STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI...

114
STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN PADA SISWA KELAS XI SOS 1 DI SMAN 1 TENGARAN KAB. SEMARANG TAHUN AJARAN 2018/2019 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: MARIATUL SOLEHA INDRIANI NIM. 23010150133 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2019

Transcript of STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI...

  • STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

    DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN

    PADA SISWA KELAS XI SOS 1 DI SMAN 1 TENGARAN KAB. SEMARANG

    TAHUN AJARAN 2018/2019

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan

    Oleh:

    MARIATUL SOLEHA INDRIANI

    NIM. 23010150133

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    2019

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    MOTTO

    َوَرتِِّل اْلقُْرآَن تَْرتِيال

    “dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan.”

    (Q.S. Al Muzammil 73: 4)

    اْقَرُءوا اْلقُْرآَن فَإِنَّهُ يأ تِى يَْوَم اْلقِيَاَمِةَشفِيًعا ألْصَحابِهِ

    “Bacalah Al-Qur‟an karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat

    sebagai pemberi syafa‟at kepada orang yang membacanya”

    (HR. Muslim)

  • vii

    PERSEMBAHAN

    Alhamdulillahi robbil‟alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT

    skripsi ini telah selesai. Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

    1. Kedua orang tuaku Bapak Larianto dan Ibu Kasihati yang senantiasa

    membesarkanku, membimbingku dengan penuh kasih sayang, penuh cinta,

    nasehat, do‟a restunya selalu menggiringi setiap langkahku dan jerih

    payahnya mendidikku dari kecil sampai di bangku kuliah IAIN Salatiga

    ini.

    2. Keluarga besar Mbah Darno, Mbah Sujari serta adikku Muhammad

    Sakbani Indrianto dan Laila Khoerun Nikmah, sepupuku Anna Kurnia dan

    Syahrul Rozi yang banyak memberikan limpahan do‟a, motivasi, semangat

    dan menghiburku disaat jenuh melanda.

    3. Keluarga Bapak Tri Sudaryono dan Ibu Umi Mariyah serta calon imamku

    Mas Sulistiyo Adi Saputro, adikku Nana Yuliyanti dan Silvi Aprilia yang

    selalu memberikan do‟a dan semangat sampai terselesainya skripsi ini.

    4. Sahabatku Ainun Nisa, Viky Astriana, Munifah, Endang Sulistianingtias,

    Supri Hidayati, Indiana Dwita, Alif Faizatul Iftori dan seluruh teman

    teman kelas D Onthewe angkatan 2015 yang memberikan dukungan dan

    menemaniku sampai skripsi ini dapat terselesaikan.

    5. Teman-teman seperjuangan IAIN Salatiga angkatan 2015 khususnya PAI

    2015 yang telah memberiku motivasi dan bersama berjuang dalam suka

    duka selama empat tahun ini.

  • viii

    6. Teman-teman PPL SMA Negeri 1 Tengaran yang telah memberiku

    motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

    7. Dan semua yang telah memotivasi penulis dan terlibat dalam penulisan

    skripsi ini.

    8. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I selaku dosen pembimbing yang senantiasa

    sabar dalam membimbingku dalam penyelesaian skripsi ini.

    9. Seluruh keluarga besar Kos Aisy khususnya Ibu Barokah yang senantiasa

    sabar mendengarkan keluh kesahku selama kuliah di IAIN Salatiga.

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

    Puji syukur alhamdulillahi robbil‟alamin, penulis panjatkan kepada Allah Swt.

    yang selalu memberikan rahmat, karunia, taufik, serta hidayah-nya kepada penulis

    sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Strategi Guru

    Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-

    Qur‟an Pada Siswa Kelas XI SOS 1 di SMAN 1 Tengaran Kab. Semarang Tahun

    Ajaran 2018/2019.

    Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi

    Muhammad Saw., kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu

    setia menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat

    manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zamamn kejahilan menuju

    zaman keislaman sekarang ini.

    Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan

    tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

    menyampaikan terima kasih dengan ketulusan hati, khususnya kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Pd.I selaku Rektor IAIN Salatiga.

    2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

    Keguruan.

    3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.S.I. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama

    Islam.

  • x

    4. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

    membimbing dengan ikhlas, mencurahkan segala tenaga, pikiran dan

    bimbingannya dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat

    terselesaikan.

    5. Bapak Prof. Dr. Muh. Saerozi, M.Ag. selaku dosen Pembimbing Akademik.

    6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu

    pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    7. Kepala Bagian Akademik dan para stafnya yang senantiasa memberikan

    pelayanan akademik yang membantu melancarkan proses pembuatan skripsi

    dengan lancar.

    8. Kepala Bagian Perpustakaan dan stafnya yang memberikan ruang untuk

    membuat skripsi dengan bahan sumber buku dan rujukan yang lengkap.

    9. Bapak Larianto dan Ibu Kasihati keluarga yang selalu memberikan do‟a,

    semangat, motivasi dan kasih sayang tiada henti.

    10. Bapak Munarso, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Tengaran yang

    telah memberikan izin dan melancarkan proses penelitian ini.

    11. Bapak M. Toha S.Pd selaku Guru pamong mata pelajaran Pendidikan Agama

    Islam di SMA Negeri 1 Tengaran yang telah bersedia membantu dan

    bekerjasama untuk menyelesaikan penelitian ini.

    12. Bapak dan Ibu guru di SMA Negeri 1 Tengaran

    13. Siswa-siswi kelas XI SOS 1 SMA Negeri 1 Tengaran yang telah memberikan

    sumber data yang sebenarnya untuk keberhasilan penelitian ini dilakukan.

  • xi

    14. Tidak lupa kepada seluruh yang terlibat dalam proses pembuatan penelitian

    ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

    Demikian ucapan terimakasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa

    berdo‟a kepada Allah Swt., semoga jasa dan amal kebaikan yang tercurahkan

    diridhoi oleh Allah Swt. dengan mendapatkan balasan yang berlipat ganda.

    Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

    khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Dengan keterbatasan

    kemampuan, skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan

    saran yang membangun terbuka luas dan selalu penulis harapkan untuk

    kesempurnaan skripsi ini.

    Salatiga, 15 Juli 2019

    Penulis,

    Mariatul Soleha Indriani

    NIM. 23010150133

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i

    HALAMAN BERLOGO .............................................................................. ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... iii

    PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iv

    DEKLARASI .................................................................................................. v

    MOTTO ......................................................................................................... vi

    PERSEMBAHAN .......................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ................................................................................... ix

    ABSTRAK ..................................................................................................... xii

    DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii

    DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xix

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .................................................................................... 8

    C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8

    D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 9

    E. Penegasan Istilah ...................................................................................... 10

    F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 12

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Kajian Teori ............................................................................................. 14

    1. Strategi ................................................................................................. 14

  • xiii

    2. Kesulitan Belajar .................................................................................. 15

    3. Belajar Membaca Al-Qur‟an ................................................................ 27

    4. Indikator Kemampuan Membaca Al-Qur‟an ....................................... 29

    B. Kajian Pustaka ......................................................................................... 32

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 38

    B. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 39

    C. Sumber Data ............................................................................................. 39

    D. Prosedur Pengumpulan Data .................................................................... 39

    E. Analisis Data ............................................................................................ 41

    F. Pengecekan Keabsahan Data ................................................................... 43

    BAB IV ANALISI DATA

    A. Paparan Data Lokasi Penelitian ............................................................... 46

    1. sejarah dan Profil SMAN 1 Tengaran ................................................... 46

    2. visi, misi dan tujuan sekolah ................................................................ 47

    3. Muatan Lokal ...................................................................................... 48

    4. Sarana Prasarana dan Fasilitas ............................................................. 48

    5. kegiatan Ektsrakulikuler ...................................................................... 52

    B. Temuan Hasil Penelitian .......................................................................... 54

    1. Kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam kegiatan belajar

    membaca Al-Qur‟an pada peserta didik kelas XI SOS 1 di SMAN

    1 Tengaran ........................................................................................... 55

  • xiv

    2. Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar membaca al-Qur‟an

    pada peserta didik kelas XI SOS 1 di SMAN 1 Tengaran .................. 58

    3. Strategi guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar membaca al-

    Qur‟an pada peserta didik kelas XI SOS 1 di SMAN 1 Tengaran ...... 61

    C. Analisis Data .............................................................................................. 66

    1. Kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam kegiatan belajar

    membaca Al-Qur‟an pada peserta didik kelas XI SOS 1 di SMAN

    1 Tengaran ........................................................................................... 67

    2. Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar membaca al-Qur‟an

    pada peserta didik kelas XI SOS 1 di SMAN 1 Tengaran .................. 68

    3. Strategi guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar membaca al-

    Qur‟an pada peserta didik kelas XI SOS 1 di SMAN 1 Tengaran ...... 73

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .............................................................................................. 76

    B. Saran ........................................................................................................ 78

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 80

    LAMPIRAN

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4. 1 Data Bangunan Utama SMAN 1 Tengaran Tahun Ajaran

    2018/2019 ........................................................................................ 49

    Tabel 4.2 Daftar Kegiatan Ektrakulikuler SMAN 1 Tengaran Tahun Ajaran

    2018/2019 ........................................................................................ 52

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing

    Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian

    Lampiran 3 Surat Keterangan Melakukan Penelitian

    Lampiran 4 Lembar Konsultasi

    Lampiran 5 Dokumentasi

    Lampiran 6 Pedoman Wawancara

    Lampiran 7 SKK

    Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup Penulis

  • xvii

    ABSTRAK

    Indriani, Mariatul Soleha. 2019. “Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

    Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur‟an Pada Siswa

    Kelas XI SOS 1 Di SMAN 1 Tengaran Tahun Ajaran 2018/2019”. Skripsi,

    IAIN Salatiga: Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

    Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra.

    Urifatun Anis, M.Pd.I

    Kata Kunci: Strategi, Guru PAI, Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur‟an.

    Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk

    mengetahui kesulitan apa saja yang dihadapi oleh peserta didik dalam kegiatan

    belajar membaca al-Qur‟an. 2) untuk mengetahui faktor yang menyebabkan

    peserta didik mengalami kesulitan belajar membaca Al-Qur‟an dan faktor yang

    mendukung peserta didik dalam belajar membaca Al-Qur‟an. 3) untuk mengetahui

    strategi yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam

    mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur‟an pada siswa kelas XI SOS 1 di

    SMAN 1 Tengaran Tahun Ajaran 2018/2019.

    Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research) dan

    bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber

    primer dan sekunder. Pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara,

    observasi dan dokumentasi.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa. 1) Kesulitan yang dihadapi

    peserta didik dalam kegiatan belajar membaca al-Qur‟an khususnya pada peserta

    didik kelas XI SOS 1 di SMA N 1 Tengaran antara lain kesulitan dalam belajar

    tentang hukum bacaan tajwid khususnya pada materi Tafkhim dan Tarqiq

    kemudian dalam materi makharijul hurf khususnya pada pelafalan huruf „ain. 2)

    faktor penyebab peserta didik kesulitan dalam belajar membaca al-Qur‟an ada dua

    yaitu faktor internal seperti rasa malas dan rasa malu. Faktor ekternal seperti

    kurangnya dukungan dari orangtua dan faktor yang mendukung siswa dalam

    belajar membaca al-Qur‟an terdiri dari dua yaitu faktor internal seperti kemauan

    dalam belajar dan memperhatikan guru pada saat kegiatan pembelajaran. Faktor

    ekternalnya antara lain dukungan dari orangtua, adanya nilai tambahan, adanya

    motivasi dari guru dan adanya reward. 3) strategi guru PAI dalam mengatasi

    kesulitan belajar pada siswa kelas XI SOS 1 di SMA N 1 Tengaran antara lain

    dengan (a) mengadakan pantauan khusus (b) memberikan motivasi, dan (c)

    mengarahkan peserta didik. Selain dengan kegiatan tersebut guru PAI juga

    mengadakan kegiatan penunjang untuk menghadapi kesulitan yang dialami oleh

    peserta didik kegiatan itu antara lain adalah dengan cara mengarahkan siswa

    untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler BTQ dan mengikuti kegiatan literasi.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan merupakan dunia yang sangat penting bagi kehidupan

    manusia. Pendidikan di Indonesia sendiri terbagi menjadi beberapa jenis

    dan tingkatan yang diperuntukkan untuk setiap anak, dengan berbagai

    macam karakteristik dan kemampuan anak yang berbeda-beda. Di

    Indonesia pendidikan anak berawal dari tingkatan PAUD (Pendidikan

    Anak Usia Dini), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama),

    dan SMA (Sekolah Menengah Atas), akan tetapi Pendidikan di Indonesia

    tidak hanya pada tingkatan itu saja. Seorang anak yang ingin melanjutkan

    pendidikan yang lebih tinggi dan lebih luas lagi harus melanjutkan

    pendidikan dalam tingkat Perguruan Tinggi.

    Setiap anak di Indonesia berhak untuk mendapatkan pendidikan

    seperti yang sudah tercantum dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 yang

    berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pembelajaran.”

    Negara juga sudah memberikan jaminan kepada semua warganya untuk

    mendapatkan pendidikan tanpa terkecuali. Pendidikan di Indonesia

    bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

    manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

    berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

  • 2

    warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab dalam rangka

    mencerdaskan kehidupan bangsa(sugiyono, 2017: 42).

    Dalam Al-Qur‟an sudah dijelaskan bahwa memang pendidikan itu

    sangat diperlukan oleh manusia, dengan pendidikan manusia dapat

    mengetahui apa yang tidak ia ketahui, bahkan wahyu pertama yang

    diturunkan kepada Rasulullah SAW., adalah ayat yang menjelaskan

    tentang pendidikan.

    اقْ رَأْ بِاْسِم َربَِّك الَِّذي َخَلقArtinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang

    menciptakan.” (Qs. Al-Alaq ayat 1)

    Ayat tersebut menjelaskan bahwa Rasulullah SAW diperintahkan

    untuk membaca, membaca disini dalam arti membaca apa saja yang

    berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Dalam dunia pendidikan tentunya ada

    sebuah kegiatan yang disebut dengan belajar, di dalam kegiatan belajar itu

    sendiri yang dilakukan oleh siswa tidak selalu lancar seperti apa yang

    diharapkan oleh seorang guru, terkadang lancar, terkadang tidak,

    terkadang menyenangkan dan terkadang juga terasa membosankan. Dalam

    hal ini siswa juga dapat memiliki semangat belajar yang tinggi, akan tetapi

    juga bisa menjadi rendah. Demikianlah realiata yang harus dialami oleh

    seorang guru.

    Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan organisme untuk

    mengubah tingkah laku dengan cepat dan bersifat permanen sehingga

    perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi

    situasi baru (Nurgiantoro, 1988: 58). Seorang siswa tidak hanya

  • 3

    membutuhkan pengetahuan-pengatuhan ilmu umum saja, tetapi seorang

    siswa juga sangat membutuhkan pendidikan yang berbasis Agama, dalam

    Islam sendiri pendidikan Agama Islam adalah upaya pengembangan secara

    baik melalui aspek akal, emosi,dan kejiwaan yang didasarkan atas asas-

    asas ilmiyah untuk mencapai perkembangan kemampuan individu secara

    maksimal (Luthfiah, 2011: 219). Dalam kegiatan pengajaran Agama Islam

    harus disampaikan dengan menggunakanstrategi pembelajaran yang sesuai

    prosedur dan dapat diterima dengan mudah oleh peserta didik.

    Kondisi Pendidikan Islam pada sekarang ini, menunjukkan bahwa

    para pendidik dituntut untuk memiliki konsep dan memiliki kompetensi

    secara menyeluruh, tidak hanya memiliki kemampuan untuk

    menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik. Merujuk kepada sifat

    Rasulullah SAW, bahwa seorang pendidik seharusnya memiliki sifat

    sidiq, amanah, tabhligh, dan fathanah (Luthfiah, 2011: 221).

    Kegiatan awal dalam mengajar yang dilakukan oleh seorang guru

    akan dikatakan berhasil apabila dapat membangkitkan motivasi peserta

    didik dengan menggunakan strategi yang tepat dan sesuai sehingga dalam

    pembelajaran dapat menimbulkan rangsangan atau timbal balik antara

    seorang pendidik dan peserta didik. Dengan adanya timbal balik dari

    peserta didik tersebut akan membawa kepada kesenangan peserta didik

    terhadap kegiatan belajar mengajar didalam kelas. Sebaliknya jika tidak

    ada motivasi belajar yang diberikan oleh seorang guru, maka kebanyakan

    dari peserta didik tersebut akan bermalas-malasan dalam kegiatan belajar

  • 4

    mengajar dan mengakibatkan tujuan dari pembelajaran tersebut tidak

    tercapai.

    Dengan memperhatikan upaya reformasi pembelajaran yang

    sedang berkembang di Indonesia, saat ini guru banyak ditawari dengan

    aneka pilihan model pembelajaran yang dapat digunakan pada saat

    pembelajaran, akan tetapi pada kenyataannya kemampuan dan sifat dari

    peserta didik berbeda-beda sehingga mengakibatkan seorang guru

    kebanyakan masih sulit dalam menerapkan model pembelajaran yang

    sesuai dengan kemampuan peserta didik. Maka guru juga perlu adanya

    sebuah strategi belajar mengajar yang tepat dan sesuai.

    Strategi merupakan cara atau teknik yang terencana dalam

    mewujudkan dan melaksanakan gagasan/ide tentang suatu hal agar dapat

    diimplementasikan secara terarah serta memperoleh hasil yang efektif.

    Demikian halnya dengan upaya peningkatan kreativitas guru, penyusunan

    program pembelajaran yang memadukan makna belajar dan mengajar

    membutuhkan strategi yang tepat dan terarah sehingga dapat menjadi

    panduan dalam penerapannya (Agung, 2010: 67).

    Kemampuan membaca Al-Qur‟an ini tidak hanya sebagai bekal di

    dunia saja, tetapi juga untuk bekal diakhirat kelak. Keberhasilan seorang

    guru dalam melaksanakan sebuah tugas pembelajaran sangat ditentukan

    oleh pemahamannya terhadap strategi,model dan metode apa yang akan

    diterapkan oleh seorang guru. Guru sebagai salah satu sumber belajar bagi

  • 5

    peserta didik berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif

    dan inovatif bagi kegiatan belajar peserta didik dikelas.

    Aktivitas belajar dan pembelajaran sangat terkait dengan proses

    pencarian ilmu. Islam sangat menekankan terhadap pentingnya ilmu

    sehinggaAl-Qur‟an sebagai pedoman hidup untuk umat manusia sangat

    penting untuk dikaji, dipahami, dihayati dan kemudian diamalkan. Sebagai

    umat manusia khususnya umat muslim sangat penting sekali untuk

    mempelajari kitab suci Al-Qur‟an, karena Al-Qur‟an merupakan penolong

    untuk kita pada saat kita sudah meninggal kelak. Setiap mukmin harus

    yakin bahwa dengan membaca Al-Qur‟an akan mendapat amalan yang

    sangat mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda. Al-Qur‟an

    merupakan sebaik-baik bacaan untuk seorang muslim.

    Seperti yang sudah dijelaskan dalam Al-Qur‟an kata iqra‟ dalam

    surah Al-Alaq ayat 1, bahwa Al-Qur‟an ingin menghendaki manusia untuk

    membaca apa saja, meliputi segala sesuatu yang dapat dijangkaunya,

    selama bacaan tersebut untuk kebaikan dan kesejahteraan manusia. Al-

    Qur‟an diturunkan tidak hanya sekedar untuk dibaca dalam arti pelafalan

    saja, tetapi hal yang paling penting ialah memahami, menghayati dan

    mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

    Dalam memahami dan menghayati isi kandungan Al-Qur‟an

    dibutuhkan juga pemahaman baca tulis Al-Qur‟an yang sesuai dengan

    kaidahnya. Karena pemahaman baca tulis Al-Qur‟an menjadi syarat

    penting yang harus dikuasai oleh peserta didik untuk mengkaji dan

  • 6

    mamahami materi ayat-ayat Al-Qur‟an. Dengan adanya penerapan strategi

    yang sesuai dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada

    materi Al-Qur‟an diharapkan peserta didik dapat lebih mudah paham

    dalam menerima materi tentang Al-Qur‟an, terutama dalam peningkatan

    membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar.

    Di era globalisasi saat ini, banyak sekali pergeseran nilai dalam

    kehidupan masyarakat dikarenakan para generasi kita masih banyak yang

    belum mampu untuk membaca Al-Qur‟an secara baik dan benar apalagi

    dalam memahami maknanya. Oleh karena itu sebagai orangtua harus

    mengusahakan sedini mungkin untuk mendidik dan membiasakan anak

    untuk membaca Al-Qur‟an. Dengan mengajarkan kepada anak tentang Al-

    Qur‟an maka kita telah menyelamatkan kehidupan seorang muslim dan

    identitas kita sebagai orang Islam, sehingga menghasilkan generasi yang

    berakhlaq mulia dengan mengamalkan Al-Qur‟an.

