southhard, (1882),

danLeuba, (1909) mempelajari akurasi gerakan

tubuh bagian atas.

Hasil-hasil studi Thorndike (1914) yang

banyak membahas proses dibalik kegiatan belajar

keterampilan memberikan pengaruh yang besar

pada waktu itu. Hukum Thorndike “Law of Effect”

yang berpengaru terus dalam psikologi menyatakan

bahwa respons yang diikuti oleh hadiah cenderung

akan diulangi, sementara respons yang tidak diikuti

oleh hadiah (atau yang diikuti hukuman) cenderung

tidak akan diulangi. Ide ini merupakan batu

loncatan bagi pembangunan teori tentang belajar

yang selanjutnya diteruskan pada abad ini.

Perkembangan berikutnya ialah penelitian

tentang struktur otak. Herrick (1924) mengajukan

beberapa hipotesis tentang fungsi dari cerebellum

yang diantaranya nampak beralasan pada massa

sekarang. Pasien-pasien yang menderita cedera

pada bagian otak dipelajari (misalnya oleh Holmes,

1939) dalam upaya untuk menunjukkan hilang

beberapa kontrol gerak yang berkaitan dengan

struktur tersebut. Struktur otak lainnya juga

dipelajari dengan memanfaatkan pasien-pasien

yang menderita berbagi cedera otak.

Perilaku motorik memiliki akar yang kuat

dalam psikologi eksperimental dan selama

beberapa tahun mempergunakan teori, metode dan

majalahnya. Tapi beberapa ahli merasa bahwa

sudah waktunya untuk memgembangankan bidang

itu dengan metodenya sendiri dan

mempublikasikan teori-teorinya melalui

majalahnya sendiri. Kombinasi tehnik dan

pengetahuan tentang gerak, bidang kontrol

persyarafan dalam kaitannya dengan gerak,

psikologi eksperimenal dan pendidikan jasmani

dalam kaitannya dengan masalah gerak

kesemuanya menyatu bersama-sama membentuk

satu wilayah yang unik yang di sebut motor

control dan learning. Yang akan banyak dibahas

banyak dalam buku ini wilayah motor learning

itusendiri serta aplikasinya dalam kegiatan belajar -

mengajar atau melatih olahraga.

b. Pendekatan dalam Mempelajari Perilaku

Motorik

Pendekatan pertama adalah psikologi.

Psikologi adalah suatu bidang studi perilaku

manusia. Disiplin ilmu ini berupaya untuk

mempelajari dan memahami perilaku manusia.

Istilah perilaku diartikan dalam pengertian luas

yaitu mencakup berbagai kegiatan manusia seperti

mengindra, mempersepsi, memperhatikan, belajar,

dan berbuat dengan gerak nyata (Sage, 1984).

Pendekatan lain adalah psikologi kognitif yang

ditekankan pada ikhtiar memanipulasi lingkungan

untuk mempelajari perilaku manusia dan

pendekatan fisiologis-psikologi yang mempelajari

mekanisme fisiologis yang melandasi perilaku.

Dalam buku ini pendekatan yang di pakai

adalah untuk mempelajari perilaku motorik,

khususnya ketempilan motorik ialah pendekatan

Page 93: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

93

fungsional-integratif. Maksudnya ialah gejala

perilaku motorik ditelaah bukan saja dari

pendekatan behavioral yang meniti beratkan

interpretasi perilaku yang teramati, tapi juga dari

aspek neurofisiologi dan sosial budaya.

c. Pemilihan Tugas Gerak

Penelitian belajar motorik dapat

berlangsung dalam kondisi (a) laboratorium, (b)

lapangan. Dalam kondisi labortorium variabel yang

termasuk ke dalam penelitian dan yang di luar

penelitian dapat dikontrol hingga mencapai tingkat

kecermatan tertentu yang dianggap lebih teliti

daripada penelitian dalam kondisi di lapangan.

Kondisi lapangan misalnya berupa kegiatan

olahraga yang kompleks atau kegiatan alamiah

lainnya di mana variabel internal dan eksternal

kurang terkontrol. Penelitian dalam kondisi

laboratorium lazimnya memanfaatkan metode

eksperimen dan yang non laboratorium dapat

menggunakan metode quasi-eksperimen.

d. Pengukuran penampilan gerakan

(Performance)

Sejalan dengan makna belajar sebagai

suatu perubahan internal dari seseorang yang

ditafsirkan berdasarkan perubahan menetap

(permanen) dalam penampilan gerak sebagai hasil

dari berlatih, maka yang penting adalah bagaimana

mengukur penampilangerak yang bersangkutan.

Schmidt (1975) misalnya mengklasifikasi

penampilan gerak atas tiga kategori :

1. kecemasan

2. ketepatan, dan

3. respon berwujud “jumlah” atau ukuran besar

KONSEP BELAJAR MOTORIK

Pengertian istilah balajar motorik tak

terlepas dari pengertian istilah belajar pada

umumnya ,oleh karena itu bagian ini

mengungkapkan makna belajar pada umumnya dan

belajar motorik pada khususnya akan dibahas

secara mendalam

Proses belajar itu sendiri merupakan masalah yang

amat kompleks dimana berkenaan dengan teori

belajar itu sendiri maka akar perkembangannya

terdapat dalam disiplin psikologi.karena itu para

psikologi memberikan andil besar dalam

pembangunan teori belajar.

Menurut oxendine(1968)menggambarkan belajar

sebagai :

(1) Akumulasi pengetahuan

(2) Penyempurnaan dalam suatu kegiatan.

(3) Pemecahan suatu masalah ,dan

(4) Penyesuaian terhadap situasi yang berubah.

Konsep belajar pada umumnya dan

belajar motorik sebagai belajar perilaku motorik

pada khususnya.telah dirumuskan terhadap

beberapa defenisi oleh para ahli oleh karena itu

belajar dapat diartikan semacam seperangkat

peristiwa,kejadian ,atau perubahan yang terjadi

apabilah seorang berlatih yang memungkinkan

seseorang dapat menjadi terampil dalam

melaksanakan suatu kegiatan.Kedua,Belajar adalah

hasing langsung dari praktek atau

pengalaman,Ketiga,Belajar tak dapat diukur secara

langsung karena proses yang mengantarkan

pencapaian perubahan prilaku berlangsung secara

internal atau dalam diri manusia.Keempat, Belajar

dipandang sebagai proses yang menghasilkan

perubahan relative permanen dalam suatu

keterampilan .

Sebagai sintesis dari keempat aspek tersebut

,dihasilkan defenisi sebagai berikut : Belajar

motorik Adalah Seperangkat proses yang bertalian

dengan latihan dan pengalaman yang

mengantarkan perubahan permanen dalam perilaku

terampil.

(Schmidt,1982).

Untuk kebutuhan analisis ,keempat

karakteristik belajar motorik yang dipaparkan oleh

(Schmidt,1982) diatas perlu dikupas secara lebih

lanjut sebagai berikut ,:

1. Belajar Sebagai Sebuah Proses

Dalam Psikologi kognitif

dijelaskan,sebuah proses adalah seperangkat

kejadian atau peristiwa yang berlangsung

bersama yang menghasilkan beberapa prilaku

tertentu.Sebagai contoh dalam membaca proses

diasosiasikan dengan gerakan mata,menangkap

kode dan simboldalam teks ,memberikan

pengertian sesuai dengan perbendaharaan kata

yang tersimpan dalam ingatan ,Dan seterusnya.

2. Belajar Motorik Adalah Hasil Langsung Dari

Latihan

Dalam makalah ini, Perubahan perilaku

motorik berupa keterampilan dipahami sebagai

hasil oada suatu latihan dan pengalaman .hal ini

perlu dipertegas untuk membedakan perubahan

Page 94: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

94

yang terjadi karena fektor kematangan dan

pertumbuhan.Faktor –Faktor itu juga dapat

menyebabkan perubahan perilaku.

3. Belajar Motorik Tak Teramati Secara

Langsung

Belajar motorik atau keterampilan

olahraga tak teramati secara langsung .Proses

yang terjadi dibalik perubahan keterampilan itu

mungkin sejali amat kompleks dalam system

persyarafanseperti misalnya bagaimana

informasi sensorik diproses,diorganisasi ,dan

kemudian diubah menjadi pola gerak otot –otot.

4. Belajar Menghasilkan Kapabilitas Untuk

Bereaksi (Kebiasaan )

Istilah Kapabilitas disini penting

maknanya karena berimplikasi pada keadaan

sebagai berikut :Jika telah tercipta kebiassan

dan kebiasaan itu “Kuat” keterampilan itu dapat

diperagakan jika terdapat kondisi yang

mendukung ,Tapi jika kondisinya tidak

mendukung misalnya lelah keterampilan yang

maksud tak akan terjadi.

5. Belajar Motorik Relatif Permanen

Ciri lain dari belajar motorik adalah

relative permanen.hasil belajar itu bertahan

hingga waktu relative lama,Misalnya saja

,seseorang mengendarai sepeda ,meskipun

selama beberapa tahun dia tedak mengendarai

sepeda namun pada suatu ketika dia tetap dapat

mengendarai sepeda.

6. Belajar Motorik Bisa Menimbulkan Efek

Negatif

Kesan umum yang kita peroleh dari uraian

terdahulu ialah bahwa belajar dapat

menimbulkan efek positif yakni penyempurnaan

keterampilan atau keterampilan gerak seseorang

.Namun anggapan ini mengandung persoalan

karena apa yang disebut kemajuan tak lepas dari

persepsi sipengamat.

7. Kurva Hasil belajar

Apakah yang dimaksud kurva belajar?

Grafik yang menggambarkan penguasaan

kapabilitas untuk bereaksi (yaitu

Kebiasaan)dalam suatu jenis tugas setelah

dilakukan berulang-ulang disebut kurva

belajar.grafik tersebut menampilkan

perkembangan penampilan kemampuan

geraksebagai cerminan suatu proses belajar

internal yang berlangsung dalam diri

seseorang.Namun hasilnya tak mampu

menggambarkan dan mengungkap kondisi

internal yang sebenarnya tapi kurva ini dapat

digunakan untuk kebutuhan praktis atas dasar

penampilan yang nyata itulah dapat ditafsirkan

kemajuan, sehingga menghasilkan beberapa tipe

kurva ,Seperti :

(1) Penurunsn jumlah Waktu dalam

menyelesaikan suatu tugas.

(2) Pengukuran kecermatan seperti

mengarahkan suatu obyek kesebuah target

(3) Penurunan dalam jumlah kesalahan ketika

mempelajari suatu keterampilan

(4) Kombinasi dari dua tipe atau lebih dari

teknik pengukuran tersebut diatas

PENUTUP

Dalam implementasinya pelatih, guru

olahraga, atlet, manajer harus memperhatikan pada

tahap persiapan khusus, pra-kompetisi dan

kompetisi diharapkan dapat memahami peranan

motor learning dalam menunjang teknik dasar,

baik untuk membetulkan, meningkatkan dan

mengembangkan segala teknik ketaraf otomatisasi

gerak sehingga menampakkan keterampilan gerak

yang baik untuk mencapai prestasi yang optimal.

Diharapkan dalam menyusun jadwal pelatihan

pada tiap siklus mikro harus ada jadwal untuk teori

dalam membentuk dan mengembangkan kognisi

atlet atau siswa sejalan dengan tuntutan cabang

olahraga tersebut. Dalam proses pembentukan dan

pengembangan kognisi, atlet/siswa diharapkan

dapat mengikutinya dan dapat membangun

interaksi untuk memperbaiki dan melengkapi

atlet/siswa dalam latihan-latihan selanjutnya.

Diharapkan para manajer dapat memperhatikan

kebutuhan yang dituntut dalam cabang olahraga

yani ia tangani agar dapat menunjang penampilan

atlet untuk meraih prestasi yang diinginkan,

sebagai hasil feedback dari pengkajian motor

learning.

Page 95: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

95

DAFTAR PUSTAKA

Bower, G.H, and Hilgord. E.R, 1984. Theories of

Learning, Prentice Hall, Inc Jersey.

De Cocco.J.P, and Crawford.W.R. 1974. The

Psycology of Learning and Instruction,

Englewood Cliffs Inc.

Kosasih Nana, 1987. Metode Belajar Keseluruhan

Bagian dan Bagian Keseluruhan Terhadap

Prestasi Belajar Panahan Bagi Mahasiswa

Yang Mempunyai Kekuatan Otot Punggung

dan Ketepatan Membidik Berbeda, IKIP

Jakarta. Jakarta.

Oxidine.J.B. 1980. Psycology of Motor Learning,

Prentice Hall, Inc. New York.

Rahantoknam, B.E. 1983. Pengaruh Metode

Penyajian Informasi Balikan Dan Tingkat

Intelegensi Terhadap Prestasi Belajar

Motorik, IKIP Jakarta. Jakarta

Rink, Judith E., (1985), Teaching Physical

Education for Learning, St Louis, Toronto,

Santa Clara : Mosby College Publishing.

