STRATEGI MANAJEMEN DALAM RANGKA PENINGKATAN KAPASITAS SDM...
Transcript of STRATEGI MANAJEMEN DALAM RANGKA PENINGKATAN KAPASITAS SDM...
DIREKTORAT PIDANA
Oleh : SALAHUDIN
Direktur Pidana Ditjen AHU - Kemenkumham R I
Disampaikan pada Acara Workshop PPNS bidang Perlindungan
Varietas Tanaman dan Perijinan Pertanian Kementerian Pertanian
Bogor, 2 Nopember 2018
STRATEGI MANAJEMEN DALAM RANGKA
PENINGKATAN KAPASITAS SDM PPNS
• Penyidikan berdasarkan KUHAP merupakan tugas dan kewenangan
kepolisian. Selain itu, mengingat sifat khusus dari tindak pidana
yang dilakukan dalam lingkungan instansi-instansi tertentu, dengan
undang-undang dapat ditentukan pejabat-pejabat khusus dari
instansi yang bersangkutan misalnya Pejabat Penyidik di bidang
pertanian, bea dan cukai, pejabat penyidik imigrasi, pejabat
penyidik kehutanan dan lainnya yang diberi wewenang untuk
melakukan penyidikan tindak pidana tersebut sesuai dengan undang-
undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing. Inilah
eksistensi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) diakui KUHAP
sebagai bagian dari sistem peradilan pidana yang mengemban tugas
penyidikan
Dengan mengemban tugas penyidikan, maka PPNS adalah penegak hukum. Penegakan
hukum merupakan ujung tombak konkret untuk menilai apakah suatu peraturan
perundang-undangan itu baik atau tidak baik, bermanfaat atau tidak bermanfaat,
memberi kebahagiaan atau tidak dan sebagainya. Penegakan hukum tidak sama dengan
penghukuman. Penghukuman hanya merupakan salah satu unsur dari penegakan hukum.
Dalam pengertian tersebut, maka selain berupa penghukuman, penegakan hukum meliputi
juga tindakan menjaga ketertiban, ketentraman dan keamanan
termasuk juga berbagai bentuk pemberian pelayanan hukum yang diperlukan.
Dengan demikian, dalam arti yang lebih luas ini, penegakan hukum tersebut akan mencakup
juga berbagai tindakan yang bersifat pencegahan (preventif), disamping juga yang bersifat
penindakan (represif).
OPTIMALISASI FUNGSI PPNS SEBAGAI PENEGAK HUKUM
Pada umumnya struktur organisasi Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian
belum menetapkan PPNS sebagai salah satu unsur utama pelaksana tugas pokok dan
fungsinya.
Selama ini PPNS masih merupakan suatu pekerjaan yang dilekatkan pada bidang atau
kegiatan yang ada, sehingga tugas penyidikan yang menjadi tanggung jawab PPNS belum
sepenuhnya dapat ditangani. Pada umumnya PPNS tidak saja mempunyai tugas penyidikan
yang memerlukan kosentrasi tinggi dan sangat spesifik, namun juga dibebani tugas-tugas
administrasi, bahkan tugas-tugas lain yang sama sekali tidak terkait dengan penegakan
hukum, sehingga tugas-tugas penyidikan belum tersentuh dengan baik. Agar pelaksanaan
penegakan hukum dapat dilakukan secara optimal dan efektif serta dapat memotivasi
PPNS untuk meningkatkan keahlian dan wawasannya, perlu dilakukan pembinaan-
pembinaan secara terfokus dan komprehensif.
•
Dinamika Tindak Pidana dan Perkembangan Hukum Pidana
• Perkembangan hukum pidana
Perkemb IPTEK Perubahan kondisi SosEkBud Mas
pengaruhi timbulnya
gejala kejahatan/tp
tp di bidang pertanian : karakteristik
modus
dampak
Peningkatan Kapasitas PPNS : KOMPETENSI/ SKILL AND KNOWLEDGE
• SEBAGAI APARATUR PENEGAK HUKUM PPNS HARUS MEMILIKI 4 UNSUR KOMPETENSI :
* TEKNIS penguasaan bidang tugas.