    SMA N 1 Tengaran adalah sebuah sekolah yang sering juga

    disebut dengan palm school. Guru-guru di sekolah tersebut memberikan

    materi Pendidikan yang sesuai dengan kurikulum. Khususnya dalam

    pendidikan Islam yang dilaksanakan oleh guru PAI antara lain dengan cara

    mengajarkan membaca Al-Qur‟an pada setiap pertemuan mata pelajaran

    Pendidikan Agama Islam (PAI) didalam kelas. Tetapi pada kenyataannya

    masih banyak siswa yang belum mampu membaca Al-Qur‟an. Penyebab

    diantaranya adalah kurangnya perhatian dan dukungan dari orangtua

    dalam mengajarkan Al-Qur‟an terhadap anak-anaknya sehingga

  • 7

    mengakibatkan seorang anak merasa malas dan tidak ada motivasi untuk

    membaca dan mempelajari Al-Qur‟an.

    SMA N 1 Tengaran selama ini dikenal dengan sekolah yang sangat

    berprestasi, dan menjadikannya sebagai salah satu sekolah favorit di

    Kecamatan Tengaran. Di SMA N 1 Tengaran memiliki program kegiatan

    ekstrakulikuler yang dapat mengembangkan kemampuan peserta didik.

    Salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah kegiatan ekstrakulikuler

    BTQ, tetapi masih banyak dari siswa yang tidak berminat dengan kegiatan

    tersebut. Padahal masih banyak sekali peserta didik di sekolah tersebut

    yang belum bisa membaca Al-Qur‟an. Akan terlihat percuma ketika

    sekolah yang dikenal dengan banyak prestasi tetapi didalamnya masih

    banyak sekali siswa yang belum begitu paham betapa pentingnya

    membaca Al-Qur‟an untuk bekal masa depan mereka. Dalam menghadapi

    persoalan tersebut, guru PAI dalam menerapkan strategi pembelajaran

    tentang membaca al-Qur‟an harus dievaluasi lagi. Berdasarkan keadaan

    tersebut maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui strategi guru

    pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar membaca al-

    Qur‟an pada siswa kelas XI SOS 1 di SMA N 1 Tengaran.

    Dari uraian diatas kiranya perlu dilakukan penelitian mengenai

    “Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Mengatasi

    Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an Pada Siswa Kelas XI SOS 1 di

    SMAN 1 Tengaran Tahun Ajaran 2018/2019”. Hal ini perlu diungkap

    agar dapat diketahui secara rinci mengenai sejauh mana strategi guru PAI

  • 8

    dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa sehingga

    hasilnya dapat dimanfaatkan oleh pihak yang membutuhkan.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dirumuskan suatu

    permasalahan sebagai berikut:

    1. Apa saja kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam kegiatan

    belajar membaca al-Qur‟an?

    2. Apa saja faktor yang menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan

    belajar membaca Al-Qur‟an?

    3. Bagaimana Strategi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam

    mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur‟an pada siswa kelas XI

    SOS 1 di SMAN 1 Tengaran Tahun 2018/2019?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dilakukannya

    penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam

    kegiatan belajar membaca al-Qur‟an.

    2. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan siswa mengalami

    kesulitan belajar membaca Al-Qur‟an.

    3. Untuk mengetahui strategi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam

    mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur‟an pada siswa kelas XI

    SOS 1 di SMAN 1 Tengaran Tahun Tahun 2018/2019.

  • 9

    D. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat dari penelitian ini peneliti membedakan menjadi

    dua, yaitu sebagai berikut:

    1. Manfaat Teoritis

    Untuk pengembangan ilmu pendidikan khususnya untuk mata

    pelajaran Pendidikan Agama Islam dan untuk mengembangkan

    strategi guru dalam kegiatan belajar mengajar khususnya dalam

    pembelajaran Al-Qur‟an, agar peserta didik mampu membaca dan

    memahami Al-Qur‟an dengan baik dan benar.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Guru PAI: Penelitian ini secara praktis dapat memberikan

    kontribusi terhadap guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam

    meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran Al-Qur‟an. Dalam

    kegiatan belajar-mengajar tidak hanya mengedepankan materi

    yang harus tercapai sesuai target, namun guru juga harus

    memperhatikan penerapan materi itu sendiri dalam kehidupan

    sehari-hari peserta didik.

    b. Bagi sekolah: dapat menjadi sumbangan alternatif pemikiran atau

    acuan pembelajaran mengenai startegi guru dalam mengatasi

    kesulitan belajar siswa.

    c. Bagi peserta didik: penelitian ini dapat menjadi acuan untuk guru

    dan kemudian dapat berhubungan dengan hasil akhir yang akan

    didapatkan oleh peserta didik yakni mampu untuk belajar

  • 10

    membaca al-Qur‟an kemudian mampu mengamalkan dan

    menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

    d. Bagi peneliti: penelitian ini bermanfaat untuk peneliti untuk

    mengetahui strategi yang dilakukan oleh seorang guru dalam

    melaksanakan pembelajaran, sehingga pada tahap akhir peserta

    didik dapat menerapkan ilmu yang sudah ia dapatkan.

    E. Penegasan Istilah

    Sebagai langkah untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam

    memahami judul yang dibahas oleh penulis, maka penulis akan

    menjelaskan beberapa istilah yang terkait dengan judul penelitian ini

    sebagai berikut:

    1. Strategi

    Istilah strategi pada awalnya digunakan dalam dunia militer

    yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer

    untuk memenangkan suatu peperangan. Istilah strategi (strategy)

    berasal dari kata “benda” dan kata “kerja” dalam bahasa Yunani.

    Sebagai kata benda, strategos merupakan gabungan kata stratos

    (militer) dengan “ago” (memimpin) (Majid, 2014: 3),

    Jadi, strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan

    ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan.

    Dalam strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam

    kegiatan tersebut, isi kegiatan dan proses kegiatan tersebut.

  • 11

    2. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), guru adalah

    seseorang yang berprofesi untuk mengajar (KBBI, 2008: 509).

    sedangkan pendidikan agama Islam adalah proses bimbingan kepada

    peserta didik secara sadar dan terencana dalam rangka

    mengembangkan potensi fithrahnya untuk mencapai kepribadian

    Islam berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam (Luthfiah, 2011: 220).

    Jadi, Guru Pendidikan Agama Islam adalah seorang pendidik

    yang mengajarkan ilmu pengetahuan dengan berdasarkan nilai-nilai

    ajaran Islam

    3. Kesulitan Belajar Membaca

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sulit adalah sesuatu

    yang susah sedangkan kesulitan adalah keadaan yang sulit atau susah

    (KBBI, 2008: 1548). Jadi, kesulitan adalah suatu keadaan yang

    dialami oleh seseorang dalam melakukan sebuah kegiatan. Sedangkan,

    Menurut pandangan tradisional, belajar diartikan sebagai usaha

    memperoleh dan mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan atau

    belajar adalah usaha mendapatkan pengetahuan melalui pengalaman

    (Nurgiantoro, 1988: 58). Jadi, belajar adalah sebuah kegiatan untuk

    mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan melalui beberapa

    pengalaman dari seseorang.

    Membaca Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Membaca

    adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (KBBI, 2008:

  • 12

    110). Jadi, membaca adalah sebuah kegiatan untuk menganalisis yang

    dilakukan oleh pembaca untuk mendapatkan pesan yang terkandung

    didalam bacaan tersebut.

    Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan

    bahwa kesulitan belajar membaca adalah keadaan dimana seseorang

    mengalami kesusahan dalam melihat atau memhami suatu tulisan.

    F. Sistematika Penulisan

    Secara garis besar, penulisan skripsi ini terbagi menjadi lima pokok

    pikiran yang masing-masing termuat dalam bab yang berbeda-beda.

    Berikut uraian dari masing-masing bab:

    BAB I, Pendahuluan. berisi tentang latar belakang, rumusan

    masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul,

    sistematika penulisan.

    BAB II, Kajian Teori. berisi tentang gambaran umum guru

    Pendidikan Agama Islam (PAI), meliputi pengertian guru Pendidikan

    Agama Islam (PAI), syarat dan tanggung jawab guru Pendidikan Agama

    Islam (PAI), pengertian Pendidikan Agama Islam, pengertian Al-Qur‟an,

    faktor yang menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan dalam

    membaca Al-Qur‟an.

    BAB III, Metode Penelitian. Bab ini akan menjelaskan tentang

    metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti berupa; Jenis

    Penelitian, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data,

  • 13

    Analisis Data, dan Pengecekan Keabsahan Data. Dalam Bab ini peneliti

    juga menyantumkan gambaran umum tentang SMA N 1 Tengaran.

    BAB IV, Analisis data. Pembahasan dalam bab ini adalah, strategi

    guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam mengatasi kesulitan peserta

    didik dalam belajar membaca Al-Qur‟an di SMA N 1 Tengaran.

    BAB V, Penutup. Meliputi kesimpulan data penelitian , saran dan

    kata penutup.

  • 14

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Kajian Teori

    1. Strategi

    Istilah strategi pada awalnya digunakan dalam dunia militer

    yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk

    memenangkan suatu peperangan. Istilah strategi (strategy) berasal dari

    kata “benda” dan kata “kerja” dalam bahasa Yunani. Sebagai kata

    benda, strategos merupakan gabungan kata stratos (militer) dengan

    “ago” (memimpin) (Majid, 2014: 3). Semakin luasnya penerapan

    strategi, Mintzberg dan waters (1983) mengemukakan bahwa strategi

    aadalah pola umum tentang keputusan dan tindakan (Strategies are

    realized as patterns in stream of decisions or actions) (Majid, 2014:

    3).

    Dalam pelaksanaan pembelajaran guru diharapkan paham

    tentang pengertian strategi pembelajaran. Strategi berarti cara dan seni

    menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan

    pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa. Jadi strategi

    pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan menggunakan

    semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa (Wena,

    2010: 2).

    Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan

    bahwa, strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan

  • 15

    secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Dalam strategi

    mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan tersebut,

    isi kegiatan dan proses kegiatan tersebut.

