STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI...
Transcript of STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI...
-
STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN
PADA SISWA KELAS XI SOS 1 DI SMAN 1 TENGARAN KAB. SEMARANG
TAHUN AJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
MARIATUL SOLEHA INDRIANI
NIM. 23010150133
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
MOTTO
َوَرتِِّل اْلقُْرآَن تَْرتِيال
“dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan.”
(Q.S. Al Muzammil 73: 4)
اْقَرُءوا اْلقُْرآَن فَإِنَّهُ يأ تِى يَْوَم اْلقِيَاَمِةَشفِيًعا ألْصَحابِهِ
“Bacalah Al-Qur‟an karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat
sebagai pemberi syafa‟at kepada orang yang membacanya”
(HR. Muslim)
-
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil‟alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT
skripsi ini telah selesai. Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku Bapak Larianto dan Ibu Kasihati yang senantiasa
membesarkanku, membimbingku dengan penuh kasih sayang, penuh cinta,
nasehat, do‟a restunya selalu menggiringi setiap langkahku dan jerih
payahnya mendidikku dari kecil sampai di bangku kuliah IAIN Salatiga
ini.
2. Keluarga besar Mbah Darno, Mbah Sujari serta adikku Muhammad
Sakbani Indrianto dan Laila Khoerun Nikmah, sepupuku Anna Kurnia dan
Syahrul Rozi yang banyak memberikan limpahan do‟a, motivasi, semangat
dan menghiburku disaat jenuh melanda.
3. Keluarga Bapak Tri Sudaryono dan Ibu Umi Mariyah serta calon imamku
Mas Sulistiyo Adi Saputro, adikku Nana Yuliyanti dan Silvi Aprilia yang
selalu memberikan do‟a dan semangat sampai terselesainya skripsi ini.
4. Sahabatku Ainun Nisa, Viky Astriana, Munifah, Endang Sulistianingtias,
Supri Hidayati, Indiana Dwita, Alif Faizatul Iftori dan seluruh teman
teman kelas D Onthewe angkatan 2015 yang memberikan dukungan dan
menemaniku sampai skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Teman-teman seperjuangan IAIN Salatiga angkatan 2015 khususnya PAI
2015 yang telah memberiku motivasi dan bersama berjuang dalam suka
duka selama empat tahun ini.
-
viii
6. Teman-teman PPL SMA Negeri 1 Tengaran yang telah memberiku
motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Dan semua yang telah memotivasi penulis dan terlibat dalam penulisan
skripsi ini.
8. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I selaku dosen pembimbing yang senantiasa
sabar dalam membimbingku dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Seluruh keluarga besar Kos Aisy khususnya Ibu Barokah yang senantiasa
sabar mendengarkan keluh kesahku selama kuliah di IAIN Salatiga.
-
ix
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Puji syukur alhamdulillahi robbil‟alamin, penulis panjatkan kepada Allah Swt.
yang selalu memberikan rahmat, karunia, taufik, serta hidayah-nya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Strategi Guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-
Qur‟an Pada Siswa Kelas XI SOS 1 di SMAN 1 Tengaran Kab. Semarang Tahun
Ajaran 2018/2019.
Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad Saw., kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu
setia menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat
manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zamamn kejahilan menuju
zaman keislaman sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan
tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih dengan ketulusan hati, khususnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Pd.I selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.S.I. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama
Islam.
-
x
4. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing dengan ikhlas, mencurahkan segala tenaga, pikiran dan
bimbingannya dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Bapak Prof. Dr. Muh. Saerozi, M.Ag. selaku dosen Pembimbing Akademik.
6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Kepala Bagian Akademik dan para stafnya yang senantiasa memberikan
pelayanan akademik yang membantu melancarkan proses pembuatan skripsi
dengan lancar.
8. Kepala Bagian Perpustakaan dan stafnya yang memberikan ruang untuk
membuat skripsi dengan bahan sumber buku dan rujukan yang lengkap.
9. Bapak Larianto dan Ibu Kasihati keluarga yang selalu memberikan do‟a,
semangat, motivasi dan kasih sayang tiada henti.
10. Bapak Munarso, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Tengaran yang
telah memberikan izin dan melancarkan proses penelitian ini.
11. Bapak M. Toha S.Pd selaku Guru pamong mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMA Negeri 1 Tengaran yang telah bersedia membantu dan
bekerjasama untuk menyelesaikan penelitian ini.
12. Bapak dan Ibu guru di SMA Negeri 1 Tengaran
13. Siswa-siswi kelas XI SOS 1 SMA Negeri 1 Tengaran yang telah memberikan
sumber data yang sebenarnya untuk keberhasilan penelitian ini dilakukan.
-
xi
14. Tidak lupa kepada seluruh yang terlibat dalam proses pembuatan penelitian
ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Demikian ucapan terimakasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa
berdo‟a kepada Allah Swt., semoga jasa dan amal kebaikan yang tercurahkan
diridhoi oleh Allah Swt. dengan mendapatkan balasan yang berlipat ganda.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Dengan keterbatasan
kemampuan, skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun terbuka luas dan selalu penulis harapkan untuk
kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 15 Juli 2019
Penulis,
Mariatul Soleha Indriani
NIM. 23010150133
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
HALAMAN BERLOGO .............................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iv
DEKLARASI .................................................................................................. v
MOTTO ......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN .......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
ABSTRAK ..................................................................................................... xii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 9
E. Penegasan Istilah ...................................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori ............................................................................................. 14
1. Strategi ................................................................................................. 14
-
xiii
2. Kesulitan Belajar .................................................................................. 15
3. Belajar Membaca Al-Qur‟an ................................................................ 27
4. Indikator Kemampuan Membaca Al-Qur‟an ....................................... 29
B. Kajian Pustaka ......................................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 38
B. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 39
C. Sumber Data ............................................................................................. 39
D. Prosedur Pengumpulan Data .................................................................... 39
E. Analisis Data ............................................................................................ 41
F. Pengecekan Keabsahan Data ................................................................... 43
BAB IV ANALISI DATA
A. Paparan Data Lokasi Penelitian ............................................................... 46
1. sejarah dan Profil SMAN 1 Tengaran ................................................... 46
2. visi, misi dan tujuan sekolah ................................................................ 47
3. Muatan Lokal ...................................................................................... 48
4. Sarana Prasarana dan Fasilitas ............................................................. 48
5. kegiatan Ektsrakulikuler ...................................................................... 52
B. Temuan Hasil Penelitian .......................................................................... 54
1. Kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam kegiatan belajar
membaca Al-Qur‟an pada peserta didik kelas XI SOS 1 di SMAN
1 Tengaran ........................................................................................... 55
-
xiv
2. Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar membaca al-Qur‟an
pada peserta didik kelas XI SOS 1 di SMAN 1 Tengaran .................. 58
3. Strategi guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar membaca al-
Qur‟an pada peserta didik kelas XI SOS 1 di SMAN 1 Tengaran ...... 61
C. Analisis Data .............................................................................................. 66
1. Kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam kegiatan belajar
membaca Al-Qur‟an pada peserta didik kelas XI SOS 1 di SMAN
1 Tengaran ........................................................................................... 67
2. Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar membaca al-Qur‟an
pada peserta didik kelas XI SOS 1 di SMAN 1 Tengaran .................. 68
3. Strategi guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar membaca al-
Qur‟an pada peserta didik kelas XI SOS 1 di SMAN 1 Tengaran ...... 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 76
B. Saran ........................................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 80
LAMPIRAN
-
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Data Bangunan Utama SMAN 1 Tengaran Tahun Ajaran
2018/2019 ........................................................................................ 49
Tabel 4.2 Daftar Kegiatan Ektrakulikuler SMAN 1 Tengaran Tahun Ajaran
2018/2019 ........................................................................................ 52
-
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 4 Lembar Konsultasi
Lampiran 5 Dokumentasi
Lampiran 6 Pedoman Wawancara
Lampiran 7 SKK
Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup Penulis
-
xvii
ABSTRAK
Indriani, Mariatul Soleha. 2019. “Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur‟an Pada Siswa
Kelas XI SOS 1 Di SMAN 1 Tengaran Tahun Ajaran 2018/2019”. Skripsi,
IAIN Salatiga: Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra.
Urifatun Anis, M.Pd.I
Kata Kunci: Strategi, Guru PAI, Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur‟an.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk
mengetahui kesulitan apa saja yang dihadapi oleh peserta didik dalam kegiatan
belajar membaca al-Qur‟an. 2) untuk mengetahui faktor yang menyebabkan
peserta didik mengalami kesulitan belajar membaca Al-Qur‟an dan faktor yang
mendukung peserta didik dalam belajar membaca Al-Qur‟an. 3) untuk mengetahui
strategi yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam
mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur‟an pada siswa kelas XI SOS 1 di
SMAN 1 Tengaran Tahun Ajaran 2018/2019.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research) dan
bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber
primer dan sekunder. Pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa. 1) Kesulitan yang dihadapi
peserta didik dalam kegiatan belajar membaca al-Qur‟an khususnya pada peserta
didik kelas XI SOS 1 di SMA N 1 Tengaran antara lain kesulitan dalam belajar
tentang hukum bacaan tajwid khususnya pada materi Tafkhim dan Tarqiq
kemudian dalam materi makharijul hurf khususnya pada pelafalan huruf „ain. 2)
faktor penyebab peserta didik kesulitan dalam belajar membaca al-Qur‟an ada dua
yaitu faktor internal seperti rasa malas dan rasa malu. Faktor ekternal seperti
kurangnya dukungan dari orangtua dan faktor yang mendukung siswa dalam
belajar membaca al-Qur‟an terdiri dari dua yaitu faktor internal seperti kemauan
dalam belajar dan memperhatikan guru pada saat kegiatan pembelajaran. Faktor
ekternalnya antara lain dukungan dari orangtua, adanya nilai tambahan, adanya
motivasi dari guru dan adanya reward. 3) strategi guru PAI dalam mengatasi
kesulitan belajar pada siswa kelas XI SOS 1 di SMA N 1 Tengaran antara lain
dengan (a) mengadakan pantauan khusus (b) memberikan motivasi, dan (c)
mengarahkan peserta didik. Selain dengan kegiatan tersebut guru PAI juga
mengadakan kegiatan penunjang untuk menghadapi kesulitan yang dialami oleh
peserta didik kegiatan itu antara lain adalah dengan cara mengarahkan siswa
untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler BTQ dan mengikuti kegiatan literasi.