Rusli Lutan, (1984). Beberapa Isu dalam Olahraga,

Makalah.

Saidel. Beverly. L. 1975. Sport Skill: A Conceptual

Approach to Meaningful Movement, WM.C.

Brown Company Publishers, Duduque.

Singer. Robert. N, and Dick Wolter, 1980.

Teaching Physical Education, Houngton

Miffiln Company. Boston.

Schimid.R.A. 1988. Motor Control and Learning

Behavioral Emphasis, Human Kinetics

Publihers. Illionis.

Schmidt, Richard A., (1982). Motor Control and

Learning, Champaign : Human Kinetics

Publishers. Inc.

Singer, Robert N., (1968), Motor Learning ang

Human Performance, New York : The

Macmillan Company.

Stallings, Loretta M., (1982), Motor Learning :

From Theory to Practice. Washington DC.

Wm C. Brown Company.

Wade, M.G. (ed.), (1986), Motor Skill Acquisition

of Mentally Handicapped, Amsterdam :

Elsevier Science Publisher.

Whiting, H. T. A., (1975), Concepts in Skill

Learning, London :Lepus Book.

Wittrock, Merlin C, (ed), (1986), Handbook of

Research on Teaching, New York :

Macmillan Publishing Company.

Page 96: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

96

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SAINS BAGI SISWA SD

MELALUI PENERAPAN MODEL TECHING CONCEPT DENGAN STRATEGI

CONCEPT ATTAINMENT1

Oleh :

Luh Sukariasih2

Abstrak : penerapan model teaching concept dengan strategi concept attainment pada siswa sekolah dasar

kelas IV SDN 1 Tikep untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar sains dalam bingkai penelitian

tindakan kelas pada materi pokok perubahan wujud benda. Penelitian dirancang dalam 2 siklus dengan 3x

pertemuan. Subyek penelitian berjumlah 31 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

dan hasil belajar dari siklus1 ke siklus 2. Peningkatan aktivitas yang signifikan terjadi pada aspek

membedakan atribut kritis dari contoh dan bukan contoh, memberikan nama konsep berdasarkan atribut

kritis, memberikan defenisi dan menggambarkan proses berpikir yang meningkat dari kategiri cukup

menjadi sangat baik. Peningkatan hasil belajar ditunjukkan oleh peningkatan persentase ketuntasan belajar

dari siklus 1 ke siklus 2 yakni dari 38,71 % meningkat menjadi 80,65% atau sebesar 41,94%

Kata kunci : Teching concept, Concept attainment

PENDAHULUAN

1 Ringkasan Hasil Penelitian 2 Dosen Pend. Fisika FKIP Unhalu

Model teaching concept (pengajaran konsep)

merupakan satu model pengajaran yang

dikembangkan untuk mengajarkan ide, kunci atau

konsep (concept) yang menjadi dasar bagi siswa

untuk mampu berpikir tingkat tinggi (higher level

thinking). Fokus dari model teaching concept yaitu

guru membimbing siswa dalam mencapai dan

mengembangkan konsep dasarnya yang dibutuhkan

untuk belajar lebih lanjut dan berpikir tingkat

tinggi. Konsep diajarkan melalui contoh dan bukan

contoh dengan cara mengidentifikasi atribut kritis

dan non kritis. Atribut kritis adalah karakteristik

yang dimiliki oleh semua anggota kelas yang

digunakan untuk memisahkan satu konsep dengan

yang lainnya. Sedangkan atribut non kritis adalah

karakteristik yang bisa ditemukan dalam beberapa

anggota tetapi tidak dalam semua anggota kelas.

Dalam model teaching concept terdapat 3 (tiga)

strategi (meskipun Arends,1989 dalam bukunya

learning to teach mengatakan sebagai approach

tapi penulis memaknainya sebagai strategi dan

bukan sebagai pendekatan), yaitu : (1). Presentasi

langsung (direct presentation), (2). Pembentukan

konsep (concept formation), (3). Pencapaian

konsep (concept attainment).

Ada empat fase atau langkah utama di

masing-masing strategi pengajaran konsep.

Meskipun ada variasi dalam urutan aktivitas

belajar dan perilaku guru pendamping di fase 2 dan

3. Semua urutan dari fase dirangkum dalam Tabel

berikut :

Page 97: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

97

Tabel 1. Sintaks Pengajaran Konsep (Teaching Concept)

FASE PERILAKU GURU

Fase 1:

Penyajian tujuan

dan penetapan

skenario

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan

menetapkan skenario

Fase 2

atau 3:

Daftar, label,

definisi

Guru menamai konsep dan mengidentifikasi atribut

kritis di presentasi langsung. Di pembentukan

konsep, guru menolong siswa membedakan properti

kelompok dan label identifikasi bentuk. Di

pencapaian konsep, siswa dilibatkan dalam proses

induktif di mana mereka menemukan atribut konsep.

Fase 2

atau 3:

Penyajian contoh

dan bukan contoh

Guru menampilkan contoh, menggunakan

pendekatan pencapaian konsep dan presentasi

langsung. Di pembentukan konsep, siswa

mengelompokan objek dengan karakteristiknya.

Fase 4: Menolong siswa

menganalisis

berpikir dan

mengintegrasikan

belajar

Guru membantu siswa untuk berpikir tentang

pikirannya sendiri dan untuk mengintegrasikan

belajar baru

(Arends, 1989: 323-325).

Presentasi langsung menekankan guru

dalam memberi label dan mendefinisikan konsep

untuk dipelajari di awal pelajaran yang diikuti

dengan penyajian contoh-contoh terbaik dan

presentasi untuk pemahaman siswa melalui

expository (penjelasan) dan/atau interrogatory

(pemeriksaan) pada konsep.

Strategi pembentukan konsep melibatkan

siswa dalam pencatatan dan pengelompokan obyek

dan gagasan dalam beberapa hal, bahkan penamaan

dan mendefinisikan konsep-konsep mereka sendiri.

Strategi ini terutama sekali bermanfaat ketika

tujuan belajar mengandung penemuan konsep baru

dan pengembangan konsep.

Strategi pencapaian konsep dimulai dengan

presentasi contoh dan bukan contoh suatu konsep

tertentu dan menyimpan pendefinisian dan

pelabelan sampai akhir.

Tabel 2. Sintaks pendekatan pencapaian konsep (Concept Attainment)

FASE PERILAKU GURU

Fase 1

Penyajian tujuan dan

menetapkan skenario

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan

mendapatkan siswa siap belajar

Fase 2 Penyajian contoh dan

bukan contoh

Guru menampilkan contoh dan non-contoh

dari konsep

Fase 3

Daftar, label, definisi

Siswa dilibatkan dalam proses induktif di

mana mereka menemukan atribut konsep.

Fase 4 Menolong siswa

menganalisis berpikir dan

mengintegrasikan belajar

Guru membantu siswa untuk berpikir tentang

pikirannya sendiri dan untuk

mengintegrasikan belajar

Page 98: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

98

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di kelas IV

sekolah dasar pada materi pokok perubahan wujud

benda yang dilakukan dalam 3x pertemuan dalam

bingkai penelitian tindakan kelas yang dirancang

dalam 2 siklus. Data penelitian terdiri dari aktivitas

siswa dan guru yang diperoleh dengan

menggunakan lembar observasi dan data hasil

belajar yang diperoleh dengan menggunakan tes

hasil belajar. Siswa dibentuk dalam tatanan

kelompok belajar yang terdiri dari 4-5 orang tiap

kelompok

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian ini meliputi data aktivitas

siswa, aktivitas guru dan data hasil belajar siswa.

Berikut data rata-rata aktivitas siswa untuk masing-

masing satuan aktivitas dari siklus 1 (satu) ke

siklus 2 (dua) dalam kategori

Tabel 3. Rata-Rata Aktivitas Siswa pada Setiap Siklus

No Aspek yang Dinilai Siklus

I II

1. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang fungsi kategori “ya”

(contoh) dan “tidak” (bukan contoh) dari suatu konsep

baik baik

2. Siswa mampu membedakan atribut kritis dari konsep yang

diberikan melalui contoh dan bukan contoh yang diberikan oleh

guru

Cukup Sangat

baik

3. Siswa membandingkan karakteristik contoh “ya” (contoh) dan

“tidak” (bukan contoh)

Cukup Baik

4. Siswa mampu memberikan hipotesis dari konsep perubahan wujud

benda dan menguji contoh “ya” dalam melawan contoh “tidak”

(bukan contoh)

Cukup

Baik

5. Siswa mampu memberi label pada setiap contoh “ya” (contoh) Baik Sangat

baik

6. Siswa mampu menyatakan karakteristik penting (atribut kritis) dari

konsep

Baik Sangat

baik

7. Siswa mampu memberikan nama pada konsep berdasarkan atribut

kritisnya

Cukup Sangat

baik

8. Siswa mampu memberikan definisi dari konsep Cukup Sangat

baik

9. Siswa mampu membenarkan jawaban mereka terhadap contoh

tambahan yang diberikan oleh guru berdasarkan atribut kritis dari

konsep

Kuran

g

Baik

10. Siswa mampu memasok contohnya sendiri agar sesuai dengan

konsep

Cukup Baik

11. Siswa mampu menggambarkan proses berpikir yang mereka

gunakan dalam mencapai konsep

Kuran

g

Sangat

baik

Rata-Rata Aktivitas Siswa Cukup Baik

Dari table diatas terlihat bahwa terjadi

peningkatan aktivitas dari siklus 1 ke siklus 2

untuk semua satuan aktivitas. Terdapat beberapa

aktivitas mengalami peningkatan yang cukup

signifikan, diantaranya aktivitas . Peningkatan

tersebut tidak terlepas dari upaya guru dalam

melakukan perbaikan pengajaran yang dilakukan

setelah observasi terhadap proses dan hasil belajar

dilakukan. Berikut data aktivitas guru selama

proses pembelajaran berlangsung :

Page 99: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

99

Tabel 4. Data aktivitas guru selama proses belajar mengajar

No Aktivitas guru yang dinilai Siklus I Siklus II

1. Menjelaskan tujuan pembelajaran Sangat baik Sangat baik

2. Menjelaskan fungsi kategori ”contoh” dan ”bukan contoh” Baik Sangat baik

3. Memberikan contoh awal yang jelas yang mengandung

karakteristik yang penting

Sangat baik Sangat baik

4. Memberikan pertanyaan yang berfokus pada berpikir siswa

tentang atribut penting

Kurang Baik

5. Meminta siswa untuk mebandingkan ”contoh” Baik Sangat baik

6. Meminta siswa untuk membandingkan karakteristik ”contoh”

dan ”bukan contoh”

Kurang Baik

7. meminta siswa melabel pada setiap ”contoh” Baik Baik

8. Meminta siswa untuk menghasilkan hipotesis dari konsep

perubahan wujud benda dan menguji mereka membandingkan

“contoh” dan “bukan contoh”

Cukup Sangat baik

9. Meminta siswa untuk memberi nama konsep Baik Sangat baik

10. Meminta siswa untuk menyatakan karakteristik penting (atribut

kritis) dari konsep

Baik Baik

11. Menghadirkan contoh tambahan dan bertanya apakah mereka

mengandung konsep

Sangat baik Sangat baik

12. Meminta siswa untuk membenarkan jawaban mereka Baik Sangat

baik

13. Meminta siswa untuk membenarkan contoh mereka dengan

mengidentifikasi karakteristik yang penting (yaitu, atribut

kritis)

Baik Baik

14. Meminta siswa untuk menggambarkan proses berpikir yang

mereka gunakan dalam mencapai konsep

Kurang Baik

Rata-Rata Cukup Sangat baik

Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari persentase ketuntasan dari tiap siklus. Berikut data

ketuntasan belajar pada siklus 1 dan siklus 2 :

Tabel 5. Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa

No. Jenis

Evaluasi

Ketuntasan

Tuntas Belum Tuntas

Frekuensi

(orang)

Persentase

(%)

Frekuensi

(orang)

Persentase

(%)

1. Siklus I 12 38,71 19 61,29

2. Siklus II 25 80,65 6 19,35

Untuk lebih jelasnya gambaran jumlah

siswa yang sudah tuntas dengan belum tuntas

belajar pada tiap siklus dapat dilihat pada Gambar

4.5 berikut:

Page 100: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

100

Gambar 4.5 Grafik Persentase Jumlah Siswa Sudah

Tuntas dan Belum Tuntas Belajar

Dari data ketuntasan hasil belajar diatas

dapat dilihat terjadi peningkatan persentase

ketuntasan belajar dari siklus 1 ke siklus 2 yakni

sebesar 41,94%. Ketuntasan belajar meningkat dari

38,71% menjadi 80,65%.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif

terhadap aktivitas siswa, guru dan data hasil

belajar, menunjukkan bahwa model pengajaran

konsep dengan strategi pencapaian konsep

(concept attainment) mampu mengaktifkan siswa

dalam pembelajaran yang diindikasikan oleh

meningkatnya aktivitas dan hasil belajar dari siklus

1 ke siklus 2. Yang khas dari model pengajaran

konsep dengan strategi pencapaian konsep adalah

adanya penyajian contoh dan bukan contoh, siswa

diberi kesempatan untuk mengidentifikasi atribut

kritis dari masing-masing konsep sampai akhirnya

mereka menemukan sendiri definisi konsepnya.