    2. Kesulitan Belajar

    Setiap anak didik datang ke sekolah tidak lain kecuali untuk

    belajar di kelas agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan

    dikemudian hari. Sebagian besar waktu yang tersedia harus digunakan

    oleh anak didik untuk belajar, tidak mesti ketika di sekolah, di rumah

    pun harus ada waktu yang disediakan untuk kepentingan belajar.

    Berbagai jenis lembaga pendidikan dan tingkatan memiliki anak

    didik yang mengalami kesulitan dalam belajar. Masalah yang satu ini

    tidak hanya dirasakan oleh sekolah modern diperkotaan, tapi juga

    dimiliki oleh sekolah tradisional di pedesaan dengan segala keminiman

    dan kesederhanaannya. Hanya yang membedakannya pada sifat, jenis

    dan faktor penyebabnya.

    Setiap kali kesulitan belajar anak didik yang dapat diatasi, tetapi

    pada waktu lain muncul lagi kasus kesulitan belajar anak didik yang

    lain. Dalam setiap bulan atau bahkan minggu tidak jarang ditemukan

    anak didik yang berkesulitan belajar. Walaupun sebenarnya masalah

    yang mengganggu keberhasilan belajar anak didik ini sangat tidak

    disenangi oleh guru dan bahkan oleh anak didik itu sendiri. Tetapi

    disadari atau tidak kesulitan belajar datang kepada anak didik. Usaha

    demi usaha harus diupayakan dengan berbagai strategi dan pendekatan

  • 16

    agar anak didik dapat dibantu keluar dari kesulitan belajar. Sebab bila

    tidak, maka anak didik gagal meraih prestasi belajar yang memuaskan.

    Ada suatu pendapat yang keliru dengan mengatakan bahwa

    kesulitan belajar anak didik disebabkan rendahnya intelegensi. Karena

    dalam kenyataannya cukup banyak anak didik yang memiliki

    intelegensi yang tinggi, tetapi hasil belajarnya rendah, jauh dari yang

    diharapkan. Dan masih banyak anak didik dengan intelegensi yang

    rata-rata normal, tetapi dapat meraih prestasi belajar yang tinggi.

    Melebihi kepandaian anak didik dengan intelegensi yang tinggi. Tetapi

    juga tidak disangkal bahwa intelegensi yang tinggi memberi peluang

    yang besar bagi anak didik untuk meraih prestasi belajar yang tinggi.

    Oleh karena itu, selain faktor intelegensi juga diakui dapat menjadi

    penyebab kesulitan belajar bagi anak didik dalam belajar (Djamarah,

    2011: 234).

    Seorang siswa diduga mengalami kesulitan belajar ketika yang

    bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar

    tertentu. Dalam hasil belajar, sudah tentu mencakup aspek-aspek

    substansial-material, fungsional-struktural, dan behavioral atau yang

    mencakup segi-segi kognitif, afektif, dan psikomotor (Makmun, 2009:

    308).

    Sedangkan kesulitan belajar menurut Ismail adalah suatu kondisi

    dimana anak didik tidak dapat belajar secara maksimal disebabkan

  • 17

    adanya hambatan, kendala atau gangguan dalam belajarnya (Ismail,

    2016: 37).

    Menurut Djamarah (2011: 234-235). Kesulitan belajar yang

    dialami oleh anak didik bermacam-macam, yang dapat dikelompokkan

    menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut:

    a. Dilihat dari jenis kesulitan belajar:

    1) Ada yang berat;

    2) Ada yang sedang.

    b. Dilihat dari mata pelajaran yang dipelajari:

    1) Ada yang sebagian mata pelajaran;

    2) Ada yang seluruh mata pelajaran.

    c. Dilihat dari sifat kesulitannya:

    1) Ada yang sifatnya menetap;

    2) Ada yang sifatnya sementara.

    d. Dilihat dari segi faktor penyebabnya:

    1) Ada yang karena faktor intelegensi;

    2) Ada yang karena faktor non-intelegensi.

    Bermacam-macam kesulitan belajar sebagaimana disebutkan di

    atas selalu ditemukan di sekolah. Apalagi suatu sekolah dengan sarana

    dan prasarana yang kurang lengkap, dan dengan tenaga guru apa

    adanya. Skala rasio antara kemampuan daya tampung sekolah dan

    jumlah tenaga guru dan jumlah anak didik yang tidak seimbang.

  • 18

    Jumlah anak didik melebihi daya tampung sekolah (Djamarah, 2011:

    234-235).

    Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kesulitan

    belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar

    secara wajar disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan

    dalam belajar.

    Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang

    untuk mencapai kinerja akademik (academic performance) yang

    memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa

    setiap siswa memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual,

    kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan

    belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dan

    siswa lainnya. Selain itu, kesulitan belajar dapat dialami oleh siswa

    yang berkemampuan rata-rata (normal) yang disebabkan oleh faktor-

    faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang

    sesuai dengan harapan (Syah, 2017: 183).

    a. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

    Banyak sudah para ahli yang mengemukakan faktor-faktor

    penyebab kesulitan belajar dengan sudut pandang mereka masing-

    masing. Ada yang meninjaunya dari sudut pandang intern dan

    ekstern anak didik (Djamarah, 2011: 235).

    Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak

    jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya.

  • 19

    Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya

    kelainan prilaku siswa seperti kesukaan berteriak di dalam kelas,

    mengusik teman, berkelahi dan sering tidak masuk sekolah (Syah,

    2017: 184). Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya

    kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yakni:

    1) Faktor Intern Siswa

    Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurang

    mampuan psiko-fisik siswa, yakni:

    a) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti

    rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa.

    b) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti

    labilnya emosi dan sikap.

    c) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti

    terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar

    (mata dan telinga) (Syah, 2017: 185).

    2) Faktor Ekstern Siswa

    Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi

    lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar

    siswa. Faktor lingkungan ini meliputi:

    a) Lingkunga keluarga, contohnya: tidak harmonisnya

    hubungan antara ibu dan ayah, dan rendahnya kehidupan

    ekonomi keluarga.

  • 20

    b) Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya:

    wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman-

    teman sepermainan yang nakal.

    c) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung

    sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan

    alat-alat belajar yang berkualitas rendah (Syah, 2017:

    185).

    Sedangkan menurut Djamarah, faktor yang

    menyebabkan kesulitan belajar terbagi menjadi empat, yakni:

    1) Faktor anak didik

    Anak didik adalah subjek yang belajar. Dialah yang

    merasakan langsung penderitaan akibat kesulitan belajar.

    Karena dia adalah orang yang belajar, bukan guru yang

    belajar. Guru hanya mengajar dan mendidik dengan

    membelajarkan anak didik agar giat belajar. Kesulitan

    belajar yang diderita anak didik tidak hanya yang bersifat

    menetap, tetapi juga yang bisa dihilangkan dengan usaha-

    usaha tertentu. Faktor intelegensi adalah contoh faktor

    kesulitan anak didik yang bersifat menetap. Sedangkan

    kesehatan yang kurang baik atau sakit, kebiasaan belajar

    yang tidak baik dan sebagainya adalah faktor non-

    intelektual yang bisa dihilangkan (Djamarah, 2011: 237).

  • 21

    2) Faktor sekolah

    Sebagai lembaga pendidikan yang setiap hari anak

    didik datangi tentu saja mempunyai dampak yang besar

    bagi anak didik. Kenyamanan dan ketenangan anak didik

    dalam belajar akan ditentukan sampai sejauh mana kondisi

    dan sistem sosial di sekolah dalam menyediakan

    lingkungan yang kondusif dan kreatif. Sarana dan prasarana

    sudahkah mampu dibangun dan memberikan layanan yang

    memuaskan bagi anak didik yang berinteraksi dan hidup

    didalamnya (Djamarah, 2011: 239).

    Bila tidak, maka sekolah tersebut ikut terlibat

    menimbulkan kesulitan belajar bagi anak didik. Maka

    wajarlah bermunculan anak didik yang berkesulitan belajar.

    3) Faktor Keluarga

    Keluarga adalah lembaga pendidikan informal (luar

    sekolah) yang diakui keberadaanya dalam dunia

    pendidikan. Perannya tidak kalah pentingnya dari lembaga

    formal dan non-formal. Bahkan sebelum anak didik

    memasuki suatu sekolah, anak didik sudah mendapatkan

    pendidikan dalam keluarga yang bersifat kodrati

    (Djamarah, 2011: 241).

    Ketika orangtua tidak memperhatikan pendidikan

    anak, ketika orangtua tidak memberikan suasana sejuk dan

  • 22

    menyenangkan bagi belajar anak, ketika keharmonisan

    keluarga tak tercipta, ketika sistem kekerabatan renggang

    dan ketika kebutuhan belajar anak tidak terpenuhi, maka

    ketika itulah suasana keluarga tidak menciptakan dan

    menyediakan suatu kondisi dengan lingkungan yang kreatif

    bagi belajar anak. Maka lingkungan keluarga yang

    demikian ikut terlibat menyebabkan kesulitan belajar bagi

    anak

    4) Faktor masyarakat sekitar

    Kesulitan belajar bagi anak didik tidak hanya

    bersumber dari obat-obatan terlarang dan lingkungan

    masyarakat yang buruk, tetapi juga dapat bersumber dari

    media cetak dan media elektronik (Djamarah, 2011: 245).

    Berdasarkan uraian tersebut bahwa faktor yang

    melatarbelakangi masalah pada siswa bersumber pada

    faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat

    mencakup segi intelektual seperti kecerdasan, bakat, dan

    motivasi. Faktor eksternal meliputi kondisi sosial siswa

    seperti lingkungan, ekonomi keluarga dan keadaan sekolah.

    b. Diagnosis Kesulitan Belajar

    Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah

    kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih

    dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan

  • 23

    cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan

    adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Dalam

    melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas

    langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya

    kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti

    ini dikenal sebagai “diagnostik” kesulitan belajar (Syah, 2017:

    186).

    Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh

    guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener &

    Senf (1982) dalam syah (2017: 187) adalah sebagai berikut:

    1) Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku

    menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.

    2) Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya

    yang diduga mengalami kesulitan belajar.

    3) Mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal

    ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.

    4) Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk

    mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.

    5) Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya

    kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar (Syah,

    2017: 187).

  • 24

    c. Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar

    Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi

    kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu

    diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan

    beberapa hal penting yang meliputi:

    1) Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian

    masalah dan hubungan antarbagian tersebut memperoleh

    pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dialami

    siswa.

    2) Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu

    yang memerlukan perbaikan.

    3) Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial

    teaching (pengajaran perbaikan).