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan dunia yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Pendidikan di Indonesia sendiri terbagi menjadi beberapa jenis
dan tingkatan yang diperuntukkan untuk setiap anak, dengan berbagai
macam karakteristik dan kemampuan anak yang berbeda-beda. Di
Indonesia pendidikan anak berawal dari tingkatan PAUD (Pendidikan
Anak Usia Dini), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama),
dan SMA (Sekolah Menengah Atas), akan tetapi Pendidikan di Indonesia
tidak hanya pada tingkatan itu saja. Seorang anak yang ingin melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi dan lebih luas lagi harus melanjutkan
pendidikan dalam tingkat Perguruan Tinggi.
Setiap anak di Indonesia berhak untuk mendapatkan pendidikan
seperti yang sudah tercantum dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 yang
berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pembelajaran.”
Negara juga sudah memberikan jaminan kepada semua warganya untuk
mendapatkan pendidikan tanpa terkecuali. Pendidikan di Indonesia
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
-
2
warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa(sugiyono, 2017: 42).
Dalam Al-Qur‟an sudah dijelaskan bahwa memang pendidikan itu
sangat diperlukan oleh manusia, dengan pendidikan manusia dapat
mengetahui apa yang tidak ia ketahui, bahkan wahyu pertama yang
diturunkan kepada Rasulullah SAW., adalah ayat yang menjelaskan
tentang pendidikan.
اقْ رَأْ بِاْسِم َربَِّك الَِّذي َخَلقArtinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan.” (Qs. Al-Alaq ayat 1)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Rasulullah SAW diperintahkan
untuk membaca, membaca disini dalam arti membaca apa saja yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Dalam dunia pendidikan tentunya ada
sebuah kegiatan yang disebut dengan belajar, di dalam kegiatan belajar itu
sendiri yang dilakukan oleh siswa tidak selalu lancar seperti apa yang
diharapkan oleh seorang guru, terkadang lancar, terkadang tidak,
terkadang menyenangkan dan terkadang juga terasa membosankan. Dalam
hal ini siswa juga dapat memiliki semangat belajar yang tinggi, akan tetapi
juga bisa menjadi rendah. Demikianlah realiata yang harus dialami oleh
seorang guru.
Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan organisme untuk
mengubah tingkah laku dengan cepat dan bersifat permanen sehingga
perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi
situasi baru (Nurgiantoro, 1988: 58). Seorang siswa tidak hanya
-
3
membutuhkan pengetahuan-pengatuhan ilmu umum saja, tetapi seorang
siswa juga sangat membutuhkan pendidikan yang berbasis Agama, dalam
Islam sendiri pendidikan Agama Islam adalah upaya pengembangan secara
baik melalui aspek akal, emosi,dan kejiwaan yang didasarkan atas asas-
asas ilmiyah untuk mencapai perkembangan kemampuan individu secara
maksimal (Luthfiah, 2011: 219). Dalam kegiatan pengajaran Agama Islam
harus disampaikan dengan menggunakanstrategi pembelajaran yang sesuai
prosedur dan dapat diterima dengan mudah oleh peserta didik.
Kondisi Pendidikan Islam pada sekarang ini, menunjukkan bahwa
para pendidik dituntut untuk memiliki konsep dan memiliki kompetensi
secara menyeluruh, tidak hanya memiliki kemampuan untuk
menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik. Merujuk kepada sifat
Rasulullah SAW, bahwa seorang pendidik seharusnya memiliki sifat
sidiq, amanah, tabhligh, dan fathanah (Luthfiah, 2011: 221).
Kegiatan awal dalam mengajar yang dilakukan oleh seorang guru
akan dikatakan berhasil apabila dapat membangkitkan motivasi peserta
didik dengan menggunakan strategi yang tepat dan sesuai sehingga dalam
pembelajaran dapat menimbulkan rangsangan atau timbal balik antara
seorang pendidik dan peserta didik. Dengan adanya timbal balik dari
peserta didik tersebut akan membawa kepada kesenangan peserta didik
terhadap kegiatan belajar mengajar didalam kelas. Sebaliknya jika tidak
ada motivasi belajar yang diberikan oleh seorang guru, maka kebanyakan
dari peserta didik tersebut akan bermalas-malasan dalam kegiatan belajar
-
4
mengajar dan mengakibatkan tujuan dari pembelajaran tersebut tidak
tercapai.
Dengan memperhatikan upaya reformasi pembelajaran yang
sedang berkembang di Indonesia, saat ini guru banyak ditawari dengan
aneka pilihan model pembelajaran yang dapat digunakan pada saat
pembelajaran, akan tetapi pada kenyataannya kemampuan dan sifat dari
peserta didik berbeda-beda sehingga mengakibatkan seorang guru
kebanyakan masih sulit dalam menerapkan model pembelajaran yang
sesuai dengan kemampuan peserta didik. Maka guru juga perlu adanya
sebuah strategi belajar mengajar yang tepat dan sesuai.
Strategi merupakan cara atau teknik yang terencana dalam
mewujudkan dan melaksanakan gagasan/ide tentang suatu hal agar dapat
diimplementasikan secara terarah serta memperoleh hasil yang efektif.
Demikian halnya dengan upaya peningkatan kreativitas guru, penyusunan
program pembelajaran yang memadukan makna belajar dan mengajar
membutuhkan strategi yang tepat dan terarah sehingga dapat menjadi
panduan dalam penerapannya (Agung, 2010: 67).
Kemampuan membaca Al-Qur‟an ini tidak hanya sebagai bekal di
dunia saja, tetapi juga untuk bekal diakhirat kelak. Keberhasilan seorang
guru dalam melaksanakan sebuah tugas pembelajaran sangat ditentukan
oleh pemahamannya terhadap strategi,model dan metode apa yang akan
diterapkan oleh seorang guru. Guru sebagai salah satu sumber belajar bagi
-
5
peserta didik berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif
dan inovatif bagi kegiatan belajar peserta didik dikelas.
Aktivitas belajar dan pembelajaran sangat terkait dengan proses
pencarian ilmu. Islam sangat menekankan terhadap pentingnya ilmu
sehinggaAl-Qur‟an sebagai pedoman hidup untuk umat manusia sangat
penting untuk dikaji, dipahami, dihayati dan kemudian diamalkan. Sebagai
umat manusia khususnya umat muslim sangat penting sekali untuk
mempelajari kitab suci Al-Qur‟an, karena Al-Qur‟an merupakan penolong
untuk kita pada saat kita sudah meninggal kelak. Setiap mukmin harus
yakin bahwa dengan membaca Al-Qur‟an akan mendapat amalan yang
sangat mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda. Al-Qur‟an
merupakan sebaik-baik bacaan untuk seorang muslim.
Seperti yang sudah dijelaskan dalam Al-Qur‟an kata iqra‟ dalam
surah Al-Alaq ayat 1, bahwa Al-Qur‟an ingin menghendaki manusia untuk
membaca apa saja, meliputi segala sesuatu yang dapat dijangkaunya,
selama bacaan tersebut untuk kebaikan dan kesejahteraan manusia. Al-
Qur‟an diturunkan tidak hanya sekedar untuk dibaca dalam arti pelafalan
saja, tetapi hal yang paling penting ialah memahami, menghayati dan
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam memahami dan menghayati isi kandungan Al-Qur‟an
dibutuhkan juga pemahaman baca tulis Al-Qur‟an yang sesuai dengan
kaidahnya. Karena pemahaman baca tulis Al-Qur‟an menjadi syarat
penting yang harus dikuasai oleh peserta didik untuk mengkaji dan
-
6
mamahami materi ayat-ayat Al-Qur‟an. Dengan adanya penerapan strategi
yang sesuai dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada
materi Al-Qur‟an diharapkan peserta didik dapat lebih mudah paham
dalam menerima materi tentang Al-Qur‟an, terutama dalam peningkatan
membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar.
Di era globalisasi saat ini, banyak sekali pergeseran nilai dalam
kehidupan masyarakat dikarenakan para generasi kita masih banyak yang
belum mampu untuk membaca Al-Qur‟an secara baik dan benar apalagi
dalam memahami maknanya. Oleh karena itu sebagai orangtua harus
mengusahakan sedini mungkin untuk mendidik dan membiasakan anak
untuk membaca Al-Qur‟an. Dengan mengajarkan kepada anak tentang Al-
Qur‟an maka kita telah menyelamatkan kehidupan seorang muslim dan
identitas kita sebagai orang Islam, sehingga menghasilkan generasi yang
berakhlaq mulia dengan mengamalkan Al-Qur‟an.
