Strategi Komunikasi Sosial Melalui Wisata...
Transcript of Strategi Komunikasi Sosial Melalui Wisata...
1
Strategi Komunikasi Tanggungjawab Sosial Melalui Wisata
Industri Terhadap Peningkatan Merek PT Dua Kelinci
Disusun Oleh :
Daniel Ragil Nugraha
602013612
Dosen Pembimbing :
George Nicholas Huwae, S.Pd, M.I.Kom.
S1 Public Relations
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2017
2
3
4
5
6
SETRATEGI KOMUNIKASI TANGGUNGJAWAB SOSIAL MELALUI
WISATA INDUSTRI TERHADAP PENINGKATAN MEREK PT. DUA
KELINCI
1) Daniel Ragil Nugraha, 2)George Nicholas Huwae, S.P.d., M.I.Kom.
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email : 1) [email protected], 2) [email protected]
Abstrak
Maintain and enhance corporate image, the necessary programs ongoing
communication strategies through public relations strategy. One program that can be
used is a corporate social responsibility. PT Dua Kelinc have a social responsibility
program that is tourist industry. The program is expected from the company is able to
give effect to the surrounding communities as well get the profit.
This study uses descriptive qualitative research. The results showed that social
responsibility programs through travel industri developed by PT. Dua Kelinci impact to
the surrounding community. PT. Dua Kelinci also benefit from these activities in the form
of profit for the company. Getting a good image in front of prospective customers is the
goal of the activity.
Keyword : Communication Strategies, Corporate Social Responsibility, PT. Dua Kelinci.
Abstrak
Dalam mempertahankan dan meningkatkan citra perusahan, diperlukan program-
program strategi komunikasi yang berkesinambungan melalui strategi public
relations.Salah satu program yang dapat digunakan adalah tanggungjawab sosial
perusahaan.PT. Dua Kelinci memiliki suatu program tanggungjawab sosial yaitu wisata
industri.Dari program tersebut diharapkan perusahaan mampu memberikan dampak
terhadap masyarakat sekitar sekaligus mendapatkan profit.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa program tanggungjawab sosial melalui wisata industri
yang dikembangkan oleh PT. Dua Kelinci memberikan dampak bagi masyarakat
sekitar.PT. Dua Kelinci juga mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut berupa
profit bagi perusahaan.Mendapatkan citra yang baik dihadapan calon konsumen adalah
tujuan dari kegiatan tersebut.
Kata Kunci :Strategi Komunikasi, Tanggungjawab Sosial Perusahaan, PT. Dua Kelinci
1) MahasiswaFakultasTeknologiInformasiJurusan Public Relations, Universitas Kristen
SatyaWacanaSalatiga
2)Staff PengajarFakultasTeknologiInformasi, Universitas Kristen SatyaWacanaSalatiga.
7
1. Pendahuluan PT. Dua Kelinci merupakan perusahaan nasional yang bergerak
dalam bidang industri makanan ringan di Indonesia, memiliki bahan baku
hasil pertanian asli Indonesia, PT. Dua Kelinci berkomitmen untuk
bermitra dengan petani lokal tanah air sebagai penyuplai bahan baku dasar
setiap produk PT. Dua Kelinci. Komitmen tersebut sebagai salah satu
bentuk kepedulian PT. Dua Kelinci terhadap petani lokal agar tetap
mampu menghasilkan hasil-hasil pertanian di Indonesia. Berbagai inovasi
produk telah diciptakan dan dipasarkan oleh PT. Dua Kelinci. Dengan
produksi kacang tanah sebagai produk utama dan unggulan, seiring
berkembangnya perusahaan dan permintaan pasar, PT. Dua Kelinci
menghasilkan produk-produk berbahan bahan baku selain kacang tanah,
bahan baku tersebut antara lain, Kacang Polong, Kacang Koro, Emping,
Jagung, Melinjo, dan produksi-produksi wafer.“Brand Awareness adalah
kemampuan pembeli potensial untuk mengenali atau mengingat bahwa
sebuah merek merupakan anggota dari kategori produk tertentu”
(rajapresentasi.com). Persaingan perusahaan yang bergerak dalam bidang
industry makanan ringan sangat sengit, karena hingga saat ini belum ada
satu merek yang berhasil memonopoli penjualan. Bahkan juga belum ada
yang mampu mencapai level Top Of Mind dalam teori Brand Awareness.
Top Of Mind adalah kondisi suatu merek yang berhasil melekat dalam
benak masyarakat ketika mengingat salah satu produk.
PT. Dua Kelinci memiliki banyak competitor di Indosesia dalam
bidang produsen makanan ringan, yang sama-sama memunculkan Kacang
sebagai produk unggulannya. Kondisi tersebut memaksa perusahaan-
perusahaan industri makanan ringan berbahan dasar kacang untuk kreatif
dan inovatif untuk menarik calon konsumen.Untuk meningkatkan nilai
merek, PT. Dua Kelinci memiliki berbagai program, program periklanan
dan teknik-teknik pemasaran sudah dijalankan oleh PT. Dua Kelinci. PT.
Dua Kelinci juga memiliki tanggungjawab sosial, tanggungjawab sosial
tersebut juga digunakan oleh Dua Kelinci sebagai upaya untuk
meningkatkan merek, PT. Dua Kelinci memilik satu program unggulan
yaitu mengadakan wisata industri di Pabrik produksi produksi PT. Dua
Kelinci. Wisata Industri yang diadakan gratis untuk semua orang tersebut
bertujuan agartarget market dan target audience mengetahui lebih jauh
tentang PT. Dua Kelinci, dalam satu paket Wisata Industri tersebut, peserta
akan diajak berkeliling pabrik produksi, disuguhi presentasi perjalanan PT.
Dua Kelinci, hingga yang terakhir adalah wisata belanja. Tujuan akhir dari
wisata industri tersebut adalah supaya PT. Dua Kelinci mendapatkan tahap
top of mind dalam persaingan merek, setidaknya bagi calon konsumen
yang telah berkunjung wisata industri.
2. Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu
Terdapat penelitian sebelumnya yang meneliti mengenai strategi
komunikasi.Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Naning
8
Damayanti (2012) dalam jurnal yang berjudul “Hubungan Antara Brand
Awareness Terhadap Motivasi Pembelian”.Hasil yang diperoleh dari
penelitian tersebut adalah bahwa ada hubungan yang signifikan antara
brand awareness dengan motivasi pembelian konsumen, dimana
penelitian tersebut dilakukan di AMDK WaterMed dan Hamaang.