    Setelah langkah-langkah diatas selesai, barulah guru

    melaksanakan langkah selanjutnya, yakni melaksanakan program

    perbaikan (Syah, 2017: 188-189).

    Selain dengan cara tersebut, permasalahan kesulitan belajar

    dapat diatasi dengan menggunakan teori belajar yang akan

    diterapkan dalam pembelajaran. Dalam hal ini teori belajar yang

    dapat digunakan adalah teori belajar Behaviorisme.

    Teori belajar behaviorisme semula dikemukakan oleh

    psikolog bernama John Locke. Ia menggunakan dasar pemikiran

    pada jiwa anak yang baru lahir layaknya jiwa dalam keadaan

  • 25

    kosong seperti meja lilin putih bersih yang disebut tabularasa.

    Pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitar (luar diri anak)

    sangat menetukan perkembangan jiwa anak. Pengaruh dari luar itu

    dapat dimanipulasi secara leluasa (perwira, 2013: 260).

    Menurut teori behavioristik, belajar adalah suatu perubahan

    tingkah laku yang dapat diamati secara langsung, yang terjadi

    melalui hubungan stimulus-stimulus dan respon-respon menurut

    prinsip-prinsip mekanistik. Konsep behavioristik memandang

    bahwa perilaku individu merupakan hasil belajar yang dapat

    diubah dengan memanipulasi dan mengkreasikan kondisi-kondisi

    belajar dan didukung dengan betrbagai penguatan (reinforcement)

    untuk mempertahankan perilaku atau hasil belajar yang

    dikehendaki (Rusuli, 2014: 41).

    Sedangkan menurut Mulyadi, dkk. Teori belajar

    behaviorisme terbagi menjadi dua, yakni:

    1) Teori belajar Asosiatif

    Teori belajar ini disimpulkan dari percobaan pavlov yang

    menggunakan anjing sebagai binatang percobaan. Dalam

    percobaannya, anjing yang semula tidak mengeluarkan air liur

    pada waktu dibunyikan bel, kemudian setelah diberikan

    makanan bersamaan dengan bunyi bel, maka keluar air liur.

    Setelah dilakukan secara berulang-ulang, walaupuntidak

    disertai dengan pemberian makanan, hanya dibunyikan bel, air

  • 26

    liur tetap keluar. Peristiwa tersebut disebut dengan

    kondisioning atau pengondisian yaitu pemberian stimulus

    berbentuk makanan bersamaan dengan bunyi bel. Ini berarti

    terjadi asosiasi antara stimulus dengan responsnya (Mulyadi,

    2017: 38).

    2) Teori belajar fungsionalistik

    Teori belajar ini disimpulkan dari percobaan Thorndike

    dengan kucing sebagai binatang percobaanya dalam percobaan

    Skinner dengan tikus sebagai binatang percobaan (Mulyadi,

    2017: 39).

    Berdasarkan percobaan Thorndike dapat disimpulkan

    bahwa adanya beberapa hukum dalam belajar, yaitu: hukum

    kesiapan, hukum latihan, hukum efek. Menurut hukum ini,

    kegiatan belajar bisa mencapai hasil yang baik apabila ada

    kesiapan untuk belajar.

    Model-model teori belajar behaviorisme:

    a) Connectionisme atau Bond-Psychology (Trial and Error).

    b) Classical conditioning (Pembiasaan Klasik)

    c) Operant Conditioning (Pembiasaan Prilaku Respon)

    Contiguous conditioning (Pembiasaan Asosiasi Dekat)

    d) Sarbon (Stimulus and Response Bond Theory)

    e) Social Learning Theory.

  • 27

    Permasalahan Kesulitan belajar yang dialami oleh

    peserta didik dapat diatasi dengan menggunakan teori belajar

    Behavioristik misalnya dengan menggunakan model teori

    belajar Connectionisme atau Bond-Psychology (Trial and

    Error). Dengan menggunakan model ini maka belajar akan

    dikatakan berhasil apabila subyek memiliki kesiapan untuk

    belajar.

    3. Belajar Membaca Al-Qur’an

    Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan organisme

    untuk mengubah tingkah laku dengan cepat dan bersifat permanen

    sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap

    menghadapi situasi baru (Nurgiantoro, 1988: 58). Seorang siswa tidak

    hanya membutuhkan pengetahuan-pengatuhan ilmu umum saja, tetapi

    seorang siswa juga sangat membutuhkan pendidikan yang berbasis

    Agama, dalam Islam sendiri pendidikan Agama Islam adalah upaya

    pengembangan secara baik melalui aspek akal, emosi,dan kejiwaan

    yang didasarkan atas asas-asas ilmiyah untuk mencapai perkembangan

    kemampuan individu secara maksimal (Luthfiah, 2011: 219).

    Dalam kegiatan pengajaran Agama Islam harus disampaikan

    dengan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai prosedur dan

    dapat diterima dengan mudah oleh peserta didik. Sedangkan Dalam

    Kamus Besar Bahasa Indonesia, Membaca adalah melihat serta

    memahami isi dari apa yang tertulis (KBBI, 2008: 110).

  • 28

    Jadi, membaca adalah sebuah kegiatan untuk menganalisis yang

    dilakukan oleh pembaca untuk mendapatkan pesan yang terkandung di

    dalam bacaan tersebut.

    Islam mengatakan bahwa Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang

    diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,. melalui malaikat jibril.

    Al-Qur‟an ini juga dipandang sebagai keagungan (majid) dan

    penjelasan (mubin). Kemudian juga seringkali disebut pula petunjuk

    (hidayah) dan buku (kitab). Namun nama yang banyak dipergunakan

    untuk menyebut Al-Qur‟an adalah buku (kitab) dan Al-Qur‟an. Al-

    Qur‟an berisi segala hal mengenai petunjuk yang membaca hidup

    manusia bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Oleh sebab itu

    sebagai umat Islam diwajibkan untuk membaca Al-Qur‟an agar

    kehidupan umat Islam lebih tertata seperti yang sudah dicantumkan di

    dalam Al-Qur‟an (Abdullah, 2005: 17).

    Karena membaca Al-Qur‟an yang dilakukan pada saat-saat

    menunaikan shalat sehari semalam merupakan kewajiban (fardhu) atas

    setiap orang muslim. Hal ini menjelaskan bahwa hal tersebut telah

    mencakup ajaran Islam agar berusaha mengembangkan ilmu

    pengetahuan dan menjelaskan bahwa proses belajar-mengajar ini

    berlaku semenjak awal kehadiran Islam (Abdullah, 2005: 20).

    Jadi, belajar membaca Al-Qur‟an merupakan sebuah kegiatan

    yang dilakukan seseorang untuk memahami kitab Al-Qu‟an dan

  • 29

    kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar hidup

    mereka lebih tertata seperti yang sudah tercantum dalam Al-Qur‟an.

    Karena belajar adalah kegiatan yang sangat fundamental dalam

    setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Oleh karena itu,

    belajar membaca Al-Qur‟an bagi setiap siswa tidak selamanya dapat

    berjalan dengan lancar. Hal ini sangat tergantung pada proses belajar

    yang dialami oleh siswa itu sendiri baik ketika di sekolah, di rumah,

    maupun di lingkungan masyarakat (Ismail, 2016: 38).

    4. Indikator Kemampuan Membaca Al-Qur’an

    a. Penguasaan Terhadap Makhraj

    Didalam aspek bahasa, bunyi huruf sangat diperlukan guna

    memperjelas dan memperindah perkataan yang diucapkan. Tetapi

    untuk ayat-ayat Al-Qur‟an, pengucapan huruf sangat berpengaruh

    terhadap makna dan hakikat dari ayat tersebut, yang mencakup

    unsur-unsur kata dan kalimat (Al-Hasani, 2003: 64).

    Menurut Nasrullah, Makharijul huruf adalah tempat yang

    mengeluarkan suara huruf, sehingga dapat dibedakan huruf satu

    dengan huruf yang lain (Nasrullah, 2012: 9).

    Menurut Sudarsono, Makharijul huruf menurut bahasa

    adalah membunyikan huruf. Sedangkan menurut istilah adalah

    menyebutkan/membunyikan huruf-huruf yang ada dalam Al-

    Qur‟an (Sudarsono, 1994: 10).

  • 30

    Menurut Imam Ibnu al-Jazary dalam Faisol, tempat

    keluarnya huruf-huruf (Makharij al-Huruf) hijaiyah itu ada tujuh

    belas (17), kemudian diringkas menjadi lima (5) makhraj, yaitu:

    Al-Jauf) Lubang tenggorokan dan) اجَلوف 1mulut

    Al-Halq) Tenggorokan) احلَْلق 2 Al-Lisan) Lidah) اللَِّسانْ 3 Asysyfataan) Kedua bibir) اَلشََّفَتانْ 4ش ومَاخلَيْ 5 (Al-Khoisyum) Pangkal hidung

    Berdasarkan pengertian diatas maka dalam pembelajaran

    Al-Qur‟an diharuskan mengerti tentang makharijul huruf dengan

    baik dan benar, karena apabila dalam pengucapan lafal tidak

    sesuai maka akan mengubah arti dan makna.

    b. Penggunaan Sistem Tajwid

    Tajwid (جتويد) secara harfiah bermakna melakukan sesuatu

    dengan elok dan indah atau bagus dan membaguskan, tajwid

    berasal dari kata Jawwada ( جتويدا-جيّود-جّود ) dalam bahasa Arab.

    Sedangkan secara istilah tajwid berarti melafadzkan setiap huruf

    dari makhrajnya secara benar dan serta memenugi hak-hak setiap

    huruf baik dari segi sifat-i lazimah atau sifat-i aradziyahnya

    (United Islamic Cultural Centre Of Indonesia, 2005:5).

  • 31

    Menurut Faisol, Ilmu tajwid adalah ilmu yang mempelajari

    tentang kaidah serta cara-cara membaca al-Qur‟an dengan sebaik-

    baiknya. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah agar

    dapat membaca ayat-ayat al-Qur‟an secara betul (faseh),

    memelihara bacaan al-Qur‟an dari kesalahan dan perubahan serta

    memelihara lisan (mulut) dari kesalahan membaca (Faisol, 2010:

    2).