SMA N 1 Tengaran adalah sebuah sekolah yang sering juga
disebut dengan palm school. Guru-guru di sekolah tersebut memberikan
materi Pendidikan yang sesuai dengan kurikulum. Khususnya dalam
pendidikan Islam yang dilaksanakan oleh guru PAI antara lain dengan cara
mengajarkan membaca Al-Qur‟an pada setiap pertemuan mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) didalam kelas. Tetapi pada kenyataannya
masih banyak siswa yang belum mampu membaca Al-Qur‟an. Penyebab
diantaranya adalah kurangnya perhatian dan dukungan dari orangtua
dalam mengajarkan Al-Qur‟an terhadap anak-anaknya sehingga
-
7
mengakibatkan seorang anak merasa malas dan tidak ada motivasi untuk
membaca dan mempelajari Al-Qur‟an.
SMA N 1 Tengaran selama ini dikenal dengan sekolah yang sangat
berprestasi, dan menjadikannya sebagai salah satu sekolah favorit di
Kecamatan Tengaran. Di SMA N 1 Tengaran memiliki program kegiatan
ekstrakulikuler yang dapat mengembangkan kemampuan peserta didik.
Salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah kegiatan ekstrakulikuler
BTQ, tetapi masih banyak dari siswa yang tidak berminat dengan kegiatan
tersebut. Padahal masih banyak sekali peserta didik di sekolah tersebut
yang belum bisa membaca Al-Qur‟an. Akan terlihat percuma ketika
sekolah yang dikenal dengan banyak prestasi tetapi didalamnya masih
banyak sekali siswa yang belum begitu paham betapa pentingnya
membaca Al-Qur‟an untuk bekal masa depan mereka. Dalam menghadapi
persoalan tersebut, guru PAI dalam menerapkan strategi pembelajaran
tentang membaca al-Qur‟an harus dievaluasi lagi. Berdasarkan keadaan
tersebut maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui strategi guru
pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar membaca al-
Qur‟an pada siswa kelas XI SOS 1 di SMA N 1 Tengaran.
Dari uraian diatas kiranya perlu dilakukan penelitian mengenai
“Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Mengatasi
Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an Pada Siswa Kelas XI SOS 1 di
SMAN 1 Tengaran Tahun Ajaran 2018/2019”. Hal ini perlu diungkap
agar dapat diketahui secara rinci mengenai sejauh mana strategi guru PAI
-
8
dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa sehingga
hasilnya dapat dimanfaatkan oleh pihak yang membutuhkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dirumuskan suatu
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa saja kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam kegiatan
belajar membaca al-Qur‟an?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan
belajar membaca Al-Qur‟an?
3. Bagaimana Strategi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam
mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur‟an pada siswa kelas XI
SOS 1 di SMAN 1 Tengaran Tahun 2018/2019?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam
kegiatan belajar membaca al-Qur‟an.
2. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan siswa mengalami
kesulitan belajar membaca Al-Qur‟an.
3. Untuk mengetahui strategi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam
mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur‟an pada siswa kelas XI
SOS 1 di SMAN 1 Tengaran Tahun Tahun 2018/2019.
-
9
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini peneliti membedakan menjadi
dua, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Untuk pengembangan ilmu pendidikan khususnya untuk mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan untuk mengembangkan
strategi guru dalam kegiatan belajar mengajar khususnya dalam
pembelajaran Al-Qur‟an, agar peserta didik mampu membaca dan
memahami Al-Qur‟an dengan baik dan benar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru PAI: Penelitian ini secara praktis dapat memberikan
kontribusi terhadap guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam
meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran Al-Qur‟an. Dalam
kegiatan belajar-mengajar tidak hanya mengedepankan materi
yang harus tercapai sesuai target, namun guru juga harus
memperhatikan penerapan materi itu sendiri dalam kehidupan
sehari-hari peserta didik.
b. Bagi sekolah: dapat menjadi sumbangan alternatif pemikiran atau
acuan pembelajaran mengenai startegi guru dalam mengatasi
kesulitan belajar siswa.
c. Bagi peserta didik: penelitian ini dapat menjadi acuan untuk guru
dan kemudian dapat berhubungan dengan hasil akhir yang akan
didapatkan oleh peserta didik yakni mampu untuk belajar
-
10
membaca al-Qur‟an kemudian mampu mengamalkan dan
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Bagi peneliti: penelitian ini bermanfaat untuk peneliti untuk
mengetahui strategi yang dilakukan oleh seorang guru dalam
melaksanakan pembelajaran, sehingga pada tahap akhir peserta
didik dapat menerapkan ilmu yang sudah ia dapatkan.
E. Penegasan Istilah
Sebagai langkah untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam
memahami judul yang dibahas oleh penulis, maka penulis akan
menjelaskan beberapa istilah yang terkait dengan judul penelitian ini
sebagai berikut:
1. Strategi
Istilah strategi pada awalnya digunakan dalam dunia militer
yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer
untuk memenangkan suatu peperangan. Istilah strategi (strategy)
berasal dari kata “benda” dan kata “kerja” dalam bahasa Yunani.
Sebagai kata benda, strategos merupakan gabungan kata stratos
(militer) dengan “ago” (memimpin) (Majid, 2014: 3),
Jadi, strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan
ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan.
Dalam strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam
kegiatan tersebut, isi kegiatan dan proses kegiatan tersebut.
-
11
2. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), guru adalah
seseorang yang berprofesi untuk mengajar (KBBI, 2008: 509).
sedangkan pendidikan agama Islam adalah proses bimbingan kepada
peserta didik secara sadar dan terencana dalam rangka
mengembangkan potensi fithrahnya untuk mencapai kepribadian
Islam berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam (Luthfiah, 2011: 220).
Jadi, Guru Pendidikan Agama Islam adalah seorang pendidik
yang mengajarkan ilmu pengetahuan dengan berdasarkan nilai-nilai
ajaran Islam
3. Kesulitan Belajar Membaca
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sulit adalah sesuatu
yang susah sedangkan kesulitan adalah keadaan yang sulit atau susah
(KBBI, 2008: 1548). Jadi, kesulitan adalah suatu keadaan yang
dialami oleh seseorang dalam melakukan sebuah kegiatan. Sedangkan,
Menurut pandangan tradisional, belajar diartikan sebagai usaha
memperoleh dan mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan atau
belajar adalah usaha mendapatkan pengetahuan melalui pengalaman
(Nurgiantoro, 1988: 58). Jadi, belajar adalah sebuah kegiatan untuk
mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan melalui beberapa
pengalaman dari seseorang.
Membaca Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Membaca
adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (KBBI, 2008:
-
12
110). Jadi, membaca adalah sebuah kegiatan untuk menganalisis yang
dilakukan oleh pembaca untuk mendapatkan pesan yang terkandung
didalam bacaan tersebut.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa kesulitan belajar membaca adalah keadaan dimana seseorang
mengalami kesusahan dalam melihat atau memhami suatu tulisan.
F. Sistematika Penulisan
Secara garis besar, penulisan skripsi ini terbagi menjadi lima pokok
pikiran yang masing-masing termuat dalam bab yang berbeda-beda.
Berikut uraian dari masing-masing bab:
BAB I, Pendahuluan. berisi tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul,
sistematika penulisan.
BAB II, Kajian Teori. berisi tentang gambaran umum guru
Pendidikan Agama Islam (PAI), meliputi pengertian guru Pendidikan
Agama Islam (PAI), syarat dan tanggung jawab guru Pendidikan Agama
Islam (PAI), pengertian Pendidikan Agama Islam, pengertian Al-Qur‟an,
faktor yang menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan dalam
membaca Al-Qur‟an.
BAB III, Metode Penelitian. Bab ini akan menjelaskan tentang
metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti berupa; Jenis
Penelitian, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data,
-
13
Analisis Data, dan Pengecekan Keabsahan Data. Dalam Bab ini peneliti
juga menyantumkan gambaran umum tentang SMA N 1 Tengaran.
BAB IV, Analisis data. Pembahasan dalam bab ini adalah, strategi
guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam mengatasi kesulitan peserta
didik dalam belajar membaca Al-Qur‟an di SMA N 1 Tengaran.
BAB V, Penutup. Meliputi kesimpulan data penelitian , saran dan
kata penutup.
-
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Strategi
Istilah strategi pada awalnya digunakan dalam dunia militer
yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk
memenangkan suatu peperangan. Istilah strategi (strategy) berasal dari
kata “benda” dan kata “kerja” dalam bahasa Yunani. Sebagai kata
benda, strategos merupakan gabungan kata stratos (militer) dengan
“ago” (memimpin) (Majid, 2014: 3). Semakin luasnya penerapan
strategi, Mintzberg dan waters (1983) mengemukakan bahwa strategi
aadalah pola umum tentang keputusan dan tindakan (Strategies are
realized as patterns in stream of decisions or actions) (Majid, 2014:
3).
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru diharapkan paham
tentang pengertian strategi pembelajaran. Strategi berarti cara dan seni
menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan
pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa. Jadi strategi
pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan menggunakan
semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa (Wena,
2010: 2).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa, strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan
-
15
secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Dalam strategi
mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan tersebut,
isi kegiatan dan proses kegiatan tersebut.
2. Kesulitan Belajar
Setiap anak didik datang ke sekolah tidak lain kecuali untuk
belajar di kelas agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan
dikemudian hari. Sebagian besar waktu yang tersedia harus digunakan
oleh anak didik untuk belajar, tidak mesti ketika di sekolah, di rumah
pun harus ada waktu yang disediakan untuk kepentingan belajar.
Berbagai jenis lembaga pendidikan dan tingkatan memiliki anak
didik yang mengalami kesulitan dalam belajar. Masalah yang satu ini
tidak hanya dirasakan oleh sekolah modern diperkotaan, tapi juga
dimiliki oleh sekolah tradisional di pedesaan dengan segala keminiman
dan kesederhanaannya. Hanya yang membedakannya pada sifat, jenis
dan faktor penyebabnya.