2.2 Konsep Public Relations
Public Relations sering didiskripsikan terlalu dangkal oleh banyak
kalangan (Silvia, 2009), Public Relations adalah suatu penghubung
masyarakat, masyarakat itu sendiri dapat dipahami sebagai individu
ataupun kelompok, kelompok juga dapat diklarifikasikan sebagai
organisasi dan perusahaan. Public Relations ada untuk menjadi
penghubung dalam membangun interaksi timbal balik sebagai upaya
persuasi satu sama lain. Public Relations menjadi unsur penting dalam
membangun citra diri, kelompok, organisasi, perusahaan, atau partai
politik sekalipun.
Tujuan serta fungsi Public Relation
Tujuan dari public relations adalah mewujudkan hubungan yang harmonis
atau menciptakan opini public yang favorable baik internal maupun
eksternal.
Adapun fungsi dari Public Relations menurut Bettrand R (1968) adalah
sebagai berikut:
Mengabdi kepada kepentingan umum
Jika tidak untuk kepentingan publik baik itu internal maupun eksternal,
maka tidak mungkin akan tercipta suatu hubungan yang
menyenangkan. Sebaliknya suatu organisasi / perusahaan akan dapat
sukses apabila segala tindakannya adalah sebagai pengabdian kepada
kepentingan umum.
Memelihara komunikasi yang baik
Seorang Public Relations yang melakukan kegiatan Public Relations
akan berhasil di dalam kepemimpinannya, apabila ia ikut bergaul
dengan para karyawannya. Ia harus melakukan kegiatan komunikasi
bukan saja dalam hubungan dinas tetapi juga diluar dinasnya. Misalnya
dengan mengadakan pertandingan olahraga, kegiatan anjangsana dan
lain – lain.
Menitik beratkan kepada norma dan tingkah laku yang baik
Seorang pemimpin yang baik dalam tingkah lakunya akan menitik
beratkan kepada moralitas, ia juga akan mempunyai wibawa apabila
tidak cacat moral dan tingkah lakunya. Ia harus menjadi teladan bagi
bawahannya.
Dalam strategi komunikasi Public Relations, iklan dan promosi
menjadi salah satu program strategi yang sangat penting. Berbagai action
program tanpa ada komunikasi program maka tidak akan ada hasilnya.
Sehingga komunikasi program yang salah satunya melalui promosi dan
iklan adalah suatu komunikasi program yang harus dijalankan oleh
9
seorang praktisi public relations. Dalam promosi sendiri, ada berbagai
banyak cara untuk melakukan promosi, salah satunya door to door sales.
Bukan hanya barang maupun jasa yang dapat ditawarkan melalui promosi
door to door sales tersebut, tetapi berbagai program aksi seperti
tanggungjawab sosial dapat juga dijalankan melalui promosi door to door
sales. Karena promosi model tersebut dapat langsung bersentuhan
langsung dengan masyarakat sehingga pelaku tanggungjawab sosial dapat
mengetahui apa yang sedang diinginkan masyarakat. George & Michael
Belch (2003), dalam Advertising and Promotion : an integrated marketing
communication perspective, mengemukakan bahwa “Advertising and
promotion are an integral part of our sosial and economic systems. In our
complex society, advertising has evolved into a vital communications
system for both consumers and businesses. The ability of advertising and
other promotional methods to deliver carefully prepared messages to
target audiences has given them a major role in the marketing programs
of most organizations”. Dalam tulisan tersebut, George dan Michael Belch
menjelaskan bahwa iklan dan promosi adalah bagian integral dari sistem
sosial dan ekonomi masyarakat. Menjadi bagian yang tidak dapat
terpisahkan dalam sistem sosial dan ekonomi. Tanpa adanya sebuah
promosi, maka sistem ekonomi akan berjalan ditempat, karena usaha tidak
dapat berkembang tanpa adanya promosi yang dilakukan oleh perusahaan.
Begitu juga sistem sosial yang tidak berkembang tanpa adanya promosi,
hubungan antara masyarakat dan perusahaan tidak berkembang, padahal
perusahan membutuhkan relasi dengan masyarakat untuk mengembangkan
usahanya. Sehingga, tanpa promosi, maka sistem ekonomi maupun sistem
sosial tidak akan berkembang.
2.3 Teori Brand Awareness
Merek adalah nama, istilah, simbol, tanda, atau perpaduan dari hal
tersebut. Pengertian lain mengatakan bahwa merek merupakan
internalisasi posisi khusus dipikiran mereka berdasarkan manfaat-manfaat
emosional dan fungsional yang dirasakan. Tujuan pemberian merek pada
suatu produk untuk memberikan identitas khusus yang membedakan
dengan produk yang lainnya.
Menurut Durianto (2004:30), Brand Awareness dapat dibangun
dan diperbaiki melalui cara-cara berikut :
Pesan yang disampaikan oleh suatu merek harus mudah diingat
oleh konsumen
Pesan yang disampaikan harus berbeda dengan produk lainnya
serta harus ada hubungan antara merek dengan kategori lainnya
Memakai slogan maupun jingle lagu yang menarik sehingga
membantu konsumen mengingat merek
Jika suatu merek memiliki symbol, hendaknya symbol tersebut
dapat diuhubungkan dengan mereknya
Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin diingat
konsumen
10
Brand Awareness dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat
yang sesuai dengan kategori produk, merek, maupun keduanya
Melakukan pengulangan untuk meningkatkan, karena membentuk
ingatan adalah lebih sulit dibandingkan membentuk pengenalan
Menurut David A. Aaker (1997:61) Brand Awareness adalah seberapa
namamerek mampu disebutkan oleh konsumen yang merupakan calon
pembeli untuk mengenali atau menyebutkan kembali suatu merek yang
merupakan bagian dari suatu kategori tertentu.
Teori dari Aaker tersebut memberikan padangan bahwa pemilihan
merek menjadi sesuatu yang sangat vital dalam meningkatkan Brand
Awareness. Perusahaan harus memperhatikan dimana target market dan
target audedience dari produk yang dipasarkan, karena setiap negara
bahkan setiap daerah memiliki dialek dan huruf yang berbeda-beda
sehingga harus memperhatikan kedua hal tersebut. Contohnya jika produk
tersebut dipasarkan untuk seluruh negara didunia, maka huruf yang terbaik
untuk dipakai adalah huruh latin, sedangkan angka terbaik adalah angka
Arabic. Karena huruf latin dan angka Arabic adalah yang dipakai oleh
mayoritas orang diseluruh dunia, sekaligus menjadi huruf dan angka
Internasional. Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah pemberian nama
yang harus singkat, padat, jelas, dan mudah diucapkan oleh target market
dan target audience. Dari kemudahan pengucapan tersebut maka nama
suatu merek akan menjadi mudah untuk diingat.