    Menurut Chaer, Mempelajari Ilmu tajwid adalah fardhu

    kifayah, artinya apabila di suatu tempat, wilayah, atau negeri telah

    ada orang yang ahli dalam ilmu tajwid, dimana orang dapat

    bertanya kepadanya, maka kewajiban itu telah terpenuhi. Namun,

    membaca al-Qur‟an menurut ketentuan ilmu tajwid hukumnya

    fardhu ain. Artinya, setiap orang yang membaca al-Qur‟an harus

    dengan bacaan yang baik dan benar sesuai dengan ketentuan ilmu

    tajwid (Chaer, 2012: 12).

    Meskipun mempelajari ilmu tajwid adalah fardhu kifayah

    tetapi membaca al-Qur‟an dengan tartil adalah fardhu ain. Kata

    tartil dalam beberapa terjemahan al-Qur‟an diartikan sebagai

    “perlahan-lahan” atau “lambat-lambat”.

    Menurut Ali bin Abi Thalib, salah seorang sahabat Nabi

    yang terkemuka dan termasuk salah seorang perintis ilmu tata

    bahasa Arab, apa yang dimaksud dengan tartil adalah “tajwid”.

    Lalu ketika ditanyakan kepadanya apakah tajwid itu, beliau

  • 32

    menjawab, “yang dimaksud dengan tajwid adalah membaguskan

    bacaan huruf (ayat) dan mengenal tempat-tempat perhentian, dan

    juga tempat-tempat memulai bacaan al-Qur‟an” (Chaer, 2012:

    11).

    Untuk bisa membaca tartil sedikit banyaknya harus

    mengetahui bagaimana caranya membaca al-Qur‟an. Dapat

    disimpulkan bahwa inti ilmu tajwid adalah:

    1) Bagaimana melafalkan huruf-huruf hijaiyah dengan benar,

    sehingga suara bunyi yang dihasilkan benar-benar keluar atau

    terjadi pada makhrajnya.

    2) Bagaimana cara menghasilkan bacaan sesuai dengan sifat-sifat

    hentian (waqaf) bacaan itu.

    3) Bagaimana memulai bacaan (Ibtida‟) setelah melakukan waqaf

    (henti baca).

    4) Memahami adab dalam membaca al-qur‟an.

    B. Kajian Pustaka

    Kajian pustaka merupakan kajian dari penelitian yang penulis

    ketahui, pembahasan yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain,

    penelitian yang dilakukan oleh :

    1. Mufidah, Alif Rohmah Nur. (2016).Strategi Guru Pendidikan

    Agama Islam Dalam Menciptakan Budaya Baca Al-Qur‟an Siswa

    Di SMA Islam Kepanjen Malang. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan

  • 33

    Ilmu Keguruan. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

    Malang.

    Pada penelitian ini disimpulkan bahwa strategi budaya baca Al-

    Qur‟an di SMA Islam Kepanjen Malang dilaksanakan oleh semua

    warga sekolah dengan begitu SMA Islam Kepanjen Malang

    dijadikan sebagai madrasah yang berbasis Qur‟an. Kemudian

    faktor yang menghambat guru PAI dalam menciptakan budaya

    baca Al-Qur‟an antara lain; a) sifat malas yang terjadi pada siswa,

    b) latar belakang siswa yang berbeda-beda, dan c) pengaruh

    negative teknologi. Dampak dari program budaya baca Al-Qur‟an

    adalah muncullah nilai-nilai baik yang berdampak positif pada

    siswa yang sebelumnya kurang mampu membaca Al-Qur‟an

    dengan baik dan benar sesuai dengan makhraj dan tajwid.

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan

    tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan 1) strategi

    guru PAI dalam menciptakan budaya baca al-Qur‟an siswa di SMA

    Islam Kepanjen Malang. 2) faktor penghambat dan pendukung

    strategi budaya baca al-Qur‟an siswa di SMA Islam Kepanjen

    Malang. 3) dampak yang dihasilkan dalam menciptakan budaya

    baca al-Qur‟an siswa di SMA Islam Kepanjen Malang.

    2. Basyir, Tedi Choirul. (2013). Upaya Guru PAI Dalam

    Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa-siswi SD

    Muhammadiyah Sapen Di Nitikan Yogyakarta. Skripsi. Fakultas

  • 34

    Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Universitas Islam Negeri Sunan

    Kalijaga Yogyakarta.

    Pada penelitian ini disimpulkan bahwa kemampuan siswa SD

    Muhammadiyah Sapen Di Nitikan Yogyakarta perlu ditingkatkan

    lagi karena masih ada beberapa siswa yang kurang lancar dalam

    membaca Al-Qur‟an, seperti adanya siswa yang kurang memahami

    tanda waqof dalam al-Qur‟an, masih kurang dalam pengucapan

    mahkorijul huruf serta panjang pendeknya. Maka upaya guru PAI

    dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur‟an siswa

    tertuang dalam beberapa hal, yaitu melakukan penerapan metode

    menyimak, penerapan metode belajar privat (face to face), tadarus

    al-Qur‟an setiap hari, bersikap sabar, telaten, pemanfaatan sumber

    belajar, memberikan motivasi. Adapun faktor pendukung upaya

    guru PAI dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur‟an

    siswa adalah dengan mengadakan bimbingan berkelanjutan

    disekolah dan diharapkan siswa yang mengalami kesulitan

    membaca al-Qur‟an bisa diatasi. Sedangkan faktor penghambatnya

    adalah kurangnya perhatian dari orangtua dalam hal membaca al-

    Qur‟an karena beragamnya kemampuan siswa. Penelitian ini

    menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan tujuan dari

    penelitian ini antara lain; 1) untuk mendeskripsikan upaya guru

    PAI dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur‟an di SD

    Muhammadiyah sapen di Nitikan Yogyakarta, 2) untuk mengetahui

  • 35

    hasil dari upaya guru PAI dalam meningkatkan kemampuan

    membaca al-Qur‟an di SD Muhammadiyah Sapen di Nitikan

    Yogyakarta, 3) untuk mengetahui faktor pendukung dan

    penghambat upaya guru PAI dalam meningkatkan kemampuan

    membaca al-Qur‟an di SD Muhammadiyah Sapen di Nitikan

    Yogyakarta.

    3. Mubin, Muhammad. (2016). Upaya Guru Pendidikan Agama Islam

    dalam mengatasi kesulitan membaca al-Qur‟an (Studi Kasus Di

    SMK Saraswati Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016). Skripsi.

    Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. IAIN Salatiga.

    Pada penelitian ini menunjukkan bahwa upaya guru PAI di

    SMK Saraswati Salatiga sangat optimal untuk peserta didik.

    Karena disinilah dimana guru dituntut untuk menyelesaikan

    problematika yang ada pada diri peserta didik yang menjadi

    tanggung jawab ketika di lingkungan sekolah. Walaupun

    sebenarnya guru hanya sebagai fasilitator untuk mengarahkan

    peserta didik kepada arah yang dituju. Problematika yang ada

    adalah dimana peserta didik tidak dapat membaca al-Qur‟an pada

    usia yang sudah cukup dewasa. Solusi yang ada di SMK Saraswati

    juga sangat bagus yaitu menciptakan metode Halaqah dan Iqra‟

    yang dipadukan untuk peserta didik. Metode ini diberikan kepada

    siswa untuk membiasakan mereka mendengar dan melafalkan

    bacaan al-Qur‟an.

  • 36

    Dari ketiga penelitian di atas terdapat persamaan dalam hal

    peningkatan hasil belajar dan penggunaan metode membaca Al-

    Qur‟an. Ketiga penelitian diatas sama-sama menggunakan

    penelitian deskriptif kualitatif. Sedangkan perbedaannya terletak

    pada tahun penelitian dan objek penelitian yang dilakukan oleh

    peneliti, penelitian yang dilakukan oleh Mubin dilakukan pada

    tahun 2016 di SMK Saraswati Salatiga dan Mufidah sama-sama

    dilakukan pada tahun 2016 di SMA Islam Kepanjen Malang

    dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis

    penelitian lapangan.

    Sedangkan yang dilakukan oleh Basyir adalah penelitian

    yang dilakukan pada tahun 2013 di SD Muhammadiyah Sapen di

    Nitikan Yogyakarta dengan pendekatan kualitatif. Jadi, dari ketiga

    skripsi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa masih banyak

    sekali peserta didik yang kurang lancar dalam membaca al-Qur‟an.

    Seorang guru juga harus melakukan alternatif lain untuk peserta

    didik agar lancar dalam membaca al-Qur‟an. Banyak siswa yang

    kurang memahami makhorijul huruf dan tajwid dari bacaan al-

    Qur‟an itu sendiri.

    Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

    untuk mengembangkan penelitian yang sebelumnya. Perbedaan

    antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak

    pada objek penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni di SMA N

  • 37

    1 Tengaran di kelas XI SOS 1, dan terletak pada strategi

    pembelajaran yang dilaksanakan oleh seorang guru dalam

    mengatasi kesulitan belajar membaca al-Qur‟an yang dihadapi oleh

    peserta didik dan kemudian di impelementasikan dalam kehidupan

    sehari-hari.

  • 38

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian kualitatif adalah metode penelitian Ilmu-ilmu Sosial

    yang mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan

    maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia serta peneliti tidak

    berusaha menghitung data kualitatif yang diperoleh dan dengan demikian

    tidak menganalisis dengan angka-angka (Afrizal, 2017: 13).

    Menurut Basrowi dan Suwandi penelitian kualitatif merupakan

    penelitian yang dilakukan berdasarkan paradigma, strategi, dan

    implementasi model secara kualitatif. Istilah penelitian kualitatif

    dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak

    diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lain (Basrowi &

    suwandi, 2008: 21).

    Sedangkan model penelitian ini menggunakan model studi kasus

    dan menggunakan jenis penelitian ini tergolong penelitian lapangan

    apabila dilihat dari tempat penelitian yang dilakukan. Penelitian lapangan

    adalah penelitian dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari

    sasaran penelitian yang selanjutnya disebut informan atau responden

    melalui instrumen pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan

    dokumentasi (Nata, 2000: 125).

  • 39

    B. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian ini di SMA Negeri 1 Tengaran, Kecamatan

    Tengaran Kabupaten Semarang, sekolah yang menarik untuk melakukan

    penelitian karena di sekolah tersebut masih banyak sekali peserta didik

    yang belum bisa membaca Al-Qur‟an.

    C. Sumber Data

    Data penelitian ini diperoleh melalui sumber lapangan, sumber

    data primer adalah sumber data yang dapat memberikan data secara

    langsung dengan permasalahan yang diteliti. Mengenai hal ini informant

    yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Guru Pendidikan Agama Islam

    (PAI) dan siswa kelas XI SOS 1 Tengaran. Sedangkan data sekunder

    dalam penelitian ini adalah dokumentasi baik berupa foto di sekolah

    penelitian serta data-data lain yang ada di sekolah penelitian.