Setiap kali kesulitan belajar anak didik yang dapat diatasi, tetapi
pada waktu lain muncul lagi kasus kesulitan belajar anak didik yang
lain. Dalam setiap bulan atau bahkan minggu tidak jarang ditemukan
anak didik yang berkesulitan belajar. Walaupun sebenarnya masalah
yang mengganggu keberhasilan belajar anak didik ini sangat tidak
disenangi oleh guru dan bahkan oleh anak didik itu sendiri. Tetapi
disadari atau tidak kesulitan belajar datang kepada anak didik. Usaha
demi usaha harus diupayakan dengan berbagai strategi dan pendekatan
-
16
agar anak didik dapat dibantu keluar dari kesulitan belajar. Sebab bila
tidak, maka anak didik gagal meraih prestasi belajar yang memuaskan.
Ada suatu pendapat yang keliru dengan mengatakan bahwa
kesulitan belajar anak didik disebabkan rendahnya intelegensi. Karena
dalam kenyataannya cukup banyak anak didik yang memiliki
intelegensi yang tinggi, tetapi hasil belajarnya rendah, jauh dari yang
diharapkan. Dan masih banyak anak didik dengan intelegensi yang
rata-rata normal, tetapi dapat meraih prestasi belajar yang tinggi.
Melebihi kepandaian anak didik dengan intelegensi yang tinggi. Tetapi
juga tidak disangkal bahwa intelegensi yang tinggi memberi peluang
yang besar bagi anak didik untuk meraih prestasi belajar yang tinggi.
Oleh karena itu, selain faktor intelegensi juga diakui dapat menjadi
penyebab kesulitan belajar bagi anak didik dalam belajar (Djamarah,
2011: 234).
Seorang siswa diduga mengalami kesulitan belajar ketika yang
bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar
tertentu. Dalam hasil belajar, sudah tentu mencakup aspek-aspek
substansial-material, fungsional-struktural, dan behavioral atau yang
mencakup segi-segi kognitif, afektif, dan psikomotor (Makmun, 2009:
308).
Sedangkan kesulitan belajar menurut Ismail adalah suatu kondisi
dimana anak didik tidak dapat belajar secara maksimal disebabkan
-
17
adanya hambatan, kendala atau gangguan dalam belajarnya (Ismail,
2016: 37).
Menurut Djamarah (2011: 234-235). Kesulitan belajar yang
dialami oleh anak didik bermacam-macam, yang dapat dikelompokkan
menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut:
a. Dilihat dari jenis kesulitan belajar:
1) Ada yang berat;
2) Ada yang sedang.
b. Dilihat dari mata pelajaran yang dipelajari:
1) Ada yang sebagian mata pelajaran;
2) Ada yang seluruh mata pelajaran.
c. Dilihat dari sifat kesulitannya:
1) Ada yang sifatnya menetap;
2) Ada yang sifatnya sementara.
d. Dilihat dari segi faktor penyebabnya:
1) Ada yang karena faktor intelegensi;
2) Ada yang karena faktor non-intelegensi.
Bermacam-macam kesulitan belajar sebagaimana disebutkan di
atas selalu ditemukan di sekolah. Apalagi suatu sekolah dengan sarana
dan prasarana yang kurang lengkap, dan dengan tenaga guru apa
adanya. Skala rasio antara kemampuan daya tampung sekolah dan
jumlah tenaga guru dan jumlah anak didik yang tidak seimbang.
-
18
Jumlah anak didik melebihi daya tampung sekolah (Djamarah, 2011:
234-235).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kesulitan
belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar
secara wajar disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan
dalam belajar.
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang
untuk mencapai kinerja akademik (academic performance) yang
memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa
setiap siswa memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual,
kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan
belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dan
siswa lainnya. Selain itu, kesulitan belajar dapat dialami oleh siswa
yang berkemampuan rata-rata (normal) yang disebabkan oleh faktor-
faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang
sesuai dengan harapan (Syah, 2017: 183).
a. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Banyak sudah para ahli yang mengemukakan faktor-faktor
penyebab kesulitan belajar dengan sudut pandang mereka masing-
masing. Ada yang meninjaunya dari sudut pandang intern dan
ekstern anak didik (Djamarah, 2011: 235).
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak
jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya.
-
19
Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya
kelainan prilaku siswa seperti kesukaan berteriak di dalam kelas,
mengusik teman, berkelahi dan sering tidak masuk sekolah (Syah,
2017: 184). Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya
kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yakni:
1) Faktor Intern Siswa
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurang
mampuan psiko-fisik siswa, yakni:
a) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti
rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa.
b) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti
labilnya emosi dan sikap.
c) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti
terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar
(mata dan telinga) (Syah, 2017: 185).
2) Faktor Ekstern Siswa
Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi
lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar
siswa. Faktor lingkungan ini meliputi:
a) Lingkunga keluarga, contohnya: tidak harmonisnya
hubungan antara ibu dan ayah, dan rendahnya kehidupan
ekonomi keluarga.
-
20
b) Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya:
wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman-
teman sepermainan yang nakal.
c) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung
sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan
alat-alat belajar yang berkualitas rendah (Syah, 2017:
185).
Sedangkan menurut Djamarah, faktor yang
menyebabkan kesulitan belajar terbagi menjadi empat, yakni:
1) Faktor anak didik
Anak didik adalah subjek yang belajar. Dialah yang
merasakan langsung penderitaan akibat kesulitan belajar.
Karena dia adalah orang yang belajar, bukan guru yang
belajar. Guru hanya mengajar dan mendidik dengan
membelajarkan anak didik agar giat belajar. Kesulitan
belajar yang diderita anak didik tidak hanya yang bersifat
menetap, tetapi juga yang bisa dihilangkan dengan usaha-
usaha tertentu. Faktor intelegensi adalah contoh faktor
kesulitan anak didik yang bersifat menetap. Sedangkan
kesehatan yang kurang baik atau sakit, kebiasaan belajar
yang tidak baik dan sebagainya adalah faktor non-
intelektual yang bisa dihilangkan (Djamarah, 2011: 237).
-
21
2) Faktor sekolah
Sebagai lembaga pendidikan yang setiap hari anak
didik datangi tentu saja mempunyai dampak yang besar
bagi anak didik. Kenyamanan dan ketenangan anak didik
dalam belajar akan ditentukan sampai sejauh mana kondisi
dan sistem sosial di sekolah dalam menyediakan
lingkungan yang kondusif dan kreatif. Sarana dan prasarana
sudahkah mampu dibangun dan memberikan layanan yang
memuaskan bagi anak didik yang berinteraksi dan hidup
didalamnya (Djamarah, 2011: 239).
Bila tidak, maka sekolah tersebut ikut terlibat
menimbulkan kesulitan belajar bagi anak didik. Maka
wajarlah bermunculan anak didik yang berkesulitan belajar.
3) Faktor Keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan informal (luar
sekolah) yang diakui keberadaanya dalam dunia
pendidikan. Perannya tidak kalah pentingnya dari lembaga
formal dan non-formal. Bahkan sebelum anak didik
memasuki suatu sekolah, anak didik sudah mendapatkan
pendidikan dalam keluarga yang bersifat kodrati
(Djamarah, 2011: 241).
Ketika orangtua tidak memperhatikan pendidikan
anak, ketika orangtua tidak memberikan suasana sejuk dan
-
22
menyenangkan bagi belajar anak, ketika keharmonisan
keluarga tak tercipta, ketika sistem kekerabatan renggang
dan ketika kebutuhan belajar anak tidak terpenuhi, maka
ketika itulah suasana keluarga tidak menciptakan dan
menyediakan suatu kondisi dengan lingkungan yang kreatif
bagi belajar anak. Maka lingkungan keluarga yang
demikian ikut terlibat menyebabkan kesulitan belajar bagi
anak
4) Faktor masyarakat sekitar
Kesulitan belajar bagi anak didik tidak hanya
bersumber dari obat-obatan terlarang dan lingkungan
masyarakat yang buruk, tetapi juga dapat bersumber dari
media cetak dan media elektronik (Djamarah, 2011: 245).
Berdasarkan uraian tersebut bahwa faktor yang
melatarbelakangi masalah pada siswa bersumber pada
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat
mencakup segi intelektual seperti kecerdasan, bakat, dan
motivasi. Faktor eksternal meliputi kondisi sosial siswa
seperti lingkungan, ekonomi keluarga dan keadaan sekolah.
b. Diagnosis Kesulitan Belajar
Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah
kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih
dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan
-
23
cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan
adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Dalam
melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas
langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya
kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti
ini dikenal sebagai “diagnostik” kesulitan belajar (Syah, 2017:
186).
Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh
guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener &
Senf (1982) dalam syah (2017: 187) adalah sebagai berikut:
1) Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku
menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.
2) Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya
yang diduga mengalami kesulitan belajar.
3) Mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal
ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
4) Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk
mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
5) Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya
kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar (Syah,
2017: 187).
-
24
c. Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar
Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi
kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu
diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan
beberapa hal penting yang meliputi:
1) Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian
masalah dan hubungan antarbagian tersebut memperoleh
pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dialami
siswa.
2) Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu
yang memerlukan perbaikan.
3) Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial
teaching (pengajaran perbaikan).
Setelah langkah-langkah diatas selesai, barulah guru
melaksanakan langkah selanjutnya, yakni melaksanakan program
perbaikan (Syah, 2017: 188-189).
Selain dengan cara tersebut, permasalahan kesulitan belajar
dapat diatasi dengan menggunakan teori belajar yang akan
diterapkan dalam pembelajaran. Dalam hal ini teori belajar yang
dapat digunakan adalah teori belajar Behaviorisme.