Arends,1989 mengatakan bahwa kelebihan

model pengajaran konsep dengan strategi

pencapaian konse dibandingkan dengan cara yang

biasa dipakai oleh guru pada umumnya terletak

pada sistematikanya serta model ini lebih dapat

mengaktifkan keterlibatan intelektual siswa,

sehingga konsep yang diperoleh lebih bermakna

dan akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.

KESIMPULAN

Model pengajaran konsep (teaching

concept) dengan strategi pencapaian konsep

(concept attainment) dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa. Aktivitas belajar siswa

dapat ditingkatkan dari kategori cukup pada siklus

1 menjadi kategori baik pada siklus 2. Sedangkan

peningkatan hasil belajar meningkat berdasarkan

peningkatan persentase ketuntasan belajar yakni

38,71% pada siklus 1 menjadi 80,65% atau

meningkat sebesar 41,94%.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. 1989. Learning To Teach. McGrow-

Hill : Singapura.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta :

Rineka Cipta.

----------------, 2005. Dasar-Dasar Evaluasi

Pendidikan Edisi Revisi Cetakan Ke-5. Jakarta :

Bumi Aksara.

Iskandar, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jambi :

Gaung Persada Press.

RW Dahar, 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta :

Erlangga.

Page 101: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

101

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI PERSAMAAN KEDUDUKAN

WARGA NEGARA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL QUANTUM TEACHING

PADA SISWA KELAS X-2 SMA NEGERI 9 KENDARI1

Oleh:

Sulfa2

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan

Kewarganegaraan pada materi persamaan kedudukan warga Negara pada siswa kelas X-2 SMA

Negeri 9 Kendari melalui penerapan model quantum teaching. Penelitian ini dilaksanakan pada

siswa kelas X-2 SMA Negeri 9 Kendari pada semester genap tahun ajaran 2010/2011. Faktor

yang diteliti adalah faktor hasil belajar siswa dan faktor guru. Jenis data dalam penelitian ini

terdiri data kualitatif dan data kuantitatif. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan persentase yang mengacu pada indikator kinerja yang ditetapkan.

Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan aktivitas mengajar guru, aktivitas belajar siswa

maupun pada hasil belajar siswa. Aktivitas mengajar guru pada siklus I yang hanya mencapai

persentase sebesar 70% meningkat pada siklus II menjadi 90%. Begitu pula pada aktivitas

belajar siswa, pada siklus I persentase keaktivan hanya 50% meningkat pada siklus II menjadi

90%. Peningkatan aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa yang melaksanakan

model pembelajaran quantum teaching membawa dampak positif pada hasil belajar siswa.

Kesimpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran model quantum teaching

dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas X-2 SMA Negeri 9

Kendari pada materi persamaan kedudukan warga negara.

Kata kunci: Model pembelajaran quantum teaching, Hasil Belajar PKn, aktivitas mengajar

guru dan aktivitas belajar siswa.

1 Ringkasan hasil Penelitian 2 Dosen Pend. IPS/PPKn FKIP Unhalu

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Masalah hasil belajar merupakan salah satu

masalah yang tidak pernah usai dibicarakan dalam

dunia pendidikan, sebab hasil belajar menjadi

suatu indikator keberhasilan dari proses

pembelajaran. Banyak faktor yang mempengaruhi

hasil belajar, antara lain keterampilan dan

kemampuan mengajar guru, lingkungan belajar

siswa, media pembelajaran yang digunakan, cara

guru memotivasi siswa, serta strategi dan model

pembelajaran yang diterapkan oleh guru di dalam

kelas.

Kepadatan materi Pendidikan

Kewarganegaraan jika hanya diajarkan melalui

metode ceramah dengan target hanya

menghabiskan materi maka siswa akan merasa

bosan dan cenderung pasif dalam proses

pembelajaran, sehingga hasil belajar yang dicapai

tidak memuaskan. Siswa cenderung tidak

memperhatikan dengan serius materi yang

diajarkan oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan

sehingga materi yang diajarkan tidak dapat

dipahami dengan baik. Kondisi seperti ini terjadi

pada kelas X-2 SMA Negeri 9 Kendari.

Hasil belajar mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan, khususnya pada materi

persamaan kedudukan warga negara rata-rata

masih tergolong rendah. Berdasarkan data yang

diberikan oleh guru bidang studi Pendidikan

Kewarganegaraan siswa kelas X-2 menunjukkan

pada semester genap tahun ajaran 2008/2009,

hanya 25 dari 45 orang siswa (55,5%) yang

mencapai skor 67 (tuntas belajarnya). Semester

genap tahun ajaran 2009/2010 hanya 27 dari 46

orang siswa (58,6%) berkriteria tuntas atau

Page 102: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

102

mencapai skor 67 (standar kriteria ketuntasan

minimal yang ditetapkan oleh sekolah pada mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan). Hal ini

menjadi alasan perlunya diadakan tindakan

perbaikan pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar Pendidikan

Kewarganegaraan siswa kelas X-2 khususnya pada

materi persamaan kedudukan warga negara.

Rendahnya hasil belajar Pendidikan

Kewarganegaraan siswa kelas X-2 disebabkan

karena pada saat pembelajaran berlangsung, guru

cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran di

kelas sedangkan siswa bersifat pasif. Siswa kurang

aktif memperhatikan penjelasan guru pada saat

menjelaskan materi. Siswa saling mengganggu

pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Penyebab lainnya adalah siswa hanya mendapatkan

pengetahuan secara deklaratif, serta model yang

diterapkan oleh guru bersifat monoton yaitu

menggunakan model pembelajaran konvensional,

Hal ini diduga menjadi penyebab rendahnya hasil

belajar siswa kelas X-2 pada mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan khususnya materi

persamaan kedudukan warga negara pada siswa

kelas X-2.

Untuk memecahkan masalah pembelajaran

tersebut, maka perlu diterapkan model

pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara

aktif serta meningkatkan aktivitas guru dalam

mengajar bukan hanya sekedar ceramah guna

meningkatkan hasil belajar Pendidikan

Kewarganegaraan siswa khususnya pada materi

persamaan kedudukan warga negara. Salah satu

model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah

model quantum teaching. Menurut A‟la (2010: 60)

mengatakan cara-cara belajar dalam quantum

teaching dapat meningkatkan motivasi dan minat

belajar dengan menerapkan enam langkah

pelaksanaan pembelajaran yang dikenal dengan

istilah TANDUR (tumbuhkan, alami, namai,

demonstrasikan, ulangi dan rayakan). Hal ini dapat

dilihat dari adanya interaksi positif antara siswa-

guru, siswa-siswa, dan siswa dengan materi

pembelajaran, siswa mengalami kemudahan dalam

menerima pelajaran, siswa lebih aktif dalam

pembelajaran dengan adanya kesempatan untuk

mendemonstrasikan pengetahuan maupun

pemahaman mereka masing-masing dan siswa

lebih aktif dan semangat lagi untuk belajar karena

jerih payah mereka dalam mendemonstrasikan

pemahaman mereka mendapat penghargaan atau

pujian dari guru maupun temannya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis

mengadakan penelitian dalam bentuk Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) dengan judul:

“Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan

Kewarganegaraan Materi Persamaan Kedudukan

Warga Negara Melalui Pembelajaran Model

Quantum Teaching Pada Siswa Kelas X-2 SMA

Negeri 9 Kendari”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah

diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: (1) apakah penerapan

model quantum teaching dapat meningkatkan hasil

belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi

persamaan kedudukan warga negara pada siswa

kelas X-2 SMA Negeri 9 Kendari? (2) apakah

penerapan model quantum teaching dapat

meningkatkan aktivitas mengajar guru dalam

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi

persamaan kedudukan warga negara pada siswa

kelas X-2 SMA Negeri 9 Kendari? (3) apakah

penerapan model quantum teaching dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi

persamaan kedudukan warga negara pada siswa

kelas X-2 SMA Negeri 9 Kendari?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan: (1) untuk

meningkatkan hasil belajar Pendidikan

Kewarganegaraan materi persamaan kedudukan

warga negara pada siswa kelas X-2 SMA Negeri 9

Kendari melalui penerapan model pembelajaran

quantum teaching, (2) untuk meningkatkan

aktivitas mengajar guru, (3) untuk meningkatkan

aktivitas belajar siswa melalui pembelajaran model

quantum teaching.

KAJIAN PUSTAKA

Belajar adalah suatu proses yang ditandai

dengan adanya perubahan pada diri seseorang

sebagai hasil proses yang dapat ditunjukkan dalam

berbagai bentuk yaitu berubahnya pemahaman,

sikap dan tingkah lakunya, daya penerimaan dan

aspek-aspek lain yang ada pada individu siswa

(Sudjana, 2000: 28).

Page 103: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

103

Di dalam dunia pendidikan, istilah

pembelajaran dan istilah mengajar sering sekali

dipersamakan, padahal kedua merupakan istilah

yang sangat berbeda. Alvin mendefinisikan

mengajar sebagai suatu aktivitas untuk mencoba

menolong, membimbing seseorang untuk

mendapatkan pemahaman atau mengembangkan

keahlian (skill), sikap (attitude), cita-cita (ideal),

penghargaan (appreciation) dan pengetahuan

(knowledge). Maksudnya guru harus mampu

membawa perubahan yang baik untuk mengubah

tingkah laku siswa (Rusyan T., 1994: 12).

Mengajar merupakan suatu proses terjadinya

interaksi antara guru dan siswa melalui kegiatan

terpadu dari dua bentuk kegiatan yakni kegiatan

siswa dengan kegiatan mengajar guru. Mengajar

pada dasarnya adalah usaha direncanakan melalui

pengaturan dan penyediaan kondisi yang

memungkinkan siswa melakukan berbagai kegiatan

belajar seoptimal mungkin (Sudjana, 1998: 3).

Winaputra dkk (2008: 1.18) berpendapat

pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan

untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan

meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada

diri peserta didik. Oleh karena pembelajaran

merupakan upaya yang sistematis dan sistematik

untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan

meningkatkan proses belajar maka kegiatan

pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat,

dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut. Istilah

pembelajaran merupakan istilah baru yang

digunakan untuk menunjukkan kegiatan guru dan

siswa. Sebelumnya, sering digunakan istilah proses

belajar mengajar atau pengajaran.

Hamilton, dkk (2000: 1) menyatakan hasil

belajar merupakan kemampuan belajar yang

ditunjukkan dalam penampilan yang tetap sebagai

akibat dari proses belajar yang terjadi melalui

program yang menyediakan fakta-fakta, bukti-

bukti, keterangan dan sebagainya. Ukuran

keberhasilan itu dapat diketahui dari evaluasi yang

terbentuk skor untuk kerja seseorang dalam

memahami konsep dan bagaimana menggunakan

konsep itu dalam bidang ilmu itu sendiri maupun

terhadap bidang ilmu lainnya. Ibrahim dan Syaodin

(2003: 86) mengemukakan proses belajar mengajar

akan diperoleh suatu hasil yang dibuat hasil

pengajaran atau hasil belajar. Pada materi konsep

dasar Pendidikan Kewarganegaraan telah

dikemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan

merupakan pelajaran dengan keunikan tersendiri.

Pendidikan Kewarganegaraan dimaknai sebagai

pendidikan nilai dan pendidikan politik demokrasi.

Hal ini mengandung konsekwensi bahwa dalam hal

perancangan pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan perlu memperhatikan

karakteristik pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan itu sendiri. Dalam naskah

lampiran Permendiknas nomor 22 tahun 2006

tentang Standar Isi disebutkan bahwa mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan

mata pelajaran yang memfokuskan pada

pembentukan warga negara yang memahami dan

mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya

untuk menjadi warga Negara Indonesia yang

cerdas, terampil, dan berkarakter yang

diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945

(Winarno, 2006: 28-29). Tujuan dari mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah

agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

(1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif

dalam menanggapi isu kewarganegaraan; (2)

berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab,

dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan

berrnasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta

anti-korupsi; (3) berkembang secara positif dan

demokratis untuk membentuk diri berdasarkan

karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat

hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; (4)

berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam

percaturan dunia secara langsung atau tidak

langsung dengan memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi (Winarno, 2006: 29).