Dalam buku Karya Patricia F. Nicolina (2001) yang berjudul “The
Complete Idiot’s Guide to Brand Management” mengemukakan bahwa
“Brand is the whole business process of choosing, what kind of value, and
what kind of identifiable components the entity will have”. Pendapat
tersebut semakin menguatkan bahwa merek adalah keseluruhan dari nilai
bisnis itu sendiri. Artinya pendapat tersebut beranggapan bahwa merek
memegang kunci suatu proses bisnis. Apabila ingin menaikkan suatu
bisnis, harus diawali dengan menaikkan merek itu sendiri. Sehingga
semakin berkembangnya sebuah persaingan bisnis, maka peran Public
Relations sangat dibutuhkan untuk membuat konsep bagaimana cara
perusahaan tersebut mampu menaikkan mereknya sehingga seiring
meningkatnya nilai merek maka target market akan lebih mudah untuk
didapatkan.
Suatu merek harus memiliki positioning yang jelas, dan positioning
suatu merek harus melalui komunikasi. Karena komunikasi adalah hal
utama dalam membangun suatu merek sehingga merek tersebut dapat
semakin kuat dan sesuai dengan positioning-nya. Seperti yang dikutip oleh
Dave Sutton dan Tom Klein (2003) dalam buku Enterprise Marketing
Manajemen : The New Science Of Marketing, kutipan tersebut diambil
dalam buku “The End Of Marketing As We Know It” karya Sergio Zyman
(1999), mengungkapkan bahwa “Every brand has to have a positioning
strategy and everything you do with regard to that brand must
communicate it”. Menurut Zyman dalam tulisan tersebut, bahwa yang
paling penting dalam membangun suatu merek adalah dengan menentukan
11
positioning dan haru mengkomunikasikannya. Komunikasi yang dipilih
harus sesuai dengan bidang perusahaan tersebut bergerak, sehingga
strategi komunikasi yang dijalankan dapat menjangkau target audience
yang sesuai dengan target market yang telah ditentukan.
2.4 Teori Tanggungjawab Sosial
Konsep tanggungjawab sosial saat ini, menurut wibisoso (2007)
melaporkan bahwa tanggungjawab sosial didefinisikan sebagai komitmen
usaha untuk terus-menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal
dan berkontribusi untuk pengingkatan ekonomi, bersamaan dengan
peningkatan kualitas hidup komunitas lokal, masyarakat secara lebih luas.
Komitmen etis adalah dengan memberikan komitmen yang layak bagi
kehidupan disekitarmya, baik itu kehidupan lingkungan maupun
kehidupan masyarakat di sektiarnya. Kehidupan-kehidupan sekitar itulah
yang menjadi kewajiban perusahaan unutk bertindak etis. Masyarakat
memerlukan bantuan dari perusahaan, karena tidak semua masyarakat
disekitar perusahaan memiliki kehidupan yang layak, sehingga perusahaan
memiliki kewajiban membuat tanggungjawab sosial berupa bantuan-
bantuan yang layak dan berkesinambungan. Program berkesinambungan
itulah yang membuat tanggung jawab sosial perusahaan menjadi program
yang baik. Karena program yang berkesinambungan tersebut tidak hanya
memberikan jangka pendek, tetapi memberikan kesempatan bagi
masyarakat sekitar untuk berkembang sesuai dengan sumber daya manusia
maupun sumber daya alam yang berkembang di masyarakat tersebut.
Tanggungjawab sosial perusahaan juga telah banyak digunakan
perusahaan unutk menutup kegiatan-kegiatan usahanya yang merusak
lingkungan maupun masyarakat. Perusahaan memanfaatkan masyarakat
dan lingkungannya untuk mengembangkan proses bisnisnya, sehingga
perusahaan yang seperti ini harus memiliki tanggung jawab sosial yang
berkesinambungan untuk lingkungan dan masyarakat. Seperti yang
dituangkan dalam buku Corporate Sosial Responsibility : Kemuliaan
Untuk Meraih Kemuliaan Bisnis yang ditulis oleh Joko Prastowo dan
Miftachul Huda, menjelaskan bahwa “ketika perusahaan berdampak
negatif terhadap masyarakat, maka kewajiban perusahaan tersebut adalah
membalikkan keadaan masyarakat yang mengalami dampak tersebut
kepada keadaan yang lebih baik”. Memang saat ini banyak perusahaan
yang telah memanfaatkan lingkungan dan masyarakat untuk mencapai
proses bisnisnya agar menjadi berkembang. Tetapi perusahaan-perusahaan
tersebut melupakan suatu konsep sosial dan lingkungan yang harus dijaga.
Masyarakat dan lingkungan dijadikan korban untuk mengembangkan
bisnisnya. Sehingga perusahaan-perusahaan tersebut seharusnya memiliki
tanggung jawab sosial perusahaan untuk membalikkan keadaan
masyarakat dan lingkungan yang telah rusak akibat keegoisan perusahaan
tersebut dalam mengembangkan proses bisnisnya.
2.5 Teori Kesan
Ilmu tentang kesan pertama kali dikemukakan oleh Michael Argyle
(1952-2002), seorang ahli psikologi yang karyanya dijadikan salah satu
12
teori di ilmu psikologi, termasuk teori kesan. Argyle (1994),
mengemukakan bahwa ada 3 (tiga) cara pengelolaan kesan, yaitu
keinginan untuk medapatkan imbalan materi atau sosial, untuk
mempertahankam atau meningkatkan harga diri, dan untuk mempermudah
pengembangan identitas diri.
Kesan dibutuhkan dalam ilmu dan kegiatan Public Relations
karena citra dapat dibangun melalui kesan, sehingga dalam kegiatan
Public Relations salah satunya membuat kesan yang baik dihadapan
konsumen. Jika 3 (tiga) teori Argyle tersebut ditarik kedalam kegiatan
wisata industri yang diadakan oleh PT. Dua Kelinci, dapat diambil
kesimpulan bahwa kegiatan tersebut bertujuan untuk membangun citra PT.