* MANAJERIAL penguasaan manajerial.
* SOSIAL kemampuan kemitraan, jejaring kerja,
* INTELEKTUAL/STRATEJIK mampu memecah masalah.
PEMBINAAN PPNS
• 1. Analisis kebutuhan PPNS yang menyangkut perencanaan kebutuhan tenaga
• PPNS dilakukan oleh unit dilingkungan yang membawahi PPNS.
• 2. Usul pengangkatan, mutasi dan pemberhentian PPNS dilaksanakan sesuai
• dengan peraturan perundangan yang berlaku dengan memperhatikan
• pengembangan karir PPNS yang bersangkutan.
• 3. Melakukan diklat/penyegaran secara teratur yang berkaitan dengan
• penguasaan pemberkasan yang sempurna serta penguasaan terhadap undang –
• undang yang menjadi dasar hukumnya sehingga hasil setiap penyidikannya
• tidak dikembalikan ole JPU.
• 4. Melakukan penyusunan prosedur dan mekanisme kerja seperti petunjuk pelak
• sanaan dan petunjuk teknis, hal ini diperlukan untuk menciptakan iklim
• kerja yang tertib, obyektif, efisien dan transparan sehingga masing – masing
• petugas mengetahui dengan jelas peraturan dan prosedur kerja yang
• berlaku.
• 5. Penyusunan rencana kerja dan program kerja yang realistis, hal ini diperlukan
• untuk dapat merealisasikan kegiatan penyidikan dan penegakan hukum.
• Rencana dan program kerja tersebut, agar disusun sesuai dengan kebutuhan
• dan kemampuan yang ada, baik dari segi SDM maupun sarana prasarana
• sehingga penyidikan dapat berjalan dengan baik.
• 6. Penyediaan dana operasional sangat diperlukan untuk mendukung pelaksanaan
• kerja dan kegiatan penyidikan dan penegakan hukum. Ada baiknya dipikirkan
• pula kemungkinan memberikan insentif pada setiap PPNS agar termotivasi
• untuk melaksanakan tugas penyidikan.
• 7. Penyusunan data, laporan dan evaluasi diperlukan untuk mengetahui sejauh
• mana rencana/program kerja, kegiatan penyidikan dan penegkan hukum telah
• dapat dilaksanakan, apa yang menjadi hambatan. Data laporan dan evaluasi
• tersebut dapat digunakan sebagai bahan dalam menyusun rencana/program
• kerja selanjutnya.
•
Pengembangan Kelembagaan PPNS
Unsur MEN kuantitas SDM aparatur PPNS di setiap instansi ?,
pelatihan skill & konwledge ?...dst.
Unsur Material dalam melaksanakan tugas gakkum oleh PPNS
dibutuhkan infrastruktur meliputi :
a. tata ruang kantor.
b. tata ruang riksa tersangka.
c. tata ruang simpan alat bukti.
d. sarana kerja : komputer dsb…
e. sarana gakkum : kendaraan dsb…
f. uniform / atribut/seragam PPNS.
g. Dll.
Unsur MONEY meliputi :
anggaran gakkum ( represif );
anggaran gakkum ( preventif );
pemberian reward/insentif...dst.
Unsur Method :
instrumen SOP, Juklak/Juknis operasional gakkum...dll.