A‟la (2010: 21) mengatakan kata quantum

berarti interaksi yang mengubah energi menjadi

cahaya. Jadi model quantum teaching menciptakan

lingkungan belajar yang efektif, dengan cara

menggunakan unsur yang ada pada siswa dan

lingkungan belajarnya melalui interaksi yang

terjadi di dalam kelas. A‟la (2010: 34-40)

mengemukakan model quantum teaching terdapat

enam langkah pembelajaran yang tercermin dalam

istilah tandur, yaitu: (a) tumbuhkan minat dengan

memuaskan, yakni apakah manfaat yang akan

diperoleh dari pelajaran tersebut bagi gurunya dan

siswanya; (b) alami, yakni ciptakan dan datangkan

pengalaman umum yang dapat dimengerti semua

siswa. Jangan sampai seorang guru menggunakan

istilah yang asing dan sulit dimengerti karena ini

akan membuat siswa akan merasa bosan dalam

Page 104: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

104

belajar; (c) memberi nama, untuk ini harus

disediakan kata kunci, konsep, model, rumus,

strategi, yang kemudian akan menjadi sebuah

masukan bagi siswa; (d) demonstrasikan, yakni

sediakan kesempatan bagi pelajar untuk

menunjukkan bahwa mereka tahu; (e) ulangi, yakni

tunjukan kepada para pelajar tentang cara-cara

mengulang materi dan menegaskan bahawa siswa

tahu bahwa siswa memang tahu ini; (f) rayakan,

yakni pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi,

dan perolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.

Perayaan adalah ekspresi dari kelompok seseorang

yang telah berhasil mengerjakan sesuatu tugas dan

kewajiban dengan baik.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X-2

SMA Negeri 9 Kendari, semester genap tahun

ajaran 2010/2011. Penetapan kelas X-2 sebagai

lokasi penelitian didasarkan pada hasil diskusi

dengan guru bidang studi Pendidikan

Kewarganegaraan yang menyatakan bahwa di kelas

tersebut hasil belajar pada materi persamaan

kedudukan warga negara lebih rendah

dibandingkan dengan kelas lain di mana

berdasarkan hasil belajar mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan khususnya pada

materi persamaan kedudukan warga negara siswa

kelas X-2 rata-rata belum berkriteria tuntas atau

mencapai skor 67 (standar kriteria ketuntasan

minimal yang ditetapkan oleh sekolah pada mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan) sehingga

diperlukan satu model pembelajaran yang dapat

merangsang siswa menguasai materi pembelajaran.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah guru mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebanyak 1

orang (selaku guru kolaborasi) dan siswa kelas X-2

SMA Negeri 9 Kendari yang terdaftar pada

semester genap Tahun Ajaran 2010/2011 dengan

jumlah 48 orang siswa.

Faktor Yang Diteliti

Untuk menjawab permasalahan yang ada,

terdapat beberapa faktor yang diteliti. Faktor-faktor

tersebut antara lain: (1) faktor siswa, yaitu

menyelidiki peningkatan aktivitas belajar siswa

dalam proses pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan melalui penerapan model

pembelajaran quantum teaching; (2) faktor guru,

yaitu menyelidiki keterlaksanaan pembelajaran

yang dilaksanakan oleh guru dalam proses

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

melalui penerapan model pembelajaran quantum

teaching; (3) faktor hasil belajar, yaitu menyelidiki

peningkatan hasil belajar Pendidikan

Kewarganegaraan siswa dengan menerapkan

model pembelajaran quantum teaching.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri

atas 2 (dua) siklus, dengan setiap siklus

dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang

dicapai pada faktor-faktor yang diteliti. Adapun

pelaksanaan tindakan tersebut mengikuti prosedur

penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

1. Perencanaan tindakan

2. Pelaksanaan tindakan

3. Observasi dan evaluasi

4. Refleksi

Secara rinci prosedur pelaksanaan tindakan

kelas ini dijabarkan sebagai berikut:

a. Perencanaan tindakan. Kegiatan yang dilakukan

pada tahap ini meliputi:

1) Membuat rencana perbaikan pembelajaraan

pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dengan submateri

persamaan kedudukan warga negara dengan

menggunakan model quantum teaching.

2) Membuat skenario pembelajaran.

3) Menyiapkan media pembelajaran berupa

peta konsep submateri persamaan kedudukan

warga negara.

4) Membuat atau menyiapkan lembar observasi

guru.

5) Menyiapkan lembar observasi siswa.

6) Menyusun soal-soal evaluasi dalam bentuk

kuis untuk mengukur hasil belajar siswa.

7) Membuat kunci jawaban kuis

b. Pelaksanaan tindakan. Kegiatan yang

dilaksanakan pada tahap ini adalah

melaksanakan tindakan perbaikan

pembelajaran yang sesuai skenario yang telah

dibuat.

Page 105: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

105

c. Observasi dan evaluasi. Pada tahap ini

dilaksanakan observasi pada pelaksanaan

pembelajaran dengan penerapan model

quantum teaching pada mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan serta dilakukan

evaluasi diakhir pelaksanaan siklus untuk

mengetahui sejauhmana penguasaan siswa

terhadap materi yang telah diajarkan (submateri

persamaan kedudukan warga negara) dengan

menggunakan format penilaian yang telah

disiapkan serta untuk mengetahui keberhasilan

(aktivitas pembelajaran guru dan siswa)

pelaksanaan tindakan.

d. Refleksi. Pada tahap ini dilakukan untuk

mengetahui sejaumana keberhasilan dan

kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan

tindakan (hasil dan proses pembelajaran)

sebagai bahan dasar/acuan untuk pelaksanaan

perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.

Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang diperoleh berupa data

kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh

dari tes hasil belajar, sedangkan data kualitatif

diperoleh dari lembar observasi.

Teknik pengumpulan data yang digunakan

antara lain: (1) data tentang proses pelaksanaan

pembelajaran model quantum teaching diperoleh

dengan menggunakan lembar observasi; (2) data

tentang hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan

siswa diperoleh dengan menggunakan tes hasil

belajar; (3) dokumentasi digunakan sebagai bukti

fisik kegiatan pembelajaran dalam siklus tindakan

dalam penelitian.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan adalah

teknik analisis deskriptif adalah

1. Tingkat ketuntasan belajar individu,

menggunakan rumus:

Nilai Akhir = x 100 )

2. Tingkat ketuntasan klasikal, menggunakan

rumus:

Ketuntasan Belajar=

x 100%

3. Persentase hasil observasi mengajar guru dan

belajar siswa, menggunakan rumus:

Persentase

keberhasilan:

(Riduwan, 2000:

25).

Indikator Kinerja

Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan

siswa kelas X-2 dikatakan telah meningkat apabila

siswa telah memperoleh nilai 67 (skor kriteria

ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah

khususnya pada mata Pendidikan

Kewarganegaraan) dengan persentase keberhasilan

secara klasikal minimal 80%. Aktivitas proses

pembelajaran yang dilakukan oleh guru dikatakan

telah berhasil apabila persentase keberhasilan guru

dalam melaksanakan skenario pembelajaran model

quantum teaching mencapai 80%. Aktivitas belajar

siswa dikatakan berhasil apabila persentase

keberhasilan aktivitas belajar Pendidikan

Kewarganegaraan siswa telah mencapai 80%.

DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Per Siklus

Siklus I

1. Perencanaan

Peneliti sebagai guru pengajar

merencanakan kegiatan pembelajaran dengan

melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran

siklus I dengan submateri persamaan

kedudukan warga negara

2) Membuat skenario pembelajaran siklus I

3) Menyiapkan media pembelajaran berupa peta

konsep dengan submateri persamaan

kedudukan warga negara

4) Membuat lembar observasi aktivitas mengajar

guru dalam pembelajaran quantum teaching

siklus I

5) Membuat lembar observasi aktivitas belajar

siswa dalam pembelajaran quantum teaching

siklus I

Page 106: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

106

6) Menyusun soal-soal evaluasi dalam bentuk

kuis mengukur hasil belajar siswa pada siklus

I

7) Membuat kunci jawaban soal-soal evaluasi

pada siklus I.

2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan pada hari

Jumat tanggal 25 Februari 2011 dengan jumlah

siswa 43 orang. Peneliti bertindak sebagai guru

yang melakukan pembelajaran mengacu pada

Rencana Perbaikan Pembelajaran yang telah

dipersiapkan sebelumnya. Kegiatan pembelajaran

di kelas X-2 dilaksanakan dengan menerapkan

model quantum teaching. Adapun langkah-langkah

kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan

berdasarkan Rencana Perbaikan Pembelajaran

dibagi dalam 3 kegiatan sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

Guru membuka pelajaran dengan

menyampaikan salam, menanyakan kesiapan

belajar siswa dan mengecek kehadiran siswa.

Selanjutnya guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai pada akhir

pembelajaran, guru menyampaikan pula

model pembelajaran yang akan digunakan

dalam pembelajaran. Guru memberikan

apersepsi dengan mengajukan pertanyaan,

motivasi siswa dan membuat kaitan materi

yang baru dengan materi sebelumnya.

2) Kegiatan inti

Dalam kegiatan inti, guru

menjelaskan submateri persamaan

kedudukan warga negara guru memberikan

contoh-contoh atau pengalaman umum yang

mudah dipahami oleh siswa. Tahapan

selanjutnya, siswa diberikan kesempatan

untuk bertanya tentang materi pelajaran yang

belum dipahami. Pertanyaan tersebut

sebelum dijawab oleh guru, guru

memberikan kesempatan kepada beberapa

siswa untuk menjawab. Selanjutnya,

beberapa orang siswa diberikan kesempatan

untuk mendemostrasikan pengetahuannya

tentang apa yang dipahami terkait submateri

persamaan kedudukan warga negara di depan

kelas atau di papan tulis dengan mengacu

kepada peta konsep yang dibuatnya sendiri

maupun guru. Siswa lain menyimaknya dan

bersiap-siap untuk menanggapinya. Guru

memberikan pujian atau menyuruh siswa lain

untuk memberikan tepuk tangan kepada

siswa yang bisa menjawab atau

mendemonstrasikan pengetahuannya.

3) Kegiatan penutup

Dalam kegiatan penutup ini, guru

memberikan evaluasi/tes dalam bentuk kuis.

Selanjutnya guru menutup pelajaran dengan

salam.

3. Observasi Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan

dengan pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran

model quantum teaching. Kegiatan observasi

dilakukan oleh St. Wardha Sanusi, S.Pd. selaku

kolaborator atau guru bidang studi Pendidikan

Kewarganegaraan dengan menggunakan lembar

observasi yang dibuat oleh peneliti. Kegiatan

observasi diarahkan kepada hal-hal yang telah

disepakati pada tahap perencanaan penelitian yakni

lembar observasi memuat skenario pembelajaran

dengan pendekatan model quantum teaching dan

teknik penilaian yang digunakan pada lembar

observasi. Kegiatan observasi terbagi atas dua

bagian yakni observasi terhadap aktivitas mengajar

guru dan observasi terhadap aktivitas belajar siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan observer ditetapkan aktivitas mengajar

guru mencapai persentase keberhasilan sebesar

70%. Adapun aktivitas belajar siswa mencapai

persentase keberhasilan hanya mencapai 50%. Hal

ini menunjukkan aktivitas mengajar guru dan

aktivitas belajar siswa belum maksimal karena

belum mencapai indikator kinerja yang ditentukan

dalam penelitian ini yaitu 80%.

4. Evaluasi Hasil Belajar Siswa

Pada akhir proses pembelajaran Siklus I,

pada hari Jumat tanggal 25 Februari 2011

dilakukan evaluasi tes dalam bentuk kuis. Kuis

tersebut diberikan dan dikerjakan siswa secara

individual. Pemberian kuis ini harus dengan

alokasi waktu yang cukup bagi siswa untuk

menyelesaikannya. Hasil evaluasi siklus I

diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah

66,21 dan ketuntasan belajar secara klasikal

mencapai 55,8% atau hanya 24 siswa yang tuntas

belajar dari 43 siswa. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa pada siklus I secara klasikal siswa belum

Page 107: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

107

tuntas belajarnya, karena siswa yang memperoleh

nilai ≥ 67 hanya sebesar 55,8% lebih kecil dari

persentase ketuntasan klasikal yang dikehendaki

yaitu sebesar 80%.

5. Refleksi

Refleksi yang dilakukan peneliti dan

kolaborator menghasilkan beberapa tindakan dalam

proses pembelajaran yang masih perlu diperbaiki

atau ditingkatkan pada siklus berikutnya baik dari

aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa.