Dua Kelinci melalui kesan yang diberikan kepada peserta kunjungan
wisata industri di PT. Dua Kelinci Pati. Dalam membangun kesan,
perusahan juga perlu untuk membuat pelanggan puas dalam setiap
pelayanan yang diberikan oleh perusahaan. Seperti yang ada dalam buku
karya Susatyo Herlambang yang berjudul “Public Relations and Customer
Service”mangatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan
seseorang setelah membandingkan kinerja yang dirasakan dibandingkan
dengan harapannya. Setiap orang memiliki bayangan tersendiri mengenai
kepuasan pelayanan, sehingga sebagai pelaku usaha, perusahaan harus
memiliki kualitas yang sangat maksimal sehingga pelayanan perusahaan
memiliki tingkat kepuasan dibandingkan dengan harapan dan bayangan
semua orang. Dari pelayanan tersebut, dapat membangun citra bagi
perusahaan karena pelayanan dari perusahaan akan mendapatkan kesan
dari calon customer yang dapat mempengaruhi citra perusahaan.
3. Metode Penelitian Dalam Jurnal ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptip.Menurut salah Moleong (2007:6), penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk katakata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian
adalah anak-anak sekolah yang pernah menjadi peserta tanggung jawab sosial
melalui wisata industri di PT. Dua Kelinci Pati. Sedangkan yang menjadi
objek penelitian yaitu wisata industri dan citra PT. Dua Kelinci. Teknik
pengambilan data dengan metode wawancara terhadap nara sumber, dan
dalam bentuk persuasif karena yang menjadi nara sumber adalah anak-anak.
Data hasil wawancara diolah dan dianalisis menggunakan metode kualitatif
deskriptif.Untuk membuktikan validitas data, penulis menggunakan bahan
referensi. Bahan referensi yang dimaksud adalah adanya pendukung untuk
membuktikan data yang telah ditemukan oleh penulis. Sebagai contoh, data
hasil wawancara perlu didukung dengan adanya hasil angket.
13
4. Hasil dan Pembahasan Yang menjadi titik utama penelitian ini adalah peran tanggung jawab
sosial perusahaan melalui wisata industri terhadap citra PT. Dua
Kelinci.Dikaitkan dengan teori Public Relations, kesandan Brand Awarness
maka penelitian ini akan menjadikan peningkatan citra merek Dua Kelinci
sampai tahap pengambilan keputusan calon konsumen. Pengambilan
keputusan konsumen dipengaruhi oleh beberapa indikator. Seperti teori-teori
yang telah penulis jabarkan di BAB II, bahwa ada teori Public Relations yang
membuat calon konsumen mengenal lebih jauh tentang perusahaan, teori
kesan yang ditujukan agar calon konsumen mengingat hal positif yang telah
disajikan PT. Dua Kelinci dalam menyelenggarakan kegiatan wisata industri,
dan teori brand awareness untuk calon konsumen mengenali perusahaan dan
produk-produk yang telah dihasilkan. Kegiatan wisata industri yang
diselenggarakan oleh PT. Dua Kelinci menjadi kegiatan utama sebagai
penunjang peningkatan merek karena target audience dari wisata industri
tersebut sama dengan target market produk PT. Dua Kelinci. Selain untuk
meningkatkan merek, kegiatan tersebut juga sebagai tanggung jawab sosial
perusahaan, karena dalam kegiatan tersebut ada pula nilai edukasi yang
bermanfaat bagi peserta wisata industri. Program CSR ini adalah program
CSR yang begitu luar biasa, menjadikan anak-anak sebagai target market dan
target audience utama dalam program CSR ini. Program ini akan
menanamkan pola pikir didalam pikiran anak-anak bahwa mereka akan
menjadi mencintai produk dari PT. Dua Kelinci Pati karena mereka akan
merasa dekat dengan perusahaan ini, juga akan terbenam dalam pikiran
mereka tentang produksi di PT. Dua Kelinci Pati bahwa proses produksi di
PT. Dua Kelinci sangat bersih, higenis, dan terbuat dari bahan terbaik yang
ada di Indonesia. Adapun proses dan hasil wawancara terhadap nara sumber
adalah sebagai berikut :
4.1 Kesan peserta Wisata Industri setelah berkunjung ke PT. Dua
Kelinci
Hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap 100 nara sumber,
mendapatkan hasil bahwa 60 nara sumber mengatakan mereka
memiliki kesan yang baik melalui ekspreksikan dengan mengatakan
senang atas kunjungan mereka ke PT. Dua Kelinci pati. Artinya
sebagian besar nara sumber yaitu 60% memiliki kesan yang baik
terhadap PT. Dua Kelinci di Pati. Kesan yang baik tersebut menjadi
modal bagi perusahaan untuk mendapatkan imbalan berupa materi atau
sosial, meningkatkan atau mempertahankan harga diri, dan
mempermudah pengembangan identitas diri. Sedangkan 28% lainnya
mengatakan tidak memiliki kesan apapun, dan sisanya memiliki kesan
yang tidak baik dengan PT. Dua Kelinci.
Jika hasil wawancara ini dihubungkan kembali dengan teori kesan
dari Argyle seperti tertuang dalam Bab II, maka kegiatan wisata
industri ini sukses untuk meningkatkan citra melalui kesan yang dibuat
oleh PT. Dua Kelinci pati. Karena mayoritas responden sepakat bahwa
14
mereka senang dengan kunjungan di PT. Dua Kelinci, Pati. Artinya
PT. Dua Kelinci dapat mendapatkan imbalan, meningkatkan citra, dan
mengembangkan identitas melalui kunjungan wisata industri. Sehingga
kegiatan ini memiliki keuntungan karena kegiatan ini memiliki kesan
yang baik diantara peserta kegiatan, kegiatan ini sebagai modal yang
baik bagi perusahaan untuk mengebangkan mereknya karena sudah
memiliki modal yaitu dengan mendapatkan kesan yang baik.
4.2 Ingatan peserta Wisata Industri terhadap produksi PT. Dua
Kelinci
Ingatan akan merek dan barang dari suatu perusahaan sangat
penting ditanamkan dalam mendapatkan pasar saat ingin menjual suatu
produk atau jasa. Mengingat lagi teroi yang telah penulis jabarkan
dalam bab II melalui teori yang dikemukakan oleh Durianto (2004:30),
Brand Awareness dapat dibangun dan diperbaiki melalui cara-cara
salah satunya yaitu pesan yang disampaikan oleh suatu merek harus
mudah diingat oleh konsumen. Pesan yang disampaikan pihak
perusahaan terhadap kepada peserta wisata industri adalah produk-
produk dari PT. Dua Kelinci. Perusahaan ingin produk-produknya
diingat oleh peserta kunjungan wisata industri, dengan mengirimkan
pesan secara persuasif, cara tersebut dinilai efektif karena target
audience dan target market dari penjualan produk PT. Dua Kelinci
adalah anak-anak. Dalam pertanyaan ini, penulis ingin mnegetahui
sejauh mana ingatan anak-anak peserta kunjungan wisata industri akan
produk yang dibuat oleh PT. Dua Kelinci. Dalam pertanyaan yang
dibagikan kepada 100 nara sumber, hasilnya adalah sebanyak 31%
nara sumber menjawab lupa, sedangkan 52% ingat, dan ada 17% nara
sumber yang tidak mengatahui sama sekali. Memang dari 100 nara
sumber ini memiliki latar belakang pemahaman yang berbeda sehingga
memiliki tangkapan ingatan yang juga berbeda. Tetapi dari 52% nara
sumber merupakan bagian mayoritas ingat akan produk PT. Dua
Kelinci sehingga langkah ini dapat dinilai berhasil dalam usaha
perusahaan untuk menanamkan ingatan akan produk PT. Dua Kelinci
kepada calon konsumen.