Teori belajar behaviorisme semula dikemukakan oleh
psikolog bernama John Locke. Ia menggunakan dasar pemikiran
pada jiwa anak yang baru lahir layaknya jiwa dalam keadaan
-
25
kosong seperti meja lilin putih bersih yang disebut tabularasa.
Pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitar (luar diri anak)
sangat menetukan perkembangan jiwa anak. Pengaruh dari luar itu
dapat dimanipulasi secara leluasa (perwira, 2013: 260).
Menurut teori behavioristik, belajar adalah suatu perubahan
tingkah laku yang dapat diamati secara langsung, yang terjadi
melalui hubungan stimulus-stimulus dan respon-respon menurut
prinsip-prinsip mekanistik. Konsep behavioristik memandang
bahwa perilaku individu merupakan hasil belajar yang dapat
diubah dengan memanipulasi dan mengkreasikan kondisi-kondisi
belajar dan didukung dengan betrbagai penguatan (reinforcement)
untuk mempertahankan perilaku atau hasil belajar yang
dikehendaki (Rusuli, 2014: 41).
Sedangkan menurut Mulyadi, dkk. Teori belajar
behaviorisme terbagi menjadi dua, yakni:
1) Teori belajar Asosiatif
Teori belajar ini disimpulkan dari percobaan pavlov yang
menggunakan anjing sebagai binatang percobaan. Dalam
percobaannya, anjing yang semula tidak mengeluarkan air liur
pada waktu dibunyikan bel, kemudian setelah diberikan
makanan bersamaan dengan bunyi bel, maka keluar air liur.
Setelah dilakukan secara berulang-ulang, walaupuntidak
disertai dengan pemberian makanan, hanya dibunyikan bel, air
-
26
liur tetap keluar. Peristiwa tersebut disebut dengan
kondisioning atau pengondisian yaitu pemberian stimulus
berbentuk makanan bersamaan dengan bunyi bel. Ini berarti
terjadi asosiasi antara stimulus dengan responsnya (Mulyadi,
2017: 38).
2) Teori belajar fungsionalistik
Teori belajar ini disimpulkan dari percobaan Thorndike
dengan kucing sebagai binatang percobaanya dalam percobaan
Skinner dengan tikus sebagai binatang percobaan (Mulyadi,
2017: 39).
Berdasarkan percobaan Thorndike dapat disimpulkan
bahwa adanya beberapa hukum dalam belajar, yaitu: hukum
kesiapan, hukum latihan, hukum efek. Menurut hukum ini,
kegiatan belajar bisa mencapai hasil yang baik apabila ada
kesiapan untuk belajar.
Model-model teori belajar behaviorisme:
a) Connectionisme atau Bond-Psychology (Trial and Error).
b) Classical conditioning (Pembiasaan Klasik)
c) Operant Conditioning (Pembiasaan Prilaku Respon)
Contiguous conditioning (Pembiasaan Asosiasi Dekat)
d) Sarbon (Stimulus and Response Bond Theory)
e) Social Learning Theory.
-
27
Permasalahan Kesulitan belajar yang dialami oleh
peserta didik dapat diatasi dengan menggunakan teori belajar
Behavioristik misalnya dengan menggunakan model teori
belajar Connectionisme atau Bond-Psychology (Trial and
Error). Dengan menggunakan model ini maka belajar akan
dikatakan berhasil apabila subyek memiliki kesiapan untuk
belajar.
3. Belajar Membaca Al-Qur’an
Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan organisme
untuk mengubah tingkah laku dengan cepat dan bersifat permanen
sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap
menghadapi situasi baru (Nurgiantoro, 1988: 58). Seorang siswa tidak
hanya membutuhkan pengetahuan-pengatuhan ilmu umum saja, tetapi
seorang siswa juga sangat membutuhkan pendidikan yang berbasis
Agama, dalam Islam sendiri pendidikan Agama Islam adalah upaya
pengembangan secara baik melalui aspek akal, emosi,dan kejiwaan
yang didasarkan atas asas-asas ilmiyah untuk mencapai perkembangan
kemampuan individu secara maksimal (Luthfiah, 2011: 219).
Dalam kegiatan pengajaran Agama Islam harus disampaikan
dengan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai prosedur dan
dapat diterima dengan mudah oleh peserta didik. Sedangkan Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Membaca adalah melihat serta
memahami isi dari apa yang tertulis (KBBI, 2008: 110).
-
28
Jadi, membaca adalah sebuah kegiatan untuk menganalisis yang
dilakukan oleh pembaca untuk mendapatkan pesan yang terkandung di
dalam bacaan tersebut.
Islam mengatakan bahwa Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,. melalui malaikat jibril.
Al-Qur‟an ini juga dipandang sebagai keagungan (majid) dan
penjelasan (mubin). Kemudian juga seringkali disebut pula petunjuk
(hidayah) dan buku (kitab). Namun nama yang banyak dipergunakan
untuk menyebut Al-Qur‟an adalah buku (kitab) dan Al-Qur‟an. Al-
Qur‟an berisi segala hal mengenai petunjuk yang membaca hidup
manusia bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Oleh sebab itu
sebagai umat Islam diwajibkan untuk membaca Al-Qur‟an agar
kehidupan umat Islam lebih tertata seperti yang sudah dicantumkan di
dalam Al-Qur‟an (Abdullah, 2005: 17).
Karena membaca Al-Qur‟an yang dilakukan pada saat-saat
menunaikan shalat sehari semalam merupakan kewajiban (fardhu) atas
setiap orang muslim. Hal ini menjelaskan bahwa hal tersebut telah
mencakup ajaran Islam agar berusaha mengembangkan ilmu
pengetahuan dan menjelaskan bahwa proses belajar-mengajar ini
berlaku semenjak awal kehadiran Islam (Abdullah, 2005: 20).
Jadi, belajar membaca Al-Qur‟an merupakan sebuah kegiatan
yang dilakukan seseorang untuk memahami kitab Al-Qu‟an dan
-
29
kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar hidup
mereka lebih tertata seperti yang sudah tercantum dalam Al-Qur‟an.
Karena belajar adalah kegiatan yang sangat fundamental dalam
setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Oleh karena itu,
belajar membaca Al-Qur‟an bagi setiap siswa tidak selamanya dapat
berjalan dengan lancar. Hal ini sangat tergantung pada proses belajar
yang dialami oleh siswa itu sendiri baik ketika di sekolah, di rumah,
maupun di lingkungan masyarakat (Ismail, 2016: 38).
4. Indikator Kemampuan Membaca Al-Qur’an
a. Penguasaan Terhadap Makhraj
Didalam aspek bahasa, bunyi huruf sangat diperlukan guna
memperjelas dan memperindah perkataan yang diucapkan. Tetapi
untuk ayat-ayat Al-Qur‟an, pengucapan huruf sangat berpengaruh
terhadap makna dan hakikat dari ayat tersebut, yang mencakup
unsur-unsur kata dan kalimat (Al-Hasani, 2003: 64).
Menurut Nasrullah, Makharijul huruf adalah tempat yang
mengeluarkan suara huruf, sehingga dapat dibedakan huruf satu
dengan huruf yang lain (Nasrullah, 2012: 9).
Menurut Sudarsono, Makharijul huruf menurut bahasa
adalah membunyikan huruf. Sedangkan menurut istilah adalah
menyebutkan/membunyikan huruf-huruf yang ada dalam Al-
Qur‟an (Sudarsono, 1994: 10).
-
30
Menurut Imam Ibnu al-Jazary dalam Faisol, tempat
keluarnya huruf-huruf (Makharij al-Huruf) hijaiyah itu ada tujuh
belas (17), kemudian diringkas menjadi lima (5) makhraj, yaitu:
Al-Jauf) Lubang tenggorokan dan) اجَلوف 1mulut
Al-Halq) Tenggorokan) احلَْلق 2 Al-Lisan) Lidah) اللَِّسانْ 3 Asysyfataan) Kedua bibir) اَلشََّفَتانْ 4ش ومَاخلَيْ 5 (Al-Khoisyum) Pangkal hidung
Berdasarkan pengertian diatas maka dalam pembelajaran
Al-Qur‟an diharuskan mengerti tentang makharijul huruf dengan
baik dan benar, karena apabila dalam pengucapan lafal tidak
sesuai maka akan mengubah arti dan makna.
b. Penggunaan Sistem Tajwid
Tajwid (جتويد) secara harfiah bermakna melakukan sesuatu
dengan elok dan indah atau bagus dan membaguskan, tajwid
berasal dari kata Jawwada ( جتويدا-جيّود-جّود ) dalam bahasa Arab.
Sedangkan secara istilah tajwid berarti melafadzkan setiap huruf
dari makhrajnya secara benar dan serta memenugi hak-hak setiap
huruf baik dari segi sifat-i lazimah atau sifat-i aradziyahnya
(United Islamic Cultural Centre Of Indonesia, 2005:5).
-
31
Menurut Faisol, Ilmu tajwid adalah ilmu yang mempelajari
tentang kaidah serta cara-cara membaca al-Qur‟an dengan sebaik-
baiknya. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah agar
dapat membaca ayat-ayat al-Qur‟an secara betul (faseh),
memelihara bacaan al-Qur‟an dari kesalahan dan perubahan serta
memelihara lisan (mulut) dari kesalahan membaca (Faisol, 2010:
2).
Menurut Chaer, Mempelajari Ilmu tajwid adalah fardhu
kifayah, artinya apabila di suatu tempat, wilayah, atau negeri telah
ada orang yang ahli dalam ilmu tajwid, dimana orang dapat
bertanya kepadanya, maka kewajiban itu telah terpenuhi. Namun,
membaca al-Qur‟an menurut ketentuan ilmu tajwid hukumnya
fardhu ain. Artinya, setiap orang yang membaca al-Qur‟an harus
dengan bacaan yang baik dan benar sesuai dengan ketentuan ilmu
tajwid (Chaer, 2012: 12).