Sedangkam hasil belajar siswa mencapai

persentase ketuntasan klasikal baru mencapai

55,8% atau 24 orang siswa yang tuntas dari 43

orang jumlah siswa sedangkan 44,2% atau masih

19 orang siswa yang belum tuntas. Hal ini

menunjukkan bahwa tantangan yang harus

ditingkatkan nilainya minimal sebesar 24,2%.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa perlu

peningkatan dari segi hasil belajar siswa, dan

meningkatkan aktivitas mengajar guru dan aktivitas

belajar siswa dalam memanfaatkan model

pembelajaran quantum teaching. Hal ini yang

mendorong dilanjutkan pada siklus II.

Tindakan siklus II

1. Perencanaan

Pada tahapan perencanaan tindakan siklus II,

hal yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran

Siklus II dengan submateri persamaan

kedudukan warga negara tanpa membedakan

ras, agama, gender, suku bangsa dan budaya

2) Membuat skenario pembelajaran siklus II

3) Membuat media pembelajaran berupa peta

konsep submateri dengan submateri

persamaan kedudukan warga negara tanpa

membedakan ras, agama, gender, suku bangsa

dan budaya

4) Membuat/menyiapkan lembar observasi

aktivitas mengajar guru dalam pembelajaran

quantum teaching siklus II

5) Membuat/menyiapkan lembar observasi

aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran

quantum teaching siklus II

6) Menyusun soal-soal evaluasi dalam bentuk

kuis siklus II untuk mengukur hasil belajar

siswa

7) Membuat kunci jawaban kuis siklus II

2. Pelaksanaan tindakan

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan pada

hari Jumat tanggal 25 Februari 2011 dengan

jumlah siswa 46 orang. Pada tahap ini, model

pembelajaran quantum teaching kembali

diterapkan. Kegiatan pembelajaran dilakukan sama

seperti pelaksanaan tindakan siklus I. Proses

pembelajaran dilakukan sesuai dengan rencana

pembelajaran yang dibuat sebelumnya yang

mengacu pada model pembelajaran quantum

teaching.

Materi yang diajarkan pada siklus II ini

merupakan kelanjutan materi yang diajarkan pada

siklus I yakni pada submateri persamaan

kedudukan warga negara tanpa membedakan ras,

agama, gender, suku bangsa dan budaya. Dalam

proses pelaksanaan tindakan, lebih menekankan

pada perbaikan kelemahan-kelemahan yang terjadi

pada siklus sebelumnya. Hal ini dimaksudkan agar

proses pelaksanaan model pembelajaran quantum

teaching semakin maksimal, dengan demikian hasil

belajar PKn siswa bisa meningkat.

3. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan

dengan pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran

model quantum teaching. Kegiatan observasi

dilakukan oleh St. Wardha Sanusi, S.Pd. selaku

kolaborator atau guru bidang studi Pendidikan

Kewarganegaraan dengan menggunakan lembar

observasi yang dibuat oleh peneliti. Kegiatan

observasi diarahkan kepada hal-hal yang telah

disepakati pada tahap perencanaan penelitian yakni

lembar observasi memuat skenario pembelajaran

dengan pendekatan model quantum teaching dan

teknik penilaian yang digunakan pada lembar

observasi. Kegiatan observasi terbagi atas dua

bagian yakni observasi terhadap aktivitas mengajar

guru dan observasi terhadap aktivitas belajar siswa.

Berdasarkan hasil observasi siklus II,

diketahui aktivitas mengajar guru telah mencapai

persentase keberhasilan sebesar 90% dan aktivitas

belajar siswa telah mencapai persentase

keberhasilan sebesar 90%. Dengan demikian,

aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa

telah memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan

dalam penelitian ini.

Page 108: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

108

4. Evaluasi

Pada akhir proses pembelajaran Siklus II,

pada hari Jumat tanggal 25 Februari 2011

dilakukan evaluasi tes dalam bentuk kuis, yang

mana kuis tersebut diberikan dan dikerjakan siswa

secara individual. Pemberian kuis ini diberikan

dengan alokasi waktu yang cukup bagi siswa untuk

menyelesaikannya. Berdasarkan hasil evaluasi

siklus II diketahui nilai rata-rata hasil belajar siswa

adalah 78,63 dan ketuntasan belajar secara klasikal

mencapai 84,8% atau ada 39 siswa yang tuntas

belajarnya dari 46 siswa. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa pada siklus II secara klasikal

siswa sudah tuntas belajar, karena siswa yang

memperoleh nilai ≥ 67 telah mencapai 84,8% lebih

besar dari persentase ketuntasan klasikal yang

dikehendaki yaitu sebesar 80%.

5. Refleksi

Setelah kegiatan penelitian, tepatnya pada

hari Jumat, 25 Februari peneliti bersama

kolaborator mengadakan pertemuan untuk

membahas kerberhasilan pelaksanaan penelitian

siklus II yang telah dilakukan. Jika dibandingkan

mulai dari siklus I sampai dengan siklus II, nilai

hasil belajar yang diperoleh siswa kelas X-2 SMA

Negeri 9 Kendari menunjukkan hasil yang sangat

memuaskan yakni mengalami peningkatan sebesar

29%. Aktivitas mengajar guru mengalami

peningkatan sebesar 20% (skor siklus I hanya 70%

menjadi 90% pada siklus II) dan aktivitas belajar

siswa juga meningkat sebesar 40% (skor siklus I

hanya 50% menjadi 90% pada siklus II).

Peningkatan presentase keberhasilan baik dari segi

aktivitas mengajar guru, aktivitas belajar siswa

maupun hasil belajar siswa di atas telah mencapai

indikator kinerja keberhasilan yang ditetapkan

dalam penelitian ini yaitu ≥ 80%. Hal ini berarti

penelitian ini telah berhasil dan selesai sesuai

dengan rencana dalam prosedur penelitian yaitu

tindakan dilaksanakan sampai dengan siklus II.

PEMBAHASAN

Aktivitas mengajar guru dalam

pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran quantum teaching pada setiap siklus

mengalami peningkatan. Hal ini berdasarkan

analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini di

mana hasil observasi aktivitas mengajar guru siklus

I mencapai tingkat keberhasilan 70% dan siklus II

mencapai 90%, dengan persentase peningkatan

sebesar 20%. Hal ini sejalan dengan pendapat

Porter dalam Nilandri (2009: 3) mengatakan

quantum teaching menunjukkan kepada guru untuk

menjadi lebih baik dan dengan menggunakan

metodologi quantum teaching, guru akan dapat

menggabungkan keistimewaan-keistimewaan

belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran

yang akan melejitkan presetasi siswa. Hal ini

menunjukkan kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran akan terus membaik dan meningkat

dengan menggunakan model pembelajaran

quantum teaching. Adanya peningkatan

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

juga memiliki dampak positif dalam meningkatkan

hasil belajar siswa.

Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

PKn pada materi persamaan kedudukan warga

negara melalui model pembelajaran quantum

teaching juga mengalami peningkatan pada setiap

siklusnya yakni hasil observasi aktivitas belajar

siswa siklus I mencapai tingkat keberhasilan 50%

dan siklus II mencapai 90% dengan jumlah

persentase peningkatan sebesar 40%. Hal ini

sejalan dengan pendapat Porter dalam Nilandri

(2009: 4) yang mengatakan dalam quantum

teaching mencakup petunjuk spesifik untuk

menciptakan lingkungan belajar efektif,

menyampaikan isi, dan memudahkan proses

belajar. Selain itu, menurut A‟la (2010: 60)

mengatakan cara-cara belajar dalam quantum

teaching dapat meningkatkan motivasi dan minat

belajar dengan menggunakan kerangka rancangan

pembelajaran yang dikenal dengan istilah tandur

(tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi

dan rayakan). Jadi, dapat dikatakan siswa sangat

antusias dan aktif dalam belajar.

Dengan adanya peningkatan aktivitas

mengajar guru dan aktitas belajar siswa akan

berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.

Hal ini berdasarkan analisis data di mana diketahui

pada hasil kuis formatif tindakan siklus I

menunjukkan bahwa penguasaan siswa secara

klasikal terhadap submateri persamaan kedudukan

warga negara sebesar 55,8% atau hanya 24 siswa

dari 43 siswa yang berkriteria tuntas atau

memperoleh nilai ≥ 67 dengan nilai rata-rata 66,21.

Hasil kuis tindakan siklus II yang menunjukkan

Page 109: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

109

peningkatan yakni diperoleh penguasaan siswa

secara klasikal terhadap materi pelajaran sebesar

84,8% dengan persentase peningkatan sebesar 29%

atau sebanyak 39 siswa telah memperoleh nilai ≥

70 dengan nilai rata-rata 78,63. Hal ini terjadi

peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I

hanya mencapai 55,8% siswa yang tuntas KKM.

Peningkatan hasil belajar Pendidikan

Kewarganegaraan siswa kelas X-2 yang dicapai

tersebut selain dipengaruhi oleh penerapan model

quantum teaching, juga disebabkan peningkatan

aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa.

Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2006:

28) mengatakan bahwa untuk memperoleh hasil

belajar yang optimal, guru dituntut kreatif

membangkitkan motivasi belajar siswa dengan: a)

memperjelas tujuan yang ingin dicapai; b)

membangkitkan minat siswa; c) ciptakan suasana

yang menyenangkan dalam belajar; d) berilah

pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan

siswa; e) berilah penilaian; f) berilah komentar

terhadap hasil pekerjaan siswa; dan g) ciptakan

persaingan dan kerjasama.

Ketuntasan hasil belajar dalam penelitian

ini telah mencapai 84,8%, aktivitas mengajar guru

telah mencapai 90% dan aktivitas belajar siswa

juga telah mencapai 90%, maka dapat dinyatakan

bahwa ketuntasan hasil belajar dalam penelitian ini

telah tercapai, dalam hal ini minimal 80% siswa

memperoleh nilai ≥ 67 telah tercapai. Demikian

pula kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh

guru dan siswa dalam pembelajaran model

quantum teaching telah mencapai indikator kinerja

keberhasilan yakni minimal 80% aspek yang

diobservasi telah terlaksana berdasarkan uji siklus

II. Berdasarkan pencapaian ketuntasan ketiga

faktor yang diteliti tersebut maka penelitian ini

dikatakan telah berhasil dan dihentikan sampai

pada siklus II. Ini berarti bahwa hipotesis tindakan

telah terjawab yaitu aktivitas mengajar guru,

aktivitas belajar siswa, dan hasil belajar

Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas X-2

SMA Negeri 9 Kendari pada materi persamaan

kedudukan warga negara dapat ditingkatkan

melalui penerapan pembelajaran model quantum

teaching.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang

telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan

bahwa penerapan model quantum teaching dapat

meningkatkan aktivitas mengajar guru, aktivitas

belajar siswa, dan hasil belajar dalam

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi

persamaan kedudukan warga negara pada siswa

kelas X-2 SMA Negeri 9 Kendari.

DAFTAR PUSTAKA

A‟la, Miftahul. 2010. Quantum Teaching.

Yogyakarta: DIVA Press.

Hamilton dkk. 2000. The case for leaning outcome

s(hhtp:/efcefc/ca/training connection?

Learning.html).

Ibrahim dan Syaodin. 2003. Perencanaan

pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nastia. 2010. Skripsi: Upaya Meningkatkan

Keterampilan Sepak Sila Melalui Metode

Demonstrasi Kontrol Bola Menggunakan

Bola Kecil Pada Pembelajaran Sepak

Takraw Siswa SMA DDI Kendari.

Kendari: Unhalu.

Nilandri, Ary. 2009. Quantum Teaching. Bandung:

Kaifa.

Riduwan, 2005. Dasar-Dasar Statistika. Jakarta:

Alphabeta.

Rusyan, T. 1994. Pendekatan Dalam Proses

Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Roskadarya.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran

Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana.

Sudjana. 1998. Teori-Teori Pembelajaran Untuk

Pengajaran. Jakarta: Pusat Penerbit UT.

---------. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar

Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Suprayekti. 2004. Interaksi Belajar-Mengajar.

Jakarta: Depdiknas.

Winarno. 2006. Jurnal Civics Vol 3: Pendidikan

Kewarganegaraan Persekolahan

(Standar Isi dan Pembelajarannya).

Surakarta: Universitas Sebelas Maret

(UNS) Surakarta.

Page 110: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

110

ANALISIS KANDUNGAN MINERAL

CANGKANG KERANG DARAH (ANADARA GRANOSA)

DARI KABUPATEN BOMBANA DENGAN METODE X-RAY FLUORESCENCE1

Oleh:

Sitti Kasmiati2

Abstrak. Telah melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Kandungan Mineral Cangkang

Kerang Darah (Anadara granosa) Dari Kabupaten Bombana dengan Metode X-Ray

Fluorescence”. Hasil analisis X-Ray Fluorescence menunjukkan bahwa dari keempat sampel

tersebut memiliki kandungan mineral yang sama. Sampel A1 mengandung Kalsium Karbonat

(CaCO3) 96.871%, Kalsium oksida (CaO) 1.774%, Magnesium Oksida (MgO) 0.191%,

Aluminium oksida (Al2O3) 0,939%, Silikon dioksida (SiO2) 0,023%, Besi (Fe) 0,016%,

Titanium (Ti) 0.118%, Phosfor (P) 0.016%, Tembaga (Cu) 0,051% dan Seng (Zn) 0,002%.