4.3 Apa yang paling diingat ketika berkunjung ke PT Dua Kelinci
Mengingat lagi teori yang telah penulis jabarkan dalam bab II
melalui teori yang dikemukakan oleh Durianto (2004:30), Brand
Awareness dapat dibangun dan diperbaiki melalui cara-cara salah
satunya yaitu pesan yang disampaikan oleh suatu merek harus mudah
diingat oleh konsumen. Dalam pertanyaan ini penulis ingin mengetahui
sejauh mana suatu simbol yang ditanamkan kepada peserta wisata
industri ini dapat ditanamkan ke peserta kunjungan wisata industri.
Simbol yang ingin ditanamkan adalah maskot Dua Kelinci yaitu dua
boneka kelinci. Apakah simbol yang ditampilkan dapat diingat oleh
peserta, dengan menanamkan simbol kepada peserta wisata industri,
15
perusahaan ingin membangun merek melalui simbol dalam hal ini
maskot boneka dua kelinci.
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan kepada 100 nara
sumber yang juga sebagai peserta kunjungan wisata industri, hasilnya
dalah 79% menjawab mengingat maskot dua kelinci yang tertanam
dalam pikiran mereka, karena target audience adalah anak-anak,
sehingga ketika anak-anak tersebut menjawab maskot sebagai bagian
yang paling diingat maka hal ini dapat dinyatakan berhasil dalam
usaha menanamkan merek diantara peserta wisata idustri. Selain
menajawab maskot sebagai bagian yang paling diingat, ada beberapa
peserta yang mengingat hal lain, 16% memilih produk kelinci sebagai
bagian yang paling diingat, 2% mengingat mesin, dan ada 3% nara
sumber yang tidak mengingat apapun dalam kunjunganna ke PT. Dua
Kelinci.
4.4 Kondisi kebersihan di PT. Dua Kelinci menurut peserta wisata
industri
Membuat kondisi kebersihan yang maksimal adalah salah satu cara
untuk mempertahankan dan meningkatkan harga diri. Seperti salah
satu teori dari Argyle tentang tiga cara pengelolaan kesan yang telah
penulis jabarkan pada BAB II. Sebagai perusahaan industri makanan,
PT. Dua Kelinci membuka dapurnya untuk dikunjungi oleh peserta
wisata industri, produsen makanan ringan tentu saja akan membuat
kesan bahwa dapurnya sangat bersih, rapi dan higenis, karena akan
mempengaruhi secara langsung keputusan calon konsumen. Apabila
kondisi dapur tidak berada dalam kondisi terbaik, maka akan membuat
konsumen memiliki keputusan bahwa dapur perusahaan ini tidak
bersih dan produk yang dihasilkan tidak layak untuk dikonsumsi,
sebaliknya jika dapur dalam kondisi terbaik maka akan mempengaruhi
calon konsumen untuk memilih produk dari PT. Dua Kelinci.
Dalam pertanyaan ini, penulis ingin mengetahui bagaimana citra
dapur PT. Dua Kelinci dihadapan peserta calon wisata industri. Penulis
mewawancari 100 nara sumber, dari hasil wawancara tersebut, penulis
mendapatkan hasil bahwa 28% nara sumber mengatakan kondisi dapur
bersih, sementara 31% lebih mengingat kondisi secara umum, bukan
dapur, yaitu memilih sejuk. Sedangkan mayoritas justru mengatakan
kondisi dapur di PT. Dua Kelinci kotor, yaitu sebanyak 49%. Dari
hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kesan yang dihasilkan
melalui dapur perusahaan kurang baik, karena kondisi ruang produksi
yang kurang bersih, setidaknya menurut nara sumber. Hal ini
sebenarnya dapat dimaklumi karena yang menjadi jalur wisata industri
adalah pabrik kacang garing, sehingga dalam proses pengolahan
tersebut banyak debu yang dihasilkan dari kulit kacang tanah.
Meskipun sudah ditangani secara maksimal oleh tim operator di tempat
produksi, tetapi debu yang dihasilkan akan terus menerus ada sehingga
setiap waktu debu tersebut akan selalu terlihat.
16
4.5 Pelayanan PT. Dua Kelinci terhadap peserta Wisata Industri
Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk membuat pelanggan
dan calon pelanggan merasa puas ketika berhubungan dengan
perusahaan. Karena pelayanan akan membentuk kesan yang dapat
mempengaruhi citra perusahaan itu sendiri. Karena setiap orang
memiliki tingkat kepuasan yang berbeda, maka perusahaan sebagai
pelaku usaha wajib untuk memberikan pelayanan yang sangat
maksimal sehingga setiap orang yang berhubungan dengan perusahaan
akan merasakan kenyamanan dan kepuasan. Seperti teori dari buku
“Public Relations and Customer Service” yang sudah penulis tuangkan
dalam Bab II. Maka PT. Dua Kelinci wajib untuk memiliki pelayanan
yang maksimal, termasuk untuk peserta kunjungan wisata industri.