    D. Prosedur Pengumpulan Data

    Teknik atau prosedur pengumpulan data adalah suatu kegiatan

    penting dalam sebuah penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang

    telah digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Metode Observasi

    Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek

    dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat

    dilakukan sesaat ataupun mungkin dapat diulang. Oleh sebab itu

    observasi hendaknya dilakukan oleh orang yang tepat (Mada, 2004:

    69). Sedangkan menurut Purwanto dalam Basrowi dan Suwandi

  • 40

    observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan

    pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat

    atau mengamati individu atau kelompok secara langsung (Basrowi &

    suwandi, 2008: 94).

    Dalam penelitian ini metode observasi dilakukan dengan

    menggunakan alat pedoman observasi. Metode observasi ini dilakukan

    untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan penelitian, dengan

    menggunakan metode observasi peneliti dapat mengetahui keadaan di

    sekolah tersebut.

    2. Metode Wawancara

    Dalam pendekatan kualitatif wawancara merupakan sebentuk

    kumpulan data yang bermanfaat, sebab wawancara memungkinkan

    peneliti untuk meyelidiki persepsi dan perspektif berbagai pemangku

    kepentingan (wiratama, 2008: 258). Wawancara adalah percakapan

    dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara sebagai

    pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai sebagai pemberi

    jawaban atas pertanyaan itu (Basrowi dan suwandi, 2008: 127).

    Penelitian ini menggunakan metode wawancara tidak terstruktur,

    wawancara tidak terstruktur menghasilkan data paling kaya dan sering

    mengungkapkan bukti yang terkadang mengejutkan ( Wiratama, 2002:

    265).

    Metode wawancara ini digunakan untuk memperoleh data yang

    akan diteliti, dalam penelitian ini menggunakan wawancara tak

  • 41

    terstruktur untuk memperoleh data yang diperlukan, yaitu dengan

    mengadakan pertemuan dengan beberapa informan yang akan digali

    datanya. Dari kegiatan wawancara ini peneliti berharap mendapatkan

    data yang rinci, sejujur-jujurnya dan data yang mendalam terkait

    dengan strategi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam mengatasi

    kesulitan belajar membaca Al-Qur‟an pada kelas XI SOS 1 di SMA N

    1 Tengaran.

    3. Metode Dokumentasi

    Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang

    menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan

    masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah

    dan bukan berdasarkan perkiraan. Metode ini hanya mengambil data

    yang sudah ada (Basrowi dan suwandi, 2008: 158).

    Dalam hal ini Yang menjadi bahan metode dokumentasi ini adalah

    hal-hal yang menunjang penelitian di lapangan, sehingga memudahkan

    peneliti untuk mengungkap dan menganalisis data.Metode

    dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data atau bukti-bukti

    yang dapat menguatkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti,

    misalnya dalam bentuk foto, tulisan dsb.

    E. Analisis Data

    Menurut Rasimin (2019: 110), analisis data adalah kegiatan

    pengolahan data, yang terdiri atas tabulasi dan rekapitulasi data. Tabulasi

    data dinyatakan sebagai proses pemaduan atau penyatupaduan sejumlah

  • 42

    data dan informasi yang diperoleh peneliti dari setiap sasaran penelitian,

    menjadi satu kesatuan daftar sehingga data yang diperoleh menjadi mudah

    dibaca atau dianalisis. Rekapitulasi merupakan langkah penjumlahan dari

    setiap kelompok sasaran penelitian yang memiliki karakter yang sama.

    Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    menggunakan langkah langkah seperti yang dikemukakan oleh Miles dan

    Huberman (1992), yaitu sebagai berikut:

    Secara garis besar, Miles dan Huberman membagi analisis data

    dalam penelitian kualitatif kedalam empat tahap, yaitu Pengumpulan data,

    Reduksi data, Penyajian data, Penarikan kesimpulan.

    1. Tahap Reduksi Data

    Menurut Sugiyono (2008: 247) dalam Wandi dkk, Mereduksi

    data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

    pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Reduksi data

    merujuk pada proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

    penyederhanaan informasi data.

    2. Tahap Penyajian Data

    Sajian data adalah sekumpulan informasi yang memberi

    kemungkinan kepada peneliti untuk menarik simpulan dan

    pengembalian tindakan. Sajian data ini merupakan suatu rakitan

    organisasi informasi. Sajian data harus didata dengan baik, peneliti

    perlu mengelompokkan hal-hal yang serupa dalam kategori atau

  • 43

    kelompok yang menujukkan yang ada sesuai dengan rumusan

    masalahnya (Nugrahani, 2014: 176).

    3. Penarikan Kesimpulan

    Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan penafsiran terhadap

    hasil analisis dan interpretasi data. Penarikan ini hanyalah salah satu

    kegiatan dalam konfigurasi yang utuh (Nugrahani, 2014: 176).

    Berdasarkan kerangka diatas, maka setiap tahap dalam proses

    tersebut dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan

    menelaah seluruh data yang ada dari berbagai sumber yang telah

    didapat dari lapangan dan dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar,

    foto dan sebagainya melalui metode wawancara yang didukung

    dengan studi dokumentasi.

    F. Pengecekan Keabsahan Data

    Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif.

    Karena itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat

    penting. Melalui keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian

    kualitatif akan tercapai. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan

    keabsahan data dilakukan dengan triangulasi.

    Adapun triangulasi mengarahakan peneliti untuk mengumpulkan

    data dari beragam sumber yang tersedia, karena data yang sama atau

    sejenis akan lebih diakui kebenarannya apabila digali dari sumber-sumber

    yang berbeda (Nugrahani, 2014: 296).

  • 44

    Teknik triangulasi lebih mengutamakan efektivitas proses dan hasil

    yang diinginkan. Oleh karena itu triangulasi dapat dilakukan dengan

    mrnguji apakah proses dan hasil metode yang digunakan sudah berjalan

    dengan baik (Bungin, 2010: 203).

    Menurut Denzin (1978) dalam Moleong membedakan empat

    macam Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan

    penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.

    1. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

    derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan

    alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Moleong: 2009, 330)

    2. Triangulasi dengan Metode, dengan triangulasi model ini terdapat dua

    strategi, yaitu: a) pengecekan drajat kepercayaan penemuan hasil

    penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan b) pengecekan drajat

    kepercayaan beberapa sumber data dengan meode yang sama.

    3. Triangulasi dengan Penyidik, teknik triangulasi jenis ketiga ini ialah

    dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk

    keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

    4. Triangulasi dengan Teori, menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong

    (2009: 331) berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa

    derajat kepercayaanya dengam satu atau lebih teori.

    Jadi, triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan

    perbedaan-perbedaan kontruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu

    studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan

  • 45

    hubungan dari berbagai pandangan. Dalam penelitian ini peneliti

    menggunakan teknik triangulasi dengan sumber, yaitu dengan

    membandingkan hasil wawancara satu dengan hasil wawancara lainya.

  • 46

    BAB IV

    ANALISIS DATA

    A. Paparan Data Lokasi Penelitian

    1. Sejarah dan Profil SMA N 1 Tengaran

    SMA Negeri 1 Tengaran atau terkenal dengan sebutan Palm

    School ini berdiri sejak tanggal 2 Juni 1980. Dijuluki Palm School

    dikarenakan banyaknya pohon palem yang tumbuh di halaman

    sekolah. Berdirinya SMA Negeri 1 Tengaran ditandai dengan

    peresmian berdirinya sekolah oleh Menteri Pendidikan dan

    Kebudayaan pada waktu itu yaitu DR. Daoed Yoesoef. Pertama kali

    berdiri SMA Negeri 1 Tengaran hanya menerima 5 kelas. Karena pada

    saat itu gedung permanen untuk kegiatan belajar mengajar belum

    sepenuhya selesai. Sehingga, untuk sementara proses belajar mengajar

    dilaksanakan di SMA Negeri 1 Salatiga dan siswa memulai kegiatan

    pembelajaran pada waktu siang.

    Berikut ini adalah urutan Kepala Sekolah dari awal berdirinya

    SMA Negeri 1 Tengaran, yaitu Bapak M.D. Suwardi, Bapak Soewito,

    BA, Bapak Soedharmanto, BA. Bapak Woerjanto Wirosoetarno,

    Bapak Drs.Murdion, Bapak Drs. Samtono, Bapak Sutantyo, S.

    Pd.,Bapak Drs.Trijoko, Bapak Drs. Maikal Soedijarto, Bapak

    Soebroto,S.Pd, M. Pd, dan Bapak Drs. Munarso (sampai sekarang).

  • 47

    2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah

    a. Visi

    Unggul dalam Prestasi, Sopan dan Santun dalam Bertindak

    b. Misi

    1) Meningkatkan Perolehan Nilai Ujian Akhir Nasional.

    2) Mendorong Minat Peserta Didik untuk Melanjutkan ke

    Perguruan Tinggi

    3) Meningkatkan Kualitas Kegiatan Ekstrakurikuler di Bidang

    Karya Ilmiah, Olah raga, Seni dan Keagamaan.

    4) Meningkatkan Kedisiplinan Peserta Didik.

    5) Meningkatkan Kualitas Kegiatan Kesiswaan.

    6) Meningkatkan Sikap dan Kepribadian Peserta Didik Melalui

    Keluhuran Akhlaq yang Mulia.

    7) Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan kepada Tuhan YME

    pada Diri Seluruh Warga Sekolah.

    c. Tujuan

    Tujuan SMA Negeri 1 Tengaran meripakan penjabaran dari visi

    dan misi sekolah agar lebih komunikatif dan dapat diukur. Adapun

    tujuan SMA Negeri 1 Tengaran adalah sebagai berikut:

    1) Peningkatan nilai US/UN;

    2) Mampu menerapkan ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi;

    3) Menjuarai berbagai lomba olahraga, kesenian, dan Pramuka;

  • 48

    4) Meningkatkan kesadaraan kegiatan keagamaan dan kepedulian

    sekolah; Memiliki jiwa wirausaha.