Sampel A2 mengandung Kalsium Karbonat (CaCO3) 96,854%, Kalsium oksida (CaO) 1.774%,

Magnesium Oksida (MgO) 0,180%, Aluminium oksida (Al2O3) 0.946%, Silikon dioksida

(SiO2) 0,024%, Besi (Fe) 0,017%, Titanium (Ti) 0,134%, Phosfor (P) 0,016%, Tembaga (Cu)

0,051% dan Seng (Zn) 0.002%. Sampel A3 Kalsium Karbonat (CaCO3) 97,093%, Kalsium

oksida (CaO) 1,778%, Magnesium Oksida (MgO) 0,111%, Aluminium oksida (Al2O3) 0,856%,

Silikon dioksida (SiO2) 0,021%, Besi (Fe) 0,017%, Titanium (Ti) 0,076%, Phosfor (P) 0,014%,

Tembaga (Cu) 0,034% dan Seng (Zn) 0,001%. Sampel B1 adalah Kalsium Karbonat (CaCO3)

96,788%, Kalsium oksida (CaO) 1,754%, Magnesium Oksida (MgO) 0,231%, Aluminium

oksida (Al2O3) 0,980%, Silikon dioksida (SiO2) 0,026%, Besi (Fe) 0,017%, Titanium (Ti)

0,131%, Phosfor (P) 0,023%, Tembaga (Cu) 0,046% dan Seng (Zn) 0,003%.

Kata Kunci : Mineral, Cangkang kerang, Kerang darah, X-Ray Fluorescence.

1 Ringkasan Hasil Penelitian 2 Dosen Pend. Fisika FKIP Unhalu

LATAR BELAKANG

Perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang semakin pesat, telah memberikan

manfaat positif yang besar dalam peningkatan

efektivitas dan efisiensi kerja manusia dalam

segala bidang. Semua itu tidak luput dari

perkembangan ilmu fisika yang merupakan ilmu

dasar pengembangan teknologi. Perkembangan

ilmu fisika, khususnya setelah ditemukannya sinar-

X telah membawa banyak perubahan dalam segala

bidang ke arah yang lebih baik. Sinar-X banyak

dimanfaatkan dalam berbagai bidang tidak hanya

dalam ilmu fisika, tapi juga digunakan dalam

bidang lain seperti ilmu kedokteran.

Perairan Indonesia khususnya Sulawesi

Tenggara memiliki sumber daya alam yang sangat

melimpah. Sumber daya alam tersebut berupa

sumber daya alam biotik dan abiotik yang

mengandung banyak mineral. Beraneka ragam

hewan dan tumbuhan dapat kita jumpai di perairan

Sulawesi Tenggara. Salah satu sumber daya alam

tersebut adalah kerang-kerangan, diantaranya

adalah Anadara granosa atau yang lebih dikenal

dengan nama kerang darah.

Kerang merupakan hewan laut yang

temasuk dalam kelas Bivalve dari phylum Mollusca

(hewan lunak). Kandungan mineral yang ada pada

kerang banyak terdapat pada cangkangnya.

Cangkang kerang memiliki banyak manfaat namun

seperti yang umumnya terjadi di negara

berkembang, potensi itu justru hanya menimbulkan

dampak negatif.

Hal ini terjadi karena cangkang kerang

hanya dibiarkan menjadi limbah atau sampah

dapur, tanpa ada sentuhan teknologi untuk

mengolahnya menjadi bahan yang lebih berharga

dengan nilai tambah tinggi. Sehingga terjadi

Page 111: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

111

pencemaran tanah yang mengakibatkan tumbuhan

yang berada di sekitar limbah itu tidak dapat

tumbuh dengan baik. Harus disadari, bahwa

masyarakat belum cukup berpikir dan bekerja keras

untuk berupaya mengolah potensi alam tersebut

demi meningkatkan taraf hidup mereka. Kurangnya

perhatian dan pengetahuan masyarakat terhadap

kekayaan alam yang dimilikinya harus segera

dibenahi demi kehidupan masyarakat yang lebih

baik di masa depan.

Cangkang kerang memiliki manfaat yang

sangat penting karena mengandung kalsium

karbonat (CaCO3) dalam kadar yang lebih tinggi

bila dibandingkan dengan batu gamping, cangkang

telur, keramik atau bahan lainnya. Selain

memperkuat email dan memutihkan gigi, cangkang

kerang juga dapat digunakan sebagai solusi

pencegah terjadinya pencemaran oleh polutan ion

logam dalam air. Hal ini dilakukan dengan cara

menjadikan cangkang kerang sebagai serbuk lalu

dituangkan secara bersamaan dengan HCL ke

dalam air yang tercemar, sehingga hasilnya air dan

endapan ion logam akan terpisah.

Salah satu metode yang dapat digunakan

untuk menganalisis jenis dan sifat mineral adalah

metode X-Ray Fluorescence. Alat ini mempunyai

keunggulan analisis yang lebih cepat dibanding

dengan analisis dengan alat lain.

Sampai saat ini informasi mengenai

kandungan mineral dari cangkang kerang darah

belum diketahui dengan pasti. Oleh karena itu

peneliti menganggap penelitian ini menjadi sangat

penting dan peneliti mengharapkan hasil penelitian

ini dapat menjadi rujukan untuk meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang kerang darah. Hal

inilah yang menjadi dasar ketertarikan peneliti

untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Kandungan Mineral Cangkang Kerang Darah

(Anadara granosa) dari kabupaten Bombana

dengan Metode X-Ray Fluorescence”.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menganalisis kandungan mineral yang terdapat

pada cangkang kerang darah (Anadara granosa)

menggunakan metode X-Ray Fluorescence.

KAJIAN PUSTAKA

Mineral

Mineral adalah senyawa alami yang

terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral

termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi

juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam

komposisi unsur murni dan garam sederhana

sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan

bentuk yang diketahui (senyawaan organik

biasanya tidak termasuk). Ilmu yang mempelajari

mineral disebut mineralogi.

Agar dapat diklasifikasikan sebagai

mineral sejati, senyawa tersebut haruslah berupa

padatan dan memiliki struktur kristal. Senyawa ini

juga harus terbentuk secara alami dan memiliki

komposisi kimia yang tertentu. Definisi

sebelumnya tidak memasukkan senyawa seperti

mineral yang berasal dari turunan senyawa organik

(http://id.wikipedia.org/wiki/Mineral).

Mineral juga didefiniskan sebagai suatu

zat yang terdapat dalam alam dengan komposisi

kimia yang khas dan biasanya mempunyai struktur

kristal yang jelas, yang kadang-kadang dapat

menjelma dalam bentuk geometris tertentu. Istilah

mineral dapat mempunyai bermacam-macam

makna; sukar untuk mendefinisikan mineral dan

oleh karena itu kebanyakan orang mengatakan,

bahwa mineral ialah satu frase yang terdapat dalam

alam. Sebagaimana kita ketahui ada mineral yang

berbentuk: Lempeng, Tiang, Limas dan Kubus

(http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_mineral).

Cangkang Kerang

Kerang memiliki dua kutub (bi = dua,

valve = kutub) yang dihubungkan oleh semacam

engsel, sehingga disebut Bivalvia. Kelas ini

mempunyai dua cangkang yang dapat membuka

dan menutup dengan menggunakan otot aduktor

dalam tubuhnya.

Cangkang adalah rangka luar pada

kerang. Cangkang dibentuk oleh sel-sel cangkang

(epitel mantel) yang mengeluarkan secreta.

Gambar 2.2 : Penampang cangkang bagian luar

Page 112: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

112

Cangkang berfungsi untuk melindungi

tubuh. Cangkang di bagian dorsal tebal dan di

bagian ventral tipis. Cangkang kerang mengandung

kalsium karbonat (CaCO3) dalam kadar yang lebih

tinggi bila dibandingkan dengan batu gamping,

cangkang telur, keramik, atau bahan lainnya. Hal

ini terlihat dari tingkat kekerasan cangkang kerang.

Semakin keras cangkang, maka semakin tinggi

kandungan kalsium karbonat (CaCO3)-nya. Maka

jika direaksikan dengan asam kuat seperti HCl dan

ion logam yang terlarut dalam air dapat

mengendapkan kandungan logam.

Anadara granosa

Kerang darah (Anadara granosa) adalah

sejenis kerang yang biasa dimakan oleh warga Asia

Timur dan Asia Tenggara. Anggota suku Arcidae

ini disebut kerang darah karena ia menghasilkan

hemoglobin dalam cairan merah yang

dihasilkannya. Kerang ini menghuni kawasan Indo-

Pasifik dan tersebar dari pantai Afrika timur

sampai ke Polinesia. Hewan ini gemar memendam

dirinya ke dalam pasir atau lumpur dan tinggal di

mintakat pasang surut. Dewasanya berukuran

panjang 5 – 6 cm dan lebar 4 – 5 cm.Kerang

Anadara biasanya hidup di pantai laut pada

substrat lumpur berpasir dengan cara

membenamkan diri pada kedalaman 10 cm sampai

30 cm (Yulianda, 2010: 4 – 5).

Selama ini, pemanfaatan cangkang

kerang masih sangat kurang, yaitu sekitar 20%

yang dimanfaatkan sebagai kerajinan cinderamata,

pakan ternak dan campuran kosmetik. Sedangkan

sisanya menumpuk di pantai menjadi limbah yang

mengganggu kesehatan dan keindahan lingkungan

sekitarnya.

Kalsium karbonat (CaCO3) dan kalsium

oksida (CaO) dapat digunakan untuk menjernihkan

air dari cemaran logam yang terdapar di dalamnya.

Kandungan mineral ini juga dapat digunakan

sebagai bahan baku pada industri semen dan

apabila diolah dengan pengolahan modern, akan

menghasilkan produk yang lebih berdaya guna

dalam industri seperti Precipitated Calcium

Carbonate (PCC).

Saat ini PCC telah digunakan sebagai

aditif pada obat-obatan, makanan, kertas, plastik

dan tinta. PCC dapat disintesis dari batu kapur atau

cangkang kerang dengan tiga metoda yaitu metoda

karbonasi, metoda kaustik soda dan metoda solvay.

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Oktober 2010. Pengambilan sampel dilakukan di

Desa P. Tambako, Kecamatan Mataoleo,

Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Sedangkan preparasi dan analisis kandungan

mineral dilakukan di Laboratorium Pengujian dan

Pengembangan ESDM, Dinas Energi dan Sumber

Daya Mineral Propinsi Sulawesi Tenggara.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode eksperimen laboratorium untuk

menganalisis komposisi kandungan mineral

cangkang kerang darah dengan metode X-Ray

Fluorescence (XRF).

Prosedur Penelitian

1. Pengambilan Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah

cangkang kerang darah (Anadara granosa).

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan

metode Random Sampling of Spatial Pattern.

Lokasi tempat pengambilan sampel ditentukan

secara bebas dengan menganggap bahwa semua

sampel sama kandungan mineralnya (King, 1969).

Sampel diambil di dua habitat yaitu di

pantai berlumpur dan pantai berpasir. Di pantai

berpasir, diambil 3 sampel menurut ukurannya

yaitu besar, sedang dan kecil dan diberi label A1,

A2 dan A3. Sedangkan di pantai berpasir hanya

diambil satu sampel berukuran besar dan diberi

label B1. Semua sampel tersebut diambil dalam

keadaan hidup.

2. Preparasi Sampel

Pada tahap ini sampel digerus dengan

menggunakan mortar, yang bertujuan untuk

membuat sampel dalam bentuk serbuk yang sangat

halus. Sebelumnya mortar dibersihkan dahulu

dengan alkohol setiap akan dipakai, setelah serbuk

cangkang cukup halus kemudian dilakukan

Page 113: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

113

penyaringan dengan menggunakan ASTM

Standard Test Sieve yang mempunyai ukuran 100

mesh atau ukuran butir kira-kira 0,149 mm.

Selanjutnya dimasukkan ke dalam kantong plastik

kecil sesuai dengan labelnya masing-masing dan

siap untuk dianalisis.

Tahap Pengambilan Data dan Analisis Data

Dalam tahap ini yang dilakukan adalah

pengukuran data dengan X-Ray Fluorescence.