Dalam pertanyaan ini, penulis ingin mengetahui bagaimana tingkat
kepuasan peserta wisata industri terhadap pelayanan selama mengikuti
kegiatan tersebut. Karena tingkat kepuasan ini akan mempengaruhi
apakah peserta akan mau kembali mengikuti kegiatan tersebut dan
sebagai bahan evaluasi perusahaan terhadap karyawannya. Dari 100
nara sumber yang penulis wawancarai, mayoritas nara sumber
mengatakan puas dengan menjawab bahwa pelayanan di PT. Dua
Kelinci ini baik dan sopan. Sebanyak 94 nara sumber atau 94% dari
seluruh nara sumber mengatakan puas, dan hanya 6% nara sumber
tidak puas karena mereka merasa bahwa ada beberapa karyawan yang
telah galak dan menakutkan bagi mereka. Dari hasil ini, dapat diambil
kesimpulan bahwa PT. Dua Kelinci telah berhasil dalam menjalankan
sistem program Public Relations melalui pelayanan ini. Sistem
pelayanan terhadap peserta kunjungan wisata industri ini sangat
komplek karena melibatkan beberapa divisi, dimulai dari pelayanan
scurity ketika peserta baru pertama kali datang, lalu pelayanan staff
public relations dalam presentasi, pelayanan tour guide yang bertugas
untuk mnedampingi peserta selama berada dalam area pabrik produksi
PT. Dua Kelinci, pelayanan pegawai kantin dan resto “Waroeng Pati”
tempat dimana mereka menikmati makanan, pelayanan seluruh
karyawan di pabrik produksi, pelayanan kios kelinci yang bertugas
sebagai destinasi terakhir peserta wisata industri karena dalam
rangkaian acara tersebut, wisata belanja adalah rangkaian yang
terakhir, selain pelayanan-pelayanan yang dilakukan oleh bebrapa
divisi tersebut. Masih juga ada divisi yang tidak berhubungan langsung
tetapi memiliki andil dalam pelayanan tersebut, yaitu petugas
kebersiham. Seluruh sistem program public relations tersebut telah
dijalankan dengan sangat baik di PT. Dua Kelinci sehingga peserta
wisata industri merasakan keyamanan serta kepuasan. Dan kesan
pelayanan ini dapat untuk membangun citra PT. Dua Kelinci menjadi
lebih baik.
17
4.6 Mengingat kembali produk-produk di PT. Dua Kelinci dan
produk apa yang menjadi favourite
David A. Aaker (1997), mengemukakan tentang brand awareness,
bahwa nama merek harus yang mudah diingat. Dalam hal ini, PT. Dua
Kelinci tidak hanya menggunakan nama Dua Kelinci yang mudah
diingat. Tetapi produk-produk dari perusahaan tersebut menggunakan
nama yang mudah diingat juga.PT. Dua Kelinci memiliki banyak
sekali produk makanan ringan yang diproduksinya. Tetapi dalam iklan
dan promosinya, PT. Dua Kelinci lebih cenderung menggunakan
kacang tanah sebagai “wajah” dalam mereknya tersebut. Karena,
terlepas dari berbagai inovasi produk yang telah diproduksi oleh PT.
Dua Kelinci sekarang ini, PT. Dua Kelinci diawali dengan produksi
Kacang Tanah hingga sampai bisa berkembang hingga saat ini dengan
produknya yang beraneka ragam. Tetapi dalam iklan dan promosinya,
PT. Dua Kelinci tetap mengandalkan kacang tanah sebagai “wajah”
dari merek Dua Kelinci. Pertanyaan ini ingin merangsang bagaimana
ingatan peserta wisata industri tentang nama-nama produk yang telah
diproduksi PT. Dua Kelinci, sekaligus ingin mnegetahui sejauh mana
pengetahuan peserta wisata industri tentang produk dari PT. Dua
Kelinci.
Pada tahap pertanyaan ini, penulis tidak menyediakan pilihan
jawaban, sehingga nara sumber benar-benar harus mengingat produk
yang diproduksi oleh PT. Dua Kelinci. Dari 100 nara sumber yang
telah penulis wawancarai, sebanyak 71 nara sumber menajawab
produk kacang yang diingat, sedangkan 21 menjawab wafer, 5 orang
menjawab produk jagung atau tortilla, 1 orang menjawab produk
kacang campuran, dan ada 2 orang yang tidak menjawab apa-apa
karena mereka tidak mengingat apapun tentang produk dari PT. Dua
Kelinci. Hasil ini menggambarkan bahwa sebanyak 71% nara sumber
mengetahui bahwa Dua Kelinci adalah merek makanan khusus kacang
tanah, hal ini sejalan dengan iklan dan promosi yang dilakukan oleh
peruahaan bahwa ingin tetap membangun wajah kacang tanah sebagai
wajah dari merek Dua Kelinci.
4.7 Keputusan peserta wisata industri terhadap pilihan keputusan
tentang konsumsi jajan
Dalam beberapa teori yang telah penulis jabarkan dalam Bab II,
dalam beberapa buku yang penulis kutip tersebut beranggapan bahwa
apakah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan mampu mengangkat
brand awareness sehingga dapat mempengaruhi calon konsumen
untuk membeli atau menggunakan produk yang ditawarkan. Dalam
pertanyaan ini penulis ingin mengetahui seberapa jauh dan seberapa
banyak peserta wisata industri yang membuat keputusan untuk
membeli produk dari PT. Dua Kelinci setelah mereka mengikuti
kegiatan tanggung jawab sosial melalui wisata industri di PT. Dua
Kelinci Pati.
18
Dari 100 nara sumber yang penulis wawancarai, ternyata mayoritas
dari nara sumber tersebut bingung dan tidak tahu apakah akan memilih
produk dari PT. Dua Kelinci atau tidak. Karena ada berbagai alasan
dari mereka yang mengaku bingung, diantaranya adalah mereka belum
tahu dengan benar produk-produk apa saja yang menjadi produk dari
PT. Dua Kelinci, sebenarnya hal ini cukup beralasan karena PT. Dua
Kelinci memunculkan sub-brand dalam setiap produk yang
diluncurkannya. Jadi sub-brand tersebut yang membuat anak-anak
masih bingung membedakan mana produk PT. Dua Kelinci dan produk
dari perusahaan yang lain. Alasan lainnya adalah nara sumber yang
penulis wawancara adalah anak-anak, sedangkan dalam pemahaman
mayoritas dari mereka, merek Dua Kelinci hanyalah produsen kacang
gorang dan kacang atom, serta dengan menimbang usia mereka,
mereka memang belum saatnya untuk mengkonsumsi kacang, padahal
PT. Dua Kelinci memiliki produk-produk olahan lain selain kacang
gorang dan kacang atom. Dalam wawancara ini, hasilnya adalah
sebanyak 52% nara sumber mengatakan tidak tahu tentang keputusan
mereka apakah akan memilih brand Dua Kelinci, sedangkan 41
memilih akan membeli jajanan dari Dua Kelinci, dan 7 lainnya
mengatakan tidak. Dari ketujuh orang yang mnegatakan tidak, mereka
ada yang memiliki alasan tidak pernah membeli jajan karena selalu
membawa bekal dari rumah dan tidak diperkenankan jajan di
sembarang tempat oleh orangtua mereka.