Meskipun mempelajari ilmu tajwid adalah fardhu kifayah
tetapi membaca al-Qur‟an dengan tartil adalah fardhu ain. Kata
tartil dalam beberapa terjemahan al-Qur‟an diartikan sebagai
“perlahan-lahan” atau “lambat-lambat”.
Menurut Ali bin Abi Thalib, salah seorang sahabat Nabi
yang terkemuka dan termasuk salah seorang perintis ilmu tata
bahasa Arab, apa yang dimaksud dengan tartil adalah “tajwid”.
Lalu ketika ditanyakan kepadanya apakah tajwid itu, beliau
-
32
menjawab, “yang dimaksud dengan tajwid adalah membaguskan
bacaan huruf (ayat) dan mengenal tempat-tempat perhentian, dan
juga tempat-tempat memulai bacaan al-Qur‟an” (Chaer, 2012:
11).
Untuk bisa membaca tartil sedikit banyaknya harus
mengetahui bagaimana caranya membaca al-Qur‟an. Dapat
disimpulkan bahwa inti ilmu tajwid adalah:
1) Bagaimana melafalkan huruf-huruf hijaiyah dengan benar,
sehingga suara bunyi yang dihasilkan benar-benar keluar atau
terjadi pada makhrajnya.
2) Bagaimana cara menghasilkan bacaan sesuai dengan sifat-sifat
hentian (waqaf) bacaan itu.
3) Bagaimana memulai bacaan (Ibtida‟) setelah melakukan waqaf
(henti baca).
4) Memahami adab dalam membaca al-qur‟an.
B. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan kajian dari penelitian yang penulis
ketahui, pembahasan yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain,
penelitian yang dilakukan oleh :
1. Mufidah, Alif Rohmah Nur. (2016).Strategi Guru Pendidikan
Agama Islam Dalam Menciptakan Budaya Baca Al-Qur‟an Siswa
Di SMA Islam Kepanjen Malang. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan
-
33
Ilmu Keguruan. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Pada penelitian ini disimpulkan bahwa strategi budaya baca Al-
Qur‟an di SMA Islam Kepanjen Malang dilaksanakan oleh semua
warga sekolah dengan begitu SMA Islam Kepanjen Malang
dijadikan sebagai madrasah yang berbasis Qur‟an. Kemudian
faktor yang menghambat guru PAI dalam menciptakan budaya
baca Al-Qur‟an antara lain; a) sifat malas yang terjadi pada siswa,
b) latar belakang siswa yang berbeda-beda, dan c) pengaruh
negative teknologi. Dampak dari program budaya baca Al-Qur‟an
adalah muncullah nilai-nilai baik yang berdampak positif pada
siswa yang sebelumnya kurang mampu membaca Al-Qur‟an
dengan baik dan benar sesuai dengan makhraj dan tajwid.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan 1) strategi
guru PAI dalam menciptakan budaya baca al-Qur‟an siswa di SMA
Islam Kepanjen Malang. 2) faktor penghambat dan pendukung
strategi budaya baca al-Qur‟an siswa di SMA Islam Kepanjen
Malang. 3) dampak yang dihasilkan dalam menciptakan budaya
baca al-Qur‟an siswa di SMA Islam Kepanjen Malang.
2. Basyir, Tedi Choirul. (2013). Upaya Guru PAI Dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa-siswi SD
Muhammadiyah Sapen Di Nitikan Yogyakarta. Skripsi. Fakultas
-
34
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Pada penelitian ini disimpulkan bahwa kemampuan siswa SD
Muhammadiyah Sapen Di Nitikan Yogyakarta perlu ditingkatkan
lagi karena masih ada beberapa siswa yang kurang lancar dalam
membaca Al-Qur‟an, seperti adanya siswa yang kurang memahami
tanda waqof dalam al-Qur‟an, masih kurang dalam pengucapan
mahkorijul huruf serta panjang pendeknya. Maka upaya guru PAI
dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur‟an siswa
tertuang dalam beberapa hal, yaitu melakukan penerapan metode
menyimak, penerapan metode belajar privat (face to face), tadarus
al-Qur‟an setiap hari, bersikap sabar, telaten, pemanfaatan sumber
belajar, memberikan motivasi. Adapun faktor pendukung upaya
guru PAI dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur‟an
siswa adalah dengan mengadakan bimbingan berkelanjutan
disekolah dan diharapkan siswa yang mengalami kesulitan
membaca al-Qur‟an bisa diatasi. Sedangkan faktor penghambatnya
adalah kurangnya perhatian dari orangtua dalam hal membaca al-
Qur‟an karena beragamnya kemampuan siswa. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan tujuan dari
penelitian ini antara lain; 1) untuk mendeskripsikan upaya guru
PAI dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur‟an di SD
Muhammadiyah sapen di Nitikan Yogyakarta, 2) untuk mengetahui
-
35
hasil dari upaya guru PAI dalam meningkatkan kemampuan
membaca al-Qur‟an di SD Muhammadiyah Sapen di Nitikan
Yogyakarta, 3) untuk mengetahui faktor pendukung dan
penghambat upaya guru PAI dalam meningkatkan kemampuan
membaca al-Qur‟an di SD Muhammadiyah Sapen di Nitikan
Yogyakarta.
3. Mubin, Muhammad. (2016). Upaya Guru Pendidikan Agama Islam
dalam mengatasi kesulitan membaca al-Qur‟an (Studi Kasus Di
SMK Saraswati Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016). Skripsi.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. IAIN Salatiga.
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa upaya guru PAI di
SMK Saraswati Salatiga sangat optimal untuk peserta didik.
Karena disinilah dimana guru dituntut untuk menyelesaikan
problematika yang ada pada diri peserta didik yang menjadi
tanggung jawab ketika di lingkungan sekolah. Walaupun
sebenarnya guru hanya sebagai fasilitator untuk mengarahkan
peserta didik kepada arah yang dituju. Problematika yang ada
adalah dimana peserta didik tidak dapat membaca al-Qur‟an pada
usia yang sudah cukup dewasa. Solusi yang ada di SMK Saraswati
juga sangat bagus yaitu menciptakan metode Halaqah dan Iqra‟
yang dipadukan untuk peserta didik. Metode ini diberikan kepada
siswa untuk membiasakan mereka mendengar dan melafalkan
bacaan al-Qur‟an.
-
36
Dari ketiga penelitian di atas terdapat persamaan dalam hal
peningkatan hasil belajar dan penggunaan metode membaca Al-
Qur‟an. Ketiga penelitian diatas sama-sama menggunakan
penelitian deskriptif kualitatif. Sedangkan perbedaannya terletak
pada tahun penelitian dan objek penelitian yang dilakukan oleh
peneliti, penelitian yang dilakukan oleh Mubin dilakukan pada
tahun 2016 di SMK Saraswati Salatiga dan Mufidah sama-sama
dilakukan pada tahun 2016 di SMA Islam Kepanjen Malang
dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis
penelitian lapangan.
Sedangkan yang dilakukan oleh Basyir adalah penelitian
yang dilakukan pada tahun 2013 di SD Muhammadiyah Sapen di
Nitikan Yogyakarta dengan pendekatan kualitatif. Jadi, dari ketiga
skripsi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa masih banyak
sekali peserta didik yang kurang lancar dalam membaca al-Qur‟an.
Seorang guru juga harus melakukan alternatif lain untuk peserta
didik agar lancar dalam membaca al-Qur‟an. Banyak siswa yang
kurang memahami makhorijul huruf dan tajwid dari bacaan al-
Qur‟an itu sendiri.
Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
untuk mengembangkan penelitian yang sebelumnya. Perbedaan
antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak
pada objek penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni di SMA N
-
37
1 Tengaran di kelas XI SOS 1, dan terletak pada strategi
pembelajaran yang dilaksanakan oleh seorang guru dalam
mengatasi kesulitan belajar membaca al-Qur‟an yang dihadapi oleh
peserta didik dan kemudian di impelementasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
-
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian kualitatif adalah metode penelitian Ilmu-ilmu Sosial
yang mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan
maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia serta peneliti tidak
berusaha menghitung data kualitatif yang diperoleh dan dengan demikian
tidak menganalisis dengan angka-angka (Afrizal, 2017: 13).
Menurut Basrowi dan Suwandi penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang dilakukan berdasarkan paradigma, strategi, dan
implementasi model secara kualitatif. Istilah penelitian kualitatif
dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak
diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lain (Basrowi &
suwandi, 2008: 21).
Sedangkan model penelitian ini menggunakan model studi kasus
dan menggunakan jenis penelitian ini tergolong penelitian lapangan
apabila dilihat dari tempat penelitian yang dilakukan. Penelitian lapangan
adalah penelitian dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari
sasaran penelitian yang selanjutnya disebut informan atau responden
melalui instrumen pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan
dokumentasi (Nata, 2000: 125).
-
39
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di SMA Negeri 1 Tengaran, Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang, sekolah yang menarik untuk melakukan
penelitian karena di sekolah tersebut masih banyak sekali peserta didik
yang belum bisa membaca Al-Qur‟an.