Sebelum sampel dianalisis, mula-mula sampel

tersebut dihambur di atas meja dalam bentuk

matriks dengan tujuan agar seluruh bagian sampel

yang dianalisis dapat terwakili. Kemudian diambil

sebanyak 5 gram dan dimasukkan ke dalam koil

kaca yang berbentuk tabung. Serbuk tersebut

dipadatkan dan diusahakan tidak meluruh atau

jatuh bila dimiringkan. Setelah sampel siap, sampel

dimasukkan dalam spektrometer dan alat siap

dioperasikan dengan terlebih dahulu mengatur

posisi alat sebagai berikut: 1) Stabilizer dijalankan,

kemudian tegangan dan arus diatur pada nilai

tertentu (biasanya 50 kV, 4 mA). (2) Posisi sudut

awal dan akhir yang diamati. (3) Waktu

pengukuran dalam setiap step. (4) Data masuk ke

komputer yang terkoneksi dengan alat

spectrometer.

Keluaran Spectrometer tipe Advent‟ dari

masing-masing sampel akan terekam dalam CPU

yang telah diset bersamaan dengan proses

pengambilan data dan data yang terekam berupa

spektrum 2 dimensi, dengan sumbu-X adalah

energi (kV) dan sumbu-Y adalah cacahan atau

intensitas. Data ini langsung dikonversi oleh alat

dalam bentuk angka sehingga data keluarannya

adalah berupa konsentrasi mineral.

HASIL ANALISIS DATA DAN

PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Ada 4 sampel cangkang kerang darah

yang dianalisis dalam penelitian ini. Keempat

sampel cangkang kerang darah tersebut adalah

sampel A1 yang berukuran besar dan diambil di

pantai berlumpur pada koordinat 04°52'6,80" LS

dan 122°2'43,12" BT, sampel A2 yang berukuran

sedang dan diambil di pantai berlumpur pada

koordinat 04°52'8,25" LS dan 122°2'42,79" BT,

sampel A3 yang berukuran kecil dan diambil di

pantai berlumpur pada koordinat 04°52'9,87" LS

dan 122°2'42,45" BT dan yang terakhir adalah

sampel B1 yang berukuran besar dan diambil di

pantai berpasir pada koordinat 4°51'54.09" LS dan

122°2'52.88" BT.

Tabel 4.1: Hasil analisis X-Ray Fluorescence untuk semua sampel

No Mineral Persentase Mineral (%)

A1 A2 A3 B1

1 CaCO3 96,871 96,854 97,093 96,788

2 CaO 1,774 1,774 1,778 1,754

3 MgO 0,191 0,180 0,111 0,231

4 Al2O3 0,939 0,946 0,856 0,980

5 SiO2 0,023 0,024 0,021 0,026

6 Fe 0,016 0,017 0,017 0,017

7 Ti 0,118 0,134 0,076 0,131

8 P 0,016 0,020 0,014 0,023

9 Cu 0,051 0,049 0,034 0,046

10 Zn 0,002 0,002 0,001 0,003

Keterangan:

Sampel A1,A2,A3 :Berturut-turut Cangkang kerang darah yang berukuran besar,sedang dan kecil

yang diambil di pantai berlumpur.

Page 114: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

114

Sampel B1 : Sampel cangkang kerang darah yang berukuran besar dan diambil di pantai

berpasir.

PEMBAHASAN

Berdasarkan data hasil analisis X-Ray

Fluorescence terlihat bahwa mineral-mineral yang

terkandung pada cangkang kerang darah di Desa P.

Tambako Kecamatan Mataoleo Kabupaten

Bombana secara umum terdiri dari mineral-mineral

oksida dan mineral-mineral dalam bentuk unsur

dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Mineral-

mineral tersebut adalah Kalsium Karbonat

(CaCO3), Kalsium oksida (CaO), Magnesium

Oksida (MgO), Aluminium oksida (Al2O3), Silikon

dioksida (SiO2), Besi (Fe), Titanium (Ti), Phosfor

(P), Tembaga (Cu) dan Seng (Zn).

Dalam penelitian ini, sampel dikelompokkan

dalam 2 variabel, yaitu berdasarkan ukuran dan

habitat. Dari hasil analisis diperoleh bahwa mineral

kalsium karbonat merupakan senyawa dominan

yang terkandung dalam cangkang kerang darah

(Anadara granosa).

a. Kandungan cangkang kerang darah yang

hidup di pantai berlumpur

Adapun kandungan mineral dalam sampel

A1 adalah Kalsium Karbonat (CaCO3) sebanyak

96,871%, Kalsium oksida (CaO) sebanyak 1,774%,

Magnesium Oksida (MgO) sebanyak 0,191%,

Aluminium oksida (Al2O3) sebanyak 0,939%,

Silikon dioksida (SiO2) sebanyak 0,023%, Besi

(Fe) sebanyak 0,016%, Titanium (Ti) sebanyak

0,118%, Phosfor (P) sebanyak 0,016%, Tembaga

(Cu) sebanyak 0,051% dan Seng (Zn) sebanyak

0,002%.

Sampel A2 juga memiliki kandungan

mineral yang sama dengan sampel A1, namun

dengan konsentrasi mineral yang sedikit berbeda.

Adapun mineral yang terkandung dalam

sampel A2 adalah Kalsium Karbonat (CaCO3)

sebanyak 96,854%, Kalsium oksida (CaO)

sebanyak 1,774%, Magnesium Oksida (MgO)

sebanyak 0,180%, Aluminium oksida (Al2O3)

sebanyak 0,946%, Silikon dioksida (SiO2)

sebanyak 0,024%, Besi (Fe) sebanyak 0,017%,

Titanium (Ti) sebanyak 0,134%, Phosfor (P)

sebanyak 0,020%, Tembaga (Cu) sebanyak

0,049%, dan Seng sebanyak 0,002%.

Demikian juga pada sampel A3, juga

memiliki kandungan mineral yang sama dengan

sampel A1 dan A2, namun dengan konsentrasi

mineral yang sedikit berbeda. Adapun mineral

yang terkandung dalam sampel A3 adalah Kalsium

Karbonat (CaCO3) sebanyak 97,093%, Kalsium

oksida (CaO) sebanyak 1,778%, Magnesium

Oksida (MgO) sebanyak 0,111%, Aluminium

oksida (Al2O3) sebanyak 0,856%, Silikon dioksida

(SiO2) sebanyak 0,021%, Besi (Fe) sebanyak

0,017%, Titanium (Ti) sebanyak 0,076%, Phosfor

(P) sebanyak 0,014%, Tembaga (Cu) sebanyak

0,034%, dan Seng sebanyak 0,001%.

b. Kandungan cangkang kerang darah yang

hidup di pantai berpasir

Kandungan mineral pada sampel B1,

adalah Kalsium Karbonat (CaCO3) sebanyak

96,788%, Kalsium oksida (CaO) sebanyak 1,754%,

Magnesium Oksida (MgO) sebanyak 0,231%,

Aluminium oksida (Al2O3) sebanyak 0,980%,

Silikon dioksida (SiO2) sebanyak 0,026%, Besi

(Fe) sebanyak 0,017%, Titanium (Ti) sebanyak

0,131%, Phosfor (P) sebanyak 0,023%, Tembaga

(Cu) sebanyak 0,046% dan Seng (Zn) sebanyak

0,003%.

c. Perbandingan mineral cangkang kerang

darah menurut ukurannya

Sampel A1, A2 danl A3 Memiliki

kandungan mineral yang relatif sama. Mineral

Kalsium karbonat merupakan mineral yang paling

banyak. Dari 10 mineral yang teranalisis,

konsentrasi kalsium karbonat paling banyak untuk

ketiga sampel, kemudian diikuti kalsium oksida

dan aluminium oksida. Mineral kalsium karbonat

yang dimiliki oleh ketiga sampel merupakan

mineral yang terbanyak. Sampel A3 mengandung

kalsium karbonat lebih banyak yaitu sebesar

97,093%, sedangkan A2 hanya mencapai 96,854%

dan A1 mengandung kalsium karbonat sebanyak

96,871%.

d. Perbandingan Mineral Cangkang Kerang

Darah menurut habitatnya

Page 115: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

115

Hanya satu sampel kerang darah yang diambil di

pantai berpasir, yaitu sampel B1. Sampel B1 akan

dibandingkan dengan A1 menurut habitat. Kedua

sampel yaitu A1 dan B1, berukuran sama dan juga

memiliki kandungan mineral yang relatif sama.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan uraian di atas,

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Cangkang kerang darah mengandung mineral

CaCO3, CaO, MgO, Al2O3, SiO2, Fe, Ti, P, Cu

dan Zn dengan konsentrasi yang hampir sama

untuk masing-masing sampel yang diteliti.

2. Persentase kalsium karbonat paling banyak

dalam cangkang kerang. Ada sebanyak

96,871% dari sampel A1, sebanyak 96,854%

dari sampel A2, sebanyak 97,093% dari

sampel A3 dan sebanyak 96,788% dari sampel

B1.

3.Cangkang kerang juga mengandung mineral

Titanium meskipun presentasenya kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Beck. 1977. Principles of Scanning Electron

Microscopy, Joel High-tech Co. Ltd.

Jepang.

Campbell,, 2006. Manufacturing Technology for

Aerospace Structural Materials.

Elsevier.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Titanium,

diakses tanggal 31 Juli 2010)

http://id.wikipedia.org/wiki/Wilhem_Conrag_Rönt

gen, diakses 1 Agustus 2010.

Jalila, A., A.B.Z. Zuki, A.J.A. Hazmi, M.M.

Noordin and Y. Norimah, 2007. Mineral

Composition of The Cockle (Anadara

granosa) Shells of West Coast of

Peninsular Malaysia and It’s Potential

as Biomaterial for Use in Bone Repair.

J. Anim. Vet. Adv., 6: 591-594

(http://psasir.upm.edu.my/7089/, diakses

tanggal 31 Juli 2010).

King, Leslie J. 1969. Statistical Analysis in

Geography. Prentice-Gall, Inc.

Englewood Cliffs, N, J. United States of

America.

Pathansali, D. 1966. Notes on The Biology of The

Cockle, Anadara granosa L. Proc. Indo-

Pacific Fish

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kerang_dar

ah, diakses 1 Agustus 2010).

Suryanarayana, C. dan Norton, G., 1998. X-Ray

Diffraction: A Practical Approach,

Plenum Press, New York.

Warmada, I.W., & Tirtasari, A. D. 2004.

Agromineralogi (Mineralogi untuk Ilmu

Pertanian). Jurusan Teknik Geologi, FT-

UGM, (Online),

Page 116: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

116

HUBUNGAN LARI CEPAT 30 METER DAN DAYA AMORTISASI TERHADAP

KEMAMPUAN SMASH BOLA VOLI PADA SISWA SMA NEGERI 1 KABAWO1

Oleh:

Muhammad Rusli2

Abstrak. Penelitian ini termasuk penelitian korelasional yang ingin mengetahui hubungan

kecepatan lari 30 meter dan daya amortisasi dengan kemampuan smash bola voli. Subyek

penelitian adalah siswa putra SMA Negeri 1Kabawo yang berjumlah 115 orang. Sampel

diambil sebanyak 40 orang, diambil dengan teknik proposive sampling. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah test kecepatan lari 30 meter, test daya amortisasi dan test

smash bola voli dengan awalan. Untuk menganalisa data yang diperoleh digunakan teknik

statistik korelasi produc moment dan korelasi ganda. Selanjutnya dari pengolahan data

diketahui bahwa antara kecepatan lari 30 meter dengan kemampuan smash bola voli

mempunyai hubungan yang signifikan dimana r x1y = 0,75 > r tabel (0,05:40=0,312, sedangkan

koefisien determinasinya (r2) =0,57 atau 57%. Antara daya amortisasi dengan kemampuan

smash bola voli tidak diperoleh hubungan yang signifikan dimana koefisien korelasi (rx2y) =

0,39 > r tabel (0,05:40) = 0,312, koefisien determinasi 0,15. Sedangkan pada korelasi ganda antara

kecepatan lari 30 meter dan daya amortisasi terhadap kemampuan smash bola voli diperoleh f

hitung = 48,17 > f tabel (0,05:2:39) = 4,21. Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara kecepatan lari 30 meter dan daya amortisasi terhadap kemampuan smash bola voli.

Kata kunci : Lari cepat 30 meter, daya amortisasi, smash bola voli.

1 Ringakasan hasil penelitian 2 Dosen Penjaskes-rek FKIP Unhalu

PENDAHULUAN

Olahraga permainan khususnya bola voli

membutuhkan keterampilan khusus untuk

menghasilkan atlet yang berprestasi. Salah satu

teknik dasar yang harus dikuasai oleh setiap atlet

bola voli adalah teknik smash , melalui

pendekatan kemampuan biomotorik seorang atlet

dapat menunjukkan performance terbaiknya saat

melakukan perlombaan atau pertandingan. Untuk

menciptakan seorang pesmash bola voli yang

berprestasi maka atlet tersebut harus memiliki

kriteria yang sesuai dengan bidang itu. Krteria

yang dimaksud menurut Balesteros JM (1978)

adalah memiliki tubuh atletis (mesomrph),

memiliki kemampuan biomotor yang baik seperti

kekuatan, kecepatan dan daya ledak.