4.8 Citra yang didapat PT. Dua Kelinci dan pengambilan keputusan
akan jajanan yang akan dipilih secara continue
Dalam penelitian pada ponit ini, penulis ingin mengetahui seberapa
banyak kegiatan tanggung jawab sosial melalui wisata industri yang
ada di PT. Dua Kelinci Pati mampu mempengaruhi calon konsumen
untuk membeli produk yang diproduksi oleh PT. Dua Kelinci. Berbeda
dengan pertanyaan yang ada pada ponit 4.7. Pertanyaan ini bertujuan
untuk mengetahui pembelian secara terus-menerus dari peserta wisata
industri terhadap produk dari PT. Dua Kelinci. Apakah program
kegiatan wisata industri mampu mempengaruhi pengambilan
keputusan calon konsumen tentang jajanan yang akan dibelinya secara
continue, sedangkan pada pertanyaan sebelumnya hanya ingin
mengetahui bagaimana pengambilan keputusan peserta wisata industri
tentang pembilan jajanan dalam suatu waktu. Dalam teori Public
Relations, bagaimana kegiatan tanggung jawab sosial juga bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan untuk perusahaan tersebut. seperti
juga dalam teori 3P (people, planet, & profit), tanggung jawab sosial
perusahaan tidak boleh untuk melupakan keuntungan bagi perusahaan.
Program tanggung jawab sosial di PT. Dua Kelinci juga salah satunya
menanamkan sebuah nilai merek dalam benak peserta wisata industri
agar mereka memiliki perspektif merek yang bertujuan untuk Dua
Kelinci memiliki nilai merek dan citra yang bagus diantara peserta
19
wisata industri. Sehingga mempengruhi penjualan produk PT. Dua
Kelinci menjadi lebih baik.
Dari 100 nara sumber yang penulis wawancarai, ternyata hasilnya
tidak banyak berubah dari jawaban yang penulis dapatkan dari point no
4.3.7. Dari yang semula akan membeli tetap menjawab membeli, yang
sebelumnya tidak tahu atau ragu menjawab demikian juga, dan yang
mengatakan tidak tetap mengatakan tidak. Hanya ada satu perbedaan
dalam hasil wawancara ini, satu nara sumber yang sebelumnya akan
membeli produk Dua Kelinci menyatakan ragu-ragu untuk membeli
secara continue. Dalam pertanyaan ini, sebanyak 40 nara sumber akan
membeli produk Dua Kelinci secara continue, 53 nara sumber
mengatakan tidak tahu atau ragu-ragu, dengkan sisnya yaitu 7 nara
sumber mengatakan tidak membeli produk Dua Kelinci secara
continue. Dari hasil tersebut, mayoritas nara sumber yaitu sebanyak
53% menyatakan untuk masih belum mengetahui keputusan tetang
pembelian jajanan yang akan dibeli secara continue, dan hanya 7 nara
sumber yang mengatakan tidak. Sehingga program kegiatan wisata
industri ini sukses untuk mempengaruhi pengambilan keputusan calon
konsumen karena ada 40% nara sumber yang sudah mengatakan akan
membeli produk dari PT. Dua Kelinci sebagai jajanan mereka secara
continue.
4.9 Citra PT. Dua Kelinci di hadapan peserta Wisata Industri seperti
yang digaungkan ketika presentasi adalah bersih dan sehat
Sebagai produsen makanan ringan, sebuah perusahan wajib untuk
mengedepankan kebersihan dan kesehatan produk yang diproduksinya.
Seperti PT. Dua Kelinci yang membuat komitmen untuk terus
membuat produk yang bersih dan sehat. Dan program itu
dikomunikasikan oleh perusahaan dalam presentasinya dalam kegiatan
tanggung jawab sosial melalui wisata industri. Memang pada
kenyatannya masih banyak debu dari kulit kacang yang masih terus-
menerus berserakan di area pabrik produksi. Tetapi komunikasi yang
dibuat oleh PT. Dua Kelinci tersebut diharapkan mampu untuk
mengubah persepsi peserta kunjungan wisata industri tentang
kebersihan dan kesehatan produknya. Pada kenyataannya, kondisi area
pabrik yang berdebu mampu ditutup oleh perusahaan dengan
mengatakan bahwa hasil produksinya tetap bersih dan sehat. Terbukti
dalam wawancara pada point ini yang penulis lakukan. Dari 100 nara
sumber yang penulis wawancara, sebanyak 91 nara sumber
mengatakan bahwa produk Dua Kelinci bersih dan sehat, sedangkan
hanya 9 nara sumber saja yang mengatakan tidak bersih maupun sehat.
Dari hasil wawancara tersebut terbukti bahwa komunikasi yang
dilakukan oleh PT. Dua Kelinci dihadapan para peserta wisata industri
mampu untuk menutupi kenyataan yang area pabrik produksinya
kurang bersih karena debu yang dihasilkan dari kulit kacang, dimana
20
kulit kacang tersebut sebagai bahan utama pembuatan berbagai produk
dari PT. Dua Kelinci.
4.10 Sebagai bahan evaluasi kegiatan Wisata Indsutri di PT. Dua
Kelinci
Dalam setiap program public relations, program tersebut perlu
untuk dikaji ulang apalah layak program tersebut layak untuk
dilanjutkan lagi atau tidak. Dan yang menjadi point penting lainnya
adalah apakah program tersebut bermanfaat untuk pihak-pihak yang
terlibat dalam program tersebut.
Tanggung jawab sosial perusahaan yang dikembangkan oleh PT.
Dua Kelinci, salah satunya adalah melalui wisata industri. Dalam
mengevaluasi kegiatan tersebut, penulis mewawancarai 100 nara
sumber, wawancara tentang kenyamanan dan kepuasan nara sumber
selama berkunjung di PT. Dua Kelinci sebagai peserta wisata industri.
Wawancara ini dapat sebagai pertimbangan perusahaan untuk
mengevaluasi kegiatan tanggung jawab sosial perusahaannya. Setelah
pada pertanyaan-pertanyaan sebelumnya PT. Dua Kelinci
mendapatkan respon cukup positif dari nara sumber, pada pertanyaan
yang terakhir ini, penulis ingin mengetahui seberapa nyaman dan puas
para peserta wisata industri tersebut. Dari 100 nara sumber yang
penulis wawancarai, terdapat 98 nara sumber yang mengatakan bahwa
kegiatan tersebut sangat menyenangkan dan mereka ingin kembali ke
PT. Dua Kelinci sebagai peserta wisata idustri. Alasan-alasan mereka
antara lain karena mereka mendapatkan pelayanan yang baik, melihat
sesuatu yang seru, mendapatkan apa yang sebelumnya belum pernah
mereka dapatkan, melihat film yang lucu, berkenalan dengan boneka
Dua Kelinci, dan masih banyak alasan lainnya yang belum mampu
penulis olah dalam tulisan ini. 98% nara sumber mengatakan puas
terhadap keterlibatan mereka dalam kegiatan tanggung jawab sosial
perusahaan yang diadakan oleh PT. Dua Kelinci. Hal ini tentu menjadi
respon positif tambahan yang didapatkan oleh perusahaan.