C. Sumber Data
Data penelitian ini diperoleh melalui sumber lapangan, sumber
data primer adalah sumber data yang dapat memberikan data secara
langsung dengan permasalahan yang diteliti. Mengenai hal ini informant
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Guru Pendidikan Agama Islam
(PAI) dan siswa kelas XI SOS 1 Tengaran. Sedangkan data sekunder
dalam penelitian ini adalah dokumentasi baik berupa foto di sekolah
penelitian serta data-data lain yang ada di sekolah penelitian.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik atau prosedur pengumpulan data adalah suatu kegiatan
penting dalam sebuah penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang
telah digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek
dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat
dilakukan sesaat ataupun mungkin dapat diulang. Oleh sebab itu
observasi hendaknya dilakukan oleh orang yang tepat (Mada, 2004:
69). Sedangkan menurut Purwanto dalam Basrowi dan Suwandi
-
40
observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat
atau mengamati individu atau kelompok secara langsung (Basrowi &
suwandi, 2008: 94).
Dalam penelitian ini metode observasi dilakukan dengan
menggunakan alat pedoman observasi. Metode observasi ini dilakukan
untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan penelitian, dengan
menggunakan metode observasi peneliti dapat mengetahui keadaan di
sekolah tersebut.
2. Metode Wawancara
Dalam pendekatan kualitatif wawancara merupakan sebentuk
kumpulan data yang bermanfaat, sebab wawancara memungkinkan
peneliti untuk meyelidiki persepsi dan perspektif berbagai pemangku
kepentingan (wiratama, 2008: 258). Wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara sebagai
pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai sebagai pemberi
jawaban atas pertanyaan itu (Basrowi dan suwandi, 2008: 127).
Penelitian ini menggunakan metode wawancara tidak terstruktur,
wawancara tidak terstruktur menghasilkan data paling kaya dan sering
mengungkapkan bukti yang terkadang mengejutkan ( Wiratama, 2002:
265).
Metode wawancara ini digunakan untuk memperoleh data yang
akan diteliti, dalam penelitian ini menggunakan wawancara tak
-
41
terstruktur untuk memperoleh data yang diperlukan, yaitu dengan
mengadakan pertemuan dengan beberapa informan yang akan digali
datanya. Dari kegiatan wawancara ini peneliti berharap mendapatkan
data yang rinci, sejujur-jujurnya dan data yang mendalam terkait
dengan strategi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam mengatasi
kesulitan belajar membaca Al-Qur‟an pada kelas XI SOS 1 di SMA N
1 Tengaran.
3. Metode Dokumentasi
Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang
menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah
dan bukan berdasarkan perkiraan. Metode ini hanya mengambil data
yang sudah ada (Basrowi dan suwandi, 2008: 158).
Dalam hal ini Yang menjadi bahan metode dokumentasi ini adalah
hal-hal yang menunjang penelitian di lapangan, sehingga memudahkan
peneliti untuk mengungkap dan menganalisis data.Metode
dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data atau bukti-bukti
yang dapat menguatkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti,
misalnya dalam bentuk foto, tulisan dsb.
E. Analisis Data
Menurut Rasimin (2019: 110), analisis data adalah kegiatan
pengolahan data, yang terdiri atas tabulasi dan rekapitulasi data. Tabulasi
data dinyatakan sebagai proses pemaduan atau penyatupaduan sejumlah
-
42
data dan informasi yang diperoleh peneliti dari setiap sasaran penelitian,
menjadi satu kesatuan daftar sehingga data yang diperoleh menjadi mudah
dibaca atau dianalisis. Rekapitulasi merupakan langkah penjumlahan dari
setiap kelompok sasaran penelitian yang memiliki karakter yang sama.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan langkah langkah seperti yang dikemukakan oleh Miles dan
Huberman (1992), yaitu sebagai berikut:
Secara garis besar, Miles dan Huberman membagi analisis data
dalam penelitian kualitatif kedalam empat tahap, yaitu Pengumpulan data,
Reduksi data, Penyajian data, Penarikan kesimpulan.
1. Tahap Reduksi Data
Menurut Sugiyono (2008: 247) dalam Wandi dkk, Mereduksi
data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Reduksi data
merujuk pada proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan informasi data.
2. Tahap Penyajian Data
Sajian data adalah sekumpulan informasi yang memberi
kemungkinan kepada peneliti untuk menarik simpulan dan
pengembalian tindakan. Sajian data ini merupakan suatu rakitan
organisasi informasi. Sajian data harus didata dengan baik, peneliti
perlu mengelompokkan hal-hal yang serupa dalam kategori atau
-
43
kelompok yang menujukkan yang ada sesuai dengan rumusan
masalahnya (Nugrahani, 2014: 176).
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan penafsiran terhadap
hasil analisis dan interpretasi data. Penarikan ini hanyalah salah satu
kegiatan dalam konfigurasi yang utuh (Nugrahani, 2014: 176).
Berdasarkan kerangka diatas, maka setiap tahap dalam proses
tersebut dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan
menelaah seluruh data yang ada dari berbagai sumber yang telah
didapat dari lapangan dan dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar,
foto dan sebagainya melalui metode wawancara yang didukung
dengan studi dokumentasi.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif.
Karena itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat
penting. Melalui keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian
kualitatif akan tercapai. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan
keabsahan data dilakukan dengan triangulasi.
Adapun triangulasi mengarahakan peneliti untuk mengumpulkan
data dari beragam sumber yang tersedia, karena data yang sama atau
sejenis akan lebih diakui kebenarannya apabila digali dari sumber-sumber
yang berbeda (Nugrahani, 2014: 296).
-
44
Teknik triangulasi lebih mengutamakan efektivitas proses dan hasil
yang diinginkan. Oleh karena itu triangulasi dapat dilakukan dengan
mrnguji apakah proses dan hasil metode yang digunakan sudah berjalan
dengan baik (Bungin, 2010: 203).
Menurut Denzin (1978) dalam Moleong membedakan empat
macam Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan
penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.
1. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Moleong: 2009, 330)
2. Triangulasi dengan Metode, dengan triangulasi model ini terdapat dua
strategi, yaitu: a) pengecekan drajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan b) pengecekan drajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan meode yang sama.
3. Triangulasi dengan Penyidik, teknik triangulasi jenis ketiga ini ialah
dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk
keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
4. Triangulasi dengan Teori, menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong
(2009: 331) berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa
derajat kepercayaanya dengam satu atau lebih teori.
Jadi, triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan
perbedaan-perbedaan kontruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu
studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan
-
45
hubungan dari berbagai pandangan. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik triangulasi dengan sumber, yaitu dengan
membandingkan hasil wawancara satu dengan hasil wawancara lainya.
-
46
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Paparan Data Lokasi Penelitian
1. Sejarah dan Profil SMA N 1 Tengaran
SMA Negeri 1 Tengaran atau terkenal dengan sebutan Palm
School ini berdiri sejak tanggal 2 Juni 1980. Dijuluki Palm School
dikarenakan banyaknya pohon palem yang tumbuh di halaman
sekolah. Berdirinya SMA Negeri 1 Tengaran ditandai dengan
peresmian berdirinya sekolah oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan pada waktu itu yaitu DR. Daoed Yoesoef. Pertama kali
berdiri SMA Negeri 1 Tengaran hanya menerima 5 kelas. Karena pada
saat itu gedung permanen untuk kegiatan belajar mengajar belum
sepenuhya selesai. Sehingga, untuk sementara proses belajar mengajar
dilaksanakan di SMA Negeri 1 Salatiga dan siswa memulai kegiatan
pembelajaran pada waktu siang.
Berikut ini adalah urutan Kepala Sekolah dari awal berdirinya
SMA Negeri 1 Tengaran, yaitu Bapak M.D. Suwardi, Bapak Soewito,
BA, Bapak Soedharmanto, BA. Bapak Woerjanto Wirosoetarno,
Bapak Drs.Murdion, Bapak Drs. Samtono, Bapak Sutantyo, S.
Pd.,Bapak Drs.Trijoko, Bapak Drs. Maikal Soedijarto, Bapak
Soebroto,S.Pd, M. Pd, dan Bapak Drs. Munarso (sampai sekarang).
-
47
2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah
a. Visi
Unggul dalam Prestasi, Sopan dan Santun dalam Bertindak
b. Misi
1) Meningkatkan Perolehan Nilai Ujian Akhir Nasional.
2) Mendorong Minat Peserta Didik untuk Melanjutkan ke
Perguruan Tinggi
3) Meningkatkan Kualitas Kegiatan Ekstrakurikuler di Bidang
Karya Ilmiah, Olah raga, Seni dan Keagamaan.
4) Meningkatkan Kedisiplinan Peserta Didik.
5) Meningkatkan Kualitas Kegiatan Kesiswaan.
6) Meningkatkan Sikap dan Kepribadian Peserta Didik Melalui
Keluhuran Akhlaq yang Mulia.
7) Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan kepada Tuhan YME
pada Diri Seluruh Warga Sekolah.
c. Tujuan
Tujuan SMA Negeri 1 Tengaran meripakan penjabaran dari visi
dan misi sekolah agar lebih komunikatif dan dapat diukur. Adapun
tujuan SMA Negeri 1 Tengaran adalah sebagai berikut:
1) Peningkatan nilai US/UN;
2) Mampu menerapkan ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi;
3) Menjuarai berbagai lomba olahraga, kesenian, dan Pramuka;
-
48
4) Meningkatkan kesadaraan kegiatan keagamaan dan kepedulian
sekolah; Memiliki jiwa wirausaha.