POLA PEMBINAAN PPNS
ASPEK PERENCANAAN KEBUTUHAN SDM DAN FORMASI PPNS
ASPEK PENGADAAN SDM PPNS
ASPEK PENEMPATAN PPNS
ASPEK PENILAIAN KINERJA
ASPEK REWARD
ASPEK PELATIHAN
ASPEK KORSA KORPS PPNS DITJEN IMIGRASI
ASPEK MONEY, MATERIAL, METHOD
PEMBINAAN PPNS
MENYANGKUT ASPEK – ASPEK :
1. PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN FORMASI.Perencanaan kebutuhan PPNS merupakan salah satu fungsiutama manajemen PPNS yang intinya merupakan proses peramalan sistematis tentang kebutuhan PPNS untuk masa
mendatang, hal ini dilakukan agar ada jaminan pada tiapunit kerja tersedia tenaga PPNS.Formasi PPNS adalah jumlah PPNS yang diperlukan dalamsuatu unit kerja untuk mampu melaksanakan tugas gakkum, penetapan formasi untuk mengendalikan kuantitas dankualitas PPNS pada tiap unit kerja agar memiliki PPNS yang cukupsesuai dengan beban kerja yang harus dilakukan.
2. PENGADAAN PPNS :
adalah proses kegiatan untuk mengisi formasi yang lowong.
Pengadaan mulai dari perencanaan s/d pengangkatan PPNS.
3. PENEMPATAN :
adalah langkah berikutnya setelah proses penyaringan selesai,
penempatan PPNS sebaiknya sesuaikan dengan beban kerja
unit kerja.
4. PENILAIAN KINERJA PPNS :
adalah salah satu tahapan penting dalam siklus pengembang
- an SDM, merupakan proses pengukuran terhadap tingkat
penyelesaian tugas yang dilakukan PPNS selama masa tertentu
dengan menggunakan instrumen yang sesuai dengan karakteris
- tik tugas PPNS, hasil penilaian kinerja dapat merupakan dasar
mengambil keputusan misal promosi, pelatihan, pemberian
insentif.
Instrumen pengukuran kinerja meliputi aspek – aspek :
prestasi kerja PPNS, keahlian, perilaku, kepemimpinan
( achievement, skill, attitude dan leadership ).
5. KESEJAHTERAAN PPNS :
Penghargaan dapat diberikan hanya kepada PPNS yang telah
menunjukan prestasi kerja yang sangat baik., pemberian peng
- hargaan untuk memotivasi PPNS meningkatkan prestasi
kerjanya, penghagaan yang diberikan dapat menimbulkan
kebanggaan, menjadi daya tarik PPNS agar dapat menimbul
kan persaingan yang sehat untuk melakukan yang terbaik bagi
unit kerjanya.
Mendorong pengembangan karir PPNS.
6. PELATIHAN :
pelatihan perlu diselenggarakan yang orientasinya pada
peningkatan kompetensi PPNS guna menunjang kegiatan unit
kerja, PPNS yang memiliki kompetensi yang baik akan menjadi
salah satu modal penguatan unit kerja
7. KODE ETIK PPNS ( CODE OF CONDUCT ):
KODE ETIK ( CODE OF CONDUCT )
• 1. Idealnya setiap profesi memiliki kode etik.
• 2. Merupakan serangkaian aturan tertulis yang mengatur cara berperilaku
• yang pantas dan etis dalam suatu kumpulan formal sekelompok orang.
• 3. Diinstitusionalkan ke dalam sistem nilai dan budaya organisasi untuk
• dijadikan pegangan bagi individu – individu dalam organisasi.
• 4. Kode etik berkaitan dengan aspek moral, maka sangat penting bagi
• organisasi untuk mencegah munculnya penyalahgunaan wewenang dan
• kekuasaan, perbuatan asusila, pelanggaran hukum dan bentuk – bentuk
• misconduct lainnya.
• 5. Kode etik harus memuat prinsip – prinsip dan nilai – nilai kebenaran,
• kejujuran, moral, etika, budi pekerti dan dapat dipertaggungjawabkan.
“TERIMA KASIH
ATAS KERJASAMA YANG SANGAT KOOPERATIF
UNTUK MENUJU TERWUJUDNYA
APARATUR PENEGAK HUKUM PPNS
YANG PROFESIONAL”