Secara teknik nomor smash bola voli

didahului dengan ancang-ancang . Ancang-ancang

ini dimaksudkan untuk membantu daya dorong

kedepan setelah smasher menerima bola lambung

dari timnya. Oleh karena rangkaian gerakan terjadi

sangat cepat antara ancang-ancang dengan

lompatan untuk melakukan smash , maka

diperlukan daya amortisasi.

Menurut Paulus Pasurney (2004), daya

amortisasi adalah aalah kemampuan menerima

berat badan yang dalam keadaan bergerak

kemudian mendorong berat badan tadi kearah yang

diinginkan, hal ini terjadi karena kekuatan otot-otot

tungkai dan sekitar sendi tungkai bawah. Kekuatan

yang dihasilkan oleh otot-otot tadi tadi menerima

berat badan sebagai beban dan melawan beban

tersebut merupakan daya amortisasi.

Daya amortisasi, selain dimanfaatkan pada

nomor smash bola voli juga dapat dimanfaatkan

pada cabang olahraga lain seperti pada lompat

jauh, daya amortisasi dapat dilihatr pada waktu

pemain melakukan tumpuan, nomor lompat jangkit

ketika atlet melakukan jingkat dan langkah

Page 117: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

117

kemudian melompat, pemai bola basket ketika

pemain melakukan jump shoot,

deffensive/offensive rebound; pada pemain sepak

bola, ketika pemai melakuan heading yang

didahului dengan ancang-ancang dan olahraga lain

yang memerlukan lompatan.

Dari beberapa cabang olahraga yang

disebutkan di atas, pada prinsipnya memerlukan

daya amortisasi yaitu suatu aksi yang didahului

dengan ancang-ancang, kemudian melompat yaitu

membawa titik berat badan kearah horisontal dan

vertikal. Khusus dalam nomor smash bola voli,

daya amortisasi ditentukan oleh dua vektor yaitu

vektor horisontal yang dihasilkan oleh kecepatan

awalan yang disebut momentum dan vektor

vertikal yang dihasilkan oleh daya amortisasi yang

disebut vertikal impluse.

Menurut Balley (1986) smash bola voli terdiri dari

unsur-unsur awalan, tolakan, melayang diudara dan

mendarat. Setiap unsur memiliki mekanisme tetapi

merupakan suatu kesatuan gerakan yang tidak

dapat terputus. Sedangkan menurut Arma Abdullah

(1984) mengatakan bahwa pada dasarnya nomor

smash bola voli dibagi dalam dua bagian utama

yaitu lari awalan yang diahiri dengan tolakan,

melayang dan mendarat. Melayang dan mendarat

ditentukan oleh lari awalan dan tolakan, oleh

karena itu lari awalan dan tolakan merupakan dua

bagian yang terpenting dari gerak smash bola voli.

Untuk memperoleh hasil smash yang

optimal, selain sipelompat memiliki kecepatan,

ketepatan, kekuatan, kelentukan dan koordinasi

gerakan juga harus menguasai tekniknya. Teknik

smash bola voli yang harus dikuasai oleh seorang

atlet adalah awalan atau ancang-ancang, pukulan,

sikap badan di udara, dan sikap mendarat. awalan

adalah gerakan permulaan untuk mendapatkan

ketepatann pada waktu akan melakukan smash.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah

ada hubungan antara lari cepat 30 meter dengan

kemampuan smash bola voli?, daya amortisasi

dengan kemampuan smash bola voli?, kecepatan

lari 30 meter dan daya amortisasi dengan

kemampuan smash bola voli?.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode survey, sedangkan sampelnya

adalah siswa putra SMA Negeri 1Kabawo yang

duduk dikelas XI pada tahun ajaran 2011/2012

dengan jumlah 40 orang yang diambil dengan

teknik purposive sampling. Instrumen yang

digunakan adalah: tes lari cepat 30 meter, tes daya

amortisasi dan tes smash bola voli dengan awalan.

HASIL PENELITIAN

1. Deskriptif Variabel Penelitian

Hasil statistik deskriptif rata-rata

danstandar deviasi dari variabel-variabel penelitian

adalah:

Tabel 1.Deskripsi kecepatan lari 30 meter (X1) dan

Daya Amortisasi (X2) dengan kemampuan Smash

bola voli (Y)

Variabel Rata-rata Standar Deviasi

X1 4,50 0,43

X2 2,47 0,08

Y 4,20 0,29

Dari tabel 1 diatas diketahui bahwa :

a. Rerata kecepatan lari 30 meter adalah 4,50 detik,

standar deviasi = 0,43

b. Rerata daya amortisasi adalah 2,47 meter,

standar deviasi = 0,08

c. Sedangkan rerata kemampuan smash bola voli

adalah 4,20 meter, standar deviasi = 0,29.

2. Uji Korelasi Producmoment

Tabel 2. Hasil uji Korelasi kecepatan lari 30 m

(X1) dengan kemampuan Smash bola voli (Y)

Variabel rx1y r2

X1

Y

0,75

0,57

Dari tabel 2 diatas diketahui bahwa ada

hubungan yang signifikan antara kecepatan lari 30

meter dengan kemampuan smash bola voli dimana

rx1y= 0,75 > r tabel 90,05:40) = 312. Sedangkan koefisien

determinasi (r2) = 0,57 atau 57%.

Tabel 3. Hasil Uji Daya Amortisasi (x2) dengan

kemampuan Smash bola voli (Y)

Variabel rx2y r2

X1

Page 118: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

118

Y 0,39 0,15

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa

ada hubungan yang signifikan antara daya

amortisasi dengan kemampuan smash bola voli

dimana rx2y = 0,39 > r tabel (0,05:40) = 0,312 Sedangkan

koefisien determinasi (r2) = 0,15 atau 15%.

Tabel 4. Hasil Uji Korelasi Ganda kecepatan lari

30 meter dan daya amortisasi (x1,2) dengan

kemampuan Smash bola voli (Y)

Variabel r hitung r tabel

X1.2

Y

0,85

0,312

Berdasarkan tabel 4 diatas dapat diketahui

ada hubungan yang signifikan secara bersama-

sama antara kecepatan lari 30 meter dan daya

amortisasi dengan kemampuan smash bola voli

dimana r x1x2Y hitung = 0,85 > r tabel (0,05:40) b = 0,312.

Tabel 5. Hasil Uji Kebermaknaan Korelasi Ganda

Variabel F hitung F tabel

X1.2

Y

48,17

4,21

Berdasarkan tabel 5 diatas dapat diketahui

bahwa hubungan bersama antara kecepatan lari 30

meter dan daya amortisasi dengan kemampuan

smash bola voli adalah sangat signifikan dengan F

hitung = 48,17 > F tabel (0,05:2:39) =4,21.

PEMBAHASAN

Terdapat hubungan positif antara lari

cepat 30 meter, daya amortisasi dengan

kemampuan smash bola voli, baik sendiri-sendiri

maupun secara bersama-sama. Secara teori

hubungan kecepatan lari 30 meter dengan

kemampuan smash bola voli dapat memberi

keuntungan pada aspek biomekanika, dimana

dengan kecepatan yang dihasilkan pada lari awalan

akan dapat memperbesar powerpada saat menumpu

sehingga kecepatan horisontal dapat dipenuhi.

Sedangkan daya amortisasi dapat memberi

kontribusi untuk menambah kekuatan dan

kecepatan otot tungkai saat tubuh bergerak secara

vertikal, dengan demikian kecepatan vertikal juga

dapat dipenuhi.

Berdasarkan uji korelasi producmoment

antara kecepatan lari 30 meter dengan kemampuan

smash bola voli diperoleh hasil (r x1y) = 0,75 > r

tabel = 0,312. Artinya kemampuan smash bola voli

secara nyata dapat diterangkan oleh faktor

kecepatan lari, sedangkan determinasi (r2)

diperoleh sebesar 0,57 artinya bahwa 57%

kecepatan lari 30 meter memberi kontribusi positif

terhadap kemampuan smash bola voli. Jika dilihat

dari peta korelasi, maka hubungan kecepatan lari

30 meter dengan kemampuan smash bola voli

berada pada kategori korelasi tingi. Hal ini

menunjukkan bahwa kontribusi kecepatan lari

terhadap kemampuan smash bola voli adalah

sangat dominan.

Hubungan daya amortisasi dengan

kemampuan smash bola voli juga menunjukkan

hubungan yang positif karena koefisien korelasi

yang didapat (r x2y) = 0,39 > r tabel = 0,361.

Artinya bahwa kemampuan smash bola voli secara

nyata dapat diterangkan oleh faktor daya

amortisasi, sedangkan koefisien determinasi (r2) =

0,15. Hasil koefisien determinasi tersebut

memberi petunjuk bahwa ada 15% kontribusi daya

amortisasi dengan kemampuan smash bola voli.

Jika dilihat dari peta korelasi maka dapat diketahui

bahwa daya amortisasi dengan kemampuan smash

bola voli berada pada kategori korelasi rendah,

artinya bahwa daya amortisasi bukan merupakan

faktor yang paling dominan dalam menentukan

jauhnya lompatan pada nomor smash bola voli,

namun demikian bahwa variabel daya amortisasi

merupakan variabel yang ikut menunjang

pencapaian prestasi nomor smash bola voli sebab

secara teori daya amortisasi memberi keuntungan

pada aspek biomekanika yakni dengan besarnya

daya amortisasi berarti dapat memperbesar sudut

alfa tolakan.

Hasil uji korelasi ganda antara kecepatan

kari 30 meter dan daya amortisasi dengan

kemampuan smash bola voli diperoleh hubungan

positif karena berdasarkan uji korelasi ganda

diperoleh r x1x2y = 0,85 > r tabel (0,05:40) =

0,312, sedangkan koefisien determinasi sebesar

0,72 atau 72%. Hasil koefisien determinasi ganda

tersebut memberi makna bahwa ada 28% faktor

lain yang ikut menentukan kemampuan smash bola

voli selain kecepatan lari dan daya amortisasi.

Page 119: STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN … · pendidikan di Unhalu kaitannya dengan ... penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. ... bangsa, dan negara.

119

Unsur lain yang dimaksud adalah kekuatan,

kelenturan, sudut elevasi tolakan dan teknik

lompatan.

Kekuatan memegang peranan penting

dalam semua aspek nomor smash bola voli karena

tanpa kekuatan tidak dapat mencapai power

maksimal, juga tidak dapat melaksanakan teknik

yang benar dan maksimal. Demikian pula dengan

kelenturan saat melompat cukup memberi andil

yang penting saat melayang diudaramaupun saat

mendarat. Demikian pula dengan sudut elevasi

lompatan juga memegang peranan penting sebab

walaupun kekuatan, power, dan kelenturan telah

dipenuhi tetapi jika atlet melompat dengan sudut

elevasi yang terlalu kecil ataupun terlalu besar juga

akan mengurangi jarak atau jauh lompatan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis,

maka dapat disimpulkan bahwa

(1) kecepatan lari 30 meter mempunyai hubungan

positif dengan kemampuan smash dalam

permainan bola voli,

(2) daya amortisasi mempunyai hubungan positif

dengan kemampuan smashdalam permainan

bola voli,

(3) kecepatan lari 30 meter, daya amortisasi secara

bersama mempunyai hubungan positif dengan

kemampuan smash dalam permainan bola voli.

SARAN

Dalam menyusun program latihan fisik

untuk meningkatkan kemampuan smash bola voli,

hendaknya kecepatan lari dan daya amortisasi

dijadikan prioritas utama, selain itu juga unsur lain

yang perlu diperhatikan adalah kekuatan,

kelenturan, sudut elevasi tolakkan dan teknik

lompatan.

DAFTAR PUSTAKA

Aip Syarifuddin, Muhadi, 1996 Pendidikan

Jasmani dan Kesehatan; Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Engkos Kosasi, 1984 Olahraga dan Program

Latihan; Mutiara Jakarta.

Moh. Ihsan, Olahraga dan Kesehatan; Depdikbud,

Dirjen Dikti Jakarta.

Paulus Pasurnei, 2004 jurnal IPTEK Olahraga,

Litbang KONI Pusat Jakarta.

Sajoto, 1988 Pembinaan Kondisi Fisik dalam

Olahraga; Depdikbud, Dirjen Dikti

Jakarta.

Soekarman, 1989 Dasar-Dasar Olahraga, Pembina,

Pelatih dan Atlet; PT Gelora Aksara

Pratama Jakarta.

Soedarminto, 1996 Kinesiologi, Modul untuk Guru

Penjaskes setara D-III Dirjen Dilti

Jakrata.

Suharno, 1985. Permainan Bola Voli, Yogyakarta.

IKIP Yogyakarta