    3. Muatan Lokal (mulok)

    Berdasarkan hasil analisis keunggulan daerah Kabupaten

    Semarang maka jenis muatan yang dilaksanakana di SMA Negeri 1

    Tengaran seperti terdapat dalam struktur kurikulum pada tabel di atas

    adalah Bahasa Jawa dan Seni Budaya Strategi pelaksanaan muatan

    lokal tersebut adalah sebagai berikut:

    a. Untuk Mata Pelajaran Bahasa Jawa muatan lokal Provinsi yang

    harus dilaksanakan di setiap sekolah di Propinsi Jawa Tengah

    dengan SK/KD sudah dibuat di propinsi menjadi mata pelajaran

    kelompok B.

    b. Untuk Mata Pelajaran Seni Budaya kelas X, XI, dan XII MIPA

    diisi dengan mata pelajaran Karawitan dilaksanakan dalam

    pertemuan tatap muka yang diberikan sebanyak 2 jam perminggu,

    dengan SK/KD dikembangkan secara mandiri.

    c. Untuk Mata Pelajaran Seni Budaya kelas X, XI, dan XII Sosial

    dan Bahasa diisi dengan mata pelajaran Seni Rupa dan Batik

    dilaksanakan dalam pertemuan tatap muka yang diberikan

    sebanyak 2 jam perminggu.

    4. Sarana Prasarana dan Fasilitas

    Secara administrasi SMA Negeri 1 Tengaran terletak di

    Prokimad (Proyek Pemukiman Angkatan Darat ), desa Karangduren,

  • 49

    kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Sedangkan alamat lengkap

    SMAN 1 Tengaran adalah yaitu Kembangsari Karangduren Tengaran

    50775 Po.Box.No. 161 Salatiga.Sebagai lembaga kependidikan, SMA

    N 1 Tengaran terdiri dari beberapa ruang sebagai fasilitas pendukung

    pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Kelengkapan ruang dengan

    jumlah dan luas yang memadai tentunya sangat mendukung proses

    pembelajaran yang berlangsung dan tercapainya tujuan pembelajaran

    untuk meningkatkan prestasi siswa.

    Tabel 4.1 Data Bangunan Utama SMAN 1 Tengaran Tahun Ajaran

    2018/2019

    No. Jenis Ruang Panjang (m) Lebar (m)

    1 0001 (Ruang Kepala Sekolah) 8 6

    2 0002 (Ruang Tata Usaha) 9 8

    3 0003 (Ruang Rapat / Lobi) 8 6

    4 0004 (Ruang Wakasek) 8 6

    5 0005 (Ruang Komite) 6 4

    6 0006 (Aula) 40 8

    7 0007 (Ruang Guru) 30 8

    8 0008 (Ruang Perpustakaan) 15 8

    9 0009 (Ruang Bp / Bk) 8 4

    10 0010 (Ruang Koperasi Sekolah) 8 4

  • 50

    No. Jenis Ruang Panjang (m) Lebar (m)

    11 0011 (Ruang Sis) 8 4

    12 0012 (Dapur) 4 3

    13 0013 (Lab. Komputer 1) 15 8

    14 0014 (Lab Komputer 2) 15 8

    15 0015 (Lab Fisika) 15 8

    16 0016 (Lab Kimia) 15 8

    17 0017 (Lab Biologi) 15 8

    18 0019 (Lab Matematika) 6 4

    19 0020 (Lab. Multi Media) 15 8

    20 0022 (Gedung Olah Raga) 40 20

    21 0023 (Masjid) 14 10

    22 0024 (Tempat Wudlu) 8 4

    23 0025 (Uang Osis) 8 6

    24 0026 (Sanggar Seni) 8 6

    25 0027 (Rumah Penjaga Sekolah) 8 5

    26 0028 (Ruang Uks) 8 4

    27 0029 (Gudang Olah Raga) 8 4

    28 0030 (Ruang Data Kurikulum) 8 3

    29 0031 (Ruang Pesuruh) 8 4

    30 0032 (Gudang) 8 4

  • 51

    No. Jenis Ruang Panjang (m) Lebar (m)

    31 0063 (Wc Guru Laki - Laki) 2 2

    32 0063 (Wc Guru Perempuan) 2 2

    33 0064 (Wc Siswa Laki - Laki) 9 3

    34 0064 (Wc Siswa Laki - Laki) 9 3

    35 0064 (Wc Siswa Perempuan) 9 3

    36 0064 (Wc Siswa Perempuan) 9 3

    37 0064 (Wc Siswa Perempuan) 9 3

    38 0065 (Parkir Sepeda Guru) 20 5

    39 0066 (Parkir Sepeda Siswa) 60 5

    40 0067 (Lapangan Depan) 65 50

    41 0068 (Lapangan Tengah) 60 36

    42 0069 (Lapangan Belakang) 45 40

    43 0070 (Hutan Sekolah) 40 30

    44 0071 (Kantin Siswa) 5 3

    45 0072 (Bak Lompat) 5 3

    46 X BAHASA 9 8

    47 X MIPA 1 9 8

    48 X MIPA 2 9 8

    49 X MIPA 3 9 8

    50 X MIPA 4 9 8

  • 52

    No. Jenis Ruang Panjang (m) Lebar (m)

    51 X MIPA 5 9 8

    52 X MIPA 6 9 8

    53 X SOSIAL 1 9 8

    54 X SOSIAL 2 9 8

    55 X SOSIAL 3 9 8

    56 X SOSIAL 4 9 8

    57 XI BAHASA 9 8

    58 XI MIPA 1 9 8

    59 XI MIPA 2 9 8

    60 XI MIPA 3 9 8

    61 XI MIPA 4 9 8

    62 XI MIPA 5 9 8

    5. Kegiatan Ektrakulikuler

    SMA Negeri 1 Tengaran mempunyai kurikulum serta program

    kegiatan siswa berbasis kewirausahaan untuk membentuk professional

    mandiri.

    Tabel 4.2 Daftar Kegiatan Ektrakulikuler SMAN 1 Tengaran

    Tahun Ajaran 2018/2019

    No. Jenis Kegiatan Keterangan

  • 53

    1 Seni Kriya Kegiatan pengembangan

    diri dilaksanakan setiap hari

    Rabu.

    2 Karawitan

    3 Rebana

    4 Desain Grafis

    5 Baca dan Tulis Al Quran

    6 Cipta dan Baca Puisi

    7 KIR

    8 Silat

    9 Karate

    10 Sepak Takraw

    11 Bola Voli

    12 Atletik

    13 Bola Basket

    14 Tenis Meja

    15 Bulutangkis

    16 Band

    17 Paduan Suara, Menyanyi Solo

    18 Seni Tari

    19 Paskibra

    20 PKS

    21 Broadcasting

    22 PMR

  • 54

    23 ROHIS

    24 Persekutuan Doa

    25

    Pramuka

    WAJIB untuk kelas X

    setiap hari Jumat. (Dimulai

    min. 15.00 s/d maksimal

    16.30)

    B. Temuan Hasil Penelitian

    Setelah peneliti melakukan penelitian di SMA N 1 Tengaran

    dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi

    maka peneliti akan menganalisa temuan yang ada mengenai strategi guru

    PAI dalam mengatasi kesulitan belajar membaca al-Qur‟an pada siswa

    kelas XI SOS 1 di SMA N 1 Tengaran.

    Dalam kegiatan belajar mengajar seorang pendidik harus memiliki

    strategi agar peserta didik dapat belajar secara efektif dan efesien. Bila

    seorang guru tidak memiliki strategi yang sesuai dalam kegiatan

    pembelajaran maka tujuan dari kegiatan pembelajaran tersebut tidak akan

    tercapai.

    Dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pada materi belajar

    membaca al-Qur‟an seorang guru harus mengetahui atau menguasai

    strategi pembelajaran yang tepat agar peserta didik dapat dan mampu

    menerima materi dengan baik. Dalam pembelajaran terdapat bermacam-

    macam karakteristik peserta didik yang berbeda-beda, antara lain ada

  • 55

    peserta didik yang dapat dengan mudah menerima materi yang telah

    disampaikan oleh guru ada juga peserta didik yang mengalami kesulitan

    dalam kegiatan pembelajaran.

    Untuk mengetahui kesulitan apa saja yang dialami oleh peserta

    didik dalam kegiatan belajar membaca al-Qur‟an maka didapatkan data

    sebagai berikut:

    1. Kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam kegiatan belajar

    membaca al-Qur’an pada peserta didik kelas XI SOS 1 di SMA N 1

    Tengaran.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak MT selaku PAI,

    dengan pertanyaan, Dalam pembelajaran membaca Al-Qur‟an, siswa

    paling sulit memahami dibagian apa ? Beliau mengatakan:

    “kalau selama saya mengarahkan siswa untuk membaca al-Qur‟an

    ini mbak, siswa masih banyak sekali yang belum mampu

    menguasai tajwid dan makhrajiul hurf. Masih banyak sekali siswa

    yang benar benar tidak mengetahui tanda baca al-Qur‟an. Panjang

    pendeknya saja masih banyak yang belum bisa mbak”

    Selain itu menurut keterangan Bapak R yang juga selaku Guru di

    SMA N 1 Tengaran sekaligus selaku koordinator kegiatan ektrakulikuler

    khususnya ektrakulikuler BTQ, mengatakan:

    “kalau untuk kesulitan dari siswa itu mbak ya siswa ada yang

    merasa malu ada yang merasa enggan untuk belajar, dan ada juga

    yang merasa tidak memenintingkan. Kalau dari segi materi siswa

    sendiri lebih senang belajar tentang tajwid mbak, tetapi untuk

    siswa yang belum bisa belajar tajwid biasanya kesulitan dibagian

    bacaan Tafkhim dan bacaan Tarqiq. Lalu kalau dibagian materi

    juga masih banyak sekali siswa yang kesulitan dibagian dialog,

    dialog yang diterima dari guru awalnya itu ketika kita ubah itu

    agak susah mbak misalnya huruf “alaamiin” dibaca “ngalaamiin”

  • 56

    jadi dialog seperti itu yang butuh waktu. Kalau semisal waktu BTQ

    itu kita betulkan bisa tetapi kalau besok dicoba ya balik lagi mba.

    Kemudia yang berikutnya ada yang huru “Qaf” itu ada yang

    bacaanya terlalu dalam ada juga yang terlalu dangkal mba.”

    Berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa peserta didik

    kelas XI SOS 1 di SMA N 1 Tengaran dengan Pertanyaan, kalian itu

    paling sulit belajar al-Qur‟an tentang apa, misalnya tajwid atau panjang

    pendeknya?

    Berdasarkan wawancara peneliti dengan peserta didik bernama GP,

    Mengatakan:

    “kalau saya masih belum bisa tajwid mbak masih belum bisa

    panjang pendeknya juga ja