3. Muatan Lokal (mulok)
Berdasarkan hasil analisis keunggulan daerah Kabupaten
Semarang maka jenis muatan yang dilaksanakana di SMA Negeri 1
Tengaran seperti terdapat dalam struktur kurikulum pada tabel di atas
adalah Bahasa Jawa dan Seni Budaya Strategi pelaksanaan muatan
lokal tersebut adalah sebagai berikut:
a. Untuk Mata Pelajaran Bahasa Jawa muatan lokal Provinsi yang
harus dilaksanakan di setiap sekolah di Propinsi Jawa Tengah
dengan SK/KD sudah dibuat di propinsi menjadi mata pelajaran
kelompok B.
b. Untuk Mata Pelajaran Seni Budaya kelas X, XI, dan XII MIPA
diisi dengan mata pelajaran Karawitan dilaksanakan dalam
pertemuan tatap muka yang diberikan sebanyak 2 jam perminggu,
dengan SK/KD dikembangkan secara mandiri.
c. Untuk Mata Pelajaran Seni Budaya kelas X, XI, dan XII Sosial
dan Bahasa diisi dengan mata pelajaran Seni Rupa dan Batik
dilaksanakan dalam pertemuan tatap muka yang diberikan
sebanyak 2 jam perminggu.
4. Sarana Prasarana dan Fasilitas
Secara administrasi SMA Negeri 1 Tengaran terletak di
Prokimad (Proyek Pemukiman Angkatan Darat ), desa Karangduren,
-
49
kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Sedangkan alamat lengkap
SMAN 1 Tengaran adalah yaitu Kembangsari Karangduren Tengaran
50775 Po.Box.No. 161 Salatiga.Sebagai lembaga kependidikan, SMA
N 1 Tengaran terdiri dari beberapa ruang sebagai fasilitas pendukung
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Kelengkapan ruang dengan
jumlah dan luas yang memadai tentunya sangat mendukung proses
pembelajaran yang berlangsung dan tercapainya tujuan pembelajaran
untuk meningkatkan prestasi siswa.
Tabel 4.1 Data Bangunan Utama SMAN 1 Tengaran Tahun Ajaran
2018/2019
No. Jenis Ruang Panjang (m) Lebar (m)
1 0001 (Ruang Kepala Sekolah) 8 6
2 0002 (Ruang Tata Usaha) 9 8
3 0003 (Ruang Rapat / Lobi) 8 6
4 0004 (Ruang Wakasek) 8 6
5 0005 (Ruang Komite) 6 4
6 0006 (Aula) 40 8
7 0007 (Ruang Guru) 30 8
8 0008 (Ruang Perpustakaan) 15 8
9 0009 (Ruang Bp / Bk) 8 4
10 0010 (Ruang Koperasi Sekolah) 8 4
-
50
No. Jenis Ruang Panjang (m) Lebar (m)
11 0011 (Ruang Sis) 8 4
12 0012 (Dapur) 4 3
13 0013 (Lab. Komputer 1) 15 8
14 0014 (Lab Komputer 2) 15 8
15 0015 (Lab Fisika) 15 8
16 0016 (Lab Kimia) 15 8
17 0017 (Lab Biologi) 15 8
18 0019 (Lab Matematika) 6 4
19 0020 (Lab. Multi Media) 15 8
20 0022 (Gedung Olah Raga) 40 20
21 0023 (Masjid) 14 10
22 0024 (Tempat Wudlu) 8 4
23 0025 (Uang Osis) 8 6
24 0026 (Sanggar Seni) 8 6
25 0027 (Rumah Penjaga Sekolah) 8 5
26 0028 (Ruang Uks) 8 4
27 0029 (Gudang Olah Raga) 8 4
28 0030 (Ruang Data Kurikulum) 8 3
29 0031 (Ruang Pesuruh) 8 4
30 0032 (Gudang) 8 4
-
51
No. Jenis Ruang Panjang (m) Lebar (m)
31 0063 (Wc Guru Laki - Laki) 2 2
32 0063 (Wc Guru Perempuan) 2 2
33 0064 (Wc Siswa Laki - Laki) 9 3
34 0064 (Wc Siswa Laki - Laki) 9 3
35 0064 (Wc Siswa Perempuan) 9 3
36 0064 (Wc Siswa Perempuan) 9 3
37 0064 (Wc Siswa Perempuan) 9 3
38 0065 (Parkir Sepeda Guru) 20 5
39 0066 (Parkir Sepeda Siswa) 60 5
40 0067 (Lapangan Depan) 65 50
41 0068 (Lapangan Tengah) 60 36
42 0069 (Lapangan Belakang) 45 40
43 0070 (Hutan Sekolah) 40 30
44 0071 (Kantin Siswa) 5 3
45 0072 (Bak Lompat) 5 3
46 X BAHASA 9 8
47 X MIPA 1 9 8
48 X MIPA 2 9 8
49 X MIPA 3 9 8
50 X MIPA 4 9 8
-
52
No. Jenis Ruang Panjang (m) Lebar (m)
51 X MIPA 5 9 8
52 X MIPA 6 9 8
53 X SOSIAL 1 9 8
54 X SOSIAL 2 9 8
55 X SOSIAL 3 9 8
56 X SOSIAL 4 9 8
57 XI BAHASA 9 8
58 XI MIPA 1 9 8
59 XI MIPA 2 9 8
60 XI MIPA 3 9 8
61 XI MIPA 4 9 8
62 XI MIPA 5 9 8
5. Kegiatan Ektrakulikuler
SMA Negeri 1 Tengaran mempunyai kurikulum serta program
kegiatan siswa berbasis kewirausahaan untuk membentuk professional
mandiri.
Tabel 4.2 Daftar Kegiatan Ektrakulikuler SMAN 1 Tengaran
Tahun Ajaran 2018/2019
No. Jenis Kegiatan Keterangan
-
53
1 Seni Kriya Kegiatan pengembangan
diri dilaksanakan setiap hari
Rabu.
2 Karawitan
3 Rebana
4 Desain Grafis
5 Baca dan Tulis Al Quran
6 Cipta dan Baca Puisi
7 KIR
8 Silat
9 Karate
10 Sepak Takraw
11 Bola Voli
12 Atletik
13 Bola Basket
14 Tenis Meja
15 Bulutangkis
16 Band
17 Paduan Suara, Menyanyi Solo
18 Seni Tari
19 Paskibra
20 PKS
21 Broadcasting
22 PMR
-
54
23 ROHIS
24 Persekutuan Doa
25
Pramuka
WAJIB untuk kelas X
setiap hari Jumat. (Dimulai
min. 15.00 s/d maksimal
16.30)
B. Temuan Hasil Penelitian
Setelah peneliti melakukan penelitian di SMA N 1 Tengaran
dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi
maka peneliti akan menganalisa temuan yang ada mengenai strategi guru
PAI dalam mengatasi kesulitan belajar membaca al-Qur‟an pada siswa
kelas XI SOS 1 di SMA N 1 Tengaran.
Dalam kegiatan belajar mengajar seorang pendidik harus memiliki
strategi agar peserta didik dapat belajar secara efektif dan efesien. Bila
seorang guru tidak memiliki strategi yang sesuai dalam kegiatan
pembelajaran maka tujuan dari kegiatan pembelajaran tersebut tidak akan
tercapai.
Dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pada materi belajar
membaca al-Qur‟an seorang guru harus mengetahui atau menguasai
strategi pembelajaran yang tepat agar peserta didik dapat dan mampu
menerima materi dengan baik. Dalam pembelajaran terdapat bermacam-
macam karakteristik peserta didik yang berbeda-beda, antara lain ada
-
55
peserta didik yang dapat dengan mudah menerima materi yang telah
disampaikan oleh guru ada juga peserta didik yang mengalami kesulitan
dalam kegiatan pembelajaran.
Untuk mengetahui kesulitan apa saja yang dialami oleh peserta
didik dalam kegiatan belajar membaca al-Qur‟an maka didapatkan data
sebagai berikut:
1. Kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam kegiatan belajar
membaca al-Qur’an pada peserta didik kelas XI SOS 1 di SMA N 1
Tengaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak MT selaku PAI,
dengan pertanyaan, Dalam pembelajaran membaca Al-Qur‟an, siswa
paling sulit memahami dibagian apa ? Beliau mengatakan:
“kalau selama saya mengarahkan siswa untuk membaca al-Qur‟an
ini mbak, siswa masih banyak sekali yang belum mampu
menguasai tajwid dan makhrajiul hurf. Masih banyak sekali siswa
yang benar benar tidak mengetahui tanda baca al-Qur‟an. Panjang
pendeknya saja masih banyak yang belum bisa mbak”
Selain itu menurut keterangan Bapak R yang juga selaku Guru di
SMA N 1 Tengaran sekaligus selaku koordinator kegiatan ektrakulikuler
khususnya ektrakulikuler BTQ, mengatakan:
“kalau untuk kesulitan dari siswa itu mbak ya siswa ada yang
merasa malu ada yang merasa enggan untuk belajar, dan ada juga
yang merasa tidak memenintingkan. Kalau dari segi materi siswa
sendiri lebih senang belajar tentang tajwid mbak, tetapi untuk
siswa yang belum bisa belajar tajwid biasanya kesulitan dibagian
bacaan Tafkhim dan bacaan Tarqiq. Lalu kalau dibagian materi
juga masih banyak sekali siswa yang kesulitan dibagian dialog,
dialog yang diterima dari guru awalnya itu ketika kita ubah itu
agak susah mbak misalnya huruf “alaamiin” dibaca “ngalaamiin”
-
56
jadi dialog seperti itu yang butuh waktu. Kalau semisal waktu BTQ
itu kita betulkan bisa tetapi kalau besok dicoba ya balik lagi mba.
Kemudia yang berikutnya ada yang huru “Qaf” itu ada yang
bacaanya terlalu dalam ada juga yang terlalu dangkal mba.”
Berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa peserta didik
kelas XI SOS 1 di SMA N 1 Tengaran dengan Pertanyaan, kalian itu
paling sulit belajar al-Qur‟an tentang apa, misalnya tajwid atau panjang
pendeknya?
Berdasarkan wawancara peneliti dengan peserta didik bernama GP,
Mengatakan:
“kalau saya masih belum bisa tajwid mbak masih belum bisa
panjang pendeknya juga ja