Berbagai pihak mendapatkan keuntungan dari kegiatan wisata
industri. PT. Dua Kelinci mendapatkan apa yang diharapkan, yaitu
citra dan kesan yang baik di mata masyarakat yang merupakan calon
konsumen, serta para peserta mendapatkan pengalaman baru yang
belum pernah mereka dapatkan sebelumnya. Selain mendapatkan
keuntungan yang berupa hiburan, para peserta juga mendapatkan
keuntungan berupa nilai edukasi selama mengikuti kegiatan tanggung
jawab sosial melalui wisata industri di PT. Dua Kelinci.
Dari keseluruhan respon yang diberikan oleh nara sumber kepada penulis
melalui pertanyaan-pertanyaan yang penulis berikan. Dapat disimpulkan
bahwa PT. Dua Kelinci mendapatkan keuntungan berupa kesan dan citra yang
baik dihadapan calon konsumen. Calon-calon konsumen yang mengikuti
kegiatan tanggung jawab sosial melalui wisata industri di PT. Dua Kelinci
21
mayoritas memberikan respon yang positif, dan pada pertanyaan evaluasi,
98% dari 100 nara sumber mengatakan ingin kembali ke PT. Dua Kelinci Pati
sebagai peserta. Karena manfaat hiburan dan edukasi yang didapatkan peserta
kunjungan wisata industri, maka para peserta tersebut tertarik untuk kembali
mengikuti kegiatan tersebut sambil berharap PT. Dua Kelinci membuat
program yang baru dan lebih menarik dari apa yang pernah mereka ikuti.
Selain memberikan manfaat kepada peserta wisata industri, perlu juga
dipertimbangkan keuntungan bagi perusahaan. Setelah mewawancari 100 nara
sumber dan menanyakan 10 pertanyaan, hasilnya program tanggung jawab
sosial perusahaan melalui wisata indutri memiliki respon yang positif dari
mayoritas nara sumber tersebut. Apa yang diharapkan perususahaan berupa
citra perusahaan sukses didapat PT. Dua Kelinci melalui kegiatan tanggung
jawab sosial melalui wisata industri tersebut. Dari hasil tersebut dapat diambil
keputusan bahwa kegiatan peningkatan merek PT. Dua kelinci melalui wisata
industri berhasil untuk menaikkan brand awareness karena peserta yang
dijadikan nara sumber dapat mengenali prouk-produk dari PT. Dua Kelinci.
Sesuai dengan teori-teori brand awareness yang telah penulis jabarkan dalam
point 2. Dan brand awareness tersebut mampu untuk mempengaruhi calon
konsumen untuk mengambil keputusan tentang jajanan yang akan dikonsumsi.
5. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan analisis melalui metode deskripsi data, penulis
dapat mengambil kesimpulan bahwa penerapan program Public Relations
(PR) sangat penting untuk meningkatkan citra suatu perusahaan dan dapat
mempengaruhi calon konsumen untuk mengambil keputusan tentang produk
apa yang akan menjadi konsumsi jajan mereka secara continue.Saat ini dunia
PR semakin berkembang, salah satunya yaitu dengan adanyatanggung jawab
sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan istilah Corporate Sosial
Responsibility (CSR).PT. Dua Kelinci telah melaksanakan tanggugjawab
sosial perusahaan untuk masyarakat disekitar perusahaan. Tanggung jawab
sosial perusahaan yang dilakukan oleh perusahaan ini untuk memberdayakan
masyarakat disekitarnya secara berkelanjutan dan berkesinambungan.
Tanggung jawab sosial perusahan di PT. Dua Kelinci, selain memberikan
keuntungan masyarakat sekitar yang berkesinambungan, tanggung jawab
sosial perusahaan tersebut juga bertujuan untuk membangun citra perusahaan
yang juga dapat dijadikan rangsangan untuk pengambilan keputusan calon
konsumen. Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, dapat disimpulkan
bahwa PT. Dua Kelinci dalam meningkatkan citranya melalui program
tanggung jawab sosial melalui wisata industri yang dikembangkan oleh PT.
Dua Kelinci ini dirasakan oleh peserta wisata industri bahwa mereka
mendapatkan nilai edukasi, pengalaman, dan hiburan selama mengikuti
kegiatan wistaa industri tersebut. bagi PT. Dua Kelinci, kegiatan tersebut
adalah tanggung jawab dan peran perusahaan dalam meningkatkan citranya
dan mampu untuk meningkatkan nilai merek perusahaan hingga
mempengaruhi pengambilan keputusan peserta tanggung jawab sosial melalui
22
wisata industri, dimana para peserta tersebut adalah calon konsumen produk
PT. Dua Kelinci.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Aaker, David. 1997. Manajemen Ekuitas Merek. Jakarta. Spektrum Mitra Utama.
Argyle, Michael. 1994. Psychology of Interpersonal Behaviour (Penguin
Psychology).United Kingdom. Penguin U.K.
Belch, George dan Belch, Michael. 2003. Advertising and Promotion, sixth
edition. The McGraw-Hill Companies.
Bettand R. Canfield. 1968. Public Relations, Principles, and Problem.
Dave, Sutton dan Klein, Tom. 2003. Enterprise Marketing Manajemen : The New
Science Of Marketing. New Jersey. John Wiley and Sons, Inc.
Durianto, Darmadi, Sugiarto, L. J. Budiman. 2004. Brand Equity Ten Strategi
memimpin pasar. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Fariani, Silvia Rita dan Adyanto, Widodo. 2009. Panduan Praktisi PR. Jakarta.
Elex Komputindo.
Herlambang, Susatyo. 2010. Public Relations and Customer Service. Jakarta.
Gosyen Publishing.
Nicolina, Patricia. 2001. The Complete Idiot’s Guide : Brand Management.
Indiapolish. Pearson USA, inc.
Ries, Al. 2003. The Fall of Advertising and The Rise of PR. Jakarta. Gramedia
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Coorporate Sosial
Responsibility). Gresik. Fascho Publishing.
Zyman, S. 1999. The End Of Marketing As We Know It. USA. Harper Business
23
Jurnal :
Naning Damayanti. 2012. Hubungan Antara Brand Awareness Dengan Motivasi
Pembelian.15 Halaman. Tersedia:
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=103523